PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah...

58
PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIKALANGAN PELAJAR (STUDI di SMA NEGERI PONOROGO) SKRIPSI Diajukan kepada: Universitas Negeri Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh: HENDRIK KRISTIANA 105171480813 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Agustus, 2009

Transcript of PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah...

Page 1: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

DIKALANGAN PELAJAR (STUDI di SMA NEGERI PONOROGO)

SKRIPSI Diajukan kepada:

Universitas Negeri Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh: HENDRIK KRISTIANA

105171480813

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Agustus, 2009

Page 2: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

ABSTRAK Kristiana, Hendrik. 2009, Pendayagunaan Non Penal Dalam Menanggulangi

Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Pelajar (Studi di SMA Negeri Ponorogo). Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FIP UM. Pembimbing: (I) Drs. Edi Suhartono, SH, M.Pd, (II) Sutoyo, SH, M.Hum

Kata kunci: Non Penal, Menanggulangi, Narkotika, Pelajar

Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti dan membahas permasalahan mengenai narkotika yang lebih tepatnya membahas tentang Pendayagunaan Non Penal Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Pelajar. Penelitian ini dititik beratkan kepada peran sekolah Menengah Atas dalam mencegah penggunaan narkotika di Ponorogo. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya fakta yang ditemukan bahwa terdapat sejumlah pelajar Sekolah Menengah Atas di Ponorogo yang pernah atau menggunakan narkotika walaupun telah ada undang-undang yang melarang menggunakan narkotika yaitu UU No. 22 tahun 1997. Undang-undang sebagai sarana penal belum mampu menekan penyalahgunaan narkotika maka cara yang dirasa lebih efektif adalah menggunakan sarana non penal yaitu dengan memberdayakan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dirasakan lebih dapat mencegah penggunaan narkotika di kalangan pelajar karena sebagian besar waktu pelajar dihabiskan di sekolah.

Dalam upaya memperoleh dan mengetahui tentang pendayagunaan sarana non penal dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu dengan mengkaji dan menganalisa permasalahan yang timbul di kalangan pelajar. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil pelajar SMA dan guru sebagai responden. Kemudian seluruh data yang di dapat dianalisa secara deskriptif analisis.

Berdasarkan hasil dari penelitian penulis mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ada bahwa upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika adalah dengan melakukan cara sebagai berikut: membuat tata tertib sekolah dengan sanksi yang tegas, memaksimalkan tugas guru pembimbing atau BK (Bimbingan Konseling), melakukan razia-razia secara intensif, bekerja sama dengan instansi lain untuk melakukan penyuluhan, menggunakan ekstrakurikuler sebagai sarana pencegahan, memasukkan materi tentang narkotika ke dalam kurikulum sekolah. Selain itu dalam melakukan upaya pencegahan ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi, antara lain tidak adanya kerjasama antar guru dan juga kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya. Setelah melakukan berbagai upaya akhirnya sekolah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan yaitu adanya penurunan tingkat pelanggaran penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar di SMA.

Dengan melihat berbagai fakta dari hasil penelitian yang dilakukan maka penulis berpendapat bahwa dengan begitu besar manfaat sekolah sebagai sarana untuk mencegah penyalahgunaan narkotika seharusnya pihak sekolah terutama guru lebih memahami lagi tentang narkotika supaya para guru dapat menjadi panutan yang tepat bagi para siswanya.

Page 3: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan narkotika dewasa ini telah mencapai situasi yang

mengkhawatirkan sehingga menjadi masalah Nasional maupun

Internasional yang mendesak untuk ditanggulangi. Di Indonesia masalah

narkotika bukanlah masalah baru lagi. Hal ini terbukti dengan adanya

Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika, tetapi Undang-

Undang ini dipandang kurang efektif dalam melakukan pengendalian dan

pengawasan serta upaya pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika. Kemudian disahkan undang-undang baru yaitu

Undang-Undang no. 22 Tahun 1997 tentang narkotika (selanjutnya disebut

dengan Undang-Undang Narkotika).

Masalah narkotika dewasa ini sangat memprihatinkan karena

disinyalir Indonesia bukan hanya sebagai daerah transit tetapi sudah

menjadi daerah pemasaran. Bahkan korban dari penyalahgunaan narkotika

di Indonesia akhir-akhir ini cenderung meningkat tidak hanya terbatas

pada kelompok masyarakat yang mampu tetapi juga telah merambah

kalangan masyarakat yang kurang mampu baik di kota maupun di

pedesaan (Harian Jawa Pos: 9 februari 2009).

Narkotika di negeri ini memang sudah membius batas usia,

geografis dan tingkat sosial. Maka wajar saja kalau banyak dijumpai anak-

anak dibawah umur ketagihan narkotika, atau orang dewasa yang sudah

Page 4: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

biasa madat, bahkan ada yang dari kalangan tidak mampu memaksakan

diri untuk membeli narkotika karena sudah kecanduan, dan masih banyak

lagi.

Pada fenomena-fenomena hukum dalam masyarakat khususnya

hukum pidana saat ini banyak ditemukan kasus-kasus narkotika. Seiring

dengan kemajuan teknologi dan semakin bervariasinya tuntutan hidup

dalam masyarakat. Salah satu tindak pidana yang marak terjadi di masa

kini adalah kejahatan narkotika yang tidak hanya dilakukan oleh orang

dewasa tetapi juga dilakukan oleh para remaja sampai anak-anak (Agoes

Dariyo,2004:30).

Hal yang sangat memprihatinkan lagi penyalahgunaan narkotika

ini telah mengancam rusaknya generasi penerus bangsa karena

penyalahgunaan narkotika saat ini tidak hanya melibatkan terbatas pada

suatu kalangan tetapi sudah melibatkan pelajar SMU maupun mahasiswa

dan yang paling parah telah merambah ke pelajar setingkat Sekolah Dasar

(SD) ([email protected] 9 februari 2009).

Dapat dikatakan bahwa pada saat ini di Indonesia sedang dilanda

penyalahgunaan narkotika yang sangat serius (www.e-psikologi.com: 9

februari 2009). Pelajar yang rata-rata masuk dalam usia remaja yang

merupakan golongan yang rentan terhadap penyalahgunaan narkotika

karena selain memiliki sifat yang dinamis, energik, selalu ingin tahu dan

ingin mencoba mereka juga mudah tergoda dan mudah putus asa sehingga

mudah jatuh pada masalah penyalahgunaan narkotika.

Page 5: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Pada saat ini peyalahgunaan narkotika dikalangan pelajar terus

berkembang di dalam kehidupan masyarakat, bukan saja pada masyarakat

yang sudah maju melainkan masyarakat yang sudah berkembang. Hal ini

merupakan akibat perkembangan teknologi dan perkembangan

sosiokultural dan politik. Problem penyalahgunaan narkotika merupakan

suatu masalah yang kompleks karena tidak hanya menyangkut individu,

sosial, medis, melainkan juga menyangkut hukum dan masa depan suatu

bangsa.

Berdasarkan temuan Tim Kelompok Pemberantasan

Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah

pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20

tahun yang merupakan anak usia sekolah (www.kompas.com: 2 februari

2009). “Angka itu menunjukan presentase pengguna narkoba di kalangan

usia sekolah mencapai empat persen dari seluruh pelajar di Indonesia,”kata

muchlis Catio, kepala sub Direktorat Pembinaan Kesiswaan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok yang paling banyak

mengkonsumsi narkoba adalah kalangan mahasiswa (9,9 persen), SLTA

(4,8 persen), dan SLTP (1,4 persen).

Berdasarkan survei yang dilakukan BNN bekerja sama dengan

Universitas Indonesia, diperoleh data bahwa ada kecenderungan (annual

prevalence) semakin dini usia pengguna narkoba. Survei dilakukan

terhadap 13.710 responden yang sebagian besar adalah kalangan pelajar

dan mahasiswa (www.tempointeraktif.com: 2 februari 2009).

Page 6: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), tercatat

ada 83 ribu pelajar mengonsumsi narkoba. Tahun 2006, tercatat 8.449

pengguna dari siswa SD. Angka ini meningkat dibanding tahun 2005 yang

hanya 2.542 orang. Hal yang sama juga terjadi di kalangan pelajar sekolah

menengah. Tahun 2005 yang hanya 2.542 orang. Hal yang sama juga

terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah. Tahun 2004, ada 18 ribu

pengguna, tahun 2006 jumlah tersebut melonjak 400 persen, hingga 73.253

pengguna (www.beritajakarta.com: 2 februari 2009).

Menurut Ekodjatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Kesiswaan

Dirjen Pendidikan Dasar mengungkapkan bahwa: “Dari 45 juta siswa SD,

SMP, SMA di Indonesia, sekitar 2 jutaan sisa diantaranya terjangkit

narkotika (www.mediaindonesia.com: 2 februari 2009).

Sedangkan menurut Dadang Hawari, psikiater dari Universitas

Indonesia memperkirakan: “nilai transaksi narkotika di Indonesia sebesar

Rp. 390 miliar per hari, dengan jumlah dagangan seperti ganja mencapai 1

ton per hari” (www.mediaindonesia.com: 2 februari 2009). Sementara itu,

bila mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok kerja

(POKJA) Narkoba Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional bahwa: “uang yang dibelanjakan kalangan pelajar

untuk membeli narkoba sebesar Rp. 145 miliar perhari”

(www.mediaindonesia.com: 2 februari 2009).

Peredaran narkotika saat ini memang sangat memprihatinkan

karena barang-barang haram tersebut dapat ditemukan di pemukiman

penduduk, warung-warung kecil sekitar sekolah, rumah indekos, dan kafe-

Page 7: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

kafe. Ironisnya para Bandar juga memasang beberapa siswa sebagai kaki

tangan untuk mengedarkan narkotika di sekolah.

