Penegakkan Diagnosis

49
PEMERIKSAAN ASMA Anggun Della Wijanarti 1310211048 Renjana Rizkika 1310211049

description

oooo

Transcript of Penegakkan Diagnosis

Page 1: Penegakkan Diagnosis

PEMERIKSAAN ASMAAnggun Della Wijanarti 1310211048

Renjana Rizkika 1310211049

Page 2: Penegakkan Diagnosis

Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani dengan semestinya, mengi (wheezing) dan/atau batuk kronik berulang  merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis.Secara umum untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang .

Page 3: Penegakkan Diagnosis

ANAMNESIS Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang

dini hari? Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk 

setelah terpajan alergen atau polutan? Apakah pada waktu pasien mengalami selesma (commond cold) 

merasakan sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?

Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan aktifitas atau olah raga?

Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang/hilang setelah pemberian obat pelega (bronkodilator)?

Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca atau suhu yang ekstrim (tiba-tiba)?

Apakah ada penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjunktivitis alergi)?

Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung, saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?

Page 4: Penegakkan Diagnosis

Anamnesis

Page 5: Penegakkan Diagnosis
Page 6: Penegakkan Diagnosis

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi − pasien terlihat gelisah, − sesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal), − sianosis- Batuk paroksismal- Terkadang ada suara wheezing- Ekspirasi memanjang- Pada inspirasi terlihat retraksi- Pada asma kronik, terlihat bentukdada bongkok ke depan, sela igamelebar, diameter anteroposteriortorak bertambah

Page 7: Penegakkan Diagnosis

Palpasi− biasanya tidak ditemukan kelainan− pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus

Page 8: Penegakkan Diagnosis

Perkusi- Hipersonor di seluruh lapang thoraks terutama pada bagian bawah posterior- Daerah pekak jantung dan hati mengecil

Page 9: Penegakkan Diagnosis

Auskultasi- Mula-mula bunyi nafas kasar/mengeras. Tapi pada stadium lanjut suara nafas melemah atau hampir tidak terdengar karna aliran udara sangat lemah.- Terdengar rhonki kering dan basah serta suara lendir bila banyak sekresibronkus.- Keadaan normal fase inspirasi. Pada waktu serangan ekspirasi memanjang."

Page 10: Penegakkan Diagnosis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 11: Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Radiologi- Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. - Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru - Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. - Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

Page 12: Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel. 

ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation. - Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block). - Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative. 

Page 13: Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Faal Paru

Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:

obstruksi jalan napas reversibiliti kelainan faal paru variabiliti faal paru, sebagai penilaian

tidak langsung hiperes-ponsif jalan napas

Page 14: Penegakkan Diagnosis

Spirometri

Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar.

Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable

Page 15: Penegakkan Diagnosis

Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :

Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.

Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/ oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma

Menilai derajat berat asma

Page 16: Penegakkan Diagnosis

Arus Puncak Respirasi

Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak expiratory flow meter (PEF meter)

Manfaat APE dalam diagnosis asma Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE ≥15% setelah

inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)

Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit

Page 17: Penegakkan Diagnosis

Cara pemeriksaan variabiliti APE harian Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah, dan malam hari untuk

mendapatkan nilai tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperoleh melalui 2 cara :

Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/ perbedaan nilai APE

pagi hari sebelum bronkodilator dan nilai APE malam hari sebelumnya sesudah bronkodilator. Perbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam sebelumnya sesudah bronkodilator menunjukkan persentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20% dipertimbangkan sebagai asma.

APE malam - APE pagi Variabiliti harian = -------------------------------------------- x 100 %

1/2(APE malam + APE pagi)

Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE pagi sebelum bronkodilator selama pengamatan 2 minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai terbaik (nilai tertinggi APE malam hari).

Contoh : Selama 1 minggu setiap hari diukur APE pagi dan malam , misalkan didapatkan APE pagi terendah 300, dan APE malam tertinggi 400; maka persentase dari nilai terbaik (% of the recent best) adalah 300/ 400 = 75%. Metode tersebut paling mudah dan mungkin dilakukan untuk menilai variabiliti

Page 18: Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan darah- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. - Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Page 19: Penegakkan Diagnosis

Perhitungan Eosinofil

Apusan darah tepi Induksi sputum

Page 20: Penegakkan Diagnosis

Apusan Darah Tepi

Menyiapkan semua alat dan bahan. Mengambil tetesan darah dengan pipet dan meneteskannya

pada objek glass. Meletakkan deck glass di depan tetesan darah dengan sudut 35˚-

45˚. Menarik deck glass ke belakang sampai menempel dengan

darah, kemudian menariknya ke depan. Mengeringkan selama 10 menit dengan ekor di bagian atas. Memberi nama/label Diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis lekosit hingga

didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah

absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung lekosit

Page 21: Penegakkan Diagnosis
Page 22: Penegakkan Diagnosis

Induksi Sputum

Pemeriksaan sputumPemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

Page 23: Penegakkan Diagnosis

Prinsip yang ada pada berbagai metode ialah:

1.Pengobatan awal dengan bronkodilator ialah salbutamol (200-400 µg)

2.Monitoring faal paru3.Nebulisasi dengan nebuliser ultrasonik4.Konsentrasi cairan salin umumnya 3%,

4% atau 5%.

