PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI...

101
PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM MANGROVE DI AREAL PERANGKAP SEDIMEN-PESISIR CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI...

Page 1: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM

MANGROVE DI AREAL PERANGKAP SEDIMEN-PESISIR

CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN

TYAS AYU LESTARI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD
Page 3: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pendugaan Simpanan

Karbon Organik Ekosistem Mangrove di Areal Perangkap Sedimen-Pesisir Cagar

Alam Pulau Dua Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Tyas Ayu Lestari

NIM P052130211

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan

pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

RINGKASAN

TYAS AYU LESTARI. Pendugaan Simpanan Karbon Organik Ekosistem

Mangrove di Areal Perangkap Sedimen-Pesisir Cagar Alam Pulau Dua Banten.

Dibimbing oleh M. YANUAR J. PURWANTO dan IETJE WIENTARSIH.

Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) merupakan kawasan lindung yang tengah

dipertahankan keberadaannya. Sejak terjadinya perubahan iklim, ancaman

kenaikan muka air laut mulai terjadi di kawasan pesisir CAPD. Tahun 2009,

masyarakat dan LSM/ NGO disana melakukan upaya perlindungan pesisir dengan

memasang perangkap sedimen dari jaring ikan. Upaya tersebut mengalami

beberapa kali pemasangan dengan bentuk perangkap yang berbeda, yaitu jaring

ikan, pagar bambu, dan terakhir karung yang berisi pasir ditumpuk menyerupai

benteng. Upaya pemasangan perangkap sedimen berhasil melindungi pesisir dan

hutan mangrove CAPD dari ancaman kenaikan muka air laut dan abrasi.

Keuntungan lain yang dirasakan dari pemasangan perangkap sedimen

adalah terbentuknya tanah timbul yang kemudian ditumbuhi vegetasi mangrove

jenis Avicennia marina secara alami. Kondisi tanah timbul yang semakin stabil

berpotensi menyimpan sejumlah karbon organik pada tanah timbul yang berupa

sedimen maupun pada vegetasi mangrove yang tumbuh di sana. Karbon yang

tersimpan pada sedimen dan vegetasi mangrove di sana dapat membantu

menurunkan laju emisi gas rumah kaca (GRK) dalam rangka mengurangi

pemanasan global akibat perubahan iklim. Berdasarkan fakta tersebut, tujuan

penelitian adalah 1) menghitung jumlah total simpanan karbon (karbon vegetasi

Avicennia marina dan sedimen) di area perangkap sedimen; 2) menentukan

persamaan alometrik untuk menduga biomassa dan massa karbon Avicennia marina

yang tumbuh di area perangkap sedimen; dan 3) menentukan strategi pengelolaan

perangkap sedimen agar sedimen dan vegetasi mangrovenya tetap terjaga.

Pengambilan sampel di lakukan di Pesisir CAPD, Kota Serang, Provinsi

Banten sedangkan proses analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu

Fakultas Kehutanan IPB dan Laboratorium Kimia Balittanah-Cimanggu Bogor.

Penelitian dilakukan selama 8 bulan, yaitu sejak bulan Februari sampai September

2015. Proses pengambilan sampel sedimen dengan pengeboran berdasarkan

gradien kedalaman, yaitu 0-10 cm, 10-50 cm, 50-100 cm, 100-200 cm, 200-300

cm, dan 300-400 cm di 12 titik sampling. Sampel vegetasi diambil secara

destruktif (mencabut seluruh bagian pohon) berdasarkan gradien ketinggian

(tinggi total pohon), yaitu 0-100 cm, 101-200 cm, 201-300 cm, dan 301-400 cm

sebanyak 30 pohon. Seluruh sampel sedimen dianalisis dengan melakukan

serangkaian uji, yaitu uji penentuan Bulk Density (BD), kadar C-organik tanah (%

C-organik), dan berat kering sampel. Seluruh sampel vegetasi dianalisis dengan

melakukan serangkaian uji, yaitu penentuan kadar air, berat kering tanur (BKT)

atau biomassa, kadar zat terbang, kadar abu, dan % C-organik. Seluruh informasi

yang diperoleh digunakan untuk memperoleh nilai simpanan karbon. Informasi

nilai biomassa dan massa karbon dari vegetasi Avicennia marina yang diperoleh

dari hasil perhitungan aktual di laboratorium selanjutnya digunakan untuk

mencari model persamaan alometriknya. Model yang dibangun terdiri dari dua

jenis, yaitu model regresi linier sederhana ( Y = a+ bx) dan model logaritmik

linier (log Y = a + b Log x) dengan satu dan dua variabel. Variabel yang

Page 5: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

dimaksud adalah tinggi total (Tt) sebagai x1 dan diameter setinggi dada/ DBH

sebagai x2. Model persamaan alometrik yang dibangun sebanyak 40 model, 20

model dalam bentuk regresi linier sederhana dan 20 model lainnya merupakan

model dalam bentuk logaritmik linier untuk menduga biomassa. Model persamaan

allometrik untuk menduga massa karbon dikerjakan sama seperti mencari model

persamaan allometrik untuk biomassa. Analisis terakhir dalam penelitian ini

adalah mencari strategi pengelolaan perangkap sedimen di lokasi tersebut

menggunakan teknik strentghs, weaknesses, opportunities, and threats atau

SWOT. Teknik tersebut pada dasarnya mencari faktor dan faktor eksternal yang

kemudian dilakukan pembobotan dan rating untuk memperoleh skor atau total

nilai dari masing-masing faktor. Hasil akhirnya akan diketahui kondisi eksisting

di lokasi penelitian serta strategi yang tepat untuk mengelola perangkap sedimen

disana.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ekosistem mangrove yang

berada di areal yang dipasang perangkap sedimen mampu menyimpan karbon

total sebanyak 158.55 ton C atau 180.17 ton C/ha. Vegetasi mangrove menyimpan

sebesar 31.52 ton C atau 35.82 ton C/ha dan dari sedimen menyimpan sebesar

127.03 ton C atau 144.35 ton C/ha. Total emisi karbondioksida (CO2) yang dapat

diserap sebanyak 581.88 ton CO2 atau 661.22 ton CO2/ha. Persamaan alometrik

terpilih untuk menduga biomassa Avicennia marina yang memiliki tinggi total 0-

500 cm dan diameter batang ≤ 5 cm adalah Log Y = -7.42 + 1.79 (Log Tt) + 0.264

(Log DBH). Persamaan terpilih untuk menduga biomassa akar, batang, cabang,

dan daun, yaitu Log Yakar = -8.37 + 1.94 (Log Tt), Log Ybatang = -8.83 + 1.99 (Log

Tt) + 0.419 (Log DBH), Log Ycabang = -8.63 + 2.01 (Log Tt), dan Log Ydaun = -

7.73 + 1.63 (Log Tt). Persamaan alometrik terpilih untuk menduga massa karbon

Avicennia marina yang memiliki tinggi total 0-500 cm dan diameter batang ≤ 5

cm adalah Log Y = -8.20 + 1.92 (Log Tt) + 0.327 (Log DBH). Persamaan

alometrik untuk massa karbon akar, batang, cabang, dan daun adalah Log Yakar = -

9.11 + 2.04 (Log Tt), Log Ybatang = -8.89 +2.06 (Log Tt) + 0.467 (Log DBH), Log

Ycabang = -9.41 + 2.13 (Log Tt), dan Log Ydaun = -8.46 + 1.64 (Log Tt).

Posisi pengelolaan perangkap sedimen saat ini berada pada kuadran IV,

yaitu pada kondisi stabilitas (hati-hati). Kondisi ini menunjukkan bahwa strategi

pemasangan perangkap sedimen di lokasi penelitian sudah tepat untuk meredam

bencana (abrasi, gelombang tinggi, dan rhob) seperti tujuan awal pemasangannya.

Namun, masih diperlukan upaya penguatan dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada untuk mengurangi ancaman yang muncul. Penguatan tersebut

tertuang dalam strategi pengelolaan Weaknesses-Threats (W-T) melalui

pembuatan tata aturan yang jelas tentang batasan wilayah tanah timbul hasil

pemasangan perangkap sedimen, kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove di

lokasi penelitian, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya

ekosistem pesisir dalam meredam berbagai bencana.

Kata kunci: Avicennia marina, akresi sedimen, biomassa karbon, model

alometrik, strategi stabilitas

Page 6: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

SUMMARY

TYAS AYU LESTARI. Estimation of The Ecosystem Mangrove Carbon

Organic Storage in Sediment Trap Area-Pulau Dua Nature Reserve Banten.

Superviseds by M.YANUAR J. PURWANTO and IETJE WIENTARSIH.

Pulau Dua Nature Reserve (CAPD) is a protected area that is the center

maintained. Several years since the threat of sea level rise due to climate change

began to occur in coastal CAPD. In 2009, society and non gouverment

organisation (NGO) there efforts coastal protection by installing sediment traps

from fishing nets. Sediment traps undergone several modification, that is fishing

nets, bamboo fence, and the sack filled with sands stacked to resempble a fortress.

These efforts succeeded protecting coastal CAPD and mangrove forest from the

threat sea level rise and abrasion.

Another advantages of sediment traps is formed accretion area. The

accretion area overgrown Avicennia marina naturally. Accretion area (sediment)

and mangrove vegetation (Avicennia marina) potentially save carbon storage.

Carbon storage at the sediment and mangrove vegetation can help lower emisis

the greenhouse (GHG) to reduce global warming due to climate change. Based on

the fact, the research has been done with the aims to 1) calculate the total carbon

storage from vegetation mangrove Avicennia marina and sediment in the sediment

traps area; 2) determine the allometric equations model for estimating biomass

and carbon mass Avicennia marina in the sediment traps area; and 3) determine

the sediment traps management strategies based on research result.

The research was conducted at the coastal CAPD and sample analysis was

conducted at the Laboratory Kimia Kayu Forestry Faculty of Bogor Agricultural

University and Laboratory Kimia Tanah-Cimanggu Bogor from February to

September 2015. Sediment sample taken by drilled based on depth gradient,

which is 0-10 cm, 10-50 cm, 50-100 cm, 100-200 cm, 200-300 cm, and 300-400

cm at 12 sampling points. Avicennia marina sample taken by destructive sampling

(removing all parts of tree) based height gradient, which is 0-100 cm, 101-200 cm,

201-300 cm, 301-400 cm, and 401-500 cm. Vegetation sample taken as many as

30 trees. The sediment samples were analyzed by several test, which is the

determination of bulk density (BD) test, determination of soil organic (% C-

organic), and dry weight of the samples. The vegetation samples were analyzed by

several tests, which is determination of moisture content, dry weight or biomass,

volatile matter content, ash content, and % C-organic. All the information then

analyzed to obtained the value of carbon storage both in sediments and mangrove

vegetation. The information of biomass and carbon mass of vegetation Avicennia

marina obtained from laboratory then used to find of allometric equation models.

Allometric equation models were constructed consisting of two types models, that

is linier regression models (Y = a + bx) and logarithmic linier models (Log Y = a

+ b Log x) with one or two variables. The variables is total height (Tt) as x1 and

diameter breast hight (DBH) as x2. Allometric equation models were built as

many as 40 models, 20 models of simple linier regression models and 20 others

are logarithmic linier models for estimating biomass. Allometric equation models

to estimate the carbon mass did same as looking for biomass models. Having

known all the information about carbon storage and allometric equation models,

Page 7: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

then analyzed to look for sediment traps management strategies. Analysis was

performed using strength, weaknesses, opportunities, and threats techcnique or

SWOT. The technique is basically looking for internal (strengths and weaknesses)

and external factors (opportunities and threats). After further the internal and

external factor were known to be weight and ratting to got score or total value of

each factors. The last will be known the best of strategies to manage the mangrove

ecosystem at the sediment trap.

The research result revealed that: 1) mangrove ecosystems at the sediment

traps can stored as much total carbon 158.55 tons C or 180.17 tons C/ha.

Mangrove vegetation can stored 31.52 tons C or 35.82 tons C/ha and sediment

can stored 127.03 tons C or 144.35 tons C /ha. Total emissions of carbon dioxide

(CO2) which can be absorbed as much as 581.88 tons of CO2 or 661.22 tons of

CO2/ha. Allometric equations for estimating biomass elected Avicennia marina

which has a total of 0-500 cm height and trunk diameter ≤ 5 cm is Log Y = -7.42

+ 1.79 (Log Tt) + 0.264 (Log DBH). The equation was chosen to estimate the

biomass of roots, trunk, branches, and leaves are Log Yroots = -8.37 + 1.94 (Log

Tt), Log Ytrunk = -8.83 + 1.99 (Log Tt) + 0.419 (Log DBH), Log Ybranches = -8.63 +

2.01 (Log Tt), and Log Yleaves = -7.73 + 1.63 (Log Tt). Allometric equation was

chosen to estimate the mass of carbon Avicennia marina which has a total of 0-

500 cm height and trunk diameter ≤ 5cm is Log Y = -8.20 + 1.92 (Log Tt) + 0.327

(Log DBH). Allometric equations for the carbon mass of roots, trunk, branches

and leaves are Log Yroots= -9.11 + 2:04 (Log Tt), Log Ytrunk = -8.89 +2.06 (Log Tt)

+ 0467 (Log DBH), Log Ybranches = -9.41 + 2.13 (Log Tt), and Log Yleaves = -8.46

+ 1.64 (Log DBH).

Now, the position of the management of sediment traps are in quadrant IV,

namely the stability condition (be careful). This condition indicates that the

strategy of trapping sediment in the study site was appropriate for reducing

disasters (abrasion, high waves, and rhob) as the original purpose of installation.

However, it still needs strengthening in a way to minimize the weaknesses that

exist to mitigate emerging threats. Strengthening is contained in management

strategies Weaknesses-Threats (W-T) through the creation of system clear rules

on the restriction of land arising results trapping sediment, policy management of

mangrove ecosystems in the study site, as well as increased public awareness of

the importance of coastal ecosystems in reducing disasters.

Keywords : Avicennia marina, accretion of sediment, carbon biomass, allometric

models, strategies stability

Page 8: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk

kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan

tersebut tidak merugikan kepentingan IPB,

Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis ini dalam bentuk apap pun tanpa izin IPB.

Page 9: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM

MANGROVE DI AREAL PERANGKAP SEDIMEN PESISIR

CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN

TYAS AYU LESTARI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 10: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Widiatmaka, DEA.

Page 11: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD
Page 12: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD
Page 13: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan

ridho-Nya maka pelaksanaan penelitian serta penulisan karya ilmiah yang

berjudul Simpanan Karbon Ekosistem Mangrove di Areal Perangkap Sedimen

Pesisir Cagar Alam Pulau Dua Banten dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, M.S dan Prof. Dr. Dra. Ietje Wientarsih,

Apt. M.Sc selaku komisi pembimbing atas semua arahan, bimbingan, dan

segala bentuk dukungannya kepada penulis.

2. Dr. Ir. Widiatmaka, DEA selaku penguji luar komisi dan Prof. Dr. Ir.

Erliza Noor selaku perwakilan dari Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan (PSL) dan juga selaku pimpinan sidang ujian tesis atas

saran dan masukan bagi penulis dan perbaikan karya ilmiah ini.

3. Seluruh dosen dan staf Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Daya

Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB atas semua dukungan

dan bantuannya selama penulis melaksanakan studi.

4. Direktur Wetlands International Indonesia (WII), Bapak I Nyoman

Suryadiputra atas ijin dan bantuannya untuk pelaksanaan penelitian di

lokasi kerja WII.

5. Kedua orang tua dan mertua: Ayahanda Ujang Sukanta dan Ibunda

Nuryati, Ayahanda Asep Rahmat dan Ibunda Wawat Suparti, Adinda

Irmayanti serta seluruh keluarga yang turut membantu dukungan moril

dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

6. Suami Aswin Rahadian, dan ananda Ashagiselva Tasmira Rahadian atas

segala doa, bantuan, dan semangat selama penyusunan karya ilmiah dari

awal sampai akhir.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan PSL IPB angkatan 2013 atas segala

kebersamaan, kekompakan, persahabatan, dan kekeluargaannya.

8. Pihak-pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan studi, penelitian,

dan penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Bogor, Maret 2016

Tyas Ayu Lestari

Page 14: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Mangrove 6

Mangrove Jenis Avicennia marina 7

Sedimen 8

Perangkap Sedimen 9

Biomassa dan Massa Karbon Mangrove 11

Persamaan Alometrik untuk Menduga Biomassa dan Massa Karbon pada

Mangrove 12

3 METODE 13

Waktu dan Lokasi Penelitian 13

Alat dan Bahan 14

Metode Pengumpulan Data 15

Metode Analisis Data 16

4 GAMBARAN UMUM 23

Kondisi Umum 23

Sejarah Tanah Timbul 29

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Simpanan Karbon Vegetasi Avicennia marina 30

Simpanan Karbon pada Sedimen 46

Strategi Pengelolaan Perangkap Sedimen 51

6 SIMPULAN DAN SARAN 60

Simpulan 60

Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 67

RIWAYAT HIDUP 81

Page 15: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

DAFTAR TABEL

1 Berbagai persamaan alometrik untuk menduga biomassa vegetasi

mangrove 13

2 Contoh tabel IFAS/ EFAS dalam analisis swot 22

3 Matriks analisis SWOT untuk strategi pengelolaan perangkap sedimen 23

4 Hasil analisis kualitas air secara in-situ di sekitar lokasi penelitian 28

5 Jumlah vegetasi Avicennia marina dan luasannya di lokasi penelitian 32

6 Kadar air Avicennia marina di lokasi penelitian 33

7 Biomassa Avicennia marina dalam satu pohon 33

8 Kadar zat terbang Avicennia marina a di lokasi penelitian 36

9 Kadar abu Avicennia marina di lokasi penelitian 36

10 Kadar C-organik Avicennia marina di lokasi penelitian 38

11 Massa karbon Avicennia marina dalam satu pohon 38

12 Hasil perhitungan biomassa Avicennia marina menggunakan

persamaan alometrik terpilih 44

13 Hasil perhitungan biomassa Avicennia marina a menggunakan

berbagai persamaan alometrik 44

14 Perbandingan hasil biomassa dengan berbagai persamaan

alometrik berdasarkan selang ketinggian 44

15 Perbandingan hasil biomassa dengan berbagai persamaan

alometrik berdasarkan setiap bagian Avicennia marina 44

16 Hasil perhitungan massa karbon Avicennia marina menggunakan

persamaan alometrik terpilih 45

17 Hasil perhitungan massa karbon Avicennia marina menggunakan

berbagai persamaan alometrik 45

18 Perbandingan hasil massa karbon dengan berbagai persamaan

alometrik berdasarkan selang ketinggian 46

19 Perbandingan hasil massa karbon dengan berbagai persamaan

alometrik berdasarkan setiap bagian Avicennia marina 46

20 Hasil analisis bulk density, % C-organik, dan massa karbon sedimen

di lokasi penelitian 48

21 Matriks faktor internal strategi pengelolaan perangkap sedimen 52

22 Matriks faktor eksternal strategi pengelolaan perangkap sedimen 55

Page 16: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 5

2 Contoh perangkap sedimen dengan struktur keras 10

3 Penjerapan sedimen menggunakan perangkap sedimen berstruktur 10

4 Perangkap sedimen dari jaring ikan 14

5 Perangkap sedimen dari pagar bambu 14

6 Perangkap sedimen dari karung berisi pasir 15

7 Peta sebaran titik pengambilan sampel sedimen 16

8 Matriks internal-eksternal 22

9 Lokasi penelitian berupa tanah timbul hasil perangkap sedimen 24

10 Foto udara area perangkap sedimen yang ditumbuhi Avicennia marina 25

11 Hamparan pantai berlumpur hasil perangkap sedimen di pesisir CAPD 26

12 Pola arus permukaan wilayah Teluk Banten 26

13 Material sedimen yang terangkut oleh arus sejajar pantai 27

14 Peta distribusi kelas tinggi vegetasi Avicennia marina 32

15 Biomassa total Avicennia marina yang tumbuh di lokasi penelitian 34

16 Massa karbon total Avicennia marina yang tumbuh di lokasi penelitian 38

17 Hubungan tinggi total dengan biomassa total 40

18 Hubungan tinggi total dengan massa karbon total 41

19 Hubungan DBH dengan biomassa total 41

20 Hubungan dDBH dengan massa karbon total 41

21 Peta penyebaran sedimen yang terperangkap berdasarkan kelas 47

22 Simpanan karbon pada sedimen di lokasi penelitian 51

23 Hasil analisis matriks internal-eksternal (IE matrix) 57

24 Strategi yang dipakai dalam pengelolaan ekosistem mangrove di area 58

Page 17: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perangkap sedimen di lokasi penelitian dari tahun 2011-2014 68

2 Persamaan alometrik untuk menduga biomassa Avicennia marina

berdasarkan kelas ketinggian 68

3 Persamaan alometrik untuk menduga biomassa Avicennia marina

berdasarkan bagian tumbuhan 69

4 Persamaan alometrik untuk menduga massa karbon

Avicennia marina berdasarkan kelas ketinggian 69

5 Persamaan alometrik untuk menduga massa karbon

Avicennia marina berdasarkan bagian tumbuhan 70

6 Matriks W-T (Weaknessess-Threats) strategi pengelolaan perangkap

sedimen di lokasi penelitian 71

7 Data dan hasil analisis bagian akar dari Avicennia marina 72

8 Data dan hasil analisis bagian batang dari Avicennia marina 72

9 Data dan hasil analisis bagian cabang dari Avicennia marina 73

10 Data dan hasil analisis bagian daun dari Avicennia marina 74

11 Hasil analisis biomassa. massa karbon, dan serapan karbondiokasida (CO2) 75

12 Data dan informasi sedimen/ substrat lumpur 75

13 Hasil analisis bulk density (BD) dan % c-organik sedimen/ substrat lumpur 77

14 Pengambilan sampel sedimen dan vegetasi Avicennia marina 78

15 Analisis sampel di laboratorium 79

1

Page 18: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD
Page 19: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD
Page 20: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD
Page 21: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan iklim menjadi isu yang berkembang dengan cepat dan

mempengaruhi kebijakan global dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Perubahan

iklim merupakan perubahan pada unsur-unsur iklim, baik karena variabilitas alam

atau akibat aktifitas manusia dalam kurun waktu yang panjang (IPCC 2001).

Perubahan iklim disebabkan oleh parameter iklim yang berubah, khususnya suhu

udara dan curah hujan yang terjadi antara jangka waktu lima puluh sampai seratus

tahun. Perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan antropogenik melalui

pemakaian bahan bakar fosil dan alih fungsi lahan. Perubahan iklim menyebabkan

kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi yang dipicu oleh kenaikan konsentrasi

gas rumah kaca (GRK) di atmosfer seperti karbondioksida (CO2) dan metana

(CH4) sehingga terjadi pemanasan global. Pemanasan global terjadi akibat adanya

efek rumah kaca karena menyerap cahaya infra-merah yang dipantulkan balik

oleh bumi dari matahari. Panas yang terperangkap ini selanjutnya menyebabkan

peningkatan suhu bumi (Widiatmaka 2013).

Robert (2011) dalam Widiatmaka (2013) menyatakan bahwa gas CO2

memberikan kontribusi yang paling besar terhadap efek rumah kaca. Konsentrasi

CO2 di atmosfer ditambah dengan kemampuan memanaskannya maka CO2

memberikan sumbangan sekitar 55%. Komponen GRK lain yang mengisi

atmosfer adalah metana sebanyak 17%, nitrat oksida 7%, dan gas-gas lain

termasuk chlorofluorocarbon (CFC) sebesar 21%. Karbondiokasida juga memiliki

peranan penting dalam kaitannya dengan siklus karbon. Karbon di atmosfer

digunakan dalam proses fotosintesis untuk membuat bahan makanan baru bagi

tanaman. Secara global. Hal tersebut merupakan transfer karbon secara besar-

besaran dari atmosfer ke bagian lain, yaitu tanaman. Proses fotosintesis ini dapat

menyerat 120 PG C/tahun dari atmosfer dan kurang lebih 610 PGC dapat

disimpan dalam tanaman dalam kurun waktu tertentu. Selain dalam proses

fotosintesis, karbon di dunia juga tersimpan dalam beberapa kantong karbon

(carbon pool), diantaranya kerak bumi, laut, atmosfer, dan ekosistem darat

(terestrial). Karbon di atmosfer merupakan kantong karbon yang memiliki peran

paling penting dalam menjaga kestabilan suhu bumi karena karbon di atmosfer

sangat peka terhadap perubahan. Kepekaan tersebut akan berimbas pada efek

rumah kaca dan perubahan iklim. Karbon yang tersimpan di atmosfer sebanyak

750 PGC sedangkan karbon yang tersimpan pada kerak bumi, laut, dan ekosistem

darat berturut-turut sebesar 1x108 PGC, 3.8x10

4 PGC, dan 1.5x10

3 PGC. Selain di

atmosfer, simpanan karbon yang tak kalah penting berada pada ekosistem darat

karena akan mempengaruhi laju percepatan emisi karbon ke atmosfer jika tidak

dijaga dengan baik. Perubahan sedikit saja terutama jumlah yang diemisikan lebih

besar dibandingkan yang tersimpan akan mempengaruhi suhu permukaan bumi

dan pada akhirnya kebijakan global juga akan berubah. Berbeda dengan karbon

pada kerak bumi dan lautan yang lebih banyak tersimpan di bagian dasar sehingga

potensi penyimpanannya lebih besar dibandingkan pelepasannya karena berada

pada kedalaman yang tinggi (dasar kerak bumi dan lautan).

Terkait hal tersebut pada pertemuan COP (Conferences of The Parties) 15

Page 22: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

2

UNFCC (United Nation Framework Convention on Climate Change) di

Copenhagen pada Desember 2009, Indonesia mengumumkan komitmennya untuk

mengurangi emisi karbon hingga 26% sampai tahun 2020 dengan upaya sendiri

atau 41% dengan bantuan internasional. Komitmen Indonesia tersebut tertuang

dalam Pepres Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Perpres Nomor 71 Tahun 2011 Tentang

Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional. Pertimbangan untuk menurunkan

GRK didasarkan kepada posisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap

berbagai bencana diantaranya diakibatkan oleh perubahan iklim. Berbagai

bencana tersebut sudah dirasakan oleh masyarakat yang berada di daerah pesisir

terutama kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut merupakan ancaman

yang paling berbahaya karena menyebabkan peningkatan potensi banjir rhob dan

erosi pantai.

Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) merupakan kawasan lindung seluas 30 ha

dan sebagian besar wilayahnya merupakan hutan mangrove. Ancaman paling

tinggi bagi keberadaan hutan mangrove disana adalah kenaikan muka air laut.

Hasil analisis Sualia (2011) menunjukkan bahwa pada kenaikan air laut setinggi

50 cm maka kawasan CAPD akan terendam kurang lebih seluas 10 ha. Ancaman

kenaikan muka air laut akan sangat dirasakan ketika musim angin barat (sekitar

bulan Januari-Maret) karena kawasan pesisir CAPD akan mengalami

penggerusan dan luasannya sedikit demi sedikit berkurang. Padahal, hutan

mangrove disana memberikan banyak manfaat bagi kesatuan ekosistem

mangrove, diantaranya sebagai benteng pertahanan pesisir dan habitat berbagai

keanekaragaman hayati, khususnya burung air. Jika keberadaan ekosistem

mangrove di CAPD terganggu maka ketahanan pesisir terhadap berbagai bencana

perubahan iklim akan berkurang.

Berdasarkan pengalaman yang terjadi hampir setiap tahun, pada tahun

2011, masyarakat dan Kelompok Pecinta Alam Pesisir Pulau Dua (KPAPPD)

bekerja sama dengan Wetlands International Indonesia (WII) dan Yayasan Lahan

Basah Indonesia (YLBI) mulai membuat perangkap sedimen untuk melindungi

keberadaan ekosistem mangrove di CAPD dari ancaman kenaikan muka air laut.

Perangkap dibuat untuk melindungi pesisir CAPD dan hutan mangrove yang

tumbuh disana. Selain itu, pemasangan perangkap sedimen secara tidak langsung

akan melindungi ekosistem yang berada di belakang CAPD seperti kawasan

tambak dan pemukiman. Perangkap sedimen yang dibuat mengalami beberapa

kali perubahan karena berbagai alasan terutama disebabkan oleh kejadian alam.

Awalnya, perangkap sedimen dibuat dari jaring ikan namun tidak bertahan lama

karena hanyut terbawa gelombang. Selanjutnya, perangkap sedimen dibuat dari

pagar bambu. Pagar tersebut menyerupai benteng yang bersifat permeabel

sehingga air laut dapat keluar masuk ketika terjadi pasang dan surut sehingga

proses fisiologi pada hutan mangrove tetap terjadi. Teknik tersebut cukup berhasil

sehingga banyak sedimen yang terperangkap dan mulai ditumbuhi oleh vegetasi

Avicennia marina secara alami sekitar tahun 2012. Untuk melindungi vegetasi

mangrove yang tumbuh, perangkap sedimen kemudian dipagari dengan karung

berisi pasir.

Hasil dari pemasangan perangkap sedimen menunjukkan bahwa kondisi

pesisir CAPD mulai terlindungi dan sedimen disana mulai stabil. Ketika musim

angin barat datang maka sedimen atau tanah timbul berupa lumpur yang berada di

Page 23: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

3

pesisir tidak ikut tergerus gelombang. Selain itu, hutan mangrove yang berada di

CAPD juga ikut terlindungi. Dampak lain yang dirasakan dari tanah timbul yang

sudah stabil tersebut mulai ditumbuhi vegetasi Avicennia marina secara alami.

Dampak tidak langsung yang dirasakan dari pemasangan perangkap sedimen

berupa jasa lingkungan, yaitu sejumlah karbon yang berasal dari vegetasi

mangrove dan sedimen yang terperangkap mulai tersimpan. Hasil penelitian

Donato et al. (2012) menunjukkan bahwa ekosistem mangrove merupakan salah

satu hutan yang menyimpan karbon paling tinggi di kawasan tropis, yaitu sekitar

1.023 Ton C/ha atau setara dengan 3.751 Ton CO2/ha. Hasil tersebut diperoleh

dari pengukuran biomassa pohon, kayu mati, dan kandungan karbon tanah di 25

hutan mangrove sepanjang kawasan Indo-Pasifik. Sumber karbon ekosistem

mangrove di Indo-Pasifik dua kali lebih tinggi dibandingkan hutan dataran tinggi

di daerah tropis dan sub-tropis. Page et al. (2010) dan Hooijer et al. (2006) dalam

Kauffman dan Donato (2012) menyatakan bahwa proporsi terbesar dari sumber

karbon ini berasal dari karbon di bawah permukaan tanah (belowground). Tanah

yang terdapat pada ekosistem mangrove kaya akan bahan organik dan sangat

rentan melepaskan GRK jika terganggu. Jika mereka terdegradasi maka akan

berpotensi mengemisikan karbon. Deforestasi mangrove diperkirakan

menyebabkan emisi sebesar 0.02-0.12 Pg karbon/tahun yang setara dengan 10%

emisi dari deforestasi global.

Sampai saat ini, penelitian mengenai simpanan karbon organik pada

ekosistem mangrove di area perangkap sedimen belum pernah dilakukan.

Berbagai penelitian simpanan karbon lebih banyak berada pada kawasan inti

mangrove baik pada vegetasinya saja maupun pada sedimennya saja secara

terpisah. Isu penelitian simpanan karbon pada area perangkap sedimen sangat

menarik dikarenakan oleh tujuan utama dari pemasangan adalah untuk

melindungi hutan mangrove dan pesisir di CAPD. Namun, pada akhirnya

pemasangan perangkap sedimen tersebut memberikan manfaat penting lainnya

berupa jasa lingkungan yang dapat membantu dalam mengurangi emisi GRK

secara langsung dan secara tidak langsung membantu pemerintah RI

merealisasikan komitmennya mengurangi emisi GRK global. Informasi yang

dihasilkan dapat menjadi kajian baru bagi ilmu pengetahuan dalam rangka upaya

pengurangan emisi GRK sekaligus mitigasi perubahan iklim di wilayah pesisir.

Selain itu, informasi yang dihasilkan dapat dijadikan pertimbangan dalam

menentukan kegiatan rehabilitasi di daerah pesisir menggunakan teknik yang

sama dengan kondisi lingkungan yang menyerupai Teluk Banten dengan manfaat

yang lebih besar.

Perumusan Masalah

Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) merupakan kawasan lindung yang tengah

dipertahan keberadaannya. Beberapa tahun terakhir sejak terjadinya perubahan

iklim ancaman kenaikan muka air laut mulai terjadi di kawasan pesisir CAPD.

