PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

103
PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI PERAIRAN KEPULAUAN INDONESIA DITINJAU BERDASARKAN PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: DEAYU NIM: 160200497 DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

Page 1: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI

PERAIRAN KEPULAUAN INDONESIA DITINJAU BERDASARKAN

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

DEAYU

NIM: 160200497

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya:

NAMA : DEAYU

NIM : 160200497

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

JUDUL SKRIPSI : PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT

LIMBAH PLASTIK DI PERAIRAN KEPULAUAN INDONESIA DITINJAU

BERDASARKAN PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL DAN

NASIONAL INDONESIA

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya tulis adalah benar dan tidak merupakan ciplakan dari

skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka

segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya

paksaan atau tekanan dari pihak manapun

Medan, Januari 2020

Deayu

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum dari Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini berjudul: “PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI PERAIRAN KEPULAUAN INDONESIA

DITINJAU BERDASARKAN PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL

DAN NASIONAL INDONESIA”.

Secara khusus penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan kesehatan dan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan kedua orangtua penulis, Ayahanda

Zulnaidy Tanjung dan Ibunda Yevi Marliza, yang telah memberikan kasih sayang,

mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, bantuan dan

pengorbanan yang tak ternilai harganya dan mengiringi setiap langkah penulis

dengan doa restunya yang tulus.

Dalam penulisan skripsi ini juga saya mendapat dukungan dan bantuan

dari banyak pihak. Sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih pada

kesempatan yang berbahagia ini dengan kerendahan hati, Penulis ingin

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

semua pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi:

1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

ii

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II.

Terimakasih atas bantuan Bapak yang telah dengan sabar membantu saya

untuk menyelesaikan skripsi saya serta memberikan semangat, kritikan dan

nasihat dalam membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.M.H, selaku Ketua Departemen Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Sekaligus Dosen

Pembimbing I. Terimakasih atas bantuan Bapak yang selama ini telah banyak

membantu penulis serta memberikan masukan, arahan-arahan, dan

bimbingannya selama penulisan skripsi maupun selama penulis berada di

jurusan Departemen Hukum Internasional.

7. Bapak Dr, Sutiarnoto, SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis selama penulis berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen/Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama saya

menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

iii

9. Seluruh staff administrasi yang turut serta membantu saya dalam proses

administrasi selama berada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Keluarga Besar yang selalu memberikan perhatian dan semangat dalam

mendukung tidak hanya dalam menyelesaikan skripsi tetapi juga untuk

banyak hal dalam hidup saya, terutama untuk Zuandriza dan Deajeng selaku

Abang dan Kakak kandung penulis.

11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung,memberikan semangat dan selalu

setia mendengarkan keluh kesah penulis (Katya, Cicha, Sabrina, Salsa, Rini,

Indri, Gibran, Azhar, Miranda) terimakasih banyak atas segala dukungannya.

12. Teman-teman saya selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum USU

dari semester satu sampai sekarang (Vira, Lady, Cut, Ainun, Adly, Satria,

Syahrizal dan Yusril)

13. Teman-teman ILSA (International Law Students Association) yang tidak bisa

disebutkan satu satu, terimakasih atas kebersamaannya, senang sekali bisa

mengenal dan menjadi bagian dari ILSA.

Penulis sadar bahwa hasil penulisan skripsi ini tidaklah sempurna. Penulis

berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang

konstruktif guna menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna lagi,

baik dari segi isi/materi maupun cara penulisannya di masa mendatang.

Medan, Januari 2020

Hormat Penulis,

Deayu

NIM. 160200497

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

iv

ABSTRAK

Prof.Dr. Suhaidi, SH.M.H

Dr. Jelly Leviza SH.M.Hum

Deayu

Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% wilayahnya adalah lautan.

Krisis ekosistem laut akibat limbah plastik saat ini sangat krusial dan sedang

ramai diperbincangkan. Limbah plastik berdampak buruk bagi lingkungan karena

sifat plastik yang susah diuraikan. Pola aktivitas yang serba plastik dapat

mempercepat proses pengurangan oksigen, meningkatkan pembunuhan biota laut,

dan merusak sistem pencernaan biota laut dan akhirnya kembali pada kerugian

diri kita sendiri.

Fokus permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini adalah bagaimana

pengaturan hukum internasional tentang perlindungan terhadap lingkungan laut

dan bagaimana ketentuan hukum nasional dalam pencegahan, pengurangan dan

pengelolaan pencemaran lingkungan laut akibat limbah plastik serta bagaimana

peran negara Indonesia dalam perlindungan lingkungan laut berkenaan dengan

limbah plastik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif, dimana data primer diambil dari perjanjian-perjanjian

Internasional serta peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dalam

penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan hukum internasional

tentang perlindungan terhadap lingkungan laut pada perairan kepulauan suatu

negara lebih lanjut diatur dalam Deklarasi Stockholm 1972, London Convention

1972, London Protocol 1996, MARPOL 73/78, dan UNCLOS 1982. Melalui

peraturan-peraturan ini dibentuk untuk masyarakat internasional melalui

organisasi-organisasi lebih mendorong negara-negara dalam menjaga kondisi laut,

mengambil segala tindakan yang perlu dan melakukan tanggung jawabnya

terhadap pencemaran lingkungan laut terutama akibat limbah plastik.

Kata Kunci: Perairan Kepulauan Indonesia, Pencemaran Lingkungan, Limbah

Plastik.

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Mahasiswa Fakultas Hukum USU

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i

Abstrak ................................................................................................................. iv

Daftar Isi .............................................................................................................. v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 9

C. Tujuan Penulisan .................................................................... 9

D. Manfaat Penulisan .................................................................. 9

E. Keaslian Penulisan ................................................................. 10

F. Tinjauan Pustaka .................................................................... 12

G. Metode Penelitian ................................................................... 13

H. Sistematika Penulisan ............................................................. 17

BAB II : PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG

PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN LAUT.

A. Urgensi Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut ................ 19

B. Batasan Perairan Kepulauan ................................................... 21

C. Pengaturan Hukum Internasional Tentang Perlindungan

Terhadap Lingkungan Laut Pada Perairan Kepulauan Suatu

Negara .................................................................................... 24

BAB III : KETENTUAN HUKUM NASIONAL DALAM

PENCEGAHAN, PENGURANGAN DAN PENGELOLAAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

vi

A. Pencemaran Laut menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan

Laut ......................................................................................... 49

B. Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................................. 52

C. Regulasi Hukum Tentang Pencemaram Lingkungan Laut yang

Bersifat Lintas Batas Nasional di Indonesia........................... 58

BAB IV: PERAN NEGARA INDONESIA DALAM PERLINDUNGAN

LINGKUNGAN LAUT KHUSUSNYA BERKENAAN DENGAN LIMBAH

PLASTIK

A. Pelaksanaan Atas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar

Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

................................................................................................ 63

B. Pemanfaatan Sumber Daya Lingkungan Laut Demi

Kesejahteraan Hidup Rakyat .................................................. 72

C. Penanganan Pencemaran Lingkungan Laut Berkenaan Dengan

Limbah Plastik Di Dalam Regulasi Hukum Nasional ............ 81

BAB V: PENUTUP

A. KESIMPULAN ...................................................................... 86

B. SARAN .................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% wilayahnya adalah lautan.

Namun sayangnya, Indonesia juga merupakan negara penyumbang sampah plastik

di lautan terbanyak kedua setelah China yaitu 0,48-1,29 juta metrik ton dari total

4,8-12,7 juta metrik ton per tahun sampah plastik yang dibuang dilautan dunia.1

Krisis ekosistem laut saat ini memang sangat krusial dan sedang ramai

diperbincangkan. Krisis ekosistem laut yang disebabkan oleh plastik benar-benar

mendesak. Fakta dari peneliti mengatakan bahwa pada tahun 2050 jumlah sampah

plastik di lautan akan lebih banyak daripada jumlah ikan di lautan. Ini adalah

kerusakan yang besar, jika kita terus merusak ekosistem laut.

Plastik merupakan salah satu material yang tak terpisahkan dalam

kehidupan sehari-hari manusia. Di mana pun seseorang berada pasti selalu

menemukan atau menggunakan sesuatu yang terbuat dari plastik,. Mulai dari alat

rumah tangga, perlengkapan kegiatan yang menunjang aktifitas keseharian,

hingga kendaraan yang setiap saat digunakan, sebagian bahan bakunya pasti ada

yang terbuat dari plastik.

Limbah plastik berdampak buruk bagi lingkungan karena sifat plastik yang

memang susah diuraikan oleh tanah secara alamiah, meskipun sudah tertimbun

beratus tahun lamanya. Dalam berbagai penelitian menyebutkan, plastik baru bisa

1Jason Gooljar,“Top 20 Countries ranked by mass of mismanaged plastic waste”

sebagaimana dimaksud dalam:https://bit.ly/2x2kI99,diakses pada 27 September 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

2

diuraikan oleh tanah setidaknya setelah tertimbun selama 200 hingga 400 tahun.

Bahkan ada penelitian yang menyebutkan bahwa limbah plastik bisa terurai oleh

tanah dalam waktu 1.000 tahun lamanya.

Gambar No.1 Seorang Diver yang Menyelam Diantara Sampah di Perairan Pantai Manado

Sumber: https://www.mongabay.co.id/2018/02/17/foto-sampah-plastik-di-lautan-indonesia/

Proses lamanya terurai inilah yang kemudian mengakibatkan dampak buruk

bagi lingkungan, seperti munculnya zat kimia yang dapat mencemari tanah

sehingga berkurang tingkat manfaat dan kesuburannya. Dengan proses yang susah

diuraikan, limbah plastik juga dapat membunuh hewan pengurai tanah seperti

cacing. Sehingga wajar saja apabila tingkat kesuburan tanah bisa berkurang.

Kini limbah plastik telah mencemari lautan dunia karena sifatnya yang sulit

untuk terurai dan sifat tambahan lainnya yang telah terbukti memiliki efek toksik

pada makhluk hidup. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan pola

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

3

konsumsi dan produksi menyebabkan pesatnya peningkatan limbah plastik di

dunia.2

Limbah-limbah plastik itu terus membunuh makhluk hidup di lautan.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Sekretariat Konvensi tentang

Keanekaragaman Hayati pada 2016, sampah di lautan telah membahayakan lebih

dari 800 spesies. Dari 800 spesies itu, 40% adalah mamalia laut dan 44% adalah

spesies burung laut. Konferensi Laut PBB di New York 2017 menyebut limbah

plastik di lautan membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura

laut, dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya, tiap tahun. Selain sampah

plastik, sampah di lautan juga terdiri dari peralatan perikanan yang ditinggalkan

begitu saja, biasa disebut 'jaring hantu' atau 'peralatan hantu'. Jumlahnya 640 ribu

ton atau 10 persen dari sampah laut. Sampah jaring menjebak kura-kura, burung,

dan mamalia laut.

Berikut ini beberapa contoh kasus hewan yang terancam gara-gara plastik:

1. Sedotan Plastik di Hidung Kura-Kura

Video YouTube berisi tayangan ngeri soal penyelamatan kura-kura ini menjadi

viral. Sedotan plastik sepanjang 12 cm dicabut dari lubang hidung kura-kura

malang itu. Darah mengucur dari hidung kura-kura.Video ini viral sehingga

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ikut memasang di akun Twitter-

nya. Video ini berasal dari peristiwa pada Agustus 2015.

Binatang itu dalam bahasa Inggris disebut 'turtle' jenis 'olive ridley'. Dalam

Bahasa Indonesia, hewan itu disebut juga sebagai penyu lekang. Hewan yang

2UNEP, Marine Plastic Debris & Microplastic: Global Lessons and Research to Inspire

Action and Guide Policy Change, 2016, hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

4

diselamatkan dari sedotan yang mengancam itu berada di perairan Kosta Rika

oleh Christine Figgener,biologis kelautan dari Universitas Texas A&M.

2. Paus Telan 80 Kantung Plastik

Dilansir BBC, seekor paus pilot mengalami sakit dan tak bisa berenang di

kawasan Thailand selatan. Akhirnya paus itu mati pada 1 Juni 2018. Upaya

penyelamatan dari petugas perairan Thailand tak berhasil menyelamatkan nyawa

paus itu. Usut punya usut,paus itu ternyata telah menelan 80 kantong plastik,

bobotnya 8 kg.

3. Tutup Botol di Dalam Bangkai Burung

Fotografer Chris Jordan memotret bangkai burung albatros. Bagian dalam perut

burung itu tersibak, isinya ada tutup botol plastik dan berbagai benda plastik

lainnya. Jordan menemukan bangkai burung demikian di Midway AS pada

September 2009. Dia melihat ribuan bangkai anak burung. "Ini sangat

menghancurkan dan muram, saya bertanya bagaimana mendapatkan harapan yang

baik dari situ," kata Jordan, dilansir The Guardian.

Menurut PBB, dalam paparan soal problem plastik sekali pakai, disampaikan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, 99% burung laut bakal

menelan plastik pada 2055.

4. Paus Sperma di Wakatobi

Kabar ini masih cukup hangat. Paus sperma ditemukan sudah menjadi bangkai. Di

perutnya terdapat berbagai jenis sampah. Bangkai paus itu ditemukan di perairan

Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 19 November 2018. Di perutnya,

ada sampah gelas plastik 750 gr (115 buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol

plastik 150 gr (4 buah), kantong plastik 260 gr (25 buah), serpihan kayu 740 gr (6

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

5

potong), sandal jepit 270 gr (2 buah), karung nilon 200 gr (1 potong), dan tali

rafia 3.260 gr (lebih dari 1.000 potong). Total berat basah sampah 5,9 kg.p

Plastik yang ada di lautan disebut sebagai marine plastic debris. Marine

plastic debris bisa berasal dari daratan (land-based sources) atau aktifitas yang

berbasis di perairan laut (sea-based sources) tetapi land-based sources-lah yang

menjadi penyumbang 80 persennya.3 Marine plastic debris adalah jenis polutan

yang paling mendominasi dalam sampah lautan, di mana 60-90 persen sampah

lautan terdiri dari polimer plastik yang berbeda-beda.4 Penyebab banyaknya

plastik di lautan karena proses fotodegradasi terjadi sangat lambat di dalam laut

yang dingin dan kurang cahaya matahari.

Ancaman polusi marine plastic debris sangat dirasakan di Laut Asia Timur

(EAS). Negara-negara di kawasan EAS dalam beberapa dekade terakhir

mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan namun tidak memedulikan

dampak pertumbuhan tersebut pada lingkungan lautnya. Ketidakpedulian tersebut

mengakibatkan EAS menjadi lingkungan laut yang paling tercemar oleh marine

plastic debris, di mana enam negara di kawasan ini menempati peringkat sepuluh

dunia sebagai penyumbang marine plastic debris terbanyak, dengan perkiraan

pada tahun 2010 yaitu Tiongkok 1.32-3.53 mmt, Indonesia 0.48-1.29 mmt,

Filipina 0.28-0.75 mmt, Vietnam 0.28-0.73 mmt, Thailand 0.15-0.41 mmt dan

Malaysia 0.14-0.37 mmt.5

3 Marine Plastics IUCN,sebagaimana dimaksud dalam: https://bit.ly/2oSDu2G,diakes

pada 28 September 19

4 Marine Plastic Debris and Microplastics UN Environment,sebagaimana dimaksud

dalam:https://bit.ly/2pzkPcD,diakses pada 28 September 19

5 J.R. Jambeck,Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean. Science, Vol. 347,

2015,hlm.768-771.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

6

Ada banyak faktor penyebab besarnya polusi marine plastic debris di EAS,

seperti: rendahnya tingkat kesadaran lingkungan masyarakat, kebiasaan atau

tradisi masyarakat, sistem pengelolaan limbah yang buruk dan lain- lain. Sama

seperti kawasan lainnya di dunia, polusi marine plastic debris juga mengancam

habitat, ekosistem dan keanekaragsaman hayati EAS. Aktivitas ekonomi yang

terkena dampak dari polusi tersebut yaitu pelayaran, perikanan, akuakultur,

pariwisata dan rekreasi dengan biaya kerugian yang besar untuk menangani

dampak tersebut.6

Marine Conservation Society atau MSC, salah satu pegiat lingkungan

mendeskripsikan seberapa besar dampak sampah plastik terhadap kerusakan

ekosistem laut dan pengaruhnya pada peradaban manusia. 86% permukaan karang

akan rusak jika terkena sampah plastik. Satwa laut yang besar tidak bisa

membedakan antara sampah plastik dan makanan. Maka resikonya mereka akan

terperangkap, tercekik oleh sampah plastik tersebut. penyu tidak bisa

membedakan antara tas plastik dengan ubur-ubur.

Ketika mereka mengkonsumsinya itu dapat memblokir sistem pencernaan

dalam tubuh mereka dan hal-hal tersebut dapat menyebabkan kematian pada

satwa laut. Ketika sampah plastik mulai terurai menjadi keping-keping mikro,

ikan-ikan juga tidak dapat membedakan keping-keping mikro yang amat kecil

tersebut dengan makanan mereka dan ketika keping mikro limbah plastik tersebut

termakan oleh ikan-ikan sudah pasti akan mempengaruhi sistem pencernaan

mereka dan lebih panjang lagi efeknya adalah ketika ikan-ikan tersebut kita

konsumsi.

