MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA...

118
i MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC TUNTANG KAB SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I ) Dalam Ilmu Tarbiyah Diajukan Oleh : FADHULIL JANNAH NIM : 111 10 114 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) SALATIGA 2014

Transcript of MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA...

i

MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA

MUSLIM PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI

DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC TUNTANG

KAB SEMARANG TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I )

Dalam Ilmu Tarbiyah

Diajukan Oleh :

FADHULIL JANNAH

NIM : 111 10 114

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)

SALATIGA

2014

ii

JURUSAN TARBIYAH

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si.

Dosen STAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 5 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudara : Fadhulil Jannah

Kepada:

Yth. Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,

kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Fadhulil Jannah

NIM : 111 10 114

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul : MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA

LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT KEC

TUNTANG KAB SMARANG TAHUN 2014

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqasyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 24 Desember2014

Pembimbing

Syukron Ma‟mun,S.H.I., M.Si

NIP. 19790416 200912 1 001

iv

SKRIPSI

MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM PADA

LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA LOPAIT

KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

DISUSUN OLEH

Fadhulil Jannah

111 10 114

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24

Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag

Sekretaris Penguji : Sri Guno Najib C. M.A

Penguji I : Drs. Taufiqul Mu‟in M.Ag

Penguji II :Rovi‟in, M.Ag

Penguji III : Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si

Salatiga, ..............

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd

NIP. 19670112 199203 1 005

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Bismillahirrohmanirrohim

Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Fadhulil Jannah

NIM : 111 10 114

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 24 Desember 2014

Yang Menyatakan,

Fadhulil Jannah

Nim: 111 10 114

vi

MOTTO

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.[13]

Imam Ahmad dan imam hadits yang lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah

ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sekalian para nabi adalah (bagaikan)

saudara seibu, tapi agama mereka tetap satu. Dan sesungguhnya aku adalah

nabi terdekat dengan Isa ibnu Maryam karena antara dia dan aku tidak ada

nabi. Sesungguhnya ia (Isa) akan turun. Apabila kamu melihatnya, maka

kenalilah ia lebih dahulu; warna kulitnya putih agak kemerahmerahan, ia

mengenakan dua helai pakaian, rambut kepalanya seakan-akan meneteskan

air sekalipun tidak basah, ia mematahkan palang salib dan membunuh babi,

meniadakan pajak dan menyeru manusia untuk masuk agama Islam. Di zaman

turunnya, Allah memusnahkan sekalian aliran agama kecuali Islam. Di

zamannya, Allah membinasakan Dajjal, kemudian terciptalah keamanan dan

kedamaian di bumi hingga kita akan menyaksikan seekor macan jalan

bergandengan dengan unta, singa bergandengan dengan sapi, serigala

dengan domba. Anak-anak kecil bermain dengan ular, tetapi anak-anak itu

tidak digigit ular. Isa hidup selama empat puluh tahun kemudian ia wafat dan

dishalatkan kaum muslimin.(HR. Ahmad dalam kitab hadits Musnad (2/406)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini selesai

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong untuk

selalu memperjuangkan mimpiku:

1. Ayahanda (M. Khoiri S) dan Ibunda (Marhamah), motivator yang tak pernah

lelah memberi semangat kepadaku walaupun jarak memisahkan kita , kalian

tetap menjadi motor penggerak hidupku. Mendoakan aku setiap saat serta

selalu berusaha mewujudkan setiap harapanku.

2. Kakak-kakakku (Nafsul Mutmainnah, Madiyah, Mahmudah, kak Idin, kak

Romin, Kak Atam) dan Adikku (Husni Mubarok, Husnul Khotimah, Abdullah

Al-matin) yang telah menjadi penyemangat hidup untuk bisa jadi yang terbaik

dan meraih kehidupan yang lebih baik.

3. Semua guru-guruku khususnya K.H. Mukhlis Dimyati dan Ibu Hj Siti Romlah

Ali Lc beserta keluarga yang telah menuntun jiwa dan raga yang dhoif ini

kecahaya Illahiyah. Terimakasih telah mendidik dan mengajarku.

4. Bapak Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. yang telah sabar dalam mengarahkan

dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

5. Dosen-dosen STAIN Salatiga, terimakasih telah mengalirkan ilmu kedalam

hati, menjadi fasilitator serta mendorongku agar bisa berbuat yang terbaik

untukku maupun bangsaku. Terima kasih, jasa-jasamu takkan aku lupakan.

viii

6. Semua teman-teman angkatan 2010 yang senasib seperjuangan yang selalu

memotivasi dan mendukung agar cepat mnyelesaikan perkuliahan ini.

7. Seluruh teman-teman KOPMA FATAWA yang telah memberikanku banyak

pengalaman berharga

8. Semua sahabat-sahabatku tersayang khusunya Al-El Alias Assajadah Balqis n

Ellsa lita, tak lupa pula Ute Anabelle, Febri Istanti, Dias Ribiyanti kalian

adalah teman seperjuangan dalam suka maupun duka. Juga Taufikurrahman

yang selalu memberi nasehat, motifasi dan dorongan agar tetap selalu

semangat. Semoga pertemuan kita semua akan abadi sampai hari tua.

Terimakasih atas saran, kritik, kebaikan dan ketulusan kalian. Dan semoga

kita menjadi manusia yang sukses di dunia dan di akhirat.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul “Model toleransi keagamaan remaja muslim pada

lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan

Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua program studiPAISTAIN Salatiga.

4. Bapak Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si. selaku bimbingan skripsi yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran dalam masa

bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan pengarahan dan bimingan selama masa kuliah.

x

6. Segenap dosen fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah banyak

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku

perkuliahan.

7. Ayahanda (M. Khoiri S) dan ibunda (Marhamah) yang selalu memberikan

dukungan dan semangat serta dengan tulus ikhlas mendoakan agar cepat

menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

8. Kakak-kakakku (Nafsul Mutmainnah, Madiyah, Mahmudah, kak Idin, kak

Romin, Kak Atam) dan adikku (Husni Mubarok, Husnul Khotimah, Abdullah

Al-matin) yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

9. Bapak Solikin dan Ibu Yatimah selaku Kadus Dusun Celengan,Pengurus

Krang taruna Dusun Celengan, Remas Dusun Celengan, dan para masyakat

atau warga yang telah banyak membantu selama proses penelitian ini

berlangsung.

10. Bapak K.H Mukhlis Dimyati dan Ibu Siti Romlah Ali Lc selaku pengasuh

pondok pesantren Daru Falah Cukir Jombang yang selalu memberikan pesan

moral dan tausiyahnya kepada penulis untuk selalu semangat dalam segala

aktifitas supaya sukses di dunia dan di akhirat.

11. Semua teman-teman angkatan 2010, PPL dan KKN yang senasib seperjuangan

yang selalu memotivasi dan saling mendukung agar cepat menyelesaikan

perkuliahan ini.

12. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-

persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan do‟anya.

xi

Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon do‟a semoga amal mereka

diterima oleh Allah SWT. Dan mendapat pahala yang lebih baik serta

mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, Alhamdulillah akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran, kritik, dan

masukan yang konstruktif selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulis

selanjutnya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran pendidikan islam dan bagi para pemikir pendidikan di

masa depan, berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…

Salatiga, 14 Oktober 2014

Penulis,

Fadhulil Jannah

Nim: 111 10 114

xii

ABSTRAK

Jannah, Fadhulil. 2014. 11110114. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim

Pada Lingkungan Beda Agama Di Dusun Celengan Desa Lopait

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 . Pembimbing:

Syukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si.

Kata kunci: Toleransi Keagamaan

Remaja Dusun Celengan Desa Lopait Kec Tuntang Kab Semarang sebagian

warganya beragama muslim dan non muslim. Meskipun ada perbedaan keyakinan

dan pendapat para remaja tersebut dapat hidup rukun dan bertoleran antar satu

dengan yang lain serta dapat menjalankan aktifitas/kegiatan keagamaan mereka

dengan lancar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan tetapi

juga sikap sosial mereka seperti gotong royong, tolong menolong, memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk beribadah, menghargai pendapat orang lain

dan menghormati dan menyayangi sesama. Padahal remaja yang secara fisiologis

sangat rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil, dan selalu memegang

idiom ketokohan, namun mereka dapat hidup rukun di tengah-tengah lingkungan

yang berbeda keyakinan atau beda agama dan tatanan hidup yang berbeda pula.

Padahal harus disadari bahwa perbedaan bisa saja menjadi sumber konflik dan

perpecahan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Model Toleransi

Keagamaan remaja muslim di lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa

Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014, 2) Sikap Toleransi remaja

muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kec

Tuntang Kab Semarang Tahun 2014, 3) Faktor penyebab terbangunnya sikap

toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan Desa

Lopait Kec Tuntang Kab Semarang Tahun 2014.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang menjadi subjek penelitian adalah

para remaja Dusun Celengan, teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan teknik analisis model interaktif.Peneliti

menggunakan pendekatan diskriptif analitik dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model toleransi yang di

terapkan dalam kehidupan sehari-hari remaja Dusun Celengan adalah Model

Toleransi terbuka Toleransi terbuka yaitu mereka dapat menghormati menyayangi

dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan, konflik

ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa memandang perbedaan

agama, ras, bahasa, karakter dan sifat, dan tertutup, yaitu mereka yang hanya

menghormati dan menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat

baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah

pilih-pilih tidak menyeluruh. Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan

mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya

adalah; 1)Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung, 2)tidak mengganggu

umat lain ketika beribadah, 3)rasa persatuan, 4) gotong royong memperbaiki

xiii

tempat umum dan diskusi menghormati acara umat lain, dan Faktor Penyebab

Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun

Celengan adalah; 1)rasa ingin dihargai, 2) rasa persaudaraan, 3) karena manusia

adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

LEMBAR BERLOGO ...................................................................................

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... v

MOTTO ...................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN …………………………………………………… ...... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 2

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 8

D. Penegasan Istilah ....................................................................................... 9

E. Metode Penelitian .................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 23

BAB II LANDASAN TEORI

A.Model Toleransi Keagamaan .......................................................................

1. Pengertian Model Toleransi Keagamaan ..................................... 25

2. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan Islam ................................. 27

xv

3. Dasar Kegiatan Keagamaan Islam ............................................... 29

B. Toleransi .................................................................................................. 31

1. Pengertian Toleransi..................................................................... 31

2. Toleransi dalam Islam .................................................................. 34

3. Segi-segi Toleransi ....................................................................... 36

4. Asas Toleransi .............................................................................. 37

5. Problem Toleransi ........................................................................ 39

6. Macam-macam Sikap Toleransi ................................................... 41

C. Remaja Muslim .................................................................................... 42

1. Pengertian Remaja ....................................................................... 42

2. Remaja dan Ciri-cirinya ............................................................... 43

3. Perkembangan Remaja ................................................................. 45

4. Problema Agama dan Akhlak Remaja ......................................... 47

5. Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral Remaja ...................... 49

6. Kategori Batas Usia Remaja ........................................................ 50

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek penelitian......................... 52

1. Situasi dan Kondisi Biografi ........................................................ 52

2. Keadaan Sosial Keagamaan ......................................................... 53

3. Keadaan Ekonomi Masyarakat Dusun Celengan ......................... 56

4. Struktur Organisasi Dusun Celengan ........................................... 57

5. Kegiatan Karang Taruna Dusun Celengan ................................... 58

6. Temuan Penelitian ....................................................................... 61

xvi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Model Toleransi Remaja Muslim Pada Lingkungan Beda Agama..70

B. Sikap Toleransi Remaja Muslim Pada lingkungan Beda Agama ….76

C. Faktor penyebab terbangunnya Toleransi Remaja Muslim Pada

Lingkungan Beda Agama............................................ …………….80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 85

B. Saran ........................................................................................... .86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: jumlah Penduduk Menurut Umur Dusun Celengan Tahun 2014

Tabel 3.2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dusun Celengan tahun 2014

Tabel 3.3: Sarana Peribadatan Dusun Celengan tahun 2014

Tabel 3.4: Jumlah Majlis Ta‟lim Dusun Celengan Tahun 2014

Tabel 3.5: Kegiatan Keagamaan Warga Non Muslim

Tabel 3.6: Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Dusun Celengan tahun 2014

Tabel 3.7: Pengurus RT/RW Dusun Celengan Tahun 2014

Tabel 3.8:Daftar Kegiatan Organisasi Remaja Dusun Celengan

Tabel 3.9:Data Responden Hasil Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang berciri universal,yang mengatur hubungan antara

manusia dengan tuhannya dan juga meletakkan peraturan-peraturan dasar

mengenai hubungan-hubungan antar manusia dan kepentingan-kepentingan

mereka secara umum, dengan tujuan mensejahterakan dan menentramakan

masyarakat.

Namun dengan seiring kemajuan ilmu dan teknologi, kehidupan manusia

selalu mengalami perubahan,baik dari segi ekonomi,moralitas, sikap sosial dan

gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntunan dan

keinginan, baik dari lingkungan masyarakat maupun dari pihak luar. Semakin

besar tuntunan tersebut maka, semakin besar pula perubahan watak seseorang,

sehingga membawa kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti

perkembangan teknologi,ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Di samping itu

pula ada yang berdampak negatif seperti perubahan watak seseorang yang penuh

dengan kekerasan, kekejaman, dan kebengisan.

Perubahan-perubahan itu telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang

bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah,

gotong royong dan sebagainya. Pergeseran tata nilai ini secara konkret membawa

pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia yang tidak

2

menghiraukan baik dan buruk, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah

dan hubungannya dengan manusia.

Dengan adanya pembinaan pengetahuan di bidang agama kiranya dapat

meredam sikap yang berdampak pada dekadensi moral. Pendidikan agama dan

kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan secara umum sangat penting dalam

memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan

mulia, terutama pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bernuansa

Islam.

Pengajian dalam majelis ta‟lim dapat dijadikan sebagai wadah pembentukan

jiwa dan kepribadian yang agamis sekaligus berfungsi sebagai stabilator dalam

seluruh aktifitas kehidupan manusia yang mempunyai keilmuan dan beriman

kepda Allah SWT.

Firman allah dalam surat al-Mujadilah ayat 11.

”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,“berilah

kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu,” maka

berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan allah maha

teliti apa yang kamu kerjakan.”

3

Selayaknya kegiatan-kegiatan bernuansa Islam mendapat perhatian dan

dukungan dari masyarakat, khususnya bagi remaja. Sehingga tercipta insan-insan

yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual maupun mental

spiritual. Sikap mental yang tertata dengan memperluas wacana keilmuan dengan

semua itu maka kejadian yang mengenai keberlangsungan hidup akan dapat

mensikapi gejala-gejala perkembangan zaman dengan sinergi.

Masyarakat maju atau modern yang beragama, pada umumnya cenderung

pada monoteisme, yaitu menyakini hanya pada satu Tuhan, yang menciptakan

segenap alam; tiada Tuhan selain Dia, seperti rumusan syahadat (Tidak ada Tuhan

selain Allah). Umat Islam, Yahudi,Kristen, Hindu, Budha Mahayana, mengaku

bahwa agama masing-masing adalah agama monoteisme (Isomuddin, 2002:31).

Pemahaman keagamaan yang ada dalam suatu masyarakat terutama remaja,

mereka masih sangat labil dalam menyikapi agama yang di yakininya dan masih

sangat beragam sesuai dengan pengetahuan masing-masing. Setiap individu dalam

menjalankan ritual keagamaan berbeda-beda meskipun pada dasarnya memiliki

tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah yang menciptakan alam

dengan kesempurnaan-Nya

Remaja dusun Celengan kec Tuntang kab Semarang yang warganya

sebagian beragama muslim dan non muslim, meskipun ada perbedaan keyakinan

dan pendapat akan tetapi para remaja diDusun tersebut dapat hidup rukun dan

bertoleran antar satu dengan yang lain serta dapat menjalankan aktifitas/kegiatan

keagamaan mereka dengan lancar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa

keagamaan tetapi juga sikap sosial mereka seperti gotong royong, tolong

4

menolong, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk beribadah,

menghargai pendapat orang lain dan menghormati dan menyayangi sesama.

Untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia diperlukan sikap

saling memahami dan menghargai bahkan menerima perbedaan-perbedaan yang

timbul dalam masyarakat. Karena dalam masyarakat selalu ada keragaman

(pluralisme) baik eksternal maupun internal.

Timbulnya keragaman pemahaman atau pandangan dalam masyarakat di

dikarenakan tingkat intelektualitas dan kedalaman spiritual anggota masyarakat

berbeda. Salah satu sebab yang menimbulkan pemahaman beragam adalah

sulitnya dipastikan apakah suatu teks harus di pahami secara literal atau simbolis

(Alwi Shihab, 1999:61). Oleh karena itu, pemeliharaan kerukunan dan sikap

toleransi menjadi sangat penting untuk menghindari terjadinya konflik baik

internal maupun eksternal. Karena toleransi pada dasarnya upaya untuk menahan

diri agar potensi konflik dapat ditekan.

Secara umum kehidupan dan pergaulan antar umat beragama remaja muslim

di Dusun Celengan tanpak rukun. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa

kehidupan dan pergaulan antar umat beragama tidak pernah terjadi ketegangan

atau persaingan satu sama lain.ketegangan dan persaingan dalam kehidupan umat

beragama itu wajar dalam kehidupan masyarakat yang beraneka. Sebab dalam

masyarakat majemuk pasti terdapat suatu pesaingan dan justru dalam persaingan

itu terdapat keberagaman yang menarik. Dengan demikian kita harus belajar

toleran terhadap kemajemukan dan dituntut untuk hidup di atas dasar dan dalam

semangat pluralisme, contoh kecil saja seperti kegiatan yang diadakan oleh remaja

5

Dusun Celengan, yaitu mengadakan dialog antar umat beragama antara yang umat

nasrani dan muslim, mereka mengundang pemuka agama dari umat nasrani dan

pemuka agama dari agama muslim, dengan maksud bertukar pikiran, sharing

apabila ada konflik ketidaksamaan dan ketidakcocokan yang terjadi diantara

mereka, mencari solusi dan jalan keluar dengan mengadakan dialog tersebut.

Dengan demikian mereka hidup rukun selama bertahun-tahun di dusun tersebut

tanpa konflik yang berkepanjangan.

Sesungguhnya masyarakat yang majemuk bisa juga dipandang menjadi

suatu berkah sebab dengan kemajemukan itu selain bisa menjadi sumber konflik

dan perpecahan, sebenarnya juga berpotensi sebagai sumber kekuatan manakala

sumber kekuatan itu dapat dikembangkan untuk pencapaian kesejahteraan dan

persatuan dalam masyarakat itu sendiri. Dengan adanya perbedaan itu mereka

dapat membangun kerjasama dan kemitraan secara tulus bukan kerjasama yang

semu yang dipaksakan sehingga dengan ketulusan itu dapat tercipta kerukunan

dan dapat membentuk masyarakat yang harmonis. Seperti ketika ada kegiatan

pengajian akbar di Dusun tersebut para remaja yang beragama nasrani ikut serta

dalam kerjasama dalam kegiatan tersebut tanpa merasa berat hati, begitu juga

ketika umat nasrani mempunyai hajat. Remaja muslim ikut serta membantu dalam

hajatan tersebut, hal inilah menjadikan suatu keunikan tersendiri tentang toleransi

Remaja yang terjadi di Dusun Celengan yang sangat menarik bila di bahas.

Sehubungan dengan itu penulis timbul pertanyaan mendasar, ketika penulis

melihat anak-anak remaja yang secara fisiologis sangat rentan terhadap segala

sesuatu, kejiwaan yang labil, dan selalu memegang idiom ketokohan, namun

6

mereka dapat hidup rukun di tengah-tengah lingkungan yang berbeda keyakinan

atau beda agama dan tatanan hidup yang berbeda pula. Dari uraian di atas, penulis

menaruh perhatian terhadap para remaja muslim yang tinggal di daerah tersebut,

tepatnya berada di wilayah Dusun Celengan,Desa Lopait, Kec Tuntang, Kab

Semarang. Bagaimana sikap toleransi remaja muslim di dusun celengan

terbangun? Dan faktor-faktor apa yang menjadikan mereka dapat hidup bertoleran

antar sesamanya?

Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui secara pasti keberadaan mereka

, penulis berusaha meneliti secara mendalam, yang kemudian penelitian ini

penulis beri judul “MODEL TOLERANSI KEAGAMAAN REMAJA MUSLIM

PADA LINGKUNGAN BEDA AGAMA DI DUSUN CELENGAN DESA

LOPAIT KAB SEMARANG”

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat

dikemukakan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan

beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang,

Kabupaten Semarang tahun 2014?

2. Bagaimana sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di

Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang

tahun 2014?

7

3. Faktor apa yang menyebabkan terbangunnya sikap toleransi remaja muslim

pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan,Desa Lopait, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui model toleransi keagamaan remaja muslim pada

lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?

2. Untuk mengetahui sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda

agama di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang tahun 2014?

3. Untuk mengetahui faktor penyebab terbangunnya sikap toleransi remaja

muslim pada lingkunganbeda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait,

Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014?

D. Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang

bagaimana model toleransi keagamaan pada remaja muslim pada lingkungan beda

agama serta dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yakni:

1. Manfaat penelitian secara teoritis

8

a. Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan keilmuan

khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya tentang model

toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama.

b. Menambah ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah sebagai

kajian dunia pendidikan islam.

2. Manfaat penelitian secara praktis

a. Bagi masyarakat

Agar hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-

contoh, dan pelajaran berharga bagi masyarakat tentang bagaimana

toleransi keagamaan bagi remaja muslim pada lingkungan beda agama.

b. Bagi remaja

Melalui penelitian ini diharapkan remaja dapat memperkuat

hubungan antar sesama teman sebayanya dalam berbagai aspek, baik

agama maupun sosial.

c. Bagipenulis

Melalui penelitian ini diharapkan penulis mendapat ilmuyang lebih

terutama dalam bidang toleransi keagamaan dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah yang di hadapi oleh

dunia islam.

E. Penegasan Istilah

1. Model Toleransi Keagamaan

Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya)

dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan toleransi

9

adalah sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,

membolehkan pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan

kelakuan) yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya (KBBI,

1991:1065)

Dan keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti ajaran,

sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan

keagamaan adalah yang berkaitan atau berhubungan dengan agama

(Depdiknas, 2007:12)

Jadi model toleransi keagamaan adalah suatu pola aktivitas

keagamaan yang mempunyai arti dalam kehidupan yang didasarkan pada

nilai-nilai agama, yang diyakininya serta mampu merespon positif

terhadap pendapat, pandangan, dan kepercayaan orang lain untuk

menghargai serta memahaminya agar tidak terjadi kekacauan di dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Remaja Muslim

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa

dewasa yakni anatara 12 sampai 21 tahun (Singgih D. Gunarsa dan Yulia

Singgih D. gunarsa, 2011: 203). Yang di maksud remaja muslim dalam

penelitian ini adalah remaja yang berusia 12 sampai 21 tahun dan

beragama islam.

10

3. Lingkungan BedaAgama

Beda agama berasal dari dua kata yaitu beda dan agama. Pengertian

beda secara bahasa yaitu yang menjadi berlainan (tidak sama) antara

benda yang satu dengan benda yang lain (ketidaksamaan). Sedangkan

pengertian agama yaitu segenap kepercayaan (kepada tuhan, dewa, dan

sebagainya) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban

yang bertalian dengan kepercayaan itu (WJS Poerwadarminta, 2007:267)

Jadi lingkungan beda agama adalah segala sesuatu yang ada

disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan

manusia yang mempunyai pandangan tidak sama antara satu orang

dengan orang yang lain kelompok dengan kelompok lain yang berkaitan

dengan keyakinan atau kepercayaan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Penelitian

kualitatif, menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya

(Margono, 2000:36).

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

11

menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat di amati (Lexy J. Moloeng 2002:3).

Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis

testing. Sehingga teori yang di hasilkan bukan teori subtantif dan teori-

teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitatif ini hanya

mencari gambaran dan data yang bersifat diskriptif tentang model

toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di

Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif dan analitik yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa

kata-kata tertulis atau orang-orang dari perilaku yang dapat diamati dan

di analisis dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status

fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang

kemudian dilakukanan alisis dengan cara:

a. Mendiskripsikan data dari informan.

b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis

oleh penulis.

c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di

lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain

12

manusia adalah sebagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-

dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan

hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh

karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak

ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga

keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan

sumber data lainnya disini mutlak diperlukan. Selama penelitian ini

peneliti melaksanakannya dengan melakukan 8 kali pertemuan, pada

tanggal 01 September 2014 peneliti berkunjung ke Kelurahan Desa

Lopait dengan maksud permohonan izin, pada hari itu peneliti

berbincang-bincang dengan bapak kepala desa dan bapak kadus Dusun

Celengan, lumayan cukup lama sekitar 1 jam setengan, peneliti banyak

mendapatkan gambaran umum tentang Dusun Celengan mulai dari

penduduk, adat, jumlah, dan lain sebagainya. Pada tanggal 03-04

September peneliti terjun langsung di lapangan melihat-lihat keadaan

Dusun Celengan, tanggal 07 September 2014 peneliti ikut dalam kegiatan

rapat rutin organisasi remaja di Dusun Celengan,dan alhamdulillah para

remaja muslim maupun non muslim dapat menerima dan menyambut

saya dengan baik, pada tanggal 08-09 dan 11 September 2014 peneliti

melakukan wawancara langsung dengan para remaja Dusun Celengan

dan pada tanggal 25 September peneliti datang lagi ke Dusun Celengan

hanya sekedar silaturrahmi dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang

peneliti belum dapatkan, seperti foto-foto kegiatan seperti pengajian

13

akbar yang tentunya tidak bisa peneliti dapatkan secara langsung karena

keterbatasan waktu.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Celengan, Desa Lopait,

Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun2014. Adapunletak

geografis Dusun Celengan berdekatan dengan tempat wisata Guarong,

letaknyapun sangat strategis karena terletak di pinggir jalur utama Solo-

Semarang, sehingga mudah di jangkau dengan alat transportasi umum

maupun pribadi. Alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah

berkaitan dengan upaya untuk menumbuhkan kesadaran tentang betapa

pentingnya toleransi antar umat beragama khusunya di lingkungan beda

agama seperti di Dusun tersebut, yang warganyapun sebagian beragama

islam, kisten, dan khatolik serta mereka sangat enak dan ramah-ramah

karena masyarakat desa yang lebih mau berusaha berjuang hidup

dibandingkan dengan masyarakat kota yang sudah terbiasa dengan

berbagai hal yang berbau instan dan segi sikap masyarakat desa juga

mudah bersosialisasi, lebih berkerabat antara satu dengan yang lainnya.

Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling

menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling pengertian.

Hal-hal itulah yang menjadikan peneliti untuk mengambil lokasi tersebut

selain mudah di jangkau masyarakatnya yang ramah-ramah, sehingga

memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dan penemuan data.

14

4. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan

atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data

yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung

tentang model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda

agama di Dusun Celengan, Desa Lopait. Adapun sumber data langsung,

penulis dapatkan dari remaja muslim pada lingkungan beda agama di

Dusun Celengan, DesaLopait, KecTuntang, Kab Semarang. Data-data

yang peneliti dapatkan secara langsung adalah cara remaja di Dususn

Celengan dalam menyikapi segala sesuatu yang ada di kehidupan mereka

baik yang bersifat sosial dan agama, contonya ketika ada yang sakit

mereka datang menjenguk dan mendoakan, dan ketika umat lain

beribadah mereka menghormati dengan cara tidak menganggu umat lain

ketika beribadah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan

dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi,

buku harian, notulen rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen

resmi yang di dapat dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder

juga dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi,

15

lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-

kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, study historis, dan

sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

wawancara langsung dengan remaja muslim pada lingkungan beda

agama di Dusun Celengan, DesaLopait, KecTuntang, Kab Semarang.

Data sekunder yang penulis dapatkan selama penelitian adalah, notulen

rapat, dan struktur organisasi dalam perkumpulan rutin organisasi remaja

di Dusun Celengan, dokumen-dokumen resmi yang peneliti dapat dari

pemerintah Desa Lopait Dusun Celengan tentang gambaran desa dan

penduduk Dusun Celengan, dan dokumter-dokumenter kegiatan remaja

muslim yang sifatnya sangat lama terjadi seperti pengajian akbar yang

terjadi satu tahun sekali, serta buku-buku yang ada di perpustakaan

STAIN Salatiga dan perpustakaan daerah juga online atau internet yang

membahas tentang toleransi keagamaan. Hal ini peneliti lakukan untuk

memudahkan peneliti dalam memahami persoalan yang akan di teliti,

khusunya mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai pengalam-

pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan peneliti lakukan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi

dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara

lisan pula (Margono, 2000:165). Jadi di sini harus terjadi kontak

16

langsung antar instrument dan peneliti pewawancara yaitu orang yang

mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai adalah orang yang

memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.

Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan sejenis

wawancara tak berstruktur.Tujuannya adalah memperoleh keterangan

terinci dan mendalam mengenai perspektif yang ada dalam hati dan

fikiran orang lain. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu

malah disesuaikan dengan keadaan dan jawaban yang mengalir seperti

dalam percakapan sehari-hari.Teknik ini penulis gunakan sebagai teknik

pokok dalam mencari data tentang model toleransi keagamaan remaja

muslim pada lingkungan beda agama di Dusun Celengan, Desa Lopait,

Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, dengan mewawancarai

pengurus karang taruna atau organisasi remaja dan remaja-remaja Dusun

Celengan. Menurut penulis mereka sangat perlu di wawancarai karena

dengan mewawancarai mereka maka penulis akan mendapatkan

keterangan secara rinci dan membantu penulis untuk mendapatkan data-

data yang akurat.

b. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan penataan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono,

2000 : 158). Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian

terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam aktivitas

observasi dapat diartikan suatuteknik untuk mengamati secara langsung

17

maupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang

berlangsung di lingkungan masyarakat.

Metode-metode observasi biasanya digunakan untuk menggali

data-data yang dengan diamati secara langsung. Agar menjadi partisipan

sekaligus pengamat, peneliti hendaknya turut serta dalam berbagai

peristiwa kegiatan (S. Nasution, 2003:60) teknik penelitian ini digunakan

pengamat untuk mencari data tertentu. Observasi secara langsung

mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat bagaimana sikap

toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama di

Dusun tersebut. Hal ini di lakuakan oleh peneliti dengan maksud untuk

mendapatkan data tentang toleransi keagamaan yang terbangun di Dusun

tersebut, sehingga di peroleh pemahaman atau sebagai alat untuk

membuktikan terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

sebelumnya.Selama melakukan observasi, adapun yang hal-hal yang

diamati peneliti yaitu, lingkungan sekitar atau lokasi, tradisi, adat

kebiasaan, para remaja, dan kegiatan-kegiatan remaja Dusun Celengan,

hal ini peneliti lakukan guna mendapatkan gambaran tentang hal-hal

yang diamati peneliti tersebut sekitar seperti apa? Dan juga membantu

peneliti dalam mengatur strategi dan pendekatan yang lebih dekat kepada

para remaja Dusun Celengan, membantu dalam hal pengumpulan data-

data.

18

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, bukusuratkabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya (SuharsimiArikunto, 1998:231)

Dokumen terdiri dari atas tulisan pribadi seperti surat-surat, buku-

buku harian dan dokumen resmi. Data dalam penelitian kebanyakan

diperoleh dari sumber manusia atau human resource, melalui observasi

dan wawancara.

Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat

data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu data tentang kegiatan remaja

secara keseluruhan, diantaranya keadaan lingkungan sekitar,

kepengurusan, dan jadwal kegiatan.

6. TeknisAnalisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis model interaktif. Model analisis interaktif dapat dilihat

pada flow chart Sutopo dalam Nur‟aini (2005:8)

A. Pengumpulan data

B. Reduksidata C. Sajian data

D. Penarikan data

19

a. Pengumpulan dataadalah pengumpulan data dari lapangan yang baik dari

hasil pengamatan maupun wawancara yang dilakukan secara fungsional

sehingga diperoleh data yang dituangkan dalam catatan lapangan

memuat:

1) Identitas catatan lapangan : pengamatan dan wawancara

2) Bagian diskripsi : yang berisi hasil pengamatan dan wawancara apa

adanya atau terbaca dari data yang diperoleh dilapangan.

b. Reduksi dataadalah melakukan pemotongan terhadap data-data yang

dianggap tidak terkait dengan permasalahan yang diangkat. Prosesnya

yaitu dari sekian data yang diperoleh, kemudian dipilah-pilah data mana

yang cocok dan dibutuhkan dalam penelitian.

c. Penyajian dataadalah melakukan penyajian data yang diperoleh selama

penelitian. Penyajian data ini dilakukan setelah data direduksi, penyajian

data dilakukan secara sistematis kedalam sebuah laporan.

d. Penarikan dataadalah proses penarikan data merupakan proses akhir dari

penelitian yaitu dilakukan penarikan kesimpulan akhir dari data-data

yang telah disajikan diatas untuk dituangkan dalam hasil penelitian.

3. Pengecekan KeabsahanTemuan

Ada empatkreteria yang digunakanyaitu : (a) Kepercayaan

(creadibility), (b)keteralihan (transferability), (c) Kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability). (Lexy J. moleong, 2008 :

20

324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam

kreteria antara lain sebagai berikut:

a. Kepercayaan (kredibilitas)

Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang

berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik

untuk mencapai kredibilitas ini antara lain: teknik triangulasi dan diskusi

teman sejawat.

b. Ketergantungan (dependability)

Kreteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya

kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan

data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih

jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu, dan

pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses

penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh

auditor independent oleh dosen pembimbing.

c. Kepastian

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang

dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta iterpetasi hasil

penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada 4 tahap yaitu : tahap sebelum

kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap

penulisan laporan.

21

a. Tahap sebelum kelapangan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji

referensi-referensi yang berkaitan dengan model toleransi keagamaan.

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus penyesuaian paradigma

dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan

permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,

penyusunanusulanpenelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda

agama di Dusun Celengan Desa Lopait. Data tersebut diperoleh dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data, baik yang diperoleh

melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang

model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda agama

di Dusun Celengan Desa Lopait. Kemudian dilakukan penafsiran data

sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan

pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang

didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid

sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan

proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang

diteliti.

22

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.

Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen

pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi

kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan

tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir

melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika penulisan

Hasil penelitian ini peneliti sajikan dalam 5 bab, yaitu:

Bab pertama: pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua: kajian pustaka , Pada bab ini berisi tentang pengertian

dan paparan mengenai model kegiatan keagamaan, sikap toleransi, remaja

muslim, dan batasan-batasan seseorang dikatakan remaja.

Bab ketiga: paparan dan hasil temuan penelitian, Pada bab ini berisi

tentang gambaran umum Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang (kondisi desa, kondisi pemerintahan desa,

visi misi, dan potensi desa), dan kegiatan remaja Dusun celengan, dan

hasil penelitian di Dusun Celengan.

Bab ke empat: pembahasan, Pada bab ini dijelaskan mengenai

analisis data yang meliputi model toleransi keagamaan remaja muslim, dan

23

penyebab munculnya sikap toleransi pada diri remaja muslim di

lingkungan beda agama, serta faktor-faktor penyebab terbangunnya

toleransi pada remaja muslim di lingkungan beda agama.

Bab ke lima: penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang berisi

kesimpulan dan saran-saran dalam penelitian.

Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran-lampiran.

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model ToleransiKeagamaan

1. Pengertian

Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari

sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Dan sikap toleransi berarti sikap

kepedulian, menghargai, dan menghormati orang lain serta dapat

menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut

merasakannya dan dengan tindakan sebagai perwujudannya. Sedangkan

definisi keagamaan adalah berasal dari agama, menurut teori evolusi yang di

kemukan oleh James Fraser dan Andrew Lang bahwa orang akan di

perkenalkan perkembangan bentuk-bentuk keagamaan dari bentuk yang

masih sangat sederhana hingga bentuk yang modern. Melalui urutan klasik

muncullah pra-animisme yang meliputi magisme dan fetisysme, animism,

kedudian religi atau agama. Dalam pra-animisme manusia menggunakan

kekuatan “gaib” (supra empiris) yang dipercayai berada di dalam benda-

benda yang tak bernyawa, seperti batu yang aneh, besi (keris), dlsb. Dalam

animisme manusia berhubungan dengan makhluk yang bernyawa,

khusunya makhluk halus atau roh-roh (baik dan jahat) yang di percayai

memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada manusia secara kategorial.

Misalnya para arwah nenek moyang , roh-roh yang di percayai menguasai

sumber air, sungai, lautan, gunung, dlsb. Dalam religi, manusia mengadakan

25

hubungan dengan “roh yang tertinggi “, yang di percayai memliki

kekuasaan yang tak terbatas, yang oleh agama-agama besar disebut

TUHAN, yang menciptakan dan menguasai alam semesta

(Hendropuspito, 1983:33).

Agama menurut toib Thahir Abdul Mu‟in (1983:121) arti agama

menurut bahasa sansakerta ialah: a = tidak, gama = kacau, kacau, kocar

kacir.

Jadi agama artinya tidak kocar kacir: teratur. Arti agama (addin)

dalam bahasa arab artinya adab kebiasaan, tingkah laku, taat, hokum,

keadaan politik dan fikiran(pendapat). Addin mengadung beberapa arti

dalam pemakaian bahasa arab, kadang-kadang addin dipakai juga untuk

menyebut hari kiamat, seperti: maaliki yaumiddin artinya: tuhan yang

memiliki dan menguasai hari kiamat. Kata addin kadang-kadang dipakai

juga untuk agama lain yang dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu.

Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-

penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang

dipercayainya dan di daya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri

mereka dan masyarakat luas umumnya. (Hendropuspito, 1983:34)

Penegertian (agama religi) lebih dipandang sebagai wadah lahiriyah

atau sebagai instansi yang mengatur pernyataan iman di forum terbuka

(masyarakat) dan yang manifestasinya dapat dilihst (disaksikan) dalam

bentuk kaidah-kaidah, ritus, dan kultus, doa-doa dlsb. Bahkan orang dapat

menyaksikan sejumlah ungkapan lain yang sangat menarika seperti:

26

lambing-lambang keagamaan, pola-pola kelakuan tertentu cara

bermisi(berdakwah) rumah-rumah ibadah, potongan pakaian dan

seterusnya.(Hendropuspito, 1983:36)

Berbicara masalah agama , akhirnya orang sampai pada kata akhir:

percaya atau tidak. Seseorang yang beragama, sulit bertemu dalam

pandangan hidupnya, dengan yang berpaham materialism dan naturalism.

Dalam materialism,--- suatu paham yang sebenarnya tidak dianut oleh orang

barat, tetapi juga oleh orang Timur, walaupun secara sistematis di tulis

dalam tradisi pemikirannya filsafat barat, yang dianggap nyata atau primer

hanyalah materi, kesadaran, akal atau perasaan yang di ungkapkan dalam

bahasa, hanyalah refleksi dari materi. Dalam naturalisme, realitas adalah

dunia empiris. Realitas itu hanya dapat dipahami lewat sains yang bias

memberikan interpretasi mengenai dunia secara memuaskan. (Tufik

Abdillah dan M. Rusli Karim, 1989: 16)

2. Bentuk-bentuk Kegiatan Keagamaan Islam

Kegiatan keagamaan islam atau dalam kata lain di kenal pula dengan

kata ibadahmempunyai beberapa bentuk atau macam dilihat dari segi

ataupun sudut pandang yang berbeda-beda pula. Dalam bukunya Zakiyah

darajat (1983:4) menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan keagamaan

berdasarkan beberapa sudut pandangnya, diantaranya adalah:

a. Kegiatan keagaman islam didasarkan pada umum dan khususnya ada dua

macam, yaitu:

27

1) Khasanah adalah kegiatan keagamaan yang ketentuannya telah di

tetepkan oleh nash, seperti sholat, zakat, puasa, haji.

2) „Aamah adalah semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat

yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum,

bekerja, dan lain sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu

untuk menjaga badan jasmaniyah dalam rangka agar dapat beribadat

kepada allah.

b. Kegiatan keagamaan islam dari segi hal-hal yang ertalian dengan

pelaksanaan nya dibagi menjadi tiga, yaitu:

1)Jasmaniyah ruhaniyah, seperti sholat dan puasa.

2)Ruhaniyah dan maliyah, seperti zakat

3)Jasmaniyah ruhaniyah dan maliyah, seperti mengerjakan haji

c. Kegiatan keagamaan islam dari segi kepentingan perseorangan atau

masyarakat, maka di bagi dua:

1). Fardhi, seperti sholat dan puasa

2). Ijtima‟iseperti zakat dan haji.

d. Kegiatan keagamaan islam dari segi bentuk dan sifatnya:

1). Kegiatan keagamaan islam yang berupa perkataan atau ucapan lidah,

seperti: membaca do‟a, membaca al-qura‟n, membaca zikir, membaca

tahmid, dan mendoakan orang yang bersin.

28

2). Kegiatan keagamaan islam yang berupa perbuatan yang tidak

ditentukan bentuknya, seperti: menolong orang lain, berjihat, membela

diri dari gangguan, tajhizul-jjanazah.

a) Kegiatan keagamaan islam yang berupa pekerjaan tertentu

yangbentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti : sholat,

zakat, puasa dan haji.

b) Kegiatan keagamaan islam yang pelaksanaanya menahan diri,

seperti: ihram, puasa, i‟tikaf (duduk di masjid dan menahan diri

untuk bermubasyiroh dengan istrinya)

c) Kegiatan keagamaan islam yang sifatnya menggugurkan hak,

seperti: membebaskan hutang, memaafkan orang yang bersalah.

(daradjat 1983: 4-5)

3. Dasar Kegiatan Keagamaan Islam

Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau yang dikerjakan oleh

manusia harus mempunyai dasar, begitu juga dengan kegiatan keagamaan

islam yang didalamnya meliputi berbagai macam ibadah, baik yang

tercantum dalam rukun islam maupun ibadah-ibadah di luar rukun islam

tersebut.

Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dasar-dasar yang bersumber

dari Al-quran, diantaranya sebagai berikut:

29

a. Al-ankabut: 45

Artinya: “Bacalah apa yangtelah di wahyukan kepadamu, yaitu Al kitab

(Al-quran) dandirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.dan sesungguhnya mengingat

Allah (solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang

lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut: 45)

(Departemen Agama RI, 2011:401)

b. Al- Faathir: 29

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Al-

Faathir: 29)

c. Hadist Nabi

كا جوع هع رسل هللا ص م از ا زالت الشوش ثن رجع تتبع الفئ

)را البخار هسلن(

Artinya: “Biasanya kami berkumpul mendirikan sholat juma’at bersama

Rosulullah SAW , ketika matahari telah tergelincir kea rah barat,

kemudian pulang dengan mencari tempat yangteduh.” (H.R Bukhori

Muslim)

Dari dasar-dasar ayat-ayat Al-quran diatas dapat diambil pelajaran

hanya orang-orang yang memahami kitab Allah SWT, mendirikan sholat

30

dan menafkahkan harta di jalan Allah SWT itulah orang yang mengharap

pahala kekal. Dan yang dilakukan tersebut adalah termasuk dalam

kegiatan keagamaan islam.

Dan juga dengan dasar hadist tentang pelaksanaan sholat juma‟t

yang harus dilakukan pada waktu sholat dzuhur telah masuk.sebab pada

hakikatnya sholat juma‟t sama dengan sholat dzuhur. (Mahalli, 2003:

416)

B. Toleransi

1. Pengertian

Sikap toleransi berarti sikap kepedulian, menghargai, dan

menghormati orang lain serta dapat menempatkan diri pada situasi yang

dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya dan dengan tindakan

sebagai perwujudannya. Makna toleransi menjadi bagaian dari etika islam

itu sendiri, yang diambil dari sumber ajaran islam yaitu Al-Qur‟an, Hadist,

Ijma‟, Qiyas. Sebagaimana firman Allah

Artinya: “Ajaklah (mereka ) ke jalan tuhanmu dengan cara yang

bijaksana dan dengan nasihat yang baik. Dan debatlah mereka cara yang

31

lebih baik. Sesungguhnya tuhanMU Dia lebih tahu padaorang yang dari

jalannya dan Dia lebih tahu pada orang yang mendapat petunjuk.

Dalam ayat itu menjelaskan bahwa perintah toleransi sudah sangat

jelas,bahwa agama itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang, karena

jika agama di paksakan kepada seseorang maka hal itu pasti akan

bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri, dan menjatuhkan martabat

agam islam.

Selain dari ayat al Qur‟an yang menerangkan tentang perintah

toleransi, Nabi sendiri juga telah menguatkan dalam berbagai macam

Sabda beliau yang menyuruh kita utuk selalu bertoleransi. Seperti dalam

sabda nabi yang di riwayatkan oleh Muslim:

رسل هللا صل هللا علي سلن قال "اى عي عائشة رضي هللا عا اى

هللا تعال رفيق يحب الرفق يعطي عل الرفق ها ال يعطي عل العف

هاال يعطي عل ها سا )راوسلن(

Artinya: “Aisyah r.a berkata “Nabi s.a.w Berkata: sesungguhnya Allah itu

penyantun suka pada kelembutan dan memberikan kepada orang berlaku

lembut (santun) dengan sesuatu yang tidak akan diberikan pada orang

yang berlaku kasar dan tidak akan diberikan kepada selain orang yang

berlaku lembut (santun)”. (Riwayat muslim)

Bila kita perhatikan wasiat nabi di atas dapatlah kita mengerti bahwa

beliau adalah orang yang paling tinggi budi pekertinya. Nabi berwasiat

demikian agar dapat dijadika sebagai pedoman oleh umatnya untuk selalu

bertoleransi kepada siapa saja dan bertutur kata lembut baik itu kepada

musuh kita sendiri, bahkan beliau juga pernah berwasiat dalam sebuah

32

hadist bahwa menganjurkan umat-NYA untuk berbuat baik samapi kepada

benda mati sekalipun seperti pohon dan rumah.

Inilah salah satu contoh toleransi yang diajarkan oleh nabi kepada

umatnya, dan bahkan seorang musuh islam bernama Thomas Arnoldseorang

orientalis barat, telah mengakui akan ketoleransian nabi Muhammad yang

di tulis dalam bukunya berjudul The Preaching Of Islam. (YunusAli

Almuhdar,

Istilah toleransi dalam bahasa inggris, disebut dengan tolerance berarti

kesabaran, kelapangan dada, dapat menerima (John M.e chols dan Hasan

Sadily, 595). Dalam bahasa arab disebut dengan tasamukh, yang berasal dari

kata samakha, tasaamakha yang artinya memudahkan, berlaku lemah lembut

(Mahmud Yunus, 1990:178) sedangkan dalam kamus besar Bahasa

indonesia toleransi di artikan sebagai sikap atau sifat menenggang

(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan melakukan) yang lain atau bertentangan dengan

pendiriannya (KBBI, 1991:179)

Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan

kepada manusia atau kepada semua warga masyarakat untuk menjalankan

keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menetukan nasibnya masing-

masing. Selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak

melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat azas terciptanya

ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.

