Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

34
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN PENGUKURAN TEKANAN VENA JUGULARIS Pemeriksaan diagnostik fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa frekwensi denyut jantung, pulsasi arteri, pulsasi vena jugularis, dan akhirnya pemeriksaan jantung. Pada keterampilan pemeriksaan fisik ini tidak memuat pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi karena sudah diajarkan sebelumnya dalam keterampilan pemeriksaan tanda vital. Pemeriksaan diagnostik fisik kardiovaskuler : Tujuan pembelajaran : Tujuan Umum : Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis sebagai gambaran ukuran tekanan rata-rata atrium kanan Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis 2. Mahasiswa mampu menentukan Tekanan Vena Jugularis dengan benar TEKANAN DAN PULSASI VENA JUGULARIS Dalam menilai tekanan vena jugularis ( Jugular venous pressure/JVP) vena-vena cervicalis membentuk suatu manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan oleh karena itu dapat digunakan untuk mengukur tekanan ratarata atrium kanan (tekanan vena sentral/ central venous pressure (CVP)). Selain itu vena-vena cervicalis dapat memberi informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan. 1

description

keterampilan medik

Transcript of Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Page 1: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

KETRAMPILAN PEMERIKSAANPENGUKURAN TEKANAN VENA JUGULARIS

Pemeriksaan diagnostik fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan

tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa frekwensi denyut jantung, pulsasi

arteri, pulsasi vena jugularis, dan akhirnya pemeriksaan jantung. Pada keterampilan

pemeriksaan fisik ini tidak memuat pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi karena

sudah diajarkan sebelumnya dalam keterampilan pemeriksaan tanda vital.

Pemeriksaan diagnostik fisik kardiovaskuler :

Tujuan pembelajaran :

Tujuan Umum :

Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis sebagai gambaran

ukuran tekanan rata-rata atrium kanan

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan Tekanan

Vena Jugularis

2. Mahasiswa mampu menentukan Tekanan Vena Jugularis dengan benar

TEKANAN DAN PULSASI VENA JUGULARIS

Dalam menilai tekanan vena jugularis ( Jugular venous pressure/JVP) vena-vena

cervicalis membentuk suatu manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium

kanan oleh karena itu dapat digunakan untuk mengukur tekanan ratarata atrium kanan

(tekanan vena sentral/ central venous pressure (CVP)). Selain itu vena-vena cervicalis

dapat memberi informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan.

Tekanan darah vena sistemik jauh lebih rendah dibandingkan dengan tekanan

arterial. Ini tergantung pada kuatnya kontraksi ventrikel kiri. Determinator penting lainnya

dari tekanan vena sistemik adalah volume darah dan kapasitas jantung kanan untuk

menerima darah dan memompanya ke dalam sistem arteri pulmonalis. Apabila ada

faktor tersebut yang tidak normal, maka terjadi ketidaknormalan pada tekanan vena.

Contohnya, tekanan vena akan turun apabila volume darah turun atau bila output

ventrikel kiri menurun; tekanan vena naik apabilaterjadi kegagalan jantung kanan, atau

kenaikan tekanan pada ruang perikardium yang menghambat kembalinya darah ke

atrium kanan.

1

Page 2: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Tekanan vena diukur dari titik nol di atrium kanan. Karena sulit mendapatkan titik ini

pada pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang stabil, yaitu angulus

sternalis. Baik dalam posisi tegak atau berbaring, angulus sternalis kira-kira terletak 5

cm di atas atrium kanan.

Walaupun pengukuran tekanan vena dapat dilakukan di mana saja pada sistema

vena, perkiraan tekanan atrial kanan, dengan sendirinya berarti juga menunjukkan

fungsi jantung kanan, sehingga dilakukan peneriksaan pada vena jugularis interna.

Apabila sulit menemukan vena jugularis interna, dapat dipakai vena jugularis externa.

Tingginya tekanan vena ditentukan dengan menemukan titik di mana vena jugularis

externa mulai kolaps. Jarak vertikal dalam sentimeter antara titik ini dengan angulus

sternalis menentukan besarnya tekanan vena.

JVP yang meningkat mencerminkan peningkatan tekanan akhir diastol ventrikel

kanan . Bila ditemukan JVP meningkat tetapi vena servikalis tidak tampak berdenyut

perlu diwaspadai kemungkinan obstruksi vena cava superior.

