pendahuluan

27

Click here to load reader

description

Ispa

Transcript of pendahuluan

Page 1: pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

Enterobacteriaceae adalah suatu family kuman yang terdiri dari sejumlah besar spesies

bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan lainya. Hidup di usus besar manusia dan

hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada dekomposisi material karena hidupnya yang

pada keadaan normal di dalam usus besar manusia, kuman ini sering disebut kuman enteric atau

basil enteric. Sebagian besar kumah enteric tidak menimbulkan penyakit pada host bila kuman

tetap berada di dalam usus besar, tetapi pada keadaan dimana terjadi perubahan pada host atau

bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman enteric ini

mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan di tubuh manusia. Sebanyak 80% dari kuman

batang negative gram yang diisolasi di laboratorium mikrobiologi klinik adalah kuman

enterobacteriaceae dan 50% dari jumlah tersebut adalah isolate yang berasal dari bahan klinik.

Organisme-organisme didalam family ini mempunyai peranan penting dalam infeksi nosocomial

misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, infeksi saluran nafas,

peradangan selaput otak dan septicemia.

Kumah enteric adalah kuman berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5umx3,5um

negatrif gam, tidak berspra, gerak positif dengan flagel peritrik (salmonella, proteus, escherchia)

atau gerak negative (shigella, klebshiella). Mempunyai capsul atau selubung yang jelas seperti

pada klabshiella atau hanya selubung tipis pada escherchia atau tidak bercapsul sama sekali.

Sebagian besar spesies mempunyai fili yang berfungsi sebagai alat pelekatan dengan bakteri lain.

Sifat biokimiawi dari kuman enteric kompleks dan bervariasi. Pada suasana anaerob atau

kadar O2 rendah terjadi reaksi fermentasi dan pada suasana aerob atau kadar O2 cukup terjadi

siklus asam trikarboksilat dan transfort electron untuk pembentukan energy.

daya tahan kuman entrik tidak membentuk spora, mudah dimatikan dengan desinfektan

konsentrasi rendah. Zat-zat seperti fenol, formaldehid, B-glutaral dehid, komponen halogen

bersifat bakterisid. [emberian zat clor pada air dapat mencegah penyebaran kuman entrik

khususnya penyebab penyakit tyfus dan penyakit usus lain. Kumah entrik toleran terhadap garam

empedu dan zat warna bakteriostatik, sehingga zat ini dipakai dalam pembenihan untuk isolasi

1

Page 2: pendahuluan

primer. Toleran terhadap dingin, hidup berbulan-bulan didalam es. Peka terhadap kekeringan,

menyukai suasana yang cukup lembab dan mati pada pasteurisasi.

Gejala klinis infeksi oleh kuman enteric dapat berupa infeksi pada usus dan diluar usus.

Penyebab tersering dari infeksi usus adalah kuman-kuman yang termasuk genus escherchia,

salmonella, shigella dan Yersinia. Penyakit yang ditimbulkan antara lain : enteritis,

gastroenteritis, colitis hemoragic, disentri basiler, demam enteric, dsb. Infeksi diluar usus yang

sering dijumpai adalah sistitis dan infeksi saluran kemih lainnya, infeksi saluran nafas,

bacteremia, sepsis, meningitis dll.

Diagnosis laboratorium ditegakan dengan pengambilan bahan pemeriksaan harus

dilakukan secara baik sesuai dengan prosedur yang berlaku. Specimen berupa : darah, cairan

tubuh, sputum, push, urine, tinja, usap tenggorok, usap dubur dsb.

2

Page 3: pendahuluan

BAB II

PEMBAHASAN

1. SHIGELLA

Shigella spesies adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen

penyebab penyakit disentri basiler. Berada dalam tribe escherchiae karena sifat genetic yang

saling berhubungan, tetapi dimasukan dalam genus tersendiri yaitu genus shigella karena gejala

klinik yang disebabkannya bersifas khas. Sampai saat ini terdapat empat spesies shigella yaitu :

shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydeii dan shigella sonnei.

Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Shigella

 Species : Shigella dysentriae

Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:

o Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)

o Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)

o Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)

o Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).

3

Page 4: pendahuluan

Grup A-C secara fisik serupa; S. sonnei (grup D) dapat dibedakan berdasarkan

biochemical metabolisme assays. Tiga kelompok Shigella adalah spesies-spesies penyebab

penyakit utama : S. flexneri adalah spesies yang  menyumbang 60% dari kasus-kasus di negara-

negara berkembang; S. sonnei penyebab 77% kasus di negara maju dan  15%  di negara-negara

berkembang, dan S. dysenteriae biasanya merupakan penyebab dari wabah disentri, terutama

dalam populasi yang dibatasi seperti kamp pengungsian.

a. Morfologi

kuman berbentuk batang, ukuran 0,5-0,7 um x 2-3 um, pada pewarnaan gram bersifat

negative gram, tidak berflagel. Fisiologi sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif aerob, pH

pertumbuhan 6,4-7,8 suhu pertumbuhan potimun 370C kecuali S.sonnei dapat tumbuh dalam

suhu 45oC. Sifat biokoimia yang khas adalah negative pada reaksi fermentasi adonithol, tidak

membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.sonnei meragi laktosa

secara lambat, manitol, xylose dan negative pada tes motilitas. Sifat koloni kuman adalah kecil,

halus, tidak berwarna bila ditanam pada agar SS,EMB, Endo, MC. Shigella mempunyai susunan

antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies

dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric

lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya

tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan

pada sifat-sifat biokimia dan antigenic.

b. Daya Tahan

shigella sp. Kurang tahan pada agen fisik dan kimia dibandingkan dengan salmonella. Tahan

dalam ½ % fenol selama 5jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Than dalam es selama 2 bulan.

Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban cukup. Garam empedu konentrasi tinggi

menghambat pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada suhu 550C.

c. Patogenesis dan patologi

  Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai

gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri perut ,

tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan lender. Habitat alamiah kuman

4

Page 5: pendahuluan

disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri basiler.

Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi dalam darah sangat

jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 103

organisme.

Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir, mikroabses pada dinding usus

besar dan ileum terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi

superfisial, perdarahan, pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari

fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses berkurang,

jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.

d. Toksin

Semua Shigella mengeluarkan lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini mungkin

menambah iritasi dinding usus. Selain itu Shigella dysentriae tipe 1 menghasilkan eksotoksin

yang tidak tahan panas yang dapat menambah gambaran klinik neurotoksik dan enterotoksik

yang nyata.

e. Diagnosis Laboratorium

Bahan pemeriksaan yang paling baik untuk diagnosis etiologic shigella adalah usap dubur

atau diambil dari tukak pada mukosa usus pada saat sedang dilakukannya pemeriksaan

sigmoidoskopi. Bahan pemeriksaan lainnya adalah tinja segar, harap diperhatikan sekali bahwa

kuman shigella hidupnya singkat sekali dan peka terhadap asam-asam yang ada didalam tinja,

sehimgga jarak waktu sejak pengambilan bahan sampai penanaman bahan dilaboratorium harus

sesingkat mungkin. Identifikasi secara biokimia dan serologic.

f. Pengobatan dan Pencegahan

Penggunaan antibiotika mengurangi beratnya penyakit maupun angka kematian, walaupun

banyak penderita yang tidak merasa perlu untuk pergi ke dokter karena penyakit ini dapat

sembuh spontan. Antibiotika ampisilin, tetrasiklin dan trimethoprim-sulfametoksasol banyak

digunakan dalam pengobatan disentri basiler, tetapi dengan semakin banyaknya ditemukan strain

kuman yang resisten terhadap bermacam-macam antibiotika maka sebaiknya dilakukan terlebih

dahulu tes kepekaan kuman terhadap antibiotika sebelum memulai pengobatan.