6 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

7

Tidak hanya itu sampah plastik di lautan juga mengancam pertumbuhan

bakteri prochlorococcus yang merupakan bakteri fotosintetik yang paling banyak

ditemukan di lautan dan memiliki populasi global.7 Sampah plastik mengganggu

proses pertumbuhan, fotosintesis dan produksi oksigen yang dihasilkan oleh

bakteri tersebut. Padahal bakteri ini juga berkontribusi pada siklus karbon dan

bertanggung jawab atas 10 persen dari total produksi oksigen secara global . jadi

satu dari sepuluh oksigen yang kita hirup adalah hasil produksi bakteri ini yang

akan terus berkurang karena dampak dari tercemarnya ekosistem laut yang

diakibatkan oleh sampah plastik yang kita hasilkan.

Kerusakan ekosistem laut sudah berada di titik krisis. Jika kita tidak

merubah pola aktivitas kita yang serba plastik ini sama saja kita mempercepat

proses pengurangan oksigen, meningkatkan pembunuhan biota laut, dan merusak

sistem pencernaan biota laut dan akhirnya kembali pada kerugian diri kita sendiri.

Perbuatan manusia dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan,

karena kualitas lingkungan menyangkut nilai lingkungan untuk kesehatan,

kesejahteraan dan ketentraman manusia. Nilai lingkungan manfaatnya juga

bermacam-macam bagi umat manusia. Menurut Drupsteen sebagaimana dikutip

Andi Hamzah, masalah lingkungan merupakan kemunduruan kualitas lingkungan,

atau dengan kata lain, bahwa masalah lingkungan yang menyangkut gangguan

terhadap lingkungan antara manusia dan lingkungannya, sedangkan bentuknya

berupa pencemaran, pengurasan, dan perusakan lingkungan.8

7Partensky, F., Hess, W. R. & Vaulot, D. Prochlorococcus, a marine photosynthetic

prokaryote of global significance. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 63, 106–127 (1999) 8 Andi Hamzah,Penegakan Hukum Lingkungan,(Jakarta: Arikha Media Cipta, 1995),

hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

8

Oleh karena itu, hukum lingkungan menetapkan ketentuan dan norma-

norma untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dengan tujuan untuk

melindungi lingkungan dari kerusakan dan pencemaran lingkungan untuk

menjamin kelestariannya agar dapat secara terus menerus digunakan oleh generasi

sekarang maupun generasi yang akan datang. Disinilah letak adanya hukum

lingkungan untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan perusakan

lingkungan yang diakibatkan oleh tingkah laku manusia dengan segala

aktivitasnya yang seperti pembangunan dengan teknologinya. Oleh karena itu,

hukum lingkungan mengatur ketentuan tentang tingkah laku dalam

bermasyarakat, agar dipaksa untuk mematuhi hukum lingkungan.

Disamping itu juga masyarakat mempunyai hak, kewajiban dan berperan

serta masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup. Menurut Drupsteen

sebagaimana dikutip Andi Hamzah, bahwa dilihat dari fungsinya, hukum

lingkungan berisi kaidah-kaidah tentang perilaku masyarakat yang positif

terhadap lingkungannya, baik langsung atau tidak langsung. Secara langsung

kepada masyarakat, hukum lingkungan menyatakan apa yang dilarang dan apa

yang diperbolehkan, secara tidak langsung kepada warga masyrakat adalah

memberikan landasan bagi yang berwenang untuk memberikan kaidah kepada

masyarakat.9

9 Andi Hamzah,Op.Cit, hlm. 8.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang diuraikan pada latar belakang diatas, maka masalah

yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan Hukum Internasional tentang perlindungan

terhadap lingkungan laut?

2. Bagaimana ketentuan hukum nasional dalam pencegahan, pengurangan

dan pengelolaan pencemaran lingkungan laut akibat limbah plastik?

3. Bagaimana peran negara Indonesia dalam perlindungan lingkungan laut

berkenaan dengan limbah plastik?

C. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum internasional tentang perlindungan

terhadap lingkungan laut.

2. Untuk memahami ketentuan hukum nasional dalam pencegahan,

pengurangan dan pengelolaan pencemaran lingkungan laut akibat limbah

plastik.

3. Untuk mengetahui peran negara Indonesia dalam perlindungan lingkungan

laut khususnya berkenaan dengan limbah plastik.

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa, staf pengajar, maupun

praktisi hukum khususnya berkaitan dengan pencemaran lingkungan laut

akibat limbah plastik di perairan kepulauan Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

10

2. Secara Praktis

Untuk menjadi referensi dan memberikan informasi kepada masyarakat

agar mempunyai pandangan dan kesadaran untuk merubah pola hidup

dengan mengurangi penggunaan plastik dan beralih kepada bahan yang

lebih ramah lingkungan, serta lebih bijaksana lagi untuk menggunakan

plastik untuk bumi yang lebih baik.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan

menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan. Akan

tetapi, ditemukan beberapa judul yang berhubungan dengan topik yang terdapat

dalam skripsi ini, antara lain:

1. Fadhilah Astrid Sitompul, Tahun 2012, Mahasiswi Universitas Sumatera

Utara dengan judul “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pencemaran

Lintas Batas Akibat Kebocoran The Montara Well Head Platform Di Laut

Timor”.

Pokok masalah penelitian:

a. Bagaimanakah dampak dari pencemaran di Laut Timor akibat tumpahan

minyak?

b. Bagaimanakah tanggung jawab PTTEP Australia terhadap pencemaran

oleh minyak di Laut?

c. Bagaimanakah alternatif penyelesaian sengketa dan mekanisme ganti rugi

terhadap pencemaran oleh minyak di Laut Timor?

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

11

2. Julia Silviana, Tahun 2016, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung dengan judul “Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Laut Di

Wilayah Pesisir Teluk Lampung”

Pokok masalah penelitian:

a. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pencemaran laut di wilayah

Pesisir Teluk Lampung?

b. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam penegakan hukum

terhadap pencemaran laut di wilayah Pesisir Teluk Lampung?

3. Christasya Febria Valentina, Tahun 2013, Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Katolik Soegijapranata dengan judul “Pertanggung Jawaban

Pencemaran Lingkungan Laut Transnasional Studi Kasus :Indonesia-

Australia Terhadap PTT Exploration and Production Australia Pty.Ltd”

Pokok masalah penelitian:

a. Bagaimanakah ketentuan-ketentuan Interasional yang mengatur

pertanggungjawaban bagi pelaku pencemaran laut transnasional?

b. Bagaimana bentuk-bentuk pertanggungjawaban PTTEP AA atas

pencemaran laut transnasional yang dilakukannya?

Pada dasarnya penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok

permasalahan yang dibahas dan berdasarkan pemeriksaan serta penelusuran

kepustakaan Fakultas Hukum universitas Sumatera Utara pada tanggal 26 Agustus

2019, judul yang diangkat menjadi skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

12

F. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, jurnal-jurnal,

laporan dan informasi dari internet. Untuk menghindari penafsiran ganda, maka

penulis memberikan penegasan batasan pengertian dari judul penelitian yang

diambil dari sudut ilmu hukum, penafsiran secara etimologis, maupun pendapat

dari para sarjana terhadap beberapa pokok pembahasan maupun materi yang akan

dijabarkan dalam skripsi ini antara lain yaitu :

Pencemaran Lingkungan Laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang

terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun tidak

langsung bahan-bahan atau energi ke dalam lingkungan laut (termasuk muara

sungai) yang menghasilkan akibat yang demikian buruknya sehingga merupakan

kerugian terhadap kekayaan hayati, bahaya terhadap kesehatan manusia,

gangguan terhadap kegiatan dilaut termasuk perikanan dan lain-lain, penggunaan

laut yang wajar, pemburukan dari pada kualitas air laut dan menurunnya tempat-

tempat pemukiman dan rekreasi.10

Limbah Plastik adalah salah satu sumber pencemaran lingkungan hidup di

Indonesia. Plastik merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel, tahan

kelembaban, kuat dan relatif murah. Karena berbagai kemudahan tersebut, seluruh

dunia terus menghasilkan lebih banyak produk berbahan baku plastik. Tanpa

menyadari karakter dasar plastik, beserta cara penggunaan yang tidak ramah

lingkungan, yang justru merusak lingkungan hidup.

Perairan Kepulauan Indonesia adalah seluruh atau semua perairan yang

letaknya ada pada sisi bagian dalam garis pangkal lurus kepulauan dengan tanpa

10

Mochtar Kusumaatmadja,Bunga Rampai Hukum Laut, (Penerbit Binacipta,Jakarta,

1978), hlm.179.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

13

memperhatikan jarak atau kedalamannya dari pantai.11

Perairan Kepulauan

Indonesia sudah masuk ke dalam perlindungan UNCLOS (konvensi hukum laut

internasional) dengan adanya pengakuan Indonesia sebagai salah satu

Archipelagic State atau Negara Kepulauan.

Hukum Internasional adalah hukum yang berlaku di dua negara atau lebih

yang mengatur tentang aktivitas berskala internasional. Hukum internasional

merupakan hukum antar negara atau antar bangsa yang menunjukkan pada

kompleks asas dan kaidah yang mengatur hubungan antar masyarakat bangsa-

bangsa atau negara.

Hukum Nasional merupakan sebuah sistem hukum yang dibentuk dari

proses penemuan, pengembangan, penyesuaian dari beberapa sistem hukum yang

telah ada.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau lagkah- langkah

dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Soerjono Soekanto

menyatakan bahwa penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisanya.12

Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan

merupakan metode penelitian hukum normatif yang akan dijabarkan sebagai

berikut :

11

Konsideran Pasal 3, UU No. 6 Tahun 1996, tentang Perairan Kepulauan 12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta; UI press, 1986), hlm..43

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

14

1. Tipe Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam membahas rumusan masalah dalam skripsi

ini adalah melalui tipe penelitian hukum normatif. Menurut Johnny Ibrahim,

penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dari sisi normatifnya.13

Penelitian hukum normatif yang mana mengacu pada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan

serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat, juga melihat sinkronisasi

suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum sebagai objek

penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini semata-mata

menggambarkan suatu objek untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang

berlaku secara umum.14

Demikian juga hukum dan pelaksanaannya dalam

masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.

13

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia, 2013). hlm. 57. 14

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fak.

Psikologi UGM, 1986),hlm.3.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

15

3. Sumber Data

Adapun sumber data dari penulisan skripsi ini adalah berasal dari bahan

pustaka (library research) yang terdiri dari:

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat,15

Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Konferensi Stockholm Tahun 1972.

2. Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes

Other Matter (London Dumping) 1972 and 1996 Protocol Thereto.

3. International Convention for the Prevention of Pollution from Ships

1973/1978 (MARPOL 1973/1978).

4. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Tahun 1982

(UNCLOS 1982).

5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia.

7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 1985 tentang

Pengesahan United Nations Convention On The Law Of The Sea.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.

15Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

Press), 2007),hlm.52.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

16

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,16

antara lain adalah buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah hukum, makalah, surat kabar,

internet dan sumber lain yang terkait dan relevan dengan objek penelitian.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder,17

misalnya :

1. Kamus umum Bahasa Indonesia

2. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia

3. Kamus istilah hukum

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan

pustaka atau yang disebut data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan

dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku koleksi pribadi

maupun pinjaman dari perpustakaan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar,

bahan kuliah yang relevan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak

maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan

perundang-undangan dan konvensi internasional.

16

Ibid 17

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

17

Tahap – tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan - bahan hukum

lainnya yang relevan dengan objek kajian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel – artikel media

cetak dan elektronik, dokumen pemerintahan dan peraturan

perundangan.

c. Mengelompokkan data – data yang relevan dengan permasalahan.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub-

sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini,

dilakukan perincian sebagai berikut :

Bab pertama menguraikan hal-hal pokok yang menjadi dasar pemikiran

dalam penulisan skripsi ini yang terdiri atas, latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Selanjutnya pada bab kedua ini membahas tentang peraturan-peraturan

hukum internasional mengenai perlindungan terhadap lingkungan laut, sejarah

dan perkembangan terbentuknya peraturan-peraturan itu, negara-negara yang

tergabung, serta isi dan hasil dari peraturan-peraturan tersebut.

Selanjutnya pada bab ketiga ini membahas secara lebih khusus mengenai

bagaimana dalam melakukan pencegahan, pengurangan dan pengelolaan

pencemaran lingkungan laut akibat limbah plastik ditinjau dari ketentuan hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

18

internasional dan nasional.

Selanjutnya pada bab keempat ini membahas mengenai bagaimana negara

Indonesia dalam melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan laut

terhadap limbah plastik, serta pelaksanaan pemanfaatan sumber daya lingkungan

laut dan bagaimana hak dan kewajiban dalam perairan kepulauan.

Selanjutnya pada bab kelima ini berisi kesimpulan-kesimpulan dari

kesuluruhan uraian materi pembahasan dan saran-saran yang merupakan penutup

dari dalam penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

19

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM INTERNASIONAL ATAS LINGKUNGAN

LAUT

A. Urgensi Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut

Lingkungan laut sebagai perwujudan satu bagian (aspek) dari lingkungan

hidup di atas bola bumi ini dewasa ini memperlihatkan perkembangan baru.

Fungsi laut bukan lagi sekedar tempat membuat garam, menangkap ikan,

kegunaan pelayaran, atau tempat rekreasi. Namun di dalam perkembangannya

saat ini mengarah pada pertambangan mineral di dasar laut, dan percobaan nuklir

yang dilakukan oleh negara-negara adikuasa. Dan dibarengi pula dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju pesat.18

Lebih jauh lagi, bahkan fungsi laut itu telah berkembang menjadi tempat

pemukiman bagi umat manusia yang masa ini telah mulai diperkirakan oleh para

ahli ilmu pengetahuan. Sehingga kebinekaan guna laut bagi manusia, dapat

digolongkan antara lain : sebagai sarana pelayaran, tempat kegiatan hiburan,

pertambangan dan pertahanan keamanan. Kesemuanya itu diwujudkan oleh

manusia lewat pandangan maupun perhatian yang selalu berubah.19

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam

kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta

pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim,

dan hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk itu

perlu dilakukan

18

Arifin Siregar, Hukum Pencemaran Laut di Selat Malaka, (Medan: Kelompok Studi

Hukum dan Masyarakat, Fakultas Hukum USU, 1996), hlm.22. 19

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

20

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan

konsisten oleh semua pemangku kepentingan.20

Kurangnya pemahaman masyarakat untuk menjaga kondisi laut adalah salah

satu permasalahan yang harus segera di atasi oleh Pemerintah untuk menjelaskan

dan memahamkan agar timbul kesadaran masyarakat tentang pentingnya laut.

Maraknya penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti pukat

harimau, cantrang, dan penggunaan bahan peledak telah mengakibatkan degradasi

lingkungan dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Kerusakan lingkungan

yang terjadi telah menghilangkan mata pencaharian nelayan tangkap dan

pedagang ikan.

Gejala pencemaran lingkungan laut akhir-akhir ini banyak mendapat

perhatian dari bebagai pihak. Seperti nampak dalam pembahasan melalui seminar

dan konferensi yang diselenggarakan baik ditingkat nasional, regional dan

internasional. Kesemua perhatian itu membahas dan mengkaji masalah

lingkungan laut, sehingga mempertajam pengertian dan membangkitkan

kesadaran tentang masalah lingkungan laut.

Pengertian dan kesadaran ini secara umum mengandung arti bahwa masalah

pencemaran lingkungan laut tersebut mengandung ancaman terhadap

perikehidupan, baik kehidupan manusia, hewan (fauna), maupun tumbuh-

tumbuhan (flora). Ketiga jenis perikehidupan ini mengisi lingkungan hidup atau

“biosphere” di atas bola bumi menjadi terancam kelangsungan serta

kelestariannya, karena terkena racunnya yang menimbulkan kemusnahan. Oleh

20

Alvi Syahrin, Ketentuan Pidana dalam UU no.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.(Jakarta : P.T SOFMEDIA, 2011),hlm.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

21

arus dan angin air laut yang tercemar itu disebarkan kemana-mana secara merata

dan mempengaruhi lingkungan laut.21

Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi oleh

masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas

manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah

pencemaran laut dapat mempengaruhi semua negara pantai, baik yang sedang

berkembang maupun negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa negara

pantai mempunyai kepentingan terhadap masalah pencemaran laut.22

Pencemaran terhadap lingkungan laut yang mencemaskan ini mengundang

perhatian umat manusia untuk segera mencari upaya penanggulangan masalah

pencemaran lingkungan laut tersebut. Salah satu usaha bentuk

penanggulangannya adalah melalui hukum (tata pengaturan) yang lebih lanjut

melahirkan Hukum Pencemaran Laut (Marine Pollution).

B. Batasan Perairan Kepulauan

Pengertian perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara

dua negara yang berdaulat. Pada awalnya perbatasan sebuah negara atau states

border dibentuk dengan lahirnya negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di

wilayah tertentu tidak merasakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka

berasal dari etnis yang sama. Namun dengan munculnya negara, mereka

21

Arifin Siregar, Op Cit.hlm.1. 22

Juarir Sumardi, Hukum Pencemaran Laut Transnasional, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1996),hlm.1.aha

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

22

terpisahkan dan dengan adanya tuntutan negara itu mereka mempunyai

kewarganegaraan yang berbeda.23

Perairan kepulauan (archipelagic waters) adalah zona laut yang istimewa.

Perairan kepulauan adalah perairan yang berada di dalam garis pangkal kepulauan

(archipelagic baseline) tanpa memperhatikan kedalaman dan jaraknya dari garis

pantai.24

Perairan kepulauan ini mulai dikenal dengan diakuinya konsepsi negara

kepulauan (archipelagic state) di dalam UNCLOS.

