Pembudidyaan Ikan Sidat Sebagi Alternatif Solusi Peningkatan Gizi Masyarakat

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Harga mahal menjadi faktor utama masyarakat yang menengah kebawah sebagai alasan mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. Seperti contoh, daging sapi yang sekarang harganya 70 sampai 80 ribu perkilogram atau ikan salmon yang sangat mahal harganya. Ikan sidat yaitu suatu ikan yang sangat bergizi dan memiliki banyak khasiat. Ikan sidat merupakan ikan asli Indonesia yang memiliki gizi tinggi dan memiliki beberapa 1

description

budidaya dan manfaat ikan sidat

Transcript of Pembudidyaan Ikan Sidat Sebagi Alternatif Solusi Peningkatan Gizi Masyarakat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi

medis yang disebabkan oleh pemberian makan yang tidak

tepat atau tidak mencukupi. Harga mahal menjadi faktor

utama masyarakat yang menengah kebawah sebagai alasan

mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. Seperti contoh,

daging sapi yang sekarang harganya 70 sampai 80 ribu

perkilogram atau ikan salmon yang sangat mahal harganya.

Ikan sidat yaitu suatu ikan yang sangat bergizi dan

memiliki banyak khasiat. Ikan sidat merupakan ikan asli

Indonesia yang memiliki gizi tinggi dan memiliki beberapa

khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Ikan ini dapat menjadi

sumber atau bahan untuk peningkatan gizi masyarakat

Indonesia. Namun, ikan sidat ini sulit di temukan di alam

bebas dikarenakan eksploitasi alam yang berlebih, terjadi

kerusakan habitat oleh exploitasi alam tersebut dan sedikitnya

pusat-pusat pembudidayaan ikan sidat tersebut. Disisi lain

masyarakat tidak mengetahui keberadaan ikan sidat ini dan

tidak tahu akan kandungan dan khasiat tersebut. Hal ini

1

membuat harga ikan sidat menjadi cukup mahal. Padahal,

dengan mengkonsumsi ikan sidat tersebut secara tidak

langsung masyarakat akan mengalami peningkatan gizi dan

terhindar dari gizi buruk.

Ketertarikan penulis terhadap ikan sidat sebagai solusi

alternatif untuk meningkatkan gizi masyarakat Indonesia

mengantarkan penulis untuk mencermati permasalahan ini.

penulis melakukan pengamatan dan analisis yang dituangkan

pada karya tulis ini dengan judul “Pembudidayaan Ikan sidat

sebagai Alternatif Solusi untuk Meningkatkan Gizi

Masyarakat Indonesia” semoga langkah kecil ini dapat

menguraikan permasalahan kekurangan gizi pada masyarakat

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan dengan

merumuskannya pada tiga pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana analisis penelitian mengenai keberadaan ikan

sidat di daerah Garut?

2. Bagaimana jumlah penduduk Indonesia, khusunya

penduduk Garut yang mengalami kekurangan gizi?

2

3. Bagaimana alternatif solusi yang ditawarkan untuk

meningkatkan gizi masyarakat Indonesia, khususnya

masyarakat Garut?

1.3 Tujuan penelitian

Penyusunan karya tulis ini memiliki tujuan yaitu :

1. Mengetahui hasil analisis keberadaan ikan sidat di daerah

Garut.

2. Mengetahui jumlah penduduk indonesia, khususnya

penduduk Garut yang mengalami kekurangan gizi.

3. Memberikan alternatif solusi untuk meningkatkan gizi

masyarakat Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian

Beberapa manfaat dalam penyusunan karya tulis ini yaitu :

1. Untuk mendapat apresiasi lebih dari masyarakat dan

pemerintah tentang ikan sidat.

2. Tumbuhnya rasa ingin mengembangkan ikan sidat untuk

menjadikan makanan sehari-hari seabagai sumber gizi.

3. Dari penulisan karya tulis ini bisa di jadikan informasi

bahwa ikan sidat sangat bergizi dan berkhasiat.

4. Dapat menginformasikan tentang malnutrisi di Indonesia,

khususnya di Kabupaten Garut.

