Pendahuluan WT Tampan
-
Upload
atira-piranty-larasati -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Pendahuluan WT Tampan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kegiatan produksi, baik
digunakan sebagai bahan baku maupun diolah untuk mejadi bahan pendukung
seperti steam. Air yang digunakan untuk industri berasal dari alam, namun semua
air yang berasal dari alam mengandung bermacam-macam jenis dan jumlah bahan
pengotor (impurities). Bahan pengotor ini dapat berupa padatan terlarut, mineral-
mineral seperti CaCO3, CaSO4, NaCl, Silika, gas-gas terlarut seperti CO2, O2,
padatan tak terlarut, limbah rumah tangga, mikroorganisme, algae, lumut dan
bahan pengotor lainnya dalam bentuk turbidity (kekeruhan), warna, tanah,
endapan mineral, minyak, dll. Maka air ini dapat digunakan dalam kegiatan
produksi air ini harus diolah terlebih dahulu pada unit water treatment.
Water treatment adalah bagian dari unit utilitas yang sangat penting, yaitu
sebagai unit yang berfungsi dalam pengolahan air yang digunakan untuk
mendukung kegiatan dari produksi itu sendiri antara lain untuk kebutuhan make
up cooling water, pembuatan air demin dan untuk memenuhi keperluan air bersih
dan air minum baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk pabrik itusen diri.
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan
kontaminan dalam air atau mengurang ikonsentrasi kontaminan tersebut,sehingga
menjadi air yang diinginkan sesuaike butuhan (penggunaan akhir) tanpa
merugikan dampak ekologis. Proses-proses yang terlibat dalam pemisahan
kontaminan dapat menggunakan proses fisik seperti pengendapan dan
penyaringan, proses kimia seperti desinfeksi dan koagulasi. Selain itu, proses
biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-proses ini dapat
meliputi kolam aerasi, dengan activated sludge atau saringan pasir padat.
Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah juga dapat digunakan
menjadi sumber daya air karena itu peningkatan penyediaan air cenderung
mengakibatkan peningkatan dan penggunaan air limbah. Masalah yang harus
dipertimbangkan oleh perencanaan adalah mereka juga harus memperhatikan
2
sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak
kesehatan masyarakat dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak
perhatian telah diberikan pada pembuatan system sanitasi yang tahan lama, hemat
air, bias diterima oleh orang-orang yang akan memakainya, dan memungkinkan
penggunaan kembali limbah yang telah diolah.
1.2. Tujuan
1) Mengetahui proses-proses yang terjadi di dalam suatu peralatan water
treatment.
2) Mengetahui jenis-jenis alat atau peralatan yang digunakan dalam proses water
treatment.
3) Mengetahui bahan kimia yang dapat dipakai dalam proses water treatment.
1.3. Permasalahan
1) Bagaimana cara mengolah air (air rawa dan air got) menjadi air yang lebih
murni dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
2) Bagaimana pengaruh proses water treatment yang dipakai terhadap air yang
dihasilkan.
1.4. Manfaat
1) Mengetahui proses-proses yang dapat dipakai dalam water treatment.
2) Mengetahui teknologi water treatment serta aplikasi dalam pabrik dan
kehidupan sehari-hari.
3) Mengetahui prinsip kerja dan manfaat bahan kimia dalam proses water
treatment.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Water treatment adalah bagian dari unit utilitas yang berfungsi dalam
pengolahan air yang digunakan untuk mendukung kegiatan produksi antara lain
untuk kebutuhan make up cooling water, pembuatan air demin dan untuk
memenuhi keperluan air bersih dan air minum baik untuk domestik maupun untuk
pabrik itu sendiri.
2.1. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosis.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk
4
unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk
menggunakan kembali air yang diolah. Akan tetapi pengolahan dengan teknik ini
memerlukan biaya instalasi dan operasi yang sangat mahal.