Apabila mengacu pada hasil operasi Antik (Anti Narkotika) yang

dilakukan selama sebulan secara serentak dilakukan di seluruh jajaran

Polda Jawa Timur, maka pihak kepolisian berhasil mengungkap 11 kasus

penyalahgunaan narkotika dan menangkap 168 tersangka. Kaditserse

Polda Jatim Senior Superintendent Suharto mengatakan bahwa:

Dari 169 tersangka tersebut diantaranya tergolong bede (Bandar

Besar) narkotika. Selanjutnya Suharto mengatakan bahwa dalam operasi

khusus tersebut polisi juga berhasil mengamankan barang bukti narkotika

terdiri dari 15,8 kilogram ganja, 20 paket heroin, 47,5 poket putauw,

2935,1 garam sabu-sabu, 9 butir ekstasi dan 6.807 butir psikotropika

golongan IV (www.jawapos.com: 9 februari 2009).

Suharto mengatakan bahwa dari jumlah barang bukti yang disita,

Jawa Timur berada di empat besar secara nasional dan berdasarkan jumlah

tersangkanya Jawa Timur berada diposisi teratas (www.jawapos.com: 9

februari 2009).

Terjadinya penyalahgunaan narkotika yang kebanyakan di

konsumsi oleh kaum remaja khususnya para pelajar, disebabkan karena

kurangnya perhatian orang tua dan bebasnya memilih teman (faktor

lingkungan) yang salah, sebab dengan mencoba mereka akan semakin

merasa ketagihan. Pada awalnya seseorang pertama kali mengenal atau

merasakan narkotika pada umumnya karena teman, atau pergaulan.

Mengenal narkotika karena pergaulan berawal dari hanya mencoba-coba,

Page 8: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

ini merupakan tindakan yang sangat fatal karena dengan mencoba

narkotika sekali akan merasakan sesuatu yang sangat menyenangkan,

sehingga tidak tertutup kemungkinan akan mencoba lagi di waktu yang

akan datang. Tanpa disadari, setiap saat merasa kecanduan tidak bisa

mengontrol dirinya sendiri dari narkotikalah yang menjadi pengontrol cara

berpikir (www.berita_kesra.com D INFOKOM JATIM: 9 februari 2009).

Undang-Undang No. 22 tahun 1997 sudah lama berlaku, namun

masih banyak peredaran maupun pemakaian narkotika dan obat-obatan

terlarang, apakah kelemahan ini terletak pada undang-undang yang sudah

ada sampai saat ini atau perangkat hukum yang kurang tegas dalam

melaksanakan tugasnya.

Melihat peredaran narkotika yang melanda kaum remaja

khususnya para pelajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa keadaan

remaja generasi penerus bangsa saat ini cukup memprihatinkan, karena

penyalahgunaan narkotika tidak hanya menggangu keamanan dan

ketertiban, melainkan sudah menjurus pada tindak kriminalitas dan

sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat besar

dalam melakukan upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika

tersebut sesuai dengan pasal 57 UU no. 27 tahun 2002.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

membahas dalam skripsi dengan judul: “PENDAYAGUNAAN NON

PENAL DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA DIKALANGAN PELAJAR (STUDI di SMA

NEGERI PONOROGO)”.

Page 9: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat tersebut diatas, maka dapat diambil

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan narkotika di

kalangan pelajar SMA Negeri Ponorogo?

2. Bagaimana upaya pendayagunaan non penal dalam menanggulangi

penyalahgunaan narkotika dikalangan pelajar SMA Negeri Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai tindak lanjut dari masalah yang ditetapkan maka tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi para pelajar

SMA di Ponorogo menggunakan narkotika.

2. Untuk mengkaji pendayagunaan non penal dalam menanggulangi

penyalahgunaan narkotika dikalangan pelajar SMA Negeri Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan

sebagai sumber pengetahuan untuk mengetahui bagaimanakah upaya

yang dilakukan oleh sekolah dalam pencegahan dini penggunaan

narkotika dikalangan pelajar

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan

untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang kejahatan narkotika

di kalangan pelajar akhir-akhir ini.

Page 10: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

3. Bagi sekolah, penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan dan

memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya

pendidikan di tingkat SMA.

4. Bagi para akademisi ilmu pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai media informasi untuk mengetahui faktor

yang mempengaruhi penggunaan narkotika dan upaya sekolah untuk

mencegah penggunaan narkotika dan kelak bisa di implementasikan

dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.

Page 11: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

BAB II

METODE PENELITIAN

Pada umumnya penelitian kualitatif merupakan suatu kegiatan

ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu,

dengan jalan menganalisa secara mendalam terhadap fakta hukum

tersebut, untuk kemudian diusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul. Penelitian kualitatif ditujukan untuk

memahami fenomena social dari sudut atau prespektif partisipan.

Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi,

diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsi (Nana

Syaodih Sukmadinata, 2005:94). Untuk mendapat data-data yang

diharapkan dalam usaha-usaha medekati kesempurnaan penulisan skripsi

dan membahas masalah-masalah yang telah dirumuskan seperti tersebut

diatas dan menemukan jawaban-jawaban yang dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya, maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

A. Metode Pendekatan

Penulis melakukan pendekatan yuridis sosiologis, yaitu

disamping berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku juga dilihat dari

segi kenyataan dan realita yang ada di kalangan pelajar (Bambang

Waluyo, 2002:17).

Page 12: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

B. Jenis dan Sumber Data

C.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan

menggunakan quisioner (Ronny Hanitijo Soemitro, 1983:24). Selain itu

data diperoleh secara langsung dari hasil wawacara dengan para guru dan

kepala sekolah.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari studi Kepustakaan, buku Perundang-

undangan Nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika. Dan buku-buku yang

berhubungan dengan narkotika lainnya (Ronny Hanitijo Soemitro,

1983:25). Selain studi dilakukan dengan mempelajari buku-buku, juga

surat kabar, majalah dan juga internet yang khususnya mengupas segala

hal yang berkaitan dengan narkotika dan permasalahannya.

C.2. Sumber Data

Terdapat beberapa sumber data yang kami peroleh yaitu berupa

pengalaman dari para siswa, guru dan data yang diperoleh dari buku, surat

kabar, majalah maupun internet.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan

data yang diperlukan:

a. Quisioner

Page 13: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Yaitu membuat pertanyaan yang ditujukan kepada responden

dengan bentuk pertanyaan yang ditujukan para pelajar.

b. Interview

Yaitu mengadakan wawancara atau tanya jawab langsung dengan

responden (Ronny Hanitijo Soemitro, 1983: 60). Yang terdiri dari para

pelajar dan guru.

c. Kepustakaan

Digunakan untuk memperoleh sumber data sekunder yang dapat

berupa peraturan-peraturan perundang-undangan dan hasil karya ilmiah

yang terkait dengan permasalahan (Ronny Hanitijo Soemitro, 1983:63) .

d. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk melengkapi data atau informasi yang

dikumpulkan dari observasi dan wawancara. Data atau informasi

dikumpulkan dalam pengecekan keabsahan temuan.

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi adalah seluruh obyek atau individu atau seluruh unit yang

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar dan guru-guru

SMA Negeri Ponorogo. Sampling dalam penelitian ini adalah

pelajar yang menerima quisioner sejumlah 120 orang dari populasi

yang ada. Penelitian sample berdasarkan pada random sampling

yaitu penentuan sample secara acak.

Page 14: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

b. Penarikan sample (wakil) yang diteliti penulis dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel

dilakukan dengan cara mengambil subyek didasaran pada tujuan

tertentu (Ronny Hanitijo Soemitro, 1983:38). Sampel dalam

penelitian ini terdiri dari: para guru dan murid.

E. Analisa Data

Data yang terkumpul disusun secara kronologis, selanjutnya di

analisa menggunakan deskriptif. Analisa deskriptif yaitu dengan

mengemukakan fakta-fakta atau data yang diperoleh dari hasil penelitian

di lapangan dan studi kepustakaan yang disusun secara sistematis untuk

menggambarkan realitas yang terjadi sesungguhnya, kemudian

disimpulkan untuk dijadikan suatu landasan dalam memberikan saran-

saran serta pendapat penulis.

Page 15: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Atas di Ponorogo

Gambaran umum Sekolah Menengah Atas di Ponorogo dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1: Gambaran Umum Sekolah Menengah Atas di Ponorogo

Sekolah Letak Geografis Luas Bangunan kelas

Jumlah Siswa Tahun 2008/2009

L P Total

SMAN 1 2,5 Km di sebelah timur pusat kota 21.110 m2

X 132 226 358

XI 154 195 349

XII 148 206 354

SMAN 2 1,5 Km di sebelah

tenggara dari pusat kota

15.000 m2

X 88 178 226

XI 103 159 262

XII 107 170 277

SMAN 3 1 Km di sebelah selatan dari pusat kota 34.675 m2

X 117 129 241

XI 104 129 233

XII 91 132 223

Sumber: SMA 1, SMA2, SMA 3 Ponorogo

Jika dilihat dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa: SMAN

1 ponorogo dibangun diatas tanah seluas 21.110 m2. Lokasi SMAN 1

Ponorogo berada di kota Ponorogo tepatnya 2,5 km di sebelah timur dari

pusat kota Ponorogo. SMAN 1 ponorogo berbatasan dengan persawahan di

sebelah utaranya, di sebelah selatan berbatasan dengan Universitas

Muhamadiyah, di sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga dan

di sebelah barat berbatasan dengan SD Ronowijayan.

Page 16: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa SMAN 1

Ponorogo pada tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 3581siswa dengan

pembagian jumlah siswa kelas X siswa laki-laki sebanyak 132 siswa dan

jumlah perempuan sebanyak 226 siswi.

Dengan melihat tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa

kelas XI sebanyak 349 dengan pembagian laki-laki sebanyak 154 siswa

dan 195 untuk siswa perempuan.

Dari data tabel diatas juga dapat diketahui bahwa untuk kelas XII

jumlah siswa laki-laki sebanyak 148 dan siswa perempuan sebanyak 206

dengan demikian total seluruhnya sebanyak 354 siswa untuk kelas XII.