Ancaman tersebut dapat mengganggu keberadaan dan kelangsungan mata rantai

kehidupan pada ekosistem mangrove disana. Masyarakat dan beberapa LSM

disana melakukan upaya perlindungan pesisir dengan memasang perangkap

sedimen dari jaring ikan pada tahun 2011 sebagai upaya melakukan perlindungan

Page 24: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

4

di sana. Upaya tersebut tidak bertahan lama karena perangkap sedimen dari bahan

jaring ikan tidak sanggup menahan gelombang air laut yang tinggi kemudian

hilang. Perangkap sedimen selanjutnya dibuat dari bahan bambu yang dipasang

menyerupai pagar. Perangkap sedimen dari bambu bersifat permeabel sehingga air

laut saat pasang surut dapat keluar masuk areal yang dipasang perangkap sedimen

serta hutan mangrove yang berada di CAPD. Upaya tersebut cukup berhasil

karena areal pesisir CAPD mulai terlindungi dari ancaman kenaikan muka air laut

dan abrasi. Untuk lebih melindungi kondisi tersebut, selanjutnya perangkap

sedimen dilindungi oleh karung berisi pasir yang ditumpuk menyerupai benteng.

Keuntungan langsung yang dirasakan selama kurun waktu kurang lebih 3

tahun adalah kondisi pesisir CAPD mulai stabil dan sedimen yang terperangkap

mulai ditumbuhi vegetasi Avicennia marina secara alami. Kondisi tersebut

berpotensi menyimpan sejumlah karbon organik, baik yang berasal dari vegetasi

maupun dari sedimen. Keuntungan secara tidak langsung tersebut dapat

berkontribusi pada penurunan emisi GRK dimana berdasarkan hasil penelitian

Donato et al. (2012), hutan mangrove mampu menyimpan karbon 8-10 kali lebih

tinggi dibandingkan tipe hutan lainnya. Sampai saat ini, penelitian yang berfokus

pada perhitungan simpanan karbon organik pada ekosistem mangrove di areal

yang dipasang perangkap sedimen belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah

adalah perhitungan simpanan karbon pada vegetasi mangrove jenis tertentu

(aboveground carbon) dan karbon tanah secara terpisah (belowground carbon).

Oleh karena itu, isu ini menarik jika diteliti karena diharapkan dapat menjadi

informasi baru bagi ilmu pengetahuan. Selain itu, hasil yang diperoleh diharapkan

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi mitigasi

perubahan iklim terutama yang berhubungan dengan perlindungan pesisir dan

ekosistem mangrove (Gambar 1), Melalui penelitian ini diharapkan dapat

menjawab beberapa pertanyaan penelitian dianataranya adalah

1. Berapa jumlah total simpanan karbon (karbon vegetasi Avicennia marina

dan sedimen) di area perangkap sedimen?

2. Bagaimana persamaan alometrik untuk menduga biomassa dan massa

karbon Avicennia marina yang tumbuh di area perangkap sedimen?

3. Bagaimana strategi pengelolaan perangkap sedimen agar sedimen yang

terperangkap dan vegetasi mangrove yang tumbuh di lokasi penelitian

tetap terjaga?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya

maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Menghitung jumlah total simpanan karbon organik (karbon vegetasi

Avicennia marina dan sedimen) di area perangkap sedimen.

2. Menentukan persamaan alometrik untuk menduga biomassa dan massa

karbon Avicennia marina yang tumbuh di area perangkap sedimen.

3. Menentukan strategi pengelolaan perangkap sedimen agar sedimen yang

terperangkap dan vegetasi mangrove yang tumbuh di lokasi penelitian

tetap terjaga.

Page 25: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

5

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

bagi:

1. Ilmu pengetahuan dengan memberikan referensi pendugaan dan

kuantifikasi cadangan karbon melalui pengembangan persamaan alometrik

dan melengkapi varian persamaan alometrik yang belum terakomodasi

pada persamaan alometrik yang tersedia saat ini.

2. Masyarakat dengan memberikan pemahaman akan pentingnya ekosistem

mangrove terhadap ketahanan pesisir.

3. Pemerintah dan pihak terkait dengan memberikan referensi data dan

informasi simpanan karbon pada ekosistem mangrove khususnya di area

perangkap sedimen, memberikan pembelajaran pengetahuan lokal yang

aplikatif, dan memberikan dampak penting pagi pengembangan kebijakan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup perhitungan simpanan karbon organik

pada ekosistem mangrove di area perangkap sedimen pesisir CAPD Banten.

Page 26: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

6

Simpanan karbon organik yang dihitung berasal dari vegetasi Avicennia marina

yang tumbuh alami dan sedimen/lumpur yang terjerap disana. Informasi

mengenai simpanan karbon vegetasi ditunjang oleh informasi hasil pencarian

persamaan alometrik untuk menduga nilai biomassa dan massa karbon dari

Avicennia marina. Hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk

mencari strategi paling baik untuk menjaga perangkap sedimen tersebut agar tetap

dapat melindungi pesisir secara umum dan menjaga sedimen serta vegetasi

Avicennia marina agar tetap baik secara khusus.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Mangrove

Kata mangrove berasal dari mangue (bahasa Portugis) yang berarti

tumbuhan dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil. Hutan

mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang menempati zona intertidal

dan subtropika, berupa rawa atau hamparan lumpur yang dibatasi oleh pasang

surut (Moore 1977 dalam Kordi 2012). Menurut Kartawinata (1979) dalam

Setyawan et al. (2003) hutan mangrove dalam bahasa Indonesia sering disebut

sebagai hutan bakau. Padahal, bakau adalah nama generik anggota genus

Rhizophora (Widodo 1987 dalam Setyawan et al. 2003). Hutan mangrove

merupakan sebuah sistem yang sangat produktif terdiri dari tumbuh-tumbuhan

dan hewan yang beradaptasi dengan kehidupan di sepanjang pantai. Mereka

mengekspor sejumlah detritus yang membantu kelangsungan hidup ekosistem

lepas pantai (Snedaker dan Brown 1981). Komunitas mangrove terdiri atas

tumbuhan, hewan, dan mikroba namun tumbuhan memiliki peran penting bagi

kelangsungan hidup komunitas ini.

Mangrove tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang

dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Kordi 2012). Mangrove banyak dijumpai

di daerah pesisir yang terlindungi dari gempuran ombak dan di daerah yang

landai. Mereka tidak akan tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar

dengan arus pasang surut yang kuat. Hal tersebut disebabkan oleh pada lokasi-

lokasi tersebut sulit terjadi pengendapan lumpur dan pasir yang akan menjadi

substrat tempat pertumbuhan mangrove. Mangrove akan tumbuh subur di daerah

muara sungai atau estuari yang merupakan daerah tujuan akhir berbagai partikel

organik maupun endapan lumpur yang terbawa dari hulu akibat adanya erosi

(Gunarto 2000 dalam Kastolani dan Setiawan 2013).

Tumbuhan mangrove diperkirakan berasal dari Indo-Malaysia yang

merupakan kawasan pusat keanekaragama mangrove dunia. Mangrove kemudian

tersebar ke barat hingga ke India dan Afrika Timur dan ke timur hingga ke

Amerika dan Afrika Barat. Penyebaran mangrove ke arah timur disertai

penyebarannya ke bagian utara hingga ke Jepang dan bagian selatan hingga ke

Selandia Baru. Walsh (1974) dalam Setyawan et al. (2003) membagi mangrove

menjadu dua bagian besar, yaitu mangrove di kawasan Indo-Pasifik Barat yang

meliputi wilayah Asia, India, Afrika Timur dan mangrove di kawasan Amerika-

Afrika Barat. Mangrove yang berada di kawasan Indo-Pasifik Barat lebih beragam

Page 27: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

7

karena terdiri dari lebih dari 40 spesies sedangkan yang berada di kawasan

Atlantik hanya berjumlah 12 spesies. Ekosistem mangrove di wilayah Indonesia

terpencar di beberapa daerah dan lebih banyak terpusat di Papua.

Di Indonesia, mangrove tumbuh pada berbagai substrat, seperti lumpur,

pasir, terumbu karang, dan kadang kala tumbuh pada batuan. Namun, substrat

mangrove yang paling baik adalah pantai berlumpur yang terlindung dari

gelombang dan selalu mendapat pasokan air tawar (Setyawan et al. 2003).

Substrat akan mempengaruhi pertumbuhan mangrove dan juga zonasi. Zonasi

pada mangrove dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu gelombang yang menentukan

frekuensi genangan, salinitas yang berkaitan dengan osmosis mangrove, substrat,

pengaruh darat, dan keterbukaan terhadap gelombang yang menentukan jumlah

substrat yang dapat dimanfaatkan (Sukardjo 1993 dalam Kordi 2012). Menurut

Watson (1928) dalam Anwar et al. (1984) dalam Kordi (2012) menyebutkan

bahwa zonasi mangrove dibagi menjadi lima kategori berdasarkan frekuensi air

pasang, yaitu (1) Zona yang paling dekat dengan laut banyak ditumbuhi oleh

Avicennia dan Sonneratia, (2) Zona selanjutnya berada pada substrat yang sedikit

lebih tinggi banyak ditumbuhi Bruguiera cylindrica, (3) Zona ketiga yang lebih

mengarah ke daratan banyak dihuni oleh Rhizophora, Bruguiera parviflora, dan

Xylocarpus granatum, (4) Zona terakhir yang berada semakin dekat dengan

daratan banyak dihuni oleh jenis Bruguiera gymnorrhiza, (5) Zona peralihan ke

arah daratan biasanya banyak djumpai jenis Lumnitzera racemosa, Xylocarpus

moluccencis, Intsia bijuga, Ficus retusa, rotan, pandan dan nibung pantai, serta

Oncosperma tigillaria,

Mangrove memiliki manfaat dan peran dalam kaitannya dengan ekologi

dan sosial ekonomi. Fungsi mangrove secara ekologi diantaranya menjaga kondisi

pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah

terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi

mangrove yang tidak kalah penting adalah untuk sekuestrasi karbon, membentuk

daratan baru, menjaga kealamian habitat, sebagai habitat benih ikan, udang, dan

kepiting untuk tempat mencari makan, sumber keanekaragaman biota akuatik dan

non akuatik, serta sumber plasma nutfah. Secara sosial ekonomi, mangrove

memiliki manfaat sebagai bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok,

papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan (Gunarto 2004). Ekosistem

mangrove juga memiliki memiliki manfaat berupa hasil hutan kayu, hasil hutan

non kayu, bahan pangan, sumber obat-obatan, kawasan wisata, pengambangan

ilmu dan teknologi, serta akuakultur.

Mangrove Jenis Avicennia marina

Menurut Duke et al. (2008), Avicennia marina termasuk Kingdom

Plantae, Filum Thacheophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Lamiales, Keluarga

Avicenniaceae, Genus Avicennia, dan Jenis Avicennia marina (Forsk) Vierh.

Menurut Yusuf (2010), Avicennia marina dikenal dengan sebutan pohon Api-api

(Jawa), pohon Prapat (Bali), dan Kayu Api Betina (Sumatera Selatan). Avicennia

marina banyak ditemukan dalam ekosistem mangrove yang berada paling luar

atau paling dekat dengan lautan. Jenis ini hidup dalam substrat berpasir, tanah

berlumpur agak lembek atau dangkal, sedikit mengandung bahan organik, dan

Page 28: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

8

berkadar garam tinggi (Afzal et al. 2011). Jenis ini merupakan kosmopolitan

yang terdistribusi luas di daerah pesisir tropis dan subtropis. Afrika, Asia,

Amerika Selatan, Australia, Polynesia, dan Selandia baru merupakan wilayah-

wilayah yang banyak ditemui jenis Avicennia marina.

Avicennia marina merupakan pohon yang tumbuh tegak ataupun

menyebar dan dapat mencapai ketinggian 30 meter. Jenis ini memiliki perakaran

horizontal yang rumit dan berbentuk menyerupai pensil. Bandaranayake (1999)

menyebutkan bahwa daun Avicennia marina tumbuh berhadap-hadapan,

bertangkai, berbentuk bulat telur terbalik, dan ujungnya tumpul serta memiliki

pangkal yang rata. Bagian atas permukaannya ditutupi bintik-bintik kelenjar yang

berbentuk cekung. Bagian bawah daunnya berwarna putih yang bercampur

dengan warna abu-abu muda. Selain itu, daunnya berbentuk elips, bulat

memanjang, dan bulat telur terbalik dengan ujung meruncing sampai menyerupai

bentuk bulat (Noor et al. 2006). Batangnya mengeluarkan getah dan memiliki rasa

yang pahit. Kulit kayunya memiliki warna hijau keabu-abuan dan terkelupas

sedangkan ranting muda serta tangkainya memiliki warna kuning muda dan tidak

berbulu. Bunganya berwarna kuning dengan kelopak bunga pendek dan pucat

(Bandaranayake 1999). Noor et al. (2006) menjelaskan bahwa bunganya

menyerupai trisula dan bergerombol. Bunga ini muncul di bagian tandan, berbau

menyengat, dan memiliki nektar yang banyak. Buahnya berbentuk kotak,

berkatup, berbiji dan berkecambah sebelum rontok (Bandaranayake 1999).

Avicennia marina memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai

obat untuk kulit terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayunya digunakan sebagai

alat kontrasepsi. Buahnya dapat dimakan dan kayunya dapat digunakan sebagai

bahan kertas yang memiliki kualitas tinggi. Selain itu, daunnya dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak

Sedimen

Sedimen pada ekosistem mangrove merupakan padatan tersuspensi

yang masuk ke area pesisir melalui muara sungai, pengerukan material, dan

resuspensi sedimen bagian bawah oleh gelombang dan kapal-kapal (Holeman

1968, Laronne dan Mosley 1982, Wolanski 1994 dalam Fukurawa dan

Wolanski 1996). Mekanisme sedimentasi pada area mangrove didominasi oleh

proses hidrodinamik yang merupakan bagian dari proses biologi berlawanan di

daerah lepas pantai (Ayukai dan Wolanski 1996 dalam Fukurawa dan

Wolanski 1996). Proses hidrodinamik terdapat arus sungai yang berlawanan

dan sirkulasi baroklinik serta kerusakan yang disebabkan oleh flok (Gibbs

1985, Woodroffe 1985, Dyer 1986, Wolanski et al. 1988, Wolanski 1995,

Wolanski et al. 1995, Wolanski dan Gibbs 1995, Mazda et al. 1995 dalam

Fukurawa dan Wolanski 1996).

Sedimen pada ekosistem mangrove menjadi tempat akar-akar

mangrove tumbuh. Karakteristik sedimen yang baik akan menentukan jumlah

tegakan mangrove yang dapat tumbuh dan berkembang disana. Faktor arus

ketika kondisi pasang dan surut sangat mempengaruhi terbentuknya sedimen.

Arus menentukan ukuran partikel yang terendapkan. Hal tersebut dikarenakan

ketika kondisi pasang surut yang tinggi maka pengendapan partikel debu dapat

Page 29: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

9

terhambat. Ketika pasang, ombak akan membawa partikel debu ke daerah

belakang mangrove dan ketika surut maka berbagai partikel tersebut akan

tertarik kembali bersama dengan air laut yang tertarik ke laut. Partikel pasir

akan terlebih dahulu mengendap karena ukurannya jauh lebih besar. Arus yang

kuat akan mempertahan partikel dalam suspensi lebih lama dibandingkan arus

yang lemah. Selain faktor arus, faktor letak dan lokasi kawasan mangrove juga

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya substrat (Arif 2003

dalam Indah et al. 2009).

Pada umumnya, sedimen terdiri dari unsur pasir, liat, dan debu.

Perpaduan liat dan debu akan menghasilkan tekstur sedimen yang baik

sedangkan debu yang bercampur dengan liat dan pasir akan menghasilkan

lumpur. Menurut Keersebilck (1983) dalam Indah et al. (2009), tanah-tanah

pada hutan mangrove merupakan tanah yang belum matang. Tanah mangrove

dicirikan dengan aluvial hidromorf atau tanah liat laut yang merupakan hasil

endapan. Endapan terbentuk di air yang tenang dan memiliki struktur tanah

yang sama sekali belum berkembang dan masih memiliki konsistensi lumpur

yang sangat lembek. Endapan tersebut mengandung banyak sekali partikel zat

padat yang terbawa dari aliran sungai menuju laut dan berlangsung secara

lambat. Agregasi butir tanah yang mudah terurai atau terdispersi oleh air

menyebabkan tanahnya menjadi berlumpur.

Perangkap Sedimen

Perangkap sedimen merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

melindungi garis pantai dan ekosistem pesisir yang bersifat alami maupun buatan.

Masyarakat Indonesia lebih mengenalnya sebagai alat pemecah ombak (APO).

Perangkap sedimen banyak digunakan untuk melindungi pesisir dan ekosistem

mangrove karena pada awalnya alat ini banyak digunakan untuk memecah

gelombang laut agar kekuatannya lebih kecil ketika sampai ke daratan.

Gelombang yang datang dari laut lepas akan mengalami difraksi dan refleksi

setelah mengenai perangkap sedimen ini. Ketika gelombang yang terdifraksi

datang maka kemungkinan sedimen akan terbawa ke daerah yang terlindungi.

Sementara itu, ketika galombang terefleksi maka energi gelombang akan

berkurang karena mengenai perangkap sedimen atau APO ini (Yulistiyanto 2009).

Perangkap sedimen yang bersifat alami diantaranya mangrove. Melalui

perakaran mangrove, sedimen tersuspensi masuk ke area pesisir melalui aliran

sungai lalu terjadi pengerukan material dan terjadi resuspensi sedimen bawah

permukaan melalui ombak (Holeman 1968, Laronne dan Mosley 1982, Wolanski

1994 dalam Fukurawa dan Wolanski 1996). Hutan mangrove juga diyakini

memiliki posisi yang cukup penting sebagai penjerap sedimen tersuspensi.

Mekanisme penjerapan sedimen disebabkan oleh mikro turbulensi yang tinggi

dan ditimbulkan oleh aliran pasang surut di sekitar vegetasi mangrove.

Penjerapan sedimen akan meningkatkan luasan habitat mangrove. Sistem

perakaran dan batang yang berada di atas tanah akan meningkatkan proses

pengendapan sedimen (Fukurawa dan Wolanski 1996 dalam Adame et al. 2010).

Perangkap sedimen buatan biasanya dibuat sengaja oleh manusia sebagai

bagian dari perlindungan garis pantai. Perangkap sedimen buatan terbagi menjadi

Page 30: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

10

dua macam berdasarkan strukturnya, yaitu struktur keras (hard structure) dan

struktur lunak (soft structure). Perangkap sedimen berstruktur keras terbuat dari

bahan keras, seperti semen, beton, batu, dan sebagainya. Jenis ini ini dibuat

sebagai benteng perlindungan garis pantai dari abrasi air laut. Namun, jenis ini

memiliki kekurangan yaitu ketika gelombang laut mengenai alat tersebut maka

gelombang akan menjadi lebih besar karena memantul pada struktur keras.

Akibatnya, gelombang akan membawa lebih banyak sedimen ke arah laut. Ketika

air laut mengalami kondisi pasang surut, sedimen yang terbawa ke laut tidak akan

terbawa kembali ke pantai karena terhalang oleh struktur keras tersebut.

Hamparan lumpur akan menjadi curam, membentuk cekungan dan bertebing

(Gambar 2).

Gambar 2 Contoh perangkap sedimen dengan struktur keras (LGF Team 2012)

Gambar 3 Penjerapan sedimen menggunakan perangkap sedimen berstruktur

lunak (Winterwerp et al. 2014)

Perangkap sedimen berstruktur lunak mulai banyak dikembangkan karena

kemampuannya bekeja sama dengan alam. Perangkap jenis ini terbuat dari bahan

alami seperti kayu, bambu, karung yang diisi pasir, dan sebagainya (Gambar 3).

Perangkap sedimen jenis ini memiliki konsep bekerja bersama dengan alam dan

tidak melawan sistem kerja alam. Teknologi yang digunakan biasanya lebih

Page 31: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

11

sederhana berdasarkan informasi kearifan lokal setempat dan dibantu oleh

perkembangan ilmu pengetahuan terkini. Struktur ini mengadopsi sistem kerja

perakaran mangrove yang permeabel sehingga dapat dilalui air dan padatan

tersuspensi berupa sedimen. Teknologi ini sudah berhasil diterapkan di rawa-rawa

negara Belanda dan Jerman. Sistem kerja alat ini adalah mengembalikan sedimen

yang terbawa ke laut. Agitasi dasar laut (ditunjukkan dengan tanda panah yang

menunjuk pada lingkaran) untuk meningkatkan konsentrasi sedimen di bagian

depan. Konstruksi biasanya dibuat tipis dan sempit di atas sedimen sehingga

gelombang dapat dipecah dan energinya berkurang (Winterwerp et al. 2014).

Biomassa dan Massa Karbon Mangrove

Biomassa dan massa kabon merupakan dua unsur penting yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Biomassa sebagian besar terdiri atas karbon (C),

yaitu sebanyak 45-50% bahan kering tanaman (Brown 1997). White dan Olasket

(1981) menyatakan bahwa biomassa tersusun terutama oleh senyawa penyusun

karbohidrat yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)

yang dihasilkan melalui proses fotosinstesis tanaman. Tumbuhan melalui proses

fotosintesis menyerap CO2 di udara kemudian mengubahnya menjadi karbohidrat

yang akan disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan dan akhirnya ditimbun dalam

daun, batang, ranting, bunga, dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh

tumbuhan dinamakan proses sekustrasi (C-Sequestration). Oleh karena itu,

pengukuran C yang tersimpan pada bagian tubuh tumbuhan yang berupa

biomassa menggambarkan banyaknya karbondioksida (CO2) di atmosfer yang

diserap oleh tumbuhan tersebut. Sedangkan pengukuran C yang tersimpan pada

bagian tumbuhan yang telah mati (nekromas) menggambarkan CO2 yang tidak

dilepaskan ke udara lewat pembakaran. Karbon pada tanaman akan terdistribusi

menjadi dua bagian, yaitu karbon yang akan menjadi energi untuk proses

fisiologis tanaman dan karbon yang akan masuk ke dalam struktur tumbuhan dan

menjadi bagian dari tumbuhan.

Biomassa terbagi menjadi dua kategori, yaitu biomassa yang berada di

atas tanah (batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah) dan biomassa di

bawah tanah (akar). Biomassa sendiri diartikan sebagai jumlah total bahan

organik yang hidup terdapat pada pohon dan dinyatakan dalam berat kering oven

per unit area, misalnya ton/ha (Brown 1997). Jumlah biomassa ditentukan oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah diameter, tinggi tanaman, kerapatan kayu,

dan kesuburan tanah (Kusmana et al. 1992 dalam Heriyanto dan Subiandono

2012). Pada hutan mangrove, jumlah biomassa sangat dipengaruhi oleh kondisi

iklim yang meliputi curah hujan dan suhu udara (Kusmana et al. 1992). Jumlah

biomassa pada hutan tersebut akan mempengaruhi jumlah simpanan karbonnya.

Pada hutan mangrove, simpanan karbon terdistribusi pada empat kantong karbon,

yaitu biomassa atas permukaan (aboveground), biomassa bawah permukaan

(belowground), bahan organik mati, dan karbon organik tanah. Hairiah dan

Rahayu (2007) menyatakan bahwa C tersimpan pada tiga komponen pokok,

yaitu:

a) Biomassa. Biomassa merupakan masa dari bagian vegetasi yang masih

hidup yang terdiri dari tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma, dan

Page 32: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

12

tanaman semusim.

b) Nekromas. Nekromas merupakan masa dari bagian pohon yang telah mati

baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah

tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-

daunan yang telah gugur (serasah) yang belum terlapuk.

c) Bahan organik tanah. Bahan organik tanah terdiri dari sisa makhluk

hidup (tanaman, hewan, dan manusia) yang telah mengalami pelapukan

baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah.

Ukuran partikelnya biasanya lebih kecil dari 2 mm.

Mangrove sebagai salah satu ekosistem kunci dalam mitigasi perubahan

iklim melalui penurunan laju deforestasi dapat dimanfaatkan sebagai penyimpan

karbon (Kauffman et al. 2011 dalam Gang Wang et al. 2013). Ekosistem ini

secara ekologis berbeda dan memiliki simpanan karbon yang bervariasi (Kristense

et al. 2008 dalam Gang Wang et al. 2013). Menurut Donato et al. (2012) dalam

Tai Tue et al. (2014), hutan mangrove dapat menyimpan sampai

1.023 Mg C/ha yang merupakan penyerap karbon paling penting di daerah tropis.

Studi terbaru menunjukkan bahwa simpanan karbon pada hutan mangrove 2-3

kali lebih tinggi dibandingkan hutan terestrial (Adame et al. 2013; Donato et al.

2011; dan Kauffman et al. 2011 dalam Tai Tue et al. 2014).

Pengukuran biomassa dan massa karbon dapat dilakukan melalui beberapa

cara, Sutaryo (2009) menyebutkan bahwa perkiraan biomassa dapat dilakukan

melalui empat pendekatan, yaitu:

a) Sampling dengan pemanenan. Metode ini dilakukan dengan memanen

seluruh bagian tumbuhan termasuk akar kemudian mengeringkan dan

menimbang berat biomassanya. Metode ini relatif akurat namun cukup

mahal dan memakan waktu.

b) Sampling tanpa pemanenan. Metode ini dilakukan tanpa melakukan

pemanenan bagian tumbuhan, yaitu dengan mengukur tinggi dan/ atau

diameter pohon menggunakan persamaan alometrik untuk

mengekstrapolasi biomassa.

c) Pendugaan melalui penginderaan jauh. Penggunaan metode ini tidak

dianjurkan terutama untuk kegiatan skala kecil. Hal tersebut dikarenakan

teknologi ini relatif mahal dan membutuhkan keahlian khusus yang tidak

semua orang dapat melakukannya.

d) Pembuatan model. Model digunakan untuk menghitung estimasi biomassa

dengen frekuensi dan intensitas pengamatan in-situ atau penginderaan

jauh yang terbatas. Model empiris ini berdasarkan pada jaringan dari

sampel plot yang diukur berulang sehingga memiliki estimasi biomassa

yang telah menyatu melalui persamaan alometrik yang dapat dikonversi

menjadi biomassa (Australian Greenhouse Office 1999 dalam Sutaryo

2009).

Persamaan Alometrik untuk Menduga Biomassa dan Massa Karbon pada

Mangrove

Model alometrik merupakan hubungan antara pertumbuhan dan ukuran

salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari keseluruhan

Page 33: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

13

organisme. Model alometrik yang dibangun berupa persamaan alometrik yang

menggambarkan hubungan diameter dan tinggi pohon dengan berat kering

keseluruhan (biomassa). Komiyama et al. (2005) dalam Santos et al. (2014)

menyatakan bahwa metode alometrik yang menggunakan persamaan alometrik

untuk menduga sebagian atau seluruh biomassa dari pohon menggunakan

perhitungan dimensi yaitu diameter setinggi dada/ diameter breast high (DBH)

dan tinggi pohon.

Secara umum, persamaan alometrik untuk menduga biomassa dan massa

karbon adalah Y = a + bx. Nilai Y merupakan nilai biomassa atau massa karbon

yang diukur, x adalah parameter dari yang diukur baik berupan diameter dan/atau

tinggi tumbuhan, a adalah nilai perpotongan sumbu vertikan Y, dan b adalah

kemiringan (slope) atau koefisien regresi. Berbagai persamaan alometrik untuk

menduga biomassa pada veegtasi mangrove disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Berbagai persamaan alometrik untuk menduga biomassa vegetasi

mangrove

No Persamaan Jenis Lokasi Sumber

1 AGB = 0.140 DBH2.40 Avicennia germinans French Guyana Fromard et al. (1998)*

2 AGB = 0.140 DBH2.54 Avicennia germinans Guadeloupe, French

Antilles

Imbert dan

Rollet (1989)*

3 AGB = 0.102 DBH2.50 Laguncularia racemosa French Guyana Fromard et al.

(1998)*

4 AGB = 0.209 DBH2.24 Laguncularia racemosa Guadeloupe, French Antilles

Imbert dan Rollet (1989)*

5 AGB = 1.178 DBH2.47 Rhizophora granatum Guadeloupe, French

Antilles

Imbert dan

Rollet (1989)*

6 AGB = 0.0823 DBH2.59 Xylocarpus granatum Australia Barat Clough dan

Scott (1989)*

7 AGB = 0.251ρ DBH2.46 Umum Hutan tropis di Amerika, Asia, dan

Oseania

Komiyama et al. (2005)

8

AGB = ρ (exp(-1.349+1.980

Ln(DBH)+0.207(Ln(D))2-

0.028(Ln(dbh))3)

Umum Asia Barat Daya Chave et al. (2005)

9 AGB = 0.1848 (DBH)2.3524 Avicennia marina Indonesia

Dharmawan

dan Siregar

(2008)

10 BGB = 0.1628 (DBH)1.7939 Avicennia marina Indonesia

Dharmawan

dan Siregar

(2008)

11 Btotal = 0.2905 (DBH)2.2598 Avicennia marina Indonesia

Dharmawan

dan Siregar

(2008)

12 AGB = 0.251 ρ (D)2.45 Rhizoporaceae South-East Asia Komiyama et

al. (2005)

*Sumber Mitra dan Zaman (2015), AGB = Above Ground Biomassa (biomassa di atas tanah), BGB = Below Ground

Biomassa (biomassa di bawah tanah).

3 METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama delapan bulan, mulai dari bulan Februari

sampai dengan September 2015. Kegiatan penelitian dilaksanakan di tiga tempat,

yaitu:

Page 34: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

14

a. Pesisir Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) Banten yang ditumbuhi

mangrove atau lebih tepatnya di area perangkap sedimen.

b. Laboratorium Kayu dan Kimia Hasil Hutan-Fakultas Kehutanan IPB dan

c. Laboratorium Kimia-Balai Penelitian Tanah.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah global positioning system

(GPS), kantong plastik berbagai ukuran, golok, karung, timbangan, kalkulator,

drone, bor tanah, oven, cawan porselen, tally sheet, meteran, alat tulis, kamera,

peralatan laboratorium, dan perangkap sedimen yang sudah dipasang sejak tahun

2011, yaitu perangkap sedimen dari jaring ikan (Gambar 4), perangkap sedimen

dari pagar bambu (Gambar 5), dan perangkap sedimen dari karung berisi pasir

(Gambar 6). Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah sedimen

(lumpur), vegetasi mangrove Avicennia marina (akar, batang, ranting, dan daun),

peta kerja, dan berbagai data sekunder yang mendukung informasi di lokasi

penelitian.

Gambar 4 Perangkap sedimen dari jaring ikan (Hasil penelitian 2015)

Gambar 5 Perangkap sedimen dari pagar bambu (Hasil penelitian 2015)

Page 35: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

15

Gambar 6 Perangkap sedimen dari karung berisi pasir (Hasil penelitian 2015)

Metode Pengumpulan Data

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan dan laboratorium. Data

sekunder diperoleh dari penelusuran studi pustaka dan informasi dari berbagai

sumber yang terkait dengan penelitian. Data primer yang diambil di lapangan

berupa dimensi pohon (diameter batang setinggi dada/Diameter Breast High

(DBH) dan tinggi total pohon) dan informasi mengenai bagian-bagian dari

Avicennia marina (akar, batang, cabang, dan daun) yang meliputi berat basah di

lapangan, berat kering tanur (BKT) sebagai nilai biomassa, kadar air, kadar zat

terbang, kadar abu, persentase karbon organik, dan kandungan massa karbonnya.

Informasi mengenai sedimen yang diambil meliputi bulk density (BD), berat

basah di lapangan, berat kering tanur (BKT) sebagai nilai biomassa, kadar air,

persentase karbon organik, kandungan massa karbon, dan serapan karbondioksida

(CO2). Data sekunder yang diambil meliputi kondisi arus, pasang surut, dan

kondisi umum lokasi penelitian, serta berbagai informasi pendukung lainnya yang

menunjang informasi penelitian terutama yang berkaitan dengan strategi

pengelolaan pesisir dan ekosistem mangrove.

Pengambilan Sampel Vegetasi Mangrove (Dharmawan dan Siregar 2008)

Sampel mangrove jenis Avicennia marina diambil secara langsung

(destruktif) dengan cara mencabut seluruh bagian dari pohon, mulai dari akar,

batang, ranting, dan daun. Sampel mangrove diambil secara acak berdasarkan

kelas ketinggian 0-500 cm, yaitu 0-100 cm, 101-200 cm, 201-300 cm, 301-400

cm, dan 401-500 cm. Sampel dengan kelas ketinggian tertentu diambil sebanyak

5 pohon sehingga total sampel sebanyak 25 pohon. Setiap bagian mangrove yang

diambil (akar, batang, ranting, dan daun) ditimbang berat basahnya dan diambil

bagian yang akan dianalisis di laboratorium. Metode yang digunakan mengacu

pada MacDicken (1999) dalam Dharmawan dan Siregar (2008). Langkah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 36: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

16

• Seluruh sampel Avicennia marina yang akan diambil diukur diameter dan

tingginya.

