Putri Donat Dan Penasehat Tampan

63
S E B U A H K I S A H PUTRI DONAT Dan PENASEHAT TAMPAN -NYOW-

description

my first novel....

Transcript of Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Page 1: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

S E B U A H K I S A H

PUTRI DONAT Dan

PENASEHAT TAMPAN

-NYOW-

Page 2: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

PUTRI DONAT

Dan

PENASEHAT TAMPAN

Page 3: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

๑ S E B U A H K I S A H ๑

PUTRI DONAT

Dan

PENASEHAT TAMPAN

-NYOW-

-NYOW- publisher

Page 4: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

1

PAGI MENJELANG SIANG Jam 9.36

“ Aku sampai…!” Kalimat ini seperti sebuah kalimat pertama

seorang balita yang baru bisa bicara. 3 jam lalu, aku benar-benar membisu karena deru mesin kereta api membekukan mulutku. Sekarang aku berjalan di lorong kereta api, gerbong 1. Aku melangkah terhuyung karena 5 menit lalu Tuhan baru saja mengembalikan nyawaku dari tamasya mimpi. Semua orang berdiri, bersusulan memenuhi gerbong untuk keluar, disinilah stasiun Jatinegara berdiri.

Jakarta. Sebuah kota yang tidak pernah membuatku nyaman, suhu 35oC menyambut kedatanganku dan memaksa kulitku untuk mengeluarkan keringat dari persemayamannya dengan deras.

”Untuk apa aku ke sini?” pertanyaan bodoh ini adalah efek dari kurangnya kadar air dalam tubuhku. Seteguk air mineral mungkin bisa mengembalikan daya ingat otak kecilku yang semakin menciut oleh

Page 5: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

panasnya suhu. Aku berjalan agak cepat, melewati orang-orang yang berlalu lalang, yang terdiam, yang terduduk, yang terasing, ya...aku, aku memang terasing disini, tapi aku tak peduli, jam 1 aku harus berada di Salemba No.4. - BRUK-

”Aduh!!” sontak tubuhku terhuyung ke depan, nyaris jatuh. Seorang laki-laki kerempeng menubrukku dari belakang ketika aku berada di mulut pintu keluar stasiun, benar-benar tak ada basa basi apalagi kata maaf. Dia tak peduli aku ini wanita atau manusia lanjut usia yang bisa saja terjatuh kemudian geger otak karena kelakuannya. Inikah efek dari sebuah produk emansipasi atau memang kata maaf terlalu mahal sehingga melebihi harga BMW?. Spontan aku menggeser tas ranselku ke bagian depan, memeriksa resleting apakah menganga atau tertutup rapat.

”Haa..hhh..untunglah!” Inilah sisi buruk sebuah metropolitan, kesopanan menjadi prioritas terakhir, kecurigaan berada pada posisi ke-2 dan prioritas utamanya adalah UANG. Klise. Aku berdiri di bahu jalan, trotoar terlalu penuh oleh PKL plus parkiran deretan bajaj dan taksi. Kutunggu ”kijang berwarna biru muda” jurusan Kampung Melayu. Beberapa supir Bajaj dan taksi menawarkan jasanya, tapi aku tak memperdulikan mata-mata penuh rupiah itu. Salemba memang jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki tapi bukan berarti aku harus bunuh diri dengan menaiki taksi

Page 6: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

atau merasakan gempa dengan kekuatan 10 skala richter dari mesin bajaj. Tidak. Angkutan umum adalah pilihan yang terbaik dan bijaksana. Angkutan umum berwarna biru muda itu menghampiriku seperti kotak P3K yang menjadi penolong pertama saat dokter tak ada. Aku adalah satu-satunya penumpang dalam kijang ini. Sang supir dengan sabar menawarkan jasanya, duduk santai di jok depan sambil berteriak…

“Kampung Melayu! Kampung Melayu! Kampung Melayu Pak! Bu! Neng! Kampung Melayu, Neng? Mau kemana Neng? Neeng? En..neeng?... harum amat Si Neng”. Si Neng berkaos putih ketat, dengan paduan jeans dan tas kempit cokelat, mengibaskan rambut panjang yang sehat itu di hadapan Si Supir. Dia berjalan santai dan pergi membekaskan harum parfume lokal dan hentakan hak sepatu setinggi 3 cm. Si Supir melekatkan pandangannya tak henti hingga lehernya tak sanggup berputar lagi.

”Laki-laki..” aku menatap supir itu dari belakang. Kenapa aku gak digituin tadi?!. Hatiku protes. Ini sebuah kejelekan dari sekian banyak sifat perempuan yang kompleks untuk dimengerti. Terkadang siulan dan godaan laki-laki dijadikan perempuan sebagai sebuah indikasi apakah penampilannya menarik perhatian atau tidak walaupun sebenarnya ini sebuah pelecehan. Tapi... masalahnya subjek yang menyiuli dan menggoda juga adalah sebuah indikasi seberapa cantikkah perempuan itu. Yap. Supir angkot memang bukan levelku. Hatiku menghibur.

Page 7: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Jam 9.45

Kijang melaju dengan kecepatan 40 km/jam, berangsur-angsur penumpang yang lain memberhentikan dan naik. Aku berada di pojok pada bangku panjang, tempat favorit ini selalu menjadi incaranku setiap kali naik angkot, ya..., tempat untuk tidur nyenyak walau sejenak. Ketika mata ini mulai terkantuk dan Tuhan sedikit demi sedikit membawa jiwaku ke alam lain, bayangan seseorang datang lagi. ARMAN. Sontak aku membuka mataku. Tidak!!!. Luruskan niatmu Ta!. Hati ini histeris mengingatkan. Aku kibas-kibaskan kepala ini layaknya kucing terguyur air, kugosok mata lelah ini dengan membabi-buta hingga bulu mataku terpaksa rontok.

Ayolah Ta!! Lupakan dia!Fokus!Fokus!. Mataku akhirnya menyerah dengan penyiksaan

ini, menyerah untuk tak tertutup dan tak bermimpi. 3 jam di kereta memimpikan Arman membuatku melayang ke langit, tapi tidak untuk sekarang, 3 jam lagi aku harus konsentrasi pada Tes PAN (Perusahaan Air Negara) di Salemba. TITIK. Tidak ada ARMAN. Tidak ada pertemuan. Apalagi menyatakan perasaan. Tidak ada. Titik. TITIK!!!!. Aku mohon padaMu, ya Rabb, berilah aku jalan cahaya dan petunjuk. Mataku terpejam berdoa.

Satu menit kemudian, Sang Maha Mendengar mengabulkan doaku, bayangan Arman sejenak hilang, tapi... seluruh tubuhku meleleh. Seandainya aku lilin, mungkin saat tiba di Salemba, aku tinggal sebatang sumbu buntet dengan lelehan lilin yang melébér.

Page 8: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Tissue gulungku benar-benar habis, berada di sebuah tungku besar bernama Jakarta membuat guyuran keringatku semakin deras dan tak sanggup berdiam diri. Dan yang lebih menyedihkan, lemak dalam tubuhku bergejolak terbakar kemudian bermutasi menjadi cairan tak jenuh. Ini seperti sebuah simulasi Hari Kiamat, ketika matahari berada sejengkal di atas ubun-ubun. Na’udzubillah.

Jam 10.05

Sebuah bangunan mirip gedung merdeka menyapaku dingin, perlahan angkutan umum yang kutumpangi mengantarkanku ke depan gerbang bangunan itu dan berhenti. Dua ribu lima ratus rupiah. Tarif yang murah, pilihan yang bijaksana memang. Kaki kananku untuk pertama kalinya menyentuh trotoar, kaki kiriku berayun dan akupun berjalan, laboratorium psikologi adalah tujuan kaki ini melangkah. Aku memasuki areal parkir mobil, menyusuri deretan mobil yang terparkir semi beraturan, beberapa diantaranya nyaris tak bisa bergerak kemana-mana. Negaraku yang malang, masalah parkir saja ”nyaris tidak bisa bergerak kemana-mana”, peraturan kan untuk dilanggar?. Ini adalah politik luar negeri sebenarnya negara Indonesia.

Otakku berhenti untuk berpikir layaknya seorang pengamat politik, mataku bergerak mengitari pelataran parkir.

”Sial! Aku salah jalan. Badanku mana muat masuk ke sela-sela mobil?” aku terjebak diparkir dan

Page 9: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

nyaris tak bisa bergerak kemana-mana. Setelah berhasil keluar dari jebakan parkir, aku

menghela nafas dan mulai mengumpat walaupun sia-sia. Seorang satpam melihatku, menghampiriku, dia sepertinya aneh melihatku yang sibuk ngomong sendiri.

”Ada yang bisa saya bantu,mbak?” ”...” bengong, baru sadar kalau dari tadi diliatin

orang. ”???” bengong dan menunggu jawaban. ”(^_^)...maaf pak saya mau ke lab psikologi,

jalannya kemana ya Pak?” ”Oh...mbak masuk ke gedung itu, luruuus terus,

mentok, belok kanan, mentok, belok kanan lagi, nah.. disana ada pohon besar, depan pohon besar itu lab psikologi”

”Ya..luruus...belok kanaan..belok kanaan..yah..” sibuk mencacat informasi di atas sobekan kertas.

”???” Si satpam baru sadar dia sedang menghadapi seorang wanita ber-IQ rendah.

”Makasih Pak” Tak ada balasan. Setelah bertanya pada orang benar(satpam), aku

berjalan menuju gedung, aku sudah membuktikan bahwa ”malu bertanya” sesat di parkiran. Saat aku berjalan di lorong, beberapa mahasiswa yang memakai jas almamater berwarna kuning berpapasan denganku. 3 dari 5 mahasiswa itu adalah kaum hawa, aura penuh semangat terpancar dari wajah mereka. Huuh…andai saja dulu aku rajin belajar. Mungkin saat ini aku menjadi wanita ke-4 dari 3 mahasiswi itu

Page 10: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

, berdiskusi seputar kehamilan dan janin, berdekatan dengan 2 orang mahasiswa ganteng calon dokter, dan…STOP!Fokus!Fokus!. Jam 10.18

Sekarang aku berada di atas jalan aspal, petunjuk tadi benar-benar aku tulis dalam sobekan kertas loose leaf sehingga aku tidak jatuh ke lubang yang sama(kesasar). Sebuah pohon besar yang sering nongkrong di film-film Suzanna (film horor) menyambutku…

“Selamat datang, seharusnya anda datang pada malam hari, akan saya perkenalkan dengan teman-teman saya, mereka biasa bergelayutan di ranting ini…” bulu kuduk ku berdiri.

Beberapa orang berada di bawah pohon angker itu, berbincang dan terkadang tertawa, aku? sendiri!. Mereka sepertinya senasib denganku, tes akan dilaksanakan sekitar jam 1 nanti, tapi mereka sudah hadir di tempat 3 jam sebelumnya mungkin juga ada yang lebih pagi. Beberapa diantara mereka mungkin bukan pengangguran seperti aku. Dasar manusia serakah. Dan orang-orang yang diterima tes adalah yang memiliki IPK minimal 3,00. Ini tidak adil. Aku memang jarang gugur dalam saringan administrasi tapi sering kali aku gagal dalam membuktikan bahwa IPK ku benar-benar 3,30. Kenyataan ini menjadi- kanku pembantu rumah tangga untuk Ibuku sendiri selama 1 tahun. Menyedihkan.

