Pendidikan Pancasila, Kompas

5
Tugas PKN, Pendidikan Pancasila, Kompas.  Nama : Abi Sya'id  NIM : 0102510004 Memang sudah saatnya bagi bangsa indonesia untuk kembali menerapkan dan mengaplikasikan serta membangkitkan semangat pancasila di mulai dari pendidikan dari dini, Kurikulum memang perlu adanya suatu perubahan, namun perubahan ke arah yang lebih baik tentunya, dengan tidak lupa mengikuti perkembangan zaman sehingga pendidikan Pancasila atau apapun itu namanya akan selalu fleksibel untuk semua zaman. Bukan perubahan yang berada di tangan penguasa yang dengan seenak hatinya menjadikan Pancasila sebagai alat kekuasaan. Penamaan pun menjadi suatu yang krusial dalam hal ini, penamaan yang selalu berubah mempunyai sisi positif dan negatif, di satu sisi mungkin  perubahan nama perlu sehingga menimbulkan kesan yang fleksibel, namun di sisi lain perubahan nama  pun menjadi suatu yang menunjukkan ketidakkonsistenan baik dari judul maupun isi. Mengenai Kevakuman Pancasila, proses ini terjadi karena asumsi publik yang sudah terbentuk negatif dan seperti alergi dengan Pancasila, yang selama masa orde baru dijadikan alat kekuasaan. Jangankan untuk mempelajarinya, bahkan untuk mendengarnya saja pun sinisme masyarakat sudah memblokade  pandangan dan wawasannya untuk pancasila. Tafsir dan pemahaman yang dipaksakan penguasa Orde Baru akan penjelasan Pancasila menjadikan wawasan masyarakat tertutup akan makna sesungguhnya dan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Maka kevakuman Pancasila menjadi wajar karena efek Trauma mungkin masih dirasakan oleh sebagian besar masyarakat yang telah mengalami masa orde  baru. Doktrinasi selama 32 tahun berhasil membuat sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan tidak mengetahui hakekat dan makna Pancasila yang sesungguhnya. Maka setelah tidur Panjang setelah 32 tahun tersebut agaknya Pemahaman tentang Pancasila sudah seharunya mulai dibangkitkan kembali, Ketika reformasi terjadi mungkin sangat sulit untuk membangkitkan Pancasila untuk menduduki tahta tertinggi sebagai Ideologi Bangsa, namun Sekarang sudah saatnya Pancasila bangkit dari tidur Panjangnya setelah kurang lebih 16 tahun berlalu sejak Orde Baru b erakhir . Mengilmiahkan Pancasila Setelah kurang lebih 16 tahun masa Orde Baru ber lalu, agaknya masyarakat Indonesia sudah semakin cerdas dan kritis dalam menyikapi masalah dan problematika yang ada pada Bangsa Indonesia, setiap kebijakan pemerintah selalu mendapatkan respon dari masyarakat. Pro & Kontra seperti menjadi sesuatu yang wajar. Nafas kebebasan berhembus dengan begitu mudah, Kebebasan mengeluarkan Pendapat, kebebasan mengeluarkan pemikiran & Ide, bahkan kebebasan untuk berserikat, bebas untuk di kumandangkan dan di praktikkan.  Namun Kebebasan tersebut terkadang terlalu jauh melewati batasan-batasan norma dan ideologi yang di anut bangsa Indonesia yakni Pancasila. Oleh karena itu perlu adanya rekonstruksi nilai nilai  pancasila, Perlu adanya suatu pengkajian terhadap pancasila, sehingga pancasila tidak hanya menjadi sekedar alat untuk kekuasaan atau kebebasan, namun juga menjadikan pancasila sebagai sesuatu yang ilmiah, sesuatu yang bisa dipelajari dan diteliti, sesuatu yang bukan merupakan doktrinasi fiksi serta memiliki fungsi. Pembahasan keilmiahan tidak melulu tentang konsep-konsep universal dan berhenti di situ saja, melainkan harus ada keter lanjutan baik di tataran operasional, maupun kontekstual s esuai dengan situasi, kebutuhan, dan pengalaman kebangsaan kita sendiri. Untuk mengilmiahkan Pancasila, dan menyadarkan pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, perlu adanya suatu pembelajaran dan penciptaan suasana keaktifan yang berpusat pada murid, murid bebas bertanya dan mengeksplor keingintahuan mereka akan apapun yang mereka pelajari termasuk Pancasila. Dan keaktifan murid pun sudah sewajarnya di imbangi dengan wawasan yang mendalam oleh sang pengajar akan Pancasila. Mampu mengaplikasikan Pancasila sebagai way of life dan menjadi teladan aplikatif bagi murid-muridnya. Pembahasan Pancasila tidak seharusnya selalu monoton, karena luasnya aplikasi dari Pancasila. Pancasila pun seharusya mampu dianalogikan menjadi sesuatu yang mudah di cerna oleh anak didik dan mampu membuat mereka tertarik dengan pancasila. Dengan kata lain perlu adanya suatu metode pembelajaran secara utuh dan menyeluruh, tidak bersifat parsial, serta mengaplikasikan  pancasila dengan tema-tema yang terintegrasi dengan pelajaran lain yang sedang dipelajari. Dan

