PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN SKRIPSIrepository.uinbanten.ac.id/1563/1/SKRIPSI ANA...
Transcript of PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN SKRIPSIrepository.uinbanten.ac.id/1563/1/SKRIPSI ANA...
PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Pada Fakultas Ushuluddin dan Adab Jurusan Filsafat Agama
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Oleh :
ANA SAFITRI
133100081
FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN “SMH” BANTEN
2017 M/1439 H
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama
(S.Ag) dan diajukan pada Jurusan Filsfat Agama Fakultas Ushuluddin
dan Adab Universitas Islam Negeri ‘’Sultan Maulana Hasanuddin’’
Banten ini sepenuhnya asli merupakan hasil karya tulis ilmiah saya
pribadi.
Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku di bidang penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh
isi skripsi ini merupakan hasil perbuatan plagiarisme atau mencontek
karya tulis orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi berupa
pencabutan gelar kesarjanaan yang saya terima atau sanksi akademik
lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Serang, Agustus 2017
Materai 6000
ANA SAFITRI
NIM 133100081
ii
ABSTRAK
Nama Ana Safitri NIM : 133100081, Judul Skripsi : Pemikiran Soekarno
tentang Perempuan (Study Pustaka), Jurusan : Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin
dan Adab. Tahun 1438 H. / 2017 M.
Realitas kehidupan perempuan Indonesia masih banyak mengalami
pengekangan, penindasan dan pembodohan terutama pengekangan yang terjadi
terhadap perempuan Indonesia akibat persepsi yang salah terhadap peran istri dalam
kehidupan rumah tangga. Di lihat dari perkembangan suatu bangsa, masyarakat dan
ideologi suatu negara ada beberapa peran perempuan diantaranya adalah pergerakan
untuk menyempurnakan keperempuanan yang identik dengan pekerjaan domestik,
kedua pergerakan kaum feminis dalam memperjuangkan persamaan hak dengan kaum
laki-laki. Hal ini meliputi persamaan untuk bekerja dan memilih. Hal tersebut disebut
sebagai emansipasi perempuan. Dan ketiga pergerakan kaum sosialis. Peran ketiga ini
perempuan bersama laki-laki berjuang untuk menciptakan masyarakat yang sosialis.
Berdasakan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Kehidupan Soekarno ?, 2) Bagaimana Kondisi
Perempuan ?, 3) Bagaimana Pemikiran Soekarno tentang Perempuan ?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kehidupan Soekarno, 2)
kondisi Perempuan, 3) Pemikiran Soekarno tentang Perempuan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan konten analisis. Teknik ini memfokuskan terhadap isi atau makna
dan pesan-pesan yang disampaikan. Metode lainnya adalah studi pustaka. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan menelaah sumber-sumber
tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi, dan literatur lainnya yang berkaitan
dengan pembahasan. Adapun jenis penelitian ini bersifat deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Soekarno lahir
pada 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya. Semasa dewasa mendirikan Partai
Nasional Indonesia (PNI). Pemikiran Soekarno terdiri dari dua latarbelakang, yaitu
budaya Jawa dan Islam tradisional, juga merupakan seorang pemikir dan intelektual
Islam. Perempuan merupakan mahluk yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Secara umum perempuan memiliki sifat seperti indah, lembut, rendah hati dan
penyayang. Soekarno berpandangan bahwa perempuan bagian dari manusia yang juga
berhak mendapat kesempatan dan persamaan seperti laki-laki. Ia menggambarkan
sebuah peradaban yang meminggirkan perempuan selalu tenggelam. Pola patriarkat
dan matriarkat tidak menjamin kesejahteraan kaum laki-laki maupun perempuan.
karena hal tersebut Soekarno menggagas pengangkatan harkat dan martabat
perempuan dengan beberapa karya tulisannya (buku).
iii
ABSTRACT
Name : Ana Safitri, NIM: 133100081, Titte: Women on Soekarno’s
Thought (Library Reaserch), Philosophy of Religion at Faculty of Ushuluddin and
Adab. 1438 H. / 2017 M.
The reality of Indonesian women are still much subjected to restraint,
oppression and duping, especially the restrains that occur on Indonesian women as a
result of wrong perceptions of the role of wives in domestic life. In view of the
development of a nation, society and ideology of a country there are several roles of
women such as the movement to perfect womanhood that is identical with domestic
work, second, the movement of feminists in fighting for equal rights with men. These
include equations for work and choice, it is called the emancipation of women. And
third, the socialist movement, this third role of women with men strives to create a
socialist society.
Based on the background of the research above, then the research questions
are: 1. How is Soekarno’s Life?, 2. What is the Condition of Women ?, 3. How is
Women in Soekarno’s Thought?
This study aims to determine : 1. Soekarno’s Life, 2. The Condition of
Women ?, 3. Women in Soekarno’s Thought.
As for the method used in this research is qualification method with content
analysis. This focuses on the content or meaning and the messages conveyed. Another
method is literature study. This method is used to collect data and information by
reviewing written sources such as scientific journlas, reference books, and other
literature related to the discussion. As for this type of research is descriptive.
Based on the result of research, it can b concluded that Soekarno born on 6
June 1901 at Lawang Seketeng, Surabaya. As an adulf founded the Indonesian
National Party (PNI). Soekarno’s thoughts consist of two backgrounds: Javanese
culture and traditional Islam, is also an Islamic thinker and intellectual. Women are
gentle and loving creatures. In general women have such a beatiful, nature of soft,
humble and compassionate. Soekarno holds that women are part of the human being
who is also entitled to the opportunity like men. Describes a civilization that thinks
women are always drowing. Patriarchal and matriarchal patterns do not guarantee the
welfare of men and women, because it is Soekarno initiated the appointment of the
dignity of women with some writings (book).
iv
FAKULTAS USHLUDDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
Nomor : Nota Dinas
Lampiran : Skripsi
Hal :Pengajuan Ujian
Munaqasyah
Kepada Yth
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab
Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Di_
Serang
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa
skripsi saudari Ana Safitri, NIM: 133100081, Judul Skripsi:
Pemikiran Soekarno tentang Perempuan, diajukan sebagai salah
satu syarat untuk melengkapi ujian munaqasyah pada Fakultas
Ushuluddin dan Adab jurusan Filsafat Agama UIN SMH Banten. Maka
kami ajukan skripsi ini dengan harapan dapat segera dimunaqasyahkan.
Demikian atas perhatian bapak kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Serang, Agustus 2017
Pembimbing I
Dr. Safiin Mansur. M.Ag
NIP : 19640108 199803 1 001
Pembimbing II
Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag
NIP : 19700529 199603 2 001
v
PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN
Oleh
ANA SAFITRI
NIM : 133100081
Pembimbing I
Dr. Safiin Mansur. M.Ag
NIP : 19640108 199803 1 001
Pembimbing II
Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag
NIP : 19700529 199603 2 001
Dekan,
Fakultas Ushluddin dan Adab
Prof. Dr. H Udi Mufrodi,Lc,.MA
NIP: 19610209 199403 1 001
Ketua,
Jurusan Filsafat Agama
Dr. Safiin Mansur. M.Ag
NIP : 19640108 199803 1 001
vi
PENGESAHAN
Skripsi a.n Ana Safitri, NIM: 133100081, judul skripsi: Pemikiran
Soekarno tentang Perempuan, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah
UIN SMH Banten pada tanggal 1 November 2017 skrispi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Agama Fakultas
Ushuluddin dan Adab jurusan Filsafat Agama UIN SMH Banten.
Serang, 16 November 2017
Sidang
Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Muhamad Shoheh, M.A.
NIP: 19710121 199903 1 002
Sekretaris Merangkap Anggota
Eneng Purwanti, M.A.
NIP: 19780607 200801 2 014
Penguji I
Dr. Moh. Hudaeri, M.A.
NIP : 19710903 199903 1 007
Anggota Penguji II
Drs. Jaipuri Harahap, M.Si.
NIP: 19610607 199503 1 002
Pembimbing I
Dr. Safiin Mansur. M.Ag
NIP : 19640108 199803 1 001
Pembimbing II
Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag
NIP : 19700529 199603 2 001
vii
MOTTO
‘’Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu’’. (Q.S An-Nisa:1)
viii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan terimakasih. Skripsi ini
kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Ubayudin
dan ibunda Azizah, yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil, selalu mendidik saya dengan penuh perjuangan dan
membimbing saya dengan penuh kesabaran, serta adikku tercinta Siti
Nurkhaliza yang selalu memberikan semangat. Semoga kedua orang
tua dan adik saya selalu dilindungi oleh Allah Swt (Amin).
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Ana Safitri, dilahirkan di Tangerang,
Banten pada 07 April 1996, merupakan anak pertama dari dua
bersaudara berasal dari pasangan Bapak Ubayudin S.E dan Ibu Azizah.
Jenjang pendidikan formal yang penulis tempuh adalah SDN
Kamuning II di Desa Kamuning Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, lulus pada tahun 2007, dan MTS Nurunnisa, Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang lulus pada tahun 2010, setelah itu
melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 4 Tangerang lulus tahun 2013,
kemudian melanjutkan kuliah di UIN “Sultan Maulana Hasanuddin”
Banten mengambil Jurusan Filsafat Agama pada Fakultas Ushuluddin,
dan Adab.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa
kegiatan seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FA tahun 2015,
sebagai Sekretaris Umum, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pusat
Riset Mahasiswa (PRIMA) tahun 2015, dan Himpunan Mahasiswa
islam (HMI) sebagai Sekretaris bidang Pemberdaya Perempuan tahun
2015.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memenuhi persyaratan untuk dapat memperoleh gelar sarjana strata
satu pada Jurusan Filsafat Agama, Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN
‘’SMH’’ Banten.
Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pemikiran
Soekarno tentang Perempuan (Study Pustaka).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak telepas dari
kekurangan, kelemahan, dan masih jauh dari kesempurnaan. Namun
demikian penulis berharap semoga dengan adanya skripsi ini mudah-
mudahan dapat membawa manfaat yang besar dan berguna khususnya
bagi diri penulis, pembaca, dan masyarakat pada umumnya sebagai
bahan pertimbangan dan khasanah ilmu pengetahuan Islam.
Skripsi ini kemungkinan besar tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Fauzul Iman, M.A Sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten yang telah
mengelola dan mengembangkan Universitas Islam Negeri
“Sultan Maulana Hasanuddin” Banten lebih maju.
2. Bapak Prof. Dr. H. Udi Mufrodi, Lc., M.Ag. sebagai Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri
xi
“Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, yang telah mendorong
penyelesaian studi dan skripsi penulis.
3. Bapak Dr. Syafiin Mansyur, M.Ag. sebagai ketua jurusan dan
Bapak Drs. Jaipuri Harahap, M.Si. sebagai sekretaris Jurusan
Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas
Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, yang telah
memberikan arahan, mendidik dan memberikan motivasinya
kepada penulis.
4. Bapak Dr. Syafiin Mansyur, M.Ag. sebagai pembimbing I dan
Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag sebagai pembimbing II yang telah
memberikan nasehat, bimbingan dan saran-saran kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen UIN SMH Banten, terutama yang telah
mengajar dan mendidik penulis selama kuliah di UIN Banten,
Pengurus Perpustakaan Umum, Iran Corner, serta staf akademik
dan karyawan UIN, yang telah memberikan bekal pengetahuan
yang begitu berharga selama kuliah di UIN “Sultan Maulana
Hasanuddin” Banten.
6. Kedua orang tua serta keluarga besar yang selalu memberikan
semangat dan motivasi sehingga memudahkan penulis
menyusun skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Filsafat Agama angkatan
2013 yang saya banggakan dan semua pihak yang telah
xii
membantu dalam berbagai hal sehingga memudahkan penulis
menyusun skripsi ini.
7. Kawan-kawan organisasi di Himpunan Mahasiswa Islam dan
semua pihak yang telah membantu dalam berbagai hal sehingga
memudahkan penulis menyusun skripsi ini.
8. Teruntuk Kakanda Sutisna S.Pd.I yang selalu memberikan
semangat serta memotivasi penulis untuk menyusun skripsi ini.
8. Teruntuk Devi, Dewi, Alifa, Mariam, Eka dan Ririn Sahabat-
sahabat yang telah membantu memotivasi penulis untuk
menyusun skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah jugalah penulis memohon agar
seluruh kebaikan dari semua pihak yang membantu selesainya skripsi
ini, semoga diberi balasan berlipat ganda. Penulis berharap kiranya
karya tulis penulis ini turut mewarnai khazanah Ilmu Pengetahuan dan
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Serang, Agustus 2017
Penulis
Ana Safitri
xiii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... i
ABTSRAK....................................................................................... ii
NOTA DINAS ................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN MUNAQOSAH ................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. vi
MOTTO ........................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................... 4
D. Telaah Pustaka ................................................... 4
E. Kerangka Pemikiran .......................................... 6
F. Metode Penelitian .............................................. 10
G. Sistematika Penulisan ........................................ 12
BAB II BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SOEKARNO .. 13
A. Biografi Soekarno .............................................. 13
B. Karakteristik Pemikiran Soekarno ..................... 18
C. Karya-karya Soekarno ....................................... 29
BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG
PEREMPUAN ........................................................ 33
xiv
A. Pengertian dan Karakter Perempuan ................. 33
B. Perempan dalam Islam....................................... 38
C. Sarinah dalam Kehidupan Soekarno.................. 43
D. Gerakan dan Pemberdayaan Perempuan
Indonesia ............................................................ 47
BAB IV PEREMPUAN MENURUT SOEKARNO .......... 55
A. Perempuan Sebagai Sumber Kekuatan .............. 55
B. Emansipasi dan Kemitrasejajaran ...................... 60
C. Matriarkat dan Patriarkat ................................... 65
BAB V PENUTUP .............................................................. 74
A. Kesimpulan ........................................................ 74
B. Saran .................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Realitas kehidupan perempuan Indonesia masih banyak
mengalami pengekangan, penindasan dan pembodohan terutama
pengekangan yang terjadi terhadap perempuan Indonesia akibat
persepsi yang salah terhadap peran istri dalam kehidupan rumah
tangga. Di lihat dari perkembangan suatu bangsa, masyarakat dan
ideologi suatu negara ada beberapa peran perempuan di antaranya
adalah pergerakan menyempurnakan keperempuanan yang identik
dengan pekerjaan domestik, kedua pergerakan feminisme yang arahnya
memperjuangkan persamaan hak dengan kaum laki-laki melakukan
pekerjaan dan hak pemilihan yang disebut sebagai hak emansipasi
perempuan dan ketiga pergerakan sosialisme perempuan dan laki-laki
bersama-sama berjuang untuk mendatangkan masyarakat yang sosialis.
Dalam peradaban kuno di sepanjang masa, status perempuan
selalu mengalami perubahan meskipun adakalanya perempuan sedikit
dihormati, namun mereka biasanya tertindas dan mendapat perlakuan
kasar, begitu pula seringkali hukum dan perundang-undangan
mengenai perempuan sangat tidak adil. Perempuan kehilangan haknya
sebagai warga dan juga hak dasar mereka yaitu hak asasi manusia.
Banyak orang memiliki rasa kemanusiaan terhadap perempuan mereka
dikucilkan serta hanya di susahkan dengan alasan tradisi dan adat
istiadat perempuan kerap kali haknya terkekang dalam kehidupan sosial
dan kebebasan mengemukakan pendapat, mereka tidak lebih dari
1
2
sekedar seorang budak, mudah dan murah untuk diperjual belikan,
keadaan seperti itu selama ini dialami oleh semua perempuan dari
mulai perempuan muda, para istri, dan ibu-ibu. Mereka digiring dari
satu penjara ke penjara lainnya, tunduk kepada kekuasaan seorang
ayah, suami atau laki-laki sebagai pelindung yang mengawasi semua
aspek kehidupan mereka. Para perempuan tidak diperbolehkan
membuat keputusan, mereka pun tidak berhak atas keuangan dan hak-
hak sipil. Sejarah telah mencatat beberapa kasus di mana perempuan
menempati posisi kuat, sebagaimana terjadi dalam peradaban mesir.
Tetapi kasus tersebut hanya beberapa dan tidak mencerminkan kondisi
umum perempuan pada waktu atau sejak saat itu, mengenai kelembutan
perempuan yang dikenal sebagai anugerah Tuhan dan malaikat, itu
adalah murni hal kebetulan yang tidak menunjukkan bahwa perempuan
sangat dihormati atau bermartabat. Andai pun memang demikian,
kasus-kasus tersebut hendaklah dipandang sebagai kekecualian-
kekecualian yang jarang terjadi yang tidak mempengaruhi hukum
umum yang berlaku.1
Pemikiran Fatima Mernisi tentang gerakan feminisme muslim
meliputi kesadaran perempuan akan pembatasan atas dirinya karena
gender, penolakan perempuan atas ketidakadilan dan berusaha
membangun sistem gender yang lebih adil, yang melibatkan peran baru
perempuan dan hubungan lebih optimal diantara laki-laki dan
perempuan. Penelitian Amina Wadud mengenai perempuan dalam Al-
Qur’an yang tertuang dalam judul bukunya “Qur’an dan Woman’’
muncul dalam konteks historis yang erat kaitannya dengan pengalaman
1Fatima Umar, Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, (Jakarta cendikia
sentra Muslim: 2001), p.18
3
dan pergumulan orang-orang perempuan Afrika-Amerika dalam upaya
memperjuangkan keadilan gender, karena selama ini sistem relasi laki-
laki dan perempuan di masyarakat memang sering kali adanya bias-bias
patriarki dan sebagai implikasinya mereka perempuan kurang mendapat
keadilan secara lebih proporsional. Menurut Tahsan Hamami dan Siti
Bairatun perempuan mengalami ketidakadilan bukan hanya
diskriminasi disektor publik, tapi juga melalui cara pendistribusian
pekerjaan dalam rumah tangga. Pola kehidupan keluarga saat ini
menuntut perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan
mengasuh anak. Pekejaan rumah tangga kadang jarang dibagi secara
sepadan atau setara bahkan kadang perempuan mencari nafkah dalam
upaya membantu kebutuhan keluarga.2
Soekarno sebagai seorang proklamator, sebagai seorang
presiden Republik Indonesia yang pertama yang banyak menuangkan
ide-ide pemikiran tentang politik, agama, sosial, dan ekonomi ternyata
Soekarno memiliki perhatian khusus terhadap perempuan, dimana
pemikiran tersebut di tuangkan dalam bentuk karya tulis yaitu buku
Sarinah, nama Sarinah di ambil dari nama seorang pembantu rumah
tangga, bahwa pada saat Soekarno kecil Soekarno dikenal sangat dekat
dengan Sarinah dan Sarinah yang selalu memberikan nasehat serta
motivasi untuk selalu mencintai rakyat dan lewat Sarinah inilah
Soekarno kemudian ingin mengangkat derajat perempuan, dan ingin
memerdekakan perempuan karena perempuan memiliki peran penting
sebagai sumber kekuatan.