Aku ngantuk lagi, saat My Big Bottom menyentuh kemudian tertanam pada sebuah anak tangga beton

Page 11: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

di depan pintu masuk laboratorium psikologi. Aku lapar...haus...capek...kubuka resleting ransel dengan perlahan, kubuka, kutatap isinya, kugunakan otak dan hati ini untuk memilih; ada roti isi cokelat, chiki rasa keju barbeque, marshmallow rasa strawberi, misting berisi mie instan+nasi+telor dadar, 2 botol air mineral 600 ml, dompet, handphone, mukena dan pembalut yang terbalut kresek (sedia payung sebelum hujan). Berpikir sejenak dan akhirnya hati, otak dan perutku sepakat. Kuambil 1 botol air mineral dan misting berisi mie instan+nasi+telor dadar. Tubuhku perlu nutrisi. Hatiku mencoba untuk cerdas.

Beberapa orang di sebelahku menatap ritual ini. Mereka lapar juga?atau?. Aku membalas tatapan penuh kecurigaan itu dengan senyum sambil terangguk, mereka melirikku sekejap kemudian berbincang lagi. Sekejap mereka melirikku lagi kemudian berbincang lagi, melirikku!...berbincang! …meliriku!…berbincang lagi!…melirikku lagi!?… Adrenalinku mulai naik. Jangan harap aku akan berbasa basi menawari mereka makanan. Rule No.4 jika kamu mau survive hidup di Jakarta adalah jangan basa basi!. (sumber: Mama, 12 Desember 2000)

Aku bergerak untuk pindah ke tempat lain, sayangnya tempat yang bisa dijadikan tempat duduk sudah penuh. Sial!. Akupun terpaksa harus makan di tangga itu tanpa basa basi menawari siapapun dan itu berhasil membuat perhatian orang-orang tertuju padaku. Wanita gemuk yang sedang makan mie instan di tangga masuk. Sen..diriannn.

Page 12: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

2

SIANG MENUNGGU SORE Jam 12.03

Menunggu adalah sebuah kegiatan yang paling menyebalkan, walau nutrisi telah dipenuhi tapi bukan berarti kegalauan hati bisa terhapuskan. Tiba-tiba pintu masuk lab terbuka, seorang bapak berbadan mungil yang tengah hamil 3 bulan muncul dari dalam lab.

”Tes akan dilaksanakan setelah shalat Dzuhur!”. Dia mulai membuka mulutnya dengan teriakan seadanya di depan mukaku. Aku mencoba mundur tapi tembok berupa kerumunan orang-orang membuatku tak bisa berkutik.

”Bagi yang muslim, silakan shalat di mesjid Baiturrahman yang ada di depan. Bagi yang non muslim silakan menunggu atau mungkin makan siang dulu... registrasi dan tes akan dilaksanakan jam 1, terima kasih!”. Masuk kembali ke dalam lab.

”Baik! Aku memang butuh shalat”. Tembok dibelakangku rubuh seketika.

Page 13: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Jam 12.33 Auraku terasa kembali bersinar, otakku terasa

encer, hatiku sejuk seperti diguyur air mint, adrenalinku berada pada ekuisentrum, jantungku? berada pada kecepatan mobil balap Formula 1, Michael Schumacher takkan sanggup mengalahkan detak jantung ini. Ah..aku memang pelamun ulung.

Diantara antrian panjang itu ada aku. ” Sekarang giliranku...” Kuserahkan surat panggilan tes dan dicocokan

dengan KTP, kemudian punggung lengan kananku di cap merah bertuliskan ”TES” dan pintu masuk lab itu terasa ingin melahapku habis. Yummmiii. Beberapa kali gagal dalam tes membuatku pasrah, ritual pembukaan acara, pengarahan pengisian lembar jawaban, pengumuman tanggal hasil tes dan seterusnya dan seterusnya, menjadi sebuah dongeng sebelum tidur. Mataku mulai terkantuk lagi...

Ta?Km jd kan k jkt?aq tgg lo. Aq mo pameran ni...Hihihi. :P Bayangan sms Arman membuatku melayang... ”Mbak!” suara bariton membangunkan kantukku. ”Ya!!” mataku melotot seketika. ”Ini kertas soalnya, tolong estapet ke kanan”. ”Oh iya..” gugup. Heummhh...aku menghela nafas

panjang. Pasrah. Jauh-jauh aku ke sini hanya untuk Psikotes?.

Yaah...anggap saja tamasya. Tamasya otak tentunya.

Page 14: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Jam 13.50 Tumpukan lembar jawaban dan soal berada di

tanganku, kuestapetkan ke orang di sebelah kiriku. Berakhir sudah. Tes yang berlangsung hanya 50 menit ini membuatku semakin yakin akan kecilnya pengetahuan dan kemampuanku. Aku melirik ke salah satu lembar jawaban orang lain. Penuh. Aku? hanya bisa menjawab 50 % kurang, itupun tanpa keyakinan hati. Kalaupun panitia tidak memper- hitungkan salah atau benar, ekstrimnya, IQ ku benar-benar jongkok.

Kami dipersilahkan meninggalkan ruangan, ketua panitia mengingatkan kembali tanggal kapan hasil tes diumumkan, itu sia-sia bagiku, aku tak mungkin lulus. Pasti.

Untung saja peserta yang ikut tes terbatas, sehingga pintu keluar masih utuh tegak berdiri ketika tubuh gemukku berdesakan dengan tubuh orang lain.

”Haahh...aku ingin pulang”. Aku hancur, untuk kesekian kalinya aku tak

pernah bisa optimis dalam sebuah tes apapun bentuknya. Aku benar-benar ingin pulang.

”Aku!!! ingin pulaaanggg!” menjerit tak bersuara. SMS-an sama Arman kemarin malam : Φ Ta?Km jd kan k jkt?aq tgg lo. Aq mo pameran

ni...Hihihi. :P (semangat) Θ Pameran apa? (mulai bersemangat) Φ Aq mo liatin k km kantor baruku, ta. Ker di tv mang

beda !seru deh pknya! (semangat banget) Θ Masa sih? Pa bdnya? Lgian aq g suka2 bgt ma tv.

(semangat)

Page 15: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Φ Alah! Bilang aj km sensi gara2 gagal msk seleksi, ya kan? Hahaha. Sbr aja ta, ntar jg pst dpt. (semangat mengejek)

Θ Sialan! Ngga bgt! (semangat menerima ejekan walau sakit)

Φ Hihihi,bsk semangat ya...aq tgg oleh2 dr bdg. (^_^) Θ (tak ku balas, hatiku terlalu berbunga-bunga)

SMS-an sama Fadli 30 menit sebelumnya: Θ Mas...aq mo k jkt bsk, mo tes Pe-A-eN, doain

ya...aduuuh mas aq deg2an deh.hihi. skrg lg apa? (semangat) Ψ Gi tiduran, iya aq doain (tidak bersemangat) Θ Ohh..ya dah met bobo aja..sori ya ganggu. aq jg

bentar lg bobo koq (^_^)(semangat mulai turun) i luv u... (berusaha tetap semangat) Ψ (tak ada jawaban). Dia tidak mencintaiku lagi...

mungkin..... Membaca kembali sms-sms dari Arman dan Fadli

membuatku semakin tersiksa, aku ingin menangis tapi harga diriku mencegah. Tapi aku tak tahan, aku ingin nangis...aku betul-betul...air mataku mulai turun, menyentuh pipi kiri kemudian pipi kanan, kuhapus perlahan dan aku berjalan.

Jam 14.10

Aku berjalan lesu ke luar gedung, mengikuti kerumunan peserta tes lainnya. Aku berada di antara dua pilihan, langsung pulang? atau?..

Page 16: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Adakah...waktu yang tak berbatas Untukku...merasa bahagia... Saat saat aku jatuh cinta.. Saat ku terbang jauh ke sana... Selalu denganmu...kasihku selamanya (Tompi - Selalu denganmu) Ringtone Hp-ku berbunyi nyaring, menembus pori-pori tas ranselku yang telah turun bobot dari 5 kg menjadi 4 kg karena 1 botol air mineral dan misting berisi mie instan+nasi+telor dadar kujadikan nutrisi di atas tangga 2 jam lalu. ” Haloo” ”...” diangkat tapi tak bersuara. ”Haloo!” -KLIK- ditutup. ”Siapa siih! Ga da kerjaan banget! Heuh! Bete!” Aku terdiam di trotoar, berada di antara kerumunan orang-orang yang membahas soal-soal tes tadi. Menyebalkan, sok pinter banget sih!. Semakin aku sensitif, kebimbanganku semakin besar, aku harus naik Busway ke Gambir? Atau? ”Eh...kamu kemarin liat acara Super Duper ga?” ”Ih..liat banget.. ya ampuun aku sampe nangis-nangis getooh, saking ga bisa nahan ketawa!” ” Wah! Iya siih emang lucu banget, di stasiun tv lain nggak ada deh yang nyaingin” ”Iya Tv TREND emang yang paling trend deh” Tivi TREND??. Hatiku bergumam menanggapi obrolan 2 orang cewek di sebelah kiriku. Aku harus ke sana sekarang atau tidak untuk selamanya, kereta terakhir jam 19.30, masih ada waktu.

Page 17: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Keputusan mendadak ini langsung mendapatkan ketokan palu 3 kali. Jam 14.17

Ku stop sebuah taksi, aku benar-benar bunuh diri!. Ya Rabb, hatiku memang mendua dan aku belum pernah seperti ini. Prinsipku goyah !. Kesetiaan adalah sebuah keputusan bukan perasaan. Tapi sekarang aku harus memutuskan, hati ini hanya untuk satu, satu dari yang terbaik. Biarlah hari ini aku gagal dalam membuktikan kebenaran IPK 3,30 ku tapi jangan biarkan aku gagal dalam membuktikan kalau…ka..lau… aku cinta Arman…

Sebuah taksi mewah yang mirip di film-film Hollywood, terparkir di depanku. Aku menghela nafas sejenak, telah kuperhitungkan budget yang harus menguap, minimalnya aku tidak pulang ke Bandung dengan merangkak. Bismillah.

-WWUSSYYHH- AC mobil menerpa wajahku saat memasuki taksi, selisih suhu di dalam dan di luar mobil sekitar 10oC, benar-benar nyaman. “Kemana Neng?” Si Supir bertanya ramah. “Tivi TREND Pak. Cepet ya Pak…” “Baik..Neng, Bismillah..” Supir yang islami. Mungkin saja dia jelmaan malaikat Jibril yang akan membantu Mission Imposible ku, Allah tak pernah meninggakanku. ”Kira-kira jauh ga Pak?” memecah keheningan. ”Ya...sekitar 10 menitan lebih, buru-buru ya Neng?” menanggapi serius.