5

Page 6: pendahuluan

Pencegahan pada penyakit disentri basiler kebersihan lingkungan, pencarian dan pengobatan

carrier serta khlorinasi air minum memegang peranan penting.

g. Epidemiologi

Disentri basiler adalah penyakit yang endemis di Indonesia, hal ini antara lain disebabkan

snitasi lingkungan yang belum memadai. Penyebaran kuman shigella adalah dari manusia ke

manusia yang lain, dimana carrier merupakan reservoir kuman. Dari carrier ini shigella

disebarkan oleh lalat, junga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta

barang-barang yang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat. JUga harus diperhatikan

kebersihan air minum, untuk hal ini harus dilakukan pengawasan dan khlorinasi sumber air

minum.

2. VIBRIO

FAMILI : Vibrionaceae

GENUS : Vibrio

SPESIES : Vibrio cholera

Vibrio parahaemoliticus

I. VIBRIO CHOLERAE

Morfologi dan sifat

Kuman batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 um

Gerak sangat aktif dengan adanya flagel monotrik

Tidak membentuk spora

Pada biakan lama, dapat menjadi berbentuk batang lurus

Gram Negatif

6

Page 7: pendahuluan

Sifat Biakan

Koloni cembung (convex), bulat, smooth, oval dan tampak glanuler, Tes oksidasi positif

Bersifat aerob atau anaerob fakultatif

Suhu optimum 370C (18-370C)

pH optimum 8,5-9,5. Tidak tahan asam

tumbuh baik pada medium yang mengandung garam mineral dan asparagine sebagai sumber

karbon dan nitrogen.

Gejala klinis

Masa inkubasi 1-4 hari

Gejala :mual, muntah, diare dan kejang perut

Gejala kehilangan cairan dan elektrolit

Angka kematian tanpa pengobatan : 25-50 %

Diagnosis Laboratorium

Bahan pemeriksaan yang digunakan : tinja dan atau muntahan dan dengan melakukan

pembenihan agar peptone, Agar darah dengan pH 9,0 dan TCBS. Tes fermentasi :tes aglutinasi.

II. VIBRIO PARAHAEMOLYTICUS

Morfologi dan Sifat

Sifat-sifat, Struktur dan pewarnaan serupa dengan spesies vibrio lainnya. Metabolisme

Fermentasi dan respirasi tanpa menghasilkan gas. Sifat biakan dengan pH optimum 7,6-9,0 sama

dengan spesies vibrio lainnya,membutuhkan pembenihan selektif dan bersifat hemofilik.

Gejala Klinis

Dapat berupa gastroenteritis sampai yang berat seperti pada kolera, Diare timbul dengan tiba-tiba

dan sangat cair tanpa mucus, Kadang-kadang disertai dengan sakit kepala dan panas. Gejala

berlangsung 10 hari rata-rata 72 jam. Pada kasus yang berat perlu perawatan.

7

Page 8: pendahuluan

Diagnosis Laboratorium

Bahan pemeriksaan berupa : Tinja dan usap dubur, Hrus segera melakukan pembiakan atau di

masukan medium transport.

Pengobatan Dan Pencegahan

Pada kasus berat perlu rehidrasi dan penambahan elektrolit, Antibiotika: klorofenikol,

Kanamisin, tetrasiklin dan sefalotin.

Pencegahan , Kuman ini banyak terdapat di air laut, sehingga perlu perhatian khusus untuk

pekerja kapal, perenang dan juru masak, Pengolahan dan penyimpanan makanan harus cermat.

3. PROTEUS SP.

a. Morfologi

Proteus sp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae, bakteri bentuk batang, gram negatif,

tidak berspora, tidak berkapsul, flagel peritrik, ada yang cocobacilli, polymorph, berpasangan

atau membentuk rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm. Bakteri proteus sp. Termasuk

dalam bakteri  non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe/anaerob.

b. Sifat biakan

Merupakan bakteri aerob/anaerob fakultatif. Mengeluarkan bau khas dan swarming pada

media BAP. Proteus sp. Menunjukan pertumbuhan yang menyebar pada susu 37o c. Proteus sp.

membentuk asam dan gas dari glukosa, sifatnya khas antara lain mengubah fenil alanin menjadi

asam fenil alanin pirufat atau PAD dan menghidrolisa urea dangan cepat karena adanya enzim

urase pada TSIA bersifat alkali asam dengan membentuk H2s. Proteus sp. disebut juga bakteri

proteolitik karena bakteri ini ini dapat menguraikan dan dapat memecah protein secara aerob /

anaerob sehingga menghasilkan komponen berbau busuk seperti hidrogen, sulfid, amin, indol,

dan asam lemak. Proteus dapat menghidrolisis urea menjado CO3 dan NH3 serta melepas

amoniak.

