Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

55
PENATAAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRACHIALGIA et causa SPONDYLOARTHROSIS CERVICAL DISUSUN OLEH : Ade Fitri (1006719652) Asmallah Putri Wandasari (1006778011) Irman Galih Prihantoro (1006778213) Nabila Fatana (1006720181) Vertilia Desi (1006720420) PROGRAM VOKASI KEDOKTERAN BIDANG STUDI FIFIOTERAPI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA

description

konfrensi kasus fisioterapi UI 2010 di RSCM

Transcript of Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

Page 1: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

PENATAAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA KASUS BRACHIALGIA et causa

SPONDYLOARTHROSIS CERVICAL

DISUSUN OLEH :

Ade Fitri (1006719652)

Asmallah Putri Wandasari (1006778011)

Irman Galih Prihantoro (1006778213)

Nabila Fatana (1006720181)

Vertilia Desi (1006720420)

PROGRAM VOKASI KEDOKTERAN

BIDANG STUDI FIFIOTERAPI 2010

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena akan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah konferensi kasus Fisioterapi Neuromuskular (FT C) dengan tepat waktu.

Pembuatan makalah ini merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa Fisioterapi Universitas Indonesia sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Tengah Semester V.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik dokter, instruktur atau fisioterapis, senior fisioterapis angkatan 2009, dan teman-teman seperjuangan. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, maka laporan ini tidak akan tersusun dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dokter, dosen mata ajar fisioterapi neuromuskular, seluruh pembimbing praktek klinik fisioterapi di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dan teman-teman mahasiswa fisioterapi Universitas Indonesia.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah konferensi ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan saran-saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan rekan-rekan fisioterapis pada khususnya.

Makalah ini belum atau tidak bisa dijadikan acuan sebelum disetujui dosen pembimbing dan dikonferensikan atau dipresentasikan.

Jakarta, 20 September

2012

Penulis

Page 3: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

ii

Page 4: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 2

3. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

4. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

5. Metode Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI

1. Definisi ..................................................................................................... 4

2. Anatomi dan Fisiologi .............................................................................. 4

3. Patofisiologi ........................................................................................... 10

4. Etiologi.................................................................................................... 11

5. Manifestasi Klinis .................................................................................... 11

6. Penatalaksanaan....................................................................................... 12

7. Evaluasi ................................................................................................... 32

BAB III ISI

1. Formulir fisioterapi ................................................................................. 33

BAN IV PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................ 46

2. Saran ...................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... iv

LAMPIRAN .................................................................................................................

Page 5: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Vertebra atau tulang belakang merupakan tulang yang sangat

penting bagi manusia. Struktur dari vertebra terdiri dari ruas-ruas tulang

yang tersusun secara vertical sehingga membentuk postur tubuh mausia

menjadi tegak. Ruas – ruas itu terdiri dari tujuh ruas tulang cervical, dua

belas ruang tulang thorakal, lima tulang lumbal, sacrum, dan koksigis.

Selain itu tulang vertebra merupakan tempat keluarnya medulla spinals

dan roots nerve. Saraf – saraf ini kemudian menjalar ke seluruh tubuh

sebagai media untuk menghantarkan impuls pada otak untuk

mengeksekusi perintah tersebut. Medulla spinalis dan akar saraf

merupakan bagian yang sensitif pada tulang belakang. Sehingga apa bila

ada kerusakan pada saraf akan terjadi gangguan – gangguan yang sesuai

dengan lesi sarafnya, baik itu pada tingkat dermatom ataupun miotom.

Kerusakan ini bisa muncul karena berbagai penyebab, seperti trauma,

postur yang salah, patologis atau degenerasi.

Lesi pada ruas – ruas belakang membawa dampak yang berbeda.

Bergantung pada tingkatan ruas mana yang terkena. Salah satu contohnya

adalah gangguan brachialgia karena penjepitan atau penekanan pada saraf

– saraf yang keluar melalui ruas tulang cervical. Gangguan ini akan

berdampak disepanjang penjalaran saraf yang terkena, dalam kasus ini

yang terkena adalah bagian lengan. Gejalanya dapat terasa mulai dari

shoulder sampai ke jari – jari tangan.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka permasalahan yang timbul dalam kasus ini adalah:

a. Gangguan postur

b. Ganguan aktifitas sehari – hari

Page 6: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

2

c. 2.1 Pembatasan masalah

Berdasarkan permasalahan yang muncul akibat dari brachialgia

bisa menjadi luas, maka dalam makalah kasus konfrensi ini kami akan

membatasi bahasan brachialgia berdasarkan pasien yang kami temui di

lapangan praktek, dalam hal ini RS Cipto Mangunkusumo. Yakni

penatalaksanaan fisioterapi pada penderita brachialgia et causa

spondyloarthrosis cervical.

2.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Apa definisi dari spondyloarthrosis cevical?

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi neck dan shoulder?

3. Apa etiologi dari spondyloarthrosis cervical?

4. Bagaimana patofisiologi dari spondyloarthrosis cervical?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari spondyloarthrosis cervical?

6. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada spondyloarthrosis

cervical?

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Tujuan Umum

1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan poli

fisoterapi neuromuskular

2. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam menangani

masalah pada Brachialgia et causa Spondyloarthrosis

Cervical.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari spondyloarthrosis cevical

2. Mengetahui anatomi dan fisiologi neck dan shoulder

3. Mengetahui etiologi dari spondyloarthrosis cervical

4. Mengetahui patofisiologi dari spondyloarthrosis cervical

5. Mengetahui manifestasi klinis dari spondyloarthrosis cervical

Page 7: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

3

6. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada spondyloarthrosis

cervical

4. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ilmiah ini, metode yang

digunakan adalah metode kepustakaan, yaitu membaca buku – buku,

jurnal, dan materi kuliah serta literature dari internet yang masih

berhubungan dengan kasus yang diangkat. Selain itu ada juga metode

observasi langsung pada pasien.

a. Sistematika penuliasan

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan. BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi,

patofisiologi, etiologi, gejala, prognosis brachialgia et causa

spondyloarthrosis cervical sampai dengan intervensi fisoterapi

pada kasus tersebut. BAB III merupakan pembahasan status,

serta BAB IV merupakan penutup yang berupa kesimpulan dan

saran.

Page 8: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

4

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Definisi

Spondiloarthrosis adalah kondisi dimana terjadi perubahan degeneratif

pada sendi intervertebralis antara corpus dan diskus. Spondiloarthrosis

merupakan bagian dari osteoarthritis yang juga dapat menghasilkan perubahan

degeneratif pada sendi – sendi synovial sehingga dapat terjadi pada sendi –

sendi apophyseal tulang belakang. Secara klinis kedua perubahan degeneratif

tersebut terjadi secara bersamaan. (hamdy, 2010)

Spondyloarthrosis cervical merupakan suatu kondisi proses degenerasi

pada discus intervertebralis dan jaringan pengikat persendian antara ruas-ruas

tulang belakang. (Irfan, 2012)

2. Anatomi dan Fisiologi

2.1. Os Vertebra

Tulang vertebra mempunyai suatu bentuk tertentu tapi bukan

merupakan suatu tiang yang lurus melainkan membentuk suatu

lengkungan yang cembung kebelakang dan cembung kedepan pada

bidang sagital. Yaitu kyposis thoracalis dan sacralis serta lordosis

cervicalis dan lumbalis. Selain itu juga ada scoliosis yang melengkung ke

samping dalam bidang frontal. Columna vertebralis membentuk struktur

dasar batang badan yang terdiri dari 32-33 ruas vertebra dan terbagi

menjadi : 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracalis, 5 vertebra

lumbalis , 5 vertebra sacralis, 3-4 i.

Page 9: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

5

1. Vertebra Cervical 1-7

2. Vertebra Thoracic 1-12

3. Vertebra Lumbalis 1-5

4. Os sacrum

5. Os coccygeus

6. Atlas

7. Axis

8. Vertebra promineus

9. Foramen intervertebralis

10. Promontorium

Gambar: Tulang Vertebra; tampak ventral, dorsal dan lateral

(R. Putz & R Pabst: 2000)

Vertebra umumnya terdiri dari sebuah badan (corpus) dan sebuah

lengkungan (arcus). Lengkungan terdiri dari dua bagian yaitu lengkungan

radik dan procesus spinosus.

2.2. Os Cervical

Cervical spine terdiri atas 7 vertebra dan 8 saraf cervical. Fungsi

utama leher adalah menghubungkan kepala dengan tubuh. Stabilitas

kepala tergantung pada 7 buah vertebra servikal.

