PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI PROGRAM...
Transcript of PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI PROGRAM...
PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI
PROGRAM EKONOMI BERKAH DI BADAN AMIL
ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA BOGOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ARNOL RINALDI
NIM: 11140530000033
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI
PROGRAM EKONOMI BERKAH DI BADAN AMIL
ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA BOGOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Arnol Rinaldi
NIM: 11140530000033
Di bawah Bimbingan:
Prof. Dr. Murodi, MA
NIP. 19640705 199203 1003
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Arnol Rinaldi
NIM : 11140530000033
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“Pendayagunaan Zakat Produktif melalui Program Ekonomi
Berkah di BAZNAS Kota Bogor” adalah benar merupakan karya
saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun data dan kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya
orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 22 November 2018
Arnol Rinaldi
11140530000033
i
ABSTRAK
Arnol Rinaldi, NIM: 11140530000033, Judul “Pendayagunaan Zakat
Produktif melalui Program Ekonomi Berkah di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kota Bogor” Pembimbing, Prof. Dr. Murodi,
MA.
BAZNAS Kota Bogor memiliki amanah menyalurkan dana zakat
secara produktif kepada mustahik yang membutuhkan, terutama yang
membutuhkan bantuan modal usaha. Selain itu, BAZNAS juga memiliki
tanggung jawab dalam setiap programnya agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
pendayagunaan zakat produktif yang dilakukan oleh BAZNAS Kota
Bogor beserta dampaknya bagi pemberdayaan Mustahik.
Penelitian ini bertujuan untuk memperhatikan pentingnya
pendayagunaan zakat produktif melalui program ekonomi berkah yang
dilakukan oleh BAZNAS Kota Bogor. Permasalahan yang akan dikaji
adalah apa yang menjadi fokus pendistribusian dana zakat produktif untuk
mustahik serta bagaimana pendayagunaan zakat produktif pada program
ekonomi berkah. Penelitian yang penulis lakukan adalah menggunakan
metode pendekatan kualitatif yang diawali dari pemilihan masalah,
dilanjutkan dengan pembuatan pertanyaan, membuat catatan atau
perekaman pada saat wawancara dan kemudian dianalisis.
Hasil dari penelitian ini, penulis dapat mengetahui bahwa
pendistribusian zakat produktif berfokus pada pedagang kaki lima dan
pedagang kecil yang tergolong miskin dikarenakan hanya bisa
menggunakan hasil dari dagangannya untuk menutupi sebagian hajatnya,
namun belum dapat menutupi kebutuhan lainnya. Pendayagunaan zakat
produktif di BAZNAS Kota Bogor melalui program Ekonomi Berkah
terbagi dalam dua bentuk: (1) mekanisme pendayagunaan zakat produktif
pada program Ekonomi Berkah dengan melihat kebutuhan dan kesesuaian
yang ada di masyarakat yaitu dengan melakukan beberapa tahapan
diantaranya: perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring program. (2)
dampak pendayagunaan zakat produktif melalui program ekonomi berkah
dapat memberdayakan mustahik sehingga mengalami peningkatan
pendapatan baik secara materi yaitu dapat menutupi kebutuhan hidupnya,
maupun rohani yaitu dapat mensyukuri rizki yang telah Allah berikan
kepada mereka.
Kata kunci: Pendayagunaan, Zakat Produktif, Ekonomi Berkah,
BAZNAS Kota Bogor.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa
selalu istiqomah di jalan-Nya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pendayagunaan Zakat Produktif melalui
Program Ekonomi Berkah di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Bogor”. Penulis menyadari bahwa penulisan
ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat
terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan I
Bidang Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, MA. Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si. Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
iii
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Ketua Program Studi Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Sugiharto, MA. Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Murodi, MA. Dosen Pembimbing Penulis dalam
penyusunan Skripsi ini, yang penuh kesabaran dalam membimbing
penulis, selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan
memberikan semangat serta motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM. Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi
mahasiswa.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dalam mendidik penulis
selama melakukan studi. Penulis berharap semoga ilmu yang
diberikan dapat bermanfaat untuk orang lain.
8. Ayahanda dan Ibunda, yang senantiasa dengan ikhlas dan sabar
yang tiada hentinya mendoakan serta memberikan restunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maaf selama ini telah
banyak merepotkan.
9. Alm. Ust M. Diah, M. Har, yang selalu memberikan nilai-nilai
kehidupan positif bagi penulis untuk terus semangat tanpa pamrih
menggapai apa-apa yang dicita-citakan.
iv
10. Abang dan adik-adikku tercinta, uda Agung, Josra dan Deko
serta seluruh keluarga besar Bukit Kayu Angik yang telah
memberikan semangat, doa restunya hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh anggota, staff dan kerabat di BAZNAS Kota Bogor
atas bantuan, dukungan dan do’anya untuk menyelesaikan
skripsi ini.
12. Terimkasih untuk sahabat-sahabat Manajemen Dakwah 2014,
khususnya Manajemen Dakwah B serta sahabat konsentrasi
ZISWAF yang telah banyak memberi dukungan, semangat dan
menjadi teman seperjuangan dikala suka maupun duka untuk
menyelesaikan pendidikan S1 ini, khususnya Nubdzah,
Maulida, Ami, Anggi, Arif B, Arif WM, Bayhaqi, Elfar, Alfi,
Hesty kalian luar biasa.
Akhirnya penulis berharap semoga do’a yang telah
diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
yang membaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar
Jurusan Konsentrasi Manajemen Dakwah pada khususnya,
Aamiiin Yaa Rabbal ‘alamin.
Jakarta, 20 Desember 2018
Arnol Rinaldi
v
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK ..........................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................1
B. Permasalahan .....................................................................8
1. Identifikasi Masalah .....................................................8
2. Pembatasan Masalah ....................................................8
3. Perumusan Masalah .....................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................9
1. Tujuan Penelitian .........................................................9
2. Manfaat Penelitian .......................................................9
D. Metodologi Penelitian ........................................................10
1. Jenis Penelitian .............................................................11
2. Sumber Data .................................................................11
3. Teknik Pengumpulan Data ...........................................12
4. Teknik Analisis Data ....................................................14
5. Teknik Penulisan ..........................................................14
E. Tinjauan Pustaka ................................................................15
F. Sistematika Penulisan ........................................................16
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PENDAYAGUNAAN
ZAKAT DAN ZAKAT PRODUKTIF .............................................18
A. Pendayagunaan Zakat ........................................................18
1. PengertianPendayagunaan ...........................................18
2. Tahap-tahap Pendayagunaan .......................................19
vi
3. Urgensi Pendayagunaan ...............................................21
4. Pola Pendayagunaan ....................................................22
B. Zakat dan Zakat Produktif .................................................24
1. Pengertian Zakat ..........................................................24
2. Hikmah, Manfaat dan Tujuan Zakat ............................28
3. Sumber Zakat ...............................................................33
4. Muzaki dan Mustahik Zakat ........................................41
5. Zakat Produktif ............................................................49
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS KOTA BOGOR ..........52
A. BAZNAS Kota Bogor ......................................................52
B. Visi, Misi dan Nilai BAZNAS Kota Bogor ......................58
C. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Bogor ......................61
D. Program-program BAZNAS Kota Bogor .........................63
BAB IV PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI
PROGRAM EKONOMI BERKAH DI BAZNAS KOTA BOGOR 69
A. Fokus Pendistribusian Zakat Produktif di BAZNAS Kota
Bogor ................................................................................69
B. Mekanisme Pendayagunaan Zakat Produktif melalui Program
Ekonomi Berkah di BAZNAS Kota Bogor ......................72
C. Dampak Pendayagunaan Zakat Produktif melalui Program
Ekonomi Berkah di BAZNAS Kota Bogor ......................87
BAB V PENUTUP ..............................................................................92
A. Kesimpulan .......................................................................92
B. Saran-saran .......................................................................94
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................96
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara-negara berkembang, kemiskinan merupakan
permasalahan yang sering terjadi, termasuk di Indonesia
ini. Berdasarkan data yang terdapat pada Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan angka kemiskinan di tahun
2017 berjumlah 26,58 juta orang atau 10,12% dari jumlah
seluruh penduduk di Indonesia.1 Kemiskinan merupakan
salah satu masalah yang ada dalam masyarakat, karena
kemiskinan menimpa sebagian dari anggota masyarakat
yang ada serta membuat mereka lemah dalam menjalankan
peran dan partisipasi dalam membangun masyarakat.
Dari hal ini, timbullah iri dan dengki dalam diri
mereka, dan juga kebencian yang mendalam kepada orang-
orang yang mempunyai penghasilan yang lebih diantara
mereka. Bahkan mereka pun menebarkan kebenciannya
kepada seluruh masyarakat yang ada hingga membuatnya
mampu bertindak sewenang-wenang kepada nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat, serta membuatnya tidak
mampu membedakan sesuatu yang baik ataupun yang
buruk, sesuatu yang terpuji ataupun tercela.2
1https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1494/jumlah
penduduk-miskin-persentase-penduduk-miskin-dan-garis-kemiskinan-1970-
2017. html. Diakses pada tanggal 02 Februari 2018, pukul 11.20 2Yusuf Qaradhawi, “Dauru al-Zakat fi ‘illaj al-Musykilat al-
Iqtishodiyah” diterjemahkan Sari Narulita, Spektrum Zakat dalam
Membangung Ekonomi Kerakyatan, cet. 2 (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005) h. 21-
22
2
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW dalam
haditsnya bahwa kemiskinan (kefakiran) itu mendekati
pada kekufuran3.
Islam memandang kemiskinan sebagai satu hal yang
mampu membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berfikir,
keluarga dan juga masyarakat.4 Namun demikian, ia
sebenarnya sebagian dari sunnatullah agar roda kehidupan
dapat berjalan, akan tetapi bukan keberadaannya dapat
dibenarkan sebab pada dasarnya bagi orang miskin
mempunyai hak atas kekayaan orang kaya, sebagaimana
dalam firman Allah yang tertulis pada surat Adz-Dzariyaat
ayat 19 yang berbunyi:
حروم ئل وٱل
ا لس
للهم حق مو
وفى أ
“Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
meminta.”
Agama Islam telah memberi solusi terhadap persoalan
kemiskinan yang dihadapi manusia. Salah satu caranya
adalah menanggulangi kemiskinan dengan dukungan orang
yang mampu untuk mengeluarkan sebagian harta kekayaan
mereka kepada mereka yang kekurangan.
Sebagaimana yang telah disinggung dalam Alquran
surat Al-Maidah ayat 55 dan Al-Mujadalah ayat 13 yang
menjelaskan tentang perintah menunaikan zakat.
3 Abdurrachman Qadir (2001). “Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan
Sosial)”, ed. 1, cet. 2. (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 24. 4 Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, h. 24
3
ذين يق ٱلذين ءامنوا
هۥ وٱل
ورسول
م ٱلل
ك ما ولي إن
ة و
ل يمون ٱلص
كعون وهم رة و
ك ون ٱلز
ت ويؤ
“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-
Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan
shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada
Allah).”
موا
د قن ت
قتم أ
فش ءأ
وافعل
م ت
لإذ ف ت
م صدق
ك جوى
بين يدى ن
اب ٱلل وت
ٱلل
طيعوا
وأ
ة و
ك ٱلز
وا وءات
ة و
ل ٱلص
قيموا
أم ف
يك
عل
ون عمل
بما ت
بير خ
هۥ وٱلل
ورسول
“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena
kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan)
pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak
melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu,
maka laksanakanlah shalat, dan tunaikanlah zakat serta
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, banyak cara
yang harus ditempuh. M. Quraish Shihab membagi kepada
tiga hal pokok antara lain:5
1. Kewajiban Setiap Individu
Jalan pertama dalam mengentaskan kemiskinan
adalah dengan bekerja dan berusaha yang
merupakan kewajiban atas setiap individu yang
mampu dalam memperoleh kecukupan dan
5 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 2007),
h. 452-458
4
kelebihan, karena hal inilah yang sejalan dengan
naluri manusia sekaligus juga merupakan
kehormatan dan harga dirinya.
2. Kewajibab Orang lain/ Masyarakat
Kewajiban orang lain/ masyarakat tercermin pada
jaminan satu rumpun keluarga dan jaminan sosial
dalam bentuk zakat dan sedekah. Boleh jadi karena
satu dan lain hal seseorang tidak mampu
memperoleh kecukupan untuk kebutuhan
pokoknya. Maka dalam hal ini terdapat kewajiban
memberi nafkah kepada keluarga, atau dengan
istilah lain jaminan jaminan antar satu rumpun
keluarga sehingga setiap keluarga harus saling
menjamindan mencukupi. Dan hal ini yang dapat
mengentaskan kemiskinan diantaranya dengan
jaminan sosial dalam bentuk zakat dan sedekah
karena apa yang berada dalam genggaman tangan
seseorang atau sekelompok orang, pada hakikatnya
adalah milik Allah. Manusia diwajibkan
menyerahkan kadar tertentu dari kekayaannya
untuk kepentingan saudara-sudara mereka.
3. Kewajiban Pemerintah
Pemerintah juga berkewajiban mencukupi setiap
kebutuhan warga negara. Melalui sumber-sumber
dana yang sah, yang terpenting diantaranya adalah
pajak. Baik dalam bentuk pajak perorangan, tanah,
atau perdagangan, maupun pajak tambahan lainnya
yang ditetapkan pemerintah bila sumber-sumber di
atas belum mencukupi.
Zakat juga merupakan faktor terpenting dalam
menstabilkan sirkulasi harta kekayaan dalam masyarakat.6
Selain itu, zakat juga merupakan suatu ajaran yang
6 Gazi Inayah, Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), h. 20
5
memberikan landasan bagi tumbuh kembangnya
kekuatan sosial ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Hal
ini ditandai dengan eksistensi zakat itu sendiri yang secara
nyata memiliki berbagai dimensi yang banyak dan
kompleks. Zakat sebagai ibadah maliyah ijtima’iyah secara
implisit memiliki nilai-nilai ekonomi sosial, ibadah, moral,
spiritual, nilai duniawi dan ukhrowi.7 Semua nilai-nilai
tersebut merupakan landasan bagi pengembangan
kehidupan kemasyarakatan yang bersifat universal apabila
semua dimensi yang terkandung dalam zakat tersebut dapat
diwujudkan, maka zakat akan dapat menjadi sumber
kekuatan yang berpengaruh bagi pembangunan ekonomi
umat manusia menuju peradaban yang lebih baik.
Sehubungan dengan hal itu, semakin berkembangnya
zaman maka timbullah tuntutan akan inovasi, salah satunya
adalah hadirnya praktek pendayagunaan zakat untuk usaha
produktif atau lebih dikenal dengan istilah zakat produktif
yang ada di masyarakat. Karena memang sesungguhnya
tujuan zakat adalah tidak sekedar menyantuni secara
konsumtif, tetapi menjadikan mustahik (orang yang berhak
menerima zakat) menjadi muzaki (orang yang
berkewajiban membayar zakat).
Zakat produktif adalah pemberian zakat (berupa modal
usaha) yang dapat membuat para penerimanya
menghasilkan sesuatu secara terus-menerus dengan harta
7 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 180-183
6
zakat yang telah diterimanya. Dengan demikian zakat
produktif adalah zakat yang di mana harta atau dana zakat
yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan
akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu
usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidup secara berkelanjutan.8
Dalam arti harta zakat itu didayagunakan (dikelola),
dikembangkan sedimikian rupa sehingga bisa
mendatangkan manfaat (hasil) yang akan digunakan dalam
memenuhi kebutuhan orang yang tidak mampu terutama
fakir miskin tersebut dalam jangka panjang.9
Pendayagunaan zakat produktif kepada mustahik harus
dipertimbangkan dengan matang oleh amil. Apakah
mampu mustahik tersebut mengelola dana yang diberikan
itu, sehingga pada suatu saat tidak lagi menggantungkan
hidupnya kepada orang lain, termasuk mengharapkan
zakat.10 Apabila ini dapat dikelola dengan baik, maka
secara berangsur-angsur orang yang tidak punya akan terus
berkurang dan tidak menutup kemungkinan, merekapun
bisa menjadi muzaki bukan lagi sebagai mustahik.
Untuk mengembangkan ekonomi masyarakat, amil
dituntut kreatif dan inovatif, maka berkembanglah praktik-
8 Asnaini, Zakat Produktif dalam Prepektif Hukum Islam, cet. Ke-1
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 64. 9 Mu’inan Rafi’, Potensi Zakat (dari Konsumtif-Karitatif ke Produktif-
Berdayaguna) Perspektif Hukum Islam, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Citra Pustaka,
2011), h.132. 10 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah (Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga
Keuangan)” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h.23.
7
praktik zakat produktif di berbagai tempat. Organisasi
amil zakat seharusnya bisa berperan dalam mengatasi
masalah sosial-ekonomi masyarakat. Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) kota Bogor sebagai lembaga
pengelola zakat resmi milik pemerintah berdasarkan
keputusan Presiden Republik Indonesia N0. 8 Tahun 2001
yang berfungsi untuk mengelola zakat secara nasional
memiliki peranan penting dalam menghimpun,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq dan
shodaqoh, serta dapat mendorong perputaran ekonomi
mustahik agar dapat hidup berkelayakan dan berkeadilan
hal ini merupakan suatu langkah nyata, guna membantu
pemberdayaan masyarakat menemukan jalan keluar dari
siklus kemiskinan.11
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin
meneliti dan mengkaji secara teoritis dan praktis mengenai
zakat produktif dan pendayagunaannya oleh BAZNAS
Kota Bogor, maka Penulis akan menulis dalam sebuah
skripsi yang berjudul: “Pendayagunaan Zakat Produktif
Melalui Program Ekonomi Berkah di Badan Amil
Zakat Nasional Kota Bogor Tahun 2017”.
