Pembuatan piston.docx

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era modern saat ini kebutuhan akan alat transportasi sangat berperan,baik alat transportasi umum dan pribadi. Dalam pemenuhan kebutuhan alat tranportasi tidak lepas dari kemajuan industri automotive.Sebagai contoh mobil ,motor,bus,truk dll. Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin pembakaran dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa. Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan tekanan, misal aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy). Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder pembakaran,maka kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran. Dari hasil pembakaran didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk menggerakan mesin. Oleh karena itu kualitas dimensi merupakan unsur utama yang harus diperhatikan.untuk mendapatkan hasil 1

description

piston 4 tak & 2 tak

Transcript of Pembuatan piston.docx

Page 1: Pembuatan piston.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era modern saat ini kebutuhan akan alat transportasi sangat berperan,baik alat

transportasi umum dan pribadi. Dalam pemenuhan  kebutuhan alat tranportasi tidak lepas dari

kemajuan industri  automotive.Sebagai contoh mobil ,motor,bus,truk dll.

Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder  mesin

pembakaran dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.

Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin

pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil

pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang

piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan

tekanan, misal aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy).

Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder

pembakaran,maka kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran. Dari

hasil pembakaran didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk

menggerakan mesin. Oleh karena itu kualitas dimensi merupakan unsur  utama yang harus

diperhatikan.untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan material dengan komposisi yang

seimbang antara lain besi, alumunium,magnesium,dll  serta proses produksi yang

mendukung.

Makalah ini akan membahas mengenai piston yaitu dimensi piston secara

detail,fungsi piston,jenis-jenis piston,prinsip kerja piston,langkah-langkah pembuatan piston

dan proses pembuatan piston pada proses machining.

Karena proses finish dari pembuatan piston dilakukan pada proses machining dan

proses pembuatan piston terlengkap ada pada proses machining piston diesel, maka saya akan

mengambil judul makalah sebagai berikut: “PROSES PEMBUATAN PISTON”

1

Page 2: Pembuatan piston.docx

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa itu piston ?

2.Bagaimana  dimensi piston ?

3.Apa fungsi piston ?

4.Bagaimana prinsip kerja piston ?

5.Apa saja jenis-jenis piston ?

6.Apa itu proses machining ?

7.Proses apa saja yang ada pada proses  machining ?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan makalah proses pembuatan piston diesel pada proses machining adalah

sebagai berikut:

1.Mengetahui bentuk piston beserta bagian-bagiannya.

2. Mengetahui fungsi piston di dalam mesin.

3.Mengetahui cara kerja piston pada mesin.

4.Mengetahui jenis-jenis piston.

5.Mengetahui proses pembuatan piston  yang ada pada proses machining.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat pembuatan makalah ini antara lain:

1.Memberikan pengetahuan kepada masyarakat  mengenai piston yaitu dimensi piston secara

detail,fungsi piston,jenis-jenis piston,prinsip kerja piston,langkah-langkah pembuatan piston

dan proses pembuatan piston pada proses machining.

2

Page 3: Pembuatan piston.docx

1.5 CAKUPAN PERENCANAAN

Dalam perencanaan ini penulis akan melakukan serangkaian kegiatan antara lain:

1.Pengambilan data mengenai proses produksi pada proses machining/

2.Melakukan pemisahan jenis-jenis piston secara umum.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini dibagi menjadi beberapa bagian dengan sistematika

penulisan makalah pada umumnya,meliputi beberapa bagian yang dibagi menjadi  beberapa

BAB yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Diuraikan secara singkat mengenai  latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan  dan

manfaat  makalah,dan sistematika penulisan makalah.

BAB II  PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang berkenaan tentang piston.

BAB III  ANALISA HASIL PENELITIAN

Berisikan spesifikasi hal-hal yang mendasar pada proses machining  piston.

BAB IV KESIMPULAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengumpulan data di lapangan

dan saran yang dapat diberikan kepada masyarakat.

3

Page 4: Pembuatan piston.docx

BAB  II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TENTANG PISTON

Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder  mesin

pembakaran dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.

Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin

pembakaran dalam yang  sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil

pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang

piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan

tekanan, bahan  aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy).

gambar 2.1  piston

2.2  DIMENSI PADA PISTON

Dimensi dan bentuk pada piston secara detail dibagi atas 3 bagian yaitu:

1.Kepala piston(piston crown)

Adalah bagian teratas dari piston yaan berfungsi sebagai penahan benturan akibat proses

pembakaran.

4

Page 5: Pembuatan piston.docx

Kepala piston dibagi atas 2 bagian yaitu:

a.Head piston

Pada piston jenis diesel terdapat coakan untuk menampung oli yang berfungsi

sebagai pendingin.

b.All Ring Group atau ring piston

Ring piston memiliki dua tipe, ring kompresi dan ring oli. Ring kompresi

berfungsi untuk pemampatan volume dalam silinder serta menghapus oli pada dinding

silinder.

Kemampuan kompresi ring piston yang sudah menurun mengakibatkan performa

mesin menurun. Ring oli berfungsi untuk menampung dan membawa oli serta melumasi parts

dalam ruang silinder. Ring oli hanya ada pada mesin empat tak karena pelumasan mesin dua

tak menggunakan oli samping.

2.Badan Piston

Berfungsi sebagai bagian gesek antara piston dan liner atau dinding silinder.Ukuran

dan kepresisian badan piston sangat berpengaruh pada proses pembakaran.

Pada badan piston juga terdapat lubang yang disebut pin hole yang memiliki fungsi  sebagai

tempat pin yang menghubungkan setang piston dan poros engkol.

3.Kaki Piston/piston skirt

Yang berfungsi sebagai penyeimbang gerakan piston pada liner silinder.

5

Page 6: Pembuatan piston.docx

gambar 2.2 bentuk dan bagian-bagian piston

2.3 FUNGSI PISTON

Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin

pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil 

pembakaran pada ruang bakar.

2.4 CARA KERJA PISTON

Cara kerja piston yaitu mengubah energy gerak menjadi energy mekanik pada proses

pembakaran pada ruang bakar. Piston  yang terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui

setang piston menggerakkan piston naik turun sehingga proses pembakaran terjadi.

6

Page 7: Pembuatan piston.docx

Gambar 2.3 cara kerja piston didalam silinder

2.5 JENIS-JENIS PISTON

Jenis piston dibagi menjadi  3 yaitu:

1.Piston Motorcycle

Piston motorcycle yaitu piston yang digunakan pada mesin motor.

Yang membedakan dari jenis piston lain adalah ukurannya yang paling kekecil dari jenis

piston lain.

Piston motorcycle dibagi menjadi 2 yaitu:

a.Piston motorcycle High Silicon adalah piston yang dipakai untuk motor 2 tak.

Gambar 2.4 piston untuk motor 2 tak

7

Page 8: Pembuatan piston.docx

b.Piston Non High Silicon adalah piston yang dipakai untuk  motor 4 tak.

Gambar 2.5 Piston untuk motor 4 tak

2.Piston Diesel

Piston Diesel adalah jenis piston yang digunakan pada silinder mesin mobil,truk,bus

dan traktor. pada jenis piston jenis ini dibagian kepala piston terdapat coakan sebagai

penampung oli sebagai pendingin saat proses pembakaran terjadi yang berguna untuk

mengurangi efek kompresi karena benturan pada kepala piston.

Gambar 2.6 Piston Diesel

3.Piston Gasoline

Piston Gasoline adalah piston semi diesel  yang  bahan bakunya terdapat campuran

silicon kualitas tinggi.

Piston jenis ini digunakan untuk mobil,seperti  Daihatsu Carry,Honda Jaz,Toyota  Avansa dll.

8

Page 9: Pembuatan piston.docx

Gambar 2.7 Piston Gasoline

2.6 PROSES PEMBUATAN PISTON PADA PROSES MACHINING PADA PISTON

DIESEL

Proses Machining adalah proses pembubutan piston dari bentuk casting piston

menjadi piston finish dengan menggunakan mesin CNC.