Konsep negara kepulauan lahir didasarkan atas kedaulatan Indonesia

terhadap wilayah. Pengertian “negara kepulauan” dalam konsepsi negara

kepulauan Indonesia berasal dari pengertian Nusantara. Dalam kehidupan sehari

hari dan literatur-literatur kuno, Nusantara adalah nama lain dari Indonesia.

Nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti kumpulan (gugusan) pulau, dan

“antara” diartikan suatu tempat yang terletak atau diapit oleh tempat yang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka arti Nusantara yaitu kepulauan yang

terletak di antara benua dan di antara samudera. Yang dimaksud dengan benua

pada waktu itu adalah India dan China. Dalam pengertian yang sekarang, arti

Nusantara yaitu kepualauan yang terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan

Australia, serta di antara samudera, yaitu Hindia dan Pasifik. Pengertian negara

kepulauan berasal dari pengertian Nusantara yang berarti negara yang terdiri dari

gugusan pulau. Oleh karena itu, pengertian Nusantara sudah menunjukkan

konsepsi Negara Kepulauan (Archipelagic State Conception).25

23

Rizal Darmaputera, Manajemen Perbatasan dan reformasi Sektor Keamanan, (Jakarta:

IDSPS Press,2009),hlm.3. 24

Pasal 49 UNCLOS 25

Hasbullah F.Sjawie, Negara Kepulauan Indonesia dan Hukum Laut Internasional,

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001),hlm.20.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

23

Pasal 46 UNCLOS 1982 mendefinisikan negara kepulauan sebagai “a state

constituted wholly by one or more archipelagos and may include other islands.”

Yaitu suatu negara yang terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat meliputi

pulau-pulau lainnya.26

Selanjutnya, dinyatakan setiap Negara Kepulauan dapat

menarik garis pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar

pulau-pulau dan karang kering terluar dari kepulauan. Panjang garis yang

demikian maksimal adalah 100 mil laut dan 3 persen dari jumlah seluruh garis

pangkal yang ada dapat melebihi kepanjangan tersebut, hingga maksimal 125 mil

laut.27

Dari garis pangkal lurus kepulauan tersebut diukur lebar laut teritorial, zona

tambahan, zona ekonomi eksklusif serta landas kontinen suatu Negara

Kepulauan.28

Dalam penetapan batas laut atau batas maritim, yang menjadi landasan

hukum inetrnasional adalah Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 (UNCLOS

1982). Dalam penetapan batas laut teritorial, melalui pasal 15 UNCLOS 1982

dinyatakan sebagai berikut:29

“Dalam hal dua Negara yang letaknya berhadapan

atau berdampingan satu sama lain, tidak satupun diantaranya berhak kecuali, ada

persetujuan yang sebaliknya antara mereka, untuk menetapkan batas laut

teritorialnya melebihi garis tengah yang titik-titik sama jaraknya dari titik-titik

terdekat pada garis-garis pangkal darimana lebar laut teritorial masing-masing

Negara diukur. Tetapi ketentuan ini tidak berlaku, apabila terdapat alasan baik

historis atau keadaan khusus lain yang menyebabkan perlunya menetapkan batas

26

Pasal 46 UNCLOS 27

Pasal 47 UNCLOS 28

Pasal 48 UNCLOS 29

Pasal 15 UNCLOS

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

24

laut teritorial antara kedua Negara menurut cara yang berlainan dengan ketentuan

diatas.”

Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Pasal 15 tersebut berkaitan

dengan penetapan batas laut teritorial dapat disimpulkan menjadi 3 (tiga) hal yaitu

: pertama, dalam penetapan batas laut teritorial dilakukan dengan melalui

perundingan; kedua, dalam penetapan batas laut teritorial pada negara yang

berhadapan, digunakan metode equidistance; ketiga, ketentuan tersebut dapat

tidak berlaku, apabila terdapat alasan baik historis atau keadaan khusus lain yang

menyebabkan perlunya menetapkan batas laut teritorial antara kedua Negara

menurut cara yang berlainan dengan ketentuan di atas.

Pasal 74 dan Pasal 83 UNCLOS 1982, dalam penyelesaian penetapan batas

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan garis batas Landas Kontinen secara garis

besar memperhatikan 3 (tiga) prinsip sebagai berikut: pertama, dalam penetapan

batas zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen dilakukan melalui perundingan;

kedua, dalam penyelesaian penetapan batas zona ekonomi eksklusif dan garis

batas landas kontinen harus berdasarkan pada hukum internasional; dan ketiga,

dalam implementasi penyelesaian penetapan batas zona ekonomi eksklusif

maupun landas kontinen harus mencapai Equitable Result atau mendatangkan

manfaat bagi negara-negara yang bersangkutan.

C. Pengaturan Hukum Internasional Tentang Perlindungan Terhadap

Lingkungan Laut Pada Perairan Kepulauan Suatu Negara

a. The Stockhom Declaration of 1972

Hukum lingkungan Indonesia mulai berkembang semenjak zaman

penjajahan Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi hukum lingkungan pada masa itu

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

25

bersifat atau berorientasikan pemakaian (use-oriented law). Hukum lingkungan

Indonesia kemudian berubah sifatnya menjadi hukum yang berorientasikan tidak

saja pada pemakaian, tetapi juga perlindungan (environment-oriented law).

Perubahan ini tidak terlepas dari pengaruh lahirnya hukum lingkungan

internasional modern, yang ditandai dengan lahirnya Deklarasi Stockholm 1972

(the Stockholm Declaration of 1972). Perkembangan hukum lingkungan Indonesia

sangat dipengaruhi oleh hukum lingkungan Internasional.30

Pada tahun 1972, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah berhasil

mempertemukan negara-negara di dunia dalam suatu konferensi tentang

lingkungan hidup manusia di Stockholm. Konferensi ini berhasil mengeluarkan

output berupa Deklarasi Stockholm 1972. Sekalipun Deklarasi ini tidak sebagai

sumber langsung hukum internasional, tetapi merupakan soft law yang harus

dipatuhi oleh masyarakat internasional untuk membentuk hukum di masa datang

(the future law).31

Deklarasi Stockholm 1972, merupakan pilar dari perkembangan hukum

lingkungan internasional. Indonesia, sebagai negara yang ikut menandatangani

Deklarasi ini,32

harus mengimplementasikan ketentuan Deklarasi tersebut dalam

yurisdiksinya. Sebagai tanda kepatuhan Indonesia kepada norma hukum

internasional, Pemerintah mengundangkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya

30

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2009), hlm.1. 31

Ibid.hlm.24. 32

Mostafa Kamal Tolba, Ed, Evolving Environmental Perceptions: From Stockholm to

Nairobi, Butterworths, London 1988,hlm.208.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

26

disingkat dengan UUKPPLH).33

UUKPPLH ini merupakan undang-undang

pertama yang bersifat integral untuk melindungi lingkungan hidup di Indonesia.

UUKPPLH diundangkan sepuluh tahun setelah dikeluarkannya Deklarasi

Stockholm.

UUKPPLH merupakan ketentuan payung (umbrella act) bagi semua

peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan hidup. Ini berarti semua

peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum lahirnya UUKPPLH

masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan umbrella act dan begitu

pula halnya dengan penyusunan peraturan perundang-undangan baru tidak boleh

bertentangan dengan UUKPPLH.34

Konferensi Stockholm yang dilaksanakan pada tanggal 5-16 Juni 1972

merupakan forum internasional yang membahas persoalan-persoalan penting

pembangunan dan lingkungan hidup. Konferensi tersebut merupakan tonggak

baru bagi masyarkat internasional yang menghasilkan prinsip-prinsip penting

untuk mengatur pembangunan yang berorientasi lingkungan. Terlaksananya

konferensi Stockholm telah mampu menumbuhkan dan mendorong semangat

masyarakat internasional untuk memahami dan menyadari akan pentingnya

lingkungan hidup yang perlu dilekatkan sebagai satu kesatuan dalam

pembangunan.35

Deklarasi Stockholm memicu lahirnya beberapa konvensi internasional

yang melindungi lingkungan hidup. Di antara konvensi itu adalah Konvensi Paris

33

Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup”(selanjutnya disingkat UKPPLH), Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1982 No. 12. 34

Sukanda Husin, Op Cit.hlm.4. 35

Absori,Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era Perdagangan

Bebas,(Surakarta:Muhammadiyah University Press,2001), hlm.119

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

27

1974, Konvensi London 1976, Konvensi Hukum Laut 1982, Konvensi Wina

1985, Konvensi Perubahan Iklim 1992, Konvensi Keanekaragaman Hayati 1992,

dan lain lainnya.36

Deklarasi Stockholm 1972 yang ditandatangani oleh 113 kepala negara

berisikan 26 prinsip pembangunan. Deklarasi ini meminta negara-negara di dunia

untuk melaksanakan pembangunan demi memperbaiki dan meningkatkan taraf

hidup generasi hari ini dengan tidak mengurangi hak generasi mendatang untuk

menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat. Konsep ini disebut Suistainable

Development atau Pembangunan Berkelanjutan yang kemudian dijadikan prinsip

hukum dalam Deklarasi Rio 1992.37

Isi 26 poin yang dihasilkan dalam Deklarasi Stockholm 19721 mengenai isu

lingkungan dan pembangunan yakni :

1. Hak asasi manusia harus ditegaskan, segala bentuk apartheid dan

penjajahan harus dihapuskan

2. Sumber Daya Alam (SDA) harus dijaga

3. Kapasitas Bumi untuk menghasilkan sumber daya yang dapat diperbaharui

harus dilestarikan

4. Satwa liar harus dijaga

5. Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui harus dibagi dan tidak

dihabiskan

6. Polusi yang timbul tidak boleh melebihi kapasitas untuk membersihkan

secara alami

7. Pencemaran laut yang merusak harus dicegah

36

Sukanda Husin,Op Cit.hlm.21. 37

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

28

8. Pembangunan dibutuhkan untuk memperbaiki lingkungan

9. Negara-negara berkembang membutuhkan bantuan

10. Negara-negara berkembang memerlukan harga ekspor yang wajar untuk

mengelola lingkungan

11. Kebijakan lingkungan tidak boleh menghambat pembangunan

12. Negara-negara berkembang memerlukan uang untuk meningkatkan

pelestarian lingkungan

13. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan

14. Perencanaan rasional harus menyelesaikan konflik antara lingkungan dan

pembangunan

15. Pemukiman penduduk harus direncanakan untuk menghilangkan masalah

lingkungan

16. Pemerintah harus merencanakan kebijakan kependudukan yang sesuai

17. Lembaga nasional harus merencanakan pengembangan sumber daya alam

negara

18. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus digunakan untuk mengembangkan

lingkungan

19. Pendidikan lingkungan sangat penting

20. Penelitian lingkungan harus didukung, terutama di negara berkembang

21. Negara boleh memanfaatkan sumber daya yang ada, tapi tidak boleh

membahayakan orang lain

22. Kompensasi diperlukan jika ada negara yang membahayakan

23. Tiap negara harus menetapkan standar masing-masing

24. Harus ada kerjasama dalam isu internasional

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

29

25. Organisasi internasional harus membantu memperbaiki lingkungan

26. Senjata pemusnah massal harus dihilangkan

Deklarasi Stockholm 1972 mengakui hak asasi manusia sebagai hak setiap

orang untuk dapat hidup dalam suatu lingkugan yang baik dan sehat. Setiap

negara berkewajiban untuk memelihara lingkungan hidup manusia sedemikian

rupa sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.38

Kewajiban yang

dimaksud antara lain kewajiban suatu negara untuk mengambil tindakan-tindakan

guna mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut yang dapat

membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia, sumber kekayaan hayati

laut, dan penggunaan lingkungan laut lainnya.39

Sehubungan dengan perlindungan lingkungan laut dari pencemaran, suatu

negara harus mejamin agar segala kegiatan atas hak-hak kekayaan alamnya tidak

boleh merusak lingkungan negara lain.40

Selanjutnya diperlukan kerjasama antar

negara dalam mengembangkan hukum internasional yang berhubungan sistem

pertanggungjawaban dan ganti rugi yang disebabkan oleh pencemaran.41

b. London Convention 1972 dan London Protocol 1996

The Convention on Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes

and Other Matter (1972) atau yang lebih dikenal dengan London Dumping

Convention adalah sebuah kesepakatan internasional yang spesifik membatasi

pembuangan beberapa jenis material tertentu ke dalam laut.42

London Dumping

38

Prinsip 1 Deklarasi Stockholm 1972 39

Prinsip 7 Deklarasi Stockholm 1972 40

Prinsip 21 deklarasi Stockholm 1972 41

Prinsip 22 Deklarasi Stockholm 1972 42

Michael S.Schenker, “Saving a Dying Sea-The London Convention on Ocean

Dumping,7 Cornell Internationall Law Journal (1973-1974),hlm.35

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

30

adalah konvensi Internasional yang ditanda tangani pada tanggal 29 Desember

1972 dan mulai berlaku pada 30 Agustus 1975 adalah konvensi internasional yang

merupakan perpanjangan dari isi pada Konvensi Stockholm.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai ketentuan apa saja yang diatur

dalam London Convention, kita perlu untuk mengetahui apa yang disebut dengan

ocean dumping terlebih dahulu, Secara umum, ocean dumping diartikan sebagai

meletakkan suatu benda ke dasar laut.43

Dalam berbagai konvensi seringkali

mendefinisikan “ocean dumping” secara berbeda, namun hampir semuanya

sepakat bahwa pembuangan tersebut secara disengaja, yaitu dengan membawa zat

yang akan dibuang tersebut kedalam kapal atau pesawat udara untuk kemudian

dimasukan ke dalam laut.44

Tujuan utama dari London Convention adalah untuk melaksanakan kontrol

yang efektif terhadap seluruh sumber polusi dilaut. Negara yag terikat dalam

konvensi haruslah melakukan upaya pencegahan terjadinya polusi dilaut yang

diakibatkan oleh pembuangan limbah,45

Melindungi dan melestarikan lingkungan

laut dari segala bentuk pencemaran yang menimbulkan kewajiban bagi peserta

untuk mengambil langkah-langkah yang efektif, baik secara sendiri atau bersama-

sama, sesuai dengan kemampuan keilmuan, teknik dan ekonomi mereka guna

mencegah, menekan dan apabila mungkin menghentikan pencemaran yang

diakibatkan oleh pembuangan atau pembakaran limbah atau bahan berbahaya

lainnya di laut.

43

Pasal 19,Convention for the Prevention of Marine Pollution by Dumping from Ships

and Aircraft,Februari 15, 1972 44

Frederick Forrest Richards, Ocean Dumping: An International and Domestic

Perspective;Note,Journal of Legislation Vol.17.2.hlm 289 45

Pasal 2 London Convention

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

31

Pada dasarnya Protokol 1996 tidak bisa disamakan dengan amandemen dari

London Convention, jauh dari amandemen London Convention, Protokol 1996

telah menggantikan London Convention, walaupun negara bukan peserta dari

London Convention juga diajak untuk terlibat dalam pembuatan Protokol 1996.

Protokol 1996 menunjukan evolusi yang cukup berbeda dibandingkan dengan

London Convention. Protokol ini lebih memasukan prinsip kehati hatian

(Precautionary Principle) dan prinsip pemberi polusi harus membayar (polluter

pays principle). Protokol 1996 juga mengubah ketentuan mengenai zat material

apa saja yang boleh dibuang ke laut, mekanisme penyelesaian masalah,

mengadopsi seluruh ketentuan dalam amandemen konvensi London, dan menutup

celah-celah yang masih memungkinkan pihak dalam perjanjian untuk

membahayakan lingkungan.

Salah satu perbedaan antara Protokol 1996 dengan London Dumping

Convention adalah dihapusnya pengelompokan list zat material yang dapat

dibuang ke laut, berbeda dengan pengaturan sebelumnya dalam London Dumping

Convention yang mengatur mengenai apa saja yang tidak boleh dibuang ke laut,

Protokol 1996 mengatur mengenai apa saja zat material yang dapat dibuang ke

dalam laut.

Dalam upaya mempertahankan seluruh amandemen dari London

Convention, Protokol 1996 terus berupaya untuk memperbaiki segala ketentuan

yang ada. Salah satu yang paling menonjol adalah terkait dengan isu pembakaran

limbah laut.46

Dimana sebelumnya dalam London Convention masih

dimungkinkan dilakukannya pembakaran limbah dilaut sedangkan dalam Protokol

46

Michael S.Schenker,Op Cit. hlm.37

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

32

1996 telah melarang seluruh pembakaran limbah dilaut. Selain itu dalam rangka

untuk memastikan bahwa negara peratifikasi tidak melakukan hal yang telah

disepakati, Protokol 1996 menggabungkan larangan pengiriman limbah ke negara

lain untuk dibuang ke dalam laut atau dibakar di laut.