2.2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
2.3. Pengolahan Kimia - Fisika
Merupakan metoda gabungan dari pengolahan secara kimiawi dan pengolahan
secara fisika. Pengolahan jenis ini meliputi :
1) Netralisasi
2) Penukar ion
3) Koagulasi dan Flokulasi
4) Alumina aktif
5) Karbon aktif
6) Adsorbsi
7) Oksidasi dan Reduksi
8) Aerasi
9) Ozonisasi
10) Elektrolisis
11) Oksidasi Kimia atau Reduksi
12) UV (Ultra Violet)
13) Resin Penukar Anion
14) Resin Penukar Kation
15) Zeolite
5
Gambar 2.3. Skema Diagram Pengolahan Kimiawi
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (misalnya air kapur) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.
Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk
hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi
krom trivalen dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
2.4. Pengolahan Secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi
sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
6
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
1) Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor).
2) Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai
kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat,
mikroorganisme tumbuh diatas media pendukung dengan membentuk lapisan film
untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan
selama ini, antara lain:
1) Trickling Filter.
2) Cakram Biologi.
3) Filter Terendam.
4) Reaktor Fludisasi.
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar
80%-90%.
7
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara
biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1) Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen.
2) Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l,
proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan
bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi,
mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat
dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1) Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen
and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2) Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang
berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah netralisasi,
penambahan zat kimia dan koagulasi, flotasi, sedimentasi, dan filtrasi.
3) Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan
pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah lumpur aktif,
tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor,
serta anaerobic contactor dan filter.
4) Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
8
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
koagulasi dan sedimentasi, filtrasi, adsorbsi karbon, ion exchange, membran
separasi, serta thickening gravity or flotasi.
5) Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion,
pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed,
incineration, atau landfill.
2.5. Proses Water Treatment
2.5.1 Proses SecaraUmum
Water treatment merupakan unit yang bergunadalampembersihan air dari
air kotormenjadi air bersih, yaitu dengan cara proses klarifikasi yaitu proses
penghilangan suspended solid. Proses tersebut dapat berjalan dengan 3 proses
yaitu :
1) Proses Koagulasi
Yaitu partikel koloid yang bermuatan sama dinetralisir melalui koagulan.
Reaksi :
Al2(SO4 + 3 Ca(OH)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4
Tahap-tahap koagulasi:
a. Rapid mixing ,yaitu adanya tumbukan menjadi netralisasi sempurna distribusi
koagulan merata.
b. Netralisasi muatan
c. Tumbukan partikel
2) Proses Flokulasi
Yaitu suatu mekanisme dimana flok kecil yang sudah terbentuk dalam
proses koagulasi tadi melalui suatu media flokulan digabungkan menjadi flok
yang lebih besar sehingga cukup berat untuk bias mengendap di dalam nya juga
terdapat rantai yang panjang dan banyak cabangnya yang berguna sebagai
jembatan penghubung.
Hal yang dapat menyebabkan putusnya rantai tersebut adalah pengadukan
yang cepat (rapid mixing). Faktor lain yang dapat mengganggu adalah kondisi
9
tingkat keasaman lingkungan sekitarnya sehingga perlu menginjeksikan NaOH
sebagai pH adjuster.
3) Sedimentasi
Dasar teori yang dipakai untuk proses sedimentasi adalah hukum stoke,
yaitu floks yang besar tersebut mengalami pengendapan. Faktor yang
mempengaruhinya adalah :
a. Dosis koagulan dan flokulan.
b. Mixing, pH, temperatur, warna air baku
c. Level interface dan blown down lumpur di klarifier.
2.5.2. Proses secarakhusus :
1. Air baku yang berasal dari sungai disebut dengan raw water intake yang
dipompamelalui unit RPA untuk diproses lebih lanjut ke unit operasi water
treating plant.
2. Raw water intake masuk melalui bagian bawah clarifier.
3. Setelah itu air melalui wilayah yang disebut dengan sand filter untuk
mendapatkan perlakuan penyaringan atau filtrasi dengan menggunakan pasir
(sand), koral (gravel) dan antrasit yang berfungsi untuk menghilangkan atau
mereduksi zat tersuspensi yang terikut didalam air umpan. Secara periodik (24
jam) saringa nharus di backwash untuk menghilangkan flok yang tertangkap
selama filtrasi di permukaan filter.
4. Air yang keluar (yang merupakan air bersih) dari sand filter kemudian
dipompakan ke tanki pengumpul (storage tank).