Dalam pembuatan piston pada proses machining yang menggunakan mesin CNC  memiliki

urutan sebagai berikut :

1.Proses Guide Bore Roughing

Proses Guide Bore Roughing yaitu proses pembuatan lubang diameter dalam casting

system yang berguna sebagai dudukan pada yatoi pada proses rought turning. Proses Guide

Bore Roughing (GBR) merupakan proses awal dari pembuatan piston.

Pada proses GBR ini dibuat dasar atau base untuk proses selanjutnya

(proseRoughTurning atau proses Rough Top Ring  Groove).

Bagian piston yang mengalami proses GBR adalah bagian skirt.

Pada proses GBR terdapat dua buah proses, yaitu:

1.Pemakanan Skirt

2.Pemakanan Base

9

Page 10: Pembuatan piston.docx

Dimensi yang paling penting pada proses ini adalah nakago dan valve. Biasanya

untuk piston yang memakai valve, dimensi valve didahulukan penyetingan dengan dimensi

nakago. Karena bila tinggi valve terlalu plus akan berakibat mentoknya valve pada piston

dengan katup masuk udara.

2.Proses Rough Turning

Proses Rough Turning (RT) merupakan proses pembubutan pada bagian diameter (yang

dijadikan tumpuan clamp untuk proses GBF) dan bagian head (yang dijadikan base untuk

proses GBF). Hal ini berlaku untuk piston Non Hisi, Gasoline dan diesel. Pada piston Hisi,

proses RT juga merupakan pembentukan finish head dan center boss cutting (CBC).

Gambar  2.9. proses rough turning

Pada proses RT ini biasanaya pemakanan sampai dua kali. Selain itu biasanya juga dilakukan

modifikasi tool sampai tiga buah untuk mempercepat cycle time. Sehingga proses ini

cenderung membuat tool cepat tumpul.

Dimensi yang perlu diperhatikan pada proses RT adalah kesumbuan center drill terhadap

GBF. Karena bila tidak satu sumbu mengakibatkan run out dari piston tersebut jelek sehingga

bisa menyebabkan nokori (proses yang tidak habis).

10

Page 11: Pembuatan piston.docx

3.Proses Guide Bore Finish

Proses Guide Bore Finish yaitu proses pembuatan untuk base proses finish

selanjutnya dan pembuatan lubang drill pada center boss untuk center clamp (untuk piston

motor cycle dan gasoline). Pada proses Guide Bore Finish (GBF) proses yang terjadi pada

dasarnya sama seperti pada proses GBR. Cuma ada sedikit tambahan pada proses GBF adalah

pembetukan chamfer skirt.

Yang perlu diperhatikan untuk proses ini adalah besarnya diameter GBF. Karena bila

besar diameter bertambah besar dapat mengakibatkan terjadinya reject step OD dan nokori

OD.

Selain itu dapat juga mengakibatkan profil dan tateform berubah. Yang perlu diperhatikan

juga adalah feeding untuk proses ini.

Bila feeding terlalu cepat mengakibatkan permukaan hasil proses GBF menjadi kasar dan

membuat uneri (flatness) NG.

Gambar 3.0 Proses Guide Bore Finish

11

Page 12: Pembuatan piston.docx

4.Proses Pin Hole Rough

Proses  Pin Hole Rough (PHR) merupakan proses pembuatan lubang pin yang

berfungsi sebagai pemegang pada proses berikutnya (untuk motorcycle non HISI, gasoline,

dan diesel).

Selain itu juga merupakan proses finish dari snap ring (untuk piston motorcycle dan diesel

(untuk tipe diesel memakai radius bosh)

Proses PHR ini berfungsi untuk membentuk lubang yang digunakan sebagai tempat pin

dalam perakitan piston nantinya. Proses PHR ini merupakan pembentukan proses awal.

Sedangkan snap ring yang terbentuk pada proses ini berguna untuk mengunci pin sehingga

pin tidak bergerak.

Gambar 3.1 Piston Gasoline  Hasil Proses Pin Hole Rough.

5.Proses Drill Oil Hole

Merupakan proses pembuatan lubang oli pada piston,agar sirkulasi pelumasan oli

pada piston lancar.

