Kilas Sejarah Negara Illegal Israel

download Kilas Sejarah Negara Illegal Israel

of 38

Transcript of Kilas Sejarah Negara Illegal Israel

Kilas Sejarah Negara Illegal IsraelTulisan sangat sederhana ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran singkat tentang Negara Illegal bernama ISRAEL. Mungkin sebagian dari kita berpikir mengapa Israel tidak bisa akur dengan Hizbullah (Libanon) dan Palestina atau mengapa HAMAS (Palestina) selalu melawan dan menentang Negara Yahudi itu. Secara yuridis Israel sebenarnya bukanlah sebuah Negara melainkan PENJAJAH. Kata mereka yang paham akan ilmu ketatanegaraan, bisa dikatakan sebuah negara jika memiliki tiga unsure yaitu Rakyat, Wilayah, dan Undang-undang, sementara Israel memiliki rakyat, undang-undang tetapi tidak pernah memiliki wilayah. Lha kok. Semua konspirasi laknat ini berawal pada tahun 1947 (tetapi sudah puluhan tahun dirancang) saat Inggris hengkang dari Palestina sebagai negara jajahannya. Di masa transisi itu Palestina berada di bawah naungan PBB, tetapi PBB (yang memang merupakan lembaga yang dikendalikan oleh Yahudi) tidak segera memerdekakan Palestina. Sebaliknya PBB justru mengeluarkan resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Dan satu bagian itu diserahkan kepada komunitas Yahudi Zionis yang sekarang kita kenal dengan Israel. Maka jelaslah di sini bahwa Israel didirikan di atas tanah air bangsa Palestina. Sebagai pemilik yang sah bangsa Palestina menentang keras resolusi pendirian negara Israel itu. Sehingga memunculkan perlawanan-perlawanan yang berlangsung hingga sekarang ini. Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina dan mendirikan Israel tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel. Sejak berdiri pada tahun 1947 Israel menjadi negara yang berlumuran darah umat ISLAM yang hidup di negara-negara sekitarnya terutama Palestina. Sehingga akhirnya bermunculan gerakan-gerakan perjuangan yang berusaha untuk membebaskan mempertahankan Palestina dari penjajahan. Salah satu dari pergerakan itu yang tetap konsisten tidak akan mengakui Israel sebagai sebuah negara adalah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) yang berdiri pada bulan Januari 1988 atas prakarsa as syahid (insya Allah) Syekh Ahmad Yassin yang syahid setelah dibom Israel seusai beliau menunaikan sholat subuh di sebuah masjid. Gerakan HAMAS tidak hanya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan tetapi juga, tetapi juga bercita-cita untuk mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. Sekedar diketahui Al Aqsho adalah tempat suci ketiga ummat Islam setelah masjid al Haram di mekah dan masjid Nabawi di Madinah al Munawwaroh.

Eksploitasi Mitos Holocaust yang Berlebihan Sampai di sini mungkin akan timbul pertanyaan mengapa negara-negara Barat yang katanya pelopor demokrasi dan kebebasan tidak menindak Israel? Di sinilah letak kelihaian Israel. Kuncinya ada pada Holocaust (menurut saya hanya Mitos) yaitu pembantian yahudi yang dilakukan oleh NAZI Jerman pimpinan HITLER. Pada saat itu komunitas yahudi menjadi korban keganasan NAZI Jerman. Hingga sekarang zionis yahudi mengeksploitasi masalah ini secara berlebihan sehingga bangsa-bangsa Barat merasa sangat bersalah dan akhirnya meng-anak emaskan Israel. Mereka diam seribu bahasa ketika Israel melakukan pembantaian terhadap bangsa Palestina. Bahkan yang lebih hebat lagi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, orang bisa dipenjara tanpa melalui proses pengadilan jika meragukan atau tidak percaya terhadap Holocaust. Sehingga seperti kejadian sekarang ini meskipun mesin-mesin meluluhlantakkan Gaza tetapi AS dan sekutunya tetap menempatkan Israel sebagai korban roketroket kecil HAMAS yang notabene hanya senjata produksi rumahan. Dan mereka justru mengirimkan persenjataan canggih yang jumlahnya tidak terbatas kepada Israel. Meskipun Israel juga merupakan negara pemegang rekor dunia sebagai negara pelanggar konvensi Jenewa dan pembangkang resolusi PBB terbanyak di dunia, tetapi belum pernah ada sanksi yang diberlakukan kepada Israel. AS selalu memveto resolusi yang merugikan Israel. Lain cerita jika yang melanggar adalah negara yang tidak sepaham dengan AS. Irak adalah contohnya, di mana AS meluluhlantakkan Irak bahkan membunuh Saddam Hussein hanya berdasar pada tuduhan PALSU. Itulah sekelumit tentang sejarah negara Israel. Tentang kejahatan-kejahatan Israel insya Allah akan saya bahas pada tulisan selanjutnya. (Love Jan09, dari berbagai sumber).

Jumat, 30-09-2011

Sejarah Konflik Palestina Israel dari Masa ke MasaJumat, 02-01-2009 06:45:33 oleh: Anwariansyah Kanal: Opini ada tanggal 1 Januari 2009 ini serangan rezim zionis Israel ke Gaza atas bangsa Palestina sudah berlangsung 5 hari (27 Desember 2008). Ratusan orang sipil Palestina tewas menggenaskan, sedangkan ratusan lainnya luka-luka. Kutukan atas serangan tersebut berdatangan dari berbagai negara, namun sayangnya Amerika Serikat ternyata mem-veto resolusi PBB atas serangan Israel ke Gaza tersebut Konflik Palestina Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini. 2000 SM 1500 SM Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Yaqub A.s. alias Israel (Israil, Quran). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi

Yaqub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Yaqub A.s.) membesar. 1550 SM 1200 SM Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak. 1200 SM 1100 SM Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja. (QS 5:24) Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil tanpa memandang warga negara atau tanah airnya disebut juga orang-orang Yahudi. 1000 SM 922 SM Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Quran) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun. 922 SM 800 SM Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem. 800 SM 600 SM Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria. Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh. (QS 5:70)

Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18. 600 SM 500 SM Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.

500 SM 400 SM Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.

330 SM 322 SM Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.

300 SM 190 SM Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.

1 100 M Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.

100 300 Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan seharihari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.

313 Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.

500 600 Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.

621 Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Miraj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Kabah di masjidil Haram, Makkah.

622 Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan Piagam Madinah.

626 Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.

638 Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.

700 1000 Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.

1076 Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.

1453 Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.

1492 Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).

1500 1700 Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.

1529 Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya. yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai. (QS 9:25).

1798 Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.

1831 Untuk mendukung strategi devide et impera Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.

1835 Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.

1838 Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.

1849 Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.

1882 Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.

1891 Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besarbesaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah sakit-sakitan (dijuluki the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.

1897 Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi walaupun secara rahasia pada tanah yang bersejarah bagi mereka. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi diskriminasi dan penindasan atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi ! Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.

1916 Perjanjian rahasia Sykes Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).

1917 Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh

pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.

1938 Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu penyelesaian terakhir (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantorkantor berita di dunia.

1944 Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana. Kondisi Palestina pun memanas.

1947 PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.

1948, 14 Mei. Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.

1948, 2 Desember Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di

bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.