3

1.5 Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode kualitatif, metode

kuantitatif dan metode tinjauan pustaka. Metode kualitatif yaitu

dengan melakukan wawancara dengan narasumber yang

bersangkutan dengan ikan sidat, metode kuantitatif dengan

menyebarkan kusioner untuk mengetahui jejak pendapat

konsumen ikan dan metode tinjauan pustaka dengan

menggali informasi mengenai gizi buruk di Indonesia

khususnya dengan Kabupaten Garut.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tuis ini adalah sebagai berikut

1. BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah dan pembatasan masalah

1.3 Tujuan penulisan

1.4 Manfaat penelitian

1.5 Metode penelitian

1.6 Sistematika penulisan

2. BAB II Kajian Teori

2.1 Gizi

2.1.1 Harry Oxorn dan Wiliam R. Forte

4

2.1.2 Tuti Sunardi

2.1.3 Nirmala Dewi

2.1.4 Chairinniza K. Graha

2.1.5 Ida Purnomowati, Diana H, Cahyo S

2.1.6 Asep Kurnia Nenggala

2.1.7 Lioni Elis H

2.1.8 Joyce James, Colin Baker, Helen Swain

2.1.9 DR. I.K.G. Suandi, SpA

2.2 Malnutrisi

2.3 Ikan

2.3.1 Klasifikasi Ikan

2.3.1.1 Subkelas Pteraspidomorphi

2.3.1.2 Infrafilum Gnathostomata

2.3.1.3 Superkelas Osteichthyes

2.4 Ikan Sidat

2.4.1 Kandungan Ikan Sidat

2.4.2 Manfaat Ikan Sidat

3. BAB III Pembahasan

3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Hasil Tinjauan Pustaka Mengenai Malnutrisi di

Indonesia Khususnya Kabupaten Garut

3.1.2 Hasil Jejak Pendapat dengan Konsumen Ikan

3.1.3 Hasil Wawancara dengan Pedagang Ikan

5

3.2 Pembudidayaan Ikan Sidat sebagai Alternatif Solusi

untuk Meningkatkan Gizi Masyarakat Indonesia

4. BAB IV Penutupan

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

5. Daftar Pustaka

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Gizi

Gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan

organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,

pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan.

Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan

antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan

penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal.

Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas

pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan

standard kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka

kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia

internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance

(RDA).

Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis

dan biologi molekular, bukti-bukti medis menunjukkan bahwa

RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh

dan mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis.

Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa akar dari banyak

penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh

berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi

dalam level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily

7

Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani

stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit

kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan

komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan

penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan

komplementer dapat membantu efektifitas dari pengobatan

dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari

pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya

dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas

hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri.

Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari

tentang hubungan makanan dan minuman terhadap

kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit

gangguan gizi, dimana gangguan gizi sendiri adalah sebuah

penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya zat-zat vitamin

tertentu sehingga mengakibatkan tubuh kita mengalami

gangguan gizi.

Penyakit gangguan gizi yang pertama kali ditemukan

adalah scorbut pada tahun 1497 atau lebih populer kita kenal

dengan penyakit sariawan. Pada waktu itu Vasco da Gama

dalam pelayarannya menuju Indonesia telah kehilangan lebih

dari separuh anak buahnya yang meninggal akibat penyakit

ini. Baru pada permulaan abad XX para ahli kedokteran dapat

8

memastikan bahawa penyakit ini diakibatkan karena

kekurangan vitamin C.

Berikut adalah pengertian dan definisi mengenai gizi

menurut beberrapa ahli:

2.1.1 Harry Oxorn dan Wiliam R. Forte

Gizi meliputi pengertian yang luas, tidak hanya

mengenai jenis-jenis pangan dan gunanya bagi

badan melainkan juga cara-cara memperoleh serta

mengolah dan mempertimbangkan agar tetap sehat.

2.1.2 Tuti Sunardi

Gizi adalah sesuatu yang mempengaruhi proses

perubahan semua jenis makanan yang masuk kedalam

tubuh, yang dapat mempertahankan kehidupan.

2.1.3 Nirmala Dewi

Gizi merupakan substansi yang diperoleh dari

makanan dan digunakan untuk pertumbuhan,

pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh.

9

2.1.4 Chairinniza K. Graha

Gizi adalah unsur yang terkandung dalam

makanan, dimana unsur-unsur itu dapat memberikan

manfaat bagi tubuh yang mengkonsumsinya sehingga

menjadi sehat.

2.1.5 Ida Purnomowati, Diana H, Cahyo S

Gizi adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita

untuk pertumbuhan, mempertahankan dan

memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses dalam

tubuh, dan menyediakan energi bagi fungsi tubuh, atau

bisa juga diartikan sebagai komponen pembangun

tubuh manusia.

