PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang...

18
514 PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DRUGS ABUSE PREVENTIVE ACTION IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL CURRICULUM Djuharis Rasul Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud Jl Gunung Sahari Raya No.4A, Senen - Jakarta Pusat email: [email protected] Diterima tanggal: 14/03/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 24/03/2013; Disetujui tanggal: 02/12/2013 Abstrak: Penelitian ini dilakukan tahun 2001, yang bertujuan untuk memperoleh data berkaitan dengan tingkat kepedulian kepala sekolah terhadap materi pencegahan penyalahgunaan narkoba di kurikulum sekolah menengah kejuruan dan bentuk pelaksanaannya, baik dalam dokumen kurikulum maupun kegiatan belajar-mengajar di depan kelas. Pemilihan sekolah dilakukan secara two-stage stratified random sampling dimulai dari menetapkan 14 provinsi, dimana setiap provinsi dipilih 1 kabupaten/kota. Pemilihan provinsi dan kabupaten/kota dilakukan secara random. Dari setiap kabupaten/kota dipilih 5 sekolah dengan kriteria baik, sedang, dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,54% kepala sekolah menengah kejuruan telah perduli dengan mencantumkan program pencegahan penyalahgunaan narkoba di perencanaan program sekolah, meskipun tingkat pelaksanaannya tidak terlalu tinggi. Hal ini tampak dari sumber ide untuk merencanakan program sekolah dan pengintegrasian program pencegahan penyalahgunaan narkoba dalam kurikulum sekolah masih kurang besar. Evaluasi yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru, menunjukkan bahwa kegiatan penilaian untuk materi pencegahan penyalahgunaan narkoba juga jarang dilakukan. Di sisi lain, terungkap bahwa program pencegahan penyalahgunaan narkoba memiliki dampak positif. Oleh karena itu, program tersebut harus tetap dilanjutkan. Kata kunci: penyalahgunaan narkoba, pencegahan, perencanaan program sekolah, dan sekolah menengah kejuruan. Abstract: This study was conducted in 2001, which aims to obtain the data relating to the level of the principal concerns of the drug abuse prevention materials in vocational high school curriculum and its implementation both in document form curriculum and teaching and learning activities in the classroom. School selection conducted by a two-stage stratified random sampling, by seting up 14 provinces, which each province was selected one district/city. Selection of provincial and district/city was done randomly. From each district/city was selected 5 schools by criteria of good, moderate, and less. The results showed that 81.54% of vocational high school principals have been concerned on drug abuse prevention programs included in the school program planning, despite the implementation level is not too high. This is such an evident from a source of ideas for planning school programs and integration of drug abuse prevention programs in the school curriculum that is still not big enough. Evaluation that is done by principals to teachers, showed that the assessment for drug abuse prevention materials were rarely done. On the other hand, revealed that drug abuse prevention programs have a positive impact. Therefore, the program should keep continuing. Keywords: drug abusement, preventive action, school program planning, and Vocational High Schools.

Transcript of PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang...

Page 1: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

514

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUMSEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DRUGS ABUSE PREVENTIVE ACTION IN VOCATIONALHIGH SCHOOL CURRICULUM

Djuharis RasulPusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud

Jl Gunung Sahari Raya No.4A, Senen - Jakarta Pusatemail: [email protected]

Diterima tanggal: 14/03/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 24/03/2013; Disetujui tanggal: 02/12/2013

Abstrak: Penelitian ini dilakukan tahun 2001, yang bertujuan untuk memperoleh data berkaitandengan tingkat kepedulian kepala sekolah terhadap materi pencegahan penyalahgunaan narkobadi kurikulum sekolah menengah kejuruan dan bentuk pelaksanaannya, baik dalam dokumenkurikulum maupun kegiatan belajar-mengajar di depan kelas. Pemilihan sekolah dilakukansecara two-stage stratified random sampling dimulai dari menetapkan 14 provinsi, dimanasetiap provinsi dipilih 1 kabupaten/kota. Pemilihan provinsi dan kabupaten/kota dilakukan secararandom. Dari setiap kabupaten/kota dipilih 5 sekolah dengan kriteria baik, sedang, dan kurang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,54% kepala sekolah menengah kejuruan telah perdulidengan mencantumkan program pencegahan penyalahgunaan narkoba di perencanaan programsekolah, meskipun tingkat pelaksanaannya tidak terlalu tinggi. Hal ini tampak dari sumber ideuntuk merencanakan program sekolah dan pengintegrasian program pencegahanpenyalahgunaan narkoba dalam kurikulum sekolah masih kurang besar. Evaluasi yang dilakukankepala sekolah terhadap guru, menunjukkan bahwa kegiatan penilaian untuk materi pencegahanpenyalahgunaan narkoba juga jarang dilakukan. Di sisi lain, terungkap bahwa programpencegahan penyalahgunaan narkoba memiliki dampak positif. Oleh karena itu, program tersebutharus tetap dilanjutkan.

Kata kunci: penyalahgunaan narkoba, pencegahan, perencanaan program sekolah, dan sekolahmenengah kejuruan.

Abstract: This study was conducted in 2001, which aims to obtain the data relating to the levelof the principal concerns of the drug abuse prevention materials in vocational high schoolcurriculum and its implementation both in document form curriculum and teaching and learningactivities in the classroom. School selection conducted by a two-stage stratified random sampling,by seting up 14 provinces, which each province was selected one district/city. Selection ofprovincial and district/city was done randomly. From each district/city was selected 5 schoolsby criteria of good, moderate, and less. The results showed that 81.54% of vocational highschool principals have been concerned on drug abuse prevention programs included in theschool program planning, despite the implementation level is not too high. This is such anevident from a source of ideas for planning school programs and integration of drug abuseprevention programs in the school curriculum that is still not big enough. Evaluation that is doneby principals to teachers, showed that the assessment for drug abuse prevention materialswere rarely done. On the other hand, revealed that drug abuse prevention programs have apositive impact. Therefore, the program should keep continuing.

Keywords: drug abusement, preventive action, school program planning, and Vocational HighSchools.

Page 2: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

515

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

PendahuluanNarkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya)adalah suatu zat atau obat yang berasal daritanaman atau bukan tanaman, baik yang dibuatsecara sintetis maupun semi sintetis. Zat atauobat ini bila dikonsumsi dapat menyebabkanpenurunan atau perubahan kesadaran, hilangnyarasa dan dapat menimbulkan ketergantunganobat. Bahan ini bermanfaat di bidang pengobatanatau pelayanan kesehatan dan pengembanganilmu pengetahuan (UU RI Nomor 22, Tahun 1997).Dalam peraturan perundang-undangan tersebutdijelaskan tentang pemanfaatan narkoba, yaituhanya dapat digunakan untuk kepentinganpelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan,termasuk kepentingan lembaga penelitian/pen-didikan, sedangkan pengadaaan impor/ekspor,peredaran dan pemakaiannya diatur olehPemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan.

Narkoba merupakan senyawa psikotropikayang dipakai untuk kepentingan manusia di bidangmedis, seperti pembiusan untuk menghilangkanrasa sakit saat pasien hendak dioperasi ataudimanfaatkan bagi kepentingan kedokteranlainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba).Keberadaan zat tersebut kini telah disalah-gunakan oleh berbagai pihak yang kurangbertanggung jawab dalam bentuk penggunaansalah satu atau beberapa jenis narkoba secaraberkala atau teratur di luar kepentingan medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik,psikis, dan gangguan fungsi sosial (MajalahTempo, 2013).