Page 18: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Nggak juga sih..cuman..mmhh..takutnya uang saya kurang Pak..” jujur. ”Ohh..tenang aja Neng, taksi ini gak pake argo kuda, sesuai standar, halal dan nyaman, pokonya penumpang puas..” tersenyum sendiri. ”...” tak menanggapi, sibuk dengan kegalauan hati. ”Pernah ikut seleksinya Tivi TREND, Neng?” ”Yah? Apa Pak?” ngelamun. ”Seleksi Tivi TREND? Neng pernah ikut?” ”Oohh...pernah sih Pak, tapi gagal” ”Iya Neng, seleksinya ketat sekali, saya juga gagal” ”Wah! Bapak ikutan juga?” kaget. ”Iya ... sudah masuk tahap interview tapi gagal, mungkin saya kurang ganteng kali ya Neng??” tersenyum Sebuah meteor yang entah berasal dari mana terjun menembus lapisan-lapisan Bumi, terus, terus.. terus turun dengan kecepatan tinggi menembus awan, menuju sebuah kota, kota Jakarta, menembus langit-langit sebuah taksi kemudian jatuh bebas di atas kepalaku, tepat di ubun-ubun. HAH!!! Masuk tahap interview? Seorang supir taksi bisa masuk tahap akhir seleksi?ya..walaupun gagal. Tapi dia sudah melewati serangkaian tes berupa saringan administrasi, tes kemampuan umum, tes Bahasa Inggris, Psikotes super susah, medical check up super teliti dan yang terakhir interview super tegang?? Sedangkan aku? Seorang mahasiswi D3 Teknik Sipil dari Politeknik ternama di Bandung dengan IPK 3,30, hanya mampu lolos saringan

Page 19: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

administrasi doang?DOANG!!! mengerikan!. Ini sebuah kenyataan pahit, sepahit karet gelang. IQ ku memang jongkok. Kesadaran yang terlambat “Wah.. kalau gitu bapak pinter dong” pujian terpaksa. ”Ah..gak juga Neng, kalau Bapak pinter sekarang gak jadi supir taksi dong..” tersenyum lagi. ”Sudah bisa masuk tahap akhir seleksi juga, itu sudah ngebuktiin kalo Bapak emang jago!” aku semakin tersiksa. ”Alhamdulillah Neng, itu juga bapak gak nyangka, ya..mungkin memang jalan saya jadi supir taksi saja Neng” ” ...” hatiku terenyuh. Orang ini begitu mensyukuri apa yang dia dapat, dia menikmati semuanya dengan ikhlas, ikhlas dengan tidak hanya berdiam diri, berusaha dan berdoa. ”Sabar dan syukur adalah kunci sukses dunia dan akhirat Neng” ”...” iya Pak, aku setuju. Akulah yang tersenyum sekarang, bapak ini memberiku ilmu. Ilmu menghadapi kenyataan, sepahit apapun itu. Jam 14.30 ”Tuh Neng! Gedung bertingkat itu tuh Tivi TREND” “…” melongo dan membuka jendela, menengadah sambil memicingkan mata. ARMAN…aku datang. ”Berapa Pak?”hatiku berdebar, ”Tiga puluh ribu?”. Lumayan kaget tapi bahagia. “Kenapa Neng? Uangnya kurang ya?”.

Page 20: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

“Ng..nggak..nggak Pak…aku kirain 100 ribu”. “Waduh saya bisa kaya mendadak Neng kalo tarifnya segitu banyak”. “Hahaha…si Bapa bisa aja, ini Pak”. ”Alhamdulillah...terima kasih Neng”. ”Sama-sama Pak”. ”Hati!!..” Si Supir telat mencegahku. ”Aduuuhh...” kepalaku kejedot. ”Yaaahh...telat..gak papa Neng?” ”Gak..apa-apa Pak, makasih” ”I..iya Neng hati-hati..” tersenyum, entah mener- tawakan entah mengkhawatirkan kebodohanku. Supir tadi seperti malaikat, senyumnya menyejukkan hati, memberiku kesadaran dan ilmu, dia menghapus rentetan 10 Peraturan Hidup di Jakarta yang aku pegang sejak menginjakkan kaki di sini. Semoga Bapak tadi bahagia dunia dan akhirat. Aaaamiin. Aku benar-benar pusing, kugosok kepala ini dengan perlahan. Sakiit!!! Aduuuh!!dasar ceroboh!. Aku menyalahkan diri sendiri. Haaah! sampai juga. Gila! ini gedung gede banget, aku penasaran apa aja yang ada di dalamnya. Aku masih menggosok kepala dengan tangan kanan, sambil terkagum-kagum melihat megahnya Stasiun Tivi TREND. Pantesan Arman semangat banget menyombongkan diri. -TET-TEET-TEEET!!!! Aku terhenyak, bunyi klakson mobil memekakan telinga. Aku perlahan mundur memberikan jalan, tiba-tiba mobil mewah itu berhenti di hadapanku, jendela dari jok belakang terbuka setengah, dan..

Page 21: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Heh! Kalo mo ngelamun, jangan disini, ngalangin jalan aja! Maju Pak!” bentak seorang wanita cantik. Jendela mobil itu tertutup lagi, kemudian berlalu meninggalkan aku yang dongkol setengah mati. Perempuan sewot itu mirip sekali dengaann...mmhh siapa yah?? aduh kepalaku bener-bener nge-hank A..ni..ta! eh bukan..bukan...Anida! aaah! Bukaan! An...aah!! penting banget mikirin orang gila kayak gitu! Pokonya cewek yang sok tajir dan sok cantik buanget itu!, membuatku menuliskan kembali 10 Peraturan Hidup di Jakarta dengan tinta merah! Ya..MERAH! 10 Peraturan Hidup di Jakarta Rule No.1 : UANG!!! Rule No.2 : Curigation! Rule No.3 : Elu..elu, gue..gue! Rule No.4 : Jangan sok basa basi! Rule No.5 : Yang kuat dia lah yang berkuasa! Rule No.6 : Miskin berarti MATE!!!! Rule No.7 : Ramah? pasti mau nyopet! Rule No.8 : Jangan percaya orang asing! Rule No.9 : Penampilan bisa menipu! Rule No.10 : Sopan? gak ada salahnya… (Sumber : 100 orang Bandung, yang pernah tertindas oleh

kejamnya Jakarta). Sebenarnya jumlah peraturan itu lebih dari 10, tetapi berhubung Dasasila Bandung jumlahnya ada 10, akhirnya diputuskanlah 10 Peraturan Hidup di Jakarta. Ada satu peraturan yang sangat sensitif, tapi sengaja dibiaskan agar tidak terjadi perang suku, soalnya jika orang Bandung melakukan hal ini di

Page 22: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Jakarta berarti dia bunuh diri. Apakah itu? JANGAN PAKE BAJU BIRU POLET PUTIH APALAGI ADA TULISAN SEPUTAR SEPAK BOLA. Very dangerous!!!. (inilah bukti kalau laki-laki tak pernah dewasa). Jam 14.50 Untuk menanggulangi kesesatan dalam hidup, akupun menghampiri pos satpam. ”Permisi...Maaf Pak” Rule No.10. “Iya, bisa saya bantu?” Rule No.8. “Begini Pak..saya lagi nyari temen, katanya kerja disini, saya ada perlu pentiiing banget! sama dia, tapi saya kurang tahu dia kerjanya di lantai berapa, tapi katanya dia kerja sebagai kameraman acara Super Duper, gimana ya Pak?” -PEEEP- melanggar Rule No.4, terlalu basa basi. Satpam itu mengamati ransel besarku. Rule No.2. “Oh..mari mbak, isi dulu daftar pengunjung di pos” Rule No.9. Aku pun digiring ke pos Satpam yang luasnya hampir seluas rumah kosanku (4mx4m) di Bandung, nyaman dan sejuk, itulah kesan pertama saat aku masuk ke ruangan ”interogasi”. “Silakan duduk, mbak” “Terima kasih Pak” “Nama mbak siapa?” “Wita Widyaningsih” “Tinggalnya dimana?” “Bandung Pak” “Keperluannya kemari?”

Page 23: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

“Menemui teman Pak” “Dengan siapa mbak ingin temui?” ”Arman Ramadhan bagian kameraman” ”Baik..silakan tanda tangan di sini” menunjuk pada sebuah kolom kosong yang kemudian aku paraf. ”Ini Pak...” Satpam itu menerima buku tamu dariku kemudian berdiri, mempersilahkan aku keluar ruangan. ”Mbak sekarang langsung saja ke lobby sana” menunjuk pada gedung mewah berarsitektur modern. ”Oh..ya..makasih ya Pa” aku berlalu. ”Mbak...tunggu sebentar” seorang Satpam yang lain memanggilku lagi. ”Ya Pak” ”Saya boleh periksa sebentar ranselnya? Maaf, pemeriksaan rutin.”Rule No.2 lengkap dilaksanakan. ”Oh ya...silakan aja Pak” Rule No.3 Ya silakan aja lakukan pekerjaanmu dengan baik! Hatiku sedikit dongkol. Satpam itu mendekatkan benda elektronik mirip alat catok rambut ke sekitar ranselku, tak ada apapun, dia pun akhirnya mempersilahkan aku pergi untuk kedua kalinya. ”Mbak!..” seseorang dari belakang memanggilku. Aduuuh apalagi sih, emangnya aku mencurigakan banget ya?? Aku gak bawa bom koq!,dongkolku naik 1 level. ”Ini dompetnya tertinggal”menyodorkan dompet berwarna hitam dengan tulisan BIG BOSS. Aku bengong, merasa bukan milik sendiri akupun menolak menerima.

Page 24: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Itu bukan punya saya Pak” ”Oh...kalau begitu maaf”, diapun berbalik badan dan pergi, dari belakang dia terlihat sedang tertawa , beberapa temannya terkekeh-kekeh melihat kelakuan Satpam muda tadi. Apaan sih?. Seorang Satpam yang lebih tua berteriak. ”Jangan ditanggepin Neng, penyakit jomblonya lagi kambuh!!! Hahaha!” teriakan ini membuat satpam lainpun tertawa. Apa yang harus kulakukan? Menghujat? atau pergi saja tanpa ada perlawanan?. Hatiku sadar saat ini aku sedang dilecehkan. Akupun tersenyum mencoba untuk menurunkan level dongkolku yang naik 2 kali lipat. Jam 15.10 Saat berjalan menuju lobby, tas ranselku masih kugendong di depan dada bukan di punggung. Rasa takut, malu, sedih, bahagia dan berdebar bercampur menjadi satu adonan bernama penasaran. Tak ada areal parkir disini, untunglah.., tiba-tiba… Di dadaku ada senyummu Ada cintamu, ada hasratmu Ada kumismu, ada kupingmu Di dalam dadaku ada kamu (Vina Panduwinata-Di Dadaku Ada Kamu) Efek getar HP-ku, mengoncangkan dada, sebuah sms telah diterima.

Km gi dmn? Sender: Detektif Erlan 085652562245

Erlan?ngapain tuh anak sms segala?males ah!.

Page 25: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Aku tak ingin berurusan dengan manusia bernama Erlan, laki-laki penuh kecurigaan ini selalu saja membututiku kemana pun aku pergi, kecuali tempat-tempat ber-gender seperti WC dan mesjid. Dialah orang aneh yang selama aku berhubungan dengan Fadli dinobatkan menjadi pengawalku, Erlan dan Fadli hanya bisa dipisahkan oleh baunya produk gas dari pantat Erlan, lainnya tidak. Aku menaiki 3 anak tangga hingga akhirnya berdiri di depan pintu masuk otomatis. Seorang satpam yang...ganteng bangeeettt!!! menyambutku dengan ramah. ”Selamat Sore..” ”(^_^)...so..re...” sambil berlalu dengan berusaha mengendalikan emosi. Aku pun berjalan menuju resepsionis dan seorang wanita yang..cantik bangeeettt!!! menyapaku hangat. ”Selamat Sore..mbak, bisa saya bantu?” ”Iya..saya mau ketemu sama pegawai sini nama-nya Arman Ramadhan katanya dia kameraman acara Super Duper, bisa ketemu sebentaaar aja mbak, tolong ya mbak ya...ini pentiiing banget!” ”Baik..tunggu sebentar, mbak boleh duduk dulu di sofa..” ”Oh ya..disana ya?” ”Ya betul, silakan tunggu sebentar” Tubuhku sepertinya ingin rontok saja, aku merasa bingung bagaimana nanti akan kujelaskan pada Arman? Apa betul aku mencintainya? Atau memang aku kekurangan gizi cinta dari Fadli? Atau apa betul aku hanya membutuhkan seorang teman curhat laki-laki? Atau?