Hubungan antara vertebra cervical melalui suatu susunan persendian

yang cukup rumit. Gerakan leher dimungkinkan karena adanya berbagai

pensendian, facet joint yang ada di posterior memegang peranan penting.

Persendian tersebut terdiri dari:

a. Atlanto occypitalis (C0 – C1)

Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk inferior

articular face atlas cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi sehingga

dikenal sebagai yes joint.

Page 10: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

6

b. Atlanto axialis (C1 – C2)

Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh

atlas arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kanan-kiri,

sehingga dikenal sebagai no joint.

c. Intervertebral joint (C2 – C7)

Gerakan ke segala arah, dengan gerakan dominan seperti

ekstensi, fleksi, dan lateral fleksi.

Gambar: cervical vertebrae

2.3. Otot-otot Regio Cervical

Gambar:

Otot-otot Leher;

tampak lateral

(R. Putz & R Pabst:

2000)

Page 11: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

7

Keterangan gambar :

1. m. Sternocleidomastoideus 5. m. Scaleneus Anterior

2. m. Semispinalis 6. m. Scaleneus Medius

3. m. Splenius Capitis 7. m. Scaleneus Posterior

4. m. Levator Scapulae 8. m. Trapezius

a. m. Rectus capitis posterior major

1) Origo di procesus spinosus axis

2) Insertionya di linea nuchealis inferior

3) Inervasinya dari n. suboccipotalis.

b. m. Rectus capitis posterior minor

1) Origo di tuberculum posterius dari arcus posterior (atlas)

2) Insertionya di linea nuchealis inferior I

3) nervasinya dari n. suboccipotalis.

c. m. Obliqus capitis superior

1) Origo di tuberculum posterius dari arcus tranversus (atlas)

2) Insertionya di linea nuchealis inferior

3) Inervasinya dari n. suboccipotalis.

d. m. Obliqus capitis inferior

1) Origo di procesus spinosus axis

2) Insertionya di procesus tranversus

3) Inervasinya di n. suboccipotalis.

e. m. Rectus capitis lateralis

1) Origo di procesus tranversus bagian depan

2) Insertio di procesus jugularis os accipitale

3) Inervasinya dari n. Cervicalis.

Kelima otot tersebut berfungsi menyelaraskan posisi dan kinematik sendi

kepala.

f. m. Sternocleidomastoideus

1) Origo di caput longum dari permukaan ventral sternum, caput breve

dari 1/3 sternal clavicula.

Page 12: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

8

4) Insertio di lingkar belakang procesus mastoideus dan ½ bagian lateral

linea nuchalis superior.

5) Inervasi dari n. accesorius pleksus cervicalis dan fungsinya

menegakkan kepala, fleksi leher, rotasi leher ke sisi berlawanan.

g. m. Scalenus anterior

1) Origo di tubercula anterior dari procesus tranversi VC 3-6.

2) Insertio di tuberculum musculi scaleni anterior costa I.

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis dan

fungsinya thorax mengangkat 2 tulang rusuk sebelah cranial (otot-otot

inspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang leher.

h. m. Scalenus medius

1) Origo di tubercula anterior dari procesus tranversi semua VC.

2) Insertio caput breve pada costa I, lateral dari m. Scalenus anterior,

belakang sulkus arteria subclavia

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis dan

fungsinya thorax mengangkat 2 tukang rusuk sebelah cranial (otot-

otot inspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang leher.

i. m. Scalenus anterior

1) Origo di tubercula posterior dari procesus tranversi semua VC 5-6

2) Insertio bertendon pendek dan pipih pada tepi atas costa II dan III

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis dan

fungsinya mengangkat 2 tukang rusuk sebelah cranial (otot-otot

inspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang leher.

j. m. longus capitis

1) Origo di tubercula anterior dari procesus tranversi semua C3-6

2) Insertio di permukaan luar pars basilaris ossis occipitalis

3) Inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis dan

fungsinya flexi leher.

2.4. Persarafan

Delapan saraf servikal berasal dari medulla spinalis segmen

servikal, 7 saraf servikal keluar dari medula spinalis di atas vertebra

Page 13: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

9

yang bersangkutan, namun saraf servikal ke 8 keluar dari medulla

spinalis di bawah VC7 dan di atas VTh1 serta costae pertama. Saraf-

saraf ini memberikan layanan saraf sensorik pada tubuh bagian atas dan

ekstremitas superior berdasarkan pola dermatom. Sedangkan layanan

motoris dan refleks dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 1. Layanan innervasi motorik dan refleks dari akar saraf servikal

Saraf Innervasi motorik

VC 3-5 Diafragma

VC5 otot deltoid, biceps

VC6 ekstensor wrist, abduktor dan

ekstensor thumb

VC 5-6 biceps, brachioradialis

VC7 triceps, fleksor wrist, ekstensor

jari

VC 6-7 Triceps

VC8 fleksor jari

VTh1 otot-otot intrinsik tangan

Cervical spine dalam kehidupan sehari-hari bekerja sangat berat,

tidak terhitung jumlah gerakan yang harus dilakukan dalam proses

menunjang fungsi kepala. Fungsi kepala antara lain berbicara, melihat,

membau, mendengar, makan / minum dan menahan keseimbangan

sewaktu tubuh bergerak. Setiap gerakan dari bagian tubuh tertentu harus

diimbangi gerakan servikal, maka tidak mengherankan, nyeri servikal

seringkali timbul.

2.5. Diskus Vertebra Cervical

Diskus intervetebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuk

sebuah bantalan di antara dua tulang belakang. Material yang keras dari

fibrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola di bagian

tengah diskus dinamakan Nukleus Pulposus. Discus pada vertebrae

cervical lebih kecil disbanding dari toracal dan lumbal. Terdiri dari

Page 14: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

10

nucleus pulposus, annulus fibrosus, dan 2 cartilaginous end plate. Lebih

tertutup tulang bila dibandingkan dengan vertebra yang lain.

3. Patofisiologi

Saat mengalami degenerasi, diskus mulai menipis karena kemampuannya

menyerap air berkurang sehingga terjadi penurunan kandungan air dan matriks

dalam diskus menurun. Degenerasi yang terjadi pada diskus menyebabkan

fungsi diskus sebagai shock absorber menghilang, yang kemudian akan timbul

osteofit yang menyebabkan penekanan pada radiks, medulla spinalis dan

ligamen yang pada akhirnya timbul nyeri dan menyebabkan penurunan

mobilitas/toleransi jaringan tehadap suatu regangan yang diterima menurun

sehingga tekanan selanjutnya akan diterima oleh facet joint. Degenerasi pada

facet joint akan diikuti oleh timbulnya penebalan subchondral yang kemudian

terjadi osteofit yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pada

foramen intervertebralis. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

kompresi/penekanan pada isi foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi,

sehingga timbul nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan

mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun.

Pada uncinate joint yang memang sebagai sendi palsu yang terus

mengalami friksi dan iritasi secara terus-menerus akan timbul osteofit juga

yang kemudian akan menekan kanalis spinalis sehingga timbul nyeri dan

menurunkan mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan.

Berkurangnya tinggi diskus akan diikuti dengan pengenduran ligamen

yang mengakibatkan fungsinya berkurang dan instabilitas. Akibatnya nukleus

pulposus dapat berpindah kearah posterior, sehingga menekan ligamentum

longitudinal posterior, menimbulkan nyeri dan menurunkan mobilitas/toleransi

jaringan terhadap suatu regangan.

Spasme otot-otot cervical juga dapat menyebabkan nyeri karena iskemia

dari otot tersebut menekan pembuluh darah sehinggga aliran darah akan

melambat dan juga terjadi penurunan mobilitas/toleransi jaringan terhadap

suatu regangan. Dari kesemua faktor diatas akan menimbulkan penurunan

lingkup gerak sendi pada cervical. ( Irfan, 2012 )

Page 15: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

11

4. Etiologi

Pada kasus Spondyloarthrosis cervical terjadi perubahan discus

intervertebralis, pembentukan osteofit paravertebral dan facet joint serta

perubahan arcus laminalis posterior. Osteofit yang terbentuk seringkali

menonjol ke dalam foramen intervertebrale dan mengadakan iritasi atau

menekan akar saraf. Ekstensi servikal dapat meningkatkan intensitas rasa nyeri.