• Avicennia marina yang sudah diukur diameter dan tingginya selanjutnya

ditebang dan dipisahkan bagian-bagiannya. Bagian-bagian tersebut

ditimbang untuk mengetahui berat basahnya.

• Sebanyak 200 gram untuk setiap bagian Avicennia marina yang ditebang

diambil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk diukur berat

keringnya di laboratorium.

• Nilai berat kering dan basah selanjutnya akan digunakan untuk mencari

biomassaa Avicennia marina.

Pengambilan Sampel Sedimen (Kauffman dan Donato 2012)

Sampel sedimen diambil pada 12 titik sampling (Gambar 7). Sampel

diambil berdasarkan kelas kedalaman, yaitu 0-10 cm, 10-50 cm, 50-100 cm, 100-

200 cm, 200-300 cm, dan 300-400 cm. Donato dan Kauffman (2012) menyatakan

bahwa kedalaman 10-300 cm kaya akan bahan organik sehingga hal tersebut

dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan sampel. Sampel sedimen yang

sudah diambil selanjutnya dibungkus menggunakan alumunium foil dan kantong

plastik untuk menghindari kontaminasi mikroba dan penguapan air yang

berlebihan. Sampel yang telah dibungkus selanjutnya ditimbang berat basah

lapangannya.

Gambar 7 Peta sebaran titik pengambilan sampel sedimen

Metode Analisis Data

Pengukuran Massa Karbon Vegetasi Avicennia marina

Massa karbon dari vegetasi Avicennia marina diukur melalui beberapa

tahapan, diantaranya penghitungan kadar air, biomassa, persen karbon organik (%

Page 37: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

17

C-organik) yang terdiri dari dua tahapan; yaitu penentuan kadar zat terbang dan

kadar abu, serta yang terakhir adalah penghitungan massa karbonnya. Penentuan

kadar air dari Avicennia marina dilakukan dengan memanaskan bagian-bagian

dari Avicennia marina, yaitu akar, batang, cabang, dan daun yang sebelumnya

sudah disegmentasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah memanaskan cawan

yang akan digunakan untuk memanaskan bagian-bagian sampel tersebut. Cawan

dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam. Selanjutnya, cawan

tersebut didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1-2 gram dari

sampel (bagian Avicennia marina) yang akan dihitung kadar airnya dimasukkan

ke dalam cawan tersebut dan ditimbang sebagai berat awal (B0). Setelah itu,

sampel di oven selama kurang lebih 3 jam pada suhu 105 oC. Setelah 3 jam,

cawan yang berisi sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali

beratnya. Persen kadar air selanjutnya dhitung menggunakan persamaan sebagai

berikut:

Kadar Air = (𝑩𝟎−𝑩𝑲)

𝑩𝑲 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (Haygreen dan Bowyer 1982).................. (1)

Dimana: Kadar Air = Kadar air (%)

B0 = Berat awal sampel (gram)

BK = Berat kering sampel (gram)

Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam menghitung karbon vegetasi

Avicennia marina adalah penentuan berat jenis (BJ) sampel. Berat Jenis Avicennia

marina diukur berdasarkan hubungan antara berat kering kayu dengan volume

awalnya. Volume sampel diukur secara gravimetri dengan menimbang air saja

yang dituangkan ke dalam gelas piala dan menimbang air yang ditambahkan

potongan kayu dalam gelas piala. Selisih antara berat air dan potongan kayu

dengan berat air saja merupakan volume dari kayu tersebut. Sampel yang telah

diukur volumenya selanjutnya dikeringkan menggunakan oven selama 2 hari

dengan suhu kurang lebih 102 oC hingga diperoleh berat yang konstan.

Selanjutnya sampel didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Hasil

penimbangan dinyatakan sebagai berat kering tanur (BKT). Oleh karena itu, berat

jenis kayu Avicennia marina ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Berat Jenis (BJ) : 𝑩𝑲𝑻 (𝒈𝒓𝒂𝒎)

𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑲𝒂𝒚𝒖 (𝒄𝒎𝟑) ...................................................................... (2)

Dimana: BJ = Berat jenis (gram/cm3 )

BKT = Berat kering tanur (gram)

V = Volume kayu (cm )

Berat Kering Tanur = BKT = 𝑩𝑩

𝟏+ %𝑲𝑨

𝟏𝟎𝟎

(Haygreen dan Bowyer 1982) .............. (3)

Dimana: BKT = Berat kering (gram)

BB = Berat basah (gram)

%KA = Persen kadar air (%)

Langkah ketiga yang dilakukan adalah menentukan biomassa dari

Avicennia marina. Penentuan biomassa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

metode pengovenan dan pendugaan menggunakan model matematis. Penentuan

biomassa dengan metode pengovenan dilakukan dengan cara menimbang seluruh

Page 38: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

18

bagian dari Avicennia marina baik batang, cabang, akar, dan daun yang sudah

dikeringkan menggunakan oven. Hasil berat kering yang diperoleh merupakan

nilai biomassa atau dinyatakan dengan BKT. Biomassa total merupakan hasil dari

penjumlahan seluruh biomassa dari setiap bagian pohon.

Biomassa total = Ba + Bb + Bc + Bd ..............................................................................

(4)

Dimana: Ba = Biomassa akar (gram)

Bb = Biomassa batang (gram)

Bc = Biomassa cabang (gram)

Bd = Biomassa daun (gram)

Penentuan biomassa menggunakan pendekatan model matematis dihitung

berdasarkan hubungan antara biomassa dengan dimensi pohon, yaitu tinggi total

dan dimeter setinggi dada. Model penduga biomassa yang dipilih untuk

menghitung biomassa Avicennia marina merupakan model penduga yang

memiliki nilai R2 paling tinggi dan ragam (s) paling rendah serta validasinya

memenuhi kaidah persayaratan. Secara umum, model penduga biomassa

Avicennia marina yang digunakan dan perhtungan validasinya adalah:

Biomassa (B) = f (DBH dan h) ......................................................................... (5)

Dimana: Biomassa = Ton

DBH = Diameter setinggi dada orang dewasa (meter)

h = Tinggi pohon (meter)

Validasi model dilakukan dengan melakukan uji Chi-Square, uji

simpangan agregat (SA), uji simpangan rata-rata (SR), dan uji rata-rata bias

absolut (MAEj). Uji Chi-square (x2

hitung) untuk menguji perbedaan nilai dugaan

dengan nilai aktualnya. apabila nilai x2

hitung ≤ x2

tabel (α, n-1) maka hasil dugaan

dianggap signifikan tidak berbeda nyata dari hasil perhitungan sebenarnya. Chi-

square dihitung berdasarkan persamaan:

........................................................................................(6)

Dengan kaidah keputusan:

x2

hitung ≤ x2tabel (α, n-1) : Terima H0

x2

hitung > x2

tabel (α, n-1) : Tolak H0

H0 : Nilai dugaan tidak berbeda nyata dengan nilai aktualnya

H1 : Nilai dugaan berbeda nyata dengan nilai aktualnya

Uji simpangan agregat (SA) merupakan selisih dari jumlah nilai aktualnya

dengan nilai dugaan sebagai proporsional terhadap nilai dugaan. Model alometrik

yang baik adalah yang memiliki nilai SA -1 sampai +. Selain SA, uji validasi juga

dilakukan dengan menghitung nilai simpangan rata-rata (SR). Nilai SR

merupakan jumlah mutlak dari selisih antara jumlah dugaan dengan nilai

sebenarnya, proporsional terhadap jumlah nilai dugaan. Nilai SR yang baik tidak

melebihi 10%. Nilai SA dan SR dihitung berdasarkan persamaan:

Page 39: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

19

.............................................. (7)

Uji validasi terakhir adalah melakukan perhitungan rata-rata bias absolut

(MAE). Uji ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan simpangan suatu nilai

dugaan terhadap nilai sebenarnya. Nilai MAE diperoleh dari hasil perhitungan

menggunakan persamaan:

............................................................................................(8)

Dimana:

MAEj : Mean average error (rata-rata bias absolut) persamaan ke-j (ton/pohon)

eij : Simpangan biomassa ke-i dan pada persamaan ke-j

Yai : Nilai aktual (ton)

Yti : Nilai dugaan (ton)

Nj : Jumlah data rumus ke-j

Langkah keempat yang dilakukan adalah penentuan persentase karbon

organik (% C-organik). Nilai % C-organik dari setiap bagian Avicennia marina

diperoleh setelah mengetahui kadar zat terbang dan kadar abunya. Penentuan

kadar zat terbang dimulai dengan memotong sampel menyerupai batang korek api

untuk bagian akar, batang, dan cabang sementara daun dicincang halus. Sampel

yang sudah dipotong selanjutnya dimasukkan ke dalam oven selama 48 jam pada

suhu 80 oC. Sampel yang sudah kering selanjutnya digiling dan disaring

menggunakan saringan berukuran antara 40-60 mesh. Sampel yang sudah

berbentuk serbuk selanjutnya diambil sebanyak 2 gram dan dimasukkan kedalam

cawan porselen bertutup. Cawan porselen yang berisi sampel selanjutnya di

keringkan di dalam tanur dengan suhu 950 oC selama 2 menit. Setelah 2 menit,

sampel didinginkan di dalam deksikator dan ditimbang kembali beratnya. Kadar

zat terbang dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

Kadar Zat Terbang = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒂𝒘𝒂𝒍−𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (ASTM 1990a) ..(9)

Sisa sampel yang digunakan dalam penentuan kadar zat terbang

dimasukkan kembali ke dalam tanur selama 6 jam dengan suhu 900 oC. Setelah

itu, sampel didinginkan di dalam deksikator dan ditimbang sampai beratnya

konstan dan dinyatakan dengan berat kadar abu. Kadar abu dihitung

menggunakan persamaan sebagai berikut:

Kadar Abu = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒖𝒋𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒂𝒃𝒖

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒂 𝒖𝒋𝒊 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒛𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (ASTM 1990b) .......... (10)

Setelah kadar zat terbang dan kadar abu diketahui maka persentase karbon

organik (% C-organik) dihitung berdasarkan pengurangan kadar zat terbang dan

kadar abu yang terdapat dalam sampel (SNI 06-3730-1995). Secara matematis,

persentase C-organik disajikan dengan perhitungan sebagai berikut:

% C-Organik = 100% - Kadar Zat Terbang – Kadar Abu ........................ (11)

Page 40: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

20

Langkah kelima yang dilakukan adalah menentukan massa karbon dari

Avicennia marina. Massa karbon dari Avicennia marina dihitung menggunakan

dua metode, yaitu metode perhitungan langsung berdasarkan perkalian antara

biomassa pohon dengan % C-organik dan perhitungan menggunakan pendekatan

model matematis. Persamaan matematis untuk menghitung massa karbon

Avicennia marina adalah sebagai berikut:

Massa Karbon (C) = Biomassa x % C-Organik ........................................ (12)

Penghitungan massa karbon Avicennia marina menggunakan pendekatan

model matematis dihitung berdasarkan hubungan antara massa karbon dengan

dimensi pohon, yaitu tinggi dan dimeter setinggi dada. Model penduga massa

karbon yang dipilih untuk menghitung massa karbon Avicennia marina

merupakan model penduga yang memiliki nilai R2 paling tinggi dan ragam (s)

paling rendah. Secara umum, model penduga massa karbon Avicennia marina

yang digunakan adalah:

Massa Karbon (C) = f (DBH dan h) ........................................................... (13)

Dimana: Massa karbon = Ton

DBH = Diameter setinggi dada orang dewasa (meter)

h = Tinggi pohon (meter)

Selain nilai karbon, serapan karbondioksida (CO2) yang dapat diambil oleh

Avicennia marina juga dihitung. Perhitungan serapan CO2 diperoleh dari hasil

konversi kadar karbon yang diperoleh sebelumnya. Nilai serapan CO2 tersebut

diperoleh dengan mengalikan kadar karbon dengan rasio berat molekul CO2

terhadap berat molekul C. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

CO2 = 𝐌𝐫 𝐂𝐎𝟐

𝑨𝒓 𝑪 𝒙 𝑲𝒂𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑲𝒂𝒓𝒃𝒐𝒏 (Dharmawan 2010) ......................... (14)

Dimana: Mr CO2 = Berat molekul relatif senyata CO2 (44)

Ar C = Berat molekul relatif atom C (12)

Pengkuran Karbon Organik Sedimen

Karbon organik yang terdapat dalam sedimen diukur melalui tiga tahapan,

yaitu penentuan Bulk Density (BD), % C-organik, dan massa karbon dari sedimen.

Penentuan BD mengacu pada metode Kauffman dan Donato (2012). Bulk density

dari substrat lumpur dianalisis dengan cara mengeringkan sampel pada suhu 105 oC selama kurang lebih 48 jam. Nilai BD diperoleh dengan cara membagi berat

sampel setelah dikeringkan dengan volume sampel. Perhitungan secara matematis

untuk mencari BD adalah sebagai berikut:

Bulk Density = 𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏

𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (Kauffman dan Donato 2012) .. (15)

Dimana: Bulk Density = Kadar isi substrat lumpur (gram/cm3)

M = Massa sampel yang dikeringkan (gram)

V = Volume sampel (cm3)

Langkah selanjutnya adalah menentukan % C-organik dari sampel

Page 41: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

21

sedimen. Persentase nilai karbon organik dihitung menggunakan metode Walkley

dan Black. Tanah yang akan dihitung % C-organiknya terlebih dahulu ditimbang

sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Selanjutnya, tanah

tersebut ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N dan dihomogenisasi. Tahap selanjutnya

adalah menambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat dan didiamkan selama 30 menit.

Setelah 30 menit, campuran larutan diencerkan dengan akuades dan dibiarkan

sampai dingin untuk selanjutnya didiamkan selama satu hari. Setelah satu hari,

tingkat absorbansi dari sampel diukur menggunakan spektrofototmeter

menggunakan panjang gelombang 561 nm. Sebelum melakukan pengukuran

sampel, terlebih dahulu dilakukan pengukuran larutan standar dengan konsentrasi

0 dan 250 ppm. Kadar % C-organik dihitung menggunakan persamaan:

% C-organik = 𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍−𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐

𝑨𝒃𝒔𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒔𝒊 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒙 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒙 𝟎, 𝟎𝟐 𝒙 𝑭 ... (16)

Dimana: % C-organik = Persentase kadar karbon organik (%)

[Larutan satndar] = Konsentrasi larutan standar (250 ppm)

Langkah terakhir yang dilakukan untuk menghitung karbon sedimen

adalah menentukan massa karbon dari sedimen. Penentuan massa karbon sedimen

mengacu pada metode Kauffman dan Donato (2012). Parameter yang digunakan

dalam menghitung kadar karbon substrat lumpur adalah luas lahan (A).

Kedalaman substrat mangrove (h), Bulk Density (BD), dan % C-organik. Secara

matematis, kadar karbon substrat lumpur dihitung berdasarkan persamaan:

KCT = A x h x BD x % .................................................................................... (17)

Dimana: KCT = Kandungan karbon organik tanah (gram/m3)

A = Luas lahan (m2)

h = Kedalaman substrat lumpur (m)

BD = Bulk density (gram/cm3)

% C = Persentase karbon organik (%)

Analisis Strategi Pengelolaan Perangkap Sedimen dengan SWOT

Analisis strategi pengelolaan perangkap sedimen di lokasi penelitian, yaitu

area perangkap sedimen dilakukan dengan teknik strength, weaknesses,

opportunities, and threats (SWOT). Analisis ini menggabungkan identifikasi

faktor internal dan eksternal secara deskriptif dari hasil informasi di lapangan

(penelitian) dan key responden yang sudah lama melakukan penelitian dan

mengetahui secara detail pengelolaan ekosistam mangrove di CAPD. Faktor

internal yang dimaksud adalah kekuatan (Strenghts) dan kelemahan (Weaknesses)

sedangkan faktor eksternalnya adalah peluang (Opportunities) dan ancaman

(Threats). Setiap komponen pada faktor internal dan eksternal tersebut selanjutnya

diberikan bobot mulai dari 0.00 sampai 1.00. Nilai bobot ditentukan berdasarkan

observasi kondisi lapangan oleh peneliti. Setelah itu dilakukan pemberian rating

dengan nilai 1 sampai 4 berdasarkan tingkat pengaruhnya. Semakin tinggi

pengaruhnya maka nilainya semakin tinggi (4). Sebaliknya, semakin rendah

pengaruhnya maka nilainya semakin rendah (1). Nilai rating diperoleh dari key

responden. Bobot dan rating selanjutnya dikalikan untuk memperoleh skor atau

nilai akhir dari setiap komponen baik pada faktor internal maupun pada faktor

eksternal. Informasi tersebut disajikan dalam sebuah tabel terpisah antara faktor

Page 42: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

22

internal dan eksternal (Tabel 2).

Tabel 2 Contoh tabel IFAS/EFAS dalam analisis SWOT

Faktor-faktor strategi

Internal/ eksternal

Bobot

(B)

Rating

(R)

Skor

B x R Keterangan

Kekuatan/ Peluang

1.

2.

dst.

Kelemahan/ Ancaman

1.

2.

dst.

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

Total 1.00 Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti (2014)

Gambar 8 Matriks internal-eksternal (diadaptasi dari Rangkuti 2014)

Setelah tabel IFAS/EFAS dibuat selanjutnya dilakukan penentuan matriks

internal-eksternal (IE Matrix) dari total skor yang sudah diperoleh selanjutnya.

Matriks internal-eksternal disajikan pada Gambar 8. Skor pada faktor internal

menjadi sumbu x dan skor pada faktor eksternalmenjadi sumbu y sehingga

diketahui posisi dan kondisi ekosistam mangrove di area perangkap sedimen.

Arahan strategi pengelolaan yang digunakan dalam analisis SWOT diadaptasi dari

Rangkuti (2014), yaitu sebagai berikut:

1. Kuadran 1 = Strategi konsentrasi melalui intergrasi vertikal

2. Kuadran II = Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal

3. Kuadran III = Strategi dalam kondisi penciutan (turnaround)

4. Kuadram IV = Strategi stabilitas

5. Kuadran V = Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau

stabilitas

6. Kuadran VI = Strategi divestasi (pengelolaan dalam situasi

pengurangan)

Page 43: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

23

7. Kuadran VII = Strategi diversifikasi konsentrik

8. Kuadran VIII = Strategi diversifikasi konglongmerat

9. Kuadran IX = Strategi likuiditas bangkrut

Strategi pengelolaan ekosistem mangrove di area perangkap sedimen

ditentukan berdasarkan matriks dari elemn-elemen SWOT (Tabel 3). Tabel 3

berisi informasi mengenai berbagai strategi alternatif yang dapat dikembangkan di

lokasi penelitian melalui beberapa kolaborasi empat komponen. Kolaborasi empat

komponen tersebut menghasilkan 4 kelompok alternatif strategi yang dapat

diimplementasikan dalam melakukan pengelolaan ekosistem mangrove di lokasi

penelitian.

Tabel 3 Matriks analisis SWOT untuk strategi pengelolaan ekosistem mangrove di

area perangkap sedimen

IFAS

EFAS Kekuatan (strenght) Kelemahan (weakness)

Peluang (opportunities)

Strategi S-O

Strategi ini disebut sebagai

strategi agresif karena

memanfaatkan seluruh

kekuatan internal yang ada

untuk memanfaat seluruh

peluang eksternal yang ada.

Strategi W-O

Strategi ini disebut strategi

konservatif karena

memanfaatkan seluruh

kekuatan peluang eksternal

untuk mengatasi kelemahan

internal yang ada.

Ancaman (threats)

Strategi S-T

Strategi ini disebut strategi

kompetitif atau diversifikasi

karena memanfaatkan

seluruh kekuatan internal

yang ada untuk mengurangi

atau mengatasi ancaman

eksternal yang muncul.

Strategi W-T

disebut strategi defensif

karena meminimalkan

kelemahan internal yang ada

untuk menghindari atau

mengurangi ancaman

eksternal yang ada.

Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti (2014)

4 GAMBARAN UMUM

Kondisi Umum

Batasan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di pesisir utara Provinsi Banten tepatnya di

wilayah pesisir Cagar Alam Pulau Dua (CAPD). Secara administratif, lokasi

penelitian berada di Kelurahan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang

dengan posisi geografis 106o11’38”-106

o13’14”BT dan 6

o11’5”-6

o12’5”LS.

CAPD merupakan salah satu kawasan konservasi di wilayah Balai Besar

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat. Ciri khas CAPD adalah

ekosistem mangrove dan berbagai spesies burung air, baik yang migran maupun

lokal. Kawasan ini memiliki fungsi pengawetan yang lebih besar dibandingkan

Page 44: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

24

pemanfaatan (PP No 68 1998). Dalam perkembangannya, CAPD mengalami

beberapa kali perubahan, baik dari segi fisik, biotik, maupun sosial budaya.

Perubahan terjadi karena alam dan kegiatan/ aktifitas manusia yang menyebabkan

perubahan sempadan pantai, kerusakan ekosistem mangrove, dan akses manusia

ke dalam CAPD yang menjadi terbuka.

CAPD atau lebih dikenal sebagai Pulau Burung mulai ditetapkan sebagai

Cagar Alam pada tahun 1931 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Selanjutnya, pada

tahun 1937 statusnya berubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 8 Ha

melalui keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda 30 Juli No. 21 Stbl 474.

Pada saat itu Pulau Dua dan Pulau Jawa masih terpisah oleh selat sempit selebar

500 meter. Kedua pulau mulai bersatu pada tahun 1978 akibat adanya tanah

timbul sehingga luasan Pulau Dua menjadi bertambah. Tanah timbul tersebut

ditumbuhi oleh Avicennia marina yang menjadi tempat burung bersarang (Milton

dan Mahardi 1985, Dishut Jabar 2008 dalam Takandjandji dan Kwatrina 2011).

Pada tahun 1984 dikeluarkan SK Menteri Kehutanan No. 253/Kpts-II/1984 yang

menetapkan bahwa tanah timbul diantara kedua pulau merupakan bagian dari

Pulau Dua sehingga luasannya bertambah menjadi 30 H.

Lokasi penelitian merupakan tanah timbul seluas 0.88 ha yang berada di

pesisir utara CAPD. Tanah timbul tersebut berasal dari pemasangan perangkap

sedimen yang mulai dipasang tahun 2011. Saat ini, lokasi tersebut ditumbuhi

Avicennia marina secara alami. Secara administratif sampai saat ini status

pengelolaan CAPD masih menjadi wewenang dan tanggung jawab BKSDA,

bidang KSDA Bogor, Seksi Wilayah Serang, Resort Pulau Dua. Namun, khusus

untuk tanah timbul yang menjadi lokasi penelitian belum memiliki ketentuan

tentang hak kepemilikan dan pengelolaan. Lokasi kajian penelitian dapat dilihat

pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9 Lokasi penelitian berupa tanah timbul hasil perangkap sedimen

(Hasil penelitian 2015)

Page 45: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

25

Gambar 10 Foto udara area perangkap sedimen yang ditumbuhi Avicennia

marina (Hasil penelitian 2015)

Kelerengan, Tofografi, Jenis Tanah, dan Iklim

Kawasan CAPD berada pada ketinggian 1-3 meter di atas permukaan laut

(mdpl). Daerah tersebut merupakan dataran rawa mangrove yang memiliki

tofografi landai. Kemiringan wilayahnya antara 5%-10%. Sebagian besar wilayah

CAPD merupakan habitat vegetasi mangrove dan sebagian kecilnya merupakan

habitat hutan pantai. Hutan mangrove tumbuh di sekitar muara sungai dan daerah

pantai yang mengalami sedimentasi. Sedimentasi tersebut membentuk hamparan

menyerupai daratan (tanah timbul) atau pantai berlumpur (Gambar 11). Daratan

berlumpur terbentuk dari proses akresi yang membawa masa pasir ke arah

daratan. Akresi terjadi akibat adanya hempasan gelombang air laut yang cukup

besar. Material pasir yang dibawa berasal dari kejadian abrasi di daerah sebelah

timur Puau Dua, yaitu daerah Kelurahan Pontang. Pesisir pantai daerah Pontang

sering mengalami kejadian abrasi sehingga material pasir akan terbawa bersama

gelombang ke arah Pulau Dua.

Tanah di wilayah CAPD berbentuk lumpur atau sedimen, Pantai yang

berlumpur tersebut memiliki butiran sedimen lempung dan debu yang berukuran

kurang dari 0.002 mm dengan kelerengan 0-1%. Sedimen yang berasal dari

sungai banyak ditemukan di wilayah pantai bagian barat. Selain pantai berlumpur,

di wilayah CAPD terdapat pula pantai berpasir dan berbatu. Pantai berpasir

memiliki butiran sedimen pasir berukuran 0.062-2.00 mm dengan kelerengan 1%-

5%. Pantai berbatu memiliki butiran sedimen berukuran 2.00-256 mm dengan

kelerengan lebih dari 5%.

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Takandjandji dan

Kwatrina (2011), kondisi iklim di Pulau Dua termasuk tipe iklim B dengan curah

hujan rata-rata 3.959 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 22-33 oC.

Kelembaban udara disana mencapai 80%. Perbedaan curah hujannya sangat jelas

menggambarkan perbedaan musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Page 46: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

26

Gambar 11 Hamparan pantai berlumpur hasil perangkap sedimen di pesisir

CAPD (Dokumentasi penelitian 2015)

Kondisi Arus dan Pasang Surut

Perairan Laut Jawa secara signifikan dipengaruhi oleh sistem Moonson

Asia Tenggara. Perbedaan pola angin permukaan berdasarkan musim akan

menimbulkan perbedaan pola arus permukaan. Pada musim barat, arus permukaan

cenderung searah dengan pola angin, yaitu bergerak dari perairan Laut China

Selatan menuju Laut Jawa. Pada musim timur, pola arus bergerak berlawanan

arah, yaitu dari perairan Laut Jawa menuju perairan Laut China Selatan melalui

Selat Karimata. Teluk Banten (termasuk wilayah pesisir CAPD) berada di wilayah

perairan Laut Jawa. Namun, pola arus permukaannya berlawanan dengan pola

arus di Laut Jawa. Ketika arus permukaan di Laut Jawa bergerak ke arah timur

maka pola arus permukaan di Teluk Banten berputar searah jarum jam. Arus akan

masuk melalui celah timur kemudian keluar melalui celah barat. Celah timur

terbentuk oleh Semenanjung Pontang dan Pulau Panjang sementara celah barat

terbentuk dari Pulau Panjang dan Semenanjung Piatu. Berdasarkan hasil analisis

Purbani et al. (2010) diketahui bahwa kecepatan arus maksimum pada bulan Juli

2010 sebesar 0.368 m/det dan arus bergerak ke arah barat laut sekitar 300o. Pola

arus permukaan di kawasan Teluk Banten disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Pola arus permukaan wilayah Teluk Banten (Modifikasi dari Hosoya

dan Muchari (1986) dalam Rahadian (2013)

Page 47: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

27

Perairan di Teluk Banten, termasuk didalamnya lokasi penelitian berada

memiliki tipe pasang surut campuran cenderung diurnal (mixed tide prevailing

diurnal). Elevasi maksimum pasang surut disana mencapai 8.5 meter. Pasang

surut di Teluk Banten juga dipengaruhi oleh penyusun komponen pasang surut

diurnal yang berasal dari Laut Jawa dan Laut China Selatan (Wyrtki 1961 dalam

Makarim et al. 2012). Selain memiliki tipe campuran, pasang surut di Teluk

Banten memiliki tipe kecepatan arus yang asimetris dimana terjadi pergeseran

waktu pada saat pasang dan surut. Arus pada saat pasang purnama (spring tide)

cenderung bergerak ke arah timur dan pada saat bulan mati (neap tide) arusnya

bergerak ke arah barat (Hoitink dan Hoekstra 2003 dalam Makarim et al. 2012).

Sedimen

Sedimentasi di wilayah Teluk Banten termasuk kawasan pesisir CAPD

sudah pernah dianalisis oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2010

pada beberapa titik pengamatan di sekitar Teluk Banten. Analisis dilakukan di

sekitar garis pantai dan permukaan dasar laut. Pengamatan dilakukan secara

megaskopis sebelum dilakukan analisis besar butir. Sedimen yang berada di

sekitar Teluk Banten mempunyai ukuran yang beragam mulai dari yang sangat

halus sampai kasar. Bentuk sedimennya juga beragam, mulai dari yang bundar

sampai tidak beraturan. Material sedimen disana pada umumnya adalah lanau (Z)

dan pasir (S). Sedimen berasal dari berbagai sungai yang bermuara di Teluk

Banten.

Gambar 13 Material sedimen yang terangkut oleh arus sejajar pantai

(Dokumentasi penelitian 2015)

Analisa besar butir diperoleh dari parameter tekstur sedimen yang meliputi

besar butir rata-rata (mean grain size), pilahan (sorting), dan kepencongan

(skewness). Berdasarkan informasi dalam diketahui bahwa sebagian besar material

sedimen berasal dari sedimen darat yang diangkut melalui sungai-sungai aktif

yang diendapkan di laut. Daerah yang dekat dengan muara sungai cenderung

memiliki butiran sedimen yang lebih kasar dibandingkan sedimen yang

mengendap lebih jauh dari muara sungai. Pola sebaran sungai yang teridentifikasi

menunjukkan bahwa sedimen berupa pasir terendapkan di sekitar muara sungai.

Sedimen yang berada lebih jauh, yaitu ke arah laut lepas memiliki ukuran butir

sedimen yang lebih kecil dan berangsur halus. Arus sejajar pantai mengangkut

Page 48: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

28

sedimen menyusuri kawasan pantai dimana semakin jauh dari muara sungai maka

butiran semakin halus (Gambar 13).

Kualitas Air

Analisis kualitas air dilakukan secara in-situ di lokasi penelitian.

Parameter kualitas air yang diukur meliputi oksigen terlarut/ Disolved Oxigen

(DO), suhu permukaan air, total padatan terlarut/ Total Disolved Solid (TDS),

kadar salinitas, dan derajat keasaman/pH. Lokasi pengambilan sampel dilakukan

di 4 titik, yaitu stasiun 1 sampai stasiun 4. Stasiun 1 berada di muara sungai,

stasiun 2 di kanal air yang mendekati muara sungai, stasiun 3 di kanal air tambak,

dan stasiun 4 di pintu air kanal tambak. Hasil analisis kualitas air dibandingkan

dengan baku mutu air laut berdasarkan KepmenLH No 51 Tahun 2004. Hasil

analisis disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil analisis kualitas air secara in-situ di sekitar lokasi penelitian Parameter Stasiun Baku Mutu

1 2 3 4

DO (mg/L) 6.93 6.30 5.43 5.60 3**)

Suhu (oC) 35.80 33.17 37.03 35.22 28-32

*) TDS (mg/L) 17600 16866 13840 11710 80

*) Salinitas (ppt) 16.07 15.97 12.60 10.47 ≤ 34

*) pH 6.04 6.76 7.72 7.95 7-8,5

*) Keterangan:

*) KepmenLH No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

**) PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Berdasarkan hasil analisis, kualitas air di sekitar lokasi penelitian masih

tergolong cukup baik sehingga dapat menunjang kehidupan dan pertumbuhan

mangrove disana. Parameter TDS menunjukkan hasil yang sangat jauh dengan

baku mutu yang disarankan. Konsentrasi TDS yang tinggi kemungkinan

disebabkan oleh jumlah padatan terlarut yang berasal dari darat terangkut melalui

air sungai menuju ke laut. Padatan yang dimaksud dapat berasal dari limbahan

hasil kegiatan pertanian, rumah tangga, industri, dan pertambakan yang berada

tepat di belakang lokasi penelitian. Konsentrasi oksigen terlarut disana masih

berada di atas nilai baku mutu sehingga masih memungkinkan untuk menunjang

kehidupan mangrove disana. Suhu permukaan berada di atas baku mutu. Hal

tersebut kemungkinan disebabkan waktu pengukuran yang dilakukan pada saat

siang hari sekitar pukul 14.00 WIB. Kadar salinitas dan pH masih berada di

bawah baku mutu sehingga masih dapat menunjang kehidupan mangrove disana.

