PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi...

85
PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh : Robertus Adrian Wijaya NIM : 151114076 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi...

Page 1: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN

METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN

KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Robertus Adrian Wijaya

NIM : 151114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN

METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN

KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Robertus Adrian Wijaya

NIM : 151114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

HALAMAN MOTTO

Jangan menyerah dalam berjuang, meskipun butuh pengorbanan.

Jangan sia-siakan waktumu selagi masih sempat, kesempatan tidak akan

datang dua kali.

-Robertus AW-

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku persembahakan karyaku untuk:

Tuhan Yang Maha Esa

Puji syukur ku panjatkan atas segala rahmat serta hidayahMu.

Terima kasih atas segala nikmat kesehatan dan kesempatan yang

Engkau berikan, senantiasa memberikanku kekuatan dan

ketenangan batin, dan meuntunku menuju jalan yang Kau

berkati

Orangtuaku

Bapak FX. Bambang Kusbandono dan Ibu Chatarina Endang

Palupi

Terima kasih atas cinta, nasehat, dan dukungan yang selama ini

bapak dan ibu berikan kepada anakmu ini.

Terima kasih karena selalu mengingatkan dan menyemangatiku

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Dosen pembimbing tercinta Dr. Gendon Barus,M. Si yang selalu

memberikan semangat, dukungan, membantu dan memberikan

masukkan dalam mengerjakan skripsi ini.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

ABSTRAK

PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN

METODE OBSERVASI SEBAGAI TEKNIK PENILAIAN PENDIDIKAN

KARAKTER DI BEBERAPA SMP DI INDONESIA

Robertus Adrian Wijaya

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2019

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat dan pemahaman

guru-guru di beberapa SMP di Indonesia yang meliputi; 1) Metode penilaian

pendidikan karakter, 2) Pendapat guru mengenai metode observasi sebagai teknik

penilaian pendidikan karakter, 3) Pendapat guru tentang keunggulan dan

kelemahan metode observasi dalam penilaian pendidikan karakter, 4) Pemahaman

guru megenai penerapan metode observasi dalam penilaian pendidikan karakter

disekolah, 5) Hambatan-hambatan guru dalam melakukan observasi sebagai

penilaian pendidikan karakter di sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode campuran deskriptif kuantitatif dan

kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket terbuka dan tertutup

yang disebar di 10 SMP kepada 39 guru. Data dianalisis secara deskriptif dengan

teknis presentasi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) observasi adalah metode yang

paling sering digunakan dalam menilai hasil pendidikan karakter, 2) sebagian

besar guru setuju bahwa observasi adalah cara terbaik yang dapat digunakan

dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah, 3) guru berpendapat bahwa

metode observasi adalah cara yang praktis dan mudah dilakukan, tetapi memiliki

keterbatasan waktu dan observasi menghasilkan data yang kurang signifikan, 4)

pemahaman guru terhadap metode observasi masih kurang karena belum

dikembangkannya alat penilaian yang mutlak untuk hasil pendidikan karakter, 5)

guru mengalami kesulitan dalam menentukan alat penilaian yang tepat dalam

menilai hasil pendidikan karakter, guru kurang memahami tentang penerapan

metode observasi , masih banyak guru yang meragukan observasi sebagai alat

penilaian pendidikan karakter, keterbatasan waktu yang dibutuhkan untuk

melaksanakan observasi, perilaku siswa yang dibuat-buat, jumlah guru yang

terlalu sedikit tidak memungkinkan menerapkan observasi pada semua siswa,

objek observasi hanya siswa yang perilakunya buruk saja, keterbatasan

kemampuan mengingat otak manusia.

Kata kunci : pendidikan karakter, observasi, penilaian.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

ABSTRACT

THE TEACHERS’ OPINIONS AND UNDERSTANDING ABOUT THE

USAGE OF OBSERVATION METHOD AS A CHARACTER EDUCATION

ASSESSMENT TECHNIQUE IN SEVERAL JUNIOR HIGH SCHOOL IN

INDONESIA

Robertus Adrian Wijaya

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2019

The aim of this study was to find out teachers’ opinion and understanding

in several junior high school in Indonesia that covers; 1) Character education

assessment method, 2) teachers’ opinion about observation method as a character

education assessment technique, 3) Teachers’ opinion about advantages and

disadvantages of observation in assessing character education, 4) teachers’

understanding about implementation of observation as character education

assessment at school, 5) Teachers’ limitations in applying the observation as

character education assessment method at school.

This research used a mix method of descriptive quantitative and

qualitative. Data was collected using an open and close questionnaire that

distributed to 39 teachers in 10 junior high school. Data then analyzed

descriptively using presentation technique and the result was formed as graphic.

The results of this study indicate that 1) observation is the most often

method used in assessing the character education results, 2) most teachers agree

that observation is the best way that can be used in the assessment of character

education at schools, 3) the teachers believe that the observation method is a

practical and easy way to do, but has limited time and observation resulting an

insignificant data, 4) the teachers' understanding of the observation method are

still lacking because an absolute assessment tool has not yet been developed for

character education results, 5) the teachers have difficulty in determining the

right assessment tool in assessing the results of character education, and the

teachers also have lack understanding about the application of the observation

method, and there are still many teachers who doubt about observation as a tool

for character education assessment, the limited time needed to carry out

observations, students made up behavior, the limited number of teachers in

applying observations to all students, the observation object is only students with

poor behavior, human brain’ limited ability to remember.

Keywords: character education, observation, assessment.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, semangat,

serta penyertaan yag luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, dan lancar. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa ada bantuan, dampingan dan

dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu, dengan tulus hati penulis

menyampaiakan banyak terima kasih khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma, yang bersedia memberi ijin

untuk melakukan penelitian, dan selaku dosen pembimbing yang selalu

sabar meluangkan waktu, memberi motivasi, mendampingi dan

memberikan ide-ide kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

3. Para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama

menempuh studi.

4. Bapak FX. Bambang Kusbandono dan Ibu Chatarina Endang Palupi yang

selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis selama

menempuh studi.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v

HASIL PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

G. Batasan Istilah ....................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 7

A. Hakikat Pendidikan Karakter ............................................................. 7

1. Pengertian Karakter ........................................................................... 7

2. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................ 9

3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ............... 11

4. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Sekolah ................ 13

5. Nilai-nilai Karakter Yang Ditanamkan Di Sekolah ........................ 14

6. Sistem Penilaian Pendidikan Karakter ............................................ 17

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

B. Hakikat Metode Observasi ................................................................. 19

1. Pengertian Obervasi ........................................................................ 19

2. Bentuk-bentuk Observasi ................................................................ 20

3. Kelemahan Obsevasi Dalam Penilaian Pendidikan Karakter ......... 26

4. Cara Mengatasi Kelemahan Observasi ........................................... 29

5. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dan selama observasi ........... 31

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 33

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 33

1. Tempat dan Subjek Penelitian ........................................................ 34

2. Waktu Penelitian .......................................................................... 36

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 37

1. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 37

2. Instrumen Pengumpul Data ............................................................. 38

C. Validitas Instrumen ............................................................................ 39

D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 42

B. Pembahasan ......................................................................................... 51

1. Penggunaan teknik obsrvasi sebagai alat penilaian pendidikan

karakter di sekolah .......................................................................... 51

2. Pendapat guru mengenai penggunaan teknik observasi sebagai

alat penilaian pendidikan karakter di sekolah ................................. 51

3. Pendapat guru mengenai kelamahan dan keunggulan teknik

observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter di sekolah .... 52

4. Pemahaman guru mengenai penggunaan teknik observasi sebagai

alat penilaian pendidikan karakter disekolah .................................. 53

5. Hambatan yang dialami guru dalam menggunakan teknik

observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter di sekolah .... 53

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 55

A. Kesimpulan .......................................................................................... 55

B. Saran .................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58

LAMPIRAN ..................................................................................................... 60

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tempat Penelitian ............................................................................. 34

Tabel 3.2 Subjek Penelitian ............................................................................... 35

Tabel 3.3 Jadwal Pengambilan Data ................................................................ 36

Tabel 4.1 Metode penilaian pendidikan karakter ........................................... 42

Table 4.2 Observasi Sebagai Penilaian Pendidikan Karakter ....................... 42

Table 4.3 Keunggulan Observasi ...................................................................... 43

Table 4.4 Kelemahan Metode Observasi.......................................................... 45

Tabel 4.5 Pendapat Guru .................................................................................. 47

Tabel 4.6 Pendapat Mengenai Hambatan Penggunaan Observasi Dalam

Penilaian ............................................................................................. 48

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Pembentuk Karakter .................................................... 9

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ................................................................. 61

Lampiran 1. Angket Penelitian ...................................................................... 62

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan batasan istilah. Masing-masing sub judul dalam penelitian ini

dijabarkan secara singkat, ringkas namun jelas.

A. Latar Belakang Masalah

Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi

para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

menilai hasil pendidikan karakter, banyak cara yang dapat digunakan guru

untuk menilai hasil pendidikan karakter di sekolah. Salah satu cara yang dapat

digunakan adalah observasi.

Menurut Banister (dalam Poerwandari 2001) istilah observasi berasal

dari Bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Secara luas Banister

menjelaskan bahwa observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara

akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan

antar aspek dalam fenomena tersebut.

Observasi adalah cara yang paling mudah dilakukan, karena tidak perlu

biaya mahal, dan observasi dianggap cara yang paling popular. Meskipun,

begitu para guru di sekolah masih mengalami kendala dalam menggunakan

observasi.penggunaan metode observasi sebagai alat penilaian hasil pendidikan

karakter masih belum maksimal. Hal ini disebabkan karena observasi

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

2

membutuhkan waktu yang lama, jumlah murid yang terlampau banyak untuk

diobservasi, mengandung bahaya like dan dislike, kemudianobservasi juga

membutuhkan pencatatan yang teratur dan rapih sedangkan otak manusia

memiliki batasan dalam mengingat sehingga data yang diperoleh dapat menjadi

tidak lengkap signifikan.

Hanna Djumhana (1983:202) memandang observasi sebagai metode

ilmiah yang sampai saat ini menduduki tempat utama dalam dunia ilmu

pengetahuan empiris. Demikian pula dalam psikologi, observasi tetap diakui

sebagai salah satu metode ilmiah dan banyak diterapkan dalam berbagai

kegiatan penelitian dan pengumpulan data. Konseling sebagai kegiatan

memberi bantuan salah satunya kepada pribadi-pribadi bermasalah juga

menggunakan metode observasi disamping wawancara dan penggunaan tes

psikologis.

