PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN...
Embed Size (px)
Transcript of PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN...

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM KELUARGA BROKEN HOME
(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
FARIDA
NIM 11114186
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018

ii

iii
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM KELUARGA BROKEN HOME
(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
FARIDA
NIM : 111-14-186
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
1. HALAMAN BERLOG

iv

v

vi

vii
MOTTO
Lakukanlah segala sesuatu dengan rasa ikhlas, karena ketika melakukannya
dengan ikhlas sesuatu yang indah akan mencarimu. Dan jangan lupa selalu
bersyukur, maka Allah akan memberimu lebih.

viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Almarhum ibundaku tersayang Ayah Mudakir dan Almarhum Ibu
Sukiyari yang selalu menjadi penyemangat utamaku dan selalu mendoakanku
tiada henti.
2. Kakak terbaik Lilis Handayani yang selalu membimbing dan menasehatiku
serta membantuku disegala hal.
3. Muchamad Noval Ardian yang selalu memberikan semangat dan do’a.
4. Sahabat seperjuanganku yang telah berbagi rasa suka maupun duka Tutik,
Nely, Hani, Endah, Puri, Sami, Iza, Novi, Ayu dll.
5. Sahabat terbaiku Ina, Anggita, Safitri, Dian, Indri, Fita yang selalu memberikan
motivasi dan semangat tiada akhir.
6. Keluarga PPL, MAN Suruh Zum, Nafi, Anis, Yuniar, Nida, Wahid dll.
7. Keluarga KKN, posko 7 Kamongan Isna, Erni, Widya, Rizal, Fina, Fitri dll.
8. Teman-teman se Perjuangan PAI Angkatan 2014.
9. Segenap Pendidik dan Pembaca..

ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan bail. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Penulis
menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan
bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang telah
diberikan.
6. Orangtuaku dan kakakku, Bapak Mudakir, Almarhum Ibu Sukiyari yang sangat
aku sayang dan kakakku Lilis Handayani yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat serta membantu pula proses skripsiku.
7. Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014.

x

xi
ABSTRAK
Farida. 2018. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi
Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018).
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, S. Ag., M.
Pd.
Kata Kunci : Pendidikan, Islam, dan Broken Home
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga Broken Home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana cara mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home. (2) Apa faktor penghambat
dan pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken
home. (3) Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam mengajarkan
Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)
yang dilakukan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan Kualitatif diskriptif analisis
dengan menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta
penelaahan dokumen. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara
rasional dengan menggunakan pola Induktif dan Deduktif.
Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa orang tua mengajarkan Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga broken home dengan cara: (1) selalu mengajarkan
puasa wajib dan sunnah. (2) mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan
santun, kemandirian. (3) memerintahkan untuk mengaji. Faktor penghambat dan
pendukung Pendidikan Agama Islam pada keluarga Broken home yaitu: (1) faktor
penghambat geng vespa yang selalu mengajak pergi touring, perasaan anak yang
tidak stabil sehingga anak terkadang merasa jenuh. (2) faktor pendukung yaitu
keluarga yang selalu memanjakan dan menuruti semua kemauan anaknya, selalu
memberikan perhatian penuh. Cara memecahkan masalah dalam cara: (1)
menasehati dengan menyentuh hati dan perasaan. (2) selalu bersabar dan berdo’a.

xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................ i
LEMBAR BERLOGO IAIN ................................................................................. ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. vi
MOTTO
...............................................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN................................................................................................viii
KATA
PENGANTAR
...............................................................................................................................
xi
DAFTAR
ISI

xiii
...............................................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan............................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................................... 12
1. Pengertian Pendidikan ..................................................................... 12
2. Pengertian Agama ............................................................................ 13
3. Pengertian Islam................................................................................14
4. Pengertian Pendidikan Agama Islam................................................14
5. Pendidikan yang harus ditanamkan..................................................16
6. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam.....................26
B. Keluarga Broken Home ........................................................................... 28
1. Pengertian Keluarga Broken home .................................................. 28
2. Faktor-faktor Broken home .............................................................. 30
3. Dampak keluarga Broken home........................................................32
C. Kajian Pustaka.........................................................................................34

xiv
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................38
C. Sumber Data............................................................................................39
D. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................40
E. Analisis Data ........................................................................................... 41
F. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................................. 44
G. Tahap-tahap Penelitian............................................................................ 45
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS .................................................. 47
A. Paparan Data ........................................................................................... 47
1. Keadaan Penduduk............................................................................47
2. Data Responden.................................................................................52
3. Profil Subjek Penelitian.....................................................................53
4. Temuan Penelitian.............................................................................59
B. Analisis Data ........................................................................................... 88
1. Cara orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
broken home .................................................................................... 88
2. Faktor penghambat dan pendukung dalam orang tua mendidik
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken-
home.................................................................................................92
3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam
dalam keluarga broken home..................................................96
BAB V PENUTUP.............................................................................................100

xv
A. Kesimpulan .....................................................................................100
B. Saran................................................................................................101

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .......................................................... 47
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Menurut Agama ...................................................... 48
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................................... 49
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................................... 50
Tabel 4.5 Jumlah Keluarga yang bercerai ............................................................ 52
Tabel 4.6 Daftar Informan Keluarga Broken home.....................................................52

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi
Lampiran 6 Daftar Nilai SKK
Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang yang menikah pasti mempunyai keluarga, anggota
keluarga terdiri dari bapak, Ibu dan Anak. Tugas orang tua yaitu mengurus dan
mendidik anaknya dengan baik, karena anak merupakan titipan Allah yang
harus dijaga. Anak adalah pengikat hati dalam keluarga, yang diamanatkan
oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak-anak yang shaleh adalah
sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga menjadi fitnah bagi kedua
orang tuanya. Oleh karena itu anak menjadi tanggung jawab orang tua, selain
itu menjadi tanggung jawab masyarakat dan bangsa untuk membimbingnya
agar anak memperoleh masa depan yang baik, duniawi maupun ukhrawi.
Orang tua berperan sepenuhnya dalam mendidik anaknya karena
mendidik anak itu tidak hanya dilakukan di ruang lingkup sekolah tetapi juga
dalam ruang lingkup keluarga. Terkadang orang tua tidak begitu
memperdulikan anaknya dalam soal pendidikan, tidak banyak dari mereka
hanya memberikan fasilitas pendidikan secara umum seperti hanya
menyekolahkannya saja tanpa mengetahui seberapa dalam anak tersebut
mendalami ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya. Selain pendidikan
umum, pendidikan agama islam juga harus diperhatikan karena pendidikan
agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat penting. Ketika anak tidak
dikenalkan tentang Pendidikan Agama Islam kehidupan anak tidak akan

2
berjalan dengan baik karena ajaran agama Islam merupakan pedoman hidup
manusia khusunya bagi seorang muslim. Orang tua harus mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dengan cara yang baik, kebanyakan dari mereka
kurang peduli dalam hal memperhatikan anak.
Setiap orang tua tentu mendambakan keluarganya bahagia, suatu
keluarga yang setiap anggotanya mampu memahami, menghayati dan
merealisasikan fungsi keluarga sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
Diantara fungsi keluarga, selain fungsi rekreatif, protektif, ekonomi, sosial, dan
reproduktif selain itu juga mendidik anak dengan mendidik edukatif serta
menanamkan pemahaman dan pengalaman tentang keagamaan (religius).
Keluarga merupakan sarana utama dan pertama dalam mendidik serta
menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaan. Dalam hal ini tentu
saja orang tua ayah dan ibu memiliki tanggung jawab terbesar (Daroeso,
1986:26-27).
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
latihan dengan dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
hubungannya dengan kerukunan umat beragama, sehingga terwujud kesatuan
dan persatuan bangsa. Dengan demikian berbicara tentang Pendidikan Agama
Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu: sebagai proses penanaman
ajaran Islam dan sebagai bahan kajian yang menjadi proses itu sendiri
(Muhaimin dan dkk, 2001:75). Pendidikan agama islam merupakan

3
pendidikan utama yang harus dipelajari dalam mencapai kehidupan yang kekal
dan kebahagiaan selama-lamanya. Islam menegakkan bahwa orang tua sebagai
tempat untuk anak mendapatkan pendidikan. Terutama pendidikan agama
Islam yang sangat bermanfaat dan membimbing untuk kehidupannya nanti. Hal
tersebut ditanamkan oleh orang tua agar menghasilkan generasi-generasi yang
beragama dan sesuai tuntunan Agama Islam (Zakiah Drajdat, 1995:49).
Keluarga mempunyai pengertian suatu sistem kehidupan masyarakat
yang terkecil dan dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau juga disebut
ummah akibat adanya kesamaan agama. Pembinaan kesejahteraan keluarga
dilakukan bertujuan supaya seluruh anggota keluarga mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat dengan ridha Allah SWT, sehingga terwujud
keluarga yang sakinah. Tujuan ini berlaku untuk individu-individu yang akan
membentuk keluarga. Sedangkan pencapaian ini dilakukan sesuai dengan
program pendidikan yang telah dibentuk oleh kepala keluarga, program
pendidikan tersebut biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa
hingga pemilihan jodoh menjelang perkawinan. Pendidikan keluarga meliputi
keseluruhan kewajiban hidup beragama yang dimulai dari aqidah, syariah,
ibadah dan akhlaq yang diajarkan baik secara formal, diberitahukan dan
dicontohkan oleh orang tua maupun dengan proses imitasi, sugesti dan
transformasi yang tidak sengaja yang diajarkan oleh orang tua itu sendiri,
sehingga untuk mencegah suatu kesalahan mendidik, maka orang tua harus
mempelajarinya terlebih dahulu sesuai ketentuannya (Zakiah Daradjat,
1987:182).

4
Anak yang dibesarkan dalam keluarga disfungsi pekawinan mempuyai
resiko tinggi terjadinya gangguan pekembangan kepribadiannya. Karena itu
menciptakan keluarga yang harmonis menjadi sangat penting bagi proses
mendidik anak (Abdul Mustaqim, 2010:85). Hidup bahagia, harmonis dan
penuh cinta kasih merupakan dambaan setiap pasangan yang menikah,
tercantum dalam firman Allah surat Al-Rum ayat 21 sebagai berikut:
نكم مودة ورحة إن ف ومن آياته أن ها وجعل ب ي كم أزواجا ل تسكنوا إلي ن أنفس لل خلق لكم م
فكرونيت ليت ل قوم
Artiya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda.” (Hatta, 2009:406).
Ayat tersebut menjelaskan tentang pendidikan keluarga untuk
menciptakan keluarga yang sakinah sesuai dengan firman Allah, bahwa setiap
keluarga harus selalu menciptakan suasana yang seindah dan seharmonis
mungkin, agar proses mendidik anak pun selalu berjalan dengan baik. Namun
tidak semua orang dapat mewujudkan keinginan tersebut, dan malah
sebaliknya kebanyakan terjadi permasalahan. Konflik atau permasalahan
merupakan suatu permasalahan yang terjadi didalam keluarga biasanya
berujung pada perceraian atau sering disebut broken home. Keluarga yang

5
mengalami broken home kebanyakan mengalami beberapa masalah dalam
mendidik anaknya khusunya mendidik keagamaan pada anak.
Broken Home dapat terjadi apabila antara suami istri yang bersangkutan
tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun kembali dalam rumah
tangga seutuhnya. Keadaan seperti ini terjadinya broken home tidak secara
tiba-tiba dan bukan proses yang mudah atau sederhana. Permasalahan yang
terjadi merupakan titik akhir dari suatu proses berlangsung lama dan adanya
penyesuaian diri yang ekstrim. Broken Home dapat dilakukan secara legal,
dimana salah satu pasangan (suami atau istri) meninggalkan keluarga tanpa
pamit dalam waktu lama. Broken home mengakibatkan status seorang laki-laki
sebagai suami maupun status seorang perempuan sebagai istri secara legal
berakhir. Tetapi tidak menghentikan status masing-masing sebagai ayah dan
ibu terhadap anak-anaknya, karena hubungan antara ayah atau ibu dengan
anak-ananya adalah hubungan darah tidak bisa diputus begitu saja lewat
pernyataan kehendak (Gunarsa dan Yulia, 1995: 48).
Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan
penelitian terhadap masyarakat, khusunya keluarga yang mengalami broken
home yang mengalami perceraian dan pisah ranjang atau tidak ada status yang
jelas. Hal yang menarik yang ingin penulis teliti adalah bagaimana cara
mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home, apa saja
faktor penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
broken home, dan bagaimana cara memecahkan masalah yang terjadi dalam
mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home. Dan

6
Penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “ Pendidikan
Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi kasus pada keluarga di
Desa Doplang kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga
Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung pendidikan agama Islam dalam
keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang?
3. Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam Pendidikan
agama Islam pada keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan pokok yang akan diteliti, maka peneliti
melakukan hal tersebut dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga Broken
home.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pendidikan
agama Islam dalam keluarga broken home.
3. Untuk mengetahui cara memecahkan masalah yang muncul dalam
pendidikan agama Islam pada keluarga broken home.
D. Manfaat Penelitian

7
1. Secara Teoritis
a. Adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
dan Ilmu pengetahuan khususnya tentang Pendidikan Agama Islam.
b. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.
2. Secara Teoritis
a. Bagi Peneliti
Sebagai pembelajaran bagi penulis tentang kehidupan dalam
rumah tangga, dan mendidik anak serta dapat menjaga hubungan
dengan keluarga.
b. Bagi Orang Tua
Sebagai orang tua agar lebih menjaga keutuhan dalam rumah
tangga dan mencegah untuk melakukan perceraian dan pisah ranjang.
Serta mendidik anaknya dengan lebih baik lagi.
c. Bagi Tokoh Masyarakat
Untuk menjadi acuan yang dapat digunakan oleh tokoh masyarakat
seperti para guru, tokoh agama, dosen untuk bertanggung jawab dalam
pendidikan anak.
d. Orang lain
Mengetahui Ilmu dan pengetahuan yang sebelumnya tidak
diketahuinya. Untuk penulis berikutnya yang ingin meneliti studi kasus
yang sama, dapat dijadikan sebagai acuan yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.
E. Penegasan Istilah

8
Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami
judul yang telah saya sebutkan, maka penulis menegaskan beberapa istilah
pokok yang terdapat dalam rumusan judul seperti berikut ini:
1. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-
Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman (Abdul Majid, 2012: 11).
Menurut Zuhairini (2004: 1) Pendidikan Agama Islam adalah suatu
kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang beragama, dengan
demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral
dan karakter.
Dapat disimpulkan dan diperjelas bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah Pendidikan yang mengajarkan tentang hal-hal yang menjadi
pedoman manusia untuk melakukan segala sesuatu yang memiliki ruang
lingkup yang luas, didalam penelitian ini menggukan aspek keimanan,
ibadah dan akhlak untuk mengetahui bagaimana cara orang tua
mengajarkan tentang pendidikan tersebut.
2. Keluarga Broken home
Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata
yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.

9
Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih
demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Pengertian
keluarga secara realitas adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala
keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam
satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu
mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki tujuan dan program yang
jelas. Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara dan kerabat lainnya.
Adapun keluarga batin biasanya terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.
Keluarga ini dapat dikatakan sebagai keluarga kecil (Aziz, 2015: 16-17).
Broken home adalah “keretakan di dalam keluarga yang berarti
rusaknya hubungan satu dengan yang lain di antara anggota keluarga
tersebu (Pujosuwarno,1993:7). Menurut Hurlock, Broken Home
merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi
bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian
masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perlu disadari bahwa
banyak perkawinan yang tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak dia
akhiri dengan perpisahan. Permasalahan tersebut dikarenakan perkawinan
dilandasi dengan suatu pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi dan
alasan-alasan yang lain. Perpisahan atau pembatalan perkawinan dapat
dilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga
kasus dimana salah satu pasangan (suami, istri) meninggalkan keluarganya
(Hurluck, 1990: 310).
Dari pemaparan tersebut keluarga broken home adalah keadaan
rumah tangga yang sudah tidak utuh lagi layaknya keluarga biasa, terjadi

10
perubahan-perubahan dalam bertindak berperilaku mengajarkan sesuatu
pada anak ataupun mendidik. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa
penyebab yaitu perceraian, pisah ranjang karena alasan tertentu, cerai mati.
Penyebab tersebut sesuai objek dengan yang akan peneliti lakukan
khususnya di keluarga broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan
memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I Berisi tentang pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan tentang Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga Broken Home di Desa Doplang
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
BAB II Berisi tentang kajian pustaka yang terdiri atas pengertian
pendidikan, agama, Islam, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
agama Islam yang harus ditanamkan pada anak, faktor yang
mempengaruhi Pendidikan agama Islam dan pengertian tentang
keluarga broken home, faktor yang mempengaruhi broken home,
dan dampak keluarga broken home.
BAB III Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-
langkah penelitian secara operasional yang meliputi pendekatan
penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian yang berada di Desa
Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, sumber data,

11
prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV Bagian ini berisi tentang paparan dan analisis data tentang
gambaran umum lokasi penelitian di Desa Doplang Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang yang mencakup profil setiap
keluarga, letak geografis, keadaan penduduk menurut usia, agama,
mata pencaharian dan jumlah keluarga yang bercerai. Temuan
penelitian tentang bagaimana cara orang tua mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home, faktor
penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga broken home, cara memecahkan masalah dalam
mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga broken
home . Data temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema,
kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Bagian analisis
menguraikan gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola,
kategori-kategori.
BAB V Penutup memuat kesimpulan, tindak lanjut penelitian, dan
saran atau rekomendasi yang diajukan dalam penelitian Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga Broken home di Desa Doplang
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan

12
Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogiek .
Pae berarti anak, gogos artinya membimbing, dan iek artinya Ilmu. Jadi
secara etimologi Paedagogiek ilmu yang membicarakan bagaimana cara
mendidik anak. Secara Terminologi Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Suparlan, 2007:77).
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, pendidikan berasal dari kata
dasar didik dan diberi awalan men-, yaitu kata kerja yang artinya memelihara
dan memberi latihan ajaran. Menurut tokoh pendidikan dari Indonesia, Ki
Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan
tubuh anak (Teguh, 2013:61).
2. Pengertian Agama
Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta yakni kata “a”
yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”. Berdasarkan
pengertian ini maka orang yang beragama kehidupannya tidak kacau, akan

13
teratur, karena memiliki petunjuk yang bersumber dari agama itu. Secara
Terminologi Agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu menyembah
atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap
mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan
manusia (Syafaat, 2008: 11). Istilah “Agama” menurut Al-Qur’an identik
dengan Al-Din. Al-Qur’anul Karim menggunakan kata Al-Din sesuai dengan
pengertian lughawi yang berlaku dalam masyarakat Arab. Pengertian tersebut
adalah undang-undang, aturan-aturan berpikir, aturan berbuat, hukum-hukum,
dan tata cara beribadah (Mahmud dan dkk, 2013:123). Pengertian ini
tercantum dalam firman Allah surat Asy- Syura ayat 21 sebagai berikut:
ي ولول كلمة الفصل لقض م ونه أم لم شركاء شرعوا لم م ن الد ين ما ل يذن به الله ي بيي
م الظهالمني لم عذاب أل
Artiya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?
Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah
mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih”. (Hatta, 2009:485).
3. Pengertian Islam
Secara Etimologi kata Islam berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman,
yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran),
reconciliation (perdamaian) dan to the will of god tunduk kepada Allah. Kata
aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan

14
sentosa. Pengertian Islam itu sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu untuk
mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud
keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa, serta sejalan pula dengan misi
ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara
mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan Secara Terminologi
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman
pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah
SWT (Abuddin, 2016:27).
4. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan yang seluruh komponen atau
aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar
mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik, dan peserta didik,
kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek
atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam (Abudin,
2010:36).
Pengertian pendidikan agama menurut KPPN (Komisi Pembaharuan
Pendidikan Nasional). Agama mempunyai perana yang penting dalam
kehidupan manusia pancasila sebab, agama merupakan motivasi hidup dan
kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang
sangat penting. Oleh karena itu Agama perlu diketahui, dipahami, dan
diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian
sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. Agama mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia,

15
hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang
dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup
manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniyah. Agama sebagai
dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pemahaman dan pengalamannya
dengan tepat dan benar diperlukan untuk menciptakan kesatuan bangsa.
Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari
sumber-sumber agamanya masing-masing. Pelaksanaan pendidikan agama
dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai agama
tersebut. Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan
yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai,
antara lain akhlak dan keagamaan.
Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun adalah suatu usaha
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara
keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada
akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat
mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak (Zakiyah, 1996:85-86).
5. Pendidikan agama Islam yang harus ditanamkan terhadap Anak

16
Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni
iman (akidah), ibadah dan akhlak. Maka nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
yang harus ditanamkan orang tua kepada anak harus meliputi nilai iman
(akidah), nilai ibadah dan nilai akhlak. Ketiga ajaran pokok Islam ini
selengkapnya diungkapkan sebagai berikut
a. Akidah
Secara Etimologi, akidah berasal dari kata aqada yang berarti ikatan
atau keterkaitan, Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan
kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian (Nina,
2014:56). Akidah secara Terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan
hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi
kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan (Taufiq, 2011:
15). Akidah Islam di dalam Al-Qur’an disebut Iman yang dibangun atas
dasar keimanan. Iman dipahami sebagai suatu keyakinan yang
dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu
mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunah Nabi Muhammad SAW
(Mahfud, 2011:12). Akidah adalah inti dasar dari keimanan seseorang
yang harus ditanamkan kepada anak oleh orang tua, hal ini telah
disebutkan dalam surat Lukman ayat 13 sebagai berikut:
بنه وهو يعظه ي ب ن ل ل وإل قال لقمان ل لظلم عظيم إن ال

17
Artinya :“Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu
ia memberikan pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kedholiman yang besar”. (Hatta,
2009:412).
Dari ayat tersebut Lukman telah diangkat kisahnya oleh Allah SWT
dalam Al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan
menjadi dasar pedoman hidup setiap muslim. Ini berarti bahwa pola umum
pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya menurut Islam
dikembalikan kepada pola yang dilaksanakan Lukman dan anaknya. Allah
mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Luqman
kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu
adalah “Wahai anakku, Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Dia Allah adalah kedzaliman yang
besar.” Mempersekutukan Allah dikatakan ke zaliman karena perbuatan
itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan
sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak
sanggup memberikan semua itu (Kementrian RI, 2010:545).
Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan
patung-patung yang tidak berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim.
Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang sangat besar karena yang
disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah

18
Allah pencipta dan penguasa semesta alam, yang seharusnya semua
makhluk mengabdi dan menghambakan dirinya kepada Allah. Anak
adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai
orang tua semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya.
Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi
pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh
oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik
anaknya dalam hal akidah (Chabib, 1996:61).
Pokok bahasan Akidah Islam dibangun atas enam dasar keimanan
yang disebut Arkanul Iman atau rukun iman, yang tersimpul dalam
Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Rukun iman merupakan pokok
bahasan aqidah Islam, terdiri dari iman kepada Allah, para malaikat, kitab-
kitab, para rasul, hari akhirat, dan ketentuan Allah qadha dan qadhar.
Keimanan tersebut harus diperkenalkan pada anak dengan cara sebagai
berikut :
1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasulnya.
2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui
kisah-kisah teladan.
3) Memperkenalkan ke-Maha Agungan Allah (Iman dan
Kholifah,2009:6).