Gambar 1. Struktur di daerah pemeriksaan JVP

Denyut Vena dileher dapat dibedakan dengan denyut arteri antara lain :

Denyut vena dapat menghilang dengan tekanan ringan pada vena dipangkal

leher

Denyut biasanya bervariasi sesuai pernapasan dan dapat dinaikkan dengan

menekan abdomen atas kuat-kuat.

Denyutan vena biasanya berupa denyutan cepat yang mengarah kedalam ,

sedangkan denyut arteri biasanya mengarah ke luar.

2

Page 3: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Jika vena jugularis eksterna di tekan pada fossa supraklavicularis, vena akan

terisi dari atas dan dapat pula di kosongkan dengan penekanan yang lebih tinggi

pada leher dengan pelepasan penekanan di bagian bawah.

Peninggian tekanan vena jugularis yang mencerminkan peningkatan tekanan atrium

kanan dapat ditemukan pada gangguan pengosongan atrium kanan akibat stenosis

katup trikuspid. Peningkatan resistensi pengisian ventrikel kanan akibat gagal jantung,

regurgitasi trikuspid, distensibilitas jantung yang menurun karena tamponade jantung

atau konstriksi perikardia.

Tekanan vena juga dapat meningkat pada kecemasan, sirkulasi hiperkinetik seperti

demam juga dapat menyebabkan peningkatan JVP. Sumbatan sebagian vena cava

superior oleh massa di mediastinum bahkan bisa menyebabkan JVP yang sangat tinggi.

Tetapi jika sumbatannya penuh atau hampir penuh maka pulsasi mungkin tidak atau

hampir tak nampak

Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis

Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal, dan otot

strenomastoideus dalam keadaan relaks. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 45

derajad, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.

Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak, kemudian

dengan penggaris ukurlah jarak vertikal antara titik ini dengan angulus sternalis.

Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda dapat

mencari pulsasi vena jugularis externa.

Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini

mempengaruhi hasil pemeriksaan.

3

Page 4: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gambar 2. Teknik pengukuran JVP

Teknik pemeriksaan tekanan vena jugularis

Cara pengukuran tekanan vena adalah dengan cara langsung dan tidak langsung.

1. Cara Langsung

Titik-titik pengukuran

Titik acuan adalah bidang horizontal melalui tempat sambungan iga ke-2

dengan sternum

Titik nol adalah tempat dimana tekanan sama dengan nol, terletak setinggi titik

tengah atrium kanan

Jarak titik acuan ke titik nol pada orang dewasa adalah 5 cm (R) , jarak ini

konstan.

Alat yang digunakan : kateter Swan-Ganz dan manometer

Teknik pengukuran :

Penderita berbaring dengan lengan diletakkan 5 cm dibawah titik acuan (jadi

setinggi atrium kanan). Jarum dimasukkan dalam vena brakhialis clan dihubungkan

dengan manometer air. Kemudian tekanan dibaca pada manometer

2. Cara tidak langsung (gambar 3dan gambar 4)

Alat yang dibutuhkan : penggaris

Menurut Lewis Brost, sebagai pengganti manometer dipakai vena jugularis .

Pasien berbaring dan leher harus lemas. Tentukan vena jugularis eksterna kanan.

Vena ditekan dengan jari mula-mula disebelah bawah (proksimal) dekat klavikula,

lalu disebelah atas (distal) dekat mandibula dengan jari lain. Kemudian tekanan oleh

jari pertama dilepaskan. Lihat sampai dimana vena terisi waktu inspirasi biasa.

Tingginya diukur dari titik acuan. Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang

melalui angulus sternalis (patokan jarak dari vena cava superior ± 5 cm/selanjutnya

disebut R cm)

4

Page 5: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Bila permukaan titik kolaps vena jugularis berada 5 cm dibawah bidang horizontal

yang melalui angulus sternalis, maka tekanan vena jugularis (JVP) sama dengan R-

5 cm H2O, sedangkan bila titik kolapsnya berada 2 cm diatas berarti CVP R + 2 cm

H2O.