Penyalahgunaan dan peredaran gelapnarkoba merupakan permasalahan yang semakinmarak, komplek, dan rumit yang dihadapi olehbangsa Indonesia akhir-akhir ini, karena dapatmenimbulkan berbagai dampak negatif, terutamadi kalangan generasi muda seperti masalahkesehatan, masalah sosial dan ekonomi, dan jugapolitik. Dari 3,2 juta korban penyalahgunaannarkoba di Indonesia, sekitar 1,1 juta di antaranyaadalah pelajar (Harian Kompas, 2008). Sementaraitu, hasil penelitian Badan Narkotika Nasionalmenunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orangyang meninggal dunia setiap hari akibat overdosis narkoba adalah kelompok pelajar (HarianKompas, 2008). Dari dua hasil studi tersebut dapatdimaknai bahwa sasaran utama penyalahgunaan

narkoba di Indonesia umumnya adalah pelajar.Lebih ironis lagi, di kalangan dokter pun terjadikorban penyalahgunaan narkoba (Komunitas AIDSIndonesia, 2011).Jumlah tersebut lebih dipertegaslagi oleh Hawari (2002) yang menyatakan bahwafenomena penyalahgunaan narkoba itu sepertifenomena gunung es. Angka yang sebenarnyamenunjukkan sepuluh kali lipat dari jumlahpenyalahgunaan yang ditemukan. Menurut Ali,sejak tahun 2010 sampai tahun 2011 telah terjadipeningkatan kasus narkoba di Indonesia, yaitudari 26.000 kasus menjadi 29.000 kasus denganjumlah korban sebanyak 5 juta orang (Ali, 2012).

Meningkatnya jumlah penyalahgunaannarkoba dari tahun ke tahun tentunya tidak dapatdianggap masalah yang ringan, tetapi sebaliknyahal ini dapat menjadi masalah besar bangsa,karena korban penyalahgunaan narkoba sebagianadalah generasi penerus bangsa.

Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK)berada dalam usia menuju dewasa, kadangkaladalam mencari identitas diri anak tidak mau lagidi bawah kendali orang tua. (Desmita, 2009).Pengalaman masa peralihan akan mempengaruhihidupnya pada masa yang akan datang. Olehkarena itu, untuk mengurangi kemungkinan siswamenjadi korban penyalahgunaan narkoba, sangatdiperlukan pemahaman pimpinan sekolah,pengintegrasian materi tersebut ke dalamkurikulum sekolah, dan pembekalan pengetahuantentang bahaya penyalahgunaan narkobaterhadap siswa SMK. Pemerintah melalui Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan telah mela-kukan upaya-upaya pencegahan penyalah-gunaan Narkoba di SMK melalui berbagai bentuksosialiasasi program atau kampanye danpemberdayaan unit kesehatan sekolah (UKS) (Arif,2008)

Atas dasar uraian tersebut, permasalahanyang timbul antara lain adalah: 1) sejauh manapengetahuan dan kepedulian kepala SMK tentangpendidikan pencegahan penyalahgunaan nar-koba?, 2) bagaimana mengintegrasikan materitersebut ke dalam dokumen kurikulum?, 3) modelpembelajaran seperti apa yang lebih cocokdiberikan? Namun penelitian ini dibatasi hanyauntuk mengukur pengetahuan dan kepeduliankepala SMK terhadap materi pencegahanpenyalahgunaan narkoba dan bagaimana

Page 3: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

516

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

mengintegrasikan materi pencegahan penyalah-gunaan narkoba ke dalam dokumen kurikulum.Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut,dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:1) sejauh mana pengetahuan dan kepeduliankepala SMK tentang materi pencegahan penya-lahgunaan narkoba?, dan 2) bagaimana bentukintegrasinya dalam dokumen sekolah, termasukdokumen kurikulum?

Kajian LiteraturApa itu NarkobaNarkoba kadang kala juga disebut NAPZA(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif), yaitu zat/kelompok senyawa bila dimasukkan ke dalamtubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut),dihirup, maupun melalui pembuluh darah denganmenggunakan jarum suntik, akan dapat meng-ubah pikiran, suasana hati, atau perasaan, danperilaku seseorang (UU No.22/1997). Narkobaterdiri atas narkotika, psikotropika, dan bahanadiktif lainnya

Narkotika adalah Zat yang dapat menye-babkan penurunan atau perubahan kesadarandan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri(BNN, 2007). Dengan demikian, narkotikamerupakan zat yang manakala dimasukkan kedalam tubuh manusia akan dapat mempengaruhikeadaan psikologi seseorang seperti perasaan,pikiran, suasana hati, yang berakibat padaperubahan perilaku si pemakai.

Psikotropika merupakan zat atau obat yangtidak termasuk dalam narkotika, baik alamiahmaupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktifmelalui pengaruh selektif pada susunan sarafpusat yang menyebabkan perubahan khas padaaktivitas mental dan perilaku (UU No. 5/1997).Penggunaanya biasanya dicampur denganalkohol atau minuman lain sehingga menimbulkanefek yang sama dengan narkotika.

Zat adiktif lainnya adalah zat–zat selainnarkotika dan psikotropika yang berpengaruhpada kerja otak (BNN, 2007). Hal ini sesuai denganpenjelasan The world’s digital library yangmenyatakan bahwa zat ini berbahaya karena bisamemutuskan syaraf-syaraf dalam otak, diantaranya rokok, kelompok alkohol, dan minumanlain yang memabukkan dan menimbulkanketagihan, Thiner, dan zat lainnya, seperti lem

kayu, penghapus cair, dan aseton, cat, bensin yangbila dihirup akan dapat memabukkan (The world’sdigital library, 2013).

Berdasarkan proses pembuatannya, narkobaterdiri atas: 1) proses alami, zat atau obat yangdiambil langsung dari alam, tanpa proses fer-mentasi atau produksi, contohnya ganja, kafein,opium, kokain dll; 2) proses semi sintesis, zat atauobat yang diproses melalui fermentasi, contohnyamorfin, heroin, alkohol dll; dan sintesis, zat atauobat yang dikembangkan untuk keperluankedokteran untuk tujuan menghilangkan rasasakit (analgesik), seperti petidin, metadone(physeptone), dipipanon (diconal) dan deks-tropropakasifen (distalgesik) (KementerianKesehatan RI, 2013).

Faktor penyebab peningkatan peredarannarkoba di IndonesiaDitinjau dari letak geografis, Indonesia merupakanNegara Archipelago (kepulauan) terbesar di duniayang terdiri atas 13.000 pulau (Antara.news,2013). Di setiap pulau tersebut terdapat sejumlahpelabuhan yang ikut memudahkan peredarannarkoba. Secara ekonomis, bisnis narkoba dapatmendatangkan keuntungan yang berlipat gandadan kemudahan memperoleh obat tersebut akanmerangsang orang untuk melakukan bisnis ini.Selain itu, kemudahan budaya global masuk keIndonesia melalui internet, TV, VCD, dan film tidakdapat dicegah, sehingga budaya tersebut dapatmempengaruhi perilaku generasi muda untukmeniru dan mengadopsi sesuai kebutuhan danseleranya.

Faktor penyebab seseorang menjadi korbanpenyalahgunaan narkobaFaktor penyebab penyalahgunaan narkoba terdiriatas faktor internal dan faktor eksternal. Faktorinternal merupakan faktor yang berasal dari dalamdiri individu seseorang/seorang remaja. Remajaberada dalam fase perkembangan atau peralihandari kanak-kanak ke dewasa. Perubahan fisik yangterjadi akan menimbulkan perubahan psikologisyang kadangkala menimbulkan rasa tertekan,tegang, resah, bingung, rasa tidak aman, sedihdan depresi. Selain itu, terjadi proses pencarianidentitas diri diikuti oleh pencarian tokoh yangakan dijadikan panutan (personifikasi).

Page 4: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

517

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

Keadaan psikologis remaja yang memiliki sifatingin tahu/ingin mencoba atau golongan remajayang memiliki kepribadian lemah, mudah kecewa,kurang kuat menghadapi kegagalan, dan bersifatmemberontak yang kadangkala memunculkandorongan kuat untuk melawan apa saja yangbersifat otoriter kalau tidak dibekali dengan nilai-nilai yang baik akan mudah terjerumus sebagaipemakai narkoba. Hal ini didukung oleh BNN yangmenyatakan perkembangan kepribadian yanglemah dan tidak terbiasa hidup mandiri dari hasillingkungan keluarga yang terlalu memanjakananak atau sebaliknya terlalu dikekang karena halini akan membentuk kepribadian yang lemah dantidak mandiri akan mudah menjadi korbanpenyalahgunaan narkoba. Selain itu, menggu-nakan narkoba juga dipakai sebagai salah satualternatif melarikan diri dari persoalan hidup (BNN,2007).

Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dariluar individu remaja seperti lingkungan keluarga,lingkungan sosial teman sebaya/masyarakat,serta lingkungan sekolah. Remaja dari keluargayang kedua orang tuanya kurang memberikanperhatian/tidak punya waktu untuk berkomunikasidengan mereka karena sibuk bekerja untukmemenuhi segala kebutuhan ekonomi keluarga,kurangnya contoh teladan dari orang tua sertakurangnya penanaman disiplin di rumah membuatanak-anak cenderung bebas melakukan apa saja.Pada saat perkembangan fisik dan psikologiremaja belum stabil tersebut maka dukungankeluarga yang kuat merupakan faktor penting yangmembuat remaja menjauhi penggunaan narkoba.Selain itu, keinginan untuk mepersonafikasikan diridengan tokoh ideal sangat kuat sehinggacenderung mengikuti trend dan gaya tokoh idealtersebut. Dalam proses tersebut pergaulan didalam l ingkungan keluarga beralih menjadipergaulan dengan teman sebaya sehingga selaluberupaya berkelompok, setiap anggota berusahadapat diterima menjadi anggota kelompok. Olehkarena itu, remaja mencoba menyesuaikantingkah laku dengan teman sebaya di kelompoktersebut. Kalau salah satu teman sebaya dalamanggota kelompok atau tokoh yang diperso-nafikasi tersebut sudah menjadi penggunanarkoba, maka remaja tersebut akan cenderungmenjadi pengguna narkoba baru. Faktor lain, yaitu

lingkungan sosial seperti tempat tinggal beradadi daerah di mana memperoleh narkotika sangatmudah karena pengedar yang mencari mereka.

Namun, penyebab ini tidak berlaku untuksetiap kasus, dalam kasus tertentu faktor-faktortersebut bukan penyebab utama seseorangremaja menjadi penyalahguna narkoba karenabisa saja anak dari keluarga harmonis menjadipenyalahguna narkoba. Namun, semakin banyakfaktor-faktor di atas, maka semakin besarkemungkinan seseorang menjadi penyalahgunanarkoba.

Pengaruh penggunaan Narkoba terhadapsusunan saraf pusat manusiaPertama, stimulan. Merangsang atau mening-katkan kerja susunan syaraf pusat yang membuatpengguna merasa lebih segar, lebih waspada danlebih percaya diri (Kementerian Kesehatan RI,2013). Hal ini didukung oleh artikel di The UltimateWeb-based Library yang menyatakan zat ini akanmemberikan stimulasi atau rangsangan antaraujung syaraf, sehingga beberapa zat terkumpullebih banyak dari seharusnya, yang selanjutnyasi pemakai akan merasakan kekuatan dan rasasenang berlebihan yang bersifat bersemangat,gembira, berkhayal tinggi, percaya diri besar danmempunyai energi tak terbatas (The Ultimate Web-based Library, 2013).

Kedua, depresan. Menurunkan atau menekankerja susunan syaraf pusat. Beberapa zatmemberi efek perasaan gembira, rasa tenang dannyaman, dan tertidur (Kementerian Kesehatan RI,2013). Selanjutnya, zat ini akan menekan susunansyaraf pusat dengan akibat rasa tenang danmengantuk (Tempo, 2013). Dampak negatifpenyalahgunaan penenang atau obat tidur adalahkecenderungan penggunaan yang meningkat, sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkanseperti keberanian yang berlebihan karena kehilangan koordinasi gerakan, kesulitan berfikir,guncangan emosi sampai muntah, bahkan apabilakelebihan dosis dapat menimbulkan kematian (Tempo, 2013).

Ketiga, halusinogen. Menyebabkan terjadinyahalusinasi atau penyimpangan persepsi darikenyataan, sehingga menimbulkan gangguanpersepsi pendengaran, persepsi penglihatan danperasaan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Page 5: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

518

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Pernyataan ini didukung oleh The Ultimate Web-based Library yang menyatakan bahwa zat ini biladigunakan dapat menyebabkan halusinasi, yaiturangsangan pada pancaindera yang sebenarnyatidak ada. Zat-zat tersebut juga akan mem-pengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otot-otot, urat syaraf dan organ lain, menimbulkanmasalah di sumsum tulang serta kematianmendadak karena denyut jantung mendadakmeningkat cepat dan tidak beraturan sehinggadapat mengakibatkan gagal jantung (The UltimateWeb-based Library, 2013).

Tahapan penyalahgunaan narkobaCoba-cobaKetergantungan terhadap narkoba tersebutterjadi secara bertahap yang dimulai dari tahapancoba-coba atau lebih sering disebut tahapaneksperimental pada saat berkumpul bersamateman sebaya (Kementerian Kesehatan RI, 2013).Hal ini sesuai dengan penjelasan tentangkesehatan di Smallcrab.com di mana pada saatpertama mencoba menggunakan narkobadirasakan enak, yang akhirnya akan ketagihandan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini biasanyajuga terjadi pada pecandu rokok dan minumanberalkohol. Keinginan untuk mencoba tersebutbisa karena ajakan teman, rasa ingin tahu, danlain-lain atau bisa juga digunakan sebagai jalankeluar lari dari permasalahan hidup, sepertisedang sedih, frustasi, tidak ada teman untukberbagi cerita, akhirnya menggunakan narkoba.Setelah tahap coba-coba ini, sebagian akanmeningkat ke pemakaian yang sangat terbatas.Untuk remaja pada tahap ini belum terlihatperubahan mendasar yang terjadi sehinggaremaja tersebut tetap masih bersekolah sepertibiasa (Smallcrab.com, 2013).

KetagihanPada tahap ini jenis dan dosis yang dipakaimeningkat, termasuk bertambahnya pemakaianbahan-bahan beresiko t inggi (KementerianKesehatan RI, 2013). Hal ini sesuai denganpenjelasan tentang kesehatan di Smallcrab.comlama-kelamaan penggunaan narkoba menjadisuatu kebiasaan. Gangguan fisik, mental dansosial yang diakibatkannya juga semakin nyata(Smallcrab, 2013).

KetergantunganTahapan ketergantungan merupakan tahapekstrim dari ketagihan. Usaha untuk memperolehnarkoba secara teratur akan menjadi tujuanutama dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya,kondisi fisik dan mental terus menerus menurun,hidup sudah kehilangan makna, yang dipikirkanhanyalah bagaimana cara memperoleh narkobayang dibutuhkan (Kementerian Kesehatan RI,2013). Hal ini sesuai dengan penjelasan tentangkesehatan di Smallcrab.com, tahap ketergan-tungan fisik dan psikis adalah saat tubuhmemerlukan jumlah narkoba yang makin banyak,apabila pemakaiannya dikurangi atau diber-hentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawalsyimptom), sehingga selalu berusaha memperolehnarkoba dengan cara apapun (Smallcrab.com,2013).

Tanda-tanda awal Korban PenyalahgunaanNarkobaMenurut Budiman (2006) tanda awal dariseseorang yang menjadi korban kecanduannarkoba sebagai berikut.

Pertama, tanda-tanda fisik. Kondisi fisik danpenampilan diri menurun ditandai dengan suhubadan tidak beraturan, jalan sempoyongan, bicarapelo (cadel),  apatis  (acuh  tak  acuh),  mengantuk,agresif, sesak  nafas,  denyut  jantung  dan  nadilambat, kulit terasa dingin, nafas lambat, mata danhidung berair,  menguap  terus  menerus,  diare,rasa sakit di seluruh tubuh, takut air sehinggamalas mandi, kejang, kesadaran menurun,penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadapkesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dankropos, terdapat  bekas  suntikan  pada  lenganatau bagian tubuh lain pada pengguna denganjarum suntik (Budiman, 2006).

