Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus...

4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-4 1 Abstrak— Terkait dengan kebutuhan pasien kanker yang membutuhkan support psikososial dan memiliki tingkat kualitas hidup yang rendah. Dibutuhkan sebuah stimulus positif pada indera, untuk membantu menstabilkan psikis dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Indera memiliki keobjektivitasan reaksi pada stimulan yang diberikan oleh alam. Dikarenakan alam merupakan kebutuhan pokok manusia sejak dulu. Sejatinya alam dinilai memiliki sifat “menyembuhkan”. Memasukkan alam dalam ruang memungkinkan dapat membantu pasien kanker untuk “sembuh”. Dalam bidang arsitektur dikenal konsep biophilia yang dinilai dapat membantu pasien kanker. Sebuah konsep arsitektur yang mengadaptasi alam, yang mana pengaplikasian desainnya memuat elemen alam untuk meningkatkan kualitas hidup yang melibatkan kesehatan dan kesejahteraan fisiologis maupun psikologis manusia. Singkatnya, konsep perancangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker. Rancangan yang dihasilkan adalah arsitektur yang menstimulus indera dengan hubungan alam dan arsitektur untuk memperoleh reaksi positif indera melalui keobjektifitasan reaksi indera pada alam. Kata KunciAlam, Biophilia, Indera, Ruang, Stimulus. I. PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2003-2007 jumlah keseluruhan data adalah 10195 kasus kanker yang terdiri dari tahun 2003 adalah 1653 kasus, 2004 adalah 1674 kasus, 2005 adalah 2110 kasus, 2006 adalah 2371 kasus, dan pada 2007 adalah 2387 kasus. Terdapat peningkatan kasus setiap tahunnya dengan kisaran 0,2-4,3% (Tabel. 1). Berbagai metoda preventif dilakukan namun tetap terjadi peningkatan setiap tahunnya (Gambar. 3). Dengan keadaan seperti di atas, kualitas hidup penderita kanker kecil angkanya di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, perancangan klinik kanker memiliki misi yang sesuai dengan Hospice Care Yayasan Kanker Indonesia. Yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memperhatikan bio-psiko-sosial dan spiritual, menyiapkan pasien (die in dignity) serta memberikan dukungan kepada keluarga [1]. Gambar. 1 Bird-eye View Desain Klinik Gambar. 2 Pencandraan Alam dalam Ruang pada Ruang Radiologi (Plafon dengan Vista Alam) Tabel. 1 (Registrasi Kanker 2003-2007 RS Dharmais) Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus Penyembuhan Yusuf Prasetyo dan I Gusti Ngurah Antaryama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Transcript of Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus...

Page 1: Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus Penyembuhandigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-40262-3210100088-Paper.pdf · dinilai memiliki sifat “menyembuhkan”. ... adalah arsitektur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-4

1

Abstrak— Terkait dengan kebutuhan pasien kanker yang

membutuhkan support psikososial dan memiliki tingkat kualitas hidup yang rendah. Dibutuhkan sebuah stimulus positif pada indera, untuk membantu menstabilkan psikis dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Indera memiliki keobjektivitasan reaksi pada stimulan yang diberikan oleh alam. Dikarenakan alam merupakan kebutuhan pokok manusia sejak dulu. Sejatinya alam dinilai memiliki sifat “menyembuhkan”. Memasukkan alam dalam ruang memungkinkan dapat membantu pasien kanker untuk “sembuh”. Dalam bidang arsitektur dikenal konsep biophilia yang dinilai dapat membantu pasien kanker. Sebuah konsep arsitektur yang mengadaptasi alam, yang mana pengaplikasian desainnya memuat elemen alam untuk meningkatkan kualitas hidup yang melibatkan kesehatan dan kesejahteraan fisiologis maupun psikologis manusia. Singkatnya, konsep perancangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker. Rancangan yang dihasilkan adalah arsitektur yang menstimulus indera dengan hubungan alam dan arsitektur untuk memperoleh reaksi positif indera melalui keobjektifitasan reaksi indera pada alam.

Kata Kunci— Alam, Biophilia, Indera, Ruang, Stimulus.