6.Proses Rough Top Ring Groove

Proses ini hanya terdapat pada proses untuk piston diesel. Proses ini merupakan

proses awal untuk pembentukkan ring kompresi (torenga). Material ring kompresi ini tidak

terbuat dari alumunium alloy seperti piston. Melainkan dari besi karbon. Mengingat material

untuk pembuatan ring kompresi keras, maka proses untuk ring kompresi ini ada 2, yaitu:

12

Page 13: Pembuatan piston.docx

1. Rough Top Ring Groove

2.Finish Top Ring Groove

Proses Rough Top Ring Groove (RTRG) merupakan proses pembubutan awal untuk

ring kompresi. Dasar proses ini memakai dari hasi proses GBR. Proses RTRG ini hanya

membubut pada bagian piston tempat ring kompresi berada.

Yang perlu diperhatikan adalah life time tool RTRG karena bila melebihi batas

mengakibatkan pemakanan akan menjadi lebih berat dan panas. Akibatnya ring besi akan

bisa lepas dari lapisan intermetalisnya.

Gambar 3.2 Proses RTRG

7.Finish Top Ring Groove dan All Ring Groove

Proses ring groove merupakan proses pembuatan alur untuk ring piston. Pada piston

gasoline dan motorcycle, proses ring satu, ring dua dan ring tiga dilakukan pada mesin yang

sama. Sedang pada piston diesel, ring satu prosesnya terpisah.

Pada diesel proses ini dibagi menjadi Finish Top Ring Groove (FTRG) dan All Ring Groove

(ARG). Hasil Proses FTRG dan ARG pada diesel dapat dilihat pada Gambar 3.3 proses

tersebut dilakukan dua kali. Yaitu untuk proses roughing kemudian diakhiri dengan proses

finish.

13

Page 14: Pembuatan piston.docx

Gambar 3.3 Proses FTRG

8. Proses Combustion Chamber

Proses combustion merupakan proses pembuatan ruang bakar untuk piston diesel.

Pada umumnya system semua piston diesel memiliki ruang bakar (combustion chamber).

Proses combustion biasanya dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: proses roughing dan proses

finish. Proses combustion ini dibagi menjadi 2 tahap karena besarnya pemakanan yang mesti

dilakukan dari benda casting.

Gambar 3.5 Proses Combustion

14

Page 15: Pembuatan piston.docx

9. Proses Valve

Proses valve merupakan proses pembuatan dudukan valve pada bagian head piston.

Proses valve ini merupakan proses yang kritis karena bila kedalaman valve terlalu dangkal

atau terlalu dalam akan menyebabkan engine akan kekurangan tenaga bahkan mengalami

kerusakan karena piston menabrak valve.

Proses valve dilakukan dalam 1 tahapan saja. Proses valve ini biasanya terdapat hanya

pada piston diesel saja. Dan tidak semua piston diesel memakai proses valve.

Yang perlu diperhatikan dalam proses valve ini adalah menggunakan mesin

machining center. Dalam penggunaan machining center ini yang perlu diperhatikan adalah

penggunaan system koordinat 3 derajat (x, y, dan z) sedang mesin CNC yang lain pada

umumnya menggunakan 2 derajat (x, dan z).

Gambar  3.6 Hasil Proses Valve

10.Proses Outside Diameter Finish

Proses ODF merupakan proses yang paling kritikal dari semua proses yang ada. Pada

dasarnya proses ODF merupakan proses bubut dengan diameter akhir adalah diameter finish.

Yang menyebabkan proses ODF kritikal adalah adanya penentuan diameter untuk piston

(grade). Grade ini merupakan bagian penting karena menentukan pasangan piston tersebut

dengan liner yang ada.

Grade liner dan grade piston merupakan pasangan yang pas. Bila diameter piston

terlalu kecil terhadap diameter liner akan menimbulkan piston noise. Tapi bila diameter

piston lebih besar dibandingkan dengan liner akan menimbulkan piston seret.  Jadi memang

bisa dikatakan sangat penting grade piston tersebut.

