PENDIDIKAN TOLERANSI PADA MASYARAKAT...

88
1 PENDIDIKAN TOLERANSI PADA MASYARAKAT SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAN NTB SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh RIZQY FAEDATUL LAILY NIM 11112134 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

Transcript of PENDIDIKAN TOLERANSI PADA MASYARAKAT...

1

PENDIDIKAN TOLERANSI PADA MASYARAKAT

SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN

KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK

TENGAN NTB

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

RIZQY FAEDATUL LAILY

NIM 11112134

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA 2016

2

3

KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Lingkar Selatan Km. 2 Pulutan Salatiga

Website : www.iaiansalatiga.ac.id Email:[email protected]

4

5

MOTTO

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku

dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam

(Al An’am 162)

..YAKUSA..

6

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah saya Bapak Sutrisno yang selalu memberi bimbingan dan motivasi,

semoga Allah selalu memberi kesehatan dan di lancarkan rizkinya.

2. Ibu saya Ibu Muslikah yang telah mendahului berpulang semoga Allah

menempatkan beliau di tempat yang palng indah.

3. Nenek saya Mariyam yang dengan ikhlas dan penuh kesabaran merawat saya

dari kecil hingga saat ini, semoga Allah memberikan kesehatan.

4. Ibu kedua saya Sutarmi yang selalu mengingatkan saya untuk tetap menjaga

kesehatan, semoga Allah balasan atas kebaikan beliau yang dengan setia

mendampingi ayah sampai saat ini.

5. Kakak dan adik saya yang dengan setia dan sabar membantu saya dalam

segala hal.

6. Keluarga saya yaitu Bude, Pakde, Bulek, Om, kakak sepupu saya yang selalu

memberi dukungan moril, semoga sehat selalu dan dimudahkan urusannya.

7. Keluarga besar dan teman-teman seperjuangan saya di Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) yaitu, Bang Ilman, Mbak Tata, bang Rizal, pak Padi,mz Alwi

mbak Iin, Shokif, dek Najmi dan keluarga besar HMI Cabang Salatiga

lainnya, yang selalu memberikanku semangat berjuang dan selalu

menemaniku di saat sedih dan duka ketika di kampus.

8. Teman dekat saya Wawan yang dengan sabar dan setia menemani setiap

proses penulisan skripsi ini, Semoga selalu sehat dan semoga sekripsinya

cepat selesai.

7

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat

meyelesaikan skripsi yang berjudul “PENDIDIKAN TOLERANSI PADA

MASYARAKAT SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN

KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAH NTB” walaupun

jauh dari kata sempurna. Sholawat dan salam semoga senantiasa selalu tercurah

kepada Nabiullah Muhammad SAW

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, dan masih banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun

dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan

yang dimiliki penulis. Terselesaikannya skripsi ini berkat motivasi, bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati dan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung

maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Ag., sebagai Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyyah.

3. Ibu Hj. Siti Ruhayati, M. Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Bapak Mufiq S. Ag., M. Phil selaku Dosen Pembimbing yang bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.

5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku dosen pembimbing akademik

8

6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu

dan pengalaman dengan penuh kesabaran, serta bagian akademik IAIN

Salatiga yang telah memberikan layanan dan bantuannya kepada penulis.

7. Kepada bapak Kadus Dusun Sade Lombok Tengah dan masyarakat Sukun

Sasak.

8. Kepada bapak ibu yang selalu mendoakan saya dalam setiap langkah.

9. Kepada keluarga besar di Walen yang selalu memberi motivasi dan kasih

sayang.

10. Seluruh teman-temanku yang telah memberi motivasi, semangat dan

bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9

ABSTRAK

RIZQY FAEDATUL LAILY (NIM 111-12-134). PENDIDIKAN TOLERANSI

PADA MASYARAKAT SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN

KECAMATAN PUJUT KEBUPATEN LOMBOK TENGAN NTB

Kata kunci: pendidikan toleransi, suku sasak.

Latar belakang penelitian ini bertolak pada rasa penasaran peneliti untuk

mengetahui pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak dusun Sade dengan

adanya perbedaan pandangan tentang Islam, yaitu adanya Islam Wetu Telu dan

Wetu Lima. Apakah dengan adanya perbedaan pandan tentang Islam akan

mempengarusi sikap toleransi antar warga dusun atau tidak, hal itu sangat menarik

untuk diteliti. Suku sasak dusun sade sangat memegang teguh tiga konsep dasar

kehidupan yaitu reme (terbuka), gerasak (persaudaraan), numeng (berbuat baik).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana pendidikan

toleransi masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB?, 2)

bagaimana sikap toleransi masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah

NTB?. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pendidikan toleransi

masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB. 2) untuk

mengetahui sikap toleransi masyarkat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah

NTB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan

melaporkanya seperti apa yang akan terjadi.

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) pendidikan toleransi

pada masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB diterapkan

berdasarkan tiga dasar kehidupan Suku Sasak reme, gerasak, numeng. Model

pendidikannya yaitu perkumpulan rutin. Pendidikan toleransi tidak hanya

diperoleh dibangku sekolah saja tetapi diperoleh dari bimbingan orang tua dan

aparat dusun Sade. 2) sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak dusun Sade

Lombok Tengah NTB tercermin dengan kegiatan gotong royong dan tercemin

dengan adanya rasa satu keluarga meski tidak memiliki hunungan darah.

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv

MOTTO............................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 4

E. Penegasan Istilah ................................................................................ 5

F. Metode Penelitian .............................................................................. 6

G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 13

11

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 14

A. Pendidikan Toleransi ......................................................................... 14

B. Suku Sasak ......................................................................................... 21

BAB III PEMAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN .................... 32

A. Gambaran Umun Lokasi .................................................................... 32

B. Temuan Penelitian ............................................................................. 39

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 46

A. Pendidikan Toleransi Pada Masyarakat Suku Sasak ......................... 46

B. Sikap Toleransi pada Masyarakat Suku Sasak................................... 53

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 59

A. KESIMPULAN .................................................................................. 59

B. SARAN-SARAN ............................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah

kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia diharapkan

mampu mengenal dirinya, lingkungan sosialnya dan alam sekitar. Melalui

pendidikan manusia akan mampu mencetak sejarah kehidupan pada waktu

di dunia baik secara individu maupun kelompok. Pendidikan merupakan

usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang

ada didalam masyarakat dan kebudayaan (Djumberansyah,1994:16).

Dengan adanya pendidika, maka kita akan mendapatkan motivasi diri

untuk menjadi lebih baik dan memberi dampak positif untuk orang lain

dan mampu mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki dan

menerapkan sikap-sikap dan perilaku positif di masyarakat tempat

individu berada. Manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai dorongan

untuk mengadakan hubungan dengan orang lain untuk mengadakan

interaksi sosial, jika interaksi sosial terjalin dengan baik, maka akan

terwujud kerukunan dan toleransi yang terpelihara dan terhindar dari

konflik. Dalam hidup bermasyarakat pasti banyak terdapat perbedaan

pendapat, namun perbedaan tersebut jangan dijadikan alasan untuk saling

menutup diri dari masyarakat.

Salatiga, 21 September 2016

Penulis

Rizqy faedatul laily

NIM : 111-12-134

Salatiga, 21 September 2016

Penulis

Rizqy faedatul laily

NIM : 111-12-134

13

Dalam KBBI cetakan kedua, toleransi berasal dari kata toleran, yang

berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,

membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kebiasaan, kelakuan dan

sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita.

Toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan,

dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain. Sedangkan pengertian lain

toleransi adalah kemampuan untuk menerima kenyataan hidup penuh

kepedihan (Nyoman,2001:60).

Suku Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnik mayoritas

Lombok. Mereka meliputi lebih dari 90%dari keseluruhan penduduk

Lombok (Erni,2000:6). Meskipun di Lombok terdapat kelompok-

kelompok etnik seperti Jawa, Sumbawa, Bali, Arab dan Cina, mereka

adalah pendatang. Lombok tidak hanya banyak etnik pendatang tetapi juga

memiliki kebudayaan, bahasa dan keagamaan. Di Dusun Sade Lombok

Tengah adalah tempat tinggal penduduk asli Suku Sasak. Orang Sasak dan

orang Arab mereka beragama Islam, orang Bali beragama Hindu dan

orang Cina beragama Kristen. Meskipun orang Sasak beragama Islam

namun, ada perbedaan pemahaman tentang agama Islam. Dalam beragama

Sasak dibagi menjadi dua yaitu, waktu lima dan wetu telu. Waktu lima

ditandai oleh ketaatan yang tinggi terhadap ajaran-ajaran Islam, sedangkan

wetu telu adalah orang Sasak yang mengaku muslim tetapi, tetap memuja

roh para leluhur, berbagai dewa roh dan lain-lainnya didalam lokalitas

mereka (Erni,2000:7). Pemahaman tentang Islam pasti menimbulkan

14

perbedaan pendapat dan menimbulkan masalah dalam masyarakat. Untuk

menghindari timbulnya masalah maka, orang Sasak harus saling toleransi

dan menghargai perbedaan pemahaman tentang agama Islam.

Latar belakang masalah di atas mendorong, penulis mencoba untuk

lebih dalam menggali dengan melakukan penelitian yang berjudul

“Pendidikan Toleransi Pada Masyarakat Suku Sasak Di Dusun Sade Desa

Rembitan Kecamatan Pujut Kabuaten Lombok Tengah Nusa Tenggara

Barat”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak di

Dusun Sade Lombok Tengah NTB?

2. Bagaimana sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade

Lombok Tengah NTB?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan

masalah. Maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak di

Dusun Sade Lombok Tengah NTB.

15

2. Mengetahui sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun

Sade Lombok Tengah NTB.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

pentingnya pendidikan toleransi.

b. Dapat membantu tokoh masyarakat Suku Sasak untuk menjaga

perdamaian meski terdapat perbedaan pemahaman tentang agama

Islam.

c. Dapat menyatukan masyarakat Suku Sasak meski terdapat

perbedaan pemahaman tentang agama Islam.

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan khasanah

pengembangan keilmuan Islam khususnya dalam bidang pendidikan

sosial.

