Policy paper untuk klhs rpjmd oki ok opt

33
Menggagas Pengarusutamaan Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Berkelanjutan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sebagai masukan dan rekomendasi dalam Penyusunan KLHS-RPJMD dan RPJMD Kabupaten OKI Tahun 2014 - 2019 Oleh: Wahana Bumi Hijau dan Masyarakat Sipil Sumatera Selatan Kayuagung, 2014 Policy paper

Transcript of Policy paper untuk klhs rpjmd oki ok opt

Menggagas Pengarusutamaan

Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan Sumberdaya Alam

Berkelanjutan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)

Sebagai masukan dan rekomendasi dalam

Penyusunan KLHS-RPJMD dan RPJMD Kabupaten OKI Tahun 2014 - 2019

Oleh: Wahana Bumi Hijau

dan Masyarakat Sipil Sumatera Selatan

Kayuagung, 2014

Policy paper

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

1

Menggagas Pengarusutamaan Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan

Sumberdaya Alam Berkelanjutan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)

Oleh: Wahana Bumi Hijau

dan Masyarakat Sipil Sumatera Selatan

I. Pendahuluan

Konsekuensi dari diselenggarakannya Pemilihan dan

Pelantikan Kepala Daerah maka pemerintah daerah diamanatkan

untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten. Sesuai dengan Undang-Undang

nomor 24 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (SPPN) maka penyusunan RPJMD didampingi dengan

dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (KLHS) dan Kajian

Akademis (KA).

RPJMD ini merupakan dokumen perencanaan untuk periode

5 (lima) tahun, yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan

Program Kepala Daerah terpilih dan ditetapkan dengan Peraturan

Daerah (PERDA). Dengan demikian sejalan dengan telah

dilakukannya Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Ogan Komering

Ilir (OKI) dan dilantiknya Bupati OKI terpilih Ogan Komering Ilir

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

2

tahun 2014-2019 maka Pemerintah Kabupaten OKI diwajibkan

untuk menyusun KLHS-RPJMD dan RPJMD Kabupaten OKI untuk

periode tahun 2014-2019.

Mendasarkan pada amanat Undang Undang nomor 25

tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

maka proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Daerah menggunakan 5 (lima) pendekatan yaitu

(1) politik; (2) teknokratik; (3) partisipatif; (4) atas-bawah (top-

down), dan (5) bawah-atas (bottom-up). Dalam pendekatan

partisipatif maka proses penyusunan dokumen perencanaan ini

wajib melibatkan masyarakat (stakeholders) dalam pengambilan

keputusan dalam setiap tingkatannya. Melalui pendekatan bottom-

up maka aspirasi dan kebutuhan masyarakat di tingkat terbawah

perlu diakomodir secara berkeadilan dan bertahap sesuai dengan

kemampuan yang ada.

Untuk mempercepat pembangunan diperlukan strategi

perencanaan yang sinergis dengan kemampuan dan potensi

daerah. Arah dan pembangunan yang bertumpu pada visi misi

yang dihasilkan dapat berjalan dengan baik apabila mendapat

dukungan yang kuat dari banyak pihak. Oleh karena itu, proses

penyusunan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten OKI perlu mendapatkan masukan

dari parapihak. Dalam konteks inilah naskah kebijakan (policy

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

3

paper) dari masyarakat sipil yang ada di Sumatera Selatan perlu

disusun.

Selain itu policy paper disusun untuk mengawal serta

mendukung implementasi kebijakan yang berkaitan dengan aspek

lingkungan hidup yang terdapat di dalam KLHS-RPJMD dan

RPJMD Kabupaten OKI, maka dilakukanlah penyusunan naskah

kebijakan (policy paper). Policy paper ini ditujukan juga untuk

menyediakan data, informasi, dan hasil analisa terkait kondisi

perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam

berkelanjutan yang digunakan Pemerintah Kabupaten OKI dalam

penyusunan dokumen KLHS-RPJMD dan RPJMD Kabupaten Ogan

Komering Ilir (OKI) tahun 2014-2019.

Dengan dimasukkannya pertimbangan aspek perlindungan

lingkungan dan pengelolaan SDA yang berkelanjutan yang

menjadi dasar penyusunan policy paper maka diharapkan

dokumen KLHS-RPJMD dan RPJMD Kabupaten OKI tahun 2014

– 2019 menjadi lebih baik terutama dari sisi tata kelola

sumberdaya alamnya.

