Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

34
PENCEMARAN AIR LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MANUSIA MAKALAH ILMU LINGKUNGAN Oleh Nurul Mufitdhah NIM 151820401003 PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI

description

pencemaran air laut akibat adanya tumpahan minyak di beberapa daerah di Indoseia

Transcript of Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

Page 1: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

PENCEMARAN AIR LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP MANUSIA

MAKALAH ILMU LINGKUNGAN

Oleh

Nurul Mufitdhah

NIM 151820401003

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLaut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk

keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia.

Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan

atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan,

sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan

organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di

laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,

minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.

Kekayaan sumber daya alam serta keanekaragaman hayati yang sebagin besar

ada di perairan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia. Hal ini

menyebabkan banyaknya aktivitas disekitar perairan laut Indonesia. Salah satu

akibat yang dapat terjadi dari aktivitas tersebut adalah terjadinya tumpahan

minyak hingga proses pencemaran minyak yang secara kompleks mengakibatkan

perubahan sifat fisik, kimiawi dan biologis yang dapat merusak kehidupan.

Minyak adalah pencemar utama di lautan.

Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang

mengakibatkan pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga,

sampah, buangan dari kapal. Limbah tersebut yang mengandung polutan

kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut

dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan

sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut. Polutan tersebut

mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada

akhirnya sampai ke manusia. Hal inilah yang menyebabkan adanya dampak secara

langsung maupun tidak langsung antara pencemaran laut dengan kehidupan

manusia (Alamsyah, 1999).

Page 3: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

Makalah ini akan membahas tentang pemasalahan pencemaran laut akibat

tumpahan minyak, sehingga dapat dikaji untuk menemukan solusi serta

pengembangan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan yag lebih

parah. Dalam penanganan tumpahan minyak ini memerlukan pendekatan yang

sesuai karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses

pencemaran minyak di laut yaitu pada tipe minyak, sifat minyak, nasib (fate) dan

pelapukan minyak (wheathering), jalur pergerakan minyak (pathways), dan

keterpaparan (exposure).

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dan dibahas dalam makalah ini adalah :

Apa saja penyebab tumpahan minyak di laut?

Permasalahan apa saja yang timbul akibat tumpahan minyak di laut?

Apa solusi yang dapat dilakukan dalam penanggulangan tumpahan minyak di

laut?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahan apa saja

yang timbul akibat tumpahnya minyak di laut, serta mengetahui solusi dan

pengembangan untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih buruk.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas permasalahan

dampak tumpahan minyak terhadap ekosistem mangrove dan biota laut.dan

penanggulangan yang tepat atas permasalahan yang terjadi.

Makalah ini dapat memberikan literatur mengenai permasalahan tumpahan

minyak dan penanggulangan yang tepat bagi kalangan akademisi dan peneliti.

Page 4: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minyak dan Limbah minyak

Minyak adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan produk

petroleum yang penyusun utamanya terdiri dari hidrokarbon. Minyak mentah

dibuat dari hidrokarbon berspektrum lebar yang berkisar dari sangat mudah

menguap, material ringan seperti propana dan benzena sampai pada komposisi

berat seperti bitumen, aspalten, resin dan wax. Produk pengilangan seperti petrol

atau bahan bakar terdiri dari komposisi hidrokarbon yang lebih kecil dan

kisarannya lebih spesifik (Charade dan Subandri, 1983)..

Struktur kimia petroleum terdiri atas rantai hidrokarbon dalam ukuran

panjang yang berbeda. Perbedaan kimia hidrokarbon ini dipisahkan oleh distilasi

pada penyulingan minyak untuk menghasilkan gasoline, bahan bakat jet, kerosin,

dan hidrokarbon lainnya. Formula umum untuk hidrokarbon ini adalah CnH2n+2.

Pembakaran tidak sempurna pada petroleum atau gasoline menghasilkan emisi gas

beracun seperti karbon monooksida dan/atau nitrit oksida. Formasi petroleum

kebanyakan terjadi dalam bermacam reaksi endotermik pada tekanan dan/atau

suhu tinggi (Charade dan Subandri, 1983)..

Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi

minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan

tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah

meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan

bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3),

karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan

membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk

hidup lainnya (Charade dan Subandri, 1983).

Limbah minyak yang berasal dari minyak mentah (crude oil) terdiri dari

ribuan konstituen pembentuk (Charade dan Subandri, 1983), yang secara struktur

kimia dapat dibagi menjadi lima family :

Page 5: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

a. Hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbons), yang termasuk dalam

kelompok ini adalah golongan alkana (paraffin), yang mewakili 10-40 %

komposisi minyak mentah. Senyawa alkana bercabang (branched alkanes)

biasanya terdiri dari alkana bercabang satu ataupun bercabang banyak

(isoprenoid), contoh dari senyawa ini adalah pristana, phytana yang

terbentuk dari sisa-sisa pigment chlorofil dari tumbuhan. Kelompok

terakhir dari famili ini adalah napthana (Napthenes) atau disebut juga

cycloalkanes atau cycloparaffin. Kelompok ini secara umum disusun oleh

siklopentana dan siklohexana yang masanya mewakili 30-50% dari massa

total minyak mentah.

b. Aromatik (Aromatics). Famili minyak ini adalah kelas hidrokarbon

dengan karakteritik cincin yang tersusun dari enam atom karbon.

Kelompok ini terdiri dari benzene beserta turunannya. Aromatik ini

merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa

memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik

(menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah

(low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan

bioavaibilitas yang dapat menyebabkan terpaparnya organisma didalam

matrik tanah ataupun pada badan air. Jumlah relative hidrokarbon aromatic

didalam mnyak mentah bervariasi dari 10-30 %.

c. Asphalten dan Resin. Selain komponen utama penyusun minyak tersebut

di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-komponen

lain seperti aspal (asphalt) dan resin (5-20 %) yang merupakan komponen

berat dengan struktur kimia yang kompleks berupa siklik aromatic

terkondensasi dengan lebih dari lima ring aromatic dan napthenoaromatik

dengan gugus-gugus fungsional sehingga senyawa-senyawa tersebut

memiliki polaritas yang tinggi.

d. Komponen non-hidrokarbon. Kelompok senyawa non-hidrokarbon

terdapat dalam jumlah yang relative kecil, kecuali untuk jenis petrol berat

(heavy crude). Komponen non-hidrokarbon adalah nitrogen, sulfur, dan

oksigen, yang biasanya disingkat sebagai NSO. Biasanya sulphur lebih

Page 6: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

dominant disbanding nitrogen dan oxygen, sebaga contoh, minyak mentah

dari Erika tanker mengandung kadar S, N dn O berturut-turut sebesar 2.5,

1.7, dan 0.4 % (Baars, 2002).

e. Porphyrine. Senyawa ini berasal dari degradasi klorofil yang berbentuk

komplek Vanadium (V) dan Nikel (Ni).

2.2 Pencemaran Minyak di Laut

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,

dan komponen lain ke dalam suatu sistem, dan atau berubahnya tatanan suatu

sistem oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas dari sistem

tersebut menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukkannya.

Berdasarkan PP No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai masuknya/

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku

mutu dan/atau fungsinya. Sedangkan Konvensi Hukum Laut III mengartikan

bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara

sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merusak

sumber daya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan

manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan

laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan serta

manfaatnya.

Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut

yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat

cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak

makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Pencemaran minyak semakin banyak

terjadi sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan minyak untuk dunia

industri yang harus diangkut dari sumbernya yang cukup jauh, meningkatnya

jumlah anjungan–anjungan pengeboran minyak lepas pantai. dan juga karena

semakin meningkatnya transportasi laut

Page 7: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

Menurut Pramudianto (1999), pencemaran minyak di laut berasal dari:

1. Operasi Kapal Tanker

2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)

3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut

4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar

5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)

6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan

tabrakan)

7. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung

hydrocarbon (perkantoran & industri)

8. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )

2.3 Wathering/ Pelapukan pada Tumpahan Minyak Bumi

Proses transformasi oil spill di laut yaitu ketika oil spill terjadi di lingkungan

laut, minyak akan mengalami serangkaian perubahan/pelapukan (weathering) atas

sifat fisik dan kimiawi. Sebagian perubahan tersebut mengarah pada hilangnya

beberapa fraksi minyak dari permukaan laut, sementara perubahan lainnya

berlangung dengan masih terdapatnya bagian material minyak di permukaan laut.

