Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

9
Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik Hanna Azizah Rakhman 1)* , Adi Susilo 2) , Arief Rachmansyah 3) 1) Program Studi Magister Ilmu Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang 2) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang Diterima 31 Januari 2015, direvisi 27 Maret 2015 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi berdasarkan analisis litologi dengan menggunakan data magnetik untuk mengetahui letak zona yang berpotensi mengalami rembesan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis litologi dari data magnetik (data primer) yang diperoleh di lapangan yang melingkupi daerah genangan Bendungan Bajulmati. Penelitian dimulai dengan akuisisi data magnetik menggunakan PPM (Proton Procession Magnetometer), dari data yang diperoleh kemudian dilakukan koreksi data yang meliputi koreksi diurnal dan koreksi IGRF, Selanjutnya dilakukan reduksi ke bidang datar, kontinuasi ke atas dan reduksi ke kutub sehingga diperoleh nilai anomali magnetik sisa yang berkisar antara -1000 nT sampai 700 nT pada loop 1 dan -2800 nT sampai 1600 nT pada loop 2. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode magnetik didapatkan hasil litologi bawah permukaan dari Bendungan Bajulmati terdiri dari lapisan lempung tufaan, batu pasir, kerikil dan lava vulkanik. Dengan menganalisa litologi bawah permukaan tersebut, diperkirakan terdapat beberapa rekahan yaitu pada lintasan AA’ di titik pengukuran 20 m dan 90 m, lintasan BB’ di titik pengukuran 120 m dan 160 m, dan lintasan CC’ di titik pengukuran 80 m dan 100 m. Rekahan-rekahan tersebut diduga dapat menyebabkan rembesan pada Bendungan Bajulmati. Kata kunci : litologi, rembesan, rekahan, metode magnetik. ABSTRACT A research regarding seeping in Bajulmati Dam of Banyuwangi Regency based on lithology analysis by geomagnetic data has been done to discover the location of zone with seeping potential. This research is done by analyzing lithology from magnetic data (primary data) that was acquired from the field that covers the area of Bajulmati Dam. The research began with the acquisition of magnetic data using PPM (proton procession Magnetometer). Acquired data is then corrected by diurnal and IGRF correction, reduction in to even surface, upward continuation as well as reduction to the pole. Local anomaly contour is acquired with the value ranging from -1000 nT up to 700 nT at loop 1 and ranging from -2800 nT up to 1600 nT at loop 2. Based on the result of data processing by magnetic method, the subsurface layers beneath the said dam consist of the layer of clay (tuff), sandstone, gravel, and volcanic lava. By analyzing the mentioned results, some cracks are located in AA’ line with the measurement poi nt of 20 m and 90 m, and in the 120 m and 160 m, 80 m and 100 m measurement point of BB’, and CC’ line respectively. Those cracks can be expected to cause seepage in Bajulmati Dam. Keywords : Lithology, seepage, cracks, and magnetic method. PENDAHULUAN Bendungan Bajulmati terletak di dua NATURAL B, Vol. 3, No. 1, April 2015 --------------------- *Corresponding author: E-mail: [email protected]

Transcript of Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

Page 1: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

44

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten

Banyuwangi Berdasarkan Analisis Litologi dengan Menggunakan

Data Magnetik

Hanna Azizah Rakhman1)*, Adi Susilo2), Arief Rachmansyah 3)

1) Program Studi Magister Ilmu Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang

2) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang 3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang

Diterima 31 Januari 2015, direvisi 27 Maret 2015

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi

berdasarkan analisis litologi dengan menggunakan data magnetik untuk mengetahui letak zona yang

berpotensi mengalami rembesan. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis litologi dari data magnetik

(data primer) yang diperoleh di lapangan yang melingkupi daerah genangan Bendungan Bajulmati.

