PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar...

212
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022 i PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

Transcript of PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar...

Page 1: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

i

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

Page 2: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Pendahuluan.

Mencermati dan memahami isi dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), maka setiap Pemerintah

Provinsi, Kabupaten, dan Kota “WAJIB” menyusun dokumen-dokumen lingkungan

hidup. Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa tahapan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi Perencanaan,

Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum.

Pada tahap PERENCANAAN, setiap daerah harus melakukan kegiatan Inventarisasi

Lingkungan (Profil Lingkungan Hidup), penyusunan Ekoregion dan penyusunan

Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). Selanjutnya

pada tahap PENGENDALIAN lingkungan hidup, dinyatakan bahwa untuk dapat

mengendalikan lingkungan hidup dengan baik, maka setiap daerah harus menyusun

dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

Maksud dan tujuan dari kegiatan penyusunan KLHS RPJM Provinsi Sulawesi Barat

adalah: a. Memastikan adanya integrasi aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

dalam proses penyusunan kebijakan, rencana, dan/atau program RPJMD Provinsi

Sulawesi Barat; b. Menfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antar

pelaku pembangunan, agar memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan,

rencana dan/atau program; c. Menemukan segala peluang dan resiko, dikaji dan

dibandingkan untuk menentukan opsi-opsi alternatif pembangunan yang masih

terbuka untuk didiskusikan; d. Memberikan kontribusi bagi pemantapan konteks

kepentingan pembangunan yang lebih tepat untuk merumuskan sejumlah proposal

pembangunan masa depan.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan KLHS RPJMD Provinsi Sulawesi

Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, Rencana

dan Program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

hidup, dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan program pengelolaan

kawasan perkotaan yang direncanakan.

Keluaran dari kegiatan adalah sebuah dokumen KLHS yang akan memuat

seperangkat kegiatan kunci perencanaan, yang dititikberatkan pada RPJMD Provinsi

Sulawesi Barat, seperti: a. Pemantapan visi untuk masa depan yang diinginkan; b.

Identifikasi isu-isu strategis dan prioritas pembangunan berkelanjutan yang

mempengaruhi dampak/risiko lingkungan hidup; c. Kaji opsi-opsi untuk menciptakan

masa depan yang diinginkan, dengan memasukkan segala peluang dan resiko ke

dalam penemukenalan seluruh opsi alternatif pembangunan; d. Fokus analisis pada

evaluasi yaitu pada implikasi lingkungan dari program pembangunan berkelanjutan;

e. Identifikasi dan kajian aksi-aksi untuk merealisasi strategi pembangunan terbaik.

Page 3: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

iii

Hasil kajian ini merupakan payung bagi seluruh kegiatan pembangunan lintas

sektoral, lintas wilayah, lintas pemangku kepentingan dan lintas waktu, yang tentunya

dapat dijadikan sebagai kerangka dasar dalam implementasi dari visi, misi, sasaran

dan program yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Barat. Pada saat ini, dokumen RPJMD Provinsi

Sulawesi Barat telah mendapat persetujuan dan dalam proses evaluasi akhir

sebelum ditetapkan sebagai Peraturan Daerah. Sehingga, hasil dari KLHS ini

diharapkan sebagai pemberi rekomendasi dan alternatif dalam implementasi agar

program pembangunan yang telah menjadi visi dan misi dalam RPJMD dapat

berkelanjutan khususnya dalam menentukan wilayah-wilayah yang dapat

dikembangkan dan tidak dapat dikembangkan secara spasial (keruangan).

2. Gambaran Umum Wilayah

Kondisi Geografis. Pada 5 Oktober 2005 terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat

berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2004. Secara geografis, Provinsi

Sulawesi Barat terletak antara antara 0°46'13,03''- 03°46'13,4'' Lintang Selatan (LS)

dan 116°47'22,6'' - 119°52'17,07'' Bujur Timur (BT). Luas wilayah Sulawesi Barat

berupa daratan seluas 16.787,18 km2 sedangkan luas wilayah lautan sebesar

20.851,00 km2 dengan panjang garis pantai sebesar 677 km serta jumlah pulau-pulau

kecil sebanyak 40 pulau. Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sulawesi Barat

memiliki batas sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

Tengah, Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan, Sebelah

selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan, dan Sebelah barat

berbatasan dengan Selat Makassar.

Sejak awal terbentuk pada tahun 2005, Provinsi Sulawesi Barat telah mengalami

perkembangan yang cukup signifikan. Salah satunya ditandai di bidang

pemerintahan, pada awal terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari lima

kabupaten. Pada tahun 2013 terjadi pemekaran yaitu Kabupaten Mamuju Tengah

dari Induk Kabupaten Mamuju, sehingga Provinsi Sulawesi Barat sampai saat ini

terdiri dari enam wilayah kabupaten yaitu Majene, Polewali Mandar, Mamasa,

Mamuju, Pasangkayu dan Mamuju Tengah dengan Kabupaten Mamuju sebagai

ibukota Provinsi Sulawesi Barat. Tahun 2017 berdasarkan Pasal 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 61, Kabupaten Mamuju Utara berubah nama menjadi Kabupaten

Pasangkayu.

Berdasarkan data luas setiap kabupaten tersebut, Kabupaten Mamuju sebagai

Ibukota Provinsi Sulawesi Barat memiliki wilayah administrasi terluas diantara lima

kabupaten lainnya dengan luasan 4.999,69 km2 dan persentase 29,79 persen dari

luas Provinsi Sulawesi Barat. Adapun kabupaten yang memiliki luasan terkecil di

Provinsi Sulawesi Barat adalah kabupaten Majene dengan luasan kurang dari 1.000

km2 dan persentase 5,65 % dari luas Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan Kabupaten

yang memiliki jarak terjauh ke Ibukota Provinsi Sulawesi Barat adalah kabupaten

Mamasa yang hampir mencapai jarak 300 km.

Page 4: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

iv

Kondisi Topografi. Provinsi Sulawesi Barat memiliki kondisi topografi yang sangat

bervariasi mulai dari kondisi pesisir, dataran rendah, perbukitan, daerah dataran

tinggi sampai pada daerah pegunungan. Daerah pesisir dapat ditemukan disemua

kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi Barat kecuali Kabupaten Mamasa yang

tidak berbatasan langsung dengan laut. Sementara itu, Kabupaten Pasangkayu

memiliki topografi dari daerah pesisir hanya sampai pada daerah yang agak berbukit.

Sedangkan untuk Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju

Tengah memiliki kondisi topografi yang lengkap dari wilayah pesisir hingga daerah

pegunungan. Wilayah dengan kondisi topografi yang datar dapat dijumpai di

sebagian besar Kabupaten Polewali Mandar dan Pasangkayu sedangkan Mamuju,

Majene dan Mamasa adalah berbukit sampai bergunung. Sulawesi Barat juga

merupakan daerah pegunungan sehingga memiliki banyak aliran sungai yang cukup

besar dan berpotensi untuk dikembangkan. Satuan pegunungan menempati wilayah

paling luas yaitu sekitar 70 persen dari total luas wilayah dan umumnya menempati

bagian tengah ke timur dengan bentuk memanjang utara-selatan, lembah-lembah

yang terbentuk merupakan wilayah yang curam.

Kondisi Geologi. Pada bagian timur wilayah Sulawesi barat disusun oleh batuan

terobosan batolit granit (Tmpi) dengan penyebaran yang cukup luas menerobos

semua satuan yang lebih tua (mendominasi bagian utara timur laut atau daerah

Mamasa). Batuan ini terdiri dari granitik, diorit, riolit dan setempat gabro. Batuan

terobosan berbentuk batolit ini diduga berumur Pliosen. Kearah tenggara wilayah

Mamasa, batuannya didominasi oleh batuan epiklastik gunungapi Formasi Loka

(Tml). Formasi ini terdiri atas batupasir andesitan, konglomerat, breksi dan batu

lanau. Batuan ini mempunyai umur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Pada bagian

tengah ditempati oleh batuan gunung api Walimbong (Tmpv) yang terdiri atas lava

dan breksi. Penyebaran batuan ini cukup luas dan menyebar hingga ke arah

tenggara. Batuan ini diduga berumur Mio-Pliosen. Diwilayah Mamuju jumpai batuan

Tufa Barupu (Qbt) yang terdiri dari tufa dan lava, yang diduga berumur Pliosen.

Bagian barat wilayah Sulawesi barat pada umumnya di susun oleh endapan

sedimenter dimana di wilayah mamuju tersingkap Formasi Budongbudong (Qb) yang

terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan batugamping koral (Ql).

Endapan termuda di Lembar ini adalah endapan kipas aluvium (Qt) dan aluvium (Qa)

terdiri dari endapan- endapan sungai, pantai dan antar gunung. Sedangkan wilayah

Majene dan Polewali Mandar tersusun dari batuan sedimen dari Formasi Mandar.

Batuan tersebut terdiri atas batupasir, batu lanau dan serpih serta lensis batubara.

Hasil penanggalan menunjukkan bahwa umur formasi ini Miosen Akhir. Selain

Formasi Mandar (Mamuju), pada bagian barat juga ditemukan batuan sedimen

klastik lainnya (Formasi Mapi/Tmpm) yang tersusun oleh batu pasir, batu lempung,

batu gamping pasiran dan konglomerat.

Proses tertonik yang pernah terjadi wilayah Sulawesi Barat menyebabkan pemalihan

pada kelompok batuan Kompleks Wana (TRw) dan Formasi Latimojong. Perlipatan

dan pensesaran pada batuan berumur Eosen Formasi Toraja dan batuan Berumur

Page 5: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

v

Miosen Formasi Lariang (Tmpl), pembentukan batuan sedimen molase Formasi

Pasangkayu (TQp). Dalam fase tetonik yang berbeda juga menyebabkan perlipatan

dan pensesaran pada kelompok batuan volkanik seperti Formasi Lamasi (Toml),

Formasi Talaya (Tmtv), Formasi Sekala (Tmps).

Kodisi Hidrologi. Ada delapan DAS yang cukup besar di Provinsi Sulawesi antara lain

daerah aliran sungai Budong-Budong, Karama, Karossa, Lariang, Malunda, Mamuju,

Mandar, Mapili dan Saddang. Tiga DAS di provinsi Sulawesi Barat yang melintasi

Provinsi lain. Pertama, DAS Saddang yang memotong Provinsi Sulawesi Selatan

meliputi Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang serta

Kabupaten Mamasa pada Provinsi Sulawesi Barat. Begitu pun dengan DAS Karama

yang memotong Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Kabupaten Luwu Utara, Toraja

Utara dan pada Provinsi Sulawesi Barat meliputi Kabupaten Mamasa serta

Kabupaten mamuju sebagai muara dari sungai Karama. Sementara itu DAS Lariang

memotong dua Provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Kabupaten

Luwu Utara dan Provinsi Sulawesi Tengah yang meliputi Kabupaten Poso, Sigi dan

Doggala yang akan bermuara di Provinsi Sulawesi Barat tepatnya di Kabupaten

Pasangkayu.

Iklim. Iklim di wilayah Sulawesi Barat umumnya tropis karena berada dibawah garis

khatulistiwa dan mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi. Sebagai daerah

dengan pinggiran pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar, maka

Sulawesi Barat memiliki pola suhu udara yang bergantung kepada angin laut.

Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun

Majene pada tahun 2016, suhu udara di Sulawesi Barat berkisar antara 23,50 °C

hingga 36,70 °C dengan rata-rata suhu udara sekitar 28,20 °C. Kelembapan udara

dalam satu tahun berkisar antara 71 persen sampai dengan 87 persen. Pada tahun

tersebut pula, Sulawesi Barat memiliki jumlah hari hujan tertinggi terjadi di bulan Juni

dan Desember yaitu 22 hari hujan dan terendah pada bulan Agustus yaitu 7 hari

hujan.

Bencana Alam. Pada tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Barat terjadi beberap kejadian

bencana alam yaitu banjir, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, tanah longsor

dan gempa bumi. Kejadian bencana alam tidak adanya korban jiwa, namun kerugian

secara materi yang sangat besar. Kejadian bencana alam banjir menimbulkan harus

adanya masyarakat yang mengungsi.

Rawan Gempa di Kabupaten Mamuju (Kecamatan Tappalang, Kecamatan Mamuju,

Kecamatan Kalukku, kecamatan Singkep, Kecamatan Bonehau, Kecamatan Belang-

Belang, Kecamatan Papalang, dan Kecamatan Sampaga);di Kabupaten Mamuju

Tengah (Kecamatan Pangale, dan Budong-Budong); Kabupaten Polewali Mandar

(Kecamatan-Kecamatan Tutallu, Wonomulyo); Kabupaten Pasangkayu

(Bambalamotu, Bambaira, Pasangkayu, Baras, Sarudu), Kabupaten Mamuju

(Mamuju, Simboro Kepulauan, Tapalang Barat, Sampaga, dan Papalang);

Kabupaten Mamuju Tengah (Budong-Budong, Topoyo dan Karossa), Majene

Page 6: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

vi

(Malunda, Sendana, Pamboang, Banggae) dan Polewali Mandar(Tinambung,

Campalagian, Limboro,Balanipa, Luyo, Mapilli, Wonomulyo, Anreapi dan Polewali).

Tsunami di Kabupaten Pasangkayu (Bambaira, Bambaloka, Pasangkayu, Sarudu,

Lariang, Tikke), Mamuju Tengah (Karossa, Topoyo, Budong-Budong); Mamuju

(Sampaga, Papalang, Kalukku, Mamuju, Balabalakang, Simkep, Tapalang Barat dan

Tapalang), Majene (Malunda, Sendana, Banggae, Pamboang) dan Polewali Mandar

(Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali dan

Binuang). Rawan Longsor di Kabupaten Mamuju (Kalumpang, Bonehau, Kalukku,

Simkep, Tapalang Barat), Majene (Ulumanda, Malunda, Tubo, Tammerodo,

Pamboang, Banggae), Mamasa (seluruh kecamatan) dan Polewali Mandar(Tutar,

Matangnga, Limboro, Allu, Luyo, Anreapi dan Bulo).

Rawan Banjir di Kabupaten Pasangkayu (Sarjo, Bambalamotu, Pasangkayu,

Lariang, Tikke dan Sarudu), Kabupaten Mamuju (Mamuju, Kalukku, Sampaga,

Papalang); Mamuju Tengah (Topoyo dan Budong- Budong, dan Karossa), Majene

(Banggae, Banggae Timur, Pamboang, Sendana dan Malunda) dan Polewali Mandar

(Allu, Limboro, Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali,

Binuang dan Polewali). Rawan Abrasi di Kabupaten Pasangkayu (Bambaira,

Bambaloka, Pasangkayu, Sarudu, Lariang, Tikke), Mamuju Tengah (Karossa,

Topoyo, Budongbudong); Mamuju (Sampaga,Papalang, Kalukku, Mamuju, Bala-

Balakang, Simkep, Tapalang Barat dan Tapalang), Majene (Malunda, Sendana,

Banggae, Pamboang) dan Polewali Mandar (Tinambung, Balanipa, Campalagian,

Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali dan Binuang). Kawasan rawan tenggelamnya

pantai dan pulau-pulau kecil akibat penurunan permukaan tanah aluvial pantai dan

kenaikan permukaan air laut di seluruh pantai Provinsi Sulawesi Barat, di kepulauan

Bala-Balakang Kabupaten Mamuju dan pulau Lere-Lerekang di Kabupaten Majene.

Kehutanan. Wilayah Sulawesi Barat sebagian besar masih berupa kawasan hutan.

Kondisi ini memberi gambaran bahwa, Provinsi Sulawesi Barat memiliki potensi

hutan yang cukup melimpah. Pada tahun 2015, luas kawasan hutan di Sulawesi

Barat sekitar 1.092.431 ha. Kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Barat 61 persennya

merupakan kawasan hutan lindung dan hutan konservasi, sementara sisanya

merupakan kawasan hutan produksi dengan jenis produksi kayu hutan yang dibagi

kedalam dua jenis yaitu kayu bulat dengan kayu gergajian. Pembagian luas kawasan

hutan serta produksinya pada tahun 2015 dapat dilihat pada grafik berikut Sulawesi

Barat memiliki kawasan hutan dan perairan seluas 1.092.376 hektar. Diantara area

tersebut, Kabupaten Mamuju memiliki hutan lindung terluas 132.176 hektar.

Berdasarkan data Dinas Kehutanan tahun 2011 sampai tahun 2016, produksi kayu

hutan menurut jenis produksinya sangat fluktuasi. Dalam kurun waktu tersebut, tidak

ada produksi kayu hutan dalam bentuk kayu lapis. Produksi terbesar pada tahun

2013 dengan produksi kayu bulat 17.880,39 m3 dan produksi kayu gergajian

18.360,96 m3. Sedangkan, produksi kayu hutan terendah pada tahun 2016 yang

hanya 1.011,06 m3 kayu bulat.

Page 7: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

vii

3. Isu Prioritas Pembangunan Berkelanjutan

Pengumpulan dan pemusatan isu Pembangunan Berkelanjutan dan perumusan

berdasarkan prioritas dilakukan dengan menghimpun masukan dari pemangku

kepentingan melalui konsultasi publik yang kemudian dinilai oleh kelompok kerja

KLHS untuk ditentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang prioritas.

Pertimbangan unsur-unsur kriteria isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

sebagaimana diatas dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit

karakteristik wilayah yang ditelaah dalam bentuk spasial, tingkat pentingnya potensi

dampak berdasarkan indikasi cakupan wilayah dan frekuensi/intensitas dampak,

keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil telaah sebab

akibatnya. Pemberian skoring didasarkan dengan kisaran nilai skala likert 1 s/d 5.

Berdasarkan hasil pembobotan dan pelingkupan isu prioritas, kemudian dilakukam

urutan dari nilai tertinggi ke nilai terendah, dan diperoleh urutan prioritas isu

pembangunan berkelanjutan. Hasil pertemuan Kelompok Kerja pada pertemuan

untuk menentukan Isu Prioritas, Kelompok Kerja memutuskan 15 (lima belas) isu

pada urutan prioritas menjadi Isu Prioritas berdasarkan rangking isu. Adapun Isu

Prioritasnya adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Laju Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan; 2. Tingginya angka kemiskinan; 3. Rendahnya penegakan

hukum lingkungan; 4. Meningkatnya luas dan intensitas banjir; 5. Stagnasi

pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi; 6. Rendahnya pelibatan masyarakat

dalam pengelolaan kawasan hutan; 7. Rendahnya tata kelola kawasan hutan; 8.

Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan; 9. Meningkatnya Emisi GRK; 10.

Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; 11. Ancaman keselamatan

pelayaran; 12. Rawannya ketahanan pangan; 13. Masih rendahnya rasio elektrifikasi;

14. Rendahnya usia lama sekolah; 15. Konflik Tenurial Kawasan Hutan.

4. Identifikasi Kebijakan dan Program

Identifikasi muatan Kebijakan dan Program (KP) dilakukan untuk mengetahui

Kebijakan dan Program yang berdampak terhadap kriteria dampak dan/atau risiko

lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Identifikasi muatan Kebijakan

dan Program dilakukan dengan menelaah dasar-dasar penyusunannya. Muatan-

muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen materi Kebijakan dan

Program yang kemudian dikaitkan dengan 9 (Sembilan) pertimbangan

dampak/resiko lingkungan hidup.

Hasil identifikasi muatan Kebijakan dan Program yang telah ditapis dengan

pertimbangan dampak/resiko lingkungan hidup sebagaimana diatas, dari semua

muatan Kebijakan dan Program yang diidentifikasi diperoleh muatan Kebijakan dan

Program yang memberikan resiko terhadap lingkungan hidup. Keterkaitan Kebijakan

dan Program terhadap isu prioritas yang telah diperoleh ditapis untuk menghasilkan

Kebijakan dan Program yang terdampak atau berisiko terhadap lingkungan hidup

yang akan dikaji dengan 15 (lima belas) isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas.

Page 8: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

viii

Hasil tapisan identifikasi muatan Kebijakan dan Program dengan Isu Pembangunan

Berkelanjutan Prioritas sebagaimana tabel diatas diperoleh 1 Kebijakan dan 14

Program yang beresiko terhadap lingkungan hidup yang akan dikaji lebih dalam

dengan muatan kajian analisis. Adapun muatan Kebijakan dan Program yang

dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan;

2. Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian

daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan; 3. Program

Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan; 4. Program Pengembangan,

Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral; 5. Program

pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara; 6.

Program Pengembangan Perumahan; 7. Program Pengembangan Wilayah Strategis

dan Cepat Tumbuh; 8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan; 9. Program

Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi; 10. Program

Pengembangan Kawasan Transmigrasi; 11. Program Pengembangan sentra-sentra

industri potensial; 12. Program Pengembangan Industri Pariwisata; 13. Program

Pengembangan Perikanan Budidaya; 14. Program Pengembangan Perikanan

Tangkap; 15 Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air

Tawar.

5. Kajian Pengaruh Kebijakan dan Program

Dalam kajian pengaruh Kebijakan dan Program terhadap Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah ini dikaji 1 Kebijakan dan 14 Program yang telah tersaring

pada pembahasan sebelumnya, yang akan ditelaah berdasarkan 6 (enam) kriteria.

Enam kriteria tersebut adalah ditinjau dari Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan

Hidup, Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup, Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem,

Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam, Tingkat Kerentanan dan Kapasitas

Terhadap Perubahan Iklim, serta Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman

Hayati.

Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup. Kebijakan Meningkatnya kapasitas

Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta

pemukiman dan perumahan - Implementasi pada kebijakan ini akan menimbulkan

gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi

khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap

daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan

ekosistem - Berpengaruh terhadap kawasan hulu suatu aliran sungai dan kawasan

pesisir yang merupakan kawasan perlindungan dan penyangga suatu wilayah.

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Pengembangan wilayah perbatasan

berupa penyelesaian sengketa batas wilayah. Penyelesaian permasalahan ini

entunya tidak berdampak signifikan terhadap daya dukung wilayah.

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Implementasi pada

program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki

pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga

Page 9: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

ix

akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi

ketersediaan layanan ekosistem - Berpengaruh terhadap kawasan hulu suatu aliran

sungai dan kawasan pesisir yang merupakan kawasan perlindungan dan penyangga

suatu wilayah. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi

dan Sumber Daya Mineral - Pengembangan program ini dapat mempengaruhi daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup khususnya pada wilayah yang memiliki

layanan ekosistem tinggi seperti pangan dan air - Implementasi dari kegiatan ini jika

dikembangkan pada lokasi-lokasi dengan layanan ekosistem tinggi dapat

menyebabkan terlampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di

beberapa kecamatan.

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara -

Implementasi pada program ini akan berdampak negatif terhadap daya dukung

wilayah bila implementasi teknis pertambangan tidak dilakukan secara konservatif.

Program Pengembangan Perumahan - Implementasi pada program ini akan

menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem

tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh

terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan

ekosistem - Pengembangan kawasan perumahan perlu memperhatikan lokasi-lokasi

permukiman yang telah ada saat ini dan berada di dalam kawasan hutan lindung.

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh - Implementasi pada

program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki

pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga

akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi

ketersediaan layanan ekosistem. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan -

Implementasi program-program pengembangan pelabuhan perikanan memiliki

dampak yang relatif kecil terhadap daya dukung dan daya tampung jika lokasi

pengembangan nya tidak secara langsung berbatasan dengan ekosistem-ekosistem

pesisir seperti terumbu karang dan mangrove.

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi - Implementasi

pada program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki

pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga

akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi

ketersediaan layanan ekosistem - Pengembangan kawasan permukiman dan

transmigrasi perlu memperhatikan lokasi-lokasi permukiman yang telah ada saat ini

dan berada di dalam kawasan hutan lindung. Program Pengembangan Kawasan

Transmigrasi - Implementasi pada program ini akan menimbulkan gangguan pada

wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk

pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung

wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem -

Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan lokasi-

lokasi permukiman yang telah ada saat ini dan berada di dalam kawasan hutan

lindung.

Page 10: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

x

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Pengembangan sarana

prasarana sentra industri seperti akomodasi, pelayanan dan jenis industri yang akan

dikembangkan akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki

pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air, jika

dikembangkan pada kawasan-kawasan yang pelayanan ekosistemnya tinggi -

Implementasi program-program kawasan industri skala besar agroindustri dan

industri pengolahan hasil perikanan dapat mempengaruhi daya dukung wilayah

khususnya di kecamatan-kecamatan pesisir yang memiliki layanan ekosistem tinggi.

Program Pengembangan Industri Pariwisata - Daya dukung dan daya tampung

terkait akomodasi, pelayanan, jenis ekowisata yang akan dikembangkan serta

sarana prasarana perlu dikaji dengan baik melalui kajian daya dukung kawasan

wisata seperti menggunakan metode PCC (Physical Carrying Capasity) -

Pengembangan industri pariwisata jika tidak diperhitungkan dengan baik tentunya

akan berdampak pada terlampauinya daya dukung dan daya tampung kawasan

wisata seperti meningkatnya jumlah pengunjung. Sehingga jumlah pengunjung

maksimal yang harus lebih dahulu ditetapkan.

Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Dampak terhadap daya dukung dan

daya tampung adalah berasal dari pengembangan skala budidaya, bahan cemar dari

lokasi budidaya (terutama skala pengembangan intensif). Program Pengembangan

Perikanan Tangkap - Untuk pengembangan perikanan tangkap sangat perlu

diperhatikan terkait daya dukung dan daya tampung kawasan perairan baik untuk

perikanan tangkap demersal dan pelagis. Peningkatan perikanan tangkap demersal

akan sangat berpotensi merusak ekosistem benthos sedangkan perikanan tangkap

pelagis perlu memperhatikan pola penangkapan terkait dengan ukuran mata jaring

(mesh size) sehingga ukuran tangkapan dapat diatur.

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar - Potensi

dampak program-program ini adalah pada pembukaan lahan (land clearing), dampak

limbah (sisa pakan dan kotoran organisme budidaya). Ancaman pada terganggunya

daya dukung dan daya tampung terutama apabila skala pembudidayaan sangat

besar (intensif atau super intensif).

Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup. Kebijakan Meningkatnya kapasitas

Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta

pemukiman dan perumahan - Peningkatan kuantitas infrastruktur wilayah perlu

memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga

pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko - Peningkatan kualitas

infrastruktur yang telah ada, khususnya pada infrastruktur yang melintasi kawasan

rawan bencana perlu memperkirakan dampak dan risiko terhadap bencana yang

terjadi - Peningkatan kuantitas dan kualitas infrstruktur dapat mempengaruhi dan

berisiko terhadap habitat eksositem sekitarnya khsusunya infrastruktur yang

melintasi kawasan hutan lindung. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan -

Program pengembangan wilayah perbatasan berpotensi untuk menimbulkan dampak

Page 11: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xi

pada ekosistem hutan dan/atau wilayah- wilayah rentan longsor akibat pembukaan

lahan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan (jalan,

jembatan, dsb).

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Pembangunan

sarana transportasi laut berpotensi untuk menimbulkan dampak kebisingan,

masuknya bahan cemar yang dibuang oleh fasilitas pelabuhan dan kapal-kapal yang

pergi dan datang. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi

Energi dan Sumber Daya Mineral - Tercemarnya limbah B3 pada sumber pangan

perikanan darat dan laut jika dilakukan pada beberapa kabupaten wilayah pesisir

pantai prov. Sulbar - Pembangunaan ekploitasi sumber daya tambang dan PLTA

sekala besar akan membutuhkan daerah galian dan daerah genangan/ pool sebelum

air dialirkan ke dalam turbin. Clearing area harus diperhatikan dengan baik. Risiko

lain adalah apabila tailings tidak dikelola dengan baik.

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara -

Meluasnya Jangkauan Penetapan Kawasan Tambang apabila tidak ada sistem

pengaturan yang ketat. Program Pengembangan Perumahan - Pengembangan

kawasan perumahan perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap

bencana alam sehingga pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan

berisiko. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Dampak risiko pada

Lingkungan hidup hanya akan signifikan apabila lokasi pengembangannya

berdekatan dengan ekosistem pesisir sensitive seperti terumbu karang dan

mangrove. Sumber-sumber tekanan pada ekosistem adalah berasal dari aktifitas

kapal-kapal penangkap ikan yang hilir-mudik pada pelabuhan perikanan.

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi -

Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan

kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga pembangunan

yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko. Program Pengembangan Kawasan

Transmigrasi - Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu

memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga

pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko. Program

Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Menghindari kawasan banjir dan

longsor dan perlu memiliki pembuangan limbah khusus - Potensi dampak kawasan

agroindustri skala besar dan industri pengolahan hasil perikanan terutama pada

limbah cair yang dibuang ke sungai atau wilayah pesisir dan tekanan terhadap

sumberdaya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan industri yang dikembangkan.

Program Pengembangan Industri Pariwisata - Menghindari kawasan banjir dan

longsor dan perlu memiliki pembungan limbah khusus - Risiko dampak yang dapat

ditimbulkan adalah yang berasal dari sampah pengunjung dan aktifitas pengunjung

lokasi wisata. Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Risiko dampak yang

dapat terjadi adalah clearing hutan/ daerah bervegetasi dan limbah yang dihasilkan

dari aktifitas budidaya. Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Alat tangkap

Page 12: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xii

demersal harus sedapat mungkin diatur tidak menggunakan trawl (menggerus

seluruh bagian dasar perairan). Demikian juga dengan ukuran mata jaring alat

tangkap pelagis harus mampu menyeleksi ukuran ikan yang tertangkap agar ikan

memiliki kesempatan tumbuh hingga ukuran reproduktif. Program Pengembangan

Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar - Potensi dampak atau risiko pada

lingkungan hidup adalah pencemaran bahan organik sisa pakan kotoran organisme

budidaya pada wilayah perairan di sekitarnya. Dampak dapat berupa penurunan

kandungan oksigen terlarut dalam air yang dapat menyebabkan kematian hewan

dalam perairan. Rendahnya kadar oksigen terlarut akibat digunakan oleh bakteri

perombak bahan organic.

Jasa Ekosistem. Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang

perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan - Jasa

ekosistem biodiversitas masih tergolong rendah namun jasa ekosistem pangan,

pengaturan iklim serta air bersih sangat tinggi - Pengembangan ekonomi berbasis

budaya lokal dan interaksi pasar antar wilayah. Program Pengembangan Wilayah

Perbatasan - Pemerataan aksesibiltas daerah tertinggal, untuk penguatan

Pendidikan - Pembukaan lahan (land clearing) pada wilayah perbatasan dengan

tingkat penutupan hutan yang masih tinggi jelas akan berdampak negatif pada jasa-

jasa yang dapat disediakan oleh ekosistem hutan.

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Menghindari wilayah

dengan potensi jasa ekosistem pangan tinggi dan sangat tinggi di semua Kecamatan

pesisir seperti wilayah-wilayah sebaran terumbu karang, padang lamun dan hutan

mangrove - Peningakatan pendukung factor produksi dan pengembangan

interkoneksitas. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi

dan Sumber Daya Mineral - Sebagian wilayah pada kecamatan memiliki Jasa

Ekosistem sangat tinggi diantaranya: pangan, air bersih, Habitat & Kehati serta jasa

Pengaturan air dan Banjir Sangat Tinggi - Daerah clearing harus sedapat mungkin

menghindari daerah dengan potensi layanan/ jasa ekosistem tinggi (pangan,

pengendali banjir dan erosi, sumber daya air) - Peningkatan akses terhadap pasar &

eksploirasi industry sumber daya mineral.Program pengusahaan, pembinaan dan

pengawasan bidang mineral dan batubara - Menjaga ketersediaan sumber mineral

dan batubara. Program Pengembangan Perumahan - Peningkatan penyediaan

akses infrastruktur perumahan.

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh - Penyediaan

program pembangunan kawasan strategis. Program Pengembangan Pelabuhan

Perikanan - Ketersediaan infrastruktur pendukung pelabuhan - Jasa ekosistem dalam

menyediakan sumber daya ikan dan bahan pangan lainnya dapat terganggu apabila

lokasi pembangunan pelabuhan perikanan berada pada wilayah-wilayah produktif.

Ekosistem terumbu karang dan mangrove merupakan ekosistem produktif di wilayah

pesisir selain padang lamun. Terumbu karang dan lamun sangat sensitive pada

limbah minyak yang mungkin terbuang/ keluar dari kapal penangkap ikan. Program

Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi - Ketersediaan

Page 13: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xiii

pemukiman layak dan redistribusi tenaga kerja. Program Pengembangan Kawasan

Transmigrasi - Ketersediaan supply tenaga kerja yang lebih distributif.

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Memperhatikan jasa

ekosistem pangan, air bersih dan kualitas udara mulai tinggi hingga sangat tinggi -

Limbah cair yang tidak diolah akan menurunkan kualitas air dan memengaruhi

produktivitas perairan (limbah industry kelapa sawit sudah memperburuk kualitas air

di beberapa kecamatan di Mateng dan Matra). Dengan kombinasi aktifitas tangkap

lebih jelas akan yang secara langsung menurunkan jasa ekosistem dalam

penyediaan bahan pangan dari laut. Program Pengembangan Industri Pariwisata -

Memperhatikan jasa ekosistem pangan, air bersih dan kualitas udara mulai tinggi

hingga sangat tinggi - Potensi dampak pada aktifitassa ekosistem dari pariwisata

bawah laut adalah pengendalian jumlah wisatawan dan pengelolaan sampah yang

memiliki risiko mencemari terumbu karang yang umumnya menjadi objek utama.

Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Potensi risiko pada jasa ekosistem

kawasan budidaya adalah dari air buangan yang tidak terolah (bakteri pathogen dan

bahan organik sisa makanan dan/atau faeces hewan budidaya). Program

Pengembangan Perikanan Tangkap - Gangguan terhadap jasa ekosistem dari

aktifitas perikanan tangkap adalah peralatan tangkap yang bisa menggerus bagian

dasar (trawl) yang kaya benthos, serta ukuran mata jarring yang sangat kecil, dan

penggunaan bahan bius dan peledak.Program Pengembangan Kawasan Budidaya

laut, air payau dan Air Tawar - Potensi risiko pada jasa ekosistem kawasan budidaya

adalah dari air buangan yang tidak terolah (bakteri pathogen dan bahan organik sisa

makanan dan/atau faeces hewan budidaya).

Pemanfaatan Sumberdaya Alam. Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur

dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan

perumahan - Pemberdayaan per sektor sangat diperlukan guna memenuhi rantai

pemasok, seperti pengembangan desa-desa berbasis perkebunan dan pertanian -

Peningkatan mobilitas tenaga kerja kedalam pasar tenaga kerja. Dukungan

infrstruktur untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Program Pengembangan

Wilayah Perbatasan - Efisiensi pemanfaatan SDA pada wilayah perbatasan harus

memperhatikan fungsi ekosistem yang dapat mempengaruhi kerentanan wilayah di

sekitarnya. Hal ini harus diperhatikan oleh aparatur pada kedua wilayah yang saling

berbatasan.

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Meminimalisir

pemanfaatan lokasi di wilayah pesisir yang memiliki kondisi-kondisi ekosistem pesisir

yang tinggi - Peningakatan mobilitas barang dan jasa.Program Pengembangan,

Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral - Peningkatan

pemanfaatan Perikanan Darat dan laut serta pertanian harus diprioritaskan - Daerah

galian dan genangan sedapat mungkin ditekan agar tidak mengorbankan potensi

jasa ekosistem - Peningkatan investasi dan kinerja industri berbasis potensi sumber

daya local.Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan

batubara - Efisiensi pengelolaan SDA Mineral untuk sustainability. Program

Page 14: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xiv

Pengembangan Perumahan - Redistribusi infrastruktur dasar untuk penyediaan

kebutuhan papan penduduk.

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh - Pengembangan

kawasan potensi unggulan. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan -

Mendukung akselerasi transaksi komoditi perikanan - Zona alur dalam perairan di

sekitar wilayah pengembangan pelabuhan perikanan tangkap (terutama Pelabuhan

Perikanan Nusantara Type A) harus disiapkan dalam satuan luas yang memadai.

Zona alur ini harus cukup jauh dari ekosisem terumbu karang, padang lamun dan

mangrove. Hal ini terutama agar produktivitas wilayah pesisir tidak mengalami

tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menyebabkan perubahah dalam kapasitas

produksinya. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi -

Pengatasan ketimpangan ekonomi antarwilayah. Program Pengembangan Kawasan

Transmigrasi - Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Hasil pengolahan komoditi

pangan agroindustri berasal dari kawasan perikanan, pertanian dan perkebunan -

Limbah cair dari kawasan agroindustri harus diolah dengan baik dan harus ada

regulasi ketat terhadap ukuran ikan yang dapat ditangkap (untuk mencapai tingkat

kematangan gonad agar dapat bereproduksi) dan intensitas penangkapan agar stok

ikan dapat memulihkan diri - Pengembangan sentrum penyerapan tenaga kerja baru

serta pengelolaan SDA dari hulu hingga hilirisasi komoditi potensial.

Program Pengembangan Industri Pariwisata - Bukan merupakan kawasan hutan baik

hutan lindung, HP, HPT dan kawasan lindung - Kawasan industri bawah laut adalah

daerah no take zone. Pemantauan regular harus diterapkan untuk keberlanjutan

Kawasan - Pengembangan pariwisata berbasis sektor unggulan/ agrowisata.

Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Mutlak dipertimbangkan dalam

pengembangan kawasan budidaya adalah lokasi pembuangan atau aliran limbah

dari kolam/empang budidaya. Selain itu upayakan tidak mengintroduksi spesies baru

(exotic species) - Peningkatan produktifitas produksi perikanan budidaya baik dalam

aspek keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Program

Pengembangan Perikanan Tangkap - Dengan tidak digunakannya trawl, ukuran mata

jaring yang terlalu kecil serta bahan bius dan peledak maka keberlanjutan sumber

daya ikan dapat terjaga - Memaksimalkan potensi unggulan daerah. Program

Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar - Memaksimalkan

sumber pertumbuhan ekonomi potensial - Dalam program pengembangan kawasan

budidaya (laut, payau ataupun tawar) yang penting diperhatikan adalah potensi

sirkulasi air yang akan berdampak pada transport oksigen dan penumpukan limbah

organik di dasar perairan penerima limbah buangan kawasan budidaya.

Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur

dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan

perumahan - Pengembangan infrastruktur dalam menunjang kawasan ekonomi yang

diperuntukan pada kawasan yang memiliki jasa pengaturan iklim sangat tinggi maka

Page 15: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xv

perlu diperhatikan khususnya pada kawasan perkebunan sawit terutama pada

Kecamatan Tobadak, Budong-Budong, Tikke Raya, Karossa, Bulu Taba, Baras,

Dapurang.

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Dampak memperburuk perubahan

iklim dapat terjadi apabila pembangunan wilayah perbatasan mengganggu eksistensi

ekosistem perairan dan hutan yang berfungsi sebagai penyedia oksigen sekaligus

sebagai area penyerapan karbon. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas

Perhubungan - Potensi bahan cemar yang dihasilkan dari kativitas pelabuhan dapat

secera langsung memperburuk dampak perubahan iklim. Program Pengembangan,

Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral - Masyarakat

yang bertempat tinggal memiliki resiko rentang terhadap perubahan iklim khususnya

peningkatan suhu dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan besaran dampak

terhadap produksi pangan dan perikan darat dan laut - Limbah cair dari

penambangan logam (emas, besi) berpotensi untuk meningkatkan keasaman

perairan laut dan estuaria. Hal ini akan semakin memperburuk kenaikan suhu air

muka laut.

Program Pengembangan Perumahan - Program pengembangan perumahan perlu

memperhatikan kawasan-kawasan yang memiliki jasa ekosistem pengaturan iklim

tinggi dan seminimal mungkin pengembangannya tidak dilakukan pada kawasan

tersebut agar pengembangan kawasan perumahan tidak menimbulkan peningkatan

suhu pada suatu wilayah. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Potensi

dampak pada perubahan iklim dari aktifitas pengembangan pelabuhan perikanan

relatif rendah. Peluang dampak dapat timbul dari air ballast kapal yang dapat

menigkatkan suhu muka air laut serta kandungan hidrokarbon dalam minyak yang

terdapat dalam air ballast kapal penangkap ikan.

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Sebagian besar

kabupaten dan kota berada pada wilayah yang kurang rentan dan iklim tinggi -

Limbah cair tidak teroleh akan menyebabkan menurunnya kualitas perairan (sungai

dan wilayah pesisir) yang pada akhirnya akan semakin memperburuk dampak

perubahan iklim. Program Pengembangan Industri Pariwisata - Sebagian besar

kabupaten dan kota berada pada wilayah yang kurang rentan - Dampak perubahan

iklim yang paling terasa adalah akibat peningkatan suhu muka air laut yang menjadi

penyebab utama coral bleaching. Program Pengembangan Perikanan Budidaya -

Risiko yang mungkin memperparah dampak prubahan iklim adalah penurunan pH air

laut yang disertai rendahnya oksigen terlarut (DO) akibat limbah organic yang

dihasilkan dari aktifitas budidaya intensif. Program Pengembangan Perikanan

Tangkap - Dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh nelayan saat ini adalah dari

peningkatan suhu muka air laut yang menyebabkan ikan-ikan pelagis besar

menyelam ke bagian laut yang lebih dalam. Hal ini menyebabkan semakin

berkurangnya ikan-ikan pelagis besar yang dapat ditangkap. Perlu disediakan

peralatan tangkap yang mampu menjangkau kedalaman di bawah 300 m. Program

Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar - Potensi dampak

Page 16: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xvi

pada perubahan iklim dapat dikatakan kecil. Potensi dampak terutama pada proses

land clearing yang mengorbankan hutan bakau atau vegetasi daratan lainnya, yang

mengakibatkan menurunnya daya serap karbon.

Keanekaragaman Hayati. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Dampak

terhadap keanekaragaman hayati harus menjadi pertimbangan utama dalam

pembukaan wilayah-wilayah perbatasan untuk kepentingan pengembangan

permukiman dan aktivitas-aktvitas pembangunan ekonomi lainnya. Program

Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Menghindari kawasan

dengan jasa ekosistem tinggi dan sangat tinggi, serta kawasan hutan lindung di

semua Kecamatan pesisir. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi

Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral - Mempengaruhi SDA genetic - Limbah

penambangan logam dan air buangan pembangkit listrik (PLTU). Program

Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Dampak terhadap keragaman hayati hanya

akan timbul apabila lokasi pengembangan secara langsung berada atau sangat

dekat dengan ekosistem atribut wilayah pesisir (terumbu karang, padang lamun dan

mangrove). Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Implementasi

program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi - Bila kondisi

cemar tidak dikendalikan demikian juga dengan aktifitas penangkapan yang tidak

dikendalikan dengan baik, maka dampak buruk seperti menghilangnya spesies-

spesies local akan terjadi (species shifting).