1956, 29 Oktober Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.

1964 Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.

1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.

1967, Nopember Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.

1969 Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.

1970 Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.

1973, 6 Oktober Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.

1973, 22 Oktober Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.

1977 Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.

1978, September Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.

1980

Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.

1982 Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena lagi-lagi veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.

1987 Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.

1988, 15 Nopember Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat. Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.

1988, Desember AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis. 1991, Maret Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan menikah dengan revolusi Palestina. 1993, September PLO Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah land for peace (tanah

untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan fatwa untuk mendukung perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi. Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut. 1995 Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom bunuh diri. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya land for peace diartikan Israel sebagai Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai). 1996 Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru. AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negaranegara Arab untuk mengingatkan si anak emasnya ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba aktif menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS jalan sendiri tanpa bicara dengan Eropa. 2002 - Sampai sekarang Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21

pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok artinya, Penghalang Tepi Barat Israel dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini" Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel "akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri" dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih. Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup. Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berturut-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, AlFatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya. Dan gambar peta (klik di sini) yang menggambarkan hilangnya tanah Palestina yang dicaplok oleh Israel sejak tahun 1946 sampai dengan tahun 2000. Lihat posisi Gaza yang terjepit di daerah kekuasaan Israel.

Tayyip Erdogan: Mengakui Negara Palestina Suatu Kewajiban, Bukan Opsi!Rabu, 14 September 2011 04:03 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan kembali membela Palestina saat berkunjung di Mesir. "Mengakui negara Palestina bukan opsi, tapi suatu kewajiban," katanya di markas besar Liga Arab di ibukota Kairo. Pihak Palestina beberapa saat mengancam akan sepihak memproklamasikan kemerdekaan. Di samping itu Palestina juga ingin menjadi anggota penuh PBB. Soal itu PBB akan melakukan pemungutan suara bulan ini. Sejauh ini Palestina hanya sebatas pengamat saja di Sidang Paripurna PBB. Amerika Serikat, suku tradisional Israel, bisa menghalangi keanggotaan Palestina di PBB melalui hak vetonya di Dewan Keamanan. Presiden Obama secara pribadi mengancam akan menggunakan hak veto itu. "Sudah saatnya mengibarkan bendera Palestina di PBB. Biarlah bendera itu menjadi lambang perdamaian dan keadilan di Timur Tengah," kata Erdogan. Belakangan, perdana menteri Turki ini sering selisih pendapat dengan Israel soal nasib warga Palestina. Menurut Erdogan kasus Palestina adalah kasus martabat manusia. Erdogan melakukan kunjungan beberapa hari di Afrika Utara. Ia juga memberi nasehat tentang Mesir baru yang harus bangkit pasca revolusi Arab. Dalam sebuah wawancara dengan televisi Mesir, Erdogan mengimbau warga Mesir mengambil contoh Turki yang memisahkan agama dari negara. Menurut Erdogan, pemisahan agama dan negara harus jelas-jelas dituangkan dan ditetapkan dalam UUD baru Mesir. Negara-negara yang dikunjungi Erdogan menggulingkan rezim-rezim lamanya tahun ini. Rezim Ben Ali di Tunesia (sejak 1987) digulingkan 14 Januari lalu, rezim Mubarak di Mesir (sejak 1981) digulingkan 11 Februari dan rezim Qaddafi di Libya (sejak 1969) digulingkan 23 Agustus. Pemimpjn baru Libya, Mustafa Abdel-Jalil, menekankan Libya harus menjadi negara moderen dan demokratis berdasarkan pemikiran Islam moderat.Redaktur: Krisman Purwoko

Hamas Ingin Pengakuan PBB atas Semua Wilayah Palestina Internasional / Minggu, 18 September 2011 19:20 WIB

Metrotvnews.com, Gaza: Gerakan perlawanan Palestina (Hamas), Ahad (18/9), menyatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa mesti mengakui negara Palestina di seluruh sejarah Palestina, termasuk wilayah yang kini menjadi Israel. Seruan itu dikeluarkan saat Presiden Palestina Mahmud Abbas terbang ke New York, Amerika Serikat, untuk mengajukan permintaan kepada badan dunia itu bagi keanggotaan negara Palestina di garis yang ada sebelum Perang Enam Hari 1967. Pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, yang berbicara pada pertemuan dewan legislatif Palestina di Jalur Gaza --yang dikuasai oleh gerakan tersebut, mengatakan usul itu tidak cukup jauh. Ia menyeru dewan tersebut untuk mengajukan permohonan bagi pengakuan negara Palestina di seluruh wilayah Palestina dan penegasan hak rakyat Palestina untuk hidup di dalam perbatasan negara tersebut. "Kami menyeru PBB agar mensahkan kesatuan yang mengambil keputusan untuk mandirinya di tanah lain," kata Al-Hayya dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniyeh, sebagaimana dikutip AFP. Ia merujuk pada tanah yang juga dikuasai Israel. Al-Hayya menyeru masyarakat internasional untuk melakukan tekanan guna menjamin penerapan resolusi internasional, terutama resolusi yang menegakkan hak rakyat Palestina untuk memutuskan hak sendiri. Hamas telah menandatangani kesepakatan rujuk yang banyak belum terlaksana dengan partai pimpinan Abbas, Fatah. Faksi ini pernah menyatakan gerakan tersebut tak mendukung upaya Palestina bagi keanggotaan PBB. Israel dan AS sendiri menolak aksi Abbas meminta PBB mengakui negara Palestina di garis

perbatasan pra-1967 --yang mencakup Jalur Gaza, Tepi Barat Sungai Jordan dan Jerusalem Timur, wilayah Arab yang dicaplok Yahudi.(Ant/BEY)

Venezuela Dukung Palestina Sebagai Negara Merdeka Dan BerdaulatJumat, 23 September 2011 | 8:48 WIB Dunia Bergerak Oleh : Rudi Hartono

Republik Bolivarian Venezuela memberikan dukungan penuh kepada perjuangan Palestina untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat. Dukungan itu disampaikan langsung oleh Presiden Venezuela, Hugo Chavez, melalui sebuah surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon. Dalam surat tertanggal 17 September tersebut, Chavez menegaskan bahwa negara Palestina mempunyai hak untuk menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat. Kami menyerukan kepada dunia untuk melakukan refleksi dalam rangka pengakuan untuk pengakuan terhadap rakyat Palestina terhadap tanah, perdamaian, dan kehidupan, kata Nicolas Maduro, Menteri Luar Negeri Venezuela. Dengan mengutip filsuf Perancis, Gilles Deleuze, Chavez berbicara tentang genosida terhada rakyat Palestina. Dari awal hingga akhir, rakyat palestina bukan hanya tidak dimunculkan, tetapi juga dianggap tidak pernah ada. Ini mewakili esensi genosida: memutuskan bahwa tidak ada rakyat dan menyangkal hak mereka untuk hidup.

