PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ASELY...
Transcript of PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ASELY...
i
PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI
INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT
MUSLIM
DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 )
Dalam Ilmu Syari’ah Pada
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah ( Muamalat )
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN S umatera Utara Medan
Oleh :
ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM. 240909321
MEDAN 2013 M / 1434 H
PENDAPAT MADZHAB SYAFI'I TENTANG HUKUM MEMAKAI
INAI BAGI LAKI- LAKI (STUDI KASUS MASYARAKAT
MUSLIM
DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN )
i
IKHTISAR
Skripsi ini berjudul “PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI ( STUDI KASUS MASYARAKAT MELAYU MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN). Bertujuan untuk mengetahui hukum memakai inai bagi laki-laki menurut pendapat madzhab Syafi’i, dan mengetahui bagaimana pengetahuan, pendapat , dan respon masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki di kecamatan Medan Maimun. Adapun peneltian ini merupakan metode penelitian lapangan.untuk mengetahui jawaban dari penelitian ini, maka penulis mengambil data dari berbagai studi kitab, buku, melakukan wawancara, dan angket yang di sebarkan kepada masyarakat .hasil penelitian ini dapat di simpulkan 94% masyarakat muslim dikecamatan Medan mimun memakai inai bagi laki-laki dalam perkawinan, 36% masyarakat muslim yang mengetahui tentang hukum memakakai inai bagi laki-laki, 48% masyarakat mengatakan boleh memakai inaibagi laki-lak, 14% masyarakat tidak setuju laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai perempuan , dan 76% masyarakat kecamatan medan maimun mengatakan penganten laki-laki yang tidak memakai inai termasuk hal yang salah karena melanggar adat. Melihat dari pendapat madzhab Syafi’i dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang telah dilakukan masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun yaitu memakai inai bagi penganten laki-laki dalam pernikahan sangat bertentangan dengan pendapat Madzhab Syafi’i tersebut karena penganten lelaki hukumnya haram memakai inai.
ii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحیم
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang selalu memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayahnya sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan, shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah membawa agama Islam sebagai
petunjuk yng benar dalam rangka mencapai kebahagian hidup dunia
akhirat.
Skripsi ini berjudul : PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I TENTANG
HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI ( STUDI KASUS
MASYARAKAT MUSLIM DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN ). Skripsi
ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
(S1) pada Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, semoga bantuan
dan dorongan yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan
mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat
dan
terima kasih yang tulus dan ikhas sebesar-besarnya kepada :
1. Rasa terimakasih terutama penulis sampaikan kepada bapak
Drs.H.A.sanusi Luqman,Lc MA selaku pembimbing I, dan kepada
bapak A.Zuhri,MA selaku pembimbing II yang telah membimbing
iii
dan mengarahkan penulisan selama penyusunan skripsi ini dari
awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ayahanda (H.ABD HAKIM LUBIS ) dan Ibunda ( HJ.AFNI ASLINA
BATUBARA) yang tercinta, yang telah memberikan kasih sayang,
memelihara, dan membesarkan dari kecil hingga sekarang,dan
memberi dorongan moril, materil, motivas,bimbingan,nasehat serta
doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis,MA selaku rektor IAIN SU
dan Bapak Drs.H.Saidurrahman,MA selaku Dekan Fakultas Syariah
IAIN SU, serta para pembantu Dekan (Dekan I,II, Dan III ).
Disamping itu juga tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak
kepada Ibu Hj. Fatimah Zahara, MA selaku ketua jurusan Hukum
Ekonomi Islam ( Muamalah). serta staff pegawai di Jurusan
Muamalah dan juga Bapak M.irwan Padli Nasution,MM selaku
Penasehat Akademik ( PA ) Kabag Akademik dan juga staf
pengajuar fakultas Syariah IAIN SU yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama belajar di
Fakultas Syariah IAIN SU Medan.
4. Terima kasih juga kepada bapak H.Mahmudin Pasaribu yang telah
memberikan motivasi dan pencerahan tentang judul skripsi yang
penulis bahas sekarang ini.
5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kota Medan, beserta staff yang telah
membantu administrasi dalam mengeluarkan surat izin riset demi
kelancaran penelitian lapangan di Kecamatan Medan Maimun.
iv
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih Kepada Bapak Camat
Kecamatan Medan Maimun yang telah memberikan penulis Izin
untuk mengadakan riset dan membantu penulis dalam proses
pengumpulan data-data yang di perlukan untuk menyelesaikan
skripsi ini. Dan juga karyawan yang telah memberikan informasi
dan keterangan dalam proses pengumpulan data yang penulis
perlukan.
7. Selanjutnya kepada Adinda-Adinda tersayang Maisaroh Lbs, Adina
Muktar Husein Lbs, Fitri Asyah Lbs. Fahrizal Muktar Lbs, dan
Anggi Sakinah Lbs yang telah banyak membantu dan memberi
motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Terima kasih juga penulis ucapakan kepada Dede Hafirman Said,
Intan Zoraya Surbakti, Suma Rezeki, Nora Feri yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.
9. Terimakasih kepada semua teman-teman Muamalah seperjuangan
khususnya stambuk 2009, kompak selalu,terus semangat dan
berjuang. terima kasih semua motivasi,doa dan dukungan yang
tiada henti kepada penulis,terima kasih atas pengertian dan
perhatianya, hanya allah yang mampu membalas kebaikan kalian.
10. Teman-teman kost nomor 40, kost yang ceria terima kasih telah
banyak membantu dan selalu menghibur dikala penulis patah
semangat, terima kasih motivasi yang telah diberikan kepada
penulis.
v
11. Semua yang mendukung yang tidak bisa disebutkan satu persatu
terima kasih untuk semangat dan doanya.
Untuk keseluruhannya penulis hanya dapat berdoa semoga amal
ibadah dan budi baik bapak/ibu dan teman-teman mendapat
balasan dari Allah SWT , Amiin.
Semoga karya ilmiah ini memberi mamfaat yang besar bagi penulis
serta bagi pembaca umunya,penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka demikianlah penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 04 November 2013
Penulis.
ASELY MUNAWAROH LUBIS NIM 240909321
vi
DAFTAR ISI
IKHTISAR .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar belakang masalah .......................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................... 15
C. Tujuan dan manfaat penelitian .............................. 15
D. Batasan istilah .......................................................... 16
E. Kerangka pemikiran ................................................ 18
F. Hipotesis................................................................... 18
G. Metode penelitian .................................................... 19
H. Sistematika pembahasan ........................................ 21
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 23
A. Letak Geografis ........................................................ 23
B. Letak Demografis..................................................... 24
BAB III TINJAUAN HUKUM TENTANG MEMAKAI INAI ........ 30
A. Pengertia inai ........................................................... 30
B. Pengertian memakai inai ........................................ 31
C. Sejarah awal mulanya inai ...................................... 32
vii
D. Dasar hukum memakai inai .................................... 33
E. Mamfaat memakai inai ........................................... 36
1. Dalam dunia medis ........................................... 36
2. Dalam perkawinan ............................................ 40
F. Pasangan yang boleh memakai
inai menurut hukum islam .................................... 41
G. Pandangan masyarakat muslim kec. medan maimun
tentang memakai inai bagi laki-laki dan faktor
penyebabnya ............................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................... 46
A. Pengertian memakai inai bagi laki-laki ................. 46
B. Hukum memakai inai bagi laki-laki dan
dasar hukumnya ...................................................... 47
C. Pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim
kec.medan maimun tentang pemakaian inai bagi
laki-laki .................................................................... 52
D. Pandangan serta alasan responden terhadap
hukum pemakaian inai bagi laki-laki .................... 53
E. Analisis penulis terhadap pandangan madzhab
asy-syafi’i dan sikap masyarakat muslim
kecamatan Medan Maimun tentang laki-laki
memakai inai ........................................................... 63
viii
BAB V PENUTUP ........................................................................ 66
A. Kesimpulan .............................................................. 66
B. Saran ......................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
No.Tabel Halaman
1. Jumlah penduduk Berdasarkan agama .................................... 24
2. Banyaknya sarana Ibadah .......................................................... 25
3. Mata Pencaharian Penduduk .................................................... 26
4. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan (jiwa) ................. 27
5. Sarana Pendidikan ..................................................................... 28
6. Suku bangsa ................................................................................ 28
7. Alasan penganten laki-laki memakai inai dalam perkawinan 54
8. Pengetahuan masyarakat tentag hukum memakai inai
Bagi laki-laki .............................................................................. 55
9. Madzhab yang ada pada masyarakat kec.Medan Maimun ..... 56
10. Penyuluhan pemerintah tentang hukum memakai inai .......... 56
11. Pandangan masyarakat jika laki-laki memakai inai ................ 57
12. Pendapat masyarakat tentang kewajiban memakai inai
bagi penganten laki-laki ............................................................. 58
13. Respon Masyarakat terhadap penganten laki-laki yang
tidak memakai inai .................................................................... 59
14. Dampak memakai inai terhadap kesehatan ............................ 60
x
15. Respon Masyarakat setelah mengetahui hukum memakai inai
tidak dianjurkan dalam islam ................................................... 61
16. Respon masyarakat laki-laki memakai inai sama seperti
menyerupai perempuan ............................................................. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Diantara ketentuan mengenai Muamalah, hukum (aturan) yang
mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan, adalah ketentuan yang menyatakan bahwa tidak
dibolehkan bagi laki-laki untuk menyerupai perempuan. Bahkan sejumlah
ulama menyatakan haram hukumnya bagi laki-laki menyerupai
perempuan, termasuk di antaranya pemakaian inai oleh laki-laki di tangan
dan kaki.
Dalam hal ini Ulama Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa
pemakaian inai oleh laki-laki di jari tangan dan kaki haram, sebagaimana
di jelaskan di dalam kitab I’ Anah Ath-Tholibin:
ن لم یكن عذر النھ فیھ ویحرم خضب ید الرجل ورجلیھ بحناء او نحوه ذلك ا
1لنساء وقد قال علیھ السالم لعن هللا المتشبھین بالنساء من الرجالتشبھا با
Dan Diharamkan mewarnai jari tangan laki-laki dan kedua kakinya
dengan inai atau seumpama yang demikian jika tidak ada baginya udzur
karena bahwasanya padanya menyerupai perempuan dan sesungguhnya
Alaihi As-Salam bersabda : Allah melaknat laki-laki yang menyerupai
perempuan .
1 Abi Bakar Masyhur bi Assayid Al- Akbari’i Ibn Al-Aripi As- Sayyid Muhammad
Syatho Addimiyathi, I’Anah Ath-Tholibin, Jilid II, ( Semarang : Hikmah keluarga,t.th ) h.340
2
Dan dalam kitab Az-Zawajir karangan Imam an-Nawawi juga
dikatakan bahwa inai pada jari dan tangan laki-laki adalah haram
sebagaimana disebutkan :
بھ، أما من لحناء اال تطبیاءیحرم الرجل خضب یدیھ ورجلیھ با فال یجوز بل
2.لنساءباب التزیین ففي ھذا تشبھ با
Maka tidak boleh bahkan haram bagi laki-laki mewarnai ke dua
tangannya dan ke dua kakinya dengan inai melainkan hanya untuk
berobat dengannya, adapun jika ia gunakan untuk perhiasan maka dalam
hal ini menyerupai perempuan.