11 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Profil BAZNAS artikel ini
diakses pada 5 September 2018 di http://baznas.go.id/profil
8
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang bisa diambil, diantaranya:
a. Bagaimana strategi BAZNAS Kota Bogor dalam
mengoptimalkan sumber zakat?
b. Apakah ada inovasi yang dibuat oleh BAZNAS
Kota Bogor dalam memberdayakan mustahik?
c. Seberapa signifikankah fungsi sosial dan ekonomi
zakat dalam menanggulangi kemiskinan?
d. Bagaimana proses pendayagunaan zakat secara
produktif?
e. Bagaimana zakat berperan dalam menstabilkan
sirkulasi harta kekayaan masyarakat?
f. Apa yang harus dipertimbangkan oleh amil dalam
mengelola zakat agar menghasilkan manfaat bagi
mustahik?
2. Pembatasan Masalah
Beretolak dari latar belakang tersebut, mengingat
luasnya pembahasan mengenai zakat produktif dan
pemberdayaan mustahik, maka dalam penulisan skripsi
ini perlu adanya pembatasan masalah, agar
pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah. Adapun
pembatasan masalah penulis membatasinya, pada:
Pendayagunaan Zakat Produktif Melalui Program
9
Ekonomi Berkah di Badan Amil Zakat Nasional Kota
Bogor pada tahun 2017.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa yang menjadi fokus pendistribusian dana zakat
produktif untuk mustahik di BAZNAS Kota
Bogor?
b. Bagaimana pendayagunaan zakat produktif di
BAZNAS kota Bogor melalui program Ekonomi
Berkah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diketahui tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui apa yang menjadi fokus
pendistribusian dana zakat produktif yang
dilakukan oleh BAZNAS Kota Bogor.
b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk
pendayagunaan zakat produktif yang dilakukan
oleh BAZNAS Kota Bogor melalui program
Ekonomi Berkah sehingga dapat diaplikasikan oleh
Mustahik.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademik
10
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta
dapat menghasilkan dan mensosialisasikan teori
yang diperoleh selama perkuliahan serta menjadi
wahana pengetahuan mengenai Manajemen ZIS
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang penggunaan dana ZIS lebih
mendalam.
b. Bagi Praktisi
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
agar para pengelola dana zakat (amil) tidak hanya
menghimpun dan kemudian menyalurkan kepada
kaum dhuafa saja tetapi dapat memproduktifkan
dana ZIS tersebut serta mendayagunakannya untuk
meningkatkan kinerja mustahik agar mereka tidak
lagi ketergantungan pada zakat.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk
menambah wawasan mengenai kinerja Badan Amil
Zakat Nasional serta dapat pula menambah
pemahaman tentang zakat produktif.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan
tentang langkah-langkah sistematis dan logis, tentang
11
pencarian data yang berkenaan dengan masalah
tertentu untuk diolah, dianalisa dan diambil kesimpulan.12
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis metode
deskriptif, yaitu metode masalah yang memadu peneliti
untuk mengeksplorasi dan memotret situasi yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.13
Dimana dari penelitian ini menghasilkan data deskriptif
dan tertulis dengan informasi dari instansi terkait dalam
objek penelitian.
2. Sumber Data
Data adalah hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian karena bila tidak ada data maka penelitian
tidak dapat dilakukan. Dari sekian banyak data yang
diperoleh hanya data-data penting sajalah yang penulis
ambil agar arah penelitian tetap pada jalurnya dan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam
penyusunan Skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis
sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung
diperoleh dari hasil wawancara, wawancara dapat
12 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta:
Logos, 1999), cet ke-2, h. 1. 13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: CV. Alfabeta, 2009)
12
dipandang sebagai metode pengumpulan data
sepihak yang dikerjakan secara sistematis
berlandaskan pada tujuan penelitian. Dimana data
ini tertuang dalam item-item pertanyaan yang
dihasilkan dari wawancara dengan responden.
b. Data Sekunder
Adapun data sekunder merupakan data pendukung
dan pelengkap data penelitian. Data tersebut
diperoleh dari data atau informasi yang diperoleh
dari buku, jurnal, surat kabar, artikel, atau internet.
Selain itu juga diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan dan sumber lainnya seperti jumlah
mustahik, jenis pembiayaan yang diberikan, data
pendapatan perkapita seluruh keluarga maupun
pendapatan perkapita usaha, jenis kelamin mitra/
jenis usaha mitra, tingkat pendidikan mitra,
perkembangan modal usaha yang dialami para
mustahik setelah diberi pembiyaan, dan data lain
yang berkaitan dengan materi Skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data.14 Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan:
14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2005), h. 62.
13
a. Library Research (Penelitian Pustaka)
Dalam riset kepustakaan ini penulis membaca,
meneliti, dan mempelajari bahan-bahan tertulis
seperti majalah, buku-buku, artikel, jurnal, dan
informasi tertulis lainnya, khususnya yang
berhubungan dengan Zakat Produktif. Melalui riset
ini akan didapatkan konsep, teori, dan definisi-
definisi yang akan penulis pergunakan sebagai
landasan berpikir dan analisa melalui proses
penulisan. Data yang diperoleh melalui data ini
merupakan data sekunder.
b. Field Research (Penelitian Lapangan)
Dalam riset lapangan ini, peneliti mencoba
mendapatkan data primer dengan menggunakan
beberapa metode diantaranya:
1. Observasi
Observasi merupakan metode
mengumpulkan data dengan mengamati
langsung di lapangan. Dalam hal ini penulis
mengadakan pengamatan secara cermat dan
sistematik.15 Dalam penelitian ini penulis
mengamati secara langsung apa yang bisa
dilihat, dan didengar yang nantinya akan
penulis tuangkan pada skripsi ini.
15 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.
105.
14
2. Wawancara/ Interview
Wawancara adalah salah satu bagian yang
terpenting dari setiap survei, wawancara juga
merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi.
3. Studi Dokumentasi
Yakni pengumpulan data-data yang
diperlukan dengan cara mencari data
dokumentasi tentang zakat produktif untuk
meningkatkan kinerja produksi, motivasi dan
religiusitas mustahik.
4. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang penulis pergunakan
adalah metode analisis kualitatif deskriptif. Setelah
data diperoleh dari kegiatan wawancara dan observasi,
maka langkah selanjutnya adalah menganalisa hasil
wawancara. Analisa data merupakan proses
pencandraan (description) dan penyusunan transkrip
interview. Data-data yang telah terkumpul dianalisis
dalam terminologi dengan kesimpulan deskriptif.
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman
dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh keputusan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, No: 507
Tahun 2017.
15
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak
pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi
perbandingan selanjutnya. Penulis melihat bahwa masalah
pokok dalam penelitian ini tampaknya masih kurang dapat
perhatian dari para peneliti, untuk itu penulis melakukan
kajian pustaka dengan penelitian terdahulu yang
bersangkutan dengan zakat produktif yang dapat
membantu memberikan masukan bagi penulisan ini.
Adapun penulis menemukan beberapa skripsi yang
mengangkat masalah zakat produktif dalam
pembahasannya, judul-judul skripsi tersebut adalah:
Skripsi pertama, ditulis oleh Fajar Khoirunisa, dengan
judul “Analisis Pendayagunaan Zakat Melalui Program
Layana Jenazah Gratis (LJG) Pada Lembaga Amil Zakat
Al Azhar peduli Umat”. Skripsi ini menggunakan metode
penelitian kualitatif, dimana pada skripsi ini hanya
membahas tentang pendayagunaan zakat melalui program
Layanan Jenazah Gratis di Lembaga Amil Zakat Al Azhar
Peduli Umat serta faktor pendorong dan penghambatnya
dalam melaksanakan program tersebut kepada
masyarakat.16
Skripsi kedua, ditulis oleh Abdul Azis, dengan judul
“Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif Untuk
16 Fajar Khoirunisa, Analisis Pendayagunaan Zakat melalui Program
Layanan Jenazah Gratis (LJG) pada Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli
Umat, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negri Jakarta, 2016).
16
Pemberdayaan Ekonomi Pada BAZNAS Kabupaten
Tanggerang”. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif,
di mana pada skripsi ini hanya membahas tentang strategi
yang digunakan oleh BAZNAS Kabupaten Tanggerang
dalam mengelola dana zakat serta persoalan apa yang
dihadapi saat berada di lapangan.17
Dilihat dari beberapa judul di atas, penelitian penulis
berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini
menggambarkan pola distribusi dana zakat serta apa yang
menjadi fokus BAZNAS Kota Bogor dalam
mendayagunakan dana zakat secara produktif melalui
program Ekonomi Berkah. Oleh karena itu, materi
pembahasannya pun berbeda, materi yang penulis bahas
adalah tentang “Pendayagunaan Zakat Produktif Melalui
Program Ekonomi Berkah di BAZNAS Kota Bogor”
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab
yang dibagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai
pembatasan masing-masing yang akan saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini, penulis
menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan dan perumusan
17 Abdul Azis, Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif
Untuk Pemberdayaan Ekonomi Pada BAZNAS Kabupaten Tanggerang,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Jakarta, 2015).
17
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, pada bab ini memuat tentang
teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan penulisan
skripsi ini yang terdiri dari zakat produktif (pengertian
zakat produktif, dasar hukum zakat, tujuan dan hikmah
zakat, pendayagunaan zakat produktif). Dan segala sesuatu
yang mengatur tentang zakat produktif.
Bab III Gambaran Umum Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Bogor, pada bab ini membahas tentang profil
BAZNAS Bogor , meliputi sejarah berdirinya, visi, misi,
struktur organisasi, dan program-program pemberdayaan
mustahik yang terdapat di BAZNAS Bogor.
Bab IV “Pendayagunaan Zakat Produktif Melalui
Program Ekonomi Berkah di BAZNAS Kota Bogor”
Bab V Kesimpulan dan Saran, pada bab ini mencakup
kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang
dapat penulis sampaikan dalam skripsi ini.
18
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG PENDAYAGUNAAN
ZAKAT DAN ZAKAT PRODUKTIF
A. Pendayagunaan Zakat
1. Pengertian Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “daya” yang
artinya kemampuan untuk melakukan sesuatu atau
menjalankan tugas dengan baik,1 sedangkan kata
“guna” yang berarti faedah atau manfaat.2 Adapun
pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus
besar bahasa Indonesia adalah:3
a) Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan
manfaat
b) Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu
menjalankan tugas dengan baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan
adalah bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan
hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Di
sinilah aplikasi pendayagunaan dana zakat, bagaimana
zakat yang dikeluarkan oleh ketentuan wajib zakat itu
dapat berfungsi sebagai ibadah baginya dan sekaligus
dapat juga berlaku sebagai dana sosial yang
dimanfaatkan untuk kepentingan mengatasi berbagai
1 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2005), h. 300 2 Dendy Sugona, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2005), h. 466 3 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2005), h. 300
19
masalah kemasyarakatnnya. Misalnya dengan
memberikan bantuan dana kepada mustahik yang
dikategorikan sebagai fakir miskin.4
2. Tahap-tahap Pendayagunaan
Pendayagunaan zakat dapat dilakukan dengan
beberapa tahap, diantaranya:5
a) Penyaluran Murni
Pada tahap penyaluran murni, umumnya setiap
dana yang ada digunakan untuk kegiatan
penyaluran hibah konsumtif, santunan atau
kegiatan karitatif langsung. Biasanya pada saat
dibagikan dana langsung habis, sesuai dengam
penyampaian bantuan yang dilakukan, pada tahap
penyaluran murni orientasi kegiatan adalah
sampainya dana kepada mustahik. Artinya, pada
tahap penyaluran ini yang dipentingkan adalah
harus sampainya ZIS kepada orang-orang yang
benar-benar termasuk mustahik.6
b) Semi Pendayagunaan
Pada tahap ini, dana yang ada selain digunakan
untuk hibah konsumtif, santunan dan kegiatan
karitatif juga digunakan untuk untuk kegiatan-
4 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,
(Jakarta: UI Press, 1988), h. 69 5 Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban
Zakat, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2007), h. 69 6 Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban
Zakat, (2007), h. 69
20
kegiatan pengembangan sumber daya manusia
(SDM). Pada tahap ini, saat dibagikan dana juga
langsung habis. Sedangkan orientasi pada tahap
semi pendayagunaan ini selain sampainya dana ke
mustahik juga adalah orientasi manfaat dana
(program) bagi mustahik.7
c) Pendayagunaan
Pada tahap pendayagunaan, dana yang ada
digunakan untuk kegiatan hibah, baik untuk
kegiatan karitas langsung maupun tidak langsung,
pengembangan SDM dan ekonomi. Karena
melakukan kegiatan ekonomi produktif, maka pada
umumnya dana yang dibagikan tidak langsung
habis, baik karena terus berputar diantara para
mustahik, maupun karena dana tersebut mengalir
mengikuti kegiatan ekonomi produktif. Sedangkan
orientasi dari tahap pendayagunaan adalah
perubahan mustahik. Oleh karena itu, pada konteks
ini yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana
perubahan mustahik setelah mendapatkan bantuan
atau mengikuti program dari lembaga zakat.
7 Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban
Zakat, (2007), h. 69
21
3. Urgensi Pendayagunaan
Untuk dapat mengembangkan strategi pendayagunaan
yang unggul, yang pertama kali harus dipahami adalah
makna hakiki atau intisari dari pendayagunaan zakat
ini. Inti pendayagunaan zakat adalah proses atau upaya
untuk mengubah mustahik menjadi muzakki. Adapun
pentingnya pemberdayaan adalah sebagai berikut:8
a. Menanamkan kesadaran akan harkat dan martabat
pada mustahik sebagai manusia, jangan sampai
posisi keberadaannya sebagai mustahik
membuatnya kehilangan martabat dan kehancuran
derajat sebagai makhluk mulia.
b. Mewujudkan kualitas perubahan dalam kehidupan
menuju kondisi yang lebih baik. Dengan
pemberdayaan diharapkan terjadi sebuah
perubahan kondisi kehidupan mustahik menjadi
lebih baik.
c. Menghindari eksploitasi dan dominasi pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Sangat sering
terjadi, kelemahan yang dialami mustahik
dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab untuk melakukan berbagai
tindakan atau aktifitas yang menyimpang, baik
menurut agama maupun negara. Pada konteks ini,
sering kali mustahik hanya dijadikan korban untuk
8 Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban
Zakat, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2007), h. 71
22
memuaskan kepentingan seseorang atau segelintir
orang.
d. Menanamkan nilai, cita-cita, dan perilaku
kehidupan yang islami. Pemberdayaan adalah
wahana untuk mentransfer nilai-nilai kebajikan
kepada para mustahik. Proses pemberdayaan, bisa
dijadikan sebagai washilah untuk mewujudkan
masyarakat yang islami
4. Pola Pendayagunaan Zakat
Pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan dana
zakat secara maksimum tanpa mengurangi nilai dan
kegunaannya, sehingga berdaya guna untuk mencapai
kemaslahatan umat.9
Adapun pola-pola pendayagunaan zakat terdapat dua
cara, yakni dapat dijelaskan sebagai berikut:10
a. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana
zakat diberikan langsung kepada mustahik. Dengan
pola ini penyaluran dana kepada mustahik tidak
disertai target, adanya kemandirian kondisi sosial
maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan).
Hal ini dilakukan karena mustahik yang
bersangkutan tidak mungkin lagi bisa mandiri
seperti para orang tua (jompo), orang cacat dan
9 Kementrian Agama RI, Pedoman Zakat Seri Sembilan, (Jakarta:
Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf 2002) h. 95 10 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 34
23
lain-lain. Yang penghimpunan dan pendayagunaan
zakat diperuntukkan mustahik secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Sesuai
dengan penjelasan undang-undang, musathik
delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf,
riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil yang di
dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang
paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak
yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang
menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar,
orang yang terlilit hutang dan sebagainya.11
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat
kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil
untuk kepentingan aktifitas suatu usaha atau
bisnis.12
Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan)
adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang
disertai target merubah keadaan penerima (lebih
dikhususkan kepada mustahik atau golongan fakir-
miskin) dari kondisi kategori mustahik menjadi
kategori muzaki. Dalam sistem pengelolaan zakat
di Indonesia dikenal penyaluran zakat untuk
bantuan dana produktif, yang diperuntukkan bagi
mustahik yang memiliki wirausaha. Pengelolaan
11 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (2005), h. 34 12 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (2005), h. 34
24
zakat untuk pemberdayaan akan mudah dijalankan
jika model penghimpunan dana zakat dihimpun dan
dikelola melalui lembaga pengelolaan zakat.13
B. Zakat dan Zakat Produktif
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang
telah ditetapkan dalam AlQuran, Sunnah Nabi, dan
Ijma’ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun
Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat.
Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat
sebagai salah satu rukun Islam. Bagi mereka yang
mengingkari kewajiban zakat maka telah dianggap
kafir, begitu juga mereka yang melarang adanya zakat
secara paksa. Jika ada yang menentang adanya zakat,
harus dibunuh hingga mau melaksanakannya.14
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan
kata dasar (Masdar) dari zaka yang berarti berkah,
bersih, tumbuh, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti
tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti
orang itu baik. Menurut Lisan al-Arab arti dasar dari
kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa, adalah suci,
tumbuh, berkah, dan terpuji: semuanya digunakan di
dalam AlQuran dan Hadist. Tetapi yang terkuat,
13 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 35 14 Abdul Al-Hamid, Ekonomi Zakat – Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2006), h. 1
25
menurut Wahidi dan lain-lain, kata dasar zaka berarti
bertambah dan tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang
bertambah disebut zaka artinya bertambah. Bila satu
tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka disini
berarti bersih. Dan bila seseorang diberi sifat zaka
dalam arti baik, maka berarti orang itu lebih banyak
mempunyai sifat yang baik. Seseorang itu zaki, berarti
seseorang yang memiliki lebih banyak sifat-sifat orang
baik, dan kalimat “hakim-zaka-saksi” berarti hakim
menyatakan jumlah saksi-saksi diperbanyak.15
Adapun menurut istilah syara’, zakat merupakan
salah satu ibadah yang telah ditentukan oleh Allah
SWT cara pelaksanaannya. Oleh sebab itu zakat
memiliki pengertian yang khusus yaitu bagian harta
tertentu yang telah diwajibkan oleh Allah SWT untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, sebagaimana yang telah dijelaskan di
dalam AlQuran atau dapat juga diartikan dengan kadar
tertentu dari harta tertentu yang diberikan kepada
golongan tertentu.16
Zakat secara istilah fikih berarti “Sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada
orang-orang yang berhak” di samping berarti
“mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.”17 Jumlah
15 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,
1987), h. 34 16 Ahmad Wira, Fiqih Zakat, (Padang: Pustaka Al-Hilal, 2009), h. 11 17 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (1987), h. 34
26
yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat
karena yang dikeluarkan itu menambah banyak,
membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu
dari kebinasaan. Hal ini berarti bahwa makna tumbuh
dan berkembang itu tidak hanya diperuntukkan buat
harta kekayaan tetapi lebih jauh dari itu, dengan
mengeluarkan zakat, harta itu menjadi bersih. Hal ini
sesuai dengan ayat AlQuran yang artinya sebagai
berikut:18
“Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau
bersihkan dan sucikan mereka dengannya” (At-
Taubah: 103).
Dari ayat ini tergambar bahwa zakat yang
dikeluarkan oleh para muzaki itu dapat dibersihkan dan
mensucikan hati mereka. Suci hati dapat diartikan
mereka tidak lagi mempunyai sifat yang tercela
terhadap harta seperti rakus dan kikir. Sebagai orang
yang suci hati dan mendapat petunjuk Allah dia akan
mengeluarkan harta bendanya tidak hanya semata-mata
karena kewajiban yang diperintahkan Allah, melainkan
benar-benar karena merasa sebagai orang yang
mempunyai kelebihan harta yang ikut bertanggung
jawab atas sebagian masyarakat yang terlantar. Dengan
rasa tanggung jawab demikian, ia akan mau setiap saat
18 Farida Prihatini, Uswatun Hasanah, Wirdyaningsih, Hukum Islam:
Zakat & Wakaf (Teori dan Prakteknya di Indonesia), (Jakarta: Papas Sinar
Sinanti, 2005), h. 47
27
mengeluarkan hartanya bila orang lain
memerlukannya, dan ia akan memiliki jiwa yang peka
terhadap kemiskinan dan kesengsaraan orang lain.
Zakat merupakan salah satu dana atau harta masyarakat
yang dapat dimanfaatkan untuk menolong orang-orang
yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-
hari.19
Di Indonesia, pengertian zakat sebagaimana
disebutkan dalam Undang-undang nomor 23 tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat Islam.20
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di
atas, dapat disimpulkan hakikat dari zakat itu adalah
kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk
mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki dan telah
mencapai kadar, nishab, dan haul serta sesuai dengan
ketentuan syariat Islam, yang kemudian diberikan
kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam AlQuran maupun
Hadist.
19 Farida Prihatini, dkk, Hukum Islam: Zakat & Wakaf (Teori dan
Prakteknya di Indonesia), (2005), h. 48 20 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang
Pengelolaan Zakat dan Wakaf, (Bandung: Fokus Media, 2012), h. 2
28
2. Hikmah, Manfaat dan Tujuan Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang
mengandung hikmah, manfaat dan tujuan yang
demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan
orang yang berzakat (Muzaki), penerimanya
(Mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun
bagi masyarakat keseluruhan. Hikmah dan manfaat
tersebut antara lain sebagai berikut.21
Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada
Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan
akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis,
menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
membersihkan dan mengembangkan harta yang
dimiliki.22
Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik,
maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan
membina mereka, terutama fakir miskin, ke arah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera,
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan layak, terhindar dari kekufuran, sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang
mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka
21 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta:
Gema Insani, 2002), h. 10 22 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
10
29
melihat orang kaya yang memiliki harta yang cukup
banyak.23
Ketiga, sebagai pilar amal bersama antara orang-
orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para
mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk
berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannnya
tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan
untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah
diri sendiri dan keluarganya. Di samping sebagai pilar
amal bersama, zakat juga merupakan salah satu bentuk
konkret dari jaminan sosial yang disyariatkan oleh
ajaran Islam. Melalui syariat zakat, kehidupan orang-
orang fakir, miskin, dan orang-orang menderita
lainnnya, akan terperhatikan dengan baik.24
Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi
pembangunan sarana maupun prasarana yang harus
dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan,
kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana
pengembangan kualitas sumberdaya umat muslim.
Hampir semua ulama sepakat bahwa orang yang
menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama
golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.25
23 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
10 24 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
10 25 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
11
30
Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang
benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta
yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak
orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan
baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT.26
Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola
dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan
ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic
with equity. Monzer Kahf menyatakan zakat dan sistem
pewarisan Islam cendrung kepada distribusi harta yang
egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta
akan selalu beredar. Zakat akan mencegah terjadinya
akumulasi harta pada satu tangan dan pada saat yang
sama mendorong manusia untuk melakukan investasi
dan mempromosikan distribusi. Zakat juga merupakan
institusi yang komprehensif untuk distribusi harta
karena hal ini menyangkut harta setiap muslim secara
praktis, saat hartanya telah sampai melewati nishab.27
Ketujuh, dorongan ajaran Islam yang begitu kuat
kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat,
berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran
Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan
26 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
11 27 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
11
31
berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang di
samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan
keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki
dan munfik. Zakat yang dikelola dengan baik akan
mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas,
sekaligus penguasaan aset-aset oleh umat Islam.28
Selanjutnya, diantara tujuan diwajibkannya
menunaikan zakat dalam Islam dapat disimpulkan
sebagai berikut:29
a. Zakat dapat menyelesaikan masalah ketidak
seimbangan pendapatan dan masalah ekonomi
individu.
b. Sistem zakat dapat menghindari gejala
penyimpangan atau penimbunan barang secara
berlebihan untuk memperoleh keuntungan yang
lebih pada waktu yang sesuai.
c. Zakat berperan mengubah nasib orang yang sedang
dalam kesusahan, kutipan zakat yang terkumpul
menjadi dana yang akan disalurkan lagi kepada
asnaf secara adil dan seksama.
d. Zakat dapat membantu mengimbangi income
perkapita rakyat. Apabila zakat yang terurus
dengan baik, maka perbedaan income perkapita
rakyat dapat diimbangi.
28 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (2002), h.
12 29 Ahmad Wira, Fiqih Zakat, (Padang: Pustaka al-Hilal 2009), h. 29
32
e. Peranan zakat dapat mempertahankan
kesinambungan dan kemantapan kegiatan
ekonomi.
f. Kewajiban zakat dapat menghindari terjadinya
inflasi.
g. Zakat dapat membantu memberikan keperluan
modal awal, bimbingan dan latihan berdasarkan
kelayakan dan kemahiran.
Dari berbagai hikmah dan tujuan diwajibkan zakat,
terlihat bahwa zakat memang memiliki kekuatan
ibadah yang bersifat ilahi, yaitu membentuk dan
sekaligus memberikan penghargaan terhadap rasa
syukur hamba terhadap Allah SWT. Di dalam ibadah
zakat sangat dituntut adanya keikhlasan, tanpa
keikhlasan dari muzakki maka ibadah zakat tidaklah
memiliki nilai di sisi Allah SWT, di samping itu zakat
juga boleh menjadi alternatif yang paling baik untuk
usaha penyeimbang sosial ekonomi umat Islam. Dalam
sistem ekonomi Islam, zakat dapat dijadikan sebagai
instrumen kebijakan fiskal dan sekaligus dapat
mengatasi terjadinya inflasi, memelihara
keseimbangan dan kestabilan ekonomi, dengan zakat
akan terjadi pendistribusian kepada rakyat miskin,
sehingga harta atau kekayaan tidak hanya menumpuk
dan bertumpu kepada orang-orang kaya saja.30
30 Ahmad Wira, Fiqih Zakat, (Padang: Pustaka al-Hilal 2009), h. 30
33
3. Sumber Zakat
Harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya
itulah sumber dana zakat. Untuk mengetahui apa yang
di maksud dengan harta kekayaan ada beberapa
pendapat, Yusuf Qardawi menyatakan kekayaan
(amwal) merupakan bentuk jamak dari mal dan mal
adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk disimpan dan dimilikinya. Sedangkan
menurut Mazhab Hanafi memaknai kekayaan adalah
segala yang dapat dimiliki dan digunakan menurut
galibnya. Kekayaan hanya bisa dikatakan sebagai
kekayaan apabila memenuhi dua syarat, dimiliki dan
bisa diambil manfaatnya.31
Adapun kategori kekayaan yang harus dikeluarkan
zakatnya adalah:
a. Emas, Perak dan Uang32
Dasar hukum wajib zakat bagi harta kekayaan yang
berupa emas, perak dan uang adalah AlQuran surat
ke-9 ayat 35. (dimiliki selama secara pasti) selama
satu tahun penuh dan sampai nishabnya. Nishab
emas adalah 20 dinar, lebih kurang sama dengan 96
gram emas murni. Setelah dimiliki selama satu
tahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar dua
31 Farida Prihatini, Uswatun Hasanah, Wirdyaningsih, Hukum Islam:
Zakat & Wakaf (Teori dan Prakteknya di Indonesia), (Jakarta: Papas Sinar
Sinanti, 2005), h. 54 32 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,
(Jakarta: UI Press, 1988), h. 45
34
setengah persen. Nisab perak adalah 200 dirham,
beratnya sama dengan lebih kurang 672 gram.
Berdasarkan beberapa hadist, emas dan perak yang
menjadi perhiasan wanita yang cukup senishab dan
dimiliki cukup setahun pula, hendaklah dikeluarkan
zakatnya sebanyak dua setengah persen. Nishab
uang, baik giral maupun chartal adalah sama
dengan nilai atau harga 96 gram emas. Bila
disimpan cukup setahun, zakatnya adalah dua
setengah persen.
b. Barang yang diperdagangkan33
Yang menjadi dasar hukum wajib zakat bagi barang
dagangan adalah AlQuran surat 2 ayat 267, setiap
tutup buku, setelah perdagangan berjalan setahun
lamanya, uang yang ada dan semua barang yang
dihitung harganya dari jumlah itu dikeluarkan
zakatnya dua setengah persen, nishabnya sama
dengan nilai harga emas 96 gram. Kini, zakat
perdagangan ini diperluas pada perusahaan atau
badan usaha lainnya.
c. Hasil Pertenakan34
Dalam fikih Islam, binatang ternak diklasifikasikan
ke dalam beberapa kelompok:
33 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,
(1988), h. 45 34 M Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta:
Kencana, 2012), Cet ke-3, h. 100
35
1) Pemeliharaan hewan yang ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok atau
alat produksi, semisal memelihara kerbau yang
dimanfaatkan untuk kepentingan membajak
sawah atau kuda yang dimanfaatkan sebagai
alat transportasi (penarikan delman)
2) Hewan yang dipelihara untuk tujuan
memproduksi suatu hasil komoditas tertentu
seperti binatang yang disewakan atau hewan
pedaging atau hewan susu perahan. Binatang
semacam ini termasuk jenis binatang ma’lufat
(binatang yang dikandangkan).
3) Hewan yang digembalakan untuk tujuan
pertenakan (pengembang biakan). Jenis hewan
ternak seperti inilah yang termasuk dalam
kategori aset wajib zakat binatang ternak (zakat
an’am)
Sebagian besar ahli fikih Islam sepakat bahwa zakat
binatang ternak diwajibkan pada semua jenis binatang
ternak baik yang dikenal pada masa kenabian ataupun
tidak. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang tidak termasuk dalam kategori binatang ternak
adalah:35
1) Hewan pedaging atau hewan susu perah (tidak
digembalakan dan dikandangkan sepanjang
35 M Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta:
Kencana, 2012), Cet ke-3, h. 102
36
tahun), jenis ini masuk dalam kategori aset
wajib zakat musytagillat.
2) Hewan yang dimanfaatkan sebagai alat
produksi seperti mempersiapkan lahan
pertahian atau alat angkut petani dan hasil-hasil
pertaniannya, walaupun hewan ternak itu
termasuk kategori saimah (digembalakan).
3) Kuda, bagal, keledai dan sejenisnya yang
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan
produksi, perang atau untuk memenuhi
kebutuhan primer pemiliknya, hewan sewaan,
serta hewan dagangan (maka hewan tersebut
tercakup sebagai aset wajib zakat untuk
komoditas zakat perdagangan).
Para ahli fikih Islam membagi binatang ternak
dalam beberapa kelompok dan menentukan
nisab bagi setiap kelompok tersebut seperti
dibawah ini:36
Pertama, Unta: nisabnya 5 ekor, dan tidak wajib
zakat bila jumlahnya dibawah 5 ekor, yaitu
sepadan dengan 200 dirham perak pada zaman
Rasulullah SAW.
Kedua, Kambing dan sejenisnya: nisabnya 40
ekor, tidak wajib zakat bila jumlahnya dibawah
40 ekor kambing.
36 M Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (2012), Cet ke-
3, h. 103
37
Ketiga, Sapi dan sejenisnya: nisab 30 ekor,
tidak wajib zakat bila jumlahnya di bawah 30
ekor sapi.
Keempat, binatang-binatang ternak lainnya
yang dianalogikan dari ketiga kelompok di atas.
Sebagai contoh, nisab kerbau dapat
dianalogikan dengan nisab sapi, dan lain
sebagainya.
d. Hasil Bumi (Pertanian)
Hasil pertanian adalah semua hasil pertanian yang
ditanam dengan menggunakan bibit biji-bijian yang
hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan
serta yang lainnya. Sedangkan yang di maksud
hasil perkebunan adalah buah-buahan yang berasal
dari perpohonan atau umbi-umbian. Sistem
pengairan pertanian dan perkebunan objek zakat
mendpat perhatian lebih dalam kajian zakat karena
kedua hal tersebut berkaitan dengan hasil
presentase wajib zakatnya.37
Menurut para ahli dalam mazhab Syafi’i, hasil
bumi yang dizakati itu hanyalah hasil bumi yang
menjadi makanan pokok manusia saja seperti
gandum, jelai, dan kurma serta anggur kering.
Keempat jenis hasil bumi itu tidak terdapat di
Indonesia, dan karena itu “apa yang Kami
37 M Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, h. 86
38
keluarkan dari bumi, untuk kamu” seperti yang
disebut dalam AlQuran surat 2 ayat 276 itu oleh ahli
hukum Islam Indonesia dirinci sesuai dengan
keadaan di Indonesia.38
e. Hasil Tambang dan Barang39
Barang tambang yang wajib dizakati hanyalah
emas dan perak saja. Demikian juga dengan barang
temuan, yang dizakati terbatas pada emas dan perak
saja. Dasar hukumnya berasal dari AlQuran surat 9
ayat 35 tersebut di atas, kewajiban untuk
menunaikan zakat barang-barang tambang adalah
setiap kali barang itu selesai dibersihkan (diolah).
Nisab barang tambang adalah sama dengan nisab
emas 96 gram dan perak 672 gram, kadarnya pun
sama, yaitu dua setengah persen. Kewajiban untuk
menunaikan zakat barang temuan adalah setiap kali
orang menemukan barang tersebut. Nisab barang
temuan sama dengan nisab emas dan perak begitu
juga dengan kadarnya.
f. Hasil Investasi
Investasi adalah penanaman modal atau uang dalam
proses produksi (dengan pembelian gedung-
gedung, permesinan, bahan cadangan,
penyelenggaraan ongkos, serta perkembangannya).
38 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,
(Jakarta: UI Press, 1988), h. 46 39 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,
(1988), h. 47
39
Dengan demikian, cadangan modal barang
diperbesar sejauh tidak perlu ada modal barang
yang harus diganti.40
Pada saat ini penanaman modal dilaksanakan dalam
berbagai bidang usaha, seperti perhotelan,
perumahan, wisma, pabrik, transportasi, pertokoan,
dan masih banyak lagi jenisnya. Kendatipun
demikian penanaman modal (investasi) tersebut
mendatangkan hasil, tetapi masih terdapat
perbedaan pendapat para ulama:41
1) Para ulama yang tidak mewajibkan zakat
Sebagian ulama memandang, bahwa investasi
dalam bentuk gedung-gedung, pabrik dan
sebagainya yang telah disebutkan di atas tidak
dikenakan zakat, karena di masa Rasulullah,
para sahabat tidak pernah menetapkan
ketentuan hukumnya. Kelompok ini, berpegang
kepada lahiriah nash (AlQuran dan Sunnah).
