PENANGANAN ILLEGAL DRUG MELALUI OPERASI...

10
Laksma TNI Bambang Irwanto Penanganan Illegal Drug Melalui Operasi Keamanan Maritim Secara Gabungan Terpadu 29 PENANGANAN ILLEGAL DRUG MELALUI OPERASI KEAMANAN MARITIM SECARA GABUNGAN TERPADU Oleh: Laksma TNI Bambang Irwanto Komandan Guskamla Koarmada I PENDAHULUAN Keamanan maritim dalam dekade terakhir telah menjadi isu global yang siknifikan, yang menjadi perhatian dunia internasional, dimana masing-masing negara merasa terganggu karena isu keamanan maritim menggangu kepentingan nasional masing-masing Negara. Sejak laut masih menjadi urat nadi perekonomian internasional, dimana komoditi strategis internasional diangkut dan ditransportasikan dalam jumlah yang besar dan menjadi tulang punggung keberlangsungan ekonomi Negara, maka isu kemananan maritim akan selalu menjadi kepentingan bersama. Secara empiris keamanan maritim hingga saat ini secara internasional belum dirumuskan tentang adanya definisi tunggal tentang keamanan maritim, sehingga masing-masing Negara menterjemahkannya sesuai kepentingan nasionalnya masing-masing. Secara umum dunia internasional sepakat menggolongkan tindakan kejahatan yang perlu diwaspadai guna menjaga keamanan maritim yang bisa mengganggu kepentingan nasionalnya, yakni terorisme, Illegal drug, Piracy and armed robbery, Illegal migrant, Illegal fishing, Illegal armed smuggling and environment destruction. Secara empiris dunia internasional juga sepakat bahwa penanganan terhadap keamanan maritim tidak bisa dilaksanakan secara unilateral ataupun sendirian akan tetapi memerlukan unity of effort secara multilateral. Oleh karena perlu adanya suatu upaya yang sinergis dalam baik secara internal ataupun ekternal yang melibatakan negara lain. INDONESIA DARURAT NARKOBA Secara global berdasarkan data United Nation Organization on Drugs and Crime (UNODC), prevalensi penyalahgunaan Narkoba di dunia sejak tahun 2006 hingga 2013 cenderung mengalami peningkatan. Besaran prevalensi penyalahgunaan di dunia diperkirakan mencapai 4,9% atau 208 juta pengguna dari seluruh penduduk dunia di tahun 2006 dan mengalami peningkatan menjadi 5,2% di tahun 2011 sampai dengan 2013. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna dari populasi penduduk dunia yang berumur 15 - 64 tahun yang menggunakan

Transcript of PENANGANAN ILLEGAL DRUG MELALUI OPERASI...

Laksma TNI Bambang IrwantoPenanganan Illegal Drug Melalui Operasi Keamanan Maritim Secara Gabungan Terpadu

29

PENANGANAN ILLEGAL DRUG MELALUI OPERASI KEAMANAN MARITIM SECARA GABUNGAN

TERPADU

Oleh: Laksma TNI Bambang IrwantoKomandan Guskamla Koarmada I

PENDAHULUAN Keamanan maritim dalam dekade terakhir telah menjadi isu global yang siknifikan, yang menjadi perhatian dunia internasional, dimana masing-masing negara merasa terganggu karena isu keamanan maritim menggangu kepentingan nasional masing-masing Negara. Sejak laut masih menjadi urat nadi perekonomian internasional, dimana komoditi strategis internasional diangkut dan ditransportasikan dalam jumlah yang besar dan menjadi tulang punggung keberlangsungan ekonomi Negara, maka isu kemananan maritim akan selalu menjadi kepentingan bersama. Secara empiris keamanan maritim hingga saat ini secara internasional belum dirumuskan tentang adanya definisi tunggal tentang keamanan maritim, sehingga masing-masing Negara menterjemahkannya sesuai kepentingan nasionalnya masing-masing. Secara umum dunia internasional sepakat menggolongkan tindakan kejahatan yang perlu diwaspadai guna menjaga keamanan maritim yang bisa mengganggu kepentingan nasionalnya, yakni terorisme, Illegal drug, Piracy and armed robbery, Illegal migrant,

Illegal fishing, Illegal armed smuggling and environment destruction. Secara empiris dunia internasional juga sepakat bahwa penanganan terhadap keamanan maritim tidak bisa dilaksanakan secara unilateral ataupun sendirian akan tetapi memerlukan unity of effort secara multilateral. Oleh karena perlu adanya suatu upaya yang sinergis dalam baik secara internal ataupun ekternal yang melibatakan negara lain.

