PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DI DESA GIRI KENCANA …repository.iainbengkulu.ac.id/4550/1/SKRIPSI...
Transcript of PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DI DESA GIRI KENCANA …repository.iainbengkulu.ac.id/4550/1/SKRIPSI...
1
PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DI DESA GIRI
KENCANA KECAMATAN KETAHUN KABUPATEN
BENGKULU UTARA
(Studi Kasus Pada Orang Tua Yang Bercerai)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
FOKALIA DESKA
NIM. 1516210097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BENGKULU
TAHUN. 2020
2
3
4
PERSEMBAHAN
Dengan Penuh kerendahan hati, Skripsi ini Kupersembahkan kepada:
1. Puji Syukhur atas Nikmat yang Allah SWT berikan, keberkahan dan
pertolongan setiap langkah yang Allah tunjukan. Alhamdulillah ya Rabb
untuk semua ini, semoga Engkau selalu melindungi setiap hamba-hambaMu
yang menuntun keberkahan ilmu di jalanMu.
2. Teristimewa Ayahanda tersayang Alm.Martius Kampai dan Ibundaku
tercinta Desi Arianti sebagai tanda bakti hormat, dan rasa terima kasih
yang tiada terhingga ku persembahkan karya kecil ini kepada ayah dan
ibu yang telah memberi kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih
yang tiada mungkin dapat kubalas hanya selembar kertas yang
bertuliskan kata cinta persembahan ini. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat ayah dan ibu bahagia. Amin.
3. Adikku tercinta Fadel Muhammad Kamka,tiada yang paling
mengharukan saat bersamamu, walaupun kita sering bertengkar tapi
hal itu selalu menjadi warna yang tak bisa tergantikan, terima kasih
atas doa dan bantuannya selama ini, semoga kita menjadi anak yang
bisa sukses mewujudkan harapan alm. Ayah dan Ibu.
4. Terimakasih tak terhingga untuk Udaku Benny Karmandes yang
sangat membantu membiayakan perkuliahan Foka sampai selesai,
semoga Allah selalu memberi nikmat dan rahmat-Nya selalu untuk uda
dan semua keluarga baik itu dari keluarga Alm. Ayah dan ibu yang
5
sudah sangat membantu dan memberikan arahan serta semangatnya
untuk Foka, Foka ucapkan beribu banyak terimakasih
5. Sahabat seperjuanganku Raga Ekalindra, Cici Agustari, Mutiara Dewi
Lestari, Ulan Dari, Yosi Davista, Dwi Aryanita, Weni Saputri, Intan
Tele, Sitek, Mak Lisi, Pita, dan Cik Zal, yang sudah setia menemaniku
memberi warna-warni pangku perkuliahanku dengan indah.
6. Mbak cantik Nurmah Intan Hidayati, S.Pd yang selalu bersedia Foka
repotkan untuk menyelesaikan skripsi Foka ucapkan banyak
terimakasih.
7. Teman-teman seperjuangan PAI lokal D angkatan 2015 yang tak bisa
ku sebut satu persatu, tanpa kalian mungkin masa-masa kuliah saya
akan menjadi biasa-biasa saja.
8. Agama, bangsa, serta Almamterku dan kampus hijauku tercinta Institut
agama Islam Negeri (IAIN) BENGKULU
6
MOTTO
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Q.S TAHRIM:6
7
8
ABSTRAK
Fokalia Deska, NIM. 1516210097 Pendidikan Islam Dalam Keluarga Di
Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara (Studi
Kasus Pada Orang Tua Yang Bercerai). Pembimbing 1. Wiwinda, M.Ag,
Pembimbing 2.Masrifa Hidayani, M.Pd.
Kata Kunci: Perceraian Orang Tua, Pendidikan Islam Pada Anak.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan anak untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani
akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk anak-anak menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Perceraian adalah hal yang menyakitkan bagi kedua belah pihak dan juga sangat
menyakitkan untuk anak-anak mereka, tetapi ini keputusan kedua orang tua yang
menurut orang tua yang terbaik, dan terkadang anak menjadi imbasnya dari
persoalan itu, begitupun juga dengan pendidikan agama anak, pengawasan orang
tua yang menjadi berkurang akan membuat mereka lalai dalam menjalankan
perintah-perintah agama.Orang tua sangat berpengaruh dalam mendidik anak
terutama dalam pendidikan Islam, maka dari itu orang tua harus lebih
memperhatikan dan selalu membimbing dan mendidik anak dengan baik. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif
kualitatif. Permasalahannya bagaimana pendidikan Islam dalam keluarga pada
anak-anak yang orang tuanya mengalami perceraian, apakah problem orang tua
yang bercerai dalam memberikan pendidikan Islam pada anak dan bagaimana
upaya orang tua yang bercerai dalam memberikan pendidikan Islam pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelasakan tentang untuk mengetahui gambaran
pendidikan agama anak dalam keluarga yang orang tuanya mengalami perceraian
di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa perceraian pada orang tua yang mengakibatkan anak
kekurangan figure bapak/ibu didalam rumah mereka, menjadi kelalaian dalam
mengawas anak. Dalam upaya memberikan pendidikan Islam pada anak orang
tua lebih mempercayakan pada guru disekolah, dan guru ngaji ditempat les
mereka. Oleh karena itu pengetahuan agama yang mereka kuasi masih belum
cukup, akan tetapi orang tua yang mengalami perceraian memberi motivasi lebih
pada anak mereka dengan fasilitas yang mendukung untuk meningkatkan
pendidikan agama pada anak yang orang tuanya mengalami perceraian.
viii
9
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadiran Allah s.w.t, yang mana berkat
petunjuk dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pendidikan Islam Dalam Keluarga Di Desa Giri Kencana
Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara ( Studi Kasus Pada Orang Tua
Yang Bercerai)”.Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan dan uswatun khasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Serta kepada
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusun skripsi ini tidak terlepas
dari adanya bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu izinkan penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H Sirajuddin.M. Ag. M. H selaku rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Bengkulu
2. Dr. Zubaedi, M.Ag. M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu
3. Nurlaili, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
4. AdiSaputra, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam institut
agama islam negeri (IAIN) bengkulu
5. Wiwinda, M.Agselaku pembimbing pertama yang selalu membantu,
membimbing dan mengarahkan penulis dari awal pembuatan skripsi ini
sampai selesai
ix
10
6. Masrifah Hidayani, M.Pd selaku pembimbing kedua yang senantiasa sabar
dan tabah dalam mengarahkan dan memberikan petunjuk serta
motivasinya kepada penulis dalam penyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Ibu Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai bekal
pengabdian kepada masyarakat, agama, nusa dan bangsa.
8. Pimpinan perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu
serta stafnya, yang telah memberikan fasilitas buku dalam pembuatan
skripsi ini.
9. Kepala Desa Giri Kencana yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.
Akhirnya pada Allah S.W.T penulis memohon semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan agar berguna bagi penulis dan pembaca.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Bengkulu, 2019
Fokalia Deska Nim 1516210097
x
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... vi
SURAT KEASLIAN ...................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
D. Batasan Masalah............................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan.................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Islam ........................................................................... 11
B. Keluarga Orang Tua Yang Mengalami Perceraian ....................... 23
C. Hasil Penelitian Yang Relavan...................................................... 37
D. Kerangka Berpikir ......................................................................... 40
xi
12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 42
B. Tempat Penelitian........................................................................... 43
C. Sumber Data ................................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 44
E. Teknik Keabsahan Data ................................................................. 45
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 46
BAB V1 LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Fakta Temuan Penelitian .............................................................. 48
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 78
B. Saran ............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1Kerangka Berpikir ....................................................................... 41
xiii
14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1Batas Desa Giri Kencana ................................................................ 49
xiv
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara luas, pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi individu. Sedangkan secara sempit, pendidikan adalah
sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh
yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan
kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran
penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. 1
“Agama” diucapkan oleh orang Barat dengan Religios (bahasa Latin).
Religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman) dan Religie (bahasa Belanda).
Istilah ini bukannya tidak mengandung arti yang dalam melainkan
mempunyai latar belakang pengertian yang mendalam yang berarti “ re dan
eligareí” yang berarti ”memilih kembali” dari jalan sesat ke jalan Tuhan, “
menghubungkan antara Tuhan dan manusia yang telah diputuskan oleh
karena dosa-dosanya dan “membaca berulang-ulang bacaan suci” dengan
maksud agar jiwa si pembaca terpengaruh oleh kesuciannya.
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
1 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan (Yogakarta:Penerbit Teras,2009), h. 1
1
16
manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta
mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada
masyarakat serta alam sekitarnya. Agama sebagai sumber sistem nilai,
merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk
memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik,
ekonomi, soaial, budaya, dan militer, sehingga berbentuk pola motivasi,
tujuan hidup dan perilaku manusia yang menuju kepada keridhaaan Allah
(Akhlak). Dengan demikian budaya itu lahir dari agama Islam sehingga
tidaklah benar kalau agama dianggap sebagai bagian dari budaya.
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-
ketentuan ibadah dan mu‟amalah (syariah), yang menentukan proses
berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.2
Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui
hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan
yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah
dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung
(biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Orang tua merupakan
setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas
rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan
ibu. Orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa,
2
Abu Ahmad dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2008), h. 4
17
terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan
mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan
bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani
kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan
berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki
kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga
yang satu dengan keluarga yang lain.
Setiap orang tua selalu ingin melakukan yang terbaik untuk anak-
anaknya baik itu perkembangan anak itu sendiri, dan kebahagian dari anak
tersebut. Dan orang tua adalah contoh teladan bagi anak tersebut, apapun
yang dilakukan orang tua terhadap anak pasti anak diingat oleh anak
tersebut dan bisa jadi akan dilakukannya kembali baik itu positif atau
negatif. Dan anak merupakan anugerah Allah Swt dan perhiasan hidup. Oleh
sebab itu, secara naluri setiap manusia mendambakan kehadiran seorang
anak, dan merasa belum sempurna hidupnya jika belum memiliki anak. Bagi
orang tua yang memiliki anak, banyak dari mereka yang begitu bahagia
akan kehadirannya. Mereka bangga akan prestasi anaknya, entah itu
mendapat rangking disekolah, juara dalam sebuah lomba, sukses meraih
gelar akademik, menduduki sebuah jabatan, dan lain-lain. Untuk itu,
Alquran mengingatkan bahwa anak dan harta merupakan cobaan, maka
jangan sampai menyebabkan kelalaian kepada Allah Swt, sebagaimana
firman-Nya:
18
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang
siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang
rugi.” (QS. al-Munafiqun: 9).
Di sisi lain, Alquran mengingatkan kita agar memperhatikan keluarga
dan menyelamatkan mereka dari siksa api neraka, “peliharalah dirimu dan
keluargamu dari siksa neraka”, serta adanya kekhawatiran terhadap mereka
kelak jika meninggalkannya dalam kondisi lemah. Keluarga adalah mereka
yang terikat oleh tali perkawinan, mereka yang karena pertalian darah atau
seketurunan sebagai ahli waris dan seagama, serta mereka yang sepersusuan
meskipun tidak termasuk ahli waris. 3
Baginda Rasulullah memperlakukan anak-anak begitu mulia, sehingga
anak tidak merasa dilecehkan atau dianaktirikan. Seorang anak haruslah
dirawat dan dipelihara secara baik, diberikan pengayoman, kasih sayang
sepenuhnya tanpa boleh menyakitinya. Anak merupakan investasi yang
paling mahal dan berharga, karena ia mampu menyelamatkan orang tuanya
dari siksa api neraka melalui doa-doa dan kesalehannya.Semua orang tua
berharap agar anaknya menjadi saleh, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Bahkan, ketika kelak meninggalkan dunia fana ini, orang tua sangat
berharap anaknyalah yang memandikan jenazahnya, membalutkan kain
3
Ismail, Nurul Huda dan Abdul Kholiq, Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta:Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,2001), h. 44
19
kafan pada sekujur tubuhnya, menjadi imam shalat jenazah, serta dapat
mengantarkan mereka ke surga. Namun harapan indah itu tidak mungkin
terwujud begitu saja tanpa adanya pembekalan sejak dini. Untuk itu,
Rasulullah saw mengingatkan bahwa anak dilahirkan dalam kondisi fitrah,
suci laksana kain putih.
عن ابىهريرة يقولكان :قال رسول الل ص كل مىلىد يىلد على الف طرة،
رانو ( اور ه البخار) سانو أو ينص دانو أو ي مج فأبىاه يهى
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang
tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Al-
Bukhari.)4
Kedua orang tuanyalah yang berperan besar; apakah kelak anaknya
menjadi seorang Yahudi, Nasrani, maupun Majusi.Adanya orang tua
dilengkapi dengan anak dan begitu juga dengan adanya kebahagia dengan
adanya orang tua yang lengkap bagi anak tersebut. Maka jika terjadi
perceraian orang tua, anak akan merasa sangat terpukul dan akan merasa
begitu kehancuran yang terjadi pada kehidupan keluarga nya, keharmonisan
yang telah dibangun akan hancur dengan perceraian.
Perceraian adalah satu-satunya jalan bagi orangtua untuk dapat terus
menjalani kehidupan sesuai yang mereka inginkan, namun perceraian selalu
menimbulkan akibat buruk pada anak anak mereka, meskipun dalam kasus
tertentu dianggap alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam
4 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi(Jakarta: Amzah,2012), h. 68
20
keluarga dengan kehidupan pernikahan yang buruk. Biasanya dilihat saja
perkembangan anak akibat perceraian orangtuanya yaitu anak akan lebih
menderita dan akan menimbulkan trauma, sehingga anak juga akan bingung
untuk memihak ayah atau ibunya. Setelah perceraian hal akan membawa
pengaruh langsung bagi anak–anak mereka terlihat pula dalam
menyesuaikan diri dengan situasi baru ini yang diperlihatkan dengan cara
dan penyelesaian yang berbeda.
Setelah dilakukannya observasi di Desa Giri Kencana Kecamatan
Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara pada tanggal 12 September 2018
terdapat realita yang terjadi permasalah dengan adanya pendidikan agama
anak terhadap orang tua yang mengalami perceraian. Menurut pengamatan
penulis, imbas dari perceraian kedua orang tua adalah anak-anak mereka
yang kehingan figur atau tauladan, dengan demikian kondisi jiwa, mental
mereka tergunjang, dan kecewa. Tidak jarang anak akan mencari solisinya
dengan hal-hal yang negatif. Sebagai tempat pelarian dari masalah-masalah
yang anak hadapi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan melakukan
penelitian tentang Pendidikan Islam Dalam Keluaga Di Desa Giri Kencana
Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara ( Studi Kasus Pada Orang Tua
Yang Bercerai).
