PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

12
PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI ERA PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sukma Perdana Prasetya Universitas Negeri Surabaya 1 Abstrak Tugas pendidikan tidak hanya sekedar menstranfer ilmu pengetahuan dalam konteks pengembangan disiplin ilmu akademik tetapi juga membangun watak, akhlak, dan kepribadian sehingga generasi muda dapat melangsungkan kehidupannya secara lebih baik sekarang dan di masa yang akan datang. Hubungan fungsional struktural lingkungan alam yang terdiri segala spera (lapisan) ada di bumi ini sesungguhnyas tunduk kepada Sunatullah, namun karena campur tangan keserakahan manusia yang ‘mengobok-obok’ kesetimbangan alam itu, maka akibatnya kondisi geosfera tersebut menjadi terganggu kelestariannya. Oleh sebab itu pemahaman wawasan kegeografian tidak cukup diberikan hanya sebatas kajian ilmiah (pengetahuan) belaka tetapi perlu penanaman nilai-nilai moral keimanan dan ketaqwaan yang pada akhirnya akan membentuk insan geograf yang berwawasan rahmatan alamiah sebagai realisasi bukti akhlakul karimah yang mulia. Pendekatan kognitif yang bersifat intellectual intelligence dalam mempelajari geografi perlu disertai dengan pendekatan emotional intelligence atau pendekatan humaniora (humanity approach) dimana unsur moral, etika dan agama yang merupakan ciri dari hakekat manusia perlu dikembangkan dalam penanaman wawasan geografi. Dalam menghadapi dipeberlakukannya kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), negara yang sumberdaya manusianya memiliki pengetahuan luas tentang kondisi geografis wilayah, maka negara tersebut akan dapat menguasai potensi wilayahnya. Pemahaman tentang geografi sebagai ilmu pengetahuan terkandung muatan intelektual dan praktikal. Muatan intelektual tercermin pada pengetahuan bahwa bumi itu dihuni oleh berbagai suku bangsa yang berbeda adat istiadatnya, beserta isu-isu lokal, regional, dan global. Muatan praktikal geografi berusaha untuk memecahkan berbagai permasalahan wilayah melalui solusi yang diambil berdasarkan pertimbangan sebaik-baiknya dengan mengkaji segala aspek dalam ruang secara komprehensif. Kata Kunci: wawasan geografi, nilai geografi, pembelajaran geografi 1 Staf Pengajar Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabya

Transcript of PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Page 1: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

DI ERA PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Sukma Perdana Prasetya

Universitas Negeri Surabaya1

Abstrak

Tugas pendidikan tidak hanya sekedar menstranfer ilmu pengetahuan dalam konteks

pengembangan disiplin ilmu akademik tetapi juga membangun watak, akhlak, dan kepribadian

sehingga generasi muda dapat melangsungkan kehidupannya secara lebih baik sekarang dan di

masa yang akan datang. Hubungan fungsional struktural lingkungan alam yang terdiri segala

spera (lapisan) ada di bumi ini sesungguhnyas tunduk kepada Sunatullah, namun karena campur

tangan keserakahan manusia yang ‘mengobok-obok’ kesetimbangan alam itu, maka akibatnya

kondisi geosfera tersebut menjadi terganggu kelestariannya. Oleh sebab itu pemahaman

wawasan kegeografian tidak cukup diberikan hanya sebatas kajian ilmiah (pengetahuan) belaka

tetapi perlu penanaman nilai-nilai moral keimanan dan ketaqwaan yang pada akhirnya akan

membentuk insan geograf yang berwawasan rahmatan alamiah sebagai realisasi bukti akhlakul

karimah yang mulia. Pendekatan kognitif yang bersifat intellectual intelligence dalam

mempelajari geografi perlu disertai dengan pendekatan emotional intelligence atau pendekatan

humaniora (humanity approach) dimana unsur moral, etika dan agama yang merupakan ciri dari

hakekat manusia perlu dikembangkan dalam penanaman wawasan geografi. Dalam menghadapi

dipeberlakukannya kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), negara yang sumberdaya

manusianya memiliki pengetahuan luas tentang kondisi geografis wilayah, maka negara tersebut

akan dapat menguasai potensi wilayahnya. Pemahaman tentang geografi sebagai ilmu

pengetahuan terkandung muatan intelektual dan praktikal. Muatan intelektual tercermin pada

pengetahuan bahwa bumi itu dihuni oleh berbagai suku bangsa yang berbeda adat istiadatnya,

beserta isu-isu lokal, regional, dan global. Muatan praktikal geografi berusaha untuk

memecahkan berbagai permasalahan wilayah melalui solusi yang diambil berdasarkan

pertimbangan sebaik-baiknya dengan mengkaji segala aspek dalam ruang secara komprehensif.

