Pembuatan piston.docx
-
Upload
bilyy-cii-machinerasta-reggae -
Category
Documents
-
view
593 -
download
7
description
Transcript of Pembuatan piston.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di era modern saat ini kebutuhan akan alat transportasi sangat berperan,baik alat
transportasi umum dan pribadi. Dalam pemenuhan kebutuhan alat tranportasi tidak lepas dari
kemajuan industri automotive.Sebagai contoh mobil ,motor,bus,truk dll.
Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin
pembakaran dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.
Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin
pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil
pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang
piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan
tekanan, misal aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy).
Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder
pembakaran,maka kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran. Dari
hasil pembakaran didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk
menggerakan mesin. Oleh karena itu kualitas dimensi merupakan unsur utama yang harus
diperhatikan.untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan material dengan komposisi yang
seimbang antara lain besi, alumunium,magnesium,dll serta proses produksi yang
mendukung.
Makalah ini akan membahas mengenai piston yaitu dimensi piston secara
detail,fungsi piston,jenis-jenis piston,prinsip kerja piston,langkah-langkah pembuatan piston
dan proses pembuatan piston pada proses machining.
Karena proses finish dari pembuatan piston dilakukan pada proses machining dan
proses pembuatan piston terlengkap ada pada proses machining piston diesel, maka saya akan
mengambil judul makalah sebagai berikut: “PROSES PEMBUATAN PISTON”
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.Apa itu piston ?
2.Bagaimana dimensi piston ?
3.Apa fungsi piston ?
4.Bagaimana prinsip kerja piston ?
5.Apa saja jenis-jenis piston ?
6.Apa itu proses machining ?
7.Proses apa saja yang ada pada proses machining ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan makalah proses pembuatan piston diesel pada proses machining adalah
sebagai berikut:
1.Mengetahui bentuk piston beserta bagian-bagiannya.
2. Mengetahui fungsi piston di dalam mesin.
3.Mengetahui cara kerja piston pada mesin.
4.Mengetahui jenis-jenis piston.
5.Mengetahui proses pembuatan piston yang ada pada proses machining.
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat pembuatan makalah ini antara lain:
1.Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai piston yaitu dimensi piston secara
detail,fungsi piston,jenis-jenis piston,prinsip kerja piston,langkah-langkah pembuatan piston
dan proses pembuatan piston pada proses machining.
2
1.5 CAKUPAN PERENCANAAN
Dalam perencanaan ini penulis akan melakukan serangkaian kegiatan antara lain:
1.Pengambilan data mengenai proses produksi pada proses machining/
2.Melakukan pemisahan jenis-jenis piston secara umum.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini dibagi menjadi beberapa bagian dengan sistematika
penulisan makalah pada umumnya,meliputi beberapa bagian yang dibagi menjadi beberapa
BAB yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Diuraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan
manfaat makalah,dan sistematika penulisan makalah.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang berkenaan tentang piston.
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
Berisikan spesifikasi hal-hal yang mendasar pada proses machining piston.
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengumpulan data di lapangan
dan saran yang dapat diberikan kepada masyarakat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TENTANG PISTON
Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin
pembakaran dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.
Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin
pembakaran dalam yang sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil
pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang
piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan
tekanan, bahan aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy).
gambar 2.1 piston
2.2 DIMENSI PADA PISTON
Dimensi dan bentuk pada piston secara detail dibagi atas 3 bagian yaitu:
1.Kepala piston(piston crown)
Adalah bagian teratas dari piston yaan berfungsi sebagai penahan benturan akibat proses
pembakaran.
4
Kepala piston dibagi atas 2 bagian yaitu:
a.Head piston
Pada piston jenis diesel terdapat coakan untuk menampung oli yang berfungsi
sebagai pendingin.
b.All Ring Group atau ring piston
Ring piston memiliki dua tipe, ring kompresi dan ring oli. Ring kompresi
berfungsi untuk pemampatan volume dalam silinder serta menghapus oli pada dinding
silinder.