Perubahan-perubahan ini sering tampak di antrara VC5 dan VTh1, yang

menyebabkan timbulnya gejala kaku (stiffness) pada cervical spine bawah dan

tidak jarang menimbulkan hipermobilitas kompensatorik cervical spine atas.

5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis Cervical Root Syndrome ec Spondylosis biasanya terjadi

penderita berumur diatas 40 tahun dengan gambaran degenaratif pada discus

atau pada sendi. Gejala-gejala terjadi pada leher dan anggota gerak atas,

bersifat unilateral atau bilateral. Gejalanya berupa kekakuan pada leher dan

menjalar ke bahu pada daerah otot trapezius. Terdapat perasaan kaku dan nyeri

pada gerakan.

Tanda Dan Gejala:

a. Nyeri Leher

Gejala yang utama biasanya berupa nyeri pada bagian belakang

leher atau daerah sekitarnya (m. trapezius). Timbulnya nyeri terjadi

secara perlahan-lahan walaupun terkadang timbul mendadak. Rasa

nyeri sendiri biasanya bersifat kronik dan dihubungkan dengan adanya

aktivitas yang berat atau keadaan umum yang menurun. Terkadang

rasa nyeri menjalar ke bahu atau lengan atas dan juga bisa mengenai

daerah cervical atas yang menyebabkan nyeri occipital (Cailliet,

1991).

b. Kaku Leher (Stifness)

Kaku leher dimulai pada pagi hari dan makin bertambah dengan

adanya aktivitas. Gerakan leher menjadi terbatas dan terkadang

disertai dengan krepitasi dan nyeri.

Page 16: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

12

c. Gejala Radikuler

Tergantung pada radiks saraf yang terkena oleh spur atau iritasi

oleh synovitis dari facet sendiri dan biasanya bersifat unilateral.

Pasien mengeluh adanya paresthesia numbness dan jarang disertai

nyeri. Paresthesia numbness sendiri tergantung pada bagian vertebrae

Cervical mana yang mengalami spondylosis, dan memiliki manifestasi

yang berbeda-beda.

d. Parestesia (Kesemutan)

Pada umumnya parestesia ditunjukan ada di dalam jari tangan. Di

sini lokalisasi itu justru sangat penting, karena dari lokalisasinya dapat

disimpulkan pada tingkatan mana struktur saraf terangsang, pada

tekanan akar C6 menyebabkan rasa kesemutan sampai ibujari dan

telunjuk.

6. Penatalaksanaan Brachialgia

Asesmen

Merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun data

pemeriksaan pasien. Asesmen dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasikan

urutan masalah yang timbul pada kasus spondyloarthrosis cervical kemudian

menjadi dasar dari penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang

disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien.

6.1. Anamnesis

Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab antara sterapis dengan sumber data. Dilihat dari segi

pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis,

merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada pasien yang

bersangkutan dan Heteroanamnesis, merupakan anamnesis yang

dilakukan terhadap orang lain (keluarga, teman, ataupun orang terdekat

dengan pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut). Anamnesis

yang akan dilakukan berupa :

6.1.1. Identitas Penderita (Anamnesis Umum)

Page 17: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

13

Anamnesis ini berisi tentang : nama, umur, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, hobi dan agama. Data yang erat hubungannya

dengan penderita tendinitis supraspinatus berupa : umur,

menyerang umur setengah baya, pekerjaan dan hobi yang

berhubungan dengan aktivitas sendi bahu yang dilakukan terus-

menerus secara berulang-ulang sehingga menimbulkan gesekan

pada tendon otot dengan struktur-struktur yang berada di

sekitarnya.

6.1.2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling mengganggu

pasien pada saat itu.

6.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan

utama, yang berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis

dengan jelas dan lengkap serta keterangan tentang riwayat

pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang

diperoleh.

6.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik

maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi

penyakit sewaktu anak-anak, penyakit serius, trauma,

pembedahan dan riwayat hospitalisasi. Hal ini perlu diketahui

karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada

hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami sebelumnya.

6.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga

Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi

kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu

orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk

menderita penyakit tersebut. Penyakit yang muncul bersamaan

Page 18: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

14

pada keluarga juga mengindikasikan resiko yang lebih besar,

misalnya diabetes dan penyakit jantung.

6.1.6. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial yaitu bagaimana keadaan lingkungan di

sekitar pasien tinggal dan aktifitas sehari-hari paasien. Pentingnya

mengetahui riwayat psikososial adalah untuk merancang terapi

dan home program yang tepat bagi pasien.

6.2. Pemeriksaan

Pemeriksaan terdiri dari:

6.2.1 Pemeriksaan Umum mencakup; cara datang

(normal/menggunakan alat bantu), kesadaran, koperatif/tidak,

tensi, lingkar kepala (jika diperlukan), nadi, respirasi rate, status

gizi, suhu tubuh.

a. Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan

respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat

kesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,

sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak

acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,

waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,

kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran

menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah

tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

Page 19: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

15

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,

mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur

lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak

ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada

respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga

tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

b. Status Gizi

Body Mass Index (BMI) atau dalam bahasa Indonesia

disebut Index Masa Tubuh (IMT) adalah sebuah ukuran berat

terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk

menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight

(kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan)

dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung BMI

sangat mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam

kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter

(kg/m²).

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat badan (Kg) IMT = -------------------------------------------------------

[Tinggi badan (m)] 2

Page 20: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

16

6.2.2 Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus terdiri dari:

a. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan

menggunakan indera penglihatan untuk mendeteksi

karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh

atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk

mendeteksi bentuk, postur, warna, posisi, ukuran, tumor

dan lainnya dari tubuh pasien. Inspeksi dilakukan pada

posisi tidur, duduk, berdiri, dan saat pasien berjalan.

b. Palpasi

Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan jalan meraba,

menekan, dan memegang bagian tubuh pasien untuk

mengetahui tentang adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu,

oedema, kountur dan lainya. Dengan kata lain bahwa

palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,

disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.

c. Move

Move merupakan tes gerak untuk mengetahui ada

tidaknya nyeri, keterbatasan gerak atau ROM, dan

kelemahan dari otot maupun gerakan pasien.

d. Pemeriksaan MMT

Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui kekuatan

otot atau kemampuan mengontraksikan otot secara

volunteer dengan tujuan membantu menegakkan diagnosa.

Nilai MMT

Page 21: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

17

Nilai 0 (zero) : tidak ada kontraksi sama sekali

(baik terlihat maupun teraba).

Nilai 1 (trace) : kontraksi otot dapat terlihat/diraba

tetapi tidak ada gerakan sendi.

Nilai 2 (poor) : kontraksi otot dapat menggerakan

sendi secara penuh tanpa

mempengaruhi gravitasi.

Nilai 3 (fair) : kontraksi otot dapat menggerakan

sendi secara penuh dengan

melawan gravitasi

Nilai 4 (good) : kontraksi otot dengan gerakan

sendi penuh, mampu

melawan gravitasi dg tahanan

sedang

Nilai 5 (normal) : kontraksi otot dengan gerakan

sendi penuh, mampu

melawan gravitasi dg tahanan

penuh

e. Pemeriksaan ROM

Tes ini bertujuan untuk mengetahui gerakan sendi

dengan menggunakan alat bantu Goniometer. Dalam

literature telah ditetapkan kriteria normal ROM untuk

masing-masing persendian, meskipun demikian ROM

normal pada masing-masing individu berbeda, disesuaikan

dengan usia dan ukuran badan seseorang.

Prosedur Pengukuran ROM :

1. Posisi anatomis (tubuh tegak, lengan lurus disamping

tubuh, lengan bawah dan tangan menghadap ke depan).

2. Sendi yang diukur terbebas dari pakaian.

3. Beri penjelasan & contoh gerakan yang akan dilakukan.

Page 22: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

18

4. Berikan gerakan pasif untuk menghilangkan gerakan

subtitusi dan ketegangan.

5. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.

6. Tentukan axis gerak dengan cara melakukan palpasi

pada bagian tulang sebelah lateral sendi.

7. Letakkan tangkai goniometer yang statis paralel dengan

aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak.