Page 26: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Mbak!” suara nyaring menggema dalam lobby. Resepsionis cantik itu memanggilku. “Saya?..” berusaha untuk nggak Ge-eR. “Iya…saya belum tahu nama mbak” “Oh..” aku menghampirinya. ”Maaf ya…saya lupa, hari pertama kerja memang bikin gugup..(^_^)” mencoba menutupi kesalahan. ”Oh..gak apa-apa..nyantai aja mbak, mmmhhh nama saya Wita Widyaningsih” Si mbak resepsionis langsung mencatat namaku di komputer dengan sigap. ”Biasanya dipanggil ita atau ta aja juga gak apa-apa. Kadang-kadang juga dipanggil wiwi atau widi, tapi ya mbak.. temen-temen saya seringnya manggil..” ”Haloo! Bagian produksi? Bisa sambungkan dengan kameraman Arman Ramadhan?” Dia cantik..tapi menyebalkan... (˘℘˘)! ”Iya...Baik..terimakasih..” ”Gimana mbak?” ”Mbak tunggu sebentar di sofa, Super Duper dua menit lagi selesai” ”Ooh gitu, iya deh saya tunggu” Jam 15.23 Allâhu akbar allâhu akbar! Allâhu akbar allâhu akbar! Asyhadu an lâ ilâha illallâh! Asyhadu an lâ ilâha illallâh! Asyhadu anna Muhammadar Rasûlullâh!....1

(Kumandang Adzan Ashar untuk Jakarta dan sekitarnya) 1 a panjang = â , u panjang = û

Page 27: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Udah dua menit lebih nih?!, koq nggak ada kabar apapun dari Arman? Mendingan shalat dulu deh. Aku beranjak menemui resepsionis. ”Mbak...maaf, kalau musholanya di mana ya?” ”Ooh..musholanya ada di lantai 2, mbak bisa naik lift atau naik tangga, tapi lebih deket naik tangga sih soalnya sebelahan banget” ”Naik tangga yang mana mbak?” “Yang sebelah kiri itu” dia menunjukkan sebelah kiri yang berarti sebelah kanan buatku. “Naik 1 lantai.. terus kemana?” “Nah..dari situ, mbak belok kiri, ada WC, di sebelah WC itu musholanya mbak” “Ya..yah..terima kasih mbak ya” ”Sama-sama” Untuk saat itu, aku masih bisa menerima informasi, mungkin kapasitasnya masih bisa diterima oleh memori otakku yang berkapasitas UNDER DOS. Aku berjalan menuju tangga ke lantai 2 saat itu entah kenapa aku begitu tak ingin sms atau telepon dari Erlan kuterima. Akhirnya HP-ku disilent, mudah-mudahan aja gak ada orang yang penting harus kuterima, tapi efek getar tetap aku aktifkan. Kubuka ransel yang menempel di dada, kemudian kuambil HP mungilku dan kuselipkan kedalam saku rok, kuubah posisi ransel ke punggung. Beres. 1-2-3-4-5-6-7 ___ bordes ___ 1-2-3-4-5-6-7 Genap 14 anak tangga kulalui dengan tertatih. Piuuh! kamu harus diet Ta!Haruus!!!!, kutarik nafas dalam-dalam, haah!!!capeeekkk!. Aku berbelok ke

Page 28: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

kiri saat sebuah plank berukuran 15x40 cm bertuliskan, menatapku kosong. Aku berjalan dalam lorong yang dingin, tapi sedikitpun aku tak takut, suasana yang nyaman dan bersih memberikanku sedikit ketenangan. Aku masuk ke dalam pintu bertuliskan LADY dan beberapa wanita berseragam biru-biru mengikutiku dari belakang. Mereka para pegawai Tivi TREND!. Aku tak mau berlama-lama lagi, mungkin saja Arman juga sudah istirahat, ya ampuuun semakin waktu berjalan aku semakin gugup. Tempat wudhu yang bersih membuatku semakin bersemangat, kuambil wudhu dengan kekhusyukan tingkat dasar. Kemudian aku berjalan berbalik arah menuju tempat sholat, sebuah sekat berupa kain polos berwarna biru terbentang kuat. Ransel beratku akhirnya menyentuh bumi setelah sekian lama tergantung di atas bahuku yang sedari tadi kesakitan menahan beban dan kuselipkan HP-ku dari dalam saku rok ke dalam ransel dengan peluh keringat. Kuambil mukena dan kusimpan ransel di depan sajadah biru yang kuinjak, Bismillah. ”Allâhu akbar!” suara seorang imam menggema

LADY MAN MUSHOLA

TOILET MUSHOLA

Page 29: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

di balik hijab ketika mukena bagian atas terpasang seadanya. Beberapa wanita, kira-kira 5 orang, ikut sibuk memasang mukena mereka, shalat jamaah dimulai dengan damai. Jam 15.40 Saat aku sampai pada anak tangga ke-2 suatu guncangan mengganggu pahaku, Aduuh siapa sih yang nelpon, mudah-mudahan bukan si Erlan!. Dengan usaha keras akhirnya HP-ku bisa keluar dari sempitnya ruang dalam saku rok-ku, ada angka 2 dan sebuah gambar amplop menghiasi layar. Sms dari siapa?. Arman? Fadli? Mmhhh Arman dulu ah..!

Ta? Km dmn? Km da TvTR kan? Km lom plg kan?aq tgg di lobi ya!

Ya ampun Arman mana mungkin aku pulang sebelum ketemu kamu?

Hhihihi sori y td aq gi di mushola. Bntr lg aq ke stu. Pesan terkiriiimm tunggu aku ya Man... Kubuka sms dari Fadli. Ta, smsku koq ga dibls? Td aq pk no Erlan.Km lgsg plg kan?

Arman RamadhanMas Fadli

Detektif Erlan

Page 30: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Tumben!!Perhatian?baru tadi aku gak langsung bales sms kamu, itupun karena kamu pake nomor Erlan?! Sedangkan KAMU? Dah sering bgt gak bls sms aku! aku ga protes!!! EGOIS!!! Iya maaf…(~_~) td kirain Erlan, mknya ga bls, klo km yg sms kan aq sll bls,aq pk krta jam 7.30 mlm. Mas gi pa? (tetap sabar,ya..sabar..walau tak ada balasan) Saat aku berada di anak tangga terakhir, kulihat

seorang lak-laki berseragam biru-biru duduk di sofa sambil sibuk memencet-mencet tombol handphone. Arman….

Aku berjalan sedikit berjinjit pelaaan…pelaaan.. aku siap mengagetkannya..ayo...1 meter lagi..

“Mas..itu orangnya!” resepsionis tidak profesional itu mengganggu acara. Euuhh!!!sialan!.

Arman langsung melihat ke arah resepsionis dan dengan cepat mengarahkan pandangan padaku yang saat itu berada pada posisi mirip Sun Go Kong ( kedua lutut kaki dan tangan ditekuk, lalu berjalan pada kedua tumit dengan ekspresi tak kentara dan …aku tak sanggup melanjutkan)

“Ta?kamu ngapain?” 32 gigiku keluar dari tirai mulut yang tak sanggup

berbicara. (^ппп^) “Halll..loo” tiba-tiba gagap. Posisiku sudah

lumayan normal. “Hai..! kirain kamu gak jadi ke sini? Belum kapok

juga ikut tes-tes kayak gitu?” “Sialan! (˘~˘)” ”Hihih iya..becanda...yuk..kita ke kantorku!”

Page 31: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

3 SORE TAK MENYAMBUT MALAM

Jam 15.45

Lift tertutup memiliki kenangan mengerikan, adegan antara pemain utama cewek dengan hantu kakek-kakek dalam film The Eye tiba-tiba diputar tak sengaja oleh otakku. Buluk kudukku mulai bangun dari tidurnya.

“Disini koq dingin ya?” “Ya iya laah, apa kabar AC?” “Maksudku bukan geto!!!” “Trus?” “Aku merinding niihh, inget film Di Ay…serem

banget” aku mulai pucat. “Kamu tuh victim film banget sih”geleng kepala

kiri-kanan-kiri 1 kali putaran. “Iiihh judulnya bukan piktim!…Di Ay!” ”Ya ampun ta! Pantes aja kamu gak pernah lulus

tes, arti victim aja gak tau” geleng kepala kiri kanan 5 kali putaran. ”Emang itu film apaan siihh? Perasaan di tes-tes kemampuan umum gak pernah ditanyain deh, seleksi Tivi TREND yang enterteinmen banget aja nggak

Page 32: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

nanyain film itu?!...pasti filmnya gak laku!... atau hahahha hayooo ketauaaaan film gituaaan yaaa...”

”Haaahhh....” menarik nafas dalam-dalam lalu mencengkram kepala dengan kedua tangannya pleus gelengan kepala kiri-kanan-kiri 7 kali putaran. Jam didalam lift sudah semakin memendekkan waktu, sebuah angka 3 menyebabkan lift berhenti tanpa bersuara. ”Yuk!” Arman tampak bersemangat. Aku mengikuti Arman yang keluar dari lift. ”Tadi nunggunya lama ya? Sorry ya tadi tuh shootingnya lom kelar, trus kita harus briffingan dulu bentar, aku juga ini téh kabur, hihihihi, ya sekalian sholat juga..” sambil berjalan dalam lorong sepi. ”Mmmhh!! Ngeleees bilang aja emang pengen kabur, ya kan..?” ”Nggak kok! beneran nggak!. nggak salaah! hehe” “Tuh kan bener!!!” “Nggak lah becanda, lagian bawa kamu kesini juga sebenernya ga boleh tau” “Trus kok sekarang aku bisa masuk?” ”Kamu inget kan? 10 Peraturan Hidup di Jakarta? Itu aku praktekin 100% tadi, sama si mbak resepsionis” ”Waaah boong banget gak mungkin si mbak cuantik buanget kayak gitu bisa diboongin gitu aja ama pegawai yang baru seumur jagung kayak kamu! Gak! Ney..ney... eik gak percaya!” ”Eit...biarpun begitu, aku lebih senior dari dia!” ”So...???” ”So...jadi...yang kuat dialah yang berkuasa!” Rule No.5

Page 33: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”????” ”Disini itu, ada sistem senior-junior, ya kayak ospek gitu lah” “Jadi…” “Jadi…pegawai yang udah punya seragam resmi kayak gini” (nunjuk-nunjuk ke seragam biru-biru yang dipakainya) “bisa nge-ospek yang masih lom pake seragam resmi, kapan aja…tapi hanya berlaku di dalam kantor doang” “Ih! sistem apaan tuh?Ospek? gak zaman banget!” “Gak zaman sih yaaa buat yang juniooor, kalo buat yang senior siih zaman-zaman aja tuh…hihihi” “(˘~˘)” “Kesini ta..aku kenalin ma temen-temen aku!” memegang gagang pintu warna silver. “(˘~˘) iya...” Pintu terbuka dengan slow motion, perlahan tapi pasti. Detak jantungku tiba-tiba ngebut. “GUYS!” Arman benar-benar memecah segala kesibukan orang-orang berseragam dalam ruangan itu. “HALOO!!” mata-mata yang ramah dan kompak itu menyambutku. ”Kenalin nih WI..TA!” dengan bangganya Arman memperkenalkan aku kepada teman-temannya dan dengan bangga aku pun kikuk. Seorang wanita tomboy menjulurkan tangannya. ”Joy...” ”Wita” Diikuti oleh 5 orang laki-laki yang 70 % mmhh.. ganteng dan muda!!!