Kemampuan kompresi ring piston yang sudah menurun mengakibatkan performa
mesin menurun. Ring oli berfungsi untuk menampung dan membawa oli serta melumasi parts
dalam ruang silinder. Ring oli hanya ada pada mesin empat tak karena pelumasan mesin dua
tak menggunakan oli samping.
2.Badan Piston
Berfungsi sebagai bagian gesek antara piston dan liner atau dinding silinder.Ukuran
dan kepresisian badan piston sangat berpengaruh pada proses pembakaran.
Pada badan piston juga terdapat lubang yang disebut pin hole yang memiliki fungsi sebagai
tempat pin yang menghubungkan setang piston dan poros engkol.
3.Kaki Piston/piston skirt
Yang berfungsi sebagai penyeimbang gerakan piston pada liner silinder.
5
gambar 2.2 bentuk dan bagian-bagian piston
2.3 FUNGSI PISTON
Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin
pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil
pembakaran pada ruang bakar.
2.4 CARA KERJA PISTON
Cara kerja piston yaitu mengubah energy gerak menjadi energy mekanik pada proses
pembakaran pada ruang bakar. Piston yang terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui
setang piston menggerakkan piston naik turun sehingga proses pembakaran terjadi.
6
Gambar 2.3 cara kerja piston didalam silinder
2.5 JENIS-JENIS PISTON
Jenis piston dibagi menjadi 3 yaitu:
1.Piston Motorcycle
Piston motorcycle yaitu piston yang digunakan pada mesin motor.
Yang membedakan dari jenis piston lain adalah ukurannya yang paling kekecil dari jenis
piston lain.
Piston motorcycle dibagi menjadi 2 yaitu:
a.Piston motorcycle High Silicon adalah piston yang dipakai untuk motor 2 tak.
Gambar 2.4 piston untuk motor 2 tak
7
b.Piston Non High Silicon adalah piston yang dipakai untuk motor 4 tak.
Gambar 2.5 Piston untuk motor 4 tak
2.Piston Diesel
Piston Diesel adalah jenis piston yang digunakan pada silinder mesin mobil,truk,bus
dan traktor. pada jenis piston jenis ini dibagian kepala piston terdapat coakan sebagai
penampung oli sebagai pendingin saat proses pembakaran terjadi yang berguna untuk
mengurangi efek kompresi karena benturan pada kepala piston.
Gambar 2.6 Piston Diesel
3.Piston Gasoline
Piston Gasoline adalah piston semi diesel yang bahan bakunya terdapat campuran
silicon kualitas tinggi.
Piston jenis ini digunakan untuk mobil,seperti Daihatsu Carry,Honda Jaz,Toyota Avansa dll.
8
Gambar 2.7 Piston Gasoline
2.6 PROSES PEMBUATAN PISTON PADA PROSES MACHINING PADA PISTON
DIESEL
Proses Machining adalah proses pembubutan piston dari bentuk casting piston
menjadi piston finish dengan menggunakan mesin CNC.
Dalam pembuatan piston pada proses machining yang menggunakan mesin CNC memiliki
urutan sebagai berikut :
1.Proses Guide Bore Roughing
Proses Guide Bore Roughing yaitu proses pembuatan lubang diameter dalam casting
system yang berguna sebagai dudukan pada yatoi pada proses rought turning. Proses Guide
Bore Roughing (GBR) merupakan proses awal dari pembuatan piston.
Pada proses GBR ini dibuat dasar atau base untuk proses selanjutnya
(proseRoughTurning atau proses Rough Top Ring Groove).
Bagian piston yang mengalami proses GBR adalah bagian skirt.
Pada proses GBR terdapat dua buah proses, yaitu:
1.Pemakanan Skirt
2.Pemakanan Base
9
Dimensi yang paling penting pada proses ini adalah nakago dan valve. Biasanya
untuk piston yang memakai valve, dimensi valve didahulukan penyetingan dengan dimensi
nakago. Karena bila tinggi valve terlalu plus akan berakibat mentoknya valve pada piston
dengan katup masuk udara.