INDONESIA DARURAT NARKOBA Secara global berdasarkan data United Nation Organization on Drugs and Crime (UNODC), prevalensi penyalahgunaan Narkoba di dunia sejak tahun 2006 hingga 2013 cenderung mengalami peningkatan. Besaran prevalensi penyalahgunaan di dunia diperkirakan mencapai 4,9% atau 208 juta pengguna dari seluruh penduduk dunia di tahun 2006 dan mengalami peningkatan menjadi 5,2% di tahun 2011 sampai dengan 2013. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna dari populasi penduduk dunia yang berumur 15 - 64 tahun yang menggunakan

30

JURNAL MARITIM INDONESIAVol. 6 No. 1 | September 2018

Narkoba minimal sekali dalam tahun 2013.Di Indonesia sendiri, berdasarkan data BNN, jumlah pengguna Narkoba hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Indonesia adalah pangsa pasar terbesar untuk penjualan Narkoba dengan negara terbesar pengimpor adalah China dan Thailand. Selain masyarakat umum, para bandar mengincar lingkungan sekolah dan tempat-tempat sarana berkumpul generasi muda lainnya untuk menjual produk mereka. Penggunaan Narkoba sendiri banyak disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang Narkotika serta kepedulian dari masyarakat serta hukum yang masih belum mengikat secara maksimal. Data Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai (DJBC) mengenai pencegahan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor tahun 2013-2015 menjelaskan bahwa diantara 4 (empat) moda transportasi yang sering digunakan, penyelundupan melalui transportasi laut mengalami peningkatan. Sebelumnya, transportasi udara merupakan moda favorit untuk memasukkan Narkoba ke dalam negeri. Namun, mulai tahun tersebut diatas, mulai terjadi pergeseran ke jalur laut. Selain jumlah yang diselundupkan lebih besar, dan disisi lain para penyelundup berharap petugas akan lebih sulit

mendeteksi masuknya barang larangan tersebut dibandingkan jalur lainnya. Dari data tahun 2013, ada 18 kasus penyelundupan Narkoba lewat jalur laut, yang meningkat menjadi 28 kasus pada 2014. Diihadapkan dengan banyaknya serta semakin meningkatnya intensitas penyalahgunaan narkoba maka status Indonesia telah dinyatakan sebagai darurat Narkona, yang mana sejatihnya kondisi tersebut menjadi keprihatinan nasional seperti yang dinyatakan oleh Ka BNN pusat Komjen Budi waseso dalam salah satu statementnya yang dinyatakan dalam salah satu kegiatan di Batu pada tanggal 2 nopember 2017 bahwa Indonesia sesungguhnya sudah mengalami darurat narkoba sejak tahun 1971 yang dinyatakan oleh presiden

Soeharto dan hingga saat inipun presiden Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia darurat narkoba. Akan tetapi hingga saat inipun belum ada upaya yang signifikan untuk mengatasi dimana kasus penggunaan dan penyelundupan narkoba cenderung meningkat. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Indonesia yang masih darurat narkoba.1 Menurutnya, Indonesia dinyatakan darurat narkoba sejak tahun 1971. Ketika itu, Presiden RI ke-2 Soeharto2 menyatakan, Indonesia sedang dalam kondisi darurat narkoba. Untuk kesekian kalinya presiden kita, beliau sudah menyampaikan Indonesia dalam kondisi darurat

narkoba. Sampai hari ini masih darurat narkoba," katanya dalam acara Ikatan Keluarga Alumni Institut Injil Indonesia di Sekolah Alkitab Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (2/11/2017).Buwas menjelaskan, meski pada 1971 sudah berstatus darurat narkoba, belum ada upaya signifikan dalam mengatasi status tersebut. Bahkan, kasus yang berkaitan dengan narkoba terus meningkat hingga saat ini.3