Selain dari tabel diatas SMAN 1 ponorogo mempunyai visi dan

misi sebagai berikut:

Visi

SMAN 1 Ponorogo mempunyai visi terwujudnya lulusan yang

intelektual, cerdas, agamis, berbudaya dan berprestasi tinggi.

Misi

1. Mengembangkan lingkungan pendidikan yang efektif, higienis

dan demokratis.

2. Mengembangkan kecerdasan intelektual sebagai bekal

memasuki pendidikan tinggi.

3. Mengembangkan kultur inovatif untuk membentuk jiwa yang

memiliki etos kerja, berprestasi tinggi bidang akademik

maupun non akademik.

Page 17: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

4. Mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa guna membangun

ketahanan budaya, cinta bangsa dan cinta tanah air.

5. Mengembangkan nilai-nilai religius guna membangun

ketahanan etika moral.

Dari tabel diatas juga menjelaskan bahwa SMAN 2 Ponorogo

dibangun diatas tanah seluas 15.000 m2. Lokasi SMAN 2 Ponorogo

berada di kota Ponorogo tepatnya 1,5 KM di sebelah timur dari pusat

pemerintahan Kabupaten Bojonegoro. SMAN 2 Ponorogo di sebelah utara

berbatasan dengan perumahan warga, sebelah selatan berbatasan dengan

persawahan, sebelah timur berbatasan dengan puskesmas dan sebelah barat

berbatasan dengan rumah warga.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa SMAN 2

Ponorogo pada tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 226 siswa dengan

pembagian jumlah siswa kelas X adalah sebagai berikut siswa laki-laki

sebanyak 88 siswa dan jumlah perempuan sebanyak 178 siswi.

Dari tabel diatas dapat dilihat pula bahwa jumlah siswa kelas XI

sebanyak 262 dengan pembagian menurut jenis kelamin sebagai berikut

untuk anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 103 siswa dan 159

untuk siswa perempuan.

Tabel diatas juga menjelaskan tentang banyaknya siswa yang

duduk di bangku kelas XII, adapun jumlah siswa yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 107 dan siswa yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 170 dengan demikian total seluruh siswa yang duduk di bangku

kelas XII SMAN 2 Ponorogo sebanyak 277 siswa.

Page 18: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Selain itu untuk menunjang sistem belajar dan mengajar SMAN 2

Ponorogo mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

Visi

Mewujudkan sumber daya yang kompetitif, antisipatif dan

bertaqwa.

Misi

1. Membudayakan rasa disiplin kepada semua warga sekolah.

2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif

sehingga setiap warga dapat berkembang secara optimal.

3. Mengutamakan semangat kebersamaan kepada seluruh warga

sekolah.

4. Menerapkan manajemen terbuka dengan melibatkan seluruh

warga sekolah.

5. Mendorong dan membantu siswa mengenali potensi dirinya

untuk dapat hidup mandiri.

6. Mendorong semua warga sekolah (steakholder) untuk

berpartisipasi dalam rangka terciptanya 8 (delapan) standar

nasional pendidikan.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa SMAN 3 Ponorogo

dibangun diatas tanah seluas 34.675 m2. Lokasi SMAN 3 Ponorogo berada

di kota Ponorogo tepatnya 1 KM di sebelah selatan dari pusat

pemerintahan Kabupaten Ponorogo.

Selain itu SMAN 3 Ponorogo berbatasan dengan perumahan

warga disebelah selatan, sebelah utara berbatasan dengan perumahan

Page 19: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

warga, sebelah barat berbatasan dengan sungai dan sebelah timur

berbatasan dengan perumahan warga.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa SMAN 3

Ponorogo pada tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 697 siswa dengan

pembagian jumlah siswa kelas X siswa laki-laki sebanyak 117 siswa dan

jumlah perempuan sebanyak 124 siswi sehingga total untuk kelas X adalah

sebanyak 241 siswa.

Data dalam tabel diatas juga menjelaskan bahwa jumlah siswa

kelas XI sebanyak 233 dengan pembagian berdasarkan jenis kelamin,

siswa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 104 siswa dan 129 untuk

siswa perempuan.

Dalam tabel diatas dapat dilihat pula bahwa jumlah siswa yang

duduk dibangku kelas XII dengan pembagian berdasarkan jenis kelamin

sebagai berikut: jumlah siswa laki-laki sebanyak91 dan siswa perempuan

sebanyak 132 dengan demikian total seluruhnya sebanyak 223 siswa untuk

kelas XII.

SMAN 3 Ponorogo memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi

Menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan

berkualitas, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia serta mampu

memghadapi tantangan global di masa depan.

Misi

1. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Page 20: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

2. Meningkatkan kualitas SDM warga SMA negeri 3 Ponorogo.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan.

4. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif.

5. Menciptakan dan menumbuhkan kehidupan beragama yang

benar dan baik.

6. Menumbuhkan sikap kekeluargaan yang bertanggung jawab

dan ikhlas.

7. Menguasai bahasa asing, minimal bahasa inggris.

8. Menguasai ketrampilan teknologi informasi.

9. Cakap, trampil,inovatif dan mandiri dalam bekerja.

B. Pandangan Pelajar Terhadap Penyalahgunaan Narkotika

Untuk mengetahui seberapa jauh pandangan pelajar terhadap

penyalahgunaan narkotika peneliti menggunakan quisioner dan di peroleh

jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.2: Pengetahuan responden Terhadap Narkotika di Kalangan Pelajar sekolah Menengah Atas di Ponorogo

Sumber Data: Data Primer, diolah, 2009 Ket: Y: jawaban ya

T: jawaban tidak A: tidak menjawab

No Pertanyaan

Jawaban

SMA 1 SMA 2 SMA 3

Y T A Y T A Y T A 1 Pengetahuan terhadap pengertian dari

narkotika 38 - 2 38 2 - 38 2 -

2 Pengetahuan dari bahaya atau kerugian dari penyalahgunaan narkotika

37 3 - 39 - 1 36 3 1

3 Pengetahuan tentang jenis-jenis dari narkotika

40 - - 36 - 4 37 2 1

Page 21: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden pada tabel di

atas maka dapat dilihat perbandingan pengetahuan siswa antara satu

sekolah dengan sekolah yang lain, dari ketiga sekolah secara umum

responden telah mengetahui tentang narkotika dilihat dari 38 responden

dari SMAN 1 Ponorogo, 38 responden dari SMAN 2 Ponorogo dan 38

responden dari SMAN 3 Ponorogo mengatakan telah mengetahui

pengertian dari narkotika.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden

sebagian besar telah mengetahui bahaya dari narkotika hal ini dapat dilihat

dari sebanyak 37 pelajar dari SMAN 1 Ponorogo, 39 pelajar dari SMAN 2

Ponorogo dan 36 pelajar dari SMAN 3 Ponorogo mengatakan telah

mengetahui bahaya dari narkotika. Sedangkan yang tidak mengetahui

bahaya narkotika sebanyak 6 pelajar dari ketiga sekolah diatas.

Didalam tabel tersebut juga dapat dijelaskan bahwa responden

yang mengetahui tentang jenis-jenis dari narkotika adalah sebanyak 113

pelajar, yang menjawab tidak sebanyak 2 pelajar dan yang memilih untuk

tidak menjawab adalah sebanyak 5 pelajar dilihat dari jawaban yang

diberikan oleh siswa SMAN 1 Ponorogo, SMAN 2 Ponorogo, dan SMAN

3 Ponorogo.

Dengan adanya jawaban tersebut maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa pada umumnya para pelajar di Ponorogo telah

mengetahui tentang narkotika dan jenis-jenis narkotika. Hal ini dapat

memberikan suatu bukti bahwa responden mempunyai pandangan dan

pengetahuan tentang narkotika.

Page 22: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Sedangkan pandangan responden terhadap penggunaan narkotika

di kalangan Pelajar di Ponorogo dapat dilihat dari hasil yang disajikan

pada tabel berikut:

Tabel 4.3: Pandangan Responden Terhadap Narkotika di Kalangan Pelajar Sekolah Menengah Atas

No Pertanyan

Jawaban

SMA 1 SMA 2 SMA 3

Y T A Y T A Y T A 1 Pandangan responden terhadap

masuknya narkotika di sekolah SMA di Bojonegoro

34 1 3 29 11 - 30 8 2

2 Pandangan responden terhadap adanya penjelasan atau sosialisasi di sekolah mengenai himbauan agar tidak menggunakan narkotika

38 - 2 40 - - 36 4 -

3 Pandangan responden terhadap adanya antisipasi tertentu untuk menghindari bahaya narkotika dari diri sendiri

36 1 3 40 - - 30 6 4

Sumber Data: Data Primer, diolah, 2009 Ket: Y: jawaban ya

T: jawaban tidak A: tidak menjawab

Berdasarkan jawaban yang telah diberikan oleh reponden pada

tabel diatas maka diketahui bahwa hanya sebagian saja dari responden

yaitu sebanyak 71 yang mengetahui masuknya narkotika di kalangan

pelajar SMA di Ponorogo hal ini dapat dilihat dari jawaban resonden yang

mengatakan sebanyak 34 siswa SMAN 1 Ponorogo, 29 siswa SMAN 2

Ponorogo, dan 30 siswa SMAN 3 Ponorogo menjawab ya atau

mengetahui.

Sehubungan dengan itu maka 113 responden menyebutkan ada

penjelasan atau sosialisasi di sekolah mengenai himbauan agar tidak

menggunakan narkotika, dengan perbandingan ditiap sekolah sebagai

Page 23: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

berikut: 38 siswa SMAN 1 Ponorogo, 40 siswa SMAN 2 Ponorogo, dan 35

siswa SMAN 3 Ponorogo menjawab ada sosialisasi di sekolah.