Page 34: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Kekikukanku mereda ketika Arman menggiringku ke deretan ruangan dengan sekat setinggi 2 meter, dia mengajakku masuk ke salah satu ruangan yang rapi..harum..bersih..dan.. ”Ini ruanganku Ta, bagus kan?” ”Biasa aja...gak beda jauh sama kosan Erlan!” ”Haaahh! kosan Erlan? Kamu jangan becanda Ta! Kosan dia kan selalu dapet Award Kosan Terbau se-Kampus Raya! Gak banget!” ”Hihihi iya siih” ”Pura-pura..bilang aja suka! Ya kan?” Iya..suka banget..”Iiiih dibilangin biasa aja!” ”Iya deeeh emang susah bikin pembantu depresi kayak kamu__bahagia” Sebuah kotak yang entah apa, aku angkat tinggi-tinggi, siap terlempar ke arah wajah Arman yang sebenarnya tak sanggup aku embargo! ”Waduuuh jangan! Itu kan property!” ”Ya udah yang ini!” aku angkat tumpukan kaset kamera di atas kepala. ”Apalagi itu!!! Itu kerjaan aku yang belum kelar!” ”Yang ini!!!” aku angkat sebuah frame foto 4R yang entah foto siapa. ”JANGAN!” dia merebut frame itu dengan paksa. “Iiih segitunya, foto siapa sih emang?” Arman pergi entah mau kemana, keluar ruangan dengan foto itu. “Ini rahasia! Tunggu ya…aku ambil minum. Mau minum apa?” ”...” ”Gak ada jawaban berarti air putih! Oke tunggu disitu! Jangan ada satu barangpun yang kamu sentuh

Page 35: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

lagi. AWAS!” keluar dari ruangan tak berpintu ini. Foto siapa sih? Kok dirahasiain banget? Jangan-jangan..??? Arman dah punya cewek...??? tidak! Tidak!!!! TIDAAAK!!!. Aku patah hati stadium 5 kalo itu bener...Aku pun lesu dan terduduk. Jam 15.58

Arman datang dengan 2 gelas mug. ”Niih...masih anget...” ”Air putih, aku juga bawa...” ”Jadi gak mau nih?” Arman menatapku lama, kemudian duduk di seberangku. Meja kerja memisahkan jarak kami. ”Gimana tadi tesnya? Seperti biasa atau luar biasa?” ”Ya...biasa lah...” ”Maksudnya biasa apa? Biasa susah atau biasa susah banget?” ”(˘℘˘) menyebalkan!” Aku menceritakan setiap detil soal tes tadi dengan segala keterbatasan wawasanku, kemudian mundur ke cerita di areal parkir dan perjalanan menuju salemba yang bener-bener panas. Lalu loncat lagi ke cerita aku sama sopir taksi, sama cewek cantik jutek, sama satpam jomblo Tivi TREND, sama satpam ganteng, sama reseptionis cantik, dan mushola. Berhubung IQ Arman memang berkualitas, dia bisa mengikuti ceritaku dan menanggapinya dengan menertawakan. ”Pas aku shalat di mushola, eh..ternyata suara imamnya bagus banget...”

Page 36: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Masa sih? Bagus banget gitu?” wajah Arman jadi merah dan dia pun tersenyum membuatku semakin melayang gak sanggup ngeliat senyumannya yang indah. Aku baru sadar kalo imam yang di mushola itu ialah Arman setelah tiba-tiba... ”Ada telepon, bentar ya...” dia pergi lagi ke luar ruangan, kondisi ini tidak seperti dugaanku, pertemuan ini tidak punya nuansa romantis sama sekali. ”Fadli masih dijalan..” dia tiba-tiba masuk dengan kabar buruk. ”Fadli? Di jalan? Maksud kamu dia di jakarta?” tiba-tiba otakku mendadak encer. ”Iya...emang Fadli gak bilang?” Aku menggelengkan kepala merasa dibohongi dan dikhianati, Fadli memang mempunyai sifat buruk, dia selalu punya rahasia, selalu, dan sekarang aku berada di ujung jurang. ”Ngapain dia kesini?” ”Ya...jemput kamu” ”Jemput? kok dia tahu aku disini?” ”Kan aku yang ngasih tahu..pas tadi di lobby nungguin kamu, aku sms dia kalo kamu dah ada di sini” Kok kamu kasih tahu sih? Aku diam, merasakan kabut hitam berada di pelupuk mata, benar-benar pekat. ”Pas malem sebelum kamu pergi, aku sms kamu kan? ”Iya...so...” ”So...soalnya Fadli yang nyuruh aku sms kamu” ”Nyuruh?”

Page 37: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Iya...Fadli telepon aku, dia nyuruh aku buat ngajak kamu ke Jakarta, Fadli gak bisa nganter kamu soalnya proyek dia yang di Kerawang sama Erlan lom bisa ditinggalin. So...dia nyuruh aku sms ke kamu dan ngajak ketemuan sama kamu di kantor aku, biar kamu gak sendirian. Dia tahu kalo aku yang ngajak pasti kamu mau, beda kalo Erlan yang ngajak...hihihi gitu Ta..Ta?...Ta? kamu kenapa?” Sengatan halilintar menghanguskan hatiku, hatiku sudah remuk sekarang, retakan demi retakan melebur dan akhirnya luluh lantak. Jadi..selama ini... ”Kamu pasti ngira dia itu gak perhatian kan?” Aku hancur. ”Aku kenal dia udah dari SD kelas 4, kebaikan ma keburukan dia udah jadi makanan pengganti nasi, apalagi dulu aku, Erlan dan Fadli tetanggaan” Aku terdiam. ”Ta...sejak kamu jadian ma Fadli, aku ma Erlan bahagia banget” ”Kenapa?” hanya sanggup mengucapkan satu kata. ”Soalnya dia udah ngeceng kamu dari SMA” ”SMA? Kok aku gak kenal dia?” ”Yah...secara gitu..dia ngumpulnya ma anak-anak bermata 4, lebih seneng di kelas daripada ngider” ”Trus kalo sering di kelas, kok dia tau aku? Aku juga lebih sering di kelas...” ”Tapi...kamu juga sering nongkrong ma anak-anak teater kan? Otomatis kalo kamu pentas atau latihan di lapangan kayak orang gila, orang-orang pada tau kamu siapa, anak teater yang cewek kan cuma 3 orang”.

Page 38: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

“Trus napa dia ngeceng aku? padahal kan di banding Nuri ma Mela aku yang paling gak banget!”. ”Justru karena gak banget dia jadi ngeceng, soal fisik sih ya...” ”Apa?...nggak banget?gitu?” ”Hehehe aku gak ngomong loh kamu sendiri yang ngomong” Ekspresi mukaku semakin garang. ”Iya...iya...becanda..tapi kamu inget kan pas kamu dapet peran utama di perlombaan teater SMU se-Bandung Raya?” ”Inget bangeeet! Saat-saat yang paling bikin keluargaku bangga kayak gitu gak mungkin lupa, apalagi pas aku jatuh dari panggung...aku bener-bener sukses jadi putri donat! menyebalkan!” ”Hihihi...tapi gara-gara itu kan? Kamu jadi juara ke-2 pemeran utama wanita?” ”Iya siiih, trus dimana bagian yang bikin Fadli ngeceng aku?” ”Yah...pas kamu jatuh...apalagi?” ”Gak romantis banget siih...itu kan memalukan!” ”Dia itu suka kamu soalnya kamu itu gak tau malu, bukannya kesakitan malah kentut! Ya iyaalah penonton makin gak bisa nahan ketawa” ”Waktu itu emang gak sengaja, aku masuk angin banget, Man, pas aku jatuh, otomatis magma dalam perutku yang tertahan sejak nyampe gedung teater terguncang dan akhirnya mengeluarkan gas bumi” ”Kkkkkkk....kita semua ketawa tau ga? Nah dari situ lah Fadli mulai rajin keluar kelas, nungguin latihan teater, pura-pura maen bola basket atau sepak bola di lapangan padahal gak bisa, nyuruh aku

Page 39: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

deketin Nuri ma Mela biar dapet info tentang kamu, waaah banyak deh pokonya, dari situ dia akhirnya mutusin buat keluar dari kumpulan orang-orang culun dan serius mengenal kamu lebih jauh sampai akhirnya...” ”Akhirnya..pas kuliah.. aku jadi adik kelas dia, trus dia sok jadi tim tatib tergalak biar aku merhatiin dia dan aku bener-bener merhatiin dia sebagai kakak kelas teraneh sepanjang hayat..gitu?” ”Yap..dia berjuang banget ngedeketin kamu..tapi baru bisa kesampaian 3 tahun kemudian..bayangin Ta..3 tahun?” ”Trus kok dia kayak yang gak butuh aku sih? Kalo dia kumpul ma temen-temennya, dia pasti nganggep aku monyet Ragunan, dia gak pernah sms atau nelepon aku duluan selalu aku yang harus duluan, dia gak pernah lagi asyik ngobrol sama aku, dia lebih seneng diem daripada ngomong, 3 tahun berjuang deketin aku dan pas udah dapet dia sia-siain aku? Aku gak pernah nuntut apa-apa ke dia, kalo jajan aku masih tau diri, kenapa sih Man, dia gituin aku?” Arman terdiam...kemudian ”Eh..Fadli sms..bentar ya..” Aku tertunduk…produk air mata di pelipis sudah siap diluncurkan ke pipi, siap mengalir deras. “Fadli dah nyampe Ta..kita ke lobby yuk..” Aku tak bisa menolak..aku pasrah. Keadaan ini lebih menyebalkan dibandingkan tes PAN tadi siang, yang bisa membuatku tenang adalah aku harus tahu perasaan Arman padaku. Aku harus tahu! kalau tidak , aku menyesal seumur hidup!