Meskipun minyak yang tumpah pada akhirnya akan terurai/terasimilisi oleh

lingkungan laut, namun waktu yang dibutuhkan untuk itu tergantung pada

karakteristik awal fisik dan kimiawi minyak dan proses peluruhan (weathering)

minyak secara alamiah (Pramudianto, 1999).

Weathering atau pelapukan minyak adalah proses penghamburan minyak

yang tumpah hasil dari sejumlah proses kimia dan fisik yang mengubah

komposisi. Minyak akan mengalami pelapukan dalam cara-cara yang berbeda.

Beberapa prosesnya, seperti pada pendispersian alami minyak ke dalam air,

mengakibatkan bagian dari minyak meninggalkan permukaan air laut, dan

sisanya, seperti pada proses evaporasi atau formasi air pada emulsi minyak,

mengakibatkan minyak yang tersisa pada permukaan dan tinggal dalam waktu

lama (persisten).

Page 8: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi perubahan sifat minyak adalah:

a. Karaterisik fisika minyak, khususnya gravitasi spesifik, viskositas dan rentang

didih;

b. Komposisi dan karakteristik kimiawi minyak;

c. Kondisi meteorologi (sinar matahari (fotooksidasi), kondisi oseanograpi dan

temperatur udara); dan

d. Karakteristik air laut (pH, gravitasi spesifik, arus, temperatur, keberadaan

bakteri, nutrien, dan oksigen terlaut serta padatan tersuspensi).

Cara dimana lapisan minyak pecah dan menyebar sangat tergantung pada

ketahanan (tingkat persisten) minyak tersebut. Produk ringan seperti kerosin

cenderung terevaporasi, tersebar dengan cepat, dan tidak perlu pembersihan sebab

akan hilang secara alami. Ini dinamakan minyak non-persisten. Sebaliknya,

minyak persisten seperti pada kebanyakan minyak mentah, pecah dan menyebar

lebih lambat dan biasanya memerlukan tindakan pembersihan. Sifat fisika seperti

densitas, viskositas, dan titik alir minyak, semuanya mempengaruhi sifat

penyebarannya.

Penyebaran tidak terjadi tiba-tiba. Waktu penyebarannya tergantung sejumlah

faktor, termasuk jumlah dan tipe tumpahan minyak, kondisi cuaca, dan jika

minyak tertinggal di laut atau terbawa ke darat. Kadang-kadang, prosesnya cepat

dan pada waktu lain terjadi dengan lambat, terutama di perairan tertutup dan

tenang. Proses pelapukan (Wathering) tumpahan minyak di laut terjadi ke dalam

beberapa mekanisme diantaranya : melalui pembentukan lapisan (slick formation),

penyebaran (dissolution), pergeseran, penguapan (evaporation), polimerasi

(polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak (water in

oil emulsions), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), fotooksida,

biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh planton dan bentukan gumpalan.

Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera

membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak

tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya

gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah

Page 9: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan

lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.

Hilangnya sebagian material yang mudah menguap tersebut membuat minyak

lebih padat/ berat dan membuatnya tenggelam. Komponen hidrokarbon yang

terlarut dalam air laut, akan membuat lapisan lebih tebal dan melekat, dan

turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah karakter minyak dan akan

terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan mengurangi jumlah minyak.