15

Page 16: Pembuatan piston.docx

Gambar 3.7  Proses ODF

11. Proses Pin Hole Finish

Pada proses PHF merupakan proses pembubutan akhir pada lubang pin. Proses PHF

ini merupakan proses lanjutan dari proses PHR. Proses PHF ini merupakan proses yang

kritikal karena diameter hasil proses PHF berpasangan dengan pin pada saat assy. Oleh sebab

itu perlu diperhatikan dimensi hasil proses PHF.

Proses PHF merupakan proses yang cenderung stabil dan mudah dalam penyetingan.

Yang perlu diperhatikan pada saat penyetingan adalah roughness dan profil. Selain itu juga

perlu diperhatikan concentricity snapring dan lubang pin hole finish.Jika hasil proses

concentricity snapring dan lubang pin hole finish jauh dari standar maka menyebabkan pin

tidak bisa terpasang.

16

Page 17: Pembuatan piston.docx

BAB III

PENENTUAN SPESIFIKASI

3.1 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Proses Produksi

Dari hasil pengamatan dan data dilapangan bawa dalam pembuatan piston setiap proses

piston memiliki spesifikasi dan hal-hal yang harus diperhatikan saat produksi berlangsung

yaitu:

1.Proses GBR

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Cek dimensi heniku (heniku

skirt dan heniku pin hole)

setiap ganti lot dan cavity

Jarak snap ring dengan pin hole akan berbeda antara  lubang

kiri dan kanan

Cek ketinggian baut jig GBR Hasil proses GBR akan miring dan heniku akan NG

Baut-baut pengikat dalam

keadaan kencangBenda kerja akan berputar pada saat proses pemakanan

karena clamp tidak kuat memegang benda kerja

Piston diclamp dengan

sempurna (tidak miring atau

terganjal)

Tool akan menabrak benda kerja karena ketinggian

benda kerja yang tidak rata

Hasil proses GBR yang miring sehingga proses

selanjutnya menjadi NG (proses RT hasil nokori dan

center boss tidak center; proses RTRG hasil ring

miring)

17

Page 18: Pembuatan piston.docx

Heniku piston akan NG

Posisi pemasangan Piston

harus seragam Dimensi Heniku(perbedaan tebal) piston NG

2.Proses  RT

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Tekanan clamp dan pin chuck

yang digunakan harus sesuai

standar

Piston pecah karena tekanan clamp yang terlalu

tinggi

Piston pecah karena tumpuan pin chuck mengenai

ujung lubang pin hole bagian dalam sehingga

momennya menjadi besar

Pemasangan benda kerja tidak

miring

Hasil proses akan NG (nokori atau center boss

tidak center)

Tool akan menabrak benda kerja

Head tidak flat, akan mempengaruhi heniku di

GBF

Periksa feeding dan lifetime tool Hasil proses timbul step pada bagian OD atau head

finish

Pemakanan akan berat sehingga tool bisa pecah.

Selain itu piston bisa pecah pula

Stylus master copy untuk radius

head dan tekanan stylus terhadap

mastercopy

Radius head tidak masuk standar

Center bosh akan terlalu kecil

Timbul step pada head

18

Page 19: Pembuatan piston.docx

3.Proses GBF

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Kesumbuan antara lubang drill

dan hasil guide bore finish

Piston nokori karena lubang drill dan hasil proses guide bore

finish tidak sesumbu

Feeding GBF disesuaikan

dengan WS

Hasil proses menjadi kasar sehingga kemungkinan

concentricity ring groove dan ODF NG

Cek kesumbuan chuck clamp

mesin GBF

Chuck clamp akan mencekam benda kerja tidak merata.

Sehingga hasil proses kemungkinan besar akan heniku atau

posisi center dan GBF tidak satu sumbu.

