BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

24
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan obat- obatan berbahaya. Selain narkoba istilah lain dikenal dengan NAPZA yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Istilah NAPZA sebenarnya dirasa lebih tepat karena didalamnya mengandung diksi psikotropika yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi keadaan gangguan kesehatan jiwa, namun obat ini termasuk obat yang sering disalahgunakan dan dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) (Rizali & Putra, 2000: 46). Narkoba atau Napza adalah obat, bahan, dan zat bukan makanan, yang jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan berpengaruh pada kerja otak (susunan saraf pusat) dan sering menyebabkan ketergantungan.Akibatnya, kerja otak berubah (meningkat atau menurun); demikian pula fungsi vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernafasan, dan lain-lain) (Martono & Joewana. 2008: 5). Narkoba dapat menyebabkan ketagihan, gangguan pada bagian saraf atau mampu tidak sadarkan diri.Pengertian Narkotika secara umum adalah obat-obatan yang mampu membius. Dengan kata lain, narkotika adalah obat-obatan yang mampu menggangu sistem kerja saraf tubuh untuk tidak merasakan sakit atau rangsangan. Narkotika pada awalnya

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Narkoba

1. Definisi Narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan obat-

obatan berbahaya. Selain narkoba istilah lain dikenal dengan NAPZA

yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya. Istilah NAPZA sebenarnya dirasa lebih tepat karena

didalamnya mengandung diksi psikotropika yaitu obat yang digunakan

untuk mengatasi keadaan gangguan kesehatan jiwa, namun obat ini

termasuk obat yang sering disalahgunakan dan dapat menimbulkan

adiksi (ketagihan) (Rizali & Putra, 2000: 46).

Narkoba atau Napza adalah obat, bahan, dan zat bukan makanan,

yang jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan

berpengaruh pada kerja otak (susunan saraf pusat) dan sering

menyebabkan ketergantungan.Akibatnya, kerja otak berubah

(meningkat atau menurun); demikian pula fungsi vital organ tubuh lain

(jantung, peredaran darah, pernafasan, dan lain-lain) (Martono &

Joewana. 2008: 5).

Narkoba dapat menyebabkan ketagihan, gangguan pada bagian saraf

atau mampu tidak sadarkan diri.Pengertian Narkotika secara umum

adalah obat-obatan yang mampu membius. Dengan kata lain, narkotika

adalah obat-obatan yang mampu menggangu sistem kerja saraf tubuh

untuk tidak merasakan sakit atau rangsangan. Narkotika pada awalnya

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

10

ada tiga yang terbuat dari bahan organik, yaitu Candu (Papaper

Somniferum), kokain (Erythroxyion coca) dan ganja (Cannabis sativa).

Sekarang narkoba jenis narkotika adalah Opium atau Opioid atau Opiat

atau Candu, Codein, Methadone (MTD), LSD, PC, mescalin,

barbiturat, demerol, petidin, dan lainnya (Partodiharjo, 2000: 11).

Karena ketidaktahuan akan narkoba, pada awalnya seseorang akan

memakai akan memakai narkoba karena mengharapkan kenikmatan

seperti:

a) Nikmat bebas dari rasa kesal, kecewa, stress, takut, frustasi

b) Nikmat bebas dari rasa sakit, pusing

c) Nikmat rasa tenang, tentram dan damai (Subagyo, 2015).

Selain ketidaktahuan, alasan lain seseorang menggunakan narkoba

adalah rasa kecewa, frustasi, atau kesal. Seseorang yang merasa

kecewa, frustasi akan melampiaskan atau mengendalikan suatu

emosinya dengan beralih ke narkoba atau mengkonsumsi narkoba.

Penggunaan narkoba pada kelompok ini bertujuan untuk sesaat

meluapkan kekecewaan, kekesalan dan frustasi. Menurut merka yang

mengkonsumsi, narkoba dapat digunakan untuk meluapkan kegagalan

hanya sesaat, tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang sesungguhnya

(Subagyo, 2015).