Page 40: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Jam 16.20 Aku dan Arman beranjak pergi untuk turun ke lobby, ranselku yang berat masih sanggup aku pikul tapi penderitaan hatiku tak sanggup aku tahan, kami melewati rekan-rekan kerja Arman, mereka sedang istirahat makan, Arman pamit untuk pergi dan aku mengikuti di belakang dan tersenyum walau tersiksa. ”Man..” ”Ya..apa Ta?” ”Aku pengen tahu, sebenarnya kenapa aku lebih deket sama kamu daripada sama Fadli?” ”Soalnya..Fadli ngerasa aku bisa bikin kamu ngeluarin unek-unek kamu tentang Fadli tanpa ngeliat kamu marah ke dia secara langsung” ”Cuma itu doang?” ”Ya..nggak..aku ma Erlan punya tugas masing-masing, Erlan sebagai bodyguard dan aku sebagai penasehat...kompilasi yang bagus kan?” ”Trus Fadli jadi Pangerannya gitu? Mau-maunya sih kalian disuruh kayak gitu?” “Soalnya, Fadli anak yatim piatu, dia punya adek 3 orang, cowok semua, otomatis perhatian dia gak mungkin 100 persen ke kamu, dia harus ngurus ke 3 adeknya dengan uang hasil keringet dia sendiri, dia jadi pedagang donat di kampus, freelance drafter di Pak Nandang, jadi pelayan shift malam di fast food dan untungnya dia dapet beasiswa, dengan kesibukan itu makanya dia minta bantuan aku ma Erlan buat jadi pendamping kamu untuk sementara” “Aku tahu itu, aku ngerti!!! Tapi kan aku cuma pengen ngobrol sama dia bukan sama temen-temen-

Page 41: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

nya , kalau saja dia tahu..aku sangat kehilangan dia, sampai pada satu titik aku sadar, aku bener-bener bukan milik dia lagi, aku milik orang lain” ”Maksud kamu? kamu cinta sama orang lain?” ”Iya...orang ini selalu ngisi hatiku yang kosong akan kehadiran Fadli, kosong akan cinta Fadli, pria ini bikin aku sadar kalau Fadli gak butuh aku lagi” Arman menatapku langsung menembus ke hati, dia tak menyangka aku bisa mendua. ”Siapa pria itu Ta? Jujur sama aku, siapa?” ”Kamu pengen tahu karena penasaran atau kamu emang pengen marah sama aku?” ”Gak dua-duanya, ayo Ta! Siapa?”

Aku menghela nafas, inilah saat-saat penentuan. ”Kamu Man..” Arman mngerutkan dahi, merasa tak percaya dia

kembali bertanya. ”Kamu jangan becanda Ta, aku serius” ”Aku serius...Man..orang itu kamu..” ”Ini gak mungkin!” ”Sebelum aku ketemu Fadli di bawah, aku pengen

tahu dulu, perasaan sebenarnya kamu sama aku Man...”

”Ini gak mungkin!” ”Man, kamu pernah punya perasaan sama aku apa

gak? Jawabannya iya apa nggak doang, plis…Man jangan biarin aku pulang ke Bandung dengan tangan hampa”

”Ta..udah deh..Fadli dah nunggu di bawah..” ”Man...” ”Ta..” ”Man!!!” aku emosi, tangisku merebak.

Page 42: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Loh...?kamu kok jadi nangis siih..aduuuh gimana nih?”

”Po..ko..nya..jaw..abannya..iya..app..a ngg..gak?” Dadaku terdesak menahan air mata. ”Aku gak bisa Ta..aku gak bisa..” ”Ken..nap..pa..?” ”Terus terang, selama aku dekat sama kamu, aku

ngerasa nyaman, seneng, rame pokonya kamu selalu bikin aku jadi diri aku apa adanya”

”...” heu’..heu’..heu’ menghapus derasan air mata dengan tersedak sesekali.

”Kita curhat, kita nonton di bioskop sambil ngomentarin plus ngejailin orang-orang yang lagi pacaran, menangin hadiah boneka segede bagong di Age Zone, teriak-teriak ga jelas di jembatan layang, main PS, main catur, kita dikejar tukang baso gara-gara duitnya kurang, kita ampe disangka pacaran ma si Erlan karena tugas dia sebagai bodyguard aku serobot, semua itu...sebagian kenangan terindah yang pernah aku alamin sama seorang cewek”

Aku diam..tangisanku tertahan ketika tahu Arman menganggap kebersamaan aku dan dia sebagai kenangan terindah.

”Tapi aku gak bisa Ta, Fadli adalah teman sekaligus kakakku”

”Jadi...heu’..heu’..jawab..annya?” tangisku hampir reda, aku siap menghadapi kenyataan.

Arman menjauhiku, berjalan perlahan di depanku, dia kemudian berbalik.

”Jawabannya tidak...” ”Sama sekali kamu gak pernah suka sama aku?” ”Aku...aku..pernah tapi aku..gak Ta..aku gak bisa”

Page 43: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Iya atau tidak Man?” Arman kebingungan menentukan pilihan tapi

akhirnya. ”Tidak Ta..maaf..maafkan aku..” Aku tersenyum, beban berat ranselku terasa

seperti sehelai tisu gulung, sekarang langkahku ringan. Kuhapus airmataku dengan bersih.

”Oke..aku lega sekarang, yuk..kita temuin Fadli kasian dia udah akaran”

Sekarang Arman yang terdiam. ”Nomer 1!...ya...berangkat!!!” Arman tertunduk membisu, tiba-tiba dia, “Ta…aku mohon sama kamu jangan sakiti Fadli,

dia sayang sama kamu, cuma dia gak pandai ngungkapin perasaan aja, ya..Ta”

”Yap! Aku penyabar kok tenang aja..hihihi(^_^) Trus yang di foto itu siapa, Man? Cewek kamu ya…dasar! gak bilang-bilang! pokonya harus traktir gak boleh nggak!”

Arman hanya tersenyum. Senyumannya getir. Pintu lift terbuka lebar, Fadli dan Erlan langsung

menyambut kami. “Man..” “Assalamu’alaikum!” “Wa’alaikum salam!” “Di..Lan..waaah dah lama banget gak ketemu” “Iya..kamu tambah kurus aja Man” Erlan mulai

berkoar. ”Iya loh..bener kamu diet apa kecapekan?” Fadli

khawatir. Mataku dan mata Arman beradu, kami berdua pun

tersenyum.

Page 44: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Masa sih?padahal aku dah minum vitamin sama susu suplemen loh..wah gagal kalo gitu..!”

”Emang lu cacingan kali...” Erlan terlalu jujur. Hantaman keras di kepala Erlan oleh tangan Fadli

mendiamkan ocehannya. ”Teu sopan!” Kami berempat mengoceh, terutama Erlan, mataku dan mata Arman sering beradu dan kami tertawa, Fadli pun tak bisa membuang waktu, besok dia harus kembali ke Karawang. ”Kita pulang ya Man...” Fadli pamit sambil duduk di jok supir. ”Ya Man,kita pulang” Erlan berusaha menyem- bunyikan kerinduannya akan sahabatnya. ”Makasih ya Man...” aku tak sanggup berpisah. ”Iya..hati-hati di jalan, jam segini biasanya macet” Kijang berwarna hitam yang aku, Erlan dan Fadli tumpangi berjalan perlahan melewati Arman yang berdiri sambil melambai pada..tunggu..mata Arman, dia melambai padaku..dia tersenyum tapi matanya tak bisa berbohong. Ya Tuhan aku tak sanggup.

Page 45: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

4

MALAM INGIN BERMIMPI Jam 16.40

”Di..lu ke belakang gih! kasian Wita dari tadi kita aja yang ngobrol” ”Dah lah ga apa-apa biar aja aku yang nyetir, dari Kerawang kan kamu Lan..sekarang giliran aku” ”Dah biarin, cepetan !! lu gak ngerti aja” Fadli berpikir sejenak tapi akhirnya dia memberhentikan mobil pada labuh jalan dan menyerahkan kepercayaan kepada Erlan, sedangkan aku? merem melek mikirin kejadian tadi di lorong bersama Arman, aku baru tahu, Arman memang punya perasaan yang sama tapi Fadli adalah bendungan besar yang tak bisa dia rubuhkan. ”Capek ya?” Fadli sudah berada di sampingku. ”Kittaaa berangkaaat...” Erlan resmi menjadi supir pribadi di depan. ”Iya niiih, capek banget ” ”Ya udah kamu tidur aja” Ya udyaaah tidur ajaaa…gak ada kata-kata lain apa ?pria tidak romantis!!

Page 46: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Aku puter musik ya, sepi nih..” Erlan tak pernah bisa berhenti mengoceh. Dia sibuk memutar-mutar saluran radio. Nah...ini dia... Wajahmu selalu terbayang dalam setiap angan Yang tak pernah bisa hilang, walau sekejap Ingin slalu dekat dengamu, enggan hati berpisah Larut dalam dekapanmu, setiap saat...setiap saat (Bunga-Kasih Jangan Pergi) Aku mengantuk sekarang, kemacetan lalu lintas di luar mobil menjadi sebuah cerita pengantar tidur.. Satu...dua...tiga...perlahan mataku tertutup dan perlahan bahu Fadli menjadi bantal daging yang lumayan empuk, kepalaku tersandar di bahu Fadli tanpa sadar, aku terlalu lelah... Fadli membelai rambutku...perlahan, layaknya kucing dielus majikan aku pun semakin ingin tenggelam ke dalam tidur. Fadli berbisik.. ”Aku sayang kamu...” Mataku yang lelah tak bisa tertutup saat senjata nuklir terlempar dari mulut Fadli.. ”Tapi kamu gak pernah perhatian sama aku..” Aku bangun dari bahu Fadli, diapun beranjak menatapaku.. ”Maksud kamu?” ”Mas..jujur sama aku, kamu sayang aku apa gak?” ”Ta..pertanyaan kamu aneh..ya iyyaaa aku sayang kamu, trus kenapa?” ”Trus kenapa? Kamu gak pernah mau nelepon aku lagi sekarang, kamu gak pernah mau sms-an lagi sama aku, gak pernah mau ngobrol lagi, dan saat ini

Page 47: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

penyakit kamu itu tambah parah semenjak kamu kerja di Kerawang, aku kehilangan kamu Mas! Kamu ngerti gak sih!” ”Apa cinta harus dengan nelepon sama sms tiap hari? Kan nggak Ta?” emosi Fadli mulai naik. ”Aku gak nuntut kamu nelpon atau sms aku tiap hari! aku cuma pengen kita tetep komunikasi, kalo aku gak nelepon atau sms kamu duluan, komunikasi kita bener-bener ilang Mas! ilaang!! ” ”Tapi kamu harus ngerti dong..aku kan sibuk!” ”Awalnya aku ngerti, selanjutnya aku berusaha ngerti tapi sekarang aku bener-bener jenuh Mas! Aku KESEEELL SAMA KAMU!!!!” ”Oh kasih!!...janganlah pergiii, tetaplah kau selalu disini...” Erlan mendendangkan lagu dari radio sambil berteriak, dia tak ingin mendengarkan kami bertengkar. ”DIAAAMMM!!!” aku dan Fadli berteriak sekeras-kerasnya ke Erlan. Erlan kaget dan dia kehilangan keseimbangan, mobil kami oleng. Hal yang pertama aku lakukan dalam situasi membahayakan seperti ini adalah... ”AAAAA!!!!!” aku menjerit memekakan telinga. ”Lan...Laaan...LAAAN!” Fadli panik. Aku berpegangan pada Fadli, Fadli berpegangan padaku dan jok depan, Erlan terus memutar setir berusaha menyeimbangkan, mobil-mobil yang ber- kecapatan tinggi melewati mobil kami yang oleng. -CEKIIII...TTT- , rem berusaha keras -BRUUUGG- , menabrak dengan keras -PUSSYHHHH- , asap tebal keluar dari mesin Mobil keluar dari badan jalan menabrak pembatas

Page 48: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

jalan dan mobilpun berhenti dengan penyok. Aku tak sadarkan diri. Jam 18.05

”Mbak??” suara seorang wanita membuat mataku terbuka, langit-langit berwarna putih menyapaku. ”Mbak bisa denger saya kan?” Aku belum tuli, tapi tubuhku sakit sekali seperti remuk. ”Sus..t.ter?”aku masih lemah. ”Mbak sekarang di rumah sakit, tadi Mbak kecelakaan..” ”Kec..celakaan?! Fadli!! Erlaaan!” aku baru sadar dan langsung syok, ”Dimana 2 teman saya Mbak?” aku berusaha bangkit tapi tubuhku benar-benar sakit. ”Mbak jangan kemana-mana! Tubuh Mbak masih belum sembuh, tenang saja teman Mbak baik-baik aja” ”Haah..bagus deeh, temen saya yang nyupir gimana mbak?” ”Ta??” ”Lan?! Kamu gak apa-apa kan?” Suster itu pergi. ”Aku gak apa-apa, yang apa-apa justru Fadli.. dia lagi di ICU” ”Apa!!! Dia kan dibelakang sama aku?” ”Iya.. sebenernya dia gak luka apa-apa, tapi kamu kan tahu Fadli jantungnya lemah, dia syok berat?” Aku terpaku, memoriku mengajak kembali ke kejadian di mobil, Fadli memang berada pada posisi yang aman, lagian dia emang pake sabuk pengaman.

Page 49: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Aku merasa bersalah. ”Anterin aku ke sana Lan..pliis” ”Ya dah bentar, aku minta izin dulu ke suster” Erlan terbalut perban di kepalanya, lengannya tergantung menekuk di dada, tetesan darah mewarnai kemeja garis-garis putih yang dia pakai, dia juga terluka. Beberapa saat aku berada di atas ranjang rumah sakit, hatiku benar-benar berkecamuk, aku gak nyangka bisa jadi kayak gini. Fadli..kamu gak apa-apa kan??? Maafin aku... ”Ta, kamu pake kursi roda aja, kamu masih lemes kan?” ”Ayo mbak saya bantu” seorang suster membantu ku bangkit dan mendudukanku ke atas kursi roda, ini seperti sinetron. ”Aku belum shalat Lan...musholanya dimana?” ”Oh..musholanya gak jauh dari ruang ICU, saya antar sampai mushola ya...” ”Makasih Suster” Jam 18.22

Erlan jadi imam, 3 orang laki-laki jadi ma’mum di belakang dan aku sendiri berada di balik hijab berupa kain tipis berwarna hijau. Aku duduk di kursi roda, mengikuti setiap gerakan shalat dengan getir, Fadli sedang berjuang menghadapi maut, aku ingin Rabb mendengar doaku, Selamatkan Fadli Ya Rabb. Suara Erlan bergetar, tak biasanya dia mengimami dengan begitu khusyuk, berkali-kali Erlan jadi imam, tapi baru kali dia tidak terburu-buru dan melantun- kan setiap kalimat shalat dengan tertib dan indah.

Page 50: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Perasaanku dan Erlan sama-sama bergejolak, itulah yang kurasakan. Suster yang tadi mengantarkanku sudah tak ada ketika aku selesai shalat maghrib. Erlan terpaksa masuk ke mushola bagian wanita untuk membantuku keluar. ”Mudah-mudahan doa kita terkabul” sambil men- dorongku keluar. ”Aaaamiin” hatiku mulai tenang. Kami keluar dari mushola, berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit yang sepi. Saat kami hampir sampai, di depan ruang ICU seorang laki-laki sedang duduk sendiri. ”Arman! Dia dah dateng ternyata” “Kamu ngehubungin dia? Syukurlah..” Kami mendekat, Arman langsung menghampiri dengan tergesa, “Lan..Ta…kalian gak apa-apa? Soriii aku baru dateng, pas kamu nelpon aku masih rapat Lan..” ”Gak apa-apa, yang penting kamu dah dateng sekarang” ”Kita kesana yuk.. biar kalian duduk...” Kami bertiga menunggu di lorong, tiba-tiba pintu ICU terbuka, seorang wanita berpakaian operasi menyapa kami. ”Keluarga Fadli Fadilah?” ”Kami teman-temannya Bu..” Erlan berdiri. Aku dan Arman berada dalam kegundahan hati dan kecemasan jiwa. ”Saya mau salah seorang diantara kalian buat ikut ke dalam” ”Aku aja...” Arman bangkit, Erlan mengalah.

Page 51: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Arman tenggelam di balik pintu ICU, meninggal-kan kecemasanku dan Erlan. Tak ada suara apapun disini, semuanya sepi, tak seperti hatiku yang bergemuruh oleh doa dan pembicaraan nurani. ”Aku nyesel Lan..aku..” air mataku tak keluar saking sakitnya. Erlan menarik nafas panjang, dia tahu aku merasa bersalah dengan kejadian ini. ”Gak ada yang harus disesali, ini murni musibah, kita harus ngambil hikmahnya Ta” ”Sebenarnya akulah yang gak pengertian” Erlan diam. Entah membenarkan Entah menyalah-kan. ”Dia selalu bikin aku bahagia dengan cara dia sendiri tapi aku salah ngertiin, aku malah maksain dia buat ngerubah sistem hubungan aku sama dia yang sebenarnya bisa ngancurin seluruh sistem, yang dia bikin bukan hanya buat aku, tapi buat adik-adik, teman–temannya dan masa depannya. Aku gak adil sama dia...Lan..” ”Udah Ta! Jangan kamu nyalahin diri kamu kayak gini! Gak ada yang disalahin apalagi yang gak adil! Kamu ma Fadli sama-sama cinta. UDAH. TITIK” Baru kali ini Erlan ngebentak aku dengan serius, tak biasanya dia setegang sekarang, aku hanya diam menerima kemarahannya. -DREGG- pintu ICU terbuka Arman tiba-tiba berlari memeluk Erlan, Erlan pun tenggelam dalam pelukan erat Arman. Tubuh Arman berguncang, dia menangis tak bersuara, yang terdengar hanya isakannya. Erlan mencengkram punggung Arman berusaha menahan air mata tapi

Page 52: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

tak berhasil, mereka menangis. Fadli...kamu… Aku hanya bisa terduduk di atas kursi roda, ketidakpercayaanku membendung air mata, “Tidak…ti..dak..” aku menjauhi mereka berdua, mendekati pintu ICU. ”Man..Fadli belum siuman yah...biar aku aja yang nyadarin dia, aku tau kok cara yang jitu biar dia siuman..hihihi” Arman melepaskan pelukannya, dia mengusap air mata dan berbalik padaku, matanya sembab, kulitnya yang putih semakin menampakkan warna-warna merah di wajahnya. Erlan mengurut kelopak matanya dengan tangan kiri agar sisa-sisa air mata terhapuskan. Mereka berdua tersenyum padaku dengan mata yang sembab. ”Ta..kamu mau nyadarin dia pake apa?” Arman mendekatiku sedangkan Erlan terduduk dan tunduk. ”Pake kentut aku...hihih dia pasti inget sama pementasan teater 5 tahun lalu” Arman terisak lagi ”Heuheuheu (tertawa sambil terisak)...mmhh kamu gak kan pernah berhasil Ta” ”Aku pasti berhasil Man..tenang aja..ayo anterin aku...ayooo..Man..” Aku memaksanya masuk seperti seorang anak kecil memaksa untuk dibeliin mainan. ”Ta...Sadar! Fadli udah gak ada! Dia..u..dah..per ..gi !!!” “Pergi kemana? Dia kan masih di dalem, ayo Man.. aku pengen ketemu dia..aku cuma mau bilang maaf, ayo...ay..oo Mmmaan, ak..kuu mmoh..hoon.. kass..sih ak.ku kk..kesem..patan buat liat dia...” Aku terbata karena air mata telah tumpah di pipi. Heu..’heu’..heu..’ Aku terisak.

Page 53: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

5

HARIKU INDAH 50 hari kemudian

Aku berada di sebuah ruangan, sebut saja ruangan ini kamar tidur. Aku belum pernah ke ruangan ini, kamar tidur ini lebih mirip studio gambar. Kemudian seseorang mengetuk pintu dari luar. ”Masuuk” Kepala Erlan melongo dari balik pintu. ”Makanan udah siap, mau makan gak? jangan bilang kamu lagi diet!” ”Iya..sebentar aku mau liat-liat kamar ini dulu” ”Aduuuh kan bisa ntar udah makan, orang-orang udah pada nunggu...” Erlan masuk dengan terburu-buru dan menggiringku layaknya tahanan. ”Iiihh bentar duluuu..” ”Aaah...ntar aja!” Erlan benar-benar menyakiti pergelangan tangan ku, dia menggiringku ke ruang makan, disana semua orang sudah berkumpul. ”Naah..akhirnya..yang ditungguin dateng juga.. ayo kita makaaan..” Arman mengacungkan sendok dan garpu ke atas langit. Ferry, Farlan dan Fibi menanggapi seruan Arman dengan bersemangat.

Page 54: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Selamat Makaaan” 5 orang laki-laki yang berkumpul bersamaku di atas meja makan bersorak gaduh. ”Emang udah do’a?” aku memotong kegaduhan. ”Udah dong.. teteh siih telat..” Ferry protes. Aku kalah. Seorang wanita melawan 5 laki-laki tak kan bisa menang, aku tak peduli, yang penting sekarang, Ya Allah, berilah kami keberkahan di dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan periharalah kami dari siksa api neraka. Aaaaamiin. Yummiii, tak kusangka Erlan jago masak. Orang kasar plus jail kayak dia punya jiwa ke-ibu-an juga, hihihi.

๑๑๑

Suasana duka masih terasa dalam rumah ini tapi hidup harus terus berjalan. Kini ketiga adik Fadli yaitu Ferry, Farlan dan Fibi menjadi tanggung jawab aku (yang akhirnya kerja jadi bawahan Erlan), Arman dan Erlan. Karena Erlan memiliki gaji paling tinggi diantara aku dan Arman. Maka dia bertanggung jawab penuh akan masa depan Ferry yang sebentar lagi lulus SMU, Farlan menjadi tanggung jawab Arman dan si kecil Fibi menjadi tanggung jawabku. Ini kesepakatan hitam di atas putih kami bertiga, asuransi, tunjangan-tunjangan lain dan harta warisan Fadli telah kami konsultasikan dengan ahlinya dan sudah diurus, kami seperti keluarga besar. ”Ehm..!” Arman masuk ke dapur. ”Hei..Man..sini gelasnya..aku cuciin sekalian” ”Iya..ini..makasih”

Page 55: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

”Yap..” aku kembali berkonsentrasi pada mencuci piring. Arman pun beranjak pergi tapi dia kembali. ”Eh..Ta,kamu pengen tahu gak foto yang dulu aku rahasiain ke kamu?” Mataku berbinar, seperti mendapatkan undian berhadiah 1 milyar. “Kalau mau aku tunggu di teras ya.. daah” Tanpa kata-kata aku pun langsung menyelesaikan cuci piring dengan kekuatan extra sampai terdengar. -TRANG- -TRENG- -TRONG- Erlan menghampiriku ke dapur. ”Berisik banget sih Ta..ssstttt!!! ganggu aja! film-nya mau mulai niiih”” Erlan dan ketiga kucluk-kucluknya sedang asyik nonton bareng film horor, karya terbaru dari Rizal Mantovani. Aku sama sekali tak berminat, apalagi Arman, dia orang paling parno kalo udah ngeliat makhluk halus dan sejenisnya dalam film atau sinetron. Kasian... ”Mau kemana kamu Man..? kok gak ikut nonton? takut ngompol ya ntar malem?hahaha!” Erlan emang menyebalkan. Ketiga kucluk-kucluk itu pun ikut mempermalukan Arman. ”Nggak kok enak aja, aku mau beli obat nyamuk ke warung, AWAS ya..kalian betiga kalo entar malem ada yang tiba-tiba masuk kamar kang Arman gara-gara takut tidur sendirian atau takut ke WC! Niiiih” Arman mengacungkan kepalan tangan. ”Biarin...Weee :P ” ketiga kucluk-kucluk semakin melonjak. Arman tak ingin bertarung dengan anak