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
21
1. Dari dampak perceraian orang tua maka anak menjadi kehilangan figur
orang tua.
2. Dari dampak perceraian orang tua maka anak menjadi lalai dalam urusan
agama.
3. Kurangnya perhatian orang tua yang bercerai sehingga membuat anak
lebih suka mengambil perhatian dari orang lain yang berada
disekelilingnya.
4. Kurangnya perdulian orang tua yang bercerai akan membuat anak lebih
cendrung tertutup kepada kedua orang tuanya.
5. Anak akan lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan hal
yang kurang baik, dan akan terjadi lingkungan luar akan membuat
mereka lebih nyaman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas untuk memudahkan peneliti, dan
agar memiliki arah yang jelas maka terlebih dahulu penulis menuliskan
perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Pendidikan Islam dalam keluarga pada anak-anak yang
orang tuanya mengalami perceraian?
2. Apakah problem orang tua yang bercerai dalam memberikan pendidikan
anak?
3. Bagaimana upaya orang tua yang bercerai dalam memberikan
pendidikan Islam pada anak ?
22
D. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, pada pembatasan masalah dalam
penelitian ini perlu dilakukan agar pembahasanya tidak terlalu luas dan tidak
menyimpang dari pokok permasalahan disamping itu juga untuk
mempermudah melaksanakan penelitian. Oleh sebab itu maka penulis
membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut: Batasan usia enam sampai
13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun bagi laki-laki yang bertempat tinggal
di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara. Dan
orang tua yang dimaksud, yaitu orang tua (Bapak atau Ibu) yang tinggal
bersama anaknya di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Bengkulu
Utara.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, dalam sebuah penelitian, baik penelitian
yang bersifat ilmiah maupun penelitian sosial pasti dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan penelitian. Tujuan penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pendidikan agama di Desa Giri
Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara ( studi pada orang tua yang
bercerai).
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini
sebagai berikut:
23
1. Manfaat Secara Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan
pemikiran ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu
psikologi perkembangan yang berkaitan dengan dampak perceraian orang
tua terhadap penyesuaian diri pada anak usia sekolah.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Masa akhir anak-anak , Memberikan gambaran secara khusus
mengenai penyesuaian diri anak di desa tersebut yang dihadapkan
dari keluarga yang memiliki status perceraian, karena dapat menjadi
acuan untuk mengatasi masalah-masalah anak-anak yang menjadi
korban perceraian orang tuanya sendiri.
b. Orang Tua, Bagi orang tua hal ini merupakan salah satu cara untuk
memberikan pengertian tentang dampak perceraian didalam keluarga
dan dampak bagi anak– anak mereka.
c. Masyarakat, Harapan peneliti dari hasil penelitian ini dapat menjadi
salah satu bahan pertimbangan bagi orang tua yang ingin bercerai
dalam mengambil keputusan dan pertimbangan untuk bercerai dan
diharapkan dapat membantu orang yang sudah bercerai untuk dapat
meminimalkan efeknya terhadap anak-anak mereka.
G. Sistematika Penulisan
Pada sistematika laporan ini, penulis membagi laporan tugas akhir ini
menjadi 3 (tiga) bab, adapun pembagian per bab dalam laporan ini yaitu :
24
BAB I PENDAHULUAN : Pada bab ini menjelaskan latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI : Pada bab ini penulis akan menguraikan dan
menjelaskan teori-teori yang relavan dengan yang diobservasikan atau
masalah yang diteliti terdiri dari pendidikan Islam yang terdiri pengertian
syari‟ah, akidah, akhlak dan hakikat perceraian yang terdiri dari pengertian
perceraian dan perceraian menurut doktrin hukum, hasil penelitian yang
relavan, kerangka berfikir dan sistematika penulisan.
BAB III METODE PENELITIAN : Pada bab ini akan menjelaskan tentang
metode dan jenis penelitian, tempat penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik keabsahan data dan teknik analisis data.
BAB IV LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Pada bab ini
akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian.
BAB V PENUTUP : Pada bab ini akan diakhiri dengan kesimpulan dan
saran.
25
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam
Dalam bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian
yang berasal kata didik yang diberikan awal pe dan akhiran an yang
berarti proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok
dalam usaha mendewasakan manusia.5Bila mana pendidikan diartikan
sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmani) yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan
tanggung jawab dalam masyarakat sebagai hamba Allah SWT, maka
pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) yang
menanamkan rasa tanggung jawab, sedangkan Islam adalah agama yang
benar di sisi Allah SWT. Salah satu problem pendidikan adalah
rendahnya mutu setiap pendidikan.6
Oleh karena itu, bilamana manusia yang berpredikat ‟muslim‟,
benar-benar menjadi penganut agama yang baik. Ia harus menaati ajara
dan menjaga agar rahmat Allah SWT tetap berada pada dirinya. Ia harus
mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajarannya yang
mendorong oleh iman sesuai dengan akidah islamiah. Untuk tujuan
itulah, manusia harus dididik melalui proses pendidikan Islam dan
5Erwati Azizi,Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Solo: PT Tiga Pustaka Mandiri, 2003),
h.23
6 Mawardi Lubis, Alfauzan Amin, Alimni, Partisipasi Komite Sekolah Dalam Mencapai
Efektivitas Manajemen Sekolah Dasar, Jurnal At-Ta‟lim Vol. 18. No,2, 2019. h.360
11
26
berdasarkan atas pandangan itu juga maka yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai
corak kepribadiannya.
Sebagai muslim yang telah mendapatkan pendidikan Islam ia harus
mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan yang diharapkan oleh
cita-cita Islam. Agama Islam adalah agama yang telah mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia muslim baik di dunia maupun ukhrawi.7Untuk
tujuan itulah, bila manusia yang berpredikat muslim, benar-benar akan
menjadi penganut agama yang baik, menaati ajaran islam menjaga agar
rahmat Allah tetap berada pada dirinya, Ia harus mampu memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajarannya sesuai iman dan akidah
islamiah.8
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.Menurut Zakiyah Dradjat pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu
7Dayun Riadi,Nurlaili, dan Junaidi Hamzah , Ilmu Pendidikan Islam, ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2017), h.3 8Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 7
27
menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Menurut Armai
Ariefpendidkan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa
kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah
Allah di muka bumi, yang bersandar kepada ajaran Al-quran dan Sunnah,
maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan kamil
setelah proses berakhir.9
Pendidikan Islam merupakan pendididikan yang secara khas
memiliki ciri islami, berbeda dengan konsep pendidikan lain yang
kajiannya lebih menfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Al-
quran dan Hadis. Artinya, kajian pendidikan islam bukan sekedar
menyangkut aspek normatif ajaran islam, tetapi juga terapannya dalam
materi, institusi, budaya, nilai dan dampaknya terhadap pemberdayaan
umat. Oleh karena itu, pemahamna tentang materi, institusi, kultur, dan
sistem pendidikan merupakan satu-kesatuan yang holistik, bukan parsial,
dalam mengembangkan sumber daya manusia yang beriman, berislam,
dan berihsan. Jadi, wajar jika para pakar atau praktisi dalam
mendefinisikan pendidikan Islam tidak dapat lepas dari sisi atau praktisi
dalam mendefinisikan pendidikan Islam tidak dapat lepas dari sisi
konstruksi peserta didik sebagai subjek dan objek.
9Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 8
28
1. Syariat
Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenaiberbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang
sifatnya duniawi maupun yang bersifat ukhrawi. Salah satu ajaran islam
adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan,
karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan
yang baik dan terarah.10
Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya
diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan Nabi
sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari sesuai
ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi kita
lihat bahwa pendidikan Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan
sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi
keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan
Islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. 11
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh
karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan
pendidikan amal dan juga karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap
dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahtera hidup
perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan
individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik
10
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 101 11
Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Perkasa, 1992), h.25.
29
adalah para Nabi dan Raul selanjutnya para ulama‟, dan cerdik
pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka.
2. Akidah
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ( العقد) yang
berarti ikatan, at-tautsiiqu ( التىثيق) yang berarti kepercayaan atau
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu ( الإحكام) yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ة بط بقى yang berarti mengikat (الر
dengan kuat.Sedangkan menurut istilah termologi, akidah
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun
bagi orang yang meyakininya.Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan
yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan
kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para
malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan
buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-
prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman
kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta
seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang
shahih serta ijma' salaf as-shalih.
3. Akhlak
Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam
pendidikan Islam adalah akhlak. Pendidikan agama berkaitan erat
dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebih-lebihan kalau kita katakana
30
bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah
yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang
dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan
akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang
diajarkan oleh agama. Sehingga seseorang muslim tidak sempurna
agamanya bila akhlaknya tidak baik.12
Menurut Iman al-Ghazali, bahwa akhlak yang disebutnya dengan
tabiat manusia dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu:
1) Tabiat-tabiat fitrah , kekuatan tabiat pada asal kesatuan tubuh dan
berkelanjutan selama hidup. Sebagaian tabiat tersebut lebih kuat
dan lebih dibandingkan dengan tabiat lainnya. Seperti tabiat
syahwat yang ada pada manusia sejak ia dilahirkan, lebih kuat dan
lebih sulit diluruskan dibandingkan tabiat marah.
2) Akhlak yang muncul dari suatu perangai yang banyak diamalkan
dan ditaati, sehingga menjadi bagian dari adat kebiasaan yang
berurat berakar pada dirinya.
Kata akhlak dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang sangat
diutamakan. Dalam Islam akhlak sangat erat kaitannya dengan
pendidikan agama sehingga dikatakan bahwa akhlak tidak dapat lepas
dari pendidikan agama. Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah
satu hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak
12
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Aura Pustaka), h. 63
31
sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak
dalam Islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan
langsung yaitu keridhaan dari Allah SWT.
Akhlak dalam Islam memiliki tujuh cirri, yaitu:
a. Bersifat menyeluruh atau universal.
b. Menghargai tabiat manusia yang berdiri dari berbagai dimensi.
c. Bersifat sederhana atau tidak berlebih-lebihan.
d. Realistis, sesuai dengan akal dan kemampuan manusia.
e. Kemudahan, manusia tidak diberi beban yang melebihi
kemampuan.
f. Mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan, perbuatan, terori,
dan praktek.
g. Tetap dalam dasar-dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum.13
Pembentukkan akhlak yang mulia merupakan tujuan utama
pendidikan Islam. Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah
untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemampuan, sopan
dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, perangai, dan
suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan
manusia yang memiliki keutamaan (al-fadillah). Berdasarkan tujuan ini,
maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana
pendidikan akhlak. Dan setiap pendidikan harus memelihara akhlak dan
memperhatikan akhlak diatas segala-galanya.
13
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Aura Pustaka), h. 64
32
4. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan sarana yang hendak dicapai dan sekaligus
merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas yang
dilakukan. Pendidikan Islam sebagai suatu proses yang mengarah kepada
pembentukan kepribadian manusia juga diletakkan pada tujuan yang
ideal dalam prespektif yang islami.14
Tujuan merupakan saranan yang hendak dicapai dan sekaligus
merupakan pedoman yang member arah bagi segala aktivitas yang
dilakukan. Pendidikan Islam sebagai suatu proses yang mengarahkan
kepada pembentukan kepribadian manusia juga diletakkan pada tujuan
yang ideal dalam perspektif yang islami. Tujuan umum pendidikan dan
pengajaran dalam Islam adalah mewujudkan seluruh manusia sebagai
abdi atau hamba Allah SWI. Tujuan ini akan membuahkan tujuan-tujuan
khusus. Mengingay bahwa Islam adalah risalah samawi yang diturunkan
kepada seluruh manusia, maka sudah seharusnya bila sasaran tujuan
umum pendidikan Islam adalah seluruh manusia pula.
Tujuan pendidikan Islam merupakan hal yang dominan dalam
pendidikan, rasanya penulis perlu mengutif ungkapan breiter, bahwa
pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti
bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai
seseorang secara utuh. Tujuan atau cita-cita sangat penting didalam
aktivitas pendidikan, kenapa merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh
14
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013), h. 19
33
sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan
sesuatu. Jika pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses
tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir.15
Oleh karena itu,
usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa.
Islam melakukan proses pendidikan dengan melakukan pendekatan
yang menyeluruh sehingga ada yang terabaikan sedikitpun, baik segi
jasmani maupun rohani. Dengan pendidikan, kualitas mental seseorang
akan meningkatkan dan segala proses yang dijalankan atas dasar fitrah
yang diberikan Allah.Berbicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya
dengan tujuan hidup manusia. Hal itu disebabkan pendidikan merupakan
alat yang digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya,
baik sebagai individu maupun masyarakat.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. Seperti yang diungkapkan
oleh Muhammad Athiyah Al-Abraysi bahwa tujuan utama dari
pendidikan islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih,
pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia baik laki-laki
maupun perempuan. Selain itu, juga mengertikan kewajiban masing-
masing, dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, maupun
15
Baharuddin dam Moh.Makin, Pendidikan Humanis:Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis
dalam Dunia Pendidikan, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2009), h.119
34
menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingat
Tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan.16
Sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan Islam diharapkan dapat
mengantarkan peserta didik untuk lebih dapat bersikap toleran, terbuka,
dan kritis terhadap segala perkembangan zaman. Usaha tersebut tidak
serta merta mereduksi nilai normatif-absolut itulah proses kependidikan
akan berlangsung secara konstan kearah tujuan yang tetap. Pendidikan
agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslimyang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikanyang
lebih tinggi.Secara umum, tujuan pendidikan agama Islam terbagi
kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan
operasional, tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagan
semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara
lain.17
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar
peserta didik manusia-manusia yang sempurna (insane kamil).
16
Heri Jauhari Mucthar, Fiqih Pendidikan,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), h.
129 17
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aura Pustak`a, 2015), h. 19
35
Sedangkan tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.18
Tujuan pendidikan agama Islam dalam perspektif para ulama
muslim.
1) Menurut abdul rahman shaleh mengatakan mengatakan bahwa
pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai
khalifah Allah swt, sekurang-kurangnya mempersiapklan diri
kepada tujuan akhir, yakni beriman kepada Allah dan tunduk serta
patuh secara total kepadanya.
2) Menurut Imam Al-Gazali mengatakan ada dua tujuan utama yakni,
membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan
diri kepada Allah swt. Dan membentuk insane purna untuk
memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat.