Diameter hasil proses guide

bore finish disesuaikan dengan

diameter yatoi ODF

Ovality ODF akan besar bila diameter GBF longgar,

sedang ovality akan minus bila diameter GBF sempit

Tateform ODF akan miring bila diameter GBF terlalu

longgar

Profil ODF akan keriting bila diameter GBF terlalu

longgar

CP tidak stabil

Diameter lubang drill dan

bidang sentuh antara center dan

lubang drill

Profil ODF akan tidak stabil dan berubah-ubah

Cek ketinggian baut untuk head

pada jig untuk proses GBF

(Gambar 4.4)

Heniku skirt maupun heniku pin hole akan menjadi NG

19

Page 20: Pembuatan piston.docx

Run out dari jig clamp chuck

Hasil proses akan miring sehingga base piston untuk

proses selanjutnya akan miring pula

Chamfer skirt akan besar sebelah

Concentricity ODF dengan ring groove NG

Diameter dan kedalaman

lubang drill

Bila diameter lubang drill besar maka kemungkinan

profil ODF akan membesar

Bila diameter lubang drill kecil maka kemungkinan

profil ODF akan mengecil

Kebersihan base piston (hasil

proses GBF)

Bila kotor maka untuk proses selanjutnya akan miring.

Sehingga piston kemungkinan besar menjadi nokori atau

chamfer besar sebelah.

Nakago (kedalaman piston)

dan tebal kepala

Bila nakago terlalu dalam mengakibatkan daging pin

hole terlalu tipis. Sehingga bisa mengkibatkan pecah

atau retaknya piston

Kedalaman valve terlalu dalam atau terlalu dangkal.

Piston diesel yang menggunakan ring besi

mengakibatkan tebal ring akan beda

4.Proses PHR

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Pitch snap ring yang

sesuai WS (periksa empat

posisi)

Pitch snap ring menjadi sempit atau blong kemungkinan karena:

Stopper slide terlalu maju atau terlalu mundur

Slide recessing sudah aus

Index yatoi berubah karena aus

Baut pengikat tool holder kendor

20

Page 21: Pembuatan piston.docx

Ketinggian antara lubang

hasil PHR dan PHF

Hasil proses akan nokori

Concentricity snap ring menjadi NG

Haba snap ring yang

sesuai standar WS

Haba snap ring menjadi sempit atau besar sesuai dengan

haba tool yang terpasang

Haba snap ring sebagian sempit atau besar karena slide

recessing mesin PHR NG

Diameter lubang hasil

proses PHR

Diameter sempit kemungkinan  karena diamater boring bar

yang sudah tumpul. Selain itu hasil proses terlihat alur

yang dalam dan berulir

Diameter oval dan diameter blong karena putaran spindle

tidak stabil

Holder NG sehingga menyebabkan concentricity  NG

Diameter snap ring sesuai

WS

Diameter snap ring NG karena baut pengikat tool dan baut

stopper longgar

Diameter snap ring oval kemungkinan karena putaran

recessing yang tidak stabil karena tidak ada grease

Radius snap ring

Timbul step karena tool snap ring NG atau grease slide reccesing

kurang

Offset PHR sesuai WS Concentricity snap ring NG karena offset PHR NG

Hasil proses nokori pada PHF karena Offset PHR NG

Hasil proses snap ring

yang kasar

Grease untuk mesin PHR sudah habis

Proses kena makan punggung tool

Putaran spindel saat recessing terlalu cepat

Magari PHR Magari NG kemungkinan karena:

21

Page 22: Pembuatan piston.docx

Kere atau per jig PHR NG

Stopper index yang berubah karena aus

Pemasangan yatoi tidak

boleh kotor / terganjal

skrap

Tinggi ( – ) minus

Offset  berubah

Concenticity Snap Ring NG

5.Proses FTRG dan ARG

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Bersihkan dudukan mesin (spindle), dan