Kata Kunci: wawasan geografi, nilai geografi, pembelajaran geografi

1 Staf Pengajar Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabya

Page 2: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Pendahuluan

Eksistensi geografi terjadi karena adanya variasi ruang di muka bumi (spatial variation of

the earth surface). Ruang muka bumi dalam studi geografi terdiri dari unsur-unsur litosfera,

atmosfera, hidrosfera, biosfera dan antroposfera. Kesemua spera membentuk satu system yang

disebut geosfera. Di dalam system geosfera terdapat sistem ekologi (ecosystem) dan sistem social

(social system) yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Sistem sosial itu sendiri merupakan garapan bidang disiplin ilmu soiologi, antropologi,

politik dan ilmu sosial lainnya. Sistem social baru menjadi garapan studi geografi kalau sistem

sossial itu dilihat sebagai suatu bagian integral dengan sistem geosfera. Demikian pula halnya

dengan komponen litosfera, hidrosfera, atmosfera dan biosfera yang membentuk sistem ekologi,

baru berarti bagi studi geografi jika komponen-komponen itu “dilihat” secara integral saling

berkaitan satu sama lain, baik secara sederhana antar dua komponen bilateral, maupun secara

simultan multi dimensional dalam sistem geosfera yang lebih kompleks. Itulah yang dimaksud

dengan wawasan geografi.

Secara sederhana, wawasan geografi merupakan pengejawantahan dari sudut pandang

keruangan, kewilayahan dan keekologian terhadap objek material yang berwujud geosfera. Sudut

pandang keruangan dan keekologian melahirkan berbagai konsep relasi, interelasi, interaksi,

interdependensi antar berbagai komponen geosfera. Misalnya dalam bentuk ekosistem yang

lebih spesifik mulai dari ekosistem daratan, lautan, pegunungan, lembah, pantai, wilayah suatu

Negara, propinsi, kabupaten, kecamatan, desa sampai kepada yang lebih spesifik lagi,

kesemuanya harus dilihat secara sistemik yaitu system geosfera.

Kalau seorang dosen mengajar tentang kependudukan suatu desa misalnya. Maka ia

hanya melukiskan tentag jumlah penduduk, kepadatan penduduk, angka kelahiran, angka

kematian,angka migrasi, jumlah penduduk usia subur, jumlah pengikut keluarga berenca, dan

lain-lain. Uraian seperti itu baru mencerminkan keadaan demografi, belum tampak wawasan

geografinya. Kajian itu baru akan tampak wawasan geografinya jika setiap fakta dan data

demografi dihubungkan dengan komponen-komponen geosfera secara fungsional dan struktural.

Dalam contoh desa diatas, maka unsur demografi itu dikaitkan dengan keadaan tanah, keadaan

udara atau iklim, flora dan fauna, topografi wilayah yang membentuk suatu sistem geosfera desa

yang menjadi objek kajian.

Page 3: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Demikian pula seorang dosen mengajar tentang litosfera tanpa mengaitkan dengan spera

yang lainnya, misalnya hanya membicarakan tentang terjadinya pegunungan, patahan, relief,

topografi, erosi, kesuburan tanah, dan sebagainya. Hal tersebut semua belum menunjukkan

bahasan wawasan geografi, mungkin hanya merupakan fakta geologi dan geomorfologi. Baru

fakta-fakta itu menjadi fakta dan data geografi jika telah dilihat secara integral dalam kaitannya

dengan spera yang lain.

