Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

35
MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN Dosen : Yeria Allen. F., S. Kep. Ns. Oleh : Kelompok 7 1. Ayu Wahyuni 2. Depri Entoni 3. Didik Yogsano 4. Endang 5. Gressy Gazella 6. Miluwati Maria 7. Naveriana Nitsa 8. Yosia Martinus Kurniadi YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

Transcript of Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

Page 1: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN

Dosen : Yeria Allen. F., S. Kep. Ns.

Oleh :

Kelompok 7

1. Ayu Wahyuni

2. Depri Entoni

3. Didik Yogsano

4. Endang

5. Gressy Gazella

6. Miluwati Maria

7. Naveriana Nitsa

8. Yosia Martinus Kurniadi

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S-1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2013/2014

Page 2: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih

dan karunianya makalah pendidikan kesehatan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Walaupun ada beberapa halangan yang menggangu proses pembuatan makalah ini, namun

penulis dapat mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi para mahasiswa terutama yang berada

di STIKES Eka Harap yang masih kurang mengetahui tentang pendidikan kesehatan dengan

memberi materi tentang “Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan”. Sehingga di

harapkan dengan mempelajari makalah ini mahasiswa maupun pembaca lainnya bisa

mendapatkan tambahan pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap

adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa yang

akan datang. Akhir kata dari penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga menjadi bermanfaat bagi kita

semua.

Palangka Raya, 24 November 2012

(Penulis)

i

Page 3: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3

1.5 Metode Penulisan................................................................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Kebutuhan Belajar............................................................................. 4

2.2 Penegakan Diagnosis Keperawatan..................................................................... 9

2.3 Perencanaan Pendidikan Keperawatan ............................................................... 10

2.4 Implementasi Pendidikan Keperawatan .............................................................. 13

2.5 Evaluasi Pendidikan Keperawatan ...................................................................... 15

2.6 Dokumentasi Pendidikan Kesehatan ................................................................... 16

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 17

3.2 Saran .................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan kesehatan

dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang massing-masing. Menurut

Wood (1926), dalam definisi yang dikemukakannya (Hanlon, hlm. 578) yang dikutip

Tafal, (1984) mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan

pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan

dengan kesehatan individu, masyarakat, dan ras.

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang

dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan

kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat

prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu prosedur yang harus dicapai, tetapi

sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yag berubah secara dinamis, yang

didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru,

yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat.

Pendidikan Kesehatan dalam keperawatan saat ini sangatlah penting untuk

dipelajari bagi setiap perawat, mengingat bahwa saat ini dorongan zaman terus menuntut

agar perawat dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap klien. Banyak

masyarakat yang masih mengharapkan peningkatan pelayanan kesehatan dari cara kerja

perawat dalam melaksanakan pelayanan, dan tidak sedikit pula masyarakat yang masih

mengeluhkan akan kinerja perawat dalam meleksanakan pelayanan keperawatan kepada

klien. Pendidikan kesehatan juga bertujuan agar perawat dapat secara mandiri

melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien tanpa selalu bergantung pada orang lain.

Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya penulis yang berkutat di dalam

pemberi asuhan keperawatan bagi klien, mengkaji dan mencarikan solusi terbaik untuk

semua pihak.  Maka dari itu, penulis mencari informasi dan menyusun makalah

mengenai pendidikan kesehatan dalam keperawatan yang mudah-mudahan bisa menjadi

solusi. Hal ini pun merupakan salah satu upaya pemenuhan tugas mata kuliah “Ilmu

Keperawatan Dasar II “.

1

Page 5: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan

makalah ini adalah :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Pengkajian Kebutuhan Belajar?

1.2.2 Bagaimana proses dalam pengkajian kebutuhan belajar?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Penegakan Diagnosis Keperawatan?

1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Pendidikan Keperawatan?

1.2.5 Bagaimana cara dalam melakukan perencanaan pendidikan dalam keperawatan?

1.2.6 Apa yang dimaksud dengan Implementasi Keperawatan?

1.2.7 Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Pendidikan Keperawatan?