Dihadapkan dengan kondisi tersebut dimana upaya upaya preventif dan coercive yang telah dilaksanakan oleh institusi polisi dan BNN ,

masih dianggap belum mampu menghilangkan atau meminimakan penyalahgunaan narkoba, Salah satu sebabnya adalah masih banyaknya pintu masuk yang illegal melalui jalur laut. Sesuai dengan konsekuensi geostrategis Indonesia yang manyatakan bahwa Indonesia berbatasan dengan 11 negara, dengan mempunyai panjang pantai 51 000 km maka secara empiris dapat dipetakan bahwa dengan kondisi geografis yang terbuka maka lalu lintas penyelundupan salah satunya akan dilakukan lewat laut, dan hal inipun juga sudah dinyatakan oleh pentinggi BNN pusat ataupun Kapolri lewat

1 https://indeks.kompas.com/tag/Budi-Waseso2 https://indeks.kompas.com/tag/Soeharto3 http://regional.kompas.com/read/2017/11/02/17045461/buwas-indonesia-

darurat-narkoba-sejak-1971-sampai-sekarang

Laksma TNI Bambang IrwantoPenanganan Illegal Drug Melalui Operasi Keamanan Maritim Secara Gabungan Terpadu

31

bernagai statement di media. Hal tersebut terbukti dengan tertangkapnya 1 ton ton sabu sabu dari Taiwan di pantai selatan Subang pada medio juli 2017 yang katanya merupakan penyelundupan terbesar oleh jaringan internasional lewat laut.4

Illegal drug sebagai salah satu potensi ancaman

terhadap keamanan maritime , maka sesuai dengan komitmen global bahwa tidak ada satu single state yang mampu menghadapi atau menangani ancaman terhadap keamanan maritim, maka paradigm unity of effort sebagai konsep bersama dalam menangani keamanan maritim perlu untuk dijadikan referensi. Dihadapakn dengan komparasi secara empiris bahwa di level global menghadapi atau menangani ancaman terhadap keamanan maritim memerlukan unity of effort secara internasional , apalagi dalam tataran regional dan nasional , sehingga sinergisitas dan unity of effort serta interoperability antar stakeholder menjadi kunci terhadap efektifitas dan

4 https://news.detik.com/berita/d-3558792/penggerebekan-1-ton-sabu-di-anyer-terbesar-di-indonesia

efesiensi penanganan keamanan maritim. Upaya regional telah dilaksanakan dengan terbentuknya ASEAN SEA PORT INTERDICTION TASK FORCE yang diinisiasi oleh Indonesia, dan hingga saat ini Indonesia sudah menjalin dengan

beberapa negara ASEAN antara lain Vietnam

Kamboja Myanmar Thailand Laos dan China , dengan leading sectornya adalah POLRI. Sidang pertama dilaksanakan di Batam tahun 2016 dan sidang kedua dilaksanakan di Singapore oleh Singapore Central Narcotic Berau pada medio juni 2017. Dengan demikian dalam tataran kebijakan telah disepakati adanya kerjasama interoperability antara negara di kawasan regional.

Gambar 1. peta masuknya narkoba dari laut(sumber BNN)

32

JURNAL MARITIM INDONESIAVol. 6 No. 1 | September 2018

Bagaimana implementasi di tataran operasional di Indonesia ? secara factual bahwa penanganan pencegahan dan pemberantasan narkoba ditangani oleh BNN dan instansi Polri sebagai leading sector, dengan gelar BNN dan polri yang mengikuti gelar pemerintahan yang ada di level provinsi dan kabupaten maka gelar pencegahan dan penindakan di darat niscaya akan gampang diungkap karena system yang mendukung . Permasalahan akan muncul jika secara aktif aliran dan arus masuk narkoba yang lewat laut dan udara tidak diputus, maka permasalah narkoba akan tidak pernah berhenti .

LESSON LEARNT ATAU PEMBELAJARAN Dalam penjelasan diatas telah disampaiakan bahwa penanganan terhadap ancaman non konvensional atau non tradisional telah menjadi suatu consensus secara global bahwa penanganan tersebut akan bersifat unity of effort dan

interoperability, yang tataran implementasinya bisa bersifat nasional regional dan global. Secara global beberapa lesson learnt atau best praktis telah bisa kita lihat dalam gelar operasi yang telah dilaksanakan antara lain :

a. Dalam menghadapi piracy di Somalia, dimana Somalia sebagai negara pantai dianggap sebagai negara gagal dalam melaksanakan fungsinya sebagai negara , maka atas pertimbangan consent, dan dianggap akan membahayakan dunia secara global maka PBB mengeluarkan resolusi 1816 1838 1844 dan 18175 yang mengijinkan dunia global untuk melaksanakan pengamanan terhadap ancaman piracy dengan menggelar satuan tugas angkatan laut internasional dibawah NATO dalam bentuk Task Force 151, yang terdiri dari kapal kapal perang angkatan laut , yang bertugas untuk

5 "CTF-151: Counter-piracy". Combined Maritime Forces. Retrieved 4 December 2013.

