PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN...

163
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN HOME (Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: FARIDA NIM 11114186 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Transcript of PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN...

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

FARIDA

NIM 11114186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

ii

iii

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

FARIDA

NIM : 111-14-186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

1. HALAMAN BERLOG

iv

v

vi

vii

MOTTO

Lakukanlah segala sesuatu dengan rasa ikhlas, karena ketika melakukannya

dengan ikhlas sesuatu yang indah akan mencarimu. Dan jangan lupa selalu

bersyukur, maka Allah akan memberimu lebih.

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Almarhum ibundaku tersayang Ayah Mudakir dan Almarhum Ibu

Sukiyari yang selalu menjadi penyemangat utamaku dan selalu mendoakanku

tiada henti.

2. Kakak terbaik Lilis Handayani yang selalu membimbing dan menasehatiku

serta membantuku disegala hal.

3. Muchamad Noval Ardian yang selalu memberikan semangat dan do’a.

4. Sahabat seperjuanganku yang telah berbagi rasa suka maupun duka Tutik,

Nely, Hani, Endah, Puri, Sami, Iza, Novi, Ayu dll.

5. Sahabat terbaiku Ina, Anggita, Safitri, Dian, Indri, Fita yang selalu memberikan

motivasi dan semangat tiada akhir.

6. Keluarga PPL, MAN Suruh Zum, Nafi, Anis, Yuniar, Nida, Wahid dll.

7. Keluarga KKN, posko 7 Kamongan Isna, Erni, Widya, Rizal, Fina, Fitri dll.

8. Teman-teman se Perjuangan PAI Angkatan 2014.

9. Segenap Pendidik dan Pembaca..

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan bail. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Penulis

menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan

bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang telah

diberikan.

6. Orangtuaku dan kakakku, Bapak Mudakir, Almarhum Ibu Sukiyari yang sangat

aku sayang dan kakakku Lilis Handayani yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat serta membantu pula proses skripsiku.

7. Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014.

x

xi

ABSTRAK

Farida. 2018. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi

Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018).

Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, S. Ag., M.

Pd.

Kata Kunci : Pendidikan, Islam, dan Broken Home

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam dalam

Keluarga Broken Home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana cara mengajarkan

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home. (2) Apa faktor penghambat

dan pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken

home. (3) Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam mengajarkan

Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)

yang dilakukan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

Pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan Kualitatif diskriptif analisis

dengan menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta

penelaahan dokumen. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara

rasional dengan menggunakan pola Induktif dan Deduktif.

Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa orang tua mengajarkan Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga broken home dengan cara: (1) selalu mengajarkan

puasa wajib dan sunnah. (2) mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan

santun, kemandirian. (3) memerintahkan untuk mengaji. Faktor penghambat dan

pendukung Pendidikan Agama Islam pada keluarga Broken home yaitu: (1) faktor

penghambat geng vespa yang selalu mengajak pergi touring, perasaan anak yang

tidak stabil sehingga anak terkadang merasa jenuh. (2) faktor pendukung yaitu

keluarga yang selalu memanjakan dan menuruti semua kemauan anaknya, selalu

memberikan perhatian penuh. Cara memecahkan masalah dalam cara: (1)

menasehati dengan menyentuh hati dan perasaan. (2) selalu bersabar dan berdo’a.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................ i

LEMBAR BERLOGO IAIN ................................................................................. ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. vi

MOTTO

...............................................................................................................................

vii

PERSEMBAHAN................................................................................................viii

KATA

PENGANTAR

...............................................................................................................................

xi

DAFTAR

ISI

xiii

...............................................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan............................................................................ 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................................... 12

1. Pengertian Pendidikan ..................................................................... 12

2. Pengertian Agama ............................................................................ 13

3. Pengertian Islam................................................................................14

4. Pengertian Pendidikan Agama Islam................................................14

5. Pendidikan yang harus ditanamkan..................................................16

6. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam.....................26

B. Keluarga Broken Home ........................................................................... 28

1. Pengertian Keluarga Broken home .................................................. 28

2. Faktor-faktor Broken home .............................................................. 30

3. Dampak keluarga Broken home........................................................32

C. Kajian Pustaka.........................................................................................34

xiv

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................38

C. Sumber Data............................................................................................39

D. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................40

E. Analisis Data ........................................................................................... 41

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................................. 44

G. Tahap-tahap Penelitian............................................................................ 45

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS .................................................. 47

A. Paparan Data ........................................................................................... 47

1. Keadaan Penduduk............................................................................47

2. Data Responden.................................................................................52

3. Profil Subjek Penelitian.....................................................................53

4. Temuan Penelitian.............................................................................59

B. Analisis Data ........................................................................................... 88

1. Cara orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga

broken home .................................................................................... 88

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam orang tua mendidik

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken-

home.................................................................................................92

3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam

dalam keluarga broken home..................................................96

BAB V PENUTUP.............................................................................................100

xv

A. Kesimpulan .....................................................................................100

B. Saran................................................................................................101

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .......................................................... 47

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Menurut Agama ...................................................... 48

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................................... 49

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................................... 50

Tabel 4.5 Jumlah Keluarga yang bercerai ............................................................ 52

Tabel 4.6 Daftar Informan Keluarga Broken home.....................................................52

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Dokumentasi

Lampiran 6 Daftar Nilai SKK

Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang yang menikah pasti mempunyai keluarga, anggota

keluarga terdiri dari bapak, Ibu dan Anak. Tugas orang tua yaitu mengurus dan

mendidik anaknya dengan baik, karena anak merupakan titipan Allah yang

harus dijaga. Anak adalah pengikat hati dalam keluarga, yang diamanatkan

oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak-anak yang shaleh adalah

sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga menjadi fitnah bagi kedua

orang tuanya. Oleh karena itu anak menjadi tanggung jawab orang tua, selain

itu menjadi tanggung jawab masyarakat dan bangsa untuk membimbingnya

agar anak memperoleh masa depan yang baik, duniawi maupun ukhrawi.

Orang tua berperan sepenuhnya dalam mendidik anaknya karena

mendidik anak itu tidak hanya dilakukan di ruang lingkup sekolah tetapi juga

dalam ruang lingkup keluarga. Terkadang orang tua tidak begitu

memperdulikan anaknya dalam soal pendidikan, tidak banyak dari mereka

hanya memberikan fasilitas pendidikan secara umum seperti hanya

menyekolahkannya saja tanpa mengetahui seberapa dalam anak tersebut

mendalami ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya. Selain pendidikan

umum, pendidikan agama islam juga harus diperhatikan karena pendidikan

agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat penting. Ketika anak tidak

dikenalkan tentang Pendidikan Agama Islam kehidupan anak tidak akan

2

berjalan dengan baik karena ajaran agama Islam merupakan pedoman hidup

manusia khusunya bagi seorang muslim. Orang tua harus mengajarkan

Pendidikan Agama Islam dengan cara yang baik, kebanyakan dari mereka

kurang peduli dalam hal memperhatikan anak.

Setiap orang tua tentu mendambakan keluarganya bahagia, suatu

keluarga yang setiap anggotanya mampu memahami, menghayati dan

merealisasikan fungsi keluarga sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

Diantara fungsi keluarga, selain fungsi rekreatif, protektif, ekonomi, sosial, dan

reproduktif selain itu juga mendidik anak dengan mendidik edukatif serta

menanamkan pemahaman dan pengalaman tentang keagamaan (religius).

Keluarga merupakan sarana utama dan pertama dalam mendidik serta

menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaan. Dalam hal ini tentu

saja orang tua ayah dan ibu memiliki tanggung jawab terbesar (Daroeso,

1986:26-27).

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk

menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

latihan dengan dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain

hubungannya dengan kerukunan umat beragama, sehingga terwujud kesatuan

dan persatuan bangsa. Dengan demikian berbicara tentang Pendidikan Agama

Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu: sebagai proses penanaman

ajaran Islam dan sebagai bahan kajian yang menjadi proses itu sendiri

(Muhaimin dan dkk, 2001:75). Pendidikan agama islam merupakan

3

pendidikan utama yang harus dipelajari dalam mencapai kehidupan yang kekal

dan kebahagiaan selama-lamanya. Islam menegakkan bahwa orang tua sebagai

tempat untuk anak mendapatkan pendidikan. Terutama pendidikan agama

Islam yang sangat bermanfaat dan membimbing untuk kehidupannya nanti. Hal

tersebut ditanamkan oleh orang tua agar menghasilkan generasi-generasi yang

beragama dan sesuai tuntunan Agama Islam (Zakiah Drajdat, 1995:49).

Keluarga mempunyai pengertian suatu sistem kehidupan masyarakat

yang terkecil dan dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau juga disebut

ummah akibat adanya kesamaan agama. Pembinaan kesejahteraan keluarga

dilakukan bertujuan supaya seluruh anggota keluarga mendapatkan

kebahagiaan dunia dan akhirat dengan ridha Allah SWT, sehingga terwujud

keluarga yang sakinah. Tujuan ini berlaku untuk individu-individu yang akan

membentuk keluarga. Sedangkan pencapaian ini dilakukan sesuai dengan

program pendidikan yang telah dibentuk oleh kepala keluarga, program

pendidikan tersebut biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa

hingga pemilihan jodoh menjelang perkawinan. Pendidikan keluarga meliputi

keseluruhan kewajiban hidup beragama yang dimulai dari aqidah, syariah,

ibadah dan akhlaq yang diajarkan baik secara formal, diberitahukan dan

dicontohkan oleh orang tua maupun dengan proses imitasi, sugesti dan

transformasi yang tidak sengaja yang diajarkan oleh orang tua itu sendiri,

sehingga untuk mencegah suatu kesalahan mendidik, maka orang tua harus

mempelajarinya terlebih dahulu sesuai ketentuannya (Zakiah Daradjat,

1987:182).

4

Anak yang dibesarkan dalam keluarga disfungsi pekawinan mempuyai

resiko tinggi terjadinya gangguan pekembangan kepribadiannya. Karena itu

menciptakan keluarga yang harmonis menjadi sangat penting bagi proses

mendidik anak (Abdul Mustaqim, 2010:85). Hidup bahagia, harmonis dan

penuh cinta kasih merupakan dambaan setiap pasangan yang menikah,

tercantum dalam firman Allah surat Al-Rum ayat 21 sebagai berikut:

نكم مودة ورحة إن ف ومن آياته أن ها وجعل ب ي كم أزواجا ل تسكنوا إلي ن أنفس لل خلق لكم م

فكرونيت ليت ل قوم

Artiya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa

kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda.” (Hatta, 2009:406).

Ayat tersebut menjelaskan tentang pendidikan keluarga untuk

menciptakan keluarga yang sakinah sesuai dengan firman Allah, bahwa setiap

keluarga harus selalu menciptakan suasana yang seindah dan seharmonis

mungkin, agar proses mendidik anak pun selalu berjalan dengan baik. Namun

tidak semua orang dapat mewujudkan keinginan tersebut, dan malah

sebaliknya kebanyakan terjadi permasalahan. Konflik atau permasalahan

merupakan suatu permasalahan yang terjadi didalam keluarga biasanya

berujung pada perceraian atau sering disebut broken home. Keluarga yang

5

mengalami broken home kebanyakan mengalami beberapa masalah dalam

mendidik anaknya khusunya mendidik keagamaan pada anak.

Broken Home dapat terjadi apabila antara suami istri yang bersangkutan

tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun kembali dalam rumah

tangga seutuhnya. Keadaan seperti ini terjadinya broken home tidak secara

tiba-tiba dan bukan proses yang mudah atau sederhana. Permasalahan yang

terjadi merupakan titik akhir dari suatu proses berlangsung lama dan adanya

penyesuaian diri yang ekstrim. Broken Home dapat dilakukan secara legal,

dimana salah satu pasangan (suami atau istri) meninggalkan keluarga tanpa

pamit dalam waktu lama. Broken home mengakibatkan status seorang laki-laki

sebagai suami maupun status seorang perempuan sebagai istri secara legal

berakhir. Tetapi tidak menghentikan status masing-masing sebagai ayah dan

ibu terhadap anak-anaknya, karena hubungan antara ayah atau ibu dengan

anak-ananya adalah hubungan darah tidak bisa diputus begitu saja lewat

pernyataan kehendak (Gunarsa dan Yulia, 1995: 48).

Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan

penelitian terhadap masyarakat, khusunya keluarga yang mengalami broken

home yang mengalami perceraian dan pisah ranjang atau tidak ada status yang

jelas. Hal yang menarik yang ingin penulis teliti adalah bagaimana cara

mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home, apa saja

faktor penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga

broken home, dan bagaimana cara memecahkan masalah yang terjadi dalam

mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home. Dan

6

Penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “ Pendidikan

Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi kasus pada keluarga di

Desa Doplang kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga

Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

2. Apa faktor penghambat dan pendukung pendidikan agama Islam dalam

keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten

Semarang?

3. Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam Pendidikan

agama Islam pada keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan

Bawen Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan pokok yang akan diteliti, maka peneliti

melakukan hal tersebut dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga Broken

home.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pendidikan

agama Islam dalam keluarga broken home.

3. Untuk mengetahui cara memecahkan masalah yang muncul dalam

pendidikan agama Islam pada keluarga broken home.

D. Manfaat Penelitian

7

1. Secara Teoritis

a. Adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan

dan Ilmu pengetahuan khususnya tentang Pendidikan Agama Islam.

b. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

2. Secara Teoritis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran bagi penulis tentang kehidupan dalam

rumah tangga, dan mendidik anak serta dapat menjaga hubungan

dengan keluarga.

b. Bagi Orang Tua

Sebagai orang tua agar lebih menjaga keutuhan dalam rumah

tangga dan mencegah untuk melakukan perceraian dan pisah ranjang.

Serta mendidik anaknya dengan lebih baik lagi.

c. Bagi Tokoh Masyarakat

Untuk menjadi acuan yang dapat digunakan oleh tokoh masyarakat

seperti para guru, tokoh agama, dosen untuk bertanggung jawab dalam

pendidikan anak.

d. Orang lain

Mengetahui Ilmu dan pengetahuan yang sebelumnya tidak

diketahuinya. Untuk penulis berikutnya yang ingin meneliti studi kasus

yang sama, dapat dijadikan sebagai acuan yang berkaitan dengan

pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.

E. Penegasan Istilah

8

Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami

judul yang telah saya sebutkan, maka penulis menegaskan beberapa istilah

pokok yang terdapat dalam rumusan judul seperti berikut ini:

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-

Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman (Abdul Majid, 2012: 11).

Menurut Zuhairini (2004: 1) Pendidikan Agama Islam adalah suatu

kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang beragama, dengan

demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral

dan karakter.

Dapat disimpulkan dan diperjelas bahwa Pendidikan Agama Islam

adalah Pendidikan yang mengajarkan tentang hal-hal yang menjadi

pedoman manusia untuk melakukan segala sesuatu yang memiliki ruang

lingkup yang luas, didalam penelitian ini menggukan aspek keimanan,

ibadah dan akhlak untuk mengetahui bagaimana cara orang tua

mengajarkan tentang pendidikan tersebut.

2. Keluarga Broken home

Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata

yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.

9

Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih

demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Pengertian

keluarga secara realitas adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala

keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam

satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu

mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki tujuan dan program yang

jelas. Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara dan kerabat lainnya.

Adapun keluarga batin biasanya terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.

Keluarga ini dapat dikatakan sebagai keluarga kecil (Aziz, 2015: 16-17).

Broken home adalah “keretakan di dalam keluarga yang berarti

rusaknya hubungan satu dengan yang lain di antara anggota keluarga

tersebu (Pujosuwarno,1993:7). Menurut Hurlock, Broken Home

merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi

bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian

masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perlu disadari bahwa

banyak perkawinan yang tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak dia

akhiri dengan perpisahan. Permasalahan tersebut dikarenakan perkawinan

dilandasi dengan suatu pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi dan

alasan-alasan yang lain. Perpisahan atau pembatalan perkawinan dapat

dilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga

kasus dimana salah satu pasangan (suami, istri) meninggalkan keluarganya

(Hurluck, 1990: 310).

Dari pemaparan tersebut keluarga broken home adalah keadaan

rumah tangga yang sudah tidak utuh lagi layaknya keluarga biasa, terjadi

10

perubahan-perubahan dalam bertindak berperilaku mengajarkan sesuatu

pada anak ataupun mendidik. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa

penyebab yaitu perceraian, pisah ranjang karena alasan tertentu, cerai mati.

Penyebab tersebut sesuai objek dengan yang akan peneliti lakukan

khususnya di keluarga broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan

memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I Berisi tentang pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, dan sistematika penulisan tentang Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga Broken Home di Desa Doplang

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

BAB II Berisi tentang kajian pustaka yang terdiri atas pengertian

pendidikan, agama, Islam, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan

agama Islam yang harus ditanamkan pada anak, faktor yang

mempengaruhi Pendidikan agama Islam dan pengertian tentang

keluarga broken home, faktor yang mempengaruhi broken home,

dan dampak keluarga broken home.

BAB III Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-

langkah penelitian secara operasional yang meliputi pendekatan

penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian yang berada di Desa

Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, sumber data,

11

prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan

data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV Bagian ini berisi tentang paparan dan analisis data tentang

gambaran umum lokasi penelitian di Desa Doplang Kecamatan

Bawen Kabupaten Semarang yang mencakup profil setiap

keluarga, letak geografis, keadaan penduduk menurut usia, agama,

mata pencaharian dan jumlah keluarga yang bercerai. Temuan

penelitian tentang bagaimana cara orang tua mengajarkan

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home, faktor

penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga broken home, cara memecahkan masalah dalam

mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga broken

home . Data temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema,

kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Bagian analisis

menguraikan gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola,

kategori-kategori.

BAB V Penutup memuat kesimpulan, tindak lanjut penelitian, dan

saran atau rekomendasi yang diajukan dalam penelitian Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga Broken home di Desa Doplang

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan

12

Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogiek .

Pae berarti anak, gogos artinya membimbing, dan iek artinya Ilmu. Jadi

secara etimologi Paedagogiek ilmu yang membicarakan bagaimana cara

mendidik anak. Secara Terminologi Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Suparlan, 2007:77).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan Negara.

Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, pendidikan berasal dari kata

dasar didik dan diberi awalan men-, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

dan memberi latihan ajaran. Menurut tokoh pendidikan dari Indonesia, Ki

Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan

tubuh anak (Teguh, 2013:61).

2. Pengertian Agama

Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta yakni kata “a”

yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”. Berdasarkan

pengertian ini maka orang yang beragama kehidupannya tidak kacau, akan

13

teratur, karena memiliki petunjuk yang bersumber dari agama itu. Secara

Terminologi Agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu menyembah

atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap

mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan

manusia (Syafaat, 2008: 11). Istilah “Agama” menurut Al-Qur’an identik

dengan Al-Din. Al-Qur’anul Karim menggunakan kata Al-Din sesuai dengan

pengertian lughawi yang berlaku dalam masyarakat Arab. Pengertian tersebut

adalah undang-undang, aturan-aturan berpikir, aturan berbuat, hukum-hukum,

dan tata cara beribadah (Mahmud dan dkk, 2013:123). Pengertian ini

tercantum dalam firman Allah surat Asy- Syura ayat 21 sebagai berikut:

ي ولول كلمة الفصل لقض م ونه أم لم شركاء شرعوا لم م ن الد ين ما ل يذن به الله ي بيي

م الظهالمني لم عذاب أل

Artiya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang

mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?

Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah

mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang

zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih”. (Hatta, 2009:485).

3. Pengertian Islam

Secara Etimologi kata Islam berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman,

yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran),

reconciliation (perdamaian) dan to the will of god tunduk kepada Allah. Kata

aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan

14

sentosa. Pengertian Islam itu sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu untuk

mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud

keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa, serta sejalan pula dengan misi

ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara

mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan Secara Terminologi

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman

pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah

SWT (Abuddin, 2016:27).

4. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan yang seluruh komponen atau

aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar

mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik, dan peserta didik,

kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek

atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam (Abudin,

2010:36).

Pengertian pendidikan agama menurut KPPN (Komisi Pembaharuan

Pendidikan Nasional). Agama mempunyai perana yang penting dalam

kehidupan manusia pancasila sebab, agama merupakan motivasi hidup dan

kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang

sangat penting. Oleh karena itu Agama perlu diketahui, dipahami, dan

diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian

sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. Agama mengatur hubungan

manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia,

15

hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang

dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup

manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam

mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniyah. Agama sebagai

dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa

kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pemahaman dan pengalamannya

dengan tepat dan benar diperlukan untuk menciptakan kesatuan bangsa.

Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari

sumber-sumber agamanya masing-masing. Pelaksanaan pendidikan agama

dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai agama

tersebut. Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan kepada

Tuhan yang Maha Esa. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan

yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai,

antara lain akhlak dan keagamaan.

Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun adalah suatu usaha

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara

keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada

akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam

yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat

mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak (Zakiyah, 1996:85-86).

