PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA...

144
PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI TENGAH, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Bonificia Cynthia Dani NIM: 041124035 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Transcript of PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA...

Page 1: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

PENDAMPINGAN IMAN

KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA

DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI

DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI TENGAH,

MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Bonificia Cynthia Dani

NIM: 041124035

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

Page 2: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI
Page 3: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI
Page 4: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan tulus hati

skripsi ini kupersembahkan kepada

Allah,

karena kasih dan penyelenggaraan-Nya,

kepada bapak, ibu, kakak, adik, seluruh keluarga,

sahabatku tercinta Bernadeta Reni Meidi Wijayanti

dan

kakak Sindgius Yohanes,

yang telah memberi motivasi dan menyemangati penulis untuk terus maju,

serta teman-teman angkatan 2004/2005.

Page 5: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

v

MOTTO

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

(1 Ptr 5:7)

Page 6: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI
Page 7: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI
Page 8: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI TENGAH, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini dipilih berdasarkan fakta bahwa penyelenggaraan pendampingan iman pasangan keluarga kawin campur beda agama sesudah pernikahan di Paroki Santo Paulus, Palu belum terlaksana. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan pendampingan iman di Paroki Santo Paulus, Palu hanya diberikan kepada pasangan beda agama sebelum pernikahan.

Skripsi ini memaparkan persoalan pokok yang didasari oleh keprihatinan terhadap kurangnya perhatian secara khusus bagi keluarga kawin campur beda agama sesudah pernikahan dalam hidup perkawinan melalui pendampingan iman di Paroki St. Paulus, Palu. Pendampingan iman di sini bertujuan membantu pasangan beda agama untuk menghayati hidup perkawinan kristiani dalam kehidupan berkeluarga sehari-hari. Pembahasan masalah dikaji dengan mengumpulkan data-data melalui quesioner terbuka yang diberikan kepada Dewan Paroki, ketua Wilayah/Stasi dan kepada pasangan beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu. Sedangkan studi pustaka dilaksanakan untuk memperoleh masukan-masukan sebagai bahan refleksi.

Keluarga kawin campur beda agama dalam perjalanan kehidupan berumah tangga masih sangat membutuhkan pendampingan dari Gereja untuk berbagi pengalaman hidup berkeluarga yang berbeda keyakinan. Katekese umat merupakan tempat yang cocok bagi keluarga pasangan beda agama untuk saling berbagi pengalaman iman masing-masing pasangan. Katekese umat berangkat dari pengalaman konkrit peserta sehingga pasangan beda agama semakin menghayati hidup perkawinan mereka. Katekese umat dengan model Shared Christian Praxis membantu keluarga pasangan beda agama untuk menghayati hidup perkawinan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Bertitik tolak dari pengalaman hidup perkawinan, katekese SCP merupakan salah satu usulan yang bertolak dari pengalaman hidup dengan tujuan untuk mendorong peserta mengkomunikasikan antara tradisi dan visi hidup peserta dan mengkonfrontasikannya dengan tradisi dan visi kristiani sehingga mampu untuk mengambil keputusan dalam hidup keluarga sehari-hari, baik secara pribadi maupun bersama, melalui komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman dalam dialog yang terbuka. Penulis menawarkan suatu program katekese umat dengan model Shared Christian Praxis yang dapat membantu pasangan beda agama dalam meningkatkan penghayatan iman mereka.

Page 9: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

ix

ABSTRACT

The title of this thesis was THE FAITH ASSISTANCE FOR THE MIXED MARRIAGE FAMILY TO INSPIRE THEIR MARRIAGE LIFE AT ST. PAULUS PARISH, PALU, CENTRAL SULAWESI, THROUGH A RELIGIOUS COMMUNITY CATECHISM BY SHARED CATECHESE PRAXIS MODEL. This thesis was chosen based on the fact that the faith assistance for the mixed marriage couple after the wedding at St. Paulus Parish, Palu has not been held. The fact showed the faith assistance at St. Paulus Parish, Palu only was given to mixed religion couple before the wedding. This thesis explained the basic problem as the concern because of less special attention given the to mixed marriage family after the wedding in the marriage life through the faith assistance at St. Paulus Parish, Palu. This faith assistance has the purpose to help them to experience christian wedding life in their daily life. The study for this case was conducted by colecting data through the opened questionere that was given to the parish commitee, the chief of territory based on catholic religion and different religion couples at St. Paulus Parish, Palu. Whereas literary study was done to get the inputs for reflection. The mixed marriage of different religions needed the assistance from the church side to share the life experience living in a family of different religion. The community catechism was the appropriate model for such couples to share their faith experiences. The community catechism is based on the concrete experience of the members so the mixed marriage couples will be more inspired in their marriage life. The Shared Christian Praxis (SCP) model helpes is meant to do that. Based on the life experience of the marriage, SCP aims to push the members to communicate their christian tradition and vision so they could take the decision in the family life both personal and community through the faith communication or sharing the faith experience in the open dialogue. The writer has offered a catechism program of a Shared Christian Praxis model that could help such couples to increase their faith and apply it in their life.

Page 10: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA

AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI

PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI TENGAH, MELALUI

KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Skripsi ini

ditulis berdasarkan keprihatinan penulis terhadap keluarga pasangan kawin

campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu yang kurang mendapat perhatian

khusus dari pihak Gereja sesudah pernikahan. Skripsi ini juga ditulis dalam

rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 pada Program Studi

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu

Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis

mengalami banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, dorongan

dan bantuan dari berbagai pihak dengan caranya sendiri, penulis tetap

bersemangat dalam menyelesaikannya. Oleh karena itu secara khusus penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. M. Sumarno, Ds., S.J., M.A. selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah meluangkan waktu, memberikan perhatian, membimbing penulis dengan

penuh kesabaran, teliti, tekun dan penuh cinta serta memberikan masukan-

Page 11: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xi

masukan sejak awal sampai terselesainya skripsi ini.

2. Drs. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku Dosen Pembimbing

Akademik sekaligus Dosen Penguji II, yang dengan penuh perhatian telah

membantu dan mendorong penulis selama proses perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini selesai.

3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si. selaku Dosen Penguji III, yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan

membimbing penulis selama belajar di Prodi IPPAK, USD.

5. Ayah, ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga yang memberikan semangat dan

dukungan moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

6. Pengurus Dewan Paroki, Tim Pendamping Keluarga dan seluruh pasangan

beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu, Sulawesi Tengah, yang telah

membantu penulis mengumpulkan data-data untuk penyusunan skripsi ini.

7. Kakak Sindgius Yohanes yang dengan penuh kasih dan kesabarannya telah

memberi motivasi, menyemangati dan mengantar penulis untuk terus maju

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sr. Martina, SPC, Valentina Wuri Widawati dan sahabatku tercinta

Bernadetha Reni Meidi Wijayanti serta teman-teman kos yang dengan setia

Page 12: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI
Page 13: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --------------------------------------------------------------- i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING -------------------------------- ii

HALAMAN PENGESAHAN ---------------------------------------------------- iii

HALAMAN PERSEMBAHAN -------------------------------------------------- iv

MOTTO ------------------------------------------------------------------------------ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ----------------------------------------- vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ------------------------------ vii

ABSTRAK -------------------------------------------------------------------------- viii

ABSTRACT ------------------------------------------------------------------------- ix

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------- x

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------ xiii

DAFTAR SINGKATAN ---------------------------------------------------------- xvii

BAB I. PENDAHULUAN ------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang ----------------------------------------------------------- 1

B. Rumusan Permasalahan ------------------------------------------------- 4

C. Tujuan Penulisan -------------------------------------------------------- 4

D. Manfaat Penulisan ------------------------------------------------------- 5

E. Metode Penulisan -------------------------------------------------------- 6

F. Sistematika Penulisan --------------------------------------------------- 6

BAB II. GAMBARAN UMUM PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU ---------------------------------

9

A. Gambaran Umum Situasi Keluarga-keluarga Paroki Santo Paulus, Palu ------------------------------------------------------

10

1. Latar Belakang Berdirinya Paroki Santo Paulus, Palu -------- 10

2. Letak Geografis dan Keadaan Sosial Ekonomi Pusat Paroki ----------------------------------------------------------------

11

3. Jumlah dan Perkembangan Keluarga-keluarga ---------------- 12

4. Kegiatan-kegiatan untuk Keluarga-keluarga ------------------- 12

B. Situasi Keluarga Pasangan Kawin Campur Beda Agama ---------- 16

Page 14: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xiv

1. Letak dan Situasi Geografis Tempat Tinggal Keluarga-keluarga Kawin Campur Beda Agama --------------------------

16

2. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Beda Agama -------------- 17

3. Jumlah Keseluruhan Pasangan Beda Agama ------------------- 17

C. Situasi Pendampingan Iman bagi Pasangan Kawin Campur Beda Agama di Paroki Santo Paulus, Palu ---------------

18

1. Macam-macam Pendampingan yang ada bagi Pasangan Beda Agama --------------------------------------------------------

18

a. Pembinaan Khusus Katekumenat -------------------------- 19

b. Pembinaan Iman Sebelum Pernikahan -------------------- 19

2. Metode dalam Pendampingan ------------------------------------ 20

3. Sarana dalam Pendampingan ------------------------------------- 20

4. Langkah-langkah dalam Pendampingan ------------------------ 21

5. Materi dalam Pendampingan ------------------------------------- 21

6. Proses dalam Pendampingan ------------------------------------- 21

7. Peserta dalam Pendampingan ------------------------------------ 22

8. Manfaat dalam Pendampingan ----------------------------------- 22

9. Harapan Pasangan kawin Campur Beda Agama terhadap Pelaksanaan Pendampingan Iman -------------------------------

23

D. Rangkuman Permasalahan dalam Kawin Campur Beda Agama --------------------------------------------------------------------

23

1. Metode dalam Pendampingan ------------------------------------ 24

2. Sarana dalam Pendampingan ------------------------------------- 24

3. Langkah-langkah dalam Pendampingan ------------------------ 24

4. Peserta dalam Pendampingan ------------------------------------ 25

BAB III PENDAMPINGAN IMAN MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA -------------------------------

26

A. Pendampingan Iman dalam Gereja ----------------------------------- 26

1. Pengertian Pendampingan Iman --------------------------------- 27

2. Bentuk-bentuk Pendampingan Iman dalam Keluarga --------- 28

a. ME (Marriage Encounter) ----------------------------------- 28

b. Retret ------------------------------------------------------------ 29

Page 15: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xv

c. Rekoleksi ------------------------------------------------------- 30

d. Ziarah ----------------------------------------------------------- 30

e. Katekese -------------------------------------------------------- 31

3. Materi Pendampingan Iman -------------------------------------- 31

4. Tujuan Pendampingan Iman -------------------------------------- 32

5. Proses Pendampingan Iman -------------------------------------- 32

B. Pendampingan Iman dengan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis -----------------------------------------------

33

1. Pengertian Katekese Umat ---------------------------------------- 34

2. Tujuan Katekese Umat -------------------------------------------- 36

3. Isi Katekese Umat -------------------------------------------------- 38

4. Model Katekese Umat --------------------------------------------- 39

a. Model Pengalaman Hidup ------------------------------------ 40

b. Model Biblis --------------------------------------------------- 42

c. Model Campuran ---------------------------------------------- 45

5. Sarana Katekese Umat -------------------------------------------- 47

6. Peserta Katekese Umat -------------------------------------------- 47

7. Pemimpin Katekese Umat ---------------------------------------- 49

8. SCP sebagai Salah Satu Model Katekese Umat --------------- 50

a. Peristilahan dalam SCP --------------------------------------- 51

1) Shared ------------------------------------------------------ 51

2) Christian --------------------------------------------------- 52

3) Praxis ------------------------------------------------------- 54

b. Langkah-langkah SCP ---------------------------------------- 55

C. Keluarga Kawin Campur Beda Agama dalam Gereja ------------- 65

1. Perkawinan dalam Gereja ----------------------------------------- 66

a. Pengertian Perkawinan --------------------------------------- 67

b. Pengertian Perkawinan Kristiani ---------------------------- 68

c. Ciri Khas Perkawinan Kristiani ----------------------------- 69

d. Tujuan Perkawinan Kristiani --------------------------------- 72

e. Perkawinan Sebagai Sakramen ------------------------------ 74

Page 16: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xvi

2. Pasangan Kawin Campur Beda Agama dalam Gereja Katolik ---------------------------------------------------------------

75

a. Pengertian Kawin Campur Beda Agama ------------------- 76

b. Kesulitan-kesulitan Pasangan Kawin Campur Beda Agama -----------------------------------------------------------

76

D. Pendampingan Iman untuk Keluarga Kawin Campur Beda Agama dengan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis --------------------------------------------------------

79

BAB IV USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DENGAN MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN HIDUP PERKAWINAN BAGI PASANGAN KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA --------------------------------------------------------

84

A. Latar Belakang Penyusunan Program ------------------------------- 84

B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan --------------------------------- 86

C. Rumusan Tema dan Tujuan ------------------------------------------- 87

D. Penjabaran Program ---------------------------------------------------- 89

E. Petunjuk Pelaksanaan Program --------------------------------------- 92

F. Contoh Persiapan Katekese ------------------------------------------- 92

BAB V PENUTUP --------------------------------------------------------------- 107

A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 107

B. Saran --------------------------------------------------------------------- 109

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------ 111

LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------------- Lampiran 1: Pedoman Quesioner Terbuka untuk

Dewan Paroki ------------------------------------------------

Lampiran 2: Pedoman Quesioner Terbuka untuk Ketua Stasi/Wilayah ----------------------------------------

Lampiran 3: Pedoman Quesioner Terbuka untuk Pasangan Beda Agama --------------------------------------------------

Lampiran 4: Rangkuman Hasil Quesioner Terbuka untuk Dewan Paroki ------------------------------------------------

Lampiran 5: Rangkuman Hasil Quesioner Terbuka untuk Ketua Stasi/Wilayah -----------------------------------------

Lampiran 6: Rangkuman hasil Quesioner Terbuka untuk Pasangan Beda Agama -------------------------------------------------

113

(1)

(2)

(3)

(4)

(6)

(10)

Page 17: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada umat Katolik

Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen AgamaRepublik Indonesia

dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman seluruh

Gereja Katolik tentang peranan keluarga Kristen dalam dunia

modern, 22 November 1981.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

BIAK : Bina Iman Anak Katolik

BIRKat : Bina Iman Remaja Katolik

Page 18: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

xviii

CD : Compact Disk

Dll : dan lain-lain

Dsb : dan sebagainya

Kab : Kabupaten

Kan : Kanon

KBK : Kaum Bapa Katolik

KK : Kepala Keluarga

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

MB : Madah Bakti, buku doa dan nyanyian, edisi 2000, Pusat Musik

Liturgi Yogyakarta

ME : Marriage Encounter

MSC : Missionaries of the Sacred Heart

Mudika : Muda-mudi Katolik

NTT : Nusa Tenggara Timur

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

PPA : Putra-putri Altar

SCP : Shared Christian Praxis

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

St : Santo

TV : Televisi

Page 19: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Katolik di Paroki Santo Paulus, Palu adalah keluarga yang tinggal

di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama non-Kristiani. Mereka

bergaul dan berhubungan secara akrab dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan

hidup dan pergaulan tersebut ternyata mempengaruhi terjadinya perkawinan

campur beda agama karena banyak anak dari keluarga Katolik yang memilih

pasangan hidup dengan teman yang tidak satu iman. Fakta membuktikan bahwa

kawin campur beda agama sering terjadi di masyarakat kita, khususnya di Paroki

St.Paulus Palu. Pendampingan untuk pasangan beda agama sesudah pernikahan

kurang diperhatikan. Latar belakang penulisan skripsi ini didasari oleh

keprihatinan penulis terhadap kurangnya perhatian secara khusus bagi pasangan

kawin campur beda agama sesudah pernikahan dalam hidup perkawinan mereka

sehari-hari di Paroki St. Paulus, Palu.

Kawin campur antar pemeluk agama yang berbeda merupakan masalah

yang tak kunjung selesai sebab dalam masyarakat majemuk merupakan pilihan

konkret yang dipertanggungjawabkan. Kejadian ini disebabkan oleh faktor jumlah

umat Katolik yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah umat non-Katolik.

Kebersamaan hidup dalam perkawinan tidak hanya menuntut kesediaan untuk

saling mengerti perasaan, menghargai, menerima dan melayani, melainkan juga

menuntut pertimbangan obyektif rasional, seperti kesamaan agama, cara mendidik

anak, sampai pada kemampuan mengelolah ekonomi rumah tangga. Orang tua

Page 20: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

2

diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai kristiani dalam keluarga, khususnya

nilai perkawinan Katolik agar anak mampu mempersiapkan perkawinan secara

Katolik. Pasangan dari keluarga kawin campur beda agama membutuhkan

pendampingan di tengah jalan hidup perkawinan mereka. Masalah kawin campur

beda agama bukan masalah hukum Gereja saja, melainkan juga masalah pastoral.

Gereja lebih mendukung perkawinan seiman tetapi Gereja juga realistis karena

tidak selalu mudah mendapat teman hidup seiman. Hak nikah itu termasuk hak

asasi manusia, maka Gereja juga membuka pintu untuk perkawinan campur beda

agama.

Perkawinan Katolik merupakan sesuatu yang sangat mulia dari Allah.

Perkawinan itu sendiri diartikan sebagai wujud bersatunya dua insan yang berbeda

jenis (laki-laki dan perempuan) menjadi satu daging, yang dilambangkan melalui

upacara pemberkatan perkawinan, di mana pasangan pengantin berjanji di hadapan

Allah. Perbedaan terjadi bilamana di dalam agama Katolik yang akan

melangsungkan pernikahan tersebut (laki-laki dan perempuan) adalah orang yang

berbeda keyakinan yaitu pernikahan yang akan dilakukan antara seorang Katolik

dan non-Katolik. Pernikahan ini akan berpengaruh terhadap penghayatan nilai-

nilai suci yang terkandung dalam perkawinan dan membuat penghayatan terhadap

nilai-nilai perkawinan itu menjadi kabur dan bahkan tidak dihayati sama sekali.

Dalam perkawinan yang diutamakan ialah bagaimana orang mampu menghayati

nilai-nilai mulia yang terdapat dalam perkawinan itu sendiri. Gereja biasanya

hanya memperhatikan pasangan kawin campur sebelum pasangan keluarga kawin

campur itu terbentuk (diberkati perkawinannya). Pasangan beda agama yang akan

melangsungkan perkawinan itu merasa sulit dalam mengurus atau meminta

Page 21: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

3

dispensasi atas perkawinan yang akan dilangsungkan. Hal ini mengandaikan

betapa sulitnya menjalani sebuah rumah tangga yang berbeda keyakinan sehingga

dapat menimbulkan banyak permasalahan dalam keluarga pasangan kawin campur

terutama dalam mengurus iman anak mereka. Dalam hal itu Gereja mengharapkan

kesediaan dari pihak Katolik untuk mendidik anak secara Katolik. Dalam pasangan

keluarga kawin campur itu, masalah pendidikan iman anak merupakan

permasalahan yang sering terjadi dalam keluarga beda agama.

Kawin campur perlu dihadapi sebab selain secara mendasar Gereja Katolik

tidak merestui perkawinan semacam itu, tetapi dengan alasan-alasan tertentu

Gereja tetap memberikan dispensasi bagi mereka yang melaksanakan kawin

campur beda agama ini. Perkawinan seperti itu bisa menghalangi keharmonisan

hubungan suami-istri dan mempersulit pendidikan iman bagi anak-anak mereka.

Pernikahan pasangan beda agama sampai saat ini belum banyak yang mencapai

tujuan perkawinan kristiani, kecuali pada keluarga kawin campur yang secara

intensif mendapat pendampingan hidup berkeluarga secara kontinyu.

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fakta di atas, maka dalam

skripsi ini penulis memberi judul skripsi mengenai PENDAMPINGAN IMAN

KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI

HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU,

SULAWESI TENGAH, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS, sebagai suatu model yang sesuai dalam mengembangkan

penghayatan hidup perkawinan keluarga kawin campur beda agama. Penulis

berharap melalui skripsi ini masing-masing pasangan keluarga kawin campur beda

Page 22: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

4

agama semakin menghayati nilai-nilai perkawinan dalam kehidupan mereka

sehari-hari melalui katekese umat model Shared Christian Praxis.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana pelaksanaan pendampingan iman bagi keluarga kawin campur beda

agama di Paroki Santo Paulus, Palu?

2. Manakah peranan pendampingan iman melalui katekese umat terhadap

perkawinan campur beda agama dalam Gereja?

3. Katekese model apa yang sesuai dalam mengembangkan penghayatan hidup

perkawinan keluarga kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pelaksanaan pendampingan iman bagi keluarga kawin campur

beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu.

2. Mengetahui peranan pendampingan iman melalui katekese umat terhadap

perkawinan campur beda agama dalam Gereja.

3. Mengetahui model katekese yang sesuai dengan penghayatan hidup

perkawinan pasangan beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu.

4. Karya tulis ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan

Strata 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Page 23: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

5

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Keluarga Pasangan Kawin Campur Beda Agama, supaya lebih

memahami nilai-nilai perkawinan kristiani dengan tujuan untuk meningkatkan

keharmonisan dalam hidup rumah tangga mereka, serta mampu mengantisipasi

akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga itu, seperti

perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, serta mempertahankan pendidikan

iman anak-anak mereka.

2. Bagi Paroki Setempat, supaya mempunyai perhatian yang khusus dan mau

peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi keluarga

kawin campur beda agama itu sendiri. Dengan maksud supaya paroki setempat

mengambil bagian dalam mengatasi dan menanggulangi maraknya kasus yang

terjadi dalam kehidupan pasangan kawin campur beda agama dan dapat

memberi sumbangan bagi para pendamping katekese serta siapa saja yang

terlibat dalam karya pelayanan umat akan cara pelaksanaan katekese yang

baik.

3. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan penulis, khususnya dalam

pendampingan iman bagi keluarga kawin campur beda agama berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi dari banyak kasus yang terjadi dalam

perkawinan campur. Penulis juga mempunyai pengalaman dalam membuat

metode katekese yang akan diberikan kepada pasangan beda agama dan paling

tidak ini berguna bagi penulis agar tidak melakukan/menjalani perkawinan

campur tersebut.

Page 24: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

6

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

deskriptif analistis yang memaparkan, menguraikan serta menganalisa keadaan

Paroki Santo Paulus, Palu dalam keterkaitan dengan kehidupan keluarga kawin

campur beda agama. Data yang dibutuhkan diperoleh dengan menyebarkan

quesioner terbuka yang dikirim ke paroki dan disebarkan untuk disi oleh dewan

paroki, ketua-ketua Stasi/Wilayah serta pasangan suami-istri beda agama sebagai

responden. Data-data yang dikumpulkan dianalisa, dibantu dengan studi pustaka

dan akhirnya membuat suatu usulan program.

F. Sistematika Penulisan

Judul dari skripsi ini PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN

CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP

PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU,

SULAWESI TENGAH, MELALUI KATEKESE UMAT MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS akan diuraikan menjadi 5 (lima) bab sebagai berikut:

Bab I ini merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang

penulisan, yang merupakan alasan mengapa penulis memilih judul ini. Dalam

rumusan permasalahan penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan

yang dianggap merupakan keprihatinan yang perlu dicari solusinya. Tujuan

penulisan menyebutkan beberapa tujuan dari penulisan skripsi ini. Manfaat

penulisan akan disampaikan beberapa manfaat dari penulisan skripsi, serta metode

penulisan dan sistematika penulisan.

Page 25: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

7

Bab II merupakan gambaran umum pelaksanaan pendampingan iman bagi

keluarga kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu, Sulawesi

Tengah. Dalam bab ini penulis akan membahas beberapa bagian diantaranya

mengenai gambaran umum Paroki Santo Paulus, Palu, yang meliputi latar

belakang berdirinya Paroki Santo Paulus, Palu, letak geografis dan keadaan sosial

ekonomi pusat paroki, jumlah dan perkembangan keluarga-keluarga serta kegiatan

untuk keluarga-keluarga. Situasi keluarga pasangan kawin campur beda agama

yang mencakup letak dan situasi geografis tempat tinggal keluarga kawin campur

beda agama, kondisi sosial ekonomi keluarga beda agama, serta jumlah

keseluruhan pasangan beda agama. Situasi pendampingan iman bagi keluarga

kawin campur beda agama serta rangkuman permasalahannya.

Bab III mengulas tentang pendampingan iman melalui katekese umat

model Shared Christian Praxis sebagai sarana untuk membantu pasangan kawin

campur beda agama dalam menghayati hidup perkawinan. Dalam bab ini penulis

akan menguraikan beberapa hal mengenai pendampingan iman bagi keluarga yang

meliputi pengertian pendampingan iman, bentuk-bentuk pendampingan iman

dalam keluarga, materi, tujuan dan proses pendampingan iman. Berikutnya

membahas mengenai katekese umat diantaranya pengertian, tujuan, isi, model,

sarana, peserta, pemimpin katekese, dan SCP sebagai salah satu model katekese

umat. Selain itu dalam bab ini juga akan diulas tentang keluarga kawin campur

beda agama dalam gereja yang meliputi perkawinan dalam gereja dan pasangan

kawin campur beda agama dalam gereja, serta menjelaskan tentang pendampingan

iman untuk keluarga kawin campur beda agama dengan katekese umat model

Shared Christian Praxis sebagai salah satu model yang bisa membantu

Page 26: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

8

meningkatkan penghayatan hidup perkawinan bagi keluarga kawin campur beda

agama.

Bab IV ini akan membahas usulan program katekese umat model Shared

Christian Praxis sebagai sarana pendampingan bagi pasangan beda agama,

diantaranya latar belakang pemilihan program katekese, alasan pemilihan program,

rumusan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan program serta contoh persiapan

katekese.

Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari

keseluruhan isi skripsi ini.

Page 27: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

9

BAB II

GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN

BAGI KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA

DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI TENGAH

Paroki Santo Paulus, Palu merupakan bagian dari Keuskupan Manado.

Paroki ini berpusat di Teluk Palu yang melingkupi kota Palu, kabupaten Donggala,

dan sebagian wilayah kabupaten Poso. Kebanyakan umat di Paroki ini berdatangan

dari berbagai etnis, seperti Jawa, Bali, Minahasa, Tionghoa, Toraja dan NTT.

Sedangkan etnis Palu, Sumatera, dan Ambon merupakan kelompok minoritas.

Keluarga-keluarga tersebar di 18 Stasi dan 18 Wilayah rohani.

Penulis dalam bab ini akan memaparkan gambaran umum mengenai situasi

Paroki Santo Paulus, Palu, pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendampingan iman

serta jumlah dan perkembangan keluarga-keluarga Paroki Santo Paulus periode

tahun 2007-2008. Sedangkan gambaran umum pasangan kawin campur beda

agama sendiri meliputi situasi pasangan beda agama, jumlah, kegiatan-kegiatan,

harapan-harapan pasangan beda agama. Pasangan beda agama yang dimaksudkan

di sini adalah pasangan yang terdiri dari Katolik dan non-baptis yang tinggal di

pusat Paroki Santo Paulus, Palu, yang tersebar di 18 Wilayah rohani dan 18 Stasi.

Penyebaran quesioner bagi pasangan beda agama untuk 13 Stasi tidak diberikan

karena jarak yang jauh dari pusat paroki dan faktor waktu yang tidak

memungkinkan. Kegiatan yang ada bagi pasangan beda agama di Paroki Santo

Paulus, Palu hanya dilaksanakan sebelum pernikahan, sedangkan kegiatan untuk

sesudah pernikahannya kurang diperhatikan.

Page 28: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

10

A. Gambaran Umum Situasi Keluarga-keluarga Paroki St. Paulus, Palu

Keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu merupakan bagian

terpenting yang perlu diperhatikan oleh Gereja. Keluarga dalam perkembangan

menjalani hidup berkeluarga membutuhkan pendampingan yang kontinyu. Pada

bagian ini penulis akan membahas tentang latar belakang berdirinya Paroki Santo

Paulus, Palu, letak geografis, jumlah dan perkembangan keluarga-keluarga serta

kegiatan-kegiatan yang ada di Paroki Santo Paulus, Palu. Pembahasan mengenai

gambaran Paroki Santo Paulus, Palu diambil berdasarkan hasil pedoman quesioner

terbuka yang dikumpulkan yang diberikan kepada dewan paroki, ketua

Stasi/Wilayah dan pasangan beda agama sendiri periode tahun 2007-2008.

1. Latar Belakang Berdirinya Paroki St. Paulus, Palu

Paroki Santo Paulus, Palu berdiri berawal dari kedatangan seorang

misionaris dari Gorontalo bernama Pastor A.H.G. Bröcher, MSC. Kedatangannya

ke Palu bertujuan untuk berkunjung sekaligus mencari tahu keberadaan umat

Katolik di kota Palu. Dia menemukan ada beberapa umat Katolik yang bertugas di

kota Palu seperti Polisi dan Brimob, sehingga pada tanggal 9 September 1924

pembaptisan pertama di Palu oleh Pastor A.H.G. Bröcher, MSC. Nama orang

Katolik pertama yang dibaptis ialah Yohana. Mulai saat itu umat di Palu dilayani

oleh Pastor dari Paroki Gorontalo. Umat Katolik semakin bertambah dengan

berjalannya waktu. Pada tahun 1957/1958 didirikan sebuah gereja kecil di tengah

kota Palu yang diberi nama gereja Santo Paulus, Palu. Pastor Paroki yang pertama

ialah Pastor Bangkut MSC, kemudian Pastor John Tinggogoi, MSC; Pastor

Merung, MSC; Pastor Mailangke, MSC [Lampiran 4: (4)].

Page 29: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

11

Tahun 1986 dicari lokasi untuk bangunan gereja baru oleh Pastor Rarung,

MSC. Perkembangan umat yang semakin banyak berdatangan dari berbagai daerah

di Indonesia sehingga gereja yang sebelumnya tidak memungkinkan untuk jumlah

umat saat itu. Tahun 1988-1996 dibangun gereja baru di pinggiran kota Palu dan

diresmikan pada tahun 1997 dengan nama gereja Santa Maria. Pastor Paroki

selanjutnya ialah Pastor Talibonso, MSC; Pastor Frans Mandagi, MSC; Pastor

Alfred M., MSC; Pastor Melky Toreh, MSC. Pada saat ini Pastor kepala Paroki

ialah Pastor Beny Pangkey, MSC [Lampiran 4: (4)].

2. Letak Geografis dan Keadaan Sosial Ekonomi Pusat Paroki

Paroki Santo Paulus, Palu berpusat di Teluk Palu. Paroki ini melingkupi

kota Palu, kabupaten Donggala, dan sebagian wilayah kabupaten Poso. Perbatasan

Paroki Santo Paulus Palu yaitu sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan

Damsol (Kab. Donggala), jaraknya ± 280 kilo meter dari pusat Paroki. Sebelah

Timur berbatasan dengan kecamatan Lore Tengah (Kab. Poso), jaraknya ± 160

kilo meter. Sebelah Barat berbatasan dengan Stasi Watatu (Kab. Donggala),

jaraknya ± 50 kilo meter. Sebelah Selatan berbatasan dengan Stasi Lalundu (Kab.

Donggala), jaraknya ± 220 kilo meter [Lampiran 4: (4)].

Keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu mempunyai status

kehidupan sosial ekonomi yang beraneka ragam. Pekerjaan yang ditekuni meliputi

pegawai, pedagang, karyawan, pengusaha, sopir dan petani. 60% umat bermukim

di kota dan 40% bermukim di desa. Umat Paroki Santo Paulus, Palu berdatangan

dari berbagai etnis, seperti Jawa, Bali, Minahasa, Tionghoa, Toraja dan NTT,

sedangkan Sumatera, Ambon dan Palu sendiri minoritas. Latar belakang

Page 30: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

12

pendidikan untuk keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu terdiri dari

pendidikan Sarjana (Perguruan Tinggi) 21%, pendidikan SMA/SMK 32%,

pendidikan SMP 37% dan pendidikan SD 10% [Lampiran 4: (5)].

3. Jumlah dan Perkembangan Kelurga-keluarga

Berdasarkan hasil pendataan dari paroki, keluarga di Paroki Santo Paulus,

Palu tahun 2007 berjumlah ± 814 KK, yang terdiri dari anak-anak, kaum muda dan

orang tua. Pertambahan tahun 2008 menjadi 1058 KK. Keluarga Katolik

bertambah dari 760 KK menjadi 982 KK. Keluarga Beda Gereja bertambah dari 38

KK menjadi 49 KK. Keluarga Beda Agama bertambah dari 16 KK menjadi 27

KK. Sedangkan Pembagian umat Paroki Santo Paulus, Palu menurut etnis, yaitu

Minahasa 264 KK, Jawa 212 KK, Toraja 159 KK, NTT 137 KK, Bali 106 KK,

Tionghoa 74 KK, Palu 53 KK, Sumatra 32 KK, dan Ambon 21 KK. [Lampiran 4:

(4)-(5)].

4. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam Paroki Santo Paulus, Palu

Macam-macam kegiatan yang dilaksanakan untuk keluarga-keluarga di

Paroki Santo Paulus, Palu meliputi Katekese, Liturgi dan Kelompok-kelompok

kategorial yang terdiri dari Kaum Bapa Katolik (KBK), Legio Maria, Persekutuan

Doa Kharismatik, Muda-mudi Katolik (Mudika), Putra-Putri Altar (PPA), Bina

Iman Remaja Katolik (BIRKat), dan Bina Iman Anak Katolik (BIAK) [Lampiran

5: (6)-(8)].

Page 31: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

13

a. Katekese

Kegiatan katekese ini diadakan langsung di masing-masing stasi/wilayah

rohani dengan waktu yang sudah ditentukan, yaitu seminggu sekali pada masa

Adven, masa prapaskah dan pada bulan Kitab Suci. Ketua stasi/wilayah

mengkoordinir semua kegiatan. Pendamping katekese didatangkan tim khusus dari

paroki untuk mendampingi proses pelaksanaan katekese dan bisa juga diganti oleh

ketua stasi/wilayah yang sudah terlatih untuk mendampingi. Materi katekese

disiapkan dari paroki karena belum ada katekese yang dibuat sendiri oleh wilayah.

Peserta katekese sebagian besar para orang tua dan sisanya mudika dan anak-anak.

Tempat pelaksanaan katekese diadakan di setiap rumah umat secara bergantian

sesuai dengan jadual yang ditentukan oleh masing-masing wilayah/stasi [Lampiran

5: (6)-(7)].

b. Liturgi

Kegiatan di bidang liturgi yang diadakan oleh paroki yaitu koor untuk

perayaan Ekaristi pada hari Minggu biasa dan hari-hari besar lainnya. Petugas koor

sudah ditentukan oleh paroki untuk masing-masing wilayah/stasi secara

bergantian. Persiapan koor diatur oleh setiap wilayah/stasi yang bertugas dengan

waktu yang sudah ditentukan di tiap wilayah/stasi [Lampiran 5: (7)].

c. Kelompok-kelompok Kategorial

Kelompok-kelompok kategorial yang ada di Paroki Santo Paulus, Palu

sangat beraneka ragam yang meliputi Kaum Bapa Katolik (KBK), Legio Maria,

Kharismatik, Mudika, Putra-Putri Altar (PPA), Bina Iman Remaja Katolik

Page 32: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

14

(BIRKat), dan Bina Iman Anak Katolik (BIAK) [Lampiran 5: (7)-(8)]. Penjelasan

mengenai kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masing-masing kelompok

kategorial ialah sebagai berikut:

1) KBK (Kaum Bapa Katolik)

KBK merupakan organisasi Gereja Kaum Bapa Katolik khusus Keuskupan

Manado. Organisasi ini mengikuti pola Gereja Kristen. Kegiatan yang diadakan

oleh KBK dilaksanakan seminggu sekali sesuai dengan waktu yang sudah

ditentukan. Mereka mengadakan doa bersama, sharing pengalaman dan evaluasi

program kerja. Anggota organisasi ini berjumlah ± 20 orang yang selalu aktif.

Pelaksanaan untuk pertemuan KBK bertempat di gereja dan tidak menutup

kemungkinan ada cabang-cabangnya di setiap wilayah [Lampiran 5: (7)].

2) Legio Maria

Kelompok doa Legio Maria ini terdiri dari para ibu dari berbagai wilayah

rohani dalam lingkup Paroki. Mereka mengadakan doa rutin tiap minggu dengan

waktu yang sudah ditentukan bersama. Pelaksanaan untuk pertemuan Legio Maria

ini bertempat di gereja. Kelompok ini Memiliki anggota ± 20 yang aktif [Lampiran

5: (7)].

3) Persekutuan Doa Kharismatik

Kelompok doa kharismatik ini terdiri dari orang tua, keluarga muda dan

mudika yang mau bergabung. Kebanyakan dari mereka adalah para pengusaha.

Anggota persekutuan ini berjumlah ± 30 orang yang aktif. Mereka mengadakan

Page 33: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

15

doa bersama, sharing Kitab Suci tiap minggunya dengan waktu yang sudah

disepakati. Mereka mempunyai kegiatan khusus, yaitu doa untuk orang sakit.

Pelaksanaan untuk pertemuan kelompok ini bertempat di gereja, kecuali ada

permintaan khusus dari anggotanya. Mereka mengadakan ziarah ke Lourdes tiap

tahunnya [Lampiran 5: (7)].

4) Mudika (Muda-mudi Katolik)

Mudika memiliki kegiatan rutin doa bersama dan pertemuan yang diadakan

tiap minggu sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan bersama. Jumlah anggota

mudika yang aktif ± 40 orang, mulai dari siswa SMA kelas 1 sampai dengan

mahasiswa dan karyawan. Kegiatannya tidak begitu terkoordinir dengan baik

melihat latar belakang dari tiap anggota yang beraneka ragam. Mereka tampil aktif

ketika mendapat giliran liturgi seperti koor pada Minggu biasa dan hari-hari besar

lainnya [Lampiran 5: (7)-(8)].

5) PPA (Putra-Putri Altar)

Kegiatan PPA tidak rutin tetapi sesuai dengan kebutuhan. Kelompok ini

mempunyai para pendamping khusus dari paroki. Anggota PPA yang aktif

berjumlah ± 30 orang, mulai dari tingkat SD, SMP dan sebagian SMU dengan

syarat sudah menerima komuni pertama [Lampiran 5: (8)].

6) BIRKat (Bina Iman Remaja Katolik)

Kegiatan untuk kelompok BIRKat diadakan rutin tiap minggu dengan

waktu yang sudah ditentukan. Mereka mengadakan doa bersama, katekese,

Page 34: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

16

pembinaan. Tempat pelaksanaan untuk pertemuan kelompok ini di gereja. Jumlah

anggota kelompok yang aktif ± 20 orang mulai dari tingkat SD kelas V sampai

SMP [Lampiran 5: (8)].

7) BIAK (Bina Iman Anak Katolik)

Kegiatan kelompok BIAK diadakan setiap hari Minggu di gereja setelah

selesai perayaan ekaristi. Jumlah anggotanya ± 60 orang mulai dari anak usia

Taman Kanak-kanak hingga SD kelas IV. BIAK memiliki pendamping khusus dari

paroki dan juga ibu-ibu yang dengan sukarela mau bergabung mendampingi anak-

anak tersebut [Lampiran 5: (8)].

B. Situasi Keluarga Pasangan Kawin Campur Beda Agama di Paroki St.

Paulus, Palu

Situasi kehidupan sosial ekonomi pasangan kawin campur beda agama di

Paroki Santo Paulus, Palu beraneka ragam, mulai dari petani, wiraswasta, pegawai

negeri dan ibu rumah tangga. Penulis pada bagian ini akan menjelaskan situasi

keluarga pasangan kawin campur beda agama, yang terdiri dari letak dan situasi

geografis, situasi ekonomi dan sosial budaya, jumlah keseluruhan pasangan beda

agama, serta kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk pasangan beda agama.

1. Letak dan Situasi Geografis Tempat Tinggal Keluarga-keluarga Kawin

Campur Beda Agama

Berdasarkan hasil kuisioner terbuka yang dikumpulkan, pasangan beda

agama berada di 3 (tiga) wilayah dalam pusat paroki dan 5 (lima) stasi yang cukup

Page 35: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

17

jauh yaitu di sebelah Barat dan Timur dari pusat paroki. Dalam wilayah

melingkupi Wilayah II Santa Bernadetha, Wilayah IV Santo Mikhael dan Wilayah

XV Santo Fransiskus Asisi. Sedangkan di Stasi melingkupi Stasi Palolo, Stasi

Jono Oge, Stasi Kulawi, Stasi Donggala dan Stasi Watatu [Lampiran 6: (10)].

Pasangan beda agama yang bermukim di stasi-stasi mayoritas bekerja

sebagai petani sedangkan di wilayah-wilayah dalam pusat Paroki sebagian besar

bekerja sebagai pegawai, pengusaha dan wiraswasta [Lampiran 5: (6)].

2. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Beda Agama

Kehidupan sosial ekonomi keluarga-keluarga beda agama di Stasi atau

Wilayah 50% tergolong rendah (bermatapencaharian sebagai petani), 40%

tergolong cukup baik (bermatapencaharian sebagai wiraswasta dan sopir) dan

sisanya 10% tergolong tinggi (bermatapencaharian sebagai pegawai dan

pengusaha) [Lampiran 5: (6)].

Latar belakang pendidikan keluarga-keluarga beda agama di Stasi atau

Wilayah terdiri dari pendidikan Sarjana (Perguruan Tinggi) 24% (pegawai, guru

dan karyawan), pendidikan SMA/SMK 28% (karyawan dan sopir), pendidikan

SMP 34% (buruh dan sopir) dan pendidikan SD 14% (petani) [Lampiran 5: (6)].

3. Jumlah Keseluruhan Pasangan Beda Agama

Pasangan beda agama di stasi/wilayah lingkup Paroki Santo Paulus, Palu

berdasarkan hasil quesioner yaitu 14 pasang. Hasil quesioner terbuka yang

diperoleh, pasangan beda agama diambil di 5 (lima) Stasi terdekat dari pusat

paroki dan 3 (tiga) Wilayah dalam pusat paroki. 5 (lima) Stasi tersebut antara lain

Page 36: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

18

yaitu Stasi Palolo, Stasi Jono Oge, Stasi Kulawi, Stasi Donggala dan Stasi Watatu

dan 3 (tiga) Wilayah dalam pusat paroki, yaitu Wilayah II, Wilayah IV dan

Wilayah XV [Lampiran 6: (10)].

C. Situasi Pendampingan Iman bagi Keluarga Kawin Campur Beda Agama

di Paroki St. Paulus, Palu

Paroki Santo Paulus, Palu memiliki pasangan beda agama, baik dalam

wilayah maupun di stasi-stasi dalam lingkup paroki. Kegiatan pendampingan yang

diadakan oleh paroki untuk pasangan beda agama lebih dominan pada kegiatan

sebelum pernikahan sedangkan untuk kegiatan sesudah pernikahannya kurang

diperhatikan. Kegiatan pendampingan sebelum pernikahan meliputi Pembinaan

khusus Katekumen dan Pembinaan Iman sebelum pernikahan.

Penulis pada bagian ini akan menjelaskan situasi pendampingan iman bagi

keluarga pasangan kawin campur beda agama, meliputi macam-macam

pendampingan yang ada bagi pasangan beda agama, permasalahan dalam

pendampingan, metode, sarana, langkah-langkah, materi, proses, peserta, manfaat,

dan harapan pasangan beda agama terhadap pelaksanaan pendampingan.

1. Macam-macam Pendampingan bagi Pasangan Beda Agama

Macam-macam pendampingan yang ada untuk pasangan beda agama di

Stasi/Wilayah terlebih pendampingan sebelum pernikahan. Kegiatan

pendampingan tersebut meliputi Pembinaan khusus Katekumen dan Pembinaan

Iman sebelum pernikahan. Proses pelaksanaan untuk kegiatan tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

Page 37: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

19

a. Pembinaan Khusus Katekumen

Kegiatan pembinaan khusus bagi katekumen ini dilaksanakan oleh Paroki

dengan waktu yang sudah terjadual. Pelaksanaan pembinaan ini diadakan per

periode dengan 1 (satu) periode terdiri dari 2 (dua) bulan. Pelaksanaannya

diadakan setiap minggunya dengan hari yang sudah ditentukan. Pertemuannya

dalam seminggu diadakan 2 (dua) kali untuk 1 (satu) materi sehingga dalam 1

(satu) periode diadakan 16 kali pertemuan dengan 8 (delapan) materi. Pembina

katekumennya sudah tersedia tim khusus yang dibentuk oleh paroki dengan

memiliki keahlian dalam bidangnya. Para pembina kebanyakan para katekis

paroki. Peserta yang hadir, selain dari pasangan beda agama sebelum pernikahan

(salah satu pasangannya non baptis), ada juga orang dewasa lain (pasangan yang

baru menikah, pemuda/i dan sebagian kecil orang tua) yang ingin belajar mengenai

iman Katolik [Lampiran 6: (11)].

b. Pembinaan Iman sebelum Pernikahan

Kegiatan pembinaan iman sebelum pernikahan ini dilaksanakan oleh

Paroki dengan waktu yang sudah terjadual. Pelaksanaan pembinaan ini diadakan

per periode dengan 1 (satu) periode terdiri dari 2 (dua) bulan. Pelaksanaannya

diadakan setiap minggunya dengan hari yang sudah ditentukan. Pertemuannya

dalam seminggu diadakan 2 (dua) kali untuk 1 (satu) materi sehingga dalam 1

(satu) periode diadakan 16 kali pertemuan dengan 8 (delapan) materi. Para

pendamping pembinaan sebelum pernikahan sudah tersedia tim khusus yang

dibentuk oleh paroki dengan memiliki keahlian khusus dalam bidangnya. Para

pendamping kebanyakan para katekis paroki. Peserta yang hadir terdiri dari

Page 38: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

20

pasangan beda agama, pasangan beda gereja juga pasangan Katolik. Peserta

pasangan beda agama tiap periodenya terdapat 2 (dua) sampai 3 (tiga) pasang.

Materi-materi yang diberikan dalam pembinaan sebelum pernikahan ini antara

lain: Hidup Kekal, Sakramen-sakramen Gereja, Keluarga Berencana, Hukum

Gereja, Moral Perkawinan, Seksualitas, Ekonomi Rumah Tangga, Doa dan Kitab

Suci, Moralitas Seksual. Tujuan diadakan pembinaan ini ialah agar setiap

pasangan siap membangun hidup berkeluarga mereka kelak [Lampiran 6: (11)].

2. Metode dalam Pendampingan

Metode-metode yang digunakan pendamping dalam pendampingan ialah

metode sharing dan tanya jawab. Menurut peserta pasangan beda agama, metode

ini sangatlah membantu mereka dalam meningkatkan pengetahuan akan

pangalaman iman mereka [Lampiran 6: (11)]. Pendamping yang sudah

berpengalaman membagikan pengalaman iman kepada peserta. Peserta sendiri

diberi kesempatan untuk bertanya, sehingga suasana dalam pendampingan begitu

akrab antara pendamping dan peserta.

3. Sarana dalam Pendampingan

Sarana-sarana yang digunakan pendamping dalam pelaksanaan

pendampingan iman ini adalah buku panduan yang sudah tersedia dari paroki

khusus untuk pendampingan sebelum pernikahan, Kitab Suci (biasanya disediakan

oleh paroki) dan buku Doa Harian yang disarankan agar setiap pasangan

mempunyai pegangan masing-masing. Dengan sarana tersebut, peserta merasa

dibantu dalam proses pendampingan [Lampiran 6: (11)].

Page 39: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

21

4. Langkah-langkah dalam Pendampingan

Pelaksanaan pendampingan iman bagi pasangan beda agama sebelum

pernikahan dengan langkah-langkah sebagai berikut: pertemuan diawali dengan

doa pembukaan yang dipimpin oleh pendamping, setelah itu masuk dalam materi

dan dilanjutkan dengan tanya jawab dari peserta untuk menanggapi materi yang

diberikan. Kemudian dikuatkan dengan membaca Kitab Suci, lalu sharing

pengalaman berkaitan dengan bacaan Kitab Suci. Akhirnya pendamping

memberikan kesimpulan terhadap semua materi yang diberikan dan ditutup dengan

doa penutup [Lampiran 6: (11)].

5. Materi dalam Pendampingan

Materi-materi yang diberikan dalam pendampingan bagi pasangan beda

agama untuk 1 (satu) periode terdiri dari 8 (delapan) materi. Materi untuk

pembinaan khusus katekumen meliputi Saudara Ingin Menjadi Katolik, Mengenal

Dasar Kepercayaan Kita, Mengenal Kitab Suci, Mengenal Gereja, Mengenal Doa

Orang Kristen, Mengenal Perayaan Ekaristi, Penciptaan, dan Siapakah Manusia.

Sedangkan materi-materi untuk pembinaan sebelum pernikahan meliputi Hidup

Kekal, Sakramen-sakramen Gereja, Keluarga Berencana, Hukum Gereja, Moral

Perkawinan, Seksualitas, Ekonomi Rumah Tangga, serta Doa dan Kitab Suci

[Lampiran 6: (11)].

6. Proses dalam Pendampingan

Proses pendampingan berjalan dengan baik. Suasananya cukup hidup, di

mana peserta cukup terlibat aktif karena pendamping sendiri memberikan

Page 40: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

22

kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan sharing pengalaman di antara

mereka. Peserta sendiri merasa senang karena ingin belajar dan mau mengenal

tentang ajaran Gereja Katolik [Lampiran 6: (11)].

7. Peserta dalam Pendampingan

Peserta dalam pendampingan bagi pasangan beda agama untuk 1 (satu)

tahun terakhir ini berjumlah ± 10 pasang. Peserta cukup aktif dalam proses

pendampingan. Banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan kepada pendamping

sepanjang proses pertemuan berlangsung membuktikan bahwa mereka cukup aktif

dalam kegiatan pendampingan iman tersebut. Masalah yang mereka hadapi ketika

ingin mengikuti kegiatan tersebut sesuai dengan hasil quesioner terbuka yang

penulis peroleh, yaitu masalah waktu, kesempatan dan transportasi. Masalah waktu

di mana masing-masing pasangan memiliki kesibukan yang terkadang bertabrakan

dengan waktu pelaksanaan pendampingan sehingga sulit membagi waktu. Masalah

kesempatan, di mana ada beberapa pasangan yang tidak siap dengan suasana hati

kurang mendukung untuk mengikuti pendampingan. Sedangkan masalah

trasportasi di mana tempat pelaksanaan pendampingan yang jaraknya cukup jauh,

terkadang tidak memungkinkan mereka untuk mengikuti pendampingan [Lampiran

6: (11)-(12)].

8. Manfaat dalam Pendampingan

Manfaat yang peserta temukan dalam pendampingan yaitu mendapat

banyak pengetahuan tentang iman katolik dan menjadi sadar dan selalu aktif dalam

kegiatan Gereja. Sedangkan kesan yang mereka peroleh ialah mereka merasa

Page 41: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

23

senang karena banyak pengetahuan yang diperoleh mengenai iman Katolik dan

menambah pengalaman iman. Mereka merasa dirangkul dengan adanya rasa

kebersamaan menjadi satu keluarga [Lampiran 6: (12)].

9. Harapan Pasangan Kawin Campur Beda Agama terhadap Pelaksanaan

Pendampingan Iman

Berdasarkan hasil pengisian quesioner oleh pasangan beda agama,

kebanyakan dari mereka mengharapkan agar kegiatan-kegiatan pendampingan dari

Gereja, seperti pembinaan iman perlu ditingkatkan. Dalam artian bahwa

pembinaan diadakan tidak hanya sebelum pernikahan, melainkan sesudah

pernikahan pembinaan tersebut terus dilanjutkan. Dengan pembinaan yang

berkelanjutan dapat membantu masing-masing pasangan untuk lebih menghayati

hidup perkawinan kristiani dalam membangun hidup berkeluarga mereka sehari-

hari [Lampiran 6: (13)].

D. Rangkuman Permasalahan dalam Keluarga kawin Campur Beda Agama

di Paroki St. Paulus, Palu

Berdasarkan hasil quesioner terbuka dari Paroki, ketua-ketua stasi/wilayah

dan pasangan beda agama sendiri, penulis dapat menyimpulkan berkaitan dengan

permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam proses pendampingan iman

keluarga kawin campur beda agama yang meliputi metode, sarana, langkah-

langkah, dan peserta dalam pendampingan.

Page 42: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

24

1. Metode dalam Pendampingan

Metode yang digunakan pendamping dalam proses pendampingan iman

bagi pasangan beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu ialah dengan

menggunakan metode sharing dan tanya jawab [Lampiran 6: (11)]. Melihat

banyak metode yang terdapat dan digunakan dalam katekese, tetapi metode yang

pendamping gunakan di Paroki Santo Paulus, Palu kurang bervariasi. Pendamping

diharapkan kreatif menggunakan metode-metode yang ada, sehingga suasana

katekese lebih hidup.

2. Sarana dalam Pendampingan

Sarana yang digunakan pendamping dalam proses pendampingan iman

bagi pasangan beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu ialah berupa buku

panduan, Kitab Suci dan buku Doa Harian. Pendamping sendiri belum

menggunakan sarana katekese yang lain seperti cerita bergambar, TV, CD, tape.

Akan lebih baik jika pendamping lebih kreatif menggunakan sarana yang ada

sehingga akan lebih membantu peserta untuk terlibat aktif dalam proses

pendampingan tersebut [Lampiran 6: (11)-(12)].

3. Langkah-langkah dalam Pendampingan

Langkah-langkah yang digunakan pendamping dalam pelaksanaan

pendampingan bagi pasangan beda agama sesuai dengan buku panduan yang

sudah tersedia khusus bagi pendamping, antara lain: doa pembukaan, materi, tanya

jawab, membaca Kitab Suci, sharing, kesimpulan, doa penutup [Lampiran 4-6:

(4)-(10)].

Page 43: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

25

4. Peserta dalam Pendampingan

Pelaksanaan pendampingan iman di Paroki Santo Paulus, Palu tidak khusus

hanya untuk pasangan beda agama saja, melainkan pasangan sebelum pernikahan

juga ikut terlibat. Masalah yang sering mereka hadapi ketika ingin mengikuti

kegiatan tersebut sesuai dengan hasil quesioner terbuka yang penulis peroleh, yaitu

masalah waktu, kesempatan dan transportasi. Masalah waktu di mana masing-

masing pasangan memiliki kesibukan yang terkadang bertabrakan dengan waktu

pelaksanaan pendampingan sehingga sulit membagi waktu. Masalah kesempatan,

di mana ada beberapa pasangan yang tidak siap dengan suasana hati kurang

mendukung untuk mengikuti pendampingan. Sedangkan masalah trasportasi di

mana tempat pelaksanaan pendampingan yang jaraknya cukup jauh, terkadang

tidak memungkinkan mereka untuk mengikuti pendampingan [Lampiran 6: (12)].

Page 44: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

26

BAB III

PENDAMPINGAN IMAN MELALUI KATEKESE UMAT

MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

BAGI KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA

Keluarga kawin campur beda agama merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari karya pastoral Gereja. Keluarga kawin campur beda agama dalam

perjalanan waktu mengalami banyak persoalan hidup sehubungan dengan

membina hidup berkeluarga beda iman. Keluarga kawin campur beda agama perlu

mendapat perhatian yang serius dari Gereja, maka perlu selalu diusahakan

pendampingan bagi setiap pasangan tersebut.

A. Pendampingan Iman Keluarga dalam Gereja

Keluarga kawin campur beda agama dalam perkembangan sesudah

pernikahan menghadapi banyak persoalan. Pendampingan ingin membantu

pasangan beda agama menghadapi persoalan hidup mereka. Pendampingan iman

merupakan salah satu usaha yang ditempuh untuk pendampingan bagi pasangan

beda agama dalam pelayanan bagi perkembangan iman agar masing-masing

pasangan dapat mencapai kedewasaan dalam menghayati hidup perkawinan.

Pembahasan mengenai pendampingan iman dijelaskan pada bagian ini

yang terdiri dari pengertian pendampingan iman, bentuk-bentuk pendampingan

iman, materi pendampingan iman, tujuan pendampingan iman, dan proses

pendampingan iman.

Page 45: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

27

1. Pengertian Pendampingan Iman

Milton Mayeroff (1993: 15-16) mengartikan pendampingan sebagai suatu

proses menolong orang lain untuk bertumbuh dan mengaktualisasikan diri seturut

cara situasi khas mereka. Proses tersebut mengarah pada perkembangan hubungan

antara seseorang dengan orang lain. Pola yang diterapkan dalam proses

pendampingan tersebut adalah membantu “sang lain” bertumbuh, baik manusia

atau sesuatu yang lain.

Mangunhardjana (1986: 22) dalam buku Pendampingan Kaum Muda

mengemukakan bahwa pendampingan sebagai suatu usaha untuk membantu kaum

muda dalam menyongsong masa depannya melalui tujuan, materi, bentuk, metode

dan teknik pendampingan tertentu.

Pendampingan merupakan suatu usaha seseorang menemani orang lain

sehingga dapat bertumbuh dan mengaktualisasikan diri untuk menyongsong masa

depannya melalui tujuan, materi, bentuk, metode, dan teknik yang sesuai dengan

subyek yang didampingi. Pendampingan mengandalkan hubungan yang dekat

antara dua subyek, yaitu pendamping dan orang atau kelompok yang didampingi,

keterbukaan, kepercayaan, dan saling menghormati dari masing-masing pihak. Hal

ini dapat membebaskan orang untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan

dirinya dan mampu menyatakan keberadaan dirinya secara penuh dalam

hubungannya dengan sesama dan lingkungan.

Pendampingan iman merupakan usaha seseorang dalam menemani orang

lain atau kelompok agar iman mereka dapat tumbuh dan dapat diwujudnyatakan

dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menyongsong masa depan mereka

untuk menjadi lebih baik dan dewasa dengan pribadi yang utuh.

Page 46: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

28

2. Bentuk-bentuk Pendampingan Iman dalam Keluarga

Mangunhardjana (1986: 47-52) dalam buku Pendampingan Kaum Muda

mengemukakan bahwa bentuk pendampingan merupakan wujud atau sosok dari

usaha pendampingan. Berkat bentuk pendampingan, arah tujuan pendampingan

diciptakan dan usaha pendampingan menjadi konkret. Ada dua jenis bentuk

pendampingan yaitu pendampingan pribadi dan pendampingan

kelompok. Pendampingan iman melalui katekese merupakan bentuk

pendampingan kelompok. Pendampingan kelompok kecil terdiri dari 10-20 orang,

kelompok cukupan terdiri dari 20-40 orang, sedangkan kelompok besar meliputi

40-100 orang, dan pendampingan kelompok massa jumlahnya tidak terbatas

(Mangunhardjana, 1986: 49).

Pendampingan iman keluarga meliputi ME (Marriage Encounter), retret,

rekoleksi, ziarah dan katekese.

a. ME (Marriage Encounter)

ME adalah suatu panggilan untuk menjadi sakramen, artinya: menjadi

tanda cinta kasih suami-istri untuk seumur hidup dan setiap hari. Weekend ME

adalah awal permulaan penyadaran bahwa suami-istri dipanggil menjadi pasangan

sakramental. ME membantu pasangan untuk tetap menyadari siapa kita, siapa saya

melalui sarana dialog. ME dirancang bukan untuk mengubah para peserta, tetapi

mengundang mereka untuk berubah demi relasi dengan pasangan dan relasi

mereka sebagai suami- istri dengan Tuhan (Janssen, 1983: 4).

Relasi suami istri berhubungan erat dengan komunikasi yang baik. Dengan

meningkatkan komunikasi, maka relasi yang belum begitu baik menjadi baik, dan

Page 47: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

29

yang sudah baik dapat menjadi lebih baik lagi. Karena kita peduli, maka kita

hendak melakukan sesuatu agar para suami istri dapat berkomunikasi lebih baik

dengan satu, dan secara berdua berelasi lebih baik dengan Tuhan (Janssen, 1983:

4).

b. Retret

Kata “retret” berasal dari bahasa Inggris, retreat yang berarti “tempat

pengasingan diri; mundur”. Kita mengadakan retret berarti kita mundur dari

kesibukan sehari-hari dan pergi ke tempat sunyi untuk mengasingkan diri

(Sumantri, 2002: 11). Kata retret dari bahasa Perancis la retraite yang berarti

pengunduran diri, menyendiri dari keramaian atau menjauhkan diri dari kesibukan

sehari-hari (Mangunhardjana, 1985: 7). Retret berarti mundur dari keheningan

untuk mengetahui kehendak Tuhan agar selanjutnya melangkahkan hidup sesuai

dengan kehendak-Nya (Sumantri, 2002: 11).

Retret mempunyai tujuan yaitu untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam

hidup sehari-hari sehingga kehidupan itu dapat dipahami maknanya, yakni makna

hidup yang umumnya sulit ditemukan dalam kesibukan hidup sehari-hari

(Sumantri, 2002: 12).

Hal-hal yang diolah dalam retret ialah semua yang menyangkut diri, hidup

dan hubungan dengan orang lain serta tugas-tugas kita dalam masyarakat. Dalam

retret pula, kita meninjau karya Allah, cara Allah berkarya serta bimbingan-Nya

dan tanggapan kita terhadap karya Allah tersebut selama perjalanan hidup,

sehingga berkat dari retret itu, dengan bantuan kasih Allah, kita mengadakan

perubahan hidup (Mangunhardjana, 1985: 11-13).

Page 48: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

30

c. Rekoleksi

Kata “rekoleksi” dalam bahasa Inggris recollect, yang berarti “kembali”.

Waktu pelaksanaan rekoleksi biasanya lebih singkat, dari 2-3 jam sampai sehari

semalam misalnya pada week-end (Tangdilintin, 1984: 4). Bahan rekoleksi diolah

dan diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani sebelumnya atau

pengalaman rekoleksi terakhir sebagai usaha untuk memperkembangkan

kehidupan iman atau rohani. Mengingat waktu yang tersedia untuk rekoleksi

sangat singkat, maka dalam rekoleksi bahannya dibatasi, sisanya dilakukan dengan

menentukan tema sehingga perhatian peserta dipusatkan dan diarahkan pada satu

hal saja, yaitu salah satu unsur atau segi karya Allah. Jumlah peserta rekoleksi

idealnya 40-50 orang peserta (Mangunhardjana, 1985: 18-20, 23). Rekoleksi dapat

dilaksanakan dalam jangka waktu beberapa jam sampai satu hari penuh. Tempat

rekoleksi dapat berupa gedung Gereja, gedung paroki, aula sekolah, ruang kelas,

rumah biasa atau bisa juga di alam terbuka, baik di lapangan atau sekedar tempat

dianggap mencukupi (Mangunhardjana, 1985: 33-34).

d. Ziarah

Ziarah adalah suatu kegiatan kunjungan ke tempat tertentu yang dianggap

suci atau keramat oleh umat Katolik yakni gua Maria. Dalam kegiatan ziarah

biasanya diiringi dengan jalan salib atau rosario apabila dilaksanakan dalam bulan

Maria (Tangdilintin, 1984: 88-89). Pendampingan iman bentuk ini juga sangat

cocok bagi keluarga kawin campur beda agama, di mana melalui ziarah keluarga

bersama-sama semakin dimampukan untuk lebih dekat dengan Bunda Maria,

sehingga bisa mengungkapkan semua keluh kesah dan permasalahan-

Page 49: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

31

permasalahan yang sedang dihadapi dan merasa dikuatkan melalui doa-doa kepada

Bunda Maria. Doa menjadi salah satu kunci utama bagi masing-masing pasangan,

khususnya yang Katolik sehingga mampu bersikap bijak dalam menjalani hidup

berkeluarga beda agama, baik mengenai penghayatan iman hidup perkawinan

maupun pendidikan iman anak.

e. Katekese

Katekese merupakan usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat

agar semakin memahami, menghayati serta mewujudkan iman mereka dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam katekese terdapat beberapa unsur yaitu pewartaan,

pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan

(Telaumbanua, 1999: 5).

Katekese merupakan pewartaan tentang Yesus Kristus yang hidup, maka

pribadi Kristuslah yang menjadi pusat dan tujuan dalam katekese. Katekse

merupakan komunikasi iman yang bertujuan membantu umat untuk saling bertukar

pengalaman iman sehingga mereka dapat saling menolong untuk mencapai

kedewasaan imannya baik secara pribadi maupun kelompok sehingga semakin

mampu mempertanggungjawabkan imannya dengan bersaksi di tengah

masyarakat.

3. Materi Pendampingan Iman

Materi pendampingan iman yang dimaksud dalam pemaparan ini adalah

lebih menunjuk pada isi dan apa yang diolah bersama dalam proses pendampingan

iman. Mangunhardjana (1986:35-36) dalam buku Pendampingan Kaum Muda

Page 50: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

32

mengemukakan bahwa materi atau bahan pendampingan disebut juga sebagai isi

pendampingan. Materi pendampingan meliputi penyampaian segala ilmu

pengetahuan; kegiatan dan latihan untuk mendapatkan kecakapan; bantuan dan

usaha untuk menanamkan sikap perbuatan serta perilaku hidup.

4. Tujuan Pendampingan Iman

Tujuan pendampingan iman menurut A.M. Mangunhardjana (1986: 27-28)

meliputi tiga unsur, yaitu: membantu peserta mencapai pertumbuhan yang utuh

dan seimbang (integral) lahir-batin, pribadi-bersama, mandiri-kerjasama, dunia-

akhirat yang nampak dalam segala daya dan segi kehidupannya meliputi budi, hati,

kehendak, sikap, kecakapan, perbuatan, perilaku dan hidup; membantu peserta

dalam mengembangkan dan mengolah lebih lanjut pengetahuan yang telah

diterima; serta membantu peserta agar terbuka dengan lingkungan yang lebih luas

dan turut berperan dalam masyarakat.

Melalui ketiga unsur di atas, peserta melewati proses pengolahan diri yang

terintegrasi dalam tiga bidang, yaitu kognitif, konatif dan afektif. Bidang kognitif

meliputi mengetahui, mengerti, memahami dan menilai. Bidang konatif meliputi

kegiatan untuk menginginkan, menghendaki, berkemauan dan bermotivasi. Bidang

afektif meliputi kegiatan untuk merasakan, memasukkan dalam hati, dan

merasukkan dalam batin.

5. Proses Pendampingan Iman

Pendampingan iman merupakan salah satu pelayanan bagi perkembangan

iman kristiani, khususnya di sini bagi pasangan kawin campur beda agama.

Page 51: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

33

Mangunhardjana (1986: 57) dalam buku Pendampingan Kaum Muda

mengemukakan bahwa proses pendampingan dilakukan dengan:

1. memperkenalkan pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan dan perilaku baru yang lebih segar dan produktif.

2. mempertahankan dan memperkuat pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan, dan perilaku lama yang sudah baik,

3. meniadakan pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan dan perilaku lama yang tidak sesuai dan tidak produktif.

Maksud dari ketiga proses pendampingan di atas secara berkesinambungan

ialah bahwa para peserta dibantu agar bersedia dan siap membantu untuk meninjau

kembali pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan, perilaku hidup mereka dan

mengusahakan perubahan yang perlu. Mereka dibantu supaya mengenal kekuatan-

kekuatan yang mendukung terjadinya perubahan dan dapat mengambil langkah

yang sesuai sehingga dapat merumuskan perubahan-perubahan yang diinginkan di

bidang pengetahuan, kecakapan, sikap, perbuatan dan perilaku hidup. Peserta

merasa terbantu agar dapat mempraktekkan pengetahuan, kecakapan, sikap,

perbuatan, dan perilaku baru selama pendampingan dan dalam kehidupan sehari-

hari sehingga dapat meresapi dan mengintegrasikan pengetahuan, kecakapan,

sikap, perbuatan dan perilaku baru dalam keseluruhan pengembangan dirim

(Mangunhardjana, 1986: 56-57).

B. Pendampingan Iman dengan Katekese Umat Model Shared Christian

Praxis

Katekese sebagai salah satu usaha pelayanan sabda tidak akan pernah

terlepas dari keseluruhan karya Pastoral Gereja. Salah satu aspek Pastoral Gereja

adalah pelayanan kepada pengembangan iman. Katekese menekankan aspek

Page 52: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

34

komunikasi iman dan tukar pengalaman antar masing-masing pasangan dengan

menggunakan bentuk dialog. Sebagai usaha pengembangan iman serta

membangun Gereja, katekese mengandaikan kelompok orang beriman, umat

Allah, yang berhimpun dalam iman akan Yesus Kristus untuk saling

mengkomunikasikan iman, saling meneguhkan dan saling mengarahkan. Oleh

karena itu, bagian ini akan menguraikan pengertian, tujuan, isi katekese, model,

sarana, peserta, pemimpin, serta kekhasan dari katekese.

Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu bentuk alternatif dari

katekese model pengalaman hidup. Groome (1997: 1) menyatakan bahwa katekese

model SCP berawal dari suatu kebutuhan untuk menemukan suatu pendekatan

dalam berkatekese yang handal dan efektif, artinya suatu model yang sungguh

mempunyai dasar teologis yang mendalam yang mampu memanfaatkan

perkembangan ilmu pendidikan yang progresif dan mempunyai keprihatinan

pastoral yang jelas.

Model SCP menekankan segi proses katekese yang bersifat dialogis

partisipatif yang bertujuan mendorong peserta mengkomunikasikan antara tradisi

dan visi hidup mereka dengan tradisi dan visi hidup kristiani, sehingga mampu

mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan baik secara pribadi maupun

bersama demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup manusia.

1. Pengertian Katekese Umat

Istilah katekese berasal dari kata Yunani: katechein, bentukan dari kata kat

dan echo. Kat yang berarti pergi atau meluas, sedangkan kata echo yang berarti

menggemakan atau menyuarakan ke luar. Jadi, katechein berarti menggemakan

Page 53: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

35

atau menyuarakan ke luar. Kata ini mengandung dua pengertian. Pertama,

katechein berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan. Kedua,

katechein berarti ajaran dari para pemimpin (Papo, 1987: 11).

Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae menegaskan bahwa

“Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam

iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada

umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar

pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, art. 18).

Maksud penegasan di atas mau menjelaskan bahwa katekese merupakan

usaha pewartaan yang dilakukan oleh pihak Gereja untuk menolong dan

memperdalam iman umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan

imannya dalam kehidupan nyata. Gereja bertanggung jawab membantu dalam

memelihara iman umat agar semakin berkembang. Melalui katekese, Gereja

menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga nilai-nilai ajaran kristiani semakin

mengakar dalam diri umat dan dapat dihayati dalam hidup sehari-hari. Melalui

pewartaan sabda, iman umat diharapkan semakin berkembang dan matang.

Katekese sebagai pewarta sabda kabar gembira dan keselamatan Allah yang

dibawa oleh Yesus Kristus. Katekese diberikan kepada semua umat beriman

kristiani untuk semakin beriman pada Kristus dan semakin mampu untuk

mengungkapkan imannya dalam tindakan dan sikap hidup nyata.

Katekese umat dimengerti sebagai “komunikasi iman atau tukar

pengalaman iman agar anggota jemaat atau kelompok, melalui kesaksian para

peserta yang saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing

diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna” (Huber, 1981: 15). Yang

Page 54: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

36

dikomunukasikan adalah pengalaman iman yang dihayati dalam hidup sehari-hari

sehingga memungkinkan iman para peserta dikuatkan dan diteguhkan. Komunikasi

yang ditekankan di sini terlebih komunikasi antarpeserta sendiri. Dengan

mengatakan “Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan”, rumusan ini

membatasi pengertian katekese umat. Katekese umat merupakan salah satu bidang

pembinaan iman secara teratur dan terencana (Huber, 1981: 15-18).

Katekese umat adalah usaha kelompok secara terencana untuk saling

menolong mengartikan hidup nyata dalam terang Yesus Kristus sebagaimana telah

dihayati dalam tradisi Gereja, agar kelompok makin mampu mengungkapkan dan

mewujudkan imannya dalam hidup nyata (Siauwarjaya, 1987: 38-39). Katekese

merupakan pewartaan diri Kristus, artinya katekese di sini bertugas menghadirkan

sabda Allah agar manusia bertemu secara pribadi dengan Kristus. Katekese

haruslah bersifat kristosentris, dalam artian bahwa Yesus Kristus dalam kepenuhan

pribadi-Nya. Katekese mencari kemungkinan agar jawaban manusia terhadap

tawaran Allah dapat terjawab. Katekese umat dimengerti sebagai komunikasi iman

atau tukar pengalaman iman antaranggota jemaat, yang artinya bahwa katekese

dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat, yang berdasarkan situasi

konkret menurut pola hidup Yesus (Telaumbanua, 1999: 9-11).

2. Tujuan Katekese Umat

Kegiatan katekese mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Sesuai dengan

pengertian yang terdapat dalam Catechesi Tradendae, katekese diselenggarakan

untuk menjaga umat beriman supaya memperoleh kesempatan memelihara,

Page 55: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

37

mematangkan dan mendewasakan iman. Oleh karena itu katekese bertujuan untuk

membuat iman umat menjadi hidup, sadar dan aktif (CT, art. 14).

Catechesi Tradendae artikel 20 menguraikan bahwa tujuan khas katekese

adalah “mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dari hari ke hari

memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen

umat beriman, muda maupun tua” (CT, art. 20). Maksud dari tujuan khas katekese

tersebut mau mengungkapkan bahwa pengertian tentang misteri Yesus Kristus

yang diterangi oleh cahaya sabda Allah sebagai seluruh pribadi umat yang

imannya baru tumbuh dan semakin berkembang karena diresapi oleh sabda

tersebut. Maka katekese mempunyai arah yang hendak dicapai yaitu

mengembangkan iman umat yang baru mulai tumbuh agar umat sampai pada

kepenuhannya. Dengan diadakannya katekese diharapkan iman masing-masing

peserta semakin berkembang berkat Firman Allah yang diresapi. Katekese

membantu dan mengajak peserta dalam menghayati imannya.

Katekese umat merupakan komunikasi iman antar peserta. Dalam PKKI II,

Huber (1981: 16) menegaskan kembali tujuan komunikasi iman, yaitu sebagai

berikut:

a. supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari,

b. dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Mnya dalam kenyataan hidp sehari-hari,

c. dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita,

d. pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta,

e. sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup

kita di tengah masyarakat.

Page 56: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

38

Kelima rumusan di atas mau menyoroti tujuan katekese umat dari sudut

yang berbeda-beda. Ketiga sorotan pertama lebih-lebih memperhatikan peserta

sendiri, sedangkan yang lainnya menegaskan tujuan sebagai Gereja dan semuanya

berpuncak pada hidup kita di tengah masyarakat. Katekese yang dilaksanakan

mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai yaitu membantu umat

memperkembangkan imannya secara utuh dan dewasa, sehingga mendorong umat

untuk mau dan mampu terlibat dalam dinamika hidup menggereja dengan segala

kegembiraan dan keprihatinannya. Katekese yang dilaksanakan mempunyai arah

dan tujuan yang akan dicapai yaitu dengan membantu umat/peserta katekese demi

memperkembangkan imannya secara utuh dan dewasa, sehingga mendorong umat

untuk mau dan mampu terlibat dalam dinamika hidup menggereja.

3. Isi Katekese Umat

Isi katekese lebih menunjukkan pada materi dan apa yang diolah bersama

dalam proses katekese, dapat berupa pengalaman konkret jemaat. Dalam Catechesi

Tradendae artikel 26 diungkapkan bahwa katekese merupakan suatu momen atau

aspek pewartaan Injil. Isi katekese yaitu pewartaan injil sebagai kabar gembira

keselamatan Allah yang telah didengar dan yang telah diterima dengan tulus hati.

Kabar gembira perlu ditanggapi dengan keterbukaan iman, perlu direfleksikan

kembali setiap saat, didalami sesuai dengan pertumbuhan hidup beriman yang

telah diterima dan didengar yang kemudian diharapkan dapat diwujudkan oleh

jemaat dalam kehidupan konkret.

Isi katekese ialah pusat pewartaan yang disampaikan kepada peserta dalam

kegiatan berkatekese. Isi katekese dalam garis besarnya meliputi pengalaman

Page 57: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

39

hidup nyata manusia, sejarah keselamatan baik dalam Perjanjian Lama maupun

Perjanjian Baru serta ajaran pokok pewartaan kristen dan sakramen-sakramen

(Papo, 1987: 53). Pada hakekatnya yang menjadi isi pokok katekese adalah pribadi

Yesus Kristus yang menderita sengsara, wafat dan bangkit dengan mulia demi

umat yang dikasihi-Nya (CT, art. 5).

Huber (1981: 10) mengemukakan isi katekese umat yaitu:

Dalam katekese itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Injil, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisi-Nya.

Dalam katekese, Yesus Kristus menjadi pola dan penentu katekese umat.

Melalui Kristus umat berjumpa dengan Allah dan melalui Kristus pula Allah

mendatangi kita. Katekese umat berpedoman dan dinilai oleh Kitab Suci tetapi hal

ini tidak berarti bahwa Kitab Suci menjadi bahan yang satu-satunya untuk katekese

umat (Huber, 1981: 19).

4. Model Katekese Umat

Model pendalaman iman yang ditawarkan dalam buku panduan APP dan

Adven yang diterbitkan dalam tingkat keuskupan atau paroki di Indonesia, terdapat

bermacam-macam contoh pendalaman iman yang ditawarkan masih bersifat

liturgis namun dasa warsa terakhir ini pendalaman iman tidak lagi menekankan

sifat liturgisnya, tetapi lebih-lebih bersifat kateketis. Langkah-langkah yang terjadi

dalam pendalaman iman pada umumnya mengandung tiga unsur dasar yakni:

Page 58: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

40

pengalaman hidup konkret, teks Kitab Suci atau Tradisi dan penerapan konkret

pada hidup peserta katekese (Sumarno Ds, 2006: 11).

Pada umumnya katekese memiliki tiga model, yaitu model pengalaman

hidup, model biblis, dan model campuran.

a. Model Pengalaman Hidup

Model ini lebih bertolak pada pengalaman hidup konkrit sehari-hari (Sumarno

Ds, 2006: 11-12). Model ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1) Introduksi

Introduksi berisikan lagu dan doa pembukaan yang sesuai dengan tema

yang diambil dalam katekese dan menghubungkan dengan tema-tema yang sudah

dibahas dalam kesempatan katekese sebelumnya.

2) Penyajian Suatu Pengalaman Hidup

Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalamannya

yang diambil dari suatu peristiwa konkrit sesuai dengan tema dan situasi peserta.

Pengalaman ini bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan bagi peserta.

3) Pendalaman Pengalaman Hidup

Peserta diajak untuk mengaktualisasikan pengalaman itu dalam situasi

hidup mereka yang nyata dalam kelompok kecil dengan pertanyaan-pertanyaan

pendalaman yang membawa peserta untuk mengambil perhatian dalam sikap hidup

moral konkrit sesuai dengan tema untuk hidup sehari-hari.

Page 59: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

41

4) Rangkuman Pendalaman Pengalaman Hidup

Gambaran umum dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta

berhubung dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan dengan teks Kitab

suci atau Tradisi yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya.

5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja

Peserta hendaknya mempunyai teks (fotocopy) beserta daftar pertanyaan

pendalaman di sekitar tema dalam hal-hal yang mengesan dan pesan inti dari teks

tersebut. Teks dibaca oleh seorang peserta, kemudian hening sejenak untuk

merefleksikan teks tersebut dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pendalaman.

6) Pendalaman Teks Kitab Suci dan Tradisi

Peserta mencoba menjawab bersama pertanyaan-pertanyaan yang telah

direnungkan secara pribadi setelah pembacaan teks. Akan lebih baik apabila teks

dibaca sekali lagi oleh pendamping. Di sini pendamping katekese membantu

peserta untuk mencari dan mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri

sehubungan dengan tema dan menciptakan suasana terbuka sehingga peserta tidak

takut mengungkapkan tafsiran mereka sehubungan dengan tema yang dapat dipetik

dan digali dari pembacaan teks Kitab Suci.

7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci atau Tradisi

Pendamping mencoba menghubungkan pesan inti yang diungkapkan

peserta dengan pesan inti yang telah disiapkannya berdasarkan sumber-sumber

yang sudah diolahnya yang sehubungan dengan tema. Pendamping memberi input

Page 60: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

42

(masukan) dari apa yang sudah dipersiapkannya dengan bantuan buku-buku tafsir

atau komentar atau buku-buku yang bersangkutan dengan teks. Tafsiran katekis

diharapkan membatasi pada pesan pokok yang dapat dimengerti oleh peserta

sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan.

8) Penerapan dalam Hidup Konkrit

Peserta diajak untuk mengambil beberapa kesimpulan praktis sekitar tema

untuk hidup sehari-hari dalam situasi nyata mereka dalam masyarakat, dalam

Gereja, lingkungan, wilayah, paroki, keluarga, dsb. Saat hening sejenak peserta

diajak merenungkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi dari katekese ini

untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau tindakan apa yang akan

diambil untuk selanjutnya.

9) Penutup

Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan doa-doa spontan

hasil buah katekese dan bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Bila perlu

pendamping mengakhiri katekese dengan doa penutup yang merangkum

keseluruhan tema dan tujuan katekese. Kemudian diakhiri dengan satu doa

bersama dan atau nyanyian yang sesuai dengan tema.

b. Model Biblis

Model ini lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi. Model

ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut (Sumarno Ds, 2006: 12-13):

Page 61: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

43

1) Doa Pembukaan dan atau Nyanyian Pembukaan

Pendamping hendaknya membuat atau memilih doa atau nyanyian

pembukaan sesuai dengan tema Kitab Suci atau Tradisi yang ditentukan untuk

pertemuan katekese pada saat ini serta mencoba menghubungkan tema katekese ini

dengan tema-tema katekese sebelumnya, apabila mungkin.

2) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi

Pembacaan Kitab Suci dibaca oleh salah seorang peserta langsung dari

Kitab Suci atau Tradisi tersebut, bila ada. Bila mungkin, teks tersebut juga

diperbanyak untuk para peserta. Pembacaan diikuti saat hening untuk

merefleksikan pertanyaan-pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau kalimat

mana yang penting (kunci) menurut peserta? Apakah pesan inti dari teks tersebut?

Apakah arti pesan tersebut bagi hidup konkrit peserta?

3) Pendalaman Teks Kitab Suci atau Tradisi

Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pesan inti teks Kitab

Suci yang diawali dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan hasil renungan

pribadi dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan.

Pendamping membuat rangkuman dari jawaban peserta, terutama pesan inti teks

yang berhubungan dengan tema. Pendamping mencoba menghubungkan

rangkuman jawaban peserta dengan hasil persiapan pribadi, yang diolah

berdasarkan renungan maupun pembacaan lebih mendalam dari sumber-sumber

lain, terutama yang berhubungan dengan tema, sehingga peserta semakin

diperkaya dengan informasi atau masukan pengetahuan iman. Pendamping di sini

Page 62: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

44

lebih menjadi salah satu nara sumber yang mampu menampilkan isi atau pesan inti

kitab suci yang relevan dan mudah ditangkap oleh peserta.

4) Pendalaman Pengalaman hidup

Peserta diajak untuk menghubungkan pesan inti teks kitab suci atau tradisi

dengan pengalaman hidup yang sesuai dengan tema (entah masa lalu atau masa

sekarang) dalam hidup bermasyarakat, menggereja, berkeluarga, bekerja, belajar,

dll.

5) Penerapan dalam Hidup Peserta

Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan dan mengambil

kesimpulan apa yang sebaiknya dapat dilaksanakan dalam kehidupan nyata dalam

situasi dan kondisi setempat. Semangat, jiwa serta kekuatan mana bisa diambil dari

pesan inti teks tersebut untuk dapat diwujudkan dalam praktek hidup sehari-hari

dalam menghadapi permasalahan atau keprihatinan, baik berupa peristiwa atau

kejadian maupun situasi hidup pribadi, berkeluarga, bermasyarakat dan

menggereja.

6) Doa Penutup

Pendamping dapat mengajak peserta merenungkan dalam hati tentang

kesulitan-kesulitan yang ada apabila hendak mewujudkan pesan inti; sarana dan

cara-cara mana yang bisa ditempuh untuk mengatasi kesulitan tersebut; hal-hal

mana yang menunjang pesan teks tersebut dalam hidup pribadi atau hidup bersama

dalam masyarakat atau lingkungan Gereja, dsb. Kemudian dibuka kesempatan

Page 63: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

45

untuk doa-doa spontan dari peserta. Akhirnya pendamping masih bisa menutup

katekese dengan Doa Penutup yang merangkum keseluruhan proses dengan tema

dan tujuan serta Doa bersama dan atau nyanyian bersama yang sesuai dengan tema

Kitab Suci atau Tradisi yang diambil.

c. Model Campuran (Pengalaman Hidup dan Biblis)

Model ini merupakan gabungan dari model biblis dan model pengalaman

hidup. Langkah-langkahnya sebagai berikut (Sumarno Ds, 2006: 12-13):

1) Doa Pembukaan

Pengungkapan pokok-pokok tema dari katekese dan menghubungkannya

dengan tema-tema katekese-katekese sebelumnya, bilamana ada. Lagu pembukaan

hendaknya disesuaikan dengan tema dan tujuan yang diharapkan dalam katekese

ini.

2) Pembacaan Teks Kitab Suci atau Tradisi

Peserta membaca secara langsung Kitab Suci atau buku dokumen yang

memuat Tradisi. Bila dirasa perlu, pendamping bisa mengulangi pembacaan

tersebut secara pelan-pelan. Akan lebih baik setelah pembacaan ini, peserta diberi

kesempatan saat hening sejenak untuk merenungkan bacaan tersebut.

3) Penyajian Pengalaman Hidup

Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalamannya atau

pemandu menyiapkan berita konkrit melalui sarana media komunikasi yang

Page 64: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

46

dipersiapkan oleh pendamping, bila mungkin dengan sarana audio-visual, atau

dengan sarana-sarana lain yang dapat membangkitkan semangat peserta untuk

menanggapinya.

4) Pendalaman Pengalaman Hidup dan Teks Biblis atau Tradisi

Peserta diajak untuk merefleksikan dan menganalisa pesan dari

pengalaman hidup dan dikonfrontasikan dengan pesan dari teks Kitab Suci atau

tradisi yang dibacakan.

5) Penerapan Meditatif

Pendamping membuat pertanyaan-pertanyaan refleksif yang

menghubungkan pengalaman-pengalaman konkret dalam hidup dan situasi peserta,

refleksi-pemikiran yang muncul selama pendalaman pengalaman hidup dalam

konfrontasi dengan teks Kitab Suci atau Tradisi. Peserta dibantu untuk menarik

pelajaran-pelajaran nyata dalam hidup pribadi dalam keluarga, dalam hidup

memasyarakat dan menggereja.

6) Evaluasi Singkat

Evaluasi berupa jalannya katekese, isi, tema dan langkah-langakh katekese

serta proses komunikasi iman yang berlangsung, bilamana memungkinkan.

7) Doa Penutup

Penutup diawali saat hening dan dilanjutkan dengan doa-doa umat spontan

dari peserta. Bila perlu pendamping masih mengakhiri dengan doa penutup yang

Page 65: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

47

merangkum keseluruhan isi yang telah tercapai dalam katekese ini. Nyanyian

penutup bisa dipilih untuk mengakhiri katekese ini dengan lagu yang sesuai

dengan tema.

5. Sarana Katekese Umat

Sarana dalam katekese adalah segala sesuatu yang dapat dipakai demi

menunjang lancarnya proses dan tercapainya tujuan katekese. Sarana sifatnya

menunjang maka sarana perlu menarik minat dan perhatian dari peserta. Sarana

katekese antara lain berupa kutipan berita dari surat kabar, bahasa foto dan

sebagainya. Mewartakan Injil merupakan rahmat panggilan yang khas bagi gereja.

Media televisi, radio, media cetak, piringan hitam, rekaman tape dan seluruh

deretan media audio-visual menjadi sarana yang membantu gereja dalam

berkatekese (CT, art. 45). Katekese sendiri mengalami perkembangan sesuai

dengan perubahan jaman, maka perkembangan teknologi di bidang media perlu

dimanfaatkan dalam pewartaan kabar gembira sebab gereja sendiri terbuka bagi

perkembangan jaman.

6. Peserta Katekese Umat

Rumusan PKKI II dalam katekese umat yang diungkapkan oleh Huber

(1981: 10), mengemukakan isi katekese umat sebagai berikut:

Yang berkatekese adalah umat. Artinya semua orang beriman, baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus. Jadi singkatnya seluruh umat baik umat dalam kelompok-kelompok basis maupun umat di sekolah atau di perguruan tinggi. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada

Page 66: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

48

katekese. Pada dasarnya penekanan aspek umat pada katekese ini sesuai dengan penekanan aspek umat pada gereja itu sendiri.

Katekese ditujukan untuk semua orang beriman yang terpanggil untuk

mendalami iman secara terus-menerus. Katekese merupakan komunikasi iman dari

peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat dan saling bersaksi tentang

iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka dengan sikap saling

menghargai dan mendengarkan.

Katekese merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam

iman, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Dapat juga dikatakan katekese

umat adalah komunikasi iman umat, dari umat, oleh umat dan untuk umat.

Maksudnya bahwa dalam katekese umat semua peserta ikut aktif berpikir, aktif

berbicara dan aktif mengambil keputusan. Umat menjadi subyek dalam

berkatekese. Katekese umat menjadikan peserta kreatif, kritis, dan otonom serta

menumbuhkan rasa percaya diri (Lalu, 2007: 103).

Peserta adalah pelaksana karya pelayanan katekese. Pelaksana karya

katekese adalah umat beriman sebagai keseluruhan baik Gereja yang menyeluruh

maupun Gereja-gereja setempat, baik para pemuka maupun bukan pemuka, setiap

orang beriman, maka karya katekese tidak dapat berjalan sendiri-sendiri; setiap

orang beriman perlu memperhatikan, memungkinkannya, dan mengajukannya

(Setyakarjana, 1997: 78). Maksudnya bahwa katekese ditujukan kepada semua

orang beriman yang terpanggil untuk mendalami iman terus menerus, baik mereka

yang sudah memiliki Kristus secara mutlak maupun mereka yang ingin mengenal

Kristus seperti para katekumen. Dalam katekese umat bukan hanya sebagai obyek

Page 67: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

49

atau sarana atau target dari kegiatan katekese, melainkan peserta juga bertindak

sebagai subyek pelaksana katekese itu sendiri.

7. Pemimpin Katekese Umat

Lalu (2007: 94) mengungkapkan pemimpin katekese yang dalam PKKI II

yaitu:

Dalam katekese yang menjemaat ini pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Katekese umat menerima banyak jalur komunikasi dalam berkatekese. Pemimpin dalam katekese umat berperan sebagai pengarah dan pemudah

(fasilitator), dapat menciptakan suasana yang komunikatif serta dapat

membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka.

Pemimpin katekese umat tidak membawa diri sebagai pembesar yang pandai

menyampaikan pengetahuan/pandangan kepada para peserta yang tidak paham

(Huber, 1981: 21). Pembimbing katekese mengemban tugas dan tanggung jawab

yang tidak ringan sebab tidak hanya memberi kesaksian kepada peserta tetapi juga

harus memahami kelompok mana yang dibimbing, sehingga dapat menemukan

metode dan materi yang sesuai bagi peserta. Dalam kegiatan berkatekese,

pembimbing bukanlah orang yang merasa dirinya paling pintar, tetapi pembimbing

harus mampu menempatkan diri dan menciptakan suasana yang memungkinkan

peserta untuk berkomunikasi dan tukar pengalaman iman secara akrab dan terbuka,

agar peserta dapat meningkatkan keakraban dan mempermudah dalam

mengembangkan imannya demi mencapai tujuan katekese.

Page 68: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

50

8. Shared Christian Praxis sebagai Salah Satu Model Katekese Umat

Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu model pendekatan

berkatekese yang menekankan keterlibatan peserta. Model ini menekankan proses

katekese yang menekankan peserta untuk mengkomunikasikan pengalaman hidup

mereka sebagai suatu pengalaman iman secara pribadi atau bersama, sehingga

mampu mengambil keputusan demi makin terwujudnya Kerajaan Allah dalam

hidup manusia. Model ini berawal dari refleksi kritis pengalaman hidup peserta

yang dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup iman dan visi kristiani, supaya

muncul kesadaran dan keterlibatan baru. Dalam model ini dialog tidak hanya

terjadi antara peserta dengan pendamping saja, tetapi juga antara peserta (Groome,

1997: 1).

Salah satu model katekese yang sering dipakai oleh para pemandu katekese

ialah Shared Christian Praxis. Model ini menekankan pada proses berkatekese

yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta

berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi”

dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu

mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai

Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia di dunia. Model katekese ini bermula

dari pengalaman hidup peserta, yang refleksi secara kritis dan dikonfrontasikan

dengan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran

baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru (Sumarno Ds, 2006: 14-15).

Katekese SCP melibatkan semua pasangan beda agama yang memiliki

banyak pengalaman dalam kehidupan berkeluarga sebagai peserta. Mereka

diharapkan mau mengungkapkan dan berbagi pengalamannya dengan pasangan

Page 69: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

51

lainnya. Metode ini penulis rasa sangat cocok bagi peserta sebab para pasangan

saling berbagi pengalaman iman mereka sehingga iman masing-masing peserta

diteguhkan dan dihayati secara sempurna (Papo, 1987: 74).

a. Peristilahan dalam Shared Christian Praxis

Groome (1997: 1) berpendapat bahwa katekese model Shared Christian

Praxis merupakan suatu model yang lebih menekankan proses yang bersifat

dialogis dan partisipatif. SCP terdiri dari istilah-istilah antara lain shared,

christian, dan praxis.

1) Shared

Kata shared berarti komunikasi yang timbal balik, sikap partisipasi aktif

dan kritis dari semua peserta, terbuka baik untuk kedalaman pribadi, kehadiran

sesama, maupun untuk rahmat Tuhan dengan menekankan aspek dialog,

kebersamaan, keterlibatam dan solidaritas. Kata shared berarti berbagi rasa,

pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain.

Dialog dimulai dari diri sendiri dan diungkapkan selaras dengan pengalamannya

sendiri dalam suasana penuh persaudaraan dan cinta kasih. Istilah ini menunjuk

pengertian komunikasi yang timbal balik, sikap partisipatif aktif dan kritis dari

semua peserta terbuka untuk kedalaman diri sendiri, kehadiran sesama dan rahmat

Tuhan (Groome, 1997: 4).

Shared menekankan kemitraan yang saling melengkapi, partisipasi aktif,

dan dialog dalam diri seseorang, dialog dengan orang lain, dengan Tuhan, dan

dengan cerita/visi iman kristen. Jadi yang aktif bukan hanya pemimpin, melainkan

Page 70: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

52

seluruh peserta aktif untuk berdialog, sharing, sebagai mitra yang sejajar (Tabita

Kartika Christiani, 2008: 23).

Dalam dialog ada dua unsur penting yaitu membicarakan dan

mendengarkan. Membicarakan tidak sama dengan berbicara saja atau omong-

omong terus menerus tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk berbicara.

Membicarakan berarti menyampaikan apa yang menjadi kebenaran dan

pengalaman sendiri. Sedangkan mendengarkan tidak sama dengan mendengar.

Mendengar berarti mendengar dengan hati dan rasa tentang apa yang

dikomunikasikan oleh orang lain. Mendengarkan melibatkan seluruh diri sehingga

dalam mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang

dikomunikasikan oleh orang lain (Sumarno Ds, 2006: 17).

Syarat-syarat sharing ialah peserta diharapkan secara terbuka untuk siap

mendengarkan dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Peserta

dihormati dan diakui eksistensinya sebagai subyek yang unik, otonom dan

bertanggungjawab, dengan kesadaran kritis-reflektif. Dalam suasana dialogis

peserta didorong membuat penegasan dan penilaian serta mengambil keputusan

pada keterlibatan baru. Peserta menkonfrontasikan pengalaman pribadi dengan

tradisi dan visi hidup kristiani dan peserta meneguhkan pokok-pokok nilai kristiani

yang mendasar untuk menemukan nilai-nilai baru yang cocok dengan konteks

hidup untuk diwujudkan (Groome, 1997: 4-5).

2) Christian

Kata Christian menekankan kesempatan untuk membuat jalan masuk bagi

peserta kepada cerita/visi iman Kristen sepanjang jaman, dan memampukan

Page 71: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

53

mereka untuk mengambil maknanya bagi kehidupan mereka (Tabita Kartika

Christiani, 2008: 1). Katekese model SCP mengusahakan supaya kekayaan iman

kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk

kehidupan peserta pada jamannya.

Tradisi (dengan huruf T besar) dalam Gereja berarti seluruh pengalaman

iman umat dalam bentuk apapun yang terungkap dan yang sudah dibakukan oleh

Gereja dalam rangka menanggapi pewahyuan Allah di dunia ini. Tradisi Gereja

meliputi seluruh corak kehidupan kristiani, Kitab Suci tertulis, ajaran Gereja resmi,

tafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen, simbol, ritus yang

menjadi ekspresi iman umat akan pengalamannya akan Allah, berdasarkan

peristiwa historis khususnya kehadiran Allah dalam hidup, mati dan kebangkitan

Kristus (Sumarno, 2006: 17). Setiap manusia mempunyai pengalaman dan sejarah

masing-masing, manusia mempunyai tradisinya masing-masing dalam menghayati

dan menjalani hidup di dunia atas dasar keyakinan imannya. Manusia menciptakan

tradisinya sendiri melalui hidup beriman mereka yang dapat dilihat dalam

pengalaman hidup mereka, dengan demikian tradisi (dengan huruf kecil t)

menunjuk pada pengalaman hidup manusia konkret (Sumarno, 2006: 17). Tradisi

kristiani mengungkapkan realita iman jemaat yang hidup dan sungguh dihidupi.

Tradisi Kristiani tidak hanya berupa tradisi pengajaran Gereja tetapi juga meliputi

Kitab Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, kepemimpinan,

kehidupan dalam jemaat, seni dan nyanyian rohani. Tradisi kristiani mengundang

keterlibatan praksis dan proses pembentukan pribadi (Groome, 1997: 3).

Visi (dengan huruf besar V) dalam Gereja adalah suatu kenyataan hadirnya

atau manifestasi konkrit dari isi tradisi yang menjadi jawaban hidup orang beriman

Page 72: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

54

terhadap apa yang ditawarkan dalam pengalaman iman kristiani. Jadi Visi

merupakan manifestasi konkrit dari jawaban manusia terhadap janji Allah yang

diwujudkan dalam sejarah atau tradisi (Sumarno, 2006: 17). Setiap manusia dalam

hidupnya selalu berusaha menanggapi janji Allah dalam hidupnya dan

merumuskannya dalam visi kristianinya atas dasar pengenalannya akan

pengalaman yang dihayati. Jadi visi kristiani peserta merupakan kritik atas praksis

perbuatannya masa kini untuk terbuka pada masa depan (Sumarno, 2006: 17). Visi

kristiani lebih menggarisbawahi tuntutan dan janji yang terkandung di dalam

tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang kristiani sebagai jalan untuk

menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka. Baik tradisi maupun visi

kristiani keduanya menyingkapkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang benar-benar

dihidupi dan diusahakan (Groome, 1997: 3). Tradisi dan visi kristiani menyingkapi

nilai-nilai kerajaan Allah yang betul-betul dihidupi dan terus diusahakan.

Keduanya dijadikan sarana untuk berdialog. Tradisi dan visi kristiani

menumbuhkan rasa “memiliki” dan kesatuan sebagai jemaat beriman, sekaligus

meneguhkan identitas peserta. Dialog iman, pengalaman hidup faktual dan visinya

diintegrasikan ke dalam tradisi dan visi kristiani (Groome, 1997: 3).

3) Praxis

Arti praxis menunjuk pada aktivitas manusia yang bertujuan, yang

mengandung unsur kesatuan dialektis antara teori dan praktek, refleksi kritis, dan

keterkaitan secara historis (Tabita Kartika Christiani, 2008: 2).

Praxis mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan yaitu

aktivitas, refleksi dan kreativitas. Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik,

Page 73: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

55

kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan bersama

merupakan medan masa kini untuk perwujudan diri manusia. Refleksi

menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial dalam

masa lampau. Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang

menekankan sifat transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan untuk

praxis baru. Ketiga unsur pembentuk itu berfungsi membangkitkan perkembangan

imaginasi, meneguhkan kehendak dan medorong praxis baru yang dapat

dipertanggungjawabkan secara etis dan moral (Sumarno Ds, 2006: 15).

Refleksi kritis merupakan suatu kegiatan manusia yang meliputi tiga unsur:

akal budi kritis dalam mengevaluasi masa sekarang, ingatan kritis dalam

menyingkap masa lalu dalam masa sekarang, dan imaginasi kreatif untuk

menghadapi masa depan dalam masa sekarang (Sumarno Ds, 2006: 16). Refleksi

melibatkan kemampuan rasional (akal budi) dan afektif (rasa) dari seluruh pribadi

manusia. Dalam taraf afektif refleksi melibatkan pengalamanku dalam hidup

pribadi dan bersama. Refleksi meliputi hati dan kepala, sehingga dengan demikian

refleksi melibatkan unsur ingatan dan imaginasi dari masa kini. Istilah “kritis”

berasal dari bahasa Yunani “kritein”, yang berarti “memisah-misahkan”,

mengandaikan suatu kemampuan untuk membedakan mana yang baik, yang benar

dan yang betul dalam masa kini (Sumarno Ds, 2006: 16).

b. Langkah-langkah Shared Christian Praxis

Menurut Sumarno Ds (2006: 18-22) dalam diktat Program Pengalaman

Lapangan PAK Paroki, mengutip tulisan Thomas Groome yang mengungkapkan

Page 74: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

56

bahwa ada 5 (lima) langkah pokok dalam Shared Christian Praxis yaitu sebagai

berikut:

1) Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual

Langkah pertama ini membantu dan mendorong peserta supaya menyadari

pengalaman mereka sendiri untuk mengkomunikasikan pengalaman hidupnya pada

peserta lain. Langkah ini adalah mengajak peserta untuk mengungkapkan

pengalaman hidupnya yang didasari secara nyata dan dialami (fakta) dan sesuai

dengan tema atau visi yang telah ditentukan bersama pada langkah sebelumnya

(Sumarno Ds, 2006: 19).

Tujuan utama dari langkah pertama adalah membantu peserta supaya

menyadari pengalamannya sendiri, menginterpretasikan, membahasakan dan

selanjutnya mengkomunikasikan kepada yang lain. Membantu di sini berarti

mengusahakan agar peserta dapat mengungkapkan pengalamannya dengan suasana

yang mendukung dan diberi rangsang dengan pertanyaan oleh pendamping

(Sumarno Ds, 2006: 19).

Pendamping berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana

pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan

pengalaman hidupnya berkaitan dengan tema dasar. Pendamping hendaknya tidak

memaksa peserta untuk membagikan pengalamannya, melainkan harus sabar,

ramah, hormat, bersahabat, peka terhadap latar belakang dan permasalahan peserta

(Sumarno Ds, 2006: 19).

Peserta dalam langkah ini diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup

dalam bentuk cerita, nyanyian, drama dan lain-lain. Dalam proses ini peserta dapat

Page 75: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

57

mengungkapkan perasaan mereka, sikap dan keyakinan yang melatarbelakanginya.

Dengan cara tersebut peserta diharapkan dapat menjadi sadar dan bersikap kritis

tentang pengalaman hidupnya atau kejadian-kejadian di sekitarnya. Komunikasi

antar peserta dalam mengungkapkan pengalaman hidup nyata sehari-hari.

Contoh pertanyaan yang cocok dalam langkah ini dengan tema “Wujud

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak” adalah Ceritakan

pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi kesulitan-kesulitan mewujudkan

tanggung jawab dalam pendidikan iman anak!

2) Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual

Kekhasan pada langkah ini ialah mendorong peserta untuk lebih aktif,

kritis, dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan mereka sendiri

maupun masyarakat. Kekhasan pada langkah ini adalah kesadaran yang mendalam

membantu peserta untuk menemukan maknanya dan mendorong mereka

menemukan peluang pada keterlibatan baru. Katekese sungguh-sungguh

membantu peserta supaya berdasar pengalaman hidupnya sampai pada tingkat

kesadaran yang terdalam supaya mengolah dan menemukan maknanya dan

mendorong mereka untuk melangkah pada praxis baru (Groome, 1997: 14).

Tujuan dari langkah kedua ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar

peserta pada kesadaran kritis akan keterlibatan mereka, asumsi dan alasan,

motivasi, sumber historis (pengenangan), kepentingan dan konsekuensi yang

disadari dan hendak diwujudkan. Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret

peserta diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan

Page 76: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

58

dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (tradisi) dan

visi Kristiani (Sumarno Ds, 2006: 20).

Pendamping dalam langkah ini mampu menciptakan suasana pertemuan

yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran para

peserta, mengundang refleksi kritis setiap peserta, mendorong peserta supaya

mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam,

menguji pemahaman, kenangan, imajinasi peserta, menyadari kondisi peserta,

lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman

hidupnya. Pada langkah ini pendamping menggunakan pertanyaan yang sifatnya

terbuka dan menunjukkan sikap yang siap mendengarkan semua yang disampaikan

oleh peserta (Sumarno Ds, 2006: 20). Selain itu pendamping perlu berusaha untuk

menghindari suatu kesan bahwa peserta diwajibkan mempertanggungjawabkan

komunikasi praksis faktual yang telah dilakukan pada langkah pertama (Groome,

1997: 19). Pendamping perlu menyadari bahwa refleksi kritis merupakan tahap

sulit yang membutuhkan kesabaran dan ketrampilan untuk memperkembangkan-

nya. Untuk itu pendamping perlu menekankan pentingnya lingkungan psikososial:

keakraban, rasa senasib-sepenanggungan dan kepercayaan antarpeserta (Groome,

1997: 19).

Peserta dalam langkah ini perlu mempergunakan tiga unsur, yaitu

pemahaman kritis, kenangan yang analitis dan imajinasi kreatif. Pemahaman kritis

adalah kemampuan memberi nilai dan arti pada keterlibatan dalam hidup konkrit.

Maksudnya adalah kritis terhadap diri sendiri untuk menemukan keterlibatannya

dalam hidup sosial dan semua unsurnya menyertai. Kenangan analitis adalah

membantu peserta untuk melihat kembali bagaimana sejarah hidupku,

Page 77: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

59

keberadaanku sebagai subyek dan perbuatan yang membentuk hidupku.

Sedangkan imaginatif kreatif mempunyai kepentingan personal maupun sosial.

Kepentingan personal mengarahkan peserta untuk meningkatkan kesadaran akan

identitas pribadi dan memperkokoh keterlibatannya dalam hidup sosial pada taraf

tanggung jawab visi dan pelaksanaannya (Sumarno Ds, 2006: 20).

Dalam langkah ini contoh pertanyaan yang cocok dengan tema “Wujud

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak” adalah Cara mana

sajakah yang bapak/ibu telah gunakan dalam menghadapi kesulitan mewujudkan

tanggung jawab dalam pendidikan iman anak?

3) Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih

Terjangkau

Kekhasan pada langkah ini adalah dialog “tradisi”, yaitu pengalaman iman

jemaat kristiani sepanjang sejarah dan visinya dengan “tradisi” dan visi iman

peserta yang bertujuan untuk membangkitkan semangat keterlibatan baru

(Groome, 1997: 20). Yang dimaksud dengan tradisi adalah pengungkapan iman

kristiani yang sungguh dihidupi Gereja sepanjang sejarahnya. Maka tradisi Gereja

tidak terbatas pada pengajaran Gereja (dogma) tetapi juga merangkum Kitab Suci,

spiritualitas, devosi, kebiasaan hidup beriman, liturgi, seni dalam Gereja,

kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman (Sumarno Ds, 2006: 21). Tradisi

kristiani mengungkapkan kreativitas dan interpretasi manusiawi terhadap

pewahyuan ilahi. Bagi umat kristiani, Tradisi Kristiani ialah sumber utama untuk

kehidupan dan penghayatan iman. Sebagai umat beriman kita yakin bahwa iman

kristiani lahir dari tindakan ilahi yang hadir di tengah-tengah kehidupan manusia.

Page 78: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

60

Tradisi kristiani adalah pewahyuan Allah yang ditanggapi oleh manusia,

pewahyuan kehendak Allah juga bersifat universal, tidak hanya terbatas di dalam

Gereja Katolik (Groome, 1997: 20).

Tujuan dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi

Kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta pada

jaman sekarang. Hal ini berarti pada langkah ini memberi tahap untuk memberi

masukan bagi peserta (Sumarno Ds, 2006: 21).

Peran pendamping pada langkah ini cukup besar sebab menjadi

penghubung antara Tradisi dan Visi Kristiani dan visi hidup peserta. Pendamping

berperan membuka jalan, menghilangkan hambatan, mendorong partisipasi aktif

dan kreatif. Pendamping perlu menciptakan suasana untuk mempribadikan nilai-

nilai tradisi dan visi kristen yang relevan dan aktual untuk hidup mereka, sehingga

interpretasi itu menyentuh bagian terdalam dari hidup peserta sehingga

menimbulkan motivasi untuk terlibat dalam kehidupan secara kreatif sebagai umat

beriman. Tradisi dan Visi kristiani pendamping ditantang untuk memperlihatkan

keterlibatan pribadi terhadap nilai-nilai tradisi dan visi kristiani dalam terang iman,

harapan dan cinta. Pendamping tidak hanya mengandaikan kemampuan akademik

tetapi juga penghayatan dan keterlibatan dalam perjuangan konkrit. Pendamping

terhadap peserta, kesadaran bahwa peserta harus dibela dan diteguhkan dalam

perjuangan hidup menempatkan mereka sebagai subyek yang mandiri. Peran

pendamping bukan sebagai guru tetapi sekaligus sebagai murid yang juga sedang

belajar. Langkah ini pendamping menggunakan pertanyaan berdasarkan teks Kitab

Suci yang digunakan (Sumarno Ds, 2006: 21). Pendamping perlu mempersiapkan

diri, dukungan sumber, dan studi pribadi supaya peran pendamping pada langkah

Page 79: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

61

ketiga ini memenuhi kriterium model Shared Christian Praxis. Pendamping juga

harus yakin akan imannya pada Allah yang senantiasa hadir dan berkarya di

tengah kehidupan manusia. Pendamping juga perlu menyadari segi-segi yang

dapat menimbulkan pertanyaan, dan meragukan. Namun pendamping harus yakin

akan keharmonian dan kekonsistenan interpretasi manusia dengan iman Gereja

(Groome, 1997: 27).

Peserta dalam langkah ini diharapkan mengkonfrontasikan atau

mendialogkan tradisi dan visi hidup mereka dengan tradisi Gereja sepanjang

sejarah dan visinya. Peserta didorong untuk mengadakan refleksi kritis pada isi

sharing yang telah mereka ungkapkan pada langkah pertama. Dalam refleksi kritis,

peserta menggunakan unsur pemahaman, kenangan, dan imajinasi yang sosial-

analitis dan kreatif untuk menemukan pokok-pokok pengalaman yang hendak

diperteguh, dihindari dan diperkembangkan (Groome, 1997: 43).

Contoh pertanyaan yang cocok dengan tema “Wujud Tanggung Jawab

Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak” sesuai dengan FC, art. 36 adalah Sikap-

sikap tanggung jawab apa saja yang dapat dipetik dari artikel tersebut dalam upaya

pendidikan iman anak?

4) Langkah IV: Interpretasi/Tafsir Dialektis Antara Tradisi dan Visi Kristiani

Dengan Tradisi dan Visi Peserta

Kekhasan dari langkah ini ialah mengajak peserta dengan berdasarkan

nilai tradisi dan visi kristiani untuk menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup

yang hendak digarisbawahi, sikap-sikap negatif yang hendak dihilangkan dan

nilai-nilai baru yang hendak diperkembangkan (Groome, 1997: 48). Pada langkah

Page 80: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

62

ini pembimbing mengajak peserta mendialogkan hasil pengolahan pada langkah

pertama dan kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Agar nilai-nilai Tradisi dan

Visi Kristiani dapat meneguhkan, mengkritik atau mempertanyakan dan

mengundang mereka untuk melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan

penuh semangat, nilai, dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah

(Sumarno Ds, 2006: 21).

Tujuan dari langkah ini adalah agar peserta mampu secara kritis

mengintegrasikan dan mempersonalisasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam

Tradisi dan Visi Kristiani dalam hidup sehari-hari. Hal ini memperteguh identitas

sebagai orang kristen, sebab peserta selalu ditantang untuk mengadakan penilaian

dan menegaskan (Sumarno Ds, 2006: 21). Peserta secara aktif dan kreatif

mempribadikan nilai-nilai kristiani dengan cara yang memperteguh identitas

kekristenan peserta. Secara dialektis peserta mendialogkan praksis hidup yang

faktual dengan nilai-nilai kristiani (Groome, 1997: 19).

Pendamping harus menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta,

termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing, meyakinkan peserta bahwa

mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan

nilai Tradisi dan Visi kristiani, mendorong peserta untuk merubah sikap dari

pendengar pasif menjadi pihak yang aktif, menyadari bahwa tafsiran pembimbing

bukan kata mati dan mendengar dengan hati tanggapan, pendapat dan pemikiran

peserta. Pendamping harus menunjukkan keinginannya yang mendalam untuk

mendengar tanggapan hermeneutis-dialektis peserta. Pendamping harus peka pada

pemahaman, kesadaran, dan sikap baru yang dialami oleh peserta, tetapi ia juga

harus terbuka pada ketidaksetujuan dan tambahan gagasan peserta. Hal pokok

Page 81: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

63

yang perlu ditekankan oleh pendamping adalah tindakan personalisasi yang

dijalankan dengan dialog dan hermeneutik yang dialegtis antara persepsi peserta

tentang praksis faktual dengan nilai tradisi dan visi kristiani. Seperti Yesus yang

menjadi model utama, para pendamping diharapkan memberi peserta kebebasan

untuk mempertimbangkan, menilai, dan mengambil keputusan mengenai nilai

Tradisi dan visi Kristiani berdasar stuasi konkrit dan kepentingan bersama

(Groome, 1997: 33).

Langkah keempat mendorong peserta untuk mengadakan penilaian dan

penegasan. Peserta dalam langkah ini dapat mengungkapkan perasaan, sikap,

intuisi, persepsi, penegasan dll. sebagai tanggapaa atas dialog dua tradisi dan visi.

Peserta dapat menggunakan bahasa verbal, dapat juga dengan tulisan, gambar dan

penjelasannya (Groome, 1997: 30,32).

Contoh pertanyaan yang cocok dengan tema “Wujud Tanggung Jawab

Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak” adalah Sikap-sikap mana yang dapat

kita (bapak/ibu) kembangkan dalam keluarga beda agama dalam menjalankan

tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua bagi anak-anak kita demi

perkembangan imannya di Paroki Santo Paulus, Palu?

5) Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di

Dunia Ini

Kekhasan langkah ini adalah memberikan kesempatan kepada peserta

untuk mengambil keputusan tantang bagaimana berdasarkan rahmat Allah

menghidupi iman kristiani. Memberi kesempatan kepada peserta berarti

mendorong peserta dengan pertanyaan-pertanyaan sehingga peserta dapat

Page 82: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

64

menentukan keputusan berdasarkan atas apa yang telah dipahami selama

pertemuan (Sumarno Ds, 2006: 22). Keputusan hendaknya praktis tidak perlu

muluk-muluk, tetapi mudah dilaksanakan. Keputusan itu harus mendorong dan

menyemangati peserta untuk setia melaksanakannya. Keputusan itu perlu dipahami

sebagai tanggapan jemaat Kristiani terhadap pewahyuan Ilahi yang terus

berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan

tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi kristiani. Keprihatinannya adalah praktis

yaitu mendorong keterlibatan baru dan dengan cara itu menggarisbawahi peran

peserta sebagai subyek yang dipanggil untuk ikut mewujudkan nilai-nilai Kerajaan

Allah dengan jalan mengusahakan metanoia (pertobatan pribadi dan sosial yang

terus menerus) (Groome, 1997: 49). Bentuknya ada yang lebih menekankan aspek

kognitif (pemahaman), ada yang menonjolkan aspek afeksi (perasaan) dan ada

juga yang mengutamakan aspek yang berhubungan dengan tingkah laku (praktis-

politis). Sifatnya dapat lebih menyangkut tingkat personal, interpersonal, atau

sosial-politis. Subyeknya dapat bersifat aktivitas pribadi atau tindakan bersama.

Arahnnya dapat lebih interen untuk kepentingan kelompok sendiri atau eksteren

demi kepentingan di luar kelompok yaitu keterlibatan/pelayanan kepada sesama

yang membutuhkan (Groome, 1997: 49-50).

Tujuan dari langkah ini adalah mendorong peserta untuk sampai pada niat-

niat dan tindakan baru, baik yang menyangkut pribadi maupun bersama. Pada

langkah ini pembimbing mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis

yang dipahami tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus

berlangsung didalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya dengan

Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan Visi Kristiani. Selain itu pembimbing

Page 83: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

65

bertanggung jawab menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif,

menekankan sikap optimis yang realistis pada peserta, pembimbing dapat

merangkum hasil langkah pertama sampai keempat, supaya dapat lebih membantu

peserta, mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan

bersama, dan merumuskan pertanyaan operasional yang membantu peserta ke arah

itu (Sumarno Ds, 2006: 22).

Pendamping dalam langkah ini perlu mengusahakan aktivitas yang

partisipatif dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang berorientasi pada

tindakan praktis. Pendamping sendiri hendaknya mendorong peserta untuk

memanfaatkan imajinasi mereka (Groome: 1997: 37).

Peserta dalam langkah ini diharapkan semakin terlibat dan aktif untuk

mewujudkan keputusannnya secara konkrit demi terwujudnya Kerajaan Allah.

Peserta diajak untuk merayakan liturgi sederhana atau mendoakan secara bersama

keputusan yang sudah mereka buat dapat menjadi inspirasi untuk mendorong

mereka agar konsisten dengan keputusan yang telah diambil (Groome: 1997: 50).

Contoh pertanyaan pada langkah ini yang cocok dengan tema “Wujud

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak” adalah Niat apa yang

dapat bapak/ibu lakukan terhadap anak-anak sebagai bentuk tanggung jawab

terhadap pendampingan iman anak di dalam keluarga beda agama di Paroki Santo

Paulus, Palu?

C. Keluarga Kawin Campur Beda Agama dalam Gereja

Keluarga adalah lembaga yang diciptakan oleh Allah, suatu persekutuan

hidup. Dengan menciptakan manusia pria dan wanita, Allah berkenan agar

Page 84: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

66

manusia berperan serta dalam penciptaan manusia baru. Berkeluarga merupakan

panggilan hidup, suatu undangan Tuhan bagi manusia demi kebahagiaan manusia

sendiri. Realitas menunjukkan bahwa perkawinan campur beda agama (Katolik

dan non-baptis) terus mengalami peningkatan. Alasan adanya kawin campur beda

agama bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipastikan mengingat latar belakang

kawin campur beda agama berkaitan dengan segi-segi kehidupan masyarakat.

1. Perkawinan dalam Gereja

Di dalam perkawinan, suami-istri bersama-sama berupaya untuk

mewujudkan persekutuan hidup dan cinta. Gereja menghendaki agar umatnya

memilih pasangan yang seiman, mengingat bahwa iman berpengaruh sangat kuat

terhadap kesatuan lahir-batin suami-istri, pendidikan anak dan kesejahteraan

keluarga (Gilarso, 1996: 9). Mengingat relevansi iman terhadap perkawinan

sakramental dan pengaruh perkawinan sakramental bagi kehidupan iman itulah

Gereja Katolik menginginkan agar anggotanya tidak melakukan perkawinan

campur, dalam arti menikah dengan orang non-Katolik, entah dibaptis non-Katolik

(mixta religio) maupun tidak baptis (disparitas cultus). Namun Gereja juga

menyadari akan komplitsitas dan pluralitas situasi masyarakat, di mana orang-

orang Katolik hidup berdampingan dengan non-Katolik. Selain itu, semangat

ekumenis Gereja Katolik untuk merangkul dan bekerjasama dengan pihak-pihak

Kristen lainnya, serta kesadaran akan kebebasan beragama, telah mendorong

Gereja Katolik sampai pada pemahaman akan realita terjadinya perkawinan

campur. Pandangan Gereja tentang perkawinan Katolik ini dipahami melalui lima

segi dasar pokok dari suatu perkawinan Katolik, yaitu pengertian perkawinan, arti

Page 85: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

67

perkawinan kristiani, ciri khas perkawinan kristiani, tujuan perkawinan kristiani

dan perkawinan sebagai sakramen.

a. Pengertian Perkawinan

Perkawinan merupakan persekutuan hidup antara pria dan wanita atas dasar

cinta kasih yang total dan persetujuan bebas yang tidak dapat ditarik kembali,

dengan tujuan kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi dan kesejahteraan

keluarga (Team Pembinaan Persiapan Berkeluarga Daerah Istimewa Yogyakarta,

1981: 14). Perkawinan merupakan tanda yang sah untuk membentuk keluarga baru

bagi setiap orang yang hidup di tengah masyarakat. Perkawinan yang sah akan

menciptakan ketenangan serta kebahagiaan setiap orang yang menjalani kehidupan

berkeluarga, sehingga keluarga dapat bebas untuk mengusahakan segala sesuatu

guna membangun kebahagiaan keluarga. “bebas untuk mengusahakan sesuatu” di

sini diartikan secara positif, misalnya: keluarga bebas untuk menciptakan

kedamaian kehidupan dalam keluarganya sendiri, keluarga bebas untuk mendidik

anak-anaknya sendiri, keluarga bebas untuk mencari nafkah dengan jalan yang

benar tanpa merugikan orang lain, keluarga bebas untuk mengatur ekonomi rumah

tangganya sendiri dan sebagainya.

Kehidupan berkeluarga pada dasarnya tidak dapat dipisahkan satu dengan

yang lain. Pada satu sisi keluarga dapat menjadi wahana pernyataan cinta kasih

sejati di antara suami-istri, tetapi di sisi lain oleh suami-istri keluarga dapat

disalahgunakan untuk pemuas nikmat, misalnya: polygami atau kawin cerai untuk

memperoleh kepuasan nafsu seksual. Di dalam perkawinan, suami-istri bersama-

Page 86: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

68

sama berupaya untuk mewujudkan persekutuan hidup dan cinta kasih dalam semua

aspek (Yuwana, 1990: 1-3).

b. Pengertian Perkawinan Kristiani

Perkawinan dalam Gereja Katolik dimengerti sebagai “perjanjian

perkawinan pria dan wanita membentuk antarmereka kebersamaan seluruh hidup”

(KHK, kan. 1055). Perkawinan adalah tempat pertemuan cinta dari dua insan yang

berbeda (pria dan wanita) yang menyatukan diri dan membentuk keluarga baru

secara resmi. Memang pertemuan cinta antara seorang pria dan seorang wanita

sudah terbentuk sebelum peresmian perkawinan terjadi, tetapi cinta itu belum

diikat menjadi satu. Perkawinan yang bagi seorang pria dan seorang wanita

merupakan lembaga resmi untuk mengikat cinta, adalah satu-satunya jalan untuk

membangun keluarga dan untuk memperoleh keturunan yang sah serta

kebahagiaan yang sejati. Keluarga akan dapat menemukan kebahagiaan sejati,

apabila suami istri saling menyadari bahwa perkawinan itu mempunyai arti yang

dalam bagi kehidupan keluarga, di mana perkawinan merupakan pengesahan cinta

dari suami istri dan di sini yang mengesahkan adalah Tuhan.

Kitab Suci Perjanjian Lama menyatakan “Maka Allah menciptakan

manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambaran Allah diciptakan-Nya dia;

laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Pernyataan ini

kiranya dengan samar-samar menunjuk ke arah perkawinan. Arti perkawinan yang

ditunjukkan di dalam Kej 1:27 ini adalah: penciptaan manusia baru, di mana

seorang pria dan seorang wanita disatukan secara erat oleh Allah sehingga menjadi

satu persekutuan hidup, “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Arti

Page 87: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

69

perkawinan ini diperjelas lagi dengan sabda Allah “Sebab itu seorang laki-laki

akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga

keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24). Keduanya menjadi satu daging, hal ini

berarti seorang pria dan seorang wanita bergabung menjadi satu persekutuan yang

utuh. “persekutuan di dalam perkawinan bukanlah semacam kontrak belaka,

melainkan menampilkan gagasan kesepakatan atau janji. Dengan demikian apa

yang menjadi tujuan Allah menciptakan dan menyatukan seorang pria dan seorang

wanita tercapai, karena firman Allah: “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri

saja. Aku menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18).

Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes Konsili Vatikan menekankan bahwa

perkawinan bersifat personal, dalam artian bahwa perkawinan sebagai persekutuan

hidup dan kasih suami-istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan

dikukuhkan dengan hukum-hukum-Nya, dibangun oleh janji pernikahan atau

persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali (GS, art. 48).

c. Ciri Khas Perkawinan Kristiani

Perkawinan kristiani mempunyai ciri khas yaitu monogami, tak-

terceraikan, terbuka bagi keturunan dan keluarga kristiani adalah “Gereja mini”.

Keempat ciri khas tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Monogami (unitas)

Seorang suami selayaknya hanya mempunyai satu istri, demikian pula istri

mempunyai satu suami saja. Dengan demikian, cinta mereka penuh dan utuh, tak

Page 88: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

70

terbagi. Hal ini juga mencerminkan prinsip bahwa pria dan wanita mempunyai

martabat yang sama (Gilarso, 1996: 12).

Monogami atau unitas adalah salah satu ciri hakiki perkawinan yakni

perkawinan hanya sah jika dilaksanakan antara seorang pria dan seorang wanita

tanpa adanya poligami. Maka, setiap perkawinan kedua yang dicoba

dilangsungkan tidak akan pernah diterima sebagai secara sah oleh Gereja Katolik,

selama ikatan perkawinan yang pertama belum diputuskan oleh kuasa Gereja.

Dalam hal ini perceraian sipil tidak pernah diakui oleh Gereja Katolik

(Rubiyatmoko, 2001: 5-6).

2) Tak-terceraikan (indisolubilitas)

Dalam perkawinan, suami dan istri telah mempersatukan diri dengan bebas,

bahkan disatukan oleh rahmat Tuhan sendiri. Cinta sejati adalah cinta yang setia,

dalam keadaan bagaimanapun. Perceraian membuktikan bahwa suami dan istri

gagal mengembangkan cinta yang sejati (Gilarso, 1996: 12).

Ciri perkawinan yang kedua ini ialah tak terceraikan atau indisolubilitas.

Maksudnya bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan secara sah menurut

hukum mempunyai akibat tetap dan tidak bisa diceraikan atau diputuskan oleh

kuasa manapun kecuali oleh kematian. Indisolubilitas ini bersifat hanya interna

yaitu ikatan perkawinan tidak bisa diputuskan oleh kemauan dan persetujuan

suami istri (karena mereka tidak mempunyai hak dan kuasa untuk mencabut

kembali konsensus perkawinan yang telah mereka ikrarkan), namun bisa

diputuskan atas intervensi kuasa gerejani yang berwenang. Sifat tak terceraikannya

perkawinan ini dibedakan menjadi dua:

Page 89: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

71

- indisolubililas absoluta: yaitu bila ikatan perkawinan tidak bisa diputuskan oleh

kuasa manapun, kecuali oleh kematian. Misalnya perkawinan sakramen yang

sudah disempurnakan dengan persetubuhan (ratum et consummatum),

sebagaimana kita temukan dalam kanon 1141. Perkawinan ratum et

consummatum ini tidak bisa diputuskan oleh kuasa manapun, karena

melambangkan secara penuh dan sempurna hubungan kasih antara Kristus

dengan Gereja-Nya. Sebagaimana Kristus selalu setia dan tidak pernah

meninggalkan Gereja-Nya, demikian juga antara suami-istri yang telah dibabtis

tidak bisa saling memisahkan diri (Ef 5: 22-33).

- indisolubililas relativa: yaitu bahwa ikatan perkawinan tersebut memang tidak

bisa diputuskan atas dasar konsensus dan kehendak suami-istri, namun bisa

diputuskan oleh kuasa gerejani yang berwenang, setelah terpenuhinya ketentuan-

ketentuan yang dituntut oleh hukum seperti dalam kanon 1142b (ratum et non-

consummatum) dan 1143-1149 (khusus perkawinan non-sakramen)

(Rubiyatmoko, 2001: 6-7).

3) Terbuka bagi keturunan

Suami dan istri diharapkan bersedia mempunyai anak, bila Tuhan

memberikannya. Adapun jumlah dan jarak kelahiran anak perlu direncanakan

bersama dengan bijaksana. Segala bentuk pengguguran harus ditolak dengan tegas,

karena jelas-jelas merupakan sikap menolak keturunan yang sudah ada (Gilarso,

1996: 12-13).

Page 90: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

72

4) Keluarga Kristiani adalah “Gereja mini”

Artinya adalah persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati.

Maka dalam keluarga Katolik, pertama-tama diharapkan agar berkembanglah iman

yang menghangatkan suasana. Iman di sini bukan pertama-tama berarti

pengetahuan agama tetapi lebih pada sikap atau penghayatan agama, yang

diwujudkan dalam usaha untuk menjaga suasana kedamaian, kerja sama dan

kerukunan, dalam keluarga. Dengan demikian, Tuhan sendiri akan hadir di tengah-

tengah keluarga untuk membawa keselamatan dan rahmat-Nya (Gilarso, 1996: 13).

d. Tujuan Perkawinan Kristiani

Tujuan utama perkawinan adalah untuk saling membahagiakan dan saling

melengkapi antara suami-istri. Faktor yang paling penting dalam perkawinan

adalah cinta (love). Cinta antara seorang pria dan wanita adalah unik, karena hanya

manusialah dari semua makhluk ciptaan yang hidup yang mampu melakukannya

(Marianus, 2004: 15). Perkawinan demi kesejahteraan suami, istri, anak dan

masyarakat tidak hanya tergantung dari kemauan manusia. Allah sendiri yang

menciptakan perkawinan yang mencakup berbagai nilai dan tujuan (GS, art. 48).

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tujuan perkawinan yang meliputi

pengembangan dan pemurnian cinta kasih, kelahiran dan pendidikan anak serta

pemenuhan kebutuhan seksual.

Rubiyatmoko (2001: 4) mengemukakan bahwa tujuan utama perkawinan

ada tiga pokok. Pertama, untuk kesejahteraan suami istri; kedua prokreasi atau

terbuka pada kelahiran anak; dan yang ketiga ialah untuk pendidikan anak.

Page 91: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

73

Prokreasi menjadi tujuan utama dalam perkawinan dengan menekankan tujuan

perkawinan pada kesejahteraan suami-istri.

1) Pengembangan dan Pemurnian Cinta Kasih

Dalam perkawinan perbedaan pria dan wanita dikembangkan sehingga

mereka dapat saling melengkapi kelemahan dan kelebihan masing-masing menuju

pada kematangan pribadi. Cinta kasih suami istri tersebut dikembangkan dan

disempurnakan dalam perkawinan sebagai tindakan luhur dan terhormat, bila

dijalankan secara manusiawi dan dilihat sebagai penyerahan diri dan bila cinta

kasih mereka saling memperkaya dan menyempurnakan (GS, art. 49).

Dalam perkawinan, cinta kasih antara suami istri yang telah bersemi terus

dikembangkan dan dimurnikan sehingga mereka dapat saling membahagiakan.

Cinta dalam perkawinan bukan semata-mata dorongan nafsu belaka atau rasa

tertarik, melainkan keputusan pribadi untuk bersatu dan saling menyerahkan diri

(Gilarso, 1996: 11).

2) Pendidikan Anak

Menurut hakekatnya perkawinan dan cinta kasih suami istri ditujukan

kepada keturunan dan pendidikan bagi anak. Dalam perkawinan Katolik, anak

merupakan suatu karunia yang luhur dalam perkawinan. Orang tua mempunyai

tugas untuk menyalurkan hidup secara manusiawi serta mendidik anak, yang harus

dipandang sebagai perutusan dari Allah. Mereka menunaikan tugas mendidik anak

dengan penuh tanggung jawab, penuh taat pada Allah untuk membentuk pendirian

anak yang dewasa dengan memperhatikan kesejahteraan anak (GS, art. 50).

Page 92: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

74

Perkawinan adalah lembaga yang sah untuk pemenuhan keinginan

mempunyai anak. Dalam perkawinan orang tua mengemban tugas dan tanggung

jawab dari Allah untuk mendidik dan mengasuh anak menjadi generasi baru. Cinta

kasih dalam perkawinan digenapi dengan cinta kasih orang tua pada anak dan

terpenuhi dalam mendidik keturunan (FC, art. 36).

Perkawinan merupakan lembaga yang sah untuk memenuhi keinginan

mempunyai anak. Pasangan yang normal mempunyai kerinduan akan keturunan,

artinya membentuk sejarah dengan darah dengan membentuk generasi baru dalam

keturunan yang merupakan anugerah Tuhan yang tak boleh dimutlakkan (Gilarso,

1996: 11).

3) Pemenuhan Kebutuhan Seksual

Menurut hakekatnya perkawinan dan cinta kasih suami istri terpenuhi lewat

perkawinan yang sah, dengan melakukan hubungan seks secara bertanggung

jawab. Hubungan seks bukan sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan menjadi

kesadaran dan tanggung jawab penuh, sehingga terpenuhi dalam suasana cinta,

dengan kerelaan untuk menerima kemungkinan kehidupan baru sebagai hasil

perpaduan cinta kasih (Gilarso, 1996: 12).

e. Perkawinan sebagai Sakramen

Perkawinan antara dua orang dibaptis diangkat ke martabat sakramen,

sebagai suatu perayaan iman yang membuahkan rahmat bagi suami istri. Dalam

sakramen perkawinan, ikatan cinta suami istri menjadi lambang, tanda dan

perwujudan kasih Kristus kepada Gereja-Nya sekaligus memberikan rahmat bagi

Page 93: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

75

mereka (Gilarso, 1996: 11). Perkawinan menjadi suatu sakramen merupakan

rahmat kekuatan yang jauh melampaui kekuatan insani sepasang suami-istri,

artinya hidup ilahi menjadi sangat jelas dalam kebangkitan Kristus yang

mengalahkan maut, supaya suami-istri sanggup mengamalkan tujuan perkawinan.

Sakramen perkawinan ialah hidup sepasang suami-istri mulai dari hari pernikahan

sampai saat maut memisahkan.

Sakramen perkawinan merupakan hidup dua pasangan mulai pada hari

pernikahan sampai saat maut memisahkan mereka. Dengan menjadi suatu

sakramen, perkawinan manusiawi diberi rahmat kekuatan yang jauh melampaui

kekuatan insani suami-istri yang menjadi jelas dalam kebangkitan Kristus. Hidup

setia antara suami-istri yang menandakan cinta dan kebahagiaan suami-istri

diangkat oleh Kristus menjadi tanda dan sumber rahmat Ilahi. Melalui suami atau

istri Tuhan hadir, menolong, menguatkan dan membahagiakan pasangan.

Persatuan cinta suami-istri menunjuk kepada suatu persatuan cinta. Perkawinan

kristiani menjadi gambaran dari hubungan cinta yang lebih mulia (Heuken, 1981:

28-29).

2. Pasangan Kawin Campur Beda Agama dalam Gereja Katolik

Perubahan dan perkembangan jaman dewasa ini kerap kali dianggap oleh

sebagian orang sebagai realita yang amat menarik. Realitas keluarga-keluarga

yang beda agama makin marak dewasa ini. Tidak semua dari mereka dapat

mempertahankan janji cinta mereka sampai akhir hayat tetapi tidak sedikit pula

yang berhasil membangun bahtera kasih mereka dalam kesetiaan janji perkawinan.

Page 94: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

76

a. Pengertian Kawin Campur Beda Agama

Perkawinan beda agama adalah istilah dari Hukum Perkawinan Gereja

Katolik. Dalam pandangan umum perkawinan beda agama (disparitas cultus)

adalah perkawinan yang dilangsungkan antara orang yang dibaptis dalam Gereja

Katolik dengan orang yang tidak dibaptis. Dalam paham Gereja Katolik,

perkawinan beda agama (disparitas cultus) dimengerti sebagai: “Perkawinan

antara dua orang yang diantaranya satu telah dibabtis dalam Gereja Katolik atau

diterima di dalamnya dan tidak meninggalkannya secara resmi, sedangkan yang

lain tidak dibaptis, adalah tidak sah.” (KHK, kan. 1086). Secara singkat

perkawinan beda agama adalah perkawinan yang dilangsungkan antara orang yang

dibaptis dalam Gereja Katolik dengan orang yang tidak dibabtis. Beda agama

adalah suatu halangan yang membatalkan pernikahan. Demi sahnya

perkawinannya ini dibutuhkan dispensasi dari halangan beda agama dengan

menuntut terpenuhinya syarat–syarat tertentu.

b. Kesulitan-kesulitan Pasangan Kawin Campur Beda Agama

Pasangan kawin campur beda agama dalam perjalanannya menghadapi

banyak kesulitan. Kesulitan utama yang sering dihadapi oleh pasangan kawin

campur beda agama adalah masalah anak. Orang tua tetap bertanggungjawab soal

pendidikan anak dan harus dibereskan sebelum menikah. Kawin campur menjadi

halangan, sebab menjadi ancaman iman. Gereja mengingatkan bagi mereka yang

melakukan kawin campur agar supaya tidak lupa akan janjinya serta mengingatkan

orang tua akan kewajiban mendidik anak. Gereja mengharapkan supaya mereka

sadar akan pertumbuhan anak, yang harus dibicarakan sejak awal, sebenarnya

Page 95: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

77

hanya untuk membentengi iman. Pasangan yang Katolik bila sudah membaptiskan

anak bukan berarti sudah melaksanakan janji itu, sebab soal pendidikan

selanjutnya harus dipikirkan, sebab yang terpenting adalah melakukan yang baik

untuk anak. Banyak ajakan untuk meningkatkan pastoral perkawinan dan keluarga,

tak hanya untuk tahap persiapan perkawinan yang hanya meliputi waktu yang amat

pendek, melainkan terutama untuk tahap pasca-nikah yang meliputi hal-hal praktis

seluruh hidup perkawinan. Upaya-upaya itu kerap kali masih sporadis dan

insidental, dari pada gerakan yang melibatkan seluruh umat. Gereja memandang

tentang kawin campur sudah disebut unsur-unsur (misalnya sehubungan dengan

interaksi antara perkawinan dan agama) yang menggarisbawahi perlunya pastoral

perkawinan dan keluarga pada umumnya, dan kawin campur pada khususnya.

Pasangan kawin campur diharapkan tidak hanya menunggu saja, tapi perlu aktif

membina diri dan mencari kesempatan untuk memperkembangkan hidup imannya.

Hal yang utama dalam perkawinan adalah kasih. Kasih yang selalu terikat pada

pribadi (Purwa Hardiwardoyo, 2005:13-14).

Perkawinan antara seorang Katolik dengan non-baptis memiliki banyak

masalah yang tidak mudah dipecahkan. Masalah-masalah tersebut antara lain:

masalah mengenai cara pernikahan, pendidikan agama anak-anak mereka dan

bahaya perceraian yang ada dalam perkawinan tersebut. Perkawinan campur beda

agama dalam Gereja Katolik sampai saat ini masih menjadi salah satu

permasalahan dalam hidup berkeluarga. Masalah perkawinan campur dalam

Perjanjian Baru dapat dilihat dalam 1 Kor 7:12-16. Paulus dalam suratnya pada

umat di Korintus tidak mempersoalkan apakah orang beriman boleh memilih

jodoh yang tidak seiman, melainkan lebih menekankan bagaimana seorang tidak

Page 96: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

78

beriman yang semula kawin dengan seorang yang juga tidak beriman tetapi

kemudian bertobat menjadi Kristen. Dengan ini Paulus menegaskan perlunya

mempertahankan perkawinan ini kecuali bila pihak yang beriman mau bercerai.

Perkawinan campur beda agama memuat banyak masalah yang tidak

mudah dipecahkan. Di antara berbagai masalah, ada tiga masalah pokok, yaitu:

cara pernikahannya, pendidikan agama anak-anak mereka, dan bahaya perceraian

yang ada dalam perkawinan. Cara pernikahan menurut hukum Gereja Katolik,

kedua mempelai harus menikah secara Katolik saja sedangkan menurut hukum

agama Islam, kedua mempelai harus menikah secara Islam saja. Hukum Islam dan

hukum gereja Katolik mempunyai kemiripan. Dalam keadaan darurat, hukum

gereja Katolik masih dapat memberikan izin pada seorang Katolik untuk menikah

secara lain. Perkawinan antara seorang Katolik dengan seorang Islam bukanlah

sebuah sakramen, walaupun dapat diakui dan diberkati oleh pemimpin gereja

sebagai perkawinan yang sah. Pendidikan iman anak bukan suatu hal yang mudah.

Menurut hukum Islam, orangtua Islam harus mendidik anak-anaknya secara Islam,

sedangkan hukum Katolik menuntut hal yang sama bagi umatnya. Maka

pendidikan anak-anak dari orangtua yang berbeda agama akan tetap sulit

dilaksanakan, apabila masing-masing pihak berteguh dalam hukum agamanya.

Bahaya perceraian yang ada dalam perkawinan merupakan salah satu problem.

Bila pernikahan seorang Katolik dan seorang Islam terlaksana secara katolik,

kemudian terjadi perceraian secara Islam atau sipil, maka pihak mempelai Katolik

akan mengalami kesulitan yang besar dan dapat menikah lagi setelah mendapat

dispensasi dari Paus yang merupakan urusan yang sangat sulit. Sedangkan pihak

Page 97: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

79

mempelai Islam dapat menikah lagi dengan lebih mudah (Purwa Hardiwardoyo,

1990: 79-81).

D. Pendampingan Iman untuk Keluarga Kawin Campur Beda Agama

dengan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis

Dalam melaksanakan pendampingan iman tidak lepas dari pengalaman

hidup berkeluarga masing-masing pasangan yang dalam perjalanannya masih

membutuhkan perhatian dari pihak Gereja. Katekese selalu mengupas pengalaman

hidup konkret para peserta baik secara pribadi maupun bersama. Salah satu model

katekese yang digunakan ialah katekese dengan model Shared Christian Praxis.

Langkah-langkah yang dipergunakan dalam SCP terdapat lima langkah, yaitu

pengungkapan pengalaman hidup faktual peserta, refleksi kritis atas sharing

pengalaman hidup faktual peserta, mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani

lebih terjangkau, interpretasi/tafsir dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan

tradisi dan visi peserta, keterlibatan baru demi makin terwujudnya kerajaan Allah

di dunia ini. Langkah-langkah ini digunakan per pertemuan sesuai dengan tema

yang berkesinambungan, misalnya langkah I sampai dengan langkah V digunakan

pada pertemuan I begitu seterusnya.

1. Langkah Pertama: Mengungkap Pengalaman Hidup Berkeluarga dalam

Keluarga Kawin Campur Beda Agama

Dalam langkah pertama ini pendamping mengajak para peserta/masing-

masing pasangan untuk mengungkapkan pengalaman hidup berkeluarga mereka.

Page 98: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

80

Dengan cara itu diharapkan peserta menjadi sadar dan bersikap kritis pada

pangalaman hidupnya sendiri (Groome, 1997: 5).

Sebelum mengungkapkan pengalaman faktual, peserta diajak untuk diam

atau hening sejenak memikirkan tentang pertanyaan yang dijadikan penuntun.

Pasangan beda agama diajak untuk santai sambil mengingat kembali seluruh

pengalaman hidup perkawinan sehari-hari, baik pengalaman suka maupun

pengalamana duka yang sudah pernah mereka alami di masa yang lalu.

Pengalaman yang telah diingat kemudian diungkapkan dalam sharing kepada

pasangan lain. Dengan mengungkapkan pengalamannya tersebut pasangan beda

agama merasa bahwa mereka diperhatikan dan didengarkan (Sumarno Ds, 2006:

33). Pertanyaan yang dapat diberikan kepada peserta sesuai dengan pertemuan

pertama dalam usulan program. Contoh pertanyaan dalam langkah ini dengan tema

“Memahami Perkawinan Beda Agama” adalah Ceritakan pengalaman Bapak/Ibu

dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan berkeluarga beda agama!

2. Langkah Kedua: Mendalami Pengalaman Hidup Keluarga Beda Agama

Langkah kedua ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif

dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri maupun

masyarakatnya (Groome, 1997: 5).

Pasangan beda agama yang telah mensharingkan pengalaman hidup

mereka, diajak untuk merefleksikan pengalaman hidupnya. Untuk mempermudah

dan merefleksikan pengalaman hidup mereka bisa dibantu oleh pendamping

dengan memberikan panduan pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman

mereka. Pengalaman yang direfleksikan kemudian secara bersama-sama dengan

Page 99: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

81

pendamping dimaknai. Hal ini akan membantu pasangan beda agama untuk

menyadari bahwa pengalaman atau peristiwa yang telah mereka alami selama ini

memiliki makna dan arti sehingga masing-masing pasangan merasa

pengalamannya disapa dan semakin termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi

(Sumarno Ds, 2006: 34). Pertanyaan yang cocok dengan tema “Memahami

Perkawinan Kristiani” adalah Cara mana sajakah yang bapak/ibu telah gunakan

dalam menjaga terciptanya perkawinan yang tetap utuh, monogami dan tak

terceraikan?

3. Langkah Ketiga: Menggali Pengalaman Iman Kristiani tentang Keluarga

Beda Agama

Pokok dalam langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi

kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat dan relevan bagi peserta pada

zaman sekarang. Langkah ketiga ini mau mencari pesan inti Kitab Suci/tradisi

kristiani sehingga dapat dimengerti oleh umat dengan baik (Groome, 1997: 6).

Setelah pengalaman disharingkan dan dimaknai, para pasangan beda agama

diberi kesempatan untuk membaca sebuah perikop Kitab Suci yang telah

ditentukan oleh pendamping berdasarkan tema. Untuk membantu mereka

memahami isi dari perikop ini pendamping memberi beberapa panduan pertanyaan

yang berkaitan dengan isi perikop. Diharapkan para peserta (pasangan beda

agama) mencari dan menemukan jawaban, yang kemudian diungkapkan melalui

sharing kepada pasangan lainnya berkaitan dengan isi perikop dari Ef 5:22-33 dan

menghubungkan dengan pengalaman hidup sehari-hari, sehingga seluruh

pengalaman hidupnya dimaknai dan berdasarkan nilai tradisi Kristiani (Sumarno

Page 100: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

82

Ds, 2006: 34). Pertanyaan yang cocok dengan tema “Kudusnya perkawinan

Indahnya Kesetiaan” Ef 5:22-33 adalah Sikap-sikap mana yang ingin ditanamkan

oleh Yesus sebagai kepala Jemaat, kepada suami-istri?

4. Langkah Keempat: Menerapkan Iman Kristiani dalam Keluarga Beda Agama

Langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan,

mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok

penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua. Selanjutnya

dikonfrontasikan dengan hasil intreprestasi tradisi dan visi kristiani dari langkah

ketiga. Dengan demikian peserta dapat menemukan kesadaran atau sikap-sikap

baru yang hendak diwujudkan (Groome, 1997: 7).

Pasangan beda agama diajak untuk melihat kembali pada pengalaman

hidupnya yang telah dimaknai. Pasangan diminta untuk melihat dan

menghubungkan antara pengalaman hidup sehari-hari dengan isi tradisi Kristiani.

Melalui tahap ini diharapkan pasangan beda agama menjadi lebih sadar akan peran

serta tanggungjawab yang harus diembannya sebagai umat beriman (Sumarno Ds,

2006: 35). Pertanyaan yang cocok dengan tema “Kudusnya perkawinan Indahnya

Kesetiaan” adalah Sikap-sikap manakah yang dapat kita perjuangkan agar semakin

menghayati panggilan sebagai pasangan suami-istri sesuai dengan teladan Yesus?

5. Langkah Kelima: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit dalam Kehidupan

Keluarga Beda Agama

Langkah terakhir ini bertujuan untuk mendorong peserta supaya sampai

pada keputusan konkret. Keputusan konkret ini dipahami sebagai puncak dan buah

Page 101: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

83

dari metode ini. Tanggapan peserta dipengaruhi oleh tema dasar yang direfleksikan

(Groome, 1997: 7).

Pasangan beda agama adalah pasangan yang butuh perhatian yang kontinyu

dalam perjalanan mereka selanjutnya. Setiap pasangan diberi kesempatan yang

sama untuk melaksanakan aksi konkret yang akan dilakukannya di hari-hari

mendatang baik secara pribadi masing-masing pasangan maupun kelompok,

sehingga hidup mereka lebih bermakna dan menjadi lebih baik (Sumarno Ds,

2006: 36). Pertanyaan pada langkah ini yang cocok dengan tema “Kudusnya

perkawinan Indahnya Kesetiaan” adalah Niat apa yang dapat bapak/ibu lakukan

untuk semakin menjadi pasangan suami/istri yang semakin setia?

Berbagai macam bentuk pendampingan bagi keluarga-keluarga, khususnya

bagi keluarga/pasangan kawin campur beda agama, salah satunya yaitu katekese.

Katekese adalah salah satu kegiatan dengan tujuan untuk memperkembangakan

iman pasangan kawin campur beda agama, maka katekese dengan model Shared

Christian Praxis merupakan salah satu dari model katekese yang bisa digunakan

bagi pasangan kawin campur beda agama. Langkah-langkah yang ada dalam

proses katekese dapat membantu peserta (pasangan beda agama) untuk

menentukan arah yang dicita-citakan. Melalui langkah-langkah SCP yang terarah,

santai namun mendalam sangat cocok dengan situasi pasangan beda agama yang

haus akan perhatian semacam ini. Dalam SCP pasangan beda agama diajak untuk

terlibat dalam sharing, diskusi dan diharapkan berperan aktif dalam setiap langkah-

langkahnya.

Page 102: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

84

BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DENGAN MODEL

SHARED CHRISTIAN PRAXIS UNTUK MENINGKATKAN

PENGHAYATAN HIDUP PERKAWINAN BAGI PASANGAN

KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA

Katekese bagi keluarga kawin campur beda agama di Paroki St. Paulus,

Palu berusaha membantu pasangan dalam menghayati hidup perkawinan mereka.

Dalam usaha membantu pasangan kawin campur beda agama, usulan suatu

program katekese diharapkan dapat membantu pasangan dalam memahami hidup

perkawinan agar mereka mampu menemukan nilai-nilai kristiani di dalamnya.

Dalam penyusunan program katekese, penulis akan menguraikan tentang

latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, rumusan tema dan

tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program serta contoh persiapan

katekese.

A. Latar Belakang Pemilihan Program

Pasangan keluarga kawin campur beda agama dalam proses kehidupan

sehari-harinya membutuhkan perhatian khusus dari pihak Gereja dalam

mengembangkan iman akan penghayatan hidup perkawinan mereka. Gereja

menyadari akan komplitsitas dan pluralitas situasi masyarakat, di mana orang-

orang Katolik hidup berdampingan dengan non-Katolik, serta kesadaran akan

kebebasan beragama, telah mendorong Gereja Katolik sampai pada pemahaman

Page 103: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

85

akan realita terjadinya perkawinan campur. Dan salah satu bentuk perhatian yang

cocok dari Gereja bagi pasangan beda agama ini adalah katekese. Katekese

merupakan pendampingan iman setiap pribadi masing-masing pasangan dalam

menghayati hidup perkawinan mereka yang diwujudkan melalui sikap dan

perbuatan mereka, baik dalam keluarga, Gereja maupun di tengah-tengah

masyarakat. Pendampingan iman untuk pasangan beda agama di Paroki Santo

Paulus, Palu sesudah pernikahan kurang diperhatikan. Pendampingan iman

merupakan salah satu usaha yang ditempuh untuk pendampingan bagi pasangan

beda agama dalam pelayanan bagi perkembangan iman agar masing-masing

pasangan dapat mencapai kedewasaan dalam menghayati hidup perkawinan.

Berdasarkan hasil quesioner terbuka penulis memperoleh gambaran

mengenai pelaksanaan kegiatan pendampingan iman di Paroki Santo Paulus, Palu.

Kenyataannya penyelenggaraan pendampingan iman untuk keluarga kawin campur

beda agama sesudah pernikahan belum berjalan dengan baik, artinya kurang begitu

diperhatikan. Sedangkan pasangan sendiri masih sangat membutuhkan

pendampingan dari pihak Gereja demi penghayatan hidup perkawinan mereka

[Lampiran 6: (13)].

Dari berbagai hasil quesioner terbuka sehubungan dengan penyelenggaraan

katekese tersebut, penulis terdorong untuk bersama mengusahakan usulan dalam

pelaksanaan katekese. Katekese merupakan salah satu bentuk pendampingan iman

yang dapat membatu pasangan beda agama dalam meningkatkan penghayatan

hidup perkawinan mereka. Pendampingan iman tersebut mempunyai tujuan yang

terarah sehingga penulis di sini mengusulkan suatu program katekese. Katekese

merupakan salah satu metode dan bentuk pendampingan iman yang khas bagi

Page 104: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

86

keluarga pasangan kawin campur beda agama. Kekhasan tersebut terletak bahwa

katekese yang memuat segi pemahaman dan pengetahuan iman. Katekese

mempunyai tujuan sebagai tahap pengajaran dan pendewasaan. Berdasarkan fakta

di atas, sesuai dengan pelaksanaan katekese yang sudah berlangsung di Paroki

Santo Paulus, Palu dan kebutuhan para peserta sendiri, maka model katekese yang

cocok bagi pasangan beda agama ialah katekese SCP (Shared Christian Praxis).

Melalui katekese SCP para peserta, masing-masing pasangan dapat saling berbagi

pengalaman imannya dalam kehidupan perkawinan mereka.

B. Alasan Pemilihan Tema

Pasangan kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu dalam

perjalanannya membutuhkan pendampingan dari pihak Gereja. Mereka ingin tahu

dan mau menjadi anggota Gereja yang baik sehingga berusaha untuk dapat

membangun rumah tangga sesuai dengan iman kristiani. Maka dari itu sesuai

dengan judul skripsi penulis dan bertitik tolak dari situasi dan kebutuhan pasangan

kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu, maka diusulkan satu tema

besar, yaitu “Meningkatkan Penghayatan Hidup Perkawinan dalam Keluarga

Kawin Campur Beda Agama”. Tema ini dipilih dengan maksud untuk membantu

pasangan kawin campur beda agama dalam memahami hidup perkawinan dan

menghayati nilai-nilai perkawinan kristiani, sehingga mampu untuk

mewujudkannya dalam kehidupan berkeluarga mereka sehari-hari. Berdasarkan

kebutuhan pasangan beda agama sendiri untuk lebih menghayati hidup perkawinan

mereka yang berbeda keyakinan, terlebih dalam menghayati hidup perkawinan

kristiani, maka tema tersebut akan dijabarkan dalam 3 (tiga) subtema, yaitu:

Page 105: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

87

pengembangan pemahaman pasangan beda agama terhadap perkawinan,

pemahaman pasangan beda agama akan pentingnnya arti keluarga, dan

pengembangan iman anak dalam keluarga beda agama. Subtema yang pertama

diangkat untuk membantu peserta semakin menyadari tugas mereka sebagai

orangtua dalam mendidik dan mengembangkan iman anak, sehingga anak semakin

dewasa dalam iman seturut teladan hidup Yesus. Subtema kedua diangkat

membantu pasangan beda agama untuk mengerti dan menghayati perkawinan

dalam keluarga sehingga mampu memperkembangkan penghayatan perkawinan

kristiani. Subtema ketiga diangkat bersama peserta semakin menyadari akan

pentinya arti keluarga dengan menerima pasangan sebagai partner yang sederajat,

sehingga satu sama lain tidak saling membedakan dan dapat dengan bijaksana

menjalani tugas dan tanggung jawab dalam keluarga.

C. Rumusan Tema dan Tujuan

Tema beserta penjabaran subtema akan dilaksanakan dalam jangka waktu

satu tahun dan 8 (delapan) kali pertemuan. Uraian tema, tujuan, subtema serta

tujuan subtema diuraikan sebagai berikut:

Tema : Meningkatkan Penghayatan Hidup Perkawinan dalam Keluarga

Kawin Campur Beda Agama

Tujuan : Membantu pasangan kawin campur beda agama dalam memahami

hidup perkawinan dan menghayati nilai-nilai perkawinan kristiani,

sehingga mampu untuk mewujudkannya dalam kehidupan

berkeluarga mereka sehari-hari.

Page 106: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

88

Subtema 1 : Pengembangan Pemahaman Pasangan Beda Agama Terhadap

Perkawinan

Tujuan 1 : Membantu pasangan beda agama untuk mengerti dan menghayati

perkawinan dalam keluarga sehingga mampu memperkembangkan

penghayatan perkawinan kristiani.

Subtema 2 : Pemahaman Pasangan Beda Agama Akan Pentingnnya Arti

Keluarga

Tujuan 2 : Bersama peserta semakin menyadari akan pentingnya arti keluarga

dengan menerima pasangan sebagai partner yang sederajat,

sehingga satu sama lain tidak saling membedakan dan dapat dengan

bijaksana menjalani tugas dan tanggung jawab dalam keluarga.

Sutema 3 : Pengembangan Iman Anak dalam Keluarga Beda Agama

Tujuan 3 : Membantu peserta untuk semakin menyadari tugas mereka sebagai

orang tua dalam mendidik dan mengembangkan iman anak,

sehingga anak semakin dewasa dalam iman.

Page 107: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

89

D. Penjabaran Program

Tema : Meningkatkan Penghayatan Hidup Perkawinan dalam Keluarga Kawin Campur Beda Agama

Tujuan : Membantu pasangan kawin campur beda agama dalam memahami hidup perkawinan dan menghayati nilai-nilai

perkawinan kristiani, sehingga mampu untuk mewujudkannya dalam kehidupan berkeluarga mereka sehari-hari.

No Sub Tema Tujuan Sub Tema

Judul Pertemuan

Tujuan Pertemuan

Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Pengembangan

Pemahaman Pasangan Beda Agama Terhadap Perkawinan

Membantu pasangan beda agama untuk mengerti dan menghayati perkawinan dalam keluarga sehingga mampu memperkembangkan penghayatan perkawinan kristiani.

a. Memahami Perkawinan Kristiani

b. Memahami

Perkawinan Beda Agama

Bersama peserta memahami perkawinan Kristiani sehingga mampu mengembangkan penghayatan tentang perkawinan. Bersama peserta memahami perkawinan beda agama sehingga mampu memperkembangkan pemahaman tentang kawin beda agama.

• Arti Perkawinan

• Tujuan Perkawinan

• Ciri Perkawinan

• Arti

Perkawinan Beda Agama

• Kesulitan dan permasalahan kawin beda agama

• Informasi • Tanya

jawab • Diskusi • Informasi • Tanya

jawab • Sharing • Diskusi

• Buku MB • Kitab Suci • Alat tulis • Kitab Suci • Buku MB • Alat tulis

• Mat 19:4-6 • FC, art. 18-

20 • Skripsi ini,

hal. 71-78 • 1 Kor 7:12-

14 • FC art. 28 • Go, 1987:

45-69 • Purwa Hadiwardoyo, 1990, hal. 79-81

Page 108: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

90

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 2

Pemahaman Pasangan Beda Agama Akan Pentingnnya Arti Keluarga

Bersama peserta semakin menyadari akan pentinya arti keluarga dengan menerima pasangan sebagai partner yang sederajat, sehingga satu sama lain tidak saling membedakan dan dapat dengan bijaksana menjalani tugas dan tanggung jawab dalam keluarga.

c. Keluarga Kristiani sebagai Komunitas Kasih, Hidup dan Iman

d. Kudusnya

Perkawinan Indahnya Kesetiaan

Peserta diajak untuk memahami dan mengembangkan keluarga sebagai komunitas yang berlandaskan kasih dan iman lewat pemahaman Gereja. Bersama Peserta menyadari pentinganya kesetiaan hidup berkeluarga sehingga peserta semakin mampu untuk mewujudkan janji perkawinan dalam keluarga baik dalam suka maupun duka.

• Komunitas Kasih

• Komunitas Hidup

• Komunitas Iman

• Suami-Istri

Dipanggil untuk Saling Mencintai

• Perlunya Kesetiaan untuk Memperkokoh Kesatuan

• Sharing • Informasi • Diskusi • Sharing • Diskusi • Refleksi • Tanya

jawab • Informasi

• Kitab Suci • Teks lagu • Alat tulis • Kitab Suci • Teks Lagu • Video (film

“Perselingkuhan”)

• Kol 3:18-25 • Wignya-

sumarta, dkk. 2000, hal. 32-38

• Ef, 5:22-33 • Bergant dan

Robert J. Karris, 2000, hal.349

Page 109: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

91

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 3

Pengembangan Iman Anak dalam Keluarga Beda Agama

Membantu peserta untuk semakin menyadari tugas mereka sebagai orang tua dalam mendidik dan mengembang- kan iman anak, sehingga anak semakin dewasa dalam iman.

e. Wujud Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak

f. Keluarga

Adalah Persemaian Benih Iman

Bersama-sama pendamping, peserta semakin mampu untuk menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak, sehingga mampu mewujudkannya dalam hidup berkeluarga sehari-hari dengan cinta kasih. Bersama peserta menyadari bahwa keluarga adalah tempat persemaian iman sehingga orang tua mempunyai tanggungj awab mengembangkan iman anak.

• Menciptakan Keluarga yang harmonis

• Arti tanggung jawab

• Meningkatkan

Iman • Meningkatkan

Penghayatan Iman Keluarga

• Sharing • Diskusi • Refleksi • Informasi • Tanya

jawab • Renungan • Informasi • Sharing • Tanya

jawab

• Buku MB • Video

“Tanggung Jawab”

• Teks pertanyaan pendalaman

• Kitab Suci • Teks lagu • Cerita

• FC, art. 36, 38

• GS, art. 50 • Skripsi ini

hal. 76 • Mat 5:13-6 • Skripsi ini,

hal. 74-75 • Gilarso,

1996. hal. 11-12

Page 110: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

92

E. Petunjuk Pelaksanaan Program

Program pendampingan ini diusulkan bagi pasangan keluarga kawin

campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu. Program ini dilaksanakan

selama tahun 2010 dengan enam (6) pertemuan. Pertemuan dilaksanakan secara

berurutan sesuai dengan penjabaran program yang telah dibuat. Pertemuan

dilaksanakan tiap dua bulan sekali pada minggu ketiga. Setiap pertemuan/tema

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih satu setengah jam. Pelaksanaan untuk

pertemuan katekese ini bertempat di aula gereja Santo Paulus, Palu. Program

pendampingan ini disampaikan kepada pasangan kawin campur beda agama

Paroki Santo Paulus, Palu bekerja sama dengan ketua Dewan Pastoral Paroki, para

pendamping keluarga, dan Pastor Paroki Santo Paulus, Palu. Pertemuan katekese

dalam program ini dipimpin oleh penulis dengan proses pelaksanaan sesuai urutan

subtema dalam program ini.

Dengan adanya usulan program tersebut, penulis berharap agar para

pendamping keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu dapat menggunakan model

SCP ini sebagai bentuk pendampingan iman keluarga pasangan beda agama di

Paroki Santo Paulus, Palu.

F. Contoh Persiapan Katekese

Usulan program katekese di atas penulis membuat dan mengajukan satu

contoh persiapan katekese. Penulis mengajukan contoh persiapan dari salah satu

pertemuan (Wujud Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak),

berdasarkan urutan tema dari usulan program yang telah penulis buat dalam bagian

Page 111: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

93

penjabaran program. Tema contoh pertemuan ketiga tersebut diangkat berdasarkan

kebutuhan pasangan beda agama yang ada dalam bab II.

1. Identitas Katekese

a. Tema : Wujud Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Iman

Anak

b. Tujuan : Bersama-sama pendamping, peserta semakin mampu untuk

menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua

dalam mendidik anak-anak, sehingga mampu

mewujudkannya dalam hidup berkeluarga sehari-hari

dengan cinta kasih.

c. Peserta : Pasangan Beda Agama Paroki Santo Paulus, Palu

d. Tempat : Aula Paroki Santo Paulus, Palu

e. Waktu : 17.00-18.30 WITA

f. Model : SCP (Shared Christian praxis)

g. Metode : - Sharing

- Diskusi

- Refleksi

- Informasi

- Tanya jawab

h. Sarana : - Buku MB

- VCD “Tanggung Jawab“

- Teks pertanyaan pendalaman

i. Sumber bahan : - FC, art. 36, 38

Page 112: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

94

- GS, art. 50

- Skripsi, hal. 76

2. Pemikiran Dasar

Fakta bahwa kawin campur beda agama sering terjadi di masyarakat kita,

khususnya di sini di Paroki St. Paulus Palu dan merupakan pilihan konkret yang

dipertanggungjawabkan. Permasalahan keluarga yang ditimbulkan salah satunya

menyangkut masalah pendidikan iman anak. Pada kenyataannya banyak orang tua

kurang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam pendidikan iman

anak. Orang tua umumnya sibuk dengan urusan pribadinya tanpa mau

memperhatikan perkembangan dan pendidikan iman anak-anak mereka. Di sisi

lain banyak pula orang tua yang mengalami kesulitan dalam mendampingi anak-

anaknya. Situasi semacam ini dapat menjadi hambatan atau kendala bagi anak-

anak dalam perkembangan penghayatan imannya.

Keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu mempunyai status

kehidupan sosial ekonomi yang beranekaragam meliputi pegawai, pedagang,

karyawan, pengusaha, sopir dan petani, baik yang bermukim di kota maupun di

desa/stasi. Pekerjaan yang ditekuni masing-masing pasangan merupakan salah satu

penyebab kurangnya perhatian terhadap pendampingan iman anak. Pasangan beda

agama sendiri menjadikan masalah anak sebagai salah satu masalah yang sangat

penting, sebab mereka sendiri bingung untuk mendidik anaknya mengikuti pihak

non-Katolik atau mendidik anak secara Katolik.

Familiaris Consortio, artikel 36 menguraikan tentang tugas untuk

memberikan pendidikan kepada anak berakar dalam panggilan utama orang-orang

Page 113: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

95

yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Orang tua

mengemban tugas kewajiban untuk membantu agar pribadi itu sungguh-sungguh

mampu hidup sepenuhnya sebagai manusia. FC mengingatkan bahwa para orang

tua mengemban tugas pertama dan utama mendidik anak-anak mereka. Menjadi

kewajiban orang tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai

oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang-orang lain sehingga

perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di antara anak-anak.

Maka keluarga adalah sekolah pertama demi keutamaan-keutamaan sosial yang

dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Hak dan kewajiban orang tua untuk

memberikan pendidikan adalah hal yang esensial, sebab berhubungan dengan hal

meneruskan hidup manusia. Ciri khas dari peranan mendidik yang diemban oleh

orang tua, yakni cinta kasih orang tua, yang akan terpenuhi dalam tugas mendidik

itu bila menggenapi dan menyempurnakan pelayanannya kepada kehidupan: di

samping sebagai sumber, cinta kasih orang tua juga merupakan asas penjiwa dan

dengan demikian merupakan kaidah atau norma yang mengilhami dan

membimbing seluruh kegiatan konkret pendidikan, sambil memperkayanya

dengan nilai-nilai kelembutan, kemantapan, merupakan buah cinta kasih yang

paling berharga. Dalam perkawinan, sepasang suami-istri juga dipercayakan oleh

masyarakat untuk mempersiapkan generasi umat manusia yang lebih baik dari

generasi sebelumnya.

Dari pertemuan katekese, peserta diharapkan semakin mampu menyadari

tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dalam pendidikan iman anak-

anaknya. Orang tua juga perlu untuk menanamkan nilai-nilai kristiani dalam

keluarga, sehingga kelak nantinya mereka dapat menjadi pribadi yang utuh,

Page 114: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

96

dewasa, beriman dan mandiri. Anak adalah kunci utama tanggung jawab kita

sebagai orang tua. Mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang

tuanya. Segala sesuatu yang mereka terima dari orang tua dirasakan penting karena

itu menyangkut perkembangan hidup selanjutnya. Dalam kenyataannya banyak

orang tua yang sibuk dengan urusan pribadinya tanpa mau memperhatikan

perkembangan anak terutama dalam hal iman. Di sisi lain banyak orang tua yang

mengalami kesulitan dalam mendampingi anak-anaknya.

3. Pengembangan Langkah-langkah

a. Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus selamat sore. Kita patut

bersyukur kepada Allah karena kita masih diberi kesehatan sehingga kita dapat

berkumpul pada sore hari ini untuk pertemuan pendalaman iman. Sebagai orang

tua kita mempunyai peranan penting akan tugas dan tanggung jawab dalam

pendidikan anak. Melalui pertemuan kita pada sore ini, kita diajak untuk melihat

tugas pertama dan utama kita dalam mendidik anak-anak. Menjadi kewajiban

orang tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai oleh cinta

kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang-orang lain sehingga

perkembangan pribadi dan sosial yang utuh. Maka keluarga adalah sekolah

pertama demi keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap

masyarakat. Hak dan kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan adalah

hal yang esensial, sebab berhubungan dengan hal meneruskan hidup manusia.

Oleh karena itu melalui pertemuan sore har ini, kita sebagai orangtua diharapkan

Page 115: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

97

mampu memberi teladan dalam hidup menggereja sebagai wujud tanggung jawab

dalam mendampingi anak-anak agar tumbuh dan berkembanng dan terlebih lagi

semakin mampu menghayati imannya.

2) Lagu Pembukaan : Madah Bakti, No. 223 “Letakkanlah Alas Rumahmu”

3) Doa Pembukaan

Bapa Yang Maha Kasih, pada sore hari ini kami semua mengucap syukur atas

berkat-Mu sehingga kami boleh bertemu pada kesempatan yang indah ini. Pada

kesempatan ini, kami ingin belajar dan memahami tanggung jawab kami sebagai

orang tua yang kau percayakan untuk mendampingi dan mendidik anak-anak kami

di tengah aneka macam tantangan jaman. Saat ini kami akan bersama-sama

menggali, mensharingkan dan merefleksikan sejauh mana tanggung jawab kami

sebagai orang tua dalam pendampingan iman anak. Bimbinglah dan hantarlah

kami agar kami semakin bertanggungjawab memberikan keutamaan dan

keteladanan bagi anak-anak kami. Ya Bapa di surga, karuniakanlah kepada kami

rahmat yang kami butuhkan sebagai orang tua sehingga semakin

bertanggungjawab dalam memberikan keutamaan dan keteladanan bagi anak-anak

kami. Demi Tuhan kami Yesus Kristus, yang bersatu dengan Dikau kini dan

sepanjang segala masa. Amin.

b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

1) Peserta diajak untuk menonton VCD yang berjudul “Tanggung Jawab”

2) Penceritaan kembali isi film, peserta diminta untuk menceritakan kembali isi

film “ Tanggung jawab “ yang baru disaksikan tadi.

3) Intisari Film “ Tanggung jawab “

Page 116: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

98

Film ini menggambarkan sebuah keluarga yang ingin memperhatikan

pendidikan anak-anaknya. Ketika suami Bekti pulang dari Lembaga

Pemasyarakatan mereka berkumpul kembali dan ingin membangun habitus baru.

Bekti ingin mengundurkan diri dari ketroprak, alasannya karena dia ingin

memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Atas perubahannya itu warga

berprasangka buruk pada Bekti. Bekti sebagai orang tua tetap berperan penting

dalam mendidik anak-anaknya dan itu merupakan tugas utamanya. Hal ini dapat

dilihat bagaimana Bekti sebagai orang tua yang bertanggungjawab terhadap

anaknya, ia selalu memperhatikan dan rela meninggalkan pekerjaannya demi anak-

anaknya.

4) Pengungkapan Pengalaman : peserta diajak untuk mendalami isi dari film

tersebut yang baru disaksikan dengan tuntunan beberapa pertanyaan berikut.

• Ceritakanlah kesulitan-kesulitan yang dialami Bekti dan Buang dalam

mewujudkan tanggung jawab terhadap anak-anak mereka!

• Ceritakan pengalaman Bapak/Ibu dalam meghadapi kesulitan-kesulitan

mewujudkan tanggung jawab dalam pendidikan iman anak!

5) Arah Rangkuman

Pada awal film tadi diungkapkan bahwa Bekti terlalu sibuk dengan

kegiatannya sendiri yaitu sebagai peran utama dalam ketoprak. Karena

kesibukannya itu Bekti mengalami kesulitan dalam mendidik anaknya. Ia tidak

cukup waktu untuk dapat memperhatikan perkembangan anaknya. Tetapi Bekti

sadar akan tanggung jawabnya sebagai orangtua. Ia rela meninggalkan

pekerjaannya sebagai peran jondang dan ini ia lakukan untuk memperhatikan

pendidikan anaknya. Sebagai orangtua yang bertanggungjawab, ia berusaha untuk

Page 117: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

99

memperhatikan dan mendidik anaknya supaya bertumbuh dan berkembang. Ia

berusaha memberikan keteladanan bagi anak-anaknya agar semakin menghayati

imannya dalam hidup sehari-hari

Begitu juga dengan pengalaman kita dalam hal mendidik anak, kadang kala

kita mengalami berbagai macam kesulitan dalam mendidik, di mana kesulitan itu

muncul ketika kita sibuk dengan aktivitas kita sehari-hari dan tanpa kita sadari

pendidikan anak terabaikan. Kita lebih cenderung mementingkan diri kita sendiri

tanpa memikirkan orang lain. Hal ini mengakibatkan kita kurang peka terhadap

perkembangan iman anak. Kita sebagai orang tua memiliki peranan penting dalam

hal pendidikan dan perkembangan iman anak-anak kita agar anak-anak semakin

memahami dan menghayati imannnya dalam hidup sehari-hari.

c. Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

1) Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman atau film yang baru disaksikan

tadi, dengan bantuan beberapa pertanyaan.

• Cara mana sajakah yang bapak/ibu telah gunakan dalam menghadapi

kesulitan mewujudkan tanggung jawab dalam pendidikan iman anak?

2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta pendamping memberikan

arahan berikut.

Sebagai orang tua yang bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak,

ia selalu mengorbankan apa saja demi anaknya. Orang tua menjadi peran utama

dalam pendidikan anak. Dalam menjalani tugas tersebut orang tua selalu berusaha

untuk mengorbankan segala sesuatu demi perkembangan dan pertumbuhan anak-

anaknya kelak. Orang tua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya

Page 118: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

100

agar menjadi orang yang berguna. Akan tetapi tidak jarang apa yang sudah kita

lakukan belum dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan iman anak. Hal ini

dapat disebabkan karena kita kurang dapat memahami perkembangan anak kita

secara mendalam. Terkadang kita merasa cukup dengan memberikan nasehat

bahkan perintah agar anak melakukan apa yang kita harapkan. Kita kurang

menyadari bahwa secara tidak langsung anak-anak sering kali meniru apa yang

dilakukan orang tuanya. Dalam menghadapi sikap tersebut, orang tua perlu

memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya disertai

perkembangan yang serba modern ini. Hendaknya segala sesuatu yang dilakukan

orang tua merupakan cinta dan kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya.

Dalam kaitannya dengan pendampingan iman anak kita dapat memberikan

keteladanan bagi anak-anak kita melalui sikap, perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan

rohani kita.

d. Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani

1) Salah seorang peserta diminta bantuannya untuk membacakan langsung dari

FC, art. 36

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan artikel tersebut dengan bantuan

beberapa pertanyaan sebagai berikut.

• Ungkapan manakah yang menunjukkan tanggung jawab sebagai orang tua

dalam artikel ini?

• Sikap-sikap tanggung jawab apa saja yang dapat dipetik dari artikel

tersebut dalam upaya pendidikan iman anak?

Page 119: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

101

• Apa arti tanggung jawab dalam pendidikan iman anak dalam artikel tadi?

3) Peserta diajak untuk secara pribadi mencari sendiri dan menemukan pesan inti

artikel tersebut sehubungan dengan jawaban tiga pertanyaan di atas.

4) Penjelasan dari FC, art. 36 dan menghubungkan dengan tanggapan peserta

dalam hubungan dengan tema dan tujuan.

Tugas untuk memberikan pendidikan berakar dalam panggilan utama

orang-orang yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan

Allah: dengan memperanakkan dalam kasih dan untuk kasih seorang pribadi baru

yang di dalam dirinya mempunyai panggilan untuk tumbuh dan berkembang,

orang tua justru oleh karena kenyataan itu mengemban tugas kewajiban untuk

membantu agar pribadi itu sungguh-sungguh mampu hidup sepenuhnya sebagai

manusia. Maka, orang tua harus diakui sebagai pendidik, yang pertama dan

terutama bagi anak-anak mereka. Peranan mereka sebagai pendidik sedemikian

menentukan sehingga hampir tidak ada suatu apa pun yang dapat

menggantikannya. Menjadi kewajiban orang tualah menciptakan suasana keluarga

yang sedemikian dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan

orang-orang lain sehingga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat

dipupuk di antara anak-anak. Hak dan kewajiban orang tua untuk memberikan

pendidikan adalah hal yang esensial, sebab berhubungan dengan hal meneruskan

hidup manusia.

Pada ciri-ciri khas itu dapat ditambahkan dan tidak boleh dilupakan unsur

paling mendasar, sedemikian mendasar sehingga memberi ciri khas dari peranan

mendidik yang diemban oleh orang tua, yakni cinta kasih orang tua, yang akan

terpenuhi dalam tugas mendidik itu bila menggenapi dan menyempurnakan

Page 120: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

102

pelayanannya kepada kehidupan: di samping sebagai sumber, cinta kasih orang tua

juga merupakan asas penjiwa dan dengan demikian merupakan kaidah atau norma

yang mengilhami dan membimbing seluruh kegiatan konkret pendidikan, sambil

memperkayanya dengan nilai-nilai kelembutan, kemantapan, merupakan buah

cinta kasih yang paling berharga. Dalam perkawinan Katolik, anak merupakan

suatu karunia yang luhur dalam perkawinan. Orang tua mempunyai tugas untuk

menyalurkan hidup secara manusiawi serta mendidik anak, yang harus dipandang

sebagai perutusan dari Allah. Mereka menunaikan tugas mendidik anak dengan

penuh tanggung jawab, penuh taat pada Allah untuk membentuk pendirian anak

yang dewasa dengan memperhatikan kesejahteraan anak

e. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret

1) Pengantar

Dalam pembicaraan tadi kita sudah menemukan cara-cara mana yang

digunakan oleh FC art. 36 mengenai tugas dan tanggung jawab orang tua dalam

perwujudan pendidikan iman anak. Cara tersebut kita terapkan dalam kehidupan

berkeluarga kita. Dapat kita lihat bersama bahwa artikel tersebut mau

mempertegas kembali tugas dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik

pertama dan utama dalam mendidik anak-anak mereka. Menjadi kewajiban orang

tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai oleh cinta kasih.

Meskipun dalam kehidupan berkeluarga kita yang nota bene berbeda keyakinan,

kita juga mengalami kesulitan khususnya kesulitan kita untuk mendidik anak

mengikuti salah satu pihak. Perkembangan jaman yang semakin modern juga

menjadi salah satu faktor dalam mendidik anak-anak sebab anak cenderung untuk

Page 121: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

103

mengikutinya. Namun dalam pertemuan ini kita semakin disadarkan untuk lebih

memfokuskan tanggung jawab terhadap pendampingan iman anak.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyandarkan

diri pada Allah satu-satunya pedoman bagi langkah hidup kita sebagai orang

tua yang bertanggung jawab atas pendampingan iman anak. Untuk itu marilah

kita mencoba menjawab dan merenungkan pertanyaan berikut:

• Sikap-sikap mana yang dapat kita (bapak/ibu) kembangkan dalam keluarga

beda agama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

orang tua bagi anak-anak kita demi perkembangan imannya di Paroki

Santo Paulus, Palu?

3) Saat hening secara pribadi akan pesan Injil dengan situasi konkret bapak/ibu

sebagai orang tua dengan panduan pertanyaan di atas. Kemudian diberi

kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu.

4) Arah Rangkuman

Sebagai orang tua, kita mengemban tugas pertama dan utama dalam

mendidik dan membimbing anak-anak. Menjadi kewajiban kita sebagai orang tua

untuk menciptakan suasana keluarga dijiwai oleh cinta kasih. Dalam situasi jaman

yang terus berkembang, banyak persoalan dan tantangan bagi kita sebagai

orangtua dalam pendampingan anak, khususnya di sini bagi kita di Paroki Santo

Paulus, Palu. Marilah kita sebagai orang tua untuk semakin memperhatikan

perkembangan dan pertumbuhan anak kita. Sebagai orang tua dengan perbedaan

yang ada, kita bertanggungjawab atas pendidikan dan perkembangan iman anak-

anak kita dengan meluangkan waktu demi anak dan tidak lupa memperhatikan

pendampingan anak agar kelak menjadi orang yang beriman.

Page 122: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

104

f. Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi Konkret

1) Pengantar.

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, mulai dari pemutaran film

“Tanggung Jawab” kita menggali bersama-sama pengalaman kita sebagai orangtua

yang bertanggungjawab dalam pendampingan iman anak. Kita diharapkan untuk

benar-benar memperhatikan perkembangan dan pertumbuhannya agar kelak anak

bisa bertumbuh dan berkembang dalam iman. Kemudian kita merefleksikan

bersama pengalaman-pengalaman kita yang diungkapkan agar kita mampu untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan yang kita alami dalam pendampingan iman anak

dengan berusaha untuk memahami situasi dan kebutuhan anak akan perkembangan

imannya. Dalam dokumen Familiaris Consortio, orang tua mengembang tugas dan

tanggung jawab dari Allah untuk mendidik dan mengasuh anak menjadi generasi

baru. Cinta kasih dalam perkawinan digenapi dengan cinta kasih orang tua pada

anak dan terpenuhi dalam mendidik keturunan. Kita juga belajar untuk

mengemban tugas pertama dan utama dalam mendidik anak-anak kita. Menjadi

kewajiban orang tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai

oleh cinta kasih. Maka dalam kesempatan ini diharapkan kita sebagai orang tua

semakin diteguhkan/disadarkan untuk memperhatikan perkembangan dan

pertumbuhan iman anak. Dengan demikian berdasarkan refleksi pengalaman kita

dan ajakan Familiaris Consortio pada sore hari ini, marilah kita bersama-sama

merencanakan usaha atau bentuk tindakan nyata kita dalam membantu

perkembangan iman anak-anak kita.

Page 123: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

105

2) Memikirkan niat-niat yang bisa kita lakukan sebagai niat bersama:

• Niat apa yang dapat bapak/ibu lakukan terhadap anak-anak sebagai bentuk

tanggung jawab terhadap pendampingan iman anak di dalam keluarga beda

agama di Paroki Santo Paulus, Palu?

• Hal-hal apa saja yang dapat mendukung kita untuk dapat mewujudkan niat-

niat kita tersebut agar lebih optimal?

Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan niat-niatnya

dalam kelompok besar sebagai bentuk keteladanan orang tua terhadap

perkembangan iman anak-anak. Niat-niat pribadi diungkapkan. Niat bersama

didiskusikan sebagai wujud niat bersama yang dijadikan niat setiap pasangan.

g. Penutup

1) Peserta diajak untuk hening sejenak dahulu, merenungkan niat-niat yang telah

disampaikan.

2) Kesempatan doa umat secara spontan yang didahului oleh pendamping dengan

menghubungkan akan kebutuhan dan situasi peserta. Doa umat tersebut disusul

oleh peserta yang ingin mengungkapkan doanya. Akhir pertemuan ditutup

dengan doa penutup.

3) Doa penutup

Allah Bapa kami di surga, terima kasih atas kesempatan yang telah Engkau

berikan. Berkat bimbingan Roh Kudus-Mu kami semua boleh untuk semakin

membuka hati dan budi kami sebagai orang tua. Terima kasih pula atas

pengalaman yang Kau berikan melalui rekan-rekan kami. Kami sadar bahwa

selama ini kami kurang memahami perkembangan iman anak-anak kami. Kami

Page 124: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

106

selalu sibuk dengan diri kami sendiri dan lebih cenderung mementingkan diri

kami sendiri. Hendaknya segala sesuatu yang kami lakukan merupakan cinta

dan kasih sayang kami terhadap anak-anak. Ya Bapa, kami percaya bahwa

Engkau selalu menuntun kami, terlebih untuk membangun sikap dan niat-niat

kami dalam upaya mendampingi iman anak-anak kami. Semoga dengan kami

para orang tua dapat lebih bersemangat dan bertanggungjawab untuk

menghantar anak-anak kami bertumbuh menjadi pribadi yang setia kepada-Mu.

Semua ini kami mohon kepada-Mu dalam nama Yesus Kristus Putra-Mu,

Tuhan dan Pengantara kami, sepanjang segala masa, Amin.

4) Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan bersama menyanyikan dari

teks “Santo Yosef Yang Menjaga” (MB. 553).

Page 125: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendampingan iman bagi keluarga pasangan kawin campur beda agama di

Paroki Santo Paulus, Palu sesudah pernikahan kurang diperhatikan oleh Gereja.

Kenyataannya dalam perjalanan hidup berkeluarga, pasangan beda agama masih

sangat membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan. Pelaksanaan katekese

bagi keluarga kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu khusus

untuk pasangan sebelum pernikahan telah terlaksana. Sedangkan pendampingan

iman sesudah pernikahan kurang diperhatikan oleh Gereja dengan melihat harapan

peserta akan pendampingan yang berkelanjutan.

Pendampingan iman ingin membantu pasangan beda agama menghadapi

persoalan hidup berkeluarga mereka. Pendampingan iman merupakan suatu usaha

yang ditempuh untuk pendampingan bagi pasangan beda agama dalam pelayanan

bagi perkembangan iman agar masing-masing pasangan dapat mencapai

kedewasaan dalam menghayati hidup perkawinan. Di dalam perkawinan, suami-

istri bersama-sama berupaya untuk mewujudkan persekutuan hidup dan cinta

kasih. Sakramen perkawinan memberikan pada peranan pendidik (orang tua) itu

martabat dan panggilan untuk menjadi sungguh-sungguh “pelayan” Gereja demi

pengabdian untuk pengembangan anggota-anggotanya. Melalui suami atau istri

Tuhan hadir, menolong, menguatkan dan membahagiakan pasangan. Persatuan

cinta suami-istri menunjuk kepada suatu persatuan cinta. Perkawinan kristiani

menjadi gambaran dari hubungan cinta yang lebih mulia. Dalam sakramen

Page 126: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

108

perkawinan, ikatan cinta suami istri menjadi lambang, tanda dan perwujudan kasih

Kristus kepada Gereja-Nya sekaligus memberikan rahmat bagi mereka. Dalam

perjalanannya, pasangan keluarga kawin campur beda agama masih sangat

membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan demi kelangsungan hidup

berkeluarga mereka, dalam menghayati hidup perkawinan. Melihat kenyataan

seperti itu, penulis mencoba mencari alternatif untuk mengatasi permasalahan

tersebut dengan mengusahakan suatu kegiatan untuk membantu keluarga beda

agama dalam menghayati hidup perkawinan.

Usulan kegiatan tersebut merupakan tanggapan atas kenyataan yang

banyak terjadi, di mana pasangan beda agama dalam kehidupan keluarganya tidak

jarang menemukan permasalahan-permasalahan atau kesulitan-kesulitan yang

terjadi, baik dalam keluarga itu sendiri maupun faktor yang datang dari luar.

Permasalahan yang datang dari dalam, meliputi kurangnya pemahaman dari

masing-masing pihak akan penghayatan hidup perkawinan, masalah pendidikan

iman anak dan lain sebagainya. Sedangkan masalah yang datang dari luar, yaitu

kemungkinan adanya campur tangan dari pihak luar dalam urusan rumah tangga

pasangan tersebut. Untuk itu pasangan sangat membutuhkan perhatian dari pihak

gereja dalam bentuk pendampingan demi keutuhan hidup berkeluarga.

Pendampingan yang cocok bagi pasangan beda agama ialah katekese. Bertolak

dari kenyataan tersebut, penulis mencoba menawarkan suatu sumbangan

pemikiran untuk membantu pasangan beda agama dalam pendampingan iman

mereka. Gagasan penulis tersebut diuraikan dalam bentuk usulan program

katekese. Hal tersebut dimaksudkan agar gagasan dasar pertemuan katekese dapat

Page 127: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

109

dimengerti oleh pembaca, sehingga pertemuan katekese dapat menjawab

kebutuhan dan harapan-harapan peserta.

Katekese SCP merupakan salah satu bentuk katekese alternatif dari

katekese yang bertolak dari pengalaman hidup, yang sifatnya dialogis partisipatif

dengan tujuan mendorong peserta mengkomunikasikan antara tradisi dan visi

hidup peserta dengan tradisi dan visi hidup kristiani sehingga mampu untuk

mengambil keputusan baik secara pribadi maupun bersama. Pendampingan iman

ini dilaksanakan dalam bentuk katekese karena di dalam katekese dimungkinkan

adanya komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman dalam dialog yang

terbuka. Dialog yang terjadi dalam pertemuan katekese akan menumbuhkan sikap

terbuka, percaya dan saling menghargai yang dapat meneguhkan iman peserta.

Iman yang diteguhkan dalam pertemuan katekese hendaknya semakin

diperkembangkan dan disempurnakan dalam pengalaman konkret peserta. Dengan

demikian secara terus-menerus peserta semakin disempurnakan dalam kehidupan

imannya, sehingga akan terus berkembang.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan

beberapa saran sebagai buah refleksi penulis selama ini, bagi paroki setempat,

seksi pewartaan iman dan juga bagi pasangan beda agama sendiri.

1. Paroki Setempat

Bagi paroki setempat dapat membantu pasangan beda agama dalam

menghayati hidup perkawinan mereka dan meningkatkan kesadaran terhadap

Page 128: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

110

tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam

pendidikan iman anak melalui perhatiannya dengan memakai katekese yang

bertolak dari pengalaman peserta, dalam hal ini bagi keluarga pasangan kawin

campur beda agama.

2. Seksi Pewartaan Iman Paroki,

Bagi seksi pewartaan iman, berhubung katekese model SCP dapat

membantu pasangan beda agama untuk semakin bersahabat dengan

pengalaman hidupnya, semakin mampu mengungkapkan imannya dalam

tindakan dan sikap hidup nyata, maka katekese model SCP perlu diperhatikan

atau dapat dipakai.

3. Pasangan Beda Agama

Bagi pasangan keluarga beda agama, sebagai orang tua perlu meningkatkan

kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman yang

pertama dan utama dalam keluarga dan perlu disadari bahwa pendidikan iman

anak dalam keluarga tidak tergantikan oleh siapapun selain orang tua itu

sendiri. Gereja dan sekolah hanya membantu dan melengkapi apa yang masih

kurang dan apa yang belum diberikan oleh orang tua.

Penulis berharap agar pemikiran yang penulis sumbangkan dapat

memberikan inspirasi dalam usaha meningkatkan kualitas pendampingan iman

pasangan beda agama.

Page 129: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

111

DAFTAR PUSTAKA

Agung Prihartana. (2008). Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Kawin Campur

Beda Agama. Yogyakarta: Kanisius. Gilarso, T. (Ed.). (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Go, Piet. (1987). Kawin Campur Beda Agama dan Beda Gereja, Tinjauan

Historis, Teologis, Pastoral, Hukum Gereja dan Hukum. Malang: Dioma. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese

(F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan tahun 1991).

Heuken, A. (1981). Persiapan Perkawinan. Jakarta: Cipta Loka Caraka. Huber, Th. (Ed.). (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Janssen, Bart. (1983). Visi Marriage Encounter. Marriage Encounter, VII, 4-7. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (1991). (V. Kartosiswoyo Pr dkk.,

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Buku asli diterbitkan tahun 1983). Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawirjana,

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Mangunhardjana, AM. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. _________________. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. Marianus, Yosef. (2004). Menjadi Keluarga Beriman. Yogyakarta: Pustaka

Nusatama. Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi untuk Menumbuhkan. Yogyakarta:

Kanisius. Papo, Jakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah. Purwa Hadiwardoyo. (1990). Perkawinan Menurut Islam dan Katolik: Implikasi

dalam Kawin Campur. Yogyakarta: Kanisius. ________________. (2005). Perkawinan Seorang Katolik dan Seorang Islam.

Komunikasi Keluarga, XV, 13-15. Rubiyatmoko, Robertus. (2001). Hukum Perkawinan Kanonik. Diktat Mata Kuliah

Hukum Gereja Perkawinan untuk Mahasiswa Semester IV Fakultas Teologi Weda Bhakti, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Setyakarjana, SJ. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik.

Siauwarjaya, Afra. (1987). Membangun Gereja Indonesia II: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Sumantri, Y. (2002). Akar dan sayap. Yogyakarta: Kanisius. Sumarno Ds. (2006). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik

Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan untuk Mahasiswa Semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Page 130: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

112

Tabita Kartika Christiani. (2008). Shared Christian Praxis dalam Konteks Indonesia. Makalah yang diambil dari bahan Pengayaan Diri Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pada 18-19 Juni 2008.

Tangdilintin, Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan. Jakarta: Obor.

Team Pembinaan Persiapan Berkeluarga Daerah Istimewa Yogyakarta. (1981). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.

Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Wignyasumarta, Ignasius, dkk. (2000). Panduan Rekoleksi Keluarga. Yogyakarta:

Kanisius. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah).

Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). Yuwana, T.A. (1990). Dinamika Perkawinan Masa Kini. Malang: Dioma

Page 131: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

LAMPIRAN

Page 132: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(1)

Lampiran 1: Pedoman Quesioner Terbuka untuk Dewan Paroki 1. Bagaimana sejarah berdirinya Paroki Santo Paulus, Palu? 2. Bagaimana letak geografis Paroki Santo Paulus, Palu? 3. Berapa jumlah keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu dan bagaimana

perkembangannya selama dua tahun terakhir (2007-2008) ini hingga sekarang?

4. Gambarkanlah keadaan sosial ekonomi keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu!

5. Sebutkanlah latar belakang pendidikan keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu!

Page 133: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(2)

Lampiran 2: Pedoman Quesioner Terbuka untuk Ketua Stasi/Wilayah 1. Berapa jumlah keluarga-keluarga di Stasi/Wilayah bapak/ibu dan bagaimana

perkembangannya selama dua tahun terakhir (2007-2008) ini hingga sekarang?

2. Gambarkanlah keadaan sosial ekonomi keluarga-keluarga di Stasi/Wilayah bapak/ibu!

3. Sebutkanlah latar belakang pendidikan keluarga-keluarga di Stasi/Wilayah bapak/ibu!

4. Macam-macam kegiatan apa saja yang dilaksanakan untuk keluarga-keluarga di Stasi/Wilayah bapak/ibu?

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu ketua Stasi/Wilayah mengenai kegiatan-kegiatan yang ada bagi keluarga-keluarga tersebut?

6. Bagaimana keterlibatan keluarga-keluarga dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Stasi/Wilayah Anda?

7. Apakah sudah ada pendampingan bagi keluarga kawin campur beda agama di Stasi/Wilayah bapak/ibu? Dalam bentuk apa?

8. Bagaimana dengan kegiatan pendampingan iman bagi keluarga kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu?

9. Apakah keluarga-keluarga mempunyai pendampingan khusus (Pembina) dalam melaksanakan kegiatan Pendalaman Iman? Jika ada, berapa jumlahnya?

10. Apakah Pembina mempunyai keahlian khusus di bidang pendampingan iman?

Page 134: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(3)

Lampiran 3: Pedoman Quesioner Terbuka untuk Pasangan Beda Agama 1. Berapa usia anda? 2. Apa status pekerjaan anda? 3. Di mana tempat tinggal anda? (asal stasi/wilayah)? 4. Tahun berapa anda menikah? Di mana? Oleh Siapa? 5. Apakah anda terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di

lingkungan/stasi/paroki anda? Sebutkan kegiatan-kegiatan itu! 6. Apakah sebelum pernikahan ada Pendampingan Iman? 7. Apakah sesudah pernikahan ada Pendampingan Iman? 8. Apakah keluarga Anda membutuhkan pendampingan dari Gereja? Dalam

bentuk apa? Berikan usulan Anda?

Page 135: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(4)

Lampiran 4: Rangkuman Hasil Quesioner Terbuka Untuk Dewan Paroki A. Pelaksanaan: Responden : Bpk. Dani Daniel Waktu : 10 Desember – 8 Januari 2009 Tempat : Rumah Bpk. Daniel Dani Penyebar kuisioner oleh : Bpk. Aloysius Averdi B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban 1. Bagaimana sejarah berdirinya Paroki Santo Paulus, Palu?

Jawaban: Pada tanggal 9 September 1924 pembaptisan pertama di Palu oleh Pastor A.H.G. Bröcher, MSC. Orang pertama yang dibaptis ialah Yohana. Mulai saat itu umat di Palu dilayani oleh Pastor dari Paroki Gorontalo. Tahun 1957/1958 dibangunlah Gereja Santo Paulus, Palu dan Pastor Paroki yang pertama ialah Pastor Bangkut MSC, kemudian Pst. John Tinggogoi, MSC; Pst. Rarung, MSC; Pst. Mailangke, MSC. Tahun 1986 dicari lokasi untuk bangunan Gereja baru oleh Pastor Rarung, MSC karena perkembangan umat yang semakin bertambah, Gereja yang sebelumnya tidak memungkinkan dan tahun 1988-1996 dibangunlah Gereja Baru. Tahun 1997 diadakan peresmian Gereja Santa Maria. Pastor Paroki selanjutnya ialah Pst. Talibonso, MSC; Pst. Frans Mandagi, MSC; Pst. Alfred M., MSC; Pst. Melky Toreh, MSC dan saat ini tahun 2008 Pastor Parokinya yaitu Pst. Beny Pangkey, MSC.

2. Bagaimana letak Geografis Paroki Santo Paulus, Palu?

Jawaban: Paroki Santo Paulus, Palu berpusat di Teluk Palu. Paroki ini melingkupi kota Palu, wilayah kabupaten Donggala, sebagian wilayah kabupaten Poso. Perbatasannya yaitu sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Damsol (Kab. Donggala), sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Lore Tengah (Kab. Poso), sebelah Barat berbatasan dengan Stasi Watatu (Kab. Donggala) dan sebelah Selatan berbatasan dengan Stasi Lalundu (Kab. Donggala).

3. Berapa jumlah keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu dan

bagaimana perkembangnannya selama dua tahun terakhir (2007-2008) ini hingga sekarang? Jawaban: Berdasarkan hasil pendataan, jumlah keluarga-keluarga di Paroki

Santo Paulus, Palu yaitu 814 KK dan pertambahan tahun 2007-2008 hingga saat ini berjumlah 1058 KK dari berbagai etnis, seperti Jawa, Bali, Minahasa, Toraja dan NTT (Sumatera & Ambon minoritas) dengan pembagian sebagai berikut: • Keluarga Katolik : 760 KK menjadi 982 KK

Page 136: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(5)

• Keluarga Beda Gereja : 38 KK menjadi 49 KK • Keluarga Beda Agama : 16 KK menjadi 27 KK Pembagian umat Paroki Santo Paulus, Palu menurut etnis, yaitu: a. Minahasa : 264 KK b. Jawa : 212 KK c. Toraja : 159 KK d. NTT : 137 KK e. Bali : 106 KK f. Tionghoa : 74 KK g. Palu : 53 KK h. Sumatra : 32 KK i. Ambon : 21 KK

4. Gambarkanlah keadaan sosial ekonomi keluarga-keluarga di Paroki Santo

Paulus, Palu! Jawaban: Kehidupan sosial ekonomi keluarga-keluarga di Paroki Santo

Paulus, Palu untuk daerah kotanya rata-rata Pegawai, Pedagang dan Karyawan, Pengusaha dan sopir; sedangan di desa rata-rata bekerja sebagai petani. Umat 60% bermukim di daerah kota dan 40% di desa (stasi-stasi).

5. Sebutkanlah latar belakang pendidikan keluarga-keluarga di Paroki Santo

Paulus, Palu! Jawaban: Keluarga-keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu dengan latar

belakang pendidikan sebagai berikut: pendidikan Sarjana (Perguruan Tinggi) 21%, pendidikan SMA/SMK 32%, pendidikan SMP 37% dan pendidikan SD 10%.

Page 137: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(6)

Lampiran 5: Rangkuman Hasil Quesioner Terbuka Untuk Ketua Stasi/Wilayah

A. Pelaksanaan: Responden : 5 Ketua Stasi dan 3 ketua Wilayah (Ketua Stasi

Palolo, Jono Oge, Kulawi, Donggala, Watatu dan ketua Wil. II, IV, XV).

Waktu : 10 Desember – 8 Januari 2009 Tempat : Rumah masing-masing ketua stasi/wilayah Penyebar kuisioner oleh : Bpk. Aloysius Averdi B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban 1. Berapa jumlah keluarga-keluarga di stasi/wilayah bapak/ibu dan bagaimana

perkembangannya selama dua tahun terakhir (2007-2008) ini hingga sekarang? Jawaban: Jumlah keluarga-keluarga di stasi/wilayah lingkup Paroki Santo

Paulus, Palu berjumlah 248 KK dengan pembagian sebagai berikut: • Keluarga Katolik : 182 KK menjadi 207 KK • Keluarga Beda Gereja : 19 KK menjadi 27 KK • Keluarga Beda Agama : 6 KK menjadi 14 KK

2. Gambarkanlah keadaan sosial ekonomi keluarga-keluarga di stasi/wilayah

bapak/ibu! Jawaban: Kehidupan sosial ekonomi untuk keluarga-keluarga di stasi atau

wilayah yaitu sebagai berikut: 50% tergolong rendah, 40% tergolong cukup baik dan sisanya 10% tergolong tinggi. Sebagian besar keluarga mata pencahariannya petani dan pegawai golongan kecil, termasuk golongan menengah ke bawah.

3. Sebutkanlah latar belakang pendidikan keluarga-keluarga di stasi/wilayah

bapak/ibu! Jawaban: Keluarga-keluarga di stasi atau wilayah dengan latar belakang

pendidikan sebagai berikut: pendidikan Sarjana (Perguruan Tinggi) 24%, pendidikan SMA/SMK 28%, pendidikan SMP 34% dan pendidikan SD 14%.

4. Macam-macam kegiatan apa saja yang dilaksanakan untuk keluarga-

keluarga di Stasi/Wilayah bapak/ibu? Jawaban: Macam-macam kegiatan yang dilaksanakan untuk keluarga-

keluarga di Paroki Santo Paulus, Palu antara lain: • Katekese; kegiatan ini diadakan langsung di masing-masing Stasi/Wilayah

dengan waktu yang sudah ditentukan, yaitu semiggu sekali pada masa Adven, Prapaskah dan pada bulan Kitab Suci. Ketua Stasi/Wilayah

Page 138: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(7)

mengkoordinir semua kegiatan. Pendamping katekese ialah tim khusus dari paroki untuk mendampingi proses pelaksanaan katekese dan bisa diganti oleh ketua Stasi/Wilayah yang sudah terlatih untuk mendampingi. Materi katekese disiapkan dari Paroki karena belum ada katekese yang dibuat sendiri oleh wilayah. Peserta katekese sebagian besar orang tua dan sisanya mudika dan anak-anak. Tempat pelaksanaan katekese diadakan di setiap rumah umat secara bergantian sesuai dengan jadual yang ditentukan oleh masing-masing Wilayah rohani/Stasi.

• Liturgi; kegiatan di bidang liturgi yang diadakan oleh paroki yaitu koor

untuk perayaan Ekaristi pada hari Minggu biasa dan hari-hari besar lainnya. Petugas koor sudah ditentukan oleh paroki untuk masing-masing Wilayah/Stasi secara bergantian. Persiapan koor diatur oleh setiap Wilayah/Stasi yang bertugas dengan waktu yang sudah ditentukan di tiapWilayah/Stasi.

• Kelompok-kelompok kategorial, meliputi:

o KBK; merupakan organisasi Gereja Kaum Bapa Katolik khusus Keuskupan Manado. Organisasi ini mengikuti pola Gereja Kristen. Kegiatan yang diadakan oleh KBK dilaksanakan seminggu sekali sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Mereka mengadakan doa bersama, sharing pengalaman dan evaluasi program kerja. Anggota organisasi ini berjumlah ± 20 orang yang selalu aktif. Tempat pelaksaannya di gereja. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada cabang-cabangnya di setiap wilayah.

o LegioMaria; Kelompok doa ini terdiri dari para ibu dari berbagai

wilayah dalam Paroki. Mereka mengadakan doa rutin tiap minggu dengan waktu yang sudah ditentukan bersama. Biasanya tempat pelaksanaannya di gereja. Memiliki anggota ± 20 yang aktif.

o Persekutuan Doa Kharismatik; Kelompok doa kharismatik ini terdiri

dari orang tua, keluarga muda dan mudika yang mau bergabung. Kebanyakan dari mereka adalah para pengusaha. Anggotanya ± 30 orang yang aktif. Mereka mengadakan doa bersama, sharing KitabSuci tiap minggunya dengan waktu yang sudah disepakati. Mereka mempunyai kegiatan khusus, yaitu doa untuk orang sakit. Tempat pelaksanaan biasanya di gereja, kecuali ada permintaan khusus dari anggotanya. Tiap tahun mereka mengadakan ziarah ke Lourdes.

o Mudika; memiliki kegiatan rutin doa bersama dan pertemuan, yang

diadakan tiap minggu sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan bersama. Jumlah anggota yang aktif ± 40 orang, mulai dari siswa SMA kelas 1 sampai dengan mahasiswa dan karyawan. Kegiatannya tidak begitu terkoordinir dengan baik melihat latar belakang dari tiap anggotanya yang beraneka ragam. Mereka tampil aktif ketika

Page 139: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(8)

mendapat giliran liturgi seperti koor pada Minggu biasa dan hari-hari besar lainnya.

o PPA; kegiatan Putra-Putri Altar tidak rutin tetapi sesuai dengan

kebutuhan. Kelompok ini mempunyai para pendamping khusus dari paroki. Anggota yang aktif berjumlah ± 30 orang, mulai dari tingkat SD, SMP dan sebagian SMU dengan syarat sudah menerima komuni pertama.

o BIRKat; kegiatan untuk kelompok Bina Iman Remaja Katolik

diadakan rutin tiap minggu dengan waktu yang sudah ditentukan. Mereka mengadakan doa bersama, katekese, pembinaan. Tempat pelaksanaannya di gereja. Jumlah anggota kelompok yang aktif ± 20 orang mulai dari tingkat SD kelas V hingga SMP.

o BIAK; kegiatan kelompok Bina Iman Anak Katolik diadakan setiap

hari minggu di gereja setelah selesai perayaan ekaristi. Jumlah anggotanya ± 60 orang muali dari anak usia Taman Kanak-kanak hingga SD kelas IV. BIAK memiliki pendamping khusus dari Paroki dan juga ibu-ibu yang dengan sukarela mau bergabung mendampingi anak-anak.

5. Bagaimana tanggapan bapak/ibu ketua stasi/wilayah mengenai kegiatan-kegiatan yang ada bagi keluarga-keluarga tersebut? Jawaban: Tanggapan ketua Stasi/Wilayah mengenai kegiatan-kegiatan yang

ada pada umumnya menerima dan mendukung semua kegiatan yang ada dan mengharapkan supaya kegiatan-kegiatan tersebut tetap dilaksanakan dan terus dikembangkan dengan baik.

6. Bagaimana keterlibatan keluarga-keluarga dalam kegiatan-kegiatan yang

ada di StasiWilayah Anda? Jawaban: Hampir setiap keluarga-keluarga ikut terlibat dalam setiap kegiatan

yang diadakan olehSstasi/Wilayah. Hanya saja terkadang jarak dan medan yang tidak memungkinkan membuat beberapa keluarga terkadang tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Stasi/Wilayah.

7. Apakah sudah ada pendampingan bagi keluarga kawin campur beda agama

di stasi/wilayah bapak/ibu? Dalam bentuk apa? Jawaban: Sudah ada, dalam bentuk Pembinaan dan Pendalaman Iman,

dengan waktu yang sudah terjadual.

Page 140: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(9)

8. Bagaimana dengan kegiatan pendampingan iman bagi keluarga kawin campur beda agama di Paroki Santo Paulus, Palu? Jawaban: Kegiatan Pendampingan Iman belum berjalan dengan baik, terlebih

bagi pendampingan iman sebelum pernikahan. Sedangkan pendampingan iman sesudah pernikahan belum terlaksana.

9. Apakah keluarga-keluarga mempunyai pendampingan khusus (Pembina)

dalam melaksanakan kegiatan Pendalaman Iman? Jika ada, berapa jumlahnya? Jawaban: Keluarga-keluarga mempunyai Pendamping/Pembina khusus yang

dibentuk oleh Paroki, jumlahnya19 orang. 10. Apakah Pembina mempunyai keahlian khusus di bidang pendampingan iman?

Jawaban: Ada banyak tenaga ahli/katekis di Paroki Santo Paulus, Palu tapi kurang dimanfaatkan.

Page 141: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(10)

Lampiran 6: Rangkuman Hasil Quesioner Terbuka Untuk Pasangan Kawin Campur Beda Agama

A. Pelaksanaan: Responden : 14 Pasang (Pasangan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,&

14) Waktu : 10 Desember – 8 Januari 2009 Tempat : Rumah masing-masing Pasangan Penyebar kuisioner oleh : Bpk. Aloysius Averdi B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban 1. Berapa usia anda?

Jawaban: 1) 36 & 34 2) 27 & 27 3) 42 & 39 4) 36 & 34 5) 34 & 30 6) 48 & 39 7) 30 & 27

8) 35 & 34 9) 28 & 26 10) 53 & 48 11) 32 & 28 12) 27 & 25 13) 39 & 35 14) 29 & 27

2. Apa status pekerjaan anda?

Jawaban: • Petani • Wiraswasta • Pegawai Negeri • Ibu Rumah Tangga

3. Di mana tempat tinggal anda? (asal stasi/wilayah)? Jawaban: • Stasi Palolo • Stasi Jono Oge • Stasi Kulawi • Stasi Donggala • Stasi Watatu • Wilayah Rohani 2 • Wilayah Rohani 4 • Wilayah Rohani 15

4. Tahun berapa anda menikah? Di mana? Oleh Siapa?

Jawaban: • Tahun 1980 di Paroki Watutu oleh Pastor Frans Nurak, SVD • Tahun 2003 di Kulawi oleh Pastor Alex Palino, MSC

Page 142: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(11)

• Tahun 2003 di Palu oleh Pastor Alex Palino, MSC • Tahun2003 di Donggala oleh Pastor Melky Toreh, MSC • Tahun 2007 di Tentena oleh Pastor Yakob, MSC • Tahun 2007 di Kulawi oleh Pastor Alex Palino, MSC • Tahun 2007 di Palolo oleh Pastor Alex Palino, MSC • Tahun 2008 di Palu oleh Pastor Melky Toreh, MSC • 6 (enam) pasang belum menikah Gereja(masih dalam masa persiapan).

5. Apakah anda terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan/stasi/paroki anda? Sebutkan kegiatan-kegiatan itu! Jawaban: Disetiap kegiatan yang diadakan oleh Stasi/Wilayah keluarga-

keluarga hampir sering terlibat dengan waktu yang memungkikan, seperti ibadat mingguan, Doa Rosario, Pendalaman Iman, Sharing Kitab Suci dan pembinaan.

6. Apakah sebelum pernikahan ada Pendampingan Iman?

Jawaban: Ada Pendampingan Iman sebelum pernikahan. • Bentuk : Katekumenat, Kursus persiapan perkawinan,

Pembinaan dan doa-doa, serta Pendalaman Iman • Materi :

- Materi Pembinaan Katekumenat meliputi Saudara Ingin Menjadi Katolik?, Mengenal Dasar Kepercayaan Kita, Mengenal Kitab Suci, Mengenal Gereja, Mengenal Doa Orang Kristen, Mengenal Perayaan Ekaristi, Penciptaan, dan Siapakah Manusia?

- Materi Pembinaan Pra nikah meliputi Hidup Kekal, Sakramen-sakramen Gereja, Keluarga Berencana, Hukum Gereja, Moral Perkawinan, Seksualitas, Ekonomi Rumah Tangga, Doa dan Kitab Suci, Moralitas Seksual.

• Langkah-langkah : Doa Pembukaan oleh pendamping, Materi, baca

Kitab Suci, Sharing/Tanya jawab, kesimpulan, Doa Penutup.

• Metode : Tanya Jawab dan Sharing Pengalaman.

• Sarana : Buku Panduan, Kitab Suci dan Buku Doa Harian.

• Proses : Aktif, karena ingin belajar dan mau tahu tentang

ajaran Gereja Katolik dan selalu diberikesempatn untuk bertanya.

Page 143: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(12)

• Kesan : Merasa senang karena banyak pengetahuan yang diperoleh mengenai Iman Katolik dan menambah pengalaman iman; merasa dirangkul.

• Motovasi : Ingin tau dan mau menjadi anggota Gereja yang

baik sehingga berusaha untuk dapat membangun rumah tangga sesuai dengan iman kristiani.

• Menghambat : Waktu, kesempatan dan transportasi. • Mendukung : Metode dan sarana pembinaan, materi, fasilitas

serta niat untuk mau belajar. • Manfaat : Mendapat banyak pengetahuan tentang iman

katolik dan menjadi sadar dan selalu aktif dalam kegiatan Gereja.

7. Apakah sesudah pernikahan ada Pendampingan Iman?

Jawaban: Ada Pendampingan Iman sesudah pernikahan. • Bentuk : Pembinaan Rohani seperti Sharing Kitab Suci

dan Doa-doa Mingguan. • Materi : Kitab Suci dan Doa dalam Keluarga.

• Langkah-langkah : Tanda Salib, Doa Pembukaan, Materi, Sharing

pengalaman, baca Kitab Suci, kesimpulan, Doa Penutup.

• Metode : Tanya Jawab dan Sharing Pengalaman.

• Sarana : Kitab Suci dan Buku Doa Harian.

• Proses : Aktif, mau lebih mendalami tentang ajaran

Gereja Katolik.

• Kesan : Merasa senang dan semoga kegiatan ini terus berkelanjutan.

• Motovasi : Ingin tau dan mau menjadi anggota Gereja yang

baik

• Menghambat : Waktu.

• Mendukung : Materi dan fasilitas pendampingan.

• Manfaat : Menjadi sadar dan menyandarkan hidup pada Allah.

Page 144: PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA … · PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA KAWIN CAMPUR BEDA AGAMA DALAM MENGHAYATI HIDUP PERKAWINAN KRISTIANI DI PAROKI SANTO PAULUS, PALU, SULAWESI

(13)

8. Apakah keluarga Anda membutuhkan pendampingan dari Gereja? Dalam

bentuk apa? Berikan usulan Anda? Jawaban: Masih sangat membutuhkan kegiatan-kegiatan pendampingan dari

Gereja, seperti Pembinaan Iman dan Pendampingan Rohani. Usulannya agar kegiatan semacam ini tetap dan terus dijalankan, baik sebelum maupun sesudah pernikahan.