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

4

II. KONDISI DAN MASALAH LINGKUNGAN

KABUPATEN OKI

Secara umum, permasalahan utama lingkungan alam di OKI

terutama meliputi 4 hal yaitu masalah pengelolaan sumberdaya

lahan dan sumberdaya hutan, sumberdaya air, dan udara. Secara

detil, permasalahan lingkungan alam di Kabupaten OKI dijelaskan

dibawah ini.

A. Sumberdaya Lahan

Bertambahnya jumlah penduduk disertai dengan

meningkatnya pembangunan menyebabkan terjadinya pergeseran

pola penggunaan lahan. Pola penggunaan lahan yang tidak sesuai

dengan kemampuan lahan sehingga menimbulkan menimbulkan

berbagai masalah seperti lahan kritis, dan degradasi lahan.

Degradasi lahan terjadi karena penggunaan tanah yang tidak

sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan. Kondisi

sumberdaya lahan ini dapat dilihat dari data berikut.

Jumlah penduduk di Kabupaten OKI terus meningkat. Pada

tahun 2000 jumlah penduduk baru mencapai 636 ribu orang.

Sedangkan pada tahun 2012 sudah mencapai 753 ribu orang.

Kenaikan setiap tahunnya sekitar 9,7% selama periode 2000-2012

(Gambar 1).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

5

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah penduduk 636,1 641,1 643,9 645,1 656,8 663,8 672,2 685,3 696,5 707,6 727,4 742,4 752,9

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

rib

u o

ran

g

tahun

Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Linear (Jumlah penduduk)

Sumber: BPS OKI (diolah)

Gambar 1. Jumlah penduduk di Kabupaten OKI tahun 2000 -2012

Pergeseran pola penggunaan lahan dapat dilihat dari data

penutupan / penggunaan lahan di Kabupaten OKI. Selama masa

7 tahun (2006 – 2013) telah terjadi perubahan penutupan /

penggunaan lahan pada semua kelas penutupan lahan (18 kelas)

yang ada di Kabupaten OKI. Pada tahun 2006, penggunaan /

penutupan lahan terbesar berupa semak belukar rawa (40,95%)

namun pada tahun 2013 penutupan lahan terbesar adalah semak

belukar (15,23%). Secara keseluruhan perubahan pola

penggunaan lahan terbesar terjadi pada semak belukar rawa

(25,73%), semak belukar (21,86%), dan hutan tanaman (4,64%)

(Tabel 1 dan Lampiran 1 & 2).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

6

Tabel 1. Pergeseran pola penggunaan lahan di Kabupaten OKI tahun 2006 -2013

Penutupan / Penggunaan Lahan

Tahun

Perubahan 2006 2013

(ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)

1 Hutan Mangrove Primer

11.798

0,69

11.798

0,69

(0,008)

(0,000)

2 Hutan Mangrove Sekunder

9.709

0,57

9.671

0,57

(38,436)

(0,002)

3 Hutan Rawa Primer

145

0,01

145

0,01

(0,000)

(0,000)

4 Hutan Rawa Sekunder

47.155

2,76

45.510

2,67

(1.644,648)

(0,096)

5 Hutan Tanaman

18.223

1,07

97.437

5,71

79.214,575

4,642

6 Lahan Terbuka

101.826

5,97

102.205

5,99

378,802

0,022

7 Padang Rumput

92.731

5,43

92.731

5,43

0,010

0,000

8 Perkebunan

120.952

7,09

120.952

7,09

0,000

(0,000)

9 Permukiman

21.009

1,23

21.009

1,23

(0,000)

(0,000)

10 Pertanian Lahan Kering

141.129

8,27

141.129

8,27

0,001

(0,000)

11 Pertanian Lahan Kering Campur Semak

112.030

6,56

112.030

6,56

0,001

(0,000)

12 Rawa

70.013

4,10

58.079

3,40

(11.933,389)

(0,699)

13 Sawah

82.835

4,85

82.835

4,85

0,066

0,000

14 Semak Belukar

82.596

4,84

455.548

26,69

372.952,272

21,855

15 Semak Belukar Rawa

698.833

40,95

259.866

15,23

(438.967,615)