5. Pendidikan agama Islam yang harus ditanamkan terhadap Anak

16

Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni

iman (akidah), ibadah dan akhlak. Maka nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

yang harus ditanamkan orang tua kepada anak harus meliputi nilai iman

(akidah), nilai ibadah dan nilai akhlak. Ketiga ajaran pokok Islam ini

selengkapnya diungkapkan sebagai berikut

a. Akidah

Secara Etimologi, akidah berasal dari kata aqada yang berarti ikatan

atau keterkaitan, Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan

kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian (Nina,

2014:56). Akidah secara Terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan

hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi

kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan (Taufiq, 2011:

15). Akidah Islam di dalam Al-Qur’an disebut Iman yang dibangun atas

dasar keimanan. Iman dipahami sebagai suatu keyakinan yang

dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan

amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu

mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunah Nabi Muhammad SAW

(Mahfud, 2011:12). Akidah adalah inti dasar dari keimanan seseorang

yang harus ditanamkan kepada anak oleh orang tua, hal ini telah

disebutkan dalam surat Lukman ayat 13 sebagai berikut:

بنه وهو يعظه ي ب ن ل ل وإل قال لقمان ل لظلم عظيم إن ال

17

Artinya :“Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu

ia memberikan pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah

kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan

Allah adalah benar-benar kedholiman yang besar”. (Hatta,

2009:412).

Dari ayat tersebut Lukman telah diangkat kisahnya oleh Allah SWT

dalam Al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan

menjadi dasar pedoman hidup setiap muslim. Ini berarti bahwa pola umum

pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya menurut Islam

dikembalikan kepada pola yang dilaksanakan Lukman dan anaknya. Allah

mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Luqman

kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu

adalah “Wahai anakku, Janganlah engkau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan Dia Allah adalah kedzaliman yang

besar.” Mempersekutukan Allah dikatakan ke zaliman karena perbuatan

itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan

sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak

sanggup memberikan semua itu (Kementrian RI, 2010:545).

Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan

patung-patung yang tidak berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim.

Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang sangat besar karena yang

disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah

18

Allah pencipta dan penguasa semesta alam, yang seharusnya semua

makhluk mengabdi dan menghambakan dirinya kepada Allah. Anak

adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai

orang tua semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya.

Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi

pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh

oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir

tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik

anaknya dalam hal akidah (Chabib, 1996:61).

Pokok bahasan Akidah Islam dibangun atas enam dasar keimanan

yang disebut Arkanul Iman atau rukun iman, yang tersimpul dalam

Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Rukun iman merupakan pokok

bahasan aqidah Islam, terdiri dari iman kepada Allah, para malaikat, kitab-

kitab, para rasul, hari akhirat, dan ketentuan Allah qadha dan qadhar.

Keimanan tersebut harus diperkenalkan pada anak dengan cara sebagai

berikut :

1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasulnya.

2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui

kisah-kisah teladan.

3) Memperkenalkan ke-Maha Agungan Allah (Iman dan

Kholifah,2009:6).

19

Dalam kitabnya Al-Ghazali menganjurkan tentang asas pendidikan

keimanan ini agar diberikan kepada anak-anak sejak dini, yakni:

“ Ketahuilah, bahwa apa yang telah kami sebutkan itu pengenai

penjelasan akidah (keyakinan) maka sebaiknya didahulukan kepada

anak-anak pada awal pertumbuhannya. Supaya dihafalkan dengan

baik, kemudian senantiasalah terbuka pengertiannya nanti sedikit

demi sedikit sewaktu dia telah besar. Jadi permulaanya dengan

menghafal, lalu memahami,kemudian beri’tikad, mempercayai dan

membenarkan, dan yang berhasil pada anak-anak, tanpa, memerlukan

bukti.”

Jelaslah bahwa asas pendidikan keimanan, terutama akidah tauhid

atau mempercayai ke-Esa-an Tuhan harus diutamakan, karena akan hadir

secara sempurna dalam jiwa anak “perasaan ketuhanan” yang berperan

sebagai fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya.

Akidah tauhid yang tertanam kokoh dalam jiwa anak, maka ia akan

mewarnai kehidupannya sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu

pengakuan tentang adanya kekuatan yang menguasainya yaitu, Tuhan

Allah yang Maha Esa. Sehingga timbul rasa takut berbuat kecuali yang

baik-baik dan semakin matang perasaan ke-Tuhanannya, semakin baik

pula segala perilakunya. Jadi penanaman akidah iman adalah masalah

pendidikan perasaan dan jiwa, bukan akal pikiran sedangkan jiwa telah ada

dan melekat pada anak sejak kelahirannya, maka sejak mula

20

pertumbuhannya harus ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid

sebaik-baiknya (Zainudin dkk, 1991:97).

b. Ibadah

Secara Etimologi Ibadah berasal dari kata”abada” yang berarti patuh,

tunduk, menghambakan diri, dan amal yang diridhai Allah. Secara

Terminologi Ibadah adalah suatu perbuatan untuk menyatakan bakti

kepada Tuhan, seperti shalat, berdoa dan berbuat baik. Ibadah dalam Islam

secara garis besar terbagi kedalam dua jenis, yaitu ibadah mahdah (ibadah

khusus) dan ibadah ghoiru mahdah (ibadah umum). Ibadah mahdah

meliputi sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah

meliputi shodaqoh, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya (Mahfud,

2011:23). Nilai ibadah, khususnya pada pendidikan sholat disebutkan

dalam ayat 17 surat Lukman sebagai berikut:

على ما أصابك نه لمعروف وانه عن المكر واصب ذلك ي بينه أقم الصهلة وأمر ب

ن عزم المور م

Artinya :”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk

mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan

munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan

(oleh Allah). (Hatta, 2009:412).

21

Pendidikan sholat dalam ayat ini tidak terbatas tentang kaifiyah untuk

menjalankan sholat yang lebih bersifat fiqhiyah, melainkan termasuk

menanamkan nilai-nilai di balik ibadah sholat. Mereka harus mampu

tampil sebagai pelopor amar ma’ruf dan nahi munkar serta jiwanya

menjadi orang yang sabar. Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana

termaktub dalam fiqh Islam itu hendaklah diperkenalkan dan dibiasakan

oleh orang tua dalam diri anak. Hal ini dilakukan agar kelak mereka

tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat

melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala

larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiyah harus tetap

terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak (Mansur,

2005:166-177). Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan tentang

Ibadah dengan cara sebagai berikut:

1) Mengajak anak ke tempat Ibadah.

2) Memperlihatkan bentu-bentuk Ibadah.

3) Memperkenalkan arti Ibadah (Imam dan Kholifah, 2009:6-7).

c. Akhlak

Secara etimologi Akhlak berasal dari kata ( أخالق ) adalah kata jamak

dari kata tunggal khuluq ( خلق ). Kata khuluq adalah lawan dari kata khalq.

22

Khuluq merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir.

Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan

mata batin (bashirah). Keduanya dari akar kata yang sama yaitu kalaqa.

Khuluq atau akhlak adalah sesuatu yang tercipta atau terbentuk melalui

proses (Nasirudin, 2010:130).

Secara Terminologi menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan

jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan

tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Sedangkan menurut al-

Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan

pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Jadi menurut Ibnu Miskawaih dan

al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang

mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir. Dan manusia akan

menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (al-akhlaq al-

mahmudah) serta menjauhkan segala akhlak tercela (al-akhlaq al-

mazmumah) (Mansur, 2005:221-222). Nilai akhlak sangat penting untuk

ditanamkan dalam diri anak, sebagaimana disebutkan dalam surat Lukman

ayat 14, 18 dan 19 sebagai berikut:

نسان بوالديه حلته أمه وها على وهن وفصاله ف و ا ال عامني أن اشكر ل وصهي

ي ل م ول تصع ر خدهك للهاس ول تش ف الرض .ولوالديك له المص راا نه الله

23

د ف مشك واغضض من صوتك نه أنكر الصوات .متال فخور يب كله واقص

.المي لصوت

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk (berbuat baik)

kepada kedua orang tua ibu bapaknya; ibunya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah

dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan

kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu

akan kembali. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari

manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di

muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan

sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu,

sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara khimar”.

(Kementrian RI, 2010:546).

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa tekanan utama pendidikan

yang diberikan orang tua kepada anak dalam Islam adalah pendidikan

akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik,

menghormati kepada kedua orang tua, bertingkah laku yang sopan baik

dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur kata. Nilai akhlak tidak

24

hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh

konkret untuk dihayati maknanya dicontohkan kesusahan ibu yang

mengandung, serta jeleknya suara khimar bukan sekedar untuk diketahui,

melainkan untuk dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,

kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya (Chabib,

1996:107-108). Mendidik anak tentang akhlak tidak hanya di didik saja

tetapi sebagai orangtua juga harus memberikan tauladan yang baik atau

memberikan contoh yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam firman

Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :

جو ال والي لقد كان لكم ف رسول ال أسوة حسنة ل م ولك ال كثريا وم ن كان ي الخ

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah”. (Hatta, 2009:420).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhamad memberikan

teladan yang baik bagi umatnya, tidak hanya teori saja yang diberikan

tetapi juga contoh dan pelaksanaannya.

Akhlaq Islam dibagi menjadi tiga pokok ketika dilihat dalam

kehidupan sehari-hari.

1) Akhlak terhadap Khalik

25

Akhlak kepada Allah yaitu tidak menyekutukan Allah, bertaqwa

kepada Allah dan mencintai Allah dan yang paling utama adalah

mempercayai bahwa Allah itu ada dan kekal.

2) Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak terhadap manusia bisa dilakukan terhadap siapa saja

seperti sesama teman atau masyarakat, keluarga dan orang tua. Akhlak

terhadap sesama manusia dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah

dan madzmumah. Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang

baik. Akhlak madzmumah adalah segala tingkah laku yang buruk atau

jahat bisa juga dikatakan tercela. Akhlak mahmudah yang

dikemukakan ahli akhlak dan tasawuf meliputi al-amanan, pemaaf al-

afwu, benar shidiq, menepati janji wafa, adil adl, memelihara kesucian

diri al-ifafah, malu al-haya’, berani saja’ah, kuat al-quwuah, sabar

ash-sbaru, kasih sayang ar-rahman, murah hati as-sakha’u, tolong

menolong at-ta’awun.

Sedangkan akhlak madzmumah meliputi egoistis ananiah, lacur

al-baghyu, kikir al-bukhlu, dusta albuhtan, minum khamar al-

khamru, khianat al-khianat, ananiya ad-dhulmu, pengecut al-jubn,

amarah al-ghadab, curang dan culas al-ghasysyu.

3) Akhlak terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan diantaranya kepada tumbuhan,

hewan, benda-benda tidak bernyawa. Karena semua yang diciptakan

26

oleh Allah dibumi tidak ada yang sia-sia maka harus selalu menjaga

dan tidak merusaknya (Aminah, 2014:75-77).

Berkaitan dengan upaya mengambangkan perilaku moral pada

anak, ada beberapa kiat yang dapat ditempuh orang tua yaitu:

a) Menciptakan kasih sayang dan kehangantan keluarga

Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sangat

mempengaruhi perilaku moral anak. Demikianlah juga

hubungan yang hangat dalam keluarga antara anak dan orang

tuanya.

b) Menjadi Teladan yang baik (Uswah Hasanah)

Orangtua yang biasa menunjukkan teladan yang baik

dilingkungannya, sikapnya akan ditiru oleh anak-anaknya. Hal

ini secara positif akan mengembangkan pola perilaku anak

dalam pergaulannya.

c) Mengajarkan disiplin dan Empati

Disiplin yang dilakukan oleh orang tua dapat berfungsi

sebagai upaya untuk memberikan pelajaran tentang empati

kepada anak. Namun perlu diingat orang tua hendaknya tidak

melakukan cara-cara kekerasan karena dengan begitu akan

membuat kreativitas anak berkurang (Abd, 2005:104-109).

Nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan

berperilaku baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga

akan membawa pola kehidupan manusia yang tenteram, damai, harmonis,

27

dan seimbang. Menurut Hasan Langgulung (2004:310-311) orang tua

dapat menanamkan ketiga nilai-nilai Pendidikan Agama Islam tersebut

pada anak dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Memberi tauladan yang baik kepada anak tentang kekuatan iman

kepada Allah dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama

dengan sempurna.

2) Membiasakan anak menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil

sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,

anak melakukannya atas kemauan sendiri dan dapat merasakan

ketentraman sebab mereka melakukannya.

3) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di

mana anak berada.

4) Membimbing anak membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan

memikirkan ciptaan-ciptaan Allah sebagai bukti keagungan-Nya.

5) Menuntun anak turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama.

6. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam

Lingkungan dapat membentuk karakter anak, sebagimana anak tersebut

berada dalam lingkungan yang seperti apa. Dari hasil penyelidikan yang

dilakukan oleh para ahli psikologi diperoleh petunjuk bahwa faktor lingkungan

lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, dan nilai-

nilai.

28

Pola pembinaan pendidikan dikembangkan dengan menekankan

keterpaduan dalam lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga,

Lingkungan Keluarga memegang peran yang sangat penting terutama

orang tua, karena orag tua merupakan sumber pendidikan yang pertama

dan utama. Anak akan mendapatkan didikan memalui orang tuanya sejak

dalam kandungan sampai tumbuh menjadi dewasa. Pada pertumbuhan

anak tersebut orang tua harus pintar mendidik anaknya agar tidak

terjerumus dalam hal yang negatif (Abdul, 2010:50).

Siswa akan menerima pengaruh dari keluarganya berupa cara orang

tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga. Kebanyakan orang tua khususnya dalam

perhatian yaitu kurannya memperhatikan anaknya, dan penyebabnya

adalah orang tuanya sibuk bekerja, kurangnya keharmonisan dalam

keluarga, bahkan broken home, hal itu sangat berdampak bagi anak.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan Sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keteladan, gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan

sekolah memegang peran kedua karena siswa akan mendapatkan berbagai

bidang ilmu pengetahuannya melalui sekolah (Slameto, 1991:30). Dimana

disekolah akan ada seorang pendidik serta perencanaan mengajar yang

29

harus dilakukan oleh guru. Seorang guru harus sebaik mungkin

menciptakan lingkungan didalam sekolah dengan suasana yang nyaman

dan dapat memotivasi siswa untuk selalu giat dalam belajar.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan Masyarakat mendapat tanggung jawab bukan masyarakat

sebagai kelompok namun, dengan adanya tanggung jawab perseorangan

dan pribadi manusia, dan masyarakat yang selalu menjaga hubungan

sosialnya terhadap sesama. sebagaimana masing-masing anggota

masyarakat itu menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga mendorong

masing-masing anggota masyarakat untuk mendidik sendiri dan bersedia

mendidik anggota masyarakat yang lain (Hasbullah, 2012:37).

B. Keluarga Broken home

1. Pengertian Keluarga broken home

Keluarga adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk

hidup bersama dalam satu atap sebagai suami dan isteri dan saling berinteraksi

dan berpotensi mempunyai anak dan akhirnya membentuk komunitas baru

yang disebut keluarga (Syaiful, 2004:16). Keluarga juga mempunyai

pengertian wadah yang sangat penting diantara individu dan group, dan

merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi

anggotanya. Menurut Munir dalam kittab Fi Ijtima’iyah At-Tarbiyah keluarga

adalah kesatuan fungsi yang terdiri dari suami, istri, dan anak yang diikat oleh

darah dan tujuan bersama. Abu Ahmadi mengutip pendapat A.M Rose yang

menyatakan bahwa, Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua

30

orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi

(Masdub, 2015:72).

Secara Etimologi Broken home berasal dari kata Broken yang berarti

”Kehancuran”, sedangkan Home berarti ”Rumah” . Broken Home memiliki arti

adanya kehancuran di dalam rumah tangga yang disebabkan kedua suami istri

mengalami perbedaan pendapat. Broken Home disini memiliki banyak arti

yang bisa di karenakan adanya perselisihan atau percekcokan antara suami istri,

akan tetapi tetap tinggal satu rumah. Bisa juga bisa juga broken home diartikan

kehancuran rumah tangga sampai terjadi perceraian kedua orang tua. Dari

pengertian broken home di atas dan dengan keadaan masih tinggal serumah

ataupun yang sudah bercerai tetap saja memberikan dampak yang buruk pada

anak mereka, dimana sebetulnya anak masih memerlukan bimbingan orang tua

sampai ia lepas masa lajang. Akibat kondisi orang tua yang mengalami broken

home, maka lebih banyak anak belajar banyak hal dari lingkungan, teman

sebaya, dan bukan dari kedua orang tuanya (Vendi Prasetyo, 2009: 15).

Pengertian broken home adalah keluarga yang tidak harmonis dan tidak

berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat sering terjadi

konflik yang menyebabkan pada pertentangan yang bahkan dapat berujung

pada perceraia. Dapat disimpulkan bahwa broken home merupakan rusaknya

hubungan dalam keluarga dikarenakan sering terjadinya konflik antar anggota

keluarga sehingga kondisinya tidak kondusif.

31

Broken home adalah keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah

seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal,

perceraian, meninggalkan keluarga dan lain-lain (Chaplin, 2004:71).

Broken Home dapat diartikan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan

tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena

sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan

berakhir pada perceraian (Rezky, 2010:98).

Dari penjelasan pengertian broken home terdapat beberapa penjelasan

yang berbeda-beda tentang pengertian broken home penulis mempunyai titik

temu dengan menggunakan penjelasan dari Chaplin (2004:71) bahwa broken

home adalah. keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari

kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian,

meninggalkan keluarga dan lain-lain. Penjelasan tersebut sesuai dengan realitas

yang sedang terjadi pada keluarga yang akan diteliti.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi broken home

Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluarga tersebut sudah tidak

lengkap lagi yang disebabkan salah satu kedua orang tua kedua-duanya

meninggal dunia, perceraian orang tua, Salah satu kedua orang tua atau

keduanya “tidak hadir” secara kontinyu dalam tenggang waktu yang cukup

lama (Sudarsono, 2004:125).

a. Perceraian

Perceraian merupakan keadaan dimana kedua orang tuanya berpisah

atau bercerai, secara permanen selamanya atau hanya untuk sementara

32

saja. Bercerai sangat mempengaruhi anak baik secara mental atau batin

(Hurluck, 1993:212).

b. Perceraian merupakan hal yang pada dasarnya tidak diinginkan semua

orang, namun dengan berbagai sebab terpaksa perceraian di tempuh

sebagai alternative terahir pemecahan masalah dalam suatu ikatan

perkawinan. Perceraian merupakan suatu peristiwa sosial yang sering

terjadi di masyarakat. Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dari

adanya suatu konflik antara anggota keluarga. Bila konflik sampai titik

kritis maka perceraian itu sulit terelakkan (Dagun, 1996:57).

c. Kematian

Kehancuran rumah tangga disebabkan karena kematian anak akan

menyadari bahwa orang tuanya tidak akan kembali lagi maka kasih sayang

teralihkan pada orang tuanya yang masih hidup, dengan harapan

memperoleh kembali rasa aman sebelumnya.

d. Suasana rumah tangga tegang dan tanpa kehangatan

Menciptakan suasana yang nyaman akan berpengaruh dalam

mendidik anak. Karena seorang anak akan merasakan kenyamanan dan

kehangatan kasih sayang orang tuanya, ketika suasana dapat terjaga maka

proses mendidik anak pun akan berjalan dengan baik. Begitu pula

sebaliknya ketika suasana di rumah tidak lagi ada kenyamanan maka anak

pun sulit untuk berkembang dengan baik.

e. Orang tua sibuk dan jarang berada di rumah

33

Orang tua terkadang tidak sadar dengan waktu yang dihabiskan,

ketika berada diluar rumah. Terkadang orang tua sibuk bekerja atau

menghabiskan waktu untuk kepentingan lainnya. Kewajiban orang tua

seharusnya sepenuhnya mendidik anaknya. Karena pendidikan yang

utama dan pertama yakni berada dalam keluarga itu sendiri (Yusuf,

2009:44).

3. Dampak Keluarga Broken home

Broken home digunakan untuk menggambarkan keluarga yang

berantakan akibat orang tua tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga

serta anaknya di rumah. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar

terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak akan menjadi murung, sedih yang

berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta

anutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.

Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno, 2006:96) Emosi

merupakan situasi psikolosi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat

dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Seorang anak yang mengalami broken

home disebabkan karena perceraian, pisah ranjang, atau cerai mati mengalami

kondisi emosional yang tidak stabil, merasa peling menderita, dan merasa tidak

diperdulikan.

Menurut Nurmalasari (2008:107) dampak keluarga yang broken home

bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut:

34

a. Psychological disorder yaitu anak memiliki kecenderungan agresif,

introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional,

sensitif, apatis , dan lain-lain.

b. Academic problem yaitu kecenderungan menjadi pemalas dan motivasi

berprestasi rendah.

c. Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan perilaku menyimpang

seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan,

bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya merokok, minum-

minuman keras, judi dan free sex).

Menurut penulis dampak dari keluarga broken home pada anak,

mempunyai dampak negatif dan dampak positif. Secara umum akan disebutkan

sebagai berikut:

a. Dampak Negatif

Anak yang mengalami suasana tidak baik, pasti akan

mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukannya seperti di sekolah

anak akan menjadi murung, malas belajar, malas berkonsentrasi.

Sedangkan saat anak berada di lingkungan sekitar anak akan merasa

minder, kurang bergaul, pemalu. Selain itu saat dalam lingkungan

keluarga anak susah diatur, nakal, sering membantah.

b. Dampak Positif

Setiap anak pasti mempunyai sifat masing-masing. Ketika anak

yang mengalami broken home mempunyai jiwa yang tegar dan dapat

mengendalikan semua hawa dan emosinya, pasti anak tersebut akan

35

menjadikan semua hal yang menimpanya sebagai pelajaran dan hikmah.

Selain itu anak akan lebih bertanggung jawab lagi dalam melakukan

suatu hal, berfikir lebih dewasa dan dapat memecahkan masalah dengan

baik.

C. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat

kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam

penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu

perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan

membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaaan hasil kesimpulan

oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang

hampir serupa. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir

serupa dengan skripsi ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Oetari Wahyu Wardhani dalam skripsinya

yang berjudul Problematika Interaksi Anak Keluarga Broken Home Di Desa

Banyuroto, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2016. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dapat

memberikan deskripsi lengkap mengenai hasil dari penelitian. Dalam

penelitian ini dijelaskan bahwa peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:

Interaksi yang berlangsung antara orang tua ayah atau ibu dengan anak dapat

berlangsung dalam kehidupan sehari-harinya. Masing-masing orang tua ayah

atau ibu memiliki keteladanan untuk anak, walaupun tidak semua orang tua

ayah ibu dalam kebersamaan kurang bersama-sama dengan anak, orang tua

36

ayah atau ibu juga ada yang kurang keterbukaan dimana anak dapat terbuka

dengan ayah atau ibu atau sebaliknya, ada orang tua ayah atau ibu dalam

kedekataanya dengan anak kurang hal ini dikarenakan kurangnya terbuka dan

bersama-sama dengan anak, aturan-aturan dalam keluarga juga tidak semua

orang tua ayah atau ibu membuat aturan yang dapat disepakati bersama

sehingga untuk mengontrol perilaku anak sehari-hari orang tua ayah atau ibu

sedikit mengalami kesulitan karena kurangnya interaksi didalamnya.

Persamaan dengan yang akan ditliti adalah sama-sama meneliti tentang

keluarga broken home dan objeknya yaitu anak dari keluarga broken home.

Perbedaan dengan yang akan penulis teliti yaitu suatu permasalahan yang

terjadi berbeda dalam skripsi ini Permasalahannya tentang Pendidikan agama

Islam sedangkan yang telah diteliti oleh Oetari Wahyu Wardhani yakni tentang

permasalahan Interaksi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Zikenia Suprapti dalam skripsinya yang

berjudul Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Siswa Broken Home Melalui

Konseling Realita Di SMA Negeri 4 Kota Pekalongan Tahun 2011. Jenis

penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan. Aspek yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kenakalan remaja yang dilakukan

oleh siswa broken home. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Perubahan

perilaku konseli dari hasil konseling yaitu konseli sudah dapat mengatur waktu

bermainnya sehingga konseli dapat menyempatkan diri untuk belajar dan

mengerjakan tugas-tugas dari guru, memilih teman yang tidak mengajaknya

berbuat kenakalan agar konseli tidak kembali mengonsumsi minuman keras

37

dan menghilangkan kebiasaan merokoknya serta mengatur jadwal kegiatan

sehingga konseli bisa bangun lebih pagi dan menghilangkan kebiasaan

membolos serta terlambat yang dulu sering konseli lakukan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Ahmad dengan judul “Pendidikan Agama

Anak di Lingkungan Keluarga Petani Karet di Desa Muara Uya Kecamatan

Muara Uya Kabupaten Tabalong. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

pendidikan agama oleh orangtua di lingkungan petani karet di Desa Muara Uya

Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong sudah terlaksana dengan cukup

baik, terlaksananya pendidikan agama ini disebabkan beberapa faktor:

kesadaran orangtua untuk melaksanakan kewajiban dalam agama Islam dan

memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya, serta lingkungan sosial

yang mendukung. Sedang faktor yang dianggap kurang mendukung adalah

latar belakang keagamaan orangtua yang masih kurang, faktor eknonomi yang

lemah dan waktu berkumpul dengan keluarga yang sedikit.

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)

dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif

analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,

pengamatan, serta penelaahan dokumen atau studi documenter yang antara satu

dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan

(Sukmadinata, 2008:108). Studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk

mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu,

seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian (Bimo,

2010:46).

Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-

data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain

manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen

lainya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian

namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran

peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk

memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung

dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak

diperlukan.

39

Penelitian ini mengamati 8 keluarga yang mengalami broken home

yang mengalami 4 keluarga perceraian, 2 keluarga pisah ranjang dan 2

keluarga mengalami cerai mati. Keluarga yang akan diteliti memiliki anak yang

berumur 0-19 tahun, yang akan menjadi informan yaitu orang tua dari salah

satunya yaitu ayah atau ibu dan anak yang dapat memberikan informansi dan

dapat berargumentasi bertempat tinggal di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang. Anak tersebut diasuh oleh salah satu dari kedua orang

tuanya Ibu atau Ayah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Doplang

Kecamatan Bawen ini karena fenomena di tempat ini belum pernah diteliti

sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih

jauh lagi.

Letak dan Keadaan Geografis Desa Doplang adalah sebuah desa di

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Sebelah utara dan timur berbatasan

dengan Kelurahan Bawen serta berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa di

sebelah barat dan selatan.

Lokasi Penelitian ini tempat berada di daera Doplang, Kecamatan

Bawen, Kabupaten Semarang. Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis.

Penulis memiih lokasi ini karena di daerah ini terdapat banyak keluarga yang

mengalai Broken home tidak hanya karena fakor perceraian tetapi juga faktor-

fakttor tertenttu. Pendudu desa Doplang rata-rata bekerja di pabrik swasta.

40

C. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari

lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber

data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung

tentang Pendidikan Agama dalam keluarga Broken home. Adapun sumber

data langsung penulis dapatkan dari warga yang mengalami perceraian atau

broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen.

Peneliti akan mendapatkan data tersebut melalui wawancara dari

keluarga yang mengalami broken home salah sataunya yaitu Ayah atau Ibu

dan Anak. Selain itu informan juga dari masyarakat setempat yang berada

diruang lingkupnya, seperti tetangga.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang, didapat dari sumber bacaan dan

berbagai macam sumber lainya yang terdiri dari surat-surat pribadi, sampai

dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa

hasil-hasil studi, hasil survei. Peneliti mengunakan data skunder ini untuk

memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

melalui wawancara langsung dengan keluarga broken home.

41

Data yang diperoleh peneliti yaitu dari beberapa buku

diperpustakaan yang memuat tentang pendidikan keluarga khusunya

pendidikan agama Islam. Selain itu juga tentang Broken home.

D. Prosedur pengumpulan data

1. Wawancara mendalam

Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu

cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar

pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang

langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986:138).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang

diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih

untuk mendapatkan data yang diperlukan yaiu keluarga Broken home di

Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Teknik wawancara

yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak

melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar

informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai

aspek dalam penelitian ini.

2. Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:164).

Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan di

Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Pengamatan disini

termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang

42

berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh

dari data (Moleong, 2007:174).

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan

dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara

langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi,

dokumentasi resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan

dalam hubungannya untuk mendukung dalam wawancara ( Emzir, 2011:

75).

Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama dalam

keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten

Semarang.

E. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang

dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan

pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola

induktif. Analisis data, menurut Moleong (2009: 280) adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

43

kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam tahapan ini, peneliti

menganalisis data yang terkumpul dari hasil wawancara dan dokumentasi.

Menganalisis data meliputi mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberikan kode, dan mengkategorikannya.

1. Reduksi Data

Proses dimana seorang peneliti perlu melakukan telaahan awal

terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan

pengujian data dalam kaitannya dengan aspek atau fokus penelitian. Pada

tahap ini peneliti coba menyusun data lapangan, membuat rangkuman atau

ringkasan, memasukkannya ke dalam klasifikasi dan kategorisasi yang

sesuai dengan fokus atau aspek fokus. dari proses inilah peneliti dapat

memastikan mana data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak

terkait dengan penelitian yang dilakukan. Identifikasi satuan dalam unit.

Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang

ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus

masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya

memberikan kode disetiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya dan

berasal dari sumber yang jelas (Moleong, 2010:288).

2. Display Data

Upaya menampilkan, memeparkan atau menyajikan data. sebagai

sebuah langkah kerja analisis, display data dapat dimaknai sebagai upaya

menampilkan, memaparkan dan menyajikan secara jelas data-data yang

dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.

44

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Langkah analisis ini biasanya dilakukan sebagai implementasi

prinsip indukatif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada, atau

kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Pada tahapan ini,

peneliti dapat melakukan konfirmasi dalam rangka mempertajam data dan

memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah dibuat sebelum peneliti

sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim, 2015: 108-110).

Data yang telah didapat menggunakan metode Induktif dan deduktif.

Pengertian dari metode berasal dari bahasa Yunani “ Methodos” yang

berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara Istilah metode menurut

Rosdy Ruslan adalah Kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek penelitian, sebagai upaya

untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Ilmiah dan termasuk keabsahannya.

Maksud umum dari metode Induktif adalah temuan-temuan

penelitian yang muncul dari keadaan umum, tema-tema domain dan

signifikan yang ada dalam data, tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul

oleh struktur metodologisnya (Moloeng, 2007:297). Metode Induktif

merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Metode deduktif adalah

kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduktif adalah

cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu

kesimpulan yang bersifat khusus (Suriasumantri, 2001:8-9).

45

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability) (Moleong, 2009: 324). Penelitian ini, peneliti menggunakan

kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan digunakan untuk

melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan

dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi

secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. kemudian peneliti

menggunakan teknik triangulasi data adalah teknik pemeriksaann keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:330).

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan jalan

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

membandingkan data hasil wawancara antar narasumber yang terkait, dan

membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen. Tringaluasi adalah

tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng,

2009: 156).

G. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke

lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan

laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

46

1. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi

lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi

fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home di Desa

Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Data yang telah ada

tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh

melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken home di Desa Doplang

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Kemudian dilakukan

penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti

selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara

mengecek sumber data yang di dapat dan metode perolehan data

sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk

memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam

memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

4. Tahap Penulisan Laporan

47

Tahap ini meliputi, kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua

rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.

Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen

pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi

kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan

tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir

melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

48

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data

1. Keadaan Penduduk

Adapun keadaan penduduk Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang dapat di lihat dari data Monografi pada bulan Maret 2018

di bawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabel-tabel klasifikasi berikut

ini:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk menurut Usia

No. Kelompok Umur (Tahun

2018)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. 0-4 198 198 396

2. 5-9 235 197 432

3. 10-14 213 210 432

4. 15-19 200 189 389

5. 20-24 209 190 399

6. 25-29 210 211 421

7. 30-34 214 215 429

8. 35-39 262 274 536

9. 40-44 218 213 431

10. 45-49 231 214 445

11. 50-54 116 158 324

49

(Sumber: diambil/ dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang).

Berdasarkan data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa, dari total

penduduk 5520 jiwa terdapat 2809 berjenis kelamin laki-laki dan 2711

perempuan. Jumlah penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur 35-

39 tahun yaitu 536 jiwa.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk menurut Agama

No. Kelompok Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Islam 2766 2672 5438

2. Kristen 21 20 41

3. Khatholik 19 16 35

4. Hindu 2 2 4

5. Budha 1 1 2

6. Konghucu - - -

Jumlah 2809 2711 5520

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)

12. 55-59 136 144 280

13. 60-64 108 86 194

14. 65-69 82 85 167

15. 70-74 49 53 102

16. >=75 78 74 152

Jumlah 2,809 2,711 5,520

50

Mayoritas penduduk di Desa Doplang beragama Islam yaitu 5438 jiwa.

Khatolik dan Kristen menempati diurutan kedua dan ketiga dengan jumlah

Khatolik 35 dan Kristen 41.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk menurut Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Laki-

Laki

Perempuan Jumlah

1. Tidak Sekolah 610 575 1,185

2. Belum Tamat SD 163 165 328

3. Tamat SD 974 960 1,934

4. Tamat SLTP 534 538 1,072

5. Tamat SLTA 475 403 878

6. Tamat Diploma I/II 1 8 9

7. Akademi/Diploma III/S.

Muda

17 23 40

8. Diploma

IV/Strata I

34 38 72

9. Strata II 1 1 2

10. Strata III - - -

Jumlah 2,809 2,711 5,520

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk

5520 jiwa hanya 72 jiwa yang menempuh pendidikan Diploma IV Strata I.

51

Mayoritas tingkat pendidikan penduduk di Desa Doplang hanya tamat SD yaitu

1934 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa Doplang

masih sangat kurang, penduduk Desa Doplang harus diberitahu kesadaran

pentingnya sebuah pendidikan.

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Belum bekerja 741 673 1,414

2. Mengurus rumah

tangga

-

189 189

3. Mahasiswa 318 292 610

4. Pensiun 15 4 19

5. Pegawai negeri sipil 30 9 39

6. Tentara Nasional

Indonesia

4 -

4

7. Kepolisian RI 2 - 2

8. Perdagangan 8 27 35

9. Petani pekebun 205 156 361

10. Peternak - - -

11. Nelayan - - -

12. Industri - - -

52

13. Konstruksi - - -

14. Karyawan Swasta 771 755 1,526

15. Karyawan BUMN 2 1 3

16. Karyawan Honorer 2 2 4

17. Buruh harian lepas 311 261 572

18. Buruh tani

perkebunan

3 1 4

19. Tukang batu 2 - 2

20. Tukang jahit 1 - 1

21. Guru 2 9 11

22. Apoteker - 1 1

23. Sopir 2 - 2

24. Pedagang 6 13 19

25. Perangkat Desa 5 2 7

26. Wiraswasta 378 313 691

27. Lainnya 1 3 4

Jumlah 2,809 2,711 5,520

(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan Maret 2018 Desa Doplang)

Dikarenakan Pendidikan di Desa Doplang sangat kurang, Mayoritas

masyarakat di Desa Doplang berprofesi sebagai karyawan swasta yaitu

1,526 jiwa serta belum bekerja sebanyak 1,414 jiwa. Sedangkan diurutan

ketiga sebanyak 691 bekerja sebagai Wiraswasta.

53

2. Data Responden

Tabel 4.5

Daftar Responden Keluarga Pasangan yang bercerai dan yang tidak

Bercerai

No. Status Keluarga L P Jumlah

1. Belum kawin 1,221 965 2,186

2. Kawin 1,487 1,471 2,958

3. Cerai Hidup 52 57 109

4. Cerai mati 49 218 267

Jumlah 2,809 2,711 5,520

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa yang

mengalami cerai hidup ada sebanyak 109 iwa, sedangka yang status keluarga

megalami cerai mati ada sebanyak 267. Dapat dilihatt bahwa posisi terbanyak

berada pada keluarga yag mengalami cerai mati.

Tabel 4.6

Daftar Informan Keluarga Broken home

No. Nama keluarga Umur Status

1. Ibu RM 39 Cerai

2. Ibu AR 45 Pisah ranjang

3. Ibu AT 28 Cerai

54

4. Bapak QZ 37 Cerai

5. Ibu US 46 Cerai

6. Ibu AY 50 Pisah ranjag

7. Bapak MD 52 Ditinggal

Meniggal

8. Ibu SP 46 Ditinggal

meninggal

3. Profil Subjek Penelitian

a. Profil keluarga RM

Ibu RM berumur 39 tahun. beliau merupakan penduduk asli di

daerah Doplang krajan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Ibu RM

mempunyai suami yang bernama bapak PJ yang kini berumur 49 tahun

mereka dikaruniai dua anak, anak pertama laki-laki yang bernama RY

yang telah berumur 19 tahun. Anak kedua mereka perempuan yang

bernama TK berumur 11 tahun.

Pendidikan terakhir ibu RM adalah SMP, sedangkan bapak PJ

lulusan SMA. Pendidikan terakhir anak pertama RY yaitu SMP,

keseharian yaitu menjadi buruh bangunan. Sedangkan anak kedua TK

sekarang berada di bangku sekolah dasar tepatnya kelas 5 SD. Keseharian

ibu RM yaitu berjualan mie ayam dan bakso. Bapak PJ sehari-harinya

berjualan asongan menjual mainan anak-anak. Setelah mereka

memutuskan untuk bercerai, kini hak asuh anak jatuh pada Ibu RM dan

55

beliau menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi kedua

anaknya.

b. Keluarga Ibu AR

Keluarga Ibu AR terdapat berapa orang anggota keluarga Ayah, Ibu,

Nenek (orangtua Ibu) kedua anaknya. merupakan pendatang di Desa

Doplang. Beliau merupakan asli daerah Kandangan, Kecamataan Bawen,

Kabupaten Semarang. Keluarga tersebut sudah menjadi penduduk di desa

Doplang sudah 7 tahun. Dikeluarga ini terdapat kepala rumah tangga

dan serta menjadi suami dari Ibu AR yaitu Bapak SJ berusia 35 tahun.

Mereka mempunyai dua anak perempuan, Anak yang pertama DV berusia

17 tahun yang kini menempati Sekolah Menengah Kejuruan di SMKN 1

Bawen tepanya kelas 2 SMK mengambil jurusan perhotelan.Sedangkan

anak kedua bernama VG berusia 9 tahun dan tinkat pendidikan MI

tepatnya kelas 3.

Keseharian Ibu AR adalah sebagai pegawai swasta disalah satu

pabrik di daerah Karangjati. Tingkat pendidikan beliau adalah SMP.

Begitupula suamiya, beliau sehari-hari bekerja di kayu lapis di salah satu

pabrik. Tingkat pendidikannya sama seperti bu AR yaitu SMP.

Ibu AR merupakan sosok pekerja keras belia selalu bekerja siang

dan malam, ketika beliau pergi pagi-pagi buta maka akan pulang kembali

ke rumah pada malam hari tidak pernah mengenal lelah apalagi libur

bekerja. Berbeda dengan Bapak SJ yang selalu senaknya sendiri padahal

beliau sebagai kepala keluarga seharusnya bekerja keras untuk keluarga

56

dan masa depan anaknya, tetapi keadaan tersebut terbalik sehingga tugas

mencari nafkah yang sesungguhnya berpihak pada seorang istteri.

Keadaan tersebut sudah berlangsung lama hingga pada akhirya Bapak SJ

memutuskan untuk pegi dari rumah dan tidak lagi mau mengurus anak-

anaknya. Sehingga merekapun pisah ranjang, tanpa status yang jelas.

Tetapi dari pihak Ibu AR ingin meminta bercerai tetap belum juga

mendapat respon yang pasti..

c. Keluarga Ibu AT

Ibu AT adalah pendudukan asli Doplang beliau berusia 28 tahun

mempuyai seorang suami yang bernama WG berusia 24 tahun. Usia

diantara keduanya berbeda dan selisih empat tahun lebih muda dari

perempuan. Dlam kelurga ini telah dikaruniai seorang anak perempuan

yang bernama CH yang kini berumur 5 tahun.

Keseharian Ibu AR adalah sebagai karyawan swasta disalah satu

pabrik didaerah Ungaran. Pendiikan terakhir yaiu SMA. Sedangkan

suaminya Bapak WG seari-hari beliau berkeliing desa ke desa berjualan

bakso, sebenarnya beliau mempunyai usaha bakso rumahan tetapi masih

milik orangtuanya, dan akhirnya Bapak WG berdiri sendiri dengan

perjualan Keliling.

Mereka menikah belum lama, tetapi mereka sudah memutuskan

untuk bercerai dan hak asuh anak pun berada ditangan Ibu AT. Saat itu

anak mereka berusia 3 tahun. Tanpa memikirkan anaknya Bapak WG

memutuskan pergi tanpa peduli lagi terhadap anaknya.

57

d. Bapak QZ

Bapak QZ berumur 37 tahun beliau mempunyai istri bernama TN

berusia 30 tahun dikaruniai anak yang bernama RF yang berusia 18 tahun.

Keseharian Bapak QZ adalah sebagai penjual cilok keliling, berjualan

ketika siang sampai petang. Sedangkan Ibu TN bekerja diluar Negeri

menjadi TKW di Singapura.

Pendidikan terakhir Bapak QZ adalah SD sedangkan Ibu TN adalah

SMA. Bapak QZ merupakan orang yang baik di Desa Doplang beliau

pernah berkedudukan sebagai RT. Beliau hidup bahagia dengan anak dan

isterinya tetapi beberapa tahun kemudian beliau digugat cerai oleh pihak

istri. Setelah itu hak asuh Anak pun berada di Bapak QZ.

e. Keluarga Ibu US

Ibu US berumur 46 tahun merupakan penduduk asli Doplang. Beliau

menikah dengan Bapak ST berumur 56 tahun, dan mempunyai satu anak

perempuan NS. yang kini berumur 18 tahun yang kini berada dibangku

kelas 3 MAN di Salatiga. Pendidikan akhir Ibu US adalah SMA sedangkan

Bapak ST juga SMA.

Keseharian Ibu US adalah sebagai Ibu rumah tangga, sedangkan

Bapak ST adalah sebagai Satpam. Semenjak itu mereka hidup bahagia,

tetapi setelah datang seorang wanita yang mengaku sebagai istri

pertamanya, Ibu US dan Bapak ST menjadi uring-uringan. Saat itu NS

58

masih berada dalam kandungan. Setelah NS lahir, Ibu US memutuskan

untuk bercerai dengan Bapak ST. Kemudian kembali ke rumah orang

tuanya dan hak asuh NS sebagai anaknya berada di pihak Ibu US. Setelah

itu Ibu US memutuskan untuk pergi keluar Negeri menjadi TKW di Arab,

lalu NS diserahkan seutuhnya pada nenek dan kakeknya. Nenek SO

berumur 69 tahun sedangkan Kakek MU berummur 74 tahun. Kakek MU

meninggal pada tahun 2015 saat itu berumur 74 tahun. Beliau meninggal

dikarenakan sakit strok. Riwayat hidupnya pernah menjabat sebagai

kepala sekolah di MIN Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

Selain itu juga sebagai tokoh masyarakat yang mempunyai pengetahuan

Agama yang tinggi.

f. Keluarga Ibu AY

Ibu AY berumur 50 tahun, beliau mempunyai suami bernama KO

berusia 55 tahun mereka mempunyai dua anak perempuan. Anak yang

pertama bernama RH yang berusia 26 tahun yang kini statusnya sudah

berkeluarga. Sedangkan anak kedua mereka bernama IN berusia 17 tahun

tepatnya kini berada di bangku kelas 3 SMK di Salatiga.