Dalam sebuah hadist disebutkan, sebagaimana di jelaskan di bawah ini
:
عن ابن ,عن عكرمة,عن قتادة, حدثنا شعبة,رجعف حدثنا,حدثنامحمد بن بشار
من المتشبھین وسلم علیھ هللا ىصل هللا رسول لعن: قال رضي هللا عنھما عباس
3 وأخبرنا شعبة تابعھ عمر .لرجلبا لنساءا من ت المتشبھا و بالنساء لرجالا
Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dari
Muhammad bin Ja’par, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Ikrimah bahwa
Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW melaknat lelaki yang menyerupai
2 Abi al- Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Hijrl Al-Makkiy Al-Haitami,
Az- Zawajir, Jilid I ( Beirut : Dar al-Kitab al- Alamiyah,t.th ) h. 256 3 Abi Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughiroh ibn Barzabah
Al- Bukhori Al-ja’pi, Shohih Al-Bukhori, jilid 7 (Beirut : Dar al- Kitab al-Amaliyah. 1992 ) h,72
3
perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, Amar
meriwayatkan hadist yang sama dari Syu’bah.4
Dijelaskan juga dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu daud
di bawah ini:
ل بن أن أبا أسامة أخبرھم عن مفض,لعالءحدثنا ھارون بن عبد هللا و محمد بن ا
أن : ھریرة عن أبي,عن أبي ھاشم,عن أبي یسارالقرشي,عن األوزاعي, یونس
ال النبي فق, قد خضب یدیھ ورجلیھ بالحناءبمخنث أتي علیھ وسلم صلى هللا النبي
, نساء لیتشبھ با ,یا رسول هللا: قیلف" مابال ھذا ؟": صلى هللا علیھ وسلم صلى
إني نھیت أن أقتل ": أال تقتلھ ؟ فقال ,یارسول : قالو, قیع نأمربھ فنفي إلى الف
5".المصلین
Menyampaikan Harun ibn Abdullah dan Muhammad ibn Al-Ala’i
dari Abu Usamah menceritakan dari Mufaddol ibn Yunus,dari al-Ausa’i
dari Abi Yasar Al-Qurasiya, dari Abi Hasyim, dari Abi Hurairah "
Bahwasanya suatu ketika mendatangkan kepada Rasulullah SAW seorang
banci yang mengecat kedua tangan dan kakinya dengan inai, maka
Rasulullah SAW berkata, "Mengapa orang ini?” para sahabat menjawab,
"Wahai Rasulullah, ia menyerupai perempuan." Maka Rasulullah SAW
memerintahkan agar ia diusir ke suatu daerah bernama Naqi'. Mereka
4 As-sayyid Ahmad al-Hasim, Terjemahan Mukhtarul Hadist ( Bandung : PT. Al-
ma’arif, 1997)h, 624
5 Al-Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn Al-As’asa As-sajistani, Sunan Abi Daud Jilid 1, (Beirut : Dar Al-AAlam :2003) h 801 hadis ke 4928
4
berkata, "Mengapa engkau tidak membunuhnya saja?" Rasulullah SAW
menjawab: "Aku dilarang membunuh orang yang mengerjakan shalat.6
Di dalam hadits riwayat Abu Daud dengan sanad yang shohih
disebutkan juga bahwa laki-laki tidak boleh menyerupai perempuan:
لعن رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم الرجل : وعن ابي ھریرة رضي هللا عنھ قال
7)حیھروه ابو دود باسند ص( الرجل تلبس لبس والمرأة , ة المرأةلبس سیلب
Dari Abu Hurairah ra berkata ia : Rasulullah SAW mengutuk
seorang laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan mengutuk
seorang perempuan yang memakai pakaian laki-laki. (Diriwayatkan Abu
Daud dengan sanad yang shohih ).
Ibnu Hajar al-Haitamy juga menyatakan hal yang sama dengan
keterangan di atas, yaitu: “Hukum memakai inai pada tangan dan kaki
laki-laki tanpa ada keadaan darurat adalah haram berdasarkan pendapat
muktamad di sisi Nawawi dan lainnya, karena itu termasuk perhiasan
perempuan.8
Sekalipun beberapa Hadist dan pendapat ulama di atas menyatakan
bahwa haram hukumnya memakai inai bagi seorang laki-laki, namun tetap
saja ada ulama yang tidak mengharamkannya. Misalnya pendapat ibn
Qodamah menyatakan :
6 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, jilid 4 ( Damsik : Dar Al- Fikri
:2004 ) h. 239 7 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jiid II ( Beirut: Dar al- fikri, 1987 ) h 441. Hadis
no: 4031
8 Ibnu Hajar Haitami , Al-Fatwa Al-Kubra Al- Fiqhiyah, Jilid IV ( Beirut : Dar al-Fikri,1989) h.257
5
Adapun pendapat selain haram di nyatakan oleh Ibnu Qodamah
sebagaimana disebutkan :
لنساء ألنھ فیما التشبھ فیھ باب بأس شیخ انھ الال فذكر الالرج فلما خضب
9.حة وال دلیل للمنعلالصل ابا
Adapun mengenai memakai pacar pada lelaki, Ibnu Qudamah
berpendapat hal itu tidak masalah pada perkara yang tidak dianggap
menyerupai wanita, sebab hukum asal adalah boleh, serta tidak ada dalil
yang melarangnya.
Maka Madzhab Syafi’i jelas berpendapat berinai bagi pengantin
laki-laki pada tangan dan kakinya haram, karena laki-laki yang memakai
inai sama dengan menyerupai wanita. dan hanya merupakan adat yang
tidak ada di syariatkan di dalam Islam, sekiranya ada pandangan lain yang
membolehkan maka kita sebagai umat Islam mestilah berhati-hati dalam
menentukan perbuatan kita karena dikuatirkan menjadi haram.10
Sekarang ini ditengah masyarakat kita perbuatan berinai bagi laki-
laki masih ada, walaupun ada diantaranya telah mengetahui tentang
hukumnya, khususnya kepada pengantin lelaki pada malam majelis
berinai.berinai bagi pengantin lelaki hukumnya haram, kecuali inai di
pakai jika dalam keadaan udzur dan untuk pengobatan.
Al-Hafizh Rahimahullah berkata, "Adapun mengecat kedua tangan
dan kedua kaki maka tidak boleh bagi pria, kecuali untuk pengobatan.
Berdasarkan hal ini, maka apa yang dilakukan kebanyakan pengantin laki-
9 Al-Kaulani, Abu Jaffar Muhammad Ibn Ya’qub, Al- Furu’ Al- Kahfi , jilid 5 ( Teheran : Dar al-kutub al- Islamiyah,1388 ) h. 523
10 www.Piss kitab.com/2012/03/1034- fiqih wanita dan pria. Memakai html
6
laki menggunakan inai pada jari tangan dan kaki sebagai bagian dari acara
pernikahan ini bertentangan dengan dalil – dalil yang telah di uraikan di
atas.
Henna (inai) berasal dari lawsonia intermis tanaman berbunga
yang banyak tumbuh di daerah panas, mulai dari Sahara Barat, Timur
tengah, hingga India ,Dan kini seni tubuh kian diminati oleh para wanita
di berbagai negara. Mereka berlomba-lomba mengekspresikan gaya
kecantikannya dengan melukis bagian-bagian tubuhnya dengan henna.
Dan yang paling sering di bagian kuku, tangan dan kaki.
Tanaman inai ini adalah tergolong dalam golongan tumbuhan semak
dengan nama spesies lawsonia inerma dan sekeluarga dengan lythraceae.
Tumbuhaan mengeluarkan bunga yang kecil berwarna krem dengan
buahnya yang kecil berwarna biru kehitaman. dan daun ini mengeluarkan
sejenis pewarna merah yang banyak digunakan untuk mewarnai rambut,
kuku, dan pakaian serta pada pengobatan untuk meredakan demam, sakit
kepala, gigitan bisa serangga,sakit perut juga menyembuhkan kudis di
sekeliling kuku.11
Inai atau pun disebut pacar arab adalah tumbuhan yang biasa
digunakan kaum wanita untuk menghias kuku. Dan Sudah sejak zaman
dulu, wanita di Semenanjung Medeterania, adat Melayu dan juga
Indonesia menggunakan daun tersebut untuk mewarnai kuku agar terlihat
cantik dan banyak di pergunakan oleh kaum perempuan. Inai banyak
digunakan oleh perempuan di keseharian dan juga pengantin perempuan
11 Evika Sandi Savitri , Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam (yogyakarta :
Uin Malang Press, t.th ) h. 58
7
di pernikahan untuk mempercantik diri. Namun, ada juga laki-laki yang
menggunakan inai, seperti pengantin laki-laki di pernikahan.12
Asy-syaikh Muhammad bin Shalih al’Utsaimin berkata: “Tidak apa-
apa berhias dengan memakai inai bagi wanita terlebih bila seorang wanita
itu telah bersuami, dimana ia berhias untuk suaminya ataupun wanita
yang masih gadis maka dibolehkan baginya, namun jangan
menampakkannya kepada laki-laki yang bukan mahramnya, karena hal itu
termasuk perhiasan.”13
Di dalam sebuah hadist dijelaskan sebagai berikut :
حدثنا مطیع بن ,دثنا خالد بن عبد الرحمنح,حدثنا محمد بن محمد الصوري
, ء سترراة من ورأام متوأ:قالت شة ئاع عن,عن صفیة بنت عصمة,میمون
علیھ بض النبي صلى هللاإلى رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم فق ,بیدھا كتاب
لو كنت :قال. أةبل ید امر :قالت "د رجل ام ید امرأةیاي ماادر":قالف هوسلم ید
14لغیرت اظفاركمرأءة ا
Menyampaikan kepada kami Muhammad ibn Muhammad As-
Shouriyu, Menyampaikan kepada kami Kholid ibn Abdur Rahman,
Menyampaikan kepada kami Muti’ibn Maimun, dari Shopiah binti Ismah
Dari Aisyah RA. berkata: “Seorang wanita mengacungkan tangan dari
balik tabir, di jari tangan wanita itu ada kitab, lalu Rasulullah SAW
12 http://kaahil.wordpress.com/2009/04/01/henna-inaipacar-the-magic-plant/
13 Zainuddin Al- Malibari, Fathul Muin, jilid I ( Semarang : karya Thaha Putra, 1980 ) h.35
14 Sulaiman ibn Al-As’asa As-Sajistani , Sunan Abi Daud,Jilid I, h. 674 hadis ke
4166
8
mengepalkan tangan beliau dan bersabda: “ Aku tidak tahu tangan seorang
lelakikah (di balik tabir itu) atau tangan seorang perempuan ? wanita itu
menjawab: “Tangan seorang perempuan,” lalu Rasulullah SAW bersabda:
“Andaikan kamu seorang perempuan tentu kamu ubah warna kukumu
(maksudnya dengan pewarna dari serbuk daun pacar (inai)).15
Pemakaian inai di tangan dan kaki bagi perempuan dibolehkan
kecuali bagi perempuan yang sedang dalam masa iddah, (masa dimana
seorang perempuan yang sudah bercerai atau di tinggal meninggal suami
belum dibolehkan menikah lagi, yaitu selama 4 bulan 10 hari berdasarkan
Kalender Hijriyah setelah bercerai atau ditinggal meninggal suami).16
Sedangkan bagi Laki-laki tidak dibolehkan memakai inai, bahkan
diharamkan. Tetapi ada inai yang boleh dipergunakan bagi laki-laki
seperti Inai boleh digunakan pada janggut dan rambut sebagaimana
disampaikan oleh Syeikh Masyhur Hassan Salman:
بعین ویكون فياعند الصحابة والت ال الذى استحدمخضاب الرجل یكون على الح
اما في الیدین والرجلین فال یجوز للرجال أن , والشعرإن كان فیھما شیب لحیةل
یحل لھ أن لنساء فالأما من باب التزیین ففي ھذ تشبھ با, باءتطب ستحدم الخناء إالی
15 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita ( Semarang : Cv. Asy- syifa, 1887 ) h. 101
16 Amin bin yahya al-Wazan, Al-fatawa Al-Jami’ah Llil Maratil Muslimah (
Jakarta : Darul Haq, 1989 ) h. 453
9
یخني رجلھ أو یدیھ إال من باب التطبیب أما الشیب في اللحیة أو الشعر وإن كان
17 .النبي صلى هللا علیھ وسلم لحیتھ فمن السنة قلیال
“Mewarnakan inai bagi lelaki dibolehkan seperti pada keadaan yang
digunakan oleh para Sahabat Nabi SAW dan Tabii’in dan juga dipakai
pada janggut dan rambut sekiranya pada kedua-duanya terdapat uban,
Adapun pada dua tangan dan dua kaki maka tidak dibolehkan bagi lelaki
untuk memakai inai melainkan hanya untuk berobat dengannya, adapun
jika ia digunakan untuk tujuan perhiasan, Maka dalam hal ini adalah
menyerupai perempuan, maka tidak dibolehkan baginya mewarnai kaki
atau tangannya kecuali untuk tujuan pengobatan. Adapun uban pada
janggut dan rambut walaupun sedikit maka daripada sunnah Nabi SAW
baginya mewarnai ubannya. Pernah dilakukan Nabi SAW, mewarnai
janggut baginda dan rambut-rambut baginda yang sedikit.”