Dapat dilihat juga bahwa 106 responden menyatakan ada

antisipasi tertentu untuk menghindar dari bahaya narkotika,7 responden

menyatakan tidak dan 7 responden tidak memberikan jawaban. Data

tersebut dapat dilihat dari tabel diatas dengan menghitung secara

keseluruhan data yang di dapat dari SMAN 1 Ponorogo, SMAN 2

Ponorogo, dan SMAN 3 Ponorogo.

Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

sebagian besar pelajar mengetahui bahwa narkotika telah masuk di dunia

pedidikan dan sekolah juga telah melakukan himbauan-himbauan agar

siswa menghindar dari bahaya narkotika. Selain itu sebagian siswa juga

melindungi diri mereka dari bahaya yang ditimbulkan oleh narkotika.

Sedangkan tanggapan responden terhadap penggunaan narkotika

di kalangan Pelajar Sekolah Menengah Atas di Ponorogo dapat dilihat dari

tabel jawaban responden dibawah ini:

Tabel 4.4: Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Narkotika di Kalangan Pelajar Sekolah Menengah Atas

No Pertanyaan Jawaban

SMA 1 SMA 2 SMA 3 Y T A Y T A Y T A

1 Pengetahuan terhadap keuntungan dari mengkonsumsi narkotika

6 30 4 11 26 3 10 22 8

2 Pengetahuan terhadap perlunya menggunakan narkotika dalam suatu kondisi tertentu

37 - 3 31 8 1 38 - 2

Sumber Data: Data Primer, diolah, 2009 Ket: Y: jawaban ya T: jawaban tidak

A: tidak menjawab

Page 24: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tentang adakah

keuntungan dari menggunakan narkotika dan responden berpendapat

bahwa 6 pelajar dari SMAN 1 Ponorogo, 11 pelajar dari SMAN 2

Ponorogo, dan 10 pelajar dari SMAN 3 Ponorogo menjawab bahwa ada

keuntungan menggunakan narkotika, 78 menyatakan tidak ada keuntungan

menggunakan narkotika dengan perbandingan 30 pelajar SMAN 1

Ponorogo, 26 pelajar SMAN 2 Ponorogo dan 22 pelajar SMAN 3

Ponorogo menjawab tidak ada dan 15 pelajar tidak menjawab pertanyaan

yang diberikan.

Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui tentang perlukah

menggunakan narkotika dalam keadaan tertentu dan para responden

berpendapat bahwa dari 120 responden yang ada sebanyak 106 responden

yang berasal dari 37 pelajar dari SMAN 1 Ponorogo, 31 pelajar SMAN 2

Ponorogo dan 38 pelajar SMAN 3 Ponorogo menjawab bahwa perlu

mengunakan narkotika dalam suatu kondisi tertentu, sebanyak 8 responden

yang berasal dari SMAN 2 Ponorogo mengatakan tidak perlu, sedangkan

sebanyak 6 responden memilih untuk tidak menjawab yang berasal dari

SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 Ponorogo. .

Dengan adanya beberapa data yang ada maka dapat diketahui

bahwa realita penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar di Ponorogo

perlu mendapat perhatian yang sangat serius karena menurut data tersebut

bahwa narkotika khususnya penyalahgunaan narkotika sudah masuk di

kalangan pelajar Ponorogo yaitu dengan melihat sebanyak 93 pelajar

Page 25: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

mengatakan bahwa narkotika telah masuk di kalangan pendidikan di

Ponorogo.

C. Realitas Kasus Penyalahgunaan Narkotika Dikalangan Pelajar SMA

Negeri di Ponorogo

Berdasarkan quisioner yang di berikan kepada siswa di temukan

jumlah pemakai narkoba yang dapat di lihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.5: kasus Narkotika di SMAN Ponorogo berdasarkan angket No Sekolah Jumlah

1 SMAN 1 Ponorogo -

2 SMAN 1 Ponorogo 1

3 SMAN 1 Ponorogo 2

Sumber Data: Data Primer, diolah, 2009

Jika dilihat dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak

diketemukan kasus di SMAN 1 Ponorogo, sedangkan pada SMAN 2

Ponrogo terdapat 1 siswqa yang menggunakan narkotika yang duduk di

bangku kelas XI. Serta 2 siswa SMAN 3 Ponorogo diketahui

menggunakan narkotika yang juga duduk dibangku kelas XI.

Setelah mengetahui jumlah kasus yang ada, selanjutnya menurut

hasil wawancara para responden kita dapat mengetahui bahwa cara para

pelajar mendapatkan narkotika adalah sebagai berikut:

Pertama kali mendapatkan narkotika dari teman, ketika itu

responden masih duduk di bangku SMP kelas 2 kemudian responden

dikenalkan oleh “Bede” atau bandarnya langsung setelah itu kapan saja

responden membutuhkan langsung menghubungi “bede” tersebut, akan

Page 26: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

tetapi di dalam transaksi tersebut semua pelanggan harus tutup mulut,

segala cara dan transaksi tidak boleh dibocorkan keorang lain yang sama

sekali belum dikenal jadi untuk mendapatkan “barang” tersebut setiap

pelanggan harus berhubungan langsung dengan “bede”. Menurut

responden, jika sampai buka mulut maka akan terjadi sesuatu yang buruk

terhadap orang yang membocorkan.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Narkotika

Dikalangan Pelajar

Guna mengetahui faktor yang melatarbelakangi terjadinya

penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar akan disajikan beberapa

factor yang didapat dari hasil wawancara dengan responden yang

merupakan para pengguna dan mantan pengguna narkotika yang masih

duduk di bangku sekolah:

1. “broken home” tidak adanya kebahagiaan didalam keluarga

karena tidak adanya perhatian dari orang tua yang telah

bercerai begitulah ungkapan yang ditujukan oleh responden

dalam penelitian ini, seperti yang diumgkapkan gembrot

seseorang pengguna narkotika yang sekarang duduk di bangku

Sekolah menengah Atas kelas XI, dia mengatakan sebagai

berikut:

“…..aku mulai make waktu aku masih SMP, pusing banget liat orang tua yang setiap hari bertengkar nggak jelas, biar mereka sadar mereka sudah buat aku sakit hati”. (wawancara 16 mei 2009)

Page 27: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Hal inilah yang membuat para pengguna mempunyai suatu

alasan yang menurut mereka dapat dibenarkan dan hal ini

dapat digunakan untuk menunjukan sikap pemberontakan

mereka terhadap apa yang terjadi dan mengatasi sementara

rasa kecewa terhadap apa yang terjadi dilingkungan keluarga.

2. Ingin di bilang “gaul”, menurut responden menggunakan

narkotika adalah tuntutan zaman, pandangan yang keliru inilah

yang menyebabkan seseoarang terjerumus ke dalam

penyalahgunaan narkotika, jangan bilang anak “gaul” kalau

tidak menggunakan narkotika, kadang kata-kata inilah yang

menyebabkan seseorang menggunakan narkotika karena tidak

ingin dibilang ketinggalan zaman mereka malah masuk ke

dalam suatu masalah yang sangat besar yang merusak masa

depan dan kesehatan mereka.

3. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri, hal tersebut biasa

digunakan pada suatu kalangan tertentu yang menginginkan

rasa percaya diri menghadapi suatu hal yang menurutnya diluar

batas kemampuan, seperti yang diunmgkapkan oleh responden

bahwa untuk menumbuhkan rasa percaya diri saat main band,

sebelum bermain mereka menggunakan dulu narkotika. Seperti

yang diungkapkan oleh Empik, salah satu siswa SMA yang

pernah menggunakan narkotika.

“…..biar mainnya lebih asyik biasanya anak-anak make dulu sebelum manggung” (wawancara 16 mei 2009)

Page 28: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

E. Upaya Pendayagunaan Non Penal Menanggulangi Penyalah Gunaan

Narkotika Dikalangan Pelajar SMA Negeri Ponorogo

Sekolah sebagai salah satu bagian dari masyarakat melakukan

upaya-upaya pencegahan berupa upaya non penal, hal ini sesuai dengan

rumusan undang-undang no. 22 tahun 1997 tentang narkotika, pada pasal

57-59 yang menerangkan bahwa masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi

dalam membantu pemerintah melakukan penanggulangan penyalahgunaan

narkotika.

Adapun upaya yang dilakukan sekolah dalam melakukan upaya

pencegahan penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar antara lain

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.6: Upaya-Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika di Sekolah Menengah Atas di Ponorogo

No Upaya Pencegahan Sekolah

SMA 1 SMA 2 SMA 3

1 Membuat tata tertib sekolah Ada Ada Ada

2 Memaksimalkan tugas guru pembimbing atau BK (Bimbingan Konseling) Tidak Ada Ada

3 Melakukan razia-razia secara intensif: a. Secara Berkala

b. Secara Spontan Tidak Ada

Ada Ada

Tidak Ada

4 Melakukan penyuluhan-penyuluhan: a. Kerjasama dengan pihak kepolisian.

b. Kerjasama dengan puskesmas. Ada

Tidak Ada tidak

Ada Ada

5 Menggunakan ekstrakurikuler sebagai upaya pencegahan:

a. Keagamaan b. Olahraga c. Pramuka

d. Mading

Ada Ada Ada Ada

Ada Ada Ada Ada

Ada

Tidak Ada Ada

6 Memasukkan materi narkotika ke dalam kurikulum Ada Ada Ada

Total Bentuk Upaya Pencegahan 9 10 8

Sumber: data primer, 2009, diolah

Page 29: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Berdasarkan data dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa

terdapat beberapa upaya yang dilakukan sekolah menengah atas untuk

mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dikalangan pelajar di

Ponorogo terdapat perbedaan dari cara dan juga banyaknya upaya yang

dilakukan disetiap sekolah, didalam tabel dijelaskan bahwa di SMAN 1

Ponorogo terdapat Sembilan cara pencegahan , SMAN 2 Ponorogo

melakukan Sembilan cara bentuk upaya pencegahan dan SMAN 3

Ponorogo terdapat 8 upaya pencegahan.