Pendapat ini dianut oleh mazhab lahirian (Ibnu
Hazm). Dalam zaman modern ini dianut pula
oleh Syaukani dan Shahik Hasab Khan.
2) Para ulama yang mewajibkan zakat
Sebagian ulama berpendapat, bahwa
penanaman modal dalam berbagai bentuk
40 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-2, h. 70 41 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-2, h. 70
40
kegiatan dikarenakan zakatnya, karena hal itu
merupakan kekayaan dan setiap kekayaan ada
hak orang lain di dalamnya.
Cara menetapkan zakat investasi, terdapat dua
cara dalam perhitungan zakatnya. Pertama,
menghitung modalnya (pabrik, hotel) dan
keuntungannya sekaligus, kemudian baru
diperhitungkan zakatnya. Kedua, hanya
menghitung keuntungannya saja dan
keuntungan yang diperhintungkan zakatnya.42
1) Sebagian ulama menghitung modal dan
keuntungannya dan zakatnya dikeluarkan
sebesar 2,5% sebagaimana zakat
perdagangan. Di antara ulama sunni adalah
mazhab Hambali, Abu Waqa’ Ibnu ‘Aqil
dan Ibnu Qayyim. Dalam perhitungan
modalnya ada penyusutan tiap tahunnya, di
samping biaya pemeliharaan dan biaya lain-
lain.43
2) Sebagian ulama menghitung
keuntungannya saja, tidak modalnya,
seperti rumah yang disewakan, hotel dan
sebagainya. Hal ini sama dengan zakat
pertanian yang dihitung hanya hasilnya
42 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-2, h. 72 43 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (2008), h. 72
41
saja, tidak tanahnya. Dengan demikian,
zakatnya apakah hanya 10% atau 5%,
menurut kedua pendapat ini, penyusutan
tidak perlu dihitung, karena yang
diperhitungkan hanya keuntungannya saja,
setelah dikeluarkan biaya pemeliharaan dan
biaya-biaya lainnya.44
4. Muzaki dan Mustahik Zakat
a. Muzaki
Muzaki merupakan orang atau pihak yang
melakukan pembayaran zakat. Dengan begitu,
maka mustahik adalah mereka yang hartanya
dikenakan kewajiiban zakat. Pembayar zakat
disyaratkan harus seorang muslim dan tidak
disyaratkan baligh atau berakal menurut
pendapat beberapa ulama yang ada.45 Adapun
kewajiban seorang muzaki adalah:46
1) Mencatat harta kekayaan yang dimilikinya
2) Menghitung zakat dengan benar
3) Membayarkan zakat kepada amil zakat
4) Meniatkan membayar zakat karena Allah
SWT
5) Melafalkan akad pada saat membayar zakat,
dan
44 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (2008), h. 72 45 Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Tinjauan
Teoritis dan Praktis), (Jakarta: Kencana, 2013), Cet ke-2, h. 299 46 Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, h. 299
42
6) Menunaikan infak dan sedekah jika harta
masih berlebih
b. Mustahik
Mustahik adalah mereka yang berhak untuk
menerima pembayaran zakat. Pada dasarnya
mustahik dikelompokkan menjadi delapan
golongan berdasarkan QS. At-Taubah ayat 60
yang artinya:47
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus zakat (amil), para mualaf, untuk
(memerdekakan) budak. Orang-orang yang
berhutang, untuk yang berjuang di jalan Allah
dan untuk mereka yang sedang berada di
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”
Afzalurrahman menegaskan bahwa kelompok
yang berhak menerima zakat telah dinyatakan
dalam kitab suci AlQuran, oleh karena itu,
negara tidak mempunyai otoritas untuk
menggunakan dana zakat selain untuk
kepentingan delapan asnaf di atas.48 Berikut
adalah penjabaran delapan golongan mustahik
sebagai berikut:49
47 Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, h. 299 48 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 12 49 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 12
43
1) Golongan Fakir
Adalah golongan yang memiliki harta
namun kebutuhan hidup mereka lebih
banyak dibandingkan harta yang mereka
miliki, atau orang-orang yang sesat dan
jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan,
atau mempunyai pekerjaan namun
penghasilannya sangatlah kecil, sehingga
tidak cukup untuk memenuhi sebagian dari
kebutuhannya.50
Abu Bakar menyatakan fakir yaitu orang
yang tidak memiliki harta maupun
pekerjaan, atau ada harta dan pekerjaan
tetapi tidak mencukupi kebutuhannya
misalnya, seseorang membutuhkan Rp.
25.000,- /hari tetapi ia hanya memiliki Rp.
2.500,- /harinya.51
2) Golongan Miskin
Adalah golongan orang yang mempunyai
harta untuk mencukupi kebutuhan hidup
namun tidak memenuhi standar, atau orang
yang lemah tidak berdaya (cacat) karena
telah berusia lanjut, sakit atau karena akibat
peperangan, baik yang mampu bekerja
maupun tidak tetapi tidak memperoleh
50 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 12 51 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 12
44
penghasilan yang memadai untuk menjamin
kebutuhan sendiri dan keluargnya.
Misalnya, seseorang membutuhkan Rp.
10.000,-/ hari akan tetapi hanya mempunyai
Rp. 7000,-/ hari.52
3) Golongan Amil Zakat
Amil adalah para pekerja yang telah yang
telah diserahi tugas oleh penguasa atau
penggantinya untuk mengambil harta zakat
dari wajib zakat, mengumpulkan, menjaga
dan menyalurkannya. Dengan kata lain,
amil adalah badan/ lembaga atau panitia
yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri
dari orang-orang, yang diangkat oleh
pemerintah atau masyarakat. Menurut
Syafi’i, amil mendapat bagian seperdelapan
dari seluruh zakat yang terkumpul, untuk
dipergunakan sebagai biaya operasional,
administrasi dan honor gaji bagi anggota
tim. Setiap amil boleh menerima bagian
zakatnya sebagai petugas sesuai dengan
kedudukan dan prestasi.53
52 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 12 53 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 13
45
4) Golongan Muallaf
Muallaf yang dibujuk hatinya, yaitu orang
yang memiliki kekharismatikan tinggi
dalam keluarga atau kaumnnya dan bisa
diharapkan masuk Islam, atau
dikhawatirkan perbuatan jahatnya atau bila
diberi zakat orang tersebut bisa diharapkan
keimanannya akan semakin mantap.
Dengan dana zakat diharapkan orang seperti
ini memiliki keteguhan keimanan dan
keyakinannya.54
Dalam tafsir al-Maraghi disebutkan, bahwa
yang termasuk mualaf adalah:55
a. Orang kafir yang diperkirakan atau
diharapkan mau beriman dan memeluk
agama Islam. Contoh dalam sejarah
adalah bahwa nabi pernah memberikan
zakat kepada Shafwan bin Umayyah
pada saat penaklukan Mekkah.
b. Orang yang baru masuk Islam yang
dengan harapan imannya kuat tidak
goyah lagi sesudah masuk Islam.
54 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 13 55M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-2, h. 97
46
c. Orang Islam yang tinggal diperbatasan
untuk menjaga keamanan atau dapat
menghalangi serangan dari pihak lain.
d. Orang yang dikhawatirkan kelakuan
jahatnya merusak umat dan agama
Islam dan bila tidak diberi, mereka
mencela dan melecehkan Islam.
e. Tokoh yang berpengaruh yang sudah
masuk Islam, yang masih mempunyai
sahabat-sahabat yang masih kafir.
Dengan pengaruhnya diharapkan
diharapkan mereka pun turut memeluk
Islam.
f. Tokoh kaum muslimin yang cukup
berpengaruh di kalangan kaumya akan
tetapi imannya masih lemah, dengan
jalan ini diharapkan imannya bertambah
kuat dan mantab.
5) Golongan Riqab
Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini
diberikan untuk memerdekakan budak, atau
dalam rangka membantu
memerdekakannya. Sejalan dengan
perkembangan zaman, budak dalam arti
harfiah seperti pada masa pra Islam
mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi
perbudakan dalam bentuk lain masih
47
banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang
tertindas baik oleh penjajahan atau
dominasi golongan lain.56
6) Golongan Gharim
Gharim adalah orang yang berhutang bukan
untuk keperluan maksiat,57 melainkan
karena dua sebab, yaitu berhutang untuk
kepentingan diri sendiri dan berhutang
untuk kemaslahatan umat, seperti
pembangunan masjid, sekolah, klinik dan
sebagainya, demikian pendapat Imam
Malik, Syafi’i dan Ahmad.58
Menurut mazhab Hanafi, orang yang
berhutang (karena bangkrut, disebabkan
kebakaran, bencana alam dan ditipu orang),
zakat dapat diberikan sebanyak hutangnya
itu.
Bila perorangan yang berhutang itu untuk
kepentingan pribadi masih melarat
hidupnya, tentu dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok fakir miskin. Demikian
juga perorangan yang berhutang untuk
kepentingan umat, bila hutangnya sudah
56 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 14 57 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (2005), h. 14 58 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-2, h. 100
48
dilunasi, namun bangunannya belum juga
selesai, tentu dapat diambilkan bagian
“fisabilillah” yang akan dijelaskan di
bawah ini.59
7) Golongan fi Sabilillah
Bila disebut “fisabilillah” biasanya
tergambar dalam pikiran orang adalah
perang (jihad). Padahal pengertiannya lebih
luas lagi dari yang di maksud, mencakup
semua kemaslahatan umat Islam baik untuk
kepentingan agama dan lain-lainnya yang
bukan untuk kepentingan perorangan,
seperti masjid, rumah sakit, panti asuhan,
sekolah, irigasi, jembatan, dan sebagainya
yang dimanfaatkan untuk kepentingan
umum yang tidak mengandung maksiat.
Semua kegiatan yang menuju ridha Allah
dapat diambil dari bagian “fisabilillah”.60
8) Golongan Ibnu Sabil
Ibnu sabil dapat diartikan dengan perantau
(musafir). Tetapi musafir (Ibnu sabil) yang
mendapat bagian dari zakat adalah orang
musafir bukan karena maksiat.61 Ia berhak
mendapatkan bagian zakat sekadar
59 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (2008), h. 100 60 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (2008), h. 100 61 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (2008), h. 100
49
keperluan yang dibutuhkan sebagai bekal
dalam perjalanannya sampai tempat yang
dituju. Sesuai dengan perkembangan
zaman, dana zakat ibnu sabil dapat
disalurkan antara lain untuk keperluan:
beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang
kurang mampu, mereka yang belajar jauh
dari kampung halaman, mereka yang
kehabisan atau kekurangan belanja,
penyediaan sarana pemondokan yang
murah bagi musafir muslim atau asrama
pelajar dan mahasiswa.62
5. Zakat Produktif
Untuk lebih memahami tentang zakat produktif
sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya
bahwa zakat adalah kewajiban yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT untuk mengeluarkan
sebagian harta yang dimiliki dan telah mencapai
kadar, nishab, dan haul serta sesuai dengan
ketentuan syariat Islam, yang kemudian diberikan
kepada orang-orang yang berhak menerimanya
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
AlQuran maupun Hadist.
Adapun makna dari kata produktif secara
bahasa berarti “bersifat atau mampu menghasilkan”
62 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 15
50
(mendatangkan dan memberikan manfaat).63
Pengertian produktif dalam hal ini, kata yang
disifati yaitu kata zakat, sehingga yang di maksud
zakat produktif adalah sebagai suatu
pendistribusian zakat yang membuat si
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus
menerus dengan harta yang diterimanya dengan
cara dikembangkan dalam bentuk usaha
produktif.64
Dengan demikian, zakat produktif adalah zakat
di mana harta atau dana zakat yang diberikan tidak
dikonsumsi habis tetapi dikembangkan dan
digunakan untuk membantu usaha mereka,
sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara rutin, dan lebih
dari itu dalam kehidupannya berubah dari Mustahik
menjadi Muzakki. Maka oleh karena itu bahwa
zakat produktif adalah zakat yang dikelola dengan
cara produktif, bisa dengan pemberian modal
kepada mustahik untuk dikembangkan agar bisa
memenuhi kebutuhan hidup di masa yang akan
63 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2005), h. 1103 64 Asnaini, Zakat Produktif dalam Prespektif Hukum Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 64
51
datang ke kehidupan yang lebih sejahtera dan
bahagia.65
65 Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (2008) h.
64
52
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS KOTA BOGOR
A. BAZNAS Kota Bogor
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia, dengan populasi 237.641.326 jiwa (BPS
2010) dan sekitar 85 persen penduduknya adalah Muslim.
Dengan jumlah penduduk yang besar menjadikan potensi
zakat di Indonesia cukup besar yaitu sekitar 217 Triliun
tiap tahunnya. Zakat merupakan salah satu instrumen
kesejahteraan umat dan jaminan sosial bagi masyarakat
muslim. Dengan terkumpulnya dana zakat yang maksimal
diharapkan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin di
Indonesia yang mencapai 28.066.550 jiwa atau sekitar
11.37 persen dari penduduk Indonesia (BPS, 2013).
Dimana mayoritas penduduk miskin tersebut adalah umat
Islam. Namun demikian, potensi zakat yang dapat
dihimpun oleh organisasi zakat baru mencapai sekitar 1.5
persen dari total potensi yang ada.1
Lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat dan UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, serta PP No. 14 Tahun 2014 merupakan modal kuat
untuk mengelola zakat di Indonesia. Hal ini merupakan
dukungan dari pihak pemerintah atas pentingnya
pengelolaan zakat secara profesional dan akuntabel. UU
1 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah, diakses pada tanggal 20
September 2018, pukul 10.30 WIB
53
Zakat menjadikan kedudukan Baznas di daerah
menjadi sangat strategis, karena daerah dapat
mengoptimalkan seluruh potensi zakat yang ada untuk
kepentingan kesejahteraan dan pemberdayaan umat.
Dengan adanya kewenangan yang sama antara Baznas
Pusat dan Daerah dalam mengelola zakat akan menjadikan
zakat lebih dinamis dan cepat berkembang di masyarakat,
sehingga kemiskinan dan keterbelakangan umat bisa
diselesaikan di daerah masing-masing.2
Kota Bogor adalah kota penyangga ibukota, dengan
jumlah penduduk 1.030.720 jiwa (BPS Kota Bogor, 2014)
dengan penduduk miskin Kota Bogor adalah 83.300 jiwa
atau 8.19% (BPS Jabar, 2013). Penduduk Muslim kota
Bogor adalah sebanyak 881.721 jiwa atau hampir 90% dan
penduduk Kota Bogor memiliki struktur masyarakat yang
prural dan dinamis.3
Bogor merupakan kota jasa, pemukiman dan
perekonomian yang terus tumbuh tiap tahunnya diiringi
dengan pertumbuhan jumlah kelas menengah di Kota
Bogor. Potensi zakat di Kota Bogor cukup besar yaitu
sekitar Rp. 450 M pertahunnya. Namun sampai saat ini
baru sekitar 1.5 persen saja zakat maal yang dapat
dikumpulkan di Kota Bogor, padahal zakat memiliki peran
strategis sebagai sumber keuangan untuk menumbuhkan
2 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah 3 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah, diakses pada tanggal 20
September 2018, pukul 10.30 WIB
54
ekonomi, memeratakan kesejahteraan, membangun
solidaritas umat, dan menguatkan pemerintahan.4
BAZNAS Kota Bogor sebagai badan yang dibentuk
oleh pemerintah diharapkan dapat mengingkatkan
perannya dalam menghimpun dan mendayagunakan zakat
yang maksimal di Kota Bogor. Menyadari peran strategis
zakat dalam mensejahterakan umat dan membangung
peradaban madani yang rahmatan lil ‘alamin, diharapakan
BAZNAS Kota Bogor menjadi leading sector dalam
pengelolaan zakat, maka perlu dirumuskan secara detil
Rencana Strategis BAZNAS Kota Bogor. Adapun rencana
strategis BAZNAS Kota Bogor 2017-2022 ini merupakan
panduan internal dalam mengelola lembaga dan
menguatkan peran strategisnya dengan seluruh
steakholder.5
Pengelolaan zakat oleh lembaga awalnya hanya diatur
oleh Keppres No 07/POIN/10/1968 tertanggal 31 Oktober
1968 tentang pengelolaan zakat nasional. Lembaga
pengelola zakat saat itu hanya dilakukan terbatas di
beberapa daerah saja seperti BAZIS DKI (1968), BAZIS
Kaltim (1972), BAZIS Jawa Barat (1974) dan beberapa
BUMN mendirikan lembaga zakat seperti BAMUIS BNI
(1968). Lahirnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat merupakan langkah awal
pengelolaan zakat yang berlaku secara Nasional. Sebagai
4 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah 5 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah
55
implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 dibentuklah
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2001. Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas dan
fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan penghimpunan
dan pendayagunaan zakat. Dalam Undang-undang tersebut
diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu
Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh
masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. Adapun
BAZ terdiri dari BAZNAS pusat, BAZ Propinsi, BAZ kota,
BAZ Kecamatan.6
Terbentuknya lembaga zakat yang berbadan hukum
dan didukung dengan sosialisasi zakat yang dilakukan oleh
lembaga zakat di berbagai media berdampak pada
peningkatan kesadaran masyarakat untuk berzakat melalui
amil zakat. Sejak tahun 2002 total dana zakat yang berhasil
dihimpun BAZNAS dan LAZ mengalami peningkatan
pada tiap tahunnya. Selain itu, pendayagunaan zakat juga
semakin bertambah luas dan bahkan menjangkau sampai
ke pelosok-pelosok negeri. Pendayagunaan zakat mulai
dilaksanakan pada lima program yaitu kemanusiaan,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah.7
6 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah, diakses pada tanggal 20
September 2018, pukul 10.30 WIB 7 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah
56
Pada tanggal 27 Oktober 2011, DPR RI menyetujui
undang-undang pengelolaan zakat pengganti Undang-
undang Nomor 38 Tahun 1999 yang kemudian
diundangkan sebagai UU Nomor 23 Tahun 2011 pada
tanggal 25 November 2011. UU ini menetapkan bahwa
pengelolaan zakat bertujuan (1) meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2)
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, UU
mengatur bahwa kelembagaan pengelola zakat harus
terintegrasi dengan BAZNAS sebagai koordinator seluruh
pengelola zakat, baik BAZNAS daerah maupun LAZ.8
Adapun pengelolaan zakat di Kota Bogor dimulai pada
tahun 1974 merujuk pada Keppres No 07/POIN/10/1968
dengan nama Badan Amil Zakat Infak dan Shodakoh
(BAZIS Kota Bogor) dibawah pengelolaan pemerintah
daerah. Dengan lahirnya UU No. 38 Tahun 1999, BAZIS
dirubah namanya menjadi Badan Amil Zakat Kota Bogor
(BAZ Kota Bogor) yang otonom dan mandiri dengan
kepengurusan yang melibatkan unsur masyarakat.9
Adapun kepengurusan BAZ Kota Bogor mengalami
periodisasi sebagai berikut:10
8 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah 9 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah 10 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah
57
1. Sebelum Tahun 1999: Kemasyarakatan Pemerintah
Kota (BAZIS)
2. Tahun 1999-2002: Periode KH. Adam Ibrahim (BAZ
Kota Bogor)
3. Tahun 2002-2005: Periode KH. Idhim Taufik (BAZ
Kota Bogor)
4. Tahun 2005-2008: Periode KH. DJujih Jaya Sumpena
(BAZ Kota Bogor)
5. Tahun 2009-2013: Periode Ir. H. Endang Oman (BAZ
Kota Bogor)
6. Tahun 2013-2014: Periode H. Dede Supriatna
(BAZNAS Kota Bogor)
7. Tahun 2014-2017: Periode Drs. H. A. Chotib Malik
(BAZNAS Kota Bogor)
8. Tahun 2017-2022: Periode Drs.H.A. Chotib Malik
(BAZNAS Kota Bogor)
Tata kelola Badan Amil Zakat terus mengalami
perbaikan dari waktu ke waktu dan tumbuh. Keterlibatan
generasi muda dalam pengelolaan lembaga dapat
membangun inovasi pemberdayaan zakat yang dinamis,
professional, akuntabel dan syar’i.11
Pada tanggal 27 oktober 2011, pemerintah dan DPR RI
menyetujui undang-undang pengelolaan zakat pengganti
undang-undang nomor 38 tahun 1999 yang kemudian
diresmikan sebagai UU Nomor 23 tahun 2011 pada tanggal
11 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah
58
25 November 2011. UU ini menetapkan bahwa
pengelolaan zakat bertujuan (1) meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2)
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. UU mengatur bahwa kelembagaan pengelola
zakat harus terintegrasi dengan BAZNAS sebagai
koordinator seluruh pengelola zakat, baik BAZNAS
Provinsi, BAZNAS kabupaten/Kota maupun LAZ.
BAZNAS Kota Bogor aktifitas kelembagaannya
berdasarkan surat keputusan wallikota nomor 451.5.45 –
98 Tahun 2017 tentang pengangkatan pimpinan badan amil
zakat nasional kota Bogor periode.12
B. Visi, Misi dan Nilai BAZNAS Kota Bogor
1. Visi BAZNAS Kota Bogor
Visi BAZNAS Kota Bogor adalah:
“Menjadi BAZNAS Terbaik dalam Mewujudkan Kota
Zakat”13
Visi ini menegaskan bahwa, BAZNAS Kota Bogor
diharapkan mampu menjadi contoh terbaik BAZNAS
Kota/ Kabupaten/ Provinsi lain, di mana BAZNAS
Kota Bogor menjadi leading sector dalam mewujudkan
Kota Zakat. Kota Zakat yang dimaksud adalah kota
yang telah menempatkan zakat sebagai instrumen
12 http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah 13 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
59
strategis dalam pembangunan dan perputaran ekonomi
masyarakat yang berdampak pada program pengetasan
kemiskinan, pengembangan SDM dan kesejahteraan
masyarakat sehingga menghantarkan pada keberkahan
sebuah kota.14
2. Misi BAZNAS Kota Bogor
Misi ini membawa pesan bahwa BAZNAS Kota Bogor
hadir dengan perannya dalam pengelolaan dana zakat,
infak dan shodaqoh dengan karakter yang amanah.
Amanah dalam arti profesional dalam tata kelola
lembaga, tata kelola keuangan dan tata kelola
penyaluran dana ZIS yang berbasiskan asnaf. Karena
ke-amanah-annya tersebut, maka BAZNAS Kota
Bogor berkontribusi dalam memakmurkan dan
mensejahterakan muzakki dan mustahik di Kota Bogor
khususnya.15
Dalam mewujudkan visinya, BAZNAS Kota Bogor
memiliki misi:
a. Meningkatkan kepercayaan dan penerimaan zakat.
b. Mendisribusikan dan mendayagunakan zakat yang
memberi efek ganda bagi peningkatan martabat
mustahik menuju kemakmuran dan kesejahteraan.
c. Mensinergikan stakeholder zakat di Kota Bogor.
14 Company Profile BAZNAS Kota Bogor 15 http://baznaskotabogor.or.id/profil/visi-misi, diakses pada tanggal
20 September 2018, pukul 15.45 WIB
60
d. Mendorong lahirnya regulasi zakat yang lebih
menguatkan perzakatan di Kota Bogor.
3. Nilai BAZNAS Kota Bogor
Dalam seluruh aktivitasnya BAZNAS Kota Bogor
memegang nilai-nilai, di antaranya:16
a. Takwa, semua hal yang dilakukan BAZNAS Kota
Bogor dan amilnya adalah dalam rangka mengabdi
kepada Allah dan akan mempertanggung
jawabkannya kepada Allah.
b. Humanis, menempatkan muzaki dan mustahik
sebagai mitra yang harus mendapatkan pelayanan
dengan penuh keramahan, profesional, berdedikasi
menjadi profesi amilin sebagai pekerjaan yang
pertama dan utama di atas aktivitas yang lain.
c. Transparan, melayani dengan penuh keterbukaan
dalam tata kelola dan pengambilan keputusan.
d. Egaliter, mengembangkan hubungan internal yang
setara dibangun atas kesadaran bahwa seluruh
bagian penting bagi pelayanan muzaki dan
mustahik.
16 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
61
C. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Bogor
Struktur organisasi BAZNAS Kota Bogor terdiri dari:17
1. Ketua: Drs. H. A. Chotib Malik
a. Wakil ketua I (Bidang Pengumpulan): Drs.
Rusli Samiun
1) Kepala Bagian Pengumpulan: Irril Aldiyat
Tenna, S. Kom
a) Kasubag Pemeliharaan Muzaki:
Elsha Safitri, S. Sos
b) Kasubag Pengembangan Muzaki:
Titono Wahyudi, S. Pd. I
b. Wakil ketua II (Bidang Pendayagunaan dan
Pendistribusian): Drs. Rusli Samiun
1) Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian: M. Nurdat Ilhamsyah, S.
Pd. I
a) Kasubag Pendistribusian: Euis
Julqiah, S. Pd. I
b) Kasubag Pendayagunaan: Aji
Saptaji
c) Kasubag Kesehatan: M. Alfian. F
c. Wakil Ketua III (Bidang Perencanaan, Laporan
dan Keuangan): H. Khotimi Bahri, S. Ag, M. Si
1) Kasubag Keuangan: Widya Wuri
Handayani
17 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
62
2) Kasubag Pelaporan: Adella Reza. Amd
d. Wakil Ketua IV (Bidang SDM, Umum dan
Administrasi): Hussen AsSoleh, S. Ag
1) Kasubag SDM, Umum dan Administrasi:
Amang Sanjaya
2) Sekpri Ketua BAZNAS: Andriansyah
3) Office Boy: Hendi
2. Dewan Syariah:
a. KH. Muhammad Mustofa, LC
b. DR. KH. Badrudin H Shubki, M. Hi
c. KH. TB. Muhidin
d. KH. TB. Sowi Dimyati
3. Satuan Pengawas Internal:
a. DR. Bambang Wahyu
b. Zahid Mubarok, M. Si
c. Zulkarnain, S. H
63
Gambar 3.1:
Bagan Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional Kota
Bogor
Sumber: Data diperoleh dari BAZNAS Kota Bogor
D. Program-program BAZNAS Kota Bogor
1. Bogor Cerdas
Bogor cerdas merupakan program BAZNAS Kota
Bogor melalui bidang pendidikan.18 Pendidikan adalah
18 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
64
hak bagi setiap warga negara Indonesia, sebuah bangsa
akan maju jika seluruh elemen warga negara
mendapatkan pendidikan yang layak. Program ini ingin
memastikan tidak ada anak usia sekolah yang tidak
bersekolah. Adapun jenis-jenis programnya sebagai
berikut:19
a. Beastudi
Membantu para pelajar dari tingkat SMP, SMA/
SMK/ MA, dari kalangan dhuafa untuk memastikan
proses pendidikan tetap berlanjut ditengah
keterbatasan ekonomi. Mempermudah akses
dhuafa terhadap layanan-layanan pendidikan
adalah salah satu langkah yang diyakini akan
membuka kesempatan bagi dhuafa untuk keluar
dari kemiskinan.
b. Beasantri
Merupakan pemberian beasiswa bagi para santri
yang khusus berasal dari Kota Bogor. Langkah ini
diharapkan mampu memperkokoh dakwah Islam di
Kota Bogor dengan menciptakan generasi qur’ani.
c. Guru Ngajiku
Pemberian santunan bagi guru ngaji dhuafa yang
telah secara sukarela mendedikasikan hidupnya
untuk mengajarkan alquran pada masyarakat Kota
Bogor.
19 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
65
2. Bogor Berkah20
Bogor berkah merupakan program BAZNAS Kota
Bogor melalui bidang ekonomi. Dalam kurun waktu 10
tahun kebelakang kontribusi perekonomian nasional
berasal dari ekonomi berkah, itu sebabnya mengapa
kami memprioritaskan ekonomi berkah dalam fokus
programnya. Adapun macam-macam programnya
sebagai berikut:21
a. Dana Berkah
Seperti tidak pernah kehilangan tenaga untuk
membantu lebih dhuafa untuk berdaya dan
bermanfaat di tengah umat.
b. Tani Preneur
Bantuan dalam bidang pertanian, membantu para
petani cerdas dan kreatif sehingga bisa memutar
roda dalam dana zakat sehingga menjadikan
mereka muzaki di Kota Bogor.
3. Bogor Berdakwah22
Bogor berdakwah merupakan program BAZNAS Kota
Bogor melalui bidang syi’ar keagamaan. Seiring
perkembangan zaman, teknologi semakin canggih
tentu semakin mudah manusia mendapatkan informasi,
entah informasi baik maupun buruk. Jika hal ini tidak
diantisipasi sejak dini, bukan tidak mungkin generasi
20 Company Profile BAZNAS Kota Bogor 21 Company Profile BAZNAS Kota Bogor 22 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
66
muda Islam terseret arus globalisasi yang cenderung
negatif dan berakibat pada perubahan perilaku (akhlak)
masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Hal tersebut yang menjadi dasar BAZNAS Kota Bogor
begitu gencar dalam melakukan syi’ar keagamaan, baik
dalam bentuk peringatan hari besar agama Islam
maupun kegiatan lain yang bekerja sama dengan ormas
Islam dan keagamaan.
4. Bogor Sehat23
Bogor sehat merupakan program BAZNAS Kota
Bogor melalui bidang kesehatan. Bangsa yang kuat
lahir dari masyarakat yang sehat, itu sebabnya mengapa
isu kesehatan muncul dalam SDGS no 3. BAZNAS
Kota Bogor memandang keberadaan program
kesehatan menjadi penting sebagai wujud kontribusi
BAZNAS Kota Bogor terhadap pembangunan sumber
daya manusia yang sehat. Adapun macam-macam
programnya sebagai berikut:24
a. Poliklinik Ibnu Sina BAZNAS Kota Bogor Tirta
Pakuan
Merupakan layanan kesehatan gratis bagi dhuafa
Kota Bogor. Pelayanan kesehatan dilakukan secara
regular, setiap hari kerja yaitu senin hingga jum’at
dimulai pukul 08.00-14.00 WIB. Selain pelayanan
23 Company Profile BAZNAS Kota Bogor 24 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
67
kesehatan umum, kami juga membuka layanan
kesehatan pemeriksaan gigi gratis.
b. Klinik Keliling
Merupakan layanan kesehatan gratis bagi dhuafa
Kota Bogor yang berdomisili jauh dari layanan
kesehatan umum. Kegiatan ini bisa juga
berdasarkan permintaan dari organisasi masyarakat
maupun organisasi kepemudaan yang mengadakan
pelayanan kesehatan gratis.
c. MED (Medical Plus)
Merupakan layanan bantuan pembiyaan bagi warga
dhuafa Kota Bogor sebagai tindak lanjut dari
pemeriksaan kesehatan regular (rawat inap). Biaya
melingkupi pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan medis oleh dokter spesialis untuk
menindak lanjuti pemeriksaan reguler sebelumnya.
d. HEC (Health Emergency Case)
Merupakan layanan bantuan pembiayaan kesehatan
gawat darurat, dikhususkan bagi warga dhuafa yang
mengalami gangguan kesehatan fase darurat.
e. Layanan Ambulance Gratis
Terdapat dua jenis layanan pada program ini.
Pertama, layanan kendaraan ambulance untuk
dhuafa yang memerlukan perawatan di rumah sakit
di sekitar Jabodetabek. Kedua, layanan kendaraan
jenazah, diperuntukkan bagi dhuafa.
68
5. Bogor Peduli25
Bogor peduli merupakan program BAZNAS Kota
Bogor melalui bidang kemanusiaan. Masyarakat
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah,
sopan dan peduli terhadap sesama. Gotong royong
melahirkan jiwa-jiwa yang memiliki rasa kepedulian
tinggi di kalangan masyarakat. Adapun macam-macam
programnya sebagai berikut:26
a. Paket Senyum
Merupakan bantuan kebutuhan pokok (primer) bagi
masyarakat yang tergolong kategori fakir miskin.
Bantuan ini berikan secara rutin setiap tiga bulan
sekali selama satu tahun program berjalan.
b. BAZNAS Tanggap Becana
Merupakan aksi kerelawanan tim BTB (BAZNAS
Tanggap Bencana) dalam menangani bencana alam
dan sosial. Tindakan yang dilakukan mulai fase
kesiap siagaan, tanggap darurat, rehabilitasi,
recovery dan rekonstruksi.
25 Company Profile BAZNAS Kota Bogor 26 Company Profile BAZNAS Kota Bogor
69
BAB IV
PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI
PROGRAM EKONOMI KREATIF DI BAZNAS KOTA
BOGOR
Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan
hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nurdad Ilhamsyah, S.
Pd. I (Kepala Bagian Pendayagunaan dan Pendistribusian zakat)
serta Bapak Oon Tabrani (Staff Kasubag Pendayagunaan zakat)
tentang bagaimana pendayagunaan serta proses pendistribusian
zakat produktif di BAZNAS Kota Bogor melalui program
Ekonomi Berkah.
A. Fokus Pendistribusian Zakat Produktif di BAZNAS Kota
Bogor
Pendistribusian dana zakat merupakan salah satu dari
mekanisme pengelelolaan zakat yang diarahkan kepada
sesuatu yang bersifat produktif dalam pengertian yang lebih
luas, secara tepat guna, efektif dan efisien. Pendistribusian
zakat juga lebih mengarah kepada siapa dana zakat itu
dibagikan, atau lebih tepatnya kepada delapan asnaf. Tiap-tiap
lembaga tentunya termasuk BAZNAS Kota Bogor memiliki
kebijakan yang berbeda dalam mendistribusikan dana zakat.
Namun dalam konteks subjek pendistribusiannya tentu
70
tidaklah boleh menyimpang dari apa yang telah
termaktub dalam Alquran maupun Hadist.1
BAZNAS Kota Bogor sebagai badan yang dibentuk oleh
pemerintah, tentunya mempunyai kebijakan sendiri dalam
mendistribusikan dana zakat kepada para mustahik. Zakat yang
bersifat produktif seperti yang terdapat pada program Ekonomi
Berkah BAZNAS Kota Bogor memberi kekuatan dan motivasi
bagi para mustahik yang ingin melakukan wirausaha atau ingin
mengembangkan usahanya.
Adapun perwujudan dari program ini adalah tidak lain
untuk menggeser kebiasaan pola hidup mustahik yang
ketergantungan dengan pinjaman modal kepada rentenir, guna
untuk menyelamatkan dari hal-hal yang berakibat buruk bagi
mustahik itu sendiri. Dari hal itulah alasan mengapa BAZNAS
Kota Bogor membuat inovasi dari pendistribusian zakat yang
mana sebelumnya hanya dibagikan kepada mustahik dan
bersifat konsumtif, dikelola dan dikembangkan menjadi zakat
produktif melalui program Ekonomi Berkah.2
Dengan adanya program ini, harapannya agar mereka
bertransformasi menjadi muzaki bukan lagi sebagai mustahik.