1.2.8 Apa yang dimaksud dengan Dokumentasi Pendidikan Kesehatan?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang pendidikan kesehatan

dalam keperawatan yang akan kami bahas dan uraikan dalam makalah ini.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengkajian kebutuhan belajar.

1.3.2.2 Untuk dapat mengetahui bagaimana proses dalam pengkajian kebutuhan

belajar pada keperawatan.

1.3.2.3 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penegakan diagnosis keperawatan.

1.3.2.4 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perencanaan pendidikan

keperawatan.

1.3.2.5 Untuk dapat mengetahui cara dalam melakukan perencanaan pendidikan

dalam keperawatan.

1.3.2.6 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan implementasi keperawatan.

1.3.2.7 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan keperawatan.

1.3.2.8 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan dokumentasi pendidikan kesehatan.

Page 6: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

3

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa, khususnya mahasiswa STIKES EKA HARAP agar dapat mengetahui tentang

Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan dan dapat mengaplikasikannya secara optimal

1.5. Metode Penulisan

Pada penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan pustaka. Pendekatan

yang dilakukan adalah dengan menggunakan studi pustaka yaitu mengumpulkan data

berdasarkan sumber-sumber tertulis tentang Pendidikan kesehatan dalam keperawatan.

Data dikumpulkan dari sumber tertulis yang didapatkan dari buku-buku yang ada

diperpustakaan STIKES Eka Harap dan hasil browsing dari blog-blog yang terpercaya di

Internet.

Page 7: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Kebutuhan Belajar

Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat

keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang dekat

dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakterisitik klien yang mungkin akan

mempengaruhi proses belajark, misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan

tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui wawaa, perawat juga

harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan klien.

Kebutuhan belajar dapat juga di identifikasi dari pernyatan klien terhadap perawat

tentang suatu hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.

2.1.1 Pengkajian Faktor Predisposisi

2.1.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan

Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan

seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isi pendidikan kesehatan dan

pendekatan yang harus digunakan. Pernyataan yang di ajukan hendaknya sederhana.

Pada klien lanjut usia(lansia), pernyataan di ajukan dengan perlahan dan diulang.

Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji melalui observasi

ketika anak melakukan aktivitas atau bermain, sehingga perawat mendapat data

tentang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya.

Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan bagaimana

mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan informasi kepada

perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai masalahnya dan

pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi ini dapat memberi

petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat serta sumber-sumber lain

yang dapat digunakan oleh klien.

Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut,

dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencan

pendidikan kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah

kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ

tubuh, tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.

4

Page 8: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

5

Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktek-praktek tersendiri.

Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan,

kebiasaan mempertahankan kebiasaan menangani keadaan sakit, serta gaya hidup.

Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh

menaruk asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dan kultur tertentu

mempunyai kebiasaan yang sama karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu,

perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.

Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.

Bagaimana pun perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencaan

pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien

dengan tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk

dilaksanakan.

Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangt penting untuk diketahui.

Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang

dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu

dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi

dengan cara melakuan secara aktual dan menemukan bagaimana cara-cara

mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan

membaca sesuatu yang di presentasikan oleh orang lain. Perawat perlu menuangkan

waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan mengidentifikasi gaya

belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-

cara belajar klien. Menggunakan variasi teknik mengajar dan variasi aktivitas selama

mengajar adalah jalan yang baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien.

Sebuah teknik akan masalah efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan

cocok untuk kilen dengan gaya belajar yang berbeda.

Perawat perlu mengkaji sistem pendukung klien untuk menentukan siapa saja

sasaran pendidikan kesehatan yang mungkin dapat mempertingi dan mendorong

proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat membantu

klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan mempertahankan perubahan

gaya hidup yang diperlukan klien.