Gambar 2. Grafis masuknya narkoba lewat laut (sumber BNN)

Laksma TNI Bambang IrwantoPenanganan Illegal Drug Melalui Operasi Keamanan Maritim Secara Gabungan Terpadu

33

menanggulangi ancaman pembajakan terhadap kapal kapal yang beerlayar di peraiaran Somalia. Sebelum TF 151 juga sudah ada TF 150 yang terbentuk lebih dulu untuk menangani ancaman terorisme maritim . Dalam konteks tersebut maka tampak upaya interoperability dan unity of effort dari negara negara global untuk saling berkordinasi dan bekerjasama untuk mengatasi ancaman pembajakan dan terorisme maritim yang merupakan salah satu dari jenis ancaman transnational threat . Dengan mengandalkan info sharing dan intelejen antara negara NATO dan negara non Nato yang tergabung dalam TF 150 dan 151 dapat menekan dampak ancaman dan mengembalikan stabilitas

keamanan.

b. Di wilayah regional Asia , dimana selat Malaka yang dikenal sebagai the most dagers water in the world pada tahun 2004 , juga telah menimbulkan preseden tentang kegagalan negara pantai untuk melaksanakan fungsinya responsible to protect terhadap keamanan maritim di wilayah regional . Dengan dilandasi dengan spirit asian ways , negara negara pantai yang berkorelasi dengan perairan selat Malaka berinteroperability dan bersinegis

untuk menggelar unsure angkatan lautnya untuk melaksanakan kegiatan patrol secara terkordinasi ,yang dikenal dengan Malaca Strait Patrol . Sistem patrol kordinasi yang dikembangkan berbeda dengan sistim patrol TF 150 dan 151 yang terikat dalam unity of command sedangkan dalam sistim MSP lebih berorientasi pada unity of effort dan mutual corporation , walaupun sama sama menggunakan unsure militer. Dampak dari patrol terkordinasi Malaca strait Patrol secara empiris dapat mereduksi dan mengurangi ancaman pembajakan dan bahkan menjadi acuan bagi negara lain dalam upaya secara interoperability untuk menghadapi ancaman non tradisional.

c. Di Amerika Latin khususnya di perairan karibia, masalah illegal drug telah menjadi masalah bersama , dimana penyalahgunaan dan peredaran illegal drug bahkan sudah mengancam keamanan nasional, karena telah melibatkan mafia dan cartel cartel serta sindikat dan penggunaan tentara bayaran dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan tersebut secara empiris telah menjadi musuh bersama di kawasan negara di Amerikan Latin. Untuk menghadapi permasalahan illegal drug, Amerika Serikat melaksanakan kebijakan pre emtive dan preventive untuk mencegah agar illegal drug tidak sampai masuk ke negara Amerikan khususnya lewat laut. Amerika dengan NATO nya membentuk

Joint Interagency Task Force yang bersifat gabungan terpadu melibatkan stakeholder militer dan sipil secara internasional untuk memerangi illegal drug tersebut.6 JITF (Joint interagency Task force) merupakan gabungan berbagai instansi yang berkorelasi dengan penegakan hokum terhadap illegal drug di kawasan indo asia apsifik yang dibentuk sebagai satuan tugas gabungan terpadu yang terdiri dari DEA (Drug Enforcement Agency), US NAVY, US ARMY , US AIRFORCE , DIA (Defence Intelegent Agency) , FBI CBP (Custom

And Border Protection) COST GUARD, dan secara internasional melibatkan stakeholder Australia dan Selandia Baru. Keberadaan Task Force tersebut secara empiris efektif untu memerangi illegal drug agar tidak masuk ke wilayah Amerika Serikat. Secara empiris keberadaan Task Force tersebut sangat efektf untuk memerangi illegal drug serta mencegah masuknya drug ke negara AmerikaSerikat.