Ibu AY pernah bekerja diluar negeri yaitu di Arab sedangkan Bapak

KO tidak bekerja. Saat IN berumur 8 tahun, Ibu AY sudah menetap di Arab

sebagai tulang punggung keluarga. Setelah itu Bapak KO juga

memutuskan untuk pergi bekerja di Sulawesi Selatan. IN selama ditinggal

oleh kedua orangtuanya bekerja, diasuh oleh kakak kandungnya, apapun

kebutuhannya dipenuhi. Disana Bapak KO mempunyai bengkel sendiri.

59

Seiring berjalannya waktu Bapak KO mempunyai istri lagi dan anak.

Beliau dapat menikah lagi karena telah memalsukan data kependudukan.

Setelah IN kelas 2 SMA Ibu AY kembali ke Indonesia karena umurnya

yang sudah tidak muda lagi.

g. Bapak MD

Bapak MD merupakan penduduk asli di Doplang beliau berumur 52

tahun. Ibu SK adalah istrinya berumur 40 tahun. Mereka dikaruiai anak

perempuan. FR berusia 14 tahun kelas 2 SMP.

Keseharian Bapak MD adalah sebagai karyawan swata di pabrik

pendidikan terakhir beliau adalah SMK sedangkan Ibu SK sebagai Guru

pegawai Negeri tingkat pendidikan beliau adalah S-1 Sarjana Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah. Bapak MD ditinggal oleh istrinya karena

penyakit kanker payudara yang telah dideritanya. Ibu SK meninggal dunia

dan meninggalkan kedua anaknya. Dan Bapak MD sendirian mengurus

anaknya dan mencari nafkah.

h. Ibu SP

Ibu SP berumur 46 tahun beliau mempunyai sorang suami yang

bernama NG berumur 52 tahun. Mereka mempunyai satu anak perempuan

yang bernama SM berusia 18 tahun tepatnya kelas 2 SMA. Pendidikan

terakhir Ibu SP adalah SD dab Bapak NG pendidikan terakhir SD.

Keseharian Ibu SP adalah sebagai Ibu rumah tangga, tetapi setelah

kepergian suaminya yang telah menderita penyakit Liver beberapa tahun

60

lalu, kini Ibu SP bekerja sebagai buruh tani di sawah. Beliau bekerja pagi

hingga sore hari untuk menghidupi keluarganya teruma anaknya.

4. Temuan Penelitian

Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap keluarga beda

agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen ditemukan Pendidikan Agama

Islam dalam keluarga Broken home sebagai berikut:

a. Mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.

Dalam setiap keluarga mempunyai cara yang beragam dalam

mendidik anaknya. Dalam keluarga yang utuh mendidik anak akan terasa

ringan karena antara pihak Ayah dan Ibu seimbang dan sama sama

memberikan pengaruh yang baik. Berbeda dengan keluarga yang retak,

tidak utuh atau sering disebut broken home Pendidikan anak akan terasa

tidak utuh dan tidak sempurna, meskipun dari Ayah ataupun Ibu sudah

berusaha keras untuk mendidiknya. Setelah penulis melakukan penelitian,

dibawah ini merupakan paparan bagaimana orangtua mengajarkan

Pendidikan Agama Islam pada anaknya khusunya dalam keluarga Broken

home.

1) Keluarga Ibu RM

Ibu RM merupakan tulang punggung keluarga, beliau bekerja

keras untuk menghidupi kedua anaknya. Setelah bercerai dengan

Bapak PJ beliau menomorsatukan anaknya sebagai prioritasnya. Ibu

RM selalu memanjakan kedua anaknya, apapun keinginan anaknya

selalu dituruti. Meskipun kadang beliau merasa keberatan untuk hal

61

itu. Dalam mendidik anaknya khusunya Pendidikan agama Islam

beliau memberikan tanggung jawabnya kepada guru ngajinya.

Selebihnya seperti yang diutarakan oleh Ibu RM dibawah ini:

“Kalo TK uudah saya prasahkan sama guru ngajinya, biasanya

dia ngaji di mbah SR. anak saya yang pertama RY itu susah diatur

kalo ndak semaunya sendiri jadi pas kecil sering ngaji sekarang

udah ndak. dia kalo ngaji kalo lagi pengen aja, soalnya dia juga

susah dibilangin kalo gak semaunya sendiri nanti saya malah

kuwalahan ngadepin dia, kalo TK ini beda dengan kakaknya

lumayan nurud orangnya, sekarang masih ngaji di mbah SR tapi

kalo lagi males ya dia ndak berangkat”.

Ibu RM selama bercerai dengan suaminya beliau sendiri

mendidik anak-anaknya terutama dalam hal agama, beliau mendidik

sesuai kemampuan beliau. Sesuai dengan penuturan Ibu RM dibawah

ini: Ibu RM sudah mempercayai Allah dengan ketidaksadaran dan

bersifat kondisional seperti yang diutarakan Ibu RM sebagai berikut:

“Saya percaya adanya Allah dengan sendirinya, ketika saya

mengalami kesusahan saya ingat Allah. begitu pula dengan

kedua anak saya percaya adanya Allah seperti saya

mempercayainya. Tapi saya tidak pernah mengajarkan kepada

anak-anak tentang adanya Allah mungkin masing-masing sudah

sadar secara otomatis dari lahir. kalo tentang rukun islam iman

dan sebagainya paling disekolahan juga udah diajarin.

62

Pertanyaan Ibu RM juga diutarakan oleh RY dan TK (anak dari

Bapak JK dan Ibu SM) sebagai berikut:

“Ibu ndak pernah ngajarin tentang Tuhan adanya Allah tau ya

tau sendiri, gatau tau aja kalo Tuhan itu Allah”.

Dalam hal Ibadah Ibu RM termasuk orang yang sering melakukan

ibadah. Terhadap kedua anaknya Ibu RM hanya sekedar

mengingatkan seperti yang telah diutarakan oleh Ibu RM sebagai

berikut:

“Kalo sholat lima waktu saya kadang-kadang

mengingatkan. Saya lebih memperhatikan sekolahnya biar dia

jadi orang sukses nanti. Biasanya kalo puasa ramadhan RY dan

TK puasa tapi kadang ada-ada saja yang bolong beberapakali.

Sekarang pada susah dibilangin, udah pada gedhe-gedhe malah

sering gak pada mu nurut. saya ngajarin anak tentang agama

paling hal-hal yang kecil aja. Soalnya ilmu saya tentang agama

juga tidak terlalu tinggi. yang penting anak saya bisa ngaji itu

aja udah cukup.”

.

Pertanyaan Ibu RM juga diutarakan oleh RY dan TK (anak dari

Bapak JK dan Ibu RM) sebagai berikut ini:

63

“Aku jarang sholat, soalnya ibu jarang mengingatkan, ibuk juga

udah sibuk diwarung. Kalo puasa aku puasa terus tapi ada yang

bolong kalo lagi sakit ndak enak badan”.

Akhlaq merupakan sikap yang telah dimiliki seseorang. Didalam

keluarga Ibu RM beliau mengajarkan tentang akhlaq pada anak-

anaknya sesuai dengan perilakunya sehari-hari. selama itu baik

baginya. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Ibu RM sebagai

berikut:

“Sehari-hari saya dan anak-anak bebas mau ngapain aja, selama

nggak bikin malu.

Pertanyaan Ibu RM juga diutarakan oleh RY dan TK (anak dari

Bapak JK dan Ibu SM) sebagai berikut ini:

“Ibu jarang memarahi kalo saya melakukan kesalahan, paling

kalo saya ndak mau nurut belajar.”

Setelah Penulis melakukan penelitian tentang akhlaq, pada anak-

anak dari Ibu RM yang bertindak semuanya sendiri. Anak pertama

yaitu RY yang paling sulit untuk diatur, tidak mau bersekolah dan

tidak mau bekerja padahal dulu sempat memasuki sekolah yang

tergolong favorit, tetapi karena kesalahannya sendiri akhirnya dia

dikeluarkan dari sekolah. Sehingga pendidikan terakhir RY hanya

SMP. Sesuai dengan observasi secara langsung pekerjaan RY hanya

64

mengadu ayam jago padahal jelas-jelas hal itu sangat dilarang. Selain

itu dia terkadang dia bekerja sebagai buruh bangunan, tetapi ketika dia

ada niat untuk bekerja. RY sosok anak laki-laki yang tergolong kurang

baik di masyarakat karena sering meminum-minuman keras dan

berpesta dengan teman-temannya. Setelah Ayah dan ibunya becerai

RY selalu bertingkah seenaknya sendiri tidak mau membantu Ibunya

yang bekerja. Ibunya selalu menasehatinya sesuai dengan penuturan

Ibu RM:

“Saya udah kewalahan ngadepin RY, gatau yang dianut tu siapa?

setiap saya nasehati tidak pernah didengarkan, semaunya

sendiri, tobaat ngadepin dia”.

Berbeda dengan anak Ibu RM yang kedua yaitu TK dia adalah

anak perempuan Ibu RM. Selalu membantu ibunya berjualan. Apapun

yang diinginkan TK selalu terpenuhi. TK selalu mendengarkan

perkataan Ibunya, sesuai dengan yang diutarakan Ibu RM:

“ Kalo TK berbeda, dia selalu membantu saya, apapun yang dia

minta selalu saya turuti, saya juga berpesan sama dia asal dia

sekolah dan belajar yang rajin apapun saya akan turuti, karena

dia harapan saya satu-satunya, dan sangat berbeda sekali

dengan kakaknya”.

2) Keluarga Ibu AR

65

Ibu AR adalah seorang perempuan yang tangguh beliau

menghidupi kedua anaknya. Setelah Ibu AR memilih untuk pisah

ranjang karena suaminya tidak mau menafkahi dan tidak melakukan

kewajibannya sebagimana seorang kepala keluarga. Bapak SJ

merupakan seorang yang pemalas beliau sangat cuek dengan keluarga,

apalagi dengan anaknya Bapak SJ tidak pernah memperdulikannya

meskipun anaknya sedang sakit pun. Bapak SJ sekarang memilih

dengan wanita lain dan bersenang-senang tanpa memperdulikan istri

dan anaknya. Sehingga Ibu AR hanya pendidik anak-anaknya sendiri

sesuai kemampuan Ibu AR sesuai dengan yang diutarakan Ibu AR:

“Saya selalu mengajarkan agama islam pada anak saya,

menasehatinya, karena menurut saya dari kecil anak harus

diajarkan tentang agama islam meskipun sedikit demi sedikit”.

Meskipun Ibu AR sibuk bekerja, beliau selalu memperhatikan

anaknya dari mulai sekolah, belajar les privat dan mengaji. Dalam hal

keimanan atau aqidah Ibu AR mengajarkan Pendidikan agama islam

dengan cara menfasilitasi dan menyekolahkan kedua anaknya di

sekolahan yang berbasis Islam. Sesuai dengan yang diutarakan Ibu

AR berikut:

“Saya nggak pernah ngajarin tentang rukun iman dan rukun

islam, anak saya dua-duanyasaya udah nyekolahin di TK Islam

Terpadu trus di Madrasah Ibtidaiyah, saya rasa udah diajarin”.

66

Pertanyaan untuk Ibu AR juga diutarakan oleh MC dan VG (Anak

dari Ibu AR dan Bapak SJ):

“Saya tahu tentang materi pendidikan agama Islam dari saya

belajar di MI Madrasah Ibtidaiyah pak guru agama selalu

menerangkannya ketika belajar tentang rukun iman islam”.

Ibu AR dalam ibadah selalu mengajarkan anaknya sholat dengan

cara diajak sholat dan menirukan gerakan sholat, selain itu sejak kecil

Ibu AR selalu mendidik anaknya dengan melatihnya sholat, puasa.

Selain itu kedua anaknya juga mengaji di tempat pak ustad.

Sebagaimana yang diutarakan Ibu AR

“kalo ngaji saya suruh ngaji di pak ustad, bareng sama

temen-temennya. kadang saya antar jempu soalnya kalo pulang

maen dulu ga langsung pulang. kadang saya marahi kalo nggak

langsung pulang. Dari kecil juga sering nirukan gerakan sholat

kalo saya lagi sholat. sampe sekarang nggak saya suruh kadang

sholat sendiri. tapi yaa namanya anak-anak pasti ya kadang

malesan. Dari kelas 1 MI kedua anak saya MC dan VG sudah

puasa sampe maghrib, alhamdulilah kalo puasa mereka

semanagt terutama puasa ramadhan. dulu saya sering kasih

hadiah apaa gitu kalo dia pinter puasanya”.

67

Ibu AR merupakan ibu yang baik yang mau menomorsatukan

pendidikan anaknya. Meskipun seorang diri mengurus anaknya.

beliau tetap memperhatikan anaknya.

Pertanyaan untuk Ibu AR juga diutarakan oleh MC dan VG (Anak

dari Ibu AR dan Bapak SJ):

“Saya selalu disuruh ibu, untuk sholat. kalo ndak sholat saya

dimarahi ibu. kalo puasa senin kamis saya kadang puasa. kalo

puasa ramadhan puasa terus”.

Pendidikan akhlaq dalam keluarga Ibu AR adalah dengan cara

membiasakan melakukan perbuatan yang baik. Akhlaq merupakan

cerminan tingkah laku seseorang, apakah anak tersebut di didik oleh

orang tuanya dengan baik ataukah tidak. Sesuai yang telah diutarakan

Ibu AR:

“Saya mengajarkan perilaku yang sopan, disiplin dan mandiri.

dari kecil udah saya ajarkan mandiri, prihatin juga biar ndak

manja. Apalagi tentang uang, selalu saya ajarkan untuk

berhemat dan menabung. kalo perilaku sehari-hari anak saya

sudah baik, disekolahan juga ndak pernah ada masalah,

alhamdulilah. sama saya juga nurut ndak pernah bantah apalagi

membentak”.

Selain membiasakan melakukan perbuatan yang baik, Ibu AR

selalu mengajarkan kemandirian terhadap anaknya. Agar anaknya

68

tidak bersikap manja dan semua hal apapun harus dengan usaha

mereka untuk selalu berbuat baik dan mematuhi perintah ibunya.

Pertanyaan untuk Ibu AR juga diutarakan oleh MC dan VG (Anak

dari Ibu AR dan Bapak SJ):

“Saya dimarai ibu kalo nakal, kadang kalo maen ga pulang-

pulang juga dimarahin. kalo aku salah ibu selalu marah tetapi

dengancara menasehatinya, jadi saya takut kalo ngulangi lagi.”

3) Keluarga Ibu AT

Setelah dilakukan penelitian adapun informasi yang telah

diperoleh. Kehidupan Ibu AT selalu terlihat bahagia tanpa masalah,

sebelum bercerai dengan suaminya. Ibu AT bercerai dengan

suaminya saat anaknya berumur 3 tahun. Alasan mereka bercerai

adalah karena tidak pernah menafkahi keluarganya terutama istri dan

anaknya. Melakukan judi uang menghambur-hamburkan uang

padahal. Dia bekerja tidak untuk keluarganya tetapi untuk dirinya

sendiri dan senengannya sendiri. Adapun hal yang paling

menyakitkan yaitu KDRT. Bapak ED ini selalu melakukan kekerasan

terhadap istrinya sesbagimana yang telah diutarakan oleh Ibu AT

sebagai berikut:

“Dia pernah mukul saya, melempar pakek kursi kecil gitu,

kadang mendorong-dorong kepala saya sambil bilang-bilangin

saya atau ngata-ngatain”.

69

Setelah bercerai dengan suaminya Ibu AT mendidik anaknya

sendiri, bekerja mencari uang, pergi pukul 07.00 pagi hingga pukul

19.00 WIB.

Pendidikan agama dalam keluarga Ibu AT terlihat saat penulis

melakukan penelitian. Berdasarkan pengamatan Ibu AT jarang

melakukan ibadah seperti sholat. Tetapi Ibu AT mempunyai kemauan

atau berharap anaknya menjadi anak yang baik dan mengerti agama.

Dalam materi keimanan atau aqidah Ibu AT tidak pernah

mengajarkannya. Menurut Ibu AT anaknya CH diajarkan tentang hal

tersebut melalui TPA di dan saat berada di bangku TK. Seperti yang

diutarakan Ibu AT sebagai berikut:

“Saya udah suruh ngaji di TPA paling udah diajarin disitu

tentang keimanan.”

Dalam keluarga ini anak Ibu AT masih berusia 5 tahun yang

berada dibangku TK dasar atau TK kecil, oleh karena itu tidak dapat

menguatarakan pendapatnya. Jika dilihat gerak-gerik anak Ibu AT

termasuk anak yang aktif tetapi dia pendiam dan pemalu. Di bangku

sekolah CH termasuk anak yang pintar dan selalu mendapat bintang.

Untuk kegiatan Ibadah Ibu AT termasuk orang yang kurang aktif

dalam melakukannya. Tidak pernah terlihat dimasjid kecuali ketika

sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesuai yang diutarakan Ibu AT berikut

ini:

70

“kalo saya lagi sholat kadang ikut-ikutan tapi kalo lagi

nggak sholat ya nggak”. saya ke masjid kalo sholat pas hari raya

sama taraweh”.

Ibu AT mengajarkan tentang akhlaq yang baik terhadap anaknya.

Ibu AT memberikan contoh yang baik pada anaknya. Sebagaimana

yang telah diutarakan oleh Ibu AT sebagai berikut:

“Saya marahi kalo nakal-nakal, biasanya kalo ngeyel susah

dibilangin”. sama temen-temennya dia alhamdulilah nggak

nakal, di sekolahan juga gada komplen apa-apa. Saya ngajarin

dia agar berbuat baik sama semua orang”.

Meskipun Ibu AT jarang berada di rumah tetapi beliau

mempunyai harapan yang penuh terhadap anaknya agar anaknya

menjadi anak yang baik dan sukses dikemudian hari. Tetapi setelah

dilakukan penelitian Ibu AT mendidik anaknya masih dalam tahap

minimum belum maksimal dan sepenuhnya. Hal itu terjadi karena Ibu

AT jarang berada dirumah dan bekerja keras menjadi rulang

punggung keluarga.

4) Keluarga Bapak QZ

Keluarga Bapak QZ merupakan keluarga yang harmonis sebelum

istrinya memutuskan untuk bekerja di luar Negeri. Istrinya memilih

bekerja di luar Negeri karena masalah ekonomi yang sangat sulit.

Sementara mereka mempunyai satu anak yang harus disekolahkan

dengan biaya yang tidak sedikit. Ibu TN bekerja di luar Negeri sudah

71

6 tahunan beliau bekerja keras. Tetapi setelah itu Ibu TN memilih

untuk bercerai, Ibu TN sudah menemukan seorang laki-laki yang

dicintainya. Seiring berjalannya waktu perceraian telah terjadi dan hak

asuh anak berada pada Bapak QZ. Sejak kelas 3 MI Bapak QZ

merawat anaknya seorang diri. Beliau berusaha semampunya untuk

mendidiknya. Pendidikan Agama islam diajarkannya sesuai

kemampuannya.

Dalam materi keimanan Bapak QZ sudah menyerahkan kepada

pihak sekolahnya. RF bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah yang dimana

notabennya pelajaran Islam lebih banyak dari Sekolah dasar lainnya.

Sesuai yang telah diutarakan Bapak QZ berikut:

“Saya udah serahkan ke pihak sekolah dia juga seolahnya di MI

paling udah diajarin tentang iman kepada Allah dan lain-lain”.

Dari penuturan Bapak QZ tersebut, dapat diperjelas bahwa Bapak

QZ belum mengajarkan tentang materi keimanan secara menyeluruh.

Dalam menerapan Ibadah Bapak QZ mendidik anaknya dengan

cara nasehat dan dorongan. Hal tersebut dilakukan ketika Bapak QZ

berada dirumah karena keadaan yang membuat Bapak QZ bekerja

keras. Sesuai yang telah diutarakan oleh Bapak QZ berikut:

“Ya. kadang saya suruh sholat kadang kalo saya nggak dirumah,

kurang tau dia sholat apa nggak. dulu pas kecil ikut ngaji TPA

setiap sore, sekarang nggak pernah, ngaji dirumah aja jarang”.

72

Bapak QZ mendidik akhlaq anaknya dengan cara nasehat. Beliau

kurang memperhatikan seharusnya Bapak QZ dapat memberikan suri

tauladan yang baik terhadap anaknya agar anak dapat melihat dan

menirukan contoh Bapaknya. Sesuai yang telah diutarakan oleh Bapak

QZ berikut:

“Saya selalu marahi kalo nakal, apalagi sekarang masa-masa

remaja . pasti lagi susah-susahnya dibilangin, makannya sering

tak marahin. Sukanya maen terus, pulang malam. Maen sama

temen-temennya. Padahal kemaren habis minta sepeda motor,

saya kira dapat ngebuat dia semngat belajar tambah rajin, eee

malah kebalikan malah anaknya maen terus”.

Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga Bapak QZ kurang maksimal dan efektif. Pendidikan Agama

Islam harus ditanamkan dan diajarkan oleh orang tua sejak kecil lebih

baik sejak dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh dan berkembang

hingga usia lanjut. Dalam keluarga Bapak QZ dari pendidik yang

utama yaitu Ibu sangat kurang memperhatikan bahkan Ibu TN selalu

sibuk bekerja. Seharusnya mendidik anak yang efektif dan berhasil

dilakukan oleh seorang ibu dengan cara yang baik.

