PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi...
Transcript of PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi...
PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN
METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Robertus Adrian Wijaya
NIM : 151114076
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN
METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Robertus Adrian Wijaya
NIM : 151114076
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Jangan menyerah dalam berjuang, meskipun butuh pengorbanan.
Jangan sia-siakan waktumu selagi masih sempat, kesempatan tidak akan
datang dua kali.
-Robertus AW-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahakan karyaku untuk:
Tuhan Yang Maha Esa
Puji syukur ku panjatkan atas segala rahmat serta hidayahMu.
Terima kasih atas segala nikmat kesehatan dan kesempatan yang
Engkau berikan, senantiasa memberikanku kekuatan dan
ketenangan batin, dan meuntunku menuju jalan yang Kau
berkati
Orangtuaku
Bapak FX. Bambang Kusbandono dan Ibu Chatarina Endang
Palupi
Terima kasih atas cinta, nasehat, dan dukungan yang selama ini
bapak dan ibu berikan kepada anakmu ini.
Terima kasih karena selalu mengingatkan dan menyemangatiku
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Dosen pembimbing tercinta Dr. Gendon Barus,M. Si yang selalu
memberikan semangat, dukungan, membantu dan memberikan
masukkan dalam mengerjakan skripsi ini.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN
METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA
Robertus Adrian Wijaya
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat dan pemahaman
guru-guru di beberapa SMP di Indonesia yang meliputi; 1) Metode penilaian
pendidikan karakter, 2) Pendapat guru mengenai metode observasi sebagai teknik
penilaian pendidikan karakter, 3) Pendapat guru tentang keunggulan dan
kelemahan metode observasi dalam penilaian pendidikan karakter, 4) Pemahaman
guru megenai penerapan metode observasi dalam penilaian pendidikan karakter
disekolah, 5) Hambatan-hambatan guru dalam melakukan observasi sebagai
penilaian pendidikan karakter di sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode campuran deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket terbuka dan tertutup
yang disebar di 10 SMP kepada 39 guru. Data dianalisis secara deskriptif dengan
teknis presentasi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) observasi adalah metode yang
paling sering digunakan dalam menilai hasil pendidikan karakter, 2) sebagian
besar guru setuju bahwa observasi adalah cara terbaik yang dapat digunakan
dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah, 3) guru berpendapat bahwa
metode observasi adalah cara yang praktis dan mudah dilakukan, tetapi memiliki
keterbatasan waktu dan observasi menghasilkan data yang kurang signifikan, 4)
pemahaman guru terhadap metode observasi masih kurang karena belum
dikembangkannya alat penilaian yang mutlak untuk hasil pendidikan karakter, 5)
guru mengalami kesulitan dalam menentukan alat penilaian yang tepat dalam
menilai hasil pendidikan karakter, guru kurang memahami tentang penerapan
metode observasi , masih banyak guru yang meragukan observasi sebagai alat
penilaian pendidikan karakter, keterbatasan waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan observasi, perilaku siswa yang dibuat-buat, jumlah guru yang
terlalu sedikit tidak memungkinkan menerapkan observasi pada semua siswa,
objek observasi hanya siswa yang perilakunya buruk saja, keterbatasan
kemampuan mengingat otak manusia.
Kata kunci : pendidikan karakter, observasi, penilaian.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE TEACHERS’ OPINIONS AND UNDERSTANDING ABOUT THE
USAGE OF OBSERVATION METHOD AS A CHARACTER EDUCATION
ASSESSMENT TECHNIQUE IN SEVERAL JUNIOR HIGH SCHOOL IN
INDONESIA
Robertus Adrian Wijaya
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2019
The aim of this study was to find out teachers’ opinion and understanding
in several junior high school in Indonesia that covers; 1) Character education
assessment method, 2) teachers’ opinion about observation method as a character
education assessment technique, 3) Teachers’ opinion about advantages and
disadvantages of observation in assessing character education, 4) teachers’
understanding about implementation of observation as character education
assessment at school, 5) Teachers’ limitations in applying the observation as
character education assessment method at school.
This research used a mix method of descriptive quantitative and
qualitative. Data was collected using an open and close questionnaire that
distributed to 39 teachers in 10 junior high school. Data then analyzed
descriptively using presentation technique and the result was formed as graphic.
The results of this study indicate that 1) observation is the most often
method used in assessing the character education results, 2) most teachers agree
that observation is the best way that can be used in the assessment of character
education at schools, 3) the teachers believe that the observation method is a
practical and easy way to do, but has limited time and observation resulting an
insignificant data, 4) the teachers' understanding of the observation method are
still lacking because an absolute assessment tool has not yet been developed for
character education results, 5) the teachers have difficulty in determining the
right assessment tool in assessing the results of character education, and the
teachers also have lack understanding about the application of the observation
method, and there are still many teachers who doubt about observation as a tool
for character education assessment, the limited time needed to carry out
observations, students made up behavior, the limited number of teachers in
applying observations to all students, the observation object is only students with
poor behavior, human brain’ limited ability to remember.
Keywords: character education, observation, assessment.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, semangat,
serta penyertaan yag luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, dan lancar. Penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa ada bantuan, dampingan dan
dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu, dengan tulus hati penulis
menyampaiakan banyak terima kasih khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma, yang bersedia memberi ijin
untuk melakukan penelitian, dan selaku dosen pembimbing yang selalu
sabar meluangkan waktu, memberi motivasi, mendampingi dan
memberikan ide-ide kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.
3. Para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh studi.
4. Bapak FX. Bambang Kusbandono dan Ibu Chatarina Endang Palupi yang
selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis selama
menempuh studi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
HASIL PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
G. Batasan Istilah ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 7
A. Hakikat Pendidikan Karakter ............................................................. 7
1. Pengertian Karakter ........................................................................... 7
2. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................ 9
3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ............... 11
4. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Sekolah ................ 13
5. Nilai-nilai Karakter Yang Ditanamkan Di Sekolah ........................ 14
6. Sistem Penilaian Pendidikan Karakter ............................................ 17
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Hakikat Metode Observasi ................................................................. 19
1. Pengertian Obervasi ........................................................................ 19
2. Bentuk-bentuk Observasi ................................................................ 20
3. Kelemahan Obsevasi Dalam Penilaian Pendidikan Karakter ......... 26
4. Cara Mengatasi Kelemahan Observasi ........................................... 29
5. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dan selama observasi ........... 31
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 33
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 33
1. Tempat dan Subjek Penelitian ........................................................ 34
2. Waktu Penelitian .......................................................................... 36
B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 37
1. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 37
2. Instrumen Pengumpul Data ............................................................. 38
C. Validitas Instrumen ............................................................................ 39
D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 42
B. Pembahasan ......................................................................................... 51
1. Penggunaan teknik obsrvasi sebagai alat penilaian pendidikan
karakter di sekolah .......................................................................... 51
2. Pendapat guru mengenai penggunaan teknik observasi sebagai
alat penilaian pendidikan karakter di sekolah ................................. 51
3. Pendapat guru mengenai kelamahan dan keunggulan teknik
observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter di sekolah .... 52
4. Pemahaman guru mengenai penggunaan teknik observasi sebagai
alat penilaian pendidikan karakter disekolah .................................. 53
5. Hambatan yang dialami guru dalam menggunakan teknik
observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter di sekolah .... 53
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 55
A. Kesimpulan .......................................................................................... 55
B. Saran .................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58
LAMPIRAN ..................................................................................................... 60
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tempat Penelitian ............................................................................. 34
Tabel 3.2 Subjek Penelitian ............................................................................... 35
Tabel 3.3 Jadwal Pengambilan Data ................................................................ 36
Tabel 4.1 Metode penilaian pendidikan karakter ........................................... 42
Table 4.2 Observasi Sebagai Penilaian Pendidikan Karakter ....................... 42
Table 4.3 Keunggulan Observasi ...................................................................... 43
Table 4.4 Kelemahan Metode Observasi.......................................................... 45
Tabel 4.5 Pendapat Guru .................................................................................. 47
Tabel 4.6 Pendapat Mengenai Hambatan Penggunaan Observasi Dalam
Penilaian ............................................................................................. 48
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Pembentuk Karakter .................................................... 9
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ................................................................. 61
Lampiran 1. Angket Penelitian ...................................................................... 62
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan batasan istilah. Masing-masing sub judul dalam penelitian ini
dijabarkan secara singkat, ringkas namun jelas.
A. Latar Belakang Masalah
Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi
para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk
menilai hasil pendidikan karakter, banyak cara yang dapat digunakan guru
untuk menilai hasil pendidikan karakter di sekolah. Salah satu cara yang dapat
digunakan adalah observasi.
Menurut Banister (dalam Poerwandari 2001) istilah observasi berasal
dari Bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Secara luas Banister
menjelaskan bahwa observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi adalah cara yang paling mudah dilakukan, karena tidak perlu
biaya mahal, dan observasi dianggap cara yang paling popular. Meskipun,
begitu para guru di sekolah masih mengalami kendala dalam menggunakan
observasi.penggunaan metode observasi sebagai alat penilaian hasil pendidikan
karakter masih belum maksimal. Hal ini disebabkan karena observasi
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
membutuhkan waktu yang lama, jumlah murid yang terlampau banyak untuk
diobservasi, mengandung bahaya like dan dislike, kemudianobservasi juga
membutuhkan pencatatan yang teratur dan rapih sedangkan otak manusia
memiliki batasan dalam mengingat sehingga data yang diperoleh dapat menjadi
tidak lengkap signifikan.
Hanna Djumhana (1983:202) memandang observasi sebagai metode
ilmiah yang sampai saat ini menduduki tempat utama dalam dunia ilmu
pengetahuan empiris. Demikian pula dalam psikologi, observasi tetap diakui
sebagai salah satu metode ilmiah dan banyak diterapkan dalam berbagai
kegiatan penelitian dan pengumpulan data. Konseling sebagai kegiatan
memberi bantuan salah satunya kepada pribadi-pribadi bermasalah juga
menggunakan metode observasi disamping wawancara dan penggunaan tes
psikologis.
Berdasarkan pernyataan diatas muncul pertanyaan dalam benak peneliti,
apakah selama ini guru-guru memahami penggunaan metode observasi yang
benar sebagai alat penilaian terhadap pendidikan karakter disekolah? cara
apakah yag paling sering digunakan guru-guru dalam menilai hasil pendidikan
karakter di sekolah? apakah ada hambatan dalam penggunaan metode tersebut
sebagai alat penilaian pendidikan karakter? Lalu apakah observasi juga
digunakan kepada siswa yang biasa-biasa saja? Memang sampai sekarang
masih belum ada alat ukur standar dari pemerintah untuk mendukung penilaian
dalam pendidikan karakter. Maka dari itu peneliti sebagai mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma tertarik dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
metode observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter. Maka peneliti
tertarik mengangkat judul “Pendapat dan Pemahaman Guru terhadap
Penggunaan Metode Observasi Sebagai Teknik Penilaian Pendidikan Karakter
Di Beberapa SMP di Indonesia”
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi
berbagai masalah berikut :
1. Guru-guru membutuhkan alat penilaian yang tepat sehingga dapat
membantu guru menilai karakter siswa.
