Pendekatan tentang teori munculnya pemimpin.doc

24
MUNCULNYA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN A. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan 1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. 2. Fungsi Pemimpin Pendidikan Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain : a.Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan. b.Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memeberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan. c.Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif. d.Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok

Transcript of Pendekatan tentang teori munculnya pemimpin.doc

MUNCULNYA KEPEMIMPINAN PENDIDIKANA. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan

1. Pengertian Kepemimpinan PendidikanKepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2. Fungsi Pemimpin Pendidikan

Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain :

a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.

b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memeberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.

c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.

d. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.

e. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.

2. Tipe-tipe Kepemimpinan PendidikanBerdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka kemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan kedalam empat tipe, yaitu : tipe otoriter, tipe laissez-faire, tipe demokratis dan tipe pseudo demokrasi.

Tipe otoriter

Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan "authoritarian". Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.

Tipe "Laissez-faire"

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemirnpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

Tipe Demokratis

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha mestimulasi anggota-angotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal pada kepentingaan dan kebutuhan kelompoknya, dan memperimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Tipe Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, kosep-konsep yang ingin diterapkan di lembaga yang dipimpinnya, maka hal tersebut dicliskusikan dan dinnusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide/pikiran/konsep tersebut sebagai keputusan bersama.

3. Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan

Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Akan tetapi pada bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah pesyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang balk. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :

Rendah hati dan sederhana

Bersifat suka menolong

Sabar dan memiliki kestabilan emosi

Percaya kepada diri sendiri

Jujur, adil dan. dapat dipercaya

Keahlian dalam jabatan

Adanya syarat-syarat kepemimpinan seperti diuraikan di atas menunjukan bahwa kepemimpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi lebih-lebih lagi kemampuan dan kesediaan pemimpin.4. Keterampilan yang Harus Dimiliki Pemimpin

Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan. Di bawah ini akan diuraikan beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah :

Keterampilan dalam memimpin

Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang balk. Untuk hal itu antara lain is harus menguasai bagaimana caranya: menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk "morale" kelompok, bersama-sama membuat keputusan, menghindarkan "working on the group" dan "working for the group" dan mengembangkan "working within the group", membagi dan menyerahkan tanggungjawab, dan sebagainya. Untuk memperoleh keterampilan di atas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin harus benar-benar banyak bergaul, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang yang dipimpinnya. Yang penting jangan hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.

Keterampilan dalam hubungan insani

Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari: (1) hubungan fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan (2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan, tetapi lebih bersifat kekeluargaan.

Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fugsional atau hubungan personal, adalah sating menghargai. Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan.

Keterampilan dalam proses kelompok

Maksud utama dari proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Intl dari proses kelompok adalah hubungan insani dan tanggungjawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai, moderator dan bukan menjadi hakim.

Keterampilan dalam administrasi personil

Administrasi personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efisien. Kegiatan dalam administrasi personil ialah : seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan. Menemukan yang paling penting dari kegiatan di atas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yang paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada "the right man in the right place".

Keterampilan dalam menilai

Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Yang dinilai biasanya ialah ; hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya.

Adapun teknik dan prosedur evaluasi ialah ; menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.

Melalui evaluasi, guru dapat dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personil lainnyapun perlu dievaluasi seperti petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/ kekurangannya.

5. Munculnya Pemimpin PendidikanPemimpin pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan. Munculnya pemimpin pendidikan ini dapat mengadobsi teori-teori munculnya pendidikan, diantaranya teori genesis, teori sosial, teori ekologis dan teori situasi. Berikut akan dijelaskan mengenai teori-teori tersebut:1. Teori genesis.

Teori ini berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Dengan kata lain ia mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Menurut teori ini tidak setiap orang bisa menjadi pemimpin, hanya orang-orang yang mempunyai bakat dan pembawaan saja yang bisa menjadi pemimpin. Maka muncullah istilah leaders are borned not built. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan dalam kandungan, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Berbagai pengalaman dalam hidupnya akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup di kalangan kaum bangsawan. Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogya saja. Seseorang bisa menjadi pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya. Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan. Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul berbagai masalah akibat ketidak-mampuan tersebut.