Berdasarkan hadits-hadits dan pendapat ulama di atas, maka dapat
diperoleh gambaran bahwa pemakaian inai oleh laki- laki di tangan dan
kaki tidak dibolehkan bahkan diharamkan karena hal itu sama dengan
menyerupai perempuan..
Hasil sementara penelitian di lapangan, dimana penulis mengambil
lokasi penelitian di Kecamatan Medan Maimun menunjukkan bahwa
masyarakat di Kecamatan Medan Maimun masih banyak yang tidak
mengetahui tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki baik di tangan
maupun kaki. Pengambilan sampel di Kecamatan Medan Maimun karena
17 http://kemahilmu.blogspot.com/2010/05/hukum-memakai-inai-bagi lelaki.html
10
di wilayah Kecamatan Medan Maimun banyak dihuni oleh masyarakat
keturunan Melayu. Laki-laki keturunan Melayu, khususnya pengantin,
biasa memakai inai pada acara pernikahan.
Wawancara telah penulis lakukan dengan sejumlah tokoh dan
anggota masyarakat keturunan Melayu di Kecamatan Medan Maimun.
Beberapa temuan awal yang di dapatkan saat melakukan observasi
(penelitian pendahuluan) adalah sebagai berikut:
Pertama : Wawancara dengan Tengku M. Dicky. Beliau adalah salah
seorang keturunan Raja Deli yang tinggal di lingkungan Istana Maimun.
Beliau mengutarakan bahwa pada pesta pernikahan dengan
menggunakan adat Melayu, baik laki-laki maupun perempuan
menggunakan inai, baik adat Melayu Deli Maimun, Kerajaan Melayu
Serdang, Kerajaan Melayu Langkat, maupun Kerajaan Melayu Asahan.
Pemakaian inai dianjurkan hanya pada saat pesta pernikahan saja. Dalam
pandangan adat Melayu, inai wajib digunakan pada saat acara pernikahan
oleh para pengantin, baik laki-laki maupun perempuan. Inai digunakan
pada “Malam Berinai”, yaitu pada malam pesta pernikahan setelah akad
nikah.
Menurut adat melayu, ketika akan memasuki empang gerbang
pesta pernikahan, sang pengantin laki-laki akan ditanyai terlebih dahulu
sebelum diijinkan masuk: “Sudah memakai inai apa belum ?” Jika belum,
maka sang pengantin laki-laki tersebut tidak di bolehkan untuk masuk
kedalam pesta pernikahan.18
18 Tengku Muhammad Dikki , keturunan Raja Deli yang tinggal di lingkungan
Istana Maimun, Wawancara Pribadi,Medan, 29 April 2013.
11
Nara sumber pertama ini tidak tahu bahwa inai tidak boleh
digunakan oleh laki-laki di tangan dan kaki. Beliau mengetahui bahwa inai
biasa digunakan sebagai bagian dari adat Melayu, khususnya pada pesta
pernikahan oleh pengantin laki-laki dan perempuan.
Kedua : Wawancara dengan Bapak H. Nukman.beliau adalah masyarakat
Medan maimun.
Beliau mengatakan bahwa inai boleh digunakan asal bukan untuk
ria. Pemakaian inai sudah ladzim di sejumlah kalangan masyarakat, tapi
hanya pada acara-acara tertentu, seperti pada pernikahan oleh para
pengantin, baik pengantin laki-laki maupun perempuan. Menurut beliau,
banyak yang tidak mengetahui mengenai hukum inai. Beliau mengetahui
ada hadits yang melarang laki-laki menyerupai perempuan, namun
apakah pemakaian inai oleh laki-laki di tangan dan kaki diharamkan,
beliau tidak mengetahuinya.19
Ketiga : Wawancara dengan Bapak Drs. Zaharrudin.beliau adalah Al-Ustad
yang berdomisili di daerah Medan Maimun
Sepengetahuan beliau, tidak ada larangan yang kuat untuk
menyatakan pemakaian inai bagi laki-laki di tangan dan kaki, namun
mungkin saja jika Imam Syafi’i dan para ulama yang sepakat dengan
pendapat Imam Syafi’i menyatakan pemakaian inai bagi laki-laki di tangan
dan kaki haram. Beliau menyarankan inai tidak dipakai oleh laki-laki
karena sepengetahuan beliau ada hadits yang menyatakan Allah melaknat
19 H. Nukman, Masyarakat Medan Maimun , Wawancara Pribadi,Medan 1 Mei 2013
12
laki-laki yang menyerupai perempuan. Beliau hanya sebatas mengetahui
adanya hadits tersebut, mengenai diharamkannya, beliau tidak
mengetahuinya.20
Berdasarkan penelusuran literatur, hadits dan pendapat sejumlah
ulama, bahwa masyarakat yang mayoritas muslim dan mayoritas
bermadzhab Syafi’i ternyata bertentangan dengan madzhab Syafi’i
sebagaimana diuraikan sebelumnya dan observasi (penelitian
pendahuluan), maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai
Pendapat Madzhab Syafi’i mengenai diharamkannya memakai inai di
tangan dan kaki bagi laki-laki. Dari latar belakang sebagaimana yang
penulis kemukakan di atas maka penulis ingin menelitinya lebih lanjut
dalam bentuk Skripsi dengan judul: “PENDAPAT MADZHAB SYAFI’I
TENTAG HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI (Studi Kasus
Masyarakat Muslim di Kecamatan Medan Maimun.”)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan
sebelumnya, maka dapat di tetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim di
Kecamatan Medan Maimun tentang Hukum memakai inai bagi
laki-laki ?
2. Bagaimana Pendapat Madzhab Syafi’i tentang Hukum memakai
inai bagi laki-laki ?
20 Drs. Zaharrudin,Al-Ustadz/Tokoh Masyarakat, Wawancara pribadi,medan, 4
Mei 2013.
13
3. Bagaimana pandangan serta alasan responden Masyarakat
terhadap hukum memakai inai bagi laki-laki ?
C . TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim
di Kecamatan Medan Maimun tentang Hukum memakai inai bagi
laki-laki ?
2. Untuk mengetahui Pendapat Madzhab Syafi’i tentang Hukum
memakai inai bagi laki-laki ?
3. Untuk mengetahui pandangan serta alasan responden Masyarakat
terhadap hukum memakai inai bagi laki-laki ?
Manfaat :
Apabila tujuan diatas dapat tercapai, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan berguna untuk :
1. Bagi Penulis, penelitian ini dapat berguna untuk menjadi salah satu
syarat bagi penulis untuk mencapai gelar strata satu (S1) Sarjana
Hukum Islam pada jurusan Hukum Ekonomi Syariah fakultas
syariah dan Ekonomi Islam IAIN Sumatera Utara Medan
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat berguna untuk menjadi salah
satu sumber informasi dan pengetahuan hukum Islam tentang
hukum memakai inai bagi laki-laki, sehingga masyarakat Kec.
Medan Maimun dan Masyarakat secara umum tidak lagi memakai
inai bagi laki-laki khususnya di dalam perkawinan.
14
3. Secara umum peneliti bermaksud ini dapat berguna dalam bidang
hukum Islam dan kaitannya dengan ketaatan kepada Allah Swt dan
Rasul-Nya.
D. BATASAN ISTILAH
Perlu penulis jelaskan bahwa untuk dapat mengarahkan
pemahaman lebih fokus dalam penelitian objek sesuai dengan yang
penulis inginkan,maka dalam hal ini penulis berusaha membatasi istilah
yang nantinya dapat membantu para pembaca untuk memahami karya
ilmiah ini sebagai berikut :
1. Mdzhab Syafi’i : adalah pengikut-pengikut Imam Asy- Syafi’i dan
yang menyebarkan serta mengembangkan pendapat Imam Syafi’i.
2. Inai : dalam bahasa arab adalah hinai kata lain inai sering disebut
dengan istilah Daun pacar, inai adalah tanaman yang tergolong
dalam golongan tumbuhan semak dengan nama ilmiahnya spesies
lawsonia intermis dan sekeluarga dengan lythraceae. Inai sering
dan banyak dipergunakan oleh perempua, inai sejenis tanaman
yang mempunyai khasiat pengobatan yang tinggi terutamanya pada
bagian daunnya. Terutama untuk meredakan demam, sakit kepala,
gigitan bisa serangga,sakit perut juga menyembuhkan kudis di
sekeliling kuku, Selain itu sangat mujarrab bagi mereka yang
menghadapi masalah bau badan.
3. Masyarakat Muslim : dalam skripsi ini penulis mengkhususkan
penelitian kepada Masyarakat Muslim yang bersuku Melayu yang
berada dikecamatan Medan Maimun.
15
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Imam Syafi’i dan sejumlah ulama pendukung Mazhab Syafi’i
menyatakan haram hukumnya bagi laki-laki menggunakan inai di tangan
dan kaki. Dalam sejumlah hadits lain juga disebutkan bahwa laki-laki
tidak boleh menyerupai perempuan,dan mengutuk seorang laki- laki yang
memakai pakaian perempuan, melainkan hanya untuk berobat atau dalam
keadaan darurat.
Namun, di sejumlah kalangan masih banyak yang memakai inai,
seperti laki-laki keturunan Melayu di Kecamatan Medan Maimun, serta
pengantin laki-laki di pernikahan. Sebagai seorang muslim kita
seharusnya mengikuti hukum (aturan) dalam agama Islam dan
mentaatinya. Bagi masyarakat yang bermadzhab Syafi’i sudah semestinya
mengikuti aturan hukum Islam , tapi ternyata berbeda dengan
ketentuannya. sesuatu yang haram tidak boleh dikerjakan walaupun hal
tersebut merupakan bagian dari adat kebiasaan seperti pada pesta
pernikahan.
F. HIPOTESIS
Berdasarkan Latar belakang sebagaimana diuraikan sebelumnya,
maka penulis Berhipotesis bahwa Masyarakat Muslim Melayu di
Kecamatan Medan Maimun dalam pelaksanaan perkawinan khususnya
memakai inai bagi kaum laki-laki bertentangan dengan Madzhab Syafi’i.
Namun untuk mengetahui kebenaran Hipotesis ini akan di tentukan oleh
hasil penelitian penulis.
16
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu untuk memperoleh
data, penulis langsung ke lapangan, sampel penelitian adalah laki-laki
muslim keturunan Melayu di Kecamatan Medan Maimun, Medan.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Observasi (penelitian pendahuluan), di lakukan untuk mengetahui
keadaan daerah penelitian guna penjajakan dan pengambilan data
sekunder mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gambaran umum
lokasi penelitian.
b. Angket , dilakukan dengan mengumpulkan pertanyaan secara tertulis
guna pengambilan data dan tanggapan masyarakat dilapangan.
c. Wawancara, dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang di
susun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih
dulu (wawancara dengan jawaban terbuka).
d. Catatan lapangan, untuk menginventarisir hal- hal baru yang didapati
di lapangan yang ada kaitannya dengan daftar pertanyaan yang sudah
disiapkan sebelumnya.
3. Teknis Analisis Data
Dalam menganalisa data, teknik yang digunakan adalah : deskriptif
Analistis yaitu metode menganalisis data yang diteliti dengan
memaparkan , menjelaskan data-data tersebut, dan menggabungkan
17
seluruh jawaban kemudian dianalisis untuk diperoleh kesimpulan yang
tepat.
Sedangkan pola pikir yang digunakan yakni pendekatan Induktif yang
digunakan untuk mengemukakan fakta –fakta atau kenyataan dari hasil
penelitian di Kecamatan Medan Maimun, kemudian diteliti sehingga
ditemukan pemahaman terhadap Pendapat Madzhab Syafi’i tentang
hukum memakai inai bagi laki-laki, kemudian dianalisis secara umum
menurut Hukum Islam.
4. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan pedoman penulisan
Skripi dan Karya Ilmiah Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara 2010.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar penulisan ini lebih sistematis, maka penulis membuat
sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, kerangka pemikiran, hipotesis,
metode penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II: Lokasi Penelitian, membahas tentang keadaan wilayah
Kecamatan Medan Maimun, Medan dari aspek geografis, agama,
pendidikan dan pekerjaan, masyarakat yang ada di medan maimun.
