Kawin Kontrak Dalam Islam

22
MAKALAH FIQIH KAWIN KONTRAK MENURUT ISLAM Oleh: SARNI SUSANTI KELAS XI IPA GURU PEMBIMBING : MAHMUDAH, S.Ag

description

makalah membahas tentang hukum kawin kontrak dalam Islam

Transcript of Kawin Kontrak Dalam Islam

Page 1: Kawin Kontrak Dalam Islam

MAKALAH FIQIH

KAWIN KONTRAK MENURUT ISLAM

Oleh:

SARNI SUSANTI

KELAS XI IPA

GURU PEMBIMBING :

MAHMUDAH, S.Ag

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)

OLAK KEMANG KOTA JAMBI

TAHUN PELAJARAN

2012 / 2013

Page 2: Kawin Kontrak Dalam Islam

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan judul “Kawin

Kontrak Menurut Islam” yang disusun berdasarkan data-data yang di peroleh dari

berbagai sumber informasi.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata pelajaran Fiqih.

Penulis sangat berterima kasih kepada Ibu Mahmudah, S.Ag selaku guru

pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih banyak terhadap teman-teman

sekalian yang telah membantu banyak dalam penyusunan tugas ini.

Walaupun makalah ini telah selesai, namun penulis menyadari bahwa

makalah ini masih sangat banyak memiliki kesalahan dan kekurangan-kekurangan

sehingga makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis

sangatlah berharap mendapat masukan-masukan mengenai makalah ini agar ke

depannya penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurangan-

kekurangan yang ada pada makalah ini di makalah selanjutnya.

Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri

dan para pembaca pada umumnya. Dan penulis berharap bahwa makalah ini juga

bisa menjadi salah satu sumber informasi bagi para pembaca yang sedang

mengkaji masalah yang sama dengan makalah ini

Jambi, Februari 2013

Penulis.

i

Page 3: Kawin Kontrak Dalam Islam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi nikah mut’ah .......................................................................... 3

B. Sejarah Nikah Mut'ah ........................................................................... 4

C. Nikah Mut'ah Menurut Hukum Agama Islam ..................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 10

B. Saran .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Kawin Kontrak Dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidup bersama antara seorang pria dan wanita mempunyai akibat yang

sangat penting dalam masyarakat, baik terhadap kedua belah pihak maupun

terhadap keturunannya serta anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu peraturan yang mengatur tentang hidup bersama

tersebut.Dengan demikian sejak dulu kala hubungan pria dan wanita dalam

perkawinan telah dikenal, walaupun dalam sistem yang beraneka ragam, mulai

dari yang bersifat sederhana sampai kepada masyarakat yang berbudaya tinggi,

baik yang pengaturannya melalui lembaga-lembaga masyarakat adat maupun

denganperaturan perundangan yang dibentuk melalui lembaga kenegaraan serta

ketentuan-ketentuan yang digariskan agama.

Allah menetapkan adanya aturan tentang perkawinan bagi manusia dengan

aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, manusia tidak boleh berbuat semaunya

seperti binatang, kawin dengan lawan jenis semaunya atau seperti tumbuh-

tumbuhan yang kawin dengan perantara angin. Allah telah memberikan batas

dengan peraturan-peraturannya,yaitu dengan syare’at yang terdapat dalam Kitab-

Nya dan Hadist Rasul-Nya dengan hukum-hukum perkawinan. Namun

kenyataannya dalam perkembangan masyarakat sekarang ini ada yang

menyalahgunakan perkawinan dengan melakukan nikah mut’ah seperti yang

terjadi kota tertentu seperti bogor . Istilah nikah mut’ah menggambarkan suatu

perkawinan yang dilakukan berdasarkan kontrak yang berisi perjanjian untuk

hidup bersama sebagai suami istri dalam jangka waktu tertentu dengan adanya

imbalan. Pelaksanaan nikah mut’ah sangat bertentangan dengan UU No.1 Tahun

1974 tentang perkawinan, walaupun nikah mut’ah tidak diatur secara khusus

karena nikah mut’ah merupakan fenomena baru dalam masyarakat. Tujuan dari

nikah mut’ah adalah untuk menyalurkan nafsu birahi tanpa adanya keinginan

untuk hidup bersama dan membentuk rumah tangga yang kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa bahkan terkadang juga tidak mengharapkan adanya

keturunan, hal ini tentu saja bertentangan dengan tujuan perkawinan.