Chavez juga mengatakan, sejak tahun 1948 negara zionis Israel telah menerapkan strategi kriminal dengan mendapat dukungan terus-menerus dari sekutu loyalnya, Amerika Serikat. Dengan mengutip perkataan filsuf post-kolonial kelahiran Palestina, Edward Said, Chavez menegaskan bahwa setiap perjanjian damai yang dibangun dengan melibatkan Amerika Serikat hanya akan mengkonfirmasi kekuasaan zionos, bukan untuk menghadapinya. Chavez juga menegaskan, dengan kembali mengutip Edward Said, bahwa apa yang terjadi di Palestina bukanlah konflik agama, melainkan konflik politik, dengan cap kolonialisme dan imperialisme. Ini tidak bermula di Timur Tengah, melainkan dari Eropa, katanya. Chaves mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan sikap sebagian negara yang hanya mengakui pemerintahan Palestina secara terbatas atau menempatkan Palestina sebagai enclave yang punya kebijakan sendiri di West Bank dan Jalur Gaza. Chavez menutup suratnya kepada Ban Ki-Moon dengan harapan agar Sekjend PBB asal Korea itu bisa bertindak netral dan tidak membeda-bedakan bangsa-bangsa di atas dunia. Chavez juga mensitir sebuah puisi dari penyair terkenal Palestina, Mahmoud Darwish, yang berbicara tentang ibu pertiwi. Sebelumnya, dalam bulan ini juga, negara-negara Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika Latin (ALBA) sudah mendeklarasikan sikap bersama untuk mendukung Palestina sebagai anggota PBB. Kami mengakui Palestina sebagai sebuah bangsa dan kami berharap semua negara mengakui itu dan memberikan kesempatan kepada Palestina untuk menerima haknya sebagai anggota PBB, kata Evo Morales, Presiden Bolivia, kepada Telesur. Sedikitnya 128 negara sudah menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan bangsa Palestina. Tetapi negara super-imperialis, Amerika Serikat, yang punya hak veto di PBB, tidak mau mengakui hal itu. Dalam pidato resminya di PBB, Presiden Barack Obama sudah menegaskan sikapnya tidak akan mendukung Palestina menjadi negara merdeka. Ia menganggap hal itu bukan solusi untuk perdamaian Timur Tengah. Pernyataan Obama ini, menurut juru-bicara kelompok Hamas, Fawazi Barhoum, sangat bertentangan dengan janji Obama sangat kampanye pemilihan dan pidato pelantikan sebagai presiden. Amerika pun akan mem-veto rencana Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengajukan pengakuan Palestina sebagai anggota PBB. Chavez sendiri dianggap pahlawan oleh rakyat Palestina. Di Bire, sebuah daerah di Lebanon Utara yang didominasi oleh pengungsi Palestina, terdapat sebuah jalan yang diberi nama Hugo Chavez Friaz. Pada tahun 2009, Venezuela-lah negara pertama di dunia yang berani mengusir Duta Besar Israel keluar dari negerinya, sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan Lebanon. Tak satupun negara Arab yang berani melakukan itu.

Negara Amerika Latin Ramai-ramai Akui Negara Palestina, Ini Alasannya January 14, 2011Posted in: Mancanegara

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK-Tujuh negara Amerika Latin secara resmi telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Inisiatif ini dipimpin oleh Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva. Ia mengumumkan pengakuan negara Palestina pada 3 Desember silam. Langkah Brasil diikuti enam negara Amerika Latin lainnya: Argentina, Bolivia, Cile, Ekuador, Uruguay, dan Venezuela. Menurut sumber diplomat di PBB, Peru dan Paraguay akan menyusul ketujuh negara lainnya. Phyllis Bennis, salah satu direktur pada Institut Studi Kebijakan yang bermarkas di Washington, mengatakan keputusan negara-negara Amerika Latin merupakan indikator penting meningkatnya keterlibatan Amerika Latin dalam isu penjajahan Israel di Timur Tengah.

Ia mengatakan tak satu pun dari negara-negara Amerika Latin tersebut termasuk dalam sekitar seratus negara yang mengakui Palestina setelah Deklarasi Kemerdekaan Palestina pada 1988. Kebanyakan mereka pada saat itu masih di bawah pemerintahan diktator yang didukung AS atau pemerintahan neoliberal yang masih bergantung pada Washington, kata Bennis. Mouin Rabbani, editor Middle East Report yang bermarkas di Washington, mengatakan manuver Amerika Latin untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka harus dilihat dalam konteks meningkatnya ketidakpercayaan komunitas internasional kepada AS dalam diplomasi Timur Tengah. Dalam dekade terakhir, katanya, Amerika Latin muncul sebagai pemain yang independen dan percaya diri di tataran global, yang menyebabkan meningkatnya tensi antara mereka dengan Washington. Keinginan Brasil untuk menantang dominasi AS dalam isu Timur Tengah mulai tampak saat Brasil bergabung dengan Turki untuk bekerja sama dengan Iran dalam masalah nuklir. Ke depan, manuver-manuver seperti ini akan terus muncul, katanya. Hadirnya Brasil, Argentina, dan Cile dalam daftar pengakuan negara Palestina juga memberi semacam perlindungan politik bagi negara-negara yang lebih kecil yang beraliran kiri seperti Ekuador, Uruguay, Bolivia, dan Venezuela. Negara-negara ini menghadapi tekanan internasional (AS) yang besar. Alasan lainnya mengapa Amerika Latin lebih berinisiatif mengakui negara Palestina dibanding Asia atau Afrika adalah karena sebelumnya Amerika Latin sangat dikontrol oleh AS yang merupakan pendukung setia Israel. Juga karena hubungan kuat antara Israel dengan berbagai rezim diktator sebelumnya yang berkuasa di banyak negara Amerika Latin.

Norwegia Siap untuk Mengakui Negara PalestinaSenin, 19/09/2011 16:00 WIB | Arsip | Cetak

Menteri luar negeri Norwegia mengatakan negara Skandinavia itu akan mendukung pejabat Palestina melakukan banding mereka kepada PBB untuk pengakuan kenegaraan. Dalam postingannya di Facebook Sabtu malam lalu, Jonas Gahr Stoere menulis "Palestina memiliki hak untuk pergi ke PBB dan Norwegia siap untuk mengakui negara Palestina." Dia juga mendesak untuk memulai dilakukan pembicaraan antara Israel dan Palestina, mengatakan "negosiasi hanya dapat memecahkan permasalahan antara Israel dan Palestina." Frustrasi oleh ketidakmampuan mereka untuk memenangkan konsesi dari Israel, Palestina (dalam hal ini Otoritas Palestina) telah mencoba untuk mendapatkan perhatian dunia dengan melakukan taruhan tinggi mengenai kenegaraan dan keanggotaan Palestina di PBB. Pada bagian lain, hari Minggu kemarin (18/9), pejabat senior AS dan Eropa akan bertemu untuk mencoba menemukan cara untuk membawa Israel dan Palestina kembali ke perundingan.(fq/ap) Palestina dipersengketakan sejak tahun 1988. Negara Palestina diakui oleh 93 negara anggota PBB, Tahta Suci, Liga Arab, dan Organisasi Konferensi Islam, setelah Deklarasi Kemerdekaan Palestina oleh Organisasi Pembebasan Palestina. Misi Palestina memiliki status diplomatik atau khusus di 22 negara anggota PBB lainnya dan Uni Eropa. Israel tidak mengakui negara Palestina. Akan tetapi, sebagai hasil dari Persetujuan Damai Oslo dan Persetujuan Sementara Israel-Palestina, pemerintah Israel telah mengalihkan kekuasaan tertentu dan tanggung jawab pemerintahan sendiri kepada Otoritas Nasional Palestina, yang berlaku di wilayah Tepi Barat dan jalur Gaza. PBB mengakui Palestina sebagai entitas non-anggota dengan status pengamat.