Hal ini penulis mengacu pada UU No. 23 Tahun 2011 tentang
1 Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah, pada tanggal 21
September 2018. 2 Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah.
71
Pengelolaan Zakat, BAB III Pasal 27 yang berbunyi:3 “Zakat
dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat”.
Melalui program Ekonomi Berkah ini, BAZNAS Kota
Bogor berusaha untuk memberdayakan ekonomi usaha kecil
maupun pedagang kaki lima melalui satuan kelompok yang
dinamakan KUBER (Kelompok Usaha Bersama) BAZNAS.
Dalam proses pemberdayaannya, masyarakat yang kurang
mampu namun memiliki niat untuk mengubah prinsip, nilai
dan norma hidup, tentunya yang akan menjadi sasaran dalam
program ini (dikhususkan kepada para pedagang kecil dan kaki
lima).4
Dari pemaparan di atas bila penulis kaitkan dengan UU
No. 23 Tahun 2011 tentang pendistribusian, BAB III Pasal 25,
maka BAZNAS Kota Bogor telah sesuai dengan apa yang
tertera di UU tersebut. Di mana zakat wajib didistribusikan
kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam, yaitu
didistribusikan, dibagikan kepada delapan asnaf yang tertera di
dalam Al-Quran. Adapun pendistribusian yang dilakukan oleh
BAZNAS Kota Bogor melalui program Ekonomi Berkah ini,
didistribusikan kepada pedagang-pedagang kecil atau
pedagang kaki lima di mana penulis menyimpulkan bahwa
3 Hamka, Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011
(Tentang Pengelolaan Zakat), Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,
Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2012. 4 Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah, pada tanggal 21
September 2018.
72
pedagang tersebut termasuk ke dalam salah satu delapan asnaf,
yaitu golongan miskin.
Golongan miskin diartikan sebagai orang yang
mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan hidup namun
tidak memenuhi standar, atau orang yang lemah tidak berdaya
(cacat) karena telah berusia lanjut, sakit atau karena akibat
peperangan, baik yang mampu bekerja maupun tidak tetapi
tidak memperoleh penghasilan yang memadai untuk menjamin
kebutuhan sendiri dan keluargnya. Misalnya, seseorang
membutuhkan Rp 10.000/ hari akan tetapi hanya mempunyai
Rp 7000/ hari.5
Karena para pedagang tersebut hanya bisa menggunakan
hasil dari dagangannya untuk menutupi sebagian hajatnya
namun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
B. Mekanisme Pendayagunaan Zakat Produktif melalui
Program Ekonomi Berkah di BAZNAS Kota Bogor
Sebagaimana pengertian dari pendayagunaan zakat ialah
bentuk pemanfaatan dana zakat secara maksimum tanpa
mengurangi nilai dan kegunaannya, sehingga berdaya guna
untuk mencapai kemaslahatan umat.6 Maka dalam
menjalankan mekanisme pendayagunaan zakat itu sendiri,
skala prioritas harus ditetapkan dengan melihat kebutuhan dan
kesesuaian yang ada di masyarakat.
5 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED, 2005), Cet ke-1, h. 12 6 Kementrian Agama RI, Pedoman Zakat Seri Sembilan, (Jakarta:
Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf 2002) h. 95
73
Tentang pendayagunaan zakat, perlu diingat kembali
bahwa zakat itu mempunyai fungsi, dari berbagai sumber yang
peneliti temukan bahwa setidaknya ada dua fungsi utama
dalam zakat, yaitu:
1. Adalah perwujudan keimanan kepada Allah SWT dan juga
sebagai pembersihan harta benda serta jiwa agar senantiasa
berada dalam keadaan fitrah.7
2. Zakat itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang
dapat digunakan untuk kepentingan sosial guna
mengurangi kemiskinan.8 Dalam hal yang kedua ini
pemanfaatannya mempunyai arti penting, sebagai salah
satu usaha untuk mencapai keadilan serta kesejahteraan
sosial.
Adapun dalam penyaluran dana zakat kepada mustahik
dapat bersifat hibah ataupun dana bantuan, dengan
memperhatikan skala prioritas mustahik dan penyalurannya
sebagai berikut:
1. Bantuan sesaat, yaitu membantu mustahik dalam
menyelesaikan atau mengurangi masalah tertentu yang
sangat mendesak atau darurat.
2. Bantuan pemberdayaan yaitu membantu mustahik untuk
meningkatkan kesejahteraan baik secara perorangan
maupun kelompok, melalui program atau kegiatan yang
berkesinambungan.
7 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta:
Gema Insani, 2002), h. 10 8 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,
(1988), h. 61
74
Sedangkan BAZNAS Kota Bogor menyalurkan dana
zakatnya sebagai dana charity (bantuan/ sumbangan) yang
berprinsip manfaat dan juga produktif, serta mempertahankan
kekhasannya dalam mengelola ZIS, yaitu menyangkut pada
kualitas program bukan kuantitas program dengan tetap
berpegang pada rambu-rambu syariah. Adapun kemasan
program-program yang telah dibuat oleh BAZNAS Kota
Bogor adalah sebagai berikut:
1. Bogor Cerdas, merupakan program BAZNAS Kota Bogor
melalui bidang pendidikan.
2. Bogor Berkah, merupakan program BAZNAS Kota Bogor
melalui bidang ekonomi.
3. Bogor Berdakwah, merupakan program BAZNAS Kota
Bogor melalui bidang syi’ar keagamaan.
4. Bogor Sehat, merupakan program BAZNAS Kota Bogor
melalui bidang kesehatan.
5. Bogor Peduli, merupakan program BAZNAS Kota Bogor
melalui bidang kemanusiaan.
Pada kemasan program Bogor Berkah inilah proses
pendayagunaan zakat secara produktif berpijak, sebagaimana
yang telah peniliti kemukakan pada pembahasan sebelumnya,
di mana program Bogor Berkah ini adalah sebenarnya
merupakan representasi menuju zakat produktif yang dikemas
kembali menjadi program Ekonomi Berkah dengan tujuan
dapat memberdayakan masyarakat sehingga lebih maju dan
juga berkah. Penerapan dari program tersebut, BAZNAS Kota
Bogor menerapkan model pada program Ekonomi Berkah
75
berbasis Majlis Taklim, dijelaskan oleh Kepala Bagian
(KABAG) Pendayagunaan dan Pendistribusian terkait model
dari program ini:9
“Program Ekonomi Berkah ini kami buat menggunakan
metode majlis taklim atau berbasis majlis taklim, karena pada
dasarnya, hampir 80% menurut penelitian kami jama’ah
majlis taklim diisi oleh kaum ibu. Oleh karena itu, kami
melakukan pendekatan ke berbagai majlis taklim yang
tersebar di sekitaran kecamatan Bogor ini, kemudian kami
perkenalkan program Ekonomi Berkah ini yang dinamakan
Kelompok Usaha Bersama BAZNAS (KUBER BAZNAS) yang
terdiri dari 16 kelompok majlis taklim, masing-masing
kelompok beranggotakan 5 orang. Mengapa harus dengan
metode majlis taklim, karena tujuan kami agar para mustahik
tidak hanya memikirkan soal kecukupan harta saja, namun
juga kecukupan hatinya agar mereka selalu senantiasa
mengingat Allah SWT sebagai Dzat Pemberi Rizki. Karena
bagi kami sebesar apapun usaha yang dilakukan oleh
seseorang, bila tidak disertakan Allah dalam niat dan hatinya
maka hasilnya akan sama saja, dan bahkan tidak ada
perubahan sama sekali.”
Dalam prosesnya, ada beberapa tahapan yang dilakukan
oleh BAZNAS Kota Bogor dalam pendayagunaan zakat
produktif melalui program Ekonomi Berkah berbasis majlis
taklim ini, yaitu:10
1. Perencanaan Program
Perencanaan program yang dilakukan oleh BAZNAS
Kota Bogor diantaranya meliputi sosialisasi dan survei ke
9 Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah, pada tanggal 21
September 2018. 10 Wawancara pribadi dengan staff Pendayagunaan Bapak Oon Tabrani
pada tanggal 21 September 2018.
76
tempat-tempat calon mustahik binaan BAZNAS Kota
Bogor, rapat koordinasi, dan pemberian modal usaha untuk
mustahik. Untuk penjelasan lebih lanjut peneliti
mencantumkannya ke dalam beberapa point sebagai
berikut:
a. Sosialisasi dan Survei Mustahik
Sosialisasi dilakukan bertujuan untuk
menginformasikan kepada calon-calon mustahik binaan
tentang adanya program Ekonomi Berkah ini, dalam
prosesnya Kasubag Pendayagunaan bidang lapangan
dan teknisi, yang bertugas dan bertanggung jawab dalam
mensosialisasikan tentang adanya program ini ke
berbagai tempat, khususnya majlis taklim-majlis taklim
yang ada di Bogor dan sekitarnya, kemudian juga survei
mustahik dilakukan dengan tujuan untuk melihat lebih
jauh bagaimana kebutuhan dan kelayakan mustahik.
Selain itu, program Ekonomi Berkah ini ditunjukkan
kepada para pedangan kecil, kaki lima atau seseorang/
keluarga yang ingin membuka usaha namun tidak
memiliki modal dan keterampilan yang cukup.
b. Rapat Koordinasi
Setelah melakukan survei mustahik, pihak BAZNAS
Kota Bogor selanjutnya mengadakan rapat koordinasi
untuk mengevaluasi dari tahapan survei yang telah
dilakukan sebelumnya. Yang nantinya dari hasil
tersebut akan dibentuk satu kelompok dari masing-
masing majlis taklim, satu kelompok majlis taklim
77
beranggotakan 5 hingga 6 mustahik yang terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.
c. Pemberian Modal
Setelah tahap kedua selesai, tahap selanjutnya ialah
pemberian modal. Calon mustahik yang ingin menjadi
penerima bantuan harus terlebih dahulu mengajukan
bantuan dengan sendirinya ke BAZNAS Kota Bogor.
Hal ini dilakukan BAZNAS Kota Bogor bukan semata-
semata pihak BAZNAS Kota Bogor tidak aktif
melaksanakan tugasnya, akan tetapi untuk melihat
mustahik memiliki keinginan untuk maju dan
berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu
BAZNAS Kota Bogor juga memberlakukan ketentuan
dan syarat-syarat, diantaranya mau mengikuti langkah-
langkah binaan dan pelatihan dari BAZNAS Kota
Bogor. Namun bagi BAZNAS Kota Bogor, syarat-
syarat tersebut belum cukup untuk menentukan
mustahik yang tepat sehingga BAZNAS Kota Bogor
mempunyai beberapa pertimbangan terhadap calon
mustahik tersebut. Pertimbangan pertama adalah calon
mustahik sudah memiliki usaha, jika tidak memiliki
usaha maka tidak bisa mengajukan bantuan. Hal ini
diberlakukan agar mencegah penggunaan dana zakat
produktif yang tidak tepat oleh penerimanya.
Pertimbangan lainnya adalah kondisi perekonomian
keluarga, tingkat pendapatan, tujuan penggunaan zakat
produktif, adanya pengakuan atau bukti dari tetangga
78
atau kepala desa tentang kehidupan calon mustahik.
Serta tata krama dan kejujuran mustahik, kejujuran
merupakan salah satu hal yang diutamakan dari calon
mustahik.
Pemberian modal bantuan dilakukan pada saat
ceremony yang berlangsung di gedung Auditorium
BAZNAS Kota Bogor, di dalam ceremony tersebut peserta
binaan diberi pembekalan dan kita-kiat untuk menjadi
pengusaha yang sukses. Kemudian, setelah itu pihak
BAZNAS Kota Bogor memberikan modal. Adapun modal
yang diberikan sebesar Rp 5.000.000 - Rp 15.000.000
perkelompok (Majlis Taklim), kemudian setelah modal
diberikan, ketua kelompok yang berperan untuk
membagikan kepada anggotanya masing-masing.
Sebagaimana yang telah diinstruksikan oleh pihak
BAZNAS Kota Bogor. Selanjutnya, mustahik diharuskan
untuk berinfaq minimal Rp 1.000 - Rp 2.000/ harinya yang
bertujuan agar uangnya tidak langsung habis terpakai, dan
nantinya akan kembali lagi kepada mereka sebagai
tambahan modal, sebagai contoh bila mana suatu hari nanti
usaha salah satu mustahik mengalami kegagalan ataupun
penurunan, maka mustahik tersebut akan diberikan modal
untuk membangun usahanya kembali.
2. Pelaksanaan Porgram
Salah satu motto BAZNAS Kota Bogor adalah
“Mengubah Mustahik menjadi Muzaki”, berkaitan dengan
motto tersebut, BAZNAS Kota Bogor mengambil langkah
79
yang lebih tepat dan efektif yaitu dengan mendayagunakan
dan menyalurkan zakat dalam bentuk produktif. Zakat
produktif ini disalurkan dalam bentuk uang tunai sebagai
bantuan modal usaha untuk para mustahik yang memiliki
usaha kecil dan membutuhkan modal tambahan.
Adapun jumlah dana zakat produktif yang disalurkan,
BAZNAS Kota Bogor telah mengklasifikasikan ke dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1: Data Kelompok Ekonomi Berkah Binaan
BAZNAS Kota Bogor Tahun 2017
No Nama
Kelompok
Pembimbing Alamat Jumlah
Bantuan 1. MT. Nurul Ilmi
1
Bpk. Pram
Mahendra
Cikaret Rp 7.500.000
2. MT. Nurul Ilmi
2
Bpk. Pram
Mahendra
Cikaret Rp 7.500.000
3. MT. Nurul Ilmi
3
Bpk. Pram
Mahendra
Cikaret Rp 7.500.000
4. MT. Al-Iman Bpk. Aji
Saptaji
Dramaga
Loceng
Rp 10.000.000
5. MT. Nurul
Huda
Bpk. Aji
Saptaji
Bojong
Neros
Rp 7.500.000
6. MT. Al-Anshor Bpk. Abdul
Hafid
Pangkalan
Kedung
Halang
Rp 7.500.000
7. MT. Nurul
Hasanah
Bpk. Abdul
Hafid
Kp. Sawah Rp 10.000.000
8. MT. Hizbul
Barokah
Bpk. Abdul
Hafid
Sempur
Kaler
Rp 15.000.000
9. MT. Nahdlatus
Syabab
Bpk. Oon
Tabroni
Bondongan Rp 7.500.000
10. MT. Nurul
Hadist
Oon Tabroni Gg. Nurul
Hadist
Rp 7.500.000
11. MT. Nurus
Saadah
Bpk. Oon
Tabroi
Sadane
Empang
Rp 7.500.000
12. MT. Al-Hidayah Bpk. Lili Bantar
Kemang 1
Rp 5.000.000
80
13. MT. Al-Hidayah Bpk. Lili Bantar
Kemang 2
Rp 5.000.000
14. MT. Al-Hidayah Bpk. Lili Bantar
Kemang 3
Rp 5.000.000
15. MT. Ar-Ridho Bpk. Dede
Sulaeman
Cimanggu
Lamping
Rp 10.000.000
16. MT. An-Nazili Bpk. Dede
Sulaeman
Cimanggu
Lamping
Rp 10.000.000
17. MT. Al-
Istiqomah
Bpk. Aji
Saptaji
Gunung
Batu
Rp 15.000.000
Sumber: BAZNAS Kota Bogor Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas, jumlah bantuan yang
diberikan BAZNAS Kota Bogor sebesar Rp 145.000.000
kepada 17 kelompok di Tahun 2017, sebagai bentuk modal
tambahan yang disalurkan kepada setiap mustahiq dari
masing-masing kelompok majlis taklim relatif berbeda.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yang menjadi faktor
penentu besarnya jumlah bantuan yang disalurkan. Faktor-
faktor tersebut adalah dilihat dari aspek pengajuan dari
mustahik dan hasil survei.