BAB III: Membahas tentang pengertian inai, memakai inai, sejarah awal
mulanya inai, dasar hukum memakaian inai, Manfaat memakai inai dalam
dunia medis dan perkawinan, pasangan yang boleh memakai inai menurut
18
hukum Islam, serta pandangan masyarakat muslim kec,Medan Maimun
tentang memakai inai bagi laki-laki dan faktor-faktornya.
BAB IV: Hasil Penelitian, Meliputi
a. Pengertian memakai inai bagi laki-laki
b. Hukum memakai inai bagi laki-laki dan dasar hukumnya
c. Pengetahuan dan pendapat masyarakat muslim kec.medan maimun
tentang pemakaian inai bagi laki-laki
d. Pandangan serta alasan responden terhadap hukum pemakaian inai
bagi laki-laki.
e. Analisis penulis terhadap pandangan madzhab Syafi’i dan sikap
masyarakat muslim kecamatan Medan Maimun tentang laki-laki
memakai inai.
BAB V : Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
19
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis
Kecamatan Medan Maimun adalah salah satu Kecamatan yang ada
di kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Maimun
memiliki luas wilayah 3.342 Km.21 Kecamatan Medan Maimun di bagi
menjadi 6 kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Aur
2. Kelurahan Hamdan
3. Kelurahan Jati
4. Kelurahan Sukaraja
5. Kelurahan Sei Mati
6. Kelurahan Kampung baru
Kecamatan Medan Maimun memiliki batas-batas Wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Barat : Berbatasan dengan kecamatan Medan Polonia
Sebelah Timur :Berbatasan dengan Kecamatan Medan kota, Medan
Amplas dan Medan Johor
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor
Sebelah utara : Berbatasan dengan kecamatan Medan Barat dan
medan petisah.
B. Letak Demografis
21 Data Statistik Kecamatan Medan Maimun
19
20
Keadaan Demografis kecamatan Medan Maimun Meliputi
Penduduk, sosial, ekonomi , dan lain-lain
Data Statistik masyarakat di Kecamatan Medan Maimun
menurut Agama yang dianut sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah penduduk berdasarkan jumlah pemeluk agama.
NO. Kelurahan Islam Katolik Protesta
n
Hindu Budha
1 Aur 4.620 265 945 210 3.152
2 Hamdan 5.349 481 1.302 327 638
3 Jati 17.339 143 484 51 286
4 Suka Raja 878 372 169 106 1.536
5 Sei Mati 1843 193 205 48 2.645
6 Kap.baru 10.044 461 556 73 3.781
Jumlah 38.230 1.915 3.661 815 12.038
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun Tahun 2013
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk yang
beragama Islam di Kecamatan Medan Maimun paling banyak dengan
jumlah 38.230 orang dibandingkan dengan penduduk yang beragama lain.
Jumlah sarana ibadah yang ada di Kecamatan Medan Maimun
adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Banyaknya sarana Ibadah
21
No. Kelurahan Mesjid Musholla Langgar Kuil Kelenteng
1 Aur 2 0 0 1 1
2 Hamdan 3 5 0 1 1
3 Jati 1 0 0 0 0
4 Suka raja 1 1 0 0 0
5 Sei mati 3 6 0 0 1
6 Kap.baru 12 9 3 1 0
Jumlah 22 21 3 3 3
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013
Dari data yang diatas kelihatan bahwa tempat ibadah Umat Islam
lebih banyak daripada tempat ibadah agama lainnya.
Mata pencaharian masyarakat Medan Maimun beraneka ragam, hal
ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3
Mata Pencaharian Penduduk
No. Pegawa
i
Negeri
Pegawa
i Swasta
Abr
i
Polr
i
Pedagan
g
Buru
h
Wiraswast
a
1 35 651 5 5 1.700 177 1.700
2 48 254 17 23 326 998 1.039
3 62 34 31 20 15 12 277
4 17 804 1 1 246 171 714
22
5 343 3488 43 7 1.206 452 1.888
6 188 4778 22 21 1.302 1.264 2.233
Jumla
h
693 10.009 119 77 4.795 3.074 3.612
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pegawai swasta sangat
banyak jumlahnya dibandingkan dengan pekerjaan dibidang lainnya.
Data Statistik masyarakat berdasarkan pendidikan di
Kecamatan Medan dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4
Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan (jiwa )
No. SD SLTP SLTA Universitas Pascasarjana Akademik
1 230 1.540 4.842 146 15 90
2 442 2.204 46.806 124 68 137
3 275 425 650 575 60 26
4 474 641 851 378 261 14
5 453 451 552 83 84 87
6 1.854 2.099 6.071 1007 243 428
Jumlah 3.728 7.360 17.736 2.313 686 782
Sumber : Data statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013
Dari data diatas maka dapat dilihat bahwa penduduk
kecamatan Medan Maimun paling banyak adalah pendidika SLTA dengan
jumlah 17.736 jiwa.
23
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Medan maimun
dapat dilhat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5
Sarana pendidikan
No. Kelurahan TK SD STTPS SMUS SMK Madrasah
1 Aur 1 2 1 1 0 0
2 Hamdan 0 2 0 0 0 1
3 Jati 5 5 3 1 0 0
4 Suka Raja 0 I 1 0 0 0
5 Sei Mati 3 8 1 1 0 0
6 Kap.Baru 8 8 4 2 2 6
Jumlah 17 26 10 5 2 7
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Sekolah Dasar lebih
banyak dari pada sekolah yang lainnya dengan jumlah 26 sekolah.
Suku bangsa (jiwa ) Masyarakat yang ada di Kecamatan
Medan Maimun adalah sebagai berikut :
Tabel 6
Suku bangsa masyarakat Kecamatan Medan Maimun
No. Kelurahan Jawa Minang Melayu Aceh
1 Aur 290 2.503 210 65
2 Hamdan 3.407 2.028 286 179
3 Jati 284 323 40 211
24
4 Suka Raja 575 667 133 78
5 Sei mati 842 1.951 1.475 1.625
6 Kap.Baru 3.722 2.993 2.526 363
Jumlah 9.120 10.465 4.670 2.521
Sumber : Data Statistik Kecamatan Medan Maimun tahun 2013
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk yang
bersuku padang di Kecamatan Medan maimun paling banyak dengan
jumlah 10.465 jiwa di bandingkan dengan suku yang lain.
Demikian secara ringkas gambaran umun yang dapat penulis
kemukakan baik yang berkaitan dengan geografis dan demografis daerah
kecamatan Medan maimun.
25
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM MEMAKAI INAI
A. PENGERTIAN INAI
Inai adalah tanaman yang tergolong dalam golongan tumbuhan
semak, dengan nama ilmiahnya spesies lawsonia intermis dan sekeluarga
dengan lythraceae. Tumbuhan ini mengeluarkan bunga yang kecil
berwarna krem dengan buahnya yang kecil berwarna biru kehitaman,
tumbuhan ini dapat berkembang biak melalui stek batang dan biji,
tumbuhan ini suka akan kelembapan yang agak tinggi dan pengairan yang
baik. Namun ia adalah tumbuhan yang bisa bertahan dalam keadaan
kering yang tidak terlalu lama.
Daunnya yang telah matang berwarna hijau gelap dengan bintik-
bintik kehitaman.Bintik ini menentukan kemerahan warna inai bila
digunakan untuk mewarnai kuku, semakin hitam daun inai itu maka
semakin merah warna yang di keluarkan dan daun ini mengeluarkan
sejenis pewarna merah yang banyak digunakan untuk mewarnai rambut,
pakaian serta pada pengobatan untuk meredakan demam, sakit kepala,
gigitan bisa serangga, sakit perut juga menyembuhkan kudis di sekeliling
kuku. Selain itu sangat mujarrab bagi mereka yang menghadapi masalah
bau badan.
Inai ini sejenis tanaman yang mempunyai khasiat pengobatan yang
tinggi terutama pada bagian daunnya. Inai dalam bahasa arab “HINA”
25
26
yang bermaksud obat, kulit pohon inai juga banyak di gunakan dalam
perawatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit.22
B. PENGERTIAN MEMAKAI INAI
Dalam adat Melayu memakai inai pada jari tangan dan jari kaki
sudah menjadi adat dan sebagai tanda bahwa sudah melangsungkan
pernikahan, pada masyarakat melayu tidak boleh sembarangan
menggunakan inai, sebab berinai memberi isyarat dan perlambangan
bercorak tertentu. Menurut kepercayaan masyarakat melayu berinai akan
lebih baik dilakukan pada malam hari karena warna inainya akan lebih
merah, tetapi apabila dilakukan pada siang hari warnanya akan memudar.
Upacara berinai dilakukan pada malam hari 3 hari sebelum upacara
perkawinan dilangsungkan, bentuk kegiatannya bermacam-macam,
asalkan bertujuan mempersiapkan pengantin agar tidak menemui masalah
di kemudian hari. Upacara berinai ini biasanya dilakukan orang yang
dituakan dan dibantu sanak family serta kerabat dekat, menginai calon
pengantin harus dalam suasana santai dan diwarnai kemeriahan.
Upacara berinai dilakukan dalam waktu bersamaan bagi pengantin
hanya saja saja tempat kegiatannya dilakukan secara terpisah, bagi
pengantin perempuan dilakukan di rumahnya dan bagi laki-laki dilakukan
dirumahnya atau tempat yang di singgahinya.23
Namun dalam adat perkawinan melayu biasanya pengantin laki-
laki lebih didahulukan, untuk mendapatkan hasil yang bagus maka
22 Savitri , Tumbuhan Berkhasiat Obat , h. 58-61.
23 Tengku Mohar, Ketua Harian Kerajaan Istana Maimun, Wawancara Pribadi, Medan, 10 September 2013
27
pengantin harus sabar menunggu sampai inai yang di pasang di jari
tangan dan kakinya kering serta menghasilkan warna yang merah dan
cerah.
C. SEJARAH AWAL MULANYA INAI
Sejarah asal mulanya inai adalah dari Mesir Inai telah dikenal
semenjak dahulu kala. Orang-orang pada masa Parouh telah
menggunakannya untuk berbagai hal. Mereka menggunakan inai baik
dalam bentuk bubuk atau pasta untuk mewarnai tangan, kaki dan
mengecat rambut, atau mengobati luka. Hal ini dapat dijumpai dari
banyaknya mumi Firaun yang dicat dengan inai dan diberi aroma bunga,
Selain itu, Inai juga digunakan sebagai alas dari mayat yang akan
dikuburkan. Mereka rajin dalam merencanakan kelahiran kembali setelah
kematiannya, mereka menjadi sangat fanatik dalam proses pengawetan.
Juga dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menyamak kulit dan bulu.
Orang Mesir percaya bahwa seni tubuh memastikan pengakuan
mereka ke akhirat dan karena itu inai digunakan untuk mengidentifikasi.
Inai memiliki kekuatan obat, juga digunakan sebagai kosmetik.
Sedangkan pada Dinasti Mogul mengajarkan tentang sejarah Mehndi dan
memperkenalkannya ke India pada abad ke 12, seni inai itu telah ada
selama berabad-abad.24
D. DASAR HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI
1. Al-qur’an
24 http://lifeisbeautiful-dian.blogspot.com/2012/04/henna-inai-tanaman-penuh-
pesona.html
28
Dasar hukum pemakaian inai terdapat dalam surah Al-A’raf ayat
-32 yang berbunyi sebagai berikut :
32. Katakanlah (Muhammad) : "Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan
rezeki yang baik-baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka
saja) di hari kiamat, Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
orang-orang yang mengetahui.25
Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang
baik itu dapat dinikmati di dunia Ini oleh orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-
mata untuk orang-orang yang beriman saja.
25 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid III ( Jakarta : Lentera
Abadi cet I, 2010 ) h.323
29
Namun demikian, keharusan tersebut dikecualikan dengan
beberapa jenis perhiasan tertentu yang dilarang oleh Syara’
Di bawah ini dijelaskan jenis-jenis perhiasan yang diharamkan.
1. Emas dan sutera bagi kaum lelaki: Diharamkan ke atas orang lelaki
memakai perhiasan emas dan sutera karena ia dikhususkan bagi kaum
perempuan.
2 . Merubah kejadian Allah: Syari’at Islam mengharamkan seseorang
sama ada lelaki atau wanita berhias dan bersolek hingga ke tahap
mengubah kejadian Allah pada dirinya tanpa ada keperluan yang
mendesak.