Bila hasil CVP kiri dan kanan berbeda, maka diambil JVP yang lebih rendah

Pada gagal jantung kanan hebat dengan vena jugularis yang terisi penuh sampai

mandibula, pasien harus ditinggikan letak kepalanya. Pada keadaan normal dengan

tekanan vena normal, kadang-kadang kepala harus diturunkan agar vena dapat terisi

sampai kira-kira dipertengahan leher. Peninggian dan penurunan letak kepala pasien

tidak akan mengubah tekanan vena oleh karena jarak R merupakan jari-jari konstan

suatu bola dengan pusat atrium kanan sebagai titik pusatnya.

Pengukuran tekanan vena dileher (cara tidak langsung) tidak dapat dipercaya

pada anak-anak karena leher terlalu pendek atau pada pasien dengan struma karena

struma mungkin menekan vena jugularis. Tekanan vena meninggi pada gagal jantung

kanan, perikarditis konstriktiva.

Bendungan vena kava superior dapat diketahui dan diukur di vena jugularis

dengan cara Lewis Brost (pengukuran tekanan vena). Bendungan di vena pulmonalis

(gagal Jantung kiri) tidak dapat diukur dengan cara Lewis Brost atau dengan cara

langsung (menggunakan manometer air pada vena brakhialis), tetapi harus

menggunakan penyadapan jantung kanan (dengan menggunakan kateter Swan-Ganz).

Gambar 3. ilustrasi JVP pada berbagai posisi (A.0 derajat, B. 45 derajat C. 90derajat)

5

Page 6: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gambar 4. ilustrasi pengukuran JVP cara tidak langsung

6

Page 7: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Daftar Pustaka

1. Constant J., Bedside Cardiology. 4rd Edition. Little Brown and Company. United State.

2. Daere J., Kopelman,P. 2004. BUKU SAKU KETERAMPILAN KLINIS Jane Daere, EGC

3. Ford J.M., Hennessey,I. and Japp,A. 2005.INTRODUCTION TO CLINICAL EXAMINATION. 8 ed Elsevier

4. Robertson,N.D. 2005 MACLEODS CLINICAL EXAMINATION 11 ed. 5. Stone,C.K., Humphries. 2002 CURRENT EMERGENCY DIAGNOSTIC and

TREATMENT. 6. Swartz,H.M. 1995. BUKU AJAR DIAGNOSTIK FISIK. EGC

7

Page 8: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Check-list Pemeriksaan tekanan vena Jugularis

PEMERIKSAAN TEKANAN VENA JUGULARIS 0 1 2

1. Pemeriksa menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

2. Penderita diminta berbaring rileks tanpa bantal, bila titik

kolaps tidak nampak penderita diminta memakai bantal

3. Penderita berbaring dengan kepala membuat sudut 45

derajat

4. Leher penderita harus diluruskan dan rileks

5. Lakukan penekanan pada vena jugularis di bawah angulus

mandibula dan kemudian cari dan tentukan titik kolaps

6. Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang melalui

angulus sternalis (patokan jarak dari vena cava superior ± 5

cm/selanjutnya disebut R cm)

7. Tentukan JVP kiri dan kanan

8. Bila hasil CVP kiri dan kanan berbeda, maka diambil CVP

yang lebih rendah dan catat hasil pengukuran

8

Page 9: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

PEMERIKSAAN FISIK

JANTUNG NORMAL

Pendahuluan

Pemeriksaan diagnostik fisik sistem kardiovaskuler (jantung) tidak beda jauh

dengan pemeriksaan sistem lain yaitu secara berurutan dilakukan pemeriksaan melihat

(inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).

Pemeriksaan diagnostik fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan

tekanan darah dan denyut nadi. Kemudian diperiksa frekwensi denyut jantung, pulsasi

arteri, pulsasi vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan fisis jantung. Pada

keterampilan pemeriksaan fisik kardiovaskuler ini tidak memuat pemeriksaan tekanan

darah dan denyut nadi karena sudah diajarkan sebelumnya dalam keterampilan

pemeriksaan tanda vital.

Sasaran Pelatihan

Standar kompetensi:

Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan diagnostik fisik kardiovaskuler

Kompetensi dasar :

3. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik

4. Mahasiswa mampu memeriksa Tekanan Vena Jugularis

5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi jantung secara benar

PROYEKSI ]ANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR PADA DINDING DADA

ANTERIOR

Jantung dan pembuluh darah besar berada dalam rongga dada, sehingga dapat

diperiksa pada dinding depan dada sebagai refleksi posisi anatomisnya. Sebagian besar

dari permukaan depan jantung disusun oleh ventrikel kanan. Ventrikel ini bersama

dengan arteria pulmonalis merupakan suatu bentuk baji yang terletak di belakang dan di

sebelah kiri strenum. Batas bawah ventrikel kanan terletak setinggi perbatasan antara

sternum dengan processus xiphoideus. Kemudian ventrikel kanan ini menyempit ke atas

9

Page 10: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

dan bersatu dengan arteria pulmonalis pada daerah kartilago costa ke-3 kiri di dekat

sternum.