19
Dalam kitabnya Al-Ghazali menganjurkan tentang asas pendidikan
keimanan ini agar diberikan kepada anak-anak sejak dini, yakni:
“ Ketahuilah, bahwa apa yang telah kami sebutkan itu pengenai
penjelasan akidah (keyakinan) maka sebaiknya didahulukan kepada
anak-anak pada awal pertumbuhannya. Supaya dihafalkan dengan
baik, kemudian senantiasalah terbuka pengertiannya nanti sedikit
demi sedikit sewaktu dia telah besar. Jadi permulaanya dengan
menghafal, lalu memahami,kemudian beri’tikad, mempercayai dan
membenarkan, dan yang berhasil pada anak-anak, tanpa, memerlukan
bukti.”
Jelaslah bahwa asas pendidikan keimanan, terutama akidah tauhid
atau mempercayai ke-Esa-an Tuhan harus diutamakan, karena akan hadir
secara sempurna dalam jiwa anak “perasaan ketuhanan” yang berperan
sebagai fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya.
Akidah tauhid yang tertanam kokoh dalam jiwa anak, maka ia akan
mewarnai kehidupannya sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu
pengakuan tentang adanya kekuatan yang menguasainya yaitu, Tuhan
Allah yang Maha Esa. Sehingga timbul rasa takut berbuat kecuali yang
baik-baik dan semakin matang perasaan ke-Tuhanannya, semakin baik
pula segala perilakunya. Jadi penanaman akidah iman adalah masalah
pendidikan perasaan dan jiwa, bukan akal pikiran sedangkan jiwa telah ada
dan melekat pada anak sejak kelahirannya, maka sejak mula

20
pertumbuhannya harus ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid
sebaik-baiknya (Zainudin dkk, 1991:97).
b. Ibadah
Secara Etimologi Ibadah berasal dari kata”abada” yang berarti patuh,
tunduk, menghambakan diri, dan amal yang diridhai Allah. Secara
Terminologi Ibadah adalah suatu perbuatan untuk menyatakan bakti
kepada Tuhan, seperti shalat, berdoa dan berbuat baik. Ibadah dalam Islam
secara garis besar terbagi kedalam dua jenis, yaitu ibadah mahdah (ibadah
khusus) dan ibadah ghoiru mahdah (ibadah umum). Ibadah mahdah
meliputi sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah
meliputi shodaqoh, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya (Mahfud,
2011:23). Nilai ibadah, khususnya pada pendidikan sholat disebutkan
dalam ayat 17 surat Lukman sebagai berikut:
على ما أصابك نه لمعروف وانه عن المكر واصب ذلك ي بينه أقم الصهلة وأمر ب
ن عزم المور م
Artinya :”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan
munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan
(oleh Allah). (Hatta, 2009:412).

21
Pendidikan sholat dalam ayat ini tidak terbatas tentang kaifiyah untuk
menjalankan sholat yang lebih bersifat fiqhiyah, melainkan termasuk
menanamkan nilai-nilai di balik ibadah sholat. Mereka harus mampu
tampil sebagai pelopor amar ma’ruf dan nahi munkar serta jiwanya
menjadi orang yang sabar. Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana
termaktub dalam fiqh Islam itu hendaklah diperkenalkan dan dibiasakan
oleh orang tua dalam diri anak. Hal ini dilakukan agar kelak mereka
tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat
melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala
larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiyah harus tetap
terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak (Mansur,
2005:166-177). Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan tentang
Ibadah dengan cara sebagai berikut:
1) Mengajak anak ke tempat Ibadah.
2) Memperlihatkan bentu-bentuk Ibadah.
3) Memperkenalkan arti Ibadah (Imam dan Kholifah, 2009:6-7).
c. Akhlak
Secara etimologi Akhlak berasal dari kata ( أخالق ) adalah kata jamak
dari kata tunggal khuluq ( خلق ). Kata khuluq adalah lawan dari kata khalq.

22
Khuluq merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir.
Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan
mata batin (bashirah). Keduanya dari akar kata yang sama yaitu kalaqa.
Khuluq atau akhlak adalah sesuatu yang tercipta atau terbentuk melalui
proses (Nasirudin, 2010:130).
Secara Terminologi menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Sedangkan menurut al-
Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Jadi menurut Ibnu Miskawaih dan
al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang
mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir. Dan manusia akan
menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (al-akhlaq al-
mahmudah) serta menjauhkan segala akhlak tercela (al-akhlaq al-
mazmumah) (Mansur, 2005:221-222). Nilai akhlak sangat penting untuk
ditanamkan dalam diri anak, sebagaimana disebutkan dalam surat Lukman
ayat 14, 18 dan 19 sebagai berikut:
نسان بوالديه حلته أمه وها على وهن وفصاله ف و ا ال عامني أن اشكر ل وصهي
ي ل م ول تصع ر خدهك للهاس ول تش ف الرض .ولوالديك له المص راا نه الله

23
د ف مشك واغضض من صوتك نه أنكر الصوات .متال فخور يب كله واقص
.المي لصوت
Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk (berbuat baik)
kepada kedua orang tua ibu bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu
akan kembali. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu,
sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara khimar”.
(Kementrian RI, 2010:546).
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa tekanan utama pendidikan
yang diberikan orang tua kepada anak dalam Islam adalah pendidikan
akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik,
menghormati kepada kedua orang tua, bertingkah laku yang sopan baik
dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur kata. Nilai akhlak tidak

24
hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh
konkret untuk dihayati maknanya dicontohkan kesusahan ibu yang
mengandung, serta jeleknya suara khimar bukan sekedar untuk diketahui,
melainkan untuk dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,
kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya (Chabib,
1996:107-108). Mendidik anak tentang akhlak tidak hanya di didik saja
tetapi sebagai orangtua juga harus memberikan tauladan yang baik atau
memberikan contoh yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam firman
Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :
جو ال والي لقد كان لكم ف رسول ال أسوة حسنة ل م ولك ال كثريا وم ن كان ي الخ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (Hatta, 2009:420).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhamad memberikan
teladan yang baik bagi umatnya, tidak hanya teori saja yang diberikan
tetapi juga contoh dan pelaksanaannya.
Akhlaq Islam dibagi menjadi tiga pokok ketika dilihat dalam
kehidupan sehari-hari.
1) Akhlak terhadap Khalik

25
Akhlak kepada Allah yaitu tidak menyekutukan Allah, bertaqwa
kepada Allah dan mencintai Allah dan yang paling utama adalah
mempercayai bahwa Allah itu ada dan kekal.
2) Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap manusia bisa dilakukan terhadap siapa saja
seperti sesama teman atau masyarakat, keluarga dan orang tua. Akhlak
terhadap sesama manusia dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah
dan madzmumah. Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang
baik. Akhlak madzmumah adalah segala tingkah laku yang buruk atau
jahat bisa juga dikatakan tercela. Akhlak mahmudah yang
dikemukakan ahli akhlak dan tasawuf meliputi al-amanan, pemaaf al-
afwu, benar shidiq, menepati janji wafa, adil adl, memelihara kesucian
diri al-ifafah, malu al-haya’, berani saja’ah, kuat al-quwuah, sabar
ash-sbaru, kasih sayang ar-rahman, murah hati as-sakha’u, tolong
menolong at-ta’awun.
Sedangkan akhlak madzmumah meliputi egoistis ananiah, lacur
al-baghyu, kikir al-bukhlu, dusta albuhtan, minum khamar al-
khamru, khianat al-khianat, ananiya ad-dhulmu, pengecut al-jubn,
amarah al-ghadab, curang dan culas al-ghasysyu.
3) Akhlak terhadap Lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan diantaranya kepada tumbuhan,
hewan, benda-benda tidak bernyawa. Karena semua yang diciptakan

26
oleh Allah dibumi tidak ada yang sia-sia maka harus selalu menjaga
dan tidak merusaknya (Aminah, 2014:75-77).
Berkaitan dengan upaya mengambangkan perilaku moral pada
anak, ada beberapa kiat yang dapat ditempuh orang tua yaitu:
a) Menciptakan kasih sayang dan kehangantan keluarga
Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sangat
mempengaruhi perilaku moral anak. Demikianlah juga
hubungan yang hangat dalam keluarga antara anak dan orang
tuanya.
b) Menjadi Teladan yang baik (Uswah Hasanah)
Orangtua yang biasa menunjukkan teladan yang baik
dilingkungannya, sikapnya akan ditiru oleh anak-anaknya. Hal
ini secara positif akan mengembangkan pola perilaku anak
dalam pergaulannya.
c) Mengajarkan disiplin dan Empati
Disiplin yang dilakukan oleh orang tua dapat berfungsi
sebagai upaya untuk memberikan pelajaran tentang empati
kepada anak. Namun perlu diingat orang tua hendaknya tidak
melakukan cara-cara kekerasan karena dengan begitu akan
membuat kreativitas anak berkurang (Abd, 2005:104-109).
Nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan
berperilaku baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga
akan membawa pola kehidupan manusia yang tenteram, damai, harmonis,

27
dan seimbang. Menurut Hasan Langgulung (2004:310-311) orang tua
dapat menanamkan ketiga nilai-nilai Pendidikan Agama Islam tersebut
pada anak dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Memberi tauladan yang baik kepada anak tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama
dengan sempurna.
2) Membiasakan anak menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
anak melakukannya atas kemauan sendiri dan dapat merasakan
ketentraman sebab mereka melakukannya.
3) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di
mana anak berada.
4) Membimbing anak membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah sebagai bukti keagungan-Nya.
5) Menuntun anak turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama.
6. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam
Lingkungan dapat membentuk karakter anak, sebagimana anak tersebut
berada dalam lingkungan yang seperti apa. Dari hasil penyelidikan yang
dilakukan oleh para ahli psikologi diperoleh petunjuk bahwa faktor lingkungan
lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, dan nilai-
nilai.

28
Pola pembinaan pendidikan dikembangkan dengan menekankan
keterpaduan dalam lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga,
Lingkungan Keluarga memegang peran yang sangat penting terutama
orang tua, karena orag tua merupakan sumber pendidikan yang pertama
dan utama. Anak akan mendapatkan didikan memalui orang tuanya sejak
dalam kandungan sampai tumbuh menjadi dewasa. Pada pertumbuhan
anak tersebut orang tua harus pintar mendidik anaknya agar tidak
terjerumus dalam hal yang negatif (Abdul, 2010:50).
Siswa akan menerima pengaruh dari keluarganya berupa cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga. Kebanyakan orang tua khususnya dalam
perhatian yaitu kurannya memperhatikan anaknya, dan penyebabnya
adalah orang tuanya sibuk bekerja, kurangnya keharmonisan dalam
keluarga, bahkan broken home, hal itu sangat berdampak bagi anak.
b. Lingkungan Sekolah
Lingkungan Sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keteladan, gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan
sekolah memegang peran kedua karena siswa akan mendapatkan berbagai
bidang ilmu pengetahuannya melalui sekolah (Slameto, 1991:30). Dimana
disekolah akan ada seorang pendidik serta perencanaan mengajar yang

29
harus dilakukan oleh guru. Seorang guru harus sebaik mungkin
menciptakan lingkungan didalam sekolah dengan suasana yang nyaman
dan dapat memotivasi siswa untuk selalu giat dalam belajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan Masyarakat mendapat tanggung jawab bukan masyarakat
sebagai kelompok namun, dengan adanya tanggung jawab perseorangan
dan pribadi manusia, dan masyarakat yang selalu menjaga hubungan
sosialnya terhadap sesama. sebagaimana masing-masing anggota
masyarakat itu menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga mendorong
masing-masing anggota masyarakat untuk mendidik sendiri dan bersedia
mendidik anggota masyarakat yang lain (Hasbullah, 2012:37).
B. Keluarga Broken home
1. Pengertian Keluarga broken home
Keluarga adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk
hidup bersama dalam satu atap sebagai suami dan isteri dan saling berinteraksi
dan berpotensi mempunyai anak dan akhirnya membentuk komunitas baru
yang disebut keluarga (Syaiful, 2004:16). Keluarga juga mempunyai
pengertian wadah yang sangat penting diantara individu dan group, dan
merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi
anggotanya. Menurut Munir dalam kittab Fi Ijtima’iyah At-Tarbiyah keluarga
adalah kesatuan fungsi yang terdiri dari suami, istri, dan anak yang diikat oleh
darah dan tujuan bersama. Abu Ahmadi mengutip pendapat A.M Rose yang
menyatakan bahwa, Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua

30
orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi
(Masdub, 2015:72).
Secara Etimologi Broken home berasal dari kata Broken yang berarti
”Kehancuran”, sedangkan Home berarti ”Rumah” . Broken Home memiliki arti
adanya kehancuran di dalam rumah tangga yang disebabkan kedua suami istri
mengalami perbedaan pendapat. Broken Home disini memiliki banyak arti
yang bisa di karenakan adanya perselisihan atau percekcokan antara suami istri,
akan tetapi tetap tinggal satu rumah. Bisa juga bisa juga broken home diartikan
kehancuran rumah tangga sampai terjadi perceraian kedua orang tua. Dari
pengertian broken home di atas dan dengan keadaan masih tinggal serumah
ataupun yang sudah bercerai tetap saja memberikan dampak yang buruk pada
anak mereka, dimana sebetulnya anak masih memerlukan bimbingan orang tua
sampai ia lepas masa lajang. Akibat kondisi orang tua yang mengalami broken
home, maka lebih banyak anak belajar banyak hal dari lingkungan, teman
sebaya, dan bukan dari kedua orang tuanya (Vendi Prasetyo, 2009: 15).
Pengertian broken home adalah keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat sering terjadi
konflik yang menyebabkan pada pertentangan yang bahkan dapat berujung
pada perceraia. Dapat disimpulkan bahwa broken home merupakan rusaknya
hubungan dalam keluarga dikarenakan sering terjadinya konflik antar anggota
keluarga sehingga kondisinya tidak kondusif.

31
Broken home adalah keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah
seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal,
perceraian, meninggalkan keluarga dan lain-lain (Chaplin, 2004:71).
Broken Home dapat diartikan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan
tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena
sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan
berakhir pada perceraian (Rezky, 2010:98).
Dari penjelasan pengertian broken home terdapat beberapa penjelasan
yang berbeda-beda tentang pengertian broken home penulis mempunyai titik
temu dengan menggunakan penjelasan dari Chaplin (2004:71) bahwa broken
home adalah. keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari
kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian,
meninggalkan keluarga dan lain-lain. Penjelasan tersebut sesuai dengan realitas
yang sedang terjadi pada keluarga yang akan diteliti.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi broken home
Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluarga tersebut sudah tidak
lengkap lagi yang disebabkan salah satu kedua orang tua kedua-duanya
meninggal dunia, perceraian orang tua, Salah satu kedua orang tua atau
keduanya “tidak hadir” secara kontinyu dalam tenggang waktu yang cukup
lama (Sudarsono, 2004:125).
a. Perceraian
Perceraian merupakan keadaan dimana kedua orang tuanya berpisah
atau bercerai, secara permanen selamanya atau hanya untuk sementara

32
saja. Bercerai sangat mempengaruhi anak baik secara mental atau batin
(Hurluck, 1993:212).
b. Perceraian merupakan hal yang pada dasarnya tidak diinginkan semua
orang, namun dengan berbagai sebab terpaksa perceraian di tempuh
sebagai alternative terahir pemecahan masalah dalam suatu ikatan
perkawinan. Perceraian merupakan suatu peristiwa sosial yang sering
terjadi di masyarakat. Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dari
adanya suatu konflik antara anggota keluarga. Bila konflik sampai titik
kritis maka perceraian itu sulit terelakkan (Dagun, 1996:57).
c. Kematian
Kehancuran rumah tangga disebabkan karena kematian anak akan
menyadari bahwa orang tuanya tidak akan kembali lagi maka kasih sayang
teralihkan pada orang tuanya yang masih hidup, dengan harapan
memperoleh kembali rasa aman sebelumnya.
d. Suasana rumah tangga tegang dan tanpa kehangatan
Menciptakan suasana yang nyaman akan berpengaruh dalam
mendidik anak. Karena seorang anak akan merasakan kenyamanan dan
kehangatan kasih sayang orang tuanya, ketika suasana dapat terjaga maka
proses mendidik anak pun akan berjalan dengan baik. Begitu pula
sebaliknya ketika suasana di rumah tidak lagi ada kenyamanan maka anak
pun sulit untuk berkembang dengan baik.
e. Orang tua sibuk dan jarang berada di rumah

33
Orang tua terkadang tidak sadar dengan waktu yang dihabiskan,
ketika berada diluar rumah. Terkadang orang tua sibuk bekerja atau
menghabiskan waktu untuk kepentingan lainnya. Kewajiban orang tua
seharusnya sepenuhnya mendidik anaknya. Karena pendidikan yang
utama dan pertama yakni berada dalam keluarga itu sendiri (Yusuf,
2009:44).
3. Dampak Keluarga Broken home
Broken home digunakan untuk menggambarkan keluarga yang
berantakan akibat orang tua tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga
serta anaknya di rumah. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar
terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak akan menjadi murung, sedih yang
berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta
anutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno, 2006:96) Emosi
merupakan situasi psikolosi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Seorang anak yang mengalami broken
home disebabkan karena perceraian, pisah ranjang, atau cerai mati mengalami
kondisi emosional yang tidak stabil, merasa peling menderita, dan merasa tidak
diperdulikan.
Menurut Nurmalasari (2008:107) dampak keluarga yang broken home
bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut:

34
a. Psychological disorder yaitu anak memiliki kecenderungan agresif,
introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional,
sensitif, apatis , dan lain-lain.
b. Academic problem yaitu kecenderungan menjadi pemalas dan motivasi
berprestasi rendah.
c. Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan perilaku menyimpang
seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan,
bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya merokok, minum-
minuman keras, judi dan free sex).
Menurut penulis dampak dari keluarga broken home pada anak,
mempunyai dampak negatif dan dampak positif. Secara umum akan disebutkan
sebagai berikut:
a. Dampak Negatif
Anak yang mengalami suasana tidak baik, pasti akan
mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukannya seperti di sekolah
anak akan menjadi murung, malas belajar, malas berkonsentrasi.
Sedangkan saat anak berada di lingkungan sekitar anak akan merasa
minder, kurang bergaul, pemalu. Selain itu saat dalam lingkungan
keluarga anak susah diatur, nakal, sering membantah.
b. Dampak Positif
Setiap anak pasti mempunyai sifat masing-masing. Ketika anak
yang mengalami broken home mempunyai jiwa yang tegar dan dapat
mengendalikan semua hawa dan emosinya, pasti anak tersebut akan

35
menjadikan semua hal yang menimpanya sebagai pelajaran dan hikmah.
Selain itu anak akan lebih bertanggung jawab lagi dalam melakukan
suatu hal, berfikir lebih dewasa dan dapat memecahkan masalah dengan
baik.
C. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat
kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam
penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu
perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan
membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaaan hasil kesimpulan
oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang
hampir serupa. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir
serupa dengan skripsi ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Oetari Wahyu Wardhani dalam skripsinya
yang berjudul Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Di Desa
Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2016. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dapat
memberikan deskripsi lengkap mengenai hasil dari penelitian. Dalam
penelitian ini dijelaskan bahwa peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:
Interaksi yang berlangsung antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dapat
berlangsung dalam kehidupan sehari-harinya. Masing-masing orang tua ayah
atau ibu memiliki keteladanan untuk anak, walaupun tidak semua orang tua
ayah ibu dalam kebersamaan kurang bersama-sama dengan anak, orang tua

36
ayah atau ibu juga ada yang kurang keterbukaan dimana anak dapat terbuka
dengan ayah atau ibu atau sebaliknya, ada orang tua ayah atau ibu dalam
kedekataanya dengan anak kurang hal ini dikarenakan kurangnya terbuka dan
bersama-sama dengan anak, aturan-aturan dalam keluarga juga tidak semua
orang tua ayah atau ibu membuat aturan yang dapat disepakati bersama
sehingga untuk mengontrol perilaku anak sehari-hari orang tua ayah atau ibu
sedikit mengalami kesulitan karena kurangnya interaksi didalamnya.
Persamaan dengan yang akan ditliti adalah sama-sama meneliti tentang
keluarga broken home dan objeknya yaitu anak dari keluarga broken home.
Perbedaan dengan yang akan penulis teliti yaitu suatu permasalahan yang
terjadi berbeda dalam skripsi ini Permasalahannya tentang Pendidikan agama
Islam sedangkan yang telah diteliti oleh Oetari Wahyu Wardhani yakni tentang
permasalahan Interaksi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Zikenia Suprapti dalam skripsinya yang
berjudul Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Siswa Broken Home Melalui
Konseling Realita Di SMA Negeri 4 Kota Pekalongan Tahun 2011. Jenis
penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan. Aspek yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kenakalan remaja yang dilakukan
oleh siswa broken home. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Perubahan
perilaku konseli dari hasil konseling yaitu konseli sudah dapat mengatur waktu
bermainnya sehingga konseli dapat menyempatkan diri untuk belajar dan
mengerjakan tugas-tugas dari guru, memilih teman yang tidak mengajaknya
berbuat kenakalan agar konseli tidak kembali mengonsumsi minuman keras

37
dan menghilangkan kebiasaan merokoknya serta mengatur jadwal kegiatan
sehingga konseli bisa bangun lebih pagi dan menghilangkan kebiasaan
membolos serta terlambat yang dulu sering konseli lakukan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Ahmad dengan judul “Pendidikan Agama
Anak di Lingkungan Keluarga Petani Karet di Desa Muara Uya Kecamatan
Muara Uya Kabupaten Tabalong. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pendidikan agama oleh orangtua di lingkungan petani karet di Desa Muara Uya
Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong sudah terlaksana dengan cukup
baik, terlaksananya pendidikan agama ini disebabkan beberapa faktor:
kesadaran orangtua untuk melaksanakan kewajiban dalam agama Islam dan
memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya, serta lingkungan sosial
yang mendukung. Sedang faktor yang dianggap kurang mendukung adalah
latar belakang keagamaan orangtua yang masih kurang, faktor eknonomi yang
lemah dan waktu berkumpul dengan keluarga yang sedikit.