description

pancasila

Transcript of Pendidikan Pancasila, Kompas

7/15/2019 Pendidikan Pancasila, Kompas

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-pancasila-kompas 1/4

Tugas PKN, Pendidikan Pancasila, Kompas.

 Nama : Abi Sya'id

 NIM : 0102510004

Memang sudah saatnya bagi bangsa indonesia untuk kembali menerapkan dan mengaplikasikan serta

membangkitkan semangat pancasila di mulai dari pendidikan dari dini, Kurikulum memang perluadanya suatu perubahan, namun perubahan ke arah yang lebih baik tentunya, dengan tidak lupa

mengikuti perkembangan zaman sehingga pendidikan Pancasila atau apapun itu namanya akan selalu

fleksibel untuk semua zaman. Bukan perubahan yang berada di tangan penguasa yang dengan seenak hatinya menjadikan Pancasila sebagai alat kekuasaan. Penamaan pun menjadi suatu yang krusial dalam

hal ini, penamaan yang selalu berubah mempunyai sisi positif dan negatif, di satu sisi mungkin

 perubahan nama perlu sehingga menimbulkan kesan yang fleksibel, namun di sisi lain perubahan nama pun menjadi suatu yang menunjukkan ketidakkonsistenan baik dari judul maupun isi.

Mengenai Kevakuman Pancasila, proses ini terjadi karena asumsi publik yang sudah terbentuk negatif 

dan seperti alergi dengan Pancasila, yang selama masa orde baru dijadikan alat kekuasaan. Jangankanuntuk mempelajarinya, bahkan untuk mendengarnya saja pun sinisme masyarakat sudah memblokade

 pandangan dan wawasannya untuk pancasila. Tafsir dan pemahaman yang dipaksakan penguasa Orde

Baru akan penjelasan Pancasila menjadikan wawasan masyarakat tertutup akan makna sesungguhnyadan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Maka kevakuman Pancasila menjadi wajar karena efek 

Trauma mungkin masih dirasakan oleh sebagian besar masyarakat yang telah mengalami masa orde

 baru. Doktrinasi selama 32 tahun berhasil membuat sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan tidak mengetahui hakekat dan makna Pancasila yang sesungguhnya.

Maka setelah tidur Panjang setelah 32 tahun tersebut agaknya Pemahaman tentang Pancasila sudah

seharunya mulai dibangkitkan kembali, Ketika reformasi terjadi mungkin sangat sulit untuk membangkitkan Pancasila untuk menduduki tahta tertinggi sebagai Ideologi Bangsa, namun Sekarang

sudah saatnya Pancasila bangkit dari tidur Panjangnya setelah kurang lebih 16 tahun berlalu sejak Orde

Baru berakhir.

Mengilmiahkan Pancasila

Setelah kurang lebih 16 tahun masa Orde Baru berlalu, agaknya masyarakat Indonesia sudah semakincerdas dan kritis dalam menyikapi masalah dan problematika yang ada pada Bangsa Indonesia, setiap

kebijakan pemerintah selalu mendapatkan respon dari masyarakat. Pro & Kontra seperti menjadi

sesuatu yang wajar. Nafas kebebasan berhembus dengan begitu mudah, Kebebasan mengeluarkanPendapat, kebebasan mengeluarkan pemikiran & Ide, bahkan kebebasan untuk berserikat, bebas untuk 

di kumandangkan dan di praktikkan.

 Namun Kebebasan tersebut terkadang terlalu jauh melewati batasan-batasan norma dan ideologi yangdi anut bangsa Indonesia yakni Pancasila. Oleh karena itu perlu adanya rekonstruksi nilai nilai

 pancasila, Perlu adanya suatu pengkajian terhadap pancasila, sehingga pancasila tidak hanya menjadi

sekedar alat untuk kekuasaan atau kebebasan, namun juga menjadikan pancasila sebagai sesuatu yangilmiah, sesuatu yang bisa dipelajari dan diteliti, sesuatu yang bukan merupakan doktrinasi fiksi serta

memiliki fungsi.