Penelitian dimulai dengan akuisisi data magnetik menggunakan PPM (Proton Procession Magnetometer),

dari data yang diperoleh kemudian dilakukan koreksi data yang meliputi koreksi diurnal dan koreksi

IGRF, Selanjutnya dilakukan reduksi ke bidang datar, kontinuasi ke atas dan reduksi ke kutub sehingga

diperoleh nilai anomali magnetik sisa yang berkisar antara -1000 nT sampai 700 nT pada loop 1 dan -2800

nT sampai 1600 nT pada loop 2. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan metode magnetik didapatkan hasil litologi bawah permukaan dari Bendungan Bajulmati

terdiri dari lapisan lempung tufaan, batu pasir, kerikil dan lava vulkanik. Dengan menganalisa litologi

bawah permukaan tersebut, diperkirakan terdapat beberapa rekahan yaitu pada lintasan AA’ di titik

pengukuran 20 m dan 90 m, lintasan BB’ di titik pengukuran 120 m dan 160 m, dan lintasan CC’ di titik

pengukuran 80 m dan 100 m. Rekahan-rekahan tersebut diduga dapat menyebabkan rembesan pada

Bendungan Bajulmati.

Kata kunci : litologi, rembesan, rekahan, metode magnetik.

ABSTRACT

A research regarding seeping in Bajulmati Dam of Banyuwangi Regency based on lithology analysis

by geomagnetic data has been done to discover the location of zone with seeping potential. This research is

done by analyzing lithology from magnetic data (primary data) that was acquired from the field that covers

the area of Bajulmati Dam. The research began with the acquisition of magnetic data using PPM (proton

procession Magnetometer). Acquired data is then corrected by diurnal and IGRF correction, reduction in

to even surface, upward continuation as well as reduction to the pole. Local anomaly contour is acquired

with the value ranging from -1000 nT up to 700 nT at loop 1 and ranging from -2800 nT up to 1600 nT at

loop 2. Based on the result of data processing by magnetic method, the subsurface layers beneath the said

dam consist of the layer of clay (tuff), sandstone, gravel, and volcanic lava. By analyzing the mentioned

results, some cracks are located in AA’ line with the measurement point of 20 m and 90 m, and in the 120

m and 160 m, 80 m and 100 m measurement point of BB’, and CC’ line respectively. Those cracks can be

expected to cause seepage in Bajulmati Dam.

Keywords : Lithology, seepage, cracks, and magnetic method.

PENDAHULUAN

Bendungan Bajulmati terletak di dua

NATURAL B, Vol. 3, No. 1, April 2015

--------------------- *Corresponding author:

E-mail: [email protected]

Page 2: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

45

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

kabupaten yaitu Banyuwangi dan Situbondo,

Jawa Timur dan dibangun pada lahan seluas

115,5 ha. Adanya pembangunan bendungan ini

diharapkan dapat mengairi lahan seluas 1800 ha

secara stabil selama setahun, dengan demikian

akan dapat meningkatkan hasil produksi

pertanian dan meningkatkan ekonomi di sektor

pertanian [1].

Bendungan Bajulmati (Gambar 1) dibangun

di atas batuan endapan piroklastik Gunungapi

Ijen Muda dan sedimentasi Gunungapi Baluran.

Pembangunannya yang dilakukan sejak 2006

mengalami permasalahan teknis yaitu kondisi

aktual geologi di area maindam dan cofferdam.

Lokasi main dam berada di atas endapan batuan

gunungapi kwarter (quartenary volcanic rock),

Gunungapi Ijen, Gunungapi Baluran, endapan

sungai lama, endapan terrace dan endapan saat

ini. Hal ini membuat para teknisi kesulitan

dalam menentukan metode perbaikan pondasi

bendungan dan proteksi terhadap kemungkinan

terjadinya kebocoran pada pondasi bendungan

utama [2].

