Pen Gen Alan Dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini
-
Upload
sobrian-abdulloh -
Category
Documents
-
view
292 -
download
6
Transcript of Pen Gen Alan Dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini
PENGENALAN DAN PERAWATAN KESEHATAN GIGI ANAK
SEJAK DINI
Oleh :
Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA.
Disajikan pada Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak Minggu, 29 Mei 2005 di Gedung Lab. Klinik Utama Pramita.
PENDAHULUAN
Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini merupakan sesuatu hal yang
kadang-kadang menimbulkan rasa kekhawatiran pada setiap ibu. Para ibu mempunyai
kekhawatiran bagaimana cara mempersiapkan anak untuk mempersiapkan anak-anaknya saat
menerima perawatan gigi. Selain itu para ibu juga merasakan kekhawatiran apabila telah melihat
ada kelainan pada gigi anaknya. Rasa khawatir tersebut dapat ditanggulangi dengan cara
mempersiapkan para calon ibu, dan para ibu dalam mengambil langkah-langkah apa yang dapat
dilakukan di dalam mengenalkan perawatan gigi pada anaknya serta menambah pengetahuan para
ibu mengenai kelainan-kelainan pada gigi dan mulut anak yang sering ditemukan.
Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan
minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan.
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari
itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan
seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang
kesehatan seseorang.
Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah telah banyak disusun oleh para
ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya karies. Oleh karena masih
banyak para orang tua yang beranggapan bahwa geligi susu hanya sementara dan akan diganti
oleh geligi tetap sehingga mereka tidak memperhatikan mengenai kebersihan geligi susu.
Penerapan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya telah dimulai sejak bayi
masih di dalam kandungan, sehingga orang tua akan lebih siap di dalam melakukan instruksi
tersebut.
Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,
mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan
gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam
mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak.
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua
dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi
dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.
Proses pelaksanaan instruksi kebersihan gigi dan mulut membutuhkan serangkaian proses
yang dapat dimulai dengan mengajarkan orangtua atau pengasuh. Teknik penerapan upaya ini
sesuai dengan perkembangan kemampuan motorik dan kecerdasan anak. Berbagai sikap dan
perilaku anak akan muncul pada saat dimulainya proses ini. Namun demikian anak akan mudah
menyesuaikan apabila telah terjalin komunikasi yang interaktif antara anak dengan orang tua atau
pengasuh.
Prilaku merupakan suatu aktifitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang
akan dijalaninya. Proses pembentukan prilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta
kemampuan dari para orangtua di dalam mengajarkan anak. Oleh karena itu bila pola hidup yang
dijalaninya merupakan pola hidup yang sehat maka perilaku yang akan diterapkan di dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulutpun merupakan pola hidup yang sehat.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut ahli psikologi usia anak terdiri dari beberapa tingkatan yaitu usia bayi, anak,
prasekolah, sekolah, dan remaja. Beberapa pendekatan dalam menerapkan suatu perilaku dan
kebiasaan dapat diterapkan pada masing-masing kelompok tersebut. Pengetahuan para dokter gigi
mengenai perkembangan perilaku anak merupakan hal penting di dalam melaksanakan program
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
I. Beberapa Kelainan Gigi dan Mulut yang Sering Terjadi pada Usia Anak
Kelainan yang terjadi pada gigi dan mulut meliputi kelainan yang terjadi pada jaringan
keras seperti gigi-geligi dan tulang rahang serta kelainan pada jaringan lunak seperti pada lidah
pipi, langit-langit.
1.1 Kelainan pada gigi-geligi
1.1.1 Gigi berlubang.
Kelainan pada gigi-geligi yang sering terjadi pada anak adalah gigi berlubang. Anak-anak
yang datang berkunjung ke dokter gigi biasanya giginya sudah mengalami kerusakan yang amat
parah, gigi berlubang yang sangat besar sekali, bengkak, bahkan ada yang ompong.