Kalau menurut teori genesis ini munculnya kepemimpinan pendidikan bisa terjadi pada pemimpin resmi/status leader atau tidak resmi. Kepemimpinan resmi ini dimiliki oleh mereka yang menduduki posisi dalam struktur organisasi pendidikan baik secara resmi oleh pihak atasan atau yang berwenang maupun yang dipilih secara resmi menjadi pemimpin oleh anggota dimana dia bekerja. Sedangkan kepemimpinan tidak resmi bisa dimili oleh meraka yang mempengaruhi orang lain meskipun tidak memiliki posisi sebagai pemimpin. Misalnya anak dari ketua yayasan biasanya akan melanjutkan kepemimpinan ayahnya dalam konteks pemimpin resmi. Atau seorang guru mampu mengarahkan perubahan pada suatu sekolah dengan ide-ide kreatifnya.2. Teori sosial. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin kalau lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Setiap orang bisa menjadi pemimpin asal diberi kesempatan dan diberi pembinaan untuk menjadi pemimpin walaupun ia tidak mempunyai bakat atau pembawaan. Maka muncullah istilah leaders are built not borned.Seseorang bisa menjadi pemimpin karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau tidak. Seperti yang ditulis Hughes (2012:26) bahwa Bill Gates menjadi pemimpin karena merupakan orang yang tepat, pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat.Kalau menurut teori sosial ini munculnya kepemimpinan pendidikan bisa terjadi pada pemimpin resmi/status leader atau tidak resmi. Pemimpin resmi misalnya seseorang dipilih sebagai pemimpin oleh atas atau kepala sekolah ditunjuk oleh kepala dinas. Sedangkan pemimpin tidak resmi dengan teori sosial ini misalnya seorang guru menghasilkan suatu karya yang dapat digunakan oleh guru lain baik pada mata pelajaran yang sama ataupun brbeda.3. Teori ekologis. Ini merupakan gabungan teori genesis dan sosial untuk membentuk seorang pemimpin diperlukan bakat dan bakat tersebut perlu dibina supaya berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada lingkungan, waktu dan keadaan.

Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori kejiwaan/ sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Kalau teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/ sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan. Misalnya Tiga Serangkai pelopor Republik Indonesia: Soekarno, Mohammad Hatta, Soetan Sjahrir yang merupakan tiga pemimpin kunci pertama Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mereka sudah dilahirkan sebagai pemimpin dan didukung oleh situasi pada saat mereka menjadi pemimpin.Kalau menurut teori ekologi ini munculnya kepemimpinan pendidikan bisa terjadi pada pemimpin resmi/status leader atau tidak resmi. Seseorang dipilih dan ditunjuk oleh kepala dinas sebagai kepala sekolah karena bakat dan kemampuan mengelola dan mempengaruhi orang banyak.

4. Teori situasi. Menurut teori ini setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja karena ia memiliki kelebihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi tersebut. Dalam situasi lain dimana kelebihan-kelebihan itu tidak diperlukan lagi. Ia tidak akan menjadi pemimpin bahkan mungkin hanya menjadi pengikut saja.Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah

a. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas

b. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan

c. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan

d. Norma yang dianut kelompok

e. Rentang kendali

f. Ancaman dari luar organisasi

g. Tingkat stress

h. Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia. Makin matang si pengikut, pemimpin harus mengurangi tingkat struktur tugas dan menambah orientasi hubungannya. Pada saat seseorang atau kelompok/pengikut bergerak dan mencapai tingkat rata-rata kematangan, pemimpin harus mengurangi baik hubungannya maupun orientasi tugasnya. Keadaan ini berlangsung sampai pengikut mencapai kematangan penuh, dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat dari kematangan kerjanya ataupun kematangan psikologinya. Jadi teori situasional ini menekankan pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan pengikut.Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu

Misalnya seperti yang dicontohkan oleh Hughes (2012:3) bahwa dalam sebuah kecelakaan pesawat seorang laki-laki pemalu berinisiatif untuk menyelamatkan kawan-kawan sesama korban pada kecelakaan itu. Dengan memutuskan mencari jalan keluar dari pegunungan Andes dengan menelusuri sungai atau mendaki daratan yang lebih tinggi dan juga memutuskan untuk memakan daging kawan-kawan yang sudah meninggal. Akhirnya dengan kesabaran, kekuatan dan keteguhan hari akhirnya beberapa orang dapat diselamatkan.