Jakarta (ANTARA News) - Dubes Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi mengatakan bangsa Palestina hanya menginginkan haknya sebagai negara merdeka yang berdaulat dan dapat menjadi anggota penuh dari Perserikatan Bangsa Bangsa. "Bangsa Palestina hanya menginginkan haknya sebagai negara yang merdeka dan mempunyai hak untuk menjadi anggota PBB," kata Dubes Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi dalam diskusi di ruang wartawan DPR RI Senayan Jakarta, Jumat. Diskusi publik bertema "Tantangan Negara Palestina untuk Menjadi Anggota PBB" dengan menghadirkan pembicara anggota Komisi I DPR Muhammad Nadjib, Dubes Palestina Fariz Mehdawi, Wakil Menlu Triyono, Dirjen Informasi dan Diplomatik Publik Kemlu RI Andri Hadi, Direktur Timur Tengah Kemlu Ronny Prasetyo Yuliantoro, dan dosen Ilmu Politik UIN Ali Mun Hanif. Menurut dia, Indonesia menjadi negara kedua setelah Bahrain yang mengakui kemerdekaan Palestina. Pihaknya memang tidak terlalu menghendaki pengakuan dari PBB, tetapi secara riil sudah ada 124 negara yang mengakui Negara Palestina merdeka. "Tentunya Palestina mengharapkan dukungan negara-negara internasional, seperti OKI, Non Blok, memang hampir mayoritas mendukung kemerdekaan Palestina. Namun memang belum semuanya mendukung, yang bisa saja mengganjal keanggotaan Palestina di PBB, karena itu kami terus menggalang dukungan internasional," kata Fariz. Dubes Palestina tersebut juga menyayangkan sikap Amerika Serikat yang sejak awal ingin menggagalkan keinginan Palestina menjadi anggota PBB. Sementara itu, Dirjen Informasi dan Diplomatik Publik kemlu, Andri Hadi menegaskan bahwa Indonesia mendukung langkah Palestina untuk membawa masalah ini ke PBB karena selama 20 tahun dilakukan perundingan damai bilateral tidak juga menunjukkan hasil dan tanda-tanda kemajuan. Indonesia, katanya, bersikap proaktif sejak pertemuan non-blok dengan melobi banyak negara sahabat untuk memberikan dukungan pada keinginan Palestina untuk mendapatkan kemerdekaannya melalui PBB. "Dukungan penuh Indonesia kepada Palestina itu wajib sesuai dengan konstitusi UUD 45. Kalau melihat keinginan Palestina ini merupakan hal yang wajar bagi setiap negara. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu tidak boleh ada satu negarapun yang bisa menghalanginya," kata Andri. Menyangkut keinginan Palestina untuk menjadi anggota PBB, tambah Andri, Indonesia mendukung sepenuhnya keinginan menjadi anggota PBB dalam bentuk apapun. "Dukungan RI atas keinginan menjadi anggota PBB dan kemerdekaan merupakan amanat konstitusi. Kita akan terus konsisten pendirian Negara Palestina yang hidup damai dan berdampingan dengan tetangganya," kata Andri.

Hari ini, sidang umum PBB akan membicarakan keinginan Palestina untuk menjadi anggota PBB. Sampai saat ini, Amerika Serikat menyatakan akan menggunakan hak veto untuk menolak keinginan Palestina menjadi anggota PBB. (T.J004/E011) Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT 2011 residen Palestina Mahmoud Abbas membahas masalah itu dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di Paris, hari Kamis.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di Paris untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan untuk memperoleh dukungan Perancis pada negara Palestina yang merdeka. Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan itu hari Kamis, Abbas mengatakan dukungan internasional pada negara Palestina terus meningkat. Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe mengatakan sebelumnya pekan ini bahwa pengakuan resmi negara Palestina yang merdeka adalah salah satu alternatif yang sedang dipertimbangkan Perancis. Kantor berita Perancis melaporkan bahwa setelah pembicaraan antara Sakozy dan Abbas, dutabesar Perancis untuk PBB, Gerard Araud, memberitahu Dewan Keamanan PBB bahwa Perancis dan mitra-mitranya di Eropa sedang mempertimbangkan pemberian pengakuan resmi bagi negara Palestina, dengan harapan ini akan mendorong dilanjutkannya pembicaraan perdamaian Sumber

Tanaasuh.com - Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Gerakan Non Blok (GNB) yang tengah berlangsung di Bali (23-27 Mei) juga mengagendakan pembahasan khusus konflik Palestina-Israel yang kemudian akan ditindaklanjuti dalam Konferensi Tingkat Tinggi GNB di Teheran, Iran, pada 2012. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Wakil Tetap Indonesia untuk PBB, Duta Besar Hassan Kleib. Beliau mengatakan, terdapat beberapa hal yang akan dibicarakan pada permasalahan yang menimpa Palestina dan Israel. Di dalamnya akan dibahas mulai persoalan ekonomi, politik, sosial, budaya, geografis, dan lain sebagainya. Ini momentum penting setelah Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, membahas hal tersebut, ujarnya. Indonesia, tutur Kleib, sangat mendukung Peta Perbatasan 1967 sebelum Israel merdeka. Dalam konferensi kali ini Indonesia akan berupaya agar negara-negara yang tergabung dalam GNB mendukung kemerdekaan Palestina. September tahun ini Palestina akan menghadap Dewan Umum PBB untuk meminta pengakuan kemerdekaan mereka. Tetapi masalahnya, masih ada 79 negara yang belum mau mengakui Palestina. Dari jumlah 79 negara itu, 29 negara adalah anggota GNB. Inilah pentingnya pertemuan kali ini sekaligus peran sentral Indonesia dipertaruhkan, tutur Hassan. Konferensi kali ini diikuti oleh 95 negara anggota GNB, 13 negara pemantau, dan 20 negara tamu. Dalam kesempatan konferensi ini, GNB secara resmi akan menerima dua anggota baru, yakni Fiji dan Azerbaijan, sehingga jumlah total anggota GNB menjadi 120 negara. Upaya dukungan Pengakuan Indonesia dan Mesir