3) Menurut Hasan Lagulung dalan bukunya asas-asas pendidikan
Islam, hasan lagulung menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus
dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan
hidup untuk menjawab persoalan, untuk apa kita hidup yakni
semata-mata hanya untuk menyembah kepada Allah swt.19
Dari beberapa pendapat diatas tujuan pendidikan Islam dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan ini
diklasifikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan
18
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2015), h. 20 19
Heri Jauhari Mucthar, Fiqih Pendidikan,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), h.
131
36
tujuan operasional.Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan
Islam yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan, baik pada
zaman klazik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat difahami,
bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan agama Islam
tersebut merupakan bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan
masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system
pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Namun demikian
berkembangnya pemikiran tentang tujuan pendidikan islam tidak pernah
melenceng dari prinsip dasar yang menjadi asas berpijak dalam
pengembangan tujuan pendidikan yang dimaksud.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacuh pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.
Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup
di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan
kebaikan diakhirat kelak.
B. Keluarga Orang Tua Yang Mengalami Perceraian
1. Pengertian Perceraian
Perceraian menurut Pasal 38 UU No. 1 Tahun 1974 adalah
“Putusnya perkawinan”. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan
adalah menurut Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 adalah “Ikatan lahir batin
antara seseorang laki-laki dengan seseorang perempuan sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
37
dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi, perceraian
adalah putusnya ikatan lahir batin antara suami dan isrti yang
mengakibatkan berakhirnya hubungan keluarga (rumah tangga) antara
suami istri tersebut.20
Pasal 39 UU N0. 1 Tahun 1974 memuat ketentuan imperative
bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan, setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha mendamaikan kedua belah
pihak. Sehubungan dengan pasal ini, Wahyu Ernaningsih dan Pitu
Samawati menjelaskan bahwa walaupun perceraian adalah urusan
pribadi, baik itu atas kehendak satu di antara dua pihak yang seharusnya
tidak perlu campur tangan pihak ketiga, dalam hal ini pemerintah, tetapi
demi menghindari tindakan sewenang-wenang, terutama dari pihak
suami( karena pada umumnya pihak yang superior dalam keluarga adalah
suami) dan juga untuk kepastian hukum, maka perceraian harus melalui
saluran lembaga peradilan.
Lebih lanjut, Wahyu Ernaningsih dan Putu Samawati menjelaskan
bahwa dengan adanya ketentuan yang menyatakan bahwa perceraian
harus dilakukan didepan siding pengadilan, maka ketentuan ini berlaku
untuk seluruh warga negara Indonesia, termasuk juga bagi mereka yang
beragama Islam. Walaupun pada dasarnya,hukum Islam tidak
mengharuskan perceraian dilakukan didepan siding pengadilan, namun
kerena ketentuan ini lebih banyak mendatangkan kebaikan bagi kedua
20
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta:Sinar Grafika,2014), h. 18.
38
belah pihak pada khususnya, seluruh warga negara, termasuk warga
negara yang beragama Islam, wajib mengikuti ketentuan ini. Selain itu,
sesuai dengan asas dalam hukum positif Indonesia yang menyatakan
bahwa peraturan itu berlaku bagi seluruh warga negara, kecuali peraturan
menentukan lain. Sedangan dalam UU perkawinan tidak menyebutkan
ketentuan lain menyangkut masalah perceraian ini.21
Pengertian perceraian dapat dijelaskan dari beberapa perspektif
hukum berikut.
a. Perceraian menurut hukum Islam yang telah dipositifkan dalam Pasal
38 dan Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam
PP No. 9 Tahun 1975, mencakup antara lain sebagai berikut.
b. Perceraian dalam pengertian cerai talak, yaitu perceraian yang
diajukan permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada
Pengadilan Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku beserta segala
akibat hukumnya sejak saat perceraian itu dinyatakan (diikrarkan) di
depan siding Pengadilan Agama (vide Pasal 14 samapai dengan Pasal
18 PP No. 9 Tahun 1975).
c. Perceraian dalam pengertian cerai gugat, yaitu perceraian yang
diajukan gugutan cerainya oleh dan atas inisiatif istri kepada
Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
(vide Pasal 20 sampai dengan Pasal 36).
21
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta:Sinar Grafika,2014), h. 19
39
d. Perceraian menurut hukum agama selain hukum Islam, yang telah
pula dipositifkan dalam UU No. 1 Tahun 1974 dan dijabarkan dalam
PP No. 9 1975, yaitu perceraian yang gugatan cerainya diajukan oleh
dan atas inisiatif suami dan istri kepada Pengadilan Negeri, yang
dianggap terjadi beserta segla akibat hukumnya terhitung sejak saat
pendaftarannya oada daftar pencatatannya oleh Pegawai Pencatat di
Kantor Catatan Sipil (vide Pasal 20 dan Pasal 34 ayat (2) PP No. 9
Tahun 1975).22
Perceraian diakui dalam Islam sebagai satu jalan keluar dari
kemelut rumah tangga yang disebabkan oleh pertengkaran yang tidak ada
hentinya, atau salah satu pasangan telah memilih orang lain untuk
dijadikan pasangan barunya, atau salah satu pasangan telah memilih
orang lain untuk dijadikan pasangan barunya, atau suami yang tidak
melaksanakan kewajiban sedangkan ia adalah laki-laki yang mampu
untuk menafkahi isteri dan anak-anaknya, atau sebab lain yang
mengakibatkan hubungan suami isteri yang awalnya penuh dengan kasih
sayang, namun akhirnya berubah menjadi kebencian diantara
mereka.Perceraian adalah kata dalam bahasa Indonesia yang umum
dipakai dalam pengertian yang sama dengan talak dari kata “ ithlaq”
artinya melepaskan atau meninggalkan.
Dalam istilah agama talak artinya melepas perkawinan atau
bubarnya hubungan suami isteri.Hukum perceraian dalam Islam sering
22
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta:Sinar Grafika,2014), h. 20
40
menimbulkan kesalahpahaman, yaitu seakan-akan ajaran Islam
memberikan hak yang paling besar kepada laki-laki dibandingkan wanita.
Hukum Islam sebenarnya memberikan hak laki-laki dan wanita begitu
seimbang begitu pula dengan perkawinan laki-laki dan wanita memikil
beban tang sama dalam mempertahankan keutuhan rumah tangganya,
sehingga hukum Islam menetapkan perceraian sebagai perbuatan yang
halal namun dimurkai oleh Allah.Perceraian hanya boleh dilakukan
karena mengandung unsure kemaslahatan, ketika setiap jalan perdamaian
antara suami isteri yang bertikai tidak menemukan jalan perdamaian.
Perceraian hendaklah menjadi alternative yang lebih mendidik kedua
belak pihak.
Hukum Islam memberikan kebebasan sepenuhnya kepada kedua
belah pihak untuk mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang,
dalam batas-batas yang dapat dipertanggung jawabkan.Di samping
banyak akibat buruk dari suatu perceraian menyangkut kehidupan kedua
belah pihak dan anak-anak, dapat pula dibayangkan betapa tersiksanya
seseorang yang mana kedamaian rumah tangganya sudah tidak dapat lagi
dipertahankan, sehinggadalam kondisi seperti ini perceraian sebagai jalan
untuk menyelesaikan permasalahan ini.
2. Perceraian Menurut Doktrin Hukum
Perceraian menurut Subekti adalah “ Penghapusan perkawinan
dengan pususan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan
itu”. Jadi pengertian perceraian menurut Subekti adalah penghapusan
41
perkawinan, baik dengan putusan hakim atau tuntutan suami atau istri.
Dengan adanya perceraian, maka perkawinan antara suami dan istri
menjadi hapus. Namun, Subekti tidak menyatakan pengertian perceraian
sebagai penghapusan perkawinan itu dengan kematian atau yang lazim
disebut dengan istilah “cerai mati”. Jadi, pengertian perceraian menurut
Subekti lebih sempit dari pada pengertian perceraian menutur Pasal 38
UU No. 1 Tahun 1974 sebaimana telah diuraikan diatas.23
Latar belakang dan tujuan perceraian dapat dipahami dari
penjelasan Soemiyati bahwa dalam melaksanaka kehidupan suami istri
tentu saja tidak selamanya berada dalam situasi yang damai tenteram,
tetapi kadang-kadang terjadi juga salah paham antara suami istri atau
salah satu pihak melalaikan kewajibannya, tidak percaya-mempercayai
satu sama lain dan lain sebagainya. Dalam keadaan timbul ketegangan
ini, kadang-kadang dapat diatasi, sehingga antara kedua belah pihak
menjadi baik kembali, tetapi adakalanya kesalahan paham itu menjadi
berlarut, tidak dapat didamaikan dan terus-menerus terjadi pertengkaran
antara suami istri tersebut.
Apabila suatu perkawinan yang demikian itu berlanjutkan, maka
pembentukan rumah tangga yang damai dan tentram seperti yang
disyaratkan oleh agama tidak tercapai. Dalam kehidupan rumah tangga,
mestipun pada mulanya dua suami-istri penuh kasih sayang seolah-olah
tidak akan menjadi pudar, namun pada kenyataannya rasa kasih sayang
23
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta:Sinar Grafika,2014), h.20
42
itu bila tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan jilang terganti dengan
kebencian.24
Selain itu, ditakutkan pula perpecahan antara suami istri ini
akan mengakibatkan perpecahan keluarga yang makin meluas, maka
dalam agama Islam mensyaratkan perceraian sebagai jalan ke luar yang
terakhir bagi suami istri yang sudah gagal dalam membina rumah
tangganya.
Lebih lanjut, Soemiyati menjelaskan bahwa perceraian walaupun
diperbolehkan, tetapi agama Islam tetap memandang bahwa perceraian
adalah sesuatu yang bertetangan dengan asas-asas Hukum Islam
sebagimana ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan dinyatakan shahih oleh Al-Hakim,
yaitu:
ابىعن : وسلميقىلرسىلللهصلىاللهعليهق الداءالد
لابغاض( داودابىرواه) لا قتاعاالاىاللهلاىإلحا الطلا
”Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian”.(HR. Abu
Daud.)25
Syaikh Hasan Ayyub mempunyai pendapat yang sama dengan
pendapat Muhammad Thalib sebagimana diuraikan diatas. Menurut
Syaikh Hasan Ayyub, sebenarnya hukum cerai menurut syariat Islam ada
24
Satria Effendi,Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2004), h. 91. 25
Yusuf al-Qaradhawi,Fiqih Wanita,(Jakarta:Dharma Art,2005), h. 74.
43
4 (empat), tergantung ilat (sebab-sebab dan waktunya), yaitu sebagai
berikut.
a. Wajib, yaitu cerainya orang yang melakukan ila‟( sumpah suami
untuk tidak menggauli istri) setelah masa menunggu apabila ia
menolak fai‟ah (kembali menyetubuhi istri), dan cerai yang dilakukan
dua hakam dalam kasus percekcokan apabila keduanya melihat cerai
yang tanpaya hidup menjadi bahaya, yang biasanya tidak dapat
ditahan oleh suami istri, atau adanya cerai menjadi penyebab
perseteruan meraka (suami istri) ke dalam lembah kemaksiatan.
b. Makruh, yaitu cerai tanpa ada hajat.
c. Dianjurkan, yaitu ketika melalaikan hak-hak Allah yang wajib; seperti
shalat dan sebagainya, dan suami tidak dapat memaksanya, atau suami
mempunyai istri yang tidak menjaga kesucian moral. Dalam kondisi
ini, tidak ada larangan melakukan „adhl (melarang istri menikah
dengan orang lain dengan cara menahannya, padahal suami sudah
tidak menyukainya) dan mempersulit istri dengan membayar uang
tebusan kepada suami.
d. Dilarang, yaitu waktu cerai sewaktu haid atau dalam masa suci
dimana suami telah menyetubuhinya. 26
Perceraian adalah satu-satunya jalan bagi orangtua untuk dapat terus
menjalani kehidupan sesuai yang mereka inginkan, namun perceraian selalu
26Syaikh Hasan Ayyub, Panduan Keluarga Muslim, ( Jakarta: Cendikia Sentra Muslim,
2002), h.248
44
menimbulkan akibat buruk pada anak anak mereka, meskipun dalam kasus
tertentu dianggap alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam
keluarga dengan kehidupan pernikahan yang buruk. Biasanya dilihat saja
perkembangan anak akibat perceraian orangtuanya yaitu anak akan lebih
menderita dan akan menimbulkan trauma, sehingga anak juga akan bingung
untuk memihak ayah atau ibunya. Setelah perceraian hal akan membawa
pengaruh langsung bagi anak–anak mereka terlihat pula dalam
menyesuaikan diri dengan situasi baru ini yang diperlihatkan dengan cara
dan penyelesaian yang berbeda.
Menurut aturan Islam, perceraian diibaratkan seperti „pembedahan
yang menyakitkan‟; manusia yang sehat akalnya harus menahan sakit akibat
lukanya.27
Perceraian adalah sebuah masa transisi yang penuh
kesedihan.Betapapun perceraian sebagai “berakhirnya hubungan” antara dua
orang yang pernah hidup bersama.28
Perceraian pasangan suami-istri
seringkali berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk di
dalamnya adalah anak-anak. Peristiwa ini menimbulkan anak–anak tidak
merasa mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari orang
tuanya.Perceraian juga dapat menimbulkan stres dan trauma untuk memulai
hubungan baru dengan lawan jenis. Perceraian adalah penyebab stres kedua
paling tinggi, setelah kematian pasangan hidup.
Seringkali perceraian diartikan sebagai kegagalan yang dialami suatu
keluarga. Anggapan mengenai perceraian sama dengan suatu kegagalan
27
Yusuf al-Qaradhawi,Fiqih Wanita,(Jakarta:Dharma Art,2005), h. 74 28
Ahmad Tholabi Kharlie,Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Drafika, 2013), h.
60
45
yang biasa karena semata–mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang
romantis, padahal pada semua sistem perkawinan paling sedikit terdiri dari
dua orang yang hidup dan tinggal bersama dimana masing–masing memiliki
keinginan, kebutuhan serta latar belakang sosial yang berbeda satu sama
lain. Akibatnya sistem ini biasanya memunculkan ketegangan dan
ketidakbahagiaan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga. Perceraian
dan perpisahan orangtua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi
pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Banyak studi dilakukan untuk
memahami akibat-akibat perceraian bagi anggota keluarga khususnya
seorang anak .
