askep CAPD ~ AmRiE ~

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Selain itu, ginjal  juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, mengatur keseimbangan asam basa darah, serta mengatur ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Apabila ginjal gagal dalam menjalankan fungsinya ini, maka akan terjadi gangguan pada keseimbangan air dan metabolisme dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan zat-zat berbahaya dalam darah yang dapat mengganggu kerja orang lain yang menyebabkan penderita memerlukan pegobatan dan  penanganan segera. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah atau biasa disebut dengan istilah uremia. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001). Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi pengganti. Dialisis adalah tindakan medis yang tugasnya dalam beberapa hal sama dengan yang dilakukan oleh ginjal kita yang sehat. Ada dua tipe tindakan dialisis yang popular di

Transcript of askep CAPD ~ AmRiE ~

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 1/19

 

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang

merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Selain itu, ginjal

  juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur 

konsentrasi garam dalam darah, mengatur keseimbangan asam basa darah, serta

mengatur ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Apabila ginjal gagal

dalam menjalankan fungsinya ini, maka akan terjadi gangguan pada

keseimbangan air dan metabolisme dalam tubuh sehingga mengakibatkan

terjadinya penumpukan zat-zat berbahaya dalam darah yang dapat mengganggu

kerja orang lain yang menyebabkan penderita memerlukan pegobatan dan

 penanganan segera.

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan

irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk 

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga

menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah atau biasa

disebut dengan istilah uremia. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada

kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu,

tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun

(Brunner & Suddarth, 2001).

Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi pengganti. Dialisis adalah

tindakan medis yang tugasnya dalam beberapa hal sama dengan yang dilakukan

oleh ginjal kita yang sehat. Ada dua tipe tindakan dialisis yang popular di

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 2/19

 

2

kalangan medis, yaitu hemodialisis dan peritoneal dialysis. Pada hemodialisis,

sebuah ginjal buatan (dialyzer ) digunakan untuk menyaring dan membuang sisa

metabolisme dan kelebihan cairan maupun unsur kimiawi lainnya dari dalam

darah. Untuk mengalirkan darah penderita ke dialyzer, diperlukan semacam akses

ke pembuluh darah yang dapat dilakukan dengan cara bedah minor di tangan

maupun paha. Biasanya hemodialisis dilakukan 2 -3 kali seminggu selama

masing ± masing 4 -5 jam per tindakan. Sedangkan peritoneal dialisis merupakan

salah satu tipe dialisis, dimana darah dibersihkan di dalam tubuh. Dokter akan

melakukan pembedahan untuk memasang akses berupa catheter  di dalam

abdomen penderita. Pada saat tindakan, area abdominal pasien akan secara

  perlahan diisi oleh cairan dialisa melalui catheter. Ada dua macam peritoneal

dialysis yaitu continous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) dan Continonus

Cycling Peritoneal Dialysis (CCPD). Penggunaan CAPD di Indonesia lebih lazim

digunakan daripada CCPD. Pada CAPD penderita melakukan sendiri tindakan

medis tanap bantuan mesin dan biasanya berlangsung 4 kali sehari masing ± 

masing selama 30 menit. Efektivitas CAPD juga dapat memberikan beberapa

manfaat secara langsung ataupun tidak langsung kepada pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu kiranya untuk memahami lebih jauh

tentang CAPD yang merupakan suatu tindakan yang diberikan pada pasien yang

mengalami gagal ginjal untuk mempertahankan fungsi ekskresinya secara

adekuat.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 3/19

 

3

1.2 R umusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat berdasarkan latar belakang yang telah

dijabarkan sebelumnya antara lain:

1)  Apa yang dimaksud dengan CAPD?

2)  Bagaimana prinsip kerja, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, keuntungan

serta kerugian CAPD?

3)  Bagaimana Asuhan Keperawatan pada CAPD?

