Penanaman legume cover crop pada lahan berlereng dengan ...
Transcript of Penanaman legume cover crop pada lahan berlereng dengan ...
PENANAMAN LEGUME COVER CROP PADA LAHAN BERLERENG
DENGAN METODA TEMPLOK DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG
WALAT, KABUPATEN SUKABUMI
LIKA AULIA INDINA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
Lika Aulia Indina. E44060403. Penanaman Legum Cover Crop pada Lahan
Berlereng dengan Metoda Templok di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi. Dibimbing oleh YADI SETIADI.
Pengendalian erosi di lahan yang berlereng memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang datar, karena semakin curam
lereng maka jumlah butir tanah yang terpercik ke atas akibat tumbukan butiran
hujan akan semakin banyak. Sehingga masalah ini menyebabkan hilangnya
stabilitas lereng tanah akibat perubahan-perubahan fisik tanah.
Teknik perlindungan lereng dan pengendalian erosi pada lahan berlereng
adalah menanam tanaman penutup tanah dengan jenis legum penutup tanah
(Legum Cover Crop). Kendala dalam penanaman tanaman penutup tanah di lahan
berlereng adalah terbawanya biji-biji Legum Cover Crop oleh air hujan. Salah satu
teknik baru yang diterapkan adalah Metoda Templok, metoda ini dipakai sebagai
solusi untuk penanaman di lahan berlereng.
Penelitian ini mengamati pertumbuhan penanaman Legum Cover Crop
jenis Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, Pueraria javanica, dan
persen kehilangan media pada lahan berlereng ± 70° di Hutan Pendidikan Gunung
Walat, Sukabumi. Metoda Templok menggunakan perekat berupa polimer
Teraglue, media tanam berupa serasah serta jerami dan penggunaan net cocofiber.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Metoda Templok dengan
menggunakan perekat TeraGlue, media jerami serta serasah dan penggunaan net
dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman Legume
cover crop di lahan berlereng. Berdasarakan persen daya hidup media jerami
efektif untuk jenis Calopogonium mucunoides, sedangkan media serasah efektif
untuk jenis Centrosema pubescens dan Pueraria javanica. Berdasarkan persen
kehilangan media perlakuan dengan menggunakan media jerami, perekat
TeraGlue 0,57 % serta penggunaan net cocofiber memberikan pengaruh terbaik.
Sehingga dari penelitian awal ini, Metoda Templok diharapkan dapat menjadi
solusi yang efektif untuk penanaman Legume Cover Crop sebagai salah satu
upaya pengendalian erosi di lahan berlereng.
Kata kunci : Legume Cover Crop, Jerami, Serasah, Teraglue
SUMMARY
Lika Aulia Indina. E44060403. Legume Cover Crop Planting in Slope Area
with Templok Method in Gunung Walat Forest Education, Sukabumi. Under
supervision of YADI SETIADI.
Erosion control in a slope area more difficulty than in flat area. The
steeper area caused much soil splashe, because rain washed away soil. Then can
lead to reduce slope stability because of soil physic changes.
Slope protection and erosion control technique to slope area is cover crop
planting with Legume Cover Crop. The problem in planting cover crop on slope
area is the seed easy wash away by the rain. One of new technique to apply is
Templok Method, this method is used as a solution for planting in slope area.
This research observed the survival of Legume Cover Crop,
Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, Pueraria javanica and
percent media loss at area with ± 70° slope in in Gunung Walat Forest Education,
Sukabumi. Templok Method use TeraGlue as kohesif material, for straw or litter
as planting media and cocofiber net.
The result of this research indicate that Templok Method by using
TeraGlue, straw and litter media also cocofiber net can give good effect of
planting Legum Cover Crop in the slope area. Based on percent Legum Cover
Crop survival, straw media effective for this type of Calopogonium mucunoides,
while litter media effective for this type of Centrosema pubescens and Pueraria
javanica. Based on the percent media loss, treatment which used straw media,
TeraGlue 0,57 % and using cocofiber net show the best effect. Based on this first
research, Templok Method can be use as alternative solution for planting Legum
Cover Crop for erosion control in slope area.
Keywords : Legume Cover Crop, Straw, Litter, TeraGlue
PENANAMAN LEGUME COVER CROP PADA LAHAN BERLERENG
DENGAN METODA TEMPLOK DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG
WALAT, KABUPATEN SUKABUMI
LIKA AULIA INDINA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Penanaman
Legume Cover Crop pada Lahan Berlereng dengan Metoda Templok di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi” adalah benar-benar hasil karya
saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan
sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
pada bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Lika Aulia Indina
NIM. E44060403
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Penanaman Legume Cover Crop Pada Lahan
Berlereng Dengan Metoda Templok Di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi.
Nama Mahasiswa : Lika Aulia Indina
NRP : E44060403
Disetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc
NIP 19551205 198003 1 004
Diketahui :
Plh. Ketua Departemen Silvikultur
Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Si
NIP 19660921 199003 2 001
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhanku yang menjadi tujuan dan pemberi
ridha serta pemberi kemurahan atas ilmuNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penanaman Legume Cover Crop pada
Lahan Berlereng dengan Metoda Templok di Hutan Pendidikan Gunung
Walat, Kabupaten Sukabumi”. Shalawat dan salam semoga tersampaikan
kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya dan para UmatNya.
Keberhasilan skripsi ini tak lepas dari segala arahan, bimbingan, do’a serta
semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih dan memohon do’a kepada Allah SWT agar diberi balasan pahala
yang tak terhingga banyaknya kepada Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku
pembimbing skripsi, kepada kedua orangtua serta adik atas curahan do’a yang tak
pernah putus kepada penulis, dan seluruh pihak serta rekan-rekan yang membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perkembangan
penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Bogor, Agustus 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 1 Januari 1989
sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Endi Suhendi dan Atun Ganepiatun. Selepas menamatkan
jenjang pendidikan di SMA Negeri 1 Kuningan pada tahun
2006, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
masuk mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan
tahun 2007. Selama masa perkulihan penulis aktif pada
beberapa organisasi yaitu sebagai anggota divisi pengabdian dan pengembangan
masyarakat Himpunan Mahasiswa Kuningan (2006-2007), anggota divisi Human
Resources Development Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
IPB (2006-2007), anggota divisi eksternal Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Kehutanan IPB (2008-2009), anggota divisi Scientific Improvement Himpunan
Profesi Tree Grower Community (2009-2010), dan Ketua Umum Pengurus
Cabang Sylva Indonesia IPB (2009-2010).
Dalam ranah akademis, penulis mengikuti program magang di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi (2009) dan menjadi asisten
praktikum mata kuliah Dendrologi dan Silvikultur (2010). Penulis juga mengikuti
kegiatan praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di KPH Banyumas Barat-
Baturraden dan KPH Banyumas Timur-Cilacap (2008), Praktik Pengelolaan
Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur (2009), dan Praktik
Kerja Profesi di PT INCO Tbk, Pomalaa-Sulawesi Tenggara (2010).
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Penanaman Legume Cover Crop pada Lahan Berlereng
dengan Metoda Templok di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten
Sukabumi” dibawah bimbingan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc.