16

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah tafsir pada judul yang penulis ajukan, maka

perlu kiranya penulis jelaskan pengertian frase dalam judul di atas, sebagai

berikut:

1. Pendidikan Toleransi

Pendidikan toleransi terdiri dari dua kata yaitu, pendidikan dan

toleransi.Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh sipendidik terhadap terdidik menuju terbentuknya kepribadian

yang utama (Marimba,1989:19). Sedangkan toleransi dalam KBBI

cetakan kedua toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat

atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)

pendirian (pendapat, pandangan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya)

yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita.Toleransi adalah

kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku

yang dimiliki oleh orang lain.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

toleransi adalah bimbingan kepada seseorang untuk bersifat atau

bersikap saling menghargai, membiarkan, membolehkan orang lain

berpendapat dan melakukan kebiasaan yang berbeda dengan kita.

3. Sikap Toleransi

Sikap merupakan organisai pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya

17

perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut yang

dipilihnya (Walgito,1994:109). Sedangkan seperti penjelasan di atas

toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar,

keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa sikap toleran

adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling menghormati

sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

4. Suku Sasak

Dalam KBBI cetakan kedua suku berarti golongan orang-orang

(keluarga) yang seketurunan. Sedangkan Suku Sasak adalah penduduk

asli dan kelompok etnik mayoritas Lombok. Mereka meliputi lebih

90% dari keseluruhan penduduk Lombok (Erni,2000:6).

F. Metode Penelitian

Metode yanag digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan

kualitatif. Sugiyono(2012:9) mengatakan bahwa:

“penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data

bersifat indiktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna

daripada generalisasi.”

18

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada.

2. Kehadiran Penelitan

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,

artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian

dan pengumpulan data. Dalam hal ini, peneliti menggunakan sistem

wawancara tidak terstruktur, peneliti mengumpulkan dan mencatat

data secara terperinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan yang sedang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan pada Masyarakat Suku Sasak di

dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Kabupaten Lombok

Tengah NTB, alasan peneliti memilih lokasi penelitian di dusun Sade

desa Rembitan kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah NTB

karena di dusun Sade merupakan salah satu dusun wisata yang masih

menjaga keaslian budaya Sasak dan banyak warga dusun Sade yang

masih menganut Wetu Telu.

4. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan,

sumber dari lapangan adalah kepala suku, warga Suku Sasak.

19

Sedangkan sumber sekunder yaitu dokumen-dokumen yang

merupakan hasil laporan, hasil penelitian, serta buku-buku yang ditulis

orang lain tentang pendidikan toleransi Suku Sasak.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian,

maka teknik pengumpuan data yang peneliti pakai adalah metode

wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak dan bagaimana sikap

toleransi masyarakat Suku Sasak.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

dan dokumentasi(Sugiyono,2012:244), analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah di lapangan.

Adapun yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis

kualitatif, dengan langkah-langkah:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik

20

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono,2012:240).

Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian ini

penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui keasliannya.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya (Sugiyono,2012:247). Reduksi data ini digunakan

untuk meninjau kembali data-data yang kurang atau data-data

yang sekiranya tidak perlu dapat dipertimbangkan kembali

apakah data tersebut perlu tidak dicantumkan dalam penulisan

penelitian.

c. Pengkajian Data

Analisis ini dilakukan untuk mengkaji data-data yang telah

tereduksi dengan kajian ilmu yang berhubungan dengan tema

penelitian, dalam hal ini data-data wawancara yang diperoleh

di lapangan tentang pendidikan toleransi masyarakat Suku

Sasak akan dikaji lebih mendalam dengan mengaitkan dengan

ilmu-ilmu pendidkan Islam.

21

d. Penarikan Kesimpulan

Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan

atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

besifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya (Sugiyono,2012:252).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitia ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan

temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan

tersebut yaitu teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan tujuan

untuk mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, agar tidak

terjadi salah memasukkan data yang terkumpul. Triangulasi dapat

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,2012:273). Triangulasi

yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

yaitu:

a. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber berarti, untuk menguji keradibilitas data

yang dilakukan dengan berbagai cara mangecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono,2012:274).

Triangulasi sumber data berarti membandingkan data-data yang

22

diperoleh dari informasi satu dengan yang lainya dan juga

mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi.

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

(Sugiyono,2012:274). Dalam metode ini pengecekan

keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar

hasil temuan sendiri atau hasil penelitian orang lain ataupun

tidak plagiat dari penelitian sebelumnya.

8. Tahap-Tahap Penelitian

a. Kegiatan administratif yang meliputi :Mengajukan proposal

untuk melakukan penelitian dari Dekan FTIK IAIN Salatiga

kepada Kepala Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengan

NTB, guna menyususn pedoman wawancara dan kegiatan

administrasi lainnya.

b. Kegiatan survei yang meliputi :Melakukan survei awal

untukmengetahui gambaran umum tentang masyarakat Suku

Sasak dan menemui kepala suku serta meminta ijin untuk

melakukan penelitian.

c. Kegiatan penelitian yang meliputi :Melakukan penelitian secara

langsung kepada masyarakat Suku Sasak untuk memperoleh

23

data dengan cara melakukan interview atau wawancara kepada

pihak terkait sebagai langkah awal pengumpulan data.

d. Kegiatan verifikasi: Melakukan verifikasi untuk membuat

kumpulan-kumpulan temuan penelitian.

e. Kegiatan penyusunan laporan yang meliputi :Penyusunan

laporan untuk dijilid dan dilaporkan.

24

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab

saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULIAN, yang meliputi: Latar Belakang Masalah.

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Kegunaan Penelitian, Definisi

Oprasional, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI, yang berisi: Teori yang berhubungan

dengan pendidian toleransi dan masyarakat Suku Sasak.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, yang berisi:

gambaran umum lokasi penelitian, objek penelitian dan data hasil

penelitian.

BAB IV: ANALISIS, yang berisi tentang analisis data dari deskriptif

penelitian pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak dan sikap

toleransi.

BAB V: PENUTUP, yang merupakan bab terakhir berupa kesimpulan dan

saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait.

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Toleransi

1. Pengertian Pendidikan

Dalam undang-undangNo. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

nasional, tercantum pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Dalam KBBI

pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk

mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai

objek-objek tertentu dan spesifik. Individu mempunyai pola pikir dan

perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperoleh.

Menurut Zuhairini (1995:11) pendidikan merupakan usaha dari

manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam

membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta

dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya

menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas

hidupnya sabagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri

kemanusiaannya. Pengertian yang lain menjabarkan pendidikan

26

sebagai upaya memberikan pengetahuan, wawasan, keretampilan, dan

keahlian tertentu kepada individu-individu guna mengembangkan

bakat serta kepribadian mereka (Kartini, 1977:5).

Pendidikan mempunyai pengertian yang sangat luas, maka dari

itu banyak pendapat yang mengartikan tentang pendidikan

sebagaimana yang telah ikutip oleh Ngainun Naim dan Achmad

Sauqi dalam bukunya yang berjudul Pendidikan multikultural konsep

dan aplikasi (2008: 29).

a. Darmaningtyas mendefinisikan pendidikan sebagai

usaha sadar dan sistematis untuk mrncapai taraf hidup

atau kemajuan yang lebih baik.

b. J. Sudarminta yang memaknai pendidikan secara luas

dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik

melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk

membantu anak didik mengalami proses pemanusiaan

diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasusila. Kata

pendidikan sekurang-kurangnya mengandung empat

pengertian: yaitu sebagai bentuk kegiatan, proses, buah,

atau produk yang dihasilkan oleh proses tersebut, dan

sebagai ilmu.

c. Ki Hajar Dewantara merumuskan hakikat pendidikan

sebagai usaha orang tua bagai anak-anaknya dengan

27

maksud untuk menyokong kemajuan hidupnya, dalam

arti memperbaiki tumbuhnya kekuatan ruhani dan

jasmani yang ada pada anak.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa untuk

memanusiakan manusia agar menjadi insan kamilyang bermanfaat

bagi dirinya dan lingkungan sekitar.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

fungsi dan tujuan terdapat dalam pasal 3 yang berbunyi pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, keratif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis dan bertanggungjawab (Depag, 2003:29).

Dalam buku yang di tulis oleh Kartini Kartono juga menjelaskan

tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Fungsi pendidikan adalah:

a. Pendidikan berfungsi dalam realitas nyata, di tengan masyarakat

untuk menggugah kemajuan hidup.

28

b. Pendidikan bisa menjawab masalah-masalah lokal, regional,

nasional.

c. Di dalam pendidikan mempunyai banyak kegiatan untuk

merefleksikan diri sendiri untuk menemukan kembali identitas diri

sendiri (jati diri) dan merefleksikan lingkungan sendiri. Karena itu

pendidikan perlu disertai pendidikan moral dan pendidikan sosial

guna memupuk rasa cinta pada tanah air dan bangsa sendiri, untuk

mencapai kesejahteraan bersama dan kebaikan bagi segenap umat

manusia.

Tujuan pendidikan menurut Kartini Kartono adalah:

a. Pendidikan bertujuan agar pribadi memiliki kesadaran diri, tahu

akan mertabat dan, tahu unggah-ungguh fungsi dan tugas

kewajibannya).

b. Pendidikan bertanggung jawab susila, mampu mandiri

(Kartini,1997:7).

3. Toleransi

a. Pengertian

Dalam KBBI cetakan kedua toleransi berasal dari kata toleran,

yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,

membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau

29

bertentangan dengan pendirian kita. Dalam bahasa arab disebut

dengan tasamukh, yang berasal dari kata samakha, tasaamakha

yang artinya memudahkan, bertaku lemah lembut

(Yusuf,1990:178).

Untuk menjaga kerukunan dalam masyarakat diperlukan

pengertian untuk menerima setiap perbedaan, menerima kelebihan

dan kekurangan orang lain. Allah berfirman:

Artinya:“Hai manusia, sesunggunya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mendengar. (QS. Al Hujuraat :13)

Selain dari ayat al-quran yang menjelaskan tentang perintah untuk

bertoleransi, nabi juga meyuruh kita untuk bertoleransi. Hadis nabi

yang menyuruh untuk bertoleransi diriwayatkan oleh Muslim

sebagai berikut:

30

Artinya: “Aisyah r.a berkata: “Nabi Saw Berkata: Sesungguhnya

Allah itu penyantun suka pada kelembutan dan

memberikan kepada orang yang berlaku lembut (santun)

dengan sesuatu yang tidak akan diberikan pada orang

yang berlaku kasar dan tidak akan diberikan kepada

selain orang yang berlaku lembut (santun).” (HR.

Muslim).