Dalam kasus perceraian, tidak hanya orang tua yang menanggung
kepedihan, tapi yang lebih merasakan beratnya perceraian adalah anak.
mengemukakan bahwa anak bukannya tidak tahu tapi ia tidak mampu
menjelaskan, mengapa ia tidak ingin ada orang tahu bahwa ia sedang pedih
hatinya, dia juga tidak ingin mengatakan apapun yang dapat memperburuk
keadaan di rumah. Sebenarnya anak dapat melihat ketegangan yang dialami
orang tuanya. Tetapi dia khawatir jika dia mengungkapkan emosinya, akan
menambah kepedihan setiap orang. Inilah alasan mengapa sebagian besar
anak tidak pernah bicara dengan orang tuanya tentang perasaannya
mengenai perceraian. Perasaan tersembunyi ini akan meningkatkan
kecemasan dan memperlemah kemampuan anak untuk berprestasi di
sekolah. Selain itu, perasaan yang tertekan bisa menjadi bibit bagi
permasalahan yang lebih besar dalam kehidupannya nanti. Secara
46
psikologis, anak terikat pada kedua orang tuanya, jika orang tuanya bercerai,
seperti separuh kepribadiannya dirobek, hal ini akan berpengaruh terhadap
rasa harga diri yang buruk, timbul rasa tidak aman dan kemurungan yang
luar biasa dan dalam kondisi demikian maka sekolah bagi anak bukan
merupakan sesuatu yang penting.
Perceraian bagi anak adalah "tanda kematian" keutuhan keluarganya,
rasanya separuh "diri" anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah
orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan
perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam
rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal
bersamanya lagi. Perasaan kehilangan, penolakan dan ditinggalkan akan
merusak kemampuan anak berkonsentrasi di sekolah. Perasaan-perasaan
tersebut akan meningkat bila kedua orang tuanya saling menyerang atau
menghina. Bila salah satu orang tua mengatakan hal-hal yang jelek
mengenai pasangannya di depan anak mereka, anak akan cemas bahwa ciri-
ciri yang tidak menyenangkan itu akan melekat pada diri mereka.
Mereka akan berpikir, "Kalau ayah orang jahat, jangan-jangan nanti
aku juga jadi orang jahat. Kata orang aku sangat mirip ayah. "Perasaan
penolakan dan kehilangan akan sangat membekas, dia berkeyakinan, dirinya
seorang anak yang tidak punya nilai, hilangnya hubungan dengan salah satu
orang tua berarti ia tidak pantas mendapatkan waktu dan kasih sayang.
Tiadanya harga diri itu akan mengganggu kehidupannya. Ia takut menjalin
persahabatan. Ia takut berusaha keras di sekolah, bahkan ia juga takut untuk
47
terlalu dekat dengan ibunya karena kalau ayahnya saja tidak peduli, orang
lain pasti akan begitu. Ada ketakutan juga jangan-jangan orang tua yang
sekarang bersamanya juga akan meninggalkannya. Amarah dan agresi
merupakan reaksi yang lazim dalam perceraian, hal itu terjadi bila orang
tuanya marah di depan anaknya. Akibatnya, anak biasanya akan
menumpahkan amarahnya kepada orang lain, misalnya kepada rekan-rekan
sebayanya dan adik-adiknya karena relatif lebih aman.
Kebanyakkan peneliti setuju bahwa anak-anak dari keluarga yang
bercerai menunjukkan penyesuaian diri yang lebih buruk disbanding anak-
anak dari keluarga yang tidak bercerai. Anak-anak yang mengalami
perceraian memiliki resiko yang lebih besar. Dibanding anak-anak dari
keluarga yang utuh, anak-anak dari keluarga yang bercerai lebih memiliki
kecenderung untuk mengalami masalah akedemis, menunjukkan masalah-
masalah eksternal (seperti menyuarakan perasaan dan kenakalan) dan
masalah internal (seperti kecemasan dan depresi), kurang memiliki
tanggung jawab sosial, memiliki hubungan intim yang kurang baik, putus
sekolah, aktif secara seksual di usia dini, menggunakan obat-obatan,
berhubungan dengan peer yang antisosial, memiliki nilai dari yang rendah.
Walaupun demikian, ingatlah bahwa mayoritas anak dalam keluarga yang
bercerai (sekitar 75 persen) tidak mengalami masalah penyesuaian yang
signifikan.Dalam suatu studi longitudinal selama 20 tahun, sekelompok
48
besar pemuda yang orang tuanya bercerai ketika mereka masih anak-anak
beradaptasi dan hidup secara efektif.29
Masa akhir anak-anak yang berlangsung dari enam sampai anak
mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan
dan 14 bagi anak laki-laki oleh orang tua disebut sebagai masa
menyulitkan.30
Pada masa inilah anak paling peka dan siap umtuk belajar
dan dapat memahami pengetahuan dan selalu ingin bertanya dan
memahami.Perkembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan kognitifnya. Hal ini membentuk persepsi anak
mengenai diri sendiri, dalam menegakkan pendapatnya mengenai apa yang
benar dan apa yang salah.
Perkembagan sosial anak mulai meningkat yang ditandai dengan
adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman mereka
mengetahuikebutuhan ketentuan maupun peraturan-peraturan.Selain itu
hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya dan sekolah sangat
mewarnai perkembangannya.31
Adanya sikap dan perilaku moral yang mana
perkembangan kode moral pada akhir masa anak-anak seperti halnya awal
masa remaja, kode moral sangat dipengaruhi oleh standar moral dari
kelompok dimana anak mengidentifikasi diri. Peranan disiplin dalam
perkembangan moral kalau disiplin dibutuhkan dalam perkembangan,
haruslah disesuaikan dalam tingkat perkembangan anak.
29
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2007), h.
186 30
Yudrik Jahja,Psikologi Perkenmbangan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2015), h. 217 31
Yudrik Jahja,Psikologi Perkenmbangan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2015), h. 203
49
Pendidikan moral tidak sekedar pembelajaran mengetahui yang baik
dan buruk, tentang yang benar dan yang salah, tetapi merupakan pelatihan
pembiasaan terus-menerus tentang sikap benar dan baik, sehingga akhirnya
menjadi suatu kebiasaan, karena pada masa anak-anak, anak merupakan
“peniru ulung”, pada tahapan usia empat sampai enam tahun yang menajdi
fokus hasil belajar ialah menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan
perilaku dan sikap yang dapat dilakukkan melalui pembiasaan yang baik.
Hal inilah yang dasr utama pembentukkan pribadi yang matang, mandiri,
dan menanamkan budi pekerti yang baik.
Oleh karena itu, peran orang tua dan guru dalam pengembangan moral
pada anak sangat menentukan sikap kepribadian anak selanjutnya,
termaksud juga lingkungan tempat anak dididik dan dibesarkan.Apalagi
ruang lingkup rumah tangga.Dalam rumah tangga terdapat ayah dan ibu
sebagai contoh pendidikan dasar anak.Dan anak dapat belajar dari
kehidupan yang sering dilihat dan dialami dalam keluarganya.Diantara
faktor yang terlibat dalam kerentanan anak terhadap masalah emosional dan
sosial adalah penyesuaian anak sebelum perceraian dan kepribadian,
tempramen, status perkembangan, dan jenis kelamin anak, serta masalah hak
asuh.Anak-anak yang orang tuanya bercerai menunjukkan penyesuaian yang
lebih buruk sebelum perceraian tersebut.32
Kepribadian dan temperamen memainkan peran dalam penyesuaian
anak-anak dari keluarga bercerai.Anak-anak yang secara sosial dewasa dan
32
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2007), h.
187
50
bertanggung jawab, yang hanya menunjukkan sedikit masalah emosional,
dan yang memiliki temperamen yang terkendali lebih baik dalam
menghadapi perceraian orang tua mereka.Anak-anak dengan temperamen
yang sulit sering kali mengalami kesulitan dalam menghadapi perceraian
orang tua mereka.Dan ada perkembangan suara hati istilah suara hati berarti
suatu reaksi khawatir yang terkondisi terhadap situasi dan tindakan tertentu
yang telah dilakukan dengan jalan menghubungan perbuatan tertentu dengan
hukuman.
Perceraian juga telah melahirkan rasa traumatis pada anak, terauma
karena anak-anak menyaksikan konfilk terbuka antara ayah ibunya yang
terjadi sebelum perceraian.Secara emisional anak-anak menjadi kehilangan
rasa aman.Menurut anak-anak korban cerai, pertengkaran-pertengkaran
yang terus terjadi sebelum membuat mereka tertekan dan stress.33
Perceraian bukan hanya merugikan beberapa pihak, namun perceraian
juga sudah jelas dilarang agama (agama Islam).Namun pada kenyataannya
walaupun dilarang tetapi tetap saja perceraian dimasyarakat terus semakin
banyak bahkan dari tahun ketahun semakin meningkat.Ketika terjadi
pertengkaran antara kedua belah pihak, Islam tidak langsung menganjurkan
suami istri untuk mengakhiri perkawinan, tetapi dilakukan terlebih dahulu
musyawarah.34
C. Penelitian Yang Relavan
33
Anik Farinda dan Haidlor Ali Ahmad, Perempuan Dalam Sistem Perkawinan dan
Perceraian di Berbagai Komunitas Adat (Jakarta:Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama,2007), h. 63 34
Ahmad Tholabi Kharlie,Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Drafika, 2013), h.
229
51
Untuk menghindari munculnya asumsi duplikasi hasil penelitian,
maka penelitian perlu memberikan pemaparan tentang beberapa karya yang
telah ada yang memiliki kemiripan dengan objek penelitian yang akan
peneliti lakukan.
1. Dalam penelitian ini maka penulisan menemukan beberapa penelitian
yang memang perlu untuk diketahui. Diantaranya penelitian skripsi yang
berjudul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Kepribadian Anak
di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu” yang disusun oleh
Ferawati, Jurusan Dakwah Tahun 2007. Penelitian ini berfokus pada
dampak perceraian orang tua terhadap kepribadian anak yang meliputi
sikap, intelegensi dan sifat psikis anak di Kecamatan Bengkulu Kota
Bengkulu. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perceraian orang tua berdampak pada
kepribadian anak di Kecamatan Kota Bengkulu.35
Persamaan dari keseluruhan yang peneliti lakukan ialah terletak
pada dampak perceraian orang tua dan terletak pada sub pembahasan
yang sama ialah sama-sama membahas pada mengenai dampak
perceraian orang tua terhadap anak. Perbedaan dengan peneliti ini ialah
peneliti fokus pada kepribadian anak tidak pada pendidikan agama Islam.
2. Penelitian kedua ini berjudul “Dampak Psikologis Perempuan Akibat
Perceraian” yang disusun oleh Ltryan Sugara, Jurusan Dakwah Tahun
2016. Penelitian ini berfokus pada perempuan yang bercerai mengalami
35
Feherawati, Dampak Psikologis Perempuan Akibat Perceraian, (Jurusan Dakwah
fakultas Usuludin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, tahun 2007)
52
dampak psikologis, baik yang bersifat negatif maupun dampak positif di
kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan. Penelitianya
menggunakan metode Kualitatif dengan hasil penelitian bahwa dampak
perceraian terhadap psikologis perempuan yang bersifat negatif antara
lain: munculnya rasa bersalah, penyesalan, kesepian, harga diri rendah,
rasa malu, dan kecemasan. Selain itu perempuan juga mengalami dampak
positif dari perceraiannya seperti memiliki kemampuan untuk melakukan
aktualitas diri, berkembangnya religiusitas, kemandirian, dapat berfikir
lebih positif dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya36
.
Persamaan secara keseluruhan yang peneliti lakukan ialah terletak
pada perceraian. Perbedaan dengan peneliti lakukan ialah peneliti fokus
pada sub mengenai perempuan dan tidak pada pengembangan anak.
3. Selanjutnya, penelitian yang berjudul “Dampak Perceraian Orang Tua
Terhadap Motivasi Belajar (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Negeri 12
Pondok Kelapa) yang disusun oleh Gusmi Hayatizamzami, Jurusan
Tarbiyah Tahun 2017. Dampak perceraian orang tua sangat berpengatuh
terhadap motivasi belajar anak, berdasarkan hasil penelitian yang penulis
lakukan menyatakan bahwa dampak perceraian orang tua adalah anak
malas belajar, sering terlambat sekolah, lebih banyak mencari perhatian
kepada sesame temannya. Tidak hanya itu orang tua bercerai khususnya
36
Ltryan Sugara, Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar (Studi
Kasus Di Sekolah Dasar Negeri 12 Pondok Kelapa), (Jurusan Dakwah fakultas Usuludin Adab
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, tahun 2016)
53
bapak tidak lagi memperdulikan anaknya yang ditinggalkan bersama
ibunya.37
Persamaan secara keseluruhan yang peneliti lakukan terletak pada
dampak perceraian orang tua. Perbedaan dengan peneliti lakukan ialah
peneliti fokus pada motivasi anak tidak pada pendidikan agama Islam
anak usia sekolah.
D. Kerangka Berpikir
Situasi pendidikan akan terwujud karena adanya hubungan pergaulan
mempengaruhi secara timbale balik antara orang tua dan anak. Seorang anak
dalam pertumbuhan akan dapat pemeliharaan, pengayoman, serta
pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga.
Apabila terjadi suatu masalah dan menyebabkan orang tua hingga
bercerai, maka bagaimana dengan pendidikan anak terkhusus pendidikan
agama Islam dan jiwa anak nantinya.Perceraian merupakan perpisahan
antara orang tua yang dapat menyebabkan terganggunya pendidikan anak,
karena kurangnya pengawasan orang tua secara utuh.Oleh karena itu mereka
lebih cenderung menghabiskan waktu diluar lingkungan keluarga dalam
kegiatan yang tidak bermanfaat dan dapat merusak pendidikan anak, karena
pergaulannya tidak memberikan kesan positif dan terkadang mereka tidak
dapat mengontrol diri hingga sering melakukkan perbuatan yang tidak
sesuai dengan ajaran-ajaran agama, serta norma-norma yang ada.Dari sini
37
Gusmi Hayatizamzami, Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Kepribadian Anak di
Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu, (Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Rarbiyah dam Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, tahun 2017)
54
kita mengetahui peran penting orang tua terhadap pendidikan pada anak,
dan bagaimana dengan orang tua yang bercerai apakah mereka dapat
memperhatikan pendidikan pada anak-anaknya.
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar : 2.1
Kerangka Berpikir
Pendidikan Agama Anak Orang Tua Yang Bercerai
Pendidikan Agama Anak
( Studi Orang Tua Yang Bercerai )
Desa Giri Kencana Kecamatan
Ketahun Kabupatan Bengkulu
Utara
36
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian Kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena
popilaritasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai
metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifatseni (kurangterpola),
dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih
berkenan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.38
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dan
pendekatan studi kasus. Metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian
yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena,
peristiwa, aktivitassosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual maupun kelompok.39
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, penelitian
kualitatif adalah penelitian riset yang bersifat deskripsi, cenderung
menggunakan analisis dan lebih menonjolkan peroses makna.Tujuan dari
metode ini adalah Pemahaman secara luas dan mendalam terhadap suatu
permasalahan secara mendalam pada suatu permasalahan yang sedang dikaji
atau akan di kaji.