2.Proses Rough Turning
Proses Rough Turning (RT) merupakan proses pembubutan pada bagian diameter (yang
dijadikan tumpuan clamp untuk proses GBF) dan bagian head (yang dijadikan base untuk
proses GBF). Hal ini berlaku untuk piston Non Hisi, Gasoline dan diesel. Pada piston Hisi,
proses RT juga merupakan pembentukan finish head dan center boss cutting (CBC).
Gambar 2.9. proses rough turning
Pada proses RT ini biasanaya pemakanan sampai dua kali. Selain itu biasanya juga dilakukan
modifikasi tool sampai tiga buah untuk mempercepat cycle time. Sehingga proses ini
cenderung membuat tool cepat tumpul.
Dimensi yang perlu diperhatikan pada proses RT adalah kesumbuan center drill terhadap
GBF. Karena bila tidak satu sumbu mengakibatkan run out dari piston tersebut jelek sehingga
bisa menyebabkan nokori (proses yang tidak habis).
10
3.Proses Guide Bore Finish
Proses Guide Bore Finish yaitu proses pembuatan untuk base proses finish
selanjutnya dan pembuatan lubang drill pada center boss untuk center clamp (untuk piston
motor cycle dan gasoline). Pada proses Guide Bore Finish (GBF) proses yang terjadi pada
dasarnya sama seperti pada proses GBR. Cuma ada sedikit tambahan pada proses GBF adalah
pembetukan chamfer skirt.
Yang perlu diperhatikan untuk proses ini adalah besarnya diameter GBF. Karena bila
besar diameter bertambah besar dapat mengakibatkan terjadinya reject step OD dan nokori
OD.
Selain itu dapat juga mengakibatkan profil dan tateform berubah. Yang perlu diperhatikan
juga adalah feeding untuk proses ini.
Bila feeding terlalu cepat mengakibatkan permukaan hasil proses GBF menjadi kasar dan
membuat uneri (flatness) NG.
Gambar 3.0 Proses Guide Bore Finish
11
4.Proses Pin Hole Rough
Proses Pin Hole Rough (PHR) merupakan proses pembuatan lubang pin yang
berfungsi sebagai pemegang pada proses berikutnya (untuk motorcycle non HISI, gasoline,
dan diesel).
Selain itu juga merupakan proses finish dari snap ring (untuk piston motorcycle dan diesel
(untuk tipe diesel memakai radius bosh)
Proses PHR ini berfungsi untuk membentuk lubang yang digunakan sebagai tempat pin
dalam perakitan piston nantinya. Proses PHR ini merupakan pembentukan proses awal.
Sedangkan snap ring yang terbentuk pada proses ini berguna untuk mengunci pin sehingga
pin tidak bergerak.
Gambar 3.1 Piston Gasoline Hasil Proses Pin Hole Rough.
5.Proses Drill Oil Hole
Merupakan proses pembuatan lubang oli pada piston,agar sirkulasi pelumasan oli
pada piston lancar.
6.Proses Rough Top Ring Groove
Proses ini hanya terdapat pada proses untuk piston diesel. Proses ini merupakan
proses awal untuk pembentukkan ring kompresi (torenga). Material ring kompresi ini tidak
terbuat dari alumunium alloy seperti piston. Melainkan dari besi karbon. Mengingat material
untuk pembuatan ring kompresi keras, maka proses untuk ring kompresi ini ada 2, yaitu:
12
1. Rough Top Ring Groove
2.Finish Top Ring Groove
Proses Rough Top Ring Groove (RTRG) merupakan proses pembubutan awal untuk
ring kompresi. Dasar proses ini memakai dari hasi proses GBR. Proses RTRG ini hanya
membubut pada bagian piston tempat ring kompresi berada.