Selain lima parameter kualitas air yang sudah diuji langsung di Teluk

banten, parameter kualitas air lainnya sudah diuji oleh Purbani et al, (2010), yaitu

total padatan tersuspensi/ Total Suspended Solid (TSS). Parameter TSS

berhubungan dengan erosi dan sedimentasi yang mempengaruhi proses

pembentukan sedimen di lokasi penelitian. Selain sedimen yang berasal dari laut

akibat terbawa gelombang, sedimen yang berasal dari darat juga mempengaruhi

proses pembentukan sedimen di lokasi penelitian. Hasil analisis TSS di di Teluk

Banten mencapai 48-156 mg/l sedangkan baku mutu TSS untuk wilayah

mangrove sebesar 80 mg/l (KepmenLH no 51 Tahun 2004). Kondisi tersebut

dapat diartikan bahwa kualitas air disana tidak cukup baik. Namun, dapat

Page 49: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

29

diketahui bahwa sedimen yang terbentuk di lokasi penelitian kemungkinan besar

disebabkan oleh adanya pengendapan padatan tersuspensi yang dibawa aliran air

sungai ke daerah muara. Padatan tersuspensi berupa lumpur tersebut terjerap oleh

perangkap sedimen yang dipasang.

Sejarah Tanah Timbul

Tanah timbul di wilayah pesisir Cagar Alam Pulau Dua mulai stabil sejak

inisiasi pemasangan perangkap sedimen tahun 2011. Sebelumnya, tanah timbul

muncul dan hilang seiring datangnya musim, yaitu muncul ketika musim angin

timur dan kondisi gelombang tidak tinggi dan mulai hilang saat musim angin barat

atau kondisi gelombang air laut tinggi. Awalnya, ide pemasangan perangkap

sedimen berasal dari jagawana CAPD yaitu Bapak Matsaid yang memperhatikan

kebiasaan masyarakat Sawah Luhur memasang jaring ikan ketika air pasang dan

akan mengambil ikannya saat air surut. Pemasangan jaring dilakukan saat air laut

mulai pasang karena pada saat tersebut akan banyak ikan yang terperangkap

dalam jaring. Setelah air pasang mulai surut, kondisi sedimen yang berada di

belakang jaring tetap aman dan tidak terbawa gelombang laut. Selain itu, vegetasi

mangrove yang tumbuh diatas sedimen tersebut juga tetap ada terutama vegetasi

yang masih kecil (semai). Kebiasaan tersebut merupakan salah satu bentuk

kearifan lokal masyarakat Sawah Luhur yang biasa dilakukan masyarakat disana.

Berdasarkan pengalaman tersebut, pada tahun 2011 mulai dipasang secara

resmi perangkap sedimen dengan tujuan utama melindungi pesisir CAPD dari

gelombang tinggi dan kenaikan muka air laut terutama saat musim angin barat

datang. Perangkap sedimen yang dipasang terbuat dari jaring ikan (Lampiran 1).

Perangkap sedimen dari jaring ikan dipasang dua kali. Pemasangan pertama hanya

bertahan 3 bulan karena hilang kemudian pemasangan kedua bertahan kurang

lebih 4 bulan karena rusak dan terbawa sampah akibat gelombang yang besar.

perangkap sedimen dari jaring ikan ternyata belum kuat untuk menahan

gelombang tinggi yang datang ke pesisir CAPD. Jaring ikan yang dipasang

pertama kali berukuran panjang 100 m dan lebar 1 m. Jaring ikan yang kedua

dipasang berukuran sama dengan jaring pertama dan dipasang diposisi yang sama

seperti jaring pertama. Walaupun belum terlalu kuat menahan gelombang, namun

pemasangan perangkap sedimen dari jaring ikan mulai memberikan hasil yang

baik. Kondisi tanah timbul di pesisir CAPD yang terbentuk saat musim angin

timur mulai stabil dan vegetasi mangrove yang masih kecil (semai) juga tetap

terlindungi.

Satu tahun berikutnya, yaitu awal 2012 kondisi cuaca mulai tidak stabil.

Saat itu, angin barat datang membawa gelombang yang cukup tinggi sehingga

pemasangan jaring tidak cukup untuk menahan gempuran gelombang tersebut.

Sedimen dan vegetasi mangrove di CAPD mulai mengalami ancaman kembali.

Untuk mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan dari gelombang laut yang

tinggi maka masyakat dan KPPAD beserta WII berinisiasi untuk memasang

perangkap sedimen dari karung pasir. Karung pasir ditumpuk sebanyak 2

tumpukan dan memanjang sepanjang 100 m di depan lokasi pemasangan

perangkap jaring. Sedimen di belakang perangkap karung tetap ada dan tumpukan

karung pasir mulai tertimbun oleh sedimen yang terperangkap. Selain itu, vegetasi

Page 50: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

30

mangrove di CAPD tetap terlindungi dan di lokasi tanah timbul hasil pemasangan

perangkap pasir mulai ditumbuhi vegetasi Avicennia marina secara alami

(Lampiran 1).

Tahun berikutnya ketika angin barat mulai datang kembali, sedimen yang

terperangkap tetap ada namun vegetasi mangrove yang tumbuh alami di lokasi

pemasangan perangkap sedimen mulai mengalami ancaman. Oleh karena itu,

untuk melindungi sedimen dan vegetasi mangrove yang sudah ada maka

masyarakat, KPPAD, YLBI, dan WII melakukan pemasangan perangkap sedimen

dari pagar bambu atau disebut alat pemecah ombak (APO) di depan karung pasir.

APO dipasang memanjang sejauh 100 meter dengan tinggi 1.5 meter (0.5 meter

ditancapkan ke dasar dan 1 meter di atas permukaan sedimen ). Gambaran APO

yang dipasang di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Pagar tersebut

bersifat permeabel sehingga air laut dapat tetap masuk ketika terjadi pasang surut

sehingga proses fisiologis mangrove dapat tetap terjadi. Hasil dari pemasangan

APO adalah terbentuk tanah timbul (hamparan sedimen) sepanjang 150-200

meter.

Pada tahun 2014, kondisi vegetasi semakin tinggi dan besar sehingga

dibutuhkan benteng perlindungan yang lebih kuat. Oleh karena itu, pada tahun

tersebut perangkap sedimen dimodifikasi kembali dengan karung berisi pasir.

Karung-karung tersebut ditumpuk menyerupai benteng sehingga lumpur atau

sedimen yang terjerap semakin banyak. Akibatnya, tanah timbul yang terbentuk

semakin luas dan dalam. Selain itu, kondisi substrat yang merupakan habitat

mangrove juga semakin stabil (Lampira 1). Pada tahun 2015 saat proses

pengambilan data penelitian, kondisi vegetasi di lokasi penelitian sudah mencapai

5 meter (ukuran paling tinggi) dan jumlah anakan mangrove yang menjadi bibit

untuk pertumbuhan selanjutnya berjumlah cukup banyak. Selain itu, kondisi tanah

timbul yang terbentuk ke arah laut semakin jauh dari daratan. Hal tersebut

dikarenakan kondisi perakaran mangrove yang kian besar sehingga mampu

menjerap sedimen lebih banyak disamping terjerap oleh sisa perangkap sedimen

yang masih terpasang.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Simpanan Karbon Vegetasi Avicennia marina

Potensi Vegetasi Avicennia marina

Hasil observasi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa vegetasi yang

tumbuh di sana seragam, yaitu jenis Avicennia marina. Mereka tumbuh di

sepanjang pesisir Cagar Alam Pulau Dua (CAPD) secara alami setelah kondisi

substrat mulai stabil, yaitu sekitar tahun 2012. Penyebab dari vegetasi Avicennia

marina yang seragam dan tumbuh alami di lokasi penelitian belum diketatahui

secara pasti. Namun, berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipublikasikan

bahwa faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan mangrove

dan zonasi mangrove. Salinitas merupakan faktor yang memiliki peranan sangat

penting dalam mengatur keberlangsungan hidup mangrove. Berdasarkan hasil

analisis kualitas air di lokasi tempat tumbuh Avicennia marina (Stasiun 1 pada

Page 51: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

31

Tabel 4) diketahui bahwa nilai salinitas disana sebesar 16.07 ppt dan lebih tinggi

dibandingkan daerah dibelakangnya (Stasiun 2, 3, dan 4). Berdasarkan berbagai

penelitian diketahui bahwa vegetasi Avicennia marina memiliki toleransi yang

tinggi terhadap kadar garam. Selain salinitas, faktor lingkungan lain yang

kemungkinan menyebabkan Avicennia marina disana tumbuh subur adalah jenis

tanahnya. Secara detail, komposisi sedimen yang menjadi substrat mangrove

disana tidak dianalisis. Namun, apabila dilihat dari kerapatan Avicennia marina

yang mencapai 39.638 ind/ha maka dapat terlihat bahwa substrat disana sangat

menunjang kehidupan dan pertumbuhan mangrove.

Faktor lingkungan selanjutnya yang kemungkinan memperngaruhi adalah

suhu. Berdasarkan hasil analisis yang dipaparkan pada Tabel 4 dapat diketahui

bahwa suhu rata-rata di lokasi penelitian sebesar 35.80 oC. Suhu ini masih berada

dalam rentang suhu optimum pertumbuhan mangrove, yaitu 27-36 oC. Derajat

keasaman juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan vegetasi di

lokasi penelitian. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa nilai pH air di

lokasi penelitian sebesar 6.04 dan masih memungkinkan untuk pertumbuhan

anakan vegetasi Avicennia marina. Selain berbagai faktor yang telah disebutkan,

gelombang juga sangat mempengaruhi zonasi dan perkembangan mangrove

(Sukardjo 1993 dalam Kordi 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan

Koordinator lapangan WII pada bulan Januari 2016, diketahui bahwa hanya

anakan Avicennia marina saja yang dapat bertahan dari gelombang tinggi ketika

angin barat datang. Sebelumnya, pada bulan November-Desember 2015 pernah

dilakukan penanaman anakan jenis Rhizophora namun tidak dapat bertahan ketika

gelombang tinggi datang.

Vegetasi Avicennia marina yang tumbuh di lokasi penelitian seluas 0.88

ha pada bulan Maret 2015 sebanyak 34.882 individu dengan kerapatan 39.638

ind/ha. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan dengan memanfaatkan data

penginderaan jauh. Data dasar yang digunakan berupa foto udara yang diperoleh

menggunakan wahana pesawat UAV atau lebih dikenal dengan drone. Hasil foto

udara yang telah diperoleh selanjutnya diproses dengan beberapa tahapan,

diantaranya dilakukan mosaic dan koreksi geometrik agar berada pada koordinat

sebenarnya. Selanjutnya, data foto udara dianalisis menggunakan metode

segmentasi berbasis objek untuk menduga jumlah pohon yang berada di wilayah

penelitian. Perhitungan jumlah vegetasi tidak dilakukan dengan cara analisis

vegetasi dikarenakan jenis vegetasi yang tumbuh sudah diketahui seragam. Selain

itu, metode perhitungan pohon dengan memanfaatkan data penginderaan jauh

lebih menghemat waktu dan tenaga serta memperoleh informasi yang lebih detail

dibandingkan analisis vegetasi. Informasi mengenai jumlah vegetasi pada setiap

selang ketinggian juga dapat diketahui melalui metode ini. Berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa bahwa vegetasi yang tumbuh di sana memiliki ukuran

kelas ketinggian (tinggi total) mulai dari 0-100 cm, 101-200 cm, 201-300 cm,

301-400 cm, dan 401-500 cm. Mereka terdistribusi pada areal seperti yang

diunjukkan pada Gambar 14. Vegetasi dengan ketinggian 400-500 cm lebih

mendominasi dibandingkan kela ketinggian lainnya. Informasi lebih jelas

mengenai jumlah individu dan luasan setiap kelas ketinggian Avicennia marina di

lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5.

Page 52: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

32

Gambar 14 Peta distribusi kelas tinggi vegetasi Avicennia marina

Tabel 5 Jumlah vegetasi Avicennia marina dan luasannya di lokasi penelitian

Kelas ketinggian (cm) Jumlah (individu) Luasan (ha)

0-100 1.311 0.03

100-200 3.306 0.08

200-300 2.102 0.05

300-400 14.487 0.36

400-500 13.676 0.34

Total 34.882 0.88 Sumber: Hasil penelitian (2015)

Jumlah vegetasi pada bulan Maret 2015 mengalami penurunan sejak

dilakukan sensus pertama pada tahun 2012. Pada tahun tersebut, sensus dilakukan

dengan cara menghitung anakan Avicennia marina satu per satu sampai seluruh

vegetasi teridentifikasi. Hasil sensus pada tahun 2012 menunjukkan jumlah

vegetasi Avicennia marina yang lebih banyak, yaitu 85.920 individu. Hasil

tersebut mengalami penurunan sebanyak 51.038 individu selama kurun waktu

kurang lebih 3 tahun.

Biomassa Vegetasi Avicennia marina

Informasi mengenai simpanan karbon vegetasi Avicennia marina

diperoleh dari serangkaian proses yang saling terkait. Nilai tersebut diperoleh dari

perhitungan biomassa dan kadar karbon organiknya (% C-organik). Kadar air

merupakan salah satu parameter yang digunakan dalm menghitung nilai biomassa

pada vegetasi Avicennia marina. Hasil analisis kadar air Avicennia marina

dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada bagian akar, batang, cabang, dan

daunnya. Informasi kadar air pada setiap bagian Avicennia marina berdasarkan

kelas ketinggian disajikan pada Tabel 6.

Secara umum, % kadar air rata-rata paling tinggi terdapat pada bagian

daun kemudian diikuti oleh bagian akar, batang, dan paling rendah terdapat pada

bagian cabang (Tabel 6). Cabang dan batang memiliki zat penyusun kayu

Page 53: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

33

(kambium) sehingga komposisi air yang terkandung di dalamnya lebih rendah.

Sebaliknya, daun memiliki % kadar air lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya

karena pada bagian daun berlangsung proses fotosintesis dan respirasi. Air

merupakan salah satu bahan baku utamanya sehingga air akan lebih banyak

tersimpan di bagian daun. Tidak berbeda jauh dengan daun, pada bagian akar juga

akan mengandunga % kadar air lebih tinggi dibandingkan bagian batang dan

cabang dikarenakan bagian ini merupakan tempat masuknya air dari dalam tanah

untuk diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Selain itu, bagian akar merupakan

bagian dari mangrove yang lebih sering terendam air.

Tabel 6 Kadar air Avicennia marina di lokasi penelitian

Kelas Ketinggian % Kadar Air pada Bagian Avicennia marina

Akar Batang Cabang Daun

I 167.80 82.44 46.43 169.15

II 131.12 84.83 63.56 146.28

III 161.64 96.27 54.15 143.30

IV 94.84 62.22 43.71 119.28

V 101.95 84.30 38.46 138.85

Rata-rata 131.31 82.02 49.26 143.37 Sumber: Hasil penelitian (2015). Ket: I = 0-100 cm, II = 101-200 cm, III = 201-300 cm, IV = 301-400 cm, V = 401-500 cm

Tabel 7 Biomassa Avicennia marina dalam satu pohon

Kelas

Ketinggian

(cm)

Biomassa pada Bagian Avicennia marina

(gram)

Biomassa

Total Per

Pohon

(gram)

Jumlah

(Individu) Akar Batang Cabang Daun

I 20.25 33.64 21.88 31.11 106.87 1311

II 242.33 140.58 115.32 126.53 624.77 3306

III 313.97 316.54 261.79 255.15 971.48 2102

IV 323.17 724.39 253.85 181.47 1482.88 14487

V 683.54 1.639.57 763.50 564.22 3650.95 13676

Rata-rata 316.65 570.94 283.27 231.70 1367.39 Sumber: Hasil penelitian (2015), Ket: I = 0-100 cm, II = 101-200 cm, III = 201-300 cm, IV = 301-400 cm, V = 401-500 cm

Pada bagian akar, % kadar air paling tinggi terdapat pada sampel

kelompok I dan paling rendah pada kelompok IV, yaitu masing-masing sebesar

197.80% dan 94.84%. Persentase kadar air pada bagian batang paling tinggi

terdapat pada kelompok III yaitu sebesar 96.27% dan paling rendah pada

kelompok IV yaitu sebesar 62.22%. Selanjutnya, % kadar air paling tinggi dan

paling rendah pada bagian cabang terdapat pada kelompok II dan V, yaitu sebesar

63.56% dan 28.46%. Terakhir, % kadar air paling tinggi dan rendah pada bagian

daun terdapat pada kelompok sampel I dan IV sebesar 169.15% dan 119.85%.

Setelah diketahui % kadar airnya maka nilai biomassa nya akan diketahui.

Hasil analisis menunjukkan bahwa biomassa paling tinggi tedapat pada bagian

batang kemudian diikuti oleh bagian akar, cabang, dan paling rendah terdapat

pada bagian daun. Nilai biomassa setiap bagian Avicennia marina dalam satu

pohon disajikan pada Tabel 7. Informasi pada Tabel 7 menunjukkan bahwa

biomassa meningkat seiring dengan penambahan tinggi total vegetasi. Dalam satu

pohon, kelompok sampel I memiliki biomassa total paling rendah dibandingkan

kelompok lainnya dan kelompok sampel V memiliki biomassa total paling tinggi

Page 54: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

34

dibandingkan kelompok lainnya. Nilai biomassa total per pohon pada kelompok

sampel I, II, III, IV, dan V berturut-turut sebesar 106.87 gr, 624.77 gr, 971.48 gr,

1482.88 gr, dan 3650.95 gr. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui

jumlah biomassa yang tersimpan pada seluruh populasi Avicennia marina yang

tumbuh disana berdasarkan kelas ketinggian. Nilai biomassa total dari setiap

pohon yang sudah diperoleh selanjutnya dikalikan dengan jumlah vegetasi yang

ada. Informasi tersebut disajikan pada Gambar 15. Kelompok sampel I memiliki

biomassa total sebesar 0.14 ton atau 0.16 ton/ha. Nilai biomassa tersebut paling

rendah dibandingkan biomassa pada kelompok sampel lainnya. Biomassa total

yang tersimpan pada kelompok sampel II, III, IV, dan V berturut-turut sebesar

2.07 ton atau 2.35 ton/ha, 2.04 ton atau 2.32 ton/ha, 21.48 ton atau 24.41 ton/ha,

dan 49.93 ton atau 56.74 ton/ha. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa

biomassa total yang tersimpan pada seluruh vegetasi yang tumbuh pada areal

seluas 0.88 ha (34.882 individu) sebesar 75.66 ton atau 85.98 ton/ha.

Gambar 15 Biomassa total Avicennia marina yang tumbuh di lokasi penelitian

Hasil analisis perhitungan biomassa di lokasi penelitian berbeda dengan

hasil penelitian di Ciasem Purwakarta untuk jenis mangrove yang sama. Biomassa

Avicennia marina di Ciasem Purwakarta sebesar 364.9 ton/ha (Dharmawan dan

Siregar 2008). Sampel Avicennia marina yang dianalisis di Ciasem memiliki

DBH sebesar 4.5-10 cm sedangkan di pesisir CAPD memiliki DBH 0.7-2.5 cm.

Ketinggian sampel yang digunakan juga berbeda dimana sampel yang digunakan

di Ciasem memiliki tinggi total 450-1000 cm (4.5-10 m) sedangkan di lokasi

penelitian sebesar 0-500 cm (0-5 m). Perbedaan lainnya adalah kerapatan vegetasi

di Ciasem sebesar 1800 ind/ha sedangkan di lokasi penelitian sebesar 39.638

ind/ha. Ketiga perbedaan tersebut mempengaruhi nilai biomassanya. Jarak tumbuh

di lokasi penelitian lebih kecil sehingga kondisi vegetasi sangat rapat. Kondisi

demikian menghalangi masuknya sengatan panas cahaya matahari sehingga

kebutuhan air menjadi berkurang. Pasokan air yang berkurang menyebabkan

energi untuk sekresi/ translokasi garam pada sel tanaman yang masuk bersamaan

air juga menjadi turun. Selain itu, kondisi vegetasi yang rapat menyebabkan

kompetisi dalam meperoleh sumber nutrisi dan air (Husnaeni 2013). Hal tersebut

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

I II III IV V I-V

Nil

ai

Bio

ma

ssa

Kelas Ketinggian Sampel

Biomassa (ton)

Biomassa (ton/ha)

Page 55: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

35

terlihat dari kondisi vegetasi yang tumbuh mengalami pertumbuhan tinggi yang

lebih cepat dibandingkan perkembangan diameternya sehingga nilai biomassa di

lokasi penelitian lebih kecil dibandingkan hasil penelitian sebelumnya.

Massa Karbon Avicennia marina

Setelah nilai biomassa diketahui, selanjutnya kadar karbon organik (% C-

organik) harus diketahui untuk memperoleh nilai simpanan massa karbon pada

vegetasi Avicennia marina di lokasi penelitian. Kadar karbon organik diperoleh

setelah informasi mengenai kadar zat terbang (% KZT) dan kadar abu (% KAB)

diketahui. Zat terbang yang dimaksud merupakan zat-zat yang mudah menguap

pada pemanasan tinggi mencapai 950 oC. Zat-zat tersebut biasanya termasuk

golongan berbagai senyawa alifatik dan fenolik. Senyawa yang tertinggal

biasanya adalah karbon terikat dan mineral-mineral yang sudah berubah bentuk.

Semakin tinggi % KZT maka % C-organiknya akan semakin rendah. Hasil

analisis % KZT dari vegetasi Avicennia marina di lokasi penelitian disajikan pada

Tabel 8.

Secara umum, hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata % KZT paling

tinggi terdapat pada bagian daun dan paling sedikit terdapat pada bagian batang

(Tabel 8). Persentase KZT rata-rata pada bagian daun sebesar 68.89% dan pada

bagian batang sebesar 52.04%. Persentase KZT rata-rata pada bagian akar dan

cabang berturut-turut sebesar 58.83% dan 64.82%. Kadar zat terbang pada bagian

daun cenderung lebih tinggi kemungkinan dikarenakan oleh adanya senyawa-

senyawa yang mudah menguap seperti fenol, senyawa alifatik, dan metabolit

sekunder yang lebih banyak dibandingkan pada bagian batang. Pada bagian akar,

% KZT paling tinggi terdapat pada sampel kelompok I dan paling rendah pada

kelompok IV dengan nilai 61.15% dan 56.95%. Kadar zat terbang paling tinggi

pada bagian batang terdapat pada kelompok sampel I dan paling rendah pada

kelompok V dengan nilai 52.96% dan 50.93%. Selanjutnya, pada bagian cabang

% KZT paling tinggi terdapat pada kelompok sampel II dan paling rendah pada

kelompok V dengan nilai 67.04% dan 58.95%. Terakhir, % KZT yang paling

tinggi pada bagian daun terdapat pada kelompok III dan paling rendah pada

kelompok V dengan nilai 71.91% dan 60.48%.

Setelah % KZT diketahui maka selanjutnya % KAB dianalisis. Abu yang

dimaksud adalah oksida logam yang terikat kuat pada arang, seperti kalsium,

magnesium, dan kalium. Oleh karena itu, proses pemanasan sampel hasil analisis

%KZT dilanjutkan untuk menghilangkan oksida-oksida logam tersebut. Semakin

tinggi % KAB maka % C-organiknya akan semakin kecil. Hasil analisis

menunjukkan bahwa % KAB rata-rata paling tinggi terdapat pada bagian akar dan

paling rendah terdapat pada bagian batang dengan nilai berturut-turut sebesar

10.20% dan 1.66%. Rendahnya kadar abu pada bagian batang dapat disebabkan

oleh kadar oksida logam yang terikat pada batang lebih rendah dibandingkan pada

bagian lainnya. Persentase kadar abu rata-rata pada dua bagian lainnya, yaitu

cabang dan daun berturut-turut sebesar 3.10% dan 9.01%. Informasi lebih lengkap

mengenai hasil analisis % KAB dapat dilihat pada Tabel 9. persentase kadar abu

paling tinggi pada bagian akar terdapat pada kelompok III sebesar 10,66% dan

paling rendah pada kelompok V sebesar 7.83%. Selanjutnya, % KAB paling

tinggi pada bagian batang terdapat pada kelompok I dan paling rendah pada

kelompok V dengan nilai berturut-turut sebesar 1.91% dan 1.41%. Pada bagian

Page 56: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

36

cabang, % KAB paling tinggi terdapat pada sampel kelompok I dengan nilai

4.19% dan paling rendah pada kelompok II dengan nilai 2.69%. Terakhir, % KAB

paling tinggi pada bagian daun terdapat pada kelompok II dan pling rendah pada

kelompok IV dengan nilai berturut-turut sebesar 10.37% dan 7.85%.

Tabel 8 Kadar zat terbang Avicennia marina di lokasi penelitian

Kelas Ketinggian % Kadar Zat Terbang pada Bagian Avicennia marina

Akar Batang Cabang Daun

I 61.15 52.96 66.45 71.58

II 60.42 52.87 67.04 68.62

III 57.10 52.33 65.51 71.91

IV 56.95 51.09 66.14 71.88

V 57.03 50.93 58.95 60.48

Rata-rata 58.53 52.04 64.82 68.89 Sumber: Hasil penelitian (2015). Ket: I = 0-100 cm, II = 101-200 cm, III = 201-300 cm, IV = 301-400 cm, V = 401-500 cm

Tabel 9 Kadar abu Avicennia marina di lokasi penelitian

Kelas Ketinggian % Kadar Abu pada Bagian Avicennia marina

Akar Batang Cabang Daun

I 8.99 1.91 4.19 9.01

II 10.66 1.82 2.69 10.37

III 13.41 1.55 2.74 8.68

IV 10.10 1.60 3.08 7.85

V 7.83 1.41 2.81 9.12

Rata-rata 10.20 1.66 3.10 9.01 Sumber: Hasil penelitian (2015). Ket: I = 0-100 cm, II = 101-200 cm, III = 201-300 cm, IV = 301-400 cm, V = 401-500 cm

Informasi selanjutnya yang diketahui pada penelitian adalah % C-organik

pada bagian akar, batang, cabang, dan daun dari Avicennia marina. Karbon pada

ekosistem mangrove terdiri dari dua jenis, yatu karbon organik dan karbon

inorganik. Karbon organik yang dimaksud adalah karbon yang menjadi bagian

dari penyusun biomassanya, yaitu sejumlah unsur diantaranya adalah C, H, O, N,

dan P. Selain karbon organik, pada ekosistem mangrove juga terdapat karbon

inorganik. Karbon ini terdapat pada air yang menggenangi mangrove (terlarut di

dalam air). Kadar karbon organik akan berbanding terbalik dengan kadar abu dan

kadar zat terbang. Jika % KZT dan % KAB tinggi maka % C-organik akan

rendah.

Sampai saat ini, penentuan nilai massa karbon sebagian besar

menggunakan nilai % C-organik yang umum, yaitu 50% dari biomassa. Brown

(1997) menyatakan bahwa sekitar 50% dari biomassa hutan adalah karbon.

Sehingga estimasi penghitungan potensi karbon dapat diketahui dari perhitungan

nilai biomassa dengan faktor pengali 50% tersebut. Namun, Elias dan Wistara

(2009) menjelaskan bahwa asumsi tersebut akan menyebabkan hasil estimasi yang

kurang tepat jika diterapkan di wilayah tropis dengan biodiversitas yang tinggi

termasuk didalamnya memiliki berbagai tipe hutan. Berdasarkan beberapa

penelitian yang telah dilakukan, nilai biomassa dan karbon menunjukkan hasil

yang bervariasi pada tipe hutan yang berbeda, tingkat jenis dan struktur tegakan

yang berbeda, bahkan pada bagian yang berbeda dalam satu pohon. Oleh karena

itu, informasi % C-organik pada penelitian dilakukan melalui analisis tersendiri

dan tidak menggunakan rumus umum biomassa dikali faktor pengali 50%,

Page 57: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

37

Hasil analisis menunjukkan bahwa% C-organik rata-rata pada setiap

bagian Avicennia marina berbeda-beda. Persentase C-organik paling tinggi

terdapat pada bagian batang sebesar 46.31% yang diikuti oleh cabang sebesar

32.08%, akar sebesar 31.27%, dan paling rendah terdapat pada bagian daun

sebesar 22.10%. Peichl dan Arain (2007) dalam Elias dan Wistara (2009)

menemukan bahwa komponen akar dan daun merupakan komponen yang

dominan pada masa awal pertumbuhan dan pembangunan tegakan tetapi

kontribusinya akan menurun seiring dengan peningkatan umur pohon. Hal

tersebut bersesuaian dengan kondisi sampel yang masih berada pada tahap

pertumbuhan semai sampai pancang. Alasan lain yang mendukung hasil penelitian

adalah % C-organik yang lebih tinggi pada bagian batang kemungkinan

disebabkan jumlah zat penyusun kayu pada bagian batang lebih banyak

dibandingkan bagian yang lain. Batang juga mampu menyimpan polisakarida

lebih banyak dibandingkan bagian lainnya dimana selulosa, lignin, dan zat

ekstraktif lainnya lebih banyak tersusun oleh unsur C dibandingkan unsur lainnya.

Informasi lebih lengkap mengenai % C-organik dari setiap bagian Avicennia

marina di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10.

Pesentase C-organik paling tinggi pada bagian akar terdapat pada

kelompok V dan paling rendah terdapat pada kelompok II masing-masing sebesar

35.14% dan 28.92%. Pada bagian batang, % C-organik rata-rata paling tinggi

terdapat pada kelompok V sebesar 47.66% dan paling rendah terdapat pada

kelompok I sebesar 45.13%. Sama halnya seperti pada bagian batang, % C-

organik paling tinggi pada bagian cabang terdapat pada kelompok V dan paling

rendah terdapat pada kelompok IV masing-masing sebesar 38.24% dan 29.36%.

Selanjutnya, % C-organik rata-rata paling tinggi terdapat pada kelompok V

sebesar 30.40% dan paling rendah terdapat pada kelompok I dan III sebesar

19.41%. Secara umum, % C-organik mengalami kenaikan seiring dengan

penambahan tinggi total Avicennia marina terutama terlihat pada bagian batang.

Persentase C-organik naik secara bertahap pada bagian batang. Ketiga bagian

Avicennia marina lainnya, yaitu akar, cabang, dan daun mengalami pola kenaikan

% C-organik yang naik turun namun nilai % C-organik paling tinggi berada pada

kelompok sampel V.

Setalah % C-organik setiap bagian Avicennia marina diketahui maka nilai

massa karbonnya dapat diketahui. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai massa

karbon rata-rata paling tinggi dari Avicennia marina berada pada bagian batang

dan paling rendah pada bagian daun (Tabel 11). Hasil tersebut bersesuaian dengan

nilai biomassa dan % C-organiknya. Massa karbon rata-rata secara berurutan

mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah sebagai berikut batang

307.32 gram, akar 102.57 gram, cabang 97.33 gram, dan daun 46.36 gram. Massa

karbon total rata-rata per pohon sebesar 553.57 gram. Analisis massa karbon total

dari seluruh populasi yang ada di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 16.

Kelompok sampel I memiliki massa karbon sebesar 0.04 ton atau 0.05 ton/ha.

nilai tersebut paling rendah dibandingkan kelompok sampel lainnya. Massa

karbon yang tersimpan pada kellompok sampel II, III, IV, dan V berturut-turut

sebesar 0.65 ton atau 0.74 ton/ha, 0.79 ton atau 0.89 ton/ha, 8.31 ton atau 9.45

ton/ha, dan 21.73 ton atau 24.69 ton/ha. Berdasarkan hasil tersebut dapat

diketahui bahwa massa karbon total yang tersimpan pada seluruh vegetasi yang

tumbuh pada areal seluas 0.88 ha (34.882 individu) sebesar 31.52 ton C atau

Page 58: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

38

35.82 ton C/ha. Sehingga, dapat diketahui bahwa jumlah karbondiokasida (CO2)

yang dapat diserap oleh vegetasi Avicennia marina di lokasi penelitian sebanyak

131.35 ton CO2/ha.