d. Satgas IUU fishing 115 , pembentukan satgas ini didorong adanya permasalahan penangkapan ikan secara masiv oleh kapal ikan asing di perairan

6 Joint Publication 3 07.4 Joint Counterdrug Operations 2007 , US Military Support to Counter Drug Operations USA Doctrin

34

JURNAL MARITIM INDONESIAVol. 6 No. 1 | September 2018

Indonesia, dimana proses penegakan hokum yang dilaksanakan oleh berbagai instansi penegak hukum dianggap tidak efektif dan tidak menimbulkan dampak deterens yang siknifikan. Selain itu banyaknya kapal ikan asing juga dianggap telah membahayakan kepentingan nasional, sehingga harus ditangani secara lethal dan menimbulka dampak deterens yang stretegis. Dengan berdasarkan kebijakan politik pemerintah dengan peraturan presiden no 115 tahun 2015, proses penegakan hukum dilaksanakan secara sinergis dan interoperability antara stakeholder maritim dengan tindakan hukuman yang keras yakni ditenggelamkan dan diledakkan berdasarakan keputusan pengadilan.

Dampak deterens secara operasional dan politis yang dihasilkan dari pembentukan satgas IUU fishing 115 telah mampu mengurangi keberadaan kapal ikan asing di wilayah perairan yuridiksi Indonesia secara drastis. Instansi maritim sipil dan militer beroperasi khususnya KKP ,Polairud, TNI AL serta Bakamla secara terpadu dalam unity of effort memerangi ancaman IUU fishing. Dari berbagai fakta empiris diatas menunjukkan bahwa kegiatan transnational threat atau transnational crime yang melalui media laut

secara faktual dapat ditangani secara sinergis dan interoperability dalam tatanan operasional baik dalam aspek preventive dan coercive. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika penanganan illegal drug dimana lalu lintas pengiriman dan peredarannya melalui laut sebelum diedarkan di kota , penanganan baik dalam tataran preventive dan coercive dapat mengunakan strategi unity of effort dan interoperability.

KONSEP OPERASI KEAMANAN MARITIM SECARA GABUNGAN TERPADU MELAUI UNITY OF EFFORT DAN INTEROPERABILITY Secara geografis bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lintasan

perdagangan maritim dunia dari utara ke selatan ataupun dari timur ke barat. Dengan kondisi tersebut tentunya menjadi salah satu resiko bagi Indonesia untuk mampu menangkal segala konsekuensi negatif dari ancaman terhadap keamanan maritim. Secara empiris ancaman maritim dalam bidang perompakan di laut yang dulu meresahkan masyarakat maritim di Selat Malaka secara gradual telah diminimalisir dan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan menggelar Malaca Strait Patrol telah diakui oleh dunia internasional. Walaupun masih terjadi beberapa insiden di selat malaka akan tetapi lebih mengarah kearah jenis pencurian atau pity theft / maritime theft. Permasalahan IUU fishing yang selama ini juga mengalami permasalahan dalam penegakan hukum yang tidak tegas,serta tidak menimbulkan efek pencegahan dan penangkalan secarat strategis secara gradual juga telah dapat ditangani dengan terbentuknya satgas 115 IUU fishing. Dengan demikian secara politis dan operasional Indonesia telah mampu mengatasi permasalahan keamanan maritim secara efektif dengan menggunakan strategi unity of effort dan interoperability. Bagaimana dengan illegal drug , dari berbagai

media dapat diketahui bahwa Indonesia saat ini sudah dinyatakan sebagai darurat narkoba , yang tentunya memerlukan aksi yang efektif dan efesien serta berdampak deterens secara politis. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah menghukum mati para pengedar yang telah ditangkap dan dipenjara oleh pengadilan. Akan tetapi secara empiris diberbagai tempat masih banyak ditemukan tangkapan tangkapan dalam jumlah besar di berbagai daerah . Dihadapkan dengan wilayah Indosia sebagai negara kepulauan maka proses peredaran obat obat terlarang tidak akan lepas dari penggunaan media laut atau perairan yang bersifat terbuka . Dengan panjang pantai 81 000 km , dengan berbagai macam pelabuhan tikus akan menjadi

Laksma TNI Bambang IrwantoPenanganan Illegal Drug Melalui Operasi Keamanan Maritim Secara Gabungan Terpadu

