PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf ·...

86
PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN LENGKAP BERBASIS DAUN KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis) TERHADAP KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014 PROGRAM STUDI PETERNAKAN BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf ·...

Page 1: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA

SILASE PAKAN LENGKAP BERBASIS DAUN

KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis) TERHADAP

KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA

IN VITRO.

SKRIPSI

Oleh :

Ely Ana Yusuf

NIM. 135050100111014

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA

SILASE PAKAN LENGKAP BERBASIS DAUN

KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis) TERHADAP

KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA

IN VITRO.

SKRIPSI

Oleh:

Ely Ana Yusuf

NIM. 135050100111014

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA

SILASE PAKAN LENGKAP BERBASIS DAUN

PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA

SILASE PAKAN LENGKAP BERBASIS DAUN KELAPA

SAWIT (Elaesis guineensis) TERHADAP KECERNAAN

DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO.

SKRIPSI

Oleh :

Ely Ana Yusuf

NIM. 135050100111014

Telah dinyatakan lulus dalam ujian sarjana

Pada Hari/Tanggal: Senin/17 Juli 2017

Menyetujui: Tanda tangan Tanggal

Pembimbing Utama:

Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS ....................... .............. NIP. 19530514 198002 2 001

Pembimbing Pendamping:

Dr. Ir. Herni Sudarwati, MS ....................... .............. NIP. 19540227 198303 2 001

Dosen Penguji:

Dr. Ir. Ita Wahju Nursita, M.Sc ....................... ..............

NIP . 19630508 198802 2 001

Artharini Irsyammawati, S.Pt. MP ....................... ..............

NIP . 19771016 200501 2 002

Dr. Ir. Imam Thohari, MP ....................... ..............

NIP. 195902111986011002

Mengetahui:

Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

Prof. Dr.Sc.Agr.Ir. Suyadi, MS

NIP. 196204031987011001

Tanggal:………………………

Page 4: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014
Page 5: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 22 Januari 1995,

merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak M Yusuf dan Ibu Sunariyah. Penulis memulai pendidikan

pada tahun 2001-2007 di MI NU Curungrejo Kecamatan

Kepanjen Kabupaten Malang, kemudian melanjutkan ke MTs

Negeri Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang pada

tahun 2007-2010 dan melanjutkan ke MA Negeri Gondanglegi

Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang pada tahun 2010-

2013. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan S1 di Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2013

melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN).

Penulis aktif dikegiatan kampus sebagai asisten praktikum

Ilmu Tanaman dan Pakan Ternak (ITPT), asisten Sistem

Pertanian Terpadu (SPT) pada tahun 2016 serta asisten praktikum

mata kuliah Pengelolaan Limbah Peternakan pada tahun 2017.

Penulis telah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.

Jatinom Indah Farm cabang Kwik Farm unit Kediri Jawa Timur

pada bulan Juli – Agustus 2016.

Page 6: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha

Kuasa atas segala limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya

Page 7: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“Penambahan Berbagai Leguminosa Pada Silase Pakan

Lengkap Berbasis Daun Kelapa Sawit (Elaesis guineensis)

Terhadap Kecernaan Dan Kadar Amonia Secara In Vitro ”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana peternakan. Untuk itu penulis juga

sangat berterimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS., selaku Pembimbing

Utama dan ketua Laboratorium nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas peternakan Universitas Brawijaya yang telah

membimbing dan memberikan saran serta pengarahan

dalam pelaksanaan maupun penyusunan skripsi dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan.

2. Dr. Ir Herni Sudarwati, MS., selaku Pembimbing

Pendamping atas saran dan bimbingannya dalam penulisan

usulan penelitian sampai, pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan.

3. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya.

4. Dr. Ir. Sri Minarti, MP, selaku Ketua Jurusan Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya.

5. Dr. Agus Susilo, S.Pt., MP, selaku Ketua Program Studi

Peternakan yang telah banyak membina kelancaran proses

studi.

6. Dr. Ir. Mashudi, M. Agr. Sc., selaku Koordinator Minat

Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya yang telah memberikan kemudahan

dan kelancaran selama proses pengajuan judul dan

penyusunan usulan penelitian.

7. Prof. Dr. Ir. Ifar Subagiyo, M.Agr. St, Prof. Dr. Ir. Siti

Chuzaemi, MS., Dr. Ir. Herni Sudarwati, MS., Dr. Ir.

Marjuki, M.Sc. dan Artharini Irsyammawati, S.Pt, MP

selaku tim penelitian BOPTN Fakultas Peternakan yang

memberikan kesempatan saya untuk penelitian.

8. Bapak Sugiyono, Mbak Alik Trisna yang telah

membantu dan membimbing penulis selama di

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya.

Page 8: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

9. Bapak Sumali yang telah membantu selama di

Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya.

10. Orang tua yaitu Bapak Moch Yusuf dan Ibu Sunariyah

atas jasa-jasanya, kesabaran, doa, pengorbanan yang luar

biasa untuk penulis serta adik saya Afif.

11. Teman-teman seperjuangan Ama, Elza, Rahma, Fora,

Devi serta teman-teman penelitian (Khabib, Nafi, Mufid,

Andi dan Tutik) dan semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu dalam penelitian

dan penulisan skripsi ini.

Malang, 27 Juli 2017

Penulis

Page 9: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

THE ADDITION OF DIFFERENT LEGUMES IN

COMPLETE FEED SILAGE BASED ON PALM OIL LEAF

(Elaesis guineensis) ON DIGESTIBILITY AND NH3

CONSENTRATION OF IN VITRO

Ely Ana Yusuf

1, Siti Chuzaemi

2 dan Herni Sudarwati

2

1Student at Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University 2Lecture at Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University

Email: [email protected]

ABSTRACT

The aim of this study was to investigate the effect of

different legumes leaves used for the complete feed silage based

palm oil leaf on dry matter digestibility (DMD), organic matter

digestibility (OMD) and ammonia concentration (NH3) in vitro.

The materials were palm oil leaf, Calliandra calothyrsus,

Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium, Indigofera

zollingeriana and concentrates used for the complete feed silage.

The method of this research was experiment in Randomized

Block Design with 4 treatments and 3 replications. The treatment

based on % DM prepared 13% iso protein with comparison

forage and concentrate 60:40 for all treatments. There were

significant influence continued with Duncan’s Multiple Range

Test Method (DMRT). The results showed that the addition of

various legumes leaves in complete feed silage based on palm oil

leaf to all treatments gave significant differences (P<0.05) to

DMD, OMD and NH3 concentration. The conclusion of this

research is the best formula on DMD, OMD and NH3

concentration of rumen liquid at this complete feed silage

founded with addition of leaf Gliricidia sepium.

Keywords: Complete feed, silage, palm oil leaf, digestibility,

in vitro.

Page 10: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA

SILASE PAKAN LENGKAP BERBASIS DAUN KELAPA

Page 11: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

SAWIT (Elaesis guineensis) TERHADAP KECERNAAN

DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO.

Ely Ana Yusuf1, Siti Chuzaemi

2 dan Herni Sudarwati

2

1Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya 2Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

RINGKASAN

Tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis) merupakan

salah satu tanaman perkebunan yang memiliki banyak potensi

yang bisa digunakan sebagai bahan pakan alternatif guna

mengatasi ketersediaan hijauan terutama dimusim kemarau. Salah

satu limbah perkebunan kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak adalah daun kelapa sawit dikarenakan

ketersediaannya yang melimpah. Kelemahan dari daun kelapa

sawit sebagai pakan ternak adalah kandungan nutrisi yang rendah

sehingga perlu dilakukan pengolahan dengan menambahkan

bahan pakan lain seperti leguminosa dan konsentrat. Pengolahan

yang dapat dilakukan pada daun kelapa sawit yaitu dengan

meggunakan teknologi pakan lengkap. Agar hijauan yang

digunakan dapat bertahan lebih lama maka pengolahan bahan

pakan selain digunakan menjadi pakan lengkap dapat

diaplikasikan menjadi silase guna meningkatkan daya simpan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan daun leguminosa berbeda untuk pembuatan silase

pakan lengkap berbasis daun kelapa sawit terhadap kecernaan

bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO) dan

konsentrasi amonia (NH3) secara in vitro. Hasil penelitian ini

diharapkan bermanfaat bagi semua kalangan dan menambah

pengetahuan mengenai pembuatan silase pakan lengkap.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai

Februari 2017 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

Page 12: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dan di Laboratorium

Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya.

Materi dalam penelitian ini adalah daun kelapa sawit,

Calliandra calothyrsus, Leucaena leucocephala, Gliricidia

sepium, Indigofera zollingeriana dan konsentrat yang digunakan

untuk pembuatan silase pakan lengkap. Analisis yang digunakan

adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang

digunakan terdiri dari 4 perlakuan dan ulangan sebanyak 3 kali.

Adapun perlakuan sebagai berikut P1 (40% Konsentrat + Daun

kelapa sawit 49,5% + Calliandra calothyrsus 10,5%), P2 (40%

Konsentrat + Daun kelapa sawit 53% + Leucaena leucocephala

7%), P3 (40% Konsentrat + Daun kelapa sawit 51% + Gliricidia

sepium 9%) dan P4 (40% Konsentrat + Daun kelapa sawit 52% +

Indigofera zollingeriana 7,5%). Variabel yang diamati meliputi

persentase KcBK dan KcBO secara in vitro dan Konsentrasi NH3

cairan rumen. Hasil data yang diperoleh dianalisis meggunakan

analisis ragam, apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dan

kelompok, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan

berbagai daun leguminosa pada pembuatan silase pakan lengkap

berbasis daun kelapa sawit terhadap semua perlakuan

memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan

bahan kering (KcBK) pada P1 (56,03 ± 2,54%), P2 (51,40 ±

3,27%), P3 (55,66 ± 0,37%) dan P4 (52,67 ± 2,22%). Nilai

kecernaan bahan organik (KcBO) juga memberikan perbedaan

yang nyata (P<0,05) antar perlakuan pada P1 (57,58 ± 6,60%), P2

(53,52 ± 8,69%), P3 (58,24 ± 4,18%) dan P4 (52,54 ± 4,30%).

Konsentrasi amonia (NH3) memberikan perbedaan yang nyata

(P<0,05) antar perlakuan yaitu pada P1 (7,75 ± 2,51mM), P2 (9,65

± 4,11mM), P3 (11,41 ± 2,02mM) dan P4 (7,50 ± 1,94mM).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlakuan silase

pakan lengkap berbasis daun kelapa sawit dengan penambahan

berbagai daun leguminosa berbeda dapat meningkatkan KcBK,

Page 13: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

KcBO dan konsentrasi NH3. Formula terbaik silase pakan lengkap

adalah perlakuan P3 penambahan daun Gliricidia sepium dengan

nilai KcBK yaitu 55,66 ± 3,27%, nilai KcBO yaitu 58,24 ± 4,18%

dan konsentrasi NH3 cairan rumen yang optimal 11,41 ± 2,02mM.

Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut secara in vivo untuk pengukuran kecernaan dan konsentrasi

NH3 cairan rumen pada silase pakan lengkap berbasis daun kelapa

sawit.