Page 9: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

6

2.1.1.2 Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap untuk belajar

klien. Contohnya : status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain yang

mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien terhadap kapasitas fisik untuk

belajar dan aktivitas perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar

memberi pengaruh besar terhadap pemilihan subtansi dan pendekatan dalam

mengajar. Fungsi sistem muskuloskelet mempengaruhi kemampuan keterampilan

psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas dapat juga mempengaruhi

kapasitas klien untuk melakukan aktivitas.

2.1.1.3 Pengkajian Kesiapan Klien Untuk Belajar

Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak

siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya melalui

bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang pada

umumnya menunjukan ketertarikan. Di lain pihak, klien tidak siap belajar biasanya

lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapaan fisik penting dikaji

oleh perawat, apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus terhadap

status fisiknya misalnya nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau hal lain. 3 hal yang

perlu dikaji oelh perawat dalam kesiapan klien untuk belajar adalah sebagai berikut :

2.1.1.3.1 Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien

dalam keadaan cemas, defresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan

kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar.

Perawat tidak dapat memaksakan, tapi harus menunggu sampai keadaan

klien memungkinkan menerima proses pembelajaran.

2.1.1.3.2 Kesiapan kognitif. Dapatkah kilen berpikir secara jernih? Apakah klien

dalam keadaan sadar penuuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang

mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji

2.1.1.3.3 Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa

saling percaya dengan perawat? Atau kah klien belum mau menjalin

komunikasi karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling

percaya antara perawat dengan klien menentukan komunikasi dua arah yang

diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Page 10: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

7

2.1.1.4 Pengkajian Motivasi

Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keingina

belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi ransangan atau jalan

untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam

mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi

seseorang dapat dipengaruhi masalah keuangan, penolakan terhadap status kesehatan,

kurangnya dorongan dari lingkungan sosial, pengingkaran terhadap penyakit,

kecemasan, ketakutan, rasa malu, atau adanya konsep diri yang negatif. Motivasi juga

dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. Contohnya motivasi belajar seorang pria

setengah baya dinyatakan hipertensi dan mulai mendapat anti hipertnsi untuk

mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan rendah, jika teman dekatnya

menceritakan bahwa ia impoten setelah mendapat pengobatan yang sama.

Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari pengkajian

kesehatan secara umum atau diangkat sebagai masalah yang spesifik. Seorang perawat

ketika mengkaji motivasi dan kemapuan klien harus betul-betul mengerti sepenuhnya

subyek belajar. Motivasi memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukan secara

verbal atau juga secara non verbal.

2.1.1.5 Pengkajian Kemapuan Membaca

Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap langkah

kehidupan, pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial ekonomi. Penampilan

seseorang dan pengguanaan bahasa tidak mengidinkasikan bahwa ia mampu membaca

dan menulis. Banyak orang dengan kemapuan membaca dan menulis rendah memiliki

intelegensi rata-rata dan berbicara dengan baik.

Bagaimana seorang perawat dapat menentukan tingkat kemapuan membaca

klien? Melakukan pengujian secara langsung adalah cara yang terbaik, tetapi sering

sulit dipraktikan. Berikut ini dijelaskan cara mengkaji tingkat kemampuan membaca

klien.

2.1.1.5.1 Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; berikan sesuatu untuk dibaca

dan minta klien menjelakan apa yang dibacanya dengan mengguinakan

bahasanya sendiri. Jika memungkinkan, tawarkan pada klien beberapa

pilihan cara belajar(membaca, menonton/melihat, atau mendengarkan). Jika

Page 11: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

8

ragu-ragu, gunakan materi bacaan yang mudah dan jika seseorang dalam

keadaan stres sebaiknya dimulai dengan metri sederhana, baru kemudian

ditambahkan yang lebih kompleks.

2.1.1.5.2 Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat kemampuan membaca

klien terhadap materi pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat

ditentukan kesesuaian materi untuk populasi yang akan membacanya.

Berikut ini disajikan cara menentukan tingkat kesiapaan daripada materi

tertulis dengan menggunakan indeks SMOG.

