PEMERIKSAAN UROLOGI

14
PENDAHULUAN Untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan urologi, seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan sistematik mulai dari: 1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang digali melalui anamnesis yang sistematik, 2. Pemeriksaan obyektif yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mencari data-data obyektif mengenai keadaan pasien, 3. Pemeriksaan penunjang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi atau imaging, uroflometri, elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi 1

Transcript of PEMERIKSAAN UROLOGI

Page 1: PEMERIKSAAN UROLOGI

PENDAHULUAN

Untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan urologi, seorang dokter dituntut untuk dapat

melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan sistematik mulai dari:

1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang

digali melalui anamnesis yang sistematik,

2. Pemeriksaan obyektif yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mencari

data-data obyektif mengenai keadaan pasien,

3. Pemeriksaan penunjang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi

atau imaging, uroflometri, elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi

1

Page 2: PEMERIKSAAN UROLOGI

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anamnesis dan Riwayat Penyakit

Anamnesis yang sistematik mencakup:

1. Keluhan utama pasien

2. Riwayat penyakit lain yang pernah dideritanya maupun pernah diderita keluarganya, dan

3. Riwayat penyakit yang diderita saat ini

Pasien datang ke dokter mungkin dengan keluhan :

1. Sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan urologi, seperti malaise, pucat, uremia

yang merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi, dan

2. Lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.

Adapun gejala yang dikeluhkan pasien dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Gangguan berkemih. Gejala obstruksi pada pria biasanya disebabkan paling banyak oleh

gangguan prostat ( pembesaran kelenjar prostat dan kanker prostat ). Biasanya pasien

akan mengeluh kencing tidak lampias, pancaran berkemih lemah dan sensasi ingin

berkemih.

2. Gejala-gejala pada gangguan prostat dapat diperiksa dengan menggunakan International

Prostate Symptom Score ( IPSS ), tapi hal ini tidak memberikan gambaran derajat

pembesaran prostat atau patologi terjadinya pembesaran prostat. Obstruksi yang komplit

dapat mengakibatkan urin tidak bisa keluar atau inkontinensia overflow.

3. Nyeri. Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia

dirasakan sebagai nyeri lokal ( nyeri yang dirasakan disekitar organ tersebut ) atau berupa

reffered pain ( nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit ). Inflamasi akut

pada organ traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan

karena regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut. Maka dari pada itu pielonefritis,

prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ

berongga seperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang nyaman atau discomfort.

4. Nyeri pinggang. Batu pada calculi dapat menyebabkan obstruksi ureter dan nyeri

pinggang yang menjalar ke simfisis pubis atau testis. Nyeri yang tiba-tiba pada kolik

2

Page 3: PEMERIKSAAN UROLOGI

renal atau retensi urin yang akut sangat kontras berbeda dengan tumor pada ginjal atau

pertumbuhan lambat gejala-gejala yang menyebabkan obstruksi urin. Tanyakan juga

mengenai hematuri atau inkontinensia.

5. Inkontinensia urin : stress incontinence, instabilitas dari detrusor, detrusor underactivity

atau obstruksi uretra.

6. Nyeri ginjal, terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada

pielonefritis akut yang menimbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang

menyebabkan hidronefritis, atau pada tumor ginjal.

7. Nyeri kolik, terjadi pada spame otot polos ureter karena gerakan peristaltic yang

terhambat oleh batu, bekuan darah, atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit,

namun hilang timbul, bergantung dari gerakan peristaltik ureter. Nyeri tersebut dapat

dirasakan pertama-tama didaerah sudut kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding

depan abdomen, ke region inguinal hingga kedaerah kemaluan. Seringkali nyeri ini

disertai keluhan pada system pencernaan, seperti mual dan muntah.

8. Nyeri vesika, dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi

vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli-buli.

Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai

miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti

ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang disertai hematuria.

9. Nyeri testis/epididimis. Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer

( yakni berasal dari kelainan organ di kantong skrotum ) atau refferd pain ( berasal dari

organ diluar skrotum ). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh torsio testis atau torsio

apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada

testis atau epididimis menyebabkan peregangan pada kapsulnya dan sangat nyeri. Nyeri

testis sering dirasakan pada daerah abdomen sehingga sering dianggap disebabkan

kelainan organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel,

hidrokel, maupun tumor testis.

3

Page 4: PEMERIKSAAN UROLOGI

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi.

Kelainan-kelainan pada system urogenitalia dapat memberikan manifestasi sistemik, atau

tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan system urogenitalia memang menderita penyakit

yang lain. Hipertensi, edem tungkai, dan ginekomasti dapat merupakan tanda kelainan

system urogenitalia.

Pemeriksaan umum :

- Cek tekanan darah, nadi, suhu

- Apakah pasien terganggu karena rasa sakitnya atau karena ada penyakit sistemik lain

- Lihat apakah ada tanda-tanda anemia

- Apakah ada tanda dehidrasi seperti mulut dan lidah yang kering, yang disebabkan

oleh poliuri pada diabetes

- Kelenjar getah bening yang dapat membesar pada penyebaran keganasan saluran

kemih

Pemeriksaan ginjal

Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus diperhatikan

saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh hidronefrosis

atau tumor pada daerah retroperitoneal. Palpasi dilakukan secara bimanual ( dengan dua

tangan ) . tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas,

sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan. Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok

ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.

Pemeriksaan buli-buli

Pemeriksaan buli-buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas irisan

atau operasi di suprasimfisis. Massa didaerah tersebut dapat merupakan tumor pada buli-buli

atau adanya buli-buli yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi

dapat ditentukan batas atas buli-buli.

4

Page 5: PEMERIKSAAN UROLOGI

Pemeriksaan genitalia eksterna

Pada inspeksi genitalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,

makropenis, hipospadia, epispadia, kordae, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis,

fistel uretro kutan, tumor pensi. Striktura uretra anterior yang berat dapat menyebabkan

fibrosis korpus spongiosum yang teraba pada palpasi disebelah ventral penis, berupa jaringan

keras yang kenal sebagai spongiofibrosis.

Rectal Toucher ( colok dubur )

Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk ( yang sudah diberikan pelican )

ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini yang dinilai (1) tonus sfingter ani dan reflex

bulbo-kavernous ( BCR ), (2) adanya massa di lumen rectum, dan (3) menilai keadaan

prostat. Penilaian reflex bulbo-kavernosus dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan ani

pada jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada glands penis. Pada wanita yang sudah

menikah dapat dilakukan pula vagina toucher untuk menilai kemungkinan adanya kelainan

pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah divagina, dan massa dibuli-buli.

3. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Radiologi

Sejumlah tindakan radiologi dapat di pakai untuk mengevaluasi saluran kemih. Urogram

eksrestorik atau pielogram intravena merupakan pemeriksaan radiologi ginjal yang paling

penting dan paling sering di lakukan pertama kali.

Pemeriksaan lainnya adalah : pencitraan Radionuklid ( isotopic ), CT scan, MRI ( magnetik

resonance imaging ), sistouretrografi berkemih, dan angiografi ginjal.

- Pielografi Intravena ( IVP )

Prosedur yang lazim pada PIV antara lain ; foto polos abdomen yang kemudian di

lanjutkan dengan penyuntikan medium kontras intravena. Sesudah di suntikan, maka setiap

menit selama 5 menit pertama di lakukan pengambilan foto untuk memperoleh gambaran korteks

ginjal. Dengan meneliti hasil foto pada menit ke tiga dan kelima, foto terakhir di ambil pada

menit ke 45 yang memperlihatkan kandung kemih.

5

Page 6: PEMERIKSAAN UROLOGI

Dengan memberikan bahan kontras yang mengandung medium intravena dan cepat di

keluarkan oleh ginjal, maka saluran kemih dapat terlihat di gambar rontgen.

PIV standar memiliki banyak kegunaan yaitu dapat memastikan keberadaan dan posisi ginjal

serta menilai ukuran dan bentuk ginjal. Efek berbagai penyakit terhadap kemampuan ginjal

untuk memekatkan dan mengekskresikan zat warna, dapat juga di nilai.

- Sistourogram Berkemih

Tindakan ini mencakup pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter.di

ambil foto saluran kemih bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung

kemih. Kegunaan diagnostiknya terutama untuk mencari kelainan-kelainan pada uretra (misalnya

stenosis )

- CT SCAN

Hasil radiogram memperlihatkan potongan anatomi tubuh dengan ketebalan sekitar 10

mm, sehingga patologinya dapat di identifikasi massa retroperitoneal (seperti penyebaran tumor )

yang kemungkinan akan sulit di deteksi dengan angiografi.

- Arteriogram Ginjal

Pembuluh darah ginjal dapat terlihat pada arteriogram.tindakan yang biasa di lakukan

adalah memasukan kateter melalui arteri femoralis dan aorta abdominalis sampai setinggi arteri

renalis. Zat kontras di suntikan pada tempat ini akan mengalir ke dalam arteri renalis dan cabang-

cabangnya.

Tindakan ini dapat di pakai :

1. Untuk dapat melihat stenosis arteri yang dapat menyebabkan beberapa kasus hipertensi.

2. Untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma.

3. Untuk melihat suplai darah dari korteks, misalnya yang memberikan gambaran seperti

berkas-berkas pada pielonefritis kronik.

4. Untuk menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan

transplantasi ginjal.

6

Page 7: PEMERIKSAAN UROLOGI

- MAGNETIK RESONANCE IMAGING (MRI)

MRI adalah suatu tekhnik pengambilan gambar yang non invasif tetapi dapat

memberikan informasi yang sepadan dengan CT scan ginjal. Dengan keuntungan bahwa metode

ini tidak memerlukan suatu pemaparan terhadap radiasi ion atau tidak memerlukan pemberian

medium kontras.

B. Endourologi ( Prosedur Endoscopy Urologi )

1. Pemeriksaan Sistoskopi

Merupakan metode untuk melihat langsung uretra dan kandung kemih.alat sistoskop yang

di masukan melalui uretra kedalam kandung kemih, memiliki sistem lensa optik yang sudah ada

pada alat itu sendiri sehingga akan memberikan gambar kandung kemih yang di perbesar dan

terang.

2. Brush Biopsi Ginjal dan Uretra

Teknik ini menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi

ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjang apakah kelainan tersebut

merupakan tumor, batu, atau bekuan darah.

3. Endoscopy Renal ( Nefroscopy )

Endoscopy renal merupakan pemeriksaan dengan cara memasukan fiberskop kedalam

pelvis ginjal yang melalui luka insisi (piolotomi) atau secara perkutan untuk melihat bagian di

dalam pelvis ginjal, mengeluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu

menegakkan diagnosa hematuria serta tumor renal tertentu.

C. Biopsi Ginjal

Biopsi ginjal di lakukan dengan memasukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan

renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil di daerah pinggang.

Pemeriksaan ini berguna untuk evaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan spesimen

bagi pemeriksaan mikroscopy elektro serta imunofluoresen khususnya bagi penyakit glomerulus.

7

Page 8: PEMERIKSAAN UROLOGI

D. Urinalisis dan Pemeriksaan Fungsi Ginjal

1. Urinalisis

Urinalisis dapat memberikan informasi penting yang biasanya di lakukan secara rutin pada saat

pasien masuk RS dan dalam pemeriksaan skrining pada pra operatif untuk pasien-pasien yang

menjalani pembedahan elektif.

Pemeriksaan ini mencakup :

- Observasi warna dan kejernihan urine

- Pengkajian bau urine.