38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)
dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif
analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,
pengamatan, serta penelaahan dokumen atau studi documenter yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan
(Sukmadinata, 2008:108). Studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk
mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu,
seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian (Bimo,
2010:46).
Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-
data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain
manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen
lainya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian
namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran
peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk
memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung
dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak
diperlukan.

39
Penelitian ini mengamati 8 keluarga yang mengalami broken home
yang mengalami 4 keluarga perceraian, 2 keluarga pisah ranjang dan 2
keluarga mengalami cerai mati. Keluarga yang akan diteliti memiliki anak yang
berumur 0-19 tahun, yang akan menjadi informan yaitu orang tua dari salah
satunya yaitu ayah atau ibu dan anak yang dapat memberikan informansi dan
dapat berargumentasi bertempat tinggal di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang. Anak tersebut diasuh oleh salah satu dari kedua orang
tuanya Ibu atau Ayah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Doplang
Kecamatan Bawen ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti
sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih
jauh lagi.
Letak dan Keadaan Geografis Desa Doplang adalah sebuah desa di
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Sebelah utara dan timur berbatasan
dengan Kelurahan Bawen serta berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa di
sebelah barat dan selatan.
Lokasi Penelitian ini tempat berada di daera Doplang, Kecamatan
Bawen, Kabupaten Semarang. Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis.
Penulis memiih lokasi ini karena di daerah ini terdapat banyak keluarga yang
mengalai Broken home tidak hanya karena fakor perceraian tetapi juga faktor-
fakttor tertenttu. Pendudu desa Doplang rata-rata bekerja di pabrik swasta.

40
C. Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu :
1. Data primer
Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari
lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber
data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung
tentang Pendidikan Agama dalam keluarga Broken home. Adapun sumber
data langsung penulis dapatkan dari warga yang mengalami perceraian atau
broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen.
Peneliti akan mendapatkan data tersebut melalui wawancara dari
keluarga yang mengalami broken home salah sataunya yaitu Ayah atau Ibu
dan Anak. Selain itu informan juga dari masyarakat setempat yang berada
diruang lingkupnya, seperti tetangga.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang, didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainya yang terdiri dari surat-surat pribadi, sampai
dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa
hasil-hasil studi, hasil survei. Peneliti mengunakan data skunder ini untuk
memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
melalui wawancara langsung dengan keluarga broken home.

41
Data yang diperoleh peneliti yaitu dari beberapa buku
diperpustakaan yang memuat tentang pendidikan keluarga khusunya
pendidikan agama Islam. Selain itu juga tentang Broken home.
D. Prosedur pengumpulan data
1. Wawancara mendalam
Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu
cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar
pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang
langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986:138).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang
diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih
untuk mendapatkan data yang diperlukan yaiu keluarga Broken home di
Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Teknik wawancara
yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak
melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar
informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai
aspek dalam penelitian ini.
2. Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:164).
Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan di
Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Pengamatan disini
termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang

42
berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh
dari data (Moleong, 2007:174).
Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan
dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara
langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi,
dokumentasi resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan
dalam hubungannya untuk mendukung dalam wawancara ( Emzir, 2011:
75).
Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama dalam
keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang.
E. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang
dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan
pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola
induktif. Analisis data, menurut Moleong (2009: 280) adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

43
kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam tahapan ini, peneliti
menganalisis data yang terkumpul dari hasil wawancara dan dokumentasi.
Menganalisis data meliputi mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode, dan mengkategorikannya.
1. Reduksi Data
Proses dimana seorang peneliti perlu melakukan telaahan awal
terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan
pengujian data dalam kaitannya dengan aspek atau fokus penelitian. Pada
tahap ini peneliti coba menyusun data lapangan, membuat rangkuman atau
ringkasan, memasukkannya ke dalam klasifikasi dan kategorisasi yang
sesuai dengan fokus atau aspek fokus. dari proses inilah peneliti dapat
memastikan mana data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak
terkait dengan penelitian yang dilakukan. Identifikasi satuan dalam unit.
Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang
ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus
masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya
memberikan kode disetiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya dan
berasal dari sumber yang jelas (Moleong, 2010:288).
2. Display Data
Upaya menampilkan, memeparkan atau menyajikan data. sebagai
sebuah langkah kerja analisis, display data dapat dimaknai sebagai upaya
menampilkan, memaparkan dan menyajikan secara jelas data-data yang
dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.

44
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Langkah analisis ini biasanya dilakukan sebagai implementasi
prinsip indukatif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada, atau
kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Pada tahapan ini,
peneliti dapat melakukan konfirmasi dalam rangka mempertajam data dan
memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah dibuat sebelum peneliti
sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim, 2015: 108-110).
Data yang telah didapat menggunakan metode Induktif dan deduktif.
Pengertian dari metode berasal dari bahasa Yunani “ Methodos” yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara Istilah metode menurut
Rosdy Ruslan adalah Kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai upaya
untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Maksud umum dari metode Induktif adalah temuan-temuan
penelitian yang muncul dari keadaan umum, tema-tema domain dan
signifikan yang ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul
oleh struktur metodologisnya (Moloeng, 2007:297). Metode Induktif
merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Metode deduktif adalah
kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduktif adalah
cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat khusus (Suriasumantri, 2001:8-9).

45
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability) (Moleong, 2009: 324). Penelitian ini, peneliti menggunakan
kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan digunakan untuk
melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan
dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi
secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. kemudian peneliti
menggunakan teknik triangulasi data adalah teknik pemeriksaann keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:330).
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan jalan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
membandingkan data hasil wawancara antar narasumber yang terkait, dan
membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen. Tringaluasi adalah
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng,
2009: 156).
G. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan
laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

46
1. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home di Desa
Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Data yang telah ada
tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home di Desa Doplang
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Kemudian dilakukan
penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti
selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara
mengecek sumber data yang di dapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam
memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
4. Tahap Penulisan Laporan

47
Tahap ini meliputi, kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.
Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

48
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data
1. Keadaan Penduduk
Adapun keadaan penduduk Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang dapat di lihat dari data Monografi pada bulan Maret 2018
di bawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabel-tabel klasifikasi berikut
ini:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk menurut Usia
No. Kelompok Umur (Tahun
2018)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 198 198 396
2. 5-9 235 197 432
3. 10-14 213 210 432
4. 15-19 200 189 389
5. 20-24 209 190 399
6. 25-29 210 211 421
7. 30-34 214 215 429
8. 35-39 262 274 536
9. 40-44 218 213 431
10. 45-49 231 214 445
11. 50-54 116 158 324

49
(Sumber: diambil/ dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang).
Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa, dari total
penduduk 5520 jiwa terdapat 2809 berjenis kelamin laki-laki dan 2711
perempuan. Jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 35-
39 tahun yaitu 536 jiwa.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk menurut Agama
No. Kelompok Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Islam 2766 2672 5438
2. Kristen 21 20 41
3. Khatholik 19 16 35
4. Hindu 2 2 4
5. Budha 1 1 2
6. Konghucu - - -
Jumlah 2809 2711 5520
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)
12. 55-59 136 144 280
13. 60-64 108 86 194
14. 65-69 82 85 167
15. 70-74 49 53 102
16. >=75 78 74 152
Jumlah 2,809 2,711 5,520

50
Mayoritas penduduk di Desa Doplang beragama Islam yaitu 5438 jiwa.
Khatolik dan Kristen menempati diurutan kedua dan ketiga dengan jumlah
Khatolik 35 dan Kristen 41.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk menurut Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Laki-
Laki
Perempuan Jumlah
1. Tidak Sekolah 610 575 1,185
2. Belum Tamat SD 163 165 328
3. Tamat SD 974 960 1,934
4. Tamat SLTP 534 538 1,072
5. Tamat SLTA 475 403 878
6. Tamat Diploma I/II 1 8 9
7. Akademi/Diploma III/S.
Muda
17 23 40
8. Diploma
IV/Strata I
34 38 72
9. Strata II 1 1 2
10. Strata III - - -
Jumlah 2,809 2,711 5,520
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk
5520 jiwa hanya 72 jiwa yang menempuh pendidikan Diploma IV Strata I.

51
Mayoritas tingkat pendidikan penduduk di Desa Doplang hanya tamat SD yaitu
1934 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa Doplang
masih sangat kurang, penduduk Desa Doplang harus diberitahu kesadaran
pentingnya sebuah pendidikan.
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Belum bekerja 741 673 1,414
2. Mengurus rumah
tangga
-
189 189
3. Mahasiswa 318 292 610
4. Pensiun 15 4 19
5. Pegawai negeri sipil 30 9 39
6. Tentara Nasional
Indonesia
4 -
4
7. Kepolisian RI 2 - 2
8. Perdagangan 8 27 35
9. Petani pekebun 205 156 361
10. Peternak - - -
11. Nelayan - - -
12. Industri - - -

52
13. Konstruksi - - -
14. Karyawan Swasta 771 755 1,526
15. Karyawan BUMN 2 1 3
16. Karyawan Honorer 2 2 4
17. Buruh harian lepas 311 261 572
18. Buruh tani
perkebunan
3 1 4
19. Tukang batu 2 - 2
20. Tukang jahit 1 - 1
21. Guru 2 9 11
22. Apoteker - 1 1
23. Sopir 2 - 2
24. Pedagang 6 13 19
25. Perangkat Desa 5 2 7
26. Wiraswasta 378 313 691
27. Lainnya 1 3 4
Jumlah 2,809 2,711 5,520
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)
Dikarenakan Pendidikan di Desa Doplang sangat kurang, Mayoritas
masyarakat di Desa Doplang berprofesi sebagai karyawan swasta yaitu
1,526 jiwa serta belum bekerja sebanyak 1,414 jiwa. Sedangkan diurutan
ketiga sebanyak 691 bekerja sebagai Wiraswasta.

53
2. Data Responden
Tabel 4.5
Daftar Responden Keluarga Pasangan yang bercerai dan yang tidak
Bercerai
No. Status Keluarga L P Jumlah
1. Belum kawin 1,221 965 2,186
2. Kawin 1,487 1,471 2,958
3. Cerai Hidup 52 57 109
4. Cerai mati 49 218 267
Jumlah 2,809 2,711 5,520
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa yang
mengalami cerai hidup ada sebanyak 109 iwa, sedangka yang status keluarga
megalami cerai mati ada sebanyak 267. Dapat dilihatt bahwa posisi terbanyak
berada pada keluarga yag mengalami cerai mati.
Tabel 4.6
Daftar Informan Keluarga Broken home
No. Nama keluarga Umur Status
1. Ibu RM 39 Cerai
2. Ibu AR 45 Pisah ranjang
3. Ibu AT 28 Cerai

54
4. Bapak QZ 37 Cerai
5. Ibu US 46 Cerai
6. Ibu AY 50 Pisah ranjag
7. Bapak MD 52 Ditinggal
Meniggal
8. Ibu SP 46 Ditinggal
meninggal
3. Profil Subjek Penelitian
a. Profil keluarga RM
Ibu RM berumur 39 tahun. beliau merupakan penduduk asli di
daerah Doplang krajan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Ibu RM
mempunyai suami yang bernama bapak PJ yang kini berumur 49 tahun
mereka dikaruniai dua anak, anak pertama laki-laki yang bernama RY
yang telah berumur 19 tahun. Anak kedua mereka perempuan yang
bernama TK berumur 11 tahun.
Pendidikan terakhir ibu RM adalah SMP, sedangkan bapak PJ
lulusan SMA. Pendidikan terakhir anak pertama RY yaitu SMP,
keseharian yaitu menjadi buruh bangunan. Sedangkan anak kedua TK
sekarang berada di bangku sekolah dasar tepatnya kelas 5 SD. Keseharian
ibu RM yaitu berjualan mie ayam dan bakso. Bapak PJ sehari-harinya
berjualan asongan menjual mainan anak-anak. Setelah mereka
memutuskan untuk bercerai, kini hak asuh anak jatuh pada Ibu RM dan

55
beliau menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi kedua
anaknya.
b. Keluarga Ibu AR
Keluarga Ibu AR terdapat berapa orang anggota keluarga Ayah, Ibu,
Nenek (orangtua Ibu) kedua anaknya. merupakan pendatang di Desa
Doplang. Beliau merupakan asli daerah Kandangan, Kecamataan Bawen,
Kabupaten Semarang. Keluarga tersebut sudah menjadi penduduk di desa
Doplang sudah 7 tahun. Dikeluarga ini terdapat kepala rumah tangga
dan serta menjadi suami dari Ibu AR yaitu Bapak SJ berusia 35 tahun.
Mereka mempunyai dua anak perempuan, Anak yang pertama DV berusia
17 tahun yang kini menempati Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 1
Bawen tepanya kelas 2 SMK mengambil jurusan perhotelan.Sedangkan
anak kedua bernama VG berusia 9 tahun dan tinkat pendidikan MI
tepatnya kelas 3.
Keseharian Ibu AR adalah sebagai pegawai swasta disalah satu
pabrik di daerah Karangjati. Tingkat pendidikan beliau adalah SMP.
Begitupula suamiya, beliau sehari-hari bekerja di kayu lapis di salah satu
pabrik. Tingkat pendidikannya sama seperti bu AR yaitu SMP.
Ibu AR merupakan sosok pekerja keras belia selalu bekerja siang
dan malam, ketika beliau pergi pagi-pagi buta maka akan pulang kembali
ke rumah pada malam hari tidak pernah mengenal lelah apalagi libur
bekerja. Berbeda dengan Bapak SJ yang selalu senaknya sendiri padahal
beliau sebagai kepala keluarga seharusnya bekerja keras untuk keluarga

56
dan masa depan anaknya, tetapi keadaan tersebut terbalik sehingga tugas
mencari nafkah yang sesungguhnya berpihak pada seorang istteri.
Keadaan tersebut sudah berlangsung lama hingga pada akhirya Bapak SJ
memutuskan untuk pegi dari rumah dan tidak lagi mau mengurus anak-
anaknya. Sehingga merekapun pisah ranjang, tanpa status yang jelas.
Tetapi dari pihak Ibu AR ingin meminta bercerai tetap belum juga
mendapat respon yang pasti..
c. Keluarga Ibu AT
Ibu AT adalah pendudukan asli Doplang beliau berusia 28 tahun
mempuyai seorang suami yang bernama WG berusia 24 tahun. Usia
diantara keduanya berbeda dan selisih empat tahun lebih muda dari
perempuan. Dlam kelurga ini telah dikaruniai seorang anak perempuan
yang bernama CH yang kini berumur 5 tahun.
Keseharian Ibu AR adalah sebagai karyawan swasta disalah satu
pabrik didaerah Ungaran. Pendiikan terakhir yaiu SMA. Sedangkan
suaminya Bapak WG seari-hari beliau berkeliing desa ke desa berjualan
bakso, sebenarnya beliau mempunyai usaha bakso rumahan tetapi masih
milik orangtuanya, dan akhirnya Bapak WG berdiri sendiri dengan
perjualan Keliling.
Mereka menikah belum lama, tetapi mereka sudah memutuskan
untuk bercerai dan hak asuh anak pun berada ditangan Ibu AT. Saat itu
anak mereka berusia 3 tahun. Tanpa memikirkan anaknya Bapak WG
memutuskan pergi tanpa peduli lagi terhadap anaknya.

57
d. Bapak QZ
Bapak QZ berumur 37 tahun beliau mempunyai istri bernama TN
berusia 30 tahun dikaruniai anak yang bernama RF yang berusia 18 tahun.
Keseharian Bapak QZ adalah sebagai penjual cilok keliling, berjualan
ketika siang sampai petang. Sedangkan Ibu TN bekerja diluar Negeri
menjadi TKW di Singapura.
Pendidikan terakhir Bapak QZ adalah SD sedangkan Ibu TN adalah
SMA. Bapak QZ merupakan orang yang baik di Desa Doplang beliau
pernah berkedudukan sebagai RT. Beliau hidup bahagia dengan anak dan
isterinya tetapi beberapa tahun kemudian beliau digugat cerai oleh pihak
istri. Setelah itu hak asuh Anak pun berada di Bapak QZ.
e. Keluarga Ibu US
Ibu US berumur 46 tahun merupakan penduduk asli Doplang. Beliau
menikah dengan Bapak ST berumur 56 tahun, dan mempunyai satu anak
perempuan NS. yang kini berumur 18 tahun yang kini berada dibangku
kelas 3 MAN di Salatiga. Pendidikan akhir Ibu US adalah SMA sedangkan
Bapak ST juga SMA.
Keseharian Ibu US adalah sebagai Ibu rumah tangga, sedangkan
Bapak ST adalah sebagai Satpam. Semenjak itu mereka hidup bahagia,
tetapi setelah datang seorang wanita yang mengaku sebagai istri
pertamanya, Ibu US dan Bapak ST menjadi uring-uringan. Saat itu NS

58
masih berada dalam kandungan. Setelah NS lahir, Ibu US memutuskan
untuk bercerai dengan Bapak ST. Kemudian kembali ke rumah orang
tuanya dan hak asuh NS sebagai anaknya berada di pihak Ibu US. Setelah
itu Ibu US memutuskan untuk pergi keluar Negeri menjadi TKW di Arab,
lalu NS diserahkan seutuhnya pada nenek dan kakeknya. Nenek SO
berumur 69 tahun sedangkan Kakek MU berummur 74 tahun. Kakek MU
meninggal pada tahun 2015 saat itu berumur 74 tahun. Beliau meninggal
dikarenakan sakit strok. Riwayat hidupnya pernah menjabat sebagai
kepala sekolah di MIN Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Selain itu juga sebagai tokoh masyarakat yang mempunyai pengetahuan
Agama yang tinggi.
f. Keluarga Ibu AY
Ibu AY berumur 50 tahun, beliau mempunyai suami bernama KO
berusia 55 tahun mereka mempunyai dua anak perempuan. Anak yang
pertama bernama RH yang berusia 26 tahun yang kini statusnya sudah
berkeluarga. Sedangkan anak kedua mereka bernama IN berusia 17 tahun
tepatnya kini berada di bangku kelas 3 SMK di Salatiga.
Ibu AY pernah bekerja diluar negeri yaitu di Arab sedangkan Bapak
KO tidak bekerja. Saat IN berumur 8 tahun, Ibu AY sudah menetap di Arab
sebagai tulang punggung keluarga. Setelah itu Bapak KO juga
memutuskan untuk pergi bekerja di Sulawesi Selatan. IN selama ditinggal
oleh kedua orangtuanya bekerja, diasuh oleh kakak kandungnya, apapun
kebutuhannya dipenuhi. Disana Bapak KO mempunyai bengkel sendiri.