2.1.6 Asep Kurnia Nenggala

Gizi merupakan zat hara dalam makanan yang

bernilai dan diperlukan makhluk hidup untuk

pertumbuhan, pemeliharaan, dan kegiatan hidupnya.

2.1.7 Lioni Elis H

Gizi merupakan komponen penting yang

diperlukan tubuh untuk tumbuh dan berkembang.

2.1.8 Joyce James, Colin Baker, Helen Swain

Gizi adalah komponen kimia dalam makanan

yang digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi dan

10

membantu pertumbuhan, perbaikan, dan perawatan

sel-sel tubuh.

2.1.9 DR. I.K.G. Suandi, SpA

Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan

dan proses tumbuh kembang anak, sehingga

pemenihan kebutuhan gizi secara akurat turut

menentukan kualitas tumbuh kembang, sebagai

sumber daya manusia dimasa yang akan datang.

2.2 Malnutrisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Malnutrisi

merupakan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi,

yang biasanya meliputi beberapa jenis nutrien, seperti protein,

karbohidrat dan vitamin. Malnutrisi adalah istilah umum untuk

suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau

cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini

seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi

kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang

kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi

secara berlebihan. Keadaan yang berlangsung lebih lama lagi

dapat menyebabkan terjadinya kelaparan.

11

Malnutrisi akibat asupan zat gizi yang kurang untuk

menjaga fungsi tubuh yang sehat seringkali dikaitkan dengan

kemiskinan, terutama pada negara-negara berkembang.

Ketika berbicara mengenai gizi kurang (undernutrition),

perhatian terbesar akan ditujukan pada anak, terutama balita.

Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, asupan kurang yang

berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan

memberikan dampak terhadap proses tumbuh kembang anak

dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada

pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya.

Satu hal yang akan berdampak pada produktivitas suatu

bangsa.

2.3 Ikan

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah

dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan

merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam

dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.

Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang

hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya

ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75

spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang

rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan

pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas

12

Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut

iwak (jv, bjn), jukut (vkt).

Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu

yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang

hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa

hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan

paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak

tergolong sebagai ikan.

Sampai saat ini, ikan pada umumnya dikonsumsi

langsung. Upaya pengolahan belum banyak dilakukan kecuali

ikan asin. Ikan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti

ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, ikan asin,

kemplang, bakso ikan dan tepung darah ikan sebagai pupuk

tanaman dan pakan ikan.

2.3.1 Klasifikasi Ikan

Ikan adalah kelompok parafiletik yang berarti,

setiap kelas yang memuat semua ikan akan mencakup

pula tetrapoda yang bukan ikan. Atas dasar ini,

pengelompokan seperti Kelas Pisces, seperti pada

masa lalu, tidak layak digunakan lagi.

Berikut adalah unit-unit yang mencakup semua

vertebrata yang biasa disebut sebagai ikan:

13

2.3.1.1 Subkelas Pteraspidomorphi

- Thelodonti

- Anaspida

- Cephalaspidomorphi

- Hyperoartia

- Petromyzontidae

- Galeaspida

- Pituriaspida

- Osteostraci

2.3.1.2 Infrafilum Gnathostomata

- Placodermi

- Chondrichthyes

- Acanthodii

2.3.1.3 Superkelas Osteichthyes

- Actinopterygii

- Sarcopterygii

Subkelas Coelacanthimorpha

Subkelas Dipnoi

14

2.4 Ikan sidat

Ikan sidat (angulia bicolor), termasuk famili anguillidae,

ordo Apodes. Di Indonesia terdapat 12 spesies dari 18

spesies di dunia dan hal ini dianggap sebagai daerah asal

usul ikan sidat dari jenis anguillidae atau ikan sidat dunia. Ikan

sidat termasuk ordo Anguilliformes terdiri atas 4 subordo, 19

famili, 110 genera, dan 400 spesies.

2.4.1 Kandungan Ikan Sidat

Penelitian kedokteran moderen menemukan

bahwa kandungan vitamin dan mikronutrien dalam ikan

sidat sangat tinggi di antaranya:

1. Vitamin B1, 25 kali lipat susu sapi

2. Vitamin B2, 5 kali lipat susu sapi

3. Vitamin A, 45 kali lipat susu sapi

4. Kandungan zinc (emas otak) 9 kali lipat susu

sapi.