Adapun dalam penentuan keanggotaan kelompok
majlis taklim, BAZNAS Kota Bogor telah
mengklasifikasikan ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2: Data Profil Penerima Manfaat Ekonomi Berkah
Binaan BAZNAS Kota Bogor Tahun 2017
No Nama Alamat Jenis Usaha Kelompok
1. Saman Kedunghalang,
Bogor Utara
Warung
Kopi
MT. Al-
Anshor
2. Muhlis Kedunghalang,
Bogor Utara
Warung
Kopi
MT. Al-
Anshor
81
3. Neneng R Kedunghalang,
Bogor Utara Gorengan
MT. Al-
Anshor
4. Yuyun Kedunghalang,
Bogor Utara Sembako
MT. Al-
Anshor
5. Alfiansyah Kedunghalang,
Bogor Utara Sembako
MT. Al-
Anshor
6. Hoeriyah Cikaret, Bogor
Selatan
Penjual
Rongsokan
MT. Nurul
Ilmi 1
7. Lilis Shaliha Cikaret, Bogor
Selatan
Penjual
Rongsokan
MT. Nurul
Ilmi 1
8. Yuyun Y Cikaret, Bogor
Selatan
Pengrajin
Sandal
MT. Nurul
Ilmi 1
9. Yatmi Cikaret, Bogor
Selatan
Karedok
dan
Gorengan
MT. Nurul
Ilmi 1
10. Anoh Cikaret, Bogor
Selatan
Pengarajin
Sandal
MT. Nurul
Ilmi 1
11. Nunung Cikaret, Bogor
Selatan
Penjual
Sayuran
MT. Nurul
Ilmi 2
12. Siti Neneng Cikaret, Bogor
Selatan
Penjual
Nasi Box
MT. Nurul
Ilmi 2
13. Asep Cikaret, Bogor
Selatan
Es
Cappucino
Cincau
MT. Nurul
Ilmi 2
14. Siti Haerina Cikaret, Bogor
Selatan
Penjual
Kosmetik
MT. Nurul
Ilmi 2
15. Sami Cikaret, Bogor
Selatan Sembako
MT. Nurul
Ilmi 2
16. Rabiah
Adawiyah
Cikaret, Bogor
Selatan
Pengarjin
Sandal
MT. Nurul
Ilmi 3
17. Abdul
Sopian
Cikaret, Bogor
Selatan
Pengrajin
Sepatu
MT Nurul
Ilmi 3
18. Milah Cikaret, Bogor
Selatan
Pengrajin
Sandal
MT. Nurul
Ilmi 3
19. Anah Cikaret, Bogor
Selatan Sembako
MT. Nurul
Ilmi 3
20. Lia Badriah Cikaret, Bogor
Selatan
Pengrajin
Sandal dan
Sepatu
MT. Nurul
Ilmi 3
82
21. Jahir/
Kadarwati
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Sembako MT. Al-
Hidayah 1
22. M. Sakolen
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Sembako MT. Al-
Hidayah 1
23. Arif
Syafrinaldi
Baranang
Sianng, Bogor
Timur
Warung
Klontong
MT. Al-
Hidayah 1
24. Imma Fauzia
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Warung Es
Jelly
MT. Al-
Hidayah 1
25. Abd. Rosyad
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Nasi Uduk
dan
Gorengan
MT. Al-
Hidayah 1
26. H. Oji F
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Sembako MT. Al-
Hidayah 2
27. Sopiah
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Gorengan MT. Al-
Hidayah 2
28. Mamat
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Penjual
Makanan
dan
Minuman
MT. Al-
Hidayah 2
29. H. Nurhasan
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Penjual
Makanan
dan
Minuman
MT. Al-
Hidayah 2
30. Entis Sutisna
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Penjual
ATK/
Photo Copy
MT. Al-
Hidayah 2
31. Didi Rasidi
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Warung
Kopi
MT. Al-
Hidayah 3
32. Entin Kartini
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Warung
Klontong
MT. Al-
Hidayah 3
83
33. Mulyati
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Warung
Klontong
MT. Al-
Hidayah 3
34. Gugun Adha
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Warkop MT. Al-
Hidayah 3
35. Maya Nur
Baranang
Siang, Bogor
Timur
Percetakan
Sablon
MT. Al-
Hidayah 3
36. Suherti Margajaya,
Bogor Barat Gorengan MT. Ai-Iman
37. Mardianah Margajaya,
Bogor Barat Kredit Baju MT. Al-Iman
38. Nyai Surti Margajaya,
Bogor Barat
Bubur
Kacang Ijo MT. Al-Iman
39. Ida Karyati Margajaya,
Bogor Barat
Penjual
Aneka Kue MT. Al-Iman
40. Turi Yohana Margajaya,
Bogor Barat
Penjual
Kue
Keliling
MT. Al-Iman
41. M. Ridwan Cimahpar,
Bogor Utara
Peternak
Kelinci
MT. Nurul
Hasanah
42. Abdul
Kholik
Cimahpar,
Bogor Utara
Peternak
Kelinci
MT. Nurul
Hasanah
43. Muhtadin Cimahpar,
Bogor Utara
Peternak
Kelinci
MT. Nurul
Hasanah
44. Muksin Cimahpar,
Bogor Utara
Peternak
Kelinci
MT. Nurul
Hasanah
45. Sanusi Cimahpar,
Bogor Utara
Peternak
Kelinci
MT. Nurul
Hasanah
46. Nia Kurniati Bondongan,
Bogor Selatan
Jajajan
Anak
MT.
Nahdlatus
Syabab
47. Mulyati Bondongan,
Bogor Selatan Warkop
MT.
Nahdlatus
Syabab
48. Supriatmi Bondongan,
Bogor Selatan
Nasi Uduk,
Gorengan
MT.
Nahdlatus
Syabab
84
49. Rizki Aulia Bondongan,
Bogor Selatan Lauk pauk
MT.
Nahdlatus
Syabab
50. Anih Bondongan,
Bogor Selatan Warkop
MT.
Nahdlatus
Syabab
51. Yayan M Cikaret, Bogor
Selatan
Pop Ice,
Mie Rebus
MT. Nurul
Hadist
52. Siti Aisyah Cikaret, Bogor
Selatan Gorengan
MT. Nurul
Hadist
53. Eem
Suhaemi
Cikaret, Bogor
Selatan
Makanan
Ringan
MT. Nurul
Hadist
54. Eti Suherti Cikaret, Bogor
Selatan Gorengan
MT. Nurul
Hadist
55. Nunung Cikaret, Bogor
Selatan
Sosis
Bakar, dsb
MT. Nurul
Hadist
56. Aisah Empang,
Bogor Selatan Gado-gado
MT. Nurus
Saadah
57. Solihin Empang,
Bogor
Konter
Pulsa
(Ridho
Cell)
MT. Nurus
Saadah
58. Sa’adah Empang,
Bogor Selatan Kue Kering
MT. Nurus
Saadah
59. Nur Asiah Empang,
Bogor Selatan
Manisan,
aneka
minuman
MT. Nurus
Saadah
60. Yoyoh M
Empang,
Bogoro
Selatan
Kue Basah MT. Nurus
Saadah
61. Yayah R Paledang,
Bogor Tengah Gorengan
MT. Nurul
Huda
62. Rukaedah Paledang,
Bogor Tengah
Makanan
Ringan
MT, Nurul
Huda
63. Herawati Paledang,
Bogor Tengah Sembako
MT. Nurul
Huda
64. Siti Nurkasih Paledang,
Bogor Tengah Sembako
MT. Nurul
Huda
85
65. Rukoyah Paledang,
Bogor Tengah
Pop ice dan
jajanan
anak
MT. Nurul
Huda
66. Sulaeman
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Penjual
Bakso MT. Arridho
67. Osiah
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Gorengan MT. Arridho
68. Enay
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Gorengan MT. Arridho
69. Barkah
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Gorengan,
aneka kue MT. Arridho
70. Manah
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Penjual
Sayuran MT. Arridho
71. Endang
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Sembako MT. An-
Nazili
72. Hj. Siti
Rohmah
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Warung
Sembako
MT. An-
Nazili
73. Maya
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Penjual
Sayuran
MT. An-
Nazili
74. Sayuti
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Nasi Uduk MT. An-
Nazili
75. Manah
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Penjual
Gorengan
MT. An-
Nazili
76. Sri Fatmah
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Penjual
Sayuran
MT. An-
Nazili
77. Zulkarnaen
Kd. Waringin
Bogor Tanah
Sareal
Penjual
ptong
MT. Hizbul
Barokah
86
daging
Ayam
78. Zaihul Haq Gunung Batu,
Bogor Barat
Pengrajin
Bambu
MT. Al-
Istiqomah
Sumber: BAZNAS Kota Bogor Tahun 2017
3. Monitoring Program
Mustahik yang telah menerima bantuan zakat
produktif selanjutnya mendapat pengawasan penggunaan
dana bantuan dari pihak BAZNAS Kota Bogor, di mana
pengawasan dilakukan setiap tiga bulan sekali.
Pengawasan ini dilakukan semata-mata agar program ini
dapat terus berjalan, pengawasan ini selalu dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengawasan secara langsung dalam bentuk wawancara
langsung dengan kelompok majlis taklim mengenai
perkembangan usahanya, di mana pihak BAZNAS Kota
Bogor mendatangi langsung ke Majlis Taklim, mengikuti
pengajian bersama mustahik, lalu ditutup dengan ramah
tamah. Adapun pengawasan secara tidak langsung
dilakukan dengan cara mengamati kegiatan usaha yang
dijalankan mustahik tanpa diketahui oleh mustahik
tersebut.11 Selain itu, pengawasan juga dilakukan pada
saat masing-masing ketua kelompok majlis taklim
membuat laporan bulanan yang akan disetorkan kepada
11 Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah, S. Pd. I pada tanggal 21
September 2018.
87
BAZNAS Kota Bogor, laporan bulanan ini bersifat
laporan hasil keropak infak/sedekah yang dikumpulkan
dari keuntungan usaha masing-masing mustahik, adapun
jumlah infak/sedekah yang dikumpulkan bersifat relatif
dari Rp 500 hingga Rp 2.000. Selain melakukan
pengawasan, BAZNAS Kota Bogor juga melakukan
pembinaan untuk kepentingan usaha dan juga keimanan
mustahik, yang dilaksanakan melalui pengajian rutin
yang bertempat di masing-masing kelompok majlis
taklim.12
C. Dampak Pendayagunaan Zakat Produktif melalui
Program Ekonomi Berkah BAZNAS Kota Bogor
Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan hasil
dari program Ekonomi Berkah BAZNAS Kota Bogor.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab II,
bahwa tujuan pendayagunaan zakat secara produktif adalah
untuk mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta
lebih baik. Menurut Didin Hafidhuddin, sebagaimana yang
penulis kutip dalam bukunya yang berjudul “Membangun
Peradaban Zakat”13 menyatakan begitu pentingnya
pemberdayaan mustahik melalui pendayagunaan zakat,
sehingga dapat mewujudkan kualitas perubahan dalam
12 Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah, S. Pd. I pada tanggal 21
September 2018. 13 Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban
Zakat, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2007), h. 71
88
kehidupan menuju kondisi lebih baik. Hal ini bisa dilihat dari
sudut pandang ekonomi atau peningkatan pendapatan
mustahik.
Di dalam pendayagunaan zakat secara produktif melalui
program ekonomi berkah ini, BAZNAS Kota Bogor tidak
hanya memberikan dana saja namun juga memberikan
pengarahan, pelatihan dan juga bimbingan untuk pengelolaan
dana zakat tersebut, agar tidak langsung habis terpakai untuk
konsumsi ataupun dipergunakan untuk mengelola usaha tanpa
ada manajemen yang baik dari mustahik. Melalui program
Ekonomi Berkah inilah BAZNAS Kota Bogor telah berusaha
untuk memberdayakan golongan masyarakat yang tidak
mampu sebagaimana yang telah penulis kemukakan
sebelumnya.14
Adapun hasil dari pemberdayaan tersebut adalah
masyarakat penerima manfaat mengalami peningkatan
pendapatan, baik secara materi ataupun kerohanian. Mengapa
demikian, hal tersebut dikarenakan dalam mendayaguna dana
zakat produktif, BAZNAS Kota Bogor tidak hanya
menyalurkan bantuan berupa uang/ dana saja, melainkan juga
ditanamkan nilai-nilai agama dan sosial. Oleh karena itu, tiap
kelompok diberi satu pembimbing yang bertugas sebagai
pemberi motivasi dan menjadi konsultan untuk usaha yang
dijalankan oleh mustahik.
14 Wawancara pribadi dengan Kepala Bagian Pendayagunaan dan
Pendistribusian Bapak Muhammad Nurdat Ilhamsyah, S. Pd. I pada tanggal 21
September 2018.
89
Dalam pendampingan tersebut, BAZNAS Kota Bogor
telah bekerja sama dengan Majlis Taklim yang tersebar di
daerah Bogor, yang selanjutnya para mustahik binaan
dikelompokkan sebagaimana yang telah penulis cantumkan
pada tabel 4.2. Hal ini bertujuan agar para mustahik binaan
tercukupi dari sisi bantuan dana zakat, juga dari sisi bantuan
moral serta rohani. Dengan demikian, program penyaluran
dana zakat produktif melalui program Ekonomi Berkah ini
menurut penulis telah optimal. Dilihat dari adanya
perkembangan ke arah yang lebih baik yang dirasakan oleh
mustahik serta beberapa dari kelompok mustahik sudah ada
yang secara rutin selalu bersedekah ataupun berinfak kepada
orang yang lebih membutuhkan. Adapun hasil dari program
Ekonomi Berkah telah mengklasifikasikan ke dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Dampak Zakat Produktif Program Ekonomi Berkah
No Nama Alamat Usaha
Perkembangan
Perekonomian
Mustahik
Tetap Membaik Maju
1. Aisah Empang
Bogor Selatan
Penjual
Gado-
gado
2. Solihin Empang
Bogor Selatan
Pulsa
Eletrik/
Token
Listrik
3. Sa’adah Empang
Bogor Selatan
Kue
Kering
90
4. Nur Asiah Empang
Bogor Selatan
Manisan
Pala dan
Aneka
Cemilan
5. Yoyoh
Mariah
Empang
Bogor Selatan
Kue
Basah
6. M.
Ridwan
Cimahpar
Bogor Utara
Peternak
Kelinci
7. Neneng
Rosita
Kedunghalang
Bogor Utara
Penjual
Gorengan
8. Alfiansyah Kedunghalang
Bogor Utara
Warung
Kopi
9. Yuyun Kedunghalang
Bogor Utara
Sembako
10. Saman Kedunghalang
Bogor Selatan
Warkop
Sumber: Mustahik Binaan BAZNAS Kota Bogor
Dari tabel di atas, data dan hasil yang penulis dapat
melalui wawancara terhadap beberapa mustahik binaan
BAZNAS Kota Bogor melalui kelompok majlis taklim, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan dari hasil penelitian dana zakat produktif
yang disalurkan oleh BAZNAS Kota Bogor melalui program
Ekonomi Berkah ini sangat bermanfaat, salah satu manfaat
yang didapat bagi mustahik yang menjadi penerima bantuan
dana zakat produktif ini adalah dengan bertambahnya modal
bagi usahanya. Penambahan modal dapat digunakan untuk
membeli barang dagangan sesuai dengan apa yang dijual atau
diusahakan. Sehingga, barang lebih bervariasi dan kedepan
dapat meningkatkan pendapatan mustahik.
Dari pemaparan di atas, penulis menemukan beberapa
temuan di lapangan, bahwasanya mustahik yang mengalami
91
peningkatan pendapatan dan kualitas hidupnya memang benar
telah merasakan dampak positif yang diberikan BAZNAS Kota
Bogor melalui program Ekonomi Berkah ini. Bapak Muhamad
Ridwan, salah satunya. Profesi beliau adalah sebagai peternak
kelinci, sebelum dibina dan diperkenalkan dengan program
Ekonomi Berkah ini, beliau hanya menjalankan tugas
selayaknya peternak-peternak kelinci atau hewan lainnya,
memberi makan, merawat dan lain-lain. Tetapi, setelah
mengikuti pembinaan dan arahan yang diberikan oleh
BAZNAS Kota Bogor, banyak ilmu dan wawasan yang
didapatnya seputar dunia ternak hewan, sehingga hal demikian
telah memajukan usaha ternaknya. Adapun peningkatan omset
yang didapat oleh beliau sekitar Rp 15.000.000, bahkan lebih
hal ini karena banyak permintaan kelinci-kelinci dari beberapa
kota ataupun masyarakat lainnya.15
Manfaat yang dirasakan pula oleh Ibu Sa’adah, sebelum
diperkenalkan dengan program Ekonomi Berkah ini, beliau
menjalankan usahanya dengan semaunya, seperti berkeliling
dari rumah ke rumah atau menjajakannya di sekitar halaman
sekolah, namun setelah mengikuti arahan dan bimbingan dari
BAZNAS Kota Bogor, akhirnya usaha yang dijalankannya
lebih tertata bahkan Ibu Sa’adah mulai mengaplikasikan
usahanya secara online. Kini beliau telah mengalami
perubahan dan peningkatan yang cukup.16
15 Wawancara pribadi dengan Bapak Muhamad Ridwan. Selasa, 2
Oktober 2018 pukul 13.30 s/d selesai di peternakannya. 16 Wawancara pribadi dengan Ibu Sa’adah. Kamis, 4 Oktober 2018
pukul 13.30 s/d selesai di rumahnya.
92
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari keseluruhan hasil
penelitian yang penulis lakukan di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Bogor dan kesimpulan tersebut penulis buat
dalam dua poin yaitu tentang fokus pendistribusian dana zakat
produktif dan bentuk pendayagunaannya. selain dari pada itu pada
bab ini juga terdapat saran-saran yang penulis cantumkan pada
poin akhir, saran-saran tersebut berisikan pendapat penulis
terhadap Lembaga dan program yang penulis teliti.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka
penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Fokus Pendistribusian Zakat Produktif di BAZNAS Kota
Bogor
Pendistribusian zakat produktif yang dilakukan oleh
BAZNAS Kota Bogor melalui program Ekonomi Berkah
ini berfokus kepada pedagang kaki lima dan pedagang
kecil di mana penulis menyimpulkan bahwa pedagang
tersebut termasuk ke dalam salah satu delapan asnaf yaitu
golongan miskin. Golongan miskin yang dimaksud adalah
orang yang mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan
hidup namun tidak memenuhi standar, karena para
pedagang tersebut hanya bisa menggunakan hasil dari
dagangannya untuk menutupi sebagian hajatnya namun
belum dapat menutupi kebutuhan lainnya.
93
2. Bentuk Pendayagunaan Zakat Produktif melalui Program
Ekonomi Berkah di BAZNAS Kota Bogor
a. Mekanisme Pendayagunaan Zakat Produktif
Mekanisme yang dilakukan oleh BAZNAS Kota
Bogor dalam menjalankan program Ekonomi Berkah
ini, penulis menyimpulkannya ke dalam beberapa
tahap, diantaranya:
1. Perencanaan Program
Dalam perencanaan BAZNAS Kota Bogor
melakukan sosialisasi dan survey ke tempat-
tempat mustahik, lalu setelahnya dilanjutkan
dengan rapat koordinasi guna untuk
mengevaluasi hasil dari survey sebelumnya, serta
mengambil keputusan dan kebijakan seperti
mendata kelayakan mustahik dan membentuk
kelompok binaan mustahik yang bekerja sama
dengan Majlis taklim setempat, dan juga
pemberian modal kepada mustahik dilaksanakan
pada saat ceremony pembekalan, adapun modal
yang diberikan sebesar Rp. 7.500.000 – Rp.