I. PENDAHULUAN

Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2003-2007 jumlah keseluruhan data adalah 10195 kasus kanker yang terdiri dari tahun 2003 adalah 1653 kasus, 2004 adalah 1674 kasus, 2005 adalah 2110 kasus, 2006 adalah 2371 kasus, dan pada 2007 adalah 2387 kasus. Terdapat peningkatan kasus setiap tahunnya dengan kisaran 0,2-4,3% (Tabel. 1). Berbagai metoda preventif dilakukan namun tetap terjadi peningkatan setiap tahunnya (Gambar. 3).

Dengan keadaan seperti di atas, kualitas hidup penderita kanker kecil angkanya di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, perancangan klinik kanker memiliki misi yang sesuai dengan Hospice Care Yayasan Kanker Indonesia. Yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memperhatikan bio-psiko-sosial dan spiritual, menyiapkan pasien (die in dignity) serta memberikan dukungan kepada keluarga [1].

Gambar. 1 Bird-eye View Desain Klinik

Gambar. 2 Pencandraan Alam dalam Ruang pada Ruang Radiologi (Plafon dengan Vista Alam)

Tabel. 1 (Registrasi Kanker 2003-2007 RS Dharmais)

Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus Penyembuhan

Yusuf Prasetyo dan I Gusti Ngurah Antaryama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Page 2: Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus Penyembuhandigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-40262-3210100088-Paper.pdf · dinilai memiliki sifat “menyembuhkan”. ... adalah arsitektur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-4

2

Alam dirasa memiliki kemampuan menyembuhkan psikis, spiritual maupun psikologis. Dalam arsitektur terdapat konsep desain yang menggunakan elemen alam sebagai ide penghadirannya. Metode desain ini dikenal dengan Architecture-Nature.

Men-candra alam dengan Architecture-Nature saling berkesesuaian, karena metoda ini memiliki pendekatan konsep desain yang sama dengan konsep desain biophilia. Pada hakekatnya desain biophilia menegaskan keberadaan tempat manusia dalam alam dan menggunakan lingkungan buatan untuk memelihara, membangkitkan dan meningkatkan inter-koneksi fisiologis dan psikologis manusia dengan alam. Biophilia dalam arsitektur hadir ditandai dengan keberadaan alam dalam ruang, analogi alami serta sifat alami suatu ruang (Gambar. 2). Keberadaan alam dalam ruang ditunjukkan dengan tersedianya penerangan dan ventilasi alami, adanya fitur air dan vegetasi dalam ruang. Analogi-analogi alami didemonstrasikan melalui penggunaan material alam dan replika bentuk-bentuk alam melalui desain, ornamentasi maupun finishing interior. Sedangkan sifat alami ruang dipresentasikan melalui serial pola dan patra yang disukai berdasarkan inspirasi dari alam [2].

Dalam penerapan desain, men-candra alam dalam ruang pada klinik kanker diantaranya memasukkan elemen eksterior ke interior, elemen alam sebagai material interior maupun eksterior bangunan serta penghadiran taman taman indoor dan taman sensori. Kesemuanya hadir sebagai stimulus penyembuhan dalam klinik. (Gambar. 4)

II. METODA PERANCANGAN

Perencanaan dan perancangan bangunan dengan memperhatikan kenyamanan dan kebutuhan penderita kanker dalam upaya mewujudkan wadah ideal untuk para penderita kanker memerlukan pendekatan yang baik dan tepat. Pendekatan arsitektural yang menggunakan faktor kenyamanan dan kebutuhan penderita kanker dalam mengembangkan perencanaan serta perancangan fasilitas klinik ini adalah konsep biophilia sebagai stimulus penyembuhan melalui indera.

Berikut penjabaran berdasarkan dari karakteristik dan kebutuhan dari penghuni (pasien utamanya), yaitu :

o Stres atau tertekan akibat vonis dan pengobatan kanker yang dijalani.

o Penderita kanker lebih peka, bahkan malfungsi beberapa panca inderanya karena sakit yang ditimbulkan.

o Interior, sirkulasi dan suasana yang dibutuhkan. o Eksterior, bentuk dan ekspresi bangunan yang

membangun karakter dan mental. Proses pengadopsian bentuk, suasana dan material

mengambil analogi – analogi alam atau lebih disebut dengan metoda architecture-nature inquiry oleh Anthony C. Antoniades. Metoda ini termasuk dalam proses rancang arsitektur yang memakai alam sebagai sumber dalam rekayasa ruang dan bentuknya[3] Bentuk yang hadir menyerupai apa yang ada di alam. Diharapkan penghuni dalam hal ini pasien dan pihak medis merasa dekat dengan alam. Meminimalisir dampak stres dengan konsep healing yang ditawarkan bangunan. Serta hadirnya desain yang ramah terhadap

pengguna dan lingkungan dengan penggunaan material tertentu dan sebagainya.

Gambar. 3 Diagram Peningkatan Kasus Kanker (Registrasi RS. Dharmais Jakarta)

Gambar. 4 : Area arsitektur bioklimatik dan arsitektur biophilik Sumber : Biophilic and Bioclimatic Architecture. Amjad Almusaed, p.10.

Gambar. 5 : Diagram Pembentukan Tema Rancang : Senses

Page 3: Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus Penyembuhandigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-40262-3210100088-Paper.pdf · dinilai memiliki sifat “menyembuhkan”. ... adalah arsitektur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-4

3

Indera (senses)1, merupakan bagian tubuh yang merespon cahaya, bau, suara, tekstur dan rasa. Keberadaan indera yang mempengaruhi fisik dan psikis (emosi). Diantaranya setiap visi dengan stimulus warna memberikan kesan dan makna yang berbeda, lalu bunyi-bunyi yang didengar memiliki makna menenangkan atau bahkan mengganggu (perasaan manusia). Selain itu, indera saling berkaitan dengan kestabilan emosi yang disebabkan dari kehadiran bau, rasa dan raba.

Alam sebagai stimulan positif bagi indera dibuktikan dengan fakta-fakta yang terhimpun secara statistik dari beberapa penelitian menyimpulkan keuntungan dari pemanfaatan desain biophilik pada rumah sakit berikut diantaranya:

o Ruang pasien dengan view ke alam menunjukkan tingkat pemulihan yang lebih cepat (Ulrich,1984)

o Kantor yang minim penerangan alami dan ventilasi berpotensi aktivasi hormon stres yang menigkatkan resiko penyakit jantung (Thayer, 2010)

o Masa rawat pasien lebih pendek pada ruang rawat dengan matahari langsung (Beauchemin & Hays, 1996)

III. HASIL DAN EKSPLORASI

Pendekatan arsitektural yang ditempuh berdasar alam agar mampu dihadirkan dalam ruang fungsional pada objek rancang Klinik Kanker sebagai berikut :

Bentuk merupakan hal pertama yang menjadi tolok ukur, senada dengan alam berarti memberikan kesan bahwa bangunan ini merupakan bangunan yang seakan satu dengan alam. Proses men-candra dimulai dari sekuen pertama kedatangan, beberapa indera mulai merespon desain dari elemen bentuk hingga vegetasi yang dimunculkan. (Gambar. 6)

Konsep rancang penghadiran suasana berdasarkan apa yang dialami, dilihat dan didengar dan kebutuhan apa yang diperlukan. Misalnya penghadiran suasana pegunungan maka diadopsi konsep pegunungan yang ada di alam untuk dimasukkan dalam bangunan. Ketika berada dalam site efek psikologis dan spiritual-well being sangat terasa oleh penghadiran suasana yang dekat dengan lingkungan pegunungan. (Gambar. 8)

Pemanfaatan material alam, penggunaan material alam membuat proses men-candra penghadiran arsitekturnya dalam bentuk yang alami lebih mudah dan kental dirasakan. Perasaan dekat dengan alam juga dirasakan dari hadirnya cahaya, tanah, tumbuhan, batu dan sebagainya. Sejuknya angin yang berhembus akibat bentukan massa yang lengkung terasa hingga berbagai sudut lahan. Efek Alam menyembuhkan dalam rangsang pendengar hadir dari suara vegetasi yang ada. Vegetasi mengundang berbagai hewan diantaranya burung dan serangga. Di dalam site terasa sangat kental akan unsur alamnya karena suara serangga yang berderik serta burung burung hinggap pada pohon-pohon yang besar. Mood sangat dimanjakan dalam lingkungan binaan Klinik Kanker.

Gambar. 6: Serial Vision Pada Klinik Kanker

(Dari kiri ke kanan : view dari jalan raya – view ke entrance – entrance – drop off – parkir difable – parkir motor – entrance massa rawat jalan – selasar rawat jalan – entrance rawat inap – taman rawat

inap – taman sensori)

Gambar. 7 Bentuk menyerupai skyline perbukitan

Gambar. 8 Penghadiran suasana dan pemilihan site di pegunungan

Gambar. 9 Pivot Wall dalam Rawat Inap

1Tema Rancang, Klinik Kanker Kota Batu yang didasari dari kebutuhan sensori dalam hal membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.

Page 4: Pencandraan Alam dalam Ruang : Stimulus Penyembuhandigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-40262-3210100088-Paper.pdf · dinilai memiliki sifat “menyembuhkan”. ... adalah arsitektur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-4

4

Kualitas lingkungan sangat berpengaruh dengan cepat lambatnya proses penyembuhan pasien. Ambience yang dihadirkan oleh konsep penghadiran alam dalam ruang membuat perasaan menjadi tenang dan nyaman.

Dalam perancangan, jenis vegetasi yang digunakan menstimulasi sensori pasien, distraksi positif dapat dirasakan, dimulai dari suara Jenis vegetasi juga dapat diaplikasikan ke desain taman. Yaitu dengan menghadirkan taman sensori. Mendesain taman sensori tidak hanya terlihat indah namun juga merangsang indera. Berbicara mengenai tanaman, warnanya, suara ketika tertiup angin, hingga yang dibau dan dirasakan—harus dipilih tanaman yang tidak berbahaya dan menarik dihadirkan. Beberapa contoh vegetasi yang dihadirkan menstimulasi indera penglihat, perasa, penciuman dan pendengar. [4] Taman sensori dan taman indoor membuat indoor dan outdoor mempengaruhi satu sama lain. Pemilihan vegetasi membuat pasien terasa lebih atraktif dan dapat berinteraksi langsung dengan alam, spearmint merupakan salah satu vegetasi yang bisa mengundang untuk men-candranya.

Konsep memberikan warna-warna yang berefek positif pada psikologi penghuni disesuaikan dengan fungsi ruang. Warna hijau, kuning, biru, coklat dan putih merangsang penginderaan mata, membuat pasien merasa tenang dan tiddak stres akibat penyakit. Pada luar bangunan terasa lebih nyaman dan tidak formal dengan warna coklat yang hadir oleh elemen kayu dan green roof yang membuat rasa dekat dengan alam seperti berada dalam lingkungan perbukitan.

Keterbukaan terasa dengan desain bangunan seakan menyatu dengan alam dan bisa melihat ke arah outdoor melalui pivot wall yang ada di instalasi rawat inap. Perasaan tidak terkungkung dalam ruang memberikan rasa tenang, tidak tegang dan selain itu pemandangan luar ruang dapat dinikmati secara langsung walaupun tidak harus berdiri dan berjalan keluar ruang (Gambar. 9).

IV. KESIMPULAN

Men-candra alam dalam ruang dihadirkan tidak hanya melalui imagery objek, namun juga melalui pemilihan site serta penghadiran suasana agar subjek rancang selain dapat merasakan dampak psikis juga dapat merasakan dampak psikologis melalui penginderaan. Keinginan perancang dalam membantu menghadirkan alam sebagai bagian dari proses “menyembuhkan” pasien tercapai dengan adanya beberapa desain sensori yang dicandra baik oleh pasien. Diantaranya bentuk massa perbukitan sebagai sensor penglihat, material kayu dan batu sebagai sensor rabaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Ir. Purwanita Setijanti, M.Sc., Ph.D.; Pembimbing dan Pengarah: Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D; Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, M.T.; Dr. Ima Defiana, S.T., M.T.; Ir. Hari Purnomo, M.Bdg.Sc.; dan Koordinator Tugas Akhir periode Genap 2013/2014 Ir. M. Salatoen Poejiono, M.T yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA [1] Drijatsiwi, Utari. 2008. Pelayanan Paliatif dan Hospice Home Care

Yayasan Kanker Indonesia. Rumah Sakit Kanker Dharmais. Jakarta [2] Priatman, J. 2012. “Konsep Desain Biophilia sebagai Dimensi hijau pada

Arsitektur Empatik”. Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati. Surabaya.

[3] Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of Architecture, Theory of Design. New York : Van Nostrand Reinhold

[4] The Royal Horticultural Society. 2007. Plants for a Sensory Garden. Dari http://www.rhs.org.uk