Pendahuluan KTI
description
Transcript of Pendahuluan KTI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Disiplin di sekolah merupakan tanggung jawab bersama
seluruh warga di lingkungan sekolah. Dimulai dari Kepala Sekolah,
Dewan Guru, Staff Administrasi sekolah, para siswa, orang tua siswa/
komite sekolah serta masyarakat. Disiplin di sekolah meliputi banyak
hal, dalam kesempatan ini saya mengangkat tema kedisiplinan dalam
menggunakan seragam sekolah. Penggunaan seragam sekolah
merupakan hal yang wajib dilaksanakan, terutama bagi sekolah-
sekolah negeri di seluruh Indonesia. Disiplin menggunakan seragam
sekolah merupakan bagian dari penerapan dan penegakkan disiplin
sekolah.
Berdasarkan pengamatan saya di sekolah-sekolah Lamongan,
masih banyak siswa yang kurang memperhatikan kedisiplinan ini.
Yakni masih banyak siswa yang berantakan dalam berseragam tidak
patuh pada peraturan sekolah dan lebih mementingakan fashion..
Masih banyak siswa yang berpendapat bahwa berpakaian rapi
merupakan hal yang kuno pada zaman sekarang ini, dan masih
mengikuti adat ketimuran. Banyak anak yang secara langsung
melanggarnya dengan alasan kebebasan berekspresi. Memang benar
gaya berseragam yang baik sesuai aturan sekolah tidak berpengaruh
dalam proses belajar mengajar, namun berfungsi untuk mendidik
siswa, karena sekolah di Indonesia sekarang ini bertujuan untuk
mendidik, tidak hanya mengajar pembelajaran. Sebenarnya dengan
dibuatnya peraturan berseragam yang baik yaitu berguna untuk
mendidik siswa agar selalu tertib dan rajin.
Berdasarkan tinjauan di atas, maka saya akan mengangkat
tulisan dengan judul “Kedisiplinan Menggunakan Seragam Sekolah”
sebagai bahan kajian yang mengungkapkan alasan-alasan siswa
melakukan pelanggaran terhadap kedisiplinan. Harapannya adalah
untuk bisa dicarikan solusi dari ketidakdisiplinan ini.
1
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah yang muncul adalah:
1.2.1 Bagaimana cara dan trik kedisiplinan siswa dalam berseragam?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui cara dan trik kedisiplinan dalam berseragam
1.3.2 Untuk menciptakan siswa yang disiplin
1.3.3 Untuk menjadikan siswa taat pada peraturan sekolah
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Memberi informasi tentang cara dan trik kedisiplinan
siswa dalam hal berseragam.
1.4.2 Untuk mengetahui tentang pengertian disiplin
1.4.3 Untuk mengetahui tujuan dan faktor disiplin
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian disiplin
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang
dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban,
bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat
sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan
hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun
masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban
dalam rangka pencapaian tujuan.
Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan
dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi
pembentukannya secara berurutan.
Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang
menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena
didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat
pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat
menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib
karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto,
1990).
Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas /
latihan yang dirancang karena dianggap perlu dilaksanakan untuk
dapat mencapai sasaran tertentu (Sukadji, 2000).
Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang
menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan.
3
Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya
kehidupan yang sama, teratur dan tertib,yang dijadikan syarat mutlak
bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan- perubahan ke
arah yang lebih baik (Budiono, 2006).
Santoso (2004) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sesuatu
yang teratur, misalnya disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan berarti
bekerja secara teratur. Kedisiplinan berkenaan dengan kepatuhan dan
ketaatan seseorang atau kelompok orang terhadap norma-norma dan
peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui latihan
dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam
dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.
Kedisiplinan adalah suatu sikap yang mencerminkan ketaatan
dan ketepatan terhadap aturan (Moenir, 1999). Kedisiplinan
merupakan suatu sikap, perilaku.
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam
perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma
dan kaidah yang berlaku. Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan
seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk
mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan.
Kedisiplinan dapat dilakukan dengan latihan antara lain dengan
bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang
positif terhadap produktivitas kerja pegawai.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin
mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya
apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang
berlaku dalam masyarakat.
2) Adanya prilaku yang dikendalikan.
3) Adanya ketaatan (obedience).
4
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa
disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu,
kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana
yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia
sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri
yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja.
Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi
disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas
kerja maka disiplin mempunyai peran sentral dalam membentuk pola
kerja dan etos kerja produktif.
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar.
Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau
pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan
makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai
kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan
pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
2.2 Disiplin dalam berseragam
Usia remaja adalah usia pertumbuhan yang penuh dengan
pemberontakan baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan
sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal untuk mendidik anak-anak.
