Pencegahan Alzheimer Sejak Dini
-
Upload
nessia-rachma -
Category
Documents
-
view
201 -
download
11
description
Transcript of Pencegahan Alzheimer Sejak Dini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak
munculnya penyakit-penyakit baru akibat paparan lingkungan sekitar. Akibatnya banyak
masyarakat yang belum tahu suatu penyakit baru beserta kronologi penyakit tersebut.
Namun berbeda dengan penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer ini telah cukup lama
ditemukan. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengenal dan menganggap
remeh penyakit ini. Banyak orang menganggap bahwa penyakit Alzheimer merupakan
kepikunan atau demensia sebagai hal yang lumrah. Alzheimer merupakan penyakit yang
memiliki gangguan terhadap intelektual dan memori, sehingga penderita penyakit
alzheimer ini mengalami kelupaan meskipun tidak ada gangguan pada anggota gerak,
koordinasi dan reflek.
Penyakit ini banyak ditemukan pada sebagian besar orang tua dengan usia 40 tahun ke
atas, meskipun penyakit alzheimer dapat menyerang semua umur. Penyakit alzheimer
merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2 kelompok
yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang dari 58 tahun disebut sebagai early
onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai
late onset. Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk penderita penyakit
alzheimer. Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjut berkisar, 18,5 juta
orang dengan angka insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer belum diketahui dengan
pasti. Alzheimer memang bisa menyerang semua umur, namun banyak upaya yang bisa
dilakukan seseorang agar terhindar dari penyakit alzheimer. Oleh karena itu, penulis
memilih topik ini karena diharapkan makalah ini bisa memberikan banyak informasi
mengenai penyakit Alzheimer yang mematikan ini.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Alzheimer?
2. Apa saja faktor-faktor penyakit Alzheimer?
3. Bagaimanakah gejala penyakit Alzheimer?
4. Bagaimana cara mencegah penyakit Alzheimer sejak dini?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi secara luas dan mendalam tentang penyakit Alzheimer
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyakit Alzheimer
3. Untuk mengetahui gejala penyakit Alzheimer
4. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit azheimer sejak dini.
1.4. Manfaat
1. Agar masyarakat dapat lebih mengenal dan mengetahui penyakit Alzheimer yang
belum begitu dikenal di kalangan masyarakat.
2. Agar masyarakat dapat mengerti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penyakit
Alzheimer sehingga masyarakat bisa lebih waspada terhadap penyakit ini.
3. Agar masyarakat dapat mengerti cara mencegah penyakit Alzheimer dan bisa
terhindar dari penyakit Alzheimer sehingga dapat mengurangi resiko terkena
penyakit Alzheimer dan angka kematian akibat penyakit Alzheimer dapat berkurang.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
1.5. Penyakit AlzheimerDefinisi berdasarkan tokoh...misal: penyakit alzheimer adalah .....(sutedjo, 2012)
1.6. Lemak adalah.......Lemak terdiri dari Omega 3 blablabla, omega berfungsi blabla
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Alzheimer
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli
psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi
seorang wanita berumur 51 tahun yang mengalami gangguan intelektual dan memori
serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak
mengalami gangguan anggota gerak, koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak
bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri, dan secara mikroskopik
tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi
neurofibrillary.
Penyakit alzheimer merupakan suatu gangguan otak atau demensia (pikun) yang
menahun, dan tidak dapat kembali seperti semula lagi. Penyakit alzheimer adalah
penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya
sebagai pencetus faktor genetika. Penyakit alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang
menderita pada usia kurang 58 tahun disebut sebagai early onset sedangkan
kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset.
Penyakit alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai setelah
berusia 40 tahun keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan insidensi
berdasarkan umur: 4,4/1000.000 pada usia 30-50 tahun, 95,8/100.000 pada usia > 80
tahun. Angka prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi sekitar 300 pada
kelompok usia 60-69 tahun, 3200 pada kelompok usia 70-79 tahun, dan 10.800 pada
usia 80 tahun. Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk penderita
penyakit alzheimer. Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjt berkisar,
18,5 juta orang dengan angka insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer belum
diketahui dengan pasti.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali
dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita
lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari beberapa penelitian tidak ada perbedaan
terhadap jenis kelamin
1.7. Faktor-faktor Penyakit Alzheimer
1.7.1. Faktor genetik
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan
melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga
penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada penderita
alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada kromosom 21
diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset didapatkan kelainan
lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai
kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary
tangles (NFT), senile plaque dan penurunan Marker kolinergik pada jaringan
otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer.
Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50%
adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor
genetik berperan dalam penyakialzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%),
beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini
menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika
pada alzheimer.
1.7.2. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya
antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat
yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti
Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer.
Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
o manifestasi klinik yang sama
o Tidak adanya respon imun yang spesifik
o Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
o Timbulnya gejala mioklonus
o Adanya gambaran spongioform
1.1.1. Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam
patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antara lain, aluminium, silicon,
mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf
pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS).
Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan
aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang
tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak
seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas.
Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui
reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-
influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat
kerusakan dan kematian neuron.
1.1.2. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer
didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha
protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Heyman (1984),
melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer
dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik
yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas
1.1.3. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan
trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia
pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
1.1. Pencegahan Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit dimana terjadinya kematian sel-sel saraf
di otak yang mengakibatkan penyaluran sinyal-sinyak ini terganggu. Ilmuwan percaya
pencegahan penyakit Alzheimer yaitu dengan menghindar dari faktor-faktor
penyebabnya, meski hal ini tidak mudah dipraktikkan, apalagi dengan faktor usia.
Dengan gaya hidup yang sehat, anda dapat memperlambat prosesnya.
Faktor penyebab mengapa banyak orang seringkali dihinggapi penyakit lupa
adalah faktor kurangnya konsentrasi. Kurangnya konsentrasi ini bisa disebabkan oleh
gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan. Mereka yang kurang tidur, jam tidurnya
tidak beraturan sehingga sistem biological-clocknya menjadi terganggu, biasanya
mudah terkena penyakit lupa. Begitu juga dengan makanan cepat saji, yang bisa
mengakibatkan pembuluh darah kaku dan menebal sehingga aliran darah ke otak
berkurang. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan otak menua tanpa semsetinya.
Inilah yang harus dihindari. Jadi sangatlah penting untuk melakukan tindakan yang
tepat merangsang aktivitas sel otak dan mempertahankan kesehatan otak itu sendiri.
Selain itu, konsumsi zat yang bermanfaat dan merangsang kinerja otak sangatlah perlu
agar otak dapat ternutrisi dan berimbas pada kinerja otak yang baik sehingga dapat
menghindarkan dari penyakit Alzheimer.
3.3.1 Mencegah Penyakit Alzheimer dengan Konsumsi Asam lemak Omega 3
Sebuah studi yang dilakukan University of California, Irvine, menemukan
sejenis asam lemak omega-3 yang disebut decosahexaenoic acid (DHA) dapat
membantu memperlambat perkembangan 2 jenis lesi otak yang berkaitan dengan
penyakit alzheimer. Menurut para periset, diet kaya DHA yang ditemukan ikan, telur,
micro algae, makanan yang yang difortifikasi dan suplemen dapat membantu
mencegah pengembangan penyakit alzheimer di saat usia menua.
Dalam studi dengan tikus yang dimodifikasi secara genetik, para ahli
menemukan, DHA dapat memperlambat penimbunan tau, sejenis protein yang
menyebabkan pengembangan kekacauan neurofibrillary, salah satu dari dua pertanda
lesi otak alzheimer.
Para riset juga menemukan DHA menurunkan kadar protein beta amylloid
yang dapat menggumpal di otak dan membentuk plak, lesi jenis lain yang berkaitan
dengan alzheimer. Menurut para ahli, perubahan sederhana dalam diet dapat secara
mengubah cara kerja otak dan melindungi otak dari patologi penyakit alzheimer.
DHA bekerja dengan menurunkan kadar presenillin, sejenis enzim yang
memisahkan beta amyloid dari orang tuanya, protein prekursor amyloid. Tanpa
presenillin tak akan terbentuk amyloid. Para ahli menduga, jika ditambah dengan
stimulasi mental, olahraga, asupan makanan yang lain, menghidari stres dan merokok,
kita dapat mencegah penyakit ini secara bermakna. Hasil studi ini dilaporkan dalam
The Journal of Neuroscience tahun 2007.
Sebelumnya para ahli dalam jurnal Neuron tahun 2004 menemukan bahwa
lemak omega-3 yang disebut decosahexaeonic acid (DHA) , ditemukan dalam kedelai
dan ikan melindungi tikus dari penyakit ini.
Mereka lalu mengadakan eksperimen di mana sebagian tikus menerima
makanan dengan DHA dan yang lainnya tidak. Hasilnya menunjukkan, kerusakan
synaptic pada tikus dengan makanan yang tidak mengandung DHA menyerupai yang
terjadi pada otak dengan alzhaimer. Tikus dengan diet kaya DHA terhindar dari
kerusakan synaptic dan kehilangan ingatan, kendatipun mempunyai mutasi genetik
yang diduga menyebabkab alzheimer.
V. Solfrizzi dan kawan-kawan dari University of Bari-Policlinico di Italiam,
asupan lemak dari makanan berperan dalam demensia dan penurunan kognisi, seperti
yang dipaparkan dalam jurnal Exp Gerontol tahun 2005.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari kemungkinan peran asam lemak
makanan pada penurunan kognitif akibat penuaan dan kecacatan kognitif yang
disebabkan degeneratif seperti penyakit alzheimer atau vaskular. Beberapa penelitian
menyarankan peningkatan asam folat menjaga pembuluh darah yang mengalirkan
darah ke otak tetap sehat dan bersih, dan membantu membangun dan memperbaiki
bahan-bahan genetik otak, begitu menurut J. Robert Hartherill, Ph.D., ahli toksikologi
dalam bukunya The Brain Gate. Asam folat bisa didapatkan di dalam sayuran daun
hijau , lentil, navy bean, alpukat, kacang-kacangan, dan padi-padian utuh. Untuk lebih
meyakinkan lagi, tambahkan multivarian harian yang mengandung 400 mcg folid
acid.
Sebuah studi dalam European Journal of Clinical Nutrition menemukan,
orang-orang yang makan ikan untuk makan siang merasa lebih cepat kenyang
dibanding orang-orang yang makan daging sapi. Pemakaman ikan mengonsumsi
kalori 11% lebih rendah pada saat makan malam tapu tetap merasa kenyang.
Seorang profesor biologi Universitas Guelph yang mengepalai penelitian
tersebut, Julie Conquer memaparkan bahwa pada orang yang mengalami demensia, di
dalam darahnya rata-rata kadar DHA lebih rendah 30-40 persen dibandingkan dengan
kelompok yang sehat. DHA merupakan salah satu senyawa yang termasuk dalam
kelompok asam lemak omega-3.
Sumber yang baik untuk DHA adalah telur, dan beberapa jenis ikan laut
dalam, seperti salmon, trout, dan tuna. Diperkirakan Omega-3 dapat meningkatkan
serotonin, senyawa kimia yang dapat menyehatkan otak sehingga dapat menghambat
terjadinya alzheimer.
Menurut Conquer, kadar DHA yang rendah berhubungan dengan berbagai
gangguan pada otak. Penelitia yang telah dilakukan mengindikasikan penurunan kadar
DHA juga berkaitan dengan gangguan kemampuan kognitif yang berkaitan dengan
penuaan. Dengan demikian, mereka menganggap bahwa kadar yang rendah tersebut
mengindikasikan kita harus banyak mengonsumsi ikan agar dapat meningkatkan
kesehatan otak. Mengenai kadarnya, seorang ahli berpendapat, jika Anda
mengonsumsi 2000 kalori, jumlah DHA yang dapat Anda konsumsi untuk kesehatan
sekitar 650 mg dalam sehari.
1.1.1. Konsumsi Zat Penting Lainnya
Selain konsumsi Omega 3 yang dapat mencegah alzheimer, Vitamin E dari
makanan juga sangat penting dalam mencegah penyakit ini. Dalam studi-studi di
Chicago’s Rush-Presbyterian St. Luke’s Medical Center dan tempat-tempat lain,
orang-orang yang dietnya kaya vitamin E berkemungkinan lebih kecil
mengembangkan demensia saat usianya bertambah tua dan mempunyai resiko
alzheimer yang 70% lebih rendah. Vitamin E mencegah radikal-radikal bebas
merusak sel-sel otak.
Vitamin B diperlukan tubuh, antara lain untuk mengubah makanan menjadi
energi otak dan memperbaiki jaringan otak. Dengan demikian, ketajaman berpikir
dapat dipertahankan. Vitamin ini bisa diperoleh dari beras gandum kentang pisang
juga daging dan kerang-kerangan.
