Penanganan dan Pemanfaatan Limbah.pdf

download Penanganan dan Pemanfaatan Limbah.pdf

of 15

Transcript of Penanganan dan Pemanfaatan Limbah.pdf

  • Ramas Collection

    STUDI PENANGANAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada saat ini, penilaian keberhasilan suatu pembangunan

    tidak hanya didasarkan pada faktor ekonomi sebagai satu-satunya

    pilar untuk meningkatkan taraf hidup manusia, tetapi juga pilar

    lain yang harus dibangun secara simultan dan seimbang, yaitu

    sosial dan lingkungan. Pembagunan sosial dapat lebih jauh

    diterjemahkan sebagai tingkatan konstribusi pembangunan

    terhadap taraf hidup masyarakat. Sedangkan pembangunan di

    bidang lingkungan mewujudkan pemanfaatan optimal dan bijak

    terhadap sumber daya alam tak terbarukan, serta

    berkesinambungan ketersediaannya terhadap sumber daya alam

    yang terbarukan.

    Dalam kegiatan pembangunan hampir tidak dapat

    dipisahkan dari pemanfaatan sumber daya alam. Dengan

    demikian selama pembangunan diperlukan maka akan terjadi

    eksploitasi terhadap sumber daya alam antara lain eksploitasi

    sumber daya mineral atau yang lebih dikenal dengan

    pertambangan.

    Permasalahan lingkungan dalam industri pertambangan

    memerlukan penanganan yang tepat agar nantinya tidak

    berdampak buruk, terutama masalah limbah yang dihasilkan dari

    proses produksi atau kegiatan menambang bahan galian.

    Beberapa polemik dan masalah yang timbul sehubungan dengan

    pengelolaan limbah tambang menunjukkan betapa pentingnya

    masalah yang terkait dengan pengelolaan kegiatan usaha

    pertambangan. Dimana dampak yang ditimbulkan terhadap

    lingkungan dapat menghambat pembangunan yang berkelanjutan

  • Ramas Collection

    (sustainable development) serta pengusahaan yang berkelanjutan

    (sustainable corporation).

    II. LANDASAN TEORI

    2.1 Dasar Hukum Pengelolaan Lingkungan

    Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23/1997 tentang

    Lingkungan Hidup; bahwa setiap orang, kelompok orang atau

    badan termasuk perusahaan pertambangan mempunyai kewajiban

    memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi

    kerusakan dan pencemaran lingkungan.

    Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan

    terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijak

    merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.

    Undang-undang Lingkungan Hidup menetapkan bahwa

    setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting

    terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai

    Dampak Lingkungan (AMDAL). Melalui AMDAL inilah sebenarnya

    upaya perlindungan yang efektif dan efisien dimulai. Kurang

    akuratnya AMDAL akan menyebabkan permasalahan utama

    dalam upaya perlindungan lingkungan baik dalam permasalahan

    teknis maupun pembiayaannya.

    Disamping itu perusahaan pertambangan juga wajib

    melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan perusakan

    dan pencemaran lingkungan seperti diatur dalam Kepmen

    Pertambangan dan Energi No.1211.K/008/M.PE/1995 dan

    peraturan perundangan terkait. Kewajiban ini berlaku bagi

    kegiatan usaha pertambangan sejak tahap eksplorasi.

    2.2 Limbah Batuan dan Tanah Penutup (Overburden)

    Dalam memulai suatu kegiatan penambangan, selalu saja

    dimulai dari pengupasan overburden (untuk tambang terbuka),

  • Ramas Collection

    atau pembukaan terowongan (untuk tambang bawah tanah). Hal

    ini menghasilkan limbah yang sangat banyak. Total limbah yang

    dihasilkan bervariasi antara 10% sampai sekitar 99% dari bahan

    total yang ditambang. Limbah utama yang dihasilkan adalah

    batuan penutup dan limbah batuan. Batuan penutup dan limbah

    batuan adalah lapisan batuan yang tidak atau sedikit

    mengandung bahan galian, yang menutupi atau berada diantara

    zona mineralisasi sehingga tidak bernilai ekonomis untuk diolah.

    Batuan penutup umumnya terdiri dari tanah dan vegetasi

    sedangkan limbah batuan meliputi batuan yang dipindahkan pada

    saat pembuatan terowongan, pembukaan dan eksploitasi endapan

    bijih serta batuan yang berada bersamaan dengan singkapan bijih.