2Tasman Hamami dan Siti Barirotun, Kedudukan Wanita dalam Syariat
Islam, (al-jami’ah, 1994), p. 44
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan
permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kehidupan Soekarno ?
2. Bagaimana Kondisi Perempuan?
3. Bagaimana Pemikiran Soekarno tentang Perempuan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Kehidupan Soekarno.
2. Untuk mengetahui Kondisi Perempuan
3. Untuk mengetahui Pemikiran Soekarno tentang Perempuan.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka dimaksudkan untuk meninjau beberapa hal yang
pernah dilakukan oleh beberapa penulis berkenaan dengan objek yang
sedang menjadi bahasan skripsi ini, yakni pemikiran Soekarno tentang
Perempuan.
Karya ilmiah berupa skripsi yang sempat sampai pada penulis
yang sekilas sama dengan yang penulis lakukan dalam study ini adalah
karya R. Ibnu Ambarudin, “pandangan Ir.Soekarno Tentang
Perempuan’’.3 Namun dari karya tersebut sudut pandang yang
3R Ibnu Ambaruddin,”Pandangan Ir.Soekarno tentang Perempuan’’,
Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat, IAIN Sunan
KalijagaYogyakarta,2001.
5
digunakan jauh berbeda dengan apa yang penulis lakukan dalam skripsi
ini. Karya R Ibnu Ambarudin memfokuskan dari sudut pandang akidah
Islam dan Filsafat dengan menitik beratkan perhatian pada pemahaman
perempuan secara umum yang didukung dengan pendekatan filsafat,
dengan mengkomparasikan pemikiran tokoh filsafat barat kuno.
Pemikiran Soekarno dari Karya diatas terpengaruh oleh sudut pandang
dan pendekatan dalam menerjemahkan pemikiran Soekarno. Hal ini
jelas berbeda dari sudut pandan g yang penulis lakukan. Oleh karena itu
hasilnya tentu akan sangat berbeda.
Kemudian buku-buku yang mengkaji pemikiran Soekarno
diantaranya adalah Cindy Adams dalam karyanya “Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat’’4 berbicara mengenai riwayat Soekarno
yang diceritakan sendiri kepada Cindy Adams dalam rangka penjelasan
terhadap dunia luar terutama Amerika, mengenai Soekarno dan oleh
Soekarno sendiri. Buku ini turut memberikan informasi penting
terhadap peneliti dalam mengetahui kondisi historis.
Bernhard Dahm dalam “Soekarno dan Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia’’5, juga menggambarkan bagaimana Soekarno
mencoba membawa arus pemikirannya ke dalam dunia pergerakan.
Suatu sintesa menarik antara nasionalisme, agama dan Marxisme.
Menurut penyusun karya ini sangat signifikan untuk mengetahui
pemikiran Soekarno serta latar belakang historis pemikirannya, namun
dalam karya tersebut tidak hanya mengupas peran Soekarno sebagai
4 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, (terj.): Abdul Bar
Salim, (Djakarta: Gunung Agung, 1966). 5Bernhard Dahm, Soekarno dan Perjuangan kemerdekaan (terj). Hasan
Basri, (Jakarta: LP3ES,1987), p. XI
6
zoon politicon. Hal ini diakui sendiri oleh Dahm dalam kata pengantar
buku ini.
E. Kerangka Pemikiran
Soal perempuan adalah soal masyarakat, maka soal perempuan
adalah sama tuanya dengan masyarakat, soal perempuan adalah sama
tuanya dengan soal kemanusiaan. Atau lebih tegas soal laki-laki
perempuan adalah sama tuanya dengan kemanusiaan. Sejak manusia
hidup didalam gua-gua dan rimba-rimba dan belum mengenal rumah,
sejak “zaman adam dan hawa’’, kemanusiaan itu pincang, terganggu
oleh soal ini. Manusia zaman sekarang mengenal “soal perempuan’’,
manusia jaman purbakala mengenal “soal laki-laki’’. Sekarang kaum
perempuan duduk ditingkatan bawah, di jaman purbakala kaum laki-
laki lah yang duduk di tingkatan bawah. Sekarang kaum laki-laki yang
berkuasa, di jaman purbakala kaum perempuanlah yang berkuasa.
Kemanusiaan diatas lapangan soal laki-laki perempuan, selalu pincang.
Dan kemanusiaan akan terus pincang, selama saf yang satu menindas
saf yang lain. Harmoni hanyalah dapat tercapai, kalau tidak ada saf
yang satu diatas saf yang lain, tetapi dua “saf’’ itu sama derajat berjajar
yang satu di sebelah yang lain, yang satu memperkuat kedudukan yang
lain.6 Tetapi masing-masing menurut kodratnya sendiri. Sebab siapa
melanggar kodrat alam ini, ia ahirnya niscaya digilas remuk redam oleh
alam itu sendiri. Alam benar adalah “sabar’’, alam benar tampaknya
6Sukarno, Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik
Indonesa, (Bandung syabas book 2013), p. 9
7
diam tetapi ia tak dapat diperkosa, ia tak mau diperkosa. Ia tak mau
ditundukkan. Ia menurut kata Vivekananda adalah “berkepala batu!’’. 7
Pada zaman peradaban kuno terlihat jelas bahwa perempuan
selalu ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaanya, hak dan
kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja. Situasi ini
berlangsung sampai datangnya islam, yang mengajarkan kepada umat
manusia bagaimana bersikap adil dan benar terhadap seluruh umat
manusia. Islam juga datang untuk menyelamatkan perempuan dari
penindasan dan penghinaan yang menyebabkan penderitaan. Islam
datang untuk meluruskan pengertian-pengertian yang salah,
melaksanakan hukum dan memulihkan kehormatan kaum perempuan.
Islam juga sudah memberikan hak-hak penuh kaum perempuan, yang
dinyatakan dan di tetapkan melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas dan
terperinci. Islam melarang membunuh bayi perempuan, memberikan
garis-garis pedoman perawatannya untuk melindungi hidup mereka
sepanjang hidupnya dan memberikan mereka cinta dan kasih sayang.
Islam juga telah menetapkan peraturan-peraturan preventif
untuk melindungi kaum perempuan lebih jauh dari setiap penistaan,
penghinaan dan tuduhan-tuduhan yang salah. Islam sudah memberikan
perlindungan dan pengamanan yang diperlukan kaum perempuan, yang
selama berabad-abad sebelumnya tidak pernah mereka rasakan dan
masih mereka alami dalam banyak masyarakat yang disebut beradab
yang mengaku menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia.8
7Sukarno, Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik
Indonesa. P. 12 8Fatima Umar Na sif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 65
8
Jika kita memutuskan untuk sementara mengesampingkan
kecaman-kecaman terhadap agama patriarkhal yang merendahkan
perempuan, maka keragaman itu akan sangat jelas. Sebagai contoh
kadang-kadang kita menemukan bahwa otoritas dan kekuatan laki-laki
itu tidaklah selalu akan dapat dijumpai secara bersama-sama.
Adakalanya kelaki-lakian mungkin berarti otoritas dalam keluarga, di
mana perempuanlah yang menjalankan kekukasaan yang sebenarnya
dalam urusan rumah tangga. Kadang-kadang konsep keagamaan yang
sama dipakai berabad-abad oleh laki-laki dan perempuan, dan versi
laki-laki mungkin tampak menekan bagi perempuan, tetapi tidak selalu
versi laki-laki itu menonjol dalam pikiran perempuan.Oleh karena itu
mungkin terdapat perbedaan antara persepsi dengan praktek atau apa
yang tampak sebagai pengasingan perempuan oleh laki-laki dalam
aspek-aspek agama tertentu mungkin sesungguhnya merupakan akibat
dari sesuatu, bukan karena rasa benci kepada perempuan, atau mungkin
sama dengan pengasingan laki-laki oleh perempuan dalam kegitan
keagamaan tertentu.9
Manusia perempuan ini telah banyak mengalami komplikasi-
komplikasi sejarah dalam hidupnya dengan adanya perlakuan buruk
orang-orang lain kepadanya, pandangan mereka terhadapnya, dan
kelaliman mereka terhadap kemanusiaannya serta usaha untuk
mengubahnya menjadi “barang bekas yang tak berharga”. Ia tidak
memiliki peran apa-apa kecuali melayani laki-laki dan sebagai tempat
reproduksi keturunan baginya. Ia tidak berperan efektif sedikitpun
meskipun dalam kehidupan pribadinya yang mana ia tidak mempunyai
9 Syafaatun al Mirzanah dkk, Perempuan Dalam Agama-Agama Dunia,
(Jakarta: 2002), p. 5
9
kekuasaan di dalamnya untuk mengatakan ingin atau tidak ingin,
karena ia adalah manusia minor selama-lamanya yang berada di tingkat
sekunder atau inferior dari manusia.10
Hak-hak perempuan telah termaktub dalam UU RI No 39 Tahun
1999, bagian kesembilan yang terbagi dalam 7 pasal (pasal 45-51). Hal-
hak prempuan tersebut meliputi keterwakilannya dalam bidang politik,
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran, keberhakannya
memilih dan dipilih disetiap profesi, serta keberhakannya dalam hal
perkawinan. Pasal 1 di dalam konvensi penghapusan diskriminasi
terhadap perempuan yang telah disepkati, bahwa istilah “diskriminasi
terhadap perempuan” berarti setiap pembedaan, pengucilan, atau
pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai
pengaruh atau tujuan untuk mengurangi dan menghapuskan pengakuan,
penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-
kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau
atau apapun lainnya bagi kaum perempuan terlepas dari status
perkawinan mereka atas dasar persamaan laki-laki dan perempuan.
Di bidang ekonomi, krisis ekonomi telah memarjinalkan
perempuan dengan berbagai kebijakan pemerintah yang lebih ditujukan
kepada kaum laki-laki dengan anggapan bahwa mereka adalah pencari
nafkah. Sebagai contoh, kebijakan pekerjaan padat karya yang hanya
melibatkan kaum laki-laki saja. Contoh lain, dalam statistik, kita tidak
menjumpai pendapatan selalu yang diciptakan oleh perempuan seperti
menjahit, katering atau pekerjaan dalam sektor informal. Selama ini
10 Sayyid Muhamad Husain Fadhlulloh, Dunia Wanita Dalam Islam,
(Jakarta, Lentera : 1992), p. 31
10
data pendapatan selalu diambil dari para suami sebagai kepala keluarga,
baik yang memiliki kerja formal ataupun informal. Padahal kita tau
banyak perempuan yang berhasil mendapatkan uang dengan cara kerja
informal.
E. Metode Penelitian
Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai
berikut :
1. Menentukan Jenis Penelitian
Penelitian skripsi ini adalah menggunakan metode kualitatif
dengan menggunakan metode analisis isi, yaitu suatu teknik penelitian
terhadap isi atau makna, pesan-pesan yang disampaikan berdasarkan
data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. Kemudian menggunakan
metode kepustakaan (library reaserch)11, sesuai dengan masalah pokok
yang dibahas, yakni mengenai pandangan pemikiran seorang tokoh
yang timbul pada masa lampau, maka metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian historis faktual mengenai tokoh. Adapun
sifat penelitian ini adalah deskriptif. Yaitu menggambarkan pemikiran
Soekarno tentang Perempuan khususnya dalam buku Sarinah.
2. Menentukan Sumber Data
Dalam menentukan sumber data penulis menggunakan sumber
primer sebagai sumber utama dalam penelitian penulis. Pertama,
Penulis mengambil data dari sumber asli karya Soekarno dalam
11Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta, 2003), p.7
11
bukunya yang berjudul Sarinah. Kedua, penulis menggunakan sumber
sekunder yaitu penulis mengambil dari sumber lain seperti buku-buku
karya Soekarno Menyambung Lidah Rakyat, Dibawah Bendera
Revolusi, dan lain-lain, sertra dari berbagai jurnal dan sumber-sumber
lain yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
3. Pengolahan Data
Dari data yang terkumpul, kemudian dilakukan penyaringan dan
pemeriksaan kembali secara kembali secara cermat dari segi
kelengkapan, keterbatasan, kesesuaian, atau keserasian agar
keseluruhan data dapat dipahami secara tepat dan jelas. Metode
pengolahan data yang dipakai adalah :
a. Interpretasi, yaitu cara untuk menangkap arti nuansa yang
dimaksudkan tokoh secara benar lewat karya-karya yang
dihasilkan, diantaranya melalui buku Sarinah sebagai buku
Primer, penyusun memahami dan menangkap pemikiran
Soekarno tentang Perempuan.12
b. Deskripsi, yaitu penguraian secara teratur dan kompherensif
konsepsi Soekarno tentang Perempuan yang dipelajari oleh
peneliti.
c. Idealisasi, yaitu memahami pandangan yang diutarakan
Soekarno dalam karya-karyanya yang dipahami secara konsepsi
yang universal dan ideal.
4. Analisis Data
12Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
(Yogyakarta: Kanisius, 1994), p. 65
12
Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data secara kualitatif
yaitu mendeskripsikan substansi pemikiran spesifik Soekarno tentang
Perempuan. Sehingga dari metode analisa tersebut didapatkan sebuah
jawaban dari pokok masalah yang di teliti oleh penyusun.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, sistematika
dalam penyusunan skripsi ini menggunakan lima bab, dengan perincian
sebagai berikut yaitu :
Bab Kesatu, pendahuluan beriri Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka
Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab Kedua, Biografi dan pemikiran Soekarno yang meliputi
tentang Biografi Soekarno, Karakterisitk Pemikiran Soekarno, dan
Karya-karya Soekarno.
Bab Ketiga, Landasan teoritis tentang perempuan meliputi,
Pengertian dan Karakter Perempuan, Sarinah dalam Kehidupan
Soekarno, dan Gerakan dan Pemberdayaan Perempuan Indonesia.
Bab Keempat, Perempuan menurut Soekarno meliputi,
perempuan Sebagai Sumber Kekuatan, Emansipasi dan
Kemitrasejajaran, dan Matriarkat dan Patriarkat.
Bab Kelima, Penutup terdiri dari : Kesimpulan dan saran-saran
kemudian diakhiri dengan Daftar Pustaka serta Lampiran-lampiran.
13
BAB II
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SOEKARNO
A. Biografi Soekarno
Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno yang sakit-sakitan
sejak kecil hingga usia belasan tahun sesuai dengan kepercayaan Jawa,
ayahnya harus memberinya nama baru untuk mengusir penyakitnya dan
diberilah nama Karno dan kemudian menjadi Soekarno.1 Bayi
Soekarno lahir menjelang matahari merekah karenanya disebut sebagau
putra sang fajar. Kebangkitan mulai menyingsing, yaitu di masa
permulaan era kebangkitan dan pergerakan nasional. Tepatnya pada
kamis Pon tanggal 18 safar 1831 tahun Saka, bertepatan dengan 6 Juni
1901 di Lawang Seketeng, Surabaya dan wafat pada tanggal 21 Juni
1970 di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta. Ia adalah anak kedua dari
ibu Idayu Nyoman Ray. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo, sedangkan kakaknya bernama Soekarmini, kakeknya
bernama Raden Hardjodikromo, orang yang dipandang mempunyai
ilmu hikmah (ilmu ghaib) dan seorang ahli kebatinan.2
Ayahnya, Raden Sukemi Sostrodiharjo, adalah sosok yang
tergabung dalam dirinya tiga unsur pemikiran yaitu pemikiran barat
yang diperolehnya ketika mendapat pendidikan di Kweekschool
(sekolah guru), agama Islam, dan paham teosofi. Jabatan pertamanya
adalah menjadi guru sekolah pendidikan pegawai negeri bumi putera
1Sukarno, Sukarno Paradoks Revolusi Indonesia, (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2010), P. 7 2Roso Daras, Total Bung Karno,(Depok: Penerbit Imania, 2013), p. 119
13
14
Bali. Di samping pekerjaan sambilannya asisten peneliti Profesor Van
Der Tuuk, seorang ahli bahasa yang lama bermukim di Tapanuli.
Idayu Nyoman Ray, ibu Soekarno adalah seorang keturunan
kasta Brahmana dan berasal dari keturunan bangsawan. Walaupun
menyadari adanya perbedaan etnis, tradisi, dan agama, kedua orang tua
Soekarno ini tetap melangsungkan pernikahan dihadapan penghulu
secara Islam. Peristiwa ini sangat menggemparkan penduduk Bali yang
waktu itu masih sangat kuat memgang teguh adat dan tradisi.
Akibatnya, kehidupan kedua mempelai diasingkan dari pergaulan
masyarakat. Peristiwa ini, di samping membawa resiko pengorbanan
batin bagi keduanya, juga mengandung nilai keberanian dan kebesaran
jiwa di mana keduanya telah secara berani mendobrak adat lama. 3
Kakek dan moyang Soekarno dari pihak ibu merupakan
pejuang-pejuang kemerdekaan yang penuh semangat. Moyang
Soekarno gugur dalam perang Puputan suatu daerah di pantai utara Bali
di mana terletak kerajaan Singaraja dan di mana telah berkoar
pertempuran sengit dan bersejarah melawan penjajah. Ketika moyang
Soekarno menyadari, bahwa semuanya telah musnah dan tentaranya
tidak dapat menaklukkan lawan, maka dengan sisa-sisa pasukan yang
masih punya cita-cita, dia mengenakan pakaian serba putih dari kepala
sampai ke kaki, lalu menaiki kudanya.4
3Syamsul Kurniawan, Pendidikan di mata Soekarno, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media Group 2009), p. 41. 4Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, (Jakarta: Yayasan
Bung Karno 2014), P. 24
15
Sebagai anak seorang guru, kedudukan sosial-ekonomi
keluarga Soekarno memang sedikit baik dibandingkan dengan
kehidupan rakyat pada umumnya. Namun, ini bukan berarti bahwa
keluarga Soekarno hidup secara kecukupan. Keluarga Soekarno seperti
pada umumnya rakyat yang lain pada waktu itu, sering kali tidak bisa
makan karena tidak memiliki sesuatu yang bisa dimakan atau memiliki
uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi rupanya pola
hidup miskin serba kekurangan itu, menjadi “kawah candradimuka’’
yang menjadi “mesin penempa’’ bagi kehidupan Soekarno berikutnya.
Soekarno bukanlah type manusia yang mudah menyerah pada nasib,
hanya meratapi semua yang terjadi dengan jerit dan tangis, melainkan
justru membentuk kepribadian Soekarno, kepribadian seorang yang
ahrinya sangat peka pada nasib rakyat dan lantas bercita-cita
mengubahnya ke arah kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.5
Dalam kehidupan keluarganya, ternyata bukan hanya kedua
orangtuanya saja yang membentuk jiwa dan kepribadian Soekarno.
Melainkan juga seseorang pembantu rumah tangga yang bernama
Sarinah, yang memiliki andil besar dalam membentuk kepribadian
Soekarno memberikan inspirasi populisnya bagi watak dan
kepribadiannya6 dan orang yang paling besar pengaruhnya dalam hidup
Seokarno kelak dikemudian hari.7
Mengenai latar belakang pendidikannya, bisa dikatakan bahwa
Soekarno penuhnya merupakan hasil pendidikan Barat. Soekarno pada
5 Syamsui Kurniawan, Pendidikan di Mata Soekarno, p. 41 6Syamsul Kurniawan, Pendidikan di Mata Soekarno, p. 42 7Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, p. 30
16
awalnya memasuki sebuah sekolah Belanda di Tulung Agung, tempat
kakek neneknya berdomisili. Karena ayahnya sering berpindah-pindah
tugas, ia pun pindah ke Mojokerto, lalu ke Sidoarjo, kemudian pindah
lagi ke Mojokerto. Di sinilah ia bisa menamatkan pendidikannya ke
Europese Lagere School (ELS) pada tahun 1916. Lalu ia dikirim
ayahnya ke Surabaya untuk melanjutkan sekolahnya di Hogere Burger
School (HBS) dan lulus dari situ pada tanggal 11 Juni 1921. Ia
kemudian melanjutkan studinya di Bandung pada sekolah Technische
Hoogeschool dan lulus pada tanggal 25 Mei 1926 dengan titel Insinyur
teknik sipil.
Bahwa di masa sekolahnya di Surabaya ia bertempat tinggal di
rumah Cokroaminoto, yang disebut Ledge sebagai “mata air dari semua
ideologi’. Di sini ia bertemu dengan tokoh muslim kosmopolitan
bernama H. Agus Salim dan tentu saja Cokroaminoto selaku ketua
Serikat Islam bertemu dengan pendiri dan tokoh-tokoh Partai Komunis
Indonesia Hendrik Sneevliet, Semaun, Alamin, dan Muso bertemu
dengan tokoh Taman siswa Soewardi Soerjaningrat dan bertemu
dengan beberapa tokoh-tokoh pergerakan terkenal dari berbagai aliran
pada waktu itu. Di sini posisi khususnya dikalangan generasi
sesamannya mulai terbentuk. Ia berkenalan secara dekat dengan
sumber-sumber ideologi pada masa itu untuk kemudian berguru
langsung kepada mereka, suatu hal yang tidak diperoleh para pemimpin
muda pergerakan lainnya.
Sebagaimana diakuinya, bahwa pak Cokro panggilan akrab
bung Karno untuk Cokroaminoto adalah orang yang mampu mengubah
17
hidup dan dunianya.8 Menurut Soekarno, pak Cokro adalah seseorang
yang pandai berpidato, kharismatik dan berwawasan luas. Dia selalu
mendengarkan diskusi pak Cokro dan tamu-tamunya, termasuk
kalangan kiri (komunis) seperti Alimin dan Muso yang kelak menjadi
pendiri PKI (Partai Komunis Indonesia). Hal itu digunakan sebagai
sandaran Bung Karno untuk mengarahkan pembangunan Indonesia.
Setelah resmi menjadi menantu Cokroaminoto dengan menikahi
putrinya, Oetari, bung Karno selalu mengikuti kemanapun pak Cokro
pergi, dialah yang selalu menemani pak Cokro ke pertemuan-
pertemuan untuk berpidato. “Aku menjadi buntut Cokroaminoto.
Kemanapun dia pergi aku ikut. Seokarnolah yang selalu menemaninya
ke acara-acara pidatonya, tak pernah anak-anaknya, dia memiliki
wibawa yang besar terhadap rakyat’’.9
Di Surabaya bung Karno mendirikan perkumpulan politik yang
diberi nama Trikoro Darma, yang berarti “Tiga Tujuan Suci’’ dan
melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial yang kami
cari.10 Organisasi ini pada dasarnya adalah sebuah organisasi para
pelajar yang sebaya dengannya pada waktu itu. Organisasi ini
berlandaskan kebangsaan yang kegiatannya adalah mengembangkan
kebudayaan, mengumpulkan data sekolah, dan membantu korban
bencana alam. Disamping itu bung Karno juga aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Studie club, sebuah
kelompok aktif membahas buah pikiran dan cita-cita.
8Soekarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, (Jakarta:
Gunung Agung 1966), p. 41 9 CindyAdams, Penyambung Lidah Rakyat, p. 57 10 Cindy Adam, Penyambung Lidah Rakyat, p. 50
18
Pada tangal 4 Juni 1927 pak Karno mendirikan Partai Nasional
Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah mendirikan Negara Indonesia
merdeka untuk mengefektifkan jalannya perjuangan kebangsaan
menuju Indonesia merdeka, bung Karno merasa bahwa partai yang
cocok adalah yang dapat menghimpun rasa kebangsaan Indonesia.
Untuk itu, atas dukungan dari kawan-kawannya dari Algemene Studie
Club ia bersikukuh mendirikan PNI.11
PNI adalah partai politik pertama di Indonesia yang semata-
mata mendasarkan diri pada Nasionalisme, yang bertujuan menyatukan
seluruh persatuan bangsa tanpa membedakan golongan, suku, dan
agama. Karena itu kelahirannya mempunyai arti penting untuk
persatuan-persatuan bangsa. Lewat PNI inilah gerakan kemerdekaa
mencapai kemajuan yang menentukan dalam seluruh proses evolusi
pergerakan kemerdekaan yang telah ada. Perjuangan PNI di bidang
politik mempunyai pengaruh yang besar dikalangan pemuda, wanita
dan buruh. Di samping itu dari pihak PNI sejak berdirinya sangat
mempengaruhi Perhimpunan Pelajar Indonesia karena dimana-mana
gerakan PNI mendapat sambutan yang luar biasa khususnya dikalangan
pemuda.12
B. Karakteristik Pemikiran Soekarno
Pemikiran Soekarno terdiri dari dua latarbelakang, yaitu budaya
Jawa dan Islam tradisional. Sebagai orang jawa ia tidak bisa
11 Badri Yatim, Soekarno Islam dan Nasionalisme, (Bandung: Penerbit
Nusa:2001), p. 12 12 Soenario, Benteng Segitiga, (Jakarta: Yayasan Marinda, 1988), cet.ke-1,
p. 20
19
melepaskan diri dari peta budaya Jawa. Budaya Jawa ialah kebudayaan
yang dihiasi oleh dunia perwayangan, seperti umumnya orang Jawa
yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan mistik, maka Soekarno
juga menaruh perhatian pada segi mistik ini, pola mistik yang
mempengaruhinya bertemu pula dengan pikiran sinkretis, yaitu
berusaha mencari perpaduan antara berbagai kepercayaan, sekalipun
terdapat pertentangan antara masing-masing kepercayaan itu. Soekarno
memanfaatkan pola berpikir mistik dan sinkretis ini, dalam arti bukan
dalam bentuk ritual melainkan untuk menjadi dasar kerangka
pemikirannya yaitu berpikir secara dialektis terhadap berbagai ragam
pemikiran, dan kemudian lahirlah sintesa pemikiran baru. Soekarno
memiliki ambisi yang kuat untuk menyejajarkan dirinya dengan
pemikir-pemikir Barat, Dunia Islam maupun nasional Timur. Oleh
karena itu ia berusaha menemukan jalan pikirannya sendiri tanpa mau
terikat dengan satu pola pemikiran saja, bahkan ia berusaha untuk
berada di atas semua pemikiran yang ada. 13.
Soekarno selain di kenal sebagai sang proklamator, Presiden RI
dan berbagai gelar yang di sandangnya kemudian, juga merupakan
seorang pemikir dan intelektual Islam. Pikiran-pikirannya tentang
pembaruan Islam sangat berharga bagi khazanah pemikiran Islam di
Indonesia. Kingintahuannya akan Islam membuat ia bertukar surat
kepada Tuan Hasan salah satu guru persatuan Islam di Bandung. Salah
satu contoh surat yang di kirim dari Soekarno kepada Tuan A. Hasan,
13 M. Ridwan Lubis, Soekarno dan Modernisme Islam, (Depok: Komunitas
Bambu 2010). Cet ke-1, p. 82
20
Endeh, 1 Desember 1934
Assalamualaikum,
Jikalau saudara-saudara memperkenankan, saya minta Saudara
mengasih hadiah kepada saya buku-buku yang tersebut berikut ini:
Pengajaran Shalat, Utusan Wahabi, Al-Muctar, Debat Talqien, Al-
Burhan Complete, Al-Jawahir.
Kemudian, jika suadara-saudara bersedia, saya minta sebuah
risalah yang membicarakan soal “sajid”. Ini buat saya di bandingkan
dengan alasan-alasan saya sendiri tentang hal ini. Walaupun Islam
zaman sekarang menghadapi soal yang beribu-ribu kali lebih besar dan
lebih sulit dari pada soal “sajid” itu tapi toch menurut keyakinan saya,
salah satu kejelasan Islam zaman sekarang ini, ialah pengamatan
manusia yang menghampiri kemusyrikan itu. Alasan-alasan kaum
“sajid”, misalnya mereka punya brosur “bukti kebenaran’’, saya sudah
baca, tetapi tidak bisa meyakinkan saya. Tersesatlah orang yang
mengira, bahwa Islam mengenal suatu “Aristokrasi Islam”. Tiada satu
agama yang menghendaki kesamarataan lebih dari pada Islam”.
Pengeramatan manusia itu adalah salah satu sebab yang mematahkan
jiwa suatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu
melanggar tauhid. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebathilan!
Sebelum dan sesudahnya terima itu buku-buku yang saya
tunggu-tunggu benar, saya mengucapkan terima kasih.
Wassalam,
21
SUKARNO14
Dalam isi surat yang di tulis oleh Soekarno untuk pertama
kalinya kepada Tuan A. Hasan di Bandung Soekarno menginginkan
agar Tuan A. Hasan dapat mengirimkan beberapa buku Islam untuk
Soekarno seperti buku Pengajaran Shalat, Utusan Wahabi, Al-Muctar,
Debat Talqien, Al-Burhan Complete dan Al-Jawahir. Dan meminta
sebuah risalah yang membicarakan soal Sajid sebagai perbandingan
dengan pemikiran-pemikiran Soekarno sendiri. Kemudian setelah surat
yang pertama di terima oleh Tuan A. Hasan, Tuan A. Hasan membalas
surat dari Soekarno dan mengirimkan buku-buku yang diminta
Soekarno. Setelah lama Soekarno tidak mengirimkan surat kepada
Tuan A. Hasan Kemudian Soekarno kembali
mengirimkan surat kepada Tuan A. Hasan isi suratnya :
Endeh, 17 Juli 1935.
Assalamualaikum,
Telah lama saya tidak kirim surat kepada Sadara. Sudahkah
saudara terima saya punya surat yang akhir, kurang lebih dua bulan
yang lalu ?
Kabar Endeh: sehat wal’afiat, Alhamdulilah. Saya masih terus
study Islam, tetapi saya kekurangan perpustakaan, semua buku-buku
yang ada pada saya sudah habis “termakan”. Maklum, pekerjaan saya
sehari-hari, sudah cabut-cabut rumput di kebun dan di samping
“mengobrol” dengan anak bini buat menggembirakan mereka, sisa
14 Soekarno, Islam Sontoloyo, (Bandung, Sega Arsy :2009), cet.1, p. 1
22
waktu saya pakai untuk membaca saja. Berganti-ganti membaca buku-
buku ilmu pengetahuan sosial dengan buku-buku yang mengenai Islam.
Yang belakangan ini, dari tangannya kaum Ilmu Pengetahuan yang
bukan Islam.
Di Endeh sendiri tak seorangpun yang bisa saya tanyai, karena
semuanya memang kurang pengetahuan (seperti biasa) dan kolot bin
kolot. Semuanya hanya bertaqid saja zonder tahu sendiri apa-apa yang
pokok ada satu dua pengetahuan sedikit, di Endeh ada seorang “sajid”
yang sedikit terpelajar, tetapi tak dapat memuaskan saya, karena
pengetahuannya tak keluar sedikitpun dari “kitab fiqih” mati hidup
dengan kita fiqih itu, dus kolot, dependent, unfree, taqlid Qur’an Api
Islam seakan-akan mati, karena kitab fiqih itulah yang seakan-akan
menjadi algojo “Ruh” dan “semangat” Islam. Bisakah sebagai misal,
satu masyarakat menjadi “hidup”, menjadi bernyawa, kalau
masayarakat itu hanya dialaskan saja kepada “Wetboek van strafrecht”
dan “Burgerjlijk Wetboek”, kepada artikel ini dan artikel itu?
Masyarakat yang demikian itu akan segeralah menjadi masyarakat
“mati” , masyarakat “bangkai”, masyrakat yang bukan masyarakat.
Sebab tandanya masyarakat ialah justru ia punya hidup, ia punya
nyawa. Begitu pula maka dunia Islam sekarang ini setengah mati , tiada
ruh, tiada nyawa, tiada api, karena umat Islam sama sekali tenggelam di
dalam “kitab-fiqih” iut, tidak terbang seperti burung garuda atas
agama-agamanya yang hidup.
Nah begitulah keadaan saya di Endeh; mau menambah
pengetahuan tetapi kurang petunjuk. Pulang balik kepada buku-buku
yang ada saja. Padahal buku-buku yang tertulis oleh autoriteit-autoriteit
23
keIslaman pun masih ada yang mengandung beberapa hal yang belum
memuaskan hati saya kadang-kadang malahan bertolak oleh hati dan
ingatan saya. Kalai di negeri ramai, tentu gampang melebarkan saya
punya sayap.
Alhamdulilah, antara kawan-kawan saya di Endeh sudah
banyak yang mulai luntur kekolotan dan kejumudannya. Kini mereka
sudah mulai sehaulan dengan kita dan tidak mau mengambing saja lagi
kepada kekolotannya, ketahayulannya kejumudannya,
kehadramautannya, kemesumannya, kemusyrikannya (“karena percaya
kepada azimat-azimat, tangkal-tangkal dan keramat-keramat”) kaum
kuno, dan mulailah terbuka hatinya buat agama yang hidup.
Mereka ingin baca buku-buku persatuan Islam, tetapi karea
malaise, mereka meminta kepada saya mendatangkan buku-buku itu
dengan sparuh harga. Saya sekarang minta keridhaan Tuan mengirim
buku-buku yang saya sebutkan di bawah ini dengan separuh harga ....
haraplah Tuan ingatkan, bahwa yang mau baca buku-buku ini ialah
orang-orang korban malaisme, dan bahwa mereka itu pengikut-
pengikut baru dari haluan muda. Alangkah baiknya kalau mereka itu
bisa sembuh sama sekali dari kekolotan dan kekonservatifan mereka
itu. Endeh barangkali bukan masyarakat mesum sebagai sekarang.
Bagi saya sendiri, saya minta kepada saudara hadiah satu dua
buku apa saja yang bisa menambah pengetahuan saya t erserah kepada
saudara buku apa.
Terima kasih lebih dahulu, dari saya dan kawan-kawan Endeh.
24
Sampaikanlah salam saya kepada saudara-saudara yang lain.
Wassalam,
SOEKARNO15
Dalam isi surat dalam isi surat selanjutnya Soekarno
menanyakan perihal surat yang sebelumnya di kirimkan apakah sudah
sampai kepada tangan Tuan A. Hasan. Dalam isi surat ini Soekarno
menggambarkan keadaan di Endeh di mana saat itu kabar Endeh baik-
baik saja, kabar Soekarno dan keluarga pun baik-baik saja, hanya saja
Soekarno kekurangan buku-buku untuk di baca buku-buku tentang
Islam dan Sosial telah habis termakan karena tidak ada buku lain lagi
untuk dibaca Soekarno membaca buku-buku yang ada secara berulang-
ulang. Keadaan Soekarno di Endeh yang hanya sibuk dengan pekerjaan
keseharian yaitu mengurus kebun dan membaca buku yang berulang-
ulang membuatnya merasa bosan karena pemuda di Endeh tidak ada
yang bisa diajak untuk berdiskusi, tidak ada yang bisa di tanyakan
perihal keagamaan maupun sosial karena para pemuda di Endeh
pengetahuan tentang keagamaan nya hanya cukup mengikuti kitab fiqih
tanpa ingin tahu penjelasan lebih luas lagi tentang yang terkandung
dalam kitab fiqih tersebut. Dengan melihat keadaan pemuda di Endeh
seperti itu membuat Soekarno merasa sendiri tidak ada teman untuk
bertanya dan berdiskusi, Soekarno ingin menambah pengetahuan tetapi
kurang fasilitas seperti buku-buku yang kurang.
Alhamdulilah, setelah sekian lama pemuda Endeh yang hanya
mengikuti saja kitab fiqih kini ada sebagian pemuda yang ingin ikut
15 Soekarno, Islam Sontoloyo, cet.1, p. 5
25
membaca, ikut membeli buku-buku dari Soekarno mereka ingin
membaca buku-buku Persatuan Islam dan ingin mengetahui lebih
dalam. Kmudian Soekarno pun memesan lebih banyak buku kepada
Tuan A. Hasan dan meminta agar Tuan A.Hasan dapat memberikan
hadiah dua macam buku untuk Soekarno yang dapat menambah
pengetahuan.
Kemudian di surat-surat selanjutnya yang di kirim pada tanggal
14 Desember 1936 Soekarno membahas tentang persoalan “debat
taqlid” karena menurutnya taqlid adalah salah satu sebab yang besar
dari kemunduran Islam sekarang ini. Semenjak ada peraturan taqlid
disitu lah awal kemunduran Islam, dan masih ada alasan-alasan lain
selain taqlid yaitu alasan-alasan “tarikh” alasan sejarah. Banyak ulama-
ulama dan kiyai-kiyai yang kurang paham akan sejarah, yang mereka
pahami hanya menganut kepada bagian fiqih saja, mereka tidak ingin
tahu bagaimana sejarah tentang kemunduran dan kemajuan Islam,
mereka tidak pernah memikirkan bagaimana cara agar Islam dapat
maju dan berkembang. Karena yang mereka baca hanya buku-buku
tarikh Islam dalam bentuk kitab fiqih saja, dari bangun sampai tidur
menganut kepada kitab fiqih dan perukunan saja.16
Kemudian dalam surat selanjutnya yang di kirim pada tanggal
18 Agustus 1936 Soekarno meneruskan pembahasan sebelumnya,
seperti yang sudah di ketahui bahwa kita memiliki agama yaitu Islam,
memiliki sebuah ideologi yaitu Islam akan tetapi mereka hanya
mempelajari Islam dan tata cara yang diajarkan oleh Rasul dan para
khalifahnya semasa dulu, mereka lupa bahwa manusia itu tidak diam,
16 Soekarno, Islam Sontoloyo, cet.1, p. 11
26
manusia bergerak dan terus berubah seiring perkembangan zaman
padahal Nabi SAW sendiri telah berpesan bahwa urusan dunia di
serahkan kepada kita sendiri di dunia membenarkan segala urusa dunia
yang tidak haram dan tidak makruh. Akan tetapi kata kafir sangat
gampang sekali di ucapkan sangat gampang sekali di dengar
pengetahuan barat dianggap kafir, radio dianggap kafir, kedokteran
dianggap kafir, memakai dasi dan topi dianggap kafir, memakai sendok
dan garpu dianggap kafir, tulisan latin kafir, bergaul dengan bangsa lain
yang bukan Islam pun kafir. Dan yang di namakan Islam yaitu jika
orang-orang yang memakai dupa dan korma dan jubah, siapa yang
wajahnya seram, tangan bau kemenyan, siapa yang memakai jubah
panjang, dan memegang tasbih yang selalu berputar maka dialah yang
dinamkan Islam, orang Islam. Inikah Islam inikah agama Allah yang
mengkafirkan pengetahuan dan kecerdasan, mengkafirkan radio dan
listrik, mengkafirkan kemodernan. Yang ada hanya keterbelakangan
saja, kemana-mana tinggal naik unta makan korma seperti zaman Nabi
dan Khilafah yang tidak ingin adanya aturan-aturan baru di Turki, di
Mesir, di negara-negara lain dan negara Islam di Barat.
Menurut Soekarno Islam adalah progres, agama yang
berkemajuan. Kemajuan karena fardu, karena sunnah, dan kemajuan
dengan aturan-aturan yang baru yang lebih luas, mendapatkan sistem-
sistem baru yang lebih sempurna, lebih bijaksana, lebih tinggi
tingkatannya di banding dulu. Tidakkah zaman sendiri yang membuat
sistem-sistem baru dengan keperluan zaman itu sendiri. Tarikh Islam
jangan ditingalkan tetap kita membaca kitab-kitab tarikh dan fiqih
sebagai pedoman, perukunan akan tetapi kita harus bisa
27
meneyimbangkan antara ilmu-ilmu dari kitab fiqih dan tarikh dengan
kemajuan zaman, kita tidak boleh terus menerus berpedoman
kehidupan pada zaman Nabi dan khilafah saja, akan tetaoi harus
progres dan modern seiring kemajuan zaman yang tidak ada haram dan
makruh bagi Islam.17
Di dalam surat kabar Pemandangan 8 April Soekarno membaca
kabar yang ganjil yaitu ada sorang guru agama di jebloskan ke dalam
penjara karena ia telah memperkosa seorang muridnya yang di bawah
umur. Tetapi bukan masalah perbuatan tersebut seroang guru di
jebolskan ke dalam penjara, bukan masalah sifat kebinatangannya itu
akan tetapi menghalalkan segala cara agar bisa berbuat seperti itu,
diketahui guru itu mempengaruhi murid-muridnya bahwa ia pernah
bicara kepada Nabi Besar Muhamah SAW dengan ajarannya untuk
mendekati Allah setiap malam jum’at berdzikir dari magrib sampai
subuh dengan seruan “saya muridnya Kiyai Anu” dengan seruan ini
katanya supaya terkenal dan Allah mengampuni dosanya.
Tiap-tiap murid perempuan, meskipun masih anak-anak musti
di tutup wajahnya, jika waktu pertemuan malam jum’at golongan
perempuan dipisahkan dalam rumah sedangkan murid laki-laki di
tempat spesial dalam langgar. Kiyai itu menerangkan dalam ajarannya
“perempuan itu boleh di sedekah”. Artinya murid-murid perempuan itu
meskipun masih anak-anak musti ditutup wajahnya karena haram
dilihat oleh laki-laki yang bukan suaminya, katanya. Dengan sebab
demikian maka murid-murid perempuan kemudian harus di mahram
17 Soekarno, Islam Sontoloyo, cet, p. 20
28
dulu dinikahi olehnya, yang jadi kiyai ia juga, yang jadi pengantin ia
juga.18
Caranya kalau seorang murid lelaki yang mempunyai istri yang
jadi muridnya juga kemudia dihadapan istrinya, suaminya menjatuhkan
talaknya tiga maka seketika juga perempuan itu dinikahkan dengan
lelaki lain sehingga tiga lelaki dalam seketika itu juga berturut-turut
tiga kali dinikahkan dan diceraikan lagi, dan ke empat kalinya
dinikahkan olehnya sendiri dengan pilihannya sendiri. Kecuali kalau
janda atau gadis tidak dinikahkan dengan orang lain tetapi langsung
dinikahkan dengan si Dajal sendiri. Dengan cara demikian tiap-tiap istri
yang jadi muridnya berarti istri daripada Dajal tersebut dalam
pemandangan golongan mereka. Demikianlah pada suatu hari gadis ini
dipikat oleh guru itu masuk ke dalam satu rumah dan di situlah ia
meruka kehormatannya halal dan sah karena sudah istrinya. Sungguh
kalau reportase di surat Pemandangan itu benar maka benarlah di sini
kita melihat Islam Sontoloyo. Sesuatu perbuatan dosa dihalalkan
menurut hukum fiqih. Benar, ini sah, ini halal, tapi halalnya Islam
sontoloyo! Halalnya orang yang mau main kikebu dengan Tuhan, atau
orang yang mau main “kucing-kucingan” dengan Tuhan. Dan kalau
mau memakai perkataan yang lebih jitu, halalnya orang yang mau
mengabui mata Tuhan!19
18 Ir.Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, (Jakarta Pusat: Yayasan Bung
Karno, 2005), cet.1, p. 495 19 Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, cet.1, p. 496
29
C.Karya-Karya Soekarno
Bukan menjadi rahasia umum dan setiap orang mengetahui
bahwa Soekarno adalah termasuk penggemar buku. Soekarno sudah
gemar menulis sejak duduk di bangku HBS di Surabaya.20 Sehingga
kawan-kawan terdekatnya seringkali memberikan julukan “hantu
buku’’. Oleh karena itu, setiap buku yang dijumpainya selalu dibacanya
dan dipahaminya serta sangat berkesan dihatinya. Lebih-lebih buku
kaya besar sepeti karl Marxs, Jeun Jaures, Sun Yat Sen dan masih
banyak lagi ternyata benar-benar sangat berpengaruh dan megesankan
kedalam jiwa dan alam pemikiran Soekarno. Segala macam buku, baik
buku-buku mengenai politi, sejarah, ekonomi, maupun buku-buku
tentang pengetahuan agama dan sosial lainnya, tidak luput dari intaian
dan perhatiannya.
Kegemaran Soekarno membaca buku ini sudah tertanam ketika
Soekarno masih muda hingga mejadi mahasiswa dan menjadi
pemimpin rakyat buku-buku bacannya sangat banyak. Memang dunia
buku tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan Soekarno. Buku-buku
itulah yang telah memberi hiburan dan telah ikut mendidik serta
membentuk pribadi manusia besar Soekarno yang memiliki
pengetahuan dan cakrawala wawasan yang luas. Tanpa buku Soekarno
tidak akan menjadi apa-apa, akan tetapi sebaliknya berkat jasa-jasa
buku yang dibaca dan dipahaminya, menyebabkan Soekarno menjadi
manusia besar yang mampu memimpin bangsanya.21 Kegemaran
20Ir.Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, cet.ke-1, p. xiv 21 Tashadi, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Ir. Soekarno dan K.H.
Ahmad Dahlan, (Jakarta: CV. Ilham Bangun Karya, 1999), cet.ke-1, p. 15
30
membaca buku itulah banyak sekali karya-karya Soekarno yang ia
bukukan.
Karya politik Soekarno yang fenomenal berjudul “Indonesia
Menggugat’’, adalah salah satu masterpiece pemikiran Soekarno. Butir-
butir pemikiran yang ia tuang dalam teks pembelaan itu, benar-benar
merupakan hasil kontemplasi seorang pemikir muda, dalam ruang
tahanan Belanda selama delapan tahun. Persidangan yang bersejarah itu
sendiri berlangsung 18 Agustus 1930. Sebagai pembelaan politik
seorang tahanan politik sebuah negara jajahan, “Indonesia Menggugat’’
laksana mercusuar yang memberi isyarat jelas bagi peradaban dunia
Soekarno menerangkan akan kekejaman Imperialisme dan Kapitalisme
yang menjadi hantu di negeri Indonesia, dengan tegas dan lantang
Soekarno mengatakan bahwa Imperialisme adalah suatu sistem
pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi yang memisahkan
kaum buruh dari alat-alat produksi. Lanjutnya, arti kata Imperialisme
adalah suatu nafsu, suatu sistem menguasai atau mempengaruhi
ekonomi Bangsa lain atau negeri, suatu sistem merajai atau
mengendalikan ekonomi atau negeri bangsa lain.
“Di Bawah Bendera Revolusi” adalah buku yang menghimpun
tulisan-tulisan Bung Karno di masa penjajahan Belanda, Pertama kali
di terbitkan pada tahun 1959 oleh sebuah Panitia Penerbitan di bawah
pimpinan H. Mualliff Nasution. Pada tahun 1963 buku monumental itu
mengalami cetak ulang. Pada tahun 1965 buku itu untuk keempat
kalinya dicetak ulang ini menunjukan bahwa keinginan rakyat
31
Indonesia untuk memiliki buku Di Bawah Bendera Revolusi sangat
besar.22
Kemudian “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, tulisan
ini dimuat pertama kali dalam majalah “Oetoesan Hindia’’ pada tahun
1926. Konsepsi Soekarno mengenai persatuan ini merupakan pertanda
bahwa masa sosialisasi politiknya telah berahir. Ketiga paham itu
merupakan hasil yang diperolehnya dari masa pergerakan nasional
menentang pemerintah Hindia Belanda sebelumnya. Kemudian
dituangkan Soekarno kedalam bentuk tulisan yang berisi anjuran untuk
menghilangkan pertentangan yang pernah terjadi sebelumnya bagi
kaum elit pergerakan.23
Soekarno berusaha untuk memberi pengertian yang sebenarnya
dapat dicapai oleh kaum pergerakan. Pokok penulisan ini adalah
nasionalisme, Islam dan Marxisme dipergunakan sebagai sesuatu yang
mampu memperjelas pemikirannya, dan kedua paham itu mempunyai
pengaruh yang kuat dalam pergerakan nasional Indonesia.24
Kemudian, “Islam Sontoloyo”, dan beberapa tulisan lain yang
ada dalam buku ini, merupakan pikiran-pikirannya yang dianggap
paling “ekstrem” dalam menggugat cara berpikir umat Islam Indonesia.
Tulisan-tulisan itu tidak saja menggemparkan dunia Islam ketika itu,
tetapi bahkan telah menimbulkan polemik dengan tokoh-tokoh Islam,
terutama dengan Mohamad Natsir yang berlangsung sepanjang tahun
1930-1935. Polemik dengan Mohamad Natsir tersebut diakui memiliki
22Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, p. iv 23Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, p. 2 24Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, p. xvi
32
bobot yang luar biasa dan nyaris belum ada tandingan bobotnya dalam
sejarah polemik di Indonesia.25
Dari paparan di atas terdapat karya-karya Soekarno diantaranya
yaitu, Di Bawah Bendera Revolusi, yang menghimpun tulisan-tulisan
Soekarno dimasa Belanda. Kemudian Nasionalisme, Islamisme dan
Marxisme yang dimuat pertama kali dalam majalah “Oetoesan Hindia’’
mengenai persatuan yang merupakan tanda berakhirnya masa
sosialisasi politik Soekarno. Kemudian Sukarno Paradoks Revolusi
Indonesia edisi khusus empat tokoh yang diterbitkan dalam versi buku
dengan metodologi sejarah yang singkat.26 Kemudian Sarinah, yang
menjadi bahan pedoman perjuangan wanita nasionalis Indonesia dalam
mewujudkan harkat dan martabatnya sebagai bangsa yang merdeka,
serta menciptakan “Dunia Baru’’ yang damai.27 “Islam Sontoloyo”, dan
beberapa tulisan lain yang ada dalam buku ini, merupakan pikiran-
pikirannya yang dianggap paling “ekstrem” dalam menggugat cara
berpikir umat Islam Indonesia. Dan selanjutnya Wanita Bergerak, buku
ini adalah salah satu materi yang disampaikan Bung Karno dalam
“Kursus Wanita’’ di Yogyakarta pada tahun 1947 yang diikuti oleh
para mahasiswi dan kalangan wanita lainnya. 28
25 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh. 26Sukarno, Paradoks Revolusia Indonesia, p. ix 27 Soekarno, Sarinah Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik
Indonesia, P. iii 28 Ir Soeakrno, Wanita Bergerak, P. vi
33
BAB III
LANDASAN TEORITIS TENTANG PEREMPUAN
A. Pengertian dan Karakter Perempuan
Perempuan merupakan mahluk lemah lembut dan penuh kasih
sayang karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan
yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara.
Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar disekitar kita.
Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan
pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal
kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang
bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.
Adapun pengertian perempuan sendiri secara etimologis berasal
dari kata empu yang berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau
berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun dalam buku Zaitunah
Subhan.1 Perempuan berasal dari kata empu yang berarti dihargai,
dijelaskan bahwa pergeseran istilah dari wanita ke perempuan. Kata
wanita berasal dari bahasa Sansakerta, dengan dasar kata Wan yang
berarti nafsu, sehingga kata wanita berarti dinafsui atau merupakan
objek seks. Jadi secara simbolik mengubah penggunaan kata wanita ke
perempua adalah mengubah objek menjadi subjek. Tetapi dalam bahasa
Inggris wan ditulis dengan kata want, atau dalam bahasa Belanda, Wun
dan schen dalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like,
wish, desire, aim. Kata want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya
1Zaitunah Subhan, Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos, (Yogyakarta :
Pustaka Pesantren, 2004), p. 1
33
34
wanted. Jadi, wanita adalah who is being wanted yaitu seseorang yang
di butuhkan, seseorang yang di ingini.2 Sementara itu feminisme
perempuan mengatakan, bahwa perempuan merupakan istilah untuk
konstruksi sosial yang identitasnya ditetapkan dan dikonstruksi melalui
penggambaran.3 Dari sini dapat dipahami bahwa kata perempuan pada
dasarnya merupakan istilah untuk menyatakan kelompok atau jenis dan
membedakan dengan jenis lainnya.
Para ilmuan seperti Plato, mengatakan kekuatan fisik maupun
spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan
tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.4
Sedangkan gambaran tentang perempuan menurut pandangan yang
didasarkan pada kajian medis, psikologis, dan sosial, terbagi atas dua
faktor, yaitu faktor fisik dan psikis.
Secara biologis dari segi fisik, perempuan dibedakan atas
perempuan lebih kecil dari laki-laki, suaranya lebih halus,
perekembangan tubuh perempuan terjadi lebih dini, kekuatan
perempuan tidak sekuat laki-laki dan sebagainya. Perempuan
mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan perempuan lebih
cepat menangis dan bahkan pingsan apabila menghadapi persoalan
berat. Sementara Kartini Kartono mengatakan, bahwa perbedaan
fisiologis yang alami sejak lahir pada umumnya kemudian diperkuat
2Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1990), p. 448 3 Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka,
2002), p. 501 4 Murtadha Muthahari, Hak-Hak Wanita Dalam Islam, (Jakarta:
Lentera,1995), p. 107
35
oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem
sosial-ekonomi dan pengaruh-pengaruh pendidikan.5
Seorang tokoh feminis Mansour Fakih mengatakan bahwa
manusia baik laki-laki dan perempuan diciptakan mempunyai ciri
biologis (kodrati) tertentu. Manusia jenis laki-laki adalah manusia yang
memiliki penis, memiliki jakun dan memproduksi sperma. Sedangkan
perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk
melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat
menyusui (payudara). Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada
tubuh manusia jenis laki-laki dan perempuan selamanya dan tidak bisa
ditukar.6 Dalam konsep gendernya dikatakan, bahwa perbedaan suatu
sifat yang melekat baik pada kaum laki-laki maupun melekat pada
kaum perempuan merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural.
Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, kasih sayang,
anggun, cantik, sopan, emosional atau keibuan, dan perlu perlindungan.
Sementara laki-laki dianggap kuat, keras, rasional, jantan, perkasa,
galak, dan melindungi. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat
yang dapat di pertukarkan. Berangkat dari asumsi inilah kemudian
muncul berbagai ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
Konstruksi sosial yang membentuk pembedaan antara laki-laki
dan perempuan itu pada kenyatannya mengakibatkan ketidakadilan
terhadap perempuan. Pembedaan peran, status, wilayah dan sifat
mengakibatkan perempuan tidak otonom. Perempuan tidak memiliki
kebebasan untuk memilih dan membuat keputusan baik untuk
5 Kartini Kartono, Psikologi Wanita, (Bandung: Mandar Maju, 1989), p. 4 6 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial,. p. 8
36
pribadinya maupun lingkungan karena adanya pembedaan-pembedaan
tersebut. Berbagai bentuk ketidakadilan terhadap perempuan tersebut
adalah subordinasi, marginilisasi, stereotipe, beban ganda dan
kekerasan terhadap perempuan.7
Secara eksistensial, setiap manusia mempunyai harkat dan
martabat yang sama, sehingga secara asasi berhak untuk dihormati dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Secara mendasar,
Hak Asasi Manusia meliputi, hak hidup, hak untuk merdeka, hak
memiliki sesuatu, serta hak untuk mengenyam pendidikan. Ketiga hak
tersebut merupaka kodrat manusia. Siapapun tidak boleh mangganggu
dan harus dilindungi.
Konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas
masalah kaum perempuan membedakan antara konsep seks (jenis
kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap
kedua konsep tersebut sangat diperlukan karena beberapa alasan
diantaranya, pemahaman dan pembedaan antara konsep seks dan
gender sangatlah diperluakan dalam melakukan analisis untuk
memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa
kaum perempuan. Hal ini, disebabkan adanya kaitan yang erat antara
perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender
(gender intequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara
lebih luas. Dengan demikian, pemahaman dan pembedaan yang jelas
7Dewi Ambarsari, Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan, (Surakarta:
Pattiro, 2002), cet 1, p. 3
37
antara konsep seks dan gender sangat diperlukan dalam membahas
masalah ketidakadilan sosial.8
Feminisme berasal dari bahasa latin “femina’’, yang artinya
memiliki sifat keperempuanan. Selain itu feminisme dapat diartikan
gerakan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita
dan pria.9 Aliran feminisme adalah aliran yang ingin memperjuangkan
hak-hak dari kaum wanita agar mendapat hak yang sama tanpa adanya
diskriminasi. Feminisme tentang perlawanan terhadap terhadap
pembagian kerja di suatu dunia yang menetakan kaum laki-laki sebagai
yang berkuasa dalam ranah publik seperti dalam pekerjaan, olahraga,
perang, pemerintahan sementara kaum perempuan hanya menjadi
pekerja tanpa upah di rumah, dan memikul seluruh beban kehidupan
keluarga.10 Feminisme ini menyangkut bagaimana memposisikan
subjek perempuan di dalam masyarakat.
Feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak
dimiliki oleh kaum perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat
mereka dengan laki-laki dan otonomi untuk menentukan apa yang baik
bagi dirinya dalam banyak hal. Kedudukan perempuan dalam
masyarakat lebih rendah dari laki-laki, bahkan mereka dianggap
sebagai “the second sex’’, warga kelas dua. Hal ini, menunjukan
adanya semacam diksriminasi gender yang membandingkan antara
laki-laki dan perempuan.
8 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, p. 4 9W.J.S. Poerardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka 1976), p. 281 10 Watkins, Susan Alice, Marisa Rueda dan Marta Rodriguez, Feminisme
Untuk Pemula,(Yogyakarta: Resist Book 2007), cet-1, p. 3
38
Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender ini,
yang menjadi masalah adalah, terjadi kerancuan dan pemutarbalikan
makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Dewasa ini terjadi
peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya di masyarakat, di
mana apa yang sesungguhnya gender karena pada dasarnya konstruksi
sosial justru dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentuan biologis
atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang sering dianggap atau
dinamakan sebagai “kodrat wanita’’ adalah konstruksi sosial dan
kultural atau gender. Misalnya saja sering diungkapkan bahwa
mendidik anak, mengelola dan merawat rumah tangga atau urusan
domestik sering dianggap sebagai “kodrat wanita’’. Padahal
kenyataanya bahwa kaum perempuan memiliki peran gender dalam
mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan
rumah tangga adalah konstruksi kultural dalam suatu masyarakat
tertentu. Oleh karena itu, boleh jadi urusan mendidik anak dan merawat
kebersihan rumah tangga bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Oleh
karena jenis pekerjaan itu bisa dipertukarkan dan tidak bersifat
universal, apa yang sering disebut sebagai “kodrat wanita’’ atau “takdir
Tuhan atas wanita’’ dalam kasus mendidik anak dan mengatur
kebersihan rumah tangga, sesungguhnya, adalah gender.11
B. Perempuan Dalam Islam
Dalam ajaran Islam, seluruh umat manusia adalah mahluk
Tuhan yang satu, memiliki derajatnya yang sama, apapun latar
belakang kulturnya, dan karena itu memiliki penghargaan yang sama
dari Tuhan yang harus dihormati dan dimuliakan. Maka, diksriminasi
11 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, p. 11
39
yang berlandaskan pada perbedaan jenis kelamin, warna kulit, kelas,
ras, teritorial, suku, agama dan sebagainya tidak memiliki dasar pijakan
sama sekali dalam ajaran Tauhid. Hanya tingkat ketaqwaan kepada
Allah yang menjadi ukuran perbedaan kelak dihari pembalasan.12
Kondisi perempuan dalam peradaban kuno terlihat jelas bahwa
selalu ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaannya. Hak-hak dan
kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja dan situasi ini terus
berlangsung sampai datangnya Islam, yang mengajarkan kepada umat
manusia bagaimana bersikap adil dan benar terhadap seluruh uman
manusia. Islam juga datang untuk menyelamatkan perempuan dari
penindasan dan penghinaan yang menyebabkan penderitaan. Islam
datang untuk meluruskan pengertian-pengertian yang salah,
melaksanakan hukum dan memulihkan kehormatan kaum perempuan.
13
Islam juga sudah memberikan hak-hak penuh kaum perempuan,
yang dinyatakan dan ditetapkan melalui ayat-ayat Al-qur’an yang jelas
dan terperinci. Keterangan ayat-ayat ini tidak dapat dirubah dan
disangkal. Islam melarang pembunuhan bayi perempuan, memberikan
garis-garis pedoman perawatannya untuk melindungi hidup mereka
sepanjang hidupnya dan memberikan mereka cinta dan kasih sayang.
Islam juga telah menetapkan peraturan-peraturan preventif untuk
melindungi kaum perempuan lebih jauh dari setiap penistaan,
penghinaan dan tuduhan-tuduhan yang salah. Islam sudah memberikan
12Hussein Muhamad, Islam Agama Ramah Perempuan, (Yogyakarta: LkiS,
2004), p. 11
13 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, P. 65
40
perlindungan dan pengamanan yang diperlukan kaum perempuan, yang
selama berabad-abad sebelumnya tidak pernah mereka rasakan dan
masih mereka alami dalam banyak masyarakat yang disebut beradab
yang mengaku menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. 14.
Menegakkan sisi kemanusiaan perempuan, Allah SWT telah
memuliakan umat manusia, baik perempuan maupun laki-laki, dalam
firmannya :
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atasa kebanyakan mahkluk yang telah Kami ciptakan.’’ (QS.
Al-Isra: 70).
Mengenai ayat ini Sayed Quthub menjelaskan sebagai berikut :
Allah telah memuliakan manusia dengan menciptakannya dalam bentuk
ini yang mengkomibansikan lumpur dengan nafas kehidupan (roh)
Tuhan. Allah SWT juga telah memuliakan manusia dengan
mengkaruniai mereka watak-watak alamiah sehingga ia mampu
menjadi pemimpin di bumi, melakukan berbagai perubahan baru,
mengolah dan membangunnya. Manusia juga mampu menyusun
berbagai peraturan dan ketetapan, menghasilkan berbagai karya ilmiah
yang besar dan mencapai kesempurnaan dalam eksistensinya di dunia
ini. Yang Maha kuasa juga memuliakan manusia dengan mendudukkan
baginya kekuatan alam bumi dan kekuatan kosmik bintang-bintang dan
orbit-orbit. Allah memuliakan mereka dengan kehidupan duniawi yang
14 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, P. 66
41
mewah dan meriah dan juga dengan para malaikat yang bersujud
kepada Adam dan Sang Khalik sendiri yang menyatakan ketinggian
martabat dan superioritas manusia.15 Perbedaan-perbedaan yang ada
dirancang Allah SWT. Agar tercipta kesempuranaan kedua belah pihak
karena masing-masing pihak tidak dapat berdiri sendiri dalam
mencapai kesempurnaan tanpa adanya keterlibatan satu sama lain.16
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda
“Perempuan telah diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok) dan
engkau tidak bisa meluruskannya. Bila engkau berharap untuk hidup
bahagia dengannya maka lakukanlah dengan menerima
kebengkokannya, bila engkau mencoba meluruskannya maka engkau
akan mematahkannya berarti menceraikannya”. Abu Hurairah juga
meriwayatkan bawa Nabi SAW bersabda: “Perlakukanlah perempuan
dengan baik. Perempuan telah diciptakan dari tulang rusuk, dan yang
paling bengkok daru tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau
mencoba meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, dan jika
engkau membiarkan apa adanya maka ia akan tetap bengkok. Jadi
perlakukanlah perempuan dendan baik.”17
Karena itu, kaum perempuan telah dikaruniai dengan ciri-ciri
fisik dan mental yang khusus, sehingga dengan ciri-ciri khusus itu
mereka dapat melaksanakan peran mereka dalam masyarakat dan dapat
melaksanakan misi mereka di muka bumi. Lagi-lagi hal ini tidak
mempengaruhi martabat dan kesetaraan mereka dengan laki-laki seperti
15Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, P. 66 16M. Quraish Shihab, Perempuan, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2005),
P. 8 17 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 70
42
banyak diduga orang. Islam adalah sekumpulan peraturan-peraturan
yang membuat sebuah sistem yang integral yang harus dipraktikkan
seutuhnya, semata-mata demi kemaslahatan umat manusia laki-laki dan
perempuan khususnya seluruh makhluk Allah pada umumnya.18
Di dalam Islam, ilmu pengetahuan keagamaan itu wajib
hukumnya untuk setiap Muslim laki-laki dan perempuan. Oleh karena
itu ilmu pengetahuan secara umum, sangat dijunjung tinggi dan
dihormati dalam Islam. Maka tidak heran kalau para ulama diberi
penghargaan yang tinggi dan dipuji-puji di dalam banyak ayat Al-
Qur’an. Penghormatan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan
terhadap mereka yang memilikinya. 19
Islam adalah agama yang di ridhoi oleh Allah SWT untuk umat
manusia. Sebuah agama di mana kaum perempuan mewakili satu dari
dua bagian kemanusiaan. Islam mengakui pentingnya peran kaum
perempuan dalam kehidupan masyarakat dan dampaknya pada
kehidupan politik kita. Oleh karena itu, kaum perempuan telah
diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status mereka yang
bermartabat, terhormat, dan mulia dalam Islam, sebagian dari hak-hak
tersebut adalah: hak kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, hak
untuk mendapatkan perlindungan dan perawatan, hak untuk ikut
berjihad, hak untuk memberikan perlindungan, dan jabatan penguasa.20
Dalam hukum fikih Islam, pertimbangan dan fatwa yang sama
berlaku atas semua orang yang memenuhi syarat untuk menjalankan
18Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 77 19 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 99 20 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 167-187
43
ibadah kalau tidak ada pengecualian atau pembatasan yang disebutkan
dalam Al-Qur’an, atau dijalankan dalam sunnah Nabi SAW. Seperti
yang sudah saya tunjukkan bahwa perempuan layak beribadah menurut
Al-Qur’an dan Sunnah, berarti harusnya perempuan layak atas hak-hak
ekonomi seperti laki-laki. Seperti, hak untuk memelihara, mahar
(maskawin) atau Shadaq, dan warisan dan lain-lain.21
C. Sarinah Dalam Kehidupan Soekarno
Sosok Sarinah tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
Soekarno. Sebab, dalam perjalanan hidup Soekarno nasihat Sarinah
tertanam kuat dalam dirinya hingga diwujudkan dalam bentuk nyata,
yakni menjadi seorang presiden pertama Negara Republik Indonesia.
Sebenarnya Soekarno tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang
tuanya, meski ia lahir dan di besarkan dalam keluarga miskin. Soekarno
mendapat kasih sayang dari ibunya dan sikap disiplin dari ayahnya. Ia
juga mendapat pengalaman hidup dari kakek dan neneknya yang
merupakan orang tua ayahnya. Namun dalam buku ini orang yang
paling penting dan berperan dalam kehidupan Soekarno adalah Sarinah.
Sarinah hadir sebagai perempuan biasa dalam rumah tangga kedua
orang tua Soekarno. Kesibukan ayahnya sebagai guru dan ibunya
sebagai ibu rumah tangga membuat keduanya memiliki waktu yang
sedikit untuk mengasuh Seokarno.22 Waktu tersebut justru diisi oleh
Sarinah sebagai pengasuh Soekarno yang bekerja selama siang dan
21Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 189-205 22 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, (Yogyakarta, Palapa:2015), cet.1, p.
44
44
malam tanpa pamrih. Apalagi Sarinah mengajarkan berbagai
pengalaman hidup dan hakikah cinta kepada Soekarno.
Kendati sarinah tidak mengasuh Seokarno dalam waktu yang
lama, tetapi ia memberi kesan yang mendalam dalam hati Soekarno.
Karena waktu pertemuan yang singkat itu, Soekarno pun tidak menyia-
nyiakan waktu dan kesempatan yang hadir dalam hidupnya. Bahkan ia
membagi seluruh waktu yang dimilikinya dengan cukup baik, termasuk
waktu yang digunakan untuk mengenyam pendidikan, menulis
pemikirannya, dan aktifitas perjuangannya. Soekarno selama tiga
windu terhitung sejak ia secara masif memperjuangkan kemerdekaan
hingga menjadi presiden pertama Indonesia tepatnya sejak ia membaca
teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yakni dari tahun 1928-1945.
Selanjutnya, pembahasan akan diakhiri dengan beberapa uraian singkat
mengenai kursus politik bagi kaum perempuan yang di adakan di
Yogyakakarta olehnya pada 1947 hingga terbit buku Sarinah di tahun
yang sama.23
Perempuan yang paling mempengaruhi kehidupan Soekarno tak
lain adalah Idayu dan Sarinah. Rasa cinta dari seorang ibu dan
pengasuh menjadi dasar perjuangan Soekarno. Artinya cinta merupakan
penyebab Soekarno berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dari
penjajahan Belanda maupun Jepang. Dalam hal ini hakikat
perjuangannya adalah rasa cinta dan kemanusiaan. Idayu mengajarkan
Soekarno tentang kelembutan hati dan kesabaran. Sementara Sarinah
23 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 45
45
membentuknya menjadi seorang laki-laki yang berkepribadian
humanis. Dua perempuan itu telah menjadikan Soekarno peka terhadap
lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Bahkan hingga dewasa, ia
senantiasa mengagumi kelembutan dan kebaikan setiap perempuan.24
Oleh sebab itulah, Soekarno memiliki banyak istri. Namun,
bukan berarti ia adalah seorang penggemar perempuan atau buaya
darat sebagimana anggapan orang-orang. Hal yang menyebabkan
Soekarno mengawini banyak perempuan adalah karena ia sangat
mengagumi sifat-sifat mereka. Sehingga, timbullah rasa cinta yang
sangat besar kepada mereka. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
SAW, Soekarno pun mengagumi keindahan. Ia mengaggap bahwa
kecantikan perempuan termasuk keindahan alami ciptaan Tuhan. Oleh
karena itu, ia sepakat dengan sabda Nabi Muhamad SAW yang
berbunyi, “Tuhan yang dapat menciptakan mahkluk cantik, seperti
kaum perempuan, adalah Tuhan yang Maha Benar dan Maha
Pengasih”.25
Bagi Soekarno, perempuan dan revolusi adalah dua hal yang tak
dapat dipisahkan, bahkan telah melekat dalam dirinya. Dalam hal ini,
Ahmad Kusuma Djaya mengatakan bahwa Soekarno merupakan sosok
yang menempatkan perempuan sebagai sumber revolusi untuk
menciptakan suatu perubahan.
24 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 46
25 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 47
46
Selain pengalaman bersama Sarinah, Soekarno juga memiliki
satu pengalaman penting tatkala ia menjadi seorang interniran. Saat iu,
ia bertamu ke rumah seorang kenalannya. Sepulang bertamu dari rumah
si kenalan, ada hal yang mengganjal dalam pikiran Soekarno. Hal itu
tidak lain adalah perempuan.26 Sejak itulah Soekarno menyadari bahwa
segala hal tentang perempuan harus diselesaikan dengan baik dan bijak.
Tujuannya, agar kemerdekaan Indonesia tidak berjalan timpang
lantaran masalah perempuan di kesampingkan.
Itulah cikal bakal lahirnya buku Sarinah pada 1947. Buku
Sarinah bukanlah biografi yang menceritakan kisah hidup Sarinah
sebagai seorang pengasuh, buku itu justru menjelaskan bahwa Sarinah
merupakan sentral pemikiran Soekarno tentang perempuan Indonesia.
Sarinah hanyalah lambang atau simbol bagi Soekarno dalam
membicarakan posisi perempuan saat itu. Dengan semangat dan ruh
Sarinah dalam dirinya, Soekarno menguraikan harapan luhurnya
kepada kaum perempuan melalui tulisan.
Jadi, jelaslah siapa sebenarnya Sarinah dalam kehidupan
Soekarno dan menjadi dasar penulisan buku yang ditulis olehnya.
Pertama, Sarinah merupakan sosok perempuan yang berbudi luhur. Ia
adalah seorang pengasuh yang berasal dari rakyat biasa, tetapi memiliki
budi yang baik dan setia. Kedua, Sarinah merupakan sosok yang
menginspirasi Soekarno sehingga ia memiliki ras cinta kepada rakyat.
Sementara rakyat yang dipimpinnya meliputi kaum laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Soekarno
26 Mujiasri dan Agus Suprijono, Pemikiran Soekarno Tentang Perempuan
dan Kontroversi Pernikahannya, AVATARA, e-jurnal Pendidikan Sejarah, Volume
2, no. 3 Oktober 2014, p. 371.
47
mencintai perempuan termasuk Sarinah. Atas dasar itulah, tumbuh satu
cita-cita besar Soekarno yang ingin memerdekakan Sarinah Indonesia
dari keterpurukan.27
D. Gerakan dan Pemberdayaan Perempuan Indonesia
Keadaan wanita yang ditindas oleh pihak laki-laki itu akhirnya,
tidak boleh tidak, niscaya membangunkan dan membangkitkan satu
pergerakan yang berusaha meniadakan segala tindakan-tindakan itu. Itu
memang sudah hukum alam. Tetapi adalah hukum alam juga, bahwa
kesadaran dan kegiatan sesuatu pergerakan bertingkat-tingkat. “Ber-
evolusi”. Pergerakan perempuan berevolusi.28.
Di dunia baratlah pertama-tama terdengar semboyan
“perempuan, bersatulah”! di dunia Baratlah berkembangnya contoh
untuk kaum wanita di dunia lain. Malahan dari mulut wanita dunia
Barat, dari mulut Katharina Brechkovskaya, pertama-tama terdengar
seruan: “Hai wanita Asia, sadar dan melawanlah!”.29
Tatkala perempuan di dunia Barat sudah sadar, sudah bergerak,
sudah melawan, maka perempuan di dunia Timur masih saja diam-
diam menderita pingitan dan penindasan dengan tiada protes sedikitpun
juga. Tidak diketahui, tidak dikira-kirakan, oleh perempuan di dunia
Timur itu, bahwa ada kemungkinan menghilangkan tindasan dan
pingitan itu, bahwa ada jalan untuk memerdekakan diri. Dikiranya,
bahwa tindasan dan pingitan itu memang sudah kehendaknya alam.
27 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 110 28 Ir. Soekarno, Wanita Bergerak, p. 1 29. Soekarno, Wanita Bergerak, p. 2
48
Tetapi sebagaimana, paham-paham politik yang timbul di dunia Barat
lambat laun menular ke dunia Timur, demikian pula maka semboyan
kemerdekaan wanita yang didengung-dengungkan di dunia Barat itu
akhirnya mengumandang dan menggaung juga ditepi Sungai Nil,
Sungai Yang Tse, dan Sungai Gangga. Kini dunia Timur sudah
mempunyai “pergerakan wanita”, kini Asia sudah tidak lagi mendidih
dan menggolak dengan perjuangan kaum laki-laki saja, tetapi wanita
Asia pun sudah mulai ikut serta di dalam perjuangan untuk seksenya
sendiri dan untuk tanah airnya.30
Kedudukan kaum perempuan adalah kehidupan sosial diatur
oleh tradisi, hak dan kewajiban kaum perempuan lebih rendah
dibandingkan kaum lelaki. Kebiasaan yang sudah berlangsung lama ini
masih saja terjadi, dan telah dibuktikan oleh banyak pengamat.31
Cerita keseharian perempuan di Jawa itu sebenarnya juga
dialami kaum perempuan dari berbagai daerah lain di Indonesia
walaupun terdapat perbedaan karena adanya perbedaan sistem sosial
yang dianut setiap daerah. Tetapi, pada dasarnya, semua pekerjaan
mereka berkaitan dengan sektor pertanian. Dalam proses pengolahan
tanah, kaum perempuan sangat diperlukan.
Korn menyatakan bahwa kaum perempuan di Bali dapat
menikmati kebebasan, meskipun yang tampak dimasyarakat bukanlah
demikian. Hal itu seperti disampaikan M. Covarrubias, kedudukan
kaum perempuan di Bali setara dengan kaum lelaki, dalam rumah
30. Soekarno, Wanita Bergerak, p. 3 31 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan
Pencapaian, (Depok: Komunitas Bambu, 2008, p. 45
49
tangga terdapat kesetaraan yang kuat antara suami dan istri, mereka
saling menghormati, menghargai, terbuka, dan tidak ada perbudakan
terhadap istri seperti terjadi di negara-negara Timur. 32
Ada banyak perempuan yang telah memainkan peran dan
pengaruhnya di masyarakat baik secara terbuka mupun terselubung.
Salah satunya adalah peran aktif perempuan Minangkabau dalam
keluarganya. Di antara suku Ambon Kristen. Kaum perempuan
Indonesia telah memiliki akses untuk meraih jabatan atau kedudukan
yang tinggi. Berdasarkan hubungan yang terjadi antara Aceh dan
Belanda, Veth seperti juga disampaikan oleh Valentyn,
mengungkapkan bahwa Aceh dipimpin oleh perempuan (1641-1699)
ketika daerah ini belum dijajah. Kemudiaan selama perjuangan Aceh
melawan Belanda, beberapa perempuan Aceh juga ikut dalam
peperangan, pemimpin perempuan disebutkan (ulebalang) disebutkan
dalam Adatrechtbundels dan di sumber-sumber lainnya.33
Diberbagai kerajaan kecil di bagian selatan Sulawesi, begitu
banyak perempuan yang telah memerintah sampai saat ini dan tentu
saja tidak dapat disebutkan semuanya. Di Bali kaum perempuan sering
di hubungkan dengan martabat kerajaan, bahkan seperti dewa agung di
Klungkung, mereka juga melakukan fungsi-fungsi yang lain. Di
Kalimantan, Adji Sitti, janda cerai dari Sultan Kutai memrintah Kota
bangun yang berada di sungai Kutai selama pertengahan abad ke-19.
Dalam masa mudanya, dengan berpakaian lelaki, dia memimpin
32 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 47 33Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 49
50
banyak pertempuran. Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan Dayak
memainkan peran penting dalam pemerintahan dan kedudukan mereka
sama seperti kaum lelaki.34
Di Jawa beberapa perempuan juga telah memerintah sejak
dahulu. Kitab Pararaton menyebut beberapa dari mereka yang
memerintah pada masa kejayaan Hindu. Di pertengahan terakhir abad
ke-16, seorang putri memerintah di Jepara dan yang lain memerintah di
Gresik. Professor G.F Pijper mengatakan bahwa, sejarah di Jawa
dipenuhi dengan perempuan terhormat yang memegang jabatan yang
tinggi yang melakukan tugasnya sebagai duta pemerintah atau berperan
aktif dalam dunia politik.
Berbagai contoh dari masa kuno dan modern tampak sejalan
dengan kesimpulan pertama Bousguet, “Naiknya martabat perempuan
di seluruh lapisann dan seluruh pulau bukan hanya menunjukan adanya
semangat anti-Muslim’’. Jika benar adat yang telah memperbolehkan
perempuan Indonesia mengaktualisasikan dirinya secara bebas diruang
publik dan mengasumsikan adanya persamaan tanggung jawab antara
perempuan dan lelaki, maka tidak benar jika kawin paksa, pernikahan
dini, poligami, dan hak sepihak untuk tidak mengakui seorang anak
atau istri adalah kebiasaan-kebiasaan kuno, tetapi tidak pula
diperkenalkan oleh Islam. Di sisi lain, adat membawa perempuan
Indonesia memiliki kedudukan ekonomi yang bebas yang membuat
istilah Islam nafaka tidak lagi diperlukan. Hal itu sebenarnya sama
dengan adat yang memperbolehkan kawin paksa ternyata juga
34Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 50
51
menimbulkan reaksi kawin lari dari kaum muda yang ingin menolak
kebiasaan kuno itu. Kenyataanya setelah kawin lari, rekonsiliasi dengan
keluarga akan disetujui oleh adat dan tercapainya perdamaian adalah
akhir dan jawaban dari “pembangkangan individual’’ itu. Akhirnya,
adat juga yang melindungi kaum perempuan dari penyalahgunaan
penyangkalan (repudiation) oleh lembaga taklik yang hampir menjadi
aturan wajib.35
Meskipun begitu, sekitar 1900 ketika kaum perempuan mulai
berani meningkatkan taraf hidupnya, kedudukan perempuan Indonesia,
yang secara kasat mata terlihat sebaliknya (tidak digunakannya
kerudung dan purdah), menjadi hal yang patut ditiru. Tidaklah penting
untuk menjelaskan tentang naiknya martabat perempuan indonesia
karena rendahnya pengetahuan mereka tentang Islam, atau sebaliknya
mereka harus mengalami kemunduran karena Islam. Sesungguhnya
mereka tetap menganggap dirinya sebagai Muslim, dan mereka pun
ingin memperbaiki nasibnya karena mereka adalah Muslim.36
Bukan hanya karena mereka Muslim, tetapi juga karena mereka
adalah orang Indonesia. Tidak keci peran Islam dalam memberikan
kontribusi terhadap persatuan di Indonesia dengan melewati sifat
kedaerahan yang ditimbulkan adat.
Pada dasarnya, kaum perempuan tidaklah berjuang sendirian.
Dalam usaha memperjuangkan emansipasi perempuan, Kartini
35Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 51 36Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 52
52
didukung ayah dan suaminya, Dewi Sartika pun dibantu suaminya, dan
Achmad Djajadiningrat juga salah satu tokoh yang membantu kaum
perempuan dalam memerangi pernikahan dini. Melalui beberapa tokoh
lelaki tersebut dapat dilihat adanya peran lelaki dalam memperjuangkan
dalam memperjuangkan dan akhirnya mewujudkan emansipasi
perempuan di Indonesia.37
Berkaitan dengan perjuangan meraih emansipasi, beberapa
organiasipun didirikan. Pada tahun 1912, Putri Mardika didirikan di
Jakarta. Organisasi ini mendapat dukungan dan bantuan dari Budi
Utomo, organisasi bagi para cendikiawan, ahli hukum, dan orang-orang
pertahanan. Organisasi ini didirikan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo
pada 1908 dengan menekankan pada bidang pendidikan dan
kebudayaan. Tujuan utama mereka (tetapi terselubung) adalah
mewujudkan kemerdekaan Indonesia, dan sampai 1909 Budi Utomo
telah memiliki anggota sebanyak sepuluh ribu orang. 38
Dalam waktu hampir bersamaan dengan Putri Mardika,
keutamaan istri juga telah mendirikan empat sekolah bagi kaum
perempuan di tanah Sunda. Selain kedua organisasi tersebut,
organisasai perempuan lain yang berada di Jawa adalah Pawijatan
Wanito yang berdiri di Magelang pada 1915, Wanito Hado didirikan di
37Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 83
38Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 84
53
Jepara pada 1915, dan Wanito Susilo yang berdiri di Pemalang pada
1918. 39
Di tahun-tahun berikut, banyak organisasi perempuan baik lokal
maupun regional yang didirikan, tapi yang paling menarik perhatian
adalah Putri Budi Sedjati di Surabaya. Dengan dukungan dari
lingkungan nasionalis di seputar kelompok study pimpinan Dr.
Soetomo, organisasi ini berhasil mendirikan beberapa sekolah dan
sekolah berasrama. Di kota Gadang (Sumatera Barat), Keradjinan Amai
Setia berdiri pada 1914 dengan membawa misi meningkatkan
kedudukan perempuan dengan cara memberikan pelajaran dan
pelatihan yang lebih baik. Selanjutnya, di Padang Panjang pun berdiri
keutamaan Istri Minangkabau yang membangun beberapa sekolah dan
mengajarkan pengetahuan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan
rumah tangga. Selain itu, Bukittinggi juga menjadi pusat bagi federasi
organisasi perempuan di Sumatra yang diberi nama Sarekat Kaum Ibu
Sumatra, yang terbitnya disebut sebagai Al-Sjarq (Timur). Dua surat
kabar yaitu Suara Perempuan (Padang) dan Perempuan Bergerak
(Medan) terbit pada periode yang sama. Di Sulawesi tepatnya
Minahasa, berdiri pula perkumpulan perempuan bernama Pikat
(Pengasuh Ibu Kepada Anak Turunan) pada 1917 dan menerbitkan
majalah dengan nama yang sama.40
Pada masa itu, semua organisasi yang didirikan dan
publikasinya antara 1913 dan 1915 masih bersifat sosial. Semua
39Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 86 40Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 87
54
bertujuan meningkatkan martabat perempuan dengan memberikan
pendidikan di bidang rumah tangga, jahit-menjahit, kursus-kursus
tentang cara merawat dan mendidik anak, dan lain-lain. Organisasi-
organisasi itu telah membuka “sangkar’’ perempuan bangsawan atau
perempuan dari golongan atas menengah yang biasanya dipingit atau
dikurung di dalam rumah. Kata “dipingit’’ sendiri diambil dari kata
‘kuda pingitan’ yang artinya kuda tersebut dikurung di dalam kandang
dan tidak dibiarkan bebas berkeliaran seperti kuda lain. Tetapi, dengan
adanya organisasi-organisasi tersebut perempuan kelas atas inipun
dapat bertemu dengan teman-teman sekaumnya yang berasal dari kelas
bawah, dan mereka ahirnya memperjuangkan emansipasi bersama.41
Sebagai seorang orator ulung, Soekarno menyampaikan
harapannya dengan semangat dan keyakinan yang kuat. Ia berharap
supaya gerakan perempuan Indonesia tidak sekedar menuntut
persamaan hak sebagai tujuan, tetapi juga harus terlibat dalam
perjuangan nasional.42
41Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan
Pencapaian, p. 91 42 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p.97
55
BAB IV
PEREMPUAN MENURUT SOEKARNO
A. Perempuan Sebagai Sumber Kekuatan
Soal perempuan adalah menjadi soal masyarakat yang teramat
penting. Dan tidakkah Nabi Muhamad SAW pernah bersabda :
“Perempuan itu tiang negeri. Manakala baik perempuan, baiklah negeri.
Manakala rusak perempuan, rusaklah negeri.” Sesungguhnya, kita
harus menyadari bahwa soal masyarakat dan negara adalah soal laki-
laki dan perempuan.1
Sesungguhnya benarlah perkataan Charles Fourrier kalau ia
mengatakan, bahwa tinggi-rendahnya tingkat kemajuan suatu
masyarakat, adalah ditetapkan oleh tinggi-rendahnya tingkat kedudukan
perempuan di dalam masyarakat itu. Atau benarlah perkataan Baba
O’lllah, yang menulis bahwa, ‘’laki-laki dan perempuan adalah sebagai
dua sayapnya seekor burung, jika kedua sayap itu sama kuatnya, maka
terbanglah burung itu sampai puncak udara yang setinggi-tingginya,
jika patah satu dari kedua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung
itu sama sekali.2
Mengapa kaum perempuan yang oleh Bung Karno disebut
‘’Sarinah’’ ini sering dianggap lemah, kecil dan bahkan hanya sebagai
penanak nasi dan melahirkan keturunan saja? fakta yang dikemukakan
oleh Prof. Heymes dan seorang feminisme Henriette Roland Holst,
bahwa kaum perempuan sering direndahkan oleh kaum laki-laki,
1 Sukarno, Sarinah. p. 10 2 Sukarno, Sarinah.p. 17
55
56
disebabkan karena bentuk tubuh yang kecil, pendek, dan kekuatan
fisiknya dibawah laki-laki. Hal ini benar, jika dilihat dari ukuran fisik
yang memang tak terbantahkan. Tapi yang lebih parah ialah saat para
ahli Eropa menyudutkan sarinah-sarinah dengan kepintarannya yang
jauh dibawah kaum adam, sehingga mereka dianggap dicap sebagai
kaum bodoh! Waktu membuktikan bahwa “alasan otak” ini adalah
alasan kosong. Yang sengaja dibuat untuk menyombongkan kaum laki-
laki. Henriette R. Holst, membuktikan bahwa ketajaman otak
perempuan dan laki-laki sama, kemampuannya sama, hanya
kesempatan bekerjanya yang tidak sama.3
Allah telah berfirman, bahwa ia membuat segala hal berpasang-
pasangan. Firman itu tertulis dalam surat Yasin ayat 36: “Maha
mulialah Dia, yang menjadikan segala sesuatu berpasang-pasangan”;
dalam surat al-Zuchruf ayat 12: “Dan Dia yang menjadikan segala hal
berpasang-pasangan dan membuat bagimu perahu-perahu dan ternak,
yang kamu tunggangi”; dalam surat adz-Dzariyat ayat 49: “Dan dari
tiap-tiap barang kita membuat pasang-pasangan, agar supaya kamu
ingat”. Alam membuat manusia berpasang-pasangan. Laki-laki tak
dapat ada jika tak ada perempuan, dan sebaliknya. Olive Schreiner,
seorang idealis perempuan bangsa Eropa, di dalam bukunya “Drie
dromen in de Woestjin”, pernah memperlambangkan lelaki dan
perempuan itu sebagai dua mahkluk yang terikat satu kepada yang lain
oleh satu tali ghaib, satu tali hidup begitu terikat satu dengan yang lain,
sehingga yang satu tak dapat mendahului selangkahpun kepada yang
lain, tak dapat maju setapakpun dengan tidak membawa juga kepada
3 Sukarno, Sarinah. p. 7
57
yang lain. Olive Scheiner adalah benar, memang begitulah keadaan
manusia bukan saja laki dan perempuan tak dapat terpisah satu sama
lain, tetapi juga tiada masyarakat manusia satupun dapat berkemajuan,
kalau laki-laki perempuan salah satu tidak membawa yang lain.
Karenanya janganlah masyarakat laki-laki mengira, bahwa ia dapat
maju dan subur, kalau tidak dibarengi oleh kemajuan masyarakat
perempuannya.4
Janganlah mengira bahwa laki-laki menciptakan suatu kultur
yang didalam kultur tersebut menghinakan perempuan. karena bangsa
Yunani jatuh hanya dikarenakan telah menghina perempuan dalam
kulturnya. Matahari Islam pun tenggelam jika tidak memuliakan
perempuan. sesungguhnya peradaban manapun akan tenggelam akan
jatuh dengan sendirinya jika menghinakan perempuan. 5
Ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tetapi itupun
hanyalah karena untuk tujuan kodrat alam, yakni untuk tujuan
persuamiistrian dan peribuan saja kecuali perbedaan fisik. Professor
O’Conroy yang dulu menjadi guru besar di Keio Universitas di Tokyo
menceritakan di dalam bukunya tentang negri Nippon, bahwa di
Nippon selalu diadakan ujian-ujian perbandingan antara laki-laki
dengan perempuan, dan bahwa selamanya kaum perempuan nyata lebih
unggul daripada kaum laki-laki.6
Banyak sekali yang beranggapan bahwa tidak bisa dibuktikan
bahkan tidak mungkin seorang perempuan menyamai tingkat ketajaman
4 Sukarno, Sarinah.p.16 5 Sukarno, Sarinah.p.16 6 Sukarno, Sarinah.p.26
58
otak setara dengan laki-laki. Namun hasil penelitian dari ahli-ahli
seperti Bischoff, Bovd, Marchand, Retzius, dan Grosser. Menurut
Retzius dab Grosser otak laki-laki rata-rata beratnya 1388 gram, dan
otak permpuan rata-rata 1252 gram, lantas dari hasil penelitian tersebut
mengungkap bahwa ternyata laki-laki lebih banyak otaknya dari pada
perempuan.
Namun hasil penelitian ini dinilai kurang sempurna dikarenakan
berat tubuh laki-laki dan perempuan maka, Charles Darwin berkata :
otak laki-laki memang lebih banyak dari otak perempuan. tetapi, jika
dihitung dalam perbandingan dengan lebih besarnya badan laki-laki
apakah benar otak laki-laki lebih besar? Jika dihitunh otak perempuan
rata-rata 23,6 per kg tubuh dan otak laki-laki rata-rata 21,6 per kg
tubuh, jika demikian semestinya perempuan lebih pandai dari laki-laki.7
Bahkan terhadap fungsi kodrat terhadap kaum perempuan yaitu
fungsi menjadi ibu: menerima benih, mengandung, melahirkan,
menyusui, memelihara dan lain-lain kaum laki-laki masih menganggap
rendah dan tidak menghargai. Kaum laki-laki maju kedalam medan
perang, berani menghadapi bahaya-bahaya besar yang kaum perempuan
tidak pernah merasakannya, menghadapi kematian, menghitung jumlah
kematian laki-laki dalam medan perang guna keperluan sejarah.
Mereka para kaum laki-laki beranggapan bahaya apakah yang para
kaum perempuan hadapi? Bahwa kaum laki-laki tidak mengetahui
bahwa di zaman dahulu tatkala hukum msyarakat belum seperti
sekarang ini, hukum yang digunakan ialah hukum peribuan alias
“matriarchat” kaum perempuanlah yang mengemudi masyarakat,
7 Sukarno, Sarinah.p.27
59
kaum perempuanlah yang mengepalai peperangan, kaum perempuanlah
yang berkuasa, kaum perempuan lah yang mengorbankan jiwanya guna
sejarah. Dan seperti pertanyaan kaum laki-laki tersebut bahwa apakah
ada hal yang lebih membahayakan selain peperangan? Jawaban dari
pertanyaan tersbut adalah melahirkan anak, jikalah dalam peperangan
lebih banyak memakan korban. Bahwa setiap seorang ibu melahirkan
anak adalah hal yang sangat membahayakan disepanjang hidup seorang
perempuan.8
Di zaman sekarang pun dapatlah dilihat diberbagai bangsa-
bangsa kaum perempuan yang tidak terkurung, dan tertindas, mereka
memiliki badan yang kuat, lincah bergerak, baik budi pekertinya,
cerdik, cerdas serta luar pengetahuannya. Havelock Ellis
memberitahukan keterangannya Johnstone yang lama bergaul dengan
bangsa-bangsa Andombies di Afrika, bahwa perempuan-perempuan
Andombis kerja berat tetapi senang hidupnya dan bahwa sering kali
mereka lebih kuat dari laki-laki, lebih subur dan badan-badannya sigap
dan menarik hati. Dan tentang bangsa Manymema di Afrika itu pula
Parke menceritakan bahwa bangsa ini: mahluk-mahluk yang sigap,
yang perempuan-perempuannya sangat lincah dan sama kuatnya
memikul beban berat dengan kaum laki-laki.9
Oleh karena itu, tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan jika
orang mengatakan bahwa perempuan itu tetap pada kodratnya di dalam
segala hal berbeda dengan kaum laki- laki. Dan bukan saja tidak sesuai
dengan ilmu pengetahuan orang demikian itu juga tidak melihat lebih
8 Sukarno, Sarinah.p.29-30 9 Sukarno, Sarinah.p.33
60
jauh, tidakkah di zaman ahir ini kita melihat dengan mata kepala kita
sendiri ribuan perempuan-perempuan Indonesia yang tidak mendekam
di rumah, akan tetapi bekerja di kantor-kantor, di pabrik-pabrik, di
kebun, menjadi kuli, menjadi mandor, menjadi guru, dokter, wartawan
dan lain-lain.10
B. Emansipasi dan Kemitrasejajaran
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah artikel Jawa Pos, setiap
Soekarno selesai memberikan kursus bagi kaum perempuan, materi
yang diajarkannya selalu ditulis dan dikumpulkan menjadi satu oleh
Mualif Nasution dan Gunadi. Hasil dari kumpulan materi pada kursus
tersebut dibukukan dan diberi judul Sarinah. Soekarno mengajarkan
peran perempuan dalam berjuang dan berpolitik. Ia mengajarkan bahwa
setiap perempuan tidak selamanya berada di belakang laki-laki.11
Menurut Ignas Kleden, buku Sarinah menunjukan
perkembangan kesadaran Soekarno tentang pentingnya kedudukan,
peranan dan sumbangan kaum perempuan terhadap perjuangan
nasional. Dengan merujuk kepada perkembangan setelah revolusi
Perancis dan Amerika, Soekarno mencatat tiga tahap perkembangan
kaum perempuan.12
Penyelenggaraan kursus politik untuk kaum perempuan tersebut
bukan semata acara ceremonial yang tidak memiliki visi dan misi yang
10 Sukarno, Sarinah.p.34 11 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p.99 12 Ignas Kleden, Masyarakat dan Negara: Sebuah Persoalan (Magelang,
Indonesia Tera: 2004). p, 193
61
jelas. Soekarno secara matang mengadakan kursus tersebut agar para
perempuan Indonesia menyadari pentingnya sebuah perjuangan rakyat.
Perjuangan yang tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi juga
kaum perempuan, maka Soekarno berusaha keras mewujudkannya. Ia
pun memilih menyelenggarakan kursus tersebut di Yogyakarta.
Soekarno meyakini bahwa kemerdekaan bangsa dan terbentuknya
negara Indonesia tidak akan sempurna tanpa peran aktif perempuan.
oleh karena itu, dalam kursus politik yang diselenggarakannya,
Soekarno membicarakan persolan-persoalan perempuan Indonesia.
Sejarah perjuangan kaum perempuan di Eropa dan Amerika, serta
kewajiban perempuan dalam revolusi nasional.13
Kesadaran Soekarno dalam memikirkan posisi perempuan
Indonesia dan pentingnya keterlibatan peempuan dalam perjuangan
nasional, tentunya berhubungan dengan perjuangan rakyat secara
umum. Selain itu, dapat dikatakan bahwa usaha Soekarno merupakan
bagian dari visi politiknya sebagai pemangku Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sebagai
seorang presiden, ia juga melahirkan pemikiran besar yang disebut
dengan feminisme. Sebenarnya, pemikiran feminis Soekarno timbul
karena ia mempunyai banyak pengalaman hidup dengan perempuan.14
Sementara itu gerakan kesetaraan baru disadari dan dilakukan
oleh sebagian kecil kaum perempuan. pada dasarnya kesadaran tersebut
berasal dari sebagian kaum perempuan saja. Mereka memikirkan satu
13 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 100 14 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 101
62
hal saja, yaitu kesetaraan gender. Artinya mereka belum sampai pada
perjuangan yang bersifat politis. Kemudian, pada masa selanjutnya
setelah beberapa partai besar membentuk divisi yang melibatkan kaum
perempuan, merekapun terlibat dalam partai tersebut dan ikut serta
dalam penyelenggaraan politik. Aktivitas perempuan Indonesia tidak
luput dari pandangan Soekarno. Oleh karena itu, ia menekuni ide-ide
feminisme Barat dan pemikiran kesetaraan yang dilahirkan oleh
perempuan Indonesia. Pemikirannya tentang perempuan melahirkan
gerakan perempuan Indonesia.15
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sejumlah
pahlawan perempuan yang memberontak kepada Belanda seperti Cut
Nya Dien, dan Cut Meutia dari Aceh, Martha Christina Tiahahu dari
Maluku, dan Nyai Ageng Serang dari Jawa Tengah. Beberapa nama
pejuang perempuan yang diketahui oleh Soekarno meneguhkan
pemikirannya bahwa perjuangan dan ide kesetaraan telah ada di
Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Artinya, ia membenarkan
adanya feminisme di Indonesia sejak dahulu. Namun fakta sejarah
tersebut tidak serta merta membuat Soekarno puas. Menurutnya, hal itu
tidak cukup untuk menjadi pedoman perjuangan kaum perempuan
Indonesia dalam meraih kemerdekaan kembali. Sebab, di banyak
daerah di Indonesia perempuan memiliki kesempatan yang luas untuk
mengaktualisasikan potensinya diranah publik. Misalnya, perempuan
15 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 102
63
Jawa sejak dulu bebas bekerja di sawah, berjualan di pasar atau
sekolah, maupun melakukan pekerjaan yang lainnya.16
Pemisahan antara laki-laki dan perempuan seperti yang dialami
oleh Kartini merupakan bentuk patriarkat bangsawan Jawa, dan tidak
berlaku dalam kalangan perempuan yang berasal dari wong cilik Jawa.
Itulah sebabnya Soekarno mengupayakan adanya pemahaman baru
yang lebih relevan untuk diaplikasikan oleh Sarinah Indonesia melalui
perjuangan nasional.
Sebagaimana perkataan Hegel Terome sebelumnya, Soekarno
berperan besar dalam menyelenggarakan kursus dan menerbitkan buku
tentang perempuan. itulah bukti bahwa Soekarno telah berusaha
mengarahkan gerakan perempuan dalam visi politikny, yakni
antikolonialisme, dan imperlialisme. Pada masa kepemimpinan
Soekarno, gerakan perempuan dipandang sebagai mitra oleh kaum laki-
laki dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemandirian bangsa.
Saat itu, perempuan memiliki posisi sama dengan laki-laki sebagai
warga negara.17
Menurut hasil penelitian Mely G. Tan, sepanjang kesadaran
kaum perempuan Indonesia sejak masa penjajahan hingga
kemerdekaan, Sarinah menjadi buku yang paling menonjol pada zaman
kemerdekaan.18 Buku penting tersebut mengingatkan orang-orang
16 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 103 17 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 103 18 Mely G. Tan, Telaah Pendekatan Teoritis dan Metodologis Studi Wanita
di Indonesia, (Jakarta, Badan Nasional Wanita Indonesia: 1994), p. 4-5
64
kepada jasa besar Sarinah terhadap Soekarno. Sebab, Sarinah telah
berjuang membentuk karakter Soekarno sehingga menjadi anak
Indonesia yang cerdas dan memiliki pemikiran yang lebih maju.19
Soekarno mengajarkan kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan kepada kaum perempuan yang memiliki kesadaran. Dengan
demikian, keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan di
Indonesia akan tercipta. Yakni, kesetaraan yang menghilangkan
penindasan antara golongan yang satu terhadap golongan yang lain.
Dengan adanya kesetaraan, Soekarno mencoba mewujudkan
masyarakat sosialis yang dicita-citakan oleh Soekarno, stigma
masyarakat tentang tugas perempuan hanya berkisar dalam urusan
domestik akan terhapus.20
Buku Sarinah merupakan inti pemikiran Soekarno tentang
kemerdekaan kaum perempuan, harmoni dalam masyarakat, perjuangan
bersama, serta politik kekuasaan yang menjunjung tinggi keadilan dan
perikemanusiaan. Secara khusus, ia menuangkan gagasan-gagasan
besar yang terinspirasi Sarinah tentang posisi perempuan Indonesia
dalam revolusi kemerdekaan.21
Satu hal yang penting kita ketahui mengenai buku Sarinah
adalah kenyataan bahwa buku tersebut terbit sebelum Soekarno
memiliki banyak istri. Dengan kata lain, konsentrasi Soekarno saat
19 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 104 20 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 106 21 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 107
65
memikirkan gagasan besarnya tentang perempuan hanya tertuju pada
sosok Sarinah. hal itu tidak berkaitan dengan kehidupan Soekarno
selanjutnya yang memiliki banyak istri. Begitu pula sebaliknya,
terlepas dari kebenaran adanya perempuan yang penuh kasih dalam
kehidupan kanak-kanak Soekarno, buku Sarinah tetap memiliki
keistimewaan.22
C. Matriarkat dan Patriarkat
Satu kali perempuan berkedudukan mulia, yakni di zaman
berkembangnya matriarkat (hukum peribuan), lantas jika menginginkan
martabat wanita mulia harus melalui sistem matriarkat ? ternyata
anggapan itu adalah anggapan yang salah meskipun seorang wanita
yang beranggapan demikian. Jangan tertarik hanya karena mendengar
nama matriarkat yang seolah perempuan berkedudukan mulia, lebih
luas lagi karena harus mencari keselamatan masyarakat pada umumnya
tidak hanya memikirkan keselamatan perempuan saja, kemudian oleh
karena matriarkat itu adalah hasil perbandingan-perbandingan
masyarakat kuno dan tidak diadakan lagi di masyarakat saat ini, dan
tidak selamanya hukum peribuan mengasih tempat mulia kepada kaum
perempuan.23
Bachofen berkata bahwa dimana ada hukum peribuan, disitu
ada kedudukan perempuan tinggi dan mulia yang sudah dibantah oleh
ilmu pengetahuan karena hukum peribuan tersebut membawa banyak
dampak untuk perempuan, tidak semua perempuan dimuliakan dengan
22 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 110 23 Sukarno, Sarinah.p.93
66
adanya hukum beribuan tersebut. Hukum peribuan tidak didasari oleh
landasan yang jelas, hukum peribuan dibuat dengan tujuan hanya untuk
menjaga perempuan dari laki-laki yang ingin menikahi perempuan
yang masih dalam ikatan keluarga, yang pada ahirnya akan terjadi
percampuran darah dikarenakan masih satu turunan. Aturan ini tidak
tentu membawa kedudukan perempuan yang lebih baik dan lebih
merdeka, di dalam banyak sekali suku-suku yang memakai aturan
peribuan kedudukan perempuan sama sengsaranya dengan kedudukan
perempuan di dalam suku-suku yang memakai aturan perbapakan.24
Pada saat hukum peribuan menjadi pemerintahan peribuan,
menjadi gynaeco-creatie, menjadi matriarkat, menjadi sistem
pemerintahan ibu, maka disitulah perempuan berderajat, disitulah
perempuan bermartabat tinggi. Terjadinya pemerintahan perempuan
kala itu karena kaum perempuan menjadi produsen pertanian terpenting
dialah yang mengerjakan, dan memimpin pertanian dialah yang
menggenggam nasib perekonomian. Maka kedudukan sebagai produksi
pokok itulah yang menjunjung derajatnya, itulah awal mulai
dihargainya seorang perempuan dan bukan karena hukum peribuan,
bukanlah suatu hukum, bukan sesuatu timbangan moral, yang menjadi
sebab kedudukannya penting. Sebaliknya, hukum peribuan, moral,
hukum itu adalah akibat daripada kedudukannya yang penting.25
Di Minangkabau sudah tidak ada lagi matriarkat yang ada
hanyalah sisa-sisa dari hukum peribuan saja, yang main lama makin
24 Sukarno, Sarinah.p94 25 Sukarno, Sarinah, p. 95
67
memudar. Hak keturunan menurut garis peribuan masih ada situ,
perkawinan eksogan (mencari suami dimustikan dari suku lain, tidak
boleh dari suku sendiri) masih diadatkan disitu, hak harta pusaka tetap
tinggal di dalam lingkungan ibu, masih di tegakkan. Tetapi matriarkat
sudah lama lenyap sejak pemerintahan Bundo Kandung di Pagar
Rujung. Yang masih ada hanyalah runtuhan-runtuhan saja dari hukum
peribuan, sebagaimana runtuhan-runtuhan ini juga terjadi pula di
beberapa daerah di luar Minangkabau seperti, lampung, Bengkulu,
Batanghari Aceh, Mentawai, Enggano, Belu, Wahihala, Sulawesi
Selatan dan lain-lain. Dan di luar Indonesia pada beberapa suku Indian
di Amerika Utara, kepulauan Mariana, dibeberapa bagian di Philipina,
Oceania, di beberapa daerah Neger dan lain-lain. Sisa-sisa peninggalan
hukum peribuan ini hanya terdapat pada bangsa-bangsa terbelakang
saja, dan tidak pada bangsa yang sudah cerdas dan tinggi evolusinya
serta kulturnya. Dan jika masih terjadi matriarkat didaerah
Minangkabau itupun hanya daerah rendah, daerah yang masih kental
dengan adat dahulu.26
Bukan dengan menghidupkan kembali atau memelihara sisa
peninnggalan budaya matriarkat untuk bisa memerdekakan perempuan
dari perbudakan sekarang ini, bukan dengan menghidupkan kembali
atau memelihara satu sistem yang basisnya adalah di dalam fase
masyarakat yang zaman dahulu. Kita musti mencari ikhtiar untuk
memerdekakan kaum perenpuan itu dengan basis masyarakat sekarang,
atau dengan basis masyarakat yang akan datang.27
26 Sukarno, Sarinah, p. 96 27 Sukarno, Sarinah, p. 98
68
Pokok hukum perbapakan itu digambarkan oleh Engels dengan
satu kalimat yang amat jitu ia berasaskan pertuanan orang laki-laki,
dengan maksud tertentu untuk melahirkan anak-anak yang tak dapat
dibantah lagi siapa bapaknya; dan perbapakan yang tak dapat dibantah
itu perlu oleh karena anak-anak ini nanti harus mewarisi harta milik
bapak itu. Hukum perbapakan mulai datang setelah masyarakat
mengenal “milik” yakni mengenal “milik perseorangan”. Laki-laki
yang meninggalkan perburuan menyusun “milik” itu dengan keringat
sendiri-sendiri, peternakan mengasih kekayaan yang berupa hewan,
orang-orang tawanan tidak dibunuh lagi tetapi dijadikan kekayaan yang
berupa budak belian, hasil pertanian pun membesar-besarkan harta
pusaka. Untuk mendapatkan milik ini di dalam tangan anak-anaknya
sendiri, menjaga jangan sampai ia jatuh ditangan anak-anak orang lain,
maka diadakan lah hukum perbapakan tersebut.28
Hasrat laki-laki untuk memiliki kaum perempuan sepenuhnya
melahirkan hasrat untuk memperbudak mereka. Sejak saat itulah, para
Sarinah dibelahan dunia berada dalam perbudakan kaum laki-laki.