Proses terjadinya lubang pada gigi dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama ;yang
terjadi dalam waktu bersamaan, faktor tersebut adalah
1. Kuman, terdapat pada gigi. Secara normal kuman ada dan diperlukan di rongga mulut,
tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi dapat menjadi penyebab
terjadinya lubang gigi.
2. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti, atau makanan sejenis
lemak lainnya yang lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat terus pada gigi dapat
diubah oleh kuman menjadi asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang
gigi.
3. Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit untuk dibersihkan secara
sempurna dan dapat mempercepat proses lubang gigi.
4. Waktu, dari ketiga faktor di atas memerlukan proses dalam beberapa waktu yang
bersamaan.
Lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda. Adapun derajat
keparahannya dikelompokkan menjadi :
1. Lubang pada email, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan
yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah
muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.
2. Lubang sampai dentin, ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila makanan diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
3. Lubang sampai syaraf gigi, gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul
dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa
sakit. Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi.
Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi
dan setelah perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.
4. Tipe gigi berlubang akibat meminum susu. Pemberian susu botol di malam hari (di sela-
sela waktu tidur) dan pemberian yang melebihi usia 12 bulan sering menimbulkan gigi
berlubang. Tanda-tanda gigi yang terkena adalah terlihat pada bagian depan gigi depan
atas, terlihat warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi belakang.
Karies botol dapat dicegah dengan cara tidak memberikan air susu di tengah tidur malam,
dan selalu bilas dengan air putih, biasakan anak minum susu di gelas sejak anak berulang
tahun kesatu, pemberian jus buah-buahan hendaknya menggunakan gelas, selalu
memperhatikan kebersihan rongga mulut.
1.1.2 Susunan gigi tidak teratur
Susunan gigi yang tidak teratur disebabkan oleh ukurang gigi yang lebih besar daripada
ukurang rahang. Dapat terjadi pada geligi sulung maupun gigi tetap. Upaya pencegahan yang
sangat mudah dilakukan adalah biasakan anak mengunyah makanan (tidak dikulum/emut),
berikan rangsangan makanan yang membutuhkan proses pengunyahan (makanan jangan yang
lunak), dan perhatikan saat usia pergantian gigi sehingga tidak terjadi penumpukan gigi. Apabila
susunan gigi sangat tidak teratur dapat dilakukan perawatan dengan menggunakan kawat gigi.
1.1.3 Kegoyangan gigi
Gigi-geligi yang sudah mendekati masa pergantian dengan gigi tetap sering mengalami
kegoyangan. Kegoyangan gigi disebabkan oleh terjadinya pengurangan panjang akar gigi akibat
adanya desakan dari gigi tetap yang akan tumbuh. Apabila gigi-geligi terlihat sangat goyang
maka dapat dilakukan pencabutan sendiri dengan menggunakan tangan, namun apabila
kegoyangan gigi masih sedikit sedangkan gigi penggantinya sudah terlihat akan tumbuh maka
segera kunjungi dokter gigi untuk dilakukan pencabutan.
1.1.4 Tumbuh gigi
Sepanjang hidup gigi mengalami 2 kali masa pertumbuhan, pertama adalah periode
pertumbuhan geligi sulung dan kedua adalah pertumbuhan geligi tetap. Cara mengetahui
pertumbuhan gigi adalah dengan melihat bagian gusi di tempat gigi akan tumbuh, apabila terlihat
tonjolan ataupun warna putih maka sebenar lagi gigi akan tumbuh. Pertumbuhan gigi sulung
dimulai pada usia 6 bulan, namun tidak perlu khawatir apabila pada usia tersebut belum terlihat
adanya tanda-tanda akan tumbuh gigi. Gigi sulung yang pertama tumbuh adalah gigi seri pertama
bawah, dilanjutkan gigi seri depan atas, kemudian disusul dengan gigi-gigi samping. Namun
urutan ini kadang-kadang tidaklah sama.
Pertumbuhan geligi tetap dimulai dengan geraham pertama bawah. Gigi ini sering
dianggap sebagai geligi sulung, sehingga sering terjadi lubang gigi. Gigi geraham pertama bawah
akan mulai tumbuh pada usia 6 tahun, setelah itu geraham pertama atas, dan gigi seri bawah.
1.2 Kelainan pada gusi
Kelainan pada gusi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada awalnya sering disebut
gingivitis dan pada keadaan ini masih dapat diperbaiki dengan baik. Tetapi bila terjadi
perdarahan terus-menerus biasanya gigi akan menonjol dan akhirnya dapat tanggal dengan
sendirinya.
Penyakit pada gusi memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. Rasa tidak enak pada gigi disertai bau mulut.
2. Gusi terlihat memerah dan terlihat lunak sehingga mudah terjadi perdarahan.
3. Tanggalnya gigi dengan disertai rasa sakit saat mengunyah dan sensitif terhadap
perubahan suhu.
4. Terjadi penimbunan karang gigi yang berwarna coklat, dan mengeras pada permukaan
gigi.
Apabila keadaan tersebut terjadi maka segera kunjungi dokter gigi, agar dilakukan
pembersihan karang gigi dan dokter gigi akan memberikan beberapa saran seperti menjaga
kebersihan mulut yang baik, menghindari merokok dan nutrisi yang seimbang.
1.2.1 Pembengkakan
Pembengkakan yang terjadi pada gusi dapat disebabkan adanya peradangan pada gigi
maupun pada gusi. Infeksi yang terjadi pada gigi dapat menjalar menjadi pembengkakan pada
gusi. Pembengkakan yang meluas tidak hanya terlihat di dalam mulut namun dapat pula terlihat
sampai di luar mulut. Wajah akan terlihat sembab, disertai rasa sakit yang hebat, demam, dan
dapat menyebabkan kesulitan pada saat menelan.
1.2.2 Stomatitis apthosa (sariawan)
Sariawan yang sering terjadi pada rongga mulut, dapat disebabkan oleh adanya trauma
(adanya gigi yang tajam, makanan yang merangsang) maupun karena kurangnya konsumsi
vitamin. Lesi/luka tersebut akan terasa perih apabila tersenggol oleh lidah ataupun makanan.
Faktor pencetus utama terjadinya sariawan adalah rasa stres yang kadang-kadang tanpa disadari.
Perawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian salep yang dapat merangsang pertumbuhan
jaringan baru agar luka segera menutup, hindari stres, dan kurangi makanan yang merangsang.
1.2.3 Warna putih pada lidah akibat air susu
Warna putih pada lidah sering kita dapatkan pada bayi yang meminum susu. Sisa-sisa air
susu yang menempel pada lidah akan mengalami fermentasi sehingga merangsang untuk
timbulnya jamur. Selain itu pemberian susu botol yang telah melewati 3 jam dari waktu
pembuatan juga merupakan faktor pencetus terjadinya proses fermentasi. Apabila warna putih
terlihat sangat tebal dan menimbulkan bau yang kurang sedap, maka hendaknya diberikan obat
anti jamur, namun bila belum terlalu parah dapat dilakukan penyikatan lidah dengan
menggunakan sikat lidah yang lunak.
II. Persiapan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
2.1 Konseling prenatal
Saat yang paling tepat untuk memulai penyuluhan bagi orang tua adalah sebelum bayi
lahir. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui penyuluhan tersebut, antara lain
akan menimbulkan motivasi yang kuat para orang tua mengenai bagaimana cara menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya serta bayi yang akan dilahirkan. Keuntungan ini akan lebih
dirasakan pada ibu yang sedang mengandung anak pertama, dimana rasa keingintahuan ibu masih
tinggi dan merupakan bekal yang penting di dalam membentuk perilaku anak. Orang tua yang
sedang mengandung anak pertama tersebut akan mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik di
dalam segala hal.
Materi-materi yang dapat diberikan pada saat melakukan penyuluhan adalah:
1. Gingivitis pada saat kehamilan. Ibu yang sedang hamil sering mengalami gingivitis, dimana
keadaan ini sering membuat para ibu cemas. Penyuluhan mengenai teknik dan cara
melakukan penyikatan gigi yang benar merupakan sesuatu yang akan bermanfaat.
2. Pengendalian plak. Pengendalian plak bagi para ibu hamil dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyikatan gigi, flossing, dan membersihkan lidah.
3. Penyuluhan mengenai keadaan-keadaan yang akan terjadi pada saat bayi lahir. Ada beberapa
keadaan yang akan terlihat pada saat bayi lahir, seperti terdapatnya prenatal teeth dan cacat
bawaan. Pengetahuan mengenai hal ini perlu diberikan bagi para ibu agar tidak menimbulkan
kecemasan terutama didalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
4. Pengendalian jamur di dalam rongga mulut. Air susu ibu dan air susu botol yang berada di
dalam mulut dalam waktu lama sering mengakibatkan tumbuhnya jamur pada lidah dan
mukosa bukal.
2.2 Usia Bayi (0 - 1 tahun)
Usia bayi merupakan usia dimana bayi mulai menyesuaikan dengan lingkungan luar.
Pengaturan metabolisme dan pembentukan sistem pertahanan tubuh mulai terjadi. Pada usia ini
fase oral merupakan keadaan yang harus ditanggapi oleh orang tua dengan baik. Kepuasaan pada
anak akan makan dan minum sangat jelas terlihat. Oleh karena itu proses pembentukan perilaku
sudah dapat dimulai pada usia ini.
Beberapa tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang mulai dapat dilaksanakan
adalah :
1. Pengendalian plak.
Pengendalian plak dapat mulai dilaksanakan terutama pada saat mulai erupsi gigi sulung
pertama. Tujuan pengendalian plak pada bayi adalah menjaga flora oral secara normal. Teknik
pelaksanaannya yaitu dengan membalut sebatang kayu berbentuk persegi atau lonjong dengan
kain yang dibasahi. Selain itu dapat pula dengan menggunakan jari telunjuk yang dibalut kain
atau handuk basah kemudian digosokkan pada gigi yang sedang erupsi dan secara lembut
melakukan pemijatan gusi. Pemijatan gusi bertujuan untuk melancarkan peradaran darah dan
merangsang erupsi gigi.
Pelaksanaan pembersihan tersebut harus dilakukan dalam keadaan nyaman baik bagi ibu
maupun bayi. Posisi yang dapat dilakukan yaitu bayi digendong di atas satu tangan dalam
posisi terlentang menghadap ke atas, sementara tangan ibu yang satu lagi melakukan
pembersihan. Gerakan bayi harus selalu diperhatikan oleh ibu. Percakapan yang dilakukan oleh
ibu pada saat melakukan pembersihan gigi dan mulut merupakan cara di dalam memberikan
rasa nyaman bagi anak.
Gambar 1. Cara Membersihkan Gigi dan Mulut Anak Usia 0 – 1 Tahun
Pemakaian sikat gigi dan pemberian pasta gigi tidak dianjurkan pada usia ini. Oleh karena
ukuran mulut bayi masih sangat kecil dan kemampuan bayi di dalam melakukan proses
penelanan belum maksimal sehingga gerakan sikat gigi akan sangat terbatas dan
memungkinkan tertelannya pasta gigi. Fluor yang terdapat di dalam pasta gigi dalam jumlah
banyak dikhawatirkan akan menyebabkan fluorosis pada geligi tetap anak.
2. Melakukan kunjungan ke dokter gigi
American Academy of Pediatric Dentistry menyarankan agar kunjungan pertama ke
dokter gigi dimulai pada erupsi gigi pertama atau pada akhir usia 12 bulan. Anak-anak dengan
kelainan sistemik dan penderita dental trauma, maka kunjungan ke dokter gigi sebaiknya
dilakukan pada usia yang lebih awal.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada kunjungan pertama anak
adalah:
(1). Pemeriksaan gigi-geligi dan jaringan sekitar.