2. Jenis-Jenis Narkoba

Secara umum narkoba dibagi dalam 3 (tiga) jenis, yaitu narkotika,

psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke

dalam beberapa kelompok, yaitu:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

11

a) Narkotika

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, narkotika memiliki daya

adiksi (ketagihan) yang sangat berat, juga memiliki daya toleran

(penyesuaian) dan daya habitual, kebiasaan ketiga sifat inilah yang

menyebabkan pemakai narkotika sulit untuk melepaskan

ketergantungannya. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 2 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :

1) Narkotika Golongan I, adalah narkotika yang paling

berbahaya dengan daya adiktif yang sangat tinggi. Karenanya

tidak diperbolehkan penggunaannya untuk terapi pengobatan,

kecuali penelitian dan pengembangan pengetahuan. Narkotika

yang termasuk golongan ini adalah ganja, heroin, opium,

tanaman papaver somniferum L, tanaman koka, kokain dan

lain sebagainya.

2) Narkotika Golongan II , adalah narkotika yang memiliki

daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian. Meskipun demikian penggunaan narkotika

golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan

terakhir jika tidak ada pilihan lain. Contoh dari narkotika

golongan II ini adalah metamfetamin, benzetidin, betametadol,

petidin dan turunannya, morfin metobromida dan turunan

morfina nitrogen pentafalent lainnya, morfina N-oksida, dan

lain-lain

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

12

3) Narkotika Golongan III, adalah jenis narkotika yang

memiliki daya adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan

dapat dipergunakan secara luas untuk terapi atau pengobatan

dan penelitian. Adapun jenis narkoba yang termasuk dalam

golongan III adalah asetildihidrokodeina, etilmorfina,

nikokodina, dan lain-lain

b) Psikotropika

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika mencantumkan bahwa psikotropika dibagi menjadi 4

golongan, yaitu :

1) Psikotropika Golongan I, psikotropika golongan ini hanya

dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan

2) Psikotropika Golongan II, psikotropika golongan II adalah

psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan, contohnya : amfetamin, metilfenidat, atau

ritalin.

3) Psikotropika Golongan III, psikotropika Golongan III adalah

psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

13

contohnya: lumibal, pentobarbital, buprenorsina, dan

sebagainya

4) Psikotropika Golongan IV, psikotropika Golongan IV adalah

psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan, contohnya : BK, mogadon, dumolid, dan lain

sebagainya

c) dan Bahan Adiktif lainnya

Bahan Adiktif merupakan zat-zat yang tidak termasuk dalam

narkotika dan psikotropika, tetapi memiliki daya adiktif atau dapat

menimbulkan ketergantungan. Biasanya ketergantungan seseorang

terhadap zat atau bahan adiktif ini merupakan pintu gerbang

kemungkinan adiksi mereka terhadap narkotika dan psikotropika.

Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam kategori bahan

adiktif adalah :

1) Rokok, pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat

luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di

masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada

remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena

rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan

NAPZA lain lebih berbahaya.

2) Kelompok Alkohol, pemakaian tembakau yang mengandung

nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

14

NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama

pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,

karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk

penyalahgunaan NAPZA lain lebih berbahaya.

3) Thineer, dan zat-zat lain yang jika dihirup dapat memabukkan,

seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, bensin dan lain

sebagainya (www.bnn.go.id).

B. Korban Penyalahgunaan Narkoba

Korban penyalahgunaan narkotika, menurut penjelasan Pasal 54 UU

No. 35 Tahun 2009, adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan

narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam

untuk menggunakan narkotika. Dengan demikian seorang korban

penyalahgunaan narkotika harus terbukti tidak mempunyai unsur

kesengajaan mempergunakan narkotika secara melawan hukum

dikarenakan adanya keadaan (seperti dipaksa atau diancam) yang membuat

ia mau tidak mau menggunakan narkotika atau karena ketidaktahuan yang

bersangkutan kalau yang digunakannya adalah narkotika (seperti ditipu,

dibujuk, atau diperdaya) (Nugroho, 2014, p. 22).

Terjadinya kecemasan ditengah masyarakat akibat penyalahgunaan

narkoba berdampak terhadap meningkatnya angka kriminal, seperti

perampokan, pemerkosaan, pembunuhan sadis, tawuran dan lain-lain

membuat bangsa ini seolah-olah tak bertuan. Ironisnya wabah yang akan

menjerumuskan manusia ini telah memasuki lingkungan lembaga

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

15

pendidikan. Sasaran utama menjadi prioritas adalah siswa-siswi, mahasiswa

yang berprestasi disekolah maupun kampus.