Berdasarkan pernyataan diatas muncul pertanyaan dalam benak peneliti,

apakah selama ini guru-guru memahami penggunaan metode observasi yang

benar sebagai alat penilaian terhadap pendidikan karakter disekolah? cara

apakah yag paling sering digunakan guru-guru dalam menilai hasil pendidikan

karakter di sekolah? apakah ada hambatan dalam penggunaan metode tersebut

sebagai alat penilaian pendidikan karakter? Lalu apakah observasi juga

digunakan kepada siswa yang biasa-biasa saja? Memang sampai sekarang

masih belum ada alat ukur standar dari pemerintah untuk mendukung penilaian

dalam pendidikan karakter. Maka dari itu peneliti sebagai mahasiswa Program

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma tertarik dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

3

metode observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter. Maka peneliti

tertarik mengangkat judul “Pendapat dan Pemahaman Guru terhadap

Penggunaan Metode Observasi Sebagai Teknik Penilaian Pendidikan Karakter

Di Beberapa SMP di Indonesia”

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi

berbagai masalah berikut :

1. Guru-guru membutuhkan alat penilaian yang tepat sehingga dapat

membantu guru menilai karakter siswa.

2. Guru tidak mengetahu cara yang tepat dalam memberikan penilaian

terhadap sikap siswa

3. Belum ada sistem penilaian yang dapat mengukur secara akurat mengenai

pendidikan karakter yang diberikan pada siswa.

4. Ada indikasi guru tidak mengetahui cara menggunakan asesmen pendidikan

karakter yang benar dan tepat.

5. Adanya hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam menggunakan

observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter.

6. Pemahaman observasi sebgai penilaian hasil pendidikan karakter masih

mengandung banyak kelemahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

4

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, mengingat adanya keterbatasan penelitian maka

fokus kajian diarahkan pada 4, 5, dan 6 yang berkaitan dengan penggunaan

metode observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter di sekolah

menengah pertama.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, pertanyaan penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1. Cara apa yang paling sering digunakan untuk menilai keberhasilan

pendidikan karakter di sekolah ?

2. Bagaimana pendapat guru mengenai penggunaan observasi sebagai teknik

penilaian pendidikan karakter yang umum di sekolah ?

3. Menurut penilaian guru, apa saja keunggulan dan kelemahan metode

observasi dalam menilai pendidikan karakter?

4. Seberapa jauh pemahaman guru mengenai penerapan metode observasi

dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah ?

5. Hambatan-hambatan atau kesulitan apa yang ditemukan guru dalam

menilai pendidikan karakter menggunakan observasi?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu :

1. Mengetahui seberapa sering observasi digunakan sebagai penilaian

pendidikan karakter di sekolah

2. Mengetahui cara yang tepat dalam menilai hasil pendidikan karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

5

3. Memberi pemahaman kepada guru mengenai penerapan observasi

sebagai penilaian hasil pendidikan karakter yang benar dan tepat.

4. Mengetahui hambatan-hambatan dalam melakukan observasi sebagai

alat penilaian hasil pendidikan karakter.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dibidang ilmu

pendidikan mengenai pendidikan karakter dan cara yang tepat untuk

menilai pendidikan karakter

2. Manfaat praktis

a. Bagi pemerintah

Penelitian ini memberikan sumbangan informasi dalam mengukur

hasil pendidikan dan menjadi sarana evaluasi terhadap pendidikan

alat penilaian pendidikan karakter bagi Indonesia.

b. Bagi sekolah dan guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru-guru disekolah

dalam menentukan alat yang tepat dan efektif untuk memberi

penilaian terhadap pendidikan karakter yang diberikan disekolah

c. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui seberapa efektif penggunaan alat

penilaian pendidikan karakter disekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

6

d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai refrensi

dalam mengembangkan penilitian mengenai alat penilaian

pendidikan karakter.

G. Batasan Istilah

1. Observasi adalah salah suatu aktivitas yang dilakukan oleh guru dengan

mengamati perilaku objek guna mengetahui suatu informasi dari sebuah

fenomena yang berdasarkan pengetahuan dan gagasan.

2. Pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik

menjalani dan memenuhi tugas hidupnya secara mandiri. Pendidikan

adalah usaha manusia dewasa untuk mendewasakan manusia yang belum

menjadi dewasa dengan cara dibimbing, diarahkan.

3. Penilaian pendidikan karakter yang dimaksud adalah penggunaan metode

observasi terhadap alat penilaian hasil pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori yang akan dijadikan dasar dalam membangun kerangka

konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka bab ini peneliti mengemukakan

beberapa konsep uanh berhubunhan sengan variabel penelitian, yaitu hakikat

metode observasi, hakikat pendidikan karakter:

A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Berkowiz (Doni koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter

sebagai swkumpulan karakter psikologis yang mempengaruhi

kemampuan dan kecindongan pribadi agar dapat berfungsi secara

moral. Menurut Pritchard (Doni Koesoema,2012: 27) karakter adalah

“a compex set of relatively persistant qualieties of the individual

person, and the term has a definite positive connotation when is used

in disscusions of moral education.” Artinya, karakter merupakan

sekumpulan kualitas moral yang relative stabil dalam diri seseorang.

Karakter memiliki konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi

moral.

Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan karakter

dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

8

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika

Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter

berkaitan dengan ketiga komponen yaitu konsep moral (moral

knowing), sikap moral(moral feeling), dan perilaku moral (moral

behaviour). Ia juga mengatakan bahwa karakter yang baik didukung

oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan

melakukan perbiatan kebaikan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi (2014:7) mengatakan

bahwa komponen karakter adalah moralitas, kebenaran, kenaikan,

kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukan kepada orang lain

melalui tindakan. Ia juga mengatakan, karakter sesorang terpisah dari

moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang

dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan

dari karakter. Kebenaran tidak terbangun dengan sendirinya tanpa

adanya karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk

merupakan perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan ini yang

mendorong suatu kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan

keadilan.Kebenaran, kebaikan dan kekuatan sikap adalah bagian dari

integral uang menyatu dengan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

9

Gambar 2.1 Komponen Pembentuk Karakter

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa karakter dan moral adalah

hal yang berbeda, pengetahuan seseorang terhadap baik dan buruk adalah

pengertian dari moral, sedangkan tindakan atau kebiasaan seseorang yang

langsung ditentukan oleh otak disebut sebagai karakter. Meskipun berbeda

tetapi karakter dan moral saling berkaitan antara satu dan lainnya. Moral

adalah komponen yang membentuk karakter seseorang, saat moral

behaviour dilakukan secara berulang. Disamping itu, karakter memiliki

kedudukan yang lebih tinggi dari pada moral karena karakter tidak hanya

tentang baik dan salah. Maka dapat dikatakan bahwa karakter adalah

kebiasaan berdasarkan pengetahuan baik atau buruk.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) mengatakan bahwa “pendidikan

karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan

merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik” sedangkan,

menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) “pendidikan karakter adalah proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

10

pemberian tuntunan kepada peserta ridik untuk menjadi manusia seutuhnya

yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.”

Mereka juga menyampaikan bahwa pendidikan karakter dapat disebut juga

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan

watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Character education partnership (CEP) (Doni Koesoema, 2012: 57) sebuah

program nasional pendidikan karakter di amerika serikat, mendefinisakn

karakter sebagai berikut :

Sebuah gerakan nasional untuk mengembangkan sekolah-sekolah

agar dapat menumbuhkan dan memelihara nilai-nilai etis, tanggung jawab

dan kemauan untuk mwrawat satu sama lain dalam diri anak-anak muda,

melalui keteladanan dan pengajaran tentang karakter baik memberikan

penekanan pada nilai-nilai universal yang diterima oleh semua. Gerakan

ini merupakan usaha-usaha, dari sekolah, distrik, dan negara bagian uanh

sifatnya intensional dan proaktif untuk menanamkan dalam diri para

peserta didik nilai-nilai moral, moral inti, seperti perhatian dan perawatan

(caring), kejujuran, keadilan (fairness), tanggung jawab dan rasa hormat

terhadap diri dan orang lain.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter

adalah proses pemberian bekal/penanaman nilai moral mengenai karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

11

pribadi yang baik dalam kehidupan sehari-hari melalui program

pemerintah yang diberikan kepada sekolah.

3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

a. Tujuan pendidikan karakter

Menurut kemendiknas (2010) Peraturan pemerintah nomer 17

tahun 2010 tenteng pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada pasal

17 ayat (3)”pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah pertama

(SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berahklak mulia, dan berkepribadian

luhur; (c) berilmiu, cakap, kritis, dan inovatif; (d) sehat, mandiri dan

percaya diri; € toleran, peka sosial, demokratis, dan bertangung jawab.”

Melalu penjelasan pasal diatas, jelas bahwa pendidikan memiliki

tujuan yang erat dengan pendidikan karakter. Bahwa pendidikan

disekolah menjadi sarana untuk menerapkan nilai-nilai karakter yang

dapat membawa perubahan bagi peserta didik dalam hal beriman dan

bertakwa kepada Tuhan; berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;

memiliki ilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif; selain itu juga

membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat, mandiri, percaya

diri serta memiliki rasa toleransi, peka sosial, demokratis, dan

bertanggung jawab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

12

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan karakter

adalah

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk

menjadi perilaku yang baik bagi pesera didik yang telah memiliki

sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter

bangasa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk

bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik

yang lebih bermartabat.

3) Penyaringan: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri

dan karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

karakter dan karakter bangsa.

c. Prisnsip-prinsip dasar pendidikan karakter

Menurut Direktorat Pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-

146) pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensuf supaya mencakup

pemikiran, perasaan dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

13

5) Memberi kesemparan kepada peserta didik untuk menunjukan

perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan

menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun

karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada

nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra

dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsu staff sekolah sebagai guru-

guru karakter, dan manifestasi karakter.

4. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di Sekolah

Suyanto (2010: 9), menegaskan bahwa keberhasilan program

pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian butir-butir standar

kompetensi lulusan peserta didik.yamg meliputi sebagai berikut :

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan

remaja

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri

c. Menunjukan sikap percaya diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

14

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang

lebih luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup nasional

f. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

g. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

h. Menghargai karya seni dalam budaya nasional

5. Nilai Nilai Karakter yang Ditanamkan di Sekolah

Nilai-nilai.karakter yang ditanamkan dalam pendidikan di sekolah

menurut Kementqaerian Pendidikan Nasional. Beberapa nilai karakter

adalah sebagai berikut :

a. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleransi terhadap pelaksana ibadah agama lain, dan hidup

rukun terhadap pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

15

pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan

e. Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai macam hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaiakan tugasnya.

h. Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

16

j. Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan diri dan kelompoknya

k. Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta

menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadirannya.

o. Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

17

p. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam dan sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi perhatian kepada orang

lain dan masyarakat yang membutuhkan

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Sistem Penilian Pendidikan Karakter

Karakter sangat berhubungan erat dengan moral yang ada dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Easley (2002) bahwa karakter berkaitan

dengan keteguhan hati, ketekunan, rasa hormat, tanggung jawab, dan

disiplin diri.

Hal ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan karakter yaitu

membentuk manusia dengan karakter-karakter yang baik. Maka dari itu

penilaian terhadap pendidikan karakter adalah hal yang sangat penting.

Menurut Mardapi (2017) karakter berkaitan dengan personalitas walaupun

ada perbedaannya. Personalitas adalah trait bawaan sejak lahir, sedangkan

karakter adalah perilaku hasil pembelajaran. Kualitas seorang siswa sering

dihubungkan dengan karakter dan dinilai berdasarkan pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

18

Lickona (Sobri, 2015) berpendapat bahwa karakter adalah sesuatu

yang terlihat. Karakter terdiri dari sifat baik sebagai bentuk perilaku yang

sesuai dengan moral, sehingga karakter merupakan bentuk perilaku

konkrit, atau penerapan dari moral. Sudah sejak lama masalah pendidikan

karakter disadari, namun, memang belum ada hasil yang bisa diharapkan

untuk menangani problem tersebut.

Andersen (Mardapi, 2017) berpendapat bahwa”ada dua metode

yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode

observasi dan laporan diri. Pengggunaan metode observasi berdasarkan

pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau

perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi atau keduanya.

Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif

seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam

mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Karakter siswa dapat dinilai oleh guru. Baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru

untuk menilai pendidikan karakter. Langkah-langkah yang harus diambil

dalam mengembangkan intrumen afektif menurut Sutijan, (2015) adalah

sebagai berikut :

a. menentukan spesifikasi instrument

b. menulis instrument

c. menentukan skala instrument

d. menentukan system penskoran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

19

e. menelaah instrument

f. melakukan ujicoba

g. menganalisis instrument

h. merakit instrument

i. melaksanakan pengukuran; dan

j. menafsirkan hasil pengukuran.

B. Hakikat Metode Observasi

1. Pengertian Observasi

Terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi,yaitu

pengertian secara luas dan sempit. Observasi dalam arti sempit berarti

pengamatan secara langsung terhadap suatu gejala yang

diteliti.Sedangkan dalam arti luas observasi memiliki pengertian

pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung

terhadap objek yang sedang diteliti.

Dilihat dari segi pskologi istilah pengamatan tidak sama dengan

melihat, sebab melhat hanya menggunakan penglihatan sedangkan

dalam pengamatan terkandung makna bahwa dalam melakukan

pemahaman terhadap objek yang diamati dilakukan dengan

pancaindra yaitu dengan penglihatan, pendengaran, penciuman,

bahkan bi, kadang ada gejala yang bila dipandang memerlukan

pencecap dan peraba. Hal ini disebabkan karena tidak semua gejala

yang diamati bisa dikenali dengan penglihatan saja, ada gejala yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

20

tidak bisa ditangkap oleh mata tetapi dengan hidung, telinga, lidah dan

sebagainya.

Disamping proses pengamatan, dalam melakukan observasi

harus dilakukan dengan penuh perhatian. Hal ini berarti bahwa dalam

kegiatan bservasi bukan hanya proses fisik namun juga psikis. Hal ini

bisa dijelaskan bahwa ketika melakukan observasi bukan hanya

melihat, mendengar, dan mencium yang dilakukan namun disertai

dengan pemusatan perhatian, aktivitas, dan kesadaran terhadap objek

atau gejala-gejala tertentu yang sedang diobservasi.

Anna Djumhana (1983:201) juga mengingatkan bahwa

observasi juga harus sistematis dan bertujuan, artinya dalam

melakukan sebuah observasi, observer tidak bisa melakukannya hanya

tiba-tiba saja dan tanpa perencanaan yang jelas. Dalam melakukan

observasiharus jelas apa tujuannya, gejala-gejala apa saja yang perlu

diamati, karakteristik masing-masing gejala, model pencatatannya,

analisisnya, dan pelaporan hasilnya.

2. Bentuk-bentuk Observasi

Ada berbagai macam observasi yang biasa dilakukan oleh

seorang konselor maupun peneliti saat mereka membutuhkan sebuah

data, yaitu

a. Dilihat dari keterlibatan subjek terhadap objek yang sedang

diobservasi(observee), observasi bisa dibedakan menjadi tiga

bentuk, yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

21

1) Observasi partisipan

Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan

observasi turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang

sedang dilakukan oleh subyek yang sedang diobservasi.

Observasi partisipan juga sering digunakan dalam penelitian

eksploratif. Observasi partisipan ini memiliki kelebihan

sebagai berikut, observee tidak tahu bahwa mereka sedang

diobservasi, sehingga perilaku yang muncul diharapkan wajar

atau tidak dibuat-buat. Di disisi lain, observasi partisipan juga

memiliki kelemahan yang berkaitan dengan kecermatan dalam

melakukan pengamatan dan pencatatan, sebab ketika observer

terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan

observee, pencatatan dan pengamatan tidak bisa dilakukan

secara detail.

2) Observasi non partisipan

Observasi non partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat

secara langsung atau berpartisipasi langsung dalam kegiatan

yang sedang dilakukan observee. Observasi non partisipan ini

memiliki kelebihan, yaitu observer dapat melakukan

pengamatan dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap

segala aktifitas yang dilakukan observee. Namun observasi non

partisipan juga memiliki kelemahan yaitu bila observee

mengetahui bahwa dirinya sedang sedang diobservasi, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

22

perilaku yang muncuul akan dibuat-buat. Akibatnya data yang

diperoleh menjadi tidak asli dan tidak akurat.

3) Observasi kuasi partisipan

Observasi kuasi partisipan, adalah kegiatan observasi yang

dilakukan dengan terlibat pada sebagian aktifitas yang

dilakukan oleh observee, bentuk observasi ini adalah cara yang

paling tepat untuk mengatasi kelemahan dari kedua bentuk

observasi diatas, sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua

bentuk observasi diatas. Persoalan utama dalam melakukan

observasi terletak pada tahu dan tidak tahunya observee bahwa

dirinya sedang diamati, maka akan mempengaruhi perilaku

yang dimunculkan oleh observee.

b. Dilihat dari segi lingkungan dimana subjek diobservasi, Gall dkk

(2003 : 254) membedakan observasi menjadi dua, yaitu :

1) Observasi naturalistik

Jika observasi itu dilakukan secara alamiah atau

dalam kondisi yang apa adanya. Guru mengamati siswanya

sedang bermain sepak bola dilapangan dan peneliti

mengamati hewan dihutan adalah contoh dari observasi

alamiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

23

2) Observasi eksperimental

Jika observasi ini dilakukan terhadap subjek dalam

suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan

sebelumnya.

c. Bentuk observasi sistematis, Blocher (1987) mengelompokan

kedalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu ;

1) Observasi naturalistik, yaitu ketika seseorang ingin

mengobservasi observee dalam kondisi alami atau natural

2) Metode survai, yaitu ketika seseorang mensurvei

(mengobservasi) contoh-contoh tertentu dari pelaku individu

yang kita nilai.

3) Experimentasi, yaitu ketika seseorang tidak hanya

mengobservasi tetapi memaksakan kondisi-kondisi spesifik

terhadap subjek yang diobservasi.

d. Observasi berdasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna

Djumhana (1983:205) mengelompokan observasi menjadi

berikut:

1) Finding Observasiton

yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjagaan. Dalam

melakukan observasi ini observer belum mengetahui

dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya

mengetahui bahwa dia akan menghadapi suatu situasi saja.

Selama berhadapan dengan situasi itu ia bersikap menjajagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

24

saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang

mungkin dapat dijadilan bahan untuk menyusun observasi

yang lebih terarah.

Finding observation ini diterapkan bila konselor merasa

tidak perlu menggunakan berbagai daftar isian serta ingin

mendapatkan kesan tentang tingkah laku konseli yang

spontan atau apa adanya. Oleh sebab itu, konselor

seyogianya benra-benar kompeten dalam masalah ini.

2) Direct Observation

yaitu observasi yang menggunakan “daftar isian”

sebagai pedomannya. Daftar ini berupa checklist kategori

tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya pembuatan

daftar isian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari

finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam

teori yang dipandang sudah mapan. Dalam situasi

konseling, kedua bentuk observasi ini dapat disiapkan.

Dalam direct observation, konselor menyediakan

sebuah daftar berupa penggolongan tingkah laku atau

rating. Selama konseling berlangsung atau segera setelah

konseling berakhir, konselor mengisi daftar tersebut dengan

cara memberi tanda pada penggolongan tingkah laku yang

sesuai dengan tingkah laku konselis selama proses

konseling berlangsung. Cara ini lebih mudah dibandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

25

cara finding observation, tetapi kelemahamnya adalah

sering terjadi tingkah laku yang lain dari pada yang

digolongkan pada daftarnya, sehingga ada kecenderungan

untuk menggolongkannya secara paksa atau

mengabaikannya sama sekali.

e. Mendasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan pelatihan yang

disyaratkan, Gibson & Mitchell (1995 : 261) mengklarifikasikan

observasi sebagai berikut :

1) Level pertama, observasi informasi kasual. Observasi jenis

ini banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak

terstruktur, dan biasanya observasi-observasi yang tidak

terencana yang memberikan lesan-kesan kasual yang terjadi

sehari-hari oleh orang-orang didekat kita. Tidak ada

pelatihan atau instrumentasi yang diharapkan atau

disyaratkan.

2) Level kedua, observasi terstruktur. Terencana, diarahkan

pada senbuah maksud atau tujuan. Observasi pada tingkat

ini biasanya difasilitasi oleh instrumen yang sederhana

seperti checklist dan skala penilaian. Beberapa training juga

diperlukan.

3) Level ketiga, level klinis. Observasi, selalu diperpanjang

dan sering dengan kondisi-kondisi yang terkontrol. Teknik-

teknik dan instrumen-instrumen yang digunakanakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

26

direncanakan dengan baik, dan digunakan melalui pelatihan

secara khusus, biasanya diberikan pada level doktoral.

Pada level ini dan dalam banyak kerangka klinis, konselor

mungkin menggunakan diagnosis penyimpangan mental atau boleh

menerima sejarah klien yang mengalami nomenklatur diagnostik

psikiatri. Usaha yang paling mutakhir dari asosiasi psikiatri amerika

adalah mengkategorikan penyimpangan-penyimpangan mental, the

diagnostic statistical manual of mental disorder (DSM-III-R)

diagnistik statistik manual daei penyimpangan mental secara umum

digunakan untuk tujuan ini (APA, 1987), (Hansen dkk. 1986:388)

3. Kelemahan –kelemahan Observasi Dalam Penilaian Pendidikan

Karakter.

Adapun kelemahan observasi adalah observer dapat membuat

inferensi (kesimpulan) yang sangat keliru atau bias yang dipengaruhi rasa

suka atau tidak suka, pengetahuan sebelumnya yang negatif, dll. Hal –hal

yang menjadikan observasi menjadi tidak valid. Untuk itu observer harus

memiliki kepekaan terhadap perilaku yang diamatinya. Kelemahan

lainnnya adalah observer dapat saja mempengaruhi obyek observasi

karena dia menjadu bagian situasi pengamatan itu dan kehadiran observer

membuat perilaku observe menjadi tidak alami (Kerlinger, 2003) .

Gibson & Mitchell (1995:263), Mc. Millan & Schumacher

(2001:276) menunjukkan beberapa kelemahan observasi dijadikan

berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

27

a. Kemampuan manusia untuk menyimpan secara akurat terhadap

kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan sangat terbatas, baik

dalam hal jumlah maupun lamanya kesan (informasi) itu bisa

disimpan. Akibatnya, ada sesuatu yang mungkin hilang atau tidak

lengkap.

Gibson & Mitchell (1995:263) mencatat bahwa tidak banyak

orang yang mampu menyimpan kesan yang banyak orang yang

mampu memyimpan kesan yang amat luas dan detail. Oleh sebab itu,

para observer perlu alat bantu observasi terhadap sejumlah siswa

dalam satu kelas itu, beberapa jumlah anak laki-laki dan beberapa

pula jumlah perempuan, siapa duduk dekat siapa, dan bajunya

berwarna apa. Apalagi jika informasi itu harus disimpan dalam

waktu lama.

b. Cara pandang individu terhadap obyek yang sama juga belum tentu

sama, sebab setiap orang memiliki frame yang unik yang mungkin

berbeda dengan yang lain. Akibatnya, kesan yang diperoleh juga

tidak sama dan penilaiannya pun menjadi tidak sama. Mahkamah

agung yang memenangkan gugatan penggugat yang merasa

“dicurangi” dan kemudian memerintahkan pemilihan ulang untuk

beberapa daerah kabupaten yang dinilai tidak wajar akan dipandang

obyektif bagi pihak yang mengajukan gugatan, tetapi dianggap tidak

obyektif bagi tergugat yangbtelah memenangkan pemilihan. Hal ini

dimungkinkan karena kepentingannya memang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

28

berbeda. Gibson & Mitchell (1995:263) menunjukkan bahwa hasil

pengamatan sangat dipengaruhi oleh daya adaptasi, kebiasaan,

hasrat/keinginan, prasangka, proyeksi.

c. Kesan seorang terhadap suatu objek juga tidak selalu sama.

Akibatnya, penafsiran dan penilaian yang diberikan terhadap objek

yang sama menjadi tidak sama. Seorang yang memegang teguh

norma sosial ketika melihat seorang remaja rambutnya disemir

dengann warna-warni plus mengenakan anting, mungkin akan punya

kesan remaja itu nakal. Tetapi bagi observer lain yang mudah

menerima nilai-nilai baru akan mempunyai kesan yang berbeda,

mungkin tampilan remaja tersebut dipandang sesuai dengan

perkembangan zaman, bahkan ia menilainya positif.

d. Ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu menjadi

terlalu tinggi atau terlalu rendah mendasarkan pada sifat- sifat yang

menonjol atau “pagar bulan”. Seorang observer dalam memberikan

penilaian terhadap seorang siswa kadang masih terpengaruh ia “anak

siapa”, atau memberi penilaian dengan pertimbangan sesuatu yang

tidak ada hubungannya dengan aspek yang sedang dinilai. Tidak

jarang orang memberikan penilaian terhadap seseorang dengan

melihat tampilannya, padahal tampilan kadang tidak

memggambarkan realitas yang sesungguhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

29

4. Cara Mengatasi Kelemahan Observasi

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan konselor atau peneliti untuk

mengatasi kelamahan penggunaan metode observasi, yaitu :

a. Untuk mengatasi kelemahan akibat keterbatasan manusia dalam

menyimpan hasil pengamatan baik dalam hal jumlah kesan yang bisa

disimpan maupun lamanya waktu menyimpan, maka peneliti bisa

memanfaatkan alat bantu seperti tape recorder atau kamera video yang

mampu menyimpan gambar maupun suara dalam jumlah yang nyaris

terbatas.

b. Untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan cara pandang individu

terhadap objek yang sama belum tentu didapat kesan dan penafsiran

yang sama, lantaran setiap orang memiliki frame yang unik dan

berbeda dari yang lain. Maka, peneliti bisa menetapkan definisi

operasional tentang objek yang diobservasi , misalnya dengan

menetapkan ciri-ciri variabel yang menjadi fokus pengamatan. Ciri-

ciri itu bisa dirumuskan sebelumnya demgan melihat konsep-konsep

teoritis yang dipandang telah mapan.

c. Untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan karena kesan seseorang

terhadap suatu objek yang tidak selalu sama, akibat perbedaan

penafsiran dan penilaian meskipun terhadap obyek yang sama, peneliti

bisa menetapkan parameter-parameter obyek atau perilaku yang

sedang diamati. Misalnya untuk menilai seorang murid tergolong

nakal atau tidak, peneliti bisa menetapkan parametera untuk anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

30

sesusia itu, di lingkungan asekolah, dari sisi tata tertib sekolah, norma

sekolah, norma masyarakat, dan norma hukum. Dengan norma yang

jelas itu dimungkinkan variasi penilaiannya tidak terlalu jauh.

d. Untuk mengatasi kelemahan akibat kecenderungan manusia dalam

menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah mendasar

pada sifat-sifat yang menonjol, peneliti bisa melibatkan jumlah

observer yang lebih banyak untuk mengurangi subyektivitas dalam

penilaian.

e. Untuk mengatasi kelemahan takibat tampilan yang dibuat-buat oleh

observee, observer bisa melakukan kontrol dengan teknik yang

berbeda, sumber yang berbeda, atau melihat sisi lain dari observee.

Misal: untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar keluarga

miskin yang berhak mendapatkan layanan khusus atau tidak, observee

bisa melakukan (1) interviu terhadap temannya,(2) tetangga terdekat,

dan atau (3) mengamati bukan hanya pakaiannya tetapi juga perhiasan

yang dikenakan, atau handphone yang digunakan.

f. Di samping itu semua, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan akibat

kehadiran peneliti atau observer yang mengakibatkan

minculnyantingkah laku yang tidak wajar, peneliti seyogianya tidak

memberi tahu kepada observee bahwa mereka sedang diamati dan atau

memanfaatkan kamera cctv. Dengan alat ini memungkinkan gambar

kegiatan subyek yang sesang diobservasi bisa dikirim ke ruangan lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

31

untuk dilakukan observasi dan sekaligus evaluasi tanpa mengganggu

atau mempengaruhi perilaku subyek yang sedang diobservasi, dan

akan lebih baik lagi jika kamera cctv itu dipasang ditempat yang

tersembunyi. Di sisi lain, hasil rekaman kamera cctv ini

memungkinkan untuk disimpan dalam waktu lama dalam hardisk

komputer, sehingga sewaktu-waktu diperlukan untuk ditampilkan

kembali bisa dilakukan dengan mudah.

5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum dan Selama Melakukan

Observasi Sebagai Teknik Penilaian Pendidikan Karakter

Mengobservasi aktivitas manusia tidak sesederhana mengobservasi

proses benda-benda mati atau aktivitas binatang yang tidak memiliki

pikiran dan perasaan, sebab binatang dan benda mati ketika diamati

mereka tidak berubah perilakunya sehingga gejala yang nampak selalu

wajar. Hal ini sangat berbeda dengan observasi terhadap manusia, sebab

kondisi internal dan eksternal mereka sangat berpengaruh terhadap gejala

yang muncul.

Hanna Djumhana (1983:202) mengingatkan bahwa mengadakan

observasi yang cermat dan kemudian mengambil simpulan yang tepat

bukanlah hal yang mudah, sebab observer hanya mampu membaca

perilaku yang teramati , sesang apa yang dihayati dan dipikirkan

seseorang ketika melakukan aktivitas tertentu tidak bisa diduga dan

disimpulkan. Mc. Millan dan Schumacher (2001 : 274), mengingatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

32

agar sebelum dan selama observasi, observer selalu memperhatikan hal-

hal yang selanjutnya dikelompokan menjadi hal-hal yang berkaitan

dengan tujuan, variabel, dan teknik oelaksanaan observasi berikut.

a. Tujuan observasi, pahami lebih dahulu tujuan umum maupun tujuan

Tujuan khusus observasi. Dengan memahami dan memperhatikan

tujuan observasi diharapkan observer tidak mudah tertarik kepada

gejala-gejala yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan tujuan

observasi.

b. Fokus (materi) observasi

Apa sebenarnya yang hendak diobservasi seyogianya sudah dikuasai

dengan baik oleh observer sebelum melakukan observasi. Ibarat

seorang yang hendak membeli seekor kambing seyogianya ia sudah

tahu mengenai gambaran kambing yang akan dia beli. Jangan sampai

terjadi ingin membeli “kambing” malah membeli “anjing” meskipun

sama-sama berbulu dan berkaki empat. Demikian pula jika seseorang

hendak meneliti masalah sikap, minat dan lainnya, seyogianya mereka

memahami benar konsep tentang minat.

c. Variabel-variabel observasi

Dalam mengamati suatu objek, amatilah objek tersebut secara

keseluruhan dan mendetail. Perilaku-perilaku yang muncul dalam

proses pengamatan juga sangat berpengaruh pada dalam data yang

akan diperoleh. Ada beberapa perilaku yang akan saling berhubungan

dengan perilaku lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan jenis penelitian, prosedur penelitian, deskriptif, tempat,

subjek, dan objek penelitian, instrumen.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat campuran deskriftif kuantitatif dan kualitatif.

Nazir (Prastowo, 2014: 157), mendefinisikan penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek

penelitian sesuai dengan apa adanya.

Mengenai penelitian kuantitatif. Sugiyono (2013: 14) berpendapat bahwa

metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis

dan bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan.

Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan yang menjadi

karateristik penelitian ini.Menurut Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2013: 21)

pertama metode ini dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data

dan penelitian yang meneliti adalah instrumen kunci.Kedua, penelitian

kualitatif yang digunakan ini lebih bersifat deskriptif dan data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

Ketiga, metode ini lebih menekannkan pada proses daripada produk atau

outcome. Keempat analisisi data dilakukan secara induktif. Kelima metode

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

34

penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada makna yakni data dibalik yang

teramati.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 10 SMP yang terdiri dari 5 SMP Negeri

dan 5 SMP Swasta yang telah menjadi mitra Tim Peneliti PSHP (Barus,

Widanarto, & Sinaga, 2018). Sekolah-sekolah ini tersebar di beberapa

wilayah di Indonesia. Sebelum melakukan penelitian , peneliti dibantu

oleh dosen pembimbing telah mengantongi MoU (Memorandum of

Understanding), sebagai bukti kesepakatan dan mitra ketersediaan sekolah

menjadi tempat dilakukannya penelitian. Berikut ini tempat pelaksanaan

penelitian.

Tabel 3.1

Tempat Penelitian

No Nama Sekolah Alamat

1 SMP Fransiskus

Tanjungkarang

JalanMangga 1, Pasirgintung, TanjungkarangPusat, Lampung, 35113

2 SMP St. Aloysius Turi Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta, 55551

3 SMP N 1 Yogyakarta Cik Di Tiro, no. 29, Yogyakarta, 55225

4 SMP Raden Fatah Cimanggu

Jalan Raya Genteng, Kec. Cimanggu, Kab. Cilacap, 53256

5 SMP N 3 Wates Jalan Purworejo Km.07, Sogan, Wates, KulonProgo

6 SMP N 31 Purworejo Jalan Brigjend Katamso 24, Purworejo, 54114

7 SMP N 2 Barusjahe Jalan Purworejo Km.07, Sogan, Wates, KulonProgo

8 SMP Maria Jalan Gereja, no. 39, Padang, Sumatra Barat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

35

9 SMP Pangudi Luhur

Wedi

Desa Karangrejo, Pandes, Wedi, Glodogan,

Klaten Sel., KabupatenKlaten, Jawa Tengah

57426

10 SMP N 2 Playen Gading II, Gading, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta 55861

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah bapak atau ibu guru yang ada pada 10

SMP, diantaranya adalah kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan guru

Bimbingan dan Konseling di SMP.Subjek dipilih sebagai perwakilan

0dari sekolah yang menerapkan pendidikan karakter yang ada sehingga

diperolehnya informasi melalui angket yang disebar.Jumlah subjek ada

39 orang guru.Berikut adalah daftar jumlah subjek yang menjadi

sumber informasi.

Tabel 3.2

Subjek Penelitian

No Sekolah Subjek Penelitian Jumlah

1 SMP Fransiskus

Tanjungkarang

Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),

Guru Mata Pelajaran (3) 5

2 SMP Raden Fatah

Cimanggu

Kepala Sekolah(1), Guru BK(1),

Guru Mata Pelajaran(2) 4

3 SMP Santo Aloyius

Turi

Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),

Guru Mata Pelajaran (1) 3

4 SMP N 3 Wates Wakil kurikulum (1), Guru BK

(1), Guru Mata Pelajaran (2) 4

5 SMP N 31 Purworejo Guru BK (1), Guru Mata

Pelajaran (3) 4

6 SMP Negeri 1

Yogyakarta

Guru BK (3) 3

7 SMP Negeri 2

Barusjahe

Guru BK (1), Guru Mata

Pelajaran (3) 4

8 SMP Maria Padang Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),

Guru Mata Pelajaran (2) 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

36

9 SMP Pangudi Luhur

Wedi

Kepala Sekolah (1), Guru BK (1),

Guru Mata Pelajaran (2) 4

10 SMP N 2 Playen Guru B(2), Guru Mata Pelajaran(2)

4

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2018

dengan waktu pengambilan data 17 April- 8 Mei berdasarkan kesepakatan

dengan pihak sekolah.Pada penelitian ini, peneliti menyebarkan instrumen di

sekolah sekitar Yogyakarta, sedangkan di luar Pulau jawa disebarkan oleh

Tim Peneliti PSHP 2018. Berikut jadwal dan tempat penelitian yang

dilaksanakan oleh Tim Peneliti PSHP

Tabel 3.3

Jadwal Pengambilan Data

No Sekolah Waktu Penelitian

1 SMP Fransiskus Tanjungkarang 24 April 2018

2 SMP Raden Fatah Cimanggu 17 April 2018

3 SMP Santo Aloyius Turi 21 April2018

4 SMP N 3 Wates 20 April 2018

5 SMP N 31 Purworejo 8 Mei 2018

6 SMP Negeri 1 Yogyakarta 18 April 2018 dan 19 April

2018

7 SMP Negeri 2 Barusjahe 28 April 2018

8 SMP Maria 23 April 2018 dan 24 April

9 SMP Pangudi Luhur Wedi 19 April 2018

10 SMP N 2 Playen 8 Mei 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

37

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2002: 197) yang dimaksudkan dengan teknik

pengumpulan data adalah “cara yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan dan penelitiannya”. Berdasarkan penegertian tersebut dapat

dikatakan bahwa penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data dalam penelitian. Siregar (2013:17)

menjelaskan bahwa proses pengumpulan data primer dan sekunder dalam

suatu penelitian merupakan langkah yang sangat penting, karena data yang

telah dikumpulkan tersebut akan digunakan dalam pemecahan masalah

yang sedang diteliti.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

angket. Menurut Sudaryono, Margono, & Rahayu (2013:30) angket atau

kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

langsung yakni peneliti tidak lagsung bertanya-jawab dengan

koresponden. Angket (questionmatre) merupakan suatu daftar pertanyaan

tentang topik tertentu kepada subyek, baik secara individu atau kelompok,

untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan,

minat, dan perilaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

38

b. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian

yaitu angket terbuka dan trtutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan

yang mengharapkan respon untuk menuliskan jawaban berbentuk uraian

tentang sesuatu hal. Sedangkan angket tertutup adalah pertenyaan yang

mengaharapkan jawaban singkat atau mengaharapkan resposden

menjawab salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah

tersedia (sugiyono, 2010: 201)

a. Angket terbuka

Pada instrumen ini, angket disajikan dengan petanyaan di mana

responden sebebas-bebasnya dengan uraian yang lengkap

berdasarkan kehendak, dan keadaan secara terbuka.Responden

dapat menuliskan jawaban dengan kata-kata sendiri.

b. Angket tertutup

Pada instrumen ini, angket disajikan dalam bentuk pertanyaan yang

telah mendapat pengarahan dari penyusun angket.Responden

tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam

kuesioner itu. Jadi jawabannya telah terikat, responden tidak dapat

memberikan jawabannya secara bebas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

39

E. Validitas Instrumen

Azwar (2009) berpendapat bahwa validitas memiliki arti ketepatan atau

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu instrumen

atau tes atau instrumen pengukuran dikatakan mempunyai validitas tinggi

apabila alat yang digunakan dalam penelitian menjalankan fungsi ukurannya.

Azwar (2009: 45) menyebutkan bahwa, validitas isi tidak dapat dinyatakan

dalam angka, namun pengesahannya perlu melalui berbagai tahap pengujian

terhadap alat ukur tersebut dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang

berkopenten (expert judgement). Validitas kuisioner keterlaksanaan dan

hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP dilakukan

melalui expert judgement, dengan yang berperan sebagai expert judgement

adalah ahli bimbingan dan konseling yaitu Dr.Gendon Barus, M. Si., dan tim

dosen Penelitian PSHP 2018

F. Teknik Analisis Data

Menurut Siregar (2013:221) “analisis deskriptif merupakan bentuk

analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan

satu sampel”. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variable sehingga tidak

berbentuk perbandingan atau hubungan.Metode ini digunakan untuk mengkaji

variabelyang ada pada penelitian yaitu pelaksanaan pendidikan karakter dan

hambatan-hambatannya. Rumus dasar yang dipakai adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

40

P=F/Nx100%

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi data

N : Jumlah sampel yang diolah 100% : Bilangan tetap (Waristo, 1992:59)

Perhitungan deskriptif presentase dalam penelitian ini mempunyai

langkah langkah sebagai berikut :

a. Melakukan tahap skoring data dari angket

b. Setiap jawaban dari responden pada angket akan diberi skor dengan

angka 1

c. Memasukkan skor dalam table

Hasil jawaban dari responden kemudian disajikan dalam bentuk table.

Table yang digunakan akan membuat data menjadi berkelompok

sesuai kriteria tertentu (Siregar, 2013:90)

d. Membuat tabulasi data

e. Tabulasi adalah proses penempatan data kedalam table yang telah

diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Disini peneliti

menggunakan tally

f. Menghitung presentasi jawaban dari responden dalam bentuk table

tunggal melaluidistribusi frekuensi dan presentase.

g. Membuat keseimpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

41

Berdasarkan interpretasi dan analisis data, kemudian dapat ditarik

kesimpulan berdasarkan aspek-aspek pertanyaan/pertanyaan yang

terdapat dalam penelitian ini.

Langkah-langkah analisis data secara umum, langkah-langkah

yang diambil peneliti dalam menganalisis data adalah:

a. Reduksi data

Menurut Sugiyono (2013: 338) mereduksi data berarti

merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan dan selanjutnya. reduksi data

dilakukan dengan menggunakan komputer, yang kemudian akan

diberikan kode-kode (coding) pada aspek tetentu

b. Model data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

men-display data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

dipahami (Sugiyono, 2013: 341)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

42

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah proses atau sebuah kegiatan

pengambaran yang utuh dari proyek yang utuh konfigurasi yang

utuh dari obyek penelitian. Proses pengambilan kesimpulan ini

merupakan proses pengambilan inti dari peneltian yang kemudian

disajikan dalam bentuk pernyataan kalimat.

Penelitian menggunakan trianggulasi dengan cara

membandingkan data diperoleh dari beberapa sumber sehingga

data yang absah. Dalam hal ini, peneliti memakai dua langkah,

yakni membandingkan data hasil angket dan membandingkan

perspektif seseorang dalam berbagai pendapat. Dua langkah ini

lebih praktis dan objektif. Dalam melakukan analisis data di atas

menggunakan pola pikir yang bersifat induktif, yaitu metode

berpikir yang berangkat dari fakta-fakta/peristiwa khusus yang

kemudian akan ditarik generalisasi yang memiliki sifat umum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian

A. Hasil penelitian

1. Cara yang paling sering digunakan sebagai alat penilaian hasil

pendidikan karakter di sekolah

Tabel 4.1

Metode penilaian pendidikan karakter

Respon Partisipan F %

Tes 9 23

Observasi 34 87,17

Sistem poin 7 17,9

Skala sikap 20 51,28

Wawancara 25 64,1

Laporan proyek 6 15,38

Laporan diri 5 12,8

Buku refleksi harian 16 41,02

Lomba penjurian 10 25,64

Hasil penelitian menunjukan bahwa Bapak/Ibu guru di sekolah lebih

banyak menggunakan observasi sebagai alat penilaian dengan perolehan

persentase sebanyak 87,18%, wawancara sebanyak 64,1 %, skala sikap

51,28%, sangat terlihat bahwa observasi adalah cara yang sangat popular

digunakan oleh guru-guru di Indonesia dalam menilai hasil pendidikan

karakter di sekolah.

2. Pendapat guru tentang penggunaan observasi sebagai terpopuler

untuk menilai hasil pendidikan karakter di sekolah

Tabel 4.2

Observasi Sebagai Penilaian Pendidikan Karakter

Respon Partisipan F %

Tidak setuju 3 7,6

Sedikit setuju 2 5,1

Cukup setuju 15 38,46

Setuju 18 46,15

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

43

Dari data bisa dilihat bahwa jumlah guru setuju memiliki presentase

sebesar 46,15% yang artinya ada lebih dari 50% guru yang masih ragu

dengan penggunaan observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter

disekolah, karena memang pemerintah belum menemukan alat penilaian

hasil pendidikan karakter yang pasti dan akurat untuk digunakan oleh

guru-guru di Indonesia.

3. Pemahaman guru tentang keunggulan observasi sebagai teknik

penilaian hasil pendidikan karakter di sekolah.

a. Keunggulan observasi

Tabel 4.3

Keunggulan Observasi

Menurut Guru SMP Negeri Menurut Guru SMP Swasta

1. Bisa dilihat langsung (iii 2. Bisa segera diketahui

hasilnya

3. Cara langsung dg

pengamatan dan dapat

langsung melihat respon

siswa, serta memastikan

dengan keadaan sebenarnya

4. Mudah dilakukan, dapat

dilakukan terintegrasi pada

saat mengajar

5. Objektif, handal, reliable,

terukur

6. Siswa menjawab/mengisi

dengan jujur

7. Penilaian dan perubahan

sikap terukur tetapi sulit

diadministrasikan serta

memori guru kurang

8. Dapat dilihat secara

langsung perubahan

sikapnya

9. Dapat diamati secara

berkala dan hasilnya dapat

dilihat

1. Dapat membuktikan secara

langsung perubahan sikap

setelah diberikan pendidikan

karakter

2. Dapat membuktikan secara

langsung perubahan sikap

setelah diberikan pendidikan

karakter

3. Dapat membuktikan secara

langsung perubahan sikap

setelah diberikan pendidikan

karakter

4. Anak bekerjasama dengan

baik dan selalu berinteraksi

satu dengan yang lainnya

5. Bisa dilihat dan diamati

secara langsung hasilnya (ii

6. Murni, Bisa dilihat scr

langsung proses perubahan

dapat ditindaklanjuti

7. lebih valid dan onjektif

khususnya pada sistem poin,

mudah dalam pemetaan anak

utk melihat perkembangan

anak yg belum, mulai, atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

44

10. Perubahan karakter yg lebih

baik, yang sangat

mempengaruhi peningkatan

prestasi belajar siswa

11. Mudah dilaksanakan

12. Lebih efektif dan mudah

dilaksanakan

13. Dengan mengaamati

perilaku siswa, bisa

langsung memberi poin utk

siswa yg perilakunya

menyimpang

14. Observasi dan wawancara

sangat mendukung

dilakukan, keunggulannya

bisa objektif dlm memulai

15. siswa lebih terpantau,

meningkatkan kesadaran

siswa, memacu semangat

pada siswa

16. Menjadikan siswa mandiri

dan berkarakter

sudah berkembang

karakternya

8. Dapat menilai anak lebih

valid lebih mudah dalam

pemetaan siswa

9. lebih objektif pada sistem

poin lebih mengembangkan

sikap toleransi pada

wawancara

10. Lebih valid dan objektif/

faktual, mudah memetakan

siswa

11. Observasi( media obyeknya

nyata ,pelaksanaan mudah.)

Wawancara(informasi yang

diperoleh lebih dalam) Lab

proyek( misa pribadi dan

kelompok, variatif)Lap

diri(ada keterbukaan dan

kejujuran jika instrumenn

memadai.

12. Kita bisa mengetahui

karakter siswa yang baik

dan yang kurang sehingga

bisa diberi nasehat dan

pembinaan terhadap siswa

tersebut

13. Praktis, mudah, waktunya

panjang

14. Kita bisa tahu secara

langsung dan memberi

penguatan supaya menjadi

pembiasaan

15. Observasi, wawancara, dan

menulis komentar di buku

jurnal membaca hasilnya

lebih akurat (ii

16. Langsung mengenai pada

permasalahan yang dihadapi

dalam proses

17. Lebih mudah dan praktis

18. Tidak semua siswa dapat

dinilai dengan detai dan

berkesinambungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

45

Dari data bisa disimpulkan bahwa guru-guru beranggapan bahwa

observasi adalah cara yang dianggap lebih praktis, mudah dan bisa langsung

diterapkan. Namun meskipun observasi memeiliki banyak keunggulan

belum tentu obsevasi menjadi cara yang terbaik dalam menilai pendidikan

karakter.

b. Penilaian guru tentang kelemahan penggunaaan metode observasi

dalam penilaian pendidikan karakter di sekolah

Table 4.4

Kelemahan Metode Observasi

Menurut Guru SMP Negeri Menurut Guru SMP Swasta

1. Kita tidak tahu saat

tidak diobservasi

2. Tidak bisa menyeluruh

3. Tidak dapat mengukur

dlm lingkup yg besar/

luas

4. Terlalu banyak

5. sulit diadministrasikan -

ingatan/ memori guru

terbatas

6. Padanya sikap yg bisa

tidak dapat kita lihat

7. Hasilnya mungkin

kurang signifikan

8. Perlu terus

pendampingan

9. Kurang signifikan

10. mengurangi waktu,

untuk kegiatan KBM

kurang detail

11. Kurang efektif

12. Kurang bisa mengatur

secara detail, hanya

menilai sebatas yg

dapat dilihat

13. Hanya tertuju ke anak-

anak yg berkarakter

1. Penilaian sikap bersifat relatif

jadi kadang setiap guru memiliki

penilaian yang berbeda dengan

guru lain

2. Tingkat pemahaman siswa

terhadap refleksi harian

kurang(kurang disiplin)

3. Sistem poin, laporan diri

4. Penilaian sikap bersifat relatif

jadi kadang setiap guru memiliki

penilaian yang berbeda dengan

guru lain

5. Anak kadang merasa bosan

6. Siswa terlihat baik kalau

berhadapan dengan guru, tapi

kalau diluar atau masyarakat

kadang kurang baik

7. Tidak ada standart bagi semua

anak

8. Semua tampak berkarakter baik

di sekolah

9. Siswa terlihat baik karakternya

ketika mereka berhadapan dengan

Bapak/Ibu guru

10. Kurang objektif

11. siswa sering mereka-reka

jawaban nilai dipengaruhi oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

46

kurang baik 14. Monoton

15. tidak bisa mengamati

secara menyeluuruh,

terkadang siswa agak

tertekan Pelaksanaan

hanya jangka waktu

tertentu

16. Belum bisa terlaksana

maksimal

kemampuan baca, menganalisis 12. sering terjadi sikap normative,

kurang valid, kurang objektif

13. Terkadang sisw amenjawab

pertanyaan dg jawaban yg baik

(scr teoritis) tidak sesuai dg

kenyataan yg ada

14. Terkadang tdk teliti pada sistem

poin

15. Kadang siswa menjawab normatif

& adanya subjektifitas dr penilai

serta bias (kadang)

16. Observasi(butuh waktu, tenaga,

biaya lebih besar

Wawancara(butuh waktu, tenaga,

biaya lebih besar Lap proyek(

s.d.a) Lap diri(sukar

dipertanggung jawabkan

hasilnya)

17. Pengaturan waktu dalam

melakukan wawancara dan

observasi

18. Siswa setiap saat tak dapat

memperbaiki diri

19. Belum semua siswa bisa

terpantau secara langsung dan

intensif

20. Waktu yang tersedia sedikit

21. Tidak semua dapat dinilai

22. Waktu yg tersdia kurang/ sempit

23. Bisa terjadi Hallo effect

24. Tidak semua siswa dapat dinilai

dengan detai dan

berkesinambungan

Dari tabel di atas bisa disimpulkan, guru-guru di sekolah swasta

maupun negeri berpendapat bahwa observasi memiliki banyak kelemahan.

Hal ini memang sangat dirasakan oleh guru-guru di sekolah, karena banyak

guru-guru di sekolah yang menggunakan observasi karena observasi sangat

popular digunakan dalam menilai pendidikan karakter. Padahal observasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

47

belum tentu paling efektif dalam menilai pendidikan karakter yang

diberikan kepada siswa di sekolah. Bisa jadi siswa yang diobservasi hanya

memperlihatkan perilaku yang di inginkan oleh guru, tetapi setelah berada

diluar sekolah perilaku siswa akan sangat berbeda. Sedangkan guru tidak

mungkin mengikuti siswa terus-menerus untuk mengamati perilaku siswa

yang menjadi objek observasi.Hal ini menyebabkan penilaian menjadi tidak

akurat dan tidak dapat dijadikan acuan dalam memberi hasil penilaian

kepada siswa yang diobservasi.

4. Pemahaman Guru Mengenai Penggunanaan Observasi Sebagai Teknik

Yang Digunakan Sekolah Dalam Penilaian Karakter Siswa

Tabel 4.5

Pendapat Guru

No Sebagai teknik /cara penilaian hasil pendidikan karakter siswa di SMP

F %

1. Observasi merupakan cara paling tepat 14 35,89

2. Observasi merupakan cara paling baik 14 35,89

3. Observasi merupakan cara paling objektif 26 66,66

4. Observasi merupakan cara paling mudah 35 89,74

5. Observasi merupakan cara paling praktis 39 100

6. Observasi merupakan cara paling terpercaya 19 48,7

7. Observasi merupakan cara paling jujur 21 53,84

8. Observasi merupakan cara paling adil 16 41,02

9. Observasi merupakan cara paling rentan 12 30,76

10. Observasi merupakan cara paling tak beresiko 20 51,28

11. Observasi merupakan cara paling murah 29 74,35

12. Observasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan

0 0

13. Observasi kurang memungkinkan menilai semua siswa 26 66,66

14. Observasi sukar dipertanggungjawabkan hasilmya 17 43,58

15. Observasi mengandung bahaya bias (menyimpang) 16 41,02

16. Observasi menyita banyak waktu, tenaga, biaya 16 41,02

17. Observasi mengandung bahaya like and dislike 30 76,92

18. Observasi harus disertai pencatatan yang teratur dan rapi 34 87.17

19. Observasi mengandung kebohongan (hallo effect) 17 43,58

20. Observasi memiliki banyak kelemahan 12 30,76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

48

Dari data yang diperoleh, hampir semua guru-guru di sekolah

mengatakan bahwa observasi adalah cara paling praktis yang dapat

digunakan dalam menilai pendidikan karakter di sekolah, ditunjukan

dengan perolehan angka sebesar 100%. Namun juga sangat terlihat dari

data yang diperoleh bahwa hampir separuh lebih guru-guru di sekolah

mengatakan bahwa observasi tidak terpercaya, hal ini ditunjukan dalam

poin nomer 6 yang menunjukan perolehan data sebesar 48.7 % dan poin

nomer 17 dimana observasi mengandung bahaya like or dislike sebesar

76,92% . Bisa disimpulkan bahwa observasi adalah cara yang paling

praktis namun belum tentu dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan

kebenarannya.

5. Pendapat Guru Mengenai Hambatan-Hambatan Yang Dialami Dalam

Menggunakan Observasi Sebagai Alat Penilaian Hasil Pendidikan

Karakter Di Sekolah

Tabel 4.6

Pendapat Mengenai Hambatan Penggunaan Observasi Dalam

Penilaian

SMP Negeri SMP Swasta

1. Pemantauan siswa karena

terlalu banyak siswanya yg

harus diobservasi

2. Tidak bisa mengetahui

karakter anak secara

menyeluruh

3. Melihat kondisi siswa

diluar sekolah menjadi

keterbatasan dan hambatan

4. menemukan cara yg tepat

utk menilai pendidikan

karakter siswa, menentukan alat untuk menilai

1. Terkadang ucapan, sikap, dan

tingkah laku siswa sering

lebih, artinya ucapan dan

tingkah laku tidak sesuai (iii

2. Dari segi asal geografis siswa

dan tingkat kehidupan yg

berbeda serta kemampuan

berfikir yg berbeda

berdasarkan nilai dasar

Kurangnya komunikasi

antara siswa dan guru dan

terkadang anak ada yang kurang aktif dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

49

pendidikan karakter siswa 5. belum tersedia instrumen

yg cukup, Sarana/

prasarana masih perlu

penyempurnaan

kemampuan sumber daya

manusia yg masih terbatas

6. Siswa memberikan

responden yg hanya meniru

teman

7. Jumlah siswa yg banyak

sehingga tidak semua siswa

tercover

8. kurangnya fasilitas -

kurangnya waktu (iii

9. Waktu yg tersedia untuk

bersosialisasi dengan siswa

kurang (ii

10. Pemantauan siswa di luar

sekolah

11. Sulit memantau

12. Pembuatan penilaiannya,

administrasinya,

instrumennta

13. Belum adanya format

khusus utk siswa SMP

(penilaian dr BK)

14. Belum ada aturan baku

15. Tidak mengajar di semua

kelas

berkomunikasi (pemalu) 3. Belum memahami cara

penilaian yang tepat

4. Belum menemukan cara

terbaik & valid bagi siswa

berdasar jenjang usia dan

latarbelakang

5. Belum memahami cara yg

paling sesuai untuk menilai

pendidikan karakter siswa

6. Kecenderungan siswa

menjawab normatif namun

belum tentu sesuai dg

karakter sesungguhnya

7. Ketika karakter dinilai dg

bentuk lembaran berisi soal

yg harus dijawab, jawaban

anak lebih sering mencari

aman dg jawaban-jawaban yg

baik bukan yg sebenarnya

8. Terkadang anak bersikap

sopan ketika berhadapan

dengan guru saja

9. Kadang jawaban siswa

normatif ketika diminta isi

angket adanya efek bias

ketika observasi

10. Siswa yang kompleks.

Parameter dan alat ukur

tentang karakter siswa.

Keterbatasan waktu

11. Pengaturan waktu

12. Adanya siswa yg bermasalah

itu2 juga orangnya

13. Penilaian yg saya lakukan

tidak didukung oleh semua

pihak, karena siswa didik

saya berperilaku berdasarkan

teladan guru dan pengaruh

teman yang kuat.

Kebanyakan mereka masih

labil

14. waktu yang kurang

mencukupinbeberapa anak

tidak disiplin, sering terjadi pelanggaran aturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

50

15. tidak semua anak berbicara

sesuai fakta, terbatas waktu

16. waktu kurang mencukupi

beberapa anak massih belum

disiplin masih terjadi

pelanggaran siswa terhadap

peraturan sekolah (siswa

menyimpang

17. terbatasnya waktu masih

sering terjadinya kebohongan

dari siswa

18. terkadang siswa memberikan

informasi tidak sesuai fakta

kurang cukup waktu, Anak

masih melakukan

pelanggaran yg menyimpang

Hambatan yang dialami guru dalam penggunaan observasi sebagai alat

penilaian hasil pendidikan karakter, memang sangat banyak. Beberapa guru

di SMP negeri dan swastaberpendapat bahwa observasi kurang mampu

dalam menilai semua siswa pernyataan ini juga diperkuat dalam tabel 4.5

pada pernyataan nomor 13, yang mengatakan hampir 66,66% guru setuju

bahwa observasi tidak memungkinkan menilai semua siswa. Pada tabel

diatas nomer 12, 13 dapat disimpulkan bahwa guru-guru masih kurang

memahami tentang metode observas. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari

tabel 4.5 nomer 18 yang menyatakan bahwa hampir 87.17% guru kesulitan

dalam menggunakan observasi dengan benar, karenaobservasi harus disertai

pencatatan yang teratur dan rapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

51

B. Pembahasan

1. Penggunaaan Metode Observasi Sebagai Alat Penilaian Pendidikan

Karakter

Dari penilitian menunjukan, guru-guru disekolah memang sering

menggunakan observasi sebagai teknik yang digunakan dalam menilai

hasil pendidikan karakter. Namun pada kenyataannya guru-guru di

sekolah hanya menggunakan observasi hanya karena observasi paling

sering digunakan dan dinilai paling mudah. Observasi adalah cara yang

paling popular.

2. Pendapat Guru Mengenai Penggunaan Observasi Sebagai Penilaian

Pendidikan Karakter Disekolah

Dari hasil penelitian, guru-guru setuju dengan penggunaan

observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter, sejalan dengan hasil

penelitian yang menyatakan bahwa observasi adalah cara paling popular,

namu meskipun begitu masih ada sebagaian guru yang masih ragu

dengan penggunaan teknik observasi sebagai alat penilaian pendidikan

karakter. Keraguan para guru di sekolah disebabkan karena pemerintah

memang masih belum mengembangkan alat penilaian pendidikan

karakter yang mutlak, sehingga guru-guru hanya menggunakan cara yang

paling sering digunakan yaitu observasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

52

3. Pendapat Guru Megenai Kelemahan Dan Keunggulan Metode

Observasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa guru dari SMP di Indonesia

berpendapat bahwa teknik observasi adalah cara yang paling mudah

untuk dilakukan. Dengan observasi guru-guru dapat langsung mengamati

perilaku siswa sehingga sangat memudahkan guru-guru dalam

memberikan penilaian kepada siswa. Selain mudah untuk dilakukan,

observasi juga adalah cara yang murah. Penggunaan observasi hampir

tidak memerlukan biaya sedikitpun. Keunggulan observasi memang

sangat banyak sehingga membuat observasi menjadi cara yang sangat

popular dikalangan para guru, namun meskipun begitu guru-guru juga

mengakui bahwa observasi memiliki banyak kelemahan. Banyak guru

yang berpendapat bahwa observasi menghasilkan data yang tidak

signifikan sehingga sulit untuk dipertanggung jawabkan dalam menilai

hasil pendidikan karakter pada siswa. Data yang tidak signifikan ini

disebabkan karena adanya hallo effect. Penyebab lainnya adalah

penilaian berdasarkan like dan dislike. Jumlah siswa yang terlalu banyak

juga menyebabkan tidak meratanya penilaian guru sehingga yang di

observasi hanya siswa yang bermasalah saja. sebagian guru juga

mengatakan bahwa observasi membutuhkan pencatatan yang rapi dan

teratur. Tentunya, hal ini akan menjadi sulit untuk dilakukan karena

mengingat jumlah siswa yang banyak dan kemampuan ingatan manusia

yang terbatas akan membuat data menjadi tidak jujur. Kelemahan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

53

kelamahan inilah yang membuat observasi bukan cara yang terbaik

digunakan dalam menilai hasil pendidikan karakter yang diberikan pada

siswa di sekolah.

4. Pemahaman Guru Mengenai Penggunaan Observasi Sebagai

Penilaian Pendidikan Karakter Disekolah

Dari hasil penelitian guru-guru masih kurang memahami

penggunaan metode observasi sebagai alat penilaian pendidikan karakter

disekolah secara tepat. Hal ini sejalan dengan banyaknya kelemahan-

kelamahan dalam metode observasi. Guru-guru di sekolah kesulitan

dalam menggunakan observasi sebagai alat penilaian, observasi

digunakan karena guru-guru hanya memahami bahwa observasi mudah

dan praktis untuk digunakan meskipun guru-guru mengetahui bahwa

observasi bukanlah cara yang paling baik.

5. Hambatan Yang Dialami Guru Dalam Menggunakan Observasi

Sebagai Alat Penilaian Pendidikan Karakter

Dari pendapat para guru, observasi memang sulit untuk digunakan

sebagai alat penilaian karakter di sekolah. Kesulitan tersebut yang

menjadi hambatan para guru dalam menilai hasil pendidikan karakter

menggunakan metode observasi. Selain membutuhkan pencatatan yang

rinci dan rapih, observasi banyak menghasilkan data atau informasi yang

mengandung kebohongan. Kurangnya pemahaman guru tentang

penggunaan metode observasi menjadi hambatan dalam memberikan

penilaian terhadap hasil pendidikan karakter yang diberikan pada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

55

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran peneliti kepada

pihak pihak yang terkait dalam penelitian ini

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan analisis yang telah

dilakukan tentang pendapat, pemahaman, dan hambatan-hambatan penggunaan

metode observasi sebagai penilaian pendidikan karakter di sekolah, dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Penelitian ini menunjukan bahwa observasi adalah cara yang paling

popular digunakan oleh guru-guru di Indonesia.

2. Guru-guru setuju dengan penggunaan observasi sebagai alat penilaian hasil

pendidikan karakter di sekolah, meskipun guru-guru juga masih

meragukan teknik observasi sebagai alat penilaian hasil pendidikan

karakter di sekolah.

3. Observasi memiliki banyak keunggulan dan kelemahan untuk melakukan

penilaian pendidikan karakter terhadap semua siswa di sekolah.

4. Guru-guru masih kurang memahami bagaimana penggunaan observasi

yang seharusnya, guru di sekolah menggunakan observasi bukan karena

observasi adalah cara terbaik, melainkan karena observasi adalah cara

mudah dan praktis.

5. Guru-guru mengalami hambatan dalam menggunakan observasi sebagai

alat penilaian hasil pendidikan karakter. Terlalu banyaknya kelemahan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

56

observasi membuat guru-guru kesulitan menilai hasil pendidikan karakter

yang diberikan kepada siswa.

B. Saran-Saran

1. Bagi Pemerintah

Hendaknya pemerintah mengembangkan sebuah alat penilaian yang

dapat dijadikan alat penilaian pendidikan karakter yang mutlak dalam dunia

pendidikan, sehingga nantinya guru-guru lebih mudah dalam menilai hasil

pendidikan karakter dan hasilnya dapat dipercaya. Memperbanyak buku-

buku yang membahas mengenai pendidikan karakter sehingga pemahaman

guru menjadi lebih baik lagi.

2. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya memperlengkap fasilitasyang mendukung dalam

pendidikan karakter disekolah, menyediakan refrensi sebagai bantuan bagi

guru dalam memberi penilaian pendidikan karakter. Bekerja sama dengan

institusi atau organisasi yang bergerak di bidang pendidikan karakter.

3. Bagi guru

Guru dapat bekerja sama dengan guru BK dalam melakukan penilaian

pendidikan karakter siswa. Guru dapat meminta bantuan kepada guru BK

apabila menghadapi kesulitan yang menghambat dalam pendidikan karakter

siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

57

4. Bagi guru BK

Guru BK dapat bekerja sama dengan guru mapel dalam melakukan

penilaian pendidikan karakter siswa, karena kurangya waktu masuk kelas

maka dapat disiasati dengan bekerja sama dengan guru mapel.

5. Bagi Peneliti Lain

Data dari penelitian ini dapat berguna bagi peneliti lain yang

membahas tentang pendidikan karakter yang ada di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

58

DAFTAR PUSTAKA

Akhwan, Muzhoffar. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya

dalam Pembelajaran di Sekolah/Madrasah. El-Tarbawi.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Edisi Revisi VII. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, saifuddin. (2009). Relliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Barus, Gendon, Widanarto, Sebastianus, dan Sinaga,J.D (2017).