10.000.000 perkelompok.
2. Pelaksanaan Program
Dalam pelaksanaannya pihak BAZNAS Kota
Bogor telah membentuk kelompok binaan
mustahik yang berkerja sama dengan Majlis
Taklim setempat, adapun kelompok binaan
mustahik berbasis Majlis Taklim berjumlah tujuh
94
belas kelompok yang berdomisili di wilayah
Bogor dan sekitarnya.
3. Monitoring Program
Monitoring dilakukan bertujuan untuk
mengawasi dan mengamati perkembangan dan
kelancaran program Ekonomi Berkah ini, serta
sejauh mana mustahik binaan diberdayakan.
b. Dampak
Untuk dampak dari program Ekonomi Berkah ini,
menurut penulis telah mampu mempengaruhi
mustahik binaan BAZNAS Kota Bogor, hal ini dapat
dilihat bahwa dengan adanya zakat produktif mampu
memberikan harapan baru bagi para mustahik untuk
memulai kembali usahanya, dan mematangkan
konsep atau inovasi dalam jenis usaha yang
dijalankan. Jadi, secara tidak langsung perekonomian
keluarga masing-masing mustahik, mengalami
perubahan.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis
menyampaikan beberapa saran, antara lain:
1. Perlu adanya pengawasan dari BAZNAS Kota Bogor yang
konsisten, sehingga modal yang diberikan benar-benar
didayagunakan sebagaimana mestinya, dan adapun
sosialisasi zakat perlu dikembangkan tidak hanya
pendayagunaannya saja melainkan penghimpunan dana
juga.
95
2. Hendaknya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
mustahik dalam mengelola bantuan modal usaha.
3. Perlunya pembenahan sistem dan perbaikan terhadap
sistem manajemen zakat yang ada baik struktural dan
personal guna kemaslahatan yang lebih bermutu.
4. Untuk penentuan mustahik kedepannya agar lebih selektif,
baik dari aspek ataupun wilayah. Kemudian juga dengan
mengadakan pelatihan manajemen keuangan untuk para
mustahik sebelum pelaksanaan program, agar kegagalan
program tidak terjadi dan tujuan dari pendayagunaan zakat
produktif ini berjalan sesuai rencana.
96
DAFTAR PUSTAKA
Asnaini. Zakat Produktif dalam Prespektif Hukum Islam.
Yogyakarta: Pustak Pelajar. 2008.
Ali, M. Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI
Press. 1988.
Al-Hamid, Abdul. Ekonomi Zakat - Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo. 2006.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. (Jakarta:
Logos, 1999).
Bariadi, Lili dan Muhammad Zen, M. Hudri. Zakat dan
Wirausaha. Jakarta: CED. 2005.
Fanani, Muhyar. Membumikan Hukum Langit: Nasionalisasi
Hukum Islam dan Islamisasi Hukum Nasional
Pasca Reformasi. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2008.
Hafidhuddin, Didin dan Ahmad Juwaini. Membangun Peradaban
Zakat. Jakarta: Institut Manajemen Zakat. 2007.
. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta:
Gema Insani. 2002.
Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah (Zakat, Pajak Asuransi dan
Lembaga Keuangan). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1997.
. Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008).
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam
(Tinjauan Teoritis dan Praktis). Jakarta: Kencana. 2013.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. Undang-undang
Pengelolaan Zakat dan Wakaf, (Bandung: Fokus Media,
2012).
Inayah, Gazi. Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak
Yogyakarta: Tiara Wacana. 2003.
97
Kementrian Agama RI. Pedoman Zakat Seri Sembilan. Jakarta:
Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf. 2002.
Monib, Muhammad dan Islah Bahrawi. Islam & Hak Asasi
Manusia Dalam Pandangan Nurcholish Majid. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2011.
Mufraini, M. Arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta:
Kencana. 2012.
Prihatini, Farida dan Uswatun Hasanah, Wirdyaningsih. Hukum
Islam: Zakat & Wakaf (Teori dan Prakteknya di
Indonesia). Jakarta: Papas Sinar Sinanti. 2005.
Qardhawi, Yusuf. Dauru al-Zakat fi ‘illaj al-Musykilat al-
Iqtishodiyah” terjemahan Sari Nurlita, “Spektrum Zakat
dalam Membangung Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul
Hakim. 2005.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
1987.
Qadir, Abdurrachman. Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001.
Rafi’, Mu’inan. Potensi Zakat (dari Konsumtif-Karitatif ke
Produktif-Berdayaguna) Perspektif Hukum Islam.
Yogyakarta: Citra Pustaka. 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2007.
. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2005.
. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta 2009.
Sugono, Dendy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka. 2005.
Wira, Ahmad. Fiqih Zakat. Padang: Pustaka Al-Hilal. 2009.
98
Internet:
https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1494/jumlah-
penduduk-miskin persentase-penduduk-miskin-dan-garis-
kemiskinan-1970-2017. html.
http://baznaskotabogor.or.id/profil/sejarah
http://baznaskotabogor.or.id/profil/visi-misi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Transkip Wawancara 1
Responden : Muhammad Nurdat Ilhamsyah, S. Pd. I
Jabatan : Kabag. Pendayagunaan dan Pendistribusian
Hari/ Tanggal : Jum’at, 21 September 2018
Waktu : 09.15 – 10.42 WIB
P: Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
N: Wa’alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh.
P: Perkenalkan sebelumnya, nama saya Arnol Rinaldi pak,
maksud dan tujuan kedatangan saya ingin mewawancarai
bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Pendayagunaan
Zakat Produktif melalui Program Ekonomi Berkah di
BAZNAS Kota Bogor”. Untuk hal itu dalam wawancara
ini saya akan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana
terkait proses pendayagunaan zakat melalui program
Ekonomi Berkah”, dan untuk setiap pertanyaan dan
jawaban yang bapak berikan akan saya rekam sebagai
kepentingan penelitian saya. Baik, adapun pertanyaan yang
pertama, apa itu program Ekonomi Berkah?
N: Program Ekonomi Berkah sebenarnya merupakan kata lain
dari istilah Ekonomi Kreatif, Eko Preneur dan lain
sebagainya, namun kita dalam pengejawantahannya adalah
lebih ke spirit bagaimana program ekonomi ini dapat
memberdayakan masyarakat sehingga lebih maju dan juga
berkah serta kehidupannya mengalami pergeseran,
pergeseran norma, nilai dan juga prinsip hidup, yang
dimaksud dengan pergeseran tidak lain adalah merubah
status kehidupan seseorang menjadi sejahtera dan lebih
baik. Karena data yang kami dapat dari Badan Pusat
Statistik, bahwa tidak serta merta seseorang dapat merubah
hidupnya langsung menuju sejahtera, pasti ada prosesnya.
Adapun tahapannya dimulai dari keluarga miskin, keluarga
pra KS, KS 1, KS 2, KS 3 dan sejahtera. Dan itulah alasan
kami bersama BAZNAS Kota Bogor membuat inovasi atau
terobosan baru dalam pengelolaan zakat produktif ini agar
dapat mendorong orang-orang yang tidak mampu agar mau
mengikuti tahapan-tahapan pelatihan dari BAZNAS Kota
Bogor melalui program Ekonomi Berkah ini
P: Jadi seperti itu ya pak, baik pertanyaan selanjutnya apa
tujuan diadakan program Ekonomi Berkah ini?
N: Tujuannya tidak lain adalah untuk mengubah seseorang,
dalam bahasa fikih adalah mustahik menjadi muzaki.
Spiritnya terjadi perubahan norma kehidupan seseorang
serta status sosialnya menjadi lebih baik.
P: Kira-kira selain tujuan, apa peran dari program Ekonomi
Berkah ini?
N: Selain tujuan yang saya sampaikan sebelumnya, peran dari
program ini adalah sebagai solusi serta spirit bagi para
mustahik binaan BAZNAS Kota Bogor agar terhindar dari
yang namanya hutang serta meminjam dana kepada
rentenir setempat. Karena hasil survey yang kami lakukan
banyak dari mustahik binaan kami yang terpaksa
meminjam uang kepada rentenir sebagai modal usaha,
namun juga ada yang tidak sanggup mengembalikannya
sehingga usahanya harus ditutup, oleh sebab itu BAZNAS
Kota Bogor hadir dengan memperkenalkan program
Ekonomi Berkah ini sebagai solusi untuk mereka yang
ingin memulai usahanya kembali.
P: Lalu, bagaimana proses pemberdayaan melalui program
tersebut?
N: Program Ekonomi Berkah ini kami buat menggunakan
metode majlis taklim atau berbasis majlis taklim, karena
pada dasarnya, hampir 80% menurut penelitian kami
jama’ah majlis taklim diisi oleh kaum ibu. Oleh karena itu,
kami melakukan pendekatan ke berbagai majlis taklim
yang tersebar disekitaran kecamatan Bogor ini, kemudian
kami perkenalkan program Ekonomi Berkah ini yang
dinamakan Kelompok Usaha Bersama BAZNAS (KUBER
BAZNAS) yang terdiri dari 16 kelompok majlis taklim,
masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang.
Mengapa harus dengan metode majlis taklim, karena
tujuan kami agar para mustahik tidak hanya memikirkan
soal kecukupan harta saja, namun juga kecukupan hatinya
agar mereka selalu senantiasa mengingat Allah SWT
sebagai Dzat Pemberi Rizki. Karena bagi kami sebesar
apapun usaha yang dilakukan oleh seseorang, bila tidak
disertakan Allah dalam niat dan hatinya maka hasilnya
akan sama saja, dan bahkan tidak ada perubahan sama
sekali.
P: Dari manakah sumber dana tersebut?
N: Sebenarnya dana yang kami dapat adalah dana hibah/
pemberian dari para donatur BAZNAS, adapun dana
lainnya adalah berupa infak, sedekah dan juga zakat. Tapi
di sini kami juga menerapkan infak keropak disetiap
kelompok majlis taklim, yang mana dana infak yang sudah
terkumpulkan akan diberikan kembali kepada anggota
kelompok masing-masing sebagai modal dan juga
simpanan.
P: Dalam pelaksanaannya, apakah ada faktor pendukung dan
penghambat pak?
N: Ya jelas, tapi kita bicara faktor penghambatnya saja, karena
kalau faktor pendukung sudah pasti atas keridhoan Allah
SWT, jadi salah satu faktor penghambatnya adalah
“Human Eror”, kenapa dikatakan demikian, karena dari
pengalaman kami ada sebagian mustahik yang mana
setelah kami bina, lalu kami berikan modal namun modal
dan hasil latihan yang didapat tidak diaplikasikan
sebagaimana mestinya, sebagai salah contoh ada yang
menggunakan uang modal tersebut untuk langsung
membayar hutang. Padahal yang kami maksud adalah
modal tersebut digunakan untuk mengembangkan
usahanya agar keuntungan yang diperoleh dapat melunasi
dan mencicil hutang yang dimiliki. Ada pun selain hal
disebutkan tadi, yaitu kompetitor para usaha atau pedangan
serta kurangnya media untuk mempromosikan apa yang
dijual kepada para pembeli.
P: Bagaimana kontrol pelaksanaan dari program tersebut pak?
N: Baik, setiap dua minggu sekali selalu ada pendampingan
dari BAZNAS Kota Bogor, ya tujuannya adalah memantau
dan memeriksa apakah progresnya bagus dan berjalan baik.
Kemudian kami sembari memantau kami juga ikut ke
dalam kelompok majlis taklim ikut mengaji bersama
mereka lalu setelah itu kami memberi sedikit tausiyah dan
motivasi.
Transkip Wawancara 2
Responden : Oon Tabrani
Jabatan : Staff Pendayagunaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 September 2018
Waktu : 10.30 – 11.28 WIB
P: Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
N: Wa’alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh.
P: Perkenalkan sebelumnya, nama saya Arnol Rinaldi pak,
maksud dan tujuan kedatangan saya ingin mewawancarai
bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Pendayagunaan
Zakat Produktif melalui Program Ekonomi Berkah di
BAZNAS Kota Bogor”. Untuk hal itu dalam wawancara
ini saya akan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana.
Baik, adapun pertanyaan yang pertama, bagaimana awal
mula program Ekonomi Berkah ini dibuat?
N: Program ini, bermula dari instruksi BAZNAS Jawa Barat
maupun BAZNAS Pusat, supaya menumbuhkan
kepedulian lebih kepada masyarakat oleh BAZNAS Kota
Bogor khususnya kepada para pedangan kecil maupun
pedagang kaki lima. Dahulu 10 tahun kebelakang program
ini belu diperuntukkan kepada para pedagang kecil,
melainkan kepada para petani-petani yang ada di wilayah
kota Bogor ini, yang tujuannya adalah untuk membantu
para petani cerdas dan kreatif sehingga bisa memutarkan
roda dalam dana zakat sehingga menjadikan mereka
muzaki, namun setelahnya karena terdapat musibah yang
sering dialami oleh para petani seperti gagal panen
akhirnya program tersebut kita alihkan kepada pedagang
kecil atau kaki lima serta para petani tadi juga kita ajak
bergabung dan kita bina untuk dapat maju kembali seperti
sedia kala.
P: Kira-kira pak, dalam pembagian dana modal bagi para
pedagang itu bagaimana ya pak?
N: Jadi, di awal kita adakan yang namanya ceremony lalu kita
kumpulkan di BAZNAS Kota Bogor ini, sambil mengikuti
acara serta pembekalan untuk menjadi pedagang yang
sukses, lalu setelah itu masing-masing kelompok dari
BAZNAS Kota Bogor diberi modal sebesar Rp. 7.500.000
kepada masing-masing kelompok, dan itu diberikan
berdasarkan hasil survey yang kebetulan tidak memiliki
modal usaha dan terpaksa meminjam kepada rentenir.
Namun setelahnya kita juga mengingatkan agar dapat
menyisihkam sebagian hartanya untuk diinfaqkan kepada
ketua kelompoknya masing-masing, gunanya adalah untuk
mereka juga saat terkumpul, uang diinfaq tersebut bisa
dijadikan sebagao modal tambahan atau untuk merekrut
anggota baru, layaknya sistem yang ada di koperasi. Hasil
infaq perharinya antara Rp. 1000, Rp. 2000 hingga lebih.
P: sampai saat ini ada berapakah jumlah mitra binaan
BAZNAS Kota Bogor?
N: Untuk saat ini, belum ada penambahan masih tetap 16
kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 5-6
orang. Jadil totalnya ada delapan puluh mitra binaan
BAZNAS Kota Bogor
P: Siapa saja yang berperan dalam program tersebut?
N: Yang memiliki peran dalam program ini adalah ya para
petugas-petugas yang ada di BAZNAS, seperti yang
mengawasi, menginvetarisir, menyurvei layak atau
tidaknya calon mustahik binaan dan masih banyak lagi.
Hasil Wawancara
Responden : Ibu Sa’adah
Sebagai : Mustahik Binaan BAZNAS
Hari/ Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2018
Alamat : Empang Bogor Selatan
P: Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
N: Wa’alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh.
P: Perkenalkan sebelumnya, nama saya Arnol Rinaldi bu,
maksud dan tujuan kedatangan saya ingin mewawancarai
ibu terkait program Ekonomi Berkah yang ibu rasakan.
Untuk hal itu apakah benar ibu mendapatkan bantuan dari
program Ekonomi Berkah ini?
N: Ya betul, saya mendapatkan bantuan dari program tersebut
P: Manfaat seperti apa ibu rasakan dari bantuan ini?
N: Manfaatnya itu banyak sekali ya dek, setelah saya
mendapatkan dana bantuan dari program ekonomi berkah
ini saya bisa membelanjakan keperluan untuk tambahan
modal usaha saya, salah satunya usaha saya pun bisa
berkembang lebih baik berkat bantuan dari program
Ekonomi Berkah ini.
P: Bagaimana perbedaan pendapatan ibu setelah
mendapatkan bantuan dari program Ekonomi Berkah ini?
N: Untuk pendapatan sebenarnya, tergantung situasi apalagi
usaha yang saya jalani ini kan usaha kue kering, jadi
tergantung pemesanan ataupun pelanggan-pelanggan saya,
tapi setelah mendapatkan bantuan sekaligus arahan dari
BAZNAS Kota Bogor usaha saya bisa lebih baik lah,
biasanya keuntungan yang saya dapat paling besar Rp
200.000 perbulannya, Alhamdulillahnya setelah menerima
bimbingan dari BAZNAS keuntungan yang pernah saya
dapat bisa mencapai Rp 2.000.000, perbulannya
Kamis, 4 Oktober 2018
Mustahik Binaan BAZNAS Kota Bogor
(Ibu Sa’adah)
Lampiran 5
Foto wawancara penulis dengan Muhammad Nurdat Ilhamsyah,
S. Pd. I, Jum’at, 21 September 2018
Foto wawancara penulis dengan Bapak Oon Tabrani, Selasa, 25
September 2018
Foto saat pelatihan dan pembekalan program Ekonomi Berkah
Foto saat pelatihan dan pembekalan program Ekonomi Berkah
Foto salah satu Mustahik Binaan BAZNAS Kota Bogor