Negara peserta protokol berkewajiban melarang pembuangan setiap limbah

atau bahan beracun lainnya dengan pengecualian yang terdaftar dalam lampiran 1

dimana pembuangannya harus mendapatkan izin terlebih dahulu. Negara peserta

juga wajib menerapkan persyaratan administratif atau hukum untuk menjamin

bahwa penerbitan izin-izin dan syarat-syarat perizinan tersebut sesuai dengan

yang diatur pada lampiran 2 protokol 1996 ini.47

Selain itu praktek pembakaran

limbah atau bahan lainnya dilaut dan pengiriman limbah atau bahan lainnya di

laut dan pengiriman limbah atau bahan lain ke negara-negara lain untuk

pembuangan atau pembakarannya adalah termasuk hal yang dilarang dalam

protokol ini dan negara peserta harus melarangnya.48

c. International Convention for the Prevention of Pollution from Ships

1973/1978 (MARPOL)

MARPOL 73/78 adalah Konvensi Internasional untuk pencegahan

pencemaran dari kapal, pelayaran kapal tanker yang mengakibatkan ancaman

pencemaran lingkungan laut dapat merugikan negara pantai yang perairannya

dijadikan sebagai sarana pelayaran. Jika terjadi pencemaran maka dampaknya

akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan laut negara pantai. Untuk

mencapai keseimbangan konflik antara negara pantai pada satu pihak yang

47

Article 4 Convention on The Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes

and Other Matter (London Convention 1986), 48

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

33

menginginkan terlindunginya lingkungan laut dan pemilik/operator kapal pada

pihak lainnya, dimana laut merupakan sarana bagi mereka dalam melakukan

transportasi, maka IMO mengeluarkan suatu bentuk perjanjian internasional yang

disebut dengan the International Convention for the Prevention of Polution from

Ship, untuk selanjutnya disebut MARPOL.49

MARPOL 1973 diadopsi pada tanggal 2 November 1973, dan mulai berlaku

pada tanggal 2 Oktober 1983. MARPOL 1973 merupakan bentuk penyempurnaan

yang dilakukan IMO dalam mengantisipasi upaya pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan laut tidak saja oleh minyak, namun juga mencakup

bahan-bahan berbahaya lainnya, kecuali dumping.

International Maritime Organization (IMO) merupakan badan khusus PBB

yang mengurus bidang kemaritiman yang didirikan di Jenewa. Tujuan

didirikannya IMO adalah untuk memajukan kerjasama antar negara-negara

anggota dalam masalah-masalah teknis dibidang pelayaran dengan perhatian

khusus pada keselamatan efisiensi pelayaran setinggi-tingginya.50

Dengan

demikian IMO merupakan badan khusus PBB yang bertanggung jawab dalam

keselamatan pelayaran secara luas dan pencegahan dari pencemaran lingkungan

laut.51

MARPOL mempunyai “6 technical annexes”, Annex ini merupakan

ketentuan yang diperuntukkan bagi semua kapal, kecuali kapal-kapal kecil. Bagi

kapal-kapal tersebut harus bahwa “structure, equipment, fitting, materials dan

perlengkapan lainnya sesuai dengan standard yang diharuskan Konvensi. Untuk

49

Suhaidi,Perlindugan Terhadap Lingkungan Laut Dari Pencemaran Yang Bersumber

Dari Kapal,(Jakarta: Pustaka Bangsa Press, 2004) 50

Mochtar Kusumaatmadja,IMCO dan Pembinaan Hukum Pelayaran Nasional.(Jilid VII,

No.. 1-2 Bandung: 1976).hlm.3. 51

Suhaidi.Op Cit. hlm.95

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

34

semua ini ditandai dengan suatu sertifikat. Khusus untuk Annex VI mengatur

tentang “air pollution” Annex I berisi tentang Pencegahan Dari Pencemaran

Minyak. Mulai berlaku pada tanggal 2 Oktober 1983. Dalam Annex ini

dipertahankan kriteria dari “the oil discharge” yang telah ditentukan dalam

Amandemen 1969 dari Konvensi OILPOL 1954, tanpa perubahan yang

substansial.

Kapal-kapal masih dapat melakukan pembuangan minyak kotor jika

dipenuhi syarat-syarat yang hampir sama dengan Konvensi sebelumnya, kecuali

jumlah maksimum yang diizinkan untuk melakukan pembuangan minyak kotor

dengan kriteria, yaitu bagi kapal tanker baru, jumlah maksimum minyak kotor

yang diizinkan untuk dibuang ke laut tidak melebihi 1/15.000 dari jumlah cargo

yang dibawa. Bagi kapal yang sudah ada sebelumnya, diizinkan sampai 1/30.000

dari jumlah angkutan minyak. Ketentuan ini berlaku bagi “outside the special

protected areas” (di luar daerah perlindungan khusus).52

Annex II tentang Control of Pollution by Noxious liquid Substances, mulai

berlaku pada tanggal 6 April 1987, berisi tentang kriteria dan langkah-langkah

pengawasan terhadap pencemaran yang disebabkan oleh zat cair berbahaya dalam

jumlah besar. Terdapat daftar 250 zat yang sudah dievaluasi dan dimasukan dalam

daftar lampiran dari Konvensi yang dikategorikan sebagai zat cair yang

berbahaya.

Annex III tentang Prevention of pollution by harmful substances carried in

packaged form, or in freight containers or portable tanks or road and rail tank

wagons. Mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1992, berisi tentang persyaratan

52

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

35

tentang “standards on packing, marking, labelling, documentation, stowage,

quantity limitations”. Ketentuan ini juga untuk mencegah terjadinya pencemaran

oleh zat-zat yang berbahaya pada lingkungan laut.

Selanjutnya Annex IV tentang Prevention of Pollution by Sewage. Mulai

berlaku 12 bulan setelah diratifikasi oleh 15 negara yang merupakan gabungan

“fleets of merchant shipping constitute” yang berjumlah sekurang-kurangnya 50%

dari armada kapal dunia. Pada saat ini (26-06-2000) lampiran ini telah diratifikasi

oleh 73 negara yang merupakan 42,59% dari armada kapal dunia. Annex ini berisi

persyaratan untuk mengawasi pencemaran lingkungan laut yang disebabkan oleh

kotoran.

Annex V tentang Garbage, Mulai berlaku pada tanggal 31 Desember 1988.

Annex ini melarang secara menyeluruh untuk melakukan dumping pada

lingkungan laut atas semua bentuk plastik, termasuk “synthetic ropes and fishing

nets”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan cukup mengagetkan

masyarakat internasional, bahwa kapal-kapal melakukan pembuangan ke laut

dalam bentuk kertas, plastik, metal, gelas dan material lainnya diperkirakan

sebanyak 6,4 juta ton pada tahun 1970. Diantaranya termasuk 1 juta ton dalam

bentuk plastik yang didalamnya mencakup 639.000 dalam bentuk “plastic

container”.53

Plastik merupakan barang yang berbahaya bagi kehidupan laut, terutama

bagi binatang laut. Diperkirakan seratus dari seribu burung laut dan seratus ribu

jenis mamalia laut mati dalam beberapa tahun ini yang diakibatkan oleh limbah

plastik. Para saintis memperkirakan barang plastik akan bertahan utuh di laut

53

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

36

selama lima puluh tahun. Pencemaran dalam bentuk plastik lebih mengancam

kehidupan burung-burung dan mamalia laut dibandingkan pestisida.54

Dalam hubungan antara Konvensi dengan annex-annexnya ditentukan

bahwa Annex merupakan “the convention’s optional annexes”. Negara-negara

yang telah meratifikasi Konvensi, dibolehkan hanya menerima Annex I dan Annex

II, namun dapat untuk tidak menerima Annex III, IV, dan V. Negara-negara

tersebut dapat mengambil waktu yang Panjang untuk memberlakukan Annex III,

IV dan V. Dengan demikian Annex I dan II merupakan mandatory annexes,

sedangkan Annex III, IV dan V merupakan optional annexes.55

Masyarakat internasional merasakan bahwa ketentuan-ketentuan pada

MARPOL 1973 belum memadai untuk melindungi negara pantai dari ancaman

pencemaran. Untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada teknologi

perkapalan, khususnya kapal-kapal tanker, dan dalam upaya perlindungan

lingkungan laut, Masyarakat internasional (dalam hal ini IMO) kembali

mengadakan konferensi internasional tentang “Tanker Safety and Pollution

Prevention” yang diadakan dari tanggal 6-17 februari 197856

Konferensi ini berhasil merumuskan ketentuan-ketentuan yang lebih keras

dari ketentuan yang terdapat pada MARPOL 1973. Protokol ini berlaku efektif

sejak tanggal 2 Oktober 1983. Ketentuan MARPOL tidak hanya ditujukan bagi

kapal-kapal dari negara bendera yang menjadi peserta konvensi saja, namun juga

berlaku bagi kapal-kapal yang berlayar dari negara bendera yang tidak menjadi

peserta konvensi, namun dioperasikan oleh pihak peserta konvensi.57

54

Ibid 55

Ibid, hlm.97. 56

Ibid 57

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

37

d. United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982)

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (United

Nations Convention on the Law of the Sea) III ditanda tangani di Montego Bay

Jamaica pada tanggal 10 Desember 1982, telah berlaku secara efektif sejak

tanggal 16 November 1994. Konvensi Hukum Laut 1982 mengatur masalah

kelautan secara menyeluruh. Konvensi Hukum Laut 1982 ini merupakan hasil

pemikiran konsep baru dalam bidang kelautan,bukan “the mare liberum” (open

sea) seperti yang dimaksud oleh Grotius, bukan pula “the mare clausum” (closed

sea) seperti yang dikemukakan John Selden, tetapi merupakan “mare nostrum—

our sea” yang merupakan pengertian participation and integration. Demikian

pula dengan ketentuan yang mengatur tentang perlindungan terhadap lingkungan

laut dari pencemaran yang bersumber dari kapal merupakan akomodasi dari

kepentingan negara pantai dengan pengguna laut sebagai sarana pelayarannya.58

Ketentuan-ketentuan hukum internasional yang mengatur tentang

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu ketentuan penting

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 (selanjutnya

disebut Konvensi Hukum Laut 1982).59

Zona-zona maritim yang berada di bawah

kedaulatan penuh adalah perairan pedalaman (internal waters), perairan

kepulauan (archipelagic waters) (bagi negara kepulauan), dan laut teritorial

(territorial sea). Zona-zona maritim yang berada dibawah wewenang dan hak

khusus negara pantai adalah jalur tambahan (contiguous zone), zona ekonomi

eksklusif (exclusive economic zone), dan landas kontinen (continental shelf).

58

Ibid.hlm.67. 59

United Nations Convention on the Law of the Sea, 1833 U.N.T.S.397

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

38

Sedangkan, zona-zona maritim yang berada di luar yurisdiksi nasional adalah laut

lepas (high seas) dan kawasan dasar laut internasional (international seabed

area).60

Sebagai sebuah negara kepulauan, Indonesia telah meratifikasi Konvensi

Hukum Laut 1982 dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985. Ratifikasi

Indonesia terhadap Hukum Laut 1982 ini telah ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya berbagai peraturan perundang-undangan nasional. Mengingat

luasnya materi ketentuan yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan

Indonesia, maka uraian dalam bab ini difokuskan pada ketentuan-ketentuan pokok

yang menyangkut penarikan garis pangkal kepulauan Indonesia, hak lintas damai

melalui laut teritoial dan perairan kepulauan Indonesia, dan hak lintas alur-alur

laut kepulauan Indonesia.61

Merujuk pada ketentuan Pasal 46 Konvensi Hukum Laut 1982, tidak semua

negara yang wilayahnya terdiri dari kumpulan pulau-pulau dapat dianggap negara

kepulauan. Dari sejumlah 24 negara yang diteliti hanya 19 negara yang secara

nyata telah menyatakan dirinya sebagai Negara Kepulauan. Dari peraturan

perundang-undangan yang dikumpulkan dan dipublikasikan dalam situs jaringan

UN-DOALOS ada Sembilan negara yang telah menetapkan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan negara kepulauan, yaitu Antigua dan Barbuda,

Bahamas, Comoros Cape Verde, Fiji, Filipina, Indonesia, Jamaica, Kribati,

Maldives, Marshall Islands, Papua Nugini, Solomon Islands, Saint Vincent and

the Grenadines, Sao Tome and Principe, Seychelles, Trinidad and Tobago,

60

Dikdik Mohamad Sodik, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia,

(Bandung: PT Refika Aditama,2014) 61

Ibid.hlm.18

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

39

Tuvalu, dan Vanuatu62

Konvensi Hukum Laut 1982 menyebutkan bahwa negara-negara harus

menetapkan peraturan perundang-undangan untuk mencegah, mengurangi dan

mengendalikan pencemaran lingkungan laut dari manapun sumbernya, namun

peraturan perundang-undangan tersebut harus memperhatikan ketentuan-

ketentuan dan standard-standard internasional yang telah disetujui serta praktek-

praktek dan prosedur-prosedur internasional yang dianjurkan.63

Bab XII Konvensi Hukum Laut 1982 memuat ketentuan-ketentuan yang

bersifat umum mengenai perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Bab ini

hanya akan membahas ketentuan-ketentuan yang mengatur kewajiban negara-

negara peserta Konvensi Hukum Laut 1982 (selanjutnya disebut negara-negara)

untuk melindungi dan melestarikan lingkungan lautnya. Ketentuan umum tentang

kewajiban negara-negara untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut

diatur dalam Pasal 192.

Konvensi Hukum Laut 1982 tidak akan mengurangi hak negara-negara

sesuai dengan hukum internasional, baik menurut hukum kebiasaan maupun

konvensi, untuk mengambil dan memaksakan tindakan-tindakan di luar laut

teritorial yang sebanding dengan kerusakan nyata atau ancaman kerusakan. Secara

umum Konvensi Hukum Laut 1982 memberikan hak kepada setiap negara untuk

mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan alamnya, sekaligus pula

mewajibkan kepada setiap negara untuk melindungi dan melestarikan fungsi

lingkungan lautnya dari ancaman pencemaran.64

Perlindungan yang diberikan

62

Etty R.Agoes, Praktik Negara-Negara Atas Konsepsi Negara Kepulauan, Jurnal

Hukum Internasional, Volume 1 No.3 2004,hlm.455 63

Pasal 207-212 KHL 1982 64

Pasal 192-193 KHL 1982

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

40

oleh negara terhadap lingkungan lautnya berupa membuat ketentuan-ketentuan

yang dapat melindungi lingkungan laut tersebut, misalnya perlindungan terhadap

lingkungan laut dari pencemaran yang bersumber dari kapal.

Selanjutnya negara-negara juga dibolehkan untuk menetapkan peraturan

perundang-undangan untuk mencegah, mengurangi, dan mengendalikan

pencemaran lingkungan laut bagi kapal-kapal yang mengibarkan bendera negara

dimaksud, atau terdaftar di negaranya. Ketentuan-ketentuan tersebut sekurang-

kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan ketentuan-ketentuan

dan standar-standar internasional yang diterima secara umum dan yang dibentuk

oleh organisasi-organisasi internasional yang berkompeten atau melalui

konperensi diplomatik yang umum. Ketentuan ini merupakan perkembangan baru

dari hukum laut internasional.65

Bagi Indonesia yang sudah menyesuaikan undang-undang tentang

perairannya dengan Konvensi Hukum Laut 1982 melalui Undang-Undang Nomor

6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia menyebutkan bahwa wilayah perairan

Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan dan perairan

pedalamannya.66

Hak lintas alur kepulauan dipakai pada perairan kepulauan dan

laut teritorial yang berdampingan dengannya.67

Pengertian perairan kepulauan Indonesia mencakup semua perairan yang

terletak pada sisi garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman

atau jaraknya dari pantai,68

Perairan kepulauan ini mulai dikenal dengan

diakuinya konsepsi negara kepulauan (archipelagic state) di dalam UNCLOS.

65

Suhaidi.Op Cit. hlm.205. 66

Diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (1) UU No.6 Tahun 1996. 67

Diatur lebih lanjut dalam Pasal 53 ayat (1) KHL 1982. 68

Pasal 49 UNCLOS

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

41

Upaya untuk menggunakan garis pangkal lurus kepulauan dalam mengukur

perairan kepulauan tidak bisa dilepaskan dari perjuangan negara-negara kepulauan

yang dipelopori oleh Indonesia bersama-sama Philipina, Fiji dan Mauritius, serta

negara-negara kepulauan lainnya.69

Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan pada sisi dalam garis

pangkal normal. Apabila pada pantai yang garis pangkalnya hanya diterapkan

garis pangkal normal, maka tidak akan terdapat laut pedalaman yang hanyalah

perairan darat, yaitu bagian perairan yang terletak di sebelah dalam garis pangkal

normal.70

Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk melakukan

upaya-upaya guna mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengendalikan

(control) pencemaran lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran, seperti

pencemaran dari pembuangan limbah berbahaya dan beracun yang berasal dari

sumber daratan (land-based sources), dumping, dari kapal, dari instalasi

eksplorasi dan eksploitasi. Dalam berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan

pengendalian pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus melakukan

kerja sama baik kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur oleh

Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.71

Negara peserta Konvensi Hukum

Laut 1982 mempunyai kewajiban untuk menaati semua ketentuan konvensi

tersebut berkenaan dengan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, yaitu

antara lain sebagai berikut :

69

Dr.Indien Winarwati,,Konsep Negara Kepualuan, (Malang: Setara Press,2016) hlm.45 70

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 2003),

hlm.139. 71

Pasal 197-201 KHL 1982

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

42

1. Kewajiban membuat peraturan perundang-undangan tentang perlindungan

dan pelestarian lingkungan laut yang mengatur secara komprehensif

termasuk penanggulangan pencemaran lingkungan laut dari berbagai

sumber pencemaran, seperti pencemaran dari darat, kapal, dumping, dan

lainnya. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut termasuk

penegakan hukumnya, yaitu proses pengadilannya

2. Kewajiban melakukan upaya-upaya mencegah, mengurangi, dan

mengendalikan pencemaran lingkungan laut,

3. Kewajiban melakukan kerja sama regional dan global, kalau kerja sama

regional berarti kerja sama ditingkat negara-negara anggota ASEAN, dan

kerja sama global berarti dengan negara lain yang melibatkan negara-

negara di luar ASEAN karena sekarang persoalan pencemaran lingkungan

laut adalah persoalan global, sehingga penanganannya harus global juga.