38
Sugiono, MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. (Bandung; Alfabeta,2014),
h. 7-8 39
Sugiono, MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. (Bandung; Alfabeta,2014),
h. 213
42
56
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Giri Kencana Kec. Ketahun, Kab.
Bengkulu Utara. Dimana objek penelitian ini adalah orang tua (bapak/ibu)
yang telah bercerai dengan jumlah 5 orang jiwa orang tua yang mengalami
perceraian dan anak-anak yang orang tuanya telah bercerai berjumlah 6
orang jiwa. Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Juli 2019 s/d 02 september
2019.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakansumber data yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari orang tua yang telah bercerai dan anak pada
masa akhir anak-anak yang oranngtuanya bercerai. Jumlah orang tua
yang bercerai terdapat 5 orang jiwa dan anak pada masa akhir anak-anak
orang tuanya bercerai terdapat 6 orang jiwa.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang penulis gunakan sebagai sumber pendukung
dari pada data primer yang penulis gunakan ini berupa data dari orang tua
sambung (bapak/ibutiri) dan tetangga yang berkecimpung di pendidikan
Agama Islam.
57
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang seeding
berlangsung. Pengamatan peneliti mengamati kegiatan orang tua yang
telah bercerai dan anak-anak yang orang tuanya terlah bercerai sehari-
hari dikediaman mereka dan aktifitasnya. Penelitian ini, menggunakan
observasi partisipasi yang lengkap, dalam melakukan pengumpulan data
peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber
data, jadi suasana sudah natural, sehingga penelititi dak terlihat
melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti terhadap
aktivitas kehidupan yang diteliti.40
2. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yaitu
jumlah penduduk desa dan foto. Data ini berfungsi untuk mengetahui
kondisi subyek penelitian sebelum dilakukan penelitian.
40
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung; Alfabeta,
2014), h. 312
58
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab. Jenis wawancara
yang digunakan adalah jenis wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang
informa siapa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan penelitian berupa
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disediakan.41
E. Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak
terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif.Keabsahan data
dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-
benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang
diperoleh, uji keabsahan data dalam penelitian.
Dalam teknik keabsahan data ini penulis melakukan pendekatan
dengan Triagulasi data, trigulasi diartikan sebagai tektik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Tribulasi teknik, berarti peneliti menggunakan
41
Sugiono, MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung; Alfabeta, 2014),
h. 319
59
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dekumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumber untuk mendapaatkan data dari sumber yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama.42
F. Teknik Analisis Data
Masing-masing data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode sebagai berikut dari data hasil mengamati dan
mewawancarai anak pada anak-anak yang orang tua mengalami perceraian.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan lainya. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis daya
yang bersifat deskriftif-kualitatif yaitu mendeskripsikan.Data kualitatif yang
peneliti digunakan yaitu wawancara langsung kepada responden. Data yang
digunakan berupa pendapat, argumen setiap anak pada masa akhir anak-
anak terhadap dampak perceraian orang tua terhadap pendidikan agama
Islam.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data
adalah:
1. Pengumpulan Data: analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengupulan
data dalam periode tertentu.
42
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung; Alfabeta,
2014), h. 330
60
2. Reduksi Data: mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal yang penting. Tahapan ini dilakukan
untuk memberikan gambaran yang jelas, mempermudah penelitian
melakukan pengumpulan data, dan mencarinya bila diperlukan.
3. Kesimpulan: Penarikan kesimpulan atau verivikasi adalah suatu tahap
lanjutan dimana pada tahap ini penelitian menarik kesimpulan dari
temuan data. Ini adalah interprestasi penelitiatas temuan dari suatu
wawancara atau sebuah dokumen. Setelah kesimpulan diambil peneliti,
peneliti kemudian mengecek lagi kesahihan interprestasi dengan cara
mengecek ulang proses dan penyajian data untuk memastikan tidak ada
kesalahan yang dilakukan.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Fakta Temuan Penelitian
1. Riwayat singkat berdirinya Desa Giri Kencana
Giri Kencana adalah sebuah Desa di wilayah Kecamatan Ketahun,
Kabupaten Bengkulu Utara yang memiliki luas wilayah 3.000Km2.
Jumlah penduduk Desa Giri Kencana menurut data yang berdomisili
sebesar 8.325 jiwa yang mana jumlah laki-laki terdiri dari 2975 jiwa
dan jumlah perempuan terdiri dari 5350 jiwa. Desa Giri Kencana yang
terdiri dari Desa Bukit Makmur, Desa Marga Bakti, Desa Bumi Harjo,
Desa Air Sekamanak, Desa Air Sebayur, Desa Air Simpang, Desa
Sumber Mulya Desa Bukit Harapan, Desa Fajar Baru, Desa Melati
Harjo, Desa Tanjung Muara, Desa Urai, dan Desa Bukit Tinggi semua
Desa ini yang terletak pada wilayah Kecamatan Ketahun.
Desa Giri Kencana yang terdiri dari 6 Dusun, yaitu Dusun 1, Dusun
2, Dusun 3, Dusun 4, Dusun 5 dan Dusun 6. Dusun 1 memiliki 5 RT,
Dusun 2 memiliki 3 RT, Dusun 3 memiliki 5 RT, Dusun 4 memiliki 4
RT, Dusun 5 memiliki 3 RT, dan Dusun 6 memiliki 3 RT. Jumlah
keseluruhan penduduk di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun
Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebanyak KK laki-laki sejumlah
1.682 KK dan perempuan sejumlah 92 KK dan total keseluruhan 1.774
KK.
48
62
2. Kondisi Wilayah Desa Giri Kencana
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa Desa Giri Kencana
dengan batas wilayah seperti berikut:
Tabel 4.1
Batas Desa Giri Kencana
Batas Wilayah Kecamatan
Sebelah Utara Desa Bukit Tinggi Ketahun
Sebelah Selatan Desa Bukit Makmur Ketahun
Sebelah Timur Desa Pasar Ketahun Ketahun
Sebelah Barat Desa Pasar Ketahun Ketahun
Sumber Desa: Dokumentasi Desa Giri Kencana
Jarak Desa Giri Kencana dengan ibukota Kecamatan lebih kurang
12 Km, jarak Desa Giri Kencana ke ibukota Kabupaten 70 Km, jarak
Desa Giri Kencana ke ibukota Provinsi 87 Km, dan jarak dari ibukota
Negara 17.000 Km. Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten
Bengkulu Utara terbagi atas 6 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun
Tetangga (RT), dengan luas wilayah sekitar 3.000 Ha. Giri Kencana
merupakan sentra perekomonian untuk Kecamatan Ketahun yang
tempat dan posisinya sangat strategis yang dikelilingi perekebunan
besar, dari arah Barat berasal dari PT Pamor Danda, dari arah Timur
berasal dari PTPN VII, PT Jop, dari arah Utara berasal dari
pertambangan PT Injatama.
63
3. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka peneliti
mendeskripsikan temuan-temuan pelalui observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan beberapa orang tua yang mengalami perceraian di
Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara.
Mengingat luasnya permasalahan ditempat peneliti maka peneliti
membatasi masalah yaitu hanya memfokuskan pada orang tua yang
mengalami perceraian yang mempunyai anak pada masa akhir anak-
anak dari umur 6 tahun sampai 13 bagi perempuan dan laki-laki 14
tahun. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan agama Islam anak
dalam keluarga orang tua yang mengalami perceraian di Desa Giri
Kencana Kencamantan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara dapat
dilihat dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang tua
yang mengalami percaraian dan anak yang orang tuanya bercerai.
a. Wawancara dengan Orang Tua yang bercerai
1. Mengtahui tentang Pendidikan Agama Islam.
Hasil wawancara dari ibu Lira Fauzan yang kini sudah
berusia 22 tahun, tepatnya ia lahir pada 1 April 1997. Ia berdomisili
di Desa Giri Kencana. Ibu Lira menikah pada tahun 2014, dimana
saat itu berusia 17 tahun. Ironisnya pada saat usia pernikahan baru
3 tahun, ibu Lira terpaksa bercerai dengan suaminya pada tahun
2017. Ibu Lira mengatakan bahwa:
”menurut ibu Lira pendidikan agama Islam itu yang
mengajarkan kebaikan kepada anak untuk memahami, mengenal
64
dan mengimani agama Islam, mengajarkan mana yang baik mana
yang buruk, dan mana yang dibolehkan dan tidak dibolehkan sesuai
yang Islam ajarkan. Contohnya tidak boleh mencuri mengambil
barang orang lain yang bukan hak kita, tidak boleh melawan orang
tua, terus kalau pergi-pergi keluar rumah atau sekolah harus
berpamitan salam sama orang tua, sopan santun akhlak itu harus
sangat diterapkan untuk anak, dari kecil sudah harus dikenalkan
sholat dan belajar sholat 5 waktu, pokoknya mengajarkan anak
tentang agama sangat penting dan bagi saya pendidikan anak
nomer 1 untuk saya.43
Hasil wawancara dari bapak Suradi yang kini berusia 58
tahun, tepatnya ia lahir pada 02 Februari 1961. Ia berdomisili di
Desa Giri Kencana, bapak Suradi menikah pada tahun 1984,
dimana pada saat itu ia berusia 23 tahun. Bapak Suradi bercerai
pada istrinya pada tahun 2012 pada saat bapak berusia 51 tahun.
Bapak Suradi mengatakan bahwa:
“menurut bapak Suradi mengajarkan pendidikan agama pada
anak sangat penting, saya ingin memberikan pendidikan agama
anak menjadi yang terbaik maka itu mbak saya memasukkan anak
saya kesekolah-sekolah agama, yang SD saya masukkan ke MI dan
yang SMP saya masukkan ke MTS, dan saya juga memasukkan
anak saya ketempat belajar ngaji dirumah terdekat mbak”44
Hasil wawancara dengan dari ibu Mulyana yang kini berusia
46 tahun, tepatnya ia lahir pada 06 November 1973. Ia berdomisili
di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun, ibu Mulyana menikah 2
kali dan cerai 2 kali petama menikah pada tahun 1997 bercerai
tahun 2005, yang kedua menikah tahun 2006 dan bercerai pada
tahun 2017.
43
Hasil wawancara dengan ibu Lira Fauzan pada tanggal 29 Juli 2019 44
Hasil wawancara dengan bapak Suradi pada tanggal 01 Agustus 2019
65
“Pendidikan agama Islam untuk saya selalu mengajarkan
anak agar jangan berbohong, selalu tanamkan kejujuran dimanapun
mereka berada mbak, saya ingin mereka bisa bahagia dunia dan
akhirat dengan menaati peraturan agama Islam, saya juga
memasukkan anak saya ketempat belajar ngaji, dan kesekolah
agama seperti MI, MAN.45
Hasil wawancara dengan ibu Elly Berti yang kini berusia 39
tahun, ia lahir pada tanggal 05 Agustus 1980. Ibu Elly menikah
pada tahun 2009, dimana ia pada saat itu berusia 29 tahun. Dan ibu
Elly bercerai pada tahun 2012.
“ kalau saya mbak ingin yang terbaik untuk anak saya,
semenjak saya pisah saya hanya membesarkan anak saya seorang
diri bagaimana pun saya ingin memberikan yang terbaik apalagi
agama, saya masukkan anak saya ketempat belajar mengaji agar
anak saya icha bisa mengaji, sholat belajar Al-Quran dengan
benar”46
Hasil wawancara dengan ibu Eva Susanti yang kini berusia
45 tahun, ia lahir pada tanggal 07 Juli 1974. Ia menikah pada tahun
1989 dan bercerai pada 2008.
“saya membesarkan anak seorang diri sampai sekarang pun
saya tidak menikah lagi, agama bagi saya sangat penting karna kita
tak selama nya didunia, saya selalu mengajarkan kepada anak-anak
untuk jangan tinggalkan sholat dan lakukan perintah Allah dan
jauhi larangan-Nya, saya juga memasukkan anak saya ketempat
ngaji dan kesekolah agama mbak”.47
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa orang
tua mengartikan pendidikan agama Islam pada anak dengan
mengajarkan membaca doa, mengaji, sholat, memberi nasehat
kepada anak tentang jangan mencuri, berbohong dalam setiap
45
Hasil wawancara dengan ibu Mulyana pada tanggal 01 Agustus 2019 46
Hasil wawancara dengan ibu Elly pada tanggal 08 Agustus 2019 47
Hasil wawancara dengan ibu Eva Susanti pada tanggal 15Agustus 2019
66
kegiatan sehari-hari dan ada juga yang memasukkan anak ke les
mengaji.
2. Setelah berpisah anak tetap diberikan arahan pendidikan agama
Islam.
Menurut daribapak Suradi, ia mengatakan bahwa :
“Kalau saya selalu berikan arahan untuk mana yang diboleh
dikerjakan dan tidak boleh dikerjakan seperti makan dimulai
dengan doa dari hal-hal kecil seperti itu, kalau untuk mantan istri
saya sampai saat ini masih untuk menghubungi anak tapi jarang
sekali”48
Sedangkan menurut hasil wawancara dari ibu Lira Fauzan ia
mengatakan bahwa:
“Arahan untuk mengajar anak pasti dan saya juga
mengajarkan anak mengaji dirumah setelah sholat magrib itu selalu
kami lakukan, kalau untuk mantan suami saya mbak ngak ada lagi
bertanggung jawab untuk itu, karena dia juga lagi ada dalam
penjara karena ada kasus yang melibatkannya”49
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva ia mengatakan
bahwa:
“Saya selalu ajarkan mereka untuk selalu membantu orang
disekeliling mereka seperti membantu saya untu membersihkan
rumah, saya selalu memberikan mereka ajaran agama dari hal kecil,
kalau untuk papa mereka Alhamdulillah papa mereka bertanggung
jawab untuk apapun yang mereka butuhkan sampai sekarang dan
papa mereka juga yang membantu saya untuk menyekolahkan
mereka sampai sekarang.50
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu mulyana
mengatakan bahwa:
48
Menurut hasil wawancara dengan bapak Suradi pada tanggal 01 Agustus 2019 49
Menurut hasil wawancara dengan ibu Lira Fauzan pada tanggal 29 Juli 2019 50
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva pada tanggal 15 Agustus 2019
67
“ Kalau saya selalu memberikan arahan kepada anak-anak
saya untuk mereka selalu menghormati orang tua walaupun ayah
dan ibu nya telah bercerai, karna menghormati mematuhi
perintahan orang tua juga ajaran yang wajib bagi Islam, kalau
untuk ayah mereka tidak ada pertanggung jawab anak-anak mereka
ini juga yang menjadi salah satu faktor saya bercerai mbak, karna
tadi ayah nya anak-anak lepas tangan untuk menafkahi mereka”.51
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly mengatakan
bahwa :
“Menurut saya arahan untuk anak mulai dari dia kecil
diajarkan mengaji, makanya saya masukkan anak saya ketempat
belajar mengaji, kalau untuk mantan suami saya, ayah nya dari
anak saya sesekali untuk menjenguk Icha, kadang kalau dia lagi di
rumah orang tuanya yang tidak jauh dari rumah saya, ya dia yang
mengantarkan Icha untuk Les mengaji sore hari”52
Dapat ditarik kesimpulan dari hasil wawancara beberapa
keluarga diatas bahwa banyak macam pola asuh orang tua dalam
mendidik anaknya, dan masih juga terdapat orang tua yang tidak
lagi memperdulikan anak akibat perpisahan dengan mantan istri
atau suami.