1

Page 5: Kawin Kontrak Dalam Islam

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang melatar belakangi dan menjadi tujuan wanita bersedia

melakukan nikah mut’ah?

2. Dimanakah biasanya nikah mut’ah banyak/sering dilakukan?

3. Bagaimana nikah mut’ah dilihat dari perspektif islam dan dari perspektif

budaya norma Indonesia?

4. Wanita yang seperti apakah yang biasanya melakukan nikah mut’ah?

5. Mengapa nikah mut’ah diharamkan?

C. TUJUAN

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan wanita melakukan kawin

kontrak atau nikah mut’ah.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan kawin kontrak (nikah mut’ah)

2

Page 6: Kawin Kontrak Dalam Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI NIKAH MUTH'AH

Nikah secara bahasa artinya berkumpul atau bercampur, sedangkan

menurut syari’at secara hakekat adalah akad (nikah) dan secara majaz adalah al-

wath’u (hubungan seksual) menurut pendapat yang shahih, karena tidak diketahui

sesuatupun tentang penyebutan kata nikah dalam kitab Allah -Subhanahu wa

ta’ala- kecuali untuk makna at-tazwiij (perkawinan).Kata mut’ah dan derivasinya

disebutkan sebanyak 71 kali dalam Al-Qur’an, dalam surat yang berbeda-beda,

walaupun maknanya bermacam-macam tetapi kembali kepada satu pokok seputar

pengambilan manfaat atau keuntungan.

Nikah muth'ah adalah ikatan seeorang laki-laki dengan seseorang

perempuan dalam batas waktu tertentu dengan upah tertentu pula. Menurut imam-

imam madzhab di dalam kitab mereka, nikah muth'ah adalah pernikahan dengan

batasan waktu baik waktunya sudah diketahui atau tidak, kurang lebih lamanya

waktu adalah sampai empat puluh lima hari, kemudian nikah itu naik dengan

mengganti batas waktu tersebut dengan batasan satu kali haidh atau dua kali haidh

pada wanita yang haidh. Dan selama 4 bulan 10 hari pada wanita yang ditinggal

mati suaminya, dan hukum nikah tersebut bahwasanya tidak ditetapkan mahar

tanpa syarat baginya, dan tidak ditetapkan nafkah baginya, dan tidak ada waris-

mewaris, tidak ada I'ddah kecuali meminta lepas menurut yang ia ingat, dan tidak

ditetapkan nasab. Dari definisi tersebut bahwasanya perkawinan yang seperti ini

terjadi kontradiksi terhadap arti nikah sesungguhnya. Bahwa nikah itu adalah

suatu ikatan yang kuat dan perjanjian yang teguh yang ditegakkan di atas landasan

niat untuk bergaul antara suami istri dengan abadi supaya memetik buah kejiwaan

yang telah digariskan Allah dalam al-qur'an yaitu ketentraman, kecintaan, dan

kasih sayang. Sedangkan tujuan yang bersifat duniawi adalah demi

berkembangnya keturunan dan kelangsungan hidup manusia. Seperti Firman

Allah :

3

Page 7: Kawin Kontrak Dalam Islam

والل��ه جع��ل لكم من انفس��كم ازواج��ا وجع��ل لكم منازواجكم بنين وحفدة )النحل : (