5. Untuk menjaga agar pH air bersih tersebut on specification (7,5 – 8,5) maka
diinjeksikan NaOH liquid.
6. Didalam storage tank terdapat juga kation exchanger (H2SO4), anion
exchanger (NaOH), dan mix bed (H2SO4 + NaOH).
7. Kemudiandidapatkanlahtreat wateratau air bersih yang
telahdapatuntukdidistribusikan.
2.6. Pengolahan Air pada Industri
Pada umumnya kebutuhan pabrik akan air sangat banyak dan perlu
sehingga lokasi pabrik dipilih dekat dengan sumber air. Sebagai contoh untuk
10
skala Pabrik sumber air baku untuk pembuatan airnya diambil dari air sungai.
Secara singkat pengolahan air dari sungai tersebut mengalami beberapa tahapan,
adapun peralatan yang digunakan dalam unit water treatment adalah sebagai
berikut :
1) Filter
Yang dimaksud dengan filter disini adalah alat penyaringan air yang
memiliki kerapatan yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
menyaring benda padat kasar yang terapung disekitar pompa air, sehingga
kerusakan pompa dapat terhindar akibat tersumbat. Prinsip kerjanya yaitu hanya
menerima air yang didistribusikan oleh pompa dan pada filter terjadi pemisahan
antara benda padat kasar dan air.
2) Pompa
Disini pompa berfungsi untuk mendistribusikan air (air sungai) baik itu
dari sumber air maupun distribusi ke alat-alat selanjutnya. Prinsip kerjanya yaitu
mendistribusikan air dari sumber air dan kemudian diolah oleh alat-alat
selanjutnya.
3) Flocculator
Flocculator adalah bagian yang berupa tangki dengan diameter, tinggi dan
kapasitas tertentu sesuai dengan keperluan. Prinsip kerjanya yaitu menampung air
yang didistribusikan oleh pompa kemudian koloid-koloid yang terdapat bersama-
sama dengan air di koagulasi karena pengaruh beberapa bahan kimia yang
diberikan, selanjutnya koloid yang berbentuk flok ini tertinggal di flocculator
kemudian airnya diproses pada alat selanjutnya. Air sungai yang dipompakan,
sebelum masuk kedalam flocculator maka diinjeksikan dengan berbagai macam
bahan kimia, antara lain:
a) Larutan Alum ( Al2SO4)
Larutan ini berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel-partikel koloid
sehingga akan lebih mudah terbentuk floc-floc dan mengendap. Suspensi koloid
terdiri dari ion-ion bermuatan negatif sehingga akan terjadi peristiwa tolak-
menolak antar ion. Apabila ion–ion yang bermuatan positif yang terdapat dalam
zat pengendap (coagulant chemicals) bersentuhan dengan ion-ion negatif maka
11
akan terbentuk gumpalan berupa gelatin. Dengan demikian ukuran partikel akan
bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan.
b) Coagulant Aid
Berfungsi untuk memperbesar partikel koloid dan membentuk floc tank,
sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat dan sempurna.
c) Gas Klorin
Merupkan zat pembunuh bakteri, jamur, mikroorganisme yang terdapat
didalam air. Dosis yang digunakan adalah 5 ppm. Sebelumnya digunakan kaporit
(CaOCl2), kaporit lebih baik dari pada chlorine karena dapat dengan cepat
mengendapkan lumpur sehingga air akan lebih bersih.
d) Caustic Soda (NaOH)
Berfungsi untuk mengatur pH air sungai karena pada system pembentukan
flok dibutuhkan kondisi dengan pH 5,5-6,2. Dosis yang digunakan adalah 2 s.d 5
ppm. Kondisi pH harus dijaga lebih dari 5,5 agar flok terbentuk dan pH harus
kecil dari 6,2 agar flok yang terbentuk tadi tidak akan pecah lagi. Flocculator juga
dilengkapi dengan pengaduk yang berfungsi menghomogenkan air sungai dan
bahan kimia yang telah diinjeksikan tersebut. Reaksi-reaksi yang terjadi pada
flocculator antara lain :
Proses Koagulasi
Yaitu partikel koloid yang bermuatan sama dinetralisir melalui koagulan.