Program Pengembangan Industri Pariwisata - Khusus pengembangan wisata bahari

dengan memperhatikan ekosistem pesisir, kawasan konservasi pesisir dan pulau-

pulau kecil. Wisata darat memperhatikan kawasan suaka marga satwa dan lindung -

Apabila ekosistem terumbu karang rusak, maka dampaknya adalah pada hewan-

hewan symbiont atau yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai niche.

Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Potensi penyebab utama

menurunnya kehati adalah pembukaan lahan budidaya baru yang umumnya

berasosiasi dengan hutan bakau (mangrove). Penggunaan pestisida juga akan

menyebabkan dampak tersendiri bagi organisme renik di sekitar lokasi buangan air

limbah (out let). Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Keanekaragaman

hayati mulai terganggu akibat alat tangkap tidak ramah lingkungan (trawl dan

sejenisnya) dan penggunaan bahan bius dan peledak yang membunuh seluruh

organisme, termasuk nontarget penangkapan demikian juga dengan masalah ukuran

mata jarring. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air

Tawar - Keanekaragaman hayati dapat terpengaruh (terkena dampak) dalam konteks

penumpukan limbah berkepanjangan yang menyebabkan kondisi hipoksia atau

bahkan anoksia (tanpa oksigen). Daerah hipoksia umumnya sdh sangat rendah

kehati-nya, lebih-lebih pada kondisi anoksia.

6. Perumusan Alternatif

Kajian Alternatif dari Kebijakan dan Program yang Berdampak/Risiko Terhadap

Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut.

Page 17: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xvii

Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian

daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan - Luas kawasan

perkebunan sawit perlu di revisi ulang, terdapat beberapa penggunaan lahan yang

berkontribusi tinggi sebagai jasa pangan dan jasa pengaturan iklim dan air, maka

terlebih dahulu perlu memperhatikan dan mengurangi Peningkatan luasan kawasan

perkebunan sawit pada wilayah yang di rencanakan. Adapun wilyah tersebut

diantaranya: Kec. Baras (2.768,14 ha), Kec. Budong-budong (9.124,85 ha), Kec.

Bulu Taba (1.105,19 ha), Kec. Dapurang (6.820,42 ha), Kec. Duripoku (1.959,31 ha),

Kec. Karossa (7.906,84 ha), Kec. Lariang (976,55 ha), Kec. Pangale (506,68 ha),

Kec. Sarudu (3.126,16 ha), Kec. Tikke raya (1.700,26 ha), Kec. Tobadak (8.002,32

ha), Kec. Tommo (900,19 ha), Kec. Topoyo (111,83 ha) Total Keseluruhan 45.008,75

ha - Penyerasian kelembagaan pengelolaan ekosistem dan tataruang perlu diperkuat

pada jenjang yang lebih tinggi karena jasa ekosistem dan sumber daya yang ada

dalam ekosistem yang bersifat lintas batas, untuk itu perlu merumuskan kebijakan

dan aturan tentang Pencadangan Kawasan perkebunan sawit yang

mempertimbangkan jasa ekosistem khususnya pangan dan pengaturan iklim dan air.

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Terdapat 3 wilayah yang perlu

memperoleh pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab. Mamasa (Kec.

Tabang) dan Tana Toraja (Kec. Pana)–Sulsel (Kab. Lutra), Kab. Polman (Kec.

Binuang) dan Sulsel (Kab. Pinrang) dan Kab. Pasangkayu (Kec. Sarjo)-Sulteng (Kab.

Donggala) - Dalam usaha-usaha pengembangan wilayah perbatasan, alternatif

lokasi dengan tingkat keragaman hayati dengan ekosistem utuh sebaiknya dihindari.

Apabila program pengembangan wilayah memiliki ketregantungan pada sumber

daya air, maka hal ini bukan menjadi alasan untuk mengorbankan wilayah dengan

tingkat keutuhan ekosistem dan keragaman hayati yang tinggi.

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Tidak

mengembangkan infrastruktur pelabuhan dalam kawasan konservasi laut dan/atau

hutan lindung di Kecamatan pesisir (disesuaikan dengan RZWP Sulbar) - Kab.

Mamasa dan Kab. Mamuju Tengah merupakan daerah yang potensial menopang

percepatan perekonomian Sulbar. Namun, kedua peran kedua daerah tersebut

masih tergolong minim dalam menyumbang besaran kue ekonomi di Sulbar,

khususnya sumbangsih kedua daerah tersebut terhadap PDRB Sulbar dalam 5 tahun

terakhir (2010-2014) yang begitu rendah yakni masing-masing (6,52%) & (6,98 %).

Dengan kata lain, kedua wilayah ini memerlukan pembangunan infrastruktur fasilitas

dan prasarana untuk mencapai perecepatan pembangunan tersebut. Daerah yang

dimaksud adalah Kab. Mamasa (Kec. Tawalian: 4.240 Ha, Kec. Balla Kec.

Rantebulahan Timur: 2.999 Ha). Sedangkan Kab.Mamuju Tengah (Kec.Pangale: 254

Ha, Kec.Budong-budong: 10.486 Ha).

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber

Daya Mineral - Perumusan blok migas perlu mempertimbangkan kawasan mangrove

dan jasa ekosistem, utamanya pangan dan jasa penyediaan air bersih, adapun

wilayah yang dimaksud berdasarkan Fungsi Kawasan sebagai berikut: 1). Kawasan

Page 18: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xviii

Hutan Lindung Kec. Kalukku (34,88 ha), Kec. Papalang (88,92 ha), Kec. Sapanga

(35,5 ha), Kec. Karossa (61,1 ha), Kec. Pangale (122 ha), Kec. Baras (48,1 ha), Kec.

Lariang (34,5 ha), Kec. Pasangkayu (54,6 ha), Kec. Pedonga (14,8 ha), Kec. Tikke

Raya (152,75 ha). 2). Kawasan Hutan Produksi Konversi Kec. Tikke Raya (52,7 ha),

Kec. Pedonga (19,9 ha). 3). Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kec. Karossa (9,13

ha), Kec. Topoyo (18,6 ha). 4). Kawasan Perikanan Kec. Bambalomotu (1,38 ha),

Kec. Dapurang (38 ha), Kec. Lariang (34,7 ha), Kec. Pasangkayu (45,58 ha). 5).

Wilayah Perairan Kec. Sapanga (26,7 ha), Kec. Pangale (33,25 ha), Kec. Baras (4,8

ha), Mewujudkan pendefinisian batas-batas Blok Migas dengan ketentuan batasan

akses wilyah daratan yang dipersyaratkan sesuai dengan pertimbangan jasa

ekosistem dan D3TLH - Karena penambangan logam dan pembangunan pembangkit

listrik akan membutuhkan lahan, maka harus benar-benar diperhatikan lokasi dengan

potensi Kehati dan Jasa ekosistem tinggi.

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara -

Berdasarkan data progres implementasi 5 sasaran rencana aksi koordinasi dan

supervisi mineral dan batubara terdapat permasalahan yaitu 1). Sebagian besar

perizinan komoditas batuan langsung IUP Operasi Produksi, tidak melalui WIUP &

IUP Eksplorasi sehingga tidak ada Biaya Pencadangan Wilayah dan Jaminan

Kesungguhan. 2). Masih ada pemegang IUP komoditas Mineral dan Batubara belum

melaksanakan kewajiban -kewajibannya. 3) Kurangnya pemahaman Teknis Aparat

Kabupaten terhadap rencana aksi Kordinasi dan supervisi akibat perubahan UU

terkait kewenangan. Dari permasalahan tersebut maka pemerintah provinsi ataupun

kabupaten perlu mengutamakan peningkatan kapasitas pengawas agar terciptanya

pemantauan yang berkeadilan dan bertanggung jawab - Sebagian besar pemegang

IUP kurang mengetahui metode pelaporan produksi sesuai dengan format laporan

yang baku maka dari itu Pemerintah provinsi perlu melakukan pembinaan dan

bimbingan teknis kepada pemegang IUP kiranya pemantauan/pemeriksaan dapat

berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

Program Pengembangan Perumahan - Ada beberapa wilayah yang belum begitu

padat untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec.

Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab. Mamuju: Tengah

yakni Kec. Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene:

Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha dan Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah

tersebut cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman,

sehingga dapat menjadi tempat alternatif transmigrasi. KRP Program

Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Keberadaan ekosistem atribut wilayah

pesisir jelas menjadikan bukan lokasi untuk pembangunan Pelabuhan Perikanan.

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi - Terdapat

daerah potensial yang dapat menjadi objek pembangunan pemukiman, yakni wilayah

yang belum begitu padat pemukiman antara lain Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang

(86,66 Ha), Kec. Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.

Mamuju: Tengah yakni Kec. Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha.

Page 19: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xix

Kab. Majene: Kec. Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha dan Kec. Malunda

86,39 Ha. Daerah tersebut dapat menjadi prioritas pengembangan pemukiman,

sehingga dapat menjadi tempat alternative daerah transmigrasi. KRP Program

Pengembangan Kawasan Transmigrasi - Ada beberapa wilayah yang belum begitu

padat untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec.

Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.Mamuju: Tengah yakni

Kec.Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene: Kec.Tuno

Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha & Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah tersebut

cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman, sehingga

dapat menjadi tempat alternatif transmigrasi. Program Pengembangan sentra-sentra

industri potensial - Limbah kawasan agroindustry sekala besar dan industry

pengolahan hasil perikanan harus diolah dengan melengkapi industry-industri

dengan instalasi pengolahan limbah yang baik.

Program Pengembangan Industri Pariwisata - Daya Tarik sebagai destinasi

pariwisata laut adalah tingginya keanekaragaman hayati ekosistem pesisir (lamun,

terumbu karang dan mangrove). Harus ada aturan tegas tentang jumlah wisatawan

maksimum dan harus ada musim tutup kawasan untuk dapat memulihkan diri

(recovery time). Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Ada 2 teknologi

budidaya yang dapat diterapkan: semi intensif atau supra intensif dengan system

pengolahan air limbah yang baik. Program Pengembangan Perikanan Tangkap -

Zona tangkap sebaiknya pada wilayah laut dengan kedalaman di atas 150 m.

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar -

Pengembangan kawasan budidaya (site selection) harus mempertimbangkan kondisi

awal lokasi pengembangan. Tidak mengorbankan eksisting ekosistem pada tingkat

parah.

7. Rekomendasi Perbaikan

Kajian Rekomendasi dari Kebijakan dan Program yang Berdampak/Risiko Terhadap

Lingkungan Hidup sebagaimana berikut di bawah ini memperlihatkan perkiraan

mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup terkait dengan kebijakan dan program

yang berdampak terhadap lingkungan hidup. Hasil dari alternative dan rekomendasi

ini kemudian dilakukan konsultasi publik kedua.

Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian

daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan - Otoritas kawasan

perkebunan sawit perlu diperhatikan oleh dinas instansi terkait dengan mengurangi

luas kawasan yang di peruntukkan, berdasarkan hasil analisis spasial Penutupan

lahan yang masuk sebagai kawasan perkebunan sawit diantaranya: Belukar, Belukar

Rawa, Pertanian Lahan Kering, Hutan Sekunder, Hutan mangrove, Hutan Rawa

Sekunder, sawah, tambak, savana dan sebagian dibantaran sungai, penutupan

lahan ini memiliki jasa ekosistem pangan, pengaturan iklim dan air bersih Sangat

Tinggi. Adapun wilayah yang menjadi kawasan peruntukan perkebunan sawit dengan

luas masing-masing yaitu: Kec. Baras (2.768,14 ha), Kec. Budong-budong (9.124,85

Page 20: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xx

ha), Kec. Bulu Taba (1.105,19 ha), Kec. Dapurang (6.820,42 ha), Kec. Duripoku

(1.959,31 ha), Kec. Karossa (7.906,84 ha), Kec. Lariang (976,55 ha), Kec. Pangale

(506,68 ha), Kec. Sarudu (3.126,16 ha), Kec. Tikke raya (1.700,26 ha), Kec. Tobadak

(8.002,32 ha), Kec. Tommo (900,19 ha), Kec. Topoyo (111,83 ha) Total Keseluruhan

45.008,75 ha - Pembangunan infrastruktur sebaiknya diarahkan ke wilayah-wilayah

yang minim infrstruktur. Sebagai tambahan, Kab. Polman dan Pasangkayu

merupakan daerah yang telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai

dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur

perlu diprioritaskan di kabupaten lainnya, Pengembangan infrastruktur juga perlu

memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan air tinggi,

dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti yang

disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan ketika

akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah. Rencana-

rencana jalan yang melintasi kawasan dengan tingkat bencana tinggi dan berada

pada status kawasan hutan lindung perlu dipindahkan lokasinya, pemindahan lokasi

rencana perlu ditindaklanjuti pada kajian spasial perencanaan tata ruang.

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Ada 3 wilayah yang dapat menjadi rekomendasi pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab.Mamasa dan Kab. Pasangkayu serta Kab. Polman. Ketiga wilayah tersebut menjadi pintu gerbang penguatan daerah tertinggal dan aksesibilitas Sulbar dengan provinsi tetangga. Utamanya, dalam memperbaiki akses pendidikan di kawasan pinggiran - Mempersiapkan paket-paket teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan dalam program-program pengembangan wilayah perbatasan yang wajib diawasi secara ketat oleh para pemangki kepentingan di wilayah-wilayah yang saling berbatasan.

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Perwujudan pembangunan infrastruktur transportasi laut harus memperhatikan kondisi ekosistem pesisir pada wilayah-wilayah yang dapat dikembangkan. Dimana untuk pembangunan infrastruktur transportasi laut berdasarkan RZWP3K secara spasial diakomodir di Kecamatan Binuang, Balanipa, Tinambung (Kabupaten Polewali Mandar); Kecamatan Banggae, Pamboang, Sendana, Malunda (Kabupaten Majene); Kecamatan Mamuju, Kecamatan Kalukku, Kecamatan Sampaga (Kabupaten Mamuju); Kecamatan Pangale, Budong-Budong (Kabupaten Mamuju Tengah); Kecamatan Sarudu, Pasangkayu (Kabupaten Pasangkayu), sehingga jika pengembangan tidak berdasarkan arahan dalam RZWP3K akan mempengaruhi zona peruntukan lainnya dimana hampir seluru wilayah perairan di Provinsi Sulawesi Barat diperuntukann untuk zona penangkapan ikan pelagis dan terdapat beberapa wilayah yang merupakan zona inti kawasan konservasi pesisir dan perairan (KKP) seperti di pesisir Kecamatan Binuang, Campalagian (Kabupaten Polewali Mandar); Kecamatan Sendana (Kabupaten Majene); Kecamatan Daapurang (Kabupaten Pasangkayu) - Untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan tepat sasaran, sebaiknya arah pengembanganya diarahkan ke daerah yang ketersediaan infrastrkturnya lebih rendah, tentunya daerah tersebut sebaiknya dikembangkan diluar Kab. Polman dan Pasangkayu, sebab wilayah tersebut dianggap telah memiliki infrastruktur yang relatif memadai dibandingkan dengan daerah lainnya.

Page 21: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxi

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber

Daya Mineral - Kegiatan eksplorasi dan pengelolaan potensi Energi pada wilayah

yang dilakukan perlu melakukan kajian rona awal untuk mengetahui besarnya resiko

yang akan di timbulkan. Wilayah yang termasuk ialah: Kecamatan Malunda,

Pamboang, Banggae, Balanipa, Campalagian, Kalukku, Papalang, Pangale,

Budong-Budong, Sapanga, Pangale, Baras, Lariang, Pasangkayu, Pedongga,

Karossa, Tikke Raya, Bambalamotu - Pendayagunaan sumber daya alam dan

teknologi tinggi khususnya Blok Migas dapat mempengaruhi daya dukung hasil

pangan, jasa ekosistem penyediaan air bersih dan Sumber Daya Genetik,

merupakan landasan hayati yang langsung atau tidak langsung menopang

kesejahteraan manusia di wilayah pesisir Pantai Provinsi Sulawesi Barat. Adapun

Wilayah blok Migas pada pesisir pantai Provinsi Sulawesi barat yaitu: Kec. Kalukku,

Kec. Papalang, Kec. Sapanga, Kec. Karossa, Kec. Pangale, Kec. Baras Kec. Lariang,

Kec. Pasangkayu, Kec. Pedonga, Kec. Tikke Raya, Kec. Topoyo, Kec.

Bambalomotu, Kec. Dapurang - Implementasi kegiatan ini harus didahului dengan

Kajian Lingkungan dan/atau AMDAL yang baik. Program pengusahaan, pembinaan

dan pengawasan bidang mineral dan batubara - Melakukan Pengawasan secara

massif meliputi administarasi/tata laksana; operasional; kompetensi aparatur; dan

pelaksanaan program pengelolaan usaha pertambangan.

Program Pengembangan Perumahan - Daerah yang justru tidak dianjurkan untuk

pengembangan wilayah pemukiman baru adalah mayoritas berada di Kab. Polewali

Mandar dan Kab. Mamuju sebab wilayah tersebut sudah cukup padat pemukiman.

Sedangkan Kab. Mamasa, meskipun masih banyak wilayah yang minim pemukim,

namun infrastruktur daerah tersebut masih belum memadai sehingga kurang baik

untuk pemukiman. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Mencari lokasi

pengembangan lain dengan tingkat keragaman ekosistem atribut wilayah pesisir

yang relative rendah dan mengikuti arahan pengembangan pelabuhan perikanan

yang telah ditetapkan didalam RZWP3K yakni di Kecamatan Polewali, Banggae,

Mamuju, Kalukku dan Pasangkayu.

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi - Untuk

mencapai misi pemerataan pembangunan dan mempersempit ketimpangan antar

wilayah, sebaiknya arah pengembangan pemukiman diarahkan ke daerah yang tidak

padat pemukim, dan menghindari daerah padat pemukim yakni Kab. Polewali

Mandar dan Kab. Mamuju. Pengembangan infrastruktur juga perlu memperhatikan

wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan air tinggi, dimana

kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti yang disajikan pada

kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan ketika akan

dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah.

Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi - Untuk menghindari mis-alokasi

pengembangan kawasan transmigrasi dan inefektifitas pembangunan transmigrasi,

sebaiknya program tersebut dialokasikan ke daerah yang tidak padat pemukim

seperti Kab. Polewali Mandar dan Kabupaten Mamuju. Pengembangan infrastruktur

juga perlu memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan

Page 22: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxii

air tinggi, dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti

yang disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan

ketika akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah.

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Pengembangan komoditi

pangan khusus perikanan, pertanian, perkebunan misalnya industri skala menengah,

skala rumah tangga - Pengembangan Kawasan agroidustri sekala besar dan industry

pengolahan hasil perikanan harus memprhatikan ekosistem-ekosistem periaran yang

akan menjadi lokasi pembuangan air limbah yang dihasilkan.

Program Pengembangan Industri Pariwisata - Pengembangan industri pariwisata

dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan secara berkelanjutan. Implementasi

dapat difokuskan pada Kec. Sarudu, dan Tinambung - Harus mengikuti arahan

RZWP dan Good Management Practice kawsan wisata bahari, dimana untuk

pengembangan wisata bahari dapat diarahakan pada zona wisata bentang alam laut

dan zona wisata alam bawah laut. Alokasi ruang untuk wisata alam bawah laut

terdapat di perairan kecamatan Binuang, Kepulauan Bala-Balakang, Mamuju (Pulau

Karampuang); Alokasi ruang untuk wisata alam bentang laut terdapat di perairan

Kecamatan Tammeroddo, Tubu, Banggae Timur, Banggae, Simboro, Kalukku,

Lariang, Tikke Raya, dan Mamuju; dan alokasi ruang untuk wisata alam pantai

terdapat di perairan Kecamatan Binuang Campalagian, Matakali, Mapilli, Balanipa,

Banggae Timur, Pamboang, Sendana, Tapalang Barat, Kepulauan Bala-Balakang,

Pangale, Budong-Budong, Topoyo, Sarudu, Baras, Pedongga, Pasangkayu, dan

Bambaira. Alokasi ruang untuk wisata kuliner terdapat di Kecamatan Sendana.

Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Menghindari pembukaan lahan baru

(ekstensifikasi) di kawasan mangrove sebagai upaya preventif terhadap

kemungkinan terganggunya keanekaragaman hayati yang dikandung oleh

mangrove. Sebaiknya pengembangan perikanan budidaya mengikuti arahan zonasi

budidaya perikanan yang telah ditetapkan didalam RTRW dan RZWP3K. Dimana

didalam pola ruang RTRW diatur kawasan perikanan dan tambak yang meliputi

Kecamatan Bambaira, Bambalamotu, Baras, Dapurang, Karossa, Lariang,

Pasangkayu, Sarjo, Sarudu, Banggae Timur, Binuang, Campalagian, Kalukku,

Mamuju, Mapilli, Pamboang, Pangale, Papalang, Pedongga, Polewali, Sampaga,

Tikke Raya, Tinambung dan Wonomulyo. Dan untuk perikanan budidaya laut yang

diatur dalam RZWP3K meliputi Bambalamotu, Binuang, Budong-Budong, Kaluku,

Karossa, Mamuju, Pamboang, Pulau Karampuang, Polewali, Sarjo, Bambaira,

Sarudu, Baras, Ulumanda, Malunda dan Tapalang.

Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Trawl dapat diberikan izin untuk

kapal-kapal bertonase di atas 15 GT pada kedalaman di atas 300 m. Ukuran mata

jarring sebaiknya diberlakukan untuk penangkapan ikan di laut dangkal (littoral zone),

dengan ukuran minimal 9 cm.

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar - Pemilihan kawasan budidaya (laut, payau atau tawar) harus memperhatikan faktor-

Page 23: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxiii

faktor: kecepatan arus, gelombang, jenis substrat sedimen, kelandaian lahan dan sumber air bersih sebagai bahan baku kegiatan budadaya. Sebaiknya pengembangan perikanan budidaya mengikuti arahan zonasi budidaya perikanan yang telah ditetapkan didalam RTRW dan RZWP3K. Dimana didalam pola ruang RTRW diatur kawasan perikanan dan tambak yang meliputi Kecamatan Bambaira, Bambalamotu, Baras, Dapurang, Karossa, Lariang, Pasangkayu, Sarjo, Sarudu, Banggae Timur, Binuang, Campalagian, Kalukku, Mamuju, Mapilli, Pamboang, Pangale, Papalang, Pedongga, Polewali, Sampaga, Tikke Raya, Tinambung dan Wonomulyo. Dan untuk perikanan budidaya laut yang diatur dalam RZWP3K meliputi Bambalamotu, Binuang, Budong-Budong, Kaluku, Karossa, Mamuju, Pamboang, Pulau Karampuang, Polewali, Sarjo, Bambaira, Sarudu, Baras, Ulumanda, Malunda dan Tapalang.

8. Integrasi Rekomendasi

Integrasi muatan rekomendasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis dilakukan untuk

menyatukan atau mengharmonisasikan proses pembangunan suatu wilayah

dan/atau Kebijakan dan Program. Paparan berikut memperlihatkan integrasi muatan

rekomendasi dalam Kebijakan dan Program.

Rekomendasi Pengembangan pendidikan, mestinya diarahkan ke sentrum wilayah

pendidikan itu sendiri yakni Kab. Majene. Meskipun, hal ini tidak menjustifikasi

kemungkinan pengembangan pendidikan di daerah lain yang membutuhkan di

Sulbar.Untuk pelayanan kesehatan, sebaiknya diarahkan ke Kab.Polman - Sudah

termuat di dalam Kebijakan dan Program namun dalam penentuan lokasinya akan

ditindaklanjuti ke dalam Renstra OPD terkait. Demikian halnya Regionalisasi

pelayanan kesehatan telah direncanakan ke dalam 2 (dua) Region yaitu Bagian

Selatan berpusat di Kab. Polman dan Bagian Utara berpusat di Kab. Mamuju.

Rekomendasi Kab. Polman dan Pasangkayu sudah memiliki infrastruktur yang relatif

memadai dibandingkan dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, pembangunan

infrastruktur perlu diprioritaskan di kabupaten lainnya. Pembangunan infrastruktur

penghubung antar kabupaten perlu lebih ditingkatkan - Pembangunan infrastruktur

penghubung antar kabupaten merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama di

dalam KRP. Prioritas pembangunan infrastruktur akan ditindaklanjuti ke dalam

Renstra OPD dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Rekomendasi Otoritas kawasan perkebunan sawit perlu diperhatikan oleh dinas

instansi terkait dengan mengurangi luas kawasan yang di peruntukkan - Akan dikaji

lebih lanjut oleh OPD terkait serta akan dimasukkan pada saat Revisi RPJMD.

Rekomendasi Pembangunan infrastruktur sebaiknya diarahkan ke wilayah-wilayah

yang minim infrstruktur. Sebagai tambahan, Kab. Polman dan Pasangkayu

merupakan daerah yang telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai

dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur

perlu diprioritaskan di kabupaten lainnya - Sudah termuat di dalam Kebijakan dan

Page 24: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxiv

Program, prioritas pembangunan infrastruktur akan ditindaklanjuti ke dalam Renstra

OPD dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Rekomendasi Ada 3 wilayah yang dapat menjadi rekomendasi pengembangan

wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab.Mamasa dan Kab.Pasangkayu serta Kab.

Polman. Ketiga wilayah tersebut menjadi pintu gerbang penguatan daerah tertinggal

dan aksesibilitas Sulbar dengan provinsi tetangga. Utamanya, dalam memperbaiki

akses pendidikan di kawasan pinggiran - Sudah termuat di dalam Kebijakan dan

Program, pembangunan mendukung akses pendidikan akan ditindaklanjuti ke dalam

Renstra OPD terkait dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Rekomendasi Mempersiapkan paket-paket teknologi yang sesuai dan ramah

lingkungan dalam program-program pengembangan wilayah perbatasan yang wajib

diawasi secara ketat oleh para pemangki kepentingan di wilayah-wilayah yang saling

berbatasan - Akan ditambahkan kedalam Kebijakan dan Program saat revisi RPJMD.

Rekomendasi Perwujudan pembangunan infrastruktur transportasi laut harus

memperhatikan kondisi ekosistem pesisir pada wilayah-wilayah yang dapat

dikembangkan - Akan ditindaklanjuti berupa penyusunan Dokumen Lingkungan

sebelum pelaksanaan pembangunan transportasi laut.

Rekomendasi Untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan

tepat sasaran, sebaiknya arah pengembanganya diarahkan ke daerah yang

ketersediaan infrastrkturnya lebih rendah, tentunya daerah tersebut sebaiknya

dikembangkan diluar Kab. Polman dan Pasangkayu, sebab wilayah tersebut

dianggap telah memiliki infrastruktur yang relatif memadai dibandingkan dengan

daerah lainnya - Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program, prioritas

pembangunan infrastruktur akan ditindaklanjuti ke dalam Renstra OPD terkait

dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan memperhatikan kualitas dan kuantitas infrastruktur di

masing-masing kabupaten.

Rekomendasi Kegiatan eksplorasi dan pengelolaan potensi Energi pada wilayah

yang dilakukan perlu melakukan kajian rona awal untuk mengetahui besarnya resiko

yang akan di timbulkan. Wilayah yang termasuk ialah: Kecamatan Malunda,

Pamboang, Banggae, Balanipa, Campalagian, Kalukku, Papalang, Pangale,

Budong-Budong, Sapanga, Pangale, Baras, Lariang, Pasangkayu, Pedongga,

Karossa, Tikke Raya, Bambalamotu - Akan ditindaklanjuti berupa penyusunan

Dokumen Lingkungan sebelum melakukan explorasi dan pengelolaan potensi energi

utamanya pada kecamatan yang dimaksud.

Rekomendasi Implementasi kegiatan ini harus didahului dengan Kajian Lingkungan

dan/atau AMDAL yang baik - Akan ditindaklanjuti berupa penyusunan Dokumen

Lingkungan sebelum melakukan explorasi dan pengelolaan potensi energi utamanya

pada kecamatan yang dimaksud.

Page 25: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxv

Rekomendasi Melakukan Pengawasan secara massif meliputi administarasi/tata

laksana; operasional; kompetensi aparatur; dan pelaksanaan program pengelolaan

usaha pertambangan - Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait.

Rekomendasi Daerah yang justru tidak dianjurkan untuk pengembangan wilayah

pemukiman baru adalah mayoritas berada di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamuju

sebab wilayah tersebut sudah cukup padat pemukiman. Sedangkan Kab. Mamasa,

meskipun masih banyak wilayah yang minim pemukim, namun infrastruktur daerah

tersebut masih belum memadai sehingga kurang baik untuk pemukiman - Akan

ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait dengan memprioritaskan pengembangan

pemukiman pada kabupaten lain diluar kabupaten yang dimaksud.

Rekomendasi Mencari lokasi pengembangan lain dengan tingkat keragaman

ekosistem atribut wilayah pesisir yang relative rendah - Akan dikaji dalam Rencana

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)

Provinsi Sulawesi Barat yang dalam tahap penyusunan.

Rekomendasi Untuk mencapai misi pemerataan pembangunan dan mempersempit

ketimpangan antar wilayah, sebaiknya arah pengembangan pemukiman diarahkan

ke daerah yang tidak padat pemukim, dan menghindari daerah padat pemukim yakni

Kab.Polewali Mandar dan Kab. Mamuju - Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD

terkait dengan memperhatikan Angka Backlog dan Kondisi Perumahan di masing-

masing Kabupaten.

Rekomendasi Untuk menghindari mis-alokasi pengembangan kawasan transmigrasi

dan inefektifitas pembangunan transmigrasi, sebaiknya program tersebut

dialokasikan ke daerah yang tidak padat pemukim seperti Kab.Polewali Mandardan

Kabupaten Mamuju - Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait dengan

memperhatikan ketersediaan dan kesesuaian lahan.

Rekomendasi Pengembangan komoditi pangan khusus perikanan, pertanian,

perkebunan misalnya industri skala menengah, skala rumah tangga - Sudah termuat

di dalam Kebijakan dan Program dan akan lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD.

Rekomendasi Pengembangan Kawasan agroidustri sekala besar dan industry

pengolahan hasil perikanan harus memprhatikan ekosistem-ekosistem periaran yang

akan menjadi lokasi pembuangan air limbah yang dihasilkan - Akan ditindaklanjuti

berupa penyusunan Dokumen Lingkungan sebelum pengembangan kawasan

industri tersebut.

Rekomendasi Pengembangan industri pariwisata dengan pelibatan masyarakat

sekitar kawasan secara berkelanjutan. Implementasi dapat difokuskan pada Kec.

Sarudu, dan Tinambung - Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program dan akan

lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD.

Rekomendasi Harus mengikuti arahan RZWP dan Good Management Practice

kawsan wisata bahari - Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program dan akan

lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD.

Page 26: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxvi

Rekomendasi Menghindari pembukaan lahan baru (ekstensifikasi) di kawasan

mangrove sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan terganggunya

keanekaragaman hayati yang dikandung oleh mangrove - Sudah termuat di dalam

Kebijakan dan Program dan akan lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD.

Rekomendasi Trawl dapat diberikan izin untuk kapal-kapal bertonase di atas 15 GT

pada kedalaman di atas 300 m. Ukuran mata jarring sebaiknya diberlakukan untuk

penangkapan ikan di laut dangkal (littoral zone), dengan ukuran minimal 9 cm - Akan

ditindaklanjuti oleh OPD terkait.

Rekomendasi Pemilihan kawasan budidaya (laut, payau atau tawar) harus

memperhatikan faktor-faktor: kecepatan arus, gelombang, jenis substrat sedimen,

kelandaian lahan dan sumber air bersih sebagai bahan baku kegiatan budidaya -

Akan Ditindaklanjuti oleh OPD terkait dengan memperhatikan RZWP3K Provinsi

Sulawesi Barat.

Page 27: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxvii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan perkenan-Nya,

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat telah selesai menyusun dokumen Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD). KLHS disusun dalam rangka melaksanakan Undang-

Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup yang mengamanatkan pemerintah daerah membuat Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS) dengan tujuan untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) yang berpotensi

menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.

Proses penyusunan KLHS ini, menggunakan tahapan pelaksanaan yang telah

diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara

Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Pelaksanaan KLHS melalui

beberapa tahapan yang meliputi identifikasi isu pembangunan berkelanjutan,

pengkajian muatan KRP yang berdampak risiko lingkungan hidup, penyusunan

alternatif dan rekomendasi serta tahap penjaminan kualitas. Disamping itu

penyusunan KLHS yang bersifat partisipatif juga mendukung pengembangan

kapasitas para perencana pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat dan para pihak

yang terkait.

Kajian lingkungan hidup strategis adalah untuk mengintegrasikan prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan, rencana dan program. Posisi KLHS

berada pada relung pengambilan keputusan dan manfaatnya bersifat khusus bagi

rencana tata ruang. KLHS dapat memperkaya proses penyusunan dan evaluasi

keputusan, serta dapat pula sebagai alternatif dan rekomendasi kebijakan sehingga

menjamin terwujudnya pembangunan berkelanjutan daerah yang berdasarkan pada

prinsip keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat dalam kesempatan ini

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh tim yang terlibat

khususnya kepada tim Kelompok Kerja (POKJA) dan tim narasumber dari Center of

Excellences-Smart Land Use Management (CoE-SALUT) Universitas Hasanuddin

atas fasilitasi dan kerjasamanya dalam proses penyusunan dokumen KLHS RPJMD

ini. Akhirnya, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat menyadari bahwa

dokumen KLHS yang ada saat ini masih membuka ruang masukan dan saran yang

positif bagi berbagai pihak untuk implementasi kebijakan, rencana dan/atau program

yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Sulawesi Barat dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan.

Mamuju, Januari 2018

Ketua Tim Pokja KLHS

Page 28: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxviii

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

KATA PENGANTAR xxvii

DAFTAR ISI xxviii

DAFTAR TABEL xxxvii

DAFTAR GAMBAR xxvii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Dasar Hukum dan Kebijakan ................................................................ 5

1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran ............................................................... 6

1.4. Keluaran ............................................................................................... 7

1.5. Manfaat ................................................................................................ 8

1.6. Ruang Lingkup ..................................................................................... 9

1.6.1. Lingkup Wilayah Kajian .................................................................. 9

1.6.2. Lingkup Materi Kajian ..................................................................... 9

1.7. Pendekatan dan Metodologi ................................................................. 9

1.7.1. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan ...... 10

1.7.2. Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang Berpotensi

Menimbulkan Pengaruh terhadap Kondisi Lingkungan Hidup

dan Pembangunan Berkelanjutan ................................................ 14

1.7.3. Pengaruh Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang

Berpotensi Menimbulkan Pengaruh terhadap Kondisi

Lingkungan Hidup ........................................................................ 15

1.7.4. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana

dan/atau Program ........................................................................ 18

1.7.5. Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan

Keputusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang

Mengintegrasikan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan .............. 19

1.7.6. Integrasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis ke dalam Kebijakan,

Rencana dan/atau Program (Penjaminan Kualitas) ...................... 20

1.8. Tahap Penyelenggaraan KLHS .......................................................... 22

1.9. Sistematika Pembahasan ................................................................... 23

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 25

2.1. Kondisi Geografis ............................................................................... 25

2.2. Kondisi Topografi ............................................................................... 28

2.3. Kondisi Geologi .................................................................................. 30

2.4. Kondisi Hidrologi ................................................................................ 34

Page 29: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxix

2.5. Kondisi Iklim ....................................................................................... 36

2.6. Daerah Rawan Bencana .................................................................... 38

2.7. Data Kependudukan ........................................................................... 42

2.8. Kondisi Sosial ..................................................................................... 45

2.9. Kondisi Ekonomi ................................................................................. 53

2.10. Sektor Kehutanan ............................................................................... 59

BAB 3. ISU PRIORITAS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 61

3.1. Pengumpulan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan ........................... 62

3.2. Pemusatan Isu Pembangunan Berkelanjutan ..................................... 65

3.3. Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis ......................................... 70

3.4. Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas .......................................... 71

BAB 4. IDENTIFIKASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM 76

4.1. Kebijakan dan Program Berdampak/Berisiko terhadap Lingkungan

Hidup .................................................................................................. 76

4.2. Keterkaitan Kebijakan dan Program terhadap Isu Prioritas ............... 101

BAB 5. KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN DAN PROGRAM 108

5.1. Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

untuk Pembangunan ........................................................................ 108

5.2. Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup ............ 112

5.3. Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem ...................................................... 121

5.4. Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam ........................................ 128

5.5. Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap Perubahan

Iklim .................................................................................................. 131

5.6. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati ................ 138

BAB 6. PERUMUSAN ALTERNATIF 152

BAB 7. REKOMENDASI PERBAIKAN 157

BAB 8. INTEGRASI REKOMENDASI KLHS 175

Page 30: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxx

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pengaruh KLHS pada Berbagai Tipe Rencana Tata Ruang 2 Tabel 1.2. Contoh Matriks Teknik Scoring dan Pembobotan untuk Membantu

Pelingkupan Isu Prioritas 13

Tabel 1.3. Matriks Sintesa Hasil Identifikasi Isu Prioritas dengan Identifikasi

Muatan Materi KRP yang diperkirakan Menimbulkan

Dampak/Resiko Lingkungan Hidup 15

Tabel 1.4. Penjelasan Muatan Kajian KLHS 16

Tabel 1.5. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana

dan/atau Program 19

Tabel 2.1 Luas dan Jarak ke Ibukota Menurut Kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 26

Tabel 2.2 Jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan dan Unit Pemukiman

transmigrasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Barat 22

Tabel 2.3 Jumlah Gunung dan nama Gunung tertinggi Menurut Kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 28

Tabel 2.4 Rata-Rata Suhu dan Kelembapan Udara Menurut Bulan Provinsi

Sulawesi Barat 36

Tabel 2.5 Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran

Menurut Bulan Provinsi Sulawesi Barat 37

Tabel 2.6 Jumlah Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Menurut Bulan

Provinsi Sulawesi Barat 37

Tabel 2.7 Rata Uraian Kondisi Iklim Provinsi Sulawesi Barat 38

Tabel 2.8 Kejadian Bencana Tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Barat 39

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk dari Tahun 2013 Sampai Tahun 2016 Menurut

Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 42

Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Menurut kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 43

Tabel 2.11 Jumlah penduduk dan Rasio Menurut Jenis kelamin

Provinsi Sulawesi barat 43

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Provinsi Sulawesi Barat 44

Tabel 2.13 Jumlah Rumah Tangga Menurut Kabupaten

provinsi Sulawesi Barat 45

Tabel 2.1. Garis kemiskinan dan Angka Kemiskinan Tahun 2010-2016 Provinsi Sulawesi Barat 46

Tabel 2.14 Jumlah Sekolah, Murid, guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 63

Tabel 2.15 Angka Kemiskinan (Ribuan) Tahun 2011-2016 Menurut Kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 47

Tabel 2.16 Jumlah Sekolah, Murid, guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah

Stanawiyah (MTs) Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 47

Tabel 2.17 Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Sekolah Provinsi Sulawesi Barat 48

Page 31: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxxi

Tabel 2.18 Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Sekolah Provinsi Sulawesi Barat 49

Tabel 2.19 Jumlah Bayi Lahir dan Gizi Buruk Menurut Kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 50

Tabel 2.20 Jumlah Penyakit menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 50

Tabel 2.21 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011-2016 Menurut

Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 51

Tabel 2.22 Angka Harapan Hidup Tahun 2011-2016 Menurut

Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 52

Tabel 2.23 Jumlah Angka Partisipasi Kerja dan Pengangguran Menurut

Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat 53

Tabel 2.24 Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011-2016 54

Tabel 2.25 Persentase Kontribusi PDRB Kabupaten Terhadap Total

PDRB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2015 54

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten Tahun 2015 dan 2016

Provinsi Sulawesi Barat 55

Tabel 2.27 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Menurut Lapangan usaha

Provinsi Sulawesi Barat 56

Tabel 2.28 Pendapatan Perkapita Menurut Kabupaten tahun 2015

Provinsi Sulawesi Barat 57

Tabel 2.29 Luas Kawasan Hutan dan Perairan (hektar) Menurut Kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 60

Tabel 2.30 Luas Lahan Kritis Pada Kawasan Hutan Menurut Kabupaten

Provinsi Sulawesi Barat 60

Tabel 3.1 Identifikasi Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat 63

Tabel 3.2 Pemusatan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 67

Tabel 3.3 Skoring dan Pembobotan Pelingkupan Isu Prioritas Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 73

Tabel 3.4 Rangking Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Provinsi Sulawesi Barat 75

Tabel 4.1 Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup

Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat 77

Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup

Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat 99

Page 32: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxxii

Tabel 4.3 Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

dengan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 101

Tabel 4.4 Hasil Tapisan Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau

Program dengan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 105

Tabel 5.1 Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

terhadap Kebijakan dan Program yang Terdampak 109

Tabel 5.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa

Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi 113

Tabel 5.3 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa

Ekosistem Penyediaan Air Tinggi 116

Tabel 5.4 Kajian Perkiraan Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup terhadap

Kebijakan dan Program yang Terdampak 119

Tabel 5.5 Jaringan Jalan Eksisting yang Melintasi Kawasan Rawan Banjir 123

Tabel 5.6 Jaringan Jalan Eksisting yang Melintasi Kawasan Rawan Tanah

Longsor 124

Tabel 5.7 Kajian Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem terhadap Kebijakan dan

Program yang

Terdampak 125

Tabel 5.8 Kajian Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam terhadap

Kebijakan dan Program yang Terdampak 128

Tabel 5.9 Zonasi kawasan yang perlu di hindari dalam pengembangan

wilayah perairan Provinsi Sulawesi Barat 133

Tabel 5.10 Kajian Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap

Perubahan Iklim terhadap Kebijakan dan Program yang

Terdampak 136

Tabel 5.11 Wilayah dengan Tingkat Kerentanan Perubahan Iklim Tinggi di

Provinsi Sulawesi Barat 138

Tabel 5.12 Wilayah dengan Tingkat Pengaturan Kualitas Udara Tinggi dan

Sangat Tinggi 140

Tabel 5.13 Kajian Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman hayati

terhadap KRP yang Terdampak 143

Tabel 5.14 Indikatif Jasa Ekosistem Pendukung Habitat (Keanekaragaman

Hayati) Sangat Tinggi dan Tinggi 146

Tabel 5.15 Rencana Jalan dan Rel Kereta Api Melintasi Kawasan Lindung 149

Tabel 5.16 Jalan Eksisting Melintasi Kawasan Lindung 149

Tabel 6.1 Kajian Perumusan Alternatif terhadap KRP yang Terdampak 152

Tabel 7.1 Kajian Rekomendasi Perbaikan terhadap KRP yang Terdampak 157

Tabel 7.2 Pemanfaatan Lahan Pertanian di Dalam Kawasan Lindung 166

Tabel 7.3 Pemanfaatan Lahan Pertanian di Dalam Kawasan Budidaya

Kehutanan 168

Tabel 7.4 Lahan Permukiman di Dalam Kawasan Lindung 169

Page 33: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxxiii

Tabel 7.5 Lahan Permukiman di Dalam Kawasan Budidaya Kehutanan 169

Tabel 7.6 Lokasi Indikatif Areal Perhutanan Sosial pada Kawasan

Pengusahaan Hutan Skala Besar 172

Tabel 7.7 Lokasi Indikatif Areal Perhutanan Sosial pada Kawasan

Pengusahaan Hutan Skala Kecil 172

Tabel 7.8 Rencana Kawasan untuk Pengusahaan Skala Kecil 173

Tabel 8.1 Integrasi Muatan Rekomendasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis 175

Page 34: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

xxxiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kedudukan KLHS dalam Kebijakan, Perencanaan dan/atau Program (KRP) 4

Gambar 1.2 Kerangka Umum Integrasi Proses KLHS ke dalam Proses KRP 21

Gambar 2.1 Peta Adminstrasi Provinsi Sulawesi Barat 27

Gambar 2.2 Peta Topografi Provinsi Sulawesi Barat 29

Gambar 2.3 Peta Geologi Provinsi Sulawesi Barat 33

Gambar 2.4 Peta Daerah Aliran Sungai Provinsi Sulawesi Barat 35

Gambar 2.5 Peta Rawan Bencana Provinsi Sulawesi Barat 41

Gambar 2.6 Inflasi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2016 58

Gambar 5.1 Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi 115 Gambar 5.2 Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Tinggi 118 Gambar 5.3 Peta Rawan Bencana Provinsi Sulawesi Barat 122 Gambar 5.4 Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Sulawesi Barat 132

Gambar 5.5 Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Provinsi Sulawesi Barat 135

Gambar 5.6 Peta Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Provinsi Sulawesi Barat

(Warna Merah adalah wilayah-wilayah yang memiliki tingkat

kerentanan sangat tinggi) 139 Gambar 5.7 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Sangat Tinggi

dan Tinggi (Warna Merah) 142

Gambar 5.8 Peta Indikatif Jasa Ekosistem Pendukung Habitat

(Keanekaragaman Hayati) Sangat Tinggi dan Tinggi 148

Gambar 7.1 Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial Provinsi Sulawesi Barat 171

Gambar 7.2 Peta Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)

Provinsi Sulawesi Barat 174

Page 35: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mengandung

maksud bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kepentingan saat ini tetapi

harus pula memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, dan tetap

menjaga aspek-aspek keserasian, keseimbangan dan kelestarian fungsi lingkungan.

