Penda Pat

3
M. Caesario Briantono 14030115130125 Tanggapan dan Review TV Serial Barat “The West Wing” Eps 7 Serial TV dari negeri Amerika ini merupakan sebuah karya fiksional yang menceritakan kesibukan dan pekerjaan para staf, dewan, dan bahkan presiden dari Amerika Serikat sendiri yang berlatar di salah satu kantor yang ada di White House, yaitu West Wing. Beragam permasalahan dan kondisi ditayangkan dalam episode ini. Datangnya bencana alam, sebuah insiden penyanderaan oleh ekstremis, adanya demonstrasi kenaikan gaji, dan penyambutan delegasi kepresidenan dari sebuah negara yang baru saja mengadopsi demokrasi, namun masih primitif dan terkesan sebagai contoh terbaik dari negara dunia ketiga, yaitu Indonesia. Kondisi yang ditonjolkan adalah rumitnya kegiatan para staf kepresidenan dalam menanggapi beberapa permasalahan yang ada di negara-negara bagian AS. Hal ini berakibat jatuhnya kredibilitas dan kemampuan Gedung Putih dalam menghadapi permasalahan. Yang pertama adalah sebuah situasi penyanderaan oleh beberapa ekstremis di sebuah kota kecil di Idaho. Seorang staf perempuan yang tampaknya hanya berpengalaman sebagai konsultan dan tidak pernah terjun di lapangan mencoba mengambil alih situasi ini. Namun dia memilih jalan “damai” dengan

Transcript of Penda Pat

Page 1: Penda Pat

M. Caesario Briantono

14030115130125

Tanggapan dan Review

TV Serial Barat “The West Wing” Eps 7

Serial TV dari negeri Amerika ini merupakan sebuah karya fiksional yang menceritakan

kesibukan dan pekerjaan para staf, dewan, dan bahkan presiden dari Amerika Serikat sendiri

yang berlatar di salah satu kantor yang ada di White House, yaitu West Wing.

Beragam permasalahan dan kondisi ditayangkan dalam episode ini. Datangnya bencana

alam, sebuah insiden penyanderaan oleh ekstremis, adanya demonstrasi kenaikan gaji, dan

penyambutan delegasi kepresidenan dari sebuah negara yang baru saja mengadopsi

demokrasi, namun masih primitif dan terkesan sebagai contoh terbaik dari negara dunia

ketiga, yaitu Indonesia.

Kondisi yang ditonjolkan adalah rumitnya kegiatan para staf kepresidenan dalam

menanggapi beberapa permasalahan yang ada di negara-negara bagian AS. Hal ini berakibat

jatuhnya kredibilitas dan kemampuan Gedung Putih dalam menghadapi permasalahan.

Yang pertama adalah sebuah situasi penyanderaan oleh beberapa ekstremis di sebuah

kota kecil di Idaho. Seorang staf perempuan yang tampaknya hanya berpengalaman sebagai

konsultan dan tidak pernah terjun di lapangan mencoba mengambil alih situasi ini. Namun

dia memilih jalan “damai” dengan mengirimkan seorang negosiator yang akhirnya ditembak

hingga sekarat oleh ekstremis tersebut. Seolah-olah staf tersebut tidak memikirkan jalan

tercepat dan teraman mengingat para ekstremis bersenjata ini menyandera 34 warga. Staf

tersebut berkelit bahwa para ekstremis ini adalah hasil dari demokrasi AS.

Secara teoritis memang menyebutkan bahwa percobaan negosiasi dengan ancaman

domestik maupun luar adalah langkah awal agar permasalahan selesai. Namun seharusnya

staf tersebut bisa mengerti bahwa hal ini merupakan ancaman serius dan pastinya akan

berakibat adanya kekerasan pada akhirnya.

Yang kedua adalah ketidaksiapan Gedung Putih dalam menanggapi bencana. Sebuah

angin topan yang menuju ke Georgia ternyata bukanlah hal penting bagi Presiden. Ia

disibukkan dengan penyambutan Presiden Indonesia yang datang ke Gedung Putih dalam

rangka mempererat hubungan antar negara. Namun pada saat angin topan tersebut berpindah

Page 2: Penda Pat

arah secara tiba-tiba ke arah armada Angkatan Laut AS, barulah sang Presiden menghubungi

armada tersebut, walaupun ada rentang waktu cukup lama (bahkan sudah terlambat) yang

ditunjukkan. Armada AL AS tersebut secara dramatis sudah diterjang oleh angin topan saat

Presiden menghubungi kapal kecil yang tersisa dari bencana tersebut.

Namun yang menjadi perhatian saya selaku penanggap dalam episode ini adalah sikap

Gedung Putih dalam menyambut datangnya delegasi Kepresidenan Indonesia yang akan

dijamu dalam sebuah makan malam kenegaraan. Disini Indonesia ditafsirkan sebagai negara

yang baru saja mengadopsi demokrasi dan masih primitif. Mulai dari kesan bahwa sang

Presiden tidak bisa berbahasa Inggris, rakyat Indonesia yang memenggal kepala warganya

yang dituduh sebagai penyihir, dan adanya upaya penekanan pribadi dari staf Gedung Putih

kepada Presiden untuk membebaskan tahanan dari Prancis.

Walaupun serial ini bersifat fiksional, namun tampaknya sudah menggambarkan

beberapa kesibukan para pekerja di Gedung Putih pada saat itu. Gambaran yang terdapat dari

serial ini adalah banyaknya staf yang kikuk dan tidak cepat tanggap dalam menyikapi

masalah yang ada. Dan hal ini berakibat pada buruknya imej sang Presiden.