pendidikan karakter dalam mengurangi kenakalan remaja

19
KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH Page | 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi negara yang maju tentu adalah impian bagi setiap neg negara bisa dikatakan maju jika negara tersebut telah memiliki beberapa kuali kriteria. Beberapa kriteria tersebut antara lain: stabilitas pertumbuhan ekon produktivitas yang tinggi, tercapainya tujuan atau cita-cita dari negara ters sebagainya. Beberapa kategori tersebut akan tercapai bila bangsa dari memiliki nilai moral dan akhlak yang baik. Sementaraitu, pada realitanya, Indonesia saatini sedang menghadapi persoalan yang amat kritis. Banyak berita dari media cetak maupun media elekt menunjukkan fakta tentang kemerosotan akhlak. Kasus pembunuhan, berita tersebarnya video mesum, dan lain-lain, sudah sangat sering ditayangk sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami kris Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral bangs oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional harus bisa menjamin penerapan mora sudah diajarkan dalam pendidikan berbasis karakter (contoh: pendidikan agama, pendidikan pancasila, dan sebagainya). Hal ini berimplikasi pada peni hanya pada nilai akademik yang tinggi, namun juga pada upaya menjunjung tingg moral, sehingga generasi yang terbentuk adalah generasi yang cerdas dan berka Pada tataran akademik di jenjang SMP seringkali terjadi tawuran antar Pada jenjang SMA tawuran pelajar frekuensinya meningkat, dari saling mencaci, saling lempar batu, saling memukul, dan bahkan menggunakan senjata t sehingga seringkali terjadi saling bunuh. Pada gilirannya di tingkat mereka bertambah agresif dan pemberani, mereka menjadi pendemo yang tangguh, hanya lawan sebayasesama mahasiswayang dijadikan musuh, seorang aparat pun dilawan, bahkan berani mencaci maki para pejabat, dan pemimpin negar nyawa menjadi taruhannya, mereka nyaris tidak pernah takut. Padahal adalah orang-orang yang seharusnya mereka tolong, hormati, hargai, dan segani yang kita saksikan di televisi dan koran hampir setiap hari terjadi bentrokan mahasiswa dengan aparat negara.

Transcript of pendidikan karakter dalam mengurangi kenakalan remaja

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Menjadi negara yang maju tentu adalah impian bagi setiap negara. Sebuah negara bisa dikatakan maju jika negara tersebut telah memiliki beberapa kualifikasi atau kriteria. Beberapa kriteria tersebut antara lain: stabilitas pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas yang tinggi, tercapainya tujuan atau cita-cita dari negara tersebut, dan lain sebagainya. Beberapa kategori tersebut akan tercapai bila bangsa dari negara tersebut memiliki nilai moral dan akhlak yang baik. Sementara itu, pada realitanya, Indonesia saat ini sedang menghadapi persoalan yang amat kritis. Banyak berita dari media cetak maupun media elektronik yang menunjukkan fakta tentang kemerosotan akhlak. Kasus pembunuhan, berita korupsi, tersebarnya video mesum, dan lain-lain, sudah sangat sering ditayangkan di televisi, sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami krisis moral. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral bangsanya, oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional harus bisa menjamin penerapan moral yang sudah diajarkan dalam pendidikan berbasis karakter (contoh: pendidikan agama,

pendidikan pancasila, dan sebagainya). Hal ini berimplikasi pada penilaian yang tidak hanya pada nilai akademik yang tinggi, namun juga pada upaya menjunjung tinggi nilai moral, sehingga generasi yang terbentuk adalah generasi yang cerdas dan berkarakter. Pada tataran akademik di jenjang SMP seringkali terjadi tawuran antarpelajar. Pada jenjang SMA tawuran pelajar frekuensinya meningkat, dari saling mengejek dan mencaci, saling lempar batu, saling memukul, dan bahkan menggunakan senjata tajam sehingga seringkali terjadi saling bunuh. Pada gilirannya di tingkat perguruan tinggi mereka bertambah agresif dan pemberani, mereka menjadi pendemo yang tangguh, tidak hanya lawan sebaya sesama mahasiswa yang dijadikan musuh, seorang aparat pun dilawan, bahkan berani mencaci maki para pejabat, dan pemimpin negara walaupun nyawa menjadi taruhannya, mereka nyaris tidak pernah takut. Padahal lawan mereka adalah orang-orang yang seharusnya mereka tolong, hormati, hargai, dan segani. Seperti yang kita saksikan di televisi dan koran hampir setiap hari terjadi demo anarkis dan bentrokan mahasiswa dengan aparat negara.Page | 1