Hasil-hasil yang telah dicapai pada saat ini dapat dilanjutkan oleh generasi yang akan

datang untuk dapat lebih mendekatkan pada tercapainya tujuan pembangunan

seutuhnya. Untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian sumberdaya alam

sebagai tujuan pembangunan berwawasan lingkungan tersebut, maka perlu

mempertimbangkan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pemeliharaan

keanekaragaman sumberdaya alam dan ekosistem yang ada dan pemanfaatan

secara lestari sumberdaya alam dan ekosistemnya. Oleh karena itu konsep

“pembangunan berkelanjutan” merupakan alternatif pembangunan yang

berwawasan lingkungan, yang secara konseptual dianggap mampu untuk

menjembatani tercapainya keseimbangan pengelolaan sumberdaya alam yang

menghasilkan nilai ekonomis dan nilai ekologis yang seimbang (economic and

ecologic balance).

Mencermati dan memahami isi dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), maka setiap

Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota “WAJIB” menyusun dokumen-dokumen

lingkungan hidup. Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa

tahapan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi Perencanaan,

Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum.

Pada tahap PERENCANAAN, setiap daerah harus melakukan kegiatan Inventarisasi

Lingkungan (Profil Lingkungan Hidup), penyusunan Ekoregion dan penyusunan

Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). Selanjutnya

pada tahap PENGENDALIAN lingkungan hidup, dinyatakan bahwa untuk dapat

mengendalikan lingkungan hidup dengan baik, maka setiap daerah harus menyusun

dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang disingkat KLHS (strategic environmental

analysis/SEA) merupakan suatu rangkaian analisis secara sistematis, menyeluruh,

Page 36: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

2

dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, dan/atau program (UUPPLH No 32 Tahun 2009, BAB 1

Ketentuan Umum, Pasal 1 Point 10). KLHS menjadi suatu hal yang sangat diperlukan

dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Beberapa pertimbangan yang mendasari pentingnya KLHS dibutuhkan dalam

pembangunan berkelanjutan antara lain krisis dan bencana lingkungan hidup yang

tiada henti, dan untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

terintegrasi dalam kebijakan, rencana dan/atau program (KRP) pada setiap rencana

tata ruang wilayah.

KLHS untuk rencana tata ruang suatu wilayah memiliki pengaruh yang

berbeda, sesuai dengan tipe rencana tata ruang yang menjadi objek KLHS. Terdapat

perbedaan substansi pengaruh KLHS pada beberapa tipe rencana tata ruang,

khususnya terkait dengan tujuan KLHS dalam penataan ruang. Pada tipe rencana

tata ruang berskala luas akan memberikan pengaruh KLHS yang bersifat strategis,

sedangkan pengaruh pada rencana tata ruang dengan skala yang lebih kecil bersifat

dampak. Pandangan pengaruh KLHS pada berbagai tipe rencana tata ruang dapat

dilihat pada tahapan-tahapan pengkajiannya yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Pengaruh KLHS pada Berbagai Tipe Rencana Tata Ruang

Tahapan Kajian Dampak Kajian Strategis

Identifikasi dan

Perumusan Isu

Ditujukan untuk

menemukan akar masalah

dan tipologi isu-isu yang

diangkat

Ditujukan untuk

menemukan akar

masalah dan tipologi isu-

isu yang diangkat

Identifikasi muatan

KRP yang berpotensi

mempengaruhi

lingkungan hidup dan

pembangunan

berkelanjutan

Difokuskan pada

rincian/penjabaran muatan

KRP

(biasanya muatan KRP

sudah detil)

Difokuskan pada konteks

KRP

(biasanya muatan KRP

masih ditatanan ide atau

konsep)

Analisis Pengaruh Menganalisis bagaimana

KRP menimbulkan

dampak/risiko LH dan

pengaruhnya terhadap

daya dukung daya tamping

LH

Menganalisis scenario

KRP mana yang paling

berkelanjutan dan tidak

menyebabkan daya

dukung dan daya tamping

LH terlampaui

Page 37: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

3

Tahapan Kajian Dampak Kajian Strategis

Perumusan Alternatif Menguji masing-masing

alternative dalam

kapasitasnya sebagai

solusi mitigasi dampak

yang paling tepat

Menguji masing-masing

alternative dalam

memenuhi pertimbangan-

pertimbangan

krtitis/penting yang

mempengaruhi pengambil

keputusan

Rekomendasi

Perbaikan

Mengusulkan rincian

perbaikan muatan KRP

yang dapat memitigasi

dampak

Mengusulkan muatan

KRP yang terbaik bagi

pengambil keputusan

Penerapan KLHS dalam pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat

bermanfaat dalam meningkatkan manfaat pembangunan, rencana dan implementasi

pembangunan lebih terjamin keberlanjutannya, mengurangi kemungkinan kekeliruan

dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan,

rencana, atau program pembangunan dan dampak negatif lingkungan di tingkat

proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah karena pertimbangan

lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program

pembangunan. Dalam konteks penyusunan rencana tata ruang hampir semua

kegiatan kehidupan dan pembangunan perlu atau berkaitan dengan

tempat/lokasi/ruang. Oleh karena itu, penetapan arah kebijakan dan tujuan serta

penyusunan strategi pencapaian penyusunannya sangat ditentukan oleh keberadaan

KLHS (Gambar 1.1).

Page 38: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

4

Gambar 1.1 Kedudukan KLHS dalam Kebijakan, Perencanaan dan/atau Program (KRP)

Dasar bagi upaya pengelolaan sumberdaya alam dan perlindungan

lingkungan perlu disusun suatu konsepsi perencanaan yang berbasis pendekatan

ekologi dan ekonomi secara berimbang (ecology and economic balance), sehingga

pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dapat dicapai. Undang-

Undang PPLH No. 32 tahun 2009 memberikan arahan bagi pembangunan nasional

yang berbasis ekoregion, dengan memperhatikan aspek bentang lahan, iklim, DAS,

keanekaragaman hayati, dan kondisi sosial ekonomi. Namun demikian dalam

pelaksanaannya, khususnya pada era otonomi daerah, satuan ekoregion yang

berbasis bentang lahan, DAS atau lainnya, mempunyai batas yang tidak sama

dengan batas administrasi wilayah pengembangan, sehingga seringkali menjadi

kendala utama dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan, karena tidak adanya misi dan visi yang sama antar wilayah administrasi

dalam satu satuan ekoregion.

Oleh karena itu perlu disusun suatu rencana perlindungan dan pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup berbasis ekoregion yang didalamnya terjadi

hubungan saling keterkaitan antar wilayah administrasi yang ada. Untuk lebih

menekankan pada upaya pemecahan isu-isu lingkungan hidup berdasarkan skala

Page 39: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

5

prioritas yang sedapat mungkin dapat menjawab tujuan dari konsep Sustainable

Development Goals (SDGs) yang tertuang dalam Perpres No. 59 tahun 2017 tentang

Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, maka dirumuskan

suatu kegiatan “Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)”, yang di dalamnya

memuat aspek antara lain (Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016):

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan,

b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup,

c. kinerja layanan/jasa ekosistem,

d. efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam,

e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,

f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Hasil kajian ini merupakan payung bagi seluruh kegiatan pembangunan lintas

sektoral, lintas wilayah, lintas pemangku kepentingan dan lintas waktu, yang tentunya

dapat dijadikan sebagai kerangka dasar dalam implementasi dari visi, misi, sasaran

dan program yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Barat. Pada saat ini, dokumen RPJMD Provinsi

Sulawesi Barat telah mendapat persetujuan dan dalam proses evaluasi akhir

sebelum ditetapkan sebagai Peraturan Daerah. Sehingga, hasil dari KLHS ini

diharapkan sebagai pemberi rekomendasi dan alternatif dalam implementasi agar

program pembangunan yang telah menjadi visi dan misi dalam RPJMD dapat

berkelanjutan khususnya dalam menentukan wilayah-wilayah yang dapat

dikembangkan dan tidak dapat dikembangkan secara spasial (keruangan).

1.2. Dasar Hukum dan Kebijakan

Penyusunan KLHS RPJMD Provinsi Sulawesi Barat memiliki keterkaitan yang

kuat dengan berbagai peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Kesahihan

suatu rencana tata ruang didukung oleh aturan hukum terkait, sehingga dalam

implementasinya memperoleh legitimasi yang kuat dan tidak bertentangan dengan

undang-undang atau peraturan yang berlaku. Dasar hukum dan kebijakan yang

mendasari penyusunan KLHS antara lain adalah sebagai berikut:

Page 40: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

6

a. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (PPLH).

b. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

c. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan.

d. UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.

e. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

f. UU No. 4 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

g. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

h. Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan.

i. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang

j. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan

Kawasan Perkotaan.

k. Peraturan Pemerintah N0. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud dan tujuan dari kegiatan penyusunan KLHS RPJM Provinsi Sulawesi

Barat adalah:

1. Memastikan adanya integrasi aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

dalam proses penyusunan kebijakan, rencana, dan/atau program RPJMD

Provinsi Sulawesi Barat.

2. Menfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antar pelaku

pembangunan, agar memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan,

rencana dan/atau program.

3. Menemukan segala peluang dan resiko, dikaji dan dibandingkan untuk

menentukan opsi-opsi alternatif pembangunan yang masih terbuka untuk

didiskusikan.

Page 41: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

7

4. Memberikan kontribusi bagi pemantapan konteks kepentingan pembangunan

yang lebih tepat untuk merumuskan sejumlah proposal pembangunan masa

depan.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan KLHS RPJMD Provinsi Sulawesi

Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, Rencana

dan Program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

hidup, dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan program pengelolaan

kawasan perkotaan yang direncanakan. Secara lebih spesifik, sasaran pelaksanaan

KLHS adalah sebagai berikut:

1. Terdapatnya basis penyusunan KRP (dalam hal ini RPJMD) sejalan dengan

mainstreaming pembangunan berkelanjutan.

2. Tersedianya basis penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan

wilayah yang sejalan dengan pembangunan lingkungan hidup.

3. Tersedianya pedoman yang akan bermuara pada hasil pembangunan yang

membuahkan peningkatan kesejahteraan (pro-poor, pro-growth and

sustainability).

1.4. Keluaran

Keluaran dari kegiatan adalah sebuah dokumen KLHS yang akan memuat

seperangkat kegiatan kunci perencanaan, yang dititikberatkan pada RPJMD Provinsi

Sulawesi Barat, seperti:

1. Pemantapan visi untuk masa depan yang diinginkan.

2. Identifikasi isu-isu strategis dan prioritas pembangunan berkelanjutan yang

mempengaruhi dampak/risiko lingkungan hidup.

3. Kaji opsi-opsi untuk menciptakan masa depan yang diinginkan, dengan

memasukkan segala peluang dan resiko ke dalam penemukenalan seluruh opsi

alternatif pembangunan.

4. Fokus analisis pada evaluasi yaitu pada implikasi lingkungan dari program

pembangunan berkelanjutan.

5. Identifikasi dan kajian aksi-aksi untuk merealisasi strategi pembangunan terbaik.

Page 42: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

8

1.5. Manfaat

Berdasarkan peraturan pemerintah No 46 Tahun 2016, dijelaskan bahwa

KLHS dilaksanakan untuk mengevaluasi kebijakan, rencana dan/atau program

rencana tata ruang dan rencana zonasi, kebijakan, rencana dan/atau program yang

berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup serta permintaan

masyarakat. KLHS terkait kebijakan, rencana dan/atau program rencana tata ruang

meliputi rencana tata ruang wilayah dan rinciannya, RPJPN, RPJPD

Provinsi/Kabupaten/Kota, RPJMN, RPJMD Provinsi/Kabupaten/Kota sedangkan

rencana zonasi kebijakan, rencana dan/atau program rencana tata ruang meliputi

rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil beserta rencana rincinya,

rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu untuk pulau-pulau kecil terluar,

serta rancana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan.

Dari hal tersebut, manfaat yang diharapkan dari hasil kegiatan ini, dapat

diuraikan seperti berikut:

1. Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka penyusunan strategi

perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, serta

perumusan kebijakan program Pembangunan Daerah berbasis wilayah, dengan

mempertimbangkan potensi dan permasalahan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup secara menyeluruh dan berkelanjutan (keseimbangan fungsi

ekologi dan peningkatan nilai ekonomi ‘kesejahteraan’.

2. Sebagai sumber informasi tentang potensi dan permasalahan umum

sumberdaya alam dan lingkungan hidup bagi masyarakat pada umumnya, dan

pihak-pihak swasta yang terkait dengan upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup secara menyeluruh di wilayah kajian, maupun kemungkinan-

kemungkinan penanaman modal bagi pengembangan wilayah dan investasi

yang lebih sehat, prospektif, berkesinambungan, dan tentunya tetap berwawasan

lingkungan.

3. Sesuai yang diamanatkan dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009, bahwa data

potensi dan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan, serta berbagai

permasalahan dan strategi pengelolaannya yang disajikan dalam Kajian

Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), merupakan instrumen pengendalian

lingkungan hidup yang mempunyai kekuatan hukum sama dengan instrument

lainnya, seperti: tata ruang, baku mutu lingkungan, AMDAL, dan sebagainya.

Page 43: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

9

1.6. Ruang Lingkup

1.6.1. Lingkup Wilayah Kajian

Lingkup wilayah kajian meliputi seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang

meliputi 6 wilayah administrasi Kabupaten yakni Kabupaten Mamuju, Kabupaten

Pasangkayu, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa

dan Kabupaten Mamuju Tengah.

1.6.2. Lingkup Materi Kajian

Lingkup materi kajian mencakup jenis KRP yang menimbulkan pengaruh

terhadap lingkungan hidup, yang dalam hal ini adalah KRP RPJMD Provinsi Sulawesi

Barat. Adapun KRP yang telah diidentifikasi dari indikasi program akan diperlihatkan

pada Bab IV dalam Laporan ini.

Materi muatan KRP diatas dianalisis pengaruhnya dengan cara menentukan

lingkup, metode, teknik, dan kedalaman analisis berdasarkan:

a. Jenis dan tema Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program.

b. Tingkat kemajuan penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana, dan/ atau

Program.

c. Relevansi dan kedetilan informasi yang dibutuhkan.

d. Input informasi KLHS dan kajian Lingkungan Hidup lainnya yang terkait dan

relevan untuk diacu.

e. Ketersediaan data.

1.7. Pendekatan dan Metodologi

Penyusunan dokumen KLHS dilakukan dengan fokus kegiatan pada 3 pilar

pokok pembangunan berkelanjutan (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan) yang

diintegrasikan ke dalam Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) yang meliputi

perencanaan regional, perencanaan spasial dan sektoral, program-program

pembangunan dan investasi, serta kebijakan dalam proyek-proyek pembangunan

(yang bisa saja melibatkan AMDAL). Pengintegrasian KLHS pada KRP, secara

konsisten akan diterapkan berdasarkan pada prinsip dasar KLHS, yaitu: Keterkaitan

(interdependency); Keberlanjutan (sustainable); Keadilan sosial dan ekonomi (socio-

economic justice)

Page 44: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

10

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 dinyatakan bahwa,

KLHS dilaksanakan melalui beberapa tahapan pengkajian. Pengkajian dalam KLHS

dilakukan untuk mengetahui pengaruh KRP terhadap dampak dan risiko lingkungan

hidup yang dapat ditimbulkan. Dalam pengkajian KLHS dari KRP yang disusun atau

dievaluasi dapat menggunakan beberapa pendekatan. Pengkajian pengaruh KRP

yang bersifat umum, konseptual dan/atau makro dapat menggunakan pendekatan

Strategis sedangkan pengkajian yang bersifat focus, detail, terikat, terbatas dan/atau

teknis dapat menggunakan pendekatan Dampak. Dalam peraturan pemerintah No.

46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis,

tahapan dalam pelaksanaan kajian lingkungan hidup strategis dari KRP yang disusun

atau dievaluasi, terdiri atas:

1.7.1. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan

Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan melakukan pemusatan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang

dirasakan dan diketahui dari curahan pendapat masyarakat, pemangku kepentingan

dan kelompok kerja melalui kegiatan konsultasi publik. Untuk menyelenggarakan

kegiatan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan tahapan

identifikasi pemangku kepentingan yang representatif mempunyai kepentingan yang

tinggi terhadap KRP yang disusun dan dievaluasi serta peduli terhadap lingkungan

hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Isu pembangunan berkelanjutan yang dijaring perlu memperhatikan tiga pilar

pembangunan berkelanjutan yakni lingkungan, ekonomi dan sosial serta

mempertimbangkan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam

Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan, yakni:

a. Mengakhiri kemiskinan

b. Menghilangkan kelaparan

c. Hidup sehat dan sejahtera

d. Pendidikan berkualitas

e. Kesetaraan gender

f. Air bersih dan sanitasi

g. Energi terjangkau dan terbarukan

Page 45: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

11

h. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi

i. Industri, inovasi dan infrastruktur

j. Mengurangi kesenjangan

k. Kota dan permukiman berkelanjutan

l. Pola konsumsi dan produksi berkelanjutan

m. Mengatasi perubahan iklim

n. Sumber daya maritim berkelanjutan

o. Pengelolaan ekosistem terestrial berkelanjutan

p. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang kukuh

q. Kemitraan pembangunan yang berkelanjutan

Hasil identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang terjaring dari hasil

konsultasi publik kemudian dikelompokan atau dipusatkan. Pengelompokkan atau

pemusatan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan berdasarkan kesamaan

substansi dan/atau telaahan sebab-akibat dengan memperhatikan isu lintas sektor,

lintas wilayah, lintas pemangku kepentingan dan lintas waktu. Proses

pengelompokan isu pembangunan berkelanjutan ini dilakukan untuk menentukan

isu-isu pembangunan berkelanjutan yang strategis, yang paling sedikit memuat

daftar terkait:

a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk

pembangunan;

b. Perkiraan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup;

c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

d. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;

e. Status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;

f. Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

g. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

h. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok

masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;

i. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau

j. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu yang secara tradisional

dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Page 46: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

12

Setelah perumusan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang strategis,

tahapan selanjutnya adalah melakukan telaah cepat terhadap isu-isu strategis yang

terlingkup untuk menentukan isu yang paling prioritas yang mempertimbangkan

unsur-unsur seperti:

a. Karakteristik wilayah, yang ditelaah dalam bentuk spasial menggunakan peta

Rupa Bumi Indonesia, peta rencana tata ruang, peta tutupan lahan dan peta-peta

terkait landscape maupun seascape dari wilayah yang dikaji;

b. Tingkat pentingnya potensi dampak, yang terkait dengan cakupan wilayah dan

frekuensi/intensitas dampak;

c. Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan;

d. Keterkaitan dengan materi muatan KRP;

e. Muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; dan/atau

f. Hasil KLHS dari KRP pada hirarki diatasnya yang harus diacu, serupa dan

berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau

relevansi langsung.

Penentuan isu pembangunan berkelanjutan yang prioritas dilakukan dengan

menyusun matriks antara isu strategis deng pertimbangan unsur dalam penentuan

isu prioritas. Dimana setiap isu strategis diberi skor dengan skala likert 1 s/d 5

terhadap unsur-unsur yang dipertimbangkan tersebut. Adapun matriks penentuan isu

prioritas seperti disajikan pada Tabel 1.2 berikut.

Page 47: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

13

Tabel 1.2. Contoh Matriks Teknik Scoring dan Pembobotan untuk Membantu Pelingkupan Isu Prioritas

Isu PB Paling

Strategis

Kriteria Isu PB Prioritas

Total Scoring

dan Bobot

Keterangan

Telaah Karakteristik

Wilayah

Tingkat Pentingnya

Potensi Dampak

Keterkaitan antar Isu

PB Strategis

Keterkaitan dengan

Muatan KRP

Muatan RPPLH

Hasil KLHS dari KRP pada

Hierarki diatasnya

20% 40% 10% 10% 10% 10%

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

ISU 1 5 0.9 3 1.2 5 0.5 1 0.1 5 0.5 4 0.4 3.6 Isu Prioritas dipilih berdasarkan total scoring dan bobot yang tertinggi (misal kesepakatan kelompok kerja mengambil tiga isu dengan nilai tertinggi)

ISU 2 5 0.9 4 1.5 4 0.4 4 0.4 4 0.4 4 0.4 4.1 Prioritas

ISU 3 5 0.9 4 1.7 4 0.4 4 0.4 5 0.5 4 0.4 4.2 Prioritas

ISU 4 3 0.7 3 1.4 3 0.3 4 0.4 4 0.4 4 0.4 3.6

ISU 5 4 0.8 4 1.7 4 0.4 4 0.4 4 0.4 3 0.3 4.0 Prioritas

ISU 6 4 0.8 4 1.5 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.6

ISU 7 3 0.7 3 1.1 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.1

ISU 8 4 0.9 4 1.7 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.9

ISU 9 3 0.7 3 1.3 2 0.2 2 0.2 4 0.4 4 0.4 3.2

ISU 10 4 0.8 4 1.5 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.6

Skala Likert: Nilai 5 : Sangat Terkait Nilai 4 : Terkait Nilai 3 : Cukup Terkait Nilai 2 : Kurang Terkait Nilai 1 : Tidak Terkait

Page 48: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

14

1.7.2. Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang Berpotensi

Menimbulkan Pengaruh terhadap Kondisi Lingkungan Hidup dan

Pembangunan Berkelanjutan

Tahapan identifikasi muatan KRP dilakukan dengan menelaah dasar-dasar

penyusunannya (visi, misi, tujuan, sasaran dan latar belakang), konsepnya (konsep

makro, desain besar, peta jalan), dan/atau muatan arahannya (strategi, scenario,

desain, rencana aksi, kriteria, struktur kegiatan, teknis pelaksanaan) sesuai dengan

tingkat kemajuan penyusunan Kebijakan, Rencana dan Program pada saat mulai

dilakukan KLHS. Muatan-muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen

materi KRP yang tertuang dalam matriks indikasi program dan kemudian dikaitkan

dengan pertimbangan-pertimbangan seperti:

a. Penurunan atau terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup untuk pembangunan

b. Penurunan kinerja layanan jasa ekosistem

c. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan

d. Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya alam

e. Penurunan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

f. Peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

g. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau penurunan penghidupan

sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan

masyarakat

h. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, dan/atau

i. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu yang secara tradisional

yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat

KRP yang terjaring berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi

lingkungan hidup kemudian disentesakan dengan hasil identifikasi isu

pembangunan berkelanjutan prioritas untuk mengetahui dampak dari KRP yang

disusun atau dievaluasi terhadap isu pembangunan berkelanjutan yang terdapat di

wilayah kajian. KRP yang berdampak kemudian nantinya dianalisis lebih lanjut.

Adapun tahapan yang dilakukan untuk mensintesakan hasil identifikasi isu tersebut

dengan identifikasi muatan materi KRP yang diperkirakan menimbulkan

Page 49: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

15

dampak/resiko lingkungan hidup dilakukan dengan cara seperti yang disajikan pada

Tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3. Matriks Sintesa Hasil Identifikasi Isu Prioritas dengan Identifikasi Muatan Materi KRP yang diperkirakan Menimbulkan Dampak/Resiko Lingkungan Hidup

Materi KRP

Isu PB Prioritas Jumlah

Pengaruh

Negatif

Ringkasan ISU 2 ISU 3 ISU 5

KRP 1 - - + 2 pengaruh

negatif

Perlu kajian

muatan

KRP 2 0 0 - 1 pengaruh

negatif

Tidak perlu kajian

muatan

Catatan: + : materi muatan KRP berpengaruh positif terhadap Isu PB prioritas

0 : materi muatan KRP tidak berpengaruh terhadap Isu PB prioritas

- : materi muatan KRP berpengaruh negatif terhadap Isu PB prioritas

Hasil analisis pengaruh sebagaimana matriks diatas dengan jumlah

pengaruh negatif paling sedikit 2, akan dilakukan telaahan lebih lanjut melalui kajian

pengaruh muatan KRP.

1.7.3. Pengaruh Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang

Berpotensi Menimbulkan Pengaruh terhadap Kondisi Lingkungan

Hidup

Kajian pengaruh dari muatan kebijakan, rencana, dan program bertujuan

untuk mengetahui pengaruh KRP yang berpengaruh negatif terhadap Isu PB

prioritas di wilayah perencanaan. Kajian pengaruh ini dapat bersifat restrospektif

dan prospektif. Kajian pengaruh retrospektif ditujukan untuk mengetahui pengaruh

KRP yang telah berjalan sedangkan kajian pengaruh prospektif, digunakan untuk

memperoleh atau mengetahui pengaruh KRP di masa mendatang, sesuai periode

kajian KLHS. Kajian pengaruh dapat dilakukan secara lebih detail dengan

menggunakan salah satu atau kombinasi dari kajian berikut ini:

a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan;

b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;

Page 50: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

16

d. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam;

e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Keenam aspek muatan KLHS sebagaimana dikemukakan di atas

dimandatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dimana keenam aspek tersebut dijelaskan secara

ringkas pada Tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4. Penjelasan Muatan Kajian KLHS

No. Muatan Penjelasan

1. Kapasitas daya

dukung dan daya

tampung

lingkungan hidup

untuk

pembangunan

Kajian ini mengukur kemampuan suatu ekosistem

untuk mendukung satu/rangkaian aktivitas dan

ambang batas kemampuannya berdasarkan kondisi

yang ada. Kepentingan kajian ini terutama adalah

untuk menentukan apakah intensitas pembangunan

masih dapat dikembangkan dan ditambahkan.

Bisa diukur dalam bermacam variabel yang

mencerminkan jasa dan produk dari ekosistem,

misalnya daya dukung tanah/kemampuan lahan, air,

habitat spesies, dan lain sebagainya. Beberapa

teknik yang dapat digunakan antara lain adalah

mengukur kinerja jasa lingkungan, mengukur

populasi optimal yang dapat didukung, maupun

mengukut ringkat kerentanan, kerawanan dan

kerusakan. Teknik-teknik perhitungan dan penentuan

daya dukung lingkungan hidup dapat mengikuti

ketentuan yang ada atau metodologi yang telah diakui

secara ilmiah.

Daya tampung lingkungan hidup dapat diukur dari

tingkat asimilasi media (air, tanah, udara) ketika

menerima gangguan dari luar. Indikator yang

digunakan dapat berupa kombinasi antara beban

pencemaran dengan kemampuan media

mempertahankan fungsinya sejalan dengan

masuknya pencemaran tersebut.

Page 51: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

17

No. Muatan Penjelasan

2. Perkiraan

mengenai

dampak dan

risiko lingkungan

hidup

Kajian ini mengukur besar dan pentingnya dampak

dan/atau risiko suatu kebijakan, rencana dan/atau

program terhadap perubahan-perubahan lingkungan

hidup dan kelompok masyarakat yang terkena

dampak dan/atau risiko. Teknik analisis mengikuti

ketentuan yang telah tersedia (misalnya Pedoman

Dampak Penting) dan metodologi yang diakui secara

ilmiah (misalnya metologi Environmental Risk

Assessment)

3. Kinerja layanan/jasa ekosistem

Kajian ini terutama dirujukan untuk memperkirakan

kinerja layanan atau fungsi ekosistem yang terutama

didalamnya adalah, yaitu:

a. Layanan/fungsi penyedia (provisioning services),

ekosistem memberikan jasa/produk darinya,

seperti misalnya sumberdaya alam, sumberdaya

genetika, air dll.

b. Layanan/fungsi pengatur (regulating services),

ekosistem memberikan manfaat melalui

pengaturan proses alam, seperti misalnya

pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengatur

iklim, dll.

c. Layanan/fungsi budaya (cultural services),

ekosistem memberikan manfaat non material

yang memperkaya kehidupan manusia, seperti

misalnya pengkayaan perasaan dan nilai spritual,

pengembangan tradisi dan adat istiadat,

pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan

pengetahuan.

d. Layanan/fungsi pendukung kehidupan (supporting

services), ekosistem menyediakan dan/atau

mendukung pembentukan faktor produksi primer

yang diperlukan makhluk hidup, seperti misalnya

produksi biomassa produksi oksigen, nutrisi, air,

dll.

Kajian yang dilakukan terutama ditujukan untuk

mengidentifikasikan jenis-jenis layanan/fungsi suatu

ekosistem serta gambaran kemampuan dan

keberfungsinya.

Page 52: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

18

No. Muatan Penjelasan

4. Efisiensi

pemanfaatan

sumber daya

alam

Kajian ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan

sumberdaya alam yang dapat dijamin

keberlanjutannya.

Dilakukan dengan cara:

a. Mengukur kesesuaian antar tingkat kebutuhan

dan ketersediaanya;

b. Mengukur cadangan yang tersedia, tingkat

pemanfaatannya yang tidak menggerus

cadangan, serta perkiraan proyeksi penyediaan

untuk kebutuhan dimasa mendatang; dan

c. Mengukur dengan nilai dan distribusi manfaat

dari sumberdaya alam tersebut secara ekonomi. 5. Tingkat

kerentanan dan

kapasitas

Adaptasi

terhadap

perubahan iklim

Analisis dilakukan dengan cara:

a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim

sesuai ketentuan yang berlaku

b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim

c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi perubahan

iklim.

6. Tingkat

ketahanan dan

potensi

keanekaragaman

hayati

Analsiis dilakukan dengan cara:

a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan

spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang meliputi:

Penetapan dan penggolongan yang dilindungi

atau tidak dilindungi

Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta

habitatnya

Pemeliharaan dan pengembangbiakan

Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian dari

tumbuhan dan satwa liarnya

Tingkat keragaman hayati dan

keseimbangannya

b. Mengkaji ekosistem, yang meliputi:

Interaksi jenis tumbuhan dan satwa

Potensi jasa yang diberikan dalam konteks

daya dukung dan daya tampung

c. Mengkaji genetik, yang meliputi:

Keberlanjutan sumberdaya genetik

Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan

satwa

1.7.4. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau

Program

Setelah permasalahan KRP teridentifikasi dari kajian muatan, selanjutnya

dibuat rumusan alternatif penyempurnaan KRP. Tujuan perumusan alternatif

dilakukan untuk mengembangkan berbagai alternatif muatan KRP yang menjamin

Page 53: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

19

pembangunan berkelanjutan. Pengembangan alternatif (opsi alternatif) dapat

dilakukan melalui metode diskusi kelompok dan/atau memanfaatkan pandangan

para ahli. Dari beberapa opsi alternatif dapat dipilih alternatif perbaikan dengan

manfaat yang paling baik. Pemilihan opsi dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan manfaat dan risiko. Perumusan alternatif penyempurnaan

KRP, didasarkan pada hasil kajian telaahan pengaruh muatan KRP seperti yang

disajikan pada Tabel 1.5 berikut.

Tabel 1.5. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Muatan KRP Hasil Kajian Muatan KHLS Alternatif

Komponen Kebijakan 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Strategi

Ada/tidak adanya permasalahan lingkungan hidup terkait: a. Kapasitas daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

b. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

c. Kinerja layanan/jasa ekosistem

d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

Ada/Tidak Ada Alternatif

Penyempurnaan Komponen Kebijakan

Komponen Rencana 1. Rencana Struktur

Ruang 2. Rencana Pola Ruang 3. Rencana Kawasan

Strategis

Ada/Tidak Ada Alternatif

Penyempurnaan Komponen Rencana

Komponen Program 1. Arahan Pemanfaatan

Ruang 2. Pengendalian

Pemanfaatan ruang

Ada/Tidak Ada Alternatif

Penyempurnaan Komponen Program

1.7.5. Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan

Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang Mengintegrasikan Prinsip

Pembangunan Berkelanjutan

Penyusunan rekomendasi merupakan kegiatan menyepakati perbaikan

muatan KRP berdasarkan hasil perumusan alternatif, serta memformulasikan

tindak lanjut pendukung sebagai konsekuensi dilaksanakannya KRP. Muatan

rekomendasi dapat berupa:

a. Pernyataan kesepakatan atas perbaikan muatan KRP.

b. Pernyataan tindak lanjut yang harus dipertimbangkan dan/atau dilaksanakan

pengambil keputusan sebagai konsekuensi dilaksanakannya KLHS bagi KRP,

diantaranya:

Page 54: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

20

Rekomendasi studi lebih lanjut bagi aspek-aspek tertentu untuk

mendukung operasionalisasi implementasi KRP lebih lanjut, seperti

perlunya AMDAL.

Rekomendasi penggunaan muatan KLHS untuk KRP lainnya yang

berkaitan.

Rekomendasi penggunaan muatan KLHS untuk penyusunan KLHS lainnya

yang berkaitan

Rekomendasi aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam AMDAL

atau dokumen lingkungan untuk usaha dan/atau kegiatan yang akan

dibangun/dilaksanakan sebagai tindak lanjut implementasi KRP

Rekomendasi persyaratan lingkungan hidup bagi usaha dan/atau kegiatan

yang akan dibangun dan/atau dilaksanakan

Rekomendasi modifikasi atau pengehentian usaha dan/atau kegiatan yang

menyebabkan terlampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup

Rekomendasi tindakan-tindakan mitigasi dampak yang dianggap perlu

Rekomendasi-rekomendasi lain yang dianggap perlu untuk menjamin

keberlanjutan dan mendorong upaya perbaikan terus menerus dalam

pelaksanaan KRP.

1.7.6. Integrasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis ke dalam Kebijakan,

Rencana dan/atau Program (Penjaminan Kualitas)

Tahapan KLHS mulai dari pengkajian, perumusan alternatif dan

rekomendasi perbaikan KRP dilakukan dengan dialog, konsultasi serta proses

ilmiah. Hasil akhir yang diperoleh dari rekomendasi diintegrasikan ke dalam

rumusan KRP. Integrasi substansi muatan KLHS kedalam muatan KRP adalah

hasil langsung dari integrasi proses penyusunannya.

Pada prinsipnya, terdapat dua tipe integrasi pelaksanaan KLHS dalam

perencanaan tata ruang. Integrasi pertama adalah pendekatan integrasi yang

pararel dimana proses penyusunan KLHS dan rencana tata ruang dilakukan secara

bersamaan sehingga tim penyusun rencana tata ruang dan tim penyusun KLHS

saling berkoordinasi dalam mengkaji dan menentukan KRP, agar KRP yang

dihasilkan telah memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan. Sedangkan

integrasi kedua adalah KLHS dilakukan setelah selesainya penyusunan rencana

Page 55: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

21

tata ruang, baik sebelum atau sesudah tahap persetujuan subtansi dengan syarat

KRP belum ditetapkan sebagai peraturan daerah.

Bentuk dari integrasi muatan KLHS ke dalam muatan KRP

didokumentasikan secara tertulis dengan memuat informasi tentang kelayakan

KLHS; dan/atau rekomendasi perbaikan KLHS yang telah diikuti dengan perbaikan

KRP dari produk perencanaan yang disusun. Adapun kerangka umum integrasi

proses KLHS ke dalam proses KRP disajikan pada Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.2 Kerangka Umum Integrasi Proses KLHS ke dalam Proses KRP

Page 56: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

22

1.8. Tahap Penyelenggaraan KLHS

Penyelengaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

I. Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS

Pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui mekanisme:

1. Pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup

2. Perumusan alternative penyempurnaan KRP

3. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan KRP yang

mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan

II. Penjaminan Kualitas dan Pendokumentasian KLHS

1. Penjaminan kualitas KLHS dilaksanakan melalui penilaian mandiri oleh KRP

untuk memastikan bahwa kualitas dan proses pembuatan dan pelaksanaan

KLHS dilaksanakan sesuai ketentuan: Penilaian mandiri harus

mempertimbangkan a. Dokumen RPPLH yang relevan, b. Laporan KLHS

yang terkait dan relevan. Dalam hal dokumen RPPLH belum tersusun maka

penilaian mandiri mempertimbangkan DDDT LH. Penilaian mandiri

dilaksanakan dengan cara a. Penilaian bertahap yang sejalan dan/atau

mengikuti tahapan perkembangan pelaksanaan KLHS, dan/atau b. Penilaian

sekaligus yang dilaksanakan di tahapan akhir pelaksanaan KLHS.

2. Hasil pembuatan dan pelaksanaan KLHS didokumentasikan ke dalam laporan

KLHS yang memuat informasi tentang a. Dasar pertimbangan Kebijakan,

rencana, dan/atau Program sehingga perlu dilengkapi KLHS; b. metoda,

teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil pengkajian pengaruh Kebijakan,

Rencana, dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan Hidup; c. Metoda,

teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil perumusan alternatif muatan

Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; d. Pertimbangan, muatan, dan

konsekuensi rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan

Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip

Pembangunan Berkelanjutan; e. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS

dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; f. Pelaksanaan partisipasi

masyarakat dan keterbukaan informasi KLHS; dan g. Hasil penjaminan

kualitas KLHS.

Page 57: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

23

III. Validasi KLHS

1. Terhadap KLHS yang telah dilakukan penjaminan kualitas, dilakukan validasi

oleh a. Menteri, untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat nasional

dan provinsi; atau b. gubernur, untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

tingkat kabupaten/kota.

2. Validasi dilakukan untuk memastikan penjaminan kualitas telah dilaksanakan

secara akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik

3. Validasi KLHS dilaksanakan a. Secara bertahap pada setiap proses

pembuatan dan pelaksanaan KLHS; atau b. Pada tahap akhir pembuatan dan

pelaksanaan KLHS.

1.9. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini memuat Latar Belakang; Dasar Hukum dan Kebijakan; Maksud, Tujuan dan

Sasaran; Keluaran; Manfaat; Ruang Lingkup; Pendekatan dan Metodologi; Tahap

Penyelenggaraan KLHS; dan Sistematika Pembahasan.

Bab 2 : Gambaran Umum Wilayah

Bab ini memuat Kondisi Fisik Wilayah; Kondisi Sosial dan Budaya; dan Kondisi

Perekonomian Daerah.

Bab 3 : Isu Prioritas Pembangunan Berkelanjutan

Bab ini memuat Pengumpulan isu-isu pembangunan berkelanjutan; Pemusatan Isu

Pembangunan Berkelanjutan; Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis; dan Isu

Pembangunan Berkelanjutan Prioritas.

Bab 4 : Identifikasi Kebijakan dan Program

Bab ini memuat Kebijakan dan Program Berdampak/Risiko Terhadap Lingkungan

Hidup; dan Keterkaitan Kebijakan dan Program Terhadap Isu Prioritas.

Bab 5 : Kajian Pengaruh Kebijakan dan Program

Bab ini memuat Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

untuk Pembangunan Berkelanjutan; Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko

Lingkungan Hidup; Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem; Efisiensi Pemanfaatan

Page 58: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

24

Sumber Daya Alam; Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap

Perubahan Iklim; dan Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati.

Bab 6 : Perumusan Alternatif

Bab ini memuat Kajian Alternatif dari Kebijakan dan Program yang

Berdampak/Risiko Terhadap Lingkungan Hidup.

Bab 7 : Rekomendasi Perbaikan

Bab ini memuat Kajian Rekomendasi dari Kebijakan dan Program yang

Berdampak/Risiko Terhadap Lingkungan Hidup.

Bab 8 : Integrasi Rekomendasi

Bab ini memuat Integrasi Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis ke dalam

Kebijakan dan Program.

Page 59: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

25

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Kondisi Geografis

Pada 5 Oktober 2005 terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2004. Secara geografis, Provinsi Sulawesi Barat

terletak antara antara 0°46'13,03''- 03°46'13,4'' Lintang Selatan (LS) dan

116°47'22,6'' - 119°52'17,07'' Bujur Timur (BT). Luas wilayah Sulawesi Barat berupa

daratan seluas 16.787,18 km2 sedangkan luas wilayah lautan sebesar 20.851,00

km2 dengan panjang garis pantai sebesar 677 km serta jumlah pulau-pulau kecil

sebanyak 40 pulau. Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sulawesi Barat

memiliki batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah

2. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

Sejak awal terbentuk pada tahun 2005, Provinsi Sulawesi Barat telah

mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Salah satunya ditandai di bidang

pemerintahan, pada awal terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari

lima kabupaten. Pada tahun 2013 terjadi pemekaran yaitu Kabupaten Mamuju

Tengah dari Induk Kabupaten Mamuju, sehingga Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari

enam wilayah kabupaten yaitu Majene, Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju,

Mamuju Utara dan Mamuju Tengah dengan Kabupaten Mamuju sebagai ibukota

Provinsi Sulawesi Barat. Tahun 2017 berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah

Nomor 61, Kabupaten Mamuju Utara berubah nama menjadi Kabupaten

Pasangkayu. Adapun rincian luasan masing-masing Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1.