Proses pembentukan lapisan minyak yang begitu cepat, ditambah dengan

penguapan komponen dan penyebaran komponen hidrokarbon akan mengurangi

volume tumpahan sebanyak 50% selama beberapa hari sejak pertama kali minyak

tersebut tumpah. Produk kilang minyak, seperti gasoline atau kerosin hamper

semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan viskositas yang tinggi hanya

mengalami pengurangan kurang dari 25%.

2.4 Dampak dari Pencemaran Minyak di Laut

Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang

menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam

dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-

batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada

reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada

plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan

produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme,

terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat

rentan pada lingkungan tercemar (Subchan, 2005). Bahwa dampak-dampak yang

disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan

akibat jangka panjang.

Akibat jangka pendek molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran

sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan

tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau

minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan

Page 10: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan

keracunan langsung oleh bahan berbahaya.

Akibat jangka panjang lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di

dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat

dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi

dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari

organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak

di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian

seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut

lainnya, dan bahkan manusia. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat

minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan

kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup

di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke

daerah lain.

Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi masuknya

sinar matahari sampai ke lapisan air dimana ikan berkembang biak. Lapisan

minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi

kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup untuk

mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob. Lapisan minyak yang tergenang

tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut , lamun dan

tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat

mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain

itu juga akan menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan minyak di

permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona

euphotik, sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan

terputus. Jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat, selain

akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi perbusukan akar pada

tumbuhan laut yang ada (Subchan, 2005).

Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak

tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam

pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga

Page 11: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang

cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang

mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak

juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan

hutan mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.

2.5 Metode Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penanganan tumpahan minyak

(oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan

pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan

perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik

dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat

efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang

rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ

burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan

penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan

minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu (Charade dan Subandri,

1983).

a. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga

mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,

penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang

dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan

ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier

yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan

besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan

mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada

komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang

tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga,

kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.

Page 12: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

b. Penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir

tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke

dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.

Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal

terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah

yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan

angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.

c. Bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan

dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen

menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass (Zhu,

2004). Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak

tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada

pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk

diterapkan di lautan.

d. Pemggunaan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme

adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan

minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair

menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus

memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan

minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik

alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung,

vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat

nilon)

e. Penggunaan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi

tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan

ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang

disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat

aktif permukaan).

Page 13: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

BAB 3. PEMBAHASAN

Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas

makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut

merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya

dapat menjangkau seluruh aktifitas manusia di laut dan karena sifat laut yang

berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut dapat mempengaruhi semua

negara pantai, baik yang sedang berkembang maupun negara-negara maju,

sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan

terhadap masalah pencemaran laut.

Sumber dari pencemaran laut antara lain adalah tumpahan minyak, sisa

damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai,

emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun, sumber utama

pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker. Hasil

ekspoitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak

bumi (crude oil). Pencemaran minyak bumi dilepas pantai bisa diakibatkan oleh

sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang tenggelam yang menyebabkan

lepasnya crude oil ke badan perairan (laut lepas) (Ramadhany, 2009).

Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan

limbah tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut. Penyebaran

limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi

akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang

dapat menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan proses

fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan

kematian.

Di Indonesia kasus pencemaran laut akibat tumpahan minyak terjadi di

beberapa daerah antara lain di pantai Selatan (Cilacap), dan pantai Sakera Tanjung

Uban, Bintan. Tumpahnya minyak mentah di pantai Selatan terjadi akibat

Page 14: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

kebocoran saluran pipa bawah laut milik Pertamina RU IV Cilacap. Genangan

minyak mentah yang awalnya hanya menggenangi kawasan lepas pantai Pulau

Nusakambangan, menyebar hingga beberapa lokasi di pantai selatan Cilacap dan

Kebumen. Dari pemantauan di berbagai kawasan pantai wilayah Cilacap, minyak

mentah menggenangi perairan obyek wisata pantai Teluk Penyu dan menyebar

hingga ke beberapa titik lokasi pantai yang cukup jauh, seperti Pantai Widara

Payung di wilayah Kecamatan Kroya Cilacap hingga pantai Karangbolong

Kabupaten Kebumen (Republika Online. 2015).

Kebocoran minyak mentah terjadi saat salah satu kapal tangker yang

melakukan pembongkaran muatan minyak melalui Single Point Mooring (SPM)

di lepas pantai Pulau Nusakambangan. Namun saat proses pembongkaran muatan

terjadi kerusakan pada sambungan pipa karet di bagian hulu pipa bawah laut. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya kebocoran, sehingga minyak mentah

tertumpah ke laut. Upaya yang dilakukan oleh pihak Pertamina untuk mengatasi

hal ini adalah dengan meminta bantuan para nelayan untuk ikut mengambil dan

menampung minyak mentah yang mencapai kawasan pantai. Pengambilan minyak

tersebut dengan menggunakan jiregan, drum dan ember. Minyak yang diperoleh

selanjutnya ditampung oleh pihak Pertamina (Republika Online. 2015).

Tumpahnya minyak mentah di pantai Sakera Tanjung Uban terjadi akibat

tubrukan antara Motor Tanker Alyarmouk (dalam pelayaran dari Tanjung Pelepas

Malaysia ke China) dan Kapal Motor Sinar Kapuas (pelayaran dari Hongkong ke

Singapore) pada posisi 7 mil timur laut batu puteh (horsborgh) masih dalam

wilayah Negara Singapore (Kompasaiana. 2015). Tubrukan kedua kapal tersebut

telah menumpahkan Madura crude oil (minyak mentah) sebanyak 4,500 Ton

(setara dengan 32,400 barel) ke laut. Berdasarkan hasil simulasi tumpahan minyak

dengan perkiraan angin dan arus yang dibuat oleh OSCT Indonesia, tumpahan

minyak berpotensi mencemari bagian utara pulau Bintan yang sangat dekat

dengan Selat Singapore (Kompasaiana. 2015).

Dengan pergerakan angin dan arus bolak balik Utara ke Selatan dan

sebaliknya, maka peran penanggulangan pencemaran harus selalu dalam kondisi

siaga. Namun pemerintah daerah tidak mempunyai peralatan yang memadai untuk

Page 15: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

penanggulangan pencemaran, seperti Oil Boom, senyawa kimia Oil Dispersant,

Obserbant ataupun serbuk gergaji. sehingga usaha swadaya masyarakat pesisirlah

yang berinisiatif membersihkannya menggunakan peralatan seadanya karena tim

penanggulangan pencemaran juga belum terbentuk. Selain diakibatkan dari

tubrukan kapal, sumber pencemaran juga berasal dari pembuangan sisa tank

cleaning (pembersihan tangki) kapal-kapal tanker yang melintas. Kegiatan

tersebut sering dilihat oleh beberapa warga , bahkan beberapa dari mereka pernah

tertangkap. Namun hal tersebut tidak membuat mereka jera dan terus melakukan

pencemaran.

Akibat pencemaran yang sangat dirasakan adalah aktifitas nelayan untuk

mencari ikan dilaut menjadi lebih sulit, ikan tidak mau datang sebab lautnya

kotor. Sektor pariwisata terganggu akibat pantai yang kotor dengan limbah

minyak yang tersebar hampir diseluruh pantai. Wisatawan lokal dan asing tidak

bisa berenang dilaut karena jika terkena kulit akan menimbulkan gatal-gatal dan

rasa perih jika terkena mata. Namun sampai saat in belum ada solusi baik dari

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat (Kompasaiana. 2015).

Berdasarkan beberapa kasus di atas telah banyak kerugian yang dialami dan

akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut, seperti

menurut Pramudianto, (1999):

1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna

gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan

hewan. Kontaminasi terhadap udara yang perlu diperhatikan akan bahaya

penguapan benzene karena mempunyai efek karsinogenik kepada manusia.

Keadaan ini semakin penting untuk diantisipasi apabila kejadian tumpahan

minyak berada dekat dengan lokasi penduduk yang padat. Dan benda purbakala,

cagar alam dan harta karun di dasar laut yang terkena minyak dapat rusak atau

berkurang nilai estetikanya. Oleh sebab itu nilai jualnya akan berkurang.