Laporan Tahunan (1) PSHP: Pengembangan Model Asesmen Pendidikan

Karakter di SMP Berbasis Media Film Karakter. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Fathurrohman, Pupuh., AA Suryana., Fenny Fitriani. (2013). Pengembangan

pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Buku Induk Pengembangan Karakter.

Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

Kerlinger, F.N. (2003). Asas-asas Penelitian Behavioral. UGM: Gadjah Mada

University Press.

Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.

LPSP3.Universitas Indonesia.

Prastowo, Adi. (2014). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan

Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Samani, Muchlas & Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Dilengkapi Perbandingan

Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sudaryono, Margono, Gaguk, & Rahayu, Wardani. (2013). Penegembangn

Instrument Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

59

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitati dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.

Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen.

Waristo, Hermawan. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Yaumi, M. (2014). Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi.

Jakarta: Prenadamedia Grup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

60

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

61

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

62

Lampiran 2. Angket Penelitian

ANGKET PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL PENDIDIKAN

KARAKTER

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Angket Penelitian

Disusun Oleh:

Tim Peneliti STRANAS Institusi

KERJASAMA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS SANATA DHARMA &

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

KEMENRISTEKDIKTI

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

63

ANGKET PELAKSANAAN PENILAIAN HASIL PENDIDIKAN

KARAKTER

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

A. Pengantar

Bapak/Ibu Guru yang baik, angket ini bertujuan untuk memperoleh

informasi tentang keberlangsungan dan kesulitan/hambatan-hambatan

pelaksanaan penilaian hasil pendidikan karakter yang Bapak/Ibu alami di

sekolah ini. Informasi atau data tersebut diharapkan dapat membantu

memahami permasalahan dan kesulitan yang Bapak/Ibu hadapi dalam menilai

hasil pendidikan karakter para siswa sehingga dapat dipikirkan solusi

pemecahannya dan menemukan model penilaian hasil pendidikan karakter

yang lebih baik. Penelitian ini difasilitasi oleh Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat, Kemristekdikti tahun 2018 dengan sampel skala

nasional. Sekolah ini dipilih menjadi salah satu tempat penelitian ini. Untuk

itu, dengan kerendahan hati, perkenankanlah kami memohon bantuan

kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini, sesuai dengan pemahaman,

pengalaman, pemikiran, dan penilaian Bapak/Ibu terkait dengan masalah-

masalah pelaksanaan sistem penilaian pendidikan karakter di sekolah ini.

Pada bagian akhir angket ini, Bapak/Ibu dimohon menilai kualitas dan

efektivitas model tes hasil pendidikan karakter berbasis film yang

dilaksanakan pada dua kelas di sekolah ini. Keikhlasan dan bantuan

Bapak/Ibu sangat bermanfaat bagi kami dalam memvalidasi efektivitas model

penilaian hasil pendidikan karakter di SMP yang diujikembangkan oleh tim

penelitian kami. Kami menyadari pekerjaan ini sangat melelahkan Bapak/Ibu,

hanya Tuhanlah Yang Maha Murah membalas kebaikan Bapak/Ibu. Kami

hanya dapat menghaturkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 10 April 2018

Tim Peneliti

Dr. Gendon Barus, M. Si.

Koordinator Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

64

B. Petunjuk Pengisian

1. Terdapat berbagai format pertanyaan dalam angket ini. Bapak/Ibu

dimohon membaca secara cermat sebelum memberi respon.

2. Untuk pertanyaan yang disediakan alternatif jawabannya, lingkarilah huruf

di depan setiap jawaban yang sesuai dengan

penilaian/pengalaman/pendapat/pemikiran Bapak/Ibu. Dimungkinkan

pilihan jawaban Bapak/Ibu lebih dari satu pilihan jawaban. Kami

menyediakan space kosong ( ) untuk menampung respon

Bapak/Ibu yang belum terwakili pada alternatif pilihan yang tersedia,

maka jika dipandang perlu berkenanlah Bapak/Ibu untuk mengisinya.

3. Untuk pertanyaan tertentu yang mengandung kemungkinan jawaban

terbuka, kami menyediakan tempat isian berupa garis kosong atau kotak.

Berkenanlah Bapak/Ibu mengisinya dengan jawaban yang sesuai.

4. Informasi yang Bapak/Ibu berikan tidak akan punya konsekuensi/dampak

buruk pada tugas dan karier Bapak/Ibu, Tim peneliti akan merahasiakan

data. Terima kasih.

C. Identitas

Nama sekolah :

Nama lengkap responden : Umur

: tahun

Jabatan stuktural :

Guru mata pelajaran :

Pelaksanaan & Penilaian Pendidikan Karakter Di sekolah

1. Apakah sekolah ini melaksanakan pendidikan karakter terintegrasi (terpadu

dalam pembelajaran) ?

A. Ya, terlaksana dengan baik dan memuaskan (sebagian besar guru

melaksanakan)

B. Ya, terlaksana dengan cukup baik (sekitar separuh jumlah guru

melaksanakan)

C. Ya, namun pelaksanaannya belum baik (baru beberapa guru yang

melaksanakan)

D. Belum terlaksana (hampir semua guru kurang paham teknis

pelaksanaannya)

E. Sekolah ini belum memikirkan implementasi pendidikan karakter

terintegrasi

F. Antara ada dan tiada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

65

2. Apa saja bentuk-bentuk atau kegiatan pendidikan karakter yang

dilaksanakan di sekolah Bapak/Ibu ini. Mohon menuliskannya:

A.

B.

C.

D.

E.

F.

3. Dari berbagai bentuk kegiatan pendidikan karakter yang telah Bapak/Ibu

sebutkan, menurut penilaian Bapak/Ibu bagaimana hasilnya?

A. Berhasil sangat memuaskan D. Belum tampak hasilnya

B. Berhasil cukup memuaskan E. Tidak serius, maka tak ada

hasil

C. Ada hasil, tetapi kurang signifikan F. Gagal, sekedar rencana tanpa

aksi

4. Bentuk atau cara apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk menilai berhasil-

tidaknya pendidikan karakter di sekolah ini ?

A. Tes D. Skala Sikap G. Laporan diri

B. Observasi E. Wawancara H. Buku Refleksi

Harian

C. Sistem poin

F. Laporan Proyek

I. Lomba/Penjurian

J.

5. Bentuk atau cara penilaian yang Bapak/Ibu sebutkan pada poin 4 di atas

apa saja keunggulannya ?

6. Apa pula kelemahan cara tersebut ?

7. Hasil penelitian kami sebelumnya menunjukkan, hampir semua guru

mengandalkan observasi sebagai bentuk atau cara menilai karakter siswa.

Apakah Bapak/Ibu setuju observasi sebagai cara terbaik untuk menilai

hasil pendidikan karakter siswa ?

A. Tidak setuju B. Sedikit setuju

C. Cukup setuju D. Setuju

8. Mohon pendapat/penilaian Bapak/Ibu lebih lanjut tentang penggunaan

observasi sebagai teknik/cara yang digunakan sekolah dalam penilaian

karakter siswa dengan memberi tanda centang (√) pada skala ya atau tidak

berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

66

No Sebagai teknik/cara penilaian hasil pendidikan karakter siswa di SMP ya tidak

1 Observasi merupakan cara paling tepat

2 Observasi merupakan cara paling baik

3 Observasi merupakan cara paling objektif

4 Observasi merupakan cara paling mudah

5 Observasi merupakan cara paling praktis

6 Observasi merupakan cara paling terpercaya

7 Observasi merupakan cara paling jujur

8 Observasi merupakan cara paling adil

9 Observasi merupakan cara paling rentan

10 Observasi merupakan cara paling tak beresiko

11 Observasi merupakan cara paling murah

12 Observasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan

13 Observasi kurang memungkinkan menilai semua siswa

14 Observasi sukar dipertanggungjawabkan hasilnya

15 Observasi mengandung bahaya bias (menyimpang)

16 Observasi menyita banyak waktu, tenaga, dan biaya

17 Observasi mengandung bahaya like and dislike

18 Observasi harus disertai pencatatan yang teratur dan rapi

19 Observasi mengandung kebohongan (hallo effect)

20 Observasi memiliki banyak kelemahan

9. Apakah Bapak/Ibu juga menggunakan cara/teknik observasi lebih

banyak/lebih sering dibanding cara lainnya untuk menilai karakter siswa?

A. Ya, paling sering karena

B. Ya, sekali-sekali karena

C. Jarang, karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

67

D. Hampir tidak pernah, karena

10. Pihak-pihak mana yang terlibat dalam penilaian pendidikan karakter siswa

di sekolah Bapak/Ibu ini?

A. Kepala Sekolah F. Penilai

Ahli/Profesional/Psikotester

B. Wakaur Kurikulum G. Tim Khusus (Gabungan Guru

& Ortu)

C. Wakaur Kesiswaan H. Pembina Pramuka

D. Guru BK I. Penilaian Sesama Teman

Sebaya Siswa

E. Wali Kelas J.

11. Apakah penilaian karakter diberlakukan kepada seluruh siswa?

A. Seluruh siswa yang bermasalah dan tidak bermasalah

B. Siswa yang bermasalah dengan perilaku buruk diobservasi, siswa lain

diabaikan

C. Hanya untuk siswa yang nakal/berperilaku buruk/melanggar peraturan

sekolah

D. Siswa yang baik-baik diberi nilai karakter baik meski tanpa data tes

E.

12. Apakah Bapak/Ibu selama ini telah melaksanakan penilaian pendidikan

karakter siswa di sekolah dengan baik?

A. Ya, tentu saja.

B. Belum terlaksana dengan baik

C. Tidak paham cara terbaik memberi penilaian karakter siswa

D. Terlaksana, namun ragu validitas/objektivitasnya

E. Terlaksana asal ada saja, sekedar memenuhi kewajiban

F. Saya sulit melakukannya, mestinya sekolah mengusahakan cara yang

lebih mudah, objektif, dan efektif.

13. Hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan apa yang Bapak/Ibu temui

dalam menilai pendidikan karakter siswa di sekolah? Tuliskan jawaban di

kotak ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENDAPAT DAN PEMAHAMAN GURU TERHADAP …Penilaian pendidikan karakter di Indonesia masih menjadi momok bagi para guru. Belum adanya cara atau alat ukur yang pasti dalam digunakan untuk

68

14. Saat ini, jenis alat/instrumen apa yang tersedia dan Bapak/Ibu gunakan

untuk melakukan penilaian hasil pendidikan karakter siswa di sekolah?

A. Tes; sebutkan

B. Non- tes; sebutkan

C. Tidak tersedia alat/instrumen apapun

15. Apakah yang Bapak/Ibu butuhkan dan harapkan agar penilaian hasil

pendidikan karakter siswa di sekolah ini dapat terlaksana dengan baik dan

hasilnya dapat lebih dipertanggungjawabkan kebenarannya? Mohon

tuliskan kebutuhan/harapan di kotak:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI