Pembubaran Partai Politik

8
URGENSI PENGATURAN PEMBUBARAN PARTAI POLITIK KARENA KORUPSI oleh Mochammad Alfi Muzakki “Sesungguhnya, bahwa membangun suatu negara, membantu ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya membangun jiwa bangsa. Bukankah demikian? Tentu saja keahlian perlu, namun keahlian saja tanpa dilandasi jiwa yang besar, tidak akan mencapai tujuannya. Ini adalah sebab mutlak diperlukannya Nation and character Building.” (Soekarno) Kedaulatan yang dianut dalam UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat sekaligus kedaultan hukum. Hal ini termaktub dalam alinea 4 UUD 1945, “... maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkdeaultan rakyat...”. Hal itu juga ditegaskan dalam pasal 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar, serta Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala tindakan penyelenggara negara dan warga negara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum dalam hal ini adalah hierarki tatanan norma yang berpuncak

Transcript of Pembubaran Partai Politik

Page 1: Pembubaran Partai Politik

URGENSI PENGATURAN PEMBUBARAN PARTAI POLITIK KARENA

KORUPSI

oleh Mochammad Alfi Muzakki

“Sesungguhnya, bahwa membangun suatu negara, membantu ekonomi,

membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada

tahap utamanya membangun jiwa bangsa. Bukankah demikian? Tentu saja

keahlian perlu, namun keahlian saja tanpa dilandasi jiwa yang besar, tidak akan

mencapai tujuannya. Ini adalah sebab mutlak diperlukannya Nation and

character Building.”

(Soekarno)

Kedaulatan yang dianut dalam UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat

sekaligus kedaultan hukum. Hal ini termaktub dalam alinea 4 UUD 1945, “...

maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan

Negara Republik Indonesia yang berkdeaultan rakyat...”. Hal itu juga ditegaskan

dalam pasal 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan

rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar, serta Negara Indonesia

adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala tindakan penyelenggara

negara dan warga negara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hukum

dalam hal ini adalah hierarki tatanan norma yang berpuncak pada konstitusi, yaitu

UUD 1945. Maka, pelaksanaan demokrasi juga harus berdasarkan pada aturan

hukum yang berpuncak pada UUD 1945. Sebaliknya, hukum yang diterapkan dan

ditegakkan harus mencerminkan kehendak rakyat, sehingga harus menjamin

adanya peran serta warga negara dalam proses pengambilan keputusan

kenegaraan.1

1 Janedjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional (Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945), Konstitusi Press, Jakarta, 2012, hal 7-8.

Page 2: Pembubaran Partai Politik

Sebagai negara demokrasi, peran partai politik saat ini dan di masa

mendatang akan semakin penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu

karena negara demokrasi memang dibangun di atas sistem kepartaian.2 Partai

politik adalah salah satu perwujudan hak atas kemerdekaan berserikat yang terkait

erat dengan kebebasan mengeluarkan pendapat serta kebebasan berpikir dan

berkeyakinan. Hak-hak tersebut merupakan sarana bagi warga negara untuk

berpartisipasi dalam pemerintahan sehingga jaminan hak-hak tersebut merupakan

prasyarat demokrasi.3 Parpol tidak hanya hadir dalam realitas politik. Perubahan

UUD 1945 pun menyebut dan memberikan peran konstitusional kepada parpol.

Pasal 22E ayat (3) menyatakan bahwa peserta Pemilu DPR dan DPD adalah

parpol. Pasal 6A ayat (2) memberikan peran kepada parpol atau gabungan parpol

peserta pemilu mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.4

Pengakuan dan pengaturan parpol dalam UUD 1945 telah menempatkan parpol

sebagai salah satu organ konstitusi yang harus menjalankan peran konstitusional

yang dimilikinya. Peran inilah yang perlu lebih diperhatikan dalam perkembangan

demokrasi saat ini.