2. Guru tidak mengetahu cara yang tepat dalam memberikan penilaian
terhadap sikap siswa
3. Belum ada sistem penilaian yang dapat mengukur secara akurat mengenai
pendidikan karakter yang diberikan pada siswa.
4. Ada indikasi guru tidak mengetahui cara menggunakan asesmen pendidikan
karakter yang benar dan tepat.
5. Adanya hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam menggunakan
observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter.
6. Pemahaman observasi sebgai penilaian hasil pendidikan karakter masih
mengandung banyak kelemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, mengingat adanya keterbatasan penelitian maka
fokus kajian diarahkan pada 4, 5, dan 6 yang berkaitan dengan penggunaan
metode observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter di sekolah
menengah pertama.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, pertanyaan penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Cara apa yang paling sering digunakan untuk menilai keberhasilan
pendidikan karakter di sekolah ?
2. Bagaimana pendapat guru mengenai penggunaan observasi sebagai teknik
penilaian pendidikan karakter yang umum di sekolah ?
3. Menurut penilaian guru, apa saja keunggulan dan kelemahan metode
observasi dalam menilai pendidikan karakter?
4. Seberapa jauh pemahaman guru mengenai penerapan metode observasi
dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah ?
5. Hambatan-hambatan atau kesulitan apa yang ditemukan guru dalam
menilai pendidikan karakter menggunakan observasi?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu :
1. Mengetahui seberapa sering observasi digunakan sebagai penilaian
pendidikan karakter di sekolah
2. Mengetahui cara yang tepat dalam menilai hasil pendidikan karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Memberi pemahaman kepada guru mengenai penerapan observasi
sebagai penilaian hasil pendidikan karakter yang benar dan tepat.
4. Mengetahui hambatan-hambatan dalam melakukan observasi sebagai
alat penilaian hasil pendidikan karakter.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dibidang ilmu
pendidikan mengenai pendidikan karakter dan cara yang tepat untuk
menilai pendidikan karakter
2. Manfaat praktis
a. Bagi pemerintah
Penelitian ini memberikan sumbangan informasi dalam mengukur
hasil pendidikan dan menjadi sarana evaluasi terhadap pendidikan
alat penilaian pendidikan karakter bagi Indonesia.
b. Bagi sekolah dan guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru-guru disekolah
dalam menentukan alat yang tepat dan efektif untuk memberi
penilaian terhadap pendidikan karakter yang diberikan disekolah
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui seberapa efektif penggunaan alat
penilaian pendidikan karakter disekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
d. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai refrensi
dalam mengembangkan penilitian mengenai alat penilaian
pendidikan karakter.
G. Batasan Istilah
1. Observasi adalah salah suatu aktivitas yang dilakukan oleh guru dengan
mengamati perilaku objek guna mengetahui suatu informasi dari sebuah
fenomena yang berdasarkan pengetahuan dan gagasan.
2. Pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik
menjalani dan memenuhi tugas hidupnya secara mandiri. Pendidikan
adalah usaha manusia dewasa untuk mendewasakan manusia yang belum
menjadi dewasa dengan cara dibimbing, diarahkan.
3. Penilaian pendidikan karakter yang dimaksud adalah penggunaan metode
observasi terhadap alat penilaian hasil pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori yang akan dijadikan dasar dalam membangun kerangka
konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka bab ini peneliti mengemukakan
beberapa konsep uanh berhubunhan sengan variabel penelitian, yaitu hakikat
metode observasi, hakikat pendidikan karakter:
A. Hakikat Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter
Berkowiz (Doni koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter
sebagai swkumpulan karakter psikologis yang mempengaruhi
kemampuan dan kecindongan pribadi agar dapat berfungsi secara
moral. Menurut Pritchard (Doni Koesoema,2012: 27) karakter adalah
“a compex set of relatively persistant qualieties of the individual
person, and the term has a definite positive connotation when is used
in disscusions of moral education.” Artinya, karakter merupakan
sekumpulan kualitas moral yang relative stabil dalam diri seseorang.
Karakter memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi
moral.
Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan karakter
dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika
Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter
berkaitan dengan ketiga komponen yaitu konsep moral (moral
knowing), sikap moral(moral feeling), dan perilaku moral (moral
behaviour). Ia juga mengatakan bahwa karakter yang baik didukung
oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbiatan kebaikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi (2014:7) mengatakan
bahwa komponen karakter adalah moralitas, kebenaran, kenaikan,
kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukan kepada orang lain
melalui tindakan. Ia juga mengatakan, karakter sesorang terpisah dari
moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang
dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan
dari karakter. Kebenaran tidak terbangun dengan sendirinya tanpa
adanya karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk
merupakan perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan ini yang
mendorong suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan
keadilan.Kebenaran, kebaikan dan kekuatan sikap adalah bagian dari
integral uang menyatu dengan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 2.1 Komponen Pembentuk Karakter
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa karakter dan moral adalah
hal yang berbeda, pengetahuan seseorang terhadap baik dan buruk adalah
pengertian dari moral, sedangkan tindakan atau kebiasaan seseorang yang
langsung ditentukan oleh otak disebut sebagai karakter. Meskipun berbeda
tetapi karakter dan moral saling berkaitan antara satu dan lainnya. Moral
adalah komponen yang membentuk karakter seseorang, saat moral
behaviour dilakukan secara berulang. Disamping itu, karakter memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari pada moral karena karakter tidak hanya
tentang baik dan salah. Maka dapat dikatakan bahwa karakter adalah
kebiasaan berdasarkan pengetahuan baik atau buruk.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) mengatakan bahwa “pendidikan
karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan
merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik” sedangkan,
menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) “pendidikan karakter adalah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pemberian tuntunan kepada peserta ridik untuk menjadi manusia seutuhnya
yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.”
Mereka juga menyampaikan bahwa pendidikan karakter dapat disebut juga
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Character education partnership (CEP) (Doni Koesoema, 2012: 57) sebuah
program nasional pendidikan karakter di amerika serikat, mendefinisakn
karakter sebagai berikut :
Sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah-sekolah
agar dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab
dan kemauan untuk mwrawat satu sama lain dalam diri anak-anak muda,
melalui keteladanan dan pengajaran tentang karakter baik memberikan
penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua. Gerakan
ini merupakan usaha-usaha, dari sekolah, distrik, dan negara bagian uanh
sifatnya intensional dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para
peserta didik nilai-nilai moral, moral inti, seperti perhatian dan perawatan
(caring), kejujuran, keadilan (fairness), tanggung jawab dan rasa hormat
terhadap diri dan orang lain.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter
adalah proses pemberian bekal/penanaman nilai moral mengenai karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pribadi yang baik dalam kehidupan sehari-hari melalui program
pemerintah yang diberikan kepada sekolah.
3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
a. Tujuan pendidikan karakter
Menurut kemendiknas (2010) Peraturan pemerintah nomer 17
tahun 2010 tenteng pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada pasal
17 ayat (3)”pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah pertama
(SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berahklak mulia, dan berkepribadian
luhur; (c) berilmiu, cakap, kritis, dan inovatif; (d) sehat, mandiri dan
percaya diri; € toleran, peka sosial, demokratis, dan bertangung jawab.”
Melalu penjelasan pasal diatas, jelas bahwa pendidikan memiliki
tujuan yang erat dengan pendidikan karakter. Bahwa pendidikan
disekolah menjadi sarana untuk menerapkan nilai-nilai karakter yang
dapat membawa perubahan bagi peserta didik dalam hal beriman dan
bertakwa kepada Tuhan; berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;
memiliki ilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif; selain itu juga
membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat, mandiri, percaya
diri serta memiliki rasa toleransi, peka sosial, demokratis, dan
bertanggung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Fungsi pendidikan karakter
Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan karakter
adalah
1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk
menjadi perilaku yang baik bagi pesera didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter
bangasa.
2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik
yang lebih bermartabat.
3) Penyaringan: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri
dan karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
karakter dan karakter bangsa.
c. Prisnsip-prinsip dasar pendidikan karakter
Menurut Direktorat Pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-
146) pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensuf supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku.
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
5) Memberi kesemparan kepada peserta didik untuk menunjukan
perilaku yang baik.
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.
8) Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
nilai dasar yang sama.
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsu staff sekolah sebagai guru-
guru karakter, dan manifestasi karakter.
4. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Sekolah
Suyanto (2010: 9), menegaskan bahwa keberhasilan program
pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian butir-butir standar
kompetensi lulusan peserta didik.yamg meliputi sebagai berikut :
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan
remaja
b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri
c. Menunjukan sikap percaya diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang
lebih luas.
e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup nasional
f. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
g. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
h. Menghargai karya seni dalam budaya nasional
5. Nilai Nilai Karakter yang Ditanamkan di Sekolah
Nilai-nilai.karakter yang ditanamkan dalam pendidikan di sekolah
menurut Kementqaerian Pendidikan Nasional. Beberapa nilai karakter
adalah sebagai berikut :
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleransi terhadap pelaksana ibadah agama lain, dan hidup
rukun terhadap pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai macam hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaiakan tugasnya.
h. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
j. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan diri dan kelompoknya
k. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadirannya.
o. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam dan sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi perhatian kepada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Sistem Penilian Pendidikan Karakter
Karakter sangat berhubungan erat dengan moral yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Easley (2002) bahwa karakter berkaitan
dengan keteguhan hati, ketekunan, rasa hormat, tanggung jawab, dan
disiplin diri.
Hal ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan karakter yaitu
membentuk manusia dengan karakter-karakter yang baik. Maka dari itu
penilaian terhadap pendidikan karakter adalah hal yang sangat penting.
Menurut Mardapi (2017) karakter berkaitan dengan personalitas walaupun
ada perbedaannya. Personalitas adalah trait bawaan sejak lahir, sedangkan
karakter adalah perilaku hasil pembelajaran. Kualitas seorang siswa sering
dihubungkan dengan karakter dan dinilai berdasarkan pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lickona (Sobri, 2015) berpendapat bahwa karakter adalah sesuatu
yang terlihat. Karakter terdiri dari sifat baik sebagai bentuk perilaku yang
sesuai dengan moral, sehingga karakter merupakan bentuk perilaku
konkrit, atau penerapan dari moral. Sudah sejak lama masalah pendidikan
karakter disadari, namun, memang belum ada hasil yang bisa diharapkan
untuk menangani problem tersebut.
