Penatalaksanaan TB

3
Penatalaksanaan TB 1. Prinsip pengobatan tuberculosis Pengobatan tuberculosis memiliki 2 prinsip dasar. a. Bahwa terapi yang berhasil, memerlukan minimal 2 macam obat yang basilnya peka terhadap obat tersebut, karena pemakaian satu obat yang terkuatpun dapat menimbulkan kegagalan pengobatan dengan terjadinya pertumbuhan basil yang resisten. b. Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya, perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk mengeliminasi basil yang presisten. 2. Aktivitas obat Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadah tuberkolosis yakni: Aktivitas bakterisid: disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedan tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman. Cth: semua obat anti tuberculosis kecuali etambutol dan tiasetazon. Aktivitas seterilisasi: disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhanya lambat (metabolismenya kurang aktif) aktivitas sterilisasi diukur dari angkak kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Cth: rifampisin dan INH obat bakterisid yang lengkap. 3. Tujuan pengobatan a. Mengobati pasien dengan sesedikit mungkin menggagngu aktivitas harianya. b. Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat penyakitnya. c. Mencegah kambuh d. Mencegah munculnya resistensi obat e. Mencegah lingkunganya dari penularan. 4. Klasifikasi obat-obat TB Obat-obatan TB diklasifikasika menjadi 2 jenis resimen, yait obat lini pertama terdiri dari: isoniazid( INH), rifampin (RIF),

description

sdsdsds

Transcript of Penatalaksanaan TB

Page 1: Penatalaksanaan TB

Penatalaksanaan TB

1. Prinsip pengobatan tuberculosisPengobatan tuberculosis memiliki 2 prinsip dasar.a. Bahwa terapi yang berhasil, memerlukan minimal 2 macam obat yang basilnya peka

terhadap obat tersebut, karena pemakaian satu obat yang terkuatpun dapat menimbulkan kegagalan pengobatan dengan terjadinya pertumbuhan basil yang resisten.

b. Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya, perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk mengeliminasi basil yang presisten.

2. Aktivitas obat

Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadah tuberkolosis yakni:

Aktivitas bakterisid: disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedan tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakterisid biasanya diukur dari kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman. Cth: semua obat anti tuberculosis kecuali etambutol dan tiasetazon.

Aktivitas seterilisasi: disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhanya lambat (metabolismenya kurang aktif) aktivitas sterilisasi diukur dari angkak kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Cth: rifampisin dan INH obat bakterisid yang lengkap.

3. Tujuan pengobatana. Mengobati pasien dengan sesedikit mungkin menggagngu aktivitas harianya.b. Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat penyakitnya.c. Mencegah kambuhd. Mencegah munculnya resistensi obate. Mencegah lingkunganya dari penularan.

4. Klasifikasi obat-obat TBObat-obatan TB diklasifikasika menjadi 2 jenis resimen, yait obat lini pertama terdiri dari: isoniazid( INH), rifampin (RIF), rifabutin(RFB), pirazinamid (PZA), etambutamol (EMB), streptomisin (SM). Obat lini kedua terdiri dari: kapreomisin, etionamid, sikloseran asam parain, kanamisin, daminosalisilat.

Oleh karena itu dapertemen kesehatan RI dalam rangka program pembrantasan penyakit tuberculosis paru lebih menganjurkan terpai jangka pendek dengan panduan obat HRE/5 HaRa (isoniazid + rifampisin + etambutamol setiap hari selama satu bulan, dan dilanjutkan dengan isoniazid + rifampisin 2 kali seminggu selama 5 bulan).

Page 2: Penatalaksanaan TB

5. Resimen Pengobatan saat ini (metode DOTS)

DOTS ialah strategi Program pembrantasan TB yang direkomendasikan oleh WHO untuk memastikan mencapai hasil penyembuhan pasien TB yang tinggi. Strategi observasi langsung pada program ini maksudnya satu pengawas makan obat (PMO) melihat pasien menelan obat anti TB yyang diberikan. Pengawas obat bisa seorang petugas keshatan atau anggota masyarakat yang sudah dilatih.

a. Kategori 1Pasien tuberculosis paru dengan sputum BTA positif dan kasus baru. Pengobatan fase inisial resimenya terdiridari 2 HRZS (E) setiap hari selama 2 bulan obat H, R, Z, S atau E. Sputum BTA diharapkan menjadi negative, dan kemudian dilanjutkan 4HR, obat H dan R selama 4 bulan.

b. Kategori 2Pasien kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif, selama 2 bulan obat H, R, Z, E,S.

c. Kategori 3Pasien TBP dengan sputum BTA negative tetapi kelainan paru tidak luas dan kasus extra pulmonal. 2 bulan obat H, R, Z, E. dengan fase lanjutan selama 2 bulan obat H dan R.

d. Kategori 4Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resisten ganda, sputumnya harus dikultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja (WHO)

KET: TBP = Tuberkulosis paru, S = streptomisin, H = isoniazid, R = Rifampisin, Z = pirazinamide, E = etambutol.

6. Pengobatan pembedahan.Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani terapi TB adekuat dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter namun kemudian pada evauasi brikutnya terdapat gejala klinis tuberculosis positif. Terapi bedah, banyak dilakukan dalam upaya penyembuhan pasien tuberculosis paru yang kambuh. Pada saat ini dengan banyaknya obat-obatan yang bersifat bakterisid, terapi bedah jarang diakukan terhadap pasien tuberculosis paru.Namun untuk mengatasi sesak dari pasien biasanya dilakukan pungsi pleura untuk mengeluarakan cairan-cairan yang berlebih di pleura, kemudian cairan tersebut diperiksa untuk mengetahui penyebabnya.