Ketika kemudian siswa/mahasiswa telah terperangkap oleh bujukan

manusia itu maka satu persatu temannya di kelas akan terbawa arus. Inilah

asal mula mereka memasuki alam bencana yang membawa mereka ke

malapetaka. Fenomena ini terjadi dikarenakan dasar agama yang sangat

lemah dan pengawasan orang tua yang tidak ada (Tanjung, 2006: 4-5)

1. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

a) Faktor Individu

1) Pernah minum obat-obatan

2) Perokok

3) Remaja pemberontak

4) Toleransi terhadap penyimpangan

5) Tidak peduli soal agama

6) Adanya jarak antara anak dan orang tua

7) Alienasi (keterasingan) dari nilai-nilai masyarakat

8) Orang tua tidak punya kendali terhadap anak

9) Mempunyai teman-teman sebaya pengguna narkoba

b) Faktor Keluarga

1) Kurangnya kontrol keluarga. Orang tua terlalu sibuk sehingga

jarang mempunyai waktu mengontrol anggota keluarga. Anak

yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari

perhatian diluar, biasanya mereka juga mencari kesibukan

bersama teman-temanya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

16

2) Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab. Tidak

semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja

dimulai dari keluarga yang broken home, semua anak

mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam

penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung

jawab kepada anak akan mengurangi resiko anak terjebak ke

dalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang mempunyai

tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua dan masyarakat

akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-

coba menggunakan narkoba.

c) Faktor Lingkungan

Lingkungan sosial yang lebih luas yaitu masyarakat juga

berpengaruh, misalnya :

1) Masyarakat yang individualis, Lingkungan yang

individualistik dalam kehidupan kota besar cenderung kurang

peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya

memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang

sekitarnya.

2) Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kumuh,

kepadatan penduduk yang tinggi, mobilitas penduduk yang

tinggi, rasa kebersamaan lingkungan yang rendah, dapat

meningkatkan kecenderungan menjadi pengguna narkoba

(Alatas & Madiyono, 2001 : 51-52).

d) Faktor Pendidikan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

17

Faktor pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di

sekolah-sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti

penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki

oleh siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan

andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan

pelajar.

2. Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Dampak dari obat-obatan sangat beragam dan bergantung pada

beberapa faktor, yaitu usia, jenis zat yang digunakan, cara

menggunakan, dan lama penggunaan. Dampak obat-obatan beragam

karena zat yang terkandung di dalam setiap obat atau narkoba juga

berbeda, dan masinng-masinng zat tersebut memiliki efek dan

dampaknya masing-masing terhadap bagian atau organ tubuh serta

susunan syaraf kita. Adiksi terhadap narkoba berdampak tidak hanya

pada aspek fisik dan mental seseorang, tetapi juga pada keadaan

emosional dan spiritual yang bersangkutan (Subagyo, 2015). Adapun

beberapa dampak yang di peroleh dari penyalahgunaan obat, sebagai

berikut :

a) Dampak terhadap Fisik

Pemakaian narkoba dapat mengalami kerusakan organ tubuh dan

menjadi sakit sebagai akibat langsung adanya narkoba dalam

darah, misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, hati, otak, jantung,

usus, dan sebagainya. Kerusakan jaringan pada organ tubuh akan

merusak fungsi organ tubuh tersebut sehingga berbagai penyakit

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

18

timbul. Pemakai narkoba juga dapat terkena penyakit infeksi,

seperti hepatitis, HIV/AIDS, sifilis, dan sebagainya. Kuman atau

virus masuk ke tubuh pemakai karena cara pemakaian narkoba.

b) Dampak terhadap Mental dan Moral

Pemakaian narkoba menyebabkan kerusakan pada sel-sel

otak, syaraf, pembuluh darah, darah, tulang, dan seluruh jaringan

pada tubuh manusia. Kerusakan jaringan itu kemudian

menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel organ tubuh dan

kerusakan organ menyebabkan terjadinya gangguan fungsi organ

yang dapat mendatangkan stress sehingga pelaku dapat mengalami

kematian akibat serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan lain-

lain. Semua penyakit tersebut dapat mendatangkan suatu

perubahan sikap, sifat, dan perilaku.

Pemakai narkoba berubah menjadi tertutup karena malu akan

dirinya, takut mati, atau takut perbuatannya diketahui. Karena

menyadari buruknya perbuatan yang di lakukan, pemakai narkoba

berubah menjadi pemalu, rendah diri, dan sering merasa sebagai

pecundang, tidak berguna, dan menganggap dirinya sebagai

sampah masyarakat.

Sebagai akibat dari adanya sifat jahat narkoba yang khas,

pemakai narkoba berubah menjadi orang yang egois, eksklusif,

paranoid (selalu curiga dan bermusuhan), jahat (psikosis), bahkan

tidak peduli terhadap orang lain (asosial).

c) Dampak terhadap Keluarga, dan Masyarakat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

19

Pemakai narkoba tidak hanya mengalami gangguan

kesehatan fisik, dan banyaknya penyakit akibat kerusakan fungsi

organ.Selain itu, kerusakan yang tidak kalah bahayanya adalah

gangguan psikologis serta kerusakan mental dan moral.

Jika dari sudut pandang masalah psikologi, yaitu gangguan

keharmonisan rumah tangga karena munculnya rasa malu pada diri

ayah, ibu, dan saudarasaudaranya kepada tetangga dan masyarakat.

Masalah ekonomi atau keuangan yaitu banyak uang terbuang untuk

berobat dalam jangka waktu lama. Banyak uang dan barang yang

hilang karena dicuri atau dijual oleh pemakai untuk membeli

narkoba.

Kemudian masalah kekerasan dan kriminalitas, yaitu

munculnya kekerasan dalam keluarga: perkelahian, pemaksaan,

penganiayaan, bahkan pembunuhan sesama anggota keluarga.

Kejahatan seperti itu dapat menyebar ke tetangga, lalu ke

masyarakat luas. Dimulai dari masalah narkoba hingga akhirnya

dapat memicu masalah-masalah lain yang lebih luas dan

berbahaya, seperti kriminalitas, prostitusi,korupsi, kolusi,

nepotisme, dan lain lain.

d) Dampak Emosional

Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa

berubah kapan saja. Satu saat tampakn baik-baik saja, tetapi di

bawah pengaruh narkoba ia bisa berubah menjadi orang seperti

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

20

kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan

memukuli siapapun yang ada di dekatnya.

Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan

kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu seringkali bertindak

secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun yang muncul

dalam dirinya.Perubahan yang muncul ini bukan perubahan ringan,

karena pecandu adalah orang-orang yang memiliki perasaan dan

emosi yang sangat mendalam.Para pecandu seringkali diselimuti

oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna, dan depresi

mendalam yang seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan

tindakan bunuh diri (Amir, 44: 2013).

e) Dampak Spiritual

Secara spiritual, narkoba adalah pusat hidupnya dan bisa dikatakan

menggantikan posisi Tuhan. Tidak menganggap Tuhan itu ada, jadi

lebih memilih untuk berbuat yang dilarang oleh tuhan daripada

harus mengikuti ajaran Tuhan, karena narkotika dapat memberikan

efek yang sangat cepat di bandingkan dengan beribadah kepada

tuhan. Adiksi terhadap narkoba membuat pengguna narkoba

menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri.

Mereka yang menjadi pecandu narkoba tidak lagi memikirkan soal

makan, tertular penyakit bila sharing needle, tertangkap polisi, dan

lain-lain. Adiksi adalah penyakit yang mempengaruhi semua aspek

hidup seorang manusia, dan karenanya harus disadari bahwa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

21

pemulihan bagi seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja,

tetapi juga agama, psikologi dan sosial (Amir, 44: 2013).

3. Aspek-Aspek Penyalahgunaan Narkoba

Pemulihan penyalahgunaan narkoba umumnya mencakup tiga aspek

terapi, habilitasi, rehabilitasi yang mencakup proses berkesinambungan.

Selain itu, pendekatannya pun harus secara holistik dengan

memperhatikan aspek organobilogik, psikoedukatif, dan sosiokultural

dari yang bersangkutan atau penyalahgunaan narkoba. Tahap utama

proses perawatan dan pemulihan penderita ketergantungan narkoba,

yaitu :

a) Tahap Detoksifikasi

Terapi lepas narkoba (withdrawal syndrome), dan terapi fisik yang

ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan racun dari tubuh.

b) Tahap Habilitasi

Ditujukan untuk stabilitasi suasana mental dan emosional

penderita, sehingga gangguan jiwa yang menyebabkan perbuatan

penyalahgunaan narkoba dapat diatasi.

c) Tahap rehabilitasi atau pemulihan keberfungsian fisik, mental dan

sosial penderita, seperti bersekolah, belajar, bekerja, serta bergaul

secara normal.

C. Rehabilitasi

1. Definisi Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang

ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

22

kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit

ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba. Seperti yang

tertulis pada pasal 54 UU Narkotika No.35 tahun 2009 yang berisikan

bahwa pecandu narkoba dan korban penyalahgunaan narkotika wajib

menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Sedangkan rehabilitasi menurut KUHAP adalah terdapat dalam bab

I mengenai Ketentuan Umum, tertera dalam pasal 1 butir 23 yang

berbunyi : “Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan

haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya

yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan

karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang

berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya

atau hukum yang diterapkan menurut acara yang diatur undang-undang

ini” (Hanafi, 1990 : 44).

Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses

pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan

masa menjalani rehabilitasi diperhitungkan sebagai masa menjalani

hukuman. Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga merupakan

suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu

narkotika kedalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan

penyalahgunaan narkotika.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1997 tentang Narkotika terdapat setidaknya dua jenis

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

23

rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial : Pasal 1 ayat

16 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa:

Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan

bahwa: Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan

secara terpadu baik fisik, mental, maupun sosial, agar mantan pecandu

narkotika dapatkembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

masyarakat.

Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa upaya

pemulihan (rehabilitasi) tidak bermanfaat. Setelah sembuh, masih

banyak masalah lain yang akan timbul. Semua dampak negatif tersebut

sangat sulit diatasi. Karenanya, banyak pemakai narkotika ketika sudah

sadar malah mengalami putus asa, kemudian bunuh diri. Cara bunuh

diri pemakai narkoba yang terbanyak adalah dengan menyuntik dirinya

sendiri dengan narkoba dosis berlebihan sehingga mengalami overdosis

(Partodiharjo, 2000: 105-106).

2. Tujuan Rehabilitasi

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 dijelaskan bahwa

rehabilitasi diarahkan untuk mengfungsikan kembali dan

mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang

cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai

dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan utama

rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

24

fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan

kemampuannya (Martono & Joewana, 2008 : 93). Sedangkan tujuan

khususnya adalah :

a) Menumbuhkan rasa tanggung jawab mantan pecandu narkoba

terhadap diri dan keluarga.

b) Terhindarnya korban dari institusi dan penetrasi pengedar.

c) Terbebas dari dorongan narkoba

d) Terhindarnya korban-korban baru akibat penularan penyakit

seperti hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.

e) Terwujudnya penanganan hukum yang selaras dengan pelayanan

rehabilitasi medis/sosial.

f) Korban penyalahgunaan narkotika dapat hidup secara wajar di

tengah-tengah masyarakat (keluarga, tempat kerja, sekolah dan

masyarakat lingkungannya).

g) Terwujudnya proses pengembangan penanganan korban narkotika

dan aspek ilmiah, serta keilmuan yang dinamis, sesuai dengan

perkembangan zaman sebagai pusat jaringan informasi terpadu dan

mewujudkan teknis penanganan penyalahgunaan narkotika dan

obatobatan terlarang bagi daerah sekitarnya maupun nasional

3. Fungsi Rehabilitasi

`Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik

berkelainan berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau pemulihan

dan pemeliharaan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

25

a) Fungsi pencegahan, melalui pogram dan pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat

menambah kecacatan yang lebih berat/lebih parah. Misalnya

melalui terapi, penyebaran kecacatan dapat dicegah dan dibatasi.

b) Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi

peserta didik dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula

tidak kuat menjadi kuat, yang tadinya tidak berfungsi menjadi

berfungsi, dan sebagainya. Dengan demikian fungsi penyembuhan

dapat berarti pemulihan atau pengembalian atau penyegaran

kembali.

c) Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah

memperoleh layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi medis,

sosial, dan keterampilan organ gerak/keterampilan vokasional

tertentu yang sudah dimiliki dapat tetap terpelihara atau tetap terjadi

melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang dilakukan. Ditinjau dari

bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medis,

sosial dan keterampilan :

a) Fungsi medis, kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi

medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit, menyembuhkan

dan meningkatkan serta memelihara status kesehatan individu/

peserta didik.

b) Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki

masalah sosial, baik yang bersifat primer (mislanya : rendah diri,

isolasi diri, dan sebagainya). Melalui upaya rehabilitasi dapat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

26

berfungsi memupuk kemampuan anak dalambersosialisasi dengan

lingkungannya.

c) Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik

akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi

fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesional

tertentu di masa depan.

4. Tahapan Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi

Agar ketergantungan terhadap narkotika tersebut dapat disembuhkan,

maka perlu dilakukan terapi dan rehabilitasi. Tujuan terapi dan

rehabilitasi merupakan suatu rangkaian proses pelayanan yang

diberikan kepada pecandu untuk melepaskannya dari ketergantungan

pada narkotika, sampai ia dapat menikmati kehidupan bebas tanpa

narkotika. Adapun tahap-tahap dalam rehabilitasi :

a) Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi)

Tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan

mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah

pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala

putus zat (sakaw) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari

jenis narkoba dan berat ringannya gejala putus zat. Dalam hal ini

dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna

mendeteksi gejala kecanduan narkotika tersebut.

b) Tahap rehabilitasi nonmedis

Tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di Indonesia

sudah dibangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

27

bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus

Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat

rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program diantaranya

program Therapeutic Communities (TC), 12 steps (dua belas

langkah), pendekatan keagamaan, dan lain-lain

c) Tahap bina lanjut (after care)

Tahap ini pecandu narkotika diberikan kegiatan sesuai dengan

minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat

kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada dibawah

pengawasan.

5. Rehabilitasi Narkoba

Rehabilitasi narkoba adalah sebuah tindakan represif yang

dilakukan bagi pecandu narkoba. Tindakan rehabilitasi ditujukan

kepada korban dari penyalahgunaan narkoba untuk memulihkan atau

mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang

bersangkutan. Selain untuk memulihkan, rehabilitasi juga sebagai

pengobatan atau perawatan bagi para pecandu narkotika, agar para

pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap narkotika.

Bagi pecandu narkoba yang memperoleh keputusan dari hakim

untuk menjalanihukuman penjara atau kurungan akan mendapatkan

pembinaan maupun pengobatan dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Dengan semakin meningkatnya bahaya narkotika yang meluas ke

seluruh pelosok dunia, maka timbul bermacam-macam cara pembinaan

untuk penyembuhan terhadap korban penyalahgunaan narkotika.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

28

D. Dukungan Sosial Keluarga

1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja dalam

berhubungan dengan orang lain demi melangsungkan kehidupannya di

tengah-tengah masyarakat. Ada banyak definisi dukungan sosial yang

diberikan oleh para ahli. Namun, pada dasarnya definisi yang diberikan

oleh para ahli memiliki kesamaan dalam pengertiannya. Dukungan

sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan non verbal, bantuan

yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang lain didapat karena

hubungan mereka dengan lingkungan dan manfaat emosional atau efek

perilaku bagi dirinya (Gottleb dalam Smet, 1994). Sarafino dalam Smet

(1994) mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kesenangan

yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian atau membantu orang

menerima dari orang-orang atau kelompok lain.

Johnson dan Johnson (dalam Utami, 2013: 14) juga mengemukakan

bahwa dukungan sosial adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada

individu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental,

meningkatkan rasa percaya diri, doa, semangat atau dorongan, nasihat

serta sebuah penerimaan.

Hobfoll dalam Smet (1994) mengatakan bahwa satu atau dua

hubungan yang akrab penting dalam masalah hubungan sosial, dan

hanya mereka yang tidak terjalin dalam suatu keakraban berada dalam

resiko. Sama yang diungkapkan oleh Hobfoll, House dalam Taylor

(1995) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat digunakan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

29

untuk mengurangi resiko kematian dan penyakit yang serius. Dukungan

sosial bisa berasal dari beberapa sumber, yaitu pasangan hidup,

keluarga, teman, dokter atau kelompok (Sarafino, 2008: 351).

Perkawinan dan keluarga barang kali merupakan suatu dukungan sosial

yang paling penting (Rodin dan Salovery dalam Smet, 1994). Seseorang

yang sudah menikah atau memiliki teman pendamping yang dapat

dipastikan akan memberikan dukungan sosial ketika seseorang

dihadapkan pada situasi-situasi yang menekan. Keluarga merupakan

sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta

hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga

akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita,

tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana

individu sedang mengalami permasalahan. Sehingga, keluarga

merupakan salah satu sumber dukungan keluarga yang paling penting.

Remaja membutuhkan dukungan dari orang lain saat dia memasuki

masa krisis yaitu pada usia 15 – 17 tahun. Menurut Remplein

(Widanarti, 2002: 114) masa krisis adalah suatu masa dengan gejala-

gejala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan dalam

perkembangan. Krisis yang dialami oleh remaja terutama berkaitan

dengan prestasi akademik atau prestasi di sekolah. Untuk dapat

mengatasi masa krisis ini remaja membutuhkan pengertian dan bantuan

dari orang-orang disekitarnya baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

30

Dukungan yang paling diharapkan oleh remaja dalam menghadapi

krisis di bidang akademik ini adalah dukungan dari keluarganya,

terutama dari orangtua dan saudara (Hurlock dalam Widanarti, 2002:

114). Dukungan sosial keluarga adalah dukungan atau aktifitas yang

memberikan penguatan positif pada jaringan sosial informal di dalam

suatu strategi atau bentuk yang terintegrasi. Strategi itu adalah

kombinasi dari hal yang tidak melanggar undang-undang, sukarela, ada

komunitas dan bentuk dukungan yang terdapat di dalam komunitas

rumah. Fokus di dalam dukungan sosial keluarga ini adalah melindungi

kesehatan, kesejahteraan, hak-hak individu di dalam keluarga, serta

menjamin anak agar mendapatkan proses pendidikan yang baik. Fokus

dari dukungan keluarga adalah mendukung kehidupan anak baik dalam

bidang sosial, psikologis, perkembangan pendidikan.

Menurut Audit Commission (dalam Canavan & Dolan, 2000),

dukungan keluarga adalah segala macam aktifitas maupun fasilitas

yang diterima dari komunitas grup atau individu lain, dimana di

dalamnya terdapat arahan dan dukungan orang tua untuk meningkatkan

pengembangan anak. Dukungan keluarga dapat meningkatkan

perkembangan keamanan yaitu dengan mengurangi sumber stres pada

anak di dalam kehidupan keluarga, meningkatkan sikap kompetensi,

dan merupakan penghubung dengan lingkungan luar yang disesuaikan

dengan tahap perkembangan anak.

Berdasarkan beberapa pengertian dukungan sosial keluarga di atas,

penulis dapat mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

31

dorongan dan kepedulian yang diberikan kepada orang-orang di sekitar

individu. Dukungan sosial ini berbentuk informasi verbal dan non

verbal.

2. Jenis-Jenis Dukungan Keluarga

Ada banyak jenis dari dukungan sosial keluarga. Menurut House

(dalam Smet, 1994) membedakan empat jenis dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

b. Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat

(penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju, persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif

orang itu dengan orang lain.

c. Dukungan Instrumen Mencakup bantuan secara langsung, meliputi

penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain

sebagai contohnya antara lain peralatan, perlengkapan, dan sarana

pendukung lain dan termasuk di dalamnya memberikan peluang

waktu.

d. Dukungan Informatif Mencakup memberi nasihat, petunjuk-

petunjuk, saran-saran, atau umpan balik.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa dukungan sosial terdiri dari empat jenis, yaitu:

a. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, perhatian, rasa

kekeluargaan, dan kebersamaan terhadap individu.

b. Dukungan Penghargaan Mencakup usaha yang positif, penilaian

atas usaha-usaha yang dilakukan, dorongan untuk maju, dan peran

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Narkoba 1. Definisi Narkoba

32

sosial yang terdiri atas umpan balik.

c. Dukungan Informasional Mencakup nasihat, pengarahan, saran-

saran untuk mengatasi masalah pribadi maupun masalah pekerjaan.

d. Dukungan Instrumental Mencakup bantuan benda atau uang,

program imbalan, peralatan atau sarana guna menunjang aktifitas.

Dukungan sosial yang diterima individu pada saat dan waktu yang

tepat dapat memberikan motivasi atau semangat pada individu tersebut

dalam menjalani kehidupan dengan semangat karena ada orang-orang

yang memperhatikan dan mendukungnya. Jenis dukungan yang

diterima dan diperlukan orang berbeda-beda, tergantung kepada

masalah yang sedang dihadapi orang tersebut.