3. Menyerupai lelaki atau perempuan; Dilarang sama sekali lelaki meniru-
niru gaya kaum wanita dan wanita meniru-niru gaya kaum lelaki sama ada
pada pakaian, perhiasan, gaya berjalan, bercakap dan sebagainya.26
2. Hadis
Dari hadis penulis mengutip hadis yang di riwayatkan shoheh
bukhori yang berbunyi sebagai berikut :
لعن :عن ابن عباس قال,عن عكرمة,عن یحي,حدثنا ھشام,عاذ بن فضالةنا محد ث
:" قال والمترجالت من النساء و النبي صلى هللا علیھ وسلم المخنشین من الرجال
فأخرج النبي صلى هللا علیھ وسلم فالنا وأخرج عمر :قال " أخرجوھم من بیوتكم
27.فالنا
26 http://fiqh-am.blogspot.com/2009/07/hukum-hakam-tentang-
perhiasan.html
27 Al- Bukhori Al-ja’pi, Shoheh Al-Bukhori . h.72.
30
Mu’adz bin Fadhalah menyampaikan kepada kami dari Hisyam,
dari Yahya, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata : Nabi SAW melaknat
laki-laki yang bertingkah laku menyerupai perempuan dan perempuan
yang bertingkah laku menyerupai laki-laki, beliau bersabda, usirlah
mereka dari rumah kalian. Nabi SAW pernah mengusir fulan sedangkan
Umar mengusir fulan.28
Dari ayat Al-Quran dan Hadis yang telah penulis kemukakan
diatas,maka dapat kita simpulkan bahwa hukum memakai inai itu adalah
tidak dibolehkan bahkan diharamkan karena termasuk menyerupai
perempuan.
E. MAMFAAT MEMAKAI INAI
1. Dalam dunia medis
inai dalam dunia medis Inai sangat banyak mamfaatnya karena
Daun inai mengandung renin dan tanin yang dikenal dengan sebutan
henatanin. Adapun bunga inai sendiri mengandung minyak yang
memiliki aroma sangat harum. Selain itu, bunga inai juga mengandung
vitamin A,B,dan Ioneno29. Inai dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti :
Menghilangkan rasa panas karena terbakar api, dengan
membalurkan “daun inai” yang telah ditumbuk halus.
28 Subhan Abdullah Dkk,Ensiklopedia Hadis Shahih Al- Bukhori, Jilid II,(
Jakarta : Al-Mahira cet 1.2012 ) h.509
29 Husain Abdul Hamid, Keajaiban Pengobatan Herbal ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.2009) h.99
31
Dapat mempercepat proses penyembuhan luka terutama luka
kronis dan ulkus.
Mengobati pendarahan hidung dari pembuluh darah Anterior
(depan daerah kecil) dengan menempelkan serbuk henna di daerah
dimana terjadi pendarahan dengan menggunakan cotton bud
(pembersih telinga).
Pendarahan hidung dari pembuluh darah Posterior (belakang)
dengan menghirup bubuk inai melalui lubang hidung agar
mencapai bagian belakangnya sehingga bubuk tersebut akan
menempel pada daerah pendarahan dan pendarahan pun akan
berhenti.30
Menyembuhkan luka pada mulut dan lidah tersayat, dengan
mengunyah “daun inai”.
Mengobati bisul maupun bengkak yang panas menusuk, dengan
melumurkan “daun inai” yang telah ditumbuk halus.
Mengobati anak-anak yang mulai dikenai gejala penyakit cacar,
dengan melumurkan “daun inai” pada tapak kakinya.
Menumbuhkan, menyuburkan dan mengindahkan rambut. Dengan
mengeringkan daun pacar, menumbuk dan melarutkan dengan air,
terkadang juga ditambahkan zat lain, agar dapat warna yang
diinginkan, seperti : chamomile, yaitu warna merah yang cerah.
30 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam,( Jakarta: Griya Ilmu ,2004 ) h.149
32
Menyembuhkan bintil di badan dengan melumurkan “Daun inai”
yang telah ditumbuk halus dan dicampur sedikit dengan
air. Menghilangkan bintil yang timbul dilutut , kaki dan seluruh
badan.31
Dapat menyembuhkan penyakit kurap dengan mencampur “daun
inai ” bersama air kompres (rivanol)
mengobati Penyakit varises, khususnya gangguan untuk
merapatkan luka, karena mengandung zat hanatatin yang cepat
merekat dengan menggunakan Bubuk daun Pacar (al-hina) yang
diolah menjadi kenyal.
untuk menyembuhkan fissure dan kulit kaki pecah-pecah serta
mengurangi infeksi.
·Dapat memperbaiki tekstur kulit sehingga tampak sehat dan
lembut.32
Ibnul Qayyim memaparkan bahwa sakit kepala ( pusing ) ada 20
macam. Daun pacar ialah obat untuk salah satu dari berbagai macam sakit
kepala, yakni sakit kepala yang di sebabkan oleh hawa panas bukan karena
ada makanan yang mendorong untuk di muntahkan. Pada kondisi
semacam ini, daun pacar sangat berguna jika dihaluskan dan dibalutkan
pada dahi dengan campuran cuka, pusing akan mereda.
31 Abdul Basith Muhammad Sayyid, Terapi Herbal dan Pengobatan Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, ( Jakarta : Penebar plus,2008 ) h. 277
32 Ibnu Qoyyim Al-Jauziya, Resep Obat Ala Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Terj. Abu Abdillah Al-Maqdisi Al-Hambali (Surabaya : Pustaka Elba. 2008) h.64
33
Didalamnya terkandung khasiat yang ampuh untuk urat syaraf.
Jika daun pacar dibalutkan rasa sakit akan hilang. Hal ini bukan hanya
untuk sakit di daerah kepala, namun bisa juga untuk seluruh anggota
tubuh.Daun pacar juga berfungsi mengencangkan anggota tubuh yang
mengendur. Dan jika dibalutkan pada luka, bengkak (memar) yang panas,
dan luka bakar akan terasa dingin.33
Inai juga dapat digunakan untuk mengobati kutil, atau sejenis
kanker jinak. Hal ini pernah dilakukan pada seorang anak kecil yang
memiliki kutil dengan ukuran 1,5cm x 1,5 cm, setelah dioleskan inai, maka
beberapa minggu kemudian kutil tersebut ternyata hilang. Inai juga
dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit kusta, eksim atau kadas, bahkan
inai pernah pula diberikan pada luka penderita diabetes, dan ternyata
memiliki efek positif, namun memang membutuhkan waktu panjang dan
dibantu dengan pengobatan yang lain.34
2. Dalam perkawinan
Untuk membersihkan diri dari hal-hal yang kotor
Menjaga diri dari segala hal yang tidak baik
Untuk memperindah calon pengantin agar terlihat tampak
bercahaya dan menarik.
Untuk memunculkan aura dan wibawa bagi pengantin pria
Untuk membuang sial muka dan belakang
33 Abdullah Al-Jibrin,Fatwa-Fatwa Ulama Bagi Orang Sakit, ( Solo :PT.Aqwam
Media Propetika, cet.II. 2012 ) h. 170-171
34 Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis jilid 6 tentang Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan
34
Untuk menjauhkan diri dari bencana
Supaya niat dan hajat tidak terhalang
Supaya sejuk mata memandang
Untuk menandakan sudah adanya ikatan antara pasangan
Supaya bisa saling menghormati antara pasangan35
F. PASANGAN YANG BOLEH MEMAKAI INAI DALAM ISLAM
Sebagaimana pendapat ulama yang menyatakan bahwa laki-laki
tidak dibolehkan memakai inai bahkan diharamkan karena termasuk
menyerupai perempuan maka disini penulis menyatakan yang dibolehkan
memakai inai yaitu kaum perempuan.
Dibolehkan bagi seorang wanita dalam berhias dan mempercantik
diri bahkan disunnahkan bagi perempuan yang sudah menikah berhias
untuk suaminya,diantaranya berhias dengan mewarnai jari tangan dan
kakinya dengan inai. Dan Baginda Rasulullah SAW menyatakan bahwa
pemakaian inai adalah untuk membedakan tangan seorang lelaki dengan
wanita 36
Dijelaskan dalam kitab al-majmu’
35 Tengku Ismail , Tokoh Adat Melayu Wawancara Pribadi, Medan 12
September 2013 36 Ahmad Jat, Fiqh Sunnah Wanita, ( Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, cet.1.2008
)h. 378
35
واما الخضاب بالحناء فمستحب لمرأة المزوجة في یدیھا ورجلیھا التطریف
37.ویكره لغیرھا
Mewarnai dengan pacar disunahkan bagi wanita bersuami pada
kedua tangan dan kakinya, bukan sebatas ujung jari, serta makruh bagi
selain wanita bersuami “.
Dalam hadis disebutkan
ي حدثتن: قال, عن علي بن المبارك, دحدثنا یحي بن سعی,حدثنا عبید هللا بن عمر
, س بھفقالت البأ ,ب الحناءاان امرأة سألت عائسة عن خض: كریمة بنت ھمام
38.كان یكره ریحھرسول هللا صلى هللا علیھ وسلم بيكرھھ فان حبیولكن أ
“Ubaidullah ibn Umar menyampaikan kepada kami dari Yahya ibn
Said, dari ali ibn mubarok ia berkata : menceritakan karimah binti humam
: bahwasanya seorang wanita bertanya kepada Aisyah tentang mewarnai
kuku dengan serbuk daun pacar ( inai ) , maka Aisah menjawab ‘tidak apa-
apa ‘ hanya saja aku tidak suka karena Rasululah SAW tumpuan kasihku
tidak menyukai baunya” . 39
Dan bagi perempuan yang sedang ihram, juga disunatkan
kepadanya memakai inai karena ini termasuk dari pada perhiasan
perempuan sebagaimana sama halnya dengan kesunnahan memakai
37 Abi Zakaria Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi, Al-majmu Syarah Al-
Muhassab Jilid II, ( Beirut : Dar Al- Fikri, t.th )h.140 38 Sulaiman ibn Al-As’asa As-syajistani, Sunan Abi Daud, h.673. hadis ke
4163
39 Abdul Ghoffar, Fiqh Wanita edisi lengkap, ( Jakarta : Pustaka Al- Kautsar cet.20.2006) h.660
36
wangi-wangian. Ulama syafi’iyah menegaskan pemakaian inai bagi
perempuan yang sedang ihram adalah boleh baik ia sudah menikah
ataupun yang belum menikah sebab hal ini di sunnahkan karena faktor
ihram.40
Sebagaimana di jelaskan tentang memakai inai dalam waktu
ihrami dalam kitab I’ Anah at-Tholibin sebagai berikut :
لحناء سواء كانت ب للنساء الخضب یدیھا ورجلیھا باحرم استحن االفإن كا
41.مزوجة او غیر مزوجة
“ maka jika hendak ihram disunahkan bagi perempuan mewarnai
dua jari tangan dan jari kakinya dengan inai / pacar baik perempuan yang
sudah bersuami maupun perempuan yang tidak bersuami. “
Bagi perempuan yang sedang haidh juga dibolehkan memakai inai
di jari tangan dan kaki, hal ini tidak apa-apa karena pada dasarnya juga
memang dibolehkan dan tidak ada dalil yang melarangnya. karena inai jua
sebagaimana diketahui bila diletakkan pada bagian tubuh yang ingin
dihias akan meninggalkan bekas warna dan warna ini tidaklah
menghalangi tersampaikannya air ke kulit.42
G. PANDANGAN MASYARAKAT MUSLIM KECAMATAN MEDAN
MAIMUN TENTANG MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI DAN
FAKTOR-FAKTORNYA
40 Su’ad Ibrahim Shalit, Fiqh Wanita,.Terj. ,Nadirsah Hawani, ( Jakarta : Sinar
Grafika Offset, cet I. 2011 ) h.454
41 Muhammad Syatho Addimiyathi, I’anah ath- Tholibin, Jilid II, h. 387.
42 Muhammad ibn Ibrahim , Fatwa-fatwa Tentang Wanita jilid 1, terj. Amir Hamzah Fachruddin Dkk (Jakarta : Darul Haq cet VII.2012) h.693
37
Pandangan sebagian Masyarakat Melayu dikecamatan Medan
Maimun tentang pemakain inai bagi laki-laki khusus dalam pernikahan
adalah diwajibkan karena mereka mengikuti adat yang sudah menjadi
tradisi dari dulu. Dan laki-laki diwajibkan memakai inai dalam
perkawinan.