Andersen (Mardapi, 2017) berpendapat bahwa”ada dua metode
yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode
observasi dan laporan diri. Pengggunaan metode observasi berdasarkan
pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau
perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi atau keduanya.
Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif
seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam
mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Karakter siswa dapat dinilai oleh guru. Baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru
untuk menilai pendidikan karakter. Langkah-langkah yang harus diambil
dalam mengembangkan intrumen afektif menurut Sutijan, (2015) adalah
sebagai berikut :
a. menentukan spesifikasi instrument
b. menulis instrument
c. menentukan skala instrument
d. menentukan system penskoran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
e. menelaah instrument
f. melakukan ujicoba
g. menganalisis instrument
h. merakit instrument
i. melaksanakan pengukuran; dan
j. menafsirkan hasil pengukuran.
B. Hakikat Metode Observasi
1. Pengertian Observasi
Terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi,yaitu
pengertian secara luas dan sempit. Observasi dalam arti sempit berarti
pengamatan secara langsung terhadap suatu gejala yang
diteliti.Sedangkan dalam arti luas observasi memiliki pengertian
pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
terhadap objek yang sedang diteliti.
Dilihat dari segi pskologi istilah pengamatan tidak sama dengan
melihat, sebab melhat hanya menggunakan penglihatan sedangkan
dalam pengamatan terkandung makna bahwa dalam melakukan
pemahaman terhadap objek yang diamati dilakukan dengan
pancaindra yaitu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman,
bahkan bi, kadang ada gejala yang bila dipandang memerlukan
pencecap dan peraba. Hal ini disebabkan karena tidak semua gejala
yang diamati bisa dikenali dengan penglihatan saja, ada gejala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tidak bisa ditangkap oleh mata tetapi dengan hidung, telinga, lidah dan
sebagainya.
Disamping proses pengamatan, dalam melakukan observasi
harus dilakukan dengan penuh perhatian. Hal ini berarti bahwa dalam
kegiatan bservasi bukan hanya proses fisik namun juga psikis. Hal ini
bisa dijelaskan bahwa ketika melakukan observasi bukan hanya
melihat, mendengar, dan mencium yang dilakukan namun disertai
dengan pemusatan perhatian, aktivitas, dan kesadaran terhadap objek
atau gejala-gejala tertentu yang sedang diobservasi.
Anna Djumhana (1983:201) juga mengingatkan bahwa
observasi juga harus sistematis dan bertujuan, artinya dalam
melakukan sebuah observasi, observer tidak bisa melakukannya hanya
tiba-tiba saja dan tanpa perencanaan yang jelas. Dalam melakukan
observasiharus jelas apa tujuannya, gejala-gejala apa saja yang perlu
diamati, karakteristik masing-masing gejala, model pencatatannya,
analisisnya, dan pelaporan hasilnya.
2. Bentuk-bentuk Observasi
Ada berbagai macam observasi yang biasa dilakukan oleh
seorang konselor maupun peneliti saat mereka membutuhkan sebuah
data, yaitu
a. Dilihat dari keterlibatan subjek terhadap objek yang sedang
diobservasi(observee), observasi bisa dibedakan menjadi tiga
bentuk, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
1) Observasi partisipan
Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan
observasi turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang
sedang dilakukan oleh subyek yang sedang diobservasi.
Observasi partisipan juga sering digunakan dalam penelitian
eksploratif. Observasi partisipan ini memiliki kelebihan
sebagai berikut, observee tidak tahu bahwa mereka sedang
diobservasi, sehingga perilaku yang muncul diharapkan wajar
atau tidak dibuat-buat. Di disisi lain, observasi partisipan juga
memiliki kelemahan yang berkaitan dengan kecermatan dalam
melakukan pengamatan dan pencatatan, sebab ketika observer
terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan
observee, pencatatan dan pengamatan tidak bisa dilakukan
secara detail.
2) Observasi non partisipan
Observasi non partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat
secara langsung atau berpartisipasi langsung dalam kegiatan
yang sedang dilakukan observee. Observasi non partisipan ini
memiliki kelebihan, yaitu observer dapat melakukan
pengamatan dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap
segala aktifitas yang dilakukan observee. Namun observasi non
partisipan juga memiliki kelemahan yaitu bila observee
mengetahui bahwa dirinya sedang sedang diobservasi, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
perilaku yang muncuul akan dibuat-buat. Akibatnya data yang
diperoleh menjadi tidak asli dan tidak akurat.
3) Observasi kuasi partisipan
Observasi kuasi partisipan, adalah kegiatan observasi yang
dilakukan dengan terlibat pada sebagian aktifitas yang
dilakukan oleh observee, bentuk observasi ini adalah cara yang
paling tepat untuk mengatasi kelemahan dari kedua bentuk
observasi diatas, sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua
bentuk observasi diatas. Persoalan utama dalam melakukan
observasi terletak pada tahu dan tidak tahunya observee bahwa
dirinya sedang diamati, maka akan mempengaruhi perilaku
yang dimunculkan oleh observee.
b. Dilihat dari segi lingkungan dimana subjek diobservasi, Gall dkk
(2003 : 254) membedakan observasi menjadi dua, yaitu :
1) Observasi naturalistik
Jika observasi itu dilakukan secara alamiah atau
dalam kondisi yang apa adanya. Guru mengamati siswanya
sedang bermain sepak bola dilapangan dan peneliti
mengamati hewan dihutan adalah contoh dari observasi
alamiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2) Observasi eksperimental
Jika observasi ini dilakukan terhadap subjek dalam
suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan
sebelumnya.
c. Bentuk observasi sistematis, Blocher (1987) mengelompokan
kedalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu ;
1) Observasi naturalistik, yaitu ketika seseorang ingin
mengobservasi observee dalam kondisi alami atau natural
2) Metode survai, yaitu ketika seseorang mensurvei
(mengobservasi) contoh-contoh tertentu dari pelaku individu
yang kita nilai.
3) Experimentasi, yaitu ketika seseorang tidak hanya
mengobservasi tetapi memaksakan kondisi-kondisi spesifik
terhadap subjek yang diobservasi.
d. Observasi berdasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna
Djumhana (1983:205) mengelompokan observasi menjadi
berikut:
1) Finding Observasiton
yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjagaan. Dalam
melakukan observasi ini observer belum mengetahui
dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya
mengetahui bahwa dia akan menghadapi suatu situasi saja.
Selama berhadapan dengan situasi itu ia bersikap menjajagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang
mungkin dapat dijadilan bahan untuk menyusun observasi
yang lebih terarah.
Finding observation ini diterapkan bila konselor merasa
tidak perlu menggunakan berbagai daftar isian serta ingin
mendapatkan kesan tentang tingkah laku konseli yang
spontan atau apa adanya. Oleh sebab itu, konselor
seyogianya benra-benar kompeten dalam masalah ini.
2) Direct Observation
yaitu observasi yang menggunakan “daftar isian”
sebagai pedomannya. Daftar ini berupa checklist kategori
tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya pembuatan
daftar isian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari
finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam
teori yang dipandang sudah mapan. Dalam situasi
konseling, kedua bentuk observasi ini dapat disiapkan.
Dalam direct observation, konselor menyediakan
sebuah daftar berupa penggolongan tingkah laku atau
rating. Selama konseling berlangsung atau segera setelah
konseling berakhir, konselor mengisi daftar tersebut dengan
cara memberi tanda pada penggolongan tingkah laku yang
sesuai dengan tingkah laku konselis selama proses
konseling berlangsung. Cara ini lebih mudah dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
cara finding observation, tetapi kelemahamnya adalah
sering terjadi tingkah laku yang lain dari pada yang
digolongkan pada daftarnya, sehingga ada kecenderungan
untuk menggolongkannya secara paksa atau
mengabaikannya sama sekali.
e. Mendasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan pelatihan yang
disyaratkan, Gibson & Mitchell (1995 : 261) mengklarifikasikan
observasi sebagai berikut :
1) Level pertama, observasi informasi kasual. Observasi jenis
ini banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
terstruktur, dan biasanya observasi-observasi yang tidak
terencana yang memberikan lesan-kesan kasual yang terjadi
sehari-hari oleh orang-orang didekat kita. Tidak ada
pelatihan atau instrumentasi yang diharapkan atau
disyaratkan.
2) Level kedua, observasi terstruktur. Terencana, diarahkan
pada senbuah maksud atau tujuan. Observasi pada tingkat
ini biasanya difasilitasi oleh instrumen yang sederhana
seperti checklist dan skala penilaian. Beberapa training juga
diperlukan.
3) Level ketiga, level klinis. Observasi, selalu diperpanjang
dan sering dengan kondisi-kondisi yang terkontrol. Teknik-
teknik dan instrumen-instrumen yang digunakanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
direncanakan dengan baik, dan digunakan melalui pelatihan
secara khusus, biasanya diberikan pada level doktoral.
Pada level ini dan dalam banyak kerangka klinis, konselor
mungkin menggunakan diagnosis penyimpangan mental atau boleh
menerima sejarah klien yang mengalami nomenklatur diagnostik
psikiatri. Usaha yang paling mutakhir dari asosiasi psikiatri amerika
adalah mengkategorikan penyimpangan-penyimpangan mental, the
diagnostic statistical manual of mental disorder (DSM-III-R)
diagnistik statistik manual daei penyimpangan mental secara umum
digunakan untuk tujuan ini (APA, 1987), (Hansen dkk. 1986:388)
3. Kelemahan –kelemahan Observasi Dalam Penilaian Pendidikan
Karakter.
Adapun kelemahan observasi adalah observer dapat membuat
inferensi (kesimpulan) yang sangat keliru atau bias yang dipengaruhi rasa
suka atau tidak suka, pengetahuan sebelumnya yang negatif, dll. Hal –hal
yang menjadikan observasi menjadi tidak valid. Untuk itu observer harus
memiliki kepekaan terhadap perilaku yang diamatinya. Kelemahan
lainnnya adalah observer dapat saja mempengaruhi obyek observasi
karena dia menjadu bagian situasi pengamatan itu dan kehadiran observer
membuat perilaku observe menjadi tidak alami (Kerlinger, 2003) .
Gibson & Mitchell (1995:263), Mc. Millan & Schumacher
(2001:276) menunjukkan beberapa kelemahan observasi dijadikan
berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Kemampuan manusia untuk menyimpan secara akurat terhadap
kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan sangat terbatas, baik
dalam hal jumlah maupun lamanya kesan (informasi) itu bisa
disimpan. Akibatnya, ada sesuatu yang mungkin hilang atau tidak
lengkap.