8. Pastikan axis goniometer tepat pada axis gerakan sendi.

9. Baca dan catat hasil pemeriksaan ROM.

f. Tes Khusus

Tes khusus sangat penting dilakukan, karena untuk

mempertegas apa yang dikeluhkan pasien dan apa yang

tercantum pada diagnosa medik. Tes khusus yang

dilakukan pada spondyloarthrosis cervical yaitu:

1. Tes sensibilitas

a. Raba ringan

Tes Raba ringan menggunakan kapas atau tissue,

caranyadengan menyentuh atau mengusap. Respon

pasien mengenai rangsangan dengan menjawab ya

atau tidak

b. Nyeri ( Diskriminasi tajam / Tumpul )

Tes dengan menggunakan peniti dan paper clip,

tusukan ujung tajam dan ujung tumpul secara

random ( tempat rangsangan jangan terlalu dekat )

Dengan tekanan yang ringan dan sama. Hati-hati

dengan tajam jangan menusuk kulit. Respon pasien

menjawab setiap rangsangan sebagai ( tajam,

tumpul, atau tidak terasa )

2. VAS

Page 23: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

19

Pengukuran derajat nyeri dapat menggunakan

VAS (Visual Analogue Scala). VAS merupakan

salah satu cara pemeriksaan derajat nyeri selain VDS

(Verbal Descriptive Scale) dan skala 5 tingkat.

Pengukuran VAS dengan cara pasien diminta

untuk menunjukkan satu titik pada garis skala nyeri

yang telah diberi nomor dari nol sampai sepuluh (0-

10), jarak setiap nomor sama. Salah satu ujung garis

menunjukkan tidak nyeri (titik nol), dan ujung yang

lain menunjukkan nyeri hebat (titik sepuluh),

kemudian titik tengah dari garis tersebut

menunjukkan rasa nyeri yang sedang.

3. Tes Kompresi (Compression Test)

Gambar : Tes Kompresi

Servikal.

Tes ini dilakukan dengan cara menekan atau

kompresi kepala pasien untuk mendeteksi ada

tidaknya penekanan di foramen intervertebralis

bagian cervical. Tes ini dikatakan positif apabila

timbul nyeri sesuai dengan tingkat kompresi. Tes

kompresi pada kepala dapat juga dilakukan dalam

berbagai posisi : side fleksi kanan atau kiri, ekstensi

Page 24: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

20

dan fleksi kepala. Tes ini dikenal dengan nama

Lhermitte test atau Spurling test.

4. Tes Distraksi

Apabila terdapat nyeri kerena kompresi pada

radiks saraf dorsalis ditingkat cervical, maka dengan

tes distraksi atau mengangkat kepala pasien secara

perlahan, kompresi tersebut dapat dikurangi dengan

demikian nyeri saraf menjadi berkurang atau hilang.

5. Tes Eden

Gambar: Tes Eden

Posisi pasien : Berdiri

Posis terapis : Disamping pasien

Cara :

Berikan penekanan pada arteri radialis,

kemudian traksi pada lengan atau pasien

menjatuhkan badannya (badan pasien miring).

Hasil :

Positif jika pasien mersakan nyeri dan

kesemutan pada arteri radialis.

6. Spurling’s Test

Posisi pasien : duduk di kursi

Posisi terapis : di belakang pasien

Prosedur : terapis menginstruksikan pasien untuk

melakukan ekstensi neck dan lateral

Page 25: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

21

fleksi neck pada sisi yang dikeluhakn

pasien. Kemudian terapis

memberikan tekanan secara perlahan

kearah bawah.

Hasil:

(+) jika nyeri sepanjang lengan.

(+) jika ada nyeri lokal yang menandakan adanya

sprain atau strain di daerah leher.

7. Shoulder Depretion Test

Posisi Pasien : duduk atau tidur terlentang

Posisi Terapis : disamping pasien

Prosedur : terapis menggerakkan kepala pasien

kearah lateral flexi berlawanan

dengan bahu yang akan diuji. Fiksasi

pada bahu yang diuji dan stabilisasi

pada kepala pasien. Gerakkan sampai

full ROM, kemudian terapis menekan

bahu yang akan diuji (yang

mengalami masalah).

Hasil :

(+) Nyeri sepanjang lengan : tanda radiculopaty.

(+) Nyeri lokal : tanda sprain / strain.

8. Pleksus Brachialis Compretion Test

Posisi Pasien : duduk

Posisi Terapis : disamping pasien

Prosedur : Terapis meremas area pertama kali

keluarnya plexus brachialis (remas

antara jari – jari dan ibu jari) sambil

ditekan secarah perlahan, beri tekanan

selama sepuluh detik.

Page 26: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

22

Hasil :

(+) Nyeri menjalar : tanda kompresi akar saraf

(+) Nyeri lokal : tanda cervical sprain/ strain.

6.2.3 Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang

Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi.

Misalnya hasil dari CT-Scan, MRI, Rontgen, pemeriksaan

radiologi, dan pemeriksaan laboratorium.

6.2.4 Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas

Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik

pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga

keluhan dari pasien itu sendiri. Masalah yang timbul meliputi:

6.2.5 Diagnosa Fisioterapi

Disusun berdasarkan dari urutan masalah yang ada. Diagnosa

Fisioterapi terdiri dari impairment, keterbatasan gerak,

keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan diagnosa

medik.

6.2.6 Program Pemeriksaan Fisioterapi

1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi

Medik

Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi

Medik yang bersangkutan.

2. Tujuan

a. Tujuan Jangka Pendek

Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan

prioritas masalah yang utama. Dalam membuat tujuan

jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana tujuan /

rencana tersebut akan dicapai, alokasi waktu pencapaian,

Page 27: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

23

dan kondisi-kondisi seputar pasien dan lingkungan yang

memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai.

b. Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan

prioritas masalah, tetapi bukan masalah yang utama/segera.

Tujuan jangka panjang harus realistis sesuai dengan

perkiraan pemulihan yang maksimal sesuai patologi dan

keadaan pasien juga harapan dari pasien dan keluarga.

3. Metode Pemberian Fisioterapi

Fisioterapis memilih intervensi berdasarkan pada

kompleksitas dan tingkat keparahan dari problem. Fisioterapis

memilih, mengaplikasikan atau memodifikasi satu atau lebih

prosedur intervensi berdasarkan pada tujuan akhir dan hasil

yang diharapkan yang telah dikembangkan terhadap pasien.

Metode tersebut meliputi:

1) TENS (Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation)

a. Pengertian TENS

TENS merupakan alat stimulasi elektris maksudnya alat yg

mengubah arus listrik menjadi stimulasi untuk terapi. TENS

memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan

50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk

terapi pengurangan rasa sakit.

b. Bentuk pulsa TENS :

1) Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectanguler,

trianguler dan gelombang separuh sinus searah.

2) Biphasic bentuk pulsa rectanguler biphasic simetris dan

sinusoidal biphasic simetris; pola polyphasic ada rangkaian

gelombang sinus dan bentuk interferensi atau campuran.

c. Penempatan Elektroda

Page 28: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

24

1) Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling

sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung

diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter

dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan

jaringan penyebab nyeri.

2) Dermatome : Penempatan pada area dermatome yang

terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik dalam area

dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior

dan di posterior dari suatu area dermatome tertentu.

d. Prosedur penggunaan TENS

1) Tingkat analgesia-sensoris: frekuensi 50-150 Hz, durasi

pulsa <200 (60-100) mikrodetik, durasi 1 jam.

2) Tingkat analgesia untuk rasa nyeri: frekuensi 150 Hz,

durasi pulsa >150 mikrodetik, dusari 15-30 menit.

3) Pembebasan opiet endogen: frekuensi 1-5hz, durasi pulsa

200-300 mikrodetik, durasi 30-45 menit.

e. Indikasi TENS

1. Trauma musculoskeletal baik akut maupun kronik

2. Nyeri kepala

3. Nyeri pasca operasi

4. Nyeri pasca melahirkan

5. Nyeri miofasial

6. Nyeri visceral

7. Nyeri yang berhubungan dengan sindroma deprivasi

sensorik :

a) Neuralgia

b) Kausalgia

c) Nyeri phantom

f. Kontraindikasi TENS

Page 29: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

25

1. Penyakit vaskuler (arteri maupun vena)

2. Adanya kecenderungan pendarahan (pada area yang

diterapi)

3. Keganasan (pada daerah/ area yang diterapi)

4. Pasien beralat pacu jantung

5. Kehamilan (bila terapi diberikan pada daerah abdomen atau

panggul)

6. Luka terbuka yang sangat lebar

7. Kondisi infeksi

g. Efek fisiologis

1. Mengurangi nyeri

TENS merangsang sel neuron sensory yang diameter besar

untuk masuk lebih dahulu ke gate (pintu masuk) di

subtansia gelatinosa dan menghambat sel nociceptive

yang berdiameter kecil untuk memberikan informasi ke

otak, sehingga rangsang nyeri tidak sampai ke otak dan

membuat nyeri berkurang.