Pembahasan keilmiahan tidak melulu tentang konsep-konsep universal dan berhenti di situ saja,

melainkan harus ada keterlanjutan baik di tataran operasional, maupun kontekstual sesuai dengan

situasi, kebutuhan, dan pengalaman kebangsaan kita sendiri. Untuk mengilmiahkan Pancasila, dan

menyadarkan pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, perlu adanya suatu pembelajarandan penciptaan suasana keaktifan yang berpusat pada murid, murid bebas bertanya dan mengeksplor 

keingintahuan mereka akan apapun yang mereka pelajari termasuk Pancasila. Dan keaktifan murid punsudah sewajarnya di imbangi dengan wawasan yang mendalam oleh sang pengajar akan Pancasila.Mampu mengaplikasikan Pancasila sebagai way of life dan menjadi teladan aplikatif bagi

murid-muridnya. Pembahasan Pancasila tidak seharusnya selalu monoton, karena luasnya aplikasi dari

Pancasila. Pancasila pun seharusya mampu dianalogikan menjadi sesuatu yang mudah di cerna olehanak didik dan mampu membuat mereka tertarik dengan pancasila. Dengan kata lain perlu adanya

suatu metode pembelajaran secara utuh dan menyeluruh, tidak bersifat parsial, serta mengaplikasikan

 pancasila dengan tema-tema yang terintegrasi dengan pelajaran lain yang sedang dipelajari. Dan perumusan Pendidikan Pancasila kaitanya dengan Pembuatan Kurikulum harus berspektrum Luas dan

menjadi bagian dari stratregi pembangunan Nasional karakter-karakter sesuai dengan Pancasila.

7/15/2019 Pendidikan Pancasila, Kompas

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-pancasila-kompas 2/4

Sumber: Kompas 

[DIKBUD] Pendidikan Pancasila

Kompas Jumat,

26 April 2013Pendidikan Pancasila

Oleh Mohammad Abduhzen

Rancangan Kurikulum 2013 mengembalikan Pancasila seperti Kurikulum 1994, yaitu sebagai mata

 pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Keberadaan Pancasila dalam kurikulum senantiasa timbul tenggelam, bergantung pada situasi

kebangsaan. Pada Kurikulum 1968, di awal Orde Baru, Pancasila menjadi kategori pertama bidang pembelajaran hPembinaan Jiwa Pancasila h yang terdiri atas pendidikan agama, pendidikan

kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pendidikan olahraga.

Kurikulum 1975 \seiring menguatnya dominasi Orde Baru \menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Kurikulum ini disempurnakan pada 1984 dengan

menambahkan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), di samping PMP dan Sejarah. Tumpang

tindih pelajaran ini kemudian disederhanakan dalam Kurikulum 1994 dengan menyatukan PMP danPSPB jadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Ketika Reformasi tiba, Pancasila yang lama menjadi alat legitimasi turut mengalami deapresiasisehingga UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tak mewajibkan Pancasila ada

dalam kurikulum pendidikan. Karena itu, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK, 2004) dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), Pancasila raib dan PPKn menjadi Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn).

Kevakuman

Proses ideologisasi Pancasila semasa Orde Baru dengan tafsir dan asas tunggalnya telah memaksa

mayoritas masyarakat Indonesia berideologikan Pancasila secara semu. Praktik represif dan doktrinal

yang ditempuh justru menimbulkan sinisme terhadap Pancasila sebagai personifikasi penguasa. Maka,saat Orba jatuh, Pancasila seperti ikut melindap.

Sekarang, Pancasila mengalami kekosongan makna karena pemaknaan oleh Orde Baru berupaPedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) beserta 36 butir nilai-nilai seolah gosong. Kita

 perlu rekonstruksi tafsir yang mampu menerangkan bagaimana berbagai gagasan dalam Pancasila

saling berhubungan dan mampu mengantarkan bangsa ini pada kehidupan lebih baik, seperti janji

kemerdekaan.

Pada hari-hari ini, kita juga tak menyaksikan adanya upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila dan

kebangsaan secara mendasar dan sistemis. Memang ada upaya sosialisasi hEmpat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara h, tetapi \selain Pancasila sebagai pilar dipersoalkan \hanya sayup-sayup

sampai kepada publik. Barangkali kita tinggal mengandalkan kecakapan para guru mengajarkan

Pancasila di sekolah. Itu pun, sekarang ini, Pancasila diajarkan sebatas dasar administrasi negara.

Menguatnya semangat aliran belakangan ini di ranah politik dan sosial merupakan indikator kian

lemahnya apresiasi masyarakat terhadap Pancasila sebagai landasan hidup bersama. Kenyataan ini tak 

 boleh dibiarkan, dan seyogianya pemerintah serius merevitalisasi Pancasila.

Mengilmiahkan Pancasila

Butir penting untuk reaktualisasi yakni merumuskan konstelasi pembelajaran dan transformasi

nilai-nilai Pancasila dalam proses pendidikan.