Gambar 1. Lokasi Penelitian [7]

Suatu bendungan hampir tidak dapat

terhindar dari masalah kebocoran atau

rembesan akibat kondisi geologi batuan yang

menjadi dasar bendungan ataupun kondisi

konstruksi bendungan itu sendiri. Kondisi

geologi yang mempengaruhi terjadinya

rembesan atau kebocoran adalah struktur

geologi dan jenis batuan (litologi) pada dasar

bendungan. Kondisi struktur geologi yang dapat

menyebabkan terjadinya rembesan adalah

patahan (fault) dan rekahan (crack). Bila

dijumpai adanya patahan ataupun rekahan pada

suatu bendungan tentu perlu penanganan lebih

lanjut. Kondisi geologi lain yang dapat

menyebabkan rembesan atau kebocoran

bendungan adalah jenis batuan (litologi). Pada

dasar bendungan, jika jenis batuannya memiliki

permeabilitas yang tinggi atau mudah terkikis

oleh air, maka akan mempermudah terjadinya

kebocoran. Penelitian terhadap adanya

rembesan pada bendungan, merupakan langkah

awal dalam rangka menjaga kelestarian

bendungan itu sendiri. Setelah didapatkan

informasi tentang kepastian lokasi rembesan

maka pekerjaan teknis dapat mencapai hasil

yang maksimal [3].

Secara regional wilayah ini merupakan

zona sedimen lava vulkanik dengan sisipan

lempung pasiran, batu pasir, dan kerikil dengan

penyebaran yang cukup luas sehingga sangat

berpotensi untuk terjadi kebocoran pada

bendungan [4]. Sehingga untuk mengetahui

area yang berpotensi mengalami rembesan,

perlu diketahui struktur bawah permukaan dan

kondisi geologinya.

Oleh karena itu, maka perlu dilakukan

dengan pendekatan metode geofisika di lokasi

kedudukan calon bendungan yang akan

dibangun. Metode geofisika yang dilakukan

untuk mengetahui strukur bawah permukaan

Waduk Bajulmati adalah metode magnetik yang

dikorelasikan dengan informasi geologi

setempat. Metode magnetik sering digunakan

dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi,

panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa

diterapkan pada pencarian prospeksi benda-

benda arkeologi [5]

Metode magnetik dapat digunakan untuk

mengetahui kedalaman dan struktur bawah

permukaan, sehingga pengukuran dapat

diperoleh dengan mudah untuk studi lokal dan

regional [6]. Hasil tersebut diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai struktur

bawah permukaan dari Bendungan Bajulmati

yang berpotensi menimbulkan rembesan air di

Bendungan Bajulmati sehingga dapat dilakukan

tindakan pencegahan sebelum bendungan

tersebut selesai dibangun.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah

metode magnetik. Data magnetiknya

merupakan data primer hasil akuisisi. Akuisisi

data magnetik yang digunakan yaitu looping

tertutup dengan spasi antar titik-titik akuisisi 50

Page 3: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

46

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

m. Titik akuisisi yang diperoleh sebanyak 65

titik yang terbagi dalam 2 loop. Parameter ukur

pada proses pengambilan data terdiri dari nilai

intensitas medan magnet, waktu, koordinat

posisi (latitude dan longitude) dan ketinggian.

Data akuisisi kemudian dikoreksi diurnal

untuk menghilangkan efek penyimpangan

intensitas medan magnet bumi yang disebabkan

oleh adanya perbedaan waktu pengukuran dan

efek sinar matahari dalam satu hari, dengan

persamaan di bawah ini [8]:

awak

awak

awnD HH

tt

ttH

(1)

Dimana tn adalah waktu pada titik n, taw waktu

awal, takh adalah waktu akhir, Hakh adalah nilai

medan magnet di titik akhir, dan Hawl adalah

nilai medan magnet di titik awal. Selanjutnya

data yang diperoleh dari koreksi diurnal dan

koreksi IGRF direduksi ke bidang datar.

kemudian dikontinuasi ke atas untuk

memisahkan anomali lokalnya dan dilakukan

reduksi ke kutub.

Interpretasi data anomali magnetik

dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Secara kuantitatif yaitu dengan memodelkan

struktur bawah permukaan hasil line section

menggunakan metode Talwani 2,5 dimensi.

Sedangkan interpretasi secara kualitatif yaitu

dengan menganalisa kondisi geologi dengan

peta kontur anomali medan magnetik total

dengan setelah di reduksi ke kutub.