    Dampak potensial dari proses pemindahan tanah penutup

    dan limbah batuan akan berpengaruh terhadap komponen

    lingkungan seperti kualitas air dan hidrologi, flora dan fauna,

    hilangnya habitat alamiah, pemindahan penduduk, hilangnya

    peninggalan budaya, dan hilangnya pertanian serta sumber daya

    kehutanan.

    2.3 Air Asam Tambang

    2.3.1 Keasaman Larutan

    Parameter untuk menetukan tingkat keasaman larutan

    adalah dengan menggunakan harga pH. Pengukuran pH dapat

    dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau dengan

    menggunakan alat pH meter, keasaman suatu larutan dapat

    dipahami dengan menggunakan pengertian pH dan pOH, yang

    menunjukkan besarnya konsentrasi ion H+ dan konsentrasi ion

    OH- yang terkandung dalam larutan. Huruf p berasal dari potenz

    yang artinya pangkat, huruf H adalah tanda atom hidrogen dan

    huruf O adalah tanda atom oksigen. Jadi pH adalah harga negatif

  • Ramas Collection

    logaritma konsentrasi ion H+ sedangkan pOH adalah harga negatif

    logaritma konsentrasi ion OH-

    pH = - log [ H + ]

    pOH = - log [ OH- ]

    Dalam air murni konsentrasi ion H+ dan konsentrasi ion OH-

    sama besarnya yaitu 10-7, sehingga sesuai rumus pH = - log [ H+ ],

    air murni mempunyai pH = 7

    pH = - log [ H+ ] = - log [ 10-7 ] = 7

    pH = - log [ OH- ] = - log [ 10-7 ] = 7

    Larutan bersifat asam, bila pH < 7

    Larutan bersifat netral, bila pH = 7

    Larutan bersifat basa, bila pH > 7

    Jadi semakin kecil harga pH maka larutan semakin bersifat

    asam.

    Hubungan pH dengan pOH adalah pH + pOH = 14,

    perhitungan konsentrasi masing masing pereaksi baik asam

    maupun basa dapat dirumuskan sebagai berikut :

    atau

    dengan :

    M = Molaritas

    Mol = molalitas

    L = Liter

    gr = gram

    Mr = massa molekul relatif zat terlarut (gr/mol)

    Molaritas juga bisa dihitung dari nilai pH =

    untuk larutan asam :

    M = 10-pH

    M =

    mol =

  • Ramas Collection

    untuk larutan basa :

    M = 10-(14-pH)

    2.3.2 Pengertian Air Asam Tambang

    Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa asingnya Acid

    Mine Drainage (AMD) adalah air yang terbentuk di lokasi

    penambangan dengan pH rendah (pH < 7) sebagai dampak

    dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga

    menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah,

    dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu

    air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral mineral

    sulfida ( pirit, kalkopirit, markasit, dll ). Kegiatan penambangan ini

    dapat berupa tambang terbuka maupun tambang dalam ( bawah

    tanah ).

    Mineral mineral sulfida yang berpotensi menimbulkan air

    asam tambang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel. Mineral Mineral Sulfida

    Mineral Komposisi

    Pirit FeS2

    Marcasite FeS2

    Calkopirit CuFeS2

    Calkosite Cu2S

    Sphalerit ZnS

    Millerit NiS

    Pirotit Fe1-Xs ( dimana 0 < x < 0,2 )

    Arsenpirit FeAsS

    Cinnabar HgS

    Galena PbS

    Sumber : Good Mining Practice, Konsep dan Implementasi

    2.2.3 Proses Terjadinya Air Asam Tambang

    Proses tejadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya

    mineral mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian

  • Ramas Collection

    dengan air (H2O) dan oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam

    membentuk asam terjadi dalam beberapa persamaan reaksi

    sebagai berikut :

    1. FeS2 + 7 2 O2 + H2O Fe+2 + 2SO4-2 +2H+

    2. Fe+2 + O2 + H+ Fe+3 + H2O

    3. Fe+3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+

    4. FeS2 + 14Fe+3 + 8H2O 15Fe+2 + 2SO4-2 + 16H+

    Ada tiga jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu :

    a. Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida

    sulfida logam tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan

    asam.

    b. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan

    tersuspensi dalam contoh air dihilangkan dengan cara

    fluktuasi maupun pengendapan.

    c. H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari

    konsentrasi H2S terlarut, pH contoh air dan konstanta

    ionisasi H2S.