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

Pada karya tulis ini, akan lebih difokuskan kepada pendidikan karakter di jenjang pendidikan menengah, dikarenakan asumsi yang mendasari bahwa pada jenjang pendidikan menengah merupakan jenjang dengan remaja yang baru mengalami peralihan sehingga emosinya belum stabil, mudah tersinggung dan tidak bisa menahan amarahnya yang seringkali mengakibatkan salah paham dan akhirnya timbul perkelahian, perselisihan, bahkan tawuran, yang disebut dengan kenakalan remaja. Oleh karena itu, dipelukan implementasi pendidikan karakter yang lebih efektif untuk menanggulangi permasalahan yang terjadi pada jenjang pendidikan menengah.

B. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah nilai-nilai karakter yang ada pada siswa jenjang pendidikan menengah? 2. Bagaimana pendidikan karakter pada jenjang pendidikan menengah saat ini? 3. Bagaimana strategi implementasi pendidikan karakter yang efektif dalam usaha mengurangi kenakalan remaja pada jenjang pendidikan menengah?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai yang sudah seharusnya dimiliki oleh siswa pada jenjang pendidikan menengah. 2. Untuk mengetahui bagaimana potret pelaksanaan pendidikan karakter yang ada pada jenjang endidikan menengah saat ini. 3. Untuk mengetahui bentuk dan strategi implementasi pendidikan karakter yang efektif dalam usaha mengurangi kenakalan remaja jenjang pendidikan menengah.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Peserta Didik Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu menggunakan pengetahuan, mengimplementasikan pendidikan karakter dan akhlak mulia dalam lingkungan sekolah, baik terhadap guru maupun kepada teman temannya. 2. Bagi Guru Memberikan kesempatan kepada guru dalam memberi keteladanan dan bertanggung jawab membangun karakter para peserta didik dan memberikan kesempatan menjadi fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik.

Page | 2

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

3. Bagi Sekolah Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. 4. Bagi Orang Tua Agar mampu memberikan contoh keteladanan yang sesuai dengan nilai ideal agama, nilai moral pancasila dan sesuai karakter bangsa kepada anaknya sebagai bentuk implementasi di lingkungan tempat tinggal dalam kehidupan sehari- hari.

Page | 3

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Karakter Karakter merupakan pondasi dalam segala hal. Menurut Erie Sudewo (2011:6), dengan karakter, apapun kompetensi yang dibangun di atas pondasi itu akan berdiri tegak dengan baik dan benar. Pendapat ini lebih mengarah kepada fungsi dari sebuah karakter. Menurut menteri pendidikan dan kebudayaan, M. Nuh (Prayitno,2012) karakter merupakan bagian integral yang harus dibangun agar generasi muda memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar. Sementara itu, Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) dinyatakan bahwa karakter adalah sifatsifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain: tabiat dan watak. Dalam pidatonya pada acara Peringatan Hardiknas Harkidnas, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa ada dua keunggulan manusia (human excellent). Pertama, keunggulan dalam pemikiran; dan kedua, keunggulan dalam karakter. Kedua jenis keunggulan manusia itu dapat dibangun, dibentuk, dan dikembangkan melalui pendidikan. Sasaran pendidikan bukan hanya kecerdasan, ilmu dan pengetahuan, tetapi juga moral, budi pekerti, watak, nilai, perilaku, mental dan kepribadian yang tangguh, unggul dan mulia, inilah karakter (Indriyanto:2011) Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan watak atau ciri yang dapat dibentuk, dibina dan dididik yang membuat orang tersebut berbeda dengan orang lain.