“Untuk menentukan tingkatan materi bacaan, untuk belajar klien, pilihlah

30 kalimat dalam bacaan. Ambilah 10 kalimat dari bagian awal, 10 kalimat

dari bagian tengah, dan 10 kalimat dari bagian akhir bacaan. Hitunglah

semua kata yang mengandung 3 atau lebih suku kata(Syllabes), kemudian

jumlahkan. Kemudian temukan jumlah tersebut di dalam daftar di bawah ini

dan baca menyilang untuk menemukan tingkat/grade bacaan/materi

bacaan.”

Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi pendidikan

kesehatan untuk klien, maka lakukanlah:

2.1.1.5.2.1 Gunakan kata-kata yang lebih pendek

2.1.1.5.2.2 Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata

2.1.1.5.2.3 Tulis kalimat-kalimat pendek

2.1.1.5.2.4 Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan

2.1.1.5.2.5 Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan

2.1.2 Pengkajian Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk

menampilkan perilaku sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada,

personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa.

Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien: apakah biaya,

jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien untuk melakukan

perubahan perilaku perlu diketahui, karena dengan mengetahui sejauh mana klien

Page 12: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

9

memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi perencana pendidikan

kesehatan dapat diperoleh.

2.1.3 Pengkajian Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepda tujuan

dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya,

penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga. Di dalam

pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari guru, teman sebaya,

pimpinan sekolah dan keluarga. Apakah faktor penguat itu positif atau negatif

tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh. Pengaruh itu tidak

sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat dibandingkan dengan

yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Perawat perlu mengkaji secara

cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran pendidikan kesehatan

mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapatkan umpan balik yang

mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

2.2 Penegakan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar dikelompokkan

dibawah kategori kurang pengetahuan. Definisi kurang pengetahuan adalah : pernyataan

pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat memahami, tidak dapat belajar,

dan tidak dapat menunjukan pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan

kesehatan yang penting untuk mempertahankan kesehatan (NANDA). Karakteristik

definisi tersebut adalah : adanya pengungkapan secara verbal tentang masalah;

keakuratan penampilan dalam suatu uji; ketidak seseuaian perilaku atau adanya perilaku

berlebihan, misalnya histeria, permusuhan, agitasi, apatis. Faktor-faktor yang

berhubungan atau menjadi penyebab dari kurangnya pengetahuan mencakup kurangnya

keterpaparan informasi; kurang mengulang pelajaran, adanya kesalahpenafsiran;

keterbatasan pengetahuan; kurangnya ketertarikan dalam belajar; tidak familiernya klien

dengan sumber informasi.

Sebagai contoh diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh North Americans

NursingDiagnosis Association adalah sebagai berikut.

Page 13: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

10

1. Kurang pengetahuan: diet rendah kalori berhubungan dengan tidak punya

pengalaman.

2. Kurang pengetahuan: diet Diabetes Melitus berhubungan dengan tidak familiernya

diri dengan program yang harus diikuti.

3. Kurang pengetahuan: perawatan pra operasi berhubungan dengan belum adanya

pengalaman menghadapi prosedur pembedahan.

4. Kurang pengetahuan : efek pengobatan berhubungan dengan belum adanya

perbedaan bahasa dan kesalahan penafsiran informasi.

5. Kurang pengetahuan : bahaya keamanan dirumah berhubungan dengan adanya

penolakan terhadap penurunan kesehatan dan kurangnya ketertarikan untuk belajar.

6. Kurang pengetahuan : penyalahgunaan zat berhubungan dengan kurangnya

ketertarikan dalam mempelajari informasi

Cara lain untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar klien adalah menuliskan

kurang pengetahuan sebagai etiologi atau bagian kedua dari pernyataan diagnosis

keperawatan. Sebagai contoh:

2.1.4.1 Resiko tinggi terjadinya gangguan proses menjadi orangtua berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi dan menyusui.

2.1.4.2 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam

hal penyakit seksual menular dan pencegahannya.