3. Apa yang telah diberikan orang tua dalam pendidikan agama
anak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Mulyana
mengatakan bahwa:
“Sampai detik ini mbak, saya hanya baru memberikan yang
kecil-kecil saja, seperti menyuruh mereka untuk sholat, membaca
Quran seperti saya masukkan mereka ketempat ngaji”.53
Menurut ibu Eva, iamengatakan bahwa:
51
Menurut hasil wawancara dengan ibu Mulyana pada tanggal 01 Agustus 2019 52
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly pada tanggal 08 Agustus 2019 53
Menurut hasil wawancara dengan ibu Mulyana pada tanggal 01 Agustus 2019
68
“Saya memang belum banyak mengajarkan pendidikan
agama Islam dalam keluarga saya dan untuk anak-anak saya, tapi
saya selalu memberikan yang terbaik untuk ajaran agama kepada
anak saya, mereka harus baik dengan sesama saling tolong
menolong dengan orang disekeliling mereka”.54
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly mengatakan
bahwa:
“Saya lebih menyerahkan ajaran agama kepada sekolah dan
tempat Icha mengaji, kalau dirumah saya hanya memberikan
nasehat-nasehat kecil untuk Icha, bagaimana Icha kalau tidur harus
berdoa, keluar rumah berdoa, dan harus selalu mendokan kedua
orang tua nya”55
Menurut hasil wawancara dengan bapak Suradi mengatakan
bahwa:
“Ya kalau saya hanya memberikan apa yang saya tau pada
agama Islam untuk anak, yang jelas itu harus mereka lakukan agar
mereka dapat memahami ajaran agama, makanya saya
memasukkan mereka kesekolah agama, mereka pulang sekolah
lanjut untuk mengaji, selalu begitu jadwal mereka sehari-hari”.56
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Lira Fauzan
mengatakan bahwa:
“ karena anak saya masih kecil dan baru mulai untuk
bersekolah, saya hanya bisa memberikan kebiasaan kecil, seperti
mengajarkan doa-doa, doa masuk masjid, doa makan, doa mau
tidur, dank arena Via anak saya sekolah agama, saya juga selalu
untuk menanyakan hafalan-hafalan apa aja disekolah dia, ya
melatih dia agar menjadi anak sholehah”.57
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa sebagai orang tua mereka telah mengajarkan hal-hal kecil
kepada anak mereka tentang agama, seperti belajar menghafalkan
54
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva pada tanggal 15 Agustus 2019 55
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly pada tanggal 08 Agustus 2019 56
Menurut hasil wawancara dengan bapak Suradi pada tanggal 01 Agustus 2019 57
Menurut hasil wawancara dengan ibu Lira Fauzan pada tanggal 29 Juli 2019
69
doa, doa makan, doa mau tidur, doa masuk masjid, dan juga
nasehat-nasehat untuk menghormati orang tua, saling tolong
menolong.
4. Kesulitan yang dirasakan dalam memberikan pendidikan agama
Islam pada anak.
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva mengatakan
bahwa:
“ Kesulitan yang saya rasakan ya mbak, karena saya
yang selalu 24jam sama anak-anak, dan saya sendiri
membesarkan mereka, saya sendiri yang harus memaahami
watak-watak mereka, kesulitannya kadang mereka tidak mau
mendengarkan apa yang saya katakan, mereka kadang tidak
bisa menahan emosi mereka mungkin diluar mereka lagi ada
berantem sama teman-temannya, hingga emosi itu dibawak
kerumah.Kadang juga kalau disuruh sholat mereka
mengajuhkan perkataan saya, ya begitulah mbak sulitnya
mengurus anak seorang diri”.58
Menurut ibu Elly yang telah saya wawancarai, ia mengatakan
bahwa:
“Kalau saya perkerjaan saya berdagang, dan Icha
sekarang kelas III SD, saya yang jarang untuk bermain sama
Icha meluangkan waktu untuk mengajarkan Icha, Karena
saya berdagang dari pagi sampai malam. Jadi saya sulit untuk
mempunyai waktu yang khusus untuk mengajarkan Icha,
kalau lagi berjualan Icha lagi bertanya kalau ada temanya
yang ketahuan mencuri, jadi disitulah saya menjelaskan kalau
mencuri itu tidak dibolehkan sama agama dan dosa, jadi
kesulitan saya selama ini adalah kurangnya waktu
memperhatikan anak saya.59
Menurut hasil wawancara dengan ibu Lira mengatakan
58
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva pada tanggal 15 Agustus 2019 59
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly pada tanggal 08 Agustus 2019
70
bahwa:
”Saya kesulitan untuk memberikan pendidikan agama
karena saya menikah pada saat itu masih sangat muda sekali,
dan saya putus sekolah pada saat itu dengan kejadian fatal ini,
ini membuat saya yang kurang matang nya pemikiran saya
pada saat itu untuk membesarkan anak perempuan, tapi
perlahan-lahan sekarang Alhamdulillah saya hijrah untuk ini
semua, dan ingin memberikan yang terbaik untuk anak
perempuan saya termaksud pendidikan agama Islam.”60
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Suradi
mengatakan bahwa:
“Pada saat itu saya ditinggal sama istri saya, dan saya
membesarkan anak-anak yang berjumlah 7 ini sendiri,
dimana saya seorang bapak tugas saya mencari nafkah untuk
mereka sekolah dan apapun yang mereka inginkan saya
berikan yang terbaik, jadi dulu anak saya yang besar sempat
mabuk-mabukkan setelah ibu mereka pergi, saya sulit untuk
menerapkan pendidikan agama dengan mendidik anak
seorang diri, kalau dinasehatin mereka sudah tidak
mendengarkan lagi, tapi saya selalu memberikan yang terbaik
untuk mereka sampai mengerti dan paham mana yang terbaik
untuk mereka setelah ibu mereka pergi.”61
Menurut hasil wawancara dengan ibu Mulyana mengatakan
bahwa:
“Saya belum lancer mengaji mbak, maka itu sulit saya
memberikan pendidikan agama apa lagi setelah bercerai saya
berperan sebagai ayah juga untuk anak-anak dirumah, maka
itu saya lebih memilih memasukkan anak-anak saya
kesekolah agama dan ketempat belajar mengaji agar mereka
bisa mengaji tidak seperti saya”.62
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara diatas kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh para orang tua yang bercerai adalah
sulitnya mereka untuk membagi waktu pada pekerjaan atau
60
Menurut hasil wawancara dengan ibu Lira Fauzan pada tanggal 29 Juli 2019 61
Menurut hasil wawancara dengan bapak Suradi pada tanggal 01 Agustus 2019 62
Menurut hasil wawancara dengan ibu Mulyana pada tanggal 01 Agustus 2019
71
keluarga. Karena mereka hanya seorang diri dalam mengurus anak
jadi mereka juga harus memikirkan kebutuhan-kebutuhan anak
mereka maka dari itu mereka lebih banyak menghabiskan waktu
untuk mencari uang, dan juga kesalahn di massalalu membuat salah
satu orang tua ini masih belum desawa dalam membersarkan anak,
dan ada juga salah satu diantara mereka orang tua yang masih
belum bisa membaca Al-Quran.
5. Upaya orang tua dalam menggerakkan pendidikan agama pada
anak.
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly mengatakan
bahwa:
“Saya selalu mengupayakan anak untuk disiplin
dirumah, walaupun saya kurang waktu untuk mengajarkan
Icha tapi disela-sela saya berjualan saya tetap harus
memperhatikan Icha, kapan waktu dia untuk belajar, les
mengaji, dan kapan waktu untuk bermain dan istirahat
tidur.”63
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva mengatakan
bahwa:
“Ya saya harus berhati-hati agar mereka tidak salah
dalam melangkah, kunci saya satu mbak, memperhatikan
mereka sholat, karena harus di biasakan karna sholat adalah
tiangnya agama.”64
Menurut hasil wawancara dengan ibu Lira mengatakan
bahwa:
63
Menurut hasil wawancara dengan ibu Elly pada tanggal 08 Agustus 2019 64
Menurut hasil wawancara dengan ibu Eva pada tanggal 15 Agustus 2019
72
“Upaya saya selain mengajarkan ngaji dengan Via saya
juga harus membiasakan Via untuk jujur sejak kecil, seperti
Via dapat maianan dari mana, Via dapat uang dari mana, saya
harus mendekatkan diri Via untuk selalu terbuka dengan
saya, agar saya bisa membimbing maunya Via juga seperti
apa.”65
Menurut hasil wawancara dengan bapak Suradi mengatakan
bahwa:
“Zaman yang modern seperti sekarang mbak, saya lebih
memilih untuk menghidupkan acara-acara televisi atau
handphone mendengarkan ceramah, karena mengurus 7 anak
itu tidak mudah dengan watak mereka yang berbeda dan saya
hanya mengurusnya sendiri, selain saya memasukkan mereka
kesekolah agama juga dan tempat mengaji maka itu juga saya
lakukan, ya agar mereka paham mana yang boleh
diperintahkan agama.”66
Menurut hasil wawancara dengan ibu Mulyana mengatakan
bahwa:
“Kalau saya dalam rumah lebih memberikan contoh
sama anak-anak, kalau perbuatan ini dampaknya jadi seperti
ini, seperti yang saya rasakan, kalau kayak saya tidak bisa
mengaji mereka dari kecil harus bisa mengaji, karena
semakin mereka bertumbuh besar mereka makin banyak
kesibukan lainnya, dan saya ingin anak-anak saya untuk taat
dengan agama karena ada surga dan neraka mereka harus
paham itu”.67
Jadi kesimpulan upaya orang tua dalam mendidik anak
mereka tentang pendidikan agama pada anak dengan cara
kedisiplinan kapan waktunya sholat, belajar, mengaji dan bermain.
Adapula memfokuskan pada pelaksanaan sholat untuk anak karena
sholat adalah tiang agama, adapula dalam upaya kejujuran anak dan
65
Menurut hasil wawancara dengan ibu Lira pada tanggal 29 Juli 2019 66
Menurut hasil wawancara dengan bapak Suradi pada tanggal 01 Agustus 2019 67
Menurut wawancara dengan ibu Mulyana pada tanggal 01 Agustus 2019
73
juga menggunakan media seperti siaran di televise dan
dihandphone mendengarkan ceramah bersama anak-anak mereka.
b. Wawancara dengan anak yang orang tuanya bercerai
1. Pengetahuan tentang pendidikan agama Islam.
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo anak
dari bapak Suradi yang berusia 13 tahun duduk di bangku kelas VII
sekolah di MTsN Bengkulu Utara.
“Menurut Tyo, pendidikan agama Islam adalah ilmu
yang mempelajari agama Islam seperti Akhidah Akhlak, Al-
Qur‟an Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam, seperti yang
diajarkan disekolahan.”68
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum anak dari
ibu Mulyana yang berusia 11 tahun duduk di bangku kelas V MIN
Ketahun.
“Pendididikan agama Islam yang mengajarkan
kebaikan, harus jujur dan saling tolong menolong. Belajar
untuk sholat, menghafal doa-doa, menghafal surah Al-
Qur‟an”69
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan pendidikan
agama Islam dari anak mengetahui tentang Akhlak, Al-Qur‟an
Hadist dan pendidikan agama Islam juga mengajarkan kebaikan,
sikap jujur dan saling tolong menolong sesama.
2. Orang tua juga mengajarkan pendidikan agama dirumah.
68
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019 69
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum pada tanggal 01 Agustus 2019
74
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika anak dari ibu Elly
Berti yang berusia 9 tahun duduk di bangku kelas III SD N 042
Bengkulu Utara.
“ Menurut Tika, ibu idak pernah ngajarkan ngaji,
ngajarkan sholat, ambo belajar di sekolah terus di tempat
ngaji”70
Hasil wawancara dengan Dhiviya Fazila anak dari ibu Lira
Fauzan yang berusia 6 tahun yang masih sekolah di TK Asyiah
Ketahun.
“Menurutnya, Mama suka ngajarkan Via ngaji di
rumah, Via juga sering ikut mama sholat, Via juga diajarkan
doa-doa, Doa mau tidur, makan, doa masuk masjid kan
rumah Via dekat Masjid”71
Wawancara dengan Fernando Rendi Saputra anak dari ibu
Mulyana yang berusia 10 tahun duduk di kelas VI MIN Ketahun.
“Idak, ibu idak pernah ngajarkan ngaji, sholat, tapi
kalau ambo idak sholat ibu marah, kalau mengintkan untuk
sholat pernah”.72
Wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas anak dari bapak
Suradi yang berusia 12 tahun duduk di kelas VII MTsN Bengkulu
Utara.
“Tidak, kalau mengaji di tempat ngaji dan sekolah,
kalau dirumah tidak, kalau pendidikan agama lebih banyak
didapat di sekolah dari pada dirumah”.73
70
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 71
Hasil wawancara dengan Dhiviya Fazila pada tanggal 13 Agustus 2019 72
Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019 73
Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019
75
Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua sangat sedikit
yang mengajarkan pendidikan agama anak dirumah, para orang tua
lebih banyak menyerahkan pendidikan agama anak disekolah
maupun di tempat anak-anak belajar mengaji.
3. Orang tua yang berpisah, masih tetap memberikan arahan
pendidikan agama.