Gibson & Mitchell (1995:263) mencatat bahwa tidak banyak
orang yang mampu menyimpan kesan yang banyak orang yang
mampu memyimpan kesan yang amat luas dan detail. Oleh sebab itu,
para observer perlu alat bantu observasi terhadap sejumlah siswa
dalam satu kelas itu, beberapa jumlah anak laki-laki dan beberapa
pula jumlah perempuan, siapa duduk dekat siapa, dan bajunya
berwarna apa. Apalagi jika informasi itu harus disimpan dalam
waktu lama.
b. Cara pandang individu terhadap obyek yang sama juga belum tentu
sama, sebab setiap orang memiliki frame yang unik yang mungkin
berbeda dengan yang lain. Akibatnya, kesan yang diperoleh juga
tidak sama dan penilaiannya pun menjadi tidak sama. Mahkamah
agung yang memenangkan gugatan penggugat yang merasa
“dicurangi” dan kemudian memerintahkan pemilihan ulang untuk
beberapa daerah kabupaten yang dinilai tidak wajar akan dipandang
obyektif bagi pihak yang mengajukan gugatan, tetapi dianggap tidak
obyektif bagi tergugat yangbtelah memenangkan pemilihan. Hal ini
dimungkinkan karena kepentingannya memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berbeda. Gibson & Mitchell (1995:263) menunjukkan bahwa hasil
pengamatan sangat dipengaruhi oleh daya adaptasi, kebiasaan,
hasrat/keinginan, prasangka, proyeksi.
c. Kesan seorang terhadap suatu objek juga tidak selalu sama.
Akibatnya, penafsiran dan penilaian yang diberikan terhadap objek
yang sama menjadi tidak sama. Seorang yang memegang teguh
norma sosial ketika melihat seorang remaja rambutnya disemir
dengann warna-warni plus mengenakan anting, mungkin akan punya
kesan remaja itu nakal. Tetapi bagi observer lain yang mudah
menerima nilai-nilai baru akan mempunyai kesan yang berbeda,
mungkin tampilan remaja tersebut dipandang sesuai dengan
perkembangan zaman, bahkan ia menilainya positif.
d. Ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu menjadi
terlalu tinggi atau terlalu rendah mendasarkan pada sifat- sifat yang
menonjol atau “pagar bulan”. Seorang observer dalam memberikan
penilaian terhadap seorang siswa kadang masih terpengaruh ia “anak
siapa”, atau memberi penilaian dengan pertimbangan sesuatu yang
tidak ada hubungannya dengan aspek yang sedang dinilai. Tidak
jarang orang memberikan penilaian terhadap seseorang dengan
melihat tampilannya, padahal tampilan kadang tidak
memggambarkan realitas yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Cara Mengatasi Kelemahan Observasi
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan konselor atau peneliti untuk
mengatasi kelamahan penggunaan metode observasi, yaitu :
a. Untuk mengatasi kelemahan akibat keterbatasan manusia dalam
menyimpan hasil pengamatan baik dalam hal jumlah kesan yang bisa
disimpan maupun lamanya waktu menyimpan, maka peneliti bisa
memanfaatkan alat bantu seperti tape recorder atau kamera video yang
mampu menyimpan gambar maupun suara dalam jumlah yang nyaris
terbatas.
b. Untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan cara pandang individu
terhadap objek yang sama belum tentu didapat kesan dan penafsiran
yang sama, lantaran setiap orang memiliki frame yang unik dan
berbeda dari yang lain. Maka, peneliti bisa menetapkan definisi
operasional tentang objek yang diobservasi , misalnya dengan
menetapkan ciri-ciri variabel yang menjadi fokus pengamatan. Ciri-
ciri itu bisa dirumuskan sebelumnya demgan melihat konsep-konsep
teoritis yang dipandang telah mapan.
c. Untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan karena kesan seseorang
terhadap suatu objek yang tidak selalu sama, akibat perbedaan
penafsiran dan penilaian meskipun terhadap obyek yang sama, peneliti
bisa menetapkan parameter-parameter obyek atau perilaku yang
sedang diamati. Misalnya untuk menilai seorang murid tergolong
nakal atau tidak, peneliti bisa menetapkan parametera untuk anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sesusia itu, di lingkungan asekolah, dari sisi tata tertib sekolah, norma
sekolah, norma masyarakat, dan norma hukum. Dengan norma yang
jelas itu dimungkinkan variasi penilaiannya tidak terlalu jauh.
d. Untuk mengatasi kelemahan akibat kecenderungan manusia dalam
menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah mendasar
pada sifat-sifat yang menonjol, peneliti bisa melibatkan jumlah
observer yang lebih banyak untuk mengurangi subyektivitas dalam
penilaian.
e. Untuk mengatasi kelemahan takibat tampilan yang dibuat-buat oleh
observee, observer bisa melakukan kontrol dengan teknik yang
berbeda, sumber yang berbeda, atau melihat sisi lain dari observee.
Misal: untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar keluarga
miskin yang berhak mendapatkan layanan khusus atau tidak, observee
bisa melakukan (1) interviu terhadap temannya,(2) tetangga terdekat,
dan atau (3) mengamati bukan hanya pakaiannya tetapi juga perhiasan
yang dikenakan, atau handphone yang digunakan.
f. Di samping itu semua, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan akibat
kehadiran peneliti atau observer yang mengakibatkan
minculnyantingkah laku yang tidak wajar, peneliti seyogianya tidak
memberi tahu kepada observee bahwa mereka sedang diamati dan atau
memanfaatkan kamera cctv. Dengan alat ini memungkinkan gambar
kegiatan subyek yang sesang diobservasi bisa dikirim ke ruangan lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk dilakukan observasi dan sekaligus evaluasi tanpa mengganggu
atau mempengaruhi perilaku subyek yang sedang diobservasi, dan
akan lebih baik lagi jika kamera cctv itu dipasang ditempat yang
tersembunyi. Di sisi lain, hasil rekaman kamera cctv ini
memungkinkan untuk disimpan dalam waktu lama dalam hardisk
komputer, sehingga sewaktu-waktu diperlukan untuk ditampilkan
kembali bisa dilakukan dengan mudah.
5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum dan Selama Melakukan
Observasi Sebagai Teknik Penilaian Pendidikan Karakter
Mengobservasi aktivitas manusia tidak sesederhana mengobservasi
proses benda-benda mati atau aktivitas binatang yang tidak memiliki
pikiran dan perasaan, sebab binatang dan benda mati ketika diamati
mereka tidak berubah perilakunya sehingga gejala yang nampak selalu
wajar. Hal ini sangat berbeda dengan observasi terhadap manusia, sebab
kondisi internal dan eksternal mereka sangat berpengaruh terhadap gejala
yang muncul.
Hanna Djumhana (1983:202) mengingatkan bahwa mengadakan
observasi yang cermat dan kemudian mengambil simpulan yang tepat
bukanlah hal yang mudah, sebab observer hanya mampu membaca
perilaku yang teramati , sesang apa yang dihayati dan dipikirkan
seseorang ketika melakukan aktivitas tertentu tidak bisa diduga dan
disimpulkan. Mc. Millan dan Schumacher (2001 : 274), mengingatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
agar sebelum dan selama observasi, observer selalu memperhatikan hal-
hal yang selanjutnya dikelompokan menjadi hal-hal yang berkaitan
dengan tujuan, variabel, dan teknik oelaksanaan observasi berikut.
a. Tujuan observasi, pahami lebih dahulu tujuan umum maupun tujuan
Tujuan khusus observasi. Dengan memahami dan memperhatikan
tujuan observasi diharapkan observer tidak mudah tertarik kepada
gejala-gejala yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan tujuan
observasi.
b. Fokus (materi) observasi
Apa sebenarnya yang hendak diobservasi seyogianya sudah dikuasai
dengan baik oleh observer sebelum melakukan observasi. Ibarat
seorang yang hendak membeli seekor kambing seyogianya ia sudah
tahu mengenai gambaran kambing yang akan dia beli. Jangan sampai
terjadi ingin membeli “kambing” malah membeli “anjing” meskipun
sama-sama berbulu dan berkaki empat. Demikian pula jika seseorang
hendak meneliti masalah sikap, minat dan lainnya, seyogianya mereka
memahami benar konsep tentang minat.
c. Variabel-variabel observasi
Dalam mengamati suatu objek, amatilah objek tersebut secara
keseluruhan dan mendetail. Perilaku-perilaku yang muncul dalam
proses pengamatan juga sangat berpengaruh pada dalam data yang
akan diperoleh. Ada beberapa perilaku yang akan saling berhubungan
dengan perilaku lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan jenis penelitian, prosedur penelitian, deskriptif, tempat,
subjek, dan objek penelitian, instrumen.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat campuran deskriftif kuantitatif dan kualitatif.
Nazir (Prastowo, 2014: 157), mendefinisikan penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek
penelitian sesuai dengan apa adanya.
Mengenai penelitian kuantitatif. Sugiyono (2013: 14) berpendapat bahwa
metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis
dan bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.
Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan yang menjadi
karateristik penelitian ini.Menurut Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2013: 21)
pertama metode ini dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data
dan penelitian yang meneliti adalah instrumen kunci.Kedua, penelitian
kualitatif yang digunakan ini lebih bersifat deskriptif dan data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
Ketiga, metode ini lebih menekannkan pada proses daripada produk atau
outcome. Keempat analisisi data dilakukan secara induktif. Kelima metode
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada makna yakni data dibalik yang
teramati.
B. Tempat dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 10 SMP yang terdiri dari 5 SMP Negeri
dan 5 SMP Swasta yang telah menjadi mitra Tim Peneliti PSHP (Barus,
Widanarto, & Sinaga, 2018). Sekolah-sekolah ini tersebar di beberapa
wilayah di Indonesia. Sebelum melakukan penelitian , peneliti dibantu
oleh dosen pembimbing telah mengantongi MoU (Memorandum of
Understanding), sebagai bukti kesepakatan dan mitra ketersediaan sekolah
menjadi tempat dilakukannya penelitian. Berikut ini tempat pelaksanaan
penelitian.