- Pengukuran keasaman (pH urine normal 4,5-8,0 dan rata-rata 6,0) dan (berat jenis

urine (normal 1,025 atau lebih )

- Tes untuk memeriksa keberadaan protein (proteinuria) . Proteinuria ringan kadarnya

kurang dari 1 gram /hari dan cenderung di kaitkan dengan penyakit ginjal seperti

pyelonefritis kronis dan proteinuria berat mengeluarkan protein 3,5gram/hari dan

merupakan gambaran laboratoris dari sindrom nefrotik, glukosa (glukosuria), badan

keton dalam urine (ketonuria).

- Pemeriksaan mikroskopi sedimen urine sesudah melakukan pemusingan untuk

mendeteksi sel darah merah (hematuria), pus (piuria), bakteri (bakteriuria)

Indikasi urinalisis diagnostik saat masuk RS :

- riwayat gejala berikut :disuria,hesitancy,nyeri pinggang.

- riwayat kelainan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal : penyakit renal,penyakit

kolagen vaskular.

- hasil-hasil pemeriksaan fisik :panas yang menyebabkan tidak di ketahui ,edema

menyeluruh, ikterus.

2. Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Tes fungsi ginjal di lakukan untuk mengevaluasi berat penyakit ginjal. Pemeriksaan ini

juga akan memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi

ekskresinya. Pemeriksaan ini meliputi :

8

Page 9: PEMERIKSAAN UROLOGI

1. Kemampuan pemekatan ginjal (berat jenis dan osmslalitas urin)

Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gangguan dini fungsi ginjal.

2. Pemeriksaan klirens kreatinin. Berguna untuk mengikuti kemajuan status fungsi ginjal.

3. Pemeriksaan kadar kreatinin serum. Kadar normal 0,7-1,5/100ml. Pemeriksaan fungsi ginjal

yang mencerminkan keseimbangan antara produksi dan filtrasi oleh glomerulus.

4. Pemeriksaan kadar ureum serum.kadar normal 10-20mg/100ml.

Berfungsi sebagai indeks kapasitas ekskresi urin.

E. Ultrasound

Ultrasound atau pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarkan

kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas organ-organ dalam sistem urinarius akan

menghasilkan gambar-gambar ultrasound yuang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan,

massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat di identifikasi.

F. Pemeriksaan Mikroskopik dan Bakteriologi

1. Pemeriksaan Mikroskopi

Pemeriksaan mikroskopi di lakukan pada spesimen urin. Pemeriksaan bakteriologi berguna

untuk memilih antibiotika sebagai terapi yang paling efisien.

Contoh-contoh pemeriksaan yang bisa di liat dari status pasien :

- Reduksi benedit

Merupakan pemeriksaan yang di pakai untuk mengetahui apakah terjadi perubahan metabolik,

warna urine, dan DM.

- Sedimen urin

Dalam pemeriksaan ini yang dilihat adalah eritrosit, kristal, proteinuria. Dalam keadaan normal

hanya mengandung sedikit leukosit, beberapa sel epitel dan sedikit lendir. Pada radang saluran

kemih di temukan banyak leukosit dalam sedimen, sedangkan kuman penyebab penyakit dapat di

temukan pada biakan dari urin. Pada penderita kencing batu dapat di temukan kristal. Jika ada

dugaan tumor ganas pada saluran kemih dapat dilakukan pemeriksaan sitologik.

9

Page 10: PEMERIKSAAN UROLOGI

DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Wilson LM, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, vol 2,

Jakarta, Penerbit buku kedokteran, 2006.

2. Purnomo, B.B. Dasar-dasar Urologi ( Edisi kedua ). Sagung Seto, Jakarta, 2008.

3. Smith’s General Urology, 15th Ed, Tanagho EA, McAninch JW ( eds ), Lange Medical

Books/McGraw-Hill, 2000.

10