5) Keluarga Ibu AY

Ibu AY merupakan seorang wanita yang kuat beliau bekerja keras

untuk menghidupi anaknya. Beliau telah pisah ranjang dengan

73

suaminya. Suaminya pergi ke Sulawesi untuk bekerja dan akhirnya

Bapak KO menikah lagi dengan istrinya kedua. Padahal status Bapak

KO masih menjadi suami dari Ibu AY tetapi Bapak KO memalsukan

Kartu penduduknya agar dapat menikah. Sejak kecil IN di didik

Ibunya mengenai Agama Islam mengenai Aqidah atau keimanan,

Ibadah dan akhlaq.

Ibu AY sudah mengajarkan tentang pendidikan agama Islam

sejak kecil. Ibu AY mendidiknya dengan kasih sayang.

menyekolahhkannya dalam ruang lingkup agama yang baik seperti di

TPA. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu AY berikut:

“Dulu pas kecil IN ngaji TPA di desa, diajarin banyak hal tentang

agama, tapi semenjak SMA ini jarang ngaji, apalahgi dulu saya

pernah kerja di Arab. Jadinya dia dirumah gada yang merhatiin,

apalagi ayahnya yg malah pergi entah kemana”.

Mendidik anak dalam hal ibadah bukanlah suatu hal yang mudah.

Ketika kita yakin dan mampu melkukannya pasti anak yang akan

dididik pun juga akan mampu dalam melakukannya. Seperti halnya

yang dilakukan Ibu AY, melakukan upaya semaksimal mungkin agar

anaknya mampu melakukan ibadah. Sesuai yang telah diutarakan Ibu

AY:

“Saya selalu menyuruh anak saya untuk sholat, dan saya selalu

bilang sholatlah nak, sholat adalah kewajiban kita gitu, tapi

gatau yaa namanya anak kadang rajin kadang nggak. kadang

74

sholat kadang nggak.. Ya saya sebagai orang tua nggak akan

pernah berhenti ngingetin diaa. Meskipun dulu saya pernah jauh

tapi komunikasi tetap ada misalnya saya selalu telfon dia. kalo

puasa juga selalu puasa dari kelas 3S.”

Pendidikan akhlaq di dalam keluarga Ibu Ay telah ditanamkan

sejak kecil. Hal tersebut diajarkan kepada anaknya dengan cara

memberikan tauladan yang baik. Sebagaimana telah diutarakan oleh

Ibu AY berikut ini:

“Saya selalu memberikan contoh yang baik buat anak saya, agar

dia meniru apa yang saya lakukan. contohnya saat saya berbuat

baik misal memberikan sesuatu sama orang gitu.”

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam dalam

keluarga Ibu AY sudah cukup efektif untuk mendidik anak-anaknya.

Beliau berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik anaknya

dengan baik dan sesuai syariat Islam. Ibu AY mempunyai banyak

harapan untuk anaknya agar menjadi orang yang sukses dan beragama

baik.

6) Keluarga Ibu US

Keluarga Ibu US mengalami perceraian sejak NS anaknya lahir.

Setelah itu Ibu US menyerahkan NS kepada kakek dan neneknya.

Sejak saat itu NS diurus oleh kakek dan neneknya. Pendidikan Agama

Islam telah tertanamkan dengan baik oleh Kakeknya. Kakeknya

merupakan seseorang tokoh agama dalam masyarakat dan perneh

75

menjabat sebagai kepala sekolah di MIN Doplang. Setelah itu ketika

NS berada dibangku kelas 1 SMA, seseorang yang dicintainya yaitu

kakeknya telah meninggal dunia karena sakit yang telah dideritanya.

Peneliti akan meneliti keluarga ini dengan cara mewawancarai

neneknya karena, keadaan yang membuat Ibu US tidak lagi kembali.

Beliau kini menetap di Malaysia sebelumnya Ibu US menetap di Arab.

Semenjak disana beliau selalu memberikan uang transferan kepada

NS dan neneknya. Karena bagaimanapun Ibu US masih mempunyai

kewajiban untuk menafkahi anaknya.

Dalam pendidikan Agama Islam Kakeknya sebelum meninggal

selalu menanamkan materi Agama dengan baik dan mendidik secara

langsung. Sesuai yang telah diutarakan Nenek berikut ini:

“mbah kungnya dulu sayang sekali kalo sama NS, dia selalu

mengajarkan materi Pendidikan Islam dengan memberi tahu

tentang iman kepada Allah, malaikat, dan lain-lain. melatih

membaca syahadat dan artinya menjelaskan iman yang diyakini

dengan hati diucapkan perkataan dan melakukan perbuatan

gitu.”

Ibadah dalam keluarga ini terlaksanakan dengan baik.

Sebagaimana sesuai dengan Observasi penulis bahwa ketika itu waktu

mulai menunjukkan 18.00 Nenek dan NS bergegas untuk berwudhu

dan melakukan sholat di Masjid. Sebagaimana yang telah diutarakan

oleh Nenek berikut ini :

76

“Saya selalu mengajak NS ke masjid, dari kecil malah. tujuannya

supaya dia mengenal sholat dan terbiasa melakukan sholat.

karena ketika dia sholatnya benar tindakannya juga akan benar,

Insaalah. Selain itu juga puasa ngaji juga diperhatikan. dia mulai

puasa maghrib dari kelas 3 MI.”

Ahkalq merupakan cerminan diri seseorang, ketika akhlaq

tersebut buruk atau pun baik, hal tersebut ternasuk hasil dari didikan

orang terdekat seperti Orang tua Ayah ataupunIbu. Dalam keluarga ini

Pendidikan akhlaq berada pada figur kakek dan nenek. Nenek dan

Kakek sebagai pengganti orang tua NS. berikut ini yang telah

diutarakan Nenek.

“Saya sayang sekali sama NS apalagi mbah kungnya, dulu

perhatian sekali sama NS. Tapi semenjak mbah kungnya

meningal NS seluruhnya saya yang atur.Sebisa mungkin saya

didik kaya yang mbahkungnya dulu. seperti diberi nasehat

dengan lemah lembut, dengan kasih sayang dan penuh

perhatian.” Alhamdulilah NS jadi anak yang baik, penurut,

nggak pernah nakal aneh-aneh”.

Meskipun Pendidikan Agama Islam diambil alih dan digantikan

Oleh Kakek dan Neneknya. Tetapi tidak menjadikan hambatan untuk

77

mendidik anak. Peran Kakek dan nenek tetap ada sebagaimana

selayaknya orang tua.

7) Keluarga Bapak MD

Bapak MD merupakan Single parent, beliau mendidik anaknya

seorang diri. Bekerja keras pagi siang dan malam. Kesibukan Bapak

MD tidak menjadikannya untuk mengutamakan pendidikan anaknya,

khusunya pendidikan Agama Islam.

Sejak kecil Pendidikan Agama Islam dalam keluarga ini sudah

ternanamkan. Sebelum meningal Ibu SK selalu memperhatikan

anaknya. Sesuai yang diutarakan oleh Bapak MD berikut ini:

“Sebelum Ibunya meninggal, anak-anak sudah dididik tentang

Agama Islam oleh Ibunya, dengan cara mengenalkan hal-hal

yang mudah, biasanya diajarin pake lagu-lagu, biar anaknya

semangat. Anak-anak juga diajarkan tentang akidah dengan

mengucapkan syahadat, dan menyakini dalam hati mengucapkan

dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan setelah ibunya

meninggal saya yang mendidik anak-anak saya. saya pengen

anak saya jadi orang yang tahu dan mengerti tentang agama

Islam saya sekolahkan anak-anak di PAUD,Tk di IT,MI,MTS dan

MAN. Dari keseluruhan tersebut berbasic Islam. Jadi materi

tentang Agama Islam telah ditnamkan disitu.”

Ibadah meliputi berbagai macam yaitu sholat lima waktu, puasa,

zakat dan lain-lain. Dalam keluarga ini sudah menjalankan

sebagaimana yang diperintahkan sesuai syariat Islam. Bapak MD

mengutarakan sebagai berikut:

78

“Saya jarang nyuruh sholat, anak saya sudah sadar akan

kewajibannya untuk sholat sering saya ajak ke masjid kalo nggak

dulu sama Ibunya dirumah. Puasa anak-anak mulai puasa kelas

3 MI meskipun kadang ada yang bolong . tapi mulai penuh

puasanya saat mereka kelas 5 full selama 30 hari.

Biasanya ngaji di mbah DW sampai sekarang, kadang kalo

ngajinya libur dirumah, baca Al-Qur’an sendiri biasanya libur

malam jumat.”

Akhlaq merupakan sifat yang terdapat dalam seseorang. Terdapat

akhlaq yang baik dan akhlaq yang buruk. Dalam keluarga ini Akhlaq

merupakan hal yang paling penting. Bapak MD mengutarakan sebagai

berikut:

“Alhamdulilah saya bersyukur sebelum ibunya meninggal,

ibunya selalu mendidik FR dengan baik, saya tidak tau pondasi

agama tidak kuat dia akan seperti apa, soalnya zaman sekarang

mengerikan, sedangkan saya yang sibuk kerja jarang merhatiin

dia. Saya sama Alm ibunya selalu mengajarkan berbuat baik,

memeberi ketika mempunyai sesuatu yang lebih.”

Pendidikan budi pekerti atau akhlaq pada keluarga Bapak MD

ditanamkan sejak kecil dengan cara keteladanan. Dengan cara

mencotohkan perbuatan yang baik dan menasehati perbuatan yang

buruk.

8) Keluarga Ibu SP

79

Sejak ditinggal meninggal oleh suaminya Ibu SP mendidik

anaknya sendiri. beliau mendidik anaknya dengan cara

menyekolahkannya didalam ruang lingkup Islam. Pendidikan Agama

Islam dalam kelarga ini tertanam dengan baik. Sesuai yang telah

diutarakan oleh Ibu SP berikut ini:

“Saya mendiidk anak saya dengan sungguh-sungguh, dari kecil

sudah saya sekolahkan di TPQ, itu mulai umur 5 tahun dan lanjut

di sekolah MI, saya sangat berharap agar anak saya bisa

mempunyai ilmu agama”

Dalam hal keimanan Ibu SP tidak mengajarkannya secara

langsung tetapi melalui mengaji di TPA sesuai yang diutarakan oleh

Ibu SP :

“Saya tidak mengajarkan tentan keimanan dengan langsung,

saya berfikir di TPA dan di MI sudah diajarkan. Jadi ya mungkin

dari situ udah paham.”

Ibadah adalah wujud dari aqidah atau keimanan yang baik akan

di implementasikan melalui ibadah yaitu sholat, mengaji, puasa dan

lain sebagainya. Ibu SP telah mengutarakan sebagai berikut:

“kalo ngaji sudah diajarkan di TPA. di sekolahan juga ada ngaji

sehabis sekolah umum, kalo ngaji TPA nya libur saya sendiri

yang mengajarinya.Untuk sholat lima waktu saya sering ajak ke

80

mushola shalat berjamaah meskipu kadang gojek. kalo puasa

sudah sejak SD puasanya full.”

Pendidikan Akhlaq adalah cerminan dari diri seseorang sebagai

budi pekerti dan sifat yang melekat. Sebagai orang tua harus mendidik

anaknya dengan cara mencontohan perbuatan yang baik sebagimana

yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhamad SAW. Sebagaimana

yang telah diutarakan oleh Ibu SP berikut ini.

“ Saya selalu mengajarkan anak saya berbagi, sama siapa saja

yang ada disekelilingnya. Karena saya pikir dengan begitu dia

lebih bisa menghargai, dan menumbuhkan kasih sayang dan

tidak jadi anak yang egois” Saya selalu nasehatin kalo dia nakal

tapi sejauh ini dia nakalnya masih wajar”.

b. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga Broken home.

Setiap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai faktor-

faktor yang menjadi pendukung dan yang menjadi pendukung. Faktor

yang menjadi pendukung merupakan faktor yang memberikan dampak

yang baik atau konstruktif. Setiap anak yang dididik pasti tidak akan

semudah dan bebas tanpa tantangan. Orang tua harus dapat

mempertahankan hal-hal atau faktor-faktor yang menjadi pendukung agar

mendidik tentang Pendidikan Agama Islam pun lebih efektif.

Faktor penghambat merupakan hal yang menjadikan anak tidak

dapat menerima Pendidikan Agama Islam dan lebih berfokus dengan hal

yang lainnya. Faktor penghambat harus sebisa mungkin dikondisikan oleh

81

orang tua agar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tetap berjalan dengan

baik.

1) Keluarga Ibu RM

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, faktor

penghambat dan faktor pendukung, dalam orang tua mendidik

Pendidikan Agama Islam. Dalam keluarga Ibu RM yang menjadi

dominan yaitu sebagai faktor penghambat. Sesuai yang telah

diutarakan oleh Ibu RM berikut ini :

“Hambatannya selama ini menurut saya khusunya RY teman

sebaya, geng vespa itu loh, sering sekali ngajak touring kemana-

mana sampe Kendal, Yogyakarta, Solo. Saya khawatir alo ada

apa-apa wong Cuma bawa vespa protolan nggak lengkap,

takutnya kalo ada polisi. Tapi alhamdulilah sejauh ini nggak

pernah ketangkep polisi soale berangkatnya malem pulangnya

dua hari sesudahnya pagi gitu. Selama ini saya nurutin apa aja

kemauan dia, tapi kalo dia seenaknya sendiri ya gimana lagi, dia

itu sifatnya nurun bapaknya mirip banget. Kalo TK alhamdulilah

nurut kalo sama saya”.

Dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung atau pendukung

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Ibu RM yaitu Orang tuanya

yairtu Ibunya, perhatian dan segala kebutuhan anaknya selalu

dipenuhi apapun yang diinginkan selalu dikabulkan. Sedangkan yang

menjadi faktor penghambat adalah Lingkungan sekitar dan teman

sebaya. Teman sebaya mempengaruhi hal yang negatif karena

melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat contohnya touring.

82

2) Keluarga Ibu AR

Keluarga Ibu AR merupakan keluarga yang baru saja mengalami

keretakan. Bapak SJ yang memilih wanita lain dibandingkan

mengurusi anak-anaknya. Padahal Usia anaknya yang terpaut anak-

anak dan remaja sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian.

Begitupula dalam mendidik Pendidikan Agama Islam ada beberapa

faktor pendukung dan penghambat Sesuai yang dikatakan Ibu AR

berikut ini:

“Saya nggak pernah berhenti kasih perhatian ke anak saya,

sampe hal kecil pun saya lakukan misalnya ngaji kok nggak

pulang-pulang, ya saya cari sampe ketemu. Buku pelajaran kalo

belum ditata ya saya tatain. lingkungan keluarga juga selalu

menguatkan, terutama nenek atau ma’e selalu memberi semangat

sesulit apapun masalah. Kalo yang jadi hambatan ya paling kalo

anak-anak ngerasa jenuh bosen merasa males belajar.”

Ibu AR selalu mendidik anaknya dengan penuh perhatian dan

kasih sayang. Perhatiannya yang tidak pernah terlewatkan. Dengan

hal tersebut dapat menjadi faktor pendukung dalam pendidikan agama

Islam. Anak akan lebih mudah untuk mengerti dan mau belajar

tentang Agama. Lingkungan keluarga terutama keluarga terdekat

yaitu nenek yang selalu memberikan motivasi agar usaha Ibu

mendidik anak-anaknya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan

tujuannya.

3) Keluarga Ibu AT

83

Faktor pendukung dan penghambat selalu ada dalam orang tua

mendidik anaknya. Apalagi dalam kondisi yang hanya Ibu yang

berperan mengurus anaknya secara menyeluruh dan tanpa ada seorang

Ayah yang mendidiknya. Ibu AT mengutarakan sebagai berikut:

“Sejauh ini gada hambatan cumak kadang sering main terus

pengennya. ya kadang males ngaji, tergantung kemauannya kalo

lagi rajin ya rajin banget, kalo lagi males ya males, belum bisa

stabil. faktor yang mendukung keluarga, kebetulan kakak saya

punya anak seumuran, jadinya sering ngaji bareng belajar

bareng”.

Dapat diperjelas bahwa faktor pendukung Pendidikan Agama

Islam dalam keluarga Ibu AT adalah keluarga terutama Ibu AT dan

pihak keluarga lain seperti saudara seumuran. Selalu mengajak hal-

hal yang positif. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat yaitu

tidak dapat stabil untuk mengerrjakan sesuatu karena faktor usia anak

yang masih anak-anak.

4) Keluarga Bapak QZ

Dalam mendidik PendidikanAgama Islam terdapat faktor

pendukung dan faktor penghambat. Dalam keluarga Bapak QZ, antara

dua faktor pendukung dan penghambat tidak ada yang mendominasi,

keduanya masih sama-sama seimbang.

“Selama ini yang mendukung dia bisa mau sekolah dan belajar

dirumah ya dia sendiri, dia kalo nggak semaunya sendiri susah

84

dibilangin. Nanti nek saya marahi malah jadi ribut malah

bangkang. Faktor lain itu dari perhatian guru-gurunya

disekolahan. Kalo faktor penghambatnya ya kalo dia susah

dibilangin, semaunya sendiri.”

Dapat diperjelas bahwa faktor pendukung dan penghambat dalam

mendidik anak dalam keluarga broken home yang menjadi faktor

pendukung belum dapat mempengaruhi, hanya saja mendominan sedit

saja.

5) Keluarga Ibu US

Ibu US merupakan orang tua yang sibuk bekerja dan

menyerahkan seluruh tanggung jawabnya sebagai Ibu kepada Ibunya

atau kepada Nenek. NS merupakan anak satu-satunya yang dibesarkan

oleh neneknya. Adapun faktor pendukung dan penghambat, sesuai

yang diutarakan Nenek SO berikut ini:

“Faktor pendukung ya tetap dari keluarga, keluarga kerabat

teman-temannya, lingkungan sekitar, guru-guru disekolahan

alhamdulilah banyak yang menjadi faktor pendukung, selama ini

NS juga dianggap baik . Dia anaknya nurut nggak aneh-aneh

patuh banget sama saya sebagai nenek sama alm kakeknya juga.

Dapat diperjelas bahwa Faktor yang mendukung dalam Nenek

SO mendidik Pendidikan Agama Islam yaitu sangat banyak dan

terdapat pada beberapa seperti keluarga terdekat, lingkungan

masyarakat, teman sebaya dan lngkungan sekolah. Sedangkan yang

menjadi faktor penghambat sampai saat ini belum ditemukan.

85

6) Keluarga Ibu AY

Dalam keluarga Ibu AY beliau mendidik anak-anaknya sesuai

kemampuannya. Adapun yang menjadi faktor pendukung adalah

Keluarga. Seperti yang diutarakan oleh Ibu AY berikut ini :

“Saya selalu kasih yang terbaik buat anak saya, cara meneladani

Agama Islam, menaati Agama. Sampai sekarang saya dan

Ayahnya IN tidak lagi dapt bersatu lagi, karena Ayahnya sudah

mempunyai Istri lagi. kalo misalnya saya dan ayahnya dapat

kembali seperti dulu mungkin IN akan senang dan bersemangat

menjalankan sesuatu”.

Ibu AY berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik

untuk anaknya. Faktor pendukung dan faktor penghambat terdapat

pada lingkungan keluarganya sendiri. Keluarga yang terdahulu

merupakan keluarga yang harmonis. Tetapi dengan keadaan yang

berbeda. Keluarga Ibu AY mengalami pisah ranjang. Sehingga dalam

hal mendidik anak pun tidak efektif lagi.

7) Keluarga Bapak MD

Faktor pendukung dan penghambat dalam mendidik Pendidian

Agama Islam terdapat pada keluarga Bapak MD. Sesuai yang telah

diutarakan oleh Bapak MD sebagai berikut:

“Keluarganya dari yang Ibu Alhamdulilah guru semua jadinya

sering nasehatin terutama tante-tantenya, omnya pada baik

semua perhatian ya pokoknya sayang kalo sama FR. Meskipun

mereka sudah punya keluarga sendiri-sendiri tapi tetep

86

memperhatikan anak saya seperti anaknya sendiri. selain itu

remaja-remaja di sini juga baik memberi efek yang positif . Kalo

hambatan kadang kalo minta sesuatu misalnya HP atau apa gitu

kalo nggak diturutin agak cemberut, memang dia nggak marah

tapi mukanya cemberut, paling itu aja sampai sekarang paling

hal-hal yang kecil aja.”

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Bapak MD memiliki

faktor pendukung dari kerabat keluarga tepatnya saudara-saudara dari

Alm Ibu SK memberikan perhatian dan dorongan yang baik terhadap

FR. Adapun faktor penghambat yaitu keinginan anak yang terkadang

belum terpenuhi yang membuat sedikit menghambat Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga Bapak MD.

8) Keluarga Ibu SP

Ibu SP menjadikan anak sebagai prioritas utamanya. Karena

anaknya adalah anak satu-satunya, maka Ibu SP mendidik anaknya

dengan sungguh-sungguh dalam mendidik tentu terdapat faktor

pendukung dan faktor penghambat. Sesuai yang diutarakan oleh Ibu

SP berikut ini:

“Dari kecil saya mendidik anak saya dengan kasih sayang yang

penuh, sebelum bapaknya meninggal juga, kita sebagai orang tua

menomor satukan anak sebagai hal yang utama karena SM anak

saya satu-satunya, meskipun tinggal saya yang berperan sebagai

87

Ibu sekaligus Ayah bagi dia. Selain itu hal yang mendukung

lingkungan pendidikan yang selalu bersasis Agama. Faktor

yang menjadi hambatan itu lingkungan rumah kebanyakan anak-

anak sini nggak pada sekolah. Sebenarnya ya tidak terlalu

menghambat tapi saya takut kalo memberikan dampak yang

buruk.”