Kalau diambil fenomena “erosi” misalnya. Sebagai salah satu fenomena dari komponen

litosfera. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan dan bisa dijadikan indikator khas geografi

misalnya. Di mana terjadinya erosi? Bagaimana persebarannya di muka bumi? Apa dan

bagaimana hubungan erosi itu dengan unsur atmosfera atau iklim (curah hujan, angin,

kelembaban, suhu, penyinaran matahari)?, Bagaimana hubungan erosi itu dengan komponen

biosfera (penutup vegetasi, gembalaan hewan, hewan pembuat lubang)?, Bagaimana hubungan

erosi itu dengan komponen hidrosfera (arus sungai, air limpasan, kandungan kimiawi air, kondisi

DAS)?, Kemudian dipertanyakan pula hubungan erosi itu dengan relief, kecuraman lereng, jenis

tanah dan jenis batuan. Serta bagaimana hubungan fungsionalnya dengan faktor manusia,

termasuk kedalamnya kepadatan penduduk, jenis mata pencaharian penduduk, tingkat

pendidikan, peradaban, tingkat teknologi, pandangan dan visi hidupnya. Kesemuanya

mempunyai keterkaitan dan hubungan fungsional struktural, membentuk suatu kesatuan sistem

geosfera. Artinya tidak ada suatu fenomena geosfera yang terisolir dan bebas dari ikatan

pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Kesemuanya berlangsung dalam proses, baik secara

natural maupun secara artificial.

Sesungguhnya hubungan fungsional struktural lingkungan alam yang terdiri segala

spera (lapisan) ada di bumi ini, seperti hidrosfera, atmosfera, litosfera, biosfera dan pedosfera

itu tunduk kepada Sunatullah (ketentuan Allah), namun karena campur tangan keserakahan

manusia yang ‘mengobok-obok’ kesetimbangan alam itu, maka akibatnya kondisi geosfera

tersebut menjadi terganggu kelestariannya. Oleh sebab itu pemahaman wawasan kegeografian

tidak cukup diberikan hanya sebatas kajian ilmiah belaka tetapi perlu penanaman nilai-nilai

moral keimanan dan ketaqwaan yang pada akhirnya akan membentuk insan geograf yang

berwawasan Rahmatan Alamiah sebagai realisasi bukti akhlakul karimah yang mulia.

Dalam hubungannya dengan MEA geografi mempunyai kemanfatan dalam dunia modern

terutama menghadapi tantangan di era MEA, dimana ruang regional ASEAN semakin terbuka.

Page 4: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Interkoneksi antara wilayah di ASEAN semakin cepat maka kebutuhan praktis dari pengetahuan

geografi semakin kritis. Muatan praktikal dari geografi tersebut tidak hanya berguna bagi

geografi saja, tetapi bermanfaat juga bagi semua pihak yang memerlukan. Seorang pengusaha

(pelaku ekonomi) perlu mengetahui daerah penghasil bahan baku dan daerah potensial

pemasaran, seorang dokter perlu mengetahui kondisi lingkungan untuk menangani wabah

penyakit pada suatu daerah, Negara Indonesia harus mengetahui kekuatan dan kelemahan

sumberdaya-sumberdaya negara-negara Asia Tenggara untuk menyusun strategi persaingan,

sehingga Indonesia dalam MEA tidak hanya sebagai market potensial saja bagi negara lain tetapi

harus mampu mengembagkan dan mengekspor komoditinya ke negara lain berdasarkan

optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya. Seorang yang mempunyai pengetahuan geografi luas

akan lebih bijaksana dalam memecahkan isu lokal, regeonal dan global, karena kebijakan

tersebut diambil berdasarkan pertimbangan sebaik-baiknya dengan mengkaji segala aspek dalam

ruang secara komprehensif2.

Proses Penanaman wawasan dan Nilai Geografi

Fungsi pendidikan untuk mengembangkan kebudayaan dan membangun karakter bangsa

dalam menghadapi perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta persaingan

dalam era globalisasi. Tugas pendidikan tidak hanya sekedar menstranfer ilmu pengetahuan

(knowledge) dalam konteks pengembangan disiplin ilmu akademik tetapi juga membangun

watak, akhlak, dan kepribadian sehingga generasi muda dapat melangsungkan kehidupannya

secara lebih baik sekarang dan di masa yang akan datang. Persaingan kehidupan yang semakin

ketat dalam era globalisasi harus mampu dihadapi oleh generasi penerus dengan kepribadian

yang kuat, kreatif, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan memiliki tanggung jawab terhadap

kelestarian lingkungan hidup3.