(25,723)

16 Tambak

52.068

3,05

52.107

3,05

38,444

0,002

17 Transmigrasi

29.779

1,75

29.779

1,75

0,006

0,000

18 Tubuh Air

13.693

0,80

13.693

0,80

0,000

(0,000)

Jumlah

1.706.524

100,00

1.706.524

100,00

Sumber: BPKH Palembang dan hasil analisis citra (diolah)

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

7

Berdasarkan data tingkat kekritisan dari Balai Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Musi, diketahui ada 7% wilayah di

Kabupaten OKI yang masuk kategori sangat kritis. Adapun untuk

klasifikasi kritis mencapai 15%. Sedangkan klasifikasi agak kritis

sebesar 37%. Berarti ada 59% lahan di Kabupaten OKI yang

memerlukan kegiatan rehabilitasi (Tabel 2 dan Lampiran 3).

Tabel 2. Tingkat kekritisan lahan di Kabupaten OKI

No Tingkat Kekritisan Luas

(ha) (%)

1 Sangat Kritis 92.385 7

2 Kritis 191.987 15

3 Agak Kritis 472.628 37

3 Potensial Kritis 219.551 17

5 Tidak Kritis 286.659 23

Jumlah 1.263.209 100

Sumber: BP DAS Musi dan hasil analisis citra (diolah)

Menurut data penutupan / penggunaan lahan di Kabupaten

OKI maka dapat terlihat adanya degradasi lahan. Selama periode

11 tahun (2000-2011) telah terjadi degradasi lahan seluas 41.288

ha atau rata-rata 3.753 ha/tahun. Degradasi lahan terbesar

terjadi pada penutupan / penggunaan lahan semak belukar rawa

yang menjadi tambak dan tanah terbuka yang mencapai hampir

25 ribu ha atau rata-rata 2.251 ha/tahun. Selain itu terjadi pula

perubahan penutupan / penggunaan lahan dari rawa menjadi

semak belukar dan semak belukar rawa sebesar 15.657 ha atau

rata-rata 1.423 ha/tahun. Pertanian lahan kering campur semak

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

8

juga mengalami perubahan penggunaan menjadi semak belukar

seluas 863 ha atau 78 ha/tahun.

Tabel 3. Degradasi lahan di Kabupaten OKI tahun 2000 -2011

Penutupan / penggunaan lahan Tahun 2011

Tahun 2000 Semak Belukar Semak Belukar Rawa Tambak Tanah Terbuka Jumlah

Perkebunan 10,44 10,44

Pertanian Lahan Kering Campur Semak 863,28 863,28

Rawa 10.848,56 4.808,07 15.656,63

Semak Belukar Rawa 9.114,59 15.643,12 24.757,71

Jumlah 11.722,28 4.808,07 9.114,59 15.643,12 41.288,06

Sumber: BPKH Palembang dan hasil analisis citra (diolah)

B. Sumberdaya Hutan

Kualitas dan kuantitas sumberdaya hutan cenderung

menurun karena pembalakan kayu yang berlebihan oleh para

pemegang konsesi/ijin (kebakaran hutan, tumpang tindih

penggunaan lahan hutan dengan kegiatan pembangunan seperti

perkebunan, pertambangan, dan transmigrasi). Hal ini salah

satunya tergambarkan dari deforestasi yang terjadi. Selain itu,

kegiatan rehabilitasi belum memadai dibanding dengan laju

kerusakan yang terjadi. Sehingga reforestasi lebih kecil daripada

deforestasi. Kondisi sumberdaya lahan ini dapat dilihat dari data

berikut.

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

9

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Hotspot 54 1341 372 2109 178 8236 514 371 2806 102 2427 1814 230

0

2000

4000

6000

8000

10000

titi

k

tahun

Jumlah Hotspot

Jumlah Hotspot Linear (Jumlah Hotspot)

Kebakaran hutan dan lahan menjadi peristiwa yang rutin

terjadi di Kabupaten OKI. Hal ini dapat dilihat dari data hotspot

yang dapat menjadi salah satu indikasi adanya kebakaran hutan

dan lahan. Pada kurun waktu 2001 – 2013 telah terpantau

sebanyak 20.554 titik hotspot di wilayah Kabupaten OKI. Berarti

rata-rata ada 1.581 titik hotspot setiap tahunnya. Jumlah hotspot

terbanyak terjadi pada tahun 2006 yang mencapai 8.236 titik

hotspot. Berdasakran data ini maka prediksi secara linier

menunjukkan adanya kecenderungan akan terus meningkat pada

tahun-tahun mendatang (Gambar 2 dan Lampiran 4).

