Makalah Kel 2 Kdk II Keperawatan
-
Upload
lailiyatur-rofiqo -
Category
Documents
-
view
23 -
download
4
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah Kel 2 Kdk II Keperawatan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam lingkup perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus
mampu memecahkan masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti bahwa
perawat harus mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak untuk
membuat penilaian kritis. Tindakan awal yang penting dilakukan seorang perawat ialah
melakukan pengkajian data untuk melaksanakan proses awal keperawatan.Pengkajian
keperawatan adalah proses sistematik dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data
tentang klien. Proses ini merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (lyer et al., 1996). Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan,oleh karena itu
pengakajian yang akurat, lengkap, dan sesuai kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan pada
pasien.
Setelah menyelesaikan pengkajian keperawatan, perawat melanjutkan pada
diagnosa keperawatan,yang merupakan penilaian klinis tentang respons
individu,keluarga,atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial atau
proses kehidupan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai lisensi
dan kompeten untuk mengatasinya. Alasan untuk merumuskan diagnosa keperawatan
setelah menganalisis data pengkajian adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
yang melibatkan klien dan keluarganya dan untuk memberikan arah asuhan keperawatan.
Pernyataan diagnosa keperawatan adalah hasil dari proses diagnostik selama perawat
menggunakan pemikiran kritis, diagnosa kepearawatan dikembangkan untuk
klien,keluarga, atau komunitaas dan mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi,
sosial dan spiritual yang didapatkan selama pengkajian.
1

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses dalam pengkajian keperawatan?
b. Bagaimana proses dalam diagnose keperawatan?
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami dan menerapkan pengkajian keperawatan yang baik dan benar.
b. Untuk memahami dan menerapkan diagnose keparawatan yang baik dan benar.
2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pengertian Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien (lyer at al., 1996). Menurut Kozier, dkk,1997,
pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang mencakup
pengumpulan data, penyusunan, validasi, dan pencatatan data. Sedangkan menurut
Rothrock.J.C, 2000, pengkajian dibagi dalam 2 bagian yaitu pengumpulan data dan
pengorganisasian data. Pengkajian dilakukan sebelum penetapan diagnose keperawatan.
Pengkajian merupakan proses yang kontinyu dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan. Contoh : pada tahap evaluasi pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil
strategi keperawatan yang telah dilakukan dan mengevaluasi pecapaian tujuan. Semua
tahap proses keperawatan tergantung pada pengumpulan data (informasi) yang lengkap dan
akurat.
2.1.2 Tahap-Tahap Pengkajian
Proses pengkajian mencakup empat tahap antara lain :
1. Pengumpulan data2. Penyusunan data3. Validasi data4. Pencatatan data
1. Pengumpulan Data
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang
berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan
dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis (terapis) atau
profesi kesehatan lainnya(Taylor, Lilis & Le Mone, 1996).
3

1) Tipe Data
a. Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan sendiri oleh perawat secara
independen tetapi didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan,
dan ide tentang status kesehatannya. Misalnya, penjelasan klien tentang nyeri, lemah,
frustasi, mual atau malu.Informasi yang diberikan sumber lainnya, misalnya dari keluarga,
konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan
pada pendapat klien. (Iyer et al., 1996, p.23)
b. Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur ((Iyer et al., 1996) . informasi
tersebut biasanya diperoleh melalui “senses” :2s(sight, smell) dan HT(hearing dan touch
atau taste) selama pemeriksaan fisik. Contoh data objektif : frekuensi pernapasan, tekanan
darah, edema, dan berat badan.
Focus pengumpulan data meliputi :
- Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
- Pola koping sebelumnya dan sekarang
- Fungsi status sebelumnya dan sekarang
- Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
- Resiko untuk masalah potensial
- Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Karakteristik Data
Pengumpulan data klien mempunyai karakteristik lengkap, akurat, nyata dan relevan.
a. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien.data yang
terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat.
b. Akurat dan nyata
Dalam pengumpulan data ada kemungkinan terjai slah paham. Untu mencegah hal
tersebut maka perawat harus berpikir akurasi dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya
apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya 4

validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Apabila perawat merasa kurang
jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus
berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.Dalam mendokumentasikan data
keperawatan, perawat menguraikan prilaku klien daripada memperkirakan atau
menginterpretasikan prilaku. (Iyer et al., 1996)
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya banyak menyita waktu, hal ini dapat
diantisipasi dengan membuat pencatatan data yang singkat,jelas dan relevan sesuai dengan
masalah klien dan situasi khusus.
Pengumpulan data adalah alat utama dalam pengkajian awal pasien dan merupakan
proses yang kontinyu untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk asuhan
keperawatan. Informasi dapat berubah karena adanya tambahan data dan karena adanya
tambahan data dan kerana ada perubahan kondisi pasien. Informasi tentang masalah-
masalah actual dan potensial dapat datang secara langsung dari pasien, anggota keluarga
atau teman, rekam medik, atau dari tenaga kesehatan lain. Data dipertimbangkan baik data
subjektif (apa yang dinyatakan langsung oleh pasien)atau data objektif (apa yang dilihat,
dicium, didengar, atau diraba oleh perawat). Data dapat diperoleh melalui wawancara,
pemeriksaan fisik, atau dengan membaca laporan (dalam hal ini bisa data laboratorium, foto
rontgen, catatan pengembangan, atau hasil dari konsultasi).
Data dasar adalah semua informasi tentang klien/pasien yang mencakup riwayat
keperawatan, pengkajian fisik, riwayat medis, pemeriksaan fisik, hasil-hasil laboratorium,
hasil riwayat diagnostic dan informasi yang didapat dari tenaga kesehatan lain seperti
dokter, ahli gizi, therapist fisik, okupasional dan pekerja social. Paa umumnya pengkajian
keperawatan yang komprehensif diperoleh saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit/fasilitas pelayanan kesehatan. Pengkajian data yang mendalam meliputi informasi
umum tentang pasien, informasi psikososial yang penting dalam perencanaan keperawatan,
riwayat sebelumnya, alasan masuk rumah sakit, deskripsi aktivitas hidup sehari-hari,
kesukaan pasien, dan pemeriksaan dari ujung kepala ke ujung kaki yang lengkap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi penyesuaian kondisi psikososioekonomi paisen terhadap
penyakitnya dan juga tentang persepsi dan harapan pasien.
5

Pengkajian khusus berfokus pada informasi yang diperlukan untuk memberikan
perawatan yang aman sebelum prosedur atau tindakan khusus. Untuk mengumpulkan data
secara akurat, pasien dan perawat harus secara aktif berpartisipasi. Parawat harus tanggap
terhadap faktor-faktor yang mengganggu pengumpulan data sehingga intervensi dapat
dilaksanakan dengan baik. Untuk faktor-faktor yang mengganggu dalam pengumpulan data
dapat dilihat pada tabel 8.1. dalam mengambil riwayat kesehatan pasien, perawat dapat :
1. Memperoleh data yang digunakan untuk membuat perencanaan keperwatan yang akan
datang
2. Membuat hubungan dengan pasien secara individual akan lebih menjamin terbuatnya
perencanaan secara individual yang lebih spesifik.
3. Memberi pengenalan yang lebih focus terhadap kesehatan dan perilaku yang
menyebabkan penyakitnya semakin berat.
Masalah dalam pengumpulan data
1. Ketidakmampuan perawat mengorganisir data dasar
2. Kehilangan data yang telah dikumpulkan
3. Data yang tidak relevan
4. Adanya duplikasi data
5. Mis persepsi data
6. Tidak lengkap
7. Adanya interpretasi data dalam observasi perilaku
8. Kegagalan dalam mengambil data dasar terbaru
Faktor-faktor yang mengganggu dalam pengumpulan data
FAKTOR PASIEN PENGARUH TINDAKAN KEPERAWATAN
Kesulitan bahasa Tidak mampu
mengkomunikasikan
informasi penting dengan
jelas
Menggunakan bahasa yang sederhana
dan jelas dengan pasien, kalau perlu
mengangkat penerjemah
Sangat cemas Gangguan informasi ;
bicara cepat dan inkoheren
Mencoba mengurangi tingkat
kecemasan paisen dengan bicara
lambat dan tenang, tekankan
6