Banyak mahasiswa geografi khususnya yang begitu intens dalam mempelajari ilmu

geografi namun sangat kering akan pemahaman keimanan, sehingga ilmu yang diterimanya tidak

mengakar kuat sampai kelubuk hati. Ilmu yang diterimanya hanya menjadi syarat untuk

mencapai nilai IPK yang baik dan untuk menunjang pencarian pekerjaan di masa depan belaka.

2 Prasetya, S.P.2015. Peran Pendidikan Geografi Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Surabaya: Seminar Nasional

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya. 3 Sutmaatmadja, N, S. 2005. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 5: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Akibatnya mahasiswa hanya memiliki basis akademisi belaka tanpa menghayati bahwasanya

ilmu yang dimilikinya itu harus dilandasi dengan moral, iman dan taqwa. Mahasiswa perlu juga

adaptif dalam menghadapi perkembangan jaman. Mahasiswa selalu bersama dalam kuliah,

bahkan dengan prestasi yang sama, dikemudian hari akan berbeda prestasinya. Mereka yang

memiliki kesadaran akan adanya tantangan dan mempersiapkan diri akan lebih berhasil

dibanding dengaan mereka yang sudah merasa puas terhadap apa yang telah dicapai.

Penanaman wawasan geografi kepada peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Pertama, dengan pengembangan kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

evaluasi dan kreasi) mengenai berbagai fenomena geosfera. Dengan pendekatan kognitif ini

peserta didik dimotivasi agar mereka berupaya mengenal dan mengetahui apa hakekat unsur

geosfer. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk menelaah hubungan relasi, interelasi,

interaksi dan interdependensi antara satu komponen dengan komponen lainnya. Dengan

demikian akan muncul berbagai pengertian pada dirinya secara komprehensif, apa yang

dimaksud geosfera itu. Kemudian mereka diharapkan mampu menerapkan berbagai konsep

keruangan itu secara relasional. Dengan kemampuan relasional natar fenomena geosfer, berarti

peserta didik mampu membuat eksplanasi secara sistemik. Artinya akan disadari jika

mempelajari suatu fenomena, ia akan menyadari bahwa eksistensi fenomena itu tidak berdiri

sendiri, tetapi mempunyai pengaruh terhadap aspek lainnya. Daya intelektual yang kritis, kreatif,

dan sistemik ini dapat diaplikasikan di dalam berbagai bidang kehidupan.

Pendekatan kognitif yang bersifat intellectual intelligence tersebut perlu disertai dengan

pendekatan emotional intelligence atau pendekatan humaniora (humanity approach) dimana

unsur moral, etika dan agama yang merupakan ciri dari hakekat manusia perlu dikembangkan

dalam penanaman wawasan geografi. Mengapa pendekatan yang kedua ini perlu? Karena

peserta didik adalah warga negara, sehingga penanaman wawasan geografi tidak lepas dari

tujuan pendidikan nasional. Peserta didik harus dikembangkan menjadi manusia Indonesia

seutuhnya dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur.

Dari uraian diatas, jelas proses penanaman wawasan geografi tidak sekedar menyentuh

aspek ontologi dan epistemologi keilmuan geografi, tetapi juga secara simultan harus senantiasa

berorientasi kepada aspek aksiologi, yaitu ketercapaian tujuan pendidikan nasional, sebagai

muara dari kegiatan ilmiah dan upaya pendidikan dalam rangka pembangunan manusia

Page 6: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

seutuhnya. Tanpa ada kesadaran tersebut, penanaman wawasan geografi dan seluruh kegiatan

pembelajaran hanya menghasilkan manusia-manusia yang tahu tentang wawasan geografi, tetapi

kosong dari nilai-nilai kemanusiaan dan keIlahian. Tahu tentang sesuatu, tetapi tidak mampu

berprilaku yang sesuai dengan pengetahuannya. Memiliki pengetahuan tetapi tidak terampil

memanifestasikan karena tanpa isi iman dan takwa serta akal budi. Tanggungjawab

kemasyarakatan dan kebangsaan hanya sebatas di mulut, tidak tercermin dalam prilaku manusia

terdidik, sebagai akibat sistem pembelajaran yang hanya mementingkan transfer pengetahuan,

tidak dilatih menghayati dan mengamalkan nilai-nilai esensial yang sesuai dengan hakekat

kemanusiaan dan sifat keIlahian4.