59
Seiring berjalannya waktu Bapak KO mempunyai istri lagi dan anak.
Beliau dapat menikah lagi karena telah memalsukan data kependudukan.
Setelah IN kelas 2 SMA Ibu AY kembali ke Indonesia karena umurnya
yang sudah tidak muda lagi.
g. Bapak MD
Bapak MD merupakan penduduk asli di Doplang beliau berumur 52
tahun. Ibu SK adalah istrinya berumur 40 tahun. Mereka dikaruiai anak
perempuan. FR berusia 14 tahun kelas 2 SMP.
Keseharian Bapak MD adalah sebagai karyawan swata di pabrik
pendidikan terakhir beliau adalah SMK sedangkan Ibu SK sebagai Guru
pegawai Negeri tingkat pendidikan beliau adalah S-1 Sarjana Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Bapak MD ditinggal oleh istrinya karena
penyakit kanker payudara yang telah dideritanya. Ibu SK meninggal dunia
dan meninggalkan kedua anaknya. Dan Bapak MD sendirian mengurus
anaknya dan mencari nafkah.
h. Ibu SP
Ibu SP berumur 46 tahun beliau mempunyai sorang suami yang
bernama NG berumur 52 tahun. Mereka mempunyai satu anak perempuan
yang bernama SM berusia 18 tahun tepatnya kelas 2 SMA. Pendidikan
terakhir Ibu SP adalah SD dab Bapak NG pendidikan terakhir SD.
Keseharian Ibu SP adalah sebagai Ibu rumah tangga, tetapi setelah
kepergian suaminya yang telah menderita penyakit Liver beberapa tahun

60
lalu, kini Ibu SP bekerja sebagai buruh tani di sawah. Beliau bekerja pagi
hingga sore hari untuk menghidupi keluarganya teruma anaknya.
4. Temuan Penelitian
Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap keluarga beda
agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen ditemukan Pendidikan Agama
Islam dalam keluarga Broken home sebagai berikut:
a. Mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.
Dalam setiap keluarga mempunyai cara yang beragam dalam
mendidik anaknya. Dalam keluarga yang utuh mendidik anak akan terasa
ringan karena antara pihak Ayah dan Ibu seimbang dan sama sama
memberikan pengaruh yang baik. Berbeda dengan keluarga yang retak,
tidak utuh atau sering disebut broken home Pendidikan anak akan terasa
tidak utuh dan tidak sempurna, meskipun dari Ayah ataupun Ibu sudah
berusaha keras untuk mendidiknya. Setelah penulis melakukan penelitian,
dibawah ini merupakan paparan bagaimana orangtua mengajarkan
Pendidikan Agama Islam pada anaknya khusunya dalam keluarga Broken
home.
1) Keluarga Ibu RM
Ibu RM merupakan tulang punggung keluarga, beliau bekerja
keras untuk menghidupi kedua anaknya. Setelah bercerai dengan
Bapak PJ beliau menomorsatukan anaknya sebagai prioritasnya. Ibu
RM selalu memanjakan kedua anaknya, apapun keinginan anaknya
selalu dituruti. Meskipun kadang beliau merasa keberatan untuk hal

61
itu. Dalam mendidik anaknya khusunya Pendidikan agama Islam
beliau memberikan tanggung jawabnya kepada guru ngajinya.
Selebihnya seperti yang diutarakan oleh Ibu RM dibawah ini:
“Kalo TK uudah saya prasahkan sama guru ngajinya, biasanya
dia ngaji di mbah SR. anak saya yang pertama RY itu susah diatur
kalo ndak semaunya sendiri jadi pas kecil sering ngaji sekarang
udah ndak. dia kalo ngaji kalo lagi pengen aja, soalnya dia juga
susah dibilangin kalo gak semaunya sendiri nanti saya malah
kuwalahan ngadepin dia, kalo TK ini beda dengan kakaknya
lumayan nurud orangnya, sekarang masih ngaji di mbah SR tapi
kalo lagi males ya dia ndak berangkat”.
Ibu RM selama bercerai dengan suaminya beliau sendiri
mendidik anak-anaknya terutama dalam hal agama, beliau mendidik
sesuai kemampuan beliau. Sesuai dengan penuturan Ibu RM dibawah
ini: Ibu RM sudah mempercayai Allah dengan ketidaksadaran dan
bersifat kondisional seperti yang diutarakan Ibu RM sebagai berikut:
“Saya percaya adanya Allah dengan sendirinya, ketika saya
mengalami kesusahan saya ingat Allah. begitu pula dengan
kedua anak saya percaya adanya Allah seperti saya
mempercayainya. Tapi saya tidak pernah mengajarkan kepada
anak-anak tentang adanya Allah mungkin masing-masing sudah
sadar secara otomatis dari lahir. kalo tentang rukun islam iman
dan sebagainya paling disekolahan juga udah diajarin.

62
Pertanyaan Ibu RM juga diutarakan oleh RY dan TK (anak dari
Bapak JK dan Ibu SM) sebagai berikut:
“Ibu ndak pernah ngajarin tentang Tuhan adanya Allah tau ya
tau sendiri, gatau tau aja kalo Tuhan itu Allah”.
Dalam hal Ibadah Ibu RM termasuk orang yang sering melakukan
ibadah. Terhadap kedua anaknya Ibu RM hanya sekedar
mengingatkan seperti yang telah diutarakan oleh Ibu RM sebagai
berikut:
“Kalo sholat lima waktu saya kadang-kadang
mengingatkan. Saya lebih memperhatikan sekolahnya biar dia
jadi orang sukses nanti. Biasanya kalo puasa ramadhan RY dan
TK puasa tapi kadang ada-ada saja yang bolong beberapakali.
Sekarang pada susah dibilangin, udah pada gedhe-gedhe malah
sering gak pada mu nurut. saya ngajarin anak tentang agama
paling hal-hal yang kecil aja. Soalnya ilmu saya tentang agama
juga tidak terlalu tinggi. yang penting anak saya bisa ngaji itu
aja udah cukup.”
.
Pertanyaan Ibu RM juga diutarakan oleh RY dan TK (anak dari
Bapak JK dan Ibu RM) sebagai berikut ini:

63
“Aku jarang sholat, soalnya ibu jarang mengingatkan, ibuk juga
udah sibuk diwarung. Kalo puasa aku puasa terus tapi ada yang
bolong kalo lagi sakit ndak enak badan”.
Akhlaq merupakan sikap yang telah dimiliki seseorang. Didalam
keluarga Ibu RM beliau mengajarkan tentang akhlaq pada anak-
anaknya sesuai dengan perilakunya sehari-hari. selama itu baik
baginya. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Ibu RM sebagai
berikut:
“Sehari-hari saya dan anak-anak bebas mau ngapain aja, selama
nggak bikin malu.
Pertanyaan Ibu RM juga diutarakan oleh RY dan TK (anak dari
Bapak JK dan Ibu SM) sebagai berikut ini:
“Ibu jarang memarahi kalo saya melakukan kesalahan, paling
kalo saya ndak mau nurut belajar.”
Setelah Penulis melakukan penelitian tentang akhlaq, pada anak-
anak dari Ibu RM yang bertindak semuanya sendiri. Anak pertama
yaitu RY yang paling sulit untuk diatur, tidak mau bersekolah dan
tidak mau bekerja padahal dulu sempat memasuki sekolah yang
tergolong favorit, tetapi karena kesalahannya sendiri akhirnya dia
dikeluarkan dari sekolah. Sehingga pendidikan terakhir RY hanya
SMP. Sesuai dengan observasi secara langsung pekerjaan RY hanya

64
mengadu ayam jago padahal jelas-jelas hal itu sangat dilarang. Selain
itu dia terkadang dia bekerja sebagai buruh bangunan, tetapi ketika dia
ada niat untuk bekerja. RY sosok anak laki-laki yang tergolong kurang
baik di masyarakat karena sering meminum-minuman keras dan
berpesta dengan teman-temannya. Setelah Ayah dan ibunya becerai
RY selalu bertingkah seenaknya sendiri tidak mau membantu Ibunya
yang bekerja. Ibunya selalu menasehatinya sesuai dengan penuturan
Ibu RM:
“Saya udah kewalahan ngadepin RY, gatau yang dianut tu siapa?
setiap saya nasehati tidak pernah didengarkan, semaunya
sendiri, tobaat ngadepin dia”.
Berbeda dengan anak Ibu RM yang kedua yaitu TK dia adalah
anak perempuan Ibu RM. Selalu membantu ibunya berjualan. Apapun
yang diinginkan TK selalu terpenuhi. TK selalu mendengarkan
perkataan Ibunya, sesuai dengan yang diutarakan Ibu RM:
“ Kalo TK berbeda, dia selalu membantu saya, apapun yang dia
minta selalu saya turuti, saya juga berpesan sama dia asal dia
sekolah dan belajar yang rajin apapun saya akan turuti, karena
dia harapan saya satu-satunya, dan sangat berbeda sekali
dengan kakaknya”.
2) Keluarga Ibu AR

65
Ibu AR adalah seorang perempuan yang tangguh beliau
menghidupi kedua anaknya. Setelah Ibu AR memilih untuk pisah
ranjang karena suaminya tidak mau menafkahi dan tidak melakukan
kewajibannya sebagimana seorang kepala keluarga. Bapak SJ
merupakan seorang yang pemalas beliau sangat cuek dengan keluarga,
apalagi dengan anaknya Bapak SJ tidak pernah memperdulikannya
meskipun anaknya sedang sakit pun. Bapak SJ sekarang memilih
dengan wanita lain dan bersenang-senang tanpa memperdulikan istri
dan anaknya. Sehingga Ibu AR hanya pendidik anak-anaknya sendiri
sesuai kemampuan Ibu AR sesuai dengan yang diutarakan Ibu AR:
“Saya selalu mengajarkan agama islam pada anak saya,
menasehatinya, karena menurut saya dari kecil anak harus
diajarkan tentang agama islam meskipun sedikit demi sedikit”.
Meskipun Ibu AR sibuk bekerja, beliau selalu memperhatikan
anaknya dari mulai sekolah, belajar les privat dan mengaji. Dalam hal
keimanan atau aqidah Ibu AR mengajarkan Pendidikan agama islam
dengan cara menfasilitasi dan menyekolahkan kedua anaknya di
sekolahan yang berbasis Islam. Sesuai dengan yang diutarakan Ibu
AR berikut:
“Saya nggak pernah ngajarin tentang rukun iman dan rukun
islam, anak saya dua-duanyasaya udah nyekolahin di TK Islam
Terpadu trus di Madrasah Ibtidaiyah, saya rasa udah diajarin”.

66
Pertanyaan untuk Ibu AR juga diutarakan oleh MC dan VG (Anak
dari Ibu AR dan Bapak SJ):
“Saya tahu tentang materi pendidikan agama Islam dari saya
belajar di MI Madrasah Ibtidaiyah pak guru agama selalu
menerangkannya ketika belajar tentang rukun iman islam”.
Ibu AR dalam ibadah selalu mengajarkan anaknya sholat dengan
cara diajak sholat dan menirukan gerakan sholat, selain itu sejak kecil
Ibu AR selalu mendidik anaknya dengan melatihnya sholat, puasa.
Selain itu kedua anaknya juga mengaji di tempat pak ustad.
Sebagaimana yang diutarakan Ibu AR
“kalo ngaji saya suruh ngaji di pak ustad, bareng sama
temen-temennya. kadang saya antar jempu soalnya kalo pulang
maen dulu ga langsung pulang. kadang saya marahi kalo nggak
langsung pulang. Dari kecil juga sering nirukan gerakan sholat
kalo saya lagi sholat. sampe sekarang nggak saya suruh kadang
sholat sendiri. tapi yaa namanya anak-anak pasti ya kadang
malesan. Dari kelas 1 MI kedua anak saya MC dan VG sudah
puasa sampe maghrib, alhamdulilah kalo puasa mereka
semanagt terutama puasa ramadhan. dulu saya sering kasih
hadiah apaa gitu kalo dia pinter puasanya”.

67
Ibu AR merupakan ibu yang baik yang mau menomorsatukan
pendidikan anaknya. Meskipun seorang diri mengurus anaknya.
beliau tetap memperhatikan anaknya.
Pertanyaan untuk Ibu AR juga diutarakan oleh MC dan VG (Anak
dari Ibu AR dan Bapak SJ):
“Saya selalu disuruh ibu, untuk sholat. kalo ndak sholat saya
dimarahi ibu. kalo puasa senin kamis saya kadang puasa. kalo
puasa ramadhan puasa terus”.
Pendidikan akhlaq dalam keluarga Ibu AR adalah dengan cara
membiasakan melakukan perbuatan yang baik. Akhlaq merupakan
cerminan tingkah laku seseorang, apakah anak tersebut di didik oleh
orang tuanya dengan baik ataukah tidak. Sesuai yang telah diutarakan
Ibu AR:
“Saya mengajarkan perilaku yang sopan, disiplin dan mandiri.
dari kecil udah saya ajarkan mandiri, prihatin juga biar ndak
manja. Apalagi tentang uang, selalu saya ajarkan untuk
berhemat dan menabung. kalo perilaku sehari-hari anak saya
sudah baik, disekolahan juga ndak pernah ada masalah,
alhamdulilah. sama saya juga nurut ndak pernah bantah apalagi
membentak”.
Selain membiasakan melakukan perbuatan yang baik, Ibu AR
selalu mengajarkan kemandirian terhadap anaknya. Agar anaknya

68
tidak bersikap manja dan semua hal apapun harus dengan usaha
mereka untuk selalu berbuat baik dan mematuhi perintah ibunya.
Pertanyaan untuk Ibu AR juga diutarakan oleh MC dan VG (Anak
dari Ibu AR dan Bapak SJ):
“Saya dimarai ibu kalo nakal, kadang kalo maen ga pulang-
pulang juga dimarahin. kalo aku salah ibu selalu marah tetapi
dengancara menasehatinya, jadi saya takut kalo ngulangi lagi.”
3) Keluarga Ibu AT
Setelah dilakukan penelitian adapun informasi yang telah
diperoleh. Kehidupan Ibu AT selalu terlihat bahagia tanpa masalah,
sebelum bercerai dengan suaminya. Ibu AT bercerai dengan
suaminya saat anaknya berumur 3 tahun. Alasan mereka bercerai
adalah karena tidak pernah menafkahi keluarganya terutama istri dan
anaknya. Melakukan judi uang menghambur-hamburkan uang
padahal. Dia bekerja tidak untuk keluarganya tetapi untuk dirinya
sendiri dan senengannya sendiri. Adapun hal yang paling
menyakitkan yaitu KDRT. Bapak ED ini selalu melakukan kekerasan
terhadap istrinya sesbagimana yang telah diutarakan oleh Ibu AT
sebagai berikut:
“Dia pernah mukul saya, melempar pakek kursi kecil gitu,
kadang mendorong-dorong kepala saya sambil bilang-bilangin
saya atau ngata-ngatain”.

69
Setelah bercerai dengan suaminya Ibu AT mendidik anaknya
sendiri, bekerja mencari uang, pergi pukul 07.00 pagi hingga pukul
19.00 WIB.
Pendidikan agama dalam keluarga Ibu AT terlihat saat penulis
melakukan penelitian. Berdasarkan pengamatan Ibu AT jarang
melakukan ibadah seperti sholat. Tetapi Ibu AT mempunyai kemauan
atau berharap anaknya menjadi anak yang baik dan mengerti agama.
Dalam materi keimanan atau aqidah Ibu AT tidak pernah
mengajarkannya. Menurut Ibu AT anaknya CH diajarkan tentang hal
tersebut melalui TPA di dan saat berada di bangku TK. Seperti yang
diutarakan Ibu AT sebagai berikut:
“Saya udah suruh ngaji di TPA paling udah diajarin disitu
tentang keimanan.”
Dalam keluarga ini anak Ibu AT masih berusia 5 tahun yang
berada dibangku TK dasar atau TK kecil, oleh karena itu tidak dapat
menguatarakan pendapatnya. Jika dilihat gerak-gerik anak Ibu AT
termasuk anak yang aktif tetapi dia pendiam dan pemalu. Di bangku
sekolah CH termasuk anak yang pintar dan selalu mendapat bintang.
Untuk kegiatan Ibadah Ibu AT termasuk orang yang kurang aktif
dalam melakukannya. Tidak pernah terlihat dimasjid kecuali ketika
sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesuai yang diutarakan Ibu AT berikut
ini:

70
“kalo saya lagi sholat kadang ikut-ikutan tapi kalo lagi
nggak sholat ya nggak”. saya ke masjid kalo sholat pas hari raya
sama taraweh”.
Ibu AT mengajarkan tentang akhlaq yang baik terhadap anaknya.
Ibu AT memberikan contoh yang baik pada anaknya. Sebagaimana
yang telah diutarakan oleh Ibu AT sebagai berikut:
“Saya marahi kalo nakal-nakal, biasanya kalo ngeyel susah
dibilangin”. sama temen-temennya dia alhamdulilah nggak
nakal, di sekolahan juga gada komplen apa-apa. Saya ngajarin
dia agar berbuat baik sama semua orang”.
Meskipun Ibu AT jarang berada di rumah tetapi beliau
mempunyai harapan yang penuh terhadap anaknya agar anaknya
menjadi anak yang baik dan sukses dikemudian hari. Tetapi setelah
dilakukan penelitian Ibu AT mendidik anaknya masih dalam tahap
minimum belum maksimal dan sepenuhnya. Hal itu terjadi karena Ibu
AT jarang berada dirumah dan bekerja keras menjadi rulang
punggung keluarga.
4) Keluarga Bapak QZ
Keluarga Bapak QZ merupakan keluarga yang harmonis sebelum
istrinya memutuskan untuk bekerja di luar Negeri. Istrinya memilih
bekerja di luar Negeri karena masalah ekonomi yang sangat sulit.
Sementara mereka mempunyai satu anak yang harus disekolahkan
dengan biaya yang tidak sedikit. Ibu TN bekerja di luar Negeri sudah

71
6 tahunan beliau bekerja keras. Tetapi setelah itu Ibu TN memilih
untuk bercerai, Ibu TN sudah menemukan seorang laki-laki yang
dicintainya. Seiring berjalannya waktu perceraian telah terjadi dan hak
asuh anak berada pada Bapak QZ. Sejak kelas 3 MI Bapak QZ
merawat anaknya seorang diri. Beliau berusaha semampunya untuk
mendidiknya. Pendidikan Agama islam diajarkannya sesuai
kemampuannya.
Dalam materi keimanan Bapak QZ sudah menyerahkan kepada
pihak sekolahnya. RF bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah yang dimana
notabennya pelajaran Islam lebih banyak dari Sekolah dasar lainnya.
Sesuai yang telah diutarakan Bapak QZ berikut:
“Saya udah serahkan ke pihak sekolah dia juga seolahnya di MI
paling udah diajarin tentang iman kepada Allah dan lain-lain”.
Dari penuturan Bapak QZ tersebut, dapat diperjelas bahwa Bapak
QZ belum mengajarkan tentang materi keimanan secara menyeluruh.
Dalam menerapan Ibadah Bapak QZ mendidik anaknya dengan
cara nasehat dan dorongan. Hal tersebut dilakukan ketika Bapak QZ
berada dirumah karena keadaan yang membuat Bapak QZ bekerja
keras. Sesuai yang telah diutarakan oleh Bapak QZ berikut:
“Ya. kadang saya suruh sholat kadang kalo saya nggak dirumah,
kurang tau dia sholat apa nggak. dulu pas kecil ikut ngaji TPA
setiap sore, sekarang nggak pernah, ngaji dirumah aja jarang”.