Sementara itu, dalam pertemuan bilateral antara Menlu RI Marty Natalegawa dan Menlu Mesir, Selasa (24/5) kedua belah pihak berupaya mendorong negara-negara anggota GNB yang belum mengakui Palestina untuk memberikan dukungan dan pengakuannya. Indonesia dan Mesir sepakat untuk berbagi tugas guna mendorong negara-negara di masingmasing kawasan yang belum memberikan pengakuan terhadap Palestina, untuk dapat segera mengakui Palestina. Menlu RI mengatakan GNB selama ini sangat konsisten mendukung Palestina. Namun, masih ada 29 negara anggota GNB belum mengakui Palestina atas berbagai alasan. Negara yang belum mengakui Palestina ini diantaranya adalah negara anggota ASEAN. Menlu RI berharap KTM ke-16 GNB di Bali menjadi momentum baru agar negara yang belum mengakui Palestina untuk dapat memberikan pengakuan. Harapan kita menciptakan momentum baru kearah ini, dengan Indonesia dan Mesir bekerj asama sebagai mitra mendorong negara-negara yang belum melakukan itu (mengakui Palestina -red), katanya.(fshare/voa/antara/vivanews) anaasuh.com - Untuk diakui sebagai negara anggota PBB, Negara Palestina membutuhkan setidaknya 130 suara sebelum September 2011. Hal tersebut dikatakan Menteri Luar Negeri Palestina Riad Maliki di sela-sela Konferensi Tingkat Menteri Gerakan Non Blok (KTM GNB) ke-16, di Nusa Dua Bali. Maliki juga mengatakan bahwa GNB akan melakukan usaha kolektif untuk mendukung pengakuan Palestina di mata dunia. Ini merupakan kesempatan untuk menyatukan usaha bersama agar Palestina dapat diakui menjadi negara anggota PBB rencananya akan dideklarasikan dalam sidang umum PBB bulan September mendatang, ujar Maliki. Hingga saat ini Palestina baru mendapatkan 112 dukungan suara, dimana minimal 128 suara diperlukan. Diantara Negara-negara yang belum mengakui Palestina antara lain anggota ASEAN seperti Singapura dan Thailand. Menurut rencana, Jumat hari ini (27/5) akan diadakan konferensi kementerian mengenai tahanan politik Palestina di Penjara dan Pusat Tahanan Israel. (fshare/antara/voa/republika)

Giliran Peru Akui Negara Palestina January 26, 2011Posted in: Mancanegara

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA Peru, Senin, mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat, bergabung dengan gelombang pengakuan negara-negara Amerika Latin terhadap Palestina baru-baru ini. Pada hari ini pemerintah berkomunikasi dengan dutabesar Palestina di Lima mengakui Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat, kata Menteri Luar Negeri Peru, Jose Antonio Belaunde. Brasil memimpin gerakan untuk mengakui Palestina akhir tahun lalu. Sejak itu telah bergabung pula Argentina, Bolivia, Chili, Ekuador, Guyana dan Uruguay. Seorang pejabat Israel awal bulan ini mengabaikan pengakuan terhadap Palestina oleh negara-negara Amerika Latin sebagai sikap tidak berguna dan kosong karena tidak akan mengubah apa-apa. Tetapi dengan perundingan damai terhenti, Palestina mengatakan mereka mempertimbangkan opsi-opsi diplomatik baru dan menyambut pengakuan itu. Belaunde tidak mengatakan apakah Peru mengakui perbatasan Palestina, hanya mengatakan bahwa rincian keputusan akan dikeluarkan mendatang. Peru sejak 1947 mempertahankan sikapnya di PBB bahwa harus ada sebuah negara Israel, dengan batas-batas yang aman, dengan sebuah negara Palestina, katanya. Itu sudah menjadi sikap Peru yang telah dipelihara secara permanen. Belaunde juga menekankan bahwa pengumuman Senin itu bukan hasil tekanan dari kedua pihak. Brazil dan beberapa negara Amerika Selatan lainnya telah mengakui Palestina dengan perbatasan tahun 1967, termasuk Jerusalem timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza, tanah mereka yang diduduki oleh Israel dalam Perang Enam Hari. Israel mencaplok Jerusalem timur yang kebanyakan berpenduduk Arab. Tindakan itu tidak pernah didukung oleh masyarakat internasional atau rakyat Palestina, yang berharap untuk mendirikan ibu kota negara masa depan mereka sendiri di sana. Perundingan perdamaian Israel-Palestina yang didukung AS terakhir mengalami jalan buntu pada September 2010 ketika moratorium terbatas mengenai pembangunan permukiman Israel di

Giliran Ekuador Akui Negara Palestina Uni Eropa: Kami akan Akui Negara Palestina Bolivia Akui Palestina Sebagai Negara Merdeka dan Berdaulat Negara Amerika Latin Ramai-ramai Akui Negara Palestina, Ini Alasannya Dan Guyana Pun Akui Negara Palestina Palestina Kini Siap untuk Jadi Negara

(ap photo/mary altaffer) Jonas Gahr Store NEGARA-negara donor mengukuhkan kembali kesiapan Otorita Palestina untuk jadi negara merdeka didasarkan pada berbagai laporan baru dari institusi-institusi keuangan internasional penting dan PBB. Dukungan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) PBB dan para donor itu ketika para pemimpin dunia mulai tiba untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tingkat tinggi di Majelis Umum PBB hendaknya memberi dukungan kepada Palestina pada saat mereka meneruskan upaya untuk jadi anggota PBB sebagai sebuah negara merdeka. Menlu Norwegia Jonas Gahr Stoere, selaku ketua kelompok pendukung donor, Ad Hoc Liason Committee, mengemukakan dalam sebuah pertemuan bahwa berbagai upaya untuk "membangun institusi-institusi negara yang kuat sekaligus menghidupkan kembali perekonomian Palestina kini mencuat sebagai suatu cerita sukses internasional yang besar." Dalam April lalu, komite penyumbang keuangan besar kepada Palestina menyambut baik hasil penilaian Bank Dunia, IMF dan PBB bahwa Otorita Palestina berada di "atas ambang" untuk menjalankan berbagai institusi negara. Kukuhkan "Hari ini kami mengukuhkan kembali, berdasarkan Bank Dunia, IMF dan PBB bahwa kemajuan ini masih solid," ujar Stoere kepada wartawan ketika meringkas hasil pertemuan lebih tiga jam di New York, Minggu malam. "Kini krusial untuk memelihara berbagai prestasi dan kemajuan yang telah dicapai sebegitu jauh," ujar menlu tadi. Stoere menjelaskan, komite itu memusatkan perhatian untuk menjaga "kelangsungan hidup keuangan dan viabilitas ekonomi." Dalam laporan-laporan yang dipersiapkan untuk pertemuan tadi, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia memperingatkan tentang meningkatnya risiko terhadap perekonomian Palestina yang dapat mengganggu pertumbuhan dan prestasi belakangan ini dalam

membangun berbagai lembaga sebuah negara. IMF menegaskan kembali penelitiannya dalam April lalu bahwa Otorita Palestina "kini mampu melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonomi yang sehat bagi negara Palestina mendatang yang berfungsi dengan baik, mengingat track record solitnya dalam bermacam pembaruan dan pembangunan institusi di bidang keuangan publik dan finansial." Krisis Namun IMF menegaskan pertumbuhan ekonomi di Tepi Barat turun dari 8 persen dalam 2010 jadi 4 persen dalam paruh pertama 2011. IMF memperingatkan bahwa menurunnya bantuan kepada Palestina, khususnya dari para donor regional, telah menyebabkan "suatu krisis likuiditas" dan menyatakan kini para donor "sangat perlu" mengisi gap 300 juta dolar dalam keperluan finansial Palestina sebesar 1,1 miliar dolar tahunn ini. Bank Dunia melaporkan "kemajuan berkesinambungan" dalam program dua tahun Palestina untuk membangun berbagai institusi negara yang kuat. "Namun, kemunculan krisis fiskal yang akut, disertai turunnya pertumbuhan ekonomi, bisa mengganggu janji keberhasilan pembangunan institusi ini," tegasnya. Stoere menyebut komite itu menyatakan keprihatinan bahwa bermacam efek pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Jalur Gaza menghambat potensi pertumbuhan ekonomi, dan bahwa dukungan donor kepada pihak Palestina bisa saja melemah pada "tahap kritis untuk menjaga aktivitas donor." Dia mengatakan, juga ada pesan dari pertemuan tadi bahwa para donor ingin melihat dilanjutkannya negosiasi-negosiasi yang sudah lama macat antara Israel dan Palestina. Wakil Menlu Israel Danny Ayalon mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa bantuan dan kerjasama ekonomi Israel pada masa mendatang "bisa terancam parah dan tak akan terbaiki" jika Otorita Palestina nekad mendeklarasikan sebuah negara merdeka secara sepihak. Negosiasi langsung antara kedua pihak telah menemui kebuntuan dalam setahun terakhir dan Otorita Palestina kini konflik dengan Israel dan AS gara-gara langkah untuk mendapatkan pengakuan PBB. Pertemuan tadi juga dihadiri perdana menteri Palestina Salam Fayyad. Sejak pembekuan pembicaraan itu, komite donor merupakan satu-satunya forum internasional tempat Israel dan Palestina duduk bersama. Presiden Palestina Mahmud Abbas telah menegaskan akan meminta Dewan Keamanan PBB pada Jumat nanti agar bertemu untuk mendukung keanggotaan penuh PBB bagi Palestina. Amerika Serikat, yang bapak angkat Israel, telah berikrar akan memveto langkah seperti itu. (ap/afp-bh)

Lebih Banyak Orang di Dunia Dukung Palestina Merdeka JAJAK pendapat global yang dilakukan BBC memperlihatkan lebih banyak yang mendukung pengakuan PBB atas Palestina sebagai negara merdeka. Survei atas Palestina dilakukan di 19 negara dengan 20.466 responden. Di 19 negara yang disurvei, 49% mendukung usulan negara Palestina sebagai anggota PBB sementara 21% menyatakan pemerintah mereka sebaiknya menolak. Jajak pendapat yang dilakukan BBC dan GlobeScan, menunjukkan dukungan di empat negara yang berpenduduk mayoritas Islam. Namun di Cina juga lebih banyak yang mendukung usulan tersebut. Bahkan di negara-negara yang tinggi penolakannya, lebih banyak yang mendukung resolusi itu daripada menentang. Amerika Serikat dan Pilipina mencatat 36% yang menolak resolusi PBB atas Palestina namun sebanyak 45% warga Amerika dan 56% warga Pilipina mendukung pengakuan atas negara Palestina. Otorita Palestina mengatakan akan mengajukan permohonan anggota penuh di PBB pada pekan ini namun Amerika Serikat mengatakan akan memveto langkah itu. Palestina mengharapkan pengakuan internasional atas negara yang didasarkan pada perbatasan tahun 1967, mencakup Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Israel dan Amerika Serikat mengatakan negara Palestina hanya bisa dicapai lewat perundingan langsung namun babak terakhir perundingan damai antara Israel dan Palestina sudah terhenti tahun lalu. Palestinia saat ini menjadi entitas pengamat tetap di PBB. Perwakilan Palestina di PBB adalah Organisasi Pembebasan Palestina, PLO. Otoritas Palestina ingin meningkatkan status sehingga negara Palestina menjadi anggota penuh PBB Dukungan paling rendah tercatat di India, dengan 32% mendukung serta 25% menolak dan sejumlah besar tidak punya pilihan. Sedangkan dukungan yang paling kuat tercatat di Mesir, dengan 90% mendukung dan hanya 9% menentang. Di negara-negara Islam lainnya, Turki mencatat 60% dukungan dan 19% menolak, sementara Pakistan 52% mendukung dengan 12% menolak, dan Indonesia 51% mendukung dan 16% menolak.

Jajak pendapat menemukan 56% warga China mendukung Palestina sebagai negara merdeka dan hanya 9% yang menentang. Di tiga negara utama Uni Eropa juga tercatat lebih banyak yang mendukung keanggotaan Palestina di PBB: Prancis (54% mendukung, 20% menentang), Jerman (53% dan 28%) serta Inggris Raya (53% dan 26%). Secara menyeluruh 30% dari responden yang disurvei tak memberikan jawaban karena berpendapat negara mereka sebaiknya abstain atau tergantung maupun tidak mempunyai pandangan sama sekali. Sebanyak 20.466 orang di 19 negara diajukan pertanyaan langsung secara tatap muka maupun melalui telepon dalam survei yang berlangsung antara 3 Juli hingga 29 Agustus 2011.

Nasional Jawa Timur

Hari Ini Penentuan Palestina Masuk PBBPosisi Indonesia harus mampu menggalang dukungan untuk negara Palestina.Jum'at, 23 September 2011, 18:58 WIB Ita Lismawati F. Malau, Suryanta Bakti Susila

Dubes Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi (VivaNews/ Nurcholis Anhari Lubis)

BERITA TERKAIT

RI Desak Dukungan Non Blok Bagi Palestina Menlu: RI Perjuangkan Palestina Masuk PBB Aktivis Indonesia Akan Ikut Kapal Flotilla II Palestina Undang Wisatawan Indonesia Sebelum Anda Berangkat ke Gaza

VIVAnews - Palestina akan menyatakan kemerdekaan dan keinginan bergabung menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat. Beberapa jam ke depan, akan digelar sidang PBB di New York. Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan menyatakan kepada dunia bahwa rakyat Palestina, yang selama ini ditekan dan dijajah, ingin menyatakan kemerdekaannya, kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi di DPR, Jumat 23 September 2011. Menurut Fariz, pada 15 November 1988 Presiden Palestina Yaseer Arafat sudah menyatakan kemerdekaan dan diakui dunia. Yang pertama adalah Bahraain. "Kemudian kedua Indonesia yang mengakui. Dan sampai sekarang ini sudah ada 126 negara di dunia mengakui kemerdekaan Palestina, kata Fariz. Menurutnya, Palestina sedang memperjuangkan agar diakui lebih banyak negara dan mendapat keanggotaan di PBB. Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengungkapkan, hari ini merupakan penentuan bagi Palestina terkait sidang umum PBB yang membahas permintaan keanggotaan ini. "Posisi Indonesia bukan sekedar mempertegas sikap politiknya tapi juga mampu menggalang dukungan untuk berdirinya negara Palestina yang merdeka dan mendapat keanggotaan di PBB," kata Mahfudz. Menurut Mahfudz, Indonesia harus mendorong agar Palestina menjadi anggota PBB. Hambatan terbesar upaya itu adalah perubahan sikap Presiden Amerika Barack Obama yang semula mendukung, tapi kini tidak lagi. Wakil Menteri Luar Negeri Triyono Wibowo mengungkapkan, upaya tersebut perlu dipisahkan antara keinginan menjadi negara merdeka dan keinginan sebagai ananggota PBB. "Ini berbeda. Yang dicari Palestina pengakuan sebagai anggota PBB," ujarnya. Menurut dia, Indonesia sudah lama mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Kini, Indonesia mendukung Kedudukan Palestina sebagai anggota PBB. "Menempatkan Palestina sebagai negara berbeda. Sebab selama ini perundingan tidak sejajar. Perundingan selama ini tidak selevel," ujarnya. Dubes Palestina Fariz Mehdawi menambahkan, pihaknya menyayangkan sikap Amerika yang dari awal berusaha menggagalkan usaha Palestina. "Meskipun AS berusaha merundingkan Palestina-Israel selama 20 tahun tapi tidak menghasilkan apa-apa," ujarnya.