Reaksi :
Al2(SO)4 + 3 Ca(OH)22 Al(OH)3 + 3 CaSO4
Tahap-tahap koagulasi:
a) Rapid mixing, yaitu adanya tumbukan menjadi netralisasi sempurna distribusi
koagulan merata.
b) Netralisasi muatan.
c) Tumbukan partikel.
Proses Flokulasi
Yaitu suatu mekanisme dimana flok kecil yang sudah terbentuk dalam
proses koagulasi tadi melalui suatu media flokulan digabungkan menjadi flok
yang lebih besar sehingga cukup berat untuk bias mengendap. Di dalamnya juga
12
terdapat rantai yang panjang dan banyak cabangnya yang berguna sebagai
jembatan penghubung.
Hal yang dapat menyebabkan putusnya rantai tersebut adalah pengadukan
yang cepat (rapid mixing). Faktor lain yang dapat mengganggu adalah kondisi
tingkat keasaman lingkungan sekitarnya sehingga perlu menginjeksikan bahan
kimia NaOH sebagai pH adjuster.
4) Clarifier
Clarifier terbuat dari beton yang berdiameter dan dilengkapi dengan
pengaduk. Pada clarifier air terdiri dari flocculator dipisahkan flok-flok dengan
cara pengendapan yang disertai dengan pengadukan berputaran rendah. Hal ini
berfungsi untuk membentuk flok (gumpalan) dari partikel yang berukuran kecil.
Selama proses clarification, dihilangkan juga water hardness (air keras) yaitu
garam kalsium dan magnesium yang larut dalam air. Hardness dapat dikurangi
dengan jalan mereaksikan zat- zat kimia yang akan mengendapkan hardness
tersebut. Air bersih hasil pengendapan dipisahkan melalui over flow di bibir
clarifier dan endapannya dibuang ( blowdown) melalui bagian bawah clarifier.
Kualitas air pada clarifier dapat dikontrol di outlet clarifier dengan parameter pH
antara 5,5-6,2 kadar klorin 0,3-1,5 ppm dan turbidity kurang dari 5 ppm.
5) Clear Well
Clear wel lterbuat dari baja yang berdiameter dan mempunyai tinggi tertentu.
Air yang keluar dari clarifier dikirim ke clear well yang berfungsi sebagai
penampung air dalam jumlah banyak sebelum di pompakan ke unit sand filter. Di
clear well air dijaga pH nya dengan menyuntikkanNaOH.
6) Sand Filter
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan kotoran
halus yang terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat atau punnitrit yang
tidak terendapkan pada flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter telah
menurun dapat dimonitoring dengan pressure drop. Untuk mengeluarkan kotoran
yang tertahan pada saat operasi maka dilakukan backwash. Air yang keluar dari
sand filter diharapkan mempunyai turbidity maksimum 1 ppm.
7) Filtered Water Storage Tank
13
Air hasil proses di sand filter ditampung di filtered water storage tank yang
digunakan sebagai penampungan sementara air bersih sebelum digunakan lebih
lanjut.
PemilihanTeknologi
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik
kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang
sudah ditampilkan pada tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan,
diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, teknis, keamanan,
kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih
haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan
diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi
kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang
sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.
2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan
efisiensi pengolahan yang diharapkan.
3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan
skala sebenarnya.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1)
1) Satu unit peralatanwater treatment
2) Air rawadan air got (comberan)
3.1.2. Bahan
1)
3.2.ProsedurPercobaan
1) Siapkanperalatanwater treatment yang akandigunakan
2) Isi air rawaatau air got kebagianpenampunganalat.
3) Hubungkan dengan alatwater treatment
4) Lakukan pengamatan dan catat hasil pengamatan yang telah diperoleh
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Water Treatment. http://en.wikipedia.org/wiki/Water_treatment.
Diakses 01 September 2014 jam 15.26 WIB
McCabe, Warren L., Julian C. Smith and Peter Harriot. 1993. OperasiTeknik
Kimia. Jakarta: Erlangga
Rasuan,Marsitoh. 2000. SistemUtilitasI.Indralaya. UniversitasSriwijaya
Saleh, Abdullah., Kurnia Dewi, Tri. 2013. Operasi Teknik Kimia II ( Unit Proses).
Inderalaya : Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.