8

Page 9: pendahuluan

c. Culturil dan Biokimia

tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam situasi aerob atau anaerob

pada suhu 10 -43oC.

·         SSA (salmonella shigella agar), koloni trasparan warna abu-abu – kehitaman ditengah.

·         BAP (Blood Agar Plate), koloni kecil-sedang, abu-abu, smooth, keping, ada yang

menjalar dan ada yang tidak menjalar, anhaemolisis.

·         Mac Conkey Agar Plate, koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah muda, non

lactose fermented, smoot menjalar atu tidak, kalau menjalar permukaan koloni rought(kasar).

Sifat – sifat umum genus proteus:

Tes positif        : Motility, phenilanine atau trypthopan deaminase, methyl red tes.

Tes negatif      : ONPG, fermentasi laktose, Voges-proskauer, lysin, dekarboxylase,

 arginine, dihidrolisa, malonate broth.

            Tes kepekaan terhadap polymixin atau colistin: Resisten

d. Patogenitas

Proteus sp. termasuk kuman patogen, menyebabkan infeksi saluran kemih atau kelainan

bernanah seperta abses, infeksi luka. Proteus sp. Ditemukan sebagai penyebab diare pada anak

anak dan menimbulkan infeksi pada manusia.

e. Penularan penyakit oleh proteus sp.

Penyebaran penyakit oleh Proteus sp. melalui air sumur yang digunakan penduduk untuk

mandi, mencuci, makan dan minum yang kemungkinan bakteri ini untuk masuk ke tubuh dan

masuk melalui luka yang menyebabkan infeksi pada saluran kemih serta dapat menyebabkan

diare.

9

Page 10: pendahuluan

A. PROTEUS MIRABILIS

1. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Proteus

Species : Proteus mirabilis

2. Morfologi

Setelah tumbuh selama 24-48 jam pada media padat, kebanyakan sel berbentuk seperti

tongkat, panjang 1-3 mm dan lebar 0,4-0,6 mm, walaupun pendek dan gemuk bentuknya kokus

biasa. Dalam kultur muda yang mengerumun di media padat, kebanyakan sel panjang, bengkok,

dan seperti filamen, mencapai 10, 20, bahkan sampai panjang 80 mm. dalam kultur dewasa,

organisme ini tidak memiliki pengaturan karakteristik : mereka mungkin terdistribusi tunggal,

berpasangan atau rantai pendek. Akan tetapi, dalam kultur muda yang mengerumun, sel-sel

filamen membentang dan diatur konsentris seperti isobar dalam diagram angin puyuh. Kecuali

untuk varian tidak berflagella dan flagella yang melumpuhkan, semua jenis dalam kultur muda

aktif bergerak dengan flagella peritrik. Flagella tersebut terdapat dalam banyak bentuk dibanding

kebanyakan enterobakter lain, normal dan bentuk bergelombang kadang-kadang ditemukan

bersama dalam organisme sama dan bahkan dalam flagellum yang sama. Bentuk flagellum juga

dipengaruhi pH media.

3. Siklus hidup

Sebenarnya Proteus mirabilis merupakan flora normal dari saluran cerna manusia.

Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini memasuki saluran

kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen. Perempuan muda lebih

10

Page 11: pendahuluan

beresiko terkena daripada laki-laki muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada

wanita dewasa karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat

dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di tanah

kebun atau pada tanaman.