Page 14: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

DAFTAR ISI

Page 15: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

Isi Halaman

RIWAYAT HIDUP ........................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................... iii

ABSTRACT .................................................................... v

RINGKASAN .................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................. xix

DAFTAR SINGKATAN ................................................ xxi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ................................................ 5

1.4. Kegunaan Penelitian ........................................... 5

1.5. Kerangka Pikir .................................................... 6

1.6. Hipotesis ............................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Kelapa Sawit (Elaesis guineensis) ............ 11

2.2. Pakan Lengkap ................................................... 13

2.3. Silase Pakan Lengkap ......................................... 15

2.4. Konsentrat ........................................................... 16

2.5. Leguminosa ......................................................... 17

2.5.1. Calliandra calothyrsus ........................... 18

2.5.2. Leucaena leucochepala .......................... 21

2.5.3. Gliricidia sepium .................................... 24

2.5.4. Indigofera zollingeriana ......................... 27

2.6. Kecernaan BK dan BO ....................................... 30

2.7. NH3 (Amonia) Cairan Rumen ............................ 32

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................. 35

3.2. Materi Penelitian ................................................. 35

Page 16: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

3.2.1 Bahan ....................................................... 35

3.2.2 Peralatan ................................................... 36

3.3. Metode Penelitian ............................................... 37

3.4. Persiapan Penelitian ............................................ 37

3.4.1. Persiapan Bahan Penyusunan Silase Pakan

Lengkap ..................................................... 37

3.4.2. Pembuatan Silase Pakan Lengkap ........... 38

3.4.3. Persiapan Bahan untuk Analisis Kecernaan

Secara In Vitro ......................................... 38

3.4.4. Pengambilan Cairan Rumen ..................... 38

3.4.5. Analisis Kecernaan Secara In Vitro .......... 39

3.5. Variabel Penelitian .............................................. 40

3.6. Analisis Data Penelitian ...................................... 40

3.7. Batasan Istilah ..................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Kandungan Nutrien Bahan Pakan Silase Pakan

Lengkap ............................................................... 43

4.2.Kandungan Nutrien Silase Pakan Lengkap Berbasis

Daun Kelapa Sawit Dengan Penambahan Berbagai

Daun Leguminosa ............................................... 47

4.3.Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan

Bahan Organik (KcBO) ....................................... 55

4.4. Konsentrasi Amonia (NH3) Cairan Rumen ........ 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ......................................................... 63

5.2. Saran .................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 64

LAMPIRAN .................................................................... 79

DAFTAR TABEL

Page 17: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

Tabel Halaman

1. Kandungan Nutrien Daun Kelapa Sawit ...................... 13

2. Kandungan Nutrien Calliandra calothyrsus ................ 21

3. Kandungan Nutrien Leucaena leucochepala ............... 24

4. Kandungan Nutrien Gliricidia sepium ......................... 27

5. Kandungan Nutrien Indigofera zollingeriana .............. 30

6. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Pembuetan Silase

Pakan Lengkap Berbasis Daun Kelapa Sawit ............. 44

7. Kandungan Nutrien Silase Pakan Lengkap

Berbasis Daun Kelapa Sawit ....................................... 48

8. Penurunan Kandungan BK Silase Pakan

Lengkap Berbasis Daun Kelapa Sawit ........................ 49

9. Penurunan Kandungan Penurunan Kandungan PK

Silase Pakan Lengkap Berbasis Daun Kelapa Sawit .. 51

10.Penurunan Kandungan SK Silase Pakan Lengkap

Berbasis Daun Kelapa Sawit ....................................... 53

11.Nilai KcBK dan KcBO Silase Pakan Lengkap

Berbasis Daun Kelapa Sawit ....................................... 56

12.Konsentrasi NH3 Silase Pakan Lengkap Berbasis

Daun Kelapa Sawit ...................................................... 60

Page 18: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

DAFTAR GAMBAR

Page 19: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir .............................................................. 9

2. Kelapa Sawit (Elaesis guineensis.) .............................. 12

3. Calliandra calothyrsus ................................................. 19

3. Leucaena leucochepala ................................................ 22

3. Gliricidia sepium .......................................................... 25

3. Indigofera zollingeriana ............................................... 28

Page 20: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

DAFTAR LAMPIRAN

Page 21: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

Lampiran Halaman

1. Pengukuran Kecernaan Bahan Kering dan Bahan

Organik secara In Vitro .............................................. 79

2. Pengukuran Konsentrasi NH3 (Amonia) Cairan

Rumen .......................................................................... 84

3. Analisis Statistika Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Silase Pakan Lengkap Berbasis Daun Kelapa Sawit

dan Berbagai Jenis Leguminosa yang Berbeda........... 88

4. Analisis Statistika Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

Silase Pakan Lengkap Berbasis Daun Kelapa Sawit

dan Berbagai Jenis Leguminosa yang Berbeda........... 91

5. Analisis Statistika Konsentrasi Amonia (NH3) Cairan

Rumen Silase Pakan Lengkap Berbasis Daun Kelapa

Sawit dan Berbagai Jenis Leguminosa yang Berbeda 94

6. Dokumentasi Penelitian ............................................... 97

Page 22: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

DAFTAR SINGKATAN

Page 23: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

% = Perseratus

BK = Bahan Kering

BO = Bahan Organik

cm = Centimeter

dkk., = Dan kawan-kawan

et all., = et alii

g = Gram

Ha = Hektar

KcBK = Kecernaan Bahan Kering

KcBO = Kecernaan Bahan Organik

kg = Kilogram

LK = Lemak Kasar

m = Meter

mM = Mili Mol

mg = Miligram

ml = Mililiter

mm = Milimeter

NH3 = Amonia

pH = Potential of Hydrogen

PK = Protein Kasar

RAK = Rancangan Acak Kelompok

SK = Serat Kasar

sp. = species

Page 24: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor peternakan merupakan sektor yang sangat

penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama

dalam penyediaan protein hewani. Kendala umum dari

pengembangan peternakan di Indonesia adalah

ketersediaan dan kualitas pakan yang rendah.

Permasalahan ketersediaan pakan untuk ternak

ruminansia, khususnya pada musim kemarau, bukan

disebabkan karena kurangnya produksi, akan tetapi lebih

kepada faktor pengelolaan yang kurang baik.

Ketersediaan rumput misalnya akan berlimpah di musim

hujan dan langka di musim kemarau. Sebagai solusi

pengganti ketersediaan rumput pada musim kemarau

maka dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber

pakan non konvensional seperti hasil samping

perkebunan, pertanian, dan agro industri.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menangani

keterbatasan bahan pakan yaitu dengan memanfaatkan

limbah perkebunan menjadi pakan ternak dengan

pengolahan yang dapat meningkatkan nilai nutrisi dari

bahan pakan. Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang memiliki banyak potensi yang bisa

digunakan sebagai bahan pakan alternatif guna mengatasi

ketersediaan hijauan terutama dimusim kemarau. Luas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2015

mencapai 11.300.370 ha dan meningkat menjadi

11.672.861 ha ditahun 2016 serta tidak menutup

Page 25: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

2

kemungkinan luas perkebunan kelapa sawit bisa

bertambah dari tahun ketahun. Sehingga banyak limbah

yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit menurut

(BPS, 2015). Salah satu limbah perkebunan kelapa sawit

yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah

daun kelapa sawit. Menurut Asmanandi, Sumardi dan

Susilo (2013) daun kelapa sawit merupakan salah satu

limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan baik

diberikan secara langsung kepada ternak maupun diolah

menjadi silase. Daun kelapa sawit berasal dari

pemangkasan pelepah sawit dan dihasilkan 3,3 kg daun

segar per pelepah. Menurut Batubara (2003) kandungan

nutrisi daun kelapa sawit yaitu protein kasar 14,8% dan

lignin 27,6%. Kecernaan bahan kering in vitro daun sawit

kurang dari 50%.

Melalui proses pengolahan secara biologis limbah

daun kelapa sawit sebagai pakan ternak akan mampu

meningkatkan nilai nutrisi, sehingga limbah kelapa sawit

tidak terbuang dengan percuma. Selain itu juga dapat

menambah persediaan bahan pakan ternak, namun agar

tidak terjadi resiko karena pemberian secara langsung

maka perlu dilakukan pengolahan limbah daun kelapa

sawit. Pengolahan limbah daun kelapa sawit sebagai

pakan ternak dapat dilakukan dengan pembuatan pakan

lengkap. Menurut Irsyammawati, Chuzaemi dan Hartutik

(2011) pakan lengkap adalah suatu cara pemberian pakan

pada ternak ruminansia dimana semua bahan pakan

hijauan, limbah pertanian maupun perkebunan dan

konsentrat dicampur menjadi campuran yang mempunyai

kandungan nutrien seimbang dan mencukupi kebutuhan

ternak. Wahjuni dan Bijanti (2006) menjelaskan bahwa

Page 26: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

3

tujuan bahan pakan ternak dijadikan pakan lengkap adalah

agar lebih efektif dan efisien dalam pemberian pakan.

Pakan lengkap dapat diberikan sekaligus bersamaan

antara hijauan dan konsentrat sehingga lebih praktis.

Pakan lengkap memiliki nilai nutrisi yang lebih lengkap

dan lebih baik kualitasnya dibandingkan pakan bentuk

tunggal seperti hijauan.

Konsentrat dipilih sebagai tambahan dalam pakan

lengkap karena merupakan bahan pakan yang dapat

meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan

dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai

suplemen (pelengkap). Konsentrat merupakan bahan

pakan yang memiliki kadar serat kasar di bawah 18% dan

mudah dicerna. Konsentrat terbuat dari campuran

beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian), sumber

protein (jenis bungkil dan kacang-kacangan), vitamin dan

mineral (Hadiyanto, Surono dan Christiyanto, 2012).

Hijauan yang dapat ditambahkan dalam

pembuatan pakan lengkap adalah leguminosa.

Leguminosa di pilih karena memiliki kandungan protein

yang lebih tinggi dibandingkan dengan limbah

perkebunan seperti kulit kopi dan jerami jagung yang

memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan protein

yang rendah. Leguminosa yang ditambahkan dalam pakan

lengkap berupa kaliandra (Calliandra calothyrsus),

lamtoro (Leucaena leucocephala) dan gamal (Gliricidia

sepium) (Nuschati, Utomo dan Prawirodigdo, 2010).

Manurung (1996) menambahkan keuntungan penggunaan

hijauan leguminosa pohon sebagai sumber protein ransum

karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi

lebih dari 20%, murah, mudah didapat dan ada sepanjang

Page 27: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

4

tahun. Leguminosa memiliki sejumlah kandungann tannin

yang dapat mencegah kembung dan melindungi degradasi

protein yang berlebihan oleh mikroba rumen.

Pemanfaatan limbah perkebunan dan leguminosa

yang dikombinasikan dengan konsentrat menjadi pakan

lengkap dapat diaplikasikan menjadi silase. Tujuan dari

pembuatan pakan lengkap menjadi silase agar

meningkatkan daya simpan serta mengatasi kurangnya

pasokan hijauan di musim kemarau. Silase merupakan

pengawetan hijauan segar yang disimpan dalam silo pada

kondisi anaerob. Kondisi tanpa udara tersebut akan

mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk

membentuk asam laktat (Mugiawati, Suwarno dan

Hidayat, 2013).

Melalui penelitian ini dapat diketahui pengaruh

penambahan berbagai daun leguminosa seperti kaliandra

(Calliandra calothyrsus), lamtoro (Leucaena

leucocephala) gamal (Gliricidia sepium), indigofera

(Indigofera zollingeriana) pada pembuatan silase pakan

lengkap berbasis daun kelapa sawit (Elaesis guineensis)

terhadap kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan

bahan organik (KcBO) dan konsentrasi amonia (NH3)

cairan rumen secara in vitro.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh penambahan berbagai daun

leguminosa pada silase pakan lengkap berbasis daun

kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering

Page 28: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

5

(KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) secara

in vitro.

2. Bagaimana pengaruh penambahan berbagai daun

leguminosa pada silase pakan lengkap berbasis daun

kelapa sawit terhadap konsentrasi NH3 (amonia)

cairan rumen.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh penggunaan berbagai daun

leguminosa pada silase pakan lengkap berbasis daun

kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering (KcBK),

bahan organik (KcBO) secara in vitro dan NH3 (amonia)

cairan rumen serta perlakuan terbaik pada pembuatan

silase pakan lengkap .

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan evaluasi baik kepada

akademisi maupun peternak tentang penambahan berbagai

leguminosa pada silase pakan lengkap berbasis daun

kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering (KcBK),

kecernaan bahan organik (KcBO) dan konsentrasi NH3

(amonia) secara in vitro.

1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Pakan merupakan faktor yang sangat penting

dalam usaha peternakan guna meningkatkan produktivitas

ternak ruminansia. Upaya yang dapat dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan pakan tersebut dibutuhkan sumber

pakan alternatif yang mampu menyediakan pakan dalam

Page 29: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

6

jangka panjang. Pakan tersebut dapat berasal dari limbah

perkebunan kelapa sawit yang dapat diperoleh setiap

waktu seperti daun kelapa sawit. Menurut Sudaryanto

(1998) daun kelapa sawit adalah produk perkebunan yang

diperoleh dari pemangkasan pelepah kelapa sawit pada

saat panen buah karena mengganggu fungsi dan

kebersihan serta menghindari dari serangan (hama,

penyakit, tikus dan pakis). Produksi pelepah mencapai 40-

50 pelepah/pohon/tahun, sehingga dalam satu pelepah

dapat dihasilkan daun kelapa sawit sebesar 4,5kg. Daun

kelapa sawit, mengandung protein 14,8%, lemak 3,2%

dan lignin 27,6%.

Kelebihan dari penggunaan daun kelapa sawit

sebagai pakan ternak adalah produksinya melimpah, dapat

digunakan sebagai pengganti rumput dan dapat diberikan

dalam bentuk segar maupun silase. Kendala yang

dihadapi adalah daun kelapa sawit dalam bentuk utuh sulit

dicerna serta rendahnya kualitas nutrisi sehingga

membutuhkan teknologi dalam pengolahannya. Penelitian

yang dilakukan oleh Jaelani, Gunawan dan Asriani (2014)

bahwa level optimal penggunaan daun kelapa sawit untuk

ternak ruminansia yaitu 40-55%. Batubara (2002)

menjelaskan bahwa kandungan NDF daun kelapa sawit

62,75% dan daya cerna daun kelapa sawit rendah 38%.

Menurut Nurhaita, Jamarun, Warly dan Zain (2010)

pemanfaatan daun kelapa sawit sebaiknya diolah terlebih

dahulu untuk meningkat kandungan nutrisi. Pengolahan

yang tepat untuk meningkatkan nutrisi pada daun kelapa

sawit dengan mengolahnya menjadi pakan lengkap.

Pakan lengkap adalah suatu jenis pakan ternak

yang terdiri dari bahan hijauan dan konsentrat dalam

Page 30: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

7

imbangan yang memadai. Bentuk penyediaan pakan

lengkap ini dinilai lebih efektif dan efisien jika

dibandingkan dengan pemberian pakan hijauan dan

konsentrat secara terpisah, hal ini bila ditinjau dari segi

waktu dan tenaga lebih rumit dan tidak praktis. Pakan

lengkap dapat diberikan sekaligus antara hijauan dan

konsentrat yang dikemas sedemikian rupa dan nilai

nutrisinya lebih lengkap, lebih tinggi kualitasnya serta

lebih praktis baik untuk ternak, pekerja kandang maupun

dari segi waktu (Wahjuni dan Bijanti, 2006).

Bahan baku yang ditambahkan dalam pembuatan

pakan lengkap selain dari daun kelapa sawit dan

konsentrat juga dapat ditambahkan berbagai leguminosa.

Konsentrat dipilih karena sebagai sumber energi dan

protein (Wahyuni, Anis dan Marry, 2014). Leguminosa

dipilih karena merupakan hijauan yang memiliki

kandungan protein yang cukup tinggi. Tujuan dari

pemberian leguminosa yaitu untuk memenuhi kebutuhan

gizi ternak (Kushartono, 2002).

Melimpahnya limbah daun kelapa sawit tidak

menutup kemungkinan bahan pakan tersebut dapat

bertahan lebih lama maka selain dibuat menjadi pakan

lengkap untuk meningkatkan daya simpan perlu dilakukan

pembuatan silase sehingga daun kelapa sawit yang

berlimpah dapat dimanfaatkan seluruhnya. Bahri (2012)

menyatakan bahwa silase pakan lengkap berbeda dengan

silase dengan bahan baku tunggal seperti silase rumput

atau jerami. Keuntungan dari silase pakan lengkap yaitu

tersedianya substrat pada proses fermentasi sehingga

mengurangi tingkat kegagalan dibandingkan dengan silase

berbahan baku tunggal, mengandung nutrisi yang sesuai

Page 31: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

8

dengan kebutuhan ternak, tersedianya pakan yang

berkelanjutan dan mudah diberikan pada ternak, karena

tidak memerlukan pakan tambahan lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Lendrawati, Ridla

dan Ramli (2008) terhadap kecernaan dan kadar NH3 pada

silase pakan lengkap hasil samping daun kelapa sawit

memiliki nilai rataan kecernaan bahan kering dan bahan

organik setelah 6 minggu ensilase adalah 54,97% dan

63,25%.

Kerangka pikir penelitian tentang pengaruh

penggunaan berbagai daun leguminosa yang berbeda pada

pembuatan silase pakan lengkap berbasis daun kelapa

sawit terhadap kecernaan bahan kering (KcBK),

kecernaan bahan organik (KcBO) dan konsentrasi amonia

secara in vitro bisa dilihat pada Gambar 1.

Page 32: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

9

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Limbah Perkebunan

Konsentrat

Daun Kelapa Sawit

Silase Pakan Lengkap

(ensilase 21 hari)

Pengujian In vitro

- Kecernaan BK (KcBK)

- Kecernaan BO (KcBO)

NH3 (Amonia) cairan rumen

Keunggulan

1) Mengandung

protein lebih

dari 18%,

2) Mudah didapat,

murah dan

pasokan terjamin

sepanjang tahun

(Manurung,

1996).

Fungsi konsentrat

adalah untuk

mencukupi kebutuhan

protein, karbohidrat,

lemak dan mineral

yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan

dengan kandungan PK

minimal 18% (Laryska

dan Nurhajati 2013).

Tujuan:

1) Nilai nutrisinya

lebih lengkap

2) Hijauan dan

konsentrat dapat

diberikan secara

bersama

(Wahjuni dan

Bijanti 2006).

Tujuan pembuatan

silase pakan lengkap:

1) Tersedianya substrat

yang mendukung terjadinya

fermentasi

2) meningkatkan daya

simpan

(Lendrawati, Ridla

dan Ramli, 2008).

Pakan Lengkap

Leguminosa

1. Kaliandra

2. Lamtoro

3. Gamal

4. Indigofera

Page 33: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

10

1.6 Hipotesis

Penambahan berbagai leguminosa pada pakan

lengkap berbasis daun kelapa sawit memberikan pegaruh

yang berbeda terhadap kecernaan bahan kering (KcBK),

kecernaan bahan organik (KcBO) secara in vitro dan

konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen.

Page 34: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Kelapa Sawit (Elaesis guineensis)

Perkebunana kelapa sawit di Indonesia banyak

menghasilkan limbah berupa pelepah dan daun kelapa

sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan

untuk ternak ruminansia. Pemanfaatan limbah pelepah

dan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak memberikan

andil dalam hal penyediaan pakan ternak juga sekaligus

mengatasi pencemaran lingkungan di areal perkebunan

kelapa sawit (Ardiansya, Mulyani dan Fridarti, 2014).

Menurut Syakri (2010) tanaman kelapa sawit

dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-

tumbuhan diklasifikasi sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Embryophyta siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Family : Arecaceae

Subfamily : Cocoideae

Genus : Elaesis

Spesies : Elaesis guineensis

Page 35: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014
Page 36: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

13

ternak ruminansia. Pemanfaatan daun kelapa sawit

sebagai silase selain lebih efisien juga mengurangi biaya

pakan (Hassan et al., 1994).

Kecernaan bahan kering (KcBK) dan Kecernaan

bahan organik (KcBO) in vitro dari daun kelapa sawit dan

lidi yang berasal dari tanaman kelapa sawit yang berumur

12 tahun dengan perlakuan penambahan Ca(OH)2 dan air

adalah 19,26-29,55% dan 19,91-28,26%. Perbedaan

kecernaan pada daun kelapa sawit disebabkan karena

varietas, bagian daun yang digunakan, komposisi kimia

daun kelapa sawit, dan perlakuan yang diberikan

(Anjalani, Subur dan Hari, 2013). Kandungan nutrien

daun kelapa sawit (Elaesis guineensis) dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrien daun kelapa sawit

Nutrien BK PK* SK* LK* Abu*

a Kandungan (%) 31,84 11,39 22,71 2,77 7,28

b Kandungan (%) 46,18 14,12 21,52 4,37 13,40

Sumber: a) Mucra dan Azriani (2012), b) Nurhayu, Ishak

dan Ella (2014)

*) Berdasarkan 100% BK

2.2 Pakan Lengkap

Pakan lengkap ruminansia merupakan campuran

antara bahan pakan konsentrat dan hijauan. Pakan lengkap

sangat baik diterapkan di Indonesia mengingat sebagian

besar usaha peternakan dikelola oleh masyarakat peternak

yang kurang menguasai penyusunan ransum (Nusi,

Utomo dan Soeparno, 2011). Teknologi pakan lengkap

Page 37: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

14

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

pemanfaatan limbah baik yang berasal dari pertanian atau

perkebunan dan penambahan bahan pakan non

konvensional dengan perlakuan fisik, suplementasi dan

mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik serat

kasar, protein, energi dll (Astuti dan Abdurahman, 2012).

Keuntungan pembuatan pakan lengkap antara lain

meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan dan

menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan yang

palatabilitas rendah setelah dicampur dengan konsentrat

dapat mendorong meningkatnya konsumsi, untuk

membatasi konsumsi konsentrat (karena harga konsentrat

mahal), mudah dalam pencampuran antara konsentrat dan

hijauan serta memudahkan ternak menjadi kenyang

(Paramita, Susanto dan Yulianto, 2008).

Umumnya proporsi hijauan dan konsentrat

sekitar 60% : 40% BK, tetapi jika kualitas hijauan rendah

proporsi dapat digeser menjadi 55% : 45% BK dan jika

kualitas hijauan sedang hingga tinggi proporsi dapat

menjadi 64% : 36% (Irsyammawati dkk., 2011).

Formulasi pakan lengkap untuk ruminansia dengan

protein kasar (PK) 12% dan Total Digestible Nutrients

(TDN) 64% dengan persentase hijauan yaitu 30% dan

konsentrat 70% (Hadiyanto, dkk., 2012). Kisaran taraf

protein kasar pakan lengkap yang digunakan dalam

berbagai penelitian adalah antara 13–20%. Pembuatan

pakan lengkap dapat ditambahkan leguminosa sebanyak

30% sebagai sumber protein dan limbah hasil pertanian

sebanyak 36-50% sebagai sumber serat (Ginting, 2009).

Page 38: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

15

2.3 Silase Pakan Lengkap

Silase pakan lengkap merupakan silase yang

dibuat dari campuran hijauan, konsentrat dan limbah

pertanian atau perkebunan yang diawetkan dengan cara

fermentasi anaerob (Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan, 2012). Prinsip pembuatan silase adalah

fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak

menghasilkan asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan

selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat

pengawet sehingga dapat menghindari pertumbuhan

mikroorganisme pembusuk. Kondisi iklim lingkungan

saat pelayuan sangat mempengaruhi (Ridwan,

Ratnakomala, Kartina dan Widyastuti, 2005).

Pencampuran bahan baku pakan lokal menjadi

silase pakan lengkap dengan teknologi fermentasi secara

anaerob merupakan alternatif teknologi pengolahan pakan

yang dapat diterapkan. Perlakuan pada pembuatan silase

tidak perlu melakukan proses pengeringan. Silase juga

dapat dijadikan sebagai sumber probiotik dan asam

organik serta dapat digunakan sebagai antibiotik

alternatif. Keuntungan lain yaitu dari segi penyimpanan

lebih tahan lama karena bakteri pembusuk tidak tahan

terhadap pH rendah sehingga akan menghambat

pertumbuhan bakteri (Yusmadi, Nahrowi dan

Muhammad, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Lendrawati dkk.,

(2008) terhadap kecernaan dan kadar NH3 pada silase

pakan lengkap hasil samping daun kelapa sawit memiliki

nilai rataan kecernaan bahan kering dan bahan organik

setelah 6 minggu ensilase adalah 54,97% dan 63,25%.

Nilai kecernaan ini menunjukkan bahwa silase pakan

Page 39: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

16

lengkap mempunyai kecernaan bahan kering yang rendah

karena kecernaan bahan kering berkisar antara 55–65%.

Kandungan NH3 yang diperoleh pada penelitian ini

berada dalam area normal untuk pakan lengkap yaitu

7,41mM.

2.4 Konsentrat

Konsentrat adalah campuran beberapa bahan

pakan yang disusun untuk membuat suatu ransum komplit

serta zat-zat makanannya seimbang (Rumerung, 2015).

Konsentrat merupakan bahan pakan pengganti sumber

energi dan bahan pakan sumber protein dan lebih disukai

ternak (palatable). Konsentrat merupakan bahan pakan

yang memiliki flavor yang lebih spesifik dibandingkan

hijauan (Soeharsono, Supriadi dan Hanafi, 2005).

Menurut Laryska dan Nurhajati (2013) pemberian pakan

konsentrat yang memiliki nilai nutrisi yang lebih baik

dibanding hijauan ditujukan untuk memberikan peluang

kepada ternak agar dapat memaksimalkan pertumbuhan

atau untuk produksi. Pemberian konsentrat yang baik

adalah dengan kandungan protein kasar minimal 18% dan

Total Digestible Nutrient (TDN) atau bahan makanan

yang dapat dicerna tidak kurang dari 75%.

Berdasarkan komposisinya, konsentrat dibagi

menjadi 2 macam yaitu konsentrat sumber energi

(kandungan PK di bawah 18%) dan konsentrat sumber

protein (kandungan PK di atas 18%). Konsentrat sumber

energi biasanya didapatkan dari bahan-bahan berupa

jagung kuning, dedak, bekatul, lemak, minyak dan bahan-

bahan lain yang umumnya kaya akan energi. Konsentrat

Page 40: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

17

sumber protein biasanya terkandung dalam bahan-bahan

antara lain tepung ikan, bungkil kedelai dan bungkil

kelapa. Pemberian konsentrat bertujuan untuk

meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan serta untuk

menambah nilai gizi pakan (Hadiyanto dkk., 2012).

2.5 Leguminosa

Leguminosa merupakan salah satu jenis hijauan

yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi

sehingga dapat ditambahkan sebagai pakan ternak selain

pemberian rumput. Tujuan dari pemberian leguminosa

yaitu untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jenis-jenis

leguminosa yang relatif mudah untuk ditanam dan

memiliki nilai gizi yang cukup tinggi seperti gamal

(Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala) dan

kaliandra (Calliandra calothyrsus). Jenis-jenis tanaman

ini dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi berbagai

jenis tanah, hal ini dapat diharapkan dengan penanaman

leguminosa dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan

pakan terutama pada musim kemarau (Kushartono, 2002).

Tanaman pakan yang berasal dari jenis

leguminosa merupakan sumber protein karena memiliki

kandungan protein diatas 18%. Leguminosa adalah salah

satu tanaman dengan kontinuitas suplai hijauan pada

musim kemarau yang dapat bertahan dengan baik

dibeberapa daerah beriklim kering. Adanya budidaya

tanaman legum pohon seperti gamal, lamtoro, kaliandra

dan indigofera dapat membantu dalam pemenuhan

kebutuhan pakan dimusim kemarau (Suherman dan

Herdiawan, 2015). Tangendjaja dan Elizabeth (1998)

Page 41: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

18

leguminosa merupakan salah satu alternatif yang dapat

diusahakan sebagai pakan ternak. Kandungan proteinnya

rata-rata di atas 20% sehingga dapat diharapkan dalam

perbaikan kualitas pakan.

2.5.1 Calliandra calothyrsus

Kaliandra adalah pohon kecil bercabang yang

tumbuh mencapai tinggi maksimum 12 m dengan

diameter batang 20 cm. Kulit batang berwarna merah

keabu-abuan yang ditutupi tentisel kecil, pucat

berbentuk oval. Kaliandra ini memiliki bentuk daun

yang kecil seperti umumnya keluarga mimosidae,

bertekstur lebih lunak berwarna hijau tua. Panjang daun

bisa mencapai 20 cm, lebarnya mencapai 15 cm.

Kaliandra merupakan jenis tanaman serbaguna yang

populer dan mudah ditanam, cepat tumbuh, dan

bertunas kembali setelah dipangkas berulang kali.

Beberapa tempat di Indonesia tanaman kaliandra

banyak dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak

berkualitas baik seperti halnya jenis leguminosa lain

(Herdiawan, Fanindi dan Semali, 2001).

Page 42: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014
Page 43: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

20

jika lebih banyak, tidak akan dimanfaatkan seluruhnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai gizi adalah

kecernaanya, dan sejauh mana hijauan ternak dapat

dicerna dan diserap oleh ternak. Kecernaan Kaliandra

sangat bervariasi sekitar 30% sampai 60% (Hendrati

dan Hidayati, 2014).

Anti nutrisi di dalam daun kaliandra yaitu

berupa tannin dalam jumlah yang tinggi sampai 11%.

Tannin mudah bereaksi dengan protein sehingga

menimbulkan efek negatif yaitu menghambat aktivitas

enzim dalam pencernaan, mengurangi konsumsi pakan

dan mengurangi mikroba rumen. Tannin dalam jumlah

sedikit dapat bermanfaat bagi ternak karena dapat

melindungi protein pakan agar tidak dipecah oleh

mikroba rumen (Tangendjaja dan Elizabeth, 1998).

Penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah,

Retnani dan Permanal (2015) menjelaskan bahwa nilai

kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan

NH3 wafer kaliandra berturut-turut yaitu: 70,65%,

69,20% dan 22,63mM. Kecernaan bahan kering dan

bahan organik wafer suplemen kaliandra sudah ideal

bagi ternak ruminansia. Besarnya kecernaan pakan pada

ternak ruminansia sekitar 65% tergantung dari mikroba

rumen. Kecernaan juga sangat tergantung pada

komposisi zat makanan yang terkandung dalam pakan

dan laju aliran pakan meninggalkan rumen. Kandungan

nutrien Calliandra calothyrsus dapat dilihat pada Tabel

2.

Page 44: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

21

Tabel 2. Kandungan nutrien Calliandra calothyrsus

Nutrien BK PK* SK* LK* Abu*

Kandungan (%) 24,48 23,67 19,50 4,13 8,61

Sumber: Tanuwiria, Djaja dan Kuswarayan (2010)

*) Berdasarkan 100% BK

2.5.2 Leucaena leucochepala

Tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala)

merupakan tanaman tropis. Lamtoro dapat tumbuh di

tempat yang lembab dan kering. Tanaman ini dapat

tumbuh pada kondisi tanah yang memiliki unsur hara

yang rendah seperti tanah liat, karang, berpasir, tanah

netral dan basa. Lamtoro tumbuh pada ketinggian 1600

m diatas permukaan laut dengan curah hujan 500-700

mm dalam satu tahun. Genus (Leucaena leucocephala)

lebih dari 50 spesies dan dibedakan oleh warna bunga,

ukuran daun, tempat tumbuh, ekologi dan lain-lain

(Kodiango, Palapala and Gudu, 2016).

Page 45: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

22

Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan (2011) tanaman Leucaena

leucochepala dalam tata nama atau sistematika

(Taksonomi) tumbuh-tumbuhan diklasifikasi sebagai

berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Subfamily : Mimosoideae

Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena leucochepala

Gambar 4. Lamtoro (Leucaena leucocephala)

(Anonimous, 2016)

Tanaman lamtoro merupakan leguminosa

pohon yang mempunyai perakaran yang dalam serta

pada daun lamtoro mengandung protein kasar yang

cukup tinggi yakni 27-34% dari bahan kering (Rehman

Page 46: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

23

dan Iqbal, 2007). Rajendran, Pattanaik, Khan and Bedi

(2001) menambahkan karotenoid pada Leucaena

leucocephala dapat dikonversi dengan efisiensi oleh

tubuh ternak menjadi vitamin A. Kecernaan daun

lamtoro didalam rumen cukup tinggi yaitu 69%.

Lamtoro (Leucaena leucocephala) sebagai

bahan pakan ternak menghasilkan bahan kering

sebanyak 20 ton/ha/th. Kandungan protein daun lamtoro

pada umumnya lebih dari 23%. Kandungan zat karotin

lamtoro (sumber vitamin A) dua kali lipat zat karotin

daun alfalfa. Daun lamtoro kering mengandung protein

4 x lebih banyak dari rumput gajah (Pennisetum

purpureum) (Benge, 1982).

Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi

tinggi namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak

pemberiannya perlu dibatasi. Lamtoro mengandung zat

anti nutrisi yaitu asam amino non protein yang disebut

mimosin, yang dapat menimbulkan keracunan atau

gangguan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah

yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu

yang cukup lama (Askar, 1997).

Hasil penelitian Pamungkas dkk., (2011)

menyatakan bahwa nilai kecernaan bahan kering dan

bahan organik daun lamtoro tanpa penambahan bahan

pakan komersial yaitu 61,83% dan 63,71% lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan penambahan bahan

pakan komersial. Kecernaan bahan kering dan bahan

organik lamtoro 35% dengan penambahan pakan

komersial 65% yaitu 61,71% dan 61,45% sedangkan

kecernaan bahan kering dan bahan organik lamtoro 65%

dengan penambahan pakan komersial 35% yaitu

Page 47: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

24

61,29% dan 57,15%. Tingginya kecernaan daun lamtoro

berkaitan dengan kandungan PK yang tinggi (23,16%).

Tingginya kandungan PK menstimulasi mikrobia rumen

dalam melakukan aktivitas degradasi bahan pakan

dalam rumen. Kandungan nutrien Leucaena

leucocephala dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3. Kandungan nutrien Leucaena leucocephala

Nutrien BK PK* SK* LK*

Kandungan (%) 35,67 23,67 19,50 4,13

Sumber: Susanti dan Marhaeniyanto (2014)

*) Berdasarkan 100% BK

2.5.3 Gliricidia sepium

Tanaman gamal (Gliricidia sepium) adalah

salah satu jenis tanaman leguminosa pohon tropis.

Gamal dapat beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh

yang beragam. Tanaman gamal memiliki produktivitas

yang tinggi dan dapat ditanam pada lahan kering (Putra,

2006). Tanaman gamal memiliki fungsi sebagai pakan

sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam

rumen. Degradasi protein di dalam rumen akan

menghasilkan N-NH3 yang sangat dibutuhkan

mikroorganisme rumen untuk mensintesis protein tubuh

(Suryani, Budiasa dan Astawa, 2013).

Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan (2009) tanaman gamal dalam tata

nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan

diklasifikasi sebagai berikut :

Page 48: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014
Page 49: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

26

sebagai sumber hijauan untuk ternak ruminansia, serta

mengandung mineral dalam jumlah yang cukup (kecuali

fosfor dan tembaga) untuk memenuhi kebutuhan ternak

di daerah tropis (Witariadi, Budiasi, Puspani dan Cakra,

2008).

Gamal merupakan tanaman pakan ternak yang

memiliki sumber protein yang lebih tinggi

dibandingkan dengan konsentrat yang memiliki

kandungan protein maksimal 17%. Hijaun gamal

mengandung protein kasar 20-30% BK, serat kasar 15%

dan kecernaan bahan kering 60-65% (Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2009).

Zat racun atau anti nutrisi yang terdapat pada

gamal yang pertama adalah dicoumerol, suatu senyawa

yang mengikat vitamin K dan dapat mengganggu serta

menggumpalkan darah. Fakta di lapang menunjukkan

tidak banyak ternak ruminansia yang keracunan

dicoumerol yang disebabkan oleh daun gamal. Senyawa

racun yang kedua adalah HCN (Hydro Cyanic Acid),

sering disebut juga Prussic Acid, asam prusik atau asam

sianida. Meskipun kandungan HCN dalam gamal

tergolong rendah 4mg/kg, dibandingkan umbi

singkong/ketela pohon yang dapat mencapai 50-

100mg/kg namun hal ini perlu juga diwaspadai. Zat lain

yang perlu diperhatikan adalah Nitrat (NO3) sebetulnya

nitrat itu sendiri tidak beracun terhadap ternak, tapi

pada jumlah yang banyak dapat menyebabkan penyakit

yang disebut keracunan nitrat (nitrate poisoning)

(Kusnadi, Wulandari dan Efendi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Witariadi dkk.,

(2008) mengenai pembuatan urea cassava blok (UCB)

Page 50: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

27

dengan penambahan gamal memiliki nilai kecernaan

bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik

(KcBO) yaitu 55,97% dan 60,82%. Kadar amonia pada

urea cassava blok (UCB) dengan penambahan daun

gamal memiliki konsentrasi 13,89mM nilai kecernaan

dan kadar amonia pada gamal lebih baik dibandingkan

dengan daun kelor yaitu dengan kecernaan bahan kering

dan organik adalah 36,53% dan 40,26% serta

konsentrasi amonia 8,49mM. Kandungan nutrien

Gliricidia sepium dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrien Gliricidia sepium

Nutrien BK BO* PK* SK*

a Kandungan (%) 21,09 90,72 26,91 20,98

b Kandungan (%) 17,5 89,67 25,98 14,46

Sumber: a) Susanti dan Marhaeniyanto (2014), b)

Savitri, Sudarwati dan Hermanto (2012)

*) Berdasarkan 100% BK

2.5.4 Indigofera zollingeriana

Indigofera zollingeriana adalah sejenis

leguminosa pohon yang memiliki ketinggian antara 1-2

meter bahkan lebih dan dapat dipanen pada umur 6-8

bulan. Indigofera zollingeriana dapat berproduksi

secara optimum pada umur delapan bulan dengan rata-

rata produksi biomasa segar per pohon sekitar 2,595

kg/panen, rasio produksi daun per pohon 967,75

g/panen (37,29%) dan produksi batang per pohon

1627,25 g/panen (63,57%) dengan total produksi segar

sekitar 52 ton/ha/tahun. Indigofera zollingeriana

Page 51: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014
Page 52: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

29

Beberapa jenis Indigofera telah dibudidayakan

dan dikembangkan diseluruh wilayah tropis seperti

halnya Indigofera arrecta merupakan tanaman asli yang

berasal dari Afrika Timur dan Afrika Selatan, secara

luas telah dibudidayakan di Laos, Vietnam, Filipina

(Luzon) dan Indonesia (Sumatera, Jawa, Sumba dan

Flores). Kedua spesies dari Indigofera suffruticosa yang

berasal dari daerah tropis Amerika, dibudidayakan

cukup baik di Pulau Jawa untuk dimanfaatkan sebagai

tarum atau pencelup warna alami (Herdiawan dan

Krisna, 2014).

Terdapat 700 spesies Indigofera yang telah

teridentifikasi. Sebanyak 64 spesies mengandung

senyawa nitro alifatik dalam konsentrasi 2-12mg NO2/g

tanaman sehingga tidak baik untuk diberikan pada

ternak. Beberapa spesies Indigofera penting sebagai

pakan ternak seperti Indigofera zollingeriana,

Indigofera arrecta, Indigofera tinctoria, dan spesies

lain seperti I. spicata dan I. nigritana (Abdullah, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan,

Abdullah, Ginting dan Permana (2010) mengenai

kecernaan terhadap tanaman leguminosa Indigofera sp.

pada interval pemotongan yang berbeda yaitu memiliki

nilai kecernaan bahan kering (KcBK) tertinggi

(77,13%) terdapat pada perlakuan interval pemotongan

60 hari dengan tinggi pemotongan 1,5 m dan KcBK

paling rendah (68,0%) pada perlakuan interval

pemotongan 90 hari dengan tinggi pemotongan 0,5 m.

Kecernaan bahan organik (KcBO) tertinggi terdapat

pada perlakuan interval pemotongan 60 hari dengan

tinggi pemotongan 1,5 m dan (KcBO) paling rendah

Page 53: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

30

(68,10%) pada perlakuan interval pemotongan 90 hari

dengan tinggi pemotongan 1 m. Kandungan PK

tertinggi yaitu 25,81% pada perlakuan interval

pemotongan 60 hari dengan tinggi pemotongan 1,5 m.

Kandungan PK pada interval pemotongan 30 hari lebih

rendah dibandingkan dengan pemotongan 60 hari yaitu

21,61% dapat disebabkan oleh tingginya kadar air

akibat umur tanaman yang lebih muda. Kandungan

protein kasar yang relatif lebih rendah pada interval

pemotongan 90 hari (23,3%) dibandingkan pada

interval pemotongan 60 hari kemungkinan terkait

dengan meningkatnya kandungan komponen kimia lain

terutama NDF dan ADF. Kandungan nutrien Indigofera

zollingeriana dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Kandungan nutrien Indigofera zollingeriana

Nutrien BK PK* SK* LK*

Kandungan

(%)

21,97 24,17 17,83 6,15

Sumber: Simanhuruk dan Sirait (2009)

*) Berdasarkan 100% BK

1.6 Kecernaan BK dan BO

Kualitas suatu bahan pakan untuk ternak

ruminansia tidak hanya dapat dilihat dari kandungan

nutrisi secara kimiawi saja, tetapi juga sejauh mana pakan

tersebut dapat dicerna oleh ternak. Teknik evaluasi yang

relatif sederhana dan efisien adalah melalui teknik

pengukuran kecernaan secara in vitro, dimana kecernaan

in vitro merupakan pengukuran kecernaan bahan pakan

didalam tabung fermentasi yang meniru atau menyerupai

Page 54: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

31

situasi, kondisi dan proses pencernaan ruminansia

terutama dalam rumen (Tilley and Terry, 1963).

Kecernaan adalah rangkaian proses yang terjadi

didalam alat pencernaan sampai terjadinya penyerapan.

Tujuan dari uji kecernaan untuk mengetahui potensi

bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak

(Wahyuni dkk., 2014). Kecernaan merupakan faktor yang

sangat penting bagi nilai nutrisi pakan ternak. Kecernaan

menentukan hubungan antara nutrisi dan energi yang

dibutuhkan untuk ternak ruminansia. Komposisi kimia

serta sifat fisik pakan digunakan untuk menentukan

kecernaan dan diharapkan kinerja ruminansia dalam

menerima umpan pakan dengan baik (Forejtova, et al.,

2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan

bahan kering yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju

perjalanan pakan di dalam saluran pencernaan dan jenis

kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut.

Selain itu tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum,

komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase

lemak dan mineral juga mempengaruhi kecernaan bahan

kering (Setyaningsih, Christiyanto dan Sutarno, 2012).

Ketersediaaan energi pada saat fermentasi in

vitro merupakan faktor yang esensial untuk mempercepat

pertumbuhan dan poliferasi mikroba rumen. Ketersediaan

energi yang tinggi berasal dari bahan pakan pada saat

fermentasi in vitro menyebabkan kemampuan mikroba

rumen mendegradasi komponen organik bahan pakan

semakin meningkat. Peningkatan kemampuan degradasi

tersebut akan berakibat terhadap peningkatan kecernaan

bahan pakan (Surono, Sujono dan Budhi, 2003). Tingkat

Page 55: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

32

kecernaan pakan dapat digunakan sebagai indikator

kualitas pakan. Semakin tinggi kecernaan bahan kering

dan bahan organik pakan semakin tinggi nutrient yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

ternak (Syahrir, 2009).

Kecernaan bahan kering menunjukkan tingginya

zat makanan yang dapat dicerna oleh mikroba dan enzim

pencernaan pada rumen. Semakin tinggi persentase

kecernaan bahan kering suatu bahan pakan, menunjukkan

bahwa semakin tinggi pula kualitas bahan pakan tersebut

(Yusmadi, Nahrowi dan Ridla, 2008).

Kecernaan bahan organik dalam saluran ternak

meliputi kecernaan zat-zat pakan berupa komponen bahan

organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan vitamin.

Bahan-bahan organik yang terdapat dalam pakan tersedia

dalam bentuk tidak larut sehingga diperlukan adanya

proses pemecahan zat-zat yang mudah larut. Faktor yang

mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah

kandungan serat kasar dan mineral bahan pakan.

Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan

kecernaan bahan kering karena sebagian dari bahan kering

terdiri dari bahan organik. Penurunan kecernaan bahan

kering akan mengakibatkan kecernaan bahan organik

menurun atau sebaliknya (Harahap, 2010).

2.7 NH3 (Amonia) Cairan Rumen

Kadar amonia (NH3) adalah amonia dalam

cairan rumen merupakan hasil dari proses degradasi

protein dan nitrogen bukan protein (NPN) yang masuk

dalam rumen. Amonia erat kaitannya dengan sintesis

protein mikroba rumen karena mikroba rumen

Page 56: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

33

memanfaatkan amonia sebagai sumber nitrogen (N)

utama untuk sintesis protein mikroba rumen. Kadar NH3

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

fermentabilitas pakan yang berhubungan dengan

kecernaan protein pakan, aktivitas dan populasi mikroba

rumen (Muhtarudin dan Liman, 2006).

Konsentrasi NH3 dalam rumen dipengaruhi oleh

kandungan protein dan asam amino. Amonia terbentuk

dari proses deaminasi asam amino oleh aktifitas mikroba

sehingga besarnya konsentrasi tersebut dipengaruhi

kandungan protein mudah dicerna dalam pakan (Hungate,

1966). Satter and Slyter (1974) menambahkan kadar

amonia (NH3) cairan rumen merupakan hasil metabolisme

protein pakan dalam rumen. Konsentrasi ammonia cairan

rumen yang optimal untuk aktifitas mikroba rumen adalah

3,57-15 mM.

Bahan pakan sumber protein akan difermentasi

di dalam rumen menjadi amonia (N-NH3), gas

karbondioksida (CO2) dan metan (CH4). Amonia

merupakan sumber nitrogen (N) utama bagi mikroba

rumen mengingat sebagian besar (82%) mikroba rumen

mampu memanfaatkan amonia sebagai sumber N.

Disamping itu 40-60% N pakan akan diubah menjadi

amonia oleh mikroba rumen dan 50-70% amonia yang

dihasilkan dimanfaatkan untuk sintesis protein mikroba

rumen (Trisnadewi dkk., 2014).

Rahmadi dkk., (2010) menyatakan bahwa

protein di dalam rumen dihidrolisis oleh enzim proteolitik

yang dihasilkan mikroba rumen menjadi oligopeptida.

Mikroba dapat memanfaatkan oligopeptida yang mudah

terfermentasi untuk membuat protein tubuhnya, sebagian

Page 57: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

34

dihidrolisis lagi menjadi asam amino. Mikroba rumen

akan merombak asam amino menjadi amonia untuk

menyusun tubuhnya, hal ini dikarenakan mikroba rumen

terutama bakteri tidak mempunyai sistem transportasi

untuk mengangkut asam amino ke dalam tubuhnya.

Mikroba mendegradasi protein dalam rumen tidak

mengenal batas, proses degradasi protein tersebut dapat

berlangsung terus walaupun amonia yang dihasilkan telah

cukup memenuhi kebutuhan mikroba rumen.

Sebagian besar mikroba rumen menggunakan

amonia untuk pengulangan siklus sel diri terutama dalam

proses sintesis tubuhnya. Dinamika konsentrasi amonia

dalam cairan rumen menggambarkan efektivitas proses

fermentasi. Pengukuran konsentrasi amonia cairan rumen

fermentasi setiap 4 jam setelah proses fermentasi

berlangsung (Syahrir, Wiryawan, Parakkasi, Winugroho

dan Sari, 2009).

Page 58: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

35

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya pada bulan September 2016 sampai

Februari 2017. Pengambilan cairan rumen dilakukan di

Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Bahan

1. Hijauan yang digunakan yaitu daun kelapa sawit

(Elaesis guineensis) diambil dari lingkungan

Universitas Brawijaya. Leguminosa yang

ditambahkan meliputi Indigofea zollingeriana diambil

dari lingkungan Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya, kaliandra (Calliandra calothyrsus)

diambil dari Kecamatan Pujon kota Batu, lamtoro

(Leucaena leucocephala) dan gamal (Gliricidia

sepium) diambil dari Laboratorium Lapang Sumber

Sekar.

2. Konsentrat yang digunakan berasal dari Koprasi SAE

pujon dengan merek Saeprofeed yang memiliki

kandungan protein 15,70%.

Page 59: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

36

3. Cairan rumen diperoleh dari sapi PFH yang berfistula

di Laboratorium Lapang Sumber Sekar, Fakultas

Peternakan, Universitas Brawijaya.

4. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kecernaan

bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik

(KcBO) secara in vitro yaitu : MgCl2, CaCl2, aquades,

Na2HPO4, 2H2O, NaHCO3, NaCl,KCl, HCl dan

Pepsin.

5. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis

konsentrasi amonia (NH3) secara in vitro yaitu :

Vaselin, Na2CO3 jenuh, H3BO3 4%, indikator metil

merah dan brom kresol hijau, H2SO4 0,005 N dan

H2SO4 pekat.

3.2.2 Peralatan

1. Peralatan untuk pembuatan silase pakan lengkap

meliputi kantong plastik ukuran 5 kg, timbangan,

lakban, kertas label dan alat vakum.

2. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan

cairan rumen adalah termos, kain saring dan

injektor.

3. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran

kecernaan bahan kering dan bahan organik adalah

centrifugator, eksikator, tabung fermentor, cawan

porselin, tanur, timbangan analitik, oven, inkubator,

tabung CO2 dan pipet tetes.

4. Peralatan yang digunakan untuk analisis NH3

adalah botol 30 ml, cawan Conway, mikro pipet dan

alat titrasi .

Page 60: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

37

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari 4 perlakuan dan 3 kelompok. Susunan perlakuan

berdasarkan %BK yang disusun iso protein 13% dengan

pebandingan hijauan dan konsentrat 60:40 sebagai

berikut:

P1 : 40% konsentrat + 49,5% daun kelapa sawit + 10,5%

daun kaliandra

P2 : 40% konsentrat + 53% daun kelapa sawit + 7% daun

lamtoro

P3 : 40% konsentrat + 51% daun kelapa sawit + 9% daun

gamal

P4 : 40% konsentrat + 52,5% daun kelapa sawit + 7,5%

daun indigofera

3.4 Persiapan Penelitian

3.4.1 Persiapan Bahan Penyusun Silase Pakan Lengkap

Persiapan bahan penyusun silase pakan lengkap

yaitu dimulai dengan mengambil sampel masing-masing

bahan yang akan digunakan meliputi: daun kelapa sawit,

Calliandra calothyrsus, Leucaena leucocephala,

Gliricidia sepium dan Indigofera zollingeriana

dikeringkan dioven 600C selama 24 jam untuk

mengetahui bahan keringnya. Kemudian sampel-sampel

tersebut digiling di mesin grinding yang kemudian

digunakan untuk dilakukan analisis proksimat. Setelah

hasil analisis proksimat diketahui dilakukan penyusunan

Page 61: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

38

formulasi pakan menggunakan Microsoft Excel iso

protein dengan kandungan protein kasar 13%.

3.4.2 Pembuatan Silase Pakan Lengkap

Tahapan pembuatan silase pakan lengkap dimulai

dengan memotong daun kelapa sawit 2-3cm,

mencampurkan daun kelapa sawit, leguminosa dan

konsentrat sesuai dengan proporsi tiap perlakuan,

dimasukkan kedalam plastik serta dilakukan pemadatan

dan dibuang udara yang berada di dalam dengan pompa

vakum sehingga kondisi anaerob selanjutnya

difermentasi selama 21 hari.

3.4.3 Persiapan Bahan untuk Analisis Kecernaan Secara

In Vitro

Silase dipanen pada hari ke 21 dan dioven dengan

suhu 600C selama 24 jam dan digiling sehingga dapat

digunakan pada analisis kecernaan bahan kering

(KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO) secara in

vitro serta kadar NH3 (amonia) cairan rumen.

3.4.4 Pengambilan Cairan Rumen

Pengambilan cairan rumen pada sapi berfistula

dilakukan dengan cara termos diisi dengan air hangat

hingga mencapai suhu 390C. Air dalam termos dibuang

kemudian cairan rumen dimasukkan dalam termos.

Cairan rumen dalam termos tersebut segera dibawa ke

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya. Cairan rumen

disaring menggunakan kain saring sebanyak 4 lapis.

Page 62: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

39

3.4.5 Analisis Kecernaan Secara In Vitro

Analisis kecernaan bahan kering (KcBK) dan bahan

organik (KcBO) secara in vitro. Sampel yang dianalisis

adalah substrat yang telah dihasilkan dari proses in vitro

seperti yang dijelaskan pada Lampiran 2. Analisis

kecernaan bahan kering (KcBK) dan bahan organik

(KcBO) dapat dihitung menggunakan rumus Tilley and

Terry (1963) yaitu:

BK sampel (g) – BK residu (g) – BK blanko (g)

KcBK (%) = x

100%

BK sampel

BO sampel (g) – BO residu (g) – BO blanko (g)

KcBO (%) = x

100%

BO sampel

Keterangan:

KcBK = Kecernaan Bahan Kering (%)

KcBO = Kecernaan Bahan Organik (%)

BK = Berat sampel x %BK (g)

BO = BK sampel x %BO (g)

BK residu = (berat cawan, kertas dan residu (g)–

(berat cawan dan kertas saring (g)

BO residu = BK residu (g) – (berat cawan dan

abu (g) )

BKblanko = (berat cawan, kertas dan residu (g)–

(berat cawan dan kertas saring (g)

BO blanko = BK residu (g) – (berat cawan dan

abu (g) )

Page 63: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

40

Sampel yang digunakan untuk analisis NH3

adalah supernatan dari prosedur in vitro dengan lama

inkubasi selama 48 jam. Pengukuran konsentrasi NH3

dengan teknik microdiffusi Conway (1958). Prosedur

pengukuran NH3 dapat dilihat pada Lampiran 3.

Perhitungan kadar NH3 cairan rumen (mM) :

ml H2SO4 x NH2SO4 x 1000

Kadar NH3 (mM) =

sampel (g) x BK sampel

(%)

Keterangan :

NH3 = Konsentrasi N-amonia (mM)

N H2SO4 = Normalitas larutan H2SO4

3.5 Variabel Penelitian

Variabel yang diukur dalam penelitian ini

meliputi:

1. Kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan

bahan organik (KcBO)

2. Konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen

inkubasi24 jam

3.6 Analisis Data Penelitian

Data hasil penelitian dicatat dan ditabulasi

menggunaka program Excel, kemudian dianalisis

menggunakan analisis ragam dari Rancangan Acak

Page 64: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

41

Kelompok (RAK) untuk mengevaluasi pengaruh

perlakuan terhadap peubah yang diamati menurut Steel

and Torrie (1995).

Yij = μ + βj + τi + εij

Keterangan :

Yij = pengamatan pada perlakuan ke i ulangan ke

j anak contoh ke k

μ = rataan umum

βj = pengaruh kelompok ke-j

τi = pengaruh perlakuan ke i kelompok ke j

εij = galat percobaan pada perlakuan ke i

kelompok ke j

3.7 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini batasan istilah yang digunakan yaitu:

1. Silase pakan lengkap : silase yang dibuat dari

campuran hijauan dan

konsentrat yang terdiri dari

limbah perkebunan yang

ditambahkan leguminosa.

2. Kecernaan : Bagian dari nutrien pakan

yang tidak diekskresikan

dalam feses.

3. In vitro : Pengukuran kecernaan yang

dilakukan di dalam

laboratorium dengan meniru

kondisi alat pencernaan ternak

ruminansia.

Page 65: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

42

Page 66: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Nutrien Bahan Pakan Silase Pakan

Lengkap

Hasil analisis kandungan nutrien bahan pakan

yang digunakan untuk silase pakan lengkap berbasis daun

kelapa sawit dan berbagai daun leguminosa yang terdiri

dari BK, Abu, PK, SK dan LK dari berbagai bahan pakan

penyusun silase pakan lengkap terdiri dari konsentrat,

daun kelapa sawit (Elaesis guinensis), kaliandra

(Calliandra clothyrsus), lamtoro (Leucaena

leucocephala), gamal (Gliricidia sepium) dan indigofera

(Indigofera zollingeriana) yang dianalisis di

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan, Universitas Brawijaya tersaji pada Tabel 6.

Page 67: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

43

Tabel 6. Kandungan nutrien bahan pakan silase pakan

lengkap berbasis daun kelapa sawit.

Bahan Pakan BK

(%)

ABU

(%)*

PK

(%)* SK

(%)*

LK

(%)*

Calliandra

calothyrsus

36,59 6,87 20,78 15,89 3,56

Leucaena

leucocephala

27,52 9,66 26,34 17,74 3,78

Gliricidia

sepium

24,96 10,41 22,59 16,07 4,94

Indigofera

zollingeriana

23,97 12,19 25,16 18,59 5,77

Elaesis

guineensis

47,10 14,50 9,27 28,93 3,81

Konsentrat 88,96 11,02 15,70 19,67 2,72

Keterangan: *) Berdasarkan 100% BK

Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak Universitas Brawijaya

(2016).

Berdasarkan Tabel 6 kandungan bahan kering

daun kelapa sawit sebesar 47,10% hasil tersebut tidak

jauh berbeda dengan penelitian Elisabeth dan Ginting

(2003) yaitu 46,18%. Leguminosa yang digunakan

sebagai silase pakan lengkap memiliki kandungan BK

yang bervariasi antara 23,97-36,59%. Kandungan BK

tertinggi terdapat pada leguminosa Calliandra calothyrsus

yaitu 36,59% namun hasil penelitian tersebut jauh

berbeda dengan penelitian Tanuwiriya dkk., (2010) yang

menyebutkan kandungan BK Calliandra calothyrsus

24,48%. Djuned, Mansyur, dan Wijayanti (2005)

menjelaskan perbedaan kandungan BK yang rendah

Page 68: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

44

disebabkan karena tanaman yang masih muda mempunyai

sel aktif untuk melakukan proses pembelahan sel maupun

pembentukan jaringan. Tanaman yang berusia tua terjadi

penebalan dinding sel yang mengakibatkan kandungan

BK meningkat. Semakin tinggi umur tanaman maka

komponen dinding sel suatu hijauan akan semakin tinggi.

Kandungan BK terendah pada penelitian ini terdapat pada

leguminosa Indigofera zollingeriana yaitu 23,97%.

Kandungan BK leguminosa Indigofera sp. menurut

Simanhuruk dan Sirait (2009) berbeda dengan yang telah

diteliti yaitu 21,97%. Leguminosa Leucaena leucocephala

dan Gliricidia sepium memilki kandungan BK 27,52%

dan 24,96% menurut Kusnadi dkk., (2012) menjelaskan

sebagai pakan ternak ruminansia hijauan, gamal memiliki

nilai gizi yang cukup baik yaitu 22,1% bahan kering.

Herdiawan dan Krisna (2014) menjelaskan kandungan

nutrisi tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan

media tanam dan beberapa faktor daya dukung

lingkungan biotik. Perbedaan komposisi kimia

kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal antara lain

kondisi lingkungan seperti kondisi tanah (jenis, pH dan

kandungan hara), iklim (temperatur, kelembaban, curah

hujan dan intensitas cahaya), serta manajemen

(pemeliharaan dan interval pemanenan). Nilai nutrisi

hijauan pakan juga tergantung pada spesies/varietas,

bagian tanaman dan umur tanaman. Faktor iklim

memiliki peranan sangat besar terhadap seluruh proses

metabolisme tanaman.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

silase pakan lengkap memiliki kandungan PK sebesar

9,27% yang terdapat pada daun kelapa sawit dan PK pada

Page 69: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

45

konsentrat yaitu 15,70% . Hasil ini berbeda dengan

penelitian Jaelani dkk., (2014) yang menjelaskan bahwa

kandungan protein daun kelapa sawit sebelum dijadikan

silase adalah 6,30%. Kandungan PK leguminosa bahan

perlakuan Calliandra calothyrsus, Leucaena

leucocephala, Gliricidia sepium dan Indigofera

zollingeriana yaitu 20,78%, 26,34%, 22,59% dan 25,16%.

Leguminosa yang memiliki kandungan PK tertinggi pada

Leucaena leucocephala yaitu 26,34%. Analisa PK pada

leguminosa Gliricidia sepium dan Indigofera

zollingeriana adalah 22,59% dan 25,16%. Hasil penelitian

Trisnadewi, Cakra, Wirawan, Puspani dan Budiasi (2013)

kandungan PK tanaman gamal adalah 25,2%. Penelitian

yang dilakukan oleh Tarigan dkk., (2010) mengenai

kandungan protein pada tanaman Indigofera sp. pada

pemotongan 60 hari memiliki kandungan PK sebesar

25,78% dengan tinggi pemotongan 1m. Hasil tersebut

berbeda dengan umur pemotongan 30 dan 90 hari dimana

kandungan PK Indigofera sp. berkisar 21%-23%.

Leguminosa yang memiliki kandungan PK paling rendah

terdapat pada Calliandra calothyrsus yaitu 20,78%.

Penjelasan oleh Djaja dkk., (2007) kaliandra (Calliandra

calothyrsus) adalah tanaman leguminosa yang banyak

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi

daun kaliandra cukup potensial sebagai pakan terutama

sebagai pakan sumber protein yaitu mengandung 20-25%.

Kandungan SK pada daun kelapa sawit yaitu

28,93% sedangkan pada konsentrat yaitu 19,67%.

Penelitian oleh Mucra dan Azriani (2012) kandungan SK

daun kelapa sawit lebih rendah dari hasil penelitian ini

yaitu 22,71% sedangkan penelitian Nurhayu dkk., (2014)

Page 70: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

46

kandungan SK daun kelapa sawit yaitu 21,52%.

Perbedaan tersebut kemungkinan terjadi karena perbedaan

pada umur pemotongan. Penjelasan oleh Abqoriyah,

Utomo dan Suwignyo (2015) menjelaskan bahwa tinggi

rendahnya kadar serat kasar suatu hijauan pakan

merupakan salah satu indikator tentang kualitas hijauan.

Rata-rata kadar serat kasar meningkat dengan semakin

lama umur pemotongan. Semakin tua umur pemotongan

(sampai 12 minggu) kadar bahan keringnya meningkat.

Hal tersebut diduga karena pada umur pemotongan yang

lebih pendek (umur muda) kadar air tanaman lebih

banyak dibandingkan dengan umur tua. Semakin tua umur

tanaman kadar serat kasarnya akan semakin meningkat

sehingga kadar air semakin berkurang. Leguminosa yang

diteliti memiliki kadar SK yang bervariasi antara 15,89-

18,59%. Kandungan SK tertinggi pada Indigofera

zollingeriana yaitu 18,59%. Simanhuruk dan Sirait (2009)

menjelaskan bahwa kandungan SK Indigofera

zollingeriana yaitu 17,83 hasil tersebut tidak berbeda jauh

dengan penelitian. Kandungan SK yang paling rendah

yaitu Calliandra calothyrsus 15,89%. Hasil penelitian

Tanuwiria dkk., (2010) berbeda dengan kandungan SK

Calliandra calothyrsus yang telah diteliti yaitu 19,50%.

4.2 Kandungan Nutrien Silase Pakan Lengkap Berbasis

Daun Kelapa Sawit dengan Penambahan Berbagai

Daun Leguminosa

Silase pakan lengkap penelitian ini dibuat

dengan proporsi konsentrat dan hijauan 40% dan 60%

dari % BK. Hijauan yang digunakan terdiri dari bahan

daun kelapa sawit dan bahan tambahan leguminosa seperti

Page 71: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

47

daun kaliandra (Calliandra calothyrsus), daun lamtoro

(Leucaena leucocephala), daun gamal (Gliricidia sepium)

dan daun indigofera (Indigofera zollingeriana).

Penambahan leguminosa pada pembuatan silase pakan

lengkap bertujuan untuk meningkatkan kandungan protein

kasar dalam pembuatan silase pakan lengkap dikarenakan

kandungan protein kasar dari leguminosa yang tinggi.

Tangendjaja dan Elizabeth (1998) menjelaskan bahwa

leguminosa merupakan salah satu alternatif yang dapat

diusahakan sebagai pakan ternak. Kandungan proteinnya

rata-rata di atas 20 % sehingga dapat diharapkan dalam

perbaikan kualitas pakan. Kandungan PK silase pakan

lengkap pada setiap perlakuan disusun dengan iso protein

13%. Kandungan nutrien silase pakan lengkap berbasis

daun kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan nutrien silase pakan lengkap berbasis

daun kelapa sawit

Perlaku

an

BK

(%)

ABU

(%)*

PK

(%)*

SK

(%)* LK

(%)*

P1 46,82 6,87 14,37 27,26 3,17

P2 46,08 9,66 14,58 27,39 3,99

P3 43,87 10,41 14,82 24,98 4,22

P4 47,21 12,19 12,53 23,30 4,55

Keterangan: *) Berdasarkan 100% BK.

Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan

Makanan Ternak Universitas Brawijaya

(2017).

Kandungan BK silase pakan lengkap berbasis

daun kelapa sawit yang mengalami penurunan secara

kuantitatif dan kualitatif setelah proses ensilase 21 hari

dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 72: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

48

Tabel 8. Penurunan kandungan BK silase pakan lengkap

berbasis daun kelapa sawit

Perla

kuan

Berat

Segar

(g)

Berat

BK

(g)

BK

Awal

(%)

Berat

Silase

(g)

Berat

BK

Silase

(g)

Penurunan

Berat BK

Silase (%)

Penurunan

BK Silase

(%)

P1 893,76 500 55,94 884,20 413,99 17,20 9,12

P2 914,64 500 54,67 903,17 416,24 16,75 8,58

P3 946,49 500 52,83 935,70 410,49 17,90 8,96

P4 938,58 500 53,27 920,23 434,44 13,11 6,06

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa kandungan

BK pada silase pakan lengkap berkisar antara 43,87-

47,21%. P1 memiliki kandungan BK 46,82% dengan

berat segar sebelum proses silase 893,76g dengan berat

BK sebesar 500g dan persentase berat BK adalah 55,94%.

Proses ensilase selama 21 hari mengakibatkan penurunan

secara kuantitatif kadar BK yaitu dengan berat silase

884,20g dengan berat BK 413,99g sedangkan persentase

penurunan berat BK yaitu 17,20% sehingga penurunan

persentase BK adalah 9,12%. P2 memiliki kandungan BK

46,08% dengan berat segar sebelum proses silase 914,64g

dengan berat BK sebesar 500g dan persentase berat BK

adalah 54,67%. Penurunan secara kuantitatif kadar BK

setelah ensilase 21 hari yaitu berat silase 903,17g dengan

berat BK 416,24g sedangkan persentase penurunan berat

BK yaitu 16,75% sehingga penurunan persentase BK

adalah 8,58%. P3 memiliki kadungan BK yang paling

rendah dibandingkan dengan P1, P2 dan P4 yaitu 43,87%

dengan berat segar sebelum proses silase mencapai

946,49g dengan berat BK sebesar 500g dan persentase

berat BK adalah 52,83%. Proses ensilase selama 21 hari

Page 73: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

49

mengakibatkan penurunan secara kuantitatif kadar BK

yaitu dengan berat silase 935,70g dengan berat BK

410,49g sedangkan persentase penurunan berat BK yaitu

17,90% sehingga penurunan persentase BK adalah 8,96%.

P4 memiliki kadungan BK yang paling tinggi

dibandingkan dengan P1, P2 dan P3 yaitu 47,21% dengan

berat segar sebelum proses silase mencapai 938,58g

dengan berat BK sebesar 500g dan persentase berat BK

adalah 53,27%. Proses ensilase selama 21 hari

mengakibatkan penurunan secara kuantitatif kadar BK

yaitu dengan berat silase 920,23g dan berat BK 434,44g

sedangkan persentase penurunan berat BK yaitu 13,11%

sehingga penurunan persentase BK adalah 6,06%.

Penjelasan oleh Mc.Donald (1981) menyatakan

bahwa penurunan bahan kering dapat terjadi pada tahap

aerob dan anaerob. Penurunan BK pada tahap aerob

terjadi karena respirasi masih terus berlanjut, sehingga

glukosa yang merupakan fraksi BK akan diubah menjadi

CO2, H2O dan panas. Penurunan pada tahap anaerob

terjadi karena glukosa diubah menjadi etanol dan CO2

oleh mikroorganisme. Lendrawati, dkk., (2008)

menjelakan bahwa kehilangan bahan kering terjadi saat

pembuatan silase (5%), menjadi cairan silase (3%),

selama proses fermentasi (5%), kerusakan karena udara

(10%) dan kehilangan di lapangan (4%). Kehilangan ini

menandakan bahwa bakteri asam laktat memanfaatkan

sejumlah nutrien untuk memproduksi asam. Karbohidrat

yang mudah difermentasi yaitu komponen-komponen gula

non struktural seperti; glukosa, fruktosa, galaktosa,

mannosa, silosa dan arabinosa merupakan komponen

Page 74: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

50

yang banyak dimanfaatkan oleh mikroorganisme selama

fase fermentasi.

Kandungan PK silase pakan lengkap berbasis

daun kelapa sawit yang mengalami penurunan secara

kuantitatif dan mengalami kenaikan kandungan PK secara

kualitatif setelah proses ensilase 21 hari dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Penurunan kandungan PK silase pakan lengkap

berbasis daun kelapa sawit

Perla

kuan

Berat

BK

(g)

PK

(%)

Berat

PK

(g)

PK

silase

(%)

Berat

PK (g)

Penurunan

PK (%)

P1 500 13 65 14,37 59,50 8,46

P2 500 13 65 14,58 60,70 6,61

P3 500 13 65 14,83 60,86 6,37

P4 500 13 65 12,53 54,44 16,25

Kandungan PK pada silase pakan lengkap

dibuat dengan iso protein 13% namun setelah proses

ensilase terjadi kenaikan dan penurunan kandungan PK

pada perlakuan yang bebeda. Berat PK secara kuantitatif

silase pakan lengkap setelah proses ensilase mengalami

penurunan namun persentase PK secara kualitatif

mengalami kenaikan dan terdapat silase pakan lengkap

yang mengalami penurunan PK setelah proses ensilae. P1

memiliki kandungan PK 14,37% dengan berat BK

sebelum silase sebesar 500g sehingga dihasilkan berat PK

yaitu 65g. Penurunan secara kuantitatif setelah ensilase 21

hari yaitu dengan berat BK 413,99g dan berat PK 59,50g

sehingga persentase penurunan berat PK adalah 8,46%.

P2 memiliki kandungan PK 14,58% dengan berat BK

Page 75: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

51

sebelum silase sebesar 500g sehingga dihasilkan berat PK

yaitu 65g. Penurunan secara kuantitatif berat BK dan PK

setelah ensilase yaitu dengan berat BK 416,24g dan berat

PK 60,70g sehingga persentase penurunan berat PK

adalah 6,61%. P3 memiliki kandungan PK 14,82%

dengan berat BK sebelum silase sebesar 500g sehingga

dihasilkan berat PK yaitu 65g. Penurunan secara

kuantitatif kadar BK dan PK setelah ensilase yaitu dengan

berat BK 410,49g dan berat PK 60,86g sehingga

persentase penurunan berat PK adalah 6,37%. P4

memiliki kandungan PK paling rendah dibandingkan P1,

P2 dan P3 yaitu 12,53% dengan berat BK sebelum silase

sebesar 500g sehingga dihasilkan berat PK yaitu 65g.

Proses ensilase selama 21 hari mengakibatkan penurunan

secara kuantitatif kadar BK dan PK yaitu dengan berat

BK 434,44g dan berat PK 54,44g sehingga persentase

penurunan berat PK adalah 16,25%.

Menurut Santoso dan Hariadi (2008)

menjelaskan bahwa penurunan PK pada pengawetan

silase dapat disebabkan degradasi PK oleh enzim protease

dari hijauan maupun Clostridia proteolitik selama

ensilase. Given and Rulquin (2004) menjelaskan bahwa

proses ensilase hijauan pakan ternak dalam kurun waktu

24 jam secara kontinyu kandungan protein dapat

mengalami penurunan dari 0,6-0,8. Permulaan aktivitas

proteolitik selama ensilase terjadi karena aktivitas enzim

protease dari hijauan.

Perubahan kandungan PK pada saat pembuatan

silase kemungkinan terjadi akibat proses ensilase hal

tersebut sesuai dengan penjelasan oleh Syahrir, Rasjid,

Mide dan Harfiah (2014) penguraian nutrien terjadi akibat

Page 76: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

52

adanya enzim ekstrasellular yang dihasikan oleh mikroba

yang dapat mendegradasi nutrien, sebaliknya peningkatan

nutrien dapat terjadi akibat terbentuknya produk

fermentasi misalnya asam lemak atau akibat

perkembangan mikroba di dalam media fermentasi,

sehingga bioamssa mikroba akan bertambah. Penambahan

biomasa mikroba akan meningkatkan kualitas silase

karena kandungan nutrien, khususnya protein yang

berasal dari biomassa mikroba yang meningkat. Santoso,

Hariadi, Manik dan Abubakar (2009) menambahkan

bahwa selama ensilase terjadi pemecahan protein menjadi

peptida dan asam amino bebas yang dilakukan enzim

tanaman.

Kandungan SK silase pakan lengkap berbasis

daun kelapa sawit yang mengalami penurunan secara

kuantitatif dan mengalami kenaikan secara kualitatif

setelah proses ensilase 21 hari dapat dilihat pada Tabel

10.

Tabel 10. Penurunan kandungan SK silase pakan lengkap

berbasis daun kelapa sawit

Perla

kuan

Berat

BK (g)

SK

(%)

Berat

SK (g)

SK

Silase

(%)

Berat

SK (g)

Penurunan

SK (%)

P1 500 23,86 119,28 27,27 112,89 5,36

P2 500 24,44 122,21 27,39 114,01 6,71

P3 500 24,07 120,34 24,99 102,58 14,76

P4 500 24,45 122,25 23,31 101,26 17,18

Tabel 10 juga menjelaskan bahwa kandungan

SK pada silase pakan lengkap berkisar antara 23,307-

27,390%. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan

Page 77: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

53

silase yaitu daun kelapa sawit memiliki SK yang tinggi

yaitu 28,93% sedangkan proporsi daun kelapa sawit yang

digunakan untuk pembuatan silase berkisar antara 49,5-

53%. P1 memiliki kandungan SK 27,76% dengan berat

BK sebelum silase sebesar 500g dengan persentase SK

23,86% sehingga dihasilkan berat SK yaitu 119,28g.

Penurunan secara kuantitatif kadar SK setelah proses

ensilase selama 21 hari yaitu dengan berat BK 413,99g

dan berat SK 112,89g sehingga persentase penurunan SK

adalah 5,36%. P2 memiliki kandungan SK 27,39%

dengan berat BK sebelum silase sebesar 500g dengan

persentase SK 24,44% sehingga dihasilkan berat SK yaitu

122,21g. Penurunan secara kuantitatif kadar SK setelah

proses ensilase selama 21 hari yaitu dengan berat BK

416,24g dan berat SK 114,01g sehingga persentase

penurunan SK adalah 6,71%. P3 memiliki kandungan SK

yang lebih rendah dibandingkan P1 dan P2 yaitu 24,98%

dengan berat BK sebelum silase sebesar 500g dengan

persentase SK 24,07% sehingga dihasilkan berat SK yaitu

120,34g. Penurunan secara kuantitatif kadar SK setelah

proses ensilase selama 21 hari yaitu dengan berat BK

410,49g dan berat SK 102,58g sehingga persentase

penurunan SK adalah 14,76%. P4 memiliki kandungan

SK yang paling rendah dibandingkan dengan P1 dan P2

namun tidak jauh berbeda dengan P3 yaitu 23,30%

dengan berat BK sebelum silase sebesar 500g dengan

persentase SK 24,45% sehingga dihasilkan berat SK yaitu

122,25g. Penurunan secara kuantitatif kadar SK setelah

proses ensilase selama 21 hari yaitu dengan berat BK

434,44g dan berat SK 101,26g sehingga persentase

penurunan SK adalah 17,18%.

Page 78: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

54

Perlakuan dengan penambahan daun

leguminosa Calliandra calothyrsus (P1) dan Leucaena

leucocephala (P2) mengalami kenaikan secara kuantitatif

kadar SK dibandingkan P3 dan P4. Jaelani, Gunawan dan

Asriani (2014) menyatakan bahwa peningkatan

kandungan SK diduga karena pada kadar glukosa yang

cukup mikroba pembentuk alkohol mulai aktif sehingga

kadar alkohol mengikat. Peningkatan kadar alkohol yang

tinggi mikroba yang menghidrolisis silase tidak aktif

akibatnya jumlah karbohidrat tidak berkurang. Sementara

itu biomasa mikroba yang terbentuk sejak awal semakin

terakumulasi sehingga peningkatan SK terjadi karena

karbohidrat tidak lagi terhidrolisis dan biomasa mikroba

terus bertambah.

Perlakuan dengan penambahan daun

leguminosa Gliricidia sepium (P3) dan Indigofera

zollingeriana (P4) terjadi penurunan kadar SK. Pratiwi,

Fathul dan Muhtarudin (2015) menyatakan bahwa selama

ensilase terjadi aktivitas pendegradasian komponen

selulosa dan hemiselulosa oleh mikroorganisme yang

terlibat pada proses fermentasi. Sementara bakteri lainnya

(terutama bakteri asam laktat) akan mengkonversi gula-

gula sederhana menjadi asam organik (asetat, laktat,

propionat dan butirat) selama ensilase berlangsung.

Akibatnya produk akhir yang dihasilkan lebih mudah

dicerna jika dibandingkan dengan bahan tanpa fermentasi.

Bolsen dan Sapienze (1993) penurunan pH selama proses

ensilase akan meningkatkan kecepatan hidrolisis secara

kimiawi beberapa polisakarida seperti hemiselulosa yang

akan menurunkan kadar serat kasar pada silase.

Page 79: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

55

4.3 Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Kecernaan

Bahan Organik (KcBO)

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa

penambahan berbagai daun leguminosa pada pembuatan

silase pakan lengkap berbasis daun kelapa sawit

memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap

KcBK dan KcBO secara in vitro pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai KcBK dan KcBO silase pakan lengkap

berbasis daun kelapa sawit

Perlakuan KcBK (%) KcBO (%)

P1 56,03c ± 2,54 57,58bc ± 6,60

P2 51,40a ± 3,27 53,52ab ± 8,69

P3 55,66bc ± 0,37 58,24c ± 4,18

P4 52,67ab ± 2,22 52,54a ± 4,30

Keterangan: Superskrip a,b,c yang berbeda pada kolom

yang sama menunjukkan adanya perbedaan

yang nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa

Calliandra calothyrsus memiliki nilai KcBK paling tinggi

yaitu 56,03% namun tidak berbeda dengan Gliricidia

sepium yaitu 55,66%. Tingginya nilai KcBK pada

Calliandra calothyrsus diduga karena kandungan SK

pada Calliandra calothyrsus rendah dibandingkan dengan

bahan pakan yang lain yaitu 15,89% serta adanya

kandungan tannin yang dapat melindungi protein dari

degradasi oleh mikroba di dalam rumen. Wajizah,

Samadi, Yunasri dan Elmi (2015) menerangkan bahwa

besarnya kecernaan pakan di dalam rumen dipengaruhi

oleh komposisi kimia pakan terutama kandungan serat

dan protein, dan kondisi fermentasi meliputi pH, N-NH3,

Page 80: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

56

dan VFA yang mendukung terjadinya kecernaan pakan

selama proses fermentasi. Kandungan serat yang lebih

rendah menyebabkan kecernaan bahan kering lebih tinggi.

Tingkat kecernaan pakan dapat digunakan sebagai

indikator kualitas pakan. Semakin tinggi kecernaan bahan

kering dan bahan organik pakan semakin tinggi nutrient

yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

ternak.

Andini, Wiryawan, Suryahadi dan Suharyono

(2003) mengatakan bahwa tannin juga mempunyai efek

menguntungkan bagi ternak ruminansia antara lain dapat

melindungi protein dari degradasi mikroba rumen (protein

by pass) sehingga langsung dapat diserap oleh usus halus.

Puastuti, Widiawati dan Wina (2015) komplek tannin-

protein tidak mudah larut pada kisaran pH 3,5-7,0 namun

kelarutan dapat terjadi pada pH di bawah 3,5 atau di atas

8,5. Sebaliknya ransum yang mengandung tannin

diharapkan dapat mensuplai protein ke dalam abomasum

lebih banyak karena proteinnya tidah dicerna oleh

mikroba rumen.

Nilai KcBK terendah pada penelitian ini adalah

pada P2 dengan penambahan Leucaena leucocephala

51,40% namun tidak berbeda dengan P4 dengan

penambahan Indigofera zollingeriana yaitu 52,67%.

Rendahnya KcBK pada P2 kemungkinan terjadi karena

kandungan SK pada bahan baku penyusun silase yaitu

17,74% dan setelah proses ensilase kandungan SK

Leucaena leucocephala yaitu 27,39% sedangkan pada

Indigofera zollingeriana rendahnya KcBK kemungkinan

terjadi karena kandungan PK setelah silase paling rendah

yaitu 12,53%. Kurnianingtyas, dkk., (2012) juga

Page 81: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

57

menjelaskan tinggi rendahnya KcBK dan KcBO zat-zat

makanan pada ternak ruminansia bergantung pada

kandungan serat kasar dan aktivitas mikroorganisme

rumen terutama bakteri selulolitik. Spesies selulolitik ada

yang berfungsi ganda di dalam mencerna serat kasar yaitu

sebagai pencerna selulosa juga hemiselulosa dan pati.

Kecernaan bahan kering yang rendah pada

Leucaena leucocephala kemungkinan disebabkan karena

kandung SK lamtoro 17,74% yang lebih tinggi

dibandingkan dengan Calliandra calothyrsus 15,89%.

Prasetyo, Hadi dan Widiyastuti (2013) menjelaskan

bahan pakan dengan kandungan serat yang semakin tinggi

maka akan semakin rendah daya cernanya. Komponen

penyusun bahan berserat tersebut mengandung lignin,

sehingga semakin tinggi kandungan serat dalam bahan

pakan, kandungan lignin juga meningkat. Crowder dan

Chheda (1982) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecernaan, antara lain bagian tanaman,

tingkat pertumbuhan dan genotip, tingkat kedewasaan

(stage of maturity) tanaman, iklim, ukuran partikel, dan

prosesing pakan.

Berdasarkan Tabel 11 hasil dari KcBO paling

tinggi yaitu pada Gliricidia sepium yaitu 58,24% namun

tidak berbeda jauh dengan Calliandra calothyrsus

57,58%. Tingginya KcBO tidak berbeda jauh dengan

KcBK hal ini disebabkan bahan organik (BO) merupakan

bagian dari BK hal tersebut sesuai dengan penjelasan

Harahap (2010) kecernaan bahan organik erat kaitannya

dengan kecernaan bahan kering karena sebagian dari

bahan kering terdiri dari bahan organik. Penurunan

kecernaan bahan kering akan mengakibatkan kecernaan

Page 82: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

58

bahan organik menurun atau sebaliknya. Menurut

Akhadiarto (2012) bahan pakan memiliki kandungan

Bahan Organik (BO) yang berpengaruh terhadap kualitas

nutrisi suatu bahan pakan. Selain nilai bahan organiknya

KcBO juga menunjukkan indikator kualitas bahan pakan.

Bahan pakan dengan KcBO tinggi menunjukan bahwa

bahan pakan tersebut mampu menyediakan nutrisi yang

dibutuhkan oleh ternak.

Nilai KcBO terendah pada penelitian ini adalah

Indigofera zollingeriana 52,54% namun tidak berbeda

dengan Leucaena leucocephala yaitu 53,52%. Rendahnya

kecernaan bahan organik pada Indigofera zollingeriana

disebabkan kandungan PK pada silase dengan

penambahan Indigofera zollingeriana paling rendah yaitu

12,52%. Kecernaan bahan organik pada silase dengan

penambahan Leucaena leucocephala juga mengalami

penurunan.

4.4 Konsentrasi Amonia (NH3) Cairan Rumen

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa

penambahan berbagai daun leguminosa seperti Calliandra

calothyrsus, Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium

dan Indigofera zollingeriana pada pembuatan silase pakan

lengkap berbasis daun kelapa sawit memberikan pengaruh

yang nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi NH3 (amonia)

cairan rumen pada Tabel 12.

Tabel 12. Konsentrasi NH3 silase pakan lengkap berbasis

daun kelapa sawit

Perlakuan NH3 (mM)

P1 7,75a ± 2,51

Page 83: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

59

P2 9,65ab ± 4,11

P3 11,41b ± 2,02

P4 7,50a ± 1,94

Keterangan: Superskrip a,b,c yang berbeda pada kolom

yang sama menunjukkan adanya perbedaan

yang nyata (P<0,05)

Hasil analisis produksi NH3 pada semua

perlakuan silase pakan lengkap berbasis daun kelapa sawit

dengan penambahan berbagai leguminosa dapat dilihat

pada Tabel 12. Konsentrasi NH3 pada semua perlakuan

berkisar antara 7,50-11,41mM hasil tersebut optimal

dalam aktifitas mikroba rumen menurut Satter and Slyter

(1974) kadar NH3 supernatan merupakan salah satu hasil

metabolisme dalam fermentasi pakan dalam rumen.

Konsentrasi ammonia cairan rumen yang optimal untuk

aktifitas mikroba rumen adalah 3,57-15 mM.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa

konsentrasi NH3 paling tinggi pada perlakuan P3 dengan

penambahan leguminosa Gliricidia sepium yaitu

11,41mM. Penjelasan oleh Suharlina, Permana dan

Abdullah (2008) kandungan NH3 pada leguminosa gamal

dengan lama produksi amonia 24 jam yaitu 13,33mM.

Leguminosa kaliandra memiliki konsentrasi NH3 yang

rendah dan jauh berbeda dengan kandungan amonia

gamal dengan selisih 3,49mM dimana konsentrasi NH3

kaliandra adalah 7,75mM. Penelitian Trisnadewi, dkk.,

(2014) menunjukkan bahwa konsentrasi NH3 gamal baik

tanpa perlakuan maupun yang disubtitusi dengan

kaliandra 5% dan 10% masih dalam konsentrasi yang

normal yaitu 12,84mM, 11,80mM dan 11,14mM namun

mengalami penurunan jika ditambahkan kaliandra 15%

Page 84: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

60

kadar NH3 menjadi 10,93mM dan 20% kaliandra kadar

NH3 10,57mM. Penurunan tersebut diakibatkan karena

adanya anti nutrisi berupa tannin pada leguminosa

kaliandra. Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa

dengan adanya kaliandra dapat menurunkan konsentrasi

NH3 pada gamal. Sehingga kaliandra jika diberikan dalam

persentase yang lebih banyak akan menurunkan kadar

NH3 pada bahan pakan.

Tingginya PK pada gamal 14,82% dibandingkan

leguminosa yang lainnya setelah silase memungkinkan

konsentrasi NH3 pada gamal tinggi. Hal ini disebabkan

protein yang dicerna oleh mikroba rumen terpenuhi dari

bahan pakan. Penjelasan Hungate (1966) konsentrasi NH3

dalam rumen dipengaruhi oleh kandungan protein dan

asam amino. Amonia terbentuk dari proses deaminasi

asam amino oleh aktifitas mikroba sehingga besarnya

konsentrasi tersebut dipengaruhi kandungan protein

mudah dicerna dalam pakan.

Perlakuan yang memiliki konsentrasi NH3 yang

cenderung rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya

adalah pada perlakuan P4 dengan penambahan Indigofera

zollingeriana yaitu 7,50mM hal ini disebabkan kandungan

protein pada tanaman tersebut setelah proses silase terjadi

penurunan 16,25% dengan persentase PK 12,53%

sehingga sintesisi protein oleh mikroba rumen kurang

maksimal. Konsentrasi amonia di dalam rumen

dipengaruhi oleh kandungan protein dalam pakan, pH

rumen, kelarutan protein bahan pakan, serta waktu setelah

pemberian pakan (Mahesti, 2009). Konsentrasi NH3 pada

P4 tidak berbeda jauh dengan P1 pada penambahan

leguminosa Calliandra calothyrsus yaitu 7,75mM.

Page 85: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

61

Rendahnya konsentrasi NH3 pada perlakuan P1 terjadi

karena adanya antinutrisi berupa tannin yang dapat

mengikat protein sehingga proses degradasi protein

menjadi amonia sulit dilakukan dengan demikian sintesis

mikroba rumen terhambat. Penjelasan tersebut sesuai

dengan penjelasan Manurung (1996) tannin merupakan

anti nutrisi pada leguminosa pohon kaliandra. Tannin

dapat menghambat kerja enzim protease dan selulase

sehingga kemampuan menghasilkan amonia lebih rendah.

Page 86: PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA PADA SILASE PAKAN …repository.ub.ac.id/4849/1/Ely Ana Yusuf.pdf · KECERNAAN DAN KADAR AMONIA SECARA IN VITRO. SKRIPSI Oleh : Ely Ana Yusuf NIM. 135050100111014

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.Penambahan daun leguminosa pada silase pakan

lengkap berbasis daun kelapa sawit (Elaesis guineensis)

memberikan pengaruh yang nyata terhadap KcBK,

KcBO dan Konsentrasi NH3 cairan rumen.

2.Perlakuan P3 dengan penambahan leguminosa

Gliricidia sepium merupakan perlakuan yang terbaik

pada kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan

organik (KcBO) dan konsentrasi amonia (NH3) pada

silase pakan lengkap berbasis daun kelapa sawit

masing-masing nilai KcBK, KcBO dan NH3 adalah

55,66%, 58,24% dan 11,41mM.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian secara in vivo terhadap

perlakuan silase pakan lengkap berbasis daun kelapa sawit

dengan penambahan berbagai leguminosa untuk

mengetahui produktifitas ternak di daerah perkebunan

kelapa sawit.