Menurut Fariz, Presiden Palestina Mahmud Abbas sudah bicara pada Obama agar mendapat dukungan masuk keanggotaaan di PBB. Menurutnya, usaha mendapat keanggotaan PBB itu juga diiringi itikad baik melakukan perundingan dengan Israel. "Perundingan itu harus berdasarkan kesetaraan," kata dia. Fariz mengemukakan, Palestina sudah mendapat dukungan dari liga Arab, negara-negara eks gerakan Nonblok, serta OKI. "Terutama dukungan dari bangsa Indonesia," ujarnya. Namun, upaya itu kemungkinan kandas sebab Amerika sudah berancang-ancang mengeluarkan veto. "Untuk menjadi anggota PBB harus diakui minimal sembilan negara dari lima belas negara anggota Dewan Keamanan tanpa adanya hak veto," ujar Fariz. VIVAnews

onday, 26 September 2011 Waktu sepertinya tidak berpihak pada AS dan Israel.Rakyat Palestina dan kebanyakan masyarakat internasional telah tidak sabar menanti terwujudnya citacita dan perjuangan panjang bangsa Palestina. Presiden Mahmoud Abbas telah mengajukan permohonan Palestina untuk diterima sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam pidatonya di depan Majelis Umum (MU) PBB (23/9),Abbas melambai-lambaikan surat yang disampaikan kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ban Ki-Moon kepada para anggota MU. Negara Palestina Bangsa Palestina telah lama mengupayakan terbentuknya negara Palestina. Dalam hukum internasional, rujukan bagi sebuah bangsa untuk menjadi sebuah negara merdeka adalah Konvensi Montevideo 1933. Berdasarkan Pasal 1 disebutkan bahwa negara harus memenuhi empat syarat. Keempat syarat tersebut adalah ada penduduk,wilayah, pemerintahan, dan kemampuan untuk berhubungan dengan negara lain.Syarat terakhir ini membutuhkan pengakuan dari negara lain. Palestina sebenarnya telah memenuhi keempat persyaratan tersebut.Hanya saja terkait dengan pengakuan, meski banyak negara telah mengakui adanegara Palestina,termasuk Indonesia, Israel dan negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) belum memberi pengakuan. Pengakuan Israel penting karena bangsa Palestina yang secara historis sebagai pemilik wilayah yang saat ini diduduki Israel merupakan pihak yang secara de jure dan de facto menguasai wilayah dan bangsa Palestina. Negara Barat pun tidak mudah memberi pengakuan atas negara Palestina karena khawatir keberadaan Israel sebagai negara akan terancam, bahkan terganggunya stabilitas politik di Timur Tengah. Di samping itu, negara seperti AS juga sangat dipengaruhi oleh lobi Yahudi dalam menyikapi masalah Palestina. Sulit bagi siapa pun Presiden dan pengambil kebijakan luar negeri AS untuk mengabaikan lobi Yahudi. Jabatan yang dipegang, bahkan perekonomian negara, pasti akan terdampak. Perundingan Selama ini Israel yang didukung AS dan sekutunya lebih mendorong terbentuknya negara Palestina melalui perundingan. Perundingan bilateral antara organisasi pembebasan Palestina

dan pemerintahan Israel dianggap sebagai solusi. Beberapa kali Pemerintah AS memfasilitasi berbagai perundingan bilateral dengan harapan akan terbentuk negara Palestina.Namun, harapan terbentuknya negara Palestina tidak kunjung tiba. Perundingan seolah tidak berujung dan semakin alot. Dalam konteks inilah Presiden Mahmoud Abbas mengubah strategi perjuangan Palestina dengan mengajukan permohonan ke PBB untuk diterima sebagai anggota penuh (full member). Hanya negara berdaulat yang dapat diterima sebagai anggota penuh PBB. Selama ini keberadaan Palestina di PBB hanyalah sebagai peninjau (observer). Itu pun bukan dalam bentuknya sebagai negara, melainkan sebuah gerakan yang disebut sebagai Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization/ PLO). Di dalam elite politik Palestina sebenarnya strategi Abbas ini mendapat tentangan. Garis keras Hammas berpendirian terbentuknya negara Palestina harus menghilangkan negara Israel yang dianggap tidak sah. Hammas tidak berkeinginan negara Palestina hidup berdampingan dengan negara Israel. Terlepas dari pertentangan yang ada antara berbagai faksi dan kelompok di tubuh elite Palestina, upaya yang dilakukan Presiden Abbas merupakan upaya yang spektakuler dan bersejarah. Spektakuler karena ini merupakan upaya di tengah kebuntuan perundingan. Perundingan sekadar membeli waktu yang pada akhirnya negara Palestina tidak akan pernah hadir. Kendala Keinginan Palestina untuk diterima sebagai anggota PBB bukan tanpa kendala.Kendala terbesar adalah bagaimana AS dan negara-negara yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan (DK) PBB bersikap. Ada tiga organ PBB yang terlibat dalam penerimaan Palestina sebagai anggota PBB yakni Sekretariat Jenderal, DK,dan MU. Sekretariat Jenderal adalah organ yang menerima surat permohonan.Surat permohonan ini diteruskan ke DK yang selanjutnya akan menyampaikan rekomendasi ke MU. Sesuai Pasal 4 Piagam PBB, kewenangan untuk memutus diterima atau tidaknya aplikasi suatu bangsa menjadi anggota PBB terletak pada MU.Hanya saja, MU tidak akan memutus bila tidak mendapatkan rekomendasi dari DK. Di sinilah permasalahan muncul. Ini mengingat meski sembilan dari 15 anggota DK menyetujui rekomendasi, bila ada satu anggota tetap yang melaksanakan hak vetonya, rekomendasi akan kandas. Berarti kandas pula keinginan Palestina menjadi anggota tetap. Presiden Barack Obama beberapa waktu lalu telah mengemukakan pendirian AS.Negeri Paman Sam ini tidak akan menyetujui berdirinya negara Palestina melalui mekanisme PBB,tapi melalui perundingan. Pendirian Obama dapat dipahami karena dia akan menghadapi pemilihan Presiden. Terlebih lagi Obama tidak berdaya menentang lobi kuat Yahudi dan ketidaksetujuan Israel. Padahal bila hak veto benar dilakukan AS, ini merupakan ironi dalam kebijakan luar negeri Obama. Pertama, kampanye Obama yang selalu mendengungkan perubahan (change) ternyata tidak terbukti. Obama gagal melakukan perubahan mendasar politik luar negeri AS di Timur Tengah. Kedua,AS akan berhadapan dengan kebijakan luar negerinya sendiri yang selalu mendorong demokrasi dan proses demokratisasi di penjuru dunia, termasuk di Timur Tengah. Veto AS untuk melindungi Israel berarti pengabaian demokrasi dan demokratisasi pada masyarakat internasional dan PBB. Saat ini paling tidak ada 120 negara di MU-PBB yang siap