Sebagai substansi pembelajaran, Pancasila selama ini dikenalkan lebih sebagai mitos ketimbang

sesuatu yang ilmiah. Keberadaan Pancasila seperti tak melekat dalam kesadaran dan hanya muncul

sebagai perilaku artifisial. Agar mengejawantah sebagai perilaku otentik, Pancasila harus diakarkan didalam pikiran dan ditumbuhkan sebagai sikap di dalam jiwa.

Karena itu, Pancasila perlu hdiilmiahkan h dengan mengobyektivikasi makna-makna normatif dan

simbolisnya secara logis-empiris. Pembahasan Pancasila harus mampu mengantarkan kita kepadasituasi logika dan fakta yang tak terelakkan sehingga pilihannya harus diterima.

7/15/2019 Pendidikan Pancasila, Kompas

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-pancasila-kompas 3/4

Pancasila, sebagaimana dinyatakan penggagasnya, adalah philosofische grondslag atau

weltanschauung, yaitu fundamen, filsafat, dan pikiran yang mendalam. Pancasila lahir sebagai antitesis

imperialisme dengan ide-ide besar seperti hpenjajahan di atas dunia harus dihapuskan h,kebinekaan/pluralisme, musyawarah, dan ketuhanan yang harus dijadikan realiteit.

Merealisasikan Pancasila sebagai landasan kehidupan bersama, yang dibutuhkan di alam modern ini,memerlukan argumen yang tak sekadar common sense, akal sehat. Setakat ini status epistemologis

Pancasila baru sebatas deskripsi tentang realitas dan cita-cita. Ini tergambar dari pidato Soekarno

tentang sila Ketuhanan: hbukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesiahendaknya bertuhan. h

Pembahasan Pancasila tidak cukup dan berhenti sebatas konsep-konsep universal, tetapi harus berlanjutke tataran operasional dan kontekstual berdasarkan situasi, kebutuhan, dan pengalaman kebangsaan

kita sendiri. Ibarat pohon, Pancasila tunduk pada hukum pertumbuhan universal, tetapi sejatinya ia

tetumbuhan tropis.

Reinterpretasi untuk reaktualisasi Pancasila telah dimulai Yudi Latif dengan karyanya Negara

Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila (2010). Yudi mengobyektivikasi

Pancasila dengan fakta historis dan pendekatan teoritis-komparatif, disusul gagasan rasional bagaimanasila demi sila seharusnya diaktualkan.

Pendidikan, tafsir, dan pemikiran tentang Pancasila perlu dikemas sedemikian rupa agar menjadinilai-nilai kepribadian (kompetensi) lulusan.

Problem metodologi

Selain persoalan substansi, pembelajaran Pancasila di sekolah sering kali terkendala faktor metodologi.

Pada satu sisi disampaikan terlampau akademis \diajarkan hanya sebagai fakta pengetahuan \dan pada

sisi lain terlewat ideologis (memaksakan nilai-nilai sebagai doktrin).

Pembelajaran harus menjadi upaya penyadaran pentingnya nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan

 bersama sebagai bangsa. Metode ini seharusnya dapat diturunkan dari UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1Ayat (1) yang menekankan pentingnya penciptaan suasana dan proses pembelajaran, keaktifan, dan

 berpusat pada murid. Sayangnya, rancangan Kurikulum 2013 tak mengelaborasi metode pembelajaran

secara utuh dan menyeluruh. Elemen perubahan terkait proses pembelajaran hanya menambahkan katateknis: hmengamati, menanya, dan mengolah h. Sementara pendekatan tematik-integratif dikhususkan

untuk SD karena sebelumnya pelajaran IPA akan diintegrasikan di semua kelas SD.

Pendidikan Pancasila mendatang potensial mengalami disorientasi karena ada reduksi dan kesenjanganlogika pada kompetensi kurikulum. Kompetensi inti sebagai sublimasi perolehan dari seluruh mata

 pelajaran mengerutkan fungsi pendidikan hanya dalam empat kategori yang rancu, yakni sikap

keagamaan, sikap sosial, pegetahuan, dan penerapan pengetahuan.

Sebagai tujuan akhir pembelajaran, kompetensi inti, selain tampak begitu miskin, juga menimbulkan

masalah tautan logis dengan kompetensi dasar dan sesi-sesi pembelajaran, terlebih untuk PendidikanPancasila. Menyaksikan situasi kebangsaan yang kian mengkhawatirkan akhir-akhir ini, perumusan

Pendidikan Pancasila harus berspektrum luas dan menjadi bagian dari strategi nation building.

Mohammad Abduhzen Direktur Eksekutif Institute for Education Reform Universitas Paramadina,Jakarta; Ketua Litbang PB PGRI

7/15/2019 Pendidikan Pancasila, Kompas

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-pancasila-kompas 4/4