yatoy dari kotoran scrab

Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat

proses benda kerja akan miring juga

mSetting kesumbuan spindle dengan yatoi

maksimum 10

Pemasangan benda kerja akan miring

sehingga chamfer head akan besar

sebelah

Piston akan nokori di ODF

Concentricity ODF dan ring groove

menjadi NG sehingga chamfer untuk ring

groove akan menjadi miring

Diameter negasi akan besar sebelah

Setting feeding dan putaran spindel sesuai

standard

Bila feeding dan rpm tidak sesuai

standard, ring besi akan pecah karena

gesekan tool yang terlalu berat

Life time tool akan menjadi pendek

m (untuk ring rata dan semi kiston) dan 0

(untuk ring kiston)Periksa beda

pemakanan tool roughing dan tool finish

Arasa dish NG secara visual akan tampak

bagian yang buram

22

Page 23: Pembuatan piston.docx

yaitu 150

Arasa dish NG secara visual akan tampak

bagian yang buram

Cek konsentrasi coolant harus sesuai

standar

Arasa dan uneri ring groove akan buram

dan kasar

Tool cepat tumpul

6.Proses Coumbustion

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Bersihkan dudukan mesin

(spindle), dan yatoy dari kotoran

scrab

Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat proses

benda kerja akan miring juga

Setting feeding dan putaran spindel

sesuai standard

Bila feeding dan rpm tidak sesuai standard, ring

besi akan pecah karena gesekan tool yang terlalu

berat

Life time tool akan menjadi pendek

mPeriksa beda pemakanan tool

roughing dan tool finish yaitu 300

Arasa dan profil combution akan terlihat kasar

Ketinggian puncak combustion dan

kedalaman combustion

Tenaga engine menjadi turun karena volume

combustion membesar

Aliran turbulence bahan bakar menjadi tidak

teratur

23

Page 24: Pembuatan piston.docx

7.Proses Valve

Yang Harus

DiperhatikanAkibat Bila Tidak Dilakukan

Bersihkan dudukan

yatoy dari kotoran scrab

Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat proses benda

kerja akan miring juga sehingga kedalaman valve menjadi

tidak merata

Posisi valve akan menjadi NG karena basic proses valve

adalah GBF dan lubang pin hole

Cek kedalaman valve 

pada 3 posisi

Bila terlalu dalam dapat mengakibatkan tenaga engine

berkurang

Bila terlalu dangkal dapat mengakibatkan valve menabrak

piston

8.Proses ODF

Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan

Bersihkan dudukan yatoy dari kotoran scrab

Putaran mastercam atau run out akan

susah untuk disetting

Kemungkinan barang menjadi nokori

atau step

mSetting kesumbuan spindel, tanggo,

master cam dan yatoy maksimum 5

Hasil profil ODF akan NG (profil ODF untuk

tiap ketinggian tidak terletak pada satu sumbu)

Ukur tebal stylus dan sesuaikan dengan

ukuran WI

Bila stylus terlalu lebar proses copy menjadi

tidak sempurna sehingga step pada bagian

24

Page 25: Pembuatan piston.docx

mastercam ikut ter-copy

Perhatikan radius pada stylus yang harus

sesuai dengan radius mastercam bagian pin

hole (diameter minor)

Hasil profil ODF akan NG

Pada saat proses bagian tool yang

memotong benda kerja adalah bagian

punggung

Sesuaikan tekanan clamp atau certer clamp

dan tekanan stylus sesuai dengan standart

kerja

Ovality akan membesar (+) bila tekanan

center atau stylus terlalu besar

Ovality akan mengecil (-) bila tekanan

center atau stylus terlalu kecil

Tateform pada bagian skirt akan

mengalami deformasi

Timbul step pada bagian diameter

piston

Sesuaikan diameter hasil proses GBF dengan

diameter yatoy ODF

Bila terlalu longgar ovality akan

cenderung (+)

Bila terlalu seret ovality akan cenderung

(-)

Bila terlalu longgar tateform akan

miring

Bila terlalu longgar akan timbul step

pada bagian diameter

Timbul step pada bagian diameter

piston

Perhatikan deep of cut (DOC) atau perbedaan

tebal pemakanan antara proses SOD dan

ODF pada 3 ketinggian (head, punggung dan

skirt)

Nokori ODF

25

Page 26: Pembuatan piston.docx

Iching atau run out terutama untuk piston

yang memakai clamp chuckNokori ODF

Ketinggian tool terhadap titik pusat

mastercam

Umur tool akan menjadi pendek

Profil ODF akan menjadi NG

3.2 Perhitungan Spesifikasi

A.Perhitungan Spesifikasi yang ada pada  Proses Rough Top Ring Groove,Finish Top Ring

Groove.