Dalam tabel diatas upaya yang pertama dilakukan ol;eh sekolah

yaitui membuat tata tertib sekolah, upaya ini dilakukan oleh SMAN 1

Ponorogo, SMAN 2 Ponorogo, dan SMAN 3 Ponorogo dengan cara

sebagai berikut:

Setiap sekolah harus mempunyai tata tertib, tata tertib sekolah

tersebut berisi pertauran - peraturan tentang sekolah dimana didalamnya

terdapat perturan tentang seragam sekolah, jam masuk kedisiplinan dan

lain sebagainya yang berhubungan dengan tingkah laku siswa maupun

guru disekolah.

Di SMAN 1 Ponorogo peraturan atau tata tertib sekolah berisi

tentang kehadiran di sekolah, absensi, kewajiban siswa, larangan siswa,

hal pakaian hak-hak dan sanksi. Untuk peraturan mengenai larangan

menggunakan narkotika terdapat dibagian larangan siswa. Di bagian

larangn siswa yang ada di dalam pereturan tata tertib sekolah terdapat

sebuah pasal 11 yang bunyinya: “membawa atau mengkonsumsi benda-

benda terlarang seperti minuman keras, narkoba dan sejenisnya”. Sanksi

Page 30: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

terhadap larangan tersebut siswa akan di kembalikan kepada orang tua atau

wali.

Hal yang sama juga dilakukan di SMAN 2 ponorogo, di SMAN 2

terdapat sebuah peraturan sekolah yang namanya peraturan dan tata tertib

sekolah. Di dalam peraturan tersebut terdapat beberapa hal yang diatur

untuk menjaga kedisiplinan yang adadi dalam sekolah, peraturan tersebut

berisi tentang jam masuk, seragam dan pelanggaran siswa yang meliputi

kelakuan, kerajinan, kerapian dan kebersihan.

Peraturan yang berisi tentang di larangnya siswa menggunakan

atau mengkosumsi narkotika terdapat didalam bab pelanggaran siswa yang

diatur tentang kelakuan pasal 2, bunyinya: “membawa atau mengkonsumsi

atau pengedar ekstasi, narkoba dan sejenisnya”. Hal ini menurut Bapak

Ayun Waka Kurikulum “ditujukan untuk mencegah penggunaan narkotika

oleh para siswa yang nantinya dapat merusak kredibilitas sekolah”

(wawancara 20 mei 2009)

Di dalam tata tertib sekolah juga berisi tentang sanksi-sanksi

yang akan di berikan kepada siswa yang melanggar peraturan yang ada di

sekolah sanksi tersebut berupa pemberian pembinaan, skorsing, panggilan

orang tua sampai di keluarkan dari sekolah. Sedangkan sanksi yang di

berikan bagi siswa yang menggunakan narkotika adalah di keluarkan dari

sekolah.

Peraturan dan tata tertib sekolah tersebut tidak hanya mengikat

siswa selama di dalam sekolah saja akan tetapi juga mengikat siswa di luar

sekolah. Peraturan tersebut dapat berlaku di luar sekolah jika siswa yang

Page 31: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

melanggar tata tertib sekolah tersebut masih menggunakan seragam

sekolah.

Di SMAN 3 Ponorogo larangan terhadap penggunaan narkotika di

atur di bagian A pasal 3, yang bunyinya: “membawa narkoba, obat

terlarangdan miras”. Pasal 3 tersebut masuk dalam klarifikasi pelanggaran

sangat berat yang sansinya akan di keluarkan.

Dalam tabel diatas upaya kedua yang dilakukan sekolah untuk

mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar adalah

dengan cara memaksimalkan tugas guru pembimbing atau BK (bimbingan

konseling). Upaya cencegahan tersebut dilakukan oleh SMAN 2 dan

SMAN 3 Ponorogo.

Menurut pak Joko wakil kepala sekolah urusan kesiswaan SMAN

3 Ponorogo menjelaskan salah satu fungsi salah satu fungsi bimbingan

konseling adalah sebagai berikut:

“Peran guru pembimbing sekolah sangat diperlukan untuk upaya pencegahan, tidak hanya itu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah juga menitik beratkan kepada bimbingan terhadap perkembangan pribadi melalui pendekatan perorangan dan kelompok siswa yang menghadapi masalah untuk mendapatkan bantuan khusus agar siswa mampu mengatasinya” (wawancara 15 mei 2009).

Menurut Ibu Nurul coordinator BP SMAN 2 Ponorogo upaya

memaksimalkan tugas guru pembimbing adalah dengan cara sebagi

berikut:

• Memberikan informasi dan penyuluhan kepada siswa tentang

bahaya penggunaan nnarkotika terhadap kesehatan.

• Membantu siswa untuk memahami tentang bahaya atau

dampak negative terhadap penggunaan narkotika.

Page 32: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

• Menganjurkan siswa agar mau memberikan pengertian kepada

teman-temannya yang sebayanya untuk tidak mengkonsumsi

narkotika.

Selain itu, menurut Bapak Danar Guru BP SMAN 2 Ponorogo

juga menjelaskan tentang pemberian motivasi dan bimbingan sebagi

bereikut:

“Guru BP mencari anak-anak yang bermasalh kemudian memberikan pegertian yang lebih dengan cara memberikan nasehat dan memantau kegiatan anak tersebut di dalam sekolah, hal ini dilakukan untuk mencegah anak tersebut terlibat kedalam hal yang tidak diinginkan atau melanggar peraturan yang ada dalam sekolah” (wawancara 25 mei 2009)

Hal yang sama juga dilakukan oleh SMAN 3 Ponorogo untuk

mencegah penyalah gunaan narkotika dikalangan pelajar khususnya di

SMAN 3 Ponorogo, pihak sekolah menggunakan guru pembimbing

sebagai sarana untuk mencegah terjadinya pelanggaran.

Menurut Ibu Sri Lestari coordinator BP SMAN 3 Ponorogo,

bahwa upaya preventif yang dilakukan guru pembimbing sangat strategis

dan sangat membantu terhadap pencegahan penyalahgunaan narkotika

karena guru pembimbing, mempunyai tugas yang berhubungan langsung

dengan para siswa atau pelajar yaitu:

ü Membantu murid untuk mengenal dirinya, kemampuannya

dan mengenal orang lain,

ü Membantu murid dalam proses yang menuju

kematangannya,

Page 33: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

ü Membantu dan mendorong murid untuk pemilihan-

pemilihan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan

interestnya,

ü Memberikan kesadaran kepada murid-murid tentang

pentingnya penggunaan waktu luang dan mengembangkan

bakat dalam hobi yang berguna,

ü Membantu murid untuk mengerti metode belajar yang

efisien agar dapat mencapai hasilnya dengan waktu yang

lebih singkat.

Dengan melihat tugas guru pembimbing tersebut cukup jelas jika

guru pembimbing merupakan sarana yang dapat digunakan untuk

melakukan upaya preventif dalam penyalahgunaan narkotika di kalangan

pelajar.

Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa upaya

selanjutnya yang dilakukan sekolah untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar adalah dengan melakukan

razia-razia di sekolah secara intensif, upaya ini dilakukan oleh ketiga

sekolah tersebut akan tetapi setiap pelaksanaannya berbeda di tiap sekolah,

seperti di SMAN 1 Ponorogo setia razia yang dilakukan para guru yang

tergabung di dalam sebuah tim khusus melakukan razia yang dilakukan

dengan cara menggeledah setiap tas siswa saat dilakukan upacara bendera,

menurut yang disampaikan Ibu Herekno Anisiswati Wakil Kepala sekolah

Urusan kesiswaan“hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah siswa

Page 34: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

membawa barang-barang yang dilarang dalam sekolah, contohnya

narkotika dan buku-buku porno”(wawancara 13 Mei 2009)

Berbeda dengan SMAN 1 Ponorogo, SMAN 2 Ponorogo dalam

melakukan razia dilakukan setiap dilakukan setiap hari jumat, hal ini

seperti yang disampaikan Bapak Saiful selaku tim kedisiplinan siswa

sebagai berikut:

“Sekolah juga membentuk beberapa guru yang masuk dalam tim kedisiplinan tata tertib sekolah yang salah satu tugasnya adalah melakukan razia akan tetapi razia ini dilakukan secara spontan dilakukan tanpa mengetahui kapan dan pukul berapa dilaksanakan, menurut beliau jika ada suatu masalah atau laporan dari siswa tentang adanya pelanggaran atau hal yang mencurigakan pihak sekolah melalui tim kedisiplinan tata tertib sekolah langsung melakukan tindakan yaitu dengan cara melakukan razia”. (wawancara 25 Mei 2009)

Di SMAN 3 Ponorogo melakukan razia secara spontan. Menurut

Bapak Sugianto razia dilakukan secara mendadak, hal ini seperti yang

dikemukakan oleh beliau sebagai berikut:

“Razia dilakukan secara mendadak hal ini bertujuan untuk mendapatkan temuan yang maksimal dari razia tersebut dengan dilakukan secara mendadak maka siswa tidak tahu sehingga hasil yang diharapkan siswa-siswa yang membawa barang-barang yang berbahaya termasuk narkoba dapat tertangkap dan dapat sesegera mungkin dilakukan bimbingan”. (wawancara 16 Mei 2009)

Dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan

sekolah adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dan biasanya

penyuluhan dilakukan dengan bekerjasama dengan instansi lain yang

berkompeten.

Upaya ini dilakukan oleh dua sekolah yang menjadi sampel

penelitian yaitu SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 Ponorogo, kedua SMA

Page 35: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

tersebut bekerjasama dengan pihak kepolisian dalam melakukan

penyuluhan.

Di SMAN 1 Ponorogo penyuluhan dilakukan tidak hanya

bekerjasama dengan kepolisian, namun mereka juga mengirimkan

siswanya yang jumlahnya sekitar 10 orang untuk melakukan diklat di

departemen social kemudian siswa tersebut melakukan sosialisasi dengan

teman-teman mereka yang lain. Hal ini dirasa lebih efektif karena teman

adalah salah satu orang yang paling dekat dan mengerti keadaan orang-

orang sekelilingnya.