B. Unsur Pembentuk Karakter Karakter terdiri atas beberapa hal yang membentuknya, yaitu etika, moral, nilai, akhlak, dan estetika (Sjarkawi, 2006). Sementara itu, Erie Sudewo (2011:113) menyatakan bahwa untuk menjadi manusia baik, seseorang harus memenuhi karakter dasar yang meliputi tiga sifat, yaitu tidak egois, jujur, dan disiplin. Jika ketiga hal tersebut tidak terpenuhi, maka seseorang akan gagal. Orang egois pasti merusak tim, orang tidak jujur akan menghancurkan kepercayaan, orang tidak disiplin mengakibatkan rentetan kelambatan yang merusak sistem. Namun, tiga sifat karakter dasar saja tidak cukup untukPage | 4

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

membentuk individu yang berkarakter. Dalam sumber yang sama menyatakan bahwa seseorang juga harus memenuhi tujuh sifat karakter unggul yang terdiri dari ikhlas, sabar, bersyukur, bertanggungjawab, berkorban, perbaiki diri, dan sungguh-sungguh. Ketujuh sifat tersebut yang seharusnya sudah menjadi perilaku kita dalam sehari-harinya. C. Pendidikan Berbasis Karakter UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kita memerlukan pendidikan yang berbasis karakter.Menurut Elkind & Sweet (Kemendiknas 2010: 13), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilainilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anakanak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, sangat peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini sebagai benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam Menurut T. Ramli dalam Asmani (2003:32), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai- nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Sementara itu, menurut Buchori (Muslich, 2011:87), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Jika dibahas satu-persatu apa saja yang termasuk dalam pendidikan yang berbasis karakter, pendidikan berbasis

Page | 5

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

karakter yang sekarang ini terdapat dalam kurikulum pendidikan adalah: pendidikan kewarganegaraan, pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan akhlak. Untuk melengkapi itu semua, pada setiap sekolah, terutama sekolah menengah dan tinggi, terdapat jam pelajaran khusus untuk bimbingan dan konseling, sehingga pendidikan berbasis karakter tersebut bisa disampaikan dalam wujud bimbingan ataupun konseling, dan penyimpangan moral yang terjadi di sekolah pun bisa diluruskan dengan bantuan bimbingan dan konseling. Pendidikan karakter terbagi atas tiga komponen baik yang penting, yaitu: a. Moral Knowing atau pengetahuan tentang moral. Moral knowing merupakan hal penting yang diajarkan. Moral knowing itu sendiri terbagi atas enam hal yang terdiri dari moral awareness, knowing moral values, perspective taking, moral reasoning, decision making, dan self knowledge. b. Moral Feeling atau perasaan tentang moral. Moral feeling merupakan aspek yang harus ditanamkan kepada peserta didik agar bias bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Seseorang harus memiliki enam aspek emosi agar bias menjadi manusia yang berkarakter. Enam aspek tersebut meliputi nurani, percaya diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, dan kerendahan hati. Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah dengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan komitmen terhadap nilai-nilai moral (muslich, 2011:135). c. Moral Action atau perbuatan moral. Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat

diimplementasikan menjadi tindakan yang nyata. Ketiga komponen ini penting agar peserta didik mampu memahami, merasakan, dan melaksanakan nilai-nilai moral.