Kalau menurut teori situasi ini munculnya kepemimpinan pendidikan bisa terjadi pada pemimpin resmi/status leader atau tidak resmi. Misalnya pada suatu situasi yang mendesak seorang guru dapat mengambil alih peran kepala sekolah karena pada situasi itu kepala sekolah dan wakil sedang tidak berada di tempat. Akhirnya dengan kebijaksaan dan situasi yang mendesak guru ini dapat memutuskan keputusan yang dibutuhkan pada saat itu.Semua teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang ditakdirkan sebagai pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead timbulnya seorang pemimpin itu karena:

1. Membentuk diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader)2. Dipilih oleh golongan. Ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.3. Ditunjuk dari atas. Ia menjadi pemimpin karena dipercayai dan disetujui oleh pihak atasan.Dengan demikian seseorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam memimpin perlu mengetahui ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Para ahli di bidang kepemimpinan telah meneliti dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan evolusi teori kepemimpinan. 6. Pendekatan dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan

Kazt mengemukakan tiga keterampilan/skills yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin, ialah human relation skill, technical skill, dan conceptual skill. Human Relatian Skill

Kemampuan berhubungan dengan bawahan. Bekerja sama menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif. Terjalin hubungan yang balk sehingga bawahan merasa aman dalam rnelaksanakan tugasnya Technical SkillKemampuan menerapkan ilmunya kedalann pelaksanaan (opersional). Dalam rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada. Melaksanakan tindakan yang bersifat operasaional. Memikirkan pemecahan masalah-masalah yang praktis. Makin tinggi tingkatan manager, secara relatif Technical Skill makin kurang urgensinya. Conceptual Skill

Kemampuan di dalam melihat sesuatu secara .keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan, menentukan kebijakan dan lain-lain. Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa seorang pemimpin yang balk, adalah pemimpin yang tidak melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat operasional. Lebih banyak merumuskan konsepkonsep. Keterampilan ini ada juga yang menyebut dengan managerial skill.

1. Pendekatan Sifat (Traits Approach)

Pendekatan sifat didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu yang membedakan antara seseorang pemimpin dengan bukan pemimpin. Sifat-sifat pokok itu biasanya meliputi.

Kondisi fisik : energik, tegap, kuat, dan lain-lain.

Latar belakang sosial : berpendidikan dan berwawasan luas, serta berasal dari lingkungan sosial yang dinamis.

Kepribadian : adaptif, egresif, emosi stabil, populer dan kooperatif, dan lain-lain.

Karakteristik yang berhubungan dengan tugas-tugas: terdorong untuk maju, slap menerima tanggungjawab, berinisiatif, berorientasi pada tugas, dan, cakap dalam komunikasi interpersonal, dan lain-lain.

2. Pendekatan Keperilakuan (Behavioral Approach)

Pendekatan keperilakuan memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota-anggota kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan dengan anggota kelompoknya. Pendekatan ini menitik beratkan pandangannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu : fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan.

3. Pendekatan Situasional

Teori kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard. Teori kepemimpinan situasional merupakan perkembangan yang mutakhir dari teori kepemimpinan dan merupakan hasil baru dari model kefektifan pemimpin tiga dimensi. Model ini didasarkan pada hubungan garis lengkung atau "curva linier" diantara perilaku tugas dan perilaku hubungan dan kematangan. Teori ini mencoba menyiapkan pemimpin dengan beberapa pengertian mengenai hubungan di antara gaya kepemimpinan yang efetif dan taraf kematangan pengikutnya.

Meskipun variabel situasional (pemimpin, pengikut, atasan, organisasi, tuntutan kerja dan waktu) yang terlibat dalam teori kepemimpinan situasional, namun penekanan tetap terletak pada hubngan pemimpin dengan yang dipimpin. Pengikut atau yang dipimpin merupakan faktor yang paling menentukan dalam suatu peristiwa kepemimpinan.

7. Siapakah Yang Disebut Pemimpin Pendidikan

Guru, wali kelas, kepala sekolah, pengawas, kepala kantor bidang pendidikan pada semua tingkatan, semua tenaga edukatif pada kantor dinas kepala direktorat dalam lingkungan direktorat jenderal pendidikan, ketua jurusan, dekan, rektor dan pembantu-pembantunya pada sekolah tinggi, akademi, institut dan universitas, ahli-ahli ilmu pendidikan dan masih banyak lagi, merupakan pemimpin-pemimpin pendidikan. Pada pokoknya setiap orang yang memiliki kelebihan dalama kemampuan dan pribadinya, dan dengan kelebihannya itu dapat mempengaruhi, mengajak, membimbing, mendorong, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran, maka is telah melaksanakan fungsi kepemimpinan pendidikan, dan is tergolong sebagai pemimpin pendidikan.Dengan demikian maka pemimpin pendidikan itu dapat berstatus pemimpin resmi yang biasa disebut "status leader" atau "formal leader", atau "functional leader". Kepemimpinan resmi dimiliki oleh mereka yang menduduki posisi dalam struktur organisasi pendidikan, balk secara resmi oleh pihak atasan atau yang berwenang maupun karena dipilih secara resmi menjadi pemimpin oleh anggota staf pelaksana pendidikan di mana is bekerja. Misalnya Kepala Sekolah, Kepala Dinas Pendidikan adalah termasuk kategori pemimpin resmi dan memiliki kepemimpinan resmi dilihat dari segi posisi dan sistem pengangkatan.