35

tantangan dalam proses pencegahan masuknya obat obat terlarang di daerah . Akan tetapi akan lain cerita jika proses pencegahan tersebut dilaksanakan pada di laut, dengan menggunakan system yang ada satgas JITF ( Joint Interagnecy Task Force) atau dengan menggunakan model satgas 115, dimana proses pencegahan dan penindakan dilaksanakan atas mandate kebijakan negara, baik dalam bentuk perpres ataupun kebijakan nasional. Secara yuridis leading sector proses penangan obat obat terlarang dilaksanakan oleh BNN dan POLRI yang lebih berfokus di darat , sedangkan asset POLAIRUD serta Custom yang ada dibatasi oleh undang undang nasional dan internasional

dalam jarak 12 NM atau dalam wilayah terirotial. Jika Indonesia dinyatakan sebagai market , maka supliernya tentunya berasal dari luar negeri atau negara lain yang terhalang oleh medan laut, karena secara factual Indonesia berbatasan laut dengan negara tetangga, dan hanya dengan Malaysia dan Papua Nugini yang berbatasan darat. Secara teori maka proses pengiriman akan menggunakan sarana kapal atau pesawat , pengiriman dengan menggunakan pesawat akan sangat mudah dideteksi dengan semakin ketatnya pemeriksaan

di bandara, sedangkan pengiriman lewat laut akan menjadi sarana yang efektif karena memang sifat kapal laut tersebut yang dijamin oleh undang undang internasional untuk melewati wilayah perairan negara lain secara innocent passage , transit passage dan archiplegic passage. Dengan jumlal lalu lintas kapal yang jumlahnya ribuan maka proses deteksi dan monitoring terhadap lalu lintas kapal menjadi suatu tantangan bagi negara pantai. Kondisi tersebut menjadikan media laut menjadi pilihan dalam proses pengiriman obat obat terlarang. Di Amerika , kondisi tersebut telah diantisipasi dengan membentuk JITC yang tujuannya mencegah masuknya obat obat terlarang melalui laut dengan mengintegrasikan seluruh

kemampuan law enforcement dan intelejennya dari daerah atau negara yang diduga sumber obat obat terlarang. Bagaimana dengan Indonesia ? secara yuridis proses penegakan hukum dan kedaulatan di laut dilaksanakan oleh TNI AL sampai dengan wilayah ZEE , dan beberapa instansi maritim sesuai fungsinya antara lain KKP untuk illegal fishing dan kapal Bakamla. Secara empiris kapal kapal perang Indonesia selama 365 hari akan selalu berada di laut sebagai bentuk kehadiran negara, present at sea di wilayah laut yang menjadi wilayah yuridiksinya , dan ini merupakan best praktis oleh kapal perang angkatan laut lain.

Operasi keamanan maritim secara gabungan terpadu merupakan operasi yang dilakukan di laut oleh maritime law enforcement yang dilaksanakan secara gabungan terpadu antara stakeholder maritime sipil dan militer serta instansi lain yang dipandang perlu untuk mendukung kesuksesan operasi yakni meminimalisir atau mengurangi peredaran illegal drug melalui laut. Dengan mensinergisikan kemampuan TNI AL, Bakamla, Custom Polairud dalam proses operasional baik dalam konteks preventive dan coercive, sebagai

unity of effort dan interoperability maka ancaman illegal drug secara gradual akan terputus. Dengan melibatkan TNI AL, Bakamla yang mempunyai kemampuan penindakan dalam bentuk deteksi dan monitoring serta intersep dan boarding yang dijamin oleh undang undang nasional dan internasional, maka akan mudah bagi kapal kapal perang untuk melaksanakan tindakan preventive dan coercive pada kapal kapal yang dicurigai atau diduga membawa obat obat terlarang, tentunya setelah didukung dengan data data yang tepat dalam bentuk info sharing yang kredibel dan akurat. Konsep operasi keamanan maritim gabungan terpadu secara umum adalah memberdayakan unsur maritim untuk melaksanakan operasi