Dalam proses ini terdapat proses-proses yang sudah digabung untuk meminimalkan

Down Time proses produksi antara lain proses Head Finish,Proses Semi Out Diameter Finish

dan Proses Chamfer Finish.

- Perhitungan Spesifikasi yang ada pada  Proses Rough Top Ring Groove,Finish Top Ring

Groove Piston     Diesel Tipe MTB 4D34 T6 :

N1 (FINISH TOP RING-FINISH HEAD)

M53 ;

M24 ;

T02OO (ROUGH TOP RING) ;

G97  MO3  S350  T0213 ;

G0    X116.00  Z9.60  M08 ;

G01  X96.0  F0.12 ;

G01  X93.7  F0.08 ;

G04 UO.2 ;

G0 X209.0 ;

Z40.0 ;

T0 ;

N2 M19 ;

(HEAD FINISH . CHAMFER RADIUS)

26

Page 27: Pembuatan piston.docx

T0100 ;

G97  MO3      S1400   T0114 ;

G0    X162.2  Z26.14  (DIAMETER TOP – LAND) ;

G01  Z14.5  FO.5 ;

G0    X162.50      ;

Z24.4 (TINGGI HEAD FINISH) ;

G01  X161.80 F0.12 ;

G01  Z26.00 ;

G01  Z20.99 ;

G02  U-4.20 W2.1      R2.1 ;

G01  X89.10 W0.002 F0.12 ;

W0.5 ;

G0     X209.00 ;

M03  S1400    T0115;

Z-31.22 (CHAMFER-RING ATAS)

G01   X201.25 F0.5 ;

G04   U0.20 ;

G01   X201.87  Z-31.48  F0.5 ( CHAMFER-RING BAWAH) ;

G04   U0.20 ;

G0     X239.00 ;

Z40.00 ;

MO8 ;

N3 (FINISH TOP RING GROOVE)

G97  S800 M03  T1216 ;

G0    X105.00  Z24.23  (SISI RING ATAS)

G01  X93.70  W0.733  F0.05 ;

G04  U0.40 ;

G0    X105.00 ;

Z22.73  T1217 ;

G01  X93.70  W0.733  F0.05 (SISI RING BAWAH) ;

G04  U0.20 ;

G0    X180.00 ;

Z56.00  M09 ;

27

Page 28: Pembuatan piston.docx

T0200   M19 ;

T0 ;

M52 ;

M69 ;

M30 ;

B.Komposisi Material

Dalam pembuatan sebuah piston terdapat komposisi bahan-bahan untuk mendapatkan

kualitas terbaik antara lain sebagai berikut :

-Nitrogen                            : 1.5%

-Magnesium                       : 3.15 %

-Fosfor                                 :3.85 %            Diproses pada Suhu 600-900  C/ 1 – 1.5 jam

-Alumunium                       :90.0 %

-Lain-lain                             :1.50 %

Per 100 Kg

28

Page 29: Pembuatan piston.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pemisahan jenis piston  berdasarkan kegunaannya pada kompresi didalam mesin.

piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder  mesin pembakaran

dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.

Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin

pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil

pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang

piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan

tekanan, misal aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy).

Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder pembakaran,maka

kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran. Dari hasil pembakaran

didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk menggerakan mesin. Oleh

karena itu kualitas dimensi merupakan unsur  utama yang harus diperhatikan.untuk

mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan material dengan komposisi yang seimbang antara

lain besi, alumunium,magnesium,dll  serta proses produksi yang mendukung.

4.2 SARAN

Makalah ini menjelaskan tentang jenis-jenis piston dan proses pembuatan piston.

Penulis berharap masyarakat mengetahui pembuatan piston sebagai pengetahuan

maupun dapat diaplikasikan dalam belajar mengajar. Marilah kita bersama-sama mempelajari

ilmu pengetahuan agar  teknologi dalam negeri semakin maju. Penulis juga menerima kritik

dan saran dari dosen pengajar karna kami tidak luput dari kesalahan sehingga kedepannya

dapat lebih baik dalam pembuatan makalah.

29