Artinya :Allah telah menjadikan jodoh bagimu dari jenismu sendiri (laki-laki dan perempuan), dan dari perjodohanmu itu anak-anakmu. (An-nahl : 76)

يايهاالن��اس اتق��وا ربكم ال��ذى خلقكم من نفس واح��دةوخلق منها زوجها وبث منهارجاال كثيرا ونساء )ألنس��اء :

1) Artinya :Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (An-nisa' : 1)

B. SEJARAH KAWIN KONTRAK (NIKAH MUTH'AH)

Nikah muth'ah pernah diperbolehkan oleh Rasulullah sebelum stabilitasnya

syari'at islam, yaitu diperbolehkannya pada waktu berpergian dan peperangan.

Akan tetapi kemudian diharamkan. Rahasia diperbolehkan nikah muth'ah waktu

itu adalah karena masyarakat islam pada waktu itu masih dalam transisi (masa

peralihan dari jahiliyah kepada islam). Sedang perzinaan pada masa jahiliyah

suatu hal yang biasa. Maka setelah islam datang dan menyeru pada pengikutnya

untuk pergi berperang. Karena jauhnya mereka dari istri mereka adalah suatu

penderitaan yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya dan adapula

yang sebagian tidak kuat imannya. Bagi yang lemah imannya akan mudah untuk

berbuat zina yang merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan bagi

yang kuat imannya berkeinginan untuk mengkebiri dan mengipoternkan

kemaluannya. Seperti apa yang dikatakatan oleh Ibn Mas'ud :

ص��امعن بن مسعود قال : كنا نغزوا م��ع رس��ول الل��ه وليس معنا نساء فقلن��ا : أال نستخص��ى؟ فنهان��ا رس��ول الله صام عن ذالك. ورخص لن��ا ان ننكح الم��رأة الث��وب

إلى أجل.Artinya :Dari mas'ud berkata : waktu itu kami sedang perang bersama Rasulullah SAW dan tidak bersama kami wanita, maka kami berkata : bolehkah kami mengkebiri (kemaluan kami). Maka Raulullah SAW melarang kami melakukan itu. Dan

4

Page 8: Kawin Kontrak Dalam Islam

Rasulullah memberikan keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan mahar baju sampai satu waktu.

Tetapi rukhshah yang diberikan nabi kepada para shabat hanya selama tiga

hari setelah itu Beliau melarangnya, seperti sabdanya :

وعن سلمة بن األكوع ق��ال : رخص رس��ول الل��ه ص��لى الله عليه وسلم عام أوط��اس فى المطع��ة, ثالث��ة أي��ام,

ثم نهى عنها )رواه مسلم (Artinya :Dari Salamah bin Akwa' berkata : Rasulullah SAW memberikan keringanan nikah muth'ah pada tahun authas (penaklukan kota Makah) selama 3 hari kemudian beliau melarangnya (HR Muslim)

Dari hadis Salamah ini memberikan keterangan bahwasanya Rasulullah

pernah memperbolehkan nikah muth'ah kemudian melarangnya dan menasah

rukhshah tersebut. Menurut Nawawi dalam perkataannya bahwasanya

pelarangannya dan kebolehannya terjadi dua kali, kebolehannya itu sebelum

perang khaibar kemudian diharamkannya dalam perang khaibar kemudian

dibolehkan lagi pada tahun penaklukan Makah (tahun Authas), setelah itu nikah

muth'ah diharamkan selama-lamanya, sehingga terhapuslah rukhshah itu selama-

lamnya. Seperti dalam hadis Rasulullah SAW :

وعن علي رضي الله تعالى عنه قال : نهى رس��ول الل�ه عن المتعة عام خيبر )متفق عليه(صام

Artinya :Dari Ali ra. berkata : Rasulullah melarang nikah muth'ah pada tahun Khaibar.