Gambar 1. Refleksi posisi jantung kanan

Ventrikel kiri, yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan

jantung, terletak di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Walaupun demikian

ventrikel kiri ini penting secara klinis, karena merupakan batas kiri jantung dan

menentukan iktus kordis. Iktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis sekilas yang

biasanya ditemukan pada spatium interkosta ke-5 7-9 cm dari linea midsternalis.

10

Page 11: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gambar 2. Refleksi posisi jantung kiri

Batas kanan jantung disusun oleh atrium kanan. Atrium kiri terletak di belakang,

dan tidak dapat diperiksa secara langsung. Walaupun demikian, sebagian kecil dari

atrium ini membentuk sebagian dari batas kiri jantung dengan arteria pulmonalis dan

ventrikel kiri .

Diatas jantung terdapat pembuluh darah besar. arteria pulmonalis, bercabang

menjadi cabang kanan dan kiri. Aorta, melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah

angulus sternalis, kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah. Di sebelah kanan,

vena kava superior masuk ke atrium kanan.

Gambar 3. Siklus aliran darah jantung

Vena kava inferior juga masuk ke atrium kanan. Vena kava superior dan inferior

membawa darah vena dari bagian tubuh atas dan bawah

11

Page 12: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

SIKLUS JANTUNG:

Gambar 4. siklus irama jantung

Selama sistole, ventrikel berkontraksi, menyebabkan kenaikan tekanan mendadak

yang kemudian diikuti oteh memancarnya darah. Pada waktu ventrikel

relaks selama diastole, tekanan turun sampai hampir nol. Pada diastole akhir, terdapat

sedikit kenaikan tekanan yang disebabkan oleh ada sedikit darah yang masuk ke

ventrikel karena kontraksi atrium.

Saat sistole, katub aorta terbuka, diikuti pancaran darah dario ventri-kel ke aorta.

Katub mitral tertutup, untuk mencegah agar darah tidak regurgitasi ke atrium kiri.

Sebaliknya, selama diastole, katub aortic tertutup, untuk mencegah regurgitasi darah

dari aorta ke ventrikel kiri. Katup mitral terbuka, sehingga darah dari atrium kiri mengalir

ke ventrikel kiri.

Selama diastole, tekanan di dalam atrium kiri yang terisi darah sedikit lebih tinggi

dari pada tekanan di dalam ventrikel kiri, sehingga darah mengalir dari atrium kiri ke

ventrikel kiri melalui katup mitral yang terbuka. Sesaat sebelum mulainya sistole,

kontraksi atrial menyebabkan sedikit kenaikan tekanan pada kedua ruang ini.

Pada waktu ventrikel mulai berkontraksi, tekanan di dalammya dengan tiba-tiba

meningkat melebihi tekanan atrial, sehingga menyebabkan katup mitral tertutup.

Penutupan katub mitral ini yang menyebabkan suara jantung pertama (S1).

12

Page 13: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gambar 5. Siklus bunyi jantung S1 dan S2

Gambar 6. Siklus bunyi jantung

Gambar 7. Bunyi jantung pertama

Pada waktu tekanan di dalam ventrikel terus bertambah, tekanan menjadi lebih

besar dari pada tekanan diastolik di aorta, menyebabkan terbukanya katub aorta.

13

Page 14: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Membukanya katub aorta tidak selalu terdengar, tetapi pada beberapa keadaan

patologis, suara ini terdengar disertai oleh suara pancaran dari awal sistolik.

Gambar 8. Spiliting bunyi jantung pertama

Pada waktu ventrikel memompakan sebagian besar darahnya, tekanan ventrikel

menjadi turun. Pada waktu tekanan ventrikel berada di bawah tekanan aorta, katub

aorta menutup. Menutupnya katub aorta ini menyebabkan timbulnya suara jantung

kedua (S2)

Gambar 9. Bunyi jantung kedua

Ketika tekanan di dalam ventrikel terus menurun selama relaksasi ventrikel

sehingga lebih rendah dari pada tekanan aorta, katub mitral akan terbuka. Biasanya ini

tidak terdengar, tetapi kadang-kadang terdengar sebagai opening snap pada keadaan

stenosis mitralis.