Yang perlu diperhatikan adalah life time tool RTRG karena bila melebihi batas
mengakibatkan pemakanan akan menjadi lebih berat dan panas. Akibatnya ring besi akan
bisa lepas dari lapisan intermetalisnya.
Gambar 3.2 Proses RTRG
7.Finish Top Ring Groove dan All Ring Groove
Proses ring groove merupakan proses pembuatan alur untuk ring piston. Pada piston
gasoline dan motorcycle, proses ring satu, ring dua dan ring tiga dilakukan pada mesin yang
sama. Sedang pada piston diesel, ring satu prosesnya terpisah.
Pada diesel proses ini dibagi menjadi Finish Top Ring Groove (FTRG) dan All Ring Groove
(ARG). Hasil Proses FTRG dan ARG pada diesel dapat dilihat pada Gambar 3.3 proses
tersebut dilakukan dua kali. Yaitu untuk proses roughing kemudian diakhiri dengan proses
finish.
13
Gambar 3.3 Proses FTRG
8. Proses Combustion Chamber
Proses combustion merupakan proses pembuatan ruang bakar untuk piston diesel.
Pada umumnya system semua piston diesel memiliki ruang bakar (combustion chamber).
Proses combustion biasanya dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: proses roughing dan proses
finish. Proses combustion ini dibagi menjadi 2 tahap karena besarnya pemakanan yang mesti
dilakukan dari benda casting.
Gambar 3.5 Proses Combustion
14
9. Proses Valve
Proses valve merupakan proses pembuatan dudukan valve pada bagian head piston.
Proses valve ini merupakan proses yang kritis karena bila kedalaman valve terlalu dangkal
atau terlalu dalam akan menyebabkan engine akan kekurangan tenaga bahkan mengalami
kerusakan karena piston menabrak valve.
Proses valve dilakukan dalam 1 tahapan saja. Proses valve ini biasanya terdapat hanya
pada piston diesel saja. Dan tidak semua piston diesel memakai proses valve.
Yang perlu diperhatikan dalam proses valve ini adalah menggunakan mesin
machining center. Dalam penggunaan machining center ini yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan system koordinat 3 derajat (x, y, dan z) sedang mesin CNC yang lain pada
umumnya menggunakan 2 derajat (x, dan z).
Gambar 3.6 Hasil Proses Valve
10.Proses Outside Diameter Finish
Proses ODF merupakan proses yang paling kritikal dari semua proses yang ada. Pada
dasarnya proses ODF merupakan proses bubut dengan diameter akhir adalah diameter finish.
Yang menyebabkan proses ODF kritikal adalah adanya penentuan diameter untuk piston
(grade). Grade ini merupakan bagian penting karena menentukan pasangan piston tersebut
dengan liner yang ada.
Grade liner dan grade piston merupakan pasangan yang pas. Bila diameter piston
terlalu kecil terhadap diameter liner akan menimbulkan piston noise. Tapi bila diameter
piston lebih besar dibandingkan dengan liner akan menimbulkan piston seret. Jadi memang
bisa dikatakan sangat penting grade piston tersebut.
15
Gambar 3.7 Proses ODF
11. Proses Pin Hole Finish
Pada proses PHF merupakan proses pembubutan akhir pada lubang pin. Proses PHF
ini merupakan proses lanjutan dari proses PHR. Proses PHF ini merupakan proses yang
kritikal karena diameter hasil proses PHF berpasangan dengan pin pada saat assy. Oleh sebab
itu perlu diperhatikan dimensi hasil proses PHF.
Proses PHF merupakan proses yang cenderung stabil dan mudah dalam penyetingan.
Yang perlu diperhatikan pada saat penyetingan adalah roughness dan profil. Selain itu juga
perlu diperhatikan concentricity snapring dan lubang pin hole finish.Jika hasil proses
concentricity snapring dan lubang pin hole finish jauh dari standar maka menyebabkan pin
tidak bisa terpasang.