وعن ربي��ع بن س��بورة, عن أبي��ه رض��ي الل��ه عن��ه, أن ق��ال : إنى كنت أذنت لكم اإلس��تمناعصامرسول الله

من النس��اء, وإن الل��ه ق��د ح��رم ذل��ك إلى ي��وم القيام��ة)أخرجه مسلم وأبو داود والنساء وأحمد وابن حبان(

Artinya :Dari Rabi' bin Saburah, dari ayahnya ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya aku telah memberikan izin kepadamu untuk memintak muth'ah dari wanita, dan sesungguhnya Allah SAW telah mengharamkan itu sampai hari kiamat (HR Muslim, Abu Daud, Nasai', Ahmad, dan Ibn Majah)

5

Page 9: Kawin Kontrak Dalam Islam

C. NIKAH MUT'AH MENURUT HUKUM AGAMA ISLAM

Dikalangan umat islam, sudah sejak lama dikenal kawin kontrak yaitu

dengan istilah nikah mut’ah. Diawal era islam nikah mut’ah telah ada, adanya

nikah mut’ah karena banyak orang-orang tidak berada dinegerinya atau ditempat

tinggalnya karena sedang dalam peperangan ditempat yang jauh dan dalam

perjalanan yang panjang. Pada saat itu masih banyak orang-orang yang

meninggalkan masa jahiliyah dan kekafiran, sehingga untuk menghentikan

mereka dari perbuatan keji dilakukan dengan cara bertahap. Kata nikah mut’ah

berasal dari kata At-tamatu yang menurut bahasa arab mempunyai arti bersenang-

senang.

Menurut istilah fikih, nikah mut’ah atau kawin kontrak adalah seorang

laki-laki menikahi seorang perempuan, dengan memberikan sejumlah harta

tertentu, dalam waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas

waktu yang telah ditetapkan, tanpa talak, tanpa kewajiban memberi nafkah

maupun tempat tinggal dan tanpa adanya saling mewarisi antara keduanya, jika

salah satu dari keduanya mati sebelum berakhirnya nikah mut’ah itu. Kawin ini di

katakan mut’ah atau bersenang-senang, karena akadnya semata-mata untuk

senang-senang saja antara laki-laki perempuan dan untuk memuaskan nafsu,

bukan untuk bergaul untuk sebagai suami istri, bukan untuk mendapatkan

keturunan atau hidup sebagai suami istrui dengan membina rumah tangga

sejahtera.

Nikah mut’ah atau kawin mut’ah juga dinamakan kawin muaqqat artinya

kawin untuk waktu tertentu atau kawin munqathi artinya kawin terputus yaitu

seorang laki-laki mengikat perkawinan dengan perempuan untuk beberapa hari,

seminggu atau sebulan. Menurut pendapat seorang ahli tafsir Ibnu’Athiyah Al

Andalusi, bahwa nikah mut’ah atau kawin kontrak adalah seorang lelaki menikahi

seorang wanita dengan dua orang saksi dan izin wali dalam waktu tertentu, tanpa

adanya saling mewarisi antara keduanya. Silelaki memberinya uang menurut

kesepakatan keduanya. Apabila masanya telah berakhir, maka silelaki tak

mempunyai hak lagi atas siwanita, dan siwanita harus membersihkan rahimnya.

6

Page 10: Kawin Kontrak Dalam Islam

Apabila tidak hamil maka ia dihalalkan menikah lagi dengan lelaki lainnya. Pada

pelaksanaan nikah mut’ah adanya saksi dalam akad nikah, hukumnya

mustahab/tidak mewajibkannya.