.

Gambar. 10 opening snap pada stenosis mitralis

14

Page 15: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Periode berikutnya adalah pengisian darah ke ventrikel dengan capat pada

waktu diastole awal dimana darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Pada anak-anak

atau dewasa muda suara ini bisa terdengar sebagai suara jantung ketiga (S3)

Gambar 11. bunyi jantung ketiga

Akhirnya, walaupun tidak terdengar pada dewasa normal, suara jantung ke

empat menandai kontraksi atrium. Suara ini sedikit mendahului suara jantung pertama.

Gambar. 12. Suara jantung keempat

SPLITTING SUARA JANTUNG:

Pada waktu yang sama dengan kejadian-kejadian di jantung sebelah kiri, terjadi

pula perubahan yang sama pada jantung kanan, yaitu pada Atrium kanan, Ventrikel

kanan, katup trikuspidalis, katup pulmonalis, dan arteria pulmonalis. Tekanan pada

ventrikel kanan dan arteria pulmonalis lebih rendah dari tekanan (ventrikel kiri dan aorta)

di sebelah kiri sehingga kejadian-kejadian pada jantung kanan biasanya terjadi sedikit

lebih lambat dari sebelah kiri. Akibatnya, anda dapat mendengar suara yang terpecah

(bukan satu suara yang bulat), yang terdengar awal berasal dari penutupan katup di

sebelah kiri, dan yang terdengar kemudian berasal dari penutupan katup di sebelah

kanan.

Pada suara jantung kedua, terdapat dua komponen, yaitu A2 dan P2 yang berasal

dari penutupan katup aorta dan katup arteria pulmonalis. Pada waktu expirasi, kedua

15

Page 16: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

suara ini terdengar sebagai satu suara (S2), sedangkan pada waktu inspirasi S2 ini

pecah menjadi dua komponen.

Suara jantung pertama juga terdiri dari dua komponen, yaitu dari katup mitralis

yang terdengar lebih awal, dan dari katup trikuspidal yang terdengar kemudian. Suara

mitral, sebagai komponen utama, terdengar lebih keras, menunjukkan lebih tingginya

tekanan pada jantung kiri. Suara mitral ini dapat didengarkan pada daerah prekordial,

dan paling keras terdengar di daerah apex cardial. Suara komponen trikuspidalis yang

lebih lemah dapat terdengar di batas kiri sternal bawah, sehingga di daerah inilah

pemisahan suara jantung pertama dapat didengarkan. Pemisahan ini tidak dipengaruhi

oleh respirasi, dan tidak selalu terdengar.

Gambar 13. fisiologi splitting bunyi jantung kedua

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG.

Pemeriksaan jantung pada umumnya dilakukan dengan penderita dalam posisi

berbaring terlentang dengan sudut 45 derajad dengan mengelevasi ujung tempat tidur.

Pada waktu pemeriksaan terhadap wanita dengan payudara yang besar, singkirkan

payudara ke atas atau ke lateral. Mintalah penderita untuk melakukannya sendiri. Ruang

pemeriksaan harus tenang.

Semua kelainan yang didapat didiskripsi sesuai dengan:

1. Waktu terjadinya, hubungannya dengan siklus jantung.

2. Lokasinya pada dinding dada, sebutkan dengan menghubungkannya dengan

spatium intercosta, dan jaraknya dari linea midsternalis, linea midclavikularis,

atau linea axillaris.

3. Bagaimana pengaruh manuver khusus, misalnya posisi, atau pernafasan.

Alat yang dibutuhkan : Stetoskop, probandus / manekin / Auscultation trainer dan

Smartscope / Amplifier speaker system / Dual head training stetoscope.

16

Page 17: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

INSPEKSI

Pada waktu memulai inspeksi, dimulai dari arah kaki penderita di tempat tidur untuk

mengamati ada tidaknya asimetris dinding dada (bentuk dada).

Kembalilah ke sisi sebelah kanan tempat tidur dan lakukan inspeksi pada dinding

depan dada dengan cermat, perhatikan adanya pulsasi. Perhatikan 5 tempat pada

dinding dada seperti gambar di bawah ini.

Gambar 14. Orientasi daerah inspeksi

Dengan melakukan inspeksi pada dinding dada bagian depan, kadang anda dapat

melihat pulsasi kardiovaskuler. Kadang-kadang anda bahkan dapat melihat gerakan

ventrikuler tanpa perlu merabanya. Selain itu, pulsasi akan membantu anda

menempatkan jari anda pada palpasi.

17

Page 18: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

PALPASI

Dengan palpasi, informasi yang didapatkan akan lebih banyak. Palpasi dapat di

gunakan untuk mengevaluasi impuls apikal, arteri pulmonalis,gerakan ventrikel kanan

dan kiri. Pada waktu merasakan impuls yang menyertai suara jantung, gunakan

permukaan bawah dari ujung jari anda ( dapat dilakukan pada posis duduk atau

berbaring). Pada waktu merasakan suara bernada rendah seperti S3 dan S4, gunakanlah

tekanan yang ringan saja, dan untuk merasakan getaran suara bernada tinggi seperti S1

dan S2, gunakan tekanan yang lebih kuat.

Gambar 15. teknik palpasi apeks jantung posisi duduk dan baring

Anda dapat pula merasakan getaran yang menyertai bising jantung yang keras.

Getaran ini, seperti halnya fremitus, biasanya paling jelas dirasakan melalui tulang.

Getaran (thrills) dari daerah apex paling jelas dirasakan dengan penderita dalam posisi

berbaring pada sisi kiri badannya, dengan menahan nafas pada ekspirasi. Thrills yang

berasal dari aorta atau arteri pulmonalis paling jelas dirasakan dengan penderita

berbaring telentang atau duduk condong ke depan. Untuk dapat mengetahui fase dari

18

Page 19: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

siklus jantung, anda dapat merasakan impuls pulsasi arteria karotis sambil rnempalpasi

dinding dada. Impuls pulsasi karotis sesuai dengan sistole.

Apex Kordis (Daerah Ventrikel Kiri).

Biasanya terletak di linea midklavikularis atau sedikit di sebelah medialnya pada

spatium inter kosta (SIK) ke 4 atau 5. Di daerah ini anda biasanya dapat melihat Iktus

Kordis, yaitu impuls sistole dimana ventrikel kiri berotasi kedepan dan ke atas, sehingga

menyentuh dinding dada. kadang iktus kordis tidak terlihat pada posisi tertelentang.

Mintalah penderita untuk miring ke sisi kirinya, dan lihatlah lagi. Kemudian rasakanlah

dengan jari anda. Apabila Anda masih belum dapat menemukannya, mintalah penderita

untuk ekspirasi maksimal, dan menahan nafas dalam keadaan ekspirasi ini. Rasakan

iktus kordis dengan ujung jari-jari anda, kemudian dengan satu jari.

Gambar 15. Posisi lateral dekubitus

Tentukan lokasi, diameter, amplitudo, dan durasi iktus kordis. Minta penderita

untuk menahan nafas dalam keadaan inspirasi dan ekspirasi akan mempermudah

penentuan ini.

Lokasi. Posisi penderita yang berbaring pada sisi kiri akan menyebabkan iktus

kordis bergeser ke kiri, dan penentuan lokasi menjadi sulit. Tentukan apakah ada

pergeseran, apakah terletak pada SIK 4-5.

Diameter. Diameter iktus kordis yang normal adalah 1 sampai 2cm

Amplitudo. Amplitudo yang normal hanya seperti tepukan ringan. Amplitudo yang

bertambah menunjukkan adanya impuls hiperkinetik yang bisa terjadi pada orang muda,

kurus, terutama paa waktu gugup atau setelah latihan.

Durasi. Untuk menentukan durasinya, dengarkan suara jantung sambil merasakan

iktus kordis. Durasi yang normal biasanya berlangsung sampai 2/3 pertama sistole,

kadang-kadang bahkan lebih singkat. Pokoknya tidak sampai pada suara jantung kedua.

19

Page 20: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Dengan inspeksi dan palpasi anda dapat pula mendeteksi adanya gerakan

ventrikuler yang sinkron dengan suara jantung ketiga da keempat yang patologis. Untuk

impuls ventrikel kiri, rasakan iktus kordis dengan satu jari. Penderita diminta berbaring

dengan sedikit miring ke kiri, ekspirasi, kemudian secara mendadak berhenti bernafas.