pentingnya informasi yang akurat
untuk mendapatkan pertolongan yang
tepat.
Takut kalau
penyakitnya
menimbulkan
ketidakmampuan
fisik atau dapat
mengancam nyawa
Kemungkinan pasien akan
menyangkal gejala-gejala
tertentu atau secara sengaja
memberi fakta yang salah
Mengidentifikasi kesenjangan antara
pernyataan-pernyataan pasien dengan
penemuan-penemuan fisik atau data
dari sumber lain
Penyakit akut atau
nyeri
renpons jangka pendek,
perhatian utama adalah
adalah intervensi uuntuk
menghilangkan masalah
Memberikan intervensi yang
diperlukan sebelum memperoleh data.
Memberikan pertanyaan tertutup
untuk memperoleh data yang penting
Keterbatasan
kemampuan mental
Informasi mungkin tidak
akurat atau tidak dapat
dipercaya
Mendorong pasien untuk memberikan
informasi sebanyak mungkin yang
mampu diberikan
Ada pengalaman
yang tidak baik
dengan petugas
kesehatan pada masa
lalu
Menolak memberikan data
dengan meyakinkan “hal
tersebut tidak menolong
saya” atau “hal tersebut
tidak memberi yang baik
pada saya”
Minta kesempatan sekali lagi untuk
menolong pasien dan menunjukkan
kompetensi. Selain itu juga tunjukkan
sikap menghargai pemikiran dan
perasaan pasien
2. Penyusunan Data
Guna mendapatkan data secara spesifik, perawat menggunakan bentuk pengkajian
yang tersusun, yang disebut sebagai pengkajian keperawatan atau riwayat keperawatan.
Data yang dikumpulkan saat pengkajian sangat subyektif, untuk menghindari hal tersebut
diperlukan acuan yang dimodifikasi sesuai dengan status kesehatan fisik pasien.
7

a.Model Konseptual Keperawatan
Hampir seluruh institusi pendidikan keperawatan maupun perawatan kesehatan
membuat instrumen pengkajian yang terstruktur untuk institusinya. Banyak diantaranya
yang mengacu pada teori tertentu, salah satu contohnya adalah Pola Fungsi Kesehatan
menurut Gordon , suatu bentuk yang terdiri dari 11 fungsi pola kesehatan. Gordon
menggunakan bentuk kerangka kerja untuk menyusun data, sehingga perawat mampu
melihat pola-pola yang timbul.
Typology Gordon Untuk Pola Fungsional Kesehatan
No Pola Kesehatan Perilaku fungsional
1 Persepsi kesehatan dan
manajemen kesehatan
Menjelaskan pola persepsi pasien tentang kesehatan
dan bagaimana menanganinya.
2 Nutrisi dan metabolik Menjelaskan pola konsumsi makanan dan cairan
relatif terhadap kebutuhan metabolisme dan indikator
pola suplai nutrisi daerah sekitar.
3 Eliminasi Menjelaskan pola-pola fungsi ekskresi (BAB,BAK,
dan kulit)
4 Aktivitas dan olahraga Menjelaskan pola latihan, aktivitas, waktu senggang,
dan rekreasi
5 Perseptual dan kognitif Menjelaskan pola sensoris perseptual dan pola
kognitif
6 Tidur dan istirahat Menjelaskan pola-pola tidur, istirahat dan rekreasi
7 Persepsi diri dan konsep diri Menjelaskan pola konsep diri dan persepsi diri, misal;
kenyamanan tubuh, citra atau gambaran diri dan
keadaan perasaan
8 Peran dan hubungan Menjelaskan pola hubungan dan keterkaitan peran
9 Seksualitas dan reproduksi Menjelaskan pola kepuasan pasien dalam seksualitas 8

dan reproduksi
10 Koping dan toleransi
terhadap stres
Menjelaskan pola koping dan keefektifan pola
toleransi terhadap stres
11 Nilai-nilai dan kepercayaan Menjelaskan pola nilai-nilai, kepercayaan (mencakup
spiritual) atau tujuan yang merupakan petunjuk untuk
membuat pilihan atau keputusan.
b. Model Kesehatan
Perawat menggunakan model kesehatan dalam menolong pasien untuk
mengidentifikasi resiko-resiko dan untuk mengetahui kebiasaan gaya hidup dan perilaku
sehat, keyakinan, dan nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi kesehatan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut ini
Tabel Model Kesehatan
No Gaya Hidup dan Perilaku Sehat
1. Riwayat kesehatan
2. Evaluasi tentang kebugaran fisik
3. Pengkajian
4. Analisa terhadap stres dalam hidup
5. Keyakinan-keyakinan dalam kesehatan
6. Kesehatan spiritual
7. Hubungan-hubungan
8. Penilaian risiko kesehatan
c. Model Non Keperawatan
9

Bentuk kerangka dan model dari didiplin lain juga sering digunakan untuk
menolong dalam menyusun data pasien. Kerangka ini sering lebih sempit dari model yang
diperlukan oleh perawat, maka biasanya perawat akan menggabungkan model tersebut
dengan pendekatan-pendekatan lain untuk memperoleh riwayat yang lengkap.
Contoh:
1. Model sisitem tubuh dari medis.
2. Hirarki Maskow terhadap kebutuhan manusia.
3. Mengembangkan teori seperti periode usia menurut Havigrust dan tugas-tugas
perkembangan, usia tahap perkembangan menurut Freud, delapan tahap menurut
Erikson, fase-fase perkembangan kognitif menurut Piaget dan tahap-tahap
perkembangan moral dari Kohlberg.
3.Validasi Data
Validasi data adalah tindakan double check atau verifikasi data untuk
mengkonfirmasi bahwa data-data yang terkumpul akurat dan faktual. Validasi data
membantu perawat untuk:
1. Menjamin informasi yang lengkap.
2. Menjamin data obyektif dan subyektif disetujui.
3. Mendapat informasi tambahan yang telah diabaikan.
4. Untuk membedakan isyarat (cue) dari inferensi (kesimpulan).
Data yang dianggap sudah valid dan dapat diterima tidak perlu divalidasi sebagai
contohnya adalah tinggi badan, berat badan, data kelahiran, dan hasil laboratorium atau
pemeriksaan yang dapat diukur dengan skala pengukur yang akurat dan dapat diterima
secara faktual. Validasi dilakukan jika ada kesenjangan antara data yang diperoleh pada
anamnase keperawatan (data subyektif) dengan pemeriksaan fisik (data objektif), atau jika
dianggap ada pernyataan-pernyataan yang berbeda pada waktu pengkajian.
10

4.Pencatatan Data
Pada fase pengkajian yang lengkap perawat harus mencatat data yang akurat dan
penting yang mencakup semua data status kesehatan pasien. Data dicatat dalam fakta-fakta,
bukan dalam bentuk intepretasi data.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan oleh perawat adalah :
1. Banyaknya instrumen yang dikembangkan oleh institusi yang berbeda, ada
persamaan dan ada juga perbedaan diantara instrumen tersebut
2. Apa yang akan dilakukan jika perawat menemukan data pengkajian yang berbeda
dari data yang diperoleh tenaga profesional lain.
3. Keuntungan apa yang didapatkan oleh institusi jika ada komite yang daoat mebuat
policy, prosedur dan instrumen yang berhubungan dengan pengkajian pasien.
2.1.3 Sumber Data
1. Klien
Adalah sumber utama data(primer) dan perawat dapat menggali inormas yang
sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. perawat harus mampu mengidentifikasi
masalah ataupun kesulitan-kesulitan klien misalnya kondisi klien tidak mendukung
seperti kesadaran menurun, rasa nyeri, ketakutan ataupun pada klien gangguan jiwa.
Dalam hal ini perawat bisa mendapatkan data atau informasi tersebut kepada sumber
yang lain.
2. Orang terdekat
Informasi dapat diperoleh dari orang tua, suami, istri, anak, atau teman klien, jika klien
mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi.Hal ini dapat terjadi pada
klien anak-anak.
3. Catatan klien
Catatan klien ditulis oleh anggota tim kesehatan dapat dipergunakan sebagai sumber
informasi di dalam riwayat keperawatan. Untuk menghindari pengulangan yang tidak
perlu, sebelum mengadakan intraksi kepada klien,perawat hendaknya membaca catatan
klien terlebih dahulu.11

4. Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang
diperoleh dari terapis.Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang diokuskan pada
identifikasi patlogi dan untuk menentukan recana tindakan medis.
5. Konsultasi
Terkadang terapis harus berkosultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis dalam
menentukan diagnose medis atau merencanakan dan melakukan tindakan medis.
Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnose medis.
6. Hasil pemeriksaan diagnostik
Hasil-hasil pemeriksaan aboratorium da n tes diagnostic dapat membantu menetapkan
diagnose medis. Bagi perawat dapat membantu mengevaluasi keberhasilan dari
tindakan keperawatan.
7. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
Anggota tim kesehatan lain adalah para personil yang berhubungan denagn klien, dan
memberikan tindakan, mengevaluasi, dan menacatat hasil pada status klien. catatan
kesehatan terdahulu dapat dgunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
rencana tindakan keperawatan.
8. Perawat lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lain maka perawat harus meminta
informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumya. Hal ini dimaksudkan
untuk kesinambungan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
9. Kepustakaan
Untuk memperoleh data dasar klien yang komprhensif, perawat dapat membaca
literature yang berhubungan dengan masalah klien.hal ini dapat membantu perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat.
2.1.4 Metode Pengumpulan Data
Ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tahap pengkajian
yaitu komunikasi yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Teknik tersebut sangat
bermanfaat bagi perawat dalam pendekatan kepada klien secara rasional, sistematik dalam
mengumpulkan data, merumuskan diagnose keperawatan, dan merencanakannya.
12

1. Komunikasi
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah
komunikasi terapeutik adalah suatu teknik dimana usaha mengajak klien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup secara verbal maupun
nonverbal, empati dan kepedulian yang tinggi.Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka
atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien.teknik nonverbal meliputi
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan , dan kontak mata. Mendengarkan merupakan
suatu hal penting dalam pengumpulan data tapi sulit untuk dipelajari :
Unsur-unsur yang penting dalam mendengarkan secara aktif :
Memperhatikan pesan yang disampaikan dan menghubungkannyadengan yang
dipikirkan
Mengurangi hambatan-hambatan
Posisi duduk yang sesuai
Menghindarkan terjadinya interupsi
Mendengarkan penuh dengan perasaan terhadap setiap yang dikatakan klien
Memberikan kesempatan untuk istirahat kepada klien
Wawancara adalah menayakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan
wawancara dalam pengkajian data keperawatan yaitu : mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam mengidentikasi dan merencanakan tindakan keperawatan, meningkatkan
hubungan antara perawat dengan klien, membantu klien untuk mendapatkan informasi,
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjuttahap pengkajiannya.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang komplek dan memerlukan
kemampuan skill dan komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan.Riwayat keperawatan merupakan data
yang kusus dan data ini harus dicatat sehingga rencana tindakan perawatan dapat dibuat
sesuai dengan kebutuhan klien.
13

Tahapan wawancara atau komunikasi
Ada empat tahap dalam wawancara yaitu : persiapan, pembukaan atau perkenalan,
isi atau tahap, dan terminasi
1. Persiapan
Sebelum melakukan komunikasi kepada klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien.perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk
kepada klien, karena akan menganggu dalam hubungan saling percaya. Jika klien
belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa dan memberi
kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup.Hal ini penting sekali, karena klien
mempunyai hak dan wewenang untuk dirawat atau tidak.
2. Pembukaan atau perkenalan
Pada tahap ini, perawat dan klien memulai mengembangkan hubungan yang
terapeutik.Seorang perawat profesional yang memiliki perilaku yang baik sangat
membantu dalam menciptakan lingkungan kekeluargaan.Pendekatan perawat
hendaknya selalu memperhatikan respek kepada klien yang positif, hal ini sangat
penting dalam pembukaan komunikasi. Langkah pertama perawat dalam mengawali
wawancara adalah dengan memperkenalkan diri yaitu : nama, status, tujuan
wawancara, waktu yang diperlukan, dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan.
3. Isi atau tahap kerja
Wawancara dapat dilaksanakan dimana saja, dirumah sakit, klinik, nursing home, atau
rumah klien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi adalah sebagai berikut :
Fokus wawancara kepada klien
Mendengarkan klien dengan penuh perhatian
Menanyakan masalah klien paling utama dan menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti
Gunakan pertanyaan tertutup untuk memperoleh informasi yang spesifik dan gunakan
jika memerlukan informasi yang memerlukan penjelasan atau uraian dari klien
14

Diam, jika diperlukan, akan memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya tanpa harus terpotong oleh pertanyaan perawat yang
terus menerus
Sentuhan. Tujuan sentuhan dalam komunikasi adalah untuk memberikan dorongan
spiritual merasa diperhatikan, dan mempunyai teman.
4. Tahap terminasi
Tahap akhir dalam wawancara adalah penutupan atau terminasi.Pada tahap ini perawat
mempersiapkan wawancara untuk penutupan.Untuk itu klien harus mengetahui kapan
wawancara berakhir dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga
diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan
dapat mengambil kesimpulan bersama.
Metodologi Untuk Pengkajian Keperawatan
Elemen Aktivitas KeperawatanInteraksi perawat-klien Mengidentifikasi tujuan interaksi perawat-klien (misal: untuk
memberikan perawatan hygiene, memberikan makan melalui selang makan, berinteraksi dengan klien yang gelisah ).
Mengidentifikasi system penyelidikan sejalan dengan sub sisitem yang penting (misal: klien, perawat-klien, kelompok klien, komunitas).
Mengenali hubungan antara klien dan lingkungan yang mempengaruhi perilaku klien dan atau interaksi perawat klien.
Mengetahui tujuan dari setiap pengalaman keperawatan dan tipe klien untuk menyiapkan interaksi . sebagai contoh, mempraktikan keterampilan hygiene sebelum memberikan perawatan hygiene.
Mencatat perilaku perawat dan klien
Perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku dan karakteristik satu sama lain. Amati perilaku verbal dan non verbal sendiri untuk mengkaji pengaruhnya pada klien.
Menggunakan semua indra untuk mengamati secara akurat dan mencatat perilaku verbab dan non verbal klien.
Menggunakan alat dan instrument (stetoskop, termoneter, bagan tinggi atau berat badan ) untuk secara akurat mengukur perilaku dan tanda fisiologi.
Pertanyaan dan Kesimpulan
Mengajukan pertanyaan yang relevan untuk mengumpulkan lebih banyak data. Jangan pernah puas dengan jawaban sederhana. Contoh: Perawat : apakah anda merasa mual?
15