Perubahan Sosial dan Lingkungan

Perubahan sistem sosial erat kaitannya dengan perubahan nilai sosial dan banyak

hubungannya dengan perubahan lingkungan atau wilayah tempat suatu masyarakat

melaksanakan proses-proses sosial. Antara sistem sosial dan sistem ekologi terjadi saling

interaksi dan interdependensi. Suatu negara sebagai suatu wilayah misalnya, merupakan

perpaduan antara tanah air sebagai ekosistem, dan bangsa atau rakyat sebagai sistem sosial.

Keduanya berinteraksi dalam keseimbangan dan kedinamisan, atau dalam kondisi konflik yang

juga penuh dinamika dan perubahan yang senantiasa harus diwaspadai dengan penuh kearifan.

Selain perubahan sosial, perubahan juga terjadi pada sistem ekonomi. Pencarian nafkah,

pengembangan dan perdagangan sumberdaya, memproduksi dan mendistribusikan produk

barang dan jasa menjadi kegiatan utama dalam kegiatan ekonomi. Kegiatan tersebut sangat

tergantung pada kondisi lokal dan global. Pemahaman integrasi ekonomi lokal, regional (seperti

MEA) dan ekonomi global penting untuk mengetahui bagaimana manusia itu berinteraksi.

Perspektif ekonomi dari seseorang tercermin dari keingintahuan tentang bagaimana orang yang

berbeda memperoleh nafkah dan bagaimana orang-orang yang berbeda tersebut saling

berhubungan melalui perdagangan barang dan jasa baik antar manusia, antar daerah, bahkan

antar negara. Diberlakukannya MEA merupakan akibat dari proses globalisasi yang tidak isa

dihindari. Perlu diwapadai dari diberlakukannya MEA adalah persaingan yang sangat ketat di

4 Prasetya, S. P. 2010. Pembentukan Karakter Dalam Pembelajaran Geografi. Surabaya: Seminar Nasional Pendidikan Karakter.

Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Surabaya.

Page 7: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

negara-negara kawasan ASEAN, sehingga memicu untuk mengelola sumberdaya wilayah secara

maskimal. Jangan sampai motif ekonomi “Melalui pengorbanan sekecil-kecilnya untuk

mendapat keuntungan sebesar-besarnya” menjadi disalah artikan dengan mengekspoitasi

sumberdaya wilayah tanpa memikirkan dampak lingukngannya di masa depan. Pemahaman yang

salah dalam mengeksploitasi sumberdaya alam demi mengedepankan keutungan ekonomi semata

dalam rangka memenangkan persaingan MEA akan menciptakan manusia-manusia yang

“serakah” tanpa mempedulikan pembangunan berkelanjutan.

Kegagalan penanaman nilai dalam rangka memberikan wawasan geografi kepada para

peserta didik akan melahirkan generasi yang serakah yang tidak memiliki kesadaran lingkungan.

Jika ia sukses dalam bidang ekonomi, maka melalui pabriknya ia akan merusak hutan,

menimbulkan pencemaran yang membahayakan masyarakat. Ia akan hanya mementingkan

keuntungan sesaat “kini dan di sini”. Visinya menerawang jauh ke depan, tidak memikirkan

nasib generasi yang akan datang. Tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan tidak

termanifestasikan dalam perilaku akibat keserakahannya.

Perubahan lingkungan kewilayahan, baik dalam arti fisikal, sosial maupun kultural juga

sering terjadi akibat dari proses alamiah, terjadi dengan sendirinya sesuai dengan sunatullah.

Misalnya akibat pengaruh gempa bumi yang dahsyat, letusan gunungapi, perubahan landskap

alam akibat banjir, pertambahan penduduk secara alami dan lain sebagainya. Perubahan-

perubahan juga dapat dipicu oleh perbuatan manusia secara artificial, misalnya pertambahan

penduduk karena migrasi, karena tekanan penduduk seperti di pulau jawa, menyebabkan

kerusakan lingkungan alam sebagai bagian dari system geosfera. Pembangunan indsutri yang

tidak berwawasan lingkungan bias menimbulkan pencemaran dan kerusakan hutan.