(2). Memberikan sediaan fluor, misal tablet fluor.
(3). Memberi penyuluhan mengenai cara pemberian makanan dan minuman yang baik agar
tidak terjadi nursing mouth caries.
(4). Memberikan beberapa penjelasan mengenai pemeliharan kesehatan secara umum dan
kesehatan gigi dan mulut pada khususnya.
(5). Kunjungan pertama ke dokter gigi merupakan upaya untuk memperkenalkan anak dengan
lingkungan dokter gigi (dokter gigi dan perawat gigi), oleh karena itu segala perawatan yang
dilakukan sebaiknya tidak menimbulkan rasa cemas dan takut pada anak.
2.3 Usia Anak (1 – 3 tahun)
Perkembangan motorik kasar pada usia ini akan terlihat jelas. Anak akan terlihat lebih
aktif terutama pada saat belajar berjalan. Kemampuan berbahasa anak mulai berkembang
meskipun masih belum dapat dimengerti dengan baik. Rasa ingin tahu anak akan terlihat
terutama di saat anak melihat sesuatu yang baru.
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilaksanakan pada
usia ini adalah:
1. Penyikatan gigi.
Penyikatan gigi bertujuan untuk mengendalikan plak. Ukuran sikat gigi disesuaikan
dengan ukuran mulut anak. Sikat gigi yang dapat digunakan adalah sikat gigi manual maupun
elektrik. Pemakaian sikat gigi elektrik hendaknya dilakukan oleh orang tua atau pengasuh.
Bagi anak di bawah usia tiga tahun hendaknya penyikatan gigi masih dilakukan oleh
orang tua. Posisi yang mudah untuk melakukan penyikatan gigi pada usia ini adalah posisi lap
to lap. Pada posisi ini dua orang duduk saling berhadapan dengan lutut saling bertemu. Anak
diletakkan di atasnya dengan posisi menghadap ke atas. Gerakan tangan dan tubuh ditahan oleh
tangan orang yang memangku, sementara orang yang satu lagi melakukan penyikatan gigi.
Teknik ini dapat dilakukan oleh satu orang, dimana orang tua duduk di atas lantai dengan kaki
diluruskan. Kemudian kepala anak diletakkan diantara kedua paha, sedangkan kaki dan tangan
anak ditahan oleh kedua kaki. Posisi ini agak sulit dilakukan namun dapat memberikan hasil
yang cukup baik di dalam melakukan penyikatan gigi pada anak.
Gambar 2. Posisi Lap to Lap
Anak di atas usia dua tahun sudah dapat diajarkan cara menyikat gigi. Pada tahap
pertama hendaknya orang tua memberikan contoh pada anak cara melakukan penyikatan
setelah itu anak diminta untuk mengikuti.
2. Pemakaian pasta gigi
Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. Pasta gigi akan
memberikan rasa segar di dalam mulut. Saat ini pasta gigi dengan berbagai macam rasa tersedia
di pasaran. Pasta gigi diberikan dalam jumlah sedikit dan diletakkan pada bulu sikat.
3. Pemakaian flossing hanya dilakukan pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat.
2.4 Usia Prasekolah (3 – 6 tahun)
Kemampuan motorik kasar akan lebih baik pada usia ini. Motorik halus anak mulai
berkembang dimana anak sudah dapat menggambar dan menulis. Penyikatan gigi merupakan
kegiatan motorik halus yang dapat diterapkan untuk anak. Namun peran orang tua masih sangat
besar di dalam menentukan keberhasilan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut anak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam menerapkan teknik pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut pada usia ini adalah:
1. Mengajarkan cara menyikat gigi dengan benar.
Cara melakukan penyikatan gigi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri oleh anak
adalah metode Fons. Penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan memutar pada gigi anterior
maupun posterior.
Posisi yang mudah saat mengajarkan cara menyikat gigi yaitu orang tua berdiri saling
berdampingan di depan cermin. Kepala anak disandarkan pada tangan orang tua. Dagu anak
ditarik ke bawah dengan menggunakan tangan tempat bersandarnya kepala anak. Sedangkan
tangan orang tua yang satu lagi memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan gigi.
Gambar 3. Cara Menyikat Gigi Anak Usia 3 – 6 Tahun dengan Posisi Bersebelahan
Posisi lain yang juga dapat dilakukan adalah orang tua dan anak berdiri saling
berhadapan. Kemudian tangan orang tua memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan
gigi. Kerugian posisi ini adalah kurangnya pengendalian gerakan terhadap posisi anak.
Gambar 4. Cara Menyikat Gigi Anak Usia 3 – 6 Tahun dengan Posisi Berhadapan
2. Pemberian pasta gigi dalam jumlah sedikit.
Pada usia anak kemamapuan refleks penelanan pada anak sudah lebih baik, sehingga anak
sudah dapat berkumur. Oleh karena pasta gigi yang beredar di pasaran memiliki rasa yang
disukai maka tetap dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi.
3. Pemberian topikal fluor dalam sediaan gel.
Topikal fluor yang beredar di pasaran memiliki beberapa rasa. Pemiliharan rasa dapat
disesuaikan dengan selera anak.
4. Pemberian obat kumur dalam jumlah sedikit.
Beberapa sediaan obat kumur memiliki rasa yang kurang disukai anak. Oleh karena itu
pemberian obat kumur hanya bagi anak yang sedang mengalami infeksi di dalam rongga mulut
dan tenggorokan.
5. Pemberian kemoterapeutik lain untuk pengendalian plak tidak dianjurkan.
Sediaan kemoterapeutik yang sering digunakan adalah obat-obat antiseptik, antibiotik,
enzim, plaque modifying agents, bahan pengganti gula, dan obat-obatan yang dapat mencegah
menempelnya plak pada gigi. Pemakaian sediaan kemoterapeutik per oral dalam jumlah sedikit
tidak menimbulkan efek toksisitas sistemik, namun pada usia ini sebaiknya tidak diberikan untuk
anak.
2.5 Usia Sekolah (6 – 12 tahun)
Meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan tugas di rumah akan lebih
terlihat pada anak usia ini. Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah
kemajuan. Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut
secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya
sendiri. Dalam hal ini orang tua memegang perananan di dalam menerapkan disiplin dalam
melaksanakana tanggung jawab tersebut.
Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang harus diperhatikan pada
usia ini adalah:
1. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah sepenuhnya dilakukan oleh anak. Pemberian
disclosing solution dapat dilakukan agar anak dapat melihat bagian-bagian yang kotor pada
gigi. Adapun teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan pada anak usia ini adalah teknik
roll. Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak mendapatkan kesulitan saat melakukan
penyikatan pada posisi gigi yang sulit, misal bagian bukal rahang atas dan rahang bawah. Pada
keadaan ini hendaknya orang tua tetap memandu anak. Setelah selesai menyikat gigi hendaknya
orang tua melakukan pemeriksaan kembali apakah sudah bersih. Penyikatan gigi dilakukan dua
kali dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
2. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua perlu
mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka / trauma pada gusi.
3. Pemberian sediaan fluor melalui aplikasi fluor dan obat kumur sudah dapat dilakukan bagi
anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan yang baik. Sediaan fluor sangat
dianjurkan bagi anak-anak dengan maloklusi, dimana kelompok tersebut memiliki resiko karies
tinggi.
4. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat diberikan adalah
chlorhexidine. Diberikan bagi anak-anak dengan resiko karies dan penyakit periodontal tinggi.
Anak-anak yang termasuk di dalam kelompok ini adalah penderita penyakit sistemik dan
dengan maloklusi berat.