Masyarakat Melayu begitu berpegang teguh dengan adat resam
kerana ia dipercayai mempunyai kesan dalam kehidupan. Bagi Masyarakat
Melayu, adat resam perkawinan begitu dititik beratkan. Sesuatu upacara
dalam perkawinan itu akan dijalankan dengan meriah dan penuh adat
istiadat. Adat perkawinan Melayu merupakan adat resam yang paling
disayangi dan yang paling dipegang teguh oleh kebanyakan orang Melayu.
43
Faktor-faktornya
Karena sudah menjadi adat kebiasaan
Karena sudah menjadi bagian yang dibuat sekelompok masyarakat
yang terus dilakukan yang tidak bersimpangan dengan agama
untuk memberi pendedahan yang mendalam terhadap adat
perkawinan Melayu kepada masyarakat.
Untuk Mengajak masyarakat mengenal adat perkawinan Melayu.
Untuk Mengajak masyarakat sama-sama memelihara warisan
nenek moyang.
Untuk Memberi petunjuk dan sedikit pengetahuan kepada
golongan yang bakal mengakhiri zaman bujang mereka.
43 Tengku Zulkarnaen , Keturunan Kerajaan Melayu istana Maimun , Wawancara
Pribadi, Medan 14 September 2013
38
Memupuk semangat kerjasama antara ahli kumpulan
Membina keyakinan diri serta meningkatkan kemahiran sosial
setiap ahli kumpulan.44
44M. Syaiful , Keturunan Kerajaan Melayu Istan Maimun, Wawancara pribadi,
Medan 14 September 2013
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.PENGERTIAN MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI
Memakai inai bagi laki-laki adalah suatu lambang yang
dikhususkan dalam suatu ikatan pernikahan yang mana dalam
perkawinan itu termasuk adat yang wajib dilaksanakan oleh
pengantin,Memakai inai bagi laki-laki dilakukan pada malam hari, yang
mana peralatannya berinai calon laki-laki adalah inai yang dibuat di
rumah calon pengantin perempuan. Kemudian Peralatan berinai yang
telah dipersiapkan dirumah calon pengantin wanita, secara diam-diam
dibawa kerumah calon pengantin lelaki yang akan mempergunakannya.
Keadaan calon pengantin pada saat akan diberi inai adalah
berbaring telentang dan dikelilingi keluarga dan sahabat-sahabat dan
orang yang di tuakan, kemudian tangan diangkat agar daun inai yang
sudah dihaluskan tidak mengotori tempat lainnya, dan pada saat
melakukan kegiatan ini, maka yang memakaikan inai akan menuturkan
beberapa pantun.45
B.HUKUM MEMAKAI INAI BAGI LAKI-LAKI DAN DASAR HUKUMNYA
Hukum memakai inai bagi laki-laki adalah haram dalam pandangan
Islam karena termasuk menyerupai perempuan. Laki-laki haram
menyerupai perempuan dalam hal gerakan, perkataan yang lemah lembut,
45 Tengku Syafaruddin ,Sekretaris Harian Kerajaan Istana Maimun, Wawancara
Pribadi, Medan, 10 September 2013
39
40
perhiasan dan pakaian, serta hal-hal lain yang sifatnya khusus bagi
perempuan dari segi kebiasaan dan watak.
Allah melaknat laki-laki yang meniru lawan jenisnya, karena
perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Hikmah pengharaman ini adalah
karena laki-laki yang meniru lawan jenisnya itu telah keluar dari fitrah
dan watak yang telah diberikan Allah yang Maha Bijak,Tuhan Semesta
Alam. Perilaku laki-laki yang meniru lawan jenisnya seperti
memanjangkan rambut, memakai baju sempit,dan meniru perhiasan.
Meniru pakaian perempuan merupakan peniruan yang berbahaya dan
mengancam entitas ummat karena ia telah keluar dari fitrah.46
Beberapa ulama berpendapat haram memakai inai,tetapi ada juga
yang mengatakan boleh.
Dalam kitab Al-Majmu karangan imam An- Nawawi dijelaskan :
47بھ ألن تشبھا بالنساء األ تطبیاء یحرم الرجل خضب الحناء فى الیدین والرجلیھ
Diharamkan laki-laki mewarnai inai pada dua tangan dan dua
kakinya karena menyerupai perempuan kecuali untuk berubat dengannya.
Pendapat seperti ini juga di jelaskan di dalam kitab I’ anah at-Thalibin:
یكن عذر النھ فیھ ان لم ویحرم خضب ید الرجل ورجلیھ بحناء او نحوه ذلك
48النساء وقد قال علیھ السالم لعن هللا المتشبھین بالنساء من الرجالتشبھا ب
46 Imam An-Nawawi, Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid III, Terj. Musthafa Dib Al-
Bugha dkk ( Depok : Gema Insani cet.1.2010 )h.485-486 47 Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi, Al-Majmu Syarah Al-Muhassab Jilid IV,
h.399.
48 Muhammad Syatho Addimiyathi, I’Anah Ath-Tholibin, Jilid II, h.340.
41
Dan Diharamkan mewarnai jari tangan laki-laki dan kedua kakinya
dengan inai atau seumpama yang demikian jika tidak ada baginya udzur
karena bahwasanya padanya menyerupai perempuan dan sesungguhnya
Alaihi as-Salam bersabda Allah melaknat laki-laki yang menyerupai
perempuan .
Dalam kitab Az-Zawajir karangan Imam an-Nawawi juga dikatakan
bahwa inai bagi jari dan tangan laki-laki adalah haram.
ب یدیھ ورجلیھ بالحناء اال تطبیاء بھ، أما من فال یجوز بل یحرم الرجل خض
49.باب التزیین ففي ھذا تشبھ بالنساء
Maka tidak boleh bahkan haram bagi laki-laki mewarnai ke dua
tangannya dan ke dua kakinya dengan inai melainkan untuk berobat
dengannya, adapun jika ia gunakan untuk perhiasan maka dalam hal ini
menyerupai perempuan.
Dan hukum pemakaian inai bagi jari tangan dan kaki laki-laki
diperjelas lagi oleh hadist-hadist yang shoheh riwayat Bukhori dan Abu
Daud
hadis shoheh riwayat bukhori yang berbunyi sebagai berikut :
لعن :عن ابن عباس قال,عن عكرمة,عن یحي,حدثنا ھشام,فضالة نا معاذ بنحد ث
:" النبي صلى هللا علیھ وسلم المخنشین من الرجال والمترجالت من النساء وقال
49 Ahmad Ibn Muhammad , Az- Zawajir, Jilid I h. 256.
42
فأخرج النبي صلى هللا علیھ وسلم فالنا وأخرج عمر :قال " أخرجوھم من بیوتكم
50.فالنا
Mu’adz bin Fadhalah menyampaikan kepada kami Hisyam, dari
Yahya, dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata : Nabi SAW melaknat laki-
laki yang bertingkah laku menyerupai perempuan dan perempuan yang
bertingkah laku menyerupai laki-laki, beliau bersabda, usirlah mereka dari
rumah kalian. Nabi SAW pernah mengusir pulan sedangkan Umar
mengusir fulan.51
Dalam hadist lain disebutkan, sebagaimana di jelaskan di bawah ini
:
عن ابن,عن عكرمة,عن قتادة, حدثنا شعبة,جعفرحدثنا ,حدثنامحمد بن بشار
من المتشبھین وسلم علیھ هللا صلى هللا رسول لعن: عباس رضي هللا عنھما قال
52 وأخبرنا شعبة تابعھ عمر لرجلاب لنساء ا من ت المتشبھا و بالنساء الرجال
Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dari
Muhammad bin Ja’par, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Ikrimah bahwa
Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW melaknat lelaki yang menyerupai
perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, Amar
meriwayatkan hadist yang sama dari Syu’bah.53
50 Al- Bukhori Al-jagpi, Shoheh Al-Bukhori, Jiid VII ,h.72. hadis no.5885
51 Abdullah ,Ensiklopedia Hadis. Jilid II, h.509
52 Al- Bukhori Al-jagpi, Shohih Al-Bukhori jilid VII, h.72. 53 As-sayyid Ahmad al-Hasim, Terjemahan Mukhtarul Hadist ( Bandung : PT.
Al-ma’arif, 1997)h, 624
43
Dijelaskan juga dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu daud
di bawah ini:
ل بن أن أبا أسامة أخبرھم عن مفض,لعالءحدثنا ھارون بن عبد هللا و محمد بن ا
أن : ھریرة عن أبي,عن أبي ھاشم,عن أبي یسارالقرشي,عن األوزاعي, یونس
ل النبي فق, قد خضب یدیھ ورجلیھ بالحناءبمخنث أتي علیھ وسلم صلى هللا النبي
, نساء لیتشبھ با ,یا رسول هللا: یلفق" مابال ھذا ؟": صلى هللا علیھ وسلم صلى
إني نھیت أن أقتل ": أال تقتلھ ؟ فقال ,یارسول : قالو, قیع نأمربھ فنفي إلى الف
54".المصلین
Menyampaikan Harun ibn Abdullah dan Muhammad ibn Al-Ala’i
dari Abu Usamah menceritakan kepada mereka dari Mufaddol ibn
Yunus,dari al-Ausa’i dari Abi Yasar Al-Qurasiya, dari Abi Hasyim, dari Abi
Hurairah " bahwasanya Suatu ketika mendatangkan kepada Rasulullah
SAW seorang banci yang mengecat kedua tangan dan kakinya dengan inai,
maka Rasulullah SAW berkata, "Mengapa orang ini?” para sahabat
menjawab, "Wahai Rasulullah, ia menyerupai perempuan." Maka
Rasulullah SAW memerintahkan agar ia diusir ke suatu daerah bernama
Naqi'. Mereka berkata, "Mengapa engkau tidak membunuhnya saja?"
Rasulullah SAW menjawab: "Aku dilarang membunuh orang yang
mengerjakan shalat."55
54 Sulaiman ibn Al-As’asa As-syajistani, Sunan Abi Daud, Jilid I, h. 801. hadis
ke 4928
55 Az-Zuhaili, Fiqih Islam, jilid IV , h. 239.
44
Berdasarkan penjelasan ulama–ulama tersebut tetang hukum
memakai inai adalah haram dan diperkuat oleh hadis-hadis,tetapi ada juga
ulama yang menyatakan boleh memakai inai bagi laki-laki dan tidak
haram.
Adapun pendapat selain haram di nyatakan oleh Ibnu Qodamah
sebagaimana disebutkan :
فیما التشبھ فیھ بالنساء ألن فلما خضب الرجال فذكر الشیخ انھ ال بأس بھ
56.حة وال دلیل للمنع لالصل ابا
Adapun mengenai memakai pacar pada lelaki, Ibnu Qudamah
berpendapat hal itu tidak masalah pada perkara yang tidak dianggap
menyerupai wanita, sebab hukum asal adalah boleh, serta tidak ada dalil
yang melarangnya.
C. PENGETAHUAN DAN PENDAPAT MASYARAKAT MUSLIM
KEC.MEDAN MAIMUN TENTANG MEMAKAI INAI BAGI LAKI-
LAKI
1. Pengetahuan masyarakat.
Pengetahuan sebagian Masyarakat Muslim kec.Medan Maimun
tentang memakai inai adalah diwajibkan karena sudah menjadi adat
setempat apalagi dalam adat melayu yang pakai resam melayu maka lelaki
yang akan menikah akan diwajibkan memakai inai. Menurut pengetahuan
mereka, Laki-laki yang memakia inai hanya khusus untuk perkawinan saja
sebatas adat.
