Penderita Yang Terluka Parah Memerlukan Penilaian Yang Cepat Dan Tepat Guna Menghindari Kematian

4
Penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan tepat guna menghindari kematian. Karena desakan waktu, maka dibutuhkan suatu sistem penilaian yang mudah. Proses ini dikenal sebagai INITIAL ASSESSMENT dan meliputi: Persiapan Pre-hospital : titik berat diberikan pada menajga Airway. Kontrol pendarahan dan syok, imobilisasi penderita ke RS yang memadai. Jangan lama! Yang juga penting adalah mengumpulkan keterangan yang akan dibutuhkan di RS seperti waktu kejadian, sebab kejadian, dan riwayat penderita. Mekanisme kejadian dapat menerangkan jenis dan berat perlukaan. In-hospital : Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Perlengkapan airway (laringoskop, ETT dsb) sudah dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat terjangkau. Cairan kristaloid (misal Ringer's Lactate) sudah dihangatkan dan digantung pada tempatnya. Perlengkapan monitoring juga harus sudah ada. Serta sistem untuk pemanggilan tenaga medis bantuan. Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita juga harus dihindarkan dari penyakit menular terutama AIDS dan hepatitis. Center dir Disease Control menganjurkan memakai alat-alat protektif seperti masker, proteksi mata

description

penderita terluka parah

Transcript of Penderita Yang Terluka Parah Memerlukan Penilaian Yang Cepat Dan Tepat Guna Menghindari Kematian

Penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan tepat guna menghindari

kematian. Karena desakan waktu, maka dibutuhkan suatu sistem penilaian yang mudah. Proses

ini dikenal sebagai INITIAL ASSESSMENT dan meliputi:

Persiapan

Pre-hospital : titik berat diberikan pada menajga Airway. Kontrol pendarahan dan syok,

imobilisasi penderita ke RS yang memadai. Jangan lama! Yang juga penting adalah

mengumpulkan keterangan yang akan dibutuhkan di RS seperti waktu kejadian, sebab

kejadian, dan riwayat penderita. Mekanisme kejadian dapat menerangkan jenis dan berat

perlukaan.

In-hospital : Harus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Perlengkapan airway

(laringoskop, ETT dsb) sudah dipersiapkan, dicoba, dan diletakkan di tempat terjangkau.

Cairan kristaloid (misal Ringer's Lactate) sudah dihangatkan dan digantung pada

tempatnya. Perlengkapan monitoring juga harus sudah ada. Serta sistem untuk

pemanggilan tenaga medis bantuan.

Semua tenaga medik yang berhubungan dengan penderita juga harus dihindarkan dari

penyakit menular terutama AIDS dan hepatitis. Center dir Disease Control menganjurkan

memakai alat-alat protektif seperti masker, proteksi mata (kacamata), handscoon, dll bila

ada kontak dengan cairan tubuh penderita.

Triase : adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya

yang terdedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABC (Airway, Breathing, Circulation).

Dua jenis Triase dapat terjadi:

o Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui

kapasitas RS, didahulukan masalah gawat darurat dan multi-trauma.

o Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui

kapasitas RS, didahulukan penderita dengan kemungkinan suvival terbesar, serta

membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.

Primary survey : proses ini merupakan ABC-nya trauma dan berusaha untuk mengenali

keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan

berikut:

o Airway dengan proteksi servikal

o Breathing

o Circulation dengan kontrol pendarahan

o Disability : pemeriksaan neurologis singkat

o Exposure/environmental control : buka pakaian penderita, dengan mencegah

hipotermia

Resusitasi

o Oksigenasi dan ventilasi

o Pengelolaan syok, jalur infus, RL yang dihangatkan

o Meneruskan pengelolaan masalah yang mengancam nyawa yang dikenali saat

primary survey

Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi

o Monitoring

AGD dan laju pernapasan

Kapnograf

EKG

Pulse oxymeter

TD

o Kateter uretra dan nasogastrik

o Pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan tambahan

Toraks

Pelvis

Servikal

DPL atau USG abdomen

Secondary survey, pemeriksaan head to toe serta anamnesis

o Kepala

o Maksilo-fasial

o Leher

o Toraks

o Abdomen

o Perineum/rektum/vagina

o Muskulo-skeletal

o Pemeriksaan neurologis lengkap

o “Tubes and fingers in every orifice”

Tambahan secondary survey : dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika penderita

dalam keadaan stabil

o CT Scan

o Pemeriksaan rontgen dengan kontras

o Foto ekstremitas

o Endoskopi dan USG

Pemantauan dan re-evaluasi

Penanganan definitif : dimulai setelah primary survey dan sekunder selesai

Rujukan : jika terlalu sulit untuk ditangani, segera rujuk. Proses merujuk harus sesegera

mungkin setelah alasan merujuk ditemukan guna menekan morbiditas dan mortalitas

penderita.