Tabel 3.1
Tempat Penelitian
No Nama Sekolah Alamat
1 SMP Fransiskus
Tanjungkarang
JalanMangga 1, Pasirgintung, TanjungkarangPusat, Lampung, 35113
2 SMP St. Aloysius Turi Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta, 55551
3 SMP N 1 Yogyakarta Cik Di Tiro, no. 29, Yogyakarta, 55225
4 SMP Raden Fatah Cimanggu
Jalan Raya Genteng, Kec. Cimanggu, Kab. Cilacap, 53256
5 SMP N 3 Wates Jalan Purworejo Km.07, Sogan, Wates, KulonProgo
6 SMP N 31 Purworejo Jalan Brigjend Katamso 24, Purworejo, 54114
7 SMP N 2 Barusjahe Jalan Purworejo Km.07, Sogan, Wates, KulonProgo
8 SMP Maria Jalan Gereja, no. 39, Padang, Sumatra Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
9 SMP Pangudi Luhur
Wedi
Desa Karangrejo, Pandes, Wedi, Glodogan,
Klaten Sel., KabupatenKlaten, Jawa Tengah
57426
10 SMP N 2 Playen Gading II, Gading, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta 55861
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah bapak atau ibu guru yang ada pada 10
SMP, diantaranya adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan guru
Bimbingan dan Konseling di SMP.Subjek dipilih sebagai perwakilan
0dari sekolah yang menerapkan pendidikan karakter yang ada sehingga
diperolehnya informasi melalui angket yang disebar.Jumlah subjek ada
39 orang guru.Berikut adalah daftar jumlah subjek yang menjadi
sumber informasi.
Tabel 3.2
Subjek Penelitian
No Sekolah Subjek Penelitian Jumlah
1 SMP Fransiskus
Tanjungkarang
Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),
Guru Mata Pelajaran (3) 5
2 SMP Raden Fatah
Cimanggu
Kepala Sekolah(1), Guru BK(1),
Guru Mata Pelajaran(2) 4
3 SMP Santo Aloyius
Turi
Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),
Guru Mata Pelajaran (1) 3
4 SMP N 3 Wates Wakil kurikulum (1), Guru BK
(1), Guru Mata Pelajaran (2) 4
5 SMP N 31 Purworejo Guru BK (1), Guru Mata
Pelajaran (3) 4
6 SMP Negeri 1
Yogyakarta
Guru BK (3) 3
7 SMP Negeri 2
Barusjahe
Guru BK (1), Guru Mata
Pelajaran (3) 4
8 SMP Maria Padang Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),
Guru Mata Pelajaran (2) 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
9 SMP Pangudi Luhur
Wedi
Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),
Guru Mata Pelajaran (2) 4
10 SMP N 2 Playen Guru B(2), Guru Mata Pelajaran(2)
4
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2018
dengan waktu pengambilan data 17 April- 8 Mei berdasarkan kesepakatan
dengan pihak sekolah.Pada penelitian ini, peneliti menyebarkan instrumen di
sekolah sekitar Yogyakarta, sedangkan di luar Pulau jawa disebarkan oleh
Tim Peneliti PSHP 2018. Berikut jadwal dan tempat penelitian yang
dilaksanakan oleh Tim Peneliti PSHP
Tabel 3.3
Jadwal Pengambilan Data
No Sekolah Waktu Penelitian
1 SMP Fransiskus Tanjungkarang 24 April 2018
2 SMP Raden Fatah Cimanggu 17 April 2018
3 SMP Santo Aloyius Turi 21 April2018
4 SMP N 3 Wates 20 April 2018
5 SMP N 31 Purworejo 8 Mei 2018
6 SMP Negeri 1 Yogyakarta 18 April 2018 dan 19 April
2018
7 SMP Negeri 2 Barusjahe 28 April 2018
8 SMP Maria 23 April 2018 dan 24 April
9 SMP Pangudi Luhur Wedi 19 April 2018
10 SMP N 2 Playen 8 Mei 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2002: 197) yang dimaksudkan dengan teknik
pengumpulan data adalah “cara yang digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan dan penelitiannya”. Berdasarkan penegertian tersebut dapat
dikatakan bahwa penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data dalam penelitian. Siregar (2013:17)
menjelaskan bahwa proses pengumpulan data primer dan sekunder dalam
suatu penelitian merupakan langkah yang sangat penting, karena data yang
telah dikumpulkan tersebut akan digunakan dalam pemecahan masalah
yang sedang diteliti.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
angket. Menurut Sudaryono, Margono, & Rahayu (2013:30) angket atau
kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung yakni peneliti tidak lagsung bertanya-jawab dengan
koresponden. Angket (questionmatre) merupakan suatu daftar pertanyaan
tentang topik tertentu kepada subyek, baik secara individu atau kelompok,
untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan,
minat, dan perilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian
yaitu angket terbuka dan trtutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang mengharapkan respon untuk menuliskan jawaban berbentuk uraian
tentang sesuatu hal. Sedangkan angket tertutup adalah pertenyaan yang
mengaharapkan jawaban singkat atau mengaharapkan resposden
menjawab salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
tersedia (sugiyono, 2010: 201)
a. Angket terbuka
Pada instrumen ini, angket disajikan dengan petanyaan di mana
responden sebebas-bebasnya dengan uraian yang lengkap
berdasarkan kehendak, dan keadaan secara terbuka.Responden
dapat menuliskan jawaban dengan kata-kata sendiri.
b. Angket tertutup
Pada instrumen ini, angket disajikan dalam bentuk pertanyaan yang
telah mendapat pengarahan dari penyusun angket.Responden
tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam
kuesioner itu. Jadi jawabannya telah terikat, responden tidak dapat
memberikan jawabannya secara bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E. Validitas Instrumen
Azwar (2009) berpendapat bahwa validitas memiliki arti ketepatan atau
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu instrumen
atau tes atau instrumen pengukuran dikatakan mempunyai validitas tinggi
apabila alat yang digunakan dalam penelitian menjalankan fungsi ukurannya.
Azwar (2009: 45) menyebutkan bahwa, validitas isi tidak dapat dinyatakan
dalam angka, namun pengesahannya perlu melalui berbagai tahap pengujian
terhadap alat ukur tersebut dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang
berkopenten (expert judgement). Validitas kuisioner keterlaksanaan dan
hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP dilakukan
melalui expert judgement, dengan yang berperan sebagai expert judgement
adalah ahli bimbingan dan konseling yaitu Dr.Gendon Barus, M. Si., dan tim
dosen Penelitian PSHP 2018
F. Teknik Analisis Data
Menurut Siregar (2013:221) “analisis deskriptif merupakan bentuk
analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan
satu sampel”. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variable sehingga tidak
berbentuk perbandingan atau hubungan.Metode ini digunakan untuk mengkaji
variabelyang ada pada penelitian yaitu pelaksanaan pendidikan karakter dan
hambatan-hambatannya. Rumus dasar yang dipakai adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
P=F/Nx100%
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi data
N : Jumlah sampel yang diolah 100% : Bilangan tetap (Waristo, 1992:59)
Perhitungan deskriptif presentase dalam penelitian ini mempunyai
langkah langkah sebagai berikut :
a. Melakukan tahap skoring data dari angket
b. Setiap jawaban dari responden pada angket akan diberi skor dengan
angka 1
c. Memasukkan skor dalam table
Hasil jawaban dari responden kemudian disajikan dalam bentuk table.
Table yang digunakan akan membuat data menjadi berkelompok
sesuai kriteria tertentu (Siregar, 2013:90)
d. Membuat tabulasi data
e. Tabulasi adalah proses penempatan data kedalam table yang telah
diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Disini peneliti
menggunakan tally
f. Menghitung presentasi jawaban dari responden dalam bentuk table
tunggal melaluidistribusi frekuensi dan presentase.
g. Membuat keseimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Berdasarkan interpretasi dan analisis data, kemudian dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan aspek-aspek pertanyaan/pertanyaan yang
terdapat dalam penelitian ini.
Langkah-langkah analisis data secara umum, langkah-langkah
yang diambil peneliti dalam menganalisis data adalah:
a. Reduksi data
Menurut Sugiyono (2013: 338) mereduksi data berarti
merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan dan selanjutnya. reduksi data
dilakukan dengan menggunakan komputer, yang kemudian akan
diberikan kode-kode (coding) pada aspek tetentu
b. Model data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
men-display data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami (Sugiyono, 2013: 341)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah proses atau sebuah kegiatan
pengambaran yang utuh dari proyek yang utuh konfigurasi yang
utuh dari obyek penelitian. Proses pengambilan kesimpulan ini
merupakan proses pengambilan inti dari peneltian yang kemudian
disajikan dalam bentuk pernyataan kalimat.
Penelitian menggunakan trianggulasi dengan cara
membandingkan data diperoleh dari beberapa sumber sehingga
data yang absah. Dalam hal ini, peneliti memakai dua langkah,
yakni membandingkan data hasil angket dan membandingkan
perspektif seseorang dalam berbagai pendapat. Dua langkah ini
lebih praktis dan objektif. Dalam melakukan analisis data di atas
menggunakan pola pikir yang bersifat induktif, yaitu metode
berpikir yang berangkat dari fakta-fakta/peristiwa khusus yang
kemudian akan ditarik generalisasi yang memiliki sifat umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian
A. Hasil penelitian
1. Cara yang paling sering digunakan sebagai alat penilaian hasil
pendidikan karakter di sekolah
Tabel 4.1
Metode penilaian pendidikan karakter
Respon Partisipan F %
Tes 9 23
Observasi 34 87,17
Sistem poin 7 17,9
Skala sikap 20 51,28
Wawancara 25 64,1
Laporan proyek 6 15,38
Laporan diri 5 12,8
Buku refleksi harian 16 41,02
Lomba penjurian 10 25,64
Hasil penelitian menunjukan bahwa Bapak/Ibu guru di sekolah lebih
banyak menggunakan observasi sebagai alat penilaian dengan perolehan
persentase sebanyak 87,18%, wawancara sebanyak 64,1 %, skala sikap
51,28%, sangat terlihat bahwa observasi adalah cara yang sangat popular
digunakan oleh guru-guru di Indonesia dalam menilai hasil pendidikan
karakter di sekolah.
2. Pendapat guru tentang penggunaan observasi sebagai terpopuler
untuk menilai hasil pendidikan karakter di sekolah
Tabel 4.2
Observasi Sebagai Penilaian Pendidikan Karakter
Respon Partisipan F %
Tidak setuju 3 7,6
Sedikit setuju 2 5,1
Cukup setuju 15 38,46
Setuju 18 46,15
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari data bisa dilihat bahwa jumlah guru setuju memiliki presentase
sebesar 46,15% yang artinya ada lebih dari 50% guru yang masih ragu
dengan penggunaan observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter
disekolah, karena memang pemerintah belum menemukan alat penilaian
hasil pendidikan karakter yang pasti dan akurat untuk digunakan oleh
guru-guru di Indonesia.