Kedua, tanda-tanda ketika di rumah. Sikapdan tindak-tanduk di rumah berubah, ditandaidengan pembangkangan terhadap teguran orangtua dan tidak terbuka, tidak mau mempedulikanperaturan keluarga, mulai melupakan tanggungjawab rutin di rumah, malas mengurus diri, seringtertidur dan mudah marah, sering berbohong,banyak menghindar dari anggota keluarga lainnyakarena takut ketahuan bahwa ia adalah pecandu,bersikap kasar terhadap anggota keluarga lainnyadibandingkan dengan sebelumnya, pola tidur

Page 6: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

519

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

berubah, menghabiskan uang tabungannya danselalu kehabisan uang, sering mencuri uang danbarang-barang berharga di rumah, sering me-rongrong keluarganya untuk minta uang denganberbagai alasan, berganti teman dan jarang maumengenalkan teman barunya tersebut, seringpulang lewat jam malam dan menginap di rumahteman, sering pergi ke disko, mall atau pesta, danbila ditanya sikapnya defensif atau penuhkebencian, sekali-sekali dijumpai dalam keadaanmabuk.

Ketiga, tanda-tanda ketika di sekolah.Prestasi belajar di sekolah tiba-tiba menurunsecara tajam, perhatian terhadap lingkungan tidakada, sering kelihatan mengantuk di sekolah, seringkeluar dari kelas pada waktu jam pelajarandengan alasan ke kamar mandi, sering terlambatmasuk kelas setelah jam istirahat, mudahtersinggung dan mudah marah di sekolah, seringberbohong, meninggalkan hobi-hobinya yangterdahulu (misalnya kegiatan ekstrakurikuler danolahraga yang dahulu digemarinya), mengeluhkarena menganggap keluarga di rumah tidakmemberikan dirinya kebebasan, mulai seringberkumpul dengan anak-anak yang “tidak beres”di sekolah.

Pencegahan penyalahgunaan narkoba danperawatan untuk remaja terdiri atas 4 (empat)hal: Pertama, pencegahan internal, yaitu menyi-apkan mental individu remaja untuk mengatakantidak bila ditawari. Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan, sehinggatidak terjebak dalam pelarian ke narkoba. Hal lainadalah membuat kegiatan-kegiatan yang positifdengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dankegiatan di lingkungan rumah, mulai mengajaksiswa untuk merencanakan cita-citanya dan apayang harus dilakukan untuk mencapai cita-citatersebut. Memilih teman bergaul yang dapatmeningkatkan pengetahuan dan keterampilanuntuk masa depan.

Kedua, perawatan primer adalah perawatanpada saat sebelum penyalahgunaan terjadi dalambentuk pendidikan, penyebaran informasimengenai bahaya narkoba, dan pendekatanmelalui keluarga. Instansi pemerintah diharapkanlebih banyak berperan pada tahap intervensi inidengan memberikan informasi melalui berbagaibentuk kepada remaja dan keluarga.

Ketiga, perawatan sekunder, yaitu pera-watan dalam upaya penyembuhan (treatment).Fase ini meliputi: 1) fase penerimaan awal (initialintake) antara 1–3 hari dengan melakukanpemeriksaan fisik dan mental, dan 2) fasedetoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara1–3 minggu untuk melakukan penguranganketergantungan bahan-bahan adiktif secarabertahap.

Keempat, perawatan tertier, yaitu upayauntuk merehabilitasi mereka yang sudah menjadipemakai dan dalam proses penyembuhan untukmempersiapkan pengguna kembali bersosialiasike masyarakat. Tahap ini biasanya terdiri atas fasestabilisasi, antara 3-12 bulan, yang dimaksudkanagar mantan penyalahguna narkoba mampumengembangkan kehidupan yang bermakna dimasyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatankonseling, membuat kelompok-kelompok du-kungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.Program tersebut bertujuan untuk membina parapenyalahguna narkoba agar dapat pulih dariketergantungannya dengan menggunakanberbagai pendekatan serta nilai dan norma yangberlaku. Hal ini didukung oleh pernyataan dalamPasal 39 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997yang menyatakan bahwa rehabilitasi adalahfasilitas pembinaan bagi penyalahguna narkobadari segi medis, psikis dan sosial, yang diakukanoleh Menteri Kesehatan dan atau Menteri Sosial(UU No.5/1997).

Perkembangan kondisi pasien narkoba daritahun ke tahun mengalami perubahan, daripelayanan mental dan emosional ke arah penye-lamatan hidup, pelayanan fisik, dan psikiatrik. Halini disebabkan karena banyak korban narkobayang sudah mengalami komplikasi medis (HIV-AIDS, Hepatitis C dan B, TB-HIV) dan kasus-kasuspsikiatrik makin meningkat sehingga programrehabilitasi pun mengalami pergeseran, dariprogram TC (Therapeutic Community) kemudianada proses modifikasi sesuai kondisi pasien. Halini menuntut modifikasi dalam program terapinya.

Pada dasarnya tidak ada satupun programterapi yang bisa membuat para penyalahgunanarkoba lepas dari ketergantungan. Terapinarkoba memerlukan dukungan orang-orangterdekat, terutama keluarga karena mem-butuhkan perawatan dalam waktu yang cukup

Page 7: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

520

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

lama dan biaya yang tidak sedikit. Rehabilitasitidak dapat memberikan jaminan kepada setiappasien atau klien yang dirawat akan langsungsembuh dari ketergantungan. Dalam rehabilitasidigunakan pendekatan individual dan kelompokuntuk menggali lebih jauh permasalahan utamayang dihadapi oleh pengguna dan mengarahkanyang bersangkutan untuk dapat menyelesaikanmasalahnya. Di sisi lain keinginan yang kuat ataurasa ketagihanlah yang membuat seorangindividu sulit untuk lepas dari kecanduan, selaindiakibatkan karena si pengguna hidup di ling-kungan masyarakat yang mudah memperolehnarkoba.

Oleh karena penyebab penyalahgunaannarkoba sangat kompleks, sehingga penanggu-langannya pun tidaklah sederhana. Berbagaiupaya telah banyak dilakukan oleh Pemerintahdalam rangka memerangi narkoba oleh BadanNarkotika Nasional (BNN). Badan ini bertugasmengkoordinasikan instansi terkait dalammenyusun kebijakan dan pelaksanaannya dibidang penyediaan, pencegahan, pemberantasanpenyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba(UU No 22/1997).

BNN dalam operasionalnya di tingkat provinsidilaksanakan oleh Badan Narkotika Provinsi (BNP)dan pada tingkat kabupaten/kota oleh BadanNarkotika Kabupaten/Kota (BNK). Sampai saat initelah terbentuk 31 BNP dari 33 provinsi dan baruterbentuk 270 BNK dari 460 kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Sayangnya, baru sebagian kecildari BNP dan BNK tersebut yang mempunyaikantor sendiri dan mendapat anggaran dari APBD(Brata, 2007). Akibatnya, fungsi BNP dan BNKbelum banyak terlihat. Kementerian Pendidikandan Kebudayan sebagai anggota BNN juga memilikitugas dan fungsi untuk melakukan pencegahannarkoba khususnya di lingkungan sekolah.

Strategi nasional diarahkan pada ter-wujudnya Indonesia bebas narkoba tahun 2015melalui pengurangan permintaan (demandreduction), pengurangan sediaan (suply reduction),dan pengurangan dampak buruk (harm reduction)yang ditunjang dengan program penelitian danpengembangan, pemantapan koordinasi antar-lembaga, pelibatan masyarakat dalam penya-lahgunaan, pencegahan, pemberantasan, dan

peredaran gelap narkoba (P4GN), serta kerjasama international (Brata, 2007). Selain itu,dilakukan kampanye anti narkotika oleh Mendik-nas, pelatihan dan penyuluhan bahaya narkoba,mendirikan pusat rehabilitasi, melaksanakanrintisan sekolah pencegahan/prevention penya-lahgunaan narkoba, termasuk mengirim wakiluntuk mengikuti ASOD (Asean Senior Officer DrugMatter) di Rangoon, Myanmar.