D. Moral dan Kenakalan Remaja Globalisasi sudah menembus semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk ke rumah- rumah, memborbardir pertahanan moral dan agama, sekuat apa pun dipertahankan. Televisi, internet, Koran, handphone, dan lain lain adalah media informasi dan komunikasi yang berjalan dengan cepat, menggulung sekat- sekat tradisional yang selama ini dipegang kuat- kuat. Dari lingkungan militer, lembaga keuangan bahkan sampai dunia pendidikan tidak lepas dari globalisasi media. Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan moral masyarakat yang beradab, masyarakatPage | 6

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

yang tampil dengan wajah kemanusiaan dan pemanusiaan yang normal. Dengan kata lain, pendidikan adalah moralisasi masyarakat, terutama peserta didik. Dalam jurnal Dinamika Pendidikan, Sigit Dwi Kusrahmadi (2007: 122) menuliskan bahwa moral berasal dari bahasa latin mores, yang artinya adat istiadat, kebiasaan atau cara hidup. Kata mores memiliki sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib hati nurani yang membimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral sama dengan istilah etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos, yaitu suatu kebiasaan adat istiadat. Secara etimologis etika adalah ajaran tentang baik dan buruk, yang diterima umum tentang sikap dan perbuatan. Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sedang etika lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan pada suatu profesi (Budi Istanto, 2007; 4). Menurut Kaelan (Sigit, 2007: 123) Moral yaitu suatu ajaran-ajaran atau wejangan, patokan-patokan atau kumpulan peraturan baik lesan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.. Moral selalu mengacu pada baik buruk manusia, sehingga moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma moral dipakai sebagai tolok ukur segi kebaikan manusia. Menurut Magnis Suseno yang dikutip Hendrowibowo; moral adalah sikap hati yang terungkap dalam sikap lahiriah. Moralitas terjadi jika seseorang mengambil sikap yang baik, karena ia sadar akan tanggungjawabnya sebagai manusia. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik sesuai dengan nurani (Hendrowibowo, 2007: 85). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa moral merupakan suatu sistem atau aturan yang sudah lama melekat dalam suatu kelompok masyarakat yang kemudian dijadikan patokan atau ukuran dari sikap yang dianggap baik atau buruk. Jika terjadi bentuk perilaku anggota kelompok tersebut yang kurang sesuai dengan aturan moral yang telah disepakati, maka bisa dikatakan bahwa orang tersebut telah melakukan pelanggaran moral. Dengan adanya benih nilai-nilai moral yang sudah disemaikan dalam keluarga, diajarkan di sekolah oleh guru dan masyarakat diharapkan setiap personal dapat mempraktikkan nilai moral dalam totalitas kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Modal nilai moral yang sudah ada dalam personal merupakan lahan yang subur bagi anak-anak usia sekolah untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam mewujudkan masyarakat yang ideal. Terlebih lagi dalam pembelajaran dan sosialisasi pendidikan

Page | 7

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

moral dapat dimanfaatkan konsep learning to do, learning to be, learning to know, learning to live together. Kenakalan Remaja merupakan salah satu bentuk pelanggaran moral yang dilakukan oleh remaja usia- usia anak SMP dan SMA.Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi (Anonim:2011). Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi tetapi adakalanya semangat tersebut mengarah ke yang bersifat negatif sehingga sering disebut dengan kenakalan remaja. Ada banyak contoh kenakalan remaja terutama saat ini dimana kenakalan remaja tersebut sangat banyak di pengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Oleh beberapa ahli kenakalan remaja didefenisikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa (id.wikipedia.com). Sementara itu, menurut Paul Moedikdo (Anonim:2011) kenakalan remaja adalah: 1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya. 2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat. 3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial. Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja: Reaksi frustasi diri Gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja Kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga Kurangnya pengawasan dari orang tua Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern Dasar-dasar agama yang kurang. Tidak adanya media penyalur bakat/hobi Masalah yang dipendam Broken home Pengaruh kawan sepermainanPage | 8

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

-

Relasi yang salah Lingkungan tempat tinggal

-

Informasi dan teknologi yang negatif

-

Pergaulan

E. Pendidikan Menengah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (Muslich, 2011:85). Dalam Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh lembagalembaga tertentu di tempat tertentu dalam hal ini pemerintah dan swasta dengan kurikulum maupun sistem pendidikan yang bersifat mengikat dan resmi. Berdasar usia peserta didiknya, pendidikan formal di Indonesia terbagi menjadi lima jenjang, dimulai dari yang pertama yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar (1-6) meliputi SD,MI dan Kejar Paket A, lalu Pendidikan Dasar (7-9) meliputi SMP, MTs, dan Kejar Paket B, kemudian Pendidikan Menengah lalu yang terakhir adalah Pendidikan Tinggi. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Namun baik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ) maupun MadrasahPage | 9