3. Pemahaman guru tentang keunggulan observasi sebagai teknik
penilaian hasil pendidikan karakter di sekolah.
a. Keunggulan observasi
Tabel 4.3
Keunggulan Observasi
Menurut Guru SMP Negeri Menurut Guru SMP Swasta
1. Bisa dilihat langsung (iii 2. Bisa segera diketahui
hasilnya
3. Cara langsung dg
pengamatan dan dapat
langsung melihat respon
siswa, serta memastikan
dengan keadaan sebenarnya
4. Mudah dilakukan, dapat
dilakukan terintegrasi pada
saat mengajar
5. Objektif, handal, reliable,
terukur
6. Siswa menjawab/mengisi
dengan jujur
7. Penilaian dan perubahan
sikap terukur tetapi sulit
diadministrasikan serta
memori guru kurang
8. Dapat dilihat secara
langsung perubahan
sikapnya
9. Dapat diamati secara
berkala dan hasilnya dapat
dilihat
1. Dapat membuktikan secara
langsung perubahan sikap
setelah diberikan pendidikan
karakter
2. Dapat membuktikan secara
langsung perubahan sikap
setelah diberikan pendidikan
karakter
3. Dapat membuktikan secara
langsung perubahan sikap
setelah diberikan pendidikan
karakter
4. Anak bekerjasama dengan
baik dan selalu berinteraksi
satu dengan yang lainnya
5. Bisa dilihat dan diamati
secara langsung hasilnya (ii
6. Murni, Bisa dilihat scr
langsung proses perubahan
dapat ditindaklanjuti
7. lebih valid dan onjektif
khususnya pada sistem poin,
mudah dalam pemetaan anak
utk melihat perkembangan
anak yg belum, mulai, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
10. Perubahan karakter yg lebih
baik, yang sangat
mempengaruhi peningkatan
prestasi belajar siswa
11. Mudah dilaksanakan
12. Lebih efektif dan mudah
dilaksanakan
13. Dengan mengaamati
perilaku siswa, bisa
langsung memberi poin utk
siswa yg perilakunya
menyimpang
14. Observasi dan wawancara
sangat mendukung
dilakukan, keunggulannya
bisa objektif dlm memulai
15. siswa lebih terpantau,
meningkatkan kesadaran
siswa, memacu semangat
pada siswa
16. Menjadikan siswa mandiri
dan berkarakter
sudah berkembang
karakternya
8. Dapat menilai anak lebih
valid lebih mudah dalam
pemetaan siswa
9. lebih objektif pada sistem
poin lebih mengembangkan
sikap toleransi pada
wawancara
10. Lebih valid dan objektif/
faktual, mudah memetakan
siswa
11. Observasi( media obyeknya
nyata ,pelaksanaan mudah.)
Wawancara(informasi yang
diperoleh lebih dalam) Lab
proyek( misa pribadi dan
kelompok, variatif)Lap
diri(ada keterbukaan dan
kejujuran jika instrumenn
memadai.
12. Kita bisa mengetahui
karakter siswa yang baik
dan yang kurang sehingga
bisa diberi nasehat dan
pembinaan terhadap siswa
tersebut
13. Praktis, mudah, waktunya
panjang
14. Kita bisa tahu secara
langsung dan memberi
penguatan supaya menjadi
pembiasaan
15. Observasi, wawancara, dan
menulis komentar di buku
jurnal membaca hasilnya
lebih akurat (ii
16. Langsung mengenai pada
permasalahan yang dihadapi
dalam proses
17. Lebih mudah dan praktis
18. Tidak semua siswa dapat
dinilai dengan detai dan
berkesinambungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dari data bisa disimpulkan bahwa guru-guru beranggapan bahwa
observasi adalah cara yang dianggap lebih praktis, mudah dan bisa langsung
diterapkan. Namun meskipun observasi memeiliki banyak keunggulan
belum tentu obsevasi menjadi cara yang terbaik dalam menilai pendidikan
karakter.
b. Penilaian guru tentang kelemahan penggunaaan metode observasi
dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah
Table 4.4
Kelemahan Metode Observasi
Menurut Guru SMP Negeri Menurut Guru SMP Swasta
1. Kita tidak tahu saat
tidak diobservasi
2. Tidak bisa menyeluruh
3. Tidak dapat mengukur
dlm lingkup yg besar/
luas
4. Terlalu banyak
5. sulit diadministrasikan -
ingatan/ memori guru
terbatas
6. Padanya sikap yg bisa
tidak dapat kita lihat
7. Hasilnya mungkin
kurang signifikan
8. Perlu terus
pendampingan
9. Kurang signifikan
10. mengurangi waktu,
untuk kegiatan KBM
kurang detail
11. Kurang efektif
12. Kurang bisa mengatur
secara detail, hanya
menilai sebatas yg
dapat dilihat
13. Hanya tertuju ke anak-
anak yg berkarakter
1. Penilaian sikap bersifat relatif
jadi kadang setiap guru memiliki
penilaian yang berbeda dengan
guru lain
2. Tingkat pemahaman siswa
terhadap refleksi harian
kurang(kurang disiplin)
3. Sistem poin, laporan diri
4. Penilaian sikap bersifat relatif
jadi kadang setiap guru memiliki
penilaian yang berbeda dengan
guru lain
5. Anak kadang merasa bosan
6. Siswa terlihat baik kalau
berhadapan dengan guru, tapi
kalau diluar atau masyarakat
kadang kurang baik
7. Tidak ada standart bagi semua
anak
8. Semua tampak berkarakter baik
di sekolah
9. Siswa terlihat baik karakternya
ketika mereka berhadapan dengan
Bapak/Ibu guru
10. Kurang objektif
11. siswa sering mereka-reka
jawaban nilai dipengaruhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kurang baik 14. Monoton
15. tidak bisa mengamati
secara menyeluuruh,
terkadang siswa agak
tertekan Pelaksanaan
hanya jangka waktu
tertentu
16. Belum bisa terlaksana
maksimal
kemampuan baca, menganalisis 12. sering terjadi sikap normative,
kurang valid, kurang objektif
13. Terkadang sisw amenjawab
pertanyaan dg jawaban yg baik
(scr teoritis) tidak sesuai dg
kenyataan yg ada
14. Terkadang tdk teliti pada sistem
poin
15. Kadang siswa menjawab normatif
& adanya subjektifitas dr penilai
serta bias (kadang)
16. Observasi(butuh waktu, tenaga,
biaya lebih besar
Wawancara(butuh waktu, tenaga,
biaya lebih besar Lap proyek(
s.d.a) Lap diri(sukar
dipertanggung jawabkan
hasilnya)
17. Pengaturan waktu dalam
melakukan wawancara dan
observasi
18. Siswa setiap saat tak dapat
memperbaiki diri
19. Belum semua siswa bisa
terpantau secara langsung dan
intensif
20. Waktu yang tersedia sedikit
21. Tidak semua dapat dinilai
22. Waktu yg tersdia kurang/ sempit
23. Bisa terjadi Hallo effect
24. Tidak semua siswa dapat dinilai
dengan detai dan
berkesinambungan
Dari tabel di atas bisa disimpulkan, guru-guru di sekolah swasta
maupun negeri berpendapat bahwa observasi memiliki banyak kelemahan.
Hal ini memang sangat dirasakan oleh guru-guru di sekolah, karena banyak
guru-guru di sekolah yang menggunakan observasi karena observasi sangat
popular digunakan dalam menilai pendidikan karakter. Padahal observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
belum tentu paling efektif dalam menilai pendidikan karakter yang
diberikan kepada siswa di sekolah. Bisa jadi siswa yang diobservasi hanya
memperlihatkan perilaku yang di inginkan oleh guru, tetapi setelah berada
diluar sekolah perilaku siswa akan sangat berbeda. Sedangkan guru tidak
mungkin mengikuti siswa terus-menerus untuk mengamati perilaku siswa
yang menjadi objek observasi.Hal ini menyebabkan penilaian menjadi tidak
akurat dan tidak dapat dijadikan acuan dalam memberi hasil penilaian
kepada siswa yang diobservasi.
4. Pemahaman Guru Mengenai Penggunanaan Observasi Sebagai Teknik
Yang Digunakan Sekolah Dalam Penilaian Karakter Siswa
Tabel 4.5
Pendapat Guru
No Sebagai teknik /cara penilaian hasil pendidikan karakter siswa di SMP
F %
1. Observasi merupakan cara paling tepat 14 35,89
2. Observasi merupakan cara paling baik 14 35,89
3. Observasi merupakan cara paling objektif 26 66,66
4. Observasi merupakan cara paling mudah 35 89,74
5. Observasi merupakan cara paling praktis 39 100
6. Observasi merupakan cara paling terpercaya 19 48,7
7. Observasi merupakan cara paling jujur 21 53,84
8. Observasi merupakan cara paling adil 16 41,02
9. Observasi merupakan cara paling rentan 12 30,76
10. Observasi merupakan cara paling tak beresiko 20 51,28
11. Observasi merupakan cara paling murah 29 74,35
12. Observasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan
0 0
13. Observasi kurang memungkinkan menilai semua siswa 26 66,66
14. Observasi sukar dipertanggungjawabkan hasilmya 17 43,58
15. Observasi mengandung bahaya bias (menyimpang) 16 41,02
16. Observasi menyita banyak waktu, tenaga, biaya 16 41,02
17. Observasi mengandung bahaya like and dislike 30 76,92
18. Observasi harus disertai pencatatan yang teratur dan rapi 34 87.17
19. Observasi mengandung kebohongan (hallo effect) 17 43,58
20. Observasi memiliki banyak kelemahan 12 30,76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Dari data yang diperoleh, hampir semua guru-guru di sekolah
mengatakan bahwa observasi adalah cara paling praktis yang dapat
digunakan dalam menilai pendidikan karakter di sekolah, ditunjukan
dengan perolehan angka sebesar 100%. Namun juga sangat terlihat dari
data yang diperoleh bahwa hampir separuh lebih guru-guru di sekolah
mengatakan bahwa observasi tidak terpercaya, hal ini ditunjukan dalam
poin nomer 6 yang menunjukan perolehan data sebesar 48.7 % dan poin
nomer 17 dimana observasi mengandung bahaya like or dislike sebesar
76,92% . Bisa disimpulkan bahwa observasi adalah cara yang paling
praktis namun belum tentu dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
5. Pendapat Guru Mengenai Hambatan-Hambatan Yang Dialami Dalam
Menggunakan Observasi Sebagai Alat Penilaian Hasil Pendidikan
Karakter Di Sekolah
Tabel 4.6
Pendapat Mengenai Hambatan Penggunaan Observasi Dalam
Penilaian
SMP Negeri SMP Swasta
1. Pemantauan siswa karena
terlalu banyak siswanya yg
harus diobservasi
2. Tidak bisa mengetahui
karakter anak secara
menyeluruh
3. Melihat kondisi siswa
diluar sekolah menjadi
keterbatasan dan hambatan
4. menemukan cara yg tepat
utk menilai pendidikan
karakter siswa, menentukan alat untuk menilai
1. Terkadang ucapan, sikap, dan
tingkah laku siswa sering
lebih, artinya ucapan dan
tingkah laku tidak sesuai (iii
2. Dari segi asal geografis siswa
dan tingkat kehidupan yg
berbeda serta kemampuan
berfikir yg berbeda
berdasarkan nilai dasar
Kurangnya komunikasi
antara siswa dan guru dan
terkadang anak ada yang kurang aktif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pendidikan karakter siswa 5. belum tersedia instrumen
yg cukup, Sarana/
prasarana masih perlu
penyempurnaan
kemampuan sumber daya
manusia yg masih terbatas
6. Siswa memberikan
responden yg hanya meniru
teman
7. Jumlah siswa yg banyak
sehingga tidak semua siswa
tercover
8. kurangnya fasilitas -
kurangnya waktu (iii
9. Waktu yg tersedia untuk
bersosialisasi dengan siswa
kurang (ii
10. Pemantauan siswa di luar
sekolah
11. Sulit memantau
12. Pembuatan penilaiannya,
administrasinya,
instrumennta
13. Belum adanya format
khusus utk siswa SMP
(penilaian dr BK)