56 Muhammad Ibn Ya’qub, Al- Furu’ Al- Kahfi, Jilid V, h.523.
45
Masyarakat Medan Maimun sebagian Masyarakatnya tidak
mengetahui kalau pemakaian ini bagi laki-laki itu hukumnya haram,tetapi
ada juga masyarakat yang mengetahui tentang hukumnya memakai inai
bagi laki-laki dan mengetahui kalau ada hadis yang menyerupai
perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki, tetapi kalau
pendapat-pendapat ulama tentang diharamkan inai bagi lak-laki tidak
banyak yang mengetahuinya.57
2. Pendapat masyarakat
Sebagian Masyarakat yang berada di kecamatan Medan Maimun
berpendapat boleh memakai inai bagi laki-laki, karena sudah menjadi adat
setempat, dan sebagian masyarakat setuju dengan pendapat madzhab
Syafi’i bahwa haram memakai inai bagi laki-laki meskipun dalam
pernikahan, tetapi ada masyarakat yang tidak setuju dan tidak mengetahui
tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki, mereka berpendapat
memakai inai tidak ada pengaruhnya di agama maupun di Adat
setempat.58
D. PANDANGAN SERTA ALASAN RESPONDEN MASYARAKAT
TERHADAP HUKUM PEMAKAIAN INAI BAGI LAKI-LAKI
Menurut Madzhab Syafi’i haram hukumya laki-laki memakai inai,
begitu juga pendapat beberapa ulama sesuai dengan beberapa hadist nabi.
Sekalipun demikian masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui
hukumnya dan memakainya pada saat pesta pernikahan.
57 Amiruddin, Tokoh Agama , Wawancara Pribadi, Medan 12 September
2013
58 H. Hasan , Masyarakat Kecamatan Medan Maimun , Wawancara Pribadi,14 September 2013
46
Untuk itu penulis mengadakan penelitian terhadap pandangan
madzhab Syafi’i tentang hukum memakai inai bagi laki-laki. Penelitian ini
adalah penelitian lapangan yang dilakukan dalam beberapa bulan, dalam
penelitian ini menggunakan sumber data primer dan skunder, penulis
mengambil data dengan wawancara dan angket yang disebarkan kepada
masyarakat. Dalam sampel penelitian ini di khususkan kepada adat
melayu sebanyak 50 0rang, yang mana dilakukan wawancara serta
menyebarkan angket kepada beberapa tokoh Adat, Agama, ormas seta
penduduk setempat.
Dan mendapatkan hasil penelitian yang di jelaskan berdasarkan
tabel berikut :
Tabel 1
Alasan pengantin laki-laki memakai inai dalam perkawinan
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Karena sudah menjadi
adat tertentu
34 68
2 Karena sudah menjadi
kebiasaan
13 26
3 Tidak tahu 3 6
Jumlah 50 100
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kebanyakan alasan masyarakat
muslim dikecamatan Medan Maimun tentang pengantin lelaki memakai
inai dalam perkawinan karena sudah menjadi adat setempat yaitu :
dengan persentase 68%,sedangkan karena sudah menjadi kebiasaan 26%
47
dan yang tidak tahu 6%.kemudian bagaimanakah pengetahuan
masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki dapat kita lihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel II
Pengetahuan masyarakat tentang hukum memakai inai bagi laki-laki
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Boleh 10 20
2 Tidak boleh 22 44
3 Tidak tahu 18 36
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak masyarakat yang
mengetahui tentng tidak bolehnya memakai inai bagi laki-laki, yaitu : 44%
, jika dibandingkan dengan jawaban yang lain, yaitu yang mengatakan
boleh 20%, dan jawaban yang tidak tahu 36%. Kemudian madzhab apa
yang yang dipakai masyarakat kecamatan Medan Maimun, hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel III
Madzhab yang ada pada masyarakat kec.medan maimun
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (
%)
1 Madzhab Syafi’i 44 88
2 Madzhab Hanafi 0 0
3 Tidak Bermadzhab 6 12
Jumlah 50 100
48
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Masyarakat Muslim di
Kecamatan Medan Maimun 88% yang bermadzhab Syafi’i, kemudian 12%
Masyarakat yang tidak bermadzhab dan 0% yangbermadzhab hanafi.
Setelah diketahui bahwa Masyarakat Muslim kecamatan Medan
Maimun lebih banyak yang bermadzhab Syafi’i, maka pertanyaan
berikutnya adalah apakah dikecamatan medan maimun pernah diadakan
penyuluhan oleh pemerintah/ instansi tentang hukum memakai inai bagi
laki-laki,hal ini dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel IV
Penyuluhan pemerintah tentang hukum memakai inai
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 2 4
2 Tidak pernah 34 68
3 Tidak tahu 14 28
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa 68% masyarakat Muslim
dikecamatan Medan Maimun menjawab bahwa tidak pernah ada
penyuluhan oleh instansi, sedangkan 28% menjawab tidak tahu ada
penyuluhan oleh instansi, dan 4% mengatakan pernah adanya
penyuluhan oleh instansi.
Dengan demikian setelah diketahuinya pengetahuan masyarakat
tentang peyuluhan di kecamatan Medan Maimun, maka perlu diketahui
bagaimana pandangan masyarakat kecamatan Medan Maimun tentang
49
pengantin laki-laki memakai inai,hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel V
Pandangan masyarakat jika pengantin laki-laki memakai inai
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Boleh 24 48
2 Tidak boleh 21 42
3 Tidak tahu 5 10
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pandangan masyarakat jika
pengantin laki-laki memakai inai 48% mengatakan boleh ,sedangkan 42%
mengatakan tidak boleh dan tidak tahu 10%.
Setelah mengetahui tentang jawaban Masyarakat Muslim
kecamatan Medan Maimun tentang pengantin laki-laki memakai inai,
maka selanjutnya yang harus diketahui adalah bagaimanakah pendapat
Masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi laki-laki , hal ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel VI
Pendapat masyarakat tentang kewajiban memakai inai bagi pengantin
laki-laki
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Wajib/harus 10 20
2 Tidak wajib 34 68
3 Tidak tahu 6 12
50
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 68% pendapat Masyarakat
Muslim dikecamatan Medan Maimun mengatakan tidak wajib memakai
inai bagi pengantin laki-laki, sedangkan 20% mengatakan wajib/harus
memakai inai bagi laki-laki dan 12% mengatakan tidak tahu tentang
kewajiban memakai inai bagi laki-laki.
Setelah mengetahui pendapat masyarakat tentang kewajiban
memakai inai maka selanjutnya yang perlu diketahui adalah bagaiman
responden masyarakat tentang pengantin laki-laki yang tidak memakai
inai. Ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel VII
Respon masyarakat terhadap pengantin laki-laki yang tidak memakai inai
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Melanggar adat 38 76
2 Melanggar agama 4 8
3 Tidak tahu 8 16
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 76% responden Masyarakat
Muslim di kecamatan medan maimun mengatakan melanggar adat bagi
laki-laki yang tidak memakai inai, sedangkan 8% responden Muslim
dikecamatan Medan Maimun mengatakan melanggar Agama bagi laki-laki
yang tidak memakai inai, dan 16% mengatakan tidak tahu.
51
Setelah mengetahui tentang respon Masyarakat yang tidak
memakai inai, kemudian yang harus diketahui adalah dampak memakai
inai bagi kesehatan.
Tabel VIII
Dampak memakai inai terhadap kesehatan
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Ada 30 60
2 Tidak ada 11 22
3 Tidak tahu 9 18
Jumlah 50 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 60% pendapat masyarakat
muslim yang ada di kecamatan medan maimun mengatakan ada dampak
memakai inai bagi kesehatan ,sedangkan 22% mengatakan tidak ada
dampaknya memakai inai bagi kesehatan dan 9% mengatakan tidak tahu
tentang dampak memakai inai bagi kesehatan.
Setelah mengetahui dampak pemakaian inai bagi kesehatan, maka
selanjutnya yang harus dketahui adalah respon masyarakat setelah
mengetahui hukum memakai inai tidak dianjurkan oleh Islam,hal ini
dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel IX
Tanggapan masyarakat setelah mengetahui hukum memakai inai tidak
dianjurkan oleh Islam
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Masih, karena sudah 23 46
52
menjadi adat tertentu
2 Tidak, karena takut
melanggar hukum
Islam
21 42
3 Tidak tahu 6 12
Jumlah 50 100
Dari tabel ini dapat kita lihat bahwa 46% responden Masyarakat
Muslim yang ada dikecamatan Medan Maimun masih memakai inai
karena sudah menjadi adat, 42% respon yang tidak memakai nya lagi
karen takut melanggar hukum Islam dan 12% yang merespon tidak tahu.
Setelah mengetahui hukum tidak dianjurkan memakai inai bagi
laki-laki, maka yang perlu diketahui lagi bagaiman respon masyarakat
tentang laki-laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, dpat kita
lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel X
Respon masyarakat laki-laki memakai inai sama seperti menyerupai
perempuan
No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Setuju 35 70
2 Tidak setuju 7 14
3 Tidak tahu 8 16
Jumlah 50 100
53
Dari tabel di atas ini dapat dilihat bahwa respon masyarakat
tentang laki-laki memakai seperti menyerupai perempuan dapat dilihat
dari alternatif jawaban, 70% mengatakan setuju , sedangkan 14%
mengatakan tidak setuju, dan 16% mengatakan tidak tahu.
Dari uraian dan penjabaran hasil angket diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa para responden muslim yang ada di kecamatan medan
Maimun lebih banyak responden yang belum mengetahui hukum
memakai inai bagi laki-laki, dari pada yang sudah mengetahui. Dan para
responden yang mengetahui tentang hukum memakai inai bagi laki-laki
dalam Islam adalah haram, maka sebagian mereka mengikuti pendapat
tersebut, tetapi ada juga yang tidak mengikuti karena sudah menjadi adat
.
E. ANALISIS PENULIS
Hukum memakai inai bagi laki-laki adalah diharamkan dalam
hukum Islam,karena laki-laki yang memakai inai sama seperti menyerupai
perempuan berdasarkan pendapat-pendapat para ulama dan hadis-hadis.
Dalam keterangan yang disebutkan oleh Madzhab Syafi’i djelaskan bahwa
inai adalah pakaian perempuan sehingga tidak boleh dipakai oleh laki-laki,
dan Allah melaknat laki-laki yang menyerupai pakaian perempuan.
Namun Sekarang ini ditengah masyarakat kita perbuatan berinai
bagi laki-laki masih ada, walaupun ada diantaranya telah mengetahui
tentang keharamannya, khususnya kepada pengantin lelaki pada malam
majelis berinai, tetapi ada juga masyarakat yang tidak mengetahui tentang
hukumnya memakai inai bagi laki-laki.
54
Tetapi kalau laki-laki memakai inai tanpa keinginan pribadi
melainkan karena adat juga tidak dibolehkan dalam Islam, jika laki- laki
tersebut dipaksa untuk memakainya dalam majelis berinai, maka hal yang
diperlukan adalah kesepakatan dengan calon mempelai wanita serta
musyawarah dengan keluarga, apakah mempelai laki-laki tetap memakai
inai atau tidak memakainya dalam pernikahan
Dari penelitian yang didapat di jawaban hasil angket dalam hal
pemakaian inai bagi laki-laki khususnya dalam pernikahan dikecamatan
Medan Maimun, 94% Masyarakat Muslim pernah memakai inai bagi laki-
laki, dengan penggolongan 68% berpendapat pemakaian inai tersebut
karena sudah menjadi adat setempat, dan 26% berpendapat karena sudah
menjadi kebiasaan.
Penelitian yang telah didapatkan dari hasil angket yang telah
disebar kepada para masyarakat muslim kecamatan Medan Maimun,
masih banyak dari mereka yang belum mengetahui tentang hukum
memakai inai bagi laki-laki, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang
menunjukkan bahwa 64% Masyarakat Muslim dikecamatan Medan
Maimun belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi pengantin
laki-laki dalam Islam dan hanya 36% masyarakat yang mengetahui
tentang haramanya laki-laki memakai inai.
Kemudian dari hasil angket dapat diketahui bahwa ada 48%
Masyarakat yang mengatakan boleh memakai inai bagi laki-laki, 42% yang
mengatakan tidak boleh memakai inai bagi laki-laki dan 10% mengatakan
tidak mengetahuinya. Seperti yang telah diterangkan pada angket diatas
76% mengatakan pengantin laki-laki yang tidak memakai inai termasuk
55
hal yang salah karena sudah melanggar adat, 8% mengatakan melanggar
Agama, dan 16% yang mengatakan tidak tahu. pada angket diatas juga
kelihatan bahwa 70% masyarakat kecamatan Medan Maimun setuju laki-
laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, 14% tidak setuju dan
16% yang brpendapat tidak tahu.