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

Aliyah (MA) oleh masyarakat sering diseragamkan dengan sebutan SMA, karena memang taraf pendidikannya yang sama, hanya saja penjurusan atau konsentrasi pelajarannya yang berbeda. Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Pada tahun kedua (yakni kelas 11 ), siswa SMA dapat memilih salah satu dari 3 jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa, begitu halnya dengan Madrasah Aliyah, hanya saja ada beberapa MA yang membuka penjurusan ke bidang Agama. Sementara itu, SMK karena disetting untuk mencetak lulusan yang siap berkontribusi dalam dunia kerja, maka penjurusan telah dilakukan sejak tahun pertama masuk (kelas 10). Pada akhir tahun ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. Dalam pelaksanaannya, pendidikan menengah juga memiliki sistem atau aturan dalam kegiatan belajar mengajar yang disebut sebagai kurikulum. Dalam sebuah sosialisasi KTSP Kemendiknas (2007) dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah adalah: 1) 2) 3) 4) 5) Pendidikan agama Pendidikan kewarganegaraan Bahasa Matematika Ilmu pengetahuan alam 6) 7) 8) 9) 10) Ilmu pengetahuan sosial Seni dan budaya Pendidikan jasmani dan olahraga Keterampilan/kejuruan Muatan lokal.

Page | 10

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

BAB III PEMBAHASAN

A. Nilai- Nilai Karakter untuk Jenjang Pendidikan Menengah Dalam rencana aksi nasional pendidikan karakter yang dikutip oleh Timbul Mulyono (2011: 3), pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari- hari dengan sepenuh hati. Ki Hajar Dewantara (Adya, 2011:10) menyatakan bahwa pendidikan

komprehensif adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian ini tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Dari pendapat tersebut bisa kita artikan bahwa pendidikan komprehensif mencakup ilmu pengetahuan, budi pekerti (akhlak, karakter), kreativitas, dan inovatif. Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dalam Panduan Kemendiknas (2011: 16) disebutkan bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsipprinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) lingkungan, serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapan puluh nilai tersebut merupakan hal yang sangat sulit, sehingga dalam pelaksanaannya tidak serta merta menanamkan kedelapan puluh nilai tersebut. Berikut kami berikan daftar 20 nilai yang kami nilai merupakan nilai utama dan dapat mewakili nilai- nilai yang lainnya.

Page | 11

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius) Yaitu pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. 2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri a) Jujur Yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain b) Bertanggung jawab Yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. c) Bergaya hidup sehat Yaitu segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. d) Disiplin Yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e) Kerja keras Yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaikbaiknya. f) Percaya diri Yaitu sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. g) Berjiwa wirausaha Yaitu sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. h) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Yaitu berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

Page | 12

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

i) Mandiri Yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. j) Ingin tahu Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. k) Cinta ilmu Yaitu cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. b. Patuh pada aturan-aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. c. Menghargai karya dan prestasi orang lain Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. d. Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. e. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 5) Nilai kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.Page | 13

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

a. Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsanya. b. Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Tentu saja, fokus pendidikan karakter adalah sekolah dan semua pihak yang terlibat didalamnya memikul tanggung jawab membangun karakter dimana peserta didik harus mengalami dan memiliki pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai- nilai baik nilai ideal agama, nilai moral utama, pancasila,dan nilai- nilai setempat atau nilai yang menjadi aturan dalam masyarakat.