Agar demokrasi dapat terjamin, dan pemerintahan yang sungguh-sungguh

mengabdi kepada kepentingan seluruh rakyat dapat benar-benar bekerja efektif

dan efesien, maka untuk menjamin siklus kekuasaan yang bersifat teratur itu

diperlukan mekanisme pemlilihan umum yang diselenggarakan secara berkala.

Karena pada hakekatnya tujuan penyelenggaraan Pemilu adalah : (a) untuk

memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerinthan secara tertib dan

damai; (b) untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan

mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan; (c) untuk melaksanakan

prinsip kedaulatan rakyat; dan (d) untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi

2 Harold J.Laski, A Grammar of Politic, Eleventh Impression, (London: Geroge Allen & Unwin Ltd, 1951), hal 312, Muchammad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik (Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik dalam Pergulatan Republik), Rajawali Press, Jakarta, 2011,hal 33 , Muchammad Ali Safa’at, Pembubaran Partai Politik (Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik dalam Pergulatan Republik), Rajawali Press, Jakarta, 2011,hal 3.4 Janedjri M. Gaffar, op.cit, hal 55

Page 3: Pembubaran Partai Politik

warga Negara. Dengan adanya jaminan sistem demokrasi yang demikian itulah,

maka kesejahteraan dan keadilan dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya.5

Pelaksanaan Pemilu sendiri dilaksakan oleh Komisi Pemilihan Umum

(KPU). KPU sendiri memiliki tugas dan wewenang sesuai dengan pasal 10 UU

No 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden No

16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan

Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum yaitu salah

satunya ialah merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilu serta

menerima, meneliti dan menetapkan Parpol yang berhak sebagai peserta Pemilu.

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya KPU salah satu misinya ialah

menyelenggarakan Pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil,

akuntabel, edukatif dan beradab.6 Oleh karena itu dalam pelaksanaan pemilu

seyogyanya tidak terjadi praktek-praktek yang bertentangan dengan misi KPU

yang dilakukan oleh peserta pemilu.

Dalam dinamika yang sekarang ini terjadi ternyata banyak sekali para

anggota parpol terlibat kasus korupsi baik dalam ranah legislatif maupun

eksekutif. Parpol sering dilihat sebagai bagian dari masalah korupsi (Blechinge,

2002). Diskursus korupsi dan strategi-strategi antikorupsi telah mengidentifikasi

parpol sebagai aktor kunci yang menyalahgunakan kekuasannya dalam sistem

politik untuk menerima suap, menempatkan anggota-anggotanya pada posisi

strategis di sektor publik dan BUMN, merekayasa institusi politik dan ekonomi

untuk kepentingan-kepentingan kelompoknya atau mengendalikan sumber-

sumber daya publik ke tangan pimpinan atau anggota parpol.7 Segala

permasalahan yang terjadi ini ialah berkaitan dengan keuangan parpol. Keuangan

parpol sendiri dalam pasal 1 angka 5 UU No 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik

adalah semua hak dan kewajiban Partai Politik yang dapat dinilai dengan uang, 5 Suko wiyono, Konstitusionalisme Demokrasi (Sebuah Diskursus tentang Pemilu, Otonomi Darah dan Mahkamah Konstitusi sebagai Kado untuk ‘Sang Penggembala’ Prof. A. Mukthie Fadjar, Sh., MS), In-TRANS Publishing, Malang, 2010, hal 65.6 www.kpu.go.id (online)7 Faisal Djabbar, Politik, Korupsi, dan Partai http://www.tempo.co/read/kolom/2013/10/23/855/Politik-Korupsi-dan-Partai (online), diakses 27 Oktober 2013.