    Faktor faktor kimia yang menentukan pembentukan air

    asam tambang adalah :

    pH

    Temperatur

    Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan < 100 %

    Kandungan O pada fase cair

    Akumulasi kimia dari Fe3+

    Luas permukaan mineral sulfida yang terpajan

    Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam

    Peranan bakteri

    Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam

    tambang , adalah :

    Kondisi limbah

  • Ramas Collection

    Permeabilitas limbah

    Keberadaan lubang air

    Tekanan lubang air

    Mekanisme perpindahannya

    Faktor yang mengendalikan tingkat perpindahan

    kontaminan adalah jumlah pengencer dan tingkat pencampuran

    yang membentuk air asam tambang yang pindah dari sumber ke

    lingkungan penerimanya.

    2.3.4 Sumber Sumber Air Asam Tambang

    Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan

    baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.

    Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat

    di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan

    curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksida

    sulfur menjadi asam. Sumber sumber air asam tambang antara

    lain berasal dari kegiatan kegiatan berikut :

    1. Air dari tambang terbuka

    Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari

    terkupasnya lapisan penutup, sehingga unsur sulfur yang

    terdapat dalam batuan sulfida akan mudah teroksidasi dan bila

    bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.

    2. Air dari unit pengolahan batuan buangan

    Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan

    penambangan adalah batuan buangan ( waste rock ). Jumlah

    batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan

    bertambahnya kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan

    buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan

    langsung dengan udara terbuka membentuk senyawa sulfur

    oksida selanjutnya dengan adanya air akan membentuk air asam

    tambang.

  • Ramas Collection

    3. Air dari lokasi penimbunan batuan

    Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat

    menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak langsung

    dengan udara yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat adanya

    air.

    4. Air dari unit pengolahan limbah tailing

    Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui

    mempunyai potensi dalam membentuk air asam tambang, pH

    dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi karena adanya

    penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat

    asam yang dibuang kedalamnya. Air yang masuk ke dalam tailing

    pond yang bersifat asam tersebut diperkirakan akan menyebabkan

    limbah asam bila merembes keluar dari tailing pond.

    2.3.5 Dampak Dampak Air Asam Tambang

    Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan

    menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun

    dampak negatif dari air asam tambang tersebut antara lain yaitu :

    1. Masyarakat disekitar wilayah tambang

    Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang

    tidak dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan ke

    sungai atau ke laut telah dinetralkan dan selalu dilakukan

    pemantauan 1 x seminggu menggunakan alat water quality

    checker (untuk mengetahui temperatur, kekeruhan, pH, dan

    salinity), hasil pemantauan disesuaikan dengan Baku Mutu Air

    Sungai dan Air Laut dan dapat dilihat pada lampiran 3. Namun

    apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka

    binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian

    penduduk menjadi terganggu.

    2. Biota Perairan

  • Ramas Collection

    Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya

    perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan

    benthos, kehadiran benthos dalam suatu perairan dapat

    digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Pada perairan yang

    baik dan subur benthos akan mengalami kelimpahan, sebaliknya

    pada perairan yang kurang subur benthos tidak akan mampu

    bertahan hidup. Data mengenai keberadaan benthos yang ada

    dibeberapa TP ( titik pemantauan ) dapat dilihat pada lampiran 4.

    3. Kualitas Air Permukaan

    Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan

    menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter

    kualitas air yang mengalami perubahan diantaranya adalah pH,

    padatan terlarut, padatan tersuspensi, COD, BOD, sulfat, besi,

    dan Mangan.

    4. Kualitas Air Tanah

    Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang penting

    untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak

    mengandung logam - logam berat seperti besi, tembaga, seng yang

    semuanya ini merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan

    tanaman, sedangkan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan

    tanaman seperti fosfor, magnesium, kalsium sangat kurang.

    Akibat kelebihan unsur hara mikronya dapat menyebabkan

    keracuanan pada tanaman, ini tandai dengan busuknya akar

    tanaman sehingga tanaman menjadi layu.