Page 60: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

26

Tabel 2.2. Luas dan Jarak ke Ibukota Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Ibukota

Kabupaten Luas (km2)

Presentase (%)

Jarak ke

Ibukota (km2)

1 Majene Majene 947,84 5,56 143

2 Polemali Mandar Polewali 1.775,65 10,58 199

3 Mamasa Mamasa 3.005,88 17,91 292

4 Mamuju Mamuju 4.999,69 29,78 -

5 Pasangkayu Pasangkayu 3.043,75 18,13 279

6 Mamuju Tengah Tobadak 3.014,37 17,96 115

Sulawesi Barat 16.787,18 100,00 -

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Berdasarkan data luas setiap kabupaten tersebut, Kabupaten Mamuju

sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat memiliki wilayah administrasi terluas

diantara lima kabupaten lainnya dengan luasan 4.999,69 km2 dan persentase 29,79

persen dari luas Provinsi Sulawesi Barat. Adapun kabupaten yang memiliki luasan

terkecil di Provinsi Sulawesi Barat adalah kabupaten Majene dengan luasan kurang

dari 1.000 km2 dan persentase 5,65 persen dari luas Provinsi Sulawesi Barat.

Sedangkan Kabupaten yang memiliki jarak terjauh ke Ibukota Provinsi Sulawesi

Barat adalah kabupaten Mamasa yang hampir mencapai jarak 300 km.

Berdasarkan data pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten

Mamasa terdiri atas 17 kecamatan. Kabupaten Polewali Mandar terdiri menjadi 23

kelurahan dan 244 desa. Sedangkan Kabupaten Mamuju Tengah hanya memilki 5

kecamatan, 59 desa dan tidak memiliki kelurahan. Kabupaten Mamuju Tengah

merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang memilki

wilayah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) dengan 2 UPT. Adapun rincian jumlah

kecamatan, desa, kelurahan dan unit pemukiman transmigrasi setiap kabupaten di

Provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.3.

Page 61: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

27

Gambar 2.1. Peta Adminstrasi Provinsi Sulawesi Barat

Tabel 2.3. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan dan Unit Pemukiman Transmigrasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Kecamatan Desa Kelurahan Unit Pemukiman

transmigrasi (UPT)

1 Majene 8 62 20 -

2 Polemali Mandar 16 244 23 -

3 Mamasa 17 168 13 -

4 Mamuju 11 88 13 -

5 Pasangkayu 12 59 4 -

6 Mamuju Tengah 5 56 - 2

Sulawesi Barat 69 577 73 2

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Page 62: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

28

2.2. Kondisi Topografi

Provinsi Sulawesi Barat memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi mulai

dari kondisi pesisir, dataran rendah, perbukitan, daerah dataran tinggi sampai pada

daerah pegunungan. Daerah pesisir dapat ditemukan disemua kabupaten yang

ada di provinsi Sulawesi Barat kecuali Kabupaten Mamasa yang tidak berbatasan

langsung dengan laut. Sementara itu, Kabupaten Pasangkayu memiliki topografi

dari daerah pesisir hanya sampai pada daerah yang agak berbukit. Sedangkan

untuk Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju Tengah memiliki

kondisi topografi yang lengkap dari wilayah pesisir hingga daerah pegunungan.

Wilayah dengan kondisi topografi yang datar dapat dijumpai di sebagian besar

Kabupaten Polewali Mandar dan Pasangkayu sedangkan Mamuju, Majene dan

Mamasa adalah berbukit sampai bergunung. Sulawesi Barat juga merupakan

daerah pegunungan sehingga memiliki banyak aliran sungai yang cukup besar dan

berpotensi untuk dikembangkan. Satuan pegunungan menempati wilayah paling

luas yaitu sekitar 70 persen dari total luas wilayah dan umumnya menempati bagian

tengah ke timur dengan bentuk memanjang utara-selatan, lembah-lembah yang

terbentuk merupakan wilayah yang curam. Adapun rincian kondisi topografi

disajikan pada Gambar 2.2.

Tabel 2.4. Jumlah Gunung dan nama Gunung Tertinggi Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat

Kabupaten Jumlah Gunung Nama Gunung

Tertinggi Ketinggian Gunung

(mdpl)

Majene 11 Seteng 1.001

Polewali Mandar 28 tetuho 1.448

Mamasa 31 Mambuliling 2.873

Mamuju 109 Ganda Deawata 3.037

Mamuju Tengah 14 Pandabatu 2.840 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Jumlah gunung di Sulawesi Barat sekitar 193 gunung yang tersebar di

beberapa kabupaten. Kabupaten Mamuju memiliki jumlah gunung terbanyak

diantara kabupaten lain di Provinsi Sulawesi barat dengan 109 gunung. Salah satu

gunung di Kabupaten Mamuju merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi

Barat yaitu gunung Ganda Dewata yang memiliki tinggi sekitar 3.037 meter diatas

permukaan laut. Kabupaten Mamasa memiliki jumlah gunung 31 gunung dengan

nama gunung tertinggi Mambuliling yang memiliki tinggi sekitar 2.873 meter diatas

Page 63: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

29

permukaan laut. Sementara itu, Kabupaten Polewali Mandar memiliki jumlah

gunung sebanyak 28 gunung, Kabupaten Pasangkayu dan Mamuju Tengah 14

gunung dan Kabupaten Majene 11 gunung. Adapun rincian jumlah gunung dan

naman gunung tertinggi menurut kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat disajikan

pada Tabel 2.3 diatas.

Gambar 2.2. Peta Topografi Provinsi Sulawesi Barat

Page 64: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

30

2.3. Kondisi Geologi

Geologi di Sulawesi Barat disusun dari beberapa jenis batuan, yaitu batuan

sedimen, malihan, gunung api dan terobosan. Umurnya berkisar antara

Mesozoikum sampai Kuarter. Urutan stratigrafi batuan tersebut dimulai dari yang

tertua ke yang muda adalah batuan Malihan Kompleks Wana (TRw) yang terdiri

sekis, genes, filit dan batusabak. Satuan ini dijumpai pada lembar Mamuju dan

Lembar Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dari Kapur dan tertindih tak

selaras oleh Formasi Latimojong (Kls) di bagian timur memanjang utara-selatan

wilayah Sulawesi barat. Formasi ini terdiri dari filit, kuarsit, batu lempung malih, dan

pualam. Satuan batuan ini berumur Kapur. Formasi Latimojong ditindih tak selaras

Formasi Toraja pada bagian timur wilayah Mamuju dan Mamasa yang terdiri dari

batu pasir kuarsa, konglomerat kuarsa, kuarsit, serpih dan batu lempung yang

umumnya berwarna merah atau ungu, setempat dijumpai batubara. Formasi ini

mempunyai mempunyai Anggota Rantepao (Tetr) yang terdiri dari batu gamping

numulit berumur Eosen Tengah – Eosen Akhir. Sedangkan pada wilayah pasang

kayu formasi Latimojong di tindih tidah selaras batuan gunung api Formasi Lamasi

(Toml) dan Formasi Talaya.

Miosen Awal merupakan batuan gunung api beranggotakan batu gamping

(Tomc), tertindih selaras oleh Formasi Riu (Tmr) yang terdiri dari batu gamping

napal. Formasi Riu berumur Miosen Awal – Miosen Tengah dan tertindih tak selaras

oleh Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan Gunung api Talaya (Tmtv). Formasi Sekala

terdiri dari grewake, batu pasir hijau, napal dan batu gamping, bersisipan tufa dan

lava yang tersusun oleh andesit – basal. Formasi ini berumur Miosen Tengah –

Pliosen dan berhubungan menjemari dengan Batuan Gunungapi Talaya. Batuan

Gunungapi Talaya terdiri dari breksi, lava dan tufa yang tersusun oleh andesit –

basal. Batuan ini mempunyai Anggota Tuf Beropa (Tmb) dan menjemari dengan

Batuan Gunung api Adang (Tma), terutama yang disusun oleh leusit - basal.

Bagian barat wilayah Pasangkayu didominasi oleh batuan sedimen Formasi

Lariang (Tmpl) dan Formasi Pasang kayu (TQp). Formasi ini merupakan endapan

molase terdiri dari konglomerat, batupasir dan batulempung. Batuan berumur

Miosen Tengah – Miosen Akhir dan mempunyai hubungan ketidakselarasan

dengan batuan yang lebih tua di bawahnya dan juga batuan yang lebih muda di

atasnya termasuk Formasi Pasangkayu. Formasi Pasangkayu terdiri dari batu pasir

Page 65: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

31

dan batu lempung, setempat ditemukan batu gamping dan konglomerat. Umur

formasi ini adalah Pliosene dan ditindih secara tidak selaras oleh satuan aluvial (Qa)

yang berumur holosen dan mendominasi bagian barat.

Batuan Gunung api Adang berhubungan menjemari dengan Formasi

Mamuju (Tmm) yang berumur Miosen Akhir. Formasi Mamuju terdiri atas napal,

batupasir gampingan, napal tufaan dan batugamping pasiran bersisipan tufa.

Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang terdiri dari batugamping

koral, batugamping bioklastik dan napal yang banyak mengandung moluska.

Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan mikaan, batulempung,

bersisipan kalkarenit, konglomerat dan tufa. Formasi ini berumur Miosen Akhir –

Pliosen Awal.

Pada bagian timur wilayah Sulawesi Barat disusun oleh batuan terobosan

batolit granit (Tmpi) dengan penyebaran yang cukup luas menerobos semua satuan

yang lebih tua (mendominasi bagian utara timur laut atau daerah Mamasa). Batuan

ini terdiri dari granitik, diorit, riolit dan setempat gabro. Batuan terobosan berbentuk

batolit ini diduga berumur Pliosen. Kearah tenggara wilayah Mamasa, batuannya

didominasi oleh batuan epiklastik gunungapi Formasi Loka (Tml). Formasi ini terdiri

atas batupasir andesitan, konglomerat, breksi dan batu lanau. Batuan ini

mempunyai umur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Pada bagian tengah ditempati

oleh batuan gunung api Walimbong (Tmpv) yang terdiri atas lava dan breksi.

Penyebaran batuan ini cukup luas dan menyebar hingga ke arah tenggara. Batuan

ini diduga berumur Mio-Pliosen. Di wilayah Mamuju terdapat batuan Tufa Barupu

(Qbt) yang terdiri dari tufa dan lava yang diduga berumur Pliosen.

Bagian barat wilayah Sulawesi Barat pada umumnya disusun oleh endapan

sedimenter dimana di wilayah Mamuju tersingkap Formasi Budongbudong (Qb)

yang terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan batugamping koral (Ql).

Endapan termuda di lembar ini adalah endapan kipas aluvium (Qt) dan aluvium (Qa)

terdiri dari endapan- endapan sungai, pantai dan antar gunung. Sedangkan wilayah

Majene dan Polewali Mandar tersusun dari batuan sedimen dari Formasi Mandar.

Batuan tersebut terdiri atas batupasir, batu lanau dan serpih serta lensis batubara.

Hasil penanggalan menunjukkan bahwa umur formasi ini Miosen Akhir. Selain

Formasi Mandar (Mamuju), pada bagian barat juga ditemukan batuan sedimen

Page 66: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

32

klastik lainnya (Formasi Mapi/Tmpm) yang tersusun oleh batu pasir, batu lempung,

batu gamping pasiran dan konglomerat.

Proses tertonik yang pernah terjadi wilayah Sulawesi Barat menyebabkan

pemalihan pada kelompok batuan Kompleks Wana (TRw) dan Formasi Latimojong.

Perlipatan dan pensesaran pada batuan berumur Eosen Formasi Toraja dan batuan

Berumur Miosen Formasi Lariang (Tmpl), pembentukan batuan sedimen molase

Formasi Pasangkayu (TQp). Dalam fase tetonik yang berbeda juga menyebabkan

perlipatan dan pensesaran pada kelompok batuan volkanik seperti Formasi Lamasi

(Toml), Formasi Talaya (Tmtv), Formasi Sekala (Tmps).

Kelompok Toraja terdiri atas Formasi Bonehau yang terendapkan pada

lingkungan laut terbuka. Formasi Kalumpang yang terdiri dari batulempung,

batubara, batupasir kaya kuarsa dan sedikit batuan vulkanik menindih tak selaras

Formasi Bonehau. Formasi Kalumpang terendapkan pada lingkungan transisi

hingga fluvial. Diatas Formasi tersebut terendapkan Formasi Rantepao yang

didominasi oleh batugamping berumur Eosen. Pada bagian atas dari kelompok

Toraja ini adalah Formasi Batio yang berumur Oligosen dan tersusun oleh napal.

Kelompok batuan ini dominan terendapkan pada lingkungn laut dan pada saat

bagian barat Sulawesi memisah (rifting) dari Kalimantan.

Kelompok Lariang terletak tidak selaras dengan kelompok Toraja di

bawahnya. Kelompok Lariang ini terdiri atas Formasi Tabiora yang juga didominasi

oleh napal. Diatas Formasi ini terendapkan secara selaras Formasi Lisu yang

berumur Miosen Atas. Pada Formasi ini terlihat adanya peningkatan kandungan

klastik kasar kearah selatan. Kelompok batuan ini umumnya tersusun oleh

endapan-endapan laut dimana materialnya sebagian berasal dari batuan yang lebih

tua. Kelompok batuan tersebut mengalami deformasi sebelum terbentuknya

kelompok Pasangkayu. Batuan Kelompok Formasi Pasangkayu berumur Plio-

Pleistesen dan didominasi oleh konglomerat yang kaya akan kuarsa. Batuan ini

terendapkan pada daerah cekungan foreland pada saat orogenesa ke arah timur.

Page 67: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

33

Gambar.2.3. Peta Geologi Provinsi Sulawesi Barat

Page 68: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

34

2.4. Kondisi hidrologi

Wilayah hidrologi ditampilkan pada suatu daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan, dan mengalirkan yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan yang biasa

disebut dengan daerah aliran sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai di Sulawesi Barat

merupakan ekosistem dengan tingkat kepentingan sangat tinggi dan menjadi isu

sentral. Hal tersebut terjadi karena Sulawesi Barat dominan dibangun oleh wilayah

dengan topografi bergunung dengan curah hujan tinggi, dijejali begitu banyak

sungai besar. Sementara, wilayah-wilayah dengan topografi datar yang menjadi

andalan perekonomian masyarakat Sulawesi Barat merupakan kawasan/dataran

pengaruh banjir dan sedimentasi sungai-sungai besar. Karena itu,

Ekosistem dan daya dukung wilayah datar ditentukan oleh kualitas ekosistem

DAS besar yang mempengaruhinya. Berdasarkan itu, mudah dipahami bahwa

arahan pengembangan ekologi DAS perlu dirancang dengan baik. DAS harus

dilihat sebagai ekosistem yang perlu dijaga kualitas dan keberlanjutan fungsinya

(misalnya untuk menjaga daya dukung sumberdaya daerah aliran sungai dan

kehidupan manusia), sekaligus sebagai kawasan pengembangan ekonomi. Aspek

ini juga dibahas pada Rencana Pengembangan Kawasan Lindung dan Penentuan

Kawasan Strategis Kepentingan SDA. Pengembangan ekologi pada DAS harus

terintegrasi dengan pengembangan fungsi ekonominya, seperti PLTA, air irigasi

dan fungsi-fungsi lain, tidak bisa jalan sendiri-sendiri.

Ada delapan DAS yang cukup besar di Provinsi Sulawesi antara lain daerah

aliran sungai Budong-Budong, Karama, Karossa, Lariang, Malunda, Mamuju,

Mandar, Mapili dan Saddang . Tiga DAS di provinsi Sulawesi Barat yang melintasi

Provinsi lain. Pertama, DAS Saddang yang memotong Provinsi Sulawesi Selatan

meliputi Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang serta

Kabupaten Mamasa pada Provinsi Sulawesi Barat. Begitu pun dengan DAS

Karama yang memotong Provinsi Sulawesi Selatan meliputi Kabupaten Luwu

Utara, Toraja Utara dan pada Provinsi Sulawesi Barat meliputi Kabupaten Mamasa

serta Kabupaten mamuju sebagai muara dari sungai Karama. Sementara itu DAS

Lariang memotong dua provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan meliputi

Page 69: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

35

Kabupaten Luwu Utara dan Provinsi Sulawesi Tengah yang meliputi Kabupaten

Poso, Sigi dan Doggala yang akan bermuara di Provinsi Sulawesi Barat tepatnya

di Kabupaten Pasangkayu. Adapun rincian daerah aliran sungai di Provinsi

Sulawesi Barat disajikan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Peta Daerah Aliran Sungai Provinsi Sulawesi Barat

Page 70: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

36

2.5. Kondisi Iklim

Iklim sangat berpengaruh terhadap keadaan lingkungan, khususnya

terhadap siklus hidrologi, sumberdaya tanah, air dan tanaman. Ketersediaan air

bagi kepentingan makhluk hidup di atas permukaan tanah sangat ditentukan oleh

keadaan iklim dan ekosistemnya. Berada di bawah pengaruh iklim tropis dengan

curah hujan tinggi, seringkali mengakibatkan terjadinya pencucian hara dan

translokasi partikel-partikel tanah, baik secara lateral yang membawanya ke daerah

aliran, maupun vertikal pada tubuh tanah dari horison atas ke horison tanah di

bawahnya.

Data iklim Provinsi Sulawesi Barat diperoleh dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Majene. Data iklim tersebut meliputi

suhu, kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan angin, curah hujan dan

penyinaran matahari. Kondisi iklim Provinsi Sulawesi Barat diperoleh pada tahun

2016. Iklim di wilayah Sulawesi Barat umumnya tropis karena berada dibawah garis

khatulistiwa dan mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi. Sebagai daerah

dengan pinggiran pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar, maka

Sulawesi Barat memiliki pola suhu udara yang bergantung kepada angin laut.

Adapun kondisi iklim Provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.5, 2.6, dan 2.7.

Tabel 2.5. Rata-Rata Suhu dan Kelembapan Udara Menurut Bulan Provinsi Sulawesi Barat

Bulan Suhu (oC) Kelembapaan udara (%)

Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata

Januari 34,0 23,8 28,5 88 76 81

Februari 33,6 24,2 28,2 86 77 82

Maret 34,6 24,6 28,7 87 72 79

April 34,2 23,6 28,3 96 71 82

Mei 33,4 24,6 28,3 87 77 83

Juni 32,4 23,3 27,5 88 79 83

Juli 34,0 23,2 27,9 89 61 80

Agustus 34,2 22,4 28,1 84 71 78

September 33,8 23,2 28,4 83 68 76

Oktober 33,8 23,4 28,1 88 69 79

November 34,0 23,6 28,2 87 73 81

Desember 34,5 22,6 28,2 86 60 73 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Page 71: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

37

Tabel 2.6. Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Menurut Bulan Provinsi Sulawesi Barat

Bulan Tekanan Udara

(mb) Kecepatan Angin

(knot) Penyinaran Matahari

(%)

Januari 1.013,0 7 76

Februari 1.012,4 6 63

Maret 1.012,5 7 75

April 1.011,7 5 75

Mei 1.011,1 6 79

Juni 1.012,2 5 73

Juli 1.011,6 8 78

Agustus 1.011,7 7 93

September 1.011,7 5 77

Oktober 1.011,2 4 75

November 1.011,0 4 73

Desember 1.010,2 9 62 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Tabel 2.7. Jumlah Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Menurut Bulan Provinsi Sulawesi Barat

Bulan Curah hujan (mm3) Hari hujan

Januari 167 20

Februari 94 20

Maret 70 14

April 307 20

Mei 166 20

Juni 238 22

Juli 120 11

Agustus 3 7

September 44 12

Oktober 225 16

November 120 19

Desember 129 22 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Stasiun Majene pada tahun 2016, suhu udara di Sulawesi Barat berkisar antara

23,50 °C hingga 36,70 °C dengan rata-rata suhu udara sekitar 28,20 °C.

Kelembapan udara dalam satu tahun berkisar antara 71 persen sampai dengan 87

persen. Pada tahun tersebut pula, Sulawesi Barat memiliki jumlah hari hujan

tertinggi terjadi di bulan Juni dan Desember yaitu 22 hari hujan dan terendah pada

Page 72: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

38

bulan Agustus yaitu 7 hari hujan. Adapaun uraian kondisi iklim Provinsi Sulawesi

Barat disajikan pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Rata Uraian Kondisi Iklim Provinsi Sulawesi Barat

Kondisi Cuaca Deskripsi

Suhu/Temperature (oC) -

Maksimum/Maximum 36,70

Minimum/Minimum 23,50

Rata-rata/Average 28,20

Kelembaban Udara (persen) -

Maksimum 87,00

Minimum 71,00

Rata-rata 80,00

Tekanan Udara (mb) 1.001,70

Kecepatan Angin (knot) 6,00

Curah Hujan (mm3) 140,25

Penyinaran Matahari (persen) 75,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

2.6. Daerah rawan bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis. Provinsi Sulawesi Barat merupakan wilayah

dengan kondisi alam yang kompleks dari wilayah laut, pesisir, daerah dataran

rendah, dataran tinggi sampai pada wilayah pegunungan. sehingga menjadikan

Sulawesi Barat sebagai salah satu daerah yang berpotensi tinggi terhadap

ancaman bencana seperti bencana alam. Bencana yang terjadi di Provinsi Sulawesi

Barat dalam kurun tahun 2015 relatif sedikit jika dibandingkan dengan daerah-

daerah lain yang ada di Indonesia. Adapun rincian kejadian bencana alam tahun

2015 disajikan pada Tabel 2.9 dan daerah yang rawan bencana disajikan pada

Gambar 2.5.

Page 73: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

39

Tabel 2.9. Kejadian Bencana Tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Barat

Kejadian bencana

Terdampak (ha)

Meninggal Mengungsi Kerugian (Rp .000)

Lokasi Bencana

Banjir 892 N/A 137 3.135.000 Mamuju, Pasangkayu, Mamuju Tengah

Kebakaran hutan dan lahan

5.956 N/A N/A 445.600.000

Majene, Polman, Mamuju, Pasangkayu, dan Mamuju Tengah

Kekeringan 1.962 N/A N/A 101.905.200 Majene, Polman, Pasangkayu

Tanah Longsor

N/A N/A N/A 2.410.000 Majene, Mamasa

Gempa N/A N/A N/A 3.950.000 Mamuju

Sumber: Badan Perencanaan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, 2016

Pada tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Barat terjadi beberap kejadian

bencana alam yaitu banjir, kebakaran hutandan lahan, kekeringan, tanah longsor

dan gempa bumi. Kejadian bencana alam tidak adanya korban jwa, namun

kerugian secara materi yang sangat besar. Kejadian bencana alam banjir

menimbulkan harus adanya masyarakat yang mengungsi. Adapun uraian wilayah

rawan bencana sebagaimana yang telah diidentifikasi dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Sulawesi Barat 2014 - 2034 sebagai berikut:

a. Rawan Gempa di Kabupaten Mamuju (Kecamatan Tappalang, Kecamatan

Mamuju, Kecamatan Kalukku, kecamatan Singkep, Kecamatan Bonehau,

Kecamatan Belang-Belang, Kecamatan Papalang, dan Kecamatan

Sampaga);di Kabupaten Mamuju Tengah (Kecamatan Pangale, dan Budong-

Budong); Kabupaten Polewali Mandar (Kecamatan-Kecamatan Tutallu,

Wonomulyo); Kabupaten Pasangkayu (Bambalamotu, Bambaira, Pasangkayu,

Baras, Sarudu), Kabupaten Mamuju (Mamuju, Simboro Kepulauan, Tapalang

Barat, Sampaga, dan Papalang); Kabupaten Mamuju Tengah (Budong-

Budong, Topoyo dan Karossa), Majene (Malunda, Sendana, Pamboang,

Banggae) dan Polewali Mandar(Tinambung, Campalagian, Limboro,Balanipa,

Luyo, Mapilli, Wonomulyo, Anreapi dan Polewali).

b. Tsunami di Kabupaten Pasangkayu (Bambaira, Bambaloka, Pasangkayu,

Sarudu, Lariang, Tikke), Mamuju Tengah (Karossa, Topoyo, Budong-Budong);

Mamuju (Sampaga, Papalang, Kalukku, Mamuju, Balabalakang, Simkep,

Page 74: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

40

Tapalang Barat dan Tapalang), Majene (Malunda, Sendana, Banggae,

Pamboang) dan Polewali Mandar (Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli,

Wonomulyo, Matakali, Polewali dan Binuang).

c. Rawan Longsor di Kabupaten Mamuju (Kalumpang, Bonehau, Kalukku,

Simkep, Tapalang Barat), Majene (Ulumanda, Malunda, Tubo, Tammerodo,

Pamboang, Banggae), Mamasa (seluruh kecamatan) dan Polewali

Mandar(Tutar, Matangnga, Limboro, Allu, Luyo, Anreapi dan Bulo).

d. Rawan Banjir di Kabupaten Pasangkayu (Sarjo, Bambalamotu, Pasangkayu,

Lariang, Tikke dan Sarudu), Kabupaten Mamuju (Mamuju, Kalukku, Sampaga,

Papalang); Mamuju Tengah (Topoyo dan Budong- Budong, dan Karossa),

Majene (Banggae, Banggae Timur, Pamboang, Sendana dan Malunda) dan

Polewali Mandar (Allu, Limboro, Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli,

Wonomulyo, Matakali, Binuang dan Polewali).

e. Rawan Abrasi di Kabupaten Pasangkayu (Bambaira, Bambaloka, Pasangkayu,

Sarudu, Lariang, Tikke), Mamuju Tengah (Karossa, Topoyo, Budongbudong);

Mamuju (Sampaga,Papalang, Kalukku, Mamuju, Bala-Balakang, Simkep,

Tapalang Barat dan Tapalang), Majene (Malunda, Sendana, Banggae,

Pamboang) dan Polewali Mandar (Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli,

Wonomulyo, Matakali, Polewali dan Binuang).

f. Kawasan rawan tenggelamnya pantai dan pulau-pulau kecil akibat penurunan

permukaan tanah aluvial pantai dan kenaikan permukaan air laut di seluruh

pantai Provinsi Sulawesi Barat, di kepulauan Bala-Balakang Kabupaten

Mamuju dan pulau Lere-Lerekang di Kabupaten Majene

Page 75: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

41

Gambar.2.5. Peta Rawan Bencana Provinsi Sulawesi Barat

Page 76: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

42

2.7. Data Kependudukan

Provinsi Sulawesi Barat memiliki luas wilayah 16.787,18 km2 dengan jumlah

penduduk sekitar 1.531.930 jiwa berdasarkan data kependudukan dari Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat tahun 2016. Sehingga

kepadatan penduduk Provinsi Sulawesi Barat sebesar 91,25 jiwa/km2. Adapun

rincian penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 779.175 jiwa,

sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 752.755 jiwa.

Berdasarkan hal tersebut, rasio jenis kelamin sebesar 103,51 dengan penduduk

perempuan lebih banyak yakni kurang lebih sekitar 3 (tiga) persen dari penduduk

laki-laki. Adapun data jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2013

sampai tahun 2016 menurut kabupaten disajikan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Jumlah Penduduk dari Tahun 2013 Sampai Tahun 2016 Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

Tahun Kabupaten

Sulawesi Barat

Pasang kayu

Mamuju Mamasa Polewali Mandar

Majene Mamuju Tengah

2013 204.837 431.568 200.038 510.569 163.507 0 1.510.519

2014 205.875 293.704 201.086 513.194 164.148 140.858 1.518.865

2015 206.428 294.451 201.769 514.060 164.673 141.245 1.522.626

2016 207.701 296.207 203.994 516.537 166.006 142.485 1.531.930

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat, 2016

Berdasarkan data kependuduk dari tahun 2013 sampai tahun 2016 terus

mengalami pertambahan jumlah penduduk di setiap kabupaten yang ada di Provinsi

Sulawesi Barat. Hal tersebut juga akan berdampak pada jumlah penduduk pada

Provinsi Sulawesi Barat yang terus bertambah dengan rata-rata pertambahan

jumlah penduduk setiap tahun sekitar 10.000 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk

terbesar berada pada kabupaten Polewali Mandar dengan pertambahan jumlah

penduduk diatas 10.000 penduduk setiap tahunnya. Sedangkan Kabupaten

Mamuju Tengah hanya memiliki pertambahan penduduk tidak lebih dari 1.000 jiwa

setiap tahunnya. Adapun kepadatan penduduk dan ditribusi penduduk menurut

kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.11.

Page 77: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

43

Tabel 2.11. Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Menurut kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Kepadatan Penduduk

(jiwa/km2) Distribusi Penduduk

(%)

1 Pasangkayu 68,24 13,56

2 Mamuju 67,53 19,34

3 Mamasa 67,53 13,25

4 Polewali mandar 290,90 33,72

5 majene 175,14 10,84

6 Mamuju tengah 47,27 9,30

Sulawesi barat 91,26 100,00 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat, 2016

Seperti halnya jumlah penduduk dan pertambahan jumlah penduduk mulai

tahun 2013 sampai tahun 2016, kepadatan jumlah penduduk terbesar juga berada

di Kabupaten Polewali Mandar dengan kepadatan penduduk 290,90 jiwa/km2

dengan distribusi sebesar 33,72 persen dari penduduk Provinsi Sulawesi Barat.

Kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten Mamuju Tengah dengan

kepadatan penduduk 47,27 jiwa/km2 dan distribusi penduduk dibawah 10 persen

dari penduduk provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Majene memilki kepadatan

terbesar kedua setelah Kabupaten Polewali Mandar dengan kepadatan penduduk

175,14 jiwa/km2 , namun nilai ditribusi penduduknya kecil di Sulawesi Barat yang

hanya memiliki distribusi 10,84 persen.

Tabel 2.12. Jumlah penduduk dan Rasio Menurut Jenis kelamin Provinsi Sulawesi barat

Jenis Kelamin

Kabupaten Sulawesi

Barat Pasang Kayu

Mamuju Mamasa Polewali Mandar

Majene Mamuju Tengah

Laki-laki 99.595 144.157 98.703 258.303 83.388 68.609 752.755

perempuan 108.106 152.050 104.291 258.234 82.618 73.876 779.175

Jumlah 207.701 296.207 202.994 516.537 166.006 142.485 1.531.930

rasio 108,55 105,48 105,66 99,97 99,08 107,68 103,51

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat, 2016

Page 78: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

44

Rasio jenis kelamin di Provinsi Sulawesi barat sebesar 103,51 dengan

penduduk perempuan lebih banyak sekitar tiga persen dari penduduk laki-laki. Jika

dilihat berdasarkan Kabupaten, ada empat kabupaten yaitu Kabupaten

Pasangkayu, Mamuju, Mamasa dan Mamuju Tengah yang memiliki jumlah

penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-

laki. Empat kabupaten tersebut memiliki rasio penduduk jenis perempuan lebih

banyak diatas lima persen. Adapun Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten

Majene memiliki jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibandingan penduduk berjenis kelamin perempuan.

Struktur Usia penduduk Provinsi Sulawesi Barat dibagi kedalam 16

kelompok umur dengan interval umur lima tahun. Kelompok umur usia muda

memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu umur 0-40 tahun. Kelompok umur usia

muda tersebut disetiap kelompok umur penduduknya lebih dari 100.000 penduduk.

Sedangkan kelompok umur diatas 40 tahun disetiap kelompok umur tidak mencapai

100.000 penduduk. Kelompok umur dengan jumlah penduduk terbesar pada

kelompok umur 10-15 tahun yang mencapai 170.000 penduduk. Jumlah penduduk

terkecil pada kelompok umur 70-74 tahun dibawah 20.000 penduduk. Adapun

rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur di Provinsi Sulawesi Barat

disajikan pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Sulawesi Barat

No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 <4 52.040 48.357 100.397

2 5-9 76.750 72.157 148.907

3 10-15 87.414 82.352 169.766

4 15-19 82.016 77.402 159.418

5 20-24 73.535 72.848 146.383

6 25-29 68.853 68.259 137.112

7 30-34 69.046 67.572 136.618

8 35-39 61.640 59.950 121.590

9 40-44 54.932 53.337 108.269

10 45-49 47.147 44.175 91.322

11 50-54 32.204 31.341 63.545

12 55-59 24.217 24.519 48.736

13 60-64 17.433 16.964 34.397

14 65-69 12.171 13.179 25.350

15 70-74 9.215 9.338 18.553

16 >75 10.562 11.005 21.567 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat, 2016

Page 79: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

45

Pada Provinsi Sulawesi Barat terdapat 292.792 rumah tangga. Rata-rata

banyaknya anggota rumah tangga pada Provinsi Sulawesi Barat sebesar 4,5 jiwa

setiap rumah tangga. Sehingga dapat dipahami di Provinsi Sulawesi Barat dalam

satu rumah tangga, ada empat sampai lima anggota rumah tangga. Rumah tangga

terbesar terdapat di Kabupaten Polewali Mandar sebesar 95.884 rumah tangga.

Namun rata-rata banyaknya anggota rumah tangga pada Kabupaten Polewali

Mandar sebesar 4,5 jiwa setiap rumah tangga. Rumah tangga terkecil terdapat

pada Kabupaten Majene yang hanya memiliki 34.342 rumah tangga. Adapun

rincian jumlah rumah tangga menurut kaupaten di Provinsi Sulawesi Barat disajikan

pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14. Jumlah Rumah Tangga Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Rumah Tangga Rata-rata Banyaknya

Anggota Rumah Tangga

1 Majene 34.342 4,8

2 Polemali Mandar 95.884 4,5

3 Mamasa 35.999 4,3

4 Mamuju 60.713 4,5

5 Pasangkayu 37.798 4,3

6 Mamuju Tengah 28.056 4,4

Sulawesi Barat 292.792 4,5 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

2.8. Kondisi Sosial

Kondisi sosial suatu daerah dilihat dari kondisi kehidupan masyarakatnya.

Kondisi kehidupan masyarakt tersebut dapat dilihat dari agama, budaya,

pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, tingkat kesejahteraan, nilai norma dan

lain sebagainya. Kemiskinan merupakan salah satu penilaian untuk

mendeskripsikan kondisi masyarakat di suatu daerah. Kemiskinan salah satu

permasalahan sosial, bahwa kemiskinan merupakan permasalahan atau persoalan

yang kompleks dan harus dilihat darisegala aspek kehidupan.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per

kapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan. Pada umumnya pendekatan

yang digunakan dalam menentukan garis kemiskinan adalah berdasarkan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan

dasar seperti makanan yang setara dengan 2100 kilo kalori serta kebutuhan bukan

Page 80: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

46

makanan, yakni kebutuhan minimum perumahan, sandang, pendidikan, dan

kesehatan. Sedangkan untuk tingkat kemiskinan dihitung berdasarkan proporsi

jumlah penduduk yang pengeluaran perkapitanya dibawah garis kemiskinan

terhadap total populasi di suatu wilayah. Hal yang perlu dilakukan sebagai upaya

pengentasan kemiskinan harus dilakukan yang mencakup berbagai aspek

kehidupan masyarakat, memerlukan keterpaduan dan terintegras. Namun isu

permsalahan dalam penanggulangannya belum terintegrasi dibeberapa aspek.

Sehingga angka kemiskinan cenderung lambat penurunannya. Adapun rincian data

garis kemiskinan dan angka kemiskinan tahun 2010-2016 disajikan pada Tabel

2.15.

Tabel 2.15. Garis kemiskinan dan Angka Kemiskinan Tahun 2010-2016 Provinsi Sulawesi Barat

Tahun Garis

Kemiskinan Jumlah Penduduk

Miskin Presentase

Penduduk Miskin

2010 171.356 141,33 13,58

Maret 2011 186.041 164,14 13,64

September 2011 192.971 162,75 13,64

Maret 2012 198.792 159,51 13,24

September 2012 207.072 158,22 13,01

Maret 2013 213.403 151,11 12,30

September 2013 228.944 151,69 12,23

Maret 2014 233.838 153,89 12,27

September 2014 246.524 154,69 12,05

Maret 2015 261.881 160,48 12,40

September 2015 277.479 153,21 11,90

Maret 2016 286.840 152,73 11,74

September 2016 292.519 146,90 11,19 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Berdasarkan data garis kemiskinan dan angka kemiskinan Tahun 2010-2016

tersebut, garis kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat terus mengalami peningkat

disetiap tahunnya. Pada tahun 2010, garis kemiskinan mencapai angka 171.356.

Pada Akhir tahun 2016 garis kemiskinan meningkat 12.000 lebih, sehingga garis

kemiskinan mencapai angka 292.519. Sementara itu angka kemiskinan Provinsi

Sulawesi Barat mengalami fluktuasi dalam kurun waktu tersebut, namun

berdasarkan persentase jumlah penduduk terus mengalami penurunan kemiskinan.

Page 81: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

47

Adapun angka kemiskinan tahun 2011-2016 menurut kabupaten disajikan pada

Tabel 2.16.

Tabel 2.16. Angka Kemiskinan (Ribuan) Tahun 2011-2016 Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Majene 26,61 25,92 24,33 24,74 25,79 24,69

2 Polemali Mandar 80,40 78,02 74,50 75,68 77,90 73,04

3 Mamasa 21,74 20,98 20,63 21,11 22,58 21,43

4 Mamuju 26,42 25,63 25,20 25,92 17,96 17,47

5 Pasangkayu 8,01 7,67 7,03 7,25 7,86 7,67

6 Mamuju Tengah 0 0 0 0 8,39 8,43

Sulawesi Barat 163,18 158,22 151,69 154,69 160,48 152,70

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Angka kemiskinan disetiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat mengalami

penurunan jika dilihat dari angka kemiskinan dalam kurun dari tahun 2011 sampai

tahun 2016. Pada tahun 2014, semua kabupaten mengalami peningkatan angka

kemiskinan kecuali Kabupaten Mamuju Tengah karena baru terbentuk menjadi

kabupaten. Pada satu tahun berikutnya yaitu tahun 2015, semua kabupaten

kembali mengalami peningkatan angka kemiskinan kecuali Kabupaten Mamuju.

Angka Kemiskinan di Kabupaten Mamuju tengah mulai tercatat sejak tahun 2015

dan pada tahun 2016 mengalami penurunan angka kemiskinan.

Pendidikan merupakan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar,

dan ini merupakan salah satu kewenangan pemerintah yang wajib dilaksanakan

oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Indonesia.

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Pendidikan mempengaruhi pula secara penuh pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang

pendidikan secara garis besar adalah tercapainya struktur jumlah sekolah SD, SMP,

dan SMA yang ideal, tercapainya rasio siswa antar tingkat pendidikan yang ideal,

meningkatnya pemerataan dan perluasan akses pendidikan, meningkatnya kualitas

pendidikan, meningkatan relevansi pendidikan dengan dunia kerja, dan

meningkatnya pengawasan dan manajemen sekolah, yang pada gilirannya

berujung pada peningkatan sumberdaya manusia.

Page 82: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

48

Angka partisipasi sekolah di Provinsi Sulawesi Barat dilihat dari persentase

tidak atau belum sekolah, masih sekolah dan tidak sekolah lagi. Pada jenis kelamin

laki-laki pada penduduk berumur 7-22 tahun memilki partisipasi sekolah terrendah

dengan 2,22 persen yang belum atau tidak sekolah. Pada penduduk umur yang

sama yang berjenis kelamin perempuan memiliki partisipasi sekolah 0,79 persen

yang tidak atau belum bersekolah. Pada Provinsi Barat dapat dideskripsikan bahwa

semakin meningkat kelompok umur, maka akan semakin rendah angka partisipasi

sekolah. Hal tersebut dilihat dari turunnya angka penduduk sementara sekolah dan

semakin meningkatnya angka penduduk yang tidak sekolah lagi. Pada kelompok

umur 19-24 tahun yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang tidak

bersekolah lagi berada pada angka sekitar 75 persen. Penduduk yang tidak atau

belum sekolah pada jenis kelamin dan kelompok umur relatif tidak berbeda yang

berada pada kisaran 0,3 persen sampai 2 persen. Adapun partisipasi sekolah

menurut jenis kelamin dan kelompok umur sekolah disajikan pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17. Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sekolah Provinsi Sulawesi Barat

Jenis Kelamin

Kelompok Umur

Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum pernah Sekolah

Sementara Sekolah

Tidak Sekolah Lagi

Laki-laki

7‒12 2,22 97,34 0,44

13‒15 0,61 86,71 12,68

16‒18 0,33 65,24 34,43

19‒24 0,53 22,05 77,42

7‒24 1,20 71,05 27,75

Perempuan

7‒12 0,79 98,90 0,31

13‒15 1,22 93,23 5,55

16‒18 0,39 69,71 29,90

19‒24 1,41 22,66 75,94

7‒24 0,99 71,99 27,02

Laki-laki dan

Perempuan

7‒12 1,55 98,08 0,38

13‒15 0,91 89,93 9,16

16‒18 0,36 67,34 32,31

19‒24 0,97 22,36 76,67

7‒24 1,10 71,50 27,40 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Dalam melihat kembali partisipasi sekolah perlu dilihat dari angka partisipasi

sekolah secara murni maupun angka partisipasi secara kasar berdasarkan tingkat

Page 83: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

49

atau jenjang pendidikan. Pada Provinsi Sulawesi Barat memiliki angka pasrtisipasi

secara murni yang semakin menurun, jika semakin meningkat jenjang pendidikan.

Namun tidak terjadi pada angka partisipasi secara kasar yang cenderung stabil

pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajatnya

dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajatnya. Pada jenjang

pendidikan Sekolah Dasar (SD) angka partisipasi murni sebesar 95, 34 persen

sedangka angka partisipasi kasar sebesar 106,23 persen. Adapun rincian Angka

partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang

Pendidikan disajikan pada Tabel 2.18.

Tabel 2.18. Angka partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat

No. Jenjang Pendidikan

Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Kasar

1 SD/MI 95,34 106,23

2 SMP/MTs 69,10 81,00

3 SMA/SMK/MA 57,08 83,49

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Isu kesehatan menjadi permasalahan di Provinsi Sulawesi Barat bahwa masih

rendahnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan yang berkualitas dan

masih terbatasnya ketersediaan tenaga kesehatan serta belum optimalnya Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat. Kondisi kesehatan secara menyeluruh dapat dilihat dari

suatu kondisi fisik, mental sampai pada kondisi sosial masyarakat tersebut. Hal

tersebut terlihat dari permasalahan saat ini adalah masih tingginya Angka Kematian

ibu dan bayi. Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2012 sebesar 59 kasus dan

pada tahun 2016 sebesar 47 kasus, sedangkan kasus kematian bayi pada tahun

2012 sebanyak 353 kasus dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 sebanyak 379

kasus. Adapun rincian jumlah bayi lahir dan gizi buruk disajikan pada Tabel 2.19.

dan Jumlah penyakit disajikan pada Tabel 2.20.

Page 84: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

50

Tabel 2.19. Jumlah Bayi Lahir dan Gizi Buruk Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Bayi Lahir

Berat Badan Lahir

Rendah Dirujuk Gizi Buruk

1 Majene 3.546 354 - 13

2 Polemali Mandar 8.150 446 - 29

3 Mamasa 2.855 82 - 14

4 Mamuju 5.323 129 - 35

5 Pasangkayu 3.161 155 - 14

6 Mamuju Tengah 2.347 119 - 21

Sulawesi Barat 25.382 1.285 - 126 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Jumlah bayi yang lahir sepanjang tahun 2016 di Provinsi Sulawesi Barat

mencapai angka 25.382 bayi. Kabupaten Polewali yang mempunyai jumlah

penduduk terbesar juga mempunyai kelahiran bayi terbesar dengan 8.150 kelahiran

bayi. Namun Kabupaten Polewali Mandar mempunyai angka kelahiran bayi yang

berat badannya yang rendah mencapai 446 bayi. Walaupun Kabupaten Mamuju

tidak banyak mempunyai kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah tapi

mempunyai gizi buruk terbesar diantara kabupaten yang lain di Provinsi Sulawesi

Barat.

Tabel 2.20. Jumlah Penyakit menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten HIV/AIDS Demam berdarah

Diare Tuberkulosis Malaria

1 Majene 5 126 4.850 252 22

2 Polemali Mandar - 199 17.121 420 11

3 Mamasa - 249 3.211 97 21

4 Mamuju 23 75 5.154 162 31

5 pasangkayu 2 200 5.873 116 26

6 Mamuju Tengah 1 107 2.497 33 10

Sulawesi Barat 31 956 38.706 1.090 121 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Tingkat kesehatan suatu masyrakat di daerah juga dapat dilihat dari

kerentanan terhadap penyakit yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan. Ada

beberapa penyakit yang tercatat di Provinsi Sulawesi Barat meliputi penyakit

Page 85: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

51

HIV/AIDS, demam berdarah, diare, tuberkulosis dan malaria. Masyrakat Kabupaten

Mamuju yang terjangkit penyakit HIV/AIDS 23 orang dan penyakit malaria 31 orang,

sedangkan Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa tidak ada yang

terjangkit penyakit HIV/AIDS. Namun Kabupaten Polewali mandar banyak yang

terjangkit penyakit diare yang mencapai 17.121 kasus, sangat berbeda jauh dengan

Kabupaten Mamuju yang terjangkit penyakit diare hanya 5.154 kasus. Sedangkan

masyarakat Kabupaten Mamasa banyak yang terjangkit demam berdarah yang

mencapai 249 kasus.

Kualitas kesejahteraan manusia Provinsi Sulawesi Barat sudah cukup baik.

Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

(IPM). Pada tahun 2010, capaian IPM Sulawesi Barat sebesar 60,63, kondisi ini

meningkat menjadi 63,60 pada tahun 2016. Indeks Pembangunan Manusia

Sulawesi Barat berada pada level Menengah berada pada peringkat ke 31 dari

seluruh provinsi tahun 2016. Dari segi pertumbuhan IPM Sulawesi Barat berada

pada peringkat ke 11 Nasional, dengan pertumbuhan sebesar 1,02 % sementara

IPM Indonesia tumbuh 0,91%. Adapun rincian indeks pembangunan manusia (IPM)

menurut kabupaten mulai tahun 2011 sampai tahun 2016 Provinsi Sulawesi Barat

disajikan pada Tabel 2. 21.

Tabel 2.21. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011-2016 Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Majene 62,56 63,06 63,32 63,74 64,40 64,80

2 Polewali Mandar 58,26 58,62 59,27 60,09 60,87 65,51

3 Mamasa 61,45 61,95 62,57 62,85 63,17 63,51

4 Mamuju 62,28 63,24 64,17 64,71 65,09 65,65

5 Pasangkayu 62,23 63,00 63,76 64,04 64,69 65,17

6 Mamuju Tengah - - 61,05 61,48 62,22 62,89

Sulawesi Barat 60,63 61,01 61,53 62,24 62,96 63,60

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Salah satu komponen pembentukan IPM dari dimensi kesehatan dapat

dilihat dari angka harapan hidup. Angka Harapan Hidup Sulawesi Barat tumbuh

Page 86: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

52

0,31 per tahunnya, bahwa angka harapan hidup pada tahun 2011 sebesar 62,78

tahun dan pada tahun 2016 sebesar 64,31 tahun. Pada tahun 2016, angka harapan

hidup tertinggi berada di Kabupaten Mamasa dengan angka harapan hidup 70,43

tahun, sedangkan yang terendah berada di Kabupaten Majene dengan angka

harapan hidup 60,64 tahun. Adapun rincian angka harapan hidup tahun 2011-2016

menurut kabupaten disajikan pada Tabel 2.22.

Tabel 2.22. Angka Harapan Hidup Tahun 2011-2016 Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Majene

59,93 60,03 60,15 60,21 60,51 60,64

2 Polemali Mandar

61,04 61,09 61,12 61,12 61,54 61,65

3 Mamasa

70,17 70,20 70,25 70,28 70,38 70,43

4 Mamuju

65,90 66,10 66,28 66,37 66,38 66,51

5 Pasangkayu

64,20 64,44 64,70 64,83 64,93 65,13

6 Mamuju Tengah

- - 66,93 67,00 67,20 67,36

Sulawesi Barat

62,78 63,04 63,32 64,04 64,22 64,31

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2012-2017

Angka partisipasi kerja dan penggangguran adalah suatu indikator yang

sering digunakan dalam melihat kondisi suatu komunitas masyarakat atau suatu

daerah sampai pada tingkat nasional. Tingkat partisipasi kerja dapat dilihat dari

selisih kegiatan utama masyarakat yang meliputi jumlah angkatan kerja, yang

bekerja, pengangguran terbuka, bukan angkatan kerja, yang bersekolah, mengurus

rumah tangga dan ada beberapa kegiatan tambahan lainnya. Pada tahun 2016,

Provinsi Sulawesi Barat memiliki penduduk 645.671 jiwa yang termasuk angkatan

kerja dengan yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang termasuk angkatan

kerja sebesar 395.797 jiwa dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan

banyaknya penduduk yang bekerja adalah 624.184 jiwa, sehingga banyaknya

penggangguran terbuka sebesar 21.489 jiwa. Penggangguran terbuka tersebut

terdiri dari berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11.140 jiwa dan perempuan 10.349

jiwa. Berdasarkan selisih kegiatan utama tersebut, maka didapatkan tingkat

partisipasi angkatan kerja pada Provinsi Sulawesi Barat sebesar 71,90 persen. Jika

Page 87: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

53

dilihat menurut jenis kelamin, bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki

sebesar 88,66 persen sedangkan perempuan sebesar 71,90 persen. Adapun

rincian jumlah angka partisipasi kerja dan pengangguran menurt jenis kelamin

disajikan pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23. Jumlah Angka Partisipasi Kerja dan Pengangguran Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat

Kegiatan utama Jenis Kelamain

Laki-laki Perempuan Jumlah

Angkatan Kerja 395.797 249.874 645.671

Bekerja 384.657 239.525 624.182

Pengangguran Terbuka 11.140 10.349 21.489

Bukan angkatan Kerja 50.632 201.661 252.293

Sekolah 31.138 31040 62.178

mengurus Rumah tangga 4.968 160.232 165200

lainnya 14.526 10.389 24.915

Jumlah 446.429 451.535 897.964

Tingkat pertisipasi Angkatan Kerja 88,66 55,34 71,90

Tingkat Pengangguran 2,81 4,14 3,33 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

2.9. Kondisi Ekonomi

Sektor ekonomi merupakan salah satu Indikator dalam penilaian kemajuan dan

keberhasilan pembangunan suatu daerah. Dalam melihat keberhasilan suatu

daerah dalam pembangunan ekonominya dapat dilihat dari Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian,

pendapatan per kapita dan inflasi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, nilai

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan peningkatan yang signifikan dari

tahun ke tahun. Perekonomian Sulawesi Barat 2016 yang diukur berdasarkan

PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 35.974,48 milyar Rupiah atau terjadi

peningkatan sekitar 8,96 persen dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya,

dan atas dasar harga konstan sebesar 27.550,25 milyar rupiah. Adapun nilai PDRB

Provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.24.

Page 88: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

54

Tabel 2.24. Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011-2016

Tahun Rupiah (Milyar)

PDRB Berlaku PDRB Konstan

2011 20.189,39 19.027,50

2012 22.626,21 20.786,89

2013 25.249,25 22.229,24

2014 29.463,35 24.200,11

2015 33.016,03 25.983,38

2016 35.974,48 27.550,25 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2012-2017

Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Barat tentunya dipengaruhi oleh PDRB

disetiap Kabupaten. Pada tahun 2012 sampai tahun 2015, PDRB Kabupaten

Pasangkayu terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sementara itu

Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah PDRBnya

mengalami fluktuasi. Sedangkan Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamasa

terus mengalami penurunan PDRB. Adapun presentase kontribusi setiap

kabupaten terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2012-2015

disajikan pada Tabel 2.25.

Tabel 2.25. Persentase Kontribusi PDRB Kabupaten Terhadap Total PDRB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2015

No. Kabupaten Tahun

2012 2013 2014 2015

1 Majene 11,44 11,29 10,81 10,57

2 Polewali Mandar 28,51 28,4 27,85 27,96

3 Mamasa 7,18 6,97 6,53 6,43

4 Mamuju 24,78 25,07 24,89 24,99

5 Pasangkayu 20,95 21,14 22,97 23,12

6 Mamuju Tengah 7,14 7,14 6,96 6,93 Sumber: Indikator Strategis Provinsi Sulawesi Barat, 2012-2015

Pertumbuhan ekonomi mencerminkan perkembangan aktivitas

perekonomian suatu daerah pada waktu tertentu. Semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi menunjukkan semakin berkembangnya aktivitas perekonomian. Capaian

pertumbuhan ekonomi yang tinggi hendaknya bukan sebatas pada capaian saja,

akan tetapi dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini dapat mencerminkan

pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat, seperti ketersediaan lapangan

kerja, perkembangan indeks harga yang relatif terkontrol dan sebagainya. Sejak

terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun

terus mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan, namun masih selalu

Page 89: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

55

berfluktuasi setiap tahunnya hingga pada tahun 2016 sebesar 6,03 persen. Adapun

pertumbuhan ekonomi menurut kabupaten tahun 2015 dan tahun 2006 disajikan

pada Tabel 2.26.

Tabel 2.26. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten Tahun 2015 dan 2016 Provinsi Sulawesi Barat

No Kabupaten Tahun

2015 2016

1 Majene 5,73 6,01

2 Polewali Mandar 7,13 7,47

3 Mamasa 6,76 6,80

4 Mamuju 7,71 7,91

5 Pasangkayu 8,88 4,03

6 Mamuju Tengah 6,01 4,97 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2016-2017

Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Barat masih terjadi fluktuasi, namun

masih tumbuh dengan positif. Kabupaten Pasangkayu dengan tingkat pertumbuhan

yang tertinggi dari seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Barat sebesar 8.88

persen tahun 2015 namun mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2016

sebesar 4,03 persen. Kabupaten Mamuju menjadi kebupaten dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2016 sebesar 7,91 persen.

Struktur perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2016 didominasi oleh

lapangan usaha utama yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan yang sebesar

41,30 persen. meskipun jenis lapangan usaha ini masih mendominasi namun

semakin mengalami trend penurunan dari tahun 2013 sebesar 47,44 persen yang

diakibatkan adanya peralihan jenis usaha di masyarkat yang beralih ke sektor

lainnya seperti industri pengolahan, perdagangan, dan berbagai banyak sektor

lainnya. Adapun rincian struktur ekonomi sektoral berdasarkan lapangan usaha

dapat dilihat pada tabel 2.27.

Page 90: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

56

Tabel 2.27. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Menurut Lapangan usaha Provinsi Sulawesi Barat

No Lapangan Usaha Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

8,40 7,32 5,71 5,93 5,74 3,69

2 Pertambangan dan Penggalian

12,13 11,77 10,60 8,04 8,06 10,05

3 Industri Pengolahan 14,90 6,79 7,09 35,68 11,15 -3,34

4 Pengadaan Listrik, Gas

12,85 17,28 13,15 13,21 8,29 19,66

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang

29,97 12,40 12,77 6,46 9,23 8,51

6 Konstruksi 9,96 7,74 10,09 8,11 8,84 10,85

7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

9,08 7,71 8,15 7,10 5,22 4,58

8 Transportasi dan Pergudangan

8,10 5,39 6,37 7,39 7,20 5,01

9 Penyedia Akomodasi dan Makan Minum

15,84 7,48 7,61 6,53 4,69 8,13

10 Informasi dan Komunikasi

9,09 9,89 11,11 7,20 10,87 9,21

11 Jasa Keuangan 20,75 15,53 5,40 3,77 6,26 14,56

12 Real Estate 5,03 2,79 4,38 4,14 5,01 4,99

13 Jasa Perusahaan 14,76 6,86 7,16 3,01 7,63 4,62

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

19,05 20,37 7,15 6,16 12,02 16,42

15 Jasa Pendidikan 18,01 16,77 6,94 4,02 6,29 12,66

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

16,68 16,59 5,63 6,05 6,01 12,49

17 Jasa Lainnya 5,12 9,27 6,72 8,92 7,14 7,86

Pertumbuhan PDRB 10,73 9,25 6,93 8,86 7,39 6,03

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2012-2017

Sektor pertanian, merupakan sektor mata pencaharian utama penduduk

sulawesi barat. Sektor ini hanya berkontribusi sebesar 3,69 persen pada tahun

2016, mengalami penurunan dari tahun 2015. Pertumbuhan sektor industri

pengolahan mengalami kontraksi pada tahun 2016 sebesar 3,69 persen dari tahun

2015 sebesar 11,15 persen. Berdasarkan kabupaten, Polewali Mandar merupakan

Page 91: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

57

daerah dengan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 27,96 persen dan Mamasa dengan

kontribusi terndah sebesar 6,43 persen pada tahun 2015.

Mengukur tingkat kesejahteraan suatu daerah salah satunya menggunakan

angka pendapatan per kapita yang merupakan ukuran yang paling dapat

diandalkan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah. Ini disebabkan

karena pendapatan per kapita telah mencakup faktor jumlah penduduk sehingga

secara langsung menunjukkan tingkat kemakmuran, sementara komponen

pendapatan lainnya seperti GNP, GDP, dan lain sebagainya belum menunjukkan

tingkat kemakmuran masyarakat secara langsung karena tidak memperhitungkan

faktor jumlah penduduk. Adapun pendapatan perkapita tahun 2015 menurut

kabupaten dapat dilihat pada tabel 2.28.

Tabel 2.28. Pendapatan Perkapita Menurut Kabupaten Tahun 2015 Provinsi Sulawesi Barat

No Kabupaten Pendapatan (Perkapita)

1 Majene 21,22

2 Polewali Mandar 21,76

3 Mamasa 13,93

4 Mamuju 30,98

5 pasangkayu 48,61

6 Mamuju Tengah 18,78

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2016

Pada tahun 2010 pendapatan perkapita Sulawesi Sulawesi Barat sebesar

14,75 juta meningkat sebesar 27,54 juta pada tahun 2016. Pendapatan perkapita

wilayah kabupaten, terjadi Ketimpangan yang tinggi antar Kabupaten dimana

Pasangkayu sebesar 48,61 juta dan Mamasa hanya sebesar 13,93 juta rupiah.

Tingginya pendapatan perkapita masyarakat namun tidak secara rill menunjukkan

kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa secara umum

yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang

di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut

menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian inflasi bisa juga diartikan

sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum

(BPS).

Page 92: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

58

Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditandai dengan penurunan tingkat

kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran, dan stabilitas harga (inflasi rendah).

Inflasi di Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mencapai 2,23 persen pada tahun

2016, kenaikan harga tertinggi terjadi pada bulan juli sebesar 0,64 persen yang

didorong oleh adanya momen lebaran yang memicu kenaikan harga hampir pada

seluruh jenis komoditi pakaian (sandang).

Berbeda dengan kondisi bulan Agustus, justru terjadi deflasi hingga 0,79

persen. Deflasi pada bulan Agustus disebabkan oleh adanya penurunan indeks

harga pada tiga komponen pengeluaran. Deflasi yang dialami ketiga komponen

tersebut adalah bahan makanan -3,05 persen, sandang -0,47 persen dan kategori

transpor, komunikasi dan jasa keuangan hingga -1,42 persen. Memasuki tahun

2017 infalasi tertinggi pada bulan februari dan januari masing-masing sebesar 1,07

persen dan 0,59 persen, namun pada bulan maret kembali terjadi devlasi sebesar

0,29 persen. Penyumbang inflasi pada bulan februari tahun 2017 berasal dari

Volatile Food yang dipengaruhi oleh karena panen, gangguan alam, perkembangan

harga komoditas domestik yang terjadi, disusul core inflasi/inflasi inti sebesar 0,79

persen dan Administered price/kebijakan harga yang sebesar 0,64 persen. Adapun

inflasi yang terjadi adri tahun 2008 sampai 2016 di Provinsi Sulawesi Barat dapat

dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Inflasi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2016

11,66

2,78

6,96

3,794,36

8,38 8,36

3,35 3,02

0

2

4

6

8

10

12

14

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inflasi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2016

Page 93: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

59

Perkembangan inflasi tahunan di Sulawesi Barat sangat berfluktuatif dan

terkadang lebih tinggi dari inflasi rata-rata nasional, pada tahun 2011 inflasi

Sulawesi Barat sebesar 4,91 persen berada di atas rata-rata nasional sebesar 3,79

persen. Inflasi mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2014 yang

sebesar 7,88 persen namun pada saat itu inflasi nasional juga mengalami kenaikan

yang signifikan sebesar 8,36 persen. Selanjutnya pada tahun 2016 inflasi tahunan

di Sulawesi Barat sebesar 2,23 persen berada di bawah angka nasional sebesar

3,02 persen dan merupakan inflasi terendah dari tahun 2010.

2.10. Sektor Kehutanan

Wilayah Sulawesi Barat sebagian besar masih berupa kawasan hutan. Kondisi

ini memberi gambaran bahwa, Provinsi Sulawesi Barat memiliki potensi hutan yang

cukup melimpah. Pada tahun 2015, luas kawasan hutan di Sulawesi Barat sekitar

1.092.431 ha. Kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Barat 61 persennya merupakan

kawasan hutan lindung dan hutan konservasi, sementara sisanya merupakan

kawasan hutan produksi dengan jenis produksi kayu hutan yang dibagi kedalam

dua jenis yaitu kayu bulat dengan kayu gergajian. Pembagian luas kawasan hutan

serta produksinya pada tahun 2015 dapat dilihat pada grafik berikut Sulawesi Barat

memiliki kawasan hutan dan perairan seluas 1.092.376 hektar. Diantara area

tersebut, Kabupaten Mamuju memiliki hutan lindung terluas 132.176 hektar.

Salah satu isu permasalahan di sektor kehutanan adalah kerusakan hutan itu

sendiri. Kerusakan disebebkan beberapa hal mulai dari penebangan secara liar,

kebakaran hutan, perlandangan berpindah, pertambangan dalam kawasan hutan

dan sampai pada perubahan iklim. Salah satu dampak dari kerusakan hutan adalah

lahan kritis, bahwa lahan yang dimaksud telah mengalami kerusakan sehingga

berkurang fungsinya sampai pada batas yang diharapkan. Fungsi lahan yang

dimksud yaitu fungsi produksi yang menurun dan fungsi tata lingkungan yang turut

juga ikut menurun.

Provinsi Sulawesi Barat saat ini luas lahan kritis sebesar 38 persen dari luas

daratan Provinsi Sulawesi Barat. Pada kawasan hutan, luas lahan kritis 165.014,73

hektar dan sangat kritis 1.386,23 hektar. Sehingga persentase lahan kritis di

kawasan hutan 15,26 persen dati total luas kawasan hutan. Kabupaten Mamuju

merupakan kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang memiliki lahan kritis terluas

Page 94: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

60

di dalam kawasan hutan yang mencapai angka 51.439,81 hektar. Sedangkan

Kabupaten Mamuju Tengah, kabupaten yang memiliki lahan kritis terkecil yang

hanya mencapai angka 6.868,10 hektar didalam kawasan hutan.

Tabel 2.29. Luas Kawasan Hutan dan Perairan (hektar) Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Hutan

Lindung

Suaka alam dan

Pelestarian

Hutan produksi Jumlah Luas

kawasan hutan dan peraiaran

Terbatas Tetap Dapat

Dikonversi

1 Majene 45.091 0 7.518 0 0 53.609

2 Polemali Mandar

65.464 989 22.830 0 0 89.283

3 Mamasa 89.386 63.329 49.499 0 400 202.614

4 Mamuju 132.765 95.504 85.352 41.057 12510 367.188

5 Pasangkayu 103.049 0 54.855 2.186 8.457 168.547

6 Mamuju Tengah

16.275 55.368 110.650 28.616 1.230 212.135

Sulawesi Barat 452.030 215.190 330.700 71.859 22.597 1.092.376

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Tabel 2.30. Luas Lahan Kritis Pada Kawasan Hutan Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat

No. Kabupaten Lahan Kritis Kawasan hutan (ha)

Tidak Kritis

Potensial Kritis Agak Kritis Kritis

Sangat Kritis

1 Majene 0 29.272,48 2.807,22 20.488,73 0

2 Polemali Mandar 0 32.530,77 13.608,43 42.886,24 283,56

3 Mamasa 2,51 88.317,28 83.169,87 30.419,12 648,76

4 Mamuju 1.088,12 280.750,10 32.635,51 51.439,81 231,06

5 Pasangkayu 49.464,54 92.110,67 13.754,27 12.912,73 0

6 Mamuju Tengah 883,33 193.222,10 10.421,27 6.868,10 222,85

Sulawesi Barat 51.438,50 716.203,40 156.396,57 165.014,73 1.386,23

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017

Page 95: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

61

BAB 3. ISU PRIORITAS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Bab ini menjabarkan tahapan pelaksanaan untuk mendapatkan isu prioritas

pembangunan berkelanjutan. Adapun tahapannya dimulai dengan Pengumpulan

Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan. Setelah isu-isu pada tahapan pengumpulan

diperoleh, dilanjutkan dengan melakukan Pemusatan Isu Pembangunan. Tahapan

pemusatan isu dilakukan untuk memperoleh Isu Pembangunan Berkelanjutan

Strategis. Isu pembangunan berkelanjutan yang strategis ini kemudian dikaji lagi

untuk memperoleh Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas.

Tahapan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (KLHS RPJMD) Provinsi Sulawesi Barat ini dilakukan

oleh Tim Kelompok Kerja (POKJA) yang dibentuk oleh gubernur dan didampingi

Tim Narasumber. POKJA melakukan Konsultasi Publik dengan Pemangku

Kepentingan terkait. Berikut adalah daftar peserta dalam konsultasi publik tersebut.

- Tim ahli/narasumber terdiri atas 8 orang

- Tim Kelompok Kerja (Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan; dr. Hj.

Fatimah, M.M Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi

Barat; Dr. Junda Maulana, M.Si Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Barat; Drs.

Amram, M.Si Kabid Penataan dan Penataan PPLH, DLHD Provinsi Sulawesi

Barat; Ir. Muhammad Aksan, M.T Kabid FispraBappeda Provinsi Sulawesi

Barat; Ir. Sumiarti, M.Si Kabid Tata Ruang dan Dinas PUPR Provinsi Sulawesi

Barat; Ir. Basrullah Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi

Barat; Facmi, S.Hut Kasi Pengendalian Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan

Provinsi Sulawesi Barat; Wisnu Hasta Praja, ST Kasi Produksi dan Penjualan

Minerba Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Barat; Irwan Latif, S.Pi., MAP

Kasubag Program dan Pelaporan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Sulawesi Barat; Makbul, S.Pt., MMA Kasi Manajer Teknis UPTD Balai

Sertifikasi Benih PSTA Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Barat;

Wahyuddin, SE., M.Kes Kasubag Program dan Keuangan Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Barat; Mirwan, Sip., M.Si Kasubag Program dan Pelaporan

BPBD Provinsi Sulawesi Barat; Hilmy, SE., M.Ec.Dev Staf K2KS dan KAT

Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat).

Page 96: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

62

- Pemerintah Provinsi (Ketua Komisi III DPRD Provinsi Sulawesi Barat; Badan

Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat; Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Barat; Dinas ESDM

Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Pertanian Provinsi

Sulawesi Barat; Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Sosial

Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Barat;

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi

Barat; Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat; Biro

Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi

Sulawesi Barat; Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi

Barat).

- Pemerintah Kabupaten (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasangkayu;

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mamuju Tengah; Dinas Lingkungan

Hidup dan Kebersihan Kabupaten Mamuju; Dinas Lingkungan Hidup dan

Pertamanan Kabupaten Majene; Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kabupaten Polewali Mandar; Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mamasa).

- Umum (Universitas Tomakaka Mamuju; STIE Muhammadiyah Mamuju; LSM

Yayasan Karampuang; LSM Bumi Hijau; dan 3 orang perwakilan tokoh

masyarakat).

3.1. Pengumpulan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tahap pengumpulan isu dilakukan dengan mengidentifikasi isu-isu yang ada

di wilayah perencanaan baik dari data sekunder berupa dokumen-dokumen

perencanaan maupun data primer dari hasil pertemuan dengan Tim Kelompok

Kerja dan Konsultasi Publik. Hasil dari identifikasi ini menghasilkan 58 (lima puluh

delapan) isu-isu pembangunan berkelanjutan. Isu pembangunan berkelanjutan

yang teridentifikasi tersebut diperlihatkan pada tabel 3.1 berikut.

Page 97: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

63

Tabel 3.1. Identifikasi Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat

No Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan

1 Masuknya sampah plastik ke wilayah perairan laut (menjadi masalah

penting pencemaran di Indonesia dan Dunia)

2 Tingginya aspek pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian

3 Tingginya tingkat pencemaran air yang dilihat dari semakin menurunnya

nilai indeks pencemaran air (IPA) tiap kabupaten dari tahun ke tahun dan

saat ini berada dalam posisi waspada

4 Pencemaran bahan organik (terutama dari pengolahan kelapa sawit) di

perairan laut

5 Terancamnya biota laut langka dan habitatnya (penyu)

6 Kawasan hutan pada wilayah KPH sebagian besar telah terdegradasi,

akibatnya masyarakat di sekitar hutan telah melakukan aktivitas

pemanfaatan hutan yang tidak mendukung fungsi kawasan hutan

7 Klaim lahan kawasan hutan oleh masyarakat, masyarakat belum memiliki

dasar legalitas hak mengelola dan/atau memanfaatkan kawasan hutan,

masyarakat belum memahami kebijakan skema pemberdayaan masyarakat

dalam pengelolaan hutan

8 Terdapat potensi konflik pemanfaatan kawasan hutan produksi antara

manajemen KPH dengan masyarakat di sekitar hutan

9 Terdapat potensi terjadinya illegal logging dan perambahan pada kawasan

hutan

10 Adanya penebangan liar, perambahan hutan seperti masyarakat yang

berkebun secara berpindah-pindah di Kawasan Hutan Lindung

11 Belum efektifnya sosialisasi kebijakan skema pemberdayaan masyarakat

dalam pengelolaan hutan

12 Kapasitas SDM pada level masyarakat dan level pemerintah daerah untuk

membangun skema pemberdayaan masyarakat belum memadai

13 Kearifan lokal masyarakat mengelola hutan belum diintegrasikan di dalam

pengelolaan lestari KPH

14 Masyarakat di sekitar hutan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap

kawasan hutan

15 Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

16 Banjir bandang

17 Banjir genangan akibat drainase buruk

18 Permasalahan pengelolaan wilayah hulu

19 Permasalahan masyarakat yang sudah bermukim di daerah rawan bencana

20 Masih adanya ancaman penyakit menular maupun penyakit yang tidak

menular, serta meningkatnya penyakit degenerative (Kanker, Jantung, etc).

Page 98: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

64

No Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan

21 Masih rendahnya Kesadaran masyarakat untuk melaksanakan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

22 Pelayanan kesehatan yang masih kurang

23 Rendahnya tingkat pelayanan air bersih

24 Rendahnya SDM, Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dan keluarga

berencana

25 Abrasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

26 Rusaknya ekosistem terumbu karang, terutama dari aktivitas-aktivitas

illegal fishing

27 Kerusakan ekosistem laut akibat aktivitas pelayaran, pertambangan dan

energi, serta pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir

28 Keselamatan pelayaran (terutama dari marine debris dan rumpon yang

dapat merusak baling-baling kapal)

29 Pembuangan sampah di laut oleh kapal-kapal niaga dan ferri

30 Diversifikasi dan proses hilirisasi industri yang tidak berkembang (5 tahun

terakhir yang berkembang hanya disektor makanan)

31 Perubahan struktur ekonomi berjalan lamban karena tidak berkembangnya

industri pengolahan

32 Pendapatan perkapita masih sangat rendah, sedikit diatas setengah nilai

perkapita nasional

33 Pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dan pada tahun 2016 hanya

6,03% (paling rendah dalam 1 dekade terakhir)

34 Kapasitas fiskal masih sangat terbatas ditengah berbagai masalah yang

masih membutuhkan dukungan fiskal

35 Belum optimalnya pengelolaan pariwisata baik destinasi, atraksi budaya

dan managemen kelembagaannya

36 Tingkat kemiskinan masih cukup tinggi dan berada jauh diatas angka

nasional

37 Masih tingginya tingkat pencemaran udara ambien akibat emisi gas buang

kendaraan bermotor

38 Rendahnya nilai indeks tutupan lahan

39 Luasnya lahan kritis di dalam kawasan maupun diluar kawasan hutan

40 Belum adanya kelembagaan dan pelayanan kehutanan sampai di tingkat

desa

41 Belum adanya sinergitas program, kegiatan, peran dan kewenangan antara

institusi KPH dengan institusi yang terkait di tingkat kabupaten, provinsi dan

pusat

42 Belum jelasnya penetapan lokasi pencadangan areal perhutanan sosial

yang dialokasikan minimal 50 ribu hektar lahan kawasan hutan

43 Belum terbangun mekanisme kompensasi atas produk jasa lingkungan dari

hutan lindung

Page 99: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

65

No Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan

44 Data potensi hutan pada setiap KPH belum tersedia. Sebagian besar

kawasan hutan produksi telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan telah

terdegradasi

45 Keterlibatan lembaga donor dan swasta di dalam mendukung pengelolaan

KPH belum jelas

46 Potensi usaha jasa lingkungan belum terkelola

47 Rendahnya komitmen dan dukungan dari PEMDA untuk melakukan

pengelolaan hutan lindung

48 Sinkronisasi pendanaan dan tanggung jawab dari berbagai sumber dalam

kegiatan pengelolaan hutan belum terbangun

49 Stakeholder yang terkait dengan pembangunan KPH belum paham konsep

KPH

50 Keberadaan desa dalam kawasan hutan lindung

51 Tingginya penambangan komoditas bahan batuan yang memiliki izin

lingkungan maupun yang tidak memiliki izin lingkungan

52 Pengawasan dan penegakan hukum lingkungan yang belum efektif

53 Tingginya tekanan dan gangguan keamanan hutan dan illegal logging

54 Rendahnya kualitas produk pertanian

55 Rendahnya pengetahuan sumberdaya manusia pada sektor pertanian

56 Rendahnya penguatan kelembagaan pada sektor pertanian

57 Permasalahan pelayanan elektrifikasi

58 Permasalahan pendidikan

3.2. Pemusatan Isu Pembangunan Berkelanjutan

Identifikasi isu yang telah diperoleh kemudian dikaji kembali dengan

melakukan pengelompokkan berdasarkan kelompok tema isu. Isu yang

dikelompokkan pada kelompok tema isu didasarkan dengan mempertimbangan 10

(sepuluh) pertimbangan dalam pemusatan isu dan memperhatikan 17 (tujuh belas)

tujuan dalam Sustainable Development Goals. Adapun 10 (sepuluh) pertimbangan

dalam pemusatan isu adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk

pembangunan;

2. Perkiraan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup;

3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem;

4. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;

5. Status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;

Page 100: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

66

6. Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

7. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

8. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok

masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;

9. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau

10. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu yang secara tradisional

dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Berikut adalah 17 (tujuh belas) tujuan Sustainable Development Goals yang

menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan kelompok tema isu.

1. Pengentasan Kemiskinan

2. Tanpa Kelaparan

3. Sehat dan Sejahtera

4. Pendidikan Berkualitas

5. Persamaan Gender

6. Air Bersih dan Sanitasi

7. Energi Bersih dan Terjangkau

8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur

10. Berkurangnya Ketimpangan

11. Kota dan Komunitas Berkelanjutan

12. Konsumsi dan Produksi yang dapat Dipertanggungjawabkan

13. Perubahan Iklim Ditangani

14. Sumberdaya Laut Dipelihara

15. Ekosistem Darat Dipelihara

16. Perdamaian, Keadilan, dan Lembaga yang Efektif

17. Kerjasama Global untuk Mencapai Tujuan

Tabel 3.2 berikut memperlihatkan hasil pengelompokkan tema isu

berdasarkan kajian pertimbangan isu dan pertimbangan tujuan Sustainable

Development Goals.

Page 101: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

67

Tabel 3.2. Pemusatan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Sulawesi Barat

Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kelompok Isu

1. Masuknya sampah plastik ke wilayah perairan laut (menjadi masalah penting pencemaran di Indonesia dan Dunia)

A. Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

2. Tingginya aspek pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian

3. Tingginya tingkat pencemaran air yang dilihat dari semakin menurunnya nilai indeks pencemaran air (IPA) tiap kabupaten dari tahun ke tahun dan saat ini berada dalam posisi waspada

4. Pencemaran bahan organik (terutama dari pengolahan kelapa sawit) di perairan laut

5. Terancamnya biota laut langka dan habitatnya (penyu)

6. Kawasan hutan pada wilayah KPH sebagian besar telah terdegradasi, akibatnya masyarakat di sekitar hutan telah melakukan aktivitas pemanfaatan hutan yang tidak mendukung fungsi kawasan hutan

B. Rendahnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan

7. Klaim lahan kawasan hutan oleh masyarakat, masyarakat belum memiliki dasar legalitas hak mengelola dan/atau memanfaatkan kawasan hutan, masyarakat belum memahami kebijakan skema pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan

8. Terdapat potensi konflik pemanfaatan kawasan hutan produksi antara manajemen KPH dengan masyarakat di sekitar hutan

9. Terdapat potensi terjadinya illegal logging dan perambahan pada kawasan hutan

10. Adanya penebangan liar, perambahan hutan seperti masyarakat yang berkebun secara berpindah-pindah di Kawasan Hutan Lindung

11. Belum efektifnya sosialisasi kebijakan skema pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan

12. Kapasitas SDM pada level masyarakat dan level pemerintah daerah untuk

Page 102: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

68

Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kelompok Isu

membangun skema pemberdayaan masyarakat belum memadai

13. Kearifan lokal masyarakat mengelola hutan belum diintegrasikan di dalam pengelolaan lestari KPH

14. Masyarakat di sekitar hutan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan hutan

15. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

16. Banjir bandang C. Meningkatnya luas dan intensitas banjir 17. Banjir genangan akibat drainase buruk

18. Permasalahan pengelolaan wilayah hulu

19. Permasalahan masyarakat yang sudah bermukim didaerah rawan bencana

20. Masih adanya ancaman penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular, serta meningkatnya penyakit degenerative (Kanker, Jantung, etc).

D. Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan

21. Masih rendahnya Kesadaran masyarakat untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

22. Pelayanan kesehatan yang masih kurang

23. Rendahnya tingkat pelayanan air bersih

24. Rendahnya SDM, Aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana

25. Abrasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

E. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil

26. Rusaknya ekosistem terumbu karang, terutama dari aktivitas-aktivitas illegal fishing

27. Kerusakan ekosistem laut akibat aktivitas pelayaran, pertambangan dan energi, serta pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir

28. Keselamatan pelayaran (terutama dari marine debris dan rumpon yang dapat merusak baling-baling kapal)

F. Ancaman keselamatan pelayaran

29. Pembuangan sampah di laut oleh kapal-kapal niaga dan ferri

30. Diversifikasi dan proses hilirisasi industri yang tidak berkembang (5 tahun terakhir yang berkembang hanya disektor makanan)

G. Stagnasi pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi

Page 103: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

69

Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kelompok Isu

31. Perubahan struktur ekonomi berjalan lamban karena tidak berkembangnya industri pengolahan

32. Pendapatan perkapita masih sangat rendah, sedikit diatas setengah nilai perkapita nasional

33. Pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dan pada tahun 2016 hanya 6,03% (paling rendah dalam 1 dekade terakhir)

34. Kapasitas fiskal masih sangat terbatas ditengah berbagai masalah yang masih membutuhkan dukungan fiskal

35. Belum optimalnya pengelolaan pariwisata baik destinasi, atraksi budaya dan managemen kelembagaannya

36. Tingkat kemiskinan masih cukup tinggi dan berada jauh diatas angka nasional

H. Tingginya angka kemiskinan

37. Masih tingginya tingkat pencemaran udara ambien akibat emisi gas buang kendaraan bermotor

I. Meningkatnya Emisi GRK

38. Rendahnya nilai indeks tutupan lahan

39. Luasnya lahan kritis di dalam kawasan maupun diluar kawasan hutan

40. Belum adanya kelembagaan dan pelayanan kehutanan sampai di tingkat desa

J. Rendahnya tata kelola kawasan hutan

41. Belum adanya sinergitas program, kegiatan, peran dan kewenangan antara institusi KPH dengan institusi yang terkait di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat

42. Belum jelasnya penetapan lokasi pencadangan areal perhutanan sosial yang dialokasikan minimal 50 ribu hektar lahan kawasan hutan

43. Belum terbangun mekanisme kompensasi atas produk jasa lingkungan dari hutan lindung

44. Data potensi hutan pada setiap KPH belum tersedia. Sebagian besar kawasan hutan produksi telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan telah terdegradasi

45. Keterlibatan lembaga donor dan swasta di dalam mendukung pengelolaan KPH belum jelas

46. Potensi usaha jasa lingkungan belum terkelola

Page 104: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

70

Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kelompok Isu

47. Rendahnya komitmen dan dukungan dari PEMDA untuk melakukan pengelolaan hutan lindung

48. Sinkronisasi pendanaan dan tanggung jawab dari berbagai sumber dalam kegiatan pengelolaan hutan belum terbangun

49. Stakeholder yang terkait dengan pembangunan KPH belum paham konsep KPH

50. Keberadaan desa dalam kawasan hutan lindung

K. Konflik Tenurial Kawasan Hutan

51. Tingginya penambangan komoditas bahan batuan yang memiliki izin lingkungan maupun yang tidak memiliki izin lingkungan

L. Rendahnya penegakan hukum lingkungan

52. Pengawasan dan penegakan hukum lingkungan yang belum efektif

53. Tingginya tekanan dan gangguan keamanan hutan dan illegal logging

54. Rendahnya kualitas produk pertanian M. Rawannya ketahanan pangan 55. Rendahnya pengetahuan sumberdaya

manusia pada sektor pertanian

56. Rendahnya penguatan kelembagaan pada sektor pertanian

57. Permasalahan pelayanan elektrifikasi N. Masih rendahnya rasio elektrifikasi

58. Permasalahan pendidikan O. Rendahnya usia lama sekolah

3.3. Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis

Hasil pemusatan isu pada kelompok tema isu menghasilkan 15 (lima belas)

isu yang selanjutnya disebut sebagai Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis.

Adapun 15 (lima belas) isu tersebut adalah sebagai berikut:

A. Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

B. Rendahnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan

C. Meningkatnya luas dan intensitas banjir

D. Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan

E. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil

F. Ancaman keselamatan pelayaran

G. Stagnasi pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi

Page 105: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

71

H. Tingginya angka kemiskinan

I. Meningkatnya Emisi GRK

J. Rendahnya tata kelola kawasan hutan

K. Konflik Tenurial Kawasan Hutan

L. Rendahnya penegakan hukum lingkungan

M. Rawannya ketahanan pangan

N. Masih rendahnya rasio elektrifikasi

O. Rendahnya usia lama sekolah

3.4. Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

Pengumpulan dan pemusatan isu Pembangunan Berkelanjutan dan

perumusan berdasarkan prioritas dilakukan dengan menghimpun masukan dari

pemangku kepentingan melalui konsultasi publik yang kemudian dinilai oleh

kelompok kerja KLHS untuk ditentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang

prioritas. Isu strategis yang diperoleh dari pemusatan isu kemudian dikaji dengan

mempertimbangkan unsur-unsur berikut:

1. Karakteristik wilayah

2. Tingkat pentingnya potensi dampak

3. Keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan

4. Muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

dan/atau

5. Hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau Program pada hierarki

diatasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan,

dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau relevansi langsung.

Pertimbangan unsur-unsur kriteria isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

sebagaimana diatas dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit

karakteristik wilayah yang ditelaah dalam bentuk spasial, tingkat pentingnya potensi

dampak berdasarkan indikasi cakupan wilayah dan frekuensi/intensitas dampak,

keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil telaah sebab

akibatnya. Pemberian skoring didasarkan dengan kisaran nilai skala likert 1 s/d 5.

Adapun kisaran nilainya mengikuti urutan sebagai berikut: 5 = Sangat terkait; 4 =

Terkait; 3 = Cukup terkait; 2 = Kurang terkait; 1 = Tidak terkait

Page 106: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

72

Berdasarkan hasil pembobotan dan pelingkupan isu prioritas yang disajikan

pada Tabel 3.3 dibawah ini, kemudian dilakukam urutan dari nilai tertinggi ke nilai

terendah, dan diperoleh urutan prioritas isu pembangunan berkelanjutan. Hasil

pertemuan Kelompok Kerja pada pertemuan untuk menentukan Isu Prioritas,

Kelompok Kerja memutuskan 15 (lima belas) isu pada urutan prioritas menjadi Isu

Prioritas berdasarkan rangking isu. Urutan prioritas pada Tabel 3.4

menggambarkan Isu Pembangunan Berkelanjutan yang paling terdampak. Sistem

pemberian skor pada Tabel 3.3 dilakukan dengan menjumlahkan semua penilaian

yang dilakukan oleh Tim Kelompok Kerja yang dalam pengisiannya didampingi oleh

Tim Ahli/narasumber. Hasil yang diperoleh kemudian dirata-ratakan. Hasil rata-rata

yang diperoleh tersebut yang ditampilkan pada Tabel 3.3 dibawah ini.

Skor 4,42 (Tabel 3.3) pada Isu Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan

Lingkungan dikaitkan dengan Tingkat Pentingnya Potensi Dampak mengartikan

bahwa isu ini sangat terkait atau erat kaitannya dengan luasan dampak yang

ditimbulkan. Sanitasi yang buruk, pengelolaan sungai yang tidak optimal, dan

masalah pengelolaan sampah. Masalah sampah erat kaitannya dengan masalah

kependudukan dan masalah sosial ekonomi masyarakat. Sampah yang dihasilkan

dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan, tingkat

pendapatan dan pola konsumsi masyarakat, pola penyediaan kebutuhan hidup

penduduknya, iklim dan musim. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah, menjadi salah faktor peningkatan laju pencemaran yang

menambah besarnya luasan dampak. Berdasarkan masukan dari konsultasi publik

kedua yang dilakukan, diperoleh bahwa beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi

Barat memiliki masalah pengelolaan sampah yang belum optimal. Kabupaten

Pasangkayu, Mamasa dan Kabupaten Majene adalah tiga kabupaten yang sangat

rentan akan isu sampah. Penurunan mutu lingkungan yang disebabkan oleh

sampah dapat berimbas pada rendahnya tingkat kesehatan. Pencemaran air tanah

dan polusi udara adalah dua diantara dampak yang dapat ditimbulkan jika

penanganan masalah sampah tidak dilakukan optimal.

Page 107: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

73

Tabel 3.3. Skoring dan Pembobotan Pelingkupan Isu Prioritas Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis

Kriteria Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

Total Skoring

dan Bobot

Telaah Karakteristik

Wilayah

Tingkat Pentingnya

Potensi Dampak

Keterkaitan antar Isu

PB Strategis

Keterkaitan dengan Muatan

KRP

Muatan RPPLH

Hasil KLHS dari KRP

pada Hierarki

diatasnya

20% 40% 10% 10% 10% 10%

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

A. Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan 4.5 0.9 4.42 1.77 4.42 0.44 4.33 0.43 4.73 0.47 4.33 0.43

4.44

B. Rendahnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan 4.25 0.85 4.17 1.67 4.08 0.41 4.08 0.41 4.58 0.46 4.08 0.41

4.21

C. Meningkatnya luas dan intensitas banjir 4.42 0.88 4.25 1.7 4.25 0.43 4.25 0.43 4.67 0.47 4.33 0.43

4.34

D. Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan 4.08 0.82 4.17 1.67 3.58 0.36 4.08 0.41 4.33 0.43 4.25 0.43

4.12

E. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil 4 0.8 4.08 1.63 4.08 0.41 3.75 0.38 4.5 0.45 4 0.4

4.07

F. Ancaman keselamatan pelayaran 3.89 0.78 4 1.6 4 0.4 3.56 0.36 4.56 0.46 3.89 0.39 3.99

G. Stagnasi pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi

4.17 0.83 4.42 1.77 4 0.4 4.25 0.43 4.5 0.45 4.25 0.43 4.31

H. Tingginya angka kemiskinan 4.5 0.9 4.5 1.8 4.17 0.42 4.17 0.42 4.42 0.44 4.17 0.42

4.40

I. Meningkatnya Emisi GRK 3.67 0.73 4.08 1.63 4.42 0.44 4.17 0.42 4.5 0.45 4.08 0.41

4.08

Page 108: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

74

Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis

Kriteria Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

Total Skoring

dan Bobot

Telaah Karakteristik

Wilayah

Tingkat Pentingnya

Potensi Dampak

Keterkaitan antar Isu

PB Strategis

Keterkaitan dengan Muatan

KRP

Muatan RPPLH

Hasil KLHS dari KRP

pada Hierarki

diatasnya

20% 40% 10% 10% 10% 10%

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

J. Rendahnya tata kelola kawasan hutan 4.17 0.83 4.08 1.63 4.08 0.41 4.25 0.43 4.5 0.45 4.33 0.43

4.18

K. Konflik Tenurial Kawasan Hutan 3.67 0.73 3.92 1.57 3.75 0.38 3.75 0.38 4.25 0.43 3.75 0.38 3.87

L. Rendahnya penegakan hukum lingkungan 4.25 0.85 4.42 1.77 4.25 0.43 4.25 0.43 4.67 0.47 4.33 0.43

4.38

M. Rawannya ketahanan pangan 3.75 0.75 3.92 1.57 4 0.4 4.25 0.43 4.25 0.43 4.08 0.41 3.99

N. Masih rendahnya rasio elektrifikasi 3.83 0.77 3.83 1.53 3.75 0.38 3.83 0.38 4.08 0.41 3.92 0.39 3.86

O. Rendahnya usia lama sekolah 4 0.8 3.75 1.5 3.75 0.38 3.83 0.38 4 0.4 4 0.4 3.86

Page 109: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

75

Tabel 3.4. Rangking Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Sulawesi Barat

Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis

Total Skoring dan Bobot

Ranking

A. Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan 4.44 1

H. Tingginya angka kemiskinan 4.40 2

L. Rendahnya penegakan hukum lingkungan 4.38 3

C. Meningkatnya luas dan intensitas banjir 4.34 4

G. Stagnasi pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi 4.31 5

B. Rendahnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan 4.21 6

J. Rendahnya tata kelola kawasan hutan 4.18 7

D. Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan 4.12 8

I. Meningkatnya Emisi GRK 4.08 9

E. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil 4.07 10

F. Ancaman keselamatan pelayaran 3.99 11

M. Rawannya ketahanan pangan 3.99 12

K. Konflik Tenurial Kawasan Hutan 3.87 13

N. Masih rendahnya rasio elektrifikasi 3.86 14

O. Rendahnya usia lama sekolah 3.86 15

Berdasarkan hasil kesepakatan POKJA, semua isu pada tabel diatas

disepakati sebagai Isu Prioritas yang akan dikaji lebih dalam dengan Kebijakan dan

Program pada Bab IV berikutnya.

Page 110: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

76

BAB 4. IDENTIFIKASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Identifikasi muatan Kebijakan dan Program dilakukan untuk mengetahui

Kebijakan dan Program yang berdampak terhadap kriteria dampak dan/atau risiko

lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Identifikasi muatan Kebijakan

dan Program dilakukan dengan menelaah dasar-dasar penyusunannya. Muatan-

muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen materi Kebijakan dan

Program yang kemudian dikaitkan dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Penurunan atau terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup untuk pembangunan;

2. Penurunan kinerja layanan jasa ekosistem;

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, atau kebakaran hutan dan lahan;

4. Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya alam;

5. Penurunan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

6. Peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

7. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau penurunan penghidupan

sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan

masyarakat;

8. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;

dan/atau

9. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu secara tradisional yang

dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

4.1. Kebijakan dan Program Berdampak/Berisiko terhadap Lingkungan

Hidup

Identifikasi muatan Kebijakan dan Program yang ditapis dengan pertimbangan

9 (Sembilan) resiko dampak lingkungan hidup sebagaimana Tabel 4.1 berikut, dikaji

dengan memberikan penilaian sebagai berikut:

1 = Berdampak positif terhadap lingkungan hidup

-1 = Berdampak negative terhadap lingkungan hidup

0 = Tidak berdampak terhadap lingkungan hidup

Page 111: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

77

Tabel 4.1 Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MISI 1 Membangun Sumber daya Manusia Berkualitas, Berkepribadian dan Berbudaya

TUJUAN MISI 1

Meningkatkan Kualitas SDM Yang terdidik, Sehat dan Berbudaya

SASARAN 1 MISI 1

Meningkatnya derajat pendidikan dalam mewujudkan kualitas manusia yang tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Sekolah Menengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Pendidikan Khusus, Tugas Pembantuan PAUD dan Pendidikan Dasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Nilai Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengelolaan Keragaman Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SASARAN 2 MISI 1

Meningkatnya derajat kesehatan dalam mewujudkan kualitas manusia yang tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 112: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

78

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Pengadaan, peningkatan sarana dan Prasarana rumah sakit/Rumah sakit Jiwa/Rumah Sakit paru-paru/Rumah sakit mata -1 0 0 0 0 0 0 -1 0 -2

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program perbaikan gizi Masyarakat -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program obat dan perbekalan kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengawasan Obat dan Makanan -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Upaya Kesehatan Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengembangan Lingkungan Sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Jaminan kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Kebijakan dan manajemen Pembangunan Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengembangan Sistem Informasi kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 113: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

79

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program pelayanan Kesehatan perorangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SASARAN 3 MISI 1

Berkembangnya kehidupan masyarakat yang berbudaya, tertib dan tenteram 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan PMKS Lainnya 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Pelestarian nilai kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Anak Terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Penyandang Disabilitas dan Eks. Trauma/Kejiwaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 114: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

80

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program peningkatan kualitas pelayanan informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Kearsipan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Minat dan Budaya Baca 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pendidikan Politik Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Fungsi dan Keberadaan Ormas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Karakter Bangsa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Keamanan dan Ketertiban 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Ketahanan Seni, Budaya, Agama, dan Kemasyarakatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Fasilitasi Politik Dalam Negeri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1

Program Peningkatan Peran serta kepemudaan 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 115: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

81

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Bahan Informasi Tentang Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1

Program peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1

Program data gender dan anak 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -2

Program Keluarga Berencana 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -2

Program Keluarga Sejahtera 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -2

Program Pengendalian Pendudukl 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -2

MISI 2 Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Modern dan Terpercaya

TUJUAN MISI 2

Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kualitas ASN untuk penerapan kepemerintahan yang baik

Page 116: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

82

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SASARAN 1 MISI 2

Meningkatnya kapasitas kelembagaan untuk perwujudan pemerintahan yang akuntabel dan efektif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Reformasi Birokrasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penguatan akuntabilitas kinerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penguatan Organisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program penataan tatalaksana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan dan Pemeliharaan Infrastruktur TIK -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 -2

Program Pengembangan Aplikasi Informatika 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunikasi dan Informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 117: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

83

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Optimalisasi penyelenggaraan persandian untuk pengamanan informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi, Media Massa dan Pemanfaatan Teknologi Informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Infrastruktur Komunikasi dan Informatika -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 -2

Program Pengembangan Desiminasi Informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan dan Pengembangan Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pembangunan Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan data/informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Kerjasama Pembangunan -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Page 118: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

84

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program perencanaan pembangunan daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengendalian Pembangunan Daerah dan Pelaporan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penataan Administrasi Kependudukan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan pelayanan kehumasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan komunikasi dan informasi serta penggunaan media massa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kapasitas Kelembangaan Pembangunan Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penataan Daerah Otonomi Baru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Wilayah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penyiapan Potensi Sumber Daya, Sarana dan Prasarana Daerah -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Peningkatan Kerjasama antar Pemerintah Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 119: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

85

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan -1 -1 0 0 -1 -1 0 0 -1 -5

Program Fasilitasi Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peresmian, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota DPRD Provinsi/Kab/Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Layanan Penataan Wilayah Administrasi, Penegasan Batas Daerah dan Toponimi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penataan Peraturan Perundang-undangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan pelayanan Kehumasan -1 0 0 0 0 0 0 0 -1 -2

Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah -1 0 0 0 0 0 0 0 -1 -2

Program Peningkatan Pelayanan Publik -1 0 0 0 0 0 0 0 -1 -2

Program Peningkatan Kinerja Perangkat Daerah dan Ketatalaksanaan Pemerintah Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 120: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

86

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi Media Massa dan Pemanfaatan Teknologi Informasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pelaporan dan evaluasi perkembangan desa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Tata Kelola Pemerintah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Sistem Inovasi daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Jasa Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SASARAN 2 MISI 2

Meningkatnya kualitas Kompetensi ASN untuk perwujudan pemerintahan yang terpercaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program manajemen sumber daya manusia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah -1 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4

Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 121: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

87

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

MISI 3 Membangun dan Menguatkan Konektivitas antar Wilayah Berbasis Unggulan Strategis

TUJUAN MISI 3

Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong produktivitas wilayah dan koneksivitas antar wilayah

SASARAN 1 MISI 3

Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan -1 -1 0 -1 -1 -1 0 0 0 -5

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 -8

Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembangunan Sistem Informasi/ Data base Jalan dan Jembatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Peningkatan Infrastruktur Kawasan Perkantoran -1 -1 0 -1 -1 -1 0 0 0 -5

Program Pengembangan Data dan Informasi Jasa Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan, Pengembangan, dan Kerjasama Pengawasan Uji Mutu dan Standarisasi Konstruksi Bangunan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 122: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

88

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 -2

Program Pengendalian Banjir -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah -1 0 0 0 0 0 0 -1 0 -2

Program Pembanguan Saluran Drainase/gorong-gorong -1 0 0 0 0 0 0 0 -1 -2

Program Perencanaan Tata Ruang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pemanfaatan Ruang -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan 0 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 -3

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan 0 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 -3

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Fasilitas Transportasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 -1

Program peningkatan pelayanan angkutan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan keselamatan transportasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengendalian Lalu Lintas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 123: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

89

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral -1 -1 -1 -1 0 -1 0 -1 0 -6

Program pengembangan pengusahaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dan konservasi energi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengusahaan, pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program pengelolaan air, tanah, survey dan pemetaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 -3

Program peningkatan pelayanan jasa laboratorium dan pembuatan peta dan SIG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Perumahan -1 -1 -1 -1 0 -1 -1 0 -1 -7

Program Lingkungan Sehat Perumahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1

Page 124: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

90

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SASARAN 2 MISI 3

Meningkatnya koneksivitas antara wilayah pulau kecil dengan daratan utama dan antara desa dengan kota dalam mengurangi disparitas wilayah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh -1 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4

Program Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pelayanan sosial dasar Masyarakat Perdesaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pembinaan dan pengembangan adat Istiadat, nilai sosial budaya masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pelaporan dan evaluasi perkembangan desa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembangunan Kawasan Perdesaan -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 -2

Program Inovasi dan Promosi Teknologi Tepat Guna 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengembangan lembaga ekonomi perdesaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Pengelolaan Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Page 125: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

91

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Fasilitasi Pertanahan dan pelatihan Transmigrasi -1 0 0 0 0 -1 0 0 0 -2

Program Perencanaan Teknis Kawasan Transmigrasi -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Infrastruktur Komunikasi dan Informatika 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Perencanaan Tata Ruang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

MISI 4 Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inovatif dan Berdaya Saing Tinggi

TUJUAN MISI 4

Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan peningkatan daya saing berbasis ekonomi lokal

SASARAN 1 MISI 4

Terwujudnya pertumbuhan ekonomi berkualitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 -2

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 126: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

92

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Peningkatan Dukungan Manajemen dalam Pelaksanaan Tugas Teknis BKPMD&P2T 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 0 -5

Program Penataan Struktur Industri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri 0 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -2

Program Revitaslisasi dan Penataan Struktur Industri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan dan Pengembangan Espor -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Standarisasi Nasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 127: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

93

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan dan pembinaan Koperasi UKM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pengembangan Kemitraan -1 0 0 0 0 0 0 -1 0 -2

Program Kelembagaan dan Kemitraan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Industri Pariwisata -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Ekonomi Kreatif 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1

Program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Perikanan Budidaya -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Perikanan Tangkap -1 -1 0 0 -1 -1 -1 0 0 -5

Program Pengembangan Balai Benih Ikan/Udang Pantai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Balai Benih Budidaya Air Tawar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar -1 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -7

Program perencanaan pembangunan ekonomi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 128: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

94

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan hidup pemuda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan PMKS Lainnya. 0 0 0 0 0 0 -7 0 0 -7

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kesempatan Kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1

Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Distribusi Harga dan Cadangan Pangan 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1

Program Peningkatan Ketahanan Pangan 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 -1

Program Penguatan Ekonomi Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Ekonomi dan Prasarana Wilayah -1 -1 0 0 0 0 -1 0 0 -3

SASARAN 2 MISI 4

Meningkatnya daya saing ekonomi lokal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 -2

Page 129: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

95

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 -1

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan 0 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -2

Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

program peningkatan kapasitas dan pemberdayaan petani 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran Hasil Pertanian 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah -1 -1 0 0 0 0 -1 0 0 -3

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Penciptaan Iklim Usaha Mikro Kecil Menengah yang Kondusif 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Inovasi dan Promosi Teknologi Tepat Guna 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 130: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

96

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Program pengembangan lembaga ekonomi perdesaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penelitian dan Penngembangan IPTEK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

MISI 5 Mendorong Pengarusutamaan Lingkungan Hidup untuk Pembangunan Berkelanjutan

TUJUAN MISI 5

Memelihara daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan sumberdaya alam

SASARAN 1 MISI 5

Terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) -1 0 -1 0 0 0 0 -1 0 -3

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam & Lingkungan Hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengelolaan dan Rehabilitas ekosistem pesisir dan laut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 -2

Terwujudnya pelestarian fungsi hutan 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Page 131: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

97

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SASARAN 2 MISI 5

Program Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengolaan hutan -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -4

Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -4

Program Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SASARAN 3 MISI 5

Terwujudnya Pemantapan Kawasan Hutan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengendalian Perubahan Iklim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Penegakan Hukum Kehutanan -1 0 0 0 0 0 0 0 -1 -2

Program Pengelolaan Hutan Lestari dan Usaha Kehutanan -1 0 0 0 0 0 0 0 -1 -2

Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 -2

Program Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1 -2

Program Pengelolaan Hutan 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1 -2

Program Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Program Perencanaan Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 -1

Page 132: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

98

Keterangan:

1. Penurunan atau terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tamping

lingkungan hidup untuk pembangunan;

2. Penurunan kinerja layanan jasa ekosistem;

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, atau kebakaran hutan dan lahan;

4. Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya alam;

5. Penurunan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

6. Peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

7. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau penurunan penghidupan

sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan

masyarakat;

8. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;

dan/atau

9. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu secara tradisional yang

dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Hasil identifikasi muatan Kebijakan dan Program yang telah ditapis dengan

pertimbangan dampak/resiko lingkungan hidup sebagaimana Tabel 4.1 diatas, dari

semua muatan Kebijakan dan Program yang diidentifikasi diperoleh muatan

Kebijakan dan Program yang memberikan resiko terhadap lingkungan hidup,

sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4.2 berikut.

Page 133: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

99

Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup

Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat

No Muatan Kebijakan dan Program

Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9

TUJUAN MISI 1 Meningkatkan Kualitas SDM Yang terdidik, Sehat dan Berbudaya

SASARAN 1 MISI 2

Meningkatnya kapasitas kelembagaan untuk perwujudan pemerintahan yang akuntabel dan efektif

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan -1 -1 0 0 -1 -1 0 0 -1 -5

SASARAN 2 MISI 2

Meningkatnya kualitas Kompetensi ASN untuk perwujudan pemerintahan yang terpercaya

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

-1 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4

TUJUAN MISI 3 Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong produktivitas wilayah dan koneksivitas antar wilayah

SASARAN 1 MISI 3

Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

-1 -1 0 -1 -1 -1 0 0 0 -5

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 -8

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Peningkatan Infrastruktur Kawasan Perkantoran -1 -1 0 -1 -1 -1 0 0 0 -5

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan 0 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 -3

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan 0 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 -3

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

-1 -1 -1 -1 0 -1 0 -1 0 -6

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 -3

Program Pengembangan Perumahan -1 -1 -1 -1 0 -1 -1 0 -1 -7

Page 134: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

100

No Muatan Kebijakan dan Program Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan

Hidup Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9

SASARAN 2 MISI 3

Meningkatnya koneksivitas antara wilayah pulau kecil dengan daratan utama dan antara desa dengan kota dalam mengurangi disparitas wilayah

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh -1 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4

Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

-1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

SASARAN 1 MISI 4

Terwujudnya pertumbuhan ekonomi berkualitas

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 0 -5

Program Pengembangan Industri Pariwisata -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Perikanan Budidaya -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Perikanan Tangkap -1 -1 0 0 -1 -1 -1 0 0 -5

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

-1 0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -7

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan PMKS Lainnya.

0 0 0 0 0 0 -7 0 0 -7

Program Pengembangan Ekonomi dan Prasarana Wilayah -1 -1 0 0 0 0 -1 0 0 -3

SASARAN 2 MISI 4

Meningkatnya daya saing ekonomi lokal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

-1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah -1 -1 0 0 0 0 -1 0 0 -3

SASARAN 1 MISI 5

Terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) -1 0 -1 0 0 0 0 -1 0 -3

SASARAN 2 MISI 5

Terwujudnya pelestarian fungsi hutan

Program pengolaan hutan -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -4

Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -4

Page 135: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

101

4.2. Keterkaitan Kebijakan dan Program terhadap Isu Prioritas

Keterkaitan Kebijakan dan Program terhadap isu prioritas yang telah diperoleh

ditapis untuk menghasilkan Kebijakan dan Program yang terdampak atau berisiko

terhadap lingkungan hidup yang akan dikaji dalam analisis pengaruh terhadap

muatan KLHS. Tabel berikut memperlihatkan tapisan Kebijakan dan Program

berdampak dengan isu Pembangunan Berkelanjutan.

Tabel 4.3 Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Isu Pembangunan

Berkelanjutan Prioritas Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat

No Muatan Kebijakan dan

Program

Isu PB Prioritas Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

VISI Sulawesi Barat Maju dan Malaqbiq

TUJUAN MISI 1

Meningkatkan Kualitas SDM Yang terdidik, Sehat dan Berbudaya

SASARAN 1 MISI 2

Meningkatnya kapasitas kelembagaan untuk perwujudan pemerintahan yang akuntabel dan efektif

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

-1 -1 0 0 -1 0 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 -1 0 -9

SASARAN 2 MISI 2

Meningkatnya kualitas Kompetensi ASN untuk perwujudan pemerintahan yang terpercaya

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TUJUAN MISI 3

Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong produktivitas wilayah dan koneksivitas antar wilayah

SASARAN 1 MISI 3

Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang

-1 0 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -1 0 0 0 -5

Page 136: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

102

No Muatan Kebijakan dan

Program

Isu PB Prioritas Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

-1 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 -2

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Peningkatan Infrastruktur Kawasan Perkantoran

-1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

-1 -1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 -4

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 -1

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

-1 -1 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4

Program Pengembangan Perumahan

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 -5

SASARAN 2 MISI 3

Meningkatnya koneksivitas antara wilayah pulau kecil dengan daratan utama dan antara desa dengan kota dalam mengurangi disparitas wilayah

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

-1 -1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Page 137: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

103

No Muatan Kebijakan dan

Program

Isu PB Prioritas Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

-1 0 0 0 -1 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 -4

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 -6

Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 -6

SASARAN 1 MISI 4

Terwujudnya pertumbuhan ekonomi berkualitas

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

-1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4

Program Pengembangan Industri Pariwisata

-1 -1 0 0 -1 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 -5

Program Pengembangan Perikanan Budidaya

-1 -1 0 0 -1 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7

Program Pengembangan Perikanan Tangkap

0 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -3

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

-1 -1 0 0 -1 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan PMKS Lainnya.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1

Program Pengembangan Ekonomi dan Prasarana Wilayah

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SASARAN 2 MISI 4

Meningkatnya daya saing ekonomi lokal

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 -1 -2

Page 138: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

104

No Muatan Kebijakan dan

Program

Isu PB Prioritas Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 -1 0 0 -2

SASARAN 1 MISI 5

Terpeliharanya daya dukung dan kualitas lingkungan hidup

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

SASARAN 2 MISI 5

Terwujudnya pelestarian fungsi hutan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program pengolaan hutan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan:

1. Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

2. Rendahnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan

3. Meningkatnya luas dan intensitas banjir

4. Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan

5. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil

6. Ancaman keselamatan pelayaran

7. Stagnasi pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi

8. Tingginya angka kemiskinan

9. Meningkatnya Emisi GRK

10. Rendahnya tata kelola kawasan hutan

11. Konflik Tenurial Kawasan Hutan

12. Rendahnya penegakan hukum lingkungan

13. Rawannya ketahanan pangan

14. Masih rendahnya rasio elektrifikasi

15. Rendahnya usia lama sekolah

Page 139: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

105

Tabel 4.4 Hasil Tapisan Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Isu

Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Kajian Lingkungan Hidup

Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Sulawesi Barat

No Muatan Kebijakan dan

Program

Isu PB Prioritas Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

VISI Sulawesi Barat Maju dan Malaqbiq

TUJUAN MISI 1

Meningkatkan Kualitas SDM Yang terdidik, Sehat dan Berbudaya

SASARAN 1 MISI 2

Meningkatnya kapasitas kelembagaan untuk perwujudan pemerintahan yang akuntabel dan efektif

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

-1 -1 0 0 -1 0 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 -1 0 -9

SASARAN 2 MISI 2

Meningkatnya kualitas Kompetensi ASN untuk perwujudan pemerintahan yang terpercaya

TUJUAN MISI 3

Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong produktivitas wilayah dan koneksivitas antar wilayah

-1 0 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -1 0 0 0 -5

SASARAN 1 MISI 3

Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

-1 0 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -1 0 0 0 -5

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

-1 -1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 -4

Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7

Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

-1 -1 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4

Page 140: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

106

No Muatan Kebijakan dan

Program

Isu PB Prioritas Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Program Pengembangan Perumahan

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 -5

SASARAN 2 MISI 3

Meningkatnya koneksivitas antara wilayah pulau kecil dengan daratan utama dan antara desa dengan kota dalam mengurangi disparitas wilayah

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

-1 -1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -6

Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

-1 0 0 0 -1 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 -4

Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 -6

Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

-1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 -6

SASARAN 1 MISI 4

Terwujudnya pertumbuhan ekonomi berkualitas

Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

-1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4

Program Pengembangan Industri Pariwisata

-1 -1 0 0 -1 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 0 -5

Program Pengembangan Perikanan Budidaya

-1 -1 0 0 -1 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7

Program Pengembangan Perikanan Tangkap

0 0 0 0 -1 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 -3

Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

-1 -1 0 0 -1 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7

Page 141: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

107

Hasil tapisan identifikasi muatan Kebijakan dan Program dengan Isu

Pembangunan Berkelanjutan Prioritas sebagaimana tabel diatas diperoleh 17

Kebijakan dan Program yang beresiko terhadap lingkungan hidup yang akan dikaji

lebih dalam dengan muatan kajian analisis. Adapun muatan Kebijakan dan Program

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Muatan Kebijakan:

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian

daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Muatan Program:

1. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

2. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

3. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan

Sumber Daya Mineral

4. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan

batubara

5. Program Pengembangan Perumahan

6. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

7. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

8. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

9. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

10. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

11. Program Pengembangan Industri Pariwisata

12. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

13. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

14. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air

Tawar

Page 142: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

108

BAB 5. KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Dalam kajian pengaruh Kebijakan dan Program terhadap Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah ini dikaji 15 KRP yang telah tersaring

pada pembahasan sebelumnya, yang akan ditelaah berdasarkan 6 (enam) kriteria.

Enam kriteria tersebut adalah ditinjau dari Daya Dukung Daya Tampung

Lingkungan Hidup, Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup, Kinerja Layanan/Jasa

Ekosistem, Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam, Tingkat Kerentanan dan

Kapasitas Terhadap Perubahan Iklim, serta Tingkat Ketahanan dan Potensi

Keanekaragaman Hayati.

5.1. Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk

Pembangunan

Kajian ini mengukur kemampuan suatu ekosistem untuk mendukung

satu/rangkaian aktivitas dan ambang batas kemampuannya berdasarkan kondisi

yang ada. Kepentingan kajian ini terutama adalah untuk menentukan apakah

intensitas pembangunan masih dapat dikembangkan dan ditambahkan. Bisa diukur

dalam bermacam variabel yang mencerminkan jasa dan produk dari ekosistem,

misalnya daya dukung tanah/kemampuan lahan, air, habitat spesies, dan lain

sebagainya. Beberapa teknik yang dapat digunakan antara lain adalah mengukur

kinerja jasa lingkungan, mengukur populasi optimal yang dapat didukung, maupun

mengukut ringkat kerentanan, kerawanan dan kerusakan. Teknik-teknik

perhitungan dan penentuan daya dukung lingkungan hidup dapat mengikuti

ketentuan yang ada atau metodologi yang telah diakui secara ilmiah. Daya tampung

lingkungan hidup dapat diukur dari tingkat asimilasi media (air, tanah, udara) ketika

menerima gangguan dari luar. Indikator yang digunakan dapat berupa kombinasi

antara beban pencemaran dengan kemampuan media mempertahankan fungsinya

sejalan dengan masuknya pencemaran tersebut. Tabel 5.1 berikut memperlihatkan

kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup terkait dengan Kebijakan

dan Program yang berdampak terhadap lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi

Barat.

Page 143: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

109

Tabel 5.1 Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup terhadap

Kebijakan dan Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan

dan Program Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan

Hidup

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

1. Implementasi pada Kebijakan ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem.

2. Berpengaruh terhadap kawasan hulu suatu aliran sungai dan kawasan pesisir yang merupakan kawasan perlindungan dan penyangga suatu wilayah

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Pengembangan wilayah perbatasan berupa penyelesaian sengketa batas wilayah. Penyelesaian permasalahan ini entunya tidak berdampak signifikan terhadap daya dukung wilayah.

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

1. Implementasi pada program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem.

2. Berpengaruh terhadap kawasan hulu suatu aliran sungai dan kawasan pesisir yang merupakan kawasan perlindungan dan penyangga suatu wilayah

4. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Pengembangan program ini dapat mempengaruhi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup khususnya pada wilayah yang memiliki layanan ekosistem tinggi seperti pangan dan air

Implementasi dari kegiatan ini jika dikembangkan pada lokasi-lokasi dengan layanan ekosistem tinggi dapat menyebabkan terlampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di beberapa kecamatan.

Page 144: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

110

No Muatan Kebijakan

dan Program Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan

Hidup

5. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

Implementasi pada program ini akan berdampak negatif terhadap daya dukung wilayah bila implementasi teknis pertambangan tidak dilakukan secara konservatif

6. Program Pengembangan Perumahan

1. Implementasi pada program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem.

2. Pengembangan kawasan perumahan perlu memperhatikan lokasi-lokasi permukiman yang telah ada saat ini dan berada di dalam kawasan hutan lindung.

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Implementasi pada program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem.

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Implementasi program-program pengembangan pelabuhan perikanan memiliki dampak yang relatif kecil terhadap daya dukung dan daya tampung jika lokasi pengembangan nya tidak secara langsung berbatasan dengan ekosistem-ekosistem pesisir seperti terumbu karang dan mangrove.

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

1. Implementasi pada program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem.

2. Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan lokasi-lokasi permukiman yang telah ada

Page 145: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

111

No Muatan Kebijakan

dan Program Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan

Hidup

saat ini dan berada di dalam kawasan hutan lindung.

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

1. Implementasi pada program ini akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air sehingga akan berpengaruh terhadap daya dukung wilayahnya karena akan mempengaruhi ketersediaan layanan ekosistem.

2. Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan lokasi-lokasi permukiman yang telah ada saat ini dan berada di dalam kawasan hutan lindung.

Program di Sasaran 1 Misi 4

11. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Pengembangan sarana prasarana sentra industri seperti akomodasi, pelayanan dan jenis industri yang akan dikembangkan akan menimbulkan gangguan pada wilayah-wilayah yang memiliki pelayanan ekosistem tinggi khususnya untuk pelayanan pangan dan air, jika dikembangkan pada kawasan-kawasan yang pelayanan ekosistemnya tinggi

Implementasi program-program kawasan industri skala besar agroindustri dan industri pengolahan hasil perikanan dapat mempengaruhi daya dukung wilayah khususnya di kecamatan-kecamatan pesisir yang memiliki layanan ekosistem tinggi

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Daya dukung dan daya tampung terkait akomodasi, pelayanan, jenis ekowisata yang akan dikembangkan serta sarana prasarana perlu dikaji dengan baik melalui kajian daya dukung kawasan wisata seperti menggunakan metode PCC (Physical Carrying Capasity)

Pengembangan industri pariwisata jika tidak diperhitungkan dengan baik tentunya akan berdampak pada terlampauinya daya dukung dan daya tampung kawasan wisata seperti meningkatnya jumlah pengunjung. Sehingga jumlah pengunjung maksimal yang harus lebih dahulu ditetapkan

13. Program Pengembangan

Dampak terhadap daya dukung dan daya tampung adalah berasal dari pengembangan

Page 146: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

112

No Muatan Kebijakan

dan Program Daya Tampung dan Daya Dukung Lingkungan

Hidup

Perikanan Budidaya

skala budidaya, bahan cemar dari lokasi budidaya (terutama skala pengembangan intensif).

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Untuk pengembangan perikanan tangkap sangat perlu diperhatikan terkait daya dukung dan daya tampung kawasan perairan baik untuk perikanan tangkap demersal dan pelagis. Peningkatan perikanan tangkap demersal akan sangat berpotensi merusak ekosistem benthos sedangkan perikanan tangkap pelagis perlu memperhatikan pola penangkapan terkait dengan ukuran mata jaring (mesh size) sehingga ukuran tangkapan dapat diatur.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Potensi dampak program-program ini adalah pada pembukaan lahan (land clearing), dampak limbah (sisa pakan dan kotoran organisme budidaya). Ancaman pada terganggunya daya dukung dan daya tampung terutama apabila skala pembudidayaan sangat besar (intensif atau super intensif)

Program-program yang berdampak negatif terhadap lingkungan pada

RPJMD Provinsi Sulawesi Barat dapat mempengaruhi daya dukung dan daya

tampung suatu wilayah yang memiliki layanan ekosistem tinggi khususnya terkait

sektor yang sangat vital terhadap pembangunan seperti pangan dan air.

Pengembangan infrastruktur, permukiman dan kawasan budidaya lainnya tentunya

akan mempengaruhi ketersediaan sektor tersebut jika dikembangkan pada

kawasan yang memiliki layanan ekosistem tinggi. Sehingga, pengembangan

pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat perlu memperhatikan daya dukung dan

daya tampung kawasan yang memiliki layanan ekosistem tinggi seperti pangan dan

air. Berdasarkan data daya dukung dan daya tampung berbasis jasa ekosistem

pangan dan air di Provinsi Sulawesi Barat, terdapat kecamatan-kecamatan yang

memiliki layanan jasa ekosistem tinggi sehingga kawasan-kawasan tersebut perlu

dihindari untuk dikembangkan. Adapun gambaran wilayah yang memiliki daya

dukung tinggi disajikan pada Tabel 5.2 dan 5.3 serta Gambar 5.1 dan 5.2 berikut.

Page 147: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

113

Tabel 5.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa

Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Majene Banggae 811,53

Banggae Timur 1.854,03

Malunda 5.643,40

Pamboang 1.420,01

Sendana 2.469,98

Tammerodo 2.281,69

Tubo Sendana 870,03

Ulumanda 7.813,52

Mamasa Aralle 4.303,18

Balla 5.770,62

Bambang 6.982,00

Buntu Malangka 5.995,93

Mamasa 8.284,64

Mambi 5.350,82

Mehalaan 6.048,35

Messawa 8.020,69

Nosu 6.473,03

Pana 4.435,45

Rantebulahan Timur 2.999,06

Sesenapadang 8.007,01

Sumarorong 13.632,76

Tabang 8.145,75

Tabulahan 11.424,82

Tanduk Kalua 10.533,94

Tawalian 4.446,50

Mamuju Bonehau 13.340,84

Kalukku 25.582,20

Kalumpang 7.488,61

Mamuju 5.003,39

Papalang 13.537,04

Sampaga 9.796,58

Simboro 8.196,95

Tapalang 6.980,51

Tapalang Barat 8.472,05

Tommo 26.994,10

Mamuju Tengah Budong-Budong 18.648,82

Karossa 14.650,71

Pangale 11.205,60

Tobadak 23.696,07

Page 148: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

114

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Topoyo 17.587,29

Pasangkayu Bambaira 3.462,10

Bambalamotu 8.842,95

Baras 13.087,66

Bulu Taba 10.978,16

Dapurang 14.589,40

Duripoku 4.867,64

Lariang 7.660,07

Pasangkayu 16.053,41

Pedongga 11.000,94

Sarjo 2.941,99

Sarudu 5.412,61

Tikke Raya 22.520,30

Polewali Mandar Alu 7.628,18

Anreapi 3.731,85

Balanipa 391,59

Binuang 9.213,68

Bulo 12.821,50

Campalagian 10.223,47

Limboro 3.215,36

Luyo 11.894,70

Mapilli 8.769,54

Matakali 6.771,29

Matangnga 13.554,02

Polewali 1.988,45

Tapango 11.549,74

Tinambung 667,66

Tubbi Taramanu 28.022,36

Wonomulyo 6.797,51

Total 613.857,64

Page 149: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

115

Gambar 5.1 Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi

Page 150: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

116

Tabel 5.3 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa

Ekosistem Penyediaan Air Tinggi

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Majene Banggae Timur 3,13

Malunda 12.176,60

Sendana 452,81

Tammerodo 298,10

Tubo Sendana 38,21

Ulumanda 17.746,59

Mamasa Aralle 19.946,70

Balla 335,93

Bambang 7.414,72

Buntu Malangka 4.553,39

Mamasa 15.446,81

Mambi 6.942,99

Mehalaan 4.423,38

Messawa 1.792,85

Nosu 3.984,44

Pana 5.932,91

Rantebulahan Timur 76,32

Sesenapadang 7.194,20

Sumarorong 8.976,53

Tabang 16.805,08

Tabulahan 38.988,40

Tanduk Kalua 1.551,79

Tawalian 446,09

Mamuju Bonehau 76.405,12

Kalukku 25.139,53

Kalumpang 96.605,47

Mamuju 10.245,92

Papalang 11.275,93

Sampaga 9.086,98

Simboro 791,08

Tapalang 19.014,68

Tapalang Barat 2.274,08

Tommo 67.920,15

Mamuju Tengah Budong-Budong 11.212,79

Page 151: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

117

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Karossa 98.460,56

Pangale 11.212,82

Tobadak 38.778,54

Topoyo 75.222,76

Pasangkayu Bambaira 3.709,35

Bambalamotu 13.501,79

Baras 11.036,52

Bulu Taba 56.354,43

Dapurang 70.904,61

Duripoku 11.802,13

Lariang 8.292,86

Pasangkayu 17.688,74

Pedongga 11.076,50

Sarjo 1.827,38

Sarudu 5.065,90

Tikke Raya 22.673,95

Polewali Mandar Alu 2.773,50

Anreapi 3.035,34

Binuang 3.249,70

Bulo 7.593,71

Campalagian 6.153,89

Limboro 60,54

Luyo 2.560,35

Mapilli 5.362,64

Matakali 4.645,02

Matangnga 7.473,00

Polewali 2.296,43

Tapango 3.206,55

Tinambung 35,29

Tubbi Taramanu 13.546,12

Wonomulyo 7.591,21

Total 1.032.691,81

Page 152: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

118

Gambar 5.2 Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Tinggi

Page 153: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

119

5.2. Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup

Kajian ini mengukur besar dan pentingnya dampak dan/atau risiko suatu

kebijakan, rencana dan/atau program terhadap perubahan-perubahan lingkungan

hidup dan kelompok masyarakat yang terkena dampak dan/atau risiko. Teknik

analisis mengikuti ketentuan yang telah tersedia (misalnya Pedoman Dampak

Penting) dan metodologi yang diakui secara ilmiah (misalnya metologi

Environmental Risk Assessment). Tabel 5.4 di bawah ini memperlihatkan perkiraan

mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup terkait dengan Kebijakan dan

Program yang berdampak terhadap lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Barat.

Tabel 5.4 Kajian Perkiraan Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup terhadap

Kebijakan dan Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan

dan Program Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

- Peningkatan kuantitas infrastruktur wilayah

perlu memperhatikan kawasan-kawasan

yang rentan terhadap bencana alam

sehingga pembangunan yang dilakukan

tidak berdampak dan berisiko.

- Peningkatan kualitas infrastruktur yang

telah ada, khususnya pada infrastruktur

yang melintasi kawasan rawan bencana

perlu memperkirakan dampak dan risiko

terhadap bencana yang terjadi.

- Peningkatan kuantitas dan kualitas

infrstruktur dapat mempengaruhi dan

berisiko terhadap habitat eksositem

sekitarnya khsusunya infrastruktur yang

melintasi kawasan hutan lindung

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Program pengembangan wilayah perbatasan berpotensi untuk menimbulkan dampak pada ekosistem hutan dan/atau wilayah- wilayah rentan longsor akibat pembukaan lahan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan (jalan, jembatan, dsb)

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Pembangunan sarana transportasi laut

berpotensi untuk menimbulkan dampak

kebisingan, masuknya bahan cemar yang

dibuang oleh fasilitas pelabuhan dan kapal-

kapal yang pergi dan datang.

4. Program Pengembangan,

Tercemarnya limbah B3 pada sumber pangan

perikanan darat dan laut jika dilakukan pada

Page 154: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

120

No Muatan Kebijakan

dan Program Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup

Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

beberapa kabupaten wilayah pesisir pantai

prov. Sulbar

Pembangunaan ekploitasi sumber daya tambang dan PLTA sekala besar akan membutuhkan daerah galian dan daerah genangan/ pool sebelum air dialirkan ke dalam turbin. Clearing area harus diperhatikan dengan baik. Risiko lain adalah apabila tailings tidak dikelola dengan baik.

5. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

Meluasnya Jangkauan Penetapan Kawasan

Tambang apabila tidak ada sistem pengaturan

yang ketat

6. Program Pengembangan Perumahan

Pengembangan kawasan perumahan perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko.

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Pengembangan wilayah strategis perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Dampak risiko pada Lingkungan hidup hanya

akan signifikan apabila lokasi

pengembangannya berdekatan dengan

ekosistem pesisir sensitive seperti terumbu

karang dan mangrove. Sumber-sumber

tekanan pada ekosistem adalah berasal dari

aktifitas kapal-kapal penangkap ikan yang hilir-

mudik pada pelabuhan perikanan.

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko.

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko.

Program di

11. Program Pengembangan

Menghindari kawasan banjir dan longsor dan perlu memiliki pembuangan limbah khusus

Page 155: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

121

No Muatan Kebijakan

dan Program Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup

Sasaran 1 Misi 4

sentra-sentra industri potensial

Potensi dampak kawasan agroindustri skala besar dan industri pengolahan hasil perikanan terutama pada limbah cair yang dibuang ke sungai atau wilayah pesisir dan tekanan terhadap sumberdaya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan industri yang dikembangkan

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Menghindari kawasan banjir dan longsor dan perlu memiliki pembungan limbah khusus

Risiko dampak yang dapat ditimbulkan adalah yang berasal dari sampah pengunjung dan aktifitas pengunjung lokasi wisata.

13. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Risiko dampak yang dapat terjadi adalah clearing hutan/ daerah bervegetasi dan limbah yang dihasilkan dari aktifitas budidaya.

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Alat tangkap demersal harus sedapat mungkin diatur tidak menggunakan trawl (menggerus seluruh bagian dasar perairan). Demikian juga dengan ukuran mata jaring alat tangkap pelagis harus mampu menyeleksi ukuran ikan yang tertangkap agar ikan memiliki kesempatan tumbuh hingga ukuran reproduktif.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Potensi dampak atau risiko pada lingkungan hidup adalah pencemaran bahan organik sisa pakan kotoran organisme budidaya pada wilayah perairan di sekitarnya. Dampak dapat berupa penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air yang dapat menyebabkan kematian hewan dalam perairan. Rendahnya kadar oksigen terlarut akibat digunakan oleh bakteri perombak bahan organik.

Karakter wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang berupa perbukitan dan

pegunungan serta wilayah pengembangan yang dominan berada di morfologi

tersebut menyebabkan wilayah provinsi ini sangat rentan terhadap bencana dan

sangat berisiko terhadap kondisi lingkungan kedepannya. Berdasarkan data

kerawanan bencana di Provinsi Sulawesi Barat diketahui bahwa wilayah ini rentan

terhadap bahaya banjir, tsunami, tanah longsor dan gempa bumi (Gambar 5.3).