2.1.4.3 Resiko tinggi terjadinya injuri/rudapaksa berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan dalam teknik pengunaan tongkat untuk berjalan.

2.1.4.4 Resiko tinggi terjadi penularan tuberkulosis paru pada anggota keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dalam hal cara-cara dan

pencegahan penularan.

2.3 Perencanaan Pendidikan Keperawatan

Pengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan sejumlah langkah.

Melibatkan klien saat perancanaan dapat meningkatkan terciptanya perencanaan yang

berguna dan merangsang motivasi klien. Klien yang membantu merumuskan

perencanaan pengajaran akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Page 14: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

11

2.3.1 Menentukan Prioritas Pengajaran

Kebutuhan belajar klien harus diurutkan berdasarkan prioritas. Perawat dan klien

hendaknya melakukan bersama-sama. Salah satu yang menjadikan kriteria yang

diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan belajar yang

telah diidentifikasi. Sebagai contoh seseorang yang ingin mengetahui segala sesuatu

tentang penyakit jantung koroner mungkin tidak siap untuk mempelajari bagaimana

mengubah hidupnya sampai pada saat dia menemukan kebutuhan untuk belajar tentang

penyakit tersebut; atau, contoh lain, seseorang yang baru dinyatakan mengidap penyakit

Diabetes Melitus akan mau mengatur pola diet sesuai dengan yang dianjurkan sebelum

ia tahu bagaimana pengaruh diet tersebut terhadap status gula darah dan kesehatannya.

Perawat juga dapat mengunakan kerangka pikiran lain, seperti hierarki kebutuhan

menurut teori Maslow untuk menetapkan prioritas belajar. Jika klien adalah sebuah

keluarga, kelompok, atau komunitas yang lebih besar, penentuan prioritas belajar

hendaknya secara lebih luas mempertimbangkan faktor lain yang telah dikaji yakni,

faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat. Khusus untuk memprioritaskan

pengajaran dikeluarga, skala prioritas yang dikembangkan oleh Bailon dan Maglaya

(1988) dapat dipergunakan. Kriteria untuk memprioritaskan pengajaran didalam

komunitas antara lain adalah: kesadaran komunitas terhadap masalah; motivasi

komunitas untuk memecahkan masalah ; kemampuan perawat untuk mempengaruhi

pemecahan masalah ; berat serta konsekuensi jika masalah tidak terpecahkan

(Goeppinger and Shuster,1988).

2.3.2 Menetapkan Tujuan Belajar

Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada proses asuhan

keperawatan. Ketika menetapkan hal ini, baik sekali diingat mengenai tiga ranah belajar

yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan belajar yang dirancang dengan baik

akan menuntun perencanaan tentang isi atau substansi, metode,strategi, aktivitas, dan

perencanaan metode evaluasi belajar.

Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah sebagai

berikut:

2.3.2.1 Tujuan belajar dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang dikehendaki,

contohnya : klien dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan teknik

Page 15: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

12

pemberian ASI dengan benar (psikomotor), klien dapat menjelaskan alasan ia

harus makan dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya lebih sering (kognitif),

klien dapat menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman setelah pemerian

obat(afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku perawat, misalnya :

perawat tidak mengajari klien tentang diet.

2.3.2.2 Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur.

Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan disekitar tempat tidur.

2.3.2.3 Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk mengklarifikasi

dimana, kapan, atau bagaimana perilaku yang ditampilkan. Contohnya klien

dapat berjalan diujung tempat tidur keujung lainnya tanpa menggunakan

tongkat pembantu.

2.3.2.4 Dalam tujuan harus tercakup kriteria waktu yang spesifik. Contohnya: klien

akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi kadar gula darah. Pada akhir

diskusi kedua, klien dapat mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam

dosis dan cara yang benar sebelum pasien dipulangkan.