Dalam buku yang ditulis Ngainun Naim dan Achmad Sauqi

(2008:77) menjelaskan pengertian lain tentang toleransi adalah

kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan prilaku

yang dimiliki oleh orang lain. Dalam literatur agama islam,

toleransi disebut dengan tasamuhyang dipahami sebagai sifat atau

sikap menghargai, membiarkan, atau membolehkan pendirian

(pandangan) orang lain yang bertentangan dengan pandangan kita.

Sedangkan pengertian yang lain toleransi adalah koeksistensinya

berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dengan tetap

terpeliharanya perbedaan-perbedaan dankarakteristik masing-

masing (Malik,2005:12).

Dari bebrapa penjelasan pengertian di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa toleransi adalah membiarkan, memahami,

mengijinkan orang lain untuk memilih berbeda dengan kita.

b. Segi-segi Toleransi

Dalam pembahasan berikut ini akan disamapikan segi-segi

toleransi secara singkat yang ditulis oleh Umar Hasyim dalam

bukunya yang berjudul toleransi dan kemerdekaan beragama dalam

31

islam sebagai dasar menuju dialog dan kerukunan antar agama.

Diantaranya sebagai berikut:

1) Mengakui hak setiap orang

Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang

berbeda dalam kehidupan. Mengakui hak setiap orang

merupakan sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia

berhak menentukan sikap dan nasibnya masing-masing.

2) Menghormati keyakinan orang lain

Tidak menghormati keyakinan orang lain atau

memaksakan keyakinan seseorang dengan kekerasan akan

mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari

uraian tersebut jelaslah bahwa dalam hidup bermasyarakat

harus saling menghormati.

3) Setuju dalam perbedaan

Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan karena

memang di dunia ini selalu ada perbedaan.

4) Saling mengerti

Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang

lain bila tidak saling pengertian. Maka akibatnya akan saling

membenci.

32

5) Kesadaran dan kejujuran

Sikap toleransi menyangkut sikap dan kesadaran batin

seseorang, dan kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan

kepolosan sikap dalam prilaku (Umar,1979:23-25).

c. Sikap Toleransi

Sikap merupakan organisai pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya

perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut

yang dipilihnya (Walgito,1994:109). Sedangkan seperti penjelasan

di atas toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar,

keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa sikap

toleran adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling

menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki

oleh orang lain.

B. Suku Sasak

1. Pengertian Suku Sasak

Kata Sasak berasal dari “sak-sak” (rakit bambu). Pada abad ke 5

hingga 6 terjadi gelombang migrasi dari pulau jawa ke Bali dan

Lombok. Migrasi tersebut disebabkan oleh runtuhnya kerajaan Daha

dan Kalingga di Jawa, orang yang bermigrasi ke pulau Lombok

33

menggunakan alat transportasi laut yang disebut sak-sak (rakit bambu).

Oleh karena itulah, beberapa sejarawan berpendapat munculnya kata

“Sasak” berasal dari hal tersebut. Ada juga yang bependapat kata

“Sasak” berasal dari kebiasaan masyarakat Lombok saat itu yang

memakai ikat kepala berbahan tembasak (Iman,2010:18).

Ada beberapa pendapat bahwa nama Suku Sasak dan Lombok

mempunyai kaitan erat, sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu kata

“Sa’sa Lombo”(dari bahasa Sasak), Sa’sa berarti satu dan Lombo

berarti lurus. Dalam literatur dan buku-buku lama terdapat kata

Lombo’ di tulis dengan “hamzah”, tidak memakai “K” pada huruf

akhirnya. Sementara pada zaman Portugis, ditulis dengan huruf “Q”

pada huruf akhirnya menjadi “Lomboq”, lalu pada zaman Belanda

ditulis dengan huruf “K” pada huruf terakhir menjadi

“Lombok”(Iman,2010:27).

Sasak Lombok berarti satu-satunya kelurusan dan kemudian kata

Sasak dijadikan nama suku yang mendiami pulau kecil bernama

Lombok. Dari segi bahasa Sasak sangat sederhana, yaitu tidak ada kata

tempat atau nama benda, paling banyak terdiri dari dua suku kata kalau

ada kata yang terdiri lebih dari dua suku kata tentunya datang dari luar

contohnya jendela, bendera. Demikian juga untuk mendapatkan satu

nama juga sangat sederhana, misalnya untuk mencari nama dalam

penentuan nama desa hanya menambahkan kata “barat” dan “timur”

misalnya cakra Barat lalu pemecahnya dinamai cakra timur. Atau kalo

34

misalnya di desa baru tersebut terdapat pohon asam, maka cukup

dinamakan “dasan bagik” (bagik asam). Demikian juga untuk

mencarikan nama baru dari benda yang baru dikenalnya yang datang

dari luar cukup ditambahkan nama asal daerahnya, misalnya bebek

yang didatangkan dari jawa diberi nama “bebek jawa” lalu sapi yang

didatangkan dari Bali diberi nama “sapi Bali”. Dari segi kehidupan

masyarakat SasakSuku Sasak bersandar pada Sa’sa Lombo’, sebagai

cermin yang dianutnya“satu-satunya kelurusan” yaitu berserah diri

kepada Tuhan (Tauhid). Taat kepada tuhan, taat kepada pemerintah,

taat kepada orang yang lebih tua, Suku Sasak sangat teguh memegang

apa yang diajarkan kepada mereka (Lukman,2005:4)

Dalam bermasyarakat Suku Sasak sangat taat dan meghormati

orang tua, misalnya dalam musyawarah jika orang tua memberi

pendapat, saran, pandangan, maka yang lain harus mengikuti saran

atau pendapat tersebut, karena orang tua tidak mungkin berbohong dan

menjerumuskan.

2. Sejarah Suku Sasak

Pulau Lombok adalah salah satu pulau yang termasuk dalam

untaian pulau-pulau di Nusantara. Sekitar 80% penduduk Lombok

adalah Suku Sasak, sebuah suku yang masih berdekatan dengan suku

Bali. Sebelum kedatangan pengaruh asing, Suku Sasak memiliki

kepercayaan asli yaitu Boda dan disebut sebagai Sasak-

35

Boda(Erni,2016:8).Namun agama ini tidaklah sama dengan Budhisme

karena ia tidak mengakui sidarta Gautama atau sang Budha sebagai

figur utama pemujanya. Agama Boda dari orang Sasak asli terutama

ditandai oleh animisme dan panteisme, Sasak asli hanya melakukan

pemujaan dan penyembahan kepada roh-roh lokal, tetapi hal itu dapat

ditaklukan dengan adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Orang jawa,

Makasar, Bugis, Bali, Belanda, dan Jepang berhasil menguasai lombok

kurang lebih satu milinium (Erni,2016:8).

Kerajaan Hindu-Majapahit dari Jawa Timur, masuk ke Lombok

pada abad ke-7 memperkenalkan Hindu-Budhisme ke kalangan Suku

Sasak. Setelah dinasti Majapahit jatuh, agama Islam dibawa untuk

pertama kalinya oleh para raja Jawa muslim pada abad ke-13 ke

kalangan Sasak Lombok dari Barat Laut. Islam segera menyatu dengan

ajaran sufisme Jawa yang penuh mistikisme. Orang-orang Makasar

tiba di Lombok Timur pada abad ke-16 dan berhasil menguasai

Selaparang, kerajaan orang Sasak asli. Dibandingkan orang Jawa,

orang Makasar lebih berhasil dalam mendakwahkan ajaran Islam

sunni, mereka berhasil membuat seluruh orang Sasak ke dalam Islam,

meskipun kebanyakan dari orang Sasak masih mencampurkan Islam

dengan kepercayaan lokal non Islam (Erni,2016:9)

Kerajaan Bali dari Karangasem menduduki daerah Lombok Barat

sekitar abad ke-17 dan kemudian mengkonsolidasikan kekuasaannya

terhadap seluruh Lombok setelah mengalahkan kerajaan Makasar

36

pada tahun 1740. Pemerintahan Bali memperlihatkan kearifan dan

toleransi yang besar terhadap orang Sasak dengan membiarkan meraka

mengikuti agama meraka sendiri. Kendati demikian, di bawah

pemerintahan kerajaan Bali yang pagan,kalangan bangsawan Sasak

terislamisasi dan para pemimpin lainnya, seperti Tuan Guru, merasa

tertekan dan bergabung bersama-sama untuk memimpin banyak

pemeberontakan melawan Bali, kendati tidak berhasil. Kekalahan ini

mendorong beberapa bangsawan Sasak meminta campur tangan militer

Belanda untuk mengusir kerajaan Bali. Permintaan mereka itu

memberi peluang Belanda untuk masuk ke Lombok untuk memerangi

dinasti Bali. Ketika akhirnya Belanda berhasil menaklukkan dan

mengusir Bali dari Lombok, alih-alih mengembalikan kekuasaan

bangsawan Sasak terhadap Lombok, mereka menjadi penjajah baru

terhadap Sasak. Belanda banyak mengambil tanah yang sebelumnya

dikuasai oleh pemerintah kerajaan Bali, dan memberlakukan pajak

tanah yang tinggi terhadap penduduk (Kraan,1979) dalam

(Erni,2016:9).

Dibawah Belanda, Sasak mengalami kontrol dan penindasan yang

lebih keji daripada pengusa-penguasa sebelumnya. Para pemimpin

Islam, Tuan Guru, yang sebelum kedatangan Belanda telah melakukan

dakwah untuk mensiarkan ajaran-ajaran Islam ortodoks dikalangan

Wetu Telu, akhirnya menjadikan Islam sebagai dasar perjuangan

idiologisuntuk melawan penjajah Belanda yang dianggap kafir.

37

Sepanjang pemerintahan kolonial Belanda, Tuan Guru mengalikan

gerakan dakwah mereka menjadi pemberontakan-pemberontakan lokal

idiologis islami untuk mengalahkan Belanda. Gerakan

pemeberontakan yang dipimpin oleh para Tuan Guru memperoleh

pengikut yang meningkat, dan lambat laun mengurangi pengaruh

bangsawan Sasak yang sebagian besar mendasarkan otoritas mereka

dari warisan tradisi lokal. Selama era koloniasi Belanda, gerakan

dakwah pimpinan Tuan Guru makin meningkatakan polarisasi antara

Wetu Telu dan Wetu Lima. Jika kelompok pertama memberikan

loyalitas mereka kepada para bangsawan Sasak sebagai pemimpin

tradisional dan terus memuja adat lokal, kelompok kedua mengikuti

Tuan Guru sebagai pemimpin keagamaan karismatik mereka.