Kepemimpinan tidak resmi bisa dimiliki oleh mereka yang mempengaruhi, memberi tauladan, dan mendorong ke arab perbaikan kualitas kerja petugas-petugas penyelenggara pendidikan dan pengajaran, meskipun di dalam hierarki sturktur organisasi pendidikan mungkin is tidak menduduki posisi pemimpin. Kemampuannya itu semata-mata berasal dari kelebihan tertentu yang ada pada pribadinya, dan bukan karena is menduduki posisi pemimpin, balk karena pengangkatan dari pihak yang berwenang maupun karena dipilih secara resmi oleh kalangan kelompok kerja.

Seorang kepala sekolah atau seorang kepala dinas pendidikan sebagai "status leader" atau "formal leader", Iebih disegani, lebih ditaati petunjuk-petunjuk atau perintah-perintahnya oleh murid-muridnya atau anggota staffnya, mungkin semata-mata karena kedudukannya yang resmi sebagai pemimpin, karena kekuasaan resmi yang is miliki sebagai pemimpin resmi.

Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan

Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, kepala skeolah memiliki tanggungjawab ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang balk, dan melaksanakan supervisi sehingga kemampuan guru-guru meningkat dalam membimbing pertumbuhan murid-muridnya.

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang berat, untuk itu is harus memiliki persiapanyang memadai. Karena banyaknya tanggungjawab maka kepala sekolah memerlukan pembantu. Ia hendaknya belajar bagaimana mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada usaha pembinaan program pengajaran.Pekerjaan pemimpin pendidikan ialah menstimulir dan membimbing pertumbuhan guru-guru berkesinambungan sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perkembangan situasi.Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan,harus mampu mengelola sarana dan prasarana pendidikan, pelayanankhusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan Iainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid memperotah kepuasan dalam melaksanakan tugasnya.Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Sekolah bertanggungjawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, is harus mampu membantu guru-guru mengenal kebutuhan masyarakat, membantu guru membina kurikulum sesuai dengan minat, kebutuhan dan kernampuan peserta didik. Ia harus mampu menstikulir guru-guru untuk mengembangkan metode dan prosedur pengajaran. Ia harus mampu membantu guru-guru mengevaluasi program pendidikan dan hasil belajar murid, is harus mampu juga menilai sifat dan kemampuan guru, sehingga Kepala Sekolah dapat membantu meningkatkan kemampuan guru. Untuk dapat melaksanakan tanggungjawab tersebut di atas, kepala sekolah harus memiliki pendidikan dan pengalaman yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan.

Daftar Pustaka

Burns, R.J. (1978). Leadership. New York: Harper & Row.

Gibson, Ivancevich, Donnely. (1984). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.

Lako, Andreas. (2004). Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi (Isu, Teori, dan Solusi). Yogyakarta : Amara Books.

Rumtini Ikhsan . Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah SLTP dan Korelasinya dengan Manajemen Instruksional di Beberapa Sekolah di Yogyakarta [online]. Tersedia: http://www.depdiknas.cio.id/ jurna1/38/kepemimpinan%20transformasional.htm.

Suyanto, M.Lies Endarwati, dan All Muhson. (2003). Gaya kepemimpinan transformasional kepala SD dan kepuasan kerja guru. Jurnal Kependidikan. 1, (5); 52.

Sondang P. Siagian. (2003). Teori dan Praktik Kepemimpinan (cetakan kelima). Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarwan Danim. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara.Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2012). Manajemen Pendidikan. Bandung : AlfabetaWahyusumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Yukl, Gary. (1994). Leadership In Organization (thirdth edition). New Jersey: Prentice Hall.

Yukl, Gary. (1998). Leadership In Organization. London: Prentice Hall.