16
BAB III
PENENTUAN SPESIFIKASI
3.1 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Proses Produksi
Dari hasil pengamatan dan data dilapangan bawa dalam pembuatan piston setiap proses
piston memiliki spesifikasi dan hal-hal yang harus diperhatikan saat produksi berlangsung
yaitu:
1.Proses GBR
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Cek dimensi heniku (heniku
skirt dan heniku pin hole)
setiap ganti lot dan cavity
Jarak snap ring dengan pin hole akan berbeda antara lubang
kiri dan kanan
Cek ketinggian baut jig GBR Hasil proses GBR akan miring dan heniku akan NG
Baut-baut pengikat dalam
keadaan kencangBenda kerja akan berputar pada saat proses pemakanan
karena clamp tidak kuat memegang benda kerja
Piston diclamp dengan
sempurna (tidak miring atau
terganjal)
Tool akan menabrak benda kerja karena ketinggian
benda kerja yang tidak rata
Hasil proses GBR yang miring sehingga proses
selanjutnya menjadi NG (proses RT hasil nokori dan
center boss tidak center; proses RTRG hasil ring
miring)
17
Heniku piston akan NG
Posisi pemasangan Piston
harus seragam Dimensi Heniku(perbedaan tebal) piston NG
2.Proses RT
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Tekanan clamp dan pin chuck
yang digunakan harus sesuai
standar
Piston pecah karena tekanan clamp yang terlalu
tinggi
Piston pecah karena tumpuan pin chuck mengenai
ujung lubang pin hole bagian dalam sehingga
momennya menjadi besar
Pemasangan benda kerja tidak
miring
Hasil proses akan NG (nokori atau center boss
tidak center)
Tool akan menabrak benda kerja
Head tidak flat, akan mempengaruhi heniku di
GBF
Periksa feeding dan lifetime tool Hasil proses timbul step pada bagian OD atau head
finish
Pemakanan akan berat sehingga tool bisa pecah.
Selain itu piston bisa pecah pula
Stylus master copy untuk radius
head dan tekanan stylus terhadap
mastercopy
Radius head tidak masuk standar
Center bosh akan terlalu kecil
Timbul step pada head
18
3.Proses GBF
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Kesumbuan antara lubang drill
dan hasil guide bore finish
Piston nokori karena lubang drill dan hasil proses guide bore
finish tidak sesumbu
Feeding GBF disesuaikan
dengan WS
Hasil proses menjadi kasar sehingga kemungkinan
concentricity ring groove dan ODF NG
Cek kesumbuan chuck clamp
mesin GBF
Chuck clamp akan mencekam benda kerja tidak merata.
Sehingga hasil proses kemungkinan besar akan heniku atau
posisi center dan GBF tidak satu sumbu.
Diameter hasil proses guide
bore finish disesuaikan dengan
diameter yatoi ODF
Ovality ODF akan besar bila diameter GBF longgar,
sedang ovality akan minus bila diameter GBF sempit
Tateform ODF akan miring bila diameter GBF terlalu
longgar
Profil ODF akan keriting bila diameter GBF terlalu
longgar
CP tidak stabil
Diameter lubang drill dan
bidang sentuh antara center dan
lubang drill
Profil ODF akan tidak stabil dan berubah-ubah
Cek ketinggian baut untuk head
pada jig untuk proses GBF
(Gambar 4.4)
Heniku skirt maupun heniku pin hole akan menjadi NG
19
Run out dari jig clamp chuck
Hasil proses akan miring sehingga base piston untuk
proses selanjutnya akan miring pula
Chamfer skirt akan besar sebelah
Concentricity ODF dengan ring groove NG
Diameter dan kedalaman
lubang drill
Bila diameter lubang drill besar maka kemungkinan
profil ODF akan membesar
Bila diameter lubang drill kecil maka kemungkinan
profil ODF akan mengecil
Kebersihan base piston (hasil
proses GBF)
Bila kotor maka untuk proses selanjutnya akan miring.