4. Negara harus mempunyai peraturan dan peralatan sebagai bagian

dari contingency plan

5. Peraturan perundang-undangan tersebut disertai dengan proses mekanisme

pertanggungjawaban dan kewajiban ganti ruginya bagi pihak yang

dirugikan akibat terjadinya pencemaran laut.

Dalam melaksanakan kewajiban untuk melindungi dan melestarikan

lingkungan laut tersebut, setiap Negara diharuskan melakukan kerja sama baik

kerja sama regional maupun global. Keharusan untuk melakukan kerja sama

regional dan global (global and regional co-operation)72

Pasal 197 konvensi

berbunyi : “Negara-negara harus bekerja sama secara global dan regional secara

72

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

43

langsung atau melalui organisasi internasional dalam merumuskan dan

menjelaskan ketentuan dan standard internasional serta prosedur dan praktik yang

disarankan sesuai dengan konvensi bagi perlindingan dan pelestarian lingkungan

laut dengan memperhatikan keadaan regional tersebut.

Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun tidak, bahan-bahan atau

energi ke dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) yang menghasilkan

akibat yang demikian buruknya sehingga merupakan kerugian terhadap kesehatan

manusia. Gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan lain-lain

penggunaan laut yang wajar. Pemburukan tempat pemukiman dan rekreasi.73

Dewasa ini pencemaran laut terutama yang disebabkan oleh kecelakaan

kapal (kebocoran,kerusakan dan tubrukan) telah sampai kepada kondisi yang

sangat mencemaskan dan penting mendapat perhatian. Selain disebabkan oleh

kapal-kapal, pencemaran laut dapat pula timbul dari kegiatan pertambangan di

dasar laut. Perkembangan yang mencemaskan ini mengundang perhatian umat

manusia untuk segera mencari upaya penanggulangan masalah pencemaran laut

tersebut. Salah satu usaha bentuk penanggulangannya ialah melalui hukum (tata

pengaturan) yang lebih lanjut melahirkan Hukum Pencemaran Laut (Marine

Pollution).74

73

Mochtar Kusumaatdja, Indonesia dan Perkembangan Hukum Laut, (Jakarta:

Departemen Luar Negeri, 1977) 74

Arifin Siregar, Hukum Pencemaran Laut di Selat Malaka, (Medan: Kelompok Studi

Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1996)

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

44

Manusia membutuhkan lingkungan hidup yang sehat dan teratur, namun

faktanya sekarang ini banyak sekali terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan

yang disebabkan oleh kegiatan (aktivitas) yang dilakukan oleh manusia maupun

karena pengaruh alam. Salah satu akibat dari kegiatan manusia diberbagai sektor

adalah dihasilkannya limbah yang semakin banyak, baik jumlah maupun jenisnya.

Limbah tersebut telah menimbulkan pencemaran yang mempengaruhi fungsi

lingkungan hidup. Oleh karena itu, perubahan drastis beberapa unsur lingkungan

hidup yang disebabkan oleh kegiatan manusia dapat mengakibatkan banjir, tanah

longsor, pencemaran serta kerusakan lingkungan. Menurut Konvensi Hukum Laut

1982 menyatakan bahwa negara-negara harus mengambil segala tindakan yang

diperlukan, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri menurut

keperluan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan pencemaran

lingkungan laut. Tindakan yang diambil harus mencakup tindakan yang perlu

untuk melindungi dan melestarikan ekosistem kehidupan laut.75

Pelaksanaan hak dan kewajiban untuk mencegah, megurangi dan mengatasi

pencemaran lingkungan laut, negara-negara menurut Konvensi Hukum Laut 1982,

Pasal 197:

“ States shall cooperate on a global basis and, as appropriate, on a

regional basis, directly or through competent international organizations, in

formulating and elaborating international rules, standards and

recommended practices and procedures consistent with this Convention, for

the protection and preservation of the marine environment, taking into

account characteristic regional features.”

Negara-negara harus bekerja sama dengan negara-negara lain, baik secara

global maupun secara regional. Tujuan dari kerja sama tersebut adalah untuk

merumuskan aturan-aturan, standar-standar, praktik-praktik dan prosedur-

75

Pasal 194 ayat (1) dan (5) KHL 1982

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

45

prosedur internasional yang direkomendasikan untuk melindungi dan

melestarikan lingkungan laut. Kerja sama secara global maupun regional dapat

dilakukan melalui organisasi internasional yang berwenang.76

Suatu negara menurut Pasal 198 Konvensi Hukum Laut 1982:

“ When a State becomes aware of cases in which the marine environment is

in imminent danger of being damaged or has been damaged by pollution, it

shall immediately notify other States it deems likely to be affected by such

damage, as well as the competent international organizations.”

Suatu negara berkewajiban pula untuk segera memberitahukan negara-

negara lain yang akan terkena bahaya pencemaran laut tersebut. Dalam

menangani pencemaran laut ini, sesuai dengan ketentuan Pasal 199, yang

berbunyi:

“ In the cases referred to in article 198, States in the area affected, in

accordance with their capabilities, and the competent international

organizations shall cooperate, to the extent possible, in eliminating the

effects of pollution and preventing or minimizing the damage. To this end,

States shall jointly develop and promote contingency plans for responding

to pollution incidents in the marine environment.”

Negara-negara dan organisasi internasional yang berwenang harus bekerja

sama untuk mencegah dan mengurangi akibat-akibat dari bahaya pencemaran laut.

Untuk itu negara-negara harus mengembangkan contingency plans untuk

mengatasi bahaya pencemaran laut.77

Berdasarkan ketentuan ini, semua negara

harus saling memberikan data dan informasi yang relevan dengan pencemaran

laut yang akan terjadi dengan bekerja sama secara langsung melalui organisasi

internasional yang berwenang.

76

Dikdik M.Sodik. Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di

Indonesia.(Bandung: PT Refika Aditama,2011) hlm.217. 77

Pasal 199 KHL 1982

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

46

Pasal 200 Konvensi Hukum Laut 1982, yang berbunyi:

“ States shall cooperate, directly or through competent international

organizations, for the purpose of promoting studies, undertaking

programmes of scientific research and encouraging the exchange of

information and data acquired about pollution of the marine environment.

They shall endeavour to participate actively in regional and global

programmes to acquire knowledge for the assessment of the nature and

extent of pollution, exposure to it, and its pathways, risks and remedies.”

Mengandung ketentuan bahwa negara harus bekerja sama dengan negara-

negara lain untuk mengembangkan penyelidikan, melakukan program penelitian

ilmiah dan mendorong pertukaran data dan informasi mengenai pencemaran

lingkungan laut. Selain itu, mereka juga harus berupaya untuk berpartisipasi

secara aktif dalam program-program kerja sama global dan regional untuk

memperoleh ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam menilai hakikat yang

sebenarnya dari pencemaran laut.78

Berdasarkan data dan informasi yang

diperoleh sebagaimana tersebut dalam Pasal 200, negara-negara menurut Pasal

201 yang berbunyi:

“ In the light of the information and data acquired pursuant to article 200,

States shall cooperate, directly or through competent international

organizations, in establishing appropriate scientific criteria for the

formulation and elaboration of rules, standards and recommended practices

and procedures for the prevention, reduction and control of pollution of the

marine environment.”

Negara-negara harus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk

menetapkan kriteria ilmiah yang tepat dalam perumusan aturan-aturan, standar-

standar, praktik-praktik dan prosedur-prosedur yang direkomendasikan untuk

pencegahan, pengurangan, dan penguasaan pencemaran lingkungan laut.79

Ketentuan Bab XII juga mengandung pasal-pasal yang mengatur pemberian

78

Pasal 200 KHL 1982 79

Pasal 201 KHL 1982

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

47

bantuan teknik kepada negara-negara berkembang yang bertalian dengan

pencegahan, pengurangan dan penguasaan pencemaran lingkungan laut. Pasal 202

mewajibkan negara-negara untuk memajukan kerja sama dalam program

pendidikan dan bantuan teknik kepada negara-negara berkembang untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perlindungan,

pelestarian lingkungan laut serta pula pencegahan, pengurangan dan pengawasan

pencemaran lingkungan laut.80

Program bantuan teknik akan meliputi : (a) pelatihan bagi tenaga ahli dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (promote programmes of scientific,

educational, technical and other), (b) memfasilitasi keikutsertaan negara-negara

berkembang dalam program-program kerja sama internasional yang relevan

(facilitating their participation in relevant international programmes), (c)

penyediaan peralatan dan fasilitas yang diperlukan (supplying them with

necessary equipment and facilities), (d) peningkatan kemampuan negara-negara

berkembang dalam pembuatan peralatan tersebut (enchancing their capacity to

manufacture such equipment and facilities), dan (e) pengembangan fasilitas yang

diperlukan untuk program penelitian, monitoring, pendidikan dan lain-lain (advice

on and developing facilities for research, monitoring, educational and other

programmes). Di samping itu, negara-negara juga diwajibkan untuk memberikan

bantuan teknik yang memadai kepada negara-negara berkembang untuk (a)

mengurangi akibat-akibat dari bahaya besar yang dapat menimbulkan pencemaran

laut (provide appropriate assistance, especially to developing States, for the

minimization of the effects of major incidents which may cause serious pollution

80

Pasal 202 KHL 1982

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

48

of the marine environment) dan (b) menyiapkan analisa lingkungan laut (provide

appropriate assistance, especially to developing States, concerning the

preparation of environmental assesments).81

Perlakuan khusus bagi negara-negara berkembang bertalian dengan

pencegahan, pengurangan dan penguasaan pencemaran lingkungan laut ini

diberikan dalam bentuk pemberian alokasi dana dan bantuan teknik yang

memadai serta pula penggunaan jasa-jasa khusus.82

Selain kewajiban-kewajiban di atas, negara-negara juga berkewajiban untuk

membuat peraturan perundang-undangan perihal pencegahan, pengurangan dan

penguasaan pencemaran lingkungan laut yang disebabkan oleh sumber-sumber

pencemaran yang terjadi di darat,83

yang disebabkan oleh kegiatan penggalian

sumber daya alam di dasar laut dan tanah di bawahnya,84

yang disebabkan oleh

kapal-kapal atau instalasi-instalasi yang beroperasi di kawasan dasar laut

internasional,85

yang disebabkan oleh pembuangan kotoran dan sampah

(dumping),86

dan yang disebabkan oleh pencemaran laut yang berasal dari kapal-

kapal yang berlayar di bawah benderanya. Negara-negara juga dapat membuat

peraturan perundang-undangan tentang anti pencemaran terhadap kapal-kapal

yang berlayar di laut teritorial atau zona ekonomi eksklusifnya sesuai dengan

ketentuan.87

Peraturan perundang-undangan juga perlu dibuat untuk

menanggulangi pencemaran laut yang berasal dari atmosfir.88

81

Ibid 82

Pasal 203 KHL 1982 83

Pasal 207 ayat 1 KHL 1982 84

Pasal 208 ayat 1 KHL 1982 85

Pasal 209 KHL 1982 86

Pasal 210 KHL 1982 87

Pasal 211 KHL 1982 88

Dikdik M.Sodik. Op Cit. hlm.340.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

49

BAB III

KETENTUAN HUKUM NASIONAL DALAM PENCEGAHAN,

PENGURANGAN DAN PENGELOLAAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK

A. Pencemaran laut menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

Wilayah laut Indonesia megokupasi lebih dari dua pertiga keseluruhan

wilayah Republik Indonesia. Laut memberikan berbagai sumber kekayaan alam,

baik hayati maupun nonhayati bagi Indonesia. Agar aktivitas manusia tidak

menimbulkan kerusakan pada mutu air laut, pemerintah memandang perlu

membuat suatu peraturan di bidang pencegahan dan pengendalian pencemaran

laut, yang bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan rakyat dan kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya, baik masa

sekarang maupun masa yang akan datang. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut, yang

diundangkan pada tanggal 27 Februari Tahun 1999, merupakan peraturan yang

mengatur pembatasan kegiatan manusia termasuk industri yang dapat

menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan mutu laut.89

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (yang selanjutnya disingkat dengan PP)

No. 19 Tahun 1999 tentang “Pencemaran Laut” diartikan sebagai

masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain

kedalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampa

89

Sukanda Husin.Op Cit.hlm.72

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

50

ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai dengan baku

mutu dan/atau fungsinya.90

Baku mutu air laut dan kriteria baku kerusakan laut ditetapkan oleh Menteri

dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri lainnya dan Pimpinan

Lembaga Pemerintah Nondepartemen terkait lainnya.91

Adapun status mutu laut

ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan inventarisasi dan/atau penelitian data mutu

air laut, kondisi tingkat kerusakan laut yang mempengaruhi mutu laut. Apabila

Gubernur tidak menetapkan status mutu laut, maka Kepala instansi yang

bertanggung jawab harus menetapkan status mutu laut.92

Untuk menentukan apakah laut telah tercemar atau rusak, Pasal 7 Peraturan

Pemerintah No.19 Tahun 1999 telah menggariskan bahwa air laut yang mutunya

memenuhi baku mutu air laut harus dinyatakan sebagai air laut yang status

mutunya berada pada tingkatan baik. Adapun air laut yang mutunya tidak

memenuhi baku mutu air laut harus dinyatakan sebagai air laut yang status

mutunya berada pada tingkatan tercemar.

Dalam Upaya mencegah pencemaran laut, setiap orang atau penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan tidak dibolehkan melakukan perbuatan yang dapat

menimbulkan pencemaran laut. Oleh karena itu, penanggung jawab kegiatan,

yang harus membuang limbahnya ke laut, harus memenuhi persyaratan mengenai

baku mutu air laut, baku mutu limbah cair, baku mutu emisi dan ketentuan-

ketentuan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penanggung jawab bahkan diwajibkan untuk melakukan pencegahan terjadinya

90

Pasal 1 ayat 2 PP No.19 Tahun 1999 91

Pasal 4 PP No.19 Tahun 1999 92

Pasal 5 PP No.19 Tahun 1999

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

51

pencemaran laut.93

Untuk mencegah perusakan laut, Pasal 13 Peraturan Pemerintah No.19

Tahun 1999 menggariskan bahwa orang atau penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan tidak dibolehkan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan

kerusakan laut. Lebih lanjut dalam Pasal 14 dikatakan bahwa penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan laut

diharuskan melakukan upaya pencegahan perusakan laut. Adapun bila

kegiatannya telah menimbulkan pencemaran laut, Pasal 15 mengharuskan

penanggung jawab kegiatan untuk melakukan upaya penanggulangan pencemaran

dan/atau perusakan laut yang diakibatkan oleh kegiatannya.94

Secara khusus Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 1999 menyatakan

bahwa Menteri melakukan pengawasan terhadap penataan penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau

perusakan laut.95

Pengawasan yang dimaksud dapat berupa pemantauan, meminta

keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang

diperlukan, memasuki tempat tertentu, mengambil contoh, memeriksa peralatan,

memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi, serta meminta keterangan dari

pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan/atau kegiatan.96

93

Pasal 9 PP No.19 Tahun 1999 94

Sukanda Husin. Op Cit.hlm 73 95

Pasal 19 PP No.19 Tahun 1999 96

Pasal 20 ayat 1 PP No.19 Tahun 1999

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

52

B. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan timbal balik antara

makhluk hdiup dengan benda mati, khususnya manusia dan lingkungannya. Jadi,

lingkungan hidup merupakan media hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan benda mati yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dan manusia ada di

dalamnya. Dikatakan manusia ada di dalamnya karena manusia adalah salah satu

makhluk hidup yang sangat dominan peranannya dalam lingkungan hidup.

Manusia dengan tingkah lakunya dapat mempengaruhi lingkungan (dapat

mencemari, merusak atau melestarikan lingkungan), sedangkan makhluk hidup

lain tidaklah demikian.97

Mengenai pengertian lingkungan hidup itu sendiri dapat melihat definisi

lingkungan hidup, dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.32 Tahun 2009,

yang menyatakan: “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda,daya,keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.98

Dari pengertian lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang No.32 Tahun 2009 tersebut, maka dapat dirumuskan menjadi unsur-unsur

sebagai berikut:

1. Kesatuan Ruang

Maksud kesatuan ruang, yang berarti ruang adalah suatu bagian tempat berbagai

komponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses interaksi di

97

Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta: Djambatan, 2007).hlm.1 98

Pasal 1 angka 1 UU No.32 Tahun 2009

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

53

antara berbagai komponen lingkungan hidup tersebut. Jadi,ruang merupakan suatu

tempat berlangsungnya ekosistem, misalnya ekosistem pantai, ekosistem hutan.

Ruang atau tempat yang mengitari berbagai komponen lingkungan hidup yang

merupakan suatu ekosistem satu sama lain pada hakikatnya berwujud pada satu

kesatuan ruang.