1.3 Tujuan

1)  Mahasiswa memahami konsep tentang CAPD

2)  Mahasiswa memahami prinsip kerja, indikasi, kontraindikasi, komplikasi

keuntungan, serta kerugian CAPD

3)  Mahasiswa memahami asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien

yang mendapatkan CAPD

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 4/19

 

4

BAB II ISI

2.1 Pengertian

Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau dialisis peritoneal

ambulatorik kontinyu merupakan suatu bentuk metode pencucuian darah dengan

menggunakan peritoneum (selaput yang melapisis perut dan pembungkus organ

 perut). Selaput ini memiliki are permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh

darah. Zat-zat dari perut dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke

dalam rongga perut. CAPD bersifat kontinyu dan biasanya dapat dilakukan

sendiri. Metode ini bisa dikerjakan di rumah oleh pasien. Tekhniknya

disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis pasien akan terapi dialisis dan

kemampuanya untuk mempelajari prosedur ini. Metode ini harus dapat dipahami

oleh pasien dan keluarga, serta diperlukan petunjuk yang adekuat untuk 

menjamin agar mereka merasa aman dan yakin dalam melaksanakannya.

2.2 Prinsip-Prinsip CAPD

CAPD bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yag sama seperti pada bentuk dialisis

lainnya, yaitu difusi dan osmosis. Tetapi karena CAPD merupakan terapi dialisis

yang kontinyu, kadar produk limbah nitrogen dalam serum berada dalam keadaan

yang stabil. Nilainya bergantung pada:

y  fungsi ginjal yang masih terpisah 

y  volume dialisa setiap hari 

y  Kecepatan produk limbah tersebut diproduksi. 

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 5/19

 

5

Fluktuasi hasil-hasil laboratorium ini pada CAPD tidak begitu ekstrim

dibandingkan dengan dialisis peritoneal intermiten, karena proses dialisis

 berlangsung secara konstan. Kadar elektrolit biasanya tetap berada dalam kisaran

normal.  Semakin lama waktu retensi, klirens molekul yang berukuran sedang

semakin baik, molekul ini merupakan toksin uremik yang signifikan. Dengan

CAPD kliren molekul ini meningkat. Substansi dengan berat molekul rendah,

seperti ureum, akan berdifusi lebih cepat dalam proses dialisis dari pada molekul

 berukuran sedang, meskipun pengeluaranya selama CAPD lebih lambat daripada

selama hemodialisis. 

Pengeluaran cairan yang berlebihan pada saat dialisis peritoneal dicapai dengan

menggunakan larutan dialisat hipertonik yang memiliki konsentrasi glukosa yang

tinggi sehingga tercipta gradien osmotik. Larutan glukosa 1,5%, 2,5% dan 4,25%

harus tersedia dengan beberapa ukuran volume, mulai dari 500 ml ± 3000 ml,

sehingga memungkinkan pemilihan dialisat yang sesuai dengan toleransi, ukuran

tubuh dan kebutuhan fisiologik pasien. Semakin tinggi konsentrasi glukosa,

semakin besar gradien osmotik dan semakin banyak air yang dikeluarkan. Pasienharus diajarkan cara memilih larutan glukosa yang tepat berdasarkan asupan

makanannya. 

Prinsip kerja dari CAPD cukup sederhana. Dialisis Peritoneal diawali dengan

memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke dalam rongga perut

melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat berada di

dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan dan

kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat. Zat-zat racun yang

terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput

rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai ³alat penyaring´,

  proses perpindahan ini disebut Difusi. Cairan dialisat mengandung dekstrosa

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 6/19

 

6

(gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan

air ke dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi. 

Gb1. Prinsip Kerja CAPD

Proses penggantian cairan dialysis dalam prosesnya tidak menimbulkan rasa sakit

dan hanya membutuhkan waktu singkat ( 30 menit). Proses tersebut terdiri dari

3 langkah:

1)  Pengeluaran cairan 

Cairan dialisat yang sudah mengandung zat-zat

racun dan kelebihan air akan dikeluarkan dari rongga

  perut dan diganti dengan cairan dialisis yang baru.

Proses pengeluaran cairan ini berlangsung sekitar 20

menit.

2)  Memasukkan cairan 

Cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut

melalui kateter. Proses ini hanya berlangsung

selama 10 menit.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 7/19

 

3)  Waktu tinggal 

Sesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke

dalam rongga perut selama 4-6 jam, tergantung dari

anjuran dokter.