14. Belum ada aturan baku
15. Tidak mengajar di semua
kelas
berkomunikasi (pemalu) 3. Belum memahami cara
penilaian yang tepat
4. Belum menemukan cara
terbaik & valid bagi siswa
berdasar jenjang usia dan
latarbelakang
5. Belum memahami cara yg
paling sesuai untuk menilai
pendidikan karakter siswa
6. Kecenderungan siswa
menjawab normatif namun
belum tentu sesuai dg
karakter sesungguhnya
7. Ketika karakter dinilai dg
bentuk lembaran berisi soal
yg harus dijawab, jawaban
anak lebih sering mencari
aman dg jawaban-jawaban yg
baik bukan yg sebenarnya
8. Terkadang anak bersikap
sopan ketika berhadapan
dengan guru saja
9. Kadang jawaban siswa
normatif ketika diminta isi
angket adanya efek bias
ketika observasi
10. Siswa yang kompleks.
Parameter dan alat ukur
tentang karakter siswa.
Keterbatasan waktu
11. Pengaturan waktu
12. Adanya siswa yg bermasalah
itu2 juga orangnya
13. Penilaian yg saya lakukan
tidak didukung oleh semua
pihak, karena siswa didik
saya berperilaku berdasarkan
teladan guru dan pengaruh
teman yang kuat.
Kebanyakan mereka masih
labil
14. waktu yang kurang
mencukupinbeberapa anak
tidak disiplin, sering terjadi pelanggaran aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
15. tidak semua anak berbicara
sesuai fakta, terbatas waktu
16. waktu kurang mencukupi
beberapa anak massih belum
disiplin masih terjadi
pelanggaran siswa terhadap
peraturan sekolah (siswa
menyimpang
17. terbatasnya waktu masih
sering terjadinya kebohongan
dari siswa
18. terkadang siswa memberikan
informasi tidak sesuai fakta
kurang cukup waktu, Anak
masih melakukan
pelanggaran yg menyimpang
Hambatan yang dialami guru dalam penggunaan observasi sebagai alat
penilaian hasil pendidikan karakter, memang sangat banyak. Beberapa guru
di SMP negeri dan swastaberpendapat bahwa observasi kurang mampu
dalam menilai semua siswa pernyataan ini juga diperkuat dalam tabel 4.5
pada pernyataan nomor 13, yang mengatakan hampir 66,66% guru setuju
bahwa observasi tidak memungkinkan menilai semua siswa. Pada tabel
diatas nomer 12, 13 dapat disimpulkan bahwa guru-guru masih kurang
memahami tentang metode observas. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari
tabel 4.5 nomer 18 yang menyatakan bahwa hampir 87.17% guru kesulitan
dalam menggunakan observasi dengan benar, karenaobservasi harus disertai
pencatatan yang teratur dan rapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
B. Pembahasan
1. Penggunaaan Metode Observasi Sebagai Alat Penilaian Pendidikan
Karakter
Dari penilitian menunjukan, guru-guru disekolah memang sering
menggunakan observasi sebagai teknik yang digunakan dalam menilai
hasil pendidikan karakter. Namun pada kenyataannya guru-guru di
sekolah hanya menggunakan observasi hanya karena observasi paling
sering digunakan dan dinilai paling mudah. Observasi adalah cara yang
paling popular.
2. Pendapat Guru Mengenai Penggunaan Observasi Sebagai Penilaian
Pendidikan Karakter Disekolah
Dari hasil penelitian, guru-guru setuju dengan penggunaan
observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter, sejalan dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa observasi adalah cara paling popular,
namu meskipun begitu masih ada sebagaian guru yang masih ragu
dengan penggunaan teknik observasi sebagai alat penilaian pendidikan
karakter. Keraguan para guru di sekolah disebabkan karena pemerintah
memang masih belum mengembangkan alat penilaian pendidikan
karakter yang mutlak, sehingga guru-guru hanya menggunakan cara yang
paling sering digunakan yaitu observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3. Pendapat Guru Megenai Kelemahan Dan Keunggulan Metode
Observasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa guru dari SMP di Indonesia
berpendapat bahwa teknik observasi adalah cara yang paling mudah
untuk dilakukan. Dengan observasi guru-guru dapat langsung mengamati
perilaku siswa sehingga sangat memudahkan guru-guru dalam
memberikan penilaian kepada siswa. Selain mudah untuk dilakukan,
observasi juga adalah cara yang murah. Penggunaan observasi hampir
tidak memerlukan biaya sedikitpun. Keunggulan observasi memang
sangat banyak sehingga membuat observasi menjadi cara yang sangat
popular dikalangan para guru, namun meskipun begitu guru-guru juga
mengakui bahwa observasi memiliki banyak kelemahan. Banyak guru
yang berpendapat bahwa observasi menghasilkan data yang tidak
signifikan sehingga sulit untuk dipertanggung jawabkan dalam menilai
hasil pendidikan karakter pada siswa. Data yang tidak signifikan ini
disebabkan karena adanya hallo effect. Penyebab lainnya adalah
penilaian berdasarkan like dan dislike. Jumlah siswa yang terlalu banyak
juga menyebabkan tidak meratanya penilaian guru sehingga yang di
observasi hanya siswa yang bermasalah saja. sebagian guru juga
mengatakan bahwa observasi membutuhkan pencatatan yang rapi dan
teratur. Tentunya, hal ini akan menjadi sulit untuk dilakukan karena
mengingat jumlah siswa yang banyak dan kemampuan ingatan manusia
yang terbatas akan membuat data menjadi tidak jujur. Kelemahan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kelamahan inilah yang membuat observasi bukan cara yang terbaik
digunakan dalam menilai hasil pendidikan karakter yang diberikan pada
siswa di sekolah.
4. Pemahaman Guru Mengenai Penggunaan Observasi Sebagai
Penilaian Pendidikan Karakter Disekolah
Dari hasil penelitian guru-guru masih kurang memahami
penggunaan metode observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter
disekolah secara tepat. Hal ini sejalan dengan banyaknya kelemahan-
kelamahan dalam metode observasi. Guru-guru di sekolah kesulitan
dalam menggunakan observasi sebagai alat penilaian, observasi
digunakan karena guru-guru hanya memahami bahwa observasi mudah
dan praktis untuk digunakan meskipun guru-guru mengetahui bahwa
observasi bukanlah cara yang paling baik.
5. Hambatan Yang Dialami Guru Dalam Menggunakan Observasi
Sebagai Alat Penilaian Pendidikan Karakter
Dari pendapat para guru, observasi memang sulit untuk digunakan
sebagai alat penilaian karakter di sekolah. Kesulitan tersebut yang
menjadi hambatan para guru dalam menilai hasil pendidikan karakter
menggunakan metode observasi. Selain membutuhkan pencatatan yang
rinci dan rapih, observasi banyak menghasilkan data atau informasi yang
mengandung kebohongan. Kurangnya pemahaman guru tentang
penggunaan metode observasi menjadi hambatan dalam memberikan
penilaian terhadap hasil pendidikan karakter yang diberikan pada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran peneliti kepada
pihak pihak yang terkait dalam penelitian ini
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan analisis yang telah
dilakukan tentang pendapat, pemahaman, dan hambatan-hambatan penggunaan
metode observasi sebagai penilaian pendidikan karakter di sekolah, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Penelitian ini menunjukan bahwa observasi adalah cara yang paling
popular digunakan oleh guru-guru di Indonesia.
2. Guru-guru setuju dengan penggunaan observasi sebagai alat penilaian hasil
pendidikan karakter di sekolah, meskipun guru-guru juga masih
meragukan teknik observasi sebagai alat penilaian hasil pendidikan
karakter di sekolah.
3. Observasi memiliki banyak keunggulan dan kelemahan untuk melakukan
penilaian pendidikan karakter terhadap semua siswa di sekolah.
4. Guru-guru masih kurang memahami bagaimana penggunaan observasi
yang seharusnya, guru di sekolah menggunakan observasi bukan karena
observasi adalah cara terbaik, melainkan karena observasi adalah cara
mudah dan praktis.
5. Guru-guru mengalami hambatan dalam menggunakan observasi sebagai
alat penilaian hasil pendidikan karakter. Terlalu banyaknya kelemahan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
observasi membuat guru-guru kesulitan menilai hasil pendidikan karakter
yang diberikan kepada siswa.
B. Saran-Saran
1. Bagi Pemerintah
Hendaknya pemerintah mengembangkan sebuah alat penilaian yang
dapat dijadikan alat penilaian pendidikan karakter yang mutlak dalam dunia
pendidikan, sehingga nantinya guru-guru lebih mudah dalam menilai hasil
pendidikan karakter dan hasilnya dapat dipercaya. Memperbanyak buku-
buku yang membahas mengenai pendidikan karakter sehingga pemahaman
guru menjadi lebih baik lagi.
2. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya memperlengkap fasilitasyang mendukung dalam
pendidikan karakter disekolah, menyediakan refrensi sebagai bantuan bagi
guru dalam memberi penilaian pendidikan karakter. Bekerja sama dengan
institusi atau organisasi yang bergerak di bidang pendidikan karakter.
3. Bagi guru
Guru dapat bekerja sama dengan guru BK dalam melakukan penilaian
pendidikan karakter siswa. Guru dapat meminta bantuan kepada guru BK
apabila menghadapi kesulitan yang menghambat dalam pendidikan karakter
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4. Bagi guru BK
Guru BK dapat bekerja sama dengan guru mapel dalam melakukan
penilaian pendidikan karakter siswa, karena kurangya waktu masuk kelas
maka dapat disiasati dengan bekerja sama dengan guru mapel.