Semua perubahan lingkungan erat kaitannya dengan system geosfera, yang harus disadari

dan menjadi perhatian insan-insan dalam pendidikan geografi. Perubahan lingkungan geosfera

akan mempengaruhi cara hidup dan mengakibatkan perubahan nilai. Perubahan nilai akan

mengakibatkan perubahan sistem social. Ketimpangan lingkungan bisa mengakibatkan

disintegrasi dalam sosiokultural yang menimbulkan keresahan sosial.

Jika penanaman wawasan kegeografian hanya berfokus kepada proses-proses keilmuan

empiric dan kategoris, hanya mengkaji adanya what to be, yang bebas dari nilai, tanpa

memperhatikan nilai normative akan menghasilkan manusia-manusia pemuja ilmu (scientism)

yang harus diwaspadai oleh para pendidik, termasuk pendidik geografi. Kondisi tersebut akan

Page 8: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

melahirkan masyarakat pengisi ruang geosfera yang hanya mementingkan pragmatism dan skuler

yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila.

Penanaman geografi tidak lepas dari proses pendidikan yang berkaitan dengan unsur-

unsur kejiwaan (iman, rasa, dan rasio). Penanaman geografi harus disertai pendidikan nilai yang

penting dalam membentuk watak, sikap dan perilaku peserta didik. Dengan demikian penanaman

wawasan geografi yang sarat nilai merupakan suatu keniscayaan yang tinggi dalam pembentukan

kepribadian warga negara yang baik. Melalui penerapan kurikulum 2013 (K-13), sebenarnya

merupakan kebijakan pendidikan nasional yang strategis dalam mewujudkan manusia Indonesia

Seutuhnya. Diterapkannya K-13, pembelajaran geografi dapat dikemas dengan memperhatikan

kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan

utuh melalui strategi pembelajaran yang inovatif (berpusat pada siswa).

Dewasa ini hampir semua negara terutama negara berkembang menghadapi berbagai

masalah lingkungan yang tercermin dari adanya ketimpangan kehidupan sosial, seperti adanya

gejala di beberapa daerah kantung-kantung kemiskinan ditengah-tengah atau berdampingan

dengan kawasan kemewahan. Pemekaran wilayah perkotaan dan daerah industry serta daerah

pemukiman yang tidak terkendali, berkembangnya slum area di beberapa bagian kota, berbagai

bentuk pencemaran limbah industry, dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan cerminan dari

masalah rendahnya kesadaran lingkungan yang seharusnya merupakan perhatian insan pendidik

melalui penanaman wawasan geografi.

Penting mengupayakan agar perubahan masyarakat tidak mengarah kepada kondisi yang

tidak diharapkan, maka penanaman wawasan kegeografian harus dimulai dan dimuati nilai-nilai

normative (what should be) dengan arah teleologis aksiologi berdasarkan nilai keillahian, sesuai

dengan nilai Pancasila yang relijius. Lebih jelasnya, harus selalu berorientasi kepada tujuan

pendidikan nasional yang sering dilupakan oleh para pengajar, termasuk ke dalamnya para guru

dan dosen geografi. Tidak sedikit guru dan dosen yang telah merasa lega, jika ia telah selesai

mengajarkan materi sesuai dengan Silabus atau Rencana Perkuliahan Semester (RPS) yang telah

dirancangnya. Padahal tujuan pendidikan esensial bukan sekedar mentransfer sejumlah

pengetahuan materi, tetapi bagaimana perubahanperilaku peserta didik dalam pengembangan

potensi kepribadiannya sehingga menjadi warga negara yang baik (good citizen).

Page 9: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Perspektif Pendidikan Geografi

Pendefinisian geografi telah banyak dikemukanan oleh para ahli. Jika diatanyakan

kepada beberapa mahasiswa jurusan geografi, tentang apa itu geografi, masih banyak yang

menjawab dengan mengemukakan geografi secara lancar, tetapi tidak memahami hakekat

kegeografiannya. Disamping itu tidak sedikit para mahasiswa dan pengajar geografi dijalur

pendidikan sekolah, jika diajukan pertanyaan yang sama mereka menjawab bahwa geografi itu

mempelajari keadaan geologi, keadaan iklim, bentuk daratan, hasil bumi, bencana dan

sebagainya. Jadi yang mereka fahami hanya sekedar materi yang terpisah-pisah, tanpa

keterkaitan, jauh dari wawasan yang memandang geosfera sebagai suatu system. Kurangt

mampu mengadakan eksplanasi hubungan fungsional structural secara sistemik.