2.3.3 Memilih Substansi atau isi materi harus dipilih

Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai, atau

dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan dengan baik harus

diseleksi dari berbagai sumber informasi. Pengetahuan yang dibutuhkan perawat dapat

diperoleh melalui pendidikan, buku, jurnal keperawatan, dan perawat lain atau dokter

atau anggota tim pelayanan kesehatan lainnya. Sumber yang dipilih hendaknya: akurat,

terbaru, didasarkan atas tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya, dan

kemampuan, konsisten, serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan sumber

daya yang mungkin untuk mengajar

2.3.4 Memilih Strategi BelajarMemilih metode belajar hendaknya cocok untuk individu, cocok dengan materi

yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagi faktor lain perlu

diperhitungkan. Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai dengan mudah melalui

tahap muka satu persatu antara perawat dengan klien., tetapi yang lain dapat dengan

mudah dicapai dengan dikosi kelompok. Sebagai contok, jika tujuan belajarnya adalah:

“Klien dapat mengganti balutun kakinya dengan teknik steril” , diskusi kelompok tidak

mungkin diadakan. Metode yang cocok untuk itu adalah metode privat yang disarankan

Page 16: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

13

oleh perawat. Di lain pihak jika tujuan belajarnya adalah “Klien dapat mendiskusikan

perasaannya tentang bagaimana kembali ke rumah setelah mengalami serangan

jantung” , tujuan akan lebih mudah dicapai dengan diskusi kelompok dengan klien lain

yang mempuyai perasaan yang sama.

2.3.5 Memilih Alat Bantu Mengajar

Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab selanjutnya. Alat bantu mengajar

membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk berhubungan dengan manusia.

Alat ini baik sekali digunakan untuk menambah atau menguatkan mengajar dengan

srategi tatap muka. Alat bantu mengajar sanagat ditentukan oleh tujuan belajar yang

hendak dicapai. Oleh karena itu, pilihan alat bantu secara hati-hati, liat kembali

kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu.

2.3.6 Membuat Rencana Evaluasi

Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perancanaan pelaksanaan kegiatan

pelaksaan kegiatan kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan

indikator apa yang akan dicapai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:

2.3.6.1 Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah

dijadwalkan dalam perancanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam

pelaksaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu peraga.

2.3.6.2 Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan

pendididkan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadi perubahaan

pengetahuan, sikap, dan tindakannya.

2.4 Implementasi Pendidikan Keperawatan

Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai rencana pengajaran,

karena perencanaan mungkin membutuhkan perbaikkan. Memplementasi rencana

mengajar memerlukan ketrapilan personal, seperti teknik komunikasi. Perawat dapat

memfasilitsi proses belajar klien melalaui pendekatan yang ramah dan hangat.

Penampilan sikap perawat memiliki efek yang besar dibandingkan dengan faktor-faktor

lain. Dibawah ini adalah petunjuk yang dapat membantu perawat ketika

mengimplementasikan rencana pengajaran.

Page 17: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

14

2.4.1 Waktu yang oktimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien yang

belajar. Sebagian klien memilih waktu terbaik untuk belajar pada pagi hari,

sebagian harinya pada sore hari. Jika memungkinkan, tannyakan pada klien untuk

membantu, memilih waktu yang terbaik.

2.4.2 Kecepatan dari setiap sesi juga mempengaruhi belajar. Perawat hendaknya

sensitif terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah mengajar terlalu lambat

dan cepat. Jika kalian nampak bingung atau tidak memahami materi ketika

ditanya, mengkin hal itu karena perawat mengajar terlalu cepat. Jika kalien

tampak bosan dan kehilangan perhatian, kecepatan atau langkah-langkah

mungkin terlalu lambat, atau periode waktu belajar terlalu lama sehingga klien

merasa lelah.

2.4.3 Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar. Lingkungan yang

bising akan mengurangi kosentrasi, sedangkan lingkungan yang yaman dapat

meningkatkan belajar.

2.4.4 Alat bantu mengajar dapat membantu perkembanagan belajar dan mampu

memfokuskan perhatian klien. Untuk membantu klien belajar rawat hendaknya

menggunakan alat bantu yang dapat digunakan klien. Sebelum mengajar, perawat

perlu memasanag semua peralatan dan alat bantu melihat, serta menyakinkan

bahwa semua peralatan berfungsi secara efektif.