5. Mempunyai rentang salinitas sangat tinggi

6. kandungan asam lemak Omega 3 tinggi, yakni

sekitar 10,9 gram per 100 gram

15

2.4.2 Manfaat Ikan Sidat

1. Mengandung berbagai asam lemak tak jenuh

yang tinggi yang tak ada pada hewan lainnya,

sehingga dapat merupakan makanan utama

yang memenuhi nafsu makan manusia, tanpa

perlu kuatir badan akan menjadi gemuk. Rasa

ikan sidat harum dan enak.

2. Disebut sebagai “ginseng air”, fungsinya dalam

memperpanjang umur dan melawan kelemahan

dan penuaan tak ternilai. Sidat memiliki

kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta

omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan

fungsi otak dan memperlambat terjadinya

kepikunan. Ikan sidat mempunyai kandungan

asam lemak Omega 3 tinggi, yakni sekitar 10,9

gram per 100 gram. Omega 3 ini dipercaya

mampu meningkatkan fungsi mental, memori,

dan konsentrasi manusia. Zat yang banyak

terdapat dalam lemak sidat ini juga terbukti

mampu mengobati depresi, gejala penyakit

kejiwaan atau schizophrenia. Mengkonsumsi

ikan sidat dapat mengatur imunitas tubuh

16

manusia, sebagai anti oksidan, menghilankan

racun tubuh, serta memperlambat penuaan.

3. Sudah banyak terbukti, mengkonsumsi ikan sidat

secara teratur dapat mendorong terbentuknya

lemak fosfat dan perkembangan otak besar,

bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat.

Juga memperbaiki sikulasi kapiler,

mempertahankan tekanan darah normal,

mengobati pembuluh darah otak.

4. Sudah banyak terbukti, mengkonsumsi ikan sidat

secara teratur dapat mendorong terbentuknya

lemak fosfat dan perkembangan otak besar,

bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat.

Juga memperbaiki sikulasi kapiler,

mempertahankan tekanan darah normal,

mengobati pembuluh darah otak.

5. Banyak orang merasakan manfaat

mengkonsumsi ikan sidat untuk penyakit rabun

jauh, rabun dekat, glukoma dan penyakit mata

kering di sebabkan karena mata terlalu lelah.

6. Minyak Ikan sidat dibuat dari ekstrak sum-sum

ikan sidat segar, mengandung tiga jenis nutrient

17

penting yaitu: asam lemak omega 3 (DHA &

EPA) , Phospholipids dan antioksidan Vitamin E.

18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil penelitian

Penelitian yang telah dilakukan dengan tinjauan

pustaka mengenai malnutrisi atau kurang gizi di Indonesia

khususnya di Kabupaten Garut, penyebaran kuisioner untuk

mengetahui jejak pendapat konsumen ikan, dan wawancara

kepada pedagang ikan. Informasi akan dipaparkan dalam tiga

sub-bab

3.1.1 Hasil Tinjauan Pustaka Mengenai Malnutrisi di

Indonesia Khususnya Kabupaten Garut

Masalah malnutrisi masih ditemukan pada

banyak tempat di Indonesia. Daerah yang mengalami

rawan pangan dan kelompok dengan kemampuan

ekonomi yang kurang memadai amat rentan terhadap

terjadinya malnutrisi dalam bentuk gizi kurang.

Organisasi pangan dunia (FAO) mencatat pada kurun

waktu 2001-2003 di Indonesia terdapat sekitar 13,8 juta

penduduk yang kekurangan gizi. Sementara

berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional

19

2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 %

dari jumlah anak Indonesia.

Di Kabupaten Garut sampai saat ini masih

terdapat 1.216 anak berusia di bawah lima tahun

(balita) yang bergizi buruk. Mereka tersebar di seluruh

wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut

Selatan. Terdiri 40 balita di Desa Sukakarya, 34 balita

di Desa Sukarasa, 52 balita di Desa Tanjungkarya, 14

balita di Desa Sukalaksana, 24 balita di Desa Parakan,

serta 36 balita di Desa Cisarua.

Untuk menekan kasus gizi buruk di Garut,

Pemkab Garut berupaya menjalankan program

pemberian makanan tambahan (PMT) untuk 1.216

balita penderita gizi buruk.

Namun hal ini belum maksimal dalam

pengerjaannya.

20

3.1.2 Hasil Jejak Pendapat dengan Konsumen Ikan

PNS25%

Ibu Rumah Tangga

30%

Wiraswasta25%

Pelajar SMA20%

Diagram 1 Profesi Responden

Penelitian ini dilakukan dengan cara

menyebarkan kuisioner kepada 20 orang responden

yang terdiri dari 10 orang pria dan 10 orang wanita.

Setiap responden memiliki profesi masing-masing yaitu

20% pelajar SMA, 25% PNS, 25% Wiraswasta, dan

30% Ibu rumah tangga.

21

Jarang

Ada di

Pasar35%

Tidak Pernah Di beritahu oleh pihak manapun

25%

Jarang

diberitakan di me-dia

masa maupun elek-troni

k30%

lainnya10%

Diagram 2 Alasan Responden Tidak Mengetahui Ikan Sidat

Dari ke 20 responden tersebut hanya 15% mengetahui

tentang ikan sidat yang sangat berkhasiat ini.

Responden tidak mengetahui ikan sidat karena jarang

di beritakan di media masa ataupun media elektronik

(30%), jarang terdapat di pasar (35%), Tidak pernah

diberi tahu oleh pihak manapun (25%) dan alasan

lainnya (10%).

22

Para responden lebih sering mengkonsumsi

ikan seperti ikan gurame, nila, kakap, mas, lele, dan

lainnya.

Nila Gurame Mas Lele Kakap Lainnya0

1

2

3

4

5

6

7

8

Diagram 3 Jenis Ikan

G.2 Jenis Ikan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, ikan

nila menyandang peringkat pertama, ikan mas

menyandang peringkat kedua, dan ikan gurame

peringkat ketiga.

23

Sering dijumpai di Pasar35%

Rasanya yang enak25%

Harganya terjangkau15%

Lainnya 25%

Diagram 4 Alasan Responden Sering Mengkonsumsi Ikan

Tersebut

Para responden lebih sering mengkonsumsi ikan-ikan

tersebut dikarenakan ikan-ikan tersebut sering dijumpai

di pasar, rasanya yang enak, harganya yang terjangkau

dan lainnya.

24

3.1.3 Hasil Wawancara dengan Pedagang Ikan

Narasumber yang penulis wawancara ada dua

orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan dan

sekaligus sebagai nelayan.

Pertanyaan pertama yaitu di dapatkan bahwa

alasan mereka tidak menjual ikan sidat. Ikan sidat

keluarnya hanya musiman dengan waktu yang tidak

tentu, di daerah Garut Selatan sangat berpotensi

menghasilkan ikan sidat yang sangat banyak jika

dilestarikan lingkungannya.

Pertanyaan kedua mengenai bagaimana

tentang harga ikan sidat tersebut. Harga ikan sidat ini

berkisar Rp 45.000,00 rupiah per kilogram. Ikan ini

memiliki harga tersebut dikarenakan jarang di temukan,

waktu mencarinya tidak tentu, berkhasiat tinggi,

rasanya yang enak. Dengan harga tersebut pembeli

mengurung niatnya untuk membeli ikan sidat walaupun

rasanya yang enak dan berkhasiat tinggi.

25

3.2 Pembudidayaan Ikan Sidat sebagai Alternatif Solusi untuk

Meningkatkan Gizi Masyarakat Indonesia

Solusi yang penulis sarankan ini memang bukan cara

untuk mengatasi seutuhnya, setidaknya bisa membantu untuk

meminimalisasi malnutrisi atau kekurangan gizi di indonesia

khususnya daerah Garut.

Solusi yang penulis sarankan yaitu PRODI PADAT (

Program Pembudidayaan dan Pemasyarakatan Ikan Sidat ).

Prodi padat adalah suatu program pemerintah yaitu

melaksanakan proyek untuk membudidayakan ikan sidat dan

setelah itu ikan sidat dipasarkan dengan harga yang sangat

terjangkau supaya masyarakat membelinya. Program ini

seperti program pemerintah yaitu program raskin (beras

miskin). Dimana, beras dari pemerintah dijual dengan harga

yang sangat terjangkau.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan PRODI

PADAT tersebut, yaitu :

1. Menggunakan lahan milik pemerintah untuk dijadikan

tambak pebudidayaan ikan sidat.

26

2. Melakukan pembudidayaan ikan sidat oleh pekerja yang

menganggur sebelumnya yang dibina oleh pengusaha

ikan sidat dan oleh tenaga ahli.

3. Promosi, yaitu dengan mempromosikan ikan sidat dalam

televisi sebagaimana program pemerintah yang lainya.