Faktor pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Ibu

SP adalah karena Ibu SP selalu memprioritaskan anak sebagai hal dan

tanggung jawab yang utama terutama untuk mendidik Pendidikan

Agama Islam. Sedangkan yang menjadi hambatan adalah lingkungan

yang kurang mendukung untuk anak dapat tumbuh kembang.

c. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam

dalam keluarga Broken home

Keluarga yang harmonis merupakan keluarga yang selalu

didambakan oleh setiap orang. Suasana tersebut diciptakan untuk kebaikan

anggota keluarganya seperti Ayah, Ibu dan yang palng terpenting yaitu

seorang anak. Anak adalah fitrah yang telah dititipkan oleh Allah SWT

untuk manusia terutama orang tua agar mendidik dengan sepenuh hati,

ikhlas, sabar. Tetapi, akan berbeda halnya ketika didalam keluarga

terdapat konflik-konflik atau masalah-masalah. Biasanya masalah tersebut

timbul antara Ayah dengan Ibu, atau orang tua dengan anak. Dalam

keluarga broken home tentu tidak terlepas dari masalah. Semua yang

88

mengalaminya akan merasakan dan dapat menemukan cara memecahkan

masalah tersebut.

1) Keluarga Ibu RM

Ketika masalah telah muncul dalam keluarga Ibu RM, beliau

memilih untuk menasehati anak-anaknya terutama untuk

anakpertamanya RY. Anak pertama Ibu RM merupakan anak yang

sulit diatur. Dengan begitu Ibu RM menggunakan cara dengan

menyentuh hatinya. Selain itu cara yang dilakukannya adalah dengan

hentakan atau gertakan yang membangun. Seperti yang telah

diutarakan oleh Ibu RM berikut ini:

“Caranya ya dinasehati, kalo baik-baik nggak bisa ya dihertak

ditegasi soalnya kalo RY itu harus ditegasin, kalo TK masih bisa

nurut. kadang kalo saya udah capek ngadepin dia. Saya selalu

bilang gini sama RY“mas, kamu mau manut nggak sama mamak,

kalo masih mau nurut ya yang rajin, kalo mau semaunya sendiri

apa mau tinggal sama bapakmu aja sana” mamak tak dirumah aja

sama TK adekmu. biasanya kalo dihertak kaya gitu dia mau nurut.”

Ibu RM lebih melibatkan mantan suaminya karena anak Ibu

RM tidak pernah mau tinggal bersama Ayahnya bagaimanapun

keadaanya. Karena semua kebutuhan anak-anaknya selalu dipenuhi

oleh Ibu RM.

2) Keluarga Ibu AR

Ibu AR memecahkan masalahnya dengan cara ber’doa karena

berdo’a merupakan salah satu cara untuk menengkan hati dan berserah

89

diri kepada Allah. Selain itu, setiap masalah yang datang Ibu AR

selalu sabar menghadapinya. Berfikir bahwa semua akan baik-baik

saja. Ibu AR selalu terfokus untu masa depan anak-anaknya. Ibu AR

telah menguatarakannya sebagai berikut :

“Biasanya kalo ada masalah baik dari saya kepada anak saya

ataupun suami saya saya hanya bisa bersabar, berdoa sama Allah.

Apalagi masalah saya dengan suami saya yang tak kunjung

terselasaikan. Saya hanya mau fokus ke anak saya saya selalu bilang

“kamu kekuatan ibuk nak, kamu harus baggakan ibuk dan perlihatkan

pada Ayahmu diluar sana bahwa kita bisa hidup tanpa dia. sejauh ini

masalah-masalah masih dalam batas yan wajar”.

Setiap anggota keluarga sangat mendambakan suasana

keluarga yang terbebas dari suatu masalah. Begitupula keluarga Ibu

AR, yang sebisa mungkin menhindarkan masalah-masalah yang ada

3) Keluarga Ibu AT

Ketika dalam keluarga timbul suatu masalah dalam mendidik

anak, orangtua harus mencari cara untuk memecahkan masalah

tersebut. Dalam keluarga Ibu AT memilih cara yang mudah yaitu

dengan cara mencari apa saja yang termasuk kesukaan anaknya,

kemudian hal tersebut dijadikan untuk memberikan dorongan atau

semangat ketika anak merasa malas. Seperti yang diutarakan oleh Ibu

AT berikut ini :

“Saya kasih pengertian, misalnya itu jelek tidak baik. Pada

intinya saya kasih tau mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Di nasehatin juga kalo misalnya bandel. biasanya kalo minta

90

jajan banyak banget. tak suruh nabung biar nggak jajan terus.

kalo gakmau ngaji kadang saya cari seuatu yang bisa buat dia

mau rajin lagi ngaji, kayak hadiah ato apa.”

Memberikan hadiah merupakan cara untuk membangkitkan

semangat anak. Karena mood pada anak yang sebelumnya turun

akan kembali stabil kembali bahkan akan meningkatkan mood anak.

Tetapi hal tersebut harus dibatas wajar karena ketika anak selalu

dibiasakan seperti itu akan menjadi kebiasaan yang buruk. Hal

tersebut hanya sebagai perantara untuk mengembalikan kestabilan

anak.

4) Keluarga Bapak QZ

Usia remaja adalah usia perkembangan anak yang sangat rawan.

Keadaan tersebut mengakibatkan anak mempunyai banyak kemauan

yang bersifat menggebu-gebu dan terkadang minim untuk berfikir

panjang. Sebagai orangtua harus sepenuhnya memperhatikan anaknya

terutama ketika terdapat suatu masalah. Bapak QZ memilih untuk

menasehati anaknya agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif.

Sesuai yang telah diutarakan Bapak QZ berikut:

“Ketika ada masalah saya sebagi orangtua hanya bisa

menasehatinya dengan baik. kadang kalo saya kerasi malah

jadine ribut. biasanya dia ikut-ikutan teman-temannya teman

sebaya.Ya usia remaja ya lagi bandel-bandelnya. orangtua harus

extra memperhatikannya.”

91

Pada dasarnya perasaan seorang laki-laki dengan laki-laki akan

memanas ketika keduanya sama sama menggunakan cara hingga

menciptakan suasana yang buruk. tetapi ketika perasaan lawan jenis

terjadi maka satu sama lain akan merasa luluh jika salah satu dari

mereka menyentuh dengan hatinya. Begitu pula yang terjadi pada

anak laki-laki dengan Ayahnya pasti berbeda dengan apa yang dialami

ketika anak perempuan dengan Ayahnya ataupun sebaliknya. Hal

tersbut tidak selalu terjadi, kembali kepada orangtua bagaimana

memahami anaknya

5) Keluarga Ibu US

Peran orangtua yang diambil alihkan pada Nenek dan Kakeknya.

Hal tersebut tidak berdampak buruk malah terjalin hubungan yang

sangat terbuka antara NS dan Neneknya dan Alm Kakeknya. Setiap

masalah yang muncul NS selalu menceritakan kepada Neneknya.

Selain mempererat hubungan yang baik, hal tersebut juga dapat

menyelesaikan masalah dengan cepat. Seperti yang diutarakan oleh

Nenek SO berikut ini :

“Dia bilang sama saya tentang masalah yang dia hadepi, dari

masalah yang terkecil sampai yang kadang seirius, yaa saya

sebagai pengganti orang tua hanya bisa mendoakan dan

menasehatinya dengan baik-baik. Kalo sama Ibunya malah

kadang malah berantem gak sependapat.”

6) Keluarga Bapak MD

92

Bapak MD memcahkan masalah yang timbul dengan cara

mencari solusi yang sesuai dengan topik masalah. Dengan mencari

solusi yang sesuai masalah yang timbul akan cepat terselesaikan

dengan baik. Selai itu akan memberikan dampak yang positif. Seperti

yang telah diutarakan oleh Bapak MD berikut ini :

“Memecahkannya dengan cara dicari tau dulu penyebabnya

apa,misale kalo penyebabnya dari lingkungan sekitar ya sebisa

mungkin menjaga hubungan dengan lingkungan sekitar dengan

baik, dicari solusinya yang tepat yang sesuai dengan masalahnya

itu.”

Anak dari Bapak MD termasuk menginjak usia remaja. Dengan

begitu sbagai Orangtua harus xtra memperhatikan anaknya. Agar

anaknya tidak terjerumus dalam hal yang tidak diinginkan.

7) Keluarga Ibu AY

Ibu AY selalu mengajarkan anaknya sifat-sifat yang mendidik.

Terutama ketika mendapatkan masalah Ibu AY lebih memilih

mengajarkan keihklasan, kesabaran dan tawakal. Hal tersebut

merupakan cara yang terbaik karena seberat apapun masalah yang

datang. Selalu Allah rencanakan yang terbaik dan kembali lagi pula

kepada Allah sang pencipta alam semesta. Sesuai yang telah

diutarakan oleh Ibu AY berikut ini :

“dilatih berfikir lebih dewasa, menyerahkan semua kepadaNya

dan selalu menerapkan kunci kehidupan ikhlas, sabar dan

tawakal.”

93

Meskipun Ibu AY tidak mendidik anaknya secara sepenuhnya.

Tetapi beliua selalu menanamkan hal-hal yang baik sejak dini.

Dengan begitu ketika Anak sudah besar dapat berfikir dengan baik,

serta tau bagaimana cara memecahkan masalah sesuai apa yang

diajarkan oleh orangtuanya.

8) Keluarga Ibu SP

Ibu SP memecahkan masalah dengan cara bermusyawarah. Pada

dasarnya musyawarah adalah merupakan kita yang bagus untuk

memcahkan masalah karena disitu akan ada pendapat dari tiap

anggotanya seperti anak dan orangtuanya. Selain itu akan juga

terdapat pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan tujuan yang

telah diperoleh. Sesuai ungkapan yang telah diutarakan Ibu SP berikut

ini:

“Saya biasanya musyawarah sama anak saya, biar semua sama-

sama tau. berdiskusi tentang masalah tersebut, kalo dia lagi

males ya saya semangat

Setiap anak pasti mempunyai rasa malas dan kemauannya yang

tidak stabil. Baik pada usia anak-anak maupun usia Remaja sekalipun.

Dengan begitu orang tua harus semaksimal mungkin memkirkan jalan

keluar yang tepat ketika melakukan musyawarah.

B. Analisi Data

1. Cara mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken home.

94

Bedasarkan penelitian terhadap keluarga broken home di Desa

Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang orang tua mengajarkan

Pendidikan Agama Islam pada aspek keimanan tentang akidah dengan cara

mengajarkan keimanan, syahadat. sesuai dengan teori dengan cara

memahamkan sesuatu yang dipahami sebagai suatu keyakinan yang

dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal

perbuatan (Mahfud, 2011:12). Keimanan harus diperkenalkan pada anak

dengan cara memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasulnya, memberikan

gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan,

memperkenalkan ke-Maha Agungan Allah (Iman dan Kholifah,2009:6). Selain

itu sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan tentang Ibadah dengan

cara mengajak anak ke tempat ibadah, memperlihatkan bentu-bentuk ibadah,

memperkenalkan apa pengertian Ibadah (Kholifah,2009:6-7).

Mendidik anak tentang akhlak tidak hanya di didik saja tetapi sebagai

orang tua juga harus memberikan tauladan yang baik atau memberikan contoh

yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-

Ahzab ayat 21 :

واليوم لقد كان لكم ر وذكر ف رسول الله أسوة اسة ل من كان ييرجو الله الخ

كثيا الله

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

dia banyak menyebut Allah. (Hatta, 2009:420).

95

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhamad memberikan teladan

yang baik bagi umatnya, tidak hanya teori saja yang diberikan tetapi juga

contoh dan pelaksanaannya.

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama memiliki

tanggung jawab untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak.

Orangtua harus mengarahkan pendidikan dalam lingkungan keluarga ke arah

keteladanan yang positif. Pola Pendidikan berbasis keteladanan dalam keluarga

sangat menentukan kepribadian anak pada masa yang akan datang. Semakin

banyak keteladanan dan pengalaman yang diberikan oleh sebuah keluarga

kepada anak-anaknya, semakin kuat hal-hal positif terhadap pembentukan

kepribadian anak. Jika lingkungan keluarga tidak banyak memberikan

keteladanan atau malah bahkan malah memberikan contoh yang jelek pada

anak yang kelak akan dipraktekkan anak dalam kehidupan sehari-hari adalah

kepribadian yang negatif. Keluarga Ibu RM

Setiap orang tua mempunyai cara sendiri untuk mengajarkan

Pendidikan Agama Islam yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Keluarga Ibu AR

Ibu AR mendidik anaknya khusunya dalam Pendidikan Agama

Islam dengan cara: Mengajarkan Pendidikan Agama Islam sejak usia dini,

Menyekolahkan di sekolahan Islam terpadu, Selalu menyuruh untuk

mengaji selain itu sejak kecil Ibu AR selalu mengajarkan gerakan shalat

sehingga anaknya menirukannya. Mengajarkan puasa wajib dan sunnah.

96

Dalam hal akhlak mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan

santun, kemandirian dan keprihatinan.

b. Keluarga Ibu AT

Ibu AT selalu menyuruh anaknya untu mengaji di TPA, jarang pergi

ke masjid untuk melakukan sholat, tidak mengajarkan tentang sholat dan

puasa sejak kecil. Dalam hal akhlak selalu mengajarkan berbuat baik kepada

semua orang.

c. Keluarga Bapak QZ

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan bapak QZ

pada anaknya dengan cara menyerahkan ke pihak sekolah, tidak sering

menyuruh untu sholat, tidak pernah mengaji dan tidak pernah menyuruh

mengaji, selalu memarahi ketika melakukan kesalahan.

d. Keluarga Ibu AY

Ibu AY mengajarkan Pendidikan Agama Islam dengan cara selalu

mnyuruh untuk sholat, mencontohksn perilaku yang baik, selalu menirukan

apa yang dilakukan oleh Ibu AY.

e. Ibu US

Ibu US menyerahkan semua kepada kakek dan neneknya dengan

cara selalu mengajarkan mengaji, diberikan tentang materi tentang Agama

Islam sejak kecil, mengajarkan tentang iman dengan menyakini adanya

Allah, selalu diajak untuk pergi ke masjid, tidak pernah menyuruh sholat

97

karena sudah terkondisikan oleh anak, selain itu mengajarkan anak selalu

berpuasa pada bulan ramadhan.

f. Keluarga Bapak MD

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Bapak MD dilakukan

dengan cara menyekolahkan di ruang lingkup islami, sering mengajak ke

masjid, mengenalkan kalimat syahadat, selalu menyuruh untuk mengaji,

selalu mengerjakan perbuatan yang baik kepada semua orang.

g. Ibu SP

Ibu SP mengajarkan Pendidikan Agama Islam dengan cara selalu

mengajari untuk mengaji ketika di TPA diliburkan, mengajarkan sholat dan

puasa sejak kecil dan selalu memberikan contoh yang baik untuk anaknya.

Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam yang harus

ditanamkan pada anak adalah meliputi Akidah, Ibadah dan akhlak ketiga

tersebut harus ditanamkan pada anak. Penulis telah melakukan penelitian

dengan menggunakan metode deduktif. Metode Deduktif adalah cara berpikir di

mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

khusus (Suriasumantri, 2001:8-9).yang dimana hasil yang telah diporoleh

bersifat umum ke khusus. Setelah dilakukan wawancara dan observasi terhadap

keluarga yang mengalami broken home, penulis menyimpulkan cara mendidik

anak tentang Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home sebagai

berikut:

2. Faktor penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga

Broken home

98

Setelah penulis melakukan Observasi tentang faktor pendukung dan

penghambat dalam keluarga Broken Home hal tersebut dapat dijabarkan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tentang pendidikan Agama Islam

dalam keluarga Broken home yaitu lingkungan keluarga lingkungan keluarga

memegang peran yang sangat penting terutama orang tua, karena orag tua

merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Anak akan

mendapatkan didikan memalui orang tuanya sejak dalam kandungan sampai

tumbuh menjadi dewasa. Pada pertumbuhan anak tersebut orang tua harus

pintar mendidik anaknya agar tidak terjerumus dalam hal yang negatif (Abdul,

2010:50).

Lingkungan Sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keteladan,

gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah. Lingkungan sekolah

memegang peran kedua karena siswa akan mendapatkan berbagai bidang ilmu

pengetahuannya melalui sekolah (Slameto, 1991:30).

Lingkungan Masyarakat mendapat tanggung jawab bukan masyarakat

sebagai kelompok namun, dengan adanya tanggung jawab perseorangan dan

pribadi manusia, dan masyarakat yang selalu menjaga hubungan sosialnya

terhadap sesama. sebagaimana masing-masing anggota masyarakat itu

menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga mendorong masing-masing

anggota masyarakat untuk mendidik sendiri dan bersedia mendidik anggota

masyarakat yang lain (Hasbullah, 2012: 37).

99

Dalam penelitian ini menggunakan metode Induktif. Maksud umum

dari metode Induktif adalah temuan-temuan penelitian yang muncul dari

keadaan umum, tema-tema domain dan signifikan yang ada dalam data, tanpa

mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya (Moloeng,

2007:297).

a. Keluarga Ibu RM

Faktor yang menjadi penghambat Ibu RM untuk mengajarkan

Pendidikan Agama Islam untuk anaknya adalah geng motor vespa yang

selalu mengajak anak pertama Ibu RM untuk pergi touring sehingga waktu

untuk di rumah tersita. Selain itu tidak adanya peran seorang ayah yang

bisa memberi ketegasan dalam bertindak. Faktor yang menjadi pendukung

yaitu dari keluarga yaitu Ibu RM yang selalu memanjakan dan menuruti

semua kemauan anaknya.

b. Keluarga Ibu AR

Ibu AR selalu memberikan perhatian penuh sehingga menjadi faktor

pendukung serta menjadikan anaknya sebagai kekuatan dirinya. Faktor

penghambat yaitu perasaan anak yang tidak stabil sehingga anak terkadang

merasa jenuh.

c. Keluarga Ibu AT

100

Faktor pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam

yaitu dari pihak saudara yang seusia yang selalu mengajak untuk mengaji.

Faktor yang menjadi penghambat yaitu anak yang selalu ingin jajan dan

terkadang sifat anak malas.

d. Keluarga Bapak QZ

Faktor pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam

pada anak yaitu kemauan dari anak itu sendiri, dukungan dari pihak guru-

guru di sekolah. Faktor penghambatnya yaitu tidak adanya kasih sayang

seorang ibu yang bisa mendidiknya dan mengajarkan tentang agama dan

tidak ada hubungan yang baik antara ayah dan anak.

e. Ibu AY

Faktor yang menjadi penghambat dalam mengajarkan Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga Ibu AY yaitu tidak adanya seorang ayah dan

suasana keluarga yang tidak harmonis lagi seperti dahulu. Faktor

pendukungnya Ibu AY selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.

f. Ibu US

Perhatian dari berbgai pihak seperti keluarga, guru-guru di sekolah,

teman sebaya yang menjadi faktor pendukung dalam mengajarkan

Pendidikan Agama Islam. Sampai saat ini belum ada hambatan yang

bersifat pasti.

g. Keluarga Bapak MD

Selain perhatian dari Bapak MD perhatian dari pihak keluarga

seperti tante dan pamannya yang selalu diberikan pada FR. Sedangkan

101

faktor penghambat yaitu keinginan FR anak dari Bapak MD yang kadang

tidak terpenuhi seperti meminta HP dengan wajah yang cemberut.

h. Keluarga Ibu SP

Faktor penghambat mengajarkan Pendidikan Agama Islam yaitu

keadaan di lingkungan sekitar yang lebih banyak tidak bersekolah.

Sedangkan yang menjadi faktor pendukung yaitu Ibu SP selalu

memberikan kasih sayang dan selalu menjadikan anak sebagai prioritas

utama.

3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam pada

Keluarga Broken home

Setelah penulis melakukan penelitian terdapat cara-cara orang tua

dalam memecahkan masalah saat mendidik anaknya, khususnya dalam

mendidik Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode Deduktif

adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu

kesimpulan yang bersifat khusus (Suriasumantri, 2001:8-9).

Setelah melakukan penelitian tentang bagaimana cara orang tua

memecahkan masalah saat mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga broken home. Ditemukan beberapa keluarga mempunyai cara yang

berbeda-beda. Ibu RM memecahkan masalah dengan cara menasehati dengan

menyentuh hati dan perasaan. Ibu AR selalu bersabar dan berdo’a

menyerahkan semua kepada Allah SWT. Ibu AT selalu memberikan pengertian

kepada anaknya, ketika ada suatu hal yang benar ataupun yang salah, agar anak

menjadi mengerti dan bertindak dengan benar. Bapak QZ selalu menasehati

102

ankanya dengan baik, ketika RF anaknya melakukan kesalahan. Ibu AY selalu

mengajarkan berfikir dewasa saat mendapatkan masalah dan menanamkan

kunci kehidupan dengan cara ikhlas, sabar dan tawaqal. Ketika mendapat

masalah saat mendidik anak dengan cara menanyakan segala masalah yang

telah dihadapi NS sebagai anaknya. Serta selalu mendoakan dan

menasehatinya. Bapak MD memecahkan masalah dengan mencari tahu

penyebab dari masalah tersebut dan setelah itu mencari solusi yang tepat dan

sesuai. Ibu SP selalu mengajak anaknya untuk bermusyawarah ketika

mendapatkan masalah, walapun sekecil apapun masalah tersebut. Berikut ini

hal-hal yang dilakukan saat mendapatkan masalah:

1. Nasehat

Kata "nasehat" berasal dari bahasa arab, dari kata kerja "Nashaha"

yang berarti "khalasha", yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga

bisa berarti "Khaatha", yaitu menjahit. Imam Ibnu Rajab rahimahullah

menukil ucapan Imam Khaththabi rahimahullah, Nasehat itu adalah suatu

kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi

yang dinasehati (Nashih, 1981: 65).