5. Bagi Peneliti Lain
Data dari penelitian ini dapat berguna bagi peneliti lain yang
membahas tentang pendidikan karakter yang ada di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
Akhwan, Muzhoffar. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya
dalam Pembelajaran di Sekolah/Madrasah. El-Tarbawi.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Revisi VII. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, saifuddin. (2009). Relliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Barus, Gendon, Widanarto, Sebastianus, dan Sinaga,J.D (2017).
Laporan Tahunan (1) PSHP: Pengembangan Model Asesmen Pendidikan
Karakter di SMP Berbasis Media Film Karakter. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Fathurrohman, Pupuh., AA Suryana., Fenny Fitriani. (2013). Pengembangan
pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Buku Induk Pengembangan Karakter.
Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
Kerlinger, F.N. (2003). Asas-asas Penelitian Behavioral. UGM: Gadjah Mada
University Press.
Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.
LPSP3.Universitas Indonesia.
Prastowo, Adi. (2014). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Samani, Muchlas & Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.
Sudaryono, Margono, Gaguk, & Rahayu, Wardani. (2013). Penegembangn
Instrument Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitati dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen.
Waristo, Hermawan. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yaumi, M. (2014). Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi.
Jakarta: Prenadamedia Grup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 2. Angket Penelitian
ANGKET PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL PENDIDIKAN
KARAKTER
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Angket Penelitian
Disusun Oleh:
Tim Peneliti STRANAS Institusi
KERJASAMA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SANATA DHARMA &
DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
KEMENRISTEKDIKTI
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ANGKET PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL PENDIDIKAN
KARAKTER
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
A. Pengantar
Bapak/Ibu Guru yang baik, angket ini bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang keberlangsungan dan kesulitan/hambatan-hambatan
pelaksanaan penilaian hasil pendidikan karakter yang Bapak/Ibu alami di
sekolah ini. Informasi atau data tersebut diharapkan dapat membantu
memahami permasalahan dan kesulitan yang Bapak/Ibu hadapi dalam menilai
hasil pendidikan karakter para siswa sehingga dapat dipikirkan solusi
pemecahannya dan menemukan model penilaian hasil pendidikan karakter
yang lebih baik. Penelitian ini difasilitasi oleh Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat, Kemristekdikti tahun 2018 dengan sampel skala
nasional. Sekolah ini dipilih menjadi salah satu tempat penelitian ini. Untuk
itu, dengan kerendahan hati, perkenankanlah kami memohon bantuan
kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini, sesuai dengan pemahaman,
pengalaman, pemikiran, dan penilaian Bapak/Ibu terkait dengan masalah-
masalah pelaksanaan sistem penilaian pendidikan karakter di sekolah ini.
Pada bagian akhir angket ini, Bapak/Ibu dimohon menilai kualitas dan
efektivitas model tes hasil pendidikan karakter berbasis film yang
dilaksanakan pada dua kelas di sekolah ini. Keikhlasan dan bantuan
Bapak/Ibu sangat bermanfaat bagi kami dalam memvalidasi efektivitas model
penilaian hasil pendidikan karakter di SMP yang diujikembangkan oleh tim
penelitian kami. Kami menyadari pekerjaan ini sangat melelahkan Bapak/Ibu,
hanya Tuhanlah Yang Maha Murah membalas kebaikan Bapak/Ibu. Kami
hanya dapat menghaturkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya.
Yogyakarta, 10 April 2018
Tim Peneliti
Dr. Gendon Barus, M. Si.
Koordinator Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
B. Petunjuk Pengisian
1. Terdapat berbagai format pertanyaan dalam angket ini. Bapak/Ibu
dimohon membaca secara cermat sebelum memberi respon.
2. Untuk pertanyaan yang disediakan alternatif jawabannya, lingkarilah huruf
di depan setiap jawaban yang sesuai dengan
penilaian/pengalaman/pendapat/pemikiran Bapak/Ibu. Dimungkinkan
pilihan jawaban Bapak/Ibu lebih dari satu pilihan jawaban. Kami
menyediakan space kosong ( ) untuk menampung respon
Bapak/Ibu yang belum terwakili pada alternatif pilihan yang tersedia,
maka jika dipandang perlu berkenanlah Bapak/Ibu untuk mengisinya.
3. Untuk pertanyaan tertentu yang mengandung kemungkinan jawaban
terbuka, kami menyediakan tempat isian berupa garis kosong atau kotak.
Berkenanlah Bapak/Ibu mengisinya dengan jawaban yang sesuai.
4. Informasi yang Bapak/Ibu berikan tidak akan punya konsekuensi/dampak
buruk pada tugas dan karier Bapak/Ibu, Tim peneliti akan merahasiakan
data. Terima kasih.
C. Identitas
Nama sekolah :
Nama lengkap responden : Umur
: tahun
Jabatan stuktural :
Guru mata pelajaran :
Pelaksanaan & Penilaian Pendidikan Karakter Di sekolah
1. Apakah sekolah ini melaksanakan pendidikan karakter terintegrasi (terpadu
dalam pembelajaran) ?
A. Ya, terlaksana dengan baik dan memuaskan (sebagian besar guru
melaksanakan)
B. Ya, terlaksana dengan cukup baik (sekitar separuh jumlah guru
melaksanakan)
C. Ya, namun pelaksanaannya belum baik (baru beberapa guru yang
melaksanakan)
D. Belum terlaksana (hampir semua guru kurang paham teknis
pelaksanaannya)
E. Sekolah ini belum memikirkan implementasi pendidikan karakter
terintegrasi
F. Antara ada dan tiada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Apa saja bentuk-bentuk atau kegiatan pendidikan karakter yang
dilaksanakan di sekolah Bapak/Ibu ini. Mohon menuliskannya:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
3. Dari berbagai bentuk kegiatan pendidikan karakter yang telah Bapak/Ibu
sebutkan, menurut penilaian Bapak/Ibu bagaimana hasilnya?
A. Berhasil sangat memuaskan D. Belum tampak hasilnya
B. Berhasil cukup memuaskan E. Tidak serius, maka tak ada
hasil
C. Ada hasil, tetapi kurang signifikan F. Gagal, sekedar rencana tanpa
aksi
4. Bentuk atau cara apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk menilai berhasil-
tidaknya pendidikan karakter di sekolah ini ?
A. Tes D. Skala Sikap G. Laporan diri
B. Observasi E. Wawancara H. Buku Refleksi
Harian
C. Sistem poin
F. Laporan Proyek
I. Lomba/Penjurian
J.
5. Bentuk atau cara penilaian yang Bapak/Ibu sebutkan pada poin 4 di atas
apa saja keunggulannya ?
6. Apa pula kelemahan cara tersebut ?
7. Hasil penelitian kami sebelumnya menunjukkan, hampir semua guru
mengandalkan observasi sebagai bentuk atau cara menilai karakter siswa.
Apakah Bapak/Ibu setuju observasi sebagai cara terbaik untuk menilai
hasil pendidikan karakter siswa ?
A. Tidak setuju B. Sedikit setuju
C. Cukup setuju D. Setuju
8. Mohon pendapat/penilaian Bapak/Ibu lebih lanjut tentang penggunaan
observasi sebagai teknik/cara yang digunakan sekolah dalam penilaian
karakter siswa dengan memberi tanda centang (√) pada skala ya atau tidak
berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
No Sebagai teknik/cara penilaian hasil pendidikan karakter siswa di SMP ya tidak
1 Observasi merupakan cara paling tepat
2 Observasi merupakan cara paling baik
3 Observasi merupakan cara paling objektif
4 Observasi merupakan cara paling mudah
5 Observasi merupakan cara paling praktis
6 Observasi merupakan cara paling terpercaya
7 Observasi merupakan cara paling jujur
8 Observasi merupakan cara paling adil
9 Observasi merupakan cara paling rentan
10 Observasi merupakan cara paling tak beresiko
11 Observasi merupakan cara paling murah
12 Observasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan
13 Observasi kurang memungkinkan menilai semua siswa
14 Observasi sukar dipertanggungjawabkan hasilnya
15 Observasi mengandung bahaya bias (menyimpang)
16 Observasi menyita banyak waktu, tenaga, dan biaya
17 Observasi mengandung bahaya like and dislike
18 Observasi harus disertai pencatatan yang teratur dan rapi
19 Observasi mengandung kebohongan (hallo effect)
20 Observasi memiliki banyak kelemahan
9. Apakah Bapak/Ibu juga menggunakan cara/teknik observasi lebih
banyak/lebih sering dibanding cara lainnya untuk menilai karakter siswa?
A. Ya, paling sering karena
B. Ya, sekali-sekali karena
C. Jarang, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
D. Hampir tidak pernah, karena
10. Pihak-pihak mana yang terlibat dalam penilaian pendidikan karakter siswa
di sekolah Bapak/Ibu ini?
A. Kepala Sekolah F. Penilai
Ahli/Profesional/Psikotester
B. Wakaur Kurikulum G. Tim Khusus (Gabungan Guru
& Ortu)
C. Wakaur Kesiswaan H. Pembina Pramuka
D. Guru BK I. Penilaian Sesama Teman
Sebaya Siswa
E. Wali Kelas J.
11. Apakah penilaian karakter diberlakukan kepada seluruh siswa?
A. Seluruh siswa yang bermasalah dan tidak bermasalah
B. Siswa yang bermasalah dengan perilaku buruk diobservasi, siswa lain
diabaikan
C. Hanya untuk siswa yang nakal/berperilaku buruk/melanggar peraturan
sekolah
D. Siswa yang baik-baik diberi nilai karakter baik meski tanpa data tes
E.
12. Apakah Bapak/Ibu selama ini telah melaksanakan penilaian pendidikan
karakter siswa di sekolah dengan baik?
A. Ya, tentu saja.
B. Belum terlaksana dengan baik
C. Tidak paham cara terbaik memberi penilaian karakter siswa
D. Terlaksana, namun ragu validitas/objektivitasnya
E. Terlaksana asal ada saja, sekedar memenuhi kewajiban
F. Saya sulit melakukannya, mestinya sekolah mengusahakan cara yang
lebih mudah, objektif, dan efektif.
13. Hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan apa yang Bapak/Ibu temui
dalam menilai pendidikan karakter siswa di sekolah? Tuliskan jawaban di
kotak ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
14. Saat ini, jenis alat/instrumen apa yang tersedia dan Bapak/Ibu gunakan
untuk melakukan penilaian hasil pendidikan karakter siswa di sekolah?
A. Tes; sebutkan
B. Non- tes; sebutkan
C. Tidak tersedia alat/instrumen apapun
15. Apakah yang Bapak/Ibu butuhkan dan harapkan agar penilaian hasil
pendidikan karakter siswa di sekolah ini dapat terlaksana dengan baik dan
hasilnya dapat lebih dipertanggungjawabkan kebenarannya? Mohon
tuliskan kebutuhan/harapan di kotak:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI