PEMERIKSAAN UROLOGI
Transcript of PEMERIKSAAN UROLOGI
PENDAHULUAN
Untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan urologi, seorang dokter dituntut untuk dapat
melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan sistematik mulai dari:
1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang
digali melalui anamnesis yang sistematik,
2. Pemeriksaan obyektif yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mencari
data-data obyektif mengenai keadaan pasien,
3. Pemeriksaan penunjang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi
atau imaging, uroflometri, elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi
1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anamnesis dan Riwayat Penyakit
Anamnesis yang sistematik mencakup:
1. Keluhan utama pasien
2. Riwayat penyakit lain yang pernah dideritanya maupun pernah diderita keluarganya, dan
3. Riwayat penyakit yang diderita saat ini
Pasien datang ke dokter mungkin dengan keluhan :
1. Sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan urologi, seperti malaise, pucat, uremia
yang merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi, dan
2. Lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.
Adapun gejala yang dikeluhkan pasien dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Gangguan berkemih. Gejala obstruksi pada pria biasanya disebabkan paling banyak oleh
gangguan prostat ( pembesaran kelenjar prostat dan kanker prostat ). Biasanya pasien
akan mengeluh kencing tidak lampias, pancaran berkemih lemah dan sensasi ingin
berkemih.
2. Gejala-gejala pada gangguan prostat dapat diperiksa dengan menggunakan International
Prostate Symptom Score ( IPSS ), tapi hal ini tidak memberikan gambaran derajat
pembesaran prostat atau patologi terjadinya pembesaran prostat. Obstruksi yang komplit
dapat mengakibatkan urin tidak bisa keluar atau inkontinensia overflow.
3. Nyeri. Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dirasakan sebagai nyeri lokal ( nyeri yang dirasakan disekitar organ tersebut ) atau berupa
reffered pain ( nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit ). Inflamasi akut
pada organ traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan
karena regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut. Maka dari pada itu pielonefritis,
prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ
berongga seperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang nyaman atau discomfort.
4. Nyeri pinggang. Batu pada calculi dapat menyebabkan obstruksi ureter dan nyeri
pinggang yang menjalar ke simfisis pubis atau testis. Nyeri yang tiba-tiba pada kolik
2
renal atau retensi urin yang akut sangat kontras berbeda dengan tumor pada ginjal atau
pertumbuhan lambat gejala-gejala yang menyebabkan obstruksi urin. Tanyakan juga
mengenai hematuri atau inkontinensia.
5. Inkontinensia urin : stress incontinence, instabilitas dari detrusor, detrusor underactivity
atau obstruksi uretra.
6. Nyeri ginjal, terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada
pielonefritis akut yang menimbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang
menyebabkan hidronefritis, atau pada tumor ginjal.
7. Nyeri kolik, terjadi pada spame otot polos ureter karena gerakan peristaltic yang
terhambat oleh batu, bekuan darah, atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit,
namun hilang timbul, bergantung dari gerakan peristaltik ureter. Nyeri tersebut dapat
dirasakan pertama-tama didaerah sudut kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding
depan abdomen, ke region inguinal hingga kedaerah kemaluan. Seringkali nyeri ini
disertai keluhan pada system pencernaan, seperti mual dan muntah.
8. Nyeri vesika, dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi
vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli-buli.
Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai
miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang disertai hematuria.
9. Nyeri testis/epididimis. Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer
( yakni berasal dari kelainan organ di kantong skrotum ) atau refferd pain ( berasal dari
organ diluar skrotum ). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh torsio testis atau torsio
apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada
testis atau epididimis menyebabkan peregangan pada kapsulnya dan sangat nyeri. Nyeri
testis sering dirasakan pada daerah abdomen sehingga sering dianggap disebabkan
kelainan organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel,
hidrokel, maupun tumor testis.
3
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi.
Kelainan-kelainan pada system urogenitalia dapat memberikan manifestasi sistemik, atau
tidak jarang pasien-pasien dengan kelainan system urogenitalia memang menderita penyakit
yang lain. Hipertensi, edem tungkai, dan ginekomasti dapat merupakan tanda kelainan
system urogenitalia.
Pemeriksaan umum :
- Cek tekanan darah, nadi, suhu
- Apakah pasien terganggu karena rasa sakitnya atau karena ada penyakit sistemik lain
- Lihat apakah ada tanda-tanda anemia
- Apakah ada tanda dehidrasi seperti mulut dan lidah yang kering, yang disebabkan
oleh poliuri pada diabetes
- Kelenjar getah bening yang dapat membesar pada penyebaran keganasan saluran
kemih
Pemeriksaan ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus diperhatikan
saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh hidronefrosis
atau tumor pada daerah retroperitoneal. Palpasi dilakukan secara bimanual ( dengan dua
tangan ) . tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas,
sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan. Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok
ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.
Pemeriksaan buli-buli
Pemeriksaan buli-buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas irisan
atau operasi di suprasimfisis. Massa didaerah tersebut dapat merupakan tumor pada buli-buli
atau adanya buli-buli yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi
dapat ditentukan batas atas buli-buli.
4
Pemeriksaan genitalia eksterna
Pada inspeksi genitalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,
makropenis, hipospadia, epispadia, kordae, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis,
fistel uretro kutan, tumor pensi. Striktura uretra anterior yang berat dapat menyebabkan
fibrosis korpus spongiosum yang teraba pada palpasi disebelah ventral penis, berupa jaringan
keras yang kenal sebagai spongiofibrosis.
Rectal Toucher ( colok dubur )
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk ( yang sudah diberikan pelican )
ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini yang dinilai (1) tonus sfingter ani dan reflex
bulbo-kavernous ( BCR ), (2) adanya massa di lumen rectum, dan (3) menilai keadaan
prostat. Penilaian reflex bulbo-kavernosus dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan ani
pada jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada glands penis. Pada wanita yang sudah
menikah dapat dilakukan pula vagina toucher untuk menilai kemungkinan adanya kelainan
pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah divagina, dan massa dibuli-buli.
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Radiologi
Sejumlah tindakan radiologi dapat di pakai untuk mengevaluasi saluran kemih. Urogram
eksrestorik atau pielogram intravena merupakan pemeriksaan radiologi ginjal yang paling
penting dan paling sering di lakukan pertama kali.
Pemeriksaan lainnya adalah : pencitraan Radionuklid ( isotopic ), CT scan, MRI ( magnetik
resonance imaging ), sistouretrografi berkemih, dan angiografi ginjal.
- Pielografi Intravena ( IVP )
Prosedur yang lazim pada PIV antara lain ; foto polos abdomen yang kemudian di
lanjutkan dengan penyuntikan medium kontras intravena. Sesudah di suntikan, maka setiap
menit selama 5 menit pertama di lakukan pengambilan foto untuk memperoleh gambaran korteks
ginjal. Dengan meneliti hasil foto pada menit ke tiga dan kelima, foto terakhir di ambil pada
menit ke 45 yang memperlihatkan kandung kemih.
5
Dengan memberikan bahan kontras yang mengandung medium intravena dan cepat di
keluarkan oleh ginjal, maka saluran kemih dapat terlihat di gambar rontgen.
PIV standar memiliki banyak kegunaan yaitu dapat memastikan keberadaan dan posisi ginjal
serta menilai ukuran dan bentuk ginjal. Efek berbagai penyakit terhadap kemampuan ginjal
untuk memekatkan dan mengekskresikan zat warna, dapat juga di nilai.
- Sistourogram Berkemih
Tindakan ini mencakup pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter.di
ambil foto saluran kemih bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung
kemih. Kegunaan diagnostiknya terutama untuk mencari kelainan-kelainan pada uretra (misalnya
stenosis )
- CT SCAN
Hasil radiogram memperlihatkan potongan anatomi tubuh dengan ketebalan sekitar 10
mm, sehingga patologinya dapat di identifikasi massa retroperitoneal (seperti penyebaran tumor )
yang kemungkinan akan sulit di deteksi dengan angiografi.
- Arteriogram Ginjal
Pembuluh darah ginjal dapat terlihat pada arteriogram.tindakan yang biasa di lakukan
adalah memasukan kateter melalui arteri femoralis dan aorta abdominalis sampai setinggi arteri
renalis. Zat kontras di suntikan pada tempat ini akan mengalir ke dalam arteri renalis dan cabang-
cabangnya.
Tindakan ini dapat di pakai :
1. Untuk dapat melihat stenosis arteri yang dapat menyebabkan beberapa kasus hipertensi.
2. Untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma.
3. Untuk melihat suplai darah dari korteks, misalnya yang memberikan gambaran seperti
berkas-berkas pada pielonefritis kronik.
4. Untuk menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan
transplantasi ginjal.
6
- MAGNETIK RESONANCE IMAGING (MRI)
MRI adalah suatu tekhnik pengambilan gambar yang non invasif tetapi dapat
memberikan informasi yang sepadan dengan CT scan ginjal. Dengan keuntungan bahwa metode
ini tidak memerlukan suatu pemaparan terhadap radiasi ion atau tidak memerlukan pemberian
medium kontras.
B. Endourologi ( Prosedur Endoscopy Urologi )
1. Pemeriksaan Sistoskopi
Merupakan metode untuk melihat langsung uretra dan kandung kemih.alat sistoskop yang
di masukan melalui uretra kedalam kandung kemih, memiliki sistem lensa optik yang sudah ada
pada alat itu sendiri sehingga akan memberikan gambar kandung kemih yang di perbesar dan
terang.
2. Brush Biopsi Ginjal dan Uretra
Teknik ini menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi
ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjang apakah kelainan tersebut
merupakan tumor, batu, atau bekuan darah.
3. Endoscopy Renal ( Nefroscopy )
Endoscopy renal merupakan pemeriksaan dengan cara memasukan fiberskop kedalam
pelvis ginjal yang melalui luka insisi (piolotomi) atau secara perkutan untuk melihat bagian di
dalam pelvis ginjal, mengeluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu
menegakkan diagnosa hematuria serta tumor renal tertentu.
C. Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal di lakukan dengan memasukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan
renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil di daerah pinggang.
Pemeriksaan ini berguna untuk evaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan spesimen
bagi pemeriksaan mikroscopy elektro serta imunofluoresen khususnya bagi penyakit glomerulus.
7
D. Urinalisis dan Pemeriksaan Fungsi Ginjal
1. Urinalisis
Urinalisis dapat memberikan informasi penting yang biasanya di lakukan secara rutin pada saat
pasien masuk RS dan dalam pemeriksaan skrining pada pra operatif untuk pasien-pasien yang
menjalani pembedahan elektif.
Pemeriksaan ini mencakup :
- Observasi warna dan kejernihan urine
- Pengkajian bau urine.
- Pengukuran keasaman (pH urine normal 4,5-8,0 dan rata-rata 6,0) dan (berat jenis
urine (normal 1,025 atau lebih )
- Tes untuk memeriksa keberadaan protein (proteinuria) . Proteinuria ringan kadarnya
kurang dari 1 gram /hari dan cenderung di kaitkan dengan penyakit ginjal seperti
pyelonefritis kronis dan proteinuria berat mengeluarkan protein 3,5gram/hari dan
merupakan gambaran laboratoris dari sindrom nefrotik, glukosa (glukosuria), badan
keton dalam urine (ketonuria).
- Pemeriksaan mikroskopi sedimen urine sesudah melakukan pemusingan untuk
mendeteksi sel darah merah (hematuria), pus (piuria), bakteri (bakteriuria)
Indikasi urinalisis diagnostik saat masuk RS :
- riwayat gejala berikut :disuria,hesitancy,nyeri pinggang.
- riwayat kelainan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal : penyakit renal,penyakit
kolagen vaskular.
- hasil-hasil pemeriksaan fisik :panas yang menyebabkan tidak di ketahui ,edema
menyeluruh, ikterus.
2. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Tes fungsi ginjal di lakukan untuk mengevaluasi berat penyakit ginjal. Pemeriksaan ini
juga akan memberikan informasi tentang efektifitas ginjal dalam melaksanakan fungsi
ekskresinya. Pemeriksaan ini meliputi :
8
1. Kemampuan pemekatan ginjal (berat jenis dan osmslalitas urin)
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gangguan dini fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan klirens kreatinin. Berguna untuk mengikuti kemajuan status fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan kadar kreatinin serum. Kadar normal 0,7-1,5/100ml. Pemeriksaan fungsi ginjal
yang mencerminkan keseimbangan antara produksi dan filtrasi oleh glomerulus.
4. Pemeriksaan kadar ureum serum.kadar normal 10-20mg/100ml.
Berfungsi sebagai indeks kapasitas ekskresi urin.
E. Ultrasound
Ultrasound atau pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarkan
kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas organ-organ dalam sistem urinarius akan
menghasilkan gambar-gambar ultrasound yuang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan,
massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat di identifikasi.
F. Pemeriksaan Mikroskopik dan Bakteriologi
1. Pemeriksaan Mikroskopi
Pemeriksaan mikroskopi di lakukan pada spesimen urin. Pemeriksaan bakteriologi berguna
untuk memilih antibiotika sebagai terapi yang paling efisien.
Contoh-contoh pemeriksaan yang bisa di liat dari status pasien :
- Reduksi benedit
Merupakan pemeriksaan yang di pakai untuk mengetahui apakah terjadi perubahan metabolik,
warna urine, dan DM.
- Sedimen urin
Dalam pemeriksaan ini yang dilihat adalah eritrosit, kristal, proteinuria. Dalam keadaan normal
hanya mengandung sedikit leukosit, beberapa sel epitel dan sedikit lendir. Pada radang saluran
kemih di temukan banyak leukosit dalam sedimen, sedangkan kuman penyebab penyakit dapat di
temukan pada biakan dari urin. Pada penderita kencing batu dapat di temukan kristal. Jika ada
dugaan tumor ganas pada saluran kemih dapat dilakukan pemeriksaan sitologik.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, vol 2,
Jakarta, Penerbit buku kedokteran, 2006.
2. Purnomo, B.B. Dasar-dasar Urologi ( Edisi kedua ). Sagung Seto, Jakarta, 2008.
3. Smith’s General Urology, 15th Ed, Tanagho EA, McAninch JW ( eds ), Lange Medical
Books/McGraw-Hill, 2000.
10