2.6 Remaja (12 – 19 tahun)
Remaja mengalami berbagai perubahan yang dinamis dalam masanya, diantaranya yaitu
meliputi perubahan fisik, kesadaran (kognisi), dan sosial. Pada usia remaja maka fisik akan
tumbuh menjadi dewasa dan timbul percepatan pertumbuhan karena adanya koordinasi yang baik
diantara kerja kelenjar-kelenjar. Kemampuan menyimpan informasi setelah merasakannya adalah
tanda kematangan kemampuan berfikir pada remaja.
Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam kesehatan gigi anak-anak, oleh
karena itu perlindungan terhadap penyakit gigi adalah salah satu kepedulian utama dalam
melakukan pencegahan. Banyak penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan karies secara
perlahan-lahan selama masa remaja. Karies timbul pada tempat dimana terdapat plak, oleh karena
itu penyikatan gigi yang benar serta pembersihan interdental menggunakan benang gigi
merupakan cara pencegahan yang baik.
Beberapa keadaan yang perlu diperhatikan didalam melakukan instruksi pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut bagi remaja:
1. Faktor hormonal merupakan faktor yang sangat berperan pada usia remaja. Sering timbul
keluhan dari para orang tua mengenai keadaan gigi dan mulut anak yang buruk meskipun
mereka telah melakukan penyikatan dengan benar. Oleh karena itu memberikan pengertian
betapa pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan cara terbaik dalam
mengendalikan plak dengan benar.
2. Maloklusi akan semakin jelas terlihat. Orang tua hendaknya segera melakukan konsultasi
dengan dokter gigi mengenai perawatan maloklusi tersebut.
3. Pemberian sediaan fluor secara topikal tetap dilakukan. Pemberian fluor secara rutin setiap tiga
bulan sekali merupakan upaya pencegahan karies cukup memberikan hasil yang memuaskan.
4. Pemberian obat kumur dapat dilakukan terutama pada anak dengan maloklusi dan resiko karies
yang tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Perawatan kesehatan gigi dan anak merupakan tindakan yang mudah dan dapat dilakukan oleh
setiap orang sehingga setiap para ibu hendaknya mengetahui dan memahami sehingga dapat
menerapkan bagi anak-anaknya.
1. Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah disusun sesuai dengan
perkembangan motorik anak dan merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya karies
yang dilakukan sejak bayi masih dalam kandungan sampai dengan usia remaja.
2. Pelaksanaan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut akan berhasil dengan baik
apabila selalu terjaga komunikasi diantara anak, orang tua, dan dokter gigi.
3. Para dokter gigi hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai psikologi perkembangan
anak dan cara-cara pencegahan karies agar dapat melakukan pendekatan terhadap anak
sehingga tujuan pencegahan karies dapat berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tomasowa, R. A. Pengetahuan Dasar tentang Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Direktorat Kesehatan Gigi. 1983.
2. McDonald, R. E., dan Avery, D. R. Dentistry for The Child and Adolescent. 6th edition. St.
Louis : Mosby. 1994. p. 256-82. 3. Carranza, F. A. Clinical Periodontology. 6th edition. Philadelphia : W. B. Saunders Company.
1984. p. 671-84. 4. Cassamassimo, P. S. In Sites. Pediatric Dentistry. 2nd edition. Philadelphia : W. B. Saunders
Co. 1994. 5. Mar’at, S. Sikap Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia. 1981. 6. Sarwono, S. W. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai
Pustaka. 1999. 7. Cameron, A. C.dan Widmer, R. P. Handbook of Pediatric Dentistry. 2nd edition. Edinburgh :
Mosby. 2003. p. 28-9. 8. Faw, T. dan Belkin, G. S. Child Psychology. New York : McGraw Hill Publishing Company.
1989. p. 55, 129, 233, 353. 9. Monks, F. J., Knoers, A. M. P. Haditono, S. R. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 1992. 10. Nowak, A., Crall, J. Prevention of Dental Disease. In site Pediatric Dentistry. 2nd edition.
Philadelphia : W. B. Saunders Co. 1994.