Program pengembangan wilayah di Provinsi Sulawesi Barat, perlu

memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan bencana. Sedapat mungkin

Page 156: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

122

pembangunan yang direncanakan menghindari kawasan tersebut. Hasil analisis

data infrastruktur Provinsi Sulawesi Barat yang diperoleh dari Rencana Tata Ruang

Provinsi Sulawesi Barat diketahui bahwa terdapat jalan eksisting saat ini yang

berada pada kawasan yang rawan bencana banjir dengan panjang 210,14 km

dengan rincian sebagai berikut disajikan pada Tabel 5.5

Gambar 5.3 Peta Rawan Bencana Provinsi Sulawesi Barat

Page 157: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

123

Tabel 5.5 Jaringan Jalan Eksisting yang Melintasi Kawasan Rawan Banjir

Fungsi Jalan Kabupaten Kecamatan Panjang

(Km)

Jalan Arteri Primer Polewali Mandar Mapilli 1,47

Luyo 1,00

Polewali 0,49

Matakali 0,05

Jalan Kolektor Primer Mamuju Kalukku 2,72

Sampaga 2,02

Mamuju Tengah Pangale 5,58

Budong-Budong 1,34

Pasangkayu Sarudu 6,00

Dapurang 5,67

Bambaira 2,82

Bambalamotu 0,46

Polewali Mandar Luyo 2,70

Mapilli 0,64

Jalan Lokal Mamuju Sampaga 27,03

Kalukku 25,98

Tommo 8,58

Mamuju Tengah Karossa 14,20

Pangale 3,25

Pasangkayu Dapurang 17,17

Sarudu 10,94

Tikke Raya 8,61

Bambaira 4,49

Lariang 0,13

Polewali Mandar Campalagian 26,45

Mapilli 16,66

Wonomulyo 6,54

Matakali 3,56

Luyo 3,37

Polewali 0,24

Total 210,14

Selain melintasi kawasan rawan banjir, terdapat jaringan jalan yang melintasi

daerah rawan longsor. Infrastruktur wilayah yang melintasi daerah-daerah yang

rawan bencana ini sangat berisiko jika dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya

jaringan jalan yang melintasi kawasan rawan longsor. Berdasarkan data jaringan

jalan eksisting yang dibandingkan dengan peta rawan bencana, diketahui bahwa

Page 158: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

124

104,32 km jalan eksisting sekarang berada pada kawasan rawan longsor yang

dirincikan pada Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Jaringan Jalan Eksisting yang Melintasi Kawasan Rawan Tanah Longsor

Fungsi Jalan Kabupaten Kecamatan Panjang

(Km)

Jalan Arteri Primer Mamuju Mamuju 0,078

Jalan Kolektor Primer Mamasa Mehalaan 2,731

Mambi 2,243

Tabulahan 1,588

Rantebulahan Timur

0,633

Aralle 0,608

Tanduk Kalua 0,323

Mamuju Kalukku 4,793

Kalumpang 3,899

Bonehau 0,813

Polewali Mandar Matangnga 5,575

Jalan Lokal Mamasa Bambang 40,2

Mambi 3,364

Rantebulahan Timur

3,296

Tanduk Kalua 2,792

Aralle 2,639

Mehalaan 1,065

Buntu Malangka 0,966

Mamuju Mamuju 11,586

Kalumpang 8,916

Kalukku 5,56

Tommo 0,764

Total 104,432

Pertimbangan karateristik wilayah sangat perlu diperhatikan dalam

mengimplementasikan program-program pembangunan yang terdapat didalam

RPJMD Provinsi Sulawesi Barat, khususnya terkait Kebijakan dan Program yang

berdampak lingkungan. Pada umumnya Kebijakan dan Program yang sangat perlu

diperhatikan adalah terkait dengan pengembangan infrastruktur wilayah yang

meliputi sarana dan prasarana serta bangunan penunjangnya baik perumahan dan

sebagainya. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur tanpa memperhatikan

kondisi lingkungan khususnya terkait penempatan lokasi pembangunan akan

berdampak negatif kedepannya. Misalnya pengembangan berupa rencana rel

Page 159: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

125

kereta api di Provinsi Sulawesi Barat, jika dianalisis menggunakan peta rawan

bencana diketahui bahwa terdapat jalur rencana rel yang melintasi kawasan banjir

(25,84 km) dan tanah longsor (8,65 km). Hal ini yang sangat perlu diperhatikan

dalam merealisasikan program-program RPJMD kedepannya agar tidak

berdampak dan berisiko terhadap lingkungan hidup.

5.3. Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem

Kajian ini terutama dirujukan untuk memperkirakan kinerja layanan atau fungsi

ekosistem yang terutama didalamnya adalah, yaitu: Layanan/fungsi penyedia

(provisioning services), ekosistem memberikan jasa/produk darinya, seperti

misalnya sumberdaya alam, sumberdaya genetika, air dll. Layanan/fungsi pengatur

(regulating services), ekosistem memberikan manfaat melalui pengaturan proses

alam, seperti misalnya pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengatur iklim, dll.

Layanan/fungsi budaya (cultural services), ekosistem memberikan manfaat non

material yang memperkaya kehidupan manusia, seperti misalnya pengkayaan

perasaan dan nilai spritual, pengembangan tradisi dan adat istiadat, pengalaman

batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan. Layanan/fungsi pendukung kehidupan

(supporting services), ekosistem menyediakan dan/atau mendukung pembentukan

faktor produksi primer yang diperlukan makhluk hidup, seperti misalnya produksi

biomassa produksi oksigen, nutrisi, air, dll. Kajian yang dilakukan terutama

ditujukan untuk mengidentifikasikan jenis-jenis layanan/fungsi suatu ekosistem

serta gambaran kemampuan dan keberfungsinya. Tabel 5.7 di bawah ini

memperlihatkan perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup terkait

dengan Kebijakan dan Program yang berdampak terhadap lingkungan hidup.

Tabel 5.7 Kajian Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem terhadap Kebijakan dan

Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan dan

Program Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Jasa ekosistem biodiversitas masih

tergolong rendah namun jasa

ekosistem pangan, pengaturan iklim

serta air bersih sangat tinggi

Pengembangan ekonomi berbasis budaya lokal dan interaksi pasar antar wilayah

Page 160: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

126

No Muatan Kebijakan dan

Program Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Pemerataan aksesibiltas daerah tertinggal, untuk penguatan pendidikan.

Pembukaan lahan (land clearing) pada wilayah perbatasan dengan tingkat penutupan hutan yang masih tinggi jelas akan berdampak negatif pada jasa-jasa yang dapat disediakan oleh ekosistem hutan.

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Menghindari wilayah dengan potensi jasa ekosistem pangan tinggi dan sangat tinggi di semua Kecamatan pesisir seperti wilayah-wilayah sebaran terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove.

Peningakatan pendukung factor produksi dan pengembangan interkoneksitas

4. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Sebagian wilayah pada kecamatan

memiliki Jasa Ekosistem sangat tinggi

diantaranya: pangan, air bersih,

Habitat & Kehati serta jasa Pengaturan

air dan Banjir Sangat Tinggi

Daerah clearing harus sedapat mungkin menghindari daerah dengan potensi layanan/ jasa ekosistem tinggi (pangan, pengendali banjir dan erosi, sumber daya air).

Peningkatan akses terhadap pasar & eksploirasi industry sumber daya mineral.

5. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

Menjaga ketersediaan sumber mineral dan batubara

6. Program Pengembangan Perumahan

Peningkatan penyediaan akses infrastruktur perumahan

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Penyediaan program pembangunan kawasan strategis

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Ketersediaan infrastruktur pendukung pelabuhan

Jasa ekosistem dalam menyediakan sumber daya ikan dan bahan pangan

Page 161: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

127

No Muatan Kebijakan dan

Program Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem

lainnya dapat terganggu apabila lokasi pembangunan pelabuhan perikanan berada pada wilayah-wilayah produktif. Ekosistem terumbu karang dan mangrove merupakan ekosistem produktif di wilayah pesisir selain padang lamun. Terumbu karang dan lamun sangat sensitive pada limbah minyak yang mungkin terbuang/ keluar dari kapal penangkap ikan.

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Ketersediaan pemukiman layak dan redistribusi tenaga kerja

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Ketersediaan supply tenaga kerja yang lebih distributif

Program di Sasaran 1 Misi 4

11. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Memperhatikan jasa ekosistem pangan, air bersih dan kualitas udara mulai tinggi hingga sangat tinggi

Limbah cair yang tidak diolah akan menurunkan kualitas air dan memengaruhi produktivitas perairan (limbah industry kelapa sawit sudah memperburuk kualitas air di beberapa kecamatan di Mateng dan Matra). Dengan kombinasi aktifitas tangkap lebih jelas akan yang secara langsung menurunkan jasa ekosistem dalam penyediaan bahan pangan dari laut.

Penyediaan

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Memperhatikan jasa ekosistem pangan, air bersih dan kualitas udara mulai tinggi hingga sangat tinggi

Potensi dampak pada aktifitassa ekosistem dari pariwisata bawah laut adalah pengendalian jumlah wisatawan dan pengelolaan sampah yang memiliki risiko mencemari terumbu karang yang umumnya menjadi objek utama

13. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Potensi risiko pada jasa ekosistem kawasan budidaya adalah dari air buangan yang tidak terolah (bakteri pathogen dan bahan organik sisa

Page 162: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

128

No Muatan Kebijakan dan

Program Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem

makanan dan/atau faeces hewan budidaya)

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Gangguan terhadap jasa ekosistem dari aktifitas perikanan tangkap adalah peralatan tangkap yang bisa menggerus bagian dasar (trawl) yang kaya benthos, serta ukuran mata jarring yang sangat kecil, dan penggunaan bahan bius dan peledak.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Potensi risiko pada jasa ekosistem kawasan budidaya adalah dari air buangan yang tidak terolah (bakteri pathogen dan bahan organik sisa makanan dan/atau faeces hewan budidaya)

5.4. Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Kajian ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya alam yang

dapat dijamin keberlanjutannya yang dilakukan dengan cara: Mengukur

kesesuaian antar tingkat kebutuhan dan ketersediaanya; Mengukur cadangan

yang tersedia, tingkat pemanfaatannya yang tidak menggerus cadangan, serta

perkiraan proyeksi penyediaan untuk kebutuhan dimasa mendatang; dan

Mengukur dengan nilai dan distribusi manfaat dari sumberdaya alam tersebut

secara ekonomi. Tabel 5.8 di bawah ini memperlihatkan Efisiensi Pemanfaatan

Sumber Daya Alam terkait dengan Kebijakan dan Program yang berdampak

terhadap lingkungan hidup.

Tabel 5.8 Kajian Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam terhadap Kebijakan

dan Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan dan

Program Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Tujuan Misi 1

1. Meningkatkan Kualitas SDM Yang terdidik, Sehat dan Berbudaya

Pemanfaatan SDM terhadap SDA yang ada secara efisien, dapat ditempuh melalui peningkatan skill penduduk. Hal ini dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kualitas SDM yang ada, terutama pada kawasan/sentra produksi komoditas unggulan daerah.

Tujuan Misi 3

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur

Mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, interkoenksitas wilayah dan produktivitas wilayah.

Page 163: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

129

No Muatan Kebijakan dan

Program Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam

untuk mendorong produktivitas wilayah dan koneksivitas antar wilayah

Sasaran 1 Misi 3

3. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Pemberdayaan per sektor sangat

diperlukan guna memenuhi rantai

pemasok, seperti pengembangan desa-

desa berbasis perkebunan dan pertanian.

Peningkatan mobilitas tenaga kerja kedalam pasar tenaga kerja. Dukungan infrstruktur untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja

Program di Sasaran 1 Misi 2

4. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Efisiensi pemanfaatan SDA pada wilayah perbatasan harus memperhatikan fungsi ekosistem yang dapat mempengaruhi kerentanan wilayah di sekitarnya. Hal ini harus diperhatikan oleh aparatur pada kedua wilayah yang saling berbatasan.

Program di Sasaran 1 Misi 3

5. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Meminimalisir pemanfaatan lokasi di wilayah pesisir yang memiliki kondisi-kondisi ekosistem pesisir yang tinggi.

Peningakatan mobilitas barang dan jasa

6. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Peningkatan pemanfaatan Perikanan

Darat dan laut serta pertanian harus

diprioritaskan

Daerah galian dan genangan sedapat mungkin ditekan agar tidak mengorbankan potensi jasa ekosistem.

Peningkatan investasi dan kinerja industri berbasis potensi sumber daya local

7. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

Efisiensi pengelolaan SDA Mineral untuk sustainability

8. Program Pengembangan Perumahan

Redistribusi infrastruktur dasar untuk penyediaan kebutuhan papan penduduk

Program di Sasaran 2 Misi 3

9. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Pengembangan kawasan potensi unggulan

Page 164: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

130

No Muatan Kebijakan dan

Program Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam

10. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Mendukung akselerasi transaksi komoditi perikanan

Zona alur dalam perairan di sekitar wilayah pengembangan pelabuhan perikanan tangkap (terutama Pelabuhan Perikanan Nusantara Type A) harus disiapkan dalam satuan luas yang memadai. Zona alur ini harus cukup jauh dari ekosisem terumbu karang, padang lamun dan mangrove. Hal ini terutama agar produktivitas wilayah pesisir tidak mengalami tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menyebabkan perubahah dalam kapasitas produksinya.

11. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Pengatasan ketimpangan ekonomi antarwilayah

12. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru

Program di Sasaran 1 Misi 4

13. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Hasil pengolahan komoditi pangan agroindustri berasal dari kawasan perikanan, pertanian dan perkebunan

Limbah cair dari kawasan agroindustri harus diolah dengan baik dan harus ada regulasi ketat terhadap ukuran ikan yang dapat ditangkap (untuk mencapai tingkat kematangan gonad agar dapat bereproduksi) dan intensitas penangkapan agar stok ikan dapat memulihkan diri.

Pengembangan sentrum penyerapan tenaga kerja baru serta pengelolaan SDA dari hulu hingga hilirisasi komoditi potensial.

14. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Bukan merupakan kawasan hutan baik hutan lindung, HP, HPT dan kawasan lindung

Kawasan industri bawah laut adalah daerah no take zone. Pemantauan regular harus diterapkan untuk keberlanjutan kawasan.

Page 165: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

131

No Muatan Kebijakan dan

Program Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Pengembangan pariwisata berbasis sektor unggulan/ agrowisata

15. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Mutlak dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan budidaya adalah lokasi pembuangan atau aliran limbah dari kolam/empang budidaya. Selain itu upayakan tidak mengintroduksi spesies baru (exotic species).

Peningkatan produktifitas produksi perikanan budidaya baik dalam aspek keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.

16. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Dengan tidak digunakannya trawl, ukuran mata jaring yang terlalu kecil serta bahan bius dan peledak maka keberlanjutan sumber daya ikan dapat terjaga.

Memaksimalkan potensi unggulan daerah.

17. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Memaksimalkan sumber pertumbuhan ekonomi potensial.

Dalam program pengembangan kawasan budidaya (laut, payau ataupun tawar) yang penting diperhatikan adalah potensi sirkulasi air yang akan berdampak pada transport oksigen dan penumpukan limbah organik di dasar perairan penerima limbah buangan kawasan budidaya.

Pemanfaatan sumberdaya alam di Provinsi Sulawesi Barat, perlu

memperhatikan dampak-dampak yang ditimbulkan kedepannya. Sehingga

pengembangan program-program dari RPJMD Provinsi Sulawesi Barat perlu

mempertimbngkan ketentuan yang telah tertuang didalam RTRW Provinsi yang

mengatur pemanfaatan lahan di daratan dan RZWP3K Provinsi yang mengatur

pemanfaatan ruang di wilayah perairan. Berdasarkan data pemanfaatan ruang

yang diatur dalam Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Sulawesi Barat, Kawasan

lindung yang meliputi hutan lindung, Kawasan konservasi dan Kawasan lindung

Provinsi sebesar 38,1% dari luas Provinsi Sulawesi Barat, 27,2% untuk sektor

budidaya kehutanan dan sisanya sekitar 34% yang dapat dikembangkan untuk

budidaya lainnya seperti permukiman, pertanian, perkebunan dan perikanan.

Page 166: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

132

Sehingga pengembangan wilayah di Provinsi Sulawesi Barat perlu

mempertimbangkan status dari fungsi Kawasan tersebut.

Gambar 5.4 Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Sulawesi Barat

Page 167: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

133

Untuk pengembangan wilayah perairan seperti peningkatan infrastruktur laut, juga

perlu memperhatikan kawasan-kawasan perlindungan pesisir dan perairan yang

telah diatur dalam RZWP3K Provinsi Sulawesi Barat. Adapun rincian kawasan-

kawasan yang sebaiknya dihindari dalam pengembangan kawasan perairan

Provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 5.9 dan Gambar 5.5 berikut.

Tabel 5.9 Zonasi kawasan yang perlu di hindari dalam pengembangan wilayah

perairan Provinsi Sulawesi Barat

Arahan Zonasi RZWP3K Lokasi

Wisata alam bawah laut Balabalakang

Binuang

Mamuju

Tapalang Barat

Wisata alam bentang laut Banggae

Banggae Timur

Binuang

Kaluku

Lariang

Mamuju

Perairan Sulawesi Barat

Simboro

Tammerodo

Tikke Raya

Tubo

Wisata Alam pantai/Pesisir dan pulau-pulau kecil

Balabalakang

Balanipa

Bambaira

Banggae Timur

Baras

Binuang

Budong-Budong

Campalagian

Karossa

Mapilli

Matakali

Pamboang

Pangale

Pasangkayu

Pedongga

Perairan Sulawesi Barat

Sarjo dan Bambaira

Sarudu

Page 168: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

134

Arahan Zonasi RZWP3K Lokasi

Sendana

Tapalang Barat

Topoyo

Zona Inti Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan

Balanipa

Binuang

Campalagian

Dappurang

Sendana

Balabalakang

Zona Perikanan Berkelanjutan Bambaira

Binuang

Dappurang

Lariang

Mamuju

Mapilli dan Campalagian

Sendana

Simboro

Penangkapan Ikan Demersal Balabalakang

Budong-Budong

Matakali, Polewali dan Binuang

Pangale

Papalang

Pedongga dan Pasangkayu

Sarjo

Sarudu

Sendana

Simboro

Tapalang Barat

Topoyo

Wonomulyo

Penangkapan Ikan Pelagis Perairan Sulawesi Barat

Pulau Lerelerekang

Pulau Lumulumu

Balabalakang

Papalang

Page 169: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

135

Gambar 5.5 Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Provinsi Sulawesi Barat

5.5. Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Analisis dilakukan dengan cara a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan

iklim sesuai ketentuan yang berlaku; b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan

iklim; c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi perubahan iklim. Tabel 5.10 di

bawah ini memperlihatkan perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan

hidup terkait dengan Kebijakan dan Program yang berdampak terhadap

lingkungan hidup.

Page 170: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

136

Tabel 5.10 Kajian Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap

Perubahan Iklim terhadap Kebijakan dan Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan

dan Program Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Terhadap

Perubahan Iklim

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Pengembangan infrastruktur dalam

menunjang kawasan ekonomi yang

diperuntukan pada kawasan yang memiliki

jasa pengaturan iklim sangat tinggi maka

perlu diperhatikan khususnya pada kawasan

perkebunan sawit terutama pada Kecamatan

Tobadak, Budong-Budong, Tikke Raya,

Karossa, Bulu Taba, Baras, Dapurang.

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Dampak memperburuk perubahan iklim dapat terjadi apabila pembangunan wilayah perbatasan mengganggu eksistensi ekosistem perairan dan hutan yang berfungsi sebagai penyedia oksigen sekaligus sebagai area penyerapan karbon.

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Potensi bahan cemar yang dihasilkan dari kativitas pelabuhan dapat secera langsung memperburuk dampak perubahan iklim.

4. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Masyarakat yang bertempat tinggal memiliki

resiko rentang terhadap perubahan iklim

khususnya peningkatan suhu dan curah

hujan yang tinggi mengakibatkan besaran

dampak terhadap produksi pangan dan

perikan darat dan laut

Limbah cair dari penambangan logam (emas, besi) berpotensi untuk meningkatkan keasaman perairan laut dan estuaria. Hal ini akan semakin memperburuk kenaikan suhu air muka laut.

5. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

6. Program Pengembangan Perumahan

Program pengembangan perumahan perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang memiliki jasa ekosistem pengaturan iklim tinggi dan seminimal mungkin pengembangannya tidak dilakukan pada kawasan tersebut agar pengembangan

Page 171: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

137

No Muatan Kebijakan

dan Program Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Terhadap

Perubahan Iklim

kawasan perumahan tidak menimbulkan peningkatan suhu pada suatu wilayah

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Potensi dampak pada perubahan iklim dari aktifitas pengembangan pelabuhan perikanan relatif rendah. Peluang dampak dapat timbul dari air ballast kapal yang dapat menigkatkan suhu muka air laut serta kandungan hidrokarbon dalam minyak yang terdapat dalam air ballast kapal penangkap ikan.

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Program pembangunan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang memiliki jasa ekosistem pengaturan iklim tinggi dan seminimal mungkin pengembangannya tidak dilakukan pada kawasan tersebut.

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Program pembangunan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang memiliki jasa ekosistem pengaturan iklim tinggi dan seminimal mungkin pengembangannya tidak dilakukan pada kawasan tersebut.

Program di Sasaran 1 Misi 4

11. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Sebagian besar kabupaten dan kota berada pada wilayah yang kurang rentan dan iklim tinggi

Limbah cair tidak teroleh akan menyebabkan menurunnya kualitas perairan (sungai dan wilayah pesisir) yang pada akhirnya akan semakin memperburuk dampak perubahan iklim.

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Sebagian besar kabupaten dan kota berada pada wilayah yang kurang rentan

Dampak perubahan iklim yang paling terasa adalah akibat peningkatan suhu muka air laut yang menjadi penyebab utama coral bleaching.

13. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Risiko yang mungkin memperparah dampak prubahan iklim adalah penurunan pH air laut yang disertai rendahnya oksigen terlarut (DO) akibat limbah organic yang dihasilkan dari aktifitas budidaya intensif.

Page 172: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

138

No Muatan Kebijakan

dan Program Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Terhadap

Perubahan Iklim

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh nelayan saat ini adalah dari peningkatan suhu muka air laut yang menyebabkan ikan-ikan pelagis besar menyelam ke bagian laut yang lebih dalam. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya ikan-ikan pelagis besar yang dapat ditangkap. Perlu disediakan peralatan tangkap yang mampu menjangkau kedalaman di bawah 300 m.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Potensi dampak pada perubahan iklim dapat dikatakan kecil. Potensi dampak terutama pada proses land clearing yang mengorbankan hutan bakau atau vegetasi daratan lainnya, yang mengakibatkan menurunnya daya serap karbon.

Implementasi program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD, sangat

perlu memperhatikan kondisi-kondisi lingkungan saat ini, seperti kondisi terkait

perubahan iklim. Tingkat kerentanan suatu wilayah terhadap perubahan iklim

sangat dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi masyarakat setempat dan dukungan

sarana dan prasana wilayah jika terjadi fenomena turunan dari perubahan iklim

seperti meningkatnya intensitas dan cakupan wilayah bencana terkait iklim.

Berdasarkan data indeks kerentanan perubahan iklim di Provinsi Sulawesi Barat,

terdapat sekitar 14 wilayah administrasi desa yang memiliki tingkat kerentanan

sangat rentan. Tingginya kerentanan wilayah tersebut sangat dipengaruhi oleh

rendahnya kemampuan adaptasi dan layanan sarana dan prasana wilayah

pendukung. Sehingga program pembangunan yang dapat menurunkan tingkat

kerentanan tersebut dapat diarahkan pada wilayah-wilayah tersebut. Adapun

rinciannya disajikan pada Tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.11 Wilayah dengan Tingkat Kerentanan Perubahan Iklim Tinggi di

Provinsi Sulawesi Barat

Kabupaten Kecamatan Desa

Mamasa Tawalian Tawalian Timur

Mamuju Kalukku Uhaimate

Mamuju Tadui

Tapalang Bela

Kopeang

Mamuju Tengah Budong-Budong Kire

Topoyo Salulekbo

Page 173: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

139

Kabupaten Kecamatan Desa

Pasangkayu Bambalamotu Pangiang

Polewali Mandar Bulo Patambanua

Matangnga Mambu Tapua

Tapango Bussu

Riso

Tapango

Tubbi Taramanu Ratte

Gambar 5.6 Peta Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Provinsi Sulawesi Barat (Warna

Merah adalah wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi)

Page 174: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

140

Selain memperhatikan kawasan-kawasan yang memiliki tingkat kerentanan

sangat tinggi, pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat juga perlu memperhatikan

wilayah-wilayah yang memiliki layanan jasa ekosistem pengaturan kualitas udara

tinggi. Dimana sedapat mungkin pembangunan dapat menghindari kawasan-

kawasan dengan kategori tinggi tersebut. Hal ini dimaksudkan, agar wilayah

Provinsi Sulawesi Barat memiliki kawasan yang mampu menyerap pemicu

terjadinya perubahan iklim seperti emisi GRK dan lain-lain yang terjadi akibat

pembangunan pada kawasan-kawasan budidaya. Berdasarkan data jasa

ekosistem pengaturan kualitas udara di Provinsi Sulawesi Barat diketahui bahwa

terdapat sekitar 1.227.479,58 ha wilayah Provinsi Sulawesi Barat memiliki tingkat

pengaturan kualitas udara sangat tinggi. Adapun rinciannya disajikan pada Tabel

5.12 dan Gambar 5.5 berikut.

Tabel 5.12 Wilayah dengan Tingkat Pengaturan Kualitas Udara Tinggi dan

Sangat Tinggi

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Majene Banggae Timur 223,90

Malunda 18.984,98

Pamboang 1.544,32

Sendana 7.698,24

Tammerodo 5.782,79

Tubo Sendana 4.923,27

Ulumanda 29.667,81

Mamasa Aralle 26.800,49

Balla 6.167,39

Bambang 14.750,22

Buntu Malangka 10.762,48

Mamasa 24.663,52

Mambi 16.544,51

Mehalaan 12.411,87

Messawa 12.676,29

Nosu 11.258,20

Pana 17.980,16

Rantebulahan Timur 3.075,38

Sesenapadang 15.455,99

Sumarorong 22.730,61

Tabang 28.239,95

Tabulahan 52.905,40

Tanduk Kalua 12.066,14

Tawalian 4.893,55

Page 175: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

141

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Mamuju Bonehau 93.045,04

Kalukku 40.395,94

Kalumpang 135.461,84

Mamuju 17.786,44

Papalang 13.325,53

Sampaga 4.256,55

Simboro 2.391,36

Tapalang 22.551,52

Tapalang Barat 2.426,35

Tommo 54.428,89

Mamuju Tengah Budong-Budong 1.739,27

Karossa 94.703,38

Pangale 384,63

Tobadak 30.726,68

Topoyo 70.369,82

Pasangkayu Bambaira 1.504,15

Bambalamotu 13.749,19

Baras 2.895,52

Bulu Taba 50.988,07

Dapurang 60.148,59

Duripoku 8.690,30

Lariang 482,66

Pasangkayu 8.071,82

Pedongga 335,35

Sarjo 137,57

Sarudu 681,16

Tikke Raya 1.205,13

Polewali Mandar Alu 13.838,73

Anreapi 9.002,25

Balanipa 860,52

Binuang 11.652,08

Bulo 23.194,80

Campalagian 276,31

Limboro 2.256,95

Luyo 1.150,40

Mapilli 4.421,81

Matakali 3.704,31

Matangnga 21.167,30

Polewali 192,55

Tapango 9.635,40

Tubbi Taramanu 30.941,71

Wonomulyo 94,24

Total 1.227.479,58

Page 176: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

142

Gambar 5.6 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Sangat

Tinggi dan Tinggi (Warna Merah)

Page 177: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

143

5.6. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati

Analisis dilakukan dengan cara a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan

spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang meliputi: Penetapan dan penggolongan

yang dilindungi atau tidak dilindungi, Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta

habitatnya, Pemeliharaan dan pengembangbiakan, Pendayagunaan jenis atau

bagian-bagian dari tumbuhan dan satwa liarnya, Tingkat keragaman hayati dan

keseimbangannya, Mengkaji ekosistem, yang meliputi: Interaksi jenis tumbuhan

dan satwa, Potensi jasa yang diberikan dalam konteks daya dukung dan daya

tampung, Mengkaji genetik, yang meliputi: Keberlanjutan sumberdaya genetik,

Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan satwa. Tabel 5.13 di bawah ini

memperlihatkan perkiraan mengenai Tingkat Ketahanan dan Potensi

Keanekaragaman hayati terkait dengan Kebijakan dan Program yang berdampak

terhadap lingkungan hidup.

Tabel 5.13 Kajian Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman hayati

terhadap Kebijakan dan Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan

dan Program Tingkat Ketahanan dan Potensi

Keanekaragaman Hayati

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Implementasi Kebijakan ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi dan kawasan dengan fungsi lindung

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Dampak terhadap keanekaragaman hayati harus menjadi pertimbangan utama dalam pembukaan wilayah-wilayah perbatasan untuk kepentingan pengembangan permukiman dan aktivitas-aktvitas pembangunan ekonomi lainnya.

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Menghindari kawasan dengan jasa ekosistem tinggi dan sangat tinggi, serta kawasan hutan lindung di semua Kecamatan pesisir.

4. Program Pengembangan,

Implementasi program ini perlu menghindari

indikasi jasa ekosistem habitat tinggi

Page 178: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

144

No Muatan Kebijakan

dan Program Tingkat Ketahanan dan Potensi

Keanekaragaman Hayati

Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Limbah penambangan logam dan air

buangan pembangkit listrik (PLTU)

5. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

6. Program Pengembangan Perumahan

Implementasi program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi dan kawasan dengan fungsi lindung

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Implementasi program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi dan kawasan dengan fungsi lindung

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Dampak terhadap keragaman hayati hanya akan timbul apabila lokasi pengembangan secara langsung berada atau sangat dekat dengan ekosistem atribut wilayah pesisir (terumbu karang, padang lamun dan mangrove).

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Implementasi program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi dan kawasan dengan fungsi lindung

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Implementasi program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi dan kawasan dengan fungsi lindung

Program di Sasaran 1 Misi 4

11. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Implementasi program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi

Bila kondisi cemar tidak dikendalikan demikian juga dengan aktifitas penangkapan yang tidak dikendalikan dengan baik, maka dampak buruk seperti menghilangnya spesies-spesies local akan terjadi (species shifting).

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Khusus pengembangan wisata bahari dengan memperhatikan ekosistem pesisir, kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Wisata darat memperhatikan kawasan suaka marga satwa dan lindung.

Page 179: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

145

No Muatan Kebijakan

dan Program Tingkat Ketahanan dan Potensi

Keanekaragaman Hayati

Apabila ekosistem terumbu karang rusak, maka dampaknya adalah pada hewan-hewan symbiont atau yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai niche

13. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Potensi penyebab utama menurunnya kehati adalah pembukaan lahan budidaya baru yang umumnya berasosiasi dengan hutan bakau (mangrove). Penggunaan pestisida juga akan menyebabkan dampak tersendiri bagi organisme renik di sekitar lokasi buangan air limbah (out let).

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Keanekaragaman hayati mulai terganggu akibat alat tangkap tidak ramah lingkungan (trawl dan sejenisnya) dan penggunaan bahan bius dan peledak yang membunuh seluruh organisme, termasuk nontarget penangkapan demikian juga dengan masalah ukuran mata jarring.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Keanekaragaman hayati dapat terpengaruh (terkena dampak) dalam konteks penumpukan limbah berkepanjangan yang menyebabkan kondisi hipoksia atau bahkan anoksia (tanpa oksigen). Daerah hipoksia umumnya sdh sangat rendah kehati-nya, lebih-lebih pada kondisi anoksia.

Hutan di Provinsi Sulawesi Barat yang cukup luas diatas 30% (sekitar 48%

dari luas wilayah keseluruhan), menjadi potensi keanekaragaman hayati tersendiri

untuk Provinsi Sulawesi Barat dan menjadi habitat bagi makhluk hidup yang

bermukim di wilayah tersebut. Berdasarkan data indikatif jasa ekosistem

pendukung habitat, wilayah Provinsi Sulawesi Barat memiliki luasan pendukung

habitat sangat tinggi dan tinggi dengan luasan 807.710,64 ha. Wilayah dengan

kategori ini perlu dihindari untuk pengembangan yang bersifat merubah

pemanfaatan lahan misalnya dari hutan ke non hutan atau melakukan aktifitas pada

wilayah tersebut seperti peningkatan jaringan transportasi, permukiman, industri

maupun pertambangan. Adapun rincian wilayah yang perlu dihindari dikarenakan

merupakan kawasan dengan potensi pendukung habitat dan keanekaragaman

hayati sangat tinggi dan tinggi disajikan pada Tabel 5.14 dan Gambar 5.6 berikut.

Page 180: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

146

Tabel 5.14 Indikatif Jasa Ekosistem Pendukung Habitat (Keanekaragaman Hayati)

Sangat Tinggi dan Tinggi

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Pendukung Habitat Dan Keanekaragaman Hayati Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Majene Banggae Timur 3,13

Malunda 12.176,60

Sendana 452,81

Tammerodo 298,10

Tubo Sendana 38,21

Ulumanda 17.746,59

Mamasa Aralle 19.946,70

Balla 335,93

Bambang 7.414,72

Buntu Malangka 4.553,39

Mamasa 15.446,81

Mambi 6.942,99

Mehalaan 4.423,38

Messawa 1.792,85

Nosu 3.984,44

Pana 5.932,91

Rantebulahan Timur 76,32

Sesenapadang 7.194,20

Sumarorong 8.976,53

Tabang 16.805,08

Tabulahan 38.988,40

Tanduk Kalua 1.551,79

Tawalian 446,09

Mamuju Bonehau 76.405,12

Kalukku 19.907,14

Kalumpang 96.605,47

Mamuju 10.430,99

Papalang 4.995,93

Sampaga 1.746,97

Simboro 856,24

Tapalang 18.997,59

Tapalang Barat 2.450,73

Tommo 48.288,25

Mamuju Tengah Budong-Budong 584,79

Page 181: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

147

Wilayah dengan Jasa Ekosistem Pendukung Habitat Dan Keanekaragaman Hayati Tinggi dan Sangat Tinggi

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Karossa 88.738,24

Pangale 538,46

Tobadak 24.122,38

Topoyo 63.083,29

Pasangkayu Bambaira 1.016,24

Bambalamotu 9.808,08

Baras 1.558,30

Bulu Taba 50.305,89

Dapurang 60.377,79

Duripoku 8.574,89

Lariang 667,89

Pasangkayu 3.520,82

Pedongga 159,97

Sarjo 134,89

Sarudu 288,42

Tikke Raya 1.462,64

Polewali Mandar Alu 2.773,50

Anreapi 1.599,21

Binuang 1.261,92

Bulo 7.593,71

Campalagian 21,61

Limboro 60,54

Luyo 154,54

Mapilli 712,32

Matakali 735,86

Matangnga 7.473,00

Tapango 463,30

Tinambung 35,29

Tubbi Taramanu 13.546,12

Wonomulyo 124,37

Total 807.710,64

Page 182: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

148

Gambar 5.7 Peta Indikatif Jasa Ekosistem Pendukung Habitat

(Keanekaragaman Hayati) Sangat Tinggi dan Tinggi

Page 183: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

149

Selain kawasan dengan jasa ekosistem pendukung habitat tinggi,

pengembangan wilayah di Provinsi Sulawesi Barat juga perlu memperhatikan

status kawasan hutan yang ada saat ini. Berdasarkan data rencana tata ruang

wilayah yang nantinya menjadi landasan implementasi program-program dalam

RPJMD seperti rencana infrastruktur baik rencana jalan dan rencana rel kereta api,

diketahui bahwa terdapat rute-rute rencana yang melintasi kawasan hutan lindung.

Sehingga rencana ini perlu disesuaikan kembali melalui revisi rencana tata ruang

wilayah kedepannya agar program pembangunan infrastruktur yang menjadi

program dari Misi RPJMD dapat terlaksana dan tidak berdampak terhadap potensi

keanekaragaman hayati di Provinsi Sulawesi Barat melihat saat ini infrastruktur

eksisting di Provinsi Sulawesi Barat banyak yang berada di dalam kawasan hutan

lindung (Tabel 5.16). Adapun data rencana infrastruktur yang melintasi kawasan

hutan lindung disajikan pada Tabel 5.15 berikut.

Tabel 5.15 Rencana Jalan dan Rel Kereta Api Melintasi Kawasan Lindung

Rencana Kabupaten Kecamatan Panjang (km)

Jalan Arteri Primer Mamuju Mamuju 1,934

Total Rencana Jalan 1,934

Rel Kereta Api Mamuju Tengah Karossa 3,407

Pasangkayu Bambaira 2,911

Bambalamotu 0,283

Dapurang 3,341

Sarudu 3,325

Polewali Mandar Campalagian 5,662

Mapilli 2,743

Matakali 0,639

Polewali 0,344

Wonomulyo 3,182

Total Rencana Rel Kereta Api 25,837

Tabel 5.16 Jalan Eksisting Melintasi Kawasan Lindung

Kabupaten Kecamatan Panjang (km)

Jalan Arteri Primer

Majene Tubo Sendana 0,025

Mamuju Kalukku 1,018

Simboro 2,22

Tapalang Barat 2,161

Jalan Kolektor Primer

Majene Tammerodo 0,977

Ulumanda 2,214

Page 184: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

150

Kabupaten Kecamatan Panjang (km)

Mamasa Aralle 12,267

Buntu Malangka 4,076

Mamasa 5,245

Sumarorong 3,313

Tabang 3,513

Tabulahan 19,698

Tanduk Kalua 1,402

Tawalian 0,56

Mamuju Bonehau 1,219

Kalukku 3,189

Kalumpang 32,752

Tapalang 12,847

Mamuju Tengah Karossa 0,094

Pangale 2,024

Pasangkayu Baras 1,226

Pasangkayu 4,216

Pedongga 2,115

Polewali Mandar Alu 21,426

Anreapi 6,073

Matangnga 1,925

Tubbi Taramanu 5,669

Jalan Lokal

Majene Sendana 3,721

Tammerodo 1,893

Ulumanda 6,253

Mamasa Aralle 1,583

Balla 0,962

Buntu Malangka 5,552

Messawa 22,396

Nosu 7,397

Pana 24,864

Sesenapadang 1,58

Sumarorong 5,717

Tabang 2,568

Tabulahan 17,906

Tanduk Kalua 5,272

Mamuju Bonehau 2,018

Kalukku 18,602

Kalumpang 30,347

Papalang 5,237

Sampaga 6,174

Simboro 4,845

Tapalang Barat 0,852

Mamuju Tengah Karossa 8,494

Page 185: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

151

Kabupaten Kecamatan Panjang (km)

Pangale 1,146

Pasangkayu Bambalamotu 40,913

Baras 0,66

Dapurang 4,255

Pasangkayu 11,698

Tikke Raya 3,173

Polewali Mandar Alu 14,736

Anreapi 0,199

Limboro 1,148

Matangnga 11,692

Tapango 9,445

Tubbi Taramanu 14,306

Total 1.050,727

Page 186: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

152

BAB 6. PERUMUSAN ALTERNATIF

Kajian Alternatif dari Kebijakan dan Program yang Berdampak/Risiko

Terhadap Lingkungan Hidup sebagaimana Tabel 6.1 di bawah ini memperlihatkan

perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup terkait dengan Kebijakan

dan Program yang berdampak terhadap lingkungan hidup.

Tabel 6.1 Kajian Perumusan Alternatif terhadap Kebijakan dan Program yang Terdampak

No Muatan Kebijakan

dan Program Rumusan Alternatif

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Luas kawasan perkebunan sawit perlu di revisi ulang, terdapat beberapa penggunaan lahan yang berkontribusi tinggi sebagai jasa pangan dan jasa pengaturan iklim dan air, maka terlebih dahulu perlu memperhatikan dan mengurangi Peningkatan luasan kawasan perkebunan sawit pada wilayah yang di rencanakan. Adapun wilyah tersebut diantaranya: Kec. Baras (2.768,14 ha), Kec. Budong-budong (9.124,85 ha), Kec. Bulu Taba (1.105,19 ha), Kec. Dapurang (6.820,42 ha), Kec. Duripoku (1.959,31 ha), Kec. Karossa (7.906,84 ha), Kec. Lariang (976,55 ha), Kec. Pangale (506,68 ha), Kec. Sarudu (3.126,16 ha), Kec. Tikke raya (1.700,26 ha), Kec. Tobadak (8.002,32 ha), Kec. Tommo (900,19 ha), Kec. Topoyo (111,83 ha) Total Keseluruhan 45.008,75 ha

Penyerasian kelembagaan pengelolaan ekosistem dan tataruang perlu diperkuat pada jenjang yang lebih tinggi karena jasa ekosistem dan sumber daya yang ada dalam ekosistem yang bersifat lintas batas, untuk itu perlu merumuskan kebijakan dan aturan tentang Pencadangan Kawasan perkebunan sawit yang mempertimbangkan jasa ekosistem khususnya pangan dan pengaturan iklim dan air.

Kab. Mamasa dan Kab. Mamuju Tengah merupakan kontributor terendah penggerak perekonomian Sulbar. Kontribusi kedua wilayah tersebut dalam menggerakkan perekonomian Sulbar belum begitu maksimal. Hal ini dapat dilihat dari peran kedua wilayah tersebut terhadap PDRB Sulbar dalam 5 tahun terakhir (2010-2014) yakni dengan capaian masing-masing (6,52%) dan (6,98 %). Dengan

Page 187: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

153

No Muatan Kebijakan

dan Program Rumusan Alternatif

demikian, produktivitas wilayah ini dapat dikategorikan cukup rendah, khususnya daerah Kab. Mamasa (Kec. Tawalian: 4.240 Ha, Kec. Balla Kec. Rantebulahan Timur: 2.999 Ha). Sedangkan Kab. Mamuju Tengah (Kec.Pangale:254 Ha, Kec.Budong-budong: 10.486 Ha). Untuk itu, daerah tersebut begitu penting diprioritaskan dalam pembangunan infrastruktur agar roda perekonomian daerah yang dimaksud dapat bergerak lebih impresif.

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Terdapat 3 wilayah yang perlu memperoleh pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab. Mamasa (Kec. Tabang) dan Tana Toraja (Kec. Pana)–Sulsel (Kab. Lutra), Kab. Polman (Kec. Binuang) dan Sulsel (Kab. Pinrang) dan Kab. Pasangkayu (Kec. Sarjo)-Sulteng (Kab. Donggala)

Dalam usaha-usaha pengembangan wilayah perbatasan, alternatif lokasi dengan tingkat keragaman hayati dengan ekosistem utuh sebaiknya dihindari. Apabila program pengembangan wilayah memiliki ketregantungan pada sumber daya air, maka hal ini bukan menjadi alasan untuk mengorbankan wilayah dengan tingkat keutuhan ekosistem dan keragaman hayati yang tinggi.