Pertukaran biasanya dilakukan tiga kali sehari yang berlangsung kontinyu selama

24 jam/hari dan dilakukan dalam 7 hari dalam seminggu. Pasien melaksanakan

 pertukaran dengan interfal yang didistribusikan disepanjang hari ( misalnya pada

 pukul 06.00 pagi, 16.00 sore dan 24.00 malam ). Setiap pertukaran memerlukan

waktu 30 hingga 60 menit atau lebih tergantung pada lamanya waktu retensi

yang ditentukan oleh dokter. Lama waktu penukaran terdiri atas 5 atau 10 menit

 periode infus (pemasukan dialisa), 20 menit periode drainase (pengeluaran cairan

dialisa) dan waktu retensi selama 10 menit, 30 menit atau lebih 

2.3 Indikasi CAPD

CAPD merupakan terapi pilihan bagi pasien yang ingin melaksanakan dialisis

sendiri di rumah, indikasi CAPD adalah pasien-pasien yang menjalani HD

rumatan (maintenence) atau HD kronis yang mempunyai masalah dengan cara

terapi yang sekarang, seperti gangguan fungsi atau kegagalan alat untuk akses

vaskuler, rasa haus yang berlebihan, hipertensi berat, sakit kepala pasca dialisis

dan anemia berat yang memerlukan transfusi. 

Penyakit ginjal stadium terminal yang terjadi akibat diabetes sering

dipertimbangkan sebagai indikasi untuk dilakukan CAPD karena hipertensi,

uremia dan hiperglikemia lebih mudah diatasi dengan cara ini dari pada HD. 

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 8/19

 

Pasien lansia dapat memanfaatkan teknik CAPD dengan baik jika keluarga atau

masyarakat memberikan dukungan. Pasien yang aktif dalam penanganan

 penyakitnya, menginginkan lebih banyak kebebasan dan memiliki motivasi serta

keinginan untuk melaksanakan penanganan yang diperlukan sangat sesuai

dengan terapi CAPD. Selain kemampuan pasien dukungan dari keluarga untuk 

melasanakan CAPD harus dipertimbangkan ketika memilih terapi ini. 

Pasien memilih CAPD agar bebas dari ketergantungannya pada mesin,

mengontrol sendiri aktifitasnya sehari-hari menghindari pembatasan makanan

meningkatkan asupan cairan, menaikkan nilai hematokrit serum, memperbaiki

kontrol tekananan darah, bebas dari keharusan pemasangan jarum

infus(venipuncture) dan merasa sehat secara umum meskipun CAPD memberi

kesan pasien tampak bebas, terapinya berlangsung secara kontinyu sehingga

 pasien harus menjalani dialisis selama 24 jam /hari setiap hari. Sebagian pasien

menganggap cara ini membatasi kebebasanya dan memilih HD yang lebih

 bersifat intermiten.

2.4 Kontraindikasi CAPD

Kontraindikasi dilakukan CAPD adalah adanya :

1)  Perlekatan akibat pembedahan atau penyakit inflamasi sistemik sebelumnya.

Perlekatan akan mengurangi klirens solut.

2)   Nyeri punggung kronis yang rekuren di sertai riwayat kelainan pada diskus

intervertebralis dapat diperburuk oleh tekanan cairan dialisat dalam abdomen

yang kontinyu

3)  Adanya riwayat kolostomi, ileostomi, nefrostomi atau ilealconduit dapat

meningkatkan resiko peritonitis walaupun tindakan operasi tersebut bukan

kontraindikasi absolut untuk CAPD.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 9/19

 

4)  Pasien dengan pengobatan imunosupresif akan mengalami komplikasi akibat

kesembuhan luka yang buruk pada lokasi pemasangan kateter.

5)  Diverkulitis mengingat CAPD pernah disertai adanya ruptur divertikulum.

6)  Pasien dengan artritis atau kekuatan tangan menurun karena akan

memerlukan bantuan dalam melaksanakan pertukaran cairan.

2.5  Komplikasi CAPD

Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada CAPD adalah :

1)  Peritonitis

Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dan paling serius, yaitu

antara 60-80 % dari pasien yang menjalani peritoneal dialisis. Hal ini

disebabkan oleh adanya kontaminasi dari S taphylokokus epidermidis yang

  bersifat aksidental, dan S taphylococcus aureus dengan angka morbiditas

tinggi, prognosis lebih serius serta lebih lama. Manifestasi dari peritonitis

yaitu cairan dialisat yang keruh, nyeri abdomen yang difus, hipotensi sertatanda-tanda syok lainnya, hal ini jika penyebabnya S.  Aureus. Pemeriksaan

cairan drainage untuk penghitungan jumlah sel, pewarnaan Gram, dan

 pemeriksaan kultur untuk tahu penyebab mikroorganisme dan arahan terapi.