Page 24: Penegakkan Diagnosis
Page 25: Penegakkan Diagnosis
Page 26: Penegakkan Diagnosis
Page 27: Penegakkan Diagnosis
Page 28: Penegakkan Diagnosis
Page 29: Penegakkan Diagnosis

ELISAEnzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi.

Page 30: Penegakkan Diagnosis

Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA kompetitif yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-enzim, dan teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada teknik ELISA nonkompetitif, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich.

Page 31: Penegakkan Diagnosis

Tapi sekarang terdapat berbagai macam teknik ELISA yang relatif sering digunakan :

ELISA Direct ELISA Indirect ELISA Sandwich ELISA Biotin Streptadivin (Jenis ELISA Modern) ELISA Kompetitif ELISA Multiplex

Page 32: Penegakkan Diagnosis

ELISA direct 

Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel. ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoklonal) untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji.

Page 33: Penegakkan Diagnosis
Page 34: Penegakkan Diagnosis

 ELISA direct memiliki beberapa kelemahan, antara lain: a. Immunoreaktivitas antibodi kemungkinan akan berkurang akibat bertaut dengan enzim. b. Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan waktu dan mahal. c. Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan enzim (label) dari antibodi pada percobaan yang berbeda. d. Amplifikasi signal hanya sedikit. e. Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus dimurnikan sebelum digunakan untuk uji ELISA direct. 

Page 35: Penegakkan Diagnosis

Sedangkan kelebihan dari ELISA direct antara lain: a. Metodologi yang cepat karena hanya menggunakan 1 jenis antibodi b. Kemungkinan terjadinya kegagalan dalam uji ELISA akibat reaksi silang dengan antibodi lain (antibodi sekunder) dapat diminimalisasi. 

Page 36: Penegakkan Diagnosis

ELISA indirect 

Teknik ELISA indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang paling sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur konsentrasinya merupakan antibodi. ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik (monoklonal) serta antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji. 

Page 37: Penegakkan Diagnosis
Page 38: Penegakkan Diagnosis

ELISA indirect memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 

a. Membutuhkan waktu pengujian yang relatif lebih lama daripada ELISA direct karena pada ELISA indirect membutuhkan 2 kali waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi yang diinginkan dan antara antibodi yang diinginkan dengan antibodi sekunder tertaut enzim signal, sedangkan pada ELISA direct hanya membutuhkan 1 kali waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen yang diinginkan dengan antibodi spesifik tertaut enzim signal. 

Page 39: Penegakkan Diagnosis

Sedangkan kelebihan dari ELISA indirect antara lain: a. Terdapat berbagai macam variasi antibodi sekunder yang terjual secara komersial di pasar. b. Immunoreaktivitas dari antibodi yang diinginkan (target) tidak terpengaruh oleh penautan enzim signal ke antibodi sekunder karena penautan dilakukan pada wadah berbeda. c. Tingkat sensitivitas meningkat karena setiap antibodi yang diinginkan memiliki beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan antibodi sekunder. 

Page 40: Penegakkan Diagnosis

ELISA Sandwich 

Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan pada antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen yang bersifat multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich, antibodi primer seringkali disebut sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi sekunder seringkali disebut sebagai antibodi deteksi. 

Page 41: Penegakkan Diagnosis
Page 42: Penegakkan Diagnosis

 ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain: 

a. Banyak molekul antibodi penangkap yang berhasil menempel pada dinding lubang microtiter. 

b. Afinitas dari antibodi penangkap dan antibodi detektor terhadap antigen. Sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct

Page 43: Penegakkan Diagnosis

Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat spesitifitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus dapat berinteraksi dengan 2 jenis antibodi, yaitu antibodi penangkap dan antibodi detektor.

Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk mendeteksi antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibodi yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya harus berbeda). 

Page 44: Penegakkan Diagnosis

ELISA Biotin Streptavidin (Jenis ELISA modern) 

Pada perkembangan selanjutnya, teknik ELISA sandwich ini juga dikembangkan untuk mendeteksi antibodi dengan tingkat sensitivitas relatif lebih tinggi. Teknik ini dikenal sebagai teknik ELISA penangkap antibodi, dimana prinsip kerjanya sama dengan ELISA sandwich, hanya saja yang digunakan pada teknik ini adalah antigen penangkap dan antigen detektor (antigen bertaut enzim signal, bersifat optional apabila antibodi yang diinginkan tidak tertaut dengan enzim signal). 

Page 45: Penegakkan Diagnosis
Page 46: Penegakkan Diagnosis

ELISA Kompetitif 

Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan dari teknik ELISA terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu kompetitor ke dalam lubang microtiter. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi. Kelebihan dari teknik ELISA kompetitif ini adalah tidak diperlukannya purifikasi terhadap larutan sampel yang mengandung antibodi atau antigen yang diinginkan, tapi hasil yang diperoleh tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi akibat sifat spesifisitas dari antibodi dan antigen. 

Page 47: Penegakkan Diagnosis
Page 48: Penegakkan Diagnosis

 ELISA Multiplex 

Teknik ELISA multiplex merupakan pengembangan teknik ELISA yang ditujukan untuk pengujian secara simultan, sedangkan prinsip dasarnya mirip dengan teknik ELISA terdahulu.