Jepang menggantikan Belanda di Lombok untuk suatu periode

yang singkat 1942 dan 1945. Sesudah itu, selama peperangan

kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha menguasai kembali

Lombok dan pulau-pulau Indonesia lainnya, tetapi tidak berhasil.

Lombok merdeka pada tahun 1946 sebagai bagian dari Indonesia dan

setelah itu pada tahun 1950 Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid yang

juga pemimpin nasionalis mendirikan pesantrennya, Nahdlatul

Wathan, yang sekarang merupakan salah satu pesantren tertua di

Lombok (Erni,2016:10).

38

3. Keberagaman Suku Sasak

Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu daerah dengan daerah

lain menunjukkan arti penting adat sebagai pewujudan budaya lokal.

Adat memiliki makna yang luas dan ekspresi adat tidak sama dan

memiliki variasi yang berbeda diantara daerah satu dengan yang lain.

Keanekaragaman adat merupakan simbol perbedaan-perbedaan

kultural, dan kebanyakan komunitas etnik memberikan pembenaran

pada adat sebagai sumber identitas khas mereka. Adat tidak bisa

dipahami sebagai hukum kebiasaan belaka. Namun, keragaman adat

juga terletak pada aneka rasa masakan, desain arsitektur, gaya

berbusana, kebiasaan makan, berbahasa dengan dialek tertentu,

pakaian adat, upacara adat, serta berbagai kerajinan yang dihasilakan

adat tersebut. Adat mendapatkan kesahihannya dari masa lampau,

yaitu masa ketika nenek moyang menegakkan pranata yang diikuti

tanpa batas waktu (Erni,2016:47).

Adat secara ideal dipandang sebagai karya para leluhur. Keturunan

yang masih hidup merasa bahwa setiap kali mereka mempraktekkan

adat, tindakan-tindakan mereka terus menerus diawasi arwah para

leluhur tersebut para leluhur dianggap sebagai makhluk supranatural

yang memiliki kekuatan supranatural yang bisa mempengaruhi anak

turunnya (Erni,2016:48).

39

Kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak spenuh dengan ritual,

meskipun ritual seperti khitan, perkawinan, dan kematian berasal dari

Islam namun penyelenggaraan upacara-upacara tersebut bertujuan

untuk melestarikan tradisi leluhur oleh karena itu pelaksanaan upcara

yang dilakukan Watu Telu berbeda dengan yang dilakukan oleh Watu

Lima. Contohnya pada masyarakat Bayan penganut Watu Telu

mengenal beberapa peristiwa yang menandai siklus kehidupan.

Peristiwa-peristiwa yang utama adalah kelahiran, kematian, sedangkan

peristiwa lainnya menyangkut tahapan-tahapan kehidupan yaitu masa

kanak-kanak, masa akil baliq, dan masa dewasa. Orang Sasak

mengelompokkan upacara-upacara penting yang diadakan dalam

kehidupan menjadi gawe urip dan gawe pati. Gawe urip adalah

serangkaian aktifitas ritual yang dilangsungkan dalam kehidupan

seseorang. Upacara ini terdiri dari pemberian nama dan pembuangan

abu (buang au), pemotongan rambut (ngurisang), melarikan gadis

(merari) dan perkawinan (ngawinang). Gawe pati adalah serangkaian

upacara yang dilakukan bagi yang sudah meninggal. Ritual ini terdiri

dari upacar pemakaman (nusur tanah), hingga upacara setelah

kematian yang diadakan hari ketiga (nelung), hari ketujuh (mituk), hari

kesembilan (nyiwak), hari keempat puluh (matang puluh), hari

keseratus (nyatus) dan keseribu (nyiu)kematian seseorang

(Erni,2016:138).

40

Dalam ritual makan bersama gawe urip dan gawe pati bisa

dibedakan dari posisi duduk peserta utama ritual dan banyaknya

sampak yang disajikan di tengah kumpulan kaum pria yang duduk

bersila. Dalam upacara gawe urip, kiai yang memimpin doa duduk

bersila menghadap ketimur, dan di depannya ada pemangku, toaq, loka

dan Raden (bangsawan) yang duduk bersila menghadap kebarat.

Dalam upacara gawe pati kedua kelompok itu duduk saling

berhadapan. Dalam gawe uripancak yang disajikan berjumlah ganjil,

seperti tiga, tujuh atau sembilan. Sedangkan dalam gawe pati jumlah

sampak adalah genap, empat, delapan atau sepuluh. Hidangan untuk

gawe urip atau gawe patibervariasi tergantung pada penghasilan

keluarga yang mengadakan (Erni,2016:139).

4. Ajaran-ajaran Suku Sasak

Lombok sangat dikenal di Nusantara dengan sebutan pulau 1000

masjid karena di Lombok banyak sekali terdapat masjid yang sangat

besar, bagus dan berdekatan jaraknya, jarak masjid di Lombok sama

seperti jarak mushola di Jawa. Hampir 95% masyarakat Sasak

beragama islam. Seorang etnografis bahkan jauh mengatakan bahwa

“menjadi Sasak berarti menjadi muslim” Ecklund (1981) dalam

bukunya (Jhon,2001:86). Lombok pada masa lampau adalah Pulau

yang mempunyai kebiasaan keagamaan dan ajaran-ajaran yang sampai

sekarang masih dijaga dan dilakukan sebagai adat.

41

Sasak dibagi dalam Wektu Telu dan Wektu Lima. Waktu Telu

adalah orang Sasak yang mengakusebagai muslim tetapi masih terus

memuja roh para leluhur, berbegai dewa roh dan lain-lain di dalam

lokalitas mereka (Erna,2010:7).Dalam kehidupan sehari-hari mereka

cenderung mangabaikan praktik Islam yang dianggapa wajib oleh

kalangan Waktu Lima. Kepercayaan Waktu Telu ini adalah pengaruh

dari Orang-orang Bali yang pernah menguasai Lombok pada masa

lampau. Dalam buku yang ditulis oleh Jhon Ryan Bartholomew

(2010:99) menjelaskan bahwa pengikut Waktu Telu hanya

menjalankan tiga dari lima rukun Islam, bahkan hanya pemimpin

penganut Waktu Telu yang menjalankan kewajiban-kewajiban agama.

Dalam bukunya Jhon tidak menjelaskan secara rinci mana saja rukun

Islam yang dilakukan oleh penganut Waktu Telu. Tetapi,Banyak

praktik adat yang bertentangan dengan ajaran Islam, meskipun

penganut Waku Telu menyadari bahwa aturan-aturan adat

bertentangan dengan ajaran Islam seperti, penghormatan kepada

leluhur di kuburan dan memuja roh-roh mereka, namun pengikut

Waktu Telu menjaganya sebagai bagian dari tradisi keagamaan

mereka.

Pengikut Waktu Telu sekarang sudah banyak yang berpindah

menjadi penganut Waktu Lima seiring dengan masuknya ajaran Islam

yang kaffah yaitu beragama Islam secara keseluruhandan

meninggalkantradisi adat yang mengandung syirik, karena tradisi yang

42

dilakukan Waktu Telu adalah syirik. Waktu Lima adalah muslim Sasak

dengan ketaatan yang tinggi terhadap ajaran-ajaran Islam (Erni,

2010:7). Komitmen Waktu Lima menjaga syari’ahIslam lebih tinggi

dibanding dengan Waktu Telu. Hal ini terwujud dalam ketaatan Waktu

Lima terhadap rukun lima, diantaranya Syahadat, shalat, puasa, zakat

dan haji. Kecintaan yang tinggi terhadap ajaran-ajaran Islam membuat

komitmen dan ketaatan Waktu Lima kurang dan bahkan sudah tidak

melakukan ketaatan-ketaatan adat yang mengandung unsur

syirik.Meskipun pengikut Waktu Telu masih banyak terutama di

Lombok pedalaman, lereng-lereng gunung tetapi hal itu tidak

menjadikan Waktu Lima menyerah untuk terus menekankan pengikut

Waktu Telu untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam yang

kaffah(Erni,2016:11).

Dulu masyarakat Sasak semua penganut Waktu Telu tetapi seiring

berjalannya waktu masyarakat Sasak menganut Waktu Lima,

meskipun masih sedikit penganut Waktu Telu yang melakukan

ketaatan-ketaatan tradisi tetapi, hanya bertujuan untuk melestarikan

budaya saja.

43

BAB III

PEMAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Lombok adalah pulau 1000 masjid. Inilah slogan dari pulau kecil

yang terletak di sebelah timur Bali dan di sebelah barat Sumbawa. Pulau

Lombok berada di provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini dibagi

menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya, yaitu kotamadya Mataram,

Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten

Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara. Dusun Sade adalah salah satu

dusun dari Desa Rembitan kecamatan Pujut kabupaten Lombok Tengah

yang luas wilayahnya 6 ha.

Pulau Lombok identik dengan Suku Sasak, Suku Sasak adalah

penduduk asli pulau Lombok yang sekarang masih ada, masyarakat Suku

Sasak asli banyak terdapat di daerah pegununggan dan pedalaman

Lombok. Dusun Sade merupakan salah satu dusun yang masih menjaga

keaslian Suku Sasak.

a. Desa Rembitan terdiri dari delapan dusun yaitu:

1) Dusun Rembitan I

2) Dusun Rembitan II

3) Dusun Lentek

44

4) Dusun Selak

5) Dusun Sade

6) Dusun Penyalu

7) Dusun Peluk

8) Dusun Telok bulan

b. Batas-batas wilayah desa Rembitan, sebagai berikut:

1) sebelah Utara berbatasa dengan desa Sengkol

2) sebelah selatan berbatasan dengan desa Kute

3) sebelah timur berbatasan dengan desa Sukadana

4) sebelah barat berbatasan dengan desa Prabu

c. Batas-batas Dusun Sade, yaitu:

1) Sebelah utara berbatasan dengan dusun Selak

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Sade Lauq

3) Sebelah timur berbatasan denagn dusun Penyalu

4) Sebelah barat berbatasan dengan Sade II

d. Desa Rembitan memiliki ketinggian dari permukaan laut 250-300 DPL

(data ini diambil dari arsip desa Rembitan, 24 Juli 2016)

1) Pemukiman : 66 Ha

2) Sawah tadah hujan : 882 Ha

3) Tegalan/kebun/hutan : 525 Ha

4) Lain-lain : 5 Ha

Jarak desa Rembitan ke kacamatan adalah adalah 5 km, sedangkan

jarak desa Rembitan ke kabupaten adalah 18 km. Jalan desa beraspal,

45

penerangan dan listrik sudah ada sejak tahun 1990-an (buku Administrasi

desa Rembitan).