2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal

yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel

ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian.

Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak

Page 16: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek

letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan

kompleksitas dari komunitasnya. Minyak dapat mempengaruhi kehidupan

mangrove dan organisme lain yang berasosiasi pada mangrove. Minyak dapat

menutupi daun, menyumbat akar nafas, mencegah difusi garam dan menghambat

proses respirasi pada mangrove. Dan vegetasi bawah air sangat sensitif terhadap

kontaminasi minyak, karena vegetasi bawah air mimiliki produktivitas yang

tinggi, berperan dalam siklus nutrien, berfungsi sebagai kawasan asuhan, mencari

makan, dan berlindung berbagai spesies penting dan komersial tinggi dari jenis-

jenis ikan.

3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa

beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk

dari proses biodegradasi. Jika jumlah fitoplankton menurun,

maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan

tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan

kandungan protein yang tinggi.

4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick

(lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung

laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik

burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat

kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak

sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada

akhirnya mati.

Permasalahan pencemaran minyak dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut

merupakan masalah yang penting untuk ditangani mengingat besarnya

ketergantungan terhadap sumber daya pesisir dan laut serta luasnya dampak yang

diakibatkan pencemaran tersebut. Untuk itu perlu dilakukan langah-langkah

pencegahan dan penanggulangan terhadap berbagai kegiatan yang dapat memacu

terjadinya pencemaran minyak dan kerusakan lingkungan laut. Semua ini menjadi

kewajiban kita untuk melakukan usaha-usaha yang lebih konservatif demi

kelangsungan hidup yang lebih baik.

Page 17: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur

oleh pemerintah dalam “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut”.

Pencegahan terjadinya pencemaran laut dapat dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain:

1. Tidak membuang sampah ke laut

2. Penggunaan pestisida secukupnya

3. Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut

adalah puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung

rokok di sekitar laut.

4. Kurangi penggunaan plastik

5. Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan

memancing di laut.

6. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah

(IPAL)

7. Pendaurulangan sampah organik

8. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan

makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat

menyebabkan terjadinya pencemaran air.

Jika pencemaran minyak di laut tidak dapat dihindari maka dapat dilakukan

upaya pembersihan yaitu dengan melakukan pemantauan dan juga

penanggulangan terhadap pencemaran minyak tersebut. Sebelum upaya

penanggulangan tumpahan minyak dilakukan, maka tindakan pertama yang

diambil adalah melakukan pemantauan tumpahan yang terjadi guna mengetahui

secara pasti jumlah minyak yang lepas ke lautan serta kondisi tumpahan, misalnya

terbentuknya emulsi.

Ada dua jenis upaya yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara

visual dan penginderaan jauh (remote sensing). Karena ada keterbatasan pada

masing-masing teknik tersebut, seringkali digunakan kombinasi beberapa teknik

(Alamsyah, 1999).

Page 18: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

1. Pengamatan visual melalui pesawat merupakan teknik yang reliable, namun

sering terjadi pada peristiwa tumpahan minyak yang besar dengan melibatkan

banyak pengamat, laporan yang diberikan sangat bervariasi. Ada beberapa faktor

yang membuat pemantauan dengan teknik ini menjadi kurang dapat dipercaya

seperti pada tumpahan jenis minyak yang sangat ringan akan segera mengalami

penyebaran (spreading) dan menjadi lapisan sangat tipis. Pada kondisi

pencahayaan ideal akan terlihat warna terang atau pelangi. Namun, seringkali

penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari,

sudut pengamatan dan permukaan laut. Karenanya, pengamatan ketebalan minyak

berdasarkan warna slick kurang bisa dipercaya. Faktor lainnya adalah kondisi

lingkungan setempat dan prediksi  coverage area.