Klien :yaPerawat : katakan pada saya, kapan mual tersebut mulai anda rasakan; apakah anda mempunyai gejala lain?Waspadalah terhadap kesimpulan tentang perilaku diri anda sendiri: “kegelisahan saya timbul;” “klien dan saya tidak berkomunikasi dengan baik.” Jauhkan kesimpulan dari data. Gunakan pertanyaan tindak lanjut yang sesuai untuk mengklarifikasi. Klien berespons terhadap pertanyaan yang diajukan dan data lain dikumpulkan untuk mendukung atau menyangkal kesimpulan.
Mengidentifikasi pola Didasarkan pada pengetahuan dan data, identifikasi pola perilaku perawat dank lien. Pola perilaku tersebut serupa dengan diagnose keperawatan dan didefinisikan sebagai pola perilaku yang terjadi sepanjang waktu (misal: klien berjalan 4 mil sehari sebagai pola latihan yang teratur), atau pola dapat berupa kelompok perilaku (misal : klien merasa sesak napas, peningkatan frekuensi jantung, pernapasan cepat setelah melakukan latihan rutin yang menandakan buruknya toleransi terhadap aktivitas).
Mengidentifikasi pola yang negative dan positif. Pola yang positif dapat saja kekuatan spiritual klien; pola yang negative dapat berupa kebiasaan makan yang buruk. Penting artinya mempertahankan pola kesehatan yang positif juga mengurangi efek pola kesehatan yang negative.
Mengidentifikasi pola interaksi yang didasarkan pada pengamatan interaksi perawat-klien. Sebagai contoh, perawat mengajukan pertanyaan dan klien menjawab dengan frase satu kata tanpa kontak mata.
Menerapkan teori dan konsep
Konsep dan teori membantu untuk mendukung, menyangkal, atau memberikan makna pada pola yang diamati. Sebagai contoh, sambil memberikan medikasi peserta didik mengidentifikasi pola berduka atas kehilangan pasangan dari klien dan mendukung temuan dengan dokumentasi bahwa ekspresi rasa bersalah, menangis, dan kebiasaan makan yang buruk adalah tanda-tanda disfungsi berduka.
Pola yang teridentifikasi sebelumnya dikaji terhadap efek nyata atau potensialpada klien. Pola dengan efek negative pada kesehatan (misal: kepatuhan yang buruk untuk minum obat) dicatat. Pola yag secara positif mempengaruhi kesehatan (misal: melakukan tidur teratur yang cukup) ditelaah.
Juga pertimbangkan pola dari perilaku perawat atau interaksi klien-perawat yang mempunyai efek negative atau positif.
Validasi Dokumentasi interprestasi pola dari data dengan sumber yang dapat dipercaya (misal: literature, perawat lain, keluarga, professional perawatan kesehatan).
16

Jenis Teknik Wawancara
1.Teknik Mencari- Masalah
Wawancara mencari masalh potensial klien, dan pengumpulan data selanjutnya difokuskan
pada masalah tersebut. Sebagai contoh, perawat menanyakan pada klien tentang perubahan
yang dialamai dalam pencernaan, seperti kurang nafsu makan, mual, muntah, atau diare.
Jika klien mengatakan bahwa sebagian dari gejala ini dialaminya , perawat melanjutkan
dengan pertanyaan pemecahan masalah yang difokuskan pada [erubahan spesifik pada
pencernaan.
2. Teknik Pemecahan Masalah
Teknik ini difokuskan pada pengumpulan data yang lebih mendalam pada masalah spesifik
yang diidentifikasi oleh klien atau perawat (Ivey, 1988). Sebagai contoh jika klien
melaporkan bahwa muntah telah dialami selama 2 hari, perawat menanyakan apa pencetus
muntah pertama kalinya, apakah klien mengalami gejala lain, apakah terjadi setiap kali
klien makan atau minum dan bagaimana karakteristik muntah. Informasi tentang awitan,
faktor pemberat, gejala yang berkaitan, tindakan pereda yang telah klien coba, dan
keefektifan tindakan ini pada akhirnya memandu pemilihan perawat tentang intervensi
keperawatan.
3. Teknik Pertanyaan-Langsung
Wawancara pertanyaan-langsung adalah format tersruktur yang membutuhkan jawaban satu
atau dua kata dan seringkali digunakan untuk mengklarifikasi infomasi sebelumnya atau
memberikan informasi tambahan (Ivey, 1988). Contoh: “apakah anda mengalami nyeri
ketika muntah?” adalah sutau pertanyaan langsung. Dengan teknik ini, pertanyaan tidak
mendorong klien secara sukarela memberikan informasi lebih banyak. Tipe pertanyaan
seperti ini sangat berguna dalam mengumpulkan data biografi dari informasi spesifik
mengenai masalah kesehatan seperti gejala, faktor pencetus, dan tindakan pereda.
4.Teknik pertanyaan terbuka.
17

Wawancara pertanyaan terbuka ditujukan untuk mendapatkan respons lebih dari satu atau
dua kata. Teknik ini mengarah pada diskusi dimana klien secara aktif menguraikan status
kesehatan mereka. Metode ini guna menguatkan perawat-klien karena teknik ini
menunjukkan bahwa perawat ingin meluangkan untuk mendengarkan pikiran klien.
Contoh-contoh pertanyaan terbuka adalah, sebagai berikut:
1. “Perawatan kesehatan apa yang anda butuhkan?”
2. “Bagaimana perasaan anda?”
3. “Ceritakan pada saya apa makna kedatangan ke rumah sakit bagi anda?”
2. Observasi
Tahap kedua pada pengumpulan data adalah dengan observasi.Observasi adalah mengamati
perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
Kegiatan observasi mencakup aspek : fisik, mental, sosial , dan spiritual.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan dipergunakan untuk memperoleh data obyektif dari
riwayat keperawatan klien.focus pengkajian fisik yang dilakukan perawat adalah pada
kemampuan fungsional klien misalnya, jika ada klien dengan gangguan system pernafasan,
maka perawat mengkaji apakah gangguan terseut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Tujuan dari pengkajian fisik didalam keperawatan adalah untuk
menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan dan mengambil
data dasar untuk menentukan rencana tindakan perawatan.Yang terpenting disisni adalah
untuk menekankan kemampuan keterampilan pengkajian yang diperlukan oleh perawat
umum.
Ada empat teknik dalam pemeriksaan fisik :
1. Inspeksi 18

Adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Observasi
dilaksanakan dengan menggunakan indra pengelihatan, pendengaran dan penciuman
sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh
meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Pada inspeksi perlu
membandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
yang lainnya.
2. Palpasi
Adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba. Tangan jari-jari adalah suatu
instrument yang sensitive dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang :
temperature, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman , dan santai.
Tangan perawat harus dalam keadaan yang kering dan hangat serta kuku jari-jari harus
dipotong pendek.
Semua bagian yang nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir.
3. Perkusi
Adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri-kanan
pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara.Perkusi
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi jaringan.
suara yang dijumpai pada perkusi :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paru-paru, seperti
pneumonia
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada : adanya cairan dirongga pleura,
perkusi daerah jantung, dan perkusi daerah hepar.
Hipersonor atau timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong
seperti : daerah caverna – caverna paru, klien asma kronik terutama bentuk dada barel-
chest akan terdengar seperti ketukan benda-benda kosong, bergema.
4. Aukultasi
Adalah pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh
dengan menggunakan stetoskop.
19

Ada empat ciri-ciri suara yang perlu dikaji dengan auskultasi :
a. Pitch (dari suara yang tinggi kerendah)
b. Keras (dari suara yang halus ke keras)
c. Kualitas (meningkat sampai melemah)
d. Lama (pendek-menengah-panjang)
Suara tambahan atau tidak normal yang dapat di auskultasi pada jantung dan napas
meliputi :
a. Rales : bunyi yang dihasilkan oleh eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernapasan mengembang pada inspirasi (rale halus, sedang dan kasar). Sering terjadi
pada peradangan jaringan paru (pneumonia-TBC)
b. Ronci : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada inspirasi maupun ekspirasi.
Ciri khas ronci adalah akan hilang bila klien batuk. Sering dijumpai pada klien edema
paru.
c. Wheezing : bunyi musical terdengar “ngiii…ik” atau pendek “ngik” bisa dijumpai pada
fase inspirasi dan ekspirasi seperti pada penderita dengan bronchitis akut
d. Pleural friction rub : bunyi yang terdengar “kering” persis seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Sering terjadi pada klien dengan peradangan pleural.
Aspek Atau Pendekatan P.E (Physical Examination)
1. Head – to –toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan dari kepala ke kaki
: (keadaanumum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, genetalia, rectum, ektremitas, dan
punggung)
2. ROS (review of system) – system tubuh
Pada pendekatan ini perawat melakukan pengkajian system tubuh secara
keseluruhan informasi yang di dapat dari interview atau observasi membatu perawat untuk
menentukan system tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus. Adapun lingkup
mayor body system meliputi : (keadaan umum, TTV, sisitem pernafasan, system
20