B. Potret Pendidikan Karakter pada Jenjang Pendidikan Menengah Saat Ini Dilihat dari sudut pandang psikologi perkembangan, dengan adanya jenjang sekolah dari tingkat SD, SMP, hingga tingkat SMA, sudah seharusnya bahwa manusia semakin cerdas sesuai jenjangnya, dan seiring berjalannya waktu pengetahuan semakin dewasa, teknologi pun semakin canggih dan dunia nampak semakin tua. Namun di balik semua itu, apakah Indonesia menjadi semakin baik, semakin nyaman, dan semakin sejahtera baik secara lahiriah maupun bathiniah? Mungkin tidak, bahkan sebaliknya. Indonesia nampaknya semakin mundur dan terpuruk. Pendidikan berbasis karakter itu sendiri sebenarnya sudah ada pada kurikulum pendidikan nasional sejak dulu. Bahkan, tidak hanya diajarkan di sekolah menengah saja, tetapi juga sudah diajarkan dari jenjang PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Tinggi sekalipun. Pendidikan berbasis karakter yang biasa kita kenal dan bisa kita temui di sekolah banyak di aplikasikan dalam beberapa mata pelajaran antara lain pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan Agama, dan pada jam Bimbingan dan Konseling. Lantas, jika sudah ada di dalam kurikulum pendidikan, mengapa masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang melakukan pelanggaran nilai-nilai moral atau yang biasa kita sebut kenakalan remaja? Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka kenakalan yang terjadi sekarang ini, terutama pada tingkat pendidikan menengah, akan terus menerus bertambah dan sulit untuk dibasmi. Karena siswa menganggap apa yang selama ini mereka lakukan adalah benar. Terlebih lagi, para orang tua siswa yang tidak bisa mendampingi merekaPage | 14

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

seutuhnya karena siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dibanding di rumah. Selain karena belum diterapkannya prinsip-prinsip moral, menjamurnya kenakalan remaja ini juga disebabkan karena siswa tidak memiliki model yang bisa ditirunya, sehingga mereka cenderung mengikuti apa yang dilakukan temannya dibanding yang dilakukan oleh guru atau orang tua mereka sendiri. Mengingat tentang kasus yang telah terjadi, nampaknya nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada pendidikan

kewarganegaraan, pendidikan agama, serta bimbingan dan konseling yang dilakukan guru pembimbing, belum bisa diterapkan secara optimal oleh para siswa di Sekolah Menengah. Kebanyakan para guru hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran tersebut hanya untuk melaksanakan kewajiban atau sekadar formalitas saja, bahkan tidak sedikit guru yang beranggapan kegiatan belajar mengajar ini semata-mata hanya bertujuan untuk nilai akademik siswa saja, sehingga para guru tidak memperhatikan perilaku sehari-hari para siswanya, apakah siswanya sudah berhasil menerapkan apa yang mereka ajarkan atau belum. harus diakui hingga kini sekolah pada umumnya masih dominan menggarap pendidikan karakter di lingkungan kelas dan seputar halaman sekolah. Padahal pembudayaan dan pembiasaan karakter, selain dikembangkan di dalam kelas harus dikembangkan melalui budaya sekolah, kegiatan ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler, serta dalam kegiatan keseharian di rumah Situasi ini diperparah dengan derasnya arus globalisasi yang menyeret para siswa yang masih cenderung labil ini untuk mengikuti gaya hidup yang hedonis, materialis, dan serba instan. Terlebih lagi tayangan televisi yang tidak mendidik, yang justru secara tidak langsung mendidik para penontonnya untuk bertindak melanggar norma-norma yang ada. Sebagai contoh, televisi masa kini sedang marak-maraknya menayangkan sinetron yang menceritakan peran antagonis yang penuh kejahatan dan rasa dendam. Kalau begini situasinya, wajarlah jika angka kenakalan remaja saat ini semakin meninggi. Semua yang berperan dalam proses pendidikan (siswa, guru, menteri, orang tua dan siswa) masih banyak yang belum mengerti akan tujuan pendidikan sebenarnya. Banyak dari mereka yang menganggap sekolah hanya sekedar untuk formalitas saja, sehingga banyak terjadi kecurangan dalam proses pendidikan antara lain memakai cara yang instan dan curang untuk mendapat nilai bagus, penghargaan, dan tidak mau tercoreng nama baiknya (sekolah, orang tua, dan siswa)