Di mana di dalamnya di ajarkan berbagai disiplin ilmu, cara
berdisiplin, pembiasaan diri, bertanggung jawab, kerja keras sesuai
dengan pendidikan karakter bangsa. Di mana pada tingkat pendidikan
anak-anak sampai remaja mendidik karakter yang baik supaya sadar
tahu mana yang salah dan mana yang benar yang disertai dengan
contoh nyata dalam karakter Walaupun dalam hal kedisiplinan kita
ambil saja satu contoh untuk merapikan baju seragam kadang-kadang
harus dipaksakan dengan teguran. Dalam fenomena mencorat-coret
baju seragam rupanya mereka melihat contoh dari kakak kelasnya.
5
2.3 Cara dan trik disiplin dalam berseragam
Berseragam rapi bukan berarti setiap hari memakai seragam baru,
akan tetapi berseragam yaitu seragam selalu disetrika, selesai
dibuat seragam dicuci.
Tidak menyalai aturan yang telah disepakati disekolah masing-
masing.
Identitas suatu sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan masing-
masing.
Ada perbedaan antara baju seragam sekolah dengan pakaian di
rumah, atau pakaian kegiatan di luar rumah. Masing-masing
pakaian dipakai sesuai dengan fungsi, situasi dan kondisinya.
2.4 Tujuan disiplin
Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki
2 (dua) tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf
(guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Subari (1994) berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai
tujuan untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran
sendiri untuk terciptanya peraturan itu.
Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan
ganda yaitu mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak
tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus
membatasi cakrawalanya.
Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah
perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri
sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Kedisiplinan adalah
suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan
agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan
diharapkan anak didik mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan
sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan
memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, anak
didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang
6
melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang
terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada para siswa dan
staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan
diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.
2.5 Fungsi kedisiplinan
Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:
a. Menata kehidupan bersama
Kedisiplinan sekolah berguna untuk menyadarkan siswa
bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati
dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan
merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi
baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-
masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan
kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin
seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang
berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam
dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan
kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan
dilatih.
d. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan
tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang
7
disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa
harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau
hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses
dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi
pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan
pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
2.6 Cara terbentuknya kedisiplinan
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997), kedisiplinan
dapat terjadi dengan cara:
a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus
ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek
menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial.
Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-
kaidah proses belajar.
c. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan
lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak
lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak
lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia
bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya.
2.7 Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan
timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya
disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor
yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:
8
Dari sekolah, contohnya:
a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang
senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan
kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa
menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu
akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap
kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka
terima.
b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih
mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.
c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari
akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian
pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal
aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.
Dari keluarga, contohnya:
a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian,
ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan
sibuk urusannya masing-masing.
b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan
kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan
atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang
berlaku. Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok
yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala
peraturan yang telah ditentukan. Kedisiplinan dapat dilakukan dengan
latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja pegawai.
Cara dan trik disiplin dalam berseragam
1. Berseragam rapi bukan brarti setiap hari memakai seragam baru, akan
tetapi berseragam yaitu seragam selalu disetrika, selesai dibuat
seragam dicuci.
2. Tidak menyalai aturan yang telah disepakati disekolah masing-
masing.
3. Identitas suatu sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan masing-
masing.
Fungsi kedisiplinan
1. Menata hidup bersama
2. Membentuk kepribadian
3. Pemaksaan
4. Hukuman
5. Menciptakan lingkungan yang kondusif
3.2 Saran
1. Untuk orang tua, perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua
wali murid demi terciptanya sikap kedisplinan yang diharapkan.
2. Untuk guru, perlu lebih ditekankan lagi dalam kedisiplinan
seragam bagi siswa dan diberi sanksi yang lebih tegas.
10
3. Bagi penulis, hendaknya makalah ini dijadikan referensi untuk
pembuatan makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bernhardt, Karl, Discipline and Child Guidance, London: Mc Graw Hill Book
Company.
Colvin, Geoff, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif,
Cet:1, Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008.
Schaefer, Charles, Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak
Secara Efektif “How to Influence Children”, Cet. Ke-1, Jakarta: Restu
Agung, 1996.
Sylvia, Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cet. Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka,2002.
Maman. 1999. Disiplin Siswa Disekolah. akhmadsudrajat.wordpress.com
Moeliono. 2008. Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan Dan Konseling Dan Kedisiplinan Belajar Siswa. nhowitzer.multiply.com.
Mu’tadin. 2002. Disiplin. Jakarta : www.e-psikologi.com.
Wikipedia. 1993. Disiplin Siswa Disekolah. www.integral.sch.id.
www.smppgricimanggisdepok.com. 2008. Disiplin Siswa
http://postinganpuput.blogspot.com/2013/03/seragam-baju-sekolah.html
http://wandhie.wordpress.com/pengertian-kedisiplinan
12