Penatalaksanaan Cairan Dan Nutrisi Pasien Bedah
-
Upload
santo-juliansyah -
Category
Documents
-
view
227 -
download
1
description
Transcript of Penatalaksanaan Cairan Dan Nutrisi Pasien Bedah
Penatalaksanaan cairan dan nutrisi pasien bedah
Cairan tubuh terdiri dari bahan pelarut (air), dan bahan atau partikel terlarut yaitu
berupa elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit positif seperti natrium, kalium dan kalsium,
sedangkan elektrolit negative seperti klorida, fosfat dan bikarbonat. Sedangkan partikel non
elektrolit seperti ure, kreatinin dan glukosa.
Pada laki-laki dewasa, air merupakan 60% berat badannya, sedangkan pada wanita
50%. Keseimbangan cairan dan elektrolit cairan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Ruang intrasel (2/3 cairan tubuh, 40% berat badan)banyak di otot
b. Ruang ekstraseluler (1/3 cairan tubuh, 20% berat badan) yang dibagi lagi menjadi 3
bagian, yaitu:
Cairan intravaskuler → plasma dan sel darah
Cairan interstisial
Cairan transeluler (paling sedikit) → cairan sendi, cairan cerebrospinal, cairan
pleura, cairan intraocular dan cairan intraperikardium.
Terapi Cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas
fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara
intravena. Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan
sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan yang
terjadi, dan pasca bedah. Terapi cairan meliputi penggantian kehilangan cairan, memenuhi
kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan
normal dan pulihnya perfusi ke jaringan, oksigenasi sel, dengan demikian akan mengurangi
iskemia jaringan dan kemungkinan kegagalan organ.
1. Terapi cairan praoperatif
a. Kebutuhan cairan normal
Pemenuhan kebutuhan cairan normal adalha untuk mengganti cairan yang normalnya
keluar melalui ginjal, paru-paru, keringat dan saluran cerna. Rata-rata kebutuhan
cairan 30-40 mL/kgBB/24 jam. Selain itu juga dihitung kebutuhan elektrolit, terutama
natrium dan kalium. Kebutuhan harian natrium yaitu 2-4 mEq/kgBB/hari, sedangkan
kalium 1-2 mEq/kgBB/hari.
b. Koreksi kekurangan/kehilangan cairan
- Dari anamnesis perlu diketahui riwayat penyakit, lama penyakit, adanya rasa haus
dan muntah/diare, seberapa banyak dan berapa kali muntah/diarenya, jumlah
cairan yang masuk, jumlah kencing terakhir, obat apa yang sedang diminum.
- Pemeriksaan fisik untuk melihat turgor kulit, adanya mata cowong, keadaan
mukosa mulut, takanan darah, nadi, perfusi perifer, waktu pengisian kapiler.
- Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk melihat kadar hematokrit, kadar
albumin, BUN/serum kreatinin, kadar natrium dan osmolaritas urin.
2. Terapi cairan intraoperatif
3. Terapi cairan pasca operatif
Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan pada kebutuhan basal (kebutuhan normal
harian) ditambah kebutuhan pengganti (sejumlah cairan yang hilang akibt demam tinggi,
poliuria, muntah, diare atau perdarahan).
Cairan dibagi menjadi :
1. Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextros, tidak mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstital berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urine. Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel.
2. Koloid
Koloid mengandung molekul-molekul besar seperti albumin dalam plasma tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah yang hilang. Contoh cairan koloid antara lain dekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah. Secara umum koloid dipergunakan untuk :
1. Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (shock hemoragik) sebelum transfusi tersedia.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.