Tabel 10 Kadar C-organik Avicennia marina di lokasi penelitian

Kelas Ketinggian % Kadar C–organik Bagian Avicennia marina

Akar Batang Cabang Daun

I 29.86 45.13 29.36 19.41

II 28.92 45.31 30.27 21.01

III 29.49 46.12 31.75 19.41

IV 32.95 47.31 30.78 20.27

V 35.14 47.66 38.24 30.40

Rata-rata 31.27 46.31 32.08 22.10 Sumber: Hasil penelitian (2015). Ket: I = 0-100 cm, II = 101-200 cm, III = 201-300 cm, IV = 301-400 cm, V = 401-500 cm

Tabel 11 Massa karbon Avicennia marina dalam satu pohon

Kelas

Ketinggian

(cm)

Massa Karbon pada Bagian Avicennia marina

(gram)

Massa

Karbon

Total Per

Pohon

(gram)

Jumlah

(Individu) Akar Batang Cabang Daun

I 6.02 14.94 6.44 6.15 33.56 1311

II 69.37 66.50 35.06 26.76 197.69 3306

III 92.41 150.91 81.68 48.98 373.98 2102

IV 106.60 351.74 78.61 36.82 573.78 14.487

V 238.43 952.49 284.84 113.08 1588.84 13.676

Rata-rata 102.57 307.32 97.33 46.36 553.57 Sumber: Hasil penelitian (2015). Ket: I = 0-100 cm, II = 101-200 cm, III = 201-300 cm, IV = 301-400 cm, V = 401-500 cm

Gambar 16 Massa karbon total Avicennia marina yang tumbuh di lokasi

penelitian

Hasil penelitian menunjukkan nilai yang berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dharmawan dan Siregar untuk vegetasi yang sama, yaitu

Avicennia marina di Ciasem Purwakarta. Massa karbon total yang tersimpan pada

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

I II III IV V I-V

Nil

ai

Ma

ssa

Ka

rbo

n

Kelas Ketinggian Sampel

Massa Karbon (ton)

Massa Karbon

(ton/ha)

Page 59: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

39

vegetasi Avicennia marina disana sebesar 182.5 Ton C/ha dengan total serapan

CO2 sebanyak 669 Ton CO2/ha. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan

hasil penelitian. Perbedaan nilai tersebut bersesuaian dengan perbedaan hasil

analisis biomassa. Walaupun sampel yang digunakan sama namun diameter dan

ketinggianya berbeda. Selain itu, kerapatan vegetasi di lokasi penelitian (pesisir

CAPD) lebih rapat dibandingkan di Ciasem sehingga nilai simpanan massa

karbonnya berbeda. Kompetisi untuk memperoleh cahaya matahari, air, dan

nutrisi terjadi lebih tinggi di lokasi penelitian sehingga nilai biomassanya menjadi

lebih kecil. Akibatnya, massa karbon yang tersimpan disana juga menjadi lebih

kecil walaupun kerapatannya lebat.

Persamaan Alometrik untuk Menduga Biomassa dan Massa Karbon

Avicennia marina

Nilai biomassa dan massa karbon dari Avicennia marina juga dapat diketahui

melalui pendekatan model persamaan alometrik. Model alometrik merupakan

sebuah model yang digunakan untuk menggambarkan perubahan yang sistematis

dan didalamnya berisi hubungan antara ukuran atau pertumbuhan dari salah satu

bagian dengan keseluruhan komponen dalam suatu makhluk hidup (Parresol

1999). Hubungan tersebut dinyatakan secara matematika baik dalam bentuk

fungsi logaritma maupun pangkat. Melalui model persamaan alometrik, biomassa

dari suatu pohon dapat diduga hanya dengan memasukkan parameter diameter,

tinggi, atau kombinasi keduanya sehingga biomassa tegakan dalam suatu

ekosistem dapat dihitung (Krisnawati et al. 2012). Komiyama et al. (2008) dalam

Parvaresh et al. (2012) menyatakan bahwa model persamaan alometrik pada

beberapa dekade terakhir sudah mulai dikembangkan untuk menduga biomassa.

Bentuk model alometrik terbagi menjadi dua, yaitu model alometrik biomassa

dan model alometrik volume (Jenkins et al. 2003; Zianis dan Mencuccini 2003,

Lehtonen et al. 2004 dalam Krisnawati et al. 2012). Pada penelitian, model

persamaan alometrik yang dibangun terdiri dari model persamaan alometrik untuk

menduga biomassa dan massa karbonnya.

Pencarian model persamaan alometrik semakin berkembang pada berbagai

jenis pohon termasuk jenis-jenis yang terdapat dalam hutan mangrove. Beberapa

penelitian sudah mengembangkan persamaan alometrik khusus untuk jenis

mangrove yang tersebar di wilayah Indonesia seperti Avicennia marina,

Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Bruguiera

spp, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizoporha spp, dan

Xylocarpus granatum (Krisnawati et al. 2012). Khusus untuk jenis Avicennia

marina di wilayah Indonesia, model persamaan alometrik sudah pernah diteliti

oleh Dharmawan dan Siregar (2008) dengan variabel diameter setinggi dada/

DBH 6.4-35.2 cm dan tinggi total 4.5-10 m. Untuk melengkapi informasi yang

sudah tersedia, penelitian berfokus pada pembangunan model persamaan

alometrik untuk jenis Avicennia marina yang memiliki DBH ≤ 5 cm dan tinggi 0-

5 m. Penelitian dilakukan pula untuk mencari model persamaan alometrik untuk

menduga biomassa (B) dan massa karbon (C) karena belum banyak dilakukan.

Pendugaan massa karbon biasanya dihitung menggunakan persamaan 0.5 x

Biomassa (Dharmawan dan Siregar 2008).

Variabel yang digunakan untuk membangun persamaan alometrik pada

penelitian adalah tinggi total/Tt (x1) dan diameter setinggi dada/ DBH (x2). Tinggi

Page 60: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

40

total menjadi variabel pertama dikarenakan oleh kondisi sampel vegetasi di lokasi

penelitian masih dalam tahap semai dan pancang sehingga diameter setinggi dada

pada batangnya dianggap belum terlalu signifikan dalam mempengaruhi biomassa

dan massa karbonnya. Selain itu, kondisi vegetasi di lokasi penelitian mengalami

pertumbuhan ke atas lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ke samping (ukuran

batang melebar). Model persamaan alometrik yang dianalisis oleh Dharmawan

dan Siregar (2008) untuk jenis Avicennia marina hanya menggunakan variabel

DBH. Hal tersebut dikarenakan sampel vegetasi yang digunakan sudah dalam

tahap pohon dan memiliki DBG lebih besar dari 5 cm.

Persamaan dibangun berdasarkan pengelompokkan kelas tinggi total sampel,

yaitu kelas I yang memiliki ketinggian 0-100 cm, kelas II dengan ketinggian 101-

200 cm, kelas III dengan ketinggian 201-300 cm, kelas IV dengan ketinggian 301-

400 cm, dan kelas V dengan ketinggian 401-500 cm. Selain itu, persamaan

alometrik dibangun berdasarkan bagian-bagian dari Avicennia marina, yaitu akar,

batang, cabang, dan daun. Persamaan yang dibangun terdiri dari regresi linear dan

logaritmik menggunakan satu variabel (Tt) dan dua variabel (Tt dan DBH).

Regresi linear dan logaritmik dipilih berdasarkan pertimbangan pertumbuhan

pohon. Pertimbangan pertama adalah sampel Avicennia marina yang digunakan

masih dalam tahap semai dan pancang sehingga pertumbuhannya berada di

wilayah garis regresi lurus dan belum mencapai kondisi stabil. Namun informasi

tersebut memerlukan data pembanding sehingga pertimbangan kedua

menggunakan persamaan logaritmik. Model persamaan alometrik yang dibangun

dijelaskan pada bagian pembahasan selanjutnya.

Hubungan Biomassa dan Massa Karbon dengan DBH dan Tinggi Total

Tinggi total (Tt) dan DBH menjadi variabel yang diperhitungkan dalam

mencarai model persamaan alometrik dalam penelitian kali ini. Menurut

Katterings et al. (2001) dalam Maulana dan Pandu (2011), variabel DBH akan

meningkatkan efisiensi pengukuran dan akan mengurangi ketidakpastian dari hasil

pengukuran berdasarkan persamaan yang dibentuk. Oleh karena itu, keterkaitan

keduanya dengan nilai biomassa dan massa karbon dianalisis dan digambarkan

dalam kurva linear pada Gambar 17 sampai Gambar 20.

Gambar 17 Hubungan tinggi total dengan biomassa total

R² = 75%

-0,0010

0,0000

0,0010

0,0020

0,0030

0,0040

0,0050

0 100 200 300 400 500 600

Bio

mass

a T

ota

l (T

on

)

Tinggi Total/ Tt (cm)

Hubungan antara Tt

dengan Btot

Linear (Hubungan antara

Tt dengan Btot)

Page 61: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

41

Gambar 18 Hubungan tinggi total dengan massa karbon total

Gambar 19 Hubungan DBH dengan biomassa total

Gambar 20 Hubungan DBH dengan massa karbon total

Hasil analisis menunjukkan bahwa Tt dan DBH memiliki korelasi yang cukup

tinggi dengan biomassa total (Btot) dan massa karbon total (Ctot) Avicennia

R² = 75%

-0,050000

0,000000

0,050000

0,100000

0,150000

0,200000

0,250000

0 200 400 600Mass

a K

arb

on

Tota

l/ C

tot

(Ton

C)

Tinggi Total/ Tt (cm)

Hubungan antara Tt

dengan Ctot

Linear (Hubungan

antara Tt dengan Ctot)

R² = 78%

-0,0005

0,0000

0,0005

0,0010

0,0015

0,0020

0,0025

0,0030

0,0035

0,0040

0,0045

0,0050

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

Bio

mass

a T

ota

l (T

on

)

Diameter Setinggi Dada/ DBH (cm)

Hubungan antara DBH

dengan Btot

Linear (Hubungan

antara DBH dengan

Btot)

R² = 078%

-0,050000

0,000000

0,050000

0,100000

0,150000

0,200000

0,250000

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0Mass

a K

arb

on

Tota

l/ C

tot

(Ton

C)

Diameter Setinggi Dada/DBH (cm)

Hubungan antara DBH

dengan Ctot

Linear (Hubungan

antara DBH dengan

Ctot)

Page 62: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

42

marina. Nilai koefisien korelasi (R2) antara Tt dengan Btot dan Ctot sebesar 0.75

(Gambar 17 dan Gambar 18). Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan koefisien

korelasi (R2) antara DBH dengan Btot dan Ctot, yaitu sebesar 0.8 (Gambar 19 dan

Gambar 20). Berdasarkan gambaran tersebut, kedua variabel mempengaruhi nilai

biomassa dan massa karbon dari Avicennia marina sebesar 75-80% dan hanya 20-

25% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

Persamaan alometrik untuk Menduga Biomassa Avicennia marina

Persamaan alometrik untuk menduga biomassa Avicennia marina disajikan

pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Persamaan alometrik pada Lampiran 2

merupakan model-model yang dibangun untuk menduga nilai biomassa Avicennia

marina pada setiap selang ketinggian tertentu sedangkan model-model pada

Lampiran 3 digunakan untuk menduga nilai biomassa setiap bagian Avicennia

marina (akar, batang, cabang, dan daun). Kehandalan model yang dibangun harus

memenuhi 2 kriteria, yaitu nilai koefisien korelasi (R2), ragam (s), dan lolos uji

validasinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R2) untuk

persamaan alometrik biomassa Avicennia marina secara umum berdasarkan

selang ketinggian maupun bagian tumbuhan sudah memenuhi kriteria baik untuk

persamaan linear maupun logaritmik (Lampiran 1 dan 2). Berdasarkan kedua tabel

tersebut dapat terlihat bahwa nilai R2 untuk persamaan alometrik bentuk

logaritmik lebih tinggi dibandingkan bentuk linear. Namun, nilai persamaan

alometrik untuk menduga biomassa selang ketinggian 0-100 cm, 101-200 cm,

201-300 cm, 301-400 m, dan 401-500 cm memiliki nilai R2 yang beragam dan

beberapa diantaranya masih memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 40%. Nilai

R2 yang tidak lebih dari 40% pada beberapa persamaan alometrik kemungkinan

disebabkan oleh sampel yang diambil masih dalam tahap semai dan tiang, posisi

tempat tumbuh sampel yang diambil secara acak, dan kerapatan vegetasi

Avicennia marina di lokasi penelitian. Pada tahap semai dan pancang proses

pertumbuhan masih berlangsung sehingga biomassanya belum mencapai kondisi

stabil. Saat proses pertumbuhan tersebut maka posisi tumbuh sangat menentukan

dalam memperoleh nutrisi, air, dan sinar matahari yang sangat dibutuhkan untuk

proses fotosintesis. Jumlah vegetasi yang sangat rapat, yaitu 34.882 individu pada

luas area 0.88 ha menyebabkan terjadinya kompetisi dalam memperoleh nutrisi,

air, dan sinar matahari sangat tinggi, Sehingga nilai biomassanya cukup beragam.

Berbeda halnya dengan persamaan alometrik untuk menduga biomassa setiap

bagian Avicennia marina yang memiliki nilai R2 lebih baik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R2) dari persamaan alometrik yang

dibangun untuk menduga nilai biomassa berada pada kisaran 58%-96%. Menurut

Dharmawan dan Siregar (2008) semakin besar nilai koefisien korelasi/KK (R2)

maka model persamaan alometrik yang dibentuk semakin baik karena model

semakin handal. Jika nilai koefisien korelasi 40% ≤ KK maka korelasinya cukup

berarti dimana jika lebih dari 90% maka mengindikasikan hubungan yang tinggi

dan kuat sekali. Nilai R2dan ragam tidak terlepas dari jumlah sampel yang

digunakan pada penelitian. Pada penelitian, jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 25 pohon dan jumlah tersebut tidak menjadi keharusan dalam

membangun persamaan alometrik. Jumlah sampel sangat disesuaikan dengan

kondisi di lapangan, kemampuan peneliti, dan kondisi populasi di lokasi

Page 63: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

43

penelitian. Semakin banyak n sampel yang digunakan maka model persamaan

alometrik akan semakin baik (Akbar 2012).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis diperoleh persamaan terpilih

untuk menduga biomassa Avicennia marina yang memiliki tinggi total 0-500 cm

dan diameter batang ≤ 5 cm adalah persamaan alometrik logaritmik yang

menggunakan dua variabel (Tt dan DBH), yaitu Log Y= -7.42 + 1.79 (Log Tt) +

0.264 (Log DBH). Persamaan terpilih untuk menduga biomassa akar, cabang, dan

daun, yaitu persamaan alometrik bentuk logaritmik dengan satu variabel, yaitu

tinggi total. Persamaan tersebut berturut-turut adalah Log Yakar = -8.37 + 1.94

(Log Tt), Log Ycabang = -8.63 + 2.01 (Log Tt), dan Log Ydaun = -7.73 + 1.63 (Log

Tt). Berbeda dengan yang lainnya, persamaan alometrik terpilih untuk menduga

biomassa batang adalah persamaan bentuk logaritmik dua variabel, yaitu tinggi

total dan DBH. Persamaan yang dimaksud adalah Log Ybatang = -8.83 + 1.99 (Log

Tt) + 0.419 (Log DBH). Pada tahap semai sampai pancang dengan diameter

pohon kurang dari 5 cm dan ketinggian 0-5 m maka variabel DBH tidak terlalu

berpengaruh terhadap nilai dugaan biomassa dan massa karbon. Variabel tinggi

total memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai dugaan tersebut.

Namun khusus pada bagian batang, variabel DBH masih memberikan pengaruh

terhadap nilai dugaan.

Hasil analisis lebih lanjut dilakukan untuk membuktikan keandalan model.

Pembuktian dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan biomassa

menggunakan persamaan alometrik terpilih dengan hasil perhitungan aktual di

laboratorium. Selain itu, hasil perhitungan dengan persamaan alometrik terpilih

dibandingkan juga dengan hasil perhitungan menggunakan persamaan alometrik

dari penelitian sebelumnya untuk jenis Avicennia marina. Hasil tersebut disajikan

pada Tabel 12 sampai Tabel 13. Berdasarkan analisis yang disajikan pada Tabel

12 dapat diketahui bahwa analisis perhitungan menggunakan persamaan Log Y= -

7.42 + 1.79 (Log Tt) + 0.264 (Log DBH) paling mendekati nilai perhitungan

aktualnya di laboratorium. Sedangkan analisis perhitungan menggunakan

persamaan alometrik bentuk logaritmik satu variabel (Tt) untuk menduga

biomassa akar, cabang, dan daun paling mendekati nilai perhitungan aktualnya di

laboratorium (Tabel 13). Begitu pula dengan perhitungan menggunakan

persamaan alometrik bentuk logaritmik dua variabel (Tt dan DBH) untuk

menduga biomassa batang paling mendekati perhitungan aktualnya.

Hasil penelitian pembanding yang digunakan berasal dari berbagai lokasi

penelitian, yaitu Dharmawan dan Siregar (2008) berada di Purwakarta-Indonesia,

Comley dan Mc Guiness (2005) berada di Australia, Amarasinghe dan

Balasubramaniam (1992) berada di Srilanka, dan Clought et al. (1997) berada di

Australia. Ketiga persamaan alometrik pembanding membagi tiga bagian

Avicennia marina, yaitu biomassa total, biomassa atas yang terdiri dari batang,

cabang, dan daun serta biomassa bawah yang hanya terdiri dari akar. Persamaan

alometrik berdasarkan selang ketinggian dibandingkan dengan hasil penelitian

Dharmawan dan Siregar (2008) sementara persamaan alometrik setiap bagian

Avicennia marina dibandingkan dengan tiga hasil penelitian yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Informasi tersebut disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15.

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15, seluruh

persamaan terpilih untuk menduga biomassa yang sudah dijelaskan sebelumnya

menghasilkan perhitungan dengan nilai-nilai yang cukup akurat mendekati

Page 64: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

44

perhitungan biomassa aktualnya di laboratorium jika dibandingkan dengan

perhitungan menggunakan persamaan alometrik dari hasil penelitian sebelumnya.

Tabel 12 Hasil perhitungan biomassa Avicennia marina menggunakan persamaan

alometrik terpilih

Biomassa

(Ton)

Hasil

Aktual

(Ton)

Persamaan alometrik (Ton)

Y = - 0.000915 + 0.000008

X1

Y = - 0.000954 +

0.000002 X1 +

0.00103 X2

Log Y = - 7.92 + 2.02

Log X1

Log Y = - 7.42 + 1.79

Log X1+ 0.264 Log

X2

Total 0.0351 0.0334 0.0362 0.0335 0.0339

Rata-Rata 0.0014 0.0013 0.0015 0.0013 0.0014

Keterangan: Y= Biomassa (Ton), X1: = Tinggi Total (cm), X2= Diameter batang (cm)

Tabel 13 Hasil perhitungan biomassa Avicennia marina menggunakan berbagai

persamaan alometrik

No Keterangan Variabel Biomassa Rata-Rata (Ton)

Total Akar Batang Cabang Daun

1 Linear

Tt 0.0012 0.0002 0.0005 0.0004 0.0001

Tt dan DBH 0.0015 0.0004 0.0005 0.0003 0.0001

2 Logaritmik

Tt 0.0014 0.0003 0.0005 0.0003 0.0002

TT dan DBH 0.0013 0.0003 0.0006 0.0003 0.0002

3 Hasil aktual 0.0014 0.0003 0.0006 0.0003 0.0002

Ket: Persamaan alometrik pada kolom variabel merujuk pada tabel persamaan alometrik (Tabel 12).

Tabel 14 Perbandingan hasil biomassa dengan berbagai persamaan alometrik

berdasarkan selang ketinggian

Keterangan Tt (cm) DBH

(cm) n R2

Nilai

Biomassa

Total (Ton)

Author

Aktual 0-500 0.7-2.5 25 0.0351 Hasil analisis laboratorium

Log Y= -7.42 + 1.79 (Log x1) + 0,264 (Log x2) 0-500 0.7-2.5 25 89.4 0.0339 Hasil penelitian

Y = 0,2905 (DBH)2,2598 450-800 6.4-35.2 47 98.15 0.00004 Dharmawan dan

Siregar (2008)

Tabel 15 Perbandingan hasil biomassa dengan berbagai persamaan alometrik

berdasarkan setiap bagian Avicennia marina

No Keterangan R2 n DBH Biomassa Rata-Rata (Ton/Pohon)

Total Akar Batang Cabang Daun

1 Aktual 25 0.7-3.5

0.0014 0.0003 0.0006 0.0003 0.0002

0.0011

2 Persamaan

Terpilih

0.67-

0.96 25

0.7-

3.5 0.0013 0.0003

0.0006 0.0003 0.0002

0.0011

3 Dharmawan &

Siregar (2008)

0.85-

0.98 47

6.4-

35.2 0.0015 0.0006 0.0010

4

Comley & Mc Guiness

(2005) dalam

Estrada et al. (2014)

0.97 22 1.0-30 0.0014

5

Amarasinghe

& Balasubraniam

(1992) dalam

Estrada et al. (2014)

0.92 29 2.0-

12.5 0.0012

6

Clought et al.

(dalam Estrada et al.

(2014)

0.97 23 5.5-20.4

0.0009

Page 65: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

45

Persamaan alometrik untuk Menduga Massa Karbon Avicennia marina

Sama halnya dengan persamaan alometrik untuk menduga nilai biomassa,

persamaan alometrik untuk menduga nilai massa karbon (C) dari Avicennia

marina juga menggunakan variabel Tt (x1) dan DBH (x2). Nilai C diperoleh dari

hasil perhitungan antara % C-organik dan biomassa. Persen C-organik pada setiap

bagian Avicennia marina memiliki nilai yang berbeda sehingga % C-organik pada

setiap kelas sampel juga akan berbeda. Persamaan alometrik untuk menduga C

berdasarkan kelas ketinggian dapat dilihat pada Lampiran 4 sedangkan

berdasarkan bagian dari Avicennia marina (akar, batang, cabang, dan daun) dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan terpilih untuk menduga

massa karbon Avicennia marina yang memiliki tinggi total 0-500 cm dan

diameter batang ≤ 5cm adalah persamaan alometrik logaritmik menggunakan dua

variabel (Tt dan DBH), yaitu Log Y = -8.20 + 1.92 (Log Tt) + 0.327 (Log DBH).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa persamaan alometrik untuk menduga

massa karbon Avicennia marina yang memiliki ketinggian 0-100 cm, 101-200 cm,

201-300 cm, dan 301-400 cm masih belum memenuhi kaidah statistik sehingga

tidak disarankan untuk digunakan dalam menduga nilai massa karbon. Persamaan

regresi logaritmik dengan satu variabel menjadi persamaan terbaik untuk

menduga nilai massa karbon akar, cabang, dan daun sedangkan persamaan

logaritmik dua variabel menjadi persamaan terbaik untuk menduga massa karbon

batang. Persamaan alometrik untuk massa karbon akar, cabang, dan daun adalah

Log Yakar = -9.11 + 2.04(Log Tt), Log Ycabang = -9.41 + 2.13 (Log Tt), dan Log

Ydaun = -8.46 + 1.64 (Log Tt) sedangkan untuk massa karbon batang adalah Log

Ybatang = -8.89 +2.06 (Log Tt) + 0.467 (Log DBH). Hasil tersebut dibuktikan lebih

lanjut melalui perbandingan antara perhitungan massa karbon aktual hasil analisis

laboratorium dengan perhitungan menggunakan persamaan alometrik terpilih.

Hasil analisis disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Selain itu, perhitungan nilai

massa karbon hasil penelitian juga dibandingkan dengan persamaan alometrik

hasil penelitian sebelumnya yang disajikan pada Tabel 18 dan Tabel 19.

Tabel 16 Hasil perhitungan massa karbon Avicennia marina menggunakan

persamaan alometrik terpilih

Massa C

(Ton)

Hasil

Aktual

(Ton)

Persamaan alometrik (Ton)

Y = - 0.000464 + 0.000004 X1

Y = - 0.000479 +

0.000001 X1+ 0.000399

X2

Log Y = - 8.82 + 2.21 Log

X1

Log Y = - 8.20 + 1.92

Log X1+ 0.327 Log X2

Total 0.0138 0.0308 0.0331 0.0307 0.0311

Rata-

Rata 0.0006 0.0013 0.014 0.0013 0.0013

Tabel 17 Hasil perhitungan massa karbon Avicennia marina menggunakan

berbagai persamaan alometrik

No Keterangan Variabel Massa Karbon Rata-Rata (Ton C)

Total Akar Batang Cabang Daun

1 Linear Tt 0.0007 0.0002 0.0002 0.0002 0.00002

2 Linear Tt dan DBH 0.0005 0.0001 0.0003 0.0001 0.00002

3 Log 1 TT 0.0005 0.0001 0.0003 0.0001 0.00004

4 Log 2 TT dan DBH 0.0005 0.0001 0.0003 0.0001 0.00004

5 Hasil aktual 0.0006 0.0001 0.0003 0.0001 0.00005

Keterangan: Tt = Tinggi total, DBH = Diameter setinggi

Page 66: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

46

Berdasarkan analisis yang disajikan pada Tabel 16 dapat diketahui bahwa

analisis perhitungan menggunakan persamaan Log Y = -8.20 + 1.92 (Log Tt) +

0.327 (Log DBH) paling mendekati nilai perhitungan aktualnya di laboratorium.

Sedangkan analisis perhitungan menggunakan persamaan alometrik bentuk

logaritmik satu variabel (Tt) untuk menduga massa karbon akar, cabang, dan daun

paling mendekati nilai perhitungan aktualnya di laboratorium (Tabel 17). Begitu

pula dengan perhitungan menggunakan persamaan alometrik bentuk logaritmik

dua variabel (Tt dan DBH) untuk menduga massa karbon batang paling mendekati

perhitungan aktualnya. Selain itu, seluruh persamaan terpilih untuk menduga

massa karbon yang sudah dijelaskan sebelumnya menghasilkan perhitungan

dengan nilai-nilai yang cukup akurat mendekati perhitungan biomassa aktualnya

di laboratorium jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan persamaan

alometrik dari hasil penelitian sebelumnya (Tabel 18 dan Tabel 19).

Tabel 18 Perbandingan hasil massa karbon dengan berbagai persamaan alometrik

berdasarkan selang ketinggian

Keterangan Tt (cm) DBH

(cm) n R2

Nilai Biomassa

Total (Ton)

Author

Aktual 0-500 0.7-2.5 25 0.01384 Hasil analisis

laboratorium

Log Y= -8.20 + 1.92 (Log x1) + 0.327 (Log x2) 0-500 0.7-2.5 25 89.4 0.01290 Hasil penelitian

(Y = 0.2905 (DBH)2.2598) x 0.5 450-800 6.4-35.2 47 98.15 0.000019 Dharmawan dan Siregar (2008)

Tabel 19 Perbandingan hasil massa karbon dengan berbagai persamaan alometrik

berdasarkan setiap bagian Avicennia marina

No Keterangan R2 n DBH Massa Karbon Rata-Rata (Ton C/Pohon)

Total Akar Batang Cabang Daun

1 Aktual 25 0.7-

2.5 0.0005 0.0001

0.0003 0.0001 0.00005

0.00045

2 Persamaan

Terpilih

68.6-

96.6 25

0.7-

3.5 0.0005 0.0001

0.0003 0.0001 0.00004

0.00044

3 Dharmawan & Siregar (2008)

0.85-0.98

47 6.4-35.2

0.0007 0.0003 0.0005

4

Comley & Mc

Guiness (2005) dalam

Estrada et al.

(2014)

0.97 22 1.0-30 0.0007

5

Amarasinghe

&

Balasubraniam (1992) dalam

Estrada et al.

(2014)

0.92 29 2.0-12.5

0.0006

6

Clought et al.

(dalam Estrada et al.

(2014)

0.97 23 5.5-20.4

0.0005

Simpanan Karbon pada Sedimen

Potensi Sedimen

Simpanan karbon pada sedimen di lokasi penelitian berasal substrat

Page 67: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

47

lumpur yang terjerap akibat pemasangan perangkap sedimen. Oleh karena itu,

potensi sedimen yang terjerap disana perlu diketahui. Sedimen yang terperangkap

di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 21 berdasarkan kelas kedalaman.

Berdasarkan Gambar 21, terlihat bahwa semakin ke arah laut kedalaman semakin

bertambah sehingga volume sedimen semakin bertambah pula. Hasil penelitian

Donato et al. (2012) menunjukkan bahwa simpanan karbon di bawah tanah

(belowground carbon) pada ekosistem mangrove 8 kali lebih besar dibandingkan

karbon yang berada di atas tanah (aboveground carbon). Penelitian menunjukkan

bahwa dari 1.023 ton C/ha yang tersimpan pada ekosistem mangrove, sekitar 900

ton C/ha merupakan karbon yang tersimpan di bawah tanah dan sisanya sekitar

123 ton C/ha merupakan karbon di atas tanah. Informasi tersebut menunjukkan

bahwa tanah pada ekosistem mangrove menyimpan jauh lebih besar karbon

dibandingkan vegetasi yang tumbuh di atasnya. Hasil analisis menunjukkan

bahwa volume sedimen awal sebelum pemasangan perangkap sebesar 26.296.14

m3 dengan kedalaman kurang lebih 3 meter. Volume sedimen setelah pemasangan

perangkap sedimen menjadi 35.061.53 m3 dengan kedalaman total 400 cm.

Artinya, pemasangan perangkap sedimen memberikan kontribusi pada

penambahan volume sedimen di lokasi penelitian sebanyak 8765.38 m3 dengan

kedalaman kurang lebih 100 cm.

Gambar 21 Peta penyebaran sedimen yang terperangkap berdasarkan kelas

Kedalaman

Massa Karbon Sedimen

Setelah mengetahui potensial sedimen yang terdapat di lokasi penelitian,

selanjutnya massa karbon sedimen dapat dianalisis. Proses penghitungan massa

karbon atau simpanan karbon pada sedimen tidak terlepas dari dua parameter

utama, yaitu nilai Bulk Density (BD) dan % karbon organiknya (% C-organik).

Nilai ini akan mempengaruhi proporsi massa karbon yang terkandung dalam

setiap lapisan sampel sedimen yang dianalisis. Nilai BD menunjukkan jumlah

Page 68: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

48

bobot massa tanah pada kondisi lapangan yang telah dikering-ovenkan per satuan

volume (Sugirahayu dan Rusdiana 2011). Semakin tinggi nilai BD maka

kepadatan tanah semakin tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai BD

mengalami penurunan seiring dengan penambahan kedalaman sedimen (Tabel

20). Bulk Density rata-rata pada kedalaman 0-10 cm merupakan BD paling tinggi,

yaitu sebesar 1.65 gram/cm3 sedangkan pada kedalaman 100-400 cm nilainya

tidak bertambah, yaitu sebesar 0.17 gram/cm3. Nilai BD pada kedalaman 10-50

cm dan 50-100 cm berturut-turut sebesar 0.42 gram/cm3 dan 0.36 gram/cm

3Nilai

BD rata-rata sampai kedalaman 400 cm , yaitu 0.49 gr/cm3 (Tabel 20).

Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Sugirahayu dan

Rusdiana (2011) yang menunjukkan bahwa nilai BD tanah hutan mangrove

sebesar 0.50 gr/cm3. Nilai BD pada setiap lapisan kedalaman sedimen akan

memiliki nilai yang berbeda tergantung pada lokasi titik pengambilan sampel dan

jenis vegetasi yang tumbuh di atasnya. Hal tersebut telah dibuktikan oleh

Mahasani et al.(2015) yang melakukan penelitian di hutan mangrove bekas

tambak, Perancak, Jembrana Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa lokasi

pengambilan sampel di tiga lokasi, yaitu dekat jalan raya dengan vegetasi

Rhizophora sylosa, dekat muara sungai dengan vegetasi jenis Ceriops tagal dan

Bruguiera gymnorhiza, dan dekat muara sungai dengan vegetasi jenis Rhizophora

apiculata menunjukkan nilai BD yang berbeda pada setiap lapisan kedalaman.

Selain lokasi penelitian dan jenis vegetasi, nilai BD juga akan dipengaruhi oleh

tekstur tanah karena berhubungan dengan kepadatan tanah. Tekstur tanah sangat

berhubungan dengan ukuran partikel. Partikel penyusun tanah di hutan mangrove

didominasi oleh pasir sehingga pori-pori tanahnya besar. Akibatnya, kemampuan

untuk menahan airnya menjadi sangat rendah dan kerapatan tanahnya menjadi

rendah. Selain itu, kondisi tanah demikian akan mudah mengalami pencucian.

Pencucian terjadi akibat adanya pasang surut air laut yang terjadi setiap hari

seperti yang terjadi di lokasi penelitian. Nilai BD pada setiap selang kedalaman

semakin kecil. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh tekstur tanah yang

semakin memadat ke arah vertikal.

Tabel 20 Hasil analisis bulk density, % C-organik, dan massa karbon sedimen di

lokasi penelitian

Selang

Kedalaman

(cm)

Rata-Rata

Luas (cm2) Kedalaman

(cm) Volume (cm3) C (ton)

C

(ton/ha) BD

(gr/cm3)

C-Org

(%)

0-10 1.65 1.35

87.653.814 10

876.538.140 19.53 24.42

10-50 0.42 1.28

87.653.814 40

3.506.152.560

18.95 23.69

50-100 0.36 1.38

87.653.814 50

4.382.690.700 21.58 26.97

100-200 0.17 1.50

87.653.814 100

8.765.381.400 22.70 28.37

200-300 0.17 1.42

87.653.814 100

8.765.381.400

21.24 26.55

300-400 0.17 1.51

87.653.814 100

8.765.381.400 23.03 28.79

Total

400 35.061.525.600 127.03 158.78

Rata-Rata 0.49 1.41 87.653.814

5.843.587.600 21.17 26.46

Proses selanjutnya dalam penentuan simpanan karbon pada sedimen

karbon adalah menentukan % C-organik dari sedimen tersebut. Kadar C-organik

Page 69: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

49

yang dianalisis merupakan persentase kadar C yang terkandung dalam nilai BD

yang sudah dianalisis sebelumnya. Hasil analisis kadar C-organik pada setiap

selang kedalaman sedimen di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 20. Kadar C-

organik rata-rata mengalami penurunan dari kedalaman 10 cm ke 50 cm sebanyak

0.07%. Persentase C-organik rata-rata pada kedalaman 0-10 cm yang lebih tinggi

kemungkinan disebabkan oleh kondisi substrat yang berada pada bagian top soil

sehingga masih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama adanya gelombang

dan pasang surut air laut yang membawa material sedimen. Sedimen tersebut

kemungkinan membawa sejumlah material dengan kandungan karbon organik

tertentu di dalamnya. Selanjutnya, kadar C-organik pada kedalaman 50-200 cm

lebih tinggi dan terus meningkat dibandingkan pada kedalaman 10-50 cm.