2. Meningkatkan aliran darah dan pertukaran cairan.

2) Ultrasound

a. Gelombang Ultrasound

Bentuk gelombang ultrasound adalah longitudinal.

Ultrasound terapi merupakan suatu terapi dengan

menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan

frekuensi lebih dari 20.000 Hz, yang digunakan dalam

fisioterapi adalah 0,5 MHz-5MHz dengan tujuan untuk

menimbulkan efek terapeutik.

b. Penyerapan dan Penetrasi Ultrasound

Jika gelombang ultrasound masuk ke dalam jaringan maka

efek yang diharapkan adalah efek fisiologis. Oleh karena

Page 30: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

26

adanya penyerapan tersebut maka semakin dalam gelombang

ultrasound masuk dan intensitasnya semakin berkurang.

Tabel 2. Nilai penetrasi terhadap jaringan

Medium Frek. 1 MHz Frek. 3 MHz

Tulang 2,1 mm -

Kulit 11,1 mm 4 mm

Tulang rawan 6 m 2 mm

Udara 2,5 mm 0,8 mm

Tendon 2,5 mm 0,8 mm

Otot 9 mm 3 mm

Lemak 24,6 mm 16,5 mm

Air (200C) 50 mm 16,5 mm

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyaknya energi

ultrasound diserap dalam jaringan tendon dan jaringan tulang

rawan.

c. Indikasi Ultrasound

1. Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang sendi

dan otot

2. Keadaan-keadaan post traumatik

3. Fraktur

4. Rheumathoid Arthritis pada stadium tidak aktif

5. Kelainan / penyakit pada sirkulasi darah

6. Penyakit-penyakit pada organ dalam

7. Kelainan / penyakit pada kulit

8. Luka bakar

9. Jaringan parut oleh karena operasi

10. Kontraktur

d. Kontra Indikasi Ultrasound

1. Di dekat uterus pada wanita hamil

Page 31: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

27

2. Epiphysela plates

3. Testis

4. Post laminectomi

5. Hilangnya sensibilitas

6. Tumor

7. Diabetes Mellitus (DM)

8. Trombhoplebitys dan Varises

e. Efek Ultrasound

Efek Fisiologis

Efek fisiologis yang ditimbulkan oleh ultrasound antara

lain:

1. Meningkatkan sirkulasi darah

Salah satu efek yang ditimbulkan oleh ultrasound

adalah panas sehingga tubuh memberikan reaksi terhadap

panas tersebut yaitu terjadinya vasodilatasi.

2. Rileksasi Otot

Dengan adanya efek panas maka akan mengakibatkan

vasodilatsi pembuluh darah sehingga terjadi perbaikan

sirkulasi darah yang mengakibatkan rileksasi otot. Hal ini

disebabkan oleh karena zat-zat pengiritasi diangkut oleh

darah, disamping itu efek vibrasi ultrasound

mempengaruhi serabut afferent secara langsung dan

mengakibatkan rileksasi otot.

3. Meningkatkan Permeabilitas Membran

Melalui mekanisme getaran gelombang ultrasound

maka cairan tubuh akan didorong ke membran sel yang

menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga

mempengaruhi nilai ambang dari sel-sel.

4. Mempercepat proses penyembuhan jaringan

Dengan pemberian ultrasound akan menyebabkan

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga

Page 32: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

28

meningkatkan suplai bahan makanan pada jaringan lunak

dan juga terjadi peningkatan antibody yang mempermudah

terjadinya perbaikan jaringan yang rusak.

5. Mengurangi Nyeri

Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan

ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga

berpengaruh langsung pada saraf. Hal ini disebabkan oleh

karena gelombang pula dengan intensitas rendah sehingga

dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada

ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek

terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat

blockade aktivitas pada HPC melalui serabut saraf

tersebut.

3) Neck Cailliet Exercise

Neck Cailliet Exercise adalah salah satu terapi latihan

isometrik kontraksi dengan menahan tahanan maksimal dan

diakhiri dengan relaksasi. Metoda Neck Cailliet Exercise dapat

digunakan untuk mengatasi spasme otot dan untuk memelihara

atau meningkatkan kekuatan otot leher untuk memperoleh

ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak

sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang

benar dengan terkoreksinya muscle imbalance.

Metode ini mula – mula intinya berupa latihan isometric

untuk otot – otot leher, namun dalam perkembangannya

ditambah dengan latihan postur untuk mengurangi lordosis

leher dan forward head posture: latihan stretching untuk otot –

otot leher dan otot – otot bahu.

a. Isometric Contraction

Adalah kontraksi sekelompok otot untuk mengangkat

atau mendorong beban yang tidak bergerak dengan tanpa

gerakan anggota tubuh, dan panjang otot tidak berubah.

Page 33: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

29

Seperti mengangkat, mendorong, atau menarik suatu

benda yang tidak dapat digerakan (tembok, pohon, dsb).

Lamanya perlakuan kira-kira 10 detik, pengulangan 3 kali,

dan istirahat 20 - 30 detik.

b. Active Stretching

Active stretching adalah suatu metode

penguluran/stretching yang biasa dilakukan pada otot-otot

postural sebagai suatu latihan fleksibilitas yang dilakukan

secara aktif oleh klien/pasien. Active stretching

meningkatkan fleksibilitas secara aktif dan menguatkan otot

agonis.

Praktiknya pada saat melakukan active stretching, otot

antagonis (group otot pada sisi yang tidak di stretch) dan

otot agonis (otot yang akan di-stretch) keduanya

rileks.Secara perlahan dan lembut, gerakan tubuh

meningkatkan tekanan pada group otot yang akan di stretch.

Tekanan pada otot agonis saat peregangan secara aktif

akan membuat otot mudah terulur, dimana muscle spindle

tidak terstimulasi optimal dan stimulasi optimal terjadi pada

golgi tendon, sehingga akan diperoleh suatu penguluran

yang berarti. Prinsip utama dari active stretching membantu

pasien bergerak lebih mudah dan lebih baik sehingga tidak

akan terjadi kerobekan pada otot jika stretching dilakukan

dengan perlahan dan lembut.

Dari latihan – latihan tersebut, diharapkan akan diperoleh :

a. Pengurangan nyeri leher dan pencegahan rekurensi

b. Postur leher yang benar

c. Fungsi leher yang adekuat

Page 34: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

30

Prosedur Neck Cailliet Exercise:

Gambar:

Neck Calliet Exercise Isometrick diambil dari slide LATIHAN WILLIAM BACK

( FLEXION EXERCISE) oleh dr. Tirza Z.T, Sp. RM 22 Mei 2012

Page 35: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

31

6.2.7 Program Untuk di Rumah

Program yang diberikan kepada pasien untuk dikerjaan di

rumah. Program yang diberikan harus sesuai dengan kondisi,

kemampuan, kasus, dan mudah untuk dilakukan. Program yang

diberikan juga mencakup proper body mechanik agar pasien tidak

mengalami cidera yang makin parah.

Proper body mechanics (PBM) atau mekanisme tubuh yang

tepat, adalah cara bagaimana kita memposisikan tubuh dengan

benar pada saat kita sedang berbaring, duduk, ataupun berdiri, dan

bagaimana kita menggerakkan tubuh dengan tepat pada saat kita

bekerja atau melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari,

termasuk mengangkat dan membawa barang, mendorong atau

menarik suatu barang.

PBM erat kaitannya dengan keadaan punggung kita baik pada

keadaan tidak bergerak (statik) maupun saat bergerak (dinamik).

Punggung kita berhubungan dengan bagian tubuh yang lain, yaitu

kepala, leher, bahu, dada, perut, dan panggul. Semua bagian tubuh

tersebut membentuk postur tubuh. Awal dari penerapan PBM

adalah kesadaran untuk mempertahankan postur tubuh yang baik

dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Postur tubuh

seseorang dikatakan baik, apabila ia berdiri tegak akan:

a. Rileks, tanpa perlu mengeluarkan tenaga yang berlebihan

b. Tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa nyeri (terutama

pada punggung atau pinggang) dalam jangka waktu yang

cukup lama

c. Memberikan estetis yang baik

Page 36: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

32

Sumber: Schiffert Health Center www.healthcenter.vt.edu Self Stretching

Sumber: http://www.calgaryphysicaltherapy.com/neck-and-shoulder-stretches/

6.2.8 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengamati apakah terapi yang

diberikan sesuai yang apa yang dituju dan bagaimana respon

pasien terhadap intervensi yang diberikan. Jangan

mempertahankan intervensi yang nyata-nyata tidak efektif.