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhanku yang menjadi tujuan dan pemberi
ridha serta pemberi kemurahan atas ilmuNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skrpsi. Penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan atas bimbingan,
bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Sehingga penulis meghaturkan rasa
terimakasih dan harapan agar Allah SWT selalu memberikan karunia, anuegrah
dan pahala yang tak terhingga nilainya kepada:
1. Mamah, mamah, mamah, Apa, Dede Lita, Ade Lida, Dede Fiki atas kasih
sayang, dukungan, nasihat dan doa yang tak pernah putus
2. Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku pembimbing skripsi
3. Bapak Genta Hariangbanga dkk di PT Green Earth Indonesia
4. Bapak Ir. Budi Prihanto, MS, Bapak Agung, Bapak Rizal dan seluruh staf
Hutan Pendidikan Gunung Walat
5. Para dosen, staf Departemen Silvikultur dan Laboratorium Ekologi Hutan
IPB, Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB
6. Bapak Ocin, Mamah Nok, Ceu Hj Tati, Aa Hj Tono, Teh Melda dan adik-
adik sepupuku tersayang
7. Keluarga besar Ibrahim, keluarga besar Nawawi di Kuningan, dan
keluarga besar Charliman di Tasikmalaya atas kiriman doanya yang tiada
henti
8. Belinda Bunganagara dan Dessy Chahya Lestari beserta keluarga
besarnya
9. Neneng Siti Nurjanah dan Ahsana Riska Arif beserta keluarga besarnya
10. Anom Kalbuadi beserta keluarga besarnya
11. Sahabat seperjuangan 254 Dwita Noviani dan Gamma Merilia
12. Sahabat-sahabat: Yuzz, Luqman, Asti, Thea, Surahman, Ennu, Helga,
Vonnya, Lingga, Riri, Niechi, Lemma, Dita, Rara, Randhi, Ka Mazum,
Ka Bowo, Ka PM, Bang Tian, Chris, Ika, Semeru Group, Aje, Danes,
Silvikultur 43, 42, 44.
13. Fahutan 43 dan keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB
14. Rekan seperjuangan dan kakak-kakak (Ka didie, Ka Adon, Bang Tommy,
Bang Satrio, Teh ajeng, Teh Muthe, Ka Uphie, Ka Mabal, Ka Hangga, Ka
Bobi, Ka Budi, Ka Baqi, Ka Hilda, Ka Sherly) di PC Sylva Indonesia
Fakultas Kehutanan IPB
15. Sahabat-sahabat di pojokan: Om Bagong, Om Yusuf, Mba Wita, Mas Ari,
Bang Ubai, Mas Azwar, Adi Dzikurllah, Anggi, Rizki, Ajin, Radit, Apit,
Indra, Ratih, Wulan, Ade, Iput, Lisa
16. Keluarga besar Himarika Kuningan: Revi, Evi, Elis, Reza, Neneng, Ayip,
Abdul
17. Keluarga besar BCR 2009: Ammar, Rakhmat, Yani, Anin, Tatan,
Lembong, Rama, Oneng.
18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan
dan semangat yang diberikan kepada penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ............................................................................. ii
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................... 2
1.3. Hipotesis ....................................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4
2.1. Erosi dan Stabilitas Lereng ........................................................... 4
2.2. Peranan Tumbuhan terhadap Stabilitas Lereng dan Erosi............... . 5
2.3. Mulsa ............................................................................................ 5
2.4. Jenis Legum Cover Crop dan Deskripsinya ................................... 6
2.5. Manfaat Bio-organik dan Pupuk Polimer ....................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................... 10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 10
3.2. Alat dan Bahan Penelitian....................................................... 10
3.3. Prosedur Kerja ........................................................................ 11
3.3.1. Pemilihan Lokasi Penelitian .............................................. 11
3.3.2. Penyiapan Lokasi Penelitian ............................................. 11
3.3.3. Pemasangan Net ............................................................... 11
3.3.4. Penyusunan Denah Lokasi Penelitian ................................ 11
3.3.5. Penyiapan Campuran Mulsa dan Biji ................................ 11
3.4. Pengukuran dan Pengamatan ......................................................... 12
3.5. Alur Percobaan…...........……………………………………… ..... 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 15
4.1. Persen Daya Hidup Legum Cover Crop ......................................... 15
4.1.1. Persen Daya Hidup Calopogonium mucunoides ................ 16
4.1.2. Persen Daya Hidup Centrosema pubescens ....................... 16
4.1.3. Persen Daya Hidup Pueraria javanica .............................. 16
4.2. Pengaruh TeraGlue dan Jenis Media terhadap Persen
Kehilangan Media ........................................................................ 17
4.3. Pengaruh Net terhadap Kehilangan Media ..................................... 19
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 20
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 20
5.2. Saran ..................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 21
LAMPIRAN ........................................................................................ 22
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Bagan Pengamatan Penelitian ............................................................... 14
2. Rekapitulasi Rata-rata Pengaruh Media terhadap Daya Hidup
C. mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica ....................................... 15
3. Rekapitulasi Rata-rata Pengaruh TeraGlue terhadap Daya Hidup
C. mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica ....................................... 15
4. Rekapitulasi Rata-rata Pengaruh Net terhadap Daya Hidup
C. mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica ....................................... 15
5. Rekapitulasi Rata-rata Kehilangan Media pada Bulan Desember dan
Januari ................................................................................................... 17
6. Rekapitulasi Pengaruh Net terhadap Persen Kehilangan Media ............. 19
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Deskripsi C. mucunoides : (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong
(d) Benih .............................................................................................. .. 7
2. Deskripsi C. pubescens : (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong
(d) Benih .............................................................................................. .. 8
3. Deskripsi P. javanica : (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong
(d) Benih ............................................................................................... ... 9
4. Peta Hutan Pendidikan Gunung Walat......................................................... 10
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Rekapitulasi Persen Daya Hidup C. mucunoides, C. pubescens, dan
P. javanica ............................................................................................ 23
2. Rekapitulasi Pengaruh Pemberian Perlakuan Media, TeraGlue, dan Net
Terhadap Kehilangan Media .................................................................. 23
3. Rekapitulasi Data Curah Hujan Bulan Desember 2010 ... ..................... 24
4. Rekapitulasi Data Curah Hujan Bulan Januari 2011 ............................. 25
5. Layout Penelitian ................................................................................. 26
6. Kondisi Lereng Sebelum dan Sesudah Ditanami .................................. 27
7. Pertumbuhan LCC ................................................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerusakan lahan akibat erosi merupakan masalah besar yang harus
ditanggapi secara cepat dan tepat, terutama pada daerah-daerah dengan topografi
berlereng, karena erosi merupakan salah satu penyebab penurunan produktivitas
lahan yang mengakibatkan kelestarian lingkungan terganggu.
Erosi merupakan kerusakan lahan yang sudah menjadi fenomena dari
dahulu hingga saat ini. Hal ini terjadi akibat adanya kinerja gaya dari air hujan
yang dikenal sebagai erosi geologi. Adapun erosi yang terjadi akibat adanya
perubahan pola penutupan tanah dari pola alami menjadi pola buatan, erosi jenis
ini dikenal sebagai erosi dipercepat (Rahim, 2006).
Teknik perlindungan lereng dan pengendalian erosi yang dapat
diintegrasikan dalam perlindungan lahan berlereng adalah proteksi vegetatif.
Fungsi vegetasi tersebut untuk menahan pukulan-pukulan butiran hujan dan
menahan aliran permukaan yang terjadi pada lahan berlereng. Karena hujan
merupakan salah satu faktor utama dari penyebab erosi, disamping faktor lain
seperti topografi dan keadaan tanah (Sukartaatmadja, 1998).
Lahan berlereng memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dalam
pengendalian erosi, karena semakin curam lereng maka jumlah butir tanah yang
terpercik ke atas akibat tumbukan butiran hujan akan semakin banyak. Sehingga
masalah ini menyebabkan hilangnya stabilitas lereng tanah akibat perubahan-
perubahan fisik tanah.
Menurut Arsyad (2006), tanaman penutup tanah adalah tanaman yang
khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan
atau untuk memperbaiki sifat kima dan sifat fisik tanah. Tanaman penutup tanah
dari famili Leguminosa atau biasa disebut dengan Legume Cover Crop (LCC)
biasa dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi untuk penutup tanah karena dapat
mengikat Nitrogen dan cepat tumbuh, sehingga menghasilkan bahan organik dan
pupuk hijau (Purwanto, 2007).
Kendala dalam penanaman tanaman penutup tanah di lahan berlereng
adalah mudah terbawanya biji-biji LCC yang telah ditanam oleh air hujan. LCC
kurang baik tumbuhnya akibatnya erosi yang terjadi di lahan berlereng belum bisa
dikurangi.
Dalam penelitian ini diterapkan metode baru yang disebut Metoda
Templok. Pada Metoda Templok biji-biji LCC tidak mudah terbawa oleh air
hujan, karena dalam penerapannya metoda ini menggunakan perekat polimer
TeraGlue yang dapat melekatkan biji-biji LCC pada tanah.
Penelitian awal ini diharapkan dapat menjadikan Metoda Templok sebagai
solusi efektif untuk penanaman LCC dengan pemberian TeraGlue serta dua
macam media berupa jerami dan serasah serta pengunaan net dari cocofiber.
Dengan metoda ini diharapkan dapat mengurangi erosi pada lahan berlereng di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan IPB.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui efektivitas penggunaan TeraGlue sebagai perekat media tanam
dan biji LCC agar tidak mudah terbawa air hujan
2. Mengetahui efektivitas penggunaan jerami dan serasah sebagai media dalam
penanaman jenis tanaman LCC
3. Mengetahui efektivitas penggunaan net dari cocofiber sebagai penahan media
agar tidak mudah terbawa air hujan.
1.3.Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Perekat TeraGlue dapat melekatkan media tanam dan biji LCC, sehingga
tidak mudah terbawa oleh air hujan
2. Jerami atau serasah dapat dijadikan sebagai media untuk penanaman jenis
tanaman LCC pada lahan berlereng
3. Penggunaan net dari cocofiber efektif untuk menahan media dan biji LCC.
1.4. Manfaat
Penggunaan bahan perekat polimer TeraGlue, media jerami atau serasah
dan net pada Metoda Templok, diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif
untuk penanaman LCC sebagai metode vegetatif dalam mengendalikan erosi di
lahan berlereng.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Erosi dan Stabilitas Lereng
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami, yaitu air atau
angin (Arsyad, 2006).
Terdapat dua macam erosi, yaitu erosi geologi dan dipercepat (Schwab
1981 dalam Sukartaatmadja 1998). Erosi geologi adalah erosi secara alami,
dimana terdapat keseimbangan antara kehilangan tanah dan pembentukan tanah,
yang berlangsung lambat. Erosi dipercepat disebabkan oleh pengaruh aktifitas
manusia terhadap perubahan keseimbangan alami, dimana pada erosi ini
pengangkutan tanah lebih besar daripada proses pembentukan tanah pada lapisan
di bawahnya.
Menurut Schwab 1981 dalam Sukartaatmadja 1998, tahapan erosi
dipercepat adalah erosi lapisan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), erosi parit
(gully erosion) dan erosi pada saluran (stream channel erosion).
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi menurut Schwab 1981 dalam
Sukartaatmadja 1998 yaitu iklim, tanah, vegetasi dan topografi. Faktor iklim yang
terpenting adalah curah hujan yang menyebabkan hancurnya agregat tanah dan
terjadinya aliran permukaan.
Faktor topografi yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi
laju erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng (Schwab 1981 dalam
Sukartaatmadja 1998). Pengaruh kemiringan lereng terhadap erosi lebih besar
daripada pengaruh panjang lereng. Apabila kemiringan lereng menjadi dua kali
lebih besar maka erosi akan menjadi dua setengah kali lebih besar (Baver 1956
dalam Sukartaatmadja 1998). Kemiringan lereng cenderung memperbesar jumlah
dan kecepatan aliran permukaan sehingga memperbesar kapasitas aliran air untuk
memecah dan mengangkut bahan-bahan tanah.
2.2. Peranan Tumbuhan Terhadap Stabilitas Lereng dan Erosi
Menurut Hardiyatmo (2006), keadaaan tumbuhan-tumbuhan
mempengaruhi stabilitas lereng. Peran tumbuhan-tumbuhan dalam kestabilan
lereng bergantung pada tipe tumbuh-tumbuhan dan tipe proses degradasi lereng.
Terkait dengan kestabilan massa tanah, akar tumbuh-tumbuhan, dan air yang
diserap oleh akar akan mengurangi kelembaban tanah, sehingga dapat
memperkuat lereng. Pembongkaran atau menghilangkan tumbuh-tumbuhan dapat
berakibat menambah kecepatan erosi, sehingga membahayakan stabilitas lereng,
terutama bila erosi terjadi di kaki lereng. Pemilihan tipe tumbuh-tumbuhan untuk
kestabilan lereng sangat penting, misalnya tanaman rumput yang rapat sangat baik
untuk menahan erosi. Sebaliknya, akar pohon-pohonan yang dalam dapat
memperkuat lereng, terutama untuk mencegah longsoran dangkal.
Menurut Sukartaatmadja (1998), keadaan vegetasi (penutup tanah) juga
mempengaruhi tingkat erosi yang terjadi. Pada tanah-tanah yang berlereng dan
terbuka, bahaya erosi lebih besar dibandingkan dengan tanah yang bervegetasi,
hal ini disebabkan karena pada tanah-tanah yang terbuka gaya pukulan butir hujan
secara langsung mengenai permukaan tanah, sehingga permukaan tanah banyak
menerima jatuhnya butir-butir hujan yang merupakan faktor efektif dalam proses
erosi. Sebaliknya vegetasi dapat menahan butir-butir air hujan yang jatuh,
peningkatan agregasi dan porositas tanah karena perkembangan akar tanaman.
Menurut Hardjowigeno 1986 dalam Sukartaatmadja 1999, pengaruh
vegetasi terhadap erosi adalah : 1). Menghalangi air hujan agar tidak jatuh
langsung di permukaan tanah, 2). Menghambat aliran permukaan.
2.3. Mulsa
Menurut Millar et al 1955 dalam Rusman 1985, mulsa adalah suatu bahan
yang dihamparkan di atas permukaan tanah dengan maksud untuk menjaga
kelembaban tanah, mengurangi evaporasi, menekan pertumbuhan gulma, dan
mempertahankan fluktuasi suhu tanah. Bahan-bahan tersebut dapat berupa sisa-
sisa tanaman, jerami, daun, bahan organik, serbuk gergaji, sekam maupun plastik.
Menurut Lal 1977 dalam Sukartaatmadja 1998 mulsa akan mencegah erosi
dengan menghindarkan pengaruh langsung curah hujan terhadap tanah, dan tanah
yang diberi mulsa akan menghambat kecepatan aliran permukaan pada tanah
menjadi jauh lebih sedikit.
Sisa tanaman sebagai mulsa mengurangi pengaruh benturan air hujan
sehingga mengurangi bahaya penyumbatan permukaan tanah. Berarti mulsa dapat
mencegah kerusakan struktur tanah lapisan atas. Mulsa juga mempengaruhi tanah
karena dekomposisi bahan organiknya. Adanya sisa tanaman memungkinkan
kegiatan biologi tanah lebih besar. Peningkatan aktivitas biologi memungkinkan
terbentuknya pori makro lebih banyak. Sehingga aktivitas biologi tanah dapat
memperbaiki kemantapan sturuktur tanah, memperbaiki aerasi dan
mempertahankan permeabilitas tanah agar tetap baik (Jack et al 1955 dalam
Sukartaatmadja 1999).
2.4. Jenis Legum Cover Crop dan Deskripsinya
Menurut Arsyad (2006), salah satu metode yang dikembangkan untuk
merehabilitasi tanah adalah dengan menggunakan metode vegetatif, yaitu
menggunakan tanaman penutup tanah yang umumnya berasal dari famili
Leguminosa atau biasa disebut dengan LCC. Tanaman penutup tanah yang
biasanya digunakan adalah jenis kacang-kacangan antara lain Calopogonium
mucunoides, Centrosema pubescens, dan Pueraria javanica.
a). Calopogonium mucunoides
Nama Inggris Calopo, Nama Indonesia Kalopogonium, Nama
Lokal (Indonesia), kacang asu (Jawa). Kalopogonium berasal dari Amerika tropis
dan Hindia Barat. Kacang ini telah diperkenalkan ke Asia dan Afrika tropis pada
awal tahun 1900 dan ke Australia pada tahun 1930. Kalopogonium telah
digunakan sebagai pupuk hijau dan tanaman penutup tanah di Sumatra pada tahun
1922 dan kemudian di perkebunan karet dan perkebunan serat karung di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, dan telah tersebar ke seluruh daerah tropis.
Kalopogonium dapat tumbuh mulai dari pantai hingga ketinggian 2000
mdpl, tetapi dapat beradaptasi dengan baik pada ketinggian 300-1500 mdpl.
Kacang ini cocok pada iklim tropis lembab dengan curah hujan tahunan lebih dari
1250 mm/tahun. Kacang ini tahan terhadap kekeringan tapi mungkin akan mati
pada musim kering yang lama. Dapat tumbuh dengan cepat pada semua tekstur
tanah, walaupun dengan pH rendah antara 4.5 - 5. Cara tumbuhnya dengan
membelit, membuat kalopogonium mampu beradaptasi dengan baik pada beragam
kondisi ekologi.
Kalopogonium dikenal baik sebagai satu jenis kacang polong pelopor yang
berharga untuk melindungi permukaan lahan, mengurangi temperatur lahan,
memperbaiki kandungan Nitrogen, meningkatkan kesuburan lahan dan
mengendalikan pertumbuhan rumput liar. Tanaman ini sering ditanam bersama
dengan centro (C. pubescens) dan kacang ruji (P. phaseoloides).
Gambar 1. C. mucunoides : (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong, (d) Benih
b). Centrosema pubescens
Centrosema pubescens nama Inggrisnya Centro, butterfly pea, nama
Indonesia Sentro. Sentro berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini
merupakan salah satu dari jenis legum yang paling luas penyebarannya di
kawasan tropis. Sentro diintroduksi ke kawasan Asia Tenggara dari kawasan
tropis Amerika pada abad ke 19. Saat ini Sentro telah dapat tumbuh alami di
dataran-dataran rendah di pulau Jawa. C. pubescens dapat tumbuh pada ketinggian
0 – 1000 mdpl. Tanaman ini tahan akan kekeringan dan mampu tumbuh baik pada
tanah miskin hara.
Tanaman legum ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah atau bisa
membelit ke kiri atas pada tanaman lain yang tumbuh di dekatnya. C. pubescens
berguna sebagai tanaman penutup lahan, tanaman pencegah erosi, tanaman pupuk
hijau dan tanaman sumber pakan ternak.
Gambar 2. C. pubescens: (a) Daun, (b)Bunga, (c) Polong, (d) Benih
c). Pueraria javanica
Genus Pueraria termasuk legum dari subfamili Papilionacecae. Nama
daerah kacang ruji, krandang (Sunda), kacang alit (Jawa), batok (Madura), dengan
nama pasaran PJ. Tanaman ini merupakan tumbuhan asli Asia, banyak dijumpai di
Asia Tenggara.
Tumbuhan ini tumbuh menjalar dan merambat ke arah kiri, mempunyai
batang yang kuat, mempunyai perakaran yang dalam, diameter pangkal batang
bisa mencapai 6 cm. Ada dua jenis yang digunakan sebagai tanaman penutup
tanah yaitu P. javanica dan P. phaseoloides (kudzu tropik). P. javanica dapat
tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dengan 1000 mdpl, toleran pada tanah
asam, pertumbuhan lambat pada 3 bulan pertama. P. javanica dan P. phaseoloides
ditanam untuk dimanfaatkan sebagai penutup tanah, pencegah erosi, sumber
pupuk hijau, pemberantas alang-alang dan pakan ternak, akarnya mampu
mengikat tanah dan cocok sebagai tanaman pencegah erosi, sebagai tanaman
penutup tanah di perkebunan kelapa sawit, karet atau kelapa biasanya di
kombinasikan dengan Centrosema sp, Calopogonium sp, dan Psophocarpus sp.
Gambar 3. P. javanica: (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong, (d) Benih
2.5. Manfaat Bio-Organik dan Polimer
Bio-organik merupakan produk organik hasil fermentasi sederhana, dari
bahan-bahan yang berasal dari kotoran hewan, limbah pertanian, sampah, dan sisa
limbah ikan serta hewan. Dibandingkan dengan produk organik lain, bio-organik
selain dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian, perkebunan
dan pertumbuhan tanaman kehutanan, produk ini juga dapat memperbaiki tingkat
kesuburan tanah serta pemakaiannya aman bagi lingkungan, dan juga popular
dipakai untuk merehabilitasi lahan-lahan paska tambang yang kondisi lahannya
marginal.
Menurut Setiadi (2009), TeraGlue diperlukan sebagi perekat campuran
mulsa dan biji pada dinding lereng. Menurut Hariangbanga (2009), Terabuster
merupakan Liquid foliar fertilizer, mengandung NPK, Magnesium, Kalsium, dan
chelated micronutrients. Produk ini biasanya digunakan untuk membantu dan
mempercepat penyembuhan tanaman yang stress selama pertumbuhan akar dan
juga dapat digunakan sebagai pupuk additive untuk hydro seeding. Kandungan
unsur hara pada Terabuster meliputi N 12%; P2O5 5,5%; K2O 4,8%; MgO 0,09%;
Ca 0,4%; Fe 322 ppm; Cu 163 ppm; Mn 163 ppm; Zn 53 ppm; Bo 84 ppm, Mo 3
ppm; Ni 56 ppm.
Manfaat Terabuster diantaranya adalah :
1. Memiliki kemampuan larut sangat tinggi sehingga mudah diserap oleh tanaman
2. Bentuk chelated yang stabil menyediakan unsur hara dalam bentuk yang
langsung dapat diserap tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal
3. Merangsang pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman serta
meningkatkan kemampuan fotosintesa tanaman.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Citalahab, Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan selama tiga bulan pada bulan Oktober
2010 sampai dengan bulan Januari 2011, dengan satu bulan persiapan penelitian
dan dua bulan pengamatan.
Gambar 4. Peta Hutan Pendidikan Gunung Walat
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah golok, tangga kayu,
meteran 100 m, net dari cocofiber dengan ukuran 4 m x 1,2 m, plang unit
percobaan, tali rafia, gayung, drum, ember, pengaduk, sarung tangan, alat tulis,
tally sheet, komputer, kamera digital, timbangan digital, clinometer, dan softtware
Google SketchUp, alat pendeteksi cuaca dan iklim tipe Vintage Pro and Pro 2.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa dari bahan
jerami dan serasah, perekat polimer (TeraGlue), pupuk lengkap polimer
(Terabuster), kompos aktif (Teraremed), air dan campuran biji LCC (C.
mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica) dan Clorox 5,25 %.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Pemilihan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih berupa lahan berlereng ± 70º dan terbuka
tanpa vegetasi. Besarnya kelerengan diukur dengan clinometer.
3.3.2. Penyiapan lokasi penelitian
Lokasi penelitian disiapkan dengan cara pembersihan permukaan lereng
secara manual agar lereng mudah untuk ditanami. Selanjutnya pemasangan
net (cocofiber) seluas 4 m x 1,2 m sebanyak 2 petak, dan 2 petak lagi tanpa
menggunakan net (cocofiber). Tiap petak terdapat 6 templokan, yang
berukuran ± 15 cm x 20 cm.
3.3.3. Pemasangan net
Pemasangan net dilakukan dengan membentangkan coconet ke permukaan
lereng, dan diupayakan mengikuti bentuk permukaan lahan. Sedangkan
petak tanpa menggunakan coconet diganti dengan tali rafia sebagai bingkai
petak.
3.3.4. Penyusunan denah lokasi penelitian
Pembuatan denah lokasi penelitian dilakukan dengan memberi label
bertuliskan kode perlakuan pada tiap petak percobaan yang akan diberi
perlakuan.
3.3.5. Penyiapan campuran mulsa dan biji
Tahapan persiapan campuran mulsa, biji dan perekat dilakukan sebagai
berikut :
a. Penyiapan biji LCC sebanyak 100 biji dengan perbandingan 2:1:1,
masing-masing C. mucunoides 50 biji, C. pubescens 25 biji, dan P.
javanica 25 biji
b. Perendaman biji C. mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica selama 15
menit dalam Clorox 5,25 %
c. Selanjutnya biji yang telah direndam dengan Clorox, dicuci dan direndam
dengan air bersih lalu dipilih biji yang tenggelam dalam air (biji yang baik
adalah biji yang tenggelam dalam air)
d. Pembuatan larutan Terabuster (TB) yaitu dengan melarutkan Terabuster
0,2 % (2 ml TB dilarutkan ke dalam 1 liter air) dimasukan kedalam ember,
maka larutan ini disebut larutan A
e. Pembuatan larutan TeraGlue yaitu dengan melarutkan TeraGlue 0,28 %
(2,8 gr TeraGlue ke dalam 1 liter larutan A ). Lalu diaduk secara perlahan
sampai terasa lengket, hindari terjadinya penggumpalan. Larutan ini
disebut larutan TG1
f. Selanjutnya pembuatan larutan TeraGlue dengan dosis yang berbeda yaitu
dengan melarutkan TeraGlue 0,57 % (5,7 gr TeraGlue ke dalam 1 liter
larutan A). Lalu diaduk secara perlahan sampai terasa lengket, hindari
terjadinya penggumpalan. Larutan ini disebut larutan TG2
g. Pembuatan campuran M1 dan M2 yang berisi mulsa dan biji. Campuran
M1 dibuat dengan komposisi mulsa jerami 1,07 kg dan 0,09 kg
Teraremed, dan satu lagi berupa campuran M2 dengan komposisi mulsa
serasah 1,07 kg dan 0,09 kg Teraremed
h. Selanjutnya M1 dan M2 dicampur sampai merata masing-masing dengan
larutan TG1 dan TG2 (kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1).
3.4. Pengukuran dan pengamatan
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan cara mengamati dan
mengukur secara langsung. Pengukuran parameter dilakukan setiap satu minggu
sekali setelah penanaman. Parameter yang diamati dan diukur adalah sebagai
berikut :
1). Persentase Daya Hidup (survival)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung daya hidup ketiga jenis LCC,
yang masing-masing diamati setiap seminggu sekali selama 8 minggu
pengamatan.
2). Persentase Kehilangan Media
Pengamatan dilakukan dengan memotret kondisi kehilangan media berupa
jerami dan serasah. Selanjutnya foto diolah dengan software Google
SketchUp, dan menghasilkan data berupa luasan media yang hilang dalam
satuan %.
3.5. Alur Percobaan
Penelitian ini menggunakan 12 perlakuan dengan masing-masing
kombinasi
perlakuan terdiri dari dua kali ulangan. Untuk masing- masing faktor dirinci
sebagai berikut :
Faktor Net
N = Net
NN = Tanpa Net
Faktor Media
Media = Mulsa
M1 = Jerami
M2 = Serasah
Faktor TG = TeraGlue
TG0 = Tanpa TeraGlue
TG1 = 0.28 % TeraGlue (2.8 gr TeraGlue dilarutkan dalam 1
liter air atau setara dengan 1kg TG dilarutkan ke dalam
350 liter air )
TG2 = 0.57 % TeraGlue (5.7 gr TeraGlue dilarutkan dalam 1
liter air atau setara dengan 1kg TG dilarutkan ke dalam
175 liter air)
Untuk memudahkan dalam melakukan analisis data, maka dibuat bagan
kombinasi perlakuan seperti berikut :
Tabel 1. Bagan Kombinasi Perlakuan
Keterangan :
TG0 = Tanpa TeraGlue
TG1 = 0.28 % TeraGlue (2.8 gr TeraGlue dilarutkan dalam 1 liter air atau
setara dengan 1kg TG dilarutkan ke dalam 350 liter air )
TG2 = 0.57 % TeraGlue (5.7 gr TeraGlue dilarutkan dalam 1 liter air atau
setara dengan 1kg TG dilarutkan ke dalam 175 liter air)
M1TG0 = Media jerami dan tanpa TeraGlue
M1TG1 = Media jerami dan 0.28 % TeraGlue
M1TG2 = Media jerami dan 0.57 % TeraGlue
M2TG0 = Media serasah dan tanpa TeraGlue
M2TG1 = Media serasah dan 0.28 % TeraGlue
M2TG2 = Media serasah dan 0.57 % TeraGlue
Perlakuan Ulangan Media
Jerami Serasah
TG0 TG1 TG2 TG0 TG1 TG2
Net 1 M1TG0 M1TG1 M1TG2 M2TG0 M2TG1 M2TG2
2 M1TG0 M1TG1 M1TG2 M2TG0 M2TG1 M2TG2
Tanpa Net 1 M1TG0 M1TG1 M1TG2 M2TG0 M2TG1 M2TG2
2 M1TG0 M1TG1 M1TG2 M2TG0 M2TG1 M2TG2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persen Daya Hidup Legume Cover Crop
Persen daya hidup (survival) merupakan parameter yang dihitung dan
diamati dalam penelitian ini. Untuk mengetahui pengaruh dari media, TeraGlue
dan net terhadap persen daya hidup biji LCC dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Rekapitulasi rata-rata pengaruh media terhadap daya hidup C.
mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica
Tabel 3. Rekapitulasi rata-rata pengaruh TeraGlue terhadap daya hidup C.
mucunoides, C. pubescens, dan P. javanica
No. TeraGlue Persen Daya Hidup (%)
C. mucunoides C. pubescens P. javanica
Jerami Serasah Jerami Serasah Jerami Serasah
1. 0 % (TG0) 35,50 21 20 19 19 18
2. 0,28 % (TG1) 36 36 25 28 18 21
3. 0,57 % (TG2) 41 45 17 28 8 16
Tabel 4. Rekapitulasi rata-rata pengaruh net terhadap daya hidup C. mucunoides, C.
pubescens, dan P. javanica
4.1.1. Persen Daya Hidup C. mucunoides
Persen daya hidup C. mucunoides lebih tinggi pada media jerami
dibandingkan pada media serasah, hal ini diduga karena kemampuan jerami untuk
menyerap air dan tidak banyak menyimpan air, sedangkan serasah memiliki
No. Media Persen Daya Hidup (%)
C. mucunoides C. pubescens P. javanica
1. Jerami 37,50 20,67 14,33
2. Serasah 34 25 18,33
No. Cover Persen Daya Hidup (%)
C. mucunoides C. pubescens P. javanica
Jerami Serasah Jerami Serasah Jerami Serasah
1. Net 40 22 24 24 26 16
2. Tanpa Net 31 20 16 14 12 20
kemampuan untuk menyerap dan banyak menyimpan air. Menurut Purwanto
(2007), C. mucunoides tidak tahan terhadap genangan air yang tinggi, sehingga
jerami mampu memberikan kondisi yang optimal untuk tempat tumbuh C.
mucunoides.
Daya hidup C. mucunoides juga lebih tinggi pada perlakuan dengan
menggunakan konsentrasi TeraGlue 0,57 %. Hal ini diduga karena semakin
banyak TeraGlue yang diberikan maka biji yang ditanam pada media jerami atau
serasah akan tetap melekat pada lereng. Sedangkan pada perlakuan tanpa
menggunakan TeraGlue atau kontrol, biji akan mudah terbawa air hujan, sehingga
daya hidup C. mucunoides akan lebih rendah dari perlakuan yang menggunakan
TeraGlue.
Penggunaan net juga menghasilkan daya hidup C. mucunoides yang lebih
tinggi dibandingkan tanpa penggunaan net. Hal ini diduga karena net dapat
menahan media tanam dan biji untuk tetap berada pada lereng.
4.1.2. Persen Daya Hidup C. pubescens
Persen daya hidup C. pubescens lebih tinggi pada media serasah
dibandingkan pada media jerami, hal ini diduga karena serasah keadaanya selalu
lebih lembab dibandingkan jerami. Menurut Ibrahim (1995) dalam Sutedi dkk
(2005), C. pubescens merupakan tanaman yang dapat hidup pada lahan yang
tergenang air, sehingga serasah mampu memberikan kondisi yang optimal untuk
tempat tumbuh C. pubescens.
Sama halnya pada C. mucunoides, TeraGlue 0,57 % dan penggunaan net
juga memberikan daya hidup yang lebih tinggi pada Centrosema pubescens.
4.1.3. Persen Daya Hidup P. javanica
Persen daya hidup P. javanica lebih tinggi pada media serasah
dibandingkan pada media jerami, hal ini diduga karena serasah keadaanya selalu
lebih lembab dibandingkan jerami. Menurut Purwanto (2007), P. javanica
merupakan tanaman yang tidak tahan hidup pada kondisi lahan yang kering, dan
dapat hidup baik pada lahan yang lembab, sehingga serasah mampu memberikan
kondisi yang optimal untuk tempat tumbuh P. javanica.
Berbeda halnya pada C. mucunoides, dan C. pubescens, penggunaan
TeraGlue 0,57 % tidak semuanya menghasilkan persen daya hidup yang lebih
tinggi, dan penggunaan net pada media serasah juga tidak semuanya
menghasilkan persen daya hidup yang lebih tinggi pada P. javanica. Hal ini
diduga karena faktor perkecambahan yang lebih lama pada P. javanica. Menurut
Purwanto (2007), pertumbuhan tanaman ini lambat pada tiga bulan pertama dan
kulit bijinya yang keras menyebabkan perkecambahannya sulit.
4.2. Pengaruh TeraGlue dan Jenis Media terhadap Persen Kehilangan Media
Persen kehilangan media merupakan parameter yang erat kaitannya
dengan pemakaian TeraGlue sebagai perekat media tanam dan biji LCC. Untuk
mengetahui pengaruh TeraGlue terhadap persen kehilangan media dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi rata-rata kehilangan media pada bulan Desember dan Januari
Pada tabel 5 terlihat bahwa perlakuan tanpa menggunakan TeraGlue (0 %)
memilki persen kehilangan media yang lebih besar, semkain besar konsentrasi
TeraGlue (0,57 %) maka persen kehilangan media akan semakin kecil. Hal
tersebut juga berkaitan erat dengan persen daya hidup LCC, semakin besar persen
kehilangan media maka persen daya hidup akan semakin kecil, sedangkan
semakin kecil persen kehilangan media maka persen daya hidup akan semakin
besar (lihat tabel 3). Sehingga diduga TeraGlue, media jerami atau serasah, net
dan curah hujan berpengaruh terhadap persen kehilangan media maupun persen
daya hidup LCC.
No.
TeraGlue
Persen Kehilangan Media (%)
Jerami Serasah
Desember Januari Total Desember Januari Total
1. 0 % (TG0) 18,67 12,36 31,03 20,59 16,05 36,64
2. 0,28 % (TG1) 8,48 6,05 14,53 10,07 7,97 18,04
3. 0,57 % (TG2) 6,38 2,55 8,93 8,39 4,83 13,22
TeraGlue merupakan bahan perekat berupa polimer, menurut Budiman
(2003) polimer tidak akan merusak biji atau bibit tanaman, bahkan akan
mencegah terlarutnya atau hilangnya pupuk dari tanah dan tidak akan
mengganggu unsur-unsur hara di dalam tanah dan air tanah (ground water), selain
itu struktur polimer yang mempunyai gugus fungsi yang hidrofob akan
menjadikan tanah tahan terhadap air. Sehingga TeraGlue berpengaruh terhadap
persen kehilangan media, semakin banyak TeraGlue yang diberikan, maka media
akan semakin melekat. Hal ini terlihat dari hasil persen kehilangan media tertinggi
dihasilkan pada perlakuan yang tidak menggunakan TeraGlue (TG0) atau
perlakuan kontrol, sedangkan persen kehilangan media terendah pada perlakuan
yang menggunakan TeraGlue 0,57 % (TG2).
Persen kehilangan media juga lebih besar pada serasah dibandingakan
pada jerami. Hal ini diduga karena jerami lebih kuat menempel pada dinding
lereng, karena jerami memiliki kemampuan untuk menyerap air dan tidak banyak
menyimpan air sehingga jerami akan cepat kering dan tidak mudah terbawa air
hujan, sedangkan serasah memiliki kemampuan untuk menyerap dan banyak
menyimpan air sehingga serasah akan selalu lembab dan mudah terbawa air hujan.
Selain itu jerami juga berfungsi untuk mempertahankan agergat tanah dari
hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan
air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari (Thomas et al 1993 dalam
Ayu 2007).
Jerami juga tidak mudah lapuk, sehingga mampu melindungi tanah lebih
lama, sedangkan serasah mudah lapuk sehingga tidak mampu melindungi tanah
lebih lama. Menurut Sukartaatmadja (2001) jika dikaitakan dengan erosi tanah,
pemakaian mulsa yang sukar lapuk atau terdekomposisi seperti jerami padi dan
batang jagung akan memberikan perlindungan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan pemakaian mulsa yang mudah lapuk.
Curah hujan juga berpengaruh terhadap kehilangan media, semakin besar
curah hujan, maka persen kehilangan media akan semakin besar pula. Pada bulan
Desember curah hujan sebesar 280,67 mm/bulan, sedangkan pada bulan Januari
curah hujan lebih kecil yaitu 83,82 mm/bulan (data curah hujan dapat dilihat pada
lampiran 3 dan lampiran 4). Sehingga persen kehilangan media pada bulan
Desember lebih besar dibandingkan pada bulan Januari.
4.3. Pengaruh Net terhadap Kehilangan Media
Persen kehilangan media merupakan parameter yang erat kaitannya
dengan pemakaian net sebagai penahan media tanam dan biji pada lereng. Untuk
mengetahui pengaruh net terhadap persen kehilangan media dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi rata-rata pengaruh net terhadap kehilangan media pada
bulan Desember dan Januari
No.
Cover
Persen Kehilangan Media (%)
Jerami Serasah
Desember Januari Total Desmber Januari Total
1. Net 16,36 12,17 28,53 17,65 13,47 31,12
2. Tanpa Net 20,98 12,55 33,53 23,53 18,63 42,16
Penggunaan net juga berpengaruh terhadap persen kehilangan media, hal
ini terlihat dari persen kehilangan media tertinggi dihasilkan pada perlakuan
dengan tidak menggunakan net (tanpa net), dan kehilangan media terendah
dihasilkan pada perlakuan dengan menggunakan net. Hal ini diduga karena net
berfungsi menahan media yang berada pada lereng, menurut Setiadi (2010) fungsi
net diperlukan untuk membantu bahan mulsa (media jerami atau serasah) dan biji
dapat menempel seragam pada dinding lereng yang curam >45º.
Curah hujan juga berpengaruh terhadap kehilangan media, pada bulan
Desember curah hujan sebesar 280,67 mm/bulan, sedangkan pada bulan Januari
curah hujan lebih kecil yaitu 83,82 mm/bulan. Besarnya curah hujan tersebut
berkaitan dengan besarnya persen kehilangan media, pada tabel 6 terlihat bahwa
kehilangan media pada bulan Desember lebih besar daripada bulan Januari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Konsentrasi yang efektif untuk pemberian TeraGlue sebagai perekat pada biji
dan media tanam adalah 0,57 % atau setara dengan 1 kg TeraGlue dilarutkan
dalam 175 liter air
2. Berdasarkan data persen daya hidup LCC media jerami efektif pada jenis C.
mucunoides, sedangkan serasah efektif pada jenis C. pubescens, dan P.
javanica
3. Berdasarkan parameter kehilangan media (%), jerami merupakan media yang
lebih efektif dibandingkan dengan serasah
4. Metoda Templok akan lebih efektif jika menggunakan net karena dapat
menahan media dan biji LCC yang ada pada lereng.
5.2. Saran
1. Perlu adanya penelitian mengenai pencampuran media jerami dan serasah,
karena diduga tanaman penutup tanah jenis C. mucunoides, C. pubescens, dan
P. javanica mempunyai pertumbuhan yang berbeda dalam media jerami dan
serasah
2. Penelitian ini perlu diikuti dengan penelitian mengenai besarnya erosi yang
terjadi pada lahan berlereng tersebut, sehingga metode ini bisa dijadikan
sebagai pembaharuan metode vegetatif dalam pengendalian erosi di lahan
berlereng.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Revisi ke-3. IPB Press: Bogor.
Ayu. I. Mayun. 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di daerah Pesisir [Skripsi]. Fakultas
Pertanian. Jurusan Budidaya Hutan. Universitas Udayana Bali.
Budiman, Nurudin. 2003. Polimer Pencegah Tanah Longsor atau Erosi.[terhubung
berkala]. http: www. Chemis_try.org. Situs Kimia Indonesia. [24 April,
2011]
Hariangbanga, G. 2009. Green Earth Product. Green Earth Trainer: Bogor
Hardiyatmo, H. C. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta
Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius: Yogyakarta
Rahim, Supli Effendi. 2006. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara:
Yogyakarta.
Rusman, Bujang. 1985. Pengaruh Pemberian Sisa Tanaman Sebagai Mulsa
Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produksi Tanaman Jagung Pada Tanah
Podsolik [Laporan Penelitian]. Universitas Andalas: Padang
Setiadi, Y. 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilitation After Mining And
Oil/ Gas Operation. Green Earth Trainer: Bogor.
. 2010. Metoda Templok untuk Penanaman Rumput dan Legume Cover
Crop. Green Earth Trainer: Bogor.
Sukartaatmadja, S. 1998. Perlindungan Lereng dan Pengendalian Erosi
Menggunakan Vegetasi Penutup. Laboratorium Teknik Tanah dan Air ,
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
. 1999. Penggunaan Sisa-Sisa Tanaman Sebagai Mulsa Dalam
Konservasi Tanah. Laboratorium Teknik Tanah dan Air , Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor
. 2001. Penggunaan Bahan Organik untuk Konservasi Tanah.