Gambar 2. Intensitas Magnetik Total (a) loop 1 dan (b) loop 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari perhitungan koreksi diurnal dan

IGRF berupa kontur intensitas magnetik total

(TMI). Gambar 2a merupakan intensitas

magnetik total untuk loop 1 yang berkisar antara

0 nT hingga 600 nT. Sedangkan loop 2 (Gambar

2b) memiliki nilai -2600 sampai 1000 nT.

Anomali magnetik total pada Gambar 2

merupakan intensitas magnetik total pada

ketinggian pengukuran yang tidak rata (uneven

surface). Agar diperoleh hasil yang lebih baik,

anomali tersebut diproyeksikan ke bidang datar

dengan menggunakan metode sumber ekivalen

(Gambar 3).

Metode sumber ekivalen merupakan

metode yang dipergunakan untuk membawa

data medan potensial hasil observasi yang

terdistribusi di bidang tidak horisontal (misal:

bidang topografi) ke bidang horisontal. Sumber

dihitung, dimana kemungkinan tidak akan

a

b

Page 4: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

47

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

menyerupai distribusi sumber anomali, tetapi

identitas ketiga Green meyakinkan bahwa

sumber alternatif dapat menyebabkan medan

potensial yang sama di daerah terbatas.

Gambar 3. Intensitas magnetik total setelah di reduksi bidang datar (a) loop 1 dan (b) loop 2

Gambar 4. Kontur anomali magnetik lokal (a) loop 1 dan (b) loop 2

a

b

a

b

Page 5: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

48

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

Gambar 5. Kontur anomali magnetik total setelah direduksi ke kutub (a) loop 1 dan (b) loop 2

Distribusi sumber harus menghasilkan

medan potensial yang harmonis di area yang

“menarik” dan hilang di ketinggian tak

terhingga serta menghasilkan bidang yang

diamati [9]. Bila dilihat pada kontur reduksi

bidang datar dengan kontur TMI menampakkan

kontur anomali yang hampir sama atau

perbedaannya tidak terlalu signifikan. Hal ini

dikarenakan ketinggian di daerah penelitian

cenderung seragam.

Intensitas magnetik total yang diperoleh

merupakan superposisi dari 2 komponen

anomali, yaitu komponen anomali regional dan

komponen anomali lokal (residual). Anomali

magnetik yang digunakan untuk interpretasi

yaitu anomali magnetik lokal. Sehingga

diperlukan pemisahan antara peta regional

dengan peta lokal karena pengaruh kemagnetan

regional yang dapat menganggu kenampakan

pola anomali lokal. Pemisahan ini dilakukan

dengan mengurangkan kontur intensitas medan

magnetik total dengan kontur kemagnetan

regional menggunakan kontinuasi ke atas atau

upward continuation. Proses ini merupakan

transformasi data medan potensial dari suatu

bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih

tinggi [10].

Anomali regional berasosiasi dengan

kondisi geologi umum yang dominan di daerah

pengukuran biasanya dicirikan dengan anomali

frekuensi rendah. Sedangkan anomali lokal atau

sering juga disebut sebagai anomali sisa

mengandung kondisi geologi setempat yang

telah terdeviasi dari kondisi regionalnya yang

biasanya terdapat pada kedalaman yang dangkal

[11]. Pemisahan antara peta anomali regional

dengan anomali lokal digunakan kontinuasi ke

atas setinggi 1000 m. Sedangkan peta anomali

lokal diperoleh dari pengurangan antara peta

TMI dengan peta anomali regional. Gambar 4a

adalah anomali lokal untuk loop 1 yang

memiliki rentang nilai -450 nT sampai 250 nT

dan Gambar 4b merupakan anomali lokal untuk

loop 2 dengan nilai berkisar antara -2600 nT

sampai 1000 nT.

Anomali magnetik lokal direduksi ke kutub

untuk menyederhanakan interpretasi data

medan magnetik pada daerah berlintang rendah

dan menengah. Gambar 5a merupakan hasil

reduksi ke kutub untuk loop 1 dengan rentang

nilai -1000 nT hingga 700 nT. Gambar 5b

merupakan hasil reduksi ke kutub untuk loop 2

dengan nilai berkisar antara -2800 nT sampai

1600 nT. Berdasarkan hasil ini belum diketahui

gambaran bawah permukaan secara jelas, hanya

nilai intensitas magnetiknya yang bervariasi

a

b

Page 6: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

49

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

(positif dan negatif). Bervariasinya nilai

anomali magnetik residual tersebut disebabkan

karena adanya ketidakseragaman material

bawah permukaan pada daerah penelitian.

Variasi nilai medan residual ini dibagi ke dalam

anomali magnetik rendah atau negatif (≤ 0 nT)

dan anomali tinggi atau positif (> 0 nT). Nilai

anomali magnetik positif pada daerah

penyelidikan ditafsirkan sebagai batuan yang

bersifat magnetik dan nilai anomali magnetik

negatif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat

non magnetik atau demagnetisasi.

Gambar 6. Posisi sayatan pada kontur anomali

Gambar 7. Model penampang bawah permukaan

lintasan AA’

Interpretasi secara kuantitatif dilakukan

dengan membuat model hasil line section

(sayatan) pada kontur anomali magnetik yang

ditunjukkan pada Gambar 6. Lokasi sayatan

diambil dengan mempertimbangkan adanya

anomali posiif dan negatif pada lokasi tersebut

dengan melihat hasil reduksi ke kutub di atas.

Sayatan dilakukan pada empat (4) lokasi yaitu

pada AA’ dan BB’ di loop 1 dan pada CC’ dan

DD’ di loop 2, dimana pada loop 2 posisi

sayatan CC’ dan DD’ saling berpotongan.

Lintasan AA’ (Gambar 7) melintang mulai

dari Barat ke Timur dengan panjang lintasan

mencapai 100 m. Model penampang melintang

anomali lokal lintasan AA’ pada kurva atas

memperlihatkan bentuk kurva berupa pola

negatif dan positif (dipole) yang

merepresentasikan bentuk model bawah

permukaan lintasan AA’. Berdasarkan model

tersebut dapat dilihat bahwa terdapat

ketidakseragaman batuan bawah permukaan,

lapisan teratas diperkirakan terdapat batu kerikil

dengan nilai suseptibilitas 0,0222-0,0243

(dalam SI), lempung tufaan dengan nilai

suseptibilitas 0,0005 (dalam SI) dan batu pasir

dengan nilai suseptibilitas 0.0015 (dalam SI).

Pada lapisan kedua terdapat lava vulkanik

dengan suseptibilitas 0,1325 (dalam SI) yang

ditandai dengan warna merah. Lapisan ketiga

terdapat batu pasir yang ditandai dengan warna

hijau dengan nilai suseptibilitas 0,0035 (dalam

SI).

Pada lintasan AA’ ini diduga terdapat

rekahan ditunjukkan oleh garis putus-putus

hitam. Rekahan pertama yaitu pada titik

pengukuran 20 m yang merupakan pertemuan

antara lava vulkanik dan batu kerikil dengan

kedalaman mencapai 12 m. Sedangkan rekahan

yang kedua berada pada titik pengukuran 90 m

yaitu pada pertemuan batu kerikil dan batu pasir

Page 7: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

50

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

dengan kedalaman mencapai 24 m. Batuan lava

pada lintasan ini, merupakan hasil dari kegiatan

gunungapi ijen muda yang kemudian tertutupi

oleh sedimen pasir dan kerikil dari Sungai

Bajulmati. Rekahan tersebut diperkirakan

merupakan daerah rembesan yang menjadi

target dalam penelitian ini.

Lintasan BB’ melintang mulai dari arah

timur menuju arah barat dengan panjang

lintasan 200 m. Berdasarkan Gambar 8 terihat

bahwa lapisan teratas diduga merupakan

lempung tufaan dengan nilai suseptibilitas

0,0008 (dalam SI) pada kedalaman 0 sampai 5

m. Kemudian pada lapisan kedua terdapat

kerikil dengan nilai suseptibilitas 0,0247 (dalam

SI), lava vulkanik dengan nilai suseptibilitas

0,1130 (dalam SI) dan batu pasir dengan nilai

suseptibilitas 0,0043 (dalam SI).