Page 4: Pembubaran Partai Politik

berupa uang, atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan menjadi

tanggung jawab Partai Politik. Keuangan partai sendiri berujung pada pendanaan

terhadap calon yang akan diusung oleh parpol tertentu. Dana kampanye

merupakan bagian paling rentan untuk terjadinya segala macam penyalahgunaan.8

Kebutuhan pendanaan kampanye memang besar, sehingga hal ini menyebabkan

parpol berlomba-lomba untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Dan pada

akhirnya berujung pada perilaku korupsi oleh anggota parpol untuk memenuhi

segala kebutuhan parpolnya.

Sumber keuangan parpol sendiri sudah diatur di dalam pasal 34 ayat (1)

UU No 2 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa keuangan Parpol bersumber dari:

iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum dan bantuan keuangan dari

Anngaran dan Belanja Negara/Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah. Di

dalam ayat (3) menyatakan untuk bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diberikan secara

proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang penghitungannya berdasarkan jumlah

perolehan suara. Dari sumber-sumber dana inilah yang dirasa kurang oleh Parpol

sehingga kembali lagi korupsi menjadi tindakan yang menjadi pilihan demi

memebuhi kebutuhan parpol. Menurut Saldi Isra sendiri bantuan negara jangan

malah diperkecil, karena itulah menjadi celah parpol untuk melakukan tipikor.9

Sudah seharusnya segala dinamika dan kondisi yang merusak tatanan politik ini

menjadi perhatian khusus mengingat pemilu 2014 semakin dekat. Harapannya

pasti dalam pemilu 2014 menciptakan sebuah pemilu yang Luber Jurdil sesuai

dengan misi KPU dan tidak ada tercidearianya nilai-nilai Luber Jurdil tersebut.

8 Saldi Isra, Catatn Hukum Saldi Isra Kekuasaan dan Perilaku Korupsi, Kompas, Jakarta, 2009, hal 3.9 Novrizal Sikumbang, Harus Ada Pembatasan Ketat Keuangan Parpol, http://www.aktual.co/hukum/162451harus-ada-pembatasan-ketat-keuangan-parpol (online), diakses 27 Oktober 2013.

Page 5: Pembubaran Partai Politik

Oleh karena itulah perlu sebuah upaya yang dapat memberikan sanksi

yang tegas dalam hal korupsi yang dilakukan oleh parpol. Hal ini agar

meminimalisirkan segala bentuk perbuatan korupsi dalam pemenuhan kebutuhan

parpol tersebut. " Pembubaran Partai Politik Yang Melakukan Tindak Pidana

Korupsi " merupakan suatu langkah yang progresif melihat dinamika budaya

parpol yang seharusnya segera dirubah. Pembubaran partai politik karena perilaku

korupnya merupakan terobosan yang bisa mereformasi budaya politik kotor oleh

parpol-parpol peserta pemilu. Tentunya negara tidak mau budaya korupsi di

kalangan parpol ini menjadi menggurita yang tak punya pedang untuk

menebasnya. Sanksi pidana merupakan obat terakhir yang dampaknya dapat

memberikan efek jera. Lebih jauh lagi dampak jangka panjang yang terjadi agar

segala perbuatan korupsi oleh parpol tidak diulangi di masa mendatang. Dengan

adanya konsekuensi atau resiko tersebut maka segala tindakan korupsi melalui

anggota-anggota parpol yang duduk di posisi strategis di pemerintahan dapat

teratasi. Karena konsekuensi hukumnya parpol akan dibubarkan. Sarana kontrol

yang paling efekfit untuk pembangunan berkelanjutan budaya politik bangsa

Indonesia. Sistem politik kepartaian kedepan akan semakin berpihak pada sluruh

rakyat Indonesia dan tak lagi hanya terhadap kelompok atau golongan parpol itu

sendiri. Parpol pun akan menggunakan dana sesuai apa yang dia dapatkan melalui

sumber keuangan parpol yang sudah diatur di dalam UU Parpol. Harapannya

pemilu 2014 menghasilkan para-para wakil rakyat berjiwa negarawan, bergerak

dengan intergitas dan moralitas tinggi.