Desa Rembitan memiliki potensi alam khususnya padi dan khasanah

budaya Sasak sangat menarik. Selain alam dan budaya Sasak desa

Rembitan juga memiliki potensi untuk menuju desa pariwisata.

2. Keadaan Demografis

Masyarakat Suku Sasak memiliki tiga dasar pedoman hidup yaitu,

reme(terbuka),gerasak(persaudaraan), numeng(selalu berbuat baik).

Penjelasan dari tiga dasar pedoman hidup itu adalah masyarakat Suku

Sasak selalu terbuka dengan orang luar dan selalu menjaga persaudaraan

dengan tetangga dan selalu berbuat baik tidak saling menjatuhkan

meskipun mata pencaharian mereka sama yaitu sebagai pedagang

(wawancara dengan Bapak Kardup, 24 Juli 2016).

Oleh karena itu masyarakat Suku Sasak menyebut mereka semua

bersaudara, saat ada salah satu warga sedang dalam keadaan kekurangan

maka warga lain dengan rela hati memberikan bantuan meskipun mereka

tidak ada hubungan darah. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan bapak

Kurdap, apabila salah satu warga di Dusun Sade ini mengalami kesusahan

maka semua warga pasti akan membantu dengan ikhlas.Contohnya, ketika

salah satu warga mengalami musibah kebakaran maka semua warga akan

berkumpul untuk membicarakan pembuatan rumah yang baru untuk

46

keluarga yang mengalami bencana kebakaran.Suku Sasak sangat menjaga

persaudaraan dengan masyarakat asli Sasak maupun pendatang.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi desa Rembitan ditopang oleh perekonomian

yang berbasis pertanian, karena memang letak geografisnya mendukung

untuk menggarap ladang. Kemampuan masyarakat yang tidak memadai

mengharuskan mereka untuk bertani,sebagian besar lahan yang ada

merupakan lahan pertanian yang sekaligus menjadi pekerjaan dan mata

pencaharian secara turun menurun. Karena rata-rata pendidikan mereka

SMP bahkan ada yang hanya sampai SD. Namun, masyarakat desa

Rembitan ada juga yang berdagang, khususnya di Dusun Sade hampir

semua berdagang, karenaDusun Sade menjadi salah satu dusun wisata di

desa Rembitan yang setiap hari selalu ramai pengunjung. Hal itu

dimanfaatkan oleh warga Dusun Sade untuk mencari nafkah, mereka tidak

perlu keluar daerah untuk bekerja. Namun, ada juga sebagian warga yang

keluar daerah untuk bekerja, tetapi hanya laki-laki yang boleh bekerja di

luar daerah, karena anak perempuan di Dusun Sade sangat dijaga. Anak

perempuan di Dusun Sade hanya diperbolehkan sekolah sampai di bangku

SMA, setelah itu mereka tidak boleh bekerja ataupun kuliah.Bahkan ada

beberapa anak perempuan yang belum lulus sekolah namun sudah

menikah.

47

Meskipun anak perempuan tidak diperbolehkan bekerja di luar daerah

ataupun kuliah, kepala Dusun Sade memberikan kebijakan berupa

mendatangkan guru untuk mengajarkan kerajinan tangan kepada anak-

anak perempuan di Dusun Sade agar mereka mempunyai ketrampilan

untuk menghasilkan kerajinan-kerajinan unik dan baru. Kerajinan-

kerajinan yang dihasilkan kemudian dijual di Dusun Sade sebagai dusun

pariwisata. Beberapa kerajinan yang dihasilkan diantaranya gelang, tas,

dompet, gantungan kunci, dan yang paling terkenal adalah tenun khas

Sasak. Bahan yang digunakan untuk membuat gelang adalah benang yang

dirangkai, bahan yang digunakan untuk membuat tas dan dompet adalah

kain perca dari tenun, lalu bahan untuk membuat gantungan kunci adalah

dari batok kelapa.

4. Keadaan Sosial Budaya

Sudah tertulis jelas di dalam buku sejarah bahwa Suku Sasak adalah

salah satu suku di Nusantara yang sampai sekarang masih tejaga

keasliannya. Dusun Sade adalah salah satu dusun yang masih menjaga

keaslian tradisi dan adat istiadat Suku Sasak, hal ini terbukti dengan rumah

yang mereka tempati masih beratapkan dari ilalang yang disusun dan

berdinding dari bambu yang dianyam. Dusun-dusun lain di desa Rembitan

sudah mengubah rumah mereka dengan dinding tembok dan atap genting.

Meskipun dusun lain sudah mulai meninggalkan rumah adat Suku Sasak

sebagai tempat tinggal dengan alasan atap ilalang paling lama bisa

bertahan dalam waktu lima tahun, itupun atap harus tebal dengan disusun

48

lebih dari lima lapis ilalang. Mereka memilih meninggalkan rumah adat

dan memilih membangun rumah permanen yang bisa bertahan bertahun-

tahun tentunya lebih lama dari lima tahun.

Dusun Sade tidak hanya menjaga keaslian rumah adat, mereka juga

menjaga tradisi-tradisiSuku Sasak karena menganggap tradisi itu adalah

warisan Nenek Moyang. Salah satu tradisi Suku Sasak adalah

merariq(menculik wanita yang akan dinikahi). Dalam menculik wanita

yang akan dinikahi tentunya ada syarat yang harus terpenuhi, yaitu dalam

proses penculikan tidak boleh ada satu orangpun yang mengetahui

penculikan tersebut jika ketahuan maka pernikahan tidak akan pernah

terjadi diantara mereka (wawancara dengan Ani, 20 Juli 2016). Di dusun

lain tradisi merariqmasih ada namun tidak sakral dan dijaga keasliannya,

dusun lain hanya menjadikan merariq sebagai syarat lalu pasangan yang

akan menikah tetap menikah meskipun dalam proses penculikan ada orang

yang mengetahui penculikan tersebut (wawancara dengan bapak Kurdap,

24 Juli 2016).

Karena tradisi dan adat istiadat Suku Sasak adalah peninggalan Nenek

Moyang yang dijadikan sejarah maka harus dijaga, dilestarikan dan

diajarkan kepada generasi muda Suku Sasak agar mereka tahu dan tidak

meninggalkan tradisi dan adat istiadat tersebut.

49

5. Keadaan Sosial Agama

Peran agama sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat

sebagai pedoman dan pegangan hidup. Di desa Rembitan mayoritas

penduduknya beragama islam, meskipun sebagian mereka belum

melakukan syarian islam secara utuh (kaffah), mereka melaksanakan

shalat namun masih melakukan pemujaan kepada roh-roh, pemujaan itu

dilaksanakan di gunung-gunung dengan dipimpin oleh pemangkuatau

dukun (wawancara dengan bapak Johar, 20 Juli 2016).

Di Dusun Sade semua penduduknya beragama Islam, meskipun masih

ada beberapa sesepuh yang masih melaukukan pemujaan kepada roh-roh

(hanya sesepuh). Tingkat keagamaan penduduk Dusun Sade sangat maju,

hal ini terbukti dengan adanya masjid dan kegiatan keagamaan yang rutin

dilakukan penduduk Dusun Sade yaitu, diadakannya pengajian satu bulan

sekali dengan mendatangkan ustad atau Tuan Guru(sebutan untuk orang

yang sudah berhaji) dari luar daerah yang ilmu agamanya bagus

(wawancara dengan Aji, 20 Juli 2016). Kepala Dusun Sade tidak hanya

mendatangkan ustsad saja tetapi juga mendatangkan ustazah untuk

memberi pelajaran kepada anak-anak perempuan tentang taharrahdan

adab-adab menjadi perempuan muslim sesuai tuntunan Islam.

Ustad, ustazah dan Tuan Gurumemberikan pengaruh yang sangat

bagus kepada penduduk Dusun Sade. Hal itu terbukti saat

muazinmengumandangkan azan beberapa penduduk berbondong-bondong

50

pergi ke masjid dan meninggalkan barang dagangan mereka untuk

melakukan kewajiban shalat duhur. Pada umumnya yang selalu rajin

berjamaah ke masjid adalah lansia tetapi di Dusun Sadeyang berbondong-

bondong ke masjid sebagian besar adalah anak-anak muda. Penduduk

Dusun Sade percaya bahwa riski sudah diatur oleh Allah SWT, jadi

mereka dengan tenang meninggalkan barang dagangan mereka untuk

melaksanakan kewajiban (wawancara dengan Najwa, 20 Juli 2016).

B. Temuan Penelitian

1. Pendidikan Toleransi pada Masyarakat Suku Sasak

Pendidikan adalah hal yang tidak bisa dipisakan dari kehidupan

manusia. Pendidikan tidak hanya bisa diperoleh di bangku sekolah saja,

tetapi pendidikan juga bisa diperoleh dari orang tua dan lingkungan

sekitar. Masyarakat Suku Sasak di dusun Sade desa Rebitan kecamatan

Pujut Lombok Tengahtermasuk masyarakat yang mementingkan

pendidikan, hal itu terbukti dengan banyaknya anak muda yang kuliah dan

menjadi sarjana, namun hanya yang laki-laki saja yang boleh meneruskan

kuliah. Sebagai kepala dusun bapak Kurdap sangat memperhatikan

warganya terutama dalam hal berhubungan baik sesama tetangga. Untuk

menjaga keamanan dan kenyamanan di dusun Sade, setiap satu bulan

sekali diadakan perkumpulan rutin, Hal itu bertujuan untuk menjaga

hubungan baik antar warga dan mendidik generasi muda di dusun Sade

51

supaya memiliki rasa toleransi antar sesama warga. Seperti yang

disampaikan oleh bapak Kurdap:

“dalam satu bulan kami mengadakan perkumpulan rutin, tetapi

kami membagi dua waktu, minggu ke 2 perkumpulan inak-inak

dan amak-amak lalu minggu ke 4 perkumpulan pemuda”

Hal itu juga disampaikan oleh bapak Johar:

“setiap satu bulan sekali bapak Kadus mengadakan perkumpulan

untuk membahas masalah apa saja yang terjadi selama satu bulan

itu”

Dengan adanya perkumpulan yang diadakan satu bulan sekali oleh bapak

Kurdap selaku kepala dusun Sade membuktikan bahwa pendidikan tidak

hanya diperoleh di bangku sekolah saja tetapi dari orang tua dan

lingkungan. Meskipun Suku Sasak dusun Sade melarang anak perempuan

mereka melanjutkan kuliah tetapi mereka tidak membiarkan begitu saja.