Pada kedalaman 24 – 40 m terdapat lava

vulkanik dengan nilai suseptibilitas 0,0247

(dalam SI). Dan lapisan terakhir terdapat batu

pasir dengan nilai suseptibilitas 0,040 (dalam

SI). Pada lintasan ini diduga terdapat rekahan

pada titik 120 m dan 160 m. Lokasi rekahan

ditunjukkan oleh garis putus-putus. Pada titik

120 m terdapat rekahan yang diduga terjadi

akibat pertemuan batu kerikil dan lava vulkanik,

sedangkan pada titik 160 m rekahan ini muncul

diduga akibat lava yang mengalami penurunan

mulai titik 160 m. Selanjutnya daerah yang

kosong tersebut terisi oleh sedimen pasir dan

menjadi batu pasir. Kemudian tertutupi oleh

lempung tufaan. Di titik 160 m ini merupakan

batas antara sungai dan darat. Rekahan tersebut

diduga dapat menyebabkan rembesan pada

Bendungan Bajulmati.

Lintasan CC’ terletak di sebelah selatan dari

dam Bajulmati, membentang dari arah barat ke

arah timur dengan panjang lintasan 160 m.

Gambar 9 memperlihatkan bahwa pada lapisan

pertama dari model lintasan ini diduga

merupakan batu pasir dengan nilai suseptibilitas

0,0035 (dalam SI) dengan ketebalan 3 - 10 m

yang ditunjukkan oleh warna hijau.

Lapisan kedua diperkirakan terdapat lava

vulkanik yang terpisahkan oleh batu kerikil,

disebelah barat lava vulkanik memiliki nilai

suseptibilitas 0,1134 (dalam SI), sedangkan

disebelah timur lava vulkanik dengan nilai

suseptibilitas 0,1098 (dalam SI). Batu kerikil

dengan nilai suseptibilitas 0,0153 (dalam SI).

Lapisan ketiga merupakan lava vulkanik

dengan suseptibilitas 0,0673 (dalam SI). Pada

lintasan ini diduga terdapat rekahan yaitu pada

titik 80 m dan 100 m. Rekahan tersebut

merupakan pertemuaan antara batu kerikil dan

lava vulkanik, dimana batu kerikil tersebut

merupakan basement dari sungai. Sehingga

lokasi rekahan tersebut terletak pada tepi-tepi

dari sungai.

Gambar 8. Model penampang bawah permukaan

lintasan BB’

Gambar 9. Model penampang bawah permukaan

lintasan CC’

Gambar 10. Model penampang bawah permukaan

lintasan DD’

Lintasan DD’ ini melintang mulai dari arah

utara menuju arah selatan dengan panjang

lintasan 200 m. Berdasarkan pola yang

Page 8: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

51

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

tergambar pada Gambar 10 terihat bahwa pada

lintasan ini diperkirakan terdapat batu pasir

dengan nilai suseptibilitas 0,0043 (dalam SI)

pada kedalaman 0 sampai 12 m. Kemudian pada

lapisan kedua terdapat lava dengan nilai

suseptibilitas 0,1059 (dalam SI) dan batu kerikil

dengan nilai suseptibilitas 0,0163 (dalam SI).

Pada lapisan terakhir terdapat lava vulkanik

dengan nilai suseptibilitas 0,0690 (dalam SI).

Pada lintasan DD’ ini diperkirakan terdapat

rekahan yang berada pada titik pengukuran 80

m. Rekahan tersebut diduga merupakan

pertemuan antara lava vulkanik dan batu kerikil

yang merupakan dasar sungai. Rekahan tersebut

terletak pada posisi yang sama dengan rekahan

pada lintasan CC’, sehingga memperkuat

dugaan adanya rekahan pada titik tersebut.

Dari hasil interpretasi kuantitatif diatas,

maka dapat dikatakan bahwa struktur bawah

permukaan dari model penampang melintang

dari setiap lintasan tersusun atas beberapa

batuan yang sama. Penetuan batuan tersebut

mengacu pada kisaran nilai suseptibilitas batuan

berdasarkan literatur yang ada.