Evaluasi terhadap hasil perlu dilakukan pada beberapa titik,

misalnya evaluasi ketercapaian tujuan, evaluasi dari kelambatan

pada kemajuan pasien dan lain-lain. Kesimpulan yang didapat

dari evaluasi ini untuk mengetahui apakah dalam menentukan

apakah terapi tidak efektif, apakah memang tidak mungkin

melakukan perubahan terhadap impairment dan merubah tujuan

terapi kearah kompensasi dan lain-lain.

Page 37: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

33

BAB III

ISI

DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK

RSUPN dr. CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

FORMULIR FISIOTERAPI

Nama fisioterapi : Pak Widyatmoko, Dipl. F.T Peminatan : FT C –

Neuromuskular

Nama dokter : dr. Ira M. Sp KFR K

Nomer Registrasi : 222 – 56 – 19 Ruangan : Pelayanan

URM FT lt 2

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)

Nama Inisial : Tn Dj

Tempat & tgl lahir : Pare, 10 Desember 1947 (64 tahun)

Alamat : Komp. BLK. Cijantung, Jaktim

Pendidikan Terakhir : SLTA

Pekerjaan : Pensiunan Pemda

Hobi : Momong Cucu

Diagnosa Medik : Brachialgia et causa Spondyloarthritis Cervicalis

Tanggal Pemeriksaan: Senen, 10 September 2012

II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)

KU : Nyeri bahu dan rasa kesemutan yang menjalar sepanjang lengan

kanan.

RPS : Pada bulan agustus 2012 (sekitar 1 bulan yang lalu), OS merasakan

nyeri bahu dan rasa kesemutan yang berlebih, menjalar dari bahu sampai

Page 38: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

34

lengan kanan dan kiri sesaat setelah OS mandi dengan air dingin.

Berlangsung beberapa hari keluhan tidak hilang,OS hanya mengoleskan

balsem tetapi rasa nyeri dan kesemutannya tidak hilang juga. Atas anjuran

anak, tgl 29 agustus 2012 OS ke URM RSCM untuk menjalani fisioterapi.

Setelah OS menjalani fisioterapi modalitas dengan tens 6 kali, OS konsul

kembali ke URM pada tgl 06 september 2012 dengan keluhan nyeri pada

bahu kiri dan rasa kesemutan sepanjang lengan kiri sudah tidak ada, tetapi

nyeri pada bahu dan rasa kesemutan sepanjang lengan kanan masih ada.

Saat ini, 10 september 2012 OS melakukan terapi paket ke-2 yang pertama

di fisioterapi dengan keluhan nyeri pada bahu kanan dan rasa kesemutan

sepanjang lengan kanan.

RPD : Pernah mengalami vertigo, riwayat trauma bahu kanan, mempunyai

DM, kolesterol, dan riwayat penyakit jantung, (terkontrol)

RPK : Tidak ada keluarga dengan riwayat Spondyloarthrosis cervical

RPSi : Seorang suami tidak merokok mempunyai 3 orang anak dengan 7

orang cucu.

III. PEMERIKSAAN (O)

a. Pemeriksaan Umum

1) Cara datang : Berjalan mandiri

2) Kesadaran : Compos Mentis

3) Pasien Koperatif

4) Tensi: 130/80 mmHg

5) Nadi: 78 x/menit

6) RR: 18 x/menit

7) Status Gizi : kesan Over Weight

8) Suhu : Afebris

b. Pemeriksaan Khusus

INSPEKSI :

1) Pola jalan: normal

2) Postur OS :

Page 39: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

35

a) Dari depan : bahu kanan lebih tinggi dari pada bahu kiri,

protaksi bahu.

b) Dari samping kanan / kiri : backward head position / straight

neck (tidak adanya lengkung cervicalis).

c) Dari belakang : Bahu kanan lebih tinggi dari pada bahu kiri,

Scapula kanan terlihat lebih menonjol dibandingkan yang kiri,

Cenderung protaksi bahu.

3) Tidak terlihatnya ada deformitas baik di neck ataupun upper

ekstremity.

4) Tidak terlihatnya tanda – tanda radang seperti kemerahan

PALPASI :

1) Oedem pada bahu ataupun lengan (+)

2) Suhu lokal pada bahu ataupun lengan ( normal )

3) Spasme pada otot upper trapezius kanan (+)

4) Nyeri tekan pada otot upper trapezius kanan (+)

MOVE :

N

O SENDI GERAKAN

VAS MMT ROM

KETERANGAN AKTIF PASIF

DX SIN DX SIN DX SIN DX SIN

1 Head /

neck

Fleksi 0 5 45° 45° -

Ekstensi

5 - 35˚ 40˚

Nyeri saat

digerakkan pasif

pada akhir gerakan

dan MMT tidak

valid karna nyeri.

Lateral

fleksi 5 0 - 5 30˚ 45˚ 35˚ 45˚

Nyeri saat

digerakkan pasif dan

pada akhir gerakan

dan MMT tidak

Page 40: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

36

valid.

Rotasi

5 0 - 5 50˚ 65˚ 55˚ 65˚

Nyeri saat

digerakkan pasif

pada akhir gerakan

dan MMT tidak

valid

2 Shoul-

der

Fleksi

5 0 - 5 115° 150

°

12

0° 150°

Nyeri saat

digerakkan pasif

pada akhir gerakan

dan MMT tidak

valid

Ekstensi 0 0 5 5 60° 60° 60° 60° -

Abduksi 0 0 5 5 180°

180

°

18

0° 180°

-

Adduksi 0 0 5 5 45° 45° 45° 45° -

Endorotasi

5 0 - 5 70° 90° 75° 90°

Nyeri saat

digerakkan pasif

pada akhir gerakan

dan MMT tidak

valid

Eksorotasi 0 0 5 5 90° 90° 90° 90° -

3 Elbow Fleksi 0 0 5 5 135°

135

°

13

5° 135° -

Ekstensi 0 0 5 5 0° 0° 0° 0° -

Pronasi 0 0 5 5 80° 80° 80° 80° -

Supinasi 0 0 5 5 80° 80° 80° 80° -

4 Wrist Fleksi 0 0 5 5 80° 80° 80° 80° -

Ekstensi 0 0 5 5 70° 70° 70° 70° -

Radial

deviasi 0 0 5 5 30° 30° 30° 30° -

Ulnar

deviasi 0 0 5 5 20° 20° 20° 20° -

Page 41: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

37

TES KHUSUS :

1) Tes sensibilitas permukaan

(raba halus, raba kasar, tajam tumpul) perbandingan sisi sinistra

dan dextra pada :

a) Leher : 100 % : 100%

b) Lengan atas : 100 % : 100%

c) Lengan bawah : 100 % : 100%

d) Tangan : 100 % : 100%

e) Jari – jari : 100 % :100%

Kesimpulannya : tidak mengalami defisit sensoris.

Tetapi, jika rasa kesemutan berlebih timbul

menjadi hipersensasi pada lengan kanan.

2) Tes kompresi cervical (+) bertambah nyeri pada bahu dengan

vas 5

3) Tes distraksi cervical (+) nyeri pada bahu berkurang dengan

vas 2

4) Eden’s test (+) nyeri menjalar dari siku hingga jari – jari

5) Shoulder Depression (+) nyeri pada bahu (local pain)

6) Brachial Plexus Compression Test (+) nyeri pada bahu (local

pain)

7) Spurling’s test (+) nyeri menjalar sepanjang lengan kanan

IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan USG (ultrasonografi)

a) Tanggal pemeriksaan : 13 Agustus 2012

5 MCP Fleksi 0 0 5 5 90° 90° 90° 90° -

Ekstensi 0 0 5 5 20° 20° 20° 20° -

Abduksi 0 0 5 5 -

Adduksi 0 0 5 5 -

6 IP Fleksi 0 0 5 5 -

Ekstensi 0 0 5 5 -

Page 42: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

38

b) Pemeriksaan : Bahu bilateral

c) Kesimpulan :

1) Proses degeneratif di tuberkulum mayus minus humeri dan sendi

akromio-klavikula bilateral.

2) Kalsifikasi tendon subscapularis bilateral, tak tampak tanda

ruptur.

3) Calcific tendinosis supraspinatus kanan dengan tanda bursitis

kronis, tak tampak tanda impingement.

4) Degenerasi tendon supraspinatus kiri,suspek ruptur lama dengan

tanda bursitis kronis, tak tampak tanda impingement.

5) Koleksi cairan peritendon biceps caput longus bilateral, masih

mungkin efusi sendi glenohumeral.

2. Pemeriksaan Radiologi (radiografi)

a) Tanggal pemeriksaan : 13 Agustus 2012

b) Pemeriksaan : Cervical

c) Kesimpulan : Spondiloartosis cervicalis dengan penyempitan

foramen dan suspek degeneratif diskus.

V. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS

1) Nyeri tekan pada otot upper trapezius kanan

2) Spasme pada otot upper trapezius kanan

3) Rasa parastesia yang berlebih pada siku hingga jari – jari kanan.

2. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Rasa kesemutan yang berlebihan sepanjang lengan kanan dan nyeri

bahu karena adanya spasme pada otot upper trapezius terkait dengan

brachialgia et causa spondiloartosis cervicalis.

VI. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik

a) Proper body mekanik

b) Tidak mengangkat beban berat

Page 43: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

39

c) TENS dan US

2. Tujuan

a) Tujuan jangka pendek

1) Mengurangi nyeri

2) Mengurangi spasme

3) Mengurangi rasa parestesia sepanjang lengan kanan

b) Tujuan jangka panjang

Menjalankan aktivitas sehari – hari tanpa keluhan

3. Metode pemberian fisioterapi

NO JENIS METODA DOSIS KETERANGAN

1 Modalitas

TENS

Analgesia –

nyeri

Analgesia –

sensori

(Ko-planar

dan Kontra-

planar)

I : Arus bi-symm

Fase durasi : 260 µs

Frekuensi : 160 Hz

Frekuensi Modulasi : 65

Hz

D : 15 menit

F : 6 x terapi (seminggu 3 x)

Untuk mengurangi

nyeri pada bahu dan

mengurangi rasa

kesemutan pada

lengan.

2 Modalitas

US

Kontak

langsung

dengan

perantara gel

I : Transducer 1MHz

Arus continous

I : 1.70 w/cm2

D : 6 menit

F : 6 x terapi (seminggu 3 x)

Untuk mengurangi

nyeri dan

melepaskan

perlengketan

jaringan pada bahu.

3 Exercise Neck Calliet

(Isometric

contraction

and Streching

Upper

Trapezius

I : 10 x repetisi (6 hitungan)

D : 10 menit

F : 2 x / hari

Mengurangi spasme

otot, memelihara

atau meningkatkan

kekuatan otot leher,

meningkatkan dan

menjaga LGS,

Page 44: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

40

Muscle) peregangan

leher,dan koreksi

potur.

4. Uraian Tindakan Fisioterapi

a) Modalitas TENS

Posisi OS : Telungkup / Prone Lying Position

Posisi terapis : Di sebelah kanan OS

Tatalaksana : Cek alat, siapkan alat, bebaskan area bahu yang akan

di terapi. Atur arus bi-symm, Fase durasi : 260 µs, Frekuensi : 160

Hz, Frekuensi Modulasi : 65 Hz dan treatment time : 15 menit,

pasang pad elektroda 1 di posterior bahu kanan dan pad elektroda 1

nya lagi pada anterior bahu kanan dengan metoda ko-planar

menggunakan elektroda 1 channel. Jelaskan kepada OS rasanya

seperti tertusuk jarum tetapi sangat halus. Naikkan intensitas secara

perlahan mulai dari paling kecil sampai toleransi OS.

b) Modalitas US

Posisi OS : Duduk rileks di bangku

Posisi terapis : Duduk dibelakang OS

Tatalaksana : Cek alat, siapkan alat, bebaskan area bahu yang akan

di terapi. Pilih transducer 1MHz, arus continous, intensitas 1.70 µs.

Terapi jelaskan pada os rasa alatnya tidak panas tetapi sedikit hangat.

Taruh gel pada transducer, tempelkan transducer pada bahu kanan

gerakan transducer secara circular.

c) Neck Calliet Exercise

Posisi OS : duduk rileks di bangku

Posisi terapis : dekat dengan OS

Tatalaksana :

1) Kepala OS tegak, mata lurus ke depan. Gerakan kepala ke depan

dengan tinggi dagu tetap, tangan terapis menahan pada pelipis OS

Page 45: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

41

dan fiksasi di bahu. Tahan 6 detik Kembali ke posisi awal, Ulangi

lagi dan lakukan 10 kali.

2) Kepala OS tegak, mata lurus ke depan. Gerakan kepala ke

belakang dengan tinggi dagu tetap, terapis menahan dengan

tahanan optimal di bagian posterior kepala OS dengan fiksasi di

bahu. tahan 6 detik Kembali ke posisi awal, Ulangi lagi dan

lakukan 10 kali.

3) Kepala OS tegak, mata lurus ke depan. Gerakan kepala ke

samping dengan tinggi dagu tetap, terapis menahan dengan

tahanan optimal di bagian lateral / parietal kepala OS dengan

fiksasi pada bahu. tahan 6 detik Kembali ke posisi awal, Ulangi

lagi dan lakukan 10 kali.

4) Kepala OS tegak, mata lurus ke depan. Gerakan kepala tengok

kanan dan kiri dengan tinggi dagu tetap, terapis menahan dengan

tahanan optimal pada dagu OS dengan fiksasi di bahu. tahan 6

detik Kembali ke posisi awal, Ulangi lagi dan lakukan 10 kali.

5) Gerakan lateral flexi, posisi sama dengan latihan sebelumnya.

Dorong/tarik kepala ke arah bahu kanan, tahan 6 detik, Istirahat 6

detik. Lalu dorong/tarik kepala ke arah bahu kiri, tahan 6 detik,

istirahat 6 detik, Ulangi 10 kali untuk tiap bahu.

6) Gerakan rotasi, posisi sama dengan latihan sebelumnya.

Rotasikan kepala ke kanan, tahan 6 detik, Istirahat 6 detik. Lalu

rotasikan ke kiri, tahan 6 detik, istirahat 6 detik, Ulangi 10 kali

untuk tiap bahu.

5. Program untuk di rumah

1) Proper Body Mekanik :

a) Duduk dengan pola yang baik

b) Tidur dengan pola yang baik

c) Angkat barang berat dengan posisi yang benar

d) Hindari gendong cucu yang terlalu lama

e) Hindari mengendong cucu di pundak.

Page 46: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

42

2) Neck Calliet exercise

3) Self Streching otot upper trapezius

VII. EVALUASI

1. Tanggal : 10 September 2012

S : OS merasa nyeri bahu kanan dan kaku pada leher berkurang

O : - VAS 2 (nyeri lokal bahu)

- MMT kesan 4 karna nyeri pada leher

- Rom full pasif dan aktif

- Shoulder Depression (+) nyeri pada bahu (local pain)

- Brachial Plexus Compression Test (+) nyeri pada bahu (local

pain)

- Distraksi dan Dekompresi (-)

- Tensi : 120/80 mmHg

- Nadi : 75x/ menit

- RR: 18x/ menit

A : Brachialgia et causa impingement rotator cuff

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet

2. Tanggal : 12 September 2012

S : OS masih mengeluh nyeri pada bahu kanan dan kaku pada leher

kanan, rasa kesemutanmasih berlebih pada lengan bawah kanan

sampai dengan jari-jari.

O : - VAS 2 (nyeri lokal bahu)

- MMT kesan 4 karna nyeri jadi pengukuran tidak valid

- Rom full pasif dan aktif

- Tensi : 135/85 mmHg

- Nadi : 72x/ menit

- RR: 18x/ menit

A : Brachialgia et causa impingement rotator cuff

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet

Page 47: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

43

3. Tanggal : 17 September 2012

S : OS merasa nyeri pada bahu kanan dan kaku pada leher kanan

sudah berkurang, namun OS masih sering merasa kesemutan

walau lamanya kesemutan sudah berkurang.

O : - VAS 1 (nyeri lokal bahu)

- MMT 5

- Rom full pasif dan aktif

- Nadi : 84 x / menit

- RR : 19x / menit

- Tensi : 125/80 mmHg

A : Brachialgia et causa impingement rotator cuff

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet, edukasi

self streching otot upper trapezius.

4. Tanggal : 21 September 2012

S : OS nyeri bahu tetap tapi tidak berpengaruh, hanya rasa kesemutan

pada lengan bawah kanan terus menerus dan sifatnya hilang

timbul, leher pegal.

O : - VAS 1 (nyeri lokal bahu)

- MMT dan ROM masih sama

- Hipersensasi saat gejala kesemutan timbul

- Tes kompresi cervical (+) nyeri menjalar sepanjang lengan

kanan dengan VAS 5

- Tes distraksi cervical (+) nyeri menjalar sepanjang lengan

kanan berkurang dengan VAS 2

- Eden’s test (+) nyeri menjalar sepanjang lengan kanan hingga

jari – jari

- Spurling’s test (+) nyeri menjalar sepanjang lengan kanan

hingga jari – jari dengan VAS 6

- Shoulder Depression ( - )

- Brachial Plexus Compression Test ( - )

- Gerakan dengan tahanan ekstensi, lateral fleksi kanan, dan rotasi

kanan pada neck dengan VAS 3

Page 48: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

44

- Nadi : 66 x / menit

- RR : 16 x / menit

- Tensi : 110/80 mmHg

A : Brachialgia e.c. spondyloarthrosis cervical

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet, edukasi

self streching otot upper trapezius.

5. Tanggal : 24 september 2012

S : Nyeri yang menjalar dan rasa kesemutan yang berlebih tidak ada

perubahan.

O : - Nyeri tekan pada otot trapezius VAS 0 karena spasme otot

trapezius

- ROM dan MMT masih sama

- Nadi : 68 x / menit

- RR : 17 x / menit

- Tensi : 120/75mmHg.

A : Brachialgia e.c. spondiloarthrosis cervical

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet, edukasi

self streching otot upper trapezius.

6. Tanggal : 27 september 2012

S : OS mengeluh jika kepala terlalu di tahan ke belakang dan ke

kanan rasa nyeri dan kesemutan timbul sepanjang lengan kanan.

Kesemutan saat OS rileks sudah sangat berkurang tetapi jika ada

tekanan pada leher kanan gejala tersebut timbul dan meningkat

secara tiba – tiba.

O : - Nyeri tekan pada otot trapezius, VAS : 0

- Spurling test (+) timbul nyeri yang menjalar sepanjang lengan

kanan dan rasa kesemutan timbul dan meningkat, VAS 5

- Gerakan dengan tahanan ekstensi, lateral fleksi kanan, dan rotasi

kanan pada neck VAS 2

- MMT gerakan tersebut sulit diukur karna nyeri gerak dengan

tahanan

Page 49: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

45

- ROM full pasif dan aktif

- Nadi : 66 x / menit

- RR : 18 x / menit

- Tensi : 120/75 mmHg

A : Brachialgia e.c. spondiloarthrosis cervical

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet, edukasi

self streching otot upper trapezius.

7. Tanggal : 28 September 2012

S : OS mengeluh nyeri menjalar sepanjang lengan kanan semakin

terasa jika diberikan tekanan pada kepala.

O : - Tes kompresi (+) menjalar VAS 2

- Spurling test (+) menjalar VAS 4

- Gerakan dengan tahanan ekstensi, lateral fleksi kanan, dan rotasi

kanan pada neck VAS 1

- MMT gerakan tersebut sulit diukur karna nyeri gerak dengan

tahanan

- ROM full pasif dan aktif

- Nadi : 70 x / menit

- RR : 18 x / menit

- Tensi : 120/80 mmHg

A : Brachialgia e.c. spondiloarthrosis cervical

P : Modalitas TENS, modalitas US, Exercise Neck Calliet, edukasi

self streching otot upper trapezius.

Page 50: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

46

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Spondyloarthrosis cervical merupakan suatu kondisi proses

degenerasi pada discus intervertebralis dan jaringan pengikat persendian

antara ruas-ruas tulang belakang. (Irfan, 2012)

Degenerasi menyebabkan diskus mulai menipis karena

kemampuannya menyerap air berkurang sehingga terjadi penurunan

kandungan air dan matriks dalam diskus menurun. Degenerasi yang terjadi

pada diskus menyebabkan fungsi diskus sebagai shock absorber

menghilang kemudian akan timbul osteofit yang menyebabkan penekanan

pada radiks, medulla spinalis dan ligamen yang pada akhirnya timbul nyeri

dan menyebabkan penurunan mobilitas. Degenerasi pada facet joint akan

terjadinya penyempitan pada foramen intervertebralis. Hal ini akan akan

menyebabkan terjadinya kompresi/penekanan pada isi foramen

intervertebral ketika gerakan ekstensi, lateral fleksi dan rotasi sehingga

timbul nyeri.

Spasme otot-otot cervical juga dapat menyebabkan nyeri karena

iskemia dari otot tersebut menekan pembuluh darah sehinggga aliran darah

akan melambat dan juga terjadi penurunan mobilitas/toleransi jaringan

terhadap suatu regangan. Dari kesemua faktor diatas akan menimbulkan

penurunan lingkup gerak sendi pada cervical. ( Irfan, 2012 )

Pada kasus ini brachialgia disebabkan oleh spondiloartrosis

servikalis yang mengenai C4, C5, C6 yang menyebabkan nyeri dan

kesemutan yang berlebih sepanjang lengan kanan, sehingga OS

membutuhkan penengangan berupa modalitas TENS dengan metode

koplanar, 2 channel, arus by-symm dan menggunakan analgesia nyeri dan

sensori dan modalitas US serta latihan peregangan pada leher. Dengan

harapan nyeri pada bahu dan kesemutan berlebih serta perlengketan

jaringan yang di rasakan OS berkurang.

Page 51: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

47

B. SARAN

Partisipasi dari keluarga untuk mengingatkan dan membantu pasien

dalam melakukan home program seperti (1) proper body mechanic, yaitu:

duduk yang baik, tidur yang baik, angkat barang berat dengan posisi yang

benar, hindari gendong cucu yang terlalu lama dan hindari mengendong cucu

di pundak. (2) latihan peregangan pada leher.

Jika terjadi gejala-geejala seperti di atas segera lakukan penindakan

dengan cepat dan tepat. Periksa CT-Scan, MRI, atau USG pada area yang

mengalami keluhan seperti area servikal pada kasus di atas. Lakukan

tindakan penanganan dengan fisioterapi, yaitu dengan modalitas dan

exercise.

Page 52: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

iv

DAFTAR PUSTAKA

Alfin Hamdy. FISIOTERAPI PADA PENDERITA LBP AKIBAT SPONDYLOSIS. 2010. http://fisioterapishamdialfin.blogspot.com/ Cailliet, Rene. Neck and Arm Pain. Edisi ke-3. USA: F.A. Davis Co; 1991. Callan, Margaret. The Rhematology Handbook. London: Imperiale College Press; 2008. C. Norkin, Cynthia and D. Joyce White. Measurement of Joint Motion A Guide to Goniometry. USA: F.A. Davis Co; 1995. de Wolf, J.M.A. Mens. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh Diagnostik fisis dalam praktek umum. Edisi ke-2. Belanda: Bohn Stafleu Van Loghum; 1990. Division of Student Affairs Virginia Tech. MCOrthoRehab-Neck-HP. Copyright © Schiffert Health Center — Revised March 2010 dr. Tirza Z.T, Sp. KFR. LATIHAN WILLIAM BACK ( FLEXION EXERCISE) 22 Mei 2012 Dudley Hart, Frank. Practical Problems in Rheumatology. Singapore: PG Publishing Pte Ltd; 1983. E. Bennet, Susan, L. Karnes, James. Neurological Disabilities Assessment and Treatment. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1998. E. Prentice, William. Principles of Athletic Training. Edisi ke-14. New york: McGraw-Hill; 2011. E. Prentice, William. Therapeutic Modalities In Rehabilitation. Edisi ke-3. North Carolina: McGraw-Hill; 2005. Irfan. Nyeri Leher. 2012. http://dhaenkpedro.wordpress.com/nyeri-leher/ Kraemer, Juergen. Intervertebral Disk Diseases Caue, Diagnosis, Treatment, and Prophylaxis. Edisi ke-3. New York: Thieme Medical Publishers; 2005. Nose Creek Sport Physical Therapy. Neck and Shoulder Stretches. Posted on July 31, 2012 at 5:54 am. Available: http://www.calgaryphysicaltherapy.com/neck-and-shoulder-stretches/

Page 53: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

v

Putz, R and Pabst, R. Atlas Anatomi Tubuh Manusia SOBOTTA. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 2000.

Weber, Ulrich et all. MRI Atlas Orthopedics and Neurosurgery The Spine. Berlin:

Springer; 2006.

Page 54: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical

LAMPIRAN

Page 55: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Brakhialgia Ec Spondiloarthrosis Cervical