    2.4 Tailing

    2.4.1 Pengertian Tailing

    Tailing adalah slurry yang keluar dari hasil akhir proses

    pengolahan bijih emas berupa lumpur (50% padatan dan 50% cair),

    yang masih mengandung sianida dan unsur-unsur logam berat

    lain dan dengan konsentrasi sangat tinggi. Hal ini tidak bisa

  • Ramas Collection

    dibiarkan begitu saja karena dapat mencemari lingkungan sekitar

    dan akan menjadi masalah dikemudian hari setelah tambang ini

    selesai beroperasi apabila tidak dikelola secara professional.

    2.4.2 Penampungan Tailing, Pengolahan dan Pembuangan

    Pengelolaan tailing merupakan salah aspek kegiatan

    pertambangan yang menimbulkan dampak lingkungan sangat

    penting. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya

    memerlukan pertimbangan yang teliti terutama untuk kawasan

    yang rawan gempa. Kegagalan desain dari sistem penampungan

    tailing akan menimbulkan dampak yang sangat besar, dan dapat

    menjadi pusat perhatian.

    Pengendalian polusi dari pengendalian tailing selama proses

    operasi harus memperhatikan pencegahan timbulnya rembesan,

    pengolahan fraksi, cair tailing, pencegahan erosi oleh angin, dan

    mencegah pengaruhnya terhadap hewan-hewan liar.

    Isu-isu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam

    evaluasi alternatif penampungan tailing meliputi :

    Karakteristik geokimia area yang akan digunakan sebagai

    tempat penimbunan tailing dan potensi migrasi linfian dari

    tailing.

    Daerah yang rawan gempa atau bencana alam lainnya

    yang mempengaruhi keamanan dan design teknis.

    Konflik penggunaan lahan terhadap perlindungan ekologi

    peninggalan budaya, pertanian serta kepentingan lain

    seperti perlindungan terhadap ternak, binatang liar dan

    penduduk lokal.

    Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air dan

    kebutuhan untuk pengolahannya.

    Reklamasi setelah pasca tambang.

  • Ramas Collection

    Studi AMDAL juga harus mengevaluasi resiko yang

    disebabkan oleh kegagalan penampungan tailing dan pemrakarsa

    harus menyiapkan rencana tanggap darurat yang memadai. Pihak

    yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan tanggap darurat harus

    dinyatakan secara jelas.

    2.4.3 Faktor-Faktor Dalam Menilai Kesesuaian Penampungan

    Tailing

    2.4.3.1 Tuntutan Peraturan

    Tuntutan peraturan setempat yang mencakup seluruh aspek

    dan areal penimbunan yang direncanakan dimasa depan harus

    disertakan di dalam penilaian suatu areal. Hal tersebut mencakup:

    Tuntutan baku mutu bagi pelepasan air.

    Nilai budaya dan sejarah dari suatu tempat termasuk

    nilainya bagi penduduk pribumi.

    Tuntutan akan rencana khusus terhadap misalnya gempa

    bumi, peluang-peluang terjadinya banjir.

    Emisi debu dan polusi suara.

    Rencana-rencana dari berbagai pihak yang berwenang

    termasuk pengangkutan, pengembangan perkotaan, sarana-

    sarana (penyaluran tenaga listrik, jaringan pasokan air, dan

    sebagainya).

    Zonasi dari areal penimbunan tailing dan daera sekitarnya

    (kegiatan-kegiatan yang diizinkan pihak berwenang), dan

    kemungkingan perubahan dari zonasi sekarang.

    2.4.3.2 Meteorologi

    Berbagai aspek neraca dari operasi harus didasarkan pada

    pengertian yang mendalam mengenai kondisi meteorologi

    setempat. Informasi yang harus dikumpulkan termasuk:

    Data curah hujan (rata-rata setiap bulan untuk berbagai periode

    ulang 1:10;1:20;1:50;1:100).

  • Ramas Collection

    Data intensitas/lama hujan.

    Pengukuran evaporasi (panci pengupasan kelas A).

    Pengukuran kelembaban, suhu dan radiasi matahari.

    Kekuatan/arah angin pada berbagai waktu yang berbeda

    dalam setahun.

    Pengetahuan tentang kejadian masa lalu atau jarang terjadi

    (angin topan, banjir).

    2.4.3.3 Topografi dan Pemetaan

    Topografi dari bagunan jangka panjang dan daerah-daerah

    penyangga sejauh sekitar satu km dari batas-batas daerah yang

    harus diteliti. Informasi ini akan memungkinkan dilakukan

    penilaian akan potensi dampak-dampak sosial dan lingkungan

    dari fasilitas yang disulkan pada tahap-tahap yang paling awal

    dari perencanaan. Informasi ini harus termasuk :

    Kontur-kontur permukaan dengan interval satu meter.