72
Bapak QZ mendidik akhlaq anaknya dengan cara nasehat. Beliau
kurang memperhatikan seharusnya Bapak QZ dapat memberikan suri
tauladan yang baik terhadap anaknya agar anak dapat melihat dan
menirukan contoh Bapaknya. Sesuai yang telah diutarakan oleh Bapak
QZ berikut:
“Saya selalu marahi kalo nakal, apalagi sekarang masa-masa
remaja . pasti lagi susah-susahnya dibilangin, makannya sering
tak marahin. Sukanya maen terus, pulang malam. Maen sama
temen-temennya. Padahal kemaren habis minta sepeda motor,
saya kira dapat ngebuat dia semngat belajar tambah rajin, eee
malah kebalikan malah anaknya maen terus”.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga Bapak QZ kurang maksimal dan efektif. Pendidikan Agama
Islam harus ditanamkan dan diajarkan oleh orang tua sejak kecil lebih
baik sejak dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh dan berkembang
hingga usia lanjut. Dalam keluarga Bapak QZ dari pendidik yang
utama yaitu Ibu sangat kurang memperhatikan bahkan Ibu TN selalu
sibuk bekerja. Seharusnya mendidik anak yang efektif dan berhasil
dilakukan oleh seorang ibu dengan cara yang baik.
5) Keluarga Ibu AY
Ibu AY merupakan seorang wanita yang kuat beliau bekerja keras
untuk menghidupi anaknya. Beliau telah pisah ranjang dengan

73
suaminya. Suaminya pergi ke Sulawesi untuk bekerja dan akhirnya
Bapak KO menikah lagi dengan istrinya kedua. Padahal status Bapak
KO masih menjadi suami dari Ibu AY tetapi Bapak KO memalsukan
Kartu penduduknya agar dapat menikah. Sejak kecil IN di didik
Ibunya mengenai Agama Islam mengenai Aqidah atau keimanan,
Ibadah dan akhlaq.
Ibu AY sudah mengajarkan tentang pendidikan agama Islam
sejak kecil. Ibu AY mendidiknya dengan kasih sayang.
menyekolahhkannya dalam ruang lingkup agama yang baik seperti di
TPA. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu AY berikut:
“Dulu pas kecil IN ngaji TPA di desa, diajarin banyak hal tentang
agama, tapi semenjak SMA ini jarang ngaji, apalahgi dulu saya
pernah kerja di Arab. Jadinya dia dirumah gada yang merhatiin,
apalagi ayahnya yg malah pergi entah kemana”.
Mendidik anak dalam hal ibadah bukanlah suatu hal yang mudah.
Ketika kita yakin dan mampu melkukannya pasti anak yang akan
dididik pun juga akan mampu dalam melakukannya. Seperti halnya
yang dilakukan Ibu AY, melakukan upaya semaksimal mungkin agar
anaknya mampu melakukan ibadah. Sesuai yang telah diutarakan Ibu
AY:
“Saya selalu menyuruh anak saya untuk sholat, dan saya selalu
bilang sholatlah nak, sholat adalah kewajiban kita gitu, tapi
gatau yaa namanya anak kadang rajin kadang nggak. kadang

74
sholat kadang nggak.. Ya saya sebagai orang tua nggak akan
pernah berhenti ngingetin diaa. Meskipun dulu saya pernah jauh
tapi komunikasi tetap ada misalnya saya selalu telfon dia. kalo
puasa juga selalu puasa dari kelas 3S.”
Pendidikan akhlaq di dalam keluarga Ibu Ay telah ditanamkan
sejak kecil. Hal tersebut diajarkan kepada anaknya dengan cara
memberikan tauladan yang baik. Sebagaimana telah diutarakan oleh
Ibu AY berikut ini:
“Saya selalu memberikan contoh yang baik buat anak saya, agar
dia meniru apa yang saya lakukan. contohnya saat saya berbuat
baik misal memberikan sesuatu sama orang gitu.”
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam dalam
keluarga Ibu AY sudah cukup efektif untuk mendidik anak-anaknya.
Beliau berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik anaknya
dengan baik dan sesuai syariat Islam. Ibu AY mempunyai banyak
harapan untuk anaknya agar menjadi orang yang sukses dan beragama
baik.
6) Keluarga Ibu US
Keluarga Ibu US mengalami perceraian sejak NS anaknya lahir.
Setelah itu Ibu US menyerahkan NS kepada kakek dan neneknya.
Sejak saat itu NS diurus oleh kakek dan neneknya. Pendidikan Agama
Islam telah tertanamkan dengan baik oleh Kakeknya. Kakeknya
merupakan seseorang tokoh agama dalam masyarakat dan perneh

75
menjabat sebagai kepala sekolah di MIN Doplang. Setelah itu ketika
NS berada dibangku kelas 1 SMA, seseorang yang dicintainya yaitu
kakeknya telah meninggal dunia karena sakit yang telah dideritanya.
Peneliti akan meneliti keluarga ini dengan cara mewawancarai
neneknya karena, keadaan yang membuat Ibu US tidak lagi kembali.
Beliau kini menetap di Malaysia sebelumnya Ibu US menetap di Arab.
Semenjak disana beliau selalu memberikan uang transferan kepada
NS dan neneknya. Karena bagaimanapun Ibu US masih mempunyai
kewajiban untuk menafkahi anaknya.
Dalam pendidikan Agama Islam Kakeknya sebelum meninggal
selalu menanamkan materi Agama dengan baik dan mendidik secara
langsung. Sesuai yang telah diutarakan Nenek berikut ini:
“mbah kungnya dulu sayang sekali kalo sama NS, dia selalu
mengajarkan materi Pendidikan Islam dengan memberi tahu
tentang iman kepada Allah, malaikat, dan lain-lain. melatih
membaca syahadat dan artinya menjelaskan iman yang diyakini
dengan hati diucapkan perkataan dan melakukan perbuatan
gitu.”
Ibadah dalam keluarga ini terlaksanakan dengan baik.
Sebagaimana sesuai dengan Observasi penulis bahwa ketika itu waktu
mulai menunjukkan 18.00 Nenek dan NS bergegas untuk berwudhu
dan melakukan sholat di Masjid. Sebagaimana yang telah diutarakan
oleh Nenek berikut ini :

76
“Saya selalu mengajak NS ke masjid, dari kecil malah. tujuannya
supaya dia mengenal sholat dan terbiasa melakukan sholat.
karena ketika dia sholatnya benar tindakannya juga akan benar,
Insaalah. Selain itu juga puasa ngaji juga diperhatikan. dia mulai
puasa maghrib dari kelas 3 MI.”
Ahkalq merupakan cerminan diri seseorang, ketika akhlaq
tersebut buruk atau pun baik, hal tersebut ternasuk hasil dari didikan
orang terdekat seperti Orang tua Ayah ataupunIbu. Dalam keluarga ini
Pendidikan akhlaq berada pada figur kakek dan nenek. Nenek dan
Kakek sebagai pengganti orang tua NS. berikut ini yang telah
diutarakan Nenek.
“Saya sayang sekali sama NS apalagi mbah kungnya, dulu
perhatian sekali sama NS. Tapi semenjak mbah kungnya
meningal NS seluruhnya saya yang atur.Sebisa mungkin saya
didik kaya yang mbahkungnya dulu. seperti diberi nasehat
dengan lemah lembut, dengan kasih sayang dan penuh
perhatian.” Alhamdulilah NS jadi anak yang baik, penurut,
nggak pernah nakal aneh-aneh”.
Meskipun Pendidikan Agama Islam diambil alih dan digantikan
Oleh Kakek dan Neneknya. Tetapi tidak menjadikan hambatan untuk

77
mendidik anak. Peran Kakek dan nenek tetap ada sebagaimana
selayaknya orang tua.
7) Keluarga Bapak MD
Bapak MD merupakan Single parent, beliau mendidik anaknya
seorang diri. Bekerja keras pagi siang dan malam. Kesibukan Bapak
MD tidak menjadikannya untuk mengutamakan pendidikan anaknya,
khusunya pendidikan Agama Islam.
Sejak kecil Pendidikan Agama Islam dalam keluarga ini sudah
ternanamkan. Sebelum meningal Ibu SK selalu memperhatikan
anaknya. Sesuai yang diutarakan oleh Bapak MD berikut ini:
“Sebelum Ibunya meninggal, anak-anak sudah dididik tentang
Agama Islam oleh Ibunya, dengan cara mengenalkan hal-hal
yang mudah, biasanya diajarin pake lagu-lagu, biar anaknya
semangat. Anak-anak juga diajarkan tentang akidah dengan
mengucapkan syahadat, dan menyakini dalam hati mengucapkan
dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan setelah ibunya
meninggal saya yang mendidik anak-anak saya. saya pengen
anak saya jadi orang yang tahu dan mengerti tentang agama
Islam saya sekolahkan anak-anak di PAUD,Tk di IT,MI,MTS dan
MAN. Dari keseluruhan tersebut berbasic Islam. Jadi materi
tentang Agama Islam telah ditnamkan disitu.”
Ibadah meliputi berbagai macam yaitu sholat lima waktu, puasa,
zakat dan lain-lain. Dalam keluarga ini sudah menjalankan
sebagaimana yang diperintahkan sesuai syariat Islam. Bapak MD
mengutarakan sebagai berikut:

78
“Saya jarang nyuruh sholat, anak saya sudah sadar akan
kewajibannya untuk sholat sering saya ajak ke masjid kalo nggak
dulu sama Ibunya dirumah. Puasa anak-anak mulai puasa kelas
3 MI meskipun kadang ada yang bolong . tapi mulai penuh
puasanya saat mereka kelas 5 full selama 30 hari.
Biasanya ngaji di mbah DW sampai sekarang, kadang kalo
ngajinya libur dirumah, baca Al-Qur’an sendiri biasanya libur
malam jumat.”
Akhlaq merupakan sifat yang terdapat dalam seseorang. Terdapat
akhlaq yang baik dan akhlaq yang buruk. Dalam keluarga ini Akhlaq
merupakan hal yang paling penting. Bapak MD mengutarakan sebagai
berikut:
“Alhamdulilah saya bersyukur sebelum ibunya meninggal,
ibunya selalu mendidik FR dengan baik, saya tidak tau pondasi
agama tidak kuat dia akan seperti apa, soalnya zaman sekarang
mengerikan, sedangkan saya yang sibuk kerja jarang merhatiin
dia. Saya sama Alm ibunya selalu mengajarkan berbuat baik,
memeberi ketika mempunyai sesuatu yang lebih.”
Pendidikan budi pekerti atau akhlaq pada keluarga Bapak MD
ditanamkan sejak kecil dengan cara keteladanan. Dengan cara
mencotohkan perbuatan yang baik dan menasehati perbuatan yang
buruk.
8) Keluarga Ibu SP

79
Sejak ditinggal meninggal oleh suaminya Ibu SP mendidik
anaknya sendiri. beliau mendidik anaknya dengan cara
menyekolahkannya didalam ruang lingkup Islam. Pendidikan Agama
Islam dalam kelarga ini tertanam dengan baik. Sesuai yang telah
diutarakan oleh Ibu SP berikut ini:
“Saya mendiidk anak saya dengan sungguh-sungguh, dari kecil
sudah saya sekolahkan di TPQ, itu mulai umur 5 tahun dan lanjut
di sekolah MI, saya sangat berharap agar anak saya bisa
mempunyai ilmu agama”
Dalam hal keimanan Ibu SP tidak mengajarkannya secara
langsung tetapi melalui mengaji di TPA sesuai yang diutarakan oleh
Ibu SP :
“Saya tidak mengajarkan tentan keimanan dengan langsung,
saya berfikir di TPA dan di MI sudah diajarkan. Jadi ya mungkin
dari situ udah paham.”
Ibadah adalah wujud dari aqidah atau keimanan yang baik akan
di implementasikan melalui ibadah yaitu sholat, mengaji, puasa dan
lain sebagainya. Ibu SP telah mengutarakan sebagai berikut:
“kalo ngaji sudah diajarkan di TPA. di sekolahan juga ada ngaji
sehabis sekolah umum, kalo ngaji TPA nya libur saya sendiri
yang mengajarinya.Untuk sholat lima waktu saya sering ajak ke

80
mushola shalat berjamaah meskipu kadang gojek. kalo puasa
sudah sejak SD puasanya full.”
Pendidikan Akhlaq adalah cerminan dari diri seseorang sebagai
budi pekerti dan sifat yang melekat. Sebagai orang tua harus mendidik
anaknya dengan cara mencontohan perbuatan yang baik sebagimana
yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhamad SAW. Sebagaimana
yang telah diutarakan oleh Ibu SP berikut ini.
“ Saya selalu mengajarkan anak saya berbagi, sama siapa saja
yang ada disekelilingnya. Karena saya pikir dengan begitu dia
lebih bisa menghargai, dan menumbuhkan kasih sayang dan
tidak jadi anak yang egois” Saya selalu nasehatin kalo dia nakal
tapi sejauh ini dia nakalnya masih wajar”.
b. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga Broken home.
Setiap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai faktor-
faktor yang menjadi pendukung dan yang menjadi pendukung. Faktor
yang menjadi pendukung merupakan faktor yang memberikan dampak
yang baik atau konstruktif. Setiap anak yang dididik pasti tidak akan
semudah dan bebas tanpa tantangan. Orang tua harus dapat
mempertahankan hal-hal atau faktor-faktor yang menjadi pendukung agar
mendidik tentang Pendidikan Agama Islam pun lebih efektif.
Faktor penghambat merupakan hal yang menjadikan anak tidak
dapat menerima Pendidikan Agama Islam dan lebih berfokus dengan hal
yang lainnya. Faktor penghambat harus sebisa mungkin dikondisikan oleh

81
orang tua agar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tetap berjalan dengan
baik.
1) Keluarga Ibu RM
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, faktor
penghambat dan faktor pendukung, dalam orang tua mendidik
Pendidikan Agama Islam. Dalam keluarga Ibu RM yang menjadi
dominan yaitu sebagai faktor penghambat. Sesuai yang telah
diutarakan oleh Ibu RM berikut ini :
“Hambatannya selama ini menurut saya khusunya RY teman
sebaya, geng vespa itu loh, sering sekali ngajak touring kemana-
mana sampe Kendal, Yogyakarta, Solo. Saya khawatir alo ada
apa-apa wong Cuma bawa vespa protolan nggak lengkap,
takutnya kalo ada polisi. Tapi alhamdulilah sejauh ini nggak
pernah ketangkep polisi soale berangkatnya malem pulangnya
dua hari sesudahnya pagi gitu. Selama ini saya nurutin apa aja
kemauan dia, tapi kalo dia seenaknya sendiri ya gimana lagi, dia
itu sifatnya nurun bapaknya mirip banget. Kalo TK alhamdulilah
nurut kalo sama saya”.
Dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung atau pendukung
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Ibu RM yaitu Orang tuanya
yairtu Ibunya, perhatian dan segala kebutuhan anaknya selalu
dipenuhi apapun yang diinginkan selalu dikabulkan. Sedangkan yang
menjadi faktor penghambat adalah Lingkungan sekitar dan teman
sebaya. Teman sebaya mempengaruhi hal yang negatif karena
melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat contohnya touring.

82
2) Keluarga Ibu AR
Keluarga Ibu AR merupakan keluarga yang baru saja mengalami
keretakan. Bapak SJ yang memilih wanita lain dibandingkan
mengurusi anak-anaknya. Padahal Usia anaknya yang terpaut anak-
anak dan remaja sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian.
Begitupula dalam mendidik Pendidikan Agama Islam ada beberapa
faktor pendukung dan penghambat Sesuai yang dikatakan Ibu AR
berikut ini:
“Saya nggak pernah berhenti kasih perhatian ke anak saya,
sampe hal kecil pun saya lakukan misalnya ngaji kok nggak
pulang-pulang, ya saya cari sampe ketemu. Buku pelajaran kalo
belum ditata ya saya tatain. lingkungan keluarga juga selalu
menguatkan, terutama nenek atau ma’e selalu memberi semangat
sesulit apapun masalah. Kalo yang jadi hambatan ya paling kalo
anak-anak ngerasa jenuh bosen merasa males belajar.”
Ibu AR selalu mendidik anaknya dengan penuh perhatian dan
kasih sayang. Perhatiannya yang tidak pernah terlewatkan. Dengan
hal tersebut dapat menjadi faktor pendukung dalam pendidikan agama
Islam. Anak akan lebih mudah untuk mengerti dan mau belajar
tentang Agama. Lingkungan keluarga terutama keluarga terdekat
yaitu nenek yang selalu memberikan motivasi agar usaha Ibu
mendidik anak-anaknya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuannya.
3) Keluarga Ibu AT

83
Faktor pendukung dan penghambat selalu ada dalam orang tua
mendidik anaknya. Apalagi dalam kondisi yang hanya Ibu yang
berperan mengurus anaknya secara menyeluruh dan tanpa ada seorang
Ayah yang mendidiknya. Ibu AT mengutarakan sebagai berikut:
“Sejauh ini gada hambatan cumak kadang sering main terus
pengennya. ya kadang males ngaji, tergantung kemauannya kalo
lagi rajin ya rajin banget, kalo lagi males ya males, belum bisa
stabil. faktor yang mendukung keluarga, kebetulan kakak saya
punya anak seumuran, jadinya sering ngaji bareng belajar
bareng”.
Dapat diperjelas bahwa faktor pendukung Pendidikan Agama
Islam dalam keluarga Ibu AT adalah keluarga terutama Ibu AT dan
pihak keluarga lain seperti saudara seumuran. Selalu mengajak hal-
hal yang positif. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat yaitu
tidak dapat stabil untuk mengerrjakan sesuatu karena faktor usia anak
yang masih anak-anak.
4) Keluarga Bapak QZ
Dalam mendidik PendidikanAgama Islam terdapat faktor
pendukung dan faktor penghambat. Dalam keluarga Bapak QZ, antara
dua faktor pendukung dan penghambat tidak ada yang mendominasi,
keduanya masih sama-sama seimbang.
“Selama ini yang mendukung dia bisa mau sekolah dan belajar
dirumah ya dia sendiri, dia kalo nggak semaunya sendiri susah

84
dibilangin. Nanti nek saya marahi malah jadi ribut malah
bangkang. Faktor lain itu dari perhatian guru-gurunya
disekolahan. Kalo faktor penghambatnya ya kalo dia susah
dibilangin, semaunya sendiri.”
Dapat diperjelas bahwa faktor pendukung dan penghambat dalam
mendidik anak dalam keluarga broken home yang menjadi faktor
pendukung belum dapat mempengaruhi, hanya saja mendominan sedit
saja.
5) Keluarga Ibu US
Ibu US merupakan orang tua yang sibuk bekerja dan
menyerahkan seluruh tanggung jawabnya sebagai Ibu kepada Ibunya
atau kepada Nenek. NS merupakan anak satu-satunya yang dibesarkan
oleh neneknya. Adapun faktor pendukung dan penghambat, sesuai
yang diutarakan Nenek SO berikut ini:
“Faktor pendukung ya tetap dari keluarga, keluarga kerabat
teman-temannya, lingkungan sekitar, guru-guru disekolahan
alhamdulilah banyak yang menjadi faktor pendukung, selama ini
NS juga dianggap baik . Dia anaknya nurut nggak aneh-aneh
patuh banget sama saya sebagai nenek sama alm kakeknya juga.
Dapat diperjelas bahwa Faktor yang mendukung dalam Nenek
SO mendidik Pendidikan Agama Islam yaitu sangat banyak dan
terdapat pada beberapa seperti keluarga terdekat, lingkungan
masyarakat, teman sebaya dan lngkungan sekolah. Sedangkan yang
menjadi faktor penghambat sampai saat ini belum ditemukan.

85
6) Keluarga Ibu AY
Dalam keluarga Ibu AY beliau mendidik anak-anaknya sesuai
kemampuannya. Adapun yang menjadi faktor pendukung adalah
Keluarga. Seperti yang diutarakan oleh Ibu AY berikut ini :
“Saya selalu kasih yang terbaik buat anak saya, cara meneladani
Agama Islam, menaati Agama. Sampai sekarang saya dan
Ayahnya IN tidak lagi dapt bersatu lagi, karena Ayahnya sudah
mempunyai Istri lagi. kalo misalnya saya dan ayahnya dapat
kembali seperti dulu mungkin IN akan senang dan bersemangat
menjalankan sesuatu”.
Ibu AY berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik
untuk anaknya. Faktor pendukung dan faktor penghambat terdapat
pada lingkungan keluarganya sendiri. Keluarga yang terdahulu
merupakan keluarga yang harmonis. Tetapi dengan keadaan yang
berbeda. Keluarga Ibu AY mengalami pisah ranjang. Sehingga dalam
hal mendidik anak pun tidak efektif lagi.
7) Keluarga Bapak MD
Faktor pendukung dan penghambat dalam mendidik Pendidian
Agama Islam terdapat pada keluarga Bapak MD. Sesuai yang telah
diutarakan oleh Bapak MD sebagai berikut:
“Keluarganya dari yang Ibu Alhamdulilah guru semua jadinya
sering nasehatin terutama tante-tantenya, omnya pada baik
semua perhatian ya pokoknya sayang kalo sama FR. Meskipun
mereka sudah punya keluarga sendiri-sendiri tapi tetep

86
memperhatikan anak saya seperti anaknya sendiri. selain itu
remaja-remaja di sini juga baik memberi efek yang positif . Kalo
hambatan kadang kalo minta sesuatu misalnya HP atau apa gitu
kalo nggak diturutin agak cemberut, memang dia nggak marah
tapi mukanya cemberut, paling itu aja sampai sekarang paling
hal-hal yang kecil aja.”
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Bapak MD memiliki
faktor pendukung dari kerabat keluarga tepatnya saudara-saudara dari
Alm Ibu SK memberikan perhatian dan dorongan yang baik terhadap
FR. Adapun faktor penghambat yaitu keinginan anak yang terkadang
belum terpenuhi yang membuat sedikit menghambat Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga Bapak MD.
8) Keluarga Ibu SP
Ibu SP menjadikan anak sebagai prioritas utamanya. Karena
anaknya adalah anak satu-satunya, maka Ibu SP mendidik anaknya
dengan sungguh-sungguh dalam mendidik tentu terdapat faktor
pendukung dan faktor penghambat. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu
SP berikut ini:
“Dari kecil saya mendidik anak saya dengan kasih sayang yang
penuh, sebelum bapaknya meninggal juga, kita sebagai orang tua
menomor satukan anak sebagai hal yang utama karena SM anak
saya satu-satunya, meskipun tinggal saya yang berperan sebagai