4. Penyakit yang ditimbulkan

Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar. Enzim urease yang

menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH3) menyebabkan urin bertambah basa. Jika tidak

ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat memicu pembentukan kristal sitruvit (magnesium

amonium fosfat), kalsium karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan pada batu/kristal

tersebut, bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah pengobatan dengan

antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk, pertumbuhan makin cepat dan dapat

menyebabkan gagal ginjal. Proteus mirabilis memproduksi endotoksin yang memudahkan

induksi ke sistem respon inflamasi dan membentuk hemolisin. Bakteri ini dapat pula

menyebabkan pneumonia dan juga prostatitis pada pria. P. mirabilis menyebabkan 90% dari

'semua' Proteus infeksi pada manusia.

5. Gejala

            Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing dan adanya sel darah

putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah diketahui dan termasuk sakit

punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria (adanya darah merah pada urin), sakit

akibat pembengkakan bagian paha atas. Pneumonia akibat infeksi bakteri ini memiliki gejala

demam, sakit pada dada, flu, sesak napas. Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri ini,

gejalanya demam, pembengkakan prostat.

6. Penularan

                     Infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh P. mirabilis juga seringkali terjadi

pada pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa pengaman.

11

Page 12: pendahuluan

7. Penyebaran

                     Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit.

Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers

(untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka.

B. PROTEUS VULGARIS

1.      Morfologi

Proteus vulgaris adalah berbentuk batang Gram-negatif, chemoheterotroph bakteri.

Ukuran sel individu bervariasi dari 0,4 ~ 1,2 ~ 0.6μm oleh 2.5μm. proteus vulgaris memiliki

flagela dan bergerak aktif.

2.      Klasifikasi

Kingdom :  Bacteria

Phylum      :  Proteobacteria

Class          :  Gamma Proteobacteria

Order        :  Enterobacteriales

Family       :  Enterobacteriaceae

Genus        :  Proteus

Species      :  Proteus vulgaris

3.   Siklus hidup

Sebenarnya Proteus merupakan flora normal dari saluran cerna manusia. Bakteri ini dapat

juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini memasuki saluran kencing, luka terbuka,

atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada

laki-laki muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa karena

12

Page 13: pendahuluan

berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat dalam daging busuk dan

sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman.

4. Etiologi dan Epidemiologi     

·         Proteus mirabilis menyebabkan 90% dari infeksi Proteus.

·         Proteus vulgaris dan Proteus penneri mudah diisolasi dari individu di fasilitas perawatan

jangka panjang dan rumah sakit dan dari pasien dengan penyakit yang mendasari atau sistem

kekebalan tubuh dikompromikan.

·         Pasien dengan infeksi berulang, orang-orang dengan kelainan struktural saluran kemih,

mereka yang telah instrumentasi uretra, dan mereka yang infeksi diperoleh di rumah sakit

memiliki peningkatan frekuensi infeksi yang disebabkan oleh Proteus dan organisme lain

(misalnya, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas , enterococci, staphylococci)

5. Pemeriksaan klinik

Bakteremia & sepsis - Enterobacteriaceae (yang Proteus adalah anggota) dan

Pseudomonas spesies adalah mikroorganisme yang paling sering bertanggung jawab atas

bakteremia gram-negatif.

Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan kemungkinan

penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan

jangka panjang, yang memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki

sejarah yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.

ISK obstruksi - urease produksi menyebabkan pengendapan senyawa organik dan

anorganik, yang mengarah ke struvite pembentukan batu. Struvite batu terdiri dari kombinasi

magnesium amonium fosfat (struvite) dan kalsium karbonat-apatit.          Struvite pembentukan

batu dapat dipertahankan hanya bila produksi amoniak meningkat dan pH urin tinggi untuk

mengurangi kelarutan fosfat. Kedua persyaratan ini dapat terjadi hanya bila urin terinfeksi

dengan organisme yang memproduksi urease-seperti Proteus. Urease memetabolisme urea

menjadi amonia dan karbon dioksida: Urea 2NH3 + CO2. Amonia/amonium pasangan buffer

memiliki pK dari 9,0, sehingga kombinasi air kencing yang sangat kaya alkali dalam amonia.

13

Page 14: pendahuluan

Gejala yang timbul struvite batu jarang terjadi. Lebih sering, perempuan hadir dengan ISK, nyeri

panggul, atau hematuria dan ditemukan untuk memiliki pH urin terus basa (> 7.0).

4. LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira berbentuk

spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1

bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.

Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis

dan subtropis, dengan curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya di negara berkembang,

dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama. pembuangan sampah.

International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara insiden leptospirosis

tinggi dan peringkat tiga di dunia untuk mortalitas.

a. Pencegahannya

Membiasakan diri dengan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) :

Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus

Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan

Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di

sawah/kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.

Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis (petugas kebersihan,

petani, petugas pemotong hewan dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan

sarung tangan.

Menjaga kebersihan lingkungan

Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah

Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang

Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung

14

Page 15: pendahuluan

Menghindari pencemaran oleh tikus

Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus

Meningkatkan penangkapan tikus

b. Cara Penularan

Manusia terinfeksi Leptospirosis melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah

dikotori oleh air seni hewan penderita Leptospirosis. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia

melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi

oleh urin tikus/hewan terinfeksi Leptospirosis. Masa inkubasi selama 4 s/d 19 hari. Perjalanan

Penyakit Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,

maka bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan jaringan.

Selanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di dalam darah

sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal dan hati .

Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan

nefritis interstitial (radang ginjal interstitial) dan nekrosis tubular (kematian tubuli ginjal). Gagal

ginjal biasanya terjadi karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan

permeabilitas kapiler. Gangguan hati berupa nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel

Kupffer. Pada konsisi ini akan terjadi perbanyakan sel Kupffer dalam hati. Leptospira juga dapat

menginvasi otot skeletal menyebabkan edema, vakuolisasi miofibril, dan nekrosis fokal.

Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan

kebocoran cairan dan hipovolemia sirkulasi.

Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan radang pada

pembuluh darah. Leptospira juga dapat menginvasi akuos humor mata dan menetap dalam

beberapa bulan, sering mengakibatkan uveitis kronis dan berulang. Setelah infeksi menyerang

seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh, biasaya dalam tubuhnya akan tetap

menyimpan bakteri Leptospira di dalam ginjal atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan

dalam urin selama beberapa bulan bahkan tahun

15

Page 16: pendahuluan

c. Gejala Klinis

Pada hewan

Pada hewan, Leptospirosis kadangkala tidak menunjukkan gejala klinis (bersifat

subklinis), dalam arti hewan akan tetap terlihat sehat walaupun sebenarnya dia sudah terserang

Leptospirosis. Kucing yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala walaupun ia mampu

menyebarkan bakteri ini ke lingkungan untuk jangka waktu yang tidak pasti. Gejala klinis yang

dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna kekuningan, karena pecahnya butir darah

merah (eritrosit) sehingga ada hemoglobin dalam urin. Gejala ini terjadi pada 50 persen kasus,

terutama jika penyababnya L. pomona. Gejala lain yaitu demam, tidak nafsu makan, depresi,

nyeri pada bagian-bagian tubuh, gagal ginjal, gangguan kesuburan, dan kadang kematian.

Apabila penyakit ini menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang timbul yaitu

radang mukosa mata (konjungtivitis), radang hidung (rhinitis), radang tonsil (tonsillitis), batuk

dan sesak napas.

Pada babi muncul gejala kelainan saraf, seperti berjalan kaku dan berputar-putar. Pada

anjing yang sembuh dari infeksi akut kadangkala tetap mengalami radang ginjal interstitial

kronis atau radang hati (hepatitis) kronis. Dalam keadaan demikian gejala yang muncul yaitu

penimbunan cairan di abdomen (ascites), banyak minum, banyak urinasi, turun berat badan dan

gejala saraf. Pada sapi, infeksi Leptospirosis lebih parah dan lebih banyak terjadi pada pedet

dibandingkan sapi dewasa dengan gejala demam, jaundis, anemia, warna telinga maupun hidung

yang menjadi hitam, dan kematian (Bovine Leptospirosis).. Angka kematian (mortalitas) akibat

Leptospirosis pada hewan mencapai 5-15 persen, sedangkan angka kesakitannya (morbiditas)

mencapai lebih dari 75 persen.

Pada manusia

Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari. Infeksi Leptospirosis

mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi

kesalahan diagnosa. Infeksi L. interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai dengan

flu ringan sampai berat, Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi tidak bergejala tetapi

serologis positif. Sekitar 90 persen penderita jaundis ringan, sedangkan 5-10 persen jaundis berat

16

Page 17: pendahuluan

yang sering dikenal sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase,

yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi

penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis

yang berat.

d. Diagnosis

Untuk mendiagnosa Leptospirosis, maka hal yang perlu diperhatikan adalah riwayat

penyakit, gejala klinis dan diagnosa penunjang. Sebagai diagnosa penunjang, antara lain dapat

dilakukan pemeriksaan urin dan darah. Pemeriksaan urin sangat bermanfaat untuk mendiagnosa

Leptospirosis karena bakteri Leptospira terdapat dalam urin sejak awal penyakit dan akan

menetap hingga minggu ketiga. Cairan tubuh lainnya yang mengandung Leptospira adalah

darah, serebrospinal tetapi rentang peluang untuk isolasi bakteri sangat pendek. Selain itu dapat

dilakukan isolasi bakteri Leptospira dari jaringan lunak atau cairan tubuh penderita, misalnya

jaringan hati, otot, kulit dan mata. Namun, isolasi Leptospira termasuk sulit dan membutuhkan

waktu beberapa bulan.

Untuk mengukuhkan diagnosa Leptospirosis biasanya dilakukan pemeriksaan serologis.

Antibodi dapat ditemukan di dalam darah pada hari ke-5-7 sesudah adanya gejala klinis Kultur

atau pengamatan bakteri Leptospira di bawah mikroskop berlatar gelap umumnya tidak sensitif.

Tes serologis untuk mengkonfirmasi infeksi Leptospirosis yaitu Microscopic agglutination test

(MAT). Tes ini mengukur kemampuan serum darah pasien untuk mengagglutinasi bakteri

Leptospira yang hidup. Namun, MAT tidak dapat digunakan secara spesifik pada kasus yang

akut, yakni kasus yang terjadi secara cepat dengan gejala klinis yang parah. Selain itu, diagnosa

juga dapat dilakukan melalui pengamatan bakteri Leptospira pada spesimen organ yang

terinfeksi menggunakan imunofloresen.

17

Page 18: pendahuluan

BAB III

KESIMPULAN

Enterobacteriaceae adalah suatu family kuman yang terdiri dari sejumlah besar spesies

bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan lainya. Hidup di usus besar manusia dan

hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada dekomposisi material karena hidupnya yang

pada keadaan normal di dalam usus besar manusia, kuman ini sering disebut kuman enteric atau

basil enteric.

Kuman enteric ini terdiri dari salmonella, shigella, proteus, escherchia, vibrio, dan kuman

lainnya. Pada kuman leptospira, manusia terinfeksi Leptospirosis melalui kontak dengan air,

tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan penderita Leptospirosis. Bakteri

masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet

atau makanan yang terkontaminasi oleh urin tikus/hewan terinfeksi Leptospirosis. Masa inkubasi

selama 4 s/d 19 hari.

18

Page 19: pendahuluan

DAFTAR PUSTAKA

Syahruman, Agus, Chatim, Aidilfiet, Suharto,dkk. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. 1994.

Jakarta : Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia.

http//: WASPADA LEPTOSPIROSIS !!!.html. Posted by Roni almansyah pada 16 Februari

2012. Diunduh 10 mei 2013.

http//: IDENTIFIKASI PROTEUS.html. Posted by Fatimah azzahra pada 24 Maret 2012.

Diunduh 10 mei 2013.

19