2. Semua Benda

Benda dapat dikatakan juga sebagai materi atau zat. Materi atau zat merupakan

segala sesuatu yang berada pada suatu tempat dan pada suatu waktu. Pendapat

kuno mengatakan suatu benda terdiri atas empat macam materi asal (zat asal),

yaitu api,air,tanah dan udara. Dalam perkembangan sekarang empat materi

tersebut tidak dapat lagi disebut zat tunggal (zat asal). Perkembangan ilmu

pengetahuan alam dan tenologi, materi adalah apa saja yang mempunyai massa

dan menempati suatu ruang baik yang berbentuk padat, cair dan gas. Materi ada

yang dapat dilihat dan dipegang seperti kayu, kertas, batu, makanan, pakaian. Ada

materi yang bisa dilihat, tetapi tidak bisa dipegang seperti air, ada pula materi

yang tidak dapat dilihat dan dipegang seperti udara, memang udara tidak dapat

dilihat dan dipegang, tetapi memerlukan tempat.

3. Daya

Daya atau disebut juga dengan energi atau tenaga merupakan sesuatu yang

memberi kemampuan untuk menjalankan kerja atau dengan kata lain energi atau

tenaga adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Alam lingkungan hidup penuh

dengan energi yang berwujud seperti energi cahaya, energi panas, energi magnet,

energi listrik, energi gerak, energi kimia dan lain lain.

4. Keadaan

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

54

Keadaan disebut juga dengan situasi dan kondisi. Keadaan memiliki berbagai

ragam yang satu sama lainnya ada yang membantu berlangsungnya proses

kehidupan lingkungan, ada yang merangsang makhluk hidup untuk melakukan

sesuatu, ada juga yang mengganggu berprosesnya interaksi lingkungan dengan

baik.

5. Makhluk Hidup (termasuk manusia dan perilakunya)

Makhluk hidup merupakan komponen lingkungan hidup yang sangat dominan

dalam siklus kehidupan. Makhluk hidup memiliki ragam yang berbeda satu sama

lainnya. Makhluk hidup seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan peranannya

dalam lingkungan hidup sangat penting, tetapi makhluk hidup seperti itu tidaklah

merusak dan mencemari lingkungan, lain halnya dengan manusia. Menurut

falsafahnya manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dengan adanya kedua

unsur tersebut, maka manusia dapat berperilaku atau bertindak, perilaku manusia

itu ada yang baik dan ada yang tidak baik, sehingga di sinilah perlu adanya hukum

untuk mengatur perilaku tersebut. Manusia dengan perilakunya akan

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup yang lain termasuk binatang tidak

merusak atau mencemari. Manusia merupakan komponen biotik dalam

lingkungan hidup yang memiliki daya pikir tertinggi dibandingkan dengan

makhluk hidup lainnya, maka manusia seharusnya menyadari dengan betul segala

macam perubahan dalm lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan kualitas atas

merosotnya lingkungan hidup, yang diakibatkan dari tingkah laku manusia

sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

55

Perusakan lingkungan dirumuskan pengertiannya dalam Pasal 1 angka 16

Undang-Undang No.32 Tahun 2009: “Perusakan lingkungan hidup adalah

tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung

terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui

kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.99

Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang merupakan pembaharuan dari undang-undang tentang

lingkungan sebelumnya yaitu Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup memiliki perbedaan mendasar, yakni dimana

UUPPLH mengandung penguatan terhadap prinsip-prinsip perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan

yang baik. Hal ini dikarenakan setiap perumusan dan instrumen pencegahan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan

penegakan hukum mengharuskan adanya pengintegrasian aspek partisipasi,

transparansi, akuntabilitas, dan keadilan di dalamnya.100

Pencemaran Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang

No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(selanjutnya disingkat UUPPLH) adalah masuk atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah

ditetapkan.101

99

Pasal 1 angka 16 UU No.32 Tahun 2009 100

Suphia, Aspek Pidana dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Rechtens, Vol 2 No.1 (Juni

2013),hlm.74 101

Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan

Hidup Pasal 1 angka 14

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

56

Tujuan Undang-undang Lingkungan Hidup seperti yang tercantum dalam

pasal 3 Undang-undang No.32 Tahun 2009 tersebut adalah menjamin

kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem serta

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang maksudnya adalah melaksanakan

pembangunan dengan memperhatikan kepentingan lingkungan atau dengan kata

lain pembangunan tanpa merusak lingkungan, sehingga akan berguna bagi

generasi kini dan generasi mendatang.

Oleh karena pembangunan diartikan sebagai mengupayakan pertumbuhan

ekonomi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka dalam

mengejar pertumbuhan ekonomi tersebut seringkali menimbulkan dampak yang

tidak terduga, baik terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

Dampaknya adalah terjadinya pencemaran dan perusakan yang mengakibatkan

kemerosotan kualitas sumber daya alam dan kesenjangan sosial.102

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat secara jelas bahwa Undang-undang

No.32 Tahun 2009 tidak secara spesifik mengatur tentang pencegahan,

pengurangan, dan pengelolaan pencemaran lingkungan laut, namun demikian

undang-undang tersebut merupakan undang-undang yang memuat aturan hukum

umum yang memberikan batasan tentang pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup.

102

Sodikin, Op Cit.hlm.33

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

57

Begitupun demikian beberapa ketentuan UUPPLH tetap memiliki relevansi

dengan permalasahan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan laut

yakni sebagai berikut:

1. Pasal 20 ayat 1 dan 2 huruf c mengenai penentuan terjadinya

pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan

hidup. Baku mutu lingkungan hidup yang salah satunya meliputi

baku mutu air laut.

2. Pasal 21 ayat 4 huruf b mengenai kriteria baku kerusakan akibat

perubahan iklim di dasarkan pada parameter kenaikan muka air laut.

3. Pasal 63 ayat 1 huruf l mengenai dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup pemerintah bertugas dan berwenang

menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan

lingkungan laut.

4. Pasal 98 ayat 1 mengenai ketentuan pidana yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan dilampuinya baku mutu udara ambien, baku mutu

air, baku mutu air laut, atau kriteria kerusakan lingkungan hidup

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan paling sedikit

Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak

Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.

5. Pasal 99 ayat 1 mengenai ketentuan pidana yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang yang karena kelalaiaanya mengakibatkan dilampuinya

baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

58

kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana

penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling banyak 3 (tiga) tahun

dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

C. Regulasi Hukum Tentang Pencemaran Lingkungan Laut yang Bersifat

Lintas Batas Nasional di Indonesia

Pengertian pencemaran lingkungan laut yang bersifat lintas batas nasional

atau transnasional ialah pencemaran yang melintasi batas-batas nasional sesuatu

negara yang terbawa oleh udara dan air, sungai dan bersumber dari sampah-

sampah, buangan industri maupun zat lainnya. Pencemaran transnasional

sebagaimana diutarakan terdahulu mengandung arti bahwa upaya

penanggulangannya harus dilakukan secara bekerja sama antara sesama negara.

Penggunaan istilah transnasional ke dalam pencemaran lingkungan selaras

dengan pertumbuhan dan perkembangan yang menunjukkan kepada adanya

masalah nasional menjurus ke arah masalah internasional atau melintasi batas-

batas nasional yang di dalamnya menyangkut kepentingan lebih dari satu negara.

Pada hakekatnya hukum yang diciptakan tersebut melalui perjanjian-perjanjian

internasional, namun oleh masing-masing negara kaidah hukum itu telah

dijadikan sebagai hukum nasional. Oleh sebab itu, pelaksanaan kaidah dimaksud

tidak hanya menjadi tanggungjawab organisasi internasional, tetapi juga menjadi

tanggungjawab setiap negara anggota.

Pencemaran transnasional itu berpangkal dari suatu kebijaksanaan sesuatu

negara yang kurang terencana secara baik di dalam pelaksanaannya, seperti pada

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

59

saat dunia digegerkan oleh bencana polusi laut kapal tanker Torrey Canyon

dengan yang terdampar di Steven Stones Reef di muka pantai Inggris. Bahkan

pada bulan Juli 1971 dua buah kapal tanker yaitu Arabian (208.000 ton) dan

Eugenie S. Niarchos (212.000 ton) kandas di perairan dekat St John Islands dan

Kepulauan Riau. Peristiwa-peristiwa ini hanya bagian yang paling menonjol

dengan mengambil saat jauh sebelum peristiwa kandasnya kapal tangki minyak

Showa Maru (Januari 1975) sebagai deskripsi peristiwa yang berlaku tanpa

perhatian dan pengamatan bahkan tanpa kesadaran akan berapa kerugian yang

telah diderita.103

Sebagai konsekuensi peristiwa kandasnya kapal tangki minyak Showa

Maru, Indonesia yang menyadari keadaan lingkungan alaminya potensial bagi

masalah lingkungan lintas batas telah meratifikasi beberapa konvensi

internasional, yaitu Konvensi Internasional Brusel 1969 tentang tanggung jawab

perdata terhadap kerugian akibat pencemaran minyak di laut, dan Konvensi

Internasional tentang Pembentukan Dana Internasional 1971 bagi kompensasi

terhadap kerugian akibat pencemaran minyak, masing-masing dengan Keputusan

Presiden (Kepres) No.18 dan 19 Tahun 1978, dan Konvensi MARPOL 1973

dengan Kepres No.15 Tahun 1985.104

Dengan demikian, perkembangan hukum lingkungan Indonesia yang

bersifat meyeluruh baru terjadi setelah peristiwa kandasnya kapal tangki minyak

Showa Maru di Selat Malaka dan Selat Singapura pada tahun 1975. Peristiwa ini

juga telah mendorong terbentuknya Rancangan Undang-Undang Lingkungan

103

Komar Kantaadmadja, Bunga Rampai Hukum Lingkungan Laut Internasional

(Bandung: Penerbit Alumni, 1982),hlm.47-48 104

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia (Bandung: Penerbit Alumni, 2001),hlm.185.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

60

Hidup Indonesia. Dengan terbentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan dan Lingkungan Hidup (sekarang Menteri Lingkungan Hidup),

gerakan kesadaran lingkungan hidup dan upaya menyusun Rancangan Undang-

Undang Lingkungan Hidup (UULH) oleh Lembaga ini terbentuk pada tahun

1979. Rancangan UULH ini kemudian dikenal dengan UU No.4 Tahun 1982

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup.105

Undang-undang ini telah diganti dengan Undang-Undang No.23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang terakhir diganti oleh Undang-

Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (UUPPLH). Ketentuan Pasal 3 huruf a UUPLH yang mengatur dampak

lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

bertujuan: “(a) melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.”106

Artinya ketentuan dari

pasal ini menyangkut perlindungan terhadap perairan nasional Indonesia dari

pencemaran lingkungan laut yang diakibatkan oleh kegiatan manusia dikarenakan

laut merupakan bagian dari lingkungan hidup.

Berbagai masalah pencemaran lingkungan laut lintas batas nasional tidak

hanya terbatas pada peristiwa pencemaran minyak yang diakibatkan oleh

kecelakaan kapal minyak tanker, tetapi akhir-akhir ini Indonesia juga dihadapkan

pada kasus pencemaran laut oleh meledaknya ladang minyak Montara. Bencana

Montara pada tanggal 21 Agustus 2009 yang diakibatkan oleh meledaknya ladang

minyak mentah Montara, yaitu sebuah perusahaan pengelola ladang minyak

Thailand-PTTEP telah menimbulkan pencemaran di Laut Timor. Pencemaran

105

Ibid 106

Pasal 3 huruf a UU No.32 Tahun 2009

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

61

minyak mentah di Laut Timor ini telah menimbulkan kerugian, khususnya bagi

para nelayan di sekitar daerah tumpahan minyak. Tim Indonesia telah mengajukan

tuntutan ganti rugi sebesar Rp.22 trilyun. Namun, tuntutan ganti rugi tersebut

ditolak oleh pihak perusahaan Montara, karena tidak ada bukti ilmiah yang dapat

diverifikasi untuk mendukung tuntutan.107

Berdasarkan Pasal 194 ayat 2 Konvensi Hukum Laut 1982, maka

Pemerintah Federal Australia berkewajiban untuk mengambil segala tindakan

yang diperlukan untuk menjamin agar kegiatan perusahaan pengelola ladang

minyak Thailand-PTTEP yang dilakukan di bawah yurisdiksinya tidak

menimbulkan pencemaran terhadap negara-negara lain. Karena telah gagal

mengambil tindakan yang diperlukan, maka menurut Pasal 235 ayat 1 Konvensi

Hukum Laut 1982, Pemerintah Federal Australia memikul tanggung jawab untuk

memberikan ganti rugi kepada Pemerintah Indonesia.

Selain itu, Pemerintah Indonesia berdasarkan Pasal 192 Konvensi Hukum

Laut 1982 juga berkewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan

lautnya. Sesuai dengan ketentuan ini, Pemerintah Indonesia perlu mengambil dua

langkah penting, yaitu pertama melakukan kerja sama dalam mengatasi tumpahan

minyak Montara agar masalah lingkungan laut bisa dicegah kerusakannya, dan

kedua mendapatkan kompensasi untuk diberikan kepada pihak yang berhak

menerimanya.

Wilayah laut sebagai bagian terbesar wilayah Indonesia merupakan modal

strategis nasional untuk pembangunan yang perlu direncanakan dan dikelola

secara baik dan benar. Pengelolaan ruang laut yang meliputi perencanaan,

107

Johnson Lumban Gaol, Mengapa Klaim Bencana Montara di Laut Timor Ditolak Dua

Kali?.(Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 2009),hlm.1

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

62

pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk melindungi sumber

daya dan lingkungan serta untuk memanfaatkan potensi sumber daya atau

kegiatan di wilayah laut yang berskala nasional dan internasional.108

Perlindungan lingkungan laut adalah upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan untuk melestarikan sumber daya kelautan dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan di laut yang meliputi konservasi laut,

pengendalian pencemaran laut, penanggulangan bencana kelautan, pencegahan

dan penanggulangan pencemaran, serta kerusakan dan bencana.109

Strategi untuk pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan,

dan bencana di kawasan lingkungan laut meliputi, yaitu:110

1. Mengembangkan upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan

dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan laut.

2. Mengembangkan sistem mitigasi bencana dan peringatan dini.

3. Mengembangkan infrastruktur dan bangunan pengamatan pantai.

4. Mengembangkan perencanaan nasional tanggap darurat tumpahan minya

di laut.

5. Mengembangkan system pengendalian pencemaran laut.

6. Mengendalikan dampak sisa-sisa bangunan di laut dan aktivitas di laut.

108

PP No.32 Tahun 2019 109

UU No. 32 Tahun 2014 110

Pasal 9 ayat 11 PP No.32 Tahun 2019

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

63

BAB IV

PERAN NEGARA INDONESIA DALAM PERLINDUNGAN

LINGKUNGAN LAUT KHUSUSNYA BERKENAAN DENGAN LIMBAH

PLASTIK

A. Pelaksanaan Atas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Asas, tujuan dan ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup diatur dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang No.32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkugan Hidup. Asas yang

menjadi dasar pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

adalah:

a. tanggung jawab negara;

b. kelestarian dan keberlanjutan;

c. keserasian dan keseimbangan;

d. keterpaduan;

e. manfaat;

f. kehati-hatian;

g. keadilan;

h. ekoregion;

i. keanekaragaman hayati;

j. pencemar membayar;

k. partisipatif;

l. kearifan lokal;

m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

64

n. otonomi daerah.

Negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban

untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat

tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk

hidup lain.

Pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

dilaksanakan bertujuan untuk: 1.melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; 2.menjamin

keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia; 3.menjamin kelangsungan

kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; 4.menjaga kelestarian fungsi

lingkungan hidup; 5.mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

lingkungan hidup; 6.menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan

generasi masa depan; 7.menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas

lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; 8.mengendalikan

pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; 9.mewujudkan pembangunan

berkelanjutan; dan 10.mengantisipasi isu lingkungan global.111

Ruang lingkup pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup meliputi: a.perencanaan; b.pemanfaatan; c.pengendalian; d.pemeliharaan;

e.pengawasan; dan f.penegakan hukum. Tujuan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup akan tercapai apabila pemerintah baik pemerintah pusat,

pemerintah daerah dan segenap warga negara dengan koordinasi negara dalam

pelaksanaan asas tanggung jawab negara.

111

Sudi Fahmi, Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Hukum, Vol 2, (Pekanbaru: 2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

65

Hal ini sejalan dengan tujuan negara Indonesia, sebagaimana tercantum

dalam alinea keempat pembuka UUD 1945, yaitu: “…Melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial…”

Kekuasaan negara berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajiban.