Sumber: Dephut/Kemenhut (diolah)

Gambar 2. Jumlah hotspot di Kabupaten OKI tahun 2001 -2013

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

10

Kasus tumpang tindih kawasan hutan yang terjadi di

Kabupaten OKI cukup banyak dan cukup luas. Berdasarkan hasil

analisis diketahui ada 14 kasus tumpang tindih didalam kawasan

hutan yang berada pada 5 fungsi hutan (hutan lindung, hutan

produksi, hutan produksi yang dapat dikonversi, hutan produksi

terbatas, dan suaka margasatwa). Total luas kawasan hutan yang

mengalami tumpang tindih adalah 979.118 ha.

Tabel 4. Tumpang tindih pada kawasan hutan di Kabupaten OKI

Tumpang Tindih Kawasan Hutan Fungsi Hutan

No Nama Kawasan Hutan

Lindung Hutan

Produksi

Hutan Produksi Konversi

Hutan Produksi Terbatas

Suaka Margasat

wa

Jumlah

1 HL.MESUJI 102.960

102.960

2 HP.MESUJI

539.909

539.909

3 HP.MESUJI III

74.177

74.177

4 HP.MESUJI IV

17.584

17.584

5 HP.TERUSAN SIALANG

7.980

7.980

6 HP.WAY HITAM MESUJI

12.526

12.526

7 HPK.

2.218

2.218

8 HPK.CENGAL

77.651

77.651

9 HPK.GAJAH MATI

1.243

1.243

10 HPK.MERANTI III

29.834

29.834

11 HPK.SUNGAI CPER

1.030

1.030

12 HPK.TULUNG SELAPAN

87.398

87.398

13 HPT.PEDAMARAN KAYU AGUNG

10.049

10.049

14 SM.PADANG SUGIHAN

14.558 14.558

Jumlah

102.960 652.177 199.373 10.049 14.558 979.11

8

Sumber: Hasil analisis citra (diolah)

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

11

Untuk Hutan Produksi yang dapat diKonversi (HPK),

terdapat 10 perusahaan yang saat ini dalam proses penyelesaian

tumpang tindih. Tumpang tindih yang terjadi mencakup 5 HPK

yaitu HPK Cengal, Gajah Mati, Mesuji, Sungai Ceper, dan Tulung

Selapan.

Tabel 4. Tumpang tindih pada HPK di Kabupaten OKI

Tumpang Tindih HPK Nama Kawasan

No. Nama Perusahaan HPK

CENGAL

HPK GAJAH MATI

HPK MESUJI

HPK S. CEPER

HPK TULUNG

SELAPAN Jumlah

1 BUMI SRIWIJAYA SENTOSA

48.181 48.181

2 DINAMIKA GRAHA SARANA 21.683

23.802 45.485

3 LONDON SUMATERA 199

60

259

4 PERSADA SAWIT MAS 3.941

18.778 22.719

5 PRATAMA NUSANTARA SAKTI

29.211

29.211

6 RUSSELINDO PUTERA PRIMA 8 27

35

7 SAWIT MENANG LESTARI 14.637

70

14.706

8 SELATAN JAYA PERMAI 3 50

52

9 SUNGAI MENANG

12.696 12.696

10 TANIA BINATAMA

5.850 5.850

Jumlah 40.471 77 29.211 130 109.306 179.195

Sumber: Hasil analisis citra (diolah)

Hingga saat ini terdapat 12 ijin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan di Kabupaten

OKI yang berstatus IPPKH sebanyak 1 perusahaan dan IUP

sebanyak 11 perusahaan. Total pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan untuk pertambangan ini seluas 284.625 ha yang

terbagi menjadi IPPKH seluas 217 ha dan IUP seluas 284.408 ha

(Tabel 5 dan Lampiran 6).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

12

Tabel 5. Ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan di Kabupaten OKI

No Status Penggunaan Kawasan Hutan Lokasi Luas (ha)

I IPPKH KEC. CENGAL 217

II IUP

KEC. CENGAL 31.218

1 IUP KEC. LEMPUING 21.861

2 IUP KEC. LEMPUING JAYA 45.360

3 IUP KEC. MESUJI 41.069

4 IUP KEC. MESUJI MAKMUR 820

5 IUP KEC. MESUJI RAYA 35.629

6 IUP KEC. PANGKALAN LAMPAM 32

7 IUP KEC. PEDAMARAN 6.729

8 IUP KEC. PEDAMARAN TIMUR 32.408

9 IUP KEC. SUNGAI MENANG 52.546

10 IUP KEC. TANJUNG LUBUK 4.494

11 IUP KEC. TELUK GELAM 12.242

Jumlah

284.625

Sumber: Hasil analisis citra (diolah)

Jumlah kasus pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan

di Kabupaten OKI tercatat sebanyak 17 kasus. Secara

keseluruhan luas kawasan hutan yang dilepas untuk perkebunan

sebanyak 196.284 ha yang berada di 8 kecamatan (Tabel 6 dan

Lampiran 5).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

13

Tabel 6. Pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan di Kabupaten OKI

Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan

Lokasi (Kecamatan)

No Nama Perusahaan CENGAL LEMPUING

JAYA PAMPANGAN

PANGKALAN LAMPAM

PEDAMARAN PEDAMARAN

TIMUR SUNGAI MENANG

TULUNG SELAPAN

Jumlah

1 PT. BUMI SRIWIJAYA SENTOSA 1.803

483 20.509 649

16.437 39.882

2 PT. DINAMIKA GRAHA SARANA 23.068

77

16.874 40.019

3 PT. DUTA AGRO SAKTI 3.342

10.403

12.755 26.500

4 PT. LONDON SUMATERA INDONESI TBK BLK III

8.703

8.703

5 PT. LONDON SUMATERA INDONESIA TBK BLOK I

872 5

876

6 PT. LONDON SUMATERA INDONESIA TBK BLOK V

428

428

7 PT. LONDON SUMETRA INDONESIA TBK BLOK II

460

460

8 PT. LONDON SUMTERA INDONESIA TBK BLOK IV

1.757

647

2.404

9 PT. PRATAMA NUSANTARA SAKTI

2.856

27.034

29.890

10 PT. RUSSELINDO PUTRA PRIMA BLOK I

9.914

9.914

11 PT. RUSSELINDO PUTRA PRIMA BLOK IIA

430

430

12 PT. RUSSELINDO PUTRA PRIMA BLOK IIB

534

337

871

13 PT. RUSSELINDO PUTRA PRIMA BLOK III

2.400

2.400

14 PT. SAWIT MENANG LESTARI 8.278

2.240

10.517

15 PT. SELATAN JAYA PERMAI 73

12.136

12.210

16 PT. TANIA BINA TAMA 368

4.737

5.104

17 PT. TANIA SELATAN

5.677

5.677

Jumlah 61.585 5.677 483 30.989 649 5.608 45.226 46.066 196.284 Sumber: Hasil analisis citra (diolah)

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

14

Untuk kasus pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi

di Kabupaten OKI terdata seluas 21.536 ha. Kawasan hutan yang

dilepas untuk transmigrasi ini meliputi 3 kecamatan pada 4 lokasi

(Tabel 7 dan Lampiran 5).

Tabel 7. Pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi di Kabupaten OKI

Pelepasan Kawasan Hutan untuk Transmigrasi Lokasi (Kecamatan)

No Nama Lokasi MESUJI MESUJI MAKMUR MESUJI RAYA Jumlah

I PEMATANG PANGGANG 3.466 14.061 4.010 21.536

1 XXII/A

10.039

10.039

2 XXII/B

4.021

4.021

3 XXII/D/1,2,3

4.010 4.010

4 XXII/J 3.466

3.466

Jumlah 3.466 14.061 4.010 21.536

Sumber: Hasil analisis citra (diolah)

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa deforestasi

yang terjadi di Kabupaten OKI selama periode tahun 2000 – 2011

mencapai luas 273.649 ha atau 24.877 ha/tahun. Deforestasi

terbesar terjadi pada hutan rawa sekunder yang berubah menjadi

hutan tanaman, perkebunan, semak belukar, semak belukar rawa,

tambak, dan tanah terbuka dengan luas total 269.348 ha (Tabel

8).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

15

Tabel 8. Deforestasi di Kabupaten OKI tahun 2000 -2011

Penutupan / penggunaan lahan Tahun 2011

No Tahun 2000 Hutan Mangrove

Sekunder Hutan

Tanaman Perkebunan

Semak Belukar

Semak Belukar Rawa

Tambak Tanah

Terbuka Jumlah

1 Hutan Mangrove Primer 0,01

0,01

2 Hutan Mangrove Sekunder

38,44

38,44

3 Hutan Rawa Sekunder

93.120,34 2.583,31

106.566,11 11.933,54

157,36

54.987,19

269.347,85

4 Semak Belukar Rawar

4.263,12

4.263,12

Jumlah 0,01

97.383,46 2.583,31

106.566,11 11.933,54

195,81

54.987,19

273.649,43 Sumber: BPKH Palembang dan hasil analisis citra (diolah)

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

16

C. Sumberdaya Air

Secara morfologis, Kabupaten OKI cenderung datar (90%) dan

landai (7%) dan berbukit (3%) (Lampiran 7). Satuan geomorfik

wilayah OKI sebagian besar merupakan rawa yang mencapai 75%

dari luas wilayah Kabupaten OKI. Dengan demikian banyak dijumpai

banyak cekungan air tanah. Cekungan air tanah mencakup 64%

dari luas Kabupaten OKI. Terdata ada 3 cekungan air tanah yang

besar yaitu Cekungan Air Tanah Karang Agung, Lubuk Linggau-

Muara Enim, dan Palembang-Kayuagung (Tabel 9 dan Lampiran 8).

Tabel 9. Cekungan air tanah di Kabupaten OKI

No Cekungan Air Tanah Luas (ha)

1 CAT KARANG AGUNG 876.809

2 CAT LUBUK LINGGAU MUARA ENIM 24.406

3 CAT PALEMBANG KAYU AGUNG 192.657

Jumlah 1.093.871 Sumber: RTRW Kabupaten OKI (diolah)

Salah satu masalah pada sumberdaya air adalah potensi

terjadinya banjir. Berdasarkan data, terdapat 74.387 ha wilayah di

Kabupaten OKI yang masuk dalam kategori kerawanan banjit yang

tinggi. Sedangkan tingkat kerawanan banjir sedang mencakup

luasan 193.474 ha (Tabel 10 dan Lampiran 9).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

17

Tabel 10. Tingkat kerawanan banjir di Kabupaten OKI

No Tingkat kerawanan Luas (ha)

1 Tinggi 74.387

2 Sedang 193.474

3 Rendah 201.920

Jumlah 469.780 Sumber: RTRW Kabupaten OKI (diolah)

D. Udara

Salah satu permasalahan terkait bencana di Kabupaten OKI

adalah angin puting beliung. Setidaknya ada 2 kecamatan yang

rawan angin puting beliung yaitu Kecamatan Jejawi dan Kecamatan

Sirah Pulau Padang. Luas wilayah yang masuk kategori rawan angin

puting beliung ini adalah 35.005 ha (Tabel 11 dan Lampiran 10).

Tabel 11. Wilayah rawan bencana angin puting beliung di Kabupaten

OKI

No Kecamatan Luas (ha)

1 JEJAWI 21.436

2 SIRAH PULAU PADANG 13.568

Jumlah 35.005 Sumber: RTRW Kabupaten OKI (diolah)

Salah satu masalah utama di Kabupaten OKI adalah

pencemaran udara karena kebakaran hutan dan lahan yang

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

18

mempengaruhi kualitas udara, cuaca dan iklim. Dampak asap dari

kebakaran hutan dan lahan yang terjadi telah menimbulkan banyak

kerugian secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Wilayah yang

mengalami dampak asap ini tidak hanya mencakup Kabupaten OKI

saja namun sudah meluas hingga wilayah Sumatera Selatan lainnya.

Selain dari data hotspot, potensi pencemaran udara dapat

diperkirakan dari klasifikasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan

yang dibuat berdasarkan lebih banyak indikator yang terkait.

Merujuk pada peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan maka

terdapat 28% wilayah OKI yang masuk kategori sangat rawan.

Sedangkan wilayah OKI yang diklasifikasikan sebagai rawan

kebakaran hutan dan lahan seluas 38% (Tabel 12 dan Lampiran 11).

Tabel 12. Tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di

Kabupaten OKI

No Tingkat kerawanan Luas

(ha) (%)

1 Sangat Rawan 474.974 28

2 Rawan 646.070 38

3 Sedang 250.034 15

4 Rendah 322.301 19

Jumlah 1.693.378 100 Sumber: RTRW Kabupaten OKI (diolah)

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

19

III. ISU STRATEGIS LINGKUNGAN HIDUP

DI KABUPATEN OKI

Berdasarkan kondisi dan permasalahan alam yang ada di Kabupaten

OKI isu-isu strategis di bidang lingkungan hidup mencakup:

Peningkatan jumlah penduduk yang besar

Pergeseran pola penggunaan lahan

Lahan kritis yang luas

Degradasi lahan pertanian yang luas

Tumpang tindih kawasan hutan yang cukup banyak

Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi

Deforestasi yang tinggi

Potensi banjir yang besar

Potensi angin puting beliung yang cukup besar

Potensi pencemaran udara karena asap dari kebakaran hutan

dan lahan yang cukup tinggi

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

20

IV. REKOMENDASI PENYUSUNAN KLHS- RPJMD

DAN RPJMD KABUPATEN OKI

Merujuk pada isu-isu strategis di bidang lingkungan hidup

yang berjumlah 10 isu maka dalam penyusunan KLHS-RPJMD dan

RPJMD Kabupaten OKI perlu memperhatikan dan

mempertimbangkan adanya persoalan-persoalan lingkungan hidup

tersebut. Dengan demikian direkomendasikan agar dalam

penyusunan visi, misi, stategi, arah kebijakan, kebijakan umum,

tujuan dan sasaran, program dan kegiatan pembangunan dalam 5

tahun mendatang telah mengakomodir upaya penyelesaian dan

antisipasi dampak dari masalah lingkungan hidup di Kabupaten OKI

(Tabel 13).

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

21

Tabel 13 Rekomendasi untuk KLHS-RPJMD dan RPJMD Kabupaten OKI

No KLHS-RPJMD dan RPJMD

Kabupaten OKI Rekomendasi

1 Visi

Sebaiknya visi yang digunakan mencerminkan cita-cita untuk pencapaian pembangunan yang

berwawasan lingkungan.

2 Misi

Sebaiknya misi yang akan dijalankan mendukung upaya mencerminkan upaya pencapaian pembangunan yang berwawasan lingkungan.

3 Tujuan dan Sasaran

Sebaiknya rumusan tujuan dan sasaran diarahkan untuk mencapai kondisi lingkungan hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.

4 Strategi dan Arah Kebijakan

Sebaiknya pemilihan strategi dan arah kebijakan dilakukan dalam upaya pencapaian kondisi lingkungan hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.

5 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Sebaiknya penetapan kebijakan umum dan pemilihan program pembangunan Kabupaten OKI didasarkan pada prinsip keseimbangan lingkungan hidup dalam upaya penciptaan lingkungan hidup yang lebih baik dan berkelanjutan.

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

22

Lampiran 1 Peta Penutupan / Penggunaan Lahan di Kabupaten OKI Tahun 2006

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

23

Lampiran 2 Peta Penutupan / Penggunaan Lahan di Kabupaten OKI Tahun 2013

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

24

Lampiran 3 Peta Sebaran Lahan Kritis di Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

25

Lampiran 4 Peta Sebaran Hotspot di Kabupaten OKI Tahun 2001 – 2013

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

26

Lampiran 5 Peta Pelepasan Kawasan Hutan di Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

27

Lampiran 6 Peta Sebaran Ijin Pertambangandi Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

28

Lampiran7 Peta Morfologi Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

29

Lampiran 8 Peta Cekungan Air Tanah di Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

30

Lampiran 9 Peta Kerawanan Banjir di Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

31

Lampiran 10 Peta Kerawanan Angin Puting Beliung di Kabupaten OKI

KLHS-RPJMD DAN RPJMD KABUPATEN OKI Policy paper

W a h a n a B u m i H i j a u

32

Lampiran 11 Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten OKI