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Tidak mengembangkan infrastruktur pelabuhan

dalam kawasan konservasi laut dan/atau hutan

lindung di Kecamatan pesisir (disesuaikan

dengan RZWP Sulbar).

Kab. Mamasa dan Kab. Mamuju Tengah merupakan daerah yang potensial menopang percepatan perekonomian Sulbar. Namun, kedua peran kedua daerah tersebut masih tergolong minim dalam menyumbang besaran kue ekonomi di Sulbar, khususnya sumbangsih kedua daerah tersebut terhadap PDRB Sulbar dalam 5 tahun terakhir (2010-2014) yang begitu rendah yakni masing-masing (6,52%) & (6,98 %). Dengan kata lain, kedua wilayah ini memerlukan pembangunan infrastruktur fasilitas dan prasarana untuk mencapai perecepatan pembangunan tersebut. Daerah yang dimaksud adalah Kab. Mamasa (Kec. Tawalian: 4.240 Ha, Kec. Balla Kec. Rantebulahan Timur: 2.999 Ha).

Page 188: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

154

No Muatan Kebijakan

dan Program Rumusan Alternatif

Sedangkan Kab.Mamuju Tengah (Kec.Pangale: 254 Ha, Kec.Budong-budong: 10.486 Ha).

4. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Perumusan blok migas perlu mempertimbangkan

kawasan mangrove dan jasa ekosistem,

utamanya pangan dan jasa penyediaan air

bersih, adapun wilayah yang dimaksud

berdasarkan Fungsi Kawasan sebagai berikut:

1). Kawasan Hutan Lindung Kec. Kalukku (34,88

ha), Kec. Papalang (88,92 ha), Kec. Sapanga

(35,5 ha), Kec. Karossa (61,1 ha), Kec. Pangale

(122 ha), Kec. Baras (48,1 ha), Kec. Lariang

(34,5 ha), Kec. Pasangkayu (54,6 ha), Kec.

Pedonga (14,8 ha), Kec. Tikke Raya (152,75 ha).

2). Kawasan Hutan Produksi Konversi Kec. Tikke

Raya (52,7 ha), Kec. Pedonga (19,9 ha). 3).

Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kec. Karossa

(9,13 ha), Kec. Topoyo (18,6 ha). 4). Kawasan

Perikanan Kec. Bambalomotu (1,38 ha), Kec.

Dapurang (38 ha), Kec. Lariang (34,7 ha), Kec.

Pasangkayu (45,58 ha). 5). Wilayah Perairan

Kec. Sapanga (26,7 ha), Kec. Pangale (33,25

ha), Kec. Baras (4,8 ha).

Mewujudkan pendefinisian batas-batas Blok

Migas dengan ketentuan batasan akses wilyah

daratan yang dipersyaratkan sesuai dengan

pertimbangan jasa ekosistem dan D3TLH.

Karena penambangan logam dan pembangunan pembangkit listrik akan membutuhkan lahan, maka harus benar-benar diperhatikan lokasi dengan potensi Kehati dan Jasa ekosistem tinggi.

5. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

Berdasarkan data progres implementasi 5 sasaran rencana aksi koordinasi dan supervisi mineral dan batubara terdapat permasalahan yaitu 1). Sebagian besar perizinan komoditas batuan langsung IUP Operasi Produksi, tidak melalui WIUP & IUP Eksplorasi sehingga tidak ada Biaya Pencadangan Wilayah dan Jaminan Kesungguhan. 2). Masih ada pemegang IUP komoditas Mineral dan Batubara belum melaksanakan kewajiban-kewajibannya. 3) Kurangnya pemahaman Teknis Aparat Kabupaten terhadap rencana aksi Kordinasi dan supervisi akibat perubahan UU terkait kewenangan. Dari permasalahan tersebut maka

Page 189: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

155

No Muatan Kebijakan

dan Program Rumusan Alternatif

pemerintah provinsi ataupun kabupaten perlu mengutamakan peningkatan kapasitas pengawas agar terciptanya pemantauan yang berkeadilan dan bertanggung jawab.

Sebagian besar pemegang IUP kurang mengetahui metode pelaporan produksi sesuai dengan format laporan yang baku maka dari itu Pemerintah provinsi perlu melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada pemegang IUP kiranya pemantauan/pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

6. Program Pengembangan Perumahan

Ada beberapa wilayah yang belum begitu padat untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec. Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab. Mamuju: Tengah yakni Kec. Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene: Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha dan Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah tersebut cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman, sehingga dapat menjadi tempat alternatif transmigrasi.

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Keberadaan ekosistem atribut wilayah pesisir

jelas menjadikan bukan lokasi untuk

pembangunan Pelabuhan Perikanan.

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Terdapat daerah potensial yang dapat menjadi objek pembangunan pemukiman, yakni wilayah yang belum begitu padat pemukiman antara lain Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec. Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.Mamuju: Tengah yakni Kec.Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene: Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha dan Kec. Malunda 86,39 Ha. Daerah tersebut dapat menjadi prioritas pengembangan pemukiman, sehingga dapat menjadi tempat alternative daerah transmigrasi.

Page 190: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

156

No Muatan Kebijakan

dan Program Rumusan Alternatif

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Ada beberapa wilayah yang belum begitu padat untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec. Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.Mamuju: Tengah yakni Kec.Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene: Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha & Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah tersebut cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman, sehingga dapat menjadi tempat alternatif transmigrasi.

Program di Sasaran 1 Misi 4

11. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Limbah kawasan agroindustry sekala besar dan industry pengolahan hasil perikanan harus diolah dengan melengkapi industry-industri dengan instalasi pengolahan limbah yang baik.

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Daya Tarik sebagai destinasi pariwisata laut adalah tingginya keanekaragaman hayati ekosistem pesisir (lamun, terumbu karang dan mangrove). Harus ada aturan tegas tentang jumlah wisatawan maksimum dan harus ada musim tutup kawasan untuk dapat memulihkan diri (recovery time)

13. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Ada 2 teknologi budidaya yang dapat diterapkan: semi intensif atau supra intensif dengan system pengolahan air limbah yang baik.

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Zona tangkap sebaiknya pada wilayah laut dengan kedalaman di atas 150 m.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Pengembangan kawasan budidaya (site selection) harus mempertimbangkan kondisi awal lokasi pengembangan. Tidak mengorbankan eksisting ekosistem pada tingkat parah.

Page 191: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

157

BAB 7. REKOMENDASI PERBAIKAN

Kajian Rekomendasi dari Kebijakan dan Program yang Berdampak/Risiko

Terhadap Lingkungan Hidup sebagaimana Tabel 7.1 di bawah ini memperlihatkan

perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup terkait dengan Kebijakan

dan Program yang berdampak terhadap lingkungan hidup. Hasil dari alternative dan

rekomendasi ini kemudian dilakukan konsultasi publik kedua.

Tabel 7.1 Kajian Rekomendasi Perbaikan terhadap Kebijakan dan Program yang

Terdampak

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

Sasaran 1 Misi 3

1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan

Otoritas kawasan perkebunan sawit perlu diperhatikan oleh dinas instansi terkait dengan mengurangi luas kawasan yang di peruntukkan, berdasarkan hasil analisis spasial Penutupan lahan yang masuk sebagai kawasan perkebunan sawit diantaranya: Belukar, Belukar Rawa, Pertanian Lahan Kering, Hutan Sekunder, Hutan mangrove, Hutan Rawa Sekunder, sawah, tambak, savana dan sebagian dibantaran sungai, penutupan lahan ini memiliki jasa ekosistem pangan, pengaturan iklim dan air bersih Sangat Tinggi. Adapun wilayah yang menjadi kawasan peruntukan perkebunan sawit dengan luas masing-masing yaitu: Kec. Baras (2.768,14 ha), Kec. Budong-budong (9.124,85 ha), Kec. Bulu Taba (1.105,19 ha), Kec. Dapurang (6.820,42 ha), Kec. Duripoku (1.959,31 ha), Kec. Karossa (7.906,84 ha), Kec. Lariang (976,55 ha), Kec. Pangale (506,68 ha), Kec. Sarudu (3.126,16 ha), Kec. Tikke raya (1.700,26 ha), Kec. Tobadak (8.002,32 ha), Kec. Tommo (900,19 ha), Kec. Topoyo (111,83 ha) Total Keseluruhan 45.008,75 ha

Pembangunan infrastruktur sebaiknya diarahkan ke wilayah-wilayah yang minim infrstruktur. Sebagai tambahan, Kab. Polman dan Pasangkayu merupakan daerah yang telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan

Page 192: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

158

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

demikian, pembangunan infrastruktur perlu diprioritaskan di kabupaten lainnya.

Pengembangan infrastruktur juga perlu memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan air tinggi, dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti yang disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan ketika akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah.

Rencana-rencana jalan yang melintasi kawasan dengan tingkat bencana tinggi dan berada pada status kawasan hutan lindung perlu dipindahkan lokasinya, pemindahan lokasi rencana perlu ditindaklanjuti pada kajian spasial perencanaan tata ruang

Program di Sasaran 1 Misi 2

2. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Ada 3 wilayah yang dapat menjadi rekomendasi pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab.Mamasa dan Kab.Pasangkayu serta Kab.Polman. Ketiga wilayah tersebut menjadi pintu gerbang penguatan daerah tertinggal dan aksesibilitas Sulbar dengan provinsi tetangga. Utamanya, dalam memperbaiki akses pendidikan di kawasan pinggiran. Akan tetapi pengembangan wilayah perbatasan pada Kabupaten Mamasa dan Pasangkayu perlu memperhatikan topografi wilayah yang perbukitan dan pegunungan (>2.000 mdpl) seperti di Kecamatan Dapurang (Kabupaten Pasangkayu) dan Kecamatan Tawalian, Tabang, Nosu, Pana (Kabupaten Mamasa). Selain karena faktor topografi, pengembangan wilayah di lokasi-lokasi tersebut sangat berdampak pada sistem hidrologi di Provinsi Sulawesi Barat karena merupakan hulu dari beberapa daerah aliran sungai (DAS) yang bermuara di Provinsi Sulawesi Barat seperti DAS Budong-Budong, Karama dan Lariang serta yang bermuara di Provinsi Sulawesi Selatan seperti DAS

Page 193: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

159

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

Saddang yang hulunya sebagian di Kabupaten Mamasa.

Mempersiapkan paket-paket teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan dalam program-program pengembangan wilayah perbatasan yang wajib diawasi secara ketat oleh para pemangki kepentingan di wilayah-wilayah yang saling berbatasan.

Program di Sasaran 1 Misi 3

3. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Perwujudan pembangunan infrastruktur transportasi laut harus memperhatikan kondisi ekosistem pesisir pada wilayah-wilayah yang dapat dikembangkan. Dimana untuk pembangunan infrastruktur transportasi laut berdasarkan RZWP3K secara spasial diakomodir di Kecamatan Binuang, Balanipa, Tinambung (Kabupaten Polewali Mandar); Kecamatan Banggae, Pamboang, Sendana, Malunda (Kabupaten Majene); Kecamatan Mamuju, Kecamatan Kalukku, Kecamatan Sampaga (Kabupaten Mamuju); Kecamatan Pangale, Budong-Budong (Kabupaten Mamuju Tengah); Kecamatan Sarudu, Pasangkayu (Kabupaten Pasangkayu), sehingga jika pengembangan tidak berdasarkan arahan dalam RZWP3K akan mempengaruhi zona peruntukan lainnya dimana hampir seluru wilayah perairan di Provinsi Sulawesi Barat diperuntukann untuk zona penangkapan ikan pelagis dan terdapat beberapa wilayah yang merupakan zona inti kawasan konservasi pesisir dan perairan (KKP) seperti di pesisir Kecamatan Binuang, Campalagian (Kabupaten Polewali Mandar); Kecamatan Sendana (Kabupaten Majene); Kecamatan Daapurang (Kabupaten Pasangkayu)

Untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan tepat sasaran, sebaiknya arah pengembanganya diarahkan ke daerah yang ketersediaan infrastrkturnya lebih rendah, tentunya daerah tersebut sebaiknya dikembangkan diluar Kab.

Page 194: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

160

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

Polman dan Pasangkayu, sebab wilayah tersebut dianggap telah memiliki infrastruktur yang relatif memadai dibandingkan dengan daerah lainnya. Rasio kepadatan jaringan jalan pada Kabupaten Polewali Mandar dan Pasangkayu masing-masing 0,50 dan 0,47 km/km2 sedangkan kabupaten lainnya adalah Mamasa (0,36), Mamuju (0,19), Mamuju Tengah (0,28) dan Majene (0,40).

4. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral

Kegiatan eksplorasi dan pengelolaan

potensi Energi pada wilayah yang

dilakukan perlu melakukan kajian rona

awal untuk mengetahui besarnya resiko

yang akan di timbulkan. Wilayah yang

termasuk ialah: Kecamatan Malunda,

Pamboang, Banggae, Balanipa,

Campalagian, Kalukku, Papalang,

Pangale, Budong-Budong, Sapanga,

Pangale, Baras, Lariang, Pasangkayu,

Pedongga, Karossa, Tikke Raya,

Bambalamotu.

Pendayagunaan sumber daya alam dan

teknologi tinggi khususnya Blok Migas

dapat mempengaruhi daya dukung hasil

pangan, jasa ekosistem penyediaan air

bersih dan Sumber Daya Genetik,

merupakan landasan hayati yang

langsung atau tidak langsung menopang

kesejahteraan manusia di wilayah pesisir

Pantai Provinsi Sulawesi Barat.

Adapun Wilayah blok Migas pada pesisir

pantai Provinsi Sulawesi Barat yaitu: Kec.

Kalukku, Kec. Papalang, Kec. Sapanga,

Kec. Karossa, Kec. Pangale, Kec. Baras

Kec. Lariang, Kec. Pasangkayu, Kec.

Pedonga, Kec. Tikke Raya, Kec. Topoyo,

Kec. Bambalomotu, Kec. Dapurang.

Implementasi kegiatan ini harus didahului dengan Kajian Lingkungan dan/atau AMDAL yang baik.

5. Program pengusahaan,

Melakukan Pengawasan secara massif meliputi administarasi/tata laksana;

Page 195: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

161

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara

operasional; kompetensi aparatur; dan pelaksanaan program pengelolaan usaha pertambangan

6. Program Pengembangan Perumahan

Daerah yang justru tidak dianjurkan untuk pengembangan wilayah pemukiman baru adalah mayoritas berada di Kab. Polewali Mandar dan Majene sebab wilayah tersebut sudah cukup padat pemukiman dibanding kabupaten lainnya. Dimana kepadatan penduduk di Polewali Mandar dan Majene masing-masing 290,90 dan 175,14 jiwa/km2 untuk Mamuju (67,53), Mamuju Tengah (47,27), Pasangkayu (68,24) sedangkan Kab. Mamasa (67,52), meskipun masih banyak wilayah yang minim pemukiman, namun infrastruktur daerah tersebut masih belum memadai seperti di Kabupaten Mamasa dan dominan wilayah di tersebut merupakan daerah dengan morfologi perbukitan dan pegunungan (hulu sungai) sehingga kurang baik untuk pengembangan pemukiman.

Program di Sasaran 2 Misi 3

7. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Perlu memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki jasa ekosistem pangan, air dan habitat yang tinggi (lokasi yang perlu diperhatikan dapat dilihat pada kecamatan-kecamatan yang memiliki jasa ekosistem pangan, air dan habitat tinggi pada bagian kajian muatan)

Menghindari pengembangan wilayah pada Kawasan dengan fungsi lindung (hutan lindung, konservasi dan Kawasan lindung provinsi) serta daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi seperti yang disajikan pada kajian terkait dampak dan risiko lingkungan hidup.

8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Mencari lokasi pengembangan lain dengan tingkat keragaman ekosistem atribut wilayah pesisir yang relative rendah dan mengikuti arahan pengembangan pelabuhan perikanan yang telah ditetapkan didalam RZWP3K

Page 196: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

162

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

yakni di Kecamatan Polewali, Banggae, Mamuju, Kalukku dan Pasangkayu.

9. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi

Untuk mencapai misi pemerataan pembangunan dan mempersempit ketimpangan antar wilayah, sebaiknya arah pengembangan pemukiman diarahkan ke daerah yang tidak padat pemukim, dan menghindari daerah padat pemukim yakni Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamuju.

Pengembangan infrastruktur juga perlu memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan air tinggi, dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti yang disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan ketika akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah.

10. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Untuk menghindari mis-alokasi pengembangan kawasan transmigrasi dan inefektifitas pembangunan transmigrasi, sebaiknya program tersebut dialokasikan ke daerah yang tidak padat pemukim seperti Kab. Polewali Mandar dan Kabupaten Mamuju.

Pengembangan kawasan transmigrasi juga perlu memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan air tinggi, dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti yang disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan ketika akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah.

Program di Sasaran 1 Misi 4

11. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Pengembangan komoditi pangan khusus perikanan, pertanian, perkebunan misalnya industri skala menengah, skala rumah tangga perlu memperhatikan kesesuaian lahan terkait komoditi yang dikembangkan berdasarkan kajian dalam rencana zonasi tata ruang dalam rangka penentuan fokus dan lokus sentra-sentra industri yang dikembangkan tidak berada jauh dari sumber bahan baku

Page 197: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

163

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

Pengembangan Kawasan agroidustri skala besar dan industri pengolahan hasil perikanan harus memprhatikan ekosistem-ekosistem perairan yang akan menjadi lokasi pembuangan air limbah yang dihasilkan.

12. Program Pengembangan Industri Pariwisata

Pengembangan industri pariwisata dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan secara berkelanjutan. Implementasi dapat difokuskan pada Kec. Sarudu, dan Tinambung

Harus mengikuti arahan RZWP3K dan Good Management Practice kawasan wisata bahari, dimana untuk pengembangan wisata bahari dapat diarahakan pada zona wisata bentang alam laut dan zona wisata alam bawah laut.

Alokasi ruang untuk wisata alam bawah laut terdapat di perairan kecamatan Binuang, Kepulauan Bala-Balakang, Mamuju (Pulau Karampuang); Alokasi ruang untuk wisata alam bentang laut terdapat di perairan Kecamatan Tammeroddo, Tubu, Banggae Timur, Banggae, Simboro, Kalukku, Lariang, Tikke Raya, dan Mamuju; dan alokasi ruang untuk wisata alam pantai terdapat di perairan Kecamatan Binuang Campalagian, Matakali, Mapilli, Balanipa, Banggae Timur, Pamboang, Sendana, Tapalang Barat, Kepulauan Bala-Balakang, Pangale, Budong-Budong, Topoyo, Sarudu, Baras, Pedongga, Pasangkayu, dan Bambaira. Alokasi ruang untuk wisata kuliner terdapat di Kecamatan Sendana.

13. Program Pengembangan Perikanan Budidaya

Menghindari pembukaan lahan baru (ekstensifikasi) di kawasan mangrove sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan terganggunya keanekaragaman hayati yang dikandung oleh mangrove.

Sebaiknya pengembangan perikanan budidaya mengikuti arahan zonasi budidaya perikanan yang telah ditetapkan

Page 198: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

164

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

didalam RTRW dan RZWP3K. Dimana didalam pola ruang RTRW diatur kawasan perikanan dan tambak yang meliputi Kecamatan Bambaira, Bambalamotu, Baras, Dapurang, Karossa, Lariang, Pasangkayu, Sarjo, Sarudu, Banggae Timur, Binuang, Campalagian, Kalukku, Mamuju, Mapilli, Pamboang, Pangale, Papalang, Pedongga, Polewali, Sampaga, Tikke Raya, Tinambung dan Wonomulyo. Dan untuk perikanan budidaya laut yang diatur dalam RZWP3K meliputi Bambalamotu, Binuang, Budong-Budong, Kaluku, Karossa, Mamuju, Pamboang, Pulau Karampuang, Polewali, Sarjo, Bambaira, Sarudu, Baras, Ulumanda, Malunda dan Tapalang.

14. Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Trawl dapat diberikan izin untuk kapal-kapal bertonase di atas 15 GT pada kedalaman di atas 300 m. Ukuran mata jarring sebaiknya diberlakukan untuk penangkapan ikan di laut dangkal (littoral zone), dengan ukuran minimal 9 cm.

15. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar

Pemilihan kawasan budidaya (laut, payau atau tawar) harus memperhatikan faktor-faktor: kecepatan arus, gelombang, jenis substrat sedimen, kelandaian lahan dan sumber air bersih sebagai bahan baku kegiatan budadaya.

Sebaiknya pengembangan perikanan budidaya mengikuti arahan zonasi budidaya perikanan yang telah ditetapkan didalam RTRW dan RZWP3K. Dimana didalam pola ruang RTRW diatur kawasan perikanan dan tambak yang meliputi Kecamatan Bambaira, Bambalamotu, Baras, Dapurang, Karossa, Lariang, Pasangkayu, Sarjo, Sarudu, Banggae Timur, Binuang, Campalagian, Kalukku, Mamuju, Mapilli, Pamboang, Pangale, Papalang, Pedongga, Polewali, Sampaga, Tikke Raya, Tinambung dan Wonomulyo. Dan untuk perikanan budidaya laut yang diatur dalam RZWP3K meliputi Bambalamotu,

Page 199: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

165

No Muatan Kebijakan dan

Program Rekomendasi Perbaikan

Binuang, Budong-Budong, Kaluku, Karossa, Mamuju, Pamboang, Pulau Karampuang, Polewali, Sarjo, Bambaira, Sarudu, Baras, Ulumanda, Malunda dan Tapalang.

Selain hasil rekomendasi yang dikaitkan dengan Kebijakan dan Program

yang terdampak sebagaimana pada Tabel 7.1 diatas, dalam analisis ini juga

dikeluarkan rekomendasi umum terkait dengan isu-isu pembangunan berkelanjutan

yang belum sepenuhnya terjawab didalam program-program Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat yakni terkait

rendahnya pelibatan masyarakat didalam pengelolaan kawasan hutan. Terdapat

beberapa isu-isu terkait dengan konflik masyarakat didalam kawasan hutan seperti:

1. Klaim lahan kawasan hutan oleh masyarakat, masyarakat belum memiliki dasar

legalitas hak mengelola dan/atau memanfaatkan kawasan hutan, masyarakat

belum memahami kebijakan skema pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan hutan.

2. Terdapat potensi konflik pemanfaatan kawasan hutan produksi antara

manajemen KPH dengan masyarakat di sekitar hutan

3. Kawasan hutan pada wilayah KPH sebagian besar telah terdegradasi,

akibatnya masyarakat di sekitar hutan telah melakukan aktivitas pemanfaatan

hutan yang tidak mendukung fungsi kawasan hutan

4. Belum efektifnya sosialisasi kebijakan skema pemberdayaan masyarakat

dalam pengelolaan hutan

Isu-isu terkait pelibatan masyarakat didalam pengelolaan kawasan hutan

sebenarnya telah tertuang didalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat khususnya pada Sasaran 2 Misi 5 yakni

“terwujudnya pelestarian fungsi hutan” melalui beberapa program-program seperti:

1. Program Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Berbasis

Pemberdayaan Masyarakat

2. Program pengolaan hutan

3. Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan

4. Program Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Page 200: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

166

Namun, dari program-program tersebut belum dijelaskan terkait lokasi-lokasi

yang akan menjadi lokus pengembangan. Sehingga melalui rekomendasi umum ini,

kebijakan yang terkait dengan isu-isu tersebut dapat diarahkan dengan baik agar

prinsip pembangunan yang tertuang didalam dokumen Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat dapat berkelanjutan dan sejalan

dengan Misi 5-nya yakni “Mendorong Pengarusutamaan Lingkungan Hidup untuk

Pembangunan Berkelanjutan”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis peta kawasan hutan dan

peta penggunaan lahan di Provinsi Sulawesi Barat diketahui bahwa terdapat konflik

pemanfaatan kawasan yang tidak sesuai dengan fungsinya seperti terdapatnya

lahan pertanian dan permukiman di dalam kawasan lindung dan kawasan hutan

untuk tujuan budidaya (produksi). Provinsi Sulawesi Barat memiliki luasan kawasan

lindung (hutan lindung, suaka alam dan kawasan lindung Provinsi) sebesar 38,13%

dari luas provinsi keseluruhan (629.097,26 ha) dan kawasan budidaya Kehutanan

(hutan produksi, produksi terbatas dan produksi konversi) sebesar 26,57% dari luas

provinsi keseluruhan (438.357,45 ha). Namun, dari luasan kawasan tersebut

terdapat pemanfaatan kawasan yang tidak sesuai dengan fungsinya yang disajikan

pada Tabel 7.2, 7.3, 7.4 dan 7.5 berikut.

Tabel 7.2 Pemanfaatan Lahan Pertanian di Dalam Kawasan Lindung

Pertanian Lahan Kering Dalam Kawasan Lindung

(Hutan Lindung, Suaka Alam dan Kawasan Lindung Provinsi)

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Majene Sendana 2.016,07

Ulumanda 1.519,66

Tammerodo 1.057,57

Tubo Sendana 272,6

Malunda 245,17

Banggae Timur 113,37

Pamboang 39,38

Mamasa Sumarorong 5.878,12

Tabang 5.591,88

Tabulahan 4.762,81

Messawa 3.699,38

Tanduk Kalua 2.824,41

Pana 2.644,59

Buntu Malangka 1.709,31

Sesenapadang 1.480,03

Page 201: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

167

Pertanian Lahan Kering Dalam Kawasan Lindung

(Hutan Lindung, Suaka Alam dan Kawasan Lindung Provinsi)

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Mamasa 1.359,44

Tawalian 571,12

Nosu 371,12

Aralle 362,16

Mambi 184,05

Bambang 160,42

Balla 129,02

Mehalaan 30,95

Mamuju Tapalang Barat 5.435,72

Simboro 2.509,07

Kalukku 1.960,98

Bonehau 1.906,12

Kalumpang 1.858,63

Tapalang 803,99

Mamuju 659,73

Mamuju Tengah Karossa 602,44

Tobadak 2,84

Pasangkayu Pasangkayu 1.007,25

Dapurang 530,42

Baras 213,07

Bambalamotu 129,03

Pedongga 105,24

Tikke Raya 103,77

Lariang 53,45

Bulu Taba 19,22

Polewali Mandar Tubbi Taramanu 9.405,03

Alu 6.680,86

Matangnga 5.388,83

Tapango 3.657,65

Binuang 2.812,28

Matakali 1.702,42

Limboro 1.284,34

Anreapi 1.096,26

Bulo 541,35

Campalagian 70,65

Luyo 36,3

Mapilli 3,81

Total 87.603,38

Page 202: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

168

Tabel 7.3 Pemanfaatan Lahan Pertanian di Dalam Kawasan Budidaya Kehutanan

Pertanian Lahan Kering Dalam Kawasan Budidaya Kehutanan

(Hutan Produksi, Produksi Konversi dan Produksi Terbatas)

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Majene Malunda 1.669,63

Ulumanda 1.444,97

Tubo Sendana 27,85

Mamasa Tabulahan 1.576,71

Balla 1.445,96

Mambi 1.188,15

Aralle 1.174,97

Bambang 1.146,93

Nosu 1.071,68

Mamasa 683,5

Sumarorong 551,53

Buntu Malangka 550,17

Tanduk Kalua 319,21

Sesenapadang 286,83

Mehalaan 220,95

Rantebulahan Timur 45,92

Messawa 1,95

Mamuju Kalukku 11.742,62

Papalang 5.923,83

Tommo 4.954,99

Sampaga 3.447,29

Bonehau 1.682,54

Tapalang 1.471,70

Mamuju 819,92

Simboro 113,92

Kalumpang 71,2

Mamuju Tengah Topoyo 5.043,05

Pangale 3.915,20

Karossa 1.201,32

Tobadak 1.025,47

Budong-Budong 2,14

Pasangkayu Bambalamotu 3.480,26

Bulu Taba 3.452,15

Baras 1.050,83

Page 203: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

169

Pertanian Lahan Kering Dalam Kawasan Budidaya Kehutanan

(Hutan Produksi, Produksi Konversi dan Produksi Terbatas)

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Dapurang 1.027,40

Bambaira 500,34

Sarjo 154,58

Pasangkayu 149,91

Duripoku 101,31

Tikke Raya 94,29

Polewali Mandar Bulo 4.833,69

Tubbi Taramanu 3.965,97

Mapilli 2.051,05

Tapango 1.850,22

Matangnga 1.772,41

Luyo 304,74

Total 79.611,29

Tabel 7.4 Lahan Permukiman di Dalam Kawasan Lindung

Permukiman Dalam Kawasan Lindung

(Hutan Lindung, Suaka Alam Dan Kawasan Lindung Provinsi)

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Mamuju Bonehau 34,24

Pasangkayu Pedongga 8,99

Pasangkayu 8,23

Total 51,46

Tabel 7.5 Lahan Permukiman di Dalam Kawasan Budidaya Kehutanan

Permukiman Didalam Kawasan Budidaya Kehutanan

(Hutan Produksi, Produksi Konversi Dan Produksi Terbatas)

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Pasangkayu Tikke Raya 26,44

Pedongga 0,55

Total 26,99

Dari tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir di seluruh wilayah

administrasi kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat terdapat disfungsi kawasan

hutan dimana terdapat pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat seperti

membuka kawasan hutan menjadi lahan pertanian dan permukiman. Sehingga dari

Page 204: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

170

data dan informasi tersebut, pemanfaatan kawasan hutan untuk lahan pertanian

dan permukiman yang memiliki luasan cukup besar pada kecamatan-kecamatan di

setiap kabupaten dapat diarahkan sebagai lokus prioritas dalam implementasi

sasaran dan program RPJMD terkait dengan pelibatan masyarakat didalam

pengelolaan kawasan hutan seperti dengan mewujudkan program perhutanan

sosial.

Perhutanan sosial merupakan salah satu program pemberdayaan

masyarakat dalam mengelola kawasan hutan. Masyarakat dapat memiliki akses

kelola hutan dengan pemanfaatan hasil hutan yang sesuai prinsip kelestarian.

Program perhutanan sosial yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi

Barat adalah sekitar 50.000 ha, namun sampai saat ini baru sekitar 43.933,23 ha

yang teridentifikasi secara spasial (berdasarkan data Peta Indikatif Areal

Perhutanan Sosial). Keberadaan desa dalam kawasan hutan lindung sering

menimbulkan konflik tenurial dengan berbagai pihak yang berkepentingan. Oleh

karena itu penanganan konflik tenurial dalam kawasan hutan tersebut dapat ditinjau

dari Permen LHK Nomor. 84/Menlhk-Setjen/2015. Pada Permen LHK juga diatur

tentang pelaksanaan penyelesaian konflik tenurial kawasan hutan melalui

perhutanan sosial dan mediasi pada berbagai skema pengelolaan.

Akan tetapi dari hasil penyesuaian antara peta indikatif areal perhutanan

sosial dengan peta rencana kehutanan tingkat provinsi, luasan areal perhutanan

sosial Provinsi Sulawesi Barat yakni 43.933,23 ha sebagian besar (34.670,69 ha)

berada pada arahan kawasan untuk pengusahaan hutan skala BESAR (tujuan

utamanya diarahkan untuk pengusahaan hutan skala besar (korporasi) dengan

berbagai skema, antara lain IUPHHK-HA/HT/RE) sedangkan sisanya hanya

9.262,54 ha pada arahan kawasan untuk pengusahaan hutan skala KECIL (tujuan

utamanya diarahkan untuk pengusahaan hutan skala kecil (masyarakat) dengan

berbagai skema (HTR, HKm, HD). Pada kawasan ini diharapkan peran serta dan

akses masyarakat terhadap sumber daya hutan menjadi terbuka). Adapun

rinciannya disajikan pada Tabel 7.6 dan 7.7 di bawah ini.

Page 205: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

171

Gambar 7.1 Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial Provinsi Sulawesi Barat

Page 206: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

172

Tabel 7.6 Lokasi Indikatif Areal Perhutanan Sosial pada Kawasan Pengusahaan

Hutan Skala Besar

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Mamasa Sumarorong 330,94

Nosu 423,6

Mamuju Tapalang 0,94

Mamuju 133,23

Papalang 190,97

Tommo 783,46

Sampaga 880,87

Kalukku 898,27

Bonehau 5.165,24

Kalumpang 16.514,16

Mamuju Tengah Karossa 815,57

Topoyo 128,47

Pasangkayu Bambaira 416,91

Bambalamotu 1.774,61

Baras 6,93

Dapurang 5.625,11

Duripoku 290,65

Pasangkayu 277,84

Tikke Raya 12,91

Total 34.670,69

Tabel 7.7 Lokasi Indikatif Areal Perhutanan Sosial pada Kawasan Pengusahaan

Hutan Skala Kecil

Kabupaten Kecamatan Luas (ha)

Mamasa Nosu 4,79

Mamuju Bonehau 22,99

Kalukku 127,15

Kalumpang 1.446,15

Mamuju 26,69

Papalang 228,02

Sampaga 1,55

Tapalang 0,64

Tommo 9,53

Mamuju Tengah Karossa 368,27

Topoyo 222,03

Pasangkayu Bambaira 393,34

Bambalamotu 5.208,52

Dapurang 820,1

Duripoku 0,93

Pasangkayu 361,83

Tikke Raya 20,02

Total 9.262,54

Page 207: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

173

Dari tabel diatas, diketahui bahwa luasan areal indikatif untuk pelibatan

masyarakat dalam pengelolaan hutan saat ini jika mengikuti rencana kehutanan

yang telah disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, masih sangat minim.

Sehingga jika kedepannya arahan indikatif perhutanan sosial ini dijadikan sebagai

landasan dalam pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan

diperlukan alternatif mekanisme pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan

yang dilakukan pada kawasan dengan pengusahaan skala besar. Akan tetapi, jika

alternatif ini dilakukan, konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

hutan akan mengalami hambatan karena pengelolaan hutan akan didominasi oleh

perusahaan-perusahaan besar. Terdapat beberapa rekomendasi yang dapat

dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan

hutan melalui mekanisme program perhutanan sosial yakni dengan melakukan

revisi terhadap lokus-lokus wilayah yang terdapat dalam peta indikatif perhutanan

sosial yang telah ada saat ini dan mengikuti rencana kehutanan tingkat provinsi

yang telah disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat sebelumnya.

Berdasarkan data dari Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi yang telah

disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, luas kawasan untuk

pengusahaan hutan skala kecil yakni tujuan utamanya diarahkan untuk

pemanfaatan berbasis masyarakat dengan berbagai skema (HTR, HKm, HD)

sekitar 42.840,70 ha dengan rincian disajikan pada Tabel 7.8 berikut.

Tabel 7.8 Rencana Kawasan untuk Pengusahaan Skala Kecil

No Kabupaten Luas (ha)

1 Majene 4.400,98

2 Polewali Mandar 6.079,16

3 Mamasa 6.395,03

4 Pasangkayu 7.833,27

5 Mamuju 8.160,05

6 Mamuju Tengah 9.972,21

Total 42.840,70

Page 208: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

174

Gambar 7.2 Peta Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)

Provinsi Sulawesi Barat

Page 209: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

175

BAB 8. INTEGRASI REKOMENDASI KLHS

Integrasi muatan rekomendasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis dilakukan

untuk menyatukan atau mengharmonisasikan proses pembangunan suatu wilayah

dan/atau Kebijakan dan Program. Tabel berikut memperlihatkan integrasi muatan

rekomendasi dalam Kebijakan dan Program.

Tabel 8.1 Integrasi Muatan Rekomendasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis

No Rekomendasi Perbaikan Integrasi

3 Otoritas kawasan perkebunan sawit perlu diperhatikan oleh dinas instansi terkait dengan mengurangi luas kawasan yang di peruntukkan

Akan dikaji lebih lanjut oleh OPD terkait serta akan dimasukkan pada saat Revisi RPJMD

4 Pembangunan infrastruktur sebaiknya diarahkan ke wilayah-wilayah yang minim infrstruktur. Sebagai tambahan, Kab. Polman dan Pasangkayu merupakan daerah yang telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur perlu diprioritaskan di kabupaten lainnya.

Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program, prioritas pembangunan infrastruktur akan ditindaklanjuti ke dalam Renstra OPD dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan

5 Ada 3 wilayah yang dapat menjadi rekomendasi pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab.Mamasa dan Kab.Pasangkayu serta Kab.Polman. Ketiga wilayah tersebut menjadi pintu gerbang penguatan daerah tertinggal dan aksesibilitas Sulbar dengan provinsi tetangga. Utamanya, dalam memperbaiki akses pendidikan di kawasan pinggiran.

Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program, pembangunan mendukung akses pendidikan akan ditindaklanjuti ke dalam Renstra OPD terkait dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan

6 Mempersiapkan paket-paket teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan dalam program-program pengembangan wilayah perbatasan yang wajib diawasi secara ketat oleh para pemangki kepentingan di wilayah-wilayah yang saling berbatasan

Akan ditambahkan kedalam Kebijakan dan Program saat revisi RPJMD

Page 210: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

176

No Rekomendasi Perbaikan Integrasi

7 Perwujudan pembangunan infrastruktur transportasi laut harus memperhatikan kondisi ekosistem pesisir pada wilayah-wilayah yang dapat dikembangkan.

Akan ditindaklanjuti berupa penyusunan Dokumen Lingkungan sebelum pelaksanaan pembangunan transportasi laut

8 Untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan tepat sasaran, sebaiknya arah pengembanganya diarahkan ke daerah yang ketersediaan infrastrkturnya lebih rendah, tentunya daerah tersebut sebaiknya dikembangkan diluar Kab. Polman dan Pasangkayu, sebab wilayah tersebut dianggap telah memiliki infrastruktur yang relatif memadai dibandingkan dengan daerah lainnya.

Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program, prioritas pembangunan infrastruktur akan ditindaklanjuti ke dalam Renstra OPD terkait dengan memperhatikan kewenangan Pemerintah Provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan dan memperhatikan kualitas dan kuantitas infrastruktur di masing-masing kabupaten.

9 Kegiatan eksplorasi dan

pengelolaan potensi Energi pada

wilayah yang dilakukan perlu

melakukan kajian rona awal untuk

mengetahui besarnya resiko yang

akan di timbulkan. Wilayah yang

termasuk ialah: Kecamatan

Malunda, Pamboang, Banggae,

Balanipa, Campalagian, Kalukku,

Papalang, Pangale, Budong-

Budong, Sapanga, Pangale,

Baras, Lariang, Pasangkayu,

Pedongga, Karossa, Tikke Raya,

Bambalamotu

Akan ditindaklanjuti berupa

penyusunan Dokumen Lingkungan

sebelum melakukan explorasi dan

pengelolaan potensi energi

utamanya pada kecamatan yang

dimaksud

10 Implementasi kegiatan ini harus didahului dengan Kajian Lingkungan dan/atau AMDAL yang baik.

Akan ditindaklanjuti berupa penyusunan Dokumen Lingkungan sebelum melakukan explorasi dan pengelolaan potensi energi utamanya pada kecamatan yang dimaksud

11 Melakukan Pengawasan secara massif meliputi administarasi/tata laksana; operasional; kompetensi aparatur; dan pelaksanaan program pengelolaan usaha pertambangan

Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait

12 Daerah yang justru tidak dianjurkan untuk pengembangan

Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait dengan

Page 211: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

177

No Rekomendasi Perbaikan Integrasi

wilayah pemukiman baru adalah mayoritas berada di Kab. Polewali Mandar dan Kab. Mamuju sebab wilayah tersebut sudah cukup padat pemukiman. Sedangkan Kab. Mamasa, meskipun masih banyak wilayah yang minim pemukim, namun infrastruktur daerah tersebut masih belum memadai sehingga kurang baik untuk pemukiman.

memprioritaskan pengembangan pemukiman pada kabupaten lain diluar kabupaten yang dimaksud

13 Mencari lokasi pengembangan lain dengan tingkat keragaman ekosistem atribut wilayah pesisir yang relative rendah.

Akan dikaji dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Provinsi Sulawesi Barat yang dalam tahap penyusunan.

14 Untuk mencapai misi pemerataan pembangunan dan mempersempit ketimpangan antar wilayah, sebaiknya arah pengembangan pemukiman diarahkan ke daerah yang tidak padat pemukim, dan menghindari daerah padat pemukim yakni Kab.Polewali Mandar dan Kab.Mamuju

Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait dengan memperhatikan Angka Backlog dan Kondisi Perumahan di masing-masing Kabupaten

15 Untuk menghindari mis-alokasi pengembangan kawasan transmigrasi dan inefektifitas pembangunan transmigrasi, sebaiknya program tersebut dialokasikan ke daerah yang tidak padat pemukim seperti Kab.Polewali Mandardan Kabupaten Mamuju.

Akan ditindaklanjuti melalui Renstra OPD terkait dengan memperhatikan ketersediaan dan kesesuaian lahan.

16 Pengembangan komoditi pangan khusus perikanan, pertanian, perkebunan misalnya industri skala menengah, skala rumah tangga

Sudah termuat di dalam KRP dan akan lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD

17 Pengembangan Kawasan agroidustri sekala besar dan industry pengolahan hasil perikanan harus memprhatikan ekosistem-ekosistem periaran yang akan menjadi lokasi pembuangan air limbah yang dihasilkan.

Akan ditindaklanjuti berupa penyusunan Dokumen Lingkungan sebelum pengembangan kawasan industri tersebut

Page 212: PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARATlh.sulbarprov.go.id/images/2018/04/KLHS RPJMD Prov. Sulbar 2017... · Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, ...

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022

178

No Rekomendasi Perbaikan Integrasi

18 Pengembangan industri pariwisata dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan secara berkelanjutan. Implementasi dapat difokuskan pada Kec. Sarudu, dan Tinambung

Sudah termuat di dalam KRP dan akan lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD

19 Harus mengikuti arahan RZWP dan Good Management Practice kawsan wisata bahari.

Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program dan akan lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD

20 Menghindari pembukaan lahan baru (ekstensifikasi) di kawasan mangrove sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan terganggunya keanekaragaman hayati yang dikandung oleh mangrove.

Sudah termuat di dalam Kebijakan dan Program dan akan lebih dijabarkan di dalam Renstra OPD

21 Trawl dapat diberikan izin untuk kapal-kapal bertonase di atas 15 GT pada kedalaman di atas 300 m. Ukuran mata jarring sebaiknya diberlakukan untuk penangkapan ikan di laut dangkal (littoral zone), dengan ukuran minimal 9 cm.

Akan ditindaklanjuti oleh OPD terkait

22 Pemilihan kawasan budidaya (laut, payau atau tawar) harus memperhatikan faktor-faktor: kecepatan arus, gelombang, jenis substrat sedimen, kelandaian lahan dan sumber air bersih sebagai bahan baku kegiatan budidaya.

Akan Ditindaklanjuti oleh OPD terkait dengan memperhatikan RZWP3K Provinsi Sulawesi Barat