Para pengajar di jurusan Pendidikan Geografi yang memegang berbagai mata kuliah

pendukung disiplin ilmu geografi, seperti: geologi, geomorfologi, oseanografi, klimatologi,

antropologi, dan sebagainya, masih tampak setiap pengajarnya hanya mengajarkan materi

perkuliahannya secara structural sesuai disiplin kelilmuan masing-masing. Kurang

memperhatikan kegeografiannya. Pembahasannya kurang bermuatan konsep-konsep wawasan

keruangan atau keekologian. Materi perkuliahan disajikan secara terlepas-lepas, kurang

mengandung hubungan tentang konsep relasi, interelasi, interaksi dan interdependensi antar

berbagai materi yang disajikan di dalam setiap kuliah tersebut dalam suatu system geosfera yang

terintegrasi. Adanya kenyataan tersebut, bukan hanya kurang mendidik untuk penanaman

wawasan geografi, tetapi juga akan membingungkan para peserta didik. Mereka telah banyak

belajar materi-materi pendukung disiplin ilmu geografi, tetapi mereka kurang memahami

“hakekat geografi” itu.

Subjek material dari geografi adalah permukaan bumi dan proses pembentuknya,

hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya, serta hubungan antara manusia

dengan tempatnya. Hal ikhwal yang dipelajari geografi tersebut dalam masa mendatang akan

semakin kompleks dan ruwet, lingkungan fisikal akan semakin mengancam, dan ekonomi global

semakin kompetitif dan interkonektif. Pemahaman tentang dunia, dalam hal lingkungan,

ekonomi global memerlukan kompetensi geografi tingkat tinggi, karena geografi

mengemukakan suatu sensitivitas terhadap lokasi, skala, gerakan, pola, sumber daya, dan

konflik, peta dan geo-grafik.

Page 10: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Semua individu sebenarnya memerlukan wawasan geografi, yang mereka perlukan

adalah pemahaman terhadap konteks spasial antara manusia, tempat, dan lingkungan di

permukaan bumi ini. Satu fakta geografis yang terisolir/terpisah bukan merupakan kajian

geografi. Gunungapi Semeru sebagai gunungapi tertinggi di Jawa Timur, selama tidak dikaitkan

dengan konteks spasial terhadap fenomena geografis lainnya tidak mempunyai arti geografi.

Gunungapi tersebut baru mempunyai arti geografi apabila dikaitkan dengan bagaimanakah

aktivitas erupsinya, berapa jumlah penduduk yang tinggal, dan bagaimana distribusinya, bencana

alam apa yang mungkin timbul, dan sebagainya. Pandangan kebanyakan orang bahwa geografi

itu ilmu tentang nama tempat, jelas merupakan pandangan yang menyesatkan.

Pemahaman tentang geografi sebagai ilmu pengetahuan terkandung muatan intelektual

dan praktikal. Muatan intelektual tercermin pada pengetahuan bahwa bumi itu dihuni oleh

berbagai suku bangsa yang berbeda adat istiadatnya, beserta isu-isu lokal, regional, dan global.

Dengan mengetahui tempat di bumi dengan baik maka manusia akan berpandangan lebih luas,

tidak picik, dan tidak pula etnosentris. Seandainya pengetahuan geografi bagi seluruh rakyat

Indonesia pada tingkat menengah keatas dapat dipahami secara nyata, maka konflik

daerah/propinsi, yang menjurus pada perpecahan republik ini tidak akan terjadi.

Pengetahuan geografi yang menekankan pada kajian fenomena interelasi tentang

penduduk, tempat-tempat dan lingkungannya yang menarik di bumi ini, memungkinkan manusia

untuk mencintai bumi beserta isinya sehingga akan membuat keputusan yang bijaksana dalam

bertindak dan memanfaatkan bumi ini.