2. Cara kedua dengan menggunakan metode penginderaan jarak jauh yang

dilakukan dengan berbagai macam teknik seperti Side-looking Airborne Radar

(SLAR) yang telah digunakan secara luas. SLAR memiliki keuntungan yaitu bisa

dioperasikan segala waktu dan segala cuaca, menjangkau wilayah yang lebih luas

dengan hasil pengindraan lebih detail dengan kekintrasan tinggi dan bisa

ditransmisikan. Sayangnya teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang

tebal dan tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dan kondisi laut

sangat tenang. Selain SLAR digunakan pula teknik Micowave Radiometer,

Infrared-ultraviolet Line Scanner dan LANDSAT Satellite System. Berbagai

teknik ini digunakan besama guna menghasilkan informasi yang akurat dan cepat.

Setelah melakukan pemantauan dan mengetahui keadan secara pasti,

selanjutnya dilakukan penanggulangannya. Beberapa teknik penanggulangan

tumpahan minyak diantaranya dengan pembakaran minyak pada permukaan air

(in-situ burning), penyisihan secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir

tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke

dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer,

bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan

dengan menambahkan nutrien, penggunaan sorbent melalui mekanisme adsorpsi

(penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak

Page 19: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

ke dalam sorbent), dan penggunaan bahan kimia dispersan yaitu dengan memecah

lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) (Charade dan Subandri, 1983).

Page 20: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

KESIMPULAN

Menyadari akan besarnya bahaya pencemaran minyak di laut, maka

timbullah upaya-upaya untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya dari

pencemaran laut tersebut oleh negara-negara di dunia. Mengingat bahwa

tumpahan minyak mentah membawa akibat yang amat luas pada lingkungan laut

maka penanganannya tidak bisa diserahkan hanya pada satu institusi pemerintah

saja dan perlu melibatkan kerja sama berbagai institusi.

Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa penanggulangan tumpahan

minyak bukan hanya meliputi cara pemantauan yang menuntut teknologi yang

canggih, cara menghilangkan minyak yang menuntut penggunaan teknologi yang

bisa dipertanggungjawabkan dan ramah lingkungan, namun meliputi pula

penelitian dampak tumpahan minyak tersebut dan upaya rehabilitasi lingkungan

yang tercemar baik hewan, tumbuhan, maupun estetika laut dan pantai.

 

Page 21: Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak Dan Dampaknya Terhadap Manusia

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Subchan, Drs. Wachju, M.S,Ph.D. 2005. Ilmu Pengetahuan Lingkungan.

Laboratorium Sumber Belajar Biologi. Jember: Universitas Jember.

Internet

Kompasaiana. 2015. Laut Indonesia Tercemar Lagi oleh 4500 Tons

MinyakMentah. http://m.kompasiana.com [8 September 2015].

Ramadhany, Dedy. 2009. Bioremediasi. Syakti, Agung Damar. 2008. Multi-

Proses Remediasi di Dalam Penanganan Tumpahan Minyak (Oil Spill) di

Perairan Laut dan Pesisir. http://pksplipb.or.id. [5 September 2015].

Republika Online. 2015. Tumpahnya Minyak Mentah Cemari Pantai Selatan.

http://m.republika.co.id [8 September 2015].

Zhu, Xueqing. 2004. Pedoman Untuk Bioremediasi of Garam Terkontaminasi

Minyak Rawa. www.google.com. [5 September 2015]

Terbitan Berkala

Alamsyah, Rachmat Benny, 1999, Kebijaksanaan, Strategi, dan Program

Pengendalian Pencemaran dalam Pengelolaan Pesisir dan Laut, Prosiding

Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan

Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan ITB.

Charade, Titi Heri Subandri, 1983, Sekali Lagi Tentang Penanggulangannya :

Pencemaran Air Akibat Industri Minyak, dalam Harian Pikiran Rakyat, edisi

15 Mei 1983. Eckenfelder Jr., W.Wesley, 1989, Industrial Water Pollution

Control, 2ndedition, Singapore: McGraw Hill International Editions.

Pramudianto, Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian

Pencemaran dan atau Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi

dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan

Teknologi Lingkungan ITB