Menurut Reva, ia mengatakan bahwa:
“Tidak, karena ibu pergi waktu Reva masih kecil sekali
dan ngak pernah ketemu lagi, nelfonpun jarang sekali”74
Menurut Tika, ia mengatakan bahwa:
“Jarang, kalau untuk menegur kalau Tika salah, Tika
idak nurut kek ibu, ayah pernah antar Tika kesekolah,
ketempat ngaji”75
Menurut hasil wawancara denganDesvia, ia mengatakan:
“Ayah setelah pisah sama ibu jarang ketemu, tapi dulu
waktu masih sama-sama, ayah yang lebih selalu ngingatkan
untuk kapan waktu ngaji, kapan waktu sholat, ayah selalu
ngasih tau anak-anaknya untuk selalu menghormati orang
tua, harus selalu ngaji, bantu ibu dirumah”.76
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa orang tua yang telah berpisah banyak yang tidak lagi
memperdulikan anak-anak mereka, mereka yang berfikir bahwa
yang mendapat hak asuh itulah yang secara penuh yang akan
membina anak-anak mereka, melepas tanggung jawab sebagain
74
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 75
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum pada tanggal 01 Agustus 2019 76
Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019
76
orang tua, tetapi ada juga diantara mereka untuk memberikan
waktu kepada anak walau itu tidak banyak.
4. Orang tua anda yang berpisah, sering menjenguk atau mengunjungi
anaknya.
Menurut Dhiviya, ia mengatakan bahwa:
“ Papa sering liat Viya kalau sakit papa juga ikut
merawat dirumah sakit, papa suka ajak Viya jalan-jalan.”77
Menurut hasil wawancara dengan Fernando, ia mengatakan:
“Sering kan ayah masih dekat sini tinggalnya, jadi
kalau Nando mau ketempat ayah ngak papa, kalau ayah lagi
jemput nando juga ngak papa”.78
Berdasarkan wawancara dengan Tyo, ia mengatakan:
“Ngak pernah, kan semenjak ibu ninggalkan kami
semua ibu ke Jawa jadi udah ngak pernah ketemu lagi, cuman
nelfon itu juga jarang sekali”.79
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa setelah
orang tua mereka berpisah, masih ada yang sering menjenguk
anaknya, tetapi ada juga yang sama sekali sudah tidak
bertemu lagi setelah perpisahan itu terjadi.
5. Orang tua selalu mengingatkan untuk sholat dan anda selalu sholat
dirumah.
Menurut Tika, ia mengatakan:
”Tidak, ibu dak pernah suruh sholat, ambo pai dewek
kalau sholat magrib kemasjid bersama teman-teman untuk
77
Hasil wawancara dengan Dhiviya Fazila pada tanggal 13 Agustus 2019 78
Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019 79
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019
77
sholat di masjid tetapi hanya magrib saja, kalau sholat
dirumah tidak”80
Menurut Desvia, ia mengatakan:
“Di rumah tidak sholat, kalau di tempat ngaji sholat
ashar di masjid yang dekat dengan rumah tempat Desvia
ngaji, kalau ibu dak pernah mengingatkan untuk sholat”81
Berdasarkan wawancara dengan Tyo, ia mengatakan bahwa:
“kadang-kadang dirumah sholat, kalau di sekolah selalu
iya sholat Dhuha dan sholat zuhur dan sholat ashar
diwajibkan di sekolah semua siswa jadi sholat kalau di
sekolah”82
Berdasarkan wawancara dengan Reva, ia mengatakan:
“Kalau di rumah bapak tidak karena bapak jarang di
rumah bapak bekerja terus, dan bapak tidak pernah
mengingkatkan sholat ”83
Menurut Fernando, ia mengatakan bahwa:
”Sholat di rumah tidak, ibu dak do nyuruh sholat kalau
waktu sholat tiba, Nando juga belum hafal bacaan sholat,
masih banyak yang kurang hafal, jadi sholat dirumah itu tidak
tetapi kalau kakak ada yang sholat pernah ikut sholat juga”84
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
orang tua tidak memperhatikan anak untuk beribadah, mereka
banyaklah tidak melaksakan sholat, padahal sholat itu wajib
hukumnya apalagi bagi mereka yang sudah baligh.
6. Orang tua selalu melaksanakan sholat ketika di rumah atau di
masjid.
80
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 81
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum pada tanggal 01 Agustus 2019 82
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019 83
Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019 84
Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019
78
Menurut hasil wawancara dengan Desvia, ia mengatakan:
“ibu kadang-kadang sholat dirumah kalau lagi tidak
kerja, kadang Desvia yang jaga dagangan ibu tapi kadang
idak ada yang gantikan ibu berjualan kadang ibu dak
sholat”85
Menurut Dhiviya, ia mengatakan bahwa:
“Mama sholat kalau dirumah bahkan abis sholat kadang
Viya diajarkan mengaji sama mama, kalau lagi berjualan
mama juga sholat di toko. Kalau di masjid mama juga pernah
sholat di masjid.”86
Berdasarkan wawancara dengan Tika, ia mengatakan bahwa:
“Kalau ibu idak sholat di rumah, ibu sibuk jualan terus
dari pagi sampai malam, lebaran ibu sholatnya di masjid
kalau untuk sholat magrib dak pernah sholat dimasjid Tika
lihat.”87
Hasil wawancara dengan Tyo, ia mengatakan bahwa:
“Kalau bapak sholat jarang dirumah karena bapak itu
kerja menghidupkan anaknya 7 jadi bapak jarang untuk di
rumah, mencari uang terus untuk memenuhi kebutuhan
ketujuh anak-anaknya, kalau dimasjid bapak sholat jum‟at iya
selalu sholat jum‟at di masjid.”88
Berdasarkan hasil wawancara dengan anak dari orang tua
yang bercerai mereka mengatakan orang tua mereka banyaklah
tidak melaksakan sholat, bagaimana dengan orang tua yang harus
memberi contoh yang baik untuk anak tetapi orang tua saja tidak
mau memulai untuk melakukan sholat.
7. Pada saat di rumah selalu membantu pekerjaan orang tua dirumah.
85
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum pada tanggal 01 Agustus 2019 86
Hasil wawancara dengan Dhiviya Fazila pada tanggal 13 Agustus 2019 87
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 88
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019
79
Hasil wawancara dengan Tika, ia mengatakan:
“Iya kalau dirumah Tika sudah bisa bantu ibu nyuci
piring, dan nyapu rumah, sudah ada jadwal kapan Tika harus
nyapu jam berapa Tika harus menyuci piring di rumah”.89
Menurut Reva, ia mengatakan:
“Semenjak ibu pergi, di rumah membagi tugas ada
yang memasak, membersihkan rumah sama nyuci untuk
bantu bapak dirumah, kalau tugas Reva menyapu rumah pagi
dan sore”.90
Menurut Fernando, ia mengatakan:
“Idak, kan kalau dirumah ada mbak yang bereskan
rumah, yang bantu ibu di rumah, tapi Nando pernah disuruh
ibu nyapu rumah, Nando sapu rumahnya, kalau untuk tugas
membersihkan rumah Nando idak karna ada mbak Endah dan
mbak Desvia yang membetu ibu membersihkan rumah”91
Berdasarkan hasil wawancara dengan mereka, ternyata
mereka membantu bapak/ibunya dirumah, bahkan sudah ada tugas
mereka tersendiri didalam rumah tersebut yang telah dibagikan
tugaskan orang bapak/ibu mereka di rumah.
8. Mempunyai sikap menolong, dalam membantu orang lain.
Berdasarkan wawancara dengan Tyo, ia mengatakan bahwa:
“Saya suka membantu orang lain, apalagi kalau ada
yang meminta bantuan kepada saya pasti saya bantu sebisa
saya, pernah waktu itu saya membantu teman saya mencari
kayu bakar untuk ibunya masak, kami cari di hutan-hutan
dekat rumah.”92
Menurut Fernando, ia mengatakan:
“Bantu, kalau mbak di rumah butuh bantuan
membersihkan rumah, Nando suka bantu mbak
89
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 90
Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019 91
Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019 92
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019
80
membersihkan rumah, tetapi kalau lagi main idak bantu mbak
di rumah.”93
Hasil wawancara dengan Tika, ia mengatakan:
“Kalau orang nyo jahat idak bantu ada teman di sekolah
nakal suka jailin Tika di sekolah, jadi kalau yang jahat minta
bantu idak dibantu kalau baik dibantu, kawan Tika yang baik
itu ada kakak Inayah, kakak Ani, ada Sindi banyak yang baik,
cowok yang suka jahat.”94
Menurut Reva, ia mengatakan bahwa:
“Iya, karena membantu orang lain itu mendapat pahala
kata ibu guru di sekolah, siapa yang bantu temannya pasti
nanti mendapat bantuan juga dari Allah, jadi harus saling
tolong menolong sesama membutuhkan.”95
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diambil
kesimpulan mereka anak-anak yang suka membantu orang lain,
mempunyai sikap penolong yang baik didalam diri mereka.
9. Orang tua selalu memberikan salam jika masuk atau keluar rumah.
Menurut wawancara dengan Reva, ia mengatakan bahwa:
“Kalau untuk masuk rumah iya ibu sering
mengucapkan salam, tapi kalau untuk keluar rumah jarang
mengucapkan salam.”96
Menurut Viya, ia mengatakan bahwa:
“Mama selalu salam kalau masuk rumah, Viya juga
selalu diajarkan amam kalau mau masuk rumah itu ucapkan
salam assalamuallaikum atau mau pergi mama juga selalu
mengucapkan salam.”97
Menurut Tika, ia mengatakan bahwa:
“ Ibu jarang kalau mau masuk rumah atau keluar rumah
ngucap salam karena ibu jarang pergi-pergi kan ibu jualannya
93
Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019 94
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 95 Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019 96
Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019 97
Hasil wawancara dengan Dhiviya Fazila pada tanggal 13 Agustus 2019
81
di rumah tetapi kalau untuk pergi kepasar ibu masuk rumah
tidak mengucap salam kalau pergi jauh ibu ngucap salam.”98
Dapat disimpulkan bahwa oang tua kadang-kadang
mengucapkan salam, kebanyakkan waktu mau masuk rumah, tetapi
setelah mau keluar rumah ada yang tidak mengucapkan salam.
10. Berbuat salah kepada orang tua, anak apa langsung meminta maaf
atas kesalahan.
Hasil wawancara dengan Tyo, ia mengatakan bahwa:
“Idak mbak, bapak tu sering pai-pai cari duit jadi cuek
ajo, kalalu kesalahan dikit-dikit tidak pernah marah tidak
minta maaf juga dengan kesalahan. ”99
Hasil wawancara dengan Fernando, ia mengatakan:
“Tidak minta maaf sama ibu, pas lebaran ajo minta
maafnya sama ibu kan kalau lebaran itu maaf-maafkan jadi
pas itu langsung minta maaf semua kesalahan.”100
Menurut Desvia, ia mengatakan bahwa:
”Jarang, kalau dimarah ibu ya sudah tapi dak mintak
maaf, kadang-kadang minta maaf sama ibu kadang idak
minta maaf.”101
Terdapat dari mereka yang melakukan kesalahan tidak
langsung meminta maaf kepada orang tua saat mereka melakukan
kesalahan. Mereka menganggap lebaran waktu untuk bermaaf-
maafan.
11. Selalu berkata jujur kepada kedua orang tua.
Hasil wawancara dengan Tika, ia mengatakan bahwa:
98
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 99
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019 100
Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019 101
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum pada tanggal 01 Agustus 2019
82
“Hmm..idak kalau selalu jujur sama ibu, kadang jujur
kadang idak kalau jujur tu sering dimarah ibu jadi idak usah
jujur dari pado dimarah sama ibu.”102
Menurut Dhiviya, ia mengatakan:
”kecek ibu guru dak boleh bohong harus berkata jujur,
kalau mama nanyo Via bilang jujur, seperti kalau di sekolah
Viya dapat nilai berapa.”103
Menurut Tyo, ia mengatakan bahwa:
“Tergantung masalah nya mbak, kalau lagi disuruh
bayar uang bangunan sekolah dikasih uang lebih ya jujur
dikembalikan, tapi kalau lagi berantem sama teman atau
berantem sama teman ya ngak mau bilang bapak”.104
Menurut Desvia, ia mengatakan:
“Jujur Desvia bilang kek ibu, karena kalau bohong itu
dosa dan ibu juga marah kalau Desvia menjadi anak
pembohong.”105
Dari hasil wawancara dengan anak-anak tersebut dapat
disimpulkan ada yang dari mereka berkata jujur ada pula yang
tidak, mereka yang tidak jujur alasannya takut dimarah oleh orang
tuanya.
12. Dalam memberikan nasehat orang tua bersuara lembut.
Menurut Tika, ia mengatakan:
”Ya, kalau ibu lagi lembut ya lembut kalau lagi ngasih
tau nasehat, tapi kalau Tika dak dengar ya langsung suara nya
ibu berubah jadi keras.”106
Menurut Fernando, ia mengatakan bahwa:
102
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019 103
Hasil wawancara dengan Dhiviya Fazila pada tanggal 13 Agustus 2019 104
Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019 105
Hasil wawancara dengan Desvia Hayda Ningrum pada tanggal 01 Agustus 2019 106
Hasil wawancara dengan Lirahma Cantika pada tanggal 18 Agustus 2019
83
“Kalau lagi nasehat ibu suaranya lembut kek anak-
anaknya, ibu selalu mengingatkan anaknya untuk kebaikan
sem,ua anak-anaknya. ”107
Menurut Tyo, ia mengatakan:
“Bapak kalau nasehatin suaranya lembut, tapi permah
bapak marah sama abang itu karena abang mabuk sama tema-
temannya jadi bapak marah suaranya keras, sampai semua
anak-anaknya takut waktu bapak marah sama abang.”108
Berdasarkan wawancara dengan Reva, ia mengatakan bahwa:
“Lembut, suara ibu dak keras tetapi kalau marah suara
ibu keras sama anak-anaknya, Reva pernah dimarah ibu
waktu itu gara-gara tidak menjalankan tugas dirumah.”109
Jadi dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika
orang tua member nasehat jawaban anak mereka orang tua mereka
member nasehat dengan suara yang lembut, kalaupun dengan suara
keras itu kalau sedang memarahi mereka.
Dan sebagai penguat wawancara, peneliti juga melakukan
wawancara dengan kepada Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun
Kabupaten Bengkulu Utara bapak Wahyudi.