Melalui wawasan geografi yang dimiliki lulusannya akan mampu menjadi pengambil

kebijaksanaan dan keputusan, sehingga harus memiliki perspektif nasional dan internasional

serta mempunyai kompetensi terhadap pembangunan lingkungan. Misalnya setelah lulus dari

perguruan tinggi menjadi pengusaha kehutanan yang justru hutannya dibabat habis, atau menjadi

direktur tekstil yang bertaraf internasional tetapi membuat kebijakan yang salah dalam

membuang limbah, atau menjadi kepala daerah tetapi tidak mengetahui potensi sumberdaya

daerahnya dan tidak mengetahui permasalahan ligkungan fisikal dan sosial dengan baik dari

wilayahnya.

Penanaman wawasan dan nilai geografi sangat penting dalam menghadapi MEA terutama

untuk lebih bangga terhadap tanah air sendiri. Geografi adalah mata pelajaran yang diberi amanat

untuk memperkenalkan keadaan tanah air Indonesia. Siapa pun yang menjauhkan bangsa

Page 11: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Indonesia dari mengenal tanah airnya sendiri, termasuk pihak yang merongrong NKRI, dan

geografi adalah mata pelajaran yang memperkenalkan sumberdaya negara sekaligus memberi

wawasan tentang tata cara pengelolaan dan melestarikan lingkungan hidup, karena itu perlu terus

didukung dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai agar warga bangsa dapat

hidup dengan mengolah tanah airnya sendiri sehingga secara bertahap dapat mengurangi

ketergantungan dari negara lain.

Simpulan

Geografi merupakan ilmu dasar dan terapan yang mempunyai manfaat bagi kehidupan

manusia dan pembangunan di Indonesia. Pemahaman geosfer oleh manusia semakin diperlukan

dalam rangka menata kehidupan dan pembangunan berkelanjutan. Penanaman wawasan dan nilai

geografi yang mengglobal merupakan masalah tersendiri yang perlu diperhatikan.

Penanaman wawasan geografi tidak saja bertujuan untuk mengembangkan dan memenuhi

ingatan para peserta didik. Tetapi, lebih dari itu, melainkan untuk membina dan mengembangkan

mental peserta didik untuk sadar akan tanggung jawabnya, baik bagi dirinya maupun masyarakat

dan negara. Pendidikan geografi mengupayakan dan menerapkan teori, konsep serta prinsip

kajian wilayah untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah alam serta sosial

yang secara nyata terjadi dalam kehidupan di kehidupan masyarakat.

Dalam rangka menghadapi MEA peran geografi dalam pemahaman karakteristik, potensi

dan masalah disuatu masalah meruapakan dasar pijakan dalam mewujudkan kesejahteraan

negara Indonesia. Terbukanya pasar ASEAN tersebut memberikan peluang untuk semakin

terbukanya akses bagi masyarakat kepada sumber-sumber potensi wilayah, tidak saja di dalam

negeri tetapi juga pasar internasional. Dalam menghadapi MEA, sumberdaya wilayah menjadi

salah satu modal dasar pembangunan bagi negara Indonesia. Sebagai modal dasar, sumberdaya

wailayah harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh

karena itu, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan

mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan dimasa

datang. Penguasaan potensi wilayah dapat dikembangkan melalui pemahaman studi geografi.

Penanaman geografi harus disertai pendidikan nilai yang penting dalam membentuk watak, sikap

dan perilaku peserta didik yang berjiwa nasional dan berfikir global.

Page 12: PENANANAMAN WAWASAN DAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN …

Berdasarkan pada paparan diatas, nampak bahwa pendidikan geografi sangat diperlukan

eksistensinya dalam rangka mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tentang

pengelolaan wilayah yang majemuk dan berbeda di Indonesia.

Daftar Pustaka

Daldjoeni, N., 1997, Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa Dan Guru Sekolah Bandung:

Penerbit P.T Alumni.

Djamari, 1999, Penanaman Wawasan Kegeografian. Bandung: Seminar Nasional Universitas

Pendidikan Indonesia.

Donoseputro, Marsetio, 2002, Pendidikan Menyongsong Globalisasi.Bandung: Angkasa

Prasetya, S. P. 2010. Pembentukan Karakter Dalam Pembelajaran Geografi. Surabaya: Seminar

Nasional Pendidikan Karakter. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Surabaya.

Prasetya, S.P.2015. Peran Pendidikan Geografi Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi

Asean. Surabaya: Seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya.

Sutmaatmadja, N, S. 2005. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.