2.4.5 Jika menemukan sendiri isi atau substansi, klien akan belajar lebih efektif. Cara

untuk meningkatkan belajar mencakup perangsangan motivasi dan perangsangan

pencarian sendiri, misalnya dengan memberikan tujuan belajar yang hendak

dicapai secara spesifik, realistik, memberi umpan balik, dan membantu klien

mamperoleh kepuasaan dari belajar. Perawat juga harus mendorong belajar

secara independen dengan mendorong klien menggali sumber-sumber informasi

yang dibutuhkan.

2.4.6 Melakukan pengulangan, sebagai contoh, merangkum isi substansi, mengatakan

dengan kata-kata lain, dan mendekatkan materi dari titik-titik lain kedalam satu

pemahaman dapat menguatkan belajar.

2.4.7 Materi dari yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan diliat secara

logis.

2.4.8 Menggunakan bahasa orang awam dapat meningkatkan komunikasi. Dengan

demikian batasi kata-kata yang artinya hanya diketahui oleh profesional bidang

kesehatan.

Page 18: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

15

2.5 Evaluasi Pendidikan Keperawatan

2.5.1 Evaluasi Belajar Klien

Evaluasi dilakukam selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

Klien, perawat dan orang-orang yang mendukung klien menentukan apa yang telah

dipelajari. Proses evaluasi ini sama seperti evaluasi terhadap pencapaian tujuan untuk

diagnosis keperawatan lain.

Metode terbaik untuk evaluasi tergantung pada jenis belajar. Dalam belajar, aspek

kognitif , klien akan menunjukan kemahiran pengetahuan. Beberapa contoh alat

evaluasi untuk kognitif adalah : observasi langsung perilaku, misalnya dengan

mengobservasi klien dengan memilih cara-cara pemecahan yang menggunakan

pengetahuan yang baru, pengukuran dengan cara menulis, misalnya dengan

memberikan tas kepada klien, pernyataan secara oral, misalnya bertanya kepada klien

untuk menyatakan kembali informasi atau memperbaiki respon verbal atas suatu

pelayanan. Pengawasan dan pencatatan sendiri. Alat evaluasi tersebut digunakan

selama program lanjutan melalui telepon dan kunjungan rumah.

Evaluasi kemahiran aspek psikomotor yang terbaik adalahdengan mengobservasi

bagaimana klien melakukan prosedur, seperti mengganti balutan atau memandikan bayi

premature dirumah. Perawat sebaiknya memberikan umpan balik tentang apa yang

dilakukan klien.

Evaluasi sikap lebih sulit dilakukan. Apakah sikap atau nilai telah berubah menjadi

lebih baik mungkin dapat dinilai dengan cara mendengarkan respon klien terhadap

pertanyaan, mencatat bagaimana klien berbicara tentang subjek-subjek yang relevan,

dan dengan mengobservasi perilaku klien yang mengekspresikan perasaan dan nilai-

nilai.

Setelah dilakukan observasi, perawat mungkin menemukan hal-hal penting untuk

memodifikasi atay mengulang perencanaan pembelajaran jika tujuan tidak tercapai

atau hanya sebagian tujuan yang dapat dicapai.

Perubahan perilaku tidak selalu segera terjadi setelah belajar. Seringkali individu

menerima perubahan intelektual terlebih dahulu dan kemudian baru terjadi perubahan

perilaku secara periodik sehingga evaluasi harus dilanjutkan ketika klien sudah berada

dirumah dengan cara melakukan kunjumgan rumah atau melalui telepon.

Page 19: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

16

2.5.2 Evaluasi Mengajar

Evalusi mengajar adalah hal penting bagi perawat untuk menilai kemampuannya.

Hal itu sama saja dengan evaluasi keefektifan intervensi keperawatan untuk diagnoga

keperawatan lain. Evaluasi harus mencakup pertimbangan semua factor : waktu, strategi

mengajar, jumlah informasi, dan apakah mengajar cukup berguna. Perawat mungkin

menemukan hal- hal sebagai contoh bahwa klien telah kebanyakan informasi, telah

bosan, atau telah termotivasi untuk belajar lebih banyak. Keduanya, baik klien maupun

perawat, harus mengevaluasi pengalaman belajar. Klien dapat memberikan evaluasi

kepada perawat apa yang telah membantunya, apa yang menarik baginya dan lain-lain.

Perawat hendaknya tidak merasa bahwa pekerjaannya tidak efektif bila klien lupa

sesuatu.

2.6 Dokumentasi Pendidikan Kesehatan

Pendokumentasian proses belajar mengajar adalah hal yang sangat penting sebab

hal ini memberikan suatu legalitas pencatan bahwa mengajar telahdilakukan dan

dokumen ini merupakan alat komunikasi dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan.

Jika mengajar tidak di dokumentasikan, maka tidak ada legalitas. Hal lain yang penting

didokumentasikan adalah respons klien dan orang-orang yang mendukungnya. Apa yang

dilakukan klien atau keluarganya mengindikasikan bahwa proses belajar telah terjadi.

Dokumentasi hendaknya mencakup diagnosis keperawatan, tujuan belajar, topik, hasil

yang dicapai, kebutuhan mengajar tambahan dan sumber-sumber yang diberikan.

Mendokumentasikan rencana pengajaran juga mencakup elemen : informasi aktual dan

keterampilan berpikir, strategi mengajar yang digunakan dan kerangka kerja, waktu, dan

isi/substansi untuk tiap-tiap sesi.

Page 20: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan kesehatan di dalam keperawatan merupakan salah satunjenis

intervensi/tindakan yang ditujukan untuk memecahkan diagnosis keperawatan, yaitu

kurangnya pengetahuan klien. Melalui intervensi tersebut di harapkan klien dapat

memperluas pengetahuan, memperbiki sikap, serta mengubah perilaku yang tidak sehat

menjadi sehat. Sebagai intervensi, pendidikan kesehatan dapat dilakukan dalam upaya

keperawatan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, dengan

sasaran individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pendidikan kesehatan, sebagai suatu tindakan dalam keperawatan yang

menggunakan pendekatan proses, ditetapkan berdasarkan data-data hasil pengkajian

yang akurat terhadap aspek-aspek perilaku klien yang kemudian mendukung dianogsis

keperawatan. Tindakan tersebut didasarkan atas sebuah perencanaan keperawatan yang

ditetapkan bersama-sama dengan klien untuk memecahkan diagnosis. Namun,

perencanaan tindakan pendidikan kesehatan itu sendiri perlu diperinci secara lebih

lengkap karena prosedur tindakanya menyangkut proses belajar mengajar yang sangat

kompleks.

Seperti halnya intervensi keperawatan yang lain, hasil pendidikan kesehatan perlu

dievaluasi. Evaluasi di arahkan kepada tiga ranah, yaitu kognitif, efektif dan psikomotor

klien. Selain itu, evaluasi perlu dilakukan terhadap proses ajar mengajar agar perawat

senangtiasa terus meningkatakan kualitas layanan keperawatan, khususnya kualitas

tindakan keperawatan pendidikan kesehatan.

3.2 Saran

Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat,mahasiswa

calon perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui bagaimana

Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan Sehingga bisa menjadi acuan untuk

pembelajaran selanjutnya dalam keperawatan.

17

Page 21: Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan(Kel. 7)

DAFTAR PUSTAKA

Uha suliha dkk.(2001).Pedidikan Kesehatan Dalam Keperwatan.Jakarta: EGC

Notoatmodjo, soekidjo.(1989).Dasar-Dasar Pendidikan dan Latihan.BPKM-FKMUI Jakarta.

Dahlan M.(1984). Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar.cetakan ke dua

diponegoro.Bandung.

Syah M.(1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja

Rosdakarya.Bandung.