    Pola-pola drainase (aliran-aliran, mata air, danau lahan

    basah).

    Batas-batas tanah.

    Jaringan jalan dan pelayanan.

    Tempat tinggal dan bangunan lainnya.

    Tempat-tempat budaya atau sejarah.

    Tata guna lahan saat ini (RURTW).

    2.4.3.4 Fotografi

    Fotografi dapat menjadi suatu alat penting untuk membantu

    penilaian estetika dan potensi dampak lingkungan dari areal

    penimbunan yang diusulkan, termasuk :

    Foto-foto udara dari kepemilikan lahan dan daerah

    sekitarnya.

    Foto-foto darat yang diambil dari berbagai sudut yang

    bermanfaat.

  • Ramas Collection

    Foto-foto sejarah.

    2.4.3.5 Air Permukaan Tanah

    Seandainya areal penimbunan tailing yang terpilih berada

    dekat sungai-sungai atau daerah-daerah yang sering mengalami

    banjir, potensi dampak dari hujan lebat pada frekuensi rendah

    perlu dipertimbangkan. Informasi yang dibutuhkan termasuk :

    Aliran-aliran pada batang-batang air alami (data hidrografis

    seperti ciri-ciri limpasan air hujan).

    Catatan-catatan banjir dan identifikasi dataran banjir yang

    mungkin.

    Latar belakang baku mutu air.

    Tata guna air di hulu dan hilir termasuk aliran-aliran

    lingkungan untuk memelihara habitat bagi flora dan fauna.

    2.4.3.6 Air Bawah Tanah

    Suatu pengertian tentang hidrogeologi umum dari suatu

    tempat dapat membantu penilaian potensi dampak dari

    penimbunan tailing terhadap air bawah tanah. Informasi yang

    penting termasuk :

    Hidrogeologi tempat (kedalaman air, arah aliran, kecepatan

    aliran).

    Keberadaan jalur-jalur aliran yang dikehendaki.

    Latar belakang baku mutu air.

    Tata guna air di hulu dan di hilir.

    Zona pengeluaran air bawah tanah.

    2.4.3.7 Geoteknis

    Penampungan tailing pada awalnya lazim dibangun dari

    tanah setempat. Dalam hal ini ketersediaan dan kesesuaiaan

    tanah harus dinilai dipermulaan dan harus mencakup :

  • Ramas Collection

    Kondisi fondasi (jenis-jenis tanah di berbagai kedalaman,

    distribusi ukuran partikel, presentase partikel halus, Nilai

    attenberg (plastisitas tanah), kekuatan tanah, ciri-ciri

    permeabilitas, mineralogi).

    Ketersediaan bahan-bahan bangunan seperti limbah tanah

    liat, pasir, batu kerikil.

    Adanya batu-batuan, struktur dari lapisan batu-batuan.

    Data resiko gempa.

    2.4.3.8 Geokimia

    Seandainya cairan tailing berhubungan dengan tanah

    alamiah, sejumlah interaksi geokimia dapat terjadi. Melakukan

    analisis jangka panjang adalah praktek yang baik karena akan

    membangun informasi yang membantu tercapainya pengertian

    tentang interaksi-interaksi tersebut.

    2.4.3.9 Sifat-Sifat Tailing

    Sifat-sifat tailing perlu diketahui ketika merancang fasilitas-

    fasilitas baru, terutama yang berkaitan dengan kemungkinan

    rembesan air bawah tanah dan pelepasan air. Termasuk

    didalamnya :

    Kandungan mineral dan kimia partikel padat.

    Kandungan logam.

    Kandingan radio-nuklida.

    Gaya berat spesifik partikel-partikel padat.

    Perilaku pengendapan tailing (asalnya: perilaku

    pengendapan galian).

    Hubungan antara permeabilitas dan berat jenis.

    Plastisitas tanah (Nilai Attenberg).

    Perilaku konsolidasi.

    Rheologi (aliran cairan yang mengandung partikel-partikel

    tersuspensi/ciri-ciri kekentalan.

  • Ramas Collection

    Ciri-ciri kekuatan tailing.

    Kimia air pori (air diantara pori-pori tanah).

    Sifat-sifat pencucian air tawar.