cardivaskuler, system persyarafan, system ekskresi (renal), system pencernaan, system
musculoskeletal dan integument, serta system reproduksi)
3. Pola fugsi kesehatan (Gordon, 1982)
Dalam pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data secara
sistematis dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian
fisik pada masalah yang khusus. Pola fungsi kesehatan meliputi : (persepsi kesehatan-
penatalaksanaan, nurtrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-
pola perseptual, peran-pola perhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola
reproduktif, koping-pola toleransistres, dan nilai-pola keyakinan)
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.1 Pengertian Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perwata
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah. (a
Carpentino, 2000).
Gordon (1976) mendefinisakan bahwa diagnose keperawatan adalah masalah
kesehatan actual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia
mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan.
Kewenangan tersebut didasarkan pada standar praktik keperawatan dan etik keperawatan
yang berlaku di Indonesia.
NANDA menyatakan bahwa diagnose keperawatan adalah keputusan klinik tentang
respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnose keperawatan harus didukung oleh
data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai “tanda dan gejala”. Tanda adalah sesuatu
yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien.
Perbedaan diagnose keperawatan dan diagnosa medis:
21

Diagnosa Medis Diagnosa Keperawatan
Fokus:
Faktor-faktor pengobatan penyakit
Fokus:
Reaksi/respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan tindakan medis lainnya
Orientasi:
Keadaan patologis
Orientasi:
Kebutuhan dasar individu
Cenderung tetap, mulai sakit sampai
sembuh
Berubah sesuai perubahan respon klien
Mengarah pada tindakan medis yang
sebagian dilimpahkan kepada
perawat
Mengarah pada fungsi mandiri perawat
dalam melaksanakan tindakan dan evaluasi
Diagnosa medis melengkapi diagnose
keperawatan
Diagnosa keperawatan melengkapi diagnosa
medis
2.2.2 Tujuan Diagnosa Keperawatan
Tahap diagnosa keperawatan memungkinkan perawat untuk menganalisis dan
mensitensis data yang telah dikelompokkan yang dicantumkan di bawah pola kesehatan dan
divisi diagnosa disfungsional. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan pada respons
klien terhadap perubahan perubahan pada status kesehatan, masalah masalah yang
diidentifikasi dan kemampuan perawat untuk membantu menemukan penyelesaian
masalah.
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi:
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis)
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah
2.2.3 Langkah-Langkah Menentukan Diagnosa Keperawatan
Langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi:
1. Klasifikasi dan Analisa Data22

2. Interpretasi Data
3. Validasi Data
4. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul , maka tugas perawat adalah mengidentifikasi masalah-
masalah keperawatan klien, kemudian disusun dalam suatu diagnose keperawatan. Adapun
langkah-langkah yang harus ditempuh pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi dan Analisa Data
Data tersebut bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standar
kriteria yang sudah ada. Untuk itu perawat harus jeli dan memahami tentang standar
keperawatan sebagai bahan perbandingan, apakah keadaan kesehatan klien sesuai atau tidak
dengan standar yang sudah ada.
Pengelompokan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu
dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan criteria
permasalahannya. Setelah data dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi
masalah keperawatan klien dan merumuskannya. Pengelompokkan data dapat disusun
berdasarkan “pola respon manusia (taksonomi NANDA)” dan atau “pola fungsi kesehatan
(Gordon,1982)”.
” Respon Manusia “ (TAKSONOMI NANDA I): 9 pola
1. Pertukaran
2. Komunikasi
3. Berhubungan
4. Nilai-nilai
5. Pilihan
6. Bergerak
7. Penafsiran
8. Pengetahuan
23

9. Perasaan
“ Pola Fungsi Kesehatan”: 11 pola (Gordon, 1982 cited in Asih,1994)
1. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
2. Nutrisi : pola metabolism
3. Pola eliminasi
4. Aktifitas : pola latihan
5. Tidur : pola istirahat
6. Kognitif : pola perceptual
7. Persepsi diri : pola konsep diri
8. Seksualitas : pola reproduktif
9. Koping : pola toleransi stress
10. Nilai : pola keyakinan
2. Interpretasi/Identifikasi kelebihan dan msalah klien
a. Menentukan kelebihan klien
Jika klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian
menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam “hal tertentu”, dan
kelebihan tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan atau membantu
memecahkan masalah klien yag dihadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Pada tahap ini penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misal, adanya
tanda-tanda infeksi pada luka, tetapi tes laboratorium menunjukkan tidak ada
kelainan, sesuai dengan teori maka akan timbul suatu infeksi. Perawat kemudian
menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien mampu melawan infeksi.
d. Menentukan keputusan
1) Tidak ada masalah tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan)
- Tidak ada indikasi respon keperawatan
24

- Meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan
- Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan
2) Masalah yang kemungkinan
Pola mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya
masalah yang diduga
3) Masalah aktual dan risiko atau sindrom
- Tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan
- Mulai desain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah,
menurunkan, atau menyelesaikan masalah
4) Masalah kolaboratif
Konsultasikan dengan tenaga kesehatan professional yang kompetem dan
bekerja sevara kolaboratif pada masalah tersebut.
Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologi yang diakibatkan dari
patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan, dan situasi yang lain. Tugas
perawat adalah memonitor untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif
dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
Contoh: Masalah kolaboratif
Studi kasus: Tuan Smith, laki-laki, usia 35 tahun masuk rumah sakit, karena kecelakaan
mobil, petunjuk diketer yang menangani: bersihkan sisa makanan, kaji status neurologis
tiap 1 jam.
Pada waktu masuk perawat mencatat: orientasi klien, pupil 6 mm, sesuai dan aktif terhadap
lampu, tensi: 120/72, suhu: 40oC, nadi: 84, respirasi: 20.
Dua jam kemudian: muntah, gelisah, pupil 6 mm, sesuai dengan respon yang lambat
terhadap lampu, tensi: 140/60, suhu: 40oC, nadi: 65, respirasi: 12.
Masalah: Kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial
Penerapan:
25

Situasi Diidentifikasi(status kesehatan, masalah)
Dapatkah pesawat memberikan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan
Ya Tidak
Diagnosa Keperawatan Apakah tindakan medis dan
keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan yang dimaksud
- Pertanyaan : Apakah perawat secara pasti dapat memberikan tindakan keperawatan
secara tuntas untuk mencapai tujuan? (tekanan intrakranial meningkat)
- jawab : tidak, perawat tidak bisa secara pasti mengobati atau mencegah peningkatan
tekanan intrakranial. perawat bekerja sama dengan medis untuk pengobatan secara
tuntas.
- pertanyaan : apakah perlu tindakan medis dan perawatan untuk mencapai tujuan
dimaksud?
PERBEDAAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN MASALAH KESEHATAN
KLIEN YANG LAIN
26

Ya
Masalah Kolaboratif(Tekanan Intrakranial meningkat)
Lakukan tindakan keperawatan sesuai kewenangan perawat
Rujuk ke tenaga kesehatan lain untuk
kolaborasi
Lakukan petunjuk dokter dan tenaga lainnya
PENINGKATAN TEKANAN KRANIAL
27