Suatu impuls diastolik yang pendek menunjukkan S3; sedangkan suatu impuls sebelum

pukulan iktus kordis menunjukkan S4. Dengan menandai tempat ini dengan tinta, anda

dapat melihat gerakan-gerakan tersebut.

Daerah Ventrikel Kanan (Batas Sternum Kiri, pada SIK ke 3, 4, dan 5).

Penderita berbaring telentang dengan sudut 45 derajat. Letakkan ujung jari anda

pada SIK ke 3, ke 4, dan ke 5. Cobalah untuk merasakan impuls sistolik dari ventrikel

kanan. Meminta penderita untuk ekspirasi dan menghentikan pernafasan akan

membantu, apabila impulsnya teraba, cobalah untuk menentukan lokasi, amplitudo dan

durasinya. Gerakan diastolik dari suara jantung ke 3 dan ke 4 jantung kanan mungkin

juga dapat dirasakan. Rasakanlah pada SIK ke 4 dan ke 5, tentukan periodenya

dengan auskultasi atau palpasi pada arteria karotis.

Gambar 16. palpasi ventrikel kanan

Daerah Epigastrium

Pada daerah ini ventrikel kanan juga dapat dirasakan dengan menggunakan posisi

tenar telapak tangan.

20

Page 21: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gambar 17. palpasi epigastrium

PERKUSI

Perkusi berguna untuk mengetahui batas batas jantung yaitu dengan

menentukan batas jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor

. Selain itu dapat mengetahui adanya dekstrokardia ataupun tension pneumotoraks.

Perkusi dapat dilakukan untuk menentukan ukuran jantung dengan mengetahui daerah

redup jantung. Mulailah perkusi dari sisi kiri mulai dari daerah garis aksillaris anterior kiri

ke kanan, daerah sonor sampai redup jantung SIK 3, 4, 5, dan 6 Perkusi dilakukan

secara sistematis dari :

Sisi lateral kiri ke medial

Sisi kanan ke kiri

Dari atas (fossa supra clavicula) ke bawah

Normal batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan. Batas jantung

kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, treletak pada sela iga 5-6 liea

medioclavicularis kiri

Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi

pada linea axilaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan

batas paru-paru kiri. Dari batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif.

21

Page 22: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gambar 18. Perkusi batas-batas jantung

AUSKULTASI

Auskultasi jantung dapat dilakukan pada empat posisi yaitu:

Terlentang

Dekubitus lateral kiri

Duduk tegak lurus

Duduk, membungkuk ke depan

Anda harus mendengarkan suara jantung dengan stetoskop anda pada: (1) SIK 2

kanan di dekat sternum, (2) di sepanjang tepi kiri sternum pada SIK 2 sampai dengan 5,

dan (3) di apex.

Gambar 19. orientasi daerah auskultasi

Para dokter berbeda dalam urutan auskultasi. Ada yang memulai dari apex,

kemudian ke basal. ada yang sebaliknya. Anda dapat memilih salah satu urutan yang

sesuai untuk anda.

Penggunaan Stetoskop

22

Page 23: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Gunakan sisi diafragma untuk mendengarkan daerah prekordial, Tekankan erat-erat

stetoskop pada dinding dada. Sisi diafragma baik untuk mendengarkan suara-suara

yang berfrekuensi tinggi seperti S1, S2, bising aorta atau regurgitasi mitralis, dan

gesekan perikardial. Sisi Bel lebih sensitif untuk suara berfrekuensi rendah seperti S3,

S4, dan bising dari stenosis mitralis. Gunakan bel untuk apex, dan sisi yang lebih medial

di batas sternum daerah bawah. Letakkan dengan ringan pada dada, tekanan sedikit

saja cukup agar tidak ada udara antara dinding dada dan tepi stetoskop.

Mulailah melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar:

Di daerah apeks/iktus kordis untuk mendegar bunyi jantung yang berasal dari

katup mitral (dengan corong stetoskop)

Di daerah sela iga II kiri untuk mendegar bunyi jantung yang berasal dari katup

pulmonal (dengan membran)

Di daerah sela iga II kanan untuk mendengar bunyi jantung berasal dari aorta

(dengan membran)

Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk

mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal (corong stetoskop)

Posisi Penderita

1. Dengarkan seluruh daerah prekordial dengan penderita berbaring terlentang

membentuk sudut 45 derajat, Dengarkan suara jantung pertama dengan cermat.