Program pencegahan penyalahgunaanNarkoba di SMK sebaiknya dibuat menjadi satukesatuan dengan program manajemen pening-katan mutu berbasis sekolah yang terimple-mentasikan dalam pengembangan, pelaksanaan,dan evaluasi kurikulum. Oleh karena itu, pendi-dikan pencegahan penyalahgunaan narkoba diSMK perlu diimplementasikan dalam bentuksosialisasi kepada para pemangku kepentinganpendidikan (stakeholders) seperti komite sekolah,dewan pendidikan kabupaten/kota dan provinsi,masyarakat, lembaga-lembaga, dan pember-dayaan usaha kesehatan sekolah (UKS). Sekolahdapat menanamkan nilai-ni lai budaya danmenyampaikan pengetahuan tradisional dankonvensional tentang bahaya penyalahgunaannarkoba kepada siswa-siswa. Hal ini sangat mem-bantu dalam membangun kesadaran akan isutersebut yang dimulai dari sekolah ke lingkunganmasyarakat. Pembelajaran tentang pengurangannarkoba di SMK bisa dilaksanakan dengan meng-integrasikan materi narkoba ke dalam kompetensiinti dan kompetensi dasar yang bersifat nasionalatau dalam kegiatan ekstra-kurikuler dan pengem-bangan diri. Atau secara khusus mengembangkandan menyelenggarakan pelatihan untuk pendi-dikan penyalahgunaan narkotika di SMK.

Metode PenelitianPopulasi dan SampelPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif,yang bertujuan untuk mendeskripsikan ataumenjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya(Irawan, 2002). Dalam hal ini, penelitian inimengupayakan memperoleh jawaban terkaitdengan masalah-masalah yang timbul, sikap,pandangan, dan kondisi objektif yang sedangberlangsung dari aspek kepedulian dan penge-tahuan kepala SMK tentang penyalahgunaan

Page 8: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

521

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

narkoba di SMK dan strategi yang sudah pernahdilakukan untuk mengurangi warga sekolahmenjadi korban penyalahgunaan narkoba.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruhSMK di Indonesia. Namun, karena keterbatasanyang ada tetap memperhatikan keterwakilanseluruh provinsi, sehingga dalam memilih SMKyang dijadikan sampel penelitian digunakanmetode two-stage stratified random sampling.Tahap pertama, dilakukan pemilihan 5 (lima)provinsi yang mewakili masing-masing Indonesiabagian Barat, Indonesia bagian Tengah, danIndonesia bagian Timur berdasarkan jumlah SMKyang ada di provinsi tersebut. Untuk Indonesiabagian Timur, karena keterbatasan jumlah SMKyang ada, sehingga hanya diambil 4 provinsi.

Selanjutnya, pada tahap kedua, dari masing-masing provinsi tersebut dipilih secara acak 1kabupaten/kota yang dijadikan sampel. Darimasing-masing kabupaten/kota dipilih 5 (lima) SMKberdasarkan kriteria baik, sedang, dan kurang,sebagai sampel penelitian. Namun, karena SMKyg ada sangat terbatas, sehingga untuk kabu-paten Maluku Tenggara diambil hanya 4 (empat)sekolah dan Kabupaten Sorong dan Keerommasing-masing diambil 3 (tiga) sekolah. Studi inidilaksanakan pada bulan Juli s.d bulan Novembertahun 2011.

Teknik Pengumpulan DataInstrumen yang digunakan dalam pengumpulandata ini adalah kuesioner. Responden yang dipilih

No Provinsi Kabupaten/kota dan Jumlah SMK Jumlah responden

Indonesia Bagian Barat

1. Jawa Barat Kabupaten Cirebon (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 1 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

2. Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

3. Sumatera Barat Kabupaten Limapuluh Koto (2 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

4. Lampung Kabupaten Tulang Bawang (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

5. Kalimantan Tengah Kabupaten Palangkaraya (2 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

Indonesia Bagian Tengah

6. Kalimantan Selatan Kabupaten Tabalong (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

7. NTB Kabupaten Sumbawa Barat (2 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

8. Bali Kabupaten Buleleng (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 1 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

9. Sulawesi Tenggara Kota Kendari (2 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 1 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

10. Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Selatan (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

Indonesia Bagian Timur

11. Maluku Utara Kabupaten Halmahera Utara (1 SMK Baik; 2 SMK Sedang; dan 2 SMK Kurang)

5 kepala sekolah

12. Maluku Kabupaten Maluku Tenggara (2 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 1 SMK Kurang)

4 kepala sekolah

13. Papua Barat Kota Sorong (1 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 1 SMK Kurang)

3 kepala sekolah

14. Papua Kabupaten Keerom (1 SMK Baik; 1 SMK Sedang; dan 1 SMK Kurang)

3 kepala sekolah

Jumlah 65 kepala sekolah

Tabel 1. Sampel Responden

Page 9: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

522

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

diambil dari para pengambil kebijakan/pemangkukepentingan di tingkat satuan pendidikan, yaitukepala SMK atau yang mewakili dengan jumlahtotal 65 orang dari 14 kabupaten/kota diIndonesia

Teknis Analisis DataAnalisis data dilakukan dengan teknik analisisdeskriptif kuantitatif sederhana (Arikunto, 1990)dengan menjumlahkan tanda centang yang diisioleh kepala sekolah dalam bentuk angka. Hasilpengukuran dalam bentuk angka-angka meng-gambarkan kualitas atau derajat kualitas darikenyataan dan eksistensi gejala yang diukur,untuk selanjutnya dicari besarnya persentasemasing-masing kategori. Berdasarkan persentasedari hasil pengukuran kemudian dianalisis untukmenarik kesimpulan akhir.

Hasil Penelitian dan PembahasanProgram KerjaKeberadaan programTabel di bawah ini menunjukkan bahwa sekolahtelah memprogramkan kegiatan pencegahanpenyalahgunaan narkoba, pencegahan penularanpenyakit melalui HIV/AIDS, dan kesehatan repro-duksi dengan tingkat yang berbeda-beda. Haltersebut ditunjukkan oleh jawaban respondenterhadap masing-masing program sebagai berikut.

82% 74% 71%

17%23% 26%

2% 3% 3%0%

10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Punya Program Tdk Punya Tdk Jawab

Grafik 1. Keberadaan Program Narkoba, HIV/AIDS, dan Kesehatan Reproduksi

Program Penyalahgunaan NarkobaPenyalahgunaan narkoba tersebut telahdirancang dalam bentuk program, hal ini didukungoleh responden sebanyak 81,54%, sedangkankepala SMK yang tidak mempunyai program

pencegahan narkoba sebanyak 16,92% dankepala SMK yang tidak menjawab sebanyak1,54%. Program pencegahan penyalahgunaannarkoba dilaksanakan melalui proses pembe-lajaran dalam bentuk pengetahuan (teori).Namun, penyampaian pengetahuan akan lebihefektif jika peserta didik memperoleh pengayaansecara faktual melalui pengamatan langsungterhadap hal-hal yang berkaitan dengan jenis-jenis narkoba dan contoh konkrit akibat penya-lahgunaan penggunaan obat tersebut. Hal inidapat dicapai dengan cara melihat tayangan videotentang jenis dan akibat penyalahgunaan obatdimaksud atau dilakukan dalam bentuk “penyu-luhan” dan kerja sama dengan instansi terkait(misalnya polri, rumah sakit/puskesmas, dst).

Bagi 1,54% kepala sekolah yang tidak mem-berikan jawaban/merespon ada tidaknya pem-berian materi tersebut, perlu diklarifikasi, apakahmereka tidak memahami materi dimaksud ataubelum sempat mempelajarinya sehingga kurangmenyadari pentingnya pembekalan hal tersebutke peserta didik. Dengan demikian, perlu di-lakukan trianggulasi kebenaran pemberian materitersebut dengan pihak sekolah, siswa, danmasyarakat/orang tua.

Program HIV/AIDSProgram HIV/AIDS didukung oleh 73,85%responden yang menyatakan sekolah telahmembuat program tentang HIV/AIDS, namunsebanyak 23,08% responden tidak mempro-gramkannya. Pengetahuan HIV/AIDS dimaksud-kan untuk membekali peserta didik melakukanupaya pencegahan agar terhindar dari penyakitHIV/AIDS. Oleh karena itu, program ini perludiperkenalkan kepada peserta didik sejak dini.

