Penda Pat
-
Upload
caesario-desiput -
Category
Documents
-
view
217 -
download
5
Transcript of Penda Pat
M. Caesario Briantono
14030115130125
Tanggapan dan Review
TV Serial Barat “The West Wing” Eps 7
Serial TV dari negeri Amerika ini merupakan sebuah karya fiksional yang menceritakan
kesibukan dan pekerjaan para staf, dewan, dan bahkan presiden dari Amerika Serikat sendiri
yang berlatar di salah satu kantor yang ada di White House, yaitu West Wing.
Beragam permasalahan dan kondisi ditayangkan dalam episode ini. Datangnya bencana
alam, sebuah insiden penyanderaan oleh ekstremis, adanya demonstrasi kenaikan gaji, dan
penyambutan delegasi kepresidenan dari sebuah negara yang baru saja mengadopsi
demokrasi, namun masih primitif dan terkesan sebagai contoh terbaik dari negara dunia
ketiga, yaitu Indonesia.
Kondisi yang ditonjolkan adalah rumitnya kegiatan para staf kepresidenan dalam
menanggapi beberapa permasalahan yang ada di negara-negara bagian AS. Hal ini berakibat
jatuhnya kredibilitas dan kemampuan Gedung Putih dalam menghadapi permasalahan.
Yang pertama adalah sebuah situasi penyanderaan oleh beberapa ekstremis di sebuah
kota kecil di Idaho. Seorang staf perempuan yang tampaknya hanya berpengalaman sebagai
konsultan dan tidak pernah terjun di lapangan mencoba mengambil alih situasi ini. Namun
dia memilih jalan “damai” dengan mengirimkan seorang negosiator yang akhirnya ditembak
hingga sekarat oleh ekstremis tersebut. Seolah-olah staf tersebut tidak memikirkan jalan
tercepat dan teraman mengingat para ekstremis bersenjata ini menyandera 34 warga. Staf
tersebut berkelit bahwa para ekstremis ini adalah hasil dari demokrasi AS.
Secara teoritis memang menyebutkan bahwa percobaan negosiasi dengan ancaman
domestik maupun luar adalah langkah awal agar permasalahan selesai. Namun seharusnya
staf tersebut bisa mengerti bahwa hal ini merupakan ancaman serius dan pastinya akan
berakibat adanya kekerasan pada akhirnya.
Yang kedua adalah ketidaksiapan Gedung Putih dalam menanggapi bencana. Sebuah
angin topan yang menuju ke Georgia ternyata bukanlah hal penting bagi Presiden. Ia
disibukkan dengan penyambutan Presiden Indonesia yang datang ke Gedung Putih dalam
rangka mempererat hubungan antar negara. Namun pada saat angin topan tersebut berpindah
arah secara tiba-tiba ke arah armada Angkatan Laut AS, barulah sang Presiden menghubungi
armada tersebut, walaupun ada rentang waktu cukup lama (bahkan sudah terlambat) yang
ditunjukkan. Armada AL AS tersebut secara dramatis sudah diterjang oleh angin topan saat
Presiden menghubungi kapal kecil yang tersisa dari bencana tersebut.
Namun yang menjadi perhatian saya selaku penanggap dalam episode ini adalah sikap
Gedung Putih dalam menyambut datangnya delegasi Kepresidenan Indonesia yang akan
dijamu dalam sebuah makan malam kenegaraan. Disini Indonesia ditafsirkan sebagai negara
yang baru saja mengadopsi demokrasi dan masih primitif. Mulai dari kesan bahwa sang
Presiden tidak bisa berbahasa Inggris, rakyat Indonesia yang memenggal kepala warganya
yang dituduh sebagai penyihir, dan adanya upaya penekanan pribadi dari staf Gedung Putih
kepada Presiden untuk membebaskan tahanan dari Prancis.
Walaupun serial ini bersifat fiksional, namun tampaknya sudah menggambarkan
beberapa kesibukan para pekerja di Gedung Putih pada saat itu. Gambaran yang terdapat dari
serial ini adalah banyaknya staf yang kikuk dan tidak cepat tanggap dalam menyikapi
masalah yang ada. Dan hal ini berakibat pada buruknya imej sang Presiden.