Sehingga piston kemungkinan besar menjadi nokori atau
chamfer besar sebelah.
Nakago (kedalaman piston)
dan tebal kepala
Bila nakago terlalu dalam mengakibatkan daging pin
hole terlalu tipis. Sehingga bisa mengkibatkan pecah
atau retaknya piston
Kedalaman valve terlalu dalam atau terlalu dangkal.
Piston diesel yang menggunakan ring besi
mengakibatkan tebal ring akan beda
4.Proses PHR
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Pitch snap ring yang
sesuai WS (periksa empat
posisi)
Pitch snap ring menjadi sempit atau blong kemungkinan karena:
Stopper slide terlalu maju atau terlalu mundur
Slide recessing sudah aus
Index yatoi berubah karena aus
Baut pengikat tool holder kendor
20
Ketinggian antara lubang
hasil PHR dan PHF
Hasil proses akan nokori
Concentricity snap ring menjadi NG
Haba snap ring yang
sesuai standar WS
Haba snap ring menjadi sempit atau besar sesuai dengan
haba tool yang terpasang
Haba snap ring sebagian sempit atau besar karena slide
recessing mesin PHR NG
Diameter lubang hasil
proses PHR
Diameter sempit kemungkinan karena diamater boring bar
yang sudah tumpul. Selain itu hasil proses terlihat alur
yang dalam dan berulir
Diameter oval dan diameter blong karena putaran spindle
tidak stabil
Holder NG sehingga menyebabkan concentricity NG
Diameter snap ring sesuai
WS
Diameter snap ring NG karena baut pengikat tool dan baut
stopper longgar
Diameter snap ring oval kemungkinan karena putaran
recessing yang tidak stabil karena tidak ada grease
Radius snap ring
Timbul step karena tool snap ring NG atau grease slide reccesing
kurang
Offset PHR sesuai WS Concentricity snap ring NG karena offset PHR NG
Hasil proses nokori pada PHF karena Offset PHR NG
Hasil proses snap ring
yang kasar
Grease untuk mesin PHR sudah habis
Proses kena makan punggung tool
Putaran spindel saat recessing terlalu cepat
Magari PHR Magari NG kemungkinan karena:
21
Kere atau per jig PHR NG
Stopper index yang berubah karena aus
Pemasangan yatoi tidak
boleh kotor / terganjal
skrap
Tinggi ( – ) minus
Offset berubah
Concenticity Snap Ring NG
5.Proses FTRG dan ARG
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Bersihkan dudukan mesin (spindle), dan
yatoy dari kotoran scrab
Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat
proses benda kerja akan miring juga
mSetting kesumbuan spindle dengan yatoi
maksimum 10
Pemasangan benda kerja akan miring
sehingga chamfer head akan besar
sebelah
Piston akan nokori di ODF
Concentricity ODF dan ring groove
menjadi NG sehingga chamfer untuk ring
groove akan menjadi miring
Diameter negasi akan besar sebelah
Setting feeding dan putaran spindel sesuai
standard
Bila feeding dan rpm tidak sesuai
standard, ring besi akan pecah karena
gesekan tool yang terlalu berat
Life time tool akan menjadi pendek
m (untuk ring rata dan semi kiston) dan 0
(untuk ring kiston)Periksa beda
pemakanan tool roughing dan tool finish
Arasa dish NG secara visual akan tampak
bagian yang buram
22
yaitu 150
Arasa dish NG secara visual akan tampak
bagian yang buram
Cek konsentrasi coolant harus sesuai
standar
Arasa dan uneri ring groove akan buram
dan kasar
Tool cepat tumpul
6.Proses Coumbustion
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Bersihkan dudukan mesin
(spindle), dan yatoy dari kotoran
scrab
Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat proses
benda kerja akan miring juga
Setting feeding dan putaran spindel
sesuai standard
Bila feeding dan rpm tidak sesuai standard, ring
besi akan pecah karena gesekan tool yang terlalu
berat
Life time tool akan menjadi pendek
mPeriksa beda pemakanan tool
roughing dan tool finish yaitu 300
Arasa dan profil combution akan terlihat kasar
Ketinggian puncak combustion dan
kedalaman combustion
Tenaga engine menjadi turun karena volume
combustion membesar
Aliran turbulence bahan bakar menjadi tidak
teratur
23
7.Proses Valve
Yang Harus
DiperhatikanAkibat Bila Tidak Dilakukan
Bersihkan dudukan
yatoy dari kotoran scrab
Pemasangan jig akan miring sehingga pada saat proses benda
kerja akan miring juga sehingga kedalaman valve menjadi
tidak merata
Posisi valve akan menjadi NG karena basic proses valve
adalah GBF dan lubang pin hole
Cek kedalaman valve
pada 3 posisi
Bila terlalu dalam dapat mengakibatkan tenaga engine
berkurang
Bila terlalu dangkal dapat mengakibatkan valve menabrak
piston
8.Proses ODF
Yang Harus Diperhatikan Akibat Bila Tidak Dilakukan
Bersihkan dudukan yatoy dari kotoran scrab
Putaran mastercam atau run out akan
susah untuk disetting
Kemungkinan barang menjadi nokori
atau step
mSetting kesumbuan spindel, tanggo,
master cam dan yatoy maksimum 5
Hasil profil ODF akan NG (profil ODF untuk
tiap ketinggian tidak terletak pada satu sumbu)
Ukur tebal stylus dan sesuaikan dengan
ukuran WI
Bila stylus terlalu lebar proses copy menjadi
tidak sempurna sehingga step pada bagian
24
mastercam ikut ter-copy
Perhatikan radius pada stylus yang harus
sesuai dengan radius mastercam bagian pin
hole (diameter minor)
Hasil profil ODF akan NG
Pada saat proses bagian tool yang
memotong benda kerja adalah bagian
punggung
Sesuaikan tekanan clamp atau certer clamp
dan tekanan stylus sesuai dengan standart
kerja
Ovality akan membesar (+) bila tekanan
center atau stylus terlalu besar
Ovality akan mengecil (-) bila tekanan
center atau stylus terlalu kecil
Tateform pada bagian skirt akan
mengalami deformasi
Timbul step pada bagian diameter
piston
Sesuaikan diameter hasil proses GBF dengan
diameter yatoy ODF
Bila terlalu longgar ovality akan
cenderung (+)
Bila terlalu seret ovality akan cenderung
(-)
Bila terlalu longgar tateform akan
miring
Bila terlalu longgar akan timbul step
pada bagian diameter
Timbul step pada bagian diameter
piston
Perhatikan deep of cut (DOC) atau perbedaan
tebal pemakanan antara proses SOD dan
ODF pada 3 ketinggian (head, punggung dan
skirt)
Nokori ODF
25
Iching atau run out terutama untuk piston
yang memakai clamp chuckNokori ODF
Ketinggian tool terhadap titik pusat
mastercam
Umur tool akan menjadi pendek
Profil ODF akan menjadi NG
3.2 Perhitungan Spesifikasi
A.Perhitungan Spesifikasi yang ada pada Proses Rough Top Ring Groove,Finish Top Ring
Groove.
Dalam proses ini terdapat proses-proses yang sudah digabung untuk meminimalkan
Down Time proses produksi antara lain proses Head Finish,Proses Semi Out Diameter Finish
dan Proses Chamfer Finish.
- Perhitungan Spesifikasi yang ada pada Proses Rough Top Ring Groove,Finish Top Ring
Groove Piston Diesel Tipe MTB 4D34 T6 :
N1 (FINISH TOP RING-FINISH HEAD)
M53 ;
M24 ;
T02OO (ROUGH TOP RING) ;
G97 MO3 S350 T0213 ;
G0 X116.00 Z9.60 M08 ;
G01 X96.0 F0.12 ;
G01 X93.7 F0.08 ;
G04 UO.2 ;
G0 X209.0 ;
Z40.0 ;
T0 ;
N2 M19 ;
(HEAD FINISH . CHAMFER RADIUS)
26
T0100 ;
G97 MO3 S1400 T0114 ;
G0 X162.2 Z26.14 (DIAMETER TOP – LAND) ;
G01 Z14.5 FO.5 ;
G0 X162.50 ;
Z24.4 (TINGGI HEAD FINISH) ;
G01 X161.80 F0.12 ;
G01 Z26.00 ;
G01 Z20.99 ;
G02 U-4.20 W2.1 R2.1 ;
G01 X89.10 W0.002 F0.12 ;
W0.5 ;
G0 X209.00 ;
M03 S1400 T0115;
Z-31.22 (CHAMFER-RING ATAS)
G01 X201.25 F0.5 ;
G04 U0.20 ;
G01 X201.87 Z-31.48 F0.5 ( CHAMFER-RING BAWAH) ;
G04 U0.20 ;
G0 X239.00 ;
Z40.00 ;
MO8 ;
N3 (FINISH TOP RING GROOVE)
G97 S800 M03 T1216 ;
G0 X105.00 Z24.23 (SISI RING ATAS)
G01 X93.70 W0.733 F0.05 ;
G04 U0.40 ;
G0 X105.00 ;
Z22.73 T1217 ;
G01 X93.70 W0.733 F0.05 (SISI RING BAWAH) ;
G04 U0.20 ;
G0 X180.00 ;
Z56.00 M09 ;
27
T0200 M19 ;
T0 ;
M52 ;
M69 ;
M30 ;
B.Komposisi Material
Dalam pembuatan sebuah piston terdapat komposisi bahan-bahan untuk mendapatkan
kualitas terbaik antara lain sebagai berikut :
-Nitrogen : 1.5%
-Magnesium : 3.15 %
-Fosfor :3.85 % Diproses pada Suhu 600-900 C/ 1 – 1.5 jam
-Alumunium :90.0 %
-Lain-lain :1.50 %
Per 100 Kg
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pemisahan jenis piston berdasarkan kegunaannya pada kompresi didalam mesin.
piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin pembakaran
dalam silinder hidrolik,pneumatik dan silinder pompa.
Piston pada mesin juga dikenal dengan istilah torak adalah bagian (parts) dari mesin
pembakaran dalam yang berfungsi sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil
pembakaran pada ruang bakar. Piston terhubung ke poros engkol (crankshaft,) melalui setang
piston (connecting rod). Material piston umumnya terbuat dari bahan yang ringan dan tahan
tekanan, misal aluminium yang sudah dicampur bahan tertentu (aluminium alloy).
Piston merupakan salah satu komponenen penting didalam sebuah silnder pembakaran,maka
kepresisian dimensi piston berpengaruh dalam proses pembakaran. Dari hasil pembakaran
didalam silinder mesin maka diperoleh hasil pembakaran untuk menggerakan mesin. Oleh
karena itu kualitas dimensi merupakan unsur utama yang harus diperhatikan.untuk
mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan material dengan komposisi yang seimbang antara
lain besi, alumunium,magnesium,dll serta proses produksi yang mendukung.
4.2 SARAN
Makalah ini menjelaskan tentang jenis-jenis piston dan proses pembuatan piston.
Penulis berharap masyarakat mengetahui pembuatan piston sebagai pengetahuan
maupun dapat diaplikasikan dalam belajar mengajar. Marilah kita bersama-sama mempelajari
ilmu pengetahuan agar teknologi dalam negeri semakin maju. Penulis juga menerima kritik
dan saran dari dosen pengajar karna kami tidak luput dari kesalahan sehingga kedepannya
dapat lebih baik dalam pembuatan makalah.
29