Berdasarkan hasil pengolahan data

magnetik dapat diketahui bahwa di lokasi

pembangunan Bendungan Bajulmati terdapat

beberapa area yang merupakan zona rawan

rembesan akibat adanya rekahan (Gambar 11).

Rekahan tersebut diperkirakan terdapat pada

beberapa lintasan, yaitu pada lintasan AA’ di

titik pengukuran 20 m dan 90 m, lintasan BB’

di titik pengukuran 120 m dan 160 m, lintasan

CC’ di titik pengukuran 80 m dan 100 m, dan

lintasan DD’ di titik 100 m yang mana lokasinya

sama dengan titik 80 m dari lintasan CC’.

Gambar 11. Lokasi rekahan pada daerah penelitian

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan struktur bawah

permukaan lokasi pembangunan Bendungan

Bajulmati didominasi oleh lempung tufaan,

batu pasir, kerikil dan lava vulkanik. Dari

struktur litologi yang didapatkan, maka dapat

diperkirakan bahwa struktur geologi penyebab

rembesan pada Bendungan Bajulmati adalah

rekahan yang terdapat pada beberapa lintasan,

yaitu pada lintasan AA‘, lintasan BB‘ dan

lintasan CC’. Lokasi yang diperkirakan

merupakan zona rembesan adalah pada

lintasan-lintasan yang terdapat rekahan yaitu,

Page 9: Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten ...

52

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis

Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

pada lintasan AA’ di titik pengukuran 20 m dan

90 m, lintasan BB’ di titik pengukuran 120 m

dan 160 m, dan lintasan CC’ di titik pengukuran

80 m dan 100 m.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Giyanto (2008). Optimasi Pola Tanam

Daerah Irigasi Waduk Bajulmati Dengan

Menggunakan Program Linear. Skripsi.

Teknik Sipil. Institut Teknologi Surabaya.

[2] Deny, S., (2013). Waduk Bajulmati Siap

Alirkan Air Mulai 2014.

www.liputan6.com 19 Juli 2013 Diakses

tanggal 2 Agustus 2014

[3] Wibagiyo, A. Indroyono, P. Bungkus, dan

Haryono (1998), Penentuan Lokasi

Rembesan pada Dasar Bendungan dengan

Teknik Radioisotopdi Bendungan

Ngancar, Wonogiri. Penelitian dan

Pengembangan Aplikasi Isotop dan

Radiasi. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi,

BATAN.

[4] Susilo, A., A. Rachmansyah, Irwan, F.

Rakhmanto dan Y. Sulistyono (2013),

Detection of seepage patterns direction in

the Bajulmati Dam, Banyuwangi,

Indonesia using geoelectrical method,

Schlumberger and dipole dipole

configuration. Proceeding 3rd Annual

Basic Science International Conference

(BaSIC) 2013. Fakultas MIPA.

Universitas Brawijaya Malang.

[5] Burger, Henry Robert (1992), Exploration

of the Shallow Subsurface. Prentice Hall,

New Jersey.

[6] Telford, W. M, Geldart L. P., dan Sheriff

R. E. (1990), Applied Geophysics.

Cambridge University Press. New York

[7] Waduk Bajulmati Situbondo Banyuwangi

Jawa Timur. http://loketpeta.pu.go.id.

Diakses tanggal 17 Desember, 2013.

[8] Palgunadi, Salman dan Y. Hidayat (2000),

Laporan Penyelidikan Magnet G. Inelika,

Gou Flores. Direktorat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi. Bandung.

[9] Blakely, R.J. (1995), Potential Theory in

Gravity and Magnetic Applications.

Cambridge University Press. New York.

[10] Oasis Montaj (2007), Oasis Montaj

Version 6.4.2 (HJ). Geosoft, Inc.

[11] Musyafak, Z. Dan Bagus, J. S. (2007),

Interpretasi Metode Magnetik untuk

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Di

Sekitar Gunung Kelud Kabupaten Kediri.

Pascasarjana Fisika-FMIPA. Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.