Demikian pula izin wali tidaklah merupakan suatu keharusan hanya saja

hal itu merupakan suatu kehati-hatian jika siwanita masih gadis. Dalam kawin

mut’ah tidak aturan tentang talak karena perkawinan itu akan berakhir dengan

habisnya waktu yang telah ditentukan. Setelah masa nikah berakhir, masa iddah

bagi istri adalah 2 kali haid. Jika tidak datang bulan, maka masa iddahnya 45 hari,

tapi jika suami meninggal dunia masa iddahnya 4 bulan 10 hari, dan tidak ada hak

waris-mewarisi suami istri tersebut. Nikah mut’ah dilarang dalam islam,

berdasarkan firman Allah dalam Al Quran surat Al Mukminun ayat 7 yang artinya

“Barang siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang

melampai batas”. Sedang Hadist Rasulullah yang mengharamkan nikah mut’ah

seperti diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Ibnu Hibban adalah “Wahai

sekalian manusia, sungguh saya pernah mengizinkan kalian untuk kawin mut’ah,

ingatlah bahwa sekarang Allah telah mengharamkannya sampai hari kaimat”.

Nikah mut’ah termasuk menyimpang dari ketentuan yang digariskan

Allah, karena wanita yang di akad/ diikat kontrak tersebut tidak termasuk budak

wanita yang dimilikinya dan tidak pula termasuk istrinya. Adapun akad

perkawinan selalu diikuti oleh sahnya talak, saling mewarisi, iddah dan kewajiban

memberi nafkah, yang mana semua itu tidak ada praktisi hukumnya dalam nikah

mut’ah. Di dalam nikah mut’ah tidak terdapat persyaratan sebagaimana yang ada

pada nikah biasa kecuali akad dalam bentuk perjanjian biasa. Selain itu tujuan

luhur yang terkandung dalam perkawinan tidak ada dalam nikah mut’ah.

Seseorang yang melakukan nikah mut’ah tidak bertujuan mempunyai anak,

bahkan nikah mut’ah bisa berakibat tidak menentunya garis keturunan. Dan

sya’riat menganjurkan supaya akad nikah didasarkan atas dasar kasih sayang,

cinta dan rasa kebersamaan dalam hidup.

Rasa saling menyayangi dan kebersamaan tidak akan timbul dari ikatan

atau akad yang hanya bertujuan untuk melampiaskan nafsu syahwat dalam jangka

waktu terbatas, bukankah pernikahan seperti itu sama dengan praktik zina. Dan

bukankah zina itu bukan terjadi atas dasar suka sama suka antara keduanya

7

Page 11: Kawin Kontrak Dalam Islam

sekedar untuk mengumbar nafsu dan itulah yang menjadi dasar terjadinya nikah

mut’ah. Maka apabilanikah mut’ah dibolehkan, maka hal ini akan dijadikan

kesempatan bagi orang-orang yang suka berbuat iseng untuk menghindari ikatan

perkawinan yang sah.

Untuk mencegah terjadinya nikah mut’ah, Majelis Ulama Indonesia

sebenarnya telah mengeluarkan fatwa No. Kep-B-679/MUI/XI/1997. Fatwa itu

memutuskan bahwa nikah mut’ah haram hukumnya dan pelaku nikah mut’ah

harus dihadapkan ke pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pendapat Para Ulama' Tentang hukum Nikah Muth'ah

1. Jumhur Ulama'

Kebanyakan dari para shahabat dan semua Ulama'-Ulama' fiqih

mengharamkan nikah muth'ah berdasarkan hadist Rasulullah yang mutawatir

tentang pengharaman nikah tersebut. Yang menjadi ikhtilaf dikalangan mereka

adalah waktu pengharaman nikah muth'ah. Dari sebagian riwayat yang

mengharamkannya pada perang khaibar, ada yang sebagian pada penaklukan

Makah, ada yang sebagian pada waktu perang Tabuk, ada yang sebagian pada haji

wada', ada yang sebagian pada umrah qadha' dan ada sebagian pada waktu tahun

Authas.