Penatalaksanaan Peritonitis di rumah sakit apabila pasien dalam kodisi parah

dan tak mungkin melakukan terapi pertukaran dirumah, dengan menjalani

dialisis peritoneal intermitten selama 48 jam atau lebih atau sepenuhnya

dihentikan selama dapat terapi suntikan antibiotik. Jika gejalanya ringan

ditangani secara rawat jalan dan terapi antibiotik ditambahkan dalam cairan

dialisat serta dapat AB peroral selama 10 hari. Infeksi akan menghilang

dalam waktu 2-4 hari . AB harus diberikan dengan cermat dan tidak bersifat

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 10/19

 

10

nefrotoksik agar tidak memperparah fungsi ginjal yang tersisa. Intervensi

 bedah mungkin diperlukan jika peritonitis akibat adanya kebocoran dari usus.

Pada infeksi persisten di tempat keluar kateter pelepasan kateter permanen

diperlukan untuk mencegah peritonitis. Peritonitis dengan hasil kultur cairan

  peritoneal positif juga merupakan indikasi pelepasan kateter. Untuk 

sementara menggunakan HD selama satu bulan sampai dilakukan

  pemasangan kateter yang baru. Pasien dengan peritonitis akan kehilangan

  protein melalui peritoneum dalam jumlah besar, malnutrisi akut, serta

kelambatan penyembuhan.

2)  Kebocoran

Kebocoran cairan dialisat yang biasa terjadi melalui luka insisi atau luka

  pemasangan kateter setelah kateter terpasang. Kebocoran akan berhenti

spontan jika terapi dialisis ditunda selama beberapa hari sampai luka insisi

dan tempat keluarnya kateter sembuh. Faktor yang dapat memperlambat

kesembuhan adalh aktifitas abdomen yang tidak semestinya atau mengejan

 pada saat buang air besar. Kebocoran dapat dihindari dengan memulai infuscairan dialisat dengan volume kecil (100-200 ml) dan secara bertahap

meningkatkan volume mencapai 2000 ml.

3)  Perdarahan

Cairan drainage dialisat yang mengandung darah dapat terlihat khususnya

 pada wanita yang sedang haid. Hal ini disebabkan karena cairan hipertonik 

menarik darah dari uterus lewat orificium tuba falopii yang bermuara ke

dalam kavum peritoneal. Kejadian ini dapat terjadi selama beberapa kali

  penggantian cairan mengingat darah akibat prosedur tersebut tetap berada

 pada rongga abdomen.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 11/19

 

11

Penyebab lain adanya perdarahan karena pergeseran kateter dari pelvis serta

  pada pasien yang habis menjalani pemeriksaan enema atau mengalami

trauma. Adapun intervensi yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan

 pertukaran cairan lebih sering untuk mencegah obstruksi kateter oleh bekuan

darah.

4)  Komplikasi lainnya adalah

a)  Hernia abdomen karena peningkatan tekanan intra abdomen yang terus

menerus. Tipe hernia yang terjadi adalah insisional, inguinal,

diafragmatik, dan umbilikal. Tekanan intra abdomen yang persisten

meningkat juga dapat memperburuk gejala hernia hiatus dan hemoroid.

 b)  Hipertrigliseridemia sehingga memberi kesan dapat mempermudah

aterogenesis. Penyakit Kardiovaskuler tetap merupakan penyebab utama

kematian pada populasi pasien ini.

c)    Nyeri Pun ggung bawah dan anoreksia karena cairan dalam rongga

 peritoneum selain rasa manis yang selalu tarasa pada indra pengecap juga

 berkaitan dengan absorpsi glukose.d)  Pembentukan bekuan dalam kateter peritoneal dan konstipasi.

2.6 Keuntungan CAPD

Keuntungan dari CAPD pada klien yang menggunakan antara lain:

1)  Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan. 

2)  Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja. 

3)  Tidak tergantung pada bantuan orang lain.

4)  Tekanan darah pasien lebih terkendali.

5)  Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit. 

6)  Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman. 

7)  Kadar kalium darah lebih terkontrol.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 12/19

 

12

2.7 Kerugian CAPD

Kerugian CAPD pada klien yang menggunakan antara lain:

1)  R isiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum). 

2)  Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses

dialisis peritoneal. 

2.8 Asuhan Keperawatan

2.8.1  Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan sebeum perumusan

diagnose keperawatan serta intervensi keperawatan pada klien. Adapun

 pengkajian yang dilakukan pada klien dengan tindakan CAPD antara lain:

Sebelum dialisa

a)  Tinjau kembali catatan medis untuk menentukan alas an perawatan di

rumah sakit.

 b) 

Ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan.c)  Fistula tersumbat bekuan.

d)  Pembuatan fistula

e)  Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah,jumlah cairan yang

diijinkan, obat ± obatan yang saat ini digunakan, jadwal hemodialisa,

 jumlah haluaran urin.

f)  Kaji kepatenan fistula bila ada. Bilapaten, getaran ( pulsasi ) akan

terasa desiran akan terdengar dengan stetoskop di atas sisi. Tak 

adanya pulsasi dan bunyi desiran menandakan fistulatersumbat.

g)  Kaji terhadapmanifestasi klinis dan laboratorium tentang kebutuhan

tentang dialisa : Peningkatan berat badan 3 pon / lebih diatas berat

 badan pada tindakan dialisa terakhir.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 13/19

 

13

h)  R ales, pernafasan cepat� pada saat istirahat,peningkatan sesak nafas

dengan kerja fisik maksimal.

i)  Kelelahan dan kelemahan menetap.

 j)  Hipertensi berat

k)  Peningkatan kreatinin, BUN, dan elektrolit khususnya kalium.� 

Kemungkinan perubahan EKG pada adanya hiperkalemia.� 

Sesudah dialisa

Kaji terhadap hipotensi dan perdarahan. Volume besar dari pembuangan� 

cairan selama dialisa dapat mengakibatkan hipotensi ortostatik dengan

menggunakan anti koagulan selama tindakan menempatkan pasien pada

resiko perdarahan dari sisi akses dan terhadap perdarahan internal.

2.8.2  Diagnosa Keperawatan

1)  Kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama CAPD

2)  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan

 pengembangan diafragma

3)  R esiko tinggi untuk cidera b,d akses vascular dan komplikasi

sekunder terhadap penusukan dan pemeliharaan akses vascular,

emboli udara,ketidaktepatan konsentarsi / suhu dialisat

4)  Kurang pengetahuan b.d penyakit dan kebutuhan untuk CAPD

2.8.3  Intervensi Keperawatan

1)  Kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama dialysis

Kriteria Hasil: kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan baik 

Intervensi:

a.  Kaji TTV : BB, masukan dan haluaran pradialisis.

 b.  Kaji derajat penumbunan cairan dalam jaringan pradialisis.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 14/19

 

14

c.  Tentukan ketepatan derajat dan ketepatan ultrafiltrasi untuk 

tindakan.

d.  Jelaskan pada klien tentang kondisi klien serta tindakan yang akan

dilakukan

e.  Berikan cairan pengganti sesuai instruksi dan indikasi.

f.  Periksa kadar kalsium, natrium, kalium, CO2 pradialisis.

g.  Kolaborasikan dengan tim medis untuk tindakan kolaboratif 

h.  Pantau konmdisi klien secara berkala setelah tindakan.

2)  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan

 pengembangan diafragma

Kriteria hasil : menunjukan pola pernapasan efektif dengan bunyi

nafas jelas, GDA dalam batas normal.

Intervensi:

a.  Kaji TTV ; RR  

 b.  Jelaskan pada klien terjadinya pola nafas tidak efektif 

c. 

Awasi frekuensi / upaya pernapasan.penurunan kecepatan infuse bila ada dispnea.

d.  Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.

e.  Libatan keluarga dalam proses pelaksanaan tindakan pada klien

f.  Berikan analgesic sesuai indikasi.

g.  Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgesic pada

klien

h.  Pantau keefektifan tindakan yang telah diberikan pada klien.

3)  R esiko tinggi untuk cidera b,d akses vascular dan komplikasi

sekunder terhadap penusukan dan pemeliharaan akses vascular,

emboli udara,ketidaktepatan konsentarsi / suhu dialisat.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 15/19

 

15

Kriteria Hasil: cidera tidak terjadi pada klien selama tindakan

dilakukan.