Persentase C-organik rata-rata pada kedalaman 50-100 cm sebesar 1.38% dan

pada kedalaman 100-200 cm sebesar 1.50%. Kadar C-organik pada kedalaman

200-300 cm ternyata lebih rendah dibandingkan kedalaman sebelumnya walaupun

nilainya tidak terlalu berbeda jauh dengan kedalaman 100-200 cm. Kadar C-

organik paling tinggi berada pada kedalaman 300-400 cm, yaitu 1.51%. Jika

seluruh nilai % C-organik pada kedalaman 0-400 cm dirata-ratakan maka hasil

yang diperoleh sebesar 1.41%.

Persentase kadar C-organik sedimen pada setiap selang kedalaman

memiliki pola fluktuatif naik turun (Tabel 20). Widiatmaka (2013) menyatakan

bahwa kadar organik pada tanah termasuk sedimen sangat sensitif terhadap

sejumlah faktor, diantaranya adalah iklim, tofografi, tanah dan pengelolaan

tanaman, serta kondisi antropogenik lainnya. Karbon organik tanah juga

meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan dan menurun seiring dengan

meningkatnya temperatur (Paustianet et al. 1998 dalam Widiatmaka 2013). Jika

dianalisis lebih lanjut, kadar C-organik pada lapisan top soil, yaitu 0-50 cm maka

diperoleh rata-rata kadar C-organik sebesar 1.31%. nilai tersebut lebih kecil

dibandingkan % C-organik rata-rata pada lapisan sub soil, yaitu 50-100 cm

sebesar 1.38%. Besaran nilai kadar C-organik pada lapisan top soil kemungkinan

sebagian besar berasal dari serasah (litter) yang berada di lapisan atas sedimen.

Serasah tersebut terkonsentrasi disana, membusuk kemudian terdekomposisi dan

terurai menjadi komponen penyusun bahan organik tanah. Jika dilihat dari kondisi

vegetasi yang masih dalam tahap semai dan pancang, maka serasah yang gugur di

atas permukaan sedimen masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selain itu,

kondisi gelombang air laut pada saat pengambilan sampel sedimen masih cukup

tinggi karena berada pada musim angin barat. Hal tersebut menyebabkan serasah

yang berada di lantai hutan mangrove sangat mudah terbawa gelombang tersebut.

Kadar C-organik pada lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman 50-100 cm

memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan lapisan di atasnya. Namun, nilai

tersebut tidak terlalu beda jauh, yaitu 1.38%. Berdasarkan penelitian Siringoringo

(2015), pada lapisan sub soil (30-100 cm) nilai karbon tidak akan berbeda nyata

dengan lapisan top soil. Hal tersebut dikarenakan pasokan serasah dari permukaan

yang semakin menurun. Pada lapisan ini, nilai karbon organik lebih banyak

dipengaruhi oleh kepadatan akar. Akar tanaman akan melepaskan sejumlah

senyawa organik ke lingkungan sekitarnya. Senyawa-senyawa tersebut seperti

lignin, suberin, dan rhizodeposition. Selain senyawa organik, pada lapisan sub soil

juga terdapat jamur mikoriza dan terjadi pengendapan (illuvation) melalui

pencampuran sedimen atau tanah oleh organisme (bioturbation) dan terjadi

Page 70: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

50

pencucian (leaching). Kadar C-organik pada lapisan sub soil (kedalaman 50-200

cm) lebih tinggi dibandingkan lapisan top soil (0-50 cm). Kondisi demikian

kemungkinan besar serupa seperti kondisi di lokasi penelitian Siringoringo

(2015). Pada lapisan ini, akar Avicennia marina memainkan peran yang cukup

besar dalam memasok sejumlah karbon organik sedimen. Kepadatan Avicennia

marina yang snagat rapat memungkinkan terjadinya pelepasan sejumlah senyawa

organik yang berasal dari akar yang selanjutnya mempengaruhi proporsi kadar

karbon organik di dalam sedimen. Hal menarik lain di lokasi penelitian adalah

kadar C-organik pada kedalaman 200-300 cm yang kembali menurun kemudian

meningkat pada kedalaman 300-400 cm. Penyebab kondisi tersebut belum dapat

dijelaskan secara lebih rinci. Namun, kemungkinan besar berkaitan dengan

kondisi sedimen di masa lalu. Sedimen yang berada lebih dalam sudah mengalami

beberapa kali proses pencucian akibat pasang surut air laut dan pemadatan. Selain

itu, pada lapisan sedimen yang lebih dalam telah terjadi interaksi mineral sehingga

komposisi kimiawinya sangat dipengaruhi oleh proses pedologi (Siringoringo

2015).

Hasil analisis kadar C-organik sedimen menunjukkan nilai yang cukup

berbeda jauh dengan penelitian Dharmawan dan Siregar (2008) yang menghitung

% C-organik di Ciasem Purwakarta, yaitu sebesar 2.9%. walaupun vegetasi yang

tumbuh disana sama, yaitu Avicennia marina namun kondisi vegetasinya berbeda

jauh. Avicennia marina disana memiliki memiliki diameter batang yang lebih

besar. Sementara itu, kondisi vegetasi di lokasi penelitian masih dalam tahap

semai dan pancang dengan diameter batang ≤ 5 cm. Namun, secara umum % C-

organik untuk hutan mangrove di Indnesia berada pada kisaran 1.32-8.95 %

(Hanafi dan Badayos 1989, Murtidjo 1996 dalam Dharmawan dan Siregar 2008).

Menurut Hidayanto et al., (2004) dalam Dharmawan dan Siregar (2008), semakin

besar vegetasi pada suatu hutan mangrove maka akan memiliki kemampuan yang

semakin besar untuk menghasilkan serasah organik. Serasah organik tersebut

berasal dari guguran daun dan merupakan penyusun utama bahan organik dalam

tanah. Lokasi penelitian dapat dikatakan sebagai kawasan hasil aforestasi

sehingga keseimbangan karbonnya sangat dipengaruhi oleh jenis pohon yang

berkaiatan erat dengan laju pertumbuhan pohon. Produksi dan kualitas serasah

sangat dipengaruhi oleh jenis pohon dan mempengaruhi dinamika karbon organik

tanah (Cruzado et al. 2011 dalam Siringoringo 2015).

Hasil penelitian massa karbon menunjukkan pola yang sama dengan hasil

% C-organiknya (Gambar 22). Pola naik turun tersebut sangat dipengaruhi oleh

proporsi kadar C-organik dalam setiap lapisan sedimen. Simpanan karbon paling

tinggi berada pada kedalaman 300-400 cm dan paling rendah berada pada

kedalaman 10-50 cm. Nilai simpanan karbon sedimen berturut-turut pada

kedalaman 0-10 cm sebesar 19.53 ton C atau 22.20 ton C/ha, 10-50 cm sebesar

18.95 ton C atau 21.53 ton C/ha, 50-100 cm sebesar 21.58 ton C atau 24.52 ton

C/ha, 100-200 cm sebesar 22.70 ton C atau 25.79 ton C/ha, 200-300 cm sebesar

21.24 ton C atau 24.14 ton C/ha, dan 300-400 cm sebesar 23.03 ton C atau 26.17

ton C/ha. Simpanan karbon total yang terdapat pada sedimen pada kedalaman 0-

400 cm sebesar 127.03 ton C atau 144.35 ton C/ha. Simpanan karbon awal

(sebelum pemasangan perangkap sedimen) sebesar 66.97 ton C atau 76.10 ton

C/ha dengan kedalaman 300 cm dan simpanan karbon yang berasal dari sedimen

terperangkap sebesar 60.06 ton C atau 68.25 ton C/ha pada kedalaman 100 cm.

Page 71: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

51

Gambar 22 Simpanan karbon pada sedimen di lokasi penelitian

Hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan

penelitian yang telah dilakukan oleh Donato et al. (2012) di wilayah Indo-Pasifik

pada 25 lokasi penelitian, yaitu 900 Ton C/ha di bawah permukaan dan 700 Ton

C/ha diantaranya berada pada kedalaman lebih dari 30 cm. Hasil penelitian Alongi

(2012) menunjukkan bahwa pada hutan mangrove yang ditumbuhi Avicennia

marina di wilayah Indonesia, massa karbon yang tersimpan di bawah permukaan

pada kedalaman 80 cm sebesar 413 Ton C/ha. Jumlah simpanan karbon yang

lebih sedikit dibandingkan dua penelitian sebelumnya di Indonesia kemungkinan

disebabkan oleh kondisi vegetasi yang masih dalam tahap semai dan pancang

sehingga jumlah serasah organik yang berada di lantai hutan masih sedikit. Selain

itu, kondisi gelombang air laut di lokasi penelitian saat pengambilan sampel

sedimen dipengaruhi oleh angin barat. Gelombang pada saat itu cukup tinggi

sehingga sangat mempengaruhi material sedimen yang terbawa arus. Berdasakan

hasil penelitian, jumlah karbondioksida (CO2) yang dapat diserap sebesar 529.28

ton CO2/ha. Hasil tersebut menunjukkan bahwa simpanan karbon pada sedimen 4

kali lebih tinggi sampai kedalaman 400 cm dibandingkan pada vegetasinya.

Strategi Pengelolaan Perangkap Sedimen

Strategi pengelolaan perangkap sedimen dilakukan agar sedimen yang

telah terperangkap dan vegetasi Avicennia marina yang sudah dan terus tumbuh

alami dapat tetap terjaga. Alasan utama penyusunan strategi ini adalah ekosistem

mangrove di lokasi penelitian sudah terbukti dapat menyimpan sejumlah karbon

organik, baik pada sedimen maupun pada vegetasi mangrovenya sehingga

keberadaan perangkap sedimen tersebut harus dipertahankan. Analisis strategi

dilakukan melalui metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and

Threats) dengan mengidentifikasi sejumlah faktor kemudian merumuskan

strateginya. Faktor yang dimaksud adalah faktor-faktor yang akan mempengaruhi

pengelolaan perangkap sedimen secara internal dan eksternal. Kedua faktor

disusun secara sistematis untuk memudahkan dalam penentuan strategi

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

Ma

ssa

Ka

rbo

n

Kedalaman (cm)

Massa Karbon Sedimen

Massa Karbon (ton

C)

Massa Karbon (ton

C/ha)

Page 72: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

52

pengelolaan kedepannya. Faktor internal berasal dari ekosistem mangrove

(sedimen dan vegetasi) di lokasi penelitian dan faktor eksternal berasal dari luar

atau sekitar ekosistem mangrove.

Identifikasi Faktor Internal (IFAS)

Faktor internal yang yang mempengaruhi strategi pengelolaan perangkap

sedimen di pesisir CAPD terdiri dari dua komponen, yaitu komponen kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Kedua komponen tersebut akan

mempengaruhi secara langsung dalam melakukan pengelolaan perangkap sedimen

disana. Jika komponen kekuatan dikembangkan dengan baik maka pengelolaan

perangkap sedimen dan ekosistem mangrove disana juga akan berjalan dengan

baik. Sebaliknya, jika kelemahan yang ada tidak dikelola dengan baik maka

pengelolaan perangkap sedimen dan ekosistem mangrove disana juga akan

menjadi terhambat dan terkendala. Hasil analisis menunjukkan 8 variabel yang

menjadi bagian dari faktor internal, yaitu 4 variabel yang termasuk ke dalam

komponen kekuatan (Strength) dan 4 variabel lainnya termasuk ke dalam

komponen kelemahan (Weakness). Informasi secara lengkap mengenai faktor

internal disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Matriks faktor internal strategi pengelolaan perangkap sedimen Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1. Ekosistem mangrove mampu menyimpan

cadangan karbon organik sehingga membantu

penurunan emisis GRK

0.10 3 0.30

2. Ketersediaan bibit mangrove yang melimpah

(mangrove tumbuh alami di lokasi penelitian) 0.20 4 0.80

3. Musim angin timur yang terjadi enam bulan

sekali sehingga memungkinkan terjadinya

pemadatan sedimen

0.10 4 0.40

4. Kawasan lindung yang dilindungi UU 0.05 2 0.10

Jumlah 0.45 1.60

Kelemahan

1. Tanah timbul (sedimen) yang dihasilkan dari

pemasangan perangkap sedimen sering dianggap

tanah bersama sehingga rentan dijadikan tambak

0.20 4 0.80

2. Lokasi penelitian berada dalam kategori desa

miskin sehingga rentan terhadap perusakan dalam

memenuhi kebutuhan hidup

0.15 3 0.45

3. Kapasitas adaptasi dan keinginan masyarakat

dalam melindungi pesisir CAPD masih cukup

rendah

0.10 2 0.20

4. Kebijakan lokal yang mengatur perlindungan

wilayah yang dipasang perangkap sedimen belum

ada.

0.10 2 0.20

Jumlah 0.55 1.65

Total 1.00 3.25

Kecenderungan terhadap faktor internal -0.05

Page 73: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

53

Sumber: Diadaptasi dari Sualia (2011) dan Purbani et al (2011) kemudian dimodifikasi dengan hasil penelitian (2015)

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada komponen kekuatan (Strength),

ketersediaan bibit mangrove yang melimpah (mangrove tumbuh secara alami di

lokasi penelitian) memperoleh nilai yang paling tinggi dibandingkan komponen

kekuatan lainnya, yaitu 0.80 dengan bobot 0.20 dan rating 4. Komponen ini

menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam menjaga keberadaan

keberadaan tanah timbul hasil pemasangan perangkap sedimen. Komponen

kekuatan selanjutnya yang memiliki rating 4 adalah musim angin timur yang

terjadi enam bulan sekali sangat memungkinkan terjadinya pamadatan sedimen

hasil penjerapan perangkap. Kondisi ini memungkinkan sedimen menjadi stabil

dan lebih padat sehingga lebih stabil apabila tumbuh mangrove di atasnya.

Komponen ini memiliki nilai 0.40 dengan bobot yang lebih rendah dibandingkan

ketersediaan bibit mangrove, yaitu 0.10. komponen ini penting untuk

dipertimbangkan dalam melakukan strategi pengelolaan perangkap sedimen

namun kedatangannya (musim angin timur) hanya terjadi 1 tahun sekali atau lebih

tepatnya 6 bulan sekali jika musim berjalan normal sehingga nilai bobotnya

dianggap lebih rendah dibandingkan komponen kekuatan yang telah dibahas

sebelumnya.

Komponen kekuatan ketiga yang teridentifikasi adalah kemampuan

ekosistem mangrove yang dapat menyimpan cadangan karbon. Nilai yang

diperoleh sebesar 0.30 dengan rating 3 dan bobot 0.10. Berdasarkan hasil

penelitian, ekosistem mangrove di areal perangkap sedimen mampu menyimpan

cadangan karbon sebesar 158.55 ton C atau 162.85 ton C/ha. Sehingga, dapat

diketahui total emisi CO2 yang dapat diserap sebanyak 660.63 ton CO2/ha selama

3 tahun atau 220.21 ton CO2/ha/tahun. Nilai tersebut menjadi salah satu alasan

dalam pengelolaan perangkap sedimen. Jika keberadaan perangkap sedimen yang

menghasilkan tanah timbul dipertahankan keberadaannya bahkan dikelola secara

baik dan tepat maka sejumlah karbon organik yang tersimpan akan semakin

bertambah. Secara tidak langsung akan membantu dalam kegiatan pengurangan

emisi gas rumah kaca, khususnya karbondioksida (CO2). Komponen kekuatan

terakhir yang teridentifikasi dalam rangka melakukan strategi pengelolaan

perangkap sedimen adalah CAPD merupakan kawasan lindung yang

keberadaannya dilindungi oleh peraturan. Hal tersebut dapat menjadi kekuatan

dalam melakukan pengelolaan perangkap sedimen karena secara tidak langsung

wilayah penelitian berada di kawasan CAPD yang dilindungi peraturan resmi.

Pemasangan perangkap sedimen dapat menjadi salah satu upaya dalam mitigasi

bencana terhadap kawasan pesisir dalam meredam bencana akibat perubahan

iklim. Komponen tersebut memiliki rating 2 dengan bobot 0.05 dan nilai 0.10.

Semakin tinggi rating (4) dan semakin tinggi bobot (0.20) maka komponen

tersebut memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap strategi pengelolaan

perangkap sedimen kedepannya jika dikelola dengan baik.

Selain komponen kekuatan, faktor internal lainnya yang dianalisis adalah

komponen kelemahan (Weakness). Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah

timbul yang terbentuk dari hasil pemasangan perangkap sedimen rentan dikuasai

oleh pihak-pihak tertentu menjadi kelemahan pertama yang memperoleh nilai

paling tinggi dibandingkan 3 komponen kelemahan lainnya. Keberadaan tanah

timbul di lokasi penelitian menarik perhatian berbagai pihak terutama pihak-pihak

yang berkepentingan melakukan usaha budidaya pertambakan. Secara tersurat,

status dari tanah timbul tersebut belum dapat ditentukan secara pasti menjadi

Page 74: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

54

bagian dari CAPD sehingga hal tersebut sering kali memicu kejadian pengakuan

hak atas tanah tersebut. Oleh karena itu, hasil analisis menunjukkan nilai sebesar

0.80 dengan rating 4 yang artinya sangat berpengaruh terhadap strategi

pengelolaan ekosistem mangrove yang akan dilakukan. Jika komponen kelemahan

ini dibiarkan maka keberadaan sedimen akan terancam (Tabel 21).

Komponen kelemahan lainnya yang mempengaruhi adalah lokasi

penelitian berada di desa miskin sehingga kegiatan yang berhubungan dengan

eksploitasi masih dianggap biasa saja dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup,

terutama perekonomian. Komponen ini memiliki rating 3 (cukup berpengaruh)

dan bobot 0.15. Komponen kelemahan selanjutnya sangat berkaitan dengan

komponen keberadaan lokasi penelitian di wilayah desa miskin, yaitu kapasitas

adaptasi dan keinginan masyarakat dalam melindungi pesisir CAPD masih cukup

rendah. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya aktifitas masyarakat yang

merambah pohon-pohon di dalam hutan mangrove untuk dijadikan kayu bakar.

Rating dari komponen ini termasuk kategori berpengaruh (rating 2) namun hasil

skoring menunjukkan nilai yang lebih lebih rendah dari dua komponen kelemahan

yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu 0.10 sehingga nilai totalnya sebesar

0.20. Komponen kelemahan yang terakhir adalah kebijakan lokal yang mengatur

perlindungan areal yang dipasang perangkap sedimen belum ada. Hal tersebut

berpotensi menjadi permasalahan jika tidak dikelola dengan baik. Komponen

tersebut memiliki skor 0.10 dengan rating 2 yang artinya cukup berpengaruh.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tabel 21, diketahui bahwa skor

total dari komponen kekuatan (Strengths) lebih rendah dibandingkan komponen

kelemahan (Weaknesses). Skor total komponen kekuatan 1.60 sedangkan

kelemahan 1.65. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa komponen kelemahan di

lokasi penelitian memiliki pengaruh sedikit lebih banyak dibandingkan komponen

kekuatannya dalam mempengaruhi kondisi sedimen dan vegetasi mangrove di

sana. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengelolaan yang tepat untuk

meminimalkan pengaruh kelemahan terhadap keberhasilan pengelolaan perangkap

sedimen di lokasi penelitian. Sehingga, sedimen yang terperangkap dan vegetasi

mangrove yang tumbuh disana tetap dalam kondisi terlindungi bahkan semakin

baik. Selain itu, kondisi pesisir CAPD khusunya dapat tetap terjaga.

Identifikasi Faktor Eksternal (EFAS)

Selain faktor internal, faktor lainnya yang menjadi pertimbangan dalam

penentuan strategi pengelolaan ekosistem mangrove di areal yang dipasang

perangkap sedimen adalah faktor ekstrenal. Faktor eksternal berisi komponen-

komponen peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi pengelolaan

pemasangan perangkap sedimen di lokasi penelitian. Faktor eksternal terdiri dari

dua komponen utama, yaitu komponen peluang (Opportunities) dan ancaman

(Threats). Komponen peluang merupakan komponen yanag akan mempengaruhi

keberhasilan dalam menentukan strategi pengelolaan pemasangan perangkap

sedimen di lokasi penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung jika

dikelola dengan baik. Sedangkan ancaman merupakan faktor eksternal yang akan

mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Jika ancaman tersebut

dikelola dengan baik maka akan meningkatkan keberhasilan pengelolaan

sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik maka ancaman akan menjadi

permasalahan di kemudian hari. Komponen peluang yang teridentifikasi sebagai

Page 75: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

55

bagian dari strategi pengelolaan ekosistem mangrove di areal perangkap sedimen

sebanyak 4 vaiabel sedangkan ancaman yang teridentidikasi sebanyak 4 variabel.

Hasil identifikasi faktor eksternal dan penilaiannya disajikan secara lengkap pada

Tabel 22.

Tabel 22 Matriks faktor eksternal strategi pengelolaan perangkap sedimen

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Peluang

1. Kolaborasi dengan Dinas Kehutanan,

pengelola CAPD, lembaga lain (LSM, NGO),

dan kelompok pecinta alam CAPD

0.10 3 0.30

2. Kondisi tanah timbul yang sangat potensial

untuk ditanami mangrove

0.10 4 0.40

3. Kondisi tanah timbul yang sangat potensial

untuk diperluas dan dipelihara

0.15 4 0.60

4. Sikap dan semangat beberapa kelompok

masyarakat yang dapat dikembangkan ke

pihak lain

0.05 2 0.10

Jumlah 0.40 1.40

Ancaman

1. Bencana: kenaikan muka air laut, abrasi,

banjir rhob

0.10 4 0.40

2. Pengambilan kayu mangrove untuk kayu

bakar

0.15 2 0.30

3. Pengambilan telur burung air dan perburuan

satwa liar

0.15 1 0.15

4. Pengakuan hak atas tanah timbul untuk

dijadikan tambak

0.20 3 0.60

Jumlah 0.60 1.45

Total 1.00 2.85

Kecenderungan terhadap faktor eksternal -0.05 Sumber: Diadaptasi dari Sualia (2011) dan Purbani et al (2011) kemudian dimodifikasi dengan hasil penelitian (2015)

Hasil analisis faktor eksternal pada komponen peluang (Opportunities)

menunjukkan bahwa kondisi tanah timbul yang sangat potensial untuk diperluas

dan dipelihara memiliki total skor total yang paling tinggi dibandingkan tiga

komponen peluang lainnya (Tabel 22). Hal tersebut bermakna bahwa pemasangan

perangkap sedimen di pesisir CAPD dapat dikembangkan dan diperluas ke arah

barat dan timur dari lokasi pemasangan saat ini. Komponen ini memiliki bobot

0.15 dan rating 4 sehingga nilainya memperoleh 0.60. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan oleh Rahadian (2013) menggunakan Citra Satelit Landsat

dalam kurun waktu 1972-2011 telah terjadi proses abrasi dan akresi di sepanjang

Teluk Banten termasuk di dalamnya pesisir CAPD. Melalui penelitiannya

diketahui bahwa dalam kurun waktu 39 tahun (1972-2011) laju jangkauan abrasi

maksimum di Teluk Banten mencapai 25 m/tahun terutaam di daerah Timur Teluk

Banten. Abrasi di daerah Timur Teluk Banten inilah yang menyebabkan akresi di

bagian Barat Teluk Banten, yaitu Pulau Dua (lokasi penelitian berlangsung).

Kejadian tersebut menyebabkan kemungkinan terjadinya proses sedimentasi di

Page 76: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

56

pesisir CAPD menjadi lebih tinggi. Jika pemasangan perangkap sedimen diperluas

dan dipelihara maka sedimen hasil akresi juga kemungkinan akan lebih banyak

terjerap. Komponen peluang lainnya yang memiliki rating 4 adalah kondisi tanah

timbul yang sangat potensial untuk ditanami mangrove. Namun, komponen

tersebut memiliki bobot lebih rendah, yaitu 0.10 sehingga total nilai yang

dihasilkan sebesar 0.40. Bibit mangrove yang melimpah (teridentifikasi pada

bagian komponen kekuatan) sangat tergantung pada kondisi tanah timbul

(sedimen) di lokasi penelitian. Hal tersebut terbukti dengan muncul dan

berkembangnya vegetasi Avicennia marina secara alami di lokasi penelitian. Jika

pemasangan perangkap sedimen diperluas maka tanah timbul yang dihasilkan

juga akan semakin luas dan vegetasi mangrove yang tumbuh alami juga akan

semakin banyak.

Kedua komponen tersebut tidak akan berhasil sepenuhnya jika peluang

kolaborasi dengan Dinas Kehutanan, pengelola CAPD, lembaga lain (LSM,

NGO), dan kelompok pecinta alam CAPD tidak dikembangkan dengan baik.

Komponen ini memiliki rating 3, artinya berpengaruh terhadap strategi

pengelolaan yang akan berjalan. Komponen ini memiliki bobot 0.10 sehingga skor

totalnya sebesar 0.30 (lebih rendah dibandingkan dua komponen peluang

sebelumnya). Komponen peluang terakhir yang teridentifikasi adalah sikap dan

semangat beberapa kelompok masyarakat yang dapat dikembangkan ke pihak lain

seperti beberapa kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang penghijauan

dan rehabilitasi mangrove. Komponen ini memiliki rating 2 artinya cukup

berpengaruh dan bobot 0.05 sehingga total nilainya sebesar 0.10. Seluruh

komponen peluang yang teridentifikasi jka dimanfaatkan semaksimal dan sebaik

mungkin maka akan mendukung pengelolaan perangkap sedimen kedepan

terutama dalam hal perluasan.

Identifikasi selanjutnya terhadap faktor eksternal adalah komponen

ancaman (Threats). Hasil identifikasi dan analisis di lapangan menunjukkan

bahwa terdapat 4 ancaman yang akan akan mempengaruhi kelangsungan dari

strategi pengelolaan ekosistem mangrove di lokasi penelitian. Ancaman yang

sangat berpengaruh terhadap strategi pengelolaan perangkap sedimen adalah

bencana dari alam berupa kenaikan muka air laut, abrasi, dan banjir rhob.

Walaupun rating dari komponen ini 4 namun bobot yang dimilikinya sebesar 0.10

sehingga skor totalnya sebesar 0.40. Hal tersebut dikarenakan bencana hanya

datang ketika musim angin barat saja, atau sekitar 6 bulan sekali (Tabel 22).

Komponen pengakuan hak atas tanah timbul untuk dijadikan tambak lebih rentan

terjadi sehingga nilai bobotnya lebih tinggi dibandingkan bencana, yaitu sebesar

0.20 walaupun ratingnya dibawah komponen bencana, yaitu 3. Skor total dari

komponen ini sebesar 0.60. Tanah timbul yang terbentuk dari hasil pemasangan

perangkap sedimen dikhawatirkan akan diambil alih oleh orang atau kelompok

tertentu untuk dijadikan tambak budidaya perikanan karena area yang berada di

belakang CAPD merupakan areal pertambakan seluas kurang lebih 515 ha.

Ancaman selanjutnya yang teridentifikasi sebagai bagian dari faktor

eksternal adalah pengambilan kayu mangrove untuk dijadikan kayu bakar dan

pengambilan telur burung air dan satwa liar yang hidup di lokasi penelitian.

Kedua komponen tersebut memiliki bobot yang sama, yaitu 0.15 karena keduanya

sama-sama mengancam eksistensi hutan mangrove yang berada di area hasil

pemasangan perangkap sedimen. Walaupun demikian, rating dari komponen

Page 77: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

57

pengambilan kayu mangrove lebih tinggi dibandingkan pengambilan telur, yaitu

masing-masing 2 dan 1. Hal tersebut dikarenakan telur burung akan melimpah

hanya pada saat musim berbiak burung air sementara kayu mangrove akan ada

sepanjang musim sehingga kerentanan untuk diambil masyarakat lebih tinggi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tabel 22, diketahui bahwa skor

total dari komponen peluang (Opportunities) lebih rendah dibandingkan

komponen ancaman (Threats). Skor total komponen peluang sebesar 1.40

sedangkan kelamahan 1.45. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa komponen

ancaman di lokasi penelitian sedikit lebih besar pengaruhnya dibandingkan

komponen peluang sehingga diperlukan strategi tepat untuk meminimalisasi

komponen ancaman tersebut.

Pengembangan Matriks Internal-Eksternal (IE Matrix)

Setelah diketahui berbagai komponen yang termasuk ke dalam faktor

internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan eksternal (Peluang dan Ancaman),

selanjutnya kedua faktor tersebut dikolaborasikan untuk menghasilkan informasi

mengenai kondisi perangkap sedimen dan ekosistem mangrove saat ini (existing

position). Hasil analisis pada Tabel 21 dan Tabel 22 kemudian dipetakan sehingga

diperoleh kuadran plotting posisi ekosistem mangrove di areal perangkapsedimen

saat ini berdasarkan total skor tersebut. Hasil matriks internal-eksternal disajikan

pada Gambar 23.

Gambar 23 Hasil analisis matriks internal-eksternal (IE matrix)

Hasil analisis faktor internal dan eksternal diketahui bahwa total skor nilai

faktor internal sebesar 3.25 dan total skor faktor eksternal sebesar 2.85. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pengelolaan dapat dilanjutkan dengan total

skor faktor internal lebih dari 2 dan total skor faktor eksternal lebih dari 1

(Rangkuti 2014). Hasil plotting menunjukkan bahwa posisi pengelolaan

perangkap sedimen berada pada kuadran IV, yaitu kondisi stabilitas (hati-hati).

Jika dikaitkan dengan hasil penelitian maka teknologi pemasangan perangkap

sedimen yang telah dilakukansudah tepat namun masih perlu dimantapkan. Hal

tersebut dilakukan agar sedimen yang terperangkap dan vegetasi Avicennia

marina yang tumbuh disana semakin banyak. Sehingga, simpanan karbon organik

Page 78: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

58

di sana juga akan semakin tinggi dan kondisi ekosistem mangrove (pesisir dan

CAPD) juga akan semakin terlindungi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka

diperlukan strategi yang sesuai dengan kondisi di lapangan dimana ancaman dan

kelemahan masih lebih besar dibandingkan kekuatan dan peluang yang ada.

Strategi Pengelolaan Perangkap Sedimen di Lokasi Penelitian

Strategi yang disusun untuk pengelolaan perangkap sedimen di lokasi

penelitian dilakukan melalui proses perpaduan faktor internal dan faktor eksternal

menggunakan matriks SWOT. Komponen kekuatan dan kelemahan

dikolaborasikan dengan komponen peluang dan ancaman untuk menghasilkan

strategi paling tepat yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan perangkap

sedimen disana. tujuan utama dari strategi tersebut adalah untuk memperoleh

kondisi tanah timbul (sedimen) yang lebih banyak dan stabil sehingga vegetasi

mangrove yang tumbuh juga akan semakin banyak. Akibatnya, pesisir CAPD

serta hutan mangrove di dalamnya juga akan terlindungi dari ancaman terutama

penguasaan hak atas tanah, intervensi manusia, dan bencana. Selain itu, strategi

pengelolaan yang tepat diharapkan dapat meredam berbagai kelemahan yang

timbul di lokasi penelitian terutama yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi

dan kebijakan.

Strategi yang akan dipakai dalam melakukan pengelolaan ekosistem

mangrove di lokasi yang dipasang perangkap sedimen diketahui dari nilai hasil

perhitungan kecenderungan terhadap faktor internal dan eksternal. Hasil

perhitungan menunjukkan nilai kecenderungan terhadap faktor internal sebesar -

0.05 dan akan menjadi sumbu x sedangkan nilai kecenderungan terhadap faktor

eksternal sebesar -0.55 yang akan menjadi sumbu y. Hasil analisis menunjukkan

bahwa strategi yang akan dipakai merupakan strategi defensif karena berada pada

kuadran IV (Gambar 24). Skenario utama dari strategi ini adalah meminimalkan

kelemahan internal yang ada untuk menghindari atau mengurangi ancaman

eksternal yang muncul. Strategi ini lebih dikenal sebagai strategi W-T atau

Weaknesses-Threats.

Gambar 24 Strategi yang dipakai dalam pengelolaan ekosistem mangrove di area

perangkap sedimen

Alternatif strategi defensif yang dapat dilakukan dalam melakukan

pengelolaan perangkap sedimen di lokasi penelitian melalui mekanisme yang

Page 79: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

59

lebih banyak meminimalisasi kelemahan dan ancaman yang ada. Berdasarkan

identifikasi kelemahan pada faktor internal dan ancaman pada faktor eksternal,

keduanya lebih banyak mengarah pada permasalahan sosial masyarakat dan

kebijakan peraturan yang mengatur status tanah timbul hasil pemasangan

perangkap sedimen. Strategi yang dapat dilakukan diantaranya adalah membuat

tata aturan yang jelas serta sosialisasi kepada masyarakat lokal mengenai batasan

wilayah tanah timbul yang dihasilkan dari pemasangan perangkap sedimen agar

tidak terjadi pengakuan hak atas tanah dan pemakaian bersama untuk kegiatan

pertambahakan. Selain itu diperlukan pula adanya tata aturan yang jelas mengenai

pelarangan intervensi masyarakat dalam melakukan perambahan hutan mangrove

di lokasi penelitian untuk kepentingan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup

yang berlebihan, dan terakhir adalah melakukan penyuluhan untuk memberikan

pemahaman pentingnya ekosistem pesisir dalam meredam berbagai bencana

disana. seluruh upaya upaya dalam strategi tersebut jika dilakukan dengan benar

dan tertib maka diharapkan dapat meredam kelemahan dan ancaman yang muncul

sehingga teknologi perangkap sedimen yang sudah ada dapat lebih baik. Strategi

defensif yang dapat diterapkan dalam melakukan pengelolaan perangkap sedimen

secara lengkap disajikan pada Lampiran 6.

Setiap kawasan yang memiliki hutan mangrove tentunya akan memiliki

kondisi dan keunikan masing-masing sehingga strategi pengelolaannya tidak

dapat disamakan secara detail antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Namun, beberapa rekomendasi strategi pengelolaan hutan mangrove dari hasil

penelitian sebelumnya menggunakan teknik SWOT terutama dengan strategi

defensif atau W-T memiliki skenario umum yang hampir sama. Desain skenario

yang hampir sama tersebut disebabkan oleh komponen kelemahan dan ancaman

yang teridentifikasi lebih banyak berkaitan dengan konteks sosial dan kebijakan,

sama seperti yang terjadi di lokasi penelitian. Walaupun skenario pengelolaan

yang dicari dalam penelitian adalah pengelolaan perangkap sedimen namun tidak

terlepas kaitannya dengan ekosistem mangrove. Khaery (2015)

merekomendasikan strategi defensif (W-T) pengelolaan ekosistem mangrove di

Desa Passare Apua Kabupaten Bombana dengan tujuan mengurangi degradasi

hutan mangrove melalui beberapa skenario, diantaranya meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove serta

keterampilan dari masyarakat sekitar mangrove, meningkatkan pengawasan

terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan dalam kawasan ekosistem mangrove,

Mencarikan alternatif untuk menggantikan pemakaian kayu bakar sebagai bahan

bakar rumah tangga. Agusrinal (2015) merekomendasikan strategi defensif (W-T)

pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Kaledupa Taman Nasional Wakatobi

melalui dua skenario utama, yaitu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove dan meningkatkan pengawasan

terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan dalam kawasan ekosistem mangrove.

Sedikit berbeda wilayah penelitian, Desmantoro (2015) juga merekomendasikan

strategi pengelolaan hutan rakyat dengan skenario defensif melalui kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kesadaran masyarakat sekitar

akan pentingnya hutan, meningkatkan kapasitas SDM dari seluruh stakeholder

yang terkait, serta mengukuhkan batasan wilayah yang menjadi kajian penelitian

hutan desa. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, pola rekomendasi strategi

pengelolaan secara defensif dengan kelemahan dan ancaman yang teridentifikasi

Page 80: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

60

dari hasil analisis SWOT lebih banyak berhubungan dengan sosial masyarakat dan

kebijakan lebih bertumpu pada penguatan kapasitas dan kesadaran masyarakat itu

sendiri serta penguatan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan lokal disana.

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Ekosistem mangrove di areal perangkap sedimen mampu menyimpan

simpanan karbon total sebanyak 180.17 ton C/ha (Vegetasi: 35.82 ton C/ha;

Sedimen 144.35 ton C/ha). Total emisi CO2 yang dapat diserap sebanyak

661.22 ton CO2/ha.

2. Persamaan alometrik terpilih untuk menduga biomassa Avicennia marina

yang memiliki tinggi total 0-500 cm dan diameter batang ≤ 5 cm adalah Log

Y= -7.42 + 1.79 (Log Tt) + 0.264 (Log DBH). Persamaan terpilih untuk

menduga biomassa akar, batang, cabang, dan daun, yaitu Log Yakar = -8.37 +

1.94 (Log Tt), Log Ybatang = -8.83 + 1.99 (Log Tt) + 0.419 (Log DBH), Log

Ycabang = -8.63 + 2.01 (Log Tt), dan Log Ydaun = -7.73 + 1.63 (Log Tt).

3. Persamaan alometrik terpilih untuk menduga massa karbon Avicennia marina

yang memiliki tinggi total 0-500 cm dan diameter batang ≤ 5cm adalah Log Y

= -8.20 + 1.92 (Log Tt) + 0.327 (Log DBH). Persamaan alometrik untuk

massa karbon akar, batang, cabang, dan daun adalah Log Yakar = -9.11 + 2.04

(Log Tt), Log Ybatang = -8.89 +2.06 (Log Tt) + 0.467 (Log DBH), Log Ycabang

= -9.41 + 2.13 (Log Tt), dan Log Ydaun = -8.46 + 1.64 (Log Tt).

4. Posisi pengelolaan pemasangan perangkap sedimen saat ini berada pada

kuadran IV, yaitu pada kondisi stabilitas (hati-hati). Kondisi ni menunjukkan

bahwa strategi pemasangan perangkap sedimen di lokasi penelitian sudah

tepat namun masih diperlukan upaya penguatan. Penguatan dilakukan dengan

meminimalisasi kelemahan yang ada agar ancaman yang muncul dapat

dikurangi sehingga keberadaan perangkap sedimen dapat tetap dijaga dan

dikelola dengan baik. Skenario yang dilakukan adalah penguatan tata aturan

dalam status tanah timbul hasil pemasangan perangkap sedimen, dan tata

aturan yang jelas tentang intervensi kegiatan masyarakat di sekitaran lokasi

penelitian terutama yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan

eksploitasi, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

ekosistem pesisir.

Saran

1. Analisis simpanan karbon pada komponen nekromas di lokasi penelitian

perlu dilakukan lebih lanjut.

2. Analisis mengenai desain perangkap sedimen yang paling optimum

diterapkan di lokasi penelitian juga perlu dilakukan untuk memperoleh hasil

yang lebih optimal dalam menjerap sedimen.

Page 81: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

61

3. Analisis ekonomi mengenai potensi simpanan karbon di lokasi penelitian

perlu dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi dari ekosistem mangrove

disana.

DAFTAR PUSTAKA

Adame MF, Neil D, Wright SF, Lovelock CE. 2010. Sedimentation within and

among mangrove along a gradient of geomorphological settings.

Estuarine, Coastal and Shelf Science (86): 21-30.

Afzal M et al. 2011. Eficacy of Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Leaves extracts

againts some athmospheric fungi. African Journal Biotechnology 10 (5):

10790-10794.

Agusrinal. 2015. Degradasi ekosistem mangrove di Pulau Kaledupa Taman

Nasional Wakatobi [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor.

Akbar A. 2012. Persamaan alometrik untuk menduga kandungan karbon jenis

meranti (shorea teysmaniana) di hutan alam rawa gambut Kalimantan

Tengah. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 9 (1): 1-11.

Alongi DM. 2012. Carbon sequestration in mangrove fores. Carbon Management

(3): 313-322.

[ASTM] American Society for Testing Material. 1990a. ASTM D 2866-94.

Standard Test Method for Volatile Matter Content of Activated Carbon.

Philadelphia.

[ASTM] American Society for Testing Material. 1990b. ASTM D 5832-98.

Standard Test Method for Volatile Matter Content of Activated Carbon.

Philadelphia.

Bandaranayake WM. 1999. Economic, Traditional And Medicine Uses Of

Mangroves. Townsville: Australian Institute of Marine Science (2).

[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Serang. 2013. Kecamatan Kasemen Dalam

Angka Tahun 2013. Serang: Badan Pusat Statistik Kota Serang.

Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest.

Forestry Paper 134. USA: FAO.

Chave et al. 2005. Tree allometry and improved stimation of carbon stocks and

balance in tropical forests. Oecologia 145: 87-99.

Desmantoro. 2015. Kelayakan dan strategi implementasi program hutan desa di

Desa Tanjung Aur II Kabupaten Bengkulu Selatan [tesis]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 82: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

62

Dharmawan IWS. 2010. Pendugaan biomasa karbon di atas tanah pada tegakan

Rhizophora mucronata di Ciasem, Purwakarta. Jurnal Ilmu Peranian

Indonesia 15 (1): 50-56.

Dharmawan IWS, Siregar CA. 2008. Karbon tanah dan pendugaan karbon

tegakan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Di Ciasem, Purwakarta.

Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (4): 317-328.

Donato DC, Kauffman JB, Mackenzie RA, Ainsworth A, Pfleeger AZ. 2012.

Whole-island carbon stocks in the tropical Pacific: implication for

mangrove conservation and upland restoration. Journal of

Environmental Management 97: 89-96.

Duke N et al. 2008. Avicennia marina. Di dalam: IUCN 2010. IUCN Red List of

Theatened Species. Versi 2010.4. (www.iucnredlist.org). [23 Januari

2015].

Elias, Wistara NJ. 2009. Metode estimasi massa karbon pohon Jeunjing

(Paraserianthes falcataria L Nielsen) di hutan raktat. JMHT (2): 75-82.

Estrada et al. 2014. Allometric models for aboveground biomass estimation of the

mangrove Avicennia schaueriana. Hydrobiologia 11.

Furukawa K, Wolanski E. 1996. Sedimentation in mangorve forest. Mangroves

and Salt Marshes 1(1): 3-10.

Gang Wang, Dongsheng Guan, Peart MR, Yujuan Chen, Yisheng Peng. 2013.

Ecosystem carbon stock of mangrove forest in Yingluo Bay, Guang

Dong Province of South China. Forest Ecology and Management 310:

539-546.

Gunarto. 2004. Konservasi mangrove sebagai pendukung sumber hayati

perikanan pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23(1): 15-21.

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di

Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestry

Centre.

Haygreen JG, Bowyer JL. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Hardikusmo SA,

penerjemah; Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Pr. Terjemahan dari: Forest Product and Wood Science, An

Introduction.

Heriyanto NM, Subiandono E. 2012. Komposisi dan struktur tegakan, biomasa,

dan potensi kandungan karbon hutan mangrove di Taman Nasional Alas

Purwo. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9 (1): 23-32.

Husnaeni A. 2013. Pertumbuhan anakan Avicennia marina dan Rhizophora

mucronata pada jarak tanam yang berbeda dengan menggunakan teknik

penanaman guludan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Page 83: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

63

Indah R, Jabarsyah A. Laga A. 2009. Perbedaan Susbtrat dan Distribusi Jenis

Mangrove (Studi Kasus Hutan Mangrove Kota Tarakan). Tarakan:

Universitas Borneo Tarakan.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2001. The Scientific Basis.

Contribution of Working Group I to The Third Assessment Report of The

Interngovernmental Panel on Climate Change. Cambridge: Cambridge

University Pr.

Kastolani ALW, Setiawan I. 2013. Analisis kerusakan mangrove akibat aktivitas

penduduk pesisir Kota Cirebon. Antologi Geografi (1): 1-10.

Kauffman JB, Donato DC. 2012. Protocols for The Measurement, Monitoring

and Reporting of Structure, Biomass and Carbon Stocks in Mangrove

Forest. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR).

Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Perairan

Pelabuhan. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Khaery A. 2015.

Komiyama A. 2005. Common Allometric Equations For Estimating Mangroves.

Gifu: Gifu University Respitory.

Kordi MGH. 2012. Ekosistem Mangrove; Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Krisnawati H, Adinugroho WC, Imanuddin R. 2012. Monograf Model-Model

Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe

Ekosistem Hutan di Indonesia. Bogor: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan-Pusat Penelitian dan Pengembangan

Konservasi dan Rehabilitasi

Kusmana C, Sabiham S, Watanabe S. 1992. An estimation of above ground tree

biomass of a mangrove forest in East Sumatera, Indonesia. Tropic 4: 143-

157.

LGF Team. 2012. Oceanography Condition in Coastal of Sayung Sub-District,

District of Demak Province of Central Java. Jakarta: Ministry of Marine

Affairs and Fisheries (MMAF) Republic of Indonesia.

Mahasani IGAI, Widagti N, Karang IWGA. 2015. Estimasi persentase karbon

organik di hutan mangrove bekas tambak, Perancak, Jembrana, Bali.

Journal Marine and Aquatic Sciences 1: 14-18.

Makarim S, Ratnawati HI, Hutahaean AA. 2012. Studi awal analisis interaksi

laut-atmosfer pada tekanan parsial CO2 di Teluk Banten. Jurnal

Meteorologi dan Geofisika(13) 1: 29-40.

Mitra A, Zaman S. 2015. Blue Carbon Reservoir of The Blue Planet. New Delhi:

Springer.

Page 84: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

64

Parresol BR. 1999. Assessing tree and stand biomass: a review with examples and

critical comparisons. Forest Science (45): 573-593.

Pemerintah Republik Indonesia. 1998. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun

1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Repubik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun

2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Perpres Nomor 71 Tahun 2011 Tentang

Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasiona. Jakarta: Pemerintah

Republik Indonesia.

Parvaresh H, Parvaresh E, Zahedi G. 2012. Estabilishin allometric relationship

using crown diameter for the estimation of above-ground of grey

mangrove, Avicennia marina (Forsk) Vierh in mangrove forest of Sirik,

Iran. J. Basic. Appl. Sci 2(2): 1763-1769.

Purbani D, Sukresno B, Mustikasari E, Kusumah G, Solihuddin T. 2010.

Optimalisasi Data Fisik Perairan untuk Kajian Kelimpahan dan Jenis

Ikan di Teluk Banten. Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan

Sumberdaya Non Hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Maulana SI, Pandu J. 2011. Persamaan alometrik genera Intsia sp. Untuk

pendugaan5 Sosial dan Ekonomi Kehutanan 8 (4): 1-10.

Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove

di Indonesia. Bogor: Wetlands Insternational Indonesia Programme.

Rahadian A. 2013. Kajian Biofisik dan Perubahan Bentang Alam Pesisir Teluk

Banten sebagai Dasar Implementasi Hybrid Engineering dalam Upayan

Rehabilitasi dan Pengurangan Resiko Bencana. Bogor: Wetlands

International Indonesia.

Rangkuti F. 2014. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Cara

Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI). Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Santos JJG, Breton RMC, Breton JGC, Hernandez DLD, Junco RCS. 2014.

Estimation of the carbon pool in soil and above-ground biomass within

mangrove forest in Southest Mexico using allometric equation. Journal

of Forestry Research 25 (1): 129-134.

Setyawan AD, Winarno K, Purnama PC. 2003. Ekosistem mangrove di Jawa: 1.

Page 85: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

65

Kondisi terkini. Biodiversitas 2 (4): 133-145.

Siringoringo HH. 2013. Potensi sekuestrasi karbon organik tanah pada

pembangunan hutan tanaman Acacia mangium Wild. Jurnal Penelitian

Hutan dan Konservasi Alam 2 (10): 193-213.

Snedaker SC, Brown MS. 1981. Project Summary Water Quality and Mangrove

Ecosystem Dynamics. United States Environmental Protection Agency.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI Nomor 06-3730-1995 Tentang

ArangAktif Teknis. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Sualia I. 2012. Dampak Kenaikan Muka Laut Terhadap Pengelolaan Pesisir

Cagar Alam Pulau Dua dan Keterkaitan dengan Kawasan penyangga di

Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten. [tesis]. Bogor:

Sekolah Pasca Sarjana-IPB.

Sugirahayu L, Rusdiana O. 2011. Perbandingan simpanan karbon pada beberapa

penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur berdasarkan

sifat fisik dan sifat kimia tanahnya. Jurnal Silvikultur Tropika (2): 149-

155.

Sutaryo D. 2009. Perhitungan Biomasa, Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon

dan Perdagangan Karbon. Bogor: Wetlands International Indonesia

Programme.

Tai Tue N, Viet Dung L, Trong Nhuan M, Omori K. 2014. Carbon storage of

tropical mangrove forest in Mui Ca Mau National Park, Vietnam. Catena

121: 119-126.

Takandjandji M, Kwatrina RT. 2011. Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua di

Provinsi Banten sebagai ekosistem bernilai penting. Jurnal Penelitian

Hutan dan Konservasi Alam (8) 1: 95-108.

White LP, Olasket LG. 1981. Biomass As Fuel. New York: Subsidary Of Harcout

Brace Jovanovich.

Widiatmaka. 2013. Urgensi penjagaan karbon dalam tanah dalam rangka

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Prosiding International Seminar

of Adaptation and Mitigation on Climate Change. Padang 11 Maret

2013.

Winterwerp H, Bregje VW, Jan VD, Tonneijck F, Astra A, Verschure S, Pieter

VE. 2014. A Sustainable Solution for Massive Coastal Erosion in

Central Java. Netherland: Deltares and Wetland International.

Yulistiyanto B. 2009. Mangrove dengan alat pemecah ombak (APO) sebagai

pelindung garis pantai [terhubung berkala]. [8 Agustus 2009].

Yogyakarta: Jurusan

Teknik Sipil dan Lingkungan FT-UGM. hlm 1-10; [diunduh 26 Januari

2015]. Tersedia pada:

Page 86: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

66

http://tsipil.ugm.ac.id/download/publikasi/bys/Mangrove%20dengan%20

Alat%20Pemecah%20Ombak%20(APO)-

%20Bambang%20Yulistiyanto.pdf

Yusuf S. 2010. Isolasi dan penentuan struktur molekul senyawa triterpenoid dari

kulit batang Kayu Api-Api Betina (Avicennia marina Neesh). Jurnal

Penelitian Sains 13 (2): 23-27.

Page 87: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

LAMPIRAN

Page 88: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

68

Lampiran 1 Perangkap sedimen di lokasi penelitian dari tahun 2011-2014

Perangkap sedimen tahun 2011 dari

jaring ikan (Dokumentasi WII)

Perangkap sedimen tahun 2012 dari

jaring ikan dan karung pasir

(Dokumentasi WII)

Perangkap sedimen tahun 2013 dari

pagar bambu (Dokumentasi WII)

Perangkap sedimen tahun 2014 dari

karung pasir (Dokumentasi WIII)

Lampiran 2 Persamaan alometrik untuk menduga biomassa Avicennia marina

berdasarkan kelas ketinggian

No

Kelas

Tinggi

(cm)

Jenis

persamaan Variabel Persamaan alometrik

Ragam

(s) R2

R2

(Adj)

X2

hitung SA SR (%) MAE

1

0-500

Linear

Tt Y = - 0.000915 + 0.000008 X1 0.00069 75.2 74.1 0.0027 0.50 71.54 0.0007

2 Tt dan

DBH

Y = - 0.000954 + 0.000002 X1

+ 0.00103 X2 0.00063 80.1 78.3 0.0017 0.59 96.99 0.0006

3

Logaritmik

Tt Log Y = - 7.92 + 2.02 Log X1 0.18345 89.2 88.8 0.0022 0.51 119.69 0.0007

4 Tt dan

DBH

Log Y = - 7.42 + 1.79 Log X1+

0.264 Log X2 0.18616 89.4 88.4 0.0020 0.54 119.41 0.0007

5

0-100

Linear

Tt Y = 0.000390 - 0.000003 X1 0.00004 20.8 0.0 0.0101 2.48 438.22 0.0009

6 Tt dan

DBH

Y = 0.000432 - 0.000002 X1 -

0.000120 X2 0.00005 22.8 0.0 0.0354 1.54 153.78 0.0016

7

Logaritmik

Tt Log Y = 0.61 - 2.33 Log X1 0.19528 14.0 0.0 0.0031 -

21.82 14.483.63 0.0005

8 Tt dan

DBH

Log Y = - 1.28 - 1.49 Log X1-

1.66 Log X2 0.23000 20.5 0.0 0.0031

-

27.36 48.741.96 0.0005

9

101-

200

Linear

Tt Y = - 0.00029 + 0.000005 X1 0.00028 3.7 0.0 0.0010 0.36 52.12 0.0003

10 Tt dan

DBH

Y = 0.00270 - 0.000017 X1+

0.00089 X2 0.00030 28.1 0.0 0.0795 3.29 157.84 0.0014

11

Logaritmik

Tt Log Y = - 8.3 + 2.25 Log X1 0.21183 7.0 0.0 1.1566 0.98 91.42 0.0018

12 Tt dan

DBH

Log Y = 8.7 - 5.32 Log X1+

2.03 Log X2 0.21866 33.9 0.0 1.5732 0.69 792.10 0.0019

13

201-

300

Linear

Tt Y = - 0.00418 + 0.000021 X1 0.00047 53.2 37.6 0.2587 0.71 88.10 0.0021

14 Tt dan

DBH

Y = - 0.00404 + 0. X1 +

0.000834 X2 0.00033 84.7 69.5 0.6230 1.19 147.57 0.0024

15 Logaritmik

Tt Log Y = - 12.6 + 3.97 Log X1 0.13556 60.2 46.9 0.1503 0.88 34.13 0.0028

16 Tt dan Log Y = - 11.4 + 3.43 Log X1+ 0.10372 84.5 68.9 0.3276 0.91 38.73 0.0041

Page 89: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

69

No

Kelas

Tinggi

(cm)

Jenis

persamaan Variabel Persamaan alometrik

Ragam

(s) R2

R2

(Adj)

X2

hitung SA SR (%) MAE

DBH 0.723 Log X2

17

301-

400

Linear

Tt

Y = 0.00625 - 0.000012 X1 0.00046 23.3 0.0 0.2557 1.15 212.11 0.0028

18 Tt dan

DBH

Y = 0.00319 - 0.000012 X1+

0.00112 X2 0.00049 42.3 0.0 0.1071 0.81 122.39 0.0022

19

Logaritmik

Tt Log Y = 5.09 - 3.07 X1 0.13098 23.3 0.0 31.9870 0.98 61.12 0.0204

20 Tt dan

DBH

Log Y = 3.31 - 2.73 Log X1+

2.25 Log X2 0.12424 54.9 7.4 0.1204 0.82 76.15 0.0016

21

401-

500

Linear

Tt Y = - 0.00304 + 0. X1 0.00094 42.3 27.9 0.1809 1.14 114.31 0.0029

22 Tt dan

DBH

Y = - 0.00393 + 0.000004 X1 +

0.00185 X2 0.00071 75.8 59.7 0.0733 0.40 104.86 0.0020

23

Logaritmik

Tt Log Y = - 7.32 + 1.81 Log X1 0.14290 35.6 19.5 0.0238 0.71 43.70 0.0009

24 Tt dan

DBH

Log Y = - 3.95 + 0.18 Log X1+

2.07 Log X2 0.09423 79.0 65.0 0.0400 0.77 28.97 0.0012

Lampiran 3 Persamaan alometrik untuk menduga biomassa Avicennia marina

berdasarkan bagian tumbuhan

No Bagian

tumbuhan

Jenis

persamaan Variabel Persamaan alometrik

Ragam

(s) R2

R2

(Adj)

X2

hitung SA

SR

(%) MAE

1

Total

Linear

Tt Y = -0.000915 + 0.000008 X1 0.0007 0.75 0.74 0.0027 0.50 71.54 0.0007

2 Tt dan

DBH

Y = -0.000954 + 0.000002X1

+ 0.00103X2 0.0006 0.80 0.78 0.0017 0.59 96.99 0.0006

3

Logaritmik

Tt Log Y = -7.92 + 2.02 Log X1 0.1835 0.89 0.89 0.0022 0.51 119.69 0.0007

4 Tt dan

DBH

Log Y = -7.42 + 1.79 Log X1

+ 0.265 Log X2 0.1862 0.89 0.88 0.0020 0.54 119.41 0.0007

5

Akar

Linear

Tt Y= -0.000085 + 0.000001 X1 0.0002 0.59 0.57 0.0017 -

2.40 407.90 0.0004

6 Tt dan

DBH

Y = -0.000095 – 0.000000X1

+ 0.000270X2 0.0002 0.68 0.65 0.0011

-

0.53 122.46 0.0002

7

Logaritmik

Tt Log Y = -8.37 + 1.94 Log X1 0.2875 0.76 0.75 0.0013 -

1.21 301.92 0.0003

8 Tt dan

DBH

Log Y = -8.76 + 2.12 Log X1

– 0.206 Log X2 0.2934 0.76 0.74 0.0013

-

1.28 297.87 0.0003

9

Batang

Linear

Tt Y = -0.000539 + 0.000004 X1 0.0003 0.82 0.82 0.0011 -

0.23 18.20 0.0002

10 Tt dan

DBH

Y = -0.000553 + 0.000002X1

+ 0.000368X2 0.0002 0.85 0.84 0.0024 0.08 65.90 0.0004

11

Logaritmik

Tt Log Y = -9.18 + 2.35 Log X1 0.1363 0.95 0.95 0.0648 0.92 59.92 0.0004

12 Tt dan

DBH

Log Y = -8.38 + 1.99 Log X1

+ 0.419 Log X2 0.1346 0.96 0.95 0.0019

-

0.07 201.35 0.0004

13

Cabang

Linear

Tt Y = -0.000195 + 0.000002 X1 0.0002 0.62 0.61 0.0003 -

0.30 92.18 0.0001

14 Tt dan

DBH

Y = -0.000205 + 0.000000X1

+ 0.000264X2 0.0002 0.69 0.66 0.0005

-

0.53 114.05 0.0002

15

Logaritmik

Tt Log Y = -8.63 + 2.01 Log X1 0.2397 0.83 0.82 0.0006 -

0.89 92.14 0.0002

16 Tt dan

DBH

Log Y = -7.75 + 1.61 Log X1

+ 0.463 Log X2 0.2417 0.83 0.82 0.0005

-

0.68 85.66 0.0002

17

Daun

Linear

Tt Y = -0.000096 + 0.0000001

X1 0.0001 0.58 0.56 0.0029 7.36 873.38 0.0004

18 Tt dan

DBH

Y = -0.000101 + 0.000000X1

+ 0.000133X2 0.0001 0.61 0.58 0.0010

-

1.82 600.69 0.0002

19

Logaritmik

Tt Log Y = -7.73 + 1.63 Log X1 0.2620 0.73 0.71 0.0008 -

1.14 258.94 0.0002

20 Tt dan

DBH

Log Y = -7.42 + 1.49 Log X1

+ 0.164 Log X2 0.2675 0.73 0.70 0.0008

-

1.05 247.74 0.0002

Lampiran 4 Persamaan alometrik untuk menduga massa karbon Avicennia

marina berdasarkan kelas ketinggian

No

Kelas

Tinggi

(cm)

Jenis

persamaan Variabel Persamaan alometrik

Ragam

(s) R2

R2

(Adj)

X2

hitung SA SR (%) MAE

1

0-500

Linear

Tt Y = - 0.000464 + 0.000004 X1 0.00031 74.7 73.6 0.0008 -0.31 18.43 0.0002

2 Tt dan

DBH

Y = - 0.000479 + 0.000001 X1+

0.000399 X2 0.00029 78.5 76.6 0.0008 -0.49 90.98 0.0003

3

Logaritmik

Tt Log Y = - 8.82 + 2.21 Log X1 0.17054 92.0 91.6 0.0007 -0.58 109.04 0.0003

4 Tt dan

DBH

Log Y = - 8.20 + 1.92 Log X1+

0.327 Log X2 0.17204 92.2 91.5 0.0037

-

13.90 1983.14 0.0007

5

0-100

Linear

Tt Y = 0.000117 - 0.000001 X1 0.00001 20.4 0.0 0.0035 2.38 300.75 0.0003

6 Tt dan

DBH

Y = 0.000135 - 0.000001 X1-

0.000053 X2 0.00001 24.9 0.0 0.0052 1.90 249.11 0.0004

7 Logaritmik Tt Log Y = - 0.31 - 2.12 Log X1 0.18064 13.5 0.0 0.0011 -

11.12 6580.38 0.0002

Page 90: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

70

8 Tt dan

DBH

Log Y = - 2.36 - 1.20 Log X1- 1.78

Log X2 0.20965 22.4 0.0 0.0011

-

27.12 44218.69 0.0002

9

101-

200

Linear

Tt Y = - 0.000027 + 0.000001 X1 0.00008 2.6 0.0 0.0006 -0.49 5.54 0.0002

10 Tt dan

DBH

Y = 0.00091 - 0.000006 X1+

0.000277 X2 0.00009 29.9 0.0 0.1826 1.18 114.54 0.0020

11

Logaritmik

Tt Log Y = - 8.0 + 1.90 Log X1 0.19729 5.8 0.0 0.0008 0.32 45.04 0.0001

12 Tt dan

DBH

Log Y = 8.0 - 5.25 Log X1+ 1.92

Log X2 0.20240 33.9 0.0 0.3345 0.39 3105.90 0.0008

13

201-

300

Linear

Tt Y = - 0.00127 + 0.000006 X1 0.00014 55.8 41.1 0.0763 0.56 76.00 0.0005

14 Tt dan

DBH

Y = - 0.00123 + 0.000005 X1+

0.000223 X2 0.00011 80.7 61.3 0.0570 0.71 84.80 0.0006

15

Logaritmik

Tt Log Y = - 12.8 + 3.87 Log X1 0.12488 62.8 50.4 0.0494 0.87 42.57 0.0010

16 Tt dan

DBH

Log Y = - 11.8 + 3.45 Log X1+

0.565 Log X2 0.11453 79.1 58.3 0.1251 0.92 53.75 0.0016

17

301-

400

Linear

Tt

Y = 0.00228 - 0.000004 X1 0.00016 24.8 0.0 2.0478 0.98 97.90 0.0028

18 Tt dan

DBH

Y = 0.00111 - 0.000004 X1+

0.000428 X2 0.00016 47.8 0.0 0.2527 0.90 89.92 0.0006

19

Logaritmik

Tt Log Y = 4.26 - 2.91 Log X1 0.11889 24.8 0.0 0.0001 -0.95 120.66 0.0000

20 Tt dan

DBH

Log Y = 2.53 - 2.57 Log X1+ 2.19

Log X2 0.10718 59.2 18.5 0.0001 -0.90 119.06 0.0000

21

401-

500

Linear

Tt Y = - 0.00163 + 0.000007 X1 0.00041 47.1 33.9 0.2058 0.739 115.43 0.0007

22 Tt dan

DBH

Y = - 0.00193 + 0.000003 X1+

0.000621 X2 0.00038 65.4 42.4 0.2721 0.13 99.57 0.0009

23

Logaritmik

Tt Log Y = - 8.79 + 2.22 Log X1 0.13762 47.3 34.1 0.0248 0.87 78.20 0.0004

24 Tt dan

DBH

Log Y = - 5.99 + 0.87 Log X1+

1.72 Log X2 0.11230 73.7 56.1 0.0401 0.90 70.67 0.0006

Lampiran 5 Persamaan alometrik untuk menduga massa karbon Avicennia

marina berdasarkan bagian tumbuhan

No Bagian

tumbuhan

Jenis

persamaan Variabel Persamaan alometrik

Ragam

(s) R2

R2

(Adj)

X2

hitung SA SR MAE

1

Total

Linear

Tt Y = -0.000464 +

0.000004 X1 0.0003 0.75 0.74 0.0008 -0.31 18.43 0.0002

2 Tt dan

DBH

Y = -0,000479 +

0.000001X1 +

0.000399X2

0.0003 0.79 0.77 0.0008 -0.49 90.98 0.0003

3

Logaritmik

Tt Log Y = -8.82+ 2.21

Log X1 0.1706 0.92 0.92 0.0007 -0.58 109.04 0.0003

4 Tt dan

DBH

Log Y = -8.19 + 1.92

Log X1 + 0.329 Log X2 0.1721 0.92 0.92 0.0037

-

13.90 1983.14 0.0007

5

Akar

Linear

Tt Y = -0.000041 +

0.000001 X1 0.00006 0.62 0.61 0.0003 0.07 2.23 0.0001

6 Tt dan

DBH

Y = -0.000044 –

0.000000X1 +

0.000092X2

0.00005 0.71 0.68 0.0003 -0.65 144.46 0.0001

7

Logaritmik

Tt Log Y = -9.11 + 2.04

Log X1 0.2742 0.79 0.78 0.0004 -1.23 303.36 0.0001

8 Tt dan

DBH

Log Y = -9.36 +

2.15Log X1 – 0.130

Log X2

0.2801 0.79 0.77 0.0004 -1.35 312.61 0.0001

9

Batang

Linear

Tt Y = -0.000326 +

0.000002 X1 0.0002 0.77 0.76 0.0014 -0.64 97.47 0.0001

10 Tt dan

DBH

Y = -0.000333 +

0.000001X1 +

0.000192X2

0.0002 0.79 0.77 0.0005 -0.19 157.91 0.0001

11

Logaritmik

Tt Log Y = -9.78 + 2.47

Log X1 0.1445 0.95 0.95 0.0002 -0.34 45.06 0.0001

12 Tt dan

DBH

Log Y = -8.89 + 2.06

Log X1+ 0.467 Log X2 0.1421 0.96 0.95 0.0001 -0.22 41.54 0.0001

13

Cabang

Linear

Tt Y = -0.000079 +

0.000001 X1 0.00006 0.63 0.62 0.0003 0.14 29.99 0.0001

14 Tt dan

DBH

Y = -0.000082 +

0.000000X1 +

0.000091X2

0.00006 0.69 0.66 0.0003 -0.83 1162.65 0.0001

15

Logaritmik

Tt Log Y = -9.41 + 2.13

log X1 0.2454 0.84 0.83 0.0003 -1.01 104.03 0.0001

16 Tt dan

DBH

Log Y = -8.66 + 1.79

Log X1+ 0.390 Log X2 0.2486 0.84 0.83 0.0002 -0.82 96.35 0.0001

17

Daun

Linear

Tt Y = -0.000019 +

0.000000 X1 0.00002 0.58 0.56 0.0007 5.15 515.39 0.0001

18 Tt dan

DBH

Y = -0.000020 +

0.000000X1 +

0.000025X2

0.00003 0.60 0.57 0.0002 -1.82 456.05 0.0000

19

Logaritmik

Tt Log Y = -8.46 + 1.64

Log X1 0.2673 0.72 0.71 0.0001 -0.95 120.66 0.0000

20 Tt dan

DBH

Log Y = -8.09 + 1.47

Log X1 + 0.190 Log X2 0.2729 0.72 0.70 0.0001 -0.90 119.06 0.0000

Page 91: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

71

Lampiran 6 Matriks W-T (Weaknessess-Threats) strategi pengelolaan perangkap

sedimen di lokasi penelitian

Kelemahan/ Weaknesses (W)

1. Tanah timbul (sedimen) yang dihasilkan

dari pemasangan perangkap sedimen sering

dianggap tanah bersama sehingga rentan

dijadikan tambak.