Sebaliknya, keberadaan responden yangtidak merespon ada tidaknya program tersebut,yaitu sebanyak 3,07% menunjukkan bahwaprogram tersebut belum berjalan secara efektifkarena masih ada responden yang tidak menge-tahuinya. Dengan demikian pelaksanaan penye-lenggaraan program tersebut kurang tepatsasaran dalam penyampaiannya atau mediapenyampaiannya hanya menggunakan metodeceramah, sehingga akan lebih efektif kalaumenggunakan program penyuluhan denganmelibatkan berbagai instansi yang berkompeten,

Page 10: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

523

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

seperti Kementerian Kesehatan (pihak rumahsakit atau puskesmas). Pemanfaatan nara sumberdi lingkungan nampaknya sudah menjadi kenisca-yaan dalam era pembelajaran yang efektif.

Program Kesehatan ReproduksiProgram kesehatan reproduksi didukung oleh70,77% responden dan sebaliknya masih ada26,15% responden yang belum mempunyaiprogram tersebut, sementara sebanyak 3,08%responden tidak memberikan respon. Hal inimengindikasikan bahwa penyelenggaraanprogram tersebut belum dipahami secaramaksimal. Pembekalan materi ini sangat eratkaitannya dengan siklus alami perkembangantubuh manusia. Pengetahuan ini bagi peserta didiksangat bermanfaat untuk mengetahui masa-masakesuburan dirinya. Pemberian materi kesehatanreproduksi merupakan pengetahuan yang salingterkait dengan pencegahan tertularnya penyakitHIV/AIDS dan sekaligus materi tersebut salingmelengkapi.

Jumlah kepala SMK yang melaksanakanprogram pencegahan penyalahgunaan narkobaternyata lebih besar dibandingkan dengan kepalasekolah SMK yang melaksanakan program HIV/AIDS maupun program kesehatan reproduksi.Kekurangperhatian tersebut disebabkan karenadampak HIV/AIDS maupun program kesehatanreproduksi tidak terlihat secara kasat mata,sedangkan pengaruh narkoba akan dapat cepatterlihat.

Program pencegahan penyalahgunaannarkoba sudah dilakukan berdasarkan inisiatifsendir i didukung oleh 67,69% responden,sedangkan yang melaksanakan program bukan

atas inisiatif sendiri sebanyak 27,69% dan yangtidak memberikan respon sebanyak 4,62%. Halini menunjukkan bahwa perhatian kepala SMKtentang pentingnya kegiatan ini masih belumterlalu besar sehingga tidak memprioritaskanprogram pencegahan penyalahgunaan narkobasebagai program utama. Hal ini menunjukkankepala SMK lebih berinisiatif untuk membuat danmelaksanakan program lain seperti workshoppengembangan kurikulum.

Namun, jika dibandingkan pelaksanaanprogram pencegahan penyalahgunaan narkobayang dilaksanakan berdasarkan inisiatif kepalaSMK dengan berdasarkan inisiatif instansi lain,maka diperoleh: pelaksanaan berdasarkan inisiatifkepala SMK adalah 27% agak lebih kecil jikadibandingkan dengan pelaksanaan program yangdibiayai oleh instansi lain seperti puskesmassebesar 27,6%, sedangkan pelaksanaan programberdasarkan instruksi dari dinas pendidikankabupaten/kota sebesar 25,8% dan pelaksanaanberdasarkan instruksi dari pemda dinyatakan oleh19,6%. Hal ini menggambarkan perhatian kepalaSMK untuk membuat program hampir samadengan perhatian dari instansi lain. Hal ini karenainstansi lain memiliki program untuk mensosi-al isasikan namun t idak punya responden,sehingga sekolah lebih banyak menunggu ke-giatan dari instansi lain. Selain itu, materi publikasiuntuk menunjukkan keunggulan sekolah cen-derung hanya berisi prestasi akademik seperti %siswa yang lulus, jumlah piala yang diperolehdalam lomba olimpiade dll namun kurang berisikeberhasilan dalam membentuk sikap/karaktersiswa.

Grafik 2. Sumber Inisiatif untuk Melaksanakan Program

Page 11: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

524

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Penyelenggaraan program pencegahan penya-lahgunaan narkoba dilaksanakan dengan meng-gunakan anggaran rutin sekolah didukung oleh43,08% kepala sekolah, sedangkan sebanyak52,31% kepala sekolah menyatakan tidakmendukung program ini sehingga tidak meng-anggarkan dan tidak tertulis di dalam rencanakegiatan dan anggaran rutin sekolah, serta se-banyak 4,62% tidak merespon. Hal ini meng-gambarkan kegiatan pencegahan narkobasebagian tidak dimasukkan ke dalam perencanaanprogram sekolah.

Selain dari dana rutin sekolah, kegiatan inijuga didanai dari sumber lain. Bila dibandingkandengan sumber dana yang lain, maka dari ke-seluruhan dana tersebut, 45,16% kepala sekolahmemakai dana rutin, diikuti dukungan dana dariinstansi/unit lain didukung oleh 27,42% kepalasekolah, sedangkan 16,12% kepala sekolahmenyatakan memperoleh dana dari DinasPendidikan dan 11,29% kepala sekolah menya-takan memperoleh dana dari pemda.

Frekuensi Kegiatan dan Penambahan WaktuDari 81,5% kepala SMK yang melaksanakankegiatan pencegahan penyalahgunaan narkoba,61,54% kepala sekolah melakukan kegiatansecara rutin setiap tahun dan sebanyak 36,92%menyatakan kegiatan ini tidak dilaksanakan rutinsetiap tahun serta 1,56% kepala sekolah tidakmerespon. Hal ini menggambarkan 36,92% kepalaSMK ditambah 1,56% yang tidak menjawab cen-derung hanya akan melaksanakan kegiatanselama ada bantuan dari pihak lain.

Selain itu, program pencegahan penyalah-gunaan narkoba dilaksanakan dengan tidakmenambah waktu belajar didukung oleh 78,46%kepala sekolah, sedangkan sebanyak 21,54%kepala sekolah menyatakan untuk menjalankanprogam ini memerlukan waktu tambahan. Dari21,54% kepala SMK tersebut masih melihat danmempertimbangkan bahwa materi penyalah-gunaan narkoba tersebut t idak berkaitanlangsung dengan beberapa kompetensi yang adadi kurikulum. Dengan demikian, memerlukan waktukhusus untuk mengajarkannya.

Grafik 3. Anggaran khusus

Anggaran

Grafik 4. Frekuensi Kegiatan dan Keperluan untuk Penambahan Waktu Belajar

Page 12: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

525

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

Dokumen sekolahMata pelajaran

Program pencegahan penyalahgunaan narkobadilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalammata pelajaran didukung oleh 49,23% kepalasekolah dan sebanyak 46,15% menyatakandilakukan dengan cara lain, sedangkan sebanyak4,62% kepala sekolah tidak memberikan respon.Hal ini menggambarkan bahwa 46,15% kepalasekolah yang melakukan dengan cara lain di-tambah dengan 4,62% kepala sekolah yang tidakmenjawab karena belum melaksanakan analisiskonteks/substansi, sehingga diasumsikan bahwamateri penyalahgunaan narkoba tidak bisadiintegrasikan ke dalam kurikulum.

Pelaksanaan program pencegahan penya-lahgunaan narkoba tersebut selain denganmengintegrasikan ke dalam mata pelajaran, dapatjuga dilakukan melalui kegiatan muatan lokal,ekstrakurikuler maupun bimbingan konseling. Biladibandingkan dengan strategi implementasi yanglain, maka pengintegrasian ke dalam matapelajaran didukung oleh 26,23% kepala sekolah,

sedangkan pelaksanaan melalui bimbingankonseling didukung oleh 35,25% kepala sekolah,diikuti dengan melaksanakannya dalam kegiatanekstrakurikuler didukung oleh 23,77% kepalasekolah dan dengan mengintegrasikan ke dalammata pelajaran muatan lokal didukung oleh14,75% kepala sekolah.