Laboratorium Teknik Tanah dan Air , Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Sutedi, E. Sajimin, dan B.P. Prawiradiputra. 2005. Agronomi dan Pemanfaatan
Centrosema pubescens. Balai Penelitian Tanaman Ternak: Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekapitulasi persen daya hidup C. mucunoides. C. pubescens. dan P. javanica
Keterangan :
M1 : Media Jerami TG2 : TeraGlue dengan konsentrasi 0,57%
M2 : Media Serasah N : Menggunakan Net
TG1: TeraGlue dengan konsentrasi 0,28% NN : Tanpa Net
Lampiran 2. Rekapitulasi pengaruh pemberian perlakuan media. TeraGlue. dan net
terhadap kehilangan media
No. Taraf perlakuan % Rata-rata kehilangan media
Desember Januari Total
1. M1TG0N (KONTROL 1 JERAMI N) 16,36 12,17 28,53
2. M1TG0NN (KONTROL 1 JERAMI
NN) 20,98 12,55 33,53
3. M2TG0N (KONTROL 1 SERASAH N) 17,65 13,47 31,12
4. M2TG0NN (KONTROL 1 SERASAH
NN) 23,53 18,63 42,16
5. M1TG1N 7,52 2,88 10,40
6. M1TG1NN 9,45 9,22 18,67
7. M1TG2N 4,98 2,35 7,33
8. M1TG2NN 7,78 2,75 10,53
9. M2TG1N 11,02 7,47 18,49
10. M2TG1NN 9,13 8,46 17,59
11. M2TG2N 4,11 2,72 6,83
12. M2TG2NN 12,67 6,94 19,61 Keterangan :
M1 : Media Jerami TG2 : TeraGlue dengan konsentrasi 0,57%
M2 : Media Serasah N : Menggunakan Net
TG1 : TeraGlue dengan konsentrasi 0,28% NN : Tanpa Net
No.
Kode
Persen Daya Hidup (%)
C. mucunoides C. pubescens P. javanica
1. M1TG0N (KONTROL 1 JERAMI N) 40 24 26
2. M1TG0NN (KONTROL 1 JERAMI NN) 31 16 12
3. M2TG0N (KONTROL 1 SERASAH N) 22 24 16
4. M2TG0NN (KONTROL 1 SERASAH NN) 20 14 20
5. M1TG1N 47 22 20
6. M1TG1NN 25 28 12
7. M1TG2N 50 20 8
8. M1TG2NN 32 14 8
9. M2TG1N 39 28 22
10. M2TG1NN 33 28 20
11. M2TG2N 44 30 10
12. M2TG2NN 46 26 22
Lampiran 3. Rekapitulasi data curah hujan bulan Desember 2010
Date
Rain (inci) Rain (mm)
3/12/2010 3,29
4/12/2010 0
5/12/2010 20,57
6/12/2010 62,96
7/12/2010 17,77
8/12/2010 51,01
9/12/2010 3,01
10/12/2010 27,4
11/12/2010 14,95
12/12/2010 1
13/12/2010 0
14/12/2010 3,54
15/12/2010 3,79
16/12/2010 9,89
17/12/2010 0,08
18/12/2010 8,37
19/12/2010 16,25
20/12/2010 16,25
21/12/2010 11,16
22/12/2010 21,58
23/12/2010 6,60
24/12/2010 0,25
25/12/2010 0
26/12/2010 0,21
27/12/2010 0,25
28/12/2010 0,75
29/12/2010 1,77
30/12/2010 6,87
Rata-rata 11,05 280,67
Lampiran 4. Rekapitulasi data curah hujan bulan Januari 2011
Date
Rain (inci) Rain (mm)
31/12/2010 1,02
1/1/2011 1,26
2/1/2011 5,84
3/1/2011 0
4/1/2011 0,51
5/1/2011 0
6/1/2011 2,27
7/1/2011 0,01
8/1/2011 0,75
9/1/2011 15,49
11/1/2011 0,20
12/1/2011 0
13/1/2011 2
14/1/2011 1,80
15/1/2011 9,60
16/1/2011 10
17/1/2011 1,80
18/1/2011 0
19/1/2011 0
20/1/2011 2,40
21/1/2011 1,60
22/1/2011 3,60
23/1/2011 18,60
24/1/2011 0,80
25/1/2011 2,40
26/1/2011 0
27/1/2011 7,20
Rata-rata 3,30 83,82
Lampiran 5. Layout Penelitian
Keterangan :
M1TG0NN-1 = Media jerami, tanpa TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 1
M1TG0NN-2 = Media jerami, tanpa TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 2
M1TG0N-1 = Media jerami, tanpa TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 1
M1TG0N-2 = Media jerami, tanpa TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 2
M1TG1NN-1 = Media jerami, 0,28 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 1
M1TG1NN-2 = Media jerami, 0,28 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 2
M1TG1N-1 = Media jerami, 0,28 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 1
M1TG1N-2 = Media jerami, 0,28 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 2
M1TG2NN-1 = Media jerami, 0,57 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 1
M1TG2NN-2 = Media jerami, 0,57 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 2
M1TG2N-1 = Media jerami, 0,57 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 1
M1TG2N-2 = Media jerami, 0,57 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 2
M2TG0NN-1 = Media serasah, tanpa TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 1
M2TG0NN-2 = Media serasah, tanpa TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 2
M2TG0N-1 = Media serasah, tanpa TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 1
M2TG0N-2 = Media serasah, tanpa TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 2
Serasah tanpa Net Serasah dengan Net Jerami tanpa Net Jerami dengan Net
M2TG1NN-2
M2TG1NN-1
M2TG0NN-2
M2TG0NN-1
M2TG1N-1
M2TG2NN-2
M2TG2NN-3
M2TG2N-1
M2TG0N-1
M2TG1N-2
M2TG2N-2
M1TG0-1
M2TG0N-2
M1TG2NN-2
M1TG1NN-2
M1TG2NN-1
M1TG1NN-1
M1TG0-2 M1TG2N-
2
M1TG2N-1
M1TG1N-2
M1TG0N-2
M1TG1N-1
M1TG0-1
M2TG1NN-1 = Media serasah, 0,28 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 1
M2TG1NN-2 = Media serasah, 0,28 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 2
M2TG1N-1 = Media serasah, 0,28 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 1
M2TG1N-2 = Media serasah, 0,28 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 2
M2TG2NN-1 = Media serasah, 0,57 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 1
M2TG2NN-2 = Media serasah, 0,57 % TeraGlue, tanpa net, dan ulangan ke 2
M2TG2N-1 = Media serasah, 0,57 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 1
M2TG2N-2 = Media serasah, 0,57 % TeraGlue, menggunakan net, dan ulangan ke 2
Lampiran 6. Kondisi Lereng sebelum dan sesudah ditanam
Gambar 5. Lereng sebelum ditanami Gambar 6. Lereng setelah dipasang net
Gambar 7. Lereng awal di templok Gambar 8. Lereng setelah ditemplok 2 bulan (net )
Gambar 9. Lereng setelah ditemplok 2 bulan (tanpa net )
Lampiran 7. Pertumbuhan LCC
Gambar 10. Pertumbuhan LCC dari awal penanaman, minggu ke 1 sampai minggu ke 8 pada
media serasah dan net (M2TG2N-3)
Gambar 11. Pertumbuhan LCC dari awal penanaman, minggu ke 1 sampai minggu ke 8 pada
media serasah dan net (Kontrol)
Gambar 12. Pertumbuhan LCC dari awal penanaman, minggu ke 1 sampai minggu ke 8 pada
media jerami dan net (M1TG1N-2)
Gambar 13. Pertumbuhan LCC dari awal penanaman, minggu ke 1 sampai minggu ke 8 pada
media jerami dan net (Kontrol)