Intervensi:

a.  Kaji kondisi yang memberikan kondisi resiko terhadap cidera

 b.  Pastikan semua alat berbahaya ditempatkan secara aman

c.  Mempertahankan lingkungan steril selama pemasukan kateter.

d.  Melakukan radiografi dada setelah pemasukan kateter kevena

subklavia.

e.  Amati tanda pneumothorak, ketidakteraturan jantung, perdarahan

hebat, dan periksa bunyi nafas bilateral.

f.  Ganti balutan kateter secara rutin sesuai kebijakan unit.

g.  Pastikan bahwa detektor udara telah terpasang dan berfungsi baik 

selama dialisis.

h.  Bantu klien dalam perawatan (baik bantu langsung atau

 pengawasan) sehingga terhindar dari cidera.

4) 

Kurang pengetahuan b.d penyakit dan kebutuhan untuk dialysisKriteria hasil: menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang konsep

 penyakit serta tindakan yang diberikan

Intervensi:

a.  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang fungsi ginjal

dan alasan dialysis.

 b.  Kaji kesiapan untuk belajar.

c.  Berikan informasi yang sesuai untuk kesiapan dan kemampuan

 belajar termasuk alasan pasien kehilangan fungsi ginjal: tanda dan

gejala yang b.d kehilangan fungsi ginjal.

d.  Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan takut dan

ansietas.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 16/19

 

16

e.  Berikan informasi yang sama pada keluarga sehingga keluarga

 paham tentang kondisi klien

f.  Libatkan keluarga dalam memberikan pemahaman pada klien

g.  Anjurkan klien untuk melakukan sharing dengan tenaga kesehatan

terkait proses penyakit serta tindakan yang diberikan

h.  Beri semangat pada klien untuk proses pembelajarannya.

2.8.4  Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang

telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/

  pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu

mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon

  pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta

mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk,

2000)

2.8.5

 EvaluasiPada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan dengan CAPD

adalah, mengacu pada criteria hasil yang hendak dicapai yakni apakah

terdapat :

1)  Kurang volume cairan

2)  Pola nafas tidak efektif apakah telah teratasi

3)  R esiko tinggi cidera masih ada atau tidak 

4)  Peningkatan pengetahuan pada klien dan keluarga telah tercapai atau

 belum.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 17/19

 

17 

BAB III PENUTUP

3.2  Kesimpulan

Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau dialisis peritoneal

ambulatorik kontinyu merupakan suatu bentuk metode pencucuian darah dengan

menggunakan peritoneum (selaput yang melapisis perut dan pembungkus organ

  perut). Selaput ini memiliki are permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh

darah. Zat-zat dari perut dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke

dalam rongga perut. Prinsip kerja dari CAPD cukup sederhana. Dialisis Peritoneal

diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke

dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika

dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan

dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat. Zat-

zat racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat

melalui selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai ³alat

  penyaring´, proses perpindahan ini disebut Difusi. Cairan dialisat mengandung

dekstrosa (gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses

 penarikan air ke dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi. 

3.2 Saran

1.  Perdalam pengetahuan serta konsep tentang CAPD dengan buku penunjang

dan studi lapangan. 

2.  Update informasi kesehatan terutma tentang CAPD dengan sering membuka

 jurnal kesehatan terbaru untuk mengupdate ilmu yang telah kita dapat 

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 18/19

 

18 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002.  K eperawatan Medikal Bedah, Cetakan I. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Iqbal et al. Outcome of Peritoneal Dialysis and Hemodialysis in Elderly Patients

with Diabetes: Early Experience from Bangladesh.   Advances in Peritoneal 

 Dialysis 2005;21:85-9.

Lynda Juall, Carpenito & Moyet. 2001.  Buku S aku Diagnosa  K eperawatan,

Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Makalah Pelatihan. 2002.   Fresenius Fundamentals in Peritoneal Dialysis.

Fresenius Medical Care. 

Makalah Pelatihan. 2002. Ginjal Peritoneal Dialysis & Bagaimana  K erjanya,

Fresenius Medical Care.

Marilynn E. Dongoes. 2000.   Rencana Asuhan  K eperawatan, Edisi 3, Cetakan I.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 

Price & Wilson. 1995.  Patofisiologi, Edisi 4, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

5/7/2018 askep CAPD ~ AmRiE ~ - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-capd-amrie- 19/19

 

19 

LAMPIRAN

Gb2. Prinsip CAPD

Gb.3 Tindakan CAPD pada klien