TutorKegiatan penyuluhan tentang pencegahanpenyalahgunaan narkoba di lakukan denganmendatangkan narasumber dari luar didukungoleh 73,85% kepala sekolah, sedangkan seba-nyak 24,62% kepala sekolah melakukan dengancara lain dan sebanyak 1,54% kepala sekolah tidakmerespon. Sebagian kecil guru belum mengetahui/menguasai materi penyalahgunaan narkobasehingga ketergantungan dengan narasumberdari pihak luar sekolah sangat diharapkan.

Narasumber untuk melaksanakan programpencegahan penyalahgunaan narkoba selain dari

Grafik 5. Integrasi Materi ke dalam Dokumen Kurikulum

Grafik 6. Keperluan Narasumber

Page 13: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

526

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

luar sekolah sebenarnya dapat dilakukan melaluitutor sebaya. Bila dibandingkan dengan nara-sumber yang lain, maka dilakukan dengan caramendatangkan narasumber dari luar didukungoleh 72,72% kepala sekolah, sedangan dilakukandengan tutor sebaya didukung oleh 27,27%kepala sekolah.

Dokumen kurikulum sekolah yang mengan-dung program pencegahan penyalahgunaannarkoba:1. Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/

KD) dan Silabus/Rencana Pelaksanaan Pem-belajaran (RPP)

memiliki SK dan KD. Hal ini menunjukkan pema-haman muatan kurikulum secara umum masihbelum dikuasai secara tuntas, sehingga kurangmelihat bahwa substansi penyalahgunaannarkoba sebenarnya dapat menjadi bagian darikompetensi beberapa mata pelajaran.

Di dalam dokumen sekolah yang lain,sebanyak 30,77% kepala SMK sudah memilikisilabus dan RPP bermuatan narkoba, namunsebanyak 67,69% kepala SMK yang lain tidakmemiliki silabus dan RPP. Hal ini disebabkansekolah tidak melakukan analisis konten.

Grafik 7. Keberadaan Materi Penyalahgunaan Narkoba dalam SK/KD dan Silabus/RPP

Sebanyak 26,15% kepala SMK sudah memiliki SKdan KD yang bermuatan narkoba, namunsebanyak 72,31% kepala SMK yang lain tidak

2. Bahan ajarBahan ajar yang digunakan untuk mengajarkannarkoba berupa buku pelajaran umum didukung

Grafik 8. Penggunaan Bahan Ajar

Page 14: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

527

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

oleh 38,46% kepala SMK, namun sebanyak53,85% menyatakan tidak menggunakan bukupelajaran umum, sedangkan sebanyak 7,69%tidak menjawab. Hal ini disebabkan karena materipencegahan penyalahgunaan narkoba tidaktercantum menjadi muatan nasional, sehinggabuku pelajaran umum jarang sekali yang langsungmengintegrasikan ke dalam materi pembelajaran.

Bahan rujukan yang digunakan sebagai acuanselain buku pelajaran juga menggunakan modul,buku panduan guru, dan buku referensi khususlain. Bila dibandingkan dengan rujukan yang lain,maka penggunaan buku pelajaran didukung oleh28,1% kepala sekolah, sedangkan 29,21% kepalasekolah menyatakan guru merujuk pada bukupanduan guru. Sebanyak 21,35% kepala sekolahmenggunakan modul dan buku referensi khususlain untuk menjadi sumber belajar.

Kesesuaian

Grafik 9 Kesesuaian Program denganKebutuhan Siswa

Kesesuaian antara muatan dalam bahan ajaryang digunakan dengan kebutuhan peserta didiksudah pas didukung oleh 56,92% kepala sekolah,sedangkan sebanyak 43,08 kepala sekolahmenyatakan tidak sesuai. Hal ini disebabkankarena materi ini tidak berlaku secara nasional,sehingga kebutuhan jenis materi yang diperlukansangat tergantung akan kebutuhan sekolah itusendiri.

PenilaianGuru melakukan penilaian tentang pendidikanpenyalahgunaan narkoba didukung oleh 44,62%kepala sekolah, sedangkan sebanyak 55,38%menyatakan guru tidak melakukan penilaian. Darisejumlah guru yang melaksanakan penilaian,diketahui bahwa penilaian yang mengintegrasikanke dalam mata pelajaran didukung oleh 41,54%kepala SMK, sedangkan sebanyak 58,46% menya-takan penilaian dilakukan secara terpisah.

Tingkat kepentingan programDampak dan kepentingan programPendidikan penyalahgunaan narkoba berdampakpositif terhadap perilaku peserta didik didukungoleh 75,38% kepala SMK, sedangkan sebanyak24,62% kepala sekolah menyatakan pendidikanini tidak berdampak pada perilaku peserta didik.Dari kepala sekolah yang merasakan dampakpositif program ini beranggapan pendidikanpenyalahgunaan narkoba penting dilakukan disekolah dan hal ini didukung oleh 84,62% kepalasekolah, sedangkan sebanyak 15,38% menya-takan pendidikan ini tidak penting dilaksanakan

Grafik 10. Penilaian yang Dilakukan

Page 15: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

528

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

di sekolah. Kepala sekolah yang menjawab tidakpenting, kemungkinan karena kasus-kasus siswaterlibat narkoba belum menonjol di sekolahtersebut.

Program pendidikan ini perlu dipertahankanuntuk dilaksanakan secara rutin di sekolah di masadatang didukung oleh 86,42% kepala sekolah,sedangkan sebanyak 15,38% kepala sekolahmenyatakan program tersebut t idak perludipertahankan.

Dukungan dan kendala

Dukungan yang diperlukan kepala sekolah untukmenjaga keberlanjutan program selain dana jugatenaga ahli, pelatihan, dan buku pelajaran/modul.Bila dibandingkan dengan keperluan yang lain,maka kebutuhan akan dukungan dana dan bukupelajaran/modul sama-sama dinyatakan oleh25,1% kepala sekolah, sedangkan 25,57% kepalasekolah memerlukan pelatihan dan 24,2% kepalasekolah memerlukan bantuan tenaga ahli dari luarsebagai nara sumber.

Sebanyak 73,85% kepala SMK menghadapikendala dalam menjalankan pendidikan pence-

Grafik 11. Dampak dan Kepentingan Program

Grafik 12. Dukungan dan Kendala

Page 16: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

529

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

gahan penyalahgunaan narkoba. Namun se-banyak 26,15% menyatakan tidak menemuikendala apa pun, karena belum melaksanakanprogram tersebut, sehingga sekolah yangbersangkutan belum menemui kesulitan.

PembahasanMateri pendidikan pencegahan penyalahgunaannarkoba sudah diketahui oleh sebagian besar(81,54%) kepala SMK. Namun, baru 48,66%memahami dan peduli dengan materi tersebut. Halini terlihat dari presentase jumlah sekolah yangsudah membuat program berdasarkan inisiatifsendiri sebesar 67,69%, pelaksanaan programyang ditunjang oleh anggaran rutin sebesar43,99%, keinginan supaya kegiatan dilakukansecara berkesinambungan 61,54%, dan masihdianggap perlunya penambahan waktu tersendiri21,54%. Hal ini menunjukan sebagian besarkepala SMK baru dalam batas mengetahui tetapibelum memahami dan menyadari akan pentingnyakegiatan pendidikan penyalahgunaan narkobatersebut.

Walaupun begitu sebagian besar kepala SMK(82,74%) menyatakan bahwa program kegiatanpencegahan terhadap penyalahgunaan narkobaberdampak positif (75,38%) dan minta dilanjutkan(86,42%) oleh sekolah secara rutin setiap tahundan patut dipertahankan. Sayangnya baru se-bagian (46,4%) kepala sekolah yang sudahmengintegrasikan pencegahan terhadap penya-lahgunaan narkoba ke dalam dokumen KTSP sertapenilaian dilakukan oleh kurang dari separuh(44,62%) guru-guru di SMK tersebut.

Hampir sebagian besar responden (86,42%)menyatakan kegiatan pencegahan terhadappenyalahgunaan narkoba memiliki kendala, yaituberupa dukungan dana, tenaga ahli, pelatihan,dan sumber belajar/bahan ajar. Strategi pelak-sanaan kegiatan pendidikan pencegahanpenyalahgunaan narkoba di lakukan denganmendatangkan nara sumber (73,85%) baru diikutimelalui kegiatan bimbingan konseling (35,25%).Namun, kegiatan bimbingan konseling biasanyadilaksanakan dalam tahap penyembuhan bukandalam tahap pencegahan internal.

Simpulan dan SaranSimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan hal-hal berikut. Pertama,kepedulian kepala SMK yang ditandai dengandicantumkannya kegiatan pendidikan pencegahanterhadap penyalahgunaan narkoba di programkerja SMK masih lebih besar dibandingkan dengankegiatan lain, seperti program HIV/AIDS danprogram kesehatan reproduksi. Namun, inisiatifuntuk memasukkan materi pencegahan terhadappenyalahgunaan narkoba ke dalam program seko-lah bukan seluruhnya datang dari kepala sekolahsendiri. Hal ini terlihat dari pelaksanaan programpencegahan penyalahgunaan narkoba yangdilaksanakan berdasarkan inisiatif kepala SMKagak lebih kecil dibandingkan dengan inisiatifkegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas danhanya sedikit di atas pelaksanaan kegiatan yangdibiayai oleh dinas pendidikan kabupaten/kota,dan pemda. Kedua, kurang dari separuh kepalaSMK yang sudah menyediakan anggaran rutinuntuk melaksanakan kegiatan pencegahanterhadap penyalahgunaan narkoba. Ketiga,kegiatan pencegahan terhadap penyalahgunaannarkoba dilaksanakan oleh sebagian kepala SMKdengan tidak mengubah jam belajar yang sudahada. Ketiga, kurang dari separuh kepala SMKmelaksanakan kegiatan pencegahan terhadappenyalahgunaan narkoba dengan mengintegra-sikan ke dalam mata pelajaran, sementarasebagian besar dilaksanakan melalui bimbingankonseling. Keempat, SMK dalam melaksanakanpenyuluhan pencegahan terhadap penyalah-gunaan narkoba sangat memerlukan nara sumberdari instansi lain dan jumlah buku-buku sumberyang cukup banyak, karena kualitas buku yangada sudah sesuai dengan kebutuhan pesertadidik. Kelima, baru sebagian kecil SMK yang me-masukan materi pencegahan terhadap penya-lahgunaan narkoba kedalam SK/KD dan silabus/RPP maupun melakukan penilaian. Keenam,program kegiatan pencegahan terhadap penya-lahgunaan narkoba berdampak positif, pentingdilakukan di sekolah, dan patut dipertahankan.Kebelanjutan program ini memerlukan pelatihan,dukungan dana, dan buku pelajaran.

Page 17: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

530

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

SaranBerdasarkan simpulan, beberapa hal yang dapatdisarankan yaitu: 1) Kepala SMK perlu mening-katkan kepeduliannya terhadap bahaya penya-lahgunaan narkoba dengan menambah kegiatan-kegiatan baru ke dalam perencanaan programsekolah. Penambahan ini diikuti dengan penam-bahan alokasi dana untuk menunjang kegiatantersebut. 2) Kebutuhan akan nara sumber bukanmerupakan hal yang utama, karena kompetensiyang dimiliki oleh guru sebenarnya sudah cukupuntuk mengajarkan pencegahan terhadap

penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, perlupelatihan untuk meningkatkan kepercayaan diri,baik kepala maupun guru-guru SMK. 3) Sebagianbesar guru masih belum memahami atau menin-daklanjuti peluang untuk mengembangkan sendirisebagian dokumen kurikulum sekolah, sehinggadiperlukan kegiatan penyadaran akan keperca-yaan diri maupun workshop “bagaimana mema-sukkan materi pencegahan terhadap penyalah-gunaan narkoba kedalam SK/KD dan silabus/RPPmaupun melakukan penilaian”

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Subijanto atas arahan, bimbingan, dan koreksinya terhadappenulisan artikel dengan judul: “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum SekolahMenengah Kejuruan”, mulai dari draf sampai dengan dinyatakan layak terbit oleh tim editor JurnalIlmiah Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemdikbud pada Vol 19, No. 4, Desember 2013, ISSN0215-2673, Terakreditasi LIPI Nomor: 438/AU2/P2MI-LIPI/08/2012.

Pustaka Acuan

Ali, Marzuki. 2012. “Kata Sambutan dalam Pembukaan Pendidikan dan Pelatihan Relawan Pencegahan DiniPenyalahgunaan Narkoba bagi Kalangan Guru dan Pelajar Angkatan XLIII”, Yayasan pendidikanPecawan Medan 16/6/2012.

Antara.news.com. 2013. Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau Indonesia, http://www.antaranews.com/berita/1282043158/hasil-survei-terbaru-jumlah-pulau-indonesia.

Arif. 2008. Mendiknas Luncurkan Program Kampanye Anti Narkoba. http://www. Diknas-padang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=155. Diunduh tanggal 10 Oktober2013.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2007. Pencegahan penyalahgunaan narkoba sejak usiadini. Badan Narkotika Nasional 2007.

Brata PM. 2007. Penyalahgunaan, Pencegahan, Pemberantasan, dan Peredaran Gelap Narkoba(P4GN), Kendala dan Implementasinya. SADAR. 1 (V) Maret 2007.

Budiman AS. 2006. Tanda Gejala Dini Korban Penyalahgunaan Narkoba. http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/04/tanda-gejala-dini-korban-penyalahgunaan.html. Diunduhtanggal 10 Oktober 2013.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Panduan bagi Orangtua dan Guru dalamMemahami Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: Rosda.

Harian Kompas. 2008. 1,1 Juta Pelajar Korban Narkoba. Jumat 14 Maret 2008.

Hawari, Dadang. 2002. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Balai Penerbit FKUIhttp://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba diunduh tanggal 8 Mei 2013.

Page 18: PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KURIKULUM … · menunjukkan bahwa 3,9 persen dari 40 orang yang meninggal dunia setiap hari akibat over dosis narkoba adalah kelompok pelajar

531

Djuharis Rasul, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

Irawan. 2002. Logika & Prosedur Penelitian. STIA-LAN Press Jakarta.

Jurnal, Medan Dipublikasi pada Monday, 25 April 2011 oleh shinta. http://www.aids-ina.org/modules.php?name=News&file=article&sid=4061.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Aku Bangga Aku Tahu, Katalog dalam terbitan.Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan tahun 2013.

Komunitas AIDS Indonesia - Indonesian AIDS Community. 2011. http://aids-ina.org/modules.php?name=AvantGo&file=print&sid=4061. Narkoba Kian Menjangkiti Generasi Muda -Pulang dari Diskotek, Dokter Tewas Over. Jurnal Medan, 25 April 2011.

Majalah Tempo. 2013. http://www.tempo.co/read/news/2004/07/30/05545767/70-Persen-Pecandu-Narkoba-Anak-Sekolah. Diunduh tanggal 26 Mei 2013.

Smallcrab. 2013. Mengenal Narkoba dan Penyalahgunaannya http://www.smallcrab.com/anak-anak/547-mengenal-narkoba-dan-penyalahgunaannya diunduh tanggal 28 Mei 2013.

The Ultimate Web-based Library. 2013. Jenis Narkoba http://www.badungkab.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=625 diunduh tanggal 29 Mei 2013.

The world’s digital library. http://www.scribd.com/doc/31982628/Narkoba-Adalah-Singkatan-Dari-Narkotika-Dan-Obat diunduh tanggal 8 Mei 2013.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5, Tahun 1997 tentang Penyalahgunaan, Pengedar, danProdusen Psikotropika.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 1997, tentang Narkotika.

Wordpress. 2009. Saatnya merdeka dari narkoba. http://sawal99.wordpress.com/2009/ 04/29/penanggulangan-narkoba/.