1. Sebagai kepala Desa mengetahui jumlah warga yang telah bercerai
di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu
Utara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa, ia
mengatakan bahwa:
“ kalau untuk jumlah semua warga yang bercerai
belum ada data nya ya mbak, biasanya kalau warga ada yang
ingin bercerai sampai kepersidangan pengadilan agama, baru
107Hasil wawancara dengan Fernando Rendi Saputra pada tanggal 01 Agustus 2019
108Hasil wawancara dengan Muhammad Ageng Prasetyo pada tanggal 05 Agustus 2019
109Hasil wawancara dengan Reva Pulung Pamungkas pada tanggal 13 Agustus 2019
84
Desa mengetahui karena mengurus surat untuk itu mereka
kantor desa, ya palingan saya mengetahui orang-orang yang
mengurus surat cerai saja mbak kalau untuk yang bercerai
lisan saya tidak tau pasti juga berapa jumlah nya karena itu
hanya sebatas sampaian warga saja mbak tetapi kalau untuk
sepengetahuan saya sendiri ada 8 KK yang bercerai.”110
2. Upaya penyuluhan tentang perceraian, baik itu dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan pemeritah setempat untuk mengurangi
adanya perceraian.
Menurut pak Wahyudi, selaku Kepala Desa mengatakan:
“kalau untuk penyuluhan yang dilakukan secara formal
tidak ada mbak, hanya saja itu dari pribadi warga saja”.111
Berdasarkan wawancara dengan kepala Desa, dapat
disimpulkan bahwa tidak adaa data yang akurat dalam data
perceraian, tetapi kalau untuk melaapor ngurus kepengadilan ada,
dan tidak pernah juga adaa penyuluhan tentaang perceraian.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dipaparkan diatas, dapat diuraikan bahwa
orang tua berperan penting dalam mendidik anak, madrasah pertama anak
adalah orang tua, orang tua memegang peranan penting dalam
perkembangan anak secara menyeluruh dan pada khususnya pada anak yang
orang tua nya mengalami perceraian. Dan lingkungan keluarga adalah
lingkungan pertama bagi anak.
110
Menurut wawancara dengan bapak Wahyudi selaku Kepala Desa Giri Kencana
Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara pada tanggal 29 Juli 2019. 111
Menurut wawancara dengan bapak Wahyudi selaku Kepala Desa Giri Kencana
Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara pada tanggal 29 Juli 2019.
85
Dengan latar yang berbeda-beda baik sosial maupun budayanya
tercipta pula ragam tingkah laku dan kebiasaan sesuai dengan cara
pendidikan yang mereka peroleh di rumah orang tuanya dan macam-macam
kebiasaan yang sudah berlaku di rumahnya yang akan mempengaruhi
pendidikan agama Islam yang telah diacarkan oleh orang tua mereka
meskipun dengan keadaan orang tua yang telah berpisah.
Ketika keaktivitas sehari-hari di rumah semakin memperjelaskan
bahwa salah satu orang tua akan segera pergi, beri tahu anak-anak. Jika
mungkin, kedua orang tua harus hadir ketika anak-anak diberi tahu tentang
perpisahan yang akan terjadi. Alasan perpisahan atau perceraian sangat sulit
untuk dimengerti oleh anak-anak. Setelah bercerai atau perpisah, orang tua
sama pentingnya bagi anak seperti sebelum perceraian atau perpisahan.
Orang tua yang bercerai perlu memberikan mereka dukungan sebanyak
mungkin. Bauserman mengatakan satu analisis studi menemukan bahwa
anak-anak dalam keluarga dengan hak asuh menyesuaikan diri lebih baik
dapi pada anak-anak dalam keluarga yang hak asuh tunggal.112
Dalam penelitian yang peneliti lakukan hanya terbatas pada
pendidikan agama Islam pada anak yang orang tuanya mengalami
perceraian, sehingga peneliti melibatkan orang tua dan anak dalam menggali
dan Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk anak-anak
112
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2007), h.
188
86
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama mendapatkan informasi
mengenai peran mereka sebagai orang tua dalam memberikan pendididikan
agama Islam pada anak. Orang tua sangat berpengaruh dalam mendidik
anak terutama dalam pendidikan Islam, maka dari itu orang tua harus lebih
memperhatikan dan selalu membimbing dan mendidik anak dengan baik.
Walau orang tua dalam keadaan kehancuran perpisahan tetapi tugas
untuk mendidik anak adalah tugas bersama, memberikan masa depan yang
terbaik untu anak adalah tanggung jawab bersama, perceraian adalah hal
yang menyakitkan bagi kedua belah pihak dan juga sangat menyakitkan juga
untuk anak-anak mereka, tetapi ini keputusan kedua orang tua yang menurut
orang tua yang terbaik, dan terkadang anak menjadi imbasnya dari persoalan
itu, begitupun juga dengan pendidikan agama anak, pengawasan orang tua
yang menjadi berkurang akan membuat mereka lalai dalam menjalankan
perintah-perintah agama.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Athiyah Al-Abraysi
bahwa tujuan utama dari pendidikan islam adalah pembentukan akhlak dan
budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral,
berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia
baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga mengertikan kewajiban
masing-masing, dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk,
maupun menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela,
87
mengingat Tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang
dilakukan.113
Berdasarkan menurut teori orang tua adalah orang yang menjadi
panutan dan contoh bagi anak-anaknya. Setiap anak akan mengagumi orang
tuanya, apapun yang dikerjakan orang tua akan dicontoh oleh anak.
Misalnya anak laiki-laki bermain menggunakan mobil-mobilan dan motor-
motoran, anak perempuan bermain menggunkan boneka dan masak-
masakan.contoh tersebut adalah kekaguman anak terhadap orang tuanya,
karena itu keteladanan sangat perlu seperti shalat berjamah, membaca
bismillah ketika makan, hal-hal kecil seperti itu anak akan menirukannya.
Orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anak mereka, karena dari
merekalah anak-anak pertama kalinya mendapat pendidikan. Dari berbagai
pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang tua adalah orang yang utama
dan pertama yang berperan dalam pendidikan, membesarkan dan
membimbing serta mengarahkan terbentuknya kepribadian anaknya. Selain
itu orang tua juga merupakan teladan tingkah laku bagi anaknya, orang tua
juga harus menunjukkan kerjasama dan perhatikan terhadap ibadah shalat
anak-anaknya, baik di rumah maupun di luar rumah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa upaya orang tua untuk menanamkan pendidikan agama Islam pada
anak masih sangat rendah, hal ini masih dilihat dari besarnya jawaban
113
Heri Jauhari Mucthar, Fiqih Pendidikan,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005), h.
129
88
kadang-kadang dipilih orang tua, dan jawaban dari wawancara terhadap
anak. Begitupun hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada
responden yang menunjukkan bahwa sebagai hasil pengamatan dan
wawancara peneliti kepada responden yang menunjukkan bahwa sebagian
besar orang tua susah dalam mendidik anak tentang agama Islam di dalam
rumah. Dikarenakan berbagai hal seperti orang tua yang sibuk bekerja, para
orang tua yang lebih mempercayai menitip anak kesekolah agama dan
tempat anak di berikan pelajaran tambahan untuk mengaji. Lois Hoffman
menjelaskan bebrapa kemungkinan pengaruh dari ibu yang bekerja pada
perkembangan anak.114
Berdasarkan data yang telah dikumpul melalui observasi dan
wawancara dan setelah data dianalisa, maka dapat diinterpretasikan bahwa
pendidikan agama Islam pada anak yang orang tuanya mengalami
perceraian di Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu
Utara belum berjalan sesuai dengan yang teliti harapkan. Selama observasi
peneliti mengamati masih banyak orang tua yang belum mampu
mengajarkan mengaji anaknya dan anak juga masih ada anak yang belum
bisa mengaji walaupun sudah dileskan mengaji, masih banyak orang tua
juga yang tidak sholat, memberikan contoh yang tidak baik tetapi mereka
menyuruh anaknya sholat tapi mereka sendiri tidak menjalankan shalat,
masih banyak anak yang berprilaku kurang baikdan selalu mengucapkan
kata-kata yang tidak baik, masih banyak anak yang tidak disiplin dan tidak
114
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, 2007), h.
184
89
menghormati orang tua. Anak cenderung lebih mudah menerapkan hal-hal
yang dilihatnya dari pada yang didengarkannya, karena kemampuan
berpikirnya belum berkembang secara matang, dan pendidikan agama Islam
pada anak menjadi faktor yang penting bagi keluarga yang mengalami
perceraian dari hal baik buruknya anak.
Dan jawaban orang tua juga tidak singkron dengan anak, hasil
wawancara, observasi serta data yang telah dikumpul melalui observasi dan
setelah data dianalisa, maka dapat diinterpresentasikan bahwa setelah orang
tua mereka berpisah, kasih sayang, perhatian, kepedulian itu berkurang yang
mereka rasakan, orang tua lebih menyerahkan pendidikan agama anak di
sekolah dan ditempat belajar tambahan ngaji, dan masih ada orang tua yang
belum mengajarkan kebaikkan kepada anak mereka dengan contoh tidak
mengucapkan salam ketika hendak masuk rumah atau keluar rumah, masih
ada orang tua yang tidak memberikan contoh teladan yang baik kepada
anak, dan masih banyak orang tua yang tidak melaksanakan sholat ataupun
mengaji.
Begitupun dengan anak mereka lalai dalam beribadah akibat
kurangnya awasan orang tua, merekapun berani untuk berbohong dengan
alasan takut dimarah orang tua, dan merekapun yang berbuat salah tidak
meminta maaf kepada orang tua dengan kesalahan yang mereka perbuat.
Masih banyak sekali orang tua yang tidak menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya, apalagi dalam pendidikan agama anak.
90
Berdasarkan teori bahwa peran orang tua bertanggung jawab dalam
melindungi keluarga dari api neraka. Hal ini tentunya dapat dilakukan orang
tua dalam hal pendidikan terutama pendidikan agama Islam dalam keluarga.
Dalam hal melaksanakan pendidikan terdapat dalam lingkungan
keluarga. Orang tua berperan penting dan amat berpengaruh pada
keberhasilan pendidikan anak. Dengan demikian tanggung jawab pendidik
itu pada dasarnya tidak bisa dibebankan kepada orang lain, sebab guru atau
pendidik lainnya dalam mikul tanggung jawab pendidikan hanyalah
merupakan keikutsertaan saja.
91
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pendidikan Islam dalam
keluarga orang tua yang mengalami perceraian di Desa Giri Kencana
Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara, maka diperolehkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan pada
anak, apalagi tentang pendidikan agama Islam, yang mana pendidikan
agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk anak-anak
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Akhlak mulia mencakup etika, bud ipekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama. Kehilangan salah satu orang tua
dalam perpisahan perceraian orang tua yang mengakitbatkan anak
kekurangan figure seseorang bapak/ibu didalam rumah mereka, menjadi
kelalaian dalam mengawasi anak. Pendidikan agama pada anak yang
terjadi sangatlah jauh dari yang diharapkan, banyak anak-anak yang
tidak sopan pada orang tua, banyak anak-anak yang tidak melaksanakan
sholat, masih ada anak yang tidak bisa mengaji, masih ada anak yang
tidak hafal doa-doa seperti doa masuk masjid ,doa mau tidur dan doa
lainnya, masih banyak anak yang tidak mendengarkan perkataan orang
78
92
tua, maka dari itu kurangan pengawasan orang tua. Tetapi dari sebagian
mereka ada juga yang akhlaknya baik, hafalan doa bagus, bacaan Al-
qurannya bagus dan mereka yang mengerti keadaan orang tuanya.
2. Problem yang terjadi pada orang tua yang mengalami perceraian dalam
mendidik pendidikan agama anak, akibat perpisahan yang terjadi
kurangnya perhatian, kurangnya kepedulian yang seharusnya anak
dapatkan. Hal ini disebabkan karena secara umum orang tua cukup sibuk
dalam kegiatan masing-masing seperti bekerja. Sehingga orang tua
kurang memperhatikan pendidikan agama kepada anak, padahal seluruh
orang tua mengharapkan anaknya menjadi anak yang baik, cerdas dan
berakhlak mulia. Namun upaya yang dilakukan kurang maksimal.
3. Dalam upaya memberikan pendidikan agama pada anak orang tua lebih
mempercayakan pada guru disekolah, pada guru ngaji ditempat belajar
tanbahan mereka. Fasilitas yang diberikan orang tua kepada anak sudah
cukup, namun karena madrasah pertama anak adalah orang tua jadi
orang tua harus memberikan pendidikan terbaik untuk anak mereka.
Oleh karena itu pengetahuan agama yang mereka kuasi masih belum
cukup akan tetapi orang tua yang mengalami perceraian
memberimotivasi lebih pada anak mereka dengan fasilitas yang
mendukung pendidikan agama anak untuk meningkatkan pendidikan
agama pada anak yang orang tuanya mengalami perceraian.
93
B. SARAN
1. Kepada orang tua yang mengalami perceraian diharap kan agar bisa
membagi waktu dengan anak dengan baik, karena anak yang orang tua
yang mengalami perceraian adalah anak yang membutuhkan perhatian
khusus dari dampak orang tua yang mengalami perceraian. Maka dari itu
orang tua diharapkan bisa membagi waktu antara pekerjaan dan
keluarga, sehingga bisa memberikan bimbingan dengan baik dan benar
tentang pendidikan agama bagi anak.
Bagaimana pun kasih sayang dan perhatian orang tua sangatlah
dibutuhkan oleh anak. Sangat disayangkan pada fase penting
perkembangan anak, orang tua tidak memperhatikan atau bahkan tidak
tau apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi anak
terutama pada pendidikan agama. Kebiasaan yang baik perlu
ditanamkan sejak kecil, karena segala hal yang ditanamkan sejak kecil
pada anak akan menjadi dasar dan pondasi ketika mereka besar nanti.
Orang tua diharapkan untuk lebih lagi memberikan pembelajaran pada
pendidikan agama didalam keluarga karena pendidikan agama
dilingkungan sekolahhanya sebatas ketika di sekolah, begitupun
ditempat mengajihanya beberapa jam saja, anak lebih banyak
mendapatkan pelajaran dirumah, jadilah pendidik yang baik untuk
anak.
2. Kepada anak diharapkan belajar pendidikan agama dengan sungguh-
sungguh dan jangan pernah menyepelekan pendidikan agama Islam
94
karena pendidikan agama Islam adalah salah satu sarana yang akan
mengantarkan anak menggapai keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat nanti, dan kasih sayang orang tua kepada anak tidak akan pernah
pudar meskipun telah berpisah, karena tidak akan pernah ada yang
namanya mantan anak.
3. Untuk Desa Giri Kencana diharapkan untuk lebih menjaga kekompakan
masyarakat, saling menjaga silaturahmi, dan saling membantu satu sama
lain untuk menuju kemajuan desa lebih baik lagi.