Jika hasil angket / wawancara dikaitkan dengan pendapat madzhab
Syafi’i diatas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang telah dilakukan
Masyarakat Muslim dikecamatan Medan Maimun yaitu memakai inai bagi
pengantin laki-laki dalam pernikahan sangat bertentangan dengan
pendapat Madzhab Syafi’i yang menyatakan pengantin lelaki dilarang
memakai inai, kecuali jika ada udzur dan untuk berobat dengannya.
56
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari apa yang dijelaskan pada bab sebelumnya maka penulis
mengambil kesimpulan yaitu:
1. Pengetahuan sebagian masyarakat muslim kec.Medan Maimun
tentang memakai inai bagi laki-laki diwajibkan karena sudah menjadi
adat setempat apalagi adat melayu yang pakai resam melayu maka
lelaki yang akan menikah diwajibkan memakai inai. Menurut mereka,
Laki-laki yang memakai inai hanya khusus untuk perkawinan saja
dan hanya sebatas adat. Masyarakat Medan Maimun tidak
mengetahui kalau pemakaian inai bagi laki-laki itu hukumnya
haram,tetapi ada sebagian mereka yang mengetahui kalau ada hadis
yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-
laki, tetapi kalau pendapat-pendapat ulama tentang diharamkan inai
bagi lak-laki mereka tidak mengetahuinya. Sedangkan Pendapat
sebagian Masyarakat yang berada di kecamatan Medan Maimun
berpendapat boleh memakai inai bagi laki-laki, karena sudah menjadi
adat setempat, dan sebagian masyarakat setuju dengan pendapat
madzhab Syafi’i bahwa haram .memakai inai bagi laki-laki meskipun
dalam pernikahan, tetapi ada masyarakat yang tidak setuju dan tidak
mengetahui tentang haramnya memakai inai bagi laki-laki, mereka
berpendapat memakai inai tidak ada pengaruhnya di agama maupun
di Adat setempat.
57
2. Pendapat Madzhab Syafi’i haram hukumnya laki – laki memaka inai
di tangan dan di kedua kakinya,karena inai termasuk pakaian
perempuan , maka laki-laki yang memakainya termasuk menyerupai
perempuan. Dalam hadis disebutkan bahwa Allah melaknak laki- laki
yang menyerupai perempuan. Madzhab Syafi’i berpendapat berinai
bagi pengantin laki- laki pada tangan dan kakinya haram karena
hanya merupakan adat semata- mata yang tidak ada di syariatkan di
dalam Islam, dan tidak dibenarkan mewarnai jari tangan dan kakinya
dengan inai kecuali perempuan. Al-Hafizh Rahimahullah berkata,
"Adapun mengecat kedua tangan dan kedua kaki maka tidak boleh
bagi pria, kecuali untuk pengobatan. Berdasarkan hal ini, maka apa
yang dilakukan kebanyakan pengantin laki-laki menggunakan inai
pada jari tangan dan kaki sebagai bagian dari acara pernikahan ini
bertentangan dengan dalil – dalil. Hikmah pengharaman ini adalah
karena laki- laki yang meniru lawan jenisnya itu telah keluar dari
fitrah dan watak yang telah di berikan Allah Yang Maha Bijak Tuhan
Semesta Alam
3. Pandangan sebagian Masyarakat Melayu dikecamatan Medan
Maimun tentang pemakain inai bagi laki-laki khusus dalam
pernikahan adalah diwajibkan karena mereka mengikuti adat yang
sudah menjadi tradisi dari dulu. Dan laki-laki diwajibkan memakai
inai dalam perkawinan.
Sedangkan alasan responden Masyarakat Kec. Medan Maimun 94%
Masyarakat Muslim pernah memakai inai bagi laki-laki, dengan
58
penggolongan 68% berpendapat pemakaian inai tersebut karena
sudah menjadi adat setempat, dan 26% berpendapat karena sudah
menjadi kebiasaan. 64% masyarakat muslim dikecamatan Medan
Maimun belum mengetahui tentang hukum memakai inai bagi
pengantin laki-laki dalam Islam dan hanya 36% masyarakat yang
mengetahui tentang haramanya laki-laki memakai inai. 48%
masyarakat yang mengatakan boleh memakai inai bagi laki-laki, 42%
yang mengatakan tidak boleh memakai inai bagi laki-laki dan 10%
mengatakan tidak mengetahuinya. 76% mengatakan pengantin laki-
laki yang tidak memakai inai termasuk hal yang salah karena sudah
melanggar adat, 8% mengatakan melanggar agama , dan 16% yang
mengatakan tidak tahu. 70% masyarakat kecamatan Medan Maimun
setuju laki-laki memakai inai seperti menyerupai perempuan, 14%
tidak setuju dan 16% yang berpendapat tidak tahu.
SARAN.
Dari kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Kepada Masyarakat khususnya laki – laki di kecamatan Medan
Maimun hendaknya bisa mencari tahu hukum haramnya laki- laki
memakai inai saat pernikahan.
2. Kepada tokoh masyarakat, serta pemerintah hendaklah
mensosialisakan kepada masyarakat tentang hukum memakai inai
bagi laki- laki agar tidak salah langkah.
59
3. Kepada Masyarakat Medan Maimun khusunya laki- laki muslim
agar tidak lagi memakai inai dalam pernikahan karena hal tersebut
di haramkan dalam Islam.
4. Kepada Ormas Islam dan lembaga- lembaga Islam untuk berperan
aktif dalam mensosialisasikan keharaman memakai inai bagi laki-
laki Kecuali dipakai untuk pengobatan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Al- Bukhori Al-Ja’pi, Abi Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughiroh Ibn Barzabah , Shohih Al-Bukhori, Jilid VII . Beirut : Dar Al- Kitab Al- Amaliyah, 1992.
Abi Daud Sulaiman Ibn Al-As’asa As-Sajistani, Al-Hafidz , Sunan Abi Daud
Jilid I. Beirut : Dar Al-Aalam, 2003. Ahmad Al-Hasyimiy, As-Sayyid , Tarjamah Mukhtarul Hadist . Bandung :
PT. Al-Ma’arif, 1997. AL- Malibari, Zainuddin , Fathul Muin, Jilid I. Semarang : Karya Thaha
Putra, 1980. Abdullah, Subhan Dkk , Ensiklopedia Hadis Shohih Al- Bukhari, Jilid II.
Jakarta :Al-Mahira , Cet I, 2012. Al-Wazan, Amin Ibn Yahya , Al-fatawa Al-Jami’ah lil maratil muslimah, .
Jakarta: Darul Haq, 1989. Al-Bugha , Musthafa Dib Dkk, Syarah Riyadus Shalihin Imam An-
Nawawi, Jilid III. Depok : Gema Insani, cet I. 2010 Ahmad Al- Hasyim, As-Sayyid , Terjemah Mukhtarul Hadis. Bandung, :
PT.Al-Ma’arif , 1997. Abu Jaffar Muhammad Ibn Ya’qub, Al-Kaulani ,Al-furu’ al-khahfi, Jilid V.
Teheran : Dar al-kutub Al-Islamiyah, 1388. Abdul hamid, Husain , Kewajiban pengobatan herbal,. Jakarta :Pustaka
Al-Kautsar.2009. Al-Makkiyi al-Haitami, Abi al-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Ali ibn
Hijri, Az-Zawajir, juz I .Beirut : Dar al-Kitab al- Alamiyah , t.th
61
Al- Jibrin,Abdullah, Fatwa-fatwa Ulama bagi orang sakit. Solo : PT.Aqwam Media Propetika, cet II. 2012.
Az- Zuhaili, Wahbah , Al-Piqh Islam wa Adillatuhu, Jilid IV, Damsik : Dar
Al- Fikri,2004. Al-Maqdisi Al-Hambali, Abu Abdillah , Resep obat ala Nabi ShallAllahu
Alaihi Wasallam, Surabaya : Pustaka Elba.2008. Al-Jauziyah, ibnu Qayyim,Metode pengobatan Nabi ShAllahu Alaihi
Wasallam. Jakarta : Griya ilmu.2004. Amiruddin , Tokoh Agama ,Wawancara pribadi, Medan, 12 September 2013 Daud abu ,Sunan Abu daud, Jilid II.Beirut : Dar Al Fikri , 1887. Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya, Jilid II, Jakarta : Lentera
Abadi cet I, 2010.
Data statistik , kecamatan Medan Maimun.
Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan hadis, Jilid 6 tentang Kemukjizatan
Tumbuhan dan Buah-buahan. Fachruddin , Amir Hamzah Dkk , Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Jilid I.
Jakarta : Darul Haq, cet VII,2012. Ghoffar, Abdul, Fiqh Wanita edisi lengkap. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar,
cet XX.2006. Haitami , Ibnu Hajar .Al-Fatawa Al-kubra Al- Fiqhiyah, Jilid IV. Beirut :
Dar Al- Fikri,1989. Hawani, Nadirsah, Fiqh Wanita . Jakarta : Sinar Grafika Offset, cet I, 2011. Hasan, H,Masyarakat kecamatan Medan Maimun, Wawancara pribadi,
Medan, 14 september 2013.
62
http://kaahil.wordpress.com/2009/04/01/henna-inaipacar-the-magic-plant/ http://kemahilmu.blogspot.com/2010/05/hukum-memakai-inai-bagi-
lelaki.html http://lifeisbeautiful-dian.blogspot.com/2012/04/henna-inai-tanaman-
penuh-pesona.html http://fiqh-am.blogspot.com/2009/07/hukum-hakam-tentang-perhiasan.html http://ustaznaim.blogspot.com/2012/03/hukum-memakai-inai-bagi-
lelaki.html Ibnu Al-Aripi As- Sayyid Muhammad Syatho Addimiyathi, Abi Bakar
Masyhur bil - Assayid Al- Akbari’i I’anah Ath-Tholibin, Jilid II. Semarang : Hikmah Keluarga. t.th
Ismail, Tengku, Tokoh Adat melayu, Wawancara Pribadi, Medan,12
September 2013 Jat Ahmat , Fiqh Sunnah Wanita. Jakarta : Pustaka al-Kautsar, cet I. 2008. Nukman, H. Masyarakat Medan Maimun,Wawancara Pribadi, Medan, Rabu
1 Mei 2013. Muhammad al-jamal, Ibrahim. Piqih Wanita . Semarang : CV. Asy-Syifa,
1987. Mahyuddin ibn Syarif An-Nawawi , Abi Zakaria , Al-Majmu Syarah Al-
Muhassab ,Jilid II. Beirut : Dar Al-Fikri. t.th Muhammad Sayyid,Abdul Basith, Terapi Herbal dan Pengobatan Nabi
Muhammad ShallAllahu Alaihi Wasallam. Jakarta : Penebar Plus.2008.
63
Muhammad Dikki, Tengku, keturunan Raja Deli,Wawancara
Pribadi,Medan, 29 April 2013. Mohar, Tengku , Ketua harian Kerajaan istana Maimun , Wawancara
Pribadi, Medan 10 September 2013. Savitri, Evika Sandi.Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam .
Yogyakarta : Uin Malang. t.th Syaiful, M. Keturunan Melayu Istana Maimun , Wawancara pribadi ,
Medan, 14 September 2013 Syafaruddin, Tengku, Sekretaris Harian Kerajaan Istana Maimun,
Wawancara Pribadi, Medan, 10 September 2013. Www.piss kitab .com / 2012 /03 / 1034. Piqih wanita dn pria html Zaharrudin, Al-Ustadz / Tokoh Agama , Wawancara Pribadi, Medan 4 Mei
2013 Zulkarnaen, Tengku, Keturunan Adat Melayu Istana Maimun , Wawancara
Pribadi, Medan ,14 September 2013
64
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purba-Baru kecamatan Lembah Sorik Marapi
Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 25 Agustus 1989 , Putri Pertama
dari pasangan Suami Istri, H. Abdul Hakim Lubis dan Hj. Afni Aslina
Batubara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Desa Purba-baru
Kecamatan Lembah Sorik Marapi Tahun 2002, tingkat SLTP di MTS
Musthafawiyah Purba-baru Tamat Tahun 2005 , dan Tingkat SLTA di MAS
Musthafawiyah Purba-baru Tamat Tahun 2008.
kemudian Penulis melanjutkan Kuliah Ke Perguruan Tinggi Institut
Agama Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam ,
Jurusan Muamalah( Hukum Ekonomi Syari’ah ) mulai tahun 2009 .