2. Lokasi penelitian berada dalam kategori

desa miskin sehingga rentan terhadap

perusakan dalam memenuhi kebutuhan

hidup.

3. Kapasitas adaptasi dan keinginan

masyarakat dalam melindungi pesisir

CAPD masih cukup rendah

4. Kebijakan lokal yang mengatur

perlindungan wilayah yang dipasang

perangkap sedimen belum ada.

Ancaman/ Threats (T)

1. Bencana: kenaikan muka air laut,

abrasi, banjir rhob

2. Pengambilan kayu mangrove untuk

kayu bakar

3. Pengambilan telur burung air dan

perburuan satwa liar

4. Pengakuan hak atas tanah timbul

untuk dijadikan tambak

Strategi W-T

1. Membuat tata aturan yang jelas serta

sosialisasi di tingkat lokal mengenai

batasan wilayah tanah timbul yang

dihasilkan dari pemasangan perangkap

sedimen agar tidak terjadi pengakuan hak

atas tanah dan pemakaian bersama untuk

kegiatan pertambahakn (W1, W4, T4)

2. Membuat tata aturan yang jelas tentang

pelarangan perambahan hutan mangrove

yang berada di areal perangkap sedimen

agar tidak diintervensi oleh kegiatan

merusak oleh masyarakat sekitar terutama

untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti

pengambilan kayu bakar, pengambilan telur

burung, dan perburuan satwa liar untuk

dijual (W2, T2, T3)

3. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi

terutama di tingkat lokal untuk

meningkatkan kesadaran dalam melindungi

pesisir dan CAPD agar kegiatan-kegiatan

yang bersifat merusak seperti penebangan

pohon mangrove untuk diambil kayunya,

pengambilan telur burung air dan satwa liar,

serta pengakuan hak atas tanah dapat

dikurangi (W3, T1, T2, T3)

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat

sekitar akan pentingnya ekosistem pesisir

terutama ekosistem mangrove dalam

meredam berbagai bencana pesisir seperti

abrasi, kenaikan muka air laut, dan banjir

rhob dengan cara memperbaiki seluruh

komponen kelemahan yang ada (W1, W2,

W3, W4, T1)

Faktor Eksternal

Faktor Internal

Page 92: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

72

Lampiran 7 Data dan hasil analisis bagian akar dari Avicennia marina

KT D (cm) Tt

(cm)

BJ

(gr/cm

3)

KA (%) B (gr) Rata-

rata (gr)

KZT

(%)

KAB

(%) % C C (gr)

Rata-

rata

(gr)

C (ton) Rata-rata C

(ton)

I

0.7 85

157.53 12.04

20.25

59.41 10.75 0.30 3.59

6.02

0.0000036

0.0000060

0.8 100

169.28 13.00 57.94 15.45 0.27 3.46 0.0000035

0.7 93

184.71 36.88 62.51 9.45 0.28 10.34 0.0000103

0.7 100

175.10 25.45 62.39 5.26 0.32 8.23 0.0000082

0.8 96

152.40 13.87 63.50 4.06 0.32 4.50 0.0000045

II

1.0 185

137.76 180.85

242.33

64.53 4.53 0.31 55.95

69.37

0.0000559

0.0000694

1.0 178

132.66 111.75 59.69 10.61 0.30 33.19 0.0000332

1.5 199

123.87 303.74 62.36 11.73 0.26 78.70 0.0000787

1.5 190

120.64 278.74 59.62 12.05 0.28 78.98 0.0000790

1.0 175

140.65 336.58 55.90 14.38 0.30 100.03 0.0001000

III

2.0 282

156.46 600.48

313.97

54.49 15.65 0.30 179.25

92.41

0.0001793

0.0000924

1.5 226

167.35 155.23 54.41 14.33 0.31 48.54 0.0000485

1.0 255

160.96 189.69 57.23 14.68 0.28 53.28 0.0000533

1.0 265

169.28 284.09 57.97 11.43 0.31 86.93 0.0000869

1.5 269

154.14 340.36 61.40 10.97 0.28 94.03 0.0000940

IV

2.5 360

162.38 221.05

323.17

54.00 12.81 0.33 73.37

106.60

0.0000734

0.0001066

2.2 397

89.99 131.58 52.14 14.34 0.34 44.11 0.0000441

2.5 388

74.44 243.63 58.94 10.59 0.30 74.23 0.0000742

2.7 400

75.89 375.24 57.84 7.21 0.35 131.13 0.0001311

2.5 368

71.49 644.35 61.83 5.55 0.33 210.18 0.0002102

V

3.5 506

88.61 843.00

56.78 11.48 0.32 267.58

0.0002676

3.5 489

91.68 798.22 59.47 5.27 0.35 281.46 0.0002815

3.0 504 105.56 591.06

683.58

61.06 2.91 0.36 212.96

238.43

0.0002130

0.0002384 2.5 480 126.23 302.79 50.57 13.02 0.36 110.26 0.0001103

3.0 450 97.66 882.85 57.27 6.49 0.36 319.88 0.0003199

Ket: KT = Kelas Tinggi, D = Diameter, Tt = Tinggi Total, KA = Kadar Air, KZT = Kadar Zat Terbang, KAB = Kadar Abu, % C = % C-organik, C = Massa Karbon

Lampiran 8 Data dan hasil analisis bagian batang dari Avicennia marina

KT D (cm) Tt

(cm)

BJ

(gr/cm

3)

KA

(%) B (gr)

Rata-

rata (gr)

KZT

(%) KAB (%) % C C (gr)

Rata-

rata

(gr)

C (ton) Rata-rata

C (ton)

I

0.7 85 0.46 88.59 58.33

33.64

54.90 1.55 0.44 25.40

14.95

0.0000254

0.0000150

0.8 100 0.46 81.21 41.39 55.49 2.36 0.42 17.44 0.0000174

0.7 93 0.46 88.09 21.27 54.70 1.25 0.44 9.37 0.0000094

0.7 100 0.46 89.64 29.00 50.63 2.35 0.47 13.64 0.0000136

0.8 96 0.46 64.67 18.22 49.06 2.05 0.49 8.91 0.0000089

II

1.0 185 0.49 46.93 115.70

140.58

54.47 1.10 0.44 51.40

66.50

0.0000514

0.0000665

1.0 178 0.44 86.59 93.79 52.79 1.01 0.46 43.33 0.0000433

1.5 199 0.45 105.81 155.48 48.49 1.50 0.50 77.76 0.0000778

Page 93: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

73

KT D (cm) Tt

(cm)

BJ

(gr/cm

3)

KA

(%) B (gr)

Rata-

rata (gr)

KZT

(%) KAB (%) % C C (gr)

Rata-

rata

(gr)

C (ton) Rata-rata

C (ton)

1.5 190 0.49 94.77 164.30 49.86 1.39 0.49 80.10 0.0000801

1.0 175 0.4415 90.049

0 173.64 53.13 0.84 0.46 79.93 0.0000799

III

2.0 282 0.54 91.07 444.87

316.54

50.01 1.77 0.48 214.53

150.91

0.0002145

0.0001509

1.5 226 0.49 89.86 244.92 54.72 1.44 0.44 107.38 0.0001074

1.0 255 0.45 95.73 265.67 50.09 1.57 0.48 128.42 0.0001284

1.0 265 0.50 95.22 343.20 46.65 1.83 0.52 176.84 0.0001768

1.5 269 0.48 109.49 284.02 53.08 2.08 0.45 127.36 0.0001274

IV

2.5 360 0.57 50.24 698.89

724.39

47.76 1.63 0.51 353.70

0.0003537

0.0003517

2.2 397 0.51 69.09 558.87 49.90 1.80 0.48 269.94 0.0002699

2.5 388 0.58 58.14 765.13 50.40 1.35 0.48 369.19 0.0003692

2.7 400 0.53 74.73 689.66 49.27 2.45 0.48 333.00

351.74

0.0003330

2.5 368 0.48 58.90 909.39 50.64 1.76 0.48 432.87 0.0004329

V

3.5 506 0.53 86.64 1781.55

1639.57

43.58 1.99 0.54 969.81

952.49

0.0009698

0.0009525

3.5 489 0.51 88.99

1769.91 43.78 1.36 0.55 970.92 0.0009709

3.0 504 0.50 84.36

2085.57 34.94 2.32 0.63 1308.54 0.0013085

2.5 480 0.51 89.83

1040.38 42.73 1.57 0.56 579.50 0.0005795

3.0 450 0.62 71.66

1520.44 36.94 1.66 0.61 933.67 0.0009337

Ket: KT = Kelas Tinggi, D = Diameter, Tt = Tinggi Total, KA = Kadar Air, KZT = Kadar Zat Terbang, KAB = Kadar Abu, % C = % C-organik, C = Massa Karbon

Lampiran 9 Data dan hasil analisis bagian cabang dari Avicennia marina

KT D (cm) Tt

(cm)

BJ

(gr/cm

3)

KA

(%) B (gr)

Rata-

rata (gr)

KZT

(%) KAB (%) % C C (gr)

Rata-

rata

(gr)

C (ton) Rata-rata C

(ton)

I

0.7 85 48.54 30.30

21.88

66.38 4.54 0.29 8.81

6.44

0.0000088

0.0000064

0.8 100 37.68 32.69 69.11 3.00 0.28 9.12 0.0000091

0.7 93 66.52 15.01 68.30 3.59 0.28 4.22 0.0000042

0.7 100 46.75 23.85 61.36 5.65 0.33 7.87 0.0000079

0.8 96 32.66 7.534 67.08 4.16 0.29 2.17 0.0000022

II

1.0 185 72.95 52.04

115.32

66.14 2.64 0.31 16.25

35.06

0.0000162

0.0000351

1.0 178 46.35 85.41 68.90 3.02 0.28 23.98 0.0000240

1.5 199 55.70 147.72 69.07 2.07 0.29 42.63 0.0000426

1.5 190 70.16 126.35 67.00 2.27 0.31 38.83 0.0000388

1.0 175 72.64 165.08 64.06 3.47 0.32 53.60 0.0000536

III

2.0 282 33.53 640.32

261.79

67.92 1.48 0.31 195.89

0.0001959

0.0000817

1.5 226 57.77 142.62 66.62 3.08 0.30 43.21 0.0000432

1.0 255 61.22 127.16 60.22 3.97 0.36 45.53 0.0000455

1.0 265 65.50 202.42 64.43 2.91 0.33 66.09 0.0000661

1.5 269 52.74 196.42 68.35 2.28 0.29 57.69 81.68 0.0000577

IV

2.5 360 40.74 227.37

65.86 3.39 0.31 69.92

0.0000699

2.2 397 37.28 152.97 68.30 2.75 0.29 44.29 0.0000443

Page 94: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

74

KT D (cm) Tt

(cm)

BJ

(gr/cm

3)

KA

(%) B (gr)

Rata-

rata (gr)

KZT

(%) KAB (%) % C C (gr)

Rata-

rata

(gr)

C (ton) Rata-rata C

(ton)

2.5 388 65.42 208.56 253.85

66.20 2.55 0.31 65.17 78.61

0.0000652 0.0000786

2.7 400 34.96 259.33 64.69 3.56 0.32 82.34 0.0000823

2.5 368 40.14 421.01 65.67 3.13 0.31 131.34 0.0001313

V

3.5 506 49.82 984.49

763.57

62.16 3.16 0.35 341.43

284.84

0.0003414

0.0002848

3.5 489 43.41 836.76

60.28 2.30 0.37 313.13 0.0003131

3.0 504 25.70 1062.02

61.98 2.52 0.35 376.95 0.0003769

2.5 480 40.17 288.94

55.38 3.38 0.41 119.18 0.0001192

3.0 450 33.20 645.66

54.97 2.67 0.42 273.54 0.0002735

Ket: KT = Kelas Tinggi, D = Diameter, Tt = Tinggi Total, KA = Kadar Air, KZT = Kadar Zat Terbang, KAB = Kadar Abu, % C = % C-organik, C = Massa Karbon

Lampiran 10 Data dan hasil analisis bagian daun dari Avicennia marina

KT D

(cm)

Tt

(cm)

BJ

(gr/cm

3)

KA

(%) B (gr)

Rata-

rata (gr)

KZT

(%)

KAB

(%) % C C (gr)

Rata-

rata

(gr)

C (ton) Rata-rata C

(ton)

I

0.7 85 201.10 59.78

31.11

70.26 9.51 0.20 12.09

6.15

0.0000121

0.0000061

0.8 100 156.36 43.18 71.73 8.50 0.20 8.53 0.0000085

0.7 93 147.60 15.76 69.15 12.33 0.19 2.92 0.0000029

0.7 100 158.05 23.25 70.69 8.91 0.20 4.74 0.0000047

0.8 96 182.65 13.56 76.07 5.79 0.18 2.46 0.0000025

II

1.0 185 190.42 61.98

126.53

64.85 12.06 0.23 14.31

26.76

0.0000143

0.0000268

1.0 178 131.70 37.88 70.65 10.62 0.19 7.09 0.0000071

1.5 199 162.14 183.06 68.74 10.44 0.21 38.10 0.0000381

1.5 190 117.30 115.05 68.67 10.18 0.21 24.33 0.0000243

1.0 175 129.84 234.70 70.18 8.53 0.21 49.97 0.0000500

III

2.0 282 99.29 499.27

255.15

71.22 10.25 0.19 92.54

48.98

0.0000925

0.0000490

1.5 226 165.30 195.69 74.50 4.42 0.21 41.25 0.0000413

1.0 255 128.13 225.75 70.47 9.99 0.20 44.12 0.0000441

1.0 265 151.84 195.06 71.98 9.78 0.18 35.58 0.0000356

1.5 269 171.94 159.96 71.37 8.99 0.20 31.43 0.0000314

IV

2.5 360 114.43 195.87

181.47

74.10 6.00 0.20 38.96

36.82

0.0000390

0.0000368

2.2 397 123.69 118.92 73.53 7.04 0.19 23.11 0.0000231

2.5 388 109.55 202.81 72.79 6.05 0.21 42.93 0.0000429

2.7 400 125.67 143.16 69.13 9.92 0.21 29.99 0.0000300

2.5 368 123.03 246.60 69.86 10.22 0.20 49.12 0.0000491

V

3.5 506 128.13 684.29

564.22

71.24 9.89 0.19 129.14

113.08

0.0001291

0.0001131

3.5 489 150.62 696.28 72.0492 8.22 0.20 137.36 0.0001374

3.0 504 191.07 782.067 66.36 11.98 0.22 169.44 0.0001694

2.5 480 114.37 275.23 72.81 7.46 0.20 54.30 0.0000543

3.0 450 110.05 383.24 72.35 8.04 0.20 75.15 0.0000751

Ket: KT = Kelas Tinggi, D = Diameter, Tt = Tinggi Total, KA = Kadar Air, KZT = Kadar Zat Terbang, KAB = Kadar Abu, % C = % C-organik, C = Massa Karbon

Page 95: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

75

Lampiran 11 Hasil analisis biomassa. massa karbon, dan serapan karbondiokasida

(CO2)

Kelas Tinggi

(cm)

Biomassa (akar.

batang. cabang.

daun) (gr)

C (akar.

batang.

cabang.

daun)(gr)

Jumlah

Individu (N) C Total (gr)

C Total

(Ton)

C Total

(Ton/ha) CO2

I 0-100 106.87 33.56 1.311 44.000 0.04 0.05 0.18

II 101-200 624.77 197.69 3.306 653.567 0.65 0.74 2.72

III 201-300 971.48 373.98 2.102 786.103 0.79 0.89 3.28

IV 301-400 1.482.88 573.78 14.487 8.312.318 8.31 9.45 34.63

V 401-500 3.650.95 1588.84 13.676 21.728.968 21.73 24.69 90.54

TOTAL 6.836.95 2.767.85 34.882 31.524.955 31.52 39.41 131.35

RATA-

RATA 1.367.39 553.57

47.697.281 47.70 54.20 198.74

Ket: Total = akar + batang + cabang + daun

Lampiran 12 Data dan informasi sedimen/ substrat lumpur

Plot h (cm) KA

(%) Bb (gr) Bk (gr)

Sampel BD

(gr/cm3)

% C

(Walkey

&

Black)

Sampel

La

(cm2) t (cm) V (cm3) C (gr) C (Ton)

C1R1 0-10 8.58 180 165.78 9.8125 10 98.125 1.69 1.39 2.30 0.0000023

10-50 10.21 180 163.32 9.8125 40 392.500 0.42 1.18 1.93 0.0000019

C1R2

0-10 7.26 140 130.52 9.8125 10 98.125 1.33 1.31 1.71 0.0000017

10-50 7.57 175 162.68 9.8125 40 392.500 0.41 1.40 2.28 0.0000023

50-100 8.53 190 175.07 9.8125 50 490.625 0.36 1.87 3.27 0.0000033

100-200 6.22 205 193.00 9.8125 100 981.250 0.20 1.44 2.78 0.0000028

200-300 6.74 170 159.27 9.8125 100 981.250 0.16 1.93 3.07 0.0000031

300-400 5.92 200 188.82 9.8125 100 981.250 0.19 1.73 3.27 0.0000033

C1R3

0-10 6.74 185 173.32 9.8125 10 98.125 1.77 1.38 2.39 0.0000024

10-50 8.18 175 161.77 9.8125 40 392.500 0.41 1.82 2.94 0.0000029

50-100 6.2 185 174.20 9.8125 50 490.625 0.36 1.30 2.26 0.0000023

100-200 7.55 180 167.36 9.8125 100 981.250 0.17 1.63 2.73 0.0000027

200-300 7.42 185 172.22 9.8125 100 981.250 0.18 1.34 2.31 0.0000023

300-400 7.95 175 162.11 9.8125 100 981.250 0.17 1.59 2.58 0.0000026

C2R1

0-10 9.36 170 155.45 9.8125 10 98.125 1.58 1.6 2.49 0.0000025

10-50 10.78 200 180.54 9.8125 40 392.500 0.46 1.36 2.46 0.0000025

50-100 7.62 195 181.19 9.8125 50 490.625 0.37 1.38 2.50 0.0000025

100-200 6 175 165.09 9.8125 100 981.250 0.17 1.68 2.77 0.0000028

200-300 7.67 195 181.11 9.8125 100 981.250 0.18 1.70 3.08 0.0000031

C2R2

0-10 7.5 170 158.14 9.8125 10 98.125 1.61 1.79 2.83 0.0000028

10-50 9.38 185 169.14 9.8125 40 392.500 0.43 1.1 1.86 0.0000019

50-100 10.8 185 166.97 9.8125 50 490.625 0.34 1.4 2.34 0.0000023

100-200 7.64 210 195.09 9.8125 100 981.250 0.20 1.49 2.91 0.0000029

200-300 6.01 170 160.36 9.8125 100 981.250 0.16 1.62 2.60 0.0000026

300-400 7.69 180 167.15 9.8125 100 981.250 0.17 1.45 2.42 0.0000024

Page 96: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

76

Plot h (cm) KA

(%) Bb (gr) Bk (gr)

Sampel BD

(gr/cm3)

% C

(Walkey

&

Black)

Sampel

La

(cm2) t (cm) V (cm3) C (gr) C (Ton)

C2R3

0-10 6.95 175 163.63 9.8125 10 98.125 1.67 1.76 2.88 0.0000029

10-50 8.45 170 156.75 9.8125 40 392.500 0.40 1.32 2.07 0.0000021

50-100 7.73 190 176.37 9.8125 50 490.625 0.36 1.56 2.75 0.0000028

100-200 8.25 195 180.14 9.8125 100 981.250 0.18 1.53 2.76 0.0000028

200-300 10.58 185 167.30 9.8125 100 981.250 0.17 1.42 2.38 0.0000024

300-400 5.05 170 161.83 9.8125 100 981.250 0.16 1.62 2.62 0.0000026

C3R1

0-10 9.48 180 164.41 9.8125 10 98.125 1.68 1.78 2.93 0.0000029

10-50 12.53 170 151.07 9.8125 40 392.500 0.38 2.04 3.08 0.0000031

50-100 4.93 195 185.84 9.8125 50 490.625 0.38 1.19 2.21 0.0000022

100-200 9.28 180 164.71 9.8125 100 981.250 0.17 1.96 3.23 0.0000032

200-300 8.44 185 170.60 9.8125 100 981.250 0.17 1.40 2.39 0.0000024

C3R2

0-10 12.19 175 155.99 9.8125 10 98.125 1.59 0.97 1.51 0.0000015

10-50 12.92 195 172.69 9.8125 40 392.500 0.44 0.80 1.38 0.0000014

50-100 0.51 180 179.09 9.8125 50 490.625 0.37 1.37 2.45 0.0000025

100-200 11 195 175.68 9.8125 100 981.250 0.18 0.93 1.63 0.0000016

200-300 10.35 185 167.65 9.8125 100 981.250 0.17 0.91 1.53 0.0000015

300-400 8.58 205 188.80 9.8125 100 981.250 0.19 1.27 2.40 0.0000024

C3R3

0-10 10.21 180 163.32 9.8125 10 98.125 1.66 1.11 1.81 0.0000018

10-50 7.26 175 163.15 9.8125 40 392.500 0.42 0.71 1.16 0.0000012

50-100 7.57 170 158.04 9.8125 50 490.625 0.32 1.22 1.93 0.0000019

100-200 8.53 165 152.03 9.8125 100 981.250 0.15 1.73 2.63 0.0000026

200-300 6.22 180 169.46 9.8125 100 981.250 0.17 1.07 1.81 0.0000018

300-400 6.74 180 168.63 9.8125 100 981.250 0.17 1.14 1.92 0.0000019

C4R1

0-10 7.92 185 171.42 9.8125 10 98.125 1.75 0.70 1.20 0.0000012

10-50 6.74 185 173.32 9.8125 40 392.500 0.44 1.44 2.50 0.0000025

50-100 8.18 190 175.63 9.8125 50 490.625 0.36 1.37 2.41 0.0000024

100-200 6.2 175 164.78 9.8125 100 981.250 0.17 1.28 2.11 0.0000021

200-300 7.55 165 153.42 9.8125 100 981.250 0.16 1.29 1.98 0.0000020

C4R2

0-10 7.42 190 176.88 9.8125 10 98.125 1.80 1.10 1.95 0.0000019

10-50 7.95 180 166.74 9.8125 40 392.500 0.42 1.07 1.78 0.0000018

50-100 9.36 180 164.59 9.8125 50 490.625 0.34 1.27 2.09 0.0000021

100-200 10.78 175 157.97 9.8125 100 981.250 0.16 1.23 1.94 0.0000019

200-300 7.62 190 176.55 9.8125 100 981.250 0.18 1.58 2.79 0.0000028

300-400 7.4 170 158.29 9.8125 100 981.250 0.16 1.52 2.41 0.0000024

C4R3

0-10 7.67 175 162.53 9.8125 10 98.125 1.66 1.33 2.16 0.0000022

10-50 6.95 175 163.63 9.8125 40 392.500 0.42 1.15 1.88 0.0000019

50-100 8.45 200 184.42 9.8125 50 490.625 0.38 1.28 2.36 0.0000024

100-200 7.73 160 148.52 9.8125 100 981.250 0.15 1.59 2.36 0.0000024

200-300 8.24 175 161.68 9.8125 100 981.250 0.16 1.60 2.59 0.0000026

300-400 8.58 185 170.38 9.8125 100 981.250 0.17 1.76 3.00 0.0000030

SUM 153.04 0.0001530

Page 97: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

77

Plot h (cm) KA

(%) Bb (gr) Bk (gr)

Sampel BD

(gr/cm3)

% C

(Walkey

&

Black)

Sampel

La

(cm2) t (cm) V (cm3) C (gr) C (Ton)

AVER

AGE 8.06 181.46 167.96 9.8125 63.85 626.490 0.52 1.40 2.35 0.0000024

SD 1.94 11.85 11.19 0.0000 36.00 353.238 0.55 0.30 0.50 0.0000005

SE 0.24 1.48 1.40 0.0000 4.50 44.15 0.07 0.04 0.06 0.0000001

Ket: h = Kedalaman, KA = Kadar Air, Bb = Berat Basah, Bk = Berat Kering, La = Luas Alas, t = Tinggi, V = Volume, BD = Bulk Density % C= % C-organik

sedimen, C = Massa Karbon

Lampiran 13 Hasil analisis bulk density (BD) dan % C-organik sedimen/ substrat

lumpur

Plot

Rata-Rata BD (gr/cm3) Rata-rata % C-Organik

0-10

cm

10-50

cm

50-100

cm

100-200

cm

200-300

cm

300-400

cm 0-10 cm

10-50

cm

50-100

cm

100-200

cm

200-300

cm

300-400

cm

C1R1 1.69 0.42 - - - - 1.39 1.18 - - - -

C1R2 1.33 0.41 0.36 0.20 0.16 0.19 1.31 1.40 1.87 1.44 1.73 1.73

C1R3 1.77 0.41 0.36 0.17 0.18 0.17 1.38 1.82 1.30 1.63 1.34 1.59

C2R1 1.58 0.46 0.37 0.17 0.18 - 1.60 1.36 1.38 1.68 1.68 -

C2R2 1.61 0.43 0.34 0.20 0.16 0.17 1.79 1.10 1.40 1.49 1.62 1.45

C2R3 1.67 0.40 0.36 0.18 0.17 0.16 1.76 1.32 1.56 1.53 1.42 1.62

C3R1 1.68 0.38 0.38 0.17 0.17 - 1.78 2.04 1.19 1.96 1.40 -

C3R2 1.59 0.44 0.37 0.18 0.17 0.19 0.97 0.80 1.37 0.93 0.91 1.27

C3R3 1.66 0.42 0.32 0.15 0.17 0.17 1.11 0.71 1.22 1.73 1.07 1.14

C4R1 1.75 0.44 0.36 0.17 0.16 - 0.70 1.44 1.37 1.28 1.29 -

C4R2 1.80 0.42 0.34 0.16 0.18 0.16 1.10 1.07 1.27 1.23 1.58 1.52

C4R3 1.66 0.42 0.38 0.15 0.16 0.17 1.33 1.15 1.28 1.59 1.60 1.76

RATA-

RATA 1.65 0.42 0.36 0.17 0.17 0.17 1.35 1.28 1.38 1.50 1.42 1.51

SD 0.12 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.33 0.36 0.18 0.27 0.25 0.20

SE 0.03 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.10 0.10 0.05 0.08 0.07 0.07

Keterangan: - = Tidak ada data

Page 98: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

78

Lampiran 14 Pengambilan sampel sedimen dan vegetasi Avicennia marina

Pengambilan sampel Avicennia marina

secara destruktif

Sampel Avicennia marina yang telah

dicabut (destruktif sampling)

Proses pengambilan sampel sedimen

Contoh sedimen yang telah diambil

menggunakan bor tanah

Proses pengambilan sampel sedimen

dari bor tanah ke alumunium foil

Proses pencacahan sampel vegetasi

Avicennia marina

Proses pencacahan bagian akar dari

Avicennia marina

sampel vegetasi Avicennia marina yang

sudah dicacah dan siap ditimbang berat

basahnya

Page 99: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

79

Proses penimbangan bagian akar

Avicennia marina

Proses penimbangan bagian batang

Avicennia marina

Proses penimbangan bagian cabang

Avicennia marina

Proses penimbangan bagian daun

Avicennia marina

Lampiran 15 Analisis sampel di laboratorium

Sampel akar Avicennia marina yang

siap untuk dianalisis

Sampel batang Avicennia marina yang

siap untuk dianalisis

Sampel cabang Avicennia marina yang

siap untuk dianalisis

Sampel daun Avicennia marina yang

siap untuk dianalisis

Page 100: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

80

Oven yang digunakan untuk proses

analisis

Tanur yang digunakan untuk proses

analisis

Sampel untuk penentuan berat jenis Proses pencelupan sampel ke dalam

parafin untuk analisis berat jenis

Sampel untuk penentuan kadar air

Sampel yang siap untuk dianalisis kadar

zat terbang

Sampel hasil analisis kadar zat terbang Sampel hasil analisis kadar abu

Page 101: PENDUGAAN SIMPANAN KARBON ORGANIK EKOSISTEM … · CAGAR ALAM PULAU DUA BANTEN TYAS AYU LESTARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 . ... hutan mangrove CAPD

81

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 17 Juni

1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Ujang

Sukanta dan Ibunda Nuryati. Penulis menikah dengan Aswin Rahadian, S. Hut

dan dikaruniai seorang putri yang bernama Ashagiselva Tasmira Rahadian.

Pada tahun 1994, penulis memulai pendidikan dasar (SD) di SDN

Sukalaksana II Kotamadya Bandung. Pada tahun 1997, penulis menyelesaikan

pendidikan sekolah dasarnya di SDN Cibolang Kabupaten Bandung dan lulus

tahun 2000. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SLTPN 1 Soreang

Kabupaten Bandung pada tahun yang sama dan menyelesaikan pendidikan tingkat

pertamanya pada tahun 2003. Selanjutnya, di tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung dan

lulus tahun 2006.

Pada tahun yang sama (2006), penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menghabiskan

tingkap persiapan bersama (TPB) di asrama putri A2. Pada saat itu penulis belum

masuk ke departemen/ jurusan manapun di IPB. Satu tahun kemudian, yaitu pada

tahun 2007 penulis diterima di Departemen Biokimia IPB dan lulus tahun 2010

dengan IPK 3.42. Tiga tahun kemudian, pada tahun 2013 penulis memperoleh

beasiswa pendidikan pascasarjana dalam negeri Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi (BPPDN-DIKTI) pada program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan (PSL) dengan massa pemberian beasiswa selama 4 semester (2

tahun). Penulis menyelesaikan pendidikan pascasarjananya 6 bulan setelah massa

pemberian beassiwa tersebut habis, yaitu Februari 2016 dengan IPK 3.81.

Penulis pernah bekerja sebagai asisten laboratorium di D3-IPB untuk mata

kuliah Biokimia Umum (2011), staff laboratorium PT. Idaman Era Mandiri

(2011), dan Social Economy Specialist di Wetlands International Indonesia (2012-

2013). Penulis juga pernah menjadi editor buku Pemetaan Mangrove Pulau

Sumatera (2014) yang dibuat oleh Badan Informasi Geospatial (BIG) dan

Wetlands International Indonesia (WII).