mendukung permohonan Palestina untuk menjadi anggota penuh. Bila demokrasi dimaknai sebagai suara terbanyak yang harus didengar, apakah tepat bagi AS untuk tidak mendengarnya? Apakah AS bersiap untuk bernasib sama dengan berbagai rezim otoriter yang ditumbangkan karena kekuasaan absolut dan kediktatoran? Dilema inilah yang dihadapi Presiden Obama dan AS. Padahal berdirinya negara Palestina merupakan suatu keniscayaan, hanya waktu dan metode seperti apa negara tersebut akan terbentuk. Waktu sepertinya tidak berpihak pada AS dan Israel. Rakyat Palestina dan kebanyakan masyarakat internasional telah tidak sabar menanti terwujudnya cita-cita dan perjuangan panjang bangsa Palestina. Bila mekanisme perundingan yang dipilih AS, terbentuknya negara Palestina harus dilakukan sebelum DK mengeluarkan rekomendasi ke MU. HIKMAHANTO JUWANA Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Jakarta

Group Links :

Copyright 2011 Media Nusantara Citra Group Tampilan terbaik pada resolusi 1024x768 pada browser FF1+, IE6+, Opr9+

Legal Disclaimer Privacy Policy

merdekaan dan Pengakuan: Sebuah Identitas Bernama Negara PalestinaJumat, 22 Juli, 2011 | 11:01 WIB | Dibaca : 844 Share349

Oleh: Kartika Pemilia Lestari BANGSA Palestina terus melakukan perjuangan demi lepas dari penjajahan Israel serta melakukan rebuild atau membangun kembali dirinya sebagai sebuah negara yang berdaulat. Kemerdekaan dan kedaulatan merupakan identitas terpenting dalam metamorfosis sebuah entitas menjadi sebuah negara. Oleh karena itu, komitemen serta konsistensi bangsa Indonesia dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina layak mendapatkan apresiasi serta dukungan dari dunia internasional dan segenap rakyatnya. Simpati dan dukungan bangsa Indonesia yang terbaru ialah menggelar Forum konferensi internasional bertajuk Striving to Fulfill the Rights of Palestinian People, Asia-Pasifik Community Conference (ASPAC) for Palestine selama dua hari, Rabu-Kamis (29-30/6) di Balai Sidang Jakarta Convention Center. Dalam forum tersebut ratusan anggota DPR RI menandatangani petisi menuntut pembebasan anggota parlemen Palestina yang ditahan Israel. Khusus di ASEAN, pemerintah Indonesia menjadi pelopor agar Israel menghentikan aksi pencaplokan tanah Palestina dan kompleks Masjid Al-Aqsa. Indonesia melalui dukungan diplomatik berusaha mengajak seluruh anggota PBB untuk mengakui kemerdekaan Palestina. Dukungan terhadap perjuangan Palestina juga digelorakan oleh Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla (JK). Pada Jumat, (1/7) JK melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad di Ramallah, Tepi Barat, Palestina. Pertemuan tersebut untuk menyampaikan simpati dari masyarakat Indonesia terhadap perjuangan bangsa Palestina dan masalah-masalah kemanusiaan yang dihadapi bangsa Palestina. Selain menyampaikan rasa simpati, Jusuf kalla juga menyampaikan perkembangan peningkatan hubungan kerja sama antara Palang Merah Indonesia dan Bulan Sabit Merah Palestina (Palestinien Red Crescent Society/PRCS), di mana PMI mengirimkan bantuan kemanusiaan rakyat Indonesia untuk bangsa Palestina melalui PRCS.

Sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, untuk apa sebenarnya semua hiruk-pikuk memberikan dukungan terhadap diakuinya bangsa Palestina sebagai sebuah negara? Mengapa bangsa kita yang tengah terbelit beragam persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya memberikan perhatian besar terhadap perjuangan bangsa Palestina? Bukankah di depan mata kita persoalan bangsa juga meminta perhatian besar? Bukankah Palestina merupakan sebuah wilayah serta entitas yang berada nun jauh di sana? Pertanyaan yang lebih sophisticated lagi, ada apa dengan pengakuan (recognition)? Mungkin jarang atau bahkan tidak tertulis di buku-buku sejarah bangsa kita, bahwa negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia adalah bangsa Palestina? Tidak percaya? Mari kita telusuri fakta sejarahnya. Kita akan dibuat terhenyak ketika membaca buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution. M. Zein Hassan Lc. sebagai pelaku sejarah, menjelaskan dalam bukunya pada halaman 40 tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mufti besar Palestina secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ucapan selamat mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan pengakuan Jepang atas kemerdekaan Indonesia . Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut- turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia dan memberi dukungan penuh. Berangkat dari fakta sejarah yang centang-perenang seperti ini, tidak patut kiranya kita kemudian bersikap sinis terhadap upaya pemerintah memperjuangkan kemerdekaan sebuah bangsa yang sejak tahun 1948 hingga hingga kini masih harus menghadapi penjajahan secara fisik. Piagam PBB yang diproklamirkan tahun 1948 jelas-jelas menyebut bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dan di era cyber space seperti ini, rasanya suatu hal yang sangat absurd jika penjajahan fisik di dunia masih eksis. Era negara-bangsa (nation-state) yang dimulai pasca Perjanjian Westphalia tahun 1648 menuntut terpenuhinya syarat pengakuan sebagai tiket masuk bagi sebuah negara sehingga dia bisa berdaulat. Sejatinya, pengakuan bukan syarat utama untuk sebuah kedaulatan. Tanpa pengakuan pun, jika sebuah komunitas sudah memiliki kedaulatan, wilayah serta penduduk, maka dia otomatis sudah dianggap sebagai sebuah negara berdaulat. Maka menjadi sesuatu hal yang absurd atau bahkan sebuah anomali, ketika pada tahun 1948 Israel yang bahkan belum memiliki kedaulatan, wilayah, serta penduduk bisa mendapatkan identitas bernama negara; dengan hanya bermodalkan pengakuan dari Amerika Serikat. What a joke. Sungguh lelucon yang tidak lucu sama-sekali.

Diaspora bangsa Yahudi secara masif ke negara Palestina sejak tahun 1948 menambah deretan absurditas politik internasional. Kemudian Israel yang didukung kekuatan adidaya berhasil menancapkan benderanya di markas PBB. Selanjutnya otak masyarakat internasional dicuci lewat media-media mainstream untuk memahami, bahwa hanya ada satu identitas di peta dunia, yakni negara Israel, negara Palestina sudah hilang. Lalu, sejarah ini sebenarnya milik siapa? Dalam hal ini mungkin Foucault ada benarnya, bahwa sejarah adalah milik mereka yang tengah berkuasa. Wallohu alam bishshawwab