87
Ibu sekaligus Ayah bagi dia. Selain itu hal yang mendukung
lingkungan pendidikan yang selalu bersasis Agama. Faktor
yang menjadi hambatan itu lingkungan rumah kebanyakan anak-
anak sini nggak pada sekolah. Sebenarnya ya tidak terlalu
menghambat tapi saya takut kalo memberikan dampak yang
buruk.”
Faktor pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Ibu
SP adalah karena Ibu SP selalu memprioritaskan anak sebagai hal dan
tanggung jawab yang utama terutama untuk mendidik Pendidikan
Agama Islam. Sedangkan yang menjadi hambatan adalah lingkungan
yang kurang mendukung untuk anak dapat tumbuh kembang.
c. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam
dalam keluarga Broken home
Keluarga yang harmonis merupakan keluarga yang selalu
didambakan oleh setiap orang. Suasana tersebut diciptakan untuk kebaikan
anggota keluarganya seperti Ayah, Ibu dan yang palng terpenting yaitu
seorang anak. Anak adalah fitrah yang telah dititipkan oleh Allah SWT
untuk manusia terutama orang tua agar mendidik dengan sepenuh hati,
ikhlas, sabar. Tetapi, akan berbeda halnya ketika didalam keluarga
terdapat konflik-konflik atau masalah-masalah. Biasanya masalah tersebut
timbul antara Ayah dengan Ibu, atau orang tua dengan anak. Dalam
keluarga broken home tentu tidak terlepas dari masalah. Semua yang

88
mengalaminya akan merasakan dan dapat menemukan cara memecahkan
masalah tersebut.
1) Keluarga Ibu RM
Ketika masalah telah muncul dalam keluarga Ibu RM, beliau
memilih untuk menasehati anak-anaknya terutama untuk
anakpertamanya RY. Anak pertama Ibu RM merupakan anak yang
sulit diatur. Dengan begitu Ibu RM menggunakan cara dengan
menyentuh hatinya. Selain itu cara yang dilakukannya adalah dengan
hentakan atau gertakan yang membangun. Seperti yang telah
diutarakan oleh Ibu RM berikut ini:
“Caranya ya dinasehati, kalo baik-baik nggak bisa ya dihertak
ditegasi soalnya kalo RY itu harus ditegasin, kalo TK masih bisa
nurut. kadang kalo saya udah capek ngadepin dia. Saya selalu
bilang gini sama RY“mas, kamu mau manut nggak sama mamak,
kalo masih mau nurut ya yang rajin, kalo mau semaunya sendiri
apa mau tinggal sama bapakmu aja sana” mamak tak dirumah aja
sama TK adekmu. biasanya kalo dihertak kaya gitu dia mau nurut.”
Ibu RM lebih melibatkan mantan suaminya karena anak Ibu
RM tidak pernah mau tinggal bersama Ayahnya bagaimanapun
keadaanya. Karena semua kebutuhan anak-anaknya selalu dipenuhi
oleh Ibu RM.
2) Keluarga Ibu AR
Ibu AR memecahkan masalahnya dengan cara ber’doa karena
berdo’a merupakan salah satu cara untuk menengkan hati dan berserah

89
diri kepada Allah. Selain itu, setiap masalah yang datang Ibu AR
selalu sabar menghadapinya. Berfikir bahwa semua akan baik-baik
saja. Ibu AR selalu terfokus untu masa depan anak-anaknya. Ibu AR
telah menguatarakannya sebagai berikut :
“Biasanya kalo ada masalah baik dari saya kepada anak saya
ataupun suami saya saya hanya bisa bersabar, berdoa sama Allah.
Apalagi masalah saya dengan suami saya yang tak kunjung
terselasaikan. Saya hanya mau fokus ke anak saya saya selalu bilang
“kamu kekuatan ibuk nak, kamu harus baggakan ibuk dan perlihatkan
pada Ayahmu diluar sana bahwa kita bisa hidup tanpa dia. sejauh ini
masalah-masalah masih dalam batas yan wajar”.
Setiap anggota keluarga sangat mendambakan suasana
keluarga yang terbebas dari suatu masalah. Begitupula keluarga Ibu
AR, yang sebisa mungkin menhindarkan masalah-masalah yang ada
3) Keluarga Ibu AT
Ketika dalam keluarga timbul suatu masalah dalam mendidik
anak, orangtua harus mencari cara untuk memecahkan masalah
tersebut. Dalam keluarga Ibu AT memilih cara yang mudah yaitu
dengan cara mencari apa saja yang termasuk kesukaan anaknya,
kemudian hal tersebut dijadikan untuk memberikan dorongan atau
semangat ketika anak merasa malas. Seperti yang diutarakan oleh Ibu
AT berikut ini :
“Saya kasih pengertian, misalnya itu jelek tidak baik. Pada
intinya saya kasih tau mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Di nasehatin juga kalo misalnya bandel. biasanya kalo minta

90
jajan banyak banget. tak suruh nabung biar nggak jajan terus.
kalo gakmau ngaji kadang saya cari seuatu yang bisa buat dia
mau rajin lagi ngaji, kayak hadiah ato apa.”
Memberikan hadiah merupakan cara untuk membangkitkan
semangat anak. Karena mood pada anak yang sebelumnya turun
akan kembali stabil kembali bahkan akan meningkatkan mood anak.
Tetapi hal tersebut harus dibatas wajar karena ketika anak selalu
dibiasakan seperti itu akan menjadi kebiasaan yang buruk. Hal
tersebut hanya sebagai perantara untuk mengembalikan kestabilan
anak.
4) Keluarga Bapak QZ
Usia remaja adalah usia perkembangan anak yang sangat rawan.
Keadaan tersebut mengakibatkan anak mempunyai banyak kemauan
yang bersifat menggebu-gebu dan terkadang minim untuk berfikir
panjang. Sebagai orangtua harus sepenuhnya memperhatikan anaknya
terutama ketika terdapat suatu masalah. Bapak QZ memilih untuk
menasehati anaknya agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif.
Sesuai yang telah diutarakan Bapak QZ berikut:
“Ketika ada masalah saya sebagi orangtua hanya bisa
menasehatinya dengan baik. kadang kalo saya kerasi malah
jadine ribut. biasanya dia ikut-ikutan teman-temannya teman
sebaya.Ya usia remaja ya lagi bandel-bandelnya. orangtua harus
extra memperhatikannya.”

91
Pada dasarnya perasaan seorang laki-laki dengan laki-laki akan
memanas ketika keduanya sama sama menggunakan cara hingga
menciptakan suasana yang buruk. tetapi ketika perasaan lawan jenis
terjadi maka satu sama lain akan merasa luluh jika salah satu dari
mereka menyentuh dengan hatinya. Begitu pula yang terjadi pada
anak laki-laki dengan Ayahnya pasti berbeda dengan apa yang dialami
ketika anak perempuan dengan Ayahnya ataupun sebaliknya. Hal
tersbut tidak selalu terjadi, kembali kepada orangtua bagaimana
memahami anaknya
5) Keluarga Ibu US
Peran orangtua yang diambil alihkan pada Nenek dan Kakeknya.
Hal tersebut tidak berdampak buruk malah terjalin hubungan yang
sangat terbuka antara NS dan Neneknya dan Alm Kakeknya. Setiap
masalah yang muncul NS selalu menceritakan kepada Neneknya.
Selain mempererat hubungan yang baik, hal tersebut juga dapat
menyelesaikan masalah dengan cepat. Seperti yang diutarakan oleh
Nenek SO berikut ini :
“Dia bilang sama saya tentang masalah yang dia hadepi, dari
masalah yang terkecil sampai yang kadang seirius, yaa saya
sebagai pengganti orang tua hanya bisa mendoakan dan
menasehatinya dengan baik-baik. Kalo sama Ibunya malah
kadang malah berantem gak sependapat.”
6) Keluarga Bapak MD

92
Bapak MD memcahkan masalah yang timbul dengan cara
mencari solusi yang sesuai dengan topik masalah. Dengan mencari
solusi yang sesuai masalah yang timbul akan cepat terselesaikan
dengan baik. Selai itu akan memberikan dampak yang positif. Seperti
yang telah diutarakan oleh Bapak MD berikut ini :
“Memecahkannya dengan cara dicari tau dulu penyebabnya
apa,misale kalo penyebabnya dari lingkungan sekitar ya sebisa
mungkin menjaga hubungan dengan lingkungan sekitar dengan
baik, dicari solusinya yang tepat yang sesuai dengan masalahnya
itu.”
Anak dari Bapak MD termasuk menginjak usia remaja. Dengan
begitu sbagai Orangtua harus xtra memperhatikan anaknya. Agar
anaknya tidak terjerumus dalam hal yang tidak diinginkan.
7) Keluarga Ibu AY
Ibu AY selalu mengajarkan anaknya sifat-sifat yang mendidik.
Terutama ketika mendapatkan masalah Ibu AY lebih memilih
mengajarkan keihklasan, kesabaran dan tawakal. Hal tersebut
merupakan cara yang terbaik karena seberat apapun masalah yang
datang. Selalu Allah rencanakan yang terbaik dan kembali lagi pula
kepada Allah sang pencipta alam semesta. Sesuai yang telah
diutarakan oleh Ibu AY berikut ini :
“dilatih berfikir lebih dewasa, menyerahkan semua kepadaNya
dan selalu menerapkan kunci kehidupan ikhlas, sabar dan
tawakal.”

93
Meskipun Ibu AY tidak mendidik anaknya secara sepenuhnya.
Tetapi beliua selalu menanamkan hal-hal yang baik sejak dini.
Dengan begitu ketika Anak sudah besar dapat berfikir dengan baik,
serta tau bagaimana cara memecahkan masalah sesuai apa yang
diajarkan oleh orangtuanya.
8) Keluarga Ibu SP
Ibu SP memecahkan masalah dengan cara bermusyawarah. Pada
dasarnya musyawarah adalah merupakan kita yang bagus untuk
memcahkan masalah karena disitu akan ada pendapat dari tiap
anggotanya seperti anak dan orangtuanya. Selain itu akan juga
terdapat pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan yang
telah diperoleh. Sesuai ungkapan yang telah diutarakan Ibu SP berikut
ini:
“Saya biasanya musyawarah sama anak saya, biar semua sama-
sama tau. berdiskusi tentang masalah tersebut, kalo dia lagi
males ya saya semangat
Setiap anak pasti mempunyai rasa malas dan kemauannya yang
tidak stabil. Baik pada usia anak-anak maupun usia Remaja sekalipun.
Dengan begitu orang tua harus semaksimal mungkin memkirkan jalan
keluar yang tepat ketika melakukan musyawarah.
B. Analisi Data
1. Cara mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken home.

94
Bedasarkan penelitian terhadap keluarga broken home di Desa
Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang orang tua mengajarkan
Pendidikan Agama Islam pada aspek keimanan tentang akidah dengan cara
mengajarkan keimanan, syahadat. sesuai dengan teori dengan cara
memahamkan sesuatu yang dipahami sebagai suatu keyakinan yang
dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan (Mahfud, 2011:12). Keimanan harus diperkenalkan pada anak
dengan cara memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasulnya, memberikan
gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan,
memperkenalkan ke-Maha Agungan Allah (Iman dan Kholifah,2009:6). Selain
itu sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan tentang Ibadah dengan
cara mengajak anak ke tempat ibadah, memperlihatkan bentu-bentuk ibadah,
memperkenalkan apa pengertian Ibadah (Kholifah,2009:6-7).
Mendidik anak tentang akhlak tidak hanya di didik saja tetapi sebagai
orang tua juga harus memberikan tauladan yang baik atau memberikan contoh
yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-
Ahzab ayat 21 :
واليوم لقد كان لكم ر وذكر ف رسول الله أسوة اسة ل من كان ييرجو الله الخ
كثيا الله
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah. (Hatta, 2009:420).

95
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhamad memberikan teladan
yang baik bagi umatnya, tidak hanya teori saja yang diberikan tetapi juga
contoh dan pelaksanaannya.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama memiliki
tanggung jawab untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak.
Orangtua harus mengarahkan pendidikan dalam lingkungan keluarga ke arah
keteladanan yang positif. Pola Pendidikan berbasis keteladanan dalam keluarga
sangat menentukan kepribadian anak pada masa yang akan datang. Semakin
banyak keteladanan dan pengalaman yang diberikan oleh sebuah keluarga
kepada anak-anaknya, semakin kuat hal-hal positif terhadap pembentukan
kepribadian anak. Jika lingkungan keluarga tidak banyak memberikan
keteladanan atau malah bahkan malah memberikan contoh yang jelek pada
anak yang kelak akan dipraktekkan anak dalam kehidupan sehari-hari adalah
kepribadian yang negatif. Keluarga Ibu RM
Setiap orang tua mempunyai cara sendiri untuk mengajarkan
Pendidikan Agama Islam yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Keluarga Ibu AR
Ibu AR mendidik anaknya khusunya dalam Pendidikan Agama
Islam dengan cara: Mengajarkan Pendidikan Agama Islam sejak usia dini,
Menyekolahkan di sekolahan Islam terpadu, Selalu menyuruh untuk
mengaji selain itu sejak kecil Ibu AR selalu mengajarkan gerakan shalat
sehingga anaknya menirukannya. Mengajarkan puasa wajib dan sunnah.

96
Dalam hal akhlak mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan
santun, kemandirian dan keprihatinan.
b. Keluarga Ibu AT
Ibu AT selalu menyuruh anaknya untu mengaji di TPA, jarang pergi
ke masjid untuk melakukan sholat, tidak mengajarkan tentang sholat dan
puasa sejak kecil. Dalam hal akhlak selalu mengajarkan berbuat baik kepada
semua orang.
c. Keluarga Bapak QZ
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan bapak QZ
pada anaknya dengan cara menyerahkan ke pihak sekolah, tidak sering
menyuruh untu sholat, tidak pernah mengaji dan tidak pernah menyuruh
mengaji, selalu memarahi ketika melakukan kesalahan.
d. Keluarga Ibu AY
Ibu AY mengajarkan Pendidikan Agama Islam dengan cara selalu
mnyuruh untuk sholat, mencontohksn perilaku yang baik, selalu menirukan
apa yang dilakukan oleh Ibu AY.
e. Ibu US
Ibu US menyerahkan semua kepada kakek dan neneknya dengan
cara selalu mengajarkan mengaji, diberikan tentang materi tentang Agama
Islam sejak kecil, mengajarkan tentang iman dengan menyakini adanya
Allah, selalu diajak untuk pergi ke masjid, tidak pernah menyuruh sholat

97
karena sudah terkondisikan oleh anak, selain itu mengajarkan anak selalu
berpuasa pada bulan ramadhan.
f. Keluarga Bapak MD
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Bapak MD dilakukan
dengan cara menyekolahkan di ruang lingkup islami, sering mengajak ke
masjid, mengenalkan kalimat syahadat, selalu menyuruh untuk mengaji,
selalu mengerjakan perbuatan yang baik kepada semua orang.
g. Ibu SP
Ibu SP mengajarkan Pendidikan Agama Islam dengan cara selalu
mengajari untuk mengaji ketika di TPA diliburkan, mengajarkan sholat dan
puasa sejak kecil dan selalu memberikan contoh yang baik untuk anaknya.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam yang harus
ditanamkan pada anak adalah meliputi Akidah, Ibadah dan akhlak ketiga
tersebut harus ditanamkan pada anak. Penulis telah melakukan penelitian
dengan menggunakan metode deduktif. Metode Deduktif adalah cara berpikir di
mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
khusus (Suriasumantri, 2001:8-9).yang dimana hasil yang telah diporoleh
bersifat umum ke khusus. Setelah dilakukan wawancara dan observasi terhadap
keluarga yang mengalami broken home, penulis menyimpulkan cara mendidik
anak tentang Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home sebagai
berikut:
2. Faktor penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
Broken home

98
Setelah penulis melakukan Observasi tentang faktor pendukung dan
penghambat dalam keluarga Broken Home hal tersebut dapat dijabarkan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tentang pendidikan Agama Islam
dalam keluarga Broken home yaitu lingkungan keluarga lingkungan keluarga
memegang peran yang sangat penting terutama orang tua, karena orag tua
merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Anak akan
mendapatkan didikan memalui orang tuanya sejak dalam kandungan sampai
tumbuh menjadi dewasa. Pada pertumbuhan anak tersebut orang tua harus
pintar mendidik anaknya agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif (Abdul,
2010:50).
Lingkungan Sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keteladan,
gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan sekolah
memegang peran kedua karena siswa akan mendapatkan berbagai bidang ilmu
pengetahuannya melalui sekolah (Slameto, 1991:30).
Lingkungan Masyarakat mendapat tanggung jawab bukan masyarakat
sebagai kelompok namun, dengan adanya tanggung jawab perseorangan dan
pribadi manusia, dan masyarakat yang selalu menjaga hubungan sosialnya
terhadap sesama. sebagaimana masing-masing anggota masyarakat itu
menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga mendorong masing-masing
anggota masyarakat untuk mendidik sendiri dan bersedia mendidik anggota
masyarakat yang lain (Hasbullah, 2012: 37).

99
Dalam penelitian ini menggunakan metode Induktif. Maksud umum
dari metode Induktif adalah temuan-temuan penelitian yang muncul dari
keadaan umum, tema-tema domain dan signifikan yang ada dalam data, tanpa
mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya (Moloeng,
2007:297).
a. Keluarga Ibu RM
Faktor yang menjadi penghambat Ibu RM untuk mengajarkan
Pendidikan Agama Islam untuk anaknya adalah geng motor vespa yang
selalu mengajak anak pertama Ibu RM untuk pergi touring sehingga waktu
untuk di rumah tersita. Selain itu tidak adanya peran seorang ayah yang
bisa memberi ketegasan dalam bertindak. Faktor yang menjadi pendukung
yaitu dari keluarga yaitu Ibu RM yang selalu memanjakan dan menuruti
semua kemauan anaknya.
b. Keluarga Ibu AR
Ibu AR selalu memberikan perhatian penuh sehingga menjadi faktor
pendukung serta menjadikan anaknya sebagai kekuatan dirinya. Faktor
penghambat yaitu perasaan anak yang tidak stabil sehingga anak terkadang
merasa jenuh.
c. Keluarga Ibu AT

100
Faktor pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam
yaitu dari pihak saudara yang seusia yang selalu mengajak untuk mengaji.
Faktor yang menjadi penghambat yaitu anak yang selalu ingin jajan dan
terkadang sifat anak malas.
d. Keluarga Bapak QZ
Faktor pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam
pada anak yaitu kemauan dari anak itu sendiri, dukungan dari pihak guru-
guru di sekolah. Faktor penghambatnya yaitu tidak adanya kasih sayang
seorang ibu yang bisa mendidiknya dan mengajarkan tentang agama dan
tidak ada hubungan yang baik antara ayah dan anak.
e. Ibu AY
Faktor yang menjadi penghambat dalam mengajarkan Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga Ibu AY yaitu tidak adanya seorang ayah dan
suasana keluarga yang tidak harmonis lagi seperti dahulu. Faktor
pendukungnya Ibu AY selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.
f. Ibu US
Perhatian dari berbgai pihak seperti keluarga, guru-guru di sekolah,
teman sebaya yang menjadi faktor pendukung dalam mengajarkan
Pendidikan Agama Islam. Sampai saat ini belum ada hambatan yang
bersifat pasti.
g. Keluarga Bapak MD
Selain perhatian dari Bapak MD perhatian dari pihak keluarga
seperti tante dan pamannya yang selalu diberikan pada FR. Sedangkan

101
faktor penghambat yaitu keinginan FR anak dari Bapak MD yang kadang
tidak terpenuhi seperti meminta HP dengan wajah yang cemberut.
h. Keluarga Ibu SP
Faktor penghambat mengajarkan Pendidikan Agama Islam yaitu
keadaan di lingkungan sekitar yang lebih banyak tidak bersekolah.
Sedangkan yang menjadi faktor pendukung yaitu Ibu SP selalu
memberikan kasih sayang dan selalu menjadikan anak sebagai prioritas
utama.
3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam pada
Keluarga Broken home
Setelah penulis melakukan penelitian terdapat cara-cara orang tua
dalam memecahkan masalah saat mendidik anaknya, khususnya dalam
mendidik Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode Deduktif
adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat khusus (Suriasumantri, 2001:8-9).
Setelah melakukan penelitian tentang bagaimana cara orang tua
memecahkan masalah saat mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga broken home. Ditemukan beberapa keluarga mempunyai cara yang
berbeda-beda. Ibu RM memecahkan masalah dengan cara menasehati dengan
menyentuh hati dan perasaan. Ibu AR selalu bersabar dan berdo’a
menyerahkan semua kepada Allah SWT. Ibu AT selalu memberikan pengertian
kepada anaknya, ketika ada suatu hal yang benar ataupun yang salah, agar anak
menjadi mengerti dan bertindak dengan benar. Bapak QZ selalu menasehati

102
ankanya dengan baik, ketika RF anaknya melakukan kesalahan. Ibu AY selalu
mengajarkan berfikir dewasa saat mendapatkan masalah dan menanamkan
kunci kehidupan dengan cara ikhlas, sabar dan tawaqal. Ketika mendapat
masalah saat mendidik anak dengan cara menanyakan segala masalah yang
telah dihadapi NS sebagai anaknya. Serta selalu mendoakan dan
menasehatinya. Bapak MD memecahkan masalah dengan mencari tahu
penyebab dari masalah tersebut dan setelah itu mencari solusi yang tepat dan
sesuai. Ibu SP selalu mengajak anaknya untuk bermusyawarah ketika
mendapatkan masalah, walapun sekecil apapun masalah tersebut. Berikut ini
hal-hal yang dilakukan saat mendapatkan masalah:
1. Nasehat
Kata "nasehat" berasal dari bahasa arab, dari kata kerja "Nashaha"
yang berarti "khalasha", yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga
bisa berarti "Khaatha", yaitu menjahit. Imam Ibnu Rajab rahimahullah
menukil ucapan Imam Khaththabi rahimahullah, Nasehat itu adalah suatu
kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi
yang dinasehati (Nashih, 1981: 65).
2. Bersabar
Sabar berasal dari kata “Sabara” yang berarti menahan atau
mengekang. Secara terminologi sabar adalah menahan diri dari segala
sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Sedangkan
menurut Istilah yang telah diungkap oleh Al-Maraghi sabar adalah

103
ketabahan hati dalam menanggung berbagai macam kesulitan dalam hal
mencegah perbuatan-perbuatan maksiat (Mustafa, 1992:9-10).
3. Tawakal
Secara bahasa tawakkal diambil dari Bahasa Arab at-Tawakkul dari
akar kata wakala yang berarti lemah. Adapun at-Tawakkul berarti
menyerahkan atau mewakilkan. Sedangkan secara istilah tawakkal adalah
menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha keras dan berikhtiar
serta bekerja sesuai dengan kemampuan dan mengikuti sunnah Allah yang
Dia tetapkan (Rosihan, 2006:25).
4. Berdoa
Kata prayer (doa) diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan kata-
kata baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi untuk mengajukan
tuntutan-tuntutan (petitions) kepada Tuhan. Ibnu Arabi memandang doa
sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan sebagai satu upaya untuk
membersihkan dan menghilangkan nilai-nilai kemusrikan dalam diri (Robert,
2000:165).
5. Musyawarah
Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal
yang baik, sejalan dengan sebagai: pembahasan bersama dengan maksud
mencapai keputusan atas penyelesaian masalah bersama. Selain itu dipakai
juga kata musyawarah yang berarti berunding dan berembuk. Musyawarah
adalah upaya untuk memecahkan masalah dan menentukan jalan yang
terbaik.
6. Perhargaan atau hadiah

104
Maslow dalam buku karangan Maria J. Wantah yang berjudul
pengajaran disiplin dan pembentukan moral (2005:163) mengatakan
bahwa penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang
mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Seseorang akan
terus berupaya meningkatkan dan mempertahankan disiplin apabila
disiplin menghasilkan prestasi dan produktivitas yang kemudian
mendapatkan penghargaan. Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat
penting dalam mengembangkan diri dan tingkah laku anak.
Lebih banyak dari orang tua yang memilih untuk menasehatinya
ketika ada masalah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Luqman
ayat 17 sebagai berikut:
على ما واصب لمعوف وانه عن المنك صاب إن لل أ ي ب ن أقم الصلة وأم
من عزم المور
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan
munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan (oleh
Allah). (Hatta, 2009:412).
Ayat tersebut menjelaskan tentang Lukman yang mendidik anaknya
dengan perkataan atau sering disebut nasehat. Menasehati anak dengan
perkataan yang baik akan membuat anak merasa tersentuh hatinya. Selain itu

105
ada juga bersabar untuk memecahkan masalah karena ketika seseorang bisa
bersabar maka Allah akan memberikan jalan yang terbaik. Seseuai Q.S Al-
Lukman ayat 17 tersebut juga menerangkan agar bersabar atas segala yang
menimpa.