Gangguan lainnya Gangguan Konsep Diri
Risiko tinggi hipovolemik
Pada kasus diatas, perawat akan memonitor untuk mendeteksi peningkatan tekanan
intrakranial. perawat juga melakukan intervensi untuk menurunkan peningkatan tekanan
intrakranial, tetapi tindakan ini hanya bersifat melaksanakan tindakan tenaga dokter.
Pohon Masalah
Dari daftar data yang dikumpulkan, maka perawat dapat mengidentifikasi daftar
kebutuhan dan masalah klien dengan menggambarkan adanya suatu sebab akibat yang
dapat digambarkan sebgai “pohon masalah” (problem tree)
langkah langkah dalam pohon masalah adalah :
1. tentukan masalah utama (core problem) berdasarkan data subjektif (keluhan utama)
atau objektif (data data mayor)
2. identifikasi penyebab ( E) dari masalah utama
3. identifikasi penyebab dari penyebab masalah utama (akar dari masalah)
4. identifikasi penyebab dari penyebab masalah.
contoh :
klien datang di ruang tropic laki laki dengan keluhan diare 20x malam hari sebelum masuk
rumah sakit. keadaan klien sangant lemah. muka pucat dan turgor jelek. menurut
pengakuan klien, seharian sebelum masuk rumah sakit klien makan rujak cingur di
kantornya. selama di RS klien ditemani istrinya. klien adalah seorang dosen di sebuah
perguruan tinggi negeri, berusia 40 tahun.
diagram 5
28

Akibat
Masalah Utama (Core Problem)
Penyebab
Penyebab dari Penyebab
masalah yang dapat merumuskan pada pohon di masalah diatas adalah
1. kekurangan volume cairan
2. resiko terjadinya syok hipovolemik
3. gangguan konsep diri
4. gangguan integritas kulit (sekitar perianal)
3. Validasi Data
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat yang dilakukan
bersama klien/keluarga dan atau masyarakat. validasi tersebut dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan dan pertanyaan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang
kejelasan interpretasi data
Begitu diagnosa keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi. menurut price
ada beberapa indikasi pertanyaan tentang respon yang menentukan diagnosa keperawatan :
1. apakah data dasar mencukupi, akurat dan berasal dari beberapa konsep
keperawatan?
2. apakah data yang signifikan menunjukkan gangguan pola?
29

3. apakah ada data data subjektif dan objektif mendukung terjadinya gangguan dan
pola pada klien?
4. apakah diagnosa keperawatan yang ada berdasarkan pemahaman ilmu keperawatan
dan keahlian klinik?
5. apakah diagnosa keperawatan yang ada dapat dicegah, dikurangi dan diselesaikan
dengan melakukan tindakan keperawatan yang independen?
Perlu diperhatikan bahwa, klien yang mampu berpartisipasi dalam keputusan klinik
harus diajak untuk validasi diagnosa keperawatan. misalnya “ madi merupakan masalah
bagi saya, karena saya takut terjatuh di lantai. bagaimana menurut pendapat anda?”
TABEL
Data yang signifikan Contoh
Pengelompokan Data
Diagnosa
Keperawatan
Validasi
Diagnosa
Keperawatan
Perubahan pola
kebiasaan kesehatan
klien yang tidak
dijelaskan terhadap
pedoman pertumbuhan
dan perkembangan.
Menyimpang dari norma
yang ada.
“Saya pikr, saya telah
kehilangan BB 2-3kg
selama 6 bulan ini.
Saya tidak ada waktu
untuk makan.
TB = 160 cm; BB =
50 kg.
Seorang ibu bekerja
sebagai sekretaris di
Perusahaan (umur 35
tahun) dengan anak
kembar 7 bulan.
Guru melaporkan
seorang siswa kelas
tiga SLTP yang
Perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan stress
pekerjaan yang baru;
konflik peran
Resiko melukai diri
sendiri berhubungan
Diagnosa
Akurat: klien
memfalidasi
diagnosa
tersebut, setuju
terhadap faktor
pendukung.
30

sering duduk
sendirian dan tidak
pernah bergaul
dengan temannya.
Sewaktu berbicara
dengan Mahasiswa,
orang tuanya
mengatakan “anak
saya membuat saya
jengkel, saya tidak
tahu mengapa, dan
memang saya sering
menghukum dia
supaya patuh
terhadap nasehat
saya.”
dengan penyebab?
(Kesalahan cara
mendidik orang tua).
Diagnosa tidak
lengkap :
penambahan
pengumpulan
data tambahan
baru :
Ayah tidak
bekerja
selama 18
bulan.
Ayah
diperlakuk
an sebagai
anak.
Diagnosa
ulang : Resiko
kekerasan
(melukai diri
sendiri)
berhubungan
dengan
meningkatnya
stress keluarga
dan ayah
dengan
riwayat yang
tidak baik.
4. Merumuskan Diagnosa Keperawatan
31

Pengkajian Fokus
Validasi : Tanda dan Gejala Mayor
Ya Tidak
Diagnosa Keperawatan
“Akutal”
Validasi Faktor “Resiko”
Setelah perawat mengeomokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data data yang
sidnifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa
keperawatan. diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan
dan wellness. untuk kejelasan diagnosa tersebut, akan diuraikan secara detail di bawah ini.
Masalah aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness (kesejahteraan
menjelaskan adanya pernyataan diagnosa keperawatan). setiap kategori diagnosa
keperawatan mempunyai suatu label, definisi dan penjelasan karakteristik.
Tipe Diagnosa Keperawatan (Carpenito,2000:11-22)
DIAGRAM
32

Diagnosa keperawatan menurut Carpentio (2000) dapat dibedakan menjadi 5 kategori : (1)
aktual, (2) resiko (3) kemungkinan (4) keperawatan wellness (5) keperawatan sindrom
1.Aktual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan
syarat : menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus
memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagaian kriteria minor dari pedoman
diagnosa NANDA
misalnya, ada data : muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari
33
Tidak

Diagnosa: kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara
abnormal (Taylor, Lillis & LeMone, 1998, p.283).
Jika masalah semakin jelek dan mengganggu kesehatan “perineal”, klien tersebut akan
terjadi risiko kerusakan kulit, dan disebut sebagai: “risiko diagnosa”.
2.Risiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi ( Keliat, 1990).
Syarat: menegakkan risiko diagnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi).
Penggunaan istilah “risiko dan risiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan atau
kerentanan terhadap masalah.
Diagnosa: “Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus-
menerus”.
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept (konsep diri), tetapi kurang data yang
cukup mendukung (definisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan
permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai: “kemungkinan diagnosa”.
3.Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung
belum ada tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah (Keliat, 1990).
Syarat menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon (problem)
dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
Diagnosa: kemungkinan gangguan konsep diri, rendah diri/terisolasi berhubungan dengan
diare.
Perawat dituntut untuk berpikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan yang
berhubungan dengan konsep diri.
4.Diagnosa keperawatan “Wellness”
Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang kesehatan
individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi. 34

Ada dua kunci yang harus ada:
1. Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2. Adanya status dan fungsi yang efektif.
5. Diagnosa keperawatan “Syndrome”
Diagnosa keperawatan syndrome adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok
diagnosa keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul/timbul
karena suatu kejadian atau situasi tertentu. Manfaat diagnosa keperawatan syndrome adalah
agar perawat selalu waspada dan memerlukan keahlian perawat dalam setiap melakukan
pengkajian dan tindakan keperawatan.
Ada dua diagnosa keperawatan syndrome:
1. Syndrome trauma pemerkosaan
Pada diagnosa keperawatan diatas lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan
gejala daripada kelompok diagnosa keperawatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi,
cemas, takut, sedih, gangguan istirahat dan tidur, dan risiko tinggi nyeri sewaktu
melakukan hubungan seksual.
2. Risiko syndrome penyalahgunaan
Meliputi:
- Risiko konstipasi
- Risiko perubahan fungsi pernafasan
- Risiko infeksi
- Risiko thrombosis
- Risiko gangguan aktifitas
- Risiko perlukaan
- Kerusakan mobilisasi fisik
- Risiko gangguan proses fikir
- Risiko gangguan gambaran diri
- Risiko ketidakberdayaan
- Risiko kerusakan integritas jaringan
2.2.4 Unsur Penulisan Aktual Dan Risiko Diagnosa Keperawatan35

Setelah diagnosa keperawatan diputuskan, maka perlu dilakukan penulisan diagnosa
keperawatan sesuai standar yang ada. Diagnosa keperawatan dapat dituliskan dua daftar
pernyataan (masalah dan penyebab) atau tiga daftar pernyataan (masalah-penyebab-tanda
dan gejala).
1. Masalah (problem)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau
masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Karena pada bagian ini
dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan
apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan
pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar
diagnosa keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.
a. Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan
menggunakan istilah yang dimengerti secara umum.
b. Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, karena perawat akan
mampu mengakses diagnosa keperawatan.
c. Sebagai metode ungtuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang
ada dengan masalah medis.
d. Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori
diagnosa dalam mengidentifikasi kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan
dalam meningkatkan asuhan keperawatan.
2. Etiologi (penyebab)
Etiologi, faktor risiko dan pendukung (related to):
Etiologi/penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat mengubah status
kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini biasa disebut dengan
related to dari pernyataan diagnosa keperawatan (Carpenito, 2000).
Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual, dan faktor-
faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai
penyebab ataupun faktor risiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor yang
mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau
sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam
36

menentukan penyebab, maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan
efisien. Misalnya, klien dengan DM masuk RS biasanya dengan hiperglikemi dan
mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin)
didiagnosa dengan “ketidaktaatan”. Katakanlah ketidaktaatan tersebut berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan klien dan tindakan keperawatan diprioritaskan
mengajarkan klien cara mengatasi DM dan tidak berhasil, jika penyebab
ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnosa keperawatan meliputi unsur PSMM
P = Patofisiologi dari penyakit
S = Situational (keadaan lingkungan perawatan)
M = Medication (pengobatan yang diberikan)
M = Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
Etiologi, faktor penunjang dan risiko, meliputi:
a. Patofisiologi:
Semua proses penyakit, akut atau kronis, yang dapat menyebabkan atau
mendukung masalah, misalnya masalah “powerlessness”.
Penyebab yang umum:
Ketidakmampuan berkomunikasi (CVA, intubation)
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CVA, trauma servical, nyeri,
IMA)
Ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya (pembedahan, trauma dan
arthritis)
b. Situational (personal, environment)
Kurangnya pengetahuan, isolasi sosial, kurangnya penjelasan dari petugas
kesehatan, kurangnya partisipasi klien dalam mengambil keputusan, relokasi,
kekurangmampuan biaya, pelecehan seksual, pemindahan status sosial, dan
perubahan personal teritori.
c. Medication (treatmen-related)
Keterbatasan institusi atau rumah sakit: tidak sanggup memberikan perawatan
dan tidak ada kerahasiaan.
d. Maturational
37

Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil, orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas
Elderly : kurangnya sensori, motori, kehilangan (uang, faktor yang lain)
3. Definisi Karakteristik
Data-data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung
terhadap diagnosa keperawatan aktual dan risiko. NANDA telah mengidentifikasi
definisi karakteristik untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah disepakati.
Pengenalan terhadap pengelompokkan definisi karakteristik tersebut akan
membantu perawat dalam menentukan data-data yang signifikan dan merumuskan
diagnosa keperawatan yang akurat. Pada diagram 3 merupakan 3 komponen dari
pernyataan diagnosa keperawatan dan berhubungan dengan tujuan, pengukuran, dan
evaluasi.
Sebagai ilustrasi tiap komponen dari kategori diagnosa, kita ambil contoh diagnosa
keperawatan “powerlessness” (ketidakberdayaan).
Definisi
Powerlessness adalah suatu pernyataan dimana individu menerima
kekurangmampuan mengontrol diri terhadap suatu kejadian atau situasi.
Defining karakteristik:
1) Mayor (harus ada)
Menunjukkan ketidakpuasan tentang ketidakmampuannnya mengontrol situasi
(misal: sakit, prognosis, perawatan, penyembuhan)
2) Minor (mungkin ada/timbul)
Menolak atau ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
Apatis, perilaku yang agresif, perilaku merusak, cemas, depresi.
TABEL10 Penyusunan Pernyataan Diagnosa Keperawatan
TABEL11 Ringkasan Contoh Langkah-Langkah dalam Merumuskan Diagnosa
Keperawatan
38

KRITERIA PETUNJUK PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (Taylor, Lillis &
LeMone, 1997)
1. Tulis masalah klien/perubahan status kesehatan klien.
2. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyebab dan keduanya
dihubungkan dengan kata “sehubungan dengan (related to)”
3. Definisi karakteristik. Jika diikuti dengan penyebab kemudian dihubungkan dengan
kata “ditandai dengan (as manifested by)”.
4. Tulis istilah yang umum digunakan.
5. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
6. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat
dari klien atau apa yang diharapkan klien bisa diubah.
7. Hindarkan menggunakan definisi karakteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang
tidak bisa diubah dalam pernyataan masalah.
8. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah
bisa dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SALAH:
a. Diagnosa medis, misal: diabetes mellitus
b. Medical pathology, misal: penurunan oksigen pada jaringan otak
c. Pengobatan atau peralatan, misal: dialysis, endotracheal tube
d. Diagnostic study, misal: catheterization
DIAGNOSA KEPERAWATAN TIDAK BOLEH DITULIS DALAM ISTILAH
DIBAWAH INI:
Tanda……. menangis, kadar Hb
Kesimpulan…… dyspnea
Goals…… harus melakukan perawatan colostomi sendiri
Kebutuhan klien…….. perlu berjalan setiap pergantian, perlu untuk
mengekspresikan ketakutan
Kebutuhan keperawatan…… ganti verban, cek tekanan darah
39

Hindari kata-kata yang tidak baik atau memvonis, misal:
Takut karena sering dipukul oleh suaminya
Ketidakefektifan family coping karena mertua yang melakukan pemerkosaan
terhadap menantunya
Potensial perubahan peran orang tua karena IQ ibu yang rendah
2.2.5 Pernyataan Diagnosa Keperawatan
Pernyataan diagnosa keperawatan menggambarkan status kesehatan klien dan faktor
faktor yang berkontribusi pada kasus tersebut. Pernyataan diagnosa keperawatan ditulis
oleh perawat untuk masalah masalah yang diidentifikasi. Komponen komponen berikut ini
menandai tiga bagian pernyataan diagnosa keperawatan.
1. Diagnosa keperawatan
2. Etiologi
3. Batasan karakteristik
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menyatakan perubahan status
kesehatan klien. Perubahan perubahan menyebabkan masalah dan perubahan yang tidak
menguntungkan pada kemampuan klien untuk berfungsi. diagnosa keperawatan adalah
frase atau pernyataan yang ringkas. Diagnosa keperawatan menunjukkan kelompok batasan
karakteristik yang gagal memenuhi nilai normal yang diharapkan. Perawat mengidentifikasi
diagnosa keperawatan pada daftar NANDA yang mencerminkan perubahan pada status
klien. Daftar NANDA 1990 yang memuat diagnosa keperawatan, etiologi, dan batasan
karakteristik yang diakui.
Diagnosa keperawatan memberikan dasa untuk membuat kriteria hasil asuhan
keperawatan dan menentukan intervensi-intervensi yang diperlukan untuk mencapai kriteria
hasil. Jika perawat menemui kesulitan memilih diagnosa keperawatan, mungkin tedapat
kesenjangan informasi. Perawat perlu melakukan pengkajian ulang untuk mendapatkan data
lebih lanjut.
40

2. Etiologi
Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab masalah klien yang menimbulkan
perubahan perubahan pada status kesehtann klien. Perubahan tersebut dapat berhubungan
dengan tingkah laku klien, patofisiologi, psikososial, perubahan perubahan situasional pada
gaya hidup, usia perkembangan, faktor budaya dan lingkungan. Penyebab perubahan
perubahan batas ini masih dalam batas wewenang keperawatan. Frase yang berhubungan
dengan fungsi untuk menghubungkan diagnosa keperawatan dan pernyataan etiologi.
Etiologi etiologi yang dapat diterapkan untuk setiap diagnosa keperawatan terhadap daftar
NANDA.
Diagnosa keperawatan dapat diterapkan di semua area keperawatan seperti medikal
bedah, kesehatan ibu dan anak, pediatrik, kesehatan komunitas. Bagaimanapun, etiologi
atau penyebab masalah dapat berbeda. Contonya, intoleransi aktifitas yang berhubungan
dengan immobilitas, mugkin merupkan pernyataan diagnosa keperawatan untuk seorang
dewasa yang menderita stroke, dan intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen, mungkin merupakan pernyatan
diagnosa keperawatan untuk seoang anak yang menderita kelainan jantung bawaan. Contoh
: bersih jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran,
mungkin merupakan pernyataan diagnosa keperawatan untuk seorang dewasa yang
menderita stroke.
Contoh etiologi untuk diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitasdan bersihan jalan nafas
tidak efektif berdasarkan contoh diatas.
Diagnosa keperawan : intoleransi aktifitas
Etiologi yang mungkin :
1. Immobilitas
2. Kelemahan umum
3. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
4. Gaya hidup sedentary
5. Tirah baring
41

Klien dengan stroke
Perawat memiliki immobilitas sebagai etiologi atau penyebab dari masalah klien.
Diagnnosa keperawatan : intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan immobilitas
Klien dengan kelainan jantung bawaan
Perawat memiliki ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen sebagai masalah
dari masalah klien. Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
Diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif
Etiologi yang mungkin :
1. Tingkat enegi menurun/ keletihan
2. Penurunantingkat kesadaran
3. Obstruksi
4. Infeksi trakeobronkial
5. Trauma
6. Sekresi kental yang berlebihan
7. Nyeri
8. Gangguan kognitif/perseptual
9.
Klien dengan stroke
Perawat memilih tingkat kesadaran sebagai penyebab dari masalah klien. Diagnosa
keprawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhhubungan dengan tingkat
kesadaran.
Klien dengan keainan jantung bawaan
Perawat memilih tingkat energi menurun sebagai masalah klien. Diagnnosa keperawatan :
bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan tingkat energi yang menurun.
42

3. Batasan karakteristik
Batasan karakterstik (tanda dan gejala) merupakan kelompok petunjuk klinik yang
menggambarkan tingkah laku, tanda dan gejala yang menggambarkan diagnosa
keperawatan. Batasan karakteristik diperoleh selama tahap pengkajian, memberikann bukti
bahwa ada masalah kesehatan. Gejala (data subjektif) adalah perubahan perubahan yang
dirasakan oleh klien dan diekspresikan secara verbal kepada perawat. Tanda (data objektif)
adalah perubahan perubahan yang diamati pada status kesehatan klien. Penggunaan frase
“ditandai oleh” menghubungkan etiologi dan pernyataan batasann karakteristik. Batasan
karakteristik memberikan bukti yang cukup untuk mendukung diagosa keperawatan.
Hindari membuat diagnosa keperawatan berdasarkan sepotong data. Identifikasi minimal
tiga tanda dan gejala untuk memberikan bukti yang cukup untuk mendukung pemilihan
diagnosa keperawatan.
Contoh batasan karakteristik
Klien dengan stroke
Diagnosa keperawatan : intoletansi aktivitas
Etiologi : yang berhubungan dengan immobilitas
Batasan karakteristik : ditandai oleh
Data subjektif
“ saya terlalu lemah untuk berjalan”
“saya merasa letih”
“saya merasa sesak napas”
Data objektif
Tidak mampu berjalan sejauh 15 meter
Nadi 100 dengan pengerahan tenaga
Pernapasan 28, sulit
Klien dengan kelainan jantung bawaan
Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas
43

Etiologi : yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara jebutuhan dan suplai
oksigen
Batasan karakteristik : ditandai oleh
Data subjektif
“saya lelah ketika saya bermain”
“saya sulit bernapas”
“kaki saya terasa lemah”
Data objektif
Dispnea dan sianosis dengan pengerahan tenaga
Hipotonia
Klien dengan stroke
Diagnosa keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif
Etiologi : yang berhubungan dengan tingkat kesadaran
Batasan karakteristik : ditandai oleh
Data subjektif
“saya merasa tersumbat”
“ dada saya sakit ketika bernapas”
“kaki saya terasa lemah”
Data objektif
Batuk dan mengeluarkan banyak sputum berwarna kehijauan
Bunyi crackle di lobus kanan bawah
Pernapasan 26
Klien dengan kelainan jantung bawaan
44

Diagnosa keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif
Etiologi : yang berhubungan dengan tingkat energi yang menurun
Batasan karakteristik ditandai oleh
Data subjektif
“saya tidak dapat pernapas”
Saya merasa tercekik”
Saya tidak dapat batuk”
Data objektif
Pernapasan 30, dangkal
Bunyi crackle di lobus kanan bawah
Tidak mampu batuk yang mengeluarkan sputum
Diagnosa keperawatan aktual dan potensial
Diagnosa keperawatan mencerminkan masalah aktual atau potensial (resiko tinggi)
yang perlu penanganan.
Sebuah diagnosa kkeperawatan aktual merupakan deviasi dari suatu kesehatan yang
normal (mis intoleransi aktivitas). Diagnosa keperawatan aktual merupakan pernyataan
yang terdiri dari tiga bagian (1) diagnosa keperawatan (2) yang berhubungan dengan
(etiologi) (3) yang ditandai oleh (batasan karakteristik)
Contoh pernyataan diagnosa keperawatan dengan tiga bagian
Klien dengan stroke
Intoleransi aktivitas (diagnosa keperawatan) yang berhubungan dengan immobilitas
(etiologi) ditandai oleh ekspresi verbal keletihan, tidak mampu berjalan 15 meter, nadi 100
dengan pengerahan tenaga (batasan karaktestik)
45

Klien dengan kellainan jantung bawaan
Intoleransi aktivitas (diagnosa keperawatan) yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen (etiologi) ditandai dengan dispenia dan sianosis
dengan pengerahan tenaga (batasan karakteristik)
Klien dengan stroke
Bersihan jalan napas tidak efektif (diagnosa keperawatan) yang berhubungan dengan
tingkat kesadaran (etiologi) ditandai oleh batuk dan mengeluarkan banyak sputum berwarna
kehijauan, bunyi crackle di lobus kanan bawah (batasan karakteristik)
Klien dengan kelainan jantung bawaan
Bersihan jalan napas tidak efektif (diagnosa keperawatan) yang berhubungan dengan
tingkat energi yanng menurun (etiologi) ditandai oleh ekspresi verbal sesak napas, bunyi
crackle di lobus kanan bawah, pernapasan 30, dangkal(batasan karakteristik)
Sebuah diagnosa keperawatan potensial (resiko tinggi) menunjukkan faktor faktor resiko
yang dapat menyebabakan (etiologi) masalah kesehatan yang aktual dii kemudian hari.
Pada saat pengkajian masalah keperawatan, klien tidak memperhatikan batasan
karakteristik untuk mendukung perumusan diagnosa keperawatan aktual. Oleh karena itu,
dirumuskan diaggnosa keperawatan potensial. Diagnosa keperawatan potensial merupakan
pernnyataan yang terdiri dari dua bagian : (1) diagosa keperawatan potensial (2) yang
berhubungan dengan (etiologi)
Contoh pernyataan diagnosa keperawatan potensial (risiko tinggi) dengan dua bagian
Klien dengan stroke
Potensial cidera (diagnosa keperawatan potensial) yang berhubungan dengan immobilitas
(etiologi)
Klien dengan kelainan jantung bawaan
Potensial iinfeksi (diagnnosa keperawatan potensial ) berhubuungan dengan pertahanan
46

primer yang tidak adekuat (etiologi)
BAB 3
PENUTUP
47

Daftar Pustaka
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan (Konsep & Praktik). Jakarta:
Salemba Medika
Allen,Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan. Jakarta:EGC.
Sumijatun. 2010. Konsep Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media
48

49