33

Dari beberapa penjelasan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa toleransi adalah sikap membiarkan, mengijinkan orang lain untuk

meyakini, memeluk, mengamalkan ajaran agama atau keyakinan masing-

masing.

2. Toleransi dalam Islam

Toleransi yang dalam bahasa arab di sebut juga dengan tasamuh

sesungguhnya merupakan salah satu diantara sekian ajaran inti dalam islam.

Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain seperti kasih

(rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (mashlahah

a‟mmah), keadilan (adl) (Abdul Muqsith Ghazali, cetak Biru Toleransi di

Indonesia// www google.com)

Sebagai suatu ajaran yang fundamental konsep toleransi telah banyak

ditegaskan dalam al-qur‟an, dan al-quran berpandangan bahwa perbedaan

agama bukan penghalang untuk merajut tali persaudaraan antar sesama

manusia yang berlainan agama. Dengan adanya bermacam-macam agama

itu bukan berarti Tuhan membenarkan diskriminasi atas manusia, melainkan

untuk saling mengakui eksistensi masing-masing (lita‟arafuu)

Rosulullah Muhammada SAW dilahirkan sebagai rahmatallil alamin.

Oleh karena itu tidaklah beralasan bagi seorang muslim untuk tidak

menenggang dan bersikap toleran kepada orang lain hanya karena bukan

34

dari kelompoknya. Pembiaran terhadap orang lain untuk tetap memeluk

agama no-islam adalah bagian dari perintah islam sendiri. Dengan perkataan

lain pemaksaan dalam perkara agama disamping bertentangan dengan

harkat dan martabat manusia – sebagai makhluk yang merdeka - juga

bertentangan dengan ajaran islam sendiri, seperti firman allah yang artinya

“tidak ada paksaan untuk memasuki agama (islam), sesungguhnya jelas

jalan yang benar dari pada jalan yang sesat” (QS Al-baqaroh: 256). Bahkan

nabi sendiri pernah mendapat teguran dari Allah yang terekam dalam surat

Yunus ayat 99 yang berbunyi:

Artinya : maka apakah kamu (muhammad) hendak memaksa manusia

supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS Yunus :

99).

Dalam ayat yang lain Allah berfirman

Artinya : “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (QS Al-kafirun

:6)

Menjadi hak setiap orang untuk mempercayai bahwa agamanyalah

yang paling benar. Namun dalam waktu yang bersamaan, yang

35

bersangkutan juga harus menghormati jika orang berfikiran serupa. Karena

tidak ada manfaatnya sama sekali memaksa orang lain untuk memeluk suatu

agama tanpa di barengi dengan keyaqinan, dan juga memeluk agama karena

paksaan dan intimidasi merupakan pemelukan agam yang sia-sia.

Tidak adanya tekanan teologis untuk melakuakn pemaksaan dalam

urusan agama ini menjadi maklum karena Allah telah memposisikan kepada

kita bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang berakal yang mampu

untuk membedakan yang baik dan buruk.

3. Segi-segi Toleransi

Dalam pembahasan sebelumnya telah di uraikan betapa

toleransinya ummat islam terhadap masyaraka atau umat agama lain. Dalam

pembahasan berikutnya akan disampaikan segi-segi toleransi secara

singgakat yang di paparkan oleh Umar Hasyim dalam bukunya ( 1979:23-

25). Diantaranya sebagai berikut:

a. Mengakui Hak Setiap Orang

Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda

dalam kehidupannya. Mengakui hak setiap orang merupakan satu sikap

mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak menentukan sikap

laku dan nasibnya masing-masing.

b. Menghormati Keyakinan Orang Lain

Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan

keyakinan seseorang dengan kekerasan atau dengan cara halus akan

36

mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari uaraian

tersebut jelaslah bahawa sikap umat islam terhadap umat lain harus tetap

menghormati

c. Agree In Disagreement (Setuju dalam Perbedaan)

Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan karena memang

di dunia ini sesalu ada perbedaan.

d. Saling Mengerti

Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang lain

bila tidak ada saling mengerti. Saling membenci dan saling berebut,

adalah pengaruh salah satu akibat dari tidak adanya saling pengertian dan

saling menghargai antara satu dengan yang lain.

e. Kesadaran dan Kejujuran

Sikap toleransi menyangkut sikap dan kesadaran batin seseorang,

dan kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap laku.

f. Jiwa falsafah pancasila

Dari segi-segi yang telah disebutkan di atas,pancasila telah

menjamin adanya ketertiban dan kerukunan hidup bermasyarakat, karena

falsafah pancasila itu merupakan satu landasan yang telah di terima oleh

segenap manusia Indonesia.

4. Asas Toleransi

Asas toleransi disini dimaksudkan suatu sikap atau tindakan

yangmerupakan dasar bagi terwujudnya sifat atau sikap toleransi tersebut.

37

Asas toleransi beragama menurut Suryan A Jamarah dalam bukunya

dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah:

a. Dialog Antar Umat Beragama

Adapun dialog antar umat beragama yang dimaksutkan oleh Suryan

A Jamarah adalah pembicaraan yang mendalam, suatu keterbukaan antar

umat beragama (1986:20 )

Pengertian tersebut diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa dialog

antar umat beragama adalah suatu percakapan, pembicaraan atau

pembahasan secara terbuka yang melibatkan antara pemuka agama satu

dengan yang laindengan tujuan untuk menyamakan persepsi, pemahaman

dan lain sebagainya dalam rangka mewujudkan kerukunan dan

kebersamaan.

b. Kerjasama antar Kemasyarakatan

Kerjasama antar kemasyarakatan menurut Abu Zahra yang dikutip

oleh Suryan A Jamarah dalam bukunya dimaksutkan kerjasama atau

tolong menolong adalah suatu dasar umum bagi semua masyarakat

(1986:21)

Dari pengertian tersebut kaitannya dengan toleransi anatar umat

beragama, maka kerjasama ini adalah suatu dasar bagi terwujudnya

toleransi tersebut. Bila kerjasama ini terbina dengan baik kiranya bisa

digambarkan bahwa toleransi akan terwujud.

38

Melalui kerjasama sosial kemasyarakatan, rasa saling

ketergantungan, rasa keakraban dan persaudaraan serta saling hormat

menghormati antar umat beragama dapat dipupuk dengan baik, sehingga

dalam menghadapi persoalan-persoalan yangbersifat agamis yang serba

berbeda itu, akan terwujud pulalah sikap toleransi.

5. Problem Toleransi

Problem ialah masalah yang harus dipecahkan. Yang dimaksut

problem disini adalah masalah atau hal-hal yang merupakan faktor

penghambat atau penghalang bagi terwujudnya toleransi, antar umat

beragama.

Adapun problem yang dimaksut dari pengertian tersebut diatas,

antara lain sebagai berikut:

a. Faktor Perbedaan

Kehidupan yang beraneka ragam agama atau keyakinanmuncul

dipermukaan masyarakat luas yang memiliki perbedaan ajaran atau tidak

sama bahkan ada yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Dalam

hal ini dapat kita ketahui bahwasannya kehidupan ini banyak sekali

perbedaan yang muncul di masyarakat baik secara agama atau keyakinan,

pendapat, pemahaman, atau sifat antar satu sama lain.

Dalam suasana tersebut pembicaraan masalah agama orang selalu

terlihat, berpihak dan tidak mungkin sepenuhnya rasional dan obyektif.

39

Hal ini merupakan faktor awal munculnya permasalahan, perpecahan

bahkan peperangan antar satu sama lain. Orang akan lebih menggunakan

keimanannya. Karena perasaan selalu dipengaruhi oleh agama seperti di

atas dan karena perbedaan yang sedemikian prinsipil sehingga membawa

umat suatu agama memusuhi bahkan memerangi umat agama lain.

Dengan gambaran diatas, dapatlah kiranya dimengerti bahwa,

selagi sikap menghadapi perbedaan semacam tersebut diatas masih

berakar pada tiap-tiap jiwa umat, niscaya selama itu pula toleransi antar

umat beragama sukar terwujud.

b. Fanatisme Negatif

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, betapa agama-agama itu

tidak sama dan betapa tiap-tiap orang selalu berpegang teguh kepada

perasaan dan keimanan agamanya masing-masing. Selanjutnya akan di

kemukankan betapa fanatiknya seseorang tersebut terhadap agama atau

keyakinan sehingga akan membawa manusia mengarah pada hal-hal

yang negatif.

Seperti disampaikan oleh Suryan A Jamarah bahwa pengertian

fanatisme ialah semangat untuk mengejar-ngejar suatu tujuan tertentu,

disertai dengan manifestasi emosional yang sangat kuat dan luar biasa,

serta keyakinan keyakinan terlampau kuat (1986 :23)

Dari pengertian tersebut diatas dapat juga dimaksutkan bahwa

fanatisme adalah suat tindakan atau sikap teguh menjalankan perintah

agama, tunduk dan taat kepada ajarannya serta keyakinan agamanya,

40

tidak akan goyah pensiriannya walau godaan yang sangat keras

menimpanya.

Jadi dalam hal ini dimaksudkan bahwa fanatisme itu baik, tiap-tiap

umat dituntun harus berpegnag teguh dan taat kepada perintah-perintah

agamanya.tetapi bukan fanatisme yang mengarahkan manusia

berperilaku dan bersikap negatif dengan merealisasikan segala sikap dan

gerakannya untuk menyerang,menghina faham atau keyakinan orang

lain.

6. Macam-macam sikap toleransi

Kita hidup dalam negara yang penuh keragaman, baik dari suku,

agama, maupun budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu

dibutuhkan toleransi satu sama lain.Menurut Yosef Lalu (2010) Toleransi

sendiri terbagi atas tiga yaitu:

1. Negatif adalah isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran

dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena menguntungkan dalam

keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran

komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.

2. Positif adalah Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta

dihargai.Contoh seseorang beragama Islam wajib hukumnya menolak

ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama yang

diyakininya, tetapi penganutnya atau manusianya dihargai.

3. Ekumenis adalah Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam

ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk

41

memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh si A dengan

teman temannya si B sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi

berbeda aliran atau paham.

Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah

dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat

beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling menghargai dan

memelihara hak dan kewajiban masing-masing.Toleransi antar umat

beragama bila kita bina dengan baik akan dapat menumbuhkan sikap

hormat menghormati antar pemeluk agama sehingga tercipta suasana

yang tenang, damai dan tenteram dalam kehidupan beragama termasuk

dalam melaksanakan ibadat sesuai dengan agama dan keyakinannya

Melalui toleransi diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban serta

keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-

masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu

akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.

C. Remaja Muslim

1. Pengertian

Menurut Prof. Dr. singgih D. Gunarsa dan Drs. Yulia singgih D.

gunarsa remaja adalah masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa

yakni antara 12 samapi 21 tahun (Prof. Dr. singgih D. Gunarsa, Drs. Yulia

singgih D. gunarsa, 2011:203), remaja adalah seseorang yang mulai dewasa,

sudah sampai umur untuk kawin (WJ.S.Poerwadarminta: 964), muslim

42

adalah orang yang beragama islam. Jadi remaja muslim yang di maksut

disini adalah seseorang yang sudah sampai umur yaitu antara umur 12

samapi 21 tahun dan beragama muslim atau islam.

2. Remaja dan Ciri-cirinya

Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak

berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang

terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam, hal itu membawa perubahan yang

tidak sedikit pada remaja terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta

kepribadian remaja (darajat, 1978: 8). Menurut beberapa ahli remaja juga

disebut dengan berbagai macam istilah seperti pubertas. Remaja adalah

periode transisi yaitu periode anak-anak ke periode dewasa (uhbiyati, 2009:

20). Dalam agam islma, biasa di katakan remaja bila seseorang telah akil

baligh, telah bertanggung jawab atas setiap perbuatan nya (darajat, 1987:

11)

Menurut Nur Uhbiyati (2009: 96-97), masa remaja terbagi menjadi

tiga fase yaitu:

a. Praremaja masanya sangat pendek, kurang lebih satu tahun. Untuk wanita

11-12/ 12-13 tahun dan untuk laki-laki 12-13/13-14 tahun. Dikatakan

juga sebagai fase negatif yakni fase yang sukar untuk anak-anak dan

orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh, terutama fungsi seks.

b. Remaja awal 13/14-17. Perubahan-perubahan fisik terjadi dengan pesat

dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional da tidak stabil

43

dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Ia mencari identitas diri karena

pada masa ini statusnya tidak jelas, pola hubungan sosial mulai berubah.

c. Remaja lanjut 17-20/21 tahun. Diri menjadi perhatian, ia ingin

menonjolkan diri, caranya lain dengan remaja awal. Idealis, mempunyai

cita-cita tinggi. Bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Usaha-

usaha memantapkan idealitas dir. Ingin mencapai ketidaktergantungan

emosional.

Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik

dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya.

Berikut ini empat perubahan yang bersifat universal selama masa remaja:

1) Meningkatnya emosi : identitasnya tergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi. Perubahan emosi ini banyak terjadi

pada awal remaja

2) Perubahan fisik, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial menimbulkan masalah-masalah baru sehingga selama

masa ini remaja merasa di timbuni masalah.

3) Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.

Apa yang dianggap penting atau bernilai pada masa kanak-kanak

sekarang tidak lagi. Kalu pada masa kanak-kanak segi kuanlitas yang di

pentingkan, sekarang segi kualitas yang diutamakan.

4) Sebagian besar remaja bersifat ambivalensi terhadap setiap perubahan.

Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering

44

takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan

mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut (Syafa‟at dkk,

2008:96-97)

3. Perkembangan Remaja

Pada masa remaja terjadi beberapa perkembangan, menurut Aat

Syafa‟at dkk (2008: 103-104), diantaranya sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan

kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat peat. Masa

pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi

b. Perkembangan Intelektual

Ditinjau dari perkembangan intelektual, masa remaja sudah

mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berfikir

logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, operasi

formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistem sistematis dan

ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir kongkrit.

c. Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosional, yaitu perkembangan

emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual

mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan dorongan baru

yang dialami sebelumnya, seperti parasaan cinta,rindu, dan keinginan

untuk berkenalan dengan lawan jenis.

45

d. Perkembangan Sosial

Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk

memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut

sifat, pribadi, nilai-nilai, minat maupun perasaannya.

e. Perkembangan Moral

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lai. Remaja berperilaku

bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga

psikologisnya.

f. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik, sikap

kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon, individu yang

beragam. Fase remaja yang paling penting bagi perkembangan dan

integritas kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tempat

terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi

1) Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai dewasa

2) Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan

emosi baru.

3) Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri

dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma) tujuan, cita-cita

46

4) Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heterokseksual, berteman

dengan pria maupun wanita.

5) Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa

anak-anak dan masa dewasa.

6) Perkembangan kesadaran agama, pada tahap ini anak akan memiliki

kemampuan berfikir abstrak dan mampu mengapresiasi kualitas

keabstrakan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Problema Agama dan Akhlak Remaja

Para remaja menghadapi pula problema yang menyangkut agama

dan budi pekerti karena, masa remaja adalah masa dimana remaja mulai

ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan agama,

kebimbangan pikiran remaja itu akan memantul kepada tingkah laku

mereka, sehingga tanpak berbeda sekali dalam periode umur ini.ketegangan-

ketegangan emosi, peristiwa-peristiwa yang menyedihkan dan keadaan yang

tidak menyenangkan, mempunyai pengaruh besar dalam sikap remaja

terhadap masalah-masalah agama dan akhlak. Oleh karena itu dapatlah

dikatakan bahwa penentuan problema ini, tidak cukup dengan factor ratio

saja, bahkan dipengaruhi pula oleh factor-faktor luar.

Masa remaja adalah masa yang sangat peka terhadap agama dan

akhlak. Kadang – kadang remaja menjadi sangat peka terhadap agama dan

akhlak, kadang-kadang remaja menjadi bimbang terhadap agama dan

akhlak, selanjutnya terhadap ajaran agama. Akan tetapi di samping itu ia

47

merasa butuh akan bantuan dari luar yang melampui kekuatan manusia,

seolah-olah tidak percayanya kepada tuhan mengandung keyaqinan.

Demikianlah percaya dan iman berganti-ganti, sehingga hiduplah mereka

pada masa tertentu dalam ambivalensi yang berlawanan. Akhirnya berhenti

disatu titik, biasanya pada iman yang telah didahului oleh keraguan dan

kegoncangan (Zakia daradjat, 1959: 172).

Menurut riset yang dilakukan oleh zakia darajat bahwa remaja

Indonesian 30,70 – 31,50 % mereka tidak mampu menganalisis masalah

agama dengan logika saja , kendatipun mereka percaya kepada logika. Maka

mereka adakalanya menyerahkan terhadap ajaran agama tanpa meminta

penjelasan logis, dan bahkan 36,63 – 51,51 % semakin besar remaja

semakin berkurang perhatian mereka untuk menjalankan ajaran agama,

terutama sembayang.

Kegoncangan iman remaja terhadap tuhan adalah wajar, karena masa

remaja adalah masa keragu-raguan ,dilain pihak ia merupakan masa

bersemangtnya terhadap agama, perlu di ketahui bahwa kebimbangan

remaja tentang agamatidaklah tetap, maka dalam hatinya merasa bahwa

agama suatu kekuatan gaib yang pasti ada yang tugasnya mengatur alam

semesta ini, oleh karena itu remaja segera mencari-NYA apabila ia ditimpa

oleh suatu musibah atau kesulitan berat.

48

Kurangnya perhatian remaja terhadap persoalan ini di sebabkan oleh

keadaan adat, agama,dan social dalam masyarakat( Zakia daradjat, 1959:

175-176).

5. Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral Remaja

Pribadi diartika sebagai organisme yang dinamis dalam sistem fisik-

psikis, yang menetukan seseorang menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya.Pribadi seseorang unik dan dinamis, keunikan itu bermula

pada hakekat kepribadian itu sendiri yang merupakan bentukan dari faktor-

faktor dalam dan luar. Faktor luar adalah pembawaan (hereditas) yang

melekat pada organisme, dan citra diri (self-concept). Sedangkan factor luar

adalah pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial (dalam proses

sosialisasi). Tiga hal yang berpengaruh kuat tadi (pembawaan, citra diri, dan

lingkungan sosial) terdapat perbedaan dalam kualitas dan kuantitasnya yang

terkenakan pada individu sehingga seseorang membangun kepribadiannya

secara unik. Kedinamisan pribadi menjelaskan bahwa pribadi itu

berkembang selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan segala aspek

(biologis, psikologis, sosiologis) seseorang.

Remaja dengan citra dirinya, menilai diri sendiri dan menilai

lingkungannya terutama lingkungan social. Misalnya remaja menyadari

adanya sifat dan sikap sendiri yang baik dan buruk, dengan kesadaran itu

pula remaja menilai sifat dan sikap teman teman-teman sepergaulannya,

yang kemudian dibandinkan dengan sifat dan sikap yang dimilikinya.

49

Dalam masa remaja awal ini, seringkali remaja menilai dirinya tidak selaras

dengan keadaan yang sesungguhnya , maksutnya adalah remaja sering

memiliki citra diri yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dari yang

semstinya(Drs Andi Mappiare, 1982:67).

Moral sebagai standar yang muncul dari agama dan lingkungan social

remaja, memberikan konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tak

patut, layak dan tak layak secara mutlak. Pada satu pihak, remaja tidak

begitu saja menerima konsep-konsep yang di maksut, tetapi di

pertentangkannya dengan citra diri dan struktur kognitif yang di milikinya.

6. Kategori Batas Usia Remaja

Bagi setiap remaja mempunyai batasan usia, bagi remaja masing-

masing yang satu sama lain tidak sama. Di Negara Indonesia sendiri dalam

rangka usaha pembinaan dan penanggulangan kenakalan remaja, agar secara

hukum jelas batas-batasnya, maka di tetapkan lah batas usia bawah dan usia

atas.Menurut M. Arifin dalam bukunya (1982:80-81) batas usia bawah

sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun baik laki-laki

maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah).

Penentuan batas usia tersebut di atas berdasarkan alasan sebagai

berikut:

a. Anak pada usia sebelum 13 tahun dikategorikan usia anak-anak, yang

tindakan atau perilakunya belum dapat dibebani pertanggungan jawab

social dan agama. Perilaku dan tindakan anak usia sebelum umur 13

50

tahun meskipun melanggar norma-norma hokum, social, dan agama

yang diberlakukan (baik dalam keluarga, masyarakat, maupun

pemerintahan) oleh orang tua, oleh pemimpin masyarakat, atau oleh

pemerintah, tidak dapat dibebani sanksi-sanksi hukuman seperti

terhadap orang dewasa. Perteanggung jawab atas anak tersebut adalah

di tangan orang tuanya, atau walinya, kecuali jika anak usia tersebut

telah kawin.

Pada usia sebelum 13 tahun anak belum dapat dibebankan tanggung

jawab keluarga secara penuh, kecuali jika ia telah ijin kawin, pada usia

ini anak belum dapat dimintai tanggung jawab keluarga secara penuh,

kecuali ia telah kawin.

b. Kenakalan remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak

terjadi dalam bentuk dan sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak usia

13 s.d anak usia 17. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia

sebelum 13 tahun pada umumnya belum begitu serius dan

membahayakan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia

13 tahun keatas. Sedamgkan usia 18 tahun keatas adalah dipandang

sudah menjelang dewasa yang telah terkena sanksi hukum.

51

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Situasi dan Kondisi Biografi

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai wilayah penelitian yaitu

Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang, maka penulis melaporkan beberapa tinjauan sebagai

berikut.

Secara geografis Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang terletak di daerah lereng Gunung Rong

dan adapun batas wilayah Dusun Celengan dengan Dusun-dusun yang

mengeliliginya, disebelah barat bagian Dusun Celengan berbatasan

dengan Desa Gudang, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun

Cerbonan dan sebelah utara berbatasan dengan Dusun Ndelik dan PTP

Perkebunan, serta bersebelahan dengan Watu Agung sedangkan

sebelah timur berbatasan dengan Dusun Banjaran.

Dusun Celengan dibagi menjadi dua bagian yaitu RT 01- 06 masuk

pada daerah Dusun Celengan sedangkan RT 07-10 masuk pada derah

Dusun Jeblosan. Dusun celengan mempunyai 10 RT.

Dusun Celengan Dusun yang termasuk berpendudukpadat.

Dusun yang berada dalam wilayah Desa Lopait ini mempunyai 1603

jiwa, yang terbagi menurut jenis kelamin sebagai berikut:

52

a. Laki-laki : 814 orang

b. Perempuan : 789 orang

Dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 472 orang yang

dibagi menjadi KK laki-laki dan KK perempuan. KK laki-laki

berjumlah 403 orang dan KK perempuan 69 orang.

Adapun pengelompokan penduduk menurut kelompok umur

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

TABEL 3.1

JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

NO Umur Jumlah

1 0<1 50 Orang

2 1-5 85 Orang

3 6-10 150 Orang

4 11-15 165 Orang

5 16-20 180 Orang

6 21-25 165 Orang

7 26-30 180 Orang

8 31-40 195 Orang

9 41-50 185 Orang

10 51-60 150 Orang

11 60-KEATAS 98 Orang

Jumlah 1603 Orang

2. Keadaan Sosial Keagamaan

Masyarakat Dusun Celengan yang berjumlah 1603 jiwa

kebanyakan warga Dusun Celengan beragama Islam namun ada juga

yang beragama Non Islam yaitu Kristen dan Katolik, jika di

53

prosentasekan masyarakat Dusun Celengan yang beragama Islam ada

sekitar 88,52%, yang beragama kristen ada 11,22% dan yang beragama

katolik ada 0,24%. untuk lebih lebih jelasnya mengenai keadaaan

sosial keagamaan dan jumlah pemeluk serta sarana peribadatan

penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan 3.3berikut ini:

TABEL 3.2

JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No

Jenis Agama Jumlah prosentase

1 Islam 1419 orang 88,52%

2 Kristen 180 orang 11,22%

3 Katholik 4 orang 0,24 %

4 Hindu -

5 Budha -

6 Konghuchu -

Jumlah 1603 orang

TABEL 3.3

SARANA PERIBADATAN

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1 Masjid 2

2 Mushola 2

3 Gereja 1

Secara umum keadaan fisik bangunan tempat ibadah yang ada di

Dusun Celengan Desa Lopait dikatakan baik dan cukup permanen.

Rata-rata bangunan fisik tempat ibadah di Dusun Celengan Desa

Lopait ini lebih baik dari pada rumah penduduk pada umumnya. Hal

54

ini setidaknya merupakan indikasi bahwa perhatian mereka terhadap

masalah keagamaan cukup besar dan baik.

Masyarakat Dusun Celengan bisa dikatakan baik dan peduli

terhadap kegiatan keagamaan dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

kegiatan keagamaan yang diikuti oleh masyarakat Dusun Celengan.

Adapun data yang lebih jelas dapat dilihat dari data statistik majelis

Ta‟lim di masyarakat Dusun Celengan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5

kegiatan keagamaan warga non muslim berikut:

TABEL 3.4

JUMLAH MAJLIS TA’LIM

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Majlis Ta‟lim Perempuan 35 orang

2 Majlis Ta‟lim Laki-laki 29 orang

3 Majlis Ta‟lim Remaja Masjid 55 orang

TABEL 3.5

KEGIATAN KEAGAMAAN WARGA NON MUSLIM

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No Nama Kegiatan Jumlah

1 Kebaktian kaum wanita dan

laki-laki

50 Orang

2 Kelompok wilayah dan

lingkungan

52 Orang

3 Remaja gereja 30 Orang

Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwasannya masyarakat

Dusun Celengan baik yang muslim maupun non muslim dapat

55

aktifdalam menjalankan kegiatan keagamaan mereka dan berjalan

lancar, sepertimajlis ta‟lim dan remas yang di miliki warga muslim

mereka biasanya berkecimpung mengurusi keagamaan keagamaan

warga muslim seperti pengajian, peringatan hari besar islam seperti

hari raya, zakat fitrah, yasinan, pendidikan Alquran untuk anak-anak,

dan lain sebagainya. Begitu juga warga non muslim juga dapat

menjalankan kegiatan keagamaan mereka seperti kelompok kebaktian

kaum laki-laki dan perempuan dan remaja gereja yang mengurusi hal-

hal yang berkaitan tentang keagamaan seperti latihan koor setiap sabtu

sore, missa pagi setiap minggu jam 5 pagi, ibadah anjang sanah, dan

PPA (Pusat Pengembangan Anak),bible kring setiap rabu dan dua

minggu sekali, Untuk kelompok wilayah dan lingkungan biasanya

mengurusi hal-hal atau kegiatan keagamaan yang berkaitan dengan

wilayah seperti persekutuan doa gabungan.

3. Keadaan Ekonomi masyarakat Dusun Celengan

Keadaan penduduk Dusun Celengan berdasarkan mata

pencaharian :

56

TABEL 3.6

PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No Mata Pencaharian Jumlah

1 PNS 1 Orang

2 Pegawai swasta 284 Orang

3 Pensiun 5 Orang

4 Wiraswasta 216 Orang

5 Buruh harian lepas 369 Orang

6 Buruh tani 1 Orang

7 Petani 48 Orang

8 Nelayan 1 Orang

9 Lain-lain 678 Orang

Jumlah 1603 Orang

4. Struktur Organisasi Dusun Celengan

Untukmelancarkan jalannya mekanisme kerja di suatu lembaga /

instansi, maka perlu adanya pembagian kerja, sehingga dengan

demikian semua tugas dan pekerjaan diharapkan dapat dikerjakan

dengan baik. Demikian halnya dengan Dusun Celengan, Desa Lopait

secara administrasi berada di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang. Dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, baik tugas

rutin maupun tugas pembangunan seorang RW dibantu oleh 10 RT,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3,7 berikut ini :

57

TABEL 3.7

PENGURUS RT/RW

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No KETUA

RW

KETUA

RT

BENDAHARA SEKRETARIS

1 Bp.Kusnadi Bp. Zarkoni Bp. Khoiri Bp. Zaenuri

2 Bp.Kusnadi Bp. Maryoto Bp. Tulus Bp. Mustofa

3 Bp.Kusnadi Bp. Sarmat Bp. Rosyid Bp. Parman

4 Bp.Kusnadi Bp. Tukimin Bp. Ahmad Bp. Andreas

5 Bp.Kusnadi Bp. Zaenal Mustofa Bp. Tommy Bp. Kholis

6 Bp.Kusnadi Bp. Ahmad Zarkoni Bp. Hardi Bp. Wahib

7 Bp.Kusnadi Bp. Sikhono Bp. Muji Bp. Wagimin

8 Bp.Kusnadi Bp. Jumadi Bp. Saeful Bp. Sutiman

9 Bp.Kusnadi Bp. Wagidi Bp. Slamet Bp. Faiz

10 Bp.Kusnadi Bp. Maryono Bp. Santoso Bp. Taufik

5. Kegiatan Karang Taruna / Organisasi Remaja

Para remaja Dusun Celengan terbilang remaja yang aktif dalam

berbagai kegiatan di Dusun mereka baik agama maupun sosial, di

buktikan dengan adanya organisasi remaja atau karang taruna dan

adanya kegiatan-kegiatan para remaja di dalam karang taruna tersebut,

adapun kegiatan para remaja karang taruna di bagi menjadi tiga bagian

kegiatan yaitu mingguan, bulanan, dan tahunan, kegiatan mingguan

seperti bermain bola atau olah raga bersama dengan seluruh anggota

aktif dan pasif karang taruna, kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada

hari minggu sore dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan

dan terciptanya persatuan dan kesatuan tanpa memandang perbedaan,

adapun kegiatan bulanan seperti adanya pertemuan rutin para remaja

Dusun Celengan yang di isi dengan sharing atau diskusi yang biasanya

58

di laksanakan setiap bulan sekali minggu pertama, kegiatan ini

dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan atau menyampaikan

informasi, bila ada sesuatu yang penting, kemudian ada kegiatan

penyuluhan tentang narkoba yang bekerja sama dengan dengan

kepolisian setempat, kegiatan ini di ikuti oleh seluruh pemuda Dusun,

kegiatan ini di adakan untuk membantu para remaja bagaimana cara

menghadapi stres dan mengendalikan masalahnya agar tidak

terjerumus ke dalam hal-hal yang menyimpang, dan kegiatan tahunan

meliputi membantu dalam acara pengajian akbar dan peringatan hari

besar islam, ada peringatan HUT RI dan yang terakhir adalah piknik

bersama, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.8 berikut:

TABEL 3.8

DAFTAR KEGIATAN ORGANISASI REMAJA

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

1 Pertemuan rutin

remaja di isi dengan

sharing dan diskusi

Di laksanakan pada

setiap bulan sekali,

minggu pertama. Dari

rumah ke rumah setiap

anggota, bergilir.

Kegiatan ini di

laksanaka dengan

maksut untuk

memecahkan suatu

pemersalahan dan

menyampaikan

informasi jika ada

sesuatu yang penting

dan mempersiapkan

suatu acara atau

kegiatan.

2 Bemain bola atau olah

raga bersama dengan

seluruh anggota dan

pengurus organisasi

remaja.

Kegiatan ini di

laksanakan setiap 1

minggu sekali,

biasanya di laksanakan

pada hari minggu,

dimana saat mereka

Kegiatan ini di adakan

untuk mempererat tali

persaudaraan dan rasa

saling menyayangi

antar sesama temannya

dan agar terciptanya

59

libur aktifitas baik

yang kerja maupun

yang sekolah

persatuan dan kesatuan

karena mereka bersatu

tidak memandang

islam ataupun non

islam.

3 Sosialisasi atau

penyuluhan tentang

narkoba yang bekerja

sama dengan

kepolisian setempat

Kegiatan ini

dilaksanakan pada

setiap 1 bulan sekali,

yang diikuti oleh

seluruh pemuda dusun.

Kegiatan ini

dilaksanakan oleh

pengurus karang

taruna dengan maksud

untuk mengajarkan

kepada remaja untuk

mengetahui bagaimana

mengendalikan

masalahnya serta

mengatasi stress dan

kecemasan.

4 Membantu Pengajian

akbar dan peringatan

hari besar Islam

Kegiatan ini

dilaksanakan setiap

satu tahun sekali

Dalam kegiatan ini

para remaja baik

muslim maupun non

muslim ikut serta

dalam kegiatan seperti

pembuatan dekorasi

dan perlengkapan

kegiatan.

5 Peringatan hari

kemerdekaan RI atau

HUT RI

Kegiatan ini

dilaksanakan pada

setiap tahun sekali

pada tgl 17 agustus.

Dalam kegiatan ini

baik remaja muslim

dan non muslim ikut

serta dan partisipasi

dalam acara seperti

mengkoordinasi lomba

dan membantu

membuat dekorasi

untuk memeriahkan

acara.

6 Piknik bersama Kegiatan ini

dilaksanakan pada

setiap satu tahun

sekali, yang diikuti

oleh seluruh anggota

dan pengurus

organisasi pemuda

Acara ini dilaksanakan

supaya terciptanya

keakraban antar

sesama temannya baik

muslim maupun non

muslim, dan memupuk

rasa persatuan dan

kesatuan.

60

B. Temuan peneliti

Setelah melakukan wawancara pengumpulan data melalui

observasi, interview dan dokumentasi dilapangan, terlebih dahulu

disajikan dalam bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian.

Untuk memperoleh data tentang toleransi keagamaan remaja

muslim pada lingkugan beda agama di Dusun Celengan peneliti

menggunakan wawancara, yang dilakukan dengan 5 pertanyaan panduan

wawancara, yang kemudian peneliti kuak dan korek secara dalam dengan

mewawancarai para responden, lalu hasil dari wawancara tersebut peneliti

kumpulkan menjadi satu, kemudian peneliti pilah mana saja yang layak

dan masuk untuk di jadikan data dalam penelitian ini.

Berikut ini penulis melampirkan data responden dari hasil

penelitian di Dusun Celengan, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang,

Kabupaten Semarang 2014. Data responden dapat dilihat pada Tabel 3.9

sebagai berikut :

TABEL 3.9

DATA RESPONDEN HASIL PENELITIAN

DUSUN CELENGAN PERIODE 2014

No Nama Umur Keterangan

1 Fifi Andriani(FA) 17 Tahun Remaja Dusun

Celengan

2 M.BagasArianto(MBA) 17 Tahun Remaja Dusun

Celengan

3 Cristi Fikawati(CF) 16 Tahun Remaja Dusun

Celengan

4 Sukamto(S) 17 Tahun Remaja Dusun

Celengan

5 Yatimah(Y) 21 Tahun Pengurus Remas

61

Celengan

6 Dias Ribiyanti(DR) 20 Tahun Pengurus Remas

Celengan

7 M. Solikin(MS) 21 Tahun Pengurus Remas

Celengan

8 Sucipto Ramadani(SR) 21 Tahun Pengurus Karang

Taruna Celengan

9 Sumarsono(S2) 20 Tahun Pengurus Karang

Taruna Celengan

10 Eko Setyono(ES) 19 Tahun Pengurus Karang

Taruna Celengan

Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut :

1. Model toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan

Berasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, model

toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan adalah seperti

yang di ungkapan para responden sebagai berikut:

a. FA (17 tahun ) remaja Dusun Celengan

Model toleransi yang di lakukan oleh FA adalah toleransi yang

terbuka, seperti yang diungkap oleh FA sebagai berikut:

“Saya selalu menghargai teman saya,meskipun dia itu beda

agama, kemudian kalau dia mau beribadahya saya selalu

mempersilahkan karena itu sudah menjadi hak mereka untuk

melakukan ibadahnya sesuai dengankeyakinan mereka,dan

kewajiban mereka. Begitu juga teman saya kalau saya mau ibadah

mereka juga mempersilahkan, kalau ada yang sakit ya selalu

datang biar cepet sembuh biar bisa kumpul kembali, beraktifitas

kembali, kalau ada yang meninggal ya kita turut berduka cita

menengok dan mendoakan” (FA, 08-09-2014)

b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan

Model toleransi yang di lakukan oleh MBA adalah model toleransi

berbeda dengan saudara FA tadi, model toleransi yang di lakukan

62

oleh saudara ini masuk pada model toleransi tertutup, karena MBA

hanya memperdulikan orang yang baik dengan dia saja,seperti

yang di ungkapkan oleh MBA sebagai berikut:

“Yo saya suka main bareng sama mereka, nongkrong

bareng, ngobrol meskipun mereka itu lain agama sama kita

mbak,nek ada yang sakit saya juga menjenguk tapi kalo saya gak

suka sama dia ya saya gak jenguk, begitu juga kalau di undang di

acara pernikahan, dan orang meninggal dunia, saya yo datang nek

disuruh dan di ajak teman,kalo ada yang sedang beribadah yo

saya biasa aja, gak pernah ngusik, wong mereka juga gak pernah

mengusik kita nek pas kita beribadah. Yo pokok e gitulah mbak.nek

kene ki apik wonge, rukun. Ra tau rebut-tibut nak masalah agama,

nak saya yo ngono kae mbak, wong saya yo jarang ibadah”(MBA,

08-09-2014).

c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan

Model toleransi yang dilakukan oleh Y adalah toleransi terbuka,

seperti yang di ungkap oleh Y sebagai berikut:

“Nak ono wong susah,eneng wong loro di tilik i, ono

sumbangan melu nyumbang, ono kegiatan nek dusun yo kita

datangi meskipun itu berlainan keyaqinan pendapat terhadap kita.

Misal pas kita merayakan hari raya, kono ki yo iso menceritakan

nabi-nabi, dia juga mengucapkan selamat idul fitri, yo wes sama-

samalah.Nak pas nikahan yo kita ikut rewang, nak pas prosesi

sakral maksut e kaya ijab gitu ya di gereja yang ikut kerabat-

kerabat sama yang sesama agama, nak masyarakat ya ikut

meramaikan, datang di undang” (Y, 09-09-2014)

d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan

Model toleransi yang di lakukan oleh MS tidak jauh beda dengan

Y dan FA, model toleransi yang mereka gunakan adalah, model

toleransi terbuka, seperti yang di ungkap nya sebagai berikut:

memberikan kesempatan beribadah kepada mereka itu yaa

menurut saya seng penting gelem melaksanakan anjuran agama,

seperti islam, perintah sholat wajib kita harus tau, jadi pas waktu-

waktu ibadah, silakan yang mau melaksankan ibadah yo seng arep

63

sholat, sholat sek..!. Ini sudah waktunya, contohnya seperti itu,

jadi rasa toleransi dalam melaksanakan ibadah juga berjalan baik.

Masalah kerukunan disini tidak memandang agama,

masalah sakit atau pun yang meninggal semua ikut dalam berbela

sungkawa, seumpamane ketika umat kristiani meninggal ya yang

muslim ikut menyaksikan, sepertipas acara 3 harian, namanya

beston penghiburan, ya yang muslim datang ikut mendukung untk

menghibur, semua datang, di anggep koyo dulur dewe.Untuk

kegiatan ibadah umat kristiani seperti natal, warga kristiani juga

mengundang umat muslim untuk mengikuti perayaan natal, orang

muslim juga tetap datang untuk menghargai saja.(MS, 09-09-

2014)

e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan

Tidak lain sama yang di ungkap oleh beberapa orang di atas, ES

juga termasuk orang yang bertoleransi terbuka, seperti yang di

ungkap nya sebagai berikut:

“nek pas lebaran gitu yo dia ki ngasih, ikut-ikut masak.trus

seumpamane gereja natalan, kan sini deket gereja ya mbak, itu

tetangga deket-deket gereja di undang,tapi ada juga yang datang,

kalau saya tapi gak pernah datang, tapi yo mereka biasa, sudah

taulah, ngerti jadi mereka ya biasa saja, gak gimana-gimana.

disana itu Cuma suruh makan aja,begitu juga pas acara nikahan

yo mereka masak e ora aneh-aneh,umum e wong nikahan,yang

muslim ikut bantu-bantu, sama orang meninggal orang-orang

muslim ikut datang melayat, yo pokok e sini tu bagus mbak

toleransine” (ES, 11-09-2014).

2. Sikap toleransi remaja muslim pada lingkungan beda agama di Dusun

Celengan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sikap

toleransi remaja muslim di lingkungan beda agama di Dusun Celengan

adalah sebagai berikut:

64

a. FA (16 tahun ) remaja Dusun Celengan

Menurut FA sikap toleransi remaja di dusun celengan ini dibangun

dengan rasa saling menghormati dan menyayangi antar sesama

teman dan selalu berkata baik, sopan, tidak menyinggung perasaan

orang lain, seperti yang di ungkapnya sebagai berikut:

“kalau saya kan setiap hari ketemu toh, sama temen e, kita

ngobrol, cerita.. yoo apa yah.. kami ki saling menghargai, kalau

dia cerita kami selalu mendengarkan memberi solusi, tros yo gak

pernah menyinggung perasaan terutama kalau ngomong masalah

agama, nek dia cerita tentang agamane yo saya mendengarkan, ya

kita anggap itu sharing, di ambil bagusnya, gak saling hina atau

merasa benar sendiri, ya kalau ada yang berlaku kurang baik

sama kita, ya kita bersikap biasa ajah, tidak memusuhi, ”

b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan

Sikap toleransi remaja di dusun celengan menurut pengakuan

MBA adalah rasa dapat di percaya, seperti yang di ungkap saudara

MBA sebagai berikut:

“Untuk hubungan baik dengan sesama manusia ki lak yo

kudu bisa bersikap baik to mbak, jadi nak pengen orang lain baik

dengan kita yo kita harus bersikap baik, trus nak pinjam barang

atau apa gituu harus bisa di percaya seumpamanya pinjam motor

ya harus di kembalikan, kalau kita cerita yang sifatnya rahasia yo

jangan di bicarakan sama org lain, jadi iso di percoyo, kan enak

nek gituu

c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan

Sikap toleransi di Dusun Celengan dibangun dengan cara tidak

mengganggu umat lain ketika beribadah, seperti yang di ungkap

saudara Y sebagai berikut:

“Mereka beribadah yo hak mereka to mbak, mereka berhak

beribadah kepada tuhannya,hehe, nak menurut mereka benar dan

tidak menganggu saya, kenapa tidak?

65

Misal pas kita merayakan hari raya, kono ki yo iso menceritakan

nabi-nabi, dia juga mengucapkan selamat idul fitri, yo wes sama-

samalah.

Kegiatan-kegiatan keagamaan juga selalu berjalan lancar jadi di

atur biar tidak mengganggu umat lain yang sedang ibadah,

seumpamane akan mengadakan pertemuan-pertemuan opo acara

keagamaan di rancang kiro-kiro seng ora ganggu sana, maksut e

umat lain ki kapan?muslim yo duwe perkumpulan dewe koyo to

remas iki, sana juga duwe perkumpulan,yo kumpulan mayoritas

dia yo wes dewe-dewe ra tau saling terganggu”

d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan

Menurut MS Sikap toleransi remaja di Dusun Celengan di pupuk

dengan cara rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat-

tempat umum dan diskusi. Seperti yang di ungkapkan oleh MS

sebagai berikut:

“Setiap orang pasti pasti untuk selalu berkeinginan untuk

saling menghormati dan menyayangi antar sesama, apalagi di

dusun rasa untuk menjaga kebersamaan dan kesatuan itu masih

kentel, seperti pas pembangunan masjid warga kristiani ikut

membantu, sebaliknya kalau pas waktu ada pembangunan gereja

sebagian dari warga muslim ikut membantu, jadi dari situ dapat

timbul rasa toleransi, rasa menghormati antar pemeluk kistiani

sama muslim di dusun ini, kalau disini sudah sangat bagus

menurut saya toleransinya, dulu juga sempat ada pertemuan antar

pemuda kristiani sama pemuda muslim, disitu kami bertukar

pikiran, bagaimana cara hidup pemuda yang baik menurut cara

pandang kristiani, juga menurut cara pandang agama islam, trus

kami dialog, jadi situ ada ustadz juga ada pendeta, semua datang

disitu, trus juga rasa pemersauan itu jelas, bhineka tunggal ika

dan kita sesama pemeluk agama itu di anjurkan saling

menghormati, saling bekerjasama baik.

e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan

Sikap toleransi remaja dusun celengan di bangun dengan cara

menghormati acara umat lain, seperti puasa dan cara berdoa.

Seperti yang di ungkap saudara ES sebagai berikut:

66

“Disini itu saling menghargai antar satu sama lain,

seumpamane nak pas ono acara kumpulan remaja, la pas

pembukaan gitu yoo berdoane menurut agama masing-masing,

meskipun akeh muslim e, trus nek ada orang sakit pas jenguk gituu

yo kan mendoakan, nek seng sakit itu agamane nasrani yo yang

mimpin doa orang yang agamane nasrani,umat islam yo

menghargai, seng penting niat e mendoakanterus nak ngadekke

acara pas bulan puasa ya gak makan-makan, ya yang agama

nasrani menghargai. Mereka tetap datang”.

3. Faktor penyebab terbangunnya toleransi remaja muslim pada

lingkungan beda agama di dusun celengan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, faktor

penyebab terbangunnya toleransi di Dusun Celengan adalah sebagai

berikut:

a. FA (16 tahun ) remaja Dusun Celengan

Menurut saudara FA faktor yang mempengaruhi timbulnya

toleransi remaja dusun celengan adalah rasa ingin di hargai, seperti

yang di ungkapnya sebagai berikut:

Karna kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang

membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan

dengan kita, kalau kita ingin di hargai ya kita harus menghargai

juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lain.

b. MBA (17 tahun) remaja Dusun Celengan

Menurut MBA faktor terbangunnya sikap toleransi Remaja di

Dusun celengan adalah dengan cara menganggap mereka itu

seperti keluarga kita sendiri, yang harus disayangi, dihormati,

diperlakukan baik. Seperti yang di ungkap nya sebagi berikut:

Yaa sekarang kan kita hidup berdampingan,eemm... kita selalu

berkumpul bersama jadi yaa tetap menganggap mereka itu seperti

67

keluarga sendiri, yaa berusaha menghilangkan perbedaan yang

sangat mencolok itu.

c. Y (21 tahun) remas Dusun Celengan

Faktor terbangunnya sikap toleransi menurut saudara Y adalah

karena manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan

kebersamaan di Dusun Celengan, seperti yang di ungkapnya sebagi

berikut:

Kan awak e dewe ki manusia.. udu manusia purba yoo.. hehe, yo

makluk sosial tu kan ora iso hidup sendiri, yo seperti itu hidup di

masyarakat ki, wes tuntutan, Wong kene ki do nyenengke mbak,

misalle kene duwe gawe yo di ewangi.gawe omah ngunu yo di

ewangi tanpa dewe ki akon-akon tonggone, wong kene ki entengan

mbak,misal e tonggone gor opek lombok we di kei, jangan gori we

di kei.

d. MS (21 Tahun) pengurus remas Dusun Celengan

Menurut MS faktor terbangunnya rasa toleransi karena kerukunan

yang dan rasa persaudaraan yang terjalin di antara mereka, seperti

yang di ungkapnya sebagai berikut:

Faktor yang paling dominan yo jelas ki maslah kerukunan, jadi

tepo slirone warga dusun ki masih sangat bagus, untuk memupuk

rasa persaudaraan. Rasa persaudaraan itu sangat tinggi. misalkan

ya mbak, pas saya dulu membuat kandang sebelah itu, kandang

ayam. La kui ada tetangga Cuma liat itu pada datang, ngewangi

sak rampunge.Jadi rasa tolong menolong itu masih bagus wes kyo

sedulur dewe ra mandang perbedaan.

e. ES (19 tahun) pengurus organisasi remaja Dusun Celengan

Tidak jauh berbeda dengan saudara Y bahwa faktor terbangunnya

sikap toleransi remaja di Dusun Celengan menurut saudara ES

karena kita manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup

68

sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti yang di ungkapnya

sebagai berikut:

Setiap orang kan pasti kan membutuhkan bantuan, jadi ora

mungkin kita itu bisa hidup sendiri, jadi berangkat dari situ timbul

rasa uhh nak weroh tonggone gek kerepotan yo mesti kene

bagaimana caranya ra ketong sitek iso ngewang-ngewang I, jadi

pas kita kerepotan yo orang lain bisa membantu, tanpa

memandang perbedaan apapun.

69

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim pada Lingkungan Beda

Agama

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada beberapa informan

tentang toleransi keagamaan remaja muslim di Dusun Celengan , peneliti

menemukan berbagai jawaban mengenai model toleransi remaja di Dusun

tersebut, model toleransi yang digunakan oleh para remaja di lingkungan

beda agama di Dusun Celengan ada dua macam yaitu model toleransi

terbuka dan tertutup, adapun model toleransi terbuka penulis akan

memaparkannya sebagai berikut:

1. Toleransi terbuka

Para responden lebih banyak yang menggunakan model toleransi

terbuka.Terbuka yang di maksudkan peneliti disini adalah, mereka dapat

menghormati menyayangi dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak

terjadi kekacauan,konflik ataupun keributan karena adanya perbedaan.

Islam secara tegas mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga

hubungan baik dengan sesama manusia. Selama non-Muslim tidak

mengganggu seorang muslim dalam menjalankan ibadahnya, maka umat

Islam dilarang untuk mengganggu pemeluk agama lain. Pembahasan

tentang agama-agama dan relasinya ini mengambil bentuk dalam ilmu

perbandingan agama, sebuah disiplin ilmu yang berkembang luas di

Indonesia setelah diperkenalkan oleh almarhum Mukti Ali, mantan Guru

70

Besar Ilmu Perbandingan Agama di IAIN Yogyakarta. Islam telah

mengajarkan umatnya untuk menghormati agama lain dan melarang

mencelanya. Bahkan dalam sebuah ayat, Allah SWT melarang kita untuk

mencela sesembahan-sesembahan para penyembah berhala. Allah SWT

berfirman yang artinya:

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui

batas tanpa pengetahuan.Demikianlah Kami jadikan setiap umat

menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah

kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu

mereka kerjakan.”( Q.S. Al-An„am [6]: 108.)

Ayat di atas secara tegas melarang umat Islam untuk mencerca dan

mengolok-olok sesembahan non-Muslim, karena dikhawatirkan mereka

(non-Muslim) akan berbalik menghina Islam. Ayat ini jelas mengajarkan

prinsip tasamuh (toleransi) kepada setiap Muslim dalam hubungannya

dengan agama lain (MuktiAli,2004:251).

Keanekaragaman adat istiadat, suku, ras, dan tradisi yang hidup di tengah

tengah manusia adalah sunnatullah. Allah SWT telah menciptakan

manusia berbeda-beda, baik dari suku, bahasa, maupun warna kulitnya.

Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.( QS. Al-Hujuraat [49]: 13).

Ayat ini memuat pesan egalitarianisme, bahwa tidak ada perbedaan baik

laki-laki maupun perempuan dalam hal apapun, perbedaan hanya terletak

71

pada ketaqwaan dan kualitas keimanannya kepada Allah SWT. Ayat ini

pula, mengajarkan tentang sikap penghargaan terhadap orang lain tanpa

pembedaan warna kulit, suku, ras dan sebagainya. Karena sikap

penghargaan terhadap seseorang itu berdasarkan prestasi bukan prestise

seperti fanatisme keturunan maupun kesukuaan (Nurcholish

Madjid,1999:108).

Dari ungkapan diatas maka toleransi terbuka yang dimaksudkan

disini mereka yang dapat terbuka dari semua aspek baik dalam urusan

agama dan sosial, baik sosial kemasyarakatan maupun sosial dengan antar

teman sebayanya.

Hal ini dapat di lihat dari jawaban FA yang menyatakan:

“Kalau dia mau beribadahya saya selalu mempersilahkan

karena itu sudah menjadi hak mereka untuk melakukan ibadah nya

sesuai dengan keyakinan mereka,dan kewajiban mereka. Begitu juga

teman saya kalau saya mau ibadah mereka juga mempersilahkan,

kalau ada yang sakit ya selalu datang biar cepet sembuh biar bisa

kumpul kembali, beraktifitas kembali, kalau ada yang meninggal ya

kita turut berduka cita menengok dan mendoakan”(FA,08-09-2014)

Dari pernyataan itu, juga dikuatkan dengan jawaban-jawaban

lain dari beberapa informan. Ini ditunjukkan hasil wawancara dengan

Y dan ES. Sosok yang faham dengan kondisi sikap toleransi remaja

karena kedua sosok tersebut terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan

remaja yang ada di Dusun celengan, sehingga semakin sering

berkecimpung dengan orang banyak semakin mengetahui banyak

karakter remaja di Dusun celengan. Y menambahkan dengan jawaban

sebagai berikut:

72

“Nak ono wong susah,eneng wong loro di tilik i, ono sumbangan melu

nyumbang, ono kegiatan nek dusun yo kita datangi meskipun itu

berlainan keyaqinan pendapat terhadap kita. Nak pas nikahan yo kita

ikut rewang, nak pas prosesi sakral maksut e kaya ijab gitu ya di

gereja yang ikut kerabat-kerabat sama yang sesama agama, nak

masyarakat ya ikut meramaikan, datang di undang”(Y,09-09-2014)

Yang kemudian ditambahkan dengan jawaban ES sebagai

berikut:

“seumpamane gereja natalan, kan sini deket gereja ya mbak, itu

tetangga deket-deket gereja di undang,tapi ada juga yang datang,

kalau saya tapi gak pernah datang, tapi yo mereka biasa, sudah

taulah, ngerti jadi mereka ya biasa saja, gak gimana-gimana. disana

itu Cuma suruh makan aja.,begitu juga pas acara nikahan yo mereka

masak e ora aneh-aneh,umum e wong nikahan,yang muslim ikut

bantu-bantu, sama orang meninggal orang-orang muslim ikut datang

melayat”(ES,11-09-2014)

Sehingga dari beberapa pernyataan diatas, model toleransi keagamaan

remaja di Dusun Celengan sudah terbilang cukup bagus dengan

mereka memberikan kesepatan beribadah kepada pemeluk agama lain,

mendatangi undangan orang yang berbeda keyakinan dengan nya

2. Toleransi tertutup

Meskipun dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti kepada

responden banyak yang termasuk orang yang menggunakan

toleransi terbuka, namun ada juga yang masuk dalam kategori

toleransi tertutup, yang peneliti maksutkan tertutup di disini adalah

mereka yang hanya menghormati dan menyayangi dan menghargai

karena terpaksa dan hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat

baik kepadanya saja, dalam arti disini adalah pilih-pilih tidak

menyeluruh, tidak seperti model toleransi yang terbuka mereka

73

yang tergolong dalam toleransi terbuka adalah orang-orang yang

welcome dari semua golongan tanpa memandang perbedaan

agama, ras, bahasa, karakter dan sifat.

Berkaitan dengan hal diatas tersebut, peneliti dapatkan jawaban

dari responden yang berinisial MBA dan, sebagai berikut:

“kita mbak,nek ada yang sakit saya juga menjenguk tapi kalo saya

gak suka sama dia ya saya gak jenguk, begitu juga kalau di

undang di acara pernikahan, dan orang meninggal dunia, saya yo

datang nek disuruh dan di ajak teman,kalo ada yang sedang

beribadah yo saya biasa aja, gak pernah ngusik, wong mereka

juga gak pernah mengusik kita nek pas kita beribadah”(MBA,08-

09-2014).

Yang peneliti maksudkan model toleransi terbuka sama hal

nya dengan toleransi positif dan model toleransi tertutup sama

dengan toleransi netral.

Dari pernyataan tersebut di dalam alqur‟an sendiri, di temukan tiga

sikap terhadap non-muslim yaitu : positif, netral, dan negatif

Positif misalnya dinyatakan dalam ayat alquran surat Al-

baqarah ayat 62 yang artinya sebagai berikut

74

“sesungghnya orang-orang beriman, Yahudi, Nasrani, dan

Shabi’in, siapa saja di antara mereka beriman kepada

Allah, Hari Akhir, dan melakukan amal saleh, mereka

mendapatkan pahala dari Tuhan mereka, tidak ada

ketakutan dan tidak pula mereka bersedih(QS 2:62)

Sikap Netral di tunjukan Al-quran dalam surat Al-Kafirun

ayat 6

“bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku”(QS 109:

6)

Adapun sikap negatif ditunjukkan Al-Qura‟an surat An-

Nisa ayat 46

“(yaitu) diantara orang yahudi, yang mengubah perkataan

dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata: kami

mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.”(dan)

mereka mengatakan pula: dengarkanlah, sedangkan

75

engkau Muhammad sebenarnya tidak mendengar apapun.

Dan mereka mengatakan: ra’ina dengan memutar balikkan

lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka

mengatakan: kami mendengar dan patuh, dan dengarlah,

dan perhatikanlah kami: tentulah itu lebih baik bagi

mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka,

karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali

sedikit sekali”.(QS 4: 46)

Selain Surat An-Nisa‟ ayat 46, di jelaskan pula pada (QS

2:120 dan 5:18.). Dalam konteks bahwa sebagian mereka

mengubah kitab kitab suci mereka untuk kepentingan mereka,

berlebih-lebihan dalam beragama, atau menunjukkan permusuhan

dan menghianatan kepada Nabi dan komunitas muslim selain itu

(Nurcholish Madjid, 2003:186)

B. Sikap Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di Dusun

Celengan.

Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan sudah baik

mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari,

diantaranya adalah:

1. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung

2. Tidak mengganggu umat lain ketika beribadah

3. Rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat umum dan

diskusi.

4. Menghormati acara umat lain

Berkaitan dengan hal diatas tersebut, penulis dapat dari penuturan para

responden sebagai berikut:

76

“kalau saya kan setiap hari ketemu toh, sama temen e, kita

ngobrol, cerita.. yoo apa yah.. kami ki saling menghargai, kalau dia

cerita kami selalu mendengarkan memberi solusi, tros yo gak pernah

menyinggung perasaan terutama kalau ngomong masalah agama, nek

dia cerita tentang agamane yo saya mendengarkan, ya kita anggap itu

sharing, di ambil bagusnya, gak saling hina atau merasa benar

sendiri”. (FA, 08-09-2014)

“Apalagi di dusun rasa untuk menjaga kebersamaan dan

kesatuan itu masih kentel, seperti pas pembangunan masjid warga

kristiani ikut membantu, sebaliknya kalau pas waktu ada

pembangunan gereja sebagian dari warga muslim ikut membantu, jadi

dari situ dapat timbul rasa toleransi, rasa menghormati antar pemeluk

kistiani sama muslim di dusun ini,dulu juga sempat ada pertemuan

antar pemuda kristiani sama pemuda muslim, disitu kami bertukar

pikiran, bagaimana cara hidup pemuda yang baik menurut cara

pandang kristiani, juga menurut cara pandang agama islam, trus kami

dialog, jadi situ ada ustadz juga ada pendeta, semua datang disitu,

trus juga rasa pemersauan itu jelas, bhineka tunggal ika”. (MS, 08-

09-2014)

“Kegiatan-kegiatan keagamaan juga selalu berjalan lancar jadi

di atur biar tidak mengganggu umat lain yang sedang ibadah,

seumpamane akan mengadakan pertemuan-pertemuan opo acara

keagamaan di rancang kiro-kiro seng ora ganggu sana, maksut e umat

lain ki kapan?muslim yo duwe perkumpulan dewe koyo to remas iki,

sana juga duwe perkumpulan,yo kumpulan mayoritas dia yo wes dewe-

dewe ra tau saling terganggu”(Y, 08-09-2014)

“seumpamane nak pas ono acara kumpulan remaja, la pas

pembukaan gitu yoo berdoane menurut agama masing-masing,

meskipun akeh muslim e, trus nek ada orang sakit pas jenguk gituu yo

kan mendoakan, nek seng sakit itu agamane nasrani yo yang mimpin

doa orang yang agamane nasrani,umat islam yo menghargai, seng

penting niat e mendoakan

terus nak ngadekke acara pas bulan puasa ya gak makan-makan, ya

yang agama nasrani menghagai. Mereka tetap datang”. (ES, 11-09-

2014)

77

Jadi, bentuk kerjasama ini harus di wujudkan dalam kegiatan yang bersifat

sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing.

sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung

perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti

bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan.

Pokok- pokok toleransi keagamaan

a. Agama Samawi datang dari Allah YME, satu-satu-Nya

b. Bahwa nabi-nabi adalah bersaudara, tidak ada perbedaan diantara

mereka dalam hal missinya,dan seluruh kaum muslimin hendaknya

mempercayai mereka itu semua.

c. Bahwa aqidah tidak dapat dipaksakan kepada orang untuk

menganutinya. Sebaliknya aqidah itu memerlukan kesadaran dan

kerelaan

d. Bahwa tempat-tempat peribadatan agama-agama yang menyembah

kepada Allah merupakan tempat-tempat yang harus dipelihara,

dijaga, dan dipertahankan,seperti umat Islam memelihara dan

mempertaankan masjid-masjidnya.

e. Bahwa seluruh manusia ini tidak harus bermusuhan atau bunuh-

bunuhan karena perbedaan mereka memahami agamanya masing-

masing. Sebaliknya mereka wajib bertolong-tolongan dalam

melakukan kebaikan dan perbaikan serta dalam menghilangkan

kejahatan di kalangan mereka.

78

f. Bahwa kelebihan manusia yang satu atas yang lain dalam

kehidupan dan sisi Allah tergantung kepada kadar kebaikan bagi

diri sendiri dan bagi orang lain

g. Bahwa perbedaan agama yang menjadi anutan tidak harus

menghalangi pelaksanaan kewajiban berbuat baik, bersaturahmi,

dan saling kunjung-mengunjungi

h. Bahwa dalam keanekaragaman agama-agama yang dianuti orang

diperlukan dialog/diskusi yang baik dalam batas-batas sopan

santun dengan hujjah(pemikiran dan dasar) yangmemuaskan serta

menyakinkan

i. Bahwa bila suatu umat dimusuhi karena aqidah yang mereka anuti,

wajiblah atas mereka dan orang-orang lainnya menghapuskan

permusuhan itu demi memelihara keyakinan dan menghindarkan

malapetaka

Itulah prinsip-prinsip toleransi kagamaan menurut ajaran

Islam, seluruh kaum muslimin diwajibkan mempercayai adanya

nabi-nabi dan rasul-rasul, kaum mu‟minin diharuskan menghargai

dan menghomati semua Nabi utusan Allah, diharuskan bergaul

dengan baik dengan umat lain dalam tindakan, kata-kata

ketetanggaan saling berkunjung dan lain-lain. (Mushtafa As-Siba‟I,

1986:147-151)

Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud

ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah

79

menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap

saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri

kehidupan yang rukun, tertib, dan damai. Dalam kehidupan sehari-

hari, dan sikap toleransi antar umat beragama dan prinsip-prinsip

toleransi keagamaan seperti diuraikan di atas telah dilakukan dan

di terapkan oleh remaja Dusun Celengan dan sudah termasuk

dalam kategori berperilaku toleran dan saling menghargai.

C. Faktor Penyebab Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada

Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan

Seriring dengan sebuah pencapaian tujuan pastilah terdapat

faktor-faktor yang membangun dalam perjalanannya. Tidak terpungkuri

pula dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan aktivitas-aktivitas dalam

menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat, sehingga terciptanya

sebuah kehidupan yang aman, damai, tentram tanpa adanya bentrok,

konflik ataupun rasa untuk benar sendiri meskipun berbeda-beda antara

satu sama lain. Berikut ini faktor penyebab terbangunnya toleransi remaja

di Dusun Celenganyang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan

remaja Dusun Celengan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Rasa ingin dihargai

Seperti yang di ungkap oleh saudara FA sebagai berikut:

“Karna kita ini kan makhluk sosial, jadi ketika ada yang

membutuhkan kita harus membantu, meskipun kita beda keyakinan

dengan kita, kalau kita ingin di hargai ya kita harus menghargai

juga, jadi saling mengertilah antar satu dengan yang lain”(FA,

08-09-2014).

80

2. Rasa persaudaraan

Rasa persaudaraan juga menjadi faktor terbangunnya toleransi di

kalangan remaja muslim celengan, dalam hal apapun mereka

menganggap saudara mereka sendiri dan menghilangkan perbedaan-

perbedaan yang ada di sekitar mereka, seperti yang di ungkap oleh

para responden sebagai berikut:

“Yaa sekarang kan kita hidup berdampingan,eemm... kita selalu

berkumpul bersama jadi yaa tetap menganggap mereka itu seperti

keluarga sendiri, yaa berusaha menghilangkan perbedaan yang

sangat mencolok itu”(MBA, 08-09-2014).

“Rasa persaudaraan itu sangat tinggi. misalkan ya mbak, pas saya

dulu membuat kandang sebelah itu, kandang ayam. La kui ada

tetangga Cuma liat itu pada datang, ngewangi sak rampunge.Jadi

rasa tolong menolong itu masih bagus wes kyo sedulur dewe ra

mandang perbedaan”(MS, 09-09-2014).

3. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri

tanpa bantuan orang lain

Dari hasil wawancara, ada beberapa jawaban dari responden yang

menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi adalah

karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain,

seperti hubungan sosialisasi dengan tetangga. Hal tersebut

diungkap oleh saudara Y dan ES sebagai berikut:

“Kan awak e dewe ki manusia.. udu manusia purba yoo.. hehe,

yo makluk sosial tu kan ora iso hidup sendiri, yo seperti itu hidup

di masyarakat ki, wes tuntutan, Wong kene ki do nyenengke mbak,

misalle kene duwe gawe yo di ewangi.gawe omah ngunu yo di

ewangi tanpa dewe ki akon-akon tonggone, wong kene ki entengan

mbak,misal e tonggone gor opek lombok we di kei, jangan gori we

di kei”.(Y, 09-09-2014)

81

“Setiap orang kan pasti kan membutuhkan bantuan, jadi ora

mungkin kita itu bisa hidup sendiri, jadi berangkat dari situ timbul

rasa uhh nak weroh tonggone gek kerepotan yo mesti kene

bagaimana caranya ra ketong sitek iso ngewang-ngewang i, jadi

pas kita kerepotan yo orang lain bisa membantu, tanpa

memandang perbedaan apapun”.(ES, 11-09-2014)

Menanggapi hal di atas masih berhubungan dengan agama

adalah sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan an tata tertib

masyarakat karena agama dapat berfungsi sebagai instansi yang

menjaga atau menjamin berlangsungnya ketertiban dalam hidup

moral dan sosial. (Nico Syukur, 1988:101)

Bukan hal sulit bagi Allah untuk membuat untuk membuat

manusia menjadi satu komunitas. Tetapi Allah memberikan rahmat

dengan pluralisme sehingga menambah kekayaan dan

keberagaman hidup. Setiap komunitas memiliki jalan hidup,

kebiasaan, tradisi, dan hukumnya sendiri. Tapi semua hukum dan

cara hidup itu haruslah dapat menjamin perkembangan dan

memperkaya hidup, walaupu berbeda satu sama lain. Allah tidak

mau memaksakan satu hukum untuk semuanya dan sebaliknya

menciptakan banyak komunitas. Allah telah menciptakan beragam

komunitas dengan suatu tujuan, yakni untuk menguji umat manusia

atas apa yang telah diberikan kepada mereka (misalnya, perbedaan

kitab suci, hukum dan jalan hidup). Dan ujian itu adalah untuk

hidup secara damai dan harmonis sesuai kehendak Allah.

Perbedaan hukum dan jalan hidup hendaknya tidak menjadi

82

penyebab ketidak harmonisan dan perbedaan. Yang di harapkan

dari manusia adalah hidup dengan segala perbedaan dan berlomba-

lomba satu sama lain dalam amal kebaikan (Nurcholish Madjid,

2003:172)

Dari sinilah peneliti menemukan fakta bahwa remaja Dusun

Celengan yang sebagian besar penduduk nya beragama islam dan

sebagian besar beragama Kristen dan katholik pada hakekatnya

saling hidup rukun, berdampingan tanpa ada konflik, dan tolong

menolong antar warga tanpa memandang status keagamaan. Hal ini

terbukti dengan sikap remaja yang peduli terhadap tetangga dengan

tidak bergaul pada komunitas agama saja tetapi saling berkumpul

tanpa memandang agama. Selain itu warga juga tolong menolong

misalnya: ketika ada teman yang tertimpa musibah seperti bila ada

warga yang meninggal, dengan penuh kesadaran mereka datang

untuk menolong, menjenguk bila ada yang sakit, dan bahkan

mengikuti kegiatan upacara kematian, hal ini dilakukan untuk

menghormati tetangga.

Bukti lain remaja Dusun Celengan hidup rukun adalah

adanya kegiatan gotong royong dalam pembangunan tempat-

tempat ibadah tanpa di suruh mereka datang, serta adanya kegiatan

organisasi masyarakat seperti karang taruna, remas. Hal ini

merupakan suatu wujud dari partisipasi remaja dalam mewujudkan

83

kerukunan hidup melalui sikap toleransi antar pemeluk agama yang

berbeda.

Harus disadari bahwa menumbuhkan sikap keragaman

agama dan menumbuhkan sikap toleransi dalam bermasyarakat

sangat sulit dan tidak datang dengan sendirinya. Kita harus dapat

melibatkan diri untuk dapat belajar menerima orang laindalam

perbedaan terebut. Kita harus dapat menghormati dan dapat

bertoleransi untuk dapat tinggal bersama dengan masyarakat yang

memiliki kayakinan dan kegiatan kegamaan yang bebeda.

Sikap toleransi harus di wujudkan dengan sikap menerima

dengan tulus akan keberadaan agama lain di lingkungan mereka,

dengan menyadari adanya perbedaan agama lain, para remaja dapat

bersilaturrahmi dan dapat merasakan aman dan mudah dalam

melaksakan ibadah mereka. Sikap tersebut menjadi penyebab

terwujudnya kerukunan antar umat beragama.

Selain itu kesadaran remaja muslim di Dusun Celengan

tentang pentingnya bertetangga dan hidup saling membutuhkan

satu sama lain merupakan penghambat terjadinya konflik antar

umat beragama, karena dengan sikap tersebut akan tercipta

hubungan yang positif antar kelompok yang berbeda agama

sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan dapat

memperkokoh tradisi untuk hidup berdampingan yang sudah

berlangsung sejak dulu.

84

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian tentang model toleransi keagamaan remaja

muslim pada lingkungan beda agama dapat ditarik kesimpulan:

1. Model toleransi keagamaan remaja muslim pada lingkungan beda

agamadi Dusun Celengan

Model toleransi di dusun celengan yang di gunakan oleh remaja dusun

celengan di bagi menjadi dua, yaitu:

a. Toleransi terbuka yaitu mereka dapat menghormati menyayangi

dan menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan,

konflik ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa

memandang perbedaan agama, ras, bahasa, karakter dan sifat.

b. Toleransi tertutup yaitu mereka yang hanya menghormati dan

menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya berbuat

baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti

disini adalah pilih-pilih tidak menyeluruh

Meskipun ada yang tergolong model toleransi tertutup namun

sebagian besar remaja Dusun celengan termasuk dalam model

toleransi terbuka

2. Sikap Toleransi Remaja Muslim pada Lingkungan Beda Agama di

Dusun Celengan.

85

Sikap toleransi remaja muslim di Dusun Celengan sudah baik

mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari,

diantaranya adalah:

a. Berkata baik dan sopan serta tidak menyinggung

b. Tidak mengganggu umat lain ketika beribadah

c. Rasa persatuan, gotong royong memperbaiki tempat umum dan

diskusi.

d. Menghormati acara umat lain

3. Faktor Penyebab Terbangunnya Toleransi Remaja Muslim pada

Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan

a. Rasa ingin dihargai

b. Rasa persaudaraan

c. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup

sendiri tanpa bantuan orang lain

B. SARAN

Peneliti akan menyampaikan beberapa sumbangan pemikiran yang berupa

saran sebagai berikut:

1. Untuk masyarakat Dusun Celengan khusunya remaja agar tetap

mempertahankan kerukunan hidup antar sesamanya. Walaupun sering

mengikuti kegiatan keagamaan yang berbeda tetapi tetap pada

keyakinan agama masing-masing. Mengikuti kegiatan keagamaan

agama lain bukan berarti ikut dalam ajaran agama tersebut tetapi hanya

ntuk menghormati sesama.

86

2. Saran untuk umum agar mencontoh sikap remaja Dusun Celengan

yang hidup rukun tanpa ada konflik meskipun hidup dengan

keberagaman agama

3. Bagi seluruh Dusun Celengan perlu adanya peningkatan dialog antar

sesama pemuka agama sehingga dapat mempererat kerukunan antar

pemeluk agama yang berbeda.

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik.1989. Metodologi Penelitian Agama.Yogyakarta:PT

Tiara Wacana: Jogya

Abdul Muqsith Ghazali, Cetak Biru Toleransi di Indonesia.

www.google.com

Ali Al-Muhdar, Yunus. 1983. Toleransi-Toleransi Islam.Bandung:N.V.

Tarate.

Ali Mukti, Ilmu Perbandingan Agama. 1991. Tiara Wacana: Yogyakarta

-------------------2004. Metodologi Ilmu Agama Islam, dalam Taufik

Abdullah, ed. Metodologi Penelitian Agama. Tiara

Wacana:Yogyakarta

Arikunto,Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta:Bhineka Cipta.

A Sirry, Mun‟in. 2003. Membendung Militansi Agama. Jakarta:Erlangga

Darajad, Zakiyah.1983. Ilmu Fiqh.Jakarta:Direktorat Pembinaan

Perguruan Tinggi Islam.

______________. 1979. Kesehatan Mental.Jakarta:Gunung Agung.

______________. 1959. Problema Remaja di Indonesia:Bulan Bintang.

Dain Indrakusuma,Amir.1973.Pengantar Ilmu

Pendidikan.Malang:Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang.

Din Zainudin. 2005. Pendidikan Budi Pekerti dalam Perspektif

Islam.Jakarta:Al-Mawardi.

Dister ofm, Nico Syukur. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama.

Yogyakarta:Kanisius (Anggota IKAPI)

Gunarsa, Singgih. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja:Libri.

Hadi, Sutrisno.1984.Metodologi Research.Bandung:Mizan.

88

Hasyim, Umar.1979.Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam

Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama.Surabaya.

Husein,Nabhan. 1987. Kebangkitan Kebudayaan Islam. Jakarta

Pusat:Media Da‟wah

Ishamuddin.2002.Pengantar Sosiologi Agama.Jakarta:Ghalia Indonesia.

J Maelong, Lexy.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif:PT Remaja

Posdakarya

Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.1982:Golden

Terayon Press.

Kartini, Kartono.1987.Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya.

Lalu, Yosef. 2010. Makna Hidup Dalam Terang Iman Katolik.

Yogyakarta:Kanisius (Anggota IKAPI)

Mahali, Mudjab Ahmad.2003.Hadist Hadist Muttafaqalai Bagian

Ibadah.Jakarta:Jakarta Kencana.

Muin, Abdul.Toib Thahir.1986.Ilmu Kalam. Jakarta:Bulan Bintang

Nasution, S.2002. Metodologi Penelitian Naturalistik – Kualitatif.

Nurcholish Madjid, Cita-Cita Masyarakat Islam Era Reformasi, Jakarta:

Paramadina, 1999

Kementrian Agama RI. 2011.Alqura’n Tajwid dan Terjemah.

Jakarta:Cahaya Qur‟an

Suryan A Jamarah, M Thalib.1986.Toleransi Beragama dalam

Islam.Yogyakarta:PD Hidayah.

Syafaat, A‟at.2008.Peranan Pendidikan dalam Islam.

Uhbiyati, Nur.2009.Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam

Kandungan sampai Lansia.Semarang:Walisongo.

89

Wirawan Sartono, Sarlito.1987.Pengantar Umum Psikologi.Jakarta:Bulan

Bintang.

Yasmadi.2005.Modernisasi Pesantren:Kritik Nurcholis Majid Terhadap

Pendidikan Islam Tradisional.Ciputat:Quantum Teaching.

Zuhairini.2006.Quo Vadis Pendidikan Islam.Malang:Mudja Raharja UIN

Malang Press.

PEDOMAN WAWANCARA

1. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan orang lain,

akan tetapi pada kenyataannya tidak bisa di pungkiri bahwa dalam

berinteraksi ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Apakah

dalam kehidupan sehari-hari anda bisa menghargai, menghormati,

menyayangi terhadap sesama? Bagaimana caranya?

2. Jika ada orang lain yang sedang melaksanakan ibadahnya menurut

agama dan kepercayaan tersebut disekitar lingkungan anda, apa anda

memberikan kebebasan atau kesempatan untuk mereka melaksanakan

ibadahnya? Mengapa anda memeberikan kesempatan dan kebebasan

tersebut?

3. Jika ada tetangga atau teman yang sakit parah dan berbeda agama

dengan anda apakah anda menjenguk?

4. Jika ada orang lain yang meninggal dunia, tetapi orang tersebut tidak

seagama, apakah anda berta‟ziah kepadanya atau keluarganya?

5. Apa yang membuat anda dapat menghargai atau bertoleran dengan

teman antar sesama anda?

DOKUMENTASI

*Kegiatan para remaja olah raga bersama setiap minggu sore

*Kegiatan gotong royong dalam pembangunan jalan para remaja dan warga

* Pertemuan rutin setiap 1 bulan sekali minggu pertama

*Kegiatan pengajian akbar setiap satu tahun sekali

*Piknik bersama para remaja dusun celengan di pantai parang tritis

yogyakarata setiap satu tahun sekali

* Kegiatan remaja Dusun Celengan dalam acara HUT RI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Fadhulil Jannah

Tempat, Tanggal Lahir : Lahat, 02 Juni 1990

Domisili : Macanan- Salatiga

Jenis Kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Kawin

Tinggi atau Berat Badan: 159 cm/45kg

e-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

1998 – 2003 MI Perguruan Mua‟llimat Cukir Jombang

2004 – 2006 Mts Perguruan Mua‟llimat Cukir Jombang

2007 – 2009 MAN Salatiga

2010 – 2015 Program Sarjana (S1)Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Stain

Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam.dengan Indeks Prestasi

Kumulatif

PENGALAMAN ORGANISASI

- Anggota Kepengurusan Pondok Pesantren Darul Falah II Cukir Jombang

menjabat sebagai Sie Kependidikan tahun 2005

- Anggota Kepengurusan Osis menjabat Sebagai Keaamanan tahun 2005

- Anggota SKI Madrasah Aliyah Negri Salatiga tahun 2008

- Anggota PMR Madrasah Aliyah Negri Salatiga tahun 2008

- Anggota Kepengurusan Teater madrasah Aliyah Negri Salatiga tahun 2009

menjabat sebagai Sie Humas

- Anggota JQH STAIN Salatiga Tahun 2010

- Anggota Kepengurusan KOPMA FATAWA Stain Salatiga Tahun 2013

menjabat sebagai Devisi Networking Of Coopreneurship