Page | 15

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

Generasi yang terbentuk dari pendidikan hanyalah robot-robot pendidikan yang cerdas namun tak bernurani, karena sistem pendidikan yang sekarang ini dijalankan terlalu mengedepankan aspek kognitif saja, sehingga aspek afektif dan psikomotor seolah-olah tak penting. Padahal, banyak potensi lainnya yang perlu dikembangkan. Sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi yang kurang peka terhadap permasalahan- permasalahan sosial di sekitarnya. Generasi instan atau karbitan inilah istilah ekstrim yang biasa diberikan. Orang sering terjebak, pendidikan karakter itu diterjemahkan hanya sebagai sopan santun. Padahal lebih dari itu. Yang mau dibangun adalah karakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementrian Pendidikan Nasional sebenarnya telah mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi Olah hati, Olah Pikir, Olah Raga dan Kinestetik, dan Olah Rasa Karsa. Akan tetapi, implementasi seringkali menjadi titik krusial dan kritis dari setiap pelaksanaan rencana, dan nampaknya pendidikan karakter sendiri selama ini menagalami apa yang disebut unoperate knowledge, karena lebih banyak muncul sebagai pengetahuan dalam bentuk mata pelajaran. Menurut Ali Muhtadi (2010 :31) ada tiga asumsi yang menyebabkan gagalnya pendidikan moral atau budi pekerti ke dalam sikap dan perilaku siswa. Pertama, adanya anggapan bahwa persoalan pendidikan moral adalah persoalan klasik yang

penanganannya adalah sudah menjadi tanggung jawab guru agama dan guru PKn. Kedua, rendahnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan dan

mengintegrasikan aspek- aspek moral/ budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Ketiga, proses pembelajaran mata pelajaran yang berorientasi pada akhlak dan moralitas serta pendidikan agama cenderung bersifat transfer of knowledge dan kurang diberikan dalam bentuk latihan- latihan pengalaman untuk menjadi corak kehidupan sehari- hari. Program pengembangan karakter seharusnya memberikan kesempatan pembelajar untuk merefleksikan apa yang diinginkan dalam kehidupan keseharian bermasyarakat dan keluarga, apa yang menjadi konsen dan tujuan hidupnya. Hal ini sangat jarang dilakukan dan pada kenyataannya keseharian pembelajaran di kelas lebih banyak muncul pembelajaran yang mengajarkan keterampilan dan pengetahuan dasarPage | 16

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

namun belum menyentuh pada pengetahuan, perasaan, pengambilan keputusan, dan melakukan tindakan- tindakan moral terkait substansi di dalam mata pelajaran.

C. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter Menurut Marihot Manullang dalam Waluyo Adi (2010 : 58), pendidikan karakter disekolah diharapkan mampu membentuk manusia bercirikan kapasitas mental yang berbeda dengan orang lain seperti kepercayaan, keberanian, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, kekuatan dalam memegang prinsip dan sifat unik lainnya yang melekat dalam dirinya. Ciri-ciri karakter tersebut harus diamalkan pengurus sekolah, para guru, para karyawan, dan peserta didik tanpa terkecuali. Kultur sekolah dikondisikan agar karakter sebagai ciri kepribadian ini mampu dan dapat dilaksanakan secara harmonis tanpa ada rasa keterpaksaan. Apabila terjadi pelanggaran sekolah mampu memberikan sangsi edukatif yaitu diawali dengan peringatan dan contoh, baru tindakan yang lebih tegas. Semua hal tersebut seharusnya dibicarakan secara terbuka saat penerimaan siswa baru sampai saat pertemuan- pertemuan lain civitas sekolah maupun orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Strategi Pendidikan karakter secara terpadu di SMA dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajamen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai karakter, (c) nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (d) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan, dan (e) nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan. Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (a) pelanggaran tata tertib yang berimplikasi padaPage | 17