Page 56: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

kecil dia pun pergi. 5 menit kemudian aku di tegur Erlan. ”Kamu mau kemana Ta?Malem-malem gini?” ”Mau di teras aja dengerin radio, disini berisik!” ”Iya deh bagus! Yang lama aja biar kita disini gak keganggu” ”Iya Teh..met ngobrol aja sama nyamuk hihihi” ”Hehehe” Fibi pun ikut-ikutan mengusirku. Kualitas pemimpin memang menentukan kualitas bawahannya, Erlan gak pantes jadi pemimpin, aku harus jadi oposisi!. Aku duduk di kursi rotan teras rumah, Arman datang membawa keresek kecil. ”Man..katanya mau ngasih tau aku soal foto itu.. kasih tau dooong aku penasaran nih..” ”Iya sabar...” Arman duduk di kursi sebelah kiriku, kami terpisahkan oleh meja bundar yang kecil. Arman menyimpan kresek di atas meja dan mengeluarkan 1 lingkaran obat nyamuk. ”Biar tenang, pake obat nyamuk dulu...” ”Ampuuun niat banget sih?” ”Iya dong mendingan aku di sini dari pada harus berserem-serem ria di dalem” ”Hihihi..kamu takut ya..” ”Nggak kok!..” ”Ah..masa...jangan boong...” ”Nggak Ta..” ”Ah...nggak.. nggak salah ya..??” “Hihihi..dah ah..iya..iya..aku emang takut film horor, aku lebih suka film drama atau pembunuhan sekalian, dari pada film horor apalagi yang ada KUN

Page 57: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

..aah..gak tega nyebutnya juga” “Kwkwkwk…trus..siapa dooong yang ada di foto itu?” “Kamu yakin mau tahu?” “Ya iyaalaah makanya aku sini juga pengen tahu! gimana sih!” ”Sekarang kamu pergi ke kamar Fadli, disana banyak banget foto kita di pajang kan?” ”Trus...?” ”Trus kamu liat deh, foto-foto pas kita berempat pergi ke Pangandaran, cari foto siapa yang ilang” ”???” melongo. ”Udaaah sana cari..!” ”Iya...cerewet!” manyun. Aku melangkah pergi ke kamar Fadli, melewati 4 orang laki-laki berbeda abad yang tercenung melihat film berjudul ”KUN*******”aku tak sanggup. Aku masuk, pintu kamar kubuka dengan ber- denyit, aku langsung mencari foto yang dimaksud Arman. Aku mengitari kamar dan sampai pada sudut kanan dekat meja gambar. ”Ini dia, kumpulan foto-foto pangandaran.. hihi lucuuu..si Erlan gi di perkosa ..Fadli yang nyaris kelelep haha...Arman yang tiba-tiba dikerumunin ibu-ibu arisan, dia disangka Nicholas Saputra doong? hehehe...ga da yang ilang perasaan, oh..iya foto aku gak ada... mana ya??...itu kan ’atu-’atu nya...loh? itu kan pas lagi sanset banget! Sialan..dimakan si Erlan nih pasti!” Aku sontak keluar kamar, dan langsung berdiri di tengah layar tivi yang sedang menampilkan penampakan pemeran utama film. Keempat laki-laki

Page 58: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

itu langsung protes dengan histeris! Aku benar-benar diusir. Lagi. ”Awas ya..Lan..kalo aku gak ketemu foto itu aku makan kamu! Aeuw!Aeuw!” ”PEeeRGIii!!!” mereka tak punya perasaan sama sekali. Aku langsung pergi ke teras, Arman sedang asyik mendengarkan radio. “Yang ilang kok foto aku Man?..itukan foto satu-satunya aku di Pangandaran. Erlan ma Fadli waktu itu gak ngebolehin aku difoto, menyebalkan! Zaman modern kayak gini masih percaya ‘pamali’. Waktu itu aku kan difoto, pas mereka tepar gara-gara mabok laut? Kok ga ada?” Dengan santai Arman pun menyuruhku lagi. Ada apa dengan hari ini? Aku bener-bener jadi pembantu! ”Nyari lagi????” ”Iyaa..coba cari di kamar aku, se-ka-rang! cepet!” ”Heuuhh!!!” aku akhirnya pergi walau harus ditatap sinis oleh 4 orang laki-laki gila horor. Menyebalkan!. Aku buka pintu kamar Arman, seperti biasa, harum minyak wangi tersebar di seluruh ruangan dan penataan ruangan yang rapi dan bersih membuatku sedikit segan untuk masuk. Aku akhirnya masuk dan mulai mengitari kamar karena rasa penasaran mengerubungiku, sampailah aku pada satu titik. Di atas meja belajar Arman terpampang sebuah frame foto ukuran 4R, foto...ini kan foto aku? frame berwarna cokelat tua dari kayu itu bener-bener sama dengan yang pernah aku pegang di kantor Arman dulu. Oh Tuhan...di depan frame foto itu tergeletak

Page 59: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

sepucuk surat bertuliskan BACA DAN SIMPAN. Bandung, 19 September 2006 Setelah kamu baca surat ini, jangan pernah kamu ceritakan kejadian ini ke Erlan apalagi orang lain,

hanya هللا, aku dan kamu yang tahu. Aku mohon... Ta...foto ini gak pernah aku kasih ke Fadli (alm)yang empunya kamera, apalagi Erlan, dan kamu juga ampe ga nyadar kalo foto ini ilang. Kamu mungkin mikir Fadli (alm)yang nyimpen ato Erlan yang ngerjain kamu. Bukan Ta..bukan mereka pelakunya.. tapi aku...ARMAN RAMADHAN. Aku selalu simpen foto itu di meja kantor, meja belajar ato tempat-tempat dimana aku bisa berlama-lama ngeliat foto itu, foto kamu dengan latar sunset menjadi penyemangat dan penawar hati aku kalo lagi gak mood. Kejadian di gedung Tivi TREND waktu itu bener-bener gak bisa aku lupain. Aku bener-bener gak bisa ngelupain kamu Ta...aku gak nyangka ternyata perasaan kita sama, jujur saja...dulu aku adalah orang yang paling gak setuju Fadli (alm)jadian sama kamu, soalnya aku mikir kamu gak pantes jadi cewek Fadli, karena sebenernya Fadli mengidamkan cewek yang smart , anggun, langsing dan …cantik hihihi jangan marah Ta..bukan berarti kamu gak cantik cuman aku ngerasa Fadli kepelet sama kamu. Kamu jarang sekali jaga sikap, kamu selalu tampil tomboy dan apa adanya, temen laki-laki lebih banyak dibandingin temen perempuan kamu. Aku semakin khawatir sama hubungan kalian. Sampai suatu waktu Fadli nugasin aku sama Erlan buat bikin kamu selalu bahagia walau gak ada dia.

Page 60: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Andaikan aku bisa menolak saat itu, aku pasti nolak banget, menjadi penasehat spiritual orang cuek kaya kamu pastinya akan sulit. Tapi aku emang terlalu negatif thinking, setelah aku jalani tugasku, image kamu dimataku berubah tajam. Frekuensi pertemuan kita yang lebih banyak dibandingin frekuensi pertemuan kamu sama Fadli, membuatku lebih ngenal kamu dibanding dia, dia Cuma tahu kamu dari orang lain yang kenal kamu baik yang di SMA maupun yang di Kampus. Kamu cewek yang bikin aku jadi diri aku sendiri, itulah yang utama diantara rentetan kenangan manis aku sama kamu selama ini. Aku cuma pengen tahu, apakah perasaan kamu sama aku dari dulu ampe sekarang berubah atau tidak? Kalo iya tolong kamu temuin aku di teras sambil bawa sisir warna Pink, kalo tidak tolong kamu bawa sisir warna biru...Oke..pliiis cepetan! Jangan lupa kamu bawa foto kamu..itukan milik kamu tapi fotonya doang biar bisa diselipin ya... Kamu boleh mikir dulu kok tapi jangan kelamaan, aku tunggu di teras. ARMAN o(^_^)o

Page 61: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Terus terang aku tak berpikir panjang, aku langsung membawa salah satu sisir berwarna di atas meja. Akupun keluar kamar sambil menyelipkan foto dan surat dari Arman di saku celana training. Erlan kembali sewot. ”Ngapain kamu ke kamar Arman?” ”Disuruh ngambil sisir..niih” aku menunjukkan benda berbentuk sisir ke muka Erlan. ”Ngambil sisir kok lama amat” Erlan memang orang yang penuh dengan kecurigaan. ”Suka-suka aku dooong...wee..:P ” sambil pergi menuju teras. Sampai di teras Arman menatapku kemudian berdiri menunggu jawaban, apakah aku membawa sisir warna Pink atau Biru. Dia harap-harap cemas. ”Gimana Ta?” Aku duduk di kursi, Arman pun kikuk dan akhirnya duduk juga. ”Masih mikir?” ekspresi Arman memang tegang. ”Gimana ya???” aku mengulur waktu. ”Haahh! Lama!” Aku tak menanggapinya, aku malah sibuk memutar-mutar saluran radio mencari lagu-lagu romantis yang bisa jadi sontrek (soundtrack). Ketika adrenalin Arman semakin naik, aku akhirnya menemukan saluran radio yang memutar lagu... Who knows how long I love U You know I love U still Will I wait a lonelly lifetime If you want me to, I will (The Beattles-I Will) Aku pun mengeluarkan sisir warna biru,pertanda perasaanku padanya tak berubah.

Page 62: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

Arman berbinar...dia menatapku diiringi sinar rembulan sabit di atas sana, aku pun menatapnya.. ada sebuah benang merah yang tiba-tiba terikat di hati ini, benang cinta yang seharusnya aku ikatkan dulu kepada Arman bukan kepada Fadli. Selembar kertas polio bertuliskan:

”KAMU MAU GAK NIKAH SAMA AKU PUTRI DONAT?” Aku hanya berbisik. ”I will...”

๑๑๑

Who knows how long I love U You know I love U still Will I wait a lonelly lifetime If you want me to, I will But if I ever saw you I didn’t catch your name But if never really matter I will always be the same Love you forever and forever Love you with all my heart Love you whenever were together Love you when we a part And when a last I found you Your song will fill the air Sing it loud so I can hear you Make it easy to be near you All the things you do indear me to you Oh…you know…I will I will… (The Beattles-I Will)

Page 63: Putri Donat Dan Penasehat Tampan

PUTRI DONAT Dan PENASEHAT TAMPAN

Jangan pernah nganggap buku ini nyeritain tentang kerajaan apalagi kolosal, dan jangan pernah berpikir ini kisah cinta romeo dan juliet. Ini hanya sebuah kisah

dari ribuan kisah cinta di dunia, yang dikupas secara sederhana dan apa adanya.

Jangan hanya bisa menatap kemudian membaca bagian belakang buku, dijamin kamu gak akan dapet

sinopsis buku ini. Cobalah untuk berani jujur kalau

cover buku ini emang lucu, cobalah untuk tidak hanya berdiam diri dan hanya

membulak-balik buku. Bacalah...maka kamu pasti nemuin

sesuatu...sesuatu yang hanya sebuah imajinasi yang imajiner tapi bisa saja

nyata.

-NYOW- publisher