“Orang usia lanjut terkadang mengalami kelemahan yang disebabkan
kekurangan gizi,” kata Dr. Regelson, profesor ahli penuaan dari Medical College of
Virginia, AS. Banyak penelitian menemukan bahwa kekurangan gizi terhadap daya
pikir. Untuk mengatasinya, dianjurkan makan sereal yang mengandung vitamin dan
mineral.
Kekurangan cairan (dehidrasi) juga berpengaruh pada otak dan membuat
orang mudah emosi. Mekanisme rasa haus pada lansia sangat rendah sehingga mereka
kurang menyadari kebutuhan air. Salah satu tanda dehidrasi adalah mental confuse.
Selain makanan, masalah memori bisa disebabkan oleh penyerapan yang menurun.
Tubuh lansia mulai kurang efisien dalam menyerap zat gizi. Karena itu, meskipun
kebutuhan kalori berubah, penambahan zat gizi tetap diperlukan untuk mempertajam
pikiran. Vitamin yang berguna bagi otak adalah adalah kelompok vitamin B. Vitamin
B banyak terdapat dalam biji-bijian, seperti beras dan gandum.
1.1.2. Lakukan Olahraga dan Aktifitas Lainnya yang Dapat Merangsang Otak
Beberapa penelitian terbaru mengindikasikan bahwa menjada kesehatan
kardiovaskular, seperti menurunkan berat badan, olahraga, dan menjaga tekanan darah
dan kolesterol, dapat mencegah penyakit alzheimer. Para peneliti menggunakan
latihan fisik yang teratur untuk memulihkan kelancaran aliran darah ke otak. Mereka
menyimpulkan bahwa aliran darah ke otak menurun rata-rata 23 persen antara usia 33-
62 tahun. Kurangnya darah berarti kurangnya aliran oksigen dan glukosa ke otak,
dengan demikian otak kekurangan energi untuk melakukan pembakaran. Dengan
membentuk pola latihan teratur sedini mungkin, masalah kardiovaskular ini bisa
dikurangi, ditunda, atau disingkirkan. Walaupun faktor-faktor seperti masalah
keturunan berperan dalam penyakit kardiovaskular, kita juga melihat manfaat latihan
dalam meningkatkan darah ke otak. Oleh sebab itu, olahraga dan aktifitas-aktifitas
lain untuk penyegaran tubuh dan pengaliran oksigen ke otak sangatlah penting untuk
mencegah penyakit Alzheimer.
BAB IV
PENUTUP
1.2. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang mematikan. Penyakit ini ditandai
dengan hilangnya suatu ingatan seseorang atau biasa disebut dengan kepikunan atau
demensia. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya oenyakit Alzheimer pada seseorang, namun faktor yang paling mendukung
adalah faktor dari lingkungan. Oleh sebab itu, agar terhindar dari penyakit Alzheimer,
konsumsi makanan yang bergizi dan hidup dengan pola makan sehat. Konsumsi
Omega 3 yang merupakan lemak esensial bisa didapatkan di berbagai macam ikan dan
berbagai macam kedelai. Memang Omega 3 tidak dapat menghindarkan kita
sepenuhnya dari penyakit Alzheimer, namun dengan konsumsi Omega 3, otak akan
ternutrisi dengan baik dan bekerja secara optimal. Otak yang ternutrisi dengan baik
akan menghindari seseorang dari penyakit Alzheimer, tentunya didukung dengan
aktifitas-aktifitas yang merangsang otak dan konsentrasi.
1.3. Saran
Berdasarkan penulisan makalah ini, pembaca disarankan untuk lebih berwaspada
kepada penyakit alzheimer yang mematikan ini. Pencegahan lebih baik daripada
pengobatan, oleh sebab itu disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi
dan konsumsi omega 3 yang berperan penting dalam kinerja otak. Penulis juga
menyarankan kepada penulis makalah selanjutnya untuk lebih bisa menguraikan
lebih lanjut tentang bagaimana aktifitas yang dapat merangsang otak dan konsentrasi
sehingga pembaca makalah selanjutnya dapat mempraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Japardi, Iskandar 2012, PENYAKIT ALZHEIMER, Fakultas Kedokteran Bagian Bedah , Sumatera Utara
Seri Tune Up Gaya Hidup Penghambat Alzheimer, 2008, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Penyakit Alzheimer by penyakit alzheimer http://penyakitalzheimer.com/
http://kathybelleshop.blogspot.com/2012/08/omega-3-mampu-mengurangi-resiko.html
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/04/makalah-penyakit-alzheimer-dan-cara.html