Dilihat dari segi perkembangan negara demokrasi, dua hal ini merupakan unsur

dari kesatuan pengertian kekuasaan. Dewasa ini hampir tidak ada suatu kekuasaan

yang tidak diikuti oleh tanggung jawab dan kewajiban. Sebab bila tidak, hal

demikian mengarah kepada negara totaliter. Dengan demikian kekuasaan akan

diikuti kemudian, baik dengan kewajiban maupun tanggung jawab, karena

keduanya memiliki hubungan konsekuensi. Dalam demokrasi, kemampuan

manajemen pemerintahan biasanya di ukur oleh dua hal: kemampuan mengelola

dukungan politik bagi pemerintahan dan kemampuan mengelola kebijakan hingga

dirasakan oleh orang banyak.112

Negara memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan untuk

mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Asas tanggung jawab negara (state

responsibility) demikian, sebagaimana ditentukan pada Pasal 2 huruf a memiliki

pengertian yang cukup luas, termasuk pula dengan mengkaitkan paradigma yang

melibatkan peran serta masyarakat (community based management) tersebut

112

Eep Saefulloh Farah, Betapa Lemahnya Pemerintah, Kompas, 6 September 2006.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

66

karena itu, tanggung jawab negara data dikaitkan dengan tugas-tugas dan fungsi

semua apparat dalam menjalankan pemerintahan yang baik (good governance).113

Prinsip good governance, merupakan paradigma baru di sektor kehidupan,

mulai dari politik, ekonomi, hukum dan sosial. Bila mana selama ini dianut

merugikan masyarakat dari kerusakan alam dan lingkungan termasuk bencana

alam.114

Pengelolaan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai usaha dasar dan

berencana untuk mengurangi dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup sampai

pada tingkat yang minimum dan untuk mendapatkan manfaat yang optimum dari

lingkungan hidup untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan.115

Pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan

keterpaduan sebagai ciri utamanya. Lingkungan hidup terdiri dari tatanan

kesatuan dari berbagai unsur lingkungan yang saling mempengaruhi, oleh karena

itu pengelolaan lingkungan hidup memerlukan keterpaduan pelaksanaan di tingkat

nasional, koordinasi pelaksanaan secara sektoral dan di daerah, sehingga semua

itu terkait secara mantap dengan kebijaksaan nasional pengelolaan lingkungan

hidup, dengan kesatuan gerak dan langkah mencapai tujuan pengelolaan

lingkungan hidup.116

113

Sudi Fahmi, Op Cit, hlm.217. 114

Ibid 115

Otto Soemarwoto, Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan

Hidup, (Yogyakarta: Gajah Mada University Perss,cetakan kedua, 2001) hlm.76. 116

Niniek Suparmi, Pelestarian Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan,

(Jakarta: Sinar Grafika, 1994) hlm.60.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

67

Pemerintah Indonesia mendapatkan apresiasi dari Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) dan dunia soal peran di perlindungan lingkungan laut. Apresiasi ini

muncul setelah Indonesia dianggap berjasa dalam pertemuan Intergovernmental

Review (IGR) ke-4 di Bali, pada akhir Oktober 2018 yang melalui pertemuan ini

menghasilkan Bali Declaration atau kesepakatan antarnegara terhadap

perlindungan lingkungan laut dari aktivitas-aktivitas berbasis lahan. Bali

Declaration berisi kesepakatan untuk melanjutkan dua agenda utama yang telah

disepakati sebelumnya. Pertama, peningkatan perlindungan ekosistem pesisir laut,

khususnya dari ancaman lingkungan yang disebabkan oleh peningkatan nutrisi, air

limbah, sampah laut dan mikro plastik. Kedua, meningkatkan pengembangan

kapasitas, hingga berbagi pengetahuan melalui kolaborasi dan kemitraan yang

melibatkan pemerintah, swasta, masyarakat sipil, hingga para ahli di tingkat

regional dan global dalam perlindungan ekosistem pesisir dan laut dari kegiatan

berbasis lahan serta sumber polusi.117

Menurut Otto Soemarwoto, untuk mengubah sikap dan kelakuan menuju

kepada sikap yang peduli lingkungan ada tiga cara yaitu:

a. Dengan instrumen pengaturan dan pengawasan. Tujuannya adalah untuk

mengurangi pilihan pelaku dalam usaha pemanfaatan lingkungan hidup.

Pemerintah membuat peraturan dan mengawasi pelaksanaannya.

Ketidakpatuhan dikenakan sanksi denda dan/atau kurungan. Sistem

pengelolaan lingkungan hidup ini disebut Atur-Dan-Awas (ADA) atau

Command-And-Control (CAC). Pada dasarnya ADA berusaha menekan

117

Kumparan, “PBB Puji Peran Indonesia Terkait Perlindungan Lingkungan Laut”

sebagai mana di akses dalam https://kumparan.com/kumparannews/pbb-puji-peran-indonesia-

terkait-perlindungan-lingkungan-laut-1544633761608874440, pada tanggal 23 Desember 2019.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

68

egoisme dan mendorong orang untuk berkelakuan lebih ramah lingkungan

dengan ancaman tindakan hukum.

b. Cara kedua ialah dengan instrumen ekonomi. Tujuannya adalah untuk

mengubah nilai untung relatif terhadap rugi bagi pelaku dengan

memberikan insentif-disinsetif ekonomi. Contohnya adalah pengurangan

pajak untuk produksi dan penggunaan alat yang hemat energi, pemungutan

retribusi limbah dan pemberian denda untuk pelanggar peraturan.

c. Cara ketiga dengan instrumen persuasive yaitu mendorong masyarakat

secara persuasive, bukan paksaan. Tujuannya adalah untuk mengubah

persepsi hubungan manusia dengan lingkungan hidup kearah memperbesar

relatif terhadap rugi.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan

asas-asas yang terdapat dalam Pasal 2 UUPPLH, yaitu sebagai berikut :

a. Tanggung jawab negara

Asas tanggung jawab negara adalah:

1) Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup

rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.

2) Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan yang baik dan

sehat.

3) Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya

alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

69

b. Kelestarian dan keberlanjutan

Asas kelestarian dan keberlanjutan adalah: bahwa setiap orang memikul

kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap

sesamaanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya

dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

c. Keserasian dan keseimbangan

Asas keserasian dan keseimbangan adalah bahwa pemanfaatan lingkungan

hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi,

social, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.

d. Keterpaduan

Asas keterpaduan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau

menyinergikan berbagai komponen terkait.

e. Manfaat

asas manfaat adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan

yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan

lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat

manusia selaras dengan lingkungannya.

f. Kehati-hatian

Asas kehati-hatian adalah ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha

dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah

meminimalisasi atau menghindari ancaan terhadap pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

70

g. Keadilan

Asas keadilan adalah bahwa perlindungan dan pengelolan lingkungan

hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.

h. Ekoregion

Asas ekoregion adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem,

kondisi geografis, budaya masyarakat setempat dan kearifan lokal.

i. Keanekaragaman hayati

Asas keanekaragaman hayati adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk

mempertahankan keberadaaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya

alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya

alam hewani yang Bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara

keseluruhan membentuk ekosistem.

j. Pencemar membayar

Asas pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggung jawab yang

usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkunhan.

k. Partisipasif

Asas partisipasif adalah bahwa setap anggota masyarakat didorong untuk

berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

71

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

l. Kearifan lokal

Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku

dalam tata kehidupan masyarakat.

m. Tatakelola pemerintah yang baik

Asas tata kelola pemerintah yang baik adalah bahwa perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,

transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

n. Otonomi daerah

Asas otonomi daerah adalah bahwa pemerintah pusat dan pemerintah

daerah mengatur dan mengurus senddiri urusan pemerintahan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan

kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia

B. Pemanfaatan Sumber Daya Lingkungan Laut Demi Kesejahteraan

Hidup Rakyat

Dalam Undang-undang terbaru yaitu Undang-undang Republik Indonesia

nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan dikatakan bahwa pengelolaan Kelautan

adalah pembangunan yang memberikan arahan dan pendayagunaan daya Kelautan

untuk mewujudkam pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan dan

keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir dan laut. Sedangkan dalam

pengelolaan sumber daya alam laut itu sendiri diantaranya yaitu tentang

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

72

penyelenggaraan kegiatan, penyediaan, pengusahaan dan pemanfaatan sumber

daya kelautan serta konservasi laut yang meliputi : Perencanaan, Pemanfaatan,

Pengawasan dan Pengendalian ruang laut.118

Dari faktor-faktor pengelolaan

sumber daya alam yang tertuang didalam Undang-undang Republik Indonesia,

sehingga dapat diperincikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam Undang-undang pengelolaan sumber daya alam dikatakan bahwa

lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain.119

Untuk melaksanakan pengelolaan secara sistematik maka dalam Undang-

undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 dikatakan bahwa perlu adanya

pembangunan berkelanjutan yang berarti untuk memadukan aspek lingkungan

hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin

keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan

mutu hidup generasi masa kini dan generasi yang akan datang.

Perencanaan sistem pengendalian pengelolaan sumberdaya kelautan

ditujukan untuk menyusun rencana integrasi sistem pengendalian pengelolaan

sumberdaya kelautan, dalam bentuk matrikulasi aktivitas kelautan, terhadap tugas

pokok dan fungsi institusi pada pemerintah pusat dan daerah secara terpadu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan beberapa kegiatan, yaitu:

118

Undang-undang No.32 Tahun 2014 Tentang Kelautan, Bab I, Ayat 9,hlm.2. 119

Undang-undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

73

1. Identifikasi dan pemetaan aktivitas kelautan yang telah dan sedang

dilakukan Pemerintah Pusat dan Daerah, serta masalah yang dihadapi

tatkala mengendalikan dan mengelola sumber daya kelautan.

2. Identifikasi tugas pokok, fungsi, serta program kerja masing-masing

institusi, sehubungan dengan pengendalian dan pengelolaan sumber daya

kelautan.

3. Analisis keterkaitan aktivitas pokok, fungsi, serta program kerja masing-

masing institusi sehubungan dengan pengendalian dan pengelolaan sumber

daya kelautan.

4. Pemetaan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta analisis

kebutuhan perundangan yang dibutuhkan untuk pengembangannya.

5. Perencanaan rekomendasi dan diseminasi atas pelaksanaan konsepsi

pengendalian dan pengelolaan sumber daya kelautan.

b. Pemanfaatan

Pemanfaatan dalam undang-undang dapat diartikan sebagai memanfaatkan

segala bentuk sumber daya alam (SDA) secara berkelanjutan untuk kesejahteraan

bagi masyarakat dalam generasi sekarang maupun generasi selanjutnya tanpa

mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang.120

Mengambil manfaat bukan berarti mengeksplor segala sesuatu yang ada

tanpa didasari sikap pelestarian dan menjaga sumber daya alam, hal tersebut

dilakukan agar dalam pemanfaatannya tanpa mengeksploitasi sumber daya alam

hingga punah dan tak tersisa, tetapi pemanfaatan yang dibarengi dengan

pelestarian sumber daya alam tersebut. Dalam sumber daya alam laut terdapat

120

Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Pasal 3 ayat 1

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

74

beberapa hal yang dapat dimanfaatkan diantaranya : Hutan Mangrove, terumbu

karang, padang lamun, rumput laut, perikanan laut, bahan bioaktif dan lain

sebagainya.

Dalam undang-undang pemanfaatan sumber daya kelautan dapat dilihat

dalam Bab VI tentang Pengelolaan Kelautan, Pasal 14 ayat 2 Undang-undang

tentang Kelautan No.32 Tahun 2014 yang berbunyi : “ Pemanfaatan sumber daya

kelautan sebagaimana dimaksud dapat meliputi : Perikanan, Energi dan Sumber

daya mineral, sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dan sumber daya non

konvensional “.121

Dalam pelaksanaannya telah terjadi peningkatan yang signifikan terhadap

pemanfaatan sumber daya laut Indonesia hal itu dinyatakan oleh mantan Menteri

Kelautan dan Perikanan Indonesia Susi Pudjiastuti yang menyatakan selama tiga

tahun terakhir telah terjadi peningkatan signifikan atas pemanfaatan dari sumber

daya laut Indonesia, dengan diperkuatnya penegakan hukum atas illegal fishing.122

Berdasarkan data Komisi Pengkajian Ikan Nasional peningkatan stok ikan

di laut Indonesia meningkat dari 2016 sebesar 9,9 juta ton menjadi 13,1 juta ton

pada 2018, hal ini berkat perlawanan Indonesia terhadap pelaksanaan perang

melawan IUU fishing (penangkapan ikan ilegal) yang hingga kini dilaksanakan.

Susi mengaku, wilayah perairan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi

poros kemaritiman dunia. Kerja sama antarlembaga yang tetap terjaga dengan

sangat baik hingga saat ini dinilai merupakan kunci keberhasilan pemerintah

121

Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bab VI, Pasal 14, Ayat 2. 122

Kumparan, “Pemanfaatan Sumber Daya Laut Indonesia Meningkat Signifikan”

sebagai mana diakses dalam https://kumparan.com/ricad-saka1510052879262/menteri-susi-

pemanfaatan-sumber-daya-laut-indonesia-meningkat-signifikan, pada tanggal 9 Januari 2020.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

75

Indonesia dalam mengelola sumber daya perikanan dan memberantas IUU

Fishing.

Aksi-aksi heroiknya dengan menengelamkan kapal ilegal seperti yang

dapat dilihat di Gambar no.2 yang dilakukan terhadap kapal ilegal yang

mengambil ikan di perairan Indonesia itu sudah di atur dalam Pasal 69 Undang-

undang No.45 tahun 2009 tentang perikanan yang berkaitan dengan

penenggelaman kapal.

Gambar No.2 Kapal Pencuri Ikan yang Ditenggelamkan

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20180821/99/830112/menteri-susi-125-kapal-

pencuri-ikan-ditenggelamkan-serentak-di-11-lokasi

Sedangkan dalam pemanfaatan sumber daya alam laut ini dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat, pihak swasta serta pemerintah melalui izin dan

persyaratan yang telah ditetapkan dalam undang-undang dan memiliki tujuan

yaitu untuk kemakmuran masyarakat. Pengendalian pemanfaatan ruang laut

dilakukan melalui perizinan, pemberian intensif dan pengenaan sanksi. Dan jika

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

76

ada yang melanggar dalam pemanfaatan ruang laut tersebut maka akan diberikan

beberapa sanksi administratif berupa : peringatan tertulis, penghentian sementara

kegiatan, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin atau denda

administratif.123

c. Pemeliharaan

Laut mempunyai ragam manfaat bagi kehidupan kita. Kekayaan laut

Indonesia yang melimpah berupa biota laut atau kekayaan mineral adalah

anugerah yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa. Termasuk di dalamnya

adalah keragaman jenis ikan yang merupakan sumber mata pencaharian utama

bagi para nelayan. Laut dan wilayah sekitarnya yang terawat baik juga dapat

berfungsi sebagai tempat rekreasi yang murah. Keragaman sumber daya hayati

kelautan juga harus tetap terjaga dalam jangka waktu yang lama, agar beragam

jenis biota didalamnya dapat terpelihara sampai generasi yang akan datang.

Manusia perlu menyadari bahaya tidak melestarikan lingkungan

khususnya ekosistem laut. Bukan hanya merusak mata pencaharian sebagian besar

orang Indonesia, kegiatan yang tidak bertanggungjawab ini juga dapat

menimbulkan bencana bagi manusia sendiri. Oleh karena itu sangat penting

pengenalan manfaat ekologi bagi kehidupan manusia sejak dini. Hal ini untuk

menimbulkan kesadaran pada manusia bahwa manusia tidak hidup sendiri di

Bumi ini. Berbagai upaya pelestarian lingkungan hidup yang bisa kita lakukan

untuk menjaga dan melestarikan laut diantaranya berikut ini dengan menerapkan

cara melestarikan laut:

123

Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bab VIII, Pasal 46 dan 47.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

77

1. Menjaga kebersihan pantai dan laut dengan tidak membuang sampah di

laut.

2. Melakukan daur ulang limbah industri dan pabrik sebelum dibuang

melalui aliran air, laut, atau udara.

3. Tidak merusak terumbu karang sebagai habitat berbagai biota laut.

4. Tidak mengambil bagian bagian karang sebagai cindera mata atau bahan

bangunan.

5. Tidak menggunakan bom ikan, racun, dan pukat harimau dalam

menangkap ikan.

6. Tidak melakukan perburuan liar.

7. Mengurangi pencemaran tanah, air dan udara.

8. Bersama dengan pemerintah, melakukan penanaman bakau

atau mangrove di pesisir pantai untuk melindungi pantai dari abrasi.

Sedangkan pemerintah dapat membantu pelestarian laut dan biota laut

didalamnya dengan cara:

1. Melarang penggunaan bom ikan, racun dan pukat harimau.

2. Memberikan sanksi yang tegas pada pelaku perburuan liar

3. Melarang adanya penangkapan ikan oleh warga asing di perairan

Indonesia

4. Membatasi dan mengawasi penambangan minyak bumi di lepas pantai

Indonesia

5. Mengawasi dan menindak pihak industri dan pabrik yang membuang

limbah ke laut tanpa diproses terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

78

6. Mencari cara untuk mengurangi jumlah pencemaran udara

7. Mengadakan penanaman mangrove di pesisir pantai yang rawan abrasi

8. Melarang kegiatan kegiatan yang dapat merusak terumbu karang seperti

pengambilan karang secara liar dan tidak terkontrol.

9. Memulihkan dan membiayai pelestarian terumbu karang

10. Membangun taman laut atau daerah perlindungan kawasan bawah laut,

contohnya adalah taman laut Bunaken, Manado.

11. Melindungi populasi hewan hewan laut yang terancam punah seperti paus,

hiu, dan penyu laut.