36

JURNAL MARITIM INDONESIAVol. 6 No. 1 | September 2018

gabungan terpadu (bisa mengadopt konsep operasi gabungan spt di JITF7) atau memberdayakan unsur gelar TNI AL, Bakamla ataupun POLAIR melaksanakan operasi keamanan maritim di wilayah perairan yuridiksi Indonesia selama 365 hari untuk melaksanakan operasi keamanan maritim dalam bentuk pendeteksian pengawasan dan pengamatan serta penindakan terhadap kapal kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan obat terlarang berdasarkan data yang didapat dari BNN POLRI BAIS ataupun BNN dalam rangka penegakan hukum dan kedaulatan Indonesia. Dalam implementasinya personel dari BNN ataupun dari Instansi lain yang terlibat bisa on board di kapal

kapal tersebut dalam rangka interoperability dan menjawab tantangan teknis dan yuridis. Struktur organisasi bisa bersifat adhoc ataupu permanen tergantung dari dinamika dan tuntutan tugas karena secara teori organisasi dibentuk untuk mendukung pencapaian tugas yang telah ditetapkan guna mendukung kepentingan nasional. Jika mengkolaborasikan konsep JITS dengan konsep satgas 115, maka keterpaduan unity effort dan interoperability antara intelejen dan operasional antara lain BIN BAIS POLRI TNI/TNI AL

BAKAMLA BNN CUSTOM dalam bentuk satgas Joint Interagency Task Force yang didukung dengan keputusan politik negara /kebijakan nasional (perpres), secara teoritis dan empiris akan menjadi solusi terhadap penanganan illegal drug secara efektif, seperti yang telah terbukti secara empiris baik pada tataran global regional dan nasional.

7 Joint Publication . 332 Command And Control for Joint Maritime Operatios, 2013, USA Doctrin

PENUTUP Permasalahan keamanan maritim merupakan permasalahan global yang dihadapi oleh semua negara, dan secara empiris tdak ada satu negara

yang mampu mengatasi permasalah tersebut secara mandiri, dan diyakini oleh semua negara bahwa unity of effort dan interoperability adalah kunci dan solusi terhadap permasalahan tersebut. Secara empiris unity effort dan interoperability akan bisa dilaksanakan jika ada kesamaan kepentingan dan keputusan secara politis yang kuat, yang secara factual telah terbukti dengan keberhasilan penanganan terhadap ancaman pembajakan di Somalia oleh TF 151 dan TF 152 serta adanya Patkor Malaca Strait Patrol. Dalam

tataran regional penanganan terhadap illegal drug agar tidak beredar di Amerika Serikat juga berhasil dengan dibentuknya JITF yang merupakan gabungan dan keterpaduan instansi sipil dan militer yang mempunyai kemampuan pendeteksian dan penindakan. Di tataran nasioanal Satgas 115 IUU fishing juga dianggap berhasil menurunkan ancaman IUU fishing di periaran Indonesia. Konsep operasi keamanan maritim gabungan terpadu secara umum adalah memberdayakan unsur gelar TNI AL, Bakamla ataupun POLAIR ataupun costom melaksanakan operasi keamanan maritim di wilayah perairan yuridiksi Indonesia selama 365 hari untuk melaksanakan operasi keamanan maritim dalam bentuk pendeteksian pengawasan

Gambar 3. Petugas CG dari JITF menyita obatobat terlarang

(sumber USA CG photo 2016)

Laksma TNI Bambang IrwantoPenanganan Illegal Drug Melalui Operasi Keamanan Maritim Secara Gabungan Terpadu

37

dan pengamatan serta penindakan terhadap kapal kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan obat terlarang berdasarkan data yang didapat dari BNN POLRI BAIS ataupun BNN dalam rangka penegakan hukum dan kedaulatan Indonesia.Secara empiris Indonesia dengan memberdayakan peran polisionil TNI AL telah mampu memainkan peran dan fungsinya sebagai negara pantai dalam memberikan kontribusi terhadap keamanan maritim pada bidang piracy dan perompakan di laut serta IUU fishing. Oleh karena itu dengan memberdayakan fungsi polisional angkatan laut dalam illegal drug, melalui operasi keamanan maritim gabungan terpadu maka niscaya Indonesia akan keluar dari darurat

Narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

Joint Publication 3 07.4 Joint counterdrug Operations 2007, US military support to counter drug operations USA Doctrin

Joint Publication. 332 Command and Control for Joint Maritime Operatios, 2013, USA Doctrin

https://www.globalsecurity.org/military/agency/dod/jitf.htm

38

JURNAL MARITIM INDONESIAVol. 6 No. 1 | September 2018