106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang mengacu pada rumusan masalah, peneliti
menjabarkan pada bab IV yang telah dianalisi dan ditarik kesimpulannya
sebagai berikut:
1. Cara orang tua mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
Broken home. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam sejak usia dini,
menyekolahkan di sekolahan Islam terpadu, Mengajarkan puasa wajib dan
sunnah. Dalam hal akhlak mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan
santun, kemandirian. menyuruh mengaji, selalu memarahi ketika melakukan
kesalahan.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga Broken home.
a. Faktor motor penghambat vespa yang selalu mengajak untuk pergi
touring sehingga waktu untuk di rumah tersita. Perasaan anak yang tidak
stabil sehingga anak terkadang merasa jenuh. Permintaan yang kadang
tidak terpenuhi seperti meminta HP dengan wajah yang cemberut. Tidak
adanya kasih sayang seorang ibu yang bisa mendidiknya dan
mengajarkan tentang agama dan tidak ada hubungan yang baik antara
ayah dan anak. Tidak adanya seorang ayah dan suasana keluarga yang
tidak harmonis.

107
b. Faktor pendukung Keluarga yaitu Ibu RM yang selalu memanjakan dan
menuruti semua kemauan anaknya. Selalu memberikan perhatian penuh
sehingga menjadi faktor pendukung serta menjadikan anaknya sebagai
kekuatan dirinya. Dukungan dari pihak guru-guru di sekolah dan
dukungan dari pihak guru-guru di sekolah.
3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam.
memecahkan masalah dengan cara menasehati dengan menyentuh hati dan
perasaan, selalu bersabar dan berdo’a, menanyakan segala masalah
memecahkan masalah dengan mencari tahu penyebab dari masalah tersebut
dan setelah itu mencari solusi yang tepat dan sesuai.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil yang didapatkan
dari hasil wawancara dan observasi, penulis memberikan saran bagi objek
penelitian. Adapun beberapa saran dari penulis adalah :
1. Keluarga broken home orang tua harus selalu memperhatikan anaknya
tidak hanya dalam pendidikan umum tetapi juga dalam pendidikan Agama
Islam.
2. Orang tua dari keluarga broken home sebaiknya selalu menjalin hubungan
dengan baik kepada anaknya agar selalu tercipta susana yang baik
meskipun itu tidak utuh lagi.
3. Orang tua sebaiknya menjaga hubunganya antara suami dan istri agar tidak
terjadi keretakan dalam rumah tangga.

108
Tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peneliti ketika memilih tema
yang sama seperti penulis adalah lebih mendalami tentang keluarga yang akan
diteliti terutama keluarga yang mengalami broken home. Mencari sumber
informasi yang lebih banyak lagi atau dari banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Mustaqim. 2005. Menjadi Orangtua Bijak. Jogyakarta: Al-Bayan Mizan.
A’at, Syafaat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam mencegah
Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Abudin, Nata. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.
Abudin, Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Ahmad, Taufiq. 2011. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Yuma Pustaka.
Aziz, Abd, 2010. Orientasi sistem Pendidikan Agama di Sekolah. Yogyakarta:
Teras Perum POLRI Gowok.
Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan Keluarga: Konsep Dan Strategi. Yogyakarta: Gava
Media.
Ahmad, Mustafa. 1992. Tafsir Al-Maraghi. Jakarta: PustakaBelajar.
Anwar, Rosihan. 2006. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Muhamad. 2014. Filsafat Pendidikan.Jakarta: PRENAMEDIA GROUP.
Bahri, Syaiful. 2004. Komunikasi Orang tua dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bunda Rezky. 2010. Be a Smart a Parent. Hak cipta dilindungi Undang-Undang.
Chaplin, J. P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Daroeso. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka
Ilmu.
Darajat , Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
CV Ruhama.

Darajat, Zakiyah. 1987. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Darajat , Zakiyah. 1996. Pcycologi Pendidikan suatu Pendidikan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Effendi, Usman. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung: CV Permandi.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisi Data. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia.
Ginarsa, Yulia. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta: Bpk Gunung Mulia.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Qur’an perkata dilengkapi dengan Asbabul nuzul dan
terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Hurluck.Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Imam, Muis Sad. Kholifah. 2009. Tarbiyatuna. Magelang: Fakultas Agama Islam
Universitas Muhamadiyah Magelang.
Kementrian RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Adhi Aksara Abadi.
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Langgulung, Hasan. 2004. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Belajar.
Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Mahmud, dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: PT
Akademia.
Mahfud, Rois. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.
Mansur. 2005. Pendidikan anak usia dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Masdub. 2015. Sosiologi Pendidikan Agama Islam. Jogyakarta: Aswaja Pressindo.
Moleong, J. Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nina, Aminah. 2014. Studi Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurmalasari, Yuli. 2008. Broken home dan Dampak Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta:
Menara Mas Offset.
Robert H. Thouless,2000. Pengantar Psikologi Doa,. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Save, Dagun. 1996. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Pengertian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka
Belajar.
Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Slameto. 1991. Faktor-faktor yang mempengaruh Pendidikan Agama Islami.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Suparlan, Suhartono. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Toha, Chabib. 1996. Pembina Rumah Tangga Bahagia. Jakarta: Yamunu.
Teguh, Triwiyanto. 2013. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ulwan Nashih Abdullah. 1981. Pedoman pendidikan Anak dalam Islam.
Bandung: As-Syifa.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : C.V Andi.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya
Zainudin, ddk. 1991. Seluk beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.



PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Orang tua dari anak dalam keluarga Broken home
A. Cara Orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken
home.
1. Bagaimana cara anda mendidik anak dalam pendidikan Agama Islam?
2. Materi apa saja yang anda berikan tentang pendidikan Agama Islam?
3. Salah satu tugas dan kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah
mendidik anak tentang keimanannya kepada Allah, seperti dalam Q.S
Al Luqman ayat 13 bahwa Luqman mendidik anaknya agar tidak
mepersukutukan Allah. Apakah anda mengajarkan anak tentang adanya
Allah? kalo iya bagaimana caranya?
B. Faktor pendorong dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
broken home.
1. Apa saja faktor yang menjadi pendorong dalam mendidik selama ini?
2. Aapa saja faktor penghambat dalam mendidik anak?
3. Mengapa faktor tersebut menjadi penghambat dan pendorong?
C. Cara memcahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga Broken home
1. Bagaimana cara anda memecahkan masalah yang timbul?
2. apa saja masalah yang selalu muncul dalam mendidik anak?
3. Bagaimana cara anda menerapkan agar tidak terjadi masalah?
D. Keluarga Bercerai, keluarga ditinggal mati oleh salah satu dari orang tua,
pisah ranjang.
1. Mengapa anda memutuskan untuk bercerai dan memilih hidup sebagai
Single parent ?
2. Apa kendala-kendala atau hambatan dalam mendidik anak tentang
pendidikan agama Islam, sebagai single parent atau orang tua tunggal
akibat dari keluarga broken home, serta bagaimana solusinya?

3. Apa penyebab yang membuat suami/istri anda meninggal dunia?
4. Kenapa anda memilih untuk pisah ranjang dengan status yang tidak jelas?
Narasumber : Tokoh Masyarakat
1. Bagaimana pandangan anda tentang keluarga broken home yang ada di
lingkungan diseketiar?
2. Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan yang diberikan orang tua
kepada anaknya dalam keluarga broken home, jika dilihat dari kehidupan
sehari-hari?
3. Menurut anda apakah semua anak yang mengalami broken home itu tidak
akan pernah berhasil? apa malah sebaliknya? seangkan kehidupannya
berbeda dengan anak dalam keluarga normal lainnya.

HASIL WAWANCARA
Nama : Ibu RM
Status : Bercerai
Waktu Wawancara : 5 Januari 2018 pukul 20.00
Tempat : Rumah Informan Doplang krajan RT 01/ 03
Peneliti: Bagaimana Ibu mengenalkan tentang Iman kepada Allah dll?
Narasumber: Kalo TK udah saya prasahkan sama guru ngajinya, biasanya dia
ngaji di mbah SR. anak saya yang pertama RY itu susah diatur kalo ndak
semaunya sendiri jadi pas kecil sering ngaji sekarang udah ndak. dia kalo ngaji
kalo lagi pengen aja, soalnya dia juga susah dibilangin kalo gak semaunya
sendiri nanti saya malah kuwalahan ngadepin dia, kalo TK ini beda dengan
kakaknya lumayan nurud orangnya, sekarang masih ngaji di mbah SR tapi kalo
lagi males ya dia ndak berangkat. Saya percaya adanya Allah dengan sendirinya,
ketika saya mengalami kesusahan saya ingat Allah. begitu pula dengan kedua
anak saya percaya adanya Allah seperti saya mempercayainya. Tapi saya tidak
pernah mengajarkan kepada anak-anak tentang adanya Allah mungkin masing-
masing sudah sadar secara otomatis dari lahir. kalo tentang rukun islam iman
dan sebagainya paling disekolahan juga udah diajarin.
Peneliti: Ibumu ngajarin tentang Iman kepada Allah?
Narasumber: Ibu ndak pernah ngajarin tentang Tuhan adanya Allah tau ya tau
sendiri, gatau tau aja kalo Tuhan itu Allah.
Peneliti : Apa ibu selalu menyuruh untuk sholat?
Narasumber: “Kalo sholat lima waktu saya kadang-kadang mengingatkan. Saya
lebih memperhatikan sekolahnya biar dia jadi orang sukses nanti. Biasanya kalo
puasa ramadhan RY dan TK puasa tapi kadang ada-ada saja yang bolong
beberapakali. Sekarang pada susah dibilangin, udah pada gedhe-gedhe malah
sering gak pada mu nurut. saya ngajarin anak tentang agama paling hal-hal yang
kecil aja. Soalnya ilmu saya tentang agama juga tidak terlalu tinggi. yang penting
anak saya bisa ngaji itu aja udah cukup.”

Peneliti: Apa kamu sering melakukan sholat 5 waktu?
Narasumber : “Aku jarang sholat, soalnya ibu jarang mengingatkan, ibuk juga
udah sibuk diwarung. Kalo puasa aku puasa terus tapi ada yang bolong kalo lagi
sakit ndak enak badan”.
Peneliti: Bagaimana ibu mendidik tentang perilaku sehari-hari?
Narasumber: “Sehari-hari saya dan anak-anak bebas mau ngapain aja, selama
nggak bikin malu. “ Saya udah kewalahan ngadepin RY, gatau yang dianut tu
siapa? setiap saya nasehati tidak pernah didengarkan, semaunya sendiri, tobaat
ngadepin dia”.
Peneliti: Apa kedua anak ibu memiliki sifat yang berbeda?
Narasumber: “ Kalo TK berbeda, dia selalu membantu saya, apapun yang dia
minta selalu saya turuti, saya juga berpesan sama dia asal dia sekolah dan
belajar yang rajin apapun saya akan turuti, karena dia harapan saya satu-
satunya, dan sangat berbeda sekali dengan kakaknya”.
Peneliti: Apa yang menjadi hambatan dalam mendidik anak ibu?
Narasumber: “Hambatannya selama ini menurut saya khusunya RY teman
sebaya, geng vespa itu loh, sering sekali ngajak touring kemana-mana sampe
Kendal, Yogyakarta, Solo. Saya khawatir alo ada apa-apa wong Cuma bawa
vespa protolan nggak lengkap, takutnya kalo ada polisi. Tapi alhamdulilah sejauh
ini nggak pernah ketangkep polisi soale berangkatnya malem pulangnya dua hari
sesudahnya pagi gitu.
Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung dalam anak mendidik ?
Narasumber:Selama ini saya nurutin apa aja kemauan dia, tapi kalo dia
seenaknya sendiri ya gimana lagi.
Peneliti: Anak Ibu RY sosok yang seperti apa?
Narasumber: dia itu sifatnya nurun bapaknya mirip banget. Kalo TK
alhamdulilah nurut kalo sama saya”.
Peneliti: Ketika ada masalah apa yang ibu lakukan?
Narasumber: “Caranya ya dinasehati, kalo baik-baik nggak bisa ya dihertak
ditegasi soalnya kalo RY itu harus ditegasin, kalo TK masih bisa nurut. kadang
kalo saya udah capek ngadepin dia.

Peneliti: Nasehat seperti apa yang membuat RY nurut?
Narasumber: Saya selalu bilang gini sama RY“mas, kamu mau manut nggak
sama mamak, kalo masih mau nurut ya yang rajin, kalo mau semaunya sendiri
apa mau tinggal sama bapakmu aja sana” mamak tak dirumah aja sama TK
adekmu. biasanya kalo dihertak kaya gitu dia mau nurut.”

Nama : Ibu AR
Status : Pisah Ranjang
Waktu Wawancara : 5 Januari pukul 10.00
Tempat : Doplang Jatisari RT 01/07
Peneliti: Bagaimana Ibu mengenalkan tentang Iman kepada Allah dll?
Narasumber: “Saya selalu mengajarkan agama islam pada anak saya,
menasehatinya, karena menurut saya dari kecil anak harus diajarkan tentang
agama islam meskipun sedikit demi sedikit”.
Peneliti: Apa ibu memberikan materi tentang Agama Islam?
Narasumber:“ Saya nggak pernah ngajarin tentang rukun iman dan rukun islam,
anak saya dua-duanyasaya udah nyekolahin di TK Islam Terpadu trus di
Madrasah Ibtidaiyah, saya rasa udah diajarin”.
Peneliti: Apakah Ibumu mengajarkan tentang Agama Islam?
Narasumber: “Saya tahu tentang materi pendidikan agama Islam dari saya
belajar di MI Madrasah Ibtidaiyah pak guru agama selalu menerangkannya
ketika belajar tentang rukun iman islam.”
Peneliti: Anak Ibu apakah juga sering mengaji?
Narasumber: “kalo ngaji saya suruh ngaji di pak ustad, bareng sama temen-
temennya. kadang saya antar jemput soalnya kalo pulang maen dulu ga langsung
pulang. kadang saya marahi kalo nggak langsung pulang. Dari kecil juga sering
nirukan gerakan sholat kalo saya lagi sholat. sampe sekarang nggak saya suruh
kadang sholat sendiri. tapi yaa namanya anak-anak pasti ya kadang malesan.
Dari kelas 1 MI kedua anak saya MC dan VG sudah puasa sampe maghrib,
alhamdulilah kalo puasa mereka semanagt terutama puasa ramadhan. dulu saya
sering kasih hadiah apaa gitu kalo dia pinter puasanya.”
Peneliti: Apa Ibumu selalu menyuruh untuk sholat?
Narasumber: “Saya selalu disuruh ibu, untuk sholat. kalo ndak sholat saya
dimarahi ibu. kalo puasa senin kamis saya kadang puasa. kalo puasa ramadhan
puasa terus”
Peneliti: Bagaimana Ibu mengajarkan tentang perilaku yang baik?

Narasumber: “Saya mengajarkan perilaku yang sopan, disiplin dan mandiri.
dari kecil udah saya ajarkan mandiri, prihatin juga biar ndak manja. Apalagi
tentang uang, selalu saya ajarkan untuk berhemat dan menabung. kalo perilaku
sehari-hari anak saya sudah baik, disekolahan juga ndak pernah ada masalah,
alhamdulilah. sama saya juga nurut ndak pernah bantah apalagi membentak.”
Peneliti: Apakah pernah dimarahi Ibu kalo lagi bandel apa nakal?
Narasumber: “Saya dimarai ibu kalo nakal, kadang kalo maen ga pulang-
pulang juga dimarahin. kalo aku salah ibu selalu marah tetapi dengancara
menasehatinya, jadi saya takut kalo ngulangi lagi.”
Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat?
Narasumber: “Saya nggak pernah berhenti kasih perhatian ke anak saya, sampe
hal kecil pun saya lakukan misalnya ngaji kok nggak pulang-pulang, ya saya cari
sampe ketemu. Buku pelajaran kalo belum ditata ya saya tatain. lingkungan
keluarga juga selalu menguatkan, terutama nenek atau ma’e selalu memberi
semangat sesulit apapun masalah. Kalo yang jadi hambatan ya paling kalo anak-
anak ngerasa jenuh bosen merasa males belajar.”
Peneliti: Cara apa yang Ibu lakukan ketika timbul masalah-masalah?
Narasumber: “Biasanya kalo ada masalah baik dari saya kepada anak saya
ataupun suami saya saya hanya bisa bersabar, berdoa sama Allah. Apalagi
masalah saya dengan suami saya yang tak kunjung terselasaikan. Saya hanya
mau fokus ke anak saya saya selalu bilang “kamu kekuatan ibuk nak, kamu harus
baggakan ibuk dan perlihatkan pada Ayahmu diluar sana bahwa kita bisa hidup
tanpa dia. sejauh ini masalah-masalah masih dalam batas yan wajar.”

Nama :Ibu AT
Status :Bercerai
Waktu Wawancara : 5 Januari 2018 pukul 18.00
Tempat : Doplang krajan RT01 /04
Peneliti: Mengapa ibu memilih untuk bercerai?
Narasumber: “Dia pernah mukul saya, melempar pakek kursi kecil gitu, kadang
mendorong-dorong kepala saya sambil bilang-bilangin saya atau ngata-ngatain”.
Peneliti: Apa anak ibu mengaji?
Narasumber: “Saya udah suruh ngaji di TPA paling udah diajarin disitu tentang
keimanan.”
Peneliti: Apa Ibu selalu melakukan kewajiban sholat lima waktu?
Narasumber: “kalo saya lagi sholat kadang ikut-ikutan tapi kalo lagi nggak
sholat ya nggak”. saya ke masjid kalo sholat pas hari raya sama taraweh”.
Peneliti: Kalo misalnya anak ibu nakal dimarahin nggak?
Narasumber: “Saya marahi kalo nakal-nakal, biasanya kalo ngeyel susah
dibilangin”. sama temen-temennya dia alhamdulilah nggak nakal, di sekolahan
juga gada komplen apa-apa. Saya ngajarin dia agar berbuat baik sama semua
orang”.
Peneliti: Apa yang menjadi pendukunh dan hambatan dalam menididk anak?
Narasumber: “Sejauh ini gada hambatan cumak kadang sering main terus
pengennya. ya kadang males ngaji, tergantung kemauannya kalo lagi rajin ya
rajin banget, kalo lagi males ya males, belum bisa stabil. faktor yang mendukung
keluarga, kebetulan kakak saya punya anak seumuran, jadinya sering ngaji
bareng belajar bareng.
Peneliti: Kalo ada masalah memecahkannya gimana?
Narasumber: “Saya kasih pengertian, misalnya itu jelek tidak baik. Pada intinya
saya kasih tau mana yang baik dan mana yang tidak baik. Di nasehatin juga kalo
misalnya bandel. biasanya kalo minta jajan banyak banget. tak suruh nabung biar
nggak jajan terus. kalo gakmau ngaji kadang saya cari seuatu yang bisa buat dia
mau rajin lagi ngaji, kayak hadiah ato apa.”

Nama : Bapak QZ
Status :Bercerai
Waktu Wawancara : 10 Januari 2018 pikul 08.00
Tempat : Doplang Kembang sari RT 01/03
Peneliti: Bagaimana Pendidikan Agama Islam dalam keluarga bapak terutama
untuk anak bapak?
Narasumber: “Saya udah serahkan ke pihak sekolah dia juga seolahnya di MI
paling udah diajarin tentang iman kepada Allah dan lain-lain”.
Peneliti: Apakah bapak sering untuk menyuruh Sholat?
Narasumber: “Ya. kadang saya suruh sholat kadang kalo saya nggak dirumah,
kurang tau dia sholat apa nggak. dulu pas kecil ikut ngaji TPA setiap sore, sekarang
nggak pernah, ngaji dirumah aja jarang”.
Peneliti: Bagaimana Bapak mendidik anak tentang akhlak di zaman sekarang?
Narasumber: “Saya selalu marahi kalo nakal, apalagi sekarang masa-masa
remaja . pasti lagi susah-susahnya dibilangin, makannya sering tak marahin.
Sukanya maen terus, pulang malam. Maen sama temen-temennya. Padahal
kemaren habis minta sepeda motor, saya kira dapat ngebuat dia semngat belajar
tambah rajin, eee malah kebalikan malah anaknya maen terus”.
Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung dalam menidik?
Narasumber: “Selama ini yang mendukung dia bisa mau sekolah dan belajar
dirumah ya dia sendiri, dia kalo nggak semaunya sendiri susah dibilangin. Nanti
nek saya marahi malah jadi ribut malah bangkang. Faktor lain itu dari perhatian
guru-gurunya disekolahan.
Peneliti: Kalo yang menjadi faktor pendhambat?
Narasumber: Kalo faktor penghambatnya ya kalo dia susah dibilangin, semaunya
sendiri.”
Peneliti: Kaetika anak bapak bandel atau ada masalah bagaimana cara
memecahkannya?

Narasumber: “Ketika ada masalah saya sebagi orangtua hanya bisa
menasehatinya dengan baik. kadang kalo saya kerasi malah jadine ribut. biasanya
dia ikut-ikutan teman-temannya teman sebaya.Ya usia remaja ya lagi bandel-
bandelnya. orangtua harus extra memperhatikannya.

Nama : Ibu AY
Status : Pisah Ranjang
Waktu Wawancara : 20 Januari 2018 pukul 20.00
Tempat : Doplang Pronas RT09/05
Peneliti: Bagaimana Ibu mendiidk tentang Pendiidkan Agama Islam?
Narasumber: “Dulu pas kecil IN ngaji TPA di desa, diajarin banyak hal tentang
agama, tapi semenjak SMA ini jarang ngaji, apalahgi dulu saya pernah kerja di
Arab. Jadinya dia dirumah gada yang merhatiin, apalagi ayahnya yg malah pergi
entah kemana”.
Peneliti: Ibu sering nyuruh sholat nggak?
Narasumber: “Saya selalu menyuruh anak saya untuk sholat, dan saya selalu
bilang sholatlah nak, sholat adalah kewajiban kita gitu, tapi gatau yaa namanya
anak kadang rajin kadang nggak. kadang sholat kadang nggak.. Ya saya sebagai
orang tua nggak akan pernah berhenti ngingetin diaa. Meskipun dulu saya
pernah jauh tapi komunikasi tetap ada misalnya saya selalu telfon dia. kalo puasa
juga selalu puasa dari kelas 3SD.”
Peneliti: Apa ibu memberikan contoh perilaku yang baik?
Narasumber: “Saya selalu memberikan contoh yang baik buat anak saya, agar
dia meniru apa yang saya lakukan. contohnya saat saya berbuat baik misal
memberikan sesuatu sama orang gitu.”
Peneliti: apa faktor yang mempengaruhi dalam mendidik anak?
Narasumber: “Saya selalu kasih yang terbaik buat anak saya, cara meneladani
Agama Islam, menaati Agama.
Peneliti: Apa yang membuat Ibu berada dalam situasi pisah ranjang seperti ini?
Narasumber: Sampai sekarang saya dan Ayahnya IN tidak lagi dapat bersatu lagi,
karena Ayahnya sudah mempunyai Istri lagi. kalo misalnya saya dan ayahnya
dapat kembali seperti dulu mungkin IN akan senang dan bersemangat menjalankan
sesuatu”.
Peneliti: Bagaimana cara Ibu memcahkan masalah?

Narasumber: “dilatih berfikir lebih dewasa, menyerahkan semua kepadaNya dan
selalu menerapkan kunci kehidupan ikhlas, sabar dan tawakal.”

Nama : Ibu US (Nenek SY)
Status : Bercerai
Waktu Wawancara : 20 Januari 07.00
Tempat : Doplang krajan RT0/03
Peneliti: apa ibu memberikan materi tentang pendidikan Agama Islam? kalo iya
apa?
Narasumber: “mbah kungnya dulu sayang sekali kalo sama NS, dia selalu
mengajarkan materi Pendidikan Islam dengan memberi tahu tentang iman kepada
Allah, malaikat, dan lain-lain. melatih membaca syahadat dan artinya
menjelaskan iman yang diyakini dengan hati diucapkan perkataan dan melakukan
perbuatan gitu.”
Peneliti: Bagaimana ibu mengenalkan anak ibu tentang hal agama? terutama
dalam hal Ibadah?
Narasumber:“Saya selalu mengajak NS ke masjid, dari kecil malah. tujuannya
supaya dia mengenal sholat dan terbiasa melakukan sholat. karena ketika dia
sholatnya benar tindakannya juga akan benar, Insaalah.
Peneliti: Kalo ramadhan apakah puasa terus bu?
Narasumber: Selain itu juga puasa ngaji juga diperhatikan. dia mulai puasa
maghrib dari kelas 3 MI.”
Peneliti: Bagaimana ibu mendidik tentang akhlak?
Narasumber: “Saya sayang sekali sama NS apalagi mbah kungnya, dulu
perhatian sekali sama NS. Tapi semenjak mbah kungnya meningal NS seluruhnya
saya yang atur.Sebisa mungkin saya didik kaya yang mbahkungnya dulu. seperti
diberi nasehat dengan lemah lembut, dengan kasih sayang dan penuh perhatian.”
Alhamdulilah NS jadi anak yang baik, penurut, nggak pernah nakal aneh-aneh”.
Peneliti: Apa yang sangat mempengaruhi dalam mendidik anak?
Narasumber: “Faktor pendukung ya tetap dari keluarga, keluarga kerabat
teman-temannya, lingkungan sekitar, guru-guru disekolahan alhamdulilah banyak
yang menjadi faktor pendukung, selama ini NS juga dianggap baik . Dia anaknya

nurut nggak aneh-aneh patuh banget sama saya sebagai nenek sama alm
kakeknya juga.
Peneliti: Bagaimana cara memecahkan masalah ketika muncul?
Narasumber: “Dia bilang sama saya tentang masalah yang dia hadepi, dari
masalah yang terkecil sampai yang kadang seirius, yaa saya sebagai pengganti
orang tua hanya bisa mendoakan dan menasehatinya dengan baik-baik. Kalo
sama Ibunya malah kadang malah berantem gak sependapat.”

Nama : Bapak MD
Status : Ditinggal Mati Istri
Waktu Wawancara : 28 Januari 2018
Tempat : Doplang Klotok RT 06/04
Peneliti: Bagaimana bapak mendidik tentang Pendidikan Agama Islam?
Narasumber: “Sebelum Ibunya meninggal, anak-anak sudah dididik tentang
Agama Islam oleh Ibunya, dengan cara mengenalkan hal-hal yang mudah,
biasanya diajarin pake lagu-lagu, biar anaknya semangat. Anak-anak juga
diajarkan tentang akidah dengan mengucapkan syahadat, dan menyakini dalam
hati mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan setelah ibunya
meninggal saya yang mendidik anak-anak saya. saya pengen anak saya jadi
orang yang tahu dan mengerti tentang agama Islam saya sekolahkan anak-anak
di PAUD,TK di IT,MI,MTS dan MAN. Dari keseluruhan tersebut berbasic Islam.
Jadi materi tentang Agama Islam telah ditnamkan disitu.”
Peneliti: Apakah bapak sering menyuruh untuk sholat?
Narasumber: “Saya jarang nyuruh sholat, anak saya sudah sadar akan
kewajibannya untuk sholat sering saya ajak ke masjid kalo nggak dulu sama
Ibunya dirumah.
Peneliti: Kalo bulan puasa ikut puasa nggak?
Narasumber: Puasa anak-anak mulai puasa kelas 3 MI meskipun kadang ada
yang bolong . tapi mulai penuh puasanya saat mereka kelas 5 full selama 30 hari.
Biasanya ngaji di mbah DW sampai sekarang, kadang kalo ngajinya libur
dirumah, baca Al-Qur’an sendiri biasanya libur malam jumat.”
Peneliti: Bagaimana Alm Ibunya dulu mendidik? caranya seperti apa?
Narasumber: “Alhamdulilah saya bersyukur sebelum ibunya meninggal, ibunya
selalu mendidik FR dengan baik, saya tidak tau pondasi agama tidak kuat dia
akan seperti apa, soalnya zaman sekarang mengerikan, sedangkan saya yang
sibuk kerja jarang merhatiin dia. Saya sama Alm ibunya selalu mengajarkan
berbuat baik, memeberi ketika mempunyai sesuatu yang lebih.”
Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung?

Narasumber: “Keluarganya dari yang Ibu Alhamdulilah guru semua jadinya
sering nasehatin terutama tante-tantenya, omnya pada baik semua perhatian ya
pokoknya sayang kalo sama FR. Meskipun mereka sudah punya keluarga sendiri-
sendiri tapi tetep memperhatikan anak saya seperti anaknya sendiri. selain itu
remaja-remaja di sini juga baik memberi efek yang positif .
Peneliti: Kira-kira apa yang menjadi hambatan dalam mendidik?
Narasumber: Kalo hambatan kadang kalo minta sesuatu misalnya HP atau apa
gitu kalo nggak diturutin agak cemberut, memang dia nggak marah tapi mukanya
cemberut, paling itu aja sampai sekarang paling hal-hal yang kecil aja.”
Peneliti: Bagaimana cara memecahkan masalah, ketika ada masalah yang
muncul?
Narasumber: “Memecahkannya dengan cara dicari tau dulu penyebabnya
apa,misale kalo penyebabnya dari lingkungan sekitar ya sebisa mungkin menjaga
hubungan dengan lingkungan sekitar dengan baik, dicari solusinya yang tepat
yang sesuai dengan masalahnya itu.”

Nama : Ibu SP
Status : Ditinggal Meninggal Suami
Waktu Wawancara : 28 Januari 2018 10.00
Tempat : Doplang Klotok RT 01/ 09
Peneliti: Bagaimana Ibu mendidik anak tentang keimanan?
Narasumber: “Saya tidak mengajarkan tentan keimanan dengan langsung, saya
berfikir di TPA dan di MI sudah diajarkan. Jadi ya mungkin dari situ udah
paham.”
Peneliti: Apa anak ibu juga ikut mengaji?
Narasumber: “kalo ngaji sudah diajarkan di TPA. di sekolahan juga ada ngaji
sehabis sekolah umum, kalo ngaji TPA nya libur saya sendiri yang
mengajarinya.Untuk sholat lima waktu saya sering ajak ke mushola shalat
berjamaah meskipu kadang gojek.
Peneliti: kalo puasa apa selalu puasa penuh?
Narasumber: “kalo puasa sudah sejak SD puasanya full.”
Peneliti: Bagaimana pendidikan tentang akhlak dan perilaku?
Narasumber: “Saya selalu mengajarkan anak saya berbagi, sama siapa saja
yang ada disekelilingnya. Karena saya pikir dengan begitu dia lebih bisa
menghargai, dan menumbuhkan kasih sayang dan tidak jadi anak yang egois”
Saya selalu nasehatin kalo dia nakal tapi sejauh ini dia nakalnya masih wajar”.
Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung?
Narasumber: “Dari kecil saya mendidik anak saya dengan kasih sayang yang
penuh, sebelum bapaknya meninggal juga, kita sebagai orang tua menomor
satukan anak sebagai hal yang utama karena SM anak saya satu-satunya,
meskipun tinggal saya yang berperan sebagai Ibu sekaligus Ayah bagi dia. Selain
itu hal yang mendukung lingkungan pendidikan yang selalu bersasis Agama.
Peneliti: Apa yang menjadi faktor hambatan?
Narasumber: Faktor yang menjadi hambatan itu lingkungan rumah kebanyakan
anak-anak sini nggak pada sekolah. Sebenarnya ya tidak terlalu menghambat tapi
saya takut kalo memberikan dampak yang buruk.”

Peneliti: Biasanya kalo ada masalah apa yang pertama dilakukan?
Narasumber: “Saya biasanya musyawarah sama anak saya, biar semua sama-
sama tau. berdiskusi tentang masalah tersebut, kalo dia lagi males ya saya
semangati.”
Narasumber Tokoh Masyarakat
Nama : Bapak FH
Status : Tokoh Masyarakat (Pak RT)
Waktu : 17 Maret 2018
Tempat: Doplang Krajan RT03/02
Peneliti: Bagaimana pandangan anda tentang keluarga broken home yang ada
di lingkungan diseketiar?
Pak RT: “Menurut saya keluarga yang seperti itu kembali lagi ke
orangtuanya, ketika orangtuanya memberikan perhatian dan memahami
anaknya pasti anaknya ga bakalan aneh-aneh pasti akan sesuai yang
diharapkan orangtua. begitupun sebaliknya kalo orangtuanya kebanyakan
cuek ya anaknya pasti gak keurus.”
Peneliti: Menurut Ibu guru apakah semua anak yang mengalami broken home
itu tidak akan pernah berhasil? apa malah sebaliknya? seangkan kehidupannya
berbeda dengan anak dalam keluarga normal lainnya.
Nama : Ibu LI
Status : Tokoh Masyarakat (Guru)
Waktu : 15 Maret 2018
Tempat: Doplang Krajan RT03/07

Ibu Guru LI : “ VG anak dari Ibu AR merupakan anak yang broken soale
bapaknya ga ngurusin, setelah saya dengar kabar itu VG kalo di kelas
kurang fokus, les juga sukanya buru-buru tapi kalo itu menurut saya gara-
gara masalah kedua orangtuanya yang baru-baru ini terjadi. Kembali lagi ke
didikan orangtuanya. ketika orangtuanya menjaga baik-baik perasaan
anaknya pasti anaknya mengerti. Pada dasarnya tidak semua anak broken
home itu jelek dan tidak berhasil. Krena setiap orangtua pasti menginginkan
yang terbaik untuk anaknya.”
Nama : Bapak AL
Status : Tokoh Masyarakat (Pak Kyiai)
Waktu : 17Maret 2018
Tempat: Doplang Krajan RT05/02
Peneliti: Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan yang diberikan orang
tua kepada anaknya dalam keluarga broken home, jika dilihat dari kehidupan
sehari-hari?
Bapak AL: “ Kalo saya lihat di daerah Doplang, keluarga yang mengalami
broken home kebanyakan dapat mendhidupi anaknya sendiri. bekerja sendiri.
Tetapi tetap saja ketika bercerai jalan keluarnya apa boleh buat, meskipun
bercerai adalah hal yang dibenci Allah. Mungkin mereka sudah memilih jalan
hidupnya masing-masing terutama untuk mengurus keluarganya.”

Keluarga Ibu AY

Keluarga Ibu AT

Keluarga Ibu SP

Keluarga Ibu US (Nenek SY)

Keluarga Ibu AR


DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Farida
Nim : 11-14-186
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah
Pembimbing Akademik : Dr. Mukti Ali, M.Hum.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Point
1. OPAK STAIN SALATIGA
2014
“Aktualisasi Gerakan
Mahasiswa yang beretika,
Disiplin dan Berfikir Terbuka”
18-19
Agustus 2014
Peserta 3
2. Opak Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga 2014
“Aktualisasi Pendidikan
Karakter sebagai pembentuk
Generasi yang Relegius,
Educative, dan Humanis”
20-21
Agustus 2014
Peserta 3
3. Achievement Motivation
Training (AMT)
“Dengan AMT Semangat
menyongsong Prestasi”
23 Agustus
2014
Peserta 2
4. Seminar Kewirausahaan
“Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (The Unity
of Indonesia Moslem
Students”
21 Desember
2014
Panitia 3
5. Kegiatan Pra Ibtiday (LDK)
“ Bedah Buku membidik
Bintang
1 Oktober
2014
Panitia 3
6. Panitia Pesantren Remaja
Ambarawa dan Sekitarnya
Paras
22-24
Agustus 2009
Panitia 6

7. Panitia lomba Festival Anak
Islam
11 Febuari
2018
Panitia 3
8. “Pengajian Maulid Nabi
SAW”
32 Januari
2016
Panitia 3
9. “Lomba untuk Memperiahkan
Hari Kemerdekaan Indonesia
15-17
Agustus 2015
Panitia 6
10. “Pengajian Akbar Tahunan” 26 Mei 2015 Panitia 3
11. “ Tadarus Qur’anan dan buka
bersama”
25 Juli 205 Panitia 3
12. “Lomba untu Memeriahkan
Hari Kemerdekaan Indonesia”
15-17
Agustus 2016
Panitia 6
13. “Pengajian Nuzulul Qur’an” 25 Juli 2016 Panitia 3
14. “Pengajian Tahun Baru
Hijriah”
04 November
2017
Panitia 3
15. “Lomba Hari Kemerdekaan
Indonesia”
15-17
Agustus 2017
Panitia 6
16. “Pengajian Isra’ Mi’raj” 05 Juni 2017 Panitia 3
17. “Tadarus Nuzulul Qur’an dan
buka bersama”
05 Agustus
2014
Panitia 3
18. “Lomba untuk memeriahkan
hari Kartini”
21 April 2018 Panitia 3
19. “ Lomba memeriahkan hari
Kemerdekaan Indonesia”
15-17
Agustus 2014
Panitia 3
20. “ Tadarus Nuzulul Qur’an dan
Buka bersama”
15 Juni 2016 Panitia 3
21. “ Pengajian Maulid Nabi” 13 Januari
2017
Panitia 3
22. “Pengajian Nuzulul Qur’an “ 14 Juli 2017 Panitia 3
23. “Pengajian Tahun baru
Hijriah”
24 Oktober
2014
Panitia 3
24. Seminar Nasional “
Perlindungan Hukum Terhadap
Usaha Mikro Menghadapi
Pasar bebas Asean”
2 Desember
2014
Peserta 8
25. Seminar Nasional “
Mengembangkan Layanan
Kemanusiaan Berbasis
Kearifan Lokal Komunitas”
17 Desember
2016
Peserta 8
26. Seminar Online “ Tips and
Trick Student Exchange”
14 Oktober
2017
Peserta 2

27. Seminar Nasional “ Islamisasi
Nusantara ataukah
Menusantarakan Islam”
05-08
November
2015
Peserta 8
28. Seminar Nasional “ Mencegah
Generasi Pemuda Islam dari
Pengaruh Radikalisme ISIS”
06 Mei 2015 Peserta 8
29. Seminar Nasional “ Perempuan
Indonesia di Mata Hukum dan
HAM”
21 Desember
2016
Peserta 8
30. Dialog Interaktif Senat
Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga “ Peran Politik Dalam
Perekonomian Di Indoneisa”
04 Oktober
2016
Peserta 2
31. Talkshow Sukses Kuliah
bersama KAMMI Salatiga
16 September
2015
Peserta 2
32. Seminar Internasional “ Petani
Untuk Negeri”
24 September
2016
Peserta 8
33. In Art and Lauguage
Exhibition 2017 “Kidung
Katresnan Dewi Arimbi”
26 April
2017
Peserta 2
34. Seminar Nasional “ Idealisme
Mahasiswa”
03 Juni 2014 Peserta 8
35. Mujarofadz Musyawaroh
jam’Iyyatul Qurro’ wal
Huffadz
25 Desember
2014
Peserta 2
36. Seminar Nasional “ Wonderful
Ramadhan” dan Launcing
Komunikasi Muslim Cendekia
(KOMIKA)
16 Mei 2018 Peserta 8
37. Seminar Nasional &
Launching FKKDKN
“ Tantangan Lembaga Dakwah
Kampus dalam mencetak
Generasi Mahasiswa Muslim
yang Moderat dan Cinta NKRI
di Perguruan Tinggi”
7 Mei 2018 Peserta 8
38. Seminar Nasional “ Menukar
Untung Rugi Pemilu Serentak
Tahun 2019 untuk Kehidupan
Demokrasi Indonesia di Masa
Depan”
12 Oktober
2017
Peserta 8
39. Seminar Nasional “ Penguatan
Ekonomi Syariah di Indonesia
untuk Menyongsong Generasi
Milenium”
26 Oktober
2018
Peserta 8

40. Seminar Nasional “
Reaktualisasi Cantik Dhohir
dan Batin dalam Kacamata
Islam”
18 November
2018
Peserta 8