Terbukti dengan adanya perkumpulan yang telah diadakan dan masih terus

berjalan hingga sekarang.

Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah NTB merupakan masyarakat

yang sangat beragam, seperti yang disampaikan oleh Bapak Kurdap:

“Keberagaman Suku Sasak ada banyak dan sangat beragam, yang

sampai sekarang masih di jaga keasliannya, namun dari beberapa

komunitas Sasak ada yang hanya menerapkan tradisi sebagai

52

syarat saja (tidak benar-benar menjalankan ritual tradisi). Tetapi

Dusun Sade adalah komunitas yang masih menjaga keaslian

keberagaman Suku Sasak.”

Salah satu perbedaan yang dapat menjadi perhatian adalah terkait adanya

perbedaan penganut agama Islam Wetu Telu dan Wektu Lima. Dimana

penganut Wetu Telu mayoritas adalah orang-orang tua, sebagaimana

keterangan yang ditambahkan oleh Bapak Kurdap;

“Ajaran Suku Sasak Wetu Telu sampai sekarang masih banyak

pengikutnya, di Dusun Sade sendiri masih ada pengikut Wetu

Telu, kebanyakan merupakan orang-orang tua, Suku Sasak

penganut Wetu Telu tidak melaksanakan kewajiban sholatdan

puasa, yang melakukan sholat dan puasa hanya kyai saja.”

Dengan adanya keberagaman dalam masyarakat Suku Sasak di Dusun

Sade Lombok Tengah NTB tersebut maka diperlukan suatu konsep

toleransi yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat, seperti yang disampaikan oleh Bapak Kurdap;

“Suku Sasak memiliki tiga konsep dasar yang dijadikan sebagai

landasan dan pedoman untuk bertoleransi,

yaitureme(terbuka),gerasak(persaudaraan),numeng(selalu berbuat

baik).”

53

Dengan tiga konsep dasar pendidikan toleransi Suku Sasak di Dusun Sade,

yaitu keterbukaan, rasa persaudaraan, dan berbuat baik, menjadikan

lingkungan masyarakat yang aman dan nyaman bagi seluruh warga.

Bimbingan dari orang tua tentang pentingnya toleransi dilakukan secara

turun temurun dari para orang tua kepada anak-anaknya, seperti yang

diungkapkan oleh Inak Yusril;

“Dengan toaq ngebeng arahan lek kanak bajang angkek ndaq ne

pade sombong dait bau saling hargai kance dengan lain”

Artinya “Orang tua kami memberi arahan agar tidak sombong dan

saling menghargai orang lain.”

Terkait bimbingan dari orang tua kepada anak-anak, Bapak Kurdap juga

menambahkan;

”Sebagai orang tua kita harus geneh (mengayomi) dan sebagai

orang tua harus terbuka dengan pemuda untuk memberikan

bimbingan mengenai tradisi Sasak dan pentingnya berbuat baik

kepada sesama dan menghargai setiap pendapat orang lain.”

Selain itu peran serta aparat Dusun Sade dalam memberikan

bimbingan kepada masyarakat, turut memberikan peran dalam terciptanya

toleransi dalam kehidupan masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok

Tengah NTB, Seperti yang disampaikan oleh Bapak Aji;

54

“Bentuk bimbingan kepada masyarakat dengan diadakannya

kumpulan rutin satu bulan sekali untuk membahas permasalahan-

permasalahan yang muncul di Dusun Sade, dan juga diadakannya

pengajian rutin yang diadakan satu bulan sekali”

2. Sikap Toleransi pada Masyarakat Suku Sasak

Sikap saling memahami dan menghargai perbedaan antar warga,

menjadi kunci kerukunan mayarakat Suku Sasak Dusun Sade Lombok

Tengah NTB, sesuai yang disampaikan oleh Bapak Kurdap:

“Dari beberapa kegiatan yang diadakan untuk menjaga

keharmonisan masyarakat Sade terlihat jelas sikap-sikap toleransi

yang diaplikasikan warga Sade, contoh semakin saling memahami

antar tetangga saling menghargai perbedaan pendapat, gotong

royong”

Kerukunan dan toleransi masyarakat Suku Sasak Dusun Sade, juga

tercermin dari kegiatan gotong royong dan saling membantu antar warga,

seperti yang disampaikan Bapak Johar sebagai berikut:

“Warga di Sade menjaga hubungan baik dengan tetangga, saling

membantu, bergotong royong yang dilakukan 2 minggu sekalidi

lingkungan Dusun Sade.”

55

Gotong royong adalah salah satu kegiatan untuk mempererat hubungan

masyarakat Sade agar sikap saling tolong menolong tertanam dalam hati.

Seperti yang disampaikan bapak Zola:

“ketika salah satu warga Sade ada yang memiliki acara maka

semua warga sade berbondong-bondong membantu dalam bentuk

materi dan tenaga ”

Contoh lain dalam kegiatan gotong royong di Dusun Sade adalah

memperbaiki atap rumah warga yang terbuat dari ilalang yang harus ganti

ketika sudah berusia 5 tahun. Hal in i disampaikan oleh Inak Bubi:

“ekan pak kadus arak bimbingan, conto gotong royong kante

pirand dende, boboang atap kante pirand dende”

Artinya “dari pak kadus ada bimbingan, contohnya gotong royong

dilakukan bersama-sama, memperbaiki atap rumah bersama-sama.”

Dalam kegiatan jual beli baik barang maupun jasa, telah dilakukan

kesepakatan bersama agar tidak terjadi perselisihan. Seperti yang

disampaikan oleh Inak Tesa:

“Ndeq man mile bejual ite rapat se ndeqman bale pak kadus angke

barang sak te jual pade angkek ndek narak taton ati”

Artinya “Sebelum mulai berjualan kita rapat di rumah pak kadus

agar harga barang yang dijual sama agar tidak ada iri hati.”

56

Masyarakat Dusun Sade sangat menjaga hubungan baik dan tetap rukun

antar tetangga meski mereka sama-sama berjualan. Seperti yang telah

disampaikan oleh Inak Fanani:

“Masyarakat disini rukun,meski sama-sama berjualan, ndek arak

konflik, ndek arak talon ate.”

Artinya “ Masyarakat disini rukun, meski sama-sama berjualan,

tidak ada konflik, tidak ada iri hati.”

Menjaga hubungan baik kepada sesama adalah konsep dasar dalam

toleransi. Berdasarkan wawancara dengan bapak Zola adalah:

“konsep dasar dalam toleransi adalah menjaga silaturahmi dan

menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.”

Hal yang lain diungkapkan oleh Inak Najwa:

“Konsep toleransi lebih baik kaya hati daripada kaya harta tetapi

tidak mempunyai hati.”

Dan sesuai konsep pendidikan toleransi yang kedua yaitu

gerasak(persaudaraan), tercermin dari sikap saling menghormati dan

perasaan untuk menjadi satu keluarga. Hasil wawancara dengan Inak Tesa

sebagai berikut :

“warga pade solah segak sekek keluarga, pade tau sama tetangga”

Artinya: “Hubungan warga bagus, karena satu keluarga, dapat

memahami antar tetangga.

57

BAB IV

PEMBAHASAN

Keberagaman masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah

NTB sangat beragam. Hal itu menyebabkan banyak terjadi perbedaan pandangan

dan pemikiran, maka pendidikan toleransi sangat diperlukan untuk mewujidkan

sikap toleransi masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade. untuk lebih jelasnya

mengenai pendidikan toleransi dan sikap toleransi suku sasak di Dusun Sade,

berikut penjelasannya:

A. Pendidikan Toleransi Masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade

Pendidikan toleransi adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk

memahamkan anak akan pentingnya hidup dalam masyarakat dan komunitas

yang berbeda. Di Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

terdapat salah satu Dusun yaitu Dusun Sade yang sangat menjaga hubungan

kemasyarakatan dengan baik. Berikut penjelasannya:

1. Konsep toleransi masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade

Dalam masyarakat pasti banyak sekali terdapat perbedaan pandangan

hidup. Hal ini juga terjadi pada masyarakat suku sasak di dusun Sade,

namun masyarakat suku Sasak di dusun Sade memiliki konsep dasar agar

masyarkat dusun Sade dapat menjaga hubungan baik antar warga di

masyarakat maupun orang luar dusun Sade. konsep dasar masyarakat Suku

58

Sasak dusun Sade yaitu konsep dalam hal toleransi, konsep dalam toleransi

terdapat tiga hal, diantaranya:

a. Reme (terbuka)

Salah satu konsep dasar yang dipakai oleh Suku Sasak di dusun

Sade adalah reme (terbuka). Reme adalah bersikap terbuka dengan

tetangga maupun dengan orang luar dusun Sade, Suku Sasak di dusun

Sade tidak hanya terbuka dengan lingkungan saja tetapi juga terbuka

dengan teknologi yang berkembang saat ini untuk menunjang

kehidupan mereka. Bersikap terbuka adalah menerima ide gagasan

dan argumen orang lain dengan disertai bukti yang jelas. Membuka

diri dengan lingkungan adalah konsep dasar yang harus dimiliki oleh

Suku Sasak di dusun Sade tanpa harus meninggalkan adat tradisi

yang selama ini di jaga, namun membuka diri bertujuan untuk

menambah wawasan dan menjadikan pola pikir masayarakat dusun

Sade berkembang.