Persoalan itu pula yang kemudian dianggap sebagai penindasan
terhadap kodrat kaum perempuan. Mereka pun berada diposisi
subordinat. Hukum patriarkat telah menentukan seluruh sendi-sendi
kehidupan kaum perempuan. Sebab, di antara mereka, ada yang
diperlakukan seperti benda. Terkait hal ini, Soekarno pernah berkata
“Ada lagi dua hal yang perlu saya terangkan lebih jelas di sini,
28 Sukarno, Sarinah.p .107-108
69
berhubungan dengan anggapan bahwa perempuan itu benda. Pertama,
hal persundalan dan kedua, hal perempuan sebagai mahluk dosa.29
Persundalan termasuk salah satu bagian penting yang berada
dalam sistem patrriarkat. Menurut Soekarno, persundalan dalam sistem
patriarkat berhubungan dengan kaum perempuan yang melacurkan diri
sebagai cara untuk mencari nafkah. Sementara persundalan pada zaman
matriarkat masih menjadi bagian dari suatu amal ibadah keagamaan.
Agama bukan hanya menjadi identitas religius dalam masyarakat
patriarkat, tetapi juga alat untuk memperkuat aturan patriarki. Atas
nama agama, kaum laki-laki merendehkan kedudukan kaum perempuan
sebagai keturunan iblis.30
Pada mulanya, sistem patriarkat masih sesuai dengan ajaran
agama, baik Nasrani maupun Islam. Dalam hal ini, kehadiran Islam
membawa visi memperbaiki sistem patriarkat yang tidak memberi
kadilan kepada kaum perempuan. Sebelum kehadiran Islam di Arab,
segala hal yang berkaitan dengan kaum perempuan dimonopoli oleh
kaum laki-laki. Zaman itu dikenal dengan zaman jahiliah. Hal serupa
juga terjadi di negara-negara lain, seperti kaum perempuan yang
menjadi budak birahi bagi kaum laki-laki di Jepang atau atau disebut
dengan geisha.31
29 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 164 30 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 165 31 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 166
70
Menurut Soekarno, patriarkat yang dijunjung oleh masyarakat
Indonesia saat itu mengingatkannya pada pernyataan Professor
Havelock Ellis. Professor tersebut pernah mengatakan bahwa
kebanyakan dari kaum laki-laki memandang perempuan sebagai suatu
belasteran antara seorang dewi dan seorang tolol. Artinya, dalam satu
sisi, perempuan atau istri dijunjung tinggi sebagaimana seorang dewi.
Namun di satu sisi di saat yang bersamaan ia juga dianggap sebagai
manusia yang tidak memiliki daya hidup atau manusia yang tolol.
Kenyataan pahit yang harus di terima oleh kaum perempuan Indonesia
membuat Soekarno bersimpati dan berusaha mengakhirinya. Sebagai
seorang manusia yang memiliki harga diri dan akal sehat, hak-hak
kaum perempuan harus diangkat dan diperhatikan. Soekarno pun tidak
menyangkal kebenaran bahwa kemajuan kaum perempuan Indonesia
dalam membangun negara masih tertinggal jauh ketimbang kaum
perempuan di negara-negara lain.32
Bagi Soekarno, proses peralihan dari sistem matriarkat ke
sistem patriarkat pada zaman dahulu membuat kemerdekaan
perempuan hilang begitu saja. Sehingga perempuan menjadi famulus
(budak) dalam keluarga. Sarinah Indonesia kembali dikungkung,
ditutup dan dipingit.33
Sebagai pendiri bangsa, Soekarno menegaskan bahwa ia tidak
sepakat dengan pemberlakuan sistem matriarkat atau patriarkat yang
dapat merugikan pihak laki-laki maupun perempuan. ia masih
32 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 117 33 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 147
71
melakukan telaah secara lebih jauh dan mendalam terhadap sejarah
sistem masyarakat tersebut diberbagai negara. Hal itu dilakukan agar ia
mendapat konsep sistem masyarakat yang ideal dengan kondisi sosial
Indonesia. Soekarno tidak mencukupkan pembacanya dari satu sejarah
dalam satu sumber saja. Ia justru membaca dan mempelajari berbagai
sistem masyarakat dari sumber sejarah yang berbeda.34
Sistem matriarkat dalam bentuk dan model apapun tidak dapat
diterapkan lagi dalam masyarakat yang telah terkontruksi oleh sistem
patriarkat. Pengalaman tentang sistem matriarkat pada zaman dahulu
mengajarkan kita yang hidup saat ini bahwa kaum perempuan
sebenarnya tidak lemah. Perempuan adalah mahluk yang mampu
berpikir cerdas, pekerja keras, dan memiliki hasrat untuk berkembang.
Kaum perempuan menjadi kalangan yang dimuliakan oleh laki-laki saat
sistem matriarkat berlaku dalam masyarakat. Sebab, mereka merupakan
manusia pertama yang mencetuskan kehidupan menetap. Mereka
menciptakan peradaban manusia dengan aturan yang lebih beradab.
Namun, mereka pula yang mencederai pemerintahan pola matriarkat.35
Menurut Soekarno, pengembalian sistem matriarkat sebagai
sistem masyrakat Indonesia merupakan hal yang mustahil dan utopis.
Sistem matriarkat cukup diyakini keberadaannya pada masa lalu dan
menjadi hal yang dapat mengingatkan kita pada kemuliaan kaum
perempuan terdahulu. Dengan romantisme masa lalu tersebut, kita bisa
membaca ulang bahwa kaum perempuan mampu berpikir cerdas,
34 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 157 35 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 159
72
bekerja keras, dan bertahan hidup tanpa meninggalkan kodratnya. Oleh
sebab sejarawan, sistem matriarkat dianggap sebagai sistem masyarakat
primitif. Dalam hal ini, Bachofen mengatakan bahsa bangsa-bangsa
primitif memakai sistem peribuan dalam mengatur masyarakat mereka.
Begitu pula dengan pendapat Friedrich Engels, ia mengatakan bahwa
hukum peribuan merupakan satu fase masyarakat yang umum.36
Pada prinsipnya, Soekarno menekankan bahwa segala persoalan
tentang perempuan merupakan persoalan kaum laki-laki juga. Maka
dari itu, Soekarno menginisiasi semua pihak baik kaum laki-laki
maupun perempuan untuk memecahkan masalah hak perempuan
Indonesia. Bagi Soekarno, bercermin kepada kehidupan kaum
perempuan di luar Indonesia merupakan hal yang penting jika
perempuan Indonesia ingin mengalami kemajuan. Sebab, dengan
pengetahuan tersebut, akan didapat konsep yang tetap untuk
menjelaskan peran dan fungsi perempuan bagi perkembangan
Indonesia.37
Gambaran nasib kaum Sarinah bertujuan untuk mengangkat
kesadaran masyarakat Indonesia bahwa mereka bukanlah mahluk
lemah, bukan pula mahluk yang tidak berpikir. Sebaliknya, para
Sarinah itu merupakan mahluk mulia yang bisa melakukan pekerjaan
36 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 161 37 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 118
73
laki-laki dan berhak mendapatkan kemerdekaan atas kodrat yang
mereka miliki.38
Kaum Sarinah di mana pun mereka, berhak hidup merdeka.
Sebab, Islam sebagai agama penyempurna membawa visi untuk
memerdekakan umat manusia dari penindasan. Khususnya bagi kaum
Sarinah, yang berada dalam cengkraman hukum patriarkat.
Dengan skema sejarah hukum matriarkat dan patriarkat
tersebut, sudah waktunya bagi Sarinah Indonesia untuk mendukung
cita-cita Soekarno. Usaha Soekarno mencari konsep bagi perjuangan
kaum Sarinah untuk mendapatkan lagi kemerdekaan mereka,
merupakan usaha mulia. Seokarno tidak sebatas membaca situasi dan
kondisi Sarinah Indonesia, tetapi jauh membaca ulang sejarah
perempuan di negeri-negeri lain dan agama-agama lain. Pendapat para
tokoh dipelajari secara mendalam. Ajaran-ajaran agama pun tidak luput
dari telaah Soekarno.39
Satu cita-cita dengan satu gagasan besar yang lahir dari dalam
diri Soekarno pasca kemerdekaan, tidak lain, adalah demi nasib Sarinah
Indonesia. Cita-cita Soekarno tidak bisa dipisahkan dari peran
ppengasuh pada masa kecilnya, yaitu Mbok Sarinah.
38 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 167 39 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme
Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 168
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya
dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Gatot Subroto,
Jakarta. Terlahir dari ibu bernama Idayu Nyoman Ray dan Ayah
bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Soekarno selain di kenal
sebagai sang proklamator, Presiden RI dan berbagai gelar yang di
sandangnya, juga merupakan seorang pemikir dan intelektual Islam.
Pikiran-pikirannya tentang pembaruan Islam sangat berharga bagi
khazanah pemikiran Islam di Indonesia. Kingintahuannya akan Islam
membuat ia bertukar surat kepada Tuan Hasan salah satu guru
persatuan Islam di Bandung. Menurut Soekarno Islam adalah progres,
agama yang berkemajuan. Kemajuan karena fardu, karena sunnah, dan
kemajuan denganaturan-aturan yang baru yang lebih luas, mendapatkan
sistem-sistem baru yang lebih sempurna, lebih bijaksana, lebih tinggi
tingkatannya di banding dulu.Dalam Kegemarannya membaca buku
maka banyak sekali karya-karya Soekarno yang dibukukan. Karena
eksistensinya melawan penjajahan ia kemudian dinobatkan menjadi
presiden pertama pasca Indonesia merdeka, didampingi M. Hatta.
2. Kondisi perempuan dalam peradaban kuno terlihat jelas bahwa
selalu ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaannya. Hak-hak dan
kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja dan situasi ini terus
74
75
berlangsung sampai datangnya Islam, yang mengajarkan kepada umat
manusia bagaimana bersikap adil dan benar terhadap seluruh uman
manusia. Selain itu, adat yang berkembang saat itu sangat
mendiskriminasi perempuan.
3. Soekarno perbandangan bahawa perempuan bagian dari
manusia yang juga berhak mendapatkan kesempatan dan perlakukan
adil seperti halnya laki-laki. Ia menggambarkan bagaimana suatu
peradaban yang meminggirkan perempuan selalu tenggelam. Pola
Partiarkat dan matriarkat tidak menjamin kesejahteraan laki-laki dan
perempuan. Karenanya melalui beberapa buku, Seokarno menggagas
tentang pengangkatan terhadap harkat dan martabat perempuan.
B. Saran-saran
Setelah penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Maka, penulis
memberikan beberapa saran-saran, antara lain:
a) Perempuan adalah makhluk yang lemah lembut, dan penuh
kasih sayang, dengan adanya perbedaan dari segi fisik antara
laki-laki dan perempuan sudah seharusnya kaum perempuan
lebih dihormati, dan dihargai, karena peran perempuan sangat
penting baik sebagai anak, istri, ibu, dan ranah publik.
b) Adanya Pemikiran Soekarno tentang perempuan yang banyak
dituangkan dalam bentuk tulisan diharapkan dapat membantu,
dan lebih memahami khususnya kaum perempuan antara kodrat
perempuan dan peran perempuan dalam dunia sosial, politik,
dan lain-lai
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Dudung ,Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2003).
Adams Cindy, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, (terj.)”: Abdul
Bar Salim, (Djakarta : Gunung Agung, 1966).
Adrian Vickers, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta : PT Pustaka
Insan Madani, 2005).
Ambarsari Dewi, Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan,
(Surakarta : Pattiro, 2002), cet 1.
Baker Anton dan Charis Ahmad Zubair, Metodologi Penelitian
Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1994).
Dahm Bernhard, Soekarno dan Perjuangan kemerdekaan (terj) Hasan
Basri, (Jakarta : LP3ES, 1987).
Daras Roso, Total Bung Karno, (Depok : Penerbit Imania, 2013).
Fakih Mansour, Analisis Gender, cetakan pertama (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar: 1996).
Humm Maggie, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka,
2002).
Ibnu R Ambaruddin,’’Pandangan Ir.Soekarno tentang Perempuan’’,
Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat,
Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga: 2001.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990).
Kartono Kartini, Psikologi Wanita, (Bandung : Mandar Maju, 1989).
Kasenda Peter, Sukarno, Marxisme & Leninisme, (Depok :
Komunitas Bambu 2014), cet ke-1.
Kleden Ignas, Masyarakat dan Negara: Sebuah Persoalan (Magelang,
Indonesia Tera: 2004).
Kurniawan Syamsul, Pendidikan di mata Soekarno, (Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media Group, 2009).
Kusuma Djaya Ahmad, Soekarno: Perempuan & Revolusi Sebuah
Biografi Politik dan Intelektual (Jakarta, Kreasi Wacana: 2013).
Lubis M Ridwan, Soekarno dan Modernisme Islam, (Depok :
Komunitas Bambu, 2010), cet ke-1.
Mosse Julia Cleves, Gender dan Pembangunan (terj.), cetakan pertama
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar : 1996).
Muhamad Hussein, Islam Agama Ramah Perempuan, (Yogyakarta :
LkiS, 2004).
Muthahari Murtadha, Hak-Hak Wanita Dalam Islam, (Jakarta :
Lentera,1995).
Nasif Fatima Umar, Menggugat Sejarah Perempuan, (Jakarta: Cendikia
sentra Muslim, 2001).
Poerardaminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN
Balai Pustaka, 1976).
Quraish M. Shihab, Perempuan, (Tangerang : Penerbit Lentera Hati,
2005).
Rueda Marisa, dkk, Feminisme Untuk Pemula, (Yogyakarta: Resist
Book, 2007).
Saksono Ign Gatut, Marhaenisme Bung Karno, (Yogyakarta : Ardana
Media, 2008), cet ke-1.
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, (Jakarta Pusat : Yayasan Bung
Karno, 2005), cet. ke-5.
Subhan Zaitunah, Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos, (Yogyakarta :
Pustak Pesantren, 2004).
Sukarno, Sukarno Paradoks Revolusi Indonesia, (Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia, 2010).
Soekarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, (Jakarta,
Gunung Agung 1966).
Soekarno, Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik
Indonesa, (Bandung: syabas book, 2013).
Soekarno, Wanita Bergerak, cetakan pertama (Bantul: Kreasi Wacana :
2013).
Soenario, Benteng Segitiga, (Jakarta : Yayasan Marinda, 1988),cet. ke-
1.
Suprijono Agus dan Mujiasri , Pemikiran Soekarno Tentang
Perempuan dan Kontroversi Pernikahannya, AVATARA, e-
Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 2, no. 3 Oktober 2014.
Suryakusuma Julia, Agama, Seks, dan Kekuasaan, (Depok : Komunitas
Bambu, 2012).
Susan Alice Watkins, Marta Rodriguez dan Marisa Rueda, Feminisme
Untuk Pemula, (Yogyakarta: Resist Book 2007), cet 1.
Syafaatun Al Mirzanah dkk, Perempuan Dalam Agama-Agama Dunia,
(Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Departemen Agama
bekerja sama dengan CIDA-McGill-Project, 2002).
Sayyid Muhamad Husain Fadhlulloh, Dunia Wanita Dalam Islam,
(Jakarta: Lentera, 1992).
Tan G. Mely, Telaah Pendekatan Teoritis dan Metodologis Studi
Wanita di Indonesia, (Jakarta: Badan Nasional Wanita
Indonesia, 1994).
Tashadi, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan,Ir.Soekarno dan
K.H. Ahmad Dahlan, (Jakarta: CV. Ilham Bangun Karya,1999),
cet. ke-1.
Vreede Cora-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan
Pencapaian, (Depok : Komunitas Bambu, 2008), cet. ke-1.
Wisnuwardana. S, Sarinah, cetakan pertama (Yogyakarta: Palapa,
2015).
Yatim Badri, Soekarno Islam dan Nasionalisme, (Bandung: Penerbit
Nusa, 2001).