2. Ibn Abbas

Yang telah terkenal bahwasanya Beliau menghalalkan nikah muth'ah. Ibn

Abbas ini mengikuti pendapat dari ahli Makah dan Ahli Yaman, mereka

meriwayatkan bahwasanya Ibn Abbas dalam Firman Allah :

النساء ( : ) عليكم جناح وال فريضة أجورهن فأتوهن منهن به فمااستمتعتمArtinya :

Maka istri-istri yang telah kamu ni'mati (campuri) diantara mereka, berikanlah

kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagaian sebagai kewajiban dan

tiada dosa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya,

sesudah menentukan mahar. (An-nisa' : 24)

Dan pada suatu huruf darinya (ibn Abbas) sampai batas waktu yang

ditentukan, diriwayatkan darinya sesungguhnya dia berkata : "muth'ah

8

Page 12: Kawin Kontrak Dalam Islam

(bersenang-senang terhadap istri) tidak lain adalah rahmat dari Allah Azza Wa

Jalla, Dia telah memberikan rahmat kepada umat Muhammad SAW berupa

muth'ah, dan Umar tidak melarangnya karena dalam keadaan terpaksa takut untuk

zina kecuali bagi yang impoten. Dan ini diriwayatkan dari Ibn Abbas rawi darinya

Jarih, Umar, dan Ibn Dinar. Dari Atha' ia berkata : saya mendengar jabir bin

Abdillah berkata : kami melakukan nikah muth'ah sejak masa Rasulullah

kemudian kepemimpinan Abu Bakar, dan setengah dari kepemimpinan Umar

kemudian setelah itu Umar melarang muth'ah kepada semua manusia (umat

muslim).

Gambaran Nikah Mut’ah di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Di dalam beberapa riwayat yang sah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

jelas sekali gambaran nikah mut’ah yang dulu pernah dilakukan para sahabat

radhiyallahu ‘anhum. Gambaran tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

Dilakukan pada saat mengadakan safar (perjalanan) yang berat seperti perang,

bukan ketika seseorang menetap pada suatu tempat. (HR. Muslim hadits no.

1404)

Tidak ada istri atau budak wanita yang ikut dalam perjalanan tersebut. (HR.

Bukhari no. 5116 dan Muslim no. 1404)

Jangka waktu nikah mut’ah hanya 3 hari saja. (HR. Bukhari no. 5119 dan

Muslim no. 1405)

Keadaan para pasukan sangat darurat untuk melakukan nikah tersebut

sebagaimana mendesaknya seorang muslim memakan bangkai, darah dan

daging babi untuk mempertahankan hidupnya. (HR. Muslim no. 1406)

9

Page 13: Kawin Kontrak Dalam Islam

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas yang telah saya uraikan di atas, maka saya

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar belakang yang mendorong wanita melakukan kawin kontrak adalah:

a. Ekonomi

b. Agama

c. Sosial

d. Budaya

2. Sedangkan tujuan wanita melakukan kawin kontrak adalah:

a. Ekonomi

b. Biologis

B. SARAN

Menilai dari hasil kesimpulan diatas penulis memberikan saran:

1. Agar diadakan penyuluhan tentang masalah perkawinan dengan meminta

bantuan para tokoh agama atau tokoh masyarakat melalui kelompok pengajian

atau perkumpulan.

2. Peran orang tua sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya dalam

pendidikan dan menanamkan pendidikan agama dengan baik sejak kecil, serta

melakukan pengawasan terhadap perilaku anak sehari-hari.

3. Untuk para wanita yang belum menikah perlu lebih memahami tentang

perkawinan, dan kelak bila melangsungkan perkawinan agar dilaksanakan

sesuai dengan UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

10

Page 14: Kawin Kontrak Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Asmin. 1986. Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau dari UU Perkawinan No.1 Tahun 1974. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Abdul Aziz Dahlan. 2003. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Ichtiar Van Hoeve.

Ramulyo, Mohd. Idris. 2002. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.

Fakhriah, Efa Laela. Kawin Kontrak Tidak Sesuai Aturan Agama Maupun Negara.

11