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan, (b) penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, (c) penyelenggaraan kantin kejujuran, (d) penyediaan kotak saran, (d) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, misalnya: shalat dhuhur berjamaah, (e) Salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (f) pengelolaan & kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Fungsi Kegiatan pembinaan kesiswaan meliputi: fungsi pengembangan, fungsi sosial, fungsi rekreatif, dan fungsi persiapan karir Strategi keteladanan menjadi penting karena realitas generasi muda saat ini banyak hidup dalam ketidakpastian, kekhawatiran, kurang membaca, dan ingatan jangka waktu pendek, sehingga bisa kita katakan bahwa pendidikan karakter memerlukan keteladanan dari pimpinan dan para guru, sandaran nilai- nilai kemuliaan hidup sebagai acuan karakter, konsistensi pelaksanaan, dan tidak memerlukan sarana istimewa. Dimulai dari pengurus sekolah terutama guru, karena guru merupakan figur kunci di sekolah, sehingga menjadi model bagi para siswanya. Oleh karena itu, guru harus memiliki, menguasai, dan mampu menerapkan nilai-nilai norma sehingga guru pantas dijadikan teladan bagi para siswanya, membiasakan kebiasaan baik yang dapat menumbuhkan sifatsifat yang bisa membangun karakter yang baik. Contoh: membiasakan berdoa sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, dan melakukan membaca Al-Quran (bagi sekolah islam) di setiap pagi. Kemudian mengingatkan siswa secara halus ketika siswa melakukan kesalahan, dan memberitahukan kepada siswa akibat dari kesalahan tersebut jika dilakukan oleh siswa. Memarahi siswa atau menghukum siswa dengan kekerasan merupakan kesalahan fatal, karena akan menciptakan rasa dendam pada siswa yang justru akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Menciptakan kantin kejujuran guna melatih dan membiasakan siswa untuk jujur dan pemberian slogan dengan kalimat edukatif penuh nilai-nilai karakter yang bersifat persuasif di lingkungan sekolah juga dapat dijadikan strategi tambahan. Diharapkan siswa mampu menerapkannya di rumah dan lingkungan sekitarnya. Semua aspek pendidikan mulai dari ruang kelas hingga lingkungan tempat tinggal harus tetap berkesinambungan dalam menjaga nilai-nilai pendidikan karakter.

Page | 18

KATEGORI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah karakter merupakan pondasi dalam segala hal, sehingga karakter perlu dibina, salah satunya melalui pendidikan berbasis karakter. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan pada siswa di jenjang pendidikan menengah dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan lingkungannya, dan dengan negaranya. Namun, pada kenyataannya nilai-nilai tersebut belum diterapkan dengan optimal, sehingga masih terjadi kenakalan remaja pada jenjang pendidikan menengah. Dalam upaya menanggulangi kenakalan remaja tersebut perlu strategi

implementasi pendidikan karakter yang lebih efektif, antara lain: mengintegrasikan mata pelajaran yang diajarkan dengan pendidikan moral, menjadikan guru dan karyawan sekolah lainnya sebagai teladan yang berakhlak baik sehingga bisa dijadikan model oleh para muridnya, dan mengadakan program-program kreatif yang bisa membina karakter murid (contoh: kantin kejujuran, membaca al-Quran secara rutin, dan lain-lain).

B. SARAN Untuk Guru dan Para Pendidik 1. Semestinya para pendidik memperhatikan aspek afektif dan psikomotor dari siswanya, jangan hanya mengutamakan aspek kognitif dari siswa saja. 2. Sebaiknya para pendidik memiliki dan menerapkan strategi untuk membantu siswa membangun karakternya. 3. Perlu adanya kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan karakter. 4. Perlu dimensi karakter yang sesuai karakter bangsa Indonesia. Untuk Para Siswa 1. Para siswa harus mulai sadar akan sikap-sikap moral yang baik. 2. Selain sadar, para siswa juga harus meresapi, membina, dan mengimplementasikan nilai-nilai moral yang ada pada diri siswa. 3. Sebaiknya siswa dapat memilih lingkungan yang baik bagi dirinya, sehingga tidak terjerat arus pergaulan yang tidak baik.Page | 19