2. Bersabar

Sabar berasal dari kata “Sabara” yang berarti menahan atau

mengekang. Secara terminologi sabar adalah menahan diri dari segala

sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Sedangkan

menurut Istilah yang telah diungkap oleh Al-Maraghi sabar adalah

103

ketabahan hati dalam menanggung berbagai macam kesulitan dalam hal

mencegah perbuatan-perbuatan maksiat (Mustafa, 1992:9-10).

3. Tawakal

Secara bahasa tawakkal diambil dari Bahasa Arab at-Tawakkul dari

akar kata wakala yang berarti lemah. Adapun at-Tawakkul berarti

menyerahkan atau mewakilkan. Sedangkan secara istilah tawakkal adalah

menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha keras dan berikhtiar

serta bekerja sesuai dengan kemampuan dan mengikuti sunnah Allah yang

Dia tetapkan (Rosihan, 2006:25).

4. Berdoa

Kata prayer (doa) diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan kata-

kata baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi untuk mengajukan

tuntutan-tuntutan (petitions) kepada Tuhan. Ibnu Arabi memandang doa

sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan sebagai satu upaya untuk

membersihkan dan menghilangkan nilai-nilai kemusrikan dalam diri (Robert,

2000:165).

5. Musyawarah

Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal

yang baik, sejalan dengan sebagai: pembahasan bersama dengan maksud

mencapai keputusan atas penyelesaian masalah bersama. Selain itu dipakai

juga kata musyawarah yang berarti berunding dan berembuk. Musyawarah

adalah upaya untuk memecahkan masalah dan menentukan jalan yang

terbaik.

6. Perhargaan atau hadiah

104

Maslow dalam buku karangan Maria J. Wantah yang berjudul

pengajaran disiplin dan pembentukan moral (2005:163) mengatakan

bahwa penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang

mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Seseorang akan

terus berupaya meningkatkan dan mempertahankan disiplin apabila

disiplin menghasilkan prestasi dan produktivitas yang kemudian

mendapatkan penghargaan. Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat

penting dalam mengembangkan diri dan tingkah laku anak.

Lebih banyak dari orang tua yang memilih untuk menasehatinya

ketika ada masalah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Luqman

ayat 17 sebagai berikut:

على ما واصب لمعوف وانه عن المنك صاب إن لل أ ي ب ن أقم الصلة وأم

من عزم المور

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk

mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan

munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan (oleh

Allah). (Hatta, 2009:412).

Ayat tersebut menjelaskan tentang Lukman yang mendidik anaknya

dengan perkataan atau sering disebut nasehat. Menasehati anak dengan

perkataan yang baik akan membuat anak merasa tersentuh hatinya. Selain itu

105

ada juga bersabar untuk memecahkan masalah karena ketika seseorang bisa

bersabar maka Allah akan memberikan jalan yang terbaik. Seseuai Q.S Al-

Lukman ayat 17 tersebut juga menerangkan agar bersabar atas segala yang

menimpa.

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang mengacu pada rumusan masalah, peneliti

menjabarkan pada bab IV yang telah dianalisi dan ditarik kesimpulannya

sebagai berikut:

1. Cara orang tua mengajarkan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga

Broken home. Mengajarkan Pendidikan Agama Islam sejak usia dini,

menyekolahkan di sekolahan Islam terpadu, Mengajarkan puasa wajib dan

sunnah. Dalam hal akhlak mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan

santun, kemandirian. menyuruh mengaji, selalu memarahi ketika melakukan

kesalahan.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga Broken home.

a. Faktor motor penghambat vespa yang selalu mengajak untuk pergi

touring sehingga waktu untuk di rumah tersita. Perasaan anak yang tidak

stabil sehingga anak terkadang merasa jenuh. Permintaan yang kadang

tidak terpenuhi seperti meminta HP dengan wajah yang cemberut. Tidak

adanya kasih sayang seorang ibu yang bisa mendidiknya dan

mengajarkan tentang agama dan tidak ada hubungan yang baik antara

ayah dan anak. Tidak adanya seorang ayah dan suasana keluarga yang

tidak harmonis.

107

b. Faktor pendukung Keluarga yaitu Ibu RM yang selalu memanjakan dan

menuruti semua kemauan anaknya. Selalu memberikan perhatian penuh

sehingga menjadi faktor pendukung serta menjadikan anaknya sebagai

kekuatan dirinya. Dukungan dari pihak guru-guru di sekolah dan

dukungan dari pihak guru-guru di sekolah.

3. Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam.

memecahkan masalah dengan cara menasehati dengan menyentuh hati dan

perasaan, selalu bersabar dan berdo’a, menanyakan segala masalah

memecahkan masalah dengan mencari tahu penyebab dari masalah tersebut

dan setelah itu mencari solusi yang tepat dan sesuai.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil yang didapatkan

dari hasil wawancara dan observasi, penulis memberikan saran bagi objek

penelitian. Adapun beberapa saran dari penulis adalah :

1. Keluarga broken home orang tua harus selalu memperhatikan anaknya

tidak hanya dalam pendidikan umum tetapi juga dalam pendidikan Agama

Islam.

2. Orang tua dari keluarga broken home sebaiknya selalu menjalin hubungan

dengan baik kepada anaknya agar selalu tercipta susana yang baik

meskipun itu tidak utuh lagi.

3. Orang tua sebaiknya menjaga hubunganya antara suami dan istri agar tidak

terjadi keretakan dalam rumah tangga.

108

Tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peneliti ketika memilih tema

yang sama seperti penulis adalah lebih mendalami tentang keluarga yang akan

diteliti terutama keluarga yang mengalami broken home. Mencari sumber

informasi yang lebih banyak lagi atau dari banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Mustaqim. 2005. Menjadi Orangtua Bijak. Jogyakarta: Al-Bayan Mizan.

A’at, Syafaat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam mencegah

Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Abudin, Nata. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.

Abudin, Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Ahmad, Taufiq. 2011. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Yuma Pustaka.

Aziz, Abd, 2010. Orientasi sistem Pendidikan Agama di Sekolah. Yogyakarta:

Teras Perum POLRI Gowok.

Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan Keluarga: Konsep Dan Strategi. Yogyakarta: Gava

Media.

Ahmad, Mustafa. 1992. Tafsir Al-Maraghi. Jakarta: PustakaBelajar.

Anwar, Rosihan. 2006. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Anwar, Muhamad. 2014. Filsafat Pendidikan.Jakarta: PRENAMEDIA GROUP.

Bahri, Syaiful. 2004. Komunikasi Orang tua dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bunda Rezky. 2010. Be a Smart a Parent. Hak cipta dilindungi Undang-Undang.

Chaplin, J. P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Daroeso. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka

Ilmu.

Darajat , Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:

CV Ruhama.

Darajat, Zakiyah. 1987. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Darajat , Zakiyah. 1996. Pcycologi Pendidikan suatu Pendidikan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Effendi, Usman. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung: CV Permandi.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisi Data. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:

Gunung Mulia.

Ginarsa, Yulia. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta: Bpk Gunung Mulia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Qur’an perkata dilengkapi dengan Asbabul nuzul dan

terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Hurluck.Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Imam, Muis Sad. Kholifah. 2009. Tarbiyatuna. Magelang: Fakultas Agama Islam

Universitas Muhamadiyah Magelang.

Kementrian RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Adhi Aksara Abadi.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Langgulung, Hasan. 2004. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Belajar.

Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Mahmud, dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: PT

Akademia.

Mahfud, Rois. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.

Mansur. 2005. Pendidikan anak usia dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Masdub. 2015. Sosiologi Pendidikan Agama Islam. Jogyakarta: Aswaja Pressindo.

Moleong, J. Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nina, Aminah. 2014. Studi Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurmalasari, Yuli. 2008. Broken home dan Dampak Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta:

Menara Mas Offset.

Robert H. Thouless,2000. Pengantar Psikologi Doa,. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Save, Dagun. 1996. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Pengertian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka

Belajar.

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Slameto. 1991. Faktor-faktor yang mempengaruh Pendidikan Agama Islami.

Jakarta: Rieneka Cipta.

Suparlan, Suhartono. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Toha, Chabib. 1996. Pembina Rumah Tangga Bahagia. Jakarta: Yamunu.

Teguh, Triwiyanto. 2013. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ulwan Nashih Abdullah. 1981. Pedoman pendidikan Anak dalam Islam.

Bandung: As-Syifa.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : C.V Andi.

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya

Zainudin, ddk. 1991. Seluk beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Orang tua dari anak dalam keluarga Broken home

A. Cara Orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga broken

home.

1. Bagaimana cara anda mendidik anak dalam pendidikan Agama Islam?

2. Materi apa saja yang anda berikan tentang pendidikan Agama Islam?

3. Salah satu tugas dan kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah

mendidik anak tentang keimanannya kepada Allah, seperti dalam Q.S

Al Luqman ayat 13 bahwa Luqman mendidik anaknya agar tidak

mepersukutukan Allah. Apakah anda mengajarkan anak tentang adanya

Allah? kalo iya bagaimana caranya?

B. Faktor pendorong dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga

broken home.

1. Apa saja faktor yang menjadi pendorong dalam mendidik selama ini?

2. Aapa saja faktor penghambat dalam mendidik anak?

3. Mengapa faktor tersebut menjadi penghambat dan pendorong?

C. Cara memcahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga Broken home

1. Bagaimana cara anda memecahkan masalah yang timbul?

2. apa saja masalah yang selalu muncul dalam mendidik anak?

3. Bagaimana cara anda menerapkan agar tidak terjadi masalah?

D. Keluarga Bercerai, keluarga ditinggal mati oleh salah satu dari orang tua,

pisah ranjang.

1. Mengapa anda memutuskan untuk bercerai dan memilih hidup sebagai

Single parent ?

2. Apa kendala-kendala atau hambatan dalam mendidik anak tentang

pendidikan agama Islam, sebagai single parent atau orang tua tunggal

akibat dari keluarga broken home, serta bagaimana solusinya?

3. Apa penyebab yang membuat suami/istri anda meninggal dunia?

4. Kenapa anda memilih untuk pisah ranjang dengan status yang tidak jelas?

Narasumber : Tokoh Masyarakat

1. Bagaimana pandangan anda tentang keluarga broken home yang ada di

lingkungan diseketiar?

2. Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan yang diberikan orang tua

kepada anaknya dalam keluarga broken home, jika dilihat dari kehidupan

sehari-hari?

3. Menurut anda apakah semua anak yang mengalami broken home itu tidak

akan pernah berhasil? apa malah sebaliknya? seangkan kehidupannya

berbeda dengan anak dalam keluarga normal lainnya.

HASIL WAWANCARA

Nama : Ibu RM

Status : Bercerai

Waktu Wawancara : 5 Januari 2018 pukul 20.00

Tempat : Rumah Informan Doplang krajan RT 01/ 03

Peneliti: Bagaimana Ibu mengenalkan tentang Iman kepada Allah dll?

Narasumber: Kalo TK udah saya prasahkan sama guru ngajinya, biasanya dia

ngaji di mbah SR. anak saya yang pertama RY itu susah diatur kalo ndak

semaunya sendiri jadi pas kecil sering ngaji sekarang udah ndak. dia kalo ngaji

kalo lagi pengen aja, soalnya dia juga susah dibilangin kalo gak semaunya

sendiri nanti saya malah kuwalahan ngadepin dia, kalo TK ini beda dengan

kakaknya lumayan nurud orangnya, sekarang masih ngaji di mbah SR tapi kalo

lagi males ya dia ndak berangkat. Saya percaya adanya Allah dengan sendirinya,

ketika saya mengalami kesusahan saya ingat Allah. begitu pula dengan kedua

anak saya percaya adanya Allah seperti saya mempercayainya. Tapi saya tidak

pernah mengajarkan kepada anak-anak tentang adanya Allah mungkin masing-

masing sudah sadar secara otomatis dari lahir. kalo tentang rukun islam iman

dan sebagainya paling disekolahan juga udah diajarin.

Peneliti: Ibumu ngajarin tentang Iman kepada Allah?

Narasumber: Ibu ndak pernah ngajarin tentang Tuhan adanya Allah tau ya tau

sendiri, gatau tau aja kalo Tuhan itu Allah.

Peneliti : Apa ibu selalu menyuruh untuk sholat?

Narasumber: “Kalo sholat lima waktu saya kadang-kadang mengingatkan. Saya

lebih memperhatikan sekolahnya biar dia jadi orang sukses nanti. Biasanya kalo

puasa ramadhan RY dan TK puasa tapi kadang ada-ada saja yang bolong

beberapakali. Sekarang pada susah dibilangin, udah pada gedhe-gedhe malah

sering gak pada mu nurut. saya ngajarin anak tentang agama paling hal-hal yang

kecil aja. Soalnya ilmu saya tentang agama juga tidak terlalu tinggi. yang penting

anak saya bisa ngaji itu aja udah cukup.”

Peneliti: Apa kamu sering melakukan sholat 5 waktu?

Narasumber : “Aku jarang sholat, soalnya ibu jarang mengingatkan, ibuk juga

udah sibuk diwarung. Kalo puasa aku puasa terus tapi ada yang bolong kalo lagi

sakit ndak enak badan”.

Peneliti: Bagaimana ibu mendidik tentang perilaku sehari-hari?

Narasumber: “Sehari-hari saya dan anak-anak bebas mau ngapain aja, selama

nggak bikin malu. “ Saya udah kewalahan ngadepin RY, gatau yang dianut tu

siapa? setiap saya nasehati tidak pernah didengarkan, semaunya sendiri, tobaat

ngadepin dia”.

Peneliti: Apa kedua anak ibu memiliki sifat yang berbeda?

Narasumber: “ Kalo TK berbeda, dia selalu membantu saya, apapun yang dia

minta selalu saya turuti, saya juga berpesan sama dia asal dia sekolah dan

belajar yang rajin apapun saya akan turuti, karena dia harapan saya satu-

satunya, dan sangat berbeda sekali dengan kakaknya”.

Peneliti: Apa yang menjadi hambatan dalam mendidik anak ibu?

Narasumber: “Hambatannya selama ini menurut saya khusunya RY teman

sebaya, geng vespa itu loh, sering sekali ngajak touring kemana-mana sampe

Kendal, Yogyakarta, Solo. Saya khawatir alo ada apa-apa wong Cuma bawa

vespa protolan nggak lengkap, takutnya kalo ada polisi. Tapi alhamdulilah sejauh

ini nggak pernah ketangkep polisi soale berangkatnya malem pulangnya dua hari

sesudahnya pagi gitu.

Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung dalam anak mendidik ?

Narasumber:Selama ini saya nurutin apa aja kemauan dia, tapi kalo dia

seenaknya sendiri ya gimana lagi.

Peneliti: Anak Ibu RY sosok yang seperti apa?

Narasumber: dia itu sifatnya nurun bapaknya mirip banget. Kalo TK

alhamdulilah nurut kalo sama saya”.

Peneliti: Ketika ada masalah apa yang ibu lakukan?

Narasumber: “Caranya ya dinasehati, kalo baik-baik nggak bisa ya dihertak

ditegasi soalnya kalo RY itu harus ditegasin, kalo TK masih bisa nurut. kadang

kalo saya udah capek ngadepin dia.

Peneliti: Nasehat seperti apa yang membuat RY nurut?

Narasumber: Saya selalu bilang gini sama RY“mas, kamu mau manut nggak

sama mamak, kalo masih mau nurut ya yang rajin, kalo mau semaunya sendiri

apa mau tinggal sama bapakmu aja sana” mamak tak dirumah aja sama TK

adekmu. biasanya kalo dihertak kaya gitu dia mau nurut.”

Nama : Ibu AR

Status : Pisah Ranjang

Waktu Wawancara : 5 Januari pukul 10.00

Tempat : Doplang Jatisari RT 01/07

Peneliti: Bagaimana Ibu mengenalkan tentang Iman kepada Allah dll?

Narasumber: “Saya selalu mengajarkan agama islam pada anak saya,

menasehatinya, karena menurut saya dari kecil anak harus diajarkan tentang

agama islam meskipun sedikit demi sedikit”.

Peneliti: Apa ibu memberikan materi tentang Agama Islam?

Narasumber:“ Saya nggak pernah ngajarin tentang rukun iman dan rukun islam,

anak saya dua-duanyasaya udah nyekolahin di TK Islam Terpadu trus di

Madrasah Ibtidaiyah, saya rasa udah diajarin”.

Peneliti: Apakah Ibumu mengajarkan tentang Agama Islam?

Narasumber: “Saya tahu tentang materi pendidikan agama Islam dari saya

belajar di MI Madrasah Ibtidaiyah pak guru agama selalu menerangkannya

ketika belajar tentang rukun iman islam.”

Peneliti: Anak Ibu apakah juga sering mengaji?

Narasumber: “kalo ngaji saya suruh ngaji di pak ustad, bareng sama temen-

temennya. kadang saya antar jemput soalnya kalo pulang maen dulu ga langsung

pulang. kadang saya marahi kalo nggak langsung pulang. Dari kecil juga sering

nirukan gerakan sholat kalo saya lagi sholat. sampe sekarang nggak saya suruh

kadang sholat sendiri. tapi yaa namanya anak-anak pasti ya kadang malesan.

Dari kelas 1 MI kedua anak saya MC dan VG sudah puasa sampe maghrib,

alhamdulilah kalo puasa mereka semanagt terutama puasa ramadhan. dulu saya

sering kasih hadiah apaa gitu kalo dia pinter puasanya.”

Peneliti: Apa Ibumu selalu menyuruh untuk sholat?

Narasumber: “Saya selalu disuruh ibu, untuk sholat. kalo ndak sholat saya

dimarahi ibu. kalo puasa senin kamis saya kadang puasa. kalo puasa ramadhan

puasa terus”

Peneliti: Bagaimana Ibu mengajarkan tentang perilaku yang baik?

Narasumber: “Saya mengajarkan perilaku yang sopan, disiplin dan mandiri.

dari kecil udah saya ajarkan mandiri, prihatin juga biar ndak manja. Apalagi

tentang uang, selalu saya ajarkan untuk berhemat dan menabung. kalo perilaku

sehari-hari anak saya sudah baik, disekolahan juga ndak pernah ada masalah,

alhamdulilah. sama saya juga nurut ndak pernah bantah apalagi membentak.”

Peneliti: Apakah pernah dimarahi Ibu kalo lagi bandel apa nakal?

Narasumber: “Saya dimarai ibu kalo nakal, kadang kalo maen ga pulang-

pulang juga dimarahin. kalo aku salah ibu selalu marah tetapi dengancara

menasehatinya, jadi saya takut kalo ngulangi lagi.”

Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat?

Narasumber: “Saya nggak pernah berhenti kasih perhatian ke anak saya, sampe

hal kecil pun saya lakukan misalnya ngaji kok nggak pulang-pulang, ya saya cari

sampe ketemu. Buku pelajaran kalo belum ditata ya saya tatain. lingkungan

keluarga juga selalu menguatkan, terutama nenek atau ma’e selalu memberi

semangat sesulit apapun masalah. Kalo yang jadi hambatan ya paling kalo anak-

anak ngerasa jenuh bosen merasa males belajar.”

Peneliti: Cara apa yang Ibu lakukan ketika timbul masalah-masalah?

Narasumber: “Biasanya kalo ada masalah baik dari saya kepada anak saya

ataupun suami saya saya hanya bisa bersabar, berdoa sama Allah. Apalagi

masalah saya dengan suami saya yang tak kunjung terselasaikan. Saya hanya

mau fokus ke anak saya saya selalu bilang “kamu kekuatan ibuk nak, kamu harus

baggakan ibuk dan perlihatkan pada Ayahmu diluar sana bahwa kita bisa hidup

tanpa dia. sejauh ini masalah-masalah masih dalam batas yan wajar.”

Nama :Ibu AT

Status :Bercerai

Waktu Wawancara : 5 Januari 2018 pukul 18.00

Tempat : Doplang krajan RT01 /04

Peneliti: Mengapa ibu memilih untuk bercerai?

Narasumber: “Dia pernah mukul saya, melempar pakek kursi kecil gitu, kadang

mendorong-dorong kepala saya sambil bilang-bilangin saya atau ngata-ngatain”.

Peneliti: Apa anak ibu mengaji?

Narasumber: “Saya udah suruh ngaji di TPA paling udah diajarin disitu tentang

keimanan.”

Peneliti: Apa Ibu selalu melakukan kewajiban sholat lima waktu?

Narasumber: “kalo saya lagi sholat kadang ikut-ikutan tapi kalo lagi nggak

sholat ya nggak”. saya ke masjid kalo sholat pas hari raya sama taraweh”.

Peneliti: Kalo misalnya anak ibu nakal dimarahin nggak?

Narasumber: “Saya marahi kalo nakal-nakal, biasanya kalo ngeyel susah

dibilangin”. sama temen-temennya dia alhamdulilah nggak nakal, di sekolahan

juga gada komplen apa-apa. Saya ngajarin dia agar berbuat baik sama semua

orang”.

Peneliti: Apa yang menjadi pendukunh dan hambatan dalam menididk anak?

Narasumber: “Sejauh ini gada hambatan cumak kadang sering main terus

pengennya. ya kadang males ngaji, tergantung kemauannya kalo lagi rajin ya

rajin banget, kalo lagi males ya males, belum bisa stabil. faktor yang mendukung

keluarga, kebetulan kakak saya punya anak seumuran, jadinya sering ngaji

bareng belajar bareng.

Peneliti: Kalo ada masalah memecahkannya gimana?

Narasumber: “Saya kasih pengertian, misalnya itu jelek tidak baik. Pada intinya

saya kasih tau mana yang baik dan mana yang tidak baik. Di nasehatin juga kalo

misalnya bandel. biasanya kalo minta jajan banyak banget. tak suruh nabung biar

nggak jajan terus. kalo gakmau ngaji kadang saya cari seuatu yang bisa buat dia

mau rajin lagi ngaji, kayak hadiah ato apa.”

Nama : Bapak QZ

Status :Bercerai

Waktu Wawancara : 10 Januari 2018 pikul 08.00

Tempat : Doplang Kembang sari RT 01/03

Peneliti: Bagaimana Pendidikan Agama Islam dalam keluarga bapak terutama

untuk anak bapak?

Narasumber: “Saya udah serahkan ke pihak sekolah dia juga seolahnya di MI

paling udah diajarin tentang iman kepada Allah dan lain-lain”.

Peneliti: Apakah bapak sering untuk menyuruh Sholat?

Narasumber: “Ya. kadang saya suruh sholat kadang kalo saya nggak dirumah,

kurang tau dia sholat apa nggak. dulu pas kecil ikut ngaji TPA setiap sore, sekarang

nggak pernah, ngaji dirumah aja jarang”.

Peneliti: Bagaimana Bapak mendidik anak tentang akhlak di zaman sekarang?

Narasumber: “Saya selalu marahi kalo nakal, apalagi sekarang masa-masa

remaja . pasti lagi susah-susahnya dibilangin, makannya sering tak marahin.

Sukanya maen terus, pulang malam. Maen sama temen-temennya. Padahal

kemaren habis minta sepeda motor, saya kira dapat ngebuat dia semngat belajar

tambah rajin, eee malah kebalikan malah anaknya maen terus”.

Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung dalam menidik?

Narasumber: “Selama ini yang mendukung dia bisa mau sekolah dan belajar

dirumah ya dia sendiri, dia kalo nggak semaunya sendiri susah dibilangin. Nanti

nek saya marahi malah jadi ribut malah bangkang. Faktor lain itu dari perhatian

guru-gurunya disekolahan.

Peneliti: Kalo yang menjadi faktor pendhambat?

Narasumber: Kalo faktor penghambatnya ya kalo dia susah dibilangin, semaunya

sendiri.”

Peneliti: Kaetika anak bapak bandel atau ada masalah bagaimana cara

memecahkannya?

Narasumber: “Ketika ada masalah saya sebagi orangtua hanya bisa

menasehatinya dengan baik. kadang kalo saya kerasi malah jadine ribut. biasanya

dia ikut-ikutan teman-temannya teman sebaya.Ya usia remaja ya lagi bandel-

bandelnya. orangtua harus extra memperhatikannya.

Nama : Ibu AY

Status : Pisah Ranjang

Waktu Wawancara : 20 Januari 2018 pukul 20.00

Tempat : Doplang Pronas RT09/05

Peneliti: Bagaimana Ibu mendiidk tentang Pendiidkan Agama Islam?

Narasumber: “Dulu pas kecil IN ngaji TPA di desa, diajarin banyak hal tentang

agama, tapi semenjak SMA ini jarang ngaji, apalahgi dulu saya pernah kerja di

Arab. Jadinya dia dirumah gada yang merhatiin, apalagi ayahnya yg malah pergi

entah kemana”.

Peneliti: Ibu sering nyuruh sholat nggak?

Narasumber: “Saya selalu menyuruh anak saya untuk sholat, dan saya selalu

bilang sholatlah nak, sholat adalah kewajiban kita gitu, tapi gatau yaa namanya

anak kadang rajin kadang nggak. kadang sholat kadang nggak.. Ya saya sebagai

orang tua nggak akan pernah berhenti ngingetin diaa. Meskipun dulu saya

pernah jauh tapi komunikasi tetap ada misalnya saya selalu telfon dia. kalo puasa

juga selalu puasa dari kelas 3SD.”

Peneliti: Apa ibu memberikan contoh perilaku yang baik?

Narasumber: “Saya selalu memberikan contoh yang baik buat anak saya, agar

dia meniru apa yang saya lakukan. contohnya saat saya berbuat baik misal

memberikan sesuatu sama orang gitu.”

Peneliti: apa faktor yang mempengaruhi dalam mendidik anak?

Narasumber: “Saya selalu kasih yang terbaik buat anak saya, cara meneladani

Agama Islam, menaati Agama.

Peneliti: Apa yang membuat Ibu berada dalam situasi pisah ranjang seperti ini?

Narasumber: Sampai sekarang saya dan Ayahnya IN tidak lagi dapat bersatu lagi,

karena Ayahnya sudah mempunyai Istri lagi. kalo misalnya saya dan ayahnya

dapat kembali seperti dulu mungkin IN akan senang dan bersemangat menjalankan

sesuatu”.

Peneliti: Bagaimana cara Ibu memcahkan masalah?

Narasumber: “dilatih berfikir lebih dewasa, menyerahkan semua kepadaNya dan

selalu menerapkan kunci kehidupan ikhlas, sabar dan tawakal.”

Nama : Ibu US (Nenek SY)

Status : Bercerai

Waktu Wawancara : 20 Januari 07.00

Tempat : Doplang krajan RT0/03

Peneliti: apa ibu memberikan materi tentang pendidikan Agama Islam? kalo iya

apa?

Narasumber: “mbah kungnya dulu sayang sekali kalo sama NS, dia selalu

mengajarkan materi Pendidikan Islam dengan memberi tahu tentang iman kepada

Allah, malaikat, dan lain-lain. melatih membaca syahadat dan artinya

menjelaskan iman yang diyakini dengan hati diucapkan perkataan dan melakukan

perbuatan gitu.”

Peneliti: Bagaimana ibu mengenalkan anak ibu tentang hal agama? terutama

dalam hal Ibadah?

Narasumber:“Saya selalu mengajak NS ke masjid, dari kecil malah. tujuannya

supaya dia mengenal sholat dan terbiasa melakukan sholat. karena ketika dia

sholatnya benar tindakannya juga akan benar, Insaalah.

Peneliti: Kalo ramadhan apakah puasa terus bu?

Narasumber: Selain itu juga puasa ngaji juga diperhatikan. dia mulai puasa

maghrib dari kelas 3 MI.”

Peneliti: Bagaimana ibu mendidik tentang akhlak?

Narasumber: “Saya sayang sekali sama NS apalagi mbah kungnya, dulu

perhatian sekali sama NS. Tapi semenjak mbah kungnya meningal NS seluruhnya

saya yang atur.Sebisa mungkin saya didik kaya yang mbahkungnya dulu. seperti

diberi nasehat dengan lemah lembut, dengan kasih sayang dan penuh perhatian.”

Alhamdulilah NS jadi anak yang baik, penurut, nggak pernah nakal aneh-aneh”.

Peneliti: Apa yang sangat mempengaruhi dalam mendidik anak?

Narasumber: “Faktor pendukung ya tetap dari keluarga, keluarga kerabat

teman-temannya, lingkungan sekitar, guru-guru disekolahan alhamdulilah banyak

yang menjadi faktor pendukung, selama ini NS juga dianggap baik . Dia anaknya

nurut nggak aneh-aneh patuh banget sama saya sebagai nenek sama alm

kakeknya juga.

Peneliti: Bagaimana cara memecahkan masalah ketika muncul?

Narasumber: “Dia bilang sama saya tentang masalah yang dia hadepi, dari

masalah yang terkecil sampai yang kadang seirius, yaa saya sebagai pengganti

orang tua hanya bisa mendoakan dan menasehatinya dengan baik-baik. Kalo

sama Ibunya malah kadang malah berantem gak sependapat.”

Nama : Bapak MD

Status : Ditinggal Mati Istri

Waktu Wawancara : 28 Januari 2018

Tempat : Doplang Klotok RT 06/04

Peneliti: Bagaimana bapak mendidik tentang Pendidikan Agama Islam?

Narasumber: “Sebelum Ibunya meninggal, anak-anak sudah dididik tentang

Agama Islam oleh Ibunya, dengan cara mengenalkan hal-hal yang mudah,

biasanya diajarin pake lagu-lagu, biar anaknya semangat. Anak-anak juga

diajarkan tentang akidah dengan mengucapkan syahadat, dan menyakini dalam

hati mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan setelah ibunya

meninggal saya yang mendidik anak-anak saya. saya pengen anak saya jadi

orang yang tahu dan mengerti tentang agama Islam saya sekolahkan anak-anak

di PAUD,TK di IT,MI,MTS dan MAN. Dari keseluruhan tersebut berbasic Islam.

Jadi materi tentang Agama Islam telah ditnamkan disitu.”

Peneliti: Apakah bapak sering menyuruh untuk sholat?

Narasumber: “Saya jarang nyuruh sholat, anak saya sudah sadar akan

kewajibannya untuk sholat sering saya ajak ke masjid kalo nggak dulu sama

Ibunya dirumah.

Peneliti: Kalo bulan puasa ikut puasa nggak?

Narasumber: Puasa anak-anak mulai puasa kelas 3 MI meskipun kadang ada

yang bolong . tapi mulai penuh puasanya saat mereka kelas 5 full selama 30 hari.

Biasanya ngaji di mbah DW sampai sekarang, kadang kalo ngajinya libur

dirumah, baca Al-Qur’an sendiri biasanya libur malam jumat.”

Peneliti: Bagaimana Alm Ibunya dulu mendidik? caranya seperti apa?

Narasumber: “Alhamdulilah saya bersyukur sebelum ibunya meninggal, ibunya

selalu mendidik FR dengan baik, saya tidak tau pondasi agama tidak kuat dia

akan seperti apa, soalnya zaman sekarang mengerikan, sedangkan saya yang

sibuk kerja jarang merhatiin dia. Saya sama Alm ibunya selalu mengajarkan

berbuat baik, memeberi ketika mempunyai sesuatu yang lebih.”

Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung?

Narasumber: “Keluarganya dari yang Ibu Alhamdulilah guru semua jadinya

sering nasehatin terutama tante-tantenya, omnya pada baik semua perhatian ya

pokoknya sayang kalo sama FR. Meskipun mereka sudah punya keluarga sendiri-

sendiri tapi tetep memperhatikan anak saya seperti anaknya sendiri. selain itu

remaja-remaja di sini juga baik memberi efek yang positif .

Peneliti: Kira-kira apa yang menjadi hambatan dalam mendidik?

Narasumber: Kalo hambatan kadang kalo minta sesuatu misalnya HP atau apa

gitu kalo nggak diturutin agak cemberut, memang dia nggak marah tapi mukanya

cemberut, paling itu aja sampai sekarang paling hal-hal yang kecil aja.”

Peneliti: Bagaimana cara memecahkan masalah, ketika ada masalah yang

muncul?

Narasumber: “Memecahkannya dengan cara dicari tau dulu penyebabnya

apa,misale kalo penyebabnya dari lingkungan sekitar ya sebisa mungkin menjaga

hubungan dengan lingkungan sekitar dengan baik, dicari solusinya yang tepat

yang sesuai dengan masalahnya itu.”

Nama : Ibu SP

Status : Ditinggal Meninggal Suami

Waktu Wawancara : 28 Januari 2018 10.00

Tempat : Doplang Klotok RT 01/ 09

Peneliti: Bagaimana Ibu mendidik anak tentang keimanan?

Narasumber: “Saya tidak mengajarkan tentan keimanan dengan langsung, saya

berfikir di TPA dan di MI sudah diajarkan. Jadi ya mungkin dari situ udah

paham.”

Peneliti: Apa anak ibu juga ikut mengaji?

Narasumber: “kalo ngaji sudah diajarkan di TPA. di sekolahan juga ada ngaji

sehabis sekolah umum, kalo ngaji TPA nya libur saya sendiri yang

mengajarinya.Untuk sholat lima waktu saya sering ajak ke mushola shalat

berjamaah meskipu kadang gojek.

Peneliti: kalo puasa apa selalu puasa penuh?

Narasumber: “kalo puasa sudah sejak SD puasanya full.”

Peneliti: Bagaimana pendidikan tentang akhlak dan perilaku?

Narasumber: “Saya selalu mengajarkan anak saya berbagi, sama siapa saja

yang ada disekelilingnya. Karena saya pikir dengan begitu dia lebih bisa

menghargai, dan menumbuhkan kasih sayang dan tidak jadi anak yang egois”

Saya selalu nasehatin kalo dia nakal tapi sejauh ini dia nakalnya masih wajar”.

Peneliti: Apa yang menjadi faktor pendukung?

Narasumber: “Dari kecil saya mendidik anak saya dengan kasih sayang yang

penuh, sebelum bapaknya meninggal juga, kita sebagai orang tua menomor

satukan anak sebagai hal yang utama karena SM anak saya satu-satunya,

meskipun tinggal saya yang berperan sebagai Ibu sekaligus Ayah bagi dia. Selain

itu hal yang mendukung lingkungan pendidikan yang selalu bersasis Agama.

Peneliti: Apa yang menjadi faktor hambatan?

Narasumber: Faktor yang menjadi hambatan itu lingkungan rumah kebanyakan

anak-anak sini nggak pada sekolah. Sebenarnya ya tidak terlalu menghambat tapi

saya takut kalo memberikan dampak yang buruk.”

Peneliti: Biasanya kalo ada masalah apa yang pertama dilakukan?

Narasumber: “Saya biasanya musyawarah sama anak saya, biar semua sama-

sama tau. berdiskusi tentang masalah tersebut, kalo dia lagi males ya saya

semangati.”

Narasumber Tokoh Masyarakat

Nama : Bapak FH

Status : Tokoh Masyarakat (Pak RT)

Waktu : 17 Maret 2018

Tempat: Doplang Krajan RT03/02

Peneliti: Bagaimana pandangan anda tentang keluarga broken home yang ada

di lingkungan diseketiar?

Pak RT: “Menurut saya keluarga yang seperti itu kembali lagi ke

orangtuanya, ketika orangtuanya memberikan perhatian dan memahami

anaknya pasti anaknya ga bakalan aneh-aneh pasti akan sesuai yang

diharapkan orangtua. begitupun sebaliknya kalo orangtuanya kebanyakan

cuek ya anaknya pasti gak keurus.”

Peneliti: Menurut Ibu guru apakah semua anak yang mengalami broken home

itu tidak akan pernah berhasil? apa malah sebaliknya? seangkan kehidupannya

berbeda dengan anak dalam keluarga normal lainnya.

Nama : Ibu LI

Status : Tokoh Masyarakat (Guru)

Waktu : 15 Maret 2018

Tempat: Doplang Krajan RT03/07

Ibu Guru LI : “ VG anak dari Ibu AR merupakan anak yang broken soale

bapaknya ga ngurusin, setelah saya dengar kabar itu VG kalo di kelas

kurang fokus, les juga sukanya buru-buru tapi kalo itu menurut saya gara-

gara masalah kedua orangtuanya yang baru-baru ini terjadi. Kembali lagi ke

didikan orangtuanya. ketika orangtuanya menjaga baik-baik perasaan

anaknya pasti anaknya mengerti. Pada dasarnya tidak semua anak broken

home itu jelek dan tidak berhasil. Krena setiap orangtua pasti menginginkan

yang terbaik untuk anaknya.”

Nama : Bapak AL

Status : Tokoh Masyarakat (Pak Kyiai)

Waktu : 17Maret 2018

Tempat: Doplang Krajan RT05/02

Peneliti: Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan yang diberikan orang

tua kepada anaknya dalam keluarga broken home, jika dilihat dari kehidupan

sehari-hari?

Bapak AL: “ Kalo saya lihat di daerah Doplang, keluarga yang mengalami

broken home kebanyakan dapat mendhidupi anaknya sendiri. bekerja sendiri.

Tetapi tetap saja ketika bercerai jalan keluarnya apa boleh buat, meskipun

bercerai adalah hal yang dibenci Allah. Mungkin mereka sudah memilih jalan

hidupnya masing-masing terutama untuk mengurus keluarganya.”

Keluarga Ibu AY

Keluarga Ibu AT

Keluarga Ibu SP

Keluarga Ibu US (Nenek SY)

Keluarga Ibu AR

DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Farida

Nim : 11-14-186

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah

Pembimbing Akademik : Dr. Mukti Ali, M.Hum.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Point

1. OPAK STAIN SALATIGA

2014

“Aktualisasi Gerakan

Mahasiswa yang beretika,

Disiplin dan Berfikir Terbuka”

18-19

Agustus 2014

Peserta 3

2. Opak Jurusan Tarbiyah STAIN

Salatiga 2014

“Aktualisasi Pendidikan

Karakter sebagai pembentuk

Generasi yang Relegius,

Educative, dan Humanis”

20-21

Agustus 2014

Peserta 3

3. Achievement Motivation

Training (AMT)

“Dengan AMT Semangat

menyongsong Prestasi”

23 Agustus

2014

Peserta 2

4. Seminar Kewirausahaan

“Kesatuan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia (The Unity

of Indonesia Moslem

Students”

21 Desember

2014

Panitia 3

5. Kegiatan Pra Ibtiday (LDK)

“ Bedah Buku membidik

Bintang

1 Oktober

2014

Panitia 3

6. Panitia Pesantren Remaja

Ambarawa dan Sekitarnya

Paras

22-24

Agustus 2009

Panitia 6

7. Panitia lomba Festival Anak

Islam

11 Febuari

2018

Panitia 3

8. “Pengajian Maulid Nabi

SAW”

32 Januari

2016

Panitia 3

9. “Lomba untuk Memperiahkan

Hari Kemerdekaan Indonesia

15-17

Agustus 2015

Panitia 6

10. “Pengajian Akbar Tahunan” 26 Mei 2015 Panitia 3

11. “ Tadarus Qur’anan dan buka

bersama”

25 Juli 205 Panitia 3

12. “Lomba untu Memeriahkan

Hari Kemerdekaan Indonesia”

15-17

Agustus 2016

Panitia 6

13. “Pengajian Nuzulul Qur’an” 25 Juli 2016 Panitia 3

14. “Pengajian Tahun Baru

Hijriah”

04 November

2017

Panitia 3

15. “Lomba Hari Kemerdekaan

Indonesia”

15-17

Agustus 2017

Panitia 6

16. “Pengajian Isra’ Mi’raj” 05 Juni 2017 Panitia 3

17. “Tadarus Nuzulul Qur’an dan

buka bersama”

05 Agustus

2014

Panitia 3

18. “Lomba untuk memeriahkan

hari Kartini”

21 April 2018 Panitia 3

19. “ Lomba memeriahkan hari

Kemerdekaan Indonesia”

15-17

Agustus 2014

Panitia 3

20. “ Tadarus Nuzulul Qur’an dan

Buka bersama”

15 Juni 2016 Panitia 3

21. “ Pengajian Maulid Nabi” 13 Januari

2017

Panitia 3

22. “Pengajian Nuzulul Qur’an “ 14 Juli 2017 Panitia 3

23. “Pengajian Tahun baru

Hijriah”

24 Oktober

2014

Panitia 3

24. Seminar Nasional “

Perlindungan Hukum Terhadap

Usaha Mikro Menghadapi

Pasar bebas Asean”

2 Desember

2014

Peserta 8

25. Seminar Nasional “

Mengembangkan Layanan

Kemanusiaan Berbasis

Kearifan Lokal Komunitas”

17 Desember

2016

Peserta 8

26. Seminar Online “ Tips and

Trick Student Exchange”

14 Oktober

2017

Peserta 2

27. Seminar Nasional “ Islamisasi

Nusantara ataukah

Menusantarakan Islam”

05-08

November

2015

Peserta 8

28. Seminar Nasional “ Mencegah

Generasi Pemuda Islam dari

Pengaruh Radikalisme ISIS”

06 Mei 2015 Peserta 8

29. Seminar Nasional “ Perempuan

Indonesia di Mata Hukum dan

HAM”

21 Desember

2016

Peserta 8

30. Dialog Interaktif Senat

Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Islam IAIN

Salatiga “ Peran Politik Dalam

Perekonomian Di Indoneisa”

04 Oktober

2016

Peserta 2

31. Talkshow Sukses Kuliah

bersama KAMMI Salatiga

16 September

2015

Peserta 2

32. Seminar Internasional “ Petani

Untuk Negeri”

24 September

2016

Peserta 8

33. In Art and Lauguage

Exhibition 2017 “Kidung

Katresnan Dewi Arimbi”

26 April

2017

Peserta 2

34. Seminar Nasional “ Idealisme

Mahasiswa”

03 Juni 2014 Peserta 8

35. Mujarofadz Musyawaroh

jam’Iyyatul Qurro’ wal

Huffadz

25 Desember

2014

Peserta 2

36. Seminar Nasional “ Wonderful

Ramadhan” dan Launcing

Komunikasi Muslim Cendekia

(KOMIKA)

16 Mei 2018 Peserta 8

37. Seminar Nasional &

Launching FKKDKN

“ Tantangan Lembaga Dakwah

Kampus dalam mencetak

Generasi Mahasiswa Muslim

yang Moderat dan Cinta NKRI

di Perguruan Tinggi”

7 Mei 2018 Peserta 8

38. Seminar Nasional “ Menukar

Untung Rugi Pemilu Serentak

Tahun 2019 untuk Kehidupan

Demokrasi Indonesia di Masa

Depan”

12 Oktober

2017

Peserta 8

39. Seminar Nasional “ Penguatan

Ekonomi Syariah di Indonesia

untuk Menyongsong Generasi

Milenium”

26 Oktober

2018

Peserta 8

40. Seminar Nasional “

Reaktualisasi Cantik Dhohir

dan Batin dalam Kacamata

Islam”

18 November

2018

Peserta 8