4. Ikan sidat di didistribusikan khususnya kepada daerah-

daerah yang terdapat kasus malnutrisi dan daerah lain

untuk pencegahan kasus malnutrisi.

5. Perluasan tambak ikan sidat, setelah berjalan dengan

baik maka perlu perluasan supaya pendistribusian ikan

sidat ini merata di setiap daerahnya.

PRODI PADAT ini juga sebagai lahan

percontohan untuk para peternak supaya melakukan

budidaya ikan sidat.

Dengan kuantitas yang banyak, maka ikan sidat

harganya akan murah. Yang tadinya harga 1 kg berkisar

dengan Rp 45.000.00 akan menjadi Rp 5000.00 per

kilogramnya. Hal ini dapat terjadi karena menurut hukum

penawaran yaitu “jika semaikn banyak penawaran

barang, maka harga barang akan turun juga”. Kemudian,

pemerintah memberikan subsidi secara berkala terhadap

ikan sidat tersebut, maka semakin terjangkaulah ikan

sidat tersebut.

27

BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Banyaknya kasus kekurangan gizi di Indonesia

khususnya daerah Garut, dikarenakan kurangnnya asupan

gizi seperti protein, kalsium, vitamin, dan lain sebagainya.

Masalah ini harus segera diatasi supaya kasus ini tidak

menyebar lagi.

Setelah penelitian dilakukan dengan metode kualitatif

yaitu dengan wawancara dengan pedagang ikan dan dengan

metode kuantitatif yaitu menyebarkan kuisioner kepada 20

orang responden konsumen ikan serta melakukan tinjauan

pustaka.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dianjurkan

menggunakan PRODI PADAT atau Program Pembudidayaan

dan Pemasyarakatan Ikan Sidat. Dengan menggalakan

program ini maka, harga ikan sidat akan menjadi terjangkau

dan mudah didapat. Dengan ini sedikit demi sedikit kasus

malnutrisi atau kekurangan gizi akan hilang.

28

4.2 Saran

Malnutrisi merupakan suatu penyakit dimana penyakit

tersebut timbul karena kekurangan asupan gizi. Melalui karya

tulis ini, penulis hendak menghimbau bahwa Indonesia

memiliki banyak flora yang bisa dimanfaatkan untuk

mencegah malnutrisi tersebut, yaitu dengan mengkonsumsi

ikan sidat yang sangat berkhasiat dan memiliki nilai gizi yang

sangat baik.

Solusi yang kami sarankan yaitu PRODI PADAT dapat

direalisasikan dalam upaya meminimalisasi malnutrisi

tersebut. Memang PRODI PADAT belum cukup membantu

dalam pencegahan malnutrisi, tetapi setidaknya ikan sidat

bisa mendapatkan apresiasi lebih dari masyarakat,

pemerintah, peternak dan lainnya.

29

DAFTAR PUSTAKA

http://AnneAhira.com

http://carabudidaya.com/cara-budidaya-ikan-sidat/

http://garut.go.id

http://garutnews.com

http://google.com

http://haluanrakyat.com

http://kompas.com

http://peperonity.com

http://pikiran-rakyat.com

http://Terbaca.com

http://wikipedia.com

http://www.artikelwirausaha.com/category/database/sidat/

30

Lampiran I

KUISIONER

1. Apakah Anda pernah makan ikan ?a. Ya b. Tidak

2. Ikan apa yang sering Anda makan ?........................................................ (boleh lebih dari satu)

3. Apakah Anda tahu tentang ikan sidat ?a. Ya b. Tidak

4. Dari mana Anda tahu ikan sidata. Internet b. Orang tuac. Masyarakat sekitard. .................

5. Kenapa Anda tidak tahu ikan Sidat?a. Tidak pernah diberi tahub. Jarang ada di pasarc. Jarang diberitakan di media masa ataupun media

elektronikd. Lainya.............

6. Jika pernah, dari mana Anda mendapatkannya ?a. Pasar Tradisionalb. Pedagang Kelilingc. Memancing d. .................

7. Bagaimana rasa ikan sidat tersebut ?a. Enak b. Tidak enak

8. Apakah Anda tahu kandungan ikan sidat tersebut ?a. Ya b. Tidak

9. Apakah Anda mengetahui tempat pembudidayaan ikan sidat ?a. Ya b. Tidak

10.Jika tahu tempatnya, dimana ? ..................

31

Lampiran II

32

Lampiran III

33