12. Mendukung dan membiayai penelitian penelitian yang bertujuan untuk

pelestarian lingkungan hidup

d. Pengawasan

Pengawasan adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh

rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan

diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun

berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

Melaksanakan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan agar tugas keseluruhan

berlangsung secara terkendali, dalam arti terarah, termonitoring dan terevaluasi

secara seksama.124

Sedangkan dalam Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang

Kelautan pasal 45 dikatakan bahwa yang termasuk didalam pengawasan adalah

dengan tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.125

e. Pengendalian

124

Muslich, Bisnis Syari’ah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN, Yogyakarta,2007,hlm.124. 125

Undang-undnag No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bab VIII, Pasal 45 ayat 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

79

Dalam pengendaliannya sumber daya alam laut dapat diambil manfaatnya

berupa : Industri kelautan, Wisata Bahari, Perhubungan Laut, dan Bangunan

Laut.126

Tujuan dari pengelolaan sumber daya alam laut yaitu untuk : melindungi

sumber daya dan lingkungan dengan berdasar pada daya dukung dan kearifan

lokal, memanfaatkan potensi sumber daya dan kegiatan di wiayah laut,

mengembangkan potensi menjadi pusat produksi, distribusi dan jasa.127

Masyarakat Indonesia secara turun-temurun memanfaatkan sumber daya

alam sejak masa penjajahan Belanda. Hal tersebut dibuktikan dengan pemanfaatan

lestari sumber daya alam seperti adanya Panglima Laut di Aceh, Lubuk Larangan

di Jambi, Kelong di Batam, Mane’e di Sulawesi Utara, Sasi di Maluku dan Papua,

serta Awig-awig di Lombok.128

Istilah pengelolaan yang merupakan terjemahan

dari istilah management merupakan istilah dari disipilin ilmu ekonomi. Pengertian

management, terkandung makna adanya segi-segi keteraturan. Demikian pula

dengan mengingat tujuan yang aan dicapai, maka berkaitan dengan segi-segi

kehidupan demi terselenggaranya kelangsungan barang-barang yang bersifat

living resources.129

Secara leksikal, pengelolaan mempunyai arti lain yaitu:

a. Proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang

lain;

b. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi;

126

Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bab VI, Pasal 14 ayat 1. 127

Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bab VIII, Pasal 42 ayat 3. 128

Hanoko Adi Susanto, Development and Progress of Marine Protected Area System in

Indonesia, (Jakarta: Ministry of Marine Affairs and Fishiers of the Republic of Indonesia, 2011)

hlm.5. 129

Heryandi, Hukum Pengelolaan Sumber Daya Alam Kelautan, (Bandar Lampung :

Universitas Lampung, 2010) hlm.11.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

80

c. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam

pelaksanaan kebiajakan dan pencapaian tujuan.

Berdasarkan pengertian pengelolaan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pengelolaan adalah upaya yang meliputi kebijakan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan

pengendalian sumber daya alam, khususnya yang berada di wilayah laut

Indonesia.130

Sumber daya alam di laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan rakyat banyak dikelompokkan menjadi sumber daya alam hayati dan

non-hayati. Potensi kelautan Indonesia dapat dibagi menjadi 4 kelompok sumber

daya kelautan, yaitu:131

a. Sumber daya alam terbarukan (renewable resources) antara lain

perikanan, hutan bakau (mangrove), rumput laut (seaweed),

padang lamun (seagrass) dan terumbu karang (coral reefs).

b. Sumber daya alam tak terbarukan (non renewable resources) yaitu

minyak, gas bumi, timah, bauksit, bijih besi, pasir, kwarsa, bahan

tambang, dan mineral lainnya.

c. Energi kelautan berupa energi gelombang, Ocean Thermal Energy

Convertion (OTEC), pasang surut dan arus laut.

d. Laut sebagai environmental service dimana laut merupakan media

transportasi, komunikasi, rekreasi, pariwisata, Pendidikan,

penelitian, pertahanan dan keamanan, pengatur iklim (climate

130

Ibid 131

Dewan Kelautan Indonesia, Kebijakan Ekonomi Kelautan Dengan Model Ekonomi

Biru, (Jakarta: Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012) hlm.3.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

81

regulatior) dan system penunjang kehidupan lainnya (life-

supporting system).

C. Penanganan Pencemaran Lingkungan Laut Berkenaan Dengan

Limbah Plastik Di Dalam Regulasi Hukum Nasional

Sampah di laut menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup dan ekosistem perairan, serta membahayakan kesehatan

manusia. Pada saat ini sampah yang terdapat di laut di dominasi oleh limbah

plastik yang mana limbah plastik merupakan limbah yang komponennya paling

sulit untuk diurai oleh proses alam sehingga berbahaya bagi ekosistem perairan

dan kesehatan manusia.

Bahwa dalam rangka menindaklanjuti komitmen pemerintah Indonesia

untuk menangani limbah plastik dilaut sebesar 70% (tujuh puluh persen) sampai

dengan tahun 2025 perlu disusun langkah-langkah percepatan yang komprehensif

dan terpadu.132

Bahwa untuk penanganan sampah laut juga diperlukan penguatan,

perencanaan, penganggaran dan pengorganisasian yang terpadu. Oleh karena itu

untuk merealisasikan hal tersebut Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut

(selanjutnya disebut dengan Perpres No. 83 Tahun 2018). Seperti yang dapat

dilihat pada Gambar No.3 di mana petugas kebersihan sedang melakukan

tugasnya.

132

Konsideran huruf D, Peraturan Presiden Reoublik Indonesia No. 83 Tahun 2018

tentang Penanganan Sampah Laut

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

82

Gambar No.3 Petugas kebersihan DKI Jakarta memindahkan sampah dari kapal yang

diambil dari kawasan teluk Jakarta

Sumber: https://republika.co.id/berita/p59dwp328/pencemaran-plastik-teluk-jakarta-jadi-

bom-waktu

Dalam ketentuan Pasal 1 ayat 3 Perpres ini sampah laut adalah sampah yang

berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut, atau sampah

yang berasal dari kegiatan di laut. Kemudian ketentuan dalam pasal 1 ayat ke-4

disebutkan bahwa sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa

polimer.

Dalam rangka penanganan sampah laut perlu ditetapkan strategi, program,

dan kegiatan yang sinergis, terukur, dan terarah untuk mengurangi jumlah sampah

di laut, terutama sampah plastik, dalam bentuk Rencana Aksi Nasional

Penanganan Sampah Laut Tahun 2018-2025. Rencana Aksi merupakan dokumen

perencanaan yang memberikan arahan strategis bagi kementerian/ lembaga dan

acuan bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam rangka percepatan penanganan

sampah laut untuk periode 8 (delapan) tahun, terhitung sejak tahun 2018 sampai

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

83

dengan tahun 2025. Rencana Aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan melalui strategi yang meliputi:133

1. gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku

kepentingan;

2. pengelolaan sampah yang bersumber dari darat;

3. penanggulangan sampah di pesisir dan laut;

4. mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan

penegakan hukum; dan

5. penelitian dan pengembangan.

Rencana Aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berfungsi

sebagai pedoman bagi:134

a. menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk

menetapkan kebijakan sektoral penanganan sampah laut, yang

dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing- masing

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sebagai bagian

dari dokumen perencanaan pembangunan; dan

b. pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan percepatan

penanganan sampah laut.

Dalam penyusunan dokumen rencana strategis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), menteri, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, dan

bupati/wali kota mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah

133

Pasal 2 ayat 3 Perpres No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut 134

Pasal 3 ayat 1 Perpres No. 83 Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

84

Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.135

Dalam rangka

pelaksanaan Rencana Aksi, dibentuk Tim Koordinasi Nasional Penanganan

Sampah Laut yang selanjutnya disebut Tim Koordinasi Nasional, yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.136

Adapun Tim Koordinasi Nasional mempunyai tugas:137

1. mengoordinasikan kegiatan kementerian, lembaga pemerintah

nonkementerian, pemerintah daerah, masyarakat, dan/atau pelaku usaha

dalam kegiatan penanganan sampah laut;

2. merumuskan kebijakan penyelesaian hambatan dan permasalahan yang

timbul dalam pelaksanaan kegiatan penanganan sampah laut; dan

3. mengoordinasikan kegiatan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan

Rencana Aksi.

Untuk memberikan dukungan pelaksanaan tugas Tim Koordinasi Nasional,

dibentuk Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah

Laut. Sekretariat Tim Koordinasi Nasional sebagaimana yang dimaksud,

dilaksanakan secara fungsional oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah,

Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan. Nantinya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sebagai Ketua

Tim Koordinasi Nasional dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai

Ketua Harian menyampaikan laporan pelaksanaan Rencana Aksi kepada Presiden

paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

Oleh karena itu, peran negara Indonesia dalam memberikan perlindungan

lingkungan laut khususnya berkenaan dengan limbah plastik telah terakomodir di

135

Pasal 3 ayat 2 Perpres No. 83 Tahun 2018 136

Pasal 4 Perpres No. 83 Tahun 2018 137

Pasal 5 Perpres No. 83 Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

85

dalam Perpres No.83 tahun 2018 tentang penanganan sampah laut. Peraturan ini

memberikan suatu bentuk kepastian hukum agar pemerintah dapat memberikan

dan melindungi pencemaran laut yang khususnya berkenaan dengan limbah

plastik di Indonesia.

Adapun perjanjian internasional yang mengatur tentang pencemaran laut

akibat limbah plastik hanya terdapat pada UNCLOS 1982 meskipun tidak secara

spesifik. Pasal 194 ayat 1 jo. ayat 2 UNCLOS 1982 mewajibkan negara-negara

untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi

dan mengontrol pencemaran laut dari sumber apapun (termasuk limbah plastik)

sesuai dengan kemampuan masing-masing. Negara serta mengambil semua

langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan

dalam kewenangan atau kontrolnya agar tidak menimbulkan pencemaran yang

dapat menyebabkan kerusakan (duty not to transfer) pada wilayahnya sendiri atau

wilayah Negara lain.138

138 J.L. Charney, “The Marine Environment and 1982 United Nations Convention on the

Law of the Sea,” International Lawyer, Vol. 28, No. 4 (1994): 886-887.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengaturan hukum internasional tentang perlindungan terhadap lingkungan

laut pada perairan kepulauan suatu negara lebih lanjut diatur dalam The

Stockhom Declaration of 1972, London Convention 1972 dan London

Protocol 1996, United Nations Convention on the Law of the Sea 1982

(UNCLOS 1982). Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun akan

mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hdiup

lainnya, kurangnya pemahaman masyarakat untuk menjaga kondisi laut

adalah salah satu permasalahan yang harus segera di atasi, masalah

pencemaran lingkungan laut dapat mempengaruhi semua negara pantai, baik

yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, maka dari itu salah

satu bentuk usaha penanggulangannya adalah dengan dibuatnya pengaturan

tersebut.

2. Ketentuan hukum internasional dan hukum nasional dalam pencegahan,

pengurangan dan pengelolaan pencemaran lingkungan laut akibat limbah

plastik lebih lanjut dapat dilihat dalam Konvensi Hukum Laut 1982, UU

No.32 Tahun 2009, PP No.19 Tahun 1999 yang merumuskan aturan-

aturan, standar-standar, praktik-praktik dan prosedur-prosedur untuk

pencegahan, pengurangan dan pengelolaan pencemaran lingkungan laut

akibat limbah plastik.

3. Peran negara Indonesia dalam perlindungan lingkugan laut khususnya

berkenaan dengan limbah plastik yaitu negara dibebani untuk mencegah,

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

87

megurangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut yang

disebabkan oleh berbagai sumber. Negara, pemerintah dan seluruh

pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi

sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup

lain.

B. Saran

1. Masyarakat internasional melalui organisasi-organisasi internasional untuk

lebih mendorong negara-negara dalam menjaga kondisi laut, mengambil

segala tindakan yang perlu sesuai dengan konvensi dalam melakukan

tanggung jawabnya terhadap pencemaran lingkungan laut akibat limbah

plastik.

2. Negara-negara harus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk lebih

tegas dalam membuat kebijakan terkait mengurangi penggunaan material

plastik di negaranya dan memberikan peringatan kepada masyarakat

tentang bahayanya penggunaan material plastik bagi kelangsungan hidup

agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengurangi penggunaan

material plastik di kehidupan sehari-hari dengan memakai bahan yang

lebih ramah lingkungan.

3. Negara Indonesia sebaiknya memberikan dukungan sarana untuk

mengembangkan teknologi yang dapat menghasilkan suatu bahan yang

lebih ramah lingkungan daripada material plastik, dan menghentikan

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

88

budaya sekali pakai terhadap plastik, serta mengupayakan usaha daur

ulang terhadap limbah plastik.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

89

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Absori, Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era

Perdagangan Bebas,(Surakarta:Muhammadiyah University Press, 2001)

Gaol, Johnson Lumban. Mengapa Klaim Bencana Montara di Laut Timor

Ditolak Dua Kali?.(Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, 2009)

Hamzah, Andi. Penegakan Hukum Lingkungan,(Jakarta:Arikha Media Cipta,

1995)

Husin, Sukanda. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,(Jakarta:Sinar Grafika,

2009)

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan

Fak.Psikologi UGM, 1986)

Hasbullah F.Sjawie, Negara Kepulauan Indonesia dan Hukum Laut

Internasional, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001)

Heryandi, Hukum Pengelolaan Sumber Daya Alam Kelautan, (Bandar

Lampung : Universitas Lampung, 2010)

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum

Normatif,(Malang: Bayumedia, 2013)

Kantaadmadja, Komar. Bunga Rampai Hukum Lingkungan Laut

Internasional (Bandung: Penerbit Alumni, 1982)

Kusumaatmadja, Mochtar. Bunga Rampai Hukum Laut, (Jakarta:Bina Cipta,1978)

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

90

Mochtar Kusumaatdja, Indonesia dan Perkembangan Hukum Laut,

(Jakarta: Departemen Luar Negeri, 1977)

Parthiana, I Wayan. Pengantar Hukum Internasional,(Bandung:Mandar Maju,

2003)

Rizal Darmaputera, Manajemen Perbatasan dan reformasi Sektor

Keamanan, (Jakarta: IDSPS Press, 2009)

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: UI press, 1986)

Suhaidi, Perlindungan Terhadap Lingkungan Laut dari Pencemaran Yang

Bersumber dari Kapal,(Jakarta:Pustaka Bangsa Press, 2004)

Sodik, Dikdik Mohammad, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya

di Indonesia,(Bandung: PT Refika Aditama, 2011)

Silalahi, Daud. Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum

Lingkungan Indonesia (Bandung: Penerbit Alumni, 2001)

Siregar, Arifin. Hukum Pencemaran Laut di Selat Malaka, (Medan:

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1996)

Sumardi, Juarir. Hukum Pencemaran Laut Transnasional, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1996)

Syahrin, Alvi. Ketentuan Pidana dalam UU no.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.(Jakarta : P.T SOFMEDIA,

2011)

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta : Yayasan Penerbitan

Fak. Psikologi UGM, 1986)

Winarwati, Indien. Konsep Negara Kepulauan,(Malang:Setara Press, 2016)

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

91

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Presiden No.83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut

Undang-Undang No.6 Tahun 1996, tentang Perairan Kepulauan

Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1982

Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan

Perjanjian Internasional

Convention for the Prevention of Marine Pollution by Dumping from Ships and

Aircraft 1972

Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes

and Other Matter 1972

Deklarasi Stockholm 1972

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982

Jurnal dan Artikel

Article 4 Convention on The Prevention of Marine Pollution by Dumping

of Wastes and Other Matter (London Convention 1986)

Frederick Forrest Richards, Ocean Dumping An International and Domesti

Perspective:Note Journal of Legislation Vol.17.2.

Hanoko Adi Susanto, Development and Progress of Marine Protected

Area System in Indonesia, (Jakarta: Ministry of Marine Affairs and Fishiers of the

Republic of Indonesia, 2011)

J.L. Charney, “The Marine Environment and 1982 United Nations

Convention on the Law of the Sea,” International Lawyer (1994)

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

92

J.R Jambeck, Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean. Science, Vol

347,2015

Michael S.Schenker,Saving a Dying Sea-The London Convention on

Ocean Dumping,Cornell Internationall Law Journal (1973-1974)

Mochtar Kusumaatmadja,IMCO dan Pembinaan Hukum Pelayaran

Nasional.(Jilid VII, No.. 1-2 Bandung: 1976)

Mostafa Kamal Tolba, Ed, Evolving Environmental Perceptions: From

Stockholm to Nairobi, Butterworths, London 1988

Partensky, F, Hess, W. R & Vaulot, D. Prochlorococcus, a marine

photosynthetic prokaryote of global significance. Microbiol, Mol. Biol. Rev. 63,

106-127 (1999)

Sutan Eries Adlin, SBY Tanya Soal Montara ke Gillard, Harian Bisnis

Indonesia, 3 November 2010.

Suphia, Aspek Pidana dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Rechtens, Vol 2 No.1

(Juni 2013)

UNEP, Marine Plastic Debris & Microplastic: Global Lessons and

Research to Inspire Action and Guide Policy Change,2016

Website

https://republika.co.id/berita/p59dwp328/pencemaran-plastik-teluk-

jakarta-jadi-bom-waktu

https://kumparan.com/ricad-saka1510052879262/menteri-susi-

pemanfaatan-sumber-daya-laut-indonesia-meningkat-signifikan

Marine Plastics IUCN, sebagaimana dimaksud

dalam:https://bit.ly/2oSDu2G,diakses pada 28 September 19

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

93

Marine Plastic Debris and Microplastics UN Environment, sebagaimana

dimaksud dalam:https://bit.ly/2pzkPcD,diakses pada 28 September 19

Top 20 Countries ranked by mass of mismanaged plastic waste”

sebagaimana dimaksud dalam:https://bit.ly/2x2kI99,diakses pada 27 September

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT AKIBAT LIMBAH PLASTIK DI ...

94

DAFTAR GAMBAR

Gambar No.1 Seorang Diver yang Menyelam Diantara Sampah di Perairan Pantai

Manado .................................................................................................................. 2

Gambar No.2 Kapal Pencuri Ikan yang Ditenggelamkan ..................................... 76

Gambar No.3 Petugas kebersihan DKI Jakarta memindahkan sampah dari kapal

yang diambil dari kawasan teluk Jakarta .............................................................. 82

Universitas Sumatera Utara