Suku sasak dusun Sade sangat menyukai jika dusun mereka

didatangi banyak pengunjung, mereka selalu menyambut ramah

setiap ada pengunjung yang ingin melihat kebudayaan suku sasak

yang masih terjaga di dusun sade. Warga dusun Sade membuka

dusun mereka untuk orang-orang yang ingin mengetahui tentang

Suku Sasak, bahkan mereka dengan senang hati mengizinkan jika ada

yang melakukan penelitian seperti penelitian skripsi, kkn, atau wisata

budaya. Hal tersebut membuktikan bahwa suku sasak sangat terbuka

59

dengan orang baru dan hal baru, mereka tidak membatasi diri mereka

dari orang luar suku sasak dan juga tidak membatasi diri mereka dari

berkembangnya teknologi di zaman sekarang ini. Mereka

menganggap orang baru dan teknologi yang berkembang adalah ilmu

baru, meskipun kebanyakan pendidikan warga sasak di dusun Sade

hanya sampai SMP dan SMA tapi pola pikir mereka sudah

berkembang dan mampu memahami setiap perubahan dan menerima

hal-hal baru yang terjadi di zama sekarang.

b. Gerasak (persaudaraan)

Konsep yang kedua adalah Gerasak (persaudaraan). Gerasak

berarti menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, tidak hanya

menjaga hubungan baik dengan keluarga saja tetapi juga menjaga

hubungan baik dengan tetangga sekitar. Dalam Islam menjaga

hubungan persaudaraan di sebut dengan Ukuwah Islamiyah. Seperti

yang dijelasan dalam Al-Quran surat Al- Hujurat :13

Artinya:“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha

mengetahui lagi maha menganal.” (QS. Al-Hujuraat:13)

60

Dari ayat Al-Quran di atas menjelaskan bahwa Allah telah

menciptakan manusia laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal

meski berbeda bangsa dan suku. Perbedaan itu jangan dijadikan

penghalang untuk mengenal dan menjalin persaudaraan, dengan

perbedaan manusia bisa mengetahui banyak hal yang sebelumnya

belum mereka ketahui. Seperti pada Suku Sasak dusun Sade mereka

dapat menerima perbedaan dalam hal pemahaman agama Islam,

namun hal tersebut tidak menjadikan mereka berpecah belah, hal itu

menjadikan warga Sade sadar bahwa perbedaan itu membuat mereka

lebih memahami pilihan orang lain. Warga dusun Sade sangat

menjaga persaudaraan meski mereka tidak memiliki hubungan darah.

Menjaga persaudaraan adalah pondasi utama dalam masyarakat yang

harus dijaga dan diajarkan kepada anak-anak sejak dini agar dimasa

yang akan datang mereka mengetahui pentingnya menjaga

persaudaraan.

c. Numeng (berbuat baik)

Konsep ketiga yang dipakai oleh suku sasak di dusun sade adalah

numeng (berbuat baik). Numeng berarti berbuat baik dengan

lingkungan sekitar, berbuat baik adalah perbuatan yang apabila

dilakukan akan bermanfaat bagi orang lain bahkan bagi diri sendiri.

hal tersebut telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat : 7

61

Artinya: ”jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi

dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka

(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat

hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan

orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu

dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-

musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk

membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka

kuasai (QS Al Isra :7).

Dalam ayat Al-Quran sudan dijelaskan bahwa perbuatan baik yang

kita lakukan kepada orang lain maka kebaikannya akan kembali

kepada kita dan sebaliknya yaitu perbuatan jahat yang kita lakukan

maka kejahatannya juga akan kembali kepada kita. Allah sangat

menyukai jika umatnya berbuat baik kepada sesama, karena berbuat

baik memiliki banyak manyafaat diantaranya melemutkan hati,

seseorang jika memiliki hati yang keras pasti akan menjadi lembut

apabila berbuat baik, lalu berbuat baik juga dapat menjadi obat

kesedihan, orang yang berbuat baik akan merasa bahagia jika dapat

berbuat baik dengan orang lain, lalu manfaat yang lain adalah dapat

menghilangkan sifat sombong, berbuat baik dapat menghilangkan

kesombongan seseorang karena jika seseorang melakukan kebaikan

misalnya membantu tetangga jika terkena musibah dan ikut

merasakan kepedihan karena musibah yang diterima maka seseorang

62

tersebut akan memiliki rasa empati dan perlahan sifat sombong akan

hilang. Melihat banyak manfaat dari berbuat baik maka warga dusun

Sade sangat menjaga diri mereka agar terhindar dari sifat sombong,

mereka menganggap semua warga dusun Sade adalah keluarga

sehingga mereka akan menjaga hubungan baik dengan tetangga

meski memiliki perbedaan pemahaman tentang Agama.

Dari ketiga konsep dasar yang dipakai oleh suku sasak dusun Sade

desa Rembitan kecamatan Pujut mencerminkan bahwa Suku Sasak

adalah suku yang memegang teguh toleransi sebagai cara untuk

mewujudkan masyarakat yang rukun. Meskipun Suku Sasak di dusun

Sade memiliki perbedaan pandangan tentang agama, hal itu tidak

membuat Suku Sasak di dusun Sade terpecah. Karena agama adalah

pilihan hidup manusia, jadi meskipun terdapat perbedaan Suku Sasak

di dusun Sade tetap berjalan beriringan untuk mewujudkan

masyarakat yang aman dan nyaman.

2. Bimbingan dari orang tua

Bimbingan adalah bantuan dari orang tua yang diberikan kepada anak

untuk memahami dirinya dan lingkungan. Dalam menumbuhkan rasa

toleransi anak-anak muda mendapat bimbingan dari orang tua agar tidak

sombong dan menghargai orang lain. Tujuan orang tua memberikan

bimbingan kepada anak adalah agar anak tidak anti lingkungan, agar anak

menegenal lingkungannya dan dapat berinteraksi dengan baik. Bimbingan

orang tua dapat diberikan dari mulai anak masih kecil sehingga ketika anak

63

sudah remaja mereka dapat berinteraksi dengan tetangga, teman-teman dan

lingkungan masyarakat dengan baik. Orang tua sangat perlu membimbing

anak-anak mereka dengan arahan yang tidak menekan anak-anak. Jika

penekanan dilakukan orang tua maka yang terjadi anak tidak anak menurut

dan mengerti maksud orang tua justru anak akan membangkang dan merasa

jika hidup mereka diatur oleh orang tua mereka. Dalam memberikan

bimbingan orang tua harus bersikap lembut dan sabar, meski kadang anak

perlu diberi penekanan dalah beberapa hal misalnya pergaulan bebas, tetapi

selebihnya bimbingan yang diberikan berupa kasih sayang dan perhatian

orang tua kepada anak agar anak dapat dengan mudah memahami maksud

yang ingin disampaikan oleh orang tua meraka. Bimbingan dari orang tua

bukan saja dari orang tua kandung tetapi bimbingan tersebut bisa dari

berbagai sumber, misalnya dari Tuan Guru, ustadz atau ustazah yang

memiliki ilmu lebih untuk membimbinga anak-anak agar mereka tidak

merasa diabaikan oleh orang yang lebih tua. Bimbingan yang diberikan oleh

orang-orang yang amak-anak anggap pintar atau dihormati akan lebih cepat

masuk kedalam pikiran anak dan dapat merubah pola pikir anak manfaat apa

yang dapat diambil dari bimbingan yang diberikan kepada mereka, setelah

mengambil manfaat dari bimbingan anak-anak akan mampu menerapkan

bimbingan yang telah diberikan oleh orang tua, tuan guru, ustadz atau

ustazah dalam kehidupan mereka. Jika bimbingan terus dilakukan maka

anak akan memahami bahwa berbuat baik itu penting, bertoleransi itu

penting.

64

3. Bimbingan dari aparat desa

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan memiliki

peran penting dalam pembentukan karakter anak. Dengan bimbingan anak

dapat menjadi pribadi yang bisa menentukan hal yang baik dan buruk. Di

dusun Sade selain mendapat bimbingan dari orang tua, tuan guru, ustadz dan

ustazah anak-anak juga mendapat bimbingan dari aparat desa. Tujuan

bimbingan yang diberikan orang tua dan aparat desa adalah agar anak dapat

bertoleransi dan saling menghargai, agar anak dapat tanggap dengan

lingkungan sekitar dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Kepala dusun Sade memberikan bimbingan kepada anak-anak tentang

pentingnya toleransi bertetangga.

Kepala dusun membuat jadwal perkumpulan untuk anak-anak dusun sade

di minggu ke 4 setiap bulannya, dalam perkumpulan kadus memberikan

arahan tentang bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan lingkungan

masyarakat. Kepala dusun tidak hanya memberikan bimbingan kepada

anak-anak tetapi juga memberikan bimbingan kepada orang tua yang

dilakukan diminggu ke 2 setiap bulannya, tujuannya sama dengan

bimbingan yang diberikan untuk anak-anak, yaitu agar warga dusun Sade

mengerti cara bersikap dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.

Kepala dusun Sade sangat memperhatikan hubungan antar warganya agar

tetap terjalin dengan baik dan harmonis, agar menjadi dusun yang aman dan

nyaman terhindar dari konflik dari dalam dusun maupum dari luar dusun.

65

B. Sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade

Toleransi adalah hal penting yang harus dijaga dalam kehidupan sehari-

hari, dari bertoleransi kita dapat memahami perbedaan, dapat mengurangi

konflik dalam masyarakat, dapat mempererat persadaraan, dapat

mengendalikan sifat egois kita, dan masih banyak lagi manfaat yang kita

dapat dari toleransi. Di dusun Sade terdapat beberapa cerminan dari bersikap

toleransi. Berikut penjelasannya:

1. Gotong royong

Salah satu sikap yang tercermin dari toleransi adalah gotong

royong. Masyarakat dusun Sade sering mengadakan gotong royong,

selain untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, tujuan gotong

royong yang dilakukan masyarakat dusun sade adalah untuk menjaga

kerukunan dan kebersamaan. Nilai-nilai yang dapat diambil dari

gotong royong adalah kebersamaan, persatuan, rela berkorban, tolong

menolong. Selain nilai-nilai dari gotong royong masyarakat dusun

Sade juga mendapat banyak manfaat dari gotong royong yang rutin

dilakukan 2 minggu sekali itu, diantaranya dapat menringankan beban

yang harus ditanggung, menumbuhkan rasa sukarela dalam tolong

menolong dalam masyarakat, menjaga hubungan sosial yang baik

antar warga. Gotong royong selain cara untuk membuat pekerjaan

menjadi lebih ringan juga dapat mempererat hubungan antar warga,

gotong royong yang terjadi di dusun sade tidak hanya kegiatan

membersihkan selokan atau menebang ranting pohon yang melambai

66

kejalan tetapi gotong royong yang dilakukan di dusun Sade juga

terjadi dalam hal membantu warga jika salah satu rumah warga harus

mengganti atap. Mengganti atap rumah adat suku Sasak di dusun Sade

dilakukan dalam waktu 5 tahun sekali jadi perlu banyak tumpukan

ilalang yang digunakan agar bisa tahan sampai 5 tahun, apabila hanya

beberapa lapis saja atap ilalang yang digunakan bisa jadi tidak sampai

5 tahun atap rumah adat suku sasak di dusun sade harus sudah diganti.