Di SMAN 2 Ponorogo hanya melakukan penyuluhan dengan

bekerja sama dengan pihak kepolisian yang dilaksanakan setiap 2 bulan

sekali. Menurut Ibu Siti Robani BP SMAN 2 Ponorogo, “Kepolisian tidak

hanya memberikan orasi tetapi juga memberikan contoh dari narkotika dan

serta dampak nyata dari pengguna narkotika tersebut”. (wawancara 14 mei

2009)

Berbeda dengan kedua sekolahan diatas SMAN 3 Ponorogo selain

melakukan kerjasama dengan kepolisian sekolah juga bekerjasama dengan

Puskesmas yang bertujuan agar para siswa mengerti dan paham tentang

bahaya narkotika bagi kesehatan kita, sehinggan siswa tidak menggunakan

narkotika setelah mengetahui begitu banyak dampak negative yang

ditimbulkan oleh narkotika.

Dari data yang diperoleh dalam tabel diatas upaya yang

digunakan sekolah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika

di kalangan pelajar adalah dengan menggunakan ekstrakurikuler. Di

Page 36: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

SMAN 1 Ponorogo menggunakan ekstrakurikuler keagamaan, olahraga,

pramuka dan mading sebagai sarana untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan narkotika, SMAN 2 Ponorogo menggunakan sarana

keagamaan, olahraga, pramuka, dan mading sedangkan SMAN 3

Ponorogo menggunakan sarana keagamaan dan pramuka untuk mencegah

terjadinya penyalahgunaan narkotika.

Berdasarkan tabel diatas upaya terakhir yang digunakan sekolah

adalah dengan memasukkan materi narkotika ke dalam kurikulum mata

pelajaran dan upaya ini dilakukan oleh SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3

Ponorogo, yaitu dengan memasukkan materi tentang narkotika ke dalam

kurikulum sekolah ini dapat mencegah siswa secara efektif. Materi

tersebut dimasukkan ke dalam pelajaran PPKN, materi olahraga, dan juga

materi pendidikan agama. Memasukkan materi narkotika ke dalam

pelajaran PPKN membuat anak belajar dan mengerti tentang narkotika dan

tidak hanya itu anak-anak juga dapat berperilaku mengendalikan diri

terhadap penyalahgunaan narkotika yang dapat merusak generasi penerus

bangsa.

Jika dilihat dari uraian diatas mengenai beberapa upaya yang

dilakukan sekolah maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah tidak

tinggal diam melihat begitu banyak fenomena yang terjadi mengenai

penyalahgunaan narkotika yang telah masuk ke kalangan pelajar, sehingga

untuk memberikan pencegahan di sekolah khususnya Sekolah Menengah

Atas di Ponorogo melakukan berbagai upaya untuk mencegah pelajar di

sekolah mereka terkena dampak buruk penyalahgunaan narkotika.

Page 37: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Didalam melakukan upaya pencegahan di setiap sekolah mempunyai cara

tersendiri sehinga berbeda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain

F. Kendala yang Dihadapi Sekolah Dalam Menanggulangi

Penyalahgunaan Narkotika Dikalangan Pelajar di Ponorogo

Didalam melakukan upaya-upaya pencegahan pihak sekolah

mengalami beberapa kendala yang menyebabkan tidak maksimalnya

tindakan pencegahan penyalahgunaan narkotika. Kendala tersebut antara

lain berasal dari beberapa factor yaitu:

a. Kurangnya pengetahuan guru terhadap narkotika

Menurut Bapak Sugianto, “ guru sebagai pendidik mempunyai tugas yang sangat besar dalam memberikan informasi dan pembelajaran terhadap siswanya tidak hanya pembelajaran dalam hal akademik tetapi juga tingkah laku siswa”. (wawancara tgl 22 mei 2009).

Minimnya pengetahuan guru sebagai pendidik dalam hal

narkotika membuat para guru kesulitan dalam memberikan penjelasan

secara benar dan jelas, hal ini membuat minimnya pengetahuan siswa

terhadap dampak buruk yang dihasilkan oleh narkotika.

Selain itu beliau juga mengatakan bahwa pengetahuan guru yang

kurang membuat sekolah kesulitan menemukan siswa yang terjangkit

narkotika. Guru tidak bisa mendeteksi apakah siswanya menggunakan

narkotika atau tidak karena sebagaian guru belum mengetahui ciri-ciri dari

pengguna narkotika, sehingga upaya pencegahan pengunaan narkotika

tersebut sedikit terhambat.

Page 38: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

b. Tidak adanya kerjasama yang baik antar guru

Ibu Siti menyatakan “dalam melakukan razia-razia, sekolah membutuhkan tenaga guru yang cukup banyak mengingat jumlah murid dalam satu sekolah begitu besar, akan tetapi terkadang ada beberapa guru yang tidak mau ikut bekerjasama melakukan razia dibeberapa kelas dengan berbagai alasan”. (wawancara 22 mei 2009)

Beliau juga mengatakan ada pula guru yang tidak mau waktu

mengajarnya digunakan untuk razia sehingga terkadang tim kedisplinan

dalam melakukan pencegahan narkotika mengalami kesulitan memilih

waktu untuk mengadakan razia secara spontan.

c. Tidak adanya Barang Bukti

Pada saat dilakukan razia, pihak sekolah harus menemukan

Barang Bukti (BB) yang ada pada pelajar, misalnya ditemukan di saku

baju, tas, atau di dalam meja pelajar baru sekolah dapat melakukan

tindakan terhadap pelajar yang melanggar.

Menurut Ibu Anis Guru BP SMAN 3 Ponorogo, “walaupun guru melihat atau menemukan seorang pelajar yang diduga menggunakan narkotika di sekolah, pihak sekolah tidak dapat bertindak langsung sebelum menemukan barang bukti”. (wawancara 23 mei 2009)

Hal ini juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi sekolah

tanpa barang bukti sekolah tidak bisa mengambil tindakan yang tepat

untuk melakuan penanggulangan penyalahgunaan narkotika.

d. Kurangnya peran orang tua dalam pengawasan.

Kurangnya peran orang tua dalam pengawasan siswa di rumah

membuat sekolah kesulitan untuk memaksimalkan usaha yang dilakukan

untuk mencegah penggunaan narkotika di kalangan pelajar.

Selain itu menurut Bapak Danar Guru BP SMAN 2 Ponorogo, “sekolah sebagai lembaga pendidikan hanya mempunyai otoritas disekitar sekolah dan jam sekolah saja. Jika ada pelajar yang melanggar peraturan

Page 39: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

sekolah diluar sekolah maka sekolah tidak dapat bertindak apapun”(wawancara 23 mei 2009)

Sekolah tidak mungkin melakukan pengawasan 24 jam terhadap

para siswa untuk itu sekolah juga membutuhkan kerjasama dengan pihak

orang tua untuk mengawasi anaknya setelah jam pulang sekolah. Jika

peran orang tua dalam pengawasan anak kurang, maka pengwasan dan

pencegahan yang dilakukan sekolah selama jam sekolah akan sia-sia.

e. Menjaga Kredibilitas atau nama baik sekolah

Mengungkap suatu kasus narkotika di sekolah gampang-gampang susah, menurut Ibu Umi Guru SMAN 1 Ponorogo, “penyalahgunaan narkotika sudah merupakan suatu kejahatan dan artinya akan berhubungan dengan polisi, disini nama sekolah dipertaruhkan, untuk itu terkadang masalah-masalah seperti ini di selesaikan sendiri oleh sekolah dan hal ini juga yang malah menjadi suatu kendala bagi sekolah untuk mencegah penggunaan narkotika itu sendiri, karena terkadang tindakan yang diberikan sekolah kurang tegas dan tidak efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkotika”. (wawancara 25 mei 2009)

Dengan melihat beberapa kendala yang disebutkan diatas penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa kendala-kendala yang dihadapi

sekolah tidak hanya berasal dari dalam sekolah saja akan tetapi juga dapat

berasal dari luar sekolah. Walaupun sekolah menghadapi berbagai macam

kendala akan tetapi hal tersebut tidak menyiutkan sekolah untuk

melakukan tindakan pencegahan penyalahgunaan narkotika di kalangan

pelajar sekolah menengah atas di Ponorogo.

Page 40: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Narkotika

Dikalangan Pelajar SMA Negeri Ponorogo

Semakin majunya teknologi menyebabkan adanya perubahan

dalam kehidupan masyarakat baik di desa maupun di kota, perubahan yang

dimaksud dilihat dari strutur masyarakat desa kea rah masyarakat kota

yang di tandai dengan perubahan pandangan hidup tradisinal maupun

modern. Perubahan pandangan hidup yang dimaksud dimulai dengan

adanya perubahan pola pikir menjadi lebih rasional dan tidak lagi magis

religius. Perubahan inilah yang terjadi di kota Ponorogo, akan tetapi

perubahan tersebut juga berdampak negative terhadap nilai-nilai serta

norma-norma yang ada pada masyarakat yang semakin tidak baik. Hal

tersebut seperti maraknya penyalahgunaan narkotika yang khususnya

berada dikalangan pelajar di Ponorogo.

Dari hasil wawancara dengan responden yang merupakan

pengguna dan mantan pengguna narkotika yang masih duduk dibangku

sekolah diketahui faktor yang melatarbelakangi penyalahgunaan narkotika

antara lain:

1. “broken home” tidak adanya kebahagiaan dalam keluarga

karena tidak adanya perhatian dari orang tua yang telah

bercerai (Gembrot, wawancara 16 mei 2009)

2. Ingin dibilang “gaul”, menurut responden menggunakan

narkotika adalah tuntutan zaman. Pandangan yang keliru

Page 41: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

inilahyang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam

penyalahgunaan narkotika.

3. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri, hal tersebut biasa

digunakan pada suatu kalangan tertentu yang menginginkan

rasa percaya diri menghadapi suatu hal yang menurutnya

diluar batas kemampuan”(Empik, wawancara 16 mei 2009)

Faktor penyalahgunaan narkotika oleh remaja terdiri faktor

internal (dalam dirinya sendiri) dan faktor external (diluar dirinya sendiri).

Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri pelajar

untuk mengejar nilai-nilai positif perbuatan itu sendiri. Sedangkan faktor

eksternal, yaitu faktor yang timbul karena pengaruh dari luar diri remaja

itu sendiri, artinya dalam mengejar nilai-nalai tersebut terdorong oleh

faktor faktor dari luar (Romli Atmasasmita, 1993: 50)

Faktor-faktor yang dilator belakangi oleh faktor internal, yaitu:

1. Faktor gangguan emosional

Gangguan emosional yaitu emosi yang tinggi, dan apabila

mempunyai keinginan atau kehendak harus terpenuhi,

sekalipun berdampak negatif.

2. Faktor kurang pengetahuan

Faktor pengetahuan terutama pengetahuan dalam bergaul

dengan teman-temanya atau lingkungan. Kurangnya

pengetahuan tentang narkotika dan kurangnya pengetahuan

dalam mempertahankan diri dan menentukan sikap terhadap

perbuatan-perbuatan yang baik dan mungkin dari perbuatan-

Page 42: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

perbuatan yang buruk seperti godaan penyalahgunaan

narkotika.

3. Faktor keinginan.

Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Untuk melewati masa transisi ini tidak jarang

rasa ingin tahunya besar. Remaja mempunyai sifat selalu

ingin mengetahui sesuatu yang belum atau kurang diketahui

dampak negatifnya, termasuk narkotika.

4. Faktor umur

Faktor umur ternyata mempunyai pengaruh terhadap tingkah

laku manusia, pertumbuhan biologis didalam tubuh,

kemampuan mental dan emosi kepribadian merupakan unsur

yang mengiringi atau melengkapi faktor umur tersebut.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai faktor eksternal yang

melatarbelakangi, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor agama

Agama bertujuan untuk mencapai kesempurnaan pengikut-

pengikutnya, dan dengan sendirinya kesempurnaan tersebut hanya

bisa dicapai dengan cara menghindari larangan-larangannya,

maka tidak dapat disangkal lagi bahwa agama merupakan wadah

tertinggi nilainya didalam usaha memerangi suatu tidak pidana

baik itu merupakan kejahatan ataupun pelanggaran.

Page 43: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

2. Faktor lingungan.

Keluarga merupakan wadah yang pertama-tama dan merupakan

dasar yang fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan

anak. Kebiasaan orang tua memberikan warna dasar terhadap

pembentukan kepribadian anak dilingkungan keluarga merupakan

unsur yang penting sekali dalam perkembangan jiwa anak.

Hubungan dalam keluarga yang tidak serasi akan mengakibatkan

perkembangan jiwa anak yang tidak serasi pula.

3. Faktor ekonomi

Ekonomi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi

seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.

Seorang remaja yang berasal dari keluarga menengah ke atas akan

mempunyai potensi yang lebih besar untuk menjadi

penyalahgunaan narkotika dibandingkan dengan mereka yang

berasal dari keluarga tidak mampu di bidang ekonomi.

4. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan tempat anak berpijak sebagai makhluk sosial ialah

masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup

sendiri dan melepaskan diri dari masyarakatnya. Manusia

mempunyai naluri berkumpul dan bergaul dengan sesamanya.

Penyalahgunaan narkotika oleh remaja merupakan gejala sosial

yang tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu, menimbulkan adannya

anggapan bahwa penyalahgunaan narkotika oleh remaja itu

disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara para remaja, orang

Page 44: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

tua dan masyarakat. Seorang individu mau tidak mau akan

terpengaruh oleh situasi lingkungan, baik lingkungan msyarakat

secara umum maupun lingkungan pergaulan khususnya.

Dalam kenyataannya dari hasil wawancara diatas jika dikaitkan

dengan pendapat dari Romli Atmasasmita, maka yang dimaksud dengan

faktor lingkungan adalah faktor “broken home” dan faktor kepribadian

adalah ada anak gaul sebagai akibat dari interaksi social dikalangan

remaja.

Seorang psikiater Dr. Graham Baline antara lain mengemukakan

bahwa biasanya seorang remaja menggunakan narkotika dengan beberapa

sebab, yaitu:

1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-

tindakan yang berbahaya, seperti ngebut, berkelahi, bergaul

dengan wanita dan lain-lain.

2. Untuk menunjukan tindakan menentang otoritas terhadap

orang tua, guru atau norma-norma sosial.

3. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.

4. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh

pengalaman-pengalaman emosional.

5. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup.

6. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.

7. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepengatan

hidup.

Page 45: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

8. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka

pembinaan solidaritas.

9. Hanya iseng-iseng atau dorongan rasa ingin tahu. (Sudarsono,

1990:67)

Penyalahgunaan narkotika oleh remaja erat kaitannya dengan

beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi dan akibat yang ingin

dicapai. Secara sosiologis penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja

merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan atau

pengalaman sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dan proses

interaksi social secara subjektif individual, penyalahgunaan narkotika oleh

kaum remaja sebagai salah satu akselerasi upaya individual atau subyek

agar dapat mengungkap dan manangkap kepuasan yang belum pernah

dirasakan dalam kehidupan keluarga yang hakikatnya menjadi kebutuhan

primer dan fundamental bagi setiap individi, terutama bagi anak remaja

yang sedang tumbuh dan berkembang dalam segala aspek kehidupannya.

Secara objektif penyalahgunaan narkotika merupakan visualisasi dari

proses isolasi yang pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat

menghambat pertumbuhan fisik yang sehat.

B. Upaya Pendayagunaan Non Penal Dalam Menanggulangi

Penyalahgunaan Narkotika Dikalangan Pelajar SMA Negeri

Ponorogo

Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu

menarik dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu. Terlebih

Page 46: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

lagi kejahatan tentang narkotika khususnya penyalahgunaan narkotika di

kalangan pelajar.

Menyadari tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika di

kalangan pelajar mendorong masyarakat baik langsung maupun tidak

langsung memberikan reaksi terhadap penyalahgunaan narkotika dan

penggunanya. Reaksi tersebut pada hakikatnya berkaitan dengan maksud

dan tujuan dari usaha pencegahan kejahatan atau yang biasa disebut

dengan usaha preventif atau dalam bahasa hukum biasa disebut dengan

upaya non penal (prevention without punishment) dalam penanggulangan

kejahatan.

Reaksi masyarakat tersebut salah satunya ditunjukkan oleh

sekolah. Sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya

pencegahan penggunaan narkotika di kalangan pelajar karena sekolah

menengah berperan dalam mempersiapkan siswa untuk memasuki jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Anak se-usia SMA merupakan remaja yang

penuh dengan persoalan-persoalan dan dapat membuat mereka menjadi

bingung bila tidak mendapat bantuan yang tepat, sehingga dapat membawa

remaja kepada perbuatan yang melanggar norma hukum seperti

menggunakan narkotika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, sekolah

maupun di rumah.

Untuk itu sekolah sebagai salah satu bagian dari masyarakat

melakukan upaya-upaya pencegahan berupa upaya non penal, hal ini

sesuai dengan rumusan undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang

narkotika, pada pasal 57-59 yang menerangkan bahwa masyarakat

Page 47: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

diharapkan ikut berpartisipasi dalam membantu pemerintah melakukan

penanggulangan penyalahgunaan narkotika.

Adapun upaya yang dilakukan sekolah dalam melakukan upaya

pencegahan penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar antara lain:

1. Membuat tata tertib

Setiap sekolah harus mempunyai tata tertib, tata tertib sekolah

tersebut berisi peraturan-peraturan tentang sekolah dimana didalamnya

terdapat peraturan tentang seragam, jam masuk, kedisiplinan dan lain

sebagainya yang berhubungan dengan tingkah laku siswa maupun guru di

sekolah.

2. Memaksimalkan tugas guru pembimbing atau BK (Bimbingan

Konseling).

Adapun upaya yang dilakukan oleh guru pembimbing untuk

mencegah penyalahgunaan narkotika adalah dengan cara:

a) Menganjurkan kepada siswa untuk menyelenggarakan diskusi

tentang narkotika dengan segala aspeknya

b) Memberikan pengertian kepada siswa agar berani menolak

ajakan teman andai disuruh mengkonsumsi narkotika,

c) Mengadakan pendekatan secara khusus kepada siswa yang

berpotensi ingin mencoba mengkonsumsi narkotika,

termasuk kepada siswa yang berpenampilan sederhana

maupun yang mapan,

d) Memberikan peringatan keras bila ditemukan siswa

membawa narkotika dalam peralatan belajarnya.

Page 48: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

e) dan memberikan pemahaman kepada siswa tentang dampak

negatif dan positif atas penggunaan narkotika.

3. Melakukan razia-razia secara intensif

Razia dilakukan sebagai pelaksanaan tata tertib sekolah. Razia

dilakukan dengan cara menggeledah setiap tas siswa. Hal ini dilakukan

bertujuan untuk menjauhkan sejauh mungkin barang-barang yang dapat

membuat siswa jatuh kedalam penyalahgunaan narkotika dan barang-

barang yang tak sesuai dibawa kesekolah.

4. Melakukan penyuluhan-penyuluhan

Penyuluhan yang biasanya dilakukan dengan bekerja sama

dengan instansi lain, hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman

tentang narkotika kepada siswa tidak hanya melalui guru. Agar siswa lebih

mengerti lebih jelas serta tepat, sekolah bekerjasama dengan instansi lain.

5. Menggunakan ekstrakurikuler sebagai sebagai upaya pencegahan

Ekstrakurikuler keagamaan ini berupa diskusi agama, mengaji

dan remas (remaja masjid). Melalui ekstrakurikuler keagamaan ini,

sekolah dapat memasukkan materi tentang narkotika yang merupakan

barang haram yang dilarang dalam agama kita. Dengan pendekatan

keagamaan sekolah berharap para siswa lebih bertaqwa kepada Tuhan

sehingga terhindar dari penyalahgunaan narkotika.

Ekstrakurikuler mading dapat digunakan sekolah sebagai sarana

untuk mencegah penggunaan narkotika karena dengan sarana ini sekolah

dapat memberikan informasi-informasi tentang narkotika. Tidak hanya

sekolah, karena mading dikelola oleh guru dan siswa berarti siswa sendiri

Page 49: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

bisa ikut serta dalam memberikan masukan atau informasi. Dengan

demikian siswa dapat secara aktif mengerti tentang narkotika dan jika

siswa mengerti tentang kerugian yang ditimbulkan oleh narkotika, maka

kemungkinannya sangat kecil siswa menggunakan narkotika. Informasi-

informasi yang ditampilkan tidak hanya berupa artikel akan tetapi bisa

berupa gambar sehingga dapat menarik siswa untuk membacanya.

Ekstrakurikuler berikutnya adalah pramuka, pramuka adalah

ekstrakurikuler yang berguna untuk mendidik dan membentuk kepribadian

siswa, dimana siswa belajar untuk mandiri, peka terhadap lingkungan dan

dapat mengambil keputusan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dengan pribadi yang kuat maka akan mudah terhindar dari pengaruh buruk

penggunaan narkotika.

Dalam ekstrakurikuler olahraga dibutuhkan fisik yang kuat dan

juga gaya hidup yang sehat, sehingga akan menghindarkan siswa dari

penggunaan narkotika yang dapat merusak tubuh kita.

6. Memasukkan materi narkotika ke dalam kurikulum

Dengan memasukkan materi tentang narkotika ke dalam

kurikulum sekolah ini dapat mencegah siswa secara efektif. Materi

tersebut dimasukkan ke dalam pelajaran PPKN, materi olahraga, dan juga

materi pendidikan agama. Memasukkan materi narkotika ke dalam

pelajaran PPKN membuat anak belajar dan mengerti tentang narkotika dan

tidak hanya itu anak-anak juga dapat berperilaku mengendalikan diri

terhadap penyalahgunaan narkotika yang dapat merusak generasi penerus

bangsa.

Page 50: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Jika dilihat dari uraian diatas mengenai beberapa upaya yang

dilakukan sekolah maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah tidak

tinggal diam melihat begitu banyak fenomena yang terjadi mengenai

penyalahgunaan narkotika yang telah masuk ke kalangan pelajar, sehingga

untuk memberikan pencegahan di sekolah khususnya Sekolah Menengah

Atas di Ponorogo melakukan berbagai upaya untuk mencegah pelajar di

sekolah mereka terkena dampak buruk penyalahgunaan narkotika.

Didalam melakukan upaya pencegahan di setiap sekolah mempunyai cara

tersendiri sehinga berbeda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain.

Menurut Soedjono D. upaya penanggulangan penyalahgunaan

narkotika dikalangan remaja dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Cara moralistik, dilaksanakan dengan menyebarluaskan

ajaran-ajaran agama dan moral, perundang-undangan yang

baik dan sarana-sarana lain yang dapat mengekang nafsu

untuk berbuat kejahatan.

b) Cara abolisionistik, berusaha memberantas, menanggulangi

kejahatan dengan memberatas sebab musababnya. (Soedjono

D, 1967:22)

Menanggulangi penyalahgunaan narkotika tidak jauh berbeda

dengan upaya penanggulangan kejahatan pada umumnya. Cara moralistik

dan abolisionistic dapat dilaksanakan secara bersama-sama akan tetapi

dapat pula digunakan salah satu dari keduanya. Penggunaan dengan cara-

cara yang ada hendaknya memperhatikan kondisi yang paling memadahi

untuk mencapai hasil yang diharapkan. Menanggulangi penyalah gunaan

Page 51: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

narkotika dikalangan remaja seyogyanya dilakukan sedini mungkin untuk

memperoleh tingkat usaha efisien dan efektif. Upaya ini berarti pula

sebagai pencegahan terhadap timbulnya penyalahgunaan narkotika oleh

masyarakat luas termasuk usia dewasa dan orang tua.

Page 52: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang permasalahan yang diangkat dari

penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyalahgunaan

narkotika di kalangan pelajar sudah masuk ke dalam dunia pendidikan di

Ponorogo untuk itu sekolah harus melakukan upaya pencegahan agar

penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar di Ponorogo dapat

ditanggulangi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan narkotika di

kalangan pelajar SMAN di Ponorogo adalah:

a. Broken Home

b. Ingin dibilang “Gaul”

c. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

Dari beberapa factor tersebut dapat ditarik kiesimpulan bahwa

penyebab pelajar menggtunakan narkotika tidak hanya factor dari dalam

namun juga factor dari luar.

2. Upaya pendayagunaan non penal dalam menanggulangi penyalah

gunaan narkotika di kalangan pelajar SMAN Ponorogo adalah:

a. Membuat tata tertib sekolah dengan sanksi yang tegas

b. Memaksimalkan tugas guru pembimbing atau BK

(bimbingan konseling)

c. Melakukan razia secara intensif

Page 53: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

d. Bekerjasama dengan instansi lain untuk melakukan

penyuluhan

e. Menggunakan ekstrakurikuler sebagai sarana pencegahan

f. Memasukkan materi tentang narkotika ke dalam kurikulum

sekolah

Beberapa upaya yang dilakukan sekolah tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa sekolah tidak tinggal diam melihat begitu banyak

fenomena yang terjadi mengenai penyalahgunaan narkotika yang telah

masuk ke kalangan pelaja dan untuk melakukan tindakan pencegahan

sekolah dapat melakukan upaya non penal dalam menanggulanginya.

B. Saran

Dengan melihat dari kesimpulan dan juga permasalahan yang

dihadapi oleh Sekolah dalam mencegah penyalahgunaan narkotika di

kalangan pelajar, maka penulis memberikan beberapa saran antara lain:

1. Sekolah merupakan tempat dan juga sarana yang paling efektif

untuk mencegah penggunaan narkotika dan peran guru sangat

penting di dalamnya untuk itu seharusnya para guru lebih

memahami tentang segala bentuk, kegunaan, manfaat, kerugian

dan segala sesuatu tentang narkotika agar para guru bisa

menjelaskan dan memberikan pengetahuan kepada siswanya

tentang narkotika dengan benar.

2. Upaya non penal dapat efektif jika terdapat kerjasama yang

solid antar pihak untuk itu para pihak yang terlibat dalam hal ini

Page 54: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

guru seharusnya dapat berkoordinasi lebih baik lagi agar para

guru bisa bekerjasama dengan baik untuk melakukan tindakan

pencegahan penyalahgunaan narkotika di Ponorogo.

3. Diharapkan dalam melakukan pengawasan orang tua dituntut

untuk lebih aktif, lebih banyak memberikan perhatian karena

tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang tua sekolah tidak

dapat melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika di

kalangan pelajar.

Page 55: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Agoes Dariyo,Psi, Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

1998 Djoko, Prakoso, Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan dan Membahayakan

Negara, Bina Aksara, 1987 Hari Sasangka, Narkotika & Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Mandar Maju,

Bandung Marc Ancel, social defence. Dalam Barda Nawawi arief, Bunga Rampai

Kebijakan Hukum Pidana, citra aditya bakti, Bandung Moh Taufik Makarao, Suhasril dan Moh. Zakky, Tindak Pidana Narkotika,

Ghalia, Jakarta,2003 Rahman Hemawan S, Penyalahgunaan Narkotika Oleh Para Remaja, Eresco,

Bandung,1988 Ridha Ma’foef, Narkotika Masalah dan Bahayanya

Romli atmasasmita, Problema Kenakalan Anak-anak/remaja (yuridis sosio-kriminologi), armico, Bandung, 1993

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalis Indonesia, Jakarta,

1983 Soedjono D, Kriminalistik dan Ilmu Forensik, Alumni, Bandung, 1967,h.152

Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 1990

Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung,1993

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, 1986

Widarso Gondowiryo dan Darji Damodiharjo, Penyalahgunaan Narkotika dan Pembinaan Generasi Muda, Humas Universitas Brawijaya, Malang,1974

Page 56: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 22 Tahun 1997, Tentang Narkotika

Sumber-Sumber Lain

Harian Jawa Pos, 9 Februari 2009, Aparat Bea dan Cukai Sukarno Hatta Berhasil Menggagalkan Penyelundupan Ribuan Pil Ekstasi

http: www.info@islam or id, Narkoba Hari Madat Sedunia, html (9 Februari

2009) http://www.e-psikologi.com, Remaja &Napza, html (9 Februari 2009)

http://www.kompas.com, Sebanyak 70 persen pengguna narkoba Anak Usia Sekolah, html (27 Mei 2007)

http://www.tempointeraktif.com, Narkoba dan Remaja, html (2 Februari 2009)

http://www.beritajakarta.com, Peredaran Narkoba di Sekolah Sangat Memprihatinkan, html (2 Februari 2009)

http://www.indonesiamedia.com, Tarian Narkotika Semakin Mengerikan, html

2 Februari 2009 http//www.Jawa Pos.com, Dijaring, 169 Tersangka Narkotika, html (9 Februari

2009) http://www.Berita Kesra/Kesehatan.com, Tentang Bahaya Narkoba Perlu Bagi

Remaja, D-INFOKOM JATIM, 9 Februari 2009 Yang Arta Bikhu Utama Thera, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja, www.

kompas.com 9 Februari 2009

Page 57: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan
Page 58: PENDAYAGUNAAN NON PENAL DALAM ...Penyalahgunaan Narkoba, Departemen Pendidikan Nasional. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 70 persen merupakan warga usia 14 sampai 20 tahun yang merupakan