Pendarahan Pada Ibu Hamil

6
1) Servik Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2002) 2) Ligamen-ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan kembali jaringan- jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2002) 1

Transcript of Pendarahan Pada Ibu Hamil

Page 1: Pendarahan Pada Ibu Hamil

1) Servik

Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk

ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi,

sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada berbatasan

antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik

sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,

konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa

masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat

dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2002)

2) Ligamen-ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang

sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur

mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum

menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut

juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk

melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat

diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2002)

Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang

mempengaruhi involusi uterus antara lain :

1) Mobilisasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak

lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena

adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus

yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus

menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus

yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan,

sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.

2) Status gizi

1

Page 2: Pendarahan Pada Ibu Hamil

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan

jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka

pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok

infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap

penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan

nefrotik, pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan mampu

menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa

nifas dan mempercepat proses involusi uterus.

3) Menyusui

Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang

hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon

ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga

proses involusi uterus terjadi.

4) Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan,

dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan

elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta

karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada

proses penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi uterus.

5) Parietas

Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering

tereggang memerlukan waktu yang lama. (Sarwono, 2002)

1. ATONIA UTERUS

Kegagalan uterus untuk berkontraksi secara adekuat setelah pelahiran

merupakan penyebab tersering perdarahan obstetric. Pada banyak perempuan,

atonia uterus paling tidak dapat diantisipasi dengan baik jauh sebelum

pelahiran. Meskipun factor resiko diketahui dengan baik, kemampuan untuk

mengidentifikasi perempuan mana yang akan mengalami atonia masih

terbatas. Rouse dkk.m (2006) meneliti 23.900 perempuan yang menjalani

2

Page 3: Pendarahan Pada Ibu Hamil

pelahiran Caesar untuk pertama kalinya dan melaporkan bahwa separuh di

antara mereka yang mengalami atonia tidak memiliki factor resiko.

Uterus yang mengalami distensi berlebihan rentan menjadi hipotonus setelah

pelahiran. Jadi, perempuan dengan janin besar, multiple, atau hidramnion

rentan mengalami atonia uterus. Perempuan yang persalinannya ditandai oleh

aktivitas uterus yang sangat berlebihan atau hampir tidak efektif (lemah) juga

berisiko mengalami perdarahan masif akibat atonia pascapartum. Serupa

dengan hal tersebut, persalinan yang dimulai atau dibantu dengan oksitosik

lebih beresiko diikuti oleh atonia dan perdarahan.

Paritas tinggi merupakan fator risiko atonia uterus. Risio lain adalah jika

perempuan tersebut pernah mengalami pedarahan pascapartum. Terakhir,

upaya untuk mempercepat pelahiran plasenta dapat mencetuskan atonia.

Pemijatan dan peremasan tanpa henti uterus yan telah berkontraksi mungkin

menghambat mekanisme fisiologis pelepasan plasenta, menyebabkan

pelepasan plasenta yang inkomplet dan bertambahnya perdarahan.

3

Page 4: Pendarahan Pada Ibu Hamil

Daftar Pustaka

1. Cambridge, C. L. (1998) Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan System

Reproduksi, Jakarta: EGC.

2. Ibrahim, C.S. (1996) Perawatan Kebidanan, Jakarta: Bhratara.

3. Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.

4. Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetric, Jakarta: EGC.

4