Untuk mencapi waktu 5 tahun penggantian maka dibutuhkan banyak

lapisan atap ilalang, hal itu juga membutuhkan banyak biaya karena

harga atap dari ilalang cukup mahal dan sekarang sudah mulai susah

mencari karena hanya beberapa dusun saja yang masih menggunakan

atap ilalang ini.

Warga dusun sade tidak hanya gotong royong membantu dalam

perbaikan umah, tetapi juga membantu dengan memberikan uang

untuk membeli atap rumah warga yang sudah rusak. Hal itu sudah

turun temurun dilakukan, sehingga warga dusun sade memiliki

hubungan yang baik antar warga, mereka dengan suka rela

memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan suka rela

melakukan gotong royong untuk menjaga hubungan kemasyarakatn

agar tetap terjalin dengan baik. Selain bergotong royong iuran dalam

perbaikan atap rumah adat dusun Sade, warga sade juga bergotong

royong apabila salah satu warga memiliki hajat tetapi mereka

67

memiliki masalah keuangan maka dengan surarela pula warga sade

gotong royong membantu warga tersebut agar bebannya berkurang.

2. Membuat kesepakatan tentang harga penjualan

Masyarakat Suku Sasak di dusun Sade adalah masyarakat yang

mayoritas warganya bekerja sebagai pedagang. Karena dusun Sade

adalah salah satu dusun pariwisata maka hal itu dimanfaatkan oleh

warga dusun Sade untuk dijadikan matapencaharian sebagai

pedagang. Hampir semua barang dagangan yang dijual oleh

masyarakat dusun Sade adalah hasil karya sendiri, contohnya gelang,

tas, gantungan kunci, tenun dan pernak-pernik lainnya. Untuk

menghindari konfilik dan iri hati karena adanya perbedaan harga jual

maka Kepala dusun mengumpulkan warganya untuk musyawarah dan

menetukan harga jual barang sesuai kesepakatan bersama. Tujuan

utama ditentukannya harga jual barang adalah menghindari konflik,

dusun Sade sangat menjaga kebersamaan, kerukunan dan

kenyamanan.

Dengan disamakannya semua harga jual kepala dusun Sade

mengharapkan agar tidak terjdi perselisihan antar warga mengenai

harga barang, agar tidak ada warga yang mengambil keuntungan

dengan menjual harga barang dibawah harga penjuanan, hal itu akan

mengakibatkan pedagang yang lain sepi pembeli dan akan

menimbulkan konflik. Warga dusun sade menganggap mereka satu

keluarga jadi mereka berjualan hanya mengisi waktu saja dan tidak

68

terlalu memaksakan harus untung banyak, karena berdagang bukanlah

satu-satunya matapencaharan warga dusun Sade, sebagian besar

remaja putri dan ibuk-ibuk berjualan di rumah sedangkan bapak-bapak

dan remasa putra bekerja ke luar dusun Sade. salah satu cara kepala

dusun untuk membuat dusunnya agar tetap aman dan nyaman, semuaa

warga rukun adalah dengan menyamakan harga jual barang dagandan

mereka.

3. Memiliki perasaan menjadi satu keluarga

Bagi masyarakat suku sasak keluarga tidak hanya orang-orang

yang ada hubungan darah saja, namun bagi masyarakat Suku Sasak

terutama di dusun Sade keluarga adalah semua warga yang menempati

dusun Sade. masyarakat Suku Sasak di dusun Sade merasa saling

memiliki, mereka memiliki rasa empati yang tinggi. Apabila salah satu

dari warga dusun Sade mengalami kesusahan maka semua warga ikut

merasakan dan ikut berpikir untuk menyelesaikan masalah tersebut

dengan memberikan bantuan berupa semangat ataupun bantuan

material.

Memiliki perasaan menjadi keluarga sama seperti menjaga

persaudaraan meski tidak ada hubungan darah, hal itu adalah pondasi

yang penting dalam masyarakat agar masyarakat terhindar dari konflik.

Dalam kehidupan pasti akan terjadi konflik namun dengan memiliki

perasaan satu keluarga maka konflik yang terjadi tidak akan berlarut-

larut karena dapat diselesaikan dangan musyawarah yang baik.

69

Memiliki rasa satu keluarga sudah terjadi secara turun temurun di

dusun sade suku sasak, hal itu karena suku sasak di dusun sade

melakukan perkawinan dominan di lakukan dengan sistem indogami

yaitu perkawinan yang dilakukan dengan satu suku, sehingga hal

tersebut membuat semua warga dusun sade menjadi keluarga,

perkawinan indogami bertujuan untuk mempererat hubungan

kekeluargaan dan menghindari kemungkinan lain yang mungkin

terjadi dalam keluarga. Saling meringankan beban antar warga adalah

salah satu contoh warga sasak sangat menjaga hubungan baik dengan

warga, jika salah satu warga mendapat musibah maka semua warga

ikut merasakan dan membantu warga tersebut. mungkin istilah orang

jawa yang “ mangan ra mangan leng penting kumpul” artiya makan

tidak makan yang penting kumpul adalah filosofi kebersamaan dalam

keluarga, mungkin filosofi tersebut juga berlaku pada warga dusun

sade bahwa yang penting kebersamaan dan kekeluargaannya masalah

punya uang atau tidak bisa dipikir nanti.

Suku Sasak dusun Sade selalu hidup rukun dalam bermasyarakat,

selalu menjaga keharmonisan antar warga, apabila terjadi konflik

mereka dapat menyelesaikan dengan cara musyawarah tanpa adanya

kekerasan atau bahkan sampai petumpahan darah.

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di dusun Sade desa Rembitan

kecamatan Pujut Lombok Tengah dapat dipaparkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak di dusun Sade memiliki

tiga konsep dasar yaitu reme , Gerasak, numeng. Model pendidikan

toleransi yang digunakan Suku Sasak dusun Sade yaitu diadakannya

perkumpulan rutin dengan tujuan untuk memberi bimbingan kepada warga

dusun Sade khususnya anak muda tentang pentingnya toleransi.

2. Sikap masyarakat Suku Sasak di dusun Sade tercermin dalam berbagai

macam kegiatan sehari-hari. Seperti, kegiatan gotong royong

membersihkan lingkungan rumah, saling membantu jika salah satu warga

dusun Sade mendapatkan musibah. Sikap toleransi juga tercermin dalam

rasa menjadi satu keluarga, menganggap semua warga dusun Sade adalah

keluarga yang saling membantu dan melindungi agar dusun Sade tetap

aman dan nyaman.

71

B. Saran

1. Kepada orang tua di dusun Sade desa Rembitan kecaman Pujut Lombok

Tengah agar lebih memperhatikan anak-anak dalam pergaulan supaya

tetap menjaga hubungan baik dengan teman-teman mereka dan bersikap

sopan santun kepada orang yang lebih tua.

2. Kepada aparat pemerintah dusun Sade desa Rembitan kecaman Pujut

Lombok Tengah agar menambah kegiatan-kegiatan masyarakat

khususnya dalam keagamaan. Contohnya, dengan diadakan TPQ setiap

sore.

3. Kepada warga dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Lombok

Tengah agar lebih menjaga hubungan baik antar warga dusun Sade dan

tetap menjaga keaslian adat budaya suku sasak agar tidak tergeser dengan

perkembangan zaman yang begitu cepat.

72

DAFTAR PUSTAKA

Almuhdar, Ali. 1983. Toleransi-toleransi Islam. Bndung: Tarate.

Budiwanti, Erni. 2010. Islam Sasak. Yogyakarta: Lkis.

Indar, Djumberansjah. 1994. Filsafat pendidikan. Surabaya: Karya Abditama.

Kartono, Kartini. 1977. Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Pradnya Paramita.

Lukman, Lalu. 2005. Pulau Lombok Dalam Sejarah Ditunjau dari Aspek Budaya.

Mataram: Rajagukguk.

Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar filsafat pendidikan islam. Bandung:

Alma’arif.

Naim, Hgainun. 2008. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-ruzzmedia.

Pendit, Nyoman. 2001. Nyepi Kebangkitan, Toleransi dan Kerukunan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Purnama, Iman. 2010. Kerajaan Lombok Dulu dan Sekarang. Jakarta: Wadah

Ilmu.

Ryan, John. 1999. Alif Lam Mim Kearifan Masyarakat Sasak. Yogyakarta:Tiara

Wacana.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

73

Umar, Hasyim. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai

Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama. Surabaya.

Zuhairini. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuhairini. 1994. Filsafat pendidikan islam. Jakarta: Bumi Aksara.

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

75

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Rizqy Faedtaul Laily

Tempat,tanggal lahir : Lombok Timur, 25 Agustus 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : RT.04/RW.01 Desa Walen, Kec. Simo, Kab. Boyolali

Nama Ayah : Soetrisno

Pekerjaan : PNS

Nama Ibu : Sutarmi

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat Orang Tua : RT.09/RW.01 Desa Batuyang, Kec. Pringgabaya, Kab.

Lombok Timur NTB

Jenjang Pendidikan : a. MIM 1 Walen 1999 – 2005

b. MTs Negri Walen 2005 – 2008

c. SMK BK 1 Boyolali 2008 – 2011

d. IAIN Salatiga 2012 –sekarang

76

Foto pintu masuk ke dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Lombok Tengah.

77

Foto balai perkumpulan rutin warga dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut

Lombok Tengah

Foto Mushola warga dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Lombok

Tengah.

78

Foto mushola dusun sade desa rembitan kecamatan rembitan lombok tengan

tampak dari depan

Foto salah satu rumah adat suku sasak dusun sade desa rembitan kecamatan

rembitan lombok tengah

79

Foto tempat warga dusun sade desa rembitan kecamatan pujut lombok tengah

biasa berkumpul dengan tetangga

80

Foto bersama bapak kadus dusun sade desa rembitan kecamatan pujut lombok

tengah

81

Foto dengan salah satu remaja putri dusun sade desa rembitan kecamatan pujut

lombok tengah yang sedang membuat gelang dari benang

Foto dengan salah satu warga dusun sade desa rembitan kecamatan pujut lombok

tengah pembuat tenun

82

Foto dengan beberapa warga dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Lombok

Tengah

83

84

85

86

87

88