Perhatikan intensitasnya, dan ada-tidaknya splitting.

2. Dengarkan suara jantung kedua. Perhatikan intensitasnya. Pada SIK 2 dan 3 kiri,

perhatikan apakah ada splitting. Mintalah penderita untuk bernafas dengan tenang,

kemudian tiba-tiba lebih dalam. Apakah ada splitting S2? kapan? seberapa lebar?

apakah splittingnya berkurang atau hilang pada waktu ekspirasi?

Apabila splitting tetap terjadi pada waktu expirasi, lakukanlah dua manuver di bawah

ini untuk menentukan normalitasnya

1. Dengarkan kembali dengan posisi pasien duduk.

2. Dengarkan dengan pasien melakukan manuver valsava (mengejan).

Dapat pula kita lanjutkan pemeriksaan pada dua posisi lain :

1. Mintalah penderita untuk sedikit miring ke kiri, kemudian tempelkan sis bell dari

stetoskop ke daerah apeks. Posisi ini memperjelas terdengarnya S3, S4 , dan bising

mitralis terutama yang disebabkan oleh stenosis mitralis.

2. Mintalah penderita untuk duduk, sedikit membungkuk ke depan, ekspirasi maksimal,

kemudian tahan nafas. Dengan sisi diafragma tekan stetoskop anda di sepanjang tepi

23

Page 24: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

kiri sternum secara periodik untuk memberi kesempatan penderita untuk bernafas.

Posisi ini akan memperjelas terdengarnya bising aorta.

Gambar 20. Auskultasi posisi terlentang dan lateral dekubitus

Gambar 21. Auskultasi posis duduk dan membungkuk

24

Page 25: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Daftar Pustaka

1. Constant J., Bedside Cardiology. 4rd Edition. Little Brown and United State.

2. Daere J., Kopelman,P. 2004. BUKU SAKU KETERAMPILAN KLINIS Jane Daere,

EGC

3.Ford J.M., Hennessey,I. and Japp,A. 2005.INTRODUCTION TO CLINICAL

EXAMINATION. 8 ed Elsevier

4.Robertson,N.D. 2005 MACLEODS CLINICAL EXAMINATION 11 ed.

5.Stone,C.K., Humphries. 2002 CURRENT EMERGENCY DIAGNOSTIC and

TREATMENT.

6.Swartz,H.M. 1995. BUKU AJAR DIAGNOSTIK FISIK. EGC

25

Page 26: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Check List Pemeriksaan Fisik Jantung

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2

A.Inspeksi

1.

2.

Menjelaskan maksud dan tujuan

Melakukan inspeksi dari arah kaki dan

sisi kanan (bentuk dada dan pulsasi apeks)

B.Palpasi

3.

4.

5.

6.

7.

Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar.

Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian dengan

ujung satu jari.

Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan

ujung jari-jari pada SIK 3, 4 dan 5 batas sternum kiri.

Meminta penderita untuk menahan nafas pada waktu

ekspirasi sambil mempalpasi daerah diatas.

Mempalpasi daerah epigastrum dengan daerah tenar

telapak tangan.

C.PerKusi

8

9

10

11

Melakukan perkusi dengan teknik yang benar

Perkusi dilakukan secara sistematis dari :

- Sisi lateral kiri ke medial

- Sisi kanan ke kiri

- Dari atas (fossa supra clavicula) kebawah

Dapat menghasilkan perubahan suara ke redup jantung

menyebutkan batas-batas jantung

D.Auskultasi

12

13

14

15

16

Melakukan auskultasi pada tempat yang benar :

- SIK 2 kanan dekat sternum

- SIK 3-5 kiri sepanjang batas sternum

- Apeks jantung

Menggunakan sisi diafragma untuk mendengarkan daerah

prekordial

Menggunakan sisi bel untuk mendengarkan daerah apex

Dapat mengenali suara jantung I

Dapat mengenali suara jantung II

26

Page 27: Pemeriksaan Fisik JVP-Jantung Blok 3

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan

1: DiLakukan tetapi Sempurna

2: Dilakukan dengan Sempurna

27